pendahuluan-akhir
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak di derita oleh
masyarkat yang berasal dari berbagai kalangan. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) Indonesia berada pada urutan keempat menurut
banyaknya jumlah pendertita gastritis setelah Amerika Serikat, Inggris dan
Bangldesh dengan jumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004). Di
negara-negara Asia, Indonesia berada pada urutan ketiga setelah negara India dan
Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita.Sedangkan di Indonesia sendiri kota
yang penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalalah kota
Jakarta, yaitu 25 ribu penduduk. Pemicu penyakit gastritis di Jakarta yaitu
dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga
mengakibatkan makan menjadi tidak teratur. (Profil Dinkes, 2004).
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis tertinggi di
Indonesia mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya
seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang
35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola
makan yang tidak sehat (Rial, 2010).
Gastritis adalah peradangan pada mukosa gaster yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan gaster menerima suatu zat atau makanan, yang mana penyakit ini
digolongkan sebagai suatu infeksi pada saluran pencernaan. ( Price, Sylvia, A,
1995 ).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakaturan diet (pola makan), misalnya makan terlalu banyak
dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
(Smeltzer, 2001 : 1062).
1
Faktor yang berperan pada kejadian gastritis dan tukak lambung dengan
gejala khas dispepsia diantaranya adalah pola makan atau kebiasaan makan dan
sekresi asam lambung (Djojoningrat 2001).
Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran
mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu
orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
(Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti, 2004:89).
Pola makan sehat mengandung dua makna, yaitu jenis makanan yang sehat
dan keteraturan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu makanan yang di
dalamnya terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun pola
makan yang sehat adalah kebiasaan yang baik, yaitu kesesuaian antara jumlah
dengan kebutuhan tubuh, beragam jenisnya sehingga mencukupi kebutuhan zat
gizi esensial tubuh, dan jadwal makan yang teratur (Khomsan 2002). Sedangkan
pola makan tidak sehat merupakan suatu kebiasaan yang tidak sesuai dengan pola
makan yang seharusnya, sehingga nutrisi yang diperlukan oleh tubuh tidak
terpenuhi baik dilihat dari jenis asupannya maupun jadwal makannya.
Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan produksi asam lambung. Asam
lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung
dengan jadwal yang teratur. Produksi asam lambung akan tetap berlangsung
meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi
sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali
waktu makan sehingga produksi asam lambung terkontrol. Kebiasaan makan tidak
teratur akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini berlangsung
lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding
mukosa pada lambung sehingga timbul gastritis. (Nadesul 2005).
Berdasarkan studi pendahuluan pada 11 orang mahasiswa A’2012 Fakultas
Keperawatan Unpad, ditemukan 7 dari 11 mahasiswa menderita gastritis.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan tema gambaran pengetahuan dan perilaku pola makan mahasiswa A’2012
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran terhadap penyakit gastritis.
2
1.2 Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang diatas, penulis merumuskan maslah
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa A’2012 terhadap penyakit
gastritis?
Bagaimana gambaran perilaku pola makan A’2012 terhadap penyakit
gastritis?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan
perilaku pola makan mahasiswa A’2012 Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran terhadap penyakit gastritis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi institusi
mengenai gambaran pola makan terhadap penyakit gastritis.
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi data acuan bagi perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan terhadap penderita gastritis.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar untuk
penelitian selanjunya tentang gastritis.
3
1.5 Definisi Istilah
1.5.1 Pola Makan
Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang berhubungan
dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola
makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga,
preferensi terhadap makanan, dan cara pemilihan bahan pangan (Suhardjo 1989).
Khumaidi (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua faktor
utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor intrinsik
(berasal dari dalam diri manusia) dan faktor ekstrinsik (berasal dari luar manusia).
Faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain asosiasi
emosional, keadaan jasmani, keadaan kejiwaan, dan penilaian terhadap makanan,
sedangkan faktor ekstrinsik antara lain lingkungan sosial, alam, budaya, agama,
dan ekonomi.
1.5.2 Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada mukosa gaster yang merupakan akibat
ketidakmampuan gaster menerima suatu zat atau makanan, yang mana penyakit ini
digolongkan sebagai suatu infeksi pada saluran pencernaan. ( Price, Sylvia, A,
1995 ).
1.5.3 Mahasiswa Baru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi mahasiswa adalah orang
yang belajar di perguruan tinggi.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pola Makan
Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang berhubungan
dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola
makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga,
preferensi terhadap makanan, dan cara pemilihan bahan pangan (Suhardjo 1989).
Khumaidi (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua faktor
utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor intrinsik
(berasal dari dalam diri manusia) dan faktor ekstrinsik (berasal dari luar manusia).
Faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain asosiasi
emosional, keadaan jasmani, keadaan kejiwaan, dan penilaian terhadap makanan,
sedangkan faktor ekstrinsik antara lain lingkungan sosial, alam, budaya, agama,
dan ekonomi.
Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa
terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan. Pertama,
karakter individu, seperti: umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,
pengetahuan gizi, dan kesehatan. Kedua, karakter makanan, seperti: rasa, rupa,
tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, dan kombinasi makanan. Ketiga, karakter
lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas, dan tingkat sosial masyarakat.
Pola makan sehat mengandung dua makna, yaitu jenis makanan yang sehat
dan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu makanan yang di dalamnya
terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun pola makan yang
sehat adalah kebiasaan yang baik, yaitu sesuai jumlahnya dengan yang dibutuhkan
tubuh, beragam jenisnya sehingga mencukupi kebutuhan zat gizi esensial tubuh,
dan jadwal makan yang teratur (Khomsan 2002).
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pola makan
adalah kebiasaan makan, frekuensi dan keteraturan makan serta asupan makanan
pada setiap individu setiap hari sehingga membentuk suatu pola.
5
Pola makan yang tidak teratur akan menyebabkan beberapa gangguan,
misalnya gangguan pada saluran gastrointestinal, diantaranya :
2.1.1.Gastritis
Gastritis yaitu peradangan pada gaster atau lambung. Hasil penilitian
(sulastri, dkk.2012) menyatakan bahwa keteraturan waktu makan, jenis makanan
yang di konsumsi dan jumlah asupan makanan dapat mempengaruhi kekambuhan
gastritis.
Jadwal makan yang lebih teratur lebih sedikit kekambuhanya daripada
jadwal makanan yang kurang teratur. Jenis makanan seperti makanan pedas, asam
dan makanan yang mengandung soda (sayur, kol, nangka) serta makanan yang
mengandung kafein dapat meningkatkan asam lambung sehingga risiko
kekambuhan gastritis meningkat. Jumlah asupan makanan juga mempengaruhi
kekambuhan gastritis jumlah makanan yang mencukupi lebih jarang dari pada
makanan yang tidak mencukupi.
2.1.2 Diare
Diare yaitu BAB lebih dari satu kali. Diare bisa disebabkan oleh makanan
yang basi, beracun, dan seseorang yang alergi terhadap makanan tertentu.
2.1.3 Typoid
Typoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica,
khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi. Penyakit ini dapat ditularkan oleh
alat atau makanan yang terkontaminasi bakter Salmonella typhi.
2.1.4 Konstipasi
Beberapa penyebab konstipasi yaitu intake makanan yang kurang sehat dan
minum yang kurang serta kurangnya aktivitas.
Penyakit yang paling sering timbul akibat tidak teraturnya pola makan
adalah gastritis.
6
2.2 Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah
gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronik ( Sylvia A. Price dkk, 2000,
hlm.376 ).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung.
Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopatologi ( Hirlan, 2006, hlm. 337 ).
Dalam Uripi (2004) dikemukakan bahwa ada beberapa faktor pencetus yang
mempengaruhi angka kejadian gastritis, diantaranya faktor makanan
(penyimpangan cara makan, jenis makanan, dan jeda waktu makan, serta jenis
makanan yang dikonsumsi), obat-obatan, dan faktor psikologis. Faktor tingginya
angka gastritis di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh ketaatan penderita
gastritis itu sendiri untuk mematuhi ‘aturan pembatasan’ makanan yang dapat
masuk ke lambungnya.
Faktor-faktor pendukung terjadinya gastritis diantaranya :
Infeksi bakteri seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Proteus species, Clostridium species, E.
coli, Tuberculosis, dan Secondary syphilis (Andersen, 2007).
Kebiasaan makan yang salah
Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan produksi asam lambung.
Asam lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke
dalam lambung dengan jadwal yang teratur. Produksi asam lambung
akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan
yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena kondisi
tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga
produksi asam lambung terkontrol. Kebiasaan makan tidak teratur akan
membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini berlangsung
lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat
mengiritasi dinding mukosa pada lambung sehingga timbul gastritis dan
7
dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan
rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang
menimbulkan rasa panas terbakar.
Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan
seperti kebiasaan makan buruk, tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak
teratur dapat menyebabkan gastritis.
Pada tahun 2012, Sulastri dan tim melakukan penelitian tentang pola
makan penderita gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu
Riau dengan jumlah sampel 53 orang. Tujuannya adalah untuk melihat
pola makan penderita gastritis dengan variabel kontrol jumlah makanan,
jenis makanan, jadwal makan, yang dihubungkan dengan angka
kejadian gastritis melalui metode deskriptif cross sectional . Hasilnya
diketahui bahwa 30% penderita gastritis jarang dengan kuantitas
makanan baik, 24,2% dengan kuantitas makanan kurang, sedangkan
untuk kuantitas makanan baik dengan frekuensi kekambuhan sering
(70%) dan 75,8% kuantitas makan kurang. Kesimpulan penelitian ini
adalah jumlah makanan mempengaruhi frekuensi kekambuhan gastritis.
Pada penelitian yang dilakukan Ririn Fitri dan tim tentang pola makan
penderita gastritis pada mahasiswa jurusan Kesejahteraan Keluarga di
Universitas Negeri Padang, didapatkan bahwa dari 22 jenis makanan
yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita gastritis, hanya 17 jenis
yang dikonsumsi oleh sebagaian besar dari mereka, sedangkan dari 50
jenis makanan yang tidak dianjurkan, 44 jenis makanan dikonsumsi oleh
sebagian besar responden. Selain itu juga diperoleh bahwa 87,2 %
responden jarang dan tidak pernah mengkonsumsi makanan yang
dianjurkan, dan sebanyak 53,8 % responden mengkonsumsi makanan
yang tidak dianjurkan dengan frekuensi selalu dan sering.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian-penelitian bahwa
mahasiswa yang mempunyai gastritis memliki pola makan yang kurang
baik dan tidak teratur, serta kurang mengontrol makanan yang
dikonsumsinya sehingga kekambuhan gastritis rentan terjadi.
8
Faktor psikis, emosi, dan stres
Bukan merupakan fakta baru bahwa gastritis merupakan penyakit
saluran cerna atas yang paling banyak diderita, terutama orang dengan
tingkat aktivitas padat dan tingkat stres tinggi. Terutama pada
mahasiswa yang memiliki beban stres cukup besar karena aktivitas dan
faktor-faktor lainnya.
Obat-obat tertentu seperti obat anti nyeri atau anti infkamasi seperti non
stereonoid antiinflamatory drugs (NSAIDs) bersifat mengiritasi mukosa
lambung (Gelfand, 1999)
Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan
mukosa (Mukherjee, 2009).
Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung (Wehbi, 2009).
Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung
(Wehbi, 2009).
Makanan atau minuman yang merangsang lambung
Kebanyakan orang menyukai makanan yang diolah dengan cara di
goreng, makanan pedas, berbau tajam, dan sedikit banyak mengandung
gas. Makanan-makanan tersebut sulit dihindari karena merupakan
makanan sehari-hari dan mengundang selera makan. Makanan tersebut
lambat dicerna dan menimbulkan peningkatan tekanan di lambung yang
pada akhirnya membuat katup antara lambung dengan kerongkongan
(lower esophageal sphincter/LES) melemah sehingga asam lambung
dan gas akan naik ke kerongkongan. Lamanya pengosongan lambung
berhubungan dengan tukak lambung. Sebaliknya, konsumsi lemak
dalam jumlah yang cukup dapat menekan sekresi asam lambung dengan
cara memperlambat pengosongan lambung dan menstimulasi aliran
9
getah pankreas serta empedu. Dengan demikian lemak turut
memfasilitasi proses pencernaan agar berlangsung lebih optimal
(Ettinger 2000).
Menurut Almatsier (2005) makanan yang baik untuk dianjurkan kepada
penderita gastritis adalah makanan yang bertekstur lunak, makanan
yang diolah dengan cara direbus, dan makanan yang mengandung
sedikit lemak. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi penderita gastritis adalah makanan yang sulit dicerna,
makanan yang diolah dengan cara digoreng, makanan dan minuman
bergas dan beralkohol, serta bumbu yang berbau tajam.
Minuman beralkohol dan kafein
Minum kopi, teh, atau minuman lain yang mengandung kafein juga
dapat mengendurkan LES. Menurut Shinya (2007), teh mengandung
tanin yang mudah teroksidasi menjadi asam tanat. Asam tanat memiliki
efek negatif pada mukosa lambung sehingga menyebabkan masalah
pada lambung misalnya tukak lambung. Minum teh dalam kondisi perut
kosong dapat menimbulkan tekanan berlebih pada lambung.
Ekskresi asam lambung yang berlebihan
Muntah kronis
Tertelan racun
Autoimun
(Isselbacher, dkk. 1999)
Pola makan merupakan faktor utama dari penyebab gastritis.
Tanda gejala yang tibul pada penyakit gastritis adalah :
Dapat terjadi ulserasi superfisial dan mengarah pada hemoragi
Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia.
Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik.
Dapat terjadi kolik, dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
10
Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan
mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
(Smeltzer, Suzane. 2001: 188)
Dampak dari gastritis itu sendiri dapat menyebabkan perdarahan saluran
cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena dapat berakhir sebagai syok
hemoragik, ulkus, perforassi, dan anemia karena gangguan absorbsi dan vitamin
B12 khusus perdarahan saluran cerna bagian atas perlu dibedakan dengan tukak
peptik. Gambaran klinis yang perlu diperhatikan hampir sama, namun pada tukak
peptik penyebab utamanya adalah infeksi H. Pylory sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60-90% pada tukak peptik. Resiko kanker lambung terutama, jika
terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung. Pada perut sel-sel
pada dinding lambung. ( Mosjoer,Arif,2008)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.
Desain ini dipilih untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif. Penelitian ini menggunakan metode riset dengan mengambil
beberapa sampel yang mewakili suatu populasi Mahasiswa yang termasuk
Keperawatan Unpad angkatan 2012. Penelitian ini dilakukan untuk
menggambarkan pola makan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa baru berkaitan
dengan kekambuhan penyakit gastritis yang dialami.
3.2. Populasi dan Sample
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program A fakultas
keperawatan universitas padjadjaran angkatan 2012 berjumlah 49 orang.
3.2.2 Sampel
Teknik sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu semua
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel penelitian. Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan universitas padjajdaran
angkatan 2012 program A sejumlah 49 orang.
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti dapat mewakili dalam
sampel peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel atau persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutkan dalam penelitian.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa yang bersedia dijadikan sampel penelitian.
12
2. Mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa keperawatan universitas
padjadjaran program A angkatan 2012.
3. Mahasiswa yang tidak cuti.
3.3. Definisi Operasional
VariabelDefinisi
OperasionalCara Ukur Parameter Hasil Ukur Skala
Variabel
bebas :
Pengetahuan
Pemahaman
mahasiswa
tentang pola
makan yang
baik, definisi
dan
penyebab
gastritis
dikalikan
100% sama
dengan %
pengetahuan.
Diukur
dengan
menggunakan
metode
kuesioner.
Pengetahuan
dinilai
dengan
membagikan
kuesioner
yang berisi 38
pertanyaan.
Nilai
untuk
setiap
jawaban
dari
pertanyaan
variabel.
Jawaban
“Ya”
dinilai 1
dan
jawaban
“Tidak”
dinilai 0.
Hasil ukur
dari
pengetahuan
0-20. Score
minimal 0
dan score
maksimal 20.
Untuk
deskripsinya
dikategorikan
menjadi
pengetahuan
tinggi ≥10
dan
pengetahuan
rendah <10.
Interval
Variabel
terikat :
Perilaku
pencegahan
gastritis
Hal-hal atau
tidakan yang
dilakukan
oleh
mahasiswa
dengan
mengatur
Diukur
dengan
menggunakan
metode
kuesioner.
Pengetahuan
dinilai
Nilai
untuk
setiap
jawaban
dari
pertanyaan
variabel.
Hasil ukur
dari perilaku
pencegahan
gastritis 0-72.
Score
minimal 0
dan score
Interval
13
pola makan
yang baik
agar tidak
mengalami
gastritis.
dengan
membagikan
kuesioner
yang berisi 38
pertanyaan.
Jawaban
“Selalu”
dinilai 4,
“Sering”
dinilai 3,
“Kadang-
kadang”
dinilai 2,
dan “Tidak
Pernah”
dinilai 1.
maksimal 72.
Untuk
deskripsinya
dikategorikan
menjadi
pencegahan
selalu 55-72,
sering 37-54,
kadang-
kadang19-36,
dan tidak
pernah 0-18.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Instrumen
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian
ini adalah kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh
Delgado dan Munuera (2005). Skala yang digunakan dalam penelitin ini
adalah skala likert. Skala ini berinterasi 1-4 dengan pilihan jawaban sebagai
berikut:
4: Selalu
3 : Sering
2 : Kadang-kadang
1 : Tidak Pernah
Pemberian skor untuk masing-masing jawaban dalam kuesioner adalah
sebagai berikut :
Pilihan pertama, memiliki nilai skor 1 (satu)
Pilihan kedua, memiliki nilai skor 2 (dua)
14
Pilihan ketiga, memiliki nilai skor 3 (tiga)
Pilihan keempat, memiliki nilai skor 4 (empat)
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan Kuesioner (angket).
3.5. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
3.5.1 Pengolahan Data
a. Editing
Editing yaitu melakukan pengecekan kelengkapan data diantaranya
ketentuan identitas pengisi, kelengkapan lembar kuesioner dan kelengkapan
isian sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi dengan
segera oleh peneliti.
b. Entri
Entri yaitu memasukan data ke dalam komputer dengan menggunakan
aplikasi program komputer.
c. Tabulating
Tabulating merupakan pengelompokan data sesuai dengan tujuan
penelitian kemudian dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap
pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan dinilai sesuai
dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.
3.6. Etika Penelitan
1. Lembar Persetujuan Responden (informed consent)
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan
serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah pengumpulan data,
jika subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
15
hak-hak responden. Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang
akan diteliti.
2. Kerahasiaan Nama (anonimity)
Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial
masing-masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (considentialy)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan cara
kuesioner disimpan dalam tempat yang terkunci dan pemusnahan dilakukan
dengan cara dibakar.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mengenai Faktor Penyebab
Gastritis Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Angkatan 2012
Pertanyaan Ya Tidak kosong
Gastritis merupakan radang jaringan dinding
lambung
49
(98%)
0
(0%)
1
(2%)
Gastritis merupakan penyakit yang tidak bisa
dicegah
3
(6%)
46
(92%)
1
(2%)
Gastritis terbagi atas dua akut dan Kronik 43
(86%)
5
(10%)
2
(4%)
Gastritis terjadi bila sering mengkonsumsi
obat-obatan seperti : aspirin,
obat antiinflamasi nonsteroid
25
(50%)
24
(48%)
1
(2%)
Apabila terlalu sering memakan makanan
pedas, asam dan bahan kimia tidak akan
terkena gastritis
10
(20%)
39
(78%)
1
(2%)
Waktu makan yang tidak teratur,tidak 8 41 1
16
akan menyebabkan gastritis (16%) (82%) (2%)
Kurang bersihnya makanan tidak akan
menyebabkan gastritis.
11
(22%)
38
(76%)
1
(2%)
Alat-alat makanan yang dipakai yang telah
terkontaminasi dengan feses yang
mengandung H.pylori bisa mengakibatkan
gastritis
33
(66%)
16
(32%)
1
(2%)
Alat-alat gastroskopi dan alat-alat medis
lainya yang pengoperasiannya dimasukkan
kedalam perut tidak perlu dilakukan
desinfeksi lengkap
2
(4%)
47
(94%)
1
(2%)
Gastritis yang tidak diobati tidak akan
menimbulkan tukak lambung, pendarahan
lambung, bahkan kanker.
13
(26%)
36
(72%)
1
(2%)
Kecemasan dan stres berlebihan juga bisa
membuat penyakit maag (gastritis)
bertambah parah
2
(4%)
47
(94%)
1
(2%)
Gastritis dapat terjadi karena asam lambung
dan pepsin yang berlebihan.
0
(0%)
49
(98%)
1
(2%)
Gejala yang dialami penderita gastritis yaitu
nyeri epigastrium, mual, kembung, dan
muntah
49
(98%)
0
(0%)
1
(2%)
Penyakit gastritis tidak terlalu berbahaya
sehingga tidak perlu adanya penangan yang
serius terhadap penyakit ini
1
(2%)
48
(96%)
1
(2%)
Bakteri Helicobacter Pylory dapat
dihilangkan dari dalam Lambung
28
(56%)
19
(38%)
3
(6%)
Memperbanyak olahraga misalnya aerobic
dapat mencegah terjadinya gastritis
36
(72%)
12
(24%)
2
(4%)
Tingginya konsumsi alkohol dapat
mengiritasi atau merangsang lambung
48 1 1
17
sehingga dapat mengakibatkan gastritis (96%) (2%) (2%)
Merokok dapat merusak lapisan pelindung
lambung, orang yang merokok lebih sensitif
terhadap gastritis
38
(76%)
10
(20%)
2
(4%)
Penderita gastritis tidak perlu
mengkonsumsi antasida.
8
(16%)
41
(82%)
1
(2%)
Penderita gastritis menu makanannya tidak
perlu diatur.
1
(2%)
48
(96%)
1
(2%)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Gastritis Pada
Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Angkatan
2012
no Pernyataan Tidak Kadang-
kadang
Ser
ing
Selalu kosong
1 Saya makan tepat waktu walaupun banyak
tugas dari kampus
2
(4%)
32
(64%)
10
(20%)
3
(6%)
3
(6%)
2 Saya mengkonsumsi minuman beralkohol 46
(92%)
1
(2%)
0
(0%)
0
(0%)
3
(6%)
3 Saya mengunakan obat-obat penghilang rasa
sakit dalam jangka waktu lama
40
(80%)
6
(12%)
1
(2%)
0
(0%)
3
(6%)
4 Saya merokok lebih dari satu bungkus rokok
sehari
47
(94%)
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
3
(6%)
5 Saya merokok kurang dari satu bungkus 47 0 0 0 3
18
sehari (94%) (0%) (0%) (0%) (6%)
6 Setiap makan saya memakan makanan
yang pedas
1
(2%)
24
(48%)
16
(32%)
5
(10%)
4
(8%)
7 Setiap makan saya memakan makanan
asam
8
(16%)
28
(56%)
11
(22%)
0
(0%)
3
(6%)
8 Saya meminum kopi setiap hari 25
(50%)
20
(40%)
1
(2%)
1
(2%)
3
(6%)
9 Saya makan dipinggir jalan saat selesai
pulang kuliah
5
(10%)
33
(66%)
7
(14%)
0
(0%)
5
(10%)
10 Saya langsung memeriksakan diri ke dokter
Bila terjadi keluhan lambung
7
(14%)
28
(56%)
7
(14%)
3
(6%)
5
(10%)
11 Saya mengalami mual dan sakit perut pada
saat menjelang ujian
18
(36%)
22
(44%)
5
(10%)
1
(2%)
4
(8%)
12 Saya sarapan pagi sebelum berangkat ke
kampus
2
(4%)
20
(40%)
10
(20%)
14
(28%)
4
(8%)
13 Saya minum air putih lebih kurang 8L sehari 7
(14%)
22
(44%)
13
(26%)
5
(10%)
3
(6%)
14 Saya meminum minuman bersoda
(missal :Coca Cola, Sprite, dll) setiap hari
11
(22%)
34
(68%)
1
(2%)
1
(2%)
3
(6%)
15 Saya Jadi malas makan setiap menghadapi
masalah yang berat
8 25 12 2 3
19
(16%) (50%) (24%) (4%) (6%)
16 Saya makan tidak teratur 4
(8%)
25
(50%)
13
(26%)
3
(6%)
5
(10%)
17 Saya mengkonsumsi antasida untuk
menetralkan asam lambung
19
(38%)
19
(38%)
6
(12%)
3
(6%)
3
(6%)
18 Saya makan porsi kecil tapi sering 5
(10%)
32
(64%)
7
(14%)
3
(6%)
3
(6%)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
20
4.1 Hasil Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data
dengan pengisian kuesioner. Selama proses pengisisan lembar kuesioner peneliti
mendahulukan kebutuhan dan kondisi responden seperti memperhatikan
kesiapannya untuk menjawab pertanyaan dan memperhatikan kondisi fisik dan
psikologisnya. Hal ini bertujuan agar pengisian lembar kuesioner berlangsung
lancar dan informasi yang didapatkan valid dan akurat.
Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat
dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan bersedia
berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang
bersedia, mengisi dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang
tidak dipahami. Selesai pengisian, peneliti memeriksa kelengkapan data dan jika
data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah
terkumpul dianalisis.
kuesioner yang dilakukan mencakup tentang gambaran pengetahuan dan
perilaku pola makan.
Uraian berikut akan menggambarkan secara rinci hasil penelitian mengenai
Gambaran pengetahuan dan perilaku pola makan mahasiswa A’2012 Fakultas
Keperawatan 2012 terhadap penyakit gastritis.
4.1.1 Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 49 orang. Pemilihan
responden dilakukan secara acak pada mahasiswa program A angkatan 2012
fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran tanpa membedakan suku, jenis
kelamin, usia yang berbeda.
Pengisian kuesioner tgl 05 juni 2013, pukul 15.00 WIB sampai 06 Juni
2013. Pengisian kuesioner tentang gambaran pengetahuan dan perilaku pola
makan masing-masing responden tersebut berlangsung selama 10 menit.
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
21
Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk narasi. Pola makan mahasiswa
angkatan 2012 bervariasi. Adapun pengetahuan mahasiswa dari hasil penelitian
tersebut tentang: pengertian terhadap gastritis: 1) mengetahui ; 2) sedikit
mengetahui 3) tidak mengetahui
Penyebab gstritis : 1) obat-obatan 2) makan malam yang tidak teratur 3)
stress yang berlebihan 4)makanan yang tidak bersih . Tanda dan gejala gstritis: 1)
nyeri epigstrium 2)mual 3)muntah 4)kembung. Pengobatan dan perawatan
terhadap penderita gastritis : 1)olahraga aerobik 2)pengturan pola makan 3) tidak
mengkonsumsi alkohol 4)tidak merokok 5)minum antasida.
4.1.2.1 Pengertian Gastritis
Persepsi responden tentang pengertian gastritis bervariasi. Hasil analisa data
menunjukkan bahwa mayoritas responden (98%) mengetahui pengertian gastritis.
4.1.2.2 Penyebab Gangguan Gastritis
Persepsi masyarakat mengenai penyebab gastritis banyak, responden ada
yang menyatakan/mengerti satu sebab saja dan ada yang menyatakan/mengerti
lebih dari satu sebab.
Hasil sebagai berikut :
1. 50 % responden menyatakan bahwa obat-obatan seperti aspirin, obat
antiinflamasi adalah penyebab gastritis, 48 % mengatakan tidak dan 2%
tidak memberikan pernyataan apapun.
2. 82 % responden menyatakan bahwa makan malam yang tidak teratur
penyebab gastritis, 8 % menyatakan tidak dan 2% tidak memberikan
pernyataan apapun.
3. 76 % responden menyatakan bahwa kurang bersihnya makanan
penyebab gastritis dan 22 % menyatakan tidak.
4. 66 % responden mengetahui bahwa salah satu penyebab gastris adalah
adanya kontaminasi dari feses yang mengandng H. Pylori, 32 %
menyatakan tidak ada hubungannya.
22
5. 4 % responden menyatakan bahwa stress yang berlebihan dapat menjadi
penyebab dari gastritis, dan 94% menyatakan tidak ada hubungan antara
kecemasan dan stress yang berlebihan dengan gastritis.
6. 72 % responden menyatakan bahwa gastritis yang tidak diobati dapat
menyebabkan tukak lambung, perdarahan lambung dan bahkan kanker
dan 26% menyatakan tidak menjadi masalah jika tidak diobati.
7. 98% responden menyatakan gastritis terjadi bukan karena asam
lambung dan pesin yang berlebihan.
4.1.2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Gastritis
Dari hasil yang telah diperoleh melalui pengisian kuesioner bahwa persepsi
responden tentang tanda dan gejala gastritis, persepsi responden tentang tanda dan
gejala gastritis hampir semua sama, adapun hasilnya adalah 98 % responden
menyatakan bahwa nyeri epigastrium, mual , muntah, kembung merupakan tanda
dan gejalan gastritis.
4.1.2.4 Pengobatan dan Perawatan terhadap Penderita Gastritis
Pengobatan dan perawatan terhadap penderita gastritis responden
mempersepsikan bahwa akhirnya pengobatan terhadap penderita gastritis dapat
dilakukan oleh diri sendiri dengan memperbaiki pola makan. Terlihat dari hasil
berikut :
1. 72 % responden menyatakan bahwa memperbanyak olahraga aerobic
dapat mencegah gastritis dan 24 % menyatakan tidak ada kaitannya.
2. 75 % responden menyatakan setuju bahwa orang yang suka merokok
rentan dengan gastritis karena merokok dapat merusak pelindung
lambung, 20 % tidak setuju.
3. 96 % responden menyatakan sangat perlu pengaturan makanan yang
dikonsumsi pada penderita gastritis. 2 % tidak setuju.
4. 83 % responden menyatakan perlu mengkonsumsi antasida bagi
penderita gastritis dan 16 % menyatakan tidak perlu.
23
5. 96 % menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan
merangsang lambung sehingga dapat menyebabkan gastritis dan 2%
tidak setuju.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengertian terhadap Gastritis
Pernyataan mahasiswa (98%) menggambarkan bahwa mahasiswa
mempersepsikan pengertian gastritis adalah radang jaringan dinding lambung .
Pada tahun 2012, Sulastri dan tim melakukan penelitian tentang pola makan
penderita gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu Riau dengan
jumlah sampel 53 orang dan responden juga mempersepsikan hal yang sama.
Pendapat ini sesuai dengan pemberitaan Gastritis merupakan suatu
peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus, atau lokal.
Dua jenis gastritis yang palingsering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan
gastritis atrofik kronik ( Sylvia A. Price dkk, 2000, hlm.376 )
4.2.2 Penyebab Gastritis
Penyebab gastritis yang dipersepsikan oleh mahasiswa adalah: (1)
disebabkan oleh penggunaan obat-obat aspirin dan antiinflamsi. Dari 50 responden
ada 25 responden yang menyatakan pendapat ini. (2) disebabkan oleh makan yang
tidak teratur: yaitu dinyatakan oleh 41 responden. (3) disebabkan oleh stress dan
kecemasan dari 49 responden hanya 2 responden (4) disebabkan alat-alat yang
terkontaminasi feses yang mengandung H.pylori, Dari 50 responden 33 responden
yang menyatakan hal ini.
Benar pendapat Dr. Dengara pane yang menyatakan bahwa Dalam Uripi
(2004) dikemukakan bahwa ada beberapa faktor pencetus yang mempengaruhi
angka kejadian gastritis, diantaranya faktor makanan (penyimpangan cara makan,
jenis makanan, dan jeda waktu makan, serta jenis makanan yang dikonsumsi),
obat-obatan, dan faktor psikologis. Faktor tingginya angka gastritis di Indonesia
24
salah satunya dipengaruhi oleh ketaatan penderita gastritis itu sendiri untuk
mematuhi ‘aturan pembatasan’ makanan yang dapat masuk ke lambungnya.
4.2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Gastritis
Tanda dan gejala yang dinyatakan mahasiswa adalah: 49 responden
menyatakan diantaranya adalah nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah.
Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa tanda gejala yang timbul
pada penyakit gastritis adalah :
Dapat terjadi ulserasi superfisial dan mengarah pada hemoragi
Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia.
Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik.
Dapat terjadi kolik, dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan
mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
(Smeltzer, Suzane. 2001: 188)
4.2.4 Pengobatan dan Perawatan terhadap Penderita Gangguan Gastritis
Pengobatan dan perawatan terhadap penderita gastritis responden
mempersepsikan bahwa akhirnya pengobatan terhadap penderita gastritis dapat
dilakukan oleh diri sendiri dengan memperbaiki pola makan.
Sesuai dengan perawatan gastritis menurut Long C, Barbara, 1996, yaitu :
a. Usahakan makan secara teratur.
25
b. Hindari makanan yang merangsang seperti asam, pedas, maupun
makanan yang terlalu manis.
c. Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.
d. Hindari makanan ketan.
e. Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti
kol.
f. Hindari minuman alkohol dan merokok.
g. Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh
h. Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3
jam) dengan makan roti atau makanan lainnya.
26
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan
dan perilaku pola makan mahasiswa A 2012 Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran terhadap penyakit gastritis meliputi: pengertian gastritis, etiologi,
tanda dan gejala, penatalaksanaan dan gambaran perilaku adalah pengetahuan
mahasiswa mengenai konsep gastritis cukup bagus namun perilaku mengenai
kebiasaan dan pola makan tidak sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70.2% responden mengetahui konsep
penyakit gastritis (pengertian, etiologi, tanda gejala, dan penanganan). Dan
berdasarkan gambaran perilaku, 54,78% responden yang menderita penyakit
gastritis menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan responden
mengalami gastritis, diantaranya adalah pola makan yang tidak teratur, stress,
konsumsi makanan pedas dan asam, minum-minuman bersoda.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Perawat yang bekerja di Puskesmas dan klinik di daerah jatinangor harus
siap sedia menangani pasien gastritis dan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat secara umum mengenai penyakit gastritis dan menyarankan untuk
menjaga pola makan yang baik.
27
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa A 2012 Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran memiliki pengetahuan yang cukup bagus
mengenai konsep gastritis, akan tetapi mereka belum menerapkan pengetahuan
mereka terhadap perilaku pola makan. Untuk itu diharapkan bahwa, peneliti
selanjutnya melakukan penelitian lanjutan untuk menggambarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku pola makan yang tidak teratur terhadap penyakit
gastritis.
5.2.3 Bagi Institusi/ Puskesmas
Diharapkan untuk institusi setempat mengadakan program kesehatan yang
menekankan kepada penyuluhan tentang penyakit gastritis dan pentingnya
menjaga pola makan yang baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Shinya H. 2007. The Miracle of Enzyme. Bandung: Penerbit Qanita.
Ettinger S. 2000. Macronutrients: Carbohydrates, Proteins, and Lipids. Di dalam:
Mahan LK dan Escott-stump SE, editor. Krause’s Food, Nutrition, and
Diet Therapy 11th Edition. Philadelphia: Saunders hlm. 37-73.
Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya. [terhubung berkala].
http://www.kompas.com [5 Januari 2010].
Annisa. 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia
Remaja Perempuan di SMS Plus Al-Azhar Medan [skripsi]. Medan:
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Djojoningrat, D. 2001. Dispepsia Fungsional. Di dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 3th Ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Chang, L. 2006. The Rome Criteria for the Functional Gastrointestinal Disorder.
World Journal of Gastroenterology 885-898. Accessed on
http://www.medscape.com
Fitri, Ririn., Yusuf, Liswarti., Yuliana. 2013. Deskripsi Pola Makan Penderita
Maag pada Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang.
Khotimah, Nurul., Ariani, Yesi. 2011. Sindroma Dispepsia Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Accessed on
http://repository.usu.ac.id
Price, Wilson. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC
29
Sulastri., Siregar, M.A, Siagian, A. 2012. Gambaran Pola Makan Penderita
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan
Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau.
Susanti, Andri. 2011. Faktor Risiko Dispepsia pada Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor.
Baughman, D. C., dan Joann C. H. 2000. Keperawatan medikal bedah buku saku
brunner & suddarth. Jakarta : EGC
Misnadiarly. 2009. Mengenal penyakit organ cerna gastritis (penyakit maag).
Jakarta : Pustaka Populer Obor
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan
medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
V, Uripi. 2004. Menu untuk Gangguan Pencernaan dan Hati. Bogor: Puspa Swara
(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1051)
(http://etd.eprints.ums.ac.id.1649712/BAB.1.pdf)
(http://eprints.ac.id/37279/)
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58275)
30
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pola Makan Mahasiswa A’2012
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Terhadap Penyakit
Gastritis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana gambaran
pengetahuan dan perilaku pola makan mahasiswa A’2012 Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran terhadap penyakit gastritis. Untuk keperluan tersebut
saya mengharapkan kesediaan saudara/ i untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang
membahayakan. Jika saudara/I bersedia, selanjutnya saya mohon
ketersedian saudara/saudari mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya.
Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai
bukti kesukarelaan saudara/i.
Identitas pribadi saudara/ i sebagai responden akan dirahasiakan dan
semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Partisipasi saudara/ i dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga
Saudara/i berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang
kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.
Terima kasih atas partisipasi sauda ra/ i dalam penelitian ini.
Jatinangor, 4 Juni 2013
(………………………………..)
32
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode (diisi peneliti) :
Tanggal :
I. KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian : Saudara/ i akan ditnyakan informasi tentang data
pribadi. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang pada
tempat yang disediakan dan isilah bagian yang telah disediakan sesuai dengan
keadaan bapak/ibu sebenarnya.
DATA DEMOGRAFI
No. Responden :
Umur :
Jenis Kelamin : ( ) Laki laki
( ) Perempuan
1. Agama
( ) Islam ( ) Protestan ( ) Katolik ( ) Hindu ( )Buddha
( )Batak ( ) Jawa ( ) Melayu ( ) Minang
Banten
( )
3.
( ) Lainya, sebutkan ……
Apakah Anda Bekerja Sambil Kuliah( ) Bekerja Sambil Kuliah
( ) Kuliah saja4. Anda Tinggal Dengan Siapa?
( ) Kost
5.
( ) Bersama Orang Tua
Apakah Anda Pernah Menderita Gastritis (sakit maag) ?( ) Tidak Pernah
( ) Pernah
33
II. KUESIONER PENGETAHUAN GASTRITIS.No. Pernyataan Ya Tidak
1.2.3.4
5
6
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.20.
Gastritis merupakan radang jaringan dinding lambungGastritis merupakan penyakit yang tidak bisa dicegahGastritis terbagi atas dua akut dan KronikGastritis terjadi bila sering mengkonsumsi obat-obatan seperti : aspirin, obat antiinflamasi nonsteroidApabila terlalu sering memakan makanan pedas, asam dan bahan kimia tidak akan terkena gastritisWaktu makan yang tidak teratur,tidak akan menyebabkan gastritisKurang bersihnya makanan tidak akan menyebabkan gastritis.Alat-alat makanan yang dipakai yang telah terkontaminasi dengan feses yang mengandung H.pylori bisamengakibatkan gastritis.Alat-alat gastroskopi dan alat-alat medis lainya yangpengoperasiannya dimasukkan kedalam perut tidak perlu dilakukan desinfeksi lengkap.Gastritis yang tidak diobati tidak akan menimbulkan tukak lambung, pendarahan lambung, bahkan kanker.Kecemasan dan stres berlebihan juga bisa membuat penyakit maag (gastritis) bertambah parahGastritis dapat terjadi karena asam lambung dan pepsin yang berlebihan.Gejala yang dialami penderita gastritis yaitu nyeri epigastrium, mual, kembung, dan muntahPenyakit gastritis tidak terlalu berbahaya sehingga tidak perlu adanya penangan yang serius terhadap penyakit ini.Bakteri Helicobacter Pylory dapat dihilangkan dari dalamLambungMemperbanyak olahraga misalnya aerobic dapat mencegah terjadinya gastritis.Tingginya konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung sehingga dapat mengakibatkan gastritis.Merokok dapat merusak lapisan pelindung lambung, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis .
34
III. KUESIONER PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS
Keterangan :4: Selalu3 : Sering2 : Kadang-kadang1 : Tidak Pernah
No. PERNYATAAN 1 2 3 4
1.
23.
4.5.6.78.9.
10
11
12.13.14.
15.
1617
Saya makan tepat waktu walaupun banyak tugas darikampus.Saya mengkonsumsi minuman beralkoholSaya mengunakan obat-obat penghilang rasa sakit dalam jangka waktu lama.Saya merokok lebih dari satu bungkus perhariSaya merokok kurang dari satu bungkus perhariSetiap makan saya memakan makanan yang pedasSetiap makan saya memakan makanan asamSaya meminum kopi.setiap hariSaya makan dipinggir jalan.saat selesai pulang kuliahSaya langsung memeriksakan diri ke dokter Bila terjadi keluhan lambungSaya mengalami mual dan sakit perut pada saat menjelang ujianSaya sarapan pagi sebelum berangkat ke kampusSaya minum air putih lebih kurang 8L sehariSaya minum minuman bersoda (misal: coca-cola, sprite,dll) setiap hari.Saya Jadi malas makan setiap menghadapi masalah yang berat.Saya makan tidak teraturSaya mengkonsumsi antasida untuk menetralkanasam lambungSaya makan dengan porsi kecil tapi sering
36