pencapaian indikator kinerja daerah pemerintah kabupaten...

53
SIKD TAHUN 2016 Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten Cirebon Tahun 2012-2016

Upload: vuongnhan

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

SIKD TAHUN 2016

Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten Cirebon

Tahun 2012-2016

Page 2: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. ii

SAMBUTAN

BUPATI CIREBON

Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT. Penyusunan Buku “SURVEI INDIKATOR KINERJA DAERAH

KABUPATEN CIREBON TAHUN 2016” dapat diselesaikan. Kebutuhan untuk melihat fenomena atau

masalah sering menuntut adanya ukuran baku dengan menyusun indeks agregat yang memungkinkan

diturunkannya suatu angka yang merangkum berbagai dimensi masalah yang sedang menjadi topik

bahasan.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pemberdayaan

masyarakat yang telah dicapai adalah dengan menggunakan indikator komposit. Beberapa indikator

komposit yang telah dikembangkan dan direkomendasi oleh United Nations Development Programme

(UNDP) adalah SURVEI INDIKATOR KINERJA DAERAH (SIKD), Indeks Pembangunan Jender (IPJ), Indeks

Pemberdayaan Jender (IDJ), dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Dalam publikasi ini hanya IPM

yang akan dibahas lebih lanjut.

Publikasi Survei Indikator Kinerja Daerah (SIKD) Kabupaten Cirebon Tahun 2016 disusun dalam

kerangka menjelaskan IPM dan faktor-faktor yang mendukungnya. IPM untuk menempatkan dimensi

manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Sehingga diharapkan daerah mempunyai indikator yang berfungsi sebagai ukuran

pencapaian pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya- upaya peningkatan kualitas hidup

manusia.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data-data dasar maupun pendukung

dalam menyusun publikasi ini diucapkan terima kasih. Sebagai penyempurnaan publikasi masukan

sangat kami harapkan.

Sumber, Desember 2016

BUPATI CIREBON,

Drs. H. Sunjaya Purwadisastra, MM., M.Si

Page 3: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. iii

KATA PENGANTAR

KEPALA BAPPEDA KABUPATEN CIREBON

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Karunia dan rahmat-Nya, sehingga buku

“SURVEI INDIKATOR KINERJA DAERAH KABUPATEN CIREBON 2016” dapat diselesaikan. Buku ini

merupakan publikasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon bersama Badan

Pusat Statistik Kabupaten Cirebon.

Publikasi ini menyajikan berbagai data indikator makro Kabupaten Cirebon yang meliputi data

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan komponennya, indikator makro demografi, sosial ekonomi,

infrastruktur dan keuangan, yang disajikan secara time series dari tahun 2012 sampai dengan tahun

2016. Data-data tersebut dihimpun dari berbagai sumber yaitu BPS Kabupaten Cirebon, BPS Propinsi

Jawa Barat, PT. PLN, PT. Pos, BNP2TKI, dan OPD Kabupaten Cirebon. Data yang disajikan merupakan

kondisi sampai dengan Desember 2016. Buku ini diharapkan dapat menggambarkan capaian

pembangunan Kabupaten Cirebon dan sebagai informasi bagi pemangku kepentingan pembangunan

Kabupaten Cirebon.

Perbaikan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku ini di

masa mendatang. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama BPS Kabupaten Cirebon

yang membantu melengkapi data-data yang dibutuhkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Cirebon, Desember 2016

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN CIREBON,

Drs. E. Rusmana, M.Si NIP. 19690716 199006 1 001

Page 4: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. iv

PENGANTAR KEPALA BPS

KABUPATEN CIREBON

Publikasi “SURVEI INDIKATOR KINERJA DAERAH KABUPATEN CIREBON 2016” ini merupakan

publikasi statistik tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Cirebon. IPM Tahun 2016 ini

menggunakan metode baru dalam penghitungannya sehingga dengan adanya perubahan ini dapat

lebih memperoleh gambaran menyeluruh mengenai tingkat kesejahteraan rakyat dan indikator yang

berfungsi sebagai ukuran pencapaian keberhasilan pembangunan daerah. Berhasilnya penerbitan

publikasi ini karena dukungan serta kerja sama yang baik dari semua pihak yang turut membantu.

Menyadari hal tersebut, maka melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih

kepada seluruh pimpinan Dinas/Badan/Instansi terkait serta lembaga pemerintah dan swasta atas

bantuan dan peran sertanya dalam penerbitan publikasi ini. Diharapkan, kerja sama yang baik ini dapat

lebih ditingkatkan pada masa yang akan datang guna memenuhi keperluan data yang makin esensial

bagi pembangunan dalam rangka penerapan otonomisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Akhir kata, untuk perbaikan di masa yang akan datang, saran dan kritik dari berbagai pihak

sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat digunakan oleh seluruh kalangan dan bemanfaat adanya.

Sumber, Desember 2016

KEPALA BPS KABUPATEN CIREBON,

Ir. H. Yayan Eka Tavipian, MT NIP. 19650212 199102 1 003

Page 5: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... ii-iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

1.3. Sumber Data ....................................................................................................... 2

1.4. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II METODOLOGI ............................................................................................................. 4

BAB III TINJAUAN UMUM ....................................................................................................... 10

3.1. Geografis ............................................................................................................. 10

3.2. Kependudukan .................................................................................................... 10

3.3. Ekonomi .............................................................................................................. 11

3.4. Potensi dan Pemanfaatan ................................................................................... 12

BAB IV POSISI PEMBANGUNAN MANUSIA ............................................................................. 13

4.1. Komponen IPM ................................................................................................... 13

4.2. IPM Kabupaten Cirebon ...................................................................................... 15

BAB V KESEHATAN ................................................................................................................. 17

5.1. Angka Harapan Hidup ......................................................................................... 17

5.2. Pemerataan Pelayanan Kesehatan ..................................................................... 18

5.3. Status Kesehatan Masyarakat ............................................................................. 19

5.4. Peningkatan Peran Serta Masyarakat ................................................................. 21

BAB VI PENDIDIKAN ................................................................................................................ 23

Page 6: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. vi

6.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan ....................................................................... 23

6.2. Angka Harapan Lama Sekolah ............................................................................. 24

6.3. Rata-Rata Lama Sekolah ...................................................................................... 25

6.4. Angka Partisipasi Sekolah .................................................................................... 26

BAB VII KETENAGAKERJAAN .................................................................................................... 27

7.1. Angkatan Kerja .................................................................................................... 27

7.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ...................................................................... 28

7.3. Tingkat Pengangguran Terbuka .......................................................................... 29

7.4. Penyerapan Tenaga Kerja ................................................................................... 29

BAB VIII PERUMAHAN............................................................................................................... 31

8.1. Kondisi Fisik Tempat Tinggal ............................................................................... 31

8.2. Fasilitas Tempat Tinggal ...................................................................................... 32

8.3. Fasilitas Penerangan ........................................................................................... 33

BAB IX INDIKATOR KONSUMSI ............................................................................................... 34

BAB X LPE, KEMISKINAN, INFLASI DAN IPM KABUPATEN CIREBON ...................................... 35

BAB XI TPAK, TPT, TKK DAN KEMISKINAN KABUPATEN CIREBON .......................................... 37

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 42

Page 7: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM yang Digunakan Dalam Penghitungan ................................................................................................................... 5

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon, Tahun 2011 – 2015 .................. 11

Tabel 3. Perbandingan IPM Kabupaten/Kota di Ciayumajakuning, Tahun 2014 –2015 .............. 16

Tabel 4. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014-2015 (Persen) ............................................................................................. 18

Tabel 5. Statistik Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 .................. 19

Tabel 6. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cirebon,Tahun 2014-2015 (Persen) ......................................................... 20

Tabel 7. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Cirebon, Tahun 2015 (Persen).............................. 21

Tabel 8. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Sekolah (7 – 24 Tahun) di Kabupaten Cirebon, Tahun 2015 (Persen) ................................................................. 26

Tabel 9. Data Angkatan Kerja dan Penduduk Kabupaten Cirebon, Tahun 2012 – 2015 ............. 27

Tabel 10. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen) .......................................................................................... 28

Tabel 11. Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Rumah yang Ditempati dan Luas Lantainya di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen) ...................... 32

Tabel 12. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Penggunaan Kakus, dan Jarak ke Penampungan Terakhir di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen) ..................................................... 32

Tabel 13. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen) .......................................................................................... 33

Page 8: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik IPM Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat, Tahun 2014 – 2015 ............ 16

Gambar 2. Grafik Angka Harapan Hidup (AHH; e0) Kabupaten Cirebon, Tahun 2012 – 2015 ....... 18

Gambar 3. Grafik Persentase Penduduk yang Menyatakan Mengalami Keluhan Menurut Ada Tidaknya Gangguan Kesehatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 (Persen) ............................................................... 20

Gambar 4. Grafik Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Cirebon dan Jawa Barat, Tahun 2012 – 2015 (Persen) ......................................................................................... 24

Gambar 5. Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Se Jawa Barat, Tahun 2014 – 2015 (Tahun) ............... 25

Gambar 6. Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Ciayumajakuning, Tahun 2012 – 2015 (Persen) ......................................................................................... 29

Gambar 7. Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Cirebon Tahun 2014 -2015 ............................................ 30

Gambar 8. Proporsi Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Kabupaten Cirebon Tahun 2015 ...... 34

Gambar 9. Laju Pertumbuhan PDRB, Kemiskinan, IPM dan Inflasi ................................................ 36

Gambar 10. Tingkat Kesempatan Kerja, Pengangguran dan TPAK di Kabupaten Cirebon Tahun 2015 ............................................................................... 40

Page 9: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi seringkali didefinisikan sebagai serangkaian usaha dan kebijakan yang

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan riil dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,

pemerataan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan

mengusahakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan

tersier. Dengan perkataan lain hakikat pembangunan ekonomi adalah meningkatkan pendapatan

masyarakat dengan tingkat pemerataan yang semaksimal mungkin.

Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi

saja. (Todaro dan Smith). Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Pada tahun

1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang menegaskan bahwa “tantangan utama

pembangunan ………….. adalah memperbaiki kualitas kehidupan” (World Development Report).

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional.

Konsep pembangunan muncul untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi karena

selain memperhitungkan aspek pendapatan juga memperhitungkan aspek kesehatan dan pendidikan.

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya alat dari pembangunan. Tujuan

utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati

umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development

Programme-UNDP). Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi

penduduk (a process of enlarging people’s choices).

1.2. TUJUAN PENULISAN

Publikasi Survei Indikator Kinerja Daerah (SIKD) Kabupaten Cirebon Tahun 2016 disusun dalam

kerangka menjelaskan IPM dan faktor-faktor yang mendukungnya. IPM untuk menempatkan dimensi

manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Sehingga diharapkan daerah mempunyai indikator yang berfungsi sebagai ukuran

pencapaian pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya- upaya peningkatan kualitas hidup

manusia.

IPM menjelaskan tentang bagaimana manusia mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil

dari suatu proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya seperti dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu Umur

Page 10: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 2

Panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), Pengetahuan (knowledge), Standar hidup layak

(decent standart of living).

Adapun manfaat atau kegunaan data IPM adalah sebagai berikut:

- IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun

kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

- IPM juga dijadikan salah satu indikator target pembangunan pemerintah.

- IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator dalam penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

- IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.

1.3. SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan untuk menghitung Survei Indikator Kinerja Daerah adalah data

dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus

(Supas), PDRB dan Inflasi. Hasil Susenas merupakan data pokok dalam perhitungan indeks

pembangunan manusia, sedangkan data selain itu digunakan sebagai data pendukung. Sejak tahun

1993, data Susenas menjadi alat untuk mengkaji dan memantau hasil pembangunan di bidang

sosial dan kesejahteraan masyarakat serta pembangunan manusia hingga tingkat kabupaten/kota.

Variabel-variabel yang terdapat dalam survei tersebut adalah kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,

fertilitas dan keluarga berencana serta konsumsi/pengeluaran rumah tangga sebulan. Metode

pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung antara pengumpul data (pencacah) dengan

responden. Pengumpul data diusahakan berasal dari lokasi survei dan dikoordinir oleh seorang

Koordinator Statistik Kecamatan. Direkrutnya pencacah dari lokasi suvei diharapkan lebih

mempermudah operasional lapangannya. Hasil pencacahan tersebut diperiksa oleh tim pemeriksa

lapangan dan diedit oleh tim pengolahan untuk dientri. Data Susenas adalah hasil dari

pelaksanaan survei, oleh sebab itu sebelum dipublikasikan harus dilakukan estimasi terhadap

populasi.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Publikasi SURVEI INDIKATOR KINERJA DAERAH Kabupaten Cirebon 2015 disusun dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan

Menguraikan latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II – Metodologi

Membahas tentang metodologi, yang meliputi pengertian, konsep, metode yang digunakan,

penjelasan IPM dan komponennya, cara penghitungan indeks masing-masing komponen, dan

sumber data yang digunakan.

Page 11: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 3

Bab III – Tinjauan Umum

Membahas gambaran Umum Kabupaten Cirebon berdasarkan letak geografis, kependudukan,

ekonomi (PDRB) potensi pemanfaatan sumber daya alam dan trend alokasi APBD

Bab IV – Posisi Pembanguan Manusia

Membahas mengenai posisi pembangunan manusia yang meliputi Indeks Kesehatan, Indeks

Pendidikan, Indeks Paritas Daya Beli, dan IPM.

Bab V – Kesehatan

Membahas masalah kesehatan yang meliputi Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup,

pelayanan kesehatan, status gizi, status kesehatan masyarakat, dan peningkatan peran serta

masyarakat.

Bab VI – Pendidikan Membahas mengenai pendidikan yang meliputi sarana dan prasarana pendidikan, tingkat

pendidikan yang ditamatkan, serta partisipasi sekolah.

Bab VII – Ketenagakerjaan

Membahas mengenai ketenagakerjaan yang meliputi angkatan kerja, lapangan pekerjaan utama,

sektor informal, dan angka pengangguran.

Bab VIII – Perumahan

Membahas mengenai perumahan yang meliputi kondisi fisik tempat tinggal dan fasilitas tempat

tinggal.

Lampiran

Page 12: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 4

BAB II

METODOLOGI

Kebutuhan untuk melihat fenomena atau masalah sering menuntut adanya ukuran baku dengan

menyusun indeks agregat yang memungkinkan diturunkannya satu angka yang merangkum berbagai

dimensi masalah yang sedang menjadi topik bahasan.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pemberdayaan

masyarakat yang telah dicapai adalah dengan menggunakan indikator komposit. Beberapa indikator

komposit yang telah dikembangkan dan direkomendasi oleh United Nations Development Programme

(UNDP) adalah SURVEI INDIKATOR KINERJA DAERAH (SIKD), Indeks Pembangunan Jender (IPJ), Indeks

Pemberdayaan Jender (IDJ), dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Dalam publikasi ini hanya IPM

yang akan dibahas lebih lanjut.

IPM dapat dijadikan salah ukuran untuk melihat tingkat pencapaian pembangunan manusia

secara keseluruhan. Meskipun demikian ukuran komposit ini sangat penting untuk meningkatkan

kesadaran bagi para perencana pembangunan di daerah tentang kualitas pembangunan manusia yang

telah dicapai selama ini. Langkah yang ditempuh untuk menghadapi perkembangan fenomena yang

sifatnya kuantitatif, dimulai dengan memahami konsep dan definisi serta batasan baku masalah

yang hendak diukur. Oleh sebab itu dalam publikasi ini disajikan konsep dan definisi dari

beberapa indikator yang digunakan serta sumber data yang dibutuhkan.

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata aritmatik dari Indeks Kesehatan

(Harapan Hidup e0), Indeks Pendidikan Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah), dan

Indeks Standar Hidup Layak (Indeks Paritas Daya Beli), yang dirumuskan sebagai berikut:

IPM = ∛(IKesehatan + IPendidikan + IPengeluaran) X 100

Dengan menggunakan rata-rata geometric dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa

capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan

pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar

karena sama pentingnya.

Nilai indeks hasil hitungan masing-masing komponen tersebut adalah antara 0 (keadaan

terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Dalam penulisan ini, indeks tersebut dinyatakan dalam angka

ratusan (dikalikan 100) untuk mempermudahkan penafsiran, seperti yang disarankan oleh BPS dan

UNDP tahun 1996.

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai

suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum

indikator yang bersangkutan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Page 13: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 5

Indeks X(i) =

Dimana,

X(i) = Indikator ke-i, dengan i = 1, 2, dan 3

X(i) maks = Nilai Maksimum X(i)

X(i) min = Nilai Minimum X(i)

Tabel 1. Nilai Maksimum dan Minimum

Komponen IPM yang Digunakan dalam Penghitungan

Indikator Komponen IPM [=X(i)] Nilai Catatan

Maksimum Minimum

Angka Harapan Hidup

85

20 Sesuai Standar Global (UNDP)

Harapan Lama Sekolah (HLS)

18

0 Sesuai Standar Global (UNDP)

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

15

0 Sesuai Standar Global (UNDP)

Konsumsi Perkapita yang Disesuaikan (Pendekatan Terhadap Daya Beli)

107.721 (PPP U$) 26.572.352 (Rp)*

100 (PPP U$) UNDP Menggunakan PDB

Perkapita Riil yang Disesuaikan 1.007.436 (Rp)**

Ket : *) Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu Perkiraan pengeluaran perkapita Jakarta Selatan tahun 2025

**) Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Toliakra-Papua

Variabel dalam IPM :

a. Angka Harapan Hidup Saat Lahir (e0)

Penggunaan angka harapan hidup didasarkan atas pertimbangan bahwa angka ini merupakan

resultante dari berbagai indikator kesehatan. AHH didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan

banyak tahun yang ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan

suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil Proyeksi SP2010.

Indeks Harapan Hidup, dihitung berdasarkan angka harapan hidup sejak seseorang dilahirkan

dengan mempertimbangkan angka harapan hidup terendah dan tertinggi (UNDP). Secara

matematik dapat ditulis sebagai berikut:

Ahh – 20

X1= ------------ X 100

85 - 20

Keterangan :

X1 : Indeks harapan hidup Ahh : angka harapan hidup 25 : nilai terendah

min)()(

min)()(

iXmaksiX

iXiX

Page 14: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 6

85 : nilai tertinggi

Angka Harapan Hidup dapat diperoleh melalui suatu paket program Mortpack (metode Trussel

dengan model West), dengan meng-input data hasil Susenas yaitu rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan hidup (ALH) dan rata-rata jumlah anak yang masih hidup (AMH) per wanita

yang berumur 15-49 tahun. Rumus untuk memperoleh rata-rata anak yang dilahirkan

hidup (children ever born), adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Ralh : rata-rata anak lahir hidup

alh : anak lahir hidup menurut kelompok umur ibu ke-i

w : wanita menurut kelompok umur ke-i

I : kelompok umur 15-19; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49

Rumus untuk memperoleh rata-rata anak yang masih hidup (children surviving), adalah

sebagai berikut:

Keterangan :

Ramsh : rata-rata anak yang masih hidup

Amsh : anak yang masih hidup menurut kelompok umur ibu ke-i

w : wanita menurut kelompok umur ke-i

I : kelompok umur 15-19; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49

Angka harapan hidup dianggap sebagai resultan dari berbagai indikator kesehatan. Angka

harapan hidup merupakan cerminan dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, sanitasi

lingkungan, pengetahuan ibu tentang kesehatan, gaya hidup masyarakat, dan pemenuhan gizi ibu

dan bayi.

b. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk

dalam menjalani pendidikan formal. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk

berusia 25 tahun ke atas. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada

umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir dan dalam kondisi normal rata-rata lama

7

1

7

1

i

i

wi

alhi

Ralh

7

1

7

1

i

i

wi

amshi

Ramsh

Page 15: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 7

sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Perhitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga

mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP. Teknik Menghitung RLS :

- Seleksi Penduduk pada umur 15 tahun ke atas

- Mengelompokkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki

- Mengelompokkan ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki

- Mengkonversi tahun lama sekolah menurut ijazah terakhir

- Menghitung lamanya bersekolah sampai kelas terakhir

- Menghitung lamanya bersekolah

Page 16: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 8

Sumber data rata-rata lama sekolah didapatkan dari Survei sosial ekonomi (Susenas KOR)

yang dilakukan oleh BPS.

c. Harapan Lama Sekolah (HLS)

Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan

akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang

anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang

penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.

Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat

digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan system pendidikan di berbagai jenjang yang

ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai

oleh setiap anak. HLS dihitung pada usia 7 tahun keatas karena mengikuti kebijakan

pemerintah yaitu program wajib belajar. Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup

dalam susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di Pesantren (sumber data pesantren

yaitu Direktorat Pendidikan Islam). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

: Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

: Partisipasi sekolah penduduk usia i pada tahun t

: Populasi penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t

i : Usia (a, a+1, ……, n)

Teknik menghitung HLS :

- Menghitung Jumlah Penduduk menurut umur (7 tahun ke atas)

- Menghitung jumlah penduduk yang masih sekolah menurut umur (7 tahun keatas)

- Menghitung rasio penduduk masih sekolah menurut umur

- Menghitung harapan lama sekolah

t

ait

i

t

it

a

PE

EYS

EYSt

a

Et

i

Pt

i

Page 17: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 9

d. Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas

daya beli (Purchasing Power Parity-PPP). Rata-rata pengelluaran per kapita setahun diperoleh dari

Susenas, dihitung dari level propinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita

dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode

baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya

merupan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode

Rao.

• Daya beli yang disesuaikan = PPP

Y

Y = pengeluran per kapita

PPP = paritas daya beli

Keterangan :

P (i,j) = harga per unit komoditi j yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten i

P (k,j) = harga per unit komoditi j di Jakarta Selatan

Q (i,j) = volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten i

Teknik Penghitungan Pengeluaran per Kapita disesuaikan:

- Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dari susenas

- Menghitung nilai riil dari rata-rata pengeluaran per kapita

- Menghitung PPP

- Menghitung pengeluaran per kapita disesuaikan

Page 18: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 10

BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1. GEOGRAFIS

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

timur dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah dengan posisi antara

108o 40’ - 108o 48’ Bujur Timur dan 6o 30’-7o 00’ Lintang Selatan. Sebelah utara berbatasan

dengan wilayah Kabupaten Indramayu, sebelah selatan berbatasan dengan Wilayah Kabupaten

Kuningan, sebelah timur berbatasan dengan wialayah Kota Cirebon dan Kabupaten Brebes dan

sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka.

Luas wilayah Kabupaten Cirebon adalah sekitar 990,36 km2, yang terdiri dari 40

kecamatan dan 424 desa.

3.2. KEPENDUDUKAN

Penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 sekitar 2.126.179 jiwa yang terdiri dari

1 .089 . 689 jiwa laki-laki dan 1 .0 36. 4 90 jiwa perempuan. Sex rasionya adalah sekitar 105

yang berarti terdapat sekitar 1 0 5 orang laki-laki diantara 100 perempuan. Diduga salah satu

penyebabnya adalah karena penduduk perempuan di daerah ini lebih banyak keluar daerah

untuk sekolah, bekerja dan mencari pekerjaan.

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2000, 2010 laju pertumbuhan penduduk

Kabupaten Cirebon pada kurun waktu 2000-2010 adalah 1,40 persen per tahun. Sementara pada

tahun 2015 pertumbuhan penduduknya adalah sekitar 0,79 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk

yang tinggi tersebut, oleh banyak pihak dianggap sebagai suatu hal yang merisaukan apalagi

bila tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Pertumbuhan ekonomi yang

tinggi tapi tidak merata juga berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial, terutama bila tidak

diimbangi dengan pertambahan lapangan kerja. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk

lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan penduduk akan

menjadi masalah, terlebih bila terdapat kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi. Pertumbuhan

penduduk yang positif akan memperluas lahan hunian dan mengurangi lahan usaha bagi

penduduk itu sendiri.

Trend data yang ada memperlihatkan bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Cirebon semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 kepadatan penduduk Kabupaten Cirebon adalah

sekitar 2.130 orang/km2 naik menjadi 2.146 orang/km2 pada tahun 2015. Peningkatan kepadatan

penduduk tentunya akan menambah beban pemerintah dalam penyediaan berbagai macam fasilitas,

tetapi jika hal itu diikuti dengan peningkatan potensi penduduk terutama dari segi ekonomi, maka

peningkatan kepadatan penduduk justru akan memberikan dampak yang positif. Pada tahun 2015

Page 19: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 11

jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) di Kabupaten Cirebon adalah sekitar 577.187 orang,

penduduk usia produktif (15-64 tahun) sekitar 1 . 4 3 7 .534 orang, dan penduduk usia lanjut

(65 tahun keatas) sekitar 105.737 orang. Angka beban tanggungan penduduk Kabupaten Cirebon

pada tahun 2015 adalah sebesar 47,51 artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung

beban ekonomi sekitar 48 orang usia tidak produktif.

3.3. EKONOMI

Perkembangan maupun petumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan

kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar harga

konstan) yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun

sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari

pengaruh perubahan harga. Perubahan yang diukur adalah perubahan produksi sehingga

menggambarkan pertumbuhan riil ekonomi. Pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun

regional provinsi dan kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan harga konstan 2010 sebagai

tahun dasar.

Tabel di bawah ini menyajikan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kabupaten Cirebon

Tahun 2011-2015. Bila diperhatikan selama periode 2011-2015, terlihat bahwa perekonomian

Kabupaten Cirebon mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya.

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon,Tahun 2011 – 2015

Tahun

ADH Berlaku ADH Konstan 2010

PDRB (Juta Rupiah)

Perkembangan

Ekonomi (Persen)

PDRB (Juta Rupiah)

Pertumbuhan

Ekonomi (Persen)

2011 23.823.647 10,83 22.621.717 5,23

2012 26.297.826 10,39 23.857.750 5,46

2013 29.410.722 11,84 25.042.255 4,96

2014 *) 32.578.101 10,77 26.312.195 5,07

2015 **) 35.748.885 9,73 27.594.435 4,87

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Catatan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

Struktur ekonomi Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tahun 2011-2015 tampaknya

tidak mengalami pergeseran dan masih didominasi oleh sektor-sektor sekunder dan tersier dalam

pembentukan angka PDRB. Pada tahun 2015 Sektor sekunder memberikan andil sebesar 33,35 persen,

sedangkan sektor tersier memberikan andil sangat besar yaitu 49,18 persen. Sebagai Kabupaten, andil

tertinggi PDRB di Kabupaten Cirebon adalah dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 21,29

persen Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 16,38 persen, dan Lapangan

Usaha Kontruksi sebesar 11,83 persen. Sektor lain yang juga memberikan andil cukup tinggi bagi

Page 20: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 12

struktur ekonomi Kabupaten Cirebon adalah Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,93 persen.

Sedangkan Kontribusi terkecil untuk total PDRB Kabupaten Cirebon adalah Lapangan usaha Pengadaan

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,07 persen.

PDRB perkapita Kabupaten Cirebon dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

PDRB perkapita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui

seberapa besar aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu wilayah dan dalam kurun waktu tertentu.

Selama tahun 2011– 2015 PDRB Perkapita Kabupaten Cirebon meningkat dari Rp. 1 1 ,56 juta

menjadi Rp. 1 6 ,81 juta. Walaupun demikian, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan

dengan PDRB perkapita Provinsi Jawa Barat yang sebesar Rp. 32,65 juta pada tahun 2015. Kenaikan

pendapatan perkapita secara makro belum tentu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara

merata, tergantung dari sektor pekerjaan masing-masing.

3.4. POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM

Kabupaten Cirebon memiliki areal seluas 990,36 km², terbagi menjadi 40 Kecamatan dan

424 Kelurahan. Pada Tahun Dasar 2000 sektor pertanian memberikan andil tertinggi, kare na

setiap kecamatan mempunyai lahan pertanian. Lahan sawah terluas ada di Kecamatan

Gegesik dan Kecamatan Susukan. Pada tahun 2015 produksi padi di Kabupaten Cirebon

adalah sekitar 443.468 ton, sedikit penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sekitar

520.017 ton, dikarenakan luas panen berkurang 10,35 % dari tahun sebelumnya. Dengan demikian,

tidak dapat dipungkiri bahwa hasil produksi yang ada belum cukup memenuhi permintaan konsumsi

penduduk Kabupaten Cirebon, sehingga harus dipenuhi dengan mendatangkannya dari daerah lain.

Di subsektor tanaman hortikultura, ada beberapa jenis komoditi tanaman sayuran yang cukup

potensi di Kabupaten Cirebon yaitu bawang merah. Tanaman tersebut terutama berada di

Kecamatan Pabedilan. Selain sayuran, terdapat pula berbagai jenis tanaman buah-buahan yang

dihasilkan seperti manga, pisang dan nangka. Berdasarkan penelitian agrocultumate, untuk jenis

tanah yang ada di Kabupaten Cirebon memang cocok untuk ditanami pohon mangga dan nangka.

Ikan sebagai salah satu bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani merupakan

komoditas yang cukup banyak di Kabupaten Cirebon. Pada tahun 2015 produksi perikanan laut di

Kabupaten Cirebon mencapai 27.545 Ton meningkat sebesar 1,49 persen. Di sub sektor peternakan,

secara keseluruhan populasi ternak besar (sapi, kerbau, dan kuda) maupun ternak kecil

pada tahun 2015. Ternak besar berupa sapi adalah 8 .020 ekor, kerbau 4 .103 ekor, kuda 2 1 9

ekor dan ternak kecil yaitu kambing sebanyak 14.362 ekor dan domba sebanyak 2 0 9 . 0 8 4 ekor,

Ayam kampung sebanyak 1.116.531 ekor, ayam ras 1.667.242 ekor, dan itik 788.156 ekor.

Page 21: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 13

BAB IV

POSISI PEMBANGUNAN MANUSIA

4.1. KOMPONEN IPM

Pembangunan manusia merupakan model pembangunan yang menurut United Nations

Development Programm (UNDP) ditujukan untuk memperluas pilihan-pilihan yang dapat

ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk. Pemberdayaan penduduk ini dicapai melalui

upaya yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat

kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi

dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya, dan politik.

Model pembangunan manusia telah menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan

yang berarti bahwa pembangunan yang dilaksanakan adalah dari rakyat (of people), untuk rakyat (for

people), dan oleh rakyat (by people). Pembangunan dari rakyat mengandung makna pemberdayaan

yaitu peningkatan kapabilitas melalui pendidikan, pelatihan, pemeliharaan kesehatan yang lebih

baik, perumahan layak huni dan perbaikan gizi. Pembangunan untuk rakyat berarti hasil

pembangunan benar-benar diterima semua rakyat secara adil, buah pertumbuhan ekonomi harus

terlihat pada kehidupan rakyat sehari-hari, tidak terjadi ketimpangan dalam masyarakat. Proses ini

biasanya tidak secara otomatis tampak, akan tetapi memerlukan waktu serta manajemen kebijakan

yang hati-hati. Pembangunan oleh rakyat berarti rakyat harus benar-benar ikut mengambil bagian dan

berperan aktif dalam pembangunan, bukan sebagai penonton dan penerima hasil pembangunan.

Dengan berperan aktif berarti ikut serta berkontribusi dalam pengambilan keputusan yang pada

akhirnya akan mempengaruhi kehidupannya.

Dua hal yang ditekankan pada konsep pembangunan manusia, yaitu peningkatan kapabilitas atau

pemberdayaan, dan penciptaan peluang. Antara kapabilitas dan peluang harus imbang. Bila

kapabilitas berhasil ditingkatkan melalui pembangunan SDM, namun tidak ada peluang atau

sebaliknya bila peluang telah tercipta tapi tidak ditopang oleh kemampuan SDM maka akan

menimbulkan pengaruh yang tidak baik.

IPM dapat digunakan sebagai ukuran kebijakan dan upaya yang dilakukan dalam kerangka

pembangunan manusia khususnya upaya pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia (SDM) dan partisipasi dalam pembangunan. Namun indeks ini hanya akan memberikan

gambaran perbandingan antar waktu dan perbandingan antar wilayah. Sebelum pembahasan

mengenai perbandingan IPM antar waktu, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai keadaan

dari masing-masing indikator (komponen) pembentuk IPM. Masing-masing komponen tersebut adalah

indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks paritas daya beli.

Model pembangunan adalah suatu model pembangunan yang memiliki konsep yang lebih luas

mengenai pilihan-pilihan manusia yang sangat tidak terbatas jumlahnya dan bahkan cenderung

Page 22: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 14

berubah setiap waktu. Namun sejumlah pilihan ini, ada 3 pilihan yang sangat esensial untuk dipenuhi

yaitu, (1) pilihan untuk hidup sehat dan berumur panjang, (2) pilihan untuk memiliki ilmu

pengetahuan, dan (3) pilihah untuk mempunyai akses ke berbagai sumber yang diperlukan agar dapat

memenuhi standar kehidupan yang layak. Apabila ketiga pilihan mendasar ini dapat terpenuhi maka

seseorang akan mudah meningkatkan kemampuannya dalam aktifitas sehari- hari serta memiliki

kemampuan pula untuk meraih pilihan-pilihan lain yang juga tidak kalah pentingnya seperti pilihan

untuk berpartisipasi dalam bidang politik, kebebasan mengeluarkan pendapat dan sebagainya.

Ketiga pilihan yang esensial tersebut di atas dapat tercermin dari komponen-komponen Survei

Indikator Kinerja Daerah sebagai berikut:

a. Indeks Kesehatan

Indeks kesehatan ini diperoleh dari angka harapan hidup seseorang sejak dilahirkan. Angka

harapan hidup ini sering digunakan sebagai proxy terhadap keadaan dan sistem pelayanan

kesehatan suatu masyarakat. Hal itu dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari upaya

peningkatan taraf kesehatan secara makro.

Indeks kesehatan yang diwakili oleh Angka Harapan Hidup (e0) diharapkan dapat

mencerminkan pembangunan manusia dibidang kesehatan. Pada tahun 2015 angka

harapan hidup Kabupaten Cirebon tercatat sekitar 71,38 tahun. Hal ini dapat diartikan

bahwa kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Cirebon semakin baik dalam kurun waktu

2015, jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Jawa Barat 7 2 ,41 tahun.

b. Indeks Pendidikan

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa indeks pendidikan terdiri dari dua unsur yaitu

rata-rata Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk 7 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah

(RLS) penduduk 25 tahun ke atas. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, komponen

rata-rata Harapan Lama Sekolah pada tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan dari 11,60

tahun menjadi 11,79 tahun. Begitu juga, rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 meningkat

menjadi 6 ,32 tahun dibandingkan tahun 2014 sebesar 6,31 tahun. Angka ini lebih rendah

daripada angka Jawa Barat yang hanya sekitar 7,86 tahun.

c. Indeks Paritas Daya Beli

Komponen PPP (Purchasing Power Parity) atau dikenal sebagai komponen kemampuan

daya beli atau standar hidup layak, dalam laporan ini digunakan PDRB riil perkapita.

Penggunaan PDRB riil perkapita ini karena data yang ideal (modul konsumsi

susenas) belum sampai estimasi kabupaten/kota. Namun dengan asumsi bahwa PDRB

Kabupaten Cirebon dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduk, maka dianggap masih

relevan dengan tingkat pendapatan sebagai indikator standar hidup layak. Daya beli

Page 23: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 15

penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 sekitar 9 . 2 6 1 ribu rupiah. Sementara

itu, rata- rata daya beli penduduk Jawa Barat pada tahun 2015 hanya sekitar 9.778 ribu

rupiah.

4.2. IPM KABUPATEN CIREBON

Manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan harus mampu meningkatkan kualitas

hidupnya, untuk itu peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Manusia adalah

kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental

mengandung makna sebagai peningkatan kemampuan dasar penduduk. Kemampuan dasar

penduduk tersebut diperlukan untuk memperbesar kesempatan berpartisipasi dalam proses

pembangunan.

IPM merupakan suatu jawaban untuk menilai tingkat kinerja pembangunan manusia secara

keseluruhan dari tingkat pencapaian pembangunan manusia. Indikator ini juga secara mudah dapat

memberikan posisi kinerja pembangunan (output pembangunan) yang dicapai oleh suatu daerah.

Makin tinggi nilai IPM suatu daerah, maka makin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan yang

dicapai wilayah tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 sekitar 66,07 persen.

Posisi IPM Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 berada pada peringkat ke 19 dari 27

kabupaten/kota se- Jawa Barat, sedangkan posisi pertama adalah Kota Bandung (79,67 %) dan posisi

terakhir Kabupaten Cianjur (62,42 %). Pada tahun 2015 IPM Kabupaten Cirebon sedikit mengalami

peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena adanya kesadaran masyarakat

Kabupaten Cirebon akan pentingnya kesehatan yang tercermin pada meningkatnya angka harapan

hidup, kesadaran akan pentingnya pendidikan yang tercermin pada meningkatnya Harapan Lama

Sekolah dan rata-rata lama sekolah, serta daya beli masyarakat yang semakin tinggi.

Capaian Nilai IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori :

- IPM ≥ 80 = Sangat Tinggi

- 70 ≤ IPM < 80 = Tinggi

- 60 ≤ IPM <70 = Sedang

- IPM ≥ 60 = Rendah

Sesuai dengan kriteria tersebut, IPM Kabupaten Cirebon tergolong IPM sedang, baik pada

tahun 2014 maupun tahun 2015.

Perbandingan antar indikator (komponen IPM seperti yang diuraikan pada sub-bab sebelumnya)

merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat keberhasilan pembangunan baru diukur dari satu

komponen saja. Akan tetapi dengan adanya indikator tunggal IPM merupakan suatu jawaban untuk

menilai tingkat kinerja pembangunan manusia secara keseluruhan dari tingkat pencapaian

pembangunan manusia. Indikator ini juga secara mudah dapat memberikan posisi kinerja

Page 24: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 16

pembangunan (output pembangunan) yang dicapai oleh suatu daerah. Makin tinggi nilai IPM suatu

daerah, maka makin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan yang dicapai wilayah tersebut.

Untuk lebih lengkapnya lagi mengenai indeks paritas daya beli dan turunannya, dapat dilihat

pada tabel yang ada di lampiran.

Gambar 1. Grafik IPM Kabupaten Cirebon dan Provinsi ,Tahun 2014– 2015

Tabel 3. Perbandingan IPM Kabupaten/Kota di Ciayumajakuning, Tahun 2014 - 2015

Kabupaten

/ Kota

2014 2015

IPM

Peringkat se-Prov.

Jawa Barat

IPM

Peringkat se-Prov.

Jawa Barat

(1) (2) (3) (4) (5)

Kuningan 66,63 17 67,19 17 Cirebon 65,53 19 66,07 19 Majalengka 64,07 22 64,75 22 Kota Cirebon 72,93 6 73,34 6 Indramayu 63,55 24 64,36 24 Jawa Barat 68,80

69,50

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon

Page 25: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 17

BAB V

KESEHATAN

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan status kesehatan penduduk, ketersediaan

serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting.

Ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas dalam pelayanan kesehatan

penduduk menjadi suatu keharusan. Pada umumnya di daerah perkotaan tersedia rumah sakit

dan juga puskesmas, sedangkan di daerah pedesaan umumnya hanya terdapat puskesmas

(termasuk puskesmas pembantu atau puskesmas keliling). Fasilitas kesehatan yang dimaksudkan

dalam bab ini adalah banyaknya rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu atau

puskesmas keliling. Perbandingan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan jumlah penduduk

dirasakan masih belum optimal.

Hidup sehat merupakan kebutuhan dasar manusia, dan setiap insan mempunyai hak untuk

menikmati derajat kesehatan yang tinggi bagi kehidupannya. Agar dapat dicapai derajat kesehatan

yang tinggi, penduduk juga harus mendapatkan hak-haknya atas kecukupan dalam memperoleh

makanan, air minum, pakaian, pemukiman, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial.

Pemerintah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk,

karena kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan SDM. Disamping itu, setiap individu

bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Kemajuan

dalam pembangunan kesehatan akan mempunyai pengaruh terhadap pembangunan nasional

dan sebaliknya pembangunan nasional akan mempunyai dampak penting terhadap derajat

kesehatan penduduk. Pada hakekatnya derajat kesehatan penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor perilaku masyarakat, lingkungan hidup, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Oleh

sebab itu, pembangunan kesehatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi perlu dijalankan dengan

mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan

dibidang kesehatan dapat dilihat dari derajat kesehatan dan gizi penduduk, meningkatnya pelayanan

kesehatan, serta bertambah baiknya lingkungan kesehatan masyarakat.

5.1. ANGKA HARAPAN HIDUP

Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah Angka Harapan Hidup

(AHH). Angka Harapan Hidup Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan sangat kecil pada tahun

2014 AHH adalah 71,28 tahun dan AHH pada tahun 2015 adalah 71,38 tahun .

Page 26: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 18

Gambar 2. Angka Harapan Hidup Kabupaten Cirebon Tahun 2012 – 2015

Jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Jawa Barat tahun 2012 sampai dengan tahun

2015, tampak bahwa Angka Harapan Hidup Kabupaten Cirebon lebih rendah. Pada tahun

2014 Angka Harapan Hidup Jawa Barat adalah sekitar 72,23 tahun sedangkan tahun 2015 sekitar

72,41 tahun. Besar kecilnya Angka Harapan Hidup dipengaruhi oleh banyak variabel baik yang

bersifat langsung maupun tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu

(time lag) tertentu. Variabel yang diperkirakan sangat berpengaruh terhadap AHH/e0. adalah

balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga medis. Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis

di Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 adalah sekitar 96,72 persen.

Tabel 4. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2015 (Persen)

Penolong Persalinan Terakhir Terakhir

Dokter 24,26

Bidan 72,41

Tenaga Paramedis Lain -

Dukun 3,34

Keluarga -

Lainnya -

Total 100,00

Sumber : Inkesra Jabar

5.2. PEMERATAAN PELAYANAN KESEHATAN

Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh, pemerintah

melaksanakan program kesehatan gratis. Sebagai penunjang utama adalah fasilitas dan tenaga

kesehatan yang memadai.

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, selain terdapat 11

rumah sakit besar. Kabupaten Cirebon juga dilengkapi dengan 60 buah Puskesmas dan 35

buah balai kesehatan.

Page 27: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 19

Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tidak mendapat kesulitan untuk menjangkau semua

penduduk dalam wilayah kerja masing- masing karena secara umum Kabupaten Cirebon

mempunyai kondisi geografis yang tidak sulit.

Jumlah tenaga medis dan paramedis di Kabupaten Cirebon cenderung berfluktuasi. Pada

tahun 2015 jumlah dokter yang ada di Kabupaten Cirebon adalah sebanyak 401 orang dengan

rincian dokter umum sebanyak 218 orang, dokter spesialis 141 orang, dokter gigi 42 orang,

sedangkan tenaga bidan sebanyak 915 orang, paramedic keperawatan 1 . 7 9 1 orang, apoteker

sebanyak 2 2 8 orang.

Tabel 5. Statistik Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015

Rincian 2014 2015

Fasilitas Kesehatan: Rumah Sakit 7 11 Puskesmas 57 60 Balai Pengobatan 15 35 Tenaga Kesehatan:

Dokter Umum 217 218

Dokter Gigi 46 42

Dokter Spesialis 184 141

Perawat 1.432 1.791

Apoteker 205 228

Bidan 884 915

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon

Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Cirebon adalah sebanyak 2.126.179 jiwa,

dengan jumlah dokter sebanyak 359 orang dokter umum dan ahli (tidak termasuk dokter gigi),

maka diperoleh rasio 1 : 5.922, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap dokter secara rata- rata

melayani 5.922 orang. Dengan rasio sebesar itu dimungkinkan Pelayanan kesehatan di Kabupaten

Cirebon kurang memadai sehingga banyak juga pasien berobat ke Rumah sakit atau dokter di Kota

Cirebon.

5.3. STATUS KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, sejak dini keadaan gizi perlu

mendapat perhatian yang lebih serius. Status gizi balita dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain pemberian zat besi terhadap ibu-ibu hamil, pemberian kapsul yodium (untuk ibu hamil,

ibu nifas dan wanita usia subur), dan pemberian kapsul vitamin A kepada balita. Berdasarkan

laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 masih ada balita yang berstatus

gizi buruk sebanyak 182 anak dengan kasus gizi buruk terbanyak di Kecamatan Lemahabang sebanyak

26 anak.

Page 28: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 20

Variabel lain yang berpengaruh terhadap AHH/e0 yaitu persentase penduduk dengan keluhan

kesehatan dan persentase penduduk yang sakit. Secara umum diharapkan bahwa semakin sedikit

persentase penduduk dengan keluhan kesehatan dan persentase penduduk yang sakit maka akan

semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya.

Tabel 6. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen)

Rincian 2014 2015

Ya Tidak Ya Tidak

Laki-Laki 23,54 76,46 26,34 73,66

Perempuan 26,55 73,45 26,86 73,14

Laki-Laki + Perempuan 25,01 74,99 26,59 73,41

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon (Susenas)

Jika dilihat dari jenis kelamin tampak bahwa persentase laki-laki yang mengeluh sakit

adalah sekitar 26,34 persen, sedangkan perempuan sekitar 26,86 persen dari total penduduk

pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2014 jumlah laki-laki yang mengeluh sakit sebanyak 23,54

persen, sedangkan perempuan sebanyak 26,56 persen. Penduduk yang mengeluh diduga akibat

perubahan cuaca yang tidak menentu.

Gambar 3. Grafik Persentase Penduduk yang Menyatakan Mengalami Keluhan Menurut Ada Tidaknya Gangguan Kegiatan, Jenis Kelamin di Kabupaten

Cirebon, Tahun 2014 - 2015 (Persen)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Cirebon pada tahun 2015, dari

26,59 persen penduduk (laki-laki + perempuan) yang menyatakan ada keluhan, yang benar-

benar terganggu kesehatannya adalah sekitar 11,88 persen, sedangkan sisanya 88,12 persen tidak

Page 29: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 21

ada gangguan kesehatan. Sementara itu, dari 26,34 persen penduduk laki-laki yang menyatakan ada

keluhan, yang benar-benar terganggu kesehatannya adalah sekitar 12,49 persen, sedangkan

sisanya sekitar 87,51 persen tidak ada gangguan kesehatan. Kemudian, dari 26,86 persen penduduk

perempuan yang menyatakan ada keluhan, yang benar-benar terganggu kesehatannya adalah sekitar

1 1 ,23 persen, sedangkan sisanya 8 8 ,77 persen tidak ada gangguan kesehatan.

Dari 1 1,88 persen penduduk (laki-laki + perempuan) yang benar-benar terganggu

kesehatannya, dapat dirinci lebih lanjut berdasarkan jumlah hari sakitnya tersebut, seperti yang

ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Cirebon, Tahun 2015 (Persen)

Rincian Laki-Laki Perempuan L + P

< 4 54,51 53,23 53,92

4 – 7 31,22 32,02 31,59

8 – 14 5,63 4,47 5,10

15 – 21 2,58 6,49 4,38

22 – 30 6,05 3,79 5,01

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon (Susenas)

Pada tahun 2015, persentase penduduk terbesar jumlah hari sakitnya adalah kurang dari 4

hari yaitu sebanyak 53,92 persen, dimana penduduk laki-laki sebanyak 54,51 persen dan

penduduk perempuan sebanyak 53,23 persen. Sedangkan persentase terkecil adalah penduduk yang

jumlah hari sakitnya antara 15 – 21 hari yaitu sebesar 4,38 persen, dimana hanya penduduk laki-laki

sebanyak 2,58 persen.

5.4. PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Kesehatan merupakan kebutuhan setiap insan oleh sebab itu kesehatan mestinya tercermin

dari kegiatan tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan melalui 3

kegiatan, yaitu:

- Kepemimpinan, dengan melakukan suatu intervensi kepemimpinan yang berwawasan kesehatan

untuk semua,

- Pengorganisasian, yaitu melakukan intervensi dibidang kesehatan pada setiap kelompok

masyarakat sehingga muncul Usaha Kesehatan Bersama Masyarakat (UKBM), dan

- Pendanaan, yaitu dengan mengembangkan sumber dana yang ada untuk membiayai beberapa

kegiatan di bidang kesehatan.

Page 30: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 22

Peningkatan peran serta masyarakat secara kasar dapat dilihat dengan melihat keberadaan

jenis UKBM, misalnya Posyandu, Polindes, POD (Pos Obat Desa), BKB (Bina Keluarga Balita),

dan lain sebagainya. Namun karena keterbatasan data pada publikasi ini, maka yang dapat

disampaikan hanya keberadaan Posyandu saja yang ada di Kabupaten Cirebon.

Peningkatan peran serta masyarakat secara kasar dapat dilihat melalui keberadaan

jenis UKBM misalnya Posyandu, Pos KB, dan BKM (Bina Keluarga Balita) dan lain–lain. Namun karena

keterbatasan data pada publikasi ini hanya dapat disampaikan keberadaan posyandu dan pos

KB di Kabupaten Cirebon. Di Kabupaten Cirebon terjadi perubahan yang cukup signifikan terhadap

kualitas peran serta masyarakat selama dua tahun terakhir ini. Disamping tenaga kesehatan,

kader binaan posyandu memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan posyandu.

Biasanya kader ini direkrut dari penduduk sekitar tempat posyandu didirikan dan ditempatkan

di rumah-rumah penduduk sehingga sangat akrab dengan penduduk sekitarnya. Adanya kader ini

menunjukkan betapa pedulinya penduduk terhadap kesehatan dilingkungan tempat tinggalnya.

Page 31: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 23

BAB VI

PENDIDIKAN

6.1. SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

Sumber daya manusia sangat penting peranannya dalam proses pembangunan. Untuk itu,

pembangunan yang dilakukan bermuara pada pembangunan manusia. Salah satu komponen dalam

pembangunan manusia adalah peningkatan di bidang pendidikan, karena merupakan suatu sarana

untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut,

pemerintah Jawa Barat sangat konsisten dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Program

Pembangunan Daerah (Propeda) Jawa Barat tahun 2011 – 2016 yang menyebutkan strategi yang

dilakukan di antaranya adalah perluasan dan pemerataan di dalam memperoleh pendidikan yang

bermutu bagi seluruh masyarakat melalui peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.

Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam

pembangunan nasional. Hal ini disadari karena pendidikan dipandang sebagai unsur utama dalam

pembentukan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pendidikan telah diupayakan pemerintah melalui berbagai

program, di antaranya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, program wajib belajar, beasiswa,

progam Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan lain sebagainya.

Program pendidikan mempunyai andil yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa,

ekonomi dan sosial. Sehingga keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu

parameter untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat.

Ketersediaan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar merupakan dua hal yang memegang

peranan penting terhadap maju mundurnya dunia pendidikan. Salah satu hal yang selama ini masih

menjadi kendala adalah kelangkaan jumlah guru pada daerah-daerah terpencil. Isu yang masih sering

terdengar adalah sebagian besar guru enggan ditempatkan pada daerah terpencil, sehingga

mengakibatkan menumpuknya jumlah guru di daerah-daerah perkotaan.

Untuk melihat ketersediaan dan penyebaran guru pada suatu daerah dapat dilihat dengan

membandingkan jumlah guru. Walaupun belum ada angka ideal sebagai patokan namun semakin

kecil angka ini maka akan menggambarkan beban seorang guru yang semakin kecil pula.

Untuk melihat ketersediaan guru dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah guru

dan jumlah murid pada setiap jenjang pendidikan yang ada di masing-masing daerah. Semakin

kecil angka ini maka akan semakin kecil pula beban seorang guru. Rasio murid guru SD di

Kabupaten Cirebon selama kurun waktu 2012-2014 hampir sama. Pada tahun 2014/2015 rasio

murid-guru SD sekitar 22, ini berarti pada tahun 2014/2015 secara rata-rata ada sekitar 22 murid

Page 32: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 24

SD yang harus ditangani oleh seorang guru pada sekolah tempatnya mengajar.

Rasio murid–guru SLTP selama kurun waktu 2014/2015 terdapat 19 murid dari setiap

guru. Begitupun itu, rasio murid guru SMU, pada tahun 2014/2015 relatif sama yaitu 1 guru

menangani 15 orang siswa. Untuk melihat rata-rata banyaknya murid yang bersekolah dalam

setiap jenjang pendidikan dapat diketahui dengan membandingkan jumlah murid terhadap sekolah.

Salah satu kegunaannya adalah untuk melihat apakah sudah waktunya pemerintah atau pihak swasta

membangun sekolah baru pada suatu tempat.

Rasio murid-sekolah SD di Kabupaten Cirebon pada tahun 2014/2015 sekitar 229 murid per

sekolah. Sedangkan Rasio murid sekolah SLTP pada tahun 2014/2015 adalah dari 487 siswa per

sekolah. Sementara itu, rasio siswa SMU terhadap sekolah pada tahun 2014/2015 adalah 466

siswa per sekolah.

6.2. ANGKA HARAPAN LAMA SEKOLAH

Tingkat pendidikan yang tinggi secara tidak langsung akan mencerminkan keberhasilan program

pendidikan yang telah diusahakan. Beberapa indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat

tingkat pendidikan di suatu daerah salah satunya adalah Angka Harapan Lama Sekolah (HLS).

Angka harapan lama sekolah penduduk usia 7 tahun ke atas di Kabupaten Cirebon pada tahun

2014 dan tahun 2015 adalah 11,6 tahun dan 11,79 tahun. Bisa diartikan bahwa penduduk Kabupaten

Cirebon yang berusia 7 tahun ke atas akan menempuh pendidikan sampai 12 tahun ke depan atau

diperkirakan sampai lulus SLTA.

Gambar 4. Grafik Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Cirebon dan Jawa Barat,Tahun 2012 – 2015 (Tahun)

Page 33: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 25

Dengan demikian, Rata-rata penduduk Kabupaten Cirebon yang berumur 7 tahun keatas dapat

menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SLTA kelas 2 bahkan sampai dengan lulus SLTA.

Sedangkan angka harapan lama sekolah Propinsi Jawa Barat di tahun 2015, angka HLS yaitu 12,15

tahun sehingga bisa diartikan bahwa rata-rata penduduk Propinsi Jawa Barat yang berumur 7 tahun

diperkirakan dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus SLTA.

6.3. RATA-RATA LAMA SEKOLAH

Selain angka harapan lama sekolah, indikator penting lain yang dapat digunakan untuk

melihat tingkat pendidikan di suatu daerah adalah Rata-Rata Lama Sekolah. Indikator ini dapat

memberikan informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk.

Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Cirebon yang berumur 25 tahun ke atas pada tahun

2014 sekitar 6 ,31 tahun, dan mengalami kenaikan pada tahun 2015 menjadi 6,32 tahun. Dengan

melihat angka tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahun 2014 penduduk Kabupaten Cirebon

rata-rata menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD dan SLTP, demikian juga pada tahun 2015.

Jika dibandingkan dengan 24 kabupaten/kota lainnya maka angka rata-rata lama sekolah penduduk

Kabupaten Cirebon berada di bawah rata-rata angka Jawa Barat yaitu 7,49 tahun atau lulus SD.

Fenomena ini mencerminkan bahwa kesadaran masyarakat Kabupaten Cirebon dibidang pendidikan

sudah semakin baik.

Gambar 5. Grafik Rata-Rata Lama Sekolah se Jawa Barat,

Tahun 2014 – 2015 (Tahun)

Page 34: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 26

6.4. ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH

Tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia antara lain ditandai dengan adanya unsur

kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang

berkualitas secara perorangan atau kelompok. Beberapa cara untuk menampilkan hasil kerja

produktif diantaranya dengan mengasah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang

umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan formal.

Perhatian pemerintah terhadap sumber daya manusia secara dini semakin meningkat,

hal tersebut juga terkait dengan program wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah

dalam upaya meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar (7-12 tahun)

dan sekolah lanjutan pertama (13-15 tahun). Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut,

dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu gambaran secara umum mengenai

banyaknya kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah tanpa memandang atau tanpa

memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. APS untuk SD misalnya, diperoleh dengan

membagi jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7 – 12 tahun) yang masih/sedang bersekolah pada

setiap jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk usia Sekolah Dasar. Begitu juga perlakuannya pada

jenjang pendidikan SLTP, SLTA, dan sebagainya. Keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan

juga dapat dilihat dari peningkatan angka partisipasi sekolah (APS). APS di sini adalah persentase

penduduk umur tertentu yang masih sekolah terhadap seluruh penduduk usia tersebut.

Meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah menunjukkan adanya keberhasilan di bidang

pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan.

Tabel 8. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Sekolah (7 – 24 Tahun) dan jenis kelamin di Kabupaten Cirebon, Tahun 2015 (Persen)

Usia Sekolah (Tahun)

2014

2015

7 – 12 (SD) 98,60 98,76

13 – 15 (SLTP) 88,03 91,90

16 – 18 (SLTA) 64,26 63,56

19 – 24 (D1 – S1) 15,15 14,36

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon

Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk usia sekolah dasar (7-12 tahun) dan usia SLTP (13-15

tahun) di Kabupaten Cirebon mengal ami peni ngkatan. Sedangka n Usi a SLTA dan Us i a

D1- S1 mengal ami penurunan. Hal i ni menunjukkan kurangnya program untuk us i a

16 – 24 tahun, mis a lnya program beas is wa .

Page 35: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 27

BAB VII

KETENAGAKERJAAN

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan

ekonomi, khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi penduduk miskin dengan

menitikberatkan pada masalah perluasan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang terus

bertambah. Dengan demikian pemerintah perlu strategi pembangunan yang berorientasi pada

perluasan/pembukaan kesempatan kerja. Kemudian sejauhmana pemerintah mengambil strategi

seperti itu dan menjalankannya seefektif mungkin, telah dianggap sebagai salah satu batu ujian yang

penting artinya bagi keberhasilan pembangunan.

Masalah ketenagakerjaan mencakup banyak aspek seperti pengangguran, tingkat upah yang

rendah, tidak adanya jaminan sosial dan sebagainya. Pada umumnya tenaga kerja yang bekerja

pada sektor formal mempunyai tingkat upah, produktivitas dan jaminan sosial yang lebih baik

dibanding mereka yang bekerja disektor informal. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang

sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial.

7.1. ANGKATAN KERJA

Dalam konsep BPS, usia kerja yang digunakan untuk keperluan pengumpulan data

ketenagakerjaan adalah 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja ini dibagi lagi menjadi penduduk

yang masuk sebagai angkatan kerja dan penduduk yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah

penduduk yang ikut berpartisipasi dalam lapangan kerja, baik statusnya sudah bekerja maupun yang

pengangguran, sedangkan bukan angkatan kerja aktivitasnya adalah yang tidak terkait dengan bekerja

secara produktif misalnya sekolah dan mengurus rumah tangga.

Tabel 9. Data Angkatan Kerja dan Penduduk Kabupaten Cirebon Tahun 2012 – 2015

Tahun Angkatan

Kerja

Bukan Angkatan

Kerja

Jumlah TPAK

2012 907.699 611.353 1.519.052

59,75

2013 880.847 606.676 1.487.523 59,22

2014 913.940 620.834 1.534.774 59,55

2015 909.383 644.877 1.554.260 58,51

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon

Setiap pembicaraan mengenai angkatan kerja pasti akan terkait dengan masalah

kependudukan, karena angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk dan tenaga kerja terus

bertambah sejalan dengan perkembangan penduduk. Perkembangan angkatan kerja tidak dapat

Page 36: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 28

dipisahkan dengan perkembangan ekonomi secara makro, karena proses penciptaan lapangan

kerja mengacu kepada kecenderungan pergerakan sektor ekonomi. Jumlah angkatan kerja di

Kabupaten Cirebon mengalami penurunan dari 9 1 3 . 9 4 0 orang pada tahun 2014 menjadi 909.383

orang pada tahun 2015 (Hasil Sakernas).

7.2. TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah salah satu ukuran yang dapat menggambarkan

partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi. TPAK merupakan perbandingan jumlah

angkatan kerja yaitu jumlah penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan terhadap jumlah seluruh

penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Penduduk lainnya adalah bukan angkatan kerja yaitu penduduk

yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi, yaitu penduduk yang sekolah, mengurus rumah

tangga, dan lain sebagainya.

Tabel 10. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut

Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen)

Rincian

2014

2015

Angkatan Kerja: 59,55 58,51

- Bekerja 51,62 52,36

- Pengangguran Terbuka 7,93 6,15

Bukan Angkatan Kerja: 40,45 41,49

- Sekolah 9,81 9,36

- Mengurus RT 23,74 24,34

- Lainnya 6,89 7,79

Penduduk Usia Kerja (15 Tahun ke Atas)

100,00

100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon

TPAK di Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 mancapai 58,51 persen, yang berarti bahwa

pada setiap 100 orang penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sekitar 58 orang di antaranya

adalah termasuk angkatan kerja. TPAK tahun 2015 ini turunbila dibandingkan tahun 2014 yakni sekitar

59,55 persen. Semakin tinggi angka TPAK maka semakin besar penyediaan tenaga kerja, dan secara

otomatis kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan perekonomian semakin cepat, karena

berkaitan dengan seberapa besar produktivitas yang dihasilkan oleh para pekerja tersebut. Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Sebagai catatan bahwa persentase angkatan kerja

yang ditampilkan tidak lain adalah TPAK itu sendiri.

Page 37: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 29

7.3. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

Pengangguran terbuka dapat diartikan sebagai:

- Mereka yang sedang mencari pekerjaan,

- Mereka yang sedang mempersiapkan usaha baru,

- Mereka tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin dapat pekerjaan (putus asa),

dan

- Mereka sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan persentase jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja.

Gambar 6. Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di CIAYUMAJAKUNING,

Tahun 2012 – 2014 (Persen)

Selama kurun waktu tahun 2012 – 2015, TPT Kabupaten Cirebon terus mengalami penurunan

namun TPT-nya paling tinggi di CIAYUMAJAKUNING sebesar 10,51 persen. Ini dapat dikatakan bahwa

dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja, secara rata-rata 10 sampai 11 orang di antaranya

adalah pencari kerja (pengangguran). Tinggi-rendahnya angka TPT ini akan menunjukkan keberhasilan

pemerintahan. Secara tegas Faizal Noor (2007) mengatakan bahwa keberhasilan pemerintahan suatu

negara diukur antara lain dari seberapa kecil tingkat pengangguran yang terjadi di masyarakatnya.

Semakin besar tingkat pengangguran (unemployment), semakin tidak berhasil pemerintah dan

sebaliknya.

7.4. PENYERAPAN TENAGA KERJA

Penyerapan tenaga kerja untuk setiap sektor ekonomi pada tahun 2015 tercatat

sebanyak 813.824 pekerja. Dari 5 sektor ekonomi yang dicakup, sektor yang paling dominan

Page 38: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 30

menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan Hotel yaitu

sekitar 33,86 persen.

Gambar 7. Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2015

Catatan/Note:

*) 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan

2. Industri Pengolahan

3. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel

4. Jasa Kemasyarakatan

5. Lainnya (Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan

Selama ini sektor perdagangan, restoran dan hotel masih merupakan lapangan usaha bagi

sebagian besar penduduk di Kabupaten Cirebon. Selanjutnya sebanyak 24,32 persen penduduk di

Kabupaten Cirebon bekerja pada sektor jasa. Sedangkan Sektor Industri Pengolahan menyerap 17,11

persen.

Page 39: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 31

BAB VIII

PERUMAHAN

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan.

Keberadaan rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung, tetapi rumah sudah menjadi

bagian dari gaya hidup dan simbol status bahkan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Rumah

selain berfungsi sebagai tempat istirahat atau berlindung dari hujan dan panasnya matahari, juga

berfungsi sebagai tempat untuk membina kehidupan rumahtangga dan bersosialisasi antar individu

dalam rumah dan mengembangkan diri.

Dengan sifatnya sebagai mahluk sosial, manusia selalu ingin hidup bersama dengan orang

lain dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga satu persatu bangunan rumah

tinggal bermunculan sampai terbentuk suatu pemukiman penduduk. Pemerintah telah berupaya

untuk mempermudah masyarakat untuk mendapatkan rumah melalui berbagai program diantaranya

menyediakan fasilitas kredit kepemilikan rumah (KPR).

Rumah dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat sosial masyarakat dan

keberhasilan pembangunan di bidang perumahan. Keberadaan rumah yang dimaksud tidak saja

menyangkut kuantitas, tetapi juga mengenai kualitas rumah. Kualitas rumah tinggal menunjukkan

tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah

tersebut yang dapat terlihat dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai

fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumahtangga tersebut diantaranya dapat terlihat dari luas

lantai rumah, sumber air minum dan fasilitas tempat buang air besar.

Peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas masyarakat diwujudkan dengan pembangunan

nasional di segala bidang secara berimbang. Dalam bidang perumahan, pembangunan tidak hanya

menyangkut segi kuantitatif, melainkan juga segi kualitatif yang memungkinkan terselenggaranya

perumahan sesuai dengan hakikat dan fungsinya.

8.1. KONDISI FISIK TEMPAT TINGGAL

Kondisi perumahan dan lingkungan mencerminkan kondisi penduduk yang tinggal dari

perumahan dan lingkungan tersebut. Oleh karena itu, laporan terhadap kondisi perumahan dan

lingkungan adalah merupakan bagian dari laporan pembangunan manusia.

Gambaran kondisi perumahan dan lingkungan tidak hanya dilihat secara fisik saja tapi juga dilihat

dari akses penghuni rumah tersebut ke berbagai fasilitas seperti air bersih, penggunaan jamban, dan

sebagainya. Kenyamanan tempat tinggal dapat dilihat dari luas lantai perkapita yang

digunakan. Selama kurun waktu tahun 2014-2015 luas lantai perkapita rumah di Kabupaten Cirebon

Page 40: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 32

cenderung mengalami kemajuan. Pada tahun 2015 persentase rumah tangga yang menempati

rumah dengan luas lantai kurang dari 20 meter persegi sekitar 3,35 persen. Selanjutnya rumah

tangga di Kabupaten Cirebon yang menempati rumah dengan luas lantai 20-49 meter persegi

sekitar 30,36 persen pada tahun 2015. Sedangkan luas lantai 50-99 meter persegi adalah 5 1 ,73

persen dan luas lantai 100-149 meter persegi adalah 10,24 persen.

Tabel 11. Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Rumah yang

Ditempati di Kabupaten Cirebon,Tahun 2014 – 2015 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon (Susenas)

8.2. FASILITAS TEMPAT TINGGAL

Fasilitas perumahan merupakan indikator penting untuk mengukur kesejahteraan keluarga.

Adapun fasilitas perumahan yang dimaksud antara lain sumber air minum, penggunaan jamban/kakus

oleh rumah tangga, dan jarak sumber air minum ke tempat penampungan kotoran/tinja tedekat.

Sumber air minum merupakan indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan keluarga. Air

bersih adalah sumber air minum yang berasal dari leding, pompa, sumur terlindung, mata air

terlindung dan air kemasan.

Tabel 12. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Penggunaan Kakus, dan Jarak ke Penampungan Terakhir Di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon

Rincian 2014 2015

Rumah Tangga Menurut Kualitas Rumah (Persen) :

Lantai Bukan Tanah 96,89 94,35

Atap Seng 96,09 97,57

Dinding Tembok 95,01 94,56

Tidak Ada Kakus 17,44 13,40

Rincian 2014 2015

Sumber Air Minum 100,00 100,00

- Air Bersih 99,49 97,05

- Bukan Air Bersih 0,51 2,95

Penggunaan Kakus 100,00 100,00

- Ada Kakus 82,36 86,60

- Tidak Ada Kakus 17,44 13,40

Jarak ke Penampungan 100,00 100,00

0 – 10 m 51,93 49,99

> 10 m 19,64 30,17

Tidak Tahu 28,43 19,84

Page 41: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 33

Pada tahun 2015, rumah tangga di Kabupaten Cirebon yang menggunakan air bersih sekitar

97,05 persen. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan bukan air bersih yaitu sebesar 2 ,95 persen

Sumber air minum tidak bersih ini berasal dari sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung,

sungai, danau/ waduk, dan air hujan.

Sementara itu, kesehatan lingkungan dapat dilihat dari penggunaan kakus oleh rumah tangga.

Pada tahun 2015, rumah tangga di Kabupaten Cirebon yang menggunakan kakus (kakus milik

sendiri, bersama, dan umum) adalah sekitar 86,60 persen, sedangkan yang tidak menggunakan kakus

sekitar 13,40 persen.

Jika dilihat dari jarak ke penampungan terakhir, maka persentase rumah tangga yang tinggal di

rumah dengan jarak ke penampungan terakhir dari 0 – 10 m pada tahun 2015 di Kabupaten Cirebon

adalah sekitar 49,99 persen, lebih dari 10 m adalah sekitar 30,17 persen, dan yang tidak tahu ada

sekitar 19,84 persen. Angka ini semakin meningkat dari tahun sebelumnya.

8.3. FASILITAS PENERANGAN

Listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi penduduk, hampir seluruh rumah tangga di

Kabupaten Cirebon sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. Pada tahun 2015, rumah

tangga yang menggunakan PLN sebagai sumber penerangan sekitar 98,51 persen, 1,16 persen

menggunakan listrik non PLN dan sisanya sekitar 0,32 persen menggunakan sumber penerangan

petromak/aladin. Sarana listrik yang disediakan oleh pemerintah (PLN) dan swasta sudah menjangkau

seluruh wilayah Kabupaten Cirebon. Kemungkinan rumah tangga yang belum menggunakan listrik

sebagai sumber penerangan disebabkan oleh faktor kesulitan ekonomi rumah tangga.

Tabel 13. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan, di Kabupaten Cirebon, Tahun 2014 – 2015 (Persen)

Sumber Penerangan 2014 2015

Listrik PLN 99,35 98,51

Listrik Non PLN 0,46 1,16

Petromak/Aladin - 0,32

Pelita/Sentir/Obor

Lainnya

0,10

0,09

-

-

Jumlah 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon

Page 42: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 34

BAB IX

INDIKATOR KONSUMSI

Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk konsumsi makanan masih

relatif besar (mendekati 50%) dari total pengeluaran per kapita. Sebaliknya pada negara maju pengeluaran

per kapita yang bersifat sekunder seperti aneka barang dan jasa yang mencakup pengeluaran untuk

perawatan kesehatan, rekreasi, olah raga, pendidikan dan lain-lain, adalah merupakan bagian terbesar dari

pengeluaran per kapita. Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2015 pada gambar 8, rata-rata

proporsi pengeluaran nonmakanan rumah tangga di Kabupaten Cirebon selama 1 bulan adalah sebesar

44,2 persen sedangkan proporsi pengeluaran makanan adalah sebesar 55,8 persen. Jika ditilik lebih lanjut

pada nilai pengeluaran perkapita per bulan, rata-rata pengeluaran perkapita perbulan untuk komoditi

makanan adalah Rp 345.720,00 dan untuk komoditi non makanan adalah Rp 273.832,00. Sehingga, jika

ditotal secara rata-rata pengeluaran penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 adalah Rp 619.552,00.

Hal ini berarti secara rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Cirebon ini masih di atas garis

kemiskinan mengingat garis kemiskinan Kabupaten Cirebon adalah Rp 327.032,00 (Tahun 2015).

Gambar 8. Proporsi Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Kabupaten Cirebon Tahun 2015

Page 43: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 35

BAB X

LPE, KEMISKINAN, INFLASI DAN IPM KABUPATEN CIREBON

Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi

terciptanya pembangunan manusia. Melalui pembangunan ekonomi akan dapat ditingkatkan produktifitas dan

pendapatan penduduk dengan penciptaan kesempatan kerja. Menurut United Nations Development Programe

(UNDP, 1996), hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia bersifat timbal balik.

Artinya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia dan sebaliknya. Di satu sisi

pembangunan manusia yang berkelanjutan perlu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang memadai, dan di

sisi lain pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan perlu dukungan ketersediaan SDM yang memadai.

Seperti yang dikemukakan oleh Van Den Berg dalam Werry (2005), jika pertumbuhan ekonomi

lebih banyak diterima oleh 20% kumpulan penduduk berpendapatan tinggi maka pertumbuhan tersebut

hanya akan menghasilkan kumpulan penduduk kaya yang bertambah kaya, dan kumpulan penduduk miskin

yang bertambah miskin. Keadaan seperti ini tidak mencerminkan kondisi pertumbuhan ekonomi yang baik.

Sebaliknya pertumbuhan ekonomi bisa mengurangi kemiskinan jika pertumbuhan ekonomi tersebut

memberi faedah yang besar kepada kumpulan penduduk terbesar. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi

yang bisa mengurangi kemiskinan secara signifikan adalah pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan

peningkatan distribusi pendapatan kepada kelompok penduduk miskin.

Distribusi Pendapatan di lihat dari Gini Rasio. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran

yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh.

koefisien Gini pada tahun 2012-2015, pada tahun 2012 gini rasio sebesar 0,36; tahun 2013 gini rasio

sebesar 0,32, pada tahun 2014 sebesar 0,28 dan tahun 2015 sebesar 0,33. Hal ini berarti angka Gini Rasio

semakin mendekati angka nol maka diasumsikan semakin menunjukkan pemerataan yaitu pada tahun 2014

sebesar 0,28. Dengan GR 0,28 ini berarti bahwa Kabupaten Cirebon pada tahun 2014 termasuk wilayah

yang memiliki ketimpangan pendapatan yang rendah.

Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan pula IPM (Indeks

Pembangunan Manusia) namun hal ini tidak terjadi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin IPM

bagus. Kalau pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor padat tenaga kerja maka akan dinikmati oleh orang

banyak, misalnya sektor pertanian dan industri riil.

Page 44: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 36

Gambar 9 . Laju Pertumbuhan PDRB , Kemiskinan, IPM dan Inflasi Kabupaten Cirebon, Tahun 2012-2015

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, hasil Sakernas 2015

Dari Gambar 9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon berfluktuatif sejak Tahun 2012 –

2015, namun di Tahun 2013 mengalami perlambatan sebesar 4,96 persen, karena adanya kenaikan BBM di

Bulan Juni 2013 sehingga inflasi sebesar 6,55 persen lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,67

persen. Kemiskinan trendnya menurun. Hal ini disebabkan PDRB besar namun masyarakat tidak menikmati,

masyarakat kurang mempunyai akses terhadap faktor produksi karena akses terhadap faktor produksi

minim maka perolehan balas jasa faktor produksi juga minimal. Mengapa balas jasa minimal karena sumber

daya manusia yang tidak atau belum tamat SD dan lapangan kerja yang tesedia hanyalah sebagai pekerja-

pekerja kasar dengan pendapatan yang kurang memadai misalnya buruh tani dan pekerja industri.

Page 45: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 37

BAB XI

TPAK, TPT, TKK DAN KEMISKINAN KABUPATEN CIREBON

Pertumbuhan ekonomi sebenarnya tidak dapat disederhanakan hanya dengan menyimak tinggi

atau rendahnya angka pertumbuhan. Tetapi dibalik itu yang tak kalah penting adalah apa yang disebut

sebagai kualitas pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas digerakan oleh peningkatan

kapasitas produksi masyarakat, walaupun angka tidak terlalu tinggi, jauh lebih tinggi pendapatan perkapita,

dan menyerap tenaga kerja yang pada akhirnya dapat memperbaiki pola distribusi pendapatan antar

kelompok masyarakat sehingga banyak penduduk yang memiliki cukup uang untuk memenuhi

kebutuhannya untuk membeli kebutuhan makanan, pendidikan, kesehatan dan perumahan sehingga dapat

mempercepat pembangunan manusia (Kajian Aloysius Gunadi Brata 2005, LPU Univ. Atmajay Yogyakarta,

dalam jurnalnya menguraikan adanya hubungan simultan antra kinerja ekonomi dan pembangunan

manusia). Sebaliknya pertumbuhan yang didasaran pada suntikan modal luar negeri berdampak

menimbulkan ketergantungan dan keuntungannya cenderung kembali ke negara pemilik modal.

Pernyataan di atas sama sekali tidak mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak

penting. Bahkan dalam perspektif pembangunan manusia (human develompont) pertumbuhan ekonomi

merupakan sarana utama (principal means) bagi pembangunan manusia untuk dapat berlangsung secara

berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan banyak bukti empiris yang menunjukkan bahwa tidak ada suatu

negara pun yang dapat membangun manusia secara berkesinambungan tanpa tingkat pertumbuhan

ekonomi yang relatif tinggi. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

syarat yang cukup bagi pembangunan manusia. Antara keduanya tidak ada hubungan otomatis tetapi

berlangsung melalui berbagai jalur antara lain ketenagakerjaan. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan dapat

ditransformasikan menjadi peningkatan kapasitas manusia jika pertumbuhan itu berdampak secara positif

terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha. Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan rumah tangga yang memungkinkannya “membiayai” peningkatan kualitas

anggotanya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan berdampak pada peningkatan kualitas

tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara

singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dapat (tetapi tidak bersifat otomatis) mempengaruhi

ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan

kualitas tenaga kerja).

Indikator ketenagakerjaan merupakan indikator penting dalam perencanaan dan evaluasi

pembangunan, baik di bidang ekonomi maupun di bidang sosial. Indikator ketenagakerjaan dapat

menggambarkan daya serap ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja.

Selain itu, dapat pula menggambarkan tingkat produktivitas tenaga kerja menurut wilayah dan sektor, yang

Page 46: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 38

berguna bagi para investor sebagai strategi investasi dan bagi pemerintah untuk pengembangan sumber

daya manusia.

Indikator-indikator ketenagakerjaan yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi dan

pencapaian keterlibatan usia produktif terhadap kegiatan perekonomian di antaranya Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK).

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2015, TPAK Kabupaten Cirebon mencapai

angka sebesar 58,51 persen. Artinya, dari penduduk 15 tahun ke atas di Kabupaten Cirebon sekitar 59

persen penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomis. Semakin tinggi angka TPAK maka semakin besar

penyediaan tenaga kerja, dan secara otomatis kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan

perekonomian semakin cepat, karena berkaitan dengan seberapa besar produktivitas yang dihasilkan oleh

para pekerja tersebut. Menurut komposisi jenis kelamin, TPAK penduduk laki-laki yang berumur 15 tahun

ke atas (78,58 persen), lebih besar dibanding penduduk perempuan (37,49 persen), yang berarti kontribusi

terhadap kegiatan perekonomian lebih banyak diberikan penduduk laki-laki dibanding penduduk

perempuan. Kondisi ini bisa saja terjadi karena adanya pembagian peran yang lebih mengutamakan laki-laki

untuk bekerja, sedangkan perempuan lebih banyak mengurus rumah tangga atau sekolah.

Menurut Sumarsono (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK antara lain: jumlah penduduk

yang masih sekolah, jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga, tingkat penghasilan keluarga, struktur

umur, tingkat upah, tingkat pendidikan, dan kegiatan ekonomi. Komponen-komponen ini memberikan

pengaruh terhadap capaian TPAK. Semakin besar/tinggi komponen-komponen tersebut akan menghasilkan

besar-kecilnya atau tinggi-rendahnya TPAK.

Kenyataan menunjukkan bahwa TPAK relatif tinggi untuk kelompok penduduk yang menerima

tingkat upah rendah, dan atau berpendidikan rendah dan atau buat keluarga yang berpenghasilan rendah.

Pada umumnya yang berpendidikan rendah akan berpenghasilan yang rendah tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan sosial yang harus terpenuhi. Untuk itu, semua anggkota keluarga yang dianggap mampu bekerja

terpaksa harus dikerahkan untuk masuk dalam pasar kerja guna menambah penghasilan keluarga, sehingga

kebutuhan sosial keluarga dapat terpenuhi. Dengan demikian TPAK menjadi tinggi untuk kelompok

penduduk yang berpendidikan rendah dan atau berpenghasilan rendah (Sumarsono, 2009). Keterpaksaan

anggota keluarga untuk masuk dalam pasar kerja guna menambah penghasilan keluarga, di antaranya akan

menuntut mereka mengurungkan niat untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi

bagi mereka yang sebetulnya harus mengenyam pendidikan. Kondisi ini akan mempengaruhi capaian

partisipasi sekolah dan rata-rata lama sekolah, yang setidaknya akan menghambat pembangunan manusia

secara keseluruhan.

Indikator ketengakerjaan lainnya yang juga penting untuk diperhatikan adalah tingkat

pengangguran atau tingkat pengangguran terbuka (TPT). TPT Kabupaten Cirebon pada atahun 2015

Page 47: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 39

berdasarkan hasil SAKERNAS sebesar 10,51 persen. Ini dapat dikatakan bahwa dari 100 penduduk yang

termasuk angkatan kerja, secara rata-rata 10 sampai 11 orang di antaranya adalah pencari kerja

(pengangguran). Tinggi-rendahnya angka TPT ini akan menunjukkan keberhasilan pemerintahan. Secara

tegas Faizal Noor (2007) mengatakan bahwa keberhasilan pemerintahan suatu negara diukur antara lain

dari seberapa kecil tingkat pengangguran yang terjadi di masyarakatnya. Semakin besar tingkat

pengangguran (unemployment), semakin tidak berhasil pemerintah dan sebaliknya.

Besar-kecilnya angka TPAK antara laki-laki dan perempuan, maka akan berdampak pula pada

pencapaian TPT. Hasil SAKERNAS pada tahun 2015 menunjukkan TPT laki-laki sebesar 11,66 persen,

sedangkan perempuan mencapai angka 7,98 persen. Dengan adanya program pengarusutamaan gender

maka keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan perekonomian khususnya perlu

menjadi pertimbangan kita bersama. Karena banyaknya partisipasi angkatan kerja dan kecilnya tingkat

pengangguran secara seimbang antara laki-laki dan perempuan, secara linier akan memberikan peran yang

sama terhadap konstribusinya pada kegiatan perekonomian.

Jenis dan penyebab pengangguran seperti yang diungkapkan oleh Faizal Noor karena beberapa hal

antara lain: (1) fractional unemployment, yaitu jenis pengangguran yang terjadi karena ketidakcocokan

antara pekerjaan dengan selera atau kebutuhan pencari kerja. Jenis ini sering terjadi di daerah perkotaan;

(2) cycclical unemployment, yaitu jenis pengangguran yang terjadi karena siklus usaha. Misalnya, panen

mengolah tanah merawat tanaman panen. Jenis ini sering terjadi di daerah pedesaan, yang relatif

miskin; (3) structural unemployment, yaitu jenis pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur

ekonomi. Misalnya dari agrikultural industri jasa informasi. Jenis ini sering terjadi di negara

berkembang.

Komplemen dari TPT adalah Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Data SAKERNAS 2015 menunjukkan

bahwa TKK Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 mencapai angka 89,49 persen. Ini berarti tingkat

kesempatan kerja yang tersedia sebesar 89,49 persen, atau dari 100 orang angkatan kerja, sekitar 89 orang

di antaranya sudah bekerja atau terserap pada lapangan usaha.

Mengenai dampak ketenagakerjaan terhadap pendapatan rumah tangga perlu menjadi perhatian

mengingat dampaknya yang luas terhadap taraf kesejahteraan atau, secara negatif, terhadap kemiskinan.

Kemiskinan, sejauh didefinisikan sebagai deprivasi ekonomi, sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumah

tangga karena hampir semua rumah tangga mengandalkan upah/gaji (bagi yang berstatus buruh/karyawan)

atau keuntungan usaha (bagi yang berstatus berusaha). Dengan demikian masalah ketenagakerjaan secara

langsung berkaitan dengan masalah kemiskinan. Implikasi logisnya jelas: upaya pengentasan kemiskinan

yang merupakan keprihatinan nasional di antaranya harus ditempuh melalui upaya penyelesaian masalah

ketenagakerjaan. Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan, sebagaimana disinggung sebelumnya, paling

Page 48: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 40

tidak mengandung dua aspek pokok: penyediaan lapangan kerja/usaha dan peningkatan produktivitas

tenaga kerja.

Gambar 10. Tingkat Kesempatan Kerja, Pengangguran dan TPAK di Kabupaten Cirebon Tahun 2015

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, hasil Sakernas 2015

Salah satu sektor primadona yang mesti terus mendapatkan prioritas adalah pengembangan sektor

pertanian terutama sektor agrobisnis dan agroindustri. Agroindustri diharapkan akan mampu membantu

penyediaan pangan yang cukup dalam mengantisipasi terjadinya “rawan pangan”. Dilain pihak agroindustri

berpeluang besar dalam menggenjot ekspor untuk menghasilkan devisa dibanding dengan sektor industri,

properti dan jasa, dimana pada saat terjadinya krisis mengalami kelesuan. Dalam penerapan tenaga kerja,

pengembangan sektor ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar terutama mereka

yang tingkat pendidikan dan ketrampilannya rendah dan sedang.

Selain itu dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri harus mengacu kepada keunggulan

komparatif yang memiliki kandungan input lokal yang tinggi dan padat tenaga kerja. Keunggulan komparatif

juga harus diusahakan kepada komoditi yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam maupun di luar

negeri. Selain keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif harus menjadi tekanan penting.

Page 49: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 41

Di samping akibat adanya “bisa kebijakan”, terjadi ketimpangan yang demikian lebar antara daerah

maju dengan daerah yang berkembang. Implikasinya arus urbanisasi dan pengangguran di daerah

perkotaan terus melonjak. Sehingga tekanan (pressure) di daerah perkotaan semakin meningkat dengan

tingginya tingkat pengangguran di perkotaan. Situasi ini akan mengundang bukan saja problematik sosial

lainnya tetapi juga aspek paling sensetif yaitu politik.

Tampak indikator distribusi penduduk dan ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan

salah satu faktor yang harus dicermati untuk mengatasi masalah pengangguran terutama untuk menekan

laju migrasi. Pemerintah Kabupaten Cirebon perlu mengantisipasi penyebab terjadinya ketimpangan

tersebut mulai dari realokasi investasi dan APBD. Karena di tengah upaya pemulihan akibat kritis, beban

Pemerintah Kabupaten Cirebon akan bertambah berat dengan semakin banyaknya jumlah pengangguran di

daerah perkotaan. Antisipasi harus dilakukan agar tidak timbul kerawanan sosial, karena pengangguran

yang besar dan tak terkendali dapat memicu terjadinya keberingasan massa dan akhirnya tindak

kekerasan/kejahatan (social deviance and social disorder). Mengantisipasi tingkat pengangguran yang

tinggi, pemerintah Kabupaten Cirebon harus memperbanyak lapangan kerja baru. “Era reformasi” dewasa

ini mungkin saat yang tepat untuk memikirkan kembali strategi kebijakan ketenagakerjaan. Selama ini

kebijakan ketenagakerjaan yang dijalankan cenderung terpusat ke daerah kota (urban oriented). Kebijakan

yang akan datang sebaiknya ditekankan untuk membangun dan meningkatkan usaha menengah, kecil, dan

rumah tangga di daerah pedesaan yang selama ini agak terabaikan.

Page 50: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

LAMPIRAN-LAMPIRAN PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TAHUN 2012-2016 SIKD KABUPATEN CIREBON

Page 51: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 43

Kabupaten Cirebon

Jumlah Penduduk(2016) : 2.142.700Jiwa

Luas Kabupaten : 990,36 km2/ 99.036 ha

KepadatanPenduduk : 2.164 jiwa/km2

IPM Variabel IPM 2012 2013 2014 2015 2016 *)

(poin) Kab Jabar Kab Jabar Kab Jabar Kab Jabar Kab Jabar

IPM 64,48 64,48 65,06 68,25 65,53 68,80 66,07 69,50 66,49 70,17

Indeks Pendidikan 51,12 56,27 52,18 58,08 53,26 59,26 53,82 59,95 54,88 61,40

Indeks Kesehatan 78,77 79,72 78,85 80,14 78,89 80,35 79,05 80,63 79,10 81,05

Indeks Daya Beli 66,59 68,00 66,92 68,31 66,96 68,40 67,79 69,45 67,70 69,43

PPP (Ribu Rupiah) 8.905 9.324,85 9.002,26 9.421,30 9.013,49 9.447,16 9.261 9.778 9.233,80 9.770,21

Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat, BPS Kabupaten Cirebon dan Statistika Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 (Data Publikasi) *) Angka Sementara

Indikator Pembangunan Indikator 2012 2013 2014 2015 2016 *)

Penduduk (Jiwa)*** 2.076.615 2.093.100 2.109.588 2.126.179 2.142.700

LPE (%) 5,46 4,96 5,07 4,87 4,68

LPP (%) 0,79 0,81 0,78 0,78 0,80

Inflasi (%) 4,67 6,55 5,42 4,63 4,15

PDRB Harga Berlaku (Juta Rp.) 26.297.826,36 29.410.721,59 32.578.100,73 35.748.884,91 38.889.022,09

PDRB Harga Konstan (Juta Rp.) 23.857.749,63 25.042.254,92 26.312.194,72 27.594.435,07 28.821.657,62

PDRB perkapita Harga Berlaku (Juta Rp.) 12.663.795 14.051.442 15.442.874 16.813.676 18.203.215

PDRB perkapita Harga Konstan (Juta Rp.) 11.488.769 11.964.337 12.472.670 12.978.416 13.470.366

Investasi (Juta Rupiah) 8.597.721 9.227.985 9.563.726 9.915.130 10.398.132

Kemiskinan (%) 14,94 14,65 14,22 14,77 14,41

Gini Ratio 0,36 0,32 0,28 0,33 0,29

Pengangguran Terbuka (%) 15,92 14,88 13,32 10,51 9,21

Rasio Elektrifikasi (%) 68,498 77,69 73,51 82,69 85,20

Kemantapan Jalan (km) 350,22 351,15 421,37 560,26 595,84

Cakupan Air Bersih (%) 55,51 54,43 64,15 63,34 67,66

Saluran Irigasi (% Rusak berat) (m) N/A N/A N/A N/A N/A

Sumber : PT. PLN, Kementerian ESDM, BPS Kabupaten Cirebon, dan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 *) Angka Sementara

Kondisi Infrastruktur Jalan Status Jalan 2012 2013 2014 2015 2016 *)

Jalan Kabupaten (km) 646,65 646,65 647,56 647,56 647,56

Jalan Provinsi melewati Kabupaten (km) 84,505 84,505 84,505 84,505 84,505

Jalan Nasional melewati Kabupaten (km) 84,89 84,89 84,89 84,89 84,89

Sumber : Statistik Daerah, BPS & Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon Tahun 2016 *) Angka Sementara

Pendidikan (poin)

Indikator Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 *) APK SD 104,63 110,32 109,48 104,9 107,33 APM SD 94,51 97,51 97,81 94,82 96,47 APK SLTP 84,26 82,29 82,43 91,58 90,66 APM SLTP 73,82 70,10 73,1 78,41 78,05 APK SLTA 64,44 54,41 66,58 74,32 75,39 APM SLTA 51,71 48,58 52,14 57,18 57,39 Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat (Data Publikasi)

*) Angka Sementara

Page 52: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 44

Ekonomi Unggulan Kabupaten - Industri Kecil dan Mikro Kerajinan (Batik, Makanan Olahan, Sandal, Gerabah, Meubel, Rotan dan Batu Alam)

- Agroindustri (Gedong Gincu)

- Agropolitan dan Minapolitan Terpadu

- Wisata Agro, Religi dan Kuliner/Belanja

Sumber : Kompilasi Bappeda Kabupaten Cirebon

Kondisi Sektor Pertanian 2012 2013 2014 2015 2016 *)

Luas Sawah (ha) 53.594 53.560 53.368 53.295 53.222

Luas Perkebunan (ha) 7.916 8.249 8.249 8.249 8.249

Luas Kehutanan [*kesesuaian landcover terhadap rencana KL Hutan] (ha)

3.712 3.712 3.713 3.713 3.713

Sumber : Distanbunakhut Kabupaten Cirebon *) Angka Sementara

Keuangan (Rupiah) Indikator 2012 2013 2014 2015 2016 *)

PAD Murni (ribu Rp) 229.992.688 250.848.893 452.870.109,028 478.689.917,479 462.956.910

DAU (ribu Rp) 1.135.758.785 1.280.797.128 1.406.862.523 1.431.944.562 1.521.877.112

DAK (ribu Rp) 86.034.470 97.245.530 76.145.530 185.706.720 212.508.702

Bantuan Provinsi(ribu Rp) 142.801.663,86 164.172.841,995 157.071.310,72 169.338.934,24 147.082.338,625

Hibah Provinsi(ribu Rp) 0 0 898.000 0 0

Bansos Provinsi(ribu Rp) 0 0 0 0 0

Volume APBD (ribu Rp) 2.107.265.539 2.390.957.419 2.797.214.508,36 3.379.910.803,92 3.425.816.922,87 Sumber : Statistik Keuangan Daerah Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten/KotaJawa Barat 2016 *) Data APBD / Angka Sementara

Kiriman Uang TKI dari Luar Negeri (Miliar Rupiah) *) 2012 2013 2014 2015 2016*)

Kiriman Uang TKI dari luar Negeri (Rp) *) 228,97 328,89 385,11 516,19 393,22

Jumlah Penempatan TKI 16.755 18.675 15.786 10.953 8.269

Jumlah Penempatan TKI se-Indonesia 494.609 512.168 429.872 275.736 193.077

Jumlah Remitansi TKI se-Indonesia US$ 6,99 M US$ 7,40 M US$ 8,43 M US$ 9,42 M US$ 6,76 M

Kurs Rupiah 9.670 12.189 12.440 13.795 13.582 Sumber : BNP2TKI, PT Pos Indonesia dan Data Diolah 2016 *) 2 Desember 2016 / Angka Sementara

KOMPONEN IPM Variabel IPM 2012 2013 2014 2015 2016 **)

(poin) Kota Jabar Kota Jabar Kota Jabar Kota Jabar Kota Jabar

Rata-rata Lama Sekolah 6,03 7,52 6,08 7,58 6,31 7,71 6,32 7,86 6,41 7,90

Angka Melek Huruf *) 92,50 96,39 93,26 96,87 93,89 98,29 94,07 - - -

Harapan Lama Sekolah 11,17 11,24 11,48 11,81 11,60 12,08 11,79 12,15 12,06 12,62

Angka Harapan Hidup 71,20 71,82 71,25 72,09 71,28 72,23 71,38 72,41 71,41 72,69 Sumber : BPS Kab. Cirebon, Statistik Daerah Kab. Cirebon Tahun 2016, IPM Kab. Cirebon Per Kecamatan Tahun 2015 & BPS Propinsi Jabar (Data Publikasi) *) Metode Baru Perhitungan IPM, AMH Tidak Menjadi Komponen Perhitungan IPM Sejak Tahun 2014 dan Diganti Dengan Harapan Lama Sekolah (EYS) **) Angka Sementara

Page 53: Pencapaian Indikator Kinerja Daerah Pemerintah Kabupaten ...bappeda.cirebonkab.go.id/wp-content/uploads/2017/02/SIKD-2016.pdf · Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon

Survei Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Hal. 45

INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN KABUPATEN CIREBON

TAHUN 2012-2016