pendahuluan-akhir

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak di derita oleh masyarkat yang berasal dari berbagai kalangan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) Indonesia berada pada urutan keempat menurut banyaknya jumlah pendertita gastritis setelah Amerika Serikat, Inggris dan Bangldesh dengan jumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004). Di negara-negara Asia, Indonesia berada pada urutan ketiga setelah negara India dan Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita.Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalalah kota Jakarta, yaitu 25 ribu penduduk. Pemicu penyakit gastritis di Jakarta yaitu dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makan menjadi tidak teratur. (Profil Dinkes, 2004). Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis tertinggi di Indonesia mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 1

Upload: devi-puspasari

Post on 01-Dec-2015

201 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak di derita oleh

masyarkat yang berasal dari berbagai kalangan. Berdasarkan data dari World

Health Organization (WHO) Indonesia berada pada urutan keempat menurut

banyaknya jumlah pendertita gastritis setelah Amerika Serikat, Inggris dan

Bangldesh dengan jumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004). Di

negara-negara Asia, Indonesia berada pada urutan ketiga setelah negara India dan

Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita.Sedangkan di Indonesia sendiri kota

yang penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalalah kota

Jakarta, yaitu 25 ribu penduduk. Pemicu penyakit gastritis di Jakarta yaitu

dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga

mengakibatkan makan menjadi tidak teratur. (Profil Dinkes, 2004).

Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang

dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis tertinggi di

Indonesia mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya

seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang

35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola

makan yang tidak sehat (Rial, 2010).

Gastritis adalah peradangan pada mukosa gaster yang diakibatkan oleh

ketidakmampuan gaster menerima suatu zat atau makanan, yang mana penyakit ini

digolongkan sebagai suatu infeksi pada saluran pencernaan. ( Price, Sylvia, A,

1995 ).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering

diakibatkan oleh ketidakaturan diet (pola makan), misalnya makan terlalu banyak

dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh

penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.

(Smeltzer, 2001 : 1062).

1

Faktor yang berperan pada kejadian gastritis dan tukak lambung dengan

gejala khas dispepsia diantaranya adalah pola makan atau kebiasaan makan dan

sekresi asam lambung (Djojoningrat 2001).

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu

orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

(Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti, 2004:89).

Pola makan sehat mengandung dua makna, yaitu jenis makanan yang sehat

dan keteraturan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu makanan yang di

dalamnya terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun pola

makan yang sehat adalah kebiasaan yang baik, yaitu kesesuaian antara jumlah

dengan kebutuhan tubuh, beragam jenisnya sehingga mencukupi kebutuhan zat

gizi esensial tubuh, dan jadwal makan yang teratur (Khomsan 2002). Sedangkan

pola makan tidak sehat merupakan suatu kebiasaan yang tidak sesuai dengan pola

makan yang seharusnya, sehingga nutrisi yang diperlukan oleh tubuh tidak

terpenuhi baik dilihat dari jenis asupannya maupun jadwal makannya.

Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan produksi asam lambung. Asam

lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung

dengan jadwal yang teratur. Produksi asam lambung akan tetap berlangsung

meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi

sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali

waktu makan sehingga produksi asam lambung terkontrol. Kebiasaan makan tidak

teratur akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini berlangsung

lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding

mukosa pada lambung sehingga timbul gastritis. (Nadesul 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan pada 11 orang mahasiswa A’2012 Fakultas

Keperawatan Unpad, ditemukan 7 dari 11 mahasiswa menderita gastritis.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan tema gambaran pengetahuan dan perilaku pola makan mahasiswa A’2012

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran terhadap penyakit gastritis.

2

1.2 Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang diatas, penulis merumuskan maslah

penelitian sebagai berikut:

Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa A’2012 terhadap penyakit

gastritis?

Bagaimana gambaran perilaku pola makan A’2012 terhadap penyakit

gastritis?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan

perilaku pola makan mahasiswa A’2012 Fakultas Keperawatan Universitas

Padjadjaran terhadap penyakit gastritis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi institusi

mengenai gambaran pola makan terhadap penyakit gastritis.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi data acuan bagi perawat dalam pemberian

asuhan keperawatan terhadap penderita gastritis.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar untuk

penelitian selanjunya tentang gastritis.

3

1.5 Definisi Istilah

1.5.1 Pola Makan

Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang berhubungan

dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola

makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga,

preferensi terhadap makanan, dan cara pemilihan bahan pangan (Suhardjo 1989).

Khumaidi (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua faktor

utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor intrinsik

(berasal dari dalam diri manusia) dan faktor ekstrinsik (berasal dari luar manusia).

Faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain asosiasi

emosional, keadaan jasmani, keadaan kejiwaan, dan penilaian terhadap makanan,

sedangkan faktor ekstrinsik antara lain lingkungan sosial, alam, budaya, agama,

dan ekonomi.

1.5.2 Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada mukosa gaster yang merupakan akibat

ketidakmampuan gaster menerima suatu zat atau makanan, yang mana penyakit ini

digolongkan sebagai suatu infeksi pada saluran pencernaan. ( Price, Sylvia, A,

1995 ).

1.5.3 Mahasiswa Baru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi mahasiswa adalah orang

yang belajar di perguruan tinggi.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan

Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang berhubungan

dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola

makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga,

preferensi terhadap makanan, dan cara pemilihan bahan pangan (Suhardjo 1989).

Khumaidi (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua faktor

utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor intrinsik

(berasal dari dalam diri manusia) dan faktor ekstrinsik (berasal dari luar manusia).

Faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain asosiasi

emosional, keadaan jasmani, keadaan kejiwaan, dan penilaian terhadap makanan,

sedangkan faktor ekstrinsik antara lain lingkungan sosial, alam, budaya, agama,

dan ekonomi.

Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa

terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan. Pertama,

karakter individu, seperti: umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,

pengetahuan gizi, dan kesehatan. Kedua, karakter makanan, seperti: rasa, rupa,

tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, dan kombinasi makanan. Ketiga, karakter

lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas, dan tingkat sosial masyarakat.

Pola makan sehat mengandung dua makna, yaitu jenis makanan yang sehat

dan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu makanan yang di dalamnya

terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun pola makan yang

sehat adalah kebiasaan yang baik, yaitu sesuai jumlahnya dengan yang dibutuhkan

tubuh, beragam jenisnya sehingga mencukupi kebutuhan zat gizi esensial tubuh,

dan jadwal makan yang teratur (Khomsan 2002).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pola makan

adalah kebiasaan makan, frekuensi dan keteraturan makan serta asupan makanan

pada setiap individu setiap hari sehingga membentuk suatu pola.

5

Pola makan yang tidak teratur akan menyebabkan beberapa gangguan,

misalnya gangguan pada saluran gastrointestinal, diantaranya :

2.1.1.Gastritis

Gastritis yaitu peradangan pada gaster atau lambung. Hasil penilitian

(sulastri, dkk.2012) menyatakan bahwa keteraturan waktu makan, jenis makanan

yang di konsumsi dan jumlah asupan makanan dapat mempengaruhi kekambuhan

gastritis.

Jadwal makan yang lebih teratur lebih sedikit kekambuhanya daripada

jadwal makanan yang kurang teratur. Jenis makanan seperti makanan pedas, asam

dan makanan yang mengandung soda (sayur, kol, nangka) serta makanan yang

mengandung kafein dapat meningkatkan asam lambung sehingga risiko

kekambuhan gastritis meningkat. Jumlah asupan makanan juga mempengaruhi

kekambuhan gastritis jumlah makanan yang mencukupi lebih jarang dari pada

makanan yang tidak mencukupi.

2.1.2 Diare

Diare yaitu BAB lebih dari satu kali. Diare bisa disebabkan oleh makanan

yang basi, beracun, dan seseorang yang alergi terhadap makanan tertentu.

2.1.3 Typoid

Typoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica,

khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi. Penyakit ini dapat ditularkan oleh

alat atau makanan yang terkontaminasi bakter Salmonella typhi.

2.1.4 Konstipasi

Beberapa penyebab konstipasi yaitu intake makanan yang kurang sehat dan

minum yang kurang serta kurangnya aktivitas.

Penyakit yang paling sering timbul akibat tidak teraturnya pola makan

adalah gastritis.

6

2.2 Gastritis

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat

akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah

gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronik ( Sylvia A. Price dkk, 2000,

hlm.376 ).

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung.

Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik

karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan

histopatologi ( Hirlan, 2006, hlm. 337 ).

Dalam Uripi (2004) dikemukakan bahwa ada beberapa faktor pencetus yang

mempengaruhi angka kejadian gastritis, diantaranya faktor makanan

(penyimpangan cara makan, jenis makanan, dan jeda waktu makan, serta jenis

makanan yang dikonsumsi), obat-obatan, dan faktor psikologis. Faktor tingginya

angka gastritis di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh ketaatan penderita

gastritis itu sendiri untuk mematuhi ‘aturan pembatasan’ makanan yang dapat

masuk ke lambungnya.

Faktor-faktor pendukung terjadinya gastritis diantaranya :

Infeksi bakteri seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii,

Streptococci, Staphylococci, Proteus species, Clostridium species, E.

coli, Tuberculosis, dan Secondary syphilis (Andersen, 2007).

Kebiasaan makan yang salah

Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan produksi asam lambung.

Asam lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke

dalam lambung dengan jadwal yang teratur. Produksi asam lambung

akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan

yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena kondisi

tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga

produksi asam lambung terkontrol. Kebiasaan makan tidak teratur akan

membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini berlangsung

lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat

mengiritasi dinding mukosa pada lambung sehingga timbul gastritis dan

7

dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan

rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang

menimbulkan rasa panas terbakar.

Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan

seperti kebiasaan makan buruk, tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak

teratur dapat menyebabkan gastritis.

Pada tahun 2012, Sulastri dan tim melakukan penelitian tentang pola

makan penderita gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu

Riau dengan jumlah sampel 53 orang. Tujuannya adalah untuk melihat

pola makan penderita gastritis dengan variabel kontrol jumlah makanan,

jenis makanan, jadwal makan, yang dihubungkan dengan angka

kejadian gastritis melalui metode deskriptif cross sectional . Hasilnya

diketahui bahwa 30% penderita gastritis jarang dengan kuantitas

makanan baik, 24,2% dengan kuantitas makanan kurang, sedangkan

untuk kuantitas makanan baik dengan frekuensi kekambuhan sering

(70%) dan 75,8% kuantitas makan kurang. Kesimpulan penelitian ini

adalah jumlah makanan mempengaruhi frekuensi kekambuhan gastritis.

Pada penelitian yang dilakukan Ririn Fitri dan tim tentang pola makan

penderita gastritis pada mahasiswa jurusan Kesejahteraan Keluarga di

Universitas Negeri Padang, didapatkan bahwa dari 22 jenis makanan

yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita gastritis, hanya 17 jenis

yang dikonsumsi oleh sebagaian besar dari mereka, sedangkan dari 50

jenis makanan yang tidak dianjurkan, 44 jenis makanan dikonsumsi oleh

sebagian besar responden. Selain itu juga diperoleh bahwa 87,2 %

responden jarang dan tidak pernah mengkonsumsi makanan yang

dianjurkan, dan sebanyak 53,8 % responden mengkonsumsi makanan

yang tidak dianjurkan dengan frekuensi selalu dan sering.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian-penelitian bahwa

mahasiswa yang mempunyai gastritis memliki pola makan yang kurang

baik dan tidak teratur, serta kurang mengontrol makanan yang

dikonsumsinya sehingga kekambuhan gastritis rentan terjadi.

8

Faktor psikis, emosi, dan stres

Bukan merupakan fakta baru bahwa gastritis merupakan penyakit

saluran cerna atas yang paling banyak diderita, terutama orang dengan

tingkat aktivitas padat dan tingkat stres tinggi. Terutama pada

mahasiswa yang memiliki beban stres cukup besar karena aktivitas dan

faktor-faktor lainnya.

Obat-obat tertentu seperti obat anti nyeri atau anti infkamasi seperti non

stereonoid antiinflamatory drugs (NSAIDs) bersifat mengiritasi mukosa

lambung (Gelfand, 1999)

Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen

penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus

kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan

mukosa (Mukherjee, 2009).

Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke

lambung (Wehbi, 2009).

Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara

agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,

yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung

(Wehbi, 2009).

Makanan atau minuman yang merangsang lambung

Kebanyakan orang menyukai makanan yang diolah dengan cara di

goreng, makanan pedas, berbau tajam, dan sedikit banyak mengandung

gas. Makanan-makanan tersebut sulit dihindari karena merupakan

makanan sehari-hari dan mengundang selera makan. Makanan tersebut

lambat dicerna dan menimbulkan peningkatan tekanan di lambung yang

pada akhirnya membuat katup antara lambung dengan kerongkongan

(lower esophageal sphincter/LES) melemah sehingga asam lambung

dan gas akan naik ke kerongkongan. Lamanya pengosongan lambung

berhubungan dengan tukak lambung. Sebaliknya, konsumsi lemak

dalam jumlah yang cukup dapat menekan sekresi asam lambung dengan

cara memperlambat pengosongan lambung dan menstimulasi aliran

9

getah pankreas serta empedu. Dengan demikian lemak turut

memfasilitasi proses pencernaan agar berlangsung lebih optimal

(Ettinger 2000).

Menurut Almatsier (2005) makanan yang baik untuk dianjurkan kepada

penderita gastritis adalah makanan yang bertekstur lunak, makanan

yang diolah dengan cara direbus, dan makanan yang mengandung

sedikit lemak. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan untuk

dikonsumsi penderita gastritis adalah makanan yang sulit dicerna,

makanan yang diolah dengan cara digoreng, makanan dan minuman

bergas dan beralkohol, serta bumbu yang berbau tajam.

Minuman beralkohol dan kafein

Minum kopi, teh, atau minuman lain yang mengandung kafein juga

dapat mengendurkan LES. Menurut Shinya (2007), teh mengandung

tanin yang mudah teroksidasi menjadi asam tanat. Asam tanat memiliki

efek negatif pada mukosa lambung sehingga menyebabkan masalah

pada lambung misalnya tukak lambung. Minum teh dalam kondisi perut

kosong dapat menimbulkan tekanan berlebih pada lambung.

Ekskresi asam lambung yang berlebihan

Muntah kronis

Tertelan racun

Autoimun

(Isselbacher, dkk. 1999)

Pola makan merupakan faktor utama dari penyebab gastritis.

Tanda gejala yang tibul pada penyakit gastritis adalah :

Dapat terjadi ulserasi superfisial dan mengarah pada hemoragi

Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,

dan anoreksia.

Mungkin terjadi muntah dan cegukan.

Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik.

Dapat terjadi kolik, dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.

10

Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan

mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.

(Smeltzer, Suzane. 2001: 188)

Dampak dari gastritis itu sendiri dapat menyebabkan perdarahan saluran

cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena dapat berakhir sebagai syok

hemoragik, ulkus, perforassi, dan anemia karena gangguan absorbsi dan vitamin

B12 khusus perdarahan saluran cerna bagian atas perlu dibedakan dengan tukak

peptik. Gambaran klinis yang perlu diperhatikan hampir sama, namun pada tukak

peptik penyebab utamanya adalah infeksi H. Pylory sebesar 100% pada tukak

duodenum dan 60-90% pada tukak peptik. Resiko kanker lambung terutama, jika

terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung. Pada perut sel-sel

pada dinding lambung. ( Mosjoer,Arif,2008)

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

Desain ini dipilih untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif. Penelitian ini menggunakan metode riset dengan mengambil

beberapa sampel yang mewakili suatu populasi Mahasiswa yang termasuk

Keperawatan Unpad angkatan 2012. Penelitian ini dilakukan untuk

menggambarkan pola makan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa baru berkaitan

dengan kekambuhan penyakit gastritis yang dialami.

3.2. Populasi dan Sample

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program A fakultas

keperawatan universitas padjadjaran angkatan 2012 berjumlah 49 orang.

3.2.2 Sampel

Teknik sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu semua

populasi yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel penelitian. Sampel

dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan universitas padjajdaran

angkatan 2012 program A sejumlah 49 orang.

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti dapat mewakili dalam

sampel peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel atau persyaratan umum

yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutkan dalam penelitian.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa yang bersedia dijadikan sampel penelitian.

12

2. Mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa keperawatan universitas

padjadjaran program A angkatan 2012.

3. Mahasiswa yang tidak cuti.

3.3. Definisi Operasional

VariabelDefinisi

OperasionalCara Ukur Parameter Hasil Ukur Skala

Variabel

bebas :

Pengetahuan

Pemahaman

mahasiswa

tentang pola

makan yang

baik, definisi

dan

penyebab

gastritis

dikalikan

100% sama

dengan %

pengetahuan.

Diukur

dengan

menggunakan

metode

kuesioner.

Pengetahuan

dinilai

dengan

membagikan

kuesioner

yang berisi 38

pertanyaan.

Nilai

untuk

setiap

jawaban

dari

pertanyaan

variabel.

Jawaban

“Ya”

dinilai 1

dan

jawaban

“Tidak”

dinilai 0.

Hasil ukur

dari

pengetahuan

0-20. Score

minimal 0

dan score

maksimal 20.

Untuk

deskripsinya

dikategorikan

menjadi

pengetahuan

tinggi ≥10

dan

pengetahuan

rendah <10.

Interval

Variabel

terikat :

Perilaku

pencegahan

gastritis

Hal-hal atau

tidakan yang

dilakukan

oleh

mahasiswa

dengan

mengatur

Diukur

dengan

menggunakan

metode

kuesioner.

Pengetahuan

dinilai

Nilai

untuk

setiap

jawaban

dari

pertanyaan

variabel.

Hasil ukur

dari perilaku

pencegahan

gastritis 0-72.

Score

minimal 0

dan score

Interval

13

pola makan

yang baik

agar tidak

mengalami

gastritis.

dengan

membagikan

kuesioner

yang berisi 38

pertanyaan.

Jawaban

“Selalu”

dinilai 4,

“Sering”

dinilai 3,

“Kadang-

kadang”

dinilai 2,

dan “Tidak

Pernah”

dinilai 1.

maksimal 72.

Untuk

deskripsinya

dikategorikan

menjadi

pencegahan

selalu 55-72,

sering 37-54,

kadang-

kadang19-36,

dan tidak

pernah 0-18.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian

ini adalah kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh

Delgado dan Munuera (2005). Skala yang digunakan dalam penelitin ini

adalah skala likert. Skala ini berinterasi 1-4 dengan pilihan jawaban sebagai

berikut:

4: Selalu

3 : Sering

2 : Kadang-kadang

1 : Tidak Pernah

Pemberian skor untuk masing-masing jawaban dalam kuesioner adalah

sebagai berikut :

Pilihan pertama, memiliki nilai skor 1 (satu)

Pilihan kedua, memiliki nilai skor 2 (dua)

14

Pilihan ketiga, memiliki nilai skor 3 (tiga)

Pilihan keempat, memiliki nilai skor 4 (empat)

3.4.2 Cara Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan Kuesioner (angket).

3.5. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

3.5.1 Pengolahan Data

a. Editing

Editing yaitu melakukan pengecekan kelengkapan data diantaranya

ketentuan identitas pengisi, kelengkapan lembar kuesioner dan kelengkapan

isian sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi dengan

segera oleh peneliti.

b. Entri

Entri yaitu memasukan data ke dalam komputer dengan menggunakan

aplikasi program komputer.

c. Tabulating

Tabulating merupakan pengelompokan data sesuai dengan tujuan

penelitian kemudian dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap

pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan dinilai sesuai

dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.

3.6. Etika Penelitan

1. Lembar Persetujuan Responden (informed consent)

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan

serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah pengumpulan data,

jika subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati

15

hak-hak responden. Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang

akan diteliti.

2. Kerahasiaan Nama (anonimity)

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial

masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (considentialy)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan cara

kuesioner disimpan dalam tempat yang terkunci dan pemusnahan dilakukan

dengan cara dibakar.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mengenai Faktor Penyebab

Gastritis Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Angkatan 2012

Pertanyaan Ya Tidak kosong

Gastritis merupakan radang jaringan dinding

lambung

49

(98%)

0

(0%)

1

(2%)

Gastritis merupakan penyakit yang tidak bisa

dicegah

3

(6%)

46

(92%)

1

(2%)

Gastritis terbagi atas dua akut dan Kronik 43

(86%)

5

(10%)

2

(4%)

Gastritis terjadi bila sering mengkonsumsi

obat-obatan seperti : aspirin,

obat antiinflamasi nonsteroid

25

(50%)

24

(48%)

1

(2%)

Apabila terlalu sering memakan makanan

pedas, asam dan bahan kimia tidak akan

terkena gastritis

10

(20%)

39

(78%)

1

(2%)

Waktu makan yang tidak teratur,tidak 8 41 1

16

akan menyebabkan gastritis (16%) (82%) (2%)

Kurang bersihnya makanan tidak akan

menyebabkan gastritis.

11

(22%)

38

(76%)

1

(2%)

Alat-alat makanan yang dipakai yang telah

terkontaminasi dengan feses yang

mengandung H.pylori bisa mengakibatkan

gastritis

33

(66%)

16

(32%)

1

(2%)

Alat-alat gastroskopi dan alat-alat medis

lainya yang pengoperasiannya dimasukkan

kedalam perut tidak perlu dilakukan

desinfeksi lengkap

2

(4%)

47

(94%)

1

(2%)

Gastritis yang tidak diobati tidak akan

menimbulkan tukak lambung, pendarahan

lambung, bahkan kanker.

13

(26%)

36

(72%)

1

(2%)

Kecemasan dan stres berlebihan juga bisa

membuat penyakit maag (gastritis)

bertambah parah

2

(4%)

47

(94%)

1

(2%)

Gastritis dapat terjadi karena asam lambung

dan pepsin yang berlebihan.

0

(0%)

49

(98%)

1

(2%)

Gejala yang dialami penderita gastritis yaitu

nyeri epigastrium, mual, kembung, dan

muntah

49

(98%)

0

(0%)

1

(2%)

Penyakit gastritis tidak terlalu berbahaya

sehingga tidak perlu adanya penangan yang

serius terhadap penyakit ini

1

(2%)

48

(96%)

1

(2%)

Bakteri Helicobacter Pylory dapat

dihilangkan dari dalam Lambung

28

(56%)

19

(38%)

3

(6%)

Memperbanyak olahraga misalnya aerobic

dapat mencegah terjadinya gastritis

36

(72%)

12

(24%)

2

(4%)

Tingginya konsumsi alkohol dapat

mengiritasi atau merangsang lambung

48 1 1

17

sehingga dapat mengakibatkan gastritis (96%) (2%) (2%)

Merokok dapat merusak lapisan pelindung

lambung, orang yang merokok lebih sensitif

terhadap gastritis

38

(76%)

10

(20%)

2

(4%)

Penderita gastritis tidak perlu

mengkonsumsi antasida.

8

(16%)

41

(82%)

1

(2%)

Penderita gastritis menu makanannya tidak

perlu diatur.

1

(2%)

48

(96%)

1

(2%)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Angkatan

2012

no Pernyataan Tidak Kadang-

kadang

Ser

ing

Selalu kosong

1 Saya makan tepat waktu walaupun banyak

tugas dari kampus

2

(4%)

32

(64%)

10

(20%)

3

(6%)

3

(6%)

2 Saya mengkonsumsi minuman beralkohol 46

(92%)

1

(2%)

0

(0%)

0

(0%)

3

(6%)

3 Saya mengunakan obat-obat penghilang rasa

sakit dalam jangka waktu lama

40

(80%)

6

(12%)

1

(2%)

0

(0%)

3

(6%)

4 Saya merokok lebih dari satu bungkus rokok

sehari

47

(94%)

0

(0%)

0

(0%)

0

(0%)

3

(6%)

5 Saya merokok kurang dari satu bungkus 47 0 0 0 3

18

sehari (94%) (0%) (0%) (0%) (6%)

6 Setiap makan saya memakan makanan

yang pedas

1

(2%)

24

(48%)

16

(32%)

5

(10%)

4

(8%)

7 Setiap makan saya memakan makanan

asam

8

(16%)

28

(56%)

11

(22%)

0

(0%)

3

(6%)

8 Saya meminum kopi setiap hari 25

(50%)

20

(40%)

1

(2%)

1

(2%)

3

(6%)

9 Saya makan dipinggir jalan saat selesai

pulang kuliah

5

(10%)

33

(66%)

7

(14%)

0

(0%)

5

(10%)

10 Saya langsung memeriksakan diri ke dokter

Bila terjadi keluhan lambung

7

(14%)

28

(56%)

7

(14%)

3

(6%)

5

(10%)

11 Saya mengalami mual dan sakit perut pada

saat menjelang ujian

18

(36%)

22

(44%)

5

(10%)

1

(2%)

4

(8%)

12 Saya sarapan pagi sebelum berangkat ke

kampus

2

(4%)

20

(40%)

10

(20%)

14

(28%)

4

(8%)

13 Saya minum air putih lebih kurang 8L sehari 7

(14%)

22

(44%)

13

(26%)

5

(10%)

3

(6%)

14 Saya meminum minuman bersoda

(missal :Coca Cola, Sprite, dll) setiap hari

11

(22%)

34

(68%)

1

(2%)

1

(2%)

3

(6%)

15 Saya Jadi malas makan setiap menghadapi

masalah yang berat

8 25 12 2 3

19

(16%) (50%) (24%) (4%) (6%)

16 Saya makan tidak teratur 4

(8%)

25

(50%)

13

(26%)

3

(6%)

5

(10%)

17 Saya mengkonsumsi antasida untuk

menetralkan asam lambung

19

(38%)

19

(38%)

6

(12%)

3

(6%)

3

(6%)

18 Saya makan porsi kecil tapi sering 5

(10%)

32

(64%)

7

(14%)

3

(6%)

3

(6%)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

20

4.1 Hasil Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data

dengan pengisian kuesioner. Selama proses pengisisan lembar kuesioner peneliti

mendahulukan kebutuhan dan kondisi responden seperti memperhatikan

kesiapannya untuk menjawab pertanyaan dan memperhatikan kondisi fisik dan

psikologisnya. Hal ini bertujuan agar pengisian lembar kuesioner berlangsung

lancar dan informasi yang didapatkan valid dan akurat.

Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat

dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan bersedia

berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang

bersedia, mengisi dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang

tidak dipahami. Selesai pengisian, peneliti memeriksa kelengkapan data dan jika

data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah

terkumpul dianalisis.

kuesioner yang dilakukan mencakup tentang gambaran pengetahuan dan

perilaku pola makan.

Uraian berikut akan menggambarkan secara rinci hasil penelitian mengenai

Gambaran pengetahuan dan perilaku pola makan mahasiswa A’2012 Fakultas

Keperawatan 2012 terhadap penyakit gastritis.

4.1.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 49 orang. Pemilihan

responden dilakukan secara acak pada mahasiswa program A angkatan 2012

fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran tanpa membedakan suku, jenis

kelamin, usia yang berbeda.

Pengisian kuesioner tgl 05 juni 2013, pukul 15.00 WIB sampai 06 Juni

2013. Pengisian kuesioner tentang gambaran pengetahuan dan perilaku pola

makan masing-masing responden tersebut berlangsung selama 10 menit.

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

21

Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk narasi. Pola makan mahasiswa

angkatan 2012 bervariasi. Adapun pengetahuan mahasiswa dari hasil penelitian

tersebut tentang: pengertian terhadap gastritis: 1) mengetahui ; 2) sedikit

mengetahui 3) tidak mengetahui

Penyebab gstritis : 1) obat-obatan 2) makan malam yang tidak teratur 3)

stress yang berlebihan 4)makanan yang tidak bersih . Tanda dan gejala gstritis: 1)

nyeri epigstrium 2)mual 3)muntah 4)kembung. Pengobatan dan perawatan

terhadap penderita gastritis : 1)olahraga aerobik 2)pengturan pola makan 3) tidak

mengkonsumsi alkohol 4)tidak merokok 5)minum antasida.

4.1.2.1 Pengertian Gastritis

Persepsi responden tentang pengertian gastritis bervariasi. Hasil analisa data

menunjukkan bahwa mayoritas responden (98%) mengetahui pengertian gastritis.

4.1.2.2 Penyebab Gangguan Gastritis

Persepsi masyarakat mengenai penyebab gastritis banyak, responden ada

yang menyatakan/mengerti satu sebab saja dan ada yang menyatakan/mengerti

lebih dari satu sebab.

Hasil sebagai berikut :

1. 50 % responden menyatakan bahwa obat-obatan seperti aspirin, obat

antiinflamasi adalah penyebab gastritis, 48 % mengatakan tidak dan 2%

tidak memberikan pernyataan apapun.

2. 82 % responden menyatakan bahwa makan malam yang tidak teratur

penyebab gastritis, 8 % menyatakan tidak dan 2% tidak memberikan

pernyataan apapun.

3. 76 % responden menyatakan bahwa kurang bersihnya makanan

penyebab gastritis dan 22 % menyatakan tidak.

4. 66 % responden mengetahui bahwa salah satu penyebab gastris adalah

adanya kontaminasi dari feses yang mengandng H. Pylori, 32 %

menyatakan tidak ada hubungannya.

22

5. 4 % responden menyatakan bahwa stress yang berlebihan dapat menjadi

penyebab dari gastritis, dan 94% menyatakan tidak ada hubungan antara

kecemasan dan stress yang berlebihan dengan gastritis.

6. 72 % responden menyatakan bahwa gastritis yang tidak diobati dapat

menyebabkan tukak lambung, perdarahan lambung dan bahkan kanker

dan 26% menyatakan tidak menjadi masalah jika tidak diobati.

7. 98% responden menyatakan gastritis terjadi bukan karena asam

lambung dan pesin yang berlebihan.

4.1.2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Gastritis

Dari hasil yang telah diperoleh melalui pengisian kuesioner bahwa persepsi

responden tentang tanda dan gejala gastritis, persepsi responden tentang tanda dan

gejala gastritis hampir semua sama, adapun hasilnya adalah 98 % responden

menyatakan bahwa nyeri epigastrium, mual , muntah, kembung merupakan tanda

dan gejalan gastritis.

4.1.2.4 Pengobatan dan Perawatan terhadap Penderita Gastritis

Pengobatan dan perawatan terhadap penderita gastritis responden

mempersepsikan bahwa akhirnya pengobatan terhadap penderita gastritis dapat

dilakukan oleh diri sendiri dengan memperbaiki pola makan. Terlihat dari hasil

berikut :

1. 72 % responden menyatakan bahwa memperbanyak olahraga aerobic

dapat mencegah gastritis dan 24 % menyatakan tidak ada kaitannya.

2. 75 % responden menyatakan setuju bahwa orang yang suka merokok

rentan dengan gastritis karena merokok dapat merusak pelindung

lambung, 20 % tidak setuju.

3. 96 % responden menyatakan sangat perlu pengaturan makanan yang

dikonsumsi pada penderita gastritis. 2 % tidak setuju.

4. 83 % responden menyatakan perlu mengkonsumsi antasida bagi

penderita gastritis dan 16 % menyatakan tidak perlu.

23

5. 96 % menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan

merangsang lambung sehingga dapat menyebabkan gastritis dan 2%

tidak setuju.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengertian terhadap Gastritis

Pernyataan mahasiswa (98%) menggambarkan bahwa mahasiswa

mempersepsikan pengertian gastritis adalah radang jaringan dinding lambung .

Pada tahun 2012, Sulastri dan tim melakukan penelitian tentang pola makan

penderita gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu Riau dengan

jumlah sampel 53 orang dan responden juga mempersepsikan hal yang sama.

Pendapat ini sesuai dengan pemberitaan Gastritis merupakan suatu

peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus, atau lokal.

Dua jenis gastritis yang palingsering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan

gastritis atrofik kronik ( Sylvia A. Price dkk, 2000, hlm.376 )

4.2.2 Penyebab Gastritis

Penyebab gastritis yang dipersepsikan oleh mahasiswa adalah: (1)

disebabkan oleh penggunaan obat-obat aspirin dan antiinflamsi. Dari 50 responden

ada 25 responden yang menyatakan pendapat ini. (2) disebabkan oleh makan yang

tidak teratur: yaitu dinyatakan oleh 41 responden. (3) disebabkan oleh stress dan

kecemasan dari 49 responden hanya 2 responden (4) disebabkan alat-alat yang

terkontaminasi feses yang mengandung H.pylori, Dari 50 responden 33 responden

yang menyatakan hal ini.

Benar pendapat Dr. Dengara pane yang menyatakan bahwa Dalam Uripi

(2004) dikemukakan bahwa ada beberapa faktor pencetus yang mempengaruhi

angka kejadian gastritis, diantaranya faktor makanan (penyimpangan cara makan,

jenis makanan, dan jeda waktu makan, serta jenis makanan yang dikonsumsi),

obat-obatan, dan faktor psikologis. Faktor tingginya angka gastritis di Indonesia

24

salah satunya dipengaruhi oleh ketaatan penderita gastritis itu sendiri untuk

mematuhi ‘aturan pembatasan’ makanan yang dapat masuk ke lambungnya.

4.2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Gastritis

Tanda dan gejala yang dinyatakan mahasiswa adalah: 49 responden

menyatakan diantaranya adalah nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah.

Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa tanda gejala yang timbul

pada penyakit gastritis adalah :

Dapat terjadi ulserasi superfisial dan mengarah pada hemoragi

Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,

dan anoreksia.

Mungkin terjadi muntah dan cegukan.

Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik.

Dapat terjadi kolik, dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.

Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan

mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.

(Smeltzer, Suzane. 2001: 188)

4.2.4 Pengobatan dan Perawatan terhadap Penderita Gangguan Gastritis

Pengobatan dan perawatan terhadap penderita gastritis responden

mempersepsikan bahwa akhirnya pengobatan terhadap penderita gastritis dapat

dilakukan oleh diri sendiri dengan memperbaiki pola makan.

Sesuai dengan perawatan gastritis menurut Long C, Barbara, 1996, yaitu :

a. Usahakan makan secara teratur.

25

b. Hindari makanan yang merangsang seperti asam, pedas, maupun

makanan yang terlalu manis.

c. Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.

d. Hindari makanan ketan.

e. Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti

kol.

f. Hindari minuman alkohol dan merokok.

g. Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh

h. Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3

jam) dengan makan roti atau makanan lainnya.

26

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan

dan perilaku pola makan mahasiswa A 2012 Fakultas Keperawatan Universitas

Padjadjaran terhadap penyakit gastritis meliputi: pengertian gastritis, etiologi,

tanda dan gejala, penatalaksanaan dan gambaran perilaku adalah pengetahuan

mahasiswa mengenai konsep gastritis cukup bagus namun perilaku mengenai

kebiasaan dan pola makan tidak sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70.2% responden mengetahui konsep

penyakit gastritis (pengertian, etiologi, tanda gejala, dan penanganan). Dan

berdasarkan gambaran perilaku, 54,78% responden yang menderita penyakit

gastritis menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan responden

mengalami gastritis, diantaranya adalah pola makan yang tidak teratur, stress,

konsumsi makanan pedas dan asam, minum-minuman bersoda.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Perawat

Perawat yang bekerja di Puskesmas dan klinik di daerah jatinangor harus

siap sedia menangani pasien gastritis dan memberikan penyuluhan kepada

masyarakat secara umum mengenai penyakit gastritis dan menyarankan untuk

menjaga pola makan yang baik.

27

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa A 2012 Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran memiliki pengetahuan yang cukup bagus

mengenai konsep gastritis, akan tetapi mereka belum menerapkan pengetahuan

mereka terhadap perilaku pola makan. Untuk itu diharapkan bahwa, peneliti

selanjutnya melakukan penelitian lanjutan untuk menggambarkan faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku pola makan yang tidak teratur terhadap penyakit

gastritis.

5.2.3 Bagi Institusi/ Puskesmas

Diharapkan untuk institusi setempat mengadakan program kesehatan yang

menekankan kepada penyuluhan tentang penyakit gastritis dan pentingnya

menjaga pola makan yang baik.

28

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Shinya H. 2007. The Miracle of Enzyme. Bandung: Penerbit Qanita.

Ettinger S. 2000. Macronutrients: Carbohydrates, Proteins, and Lipids. Di dalam:

Mahan LK dan Escott-stump SE, editor. Krause’s Food, Nutrition, and

Diet Therapy 11th Edition. Philadelphia: Saunders hlm. 37-73.

Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya. [terhubung berkala].

http://www.kompas.com [5 Januari 2010].

Annisa. 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia

Remaja Perempuan di SMS Plus Al-Azhar Medan [skripsi]. Medan:

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Djojoningrat, D. 2001. Dispepsia Fungsional. Di dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi

B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. 3th Ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Chang, L. 2006. The Rome Criteria for the Functional Gastrointestinal Disorder.

World Journal of Gastroenterology 885-898. Accessed on

http://www.medscape.com

Fitri, Ririn., Yusuf, Liswarti., Yuliana. 2013. Deskripsi Pola Makan Penderita

Maag pada Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang.

Khotimah, Nurul., Ariani, Yesi. 2011. Sindroma Dispepsia Mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Accessed on

http://repository.usu.ac.id

Price, Wilson. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:

EGC

29

Sulastri., Siregar, M.A, Siagian, A. 2012. Gambaran Pola Makan Penderita

Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan

Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau.

Susanti, Andri. 2011. Faktor Risiko Dispepsia pada Mahasiswa Institut Pertanian

Bogor. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor.

Baughman, D. C., dan Joann C. H. 2000. Keperawatan medikal bedah buku saku

brunner & suddarth. Jakarta : EGC

Misnadiarly. 2009. Mengenal penyakit organ cerna gastritis (penyakit maag).

Jakarta : Pustaka Populer Obor

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan

medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

V, Uripi. 2004. Menu untuk Gangguan Pencernaan dan Hati. Bogor: Puspa Swara

(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1051)

(http://etd.eprints.ums.ac.id.1649712/BAB.1.pdf)

(http://eprints.ac.id/37279/)

(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58275)

30

31

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pola Makan Mahasiswa A’2012

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Terhadap Penyakit

Gastritis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana gambaran

pengetahuan dan perilaku pola makan mahasiswa A’2012 Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran terhadap penyakit gastritis. Untuk keperluan tersebut

saya mengharapkan kesediaan saudara/ i untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang

membahayakan. Jika saudara/I bersedia, selanjutnya saya mohon

ketersedian saudara/saudari mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya.

Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai

bukti kesukarelaan saudara/i.

Identitas pribadi saudara/ i sebagai responden akan dirahasiakan dan

semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Partisipasi saudara/ i dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga

Saudara/i berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang

kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.

Terima kasih atas partisipasi sauda ra/ i dalam penelitian ini.

Jatinangor, 4 Juni 2013

(………………………………..)

32

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

Kode (diisi peneliti) :

Tanggal :

I. KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian : Saudara/ i akan ditnyakan informasi tentang data

pribadi. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang pada

tempat yang disediakan dan isilah bagian yang telah disediakan sesuai dengan

keadaan bapak/ibu sebenarnya.

DATA DEMOGRAFI

No. Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : ( ) Laki laki

( ) Perempuan

1. Agama

( ) Islam ( ) Protestan ( ) Katolik ( ) Hindu ( )Buddha

( )Batak ( ) Jawa ( ) Melayu ( ) Minang

Banten

( )

3.

( ) Lainya, sebutkan ……

Apakah Anda Bekerja Sambil Kuliah( ) Bekerja Sambil Kuliah

( ) Kuliah saja4. Anda Tinggal Dengan Siapa?

( ) Kost

5.

( ) Bersama Orang Tua

Apakah Anda Pernah Menderita Gastritis (sakit maag) ?( ) Tidak Pernah

( ) Pernah

33

II. KUESIONER PENGETAHUAN GASTRITIS.No. Pernyataan Ya Tidak

1.2.3.4

5

6

7.

8.

9.

10

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17

18.

19.20.

Gastritis merupakan radang jaringan dinding lambungGastritis merupakan penyakit yang tidak bisa dicegahGastritis terbagi atas dua akut dan KronikGastritis terjadi bila sering mengkonsumsi obat-obatan seperti : aspirin, obat antiinflamasi nonsteroidApabila terlalu sering memakan makanan pedas, asam dan bahan kimia tidak akan terkena gastritisWaktu makan yang tidak teratur,tidak akan menyebabkan gastritisKurang bersihnya makanan tidak akan menyebabkan gastritis.Alat-alat makanan yang dipakai yang telah terkontaminasi dengan feses yang mengandung H.pylori bisamengakibatkan gastritis.Alat-alat gastroskopi dan alat-alat medis lainya yangpengoperasiannya dimasukkan kedalam perut tidak perlu dilakukan desinfeksi lengkap.Gastritis yang tidak diobati tidak akan menimbulkan tukak lambung, pendarahan lambung, bahkan kanker.Kecemasan dan stres berlebihan juga bisa membuat penyakit maag (gastritis) bertambah parahGastritis dapat terjadi karena asam lambung dan pepsin yang berlebihan.Gejala yang dialami penderita gastritis yaitu nyeri epigastrium, mual, kembung, dan muntahPenyakit gastritis tidak terlalu berbahaya sehingga tidak perlu adanya penangan yang serius terhadap penyakit ini.Bakteri Helicobacter Pylory dapat dihilangkan dari dalamLambungMemperbanyak olahraga misalnya aerobic dapat mencegah terjadinya gastritis.Tingginya konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung sehingga dapat mengakibatkan gastritis.Merokok dapat merusak lapisan pelindung lambung, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis .

34

Universitas Padjadjaran

35

III. KUESIONER PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS

Keterangan :4: Selalu3 : Sering2 : Kadang-kadang1 : Tidak Pernah

No. PERNYATAAN 1 2 3 4

1.

23.

4.5.6.78.9.

10

11

12.13.14.

15.

1617

Saya makan tepat waktu walaupun banyak tugas darikampus.Saya mengkonsumsi minuman beralkoholSaya mengunakan obat-obat penghilang rasa sakit dalam jangka waktu lama.Saya merokok lebih dari satu bungkus perhariSaya merokok kurang dari satu bungkus perhariSetiap makan saya memakan makanan yang pedasSetiap makan saya memakan makanan asamSaya meminum kopi.setiap hariSaya makan dipinggir jalan.saat selesai pulang kuliahSaya langsung memeriksakan diri ke dokter Bila terjadi keluhan lambungSaya mengalami mual dan sakit perut pada saat menjelang ujianSaya sarapan pagi sebelum berangkat ke kampusSaya minum air putih lebih kurang 8L sehariSaya minum minuman bersoda (misal: coca-cola, sprite,dll) setiap hari.Saya Jadi malas makan setiap menghadapi masalah yang berat.Saya makan tidak teraturSaya mengkonsumsi antasida untuk menetralkanasam lambungSaya makan dengan porsi kecil tapi sering

36