pendahuluan · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir kabupaten...

14

Upload: vuthuan

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan
Page 2: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan
Page 3: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Kajian Kesesuaian Wilayah Pesisir (Ida Ayu Astarini)

43

KAJIAN KESESUAIAN WILAYAH PESISIR JEMBRANA – BALI

UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT

STUDY OF THE SUITABILITY OF JEMBRANA - BALI COASTAL

REGION FOR SEAWEED CULTURE

Ida Ayu Astarini1)

dan Apri I. Supii2)

1)

Fakultas MIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran 2)

Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Singaraja

Email: 1)

[email protected]; 2)

[email protected]

dikirim 29 Agustus 2010, diterima setelah perbaikan 12 Desember 2010

Abstrak: Ketersediaan data tentang potensi kelautan dan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Jembrana

dapat digunakan sebagai dasar dalam merumuskan strategi dan kebijaksanaan pembangunan. Tujuan umum

dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk

pengembangan rumput laut. Pengkajian dilakukan dengan metode eksplorasi, analisa laboratorium dan

wawancara. Berdasarkan hasil kajian kualitas air, daerah pesisir Jembrana dari Teluk Rening ke arah barat

hingga Teluk Rabu layak untuk pembudidayaan rumput laut. Namun dari segi keterlindungan, karena ombak

dan arus relatif kuat, pantai rawan abrasi serta tidak ada pantai yang landai, lokasi ini kurang sesuai untuk

pembudidayaan rumput laut. Disarankan untuk melakukan percobaan penanaman rumput laut dengan metode

yang berbeda seperti metode rawai dan metode apung, untuk spesies bernilai ekonomi tinggi seperti Euchema

cottonii dan Euchema spinosum. Pantai Pengambengan khususnya, tidak disarankan untuk pengembangan

budidaya rumput laut karena merupakan kawasan industri pengalengan ikan. Lokasi pesisir Jembrana dari

Perancak ke arah timur kurang baik untuk pembudidayaan rumput laut karena merupakan samudera lepas

dengan arus dan ombak yang kuat. Pemilihan lokasi harus menghindari muara sungai untuk menghindari

pencemaran serta fluktuasi sifat – sifat fisika air laut yang ekstrim akibat pengaruh aliran sungai.

Kata kunci: potensi kelautan, rumput laut, dan Kabupaten Jembrana.

Abstract: The data availability of the potential of marine and fisheries in coastal areas of Jembrana District can

be used as the basis in formulating strategy and policy development. The objective of this study was to identify

coastal areas in Jembrana District that have potency for seaweed culture. Study was conducted using

exploration, laboratory analysis and interviews methods. Results show that based on water quality analyses,

coastal areas of Jembrana from Rening Bay westward to Rabu Bay are suitable for seaweed culture. However,

according to oceanic factors, the locations were not quite suitable due to strong water current, abrasion and

steep coastal. It is recommended to conduct seaweed culture experiment using different methods such as long

line or floating method, for commercial species such as Euchema cottonii and Euchema spinosum.

Pengambengan coast, in particular, is not recommended for seaweed culture as it is specified for canned fish

industry. Jembrana coastal area from Perancak to the east is not appropriate for seaweed culture because it is

an open ocean with strong currents and waves. Sites selection should avoid mouth of river to avoid

contamination and fluctuation of extreme physical factors of seawater due to the influence of river flows.

Keywords: Marine potential, seaweed, and Jembrana District.

PENDAHULUAN

Pengembangan budidaya laut di daerah Bali dilatarbelakangi oleh adanya potensi

budidaya laut yang jumlahnya relatif luas yaitu ± 2.700 ha, yang perlu ditingkatkan

pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan ekspor komoditi non migas. Selama ini hasil

perikanan yang dikonsumsi maupun diekspor dari daerah Bali sebagian besar berasal dari

usaha penangkapan/pengumpulan yang sangat tergantung dari stok alam. Apabila hal ini

dilaksanakan secara terus menerus dengan tidak memperhatikan keterbatasan jumlah stok

Page 4: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 43-53

44

alam yang tersedia atau penangkapan/pengumpulan dilaksanakan secara berlebihan maka

akan dapat mengganggu kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

Kabupaten Jembrana merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Selat Bali

di sebelah barat, Samudera Indonesia di sebelah selatan, serta memiliki garis pantai lebih dari

80 km, Jembrana memiliki perairan laut seluas ± 604,24 km2. Dengan letak geografis yang

dimiliki tersebut, usaha kelautan dan perikanan yang meliputi penangkapan ikan, pengolahan

hasil laut, pembenihan dan budidaya air laut serta air payau masih sangat potensial untuk

dikembangkan. Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, telah

memberikan peluang kepada Kabupaten Jembrana untuk mengelola sumberdaya kelautan

sepanjang 4 mil. Pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Jembrana secara optimal

diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi pendapatan asli daerah (PAD). Program

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaannya akan melalui suatu

tahapan proses yang panjang dalam usaha mencapai sasaran pembangunan nasional. Salah

satu tahapan proses yang harus dilalui adalah kegiatan perencanaan tata ruang wilayahnya,

tidak terkecuali di wilayah pesisir. Dalam pemanfaatan dan perencanaan tata ruang wilayah

pesisir tersebut, sangat dibutuhkan informasi mengenai potensi wilayah pesisir dan lautan

sehingga dapat ditentukan prioritas pemanfaatannya.

Sebagai langkah awal untuk melaksanakan proses perencanaan tersebut, perlu adanya

dukungan data/informasi mengenai kondisi fisik, ekonomi, maupun sosial budaya wilayah

yang “aktual” dan “akurat” untuk digunakan sebagai salah satu masukan dalam merumuskan

strategi dan arahan kebijakan pembangunan, serta saran bagi pelaksanaan pemantauan dan

pengenalian pelaksanaannya. Dalam era globalisasi saat ini, peranan informasi sangat penting

untuk mempercepat tercapainya sasaran pembangunan yang telah digariskan oleh pemerintah

daerah.

Dengan demikian, tersedianya data dan peta tentang potensi kelautan dan perikanan di

wilayah peisisir Kabupaten Jembrana yang selalu dalam kondisi “aktual” serta dapat

disediakan secara “cepat” dan “tepat” sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan

pengelolaan pembangunan di wilayah pesisir, dan diharapkan pada setiap waktu dapat

digunakan sebagai dasar dalam merumuskan strategis dan kebijaksanaan pembangunan, pada

tingkat nasional, regional maupun lokal.

Budidaya laut yang saat ini banyak dikembangkan meliputi budidaya ikan, mutiara dan

rumput laut. Dengan semakin meningkatnya permintaan rumput laut di berbagai negara, maka

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi rumput laut di wilayah Indonesia Bagian

Timur.

Rumput laut mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi, baik untuk konsumsi dalam

negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Rumput laut dapat digunakan untuk berbagai

macam keperluan seperti bahan makanan, obat-obatan, bahan kosmetika, dan lain-lain. Usaha

budidaya rumput laut di perairan pantai Bali telah dikembangkan sejak tahun 1979. Daerah –

daerah utama penghasil rumput laut di Bali antara lain Nusa Lembongan, Nusa Ceningan,

Nusa Penida dan Nusa Dua (Noor, 1990).

Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dikaji meliputi: (1) kondisi

ekologi/fisik wilayah pesisir kelautan di Kabupaten Jembrana, (2) peluang pemanfaatan dan

pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Jembrana untuk budidaya rumput laut dan kerang

mutiara, (3) rekomendasi yang dapat disampaikan mengenai pemanfaatan wilayah pesisir di

Kabupaten Jembrana.

Tujuan dari kajian ini adalah: (1) dapat menggambarkan kondisi ekologis/fisik

wilayah pesisir Kabupaten Jembrana (2) dapat menganalisis kemungkinan pemanfaatan dan

pengembangan berdasarkan potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki wilayah pesisir

Kabupaten Jembrana, (3) dapat memberikan rekomendasi tentang pemanfaatan wilayah

pesisir Kabupaten Jembrana.

Page 5: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Kajian Kesesuaian Wilayah Pesisir (Ida Ayu Astarini)

45

Kegiatan kajian ini diharapkan akan memberikan manfaat teridentifikasinya potensi

kelautan di Kabupaten Jembrana khususnya di bidang rumput laut, sehingga tersedianya data

tersebut dapat digunakan oleh Pemda Kabupaten Jembrana dalam perencanaan dan

pengelolaan wilayah pesisir.

METODE

Pengkajian dilakukan dengan metode eksplorasi dan wawancara. Kajian dilaksanakan

di sepanjang kawasan pesisir Kabupaten Jembrana dari bulan Nopember hingga Desember

2009. Pertumbuhan rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi seperti

parameter fisika, kimia dan biologi. Karakteristik perairan yang diamati meliputi kondisi

ekologis perairan yang terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi perairan (tabel 1).

Sampel air laut diambil dari 10 titik/lokasi di sepanjang pesisir Kabupaten Jembrana.

Pengambilan sampel air laut berjarak sekitar 500 m dari garis pantai arah vertikal. Analisa

sifat fisik dilakukan in situ (langsung di lapang) dan Laboratorium Analitik, Universitas

Udayana. Analisa sifat kimia dilaksanakan di Laboratorium Analitik, Universitas Udayana.

Analisa sampel mikrobiologis dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas

Udayana.

Tabel 1. Parameter yang diukur untuk kualitas air laut untuk biota laut.

No. Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan Baku Mutu

A Fisika (Physical)

1 Kecerahan m Secchi Disk Secchi Disk 3-6

2 Padatan Tersuspensi Total mg/L Gravimetrik Timbangan Analitik 20-80

3 Suhu ° C Termometrik Termometer 28-32

B Kimia

4 pH - Potensiometrik pH Meter 7-8,5

5 Salinitas o/oo Salinometrik Refraktometer 33-34

6 Oksigen Terlarut (DO) mg/L Potensiometrik DO Meter > 5

7 BOD5 mg/L Titrimetrik Buret 20

8 Nitrat (NO3) mg/L Spektrofotometrik Spektrofotometer 0,008

9 Fosfat (PO4) mg/L Spektrofotometrik Spektrofotometer 0,015

10 Amonia (NH3) mg/L Spektrofotometrik Spektrofotometer 0,3

C Mikrobiologi

11 Bakteri total cfu/ ml Tabel MPN 1000

12 Patogen +/- Tabel MPN

Selain koleksi data primer secara in situ dan analisa laboratorium, juga dilakukan

pengumpulan data sekunder yang meliputi data arus laut dan kedalaman perairan yang

diperoleh dari Balai Riset Oseanografi dan Kelautan, Perancak, Bali. Data yang terkumpul

kemudian diklasifikasikan dan dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif. Analisa data secara

deskriptif dengan menggunakan perangkat lunak microsoft Excel, untuk membandingkan

kelayakan suatu perairan terhadap kehidupan rumput laut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberhasilan usaha budidaya laut seperti rumput laut dan tiram mutiara sangat

dipengaruhi oleh ketepatan dalam memilih lokasi budidaya. Dalam pemilihan lokasi untuk

budidaya rumput laut, ada 3 faktor menjadi pertimbangan yaitu faktor ekologis, faktor resiko

dan kemudahan (aksesibilitas).

Page 6: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 43-53

46

1. Faktor Ekologis

Hasil kajian faktor ekologis pesisir Jembrana untuk mengetahui kesesuaiannya untuk

budidaya rumput laut ditampilkan pada tabel 2.

Kecerahan air

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya

untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan air laut pada lokasi

penelitian berkisar antara 1 – 7 m, sedangkan baku mutu untuk kecerahan adalah 3 – 6 m.

Lokasi Kelapa Balian, Pengambengan, Munduk Asem dan Tanjung Pasir memiliki kecerahan

di bawah baku mutu yaitu 1 m - 2,5 m (gambar 1).

Rumput laut menyukai lokasi yang jernih/cerah untuk fotosintesis yang maksimal.

Cahaya matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis. Dalam proses

fotosintesis terjadi pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan

perkembangan yang normal. Perairan yang keruh, karenanya, kurang baik untuk

pertumbuhan rumput laut, karena menghambat aktivitas fotosintesis dan produksi primer.

Disamping itu kotoran dapat menutupi permukaan thallus, dan menyebabkan thallus tersebut

membusuk dan patah. Berdasarkan data kecerahan air laut, dapat disimpulkan bahwa lokasi

Teluk Dedari, Sumber Sari, Teluk Awen dan Teluk Rabu sesuai untuk pembudidayaan

rumput laut.

Padatan tersuspensi total (TSS)

Kandungan padatan tersuspensi total (total suspended solid, TSS) pada lokasi

penelitian menunjukkan nilai yang bervariasi, 1– 20 mg/L (Baku mutu: 20–80 mg/L). Lokasi

Kelapa Balian dan Tanjung Pasir tinggi kandungan padatan terlarutnya, yang mengakibatkan

keruhnya air laut (gambar 2). Delapan lokasi lainnya memiliki perairan yang jernih. Bahan-

bahan yang tersuspensi jika jumlahnya berlebihan dapat menghambat penetrasi cahaya

matahari ke kolom air sehingga mempengaruhi pertumbuhan rumput laut (Sulma dan

Manoppo, 2008).

Tingkat kekeruhan atau kandungan TSS juga digunakan untuk analisis pencemaran di

suatu perairan. TSS melebihi 80 mg/L menunjukkan perairan yang tercemar. Sumber

pencemaran dapat berupa limbah rumah tangga, industri, maupun limbah kapal laut. Semua

bahan cemaran dapat menghambat pertumbuhan rumput laut.

Di wilayah pesisir Jembrana, MPT berkisar 10-30 mg/l kecuali wilayah Perancak

hingga Pengambengan dengan nilai MPT berkisar 50 – 60 mg/l. Secara umum nilai MPT di

perairan Jembrana cukup layak untuk kegiatan budidaya karena berdasarkan standar mutu air

untuk budidaya perikanan, kandungan MPT perairan yang diinginkan untuk budidaya laut

adalah kurang dari 20 mg/l dan yang diperbolehkan adalah kurang dari 80 mg/l (Sulma dan

Manoppo, 2008).

Page 7: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Kajian Kesesuaian Wilayah Pesisir (Ida Ayu Astarini)

47

Tabel 2. Hasil analisa air laut pesisir Jembrana berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi.

Parameter satuan

Baku mutu Kelapa

Balian

Pengam-

bengan

Teluk

Rening

Munduk

Asem

Tanjung

Pasir

Candi

Kesuma

Teluk

Dedari

Sumber

Sari

Teluk

Awen

Teluk

Rabu

(KB) (P) (BR) (MA) (TP) (CK) (TD) (SS) (TA) (TR)

waktu sampling

11.32 11.15 10.45 11.45 12.15 10.11 13.05 13.25 13.55 14.09

A. Fisik

Kecerahan m 3 - 6 1 2 5 2 2.5 4.5 5.5 7 7 7

TSS mg/L 20-80 20.434 6.087 6.521 ttd 23.044 7.391 1.304 ttd 3.478 3.913

Suhu oC 28-32 29.5 29.3 29 29.3 29 28.7 29.3 29.1 29.2 28.8

B. Kimia

pH

7 – 8.5 8 8 8.01 8.02 8.05 8.03 8.18 8.11 8.19 8.18

Salinitas o/oo 33-34 35 35 34 35 35 34 35 34 35 34

DO mg/L >5 5.8 5.9 5.95 5.9 5.92 6.05 5.9 5.95 5.93 6.02

BOD5 mg/L 20 3.554 3.205 3.704 2.307 3.225 3.355 0.076 2.806 0.358 1.528

NO3 mg/L 0.008 0.539 0.288 0.558 0.809 0.306 0.683 0.809 ttd 0.036 0.216

PO4 mg/L 0.015 0.044 0.055 0.022 0.121 0.088 0.132 0.099 0.077 0.066 0.055

NH3 mg/L 0.3 0 0 0.021 ttd ttd 0.034 ttd ttd ttd ttd

C. Mikrobiologi

total mikroba cfu/ml 1000 56000 10 100 100 30 1200 10 10 10 20

vibrio cfu/ml negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif

Page 8: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 43-53

48

Suhu

Suhu perairan juga merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi budidaya

rumput laut. Suhu pada lokasi penelitian berkisar antara 28.5oC hingga 29

oC (tabel 2).

Kisaran suhu ini memenuhi syarat tumbuh untuk biota laut secara umum. Untuk rumput laut,

rata-rata suhu air laut sebaiknya berkisar antara 27 - 30oC. Suhu mempunyai peranan yang

sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan rumput laut. Suhu air dapat berpengaruh

terhadap beberapa fungsi fisiologis rumput laut seperti fotosintesa, respirasi, metabolisme,

pertumbuhan dan reproduksi (Dawes, 1981). Selain itu, jika terjadi kenaikan suhu yang tinggi

tanaman pengganggu tumbuh dan meliputi thallus rumput laut sehingga tanaman akan

rontok.

pH

Nilai pH atau derajat keasaman sampel berkisar antara 8.0 – 8,18. Nilai ini sesuai

dengan kriteria baku mutu untuk biota laut yaitu 7 - 8,5 (PerGub, 2007). Secara umum, nilai

pH di bawah 5 atau di atas 10 dapat mengganggu proses biologis yang berlangsung di air.

Rumput laut sebaiknya dibudidayakan pada pH antara 7 – 9. Rumput laut jenis Chlorella sp.

tumbuh baik pada kisaran pH 6-8 (Sutomo, 1990). Fatmawati (1998) yang melakukan

penelitian budidaya rumput laut Eucheuma sp. di Kotabaru Kalimantan Selatan mendapatkan

kisaran suhu perairan 28 - 31°C, sedangkan pembudidayaan Eucheuma cottonii di Teluk

Taiming Kotabaru memiliki kisaran suhu perairan 26 - 27°C (Amarulah, 2007), di Teluk

Lhokseudu, Propinsi NAD memiliki kisaran suhu perairan 24-31°C (Syahputra, 2005) dan

suhu perairan di Kecamatan Kupang Barat untuk budidaya Eucheuma cottonii adalah 27-28

°C (Kamlasi, 2008).

Salinitas

Nilai salinitas sampel berdasarkan pengukuran in situ berkisar antara 33o/oo - 35

o/oo

(tabel 2). Nilai ini secara umum berada dalam kisaran salinitas untuk biota laut sesuai baku

mutu untuk biota laut yaitu 33o/oo - 34

o/oo. Salinitas di daerah perairan pesisir cenderung

berfluktuasi dan dipengaruhi oleh topografi, evaporasi, air tawar yang masuk ke perairan dan

pasang surut (Effendi, 2003). Rumput laut jenis Eucheuma spp., menyukai salinitas dengan

kisaran yang lebih sempit yaitu 28 - 33 o

/oo (Anggadireja et al., 2006). Untuk memperoleh

perairan dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari lokasi yang berdekatan dengan

muara sungai.

DO (Oksigen terlarut)

Hasil analisa in situ (di lapang) menunjukkan nilai oksigen terlarut (DO) sampel air

laut di sepuluh titik pengambilan sampel berkisar antara 5.8 mg/L – 6.5 mg/L (tabel 2). Nilai

ini memenuhi syarat kriteria baku mutu oksigen terlarut untuk biota laut yaitu di atas 5 mg/L,

sesuai yang tercantum pada Peraturan Gubernur no 8 tahun 2007. Oksigen terlarut dapat

menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangan biota laut, termasuk rumput

laut. Oksigen diperlukan untuk proses respirasi.

BOD5

Hasil analisa laboratorium menunjukkan nilai BOD5 sampel berkisar antara 0.07 – 3.7

mg/L. Nilai ini jauh di bawah batas maksimal untuk biota laut sebesar 20 mg/L (tabel 2). Hal

ini menunjukkan bahwa nilai kebutuhan oksigen biologis memenuhi syarat untuk

pembudidayaan rumput laut.

Nilai BOD5 berkaitan erat dengan DO. Kandungan BOD5 yang tinggi menunjukkan

penurunan nilai DO (oksigen terlarut) sehingga dapat mengganggu kehidupan biota.

Kandungan BOD5 yang tinggi seringkali digunakan untuk menunjukkan tingkat pencemaran

Page 9: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Kajian Kesesuaian Wilayah Pesisir (Ida Ayu Astarini)

49

suatu perairan. Jika nilai BOD5 melebihi 20 mg/L, kemungkinan telah terjadi pencemaran

bahan organik yang cukup tinggi di perairan tersebut, yang mengakibatkan peningkatan

kebutuhan oksigen mikroba meningkat untuk mendegradasi bahan organik tersebut.

NO3

Nitrat berasal dari limbah industri, limbah domestik dan pertanian, serta hancuran

bahan organik. Hasil analisa laboratorium menunjukkan nilai NO3 sampel berkisar antara 0 –

0.8 mg/L (tabel 2). Beberapa lokasi penelitian (Kelapa Balian, Pengambengan, Teluk Rening,

Munduk Asem, Candi Kusuma dan Teluk Dedari) memiliki kandungan NO3 yang melebihi

batas baku mutu untuk biota laut (0.3 mg/L).

Fosfat (PO4)

Fosfat mungkin bersumber dari limpasan limbah industri perikanan, pertanian dan

pemukiman penduduk yang menghasilkan limbah organik. Kandungan fosfat sampel air laut

di pesisir Jembrana berkisar antara 0,022 – 0,132 mg/L, masih di bawah ambang baku mutu

PerGub sebesar 0,015 mg/L (tabel 2).

Amonia (NH3)

Kandungan ammonia pada sampel berkisar antara 0.021 – 0.034 mg/L (PerGub 0.08

mg/L) (tabel 2). Hal ini menunjukkan sebagian besar lokasi kajian tidak tercemar amonia,

kecuali di dua lokasi yaitu Teluk Rening dan Candi Kesuma. Timbulnya amonia dalam

kondisi anaerob menyebabkan bau busuk pada air lingkungan.

Total mikroba dan bakteri patogen

Berdasarkan hasil analisa laboratorium diketahui bahwa total mikroba cukup

bervariasi antar lokasi penelitian (tabel 2). Lokasi Kelapa Balian menunjukkan kandungan

total mikroba sangat tinggi yaitu 56000 cfu/ml, jauh melebihi ambang batas sebesar 1000

cfu/ml. Hal ini mungkin disebabkan karena letak lokasi Kelapa Balian yang bersebelahan

dengan kawasan industri perikanan Pengambengan. Limbah ikan yang dibuang ke laut

mengakibatkan tingginya kandungan mikroba di perairan sekitar Pengambengan. Lokasi

Pengambengan sebaliknya menunjukkan kandungan mikroba yang relatif rendah, 100 cfu/ml.

Hal ini kemungkinan disebabkan limbah industri ikan yang terbawa arus sesuai arah angin,

sehingga mikroba tidak terkonsentrasi di kawasan Pengambengan.

Lokasi Candi Kusuma juga memiliki total mikroba yang cukup tinggi, sebesar 1200

cfu/ml. Hal ini mungkin disebabkan karena lokasi ini merupakan lokasi pemukiman

penduduk yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan. Limbah rumah tangga

dan limbah penangkapan ikan yang dibuang langsung ke laut mengakibatkan tingginya

kandungan total mikroba di perairan Candi Kusuma.

Analisa bakteri patogen khususnya Vibrio sp. menunjukkan hasil yang negatif pada

semua sampel (tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa perairan pesisir Jembrana tidak

tercemar oleh bakteri tersebut.

Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan di kawasan pesisir Bali Barat adalah 100 m dan berkurang ke

arah darat (gambar 3). Menurut Sutaman (1993), kedalaman yang diperlukan untuk budidaya

tiram mutiara jenis Pinctada sp. adalah 20 - 60 m. Menurut Lembaga Penelitian Perikanan

Laut (1980), rumput laut alami melimpah pada zona intertidal dan biasa ditemukan pada

kedalaman 30 – 40 meter.

Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Eucheuma spp adalah 0,3

– 0,6 m pada waktu surut terendah (lokasi yang berarus kencang) untuk metode lepas dasar,

Page 10: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 43-53

50

dan 2 - 15 m untuk metode rakit apung, 5 – 20 m untuk metode rawai (long-line) dan sistem

jalur. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan

perolehan sinar matahari (www.perikanan-budidaya.go.id).

Gambar 3. Peta kedalaman di kawasan Bali Barat.

Sumber: BROK Perancak, 2009

Pola Umum Sirkulasi Arus

Data pola umum sirkulasi arus diperoleh dari Balai Riset Oseanografi dan Kelautan,

Perancak. Dari plot pola arus pada berbagai kondisi pasut (pasang surut) terlihat bahwa ada

kemiripan pola antara kondisi spring (purnama) dan kondisi neap (perbani) yaitu arus di Selat

Bali akan dominan bergerak ke arah utara dan barat laut pada fasa surut menuju pasang dan

fasa pasang tertinggi, sedangkan pada fasa pasang menuju surut dan surut terendah arus di

bagian utara Selat Bali akan bergerak ke arah selatan atau tenggara.

Dari plot arus juga terlihat bahwa rata-rata kecepatan arus di sekitar Gilimanuk lebih

besar dibandingkan dengan kecepatan arus di perairan bagian selatan dan utara Selat Bali, hal

ini dikarenakan daerah ini merupakan daerah penyempitan selat.

Mubarak (1999) menyatakan kondisi perairan yang optimum untuk budidaya

Eucheuma sp adalah kecepatan air sekitar 0,2 – 0,4 m/det. Pergerakan air dianggap sebagai

kunci diantara faktor-faktor oseanografis lainnya dalam budidaya rumput laut. Ombak dan

arus memudahkan transportasi nutrien dan menyebabkan masa air menjadi homogen. Arus

memegang peranan penting dalam pertumbuhan rumput laut, karena dengan adanya arus akan

membawa zat hara yang merupakan makanan bagi thallus. Makin besar gerakan air, makin

banyak difusi yang menyebabkan proses metabolisme semakin cepat mengakibatkan

pertumbuhan tanaman semakin cepat. Selain itu, arus berfungsi menghomogenkan massa air

sehingga fluktuasi salinitas, suhu, pH, dan zat-zat terlarut dapat dihindari.

Page 11: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Kajian Kesesuaian Wilayah Pesisir (Ida Ayu Astarini)

51

Apabila arus yang diperoleh sama pada tiap bagian tali rentang, maka kesempatan

untuk bertumbuh akan sama baik untuk thallus yang berada di bagian tepi maupun thallus

yang berada di bagian tengah. Dengan demikian pertumbuhan thallus rumput laut relatif

seragam dalam satu unit rakit tali rentang (Trono, 1974). Indikator suatu lokasi yang

memiliki arus yang baik adanya tumbuhan karang lunak dan padang lamun yang bersih dari

kotoran dan miring ke satu arah.

Keberadaan Rumput Laut Alami

Pada dua lokasi survey yaitu Tanjung Pasir dan Sumber Sari, ditemukan penduduk

memanen rumput laut alami dengan menggunakan jaring kecil. Kegiatan memanen rumput

laut ini bersifat musiman, hanya pada bulan September – Desember (kompri. dengan

pengumpul rumput laut).

Diperkirakan terjadi pertumbuhan rumput laut alami yang tinggi pada musim tersebut,

akibat meningkatnya kesuburan air laut pada musim kemarau (Mei – Agustus). Hasil

pengamatan langsung di lapang menunjukkan beberapa macam rumput laut alami berhasil

diindentifikasi seperti Gracillaria sp., Glacillaria blodgetii, Sargassum sublittoralis, Ulva

lactuca, Padina sp., dan Achantophora sp. (gambar 4, a-c). Rumput laut yg dimanfaatkan

adalah jenis Gracillaria sp. untuk bahan kue.

Gambar 4. Beberapa jenis rumput laut alami. a. Gracillaria sp.,

b. Glacillaria blodgetii, c. Sargassum sublittoralis.

2. Faktor Resiko

Keterlindungan

Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya dan tumbuhan rumput laut, maka

diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar. Lokasi

yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung

oleh adanya penghalang atau pulau di depannya.

Keterlindungan lokasi mempertimbangkan beberapa kondisi dari badan air yaitu

kecepatan arus, arah arus dan tinggi gelombang serta faktor pelindung suatu perairan.

Kecepatan arus yang besar dan gelombang yang tinggi dapat menghanyutkan serta merusak

rakit yang digunakan dan rumput laut juga akan mudah patah. Berdasarkan syarat budidaya,

kecepatan arus yang ideal untuk budidaya rumput laut adalah 20 - 40 cm/det, sedangkan

tinggi gelombang yang ideal adalah kurang dari 0,5 m (Sulma dan Manoppo, 2008).

Faktor pelindung suatu perairan yang diperlukan dalam usaha budidaya sesuai dengan

karakteristik perairan Provinsi Bali adalah keberadaan teluk, perairan yang berada pada selat

yang sempit, goba atau laguna dan daerah yang terlindung terumbu karang atau pada rataan

karang yang luas yang dapat melindungi suatu lokasi dari hempasan gelombang secara

langsung. Daerah tersebut kemudian dikelaskan menjadi kelas terlindung untuk daerah teluk,

selat dan goba, kelas cukup terlindung untuk daerah rataan karang, selebihnya menjadi kelas

tidak terlindung (Sulma dan Manoppo, 2008).

a b c

Page 12: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 43-53

52

Ditinjau dari lokasi perairan dan faktor pelindung yang diidentifikasi dari data

Landsat, diketahui bahwa daerah yang memililki rataan karang yang luas diantaranya adalah

di pesisir Sanur hingga ke bagian selatan, pesisir Pulau Lembongan, pesisir Lovina dan

pesisir Sumberkima. Daerah teluk yang juga terlindung diantaranya di sekitar Teluk Benoa

dan beberapa teluk di Kabupaten Buleleng bagian barat, sedangkan selat yang cukup

melindungi perairan diantaranya adalah Selat Ceningan yang berada antara P. Lembongan

dan P. Ceningan, sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang terlindung dari ombak dan

gelombang dan sangat baik untuk kegiatan budidaya laut (Sulma dan Manoppo, 2008).

Berdasarkan data serta gambar citra landsat tersebut, maka dari segi keterlindungan, daerah

pesisir Jembrana tidak sesuai untuk pembudiayaan rumput laut.

Keamanan

Masalah pencurian dan perbuatan sabotase mungkin dapat terjadi, sehingga upaya

pengamanan baik secara individual maupun bersama-sama harus dilakukan. Pemilik usaha

harus menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar lokasi budidaya.

Konflik Kepentingan

Beberapa kegiatan perikanan (kegiatan penangkapan ikan, pengumpul ikan hias) dan

kegiatan non perikanan (pariwisata, perhubungan laut, industri, taman nasional laut) dapat

berpengaruh negatif terhadap aktivitas usaha rumput laut dan tiram mutiara. Karenanya,

pemerintah daerah perlu menentukan tata guna lahan kawasan sepanjang pesisir Kabupaten

Jembrana, untuk meminimalisasi konflik kepentingan tersebut.

Pencemaran

Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah

tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat,

berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran

yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan

membahayakan kelangsungan hidup tiram mutiara. Untuk itu pemilihan lokasi budidaya

harus menghindari daerah muara sungai.

3. Faktor Kemudahan (aksesibilitas)

Pemilik usaha budidaya rumput laut sebaiknya memilih lokasi yang berdekatan

dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan penjagaan keamanan dapat

dilakukan dengan mudah. Lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena dapat

mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, dan hasil panen. Hal

tersebut akan mengurangi biaya pengangkutan.

Dari hasil pengamatan di lapang diketahui bahwa lokasi kajian sepanjang pesisir

Kabupaten Jembrana berada pada lokasi yang strategis, dekat dengan jalan raya utama yang

menghubungkan Jawa dan Bali dan menghubungkan antar beberapa kabupaten di Bali.

Pemukiman penduduk juga terdapat di sepanjang pesisir tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan data kualitas air di lokasi Pantai Teluk Dedari ke arah barat yang

meliputi Teluk Dedari, Sumber Sari, Teluk Awen dan Teluk Rabu memenuhi syarat untuk

pembudidayaan rumput laut. Parameter fisik menunjukkan keempat lokasi tersebut memiliki

kecerahan yang baik (5,5 m – 7 m), dengan total padatan tersuspensi sangat rendah (tidak

Page 13: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Kajian Kesesuaian Wilayah Pesisir (Ida Ayu Astarini)

53

terdeteksi - 3,9 mg/L). Parameter kimia dan mikrobiologis menunjukkan keempat lokasi

tersebut relatif tidak tercemar sehingga baik untuk budidaya rumput laut. Namun dari segi

keterlindungan, karena ombak dan arus relatif kuat, pantai rawan abrasi serta tidak ada pantai

yang landai, lokasi ini kurang sesuai untuk pembudidayaan rumput laut. Lokasi pesisir

Jembrana dari Perancak ke arah timur kurang baik untuk pembudidayaan baik rumput laut,

karena merupakan samudera lepas (ocean) dengan arus dan ombak yang kuat. Lokasi tersebut

merupakan lokasi yang ideal untuk pengembangan wisata berselancar/surfing. Pemilihan

lokasi harus menghindari muara sungai untuk menghindari pencemaran serta fluktuasi sifat –

sifat fisik air laut yang ekstrim akibat pengaruh aliran sungai.

Saran

Disarankan untuk melakukan percobaan penanaman rumput laut dengan metode yang

berbeda seperti metode rawai dan metode apung, untuk spesies bernilai ekonomi tinggi

seperti Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Percobaan (field trial) sebaiknya

dilakukan pada musim yang berbeda yaitu musim barat (Januari) dan musim timur (Juli)

untuk mengetahui kesesuaian waktu pembudidayaan yang tepat. Selain itu, penentuan lokasi

perlu mempertimbangkan tutupan karang di kawasan tersebut, yang tidak dilakukan dalam

kajian ini.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada BAPPEDA Jembrana yang telah

membiayai kajian ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Bambang

Sukresno S.Si., M.Si. atas informasi data Inderaja, serta Ivon, Fajar dan Deden yang

membantu pengambilan sampel di lapang.

Daftar Pustaka

BROK. Hasil Pengolahan Citra Satelit Autometri. Laporan Hasil Penelitian Balai Riset Observasi Kelautan

Tahun Anggaran 2009. 2009.

Dawes, C. J. Marine Botany. New York: John Wiley & Sons Inc., 1981.

Effendi, H. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003.

Fatmawati. “Studi Kesesuaian Budidaya Rumput Laut (Eucheuma) di Wilayah Perairan Laut Kab. Kota Baru

Kalimantan Selatan.” Tesis, Universitas Gajah Mada, (1998)

Indonesia. Peraturan Gubernur no 8 tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Laut di Perairan Bali. 2007. Denpasar,

2007.

Kamlasi, Y. “Kajian Ekologis dan Biologi untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di

Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.” Tesis, Institut Pertanian

Bogor, (2008)

Mubarak, H. ”Teknik Budidaya Rumput Laut.” Prosiding Pertemuan Teknis Budidaya Laut, 1982.

Sulma, S. dan K. S. Manoppo. “Kesesuaian Fisik Perairan untuk Budidaya Rumput Laut di Perairan Bali

Menggunakan Data Penginderaan Jauh.” Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan

Jauh LAPAN, PIT MAPIN XVII Bandung, (2008)

Trono, G. C. “Eucheuma Farming in Philippines.” U.P. National Science Research Center, Quezon City, (1974)

Page 14: PENDAHULUAN · 2017-06-27 · dari kajian ini adalah mengidentifikasi wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang berpotensi untuk pengembangan rumput laut. Pengkajian ... usaha kelautan

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 43-53

54