pendahuluan a. latar belakang perubahan dan … · yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh
kinerja pendidikan yang bermutu tinggi. Pendidikan yang berkualitas sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu
bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar
dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak,
yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan
berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara
individu maupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa
mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta
didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi
nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut
terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di
masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Dalam serangkaian proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan
belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting, itu berarti berhasil atau
2
tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak tergantung pada
situasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam kelas.
Permasalahan yang ada adalah adanya ketidak aktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran fisika. Siswa
sekedar mengikuti pelajaran fisika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu
dengan hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru
sebagai feed back atau umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar.
Keinginan siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fisika
cenderung menurun, aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
cenderung kurang diperhatikan.
Demikian juga dengan guru yang hanya mengejar waktu mengingat
harus mengajarkan materi yang cukup banyak tetapi dengan jam pelajaran
yang disediakan cukup singkat, tanpa memperdulikan siswanya paham atau
tidak. Sehingga hal ini membuat siswa kurang tertarik mengikuti mata
pelajaran fisika, padahal beberapa faktor yang mempengaruhi siswa tertarik
pada mata pelajaran fisika adalah minat, hasrat dan cita-cita siswa itu sendiri,
kemudian disusul faktor-faktor berikutnya yaitu faktor guru didalam
mengajar, kelengkapan buku-buku yang dimiliki siswa, kondisi siswa,
kondisi kelas, motivasi siswa itu sendiri, serta dorongan orangtua.
Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus maka
akan mengakibatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar fisika bukanlah
3
kebutuhan, hanya tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak
mendapatkan makna dari pelajaran fisika yang dipelajarinya. Padahal fisika
merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang pada dasarnya
bertujuan mempelajari fisik maupun aplikasi dalam kehidupan nyata. Oleh
karena itu siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Disamping itu fisika merupakan mata pelajaran yang berfungsi
sebagai sarana untuk mengembangkan konsep-konsep fisika serta
keterampilan proses sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang berguna
bagi kehidupan peserta didik, masyarakat dan lingkungan.
Dari berbagai permasalahan di atas maka dibutuhkan salah satu cara
untuk mengatasinya, yaitu guru mencoba menggunakan model pengajaran
kooperatif, model pengajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang
menuntut keaktifan siswa dalam kelompok dan memungkinkan siswa saling
membantu dalam memahami konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban
teman sebagai masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai
hasil belajar yang lebih optimal.
Dalam buku Trianto (Banunaek, 2008) para ahli berpendapat bahwa
model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-
konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkembangkan kemampuan
berpikir kritis, bekerja sama, dan membangun sikap sosial manusia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Azizah, 2007) tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat
4
kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif
menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Salah satu model pembelajaran kooperatif
yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Menurut Spancer Kagen dalam
Herdian (2009), Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe dari
pendekatan struktural dalam model pengajaran kooperatif dengan struktur
sederhana dan terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-
fakta dan informasi dasar yang berfungsi mengatur interaksi para siswa.
Materi yang peneliti pilih pada penelitian ini adalah pokok bahasan
suhu dan pengukurannya. Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan
di SMP Advent Ponain menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa masih
rendah. Peneliti menyimpulkan bahwa paradigma lama di mana guru
merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih
dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling
praktis dan tidak menyita banyak waktu.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED-HEADS-TOGETHER
(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI
POKOK SUHU DAN PENGUKURANNYA PADA SISWA KELAS VII
SEMESTER I SMP ADVENT PONAIN TAHUN PELAJARAN 2010/2011”
.
5
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT)?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)?
3. Bagaimana Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) siswa dalam
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT).
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT).
3. Mendeskripsikan Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) siswa dalam
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
6
4. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatkan semangat belajar siswa
c. Meningkatkan hasil belajar siswa
2. Bagi Guru
a. Model pengajaran kooperatif sebagai bahan informasi guru dalam
memilih model pengajaran yang lebih tepat sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas mental belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran fisika.
b. Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran fisika.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar
yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah.
7
4. Bagi Peneliti
a. Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran fisika dengan model
pembelajaran kooperatif NHT yang kelak dapat diterapkan saat terjun
di lapangan.
b. Sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
1. Penelitian ini hanya dibatasi pada materi pokok Suhu dan Pengukurannya.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Advent kelas VII Tahun
Ajaran 2010/2011.
F. Asumsi
Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa asumsi yaitu:
1. Dalam proses pembelajaran siswa sungguh-sungguh mengikuti proses
pembelajaran.
2. Siswa mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh tanpa dibantu oleh pihak
lain.
3. Peneliti berlaku obyektif dalam penelitian ini.
4. Pengamat memberikan penilaian secara obyektif terhadap peneliti.
8
G. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini,
maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran.
2. Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan
untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk
mengatur interaksi siswa. Tahapan dalam pembelajan NHT antara lain
yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan
menjawab (Suwarno).
3. Hasil Belajar Siswa adalah tingkat pencapaian belajar yang diukur dari
skor yang diperoleh siswa berdasarkan tes hasil belajar setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
4. Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap pembelajaran setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tanggapan siswa
ini diperoleh dari angket respon siswa.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
Menurut Joyce (Trianto, 2007) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat–
perangkat pembelajaran. Model pengajaran diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam
kegiatan belajar mengajar jika tidak menguasai salah satu model pengajaran
yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli psikologi dan ahli
pendidikan.
Oleh karena itu peranan model pengajaran sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar. Dengan model ini diharapkan tumbuh
berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.
Winarno (Djamarah) mengemukakan 5 macam faktor yang
mempengaruhi penggunaan model pengajaran, yaitu:
1. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan.
3. Situasi yang berbagai keadaan.
4. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda - beda.
10
Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai
penggerak atau pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa
lebih banyak aktif dari pada guru. Oleh karena itu model pengajaran yang
baik adalah model yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Mohamad Nur (Azizah, 2007) pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya,
jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama
lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu
anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama
lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar.
Menurut Zainurie (http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp
pembelajaran kooperatif.pdf), Model pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kerja
kesetaraan jender.
11
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007) pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Ibrahim, dkk (Trianto, 2007) tujuan–tujuan pembelajaran ini
mencakup tiga jenis tujuan penting yaitu :
a. Hasil belajar akademik
Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas–tugas akademik, unggul dalam membantu siswa
memahami konsep–konsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis baik kepada kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama–sama dalam
menyelesaikan tugas–tugas akademik.
b. Penerimaan kepada keragaman
Dalam sebuah kelas pasti terdiri dari siswa dengan berbagai latar
belakang yang berbeda–beda baik itu ras, budaya, agama,
kemampuan, tingkat sosial. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan kesempatan kepada siswa–siswa tersebut untuk saling
12
bergantung, bekerja bersama–sama dalam menyelesaikan tugas–tugas
sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai satu sama lain.
c. Ketrampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
dan bekerja sama dalam kelompok.
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif
1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok
b. Siswa aktif membantu dan mendorong untuk bersama-sama aktif
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok
d. Frekuensi antar siswa tinggi seiring dengan kemampuan siswa
dalam berpendapat (Arifin dalam Sugian Nur, 2004)
e. Bagi siswa yang belum saling mengenal lebih dekat bisa lebih
mengenal satu sama lain
2. Kelemahan pembelajaran kooperatif Slafin (Arifin dalam Sugian Nur,
2004) mengemukakan kelemahan pembelajaran kooperatif antara lain
a. Memerlukan waktu pembelajaran yang relatif lama
13
b. Apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
kooperatif kurang memadai maka penerapan pembelajaran
kooperatif dalam membelajarkan siswa sulit untuk mencapai tujuan
c. Apabila siswa tidak terbiasa dengan sikap aktif dalam proses
pembelajaran maka, penerapan pembelajaran kooperatif ini akan
memerlukan waktu yang lama dan efisien
d. Tidak mudah menanamkan keterampilan kooperatif terhadap siswa
yang terbiasa pasif di kelas
4. Keterampilan – keterampilan pembelajaran kooperatif
Lungren (Trianto, 2007) menyusun keterampilan-keterampilan
kooperatif tersebut secara terperinci dalam tiga tingkatan keterampilan
yaitu :
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain :
1) Berada dalam tugas
2) Mengambil giliran dan berbagi tugas
3) Mendorong adanya partisipasi
4) Menggunakan kesepatan
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain :
1) Mendengarkan dengan aktif
2) Bertanya
3) Menafsirkan
4) Memeriksa ketepatan
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, antara lain :
14
1) Memperluas konsep
2) Membuat kesimpulan
5. Langkah – langkah pembelajaran kooperatif
Menurut Ibrahim, dkk (Trianto, 2007) model pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase utama. Fase–fase tersebut ditunjukkan
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1Langkah–langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan informasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagimana
caranya membentuk kelompokbelajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok–kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara–cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu maupun
kelompok.
Sumber: Ibrahim, dkk. (dalam Trianto 2007: 48-49)
15
Untuk penghargaan siswa maka dilakukan tahap perhitungan skor
perkembangan individu yang dihitung berdasarkan pada skor awal.
Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan yang sama untuk memberikan sumbangan skor
maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
Penghitungan perkembangan skor individu dimaksud agar siswa terpacu
untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuanya. Adapun
perhitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari
penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (Wardani,
1995) seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2Penskoran Perkembangan Individu
Skor Tes Individu Sumbangan untuk Skor
Kelompok
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0 Poin
Antara 10 poin di bawah skor awal
sampai skor akhir
10 Poin
1 Sampai 10 poin diatas skor awal 20 Poin
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Poin
Nilain sempurna (tidak didasarkan pada
skor awal)
40 Poin
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-
rata yang dikatagorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan
kelompok super. Menurut Slavin (1995) kreteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai
berikut:
16
1) kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik;
2) kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat; dan
3) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
6. Unsur–unsur dalam pembelajaran kooperatif
Agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat
mencapai hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup
sepenanggungan”.
b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya
seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai
tujuan yang sama.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama pada
semua anggota kelompok.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompok.
f. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
g. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama. (Ibrahim, 2000).
17
C. Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif
1. John Dewey, Herbert Thelan dan Kelas Demokrasi
John Dewey (1916) menetapkan sebuah konsep pendidikan bahwa
kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi
sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Thelan
berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau
miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan
antar pribadi (Trianto, 2007:17-19). Dewey dan Thelan memandang
tingkah laku kooperatif sebagai dasar demokrasi dan sekolah dipandang
sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi.
2. Belajar Berdasarkan Pengalaman
Pengalaman memberikan wawasan, pemahaman dan teknik-teknik
yang sulit untuk dipaparkan kepada seseorang yang tidak memiliki
pengalaman serupa. Johnson (1994) pencetus teori-teori unggul tentang
pembelajaran kooperatif, memberikan pembelajaran berdasarkan
pengalaman yang didasarkan pada tiga asumsi berikut ini:
a. Anda akan belajar lebih baik jika anda secara pribadi terlibat dalam
pengalaman belajar
b. Pengetahuan ditemukan pada diri sendiri apabila pengetahuan itu
hendak anda jadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu
perbedaan dalam tingkah laku anda
18
c. Komitmen terhadap belajar paling tinggi pada saat anda bebas
menentukan tujuan pembelajaran dan secara aktif mempelajari tujuan
itu dalam suatu kerangka kerja (Nur, dkk, 2001:15)
3. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Akademik
Suatu aspek penting dalam pembelajaran ialah disamping
membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang
lebih baik antara siswa, secara bersamaan membantu siswa dalam
pembelajaran akademis mereka.
4. Teori Belajar Kognitif
a. Teori Pembelajaran Kognitif Peaget
Peaget mengatakan bahwa pengalaman langsung adalah yang
memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan
kognitif anak. Teori perkembangan Peaget mewakili konstruktivisme,
yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Dalam
pandangan ini, anak-anak mengkonstruksi pengetahuan secara terus
menerus dan mengasimilasi serta mengakomodasi informasi baru.
b. Teori Konstruktivis
Teori ini mengatakan bahwa sistem harus menemukan sendiri dan
mengakomodasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
sesuai. Ide pokoknya adalah siswa secara aktif memecahkan masalah,
19
menemukan segala sesuatu untuk menjadi miliknya, sedangkan guru
sebagai pengajar hanya mempunyai peranan penting dengan cara
memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih
atau model serta menyediakan suatu suasana yang mendukung
kemudahan untuk proses pembelajaran kepada siswa agar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Ngara, 2008).
c. Teori Vygotsky
Ide penting dari teori Vygotsky adalah scaffolding yang berarti
memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan
tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil
alih tanggung jawab setelah mampu (Isjoni, 2007). Ada dua implikasi
utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama adalah
dikehendakinya seting kelas itu berbentuk pembelajaran kooperatif
antar siswa sehingga siswa dapat diberi interaksi di sekitar tugas-tugas
yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah
yang efektif di dalam masing-masing zone of proximal development
mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dan pengajaran menekankan
scaffolding, dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya sendiri ( Dawa, 2008:14)
20
5. Teori Diskusi Kelompok
Beberapa ciri khas dalam beberapa kelompok kecil yang
menumbuhkembangkan rasa saling interaksi dan komunikasi antar siswa
dalam kelompok yakni:
a. Jumlah anggota cukup kecil dapat saling memperhatikan dan saling
berinteraksi.
b. Tujuan yang terkait satu dengan yang lain menjadikan keberhasilan
salah satu anggota kelompok menjadi keberhasilan seluruh anggota.
c. Setiap anggota mempunyai rasa memiliki untuk menjadi bagian
kelompok.
d. Interaksi yang melibatkan hubungan verbal dan non verbal membuat
percakapan singkat sesuai materi diskusi. Masing-masing anggota terus
menerus menanggapi dan saling menyelesaikan kegiatan satu dengan
yang lainnya.
e. Rasa kebersamaan di antara anggota, meskipun ketidaksamaan atau
konflik semua anggota menyadari dirinya berupaya untuk memperoleh
hasil kelompok yang memuaskan sebagai kepuasan bersama
(Bilhard,1998, dalam Dawa 2008:14-15).
6. Teori Naturalisme Romantik
Teori ini dikemukakan oleh J. Reussseau. Menurut Reusseau anak
memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam, yaitu potensi
berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari
dan menemukan apa yang diperlukannya. Melalui berbagai bentuk
21
kegiatan dan usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya. Menurut Reusseau anak tidak boleh diatur atau diberi tetapi
dibiarkan mencari untuk menemukan dirinya sendiri. Reussseau
mengemukakan tugas guru bukan sebagai sumber informasi melainkan
menyiapkan bahan ajar yang menarik perhatian dan minat dan disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan serta menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan
kebutuhan anak. Dengan cara seperti ini anak akan berkembang secara
optimal (Ibrahim dan Zaim, 2003:14 ).
7. Teori Motivasi
Sehubungan dengan motivasi, Maslow (M. Zulfatni, 2004)
menyusun suatu teori tentang hubungan manusia yang bersifat hirarkis,
dan dikelompokkan menjadi lima tingkat yaitu kebutuhan fisiologi, rasa
aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga diri dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan yaitu kebutuhan kasih sayang akan
mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan
emosional dengan individu lain misalnya rasa disayang, diterima dan
dibutuhkan oleh orang lain. Perserta didik yang merasa disenangi, diterima
oleh teman atau kelompoknya akan memiliki minat belajar yang lebih
dibandingkan dengan peserta didik yang diabaikan atau dikucilkan.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas
empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar
22
yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model pembelajaran ini juga
dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya
terbatas. Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT
digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut.
NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah
variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya
menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa
tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompok tersebut. Menurut Muhammad Nur (Azizah), dengan cara tersebut
akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada
siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan
berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha
memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang
disajikan oleh guru seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk (Azizah,
2007) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik
23
pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademis.
Adapun tahapan dalam pembelajan NHT antara lain yaitu penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Suwarno)
Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan
setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi.
Tahap 3: Berpikir bersama,
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untukmenjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
E. Hasil Belajar
1. Hakikat belajar dan pengajaran
Pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang
yang belajar karena pengalaman dengan serangkaian kegiatan. Misalkan
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, mengingat, dan
lain sebagainya. Pandangan teori kontruktivisme menyatakan bahwa
24
belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa memahami dan
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu
memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
Sedangkan guru bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan
kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkontruksikan pengetahuan
didalam memorinya sendiri.
Pengertian belajar secara umum mempunyai ciri-ciri perbuatan
yang menghasilkan perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia
yang diperoleh dari proses mengasimilasi dan menghubungkan sesuatu
yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang
sehingga pengertiannya tersebut dikembangkan. Sedangkan pengertian
pengajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku, maka pengertian pengajaran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sedemikian rupa sehingga
tingkah laku siswa berubah kearah yang yang lebih baik.
Kemudian dikatakan bahwa pengajaran mempunyai tujuan untuk
membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dan dengan
pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik kuantitas maupun
kualitasnya. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali
sikap dan perilaku siswa.
25
2. Pendangan tentang teori belajar
a. Teori belajar Kognitif
Ahli - ahli yang menganut aliran kognitif berpendapat bahwa belajar
adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada
kemampuan dalam diri orang yang belajar. Sehingga pada intinya,
belajar merupakan pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama
fikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia
ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses
pengolahan (procesing) informasi.
b. Teori belajar Behavioristik
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, yang berwujud
perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak
tampak (inert behavior). Aspek penting yang dikemukakan oleh
aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar
(perubahan tingkah laku) itu disebabkan oleh kemampuan internal
manusia (insigh), untuk itu agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat
mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang
sedemikian rupa sehingga mudah direspon oleh siswa.
3. Faktor–faktor yang mempengaruhi belajar
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian pada pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
26
pelajaran yang dipelajari sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan
motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang
dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal yaitu datang dari orang
lain, guru, orang tua, teman, dan sebagainya.
b. Keaktifan siswa
Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa, oleh karena itu siswa
harus aktif tidak boleh pasif. Kecenderungan psikologi dewasa ini
menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Sehingga
belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
c. Keterlibatan langsung atau pengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung, ia harus menghayati terlibat langsung
dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Guru
hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan
siswa dalam belajar jangan diartikan kegiatan fisik saja, tetapi juga
keterlibatan mental emosional, kegiatan kognitif dan dalam
pembentukan sikap, nilai dan keterampilan.
d. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan adanya pengulangan dikemukakan
oleh teori psikologi daya, menurut teori ini belajar adalah melatih
daya berfikir, mengamati, menanggapi, menghayal, dan sebagainya.
Sehingga daya menjadi berkembang.
27
e. Tantangan
Dalam belajar siswa memiliki tujuan yang harus dicapai, tetapi
selalu ada hambatan yaitu bahan belajar, maka timbulah motif untuk
mengatasi hambatan tersebut. Oleh karena itu agar pada anak timbul
motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan
belajar haruslah yang menantang.
f. Balikan dan penguatan
Siswa akan semangat belajar apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadi balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
Begitu juga dengan penguatan yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan, atau dengan kata lain penguatan positif maupun
negatif dapat memperkuat belajar.
g. Perbedaan individual
Siswa merupakan individu yang unik artinya setiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan
individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil
belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa
28
dalam upaya mencapai tujuan–tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a).
Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap
dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan
yang ada pada kurikulum sekolah (Nana Sudjana, 2004:22).
5. Faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang
mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain
yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain
sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan
29
sikap. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari
proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil
belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil
belajar yang dicapai siswa.
F. Mata Pelajaran Fisika
Sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika mempelajari gejala-
gejala alam dalam satu kesatuan sistem yang selalu berkembang dan dapat
dikembangkan terus-menerus. Dalam kegiatannya dengan pendidikan, Max
Muller berpendapat bahwa fisika sebagai cabang IPA yang telah terorganisir
diharapkan dapat membantu subjek yang mempelajarinya menjadi dewasa
dalam disiplin fisika. Oleh sebab itu untuk mempelajari teori-teori dan
eksperimen fisika diperlukan kemauan, ketekunan dan usaha.
Berikut terdapat beberapa definisi tentang Fisika. Definisi-definisi
tersebut antara lain sebagai berikut (Telaah kurikulum fisika, 2003) :
a. Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang memungkinkan
penelitian dengan pencobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian
secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum.
b. Fisika adalah suatu uraian penutup tentang semua kejadian fisikalis yang
berdasarkan beberapa hukum dasar.
c. Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala alam sesederhana-
sederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-
kenyataannya. Persyaratan dasar pemecahan persoalannya ialah
mengamati gejala-gejala tersebut.
30
d. Fisika adalah teori peramalan alternatif-alternatif yang secara empiris
(dengan percobaan) dapat dibeda-bedakan.
e. Fisika adalah bagian dari IPA (sain yang mempelajari tentang zat dan
energi). Ada pula yang menyatakan bahwa fisika adalah cabang IPA yang
menyangkut gejala alam yang dinyatakan dalam zat dan energi. Jadi, fisika
dapat disebut ilmu tentang zat dan energi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fisika adalah ilmu yang
mempelajari tentang gejala alam terutama tentang zat dan energi dan
melakukan penelitian dengan percobaan-percobaan.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar fisika adalah
prestasi belajar. Perubahan-perubahan yang ingin dicapai melalui proses
pendididkan adalah perubahan tingkah laku. Dari hasil belajar yang diperoleh
itu maka akan dicapai tingkat keberhasilan siswa. Selain itu juga dapat
dikatahui seberapa jauh tujuan pendidikan itu dapat dicapai.
Hasil belajar fisika merupakan hasil keseluruhan fisika yang dicerminkan
dalam bentuk nilai yang dicapai oleh siswa melalui kemampuan kognitif,
Afektif dan Psikomotorik. Jika dalam diri anak didik tersebut terjadi perubahan
yang positif dalam ketiga hal tersebut, maka proses balajar dalam diri anak
didik dapat dikatakan baik.
G. Materi Pokok Suhu dan Pengukurannya
1. Pengertian suhu
Apakah sebenarnya suhu itu? Samakah suhu dengan panas?
Seorang anak yang demam, bila disentuh keningnya akan terasa panas,
31
dalam keadaan demikian dikatakan suhu anak tersebut tinggi. Demikian
juga air panas memiliki suhu yang tinggi dibandingkan dengan air
dingin. Jadi ada hubungan antara suhu dengan panas, tetapi keduanya
tidak sama. Suhu atau temperatur adalah merupakan suatu ukuran yang
menyatakan derajat panas suatu benda. Sedangkan panas merupakan
suatu bentuk energi yang terdapat pada suatu materi (zat).
2. Pengukuran suhu
Termometer merupakan alat pengukur suhu yang tepat. bahan
pengisi termometer adalah alkohol dan raksa karena kedua jenis bahan
ini memliki pemuaian yang besar.
Berikut ini adalah syarat alat pengukur suhu :
a. Nilai suhu yang di tunjukan tidak dipengaruhi oleh nilai suhu yang
diukur sebelumnya.
b. Dapat memberikan pembacaan skala suhu dengan tepat.
Gambar. Termometer
32
Berikut ini adalah tabel dari sifat-sifat dari alkohol dan raksa:
Tabel 2.3Sifat-sifat dari cairan termometer
Nama
zat
Kelebihan Kekurangan
Raksa
Alkohol
a. Peka terhadap perubahan suhu
b. Pemuaiaanya teratur
c. Tidak membasahi dinding.
d. Mmpunyai titik beku rendah (-400C)
e. Memiliki titik didih tinggi (3570C)
f. Warnanya mengkilap sehingga
mudah dilihat.
f. Memiliki titk beku -110C
g. Peka terhadap perubahan suhu
h. Harganya murah.
a. termasuk zat bearacun
b. tidak dapat mengukur
suhunya yang lebih
rendah dari -400C
c. harganya mahal.
a. Titik didih 78 0C
b. Tidak berwarna dan
sulit dilihat.
c. Membasahi dinding
kaca.
Alat ukur suhu pertama kali ditemukan oleh Galillei Galileo dan
alat pengukur suhu ini dinamakan Termokopel atau Termometer udara.,
tetapi alat ini tidak dapat menunjukan adanya perubahan suhu secara tepat
karena tidak memiliki skala penunujuk. Alat tersebut terdiri dari bola kaca
yang dilengklapi dengan tangki kaca yang panjang. Pola kerjanya yaitu
dengan cara memanaskan bola kaca lalu dicelupkan kedalam air yang
berada didalam bejana. Ketika bola tersebut dingin air akan naik ke dalam
tangkai bola kaca.
Termometer yang saat ini digunakan adalah termometer yang
merupakan pengembangan dari termoskop yang di temukan oleh Gallilei
33
Galileo. Kata termometer berasal dari bahasa yunani yaitu termos yang
berarti panas dan meter yang berarti ukur.
Ada 4 macam skala termometer yaitu termometer Celcius,
Reaumur, Farenheith dan termometer skala Kelvin. Termometer yang
lebih sering dipakai adalah skala Celcius.
a. skala Celcius
skala Celcius merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Skala ini ditetapkan oleh seorang ahli Fisika
swedia yang bernama Anders Celcius (1710-1744). Dia menetapkan
titik beku air sama dengan 00 sebagai titik tetap bawah. Dan titik didih
air sama dengan 1000 sebagai titik tetap atas. Diantara kedua titik itu
dibagi menjadi 100 satuan derajat. Celcius memiliki satuan derajat
Celcius yang di tulis 0C.
b. skala Farenheith
skala farenheith ditetapkan oleh Gabriel Daniel Farenheith (1686-
1736), dai merupakan ilmuwan Fisika berkebangsaan jerman. Ia
menetapkan titik beku air sama dengan 320 dan titik didih air sama
dengan 2120. Diantara kedua titik tetap tersebut dibagi menjadi 180
satuan derajat. Penulisan skala farenheit adalah 0F. dan skala ini biasa
digunakan di Negara-negara Eropa dan Amerika.
34
c. skala Reamur
Titik tetap bawah skala reamur adalah 00 dan titik atasnya 800 serta
memiliki 80 satuan derajat. Penulisan nilai skala reamur, misalnya 80
derajat Reaumur dapat di tulis 80 0C.
d. skala Kelvin
lord kelvin (1824-1907) adalah ilmwuan berkebangsaan inggris yang
menetapkan skala Kelvin ditetapkan berdarkan pehitungan bahwa ada
suhu minimal di alam ini. Hal tersebut didukung oleh teori kinetik
partikel bahwa pada suhu mutlak nol, partikel-partikel semua zat
praktis tidak bergerak. Suhu mutlak tersebut sama dengan -273, 15 0C,
biasa dibulatkan menjadi -273 0C. Pada skala Kelvin, titik beku air
adalah 273 K dan titik didihnya 373 K. Suhu yang dinyakan skala
Kelvin adalah suhu mutlak
Gambar. 4 macam skala termometer
3. Perbandingan skala termometer
Berdasarkan pada 4 jenis skala termometer maka dibuat
hubungan antar skala termometer. Hubungan antar skala thermometer
dapat dilihat pada tabel 2.4.
35
Tabel 2.4Perbandingan skala termometer
Jenis termometer Titik tetap Selisih atau jumlah
skalabawah Atas
Celcius (0C)
Reamur (0R)
Farenheith (0F)
Kelvin (K)
00
00
320
273
1000
800
2120
373
100
80
180
100
Berikut ini adalah perbandingan skala termometer
TC : TR : (TF-32) = 100 : 80 : 180 = 5 : 4 : 9
3. Jenis-jenis termometer
Berdasarkan dengan kegunaanya termometer di bagi dalam tiga
jenis yaitu :
1. Termometer klinis
Sesuai dengan namanya, termometer klinis sering digunakan para
dokter untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.termometer klinis
umumnya dibuat pada skala kurang dari 350C atau lebih dari 420C
dengan ketelitian mencapai 0,10C.
Gambar. Termometer klinis
36
2. Termometer suhu ruangan
Oleh karena suhu udara selalu berubah, dibutuhkan termometer
yang cukup peka sehingga dapat mengukur suhu udara secara tepat.
Termometer tersebut adalah termometr ruangan. Pada umumnya,
trmometer suhu ruangan berskala -500sampai dengan +500C.
ukuran termometer suhu ruangan jauh lebh besar dibandingkan
dengan termometer klinis. Biasanya termometer ini di tempelkan
pada dinding dengan arah vertikal.
3. Termometer maksimum-minimum.
Termometer ini diperkenelkan pertama kali oleh James Six Bellni
pada awal abad ke 18. Termometer ini di pakai khusus untuk
mengukur suhu tertinggi dan terendah dari suatu tempat selama
satu hari.
Suhu tertinggi maksimum biasanya terjadi pada siang hari dan suhu
terendah terjadi pada malam hari. Termometer ini di gunakan
dalam bidang pertanian.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif karena penelitian ini berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya
(Sukardi, 2003:157).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada SMP Advent Ponain
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2010/2011.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP
Advent Ponain Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Tahun Pelajaran
2010/2011.
D. Definisi Variabel Yang Diamati
Definisi operasional variabel yang diamati:
a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah skor yang
diperoleh guru dalam mengelola pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe NHT
38
b. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) adalah proporsi yang
merupakan perbandingan jumlah siswa yang dapat mencapai indikator
dengan jumlah keseluruhan siswa yang diukur dengan tes hasil belajar.
Suatu indikator dikatakan tuntas bila proporsi P ≥ 0,75
c. Ketuntasan hasil belajar adalah proporsi yang merupakan
perbandingan dari skor tes hasil belajar (THB) yang diperoleh setiap
siswa dibagi dengan skor maksimum THB. Hasil belajar siswa
dikatakan tuntas bila proporsinya memenuhi kriteria P ≥ 0,75 (Sole,
2009:50). Sedangkan suatu kelas atau klasikal dikatakan tuntas jika
80% siswa mempunyai proporsi P ≥ 0,75.
d. Respon siswa adalah frekuensi perasaan maupun pendapat siswa
terhadap perangkat dan proses pembelajaran setelah menggunakan
perangkat dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
E. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar pengamatan pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
2. Kisi-Kisi dan Tes Hasil Belajar (THB).
3. Angket respon siswa terhadap pembelajaran.
F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibuat berdasarkan KTSP dalam penelitian ini
adalah:
39
1. Bahan Ajar Siswa
2. Silabus
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
4. Lembar Kegiatan Siswa
5. Kisi-Kisi dan Tes Hasil Belajar
G. Data dan Pengambilan Data
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari siswa, guru dan peneliti.
2. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif,
dengan rincian sebagai berikut :
a. Hasil belajar dan tes tertulis (obyektif tes)
Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan belajar mengajar.
Tes ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan.
b. Kuisioner atau angket
Angket ini digunakan untuk mengungkap respon siswa terhadap
pelaksanaan pengajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
c. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mengelolah kelas dalam kegiatan belajar mengajar dengan model
pengajaran kooperatif pendekatan struktural Numbered Heads
Together.
40
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif.
1. Analisis hasil pengamatan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui
pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran menggunakan ketentuan seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1Ukuran Kuantitatif Penilaian Yang Diberikan Oleh Pengamat
Terhadap Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan PembelajaranRentang Skor Keterangan
1,00 – 1,99 Tidak baik, jika pengajar dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disiapkan
2,00 – 2,99 Kurang baik, jika pengajar dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran kurang sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disiapkan
3,00 – 3,49 Cukup baik, jika pengajar dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebagian besar sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disiapkan
3,50 – 4,00 Baik, jika pengajar dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disiapkan
Sumber: Borich dalam Banunaek, 2008
Reliabilitas instrumen pengamatan dihitung dengan teknik
interobsever agreement. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, ada
dua orang pengamat dengan instrumen yang sama untuk mengamati
41
karakteristik yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas yaitu:
Precentage Of Agreement = %1001 xBABA
Keterangan : A : Frekuensi tertinggi pengamatan
B : Frekuensi terendah pengamatan
A dan B berturut-turut menunjukkan frekuensi aspek tingkah laku
yang diamati oleh pengamat yang memberi frekuensi tertinggi dan
terendah suatu instrumen. Instrumen pengelolaan pembelajaran dikatakan
baik apabila koefisien reliabilitas ≥ 0,75 % (Borich dalam Banunaek,
2008).
2. Analisis Tes Hasil Belajar
Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB), ketuntasan hasil belajar
siswa, diukur dengan Tes Hasil Belajar (THB). Acuan ketuntasan yang
digunakan dari Depdiknas yang berlaku bagi SMA dan SMP.
Siswa dikatakan belajar tuntas jika proporsi jawaban siswa atau
proporsi ujian akhir adalah P ≥ 0,75 (Depdiknas dalam Banunaek, 2008).
Untuk mengetahui ketuntasan IHB digunakan persamaan proporsi sebagai
berikut :
TBPIHB
Keterangan : PIHB : Tingkat pencapaian (proportion correct)
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
T : Jumlah siswa seluruh peserta tes
42
Proporsi ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
NBPTHB
Keterangan : PTHB : Tingkat pencapaian (proportion correct)
B : Skor yang diperoleh siswa
N : Skor maksimum
3. Analisis Respon Siswa
Tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dapat diketahui
dari angket respon siswa. Menurut Pratini (Ribhu, 2007) respon siswa
dikatakan positif jika rata-rata dari setiap aspek penilaian lebih dari 80%
berada dalam kategori positif yaitu senang dan berminat.
Perhitungan respon siswa digunakan persamaan sebagai
berikut :
%100seluruhnyasiswajumlah
samaresponmemberiyangsiswajumlahSiswaResponPersentase
43
I. Matriks Metode Penelitian
Tabel Matriks Metode Penelitian
Tujuan Karakteristik YangDiamati
Definisi KarakteristikOperasional Yang Diamati
Instrumen SumberData
PengambilanData
Analisis
1. Mendeskripsikankemampuan guru dalammengelola pembelajaranfisika SMP Kelas VII MateriPokok Suhu danPengukurannya denganmenerapkan modelpembelajaran kooperatifTipe NHT
Kemampuan guru Skor yang diperoleh gurudalam mengelola pembelajarandengan menerapkan modelpembelajaran kooperatif tipeNHT
Lembarpengamatanpengelolaanpembelajaran
Guru Observasi Deskriptif
2. Mendeskripsikan ketuntasanindikator hasil belajar dalampembelajaran fisika SMPKelas VII Materi PokokSuhu dan Pengukurannya
Ketuntasan indikator Proporsi yang merupakanperbandingan antara jumlahsiswa yang mencapai IHBdengan jumlah keseluruhansiswa
Tes HasilBelajar
Siswa Tes Deskriptif
3. Mendeskripsikan ketuntasanhasil belajar fisika siswaSMP Kelas VII MateriPokok Suhu danPengukurannya
Hasil belajar siswa Proporsi yang merupakanperbandingan dari skor THByang diperoleh tiap siswadengan skor maksimum
Tes HasilBelajar
Siswa Tes Deskriptif
4. Mendeskripsikan responsiswa terhadap pembelajarandengan menerapkan modelpembelajaran kooperatif tipeNHT
Respon siswa Tanggapan yang diberikansiswa setelah mengikutikegiatan pembelajaran
Angket responsiswa
Siswa Angket Deskriptif
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perangkat Pembelajaran Yang Dikembangkan
Untuk menunjang penelitian ini, perangkat pembelajaran yang
digunakan oleh peneliti antara lain: Bahan Ajar Siswa (BAS), Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembaran Kerja Siswa (LKS) dan
Kisi-kisi. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), Tes Hasil Belajar Produk
dan Proses, Angket Respon Siswa.
Bahan Ajar Siswa (BAS) merupakan rangkuman atau ringkasan dari
materi yang dibelajarkan kepada siswa sekaligus menjadi pedoman bagi siswa
dan guru dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.
Silabus merupakan suatu acuan untuk merencanakan dan
melaksanakan program pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
pengalaman belajar, materi pembelajaran, penilaian (teknik penilaian, bentuk
instrumen dan contoh instrumen), alokasi waktu dan sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pedoman bagi
guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran, baik di dalam kelas,
laboratorium dan atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi: standar kompetensi, kompetensi
45
dasar, indikator (produk dan proses), alokasi waktu, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode/model, sumber belajar, skenario pembelajaran
dan evaluasi.
Lembaran Kerja Siswa (LKS) merupakan panduan bagi siswa untuk
dapat berpikir kritis dalam merancang eksperimen dan berdiskusi kelompok
untuk menjawab semua pertanyaan dalam LKS.
Kisi-kisi merupakan sinkronisasi atau keterkaitan antara indikator
dengan butir-butir soal. Kisi-kisi meliputi indikator, nomor butir soal,
klasifikasi kemampuan, kunci jawaban dan skor.
Tes Hasil Belajar (THB) merupakan instrumen yang digunakan
untuk mengetahui ketuntasan indikator dan ketuntasan belajar siswa selama
melaksanakan proses pembelajaran. Tes Hasil Belajar (THB) dapat berupa tes
proses dan produk dan dikerjakan siswa pada saat sebelum dan sesuadah
kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
B. Implementasi Perangkat Pembelajaran
Implementasi perangkat pembelajaran yang dilakukan di SMP
Advent Ponain dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester
ganjil tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 25 orang.
Teknik hasil penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif
meliputi perhitungan skor rata-rata, proporsi dan persentase. Berikut ini
diuraikan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian.
46
1. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT secara singkat diketahui melalui skor rata-rata untuk setiap kategori
pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini dan rinciannya pada
lampiran 09a dan 09b.
Tabel 4.1Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT)
NoAspek
Yang Diamati
Skor
Tiap RPPSkor
Rata-rataKategori
RPP 01 RPP 02
1 Pendahuluan 3,86 4,00 3,93 Baik
2 Kegiatan Inti 3,87 3,89 3,88 Baik
3 Penutup 3,86 3,86 3,86 Baik
4 Pengelolaan Waktu 3,50 3,86 3,68 Baik
5 Suasana Kelas 3,82 3,82 3,82 Baik
Sumber : Data Olahan Peneliti
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat dalam tabel 4.1 secara
keseluruhan menunjukan bahwa kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah baik.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diawali dengan
pertemuan RPP 01, dimana siswa merasa ada suasana pembelajaran baru
dan baru pula pertama kali diperoleh selama mengikuti kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hal ini tampak membawa suatu perubahan dan
memberikan semangat baru ketika potensi-potensi yang terdapat dalam
47
diri siswa yang selama ini belum diberdayakan sebagai akibat dari
ketiadaan menggunakan alat dan bahan praktikum dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, walaupun pada
kenyataannya masih terdapat bayak kendala yang dihadapi, namun setelah
didampingi guru peneliti, ternyata siswa-siswi memiliki potensi yang
cukup besar teristimewa dalam melakukan kegiatan praktikum. Hal ini
dapat dilihat pada rata-rata penilaian untuk aspek pengelolaan waktu
termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata penilaian 3,50. Pada
pertemuan kedua dengan RPP 02, pengelolaan pembelajaran mengalami
peningkatan dan berada dalam kategori baik dengan rata-rata penilaian
untuk pengelolaan waktu 3,86.
Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas dilakukan oleh dua orang pengamat. Pengamat satu
(P1) adalah Opry Matnope (guru mata pelajaran fisika) dan pengamat dua
(P2) adalah Nophita Ataupah (guru mata pelajaran IPS dan Bahasa
Indonesia) dan keduanya adalah guru pada SMP Advent Ponain. Dengan
demikian hasil pengamatan dapat dipercaya dengan perhitungan
reliabilitas intrumen. Apabila koefisien reliabilitas P ≥ 75%, maka
instrumen termasuk dalam kategori baik. Hasil perhitungan reliabilitas
instrumen pengelolaan pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) secara
ringkas dapat dilihat pada tabel 4.2, sedangkan secara terperincinya
sebagaimana pada lampiran 09a dan 09b.
48
Tabel 4.2
Reliabilitas Instrumen Pengelolaan Pembelajaran Dengan menerapkan
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
PengamatanTerhadap Guru
Reliabilitas Tiap RPP dalam %RPP 01 RPP 02
99,64 % 99,75 %
Sumber : Data Olahan Peneliti
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa reliabilitas instrumen pengelolaan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) oleh guru untuk RPP 01 dan RPP 02 di
atas 75 % yaitu: 99,64 % dan 99,75 %. Sehingga instrumen tersebut
termasuk dalam kategori baik dengan koefisien reliabilitasnya P ≥ 0,75.
Dengan demikian instrumen ini layak dipakai pada pengelolaan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT).
2. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar (THB) Produk digunakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa yang diukur dari ketuntasan empat Indikator Hasil Belajar
(IHB) Produk. Berdasarkan kurikulum 2004, sebuah indikator dikatakan
tuntas apabila proporsi jawaban benar siswa P ≥ 0,75. Hasil dari Tes Hasil
Belajar produk dapat dilihat pada tabel berikut dan rinciannya dapat dilihat
pada lampiran 10.
49
Tabel 4.3Ketuntasan IHB Produk
No IndikatorButirSoal
P. Butir SoalSensitivitas Proporsi
Indikator KetuntasanU1 U2
1 Mendefenisikanpengertian suhu
10,52 1,00 0,48 1,00 Tuntas
2 Menggunakantermometer untukmengukur suhu zat
2
3
4
5
0,36
0,40
0,36
0,84
0,84
0,92
1,00
1,00
0,48
0,52
0,64
0,16
0,94 Tuntas
3 Mengenal termometerdengan mengamatigambar 13 0,00 0,76 0,76 0,76 Tuntas
4 Membandingkantermometer denganmenggunakanformulasiperbandingan skala
6
7
8
9
10
11
12
14
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0.88
0,92
0,96
0,88
0,96
0,88
0,92
0,80
0.88
0,92
0,96
0,88
0,96
0,88
0,92
0,80
0,90 Tuntas
Rata-Rata 0,18 0,90 0,73 0,90 Tuntas
Sumber : Data Olahan Peneliti
Tabel 4.3 menunjukan bahwa pencapaian IHB semuanya tuntas
dengan nilai rata-rata proporsi IHB= 0,90. Rata-rata proporsi IHB
mengalami peningkatan, tes awal 0,18 menjadi 0,90 pada tes akhir.
3. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Ketuntasan Tes Hasil Belajar (THB) siswa secara individu dapat
dilihat pada tabel 4.4, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada lampiran
10.
50
Tabel 4.4Ketuntasan THB Produk Siswa Secara Individu
No Kode Siswa Proporsi Ketuntasan P ≥ 0,751 HA 1,00 Tuntas2 MM 0,93 Tuntas3 AM 0,79 Tuntas4 BS 0,79 Tuntas5 TA 0,86 Tuntas6 RS 1,00 Tuntas7 GF 0,93 Tuntas8 YM 1,00 Tuntas9 RF 0,86 Tuntas10 KF 0,86 Tuntas11 ET 1,00 Tuntas12 DM 1,00 Tuntas13 AT 1,00 Tuntas14 OL 0,86 Tuntas15 MF 0,86 Tuntas16 AbT 1,00 Tuntas17 JS 0,86 Tuntas18 JT 1,00 Tuntas19 SM 0,93 Tuntas20 MB 0,71 Tuntas21 ElT 0,93 Tuntas22 FF 0,93 Tuntas23 DS 0,93 Tuntas24 GM 0,86 Tuntas25 JnS 0,86 Tuntas
Rata-rata 0,91 TuntasSumber : Data Olahan Peneliti
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua siswa tuntas dalam belajar
dengan proporsi jawaban benar melebihi 0,75 dan rata-rata jawaban benar
siswa adalah 0,91.
Hasil pengamatan pengelolaan kelompok sangat berpengaruh
terhadap hasil kerja kelompok, dimana setiap anggota kelompok akan
menyumbangkan nilai perkembangannya untuk perkembangan skor
kelompok. Hasil pengelolaan kelompok dapat terlihat pada skor kelompok
pada RPP 01 dan RPP 02 dibawah ini:
51
a. Skor Kelompok RPP 01
Analisis kemajuan skor kelompok untuk RPP 01 dapat dilihat pada
tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5Skor Kemajuan Siswa Secara Individu dan Kelompok pada RPP 01
Kelompok
KdS Skor Awal Skor RPP 01 Nilai PerkembanganN. ulangan
HarianRata-rata
Quis Rata-rata
Kemajuan
Rata-rata/Kriteria
I
HAMMAMBSTA
8070605060
64,00
10080606060
72,00
3020102010
18(hebat)
II RSGFYMRFKF
8070706050
66,00
10080806060
76,00
3020201020
20(hebat)
III EKDMATOLMF
7070706050
64,00
801001008060
84,00
2030303020
26(super)
IV AbTJSJTSMMB
7060706050
62,00
8070806060
70,00
2020201020
18(hebat)
V ElTFFDSGMJnS
7070706060
72,00
8080606080
72,00
2020202020
18(hebat)
Sumber : Data Olahan PenelitiDari tabel 4.5 terlihat bahwa peningkatan skor kemampuan siswa untuk
4 kelompok berada pada kriteria hebat karena mengalami peningkatan skor 15
≤ x ≤ 24 dan 1 kelompok berada pada kriteria super karena mengalami
peningkatan skor x ≥ 25.
b. Skor Kelompok RPP 02
Analisis kemajuan skor kelompok untuk RPP 02 dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini.
52
Tabel 4.6Skor Kemajuan Siswa Secara Individu dan Kelompok pada RPP 02
Kelompok KdS Skor Awal Skor RPP 02 Nilai PerkembanganN. ulangan
HarianRata-rata
Quis Rata-rata
Kemajuan Rata-rata/Kriteria
I
HAMMAMBSTA
8070605060
64,00
10080606080
76,00
3020102030
22(hebat)
II RSGFYMRFKF
8070706050
66,00
10080806060
76,00
3020201020
20(hebat)
III EKDMATOLMF
7070706050
64,00
80100808060
96,00
2030203020
24(hebat)
IV AbTJSJTSMMB
7060706050
62,00
10060808060
76,00
3010203020
22(hebat)
V ElTFFDSGMJnS
7070706060
72,00
8080806060
88,00
2020201010
16(hebat)
Sumber : Data Olahan Peneliti
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa peningkatan skor kemampuan siswa
untuk setiap kelompok berada pada kriteria hebat karena mengalami
peningkatan skor 15 ≤ x ≤ 25.
4. Respon Siswa
Untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT), digunakan angket siswa (lampiran 07). Sedangkan hasil
dari respon siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.
53
Tabel 4.7Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran
NO PERNYATAAN TANGGAPAN1 2 3 4
1 Melalui pembelajaran ini, pelajaran fisikamenjadi menyenangkan.
0 0 0 25
2 Pembelajaran fisika dengan dibentuk kelompokdalam kelas sangat menyenangkan
0 0 0 25
3 Saya merasa senang dengan sistempembelajaran guru.
0 0 0 25
4 Saya mendapat kesempatan untuk melakukandiskusi dan bertanya kepada teman dan guru.
0 0 3 22
5 Guru memperhatikan kesulitan yang dihadapioleh saya dalam menelaah materi maupunmengerjakan soal - soal pokok bahasan suhu danpengukurannya
0 0 0 25
6 Tanggapan guru terhadap pertanyaan kamimenyenangkan.
0 0 3 22
7 Saya merasa senang ketika ditunjuk oleh guru. 0 0 5 208 Saya tidak takut menjawab pertanyaan dari
guru.0 0 3 22
9 Saya tidak kesulitan memahami danmempelajari materi fisika yang diajarkan olehguru.
0 0 2 23
10 Saya mampu menyelesaikan soal-soal fisikapokok bahasan suhu dan pengukurannya
0 0 5 20
Jumlah (presentase) 0 0 21(8,4 %)
229(91,6%)
Sumber: Data Olahan PenelitiTabel 4.7 memperlihatkan tentang respon siswa terhadap komponen
yang ditanyakan berkenaan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Respon siswa dikatakan
bernilai positif apabila rata-rata dari setiap respon lebih dari 80% berada
dalam kategori positif. Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, rata-
rata 8,4 % siswa setuju dan 91,6 % sangat setuju dengan model
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada materi pokok suhu dan
pengukurannya. Artinya, seluruh siswa kelas VII SMP Advent Ponain
menyukai pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok suhu dan
pengukurannya.
54
C. Pembahasan
Berdasarkan implementasi perangkat pembelajaran, maka hasil
penelitian dibahas untuk mengetahui kesesuaian dengan kajian teoritis sebagai
berikut:
1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah
baik. Hal ini terbukti karena dari kedua RPP yang dinilai presentase
reliabilitasnya di atas 75 % yaitu pada RPP 01 = 99 ,64 % dan RPP 02 =
99,75 % dan skor rata-rata dari kelima aspek penilaian yakni pendahuluan,
kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan suasana kelas lebih besar
dari 3,50. Hal ini mengacu pada ukuran kuantitatif penilaian kemampuan
guru pada tabel 3.1(halaman 40) dimana rentang skor dari 3,50 sampai
4,00 dikatakan baik dan koefesien reabilitas instrument pengelolaan
belajar diatas 75 % (Borich halaman 41).
2. Berdasarkan data analisis Instrumen Tes Hasil Belajar memiliki
sensitivitas yang positif sehingga dikatakan dapat mengukur efek-efek
pembelajaran karena sesuai dengan hasil analisis deskriptif pada tes awal
dan tes akhir terdapat peningkatan proporsi jawaban benar siswa. Pada tes
awal hasil analisis jawaban benar siswa untuk THB produk 0,18 dan pada
tes akhir jawaban benar siswa 0,90. Dengan demikian ketuntasan Hasil
Belajar Siswa yang dicapai oleh 25 siswa adalah 100% tuntas. Siswa
dikatakan belajar tuntas jika proporsi ujian akhir diatas 75% (Depdiknas
halaman 41). Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan penerapan
55
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah baik untuk digunakan dalam meningkatan hasil belajar siswa pada
materi pokok suhu dan pengukurannya.
3. Berdasarkan analisis Tes Hasil Belajar (THB), pencapaian ketuntasan
indikator produk semuanya tuntas. Pencapaian ketuntasan ini karena
adanya perangkat pembelajaran yang sudah disiapkan dengan baik dan
dapat mempermudahkan guru dalam mengelola pembelajaran. Ketuntasan
indikator dapat dilihat dengan proporsi ketuntasan untuk THB produk 0,
90.
4. Respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) secara
umum adalah baik . Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tabel bahwa
secara umum 100% siswa menyukai pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti. Karena respon siswa dikatakan positif jika rata-rata dari setiap
aspek lebih dari 80% berada dalam kategori positif yaitu siswa merasa
senang dengan pelajaran fisika, senang dengan pembelajaran yang
dilakukan guru, bisa berinteraksi dengan baik kepada siswa maupun guru
dan tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan guru (Pratini halaman 42).
56
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran fisika siswa materi pokok suhu dan pengukurannya pada siswa
kelas VII SMP Advent Ponain.
Secara terperinci dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Fisika materi pokok
suhu dan pengukurannya pada siswa kelas VII SMP Advent Ponain
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) yang mecakup: Pendahuluan, kegiatan inti, penutup,
pengelolaan waktu dan suasana kelas adalah termasuk dalam kategori baik.
2. Indikator Hasil Belajar (IHB) yang disiapkan semuanya tuntas dengan
proporsi ketuntasan 0,90 untuk indikator produk.
3. Hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Advent Ponain pada materi
pokok suhu dan pengukurannya adalah tuntas.
4. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada umumnya baik, karena semua siswa merasa senang
dengan pelajaran fisika, senang dengan pembelajaran yang dilakukan guru,
bisa berinteraksi dengan baik kepada siswa maupun guru dan tidak
57
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai guru perlu lebih banyak menguasai stratagi serta metode
pembelajaran yang tepat dan dapat membangkitkan semangat belajar.
2. Guru-guru fisika yang ingin mengembangkan model pembelajaran ini
diajurkan agar menyiapkan lebih banyak waktu pembelajaran sehingga
siswa lebih kreatif dalam kelompok.
3. Siswa diharapkan untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran
dan harus lebih giat lagi untuk belajar sendiri.
58
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Nur, 2006. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT (Numbered-Heads Together) Dengan Pemanfaatan LKS
(Lembar Kerja Siswa) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi datar
(Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang
Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi, Semarang: UNS
Baintela, Sefnat, 2009. Penerapan Diagram Alir Pada Pembelajaran Berbasis
Ketrampilan Proses Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika
Siswa Smu Negeri 5 Kupang. Skripsi, Kupang : Undana
Banunaek, Ferdinandus, 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika
Melalui Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Materi Pokok Massa Jenis Pada siswa kelas VIIB
SMP Adhyaksa 2 Kupang Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi, Kupang
: Unwira
H, Bahdir, 2005, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Medan : Kencana
Latif, Nurwahyuni, 2008. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XIIA-1
SMA Muhammadiyah Kendari Pada Pokok Bahasan Limit Fungsi
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Skripsi, Kendari
Lie, Anita, 2008, Cooperatif Learning, Jakarta : Grasindo
M, Saejhan, 2008. Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
M. Si, Suwarno, 2009. Pembelajaran Kooperatif Jenis Numbered Heads Together
(NHT). FKIP-Univet Bantara
Sugyarto, Teguh, 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs kelas VII,
Jakarta: Pusat Perbukuan
59
Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Surabaya: Prestasi Pustaka
Sole, Yulius, 2009, Studi Komparasi Tentang Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) dan Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) Pada Materi Pokok Cahaya Siswa Kelas VIIIA SMPK. Sint
Vianey Soe Tahun Ajaran 2008/ 2009. Skripsi, Kupang: Unwira
Suryana, D. 2002. Belajar Fisika Untuk SLTP Kelas I. Depdiknas.
60
61
Lampiran 01
BAHAN AJAR SISWA
4. Pengertian suhu
Apakah sebenarnya suhu itu? Samakah suhu dengan panas? Seorang
anak yang demam, bila disentuh keningnya akan terasa panas, dalam keadaan
demikian dikatakan suhu anak tersebut tinggi. Demikian juga air panas
memiliki suhu yang tinggi dibandingkan dengan air dingin. Jadi ada
hubungan antara suhu dengan panas, tetapi keduanya tidak sama. Suhu atau
temperatur adalah merupakan suatu ukuran yang menyatakan derajat panas
suatu benda. Sedangkan panas merupakan suatu bentuk energi yang terdapat
pada suatu materi (zat).
5. Pengukuran suhu
Termometer merupakan alat pengukur suhu yang tepat. bahan pengisi
termometer adalah alkohol dan raksa karena kedua jenis bahan ini memliki
pemuaian yang besar. Berikut ini adalah syarat alat pengukur suhu :
c. Nilai suhu yang di tunjukan tidak dipengaruhi oleh nilai suhu yang diukur
sebelumnya.
d. Dapat memberikan pembacaan skala suhu dengan tepat.
Gambar. Termometer
62
Berikut ini adalah tabel dari sifat-sifat dari alkohol dan raksa:
Nama
zat
Kelebihan Kekurangan
Raksa
Alkohol
g. Peka terhadap perubahan suhu
h. Pemuaiaanya teratur
i. Tidak membasahi dinding.
j. Mmpunyai titik beku rendah (-400C)
k. Memiliki titik didih tinggi (3570C)
l. Warnanya mengkilap sehingga mudah
dilihat.
i. Memiliki titk beku -110C
j. Peka terhadap perubahan suhu
k. Harganya murah.
a. termasuk zat
bearacun
b. tidak dapat
mengukur
suhunya yang
lebih rendah dari
-400C
c. harganya mahal.
d. Titik didih 780C
e. Tidak berwarna
dan sulit dilihat.
f.Membasahi
dinding kaca.
Alat ukur suhu pertama kali ditemukan oleh Galillei Galileo dan alat
pengukur suhu ini dinamakan Termokopel atau Termometer udara., tetapi alat
ini tidak dapat menunjukan adanya perubahan suhu secara tepat karena tidak
memiliki skala penunujuk. Alat tersebut terdiri dari bola kaca yang
dilengklapi dengan tangki kaca yang panjang. pola kerjanya yaitu dengan cara
memanaskan bola kaca lalu dicelupkan kedalam air yang berada didalam
bejana . ketika bola tersebut dingin air aksn naik ke dalam tangkai bola kaca.
Termometer yang saat ini digunakan adalah termometer yang
merupakan pengembangan dari termoskop yang di temukan oleh Gallilei
Galileo. Kata termometer berasal dari bahasa yunani yaitu termos yang
berarti panas dan meter yang berarti ukur.
63
Ada 4 macam skala termometer yaitu termometer Celcius, Reaumur,
Farenheith dan termometer skala Kelvin. Termometer yang lebih sering
dipakai adalah skala Celcius.
a. skala Celcius
skala Celcius merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Skala ini ditetapkan oleh seorang ahli Fisika
swedia yang bernama Anders Celcius (1710-1744). Dia menetapkan
titik beku air sama dengan 00 sebagai titik tetap bawah. Dan titik didih
air sama dengan 1000 sebagai titik tetap atas. Diantara kedua titik itu
dibagi menjadi 100 satuan derajat. Celcius memiliki satuan derajat
Celcius yang di tulis 0C.
b. skala Farenheith
skala farenheith ditetapkan oleh Gabriel Daniel Farenheith (1686-
1736), dai merupakan ilmuwan Fisika berkebangsaan jerman. Ia
menetapkan titik beku air sama dengan 320 dan titik didih air sama
dengan 2120. Diantara kedua titik tetap tersebut dibagi menjadi 180
satuan derajat. Penulisan skala farenheit adalah 0F. dan skala ini biasa
digunakan di Negara-negara Eropa dan Amerika.
c. skala Reamur
Titik tetap bawah skala reamur adalah 00 dan titik atasnya 800 serta
memiliki 80 satuan derajat. Penulisan nilai skala reamur, misalnya 80
derajat Reaumur dapat di tulis 80 0C.
d. skala Kelvin
lord kelvin (1824-1907) adalah ilmwuan berkebangsaan inggris yang
menetapkan skala Kelvin ditetapkan berdarkan pehitungan bahwa ada
suhu minimal di alam ini. Hal tersebut didukung oleh teori kinetik
partikel bahwa pada suhu mutlak nol, partikel-partikel semua zat
praktis tidak bergerak. Suhu mutlak tersebut sama dengan -273, 15 0C,
biasa dibulatkan menjadi -273 0C. Pada skala Kelvin, titik beku air
adalah 273 K dan titik didihnya 373 K. Suhu yang dinyakan skala
Kelvin adalah suhu mutlak
64
Gambar. 4 macam skala termometer
6. Perbandingan skala termometer
Berdasarkan pada 4 jenis skala termometer maka dibuat hubungan
antar skala termometer.
Jenis termometer Titik tetap Selisih atau
jumlah skalabawah atas
Celcius (0C)
Reamur (0R)
Farenheith (0F)
Kelvin (K)
00
00
320
273
1000
800
2120
373
100
80
180
100
Berikut ini adalah perbandingan skala termometer
TC : TR : (TF-32) = 100 : 80 : 180 = 5 : 4 : 9
Berikut ini adalah hubungan untuk memformulasikan perbandingan
skala termometer caranya adalah sebagai berikut :
a. Dari skala Cecius ke skala Reamur
65
b. Dari skala Celcius ke skala Farenheith
c. Dari Celcius ke Kelvin
66
d. Dari skala Reamur ke skala Farenheith
e. Dari skala Reamur ke skala Kelvin
67
f. Dari skala Farenheith ke skala Kelvin
7. Jenis-jenis termometer
Berdasarkan dengan kegunaanya termometer di bagi dalam tiga jenis, yaitu:
1. Termometer klinis
Sesuai dengan namanya, termometer klinis sering digunakan para dokter
untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.termometer klinis umumnya
dibuat pada skala kurang dari 350C atau lebih dari 420C dengan ketelitian
mencapai 0,10C.
Gambar. Termometer klinis
68
2. Termometer suhu ruangan
Oleh karena suhu udara selalu berubah, dibutuhkan termometer yang
cukup peka sehingga dapat mengukur suhu udara secara tepat.
Termometer tersebut adalah termometr ruangan. Pada umumnya,
trmometer suhu ruangan berskala -500sampai dengan +500C. ukuran
termometer suhu ruangan jauh lebh besar dibandingkan dengan
termometer klinis. Biasanya termometer ini di tempelkan pada dinding
dengan arah vertikal.
3. Termometer maksimum-minimum.
Termometer ini diperkenelkan pertama kali oleh James Six Bellni pada
awal abad ke 18. Termometer ini di pakai khusus untuk mengukur suhu
tertinggi dan terendah dari suatu tempat selama satu hari. Suhu tertinggi
maksimum biasanya terjadi pada siang hari dan suhu terendah terjadi
pada malam hari. Termometer ini di gunakan dalam bidang pertanian.
Pada gambar (a) menunjukan bahwa suhu disekitar panas dan pada
gambar (b) menunjukan kalau suhu disekitarnya dingin.
69
Keterangan Gambar (a) dan(b) .
1. Tabung A1 dan A2 berisi alkohol
2. I1 dan I2 adalah penunjuk skala yang terbuat dari baja
3. Zat yang diberi warna gelap adalah raksa
70
Lampiran 02SILABUS
Sekolah : SMP Advent PonainKelas : VII (Tujuh)Semester : I (Satu)Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamStandar Kompetensi : 1.Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai benda-benda alam dengan menggunakan peralatan
KompetensiDasar
MateriPembelajaran
Indikator Kegiatanpembelajaran
PenilaianAlokasiWaktu
SumberBelajar
Teknik BentukInstrumen
ContohInstrumen
1.2. Mendeskripsikanpengertian suhudanpengukurannya
Suhudanpengukuran
- Mendefenisikanpengertian suhu
- Mengidentifikasialasan mengapaindra peraba tidakdapat digunakansebagai alatpengukur suhu
- Menggunakantermometer untukmengukur suhuzat
- Memotivasisiswa untukmenjelaskanpengertian suhuberdasarkanpengalamansehari-hari
- Membuktikanindra peraba tidakdapat digunakansebagai alatpengukur suhu
- Melakukanpercobaan untukmengukur suhuzat
Testertulis
Tesunjukkerja
Tesunjukkerja
Isian
Uji petikkerja
produk
Uji petikkerja
produk
Terlampir 6x40’ Bukusiswa,LKS,lingkungan sekitardan alatukur
71
- Membandingkanskala termometerCelcius, Reamur,Fahrenheit,Kelvin
- Menyelesaikansoal-soal denganmenggunakanformulasiperbandingan 4jenis skalatermometer.
- membandingkan4 jenis skalatermometer.
- Menyelesaikansoal-soal denganmenggunakanformulasiperbandingan 4jenis skalatermometer.
Testertulis
PG
72
Lampiran 03a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 01)
Sekolah : SMP Advent Ponain
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VII (Tujuh).
Semester : Ganjil.
Materi Pokok : Suhu dan Pengukurannya.
I. STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan
menggunakan peralatan.
II. KOMPETENSI DASAR
1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.
III. INDIKATOR
1. Mendefenisikan pengertian suhu.
2. Mengidentifikasi alasan mengapa indra peraba tidak dapat digunakan sebagai
alat pengukur suhu.
3. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat.
IV. ALOKASI WAKTU
2 Jam Pelajaran (2 x 40 menit)
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian suhu
2. Siswa dapat mengemukakan alasan mengapa indra peraba tidak dapat
digunakan sebagai alat pengukur suhu.
3. Siswa menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat.
73
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
VII. SUMBER BELAJAR
1. Bahan Ajar Siswa (BAS)
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
3. Alat dan bahan praktikum (termometer, air ledeng, air panas, es batu, wadah)
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN (10 menit)
Fase I : Memotivasi siswa dan menyampaikan indikator
1. Memotivasi siswa dengan bertanya kepada siswa
Saat kamu sakit demam, cara apa yang sering ibu atau ayah kamu
lakukan agar bisa mengetahui kalau panas tubuh kamu naik .
2. Mengarahkan siswa untuk menemukan permasalahan,
1. Cara apa yang sering dilakukan agar bisa mengetahui kalau
panas tubuh naik.
2. Apa yang dimaksud dengan suhu?
3. Alat apa yang digunakan untuk mengukur suhu?
Membimbing siswa untuk berpikir bersama (head together)
3. Menyampaikan indikator pembelajaran
II. KEGIATAN INTI (40 menit)
Fase II : Menyajikan materi pembelajaran
1. Guru menyajikan informasi singkat materi pembelajaran tentang suhu
dan pengukurannya.
2. Guru mengarahkan siswa untuk berpikir (Heads) hingga menemukan
permasalahan alat apa yang digunakan untuk mengukur suhu?
Fase III : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
74
(Numbered)
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang beranggotakan
4-5 orang untuk mulai melakukan tugas eksperimen dan
menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS
2. Guru memberikan penomoran 1 s.d. 5 (Numbered) kepada setiap
anggota kelompok secara bertanggung jawab dalam berdiskusi
3. Guru memberikan LKS 01 kepada setiap kelompok dan memberikan
alat dan bahan untuk melakukan eksperimen.
Fase IV : Membimbing kelompok belajar bersama (Head Together)
1. Guru membimbing setiap kelompok melakukan eksperimen untuk
berpikir bersama dan menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS
01
2. Memberikan bantuan kepada kelompok jika ada kesulitan
3. Setiap kelompok mendiskusikan hasil eksperimen kemudian
menjawab pertanyaan yang telah disiapkan dalam LKS
4. Guru meminta satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil
kelompok di depan kelas atau hasil dari kerja bersama, semua anggota
kelompok diminta untuk mendengarkan
Fase V : Evaluasi bersama
1. Guru mengajukan pertanyaan (Questioning) diambil dari LKS atau
materi yang dipelajari untuk mengetahui daya serap siswa untuk
semua kelompok
2. Semua anggota kelompok berpikir bersama untuk mencari jawaban
atas pertanyaan guru dan mengetahui jawaban secara benar
3. Guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok tertentu dan siswa
yang nomornya dipanggil dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan
tersebut
4. Siswa dalam kelompok yang nomornya dipanggil untuk memberikan
75
jawaban (Answering) yang benar atas nama kelompok untuk seluruh
kelas
III. PENUTUP (30 menit)
Fase VI : Membimbing membuat kesimpulan dan memberikan
penghargaan
1. Guru bersama kelompok membuat kesimpulan dan memberikan
penguatan
2. Melaksanakan quis
3. Memberikan pujian dan penghargaan kepada kelompok yang berhasil
mengumpulkan poin paling tinggi
4. Memberikan tugas kepada setiap siswa.
IX. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes Tertulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk Instrumen
a. Soal Essay
b. Uji Petik Kerja
3. Contoh Instrumen
1. Apabila kamu sakit demam cukupkah mengetahui suhu badanmu
dengan meraba kening ? Mengapa demikian ?
2. Sebutkan alat pengukur suhu yang tepat!
3. Sebutkan defenisi dari suhu!
4. Mengapa tangan bukan merupakan alat pengukur suhu yang tepat?
5. Gambarkan dan sebutkan bagian-bagian termometer!
76
lampiran 03b
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 02)
Sekolah : SMP Advent Ponain.
Mata Pelajaran : SAINS Fisika.
Kelas : VII (Tujuh).
Semester : Ganjil.
Materi Pokok : Suhu dan Pengukurannya.
X. STANDAR KOMPETENSI
2. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan
menggunakan peralatan.
XI. KOMPETENSI DASAR
2.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.
XII.INDIKATOR
1. Membandingkan skala termometer .
2. Menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan formulasi perbandingan 4
jenis skala termometer.
XIII. ALOKASI WAKTU
2 Jam Pelajaran (2 x 40 menit)
XIV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat membandingkan skala termometer
2. Siswa dapat Menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan formulasi
perbandingan 4 jenis skala termometer
XV. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
77
XVI. SUMBER BELAJAR
4. Bahan Ajar Siswa (BAS)
5. Lembar Diskusi Siswa (LDS)
XVII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
IV. PENDAHULUAN (10 menit)
Fase I : Memotivasi siswa dan menyampaikan indikator
4. Memotivasi siswa dengan bertanya kepada siswa
Bagaimana cara kalian untuk mengkonversikan satuan suhu dari
skala celcius ke skala Kelvin?.
5. Mengarahkan siswa untuk menemukan permasalahan,
Apakah ada perbedaan skala dari ke empat termometer tersebut dan
jika ada bagaimana cara kalian bisa membandingkan ke empat
termometer tersebut?
6. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
V. KEGIATAN INTI (40 menit)
Fase II : Menyajikan materi pembelajaran
1. Guru menyajikan informasi singkat materi Perbandingan Skala
Termometer.
2. Guru mengarahkan siswa untuk berpikir (Heads) hingga menemukan
permasalahan Bagaimana Cara Membandingkan Skala Termometer?
Fase III : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar (Numbered)
4. Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang beranggotakan
4-5 orang untuk mulai melakukan tugas eksperimen dan
menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LDS
5. Guru memberikan penomoran 1 s.d. 5 (Numbered) kepada setiap
78
anggota kelompok secara bertanggung jawab dalam berdiskusi
6. Guru memberikan LDS kepada setiap kelompok dan memberikan alat
dan bahan untuk melakukan eksperimen.
Fase IV : Membimbing kelompok belajar bersama (Head Together)
5. Guru membimbing setiap kelompok melakukan eksperimen untuk
berpikir bersama dan menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam
LDS
6. Memberikan bantuan kepada kelompok jika ada kesulitan
7. Setiap kelompok mendiskusikan hasil eksperimen kemudian
menjawab pertanyaan yang telah disiapkan dalam LDS
8. Guru meminta satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil
kelompok di depan kelas atau hasil dari kerja bersama, semua
anggota kelompok diminta untuk mendengarkan
Fase V : Evaluasi bersama
5. Guru mengajukan pertanyaan (Questioning) diambil dari LDS atau
materi yang dipelajari untuk mengetahui daya serap siswa untuk
semua kelompok
6. Semua anggota kelompok berpikir bersama untuk mencari jawaban
atas pertanyaan guru dan mengetahui jawaban secara benar
7. Guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok tertentu dan
siswa yang nomornya dipanggil dipersilahkan untuk menjawab
pertanyaan tersebut
8. Siswa dalam kelompok yang nomornya dipanggil untuk memberikan
jawaban (Answering) yang benar atas nama kelompok untuk seluruh
kelas
VI. PENUTUP (30 menit)
Fase VI : Membimbing membuat kesimpulan dan memberikan
penghargaan
79
5. Guru bersama kelompok membuat kesimpulan dan memberikan
penguatan
6. Melaksanakan quis
7. Memberikan pujian dan penghargaan kepada kelompok yang berhasil
mengumpulkan poin tertinggi
8. Memberikan tugas kepada setiap siswa.
XVIII. PENILAIAN
2. Teknik Penilaian
Tes tertulis
2. Bentuk Instrumen
Essay test
3. Instrumen soal Quis
1. Buatlah formulasi persamaan antara termometer Reamur dan
Fahrenheit !
2. Jika diketahui suhu suatu air panas yang berada didalam sebuah wadah
adalah 100 C maka berapakah angka yang akan ditunjukan oleh
termometer berskala Reaumur ?
80
Lampiran 04a
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 01)
1. Standar Kompetensi
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan
menggunakan peralatan.
2. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.
3. Indikator Pembelajaran
a. Mendefenisikan pegertian suhu
b. Mengetahui alasan indra peraba tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur
suhu yang baik
c. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat
4. Alat Dan Bahan
a. Termometer
b. Gelas ukur atau gelas kimia
c. Air biasa
d. Air panas
e. Es batu
5. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Metode : kooperatif tipe NHT
81
6. Prosedur kerja
Kegiatan 1
I. Siapkan alat dan bahan seperti gambar
II. Masukkan air hangat pada ember A, air sumur pada ember B, dan air es pada
ember C.
III. Masukkan tangan kanan pada ember A, dan tangan kiri pada ember C.
Apakah yang kamu rasakan?
IV. Pindahkan dengan cepat kedua tanganmu dan masukkan pada ember B.
Apakah yang kamu rasakan?
V. Nyatakan kesimpulanmu!
AGelas air hangat
CGelas air es
AGelas air biasa
82
Kegiatan 2
I. Siapkan alat dan bahan seperti gambar
II. Ukurlah suhu air setiap gelas danmasukan hasilnya pada tabel pengamatan.
III. Tuliskan kesimpulanmu.
Gelas B
air biasa
Gelas CGelas A
air hangat
Gelas C
air dingin (es)
83
Tabel pengamatan.
No Bahan Suhu (0C)
1
2
3
Air biasa
Es batu
Air panas
Pertanyaan
1. Apakah jari tangan anda merupakan alat pengukur suhu yang baik?
Jelaskan !
2. Apakah ada perbedaan suhu dari setiap bahan yang anda ukur dalam
melakukan percobaan?
3. Tuliskan kesimpulan berdasarkan eksperimen kegiatan I dan II?
84
Quis 01
1. Apabila kamu sakit demam cukupkah mengetahui suhu badanmu denganmeraba kening ? Mengapa demikian ?
2. Sebutkan alat pengukur suhu yang tepat!3. Sebutkan defenisi dari suhu!4. Mengapa tangan bukan merupakan alat pengukur suhu yang tepat?5. Gambarkan dan sebutkan bagian-bagian termometer!
85
Lampiran 04b
LEMBAR DISKUSI SISWA
I. Standar kompetensi
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan
menggunakan peralatan.
II. Kompetensi dasar
Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.
III. Indikator
1. Membandingkan skala termometer
2. Menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan formulasi perbandingan 4
jenis skala termometer
IV. Tujuan
1. Mengetahui perbandingan antara termometer dari skala Celcius ke skala
Reamur
2. Mengetahui perbandingan antara termometer dari skala Celcius ke skala
Fahrenheit
3. Mengetahui perbandingan antara termometer dari skala Celcius ke skala
Kelvin
4. Mengetahui perbandingan antara termometer dari skala Reamur ke skala
Fahrenheit
5. Mengetahui perbandingan antara termometer dari skala Reamur ke skala
Fahrenheit
6. Mengetahui perbandingan antara termometer dari skala Fahrenheit ke
skala Kelvin
7. Menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan formulasi perbandingan 4
jenis skala termometer
86
V. Masalah
Bagaimana cara membandingkan skala termometer dan menyelasaikan soal-
soal menggunakan formulasi perbandingan skala termometer??
VI. Pertanyaan
1. Formulasikan persamaan perbandingan antara termometer dari skala
Celcius ke skala Reamur?
2. Formulasikan persamaan perbandingan antara termometer dari skala
Celcius ke skala Fahrenheit?
3. Formulasikan persamaan perbandingan antara termometer dari skala
Celcius ke skala Kelvin?
4. Formulasikan persamaan perbandingan antara termometer dari skala
Reamur ke skala Fahrenheit?
5. Formulasikan persamaan perbandingan antara termometer dari skala
Reamur ke skala Fahrenheit?
6. Formulasikan persamaan perbandingan antara termometer dari skala
Fahrenheit ke skala Kelvin?
7. Isilah titik pada tabel konversi skala termometer dibawah ini.
Celcius
(0C)
Reamur
(0R)
Fahrenheit
(0F)
Kelvin
(K)
40 ... ... ...
... 60 ... ...
... ... 100 ...
... ... ... 300
87
Quis 02
1. Buatlah formulasi persamaan antara termometer Reamur dan Fahrenheit !
2. Diketahui suhu suatu air panas yang berada didalam sebuah wadah adalah 100C
maka berapakah angka yang akan ditunjukan oleh termometer berskala
Reaumur ?
3. Suhu di desa Ponain saat ini adalah 270C. Berapakah suhu desa Ponain jika diukur
menggunakan termometer skala Kelvin?
4. Suhu di desa Ponain saat ini adalah 270C. Berapakah suhu desa Ponain jika diukur
menggunakan termometer skala Fahrenheit?
88
Lampiran 05
TES HASIL BELAJAR
1. Pada pernyataan di bawah ini yang merupakan peryataan yang benar tentang
suhu adalah...
2. Yang pertama kali menemukan alat untuk mengukur suhu adalah...
a. Archimedes
b. Issac newton
c. Galillei Galileo
d. Gabriel farenheith
3. Pada pernyataan berikut ini yang merupakan syarat alat pengukur suhu
adalah...
a. Dapat memberikan pembacaan skala suhu dengan tepat.
b. Dapat dilihat dengan mata
c. Nilai suhu yang ditunjukan dipengaruhi oleh nilai suhu yang diukur
sebelumnya.
d. Harus didapat dengan harga yang mahal
4. Keuntungan raksa dan alkohol sebagai bahan pengisi termometer adalah…
a. pemuaian teratur
b. harganya mahal
c. Mampu membasahi dinding kaca
d. Mudah terbakar
a. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu zat
b. Suhu adalah nilai dari temperatur suatu zat
c. Suhu adalah derajat dingin suatu zat
d. Suhu adalah tingkat panasnya suatu zat
89
5. Satuan dibawah ini yang merupakan satuan suhu dalam SI (satuan
internasional) adalah...
a. Kelvin
b. Farernheit
c. Celcius
d. Reamur
6. Hasil pengukuran suhu tubuh Aldi adalah seperti yang terdapat pada gambar
di bawah ini. Hasil pegukuran suhu tubuh Aldi jika menggunakan termometer
skala Kelvin adalah...
7. Di bawah ini yang merupakan nilai perbandingan skala antara Kelvin dan
Celcius adalah...
a. tk = 273 + tcb. tk = 273 - tcc. tc = 80 + tk
d. tc = 80 - tk
a. 311,2 K
b. 38,2 K
c. 411,2 K
d. 48,2 K
90
8. Nilai di bawah ini yang setara dengan 00C adalah...
a. 2120F
b. 1000F
c. 273 K
d. 373 K
9. Di bawah ini yang merupakan nilai titik lebur es dan titik didih air dari
termometer skala Fahrenheit adalah...
a. 00F dan 1000F
b. 00F dan 800F
c. 320F dan 2120F
d. 2730F dan 3730F
10. Suhu 25 0C setara dengan…a. 25 0Rb. 300 Kc. 77 0Fd. 77 K
11. Jika kota Soe sekarang sedang bersuhu rata–rata 27 0C dan kota Kupang
sedang bersuhu rata – rata 30 0C, perbedaan rata – rata suhu kedua kota
tersebut dalam skala reamur adalah…
a. 2,8 0R
b. 2,6 0R
c. 2,4 0R
d. 2,2 0R
12. Suhu dalam ruang kelas adalah 27 0C. Apabila suhu ruangan tersebut diukur
menggunakan termometer skala Kelvin maka akan menunjukkan angka…
a. 246 K
b. 346 K
c. 300 K
d. 327 K
91
13. Gambar dibawah ini yang merupakan termometer skala Reamur adalah…
a. a c. c
b. b d. d
14. Saat digunakan mengukur suhu sebuah benda, termometer P ( titik beku air 100P dan titik didih air 110 0P ) menunjukkan angka 40 0P dan termometer Z (
titik didih air 200 0Z ) menunjukkan angka 88 0Z, maka titik beku air pada
termometer Z adalah…
a. 3,0 0R c. 2,6 0Rb. 2,8 0R d. 2,4 0R
92
Lampiran 06
Kisi-kisi THB
No Indikator No soal Klasifikasi Kunci Skor
1 Mendefenisikan pengertian
suhu
1 C2 a 1
2 Menggunakan termometer untuk
mengukur suhu zat
2
3
4
5
C1
C2
C2
C1
c
a
a
a
1
1
1
1
3 Mengenal termometer dengan
mengamati gambar
13 C4 a 1
4 Membandingkan termometer
dengan menggunakan formulasi
perbandingan skala
6
7
8
9
10
11
12
14
C3
C4
C1
C2
C3
C3
C3
C3
a
a
c
c
a
c
c
c
1
1
1
1
1
1
1
1
Keterangan :C1 = IngatanC2 = PemahamanC3 = PenerapanC4 = Analisis
93
lampiran 07LEMBAR RESPON SISWA
Nama :Kelompok/Nomor :Sekolah :
Petunjuk : Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√ ) pada kolom,yang sesuai !
NO PERNYATAAN TANGGAPAN1 2 3 4
1 Melalui pembelajaran ini, pelajaranfisika menjadi menyenangkan
2 Pembelajaran fisika dengan dibentukkelompok dalam kelas sangatmenyenangkan
3 Saya merasa senang dengan sistempembelajaran guru.
4 Saya mendapat kesempatan untukmelakukan diskusi dan bertanya kepadateman dan guru
5 Guru memperhatikan kesulitan yangdihadapi oleh saya dalam menelaahmateri maupun mengerjakan soal - soalpokok bahasan suhu dan pengukurannya
6 Tanggapan guru terhadap pertanyaankami menyenangkan.
7 Saya merasa senang ketika ditunjuk olehguru.
8 Saya tidak takut menjawab pertanyaandari guru.
9 Saya tidak kesulitan memahami danmempelajari materi fisika yang diajarkanoleh guru.
10 Saya mampu menyelesaikan soal-soalfisika pokok bahasan suhu danpengukurannya
Keterangan :4. Sangat setuju, 3. Setuju, 2. Tidak setuju, 1. Sangat tidak setuju
94
Lampiran 8a
LEMBARAN PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
Satuan Pendidikan : SMP Nama Guru :.............................Mata Pelajaran : IPA Tanggal :............................Kelas/Semester : VII Waktu :............................Materi Pokok : Suhu dan Pengukurannya
Petunjuk :1. Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas2. Berikan penilaian dengan cara memberikan tanda cek (√) pada kolom yang
tersedia dan skor sesuai keterangan pada kolom skor.
No Kegiatan Pembelajaran Keterlaksanaan SkorYa Tidak
I Kegiatan PendahuluanFase I : Memotivasi siswa dan menyampaikanindikator1. Memotivasi siswa dengan bertanya kepada
siswaSaat kamu sakit demam, cara apa yang sering ibuatau ayah kamu lakukan agar bisa mengetahuikalau panas tubuh kamu naik.2. Mengarahkan siswa untuk menemukan
permasalahan,a. Cara apa yang sering dilakukan agar bisa
mengetahui kalau panas tubuh naik.b. Apa yang dimaksud dengan suhu?c. Alat apa yang digunakan untuk mengukur
suhu?Membimbing siswa untuk berpikir bersama (headtogether)3. Menyampaikan indikator pembelajaran
II Kegiatan IntiFase II : Menyajikan materi pembelajaran1. Guru menyajikan informasi singkat materi
pembelajaran tentang suhu danpengukurannya.
95
2. Guru mengarahkan siswa untuk berpikir(Heads) hingga menemukan permasalahan Alatapa yang digunakan untuk mengukur suhu?
Fase III : Mengorganisasikan siswa ke dalamkelompok-kelompok belajar (Numbered)1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar yang beranggotakan 4-5 orang untukmulai melakukan tugas eksperimen danmenyelesaikan tugas-tugas yang ada dalamLKS
2. Guru memberikan penomoran 1 s.d. 5(Numbered) kepada setiap anggota kelompoksecara bertanggung jawab dalam berdiskusi
3. Guru memberikan LKS 01 kepada setiapkelompok dan memberikan alat dan bahanuntuk melakukan eksperimen.
Fase IV : Membimbing kelompok belajar bersama(Head Together)1. Guru membimbing setiap kelompok
melakukan eksperimen untuk berpikir bersamadan menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalamLKS 01
2. Memberikan bantuan kepada kelompok jikaada kesulitan
3. Setiap kelompok mendiskusikan hasileksperimen kemudian menjawab pertanyaanyang telah disiapkan dalam LKS
4. Guru meminta satu atau dua kelompok untukmempresentasikan hasil kelompok di depankelas atau hasil dari kerja bersama, semuaanggota kelompok diminta untukmendengarkan
Fase V : Evaluasi bersama1. Guru mengajukan pertanyaan (Questioning)
diambil dari LKS atau materi yang dipelajariuntuk mengetahui daya serap siswa untuksemua kelompok
2. Semua anggota kelompok berpikir bersamauntuk mencari jawaban atas pertanyaan gurudan mengetahui jawaban secara benar
3. Guru memanggil salah satu nomor dalamkelompok tertentu dan siswa yang nomornya
96
dipanggil dipersilahkan untuk menjawabpertanyaan tersebut
4. Siswa dalam kelompok yang nomornyadipanggil untuk memberikan jawaban(Answering) yang benar atas nama kelompokuntuk seluruh kelas
III Kegiatan PenutupFase VI : Membimbing membuat kesimpulan danmemberikan penghargaan1. Guru bersama kelompok membuat kesimpulan
dan memberikan penguatan2. Memberikan pujian dan penghargaan kepada
kelompok yang berhasil3. Memberikan tugas kepada setiap siswa.
IV Pengelolaan WaktuV Suasana Kelas
a. Siswa Antusiasb. Guru Antusias
Keterangan :Nilai 1,00-1,99 : Tidak baikNilai 2,00-2,99 : Kurang baikNilai 3,00-3,49 : Cukup baikNilai 3,50-4,00 : Baik
Kupang, ………………..2010Pengamat 1/2
…………………………
97
Lampiran 8b
LEMBARAN PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
Satuan Pendidikan : SMP Nama Guru :................................Mata Pelajaran : IPA Tanggal :................................Kelas/Semester : VII Waktu :................................Materi Pokok : Suhu dan Pengukurannya
Petunjuk :1. Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
guru di kelas.2. Berikan penilaian dengan cara memberikan tanda cek (√) pada kolom yang
tersedia dan skor sesuai keterangan pada kolom skor.
No Kegiatan Pembelajaran Keterlaksanaan SkorYa Tidak
I Kegiatan PendahuluanFase I : Memotivasi siswa dan menyampaikanindikator1. Memotivasi siswa dengan bertanya kepada
siswaBagaimana cara kalian untukmengkonversikan satuan suhu dari skalacelcius ke skala Kelvin?.
2. Mengarahkan siswa untuk menemukanpermasalahan,Apakah ada perbedaan skala dari keempattermometer tersebut dan jika adabagaimana cara kalian bisamembandingkan ke empat termometertersebut?
3. Menyampaikan indikator dan tujuanpembelajaran
II Kegiatan IntiFase II : Menyajikan materi pembelajaran1. Guru menyajikan informasi singkat materi
Perbandingan Skala Termometer.2. Guru mengarahkan siswa untuk berpikir
98
(Heads) hingga menemukan permasalahanBagaimana Cara Membandingkan SkalaTermometer?
Fase III : Mengorganisasikan siswa ke dalamkelompok-kelompok belajar (Numbered)1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar yang beranggotakan 4-5 oranguntuk mulai melakukan tugas eksperimendan menyelesaikan tugas-tugas yang adadalam LDS
2. Guru memberikan penomoran 1 s.d. 5(Numbered) kepada setiap anggotakelompok secara bertanggung jawabdalam berdiskusi
3. Guru memberikan LDS kepada setiapkelompok dan memberikan alat dan bahanuntuk melakukan eksperimen.
Fase IV : Membimbing kelompok belajarbersama (Head Together)1. Guru membimbing setiap kelompok
melakukan eksperimen untuk berpikirbersama dan menyelesaikan tugas-tugasyang ada dalam LDS
2. Memberikan bantuan kepada kelompokjika ada kesulitan
3. Setiap kelompok mendiskusikan hasileksperimen kemudian menjawabpertanyaan yang telah disiapkan dalamLDS
4. Guru meminta satu atau dua kelompokuntuk mempresentasikan hasil kelompokdi depan kelas atau hasil dari kerjabersama, semua anggota kelompokdiminta untuk mendengarkan
Fase V : Evaluasi bersama1. Guru mengajukan pertanyaan
(Questioning) diambil dari LDS atau materiyang dipelajari untuk mengetahui dayaserap siswa untuk semua kelompok
2. Semua anggota kelompok berpikirbersama untuk mencari jawaban ataspertanyaan guru dan mengetahui jawaban
99
secara benar3. Guru memanggil salah satu nomor dalam
kelompok tertentu dan siswa yangnomornya dipanggil dipersilahkan untukmenjawab pertanyaan tersebut
4. Siswa dalam kelompok yang nomornyadipanggil untuk memberikan jawaban(Answering) yang benar atas namakelompok untuk seluruh kelas
III Kegiatan PenutupFase VI : Membimbing membuat kesimpulandan memberikan penghargaan1. Guru bersama kelompok membuat
kesimpulan dan memberikan penguatan2. Memberikan pujian dan penghargaan
kepada kelompok yang berhasil3. Memberikan tugas kepada setiap siswa.
IV Pengelolaan WaktuV Suasana Kelas
a. Siswa Antusiasb. Guru Antusias
Keterangan :Nilai 1,00-1,99 : Tidak baikNilai 2,00-2,99 : Kurang baikNilai 3,00-3,49 : Cukup baikNilai 3,50-4,00 : Baik
Kupang, ………………..2010Pengamat 1/2
…………………………
100
Lampiran 9a
PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENGELOLAANPEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER RPP 01
Satuan Pendidikan : SMP Nama Guru : Neparasi AtaupahMata Pelajaran : IPA Tanggal : 30 Agustus 2010Kelas/Semester : VIIMateri Pokok : Suhu dan Pengukurannya
No Kegiatan Pembelajaran RPP 01P1 P2 Rerata X kategori
I Kegiatan PendahuluanFase I : Memotivasi siswa dan menyampaikanindikator
4,00 3,75 3,86 3,86 Baik
II Kegiatan IntiFase II : Menyajikan materi pembelajaranFase III : Mengorganisasikan siswa ke dalamkelompok-kelompok belajar (Numbered)Fase IV : Membimbing kelompok belajarbersama (Head Together)
Fase V : Evaluasi bersama
3,754,00
3,75
3,75
4,003,90
3,85
4,00
3,863,95
3,8
3,86
3,87 Baik
III Kegiatan PenutupFase VI : Membimbing membuat kesimpulandan memberikan penghargaan
3,75 4,00 3,86 3,86 Baik
IV Pengelolaan Waktu 3,50 3,50 3,50 3,50 BaikV Suasana Kelas
a. Siswa Antusiasb. Guru Antusias
3,754,00
3,504,00
3,634,00 3,82 Baik
34,25 34,5099,64%
Keterangan:
P1(Pengamat 1) : Opry Matnope, S. PdP2 (Pengamat 2) : Nophyta Ataupah, S. PdNilai 1,00-1,99 : Tidak baikNilai 2,00-2,99 : Kurang baikNilai 3,00-3,49 : Cukup baikNilai 3,50-4,00 : Baik
Ponain, 30 Agustus 2010Pengamat
(.......................................)
101
Lampiran 9b
PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENGELOLAANPEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER RPP 02
Satuan Pendidikan : SMP Nama Guru : Neparasi AtaupahMata Pelajaran : IPA Tanggal : 1 September 2010Kelas/Semester : VIIMateri Pokok : Suhu dan Pengukurannya
No Kegiatan Pembelajaran RPP 01P1 P2 Rerata X kategori
I Kegiatan PendahuluanFase I : Memotivasi siswa dan menyampaikanindikator
4,00 4,00 4,00 4,00 Baik
II Kegiatan IntiFase II : Menyajikan materi pembelajaranFase III : Mengorganisasikan siswa ke dalamkelompok-kelompok belajar (Numbered)Fase IV : Membimbing kelompok belajarbersama (Head Together)
Fase V : Evaluasi bersama
3,754,00
4,00
3,75
3,954,00
3,81
3,81
3,854,00
3,91
3,78
3,89 Baik
III Kegiatan PenutupFase VI : Membimbing membuat kesimpulandan memberikan penghargaan
3,75 4,00 3,86 3,86 Baik
IV Pengelolaan Waktu 4,00 3,75 3,86 3,86 BaikV Suasana Kelas
a. Siswa Antusiasb. Guru Antusias
3,754,00
3,504,00
3,634,00 3,82 Baik
35 34,8299,75%
Keterangan:
P1(Pengamat 1) : Opry Matnope, S. PdP2 (Pengamat 2) : Nophyta Ataupah, S. PdNilai 1,00-1,99 : Tidak baikNilai 2,00-2,99 : Kurang baikNilai 3,00-3,49 : Cukup baikNilai 3,50-4,00 : Baik
Ponain, 1 September 2010Pengamat
(.......................................)