pencapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran teknik ...eprints.uny.ac.id/33973/1/hangga ra.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI
SMK N 3 WONOSARI
Diajukan Kepada untuk Memenuhi Sebagian
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI
SMK N 3 WONOSARI DENGAN METODE INQUIRY
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri YogyakartaMemenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Hangga Rachditya Asngadi
NIM. 10501244024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKNIK LISTRIK
KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI
INQUIRY
Universitas Negeri Yogyakarta Persyaratan Guna Memperoleh
ELEKTRO
ii
iii
v
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al- Baqarah: 286)
“ Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada jalan keluar (kemudahan) maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain “
(QS. Al-Insyirah: 6)
“...Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajad (tingkatan)”
(QS. Al Mujaadilah: 11)
Menghindar artinya menambah masalah, hadapi dan jalani sembari berdoa karena suskses itu membutuhkan proses.
(Penulis)
Stop wishing, start doing.
(Anonim)
If you want to make your dreams come true, the first thing you have to do is wake up
(J.M. Power)
Education is the most powerful weapon, we can use to change the world
(Nelson Mandela)
Always do your best, what your plant now, you will haervest later
(Og Mandino)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT karya ini Penulis
persembahkan kepada:
Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa tak pernah lelah dalam memberikan
doa, nasehat, perhatian, dan motivasinya, serta selalu memberikan hal terbaik
dari awal masuk kuliah hingga selesainya skripsi ini.
Adikku Dewi dan Bagus atas doa, perhatian, dan dukungannya.
Seluruh keluarga besar H. Abunawas dan Aris Moenandar atas doa,
perhatian, dan dukungannya.
Guru-guru serta siswa-siswi SMK N 3 Wonosari yang telah membantu
selama pelaksanaan penelitian.
Asep, Bonggo, Singgih, Ndaru, Rahman, Dimas, Asni, Yossi, Imam,
Apriyansyah, Mbak Fatimah dan Mbak Amel yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi.
Teman-teman grup D-FET Gek Ndang Lulus (Agus, Akung, Budi, Irfan,
Sugeng, Topik, Wawan, Wening, zhainab) yang merupakan teman-teman
senasib dan seperjuangan dalam penyelesaian skripsi, semoga kalian segera
menyusul.
Seluruh teman-teman Pendidikan Teknik Elektro D2010 (D-FET),
terimakasih atas kebersamaan, keceriaan, dan kekompakan selama ini.
Teman-teman geng Poker (Adam, Ajeng, Wiji, Zamzam), geng Power Ranger
(Hendri, Nafis, Putri, Zhainab), geng Perpusda Kebumen (Bonggo, Ita,
Puspita), grup Veteran Perhimak Kebumen yang telah memberikan doa dan
dukungannya.
Amalia, Amel, Erma, dan Mita yang selalu memberi semangat, perhatian,
dukungan dan doanya selama pengerjaan skripsi hingga terselesaikannya
skripsi ini.
vii
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKNIK LISTRIK KELAS X SMK N 3 WONOSARI DENGAN
METODE INQUIRY
Oleh: Hangga Rachditya Asngadi
10501244024
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Pencapaian kompetensi siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada yang diajar menggunakan metode konvensional; (2) perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Pencapaian kompetensi siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada yang diajar menggunakan metode konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain penelitian pretest-posttest kontrol grup. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X EI-1 dan EI-2 SMK N 3 Wonosari. Setiap kelas terdiri dari 31 siswa. Tenik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kelas X EI-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X EI-2 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data untuk variabel kompetensi ranah kognitf menggunakan tes, sedangkan untuk variabel kompetensi ranah afektif siswa menggunakan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Pencapaian kompetensi siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada yang diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari (thitung > ttabel = 3,058 > 2,000 pada taraf signifikansi 5%); (2) terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Pencapaian kompetensi siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada yang diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari (thitung > ttabel = 3,882 > 2,000 pada taraf signifikansi 5%).
Kata Kunci : kuasi eksperimen, kompetensi, metode inquiry, teknik listrik.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang berkat bimbingan dan karunia-Nya,
Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatka gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pencapaian Kompetensi
Siswa dalam Pembelajaran Tenik Listrik Kelas X Program Keahlian Teknik
Elekronika Industri SMK N 3 Wonosari dengan Metode Inquiry” dapat disusun
dengan susai harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyapaiakn ucapan terimakasih yang terhormat kepada:
1. Dr. Edy Supriyadi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah
memberikan arahan, semangat, dan bimbingan selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
2. Totok Sukisno, M.Pd dan Sardjiman DP, M.Pd selaku validator instrumen
penelitian TAS yang memberikan saran perbaikan sehingga penelitian TAS
dapat terlaksana sesaui dengan tujuan.
3. Drs. Sunyoto, M.Pd dan Arieadi Chandra Nugraha, M.T, selaku Penguji dan
Sekretaris yang memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif
terhadap TAS ini.
4. Totok Heru Tri M, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro dan
Ketua Program Strudi Pendidikan Teknik Elektro beserta dosen dan staf yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyususnan poposal
sampai dengan selesainya TAS ini.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
C. Batasan masalah ........................................................................... 6
D. Rumusan masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 9
A. Kajian Teori ........................................................................... 9
1. Pembelajaran ................................................................ 9
2. Kompetensi ........................................................................... 10
3. Model pembelajaran konvensional .......................................... 14
4. Metode pembelajaran inquiry .......................................... 15
5. Media Pembelajaran ................................................................ 18
6. Pembelajaran Teknik Listrik Menggunakan Metode Inquiry ........ 20
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................... 22
C. Kerangka Berpikir ................................................................ 24
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 27
A. Desain dan Prosedur Penelitian ...................................................... 27
1. Tahap Persiapan ................................................................ 28
2. Tahap Pelaksanaan ................................................................ 29
3. Tahap Akhir ........................................................................... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32
xi
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32
1. Populasi ........................................................................... 32
2. Sampel ........................................................................... 32
D. Definisi Operasional ................................................................ 32
1. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ........................................... 32
2. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif ........................................... 33
3. Metode Pembelajaran Inquiry .......................................... 33
4. Metode Pembelajaran Konvensional .......................................... 33
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 34
1. Tes ..................................................................................... 34
2. Observasi ........................................................................... 35
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................... 36
1. Validitas ........................................................................... 36
2. Reliabilitas ........................................................................... 37
3. Analisi Butir Soal ................................................................ 38
H. Validitas Rancangan Soal ................................................................ 40
1. Validitas Internal ................................................................ 40
2. Validitas Eksternal ................................................................ 41
I. Teknik Analisis Data ................................................................ 42
1. Deskripsi Data ................................................................ 42
2. Uji Prasyarat Analisis Data ..................................................... 43
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 45
A. Deskripsi Data ................................................................ 45
1. Pencapaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ...... ............. 45
2. Pencapaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif ........ ........... 52
B. Uji Prasyarat Analisis ................................................................ 57
1. Uji Normalitas ................................................................ 57
2. Uji Homogenitas ................................................................ 58
C. Uji Hipotesis ........................................................................... 59
1. Hipotesis Pertama ..................................... ......................... 60
2. Hipotesis Kedua ........................................ ...................... 61
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 62
1. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ..................................... ... 63
2. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif .................................... .... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 67
A. Kesimpulan ........................................................................... 67
B. Implikasi ...................................................................................... 68
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 68
xii
D. Saran ...................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 73
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ...................................................... 34
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi ...................................................... 35
Tabel 3. Kriteria Tingkat Kesukaran ...................................................... 39
Tabel 4. Kriteria Daya Pembeda Soal ..................................................... 40
Tabel 5. Kategorisasi Nilai ................................................................ 42
Tabel 6. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Kontrol ........................................... 46
Tabel 7. Distribusi Kategori Nilai Pretest Kelas Kontrol ..................... 46
Tabel 8. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ................................ 47
Tabel 9. Distribusi Kategori Nilai Pretest Kelas Eksperimen ..................... 48
Tabel 10. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Kontrol ................................ 48
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ..................... 49
Tabel 12. Distribusi Kategori Nilai Posttest Kelas Kontrol ..................... 50
Tabel 13. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ................................ 50
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen ..................... 51
Tabel 15. Distribusi Kategori Nilai Posttest Kelas Eksperimen .......... 52
Tabel 16. Deskripsi Nilai Ranah Afektif Kelas Kontrol ..................... 53
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Ranah Afektif Kelas Kontrol ..................... 53
Tabel 18. Distribusi Kategori Nilai Ranah Afektif Kelas Kontrol .......... 54
Tabel 19. Deskripsi Nilai Ranah Afektif Kelas Eksperimen ..................... 55
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Ranah Afektif Kelas Eksperimen .......... 56
Tabel 21. Distribusi Kategori Nilai Ranah Afektif Kelas Eksperimen .......... 57
Tabel 22. Data Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif ................................ 58
Tabel 23. Data Hasil Uji Normalitas Ranah Afektif ................................... 58
xiv
Tabel 24. Data Hasil Uji Homogenitas ........................................... 59
Tabel 25. Data Hasil Uji Pretest Siswa .......................................... 60
Tabel 26. Data Hasil Uji Posttest Siswa .................................................. 61
Tabel 27. Data Hasil Hasil Uji Ranah Afektif Siswa ............................... 62
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Desain Penelitian ................................................................ 28
Gambar 2. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian ................................ 31
Gambar 3. Grafik Histogram Distribusi Data Posttest Kelas Kontrol .......... 49
Gambar 4. Grafik Histogram Distribusi Data Posttest Kelas Eksperimen .... 51
Gambar 5. Grafik Histogram Distribusi Ranah Afektif Kelas Kontrol .......... 54
Gambar 6. Grafik Histogram Distribusi Ranah Afektif Kelas Eksperimen .... 56
Gambar 7. Histogram Perbandingan Rerata Hasil Belajar Siswa
Ranah Afektif ................................................................ 66
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ........................................................................... 74
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................... 77
Lampiran 3. Data Populasi ................................................................ 97
Lampiran 4. Uji Coba Instrumen .....................................................100
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen .....................................................103
Lampiran 6. Instrumen Penelitian .....................................................106
Lampiran 7. Data Hasil Belajar .....................................................118
Lampiran 8. Uji Normalitas ................................................................123
Lampiran 9. Uji Homogenitas ................................................................125
Lampiran 10 Uji Hipotesis ................................................................127
Lampiran 11. Expert Judgement .....................................................130
Lampiran 12. Dokumentasi ................................................................135
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian .....................................................141
Lampiran 14. Surat Keputusan Dekan ..........................................147
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menengah Kejuruan adalah suatu lembaga pendidikan menengah
yang ditujukan untuk mempersiapkan siswa dengan keahlian dibidang tertentu
untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan kejuruan merupakan jenis pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang
tertentu (UU No. 20 Tahun 2003). Sekolah sebagai lingkungan penunjang siswa
untuk mengembangkan keahliannya, diharapkan mampu menciptakan lulusan
yang berkualitas sesuai dengan kriteria tenaga kerja yang diinginkan oleh
industri.
Pengembangan potensi sumber daya manusia yang dimiliki siswa erat
kaitannya dengan penggunaan kurikulum yang digunakan. Kurikulum bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud No. 70 Tahun 2013).
Penggunaan kurikulum yang tepat diharapkan dapat menggali kemampuan
siswa secara maksimal.
Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya nyata kementerian
pendidikan dan kebudayaan dewasa ini yaitu membuat kebijakan berupa
penerapan kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan untuk
2
menjawab tantangan internal, tantangan eksternal, penyempurnaan pola pikir,
dan penguatan tata kelola kurikulum (Permendikbud No.70 Tahun 2013).
Penerapan kebijakan mengenai kurikulum 2013 diimplementasikan mulai tahun
ajaran 2013/2014 yang dilakukan secara bertahap di 6.236 sekolah (SD, SMP,
SMA/SMK) pada 295 kabupaten/kota di 33 provinsi Indonesia (news.detik.com
21 Februari 2013 pukul 20.37).
Guru merupakan kunci utama dalam implementasi kurikulum 2013,
perannya dalam proses pembelajaran menentukan keberhasilan penerapan
kurikulum. Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk bisa menggunakan
pendekatan scientific. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian
daripada transfer pengetahuan, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran dan guru ditempatkan hanya sebagai fasilitator yang membimbing
dan mengkoordinasikan kegiatan belajar (kompasiana.com pada 31 Desember
2015 Pukul 04.45). Akan tetapi, pada realitanya rata-rata guru masih
menggunakan metode pembelajaran lama dikarenakan guru masih mengalami
kendala untuk beralih ke metode pembelajaran baru yang dituntut dalam
kurikulum 2013. Kurangnya pelatihan yang diberikan dianggap sebagai penyebab
guru masih belum dapat sepenuhnya mendalami tuntutan kurikulum, sehingga
guru pun masih setengah-setengah dalam menjalankan kurikulum baru ini.
Kurikulum 2013 di dalamnya memuat proses pembelajaran yang
cenderung berpusat pada siswa. Akan tetapi, masih banyak ditemukan di
lapangan guru masih belum siap dan kurang kreatif dalam mengelola kelas,
akibatnya siswa menjadi cepat bosan dan tidak mau aktif bertanya. Hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor diantaranya keterbatasan kemampuan guru,
3
penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai, dan kurangnya
keterampilan yang dimiliki membuat guru kesulitan mengembangkan bahan ajar
sehingga mempengaruhi minat siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut data nilai siswa semester ganjil 2013/2014 yang diperoleh dari
guru mata pelajaran Teknik Listrik di SMK N 3 Wonosari, total dari 64 siswa yang
mendapat nilai 75 sebanyak 32,81%, nilai 76 sebanyak 7,81%, nilai 77 sebanyak
10,94%, nilai 78 sebanyak 18,75%, nilai 79 sebanyak 15,63%, dan nilai di atas
80 sebanyak 14,06%. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran
Teknik Listrik, siswa yang mendapatkan nilai 75 merupakan siswa yang
melakukan remidial pada ujian akhir semester. Sedangkan siswa yang mendapat
nilai di atas 80 merupakan siswa yang dinyatakan lulus ujian akhir semester
tanpa remidial.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMK N 3 Wonosari pada 13
Oktober 2014, kebanyakan guru masih menggunakan metode konvensional
dalam menyajikan materi pembelajaran. Materi pembelajaran disajikan secara
lisan, sedangkan aktivitas siswa sebatas mendengarkan dan mencatat materi
yang diajarkan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung hanya satu arah
antara guru dan siswa, jarang ditemukan interaksi siswa dengan guru maupun
siswa dengan siswa lain, akibatnya kegiatan belajar-mengajar berjalan kurang
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran
Penggunaan metode konvensional dan media papan tulis yang dilakukan
secara terus-menerus berdampak pada tingkat antusiasme siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Banyak siswa yang merasa bosan sehingga
partisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar menjadi turun. Untuk membuat
4
siswa menjadi aktif dan berpikir kreatif dalam pembelajaran diperlukan
kemampuan mengelola kelas yang baik dan persiapan pembelajaran berupa
perangkat yang sudah terencana. Ketika keduanya sudah disiapkan dengan baik
maka arah pembelajaran akan jelas dan pembelajaran akan berlangsung efektif,
sehingga tujuan membentuk manusia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
dapat terwujud.
Keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran tidak lepas
dari dukungan komponen belajar yang memadai. Peranan guru sebagai
fasilitator, diharapkan mampu meningkatkan daya tarik siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Guru diharapkan mampu secara kreatif dalam mengelola kelas
terutama penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran
memiliki peran yang penting terhadap motivasi belajar siswa. Pemilihan media
yang tepat dan cenderung bervariasi dapat membuat siswa lebih tertarik dalam
mengikuti pembelajaran sehingga dapat mengurangi kecenderungan kepasivan
siswa.
Penguasaan suatu konsep sangat dibutuhkan dalam kegiatan
pembelajaran. Penguasaan konsep yang baik dapat diartikan bahwa siswa dapat
memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru. Selain itu, penguasaan konsep
yang baik membuat siswa dapat memecahkan masalah dengan baik.
Penguasaan konsep yang dimiliki siswa akan mempengaruhi kualitas belajar
siswa, sehingga kompetensi yang dicanangkan dapat tercapai.
Variasi metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran juga
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat akan dapat mendukung pembelajaran yang sesuai
5
dengan tujuan pembelajaran. SMK N 3 Wonosari merupakan salah satu sekolah
menengah kejuruan yang menjadi sekolah percontohan dengan kurikulum 2013.
Pembelajaran yang dilakukan seharusnya mengacu pada aturan yang sesuai
dengan kurikulum 2013 yaitu menggunakan pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah diantaranya project based learning, problem based learning, discovery
learning, dan inquiry learning. Pada proses pembelajaran teknik listrik di SMK N
3 Wonosari sudah berlangsung cukup baik, akan tetapi perlu adanya
peningkatan. Peran guru masih dominan dalam pembelajaran di kelas dan
pemanfaatan media pembelajaran yang masih belum maksimal mengakibatkan
siswa menjadi kurang aktif dan sulit memahami konsep materi yang diajarkan.
Pembelajaran dengan metode ilmiah diharapkan dapat menjadikan siswa
sebagai pusat pembelajaran dan membentuk siswa untuk aktif dalam mencari
dan menemukan konsep, prinsip kerja, maupun solusi atas permasalahan yang
ada. Salah satu pendekatan ilmiah adalah metode pembelajaran inquiry. Metode
pembelajaran Inquiry merupakan teori belajar yang membangun pengetahuan
siswa dengan cara belajar mandiri (Sigit Mangun Wardoyo, 2013: 66). Siswa
diajak untuk berfikir aktif dalam memecahkan suatu masalah, sehingga
menghasilkan pengetahuan yang bermakna.
Berdasarkan uaraian di atas, dapat ditegaskan bahwa diperlukan inovasi
pembelajaran pada materi pelajaran teknik listrik menggunakan metode inquiry
yang dilengkapi dengan multimedia interaktif. Metode ini dipilih karena
pembelajarannya yang berbasis penemuan, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa dan memungkinkan pengetahuan yang diperoleh
siswa dapat bertahan lama, serta dipercaya dapat mengembangkan sisi afeksi
6
siswa. Sebagai penunjang proses pembelajaran, digunakan multimedia interaktif
untuk menarik minat siswa dalam belajar teknik listrik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran teknik listrik di SMK N 3
Wonosari. Permasalahan tersebut diidentifikasi sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran teknik listrik di SMK N 3
Wonosari belum optimal.
2. Pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yang menekankan
pada aktivitas guru.
3. Pemanfaatan media yang masih belum optimal.
4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
5. Implementasi kurikulum 2013 memerlukan pendekatan saintifik, antaralain
metode project based learning, problem based learning, discovery learning,
dan inquiry learning.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah
agar penelitian lebih fokus pada permasalahan yang akan diteliti. Masalah yang
akan diteliti pada penelitian ini adalah pencapaian kompetensi siswa dalam
pembelajaran teknik listrik kelas X SMK N 3 Wonosari dengan metode inquiry
berbantu multimedia interaktif sebagai pendukung. Materi yang diteliti dibatasi
pada satu kompetensi dasar yaitu menganalisis hukum-hukum dan teori
7
kelistrikan. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi
belajar siswa pada ranah kognitif menggunakan tes dan afektif menggunakan
observasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang diajukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara
siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia
interaktif dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari?
2. Apakah terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara
siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia
interaktif dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari.
8
2. Mengetahui perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari.
F. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
a. Meningkatkan penguasaan konsep pada mata pelajaran teknik listrik.
b. Memberikan situasi proses belajar dengan strategi dan media pembelajaran
yang lebih variatif dari sebelumnya.
2. Guru
a. Menambah wawasan guru mengenai penggunaan metode pembelajaran
2013, khususnya pembelajaran Inquiry.
b. Menambah referensi guru mengenai inovasi dalam penggunaan media
pembelajaran agar efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa.
3. Sekolah
a. Memberikan masukan dalam mengembangkan aspek afektif dan kognitif.
b. Memberikan sumbangan dalam upaya perbaikan pembelajaran di dalam
kelas dan peningkatan kualitas sekolah yang diteliti.
4. Peneliti
a. Menambah wawasan tentang penerapan kurikulum 2013.
b. Menambah wawasan mengenai strategi pembelajaran baru yang terdapat di
kurikulum 2013.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suasana
agar peserta didik dapat belajar (Sugihartono. et. al 2007: 73). Muhammad
Yaumi (2013: 9) memaparkan bahwa pembelajaran adalah usaha sengaja
mengelola aktifitas belajar dalam memfasilitasi peserta didik sehingga
memperoleh tujuan yang dipelajari. Pendapat lain dikemukakan Sigit Mangun
Wardoyo (2013: 12) yang memaparkan bahwa pembelajaran diartikan sebagai
menyiapkan peserta didik agar dapat memiliki kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa pembelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat
memiliki kompetensi afektif, psikomotorik, dan kognitif sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan zaman.
Pembelajaran harus mempunyai tujuan yang jelas, agar pembelajaran
tersebut dapat berjalan efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Muhammad Yaumi (2013: 81) mengungkapkan bahwa rumusan tujuan
merupakan aspek mendasar dalam mengarahkan proses pembelajaran yang
baik. Sigit Mangun Wardoyo (2013: 2) menjelaskan bahwa kunci utama
tercapainya tujuan pembelajaran terletak pada proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas. Ketercapaian tujuan pembelajaran harus didukung oleh
peranan guru secara maksimal yaitu harus mengetahui dan menerapkan
10
langkah yang tepat ketika menyampaikan materi pembelajaran pada siswa
(Sigit Mangun Wardoyo, 2013: 2). Guru harus dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai.
2. Kompetensi
Kompetensi dapat diperoleh melalui jalan pendidikan. Wina Sanjaya
(2009: 70) memaparkan bahwa kompetensi merupakan kombinasi dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dicerminkan dalam kegiatan
berfikir dan bertindak. Pendapat lain menyatakan bahwa kompetensi adalah
gabungan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melakukan suatu
kegiatan secara efektif berdasarkan standar yang diberikan (Muhammad Yaumi,
2013: 109). Kemudian UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional memaparkan bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berdasarkan pendapat tersebut, kompetensi adalah kemampuan yang diperoleh
perserta didik dalam suatu proses pembelajaran yang mencakup tiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bloom merumuskan kompetensi menjadi beberapa ranah yang memiliki
tingkatan berbeda, yaitu kongnisi, afeksi, dan psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan penggunaan otak untuk berpikir
(Jogiyanto H.M, 2009: 21). Pendapat tersebut diperkuat oleh M. Atwi
Suparman (2014: 146) yang menyatakan bahwa kawasan kognitif berisikan
tujuan pendidikan yang berkaitan dengan daya ingat atau pengenalan atas
pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan
11
berpikir. Bermawy Munthe (2014: 36) menjelaskan bahwa domain kognisi
berorientasi pada kemampuan intelektual paling sederhana hingga yang
kompleks. Maka, dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki peserta didik yang berkenaan dengan kemampuan
intelektual. Bloom (dalam Muhammad Yaumi, 2013: 90) merumuskan domain
afektif terdiri dari enam tingkat aspek yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman,
(3) aplikasi, (4) analisis, (5) Sintesis, dan (6) evaluasi.
1) Pengetahuan. Merupakan tingkatan paling rendah. Pada tingakatan ini
peserta didik mampu mengingat atau menghafal informasi yang konkret ke
informasi yang abstrak.
2) Pemahaman. Pada tingkat ini peserta didik mampu menerjemahkan,
menginterpretasi, dan menyatakan sesuatu tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru.
3) Aplikasi. Pada tingkatan ini dapat menerapkan konsep yang sesuai kedalam
dalam kehidupan sehari hari.
4) Analisis. Pada tingkatan ini peserta didik dapat memilah dan membagi
materi ke dalam beberapa bagian dan mampu Sintesis, mendefinisikan
hubungan antara bagian-bagian tersebut.
5) Sintesis. Pada tingkat ini peserta didik mampu menciptakan produk,
menggabungkan bagian bagian dari pengalaman sebelumnya dengan
bagian yang baru untuk menciptakan keseluruhan bagian.
6) Evaluasi. Pada tingkat ini peserta didik mampu memberikan keputusan
terhadap nilai dari suatu materi pembelajaran, argumen, atau pandangan
berdasarkan kemampuan yang telah dimilikinya.
12
b. Ranah afektif
Bermawy Munthe (2014: 37) menyatakan bahwa orientasi domain afeksi
terletak pada perasaan, emosi sistem nilai dan sikap. Hal tesebut senada
dengan pernyataan Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2013: 58) yang
menyatakan bahwa kawasan afektif merupakan domain terkait sikap, nilai-nilai
interest, apresisasi, dan penyesuaian sikap sosial. Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa ranah afektif merupakan suatu kemampuan yang
dimiliki peserta didik yang berkenaan dengan sikap sosial. Muhammad Yaumi
(2013: 94-95) memaparkan domain afektif terrdiri dari kemampuan umum
seperti penerimaan, tanggapan, penilaian organisasi dan internalisasi.
(1) Penerimaan adalah kemauan peserta didik untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
(2) Tanggapan adalah reaksi yang ditunjukkan peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
(3) Penilaian adalah pencapaian hasil belajar yang menggambarkan
penguasaan terhadap informasi yang telah diberikan.
(4) Organisasi adalah usaha menyatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan
konflik, dan membangun sistem yang konsisten.
(5) Internalisasi berkaitan dengan keterpaduan nilai-nilai ke dalam sistem
yang mengontrol perilaku.
c. Ranah psikomotorik
Wilayah Psikomotor mencakup tujuan yang berubungan dengan
keterampilan, baik bersifat manual maupun motorik (Hamzah B. Uno, Nina
Lamatenggo, & Satria Koni. 2010: 71). Bermawy Munthe (2014: 37)
13
menjelaskan bahwa orientasi domain psikomotor terletak pada keterampilam
motorik fisik, yaitu keterampilan terkait dengan anggota badan yang
memerlukan koordinasi syaraf dan otot yang didukung oleh perasaaan dan
mental. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ranah
psikomotorik merupakan suatu kemampuan yang dimiliki peserta didik yang
berhubungan dengan keterampilan fisik. Menurut Muhammad Yaumi (2013:
98-99), domain psikomotorik terdiri dari tujuh kategori yaitu: (1) persepsi, (2)
kesiapan, (3) respons terbimbing, (4) mekanisme, (5) respons kompleks, (6)
adaptasi, dan (7) organisasi.
(1) Persepsi adalah kemampuan untuk menggunakan isyarat indra untuk
mengarahkan aktivitas motorik.
(2) Kesiapan. Pada tingkatan ini peserta didik siap untuk melakukan aktivias
yang mencakup kesiapan mental, fisik, dan emosional.
(3) Respons terbimbing adalah melakukan aktivitas meniru dan mempraktikkan
keterampilan dengan cara berlatih.
(4) Mekanisme adalah melakukan pembiasaan belajar terhadap respons
sehingga pada akhirnya didapat keterampilan tetap.
(5) Respons kompleks adalah menanggapi permasalahan dengan cepat dan
otomatis.
(6) Adaptasi adalah menyesuaikan keterampilan yang sesuai dengan
memodifikasi pola untuk memecahkan suatu masalah.
(7) Organisasi adalah menciptakan pola-pola baru untuk memecahkan suatu
masalah pada situasi tertentu.
14
3. Metode Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran yang ditujukan kepada siswa dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah
satunya yaitu berupa metode pembelajaran konvensional. Metode
pembelajaran konvensional juga sering disebut sebagai metode pembelajaran
tradisional atau metode pembelajaran ceramah. Ceramah merupakan salah
satu metode untuk menyampaikan materi kepada siswa melalui bahasa lisan
baik verbal maupun nonverbal (Sugihartono. et. al, 2007: 81). Wina Sanjaya
(2009: 147) memaparkan bahwa ceramah merupakan salah satu cara
penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan atau penjelasan
langsung dihadapan sekelompok siswa. Pendapat yang sama dipaparkan oleh
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2013: 99) bahwa metode pembelajaran
ceramah adalah metode yang menginginkan adanya persamaan informasi
yang didapat oleh sejumlah siswa, dimana penyampaian informasi dilakukan
secara verbal dan cenderung searah. Berdasarkan uraian diatas, metode
pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai suatu metode
pembelajaran yang dalam penyampaian informasinya menggunakan bahasa
lisan dan menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran.
Cara pengajaran dengan ceramah merupakan metode tradisional yang
telah lama dijalankan dalam pendidikan. Sejak dahulu metode ini digunakan
guru untuk menularkan ilmunya pada siswa karena metode ini dianggap
mudah dan murah. Hingga saat ini, penggunaan metode konvensional masih
sering dijumpai dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan ataupun
pertimbangan mengapa metode tersebut masih sering digunakan, yaitu
15
sebagai berikut: (1) Guru mudah menguasai kelas; (2) Mudah
mengorganisasikan tempat/ kelas; (3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang
besar; (4) Mudah menyiapkan dan melaksanakannya; (5) Guru mudah
menerangkan dengan baik. Adapun kekurangan pada metode ini diantaranya:
(1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata); (2) Terdapat pebedaan
tingkat pemahaman antara siswa yang visualis dengan auditif. (3)
Membosankan ketika digunakan terlalu lama. (4) Sulit membuat siswa
mengerti dan tertarik pada ceramah yang disampaikan; (5) Menyebabkan
siswa menjadi pasif (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2013: 97-98)
4. Metode pembelajaran Inquiry
Keberhasilan suatu pembelajaran erat kaitannya dengan metode
pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan yang sudah dirancang dengan harapan
terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Saat ini metode pembelajaran yang
idael menurut kurikulum yaitu metode yang menitik beratkan siswa sebagai
pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa dituntut aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Implementasi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik secara tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, semakin
menguat daya pemahaman, semakin memperdalam pengetahuan yang
dipelajari, dan semakin positif sikap peserta didik terhadap mata pelajaran
yang diajarkan (Muhammad Yaumi, 2013: 13).
Inquiry merupakan istilah bahasa inggris yang merupakan salah satu
cara guru untuk mengajar siswanya di depan kelas. “inquiry training was
developed by Richard Suchman to teach students a process for investigating
16
and explaining unusual phenomena” (Joice, B. and M. Weil, 1980: 62). Eggen,
P. dan D. Kauchak (2012: 238) memaparkan bahwa inquiry adalah metode
mengajar yang memberikan pengalaman kepada siswa dengan pendekatan
saintifik. Inquiry dikembangkan oleh Richard Suchman untuk mengajarkan
siswa suatu proses untuk menyelidiki dan menjelaskan fenomena yang tidak
biasa. Dengan inquiry diharapkan siswa dapat lebih berperan aktif dalam
pembelajaran karena siswa diajak untuk meneliti, menjelaskan, dan
memecahkan suatu masalah dengan metode ilmiah.
Inquiry adalah strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk
berfikir kritis, analitis, dan sistematis dalam menemukan jawaban secara
mandiri untuk memecahkan pemasalahan yang diutarakan (Rudi Hartono,
2014: 61). Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri (2013: 63) memaparkan
inquiry adalah suatu teknik yang digunakan pendidik dalam upaya merangsang
keaktifan siswa untuk mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah
tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Pendapat lain diutarakan Wina
Sanjaya (2009: 196) mendefinisikan inquiry sebagai rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menitik beratkan proses berfikir secara kritis dan analitis
dengan tujuan mencari dan menemukan sendiri penyelesaian masalah yang
dihadapi. Berdasarkan uraian diatas, inquiry adalah suatu strategi
pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa untuk aktif dalam menyelidiki
dan mencari solusi dari suatu masalah yang ditanyakan.
Wina Sanjaya (2009: 196) mengemukakan beberapa ciri utama strategi
pembelajaran inquiry, yaitu: (1) Menekankan pada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan; (2) Seluruh aktivitas siswa
17
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri;
(3) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai proses
bagian dari proses mental.
Proses pembelajaran dengan inquiry menginginkan adanya dasar-dasar
berpikir ilmiah yang tertanam dalam diri siswa, sehingga siswa diajak lebih
banyak mandiri dalam belajar dengan tujuan dapat mengembangkan
kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran,
siswa diperlakukan sebagai subjek belajar, dimana siswa saling berinteraksi
dan bekerja sama dengan sesama siswa lain maupun dengan guru, selain itu
siswa diberikan kebebasan untuk mengajukan pertanyaan maupun
menyatakan pendapatnya. Dalam proses pembelajaran ini, guru memiliki
peran untuk: (1) Memberikan stimulus dan menantang siswa untuk berpikir;
(2) Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif atau bertindak;
(3) Memberikan dukungan untuk inquiry; (4) Menentukan diagnosa kesulitan-
kesulitan siswa dan membantu mengatasinya; (5) mengidentifikasi dan
menggunakan teach able moment dengan sebaik-baiknya (Roestiyah N.K,
2008: 79).
Langkah-langkah strategi pembelajaran inquiry lebih jelas dinyatakan
Wina Sanjaya (2009: 202-205) melalui tahapan berupa orientasi, merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan.
18
a. Orientasi merupakan tahap dimana guru bertanggung jawab untuk
membina suasana pembelajaran yang responsif.
b. Merumuskan masalah merupakan tahap dimana siswa diajak untuk
memecahkan permasalahan dengan proses berpikir.
c. Mengajukan hipotesis merupakan tahapan dimana siswa diajak untuk
merumuskan jawaban sementara dari permasalahan yang dihadapi sesuai
dengan kapasitas kemampuan berpikirnya.
d. Mengumpulkan data merupakan tahapan dimana siswa siswa melakukan
aktivitas mengambil informasi untuk menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan.
e. Menguji hipotesis merupakan tahapan dimana siswa menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan informasi yang didapat dari proses
pengumpulan data.
f. Merumuskan kesimpulan merupakan tahapan dimana siswa
mendeskripsikan temuannya berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis.
5. Media Pembelajaran
Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum
untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan dalam belajar–mengajar befungsi
untuk merubah tingkah laku siswa menjadi lebih berintelektual. Tujuan
belajar-mengajar dapat tercapai sesuai rencana apabila ditunjang beberapa
faktor, salah satunya adalah media pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar (Muhammad Zaini, 2009: 91). Media
menagajar merupakan semua bentuk perangsang dan alat yang guru sediakan
19
untuk mendorong siswa agar belajar (Muhammad Zaini, 2009: 91). Oemar
Hamalik (2012: 64) memaparkan bahwa media pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang membantu guru dalam menyampaiakan materi
pembelajaran terkait tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Muhammad
Yaumi (2013: 231) mendefinisikan media pembelajaran sebagai seluruh
peralatan fisik, bahan atau perangkat yang digunakan untuk menciptakan
efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat
tersebut media pembelajaran merupakan suatu alat bantu pendidik untuk
mempermudah penyampaian materi pembelajaran dalam upaya menciptakan
keefektifan dan efisiensi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.
Oemar Hamalik (20112: 65) menjelaskan hambatan-hambatan dalam
belajar-mengajar yang dapat diatasi menggunakan media pendidikan, yaitu:
(1) verbalisme, (2) kekacauan penafsiran, (3) perhatian anak didik yang
bercabang, (4) kurangnya respons anak, (5) kurang perhatian, dan (6)
keadaan fisik lingkungan belajar.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 2-3) mengungkapakan ada
beberapa alasan sebab media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa, yaitu: (1) berkenaan dengan manfaat media dan (2) berkenaan
dengan taraf berfikir siswa.
Manfaat media pengajaran dalam proses belajar mengajar siswa
antara lain (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2011: 2):
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar,
20
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode mengajar akan lebih berfvariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila mengajar untuk setiap jam mengajar.
d. Siswa lebih banyak melakukana kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetaoi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan tujuan, materi,
dan metode yang akan disampaikan (Muhammad Yaumi,2013: 231), agar
kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan efisien sesuai tujuan yang
direncanakan. Oleh karena itu pendidik harus bisa memilih media yang tepat
untuk kepentingan pengajaran. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 4)
memaparkan kriteria-kriteria dalam memilih media, yaitu (1) ketepatannya
dengan tujuanpengajaran, (2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, (3)
kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru dalam
menggunakannya, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya, (6) sesuai
dengan taraf berpikir siswa.
6. Pembelajaran Teknik Listrik Menggunakan Inquiry
Mata pelajaran teknik listrik merupakan mata pelajaran yang terdapat
dalam struktur kurikulum 2013 kelompok kejuruan pada Dasar Bidang
Keahlian. Teknik listrik merupakan mata pelajaran dasar listrik pada kurikulum
sebelumnya. Teknik listrik merupakan mata pelajaran dasar yang wajib
dikuasai siswa dengan basis kejuruan listrik, karena di dalamnya memuat ilmu
berupa hukum-hukum dan teori kelistrikan yang berkaitan dengan mata
pelajaran pada tingkatan kelas berikutnya. Budiono Mismail (2006: 1)
memaparkan bahwa, ketika hukum-hukum dasar itu dipelajari dan dipahami
21
maka akan diperoleh pengetahuan yang luas dan dapat membantu dalam
memahami cabang-cabang ilmu teknik yang bersesuaian dengan hukum
tersebut.
Kompetensi menganalisisis hukum-hukum dan teori kelistrikan
merupakan pokok bahasan dalam teknik listrik yang harus dikuasai siswa SMK
sebagai dasar ilmu Program Keahlian Teknik Elektronika Industri. Pada
kompetensi ini diajarkan tentang macam-macam hukum-hukum dan teori
kelistrikan yang meliputi hukum Ohm, hukum Kirchoff tegangan, hukum
Kirchoff arus, dan teori thevenin dalam rangkaian listrik. Beberapa indikator
kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas X dalam silabus teknik listrik SMK
N 3 Wonosari adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis hasil eksperimen hukum Ohm.
2) Menganalisis hasil eksperimen hukum Kirchoff tegangan.
3) Menganalisis hasil eksperimen hukum Kirchoff arus.
4) Menganalisis hasil eksperimen teori thevenin dalam rangkaian listrik.
Penilaian pada kompetensi menganalisisis hukum-hukum dan teori
kelistrikan pada rangkaian kelistrikan dilakukan pada ranah kognitif dan
afektif.
Oemar Hamalik (2013: 221) mengungkapkan bahwa, pada proses
inquiry siswa didiorong untuk mecari pengetahuan sendiri sedangkan peran
guru sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Rudi Hartono
(2014: 61) memaparkan pada proses pembelajaran inquiry, siswa tidak hanya
menerima materi dari keterangan verbal guru akan tetapi ikut aktif dalam
menemukan sendiri makna pembelajaran tersebut. Berdasarkan pendapat
22
tersebut, gambaran kegiatan pembelajaran teknik listrik terdiri dari kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup. Pada bagian pendahuluan berisikan
penyampaian tujuan pembelajaran. Bagian inti terdiri dari tahap orientasi,
merumuskan masalah, murumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Kemudian pada bagian penutup
berisikan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Amelia Fauziah Husna pada tahun 2013
dengan judul “Peningkatan kompetensi pengoperasian PLC siswa Kelas XII
Program Keahlian Otomasi Industri SMK N 3 Depok melalui strategi Inkuiri".
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen dengan dengan
desain penelitian kuasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas XII Program
Keahlian Otomasi Industri di SMKN 2 Depok berjumlah 31 siswa. Teknik
pengumpulan data untuk variabel hasil belajar siswa menggunakan tes,
sedangkan untuk variabel afeksi siswa menggunakan angket. Analisis data
dalam penelitian yaitu menggunakan analisis deskriptif dan uji-t. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar siswa yang mengikuti proses
pembelajaran pengoperasian PLC dengan menggunakan strategi pembelajaran
inkuiri dan media pembelajaran distributing station mengalami kenaikan
sebesar 16,29 dari nilai 77,78 menjadi 94,07 serta yang menggunakan strategi
konvensional mengalami kenaikan sebesar 10,74 dari nilai 78,52 menjadi
89,26. (2) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang
mengikuti proses pembelajaran pengoperasian PLC menggunakan strategi
23
pembelajaran inkuiri dan media pembelajaran distributing station dengan
strategi konvensional, (3) terdapat perbedaan afeksi yang signifikan antara
siswa yang mengikuti proses pembelajaran pengoperasian PLC menggunakan
strategi pembelajaran inkuiri dan media pembelajaran distributing station
dengan menggunakan strategi konvensional.
Wahyudin dalam penetitiannya pada tahun 2009 yang berjudul
“Keefektivan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode
Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa”.
Wahyudin menggunakan media animasi macromedia flash 8 professional. Data
kognitif diperoleh melalui tes, sedangkan afektif siswa diperoleh melalui
lembar kuisioner. Terjadi peningkatan yang signifikan terlihat dari percapaian
ketuntasan belajar siswa dari 13 menjadi 38 siswa, sedangkan tingkat ketidak
pahaman siswa menurun dari 60% menjadi 5%, dan nilai rata-rata tanggapan
siswa meningkat menjadi 76,81%.
Penelitian yang dilakukan Dhidik Setiawan, I.G.P.A Buditjahjanto pada
tahun 2012 dengan judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Iinkuiri terhadap
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMK N 3 Buduran Sidoarjo”. Penelitian ini
berkesimpulan bahwa berdasarkan lembar aktifitas siswa menunjukkan
metode pembelajaran inkuiri mempunyai hasil rata-rata setiap pertemuan
sebesar 77% dikategorikan baik dan hasil uji-t yang diperoleh ttest = 4,614 dan
ttabel = 2,0 sehingga thitung > ttabel (2,58 > 1,994) maka Ha diterima, dengan
demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa menggunakan metode inkuiri
lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
24
C. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran yang berjalan di SMK N 3 Wonosari khsususnya
pada mata pelajaran Teknik Listrik terlihat masih belum optimal. Guru masih
menggunakan metode konvensional untuk menyajikan materi, sehingga
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher Centered Learning).
Guru menjelaskan materi secara penuh di depan kelas, sedangkan aktivitas
siswa sebatas mendengarkan informasi yang guru sampaikan. Ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang baik yaitu ketika melibatkan siswa untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang
tepat akan berdampak pada kualitas pemahaman siswa terhadap materi. Salah
satu metode yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran (Student
Centered Learning) adalah metode inquiry. Metode ini mengajak siswa untuk
berfikir kritis, analitis, dan sistematis dengan cara mencari dan menemukan
jawaban dari permasalahan yang sedang dipelajari. Berdasarkan uraian
tersebut, maka muncul dugaan terdapat perbedaan pencapaian kompetensi
belajar siswa dalam penguasaan konsep antara yang mengikuti metode
pembelajaran inquiry dengan yang mengikuti metode pembelajaran
konvensional.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional juga
menunjukkan rendahnya afeksi siswa selama kegiatan pembelajaran
berlagsung. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya kemauan siswa untuk
bertanya kepada guru ataupun teman sejawat mengenai kesulitan yang
ditemui ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Pemilihan metode
25
pembelajaran yang tepat juga dapat menciptakan dan meningkatkan afeksi
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Metode inquiry berisikan
rangkaian kegiatan yang mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Pada metode ini, interaksi lebih terjalin antara
siswa satu dengan yang lain maupun siswa dengan guru. Siswa lebih aktif
menanyakan kesulitan yang dihadapi kepada teman sejawat maupun dengan
guru. Berdasarkan uraian di atas, dalam penerapan kedua metode tersebut
diduga terdapat perbedaan pencapaian kompertensi ranah afektif antara siswa
yang mengikuti metode pembelajaran inquiri dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional
Media pembelajaran juga memiliki peranan untuk meningkatkan
kompetensi siswa. Pemilihan media pembelajaran yang tepat sesuai materi
dan tujuan pembelajaran akan berjalan lebih efektif dan efisien. Penggunaan
media pembelajaran macromedia flash akan mendapatkan gambaran lebih
nyata dalam kompetensi ini.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik. Pencapaian kompetensi ranah kognitif siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
26
lebih baik daripada metode konvensional pada pembelajaran teknik listrik
di SMK N 3 Wonosari.
2. Terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik. Pencapaian kompetensi ranah afektif siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
lebih baik daripada metode konvensional pada pembelajaran teknik listrik
di SMK N 3 Wonosari.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Prosedur Penelitian
Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa
sehingga mendapat jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian. Nana
Sudjana dan Ibrahim (2004: 31) memaparkan ada dua fungsi desain eksperimen:
(1) memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh
hipotesis penelitian, (2) memungkinkan peneliti membuat interpretasi dari hasil
studi melalui analisis data secara statistik. Desain penelitian terbagi menjadi
desain pra-eksperimen, desain eksperimen sejati (true experimental design),
desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Pada penelitian ini, desain
yang digunakan adalah kuasi eksperimen.
Kuasi eksperimen itu sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni (1) desain
pretest-posttest kontrol grup, dan (2) desain berimbang. Penelitian ini
menggunakan desain pretest-posttest kontrol grup. Pemilihan desain ini
dikarenakan subjek penelitian diambil tidak secara acak dari populasi tetapi
diambil seluruh subjek dari kelompok yang telah terbentuk secara alami.
Desain penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu satu kelompok
sebagai kelompok eksperimen dan kelompok lain sebagai kelompok kontrol.
Penentuan kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan secara random.
Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan
(treatment) menggunakan metode pembelajaran Inquiry berbantu multimedia
interaktif sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
28
Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
�1 X1 ��
�3 X2 �4
Gambar 1. Desain Penelitian
Keterangan:
�1 = Pretest kemampuan awal kelas eksperimen.
�� = Postest kemampuan akhir kelas eksperimen.
X1 = Treatment untuk kelompok eksperimen menggukanan metode
Pembelajaran Inquiry berbantu media pembelajaran Interaktif.
X2 = Treatment untuk kelompok kontrol menggukanan metode
pembelajaran Konvensional menggunakan media papan tulis.
�3 = Pretest kemampuan awal kelas kontrol.
�4 = Postest kempuan akhir kelas kontrol.
(Sugiyono, 2012:118)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan obeservasi lokasi penelitian, kemudian mencari permasalahan
dalam pembelajaran
b. Membuat rancangan penelitian
c. Mencari literatur yang relevan dengan penelitian
d. Mengumpulkan dan membuat instrumen penelitian, media, dan bahan ajar,
kemudian melakukan proses expert judgement.
e. Mengurus ijin penelitian pihak terkait
29
2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen
b. Melakukan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
c. Melakukan kegiatan belajar mengajar
d. Melakukan postest pada kelas krontrol dan eksperimen
3. Tahap Akhir
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
b. Membandingkan data kelas kontrol dan kelas eksperimen
c. Menyelesaikan laporan
Tahap persiapan dalam penelitian dimulai dengan melakukan observasi di
SMK N 3 Wonosari yang beralamat di Jalan Pramuka Tawarsari Wonosari yang
bertujuan untuk menemukan permasalahan dalam kegiatan pembelaaran di SMK
tersebut, kemudian dibuat suatu rancangan penelitian. Kegiatan berikutnya
adalah mencari literatur berupa penelitian yang relevan dengan permasalahan
yang akan diteliti. Tahap selanjutnya instrumen penelitian dan bahan ajar dibuat
untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang harus melewati uji validasi
terlebih dahulu, kemudian mengurus surat ijin penelitian kepada pihak terkait.
Tahap pelaksanaan berawal dari menentukan kelas yang akan digunakan
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan kelas kontrol dan
eksperimen dilakukan secara random. Setelah penentuan kelas, kemudian
dilakukan pretest dengan instrumen yang sama diberikan pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Setelah itu, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan materi
pembelajaran yang sama sesuai dengan silabus yang ada. Kegiatan
30
pembelajaran disini dibedakan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Pada kelas kontrol metode pembelajaran dan media pembelajaran yang
digunakan sama seperti yang biasa guru berikan yaitu metode ceramah dan
media papan tulis. Pada proses pembelajaran kelas kontrol, siswa tidak dibuat
suatu kelompok dan hanya mendengarkan materi yang diberikan oleh pemateri
di depan kelas dengan media papan tulis.
Pada kelas ekperimen menggunakan pembelajaran Inquiry dengan
bantuan multimedia interaktif berupa macro media flash Pada proses
pembelajaran kelas eksperimen, diawali pemberian materi pembelajaran secara
umum, kemudian siswa diperlihatkan media ineteraktif dan diberikan motivasi
untuk belajar mencari dan meneliti dalam memecahkan permasalahan tentang
materi yang sedang dipelajari, pada saat yang bersamaan dibagikan pula modul
pembelajaran untuk menunjang dan memperjelas terkait materi yang ada di
media interaktif.
Kemudian siswa dalam kelas dikelompokkan ke dalam 5 kelompok yang
terdiri dari siswa yang pintar, menengah, dan kurang pintar. Selanjutnya
kelompok tersebut diberikan permasalahan yang harus dipecahkan bersama-
sama. Kemudian di akhir pembelajaran perwakilan kelompok melaporkan hasil
diskusinya dan peneliti memberikan penguatan serta penyempurnaan terhadap
hasil diskusi tersebut. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai maka siswa
kedua kelas diuji dengan posttest untuk dilihat perbedaan peningkatan di kedua
kelas tersebut.
Tahap akhir penelitian berisikan mengenai data dan penulisan laporan.
Setelah data-data yang diperlukan untuk penelitian didapatkan maka langkah
31
selajutnya adalah mengolah dan menganalisis data tesebut berdasarkan
pedoman penelitian. Kemudian hasil olah dan analisis data tersebut digunakan
untuk membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen sehingga terlihat
perbedaannya. Hasil perhitungan tersebut kemudian dituliskan ke dalam laporan.
Tahapan secara lebih jelas dan rinci sudah diterjemahkan ke Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran yang terdapat di lampiran.
Berikut merupakan gambaran secara garis besar alur penelitian:
Gambar 2. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian
Tahap Persiapan:
a. Observasi dan mencari permasalahan dalam pembelajaran b. Merancang penelitian c. Mencari literatur yang relevan d. Mengumpulkan dan membuat instrumen penelitian, media, dan bahan
ajar, kemudian melakukan proses expert judgement. e. Mengurus perijinan
Tahap Akhir
a. Mengolah dan mengalisis data hasil penelitian b. Mengkomparasi data kelas kontrol dan kelas eksperimen c. Penyelesain laporan
Tahap Pelaksanaan
Kelas Kontrol
a. Pretest b. Kegiatan belajar mengajar
dengan model konvensional c. Postest
Kelas Eksperimen
a. Pretest b. Kegiatan belajar mengajar
dengan metode inquiry menggunakan multimedia interaktif.
c. Postest
32
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Wonosaari yang beralamat di
jalan Pramuka Tawarsari, Wonosari, Gunung kidul, DIY. Penelitian dilaksanakan
pada Oktober 2014 sampai dengan November 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X program keahlian
Elektronika Inndustri SMK N 3 Wonosari yang mengikuti mata pelajaran Teknik
Listrik dengan kompetensi dasar menganalisis hukum-hukum dan teori
kelistrikan dengan jumlah dua kelas.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah kelas EI-1 dan EI-2 SMK Negeri 3 Wonosari.
Jumlah siswa tiap-tiap kelas sebanyak 31 siswa. Teknik yang digunakan untuk
menentukan sampel yaitu purposive sampling. Kelas EI-1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas EI-2 sebagai kelas kontrol. Pengambilan populasi pada
kelas X karena terkait mata pelajaran teknik listrik diajarkan di kelas X.
D. Definisi Oeperasional
1. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Hasil belajar ranah kognitif pada mata pelajaran teknik listrik diambil dari
hasil penilaian posttest siswa kelas kontrol maupun eksperimen pada akhir
kegiatan pembelajaran yang teridiri dari 20 soal.
33
2. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Hasil belajar ranah afektif pada mata pelajaran teknik listrik diambil dari
hasil pengisian tanda cek (checklist) pada lembar observasi berdasarkan
pengamatan yang dilakukan observer selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
3. Metode Pembelajaran Inquiry
Metode inquiry merupakan suatu teknik yang digunakan pendidik dalam
pembelajaran yang meliputi tahapan orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotes, merumuskan
kesimpulan.
4. Metode Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang
aktivitasnya didominasi guru melalui ceramah (komunikasi satu arah), yang
meliputi kegiatan pendahuluan berupa penyampaian tujuan pembelajaran,
kegiatan inti berupa penyampaian materi pembelajaran menggunakan ceramah
dan terkadang diselingi tanya jawab, kemudian dibagian akhir berisikan
simpulan materi yang telah dipelajari.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dala penelitian ini berupa
penialaian tertulis dan penilaian afektif.
1. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis digunakan untuk mengetahui kemampuan pada ranah
kognitif siswa. Penilaian tertulis diukur menggunakan tes karena dirasa tepat
34
untuk mengukur kemampuan siswa. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu,
pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal
siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan posttest dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima perlakuan. Tes yang
digunakan untuk mengumpulkan data ini berupa soal pilihan ganda yang
diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan bobot dan kualitas
soal yang sama.
2. Penilaian Afektif
Penilaian ranah afektif merupakan penilaian yang digunakan untuk
mengukur tingkah laku siswa ketika mengikuti pembelajaran. Pengukuran pada
ranah afektif menggunakan lembar observasi yang mencakup lima indikator
yaitu penerimaan, partisiapsi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola
hidup. Pengamat (observer) melakukan penilaian dengan cara memberikan
tanda checklist pada tiap kegiatan yang diamati, sesuai dengan apa yang
nampak dalam pengamatannya.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes
Instrumen berupa tes digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan
siswa. Instrumen tes yang digunakan dibagi menjadi dua macam yaitu pretest
dan postest. Pretest merupakan test yang dilakukan untuk mengetahiu
kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan. Sedangkan posttest
digunakan untuk mengukur keberhasilan dan mengetahui seberapa besar
35
perubahan proses pembelajaran setelah siswa diberikan suatu tindakan.
Indikator yang digunakan untuk menentukan tes ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Kompetensi
Dasar
Indikator Penelitian Nomor Butir
Menganalisis
hukum-hukum
kelistrikan dan
teori kelistrikan.
Menganalisis hasil eksperimen
hukum Ohm
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8
Menganalisis hasil eksperimen
hukum Kirchhoff tegangan
15, 16, 17, 18,
19, 20
Menganalisis hasil eksperimen
hukum Kirchhoff Arus
9, 10, 11, 12, 13,
14
Menganalisis hasil hasil eksperimen
teori Thevenin dalam rangkaian
listrik sederhana.
21, 22, 23, 24, 25
2. Observasi
Keberhasilan dalam pembelajaran dapat diamati melalui penilaian afeksi
siswa. Untuk melakukan pengukuran afeksi ini menggunakan tanda cek
(checklist) sesuai dengan afeksi siswa selama kegiatan belajar mengajar.
Indikator yang digunakan untuk menentukan instrumen ini dapat dilihat pada
tabel 2.
36
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi
Variabel Indikator Sub Indikator
Ranah
Afektif
Penerimaan Perhatian siswa terhadap pembelajaran
Tanggap terhadap tugas yang diberikan guru
Partisipasi Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan guru
Penilaian Interaksi siswa dengan siswa
Menggambarkan penguasaan materi yang dicapai
Organisasi Mengerjakan tugas yang diberikan oleh kelompok
Mengajukan pendapat dalam tim
Pembentukan
Pola Hidup
Menghargai pendapat teman yang lain
Kepedulian terhadap kesulitan teman
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Instrumen dikatakan valid ketika dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur (Sugiono, 2012: 168). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa
instrumen yang valid menghasilkan informasi yang akurat berdasarkan keadaan
yang sebenarnya.
a. Validitas Isi
Pengukuran prestasi belajar menggunakan instrumen berupa tes harus
memiliki validitas isi. Agar mempunyai validitas isi, instrumen tersebut harus
disusun sesuai dengan materi yang diajarkan. Kemudian instrumen tersebut
dikonsultasikan pada dosen ahli untuk diuji.
b. Validitas Konstruk
Setelah instrumen tes tersebut dikonstruksi sesuai aspek-aspek yang
akan diukur berdasarkan teori tertentu, kemudian dikonsultasikan dengan
37
dosen ahli. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
korelasi point biserial. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
��� = [(�� − ��)/�� ] �[�/(1 − �)]
Keterangan:
��= Mean skor tes (X) dari seluruh subjek yang mendapat angka 1 pada aitem yang bersangkutan
�� = Mean skor tes dari seluruh subjek
�� = Deviasi standar skor tes � = Proporsi subek yang mendapat angka 1 pasda aitem yang
bersangkutan
(Saifuddin Azwar, 2012: 23)
Instrumen tes dikatakan valid apabila rhitung > rtabel, sebaliknya apabila
rhitung < rtabel maka instrumen tersebut tidak valid. Jumlah siswa yang digunakan
untuk uji coba instrumen sebanyak 30 orang, sehingga rtabel yang digunakan
adalah 0,374. Berdasarkan hasil perhitungan pada 25 soal yang diuji, diperoleh
20 soal valid dan 5 soal dinyatakan tidak valid sehingga gugur tidak digunakan.
2. Reliabilitas
Saifuddin Azwar (2012: 7) memaparkan bahwa konsep reliabilitas
mengacu dari sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat diercaya.
Instrumen tersebut menghasilkan suatu pengukuran yang dapat dipercaya
apabila pengukuran dilakukan beberapa kali terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama. Penelitian ini menggunakan rumus
Kuder dan Richardson (K-R-20) untuk menetukan reliabilitas instrumen. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
��� = ��
� − 1� �
�� − ∑ ��
���
Keterangan:
��� = reliabilitas instrumen
38
� = jumlah butir pertanyaan �� = varian total � = proporsi responden yang menjawab “Ya” pada setiap butir
pertanyaan
(Syofian Sireger, 2014: 111)
Siregar (2013; 111) memaparkan bahwa instrumen penelitian dapat
dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas instrumen (���) > 0,7. Berdasarkan
hasil perhitungan, didapat nilai reliabilitas sebesar 0,814 sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen test yang digunakan reliabel.
3. Analisis Butir Soal
a. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan kemampuan tes dalam menyaring siswa
yang dapat mengerjakan soal dengan benar. Soal dikatakan baik apabila
mempuyai tingkat kesukaran yang merata antara jumlah soal yang mudah,
sedang, maupun sulit. Besarya tingkat kesukaran dinamakan indeks kesukaran
dan dapat dicari dengan rumus:
� =�
�
keterangan: P = indeks kesukaran B = subyek yang menjawab betul J =banyaknya subyek yang ikut mengerjakan tes
(Suharsimi Arikunto, 2010: 176)
Perhitungan uji tingkat kesukaran dilakakukan berbantu program
komputer Microsoft Excel 2007, dari 25 soal yang diuji diperoleh hasil kategori
mudah sebanyak 17 butir dan 8 butir sisanya berkategori sedang.
39
Tabel 3. Kriteria Tingkat Kesukaran
Nilai p Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Suharsimi Arikunto, 2013: 225)
b. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan
subjek yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan subjek yang memiliki
kemampuan rendah (kurang pandai). Daya beda dihitung berdasarkan
pembagian siswa ke dalam dau kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok
bawah. Indeks diskriminasi (D) merupakan besaran angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda. Indeks diskriminasi memiliki rentang antara 0,00
sampai 1,00. Tanda negatif (-) pada indeks kesukaran dapat terjadi, hal
tersebut merupakan penunjukkan sifat terbalik, yaitu anak yang dianggap
bodoh dan bodoh dianggap pandai. Daya pembeda tiap butir soal dilakukan
dengan perhitungan menggunakan rumus:
� = ��
��−
��
��
keterangan: D = daya pembeda butir BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab betul JA = banyaknya subyek kelompok atas BB = banyaknya subyek koelompok bawah yang menjawab betul JB = banyaknya subyek kelompok bawah
(Suharsimi Arikunto, 2013: 228)
Hasil perhitungan daya pembeda pada tiap butir soal kemudian
dicocokkan dengan klasifikasi daya pembeda. Klasifikasi daya pembeda dapat
dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel 4. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
Nilai D
Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat Baik
(Suharsimi Arikunto, 2013: 228)
Hasil pengujian 25 butir soal menggunakan Microsoft Excel 2007
diperoleh data sebanyak 10 butir soal memiliki klasifikasi jelek, 9 butir soal
memiliki klasifikasi cukup, 4 butir soal memiliki klasifikasi baik dan sisanya 2
butir soal memiliki diskriminasi negatif yang kemudian dibuang.
H. Validitas Rancangan Penelitian
1. Validitas Internal
Validitas Internal digunakan untuk mengetahui sejauhmana hubungan
sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat yang ada dalam
penelitian.
a. History, faktor ini dikendalikan dengan penggunaan kedua kelompok subjek
penelitian yang memiliki riwayat pendidikan yang setara, yaitu lulusan
Sekolah Menengah Pertama yang lolos seleksi untuk masuk ke program
keahlian Teknik Elektronika Industridi SMK N 3 Wonosari.
b. Maturation, faktor ini dikendalikan dengan pemberian perlakuan pada
masing-masing kelompok subjek penelitian dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama, sehingga tidak sampai mempengaruhi perubahan fisik dan
mental yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan penelitian.
41
c. Testing, faktor nii dikendalikan dengan memberikan masing-masing
kelompok subjek penelitian dua kali tes, yaitu pretest dan posttest dengan
soal yang sama.
d. Instrumentation, faktor ini dikendalikan dengan penggunaan instrumen yang
sudah divalidasi oleh para ahli yang ditunjuk dan melalui uji validitas
instrumen.
e. Selection, fakor ini dikendalikan dengan penggunaan kelompok subjek
penelitian yang telah ditentukan oleh pihak sekolah tanpa adanya
perubahan, yaitu kelas EI 1 dan EI 2.
f. Statistical Regression, faktor ini dikendalikan dengan penggunaan instrumen
penelitian yang reliabel. Reliabilitas instrumen menandakan suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
g. Eksperiment mortality, faktor ini dikendalikan dengan penggunaan jumlah
data pengukuran awal dan akhir yang sama baik pada kelompok kontrol
maupun eksperimen.
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah sejauh mana sebuah penelitian berlaku untuk
populasi yang lebih luas.
a. Interaction of selection and treatment, faktor ini dikontrol dengan memilih
secara acak kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan penggunaan dua kelas X pada program keahlian yang sama.
b. Interaction of setting and treatment, faktor ini dikendalikan dengan
pengkondisian kelas yang sama, rentan waktu perlakuan yang sama, serta
pemberian materi yang sama pada masing-masing kelas.
42
c. Multiple treatments interference, faktor ini dikendalikan dengan
mengupayakan agar masing-masing kelompok tidak mendapatkan perlakuan
pembelajaran teori dan hukum-hukum kelistrikan menggunakan metode
nquiry sebelum dilakukannya penelitian.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah memperoleh data hasil validitas dan
reliabilitas pada uji coba instrumen. Setelah data dinyatakan valid dan reliabel
maka analisis berikutnya yaitu melakukan kategorisasi kecenderungan skor agar
mudah dalam menginterpretasikan. Setelah itu dilakukan uji prasyarat yang
kemudian dilanjut ke uji hipotesis.
1. Deskripsi Data
Tabel 5. Kategorisasi Nilai
Rentang Skor Kreiteria
X ≤ Mi – 1,5 SDi Sangat Rendah
Mi – 1,5 SDi < x ≤ Mi – 0,5 SDi Rendah
Mi – 0,5 SDi < x ≤ Mi + 0,5 SDi Sedang
Mi + 0,5 SDi < x ≤ Mi + 1,5 SDi Tinggi
Mi + 1,5 SDi < X Sangat Tinggi
Keterangan:
Mi = Reratamean ideal = ½ (Skor maksmimum + Skor minimum) SDi = Standar Deviasi Ideal = 1/6 (Skor maksimum – Skor minmum)
(Saifuddin Azwar, 2012:148)
43
2. Uji Prasyarat Analisis Data
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui apakah analisis data
untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data tergolong
normal atau tidak (Siregar, 2013: 153). Apabila data yang didapat memiliki
distribusi normal, maka menggunakan uji statistik jenis paramatrik. Sedangkan
apabila data memiliki distribusi data tidak normal, maka menggunakan uji
statistik jenis nonparametrik. Uji normalitas diujikan pada data nilai kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode Kolmogorov-Smimov dengan taraf signifikansi 0,05 menggunakan
bantuan SPSS® Statistics Version 16.0. Data dikatakan berdistribusi normal
apabila taraf signifikansi melebihi 0,05
b. Homogenitas
Tujuan uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah objek yang
diteliti memiliki varian yang sama (Siregar, 2013: 167). Data memiliki sifat
homegen ketika data yang diperoleh memiliki varian yang sama. Pengujian
homogenitas menggunakan aturan levene dengan bantuan SPSS® Statistics
Version 16.0.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas pada pengujian pretest
dan posttest kelas kontrol maupun eksperimen, apabila sebaran data normal
dan homogen maka dilanjutkan uji hipotesis menggunakan uji statistik
parametrik. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t yang terdiri
44
dari uji-t sampel tidak berkolerasi (independent samples test). Pada uji-t sampel
tidak berkolerasi (independent samples test) anggota sampel suatu kelompok
tidak menjadi anggota kelompok lain. Rumus yang digunakan adalah sebagia
berikut:
������� = ����� − ��
���
�(�� − 1)��
� + (�� − 1)���
�� + �� − 2 �
1��
+ 1
���
Keterangan: ����� = nilai rata-rata data pengukuran kelompok eksperimen ����� = nilai rata-rata data pengukuran kelompok kontrol ��
� = nilai varian kelompok eksperimen ��
� = nilai varian kelompok kontrol �� = jumlah responden kelompok eksperimen �� = jumlah responden kelompok kontrol
Kaidah pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima.
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
Taraf signifikansi α = 0,05 dan db= n – 2.
(Syofian Siregar, 2013: 236-238)
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelelitian dan pembahasan dalam Bab IV ini meliputi deskripsi data,
pengujian prasyarat analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian.
Data yang diperoleh merupakan hasil pretest dan posttest ranah kognitif dan
hasil pengamatan ranah afektif yang diujikan kepada siswa kelas X program
keahlian Elektronika Industri kelas EI 1 dan EI 2.
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2014 sampai dengan
19 November 2014 di SMK Negeri 3 Wonosari. Sampel dalam penelitian ini kelas
X EI 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X EI 2 sebagai kelas kontrol.
1. Pencapaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Data diperoleh dari tes pilihan ganda yang diujikan kepada responden
sejumlah 31 orang pada masing-masing kelas kontrol dan eksperimen. Data yang
didapat kemudian diolah menggunakan program olah data SPSS® Statistics
Version 16.0. Skor maksimal tes ini sebesar 100 dan skor minimal sebesar 0.
Berdasarkan hasil uji coba tes didapatkan 20 soal valid dari 25 soal yang diujikan.
Besarnya reliabilitas diperoleh sebesar 0,821; sehingga instrumen tersebut
dinyatakan reliabel.
a. Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pengujian ranah kognitif diawali dengan menguji pretest kelompok kontrol
dan eksperimen terlebih dahulu sebelum menguji pencapaian hasil belajar
setelah pemberian perlakuan (treatment). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
46
mengetahui apakah ada perbedaan penguasaan konsep awal siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen sebelum pemberian perlakuan (treatment).
1) Kelas Kontrol
Deskripsi nilai pretest siswa pada kelas kontrol yaitu kelompok dengan
pembelajaran konvensional disajikan dalam tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Kontrol
Data Pretest Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 65
Nilai Terendah 10
Rata-rata 37,41
Standar Deviasi 13,09
Jumlah siswa yang mencapai KKM 0
Berdasarkan tabel 6, hasil pretest siswa kelas kontrol yang berjumlah 31
siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 65 dan nilai terendah sebesar 10. Rata-rata
nilai pretest kelas kontrol sebesar 37,41 dan standar deviasi sebesar 13,09. Pada
hasil pretest kelas kontrol tidak ditemukan siswa yang mencapai KKM.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan perhitungan untuk membuat tabel
dan grafik berdasarkan kategori sesuai skor ideal tes.
Tabel 7. Distribusi Kategori Nilai Pretest Kelas Kontrol
Rentang Skor Kriteria Jumlah Siswa Presentase
X ≤ 25 Sangat Rendah 5 16,13%
25 < X ≤ 41,67 Rendah 17 54,84%
41,67 < X ≤ 58,33 Sedang 6 19,35%
58,33 < X ≤ 75 Tinggi 3 9,68%
75 < X Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 31 100%
47
Hasil pretest siswa kelas kontrol dapat diketahui sebanyak 16,13% siswa
berada pada kategori sangat rendah, sebanyak 54,84% siswa berada pada
kategori rendah, sebanyak 19,36% siswa berada pada kategori sedang,
sebanyak 9,68% siswa berada pada kategori tinggi. Dari penjelasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa nilai pretest siswa kelas kontrol berada pada kategori
rendah.
2) Kelas Eksperimen
Deskripsi nilai pretest siswa pada kelas eksperimen yaitu kelompok dengan
pembelajaran inquiry disajikan dalam tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Data Pretest Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 55
Nilai Terendah 20
Rata-rata 35,97
Standar Deviasi 9,70
Jumlah siswa yang mencapai KKM 0
Berdasarkan tabel 8, hasil pretest siswa kelas eksperimen yang berjumlah
31 siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 55 dan nilai terendah sebesar 20. Rata-
rata nilai pretest kelas eksperimen sebesar 35,97 dan standar deviasi sebesar
9,70. Pada hasil pretest kelas eksperimen tidak ditemukan siswa yang mencapai
KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan perhitungan untuk membuat
tabel dan grafik berdasarkan kategori sesuai skor ideal tes. Berikut ini kategori
berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dapat dilihat pada
tabel 9.
48
Tabel 9. Distribusi Kategori Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Rentang Skor Kriteria Jumlah Siswa Presentase
X ≤ 25 Sangat Rendah 8 25,81%
25 < X ≤ 41,67 Rendah 16 51,61%
41,67 < X ≤ 58,33 Sedang 7 22,58%
58,33 < X ≤ 75 Tinggi 0 0%
75 < X Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 31 100%
Hasil pretest siswa kelas eksperimen dapat diketahui sebanyak 25,81%
siswa berada pada kategori sangat rendah, sebanyak 51,61% siswa berada pada
kategori rendah, sebanyak 22,58% siswa berada pada kategori sedang.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil pretest siswa
kelas eksperimen berada pada kategori rendah.
b. Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
1) Kelas Kontrol
Deskripsi nilai posttest siswa pada kelas kontrol yaitu kelompok dengan
pembelajaran konvensional disajikan dalam tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Kontrol
Data Pretest Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
Rata-rata 70,81
Standar Deviasi 10,57
Jumlah siswa yang mencapai KKM 15 1)
Berdasarkan tabel 10, hasil posttest siswa kelas kontrol yang berjumlah 31
siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah sebesar 50. Rata-rata
49
nilai posttest kelas kontrol sebesar 70,81 dan standar deviasi sebesar 10,57.
Pada hasil posttest kelas kontrol terdapat 15 siswa yang telah mencapai KKM.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan perhitungan untuk membuat grafik
histogram, dengan jumlah kelas interval 6 dan panjang interval 6,66. Berikut
frekuensi nilai posttest kelas kontrol yang disajikan dalam tabel 11 dan gambar3.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol
Kelas Interval Frekuensi Persentase
1 50,00 – 56,66 5 16,13%
2 56,67 – 63,33 2 6,45%
3 63,34 – 70,00 9 29,03%
4 70,01 – 76,67 7 22,58%
5 76,68 – 83,34 3 9,68%
6 83,35 – 90,00 5 16,13%
Jumlah 31 100%
Gambar 3. Grafik Histogram Distribusi Data Posttest Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar di atas, frekuensi nilai posttest terbanyak pada kelas
kontrol pada rentang nilai 63,34 sampai 70,00 dengan siswa sebanyak 9 orang
(29,03%). Frekuensi nilai pretest terendah kelas kontrol berada pada rentang
5
2
9
7
3
5
0
2
4
6
8
10
50,00 - 56,66 56,67 - 63,33 63,34 - 70,00 70,01 - 76,67 6,68 - 83,34 83,35 - 90,00
Fre
kue
nsi
Nilai Posttest Kelas Kontrol
50
56,67 sampai 63,33 yaitu dengan jumlah siswa 2 orang (6,45%). Berikut ini
kategori berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dapat
dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Kategori Nilai Posttest Kelas Kontrol
Rentang Skor Kriteria Jumlah Siswa Presentase
X ≤ 25 Sangat Rendah 0 0%
25 < X ≤ 41,67 Rendah 0 0%
41,67 < X ≤ 58,33 Sedang 5 16,13%
58,33 < X ≤ 75 Tinggi 18 58,06%
75 < X Sangat Tinggi 8 25,81%
Jumlah 31 100%
Hasil belajar siswa kelas kontrol dapat diketahui sebanyak 16,13% siswa
berada pada kategori sedang, sebanyak 58,06% siswa berada pada kategori
tinggi, sebanyak 25,81% siswa berada pada kategori sangat tinggi. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil posttest siswa kelas kontrol
berada pada kategori tinggi.
2) Kelas Eksperimen
Deskripsi nilai posttest siswa pada kelas kontrol yaitu kelompok dengan
pembelajaran konvensional disajikan dalam tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Data Pretest Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 60
Rata-rata 78,06
Standar Deviasi 7,92
Jumlah siswa yang mencapai KKM 23 3)
51
Berdasarkan tabel 13, hasil posttest siswa kelas eksperimen yang
berjumlah 31 siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah
sebesar 60. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 78,06 dan standar
deviasi sebesar 7,92. Pada hasil posttest kelas terdapat 23 siswa yang telah
mencapai KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan perhitungan untuk
membuat grafik histogram, dengan jumlah kelas interval 6 dan panjang interval
5. Berikut frekuensi nilai posttest kelas eksperimen yang disajikan dalam tabel 14
dan gambar 4.
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen
Kelas Interval Frekuensi Persentase
1 60,00 – 65,00 2 6,45%
2 65,01 – 70,01 6 19,36%
3 70,02 – 75,02 7 22,58%
4 70,03 – 80,03 7 22,58%
5 80,04 – 85,04 4 12,90%
6 85,05 – 90,00 5 16,13%
Jumlah 31 100%
Gambar 4. Grafik Histogram Distribusi Data Posttest Kelas Eksperimen
2
6
7 7
4
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
60,00 - 65,00 65,01 - 70,01 70,02 - 75,02 75,03 - 80,03 80,04 - 85,04 85,05 - 90,00
Fre
kue
nsi
Nilai Posttest Kelas Ekperimen
52
Berdasarkan gambar di atas, frekuensi nilai posttest terbanyak pada kelas
eksperimen pada rentang nilai 70,02 sampai 75,02 dan pada rentang 75,03
sampai 80,03 dengan siswa sebanyak 7 orang (22,58%). Frekuensi nilai posttest
terendah kelas eksperimen berada pada rentang 60,00 sampai 65,00 yaitu
dengan jumlah siswa 2 orang (6,45%). Berikut ini kategori berdasarkan pada
nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Kategori Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Rentang Skor Kriteria Jumlah Siswa Presentase
X ≤ 25 Sangat Rendah 0 0%
25 < X ≤ 41,67 Rendah 0 0%
41,67 < X ≤ 58,33 Sedang 0 0%
58,33 < X ≤ 75 Tinggi 15 48,39%
75 < X Sangat Tinggi 16 51,61%
Jumlah 31 100%
Hasil posttest siswa kelas eksperimen dapat diketahui sebanyak 48,39%
siswa berada pada kategori tinggi, sebanyak 51,61% siswa berada pada kategori
sangat tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
posttest siswa kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi.
2. Pencapaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Data pengukuran ranah afektif diperoleh dari pengisian instrumen checlist
berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer. Instrumen ini terdiri dari
10 butir yang mempunyai nilai minimal 1 dan nilai maksimal 4 pada tiap butirnya.
Total nilai minimal yang akan didapat siswa pada instrumen ini adalah 10
sedangkan total nilai maksimalnya adalah 40. Data yang didapat kemudian diolah
mengggunakan program olah data SPSS® Statistics Version 16.0.
53
1) Kelas Kontrol
Pengujian ranah afektif siswa kelas Kontrol yaitu kelompok dengan
pembelajaran konvensional disajikan dalam tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Deskripsi Nilai Ranah Afektif Kelas Kontrol
Data Pretest Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 34
Nilai Terendah 23
Rata-rata 28,42
Standar Deviasi 2,72
Jumlah siswa yang mencapai KKM 11 1)
Berdasarkan tabel 16, hasil ranah afektif siswa kelas kontrol yang
berjumlah 31 siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 34 dan nilai terendah sebesar
23. Rata-rata nilai ranah afektif siswa kelas kontrol sebesar 28,42 dan standar
deviasi sebesar 2,72. Pada hasil pengamatan ranah afektif kelas kontrol terdapat
11 siswa yang telah mencapai KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan
perhitungan untuk membuat grafik histogram, dengan jumlah kelas interval 6
dan panjang interval 1,83. Berikut frekuensi nilai ranah afektif kelas kontrol yang
disajikan dalam tabel 17 dan gambar 5.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Ranah Afektif Kelas Kontrol
Kelas Interval Frekuensi Persentase
1 23,00 – 24,83 2 6,45%
2 24,84 – 26,67 7 22,58%
3 26,68 – 28,51 6 19,36%
4 28,52 – 30,35 9 29,03%
5 30,36 – 32,19 4 12.90%
6 32,20 – 34,00 3 9,68%
Jumlah 31 100%
54
Gambar 5. Grafik Histogram Distribusi Ranah Afektif Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar di atas, frekuensi nilai ranah afektif terbanyak pada
kelas kontrol pada rentang nilai 28,52 sampai 30,35 dengan siswa sebanyak 9
orang (29,03%). Frekuensi nilai Ranah Afektif terendah kelas kontrol berada
pada rentang 23,00 sampai 24,83 yaitu dengan jumlah siswa 2 orang (6,45%).
Berikut ini kategori berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Kategori Nilai Ranah Afektif Kelas Kontrol
Rentang Skor Kriteria Jumlah Siswa Presentase
X ≤ 17,5 Sangat Rendah 0 0%
17,5 < X ≤ 22,5 Rendah 0 0%
22,5 < X ≤ 27,5 Sedang 12 38,71%
27,5 < X ≤ 32,5 Tinggi 16 51,61%
32,5 < X Sangat Tinggi 3 9,68%
Jumlah 31 100%
Hasil belajar ranah afektif siswa kelas kontrol dapat diketahui sebanyak
38,71% siswa berada pada kategori sedang, sebanyak 51,61% siswa berada
pada kategori tinggi, sebanyak 9,68% siswa berada pada kategori sangat tinggi.
2
76
9
43
0
2
4
6
8
10
23,00 - 24,83 24,84 - 26,67 26,68 - 28,51 28,52 - 30,35 30,36 - 32,19 32,2 - 34,00
Fre
kue
nsi
Nilai Ranah Afektif Kelas Kontrol
55
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil ranah afektif
siswa kelas kontrol berada pada kategori tinggi.
2) Kelas Eksperimen
Pengujian ranah afektif siswa kelas Kontrol yaitu kelompok dengan
pembelajaran konvensional disajikan dalam tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Deskripsi Nilai Ranah Afektif Kelas Eksperimen
Data Pretest Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 37
Nilai Terendah 26
Rata-rata 31,16
Standar Deviasi 2,78
Jumlah siswa yang mencapai KKM 23 1)
Berdasarkan tabel 19, hasil ranah afektif siswa kelas kontrol yang
berjumlah 31 siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 37 dan nilai terendah sebesar
26. Rata-rata nilai ranah afektif siswa kelas kontrol sebesar 31,16 dan standar
deviasi sebesar 2,78. Pada hasil pengamatan ranah afektif kelas kontrol terdapat
23 siswa yang telah mencapai KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan
perhitungan untuk membuat grafik histogram, dengan jumlah kelas interval 6
dan panjang interval 1,83. Berikut frekuensi nilai ranah afektif kelas kontrol yang
disajikan dalam tabel 20 dan gambar 6.
56
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Ranah Afektif Kelas Eksperimen
Kelas Interval Frekuensi Persentase
1 26,00 – 27,83 3 9,68%
2 27,84 – 29,67 5 16,13%
3 29,68 – 31,51 10 32,26%
4 31,52 – 33,35 6 19,35%
5 33,36 – 35,19 5 16,13%
6 35,20 – 37,00 2 6,45%
Jumlah 31 100%
Gambar 6. Grafik Histogram Distribusi Ranah Afektif Kelas Eksperimen
Berdasarkan gambar di atas, frekuensi nilai ranah afektif terbanyak pada
kelas kontrol pada rentang nilai 29,68 sampai 31,51 dengan siswa sebanyak 10
orang (32,26%). Frekuensi nilai Ranah Afektif terendah kelas kontrol berada
pada rentang 35,20 sampai 37,00 yaitu dengan jumlah siswa 2 orang (6,45%).
Berikut ini kategori berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
dapat dilihat pada tabel 21.
3
5
10
65
2
0
2
4
6
8
10
12
26,00 - 27,83 27,84 - 29,67 29,68 - 31,51 31,52 - 33,35 33,36 - 35,19 35,2 - 37,00
Fre
kue
nsi
Nilai Ranah Afektif Kelas Eksperimen
57
Tabel 21. Distribusi Kategori Nilai Ranah Afektif Kelas Eksperimen
Rentang Skor Kriteria Jumlah Siswa Presentase
X ≤ 17,5 Sangat Rendah 0 0%
17,5 < X ≤ 22,5 Rendah 0 0%
22,5 < X ≤ 27,5 Sedang 3 9,68%
27,5 < X ≤ 32,5 Tinggi 19 61,29%
32,5 < X Sangat Tinggi 9 29,03%
Jumlah 31 100%
Hasil belajar ranah afektif siswa kelas eksperimen dapat diketahui sebanyak
9,68% siswa berada pada kategori sedang, sebanyak 61,29% siswa berada pada
kategori tinggi, sebanyak 29,03% siswa berada pada kategori sangat tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil ranah afektif
siswa kelas kontrol berada pada kategori tinggi.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
a. Kompetensi Belajar Siswa Ranah Kognitif
Hasil uji normalitas ranah kognitif diperoleh dari pengujian pretest,
posttest, dan nilai gain yang dilakukan pada siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Hasil perhitungan uji normalitas ranah kognitif dapat dilihat pada
tabel 22.
58
Tabel 22. Data Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif
Konitif Siswa Dhitung Sig. Dtabel α Keterangan
Pretest Kelas
Kontrol
0,169 0,184 0,242 0,05 Berdistribusi Normal
Pretest Kelas
Eksperimen
0,147 0,095 0,242 0,05 Berdistribusi Normal
Posttest Kelas
Kontrol
0,139 0,138 0,242 0,05 Berdistribusi Normal
Posttest Kelas
Eksperimen
0,136 0,163 0,242 0,05 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 22, hasil pengujian ranah kognitif berupa data pretest,
posttest, dan nilai gain pada kelas kontrol maupun eksperimen memiliki
Dhitung ≤ Dtabel dan nilai signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data pretest maupun posttest pada kedua kelas tersebut berdistribusi normal.
b. Kompetensi Belajar Siswa Ranah Afektif
Uji Normalitas dilakukan pada data afektif kelas kontrol dan eksperimen.
Hasil perhitungan uji normalitas ranah afektif dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23. Data Hasil Uji Normalitas Ranah Afektif
Afektif Siswa Dhitung Sig. Dtabel α Keterangan
Kontrol 0,099 0,200 0,242 0,05 Berdistribusi Normal
Eksperimen 0,105 0,200 0,242 0,05 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 23, hasil pengujian ranah afektif pada kelas kontrol dan
eksperimen memiliki Dhitung ≤ Dtabel dan nilai signifikansi > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data checklist pada kedua kelas tersebut berdistribusi normal.
59
2. Uji Homogenitas
Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24. Data Hasil Uji Homogenitas
Ranah Sig. α Keterangan
Pretest Kognitif 0,356 0,05 Homogen
Posttest Kognitif 0,127 0,05 Homogen
Afektif 0,827 0,05 Homogen
Berdasarkan tabel 24, signifikansi atas pengujian homogenitas pada data
pretest konitif, posttest kognitif, dan afektif memiliki nilai signifikasi di atas 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa semua data tersebut bersifat homogen.
C. Uji Hipotetsis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, data-data tersebut
memiliki distribusi normal dan memiliki varian yang sama, sehingga pengujian
hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji-t. Pengujian dilakukan
menggunakan uji dua sampel tidak berhubungan (Independent Sample T Test)
dengan resiko kesalahan (signifikansi) sebesar 5%. Ho diterima apabila
ttabel ≤thitung dan signifikansi > 0,05. Pengujian hipotesis menggunakan bantuan
program SPSS® Statistics Version 16.0 dan perhitungan manual menggunakan
Microsoft Excel 2007.
Pengujian ranah kognitif diawali dengan menguji pretest kelompok kontrol
dan eksperimen terlebih dahulu sebelum menguji perbedaan pencapaian hasil
belajar setelah pemberian perlakuan (treatment). Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan penguasaan konsep awal siswa pada
60
kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pemberian perlakuan (treatment).
Pengujian dilakukan menggunakan uji dua sampel tidak berhubungan
(Independent Sample T Test) pada signifikansi 0,05. Kriteria hipotesis yang
digunakan yaitu H0 diterima jika -ttabel ≤thitung ≤ttabel, dan H0 ditolak jika thitung
>ttabel. Hipotesisnya adalah sebagai berikut.
Ho : Tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep awal yang signiikan antara
pretest siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen.
Ha : Terdapat perbedaan penguasaan konsep awal yang signiikan antara pretest
siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen.
Tabel 25. Data Hasil Uji Pretest Siswa
Kelas
ttabel Uji t Ms. Excel Uji t SPSS Signifikansi
Mean thiting Mean thiting
5% Eksperimen
2,000 35,97
-0,496 35,97
-0,496 Kontrol 37,42 37,42
Berdasarkan tabel 25, nilai thitung < ttabel pada signifikansi 5%. Maka, hal
tersebut menandakan Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan penguasaan konsep awal yang signiikan antara pretest siswa
kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama berbunyi:
Terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan
siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran teknik
listrik. Pencapaian kompetensi ranah kognitif siswa yang diajar menggunakan
61
metode inquiry berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada metode
konvensional pada pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari.
Tabel 26. Data Hasil Uji Posttest Siswa
Kelas
ttabel Uji t Ms. Excel Uji t SPSS Signifikansi
Mean thiting Mean thiting
5% Eksperimen
2,000 78,06
3,058 78,06
3,058 Kontrol 70,81 70,81
Berdasarkan tabel 26, nilai thitung > ttabel pada signifikansi 5%. Maka, hal
tersebut menandakan Hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa yang
diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan siswa
yang diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran teknik listrik
di SMK N 3 Wonosari. Berdasarkan data tersebut juga menunjukkan bahwa
Pencapaian kompetensi ranah kognitif siswa yang diajar metode inquiry berbantu
multimedia interaktif lebih baik daripada metode konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua berbunyi:
Terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan
siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran teknik
listrik. Pencapaian kompetensi ranah afektif siswa yang diajar menggunakan
metode inquiry berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada metode
konvensional pada pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari.
62
Tabel 27. Data Hasil Hasil Uji Ranah Afektif Siswa
Kelas
ttabel Uji t Ms. Excel Uji t SPSS Signinfikansi
Mean thiting Mean thiting
5% Eksperimen
2,000 31,16
3,883 31,16
3,883 Kontrol 28,42 28,42
Berdasarkan tabel 27, nilai thitung > ttabel pada signifikansi 5%. Maka hal
tersebut menandakan hipotesis diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa yang diajar
menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan siswa yang
diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran teknik listrik.
Berdasarkan data tersebut juga menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi
ranah afektif siswa yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu
multimedia interaktif lebih baik daripada metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pencapaian kompetensi belajar
dalam menganalisis hukum-hukum dan teori kelistrikan dengan model
konvensional dan metode inquiry berbantu multimedia interaktif pada mata
pelajaran teknik listrik di SMK N 3 Wonosari. Kompetensi yang diamati pada
penelitian ini mencakup hasil belajar siswa ranah kognitif dan afektif. Terdapat
dua sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas X EI-1 sebagai kelas eksperimen dan
X EI-2 sebagai kelas kontrol.
Siswa kelas kontrol mengikuti pembelajaran konvensional, sedangkan siswa
kelas eksperimen mengikuti pembelajaran inquiry disertai multimedia interaktif.
63
Perbedaan perlakuan pembelajaran yang dilakukan pada dua kelas tersebut
berakibat pada hasil siswa pada ranah kognitif dan afektif. Pembahasan secara
rinci dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
1. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Pengukuran hasil belajar siswa terhadap konsep materi teknik listrik ini
didapat dari hasil pengujian pada postest kelas eksperimen dengan skala nilai
minimal 0 dan maksimal 100. Nilai-nilai tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan uji statistik secara manual dan dengan bantuan program SPSS®
Statistics Version 16.0. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa sampel
objek penelitian pada uji prasyarat berdisitribusi normal dan homogen, kemudian
tahap selanjutnya dilakukan uji-t.
Berdasarkan hasil uji normalitas posttest diperoleh data berupa signifikansi
lebih besar dari 0,05 dan Dhitung < Dtabel yaitu sebesar 0,242. Hasil uji normalitas
posttest diperoleh signifikansi sebesar 0,138 (kelas kontrol) dan 0,163 (kelas
eksperimen), sedangkan Dhitung 0,139 (kelas kontrol) dan 0,136 (kelas
eksperimen). Hal ini menyatakan bahwa data hasil posttest kedua kelas tersebut
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas posttest diperoleh signifikansi di atas
0,05; yaitu sebesar 0,127. Hal tersebut menyatakan bahwa data hasil posttest
bersifat homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat yang telah dilakukan maka
dapat dilakukan uji-t.
Pencapaian hasil belajar ranah kogniitif dilihat dari pengujian hipotesis
menggunakan uji-t. Hasil pengujian diperoleh data thitung sebesar 3,058; dengan
df=60. Nilai ttabel yang digunakan adalah 2,000 pada signifikansi 5%.
Berdasarkan data tersebut, sehingga didapat perbandingan bahwa nilai thitung >
64
ttabel pada signifikansi 5%. Perbedaaan besar thitung dan ttabel tersebut
membuktikan bahwa pencapaian hasil belajar siswa ranah kognitif yang
mengikuti pembelajaran dengan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
lebih baik daripada model konvensional pada pembelajaran teknik listrik.
Berdasarkan data distribusi frekuensi kedua kelas, masih ditemukan
beberapa siswa yang memiliki nilai di bawah KKM. Penilaian hasil belajar ranah
kognitif terdiri dari empat indikator. Pada kelas eksperimen, siswa yang masih
belum mencapai KKM sebanyak 8 orang. Kelemahan siswa tersebut sebagian
besar tidak menguasai materi pada indikator menganalisis hasil teori thevenin.
Ketercapaian hasil belajar dengan indikator menganalisis hasil teori thevenin
yaitu sebesar 53,76%. Hal tersebut dikarenakan kurangnya keaktifan siswa
ketika proses pembelajaran hukum thevenin berlangsung.
Pada kelas kontrol sebanyak 16 siswa masih belum mencapai KKM.
Ketercapaian hasil belajar dengan indikator menganalisis hasil teori thevenin
yaitu sebesar 41,94%. Hal ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran
yang kurang variatif, penggunaan pembelajaran konvensional mengakibatkan
siswa pasif dan sulit memahami materi yang diajarkan oleh guru. Oleh karena itu
khusus pada beberapa siswa yang belum mencapai KKM perlu diadakan remidial
untuk perbaikan nilai dan penambahan waktu khusus.
Berdasarkan uraian di atas, menyatakan bahwa tingkat ketercapaian siswa
yang mencapai KKM pada pembelajaran konvensional masih lebih rendah
dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran inquiry. Maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran konvensional kurang tepat
65
digunakan untuk kegiatan pembelajaran teknik listrik, guru sebaiknya berlaih ke
metode pembelajaran inquiry.
2. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Penilaian ranah afektif menggunakan lembar observasi berupa checklist
yang penilaiannya diisi oleh observer sesuai dengan pengamatan selama
pembelajaran berlangsung. Pada uji normalitas afektif diperoleh data signifikansi
lebih besar dari 0,05 dan Dhitung < Dtabel yaitu sebesar 0,242. Hasil analisis uji
normalitas pada kelas kontrol dan eksperimen menghasilkan signifikansi yang
sama besar yaitu sebesar 0,200; sedangkan Dhitung kelas kontrol 0,103 dan 0,105
merupakan Dhitung kelas eksperimen. Hal ini menyatakan bahwa data hasil
penilaian afektif tersebut berdistribusi normal. Pada pengujian homogenitas
ranah afektif diperoleh signiikansi lebih dari 0,05; yaitu sebesar 0,827. Hal
tersebut menyatakan bahwa analisis data hasil penilaian afektif bersifat
homogen.
Hasil perhitungan rerata ranah afektif pada kelas kontrol yaitu 28,42;
sedangkan nilai rerata pada kelas eksperimen sebesar 31,16. Nilai rerata kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol yaitu dengan selisih sebesar 2,74.
Perbandingan nilai rerata kelas kontrol dan kelas eksperimen digambarkan
dengan histogram berikut.
Gambar 7. Histogram Perbandingan Rerata Hasil Belajar Siswa Ranah
Histogram tersebut menggambarkan rerata hasil belajar siswa ranah afektif
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal tersebut berdasarkan hasil Uji
ranah afektif dengan df= 60 menghasilkan data berupa t
Nilai thitung > ttabel sebes
Berdasarkan data tersebut, pencapaian hasil belajar siswa ranah afekitif
yang mengikuti pembelajaran dengan metode
interaktif lebih baik daripada model konvensional. Pada pembelajaran
siswa dituntut aktif dalam pembelajaran untuk saling bekerja sama sehingga
terjalin suatu interaksi dengan guru maupun dengan siswa lain untuk
memecahkan suatu masalah.
sangan berpengaruh karena siswa mendapatkan inovasi baru dalam
pembelajaran sehingga siswa tertarik dan lebih fokus dalam kegiatan
pembelajaran.
27
28
29
30
31
32
66
. Histogram Perbandingan Rerata Hasil Belajar Siswa Ranah
Afektif.
Histogram tersebut menggambarkan rerata hasil belajar siswa ranah afektif
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal tersebut berdasarkan hasil Uji
dengan df= 60 menghasilkan data berupa thitung
sebesar 2,000 pada signifikansi 5%.
Berdasarkan data tersebut, pencapaian hasil belajar siswa ranah afekitif
yang mengikuti pembelajaran dengan metode inquiry berbantu m
interaktif lebih baik daripada model konvensional. Pada pembelajaran
siswa dituntut aktif dalam pembelajaran untuk saling bekerja sama sehingga
terjalin suatu interaksi dengan guru maupun dengan siswa lain untuk
memecahkan suatu masalah. Peran media dalam pembelajaran
sangan berpengaruh karena siswa mendapatkan inovasi baru dalam
pembelajaran sehingga siswa tertarik dan lebih fokus dalam kegiatan
28,42
31,16
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
. Histogram Perbandingan Rerata Hasil Belajar Siswa Ranah
Histogram tersebut menggambarkan rerata hasil belajar siswa ranah afektif
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal tersebut berdasarkan hasil Uji-t
hitung sebesar 3,883.
Berdasarkan data tersebut, pencapaian hasil belajar siswa ranah afekitif
berbantu multimedia
interaktif lebih baik daripada model konvensional. Pada pembelajaran inquiry
siswa dituntut aktif dalam pembelajaran untuk saling bekerja sama sehingga
terjalin suatu interaksi dengan guru maupun dengan siswa lain untuk
Peran media dalam pembelajaran inquiry juga
sangan berpengaruh karena siswa mendapatkan inovasi baru dalam
pembelajaran sehingga siswa tertarik dan lebih fokus dalam kegiatan
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah kognitif antara siswa
yang diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif
dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran teknik listrik Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh nilai
thitung > ttabel = 3,058 > 2,000 pada signifikansi 5%. Selain itu, berdasarkan
data juga menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa ranah kognitif
yang mengikuti pembelajaran dengan metode inquiry berbantu multimedia
interaktif lebih baik daripada metode konvensional pada pembelajaran teknik
listrik di SMK N 3 Wonosari.
2. Terdapat perbedaan pencapaian kompetensi ranah afektif antara siswa yang
diajar menggunakan metode inquiry berbantu multimedia interaktif dengan
siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada pembelajaran
teknik listrik. Berdasarkan analisis uji-t menghasilkan data thitung > ttabel =
3,883 > 2,000 pada signifikansi signifikansi 5%. Selain itu, berdasarkan data
juga menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa ranah afektif yang
mengikuti pembelajaran dengan metode inquiry berbantu multimedia
interaktif lebih baik daripada metode konvensional pada pembelajaran teknik
listrik di SMK N 3 Wonosari.
68
B. Implikasi
Pembelajaran inquiry merupakan salah satu jenis pembelajaran yang tepat
diterapkan di kurikulum 2013, di mana dalam pembelajaran siswa berinteraksi
aktif dengan siswa lain maupun dengan guru sehingga tercapai tujuan yaitu
siswa sebagai pusat pembelajaran (student center learning). Penambahan
inovasi berupa multimedia interaktif memberikan dampak positif dalam kegiatan
pembelajaran. Pemberian variasi bahan ajar menjadikan siswa lebih tertarik
sehingga fokus dalam mendalami materi dan mudah memahami materi yang
diajarkan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu:
1. Tidak dapat melakukan pemilihan sampel secara acak, karena susunan
kelompok sudah ditentukan oleh sekolah.
2. Kemungkinan terjadi bias dalam penelitian sebab sampel penelitian masih
dalam satu lingkup sekolah yang sama yaitu SMK N 3 Wonosari.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada materi Hukum-Hukum dan Teori
Kelistrikan, sehingga bahan ajar yang digunakan hanya terbatas pada materi
tersebut.
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan. Saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
69
a. Penggunaan pembelajaran berbasis inquiry sebaiknya digunakan pada
mata pelajaran Teknik Listrik, karena dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.
b. Penggunaan variasi media pembelajaran dapat menarik perhatian dan
pemahaman siswa, sehingga dapat dijadikan sarana pendukung
pembelajaran.
2. Bagi Peneiliti
Perlu dilakukan peneltian lebih lanjut pada pembelajaran berbasis inquiry
dengan sampel penelitian yang berbeda dan variasi lain berupa media
ataupun populasi yang lebih luas.
70
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Mendikbud Banggakan Program Unggulan di Kementeriannya di 2013. Diakses dari http://news.detik.com/berita/2454268/mendikbud-banggakan-program-unggulan-di-kementeriannya-di-2013. pada tanggal 21 Febrauari 2014 pukul 20.37.
Amelia Fauziah Husna. (2013). Peningkatan Kompetensi Pengoperasian PLC Siswa Kelas XII Program Keahlian Otomasi Industri SMK N 2 Depok melalui Strategi Inkuiri. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Bermawy Munthe. (2014). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Budiono Mismail. (2006). Dasar Teknik Elektro. Malang: Bayumedia.
Dhidik Setiawan, I.G.P.A Buditjahjanto. (2012). Pengaruh Metode Pembelajaran Iinkuiri terhadap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMK N 3 Buduran Sidoarjo. Skripsi Universitas Negeri Surabaya.
Duwi Priyatno. (2009). Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution). Jakarta: PT. Buku Kita.
Eggen, P. dan D. Kauchak. (2012).Strategies and Models for Teachers. Boston: Pearson.
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad. (2013). Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo, & Satria Koni. (2010). Desain Pembelajaran. Bandung MQS Publishing.
Jogiyanto H.M. (2009). Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi Offset.
Joice, B. dan M. Weil. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Prentince-Hall International.
Khairul Akbar. (2015). Kurikulum 2013 dengan Pendekatan scientific dalam Pembelajaran Matematika. Diakses dari http://www.kompasiana.com/www.khairulakbar.com/kurikulum-2013-dengan-pendekatan-scientific-dalam-pembelajaran-matematika_55febcfbee9273860a9280ee. Pada 31 Desember 2015 pukul 04.45.
Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri. (2013). Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Karya.
M. Atwi Suparman. (2014).Desain intrusional modern. Jakarta: Erlangga.
71
Muhammad Yaumi. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Muhammad Zaini. (2009). Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Teras.
Nana Sudjana, dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Oemar Hamalik. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
_____________. (2012). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta.
Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rudi Hartono. (2014). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Yogyakarta: Diva Press.
Saifuddin Azwar. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
_____________. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sigit Mangun Wardoyo. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung: Alfabeta.
Sugihartono. et. al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
_______. (2014). Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_______________. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syofian Siregar. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
72
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta.
Wahyudin. (2009). Keefektivan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika.
Widhiarso. (2011). Mengaplikasikan Uji-t untuk Membndingkan Gain Score antar Kelompok dalam Eksperimen. Fakultas Psikologi UGM.
Wina Sanjaya. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
73
74
LAMPIRAN 1
SILABUS
75
Lampiran 1. Silabus
SILABUS
Program Studi Teknik Keahlian Elektronika Industri
Nama Sekolah : SMK N 3 Wonosari
Mata Pelajaran : Teknik Listrik
Kelas/Semster : X/1
Kompetensi
Dasar
Indikator
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
3.4.Menganalisis
hukum-
hukum
kelistrikan
dan teori
kelistrikan.
3.4.1. Menganalisa hasil eksperimen
hukum Ohm.
3.4.2. Menganalisa hasil eksperimen
hukum Kirchhoff tegangan.
3.4.3. Menganalisa hasil eksperimen
hukum Kirchhoff arus.
3.4.4. Menganalisa hasil eksperimen
teori Thevenin dalam
rangkaian listrik sederhana.
3.4.5. Menganalisa hasil eksperimen
teori Norton dalam rangkaian
• Hukum Ohm
• Hukum Kirchhoff
tegangan.
• Hukum Kirchhoff
arus.
• Teori Thevenin dalam
rangkaian listrik
sederhana.
• Teori Norton dalam
rangkaian listrik
Inkuiri dengan pendekatan siklus belajar 5E
Model
Pembelajaran
Berbasis
Proyek (Project
Based
Learning- PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
A. Aspek penilaian siswa meliputi:
Kognitif (pengetahuan)
Psikomorik (keterampilan)
Afektif (Sikap)
B. Jenis Penilaian
Tulis Lisan
8 JP
76
listrik sederhana.
3.4.6. Menganalisa hasil eksperimen
teori Superposisi dalam
rangkaian listrik sederhana
sederhana.
• Teori Superposisi
dalam rangkaian
listrik sederhana
(Problem Based Learning-PrBL)
Model Pembelajaran Berbasis Tugas (Task Based Learning-TBL)
Model
Pembelajaran
Berbasis
Computer
(Computer
Based Learning
(CBL)
(Wawancara)
Praktek
4.4. Menguji
hukum-
hukum
kemagnetan
pada
rangkaian
kelistrikan
4.4.1. Melakukan eksperimen
hukum Ohm pada rangkaian
listrik.
4.4.2. Melakukan eksperimen
hukum Kirchoff tegangan.
4.4.3. Melakukan eksperimen
hukum Kirchoff arus.
4.4.4. Melakukan eksperimen teori
Thevenin dalam rangkaian
listrik sederhana.
4.4.5. Melakukan eksperimen teori
Norton dalam rangkaian listrik
sederhana.
4.4.6. Melakukan eksperimen teori
Superposisi dalam rangkaian
listrik sederhana.
8 JP
77
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
78
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 3 Wonosari
Kelas/Semester : X / Gasal
Mata Pelajaran : Teknik Listrik
Materi Pokok : Menganalisis hukum-hukum
kelistrikan dan teori kelistrikan
Alokasi Waktu : 1 x 4 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3: Memahami, menerapkan dan menganalisa pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidangkerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik
dibawah pengawasan langsung
B. KOMPETENSI DASAR
3.4. Menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan
79
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Setelah mengikuti pembelajaran siswa diharapkan :
1. Terlibat aktif dalam pembelajaran memahami hukum-hukum kelistrikan
dan teori kelistrikan dalam rangkaian listrik arus searah.
2. Mampu bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
4. Mampu menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan
dalam rangkaian listrik arus searah.
5. Mampu menalar hasil perhitungan arus dan tegangan dalam rangkaian
listrik arus searah terkait dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui bahan bacaan membaca tentang rangkaian listrik arus searah,
terutama dalam hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dalam
rangkaian listrik arus searah.
2. Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan
pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang rangkaian listrik arus
searah/DC dalam menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian listrik arus searah.
3. Melalui eksplorasi dapat menghitung besarnya arus dan tegangan
terkait dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dalam
rangkaian listrik arus searah.
4. Mengolah data hasil perhitungan arus dan tegangan terkait dengan
hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dalam rangkaian listrik
arus searah.
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific), model
Inquiry learning.
F. MATERI PEMBELAARAN
1. Hukum Ohm
a. Hukum O
dan resistansi dalam suatu rangkaian
hukum ohm adalah besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian
tergantung dari besar teganganan dan reisistansi pada rangkaian
tersebut.
b. Persamaan umum
� =
c. Gambar:
2. HUKUM KIRCHHOOFF ARUS
a. Hukum
dalam suatu titik percabangan suatu rangkaian. Yang dimaksud
dengan hukum kirchhoff arus ad
menuju titik percabangan suatu rangkaian sama dengan arus yang
mengalir meninggalkan titik percabangan dalam rangkaian tersebut.
b. Persamaan umum
80
MATERI PEMBELAARAN
Hukum Ohm
Ohm membahas tentang hubungan antara arus, tegangan,
dan resistansi dalam suatu rangkaian kelistrikan. Yang dimaksud
hukum ohm adalah besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian
tergantung dari besar teganganan dan reisistansi pada rangkaian
tersebut.
Persamaan umum Hukum Ohm adalah
= ��
� dimana �� = Tegangan pada beban
� = Arus yang melewati rangkaian
� = Resistansi rangkaian
Gambar:
Gambar 1.1
HUKUM KIRCHHOOFF ARUS
Hukum Kirchoff Arus membahas tentang hubungan atar arus dalam
dalam suatu titik percabangan suatu rangkaian. Yang dimaksud
dengan hukum kirchhoff arus adalah besar arus arus yang mengalir
menuju titik percabangan suatu rangkaian sama dengan arus yang
mengalir meninggalkan titik percabangan dalam rangkaian tersebut.
Persamaan umum Hukum Kirchoff Arus:
I = 0
hm membahas tentang hubungan antara arus, tegangan,
kelistrikan. Yang dimaksud
hukum ohm adalah besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian
tergantung dari besar teganganan dan reisistansi pada rangkaian
Tegangan pada beban
Arus yang melewati rangkaian
Resistansi rangkaian
rus membahas tentang hubungan atar arus dalam
dalam suatu titik percabangan suatu rangkaian. Yang dimaksud
alah besar arus arus yang mengalir
menuju titik percabangan suatu rangkaian sama dengan arus yang
mengalir meninggalkan titik percabangan dalam rangkaian tersebut.
c. Gambar:
3. HUKUM KIRCHHOOFF
a. Hukum Kirchoff T
dalam suatu rangkaian. Yang dimaksud hukum kirchhooff tegangan
adalah besar tegangan sumber suatu rangkaian akan terbagi
menjadi beberapa tegangan sesuai dengan jumlah beban yang yang
ada dalam rangkaian tersebut.
b. Persamaan umum
c. Gambar:
4. KAIDAH RANGKAIAN SERI
a. Kaidah rangkaian seri membahas mengenai hubungan dari sejumlah
resistor yang disambung sedemikian rupa, sehingga hanya ada satu
81
Gambar:
Gambar 1.2
HUKUM KIRCHHOOFF TEGANGAN
Hukum Kirchoff Tegangan membahas tentang hubungan tegangan
dalam suatu rangkaian. Yang dimaksud hukum kirchhooff tegangan
adalah besar tegangan sumber suatu rangkaian akan terbagi
menjadi beberapa tegangan sesuai dengan jumlah beban yang yang
dalam rangkaian tersebut.
Persamaan umum Hukum Kirchoff Tegangan:
V = 0 atau E = 0
Gambar:
Gambar 1.3
KAIDAH RANGKAIAN SERI
Kaidah rangkaian seri membahas mengenai hubungan dari sejumlah
resistor yang disambung sedemikian rupa, sehingga hanya ada satu
egangan membahas tentang hubungan tegangan
dalam suatu rangkaian. Yang dimaksud hukum kirchhooff tegangan
adalah besar tegangan sumber suatu rangkaian akan terbagi
menjadi beberapa tegangan sesuai dengan jumlah beban yang yang
Kaidah rangkaian seri membahas mengenai hubungan dari sejumlah
resistor yang disambung sedemikian rupa, sehingga hanya ada satu
ujung pertama dan satu ujung terakhir yang keluar dari rangkaian
tersebut. Yang dimaksud dengan kaidah rangkaian seri adalah bes
resistansi total dari sejumlah resistor yang dirangkai secara seri
yang besar resistansinya dapat digantikan dengan satu resistor
penggati.
b. Persamaan umum kaidah rangkaian seri:
c. Gambar:
5. KAIDAH RANGKAIAN PARALEL
a. Kaidah rangkaian paralel membahas mengenai hubungan dari
sejumlah resistor yang disambung sedemikian rupa, sehingga dari
sejumlah resistor ujung
atau arus. Yang dimaksud dengan kaidah rangkaian paralel adalah
besar re
paralalel yang besar resistansinya dapat digantikan dengan satu
resistor pengganti.
b. Persamaan umum kaidah rangkaian paralel adalah
82
ujung pertama dan satu ujung terakhir yang keluar dari rangkaian
tersebut. Yang dimaksud dengan kaidah rangkaian seri adalah bes
resistansi total dari sejumlah resistor yang dirangkai secara seri
yang besar resistansinya dapat digantikan dengan satu resistor
penggati.
Persamaan umum kaidah rangkaian seri:
Rs = R1 + R2 + . . . + Rn
Gambar:
Gambar 1.4
KAIDAH RANGKAIAN PARALEL
aidah rangkaian paralel membahas mengenai hubungan dari
sejumlah resistor yang disambung sedemikian rupa, sehingga dari
sejumlah resistor ujung-ujungnya dihubungkan ke terminal sumber
atau arus. Yang dimaksud dengan kaidah rangkaian paralel adalah
besar resistansi total dari sejumlah resistor yang dirangkai secara
paralalel yang besar resistansinya dapat digantikan dengan satu
resistor pengganti.
Persamaan umum kaidah rangkaian paralel adalah
1
��=
1
��+
1
�� + . . . +
1
��
ujung pertama dan satu ujung terakhir yang keluar dari rangkaian
tersebut. Yang dimaksud dengan kaidah rangkaian seri adalah besar
resistansi total dari sejumlah resistor yang dirangkai secara seri
yang besar resistansinya dapat digantikan dengan satu resistor
aidah rangkaian paralel membahas mengenai hubungan dari
sejumlah resistor yang disambung sedemikian rupa, sehingga dari
ujungnya dihubungkan ke terminal sumber
atau arus. Yang dimaksud dengan kaidah rangkaian paralel adalah
sistansi total dari sejumlah resistor yang dirangkai secara
paralalel yang besar resistansinya dapat digantikan dengan satu
c. Gambar:
G. KKM : 75
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Kegiatan Guru
Pendahu-
luan
Kegiatan pendahuluan
diawali dengan
orientasi
mencakup
1. Guru memberikan
salam dan memberikan
pertanyaan tentang
pembelajaran
sebelumnya.
2. Guru menyapaikan
tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan
hubungan materi yang
akan disampaikan
dengan materi
sebelumnya.
83
Gambar:
Gambar 1.5
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
Kegiatan Guru Alokasi
Waktu
Kegiatan Siswa
Kegiatan pendahuluan
diawali dengan tahapan
orientasi yang
mencakup:
Guru memberikan
salam dan memberikan
pertanyaan tentang
pembelajaran
sebelumnya.
Guru menyapaikan
tujuan pembelajaran.
Guru menjelaskan
hubungan materi yang
akan disampaikan
dengan materi
sebelumnya.
10
menit
1. Siswa merespon salam dan
pertanyaan dari guru
berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran
sebelumnya.
2. Siswa mendengarkan
dengan seksama mengenai
tujuan pembela
akan berlangsung.
3. Siswa menerima informasi
tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Kegiatan Siswa
Siswa merespon salam dan
pertanyaan dari guru
berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran
sebelumnya.
Siswa mendengarkan
dengan seksama mengenai
tujuan pembelajaran yang
akan berlangsung.
Siswa menerima informasi
tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
84
Inti Pendekatan yang
digunakan adalah
pendekatan scientific
dengan metode inquiry
yang mencakup langkah-
langkah sebagai berikut:
A. Mengamati
Guru memberikan
referensi berupa buku,
handout, maupun media
pembelajaran interaktif
berupa Macro Media
Flash terkait dengan
materi Hukum Ohm,
Hukum Khirchoff
Tegangan dan Hukum
Kirchoff Arus.
B. Menanya
Kegiatan menanya
terdiri dari tahapan
merumuskan
masalah dan
mengajukan
hipotesis.
1. Guru memotivasi
siswa untuk mencari
dan meneliti sendiri
pemecahan masalah
terkait materi
pembelajaran yang
ditampilkan di media
interaktif maupun
10 menit
30 menit
Membaca referensi tentang
rangkaian listrik arus searah,
terkait mengenai Hukum Ohm,
Hukum Khirchoff Tegangan
dan Hukum Kirchoff Arus.
1. Siswa mencari dan meneliti
sendiri pemecahan masalah
terkait materi yang diberikan
melalui media yang ada.
85
handout.
2. Guru merangsang
siswa untuk
membiasakan
mengajukan
pertanyaan secara
aktif dan mandiri
tentang Hukum Ohm,
Hukum Khirchoff
Tegangan dan Hukum
Kirchoff Arus.
3. guru melakukan
bimbingan atas
kesulitaan siswa.
C. Mengekplorasi
Kegiatan
mengeksplorasi
merupakan tahapan
mengumpulkan data
yang mencakup:
1. Guru mengkondisikan
belajar dengan
membagi satu kelas
menjadi 5 kelompok
(setiap kelompok
berisikan 5-6 orang
siswa).
2. Guru memberikan
penugasan kelompok
untuk:
a. Menghitung
65 menit
2. siswa mengajukan
pertanyaan yang dianggap
sulit terkait materi Hukum
Ohm, Hukum Khirchoff
Tegangan dan Hukum
Kirchoff Arus.
3. Siswa memperhatikan
bimbingan yang diberikan
oleh guru
1. Siswa membentuk kelompok
sesuai instruksi dari guru.
2. Secara berkelompok siswa
melakukan diskusi untuk:
a. Menghitung besarnya arus
86
besarnya arus yang
mengalir pada
rangkaian listrik
arus searah.
b. Menghitung
besarnya tegangan
yang melalui pada
rangkaian listrik
arus searah.
c. Menghitung
besarnya arus yang
mengalir pada
salah satu resistor
dalam rangkaian
arus searah.
d. Menghitung
besarnya tegangan
yang ada pada
salah satu resistor
dalam rangkaian
arus searah.
3. Guru melakukan
bimbingan atas
kesulitan-kesulitan
yang mengalir pada
rangkaian listrik arus searah
terkait dengan hukum-
hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian
listrik arus searah.
b. Menghitung besarnya
tegangan yang melalui pada
rangkaian listrik arus searah
terkait dengan hukum-
hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian
listrik arus searah.
c. Menghitung besarnya arus
yang mengalir pada salah
satu resistor dalam
rangkaian arus searah
terkait dengan hukum-
hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian
listrik arus searah.
d. Menghitung besarnya
tegangan yang ada pada
salah satu resistor dalam
rangkaian arus searah
terkait dengan hukum-
hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian
listrik arus searah.
3. Siswa memperhatikan
dengan seksama atas
bimbingan yang diberikan
87
yang dihadapi siswa.
D. Mengasosiasi
Kegiatan mengasosiasi
merupakan tahapan
menguji hipotesis
yang mencakup:
1. Guru melakukan
bimbingan atas
kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa.
2. Guru menunjuk
perwakilan kelompok
untuk melaporkan
hasil diskusi.
3. Guru memberikan
penguatan dan
penyempurnaan
terhadap hasil diskusi
maupun presentasi
dari siswa.
E. Menyimpulkan
Kegiatan
menyimpulkan
merupakan tahapan
merumuskan
kesimpulan yaitu:
Guru bersama siswa
mebuat rangkuman/
45 menit
10 menit
oleh Guru
1. Mengolah data hasil
perhitungan arus dan
tegangan menurut hukum-
hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian
listrik arus searah.
2. Melaporkan hasil diskusi
kelompok melalui
presentasi.
3. Menyimpulkan hasil diskusi
tentang rangkaian listrik
arus searah terkait dengan
hukum-hukum kelistrikan
dan teori kelistrikan dalam
rangkaian listrik arus searah.
Siswa bersama-sama guru
membuat
88
simpulan pelajaran rangkuman/simpulan
pelajaran.
Penu-
tup
1. Refleksi terhadap
kegiatan yang telah
dilaksanakan sehingga
siswa mengerti
manfaat yang
diperoleh dalam
belajar menganalisis
Hukum Ohm, Hukum
Khirchoff Tegangan
dan Hukum Kirchoff
Arus.Guru
memberikan
penugasan.
2. Berdoa dan
mengucapkan salam
10
menit
1. refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan.
Siswa mendengarkan dan
mencatat penugasan yang
diberikan oleh guru.
2. Siswa berdoa dengan
Khusyuk dan menjawab
salam dari guru.
I. ALAT /BAHAN/ SUMBER BAHAN:
1. Alat:
a. White Board dan Spidol
b. LCD, Komputer/Laptop
c. Lembar Observasi dan Lembar Tugas
2. Sumber Belajar:
a. Listrik Dasar Imam Mustoliq Mussama
b. Media pembelajaran interaktif
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 3 Wonosari
Kelas/Semester : X / Gasal
Mata Pelajaran : Teknik Listrik
Materi Pokok : Menganalisis hukum-hukum
kelistrikan dan teori kelistrikan
Alokasi Waktu : 1 x 4 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3: Memahami, menerapkan dan menganalisa pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidangkerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah
KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik
dibawah pengawasan langsung
B. KOMPETENSI DASAR
3.4. Menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan
90
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Setelah mengikuti pembelajaran siswa diharapkan :
1. Terlibat aktif dalam pembelajaran memahami hukum-hukum
kelistrikan dan teori kelistrikan dalam rangkaian listrik arus searah.
2. Mampu bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif .
4. Mampu menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan
dalam rangkaian listrik arus searah.
5. Mampu menalar hasil perhitungan arus dan tegangan dalam
rangkaian listrik arus searah terkait dengan hukum-hukum kelistrikan
dan teori kelistrikan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui bahan bacaan membaca tentang rangkaian listrik arus searah,
terutama dalam hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dalam
rangkaian listrik arus searah.
2. Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan
pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang rangkaian listrik arus
searah/DC dalam menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian listrik arus searah.
3. Melalui eksplorasi dapat menghitung besarnya arus dan tegangan
terkait dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dalam
rangkaian listrik arus searah.
4. Mengolah data hasil perhitungan arus dan tegangan terkait dengan
hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dalam rangkaian listrik
arus searah.
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific), model
Inquiry learning.
F. MATERI PEMBELAARAN
1. Theori Thevenin
Salah satu cara yang umum digunakan dalam menganalisis
rangkaian satu sumber adalah theorema Thevenin. Thevenin beranggapan,
bahwa suatu sumber tegangan yang mempunyai rangkaian yang cukup
rumit dapat disederhanakan menjadi satu sumber, dengan resistansi yang
tersambung seri dengan sumber tersebut. Sehin
tegangan ala Thevenin (Eth) dan resistansi dalam sumber ala thevenin
(Rth). Perhatikan gamabr 3.8 dan 3.9 berikut:
Gambar 3.8
G. KKM : 75
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Kegiatan Guru
Pendahu-
luan
Kegiatan pendahuluan
diawali dengan tahapan
91
MATERI PEMBELAARAN
Theori Thevenin
Salah satu cara yang umum digunakan dalam menganalisis
rangkaian satu sumber adalah theorema Thevenin. Thevenin beranggapan,
bahwa suatu sumber tegangan yang mempunyai rangkaian yang cukup
rumit dapat disederhanakan menjadi satu sumber, dengan resistansi yang
tersambung seri dengan sumber tersebut. Sehingga akan didapat sumber
tegangan ala Thevenin (Eth) dan resistansi dalam sumber ala thevenin
(Rth). Perhatikan gamabr 3.8 dan 3.9 berikut:
Gambar 3.8 Gambar 3.9
��� = ���
��� + ��
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-2
Kegiatan Guru Alokasi
Waktu
Kegiatan Siswa
Kegiatan pendahuluan
diawali dengan tahapan
10
menit
Salah satu cara yang umum digunakan dalam menganalisis suatu
rangkaian satu sumber adalah theorema Thevenin. Thevenin beranggapan,
bahwa suatu sumber tegangan yang mempunyai rangkaian yang cukup
rumit dapat disederhanakan menjadi satu sumber, dengan resistansi yang
gga akan didapat sumber
tegangan ala Thevenin (Eth) dan resistansi dalam sumber ala thevenin
Gambar 3.9
Kegiatan Siswa
92
orientasi yang
mencakup:
1. Guru memberikan
salam dan memberikan
pertanyaan tentang
pembelajaran
sebelumnya.
2. Guru menyapaikan
tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan
hubungan materi yang
akan disampaikan
dengan materi
sebelumnya.
1. Siswa merespon salam dan
pertanyaan dari guru
berhubungan dengan kondisi
dan pembelajaran
sebelumnya.
2. Siswa mendengarkan dengan
seksama mengenai tujuan
pembelaaran yang akan
berlangsung.
3. Siswa menerima informasi
tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Inti Pendekatan yang
digunakan adalah
pendekatan scientific
dengan metode inquiry
yang mencakup langkah-
langkah sebagai berikut:
A. Mengamati
Guru memberikan
referensi berupa buku,
handout, maupun media
pembelajaran interaktif
berupa Macro Media
Flash terkait dengan
materi teori Thevenin.
B. Menanya
Kegiatan menanya
10 menit
30 menit
Membaca referensi tentang
rangkaian listrik arus searah,
terkait dengan materi teori
Thevenin.
93
terdiri dari tahapan
merumuskan
masalah dan
mengajukan
hipotesis mencakup:
1. Guru mengkondisikan
belajar dengan
membagi satu kelas
menjadi 5 kelompok
(setiap kelompok
berisikan 5-6 orang
siswa).
2. Guru merangsang
siswa untuk
membiasakan
mengajukan
pertanyaan secara
aktif dan mandiri
tentang teori
Thevenin
3. guru melakukan
bimbingan atas
kesulitaan siswa.
C. Mengekplorasi
Kegiatan
mengeksplorasi
merupakan tahapan
mengumpulkan data
yang mencakup:
1. Guru memberikan
penugasan kelompok
65 menit
1. Siswa membentuk kelompok
sesuai instruksi dari guru.
2. siswa melakukan diskusi
dan mengajukan
pertanyaan yang dianggap
sulit terkait materi tentang
teori Thevenin.
3. Siswa memperhatikan
bimbingan yang diberikan
oleh guru
1. Secara berkelompok siswa
diharuskan untuk berdiskusi:
94
untuk:
a. Menghitung
besarnya tegangan
ala Thevenin (Eth).
b. Menghitung
besarnya tahanan
ala Thevenin (Rth).
c. Menghitung Arus
yang mengalir pada
beban (RL).
2. Guru melakukan
bimbingan atas
kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa.
D. Mengasosiasi
Kegiatan mengasosiasi
merupakan tahapan
menguji hipotesis
yang mencakup:
1. Guru melakukan
bimbingan atas
kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa.
2. Guru menunjuk
perwakilan kelompok
untuk melaporkan hasil
diskusi.
3. Guru memberikan
45 menit
a. Menghitung besarnya
tegangan ala Thevenin
(Eth).
b. Menghitung besarnya
tahanan ala Thevenin
(Rth).
c. Menghitung Arus yang
mengalir pada beban
(RL).
2. Siswa memperhatikan
dengan seksama atas
bimbingan yang diberikan
oleh Guru
1. Mengolah data hasil
perhitungan arus dan
tegangan menurut hukum-
hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dalam rangkaian
listrik arus searah.
2. Melaporkan hasil diskusi
kelompok melalui presentasi.
3. Menyimpulkan hasil diskusi
95
penguatan dan
penyempurnaan
terhadap hasil diskusi
maupun presentasi dari
siswa.
E. Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan
merupakan tahapan
merumuskan
kesimpulan yaitu:
Guru bersama siswa
mebuat rangkuman/
simpulan pelajaran
10 menit
tentang rangkaian listrik arus
searah terkait dengan
hukum-hukum kelistrikan dan
teori kelistrikan dalam
rangkaian listrik arus searah.
Siswa bersama-sama guru
membuat
rangkuman/simpulan
pelajaran.
Penu--
tup
1. Refleksi terhadap
kegiatan yang telah
dilaksanakan sehingga
siswa mengerti manfaat
yang diperoleh dalam
belajar menganalisis
rangkaian arus searah
menggunakan teori
Thevenin.
2. Guru memberikan
penugasan.
3. Berdoa dan
mengucapkan salam
10
menit
1. refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan.
2. Siswa mendengarkan dan
mencatat penugasan yang
diberikan oleh guru.
3. Siswa berdoa dengan
Khusyuk dan menjawab
salam dari guru.
96
I. ALAT /BAHAN/ SUMBER BAHAN:
1. Alat:
a. White Board dan Spidol
b. LCD, Komputer/Laptop
c. Lembar Observasi dan Lembar Tugas
2. Sumber Belajar:
a. Listrik Dasar Imam Mustoliq Mussama
b. Media pembelajaran interaktif
97
LAMPIRAN 3
DATA POPULASI PENELITIAN
98
Lampiran 3. Data Populasi Penelitian Kelas Kontrol.
Data Siswa Kelas X EI 2 Program Keahlian Teknik Elektronika Industri
yang Mengikuti Metode Konvensional.
No. Presensi Siswa Kode Siswa Model Pembelajaran 1 A1
Model Pembelajaran
Konvensional
2 A2 3 A3
4 A4 5 A5 6 A6 7 A7 8 A8
9 A9 10 A10 11 A11 12 A12 13 A13
14 A14 15 A15
16 A16 17 A17 18 A18 19 A19
20 A20 21 A21
22 A22 23 A23 24 A24
25 A25 26 A26 27 A27
28 A28 29 A29 30 A30 31 A31
99
Lampiran 3. Data Populasi Penelitian Kelas Eksperimen.
Data Siswa Kelas X EI 1 Program Keahlian Teknik Elektronika Industri
yang Mengikuti Metode Inquiry
No. Presensi Siswa Kode Siswa Model Pembelajaran 1 B1
Metode Pembelajaran
Inquiry
2 B2 3 B3
4 B4 5 B5 6 B6 7 B7 8 B8
9 B9
10 B10 11 B11 12 B12 13 B13
14 B14 15 B15 16 B16 17 B17 18 B18
19 B19 20 B20 21 B21 22 B22
23 B23 24 B24 25 B25 26 B26 27 B27 28 B28 29 B29 30 B30
31 B31
100
LAMPIRAN 4
UJI COBA INSTRUMEN
101
Lampiran 4. Uji Validitas Instrumen Tes
Uji Validitas Instrumen Tes
No soal rxy hitung rxy tabel Kesimpulan
1 0,381 0,374 Valid
2 0,48 0,374 Valid
3 0,382 0,374 Valid
4 0,414 0,374 Valid
5 0,392 0,374 Valid
6 0,063 0,374 Tidak Valid
7 -0,165 0,374 Tidak Valid
8 0,377 0,374 Valid
9 0,389 0,374 Valid
10 0,443 0,374 Valid
11 0,419 0,374 Valid
12 0,487 0,374 Valid
13 0,393 0,374 Valid
14 0,393 0,374 Valid
15 0,428 0,374 Valid
16 0,48 0,374 Valid
17 0,041 0,374 Tidak Valid
18 0,391 0,374 Valid
19 0,376 0,374 Valid
20 0,39 0,374 Valid
21 0,377 0,374 Valid
22 -0,109 0,374 Tidak Valid
23 0,394 0,374 Valid
24 0,376 0,374 Valid
25 -0,327 0,374 Tidak Valid
102
Lampiran 4. Uji Daya Beda Instrumen Tes
Uji Daya Beda Instrumen Tes
No. Soal Kesukaran Soal Kategori Daya Beda Kategori
1 0,7 Sedang 0,467 Baik
2 0,933 Mudah 0,133 Jelek
3 0,867 Mudah 0,267 Cukup
4 0,933 Mudah 0,133 Jelek
5 0,933 Mudah 0,133 Jelek
6 0,933 Mudah 0 Jelek
7 0,867 Mudah -0,27 Sangat Jelek
8 0,733 Mudah 0,4 Cukup
9 0,767 Mudah 0,333 Cukup
10 0,9 Mudah 0,2 Jelek
11 0,8 Mudah 0,267 Cukup
12 0,8 Mudah 0,4 Cukup
13 0,7 Sedang 0,333 Cukup
14 0,7 Sedang 0,467 Baik
15 0,767 Mudah 0,333 Cukup
16 0,933 Mudah 0,133 Jelek
17 0,933 Mudah 0,133 Jelek
18 0,8 Mudah 0,133 Jelek
19 0,667 Sedang 0,267 Cukup
20 0,733 Mudah 0,133 Jelek
21 0,733 Mudah 0,533 Baik
22 0,7 Sedang 0,2 Jelek
23 0,567 Sedang 0,6 Baik
24 0,667 Sedang 0,267 Cukup
25 0,4 Sedang -0,2 Sangat Jelek
103
LAMPIRAN 5
KISI-KISI INSTRUMEN
104
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Tes
Mata Pelajaran : TEKNIK LISTRIK
Kelas : X / SMK N 3 Wonosari
Kompetensi Inti :
KI 3: Memahami, menerapkan dan menganalisa pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian dalam bidangkerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik
dibawah pengawasan langsung.
Kompetensi Dasar :
3.4.Menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.
4.4 Menguji hukum-hukum kelistrrikan pada rangkaian kelistrikan.
Indikator Indikator Penelitian Jumlah Butir No. Butir
Menganalisis
hukum-hukum
kelistrikan dan
teori kelistrikan.
Memahami konsep dasar
hukum Ohm
8 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8
Menganalisis hukum Kirchhoff
tegangan
6 15, 16, 17,
18, 19, 20
Menganalisis hukum Kirchhoff
Arus
6 9, 10, 11,
12, 13, 14
Menganalisis hasil teori
Thevenin dalam rangkaian
listrik.
5 21, 22, 23,
24, 25
Total 25
105
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Sikap
Variabel Indikator Sub Indikator
Ranah
Afektif
Penerimaan Perhatian siswa terhadap pembelajaran
Tanggap terhadap tugas yang diberikan guru
Partisipasi Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan guru
Penilaian Interaksi siswa dengan siswa
Menggambarkan penguasaan materi yang dicapai
Organisasi Mengerjakan tugas yang diberikan oleh kelompok
Mengajukan pendapat dalam tim
Pembentukan
Pola Hidup
Menghargai pendapat teman yang lain
Kepedulian terhadap kesulitan teman
106
LAMPIRAN 6
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 6. Instrumen Penilaian Tes
NAMA
KELAS
PRESENSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
107
. Instrumen Penilaian Tes
TES
INSTRUMEN KOGNITIF
IDENTITAS RESPONDEN:
NAMA :_______________________
KELAS :_______________________
PRESENSI :_______________________
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
:_______________________
:_______________________
:_______________________
ELEKTRO
PETUNJUK PENGISIAN
Berdoalah sebelum mengerjakan
Jawablah pertanyaan ini dengan memilih jawaban yang paling tepat
Berilah tanda silang pada jawaban yang
lembar jawab yang telah disediakan!
Dilarang melakukan corat
Waktu pengerjaan 45 menit
Kerjakan soal-soal di bawah ini, pilihlah jawaban yang menurut anda
paling benar!
1. Bagaimanakah bunyi Hukum Ohm?
a. Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding terbalik
dengan tegangannya dan berbanding terbalik pula dengan
resistansinya.
b. Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding
lurus dengan tegangannya dan berb
resistansinya.
c. Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian tidak terpengaruh
oleh tegangan dan resistansinya.
d. Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian hanya dipengaruhi
oleh tegangan tetapi tidak dengan resistansinya.
e. Semua jawaban salah.
2. Di bawah ini manakah yang merupakan persamaan hukum Ohm?
a. � = ��
�
b. � = �� . �
c. � = �
��
3.
a. 27, 5 V
b. 37,5 V
108
PETUNJUK PENGISIAN
Berdoalah sebelum mengerjakan!
Jawablah pertanyaan ini dengan memilih jawaban yang paling tepat
Berilah tanda silang pada jawaban yang Anda yakin paling benar
lembar jawab yang telah disediakan!
Dilarang melakukan corat-coret pada soal!
Waktu pengerjaan 45 menit.
soal di bawah ini, pilihlah jawaban yang menurut anda
gaimanakah bunyi Hukum Ohm?
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding terbalik
dengan tegangannya dan berbanding terbalik pula dengan
resistansinya.
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding
lurus dengan tegangannya dan berbanding terbalik dengan
resistansinya.
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian tidak terpengaruh
oleh tegangan dan resistansinya.
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian hanya dipengaruhi
oleh tegangan tetapi tidak dengan resistansinya.
jawaban salah.
Di bawah ini manakah yang merupakan persamaan hukum Ohm?
d. �� = �
�
� e. �� = �
�
Perhatikan gambar disamping!
nilai VR, apabila IAB= 1,5 A dan R= 25
c. 47,5 V e. 67,5 V
d. 57,5 V
Jawablah pertanyaan ini dengan memilih jawaban yang paling tepat!
paling benar di
soal di bawah ini, pilihlah jawaban yang menurut anda
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding terbalik
dengan tegangannya dan berbanding terbalik pula dengan
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding
anding terbalik dengan
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian tidak terpengaruh
Besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian hanya dipengaruhi
Di bawah ini manakah yang merupakan persamaan hukum Ohm?
Perhatikan gambar disamping! Hitunglah
= 1,5 A dan R= 25.
67,5 V
4. Hitunglah besar arus yang mengalir dalam rangkaian dibawah ini!
5. Suatu rangkaian terdiri dari satu sumber tegangan sebesar 9 Volt dan dua
buah beban yaitu R
secara paralel yang kemudian dihubungkan ke sumber, maka berapakah
besar arus yang dikeluarkan sumber?
a. 5,55 A
b. 5,75 A
c. 6,25 A
6. Perhatikan gambar di bawah ini! Berapakah besar arus yang terbaca oleh
amperemeter apabila R
emas), R2 (dengan kode warna merah, hitam, emas
kode warna kuning, hitam, emas
diberi sumber sebesar 12 Volt?
7. Perhatikan gambar dibawah ini! Berapakah angka yang akan ditunjuk
amperemeter apabila saklar ditutup?
109
Hitunglah besar arus yang mengalir dalam rangkaian dibawah ini!
a. O,5 A
b. 1 A
c. 1,5 A
d. 2 A
e. 2,5 A
Suatu rangkaian terdiri dari satu sumber tegangan sebesar 9 Volt dan dua
buah beban yaitu R1 = 4 dan R2 = 2 . Apabila R1 dan R
secara paralel yang kemudian dihubungkan ke sumber, maka berapakah
besar arus yang dikeluarkan sumber?
d. 6,55 A
e. 6,75 A
Perhatikan gambar di bawah ini! Berapakah besar arus yang terbaca oleh
amperemeter apabila R1 (dengan kode warna oranye, hitam, emas
(dengan kode warna merah, hitam, emas, emas
kode warna kuning, hitam, emas, emas) dihubungkan secara seri dan
diberi sumber sebesar 12 Volt?
a. 0,22 A
b. 0,33 A
c. 1,22 A
d. 1,33 A
e. 2,22 A
gambar dibawah ini! Berapakah angka yang akan ditunjuk
amperemeter apabila saklar ditutup?
a.
b.
c.
d.
e.
Hitunglah besar arus yang mengalir dalam rangkaian dibawah ini!
Suatu rangkaian terdiri dari satu sumber tegangan sebesar 9 Volt dan dua
dan R2 dipasang
secara paralel yang kemudian dihubungkan ke sumber, maka berapakah
Perhatikan gambar di bawah ini! Berapakah besar arus yang terbaca oleh
oranye, hitam, emas,
, emas), R3 (dengan
) dihubungkan secara seri dan
gambar dibawah ini! Berapakah angka yang akan ditunjuk
a. 1,22 A
b. 2,22 A
c. 3,22 A
d. 4,22 A
e. 5,22 A
8. Perhatikan gambar di bawah ini! Apabila arus yang mengalir dari sumber
sebesar 2,4 A , maka berapakah besar tegagan sumber rangk
tersebut?
9. Bagaimanakah bunyi hukum Kirchhoff Arus?
a. Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
dengan nol.
b. Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
dengan satu.
c. Besar arus yang menuju
dengan tak terhingga.
d. Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian
sama dengan arus yang meninggalkan titik percabangan
dalam rangkaian tersebut.
e. Besar arus yang mengalir menuju titik percabangan suatu ran
tidak sama dengan arus yang mengalir meninggalkan titik
percabangan dalam rangkaian tersebut.
10. Bagaimanakah persamaan hukum Kirchhoff Arus?
a. I = I1 + I
b. I = I1 + I2
c. I = I1 - I2
11. Apabila I = 1,5 A; I
110
Perhatikan gambar di bawah ini! Apabila arus yang mengalir dari sumber
sebesar 2,4 A , maka berapakah besar tegagan sumber rangk
Bagaimanakah bunyi hukum Kirchhoff Arus?
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
dengan nol.
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
dengan satu.
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
dengan tak terhingga.
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian
sama dengan arus yang meninggalkan titik percabangan
dalam rangkaian tersebut.
Besar arus yang mengalir menuju titik percabangan suatu ran
tidak sama dengan arus yang mengalir meninggalkan titik
percabangan dalam rangkaian tersebut.
Bagaimanakah persamaan hukum Kirchhoff Arus?
+ I2 + . . . + In d. I = I1 - I2 -
2 - . . . - In e. I = -I1 + I2
2 + . . . +In
Apabila I = 1,5 A; I1 = 0,4 A; dan I3 = 0,3; berapakah nilai I
a. 0,4 A
b. 0,5 A
c. 0,6 A
d. 0,7 A
e. 0,8 A
Perhatikan gambar di bawah ini! Apabila arus yang mengalir dari sumber
sebesar 2,4 A , maka berapakah besar tegagan sumber rangkaian
a. 10 V
b. 11 V
c. 12 V
d. 13 V
e. 14 V
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian sama
titik percabangan suatu rangkaian sama
Besar arus yang menuju titik percabangan suatu rangkaian
sama dengan arus yang meninggalkan titik percabangan
Besar arus yang mengalir menuju titik percabangan suatu rangkaian
tidak sama dengan arus yang mengalir meninggalkan titik
- . . . - In
2 + . . . + In
= 0,3; berapakah nilai I2?
12. Berapakah besar arus yang mengalir pada R
13. Perhatikan gambar di bawah ini! Pada sebuah
voltmeter digital menunjukkan angka 12 V, berapakah penunjukkan pada
amperemeter?
a. 0,4 A
b. 0,5 A
c. 0,6 A
14. Perhatikan gambar dibawah ini! Ketika saklar a
amperemeter-
amperemeter-
a. 1,5 A
b. 1,6 A
c. 1,7 A
111
Berapakah besar arus yang mengalir pada R2 (I2)?
a. 2, 5 A
b. 3,5 A
c. 4,5 A
d. 5,5 A
e. 6,5 A
Perhatikan gambar di bawah ini! Pada sebuah rangkaian tertutup
voltmeter digital menunjukkan angka 12 V, berapakah penunjukkan pada
amperemeter?
0,4 A d. 0,7 A
0,5 A e. 0,8 A
Perhatikan gambar dibawah ini! Ketika saklar a-b dalam posisi On,
-1 (A1) terbaca 2,4 A. Berapakah angka yang ditunjuk oleh
-2 (A2) apabila saklar a-b dalam posisi On?
d. 1,8 A
e. 1,9 A
rangkaian tertutup
voltmeter digital menunjukkan angka 12 V, berapakah penunjukkan pada
b dalam posisi On,
1 (A1) terbaca 2,4 A. Berapakah angka yang ditunjuk oleh
15. Bagaimana bunyi hukum Kirchhoff Tegangan?
a. Besar tegangan sumber suatu rangkaian
b. Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya satu.
c. Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya tak terhingga.
d. Besar tegangan sumber suatu rangkaian akan terbagi
menjadi beberapa tegangan sesuai dengan jumlah beban
yang yang ada dalam ran
e. Besar tegangan sumber suatu rangkaian tidak akan terbagi menjadi
beberapa tegangan.
16. Bagaimanakah persamaan hukum Kirchhoff Tegangan?
a. E = VR1
b. E = VR1
c. E = VR1
d. E = VR1
e. E = (VR1
17.
18. Hitung tegangan yang mengalir pada beban 2 (V
19. Sebuah pengukuran suatu rangkaian seri seperti gambar dibawah ini,
ketika saklar a
112
Bagaimana bunyi hukum Kirchhoff Tegangan?
Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya nol.
Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya satu.
Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya tak terhingga.
Besar tegangan sumber suatu rangkaian akan terbagi
menjadi beberapa tegangan sesuai dengan jumlah beban
yang yang ada dalam rangkaian tersebut.
Besar tegangan sumber suatu rangkaian tidak akan terbagi menjadi
beberapa tegangan.
Bagaimanakah persamaan hukum Kirchhoff Tegangan?
R1 + VR2 + . . . + VRn
R1 - VR2 + . . . + VRn
R1 + VR2 - . . . - VRn
R1 - VR2 - . . . - VRn
R1 - VR2) + . . . + VRn
Perhatikan gambar disamping!
Hitunglah nilai tegangan sumber (E),
apabila diketahui VR1 = 35 V; V
V; dan VR3 = 15 V.
a. 45 V
b. 55 V
c. 65 V
Hitung tegangan yang mengalir pada beban 2 (VR2)!
a. 0,2 V
b. 0,3 V
c. 1 V
d. 2 V
e. 3 V
Sebuah pengukuran suatu rangkaian seri seperti gambar dibawah ini,
ketika saklar a-b dalam posisi On maka akan didapatkan data pada
Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya satu.
Besar tegangan sumber suatu rangkaian nilainya tak terhingga.
Besar tegangan sumber suatu rangkaian akan terbagi
menjadi beberapa tegangan sesuai dengan jumlah beban
Besar tegangan sumber suatu rangkaian tidak akan terbagi menjadi
Perhatikan gambar disamping!
tegangan sumber (E),
= 35 V; VR2 = 25
d. 75 V
e. 85 V
Sebuah pengukuran suatu rangkaian seri seperti gambar dibawah ini,
maka akan didapatkan data pada
Voltmeter-2 (V
Voltmeter-4 (V
emas, emas) dan R2 (kode warna merah, hitam, emas
secara seri, maka berapakah besar tegangan sumber yang terbaca di
Voltmeter-1 (V
20. Suatu rangkaian, terdiri dari sebuah sum
reisitor yang dirangkai secara seri, apabila R
arus sumber (I) yang terbaca pada amperemeter sebesar 0,9 A. Maka
berapakah besar tegangan sumber (E) dan besar tegangan pada R
yang terbaca pada Volt
a. 8 V dan 1,8 V
b. 8 V dan 3,6 V
c. 9 V dan 1,8 V
21. Perhatikan gambar dibawah ini! Berapakah besar tegangan sumber ala
thevenin (Eth)?
22. Berdasarkan gambar nomor 21, berapakah besar resistansi
Thevenin (Rth
113
2 (V2)= 3,6 V; pada Voltmeter-3 (V3)= 1,8 V; dan pada
4 (V4)= 3,6 V. Apabila R1=R3 (kode warna: kuning, hitam,
) dan R2 (kode warna merah, hitam, emas, emas
secara seri, maka berapakah besar tegangan sumber yang terbaca di
1 (V1)?
a. 6 V
b. 7 V
c. 8 V
d. 9 V
e. 10 V
Suatu rangkaian, terdiri dari sebuah sumber tegangan dan tiga buah
reisitor yang dirangkai secara seri, apabila R1 = R3 = 4
arus sumber (I) yang terbaca pada amperemeter sebesar 0,9 A. Maka
berapakah besar tegangan sumber (E) dan besar tegangan pada R
yang terbaca pada Voltmeter?
8 V dan 1,8 V d. 9 V dan 3,6 V
8 V dan 3,6 V e. 10 V dan 1,8 V
9 V dan 1,8 V
Perhatikan gambar dibawah ini! Berapakah besar tegangan sumber ala
)?
Berdasarkan gambar nomor 21, berapakah besar resistansi
th)?
)= 1,8 V; dan pada
R1=R3 (kode warna: kuning, hitam,
, emas) dirangkai
secara seri, maka berapakah besar tegangan sumber yang terbaca di
ber tegangan dan tiga buah
; R2 = 2; dan
arus sumber (I) yang terbaca pada amperemeter sebesar 0,9 A. Maka
berapakah besar tegangan sumber (E) dan besar tegangan pada R2 (VR2)
Perhatikan gambar dibawah ini! Berapakah besar tegangan sumber ala
a. 2 V
b. 3 V
c. 4 V
d. 5 V
e. 6 V
Berdasarkan gambar nomor 21, berapakah besar resistansi sumber ala
a. 15
b. 16
23. Berdasarkan gambar nomor 21, berapakah besar arus yang melewati
beban RL (IRL
a. �
�� �
b. �
�� �
24. Pada suatu percobaan pembuktian hukum Theveniin pada rangkian
dibawah ini didapatkan data berupa tegangan sumber ala Thevenin (E
sebesar 10 V pada Voltmeter. R1 = R2 = R4 = R5 = RL = memiliki kode
warna coklat, hitam, hitam, emas. Maka berapakah besar
sumber ala Thevenin (Rth) pada Ohmmeter?
25. Berdasarkan gambar pada soal nomor 24. Berapakah penunjukkan
Amperemeter pada pengukuran I
a. �
�� �
b. �
�� �
c. �
�� �
114
c. 17 e. 19
d. 18
Berdasarkan gambar nomor 21, berapakah besar arus yang melewati
RL)?
c. �
�� �
d. �
�� �
ada suatu percobaan pembuktian hukum Theveniin pada rangkian
dibawah ini didapatkan data berupa tegangan sumber ala Thevenin (E
sebesar 10 V pada Voltmeter. R1 = R2 = R4 = R5 = RL = memiliki kode
warna coklat, hitam, hitam, emas. Maka berapakah besar
sumber ala Thevenin (Rth) pada Ohmmeter?
Berdasarkan gambar pada soal nomor 24. Berapakah penunjukkan
Amperemeter pada pengukuran IRL?
d. �
�� �
e. �
�� �
Berdasarkan gambar nomor 21, berapakah besar arus yang melewati
e. �
�� �
ada suatu percobaan pembuktian hukum Theveniin pada rangkian
dibawah ini didapatkan data berupa tegangan sumber ala Thevenin (Eth)
sebesar 10 V pada Voltmeter. R1 = R2 = R4 = R5 = RL = memiliki kode
warna coklat, hitam, hitam, emas. Maka berapakah besar resistansi
a. 15
b. 16
c. 17
d. 18
e. 19
Berdasarkan gambar pada soal nomor 24. Berapakah penunjukkan
115
Lampiran 6. Instrumen Penilaian Afeksi
Tujuan : Mendapatkan informasi tentang kompetensi siswa aspek afektif
Petunjuk :
1. Amati komponen afektif yang tampak dalam proses
pembelajaran
2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok atau siswa yang
diamati
3. Tulis angka sesuai dengan indikator deskripsi pencapaian
yang disesuaikan dengan hasil pengamatan.
116
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No. Indikator Keberhasilan
Tindakan
Skor Indikator Deskripsi Pencapaian
1 Perhatian siswa terhadap
pembelajaran
1 Siswa tidak memperhatikan guru ketika
sedang menjelaskan materi
2 Siswa kurang memperhatikan guru
ketika sedang menjelaskan materi
3 Siswa cukup memperhatikan guru ketika
sedang menjelaskan materi
4 Siswa sangat memperhatikan guru
ketika sedang menjelaskan materi
2 Tanggap terhadap tugas
yang diberikan oleh guru
1 Siswa tidak tanggap terhadap tugas
yang diberikan oleh guru
2 Siswa kurang tanggap terhadap tugas
yang diberikan oleh guru
3 Siswa tanggap terhadap tugas yang
diberikan oleh guru
4 Siswa sangat tanggap terhadap tugas
yang diberikan oleh guru
3 Mengajukan pertanyaan 1 Siswa tidak pernah mengajukan
pertanyaan kepada guru
2 Siswa kadang-kadang mengajukan
pertanyaan kepada guru
3 Siswa sering mengajukan pertanyaan
kepada guru
4 Siswa selalu mengajukan pertanyaan
kepada guru
4 Menjawab pertanyaan
guru
1 Siswa tidak pernah menjawab
pertanyaan guru
2 Siswa kadang-kadang menjawab
pertanyaan guru
3 Siswa sering menjawab pertanyaan guru
4 Siswa selalu menjawab pertanyaan guru
5 Interaksi siswa dengan
siswa
1 Siswa tidak pernah berinteraksi dengan
siswa lain
2 Siswa kadang-kadang berinteraksi
dengan siswa lain
3 Siswa sering berinteraksi dengan siswa
lain
4 Siswa selalu berinteraksi dengan siswa
117
lain
6 Menggambarkan
penguasaan materi yang
dicapai
1 Siswa tidak menguasai materi
2 Siswa kurang menguasai materi
3 Siswa cukup menguasai materi
4 Siswa menguasai materi
7 Mengerjakan tugas yang
diberikan oleh kelompok
1 Siswa tidak pernah mengerjakan tugas
yang diberikan oleh kelompok
2 Siswa kadang-kadang mengerjakan
tugas yang diberikan oleh kelompok
3 Siswa sering mengerjakan tugas yang
diberikan oleh kelompok
4 Siswa selalu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh kelompok
8 Mengajukan pendapat
dalam tim
1 Siswa tidak pernah mengajukan
pendapat dalam tim
2 Siswa kadang-kadang mengajukan
pendapat dalam tim
3 Siswa sering mengajukan pendapat
dalam tim
4 Siswa selalu mengajukan pendapat
dalam tim
9 Menghargai pendapat
teman yang lain
1 Siswa tidak menghargai pendapat
teman yang lain
2 Siswa kurang menghargai pendapat
teman yang lain
3 Siswa sering menghargai pendapat
teman yang lain
4 Siswa selalu menghargai pendapat
teman yang lain
10 Kepedulian terhadap
kesulitan teman
1 Siswa tidak peduli terhadap kesulitan
teman
2 Siswa kurang peduli terhadap kesulitan
teman
3 Siswa cukup peduli terhadap kesulitan
teman
4 Siswa sangat peduli terhadap kesulitan
teman
118
LAMPIRAN 7
DATA HASIL BELAJAR
119
Lampiran 7. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
Data Nilai Siswa Kelas X EI 2 (Kelas Kontrol)
No Nama Nilai
Pretest Nilai
Posttest
1 A1 35 75
2 A2 25 75
3 A3 40 55
4 A4 55 75
5 A5 35 70
6 A6 40 75
7 A7 40 70
8 A8 45 80
9 A9 40 65
10 A10 15 50
11 A11 60 80
12 A12 65 85
13 A13 40 65
14 A14 30 75
15 A15 35 60
16 A16 30 70
17 A17 30 80
18 A18 35 60
19 A19 35 65
20 A20 50 85
21 A21 10 75
22 A22 25 85
23 A23 40 55
24 A24 60 90
25 A25 30 85
26 A26 45 70
27 A27 40 70
28 A28 45 75
29 A29 10 55
30 A30 45 65
31 A31 30 55
rata-rata 37,42 70,81
nilai max 65 90
nilai min 10 50
simpang baku 13,09 10,57
jumlah siswa yang mencapai KKM 0 15
120
Lampiran 7. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
Data Nilai Siswa Kelas X EI 1 (Kelas Eksperimen)
No Nama Nilai
Pretest Nilai
Posttest
1 B1 50 90
2 B2 35 70
3 B3 40 75
4 B4 20 60
5 B5 25 80
6 B6 25 70
7 B7 40 70
8 B8 40 85
9 B9 50 90
10 B10 30 85
11 B11 25 80
12 B12 25 80
13 B13 30 85
14 B14 55 65
15 B15 40 90
16 B16 40 75
17 B17 30 75
18 B18 40 80
19 B19 50 75
20 B20 20 75
21 B21 45 75
22 B22 40 70
23 B23 25 85
24 B24 40 70
25 B25 30 90
26 B26 35 75
27 B27 50 80
28 B28 35 90
29 B29 35 70
30 B30 25 80
31 B31 45 80
rata-rata 35,97 78,06
nilai max 55 90
nilai min 20 60
simpang baku 9,70 7,92
jumlah siswa yang mencapai KKM 0 24
121
Lampiran 7. Data Nilai Sikap Kelas Kontrol
Data Nilai Sikap Siswa Kelas X EI 2 (Kelas Kontrol)
No
Kode Siswa
Penerimaan
Partisipasi
Penilaian
Organisasi
Pembentukan Pola Hidup
Total
Nilai
1 A1 6 6 6 5 6 29 72,5
2 A2 4 6 6 5 6 27 67,5
3 A3 5 6 4 6 6 27 67,5
4 A4 6 6 6 6 6 30 75
5 A5 4 5 5 5 6 25 62,5
6 A6 5 5 6 7 6 29 72,5
7 A7 4 5 5 6 6 26 65
8 A8 5 6 6 7 7 31 77,5
9 A9 5 4 4 6 5 24 60
10 A10 6 6 4 5 7 28 70
11 A11 8 6 7 5 7 33 82,5
12 A12 7 6 7 5 6 31 77,5
13 A13 6 7 4 6 7 30 75
14 A14 5 5 6 7 6 29 72,5
15 A15 4 4 4 6 7 25 62,5
16 A16 7 6 5 5 7 30 75
17 A17 8 6 6 5 7 32 80
18 A18 4 5 4 5 5 23 57,5
19 A19 6 6 4 6 7 29 72,5
20 A20 7 5 7 5 6 30 75
21 A21 6 6 6 5 6 29 72,5
22 A22 6 6 6 6 7 31 77,5
23 A23 5 7 5 5 6 28 70
24 A24 7 8 7 6 6 34 85
25 A25 7 7 7 6 6 33 82,5
26 A26 4 5 5 5 7 26 65
27 A27 5 5 5 6 7 28 70
28 A28 5 4 6 5 6 26 65
29 A29 5 6 5 5 6 27 67,5
30 A30 4 5 4 6 6 25 62,5
31 A31 4 6 5 5 6 26 65
Rata-rata 28,4194 71,05 Nilai Maksimum 34 85 Niali Minimum 23 57,5 Simpangan Baku 2,77818 6,945 Jumlah Siswa yang mencapai KKM 11
122
Lampiran 7. Data Nilai Sikap Kelas Eksperimen
Data Nilai Sikap Siswa Kelas X EI 1 (Kelas Eksperimen)
No Kode Siswa
Penerimaan
Partisipasi
Penilaian
Organisasi
Pembentukan Pola Hidup
Total
Nilai
1 B1 6 6 8 6 8 34 85
2 B2 5 5 5 5 6 26 65
3 B3 5 6 7 6 6 30 75
4 B4 6 6 7 6 6 31 77,5
5 B5 8 6 7 7 6 34 85
6 B6 5 6 6 5 7 29 72,5
7 B7 7 6 7 6 6 32 80
8 B8 8 5 7 7 7 34 85
9 B9 6 7 7 7 6 33 82,5
10 B10 8 7 8 7 7 37 92,5
11 B11 6 6 7 6 6 31 77,5
12 B12 5 6 7 5 6 29 72,5
13 B13 7 7 7 7 7 35 87,5
14 B14 6 6 7 5 7 31 77,5
15 B15 8 6 8 7 7 36 90
16 B16 6 6 7 5 7 31 77,5
17 B17 7 6 7 6 6 32 80
18 B18 6 5 7 6 6 30 75
19 B19 5 6 6 6 6 29 72,5
20 B20 6 7 6 7 6 32 80
21 B21 5 6 6 6 7 30 75
22 B22 4 6 6 6 8 30 75
23 B23 7 7 8 6 7 35 87,5
24 B24 4 4 7 5 6 26 65
25 B25 6 6 7 6 6 31 77,5
26 B26 4 5 7 6 6 28 70
27 B27 4 4 6 6 7 27 67,5
28 B28 5 5 6 6 6 28 70
29 B29 5 6 7 5 7 30 75
30 B30 7 6 7 6 7 33 82,5
31 B31 6 7 7 5 7 32 80
Rata-rata 31,1613 77,9 Nilai Maksimum 37 92,5 Niali Minimum 26 65 Simpangan Baku 2,78205 6,955 Jumlah Siswa yang mencapai KKM 23
123
LAMPIRAN 8
UJI NORMALITAS
124
Lampiran 8. Uji Normalitas
Uji Normalitas Ranah Kognitif
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest_Kontrol .132 31 .184 .959 31 .267
Pretest_Eksperimen .145 31 .095 .944 31 .109
Postest_Kontrol .138 31 .138 .957 31 .240
Posttest_Eksperimen .134 31 .163 .941 31 .090
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Ranah Afektif
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Afektif_Kontrol .099 31 .200* .979 31 .779
Afektif_Eksperimen .104 31 .200* .979 31 .796
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
125
LAMPIRAN 9
UJI HOMOGENITAS
126
Lampiran 9. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas Ranah Kognitif
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Pretest .865 1 60 .356
Postest 2.401 1 60 .127
Uji Homogenitas Ranah Afektif
Test of Homogeneity of Variances
Afektif
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.048 1 60 .827
127
LAMPIRAN 10
UJI HIPOTESIS
128
Lampiran 10. Uji Hipotesis
Hipotesis I
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Hasil Belajar Kognitif Equal variances assumed 2.401 .127 3.058 60 .003 7.25806 2.37340 2.51056 12.00557
Equal variances not assumed 3.058 55.615 .003 7.25806 2.37340 2.50285 12.01328
129
Lampiran 10. Uji Hipotesis
Hipotesis II
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Afektif Equal variances assumed .048 .827 3.883 60 .000 2.74194 .70615 1.32943 4.15444
Equal variances not
assumed
3.883 60.000 .000 2.74194 .70615 1.32943 4.15445
130
LAMPIRAN 11
EXPERT JUDGEMENT
131
Lampiran 11. Expert Judgement
132
Lampiran 11. Expert Judgement
133
Lampiran 11. Expert Judgement
134
Lampiran 11. Expert Judgement
135
LAMPIRAN 12
DOKUMENTASI
136
Lampiran 12. Dokumentasi
Uji Coba Soal
Pengerjaan Soal Tes Awal
137
Lampiran 12. Dokumentasi
Penyampaian Materi di Kelas Kontrol
Penyampaian Materi di Kelas Eksperimen
138
Lampiran 12. Dokumentasi
Suasana Pembelajaran di Kelas Kontrol
Suasana Pembelajaran di Kelas Eksperimen
139
Lampiran 12. Dokumentasi
Proses Bimbingan terhadap Kesulitan Siswa di kelas Kontrol
Proses Bimbingan terhadap Kesulitan Siswa di kelas Eksperimen
140
Lampiran 12. Dokumentasi
Pengerjaan Soal Tes Akhir
Pengerjaan Soal Tes Akhir
141
LAMPIRAN 13
SURAT IZIN PENELITIAN
142
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
143
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
144
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
145
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
146
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
147
LAMPIRAN 14
SURAT KEPUTUSAN DEKAN
148
Lampiran 14. Surat Keputusan Dekan