pendahuluan · 2. apa saja macam-macam studi islam kontekstual? 3. bagaimana kontekstual islam di...

13
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang tidak pernah memberatkan umatnya. Ajaran islam selalu relevan dalam setiap zaman. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai islam kontekstual. Islam kontekstual yaitu islam yang dipahami sesuai dengan situasi dan kondisi dimana islam itu dikembangkan. Adanya islam kontekstual didasarkan pada latar belakang sejarah ketika islam diturunkan, sebagaimana diturunkannya Al- Qur‟an. Al-Qur‟an yang diturunkan di Mekkah dengan Al-Qur‟an yang diturunkan di Madinah tentu memiliki corak dan isi kandungannya, disebabkan karena perbedaan sasaran, tantangan, dan masalah yang dihadapi. Maka sangat penting untuk kita memahami dan mempelajari islam kontekstual. Allah telah memberikan kedudukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai Rasulullah yang mengemban tugas untuk menjelaskan Al-Qur‟an, dipatuhi oleh orang-orang yang beriman, sebagai uswatuh hasannah, dan rahmat bagi sekalian alam. Untuk mengetahui hal-hal yang oerlu diteladani ataupun yang tidak diteladani perlu dilakukan penelitian. Dengan demikian, dapat diketahui hafits nabi yang berkaitan dengan itu. Hal-hal yang berkaitan dengan hadits tersebut merupakan sebaguan dari faktor-faktor yang melatar belakangi pentingnya penelitian hadits. Penelitian hadits ini dilakukan bukan untuk meragukan hadits, tetapi lebih kepada kehati-hatian untuk mengambil dasar hukum. Inilah bukti bahwa kita benar-bemar ingin mengikuti nabi Muhammad dan menjalankan islam sepenuhnya. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ditunjukkan untuk merumuskan permasalahan yang akan di bahas pada pembahsan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut :

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang tidak pernah memberatkan umatnya.

Ajaran islam selalu relevan dalam setiap zaman. Oleh karena itu,

diperlukan pemahaman mengenai islam kontekstual. Islam kontekstual

yaitu islam yang dipahami sesuai dengan situasi dan kondisi dimana islam

itu dikembangkan. Adanya islam kontekstual didasarkan pada latar

belakang sejarah ketika islam diturunkan, sebagaimana diturunkannya Al-

Qur‟an. Al-Qur‟an yang diturunkan di Mekkah dengan Al-Qur‟an yang

diturunkan di Madinah tentu memiliki corak dan isi kandungannya,

disebabkan karena perbedaan sasaran, tantangan, dan masalah yang

dihadapi. Maka sangat penting untuk kita memahami dan mempelajari

islam kontekstual.

Allah telah memberikan kedudukan kepada Nabi Muhammad saw

sebagai Rasulullah yang mengemban tugas untuk menjelaskan Al-Qur‟an,

dipatuhi oleh orang-orang yang beriman, sebagai uswatuh hasannah, dan

rahmat bagi sekalian alam. Untuk mengetahui hal-hal yang oerlu

diteladani ataupun yang tidak diteladani perlu dilakukan penelitian.

Dengan demikian, dapat diketahui hafits nabi yang berkaitan dengan itu.

Hal-hal yang berkaitan dengan hadits tersebut merupakan sebaguan dari

faktor-faktor yang melatar belakangi pentingnya penelitian hadits.

Penelitian hadits ini dilakukan bukan untuk meragukan hadits, tetapi lebih

kepada kehati-hatian untuk mengambil dasar hukum. Inilah bukti bahwa

kita benar-bemar ingin mengikuti nabi Muhammad dan menjalankan

islam sepenuhnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ditunjukkan untuk merumuskan

permasalahan yang akan di bahas pada pembahsan dalam makalah.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai

berikut :

Page 2: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

2

1. Apakah yang dimaksud dengan Islam Kontekstual secara bahasa,

istilah dan menurut beberapa ahli?

2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual?

3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia?

4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits?

5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

6. Apa Saja Model Peneliatian Hadits?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mencari

pembahasan dari rumusan masalah yang tercantum dalam makalah ini.

Ada pun tujuan makalah, sebagai berikut :

1. Mengetahui makna Islam Kontekstual secara bahasa, istilah dan

menurut para ahli.

2. Mengetahui macam-macam Studi Islam Kontekstual.

3. Mengetahui Kontekstual Islam di Indonesia.

4. Mengetahui Sejarah Penelitian Hadits.

5. Mengetahui Objek Penelitan Hadist.

6. Mengetahui Model Penelitian Hadits.

Page 3: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

3

PEMBAHASAN

A. Studi Islam Kontekstual

1. Pengertian Studi Islam Kontekstual

Konsep islam dalam perspektif konstektual memaknai islam

sebagai sebuah agama yang bersifat universal dan progresif. Secara

bahasa inggris kontekstual berasal dari kata “context” yaitu istilah

yang berhubunguan dengan konteks, suasana dan keadaan. Secara

istilah, konstektual secara umum berarti kecenderungan suatu aliran

atau pandangan yang mengacu pada dimensi konteks yang mengacu

pada dimensi konteks yang tidak semata – mata bertumpu pada makna

teks secara lahiriyah tetapi juga melibatkan dimensi sosiohistoris dan

keterlibatan subjektif penafsir dalam aktivitas penafsirannya

Menurut Didik Ruspandi (2018), Studi Islam Konstektual

mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam perlu secara totalitas,

tidak sepotong atau sepihak, serta kontekstual. Pemahaman atas ajaran

Islam secara parsial, misalnya, hanya menekankan bidang syariah saja,

tauhid saja, atau akhlak saja, tanpa memperdulikan pentingnya isu

kontemporer yang sedang dihadapi oleh umat Islam, akan

mengakibatkan pemahaman kita terhadap ajaran Islam menjadi sempit

dan tidak aktual. Hal ini dapat kita jelaskan jika kita melakukan studi

islam secara kontekstual. Islam kontekstual memahami ajaran Islam

secara normative baik dari alqur'an maupun hadis dan menjadikannya

sebagai dasar untuk menentukan norma etik dalam kehidupa riil dapat

disebut sebagai kajian Islam secara kontekstual. Sementara memahami

ajaran normative dan meletakannya kedalam subsistem kebudaan,

peradaban yang melingkupi umat Islam sesuai dengan ruang dan

waktunya disebut sebagai studi Islam kontekstual. Harun Nasution

menyebut bahwa memahami ajaran Islam secara normative dan

menarik inti ajaran Islam itu sebagai pegangan universal untuk

menentukan nilai-nilai kehidupan dapat disebut sbagai polarisasi atau

manhaj dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan ajaran

Page 4: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

4

Islam secara riil. Singkatnya islam secara kontekstual dipahami

sebagai ajaran gama yang particular dimana, pemeluknya dapat

melakukan koreksi adaftatif atas fenomena dimana pemeluknya itu

hidup.

Secara terminologi, kontekstual menurut Noeng Muhadjir di bagi

menjadi 2 pengertian yaitu:

a. Berbagai usaha untuk memahami makna dalam rangka

mengantisipasi masalah-masalah sekarang yang biasanya muncul.

b. Makna yang melihat relevansi masa lalu, sekarang dan akan dating

dimana sesuatu akan dilihat dari titik sejarah lampau, makna

fungsional seakrang dan prediksi makna yang relevan di masa yang

akan datang.1

2. Macam-macam Pendekatan Studi Islam Kontekstual.

a. Pendekatan Historis, merupakan kajiian sebagai salah satu

pendekatan yang dapat juga digunakan dalam mempelajari agama

islam yang bertujan untuk membahas peristiwa sejarah.

b. Pendekatan Antropologi, merupakkan salah satu upaya untuk

memahami agama dengan cara melihat wujud praktik yang

berkembang dalam kehidupan masyarakat.

c. Pendekatan Sosiologi, merupakan suatu kajian sebuah studi atau

penelitian untuk mempelajari dan memahami kebersamaan dalam

masyarakat.2

3. Islam Kontekstual di Indonesia

Pemahaman islam kontekstual dibangkitkan kembali di Indonesia

setelah melihat adanya sebagian orang yang memahami islam

sekehendak hatinya dan lepas dari konteksnya. Mereka memanfaatkan

popularitas dengan alih profesi sebagai pengajar agama. Mereka sering

memahami ayat dengan cara memukau tapi lepas dari konteksnya. Ini

1 Solahuddin, “Pendekatan Tekstual Dan Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Qur’an,” Desember

2016, 117. 2 “Pendekatan Kontekstual Studi Isalm Historis Antropologi, Dan Sosiologi,” March 5, 2020.

Page 5: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

5

harus diluruskan, dengan cara mereka melarang berdakwah atau

mengajarkan agama, namun demi menjaga kemurnian agama dan

penyalahguanan, seharusnya pemahaman terhadap konteks ayat al-

Qur‟an sebagaimana dijabarkan dalam ilmu Asbab al-Nuzul dan

konteks hadits. Dalam kaitan ini masalah sejarah kehidupan orang

Arab dan berbagai tradisi yang berkembang serta situasi yang terjadi

pada ayat-ayat dan hadist-hadis tersebut mucul harus dikaji. Dan jika

hal ini tidak dilakukan maka yang bersangkutan harus didampingi oleh

pakar ahli dalam bidangnya.

Pendekatan kontekstual dalam mempelajari ajaran islam Indonesia

di motori oleh Jalaluddin Rahmad dalam bukunya yang berjudul

“ Islam Aktual”.3

B. Metode Penelitian Hadits

1. Sejarah Penelitian Hadits

Secara historis, sesungguhnya penelitian hadis dalam arti upaya

untuk membedakan antara yang benar dan yang salah telah ada dan

dimulai pada masa Nabi masih hidup meskipun dalam bentuk yang

sederhana. Pada masa ini masih dalam bentuk konfirmasi, yakni para

sahabat yang tidak secara langsung mendengar dari beliau, tetapi dari

sahabat lain yang mendengarkannya. Mereka kemudian pergi menemui

Rasulullah apakah sesuatu benar-benar dikatakan oleh beliau. Dengan

demikian, para sahabat dapat secara langsung mengetahui valid dan

tidaknya hadis yang mereka terima. Praktik penelitian hadis dengan

pola konfirmasi tersebut berhenti dengan wafatnya Rasulullah. Namun

bukan berarti kritik atau penelitian hadis telah kehilangan urgensinya.

Pada periode selanjutnya, penelitian hadis lebih bersifat

komparatif, yakni tidak hanya mengandalkan kekuatan hafalan belaka

namun juga dilakukan perbandingan pada data tertulis yang ada.

3 “Studi Islam Indonesia ‘Islam Kontekstual,’” March 6, 2020.

Page 6: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

6

Pada masa selanjutnya, yakni permulaan abad kedua Hijriyah,

timbul pemikiran khalifah Umar bin Abdul Aziz al Amawi untuk

meneliti hadis dan mengumpulkannya. Untuk itu, khalifah menyurati

amil atau gubernurnya dan meminta mereka untuk meneliti dan

mengumpulkan hadis karena khawatir akan perkembangan ilmu-ilmu

keagamaan serta ulama-ulama habis meninggal dunia. Sehingga para

perawi hadis mulai menyusun hadis-hadis yang diriwayatkan menurut

babnya dan membukukannya. Pembukuan yang terjadi sekitar tahun

145 H ini masih bercampur dengan ucapan-ucapan sahabat dan tabi‟in.

Dalam periode selanjutnya timbullah usaha untuk membersihkan

hadis-hadis Nabi sehingga tidak bercampur dengan ucapan-ucapan

sahabat dan tabi‟in. Kitab yang tersusun terkenal dengan nama

musnad, diantaranya yang sampai kepada kita adalah Musnad Imam

Ahmad bin Hanbal. Kitab tersebut disebut musnad karena didalamnya

dikumpulkan menurut sanadnya, tanpa menghiraukan persoalan yang

diterangkan dalam hadis tersebut. Misalnya dikumpulkan hadis-hadis

yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, Umar, „Aisyah dan lain-lain.

Kemudian diteruskan dengan periode penyaringan, artinya meneliti

mana hadis yang sahih dan mana pula yang dha‟if . Orang yang berdiri

di barisan paling depan dalam usaha ini adalah Imam Bukhari dengan

kitab hadisnya Shahih Bukhari dan Imam Muslim dengan kitab

hadisnya Shahih Muslim. Keduanya menjadi pedoman dan pandangan

yang kemudian diikuti oleh Abu Daud dengan kitab Sunan Abu Daud,

Ibnu Majah dengan kitab Sunan Ibnu Majah, Al Tirmizi dengan kitab

Sunan al Tirmizi, Al Nasa‟I dengan kitab Sunan al Nasa‟i. Kitab-kitab

mereka ini dikenal dengan Kutub al Sittah dan bersama dengan

Musnad Imam Ahmad bin Hanbal terkenal dengan Kutub al Sab‟ah.

Tetapi masih banyak lagi ulama lain yang meneliti dan menghasilkan

kitab hadis meskipun tidak mencapai derajat yang tinggi di kalangan

umat islam. Persoalan yang muncul kemudian adalah apakah

otentisitas hadis secara historis dan ilmiah dapat dibuktikan serta

bagaimana cara yang harus ditempuh. Sehingga para ahlipara ahli

Page 7: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

7

hadits tertantang untuk menciptakan ilmu penelitian atau kritik hadits

yang menyangkut sanad hadits dan matan hadits.

2. Obyek Penelitian Hadits

Sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya,

bahwa obyek penelitian hadis meliputi 2 hal sebagai berikut:

a. Rawi hadits, adalah orang yang menyampaikan atau

menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar

atau diterimanya dari seseorang (gurunya). Seringkali sebuah

hadits diriwayatkan oleh bukan hanya satu rawi, akan tetapi

oleh banyak rawi.

b. Sanad Hadits, adalah jalan yang menyampaikan kita pada

matan hadits atau rentetan para rawi yang menyampaikan

matan hadits. Dalam hubungan ini dikenal dengan istilah

musnid, musnad dan isna.

Musnid adalah hadits yang seluruh sanadnya disebutkan

sampai kepada Nabi SAW (pengertian ini berbeda dengan

kitab musnad).

Isnad adalah keterangan atau penjelasan mengenai sanad

hadits atau keterangan mengenai jalan sandaran suatu

hadits.

Sebagai sumber ajaran islam yang ke dua setelah al-Qur‟an,

keberadaan hadits telah mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang

kehidupan. Di lihat dari pendekatan kebahasaan, Hadits berasal dari

bahasa arab حدث

ث

حد

ث

يحد

ث

,hadatsa, yahdutsu,hadtsan) حد

haditsan). Dari segi istilah hadits merupakan perkataan, perbuatan,

ketetapan dan persetujuan dari nabi Muhammad SAW yang dijadikan

landasan syariat islam.

Page 8: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

8

3. Model Penelitian Hadits

a. Model Penelitian Hadits M. Qurish Shihab

Penelitian yang penilitian yang dilakukan Quraish Shihab

terhadap hadits menunjukkan jumlah tidak lebih banyak jika di

bandingkan dengan penelitian terhadap al-Qur‟an.bahan-bahan

penelitian yang digunakan beliau adalah bahan kepustakaan atau

bahan bacaan, yaitu sejumlah buku yang di tulis para pakar di

bidang hadits atau termasuk pula al-Qur‟an. Sedangkan sifat

penelitiannya deskriptif analitis, dan buka uji hipotesis hasil

penelitian hadits tentang fungus hadits terhadap al-Qur‟an,

menyatakan bahwa al-qur‟an menekankan bahwa Rasulullah SAW

berfungsi menjelaskan Firman-firman Allah. Contoh metode

penelitian hadits oleh M. Quraish Shihab

ذ ت

حل

وا

ه ربد عن

ه ل ي

هو خ

ف

هم حرمت الل

عظ ومن ي

لك

ان وث جس من ال نبوا الر

اجت

م ف

يك عل

ىل ما يت

اعام ال

ن م ال

كل

ور ول الزنبوا ق

واجت

Artinya : Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa

mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (hurumat) maka

itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan dihalalkan bagi kamu

semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu

(keharamannya), maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-

berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta. (QS. Al-Hajj:

30)

Fungsi dari al-Sunnah adalah memperjelas, merinci, bahkan

membatasi, pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur‟an. Yaitu

memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat al-qur‟an yang

masih Mujmal, memberikan Taqyid (persyaratan) ayat-ayat al-

Qur‟an yang masih Muthalaq dan memberikan Takhshish

Page 9: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

9

(penentuan khusus) ayat-ayat al-Qur‟an yang masih umum

misalnya perintah mengerjakan sembahyang yang tidak di jelaskan

jumlah rakaatnya di dalam al-Qur‟an dan lain-lain. Tetapi, semua

itu telah diterangkan secara terperinci dan di tafsirkan sejelas-

jelasnya oleh hadits. Hadist juga mengambil peran sebagai

menerapkan hukum yang tidak di dapati di dalam al-Qur‟an.

Contohnya pada hadits yang berbunyi “tidak boleh seseorang

mengumpukan (memadu) seorang wanita dengan ammab (saudari

bapak) nya dan seorang wanita dengan khalah (saudari ibunya)”.

(HR Bukhari Muslim), dan hadits yang artinya” Sungguh Allah

telah mengharamkan mengawaini seseorang karena sepersusuan,

sebagaimana halnya Allah telah mengharamjlkannya karena

senasab” (HR Bukhari Muslim). Materi hukum yang di tetapkan

keharamannya oleh ke dua hadits tersebut tidak di jumpai dalam al-

Qur‟an, sehingga nabi Muhammad SAW mengambil inisiatif untuk

mengharamkannya.

b. Model Mustofa al-Siba‟iy

Mustofa al-Siba‟iy dikenal sebagai tokoh intelektual

muslim dari mesir Mustofa al-Siba‟iy juga menulis buku materi

kajian agama islam. Di antaranya yaitu al-Sunnah wa-Makanatuba

fi al-Tasyri’I al-Islami dalam bukunya itu bercorak eksploratif

dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara

deskriptif analitis. Hasil penelitian yang dilakukan Musthofa Al-

Siba‟iy antara lain mengenai sejarah proses terjadi dan

tersebaranya hadits dari Rasulullah sampai terjadinya upaya

pemalsuan hadits dan usaha para ulama untuk membendungnya,

dengan melakukan pencatatan sunnah, dibukukkannya ilmu

Musthalah al-Hadits, Ilmu Jarh, dan al-Ta‟dil, kita-kitab tentang

hadits-hadits palsu dan para pemalsu dan penyebarannya.

Page 10: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

10

c. Model Muhammad Al-Ghazali

Muhammad Al-Ghazali menyajikan penulisannya tentang

hadits dalam buku yang berjudul Al-Sunnah, Al-Nabawiyyah

Baina Ahl Al-Fiqh Wahl Al-Hadist salah seorang ulama jebolan

Universitas Al Azhar Mesir. Dalam buku tersebut penelitian hadits

yang dilakukan Muhammad Al-Ghazali termasuk penelitian

eksploratif, yaitu membahas, mengkaji, dan menyelami persoalan

actual yang muncul dimasyarakat untuk diberikan status hukumnya

yang berpijak pada konteks hadits dengan kata lain. Muhammad

Al-Ghazali memahami hadits yang ditelitinya itu dengan melihat

konteksnya kemudian baru dihubungkan dengan masalah

masyarakat.corak penyajiannya masih bersifat deskristif analipis.

Yakni mendeskripsikan hasil penelitian dan dilanjutkan

menganalisis dengan menggunakan pendekatan fiqih, sehingga

terkesan ada misi pembelaan dan ajaran islam dari berbagai paham

yang dianggapnya tidak sejalan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah.

d. Model Zain Al-Din „Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqiy

Model Zain Al-Din „Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-

Iraqiy yang hidup tahun 725/806 tergolong ulama generasi pertama

yang banyak melakukan penelitian hadits. Bukunya berjudul Al-

Taqyiq wa Al-Idlah Syarh Muqaddiman Ibnu Al-Shalah adalah

termasuk kitab ilmu hadits tertua yang banyak mengemukakan

hasil penelitian dan banyak dijadikan rujukan para penelitian dan

penulis hadits generasi berikutnya. Ia disebutkan sebagai penganut

mashaf syafi‟i., belajar di mesir dan mendalami bidang fiqh.

e. Model Penelitian lainnya

Terdapat pula model penelitian hadits yang diarahkan pada

kajian aspek tertentu saja. Misalnya, Rif‟at Fauzi Abd Muthallif

pada tahun 1981, meneliti tentang perkembangan Al-Sunnah pada

abad ke-2 hijjriyah. hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam

Page 11: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

11

bukunya berjudul Tausiq Al-Sunnab fi al-Qurn al-Tsaniy al-Hijjri

Ususubu wa Itijahat.4

4 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam Edisi Revisi, 21 (RAJAWALI, 2014).

Page 12: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

12

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian kontekstual Secara bahasa inggris kontekstual berasal dari

kata “context” yaitu istilah yang berhubunguan dengan konteks,

suasana dan keadaan. Secara istilah, konstektual secara umum berarti

kecenderungan suatu aliran atau pandangan yang mengacu pada

dimensi konteks yang mengacu pada dimensi konteks yang tidak

semata – mata bertumpu pada makna teks secara lahiriyah tetapi juga

melibatkan dimensi sosiohistoris dan keterlibatan subjektif penafsir

dalam aktivitas penafsirannya

2. Macam-macam Pendekatan Studi Islam Kontekstual yaitu, Pendekatan

Historis, Pendekatan Antropolgi dan Pendekatan Soisologi.

3. Obyek Penelitian Hadits yaitu, Rawi Hadits dan Sanad Hadits.

4. Model penelitian Hadits yaitu Model Penelitian Hadits M. Qurish

Shihab, Model Mustofa al-Siba‟iy, Model Muhammad Al-Ghazali,

Model Zain Al-Din „Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqiy

B. Saran

Dari kesimpulan yang didapat dari hasil makalah, kami ingin

menyampaikan beberapa saran kepada pembaca dan peneliti akan

pentingnya mempelajari metodeologi studi islam agar kita lebih

memahami islam dengan mempelajari konteks-konteks yang terdapat

didalamnya dan paham berbagai bentuk model penelitian Islam dan sebaik

nya hasil penelitian ini dikaji kembali oleh peneliti-peneliti lainnya.

Page 13: PENDAHULUAN · 2. Apa saja macam-macam Studi Islam Kontekstual? 3. Bagaimana Kontekstual Islam di Indonesia? 4. Bagaimana Sejarah Penelitian Hadits? 5. Apa Saja Objek Penelitan Hadist?

13

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam Edisi Revisi. 21. RAJAWALI, 2014.

“Pendekatan Kontekstual Studi Isalm Historis Antropologi, Dan Sosiologi,”

March 5, 2020.

Solahuddin. “Pendekatan Tekstual Dan Kontekstual Dalam Penafsiran Al-

Qur‟an,” Desember 2016, 117.

“Studi Islam Indonesia „Islam Kontekstual,‟” March 6, 2020.