pencemaran air

21
PENCEMARAN AIR 1. Sumber Pencemaran Air Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1987). Dalam melakukan aktivitas, manusia maupun mahluk hidup lain menghasilkan bahan buangan yang biasa disebut limbah. Bahan buangan (limbah) dapat merupakan sumber pencemar, baik itu limbah padat (sampah) maupun limbah cair. Sumber pencemar merupakan sumber zat/bahan asing yang masuk ke lingkungan dan menimbulkan perubahan pada lingkungan. Perubahan (Daya lingkungan VS Daya Polutan) pada lingkungan dapat terjadi dan besar kecilnya dampak dari perubahan itu tergantung kepada daya lingkungan untuk memulihkan diri (self purification). Jika beban lingkungan terlalu besar, lingkungan membutuhkan waktu untuk memperbaiki diri dan jika perbaikan sulit dilakukan, maka terjadi pencemaran lingkungan. Sumber pencemar : suatu lokasi tertentu (point source) atau tak tentu/tersebar (non point/diffuse source) (Effendi, 2003). Tabel. Jenis Pencemar dan Sumbernya Jenis Pencemar Sumber Tertentu (point source) Sumber Tak Tentu (non point source) Limbah Domesti k Limbah Industri Limpasan Daerah pertania n Limpasa n daerah perkota an

Upload: christine-prita-bie

Post on 13-Dec-2014

50 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

isu lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: Pencemaran Air

PENCEMARAN AIR

1. Sumber Pencemaran Air

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik

antara mahluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1987). Dalam melakukan

aktivitas, manusia maupun mahluk hidup lain menghasilkan bahan buangan yang biasa

disebut limbah. Bahan buangan (limbah) dapat merupakan sumber pencemar, baik itu limbah

padat (sampah) maupun limbah cair.

Sumber pencemar merupakan sumber zat/bahan asing yang masuk ke lingkungan

dan menimbulkan perubahan pada lingkungan.

Perubahan (Daya lingkungan VS Daya Polutan) pada lingkungan dapat terjadi dan

besar kecilnya dampak dari perubahan itu tergantung kepada daya lingkungan untuk

memulihkan diri (self purification). Jika beban lingkungan terlalu besar, lingkungan

membutuhkan waktu untuk memperbaiki diri dan jika perbaikan sulit dilakukan, maka terjadi

pencemaran lingkungan.

Sumber pencemar : suatu lokasi tertentu (point source) atau tak tentu/tersebar (non

point/diffuse source) (Effendi, 2003).

Tabel. Jenis Pencemar dan SumbernyaJenis Pencemar Sumber Tertentu

(point source)Sumber Tak Tentu (non point source)

Limbah Domestik

Limbah Industri

Limpasan Daerah pertanian

Limpasan daerah perkotaan

1. Limbah yang dapat menurunkan kadar oksigen

X X X X

2. Nutrien X X X X3. Patogen X X X X4. Sedimen X X X X5. Garam-garam - X X X6. Logam yang toksik - X - X7. Bahan organik yang toksik - X X -8. Pencemaran panas - X - -

Sumber : Davis dan Cornwell,1991

Sumber pencemar point source misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik dan

saluran limbah industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang

Page 2: Pencemaran Air

ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air. Volume pencemar

dari point source biasanya relatif tetap.

Sumber pencemar non point source dapat berupa point source dalam jumlah yang

banyak, misalnya limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pupuk dan pestisida,

limpasan dari daerah pemukiman (domestik) dan limpasan dari daerah perkotaan (Effendi,

2004).

2. Macam-macam Sumber Pencemar

Sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber pencemar langsung dan sumber

pencemar tidak langsung.

Sumber pencemar langsung adalah sumber pencemar yang langsung keluar dari

sumbernya, antara lain dari kegiatan industri, rumah tangga, pertanian, peternakan dan

sebagainya.

Sumber tidak langsung adalah kontaminan yang memasuki lingkungan melalui media

perantara, misalnya tanah, air tanah dan hujan. Sumber pencemar langsung terbagi menjadi

beberapa bentuk, antara lain :

a. Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar

maupun yang halus. Bentuk bahan buangan ini di perairan dapat tersuspensi, terlarut atau

bahkan mengendap. Hal ini akan mempengaruhi kekeruhan dan berat jenis perairan. Bahan

buangan ini kadangkala menimbulkan warna dan bau spesifik di perairan. Jika warna perairan

gelap, akan mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sinar matahari sangat

berguna untuk fotosintesis.

b. Bahan Buangan Organik

Mencakup bahan buangan yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Hal yang

penting adalah sebaiknya tidak membuang bahan buangan organik ini ke dalam perairan

karena akan menyuburkan perairan, sehingga timbul bakteri pathogen. Bahan buangan

organik sebaiknya dibuat kompos atau untuk diproses menghasilkan gas methane

Page 3: Pencemaran Air

c. Bahan Buangan Anorganik

Bahan buangan anorganik berupa bahan buangan/limbah yang sulit

terurai/didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila masuk ke dalam perairan, maka akan

terjadi peningkatan ion logam di perairan. Yang berasal dari industri misalnya Timbal (Pb),

Cadmium (Cd), Air Raksa (Hg), Kroom (Cr), Nikel (Ni).

d. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Merupakan bahan buangan organik yang memiliki kekhasan yaitu bau yang sangat

menyengat hidung. Apabila bahan makanan mengandung protein dan gugus Amin, maka

akan menjadi senyawa amonia yang mudah menguap dan berbau busuk. Mikroorganisme

yang terdapat di dalamnya, juga terdapat bakteri pahtogen yang membahayakan kesehatan

manusia.

e. Bahan Buangan Cairan Berminyak

Bahan buangan yang tidak dapat larut dalam air, sehingga akan mengapung di

permukaan perairan. Lapisan minyak akan menghalangi cahaya matahari masuk sehingga

menghambat proses fotosintesis. Peristiwa ini akan menurunkan kadar DO (Dissolved

Oxygen) di perairan.

f. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia terdiri dari bahan sabun/detergent, bahan pemberantas kimia

(insektisida), Zat warna kimia. Bahan buangan sabun di perairan ditandai dengan adanya

buih-buih sabun di permukaan perairan. Sabun berasal dari asam lemak (Stearat, Palmitat

atau Oleat) yang direaksikan dengan Na(OH) atau K(OH). Beberapa sifat sabun adalah

larutan sabun akan menaikkan pH dan mengganggu kehidupan organisme di dalam

air. Bahan antiseptik yang ditambahkan dalam sabun akan menggangu organisme di dalam

air dan terdapat sebagian bahan sabun yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme.

Pemakaian basa Natrium (Na) atau Kalium (K) dapat meningkatkan kesadahan air.

Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian menimbulkan sisa

bahan insektisida yang cukup banyak. Insektisida sulit dipecah atau diurai oleh

mikroorganisme dan membutuhkan waktu yang lama. Akibat yang ditimbulkan oleh

insektisida akan menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam air.

Page 4: Pencemaran Air

g. Zat Warna Kimia

Banyak digunakan dalam industri, untuk membuat produk menjadi menarik. Zat

warna merupakan racun dan bersifat carcinogenic bagi tubuh karena tersusun dari zat kimia

yaitu chromogen dan Auxochrome

Page 5: Pencemaran Air

Bahan Pencemar (polutan)

Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas

manusia, misalnya kegiatan domestic (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan), maupun

kegiatan industri. Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua,

yaitu polutan tak toksik (non toxic polutans) dan polutan toksik (toxic pollutans) (Jeffries dan

Mills, 1996)

a. Polutan Tak Toksik

Biasanya berada pada ekosistem secara alami, bersifat mencemari jika terdapat dalam

jumlah yang berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui

proses fisika dan kimia perairan. Polutan tak toksik terdiri dari bahan-bahan tersuspensi dan

nutrient. Bahan-bahan tersuspensi mempengaruhi sifat fisika perairan, misalnya

meningkatkan kekeruhan dan menghambat penetrasi sinar matahari. Keberadaan nutrient dan

unsur hara yang berlebihan dapat menimbulkan pengayaan perairan, yang mengganggu

kesetimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan.

b. Polutan Toksik

Polutan Toksik dapat menyebabkan kematian (lethal) dan tidak menyebabkan

kematian (sub lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan morfologi

organisme akuatik. Polutan toksik biasanya berupa bahan-bahan yang bukan alami, misalnya

pestisida dan detergent.

Indikator Pencemaran Air

Air yang tercemar, memiliki karakteristik khusus yang dapat dibedakan dari air

bersih, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Semakin banyaknya jumlah

manusia/penduduk maka makin banyak bahan buangan di alam. Kondisi ini akan

menyebabkan kualitas air mengalami penurunan seperti dikemukakan di atas. Berikut ini

adalah macam-macam indikator/tanda bahwa air dalam keadaan tercemar (Wardhana,2004) ;

(1) Suhu sangat penting dalam suatu perairan, karena menentukan jenis organisme yang

dapat hidup. Kegiatan Industri seringkali menggunakan mesin reaktor dalam proses produksi.

Apabila hal ini dibuang ke perairan maka akan mengakibatkan perubahan suhu perairan.

Perubahan suhu perairan juga dapat terjadi karena peristiwa alam, yang mengakibatkan

Page 6: Pencemaran Air

peningkatan kesuburan perairan sehingga akan timbul jenis tanaman air yang menimbulkan

pencemaran (Red Tide). (2) Derajat Keasaman (pH) bagi kehidupan normal berkisar antara

6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa tergantung dari jumlah Ion Hidrogen yang

didonorkan. Limbah yang dibuang ke perairan dapat mengurangi pH menjadi <7(Asam)

maupun >7(Basa). (3) Indikator Fisik yang mudah terdeteksi oleh panca indera manusia

adalah Warna, Rasa dan Bau. Perubahan itu disebabkan oleh jenis dan jumlah bahan

buangan/limbah di perairan. Warna, Rasa dan Bau dapat mengurangi estetika bagi

penggunaan air untuk keperluan air minum. (4) Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan

Terlarut.

Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut berasal dari bahan buangan industri yang berbentuk

padat. Bentuk menjadi Endapan maupun koloidal tergantung pada daya larut bahan buangan

tersebut. Endapan yang tidak dapat larut sempurna akan berada di dasar perairan, sedangkan

yang sebagian larut akan membentuk koloidal di perairan. Koloidal ini akan menghalangi

masuknya cahaya matahari ke perairan. Jika cahaya matahari kurang di perairan, maka

mikroorganisme tidak dapat melakukan fotosintesa dengan sempurna. Fotosintesa dibutuhkan

untuk menghasilkan oksigen yang cukup bagi organisme perairan. Semakin banyak Endapan,

koloidal maupun Bahan terlarut akan meningkatkan BOD (Biological Oxygen Demand) di

perairan. (5) Mikroorganisme berperan dalam mendegradasi bahan buangan. Semakin banyak

bahan buangan di perairan maka akan semakin banyak mikroorganisme yang akan

mendegradasinya. Seiring perkembangan mikroorganisme, kemungkingan akan timbul juga

mikroba patogen. Mikroba Pathogen akan menimbulkan berbagai macam penyakit. (5)

Radioaktif telah banyak dipergunakan di segala bidang, antara lain pertanian, kedokteran,

Industri dan lain sebagainya. Sejak awal terbentuknya bumi, radioaktivitas telah ada dalam

pembentukan Bumi melalui Reaksi Fusi yang memerlukan energi yang sangat tinggi. Namun

manusia dilarang untuk mebuang secara sengaja bahan-bahan radioaktif ke perairan.

Parameter Fisik Pencemaran Perairan

Perairan yang baik juga memiliki kandungan bahan organik tertentu dengan

komposisi yang seimbang. Berikut ini Parameter Fisika spesifik yang dapat dipergunakan

untuk mengetahui Kualitas Air :

a. Suhu

Badan air memiliki suhu, yang dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian

dari permukaan air (altitude), waktu hujan dalam sehari, sirkulasi udara, penutupan awan,

Page 7: Pencemaran Air

aliran air serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berperan penting terhadap proses fisika,

kimia dan biologi badan air, yang juga berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan.

Organisme akuatik memiliki kisaran tertentu yang paling baik bagi pertumbuhannnya.

Peningkatan suhu mengakibatkan viskositas meningkat, reaksi kimia meningkat,

evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu seringkali disertai dengan penurunan kadar

oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen seringkali tidak mencukupi kebutuan oksigen

bagi organisme akuatik untuk melakukan metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga

menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum

bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 200C-300C.

b. Kecerahan dan Kekeruhan

Warna air mempengaruhi kecerahan dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran

transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan alat Secci Dish.

Satuan dari kecerahan adalah meter. Kecerahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu

pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta faktor ketelitian. Kekeruhan dinyatakan

dalam satuan Mg/L. Padatan tesuspensi menyebabkan peningkatan kekeruhan, namun tidak

semua padatan dapat menyebabkan kekeruhan. Sebagai contoh air laut memiliki padatan

terlarut yang tinggi, namun memiliki kekeruhan yang rendah. Oleh karena itu, kekeruhan

juga disebabkan oleh aliran di perairan. Pada air permukaan yang tergenang (lentik), misalnya

danau, kekeruhan disebabkan oleh bahan tersuspensi atau partikel koloid halus. Sedangkan di

sungai kekeruhan banyak disebabkan oleh partikel yang lebih besar seperti limpasan tanah

(Runoff) dari tempat yang lebih tinggi. Semakin tinggi kekeruhan, akan mempengaruhi sistem

pernafasan dan daya pandang organisme akuatik.

c. Warna

Terdapat dua warna di perairan yaitu warna tampak (Apparent Color) dan warna

sesungguhnya (true color). Warna sesungguhnya disebabkan oleh partikel terlarut di perairan

dan warna tampak disebabkan oleh partikel terlarut dan tersuspensi. Warna perairan

ditimbulkan oleh bahan organik dan bahan anorganik. Oksida Besi menyebabkan air

berwarna kemerahan, sedangkan oksida Mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan dan

kehitaman. Intensitas warna cenderung meningkat dengan meningkatnya pH. Untuk segi

estetis sebaiknya warna air tidak melebihi 15 PtCo. (skala Platinum Cobalt). Untuk

kepentigan air minum sebaiknya warna tidak melebihi 50PtCo. Warna juga dapat disebabkan

Page 8: Pencemaran Air

olah alga di perairan contoh oleh Blooming alga (Red Tide). Warna dapat menghambat

penetrasi cahaya untuk masuk ke perairan.

d. Padatan Total, terlarut dan Tersuspensi.

Padatan total (residu) adalah padatan yang tersisa setelah sampel mengalami

pengeringan pada suhu tertentu. Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan menurut

ukuran Diameter, dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatan di Perairan Brdasarkan Ukuran Diameter

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (μm) Ukuran Diameter

1. Padatan Terlarut < 10-3 <10-6

2. Koloid 10-3-1 10-6-10-3

3. Padatan Tersuspensi > 1 > 10-3

Sumber: Efendi, 2003

Padatan Tersuspensi Total ( Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan

tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan di saringan millipore berdiameter 0,45 μm. TSS

terdiri dari Lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik yang terdiri dari kikisan tanah dan

erosi tanah yang terbawa ke badan air.

Padatan yang menetap (Settleable solid) adalah padatan tersuspensi yang dapat

diendapkan selama periode tertentu dalam wadah yang berbentuk kerucut terbalik (imhoff

cone).

Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah bahan-bahan terlarut

(diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6mm – diameter 10-3mm) yang berupa

senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring yang

berdiameter 0,45 μm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion

yang biasanya ditemukan di perairan. Jenis ion-ion anorganik yang biasanya ditemukan di

perairan antara lain dapat dilihat pada tabel 2.2

Kandungan TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari

tanah dan pengaruh anthropogenik (limbah domestik dan Industri). Bahan-bahan tersuspensi

dan terlarut di perairan tidak bersifat toksik, namun jika berlebihan dapat meningkatkan

Kandungan kekeruhan dan mempengaruhi proses fotosintesis di perairan.

Page 9: Pencemaran Air

Tabel 2.2. Ion-ion yang biasa ditemukan di perairan

Major Ion (Ion Utama)

(1-1000 mg/liter)

Secondary Ion (Ion Sekunder)

(0,01 mg-10 mg/liter)

1. Sodium (Na)

2. Kalsium (Ca)

3. Magnesium (Mg)

4. Bikarbonat (HCO3)

5. Sulfat ( SO4)

6. Klorida (Cl)

1. Besi (Fe)

2. Strontium (Sr)

3. Kalium (K)

4. Karbonat (CO3)

5. Nitrat (NO3)

6. Flourida (F)

7. Boron (B)

8. Silika (SiO2)

Sumber : Todd, 1970

Parameter Kimia Pencemaran Perairan

a. Derajat Keasaman (pH)

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH, dan menyukai kondisi

pH yang berkisar antara 7-8,5. Kandungan pH sangat mempengaruhi Kandungan biokimiawi

perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Toksisites logam

akan meningkat pada pH yang rendah.

b. Oksigen Terlarut/Disolved Oksygen (DO)

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut pada perairan. Kadar oksigen yang

terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan

atmosfer (Effendi, 2003). Ikan dan organisme akuatik di perairan membutuhkan oksigen

terlarut dalam jumlah yang cukup. Kebutuhan oksigen sangat berhubungan erat dengan suhu.

Kadar logam berat yang tinggi dapat mempengaruhi system respirasi organisme

akuatiksehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan kadar logam berat tinggi akan

dapat menyengsarakan organisme akuatik.

Tabel 2.5.3.a Kadar Oksigen dan Kaitannya dengan Organisme akuatikKadar Oksigen Terlarut(mg/liter) Pengaruh terhadap kelangsungan hidup

organisme< 0,3 Hanya sedikit ikan yang dapat bertahan

pada masa pemaparan singkat

Page 10: Pencemaran Air

0,3 – 1,0 Pemaparan lama akan dapat mengakibatkan kematian ikan

1,0-5,0 Ikan dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terganggu

> 5,0 Ideal bagi sebagian besar organisme akuatik

Sumber : (Effendi, 2003)

C. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi/Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Dekomposisi bahan organik umumnya terjadi dalam dua tahap, pertama yaitu oksidasi

bahan organik menjadi bahan anorganik. Yang kedua yaitu oksidasi bahan anorganik yang

tidak stabil menjadi bahan organik yang lebih stabil. BOD5 merupakan gambaran kadar bahan

organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi

bahan organik menjadi karbondioksida dan air.

Proses oksidasi bahan-bahan organik dilakukan oleh berbagai jenis mikroba dalam air.

Ketersediaan nutrient sangat mendukung proses oksidasi tersebut. Keberadaan bahan-bahan

toksik akan dapat mengganggu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi bahan organik

Perairan yang telah memiliki Kandungan BOD5 5,0-7,0 mg/liter dianggap masih alami,

sedangkan perairan yang memiliki Kandungan BOD5 > 10 mg/liter dianggap telah mengalami

pencemaran. Kandungan BOD5 industri pangan antara 500-4000 mg/liter (Rao, 1991)

D. Kebutuhan Oksigen Kimiawi/Chemical Oksygen Demand (COD)

COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

bahan-bahan kimiawi secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun

yang sukar didegradasi secara biologi. Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa

hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dengan

bantuan oksidator kuat (Kalium Dikromat/ K2Cr2O7) dalam suasana asam.

Perairan yang memiliki kadar COD tinggi tidak ideal bagi kepentingan perikanan dan

pertanian. Kandungan COD pada perairan yang tidak tecemar biasanya berkisar kurang dari

20 mg/liter. Sedangkan pada perairan yang tercemar lebih dari 200 mg/liter dan pada limbah

industri dapat mencapai 60.000 mg/liter (Effendi, 2003)

E. Nitrit (NO2-)

Perairan alami memiliki kadar nitrit dalam jumlah sedikit, lebih sedikit dari nitrat.

Sumber Nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Perairan alami mengandung

nitrit sekitar 0,01 mg/liter dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/liter karena dapat bersifat

Page 11: Pencemaran Air

toksik. Pada manusia konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya

proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah. (Effendi, 2003).

F. Nitrat (NO3)

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama

bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan sangat stabil.

Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna nitrogen di perairan, yang berlangsung

pada kondisi aerob. Kadar nitrat nitrogen perairan alami biasanya tidak lebih dari 0,1

mg/liter. Kadar nitrat > 5 mg/liter menggambarkan terjadinya pencemaran anthropogenik

yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. (Effendi, 2003)

G. Besi (Fe)

Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi

ditemukan dalam kation Ferro (Fe2+) dan Ferri (Fe3+). Pada perairan alami dengan pH sekitar

7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, Ion ferro yang yang bersifat mudah larut dioksidasi

menjadi ion ferri. Proses redoks besi melibatkan bakteri sebagai mediator Kadar Besi pada

perairan alami berkisar antara 0,05-0,2 mg/liter (Boyd, 1988), kadar besi > 1,0 mg/liter dapat

membahayakan kehidupan organisme akuatik.

H. Kadmium (Cd)

Kadmium banyak digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam, pigmen,

baterai, peralatan elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik, tekstil dan plastik.

Kadar Kadmium pada perairan alami sekitar 0,0001-0,001 mg/liter. Untuk melindungi

kehidupan ekosistem akuatik sebaiknya perairan memiliki kadar kadmium sekitar 0,0002

mg/liter (Effendi, 2003)

I. Timbal (Pb)

Timbal pada perairan ditemukan dalam keadaan terlarut atau tersuspensi. Kelarutan

timbal sangat rendah sehingga kadar timbal dalam air sangat sedikit. Kadar dan toksisitas

timbal ditentukan oleh kesadahan, pH, alkalinitas dan kadar oksigen. Akumulasi timbal

dalam tubuh manusia mengakibatkan ganguan pada otak dan ginjal dan kemunduran mental

Page 12: Pencemaran Air

pada anak-anak yang sedang berkembang. Pada Perairan yang diperuntukkan bagi air minum

sebaiknya kadarnya tidak melebihi 0,1 mg/liter (Effendi, 2003)

J. Fosfat (PO4)

Fosfat banyak digunakan sebagai pupuk, sabun atau detergen, bahan industri keramik

dan minyak pelumas. Kadar Fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah

0,2 mg/liter. Kadar fosfor pada perairan alami berkisar antara 0,005-0,02 mg/liter (Effendi,

2003). Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa Ortofosfat, Polifosfat

dan Fosfat-organis. Ortofosfat adalah senyawa monomer seperti H2PO4-, HPO4

2- dan PO43-.

Sedangkan Polifosfat (juga disebut “Condensed Phosphates”) merupakan senyawa polimer

seperti (PO3)63-(heksametafosfat), P3O10

5- (Tripolifosfat). Setiap senyawa fosfat tersebut

tedapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme di dalam air.

Dalam air limbah, senyawa fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian.

Di daerah pertanian, ortofosfat berasal dari bahan pupuk, yang masuk ke dalam sungai

melalui drainase dan aliran hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan

penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti

industri pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan

penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat Organis dapat juga terjadi dari ortofosfat yang

terlarut melalui proses biologis oleh bakteri maupun tanaman.

Jika kadar fosfat pada air alami sangat rendah ( < 0,01 mg P/l), pertumbuhan tanaman

dan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan oligotrop. Bila kadar lain atau nutrient

sangat tinggi, pertumbuhan ganggang dan tanaman tidak terbatas (keadaan eutrop) (Allaerts,

1984)

Dampak Pencemaran Air

Jenis dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air banyak sekali ragamnya.

Dampak ini dapat terbagi dan dikategorikan ke dalam empat kelas antara lain Dampak

terhadap kehidupan biota air, kualitas air tanah, kesehatan dan Estetika lingkungan

A. Dampak terhadap kehidupan biota air.

Zat pencemar di dalam air akan menurunkan kadar oksigen yang terlarut di dalam air.

Oksigen diperlukan untuk mendegradasi / menguraikan zat-zat pencemar. Kehidupan air

Page 13: Pencemaran Air

membutuhkan jumlah oksigen yang cukup. Jika kadar oksigennya menurun sampai pada

tingkat tertentu, maka kehidupan biota perairan akan terganggu. Kematian biota perairan

antara lain ikan-ikan dan tumbuhan air juga disebabkan oleh adanya zat-zat beracun. Jika

bakteri mati, maka proses penjernihan air limbah secara alamiah juga akan mengalami

hambatan. Polusi termal dari limbah juga akan mengganggu kehidupan biota perairan.

B. Dampak terhadap kualitas air tanah

Polutan akan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah. Pada proses peresapan

ini, tanah akan menjadi jenuh. Hal ini akan menimbulkan gangguan terhadap air tanah,

sebagai salah satu sumber air minum yang paling banyak digunakan.

C. Dampak terhadap kesehatan

Dampak terhadap kesehatan tergantung dari kualitas air, karena air merupakan media

bagi penyebaran penyakit. Penularan penyakit dapat bermacam-macam yaitu : Air sebagai

media hidup bagi mahluk hidup termasuk mikroba, air sebagai sarang penyebar penyaki dan

jumlah air yang berkurang menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan manusia untuk

membersihkan dirinya. Di Indonesia terdapat beberapa penyakit yang dikategorikan sebagai

water born diseases atau penyakit yang dibawa oleh air. Penyakit ini dapat menyebar apabila

mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang digunakan untuk kebutuhan

sehari-hari. Jenis mikroba yang penyebarannya melalui air cukup banyak, antara lain bakteri,

protozoa dan virus. Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyakit yang termasuk dalam

kategori waterborn diseases beserta agen pembawanya.

Tabel. 2.5. Jenis Penyakit Air Beserta Pembawanya

Jenis pembawa

No Nama Pembawa Penyakit yang ditimbulkan

Virus 1 Rotavirus Diare pada anak

2 Hepatitis A Hepatitis A

3 Poliomyelitis Polio( myelitis anterior acuta )

Page 14: Pencemaran Air

4 Vibrio cholerae Escherchia coli Cholera diare/ dysentriae

5 Enteropatogenik Salmonella typhi Thypus abdominalis

6 Salmonella parathypi shigella dysentriae

Parathypus

Protozoa 1 Entamoeba hystolitica Balantidia coli

Dysentrie amoeba balantidiasis

2 Giarda Lamblia Giardiasis

Metazoa 1 Ascaris lumbricoides Ascariasis

2 Clonorchis sinensis Chlonorchiasis

3 Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis

4 Taenia saginata / T.solium Taeniasis

5 Schistosoma Scistosomiasia

Sumber : Gunadharma, 1997

D. Dampak terhadap Estetika Lingkungan.

Proses Industri menghasilkan hasil samping berupa limbah / bahan buangan. Jumlah

limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingginya kegiatan produksi. Limbah dapat

diolah dengan cara diendapkan terlebih dahulu, namun metode ini menimbulkan dampak bau

yang menyengat. Penumpukan limbah juga memerlukan wilayah yang luas agar tidak

mengganggu sanitasi dan kesehatan di pemukiman penduduk. Masalah ini disebut sebagai

masalah estetika lingkungan. Limbah minyak dan lemak juga menimbulkan masalah estetika

lingkungan yaitu sekitar tempat pembuangan limbah menjadi licin. Pada tempat pembuangan

dan pengolahan limbah, masalah bau umumnya timbul dari beberapa kegiatan antara lain :

tangki pembuang limbah industri, tangki pembusuk limbah yang mengandung Hidrogen

Sulfida (H2S) dan Proses pengolahan bahan organik