pendahuluan - bptpriau-ppid.pertanian.go.id
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan 2015
1 | P a g e
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.
16/Permentan/OT.140/3/ 2006, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) dibentuk di setiap
provinsi. BPTP merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Badan Litbang Pertanian. BPTP Riau memiliki
tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertaniantepat guna
spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP
Riau memiliki fungsi: 1) Inventarisasi dan identifikasi
kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi
pertanian, 3) Penyiapanpaket teknologi untuk
penyuluhan pertanian, 4) Penyiapan kerjasama,
informasi, dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi tepat guna, 5)Pelayanan
teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi tepat guna,dan 6)
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Balai.
VisiBPTP Riau adalah “Pada tahun 2015 menjadi
lembaga penelitian dan pengkajian inovasi teknologi
pertanian tepat guna yang handal di daerah dan
bertaraf internasional”. Adapun misi yang diemban
adalah: 1) Menghasilkan dan mendiseminasikan
inovasi pertanian spesifik lokasi sesuai dengan
kebutuhan daerah; 2) Mengembangkan jejaring
kerjasama di daerah dan nasional dalam rangka
peningkatan kapasitas pengkajian, pendayagunaan
hasil pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian; 3) Melaksanakan pengkajian sesuai norma
dan standar metodologi pengkajian, pengembangan
teknologi pertanian; 4) Mengembangkan SDM yang
profesional dan mandiri.
Wilayah kerja BPTP Riau mencakup wilayah
Provinsi Riau yang terdiri dari 12 kabupaten/kota.
Dalam melaksanakan tugasnya BPTP Riau dipimpin
oleh pejabat struktural Eselon III dan dibantu oleh
dua pejabat struktural Eselon IV yaitu Kepala Sub
Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian, serta pejabat fungsional
peneliti, penyuluh, teknisi, dan tenaga administrasi.
Dalam kerangka operasional, pelaksanaan visi
dan misi BPTP Riaudilaksanakan melaluipengkajian
dan diseminasi teknologi spesifik lokasi serta
monitoring dan evaluasi oleh Tim Monev. Pada tahun
2015 ini juga BPTP Riau melaksanakan kegiatan
kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Bank
Dunia melalui program SMART-D.Selain itu, BPTP Riau
melaksanakan kegiatan kerjasama pengkajiandengan
instansi lingkup Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau untuk mendukung percepatan
pembangunan pedesaan/pertanian melalui
penyediaan paket teknologi spesifik lokasi
berwawasan agribisnis, mempercepat transfer
teknologi kepada pengguna dan mendapatkan umpan
balik untuk penajaman program
penelitian/pengkajian pertanian, serta menyediakan
advokasi dalam penerapan teknologi tepat guna
spesifik lokasi.
Seiring dengan program pemerintah membantu
petani dalam akses terhadap permodalan, pasar dan
teknologi serta organisasi tani yang masih lemah,
maka ditempuh melalui pendekatan pengembangan
usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan
pertanian di perdesaan melalui program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Pada tahun 2015 BPTP Riau diamanahkan sebagai
Sekretariat Tim Pelaksana Pembina PUAP untuk
Provinsi Riau.
STRUKTUR ORGANISASI DAN
MANAJEMEN
Struktur organisasi BPTP Riau terdiri atas: a)
Kepala Balai, b) Sub Bagian Tata Usaha, meliputi:
Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan, Urusan
Rumah Tangga dan Perlengkapan, serta Perencanaan
dan Pelaporan, c) Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian, meliputi: Penanggung Jawab
Perpustakaan, Penanggung Jawab Alat dan Mesin
Pertanian, Penanggung Jawab Audio Visual,
Penanggung Jawab Laboratorium dan Penanggung
Jawab Kerja Sama Penelitian, d) Koordinator Program.
Selain itu BPTP Riau didukung oleh Kelompok
Fungsional yang terdiri atas: a) Kelompok Pengkaji
Sumberdaya, b) Kelompok Pengkaji Budidaya, dan c)
Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi.
w w w . r i a u . l i t b a n g . p e r t a n i a n . g o . i d S c i e n c e . I n n o v a t i o n . N e t w o r k s
Laporan Tahunan 2015
2 | P a g e
A. Tata Usaha
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 17/Permentan/OT.140/1/2014 tanggal 27
Januari 2014 tentang rincian tugas pekerjaan Eselon
IV pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, sub
bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat
menyurat dan rumah tangga.
1. Urusan Kepegawaian
Urusan kepegawaian bertugas menyiapkan
bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran
Subbagian Tata Usaha, melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana kebutuhan pegawai, melakukan
mutasi pegawai, menyiapkan bahan penyusunan
pengembangan pegawai, melakukan urusan tata
usaha kepegawaian, melakukan urusan kesejahteraan
pegawai, menyiapkan bahan evaluasi kinerja
pegawai, dan melakukan penyiapan bahan
pendayagunaan jabatan fungsional.
Sampai dengan 31 Desember 2015 BPTP Riau
mempunyai 70 orang tenaga Pegawai Negeri Sipil
(PNS),dan 14 orang tenaga kontrak. Komposisi
pegawai menurut jenjang fungsional adalah 26 orang
sudah memiliki jenjang fungsional peneliti, 12 orang
fungsional penyuluh, 5 orang fungsional teknisi
litkayasa, dan 1 orang fungsional pranata komputer.
Sebaran jumlah tenaga BPTP Riau menurut pangkat,
golongan, tingkat pendidikan dan jabatan fungsional
disajikan pada Tabel 1 hingga Tabel 4.
Tabel 1. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan dan
Pendidikan per 31 Desember 2015
No Pendidikan Golongan
Jml IV III II I
1 S3 3 2 - - 5
2 S2 3 11 - - 14
3 S1 1 25 - - 26
4 D4 - 1 - - 1
5 D3 - - - - -
6 SLTA - 8 14 - 22
7 SLTP - - 1 - 1
8 SD - - 1 - 1
Jumlah 7 47 16 - 70
Tabel 2. Rekapitulasi pegawai BPTP Riau menurut
Kelompok Fungsional per 31 Desember 2015
No Pendidikan Jumlah
1 Peneliti 26
2 Teknisi Litkayasa 5
3 Penyuluh 12
4 Pranata Komputer 1
Jumlah 44
Tabel 3. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan Ruang
dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2015
Gol/
Ruang
Tingkat Pendidikan
Jml S3 S2 S1 D
4
D
3
S
M
U
S
M
P
SD
II/a - - - - 2 1 3
II/b - - - - 7 1 - 8
II/c - - - - 5 - - 5
II/d - - - - 3 - - 3
III/a - - 4 - - - - 4
III/b - 3 17 1 - 5 - - 26
III/c - 4 1 - - - - 5
III/d 2 4 3 - - - - 9
IV/a 2 2 1 - - - - 5
IV/b - - - - - - - -
IV/c - 1 - - - - - 1
IV/e 1 1
Jum
lah 5 14 26 1 - 22 1 1 70
Tabel 4. Tenaga Kontrak BPTP Riau per 31
Desember 2015
No Pendidikan Jumlah Ket
1 S1 1
2 D3 1
3 SLTA 12
4 SLTP -
5 SD -
Jumlah 14
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
pegawai, pada tahun anggaran 2015, staf peneliti
BPTP yang mengikuti program tugas belajar sejumlah
4 (empat) orang. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan
Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2015
disajikan pada Tabel 5.Daftar PNS berdasarkan bidang
Laporan Tahunan 2015
3 | P a g e
pekerjaan dan keahlian / disiplin ilmu per 31
Desember 2015 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 5. Tenaga PNS BerdasarkanJabatan Fungsional
dan Pendidikan per 31 Desember 2015
No Jabatan Fungsional
Tingkat Pendidikan
Jml
S3 S2 S1 S0
1 Peneliti Utama 1 1 - - 2
2 Peneliti Madya 2 - - - 2
3 Peneliti Muda 2 7 - - 9
4 Peneliti Pertama - 2 8 - 10
5 Penyuluh Utama - - - - -
6 Penyuluh Madya - - 1 - 1
7 Penyuluh Muda - - 1 - 1
8 Penyuluh Pertama - - 6 - 6
9 Asisten Penyuluh - - - - -
Jumlah 5 10 16 - 31
Tabel 6. Daftar PNS Berdasarkan Bidang Keahlian/
Disiplin Ilmu per 31 Desember 2015
Bidang Keahlian/ Disiplin Ilmu
Peneliti Penyuluh Calon Peneliti/ Penyuluh
Agroklimat & Pencemaran Lingkungan
2
Budidaya Tanaman
10 4 3
Ekonomi Pertanian 1 4
Hama Penyakit Tanaman
2 1 1
Hidrologi & Konservasi Tanah
1
Kesuburan & Biologi Tanah
2
Pakan & Nutrisi Ternak
1 2 1
Kesehatan Hewan 1
Sistem Usaha Pertanian
1
Teknologi Pasca Panen
3
Jumlah 24 11 5
2. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan
Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan
memiliki tugas antara lain: melakukan
penatausahaan barang milik negara, menyiapkan
bahan penyusunan laporan kekayaan negara,
melakukan urusan penghapusan dan pemanfaatan
barang milik negara,melakukan tata letak ruang,
penataan taman dan menjaga kebersihan lingkungan
kantor, serta pengaturan penggunaan gedung kantor.
BPTP Riau sampai dengan 31 Desember 2015
telah memiliki 1 (satu) unit gedung utamadi
Pekanbaru. Selain gedung kantor terdapat juga 1
(satu) unit rumah jabatan dan 18 unit rumah dinas
serta 1 (satu) unit mess di Pekanbaru. Gedung dan
perumahan di Pekanbaru didirikan di atas tanah milik
Pemerintah Daerah Provinsi Riau dengan status
pinjam pakai kepada UPT Pelatihan Dinas Pertanian
dan Peternakan Provinsi Riau.
Mobilitas aktivitas kantor didukung oleh
kendaraan operasional yang masih layak pakai terdiri
atas 7 (tujuh) unit mobil dan 11 (sebelas) unit sepeda
motor untuk Provinsi Riau.
Adapun rekapitulasi pengadaan barang tahun
2015 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Pengadaan Barang Inventaris
BPTP Riau Tahun 2015
No. Uraian Volume
PERALATAN DAN MESIN
1 Tangki Penampungan Air 4 unit
2 Gardu listrik (Travo 150 kVA) 1 unit
3 AC 2 unit
4 Laptop 2 unit
5 LCD Player 1 unit
6 Stabilizer Tower 1 unit
7 Stabilizer Portable 1 unit
8 Sound System 1 unit
9 Combine Harvester 4 unit
3. Urusan Keuangan
Urusan Perencanaan dan Keuangan memiliki
tugas melakukan urusan perbendaharaan, melakukan
urusan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
melakukan urusan penerbitan Surat Perintah
Membayar (SPM), menyiapkan bahan penyusunan
laporan keuangan, melakukan urusan gaji, tunjangan,
lembur dan uang makan, penyiapan bahan
penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi
serta menyusun data base dan SIM.
Laporan Tahunan 2015
4 | P a g e
Pada Tahun Anggaran 2015 BPTP Riau mendapat
alokasi APBN sebesar Rp. 12.718.633.000,- yang
membiayai kegiatan di satuan kerja (satker) BPTP
Riau.
Tabel 8. Rincian Anggaran BPTP Riau Tahun 2015
No Jenis Belanja Pagu DIPA (Rp)
1 Pegawai 4.858.500.000
2 Barang 6.404.133.000
3 Modal 1.456.000.000
Jumlah 12.718.633.000
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau adalah
pencapaian sasaran sesuai dengan rencana (target)
yang telah ditetapkan baik dalam hal fisik maupun
keuangan.Pencapaian sasaran tidak terlepas dari
adanya faktor internal dan faktor eksternal yang
secara langsung mempengaruhi jalannya pelaksanaan
kegiatan.
Tolok ukur keberhasilan tersebut dapat
dilakukan dengan analisis terhadap hal berikut:
a. Realisasi fisik dan keuangan.
b. Aktivitas kegiatan pengkajian/penyediaan
sarana prasarana.
Realisasi Anggaran
Realisasi belanja BPTP Riau pada TA 2015 adalah
sebesar 11.897.807.526,- atau sebesar 93,55 % dari
anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja.
Anggaran Belanja BPTP Riau TA. 2015 adalah
12.718.633.000,- dengan realisasi seperti Tabel di
bawah ini.
Tabel 9. Anggaran dan Realisasi BPTP Riau Tahun
2015
No Jenis Belanja
Pagu DIPA Revisi
Realisasi
Reali-sasi (%)
1 Pegawai 4.858.500.000 4.618.226.061 95,06
2 Barang 6.404.133.000 6.133.681.438 95,78
3 Modal 1.456.000.000 1.145.900.027 78,70
Jumlah 12.718.633.000 11.897.807.526 93,55
Realisasi belanja TA.2015 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 11.897.807.526,- dibandingkan periode
yang sama dengan tahun sebelumnya disebabkan
antara lain naiknya belanja pegawai berupa
remunerasi, adanya pembangunan gedung kantor
dan kenaikan belanja barang berupa belanja
pemeliharaan. Perbandingan realisasi belanja TA.
2015 dengan TA. 2014 dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 10. Perbandingan realisasi belanja TA. 2015
dengan TA. 2014
No Uraian Jenis
Belanja
Realisasi Belanja
TA. 2015 TA. 2014
1 Belanja
Pegawai
4.858.500.000 4.323.405.939
2 Belanja
Barang
6.404.133.000 4.855.953.008
3 Belanja
Modal
1.456.000.000 440.176.000
Jumlah 12.718.633.000 9.619.534.947
Realisasi Pendapatan Negara tahun 2015 adalah
sebesar Rp. 35.999.932,- atau mencapai 161,65 %
dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.
22.270.000.- Keseluruhan Pendapatan Negara BPTP
Riau adalah merupakan Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP).
4. Urusan Surat Menyurat
Tugasnya melakukan surat menyurat, Urusan
kearsipan, penyiapan bahan pengelolaan dan
pencetakan untuk keperluan dinas.
B. Seksi Kerjasama dan PelayananPengkajian
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan program, rencana kerja, anggaran,
pemantauan, evaluasi dan laporan serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta
pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan dan
pengembangan Teknologi Pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
1. Penyusunan Program
Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
dilakukan melalui : penyusunan rencana kerja
kegiatan, matrik program litkaji, RKA-KL beserta data
dukung, evaluasi proposal (RPTP/RDHP/RKTM), dan
update data i-prog.
Laporan Tahunan 2015
5 | P a g e
Hasil kegiatan perencanaan dan penyusunan program
TA 2015 :
a. Melakukan revisi DIPA BPTP Riau TA 2015
sehingga merubah pagu DIPA TA 2015 menjadi
Rp. 12.718.633.000,-
b. Menyusun dokumen RKA-KL, DIPA dan POK TA
2016 BPTP Riau beserta data dukungnya
dengan total pagu Rp. 21.287.640.000,-
c. Update datai-prog 1 kali, dari tahun 2011-2015
di i-prog Badan Litbang.
2. Kerjasama Penelitian
Ruang lingkup pengembangan kerjasama dan
pendayagunaan hasil kegiatan meliputi : penjaringan
kerjasama, pelayanan hasil pengkajian dan publikasi
(layanan konsultasi teknologi, media
tercetak/elektronik), penyelenggaraan seminar
(proposal, rutin, dan hasil pengkajian).
Kerjasama BPTP dengan beberapa instansi di
provinsi Riau pada tahun 2015 antara lain :
a. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi
Universitas Islam Riau
b. Kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian
(Instansi Vertikal Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian – BPTP Riau) melalui Program
KKP3SL pada kegiatan SMART-D dengan 2
judul kegiatan yaitu: i) Pengelolaan dan
Penerapan Teknologi Tanaman Terpadu
Spesifik dalam Upaya Mendukung Ketahanan
Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Rokan
Hilir; ii) Integrasi Pembenah Tanah dan
Varietas Bawang Merah di Lahan Kering
Provinsi Riau.
c. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
melalui Kegiatan Indonesia Climate Change
Trust Fund (ICCTF).
d. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Padi di Sukamandi melalui
Kegiatan Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur-
Galur Padi Toleran Suhu TInggi.
a. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Universitas
Islam Riau
Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk
memanfaatkan kemampuan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Riau dengan Universitas
tersebut untuk lebih berhasil dalam melaksanakan
pembinaan dan pengembangan IPTEK dalam bidang
pertanian.
Ruang lingkup kegiatan :
1) Bidang Akademik meliputi pengajaran,
pembimbingan, dosen tamu, pelibatan
mahasiswa dalam penelitian, KKN tematik,
pelatihan/kursus dan lain-lain.
2) Bidang Diseminasi Hasil-hasil Penelitian
melalui Seminar, Pameran, Desa Binaan dan
diseminasi lainnya.
3) Bidang Kerjasama Penelitian meliputi
penelitian skala nasional dan internasional,
KKP3N dan KKP3SL.
4) Bidang Optimalisasi Fasilitas meliputi
Laboratorium, Kebun Percobaan, Ruangan,
Perpustakaan dan fasilitas lain yang
diperlukan.
Jangka waktu pelaksanaan kerjasama ini 5 (lima)
tahun dari tanggal penandatanganan Piagam
Kerjasama Nomor 411/A-UIR/1-P/2015 dan
457/SM.620/I.12.6/03/2015 tanggal 30 Maret 2015.
Gambar 1. Piagam Kerjasama antara Fakultas Pertanian
Universitas Islam Riau dengan BPTP Riau
Laporan Tahunan 2015
6 | P a g e
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi yang telah
berjalan pada tahun 2015 antara lain:
a. Praktek Magang Universitas Riau
Gambar 2. Praktek Magang Mahasiswa dari Universitas Riau
b. Kunjungan dari Dosen Universitas Lancang Kuning
Gambar 3. Kunjungan Kerja Dosen dari Universitas Lancang Kuning
b. Kerjasama Program SMART-D Badan Litbang
Pertanian melalui Kegiatan KKP3SL
Terdiri dari 2 kegiatan yaitu: 1) Integrasi Pembenah Tanah dan Varietas Bawang
Merah di Lahan Kering Provinsi Riau
Tujuan dari kegiatan ini antara lain:
a) Menganalisis pengaruh pembenah tanah dan
varietas serta interaksi interaksinya terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang
merah pada lahan kering di Provinsi Riau.
b) Memilih alternatif paket komponen
teknologi pembenah tanahdan varietas
bawang merahdi lahan kering Provinsi Riau
Ruang lingkup kegiatan ini adalah:
a. Penyiapan bahan pembenah tanah yaitu
kompos tandan kosong kelapa sawit dan bio
isi rumen sapi
b. Penyiapan bibit bawang merah Balitsa
c. Pelaksanaan uji
d. Diseminasi komponen teknologi
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Gading Sari
Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Varietas
bawang merah yang digunakan antara lain : Bima,
Brebes, Ketumi dan Pikatan dengan 4 Perlakuan yaitu:
A : 5 t/ha Kompos tankos + 200 ml/l Bio Isi
Rumen
B : 3 t/ha Kompos tankos + 200 ml/l Bio Isi
Rumen
C : 1 t/ha Kompos tankos + 200 ml/l Bio Isi
Rumen
D : Kontrol
2) Pengelolaan dan Penerapan Teknologi Tanaman
Terpadu Spesifik Dalam Upaya Mendukung
Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Kabupaten
Rokan Hilir
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mendapatkan teknologi spesifik dalam upaya
mendukung swasembada beras berkelanjutan di
Kabupaten Rokan Hilir.
Keluaran yang diharapkan yaitu adanya
teknologi spesifik dalam upaya mendukung
swasembada beras berkelanjutan di Kabupaten
Rokan Hilir.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Sebagai bahan pertimbangan pemerintah
Kabupaten Rokan Hilir untuk membuat
kebijakan didalam upaya peningkatan
produksi padi dan pengendalian alih fungsi
Laporan Tahunan 2015
7 | P a g e
lahan demi terwujudnya ketahanan pangan
yang berkelanjutan.
b) Mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam
dengan pemakaian teknologi tepat guna
yang spesifik lokasi untuk mengatasi
kesulitan tumbuh dan dapat meningkatkan
ketersediaan hara tanah serta produktivitas
lahan.
c) Menghindarkan kemungkinan terjadinya alih
fungsi lahan ke komoditi lainnya.
d) Meningkatkan dan menjamin pelestarian
sumberdaya tanah dan lingkungannya.
Lingkup Kegiatan Pengkajian dilakukan di lahan
sawah milik petani. Kegiatan ini dilaksanakan dalam
pola tanam padi-padi—bera :
• Pertanaman padi I : (Juni - September)
• Pertanaman II : (Desember - Maret )
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan petani desa
Mukti Jaya, Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten
RokanHilir, pada MT 2015.
Bahan dan Metode
1. Pertanaman padi I, (Juni – September)
Kegiatan pada pertanaman I dirancang
dengan Rancangan acak Kelompok dua
faktor. Faktor I; Pendekatan yang terdiri 1).
pendekatan PTT dan 2). cara/kebiasaan
petani. Faktor II adalah varitas yang toleran
kekeringan yang terdiri dari 1). Ciherang;
2).Inpari 30; 3) Situ Bagendit dan 4). Inpari
10. dengan 3 ulangan.
Ada 8 kombinasi perlakuan :
1. Pendekatan PTT dengan varitas Ciherang
2. Pendekatan PTT dengan varitas Inpari 30
3. Pendekatan PTT dengan varitas Situ Bagendit
4. Pendekatan PTT dengan varitas Inpari 10
5. Cara/kebiasaan petani dengan varitas
Ciherang
6. Cara/kebiasaan petani dengan varitas Inpari
30
7. Cara/kebiasaan petani dengan varitas Situ
Bagendit
8. Cara/kebiasaan petani dengan varitas Inpari
10
2. Pertanaman padi II, (November - Februari).
Kegiatan pada pertanaman II dirancang
dengan Rancangan acak Kelompok dua
faktor. Faktor I; Pendekatan yang terdiri 1).
pendekatan PTT dan 2). cara/kebiasaan
petani. Faktor II adalah varietas yang toleran
terhadap genangan/banjir yang terdiri dari
1). Ciherang; 2). Inpari 10; . 3). Situ Bagendit
dan 4). Mekongga dengan 3 ulangan.
Ada 8 kombinasi perlakuan meliputi :
1. Pendekatan PTT dengan varietas Ciherang.
2. Pendekatan PTT dengan varietas Mekongga.
3. Pendekatan PTT dengan varietas Ciherang.
4. Pendekatan PTT dengan varietas Inpari 10.
5. Cara/kebiasaan petani dengan varietas
Ciherang.
6. Cara/kebiasaan petani dengan varietas
Mekongga.
7. Cara/kebiasaan petani dengan varietas
Ciherang.
8. Cara/kebiasaan petani dengan varietas Inpari
10.
Kesimpulan
1. Cara pendekatan hanya berpengaruh
terhadap jumlah butir/malai, jumlah butir
bernas/malai, dimana pendekatan dengan
PTT lebih baik dibandingkan dengan cara
petani baik pada Musim Kemarau maupun
Musim Hujan.
2. Varietas berpengaruh terhadap panjang
malai, jumlah butir/malai, jumlah butir
bernas/malai dan hasil gabah. Panjang malai,
jumlah butir/malai, jumlah butir
bernas/malai dan hasil gabah tertinggi
diperoleh pada varietas Situ Bagendit,baik
pada MK maupun MH.
3. pendekatan dengan PTT dengan penanaman
Situ Bagendit pada MK maupun MH di
Kabupaten Rokan Hilir memberikan hasil
tertinggi dibandingkan cara petani dan
penanaman varietas varietas lainnya, yakni
4,0 ton/ha dan 6,1 ton/ha.
Laporan Tahunan 2015
8 | P a g e
c. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
melalui Kegiatan Indonesia Climate Change Trust
Fund (ICCTF)
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. melanjutkan kegiatan monitoring respon
tanaman terhadap berbagai perlakuan
pemupukan dan ameliorasi.
2. Melanjutkan pengamatan subsiden dan
perubahan stock karbon tanah gambut.
Ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian perlakuan pemupukan dan
amelioran serta evaluasi respon tanaman
dan perhitungan biaya dan keuntungan
2. Melanjutkan pengukuran subsiden, muka air
tanah dan kehilangan C tanah gambut yang
digunakan untuk berbagai sistem usahatani.
d. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Padi di Sukamandi melalui
Kegiatan Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur-Galur
Padi Toleran Suhu Tinggi.
Kegiatan ini dilaksanakan di desa Bungaraya,
Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak. Kontribusi
BPTP Riau hanya dalam pengawasan pertanaman
yang melibatkan peneliti dari BPTP Riau.
3. Koordinasi dan Sinkronisasi dengan Stakeholder
Konsultasi, koordinasi dan sinkronisasi kegiatan
litkaji dan diseminasi dengan stakeholder.
Stakeholder meliputi Pemda Provinsi Riau, UK/UPT
Lingkup Litbangtan, satker lingkup Kemtan, BBP2TP,
swasta, dan petani dan masyarakat
4. Pengelolaan Perpustakaan/website
Tugas penanggung jawab perpustakaan adalah
mengelola perpustakaan yang meliputi : pelayanan
pengunjung, penambahan koleksi buku,
pemeliharaan koleksi perpustakaan, pengembangan
database dan upload pustaka digital, menyiapkan
bahan dan mendokumentasikan hasil-hasil
pengkajian dalam bentuk perangkat lunak
(software)dan perangkat keras (hardware). Secara
umum koleksi perpustakaan BPTP Riau meliputi
tanaman pangan, peternakan, hortikultura,
perikanan, bidang ilmu yang berkaitan dengan
pertanian seperti ekonomi pertanian, kesehatan
pangan, biologi dan lain sebagainya.
Pengunjung perpustakaan pada tahun 2015
yang tercatat di buku tamu digital sebanyak
468orang. Jumlah Penambahan Koleksi perpustakaan
BPTP Riau hingga 31 Desember 2015 dapat dlihat
pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Jumlah Penambahan Koleksi Perpustakaan
BPTP Riau Tahun 2015
No. Kategori Jumlah
1 Koleksi Buku Buku 84
2 Koleksi Majalah 207
JUMLAH 291
Selain perpustakaan digital BPTP Riau telah
memiliki website dalam dua versi yaitu Indonesia dan
Inggris. Pada website BPTP disajikan informasi
tentang teknologi unggulan, teknologi hasil
pengkajian, data sumberdaya manusia, fasilitas yang
dimiliki, jenis pelayanan yang bisa dilakukan,
publikasi, kerjasama penelitian, dan berita yang
memberitakan kegiatan yang dilaksanakan di BPTP
Riau rata-rata di update rata-rata 1 – 2 kali setiap
bulannya.
Tabel 12. Berita Yang di-Update Pada Website Pada
Tahun 2015
NO.
JUDUL BERITA TANGGAL UPDATE
1 Seminar Hasil Kegiatan TA 2014 12.01.2015
2 Peletakan Batu Pertama Pencanangan Perbaikan Irigasi Irigasi di Kabupaten Rokan Hulu
20.01.2015
3 Peletakan Batu Pertama Pencanangan Perbaikan Jaringan Irigasi di Kabupaten Meranti
20.01.2015
4 Rapat Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Riau 2015
28.01.2015
5 Staf Ahli Mentan, Kepala BPTP Riau, dan Bupati Kuansing Panen Raya dan Peletakan Batu Pertama
23.01.2015
6 Kuala Kampar sebagai Lumbung Padi Menuju Swasembada Pangan
12.02.2015
7 Seminar Proposal Kegiatan Litkaji BPTP Riau
10.02.2015
8 Bupati Siak, Staf Ahli Menteri Pertanian dan Kepala BPTP Riau Panen Raya di Siak
14.02.2015
Laporan Tahunan 2015
9 | P a g e
9 Tim UPSUS Pajale Riau Tinjau Jaringan Irigasi di Kabupaten Rokan Hulu
17.02.2015
10 Menteri Pertanian Panen Raya Batang Piaman di Kabupaten Kepulauan Meranti
04.03.2015
11 Menteri Ajak Petani Mewujudkan Indonesia Swasembada pangan di Kabupaten Siak
04.03.2015
12 Rapat Koordinasi Percepatan UPSUS Pajale
09.03.2015
13 Staf Ahli Mentan Tanam Perdana Padi dan Kedelai di Kabupaten Rokan Hulu
13.03.2015
14 Kepala BPTP Riau Buka Rakor PUAP dan Saksikan Penandatanganan Kontrak Kerja PMT
23.03.2015
15 Staf Ahli Menteri Pertanian Panen Raya bersama Bupati Inhil
27.03.2015
16 Bupati Kampar dan Staf Ahli Menteri Pertanian Tinjau RTMPE di Kampar
08.04.2015
17 Sosialisasi KATAM MK 2015 17.04.2015
18 Sosialisasi Perubahan Iklim Mendukung Swasembada Pangan Padi, Jagung, dan Kedelai
25.04.2015
19 Kepala BPTP Riau hadiri kick-off meeting peluncuran program agritechnopark dan agrisciencepark di Bandung
08.05.2015
20 Staf Ahli Menteri Lakukan Evaluasi Musim Tanam
29.05.2015
21 Temu Lapang Panen Raya UPBS 31.07.2015
22 Rapat Koordinasi PUAP 12.08.2015
23 Tanam Perdana MT II bersama Wakil Bupati Rokan Hulu
10.09.2015
24 Panen Raya Jagung Hibrida 16.05.2015
25 BPTP Riau ikut Expose di Car Free Day 18.08.2015
26 Rakor PUAP Bulanan Bersama PMT 11.09.2015
27 Temu Lapang Teknologi Budidaya dan Pasca Panen bawang Merah di Lahan Kering dan Dataran Rendah
02.10.2015
28 Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXV Tingkat Kabupaten Pelalawan
27.10.2015
29 Temu Koordinasi Pendampingan Sapi Indukan dalam Integrasi Usaha Sawit-Sapi
25.11.2015
30 BPTP Riau damping Pemda Barito Studi Banding ke Kabupaten Inhil
20.11.2015
31 BPTP Riau damping Puslitbanghorti melakukan Monev UPSUS Bawang Merah dan Cabai Merah di Provinsi Riau
14.12.2015
32 Staf Ahli Menteri Lakukan Tanam Serentak
11.12.2015
33 Workshop Pengelolaan Gambut Terdegradasi Ramah Lingkungan
17.12.2015
Adapun informasi Teknologi yang diupdate pada
tahun 2015 ada 2 (dua), yaitu :
1) Pembuatan Gula Semut dari Nira Kelapa
2) Pembuatan Asap cair dari tempurung Kelapa
Gambar 4 . Tampilan Banner Website BPTP Riau
5. Evaluasi dan Pelaporan
Evaluasi dan pelaporan dilakukan melalui monev
kegiatan (exante, on-going, post-ante) dan
pelaporannya; penyusunan laporan bulanan,
triwulan, tengah tahun, akhir tahun; laporan tahunan
balai, LAKIP, PMO, SIMONEV.
a. Monev Ex ante dilaksanakan dalam bentuk
Seminar proposal.
b. Monev On-going tidak semua dimonev.
c. Monev Post-ante dalam bentuk seminar
hasil dan evaluasi dengan stakeholder.
Untuk monev on-going, dilakukan pada semua
kabupaten/kota di Provinsi Riau.
6. Pengelolaan Instalasi Pengkajian Laboratorium
Laboratorium BPTP Riau telah dilengkapi
dengan berbagai sarana penunjang antara lain oven
pengering contoh, pH meter, Flame photometer,
spectrophotometer, timbangan analitik, dan alat
pendukung lainnya. Jasa analisis yang dapat
dilakukan oleh Laboratorium Tanah dan Tanaman
meliputi: analisis sifat kimia tanah, analisis hara
tanaman, analisis pupuk organik, analisis pupuk
anorganik dan analisis Proksimat. Saat ini
laboratorium ditangani oleh 6 orang tenaga
pendukung.
Pada tahun 2015, beberapa peralatan untuk
pengujian tersebut rusak sehingga laboratorium BPTP
Riau tidak melaksanakan aktifitas secara maksimal.
Untuk mengaktifkan kembali kegiatan laboratorium
pada tahun 2016 akan segera dilakukan perbaikan
peralatan laboratorium yang rusak tersebut,
disamping itu perlu juga untuk memperbaharui
struktur organisasi pada labor tersebut karena
pengalaman tahun 2015,personel dari pengelolaan
Laporan Tahunan 2015
10 | P a g e
Laboratorium tidak bekerja sesuai tugas dan
tanggungjawab yang telah ditentukan.
7. Pengelolaan Database Pertanian
Pada tahun 2015 Database yang bisa
dikumpulkan dalam tahun ini antara lain :
a. Jadwal Tanam masing-masing Kab. Prov Riau.
b. Data OPT yang dominan Provinsi Riau.
c. Data Banjir/kekeringan/PUSO Provinsi Riau.
d. Data Publikasi.
HASIL PENGKAJIAN DAN DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN A. Kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)
1. Latar Belakang
Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis
Hortikultura didasari oleh kebutuhan inovasi
teknologi untuk mendorong peningkatan produksi
dan produktivitas hortikultura nasional. Dalam
Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang
Penetapan Kawasan Cabai, BawangMerah, dan Jeruk
Nasional mencantumkan antara lain untuk komoditas
cabai di Provinsi Riau adalah Kabupaten Siak, Kota
Pekanbaru dan Dumai. Untuk bawang merah adalah
Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. Komoditas
jeruk di Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hilir
dan Kampar.
Pengembangan kawasan hortikultura
merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada
kawasan/wilayah yang berisi berbagai kegiatan usaha
mulai dari penyediaan sarana produksi,budidaya,
penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran
serta berbagai kegiatan pendukungnya. Penanganan
pascapanen merupakan satu kegiatan usaha yang
sangat menentukan terhadap mutu produk
hortikultura. Kenyataan di lapangan masih kita temui
rendahnya mutu produk hortikultura yang sampai ke
tangan konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa
penanganan pascapanen belum dilaksanakan dengan
baik atau belum menerapkan Good Handling
Practices (GHP). Pengembangan dilakukan melalui
upaya membangun kawasan sentra produksi dengan
didukung penerapan GAP dengan lahan yang
teregistrasi dan penerapan GHP, sehingga tercipta
produk dalam jumlah memadai, bermutu prima,
dengan harga yang kompetitif.
Fokus komoditas pembangunan hortikultura
buah tahun 2015 pada 10 (sepuluh) komoditas buah
yaitu jeruk, mangga, jambu kristal, durian, manggis,
pisang, nenas, melon, salak, dan buah naga yang
ditargetkan untuk mengendalikan dan substitusi
impor, meningkatkan ekspor, dan memenuhi
permintaan dalam negeri. Sedangkan untuk
komoditas sayur pada 7 (tujuh) komoditas antara lain
bawang merah, cabai merah, cabai rawit merah,
jamur, kentang, sayuran daun, dan bawang putih,
yang ditargetkan untuk mengendalikan inflasi,
mengendalikan dan substitusi impor, memenuhi
permintaan dalam negeri, dan mencapai ketahanan
pangan keluarga.
Bawang merah adalah komoditas yang
menempati posisi penting dalam kebutuhan sehari-
hari. Banyaknya permintaan bawang merah yang
cenderung naik dan harganya cenderung stabil
membuat banyak kalangan yang tertarik dalam
budidaya bawang merah. Tahun 2015 penduduk
Indonesia diperkirakan mencapai 257.387.897 jiwa
dengan jumlah konsumsi bawang merah sebesar
952.335 ton. Kebutuhan total bawang merah
termasuk untuk benih, industri dan ekspor mencapai
1.195.235 ton yang akan terus meningkat sebesar
50% menjadi 1.541.737 ton pada tahun 2025.
Indonesia memiliki 9 (Sembilan) provinsi
penghasil utama bawang merah, yaitu Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,
Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi
Selatan dengan luas lahan > 1.000 ha/tahun. Pulau
Jawa sendiri berkontribusi sekitar 78% dari total
produksi bawang nasional.
Provinsi Riau belum mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat daerah untuk bawang merah.
Selama ini masih bergantung pada Sumatera Utara
dan Sumatera Barat. Kabupaten Kampar merupakan
daerah pendampingan pengembangan kawasan
agribisnis hortikultura khususnya untuk komoditas
bawang merah. Potensi Pengembangan Bawang
Merah di Kab. Kampar antara lain masih banyak lahan
tidur belum tergarap/termanfaatkan, bawang merah
merupakan komoditas unggul yang memiliki nilai
Laporan Tahunan 2015
11 | P a g e
ekonomi tinggi dan dukungan Pemerintah Daerah
terhadap pengembangan tanaman bawang merah
sangat besar.
Jeruk merupakan salah satu buah utama dengan
keunggulan kompetitif antara lain:
1. Merupakan jenis buah yang paling disukai
konsumen walaupun bukan yang paling banyak
dikonsumsi dan disukai karena kandungan
vitamin C-nya yang tinggi, citarasa yang enak,
menyegarkan dan kemudahan dalam
mengkonsumsinya.
2. Di pasaran, harga jeruk termasuk tinggi dan
menguntungkan dengan masa payback period-
nya pendek.
3. Mudah ditumbuhkan dan berproduksi dengan
sebaran lingkungan agroklimat yang luas. Selain
itu, dukungan teknologi budidaya maju pada
jeruk relatif lebih tersedia.
4. Pasokan jeruk dapat disediakan sepanjang tahun.
Walaupun produksi jeruk adalah musiman,
tetapi penyebaran areal yang luas memberikan
kemungkinan jeruk berproduksi pada waktu
yang berbeda. Selain itu, teknologi pengaturan
produksi off season pada tanaman jeruk relatif
lebih mudah diimplementasikan.
Produksi jeruk terbesar didominasi jeruk Siam.
Produksi jenis-jenis jeruk yang lain seperti jeruk
Keprok, Pamelo (Besar), Manis dan lain-lainnya jauh
dibawah jeruk Siam. Jeruk merupakan salah satu
komoditas prioritas, yang perlu ditangani lebih
terarah untuk dapat menghasilkan produksi dan mutu
hasil yang tinggi serta berkesinambungan. Kendala
utama dalam upaya pengembangan tanaman jeruk
adalah serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT), terutama CVPD. Selain itu, beberapa
permasalahan lain yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan komoditas jeruk yaitu:
1. Penyediaan benih bermutu masih sangat
terbatas dan belum dapat memenuhi kebutuhan
pada seluruh daerah sentra.
2. Teknologi budidaya yang benar belum
diterapkan oleh petani secara optimal dan pada
beberapa sentra produksi jeruk ditemukan
adanya penggunaan pestisida yang tinggi
sehingga dikawatirkan dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan meningkat.
3. Kelembagaan petani jeruk seperti asosiasi petani
belum berfungsi dan lembaga permodalan yang
dapat membantu petani belum berperan secara
maksimal.
Dasar Pertimbangan
Program Pendampingan Pengembangan
Kawasan Agribisnis Hortikulturaditujukan untuk
mendukung program strategis Kementerian Pertanian
tentang peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu produk hortikultura.
Tujuan
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas
bawang merah dan benih jeruk ramah
lingkungan.
2. Mendukung program Kabupaten Kampar
sebagai sentra bawang merah di Sumatera.
3. Mendukung program pengembangan
perbenihan jeruk yang bersertifikat di
Kabupaten Kampar.
Keluaran
1. Peningkatan produksi dan produktivitas bawang
merah dan benih jeruk yang ramah lingkungan.
2. Tersedianya paket teknologi budidaya bawang
merah dan perbenihan jeruk di Kabupaten
Kampar.
3. Penguatan kelembagaan penangkar, penataan
Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata
Tempel (BPMT).
Manfaat dan Dampak
1. Meningkatnya produktivitas dan mutu hasil yang
seragam dan berkelanjutan.
2. Meningkatnya pendapatan petani dan
pendapatan daerah.
3. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan
petani dalam budidaya komoditas hortikultura.
2. Metodologi
Waktu dan Tempat
1. Pendampingan pengembangan kawasan
hortikultura mulai pada bulan Januari sampai
dengan Desember 2015. Pendampingan
dilaksanakan di Kabupaten Kampar dan Kota
Pekanbaru.
2. Lokasi kegiatan bawang merah adalah :
Laporan Tahunan 2015
12 | P a g e
a. Desa Gadingsari, Kecamatan Tapung,
Kabupaten Kampar.
b. Desa Beringin Lestari, Kecamatan Tapung
Hilir, Kabupaten Kampar.
c. BBI Hortikultura Prov. Riau, Kota Pekanbaru .
Metode Pelaksanaan
1. Persiapan
Persiapan dilaksanakan melalui koordinasi
dengan pihak terkait yaitu Dinas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Riau dan kabupaten/kota
mengenai pengembangan kawasan hortikultura
khususnya pengembangan bawang merah dan
jeruk.
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
mengadakan FGD dengan petani bawang
merah dan petani/penangkar jeruk. Setelah
merangkum berbagai permasalahan
diadakan pembinaan melalui koordinasi
dengan petugas dari dinas terkait.
b. Mengadakan pelatihan teknologi perbenihan
jeruk dan budidaya jeruk di Kabupaten
Kampar.
c. Melakukan penanaman bawang merah
untuk menghasilkan benih.
d. Melakukan pendampingan atau bimbingan
teknologi budidaya pada komoditas yang
ditetapkan oleh dinas di masing-masing
kabupaten/kota.
3. Hasil Kegiatan
Kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan Agribisnis Hortikultura Tahun Anggaran
2015 telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai
dengan Desember 2015. Lokasi kegiatan adalah di
Kabupaten Kampar untuk komoditas bawang merah
dan jeruk,sedangkan di Kota Pekanbaru untuk
komoditas bawang merah.
Kegiatan diawali dengan koordinasi dengan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Kampar. Komoditas yang ditetapkan untuk
kawasan pengembangan adalah bawang merah.
Sebelumnya daerah pengembangan bawang merah di
Kabupaten Kampar adalah di Kecamatan Kampar Kiri
tepatnya di Desa Sei Geringging. Budidaya bawang
dilakukan di lahan sawah dengan sistem parit.
Dengan melihat potensi lahan kering yang ada untuk
pengembangan bawang merah diarahkan pada
Kecamatan Tapung yang memiliki potensi
sumberdaya lahan dan petani khususnya tanaman
hortikultura.
Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan di
Kecamatan Tapung terdiri dari:
a. Tahap inisiasi kegiatan yang bersifat
administratif, diawali dengan penetapan
komoditas dan calon lokasi dengan berbagai
pendekatan.
b. Pengumpulan data dan informasi detail kawasan
mencakup potensi biofisik dan sosial-ekonomi
yang mendukung pengembangan komoditas
yang akan dikembangkan.
c. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
dengan petani hortikultura di Desa Gading Sari
dengan topik budidaya bawang merah. Kegiatan
ini menghasilkan rumusan antara lain :
No. Permasalahan Pemecahan Masalah
1 Komoditas baru/minim informasi
Pelatihan/pendampingan teknologi budidaya dan pengendalian OPT.
2 Benih susah didapat
a. Pembinaan penangkar benih
b. Pelatihan TSS
3 Fasilitas pejemuran/ pascapanen
Pelatihan/bimbingan teknologi pascapanen bawang merah
4 Benih hanya 1 varietas
Display varietas spesifik lokasi
d. Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dan
pemupukan dasar untuk penanaman bawang
merah.
e. Pemeliharaan tanaman dalam hal penyiangan
dan pengendalian gulma, serta pengendalian
hama dan penyakit tanaman.
Laporan Tahunan 2015
13 | P a g e
Gambar 5. Lahan Untuk Penanaman Bawang Merah
di Desa Gading Sari, Kecamatan Tapung,
Kab. Kampar
Tabel 13. Rekomendasi Pemupukan Bawang Merah
(Sumber: Puslitbanghorti)
No. Jenis pupuk
Dosis Keterangan
1 Pupuk kandang
20 ton/Ha Pupuk dasar
2 Dolomit 2 ton/Ha Pupuk dasar
3 NPK 500 kg/Ha Pupuk dasar
4 TSP 150 kg/Ha Pupuk dasar
5 Urea 200 kg/Ha Pupuk susulan I dan II
6 KCl 200 kg/Ha Pupuk susulan I dan II
7 ZA 400 kg/Ha Pupuk susulan I dan II
Panen bawang merah dilakukan setelah
tanaman bawang berumur 55 – 60 HST. Berbeda
dengan produksi benih, umbi yang dipanen harus
benar-benar tua, umumnya umur tanaman diatas 65
hari. Tanda-tanda tanaman bawang dapat dipanen
yaitu daun mulai rebah dan menguning. Pemanenan
dilakukan dengan mencabut umbi bawang kemudian
umbi disatukan dengan mengikat daun bawang.
Selanjutnya hasil panen dijemur hingga daun
mengering. Pada tanggal 16 Agustus 2015 dilakukan
panen I bawang merah setelah umur 62 HST. Hasil
panen adalah 325 Kg berat basah umbi dengan
produktivitas 5 ton/Ha.
Hasil ini belum optimal karena adanya serangan
penyakit layu Fusarium dan antraknose atau penyakit
otomatis pada beberapa bedengan dalam
pertanaman. Namun cukup memuaskan mengingat
bawang merah merupakan komoditas baru untuk
petani di Desa Gading Sari.
Gambar 6. Hasil Panen Bawang Merah di Desa Gading Sari,
Kecamatan Tapung, Kab. Kampar dan Proses Penjemuran
Bawang Merah Hasil Panen
Dalam kegiatan ini juga dilakukan temu lapang
sebagai media penyuluhan untuk menyampaikan
inovasi teknologi budidaya bawang merah termasuk
hasil penanaman yang didampingi kepada petani.
Dalam kesempatan ini dilakukan survei, wawancara
menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan). Data
yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan
kategori respon rendah, respon sedang dan respon
tinggi kemudian dipaparkan secara deskriptif untuk
mengetahui respon petani terhadap budidaya
bawang merah dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi respon petani terhadap budidaya
bawang merah pada temu lapang yang diadakan
BPTP Riau.
Kabupaten Kampar merupakan daerah
pendampingan pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura khususnya untuk komoditas bawang
merah. Potensi Pengembangan Bawang Merah di
Kab. Kampar antara lain :
1. Masih banyak lahan tidur belum
tergarap/termanfaatkan
2. Bawang merah merupakan komoditas unggul
yang memiliki nilai ekonomi tinggi
3. Dukungan Pemerintah Daerah terhadap
pengembangan tanaman bawang merah sangat
besar melalui kebijakan:
a. Adanya Demarea seluas 110 Ha yang didanai
dari APBD berupa bantuan bibit dan saprodi.
b. Demarea 25 Ha yang didanai APBN berupa
bantuan saprodi dan bibit (dana bergulir).
c. Kerja sama Bank Bukopin, Dewan Bawang
Nasional dan Pemkab Kampar.
d. Memagangkan satu orang di Pusat Pelatihan
Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S).
Setelah lulus dapat menggunakan sertifikat
lulus untuk meminjam dana dari Bank BPR
Sari Madu.
Laporan Tahunan 2015
14 | P a g e
Sementara permasalahan yang ada di
Kabupaten Kampar yang menyangkut pengembangan
komoditas bawang merah antara lain :
a. Tanah
- Kesuburan tanah masih rendah (tanah
gambut dan asam)
- Pestisida dan pupuk mahal
- Pupuk kimia terkadang tidak tersedia
pada waktunya
b. Tanaman
- Harga bawang murah
- Benih unggul tidak tersedia
- Serangan OPT tinggi
- Harga pupuk dan pestisida kimia tinggi
c. Tenaga Kerja
- Tenaga kerja kurang tersedia
- Upah tenaga kerja mahal
d. Permodalan
- Kekurangan modal
- Tidak adanya relasi yang ke lembaga
permodalan
e. Kelembagaan
- Belum maksimalnya kelembagaan di
dalam kelompok, banyak program kerja
kelompok yang tidak jalan
- Lembaga permodalan masih enggan
memberikan modal di sektor tanaman
sayuran
f. Teknologi
- Pengetahuan petani tentang budidaya
bawang merah masih rendah
- Pengeringan bawang dan penyimpanan
masih tradisional
g. Manajemen Usaha
Umumnya petani tidak menata/
merencanakan usaha agribisnisnya dengan
baik terutama dalam hal keuangan
h. Infrastruktur
Sistem pengairan kurang baik terutama pada
musim kemarau
Untuk menjawab permasalahan tersebut kondisi
yang diinginkan antara lain :
a. Tersedianya penangkar benih berkelanjutan.
b. Penerapan teknologi tinggi pada budidaya
bawang merah.
c. Terintegrasinya antara peternakan dengan
petani bawang merah untuk memperoleh
pupuk organik yang dapat mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk kimia.
d. Optimalisasi penggunaan pestisida nabati
maupun bio pestisida yang ramah lingkungan
untuk mengurangi ketergantungan
penggunaan pestisida kimia yang mahal dan
berbahaya terhadap kesehatan.
e. Tersedianya permodalan oleh lembaga
permodalan (Bank BPR Sari Madu, Bukopin,
PUAP dan lain-lain).
f. Optimalisasi penggunaan alsintan dalam
budidaya bawang merah untuk mengurangi
penggunaan tenaga kerja.
Untuk perbenihan jeruk di Kabupaten Kampar,
terdapat di 2 (dua) lokasi antara lain Kecamatan
Tambang dan Kecamatan Kuok. Potensi Kabupaten
Kampar sebagai penghasil benih jeruk adalah sebagai
berikut:
a. Kabupaten Kampar memiliki 27 kelompok
penangkar bibit dengan total 200 anggota
penangkar atau plasma.
b. Produksi benih mencapai > 5 juta per tahun.
Permasalahan yang dijumpai adalah:
a. Hanya sebagian kecil yang berlabel.
b. BPMT yang ada tidak mampu memenuhi
kebutuhan mata tempel.
c. Masih banyak penangkar liar yang belum
mau memproduksi benih yang berlabel.
B. Kegiatan Pendampingan Kawasan Peternakan
(Program Swasembada Daging Sapi, PSDS)Provinsi Riau
1. Latar Belakang
Lambannya perkembangan populasi ternak sapi
di Provinsi Riau disebabkan berbagai faktor. Sebagian
besar peternak memelihara sapi sebagai kegiatan
sampingan dengan usaha pokok bercocok tanam padi
Laporan Tahunan 2015
15 | P a g e
atau pekebun kelapa sawit, karet, kelapa dsb.
Akibatnya pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan
tidak berjalan optimal. Peternak memberikan pakan
seadanya, berupa rumput alam, ada yang disabitkan,
diangonkan atau gabungan kedua nya, tanpa
memberikan pakan konsentrat. Rendahnya kualitas
rumput alam yang diberikan dan bervariasinya cara
dan jumlah yang diberikan menyebabkan lambannya
pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi. Hal ini
ditandai oleh lambatnya perkembangan populasi
dari tahun ketahun. Selain itu pertambahan berat
badan harian (PBBH) yang dicapai masih berkisar 0,2
– 0,3 kg/ekor/hari, bahkan masih banyak yang
dibawah 0,2 kg/ekor/hari.
Populasi sapi pada tahun 2008 sebanyak
161.202 ekor, pada tahun 2009 dan 2010 menjadi
172.394 dan 180.612, pada tahun 2011 turun
menjadi 164.707 ekor.Tahun 2012 naik menjadi
189.060, kemudian turun lagi menjadi 175.431 pada
tahun 2014. Sampai saat ini kebutuhan daging baru
terpenuhi 40 %. Untuk memenuhi kekurangannya,
60% harus didatangkan dari provinsi tetangga dan
provinsi lainnya, bahkan diimpor dari luar negeri.
Disayangkan sekali pemotongan yang tinggi kadang-
kadang termasuk pula ternak sapi betina produktif
yang seyogianya dapat dijadikan induk untuk memacu
perkembangan populasi di masa yang akan datang.
Jumlah produksi daging sapi dari tahun 2008 sampai
dengan 2011 berturut-turut adalah 7.655.407 kg,
7.639.840 kg, 7.478.418 kg, dan 8.773.682 kg.
Melalui program PSDS, seyogianya Provinsi Riau
lebih mengarahkan kegiatan kepada pemanfaatan
pakan berkualitas dari berbagai sumber. Bukan pula
berarti bahwa dengan mengkatrol faktor pakan
semuanya akan selesai. Tetapi setidaknya faktor
pakan yang diprioritas, sementara faktor lainnya
bibit, reproduksi, kesehatan ternak, kandang dan
lainnya sambil berjalan tetap dibenahi secara pelan
dan terarah.
Tujuan
1. Melaksanakan berbagai bentuk pendampingan
untuk mendukung kegiatan PSDS di berbagai
lokasi kabupaten/kota di Provinsi Riau sesuai
dengan ketersediaan anggaran.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan kandang.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
pakan lokal (hijauan dan konsentrat).
4. Memanfaatkan kotoran ternak dan urine untuk
pupuk organik padat dan cair.
5. Melatih peternak membuat garam mineral dan
pengolahan pakan ternak.
6. Mengaktifkan peranan kelompok ternak.
7. Melengkapi buku-buku yang diperlukan
sebagaimana layaknya suatu kelom pok tani dan
membimbing cara membuat dan
memanfaatkannya.
Keluaran
Terlaksananya berbagai bentuk pendampingan
untuk mendukung kegiatan PSDSK di berbagai lokasi
kabupaten/kota di Provinsi Riau sesuai dengan
ketersediaan anggaran. Luaran yang diharapkan dari
kegiatan pendampingan adalah :
1. Optimalnya pemanfaatan kandang.
2. Termanfaatkannya sumberdaya pakan lokal.
3. Termanfaatkannya kotoran ternak untuk pupuk
organik padat dan cair.
4. Terlatihnya peternak membuat garam mineral
dan mengolah pakan ternak.
5. Kelompok ternak berperan secara aktif.
6. Terlengkapi dan termanfaatkan dengan baik
buku – buku kelompok tani.
Manfaat
1. Kandang berfungsi dengan baik.
2. Pemberian pakan lebih efisien dan efektif.
3. Kotoran terolah dan kebersihan lingkungan
terjaga dengan baik.
4. Terpenuhinya kebutuhan mineral dan pakan
ternak dengan baik.
5. Semua anggota kelompok tani berperan dengan
aktif.
6. Semua kegiatan kelompok terdata dengan baik.
Dampak
1. Kebersihan lingkungan dan kesehatan ternak
lebih terkendali.
2. Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan
ternak sapi.
3. Terciptanya sumber pendapatan baru untuk
meningkatkan pendapatan peternak.
4. Semua kegiatan terdata dengan baik dan mudah
ditelusuri kapan diperlukan.
5. Meningkatnya kesejahteraan peternak.
Laporan Tahunan 2015
16 | P a g e
2. Metodologi
Lokasi dan waktu
Kegiatan pendampingan PSDS tahun 2015
dilaksanakan di 2 (dua) desa dan 2 (dua) kelompok
tani. Di Desa Indrapuri, kelompok tani “Puja Kesuma”
dan di Desa Gading Sari, Kelompok Tani “Gading
Jaya”. Kedua desa tersebut berada di wilayah
Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Kegiatan ini
berlangsung selama satu tahun anggaran.
Prosedur
Pelaksanaan kegiatan dilakukan koordinasi
dengan dinas Peternakan dan kesehatan hewan
tingkat Provinsi dan Dinas Peternakan atau pelaksana
fungsi Dinas Peternakan Kabupaten, Sekretariat
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan Provinsi Riau, Badan Pelaksana
Penyuluhan Ting kat Kabupaten, dan dinas/instansi
terkait lainnya. Terutama dengan dinas Peter nakan
Kabupaten sentra produksi sapi. Ada enam
Kabupaten sentra produksi ternak sapi di Provinsi
Riau yaitu Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi, dan
Kabupaten Siak. Kegiatan pendampingan di
kabupaten diarahkan kepada peternak yang telah
memiliki kelompok, terutama peternak yang
memperoleh bantuan sapi dari pemerintah.
3. Hasil kegiatan
Secara umum kandang yang dimiliki kedua
kelompok bervariasi dari yang sederhana dan semi
permanen dengan sistem kandang komunal.
Pemanfaatan kandang cukup baik dan kebersihan
kandang cukup terkendali.
Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal telah
mulai diikuti oleh peternak walaupun belum secara
optimal karena masih adanya keraguan dari peternak
tampilan daun dan pelepah sawit yang sudah dicacah,
tetapi masih ada potongan lidi yang dikhawatirkan
akan mengganggu usus sapi yang memakannya.
Demikian juga dengan solid sebagai bahan pakan
konsentrat, peternak sudah memulai
memanfaatkannya.
Tentang kotoran ternak baik faeses maupun
urine, sebagian besar peternak telah mengolahnya
menjadi pupuk organik padat dan organik cair. Pada
saat sekarang hasilnya masih digunakan untuk
memenuhi kebutuhan anggota kelompok sendiri. Bila
produksinya ditingkatkan, dapat dijual dan hasilnya
dapat dijadikan sebagai pemupukan modal
kelompok. Sebagai tambahan pengetahuan dan
wawasan peternak juga diberikan tambahan tentang
pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik
cair dan organik padat dari berbagai bentuk.
Peternak anggota kedua kelompok tani baik
”Puja Kesuma” maupun ”Gading Jaya” telah
dilatih/diajarkan membuat garam mineral dan
mengolah pakan ternak ( fermentasi, molases, dan
pengawetan kering/Hay).
Untuk mengaktifkan semua anggota kelompok,
kepada anggota telah disampaikan materi tentang
peranan kelompok tani dalam mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan peternakan.
Sebagaimana layaknya, suatu kelompok tani
harus memiliki kelengkapan administrasi sebagai
suatu aset yang dapat berbicara kapanpun, sekalipun
anggota telah lupa dengan kegiatan masa lalu, tetapi
catatannya ada dan terpelihara dengan baik. Maka
untuk anggota kelompok telah disampaikan materi
tentang berbagai jenis buku yang harus dimiliki dan
tata cara mengisi dan menggunakannya.
C. Pendampingan Pengembangan Kawasan
Pertanian Nasional Perkebunan (Kelapa Sawit)
1. Latar Belakang
Adanya kegiatan Pengembangan Kawasan
Pertanian Nasional Perkebunan khususnya komoditas
kelapa sawit di wilayah Kabupaten Indragiri Hulu,
diawali dengan adanya faktor-faktor seperti berikut:
(a) produktivitas TBS yang masih rendah yaitu 12 – 16
ton/ha/tahun, dengan potensi sekitar 30 ton; (b)
belum menggunakan bibit unggul (bibit asalan); (c)
teknologi budidaya yang terbatas; (d) terbatasnya
modal usaha; (e) kurangnya pengelolaan kebun.
Peluang
1. Perkebunan rakyat (53,35%).
2. Peningkatan Produktivitas sebesar 20 %
menjadi 16 – 20 ton/ha/th.
3. Menggunakan bibit unggul.
4. Teknologi Pemupukan (anorganik + organik).
5. Meningkatkan Pemeliharaan tanaman.
6. Meningkatkan modal usahatani.
Laporan Tahunan 2015
17 | P a g e
Tujuan
Jangka Pendek :
1. Melaksanakan pendampingan dan
pembinaan usahatani kelapa sawit di
kawasan perkebunan kelapa sawit rakyat.
2. Mendapatkan paket teknologi usahatani
kelapa sawit yang efisien.
3. Meningkatan produktivitas kelapa sawit.
Jangka Panjang :
1. Meningkatkan produktivitas kelapa sawit >
20 % pada perkebunan kelapa sawit rakyat.
2. Meningkatkan pendapatan petani kelapa
sawit.
Keluaran
1. Terlaksananya pendampingan dan
pembinaan usahatani kelapa sawit di
kawasan perkebunan kelapa sawit rakyat
Provinsi Riau.
2. Diperoleh komponen teknologi usahatani
kelapa sawit yang efisien.
3. Diperoleh peningkatan produksi kelapa sawit
> 20 % dari rata-rata produksi sebelumnya.
Manfaat
1. Meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan para petani kelapa sawit rakyat
di Provinsi Riau.
2. Sebagai acuan penerapan teknologi
budidaya kelapa sawit rakyat.
3. Meningkatnya produksi dan pendapatan
petani kelapa sawit.
Dampak
1. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan
petani kelapa sawit.
2. Meningkatnya produktivitas usahatani
kelapa sawit dan kesejahteraan petani.
2. Metodologi
Waktu dan tempat
Kegiatan dilaksanakan pada agroekosistem
lahan kering di Desa Bukit Meranti, Kecamatan
Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, pada periode
Januari – Desember 2015.
Persiapan
1. Koordinasi pelaksanaan pendampingan kepada
dinas/instansi terkait di provinsi dan kabupaten.
2. Melakukan pendampingan demplotPaket
teknologi budidaya kelapa sawit sebanyak 2
(dua) unit.
3. Melaksanakan temu lapang teknologi usahatani
kelapa sawit di kawasan perkebunan rakyat.
Data yang dikumpulkan
1. Keragaan tanaman.
2. Data usahatani perkebunan kelapa sawit.
Metode Analisis
1. keragaan tanaman dianalisis menggunakan
tabulasi dan rata-rata hasil.
2. analisis usahatani menggunakan B/C Ratio.
Kesimpulan
1. Sebagian besar petani kelapa sawit rakyat di
Desa Bukit Meranti tidak menggunakan benih
unggul bersertifikat.
2. Pada tipologi lahan datar Patek Intro 1
menghasilkan produksi lebih tinggi dibanding
Patek Intro 2 dan 3 (perbaikan cara petani).
3. Rerata produksi Patek Intro 1 sebesar 2.016
kg/ha/bln, diikuti Patek Intro 2 sebesar 1.665, 3
kg dan Patek Intro 3 sebesar 1.626 kg.
4. Pada tipologi lahan bergelombang Patek Intro 1
menghasilkan produksi lebih tinggi dibanding
Patek Intro 2 dan 3 (perbaikan cara petani).
Rerata produksi Patek Intro 1 sebesar 1.117,09
kg/ha/bln, diikuti Pateknologi Intro 2 sebesar
1.017, 27 kg dan Patek Intro 3 sebesar 885,82
kg.
5. Rerata pendapatan dan nilai B/C ratio pada
tipologi lahan datar 1,49 lebih tinggi dibanding
tipologi lahan bergelombang 0,69.
D. Inventarisasi, Identifikasi, Karakterisasi Dan
Koleksi Sumber Daya Genetik (SDG) Di Provinsi
Riau
1. Latar Belakang
Sumber Daya Genetik (SDG) tanaman untuk
pangan dan pertanian merupakan bahan yang dapat
dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung
untuk mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan
Laporan Tahunan 2015
18 | P a g e
langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung
untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan
perbaikan tanaman melalui pemuliaan. Bagi SDG
tanaman yang memiliki keunikan secara geografis,
maka dapat dilindungi untuk memperoleh hak
perlindungan Indikasi Geografis. Pemanfaatan SDG
secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan
keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di
dalam SDG tanaman untuk merakit varietas unggul
baru melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Hampir setiap kabupaten di Provinsi Riau
menyimpan keragaman sumberdaya genetik yang
berlimpah dan masih terpelihara kemurniannya
secara turun temurun. Keragaman plasma nutfah
tersebut hingga saat ini belum banyak mendapat
perhatian, baik terhadap upaya memurnikan,
mendaftarkan dan memanfaatkan sebagai sumber
tetua dalam program pemuliaan.Padahal diketahui
plasma nutfah memainkan peranan penting sebagai
sumber genetik dan modal utama pembentukan
varietas unggul baru. Plasma nutfah memiliki dan
menyimpan gen-gen penting yang tidak ditemukan
pada varietas unggul. Tanpa plasma nutfah, kita tidak
dapat memuliakan tanaman, membentuk kultivar/ras
baru. Oleh karena itu plasma nutfah harus dikelola
secara tepat sehingga dari plasma nutfah tersebut
pemuliadapat mengembangkan kultivar-kultivar
unggul. Plasma nutfah harus dikonservasi karena
plasma nutfah sering mengalami erosi genetik yang
mengakibatkan jumlah plasma nutfah semakin
menurun.
Dari hasil kegiatan inventarisasi plasma nutfah
yang telah dilakukan BPTP Riau, diketahui Riau
mempunyai inventaris plasma nutfah, baik plasma
nutfah tanaman pangan, buah-buahan, obat-obatan,
kayu-kayuan, ternak dan ikan yang cukup banyak
jenisnya, namun baru dilaksanakan di dua kabupaten
yaitu Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu. Untuk itu
diperlukan kegiatan identifikasi dan karakterisasi
plasma nutfah tanaman pertanian di kabupaten
lainnya, sehingga diperoleh informasi kekayaan dan
keaneragaman plasma nutfah tanaman pertanian di
Provinsi Riau, baik jumlah, jenis, sifat morfologi,
fisiologi, dll, sehingga tersusun informasi dalam
bentuk database yang dapat dimanfaatkan baik untuk
program pemuliaan maupun upaya meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani.
Pada tahun 2013 telah dilakukan inventarisasi
plasma nutfah yang ada di pekarangan dan luar
pekarangan pada 2 (dua) kabupaten, yaitu :
Kabupaten Rokan Hulu dan Pelalawan. Pada tahun
2014 kegiatan inventarisasi plasma nutfah
dilaksanakan di 5 (lima) kabupaten, yaitu Kabupaten
Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Kuansing dan
Kodya Dumai. Selain itu juga telah dilakukan
pengaktifan kembali dan revitalisasi pengurus Komda
Plasma Nutfah Provinsi Riau.
Tujuan
Tujuan Tahun 2015
1. Melakukan karakterisasi SDG tanaman prioritas
hasil inventarisasi SDG yang telah dilaksanakan
tahun 2013
2. Memfasilitasi dan menginisiasi revitalisasi KOMDA
SDG Provinsi Riau
3. Memperoleh data base SDG tanaman di Provinsi
Riau
Tujuan Jangka Panjang
Secara umum penelitian/pengkajian ini bertujuan
untuk membangun sistem informasi sumberdaya
genetik tanaman lokal Riau yang dapat dimanfaatkan
dalam bidang pemuliaan tanaman.
Keluaran
Keluaran Tahun 2015
1. Data karakterisasi SDG tanaman prioritas hasil
inventarisasi SDG yang telah dilaksanakan tahun
2013 dan 2014
2. Terevitalisasi KOMDA SDG Provinsi Riau
3. Data base SDG tanaman di Provinsi Riau
Keluaran Jangka Panjang
Terbangunnya sistem informasi sumberdaya
genetik tanaman di Provinsi Riau yang dapat
dimanfaatkan dalam bidang pemuliaan tanaman.
Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat langsung yang akan diperoleh dari
kegiatan ini adalah diketahuinya kekayaan plasma
nutfah tanaman lokal baik jumlah, jenis, sifat morfologi
dan potensinya secara agronomi yang tersusun dalam
sistem database, sehingga menjadi suatu sistem
informasi SDG tanaman, yang mempermudah dalam
pelestarian dan pemanfaatannya.
Laporan Tahunan 2015
19 | P a g e
Manfaat dari kajian/penelitian terhadap bidang
pemuliaan tanaman adalah sebagai sumber genetik
untuk perakitan varietas dengan berbagai keunggulan
yang dimiliki plasma nutfah tanaman di Provinsi Riau.
Manfaat lain dari kajian ini adalah membantu
petani dalam menjaga keberadaan tanaman lokal
secara in-situ serta mengkonservasinya secara ex-situ.
Bagi dinas-dinas lingkup pertanian diharapkan
bermanfaat sebagai bahan penyusunan kebijakan
pelestarian SDG dan lingkungan. Bagi pelaksana
pengkajian selain dapat diperoleh nilai tambah dari
kegiatan berupa publikasi ilmiah, yang diupayakan
dapat dihasilkan sebanyak 1-2 publikasi pada jurnal-
jurnal nasional yang terakreditasi, juga turut
berkontribusi dalam pelestarian alam dan lingkungan.
hasil kegiatan identifikasi dan karakterisasi plasma
nutfah di Riau akan berdampak pada terpeliharanya
kemurnian plasma nutfah tanaman lokal Riau dan
tersebarnya informasi kekayaan SDG tanaman lokal
Riau, meningkatnya jumlah petani, masyarakat umum
dan stakeholder terkait yang dapat memanfaatkan
plasma nutfah tanaman baik langsung maupun tidak,
khususnya untuk kepentingan kemajuan pembangunan
pertanian di tanah air.
2. Metodologi
Waktu dan Lokasi Pengkajian
Karakterisasi dan evaluasi sumberdaya genetik
yang telah diidentifikasi pada tahun 2013 dan 2014
dilakukan secara in-situ maupun ex-situ. Kegiatan
dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan
Desember 2015.
Karakterisasi SDG Tanaman Padi Lokal, Karakterisasi
SDG Tenak Sapi Kuantan dan Karakterisasi SDG
Kerbau Kuntu
Karakterisasi SDG Tanaman padi dan Ternak
dilakukan dengan mengidentifikasi/mengamati secara
visual, meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif.
Revitalisasi KOMDA SDG Provinsi Riau
KOMDA Plasma Nutfah yang telah ada
direvitalisasi melalui koordinasi dengan pemerintah
daerah dan pihak lain yang terkait
3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
1. Karakterisasi Padi Lokal
Pada tahun 2013 – 2014, BPTP Riau bekerjasama
dengan BB Padi Sukamandi telah
melakukaninventarisasi padi lokal pada 8 (delapan)
kabupaten di Provinsi Riau, yaitu Kabupaten Indragiri
Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Pelalawan, Kampar,
Kuansing, Bengkalis dan Kota Dumai. Dari hasil
inventarisasi tersebut diperoleh 108 aksesi padi lokal
Provinsi Riau. Pada saat inventarisasi di lapangan,
pertanaman padi sudah tidak ada, sehingga
karakterisasi tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu
pada tahun 2015 dilakukan penanaman di lapangan.
Karakterisasi padi lokal dilaksanakan di BBI
Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Riau. Pada tahu 2015,
karakterisasi dilakukan pada 51 varietas padi dengan
rincian padi sawah 31 varietas, padi pasang surut 8
varietas dan padi rawa lebak 12 varietas.
Penanaman baru dapat dilakukan pada bulan
Juni 2015, karena musim kemarau yang panjang.
Penanaman dilakukan pada lahan milik Balai Benih
Induk Provinsi Riau. Pengolahan tanah dilakukan pada
awal bulan Juli 2015. Pada saat yang bersamaan juga
dilakukan perendaman benih. Karena penanganan
benih kurang baik, maka daya tumbuhnya sangat
menurun, sehingga benih-benih padi tersebut tidak
berkecambah. Benih-benih padi tersebut diperoleh
kembali dari BB Padi, tetapi jumlahnya hanya 51
aksesi.
Persemaian varietas ini dilakukan pada tanggal
21 Agustus 2015 dan tanam dilaksanakan pada
tanggal 12 September 2015. Pengamatan yang sudah
dilaksanakan sampai tanggal 17 November 2015
meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, warna
pangkal batang, warna telinga daun dan warna lidah
daun.
Pada minggu III bulan Agustus 2015 dilakukan
perendaman benih dan persemaian. Persemaian
dilakukan pada ember plastik dan dipindahkan ke
lapangan pada umur 22 hari setelah semai.
Penanaman dilakukan pada minggu II bulan
September 2015.
Kondisi cuaca yang tidak mendukung (kabut
asap yang menyebabkan tanaman kurang
memperoleh cahaya matahari, musim kemarau yang
panjang menyebabkan tanaman mengalami
Laporan Tahunan 2015
20 | P a g e
kekeringan) selama pertumbuhan tanaman padi,
menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal
serta serangan hama dan penyakit meningkat. Selain
itu di sekitar lahan tersebut tidak ada pertanaman
padi lain yang menyebabkan hama burung tidak bisa
dikendalikan, meskipun sudah dipasang jaring
burung. Oleh karena itu karakterisasi tidak dapat
dilakukan secara lengkap, maka untuk melengkapinya
pada tahun 2016 akan dilakukan penanaman ulang.
2. Karakterisasi Sapi Kuantan
Karakterisasi dilakukan di peternakan rakyat
yang merupakan sentra sapi kuantan di Kabupaten
Kuantan Singingi Provinsi Riau. Materi yang
digunakan adalah 30 ekor sapi betina yang berumur 2
– 6 tahun atau minimal yang sudah pernah beranak
satu kali. Indikator pengamatan melakukan
pengukuran pada bagian-bagian tubuh sapi meliputi :
Jumlah kelahiran, bobot badan, panjang badan, tinggi
gumba, tinggi belakang, dalam dada, lebar dada,
lingkar dada, canone bone,panjang kepala, lebar
kepala dan lebar pinggul. Peralatan yang digunakan
adalah timbangan ternak kapasitas 400kg, pita ukur
dan tongkat ukur satuan cm dengan skala 0,1 cm.
Gambar 7. Karakteristik Sapi kuantan Betina
3. Karakterisasi Kerbau Kuntu
Wilayah sebaran asli Kerbau Kuntu adalah di
wilayah Kuntu Darusalam, Kab Kampar. Wilayah sebar
Kerbau Kuntu saat ini meliputi dua Kabupaten yaitu
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi.
Tabel 14. Wilayah Sebar dan Perkiraan Populasi
Kerbau Kuntu di Kabupaten Kampar
No. SDG Ternak
Wilayah Sebar Perkiraan Populasi
(ekor)
1. Kerbau
Kuntu
Kecamatan Kampar
Kiri, seperti : Desa
Kuntu, Teluk Paman,
Padang Sawah,
Domo, Gema,
Tanjung Belit dan
Tanjung Belit Selatan.
6.000
Selain di wilayah Kampar, Kerbau Kuntu juga
sudah menyebar ke Kabupaten Kuantan Singingi.
Populasi Kerbau Kuntu yang ada di Kabupaten
Kuantan Singingi umumnya terpusat di Kecamatan
Muara Lembu.
Ukuran tubuh Kerbau Kuntu apabila
dibandingkan dengan ukuran tubuh kerbau lokal di
Indonesia yaitu di Sumut, Banten, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan
Jawa Tengah, hasil penelitian Anggraeni et al. (2011),
terlihat bahwa ukuran tinggi pundak Kerbau Kuntu
betina dan jantan lebih besar dibandingkan ukuran
tinggi pundak kerbau Simeleu (Kerbau Aceh), akan
tetapi lebih kecil dibandingkan ukuran tubuh populasi
kerbau lokal lainnya.
Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif
yang biasa digunakan sebagai kriteria dalam seleksi.
Warna kulit merupakan manifestasi antara satu atau
beberapa pasang gen. Variasi warna kulit kerbau
jantan dan betina dewasa pada Kerbau Kuntu adalah
abu-abu gelap dan abu-abu terang. Kepala berwarna
abu-abu gelap, memiliki satu garis kalung yang
membentuk setengah lingkaran. Ciri spesifik pada
Kerbau Kuntu adalah adanya gelang kaki warna
hitam.
Gambar 8. Ciri Spesifik Kerbau Kuntu
Laporan Tahunan 2015
21 | P a g e
3. Revitalisasi Komda SDG di Provinsi Riau
Komda SDG Provinsi Riau yang telah terbentuk
tahun 2006 mengalami mati suri. Komda yang
sebelumnya bernama Komda Plasma Nutfah ini
sifatnya hanya mengikuti kegiatan-kegiatan kongres
Nasional SDG hingga tahun 2010 dan akhirnya mati
suri. Revitalisasi Komda yang dilakukan saat ini
mengalami kendala antara lain pergantian Pejabat di
Lingkungan Pemerintahan Daerah Provinsi Riau
mengakibatkan struktur organisasi yang disusun
mengalami perubahan terus-menerus.
E. Penyusunan Peta Perwilayahan Komoditas
Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi (AEZ)
Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir
1. Latar Belakang
Data dan informasi mengenai komoditas yang
sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi
masyarakat sangat penting dalam perencanaan
pengkajian teknologi untuk pengembangan
komoditas unggulan yang sesuai dengan kemampuan
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
kelembagaan sehingga pengembangan komoditas
tersebut berkelanjutan (Sudaryanto dan Syafa’at,
2000). Dengan demikian jelas sekali bahwa informasi
dan data AEZ merupakan informasi dan data dasar
penting bagi perencanaan pengembangan sistem
usaha pertanian komoditas unggulan spesifik lokasi.
Penyusunan peta Agroecological Zone (AEZ)
untuk Provinsi Riau pada skala 1 : 250.000 telah
dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Riau dan dilanjutkan dengan penyusunan
peta pewilayahan komoditas skala 1:50.000 untuk
Kabupaten Rokan Hulu pada TA. 2013 dan Kabupaten
Kampar dan Siak pada Tahun 2014. Mengingat masih
cukup banyak kecamatan-kecamatan yang cukup
potensial di Provinsi Riau untuk pengembangan
pertanian, maka dirasa perlu untuk menyusun peta
AEZ untuk wilayah Kabupaten Pelalawan dan Rokan
Hilir.
Kabupaten Pelalawan dengan luas wilayah lebih
kurang 1.392.494,29 ha dengan jumlah penduduk
sekitar 367.724 jiwa terdiri dari 12 kecamatan,
mempunyai keadaan biofisik dan kondisi sosial
ekonomi dan budaya yang beranekaragam.
Sedangkan Kabupaten Rokan Hilir dengan luas
wilayah lebih kurang 8.881,59 ha dengan jumlah
penduduk 618.355 jiwa. Pada kondisi yang demikian
ini, diperlukan pendekatan yang spesifik lokasi.
Sistem usahatani dan teknologi spesifik lokasi akan
bersifat lebih efisien, terlanjutkan dan mempunyai
keunggulan komparatif apabila disesuaikan dengan
daya dukung lahan, tenaga kerja yang tersedia, modal
dan kemampuan manajemen petani. Agar sistem
usahatani dan teknologi spesifik lokasi tersebut dapat
diterapkan dan memberikan hasil yang lebih efisien,
terarah dan benar-benar sesuai dengan kondisi
Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir maka
diperlukan pewilayahan komoditas berdasarkan zona
agroekologi.
Keadaan iklim wilayah Kabupaten Pelalawan dan
Rokan Hilir tergolong basah, dengan distribusi curah
hujan yang merata sepanjang tahun. Kondisi iklim ini
sangat mendukung untuk pengembangan pertanian
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Kegiatan ini diawali dengan penyusunan peta satuan
lahan untuk kedua kabupaten ini dimana Kabupaten
Pelalawan dibagi atas 65 Satuan Peta Tanah (SPT)
dengan jenis tanah yang dominan Typic Haplosaprists
seluas 568.421 ha (43,94%) dan Kabupaten Rokan
Hilir dibagi atas 32 SPT dengan jenis tanah yang
dominan adalah Typic Haplosaprists seluas 232.080
ha (25,23%). Kegiatan dilanjutkan dengan verifikasi
lapangan untuk peta satuan lahan yang telah disusun.
Pewilayahan komoditas berdasarkan zona
agroekologi di Kabupaten Pelalawan dibagi dalam
beberapa kawasan sebagai berikut: (1)kawasan
pertanian lahan kering, budidaya tanaman
tahunan/perkebunan/kehutanan dan hortikultura, (2)
Kawasan pertanian lahan kering, tanaman
perkebunan, pangan dan hortikultura, (3) Kawasan
budidaya tanaman pangan, dan (4) Kawasan hutan
alami. Pewilayahan komoditas berdasarkan zona
agroekologi di Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai
berikut : (1) Kawasan pertanian lahan basah,
(2)Kawasan pertanian lahan kering, tanaman pangan
dan hortikultura, (3) Kawasan pertanian lahan kering,
tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura, dan
(4) Kawasan pertanian lahan kering, tanaman
perkebunan dan hortikultura, (5) Kawasan hutan
lahan basah dan pertanian terbatas.
Laporan Tahunan 2015
22 | P a g e
Tujuan
1. Melaksanakan identifikasi dan karakteristik
sumberdaya lahan di Kabupaten Pelalawan dan
Rokan Hilir Provinsi Riau.
2. Menyusun peta kesesuaian lahan dan peta
pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan
zona agroekologi skala 1 : 50.000 diabupaten
Pelalawan dan Rokan Hilir Provinsi Riau.
Keluaran
1. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan
dalam bentuk peta satuan lahan Kabupaten
Pelalawan dan Rokan Hilir Provinsi Riau.
2. Peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan
komoditas pertanian berdasarkan zona
agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten
Pelalawan dan Rokan Hilir Provinsi Riau.
2. Metodologi
Waktu dan Lokasi Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten
Pelalawan dan Rokan HilirProvinsi Riau dari Bulan
Januari sampai Desember 2015.
Prosedur Pengkajian
Prosedur penyusunan peta pewilayahan
komoditas pertanian secara lengkap mengikuti
prosedur seperti yang tercantum dalam "Petunjuk
Teknis Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas
Pertanian Berdasarkan AEZ pada Skala 1 : 50.000
(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian,
2013)”. Prosedur tersebut terdiri dari empat tahapan
kegiatan meliputi :
1. Penyiapan data
2. Penyiapan peralatan
3. Evaluasi lahan
4. Verifikasi lapangan
5. Penyusunan peta pewilayahan komoditas
Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Zona Agro
Ekologi
1. Kabupaten Pelalawan
Penyusunan Zona Agro Ekologi Kabupaten
Pelalawan, skala 1:50.000 didasarkan kesamaan
karakteristik sumberdaya lahan, yaitu: lereng,
fisiografi, drainase, dan rejim kelembaban tanah.
Kesamaan karakteristik sumberdaya lahan tersebut
mencerminkan sistem pertanian yang dianjurkan
dengan alternatif pengembangan komoditas
pertanian. Berdasarkan hasil analisis sumberdaya
lahan, Kabupaten Pelalawan dikelompokkan ke dalam
5 zona, yaitu Zona I, Zona II, Zona III, Zona IV, dan
Zona V.
Zona I
Zona ini merupakan wilayah yang
diperuntukkan sebagai kawasan hutan lindung
(hutan alami), mempunyai luas 94.845 ha atau
1,71%. Zona I menurunkan subzona I/Dj, yaitu
suatu subzona yang diperuntukan sebagai
kawasan hutan lindung dataran rendah
(ketinggian <700 m dpl), mempunyai rejim suhu
panas (isohyperthermic) dan rejim kelembaban
tanah lembab (udic).
Zona II
Zona II adalah wilayah yang diperuntukan
sebagai kawasan pertanian lahan kering,
budidaya tanaman
tahunan/perkebunan/kehutanan dan
hortikultura seluas 200.966 ha atau 19,0 %. Zona
II menurunkan subzona II/Deh-1 dan II/Deh-2,
yaitu subzona yang diperuntukan sebagai
kawasan budidaya tanaman tahunan/
perkebunan dan buah-buahan dataran rendah
(ketinggian <700 m dpl), rejim suhu panas
(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah
lembab (udic).
Zona III
Zona III merupakan wilayah yang
diperuntukan sebagai kawasan pertanian lahan
kering, tanaman perkebunan, pangan dan
hortikultura tanaman dengan luas 132.629 ha
atau 13,0%. Zona III menurunkan subzona
III/Defh-1 dan III/Defh-2, yaitu suatu subzona
yang diperuntukan sebagai kawasan budidaya
tanaman tahunan/perkebunan dan buah-buahan
dataran rendah (ketinggian <700 m dpl), rejim
suhu panas (isohyperthermic) dan rejim
kelembaban tanah lembab (udic).
Zona IV
Zona IV merupakan kawasan budidaya
tanaman pangan, luas 315.985 ha atau 29,52%.
Di Kabupaten Kampar zona IV ini terdiri atas:
subzona IV/Wrfh, IV/Dfh-1 dan IV/Dfh-2.
Laporan Tahunan 2015
23 | P a g e
Subzona IV/Wrfh merupakan kawasan
pertanian lahan basah (sawah), mempunyai rejim
suhu panas (isohyperthermic) dan rejim
kelembaban tanah basah (aquic). Subzona
IV/Wrfh mempunyai penyebaran seluas 86.718
ha atau 8,10%.
Subzona IV/Dfh merupakan kawasan
pertanian lahan kering, tanaman pangan dan
hortikultura seluas 229.267 ha atau 21,42 %. Di
Kabupaten Kampar, zona IV ini menurunkan
subzona IV/Dfh-1 dan IV/Dfh-2 yang merupakan
kawasan budidaya tanaman pangan lahan kering
dataran rendah dan tanaman hortikultura
sayuran, mempunyai rejim suhu panas
(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah
lembab (udic).
Zona V
Zona V merupakan wilayah yang tanahnya
terdiri dari hutan alami dan kelapa sawit seluas
137.766 ha atau 12.87%. Zona V menurunkan
subzona V/Wje, yaitu suatu subzona yang
diperuntukan kawasan budidaya tanaman
pangan lahan basah (sawah) dan tanaman
hortikultura sayuran dataran rendah (ketinggian
<700 m dpl), rejim suhu panas (isohyperthermic)
dan rejim kelembaban tanah lembab (udic).
2. Kabupaten Rokan Hilir
Penyusunan Zona Agro Ekologi Kabupaten
Rokan Hilir, skala 1:50.000 didasarkan kesamaan
karakteristik sumberdaya lahan, yaitu: lereng,
fisiografi, drainase, dan rejim kelembaban tanah.
Kesamaan karakteristik sumberdaya lahan tersebut
mencerminkan sistem pertanian yang dianjurkan
dengan alternatif pengembangan komoditas
pertanian. Berdasarkan hasil analisis sumberdaya
lahan, Kabupaten Rokan Hilir dikelompokkan ke
dalam 4 zona, yaitu Zona II, Zona III, Zona IV, dan
Zona V.
Zona II
Zona II adalah wilayah yang diperuntukan
sebagai kawasan pertanian lahan kering,
tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura
seluas 4.003 ha atau 0,91 %. Zona II menurunkan
Subzona II/Deh yaitu subzona yang diperuntukan
sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan/
perkebunan dan buah-buahan dataran rendah
(ketinggian <700 m dpl), rejim suhu panas
(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah
lembab (udic).
Zona III
Zona III merupakan wilayah yang
diperuntukan sebagai kawasan pertanian lahan
kering, tanaman perkebunan, pangan dan
hortikultura tanaman dengan luas 51.552ha atau
5,58%. Zona III menurunkan subzona III/Defh
yaitu suatu subzona yang diperuntukan sebagai
kawasan budidaya tanaman
tahunan/perkebunan dan buah-buahan dataran
rendah (ketinggian <700 m dpl), rejim suhu panas
(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah
lembab (udic).
Zona IV
Zona IV merupakan kawasan budidaya
tanaman pangan, luas 290.167 ha atau 36,92%.
Zona IV ini dibagi atas 2 (dua) sistem pertanian,
yaitu sistem pertanian lahan basah dan sistem
pertanian lahan kering, tanaman pangan dan
hortikultura.
a. Pertanian Lahan Basah
Zona IV pada kawasan pertanian lahan basah
menurunkan 2 (dua) subzona yaitu subzona
IV/Wrh dan IV/Wrfh. Subzona IV/Wrh rejim
suhu panas (isohyperthermic) dan rejim
kelembaban tanah basah (aquic) mempunyai
penyebaran seluas 15.703 ha atau 2,00%.
Subzona IV/Wrfh, mempunyai rejim suhu
panas (isohyperthermic) dan rejim
kelembaban tanah basah (aquic) mempunyai
penyebaran seluas 35.047 ha atau 4,47%.
b. Pertanian lahan kering, tanaman pangan dan
hortikultura
Zona IV pada kawasan pertanian lahan
kering, tanaman pangan dan hortikultura
menurunkan 2 (dua) subzona yaitu subzona
IV/Dfh-1 dan subzona IV/Dfh-2. Subzona
IV/Dfh-1 seluas 130.470 ha atau 16,65 %
sedangkan subzona IV/Dfh-2 seluas 108.947
ha atau 13,90%.
Zona V
Zona V merupakan wilayah yang tanahnya
terdiri dari hutan alami dan kelapa sawit Zona V
menurunkan 2 (dua) subzona yaitu subzona
Laporan Tahunan 2015
24 | P a g e
V/Wje seluas 417.256 ha (53,24%) dan subzona
V/Wj seluas 10.279 ha (1,31%). Zona ini
diperuntukan hutan lahan basah dan pertanian
terbatas dataran rendah (ketinggian <700 m dpl),
rejim suhu panas (isohyperthermic) dan rejim
kelembaban tanah lembab (udic).
F. Pendampingan Kalender Tanaman Terpadu di
Provinsi Riau
1. Latar Belakang
Perubahan iklim global yang berimbas terhadap
pola hujan menjadi kendala bagi Program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan
Program Peningkatan Produksi Palawija terutama
jagung dan kedelai. Salah satu implikasi dari
perubahan iklim adalah pergeseran awal dan akhir
musim tanam yang berdampak negatif terhadap pola
tanam dan produktivitas tanaman, khususnya
tanaman semusim.
Untuk memandu petani dalam menyesuaikan
waktu dan pola tanam, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah menyusun peta
kalender tanam. Peta ini menggambarkan potensi
pola tanam dan waktu tanam tanaman semusim,
terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika
sumber daya iklim dan air. Peta ini secara khusus
disusun untuk keperluan program ketahanan pangan.
Peta kalender tanam diharapkan juga menjadi salah
satu informasi yang operasional dalam menghadapi
anomali dan perubahan iklim.
Kekeringan pada musim hujan menyebabkan
tanaman kekeringan sebelum sempat tumbuh. Pada
beberapa kasus, akibat fenomena tersebut terjadi
perkembangan hama dan penyakit yang
menyebabkan tanaman tidak jarang mengalami gagal
panen. Perubahan pola curah hujan tersebut harus
menjadi perhatian dalam mengatur waktu dan pola
tanam untuk menjaga kesinambungan produksi
pertanian menuju kemandirian pangan nasional.
Untuk mengantisipasi perubahan iklim yang
tidak menentu dan tidak mudah diprediksi, maka
peta katam tidak hanya disusun berdasarkan kondisi
periode tanam yang dilakukan oleh petani saat ini,
tetapi juga disusun berdasarkan tiga kejadian iklim
yaitu Tahun Basah (TB), Tahun Normal (TN), dan
Tahun Kering (TK). Dengan demikian kalender dan
pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan
dengan masing-masing kondisi iklim tersebut.
Manfaat dan Sasaran
1. Menentukan waktu tanam setiap musim (MH,
MKI, dan MKII) berdasarkan kondisi iklim (La-
Nina, normal, atau El Nino).
2. Menentukan pola tanam secara spasial dan
tabular pada skala kecamatan.
3. Menentukan rotasi tanaman pada setiap
kecamatan berdasarkan potensi sumberdaya iklim
dan air.
4. Mendukung perencanaan tanam, khususnya
tanaman pangan.
5. Mengurangi kerugian petani sebagai akibat buruk
pergeseran musim.
Tujuan
1. Menentukan waktu tanam padi sawah
berdasarkan kondisi iklim.
2. Menetapkan strategi kebutuhan benih padi sawah
di Provinsi Riau.
3. Menetapkan strategi kebutuhan pupuk padi
sawah di Provinsi Riau.
4. Merencanakan budidaya & pengelolaan tanaman
untuk menghindari/mengurangi resiko perubahan
iklim.
5. Mensosialisasikan KATAM MH dan MK 2016 pada
seluruh kabupaten dan kecamatan Provinsi Riau.
Keluaran Yang Diharapkan
1. Waktu tanam padi sawah berdasarkan kondisi
iklim.
2. Kebutuhan benih padi sawah di Provinsi Riau.
3. Kebutuhan pupuk dalam bentuk Urea, SP-36 dan
KCl di Provinsi Riau.
4. Paket teknologi budidaya dan pengelolaan
tanaman untuk menghindari/mengurangi resiko
perubahan iklim.
5. Tersosialisasikannya KATAM MH dan MK 2016 di
Provinsi Riau.
Perkiraan Manfaat dan Dampak 1. Kalender Tanam Terpadu yang menjadi rujukan
bagi pengambil kebijakan dalam penyusunan
rencana pengelolaan pertanian tanaman pangan
ditingkat kecamatan.
Laporan Tahunan 2015
25 | P a g e
2. Meningkatnya produktifitas lahan dengan naiknya
intensitas tanam.
3. Meningkatnya produktifitas tanaman pangan di
provinsi Riau.
4. Meningkatnya efisiensi usahatani padi sawah di
provinsi Riau
5. Meningkatnya pendapatan petani pangan.
6. Terwujudnya usahatani tanaman padi sawah
berkelanjutan di provinsi Riau.
Pendekatan (Kerangka Pemikiran)
Kalender tanam ini memberikan informasi yang
lengkap bagi petani. Panduan operasional tersebut
ditetapkan pada level masyarakat dan kecamatan.
KATAM (kalender tanam) sebagai salah satu alat
penting dalam penyesuaian pola tanam tanaman
pangan dengan perubahan iklim, dapat
menyampaikan informasi tentang arah, strategi dan
kebijakan sektor pertanian terhadap perubahan iklim
berupa road map kepada pemangku kepentingan dan
pihak terkait. Selain itu juga dapat menyampaikan
pedoman umum adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim, beberapa petunjuk teknis yang berkaitan
dengan emisi gas rumah kaca dan pengelolaan lahan
gambut serta peta lahan gambut.
Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan meliputi verifikasi/validasi Katam pada
seluruh Kabupaten dan Kecamatan di Provinsi Riau
2. Metodologi
Waktu dan Lokasi Pengkajian
Pengkajian akan dilaksanakan pada seluruh
kabupaten dan kecamatan Provinsi Riau dari bulan
Januari 2015 sampai Desember 2016.
Prosedur Pengkajian
Mengembangkan sistem kalender tanam berisi
informasi iklim pertanian untuk antisipasi anomali
iklim, waktu dan luas tanam berdasarkan hasil
prediksi iklim near real, time(musim tanam kedepan),
rekomendasi dan kebutuhan pupuk, rekomendasi
varietas dan kebutuhan benih, peta digital wilayah
rawan banjir, kekeringan dan rawan OPT.
Tahapan Penyusunan Kalender Tanam
1. Inventarisasi data dan deliniasi kalender tanam.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal adalah
menginventasisasi data sumberdaya iklim,
terutama curah hujan, yang kemudian dianalisis
untuk menentukan karaktersitik curah hujan,
yaitu variabilitas iklim, potensi awal musim tanam
dan indeks pertanaman (IP). Komponen utama
deliniasi kalender tanam adalah curah hujan dan
ketersediaan air irigasi.
2. Pengolahan Data
Karaktersitik sumberdaya iklim masih merupakan
informasi per stasiun iklim, sehingga perlu
dispasialkan untuk mendapatkan informasi yang
utuh untuk seluruh wilayah. Spasialisasi dilakukan
berdasarkan tiga variabilitas iklim, yaitu tahun
basah, tahun normal dan tahun kering. Dari
masing-masing variabilitas iklim tersebut
dibuatkan dua layer zonasi digital, yaitu layer zona
agroklimat dan layer gabungan antara onset
potensial dan IP. Kedua layer digital tersebut
selanjutnya ditumpang tindihkan (overlay) untuk
mendapatkan sel kombinasi data yang memiliki
karakteristik iklim yang relatif homogen.
3. Analisis data dan Penyusunan Peta
Penyusunan peta kalender tanam dibuat
berdasarkan Sembilan belas onset potensial (19
zone). Untuk melengkapi peta kalender tanam
dibuat legenda yang memberikan informasi yang
terkandung dalam masing-masing kecamatan.
Informasi yang disajikan dalam legenda tersebut
adalah potensi kalender tanam dan rotasi tanam
selama setahun.
Keterangan: Kegiatan 1,2 dan 3 dilaksanakan oleh
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
bekerjasama dengan BMKG dan LAPAN.
4. Verifikasi Lapang
Verifikasi lapang diperlukan untuk mengevaluasi
hasil analisis. Hal ini penting untuk
membandingkan onset waktu tanam hasil analisis
dengan yang terjadi di lapang.
5. Pemantapan Peta Kalender Tanam
Perpaduan antara draft pola tanam dan hasil
verifikasi lapang diharapkan dapat memantapkan
peta kalender tanam yang dibuat. Teknologi
Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan dalam
Laporan Tahunan 2015
26 | P a g e
analisis dan penyelesaian informasi kalender
tanam secara spasial.
6. Sosialisasi Kalender Tanam
Sosialisasi kalender tanam mulai tingkat provinsi,
kabupaten, kecamatan dan penyuluh sampai
tingkat kecamatan untuk bisa disampaikan kepada
petani
Kegiatan 4,5,6 dilaksanakan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian.
3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Dari hasil penyusunan Kalender Tanam Terpadu
ditetapkan:
1. Bahwa musim Hujan 2015 (Tanam Oktober
sampai Maret) adalah September III (dekade
ketiga September) sampai dengan Januari II
(dekade kedua Januari). Sedangkan untuk Musim
Kemarau (Tanam April II sampai dengan Juni III.
Waktu tanam padi sawah berdasarkan kondisi
iklim pada seluruh kabupaten dan kecamatan
Provinsi Riau.
2. Kebutuhan benih padi sawah pada seluruh
kabupaten dan kecamatan Provinsi Riau.
3. Kebutuhan pupuk dalam bentuk Urea, SP-36 dan
KCl pada seluruh kabupaten dan kecamatan
Provinsi Riau.
4. Paket teknologi budidaya dan pengelolaan
tanaman untuk menghindari/ mengurangi resiko
perubahan iklim pada seluruh kabupaten dan
kecamatan Provinsi Riau.
5. Tersosialisasikannya KATAM MH dan MK 2016
pada seluruh kabupaten dan kecamatan Provinsi
Riau.
G. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)
1. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil
pertanian, khususnya tanaman padi adalah dengan
menerapkan sistem budidaya dengan memanfaatkan
teknologi terbaru. Salah satu teknologi yang sangat
berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan
kualitas produk pertanian adalah penggunaan
varietas unggul yang dirakit sesuai untuk tujuan
tersebut. Potensi varietas unggul dalam
meningkatkan produksi dan mutu dapat dilihat dari
karakter varietas unggul seperti daya hasil tinggi,
ketahanan terhadap hama dan penyakit utama, umur
genjah, kandungan khusus tertentu (pulen, pera,
kadar protein tinggi, dan lain-lain). Potensi ini akan
efektif dan memberikan dampak luas jika varietas-
varietas unggul yang telah dihasilkan diadopsi oleh
para petani melalui upaya diseminasi.
Provinsi Riau adalah suatu daerah yang memiliki
agroekosistem yang beragam. Potensi
pengembangan sawah masih terbuka lebar, baik
lahan sawah pasang surut, lahan gambut maupun
lahan rawa tadah hujan. Untuk meningkatkan
produksi beras di Provinsi Riau, tidak hanya
mengandalkan perluasan areal, namun juga harus
diimbangi dengan perbaikan teknologi.
Menggunakan benih yang unggul yang bermutu
adalah salah satu komponen teknologi yang berperan
besar dalam meningkatkan produktivitas. Peran BBI
dan BBU di Riau belumlah maksimal, sehingga
kebutuhan benih unggul di Provinsi Riau harus
didatangkan dari luar provinsi. Masalah yang sering
terjadi adalah benih yang didatangkan dari luar
provinsi tersebut terkadang tidak tepat jenisnya,
jumlah yang belum mencukupi dan juga waktunya
yang selalu terlambat dari jadwal yang ada. Dengan
demikian banyak petani kembali menggunakan
varietas lokal yang sudah lama turun temurun,
disamping produktivitasnya rendah umurnya juga
panjang.
Kehadiran UPBS di Provinsi Riau sedikitnya
sudah dapat memberikan harapan untuk membantu
penyebaran varietas unggul baru yang dibutuhkan
masyarakat, walaupun sampai saat ini perannya
belum berfungsi secara maksimal karena masih
terbatasnya sarana dan prasarana penunjang
kegiatan. Kekurangan demi kekurangan yang terjadi
akan kita benahi dengan terus melakukan evaluasi
terhadap kinerja UPBS yang sudah berlalu. Dengan
demikian peran UPBS kedepan sangat diharapkan
kiprahnya dalam membantu menumbuhkembangkan
varietas unggul baru dan secara bertahap berupaya
memperkecil ketergantungan benih dari daerah lain.
Tujuan
Tujuan Akhir
Mendapatkan benih sumber yang bermutu,
adaptif dan spesifik lokasi sebanyak 6 ton FS dan 34
ton SS sesuai dengan agroekosistem dan preferensi
petani.
Laporan Tahunan 2015
27 | P a g e
Tujuan Tahunan
1. Mempercepat pengembangan VUB yang mampu
meningkatkan produksi dan produktivitas.
2. Mewujudkan pengembangan sistem
perbenihan yang efisien dan berkelanjutan.
3. Melakukan pembinaan penangkar dan
memantapkan kelembagaan perbenihan daerah
untuk menjamin distribusi benih berjalan
dengan cepat dan tepat.
Keluaran
1. Tersedianya benih sumber yang adaptif dan
spesifik lokasi sebanyak 40 ton (Kelas FS 6 ton dan
SS 34 ton) sesuai dengan agroekosistem dan
preferensi petani.
2. Berkembangnya pengguna VUB yang sesuai
dengan preferensi konsumen.
3. Berkembangnya kelembagaan perbenihan di
daerah.
Manfaat
1. Petani dengan mudah mendapatkan benih dengan
harga yang terjangkau.
2. Jadwal tanam petani bisa lebih cepat karena jarak
dari ibu kota provinsi ke kabupaten tidak terlalu
jauh dibandingkan dengan jika pengadaannya di
provinsi.
3. Benih yang dihasilkan lebih adaptif dengan kondisi
lokal karena diproduksi di daerah yang
bersangkutan.
2. Metodologi
Waktu dan Lokasi
Waktu pelaksanaan kegiatan terkait dengan
musim tanam yang diarahkan pada sentra produksi
padi di Provinsi Riau yaitu bulan Maret 2015 hingga
Maret 2016. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)
BPTP Riau berlokasi di Kabupaten Siakdengan total
lokasi keseluruhan adalah 30 ha, dimana pada musim
tanam I dilaksanakan di Kecamatan Bungaraya seluas
17 ha, sedangkan musim tanam II dilaksanakan di 2
(dua)kecamatan seluas 13 ha(Kecamatan Sei Mandau
seluas 7 ha dan Kecamatan Bungaraya seluas 6 ha).
Waktu pelaksanaan dimulai dari Januari - Desember
2015.
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup pengelolaan benih
sumber BPTP Riau meliputi :
a) Perencanaan dan persiapan,
b) Koordinasi dan sosialisasi,
c) Memilih calon lokasi dan calon petani,
d) Pendaftaran kegiatan perbenihan ke UPT-PSBTPH,
e) Pelaksanaan lapang (pertanaman)
f) Prosesing (pengolahan benih),
g) Pengujian mutu benih,
h) pengemasan/pengepakan,
i) Penyimpanan benih, dan
j) distribusi benih sumber.
Untuk mendukung operasional kegiatan
perbenihan di lapangan berjalan dengan baik maka
diperlukan pedoman dan ketentuan yang mengacu
kepada sistem manajemen mutu dalam manajemen
produksi dan manajemen prosesing benih sumber.
Sedangkan hal yang berhubungan dengan informasi
ketersedian benih, UPBS menerapkan "Sistem
Informasi Benih Sumber" yang bisa di akses melalui:
http://www.bbp2tp.litbang.pertanian.go.id/upbs/ind
ex.php/desktop/stok.
Paket Teknologi yang Diintroduksikan
Beberapa paket teknologi yang diintroduksikan
meliputi:
a. Penggunaan varietas unggul baru,
b. Sistem tanam jajar legowo (4:1),
c. Pemupukan berdasarkan status hara tanah
menggunakan PUTS dan BWD,
d. Penggunaan pupuk organik dan pengapuran
(sesuai kondisi tanah)
e. Pelaksanaan roughing secara bertahap
berdasarkan fase pertumbuhan tanaman,
f. Pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai
konsep PHP,
g. Penanganan panen,
h. Pasca panen (prosesing benih),
i. Sortasi benih,
j. Uji mutu benih di laboratorium, dan
k. Pengemasan benih yang dihasilkan.
Pelaksanaan Kegiatan Lapang
1. Pertanaman
Jadwal tanam MT I di Kecamatan Bungaraya
pada Bulan Maret hingga Mei 2015, sedangkan pada
Laporan Tahunan 2015
28 | P a g e
MT II di Kecamatan Sei Mandau dan Bungaraya pada
bulan November dan Desember 2015.
Dari sebanyak 17 ha yang ditanam untuk
memproduksi benih, yang bisa dipanen hanya 16 ha
karena varietas Inpari 3 (SS) mengalami puso akibat
serangan tikus. Berbagai upaya telah dilakukan
dengan merusak sarangnya dan memberikan umpan
beracun, namun pada akhirnya kondisi tanaman yang
puso tidak bisa dihindari. Terjadinya puso tersebut
karena padi Inpari 3 (SS) milik UPBS merupakan
tanaman pertama yang ada disekitar wilayah
tersebut.
Tabel 15. Petani Kooperator, Luas Lahan dan Benih
yang Diproduksi UPBS
Gambar 9. Kondisi Pertanaman Perbenihan UPBS MT I
di Bungaraya pada Fase Pertumbuhan Vegetatif
Gambar 10. Panen Perdana Perbenihan UPBS di Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak
Gambar 11. Temu Lapang dan Penyerahan Benih UPBS secara Simbolis oleh Kepala BPTP Riau kepada Bupati Siak
untuk Mendukung UPSUS Pajale di Kabupaten Siak
2. Penanganan Pasca Panen
Hasil panen (calon benih) yang diperoleh dari
lapangan (bagi hasil dengan petani), diangkut ke
Pekanbaru untuk dilakukan proses penanganan
pascapanen. Proses awal penanganan benih adalah
dengan menjemur minimal 3 (tiga) hari (secara
normal matahari) dan sebagian dengan alat dryer (6-8
jam) sampai kadar air dibawah 12%, kemudian
dilakukan pembersihan dengan menggunakan alat
pembersih benih (seed cleaner).
3. Sertifikasi Benih
Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan setelah
benih dibersihkan dan dikeringkan mencapai kadar air
dibawah 12%, maka selanjutnya akan dilakukan
pengujian mutu benih melalui UPT PSBTPH. Sampel
benih diambil oleh petugas UPT PSBTPH langsung ke
gudang penyimpanan UPBS BPTP. Pada MT I hanya
ada 5(lima) varietas yang ditanam di Kecamatan
Bungaraya Kabupaten Siak yaitu: Logawa, Inpari 3,
Inpari 10, Inpari 30 dan Batang Piaman.
Laporan Tahunan 2015
29 | P a g e
Tabel 16. Produksi Benih UPBS BPTP Riau Tahun 2015
Musim Tanam (Lokasi)
Varietas Kelas Benih (Kg)
Jumlah (Kg)
FS SS
MT I Bungaraya
Inpari 3 550 0 550
Inpari 10 0 4.210 4.210
Inpari 30 675 5.065 5.740
Logawa 0 21.885 21.885
B.Piaman 0 2.840 2.840
MT II Bungaraya
Inpari 3 0 0 Proses Panen
Logawa 1650 0 1650
MT II Sei
Mandau
Inpari 6 0 0 Proses Panen
Inpari 33 830 0 830
Mekongga 0 0 Serangan Blas
B.Piaman 0 1760 1760
JUMLAH 3.705 35.760 39.465
4. Labelisasi Produksi Benih dan Pengemasan
Pengemasan benih dilakukan di gudang
prosesing benih UPBS di Pekanbaru terhadap benih
yang dinyatakan lulus hasil uji laboratorium UPT
PSBTPH. Benih yang lulus sertifikasi, diberi label dan
dicantumkan pada karung/kemasan benih sewaktu
pengepakan (packaging). Kantong yang digunakan
untuk pengemasan adalah kantong plastic yang
bervolume 5 kg dan 10 kg. Benih yang sudah di
packing /dikemas di simpang pada rak yang terbuat
dari kayu/papan disusun bertingkat. Benih disimpan
dalam ruangan dingin (ber AC).
Gambar 12. Benih yang disimpan pada rak penyimpanan
dalam ruangan ber- AC
5. Distribusi Benih Sumber
Produksi benih UPBS MT I tahun 2015 di
Kabupaten Siak seluas 17 ha, dihasilkan benih sumber
dengan berbagai tingkatan kelas sebanyak 35,225 ton
dengan rincian; Kelas FS : 1,225 ton, dan SS: 34,0 ton.
Jumlah benih yang yang dikuasai oleh petani
berkembang ditingkat petani, sedangkan benih yang
dikuasai UPBS menyebar ke berbagai kabupaten di
Provinsi Riau.
Tabel 17. Distribusi Benih Per Kabupaten 2015
6. Pembinaan Petani Penangkar di Daerah
Percepatan penggunaan varietas unggul baru,
tidak terlepas dari peran kelembagaan perbenihan
selaku pihak yang terkait dalam penyediaan dan
distribusi benih secara tepat kepada petani. BPTP
Riau sebagai instansi pusat dari Kementerian
Pertanian telah melakukan berbagai kegiatan dalam
upaya mempercepat diseminasi penggunaan varietas
unggul baru ditingkat petani. Kegiatan yang dilakukan
BPTP Riau antara lain melakukan pendampingan
teknologi inovasi melalui petak percontohan display
VUB ditingkat lapangan dan penyediakan benih
sumber VUB. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)
BPTP merupakan salah satu bagian dari sistem
kelembagaan perbenihan di daerah. Karenanya peran
UPBS dituntut untuk lebih dapat memacu gerak
penyediaan dan distribusi benih sumber VUB sampai
ke tingkat petani.
Laporan Tahunan 2015
30 | P a g e
Tabel 18.Kelompok Penangkar Binaan UPBS BPTP Riau sampai Tahun 2013-2015
No. Kelompok Penangkar
Alamat Keterangan
1 Harapan Baru
Betung, P. Kuras, Pelalawan
Tahun 2013
2 Ngudi Subur Rambah Samo, Rokan Hulu
Tahun 2013
3 Suka Maju Bungaraya, Siak
Tahun 2014
4 Indra Mulya Bungaraya, Siak
Tahun 2014
5 Harapan Maja Setia
Rambaan, Rokan Hulu
Tahun 2015
6 Pelayanan Bangun Purba, Rokan Hulu
Tahun 2015
7 Rambaan Menaming
Menaming, Rokan Hulu
Tahun 2015
8 Sawah Luwa Rokan IV Koto, Rokan Hulu
Tahun 2015
9 Rimba Sri Rezeki
Sei Mandau, Siak
Tahun 2015
Untuk meningkatkan kinerja kelembagaan
perbenihan daerah, UPBS BPTP Riau telah turut
menginisiasi peningkatan kapasitas kelembagaan
perbenihan melalui; singkronisasi dan sinergi antar
jejaring kelembagaan perbenihan yang ada di daerah
seperti BBI/BBU, BPSB, PT.Pertani, PT.Sang Hyang
Seri, Penangkar benih dan stakeholder lainnya seperti
pedagang dan perusahaan penggilingan padi yang
dilakukan secara periodik. Dari pertemuan yang
dilakukan dapat disusun rencana kerja yang berkaitan
dengan kegiatan perbenihan seperti luas areal tanam
untuk perbenihan, jadwal tanam, waktu penyediaan
benih, jumlah kebutuhan benih, jenis varietas dan
harga.
Masalah
Beberapa permasalahan yang dialami UPBS
BPTP Riau dalam memproduksi benih sumber antara
lain :
1. Terbatasnya sarana dan fasilitas yang diperlukan
dalam kegiatan produksi benih sumber ( tidak
tersedianya kebun percobaan, belum
memadainya gudang,kurangnya lantai jemur,
blower, dryer dan peralatan penunjang lainnya).
Daya listrik yang masih kurang menyebabkan
beberapa alat tidak bisa difungsikan seperti alat
packaging, AC sering mati sehingga ruangan
penyimpanan belum memenuhi standar ruangan
penyimpanan ideal yang diharapkan.
2. Kegiatan produksi benih dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti ; terjadinya perubahan iklim
dan cuaca yang tidak menentu fase pertumbuhan
tanaman sampai dengan panen dan pascapanen.
Pada MT I diawal penanaman, tanaman
mengalami kekeringan. Pada kegiatan MT II,
jadwal tanam menjadi tertunda sampai tiga bulan
akibat kemarau dan asap, kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap perolehan hasil baik
kuantitas maupun kualitas benih.
3. Masih rendahnya kinerja kelembagaan perbenihan
daerah dalam penyediaan dan distribusi benih
sampai ketingkat petani, sehingga dalam
memproduksi benih di Provinsi Riau belum
adanya perencanaan yang matang antar instansi
dan antar penangkar di masing-masing daerah.
Upaya Pemecahan
1. Pada TA 2015 telah diusulkan perluasan bangunan
gudang penyimpanan, melalui Belanja Modal
BPTP, dan usulan penambahan daya listrik
sehingga dalam prosesing dan penyimpanan benih
kedepan tidak menjadi kendala.
2. Menghadapi kekeringan pada pada MT I diatasi
dengan melakukan pengairan melalui pompanisasi
dengan mengambil air dari parit-parit disekitar
lahan. Pada MT II dilakukan penundaan jadwal
semai dan jadwal tanam dari jadwal yang biasa
dilakukan oleh petani sampai pada kondisi hujan
yang normal. Dengan demikian pada MT II ini
kegiatan terpaksa harus menyeberang tahun ke
tahun 2016.
3. UPBS BPTP Riau akan berupaya melakukan
pendampingan kepada petani berupabantuan
teknologi dan informasi serta bersedia menjadi
penghubung antara penangkar dan konsumen
Laporan Tahunan 2015
31 | P a g e
diberbagai daerah dengan memberikan informasi
keberadaan suatu varietas tertentu yang telah
dihasilkan petani penangkar.
H. Uji Adaptasi beberapa Varietas Unggul Baru Padi
Sawah pada Beberapa Agroekosistem di Provinsi
Riau
1. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN) yang merupakan
program utama Kementerian Pertanian dalam upaya
mencapai produksi beras nasional sebanyak 70,6 juta
ton pada tahun 2014 dan surplus beras 10 juta ton
pada tahun 2015 (Badan Litbang Pertanian, 2011),
maka salah satu inovasi teknologi yang dihasilkan
oleh Badan Litbang Pertanian yang sangat berperan
besar dalam meningkatkan produktivitas adalah
penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB). Kegiatan ini
disinkronkan juga dengan adanya program daerah
yaitu Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM), sehingga
perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas padi
di beberapa kabupaten sentra produksi padi di
Provinsi Riau seperti Kabupaten Rokan Hulu, Siak dan
Pelalawan.
Tujuan
1. Memperkenalkan dan mensosialisasikan
Varietas Unggul Baru kepada petani/
masyarakat yang telah dihasilkan oleh Badan
Litbang Pertanian.
2. Untuk mendapatkan minimal dua varietas
unggul baru padi sawah yang adaptif,
produktivitas tinggi dan rasa yang disukai
masyarakat pada masing-masing
agroekosistem.
2. Metodologi
Waktu dan Tempat
Pengkajian ini dilaksanakan di beberapa
kabupaten di Provinsi Riau yang bisa mewakili
beberapa agroekosistem yaitu Kabupaten Rokan Hulu
yang mewakili agroekosistem sawah irigasi,
Kabupaten Siak yang mewakili agroekosistem sawah
tadah hujan, dan Kabupaten Pelalawan yang mewakili
agroekosistem lahan pasang surut. Waktu
pelaksanaannya dilakukan pada MH (Agustus- Des
2015).
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK), dengan jumlah varietas yang
berbeda. Dimana perbedaan varietas pada
agroekosistem yang berbeda ini memang dipilih
varietas tertentu dengan beberapa pertimbangan
yaitu; 1) spesifikasi varietas, 2) keunggulan dan
kelemahan varietas disesuaikan dengan
agroekosistem, 3) informasi dari peneliti, kelompok
tani dan instansi terkait, 4) tingkat kesukaan terhadap
rasa nasi (tekstur), 5) tingkat kebaharuan dan prospek
pengembangan yang lebih luas kedepan dan 6)
varietas pembanding dipilih dari varietas dominan
yang digunakan masyarakat.
a. Kabupaten Rokan Hulu (Agroekosistem Lahan
Sawah Irigasi)
Pelaksanaan Penelitian Uji Adaptasi Varietas
Unggul Baru Padi Sawah yang mewakili lahan irigasi
dilaksanakan di Desa Rokan, Kecamatan Rokan IV
Koto, Kabupaten Rokan Hulu yang di tanam pada MH
2015. Adapun varietas yang digunakan berjumlah 33
varietas sebagai berikut: Inpara1, Inpara 2, Inpara 4,
Inpara 5, Inpara 6, Inpara 7, Inpari 3, Inpari 7, Inpari 9,
Inpari10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 15, Inpari 16,
Inpari 17, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 21,
Inpari 22, Inpari 23, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,
Inpari 29, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 32, Inpari 33,
Batang Piaman, Banyu Asin, Cekau Pelalawan, Karya
Pelalawan.
b. Kabupaten Siak (Agroekosistem Lahan Sawah
Tadah Hujan)
Pelaksanaan Penelitian Uji Adaptasi Varietas
Unggul Baru Padi yang mewakili lahan sawah tadah
hujan dilaksanakan di Desa Muara Kelantan,
Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak yang di
tanam pada MH 2015. Adapun varietas yang
digunakan berjumlah 20 varietas sebagai berikut:
Inpara1, Inpara 4, Inpara 5, Inpara 6, Inpara 7, Inpari
3, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17,
Inpari 19, Inpari 20, Inpari 22, Inpari 23, Inpari 30,
Logawa, Batang Piaman.
Laporan Tahunan 2015
32 | P a g e
c. Kabupaten Pelalawan (Agroekosistem Lahan
Sawah Pasang Surut)
Pelaksanaan Penelitian Uji Adaptasi Varietas
Unggul Baru Padi sawah di lahan pasang surut di Desa
Sungai Solok, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten
Pelalawan yang di tanam pada MH 2015. Adapun
varietas yang digunakan berjumlah 19 varietas
sebagai berikut: Inpara1, Inpara 2, Inpara 4, Inpara 5,
Inpara 6, Inpara 7, Inpari 7, Inpari10, Inpari 18, Inpari
19, Inpari 21, Inpari 23, Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33,
Batang Piaman, Banyu Asin, Cekau Pelalawan, Karya
Pelalawan
Pelaksanaan Penelitian
Teknik budidaya terdiri dari: (1) Persiapan lahan
menggunakan herbisida, penebasan pengolahan
tanah (tergantung agroekosistem) (2) sistem tanam
dengan tanam pindah bibit berumur 18-21 hari, (3)
jarak tanam 20 x 20 cm; (4) jumlah bibit 2 batang/
rumpun; (5) pupuk dasar Urea 50 kg/ha, TSP 100-125
kg/ha, KCl 25-50 kg/ha, diberikan bersamaan dengan
Furadan 20 kg/ha diberikan pada umur 7 hst, (6)
pupuk susulan I Urea 50 kg/ha dan KCl 25 Kg/ha
diberikan 25 hari setelah tanam (hst); (7) pupuk
susulan II Urea 50 kg/ha( atau disesuaikan dengan
BWD) dan KCl 25 kg/ha diberikan pada umur 35 hst;
(8) penyiangan menggunakan herbisida selektif dan
manual; 9) pengendalian terhadap hama/ penyakit
dengan konsep PHT.
Data yang diamati meliputi keragaan
pertumbuhan tanaman: tinggi tanaman optimal (cm)
diukur pada saat panen; umur berbunga, jumlah
anakan produktif, yaitu anakan yang menghasilkan
malai, diukur pada saat panen; jumlah bulir per malai;
persentase gabah bernas dan hampa, potensi hasil
dari data plot (ton/ha) dan data preferensi petani
terhadap VUB yang diintroduksikan.
3. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengkajian di Kabupaten Rokan Hulu
Secara umum, dari hasil pengkajian ini produksi
rata-rata masih dibawah potensi hasil yang bisa
dibandingkan dengan deskripsi dari masing-masing
varietas unggul baru yang ditanam. Walaupun
demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa
jenis varietas unggul baru yang bisa melebihi varietas
pembanding (Mawar) yaitu: Inpari 33, Inpari 21 dan
Inpari 11.
2. Hasil Pengkajian di Kabupaten Siak
Penilaian terbaik terhadap VUB yang
diujicobakan dilihat dari keragaan pertumbuhan
vegetatif tanaman di lapangan yang dibandingkan
dengan varietas pembanding (Mawar),
menggambarkan ada beberapa VUB yang bisa
melebihi varietas pembanding. Beberapa varietas
yang terbaik yaitu: Inpari 31, Inpari 32 dan Inpari 12
bisa dikembangkan ke depan untuk, khususnya pada
agroekosistem lahan sawah irigasi sebagai alternatif
pergiliran varietas untuk mengantisipasi
perkembangan hama tertentu yang bisa
menimbulkan kerugian pada masyarakat secara luas.
3. Hasil Pengkajian di Kabupaten Pelalawan
Terdapat 10 varietas yang mampu menghasilkan
diatas 7 ton/ha, namun yang tertinggi adalah pada
Varietas Inpara 4 yang mencapai 10,2 ton/ha. Hasil ini
jauh melebihi varietas pembanding (Karya
Pelalawan) yang hanya menghasilkan 7,7 ton/ha
(berada pada rangking ke-6) dari semua varietas yang
diujikan.
Lokasi penanaman adalah di Kuala Kampar yang
merupakan kecamatan yang terjauh dari ibu kota
kabupaten maupun ibu kota provinsi. Untuk
menempuh lokasi tersebut diperlukan perjalanan
satu hari dengan menggunakan speed boat.
Sementara kawasan pengembangan padi sawah yang
terluas berada pada kecamatan Kuala Kampar yang
hampir mencapai 6000 ha. Selama ini penduduk
menanam hanya 1 kali setahun yang didominasi oleh
varietas lokal. Varietas Unggul belum bekembang
didaerah tersebut. Dengan dilakukannya kegiatan uji
adaptasi tersebut, dapat membuka cakrawala petani
dan pemerintah daerah untuk dapat membuat suatu
program peningkatan IP dari 100 menjadi IP 200
dengan menggunakan varietas unggul baru yang telah
diuji produktivitasnya dan daya adaptasinya serta
memiliki umur yang genjah jika dibandingan dengan
varietas lokal.
Laporan Tahunan 2015
33 | P a g e
I. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo
Beras Merah Terpilih Di Provinsi Riau
1. Latar Belakang
Produktivitas padi gogo beras merah di Provinsi
Riau masih sangat rendah, diperkirakan hal ini
disebabkan penggunaan bibit lokal yang secara turun
temurun, tidak melakukan pemupukan yang
seimbang dan pengolahan lahan pertanaman yang
tidak sesuai dengan rekomendasi teknologi. Padi lokal
yang umumnya dibudidayakan oleh petani memiliki
deskripsi: umur panjang, tingkat keragaman yang
tinggi, produksi rendah dan kurang respon terhadap
pemupukan. Padahal Badan Litbang Pertanian telah
menghasilkan beberapa varietas padi gogo beras
merah yang memiliki umur genjah dengan
produktivitas yang cukup tinggi serta respon akan
pupuk. Hasil pengamatan di lapangan,khususnya di
Kabupaten Siak, yang merupakan sentra produksi
padi di Provinsi Riau bahwa varietas padi gogo beras
merah yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian yang signifikan meningkatkan produksi
belum menyebar dan belum tersosialisasi secara
merata ditingkat petani.
Telah kita ketahui bahwa luas lahan padi lading
di Kabupaten Kampar adalah 5.599 ha dengan
produksi 7.658,87 ton, dengan produktivitas 2,78
ton/ha. Untuk itu, upaya yang harus dilakukan adalah
mengaplikasikan teknologi penggunaan varietas
unggul baru bersama inovasi teknologi lainnya yang
spesifik lokasi. Uji adaptasi beberapa varietas unggul
padi gogo beras merah terpilih dapat menjadi
alternatif solusi bagi petani agar petani dapat
mengaplikasikan teknologi tersebut. Diharapkan
budidaya padi gogo beras merah kedepan dapat
berkembang dengan baik serta dapat menumbuhkan
motivasi petani untuk menjadi penangkar benih padi
gogo beras merah spesifik lokasi yang berdampak
pada peningkatan pendapatan dan pemanfaatan
lahan kering yang belum termanfaatkan secara
optimal.
Tujuan
1. Mendapatkan varietas unggul padi beras merah
yang adaptif.
2. Mendapatkan teknologi usahatani padi beras
merah yang adaptif.
3. Memperoleh budidaya padi gogo beras merah,
khususnya yang menyangkut pengembangan padi
gogo beras merah spesifik lokasi.
4. Menumbuhkan motivasi petani dalam hal usaha
tani padi gogo beras merah varietas unggul baru.
Keluaran
1. Diperolehnya varietas unggul baru padi beras
merah terpilih yang adaptif dan produktivitas
tinggi
2. Diperolehnya varietas unggul baru padi beras
yang rasa nasinya disenangi masyarakat
Manfaat
1. Meningkatnya produktivitas padi beras merah di
Kabupaten Kampar
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
petani untuk berusaha tani padi beras merah di
Kabupaten Kampar
2. Metodologi
Waktu dan Tempat
Kegiatan dilakukan di Desa Danau Lancang,
Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dengan
waktu penanaman tanggal 3 Desember 2015.
Pelaksanaan Kegiatan
Kooperator atau petani yang menjadi pelaksana
adalah Kelompok Tani Agung dengan ketua kelompok
Bapak Supriyono.
Rancangan
1. RAK
2. Ulangan 3 kali
3. Varietas unggul Inpago 7, Inpago 9, dan Inpari 24
4. Varietas unggul lokal
5. Pemupukan berdasarkan PUTS (Urea 200 kg/ha,
TSP 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha.
3. Hasil Pengujian
Dari pengujian, didapatkan hasil bahwa varietas
Inpago 9 adaptif terhadap lingkungan dengan tingkat
produktivitas 3 ton/ha.
Laporan Tahunan 2015
34 | P a g e
Gambar 13. Salah satu kondisi tanaman di lapangan pada Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi
Gogo Beras Merah
J. Peningkatan Indeks Pertanaman di Lahan Pasang
Surut Melalui Sistem Budidaya Padi Super Genjah
Hasil Perbaikan Kultivar Lokal Spesifik Provinsi
Riau
1. Latar Belakang
Salah satu faktor penyebab sulitnya peningkatan
produksi padi di lahan pasang surut adalah indeks
pertanaman (IP) pada umumnya satu yaitu menanam
padi hanya satu musim per tahun. Hal ini disebabkan
kendala lingkungan yang sering tidak menguntungkan
di luar musim tanam utama, seperti kekeringan di
lahan di lahan tipologi C, banjir di lahan tipologi A dan
B, dan peningkatan intensitas serangan hama dan
penyakit. Petani mensiasatinya dengan menanam
kultivar lokal berumur dalam yang sudah toleran
dengan lingkungan pada musim yang sesuai selama 6-
7 bulan.
Dengan hasil 3-4 t/ha/tahun menyebabkan
usahatani padi di lahan pasang surut relatif tidak
menguntungkan. Oleh karena itu musim tanam yang
hanya berlangsung 6-7 bulan harus disiasati dengan
menanam varietas unggul baru (VUB) berumur genjah
agar IP dapat ditingkatkan menjadi dua.
Permasalahannya, galur super genjah yang
dikembangkan harus mirip dengan karakter utama
padi-padi lokal yang sudah eksis di kalangan petani
sehingga petani akan mudah mengadopsinya.
Perbaikan mutu genetik pada padi lokal
Pelalawan sangat mungkin dilakukan oleh karena
terdapat cukup banyak variasi kultivar dalam populasi
dan sebagian memiliki karakter istimewa seperti
malai panjang dengan jumlah biji bernas lebih dari
200 biji per malai dan rasa enak (Sinaga, dkk. 2007).
Dibandingkan dengan Varietas Unggul Baru
Tenggulang dan Batang Hari, hasil kultivar lokal
Cekow lebih tinggi dan lebih tahan terhadap
keterbatasan input (Umar, dkk. 2006).
BPTP Riau dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Pelalawan telah menghasilkan galur-galur
harapan padi pasang surut berumur 85-90 hari sejak
semai yang mirip dengan tetua lokalnya dan diminati
petani. Galur-galur tersebut telah ditanam di lokasi
terbatas pada musim tanam utama, beberapa bulan
setelah kultivar lokal ditanam untuk menyamakan
waktu panen dengan kultivar lokal. Dengan
memanfaatkan galur umur sangat genjah maka dalam
durasi 7 bulan dapat dilakukan penanaman padi dua
kali.
Pengembangan padi umur sangat genjah
bertujuan untuk meningkatkan produksi padi di lahan
pasang surut melalui peningkatan IP menjadi dua kali,
mengetahui perilaku galur-galur harapan pada 2 kali
pertanaman dua kali dalam tujuh bulan, dan
meningkatkan pendapatan petani.
Keluaran
1. Produksi padi meningkat 4 t/ha
2. Data dan informasi pertumbuhan, hasil dan daya
adaptasi galur-galur harapan pada sistem IP 2.
3. Meningkatkan pendapatan petani.
Hasil yang Diharapkan
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi
percepatan adopsi padi umur super genjah untuk
meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali
setahun dan meningkatkan produksi padi di lahan
pasang surut.
Perkiraan Manfaat Dan Dampak
Kegiatan akan mengubah paradigma petani
tentang intensitas pertanaman, memacu pemerintah
daerah untuk mempercepat peningkatan produksi
beras melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, dan
meningkatkan daya saing komoditas beras terhadap
komoditas lain di lahan pasang surut.
Laporan Tahunan 2015
35 | P a g e
2. Metodologi
Waktu dan Tempat
Kegiatan dilaksanakan di Desa Sungai Solok,
Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan.
Pengkajian akan dilaksanakan pada bulan April –
Desember 2015.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan berada di Kabupaten
Pelalawan selama dua musim tanam (MT) padi umur
genjah dalam tujuh bulan (satu MT padi lokal),
meliputi identifikasi lokasi kajian, penentuan petani
kooperator, penanaman galur/varietas super genjah,
pengamatan tanaman, panen, pascapanen, pengujian
preferensi petani, penyediaan benih sumber,
pertemuan dalam rangka pemecahan masalah,
sosialisasi hasil kajian, dan pelaporan.
3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Hasil pengamatan selama dua musim
pertanaman pada tahun 2015 menunjukkan keragaan
tanaman yang cukup baik, seragam, serta sangat jelas
perbedaan antar galur yang ditanam sehingga petani
dapat memilih galur yang disukai dengan jelas. Secara
umum, galur-galur superior pada musim tanam
sebelumnya masih unggul dibanding kontrol pada
musim tanam 2015, seperti yang tertera pada Tabel
19 berikut.
Tabel 19. Keragaan Hasil Panen Gabah Kering Giling
(Ton/Ha GKG) pada Dua Musim Tanam
No. Galur/Varietas Produktivitas (ton/ha)
MT I MT II
1 39-15 6.66 6.40
2 86-1 6.62 6.45
3 36-1 6.33 5.72
4 16- A 6.19 6.36
5 11- A 6.17 6.06
6 65-A 5.94 5.23
7 Batang Piaman 5.73 5.95
8 Batang Hari 5.53 5.05
9 Cekau - 5.10
10 Karya - 4.77
Tabel diatas memperlihatkan bahwa 6 (enam)
galur yang diuji memiliki hasil gabah kering giling
lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding VUB
Batang Piaman dan Batang Hari maupun dengan
pembanding lokal Cekau dan Karya.
Terdapat 5 (lima) galur yang memberikan hasil
gabah kering giling pada dua musim tanam lebih dari
6 ton/ha yakni galur 39-15, 86-1, 36-1, 16-A, dan 11-
A. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan VUB
pembanding yang hanya menghasilkan kurang dari 6
ton/ha. Varietas lokal pembanding (Cekau dan Karya)
pada musim tanam pertama tidak diperoleh hasilnya,
hal ini disebabkan umur panen kedua varietas yang
panjang sehingga melewati batas waktu musim
tanam berikutnya, juga akibat serangan hama dan
penyakit. Secara umum kedua varietas lokal tersebut
merupakan varietas favorit yang ditanam petani
Kuala Kampar. Kedua varietas ini ditanam sekali
dalam setahun, yaitu hanya pada musim tanam besar
yaitu periode Oktober-Maret.
Preferensi Petani
Preferensi petani sangat menentukan
berkembang atau tidak berkembangnya suatu
varietas. Program perakitan varietas melalui
pemuliaan partisipatif yang melibatkan petani sejak
awal, akan menghasilkan tingkat penerimaan yang
tinggi terhadap varietas yang dilepas. Preferensi
petani sudah dapat diketahui sejak tanaman berada
di lapangan hingga hasil panen dikonsumsi. Oleh
karena luasnya aspek yang menentukan preferensi
petani, maka preferensi sering bersifat spesifik. Hal
inilah yang menyebabkan uji preferensi diperlukan
sebelum galur dilepas menjadi varietas.
Faktor yang umum mempengaruhi preferensi
adalah: tinggi tanaman, umur tanaman, kekompakan
rumpun, kerontokan, warna beras, ukuran beras,
tekstur nasi, aroma, dan rasa. Selain faktor tersebut,
terdapat faktor spesifik yang menentukan pemilihan
suatu varietas, misalnya: toleransi terhadap cekaman
lingkungan spesifik seperti kemasaman, kadar Fe,
ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik,
ketahanan terhadap genangan, dan lain-lain.
Survey preferensi petani di Kuala Kampar tahun
sebelumnya menunjukkan konsistensi yang kuat
terhadap hasil tinggi dan tekstur nasi/keperaan.
Sebanyak 50% petani memilih varietas yang tinggi
untuk mengantisipasi genangan air yang tinggi di
sawah. Dengan alasan membagi waktu kerja untuk
tanaman perkebunan, hanya 60% petani yang
Laporan Tahunan 2015
36 | P a g e
mengharapkan varietas berumur genjah. Sebanyak
30% petani menginginkan varietas berumur sedang
dan 10% berumur dalam. Rumpun tanaman yang
kompak disenangi sebagian besar petani karena
pertimbangan kemudahan pemeliharaan dan panen.
Pada umumnya rumpun yang kompak lebih tahan
rebah.
Tekstur nasi pera merupakan syarat sangat
penting dalam pengembangan varietas di Kuala
Kampar. Sebanyak 95% responden menyukai varietas
bertekstur nasi pera. Hal inilah yang menyebabkan
varietas pembanding Batang Hari dan Batang Piaman,
juga disenangi petani walaupun baru pertama kali
diperkenalkan di lokasi penelitian.
Secara umum, petani menyukai varietas dengan
karakter tinggi tanaman sedang, umur tanaman
genjah, rumpun kompak, kerontokan sedang, warna
beras putih, ukuran beras ramping panjang, tekstur
nasi pera, aromatik, rasa enak, dan hasil tinggi.
Perhitungan terhadap produksi padi pada tahun
2015 antara penggunaan varietas lokal Cekau dan
Karya yang hanya dapat ditanam 1 kali per tahun
dengan penggunaan galur hasil perbaikan kultivar
lokal menunjukkan adanya peningkatan. Produksi
varietas Cekau 5.10 ton/ha/tahun, Karya 4.77
ton/ha/tahun, berbanding galur 39-15 sebesar 13.06
ton/ha/tahun, sehingga terjadi kenaikan produksi
sebesar 7.96 ton/ha/tahun dan 8.29 ton/ha/tahun.
Melihat kondisi tersebut, penggunaan galur-galur
genjah berpotensi untuk mendongkrak produksi padi
di lahan pasang-surut dan secara tidak langsung
memberikan meningkatkan pendapatan petani.
K. Peningkatan Daya Guna Limbah Sawit sebagai
Pakan Berkualitas melalui Pemrosesan secara
Biologis untuk Meningkatkan Pertambahan Berat
Badan Sapi
1. Latar Belakang
Pakan sangat menentukan tingkat keberhasilan
usaha ternak sapi potong. Pakan merupakan biaya
tertinggi dalam usaha peternakan, yaitu hampir
sekitar 80% dari total biaya dalam usaha tersebut.
Sedangkan sumber hijauan sebagai pakan utama
semakin sulit didapatkan. Oleh karen itu perlu adanya
pakan alternatif untuk memelihara kelangsungan
usaha peternakan yang telah dikembangkan tersebut.
Limbah perkebunan kelapa sawit dapat menjadi
salahsatu pilihan dalam pengadaan pakan. Selain
jumlahnya sangat berlimpah di daerah Provinsi Riau
pada khususnya, limbah ini juga berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Data menyatakan bahwa luas perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Riau berkisar 2,3 juta hektar.
Limbah berupa pelepah sawit yang berlimpah sangat
mencemari lingkungan. Hal inilah menjadi pendorong
perlunya melakukan pengelolaan limbah pelepah
sawit ini untuk dapat dimanfaatkan sebagai pakan,
walaupun perlu dilakukan usaha tambahan dengan
menurunkan kadar PK pelepah dan daun sawit dan
meningkatkan kandungan proteinnya.
Tujuan
1. Mendapatkan data peningkatan kandungan
nutrisi limbah sawit setelah difermentasi secara
biologi dengan jamur Tricodermasp, Aspergilus
sp dan jamur pelapuk putih.
2. Mendapatkan informasi peranan pelepah dan
daun sawit fermentasi dalam ransum sebagai
pengganti hijauan.
Keluaran 1. Data nutrisi pakan pelepah dan daun sawit
fermentasi.
2. Data/informasi ransum pakan hasil fermentasi.
2. Metodologi
Materi dan Metode
1. Kegiatan di Laboratorium, meliputi 2 kegiatan,
yaitu:
- Proses fermentasi pelepah sawit dengan
fungsi Aspergilus, Tricoderma, jamur
pelapuk putih.
- Analisa kandungan nutrisi produk
fermentasi.
2. Kegiatan di lapangan, meliputi 2 kegiatan, yaitu:
- Memproduksi limbah sawit yang telah
dilakukan fermentasi dan diolah/diawetkan
sampai jumlah yang diperlukan untuk
kegiatan in-vivo.
- pengujian produk limbah sawit fermentasi
pada sapi bali yang digemukkan.
Laporan Tahunan 2015
37 | P a g e
Waktu dan Lokasi
Pelaksanaan kegiatan yaitu di Desa Sumber
Makmur dan Desa Gading Sari, Kecamatan Tapung
Kabupaten Kampar, Januari hingga Desember 2015,
yang dilakukan oleh Forum Petani Peternak Tapung
Raya (FP2TR).
Pelaksanaan
Penelitian tahap 1 menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) faktorial 2 faktor dan 2 ulangan.
Faktor 1 : Jenis jamur (Aspergilus sp, Tricoderma dan
jamur pelapuk putih).
Faktor 2 : lama pemeraman yaitu 2, 3, dan 4 minggu
Penelitian di lapangan menggunakan rancangan
acak lengkap 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Tabel 20. Analisis Proksimat
Ketiga perlakuan dapat meningkatkan
kandungan PK dan menurunkan kadar SK. Hal ini
mungkin disebabkan karena kemampuan jamur
menghasilkan enzim selulase untuk mendegradasi
serat pada pelepah dan daun sawit berupa selulosa
dan hemiselulosa menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga terbentuk protein tunggal.
Tabel 21. Uji Coba Pakan Fermentasi Perlakuan
pakan: 15 kg fermentasi pelepah dan daun sawit, 5 kg rumput segar, 5 kg Solid Decanter
3. Kesimpulan
- Fermentasi pelepah dan daun sawit menggunakan
jamur Aspergilus flavus, pelapuk putih dan
Tricoderma dapat meningkatkan nilai protein
kasar dan menurunkan kadar serat.
- Jamur Aspergilus flavus meningkatkan kandungan
protein yang paling tinggi 8,85%.
- Fermentasi pelepah dan daun sawit dapat
menggantikan 75% pemberian rumput.
- Penggunaan 75% fermentasi pelepah sawit
menggunakan jamur Aspergilus flavus, 25%
rumput alam, 5 kg solid decanter meningkatkan
pertambahan berat badan paling tinggi pada sapi
bali yaitu 0.82 kg/ekor/hari.
L. Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan di Provinsi Riau
1. Latar Belakang
Produktivitas tanaman kelapa sawit di Provinsi
Riau saat ini pada Perkebunan Rakyat adalah 5 ton
TBS/ha/tahun, sedangkan pada Perkebunan Besar
sudah mencapai >20 ton TBS/ha/tahun. Rendahnya
produktivitas tanamankelapa sawit Indonesia ini
disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama adalah
masih dominannya tanaman yang dikelola dengan
penggunaan teknologi dan manajemen sederhana
serta diusahakan dengan skala kecil; dominannya
tanaman non-klonal dan tanaman tua dan tanaman
yang sudah rusak. Tanaman yang berasal dari bahan
tanaman non-klonal potensi produksinya secara
genetis memang rendah. Sedangkan tanaman yang
sudah tua dan rusak, walaupun potensi produksinya
secara genetis tinggi, secara keseluruhan akan
menurunkan produktivitas.
Salah satu upaya untuk meningkatkan
produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut adalah
melalui peremajaan. Disamping itu, kehilangan
pendapatan dari hasil kelapa sawit selama masa
peremajaan, juga merupakan salah satu alasan bagi
petani untuk menunda meremajakan sawit miliknya.
Oleh sebab itu perlu dicari teknologi peremajaan yang
murah dan mudah dilakukan petani tanpa
mengurangi pendapatannya.
Cara lain untuk menjamin keberlangsungan
pendapatan adalah dengan menanam tanaman sela
sebelum tanaman kelapa sawit menghasilkan (0 –
Laporan Tahunan 2015
38 | P a g e
3tahun), dimana kanopi dan perakaran tanaman
masih relatif belum berkembang. Selain itu sebagian
lahan yang diremajakan akan terbuka dan
memperoleh cahaya matahari secara penuh sehingga
dapat dimanfaatkan untuk tanaman sela. Pola ini
memungkinkan pendapatan tambahan bagi
petaniselama kelapa sawit belum menghasilkan.
Untuk itu perlu dikaji tanaman yang cocok dan
berekonomis tinggi ditanaman diantara kelapa sawit.
Pemanfaatan lahan sela pada usahatani
tanaman perkebunan seperti halnya kelapa sawit
untuk tanaman semusim penting dilakukan, selain
dapat memberikan pendapatan selama masa tunggu
tanaman pokok, terjadinya efisiensi pemupukan, juga
dapat mengurangi laju penyusutan ketebalan kering.
Tujuan
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan sawit muda, padi gogo, jagung
sebagai tanaman sela diantara tanaman sawit di
lahan kering Provinsi Riau.
Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kajian ini adalah
informasi pertumbuhan sawit muda padi gogo,
jagung sebagai tanaman sela diantara tanaman sawit
di lahan kering Provinsi Riau.
Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mendukung
perencanaan perkebunan kelapa sawit muda
rakyat di lahan kering Provinsi Riau, terutama
dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit
serta tanaman sela padi gogo dan jagung.
2. Meningkatnya produktivitas tanaman sela padi
gogo, jagung dan kelapa sawit muda di Kabupaten
Siak.
3. Meningkatnya pendapatan petani pangan.
2. Metodologi
Waktu dan Lokasi Pengkajian
Penelitian akan dilaksanakan di perkebunan
kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) di
lahan kering (lahan sub-optimal) dari bulan April
sampai dengan Desember 2015 di Desa Petapahan,
Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.
Pelaksanaan Pengkajian
Penelitian dilakukan di lorong/sela tanaman
kepala sawit muda (Tanaman Belum Menghasilkan)
berumur sekitar 1-3 tahun. Penelitian disusun dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 ulangan. Perlakuan meliputi tanaman sela
yang digunakan adalah: 1). Inpago 4, 2). Inpari 10 , 3).
Situ Bagendit, 4). Jagung Champion Seed 5). Jagung
Bonanza
Analisis Resiko
Pada Pertanaman Musim Kemarau tanaman
biasanya mengalami cekaman air, sehingga butuh
pengairan pada fase-fase tanaman kekurangan air
tersebut. Resiko kekeringan ini juga diminimalisir
dengan menanam varitas yang toleran/tahan
terhadap kekeringan.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengetahuan tentang watak iklim, maka
untuk menjawab tujuan dari pengkajian dinamika air
tanah dibutuhkan data tentang kondisi iklim daerah
pengkajian. Keadaan rata-rata curah hujan dan hari
hujan per dasarian dari lokasi pengkajian disajikan
pada Tabel berikut.
Tabel 22. Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan per
dasarian Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar
U R A I
A N
Des 2015 Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016
I II III I II III I II III I II III
CH 35 32 41,
25 51 60 54 50 21 0 25 5
HH 4 4 6 5 4 7 6 4 3 0 4 1
Dari Tabel di atas terlihat kebutuhan air
tanaman padi gogo belum mencukupi (kebutuhan air
untuk tanaman padi gogo per dasarian 50 mm,
kekurangan air terjadi pada dasarian I Des 2015
sampai dasarian I Januari 2016, kemudian kekurangan
air terjadi lagi mulai dasarian III Februari 2015.
Laporan Tahunan 2015
39 | P a g e
Tabel 23. Hasil analisis tanah Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar
No. Jenis analisis Hasil analisis
1. pH : H2O KCl
4,6 4,2
2. Tekstur (%) Pasir Debu Liat
9 33 58
3. C organik (%) C/N N(%)
1,89 10,82 0,18
4. HCl 25% mg/100 g tanah P2O5K2O
2 8
5. Ca Mg K Na Total KTK KB (%)
2,40 0,69 0,18 0,07 3,20 18,51 18
6. Al dd H+
3,74 0,59
7, Unsur mikro ppm Fe Mn Cu Zn
14,2 22,2 0,5 1,24
Tabel 24. Tinggi Tanaman Padi pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan diDesa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015
Hasil pengamatan tinggi tanaman tiga varietas
yang diuji disajikan pada Tabel diatas. Pertumbuhan
Situ Bagendit selama pertanaman selalu lebih tinggi
dari tiga varietas yang diuji lainnya. Pola
pertumbuhan tinggi tanaman pada tiga varietas yang
diuji mempunyai pola yang sama, yaitu laju
pertumbuhan tinggi tanaman berlangsung cepat
sampai minggu ketiga, kemudian laju pertumbuhan
tinggi tanaman semua varietas mulai berkurang,
semakin mendekati panen laju pertumbuhan tinggi
tanaman hanya sedikit sekali. Hal ini disebabkan hasil
fotosintesis sebagian besar dipakai untuk
pertumbuhan/pengisian malai.
Tabel 25. Jumlah Anakan Tanaman Padi pada
Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman angan diDesa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015
Hasil pengamatan jumlah anakan varitas varitas
yang diuji disajikan pada Tabel di atas. Terlihat
pertumbuhan jumlah anakan dari varietas Situ
Bagendit selalu lebih baik dibandingkan dengan
pertumbuhan jumlah anakan varitas Inpago 4
maupun Inpari 10. Hal ini disebabkan pemberian
pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
tanaman, dimana takaran pupuk ditentukan dengan
menganalisis contoh tanah.
Pola pertumbuhan jumlah anakan tiga varitas
yang diuji tampaknya mempunyai pola yang sama.
Pada minggu pertama laju pertumbuhan jumlah
anakan cukup tinggi sampai minggu ketiga, kemudian
terus bertambah sampai mencapai maksimum pada
minggu ke empat, kemudian jumlah anakan tidak
bertambah sampai minggu keenam.
Laporan Tahunan 2015
40 | P a g e
Tabel 26. Prosentase Tanaman Jagung yang Hidup, Tinggi Tanaman Pada Umur 45 Hari dan Tinggi Tanaman Pada Umur 60 Hari pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman angan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015
Perlakuan
Prosentase tanaman hidup
Tinggi tanaman jagung pada umur 45 hari
Tinggi tanaman jagung pada umur 60 hari
Bonanza 92 126,40 173,20
Champion seed
83,3 73,40 110,87
Prosentase Tanaman Jagung yang Hidup
Prosentase tanaman jagung yang hidup yang
dilaksanakan 15 hari setelah tanam disajikan pada
Tabel di atas. Terlihat bahwa varietas Bonanza
memberikanprosentase hidup tanaman lebih tinggi
(92%), dari varitas Champion Seed. Hal ini disebabkan
daya tahan varietas Bonanza yang berbeda dari
cekaman lingkungan (karena sifat genetik dari varitas
tersebut), dalam hal ini terhadap kekeringan. Dengan
perkataan lain varietas Bonanza merupakan varietas
yang mempunyai sifat tahan kekeringan dibandingkan
dengan varietas Champion Seed.
Tinggi tanaman
Begitu juga tinggi tanaman jagung pada 60 hari
setelah tanam disajikan pada Tabel 5 diatas. Pada
tanaman berumur 60 hari terlihat varietas Bonanza
memberikan tinggi tanaman tertinggi yaitu 173,20
cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh
pada varietas Champion Seed, setinggi 110,87 cm.
Tabel 27. Jumlah Bunga Jantan dan Bunga Betina pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman angan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015
Perlakuan
Jumlah bunga jantan
Jumlah bunga betina
Bonanza 56,3 52,3
Champion seed 47,0 42,6
Jumlah bunga jantan
Hasil pengamatan jumlah bungan jantan yang
keluar sempurna disajikan pada Tabel di atas.
Varietas Bonanza memberikan jumlah jantan
terbanyaki yaitu 56,3 buah. Jumlah bunga jantan
terendah diperoleh pada varietas Champion Seed,
dengan jumlah bunga jantan 47,0 buah.
Jumlah bunga betina
Varietas Bonanza memberikan jumlah betina
terbanyak yaitu 52,3 buah. Jumlah bunga betina
terendah diperoleh pada varietas Champion Seed,
dengan jumlah bunga betina 42,6 buah (Tabel 27).
Tabel 28. Diameter Tongkol, Panjang Tongkol dan
Jumlah Baris per Tongkol pada Jumlah Bunga Jantan dan Bunga Betina pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015
Perlakuan Diameter tongkol
Panjang tongkol
Jumlah baris per tongkol
Bonanza 5,4 27 13
Champion seed
3,85 23,3 9
Diameter tongkol
Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh
diameter tongkol varietas Bonanza (5,4 cm) lebih
tinggi pada varietas Champion Seed (3,85 cm).
Panjang tongkol
Panjang tongkol tertinggi didapatkan pada
varietas Bonanza (27 m). Panjang tongkol terendah
didapatkan pada varietas Champion Seed (23,3 cm).
Jumlah baris per tongkol
Hasil pengamatan Jumlah baris per tongkol
disajikan pada Tabel di atas. Varietas Bonanza
memberikan jumlah baris per tongkol lebih banyak
(13 baris) daripada varietas Champion Seed (9 baris).
Laporan Tahunan 2015
41 | P a g e
Tabel 29. Hasil Pipilan Kering per Plot pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015
Perlakuan Hasil pipilan/ha (kg)
Bonanza 6782,3
Champion seed 4578,2
Hasil pipilan
Hasil pipilan per plot disajikan pada Tabel diatas.
Hasil pipilan tertinggi diperoleh pada varietas
Bonanza yakni 6782,3 kg/ha, sedangkan berat pipilan
kering terendah didapatkan pada varitas Champion
Seed yakni 4578,2 kg/ha.
Kesimpulan
Padi gogo dan jagung cukup bagus ditanaman
diantara sawit muda. Dari beberapa varietas padi
gogo dan jagung yang diuji, maka varietas Situ
Bagendit dan jagung manis Bonanza memberikan
pertumbuhan yan lebih baik dari varietas lainnya.
M. Peningkatan Produktivitas Lahan Gambut
Terdegradasi yang Ditanami Kelapa Sawit
1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan di
Provinsi Riau. Menurut data, Provinsi Riau memiliki
luas perkebunan kelapa sawit yang terbesar di
Indonesia, yaitu sekitar 1,9 juta ha (24,55% dari luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia), dan sejumlah
788.491 ha(41,5%) ditanam di lahan gambut.
Perkebunan kelapa sawit yang telah menghasilkan
(TM) adalah sebagai berikut:
• Perkebunan rakyat/PR (53,35%), Perkebunan
besar swasta/PBS(42,55%), Perkebunan besar
negara/PBN (4,1%)
• Produktivitas PR <17,1% dari PBN (17,1%), dan <
dari PBS (21,4%)
• Terbatasnya modal petani& belum optimalnya
pemanfaatan teknologi
Peningkatan produktivitas kelapa sawit yaitu
dengan pemupukan dan tumpangsari dengan
tanaman sela/diversifikasi komoditas.
Tujuan
1. Melakukan pemupukan dan pemberian amelioran
untuk meningkatkan produktivitas lahan gambut.
2. Melakukan penanaman tumpang sari tanaman
sela pada perkebunan kelapa sawit.
Manfaat
1. Meningkatnya produktivitas tanaman dengan
pemberian amelioran.
2. Meningkatnya produktivitas lahan dengan
tanaman tumpang sari.
2. Metodologi
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga
Desember 2015, di Desa Lubuk Ogong, Kecamatan
Bandar Sei Kijang, Kabupaten Pelalawan.
Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di kebun kelapa sawit
masyarakat di lahan gambut umur 4 (empat) tahun,
dengan tanaman tumpangsari berupa kacang tanah.
Kegiatan yang dilakukan meliputi 2 tahap:
- Kegiatan komposisi amelioran pada kelapa sawit
- Kegiatan model penanaman tanaman
tumpangsari kacang tanah
Gambar 14. Koordinasi dan CP/CL pada Kegiatan
Peningkatan Produktivitas Lahan Gambut Terdegradasi yang Ditanami Kelapa Sawit
Gambar 15. Pemupukan tanaman kelapa sawit
Laporan Tahunan 2015
42 | P a g e
Grafik 1. Pengamatan Penambahan Lingkar Tajuk
Grafik 2 Pengamatan Penambahan Pelepah
Tabel 30. Pengamatan Produktivitas Kelapa Sawit
Grafik 3. Pengamatan Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Grafik 4. Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah
3. Kesimpulan
Pada pengamatan lingkar tajuk dan
penambahan pelepah kelapa sawit, didapat
perlakuan yang terbaik adalah dengan Pugam Tankos.
Berat pelepah kelapa sawit tertinggi pada perlakuan
Pugam Tankos. Produktivitas tanaman kelapa sawit
tertinggi untuk seluruh parameter pengamatan
terdapat pada perlakuan Pugam Tankos (PT).
N. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi Bimbingan
dan Dukungan Teknologi Upsus Padi, Jagung,
Kedelai dan Komoditas Utama Kementerian
Pertanian
1. Latar Belakang
Komponen kegiatan dalam rangkaian kegiatan
ini adalah Pengembangan Jaringan Irigasi, Optimasi
Lahan, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GP-PTT) Padi, jagung, kedelai, Penangkaran
Benih Padi, dan Kedelai, Perluasan Areal Tanam
Jagung dan Kedelai, Bantuan Seribu Desa Mandiri
Benih (SDMB), Bantuan Benih Padi Inbrida, Bantuan
Alsintan Penanganan Pascapanen, Realisasi Luas
Tanam dan Luas Panen Padi, Jagung dan Kedelai di
Provinsi Riau dan Temu Lapang.
Padi, jagung dan kedelai merupakan sumber
karbohidrat dan protein nabati yang permintaannya
cenderung meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Dimana lahan-lahan untuk pertanaman
komoditi tersebut cenderung menurun diakibat oleh
alih fungsi lahan. Khususnya Lahan sawah sebagai
salah satu faktor produksi yang penting dalam
pemenuhan kebutuhan pokok pangan secara
signifikan di Provinsi Riau sudah semakin berkurang.
Laporan Tahunan 2015
43 | P a g e
Berdasarkan hasil audit lahan Kementan tahun 2012
bahwa luas lahan sawah sekitar 8.132.346 Ha, dengan
IP rata-rata 140 % dan produktivitas rata-rata
nasional adalah 4,16 ton/ha. Lahan seluas ini harus
dapat menyediakan pangan khususnya padi untuk
sekitar 237,6 Juta orang penduduk Indonesia (BPS-
2010).
Di lain pihak terjadi alih fungsi lahan sawah
diperkirakan +100.000 Ha/tahun yang mengancam
upaya peningkatan produksi pangan. Untuk itu
Kementerian Pertanian telah menetukan langkah-
langkah strategis untuk dapat meningkatkan
produktivitas lahan sawah yang ada saat ini sehingga
berproduksi lebih maksimal guna memenuhi
kebutuhan pangan yang cendrung meningkat seiring
bertambahnya jumlah penduduk.
Untuk itu optimasi lahan sawah merupakan
salah satu langkah strategis dalam mengantisipasi
kekurangan lahan untuk memproduksi padi, jagung
dan kedelai. Kegiatan ini difokuskan untuk
meningkatkan produktivitas dan Indek Pertanaman
(IP) melalui penyediaan sarana produksi (pupuk) dan
bantuan pengolahan tanah yang tidak luput dari
inovasi teknologi, karena melalui aplikasi teknologi,
khususnya teknologi budidaya padi, jagung dan
kedelai yang sesuai dengan kondisi agroekosistem
dan rekomendasi teknologi diperkirakan dapat
meningkatkan produksi maupun produktivitas.
Sebagai lembaga penghasil inovasi teknologi,
Badan Litbang Pertanian dituntut untuk berperan
aktif dalam program nasional yakni UPSUS PAJALE
melalui pendampingan inovasi teknologi di lapangan.
Oleh BPTP Riau melalui kegiatan pendamping ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan produksi maupun produktivitas yang
telah ditargetkan sekitar lima belas persen atau
tercapainya target swasembada pangan nasional.
Tujuan
1. Melakukan pendampingan inovasi teknologi
spesifik lokasi dalam optimasi lahan dan Indeks
Pertanaman (IP) padi, jagung dan kedelai di setiap
wilayah Kabupaten, Provinsi Riau.
2. Melakukan pendampingan kelembagaan tani,
sarana dan pra sarana (Saluran irigasi) dalam
optimasi lahan padi, jagung dan kedelai di Provinsi
Riau.
Sasaran
Sasaran kegiatan pendampingan meliputi: lahan
sawah (basah maupun kering); indeks pertanaman,
inovasi teknologi dan kelembagaan tani padi, jagung
dan kedelai.
Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini adalah terealisasinya
pendampingan inovasi teknologi dan pembinaan
kelembagaan tani oleh masing-masing LO disetiap
kawasan pertanian padi, jagung dan kedelai.
Outcome
1. Meningkatnya aplikasi teknologi jajar legowo
disetiap kawasan UPSUS padi, jagung dan kedelai
di Provinsi Riau.
2. Meningkatnya pemanfaatan rekomendasi paket
teknologi spesifik lokasi disetiap kawasan UPSUS
padi, jagung dan kedelai di Provinsi Riau.
Dampak
1. Terwujudnya peningkatan pemanfaatan
rekomendasi teknologi yang sesuai dengan
agroekosistem dan sosial budaya disetiap
kawasan UPSUS padi, jagung dan kedelai di
Provinsi Riau
2. Terwujudnya peningkatan diseminasi inovasi
teknologi padi, jagung dan kedelai spesifik lokasi
disetiap kawasan UPSUS padi, jagung dan kedelai
di Provinsi Riau
3. Terwujudnya ketahanan pangan lokal dan
Nasional
Strategi dan Ruang Lingkup
a. Strategi Pendampingan
Dalam pendampingan strategi pelaksanaannya
adalah:
1. Pelaksanaan identifikasi/karakterisasi petani dan
lokasi serta pengamatan lapang aspek sosial
budaya petani disetiap kawasan UPSUS Prov.Riau
2. Penentuan paket teknologi budidaya padi, jagung
dan kedelai pada setiap kawasan UPSUS padi,
jagung dan kedelai Provinsi Riau yang disesuaikan
dengan agroekosistem/ kondisi lahan
3. Pembinaan kooperator, penyusunan laporan
sesuai dengan format dan ketentuan yang telah
ditentukan.
Laporan Tahunan 2015
44 | P a g e
b. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pendampingan disetiap
kabupaten adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
2. Persiapan administrasi
3. Pelaksanaan Fisik
4. Sosialisasi
5. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
3. Hasil Pembahasan
Kegiatan UPSUS Pajale ini diawali dengan
Penandatangan MoU antara Bupati se Provinsi Riau
dengan Kepala Dinas Pertanian kabupaten dan
Dandim yang bertempat di Gedung Serindit
Pekanbaru pada tanggal 27 Januari 2015 guna
menindaklanjuti rapat antara Menteri Pertanian dan
Panglima TNI di Jakarta sehubungan dengan Upaya
Khsusus Peningkatan Produksi Pajale.
Gambar 16. Penandatanganan MoU UPSUS Pajale
di Provinsi Riau
1. Pengembangan Jaringan Irigasi
Perbaikan irigasi pertanian menjadi skala
prioritas utama Menteri Pertanian Republik Indonesia
dalam mewujudkan Indonesia swasembada pangan
(Padi, Jagung dan Kedelai) tahun 2018 mendatang.
Pelaksanaan pengembangan jaringan irigasi
dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/Poktan
secara bergotong royong dan partisipatif dengan
melibatkan tenaga kerja anggota serta didampingi
oleh tenaga penyuluh serta TNI-AD.
Perbaikan jaringan irigasi di Provinsi Riau sudah
dimulai dari awal tahun 2015 dilaksanakan secara
serentak di seluruh daerah dengan melakukan
Pencanangan Gerakan Perbaikan Irigasi melaui acara
Peletakan Batu Pertama. Peletakan batu pertama
perbaikan jaringan irigasi merupakan instruksi
Menteri Pertanian yang disampaikan langsung
kepada Bupati, Dinas Pertanian dan Instansi TNI AD.
Gambar 17. Peninjauan Saluran Jaringan Irigasi
Gambar 18. Peletakan Batu Pertama Perbaikan
Jaringan Irigasi
2. Optimasi Lahan
Strategi pembanguan pertanian, khususnya
tanaman padi ditempuh melalui usaha pokok
pertanian yakni Intensifikasi, Extensifikasi,
Diversifikasi dan Rehabilitasi. Dari 4 (empat) usaha
tersebut yang dapat meningkatkan produksi langsung
adalah usaha intensifikasi dan ekstensifikasi,
sementara yang dapat cepat dan mudah dilaksanakan
di lapangan adalah usaha intensifikasi yang
merupakan optimalisasi lahan sawah baik untuk
peningkatan produktivitas melalui panca usaha,
maupun peningkatan luas tanam melalui peningkatan
Indeks Pertanaman (IP), dengan faktor penentu
utama kecukupan air
Di Provinsi Riau Optimalisasi Lahan sudah
dilakukan dengan baik hal ini dapat dilihat dari
capaian kegiatan pada tahun 2015 yaitu seluas 8,560
ha tersebar pada beberapa daerah seperti pada tabel
di bawah ini.
3. Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GP-PTT) Padi, jagung, kedelai
Salah satu upaya peningkatan produksi pangan
dilakukan dengan Gerakan Penerapan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) Padi, jagung, kedelai.
Realisasi GP-PTT padi di Provinsi riau seluas 7.500 ha,
Laporan Tahunan 2015
45 | P a g e
Jagung 1.000 ha dan kedelai 2.200 ha. Untuk
komoditas jagung dan kedelai belum mencapai target
100 persen hal ini disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya karena lahan yang yang tidak tersedia di
lapangan.
Gambar 19. Tanam Perdana GPTT Padi
4. Penangkaran Benih Padi, dan Kedelai
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan produksi adalah benih, benih yang baik
adalah benih yang bersertifikat dan berlabel. Saat ini
ketersediaan benih masih terbatas belum mampu
memenuhi semua kebutuhan petani untuk itu
diperlukan usaha penangkaran benih guna memenuhi
kebutuhan tersebut.
Penangkaran benih padi di Provinsi Riau
dilaksanakan di Kabupaten Indragiri Hilir seluas 50 ha,
di Kabupaten Rokan Hulu 50 ha, sedangkan untuk
kedelai dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu seluas
25 ha dan Rokan Hilir seluas 25 ha.
5. Perluasan Areal Tanam Jagung dan Kedelai
Perluasan areal tanam jagung dan kedelai yang
selanjutnya disingkat PAT adalah perluasan areal
tanam jagung dan kedelai pada lahan-lahan yang
sebelumnya tidak pernah ditanami jagung dan kedelai
atau dulu pernah ditanami tetapi sekarang tidak
ditanami lagi (peningkatan IP) yang biasa dilakukan
pada lahan sawah beririgasi, sawah tadah hujan,
lahan pasang surut-rawa, lahan kering, lahan
perhutani dan lain-lain.
Kegiatan perluasan tanam jagung di Provinsi
Riau dilaksanakan di 9 (Sembilan) kabupaten dengan
luas 8,350 ha. Sedangkan untuk komoditas kedelai
dilaksanakan di 5 (lima) kabupaten dengan luas 780
ha.
6. Bantuan Seribu Desa Mandiri Benih (SDMB)
Kementerian Pertanian tahun ini mengupayakan
agar kebutuhan benih petani dapat dipenuhi dari
produksi petani sendiri sehingga petani mandiri
dalam kebutuhan benih yang dibutuhkanya.
Kebijakan ini sebagai tindaklanjut dari program
Presiden RI Joko Widodo yakni mewujudkan
kemandirian pangan.
Pada tahun 2015 ini, pemerintah membuat
program Seribu Desa Mandiri Benih agar petani dapat
memenuhi kebutuhan benihnya sendiri, tersebar di
seluruh daerah di Indonesia termasuk Provinsi Riau.
Desa yang mendapat program Seribu Desa
Mandiri Benih diutamakan pada desa yang belum
dapat memenuhi kebutuhan benihnya. Satu unit
kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih (SDMB) adalah
membuat penangkaran benih seluas 10 ha dan diberi
belanja bantuan kegiatan sosial sebesar Rp 170
juta/unit. Biaya sebesar itu digunakan untuk
pengadaan sarana produksi, biaya sertifikasi benih,
pengadaan alat dan mesin pengolahan benih serta
pengemasan benih, pembangunan gudang
penyimpanan benih, dan pembuatan lantai jemur.
Selain itu dialokasikan anggaran untuk kegiatan
koordinasi, monitoring dan evaluasi agar kegiatan
tersebut berjalan dengan baik, dan terus
disempurnakan sehingga di lapangan akan diperoleh
hasil yang maksimal.
Bantuan Seribu Desa Mandiri Benih (SDMB)
untuk Provinsi Riau dilaksanakan di 8 (delapan)
kabupaten dengan luas 250 ha, 30 ha Kabupaten
Bengkalis, 70 ha Indragiri Hilir, 20 ha Indragiri Hulu,
20 ha Kampar, 30 ha Kepulauan Meranti, 10 ha
Pelalawan, 20 ha Rokan Hilir dan 50 ha di Kabupaten
Rokan Hulu.
7. Bantuan Benih Padi Inbrida
Salah satu upaya pencapaian sasaran produksi
tanaman pangan adalah melalui peningkatan
produktivitas, diantaranya dengan pengggunaan
benih varietas unggul bersertifikat. Hal ini sangat
terkait dengan penggunaan benih varietas unggul
bermutu. Penggunaan benih unggul bermutu yang
dibarengi dengan penerapan teknologi yang tepat
telah terbukti memberikan kontribusi dalam
Laporan Tahunan 2015
46 | P a g e
peningkatan produktivitas dan produksi tanaman
pangan.
Bantuan benih padi inbrida merupakan salah
satu langkah strategis Kementerian Pertanian dalam
peningkatan produktivitas pertanian, di Provinsi Riau
Bantuan benih padi inbrida dilaksanakan di 3 (tiga)
kabupaten yaitu Kabupaten Bengkalis 1,000 ha,
Indragiri Hulu 1,500 ha dan Rokan Hilir 907 ha dengan
total 3,407 ha.
8. Bantuan Alsintan Penanganan Pascapanen
Alat dan mesin pertanian mempunyai peran
yang strategis dalam pembangunan pertanian
diantaranya;
1) Proses lebih cepat, dengan mekanisasi, dapat
melaksanakan pengolahan lahan, panen dan
pasca panen dengan cepat. Apalagi saat ini perlu
peningkatan intensitas pertanaman untuk
mengejar peningkatan produksi.
2) Lebih efisien, kebutuhan ongkos (cost production)
lebih rendah dibandingkan secara tradisional atau
manual, baik untuk olah lahan maupun untuk
panen.
3) Menekan kehilangan hasil dan meningkatkan nilai
tambah, dengan menggunakan alsintan thresser
(perontok) yang efektif dapat
menekan/menurunkan kehilangan hasil.
4) Meningkatkan pendapatan. Mekanisasi pertanian
memberikan kontribusi untuk menurunkan biaya
produksi, meningkatnya hasil dan menurunnya
susut hasil, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan usaha tani. Namun
pada dasarnya, keempat posisi strategis
mekanisasi itu menuntut prasyarat kelengkapan
dan kesiapan kelembagaan dan sumber daya
manusia sebagai pelaku pembangunan.
Bantuan Alsintan Penanganan Pascapanen yang
diberikan dalam kegiatan Upsus Pajale di Provinsi
Riau antara lain: 1) Combine Harvester Kecil, 2) Power
Tresher Multiguna, 3) Corn Sheller.
Gambar 20. Menteri Pertanian Menyerahkan
Bantuan Alsintan
9. Temu Lapang
Temu Lapang Upsus Pajale diadakan dalam
rangka menyampaikan informasi kepada petani
secara langsung mengenai kegiatan Upsus Pajale baik
berupa konsep dasar Upsus Pajale maupun teknologi
yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi pajale
khususnya di Provinsi Riau serta umpan balik dari
petani.
Tujuan diadakannya temu lapang ini adalah:
1. Membuka kesempatan bagi petani untuk
mendapatkan informasi mengenai teknologi hasil
penelitian yang bisa diterapkan oleh petani dalam
mendukung Upsus Pajale.
2. Mendapatkan umpan balik secara langsung dari
petani terkait teknologi yang telah dihasilkan.
3. Menyalurkan teknologi dikalangan petani secara
cepat.
Temu lapang Upsus Pajale di Provinsi telah
dilaksanakan pada 4 (empat) kabupaten yaitu
Kabupaten Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Siak dan
Bengkalis.
Laporan Tahunan 2015
47 | P a g e
Gambar 21. Kegiatan Temu Lapang UPSUS Pajale
Permasalahan dalam Pelaksanaan UPSUS Pajale
Permasalahan yang dihadapi dalam Pelaksanaan
Upsus Pajale di Provinsi Riau antara lain :
1. Akurasi data berupa Perbaikan Jaringan Irigasi
Tersier (PJIT), realisasi tanam, realisasi panen
sangat sulit dilakukan hal ini dikarenakan masih
kurangnya koordinasi anatara tim pusat, provinsi
maupun daerah serta sedikitnya tenaga penyuluh
lapangan yang ada di daerah.
2. Bencana asap yang melanda Provinsi Riau dalam
waktu yang cukup lama berakibat kepada
mundurnya waktu tanam sehingga target luas
tanam tidak dapat tercapai.
3. Belum adanya tanggul-tanggul khususnya untuk
daerah kepulauan di Provinsi Riau seperti
Kabupaten Kepulauan Meranti, dimana petani
sangat membutuhkan pembangunan tanggul agar
bisa menahan masuknya air asin ke tanaman
warga.
4. Kurang responnya masyarakat/petani terhadap
kegiatan Upsus Pajale, hal ini dikarenakan belum
adanya pasar yang jelas untuk komoditas pajale
tersebut. Harga jual petani tidak sesuai dengan
haga pasar, masih jauh dengan harga pasaran.
O. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) Provinsi Riau
1. Latar Belakang
Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah
melaksanakan program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan secara
terintegrasi dengan kegiatan Eselon I lingkup
Kementerian Pertanian maupun Kementerian/
Lembaga di bawah payung Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).
PUAP difokuskan untuk mempercepat
pengembangan usaha ekonomi produktif yang
diusahakan petani di perdesaan.
Seperti kita ketahui, permasalahan mendasar
yang dihadapi petani saat ini adalah kurangnya akses
terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi,
serta masih lemahnya koordinasi dalam organisasi
tani. Untuk itu, program penanggulangan kemiskinan
merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan kesepakatan
global untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Millenium (Millenium Development Goals, MDGs).
Dalam hal koordinasi pelaksanaan PUAP di
Kementerian Pertanian, MenteriPertanian
membentuk Tim PUAP Pusat untuk
mengkoordinasikanpelaksanaan PUAP Nasional.
PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuanmodal
usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani
penggarap,buruh tani maupun rumah tangga tani
yang dikoordinasikan olehGabungan Kelompok Tani
(Gapoktan). Gapoktan merupakan kelembagaantani
pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal
usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam pelaksanaan PUAP,
Gapoktandidampingi oleh tenaga Penyuluh
Pendamping dan Penyelia Mitra Tani(PMT). Melalui
pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat
menjadikelembagaan ekonomi yang dimiliki dan
dikelola oleh petani.
Laporan Tahunan 2015
48 | P a g e
Tujuan
1. Melaksanakan tugas kesekretariatan PUAP di
tingkat provinsi (administrasi, koordinasi,
notulensi, dokumentasi).
2. Mengkoordinasikan usulan Desa dan Gapoktan
calon penerima dana BLM PUAP 2015 dari
kabupaten/kota.
3. Melaksanakan verifikasi dokumen Gapoktan
penerima dana BLM PUAP 2015 sesuai usulan
tim teknis kabupaten (dokumen RUB dan
administrasi).
4. Melakukan pembinaan teknis, pendampingan,
pengendalian dan evaluasi monitoring teknis
kepada Gapoktan serta menyampaikan laporan
pelaksanaan PUAP.
5. Melakukan penyusunan Profil Gapoktan
penerima BLM PUAP.
Keluaran
1. Terlaksananya tugas kesekretariatan
(administrasi, koordinasi, notulensi,
dokumentasi).
2. Terlaksananya koordinasi/ konsultasi/
sosialisasi/ sinkronisasi/ workshop terkait
pelaksanaan PUAP.
3. Terlaksananya verifikasi dokumen RUB dan
administrasi Gapoktan penerima dana BLM
PUAP.
4. Terlaksananya kegiatan pembinaan teknis,
pendampingan, pengendalian dan evaluasi
monitoring evaluasi kepada Gapoktan serta
pelaporan pelaksanaan PUAP.
5. Terlaksananya pendampingan inovasi teknologi
pada Gapoktan
Manfaat
1. Operasional kegiatan program PUP lebih fokus,
efisien, efektif dan hasil akhir terukur
(kuantitatif).
2. Sasaran dan target tahunan dari program PUAP
2015 (pemberkasan GAPOKTAN PUAP 2015)
tercapai, sehingga petani PUAP mendapat
tambahan modal kerja dalam usahatani padi.
3. Mengetahi perkembangan gapoktan penerima
BLM PUAP dari tahun 2008-2014.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan PUAP pada tahun
2015 adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan administrasi kesekretariatan PUAP.
2. Melaksanakan atau ikut serta dalam koordinasi/
konsultasi/ sosialisasi/ sinkronisasi/ workshop
terkait pelaksanaan PUAP.
3. Verifikasi dokumen administrasi pengajuan dana
BLM PUAP Tingkat Provinsi Riau.
4. Evaluasi dan Monitoring pelaksanaan PUAP
5. Pendampingan inovasi teknologi
2. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
1. Kesekretariatan PUAP
Kegiatan kesekretariatan dilakukan dari bulan
Januari 2015 yang pengelolaannya dilaksanakan oleh
Sekretariat PUAP Provinsi Riau yang berkedudukan di
BPTP Riau. Secara umum kegiatan kesekretariatan
yang dilaksanakan adalah:
1. Mengarsipkan dan menindaklanjuti disposisi
surat dari Kepala BPTP Riau atau dari Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau;
2. Merencanakan, melaksanakan dan notulensi
pertemuan rutin bulanan dengan PMT;
3. Menerima dan memberikan informasi maupun
konsultasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan PUAP baik kepada Gapoktan, Tim
Teknis dan stakeholder lainnya;
4. membantu melaksanakan kontrak kerja PMT
dengan PPK Pembinaan PMT, Direktorat
Pembiayaan Pertanian, Kementrian Pertanian;
5. membantu menyelesaikan pertanggungjawaban
BOP PMT; dan 6) Menyusunan data base PUAP
yang meliputi data dasar Gapoktan penerima
PUAP, Penyuluh Pendamping, PMT, laporan
hasil identifikasi potensi desa, data dasar desa,
RUB, dan RUA/RUK. Hasil pelaksanaan kegiatan
kesekretariatan PUAP Riau diuraikan sebagai
berikut:
a. Surat-surat yang masuk baik melalui surat,
faks maupun email berasal dari berbagai
sumber, yaitu dari instansi pusat,
kabupaten/kota lingkup Provinsi Riau dan
Gapoktan.
b. Merencanakan agenda dan melaksanakan
pertemuan rutin bulanan dengan PMT pada
awal bulan. Pada saat yang bersamaan
Laporan Tahunan 2015
49 | P a g e
dengan pertemuan PMT, juga dilakukan
pengumpulan laporan PMT berupa
perkembangan dana BLM PUAP dari Gapotan
peneriman PUAP tahun 2008-2013 dan
rencana kerja bulanan yang dilakukan PMT
dalam bentuk tercetak maupun softcopy
serta pengecekan laporan kerja bulanan
yang sudah dilakukan PMT yang ditulis dalam
bentuk logbook.
c. Pelayanan Konsultasi dari Tim Teknis
kabupaten/kota dan PMT
d. Kontrak Kerja PMT
Gambar 22. Rapat koordinasi PMT yang dilaksanakan
tiap bulan minggu I 2. Koordinasi/ Konsultasi/ Sosialisasi/ Konsolidasi/
Workshop terkait pelaksanaan PUAP
a. Koordinasi dan konsultasi Tingkat Kabupaten/
Kota, Provinsi dan Pusat
Koordinasi dan konsultasi pada tahun 2015
dilakukan untuk penyelesaian masalah
diantaranya berupa usulan gapoktan penerima
BLM-PUAP, kontrak kerja dan BOP PMT, evaluasi
kinerja PMT, verifikasi dokumen DNS PUAP,
pelaksanaan pertemuan rutin PMT, pertemuan
dengan tim teknis, laporan perkembangan dana
gapoktan penerima PUAP, pelaksanaan PUAP
dilapangan, dll. Koordinasi dan konsultasi
dilaksanakan melalui telepon, email, surat-
menyurat, pertemuan atau rapat, serta kunjungan
langsung.
b. Partisipasi dalam Sosialisasi/Konsolidasi/
Workshop
Selama tahun 2015, Penanggung PUAP Provinsi
Riau ikut berpartisipasi pada acara Evaluasi
Pelaksanaan PUAP tahun 2014, Pertemuan
Percepatan Pelaksanaan Program PUAP, Evaluasi
Kinerja Penyelia Mitra Tani (PMT),
c. Undangan sebagai narasumber
Dalam rangka pelatihan bagi pengurus gapoktan
di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelatihan Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) di UPT
Pelatihan Dinas Pertnaian dan Peternakan Provinsi
Riau di Kabupaten Bengkalis, dan pertemuan dan
Evaluasi Pelaksanaan PUAPdi Badan Pelaksana
Penyuluhan Kecamatan Sungai Mandau
Kabupaten Siak.
3. Verifikasi Dokumen Administrasi Pengajuan
Dana BLM PUAP Pada tahun 2015 Kementerian Pertanian
mengeluarkan 5 Daftar Nominatif Sementara (DNS) untuk Provinsi Riau yang berjumlah 88 Gapoktan dan yang terverifikasi untuk selanjutnya dikirim ke Pusat sejumlah 56 Gapoktan. Tabel Rekapitulasiverifikasi DNS Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 31. Rekap Verifikasi DNS tahun 2015 Provinsi
Riau
NO KABUPATEN JUMLAH DNS
DNS LOLOS VERIFIKASI
SISA
1 Bengkalis 5 4 1
2 Indragiri Hulu 6 6 0
3 Kampar 11 10 1
4 Kep. Meranti 6 4 2
5 Kuantan Singingi
13 8 5
6 Pekanbaru 4 0 0
7 Pelalawan 2 2 0
8 Rokan Hilir 1 0 1
9 Siak 3 2 1
Jumlah 51 36 15
Laporan Tahunan 2015
50 | P a g e
4. Pendampingan dan Monitoring Evaluasi Pelaksanaan PUAP Pada tahun 2015 pendampingan dan monitoring
evaluasi dilaksanakan di beberapa Kabupaten di Provinsi Riau. Evaluasi yang dilaksanakan pada Gapoktan meliputi perkembangan dana, aset Gapoktan dan usaha produktif Gapoktan serta permasalahan yang muncul dalam Gapoktan selama pelaksanaan kegiatan PUAP di lapangan. Adapun hasil pendampingan dan monitoring evaluasi pelaksanaan PUAP adalah sebagai berikut :
a. Kabupaten Indragiri Hulu
Monitoring dilakukan pada Gapoktan Sejahtera
Jaya, yang terletak di Desa Gudang Batu Kecamatan
Lirik Kabupaten Indragiri Hulu. Pada Gapoktan ini
Simpanan wajib yang telah disepakati adalah Rp.
50.000,- sedangkan simpanan pokok adalah Rp. 5.000
per bulan. Untuk pinjaman kepada anggota dikenakan
jasa 1 % per bulan dalam jangka waktu 12 bulan
dengan maksimal pinjaman Rp. 5.000.000,-Usaha tani
dari Gapotan ini antara lain peternakan, hortikultura
dan usaha bakulan.
Gambar 23. Sekretariat Gapoktan Sejahtera Jaya
b. Kabupaten Rokan Hulu
Monitoring yang dilakukan di Kabupaten ini
adalah Gapoktan Tandun Jayadan Gapoktan Bakti
Mulya.
Gapoktan Tandun Jaya terletak di Desa Tandun
Kecamatan Tandun, yang merupakan penerima BLM
PUAP tahun 2010. Pada tahun berdiri Gapoktan ini
terdiri dari 2 poktan dan sekarang telah berkembang
menjadi 7 poktan dengan jumlah anggota 129
orang.Simpanan pokok dari Gapoktan : Rp. 20.000,-
yang mempunyai unit usaha otonom Saprodi (pupuk).
Pada saat identifikasi, perkembangan dana Gapoktan
ini berjumlah : RP. 151.682.000,-.
Gapoktan Bakti Mulyamerupakan penerima BLM
PUAP tahun 2008, dengan bidang usaha adalah
tanaman pangan (padi) dan perkebunan (sawit dan
karet), serta usaya simpan pinjam dan saprodi.
Jumlah kelompok tani pada Gapoktan ini adalah 13
poktan dari jumlah Gapoktan awal 8 Poktan dengan
jumlah anggota sekarang 276 orang.Simpanan pokok
pada Gapoktan ini Rp. 50.000,- dan simpanan wajib
Rp. 1.000,- perbulan. Jumlah pinjaman maximal Rp.
10.000.000 dengan jasa 1 % perbulan dalam jangka
waktu pengembalian 10 bulan.Pada waktu identifikasi
jumlah perkembangan dana pada Gapoktan ini adalah
: Rp. 236.300.000,-.
c. Kabupaten Bengkalis
Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini
adalah: Gapoktan Gemilang Jaya, Gapoktan Batin
Bertuah, Gapoktan Air Jernih.
Gapoktan Gemilang jaya terletak di Kelurahan
Gajah Sakti Kecamatan Mandau yang merupakan
penerima BLM PUAP tahun 2012, dengan jumlah 5
poktan. Usaha otonom dari Gapoktan ini adalah
Usaha Simpan pinjam yang mana maksimal pinjaman
berkisar 25 Juta dengan jasa 10 % per tahun. Sampai
saat ini jumlah perkembangan Dana Gapoktan Rp.
177.000.000. Untuk Simpanan pokok : Rp. 50.000
sedangkan untuk simpanan wajib : Rp. 5.000, Untuk
kelancaran pinjaman maka sesuai dengan
kesepakatan keterlambatan dalam pembayaran
dikenakan denda Rp. 1.000 per hari. Usaha tani
Gapoktan adalah tanaman pangan (ubi kayu, jagung,
talas), hortikultura (sayuran, cabe), peternakan
(kambing, itik dan ayam potong), perkebunan sawit
dan pengolahan hasil.
Gapoktan Batin Bertuah berdiri pada tahun 2011
dan menerima dana BLM PUAP tahun 2012 yang
terletak di Kelurahan Babussalam Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis. Terdapat 8 poktan yang
tergabung dalam gapoktan ini. Pada Gapoktan ini
Unit Usaha Otonomnya adalah Simpan Pinjam,
dengan simpanan pangkal sebesar : Rp. 50.000,-
simpanan pokok sebesar : Rp. 10.000,- dan simpanan
wajib sebesar Rp. 5.000,-. Jasa pada gapoktan ini 1 %
per bulan dengan jangka waktu pinjaman 1 – 2 tahun.
Sampai saat kunjungan perkembangan dana
Gapoktan Rp.142.428.900,- Bidang usaha gapoktan
adalah tanaman pangan (jagung, ubi rambat, ubi
kayu), peternakan itik dan pengolahan hasil (keripik,
telur asin, susu kedelai).
Gapoktan Air Jernihberdiri pada tahun 2013 dan
menerima dana BLM PUAP tahun 2014. Gapoktan ini
Laporan Tahunan 2015
51 | P a g e
terletak di Kelurahan Air Jamban Kecamatan
Mandau.Untuk pencairan sudah 100 % dengan
perkembangan dana Rp. 106.057.000. Usaha
gapoktan ini adalah peternakan ayam dan kelinci, dan
hortikultura (cabe, pepaya).
d. Kabupaten Kuantan Singingi
Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini
adalah: Gapoktan Anggrek, Gapoktan Tani Makmur.
Gapoktan Anggrek terletak di Desa Pasir Emas
Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.
Gapoktan ini mempunyai 60 orang anggota yang
terdiri dari 4 (empat) Kelompok Tani , 3 (tiga)
Kelompok Tani Wanita dan 1 (satu) Kelompok Tani
Peternakan.Bidang usaha dari Gapoktan ini adalah
perkebunan, ternak, hortikultura, pemasaran Hasil
Pertanian.
Gapoktan Tani Makmur terletak di Desa Sunagi
Buluh Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan
Singingi. Gapoktan ini sudah pernah di evaluasi pada
tahun sebelumnya, dan berdasarkan hasil evaluasi
tahun lalu,telah dikategorikan Gapoktan baik dan bisa
diarahkan untuk pembentukan LKMA. Usaha simpan
pinjam tergolong lancar, dengan jasa 1.25 per bulan,
dengan adanya sanksi Rp. 250,-/hari jika terjadi
tunggakan. Kelebihan dari gapoktan ini yaitu adanya
asuransi jiwa bagi peminjam dengan jumlah Rp.
75.000,-/pinjaman. Sehingga jika peminjam
meninggal dunia, maka uang pungutan asuransi
tersebut yang akan membayarkan. Untuk usaha
simpan pinjam, ditentukan simpanan pokok : 50.000
dan simpanan wajib Rp. 10.000,-, dengan maksimum
pinjaman adalah Rp. 5.000.000.
e. Kabupaten Indragiri Hilir
Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini
adalah: Gapoktan Papadan, Gapoktan Harapan Jaya.
Gapoktan Papadan merupakan Gapoktan
penerima dana BLM PUAP pada tahun 2011. Hingga
Desember 2015, jumlah anggota yang aktif hanya
berjumlah 19 orang dari 74 orang, dengan total asset
yang ada berjumlah Rp. 160.398.000,-. Ini termasuk
agunan yang disita pengurus dari anggota yang
menggunakan dana BLM berupa lahan kebun seluas 5
baris. Sisa dana gapoktan ini masih bergulir di
anggota Gapoktan dan Rp. 17.000.000,- berada di
tangan pengurus.
Gapoktan Harapan Jaya merupakan penerima
BLM PUAP tahun 2013 dan melakukan pencairan
pada tahun 2014. Gapoktan ini terletak di Desa
Simpang Jaya Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten
Indragir Hilir, dengan jumlah anggota 115 orang
anggota yang terdiri dari 3 poktan. Usaha tani
gapoktan adalah tanaman pangan (padi), hortikultura
(nenas dan pisang), perkebunan (sawit dan pinang).
Untuk usaha simpan pinjam, simpanan pokok sebesar
Rp. 10.000,- dan simpanan wajib Rp. 1.000,-,
maksimal pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,- dengan
jasa 1 ½ % per bulan dalam jangka waktu 10 bulan.
Pencairan pertama sebesar Rp.60.000.000,- sudah
didistribusikan kepada angota. Namun sampai saat ini
pengurus masih menunggu pengembalian dari
anggota baru sebelum menggulirkan pinjaman
berikutnya, karena adanya tunggakan anggota
sebesar Rp. 24.000.000,- yang disebabkan oleh gagal
panen.
f. Kabupaten Kampar
Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini
adalah: Gapoktan Sarak Sikumbang, Gapoktan Ridho
Usaha.
Gapoktan Sarak Sikumbang merupakan
gapoktan penerima PUAP tahun 2011, dengan jumlah
anggota 96 orang yang terdiri dari 3 poktan. Usaha
dari gapoktan ini adalah kios saprodi, rice milling
mini, dan usaha simpan pinjam.
Gapoktan Ridho Usahamerupakan penerima
BLM PUAP tahun 2010 yang terletak di Desa Tapung
Makmur Kecamatan Tapung Hilir. Desa Tapung
Makmur didiami oleh 780 kepala keluarga dengan
topografi berupa areal sawah teknis seluas 20 hektar,
lahan berupa kebun dan ladang seluas 156 hektar,
tanah pekarangan seluas 200 hektar dan areal hutan
seluas 40 hektar. Potensi berupa ternak yaitu sapi 500
ekor, kambing 260 ekor, dan unggas yang terdiri atas
bebek dan ayam sebanyak 2.322 ekor. Umumnya
mata pencaharian penduduk adalah petani, buruh
tani, pedagang bakulan dan industri rumah tangga
berupa pembuatan tempe dan tahu.
Gapoktan Ridho Usaha berkewajiban
mengeluarkan simpanan pokok sebesar Rp 50.000,-
dan simpanan wajib sebanyak Rp. 5000,-. Sampai
dengan bulan Juni 2015 simpanan pokok dan
simpanan wajib yang bisa terhimpun adalah Rp.
Laporan Tahunan 2015
52 | P a g e
7.205.000,- , sedang simpanan sukarela hanya
sejumlah Rp. 210.000,- Dana PUAP sejumlah Rp.
100.000.000,- yang disusun berdasarkan RUA, sesuai
kesepakatan dikelola oleh unit LKM.
5. Pelaporan
Berdasarkan inventarisasi jumlah gapoktan yang
telah menerima BLM PUAP dari tahun 2008 – 2015
untuk Provinsi Riau adalah seperti pada tabel
32berikut ini.
Tabel 32. Inventarisasi Jumlah Gapoktan penerima
BLM PUAP Periode 2008-2015 di Provinsi
Riau
Dari laporan perkembangan dana Gapoktan
penerima BLM PUAP tahun 2008 – 2014 yang telah
diterima dari PMT sampai dengan laporan bulan
Desember 2015 dari seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Riau serta setelah dilakukan rekapitulasi
diperoleh jumlah Gapoktan yang sudah menerima
BLM PUAP sebanyak 1379 Gapoktan/desa dengan
jumlah aset Rp. 155.373.101.606,- dari dana awal Rp.
137.926.000.000,-.
6. Pendampingan Inovasi Teknologi Bagi Gapoktan
Kegiatan pendampingan Teknologi Bagi
Gapoktan penerima BLM PUAP dilaksanakan dalam
bentuk pelatihan dan temu lapang. Kegiatan ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan serta informasi bagi anggota Gapoktan
dalam melaksanakan usaha tani. Pada tahun 2015 ini
kegiatan pelatihan inovasi teknologi bagi Gapoktan
antara lain :
1. Pelatihan Pemanfaatan limbah Ternak untuk
Pembuatan Pupuk Organik
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 2
Oktober 2015 di SKB Kelurahan Pematang Rebah
Kecamatan Rengat Barat. Materi ini disampaikan oleh
Eka Novriandeni, S.Pt. Sebelum penyampaian materi
tentang inovasi teknologi juga disampaikan tentang
kebijakan PUAP tahun 2015 oleh Kepala BPTP Riau
(Prof. Dr. Ir. Masganti, MS) dan Administrasi dan
Pelaporan Keuangan Gapoktan yang disampaikan
oleh Viona Zulfia, S. TP.
Gambar 24. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Pembuatan Pupuk Organik
2. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Bagi
Gapoktan
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober 2015 di Sekretariat Gapoktan Fajar Indah, jl.
Sekapur Sirih Kota Pekanbaru.
Gambar 25. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik
3. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 17
November 2015 di Sekretariat Gapoktan Rejosari
Indah Kota Pekanbaru.
Gambar 26. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati
3. Kesimpulan
1. Kegiatan administrasi dan kesekretariatan PUAP
tahun 2015 berjalan lancar. Telah dilakukan 9
Laporan Tahunan 2015
53 | P a g e
(Sembilan) kali pertemuan koordinasi bersama
PMT dan 2 (dua) kali pertemuan dengan Tim
Teknis Kabupaten.
2. Jumlah PMT pada tahun 2015 adalah 38 orang
terdiri dari PMT perpanjangan kontrak kerja
sejumlah 33 orang dan PMT Peralihan Antar
Waktu (PAW) sebanyak 5 orang. Evaluasi Kinerja
PMT tahun 2015 35 orang PMT diperpanjang
kontraknya, 1 (orang) PMT mengundurkan diri
dan 2 (dua) orang PMT tidak diperpanjang
kontraknya.
3. Jumlah Gapoktan penerima dan BLM PUAP hasil
verifikasi tahun 2015 sejumlah 36 Gapoktan dari
51 Daftar Nominatif Sementara(DNS) untuk
Provinsi Riau.
4. Jumlah perkembangan dana sesuai laporan PMT
sampai dengan bulan Desember 2015 dari 1379
Gapoktan penerima BLM PUAP pada tahun 2008-
2014 di Provinsi Riau mencapai Rp.
155.373.101.606,-, meningkat 12,65 % dari dana
awal.
5. Pendampingan dan monitoring evaluasi
dilaksanakan ke Gapoktan penerima BLM PUAP di
Siak, Indragiri Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi,
Rokan Hulu, Bengkalis,Indragiri Hilir dan
Kepulauan Meranti.
Saran
1. Pertemuan antara Tim Teknis Kabupaten/Kota
dengan Tim Pembina PUAP Tingkat Provinsi untuk
tahun-tahun berikutnya perlu dilaksanakan secara
rutin 2 (dua) kali dalam setahun.
2. Perlu di cek lagi jumlah Gapoktan penerima BLM
PUAP untuk Provinsi Riau, karena terdapat
perbedaan antara database Gapoktan PUAP dari
Pusat dengan jumlah Gapoktan yang dilaporkan
oleh PMT /Tim Teknis Kabupaten / kota.
DISEMINASIINOVASI TEKNOLOGI HASIL PENGKAJIAN SPESIFIK
LOKASI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Riau sebagai penyelenggara fungsi inventarisasi dan
identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna spesifik
lokasi, penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi
pertanian spesifik lokasi serta penyiapan paket
teknologi hasil pengkajian dan bahan untuk
penyusunan materi penyuluhan pertanian, berusaha
mendekatkan hasil penelitian kepada pengguna
teknologi sehingga teknologi tersebut dapat
bermanfaat melalui program diseminasi. Agar hasil
penelitian dapat dimanfaatkan oleh pengguna
teknologi, hasil-hasil penelitian dari balai penelitian
komoditas di tingkat wilayah, harus dilakukan
verifikasi dan adaptasi untuk mendapatkan teknologi
spesifik lokasi sesuai dengan karakteristik agroekologi
dan sosial ekonomi setempat.
Pada Tahun Anggaran 2015, BPTP Riau
melaksanakan jenis kegiatan diseminasi, meliputi 1)
Temu Teknis hasil Litkaji, 2) Temu Aplikasi Teknologi
Pertanian, 3) Dialog Interaktif, 4) Pameran/Expo,
5)Pemutaran Film Diseminasi, 6) Taman Agroinovasi,
dan 7) Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL).
A. Temu Teknis Hasil Litkaji
Pada tahun Anggaran 2015 BPTP Riau telah
melaksanakan kegiatan Temu Teknis Litkaji sebanyak
3 (tiga) kali yaitu :
1. Temu Teknis hasil Litkaji Pengelolaan Lahan
Gambut Terdegradasi
Temu teknis ini dilaksanakan di UPTD Desa Bina
Maju Kecamatan Rangsang Barat pada tanggal
12 s.d. 14 Juni 2015. Acara ini dibuka oleh
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan
Meranti. Adapun yang menjadi narasumber
pada kegiatan ini antara lain :
1) Prof. Dr. Ir. Masganti, MS yang
menyampaikan Peluang Pengembangan
Lahan Gambut yang tergedrasi di Kepulauan
Meranti
2) Dr. Ir. Khairil Anwar, M. S yang
menyampaikan materi Pengelolaan Tata Air
di Lahan Pasang Surut.
3) Ir. Dahyar Nazmi, M. S yang menyampaikan
materi tentang Pengelolaan Lahan Gambut
Terdegradasi.
Laporan Tahunan 2015
54 | P a g e
Gambar 27. Temu Teknis Pengelolaan Lahan Gambut
Terdegradasi di Kep. Meranti
2. Temu Teknis Hasil Litkaji Pemilihan pakan Ternak
Sapi yang Berkualitas
Kegiatan ini Dilaksanakan di Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar pada
tanggal 16 s.d. 17 Juni 2015. Yang menjadi
narasumber pada kegiatan ini antara lain :
1) Prof. Dr. Ir. Masganti, MS yang menyampaikan
materi Peluang Pengembangan Ternak di
Provinsi Riau.
2) Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kampar
yang menyampaikan materi tentang Kebijakan
Pengembangan Peternakan di Kabupaten
Kampar.
3) Dwi Sisri Yeni, S. Pt, M. Si menyampaikan
materi tentang Pemilihan Pakan Ternak Sapi
yang Berkualitas
Gambar 28. Temu Teknis Hasil Litkaji Pemilihan Pakan Sapi Berkualitas
3. Temu Teknis Hasil Litkaji Budidaya Bawang Merah
Kegiatan ini Dilaksanakan di Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar pada
tanggal 04 s.d. 05 Agustus 2015. Acara ini dibuka
oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Kampar (Ir. Hendri
Dunant). Sedangkan yang menjadi Narasumber
pada kegiatan temu Teknis Hasil Litkaji ini antara
lain :
1) Prof. Dr. Ir. Masganti, MS
2) Sri Swastika, SP yang menyampaikan materi
Budidaya Bawang Merah Dataran Rendah
3) Suhendri, SP yang menyampaikan materi
Hama dan Penyakit yang Utama pada
Budidaya Bawang Merah
B. Temu Aplikasi Teknologi Pertanian Pada TA. 2015 BPTP Riau telah melaksanakan
kegiatan Aplikasi Teknologi Pertanian sebanyak 3
(tiga) kali dengan uraian sebagai berikut :
1. Temu Aplikasi Pembuatan Pestisida Nabati di
Kabupaten Rokan Hulu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 28
Mei 2015 di Desa Masda Makmur Kecamatan
Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Adapun yang
menyampaikan materi pada kegiatan ini antara
lain :
1) Umzakirman, SP dari Dinas Tamanan Pangan
dan Hortikultura Kabupaten Rokan Hulu yang
menyampaikan Kebijakan Pertanian di
Kabupaten Rokan Hulu.
2) Sri Swastika, SP yang menyampaikan materi
tentang Hama dan Penyakit Tanaman Pangan
3) Rachmiwati Yusuf, S. Pi, M. Si yang
menyampaikan materi tentang Pembuatan
Pestisida Nabati
Gambar 29. Penyampaian materi dan peserta Temu Aplikasi Pembuatan Pestisida Nabati
di Kabupaten Rokan Hulu
Laporan Tahunan 2015
55 | P a g e
Gambar 30. Praktek Pembuatan Pestisida Nabati
2. Temu Aplikasi Pengenalan dan Pengendalian
OPT Padi di Kepulauan Meranti.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bina Maju
Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti pada tanggal 03 – 05
Agustus 2015. Adapun narasumber dari Temu
Aplikasi ini berasal dari PHP yang berasal dari
UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Riau dan Peneliti dari Balai
Peramalan Organisme Penggangu Tanaman
Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian,
sebagai berikut :
1) Indra Fuadi, SP, MP
2) Ir. Lili Retno Wati
3) Yadi Kusmayadi, SP
Gambar 31. Penyampaian materi pada Temu Aplikasi
Teknologi di Kabupaten Kepulauan Meranti
c. Temu Aplikasi Pembuatan Agen Hayati di
Kabupaten Rokan Hulu Temu Aplikasi ini dilaksanakan pada tanggal 07
s.d 09 Agustus 2015 yang berlokasi di
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu.
Adapun Narasumber dari kegiatan temu Aplikasi
ini adalah dari Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari antara
lain :
1) Kepala UPTD Kecamatan Rambah Samo
2) Ir. M. Antulat T
3) Ir. Bagaskoro S. Wibowo
Sebelum dilakukan praktek aplikasi pembuatan
Agen Hayati, terlebih dahulu dilaksanakan
kunjungan lapangan (Sawah), untuk
mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman
padi yang ada di sawah Kecamatan Rambah
Samo.
Gambar 32. Identifikasi hama dan penyakit tanaman
Padi di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah
Kabupaten Rokan Hulu
Gambar 33. Penyampaian materi oleh narasumber dan
praktek pembuatan agen hayati
C. Dialog Interaktif
Kegiatan yang telah dilakukan dalam
pelaksanaan dialog interaktif ini meliputi :
a. Penyiapan materi dialog dengan cara melakukan
identifikasi kebutuhan informasi/ teknologi di
tingkat pengguna informasi/teknologi.
Identifikasi dilakukan melalui surat menyurat
maupun wawancara langsung di lapangan
ataupun dengan cara memanfaatkan forum
pertemuan resmi seperti Sekolah Lapang dan
Rapat Teknis baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten.
b. Melaksanakan shooting untuk film prolog
sebelum dialog interaktif yang bertemakan
tentang Kegiatan Upaya Khusus Padi Jagung
Kedelai. Kegiatan meliputi : Pengambilan video
di beberapa kabupaten di Provinsi Riau yang
meliputi rangkaian kegiatan untuk mendukung
USPUS Pajale ini seperti Kunjungan Menteri
Laporan Tahunan 2015
56 | P a g e
Pertanian ke Kabupaten Siak dan Meranti pada
Bulan Maret 2015, rapat koordinasi di Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau, dll.
c. Berkoordinasi dengan RTV untuk menetapkan
jadwal dialog interaktif dengan agenda
penayangan.
d. Penetapan narasumber untuk dialog Interaktif :
1. Ir. Mukti Sardjono, MSc., Staf Ahli Menteri
Pertanian bidang Lingkungan
2. Drs. Zaliani Arif Syah, Kepala Dinas Pertanian
dan Peternakan PRovinsi Riau
3. Prof. Dr. Ir. Masganti, MS, Kepala BPTP Riau
4. Drh. Askardya R Patrianov, Sekretaris
Bakorluh Provinsi Riau
e. Pelaksanaan Dialog Interaktif
Dialog dengan tema Upaya Khusus Peningkatan
Produksi Padi Jagung dan Kedelai dilaksanakan
pada tanggal 09 April 2015 di Stasiun RTV Riau.
JL. HR Soebrantas KM 10,5 Pekanbaru.
Gambar 34. Pelaksanaan Dialog Interaktif dengan Tema UPSUS Pajale
D. Pameran dan Expo
Pada Tahun Anggaran 2015, Pameran dan Expo
diagendakan sebanyak 2(dua) kali, dengan mengikuti
agenda Badan Litbang Pertanian dan Kementerian
Pertanian serta disesuaikan dengan materi dan topik
yang tersedia. Namun, telah terlaksana lebih dari 2
(dua) kali dengan rincian sebagai berikut :
a. Expo Upsus Pajale, dilaksanakan di Gedung
Daerah jl Dipenogoro Pekanbaru pada tanggal
27 Januari 2015.
b. Expo BPTP Riau pada Car Free Day yang
dilaksanakan di Jl . Diponegoro Pekanbaru pada
tanggal 16 Agustus 2015
c. Peringatan HPS Nasional, dilaksanakan di Sport
City Jakabaring Palembang pada tanggal 17 s.d.
20 Oktober 2015.
d. Peringatan HPS Tingkat Kabupaten yang
dilaksanakan Pelalawan pada tanggal 26
Oktober 2015.
e. Riau Expo, dilaksanakan pada tanggal di SKA Co
Ex, pada tanggal 26 Oktober s.d. 01 November
2015.
f. Peringatan HPS tingkat Provinsi yang
dilaksanakan di Lapangan Gedung Daerah
Provinsi Riau pada tanggal 11 Desember 2015
g. Gelar Teknologi Pertanian Modern di BB
Sukamandi pada tanggal 20 Oktober 2015.
a. Kegiatan Expo Upaya Khusus Padi, Jagung dan
Kedelai
Pada tahun 2015, salah satu kegiatan strategis
dari Kementerian Pertanian adalah Upaya Khusus
peningkatan produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Untuk
mesinkronkan kegiatan ini, Rapat Koordinasi lingkup
dinas Pertanian dan TNI cukup intensif dilaksanakan,
salah satunya adalah Rapat koordinasi yang
dilaksanakan di Gedung Daerah (Serindit) jl.
Diponegoro, Pekanbaru, yang dilaksanakan pada
tanggal 27 Januari 2015.
Untuk mensukseskan program tersebut, BPTP
Riau yang merupakan perpanjangan tangan dari
Badan Litbang Pertanian ikut berpartisipasi dalam
menampilkan teknologi yang dapat diterapkan pada
kegiatan peningkatan Produksi jagung dan kedelai
tersebut.
Pada kesempatan ini, BPTP menampilkan
beberapa varietas benih yang merupakan Varietas
Unggul Baru yang dapat meningkatkan produksi Padi,
Jagung dan Kedelai.
Gambar 35. Expo BPTP Riau pada Rapat Koordinasi UPSUS Pajale
Laporan Tahunan 2015
57 | P a g e
b. Kegiatan Expo BPTP Riau pada Car Free Day
BPTP Riau melaksanakan terobosan baru dalam
rangka meningkatkan proses desiminasi hasil-hasil
pengkajian para peneliti yaitu dengan mengadakan
expo di acara car free day yang dilaksanakan
Pemerintah Kota Pekanbaru pada hari Minggu
tanggal 16 Agustus 2015 di Jalan Diponegoro Kota
Pekanbaru.
Kegiatan tersebut adalah kegiatan yang pertama
kali diikuti oleh BPTP Riau dan mendapat respon
positif dari warga Kota Pekanbaru yang hadir dalam
acara tersebut. Pada kegiatan tersebut, stand BPTP
menampilkan tema “Mari Ciptakan Hidup Sehat
Dengan Tanaman Organik di Lahan Pekarangan”
dengan menampilkan tanaman-tanaman organik hasil
kreatifitas para pegawai yang tentunya sangat mudah
untuk diaplikasikan di lahan pekarangan kita masing-
masing. Tanaman-tanaman tersebut laris dibeli
pangunjung. Selain tanaman, stand BPTP juga
menjual minuman segar alami berbahan Jeruk
Sunkist.
Pada kesempatan ini, Stand BPTP juga
memberikan konsultasi gratis tentang hewan
peliharaan, baik perawatan maupun pengobatan
terhadap penyakit yang diderita hewan peliharaan,
dengan menghadirkan tenaga ahli dari peneliti BPTP
Riau drh. Winda Syafitri yang mendapat respon positif
dari para pengunjung.
Kepala BPTP Riau Prof.Dr.Ir. Masganti, M.S. yang
menghadiri acara expo memberikan apresiasi yang
tinggi terhadap pencetus dan semua yang terlibat
pada pelaksanaan ekspose tersebut. Beliau
menghimbau kiranya kegiatan ini dapat terus
berlanjut dan menjadi kegiatan rutin satu kali dalam
sebulan.
Gambar 36. Expo BPTP Riau pada Car Free Day
c. Peringatan HPS Nasional
Hari Pangan Sedunia yang ke 35 dilaksanakan di
Jakabaring Sport City mulai dari tanggal 17 s.d. 20
Oktober 2015. Acara ini dibuka oleh Sekretaris
Jenderal Kementerian Pertanian dengan tema
Pemberdayaan Petani sebagai Penggerak Ekonomi
Menuju Kedaulatan Pangan.
Rangkaian kegiatan pada peringatan HPS
tersebut antara lain : Pemberdayaan masyarakat,
gelar teknologi, perlombaan, wisata edukasi,
pameran dan bazar. Selain itu ada juga penghargaan
yang diberikan kepada peneliti, perekayasa, penyuluh
dan mitra pertanian yang mengembangkan inovasi
dan teknologi tujuh komoditas strategis (padi, jagung,
kedelai, daging, gula, bawang merah dan cabai).
Pada gelar teknologi menampilkan penemuan
varietas baru berumur pendek, inovasi cara
penanaman, pemeliharaan, teknologi panen dan
pascapanen serta pengolahan hasil dan
pemasarannya. Lokasi gelar teknoloi ditata dan diisi
dengan aneka tanaman hortikultura hingga tanaman
obat. selain itu ditampilkan juga teknik bertanam di
lahan sempit dengan konsep wall garden, hidroponik
hingga tabulapot.
Gambar 37. Gelar Teknologi Pertanian pada HPS Nasional di Palembang
Salahsatu perlombaan yang diadakan pada
peringatan HPS ini adalah Lomba Cipta Menu, dimana
Provinsi Riau berhasil meraih juara I pada lomba ini
dengan Sagu sebagai bahan untuk lomba cipta menu
tersebut.
Pada kegiatan tersebut, stand pameran sebagian
besar diisi oleh Instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah serta perusahaan swasta. Berbagai
produk-produk olahan, komoditas unggulan,
teknologi dan inovasi ditampilkan pada stand
tersebut. Seluruh Unit Eselon I Kementerian
Pertanian, termasuk Badan Litbang Pertanian, ikut
sertadalam pameran tersebut.
Laporan Tahunan 2015
58 | P a g e
Gambar 38. Stand Pameran pada Peringatan HPS di Palembang
d. HPS Tingkat Kabupaten
Kabupaten Pelalawan mengadakan kegiatan
Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 35 tahun 2015 pada
tanggal 26 Oktober 2015 bertempat di lapangan Bola
Abdul Rahman Desa Kuala Panduk, Kecamatan Teluk
Meranti. Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Pelalawan
HM. Harris, yang diadakan oleh Badan Ketahanan
Pangan Kabupaten Pelalawan. Pada kegiatan
tersebut, turut hadir Kepala BPTP Riau, Dandim 0313,
Kepala Dinas/ Badan/ Kantor, Camat dan
Forkompinda dilingkungan Pemerintah Kabupaten
Pelalawan. Adapun tema dari peringatan HPS Tingkat
Kabupaten Pelalawan ini adalah “Pemberdayaan
Petani sebagai penggerak Ekonomi Menuju
Kedaulatan Pangan dan Mewujudkan Pelalawan
Makmur”.
Bupati HM.Harris dalam sambutannya
menyampaikan bahwa melalui kegiatan HPS
ini,masyarakat diharapkan mampu menciptakan
ketahanan pangan untuk peningkatan kesejahteraan,
mampu memanfaatkan kesempatan dengan
masuknya investor khususnya di Kabupaten
Pelalawan. Selain itu dihimbau pula agar masyarakat
dapat mandiri, lebih proaktif, dan tidak sungkan
untuk menyampaikan pendapat. Hal ini sesuai dengan
visi Kabupaten Pelalawan, diantaranya Pelalawan
Sehat, Pendidikan Gratis, Teknopolitan, dan lain
sebagainya. Hal ini merupakan langkah-langkah
persiapan untuk menghadapi arus globalisasi.
Pada kesempatan itu, Direktur Utama RAPP
menyampaikan salah satu program yang diusung
perusahaan dalam mendukung kedaulatan pangan
yakni melalui program Desa Bebas Api di mana salah
satunya dengan pembukaan lahan tanpa bakar
sehingga kegiatan pertanian masyarakat bisa tetap
dijalankan tanpa merusak lingkungan. Selain itu
dilaksanakan pemberian penghargaan 100 juta rupiah
bagi desa yang dapat menghindari wilayahnya dari
kebakaran. Desa Kuala Panduk berhak atas hadiah
100 juta tersebut, karena desa ini dianggap mampu
mengelola wilayahnya dengan baik. Hal ini terlihat
pengamatan dari bulan Agustus hingga Oktober
bahwa desa tersebut bebas bencana kebakaran
hutan.
Bupati juga memberikan penghargaan dan
bantuan kepada insan-insan pertanian di kabupaten
pelalawan yaitu bagi penyuluh terbaik, BP3KP terbaik,
bantuan benih dll bagi petani.
Gambar 39. Peringatan HPS Tingkat Kabupaten Pelalawan
Usai memberikan sambutan, Bupati didampingi
Direktur RAPP, Kepala BPTP Riau, Dandim dan
rombongan menuju lahan pertanian Desa Bebas Api
untuk melakukan penanaman perdana dan simbolik
yang menandai dimulainya proses pertanian padi di
lahan gambut tersebut.
Gambar 40. Simbolis Tanam Perdana di Lahan Gambut
e. Riau Expo di Pekanbaru
Pergelaran event tahunan Riau Expo 2015,
dalam menyambut Sempena HUT Ke - 58 Provinsi
Riau yang diselenggarakan pada tanggal 26 Oktober
hingga 1 November 2015 di Grand Ballroom Co, Ex
Mall Ska, dibuka langsung oleh Pelaksana Tugas Plt.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.
Melalui Riau Expo 2015 ini, Pemerintah
bermaksud untuk mempromosikan dan
menginformasikan potensi dan peluang investasi
terkait produk dan jasa, khususnya produk dan jasa
Laporan Tahunan 2015
59 | P a g e
kreatif unggulan yang dimiliki oleh Pemerintah
Provinsi Riau, Kabupaten/Kota, serta kalangan dunia
usaha, termasuk UMKM dan Koperasi, kepada
kalangan investor potensial dari dalam dan luar
negeri. Hal ini telah kita buktikan melalui pameran
terbesar di Asia China ASEAN Expo 2015 pada bulan
September lalu. Delegasi dari Indonesia yang diwakili
oleh Tim Delegasi Provinsi Riau berhasil meraih “The
Best Performance”, dengan memperkenalkan
potensi-potensi yang ada di Bumi Melayu ini untuk
menarik investor luar negeri untuk masuk ke Provinsi
Riau.
Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut sekitar 159 stand pameran, yang terdiri dari
semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi
Riau, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Riau,
perusahaan minyak dan Gas (Chevron dan SKK), PT
Riau Andalan Pulp & Paper dan PT Indah Kiat Pulp &
Paper, Lembaga Perbankan, rumah Sakit, Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,
properti, perusahaan alat kesehatan, perusahaan
kecantikan, perhiasan, survenir, barang kerajinan,
perusahaan Televisi berlangganan dan lain-lain.
BPTP Riau bekerjasama dengan Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau juga
berpartisipasi pada pagelaran Riau Expo ini dengan
menampilkan produk-produk hasil pengkajian baik
berupa leaflet, produk olahan dan lainnya.
Gambar 41. Produk Hasil Pengkajian yang Dipamerkan pada
Pagelaran Riau Expo
f. HPS Tingkat Provinsi Riau
Hari Pangan Sedunia Tingkat Provinsi
dilaksanakan di Lapangan Gedung Daerah Provinsi
Riau pada tanggal 11 Desember 2015. Peringatan HPS
yang ke 35 Provinsi Riau dihadiri oleh plt. Gubernur
Provinsi Riau (Arsyadjuliandi Rachman) beserta Ibu
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Riau dan Dinas-
dinas terkait dengan Ketahan Pangan lingkup Provinsi
Riau.
Gambar 42. Peringatan HPS ke 35 Tingkat Provinsi Riau
E. Gelar Teknologi Pertanian Modern
Gelar teknologi pertanian modern dalam rangka
memperingati kinerja satu tahun pembangunan
pertanian kabinet kerja dengan tema Modernisasi
Pertanian Untuk Swasembada Pangan yang
dilaksanakan di Desa Gardu Mukti, Kecamatan
Tambakdahan Kabupaten Subang, Jawa Barat pada
tanggal 20 Oktober 2015. Pada kesempatan ini,
kabinet kerja menteri pertanian menyampaikan
bahwa :
1) Produksi pangan strategis meningkat tinggi
2) Pengendalian rekomendasi impor menghemat
devisa
3) Bangkitnya modernisasi pertanian
4) Bangkitnya investasi disektor pertanian dan
kinerja pertanian sesuai dengan target
Gambar 43. Peringatan Gelar Teknologi Pertanian Modern
F. Pemutaran Film Diseminasi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Riau mengadakan pemutaran film Diseminasi
pertanian yang dilaksanakan di 2 (dua) Kabupaten
yaitu :
a. Kabupaten Siak
Dilaksanakan pada tanggal 04 – 05 Juni 2015 di
Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya
Laporan Tahunan 2015
60 | P a g e
Kabupaten Siak. Film diseminasi yang diputar
pada lokasi ini antara lain berjudul :
1) Pengendalian Hama Tikus
2) Budidaya Jagung di lahan Gambut
3) Teknis Budidaya Padi
4) Pengendalian Penyakit Blast
Disamping itu juga ditayangkan film hiburan
dengan judul Batas dan Badik Titipan Ayah.
Gambar 44. Pemutaran Film Diseminasi di Desa Bungaraya,
Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak
b. Kabupaten Kepulauan Meranti
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 16
Juni 2015 di Desa Bina Maju Kecamatan
Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti.
Film diseminasi yang diputar pada lokasi ini
antara lain berjudul :
1) Pengendalian Hama Tikus
2) Budidaya Jagung di lahan Gambut
3) Teknis Budidaya Padi
4) Pengendalian Penyakit Blast
Gambar 45. Pemutaran Film Diseminasi di Kabupaten
Kepulauan Meranti
G. Taman Agroinovasi
Pada tahun anggaran 2015, kegiatan yang
dilaksanakan pada Taman Agroinovasi ini antara lain :
a. Terbangun dan terpeliharanya satu paket taman
agroinovasi di lingkungan BPTP Riau
b. Terlaksananya layanan dan konsultasi teknologi
pertanian di taman agroinovasi
c. Terlaksananya diseminasi teknologi inovasi
pertanian dalam bentuk taman agroinovasi
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanaman
agroinovasi antara lain :
1) Pembangunan Saung/ Gazebo
2) Pembuatan Kursi taman
3) Gapura Taman Agroinovasi
4) Kawat Rambatan Tanaman
5) Pembenahan taman/halaman kantor
6) Pembuatan Kolam Ikan
Gambar 46. Pembuatan Taman Agroinovasi
H. Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah
Pangan (KRPL) pada tahun 2015 yang telah
dilaksanakan terdiri dari :
a. Pendampingan dan pembinaan KRPL ke
kabupaten/kota
Pendampingan dan pembinaan yang
dilaksanakan berupa Pelatihan, antara lain
dilaksanakan di :
1) Pelatihan pembuatan Nutriant Film Technic
(NFT)
Peserta dari Pelatihan ini adalah anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Laporan Tahunan 2015
61 | P a g e
2) Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Sempit dengan Tanaman Hidroponik
Gambar 47. Pelatihan KRPL di Pekanbaru
Gambar 48. Pelatihan Budidaya Tanaman Hidroponik di
SMP 21 Pekanbaru
3) Pelatihan KRPL di Kabupaten Kepulauan
Meranti
Gambar 49. Pelatihan KRPL di Kabupaten Kepulauan
Meranti
b. Pengembangan KBI
Pada tahun 2015, Kebun Bibit Induk (KBI) BPTP
Riau direnovasi melalui perbaikan beberapa bagunan
yang telah rusak. Pembibitan tanaman yang
dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain:
1) Bibit cabe. Bibit dimasukkan ke dalam tempat
pembibitan dari polibag kecil ataupun dari daun
pisang yang dibuat seperti polibag dan diisi
dengan tanah.
2) Bibit sayuran seperti Pakchoi, sawi, seledri dan
lain-lain. Bibit disemaikan dulu pada napan yang
telah diisi dengan media cocopit, untuk benih ini
baru bisa dipindahkan bila berumur 10-15 hari
dengan ketinggian 10 cm.
3) Perbanyakan tanaman rimpang, seperti Kunyit,
jahe, lengkuas , dll.
Gambar 50. Kegiatan pada KBI BPTP Riau
Gambar 51. Pengunjung yang Membeli Bibit Tanaman dari KBI
PERMASALAHAN DAN UPAYATINDAK LANJUT
Suksesnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai
tergantung pada kesuksesan setiap
pegawai/karyawan melaksanakan tugas-tugasnya.
Untuk mencapai kinerja yang optimal, berbagai
aktivitas pegawai seyogyanya dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai. Harus diakui,
kelengkapan dan optimalnya fungsi setiap
sarana/prasarana merupakan faktor yang sangat
penting dalam mewujudkan kinerja aparat yang
bermutu tinggi, cepat, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Khusus di BPTP Riau,
keterbatasan sarana/prasarana masih merupakan
faktor penghambat yang sangat destruktif terhadap
kinerja karyawan terutama dalam optimalisasi jam
kerja dan semangat kerja. Masalah yang utama
adalah:
Laporan Tahunan 2015
62 | P a g e
1. Kebakaran Lahan dan Hutan
Bergesernya musim tanam dikarenakan adanya
kebakaran hutan di wilayah Provinsi Riau yang
mengakibatkan bencana kabut asap yang
berkepanjangan.
2. Kebun Percobaan
BPTP Riau termasuk BPTP yang tidak memiliki
kebun percobaan sehingga tidak ada lokasi untuk
dijadikan “show window” nya Badan Litbang di
daerah. Penelitipun kesulitan melakukan
penelitian karena ketiadaan kebun percobaan ini.
3. Keterbatasan daya listrik
Walaupun tahun 2015 sudah diadakan
penambahan daya listrik, namun pelaksanaannya
adalah pada akhir tahun, sehingga dari awal
hingga pertengahan tahun 2015 masih terjadi
ketidakstabilan arus listrik.
4. Laboratorium
Pada tahun 2015 beberapa alat laboratorium
mengalami kerusakan sehingga kegiatan analisis
di BPTP Riau tidak dapat dilaksanakan.
5. Perbanyakan Bahan Penyuluhan
Tingginya permintaan terhadap bahan
penyuluhan kepada BPTP, baik dari petani
maupun penyuluh tidak dapat dipenuhi, karena
keterbatasan bahan penyuluhan yang dimiliki oleh
BPTP. Hal ini, disebabkan karena terbatasnya dana
yang dimiliki oleh BPTP untuk menyediakan bahan
tersebut. Padahal, ketersediaan bahan
penyuluhan ini sangat dirasakan dukungannya
terhadap penyuluhan di lapangan. Diharapkan
adanya pertimbangan dalam melakukan efisiensi
anggaran minimal masih dapat terlaksananya
Tupoksi UPT, dalam hal ini BPTP, sehingga alokasi
dana untuk perbanyakan bahan penyuluhan ini
baik berupa leaflet, poster, juknis maupun CD
dapat tersedia.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut pada penyusunan anggaran tahun 2016
khususnya pada belanja modal sudah direncanakan
untuk pengadaan fasilitas-fasilitas yang dirasa sangat
diperlukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas. Selain itu, Laboratorium Tanaman dan Tanah
BPTP Riau sedang dalam proses untuk akreditasi
ISO/IEC 17025:2005. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi kekurangan tenaga peneliti, pustakawan
dan cleaning service BPTP Riau akan mengusulkan
pengangkatan PNS sesuai kebutuhan. Untuk fasilitas
kebun percobaan sedang dilakukan proses negosiasi
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan
agar dapat mengadakan lahan untuk dijadikan kebun
percobaan BPTP Riau.
PENUTUP
Secara keseluruhan Kegiatan di tahun 2015
berjalan dengan baik.Pegawai BPTP pada tahun 2015
berjumlah 70 orang.Untuk pengadaan barang dan
jasa sebanyak 10 item barang.
Realisasi belanja BPTP Riau pada TA 2015 adalah
sebesar 11.897.807.526,- atau sebesar 93,55 % dari
anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja.
Anggaran Belanja BPTP Riau TA. 2015 adalah
12.718.633.000,-
Kegiatan Pengkajian APBN terdiri dari
Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis
Hortikultura (PKAH), Pendampingan Kawasan
Peternakan (PSDS) Provinsi Riau, Pendampingan
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional
Perkebunan (Kelapa Sawit), Pendampingan Kawasan
RumahPangan Lestari (KRPL), dan Uji Adaptasi
Varietas Unggul Padi Gogo Beras Merah di Provinsi
Riau.
Kegiatan yang penting dilakukan secara
berkelanjutan adalah Inventarisasi dan Identifikasi
Sumberdaya Genetik di Provinsi Riau dan Penyusunan
Peta Perwilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan
Zona Agroekologi (AEZ) lingkup Provinsi Riau.
Laporan Tahunan 2015
63 | P a g e