penatausahaan pnbp
DESCRIPTION
Sejalan dengan adanya Reformasi, Pemerintah secara terus menerus menghimbau agar PNBP ditingkatkan, untuk menjawab hal tersebut maka perlu penata usahaan PNBP dimaksud, dengan sedikit tulisan ini mungkin bisa menambah pengetahuan pembaca dalam penataannya, semoga berguna. salam.TRANSCRIPT
PENATAUSAHAAN PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
KEMENTERIAN KEHUTANAN NON KAYU
1. Penjelasan Umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari
pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah
untuk mengatur pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penetapan APBN dilakukan setelah
dilakukan pembahasan antara Presiden dan DPR terhadap usulan RAPBN
dari Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Seperti tahun- tahun sebelumnya, pada tahun 2009, APBN
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2009.
Salah satu unsur APBN adalah anggaran pendapatan negara dan hibah1,
yang diperoleh dari :
Penerimaan perpajakan;
Penerimaan negara bukan pajak; dan
Penerimaan Hibah dari dalam negeri dan luar negeri.
PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan
dipertanggungjawabkan sehingga oleh Itjen Kementerian sebagai aparat
fungsional dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan lembaga
audit dapat turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang
mempengaruhi pendapatan negara yang merupakan penerimaan negara
Menyadari pentingnya dalam pengelolaan dan Penata usahaan PNBP,
maka kemudian dilakukan kegiatan Penyegaran Bendahara PNBP dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan, diantaranya :
UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak;
PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
PP Nomor 9 yahun 1998 tentang tariff atau jenis yang berlaku
pada Dephutbun
PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan
Tertentu;
PP Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan PNBP;
Permenkeu No. 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara Kementerian / Lembaga / Kantor / Satuan Kerja.
Permenkeu No. 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan
Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran PNBP Yang Terutang.
Permenkeu No. 231/PMK.02/2009 tentang Pedoman Umum
Pemeriksaan PNBP.
Permenkeu No. 34 Tahun 2010 ttg Pengajuan dan Penyelesaian
Keberatan Atas Penetapan PNBP Yang Terutang
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Kemkeu No. PER-47/PB/2009
tentang Juklak Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian / Lembaga /
Kantor / Satuan Kerja.
2. Maksud dan Tujuan
Pengertian Bendahara secara umum adalah setiap orang yang
diberi tugas menerima, menyimpan, membayar dan atau menyerahkan
uang atau surat berharga atau barang-barang Negara; sedangkan
pengertian dari Bendahara Penerima adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan Negara dalam rangka
pelaksanaan APBN.
PNBP Yang merupakan penerimaan Negara memegang peranan
penting dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan Negara dan
pembangunan nasional , oleh karenanya diperlukan langkah-langkah
pengadministrasian yang efisien agar bermanfaat secara optimal sehingga
mendorong pertumbuhan PNBP dari masa kemasa .
Tujuan penatausahaan PNBP secara umum adalah:
- Memenuhi amanat reformasi di bidang keuangan negara dengan
memberikan pedoman/pengaturan yang komperhensif mengenai
penataan Kas Bendahara instansi
- Menggantikan konsepsi lama
sedangkan tujuan khusus yang akan dicapai untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dalam kegiatan pengelolaan dan
penatausahaan PNBP oleh Bendahara penerima sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Adapun sasaran yang akan dicapai adalah :
1. Memahami dasar hukum dan Ruang Lingkup PNBP;
2. Memahami pengertian Bendahara Penerimaan;
3. Melaksanakan prosedur pemungutan dan penyetoran PNBP;
4. Melaksanakan penerimaan pada MAP PNBP;
5. Melaksanakan pembukuan pada BKU dan buku-buku
pembantu/register berkenaan;
6. Menyusun dan menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban;
3. Ruang Lingkup :
Ruang lingkup kegiatan penyegaran bendahara PNBP meliputi
- Kewajiban melakukan penatausahaan dan penyusunan LPJ yang
dilakukan oleh setiap Bendahara Penerimaan/Pengeluaran pada
satuan Kerja Kementerian/Lembaga
- Penatausahaan penyusunan LPJ Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran dilakukan atas pengelolaan uang atau
surat berharga dalam rangka pelaksanaan APBN.
4. Sistematika meliputi :
Kegiatan Penyegaran Bendahara PNBP tahun 2011 membahas spesifikasi
pengelolaan PNBP lingkup Ditjen PHKA yaitu:
a. Jenis-jenis PNBP lingkup Ditjen PHKA
b. PNBP lainnya
c. Penataan PNBP oleh Bendahara Penerima
d. Pengelolaan Kas Bendahara Penerima
e. Pembukuan Bendahara Penerima
f. LPJ Bendahara Penerima
Hasil yang dicapai :
Sedangkan maksud Penataan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap Bendahara Penerimaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku melalui pembekalan sebagai berikut:
B.1. MENGENAL JENIS-JENIS PNBP LINGKUP DITJEN PHKA
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 1998 terdapat 8(delapan) jenis
PNBP pada Ditjen PHKA yang dikatagorikan PNBP fungsional meliputi:
1. Pendapatan dana Pengamanan Hutan (Illegal Loging) MAP 423721.
2. Iuran menangkap/mengambil/mengangkut satwa liar,
mengangkut/mengambil Tumbuhan Alam hidup atau mati (IASL/TA) MAP
423731
3. Pungutan izin Pengusahaan Pariwisata Alam/PIPPA MAP 423732
4. Pungutan izin Pengusahaan Taman Buru/PIPTB MAP 423733
5. Pungutan izin berburu di Taman Buru dan Areal Buru/PIB MAP 423734
6. Pungutan Masuk Obyek Wisata Alam (Taman Wisata Alam, Taman
Nasional, Taman Buru) MAP 423735
7. Iuran Hasil Hutan Pengusahaan Pariwisata Alam/IHUPA MAP 423736
8. Iuran Hasil Usaha Perburuan di Taman Buru/IHUPTB MAP 423737
B.2. Selain PNBP fungsional terdapat juga PNBP umum (Lainnya)
yang meliputi:
1. Sewa Rumah Dinas MAP 423141
2. Sewa gedung bangunan dan gudang MAP 423142
3. TP/TGR MAP 423922
4. Pendapatan penjualan asset lainnya yang berlebih/rusak/dihapus MAP
423129
5. Pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah MAP
423752
6. Pendapatan jasa giro MAP 423221.
B.3. PENATAAN PNBP OLEH BENDAHARA PENERIMA
Bendahara Penerima adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan
uang pendapatan Negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor satuan kerja Kementerian/lembaga/SKPD.
PNBP yang ditatausahakan oleh Bendahara penerima adalah semua PNBP yang
ada dalam pengurusan instansi yang bersangkutan baik penerimaan umum
maupun fungsional, yang meliputi pemungutan PNBP, Penyimpanan PNBP,
Penyetoran PNBP, pembukuan PNBP dan pelaporan/pertanggungjawaban
PNBP
Dalam penataannya sumber data yang dapat digunakan adalah:
- Potongan PNBP yang tercantum pada SPM yang sudah diterbitkan SP2D
oleh KPPN
- Nota Kredit dan Debet dari Bank
- Kwitansi/Karcis
- SSBP
- SSPB
Data yang telah ditatausahakan dituangkan dalam laporan bulanan sebagai
pertanggungjawaban dan disampaikan kepada:
- Kepala Biro Keuangan Kementerian/Lembaga
- Itjen Kementerian/Lembaga
- Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
B.4. PENGELOLAAN KAS BENDAHARA PENERIMA
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.05/2008 dalam
pengelolaan PNBP meliputi unsur Menagih/Memungut/Menerima (Umum dan
Fungsional).
a. Cara dan Waktu Pemungutan PNBP.
1) Cara pemungutan dapat dilakukan langsung/tidak langsung atau dilakukan
dengan pemotongan melalui Surat Perintah Membayar (SPM)/Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D).
2) Pemungutan langsung, dilakukan pada saat penandatanganan
perjanjian/kontrak, penyerahan barang/jasa, pelayanan fasilitas atau pada
saat-saat tertentu secara berkala atau berdasarkan perjanjian/kontrak yang
telah ditentukan.
3) Pemungutan tidak langsung, penyetoran dilakukan oleh pihak Stake Holder
pemangku kepentingan) dan menyampaikan bukti setor berupa SSBP
kepada Bendahara Penerima.
b. Bukti Pungutan.
Bendahara Penerima wajib membuat bukti pungutan pada saat menerima
pembayaran dari wajib bayar; Bukti pungutan adalah merupakan bukti
pelunasan PNBP; Bukti pungutan/kuitansi harus lengkap dan jelas, sekurang-
kurangnya dibuat dalam tiga lembar yang peruntukannya :
1) Lembar pertama untuk wajib bayar.
2) Lembar kedua untuk Biro Keuangan dan Perlengkapan sebagai lampiran
SPJ.
3) Lembar ketiga untuk arsip Bendahara yang bersangkutan.
c. Penyimpanan
Penerimaan berupa uang tunai yang belum sempat disetor ke rekening Kas
Negara harus disimpan Bendahara ditempat yang aman, dalam menyimpan uang
tunai, Bendahara Penerima harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Menyimpan uang tunai dalam Brankas paling lama 1 (satu) minggu;
- Menyimpan uang tunai dalam rekening atas nama Instansi pada Bank
Pemerintah sampai saat / waktu penyetoran tiba;
- Dilarang menyimpan uang tunai :
1) Dalam penguasaan pribadi.
2) Lebih dari batas waktu yang ditetapkan.
3) Atas nama pribadi pada Bank Pemerintah.
4) Pada Bank Swasta atau lembaga keuangan bukan Bank.
d. Penyetoran dan Sangsi.
d.1 Tata cara penyetoran.
Penerimaan Umum dan Fungsional yang diterima oleh Bendahara
Penerima/petugas penyetor, harus disetorkan seluruhnya (100 %) ke rekening
Kas Negara setempat melalui Bank Pemerintah/Bank Persepsi/Giro Pos terdekat
dengan menggunakan formulir Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak(SSBP).
Dalam hal penyetoran dilakukan Bendahara penerima maka SSBP dibuat dalam
rangkap 5 (lima) sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
Anggaran Departemen Keuangan Nomor 76/A/46/0697 tanggal, 03-06-1997,
perihal petunjuk pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
114a/KMK/03/1997 tanggal 21 Maret 1997 tentang Penata Usahaan dan
Pertanggung Jawaban PNBP pada Instansi Pengguna, dimana masing-masing
lembar SSBP diperuntukkan bagi :
1) Lembar 1 dan 4 untuk Bendahara Penerima.
2) Lembar 2 dan 3 untuk KPPN (lembar ke 3 untuk Unit Pengelola PNBP
melalui seksi Bank Persepsi/ Giro Pos ).
3) Lembar 5 untuk arsip pada Bank Persepsi/ Giro Pos bersangkutan.
Dalam hal penyetoran dilakukan oleh Wajib Bayar/Pemangku Kepantingan(Stake
Holder) maka SSBP dibuat dalam rangkap 6 (enam), dimana masing-masing
lembar SSBP diperuntukkan bagi :
1) Lembar 1 untuk wajib bayar.
2) Lembar 2 dan 3 untuk KPPN ( lembar 3 untuk unit pengelola PNBP
melalui seksi Bank Persepsi / Giro Pos).
3) Lembar 4 dan 6 untuk Bendahara Penerima melalui wajib bayar.
4) Lembar 5 untuk pertinggal pada Bank Persepsi/Giro Pos bersangkutan.
Departemen/Lembaga atau Kantor/Satuan Kerja wajib segera menyetorkan
seluruh saldo PNBP yang masih tersisa pada akhir Tahun Anggaran ke rekening
Kas Negara sesuai MAP.
Setiap tanda setoran PNBP harus mencantumkan secara jelas :
1) Nomor Urut.
2) Nama Satuan Kerja.
3) Unit Eselon-I.
4) Lokasi/Provinsi.
5) Jenis Penerimaan.
6) Mata Anggaran Penerimaan (MAP).
d.2. Sanksi
1) Terlambat Menyetorkan.
Apabila Bendahara Penerima lalai dan tidak menyetorkan PNBP tepat pada
waktunya dapat dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan kepegawaian yang
berlaku antara lain; Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.
2) Tidak Menyetorkan.
Apabila Bendahara Penerima tidak menyetorkan sebagian atau seluruh dari
PNBP-nya dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Perundangan dan Peraturan
yang berlaku, antara lain Tuntutan Perbendaharaan.
3) Tidak/Tidak Sepenuhnya/Lambat/Lalai Menyetorkan
Satuan Kerja/UPT yang tidak/tidak sepenuhnya/lambat/lalai dalam melakukan
penyetoran atas PNBP yang diterimannya dapat dikenakan tindakan berupa
diperhitungkanya jumlah yang tidak disetor tersebut dengan jumlah dana
yang tersedia dalam DIPA
B.5. PEMBUKUAN BENDAHARA PENERIMA
Pembukuan atas PNBP dimaksudkan sebagai suatu aktifitas yang
berfungsi untuk memberikan informasi tentang penerimaan dan penyetoran yang
terdapat pada Satuan Kerja/Unit Pelaksana Teknis; Bendahara Penerima wajib
mempunyai Buku Kas Umum dan buku pembantu.
a. Tahapan Pembukuan.
Salah satu tugas utama Bendahara Penerima adalah membuat pembukuan
atas PNBP baik penerimaan umum maupun penerimaan fungsional (uang atau
bukti setor yang diterimanya) serta pengeluaran (penyetoran ke Kas Negara)
yang dilakukan berkenaan dengan PNBP dalam lingkungan satuan kerjanya.
b. Bukti Pembukuan
Bendahara Penerima dalam melakukan pencatatan dalam Buku Kas Umum
harus didasarkan pada bukti yang lengkap, antara lain sebagai berikut :
- Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
- Kuitansi.
- Copy SPM/SP2D.
- Bukti-bukti lain
c. Tata Cara Pembukuan.
1) Buku Kas Umum
a) Setiap Bendahara Penerima atau Pemegang Kas yang mengurus uang
negara mempunyai Buku Kas Umum; Buku Kas Umum dipergunakan unuk
mencatat semua pungutan dan penyetoran; Pencatatan dilakukan sebelum
dicatat ke dalam buku pembantu; Buku Kas Umum harus diselenggarakan
dengan benar dan tertib; Tiap-tiap posnya harus didukung bukti-bukti yang
lengkap.
b) Buku Kas Umum harus dikerjakan sendiri oleh Bendahara Penerima yang
bersangkutan kecuali ditentukan lain oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja
selaku atasan langsung bendahara. Penulisan pada Buku Kas Umum harus
selalu bersih, rapi dan tidak ada coretan atau penghapusan-penghapusan /
tindasan tulisan.
c) Sebelum Buku Kas Umum dipergunakan, maka terlebih dahulu Bendahara
Penerima harus memberi nomor halaman dan membubuhkan parafnya
pada setiap halaman Buku Kas Umum dimaksud. Khusus untuk halaman
pertama perlu diberi catatan keterangan.
d) Buku Kas Umum dibuat dalam bentuk skontro, yaitu sebelah kiri sebagai
sisi untuk mencatat pungutan dan sisi sebelah kanan untuk mencatat
penyetoranya.
e) Buku Kas Umum dalam bentuk Skontro terdiri dari lajur-lajur tanggal,
uraian, nomor urut bukti kas, kode buku pembantu dan jumlah.
f) Buku Kas Umum ditutup pada akhir bulan hari kerja terakhir dan setiap kali
dianggap perlu oleh atasan langsung, saat diadakan pemeriksaan Kas oleh
petugas pemeriksa.
g) Setiap penutupan Buku Kas Umum harus ditanda tangani oleh Bendahara
Penerima dan atasan langsung.
h) Buku Kas Umum harus selalu ada di Kantor/satker, tidak boleh keluar
kantor.
2) Buku Pembantu
Bendahara Penerima disamping mengerjakan Buku Kas Umum, diharuskan
untuk menyelenggarakan Buku Pembantu dalam bentuk Staffel atau Skontro
berupa :
a) Buku pembantu per Mata Anggaran Penerimaan. Buku ini berfungsi sebagai
buku pembantu Buku Kas Umum dan dipergunakan untuk mencatat semua
pungutan/penerimaan dan penyetoran sesuai permata anggaran.
b) Buku Bank /Giro Pos.
Buku Bank/Giro Pos berfungsi sebagai Buku Pembantu yang Khusus
dipergunakan untuk mencatat masuk dan keluarnya uang tunai ke dan dari
Bank/Giro Pos.
3) Pembukuan Potongan SPM dan Jasa Giro.
a) Potongan SPM yang didalamnya terdapat PNBP, yang diperoleh dari
Bendahara Pengeluaran/Petugas Pembuat Daftar Gaji,dibukukan pada sisi
penerimaan Buku Kas Umum dan bersamaan dengan itu dibukukan pula
secara in – out pada sisi pengeluaran buku kas umum. Demikian pula
halnya terhadap buku-buku pembantu yang bersangkutan.
b) Penerimaan jasa giro, pembukuanya dilakukan baik dalam Buku Kas Umum
maupun buku bank, pembukuanya dilakukan secara in – out, sesuai nota
debet yang diterima dari bank.
4) Perbaikan kesalahan.
Perbaikan kesalahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mencoret angka yang salah dengan dua garis lurus sehingga tulisan
yang
b. semula masih dapat dibaca, kemudian diparaf dan selanjutnya
ditulis angka yang benar.
c. Terlebih dahulu membukukan kembali (contra pos) pembukuan
yang salah dengan mencatat pada sisi penerimaan Buku Kas Umum
apabila kesalahan tersebut adalah kesalahan
pembukuan penyetoran/pengeluaran, kemudian baru dilakukan
pembukuan yang sebenarnya, demikian pula sebaliknya.
d. Membukukan kurang/lebihnya dalam Buku Kas Umum.
Cara ini dapat diterapkan apabila kesalahan pembukuan diketahui
pada bulan berjalan sebelum BKU ditutup. Tetapi apabila Kesalahan
pembukuan baru diketahui pada bulan berikutnya setelah BKU
ditutup maka cara perbaikanya adalah dengan cara seperti pada
poin b).
Bentuk dan cara pengisian Buku Kas Umum
BUKU KAS UMUM
Tgl No
Uraian Debit Kredit Saldo Bukti
1 2 3 4 5 6
0 Saldo Awal 0 0 10,000,000
4-Jun 00001
Terima dari Petugas Pemungut Wilayah I Kujang Timur 2,500,000 0 12,500,000
4-Jun 00002
Terima dari Petugas Pemungut Wilayah II Kujang Tengah 1,200,000 0 13,700,000
7-Jun 00003
Terima dari Petugas Pemungut Wilayah III Kujang Selatan 1,800,000 0 15,500,000
13-Jun 00004
Terima dari Petugas Pemungut Wilayah II Kujang Selatan 1,000,000 0 16,500,000
14-Jun 00005
Terima dari Petugas Pemungut Wilayah I Kujang Timur 500,000 0 17,000,000
30-Jun 00006 Setor ke Kas Negara MAP 423731 NTPN Nomor 0 17,000,000 0
JLH 7,000,000 17,000,000 0
B.6. LPJ BENDAHARA PENERIMA
Pengertian LPJ
1) LPJ adalah bentuk pertanggungjawaban Bendahara yang menyajikan
informasi tentang :
a. Keadaan pembukuan pada bulan pelaporan meliputi saldo awal,
penambahan, penggunaan/pengurangan dan saldo akhir dari buku-buku
pembantu
b. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan meliputi uang tunai di brandkas
dan saldo rekening bank
c. Hasil rekonsiliasi internal(antara pembukuan bendahara dan unit
akuntansi)
d. Penjelasan atas selisih (jika ada) antara saldo pembukuan dan saldo kas
2) LPJ disusun berdasarkan BKU, buku-buku pembantu dan buku pengawasan
anggaran yang telah diperiksa dan direkonsiliasi
3) LPJ Bendahara diketahui oleh Atasan Langsung dan disampaikan secara bulanan
disertai salinan rekening Koran kepada BUN/Kuasa BUN,
Menteri/Pimpinan/Lembaga dan BPK
Sansksi keterlambatan
penyampaian LPJ
Atas keterlambatan penyampaian LPJ dapat dikenakan sanksi berupa penundaan
penerbitan SP2D atas SPM-GUP/SPM-TUP, pengenaan sanksi tersebut tidak
membebaskan Bendahara dari kewajiban menyampaikan LPJ
Bentuk LPJ Bendahara Penerima : I Keadaan pembukuan
Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir
A.BP Kas 1. BP Kas
(tunai/bank) ………………… ………. ………. ……..
B.BP selisih kas
1.BP…….. ………………. ……….. ………. …….. 2.BP…….. ………………. ……….. ………. …….. 3.BP…….. ………………. ……….. ………. …….. 4.BP lain-lain ………………. ……….. ………. ……..
II.Keadaan Kas Uang tunai + di Rek.Bank III.Hasil Rekonsiliasi Internal
1. Penerimaan yang telah disetor ke Kas Negara …………… 2. Pembukuan menurut UAKPA ………….. 3. Selisih pembukuan Bendahara dengan UAKPA(1-2) …………..
IV.Penjelasan selisih kas dan selisih pembukuan 1. Jelaskan selisih kas (IA-II) …………. 2. Jelaskan selisih pembukuan(III.3) ………….
Kesimpulan dan saran :
Guna meningkatkan penerimaan Negara yang bersumber dari dalam ataupun
luar negeri, pemerintah berusaha meningkatkan PNBP dari tahun ke tahun
mengingat PNBP merupakan salah satu sumber pembiayaan Negara yang
digunakan sebagai sarana untuk mengatur kebijakan pemerintah dalam
berbagai aspek dalam rangka menggerakkan roda pembangunan dengan cara :
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan public
- Meningkatkan kualitas pengelola PNBP dengan tertib Administrasi dan
penyetorannya sesuai dengan peraturan yang berlaku
- Meningkatkan pengawasan
- Meningkatkan kerjasama antar instansi terkait penetapan kebijaksanaan
PNBP lainnya
Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan Penyegaran Bendahara Penerima ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Bendahara Penerimaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sehingga diharapkan setelah memperoleh pembekalan dan kembali
ketempat tugas masing-masing, peserta dapat :
1. Mampu mengelola keuangan PNBP
2. Memahami dasar hukum dan Ruang Lingkup PNBP;
3. Memahami pengertian Bendahara Penerimaan;
4. Melaksanakan prosedur pemungutan dan penyetoran PNBP;
5. Melaksanakan penerimaan pada MAP PNBP;
6. Melaksanakan pembukuan pada BKU dan buku-buku pembantu/register
berkenaan;
7. Menyusun dan menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban;
8. Melaksanakan penyelesaian kerugian Negara
Penutup
Harapan kami dengan membaca tulisan ini semoga dapat berguna bagi
pembaca, dapat memahami, menerapkan dan melaksanakan penatausahaan
PNBP sesuai ketentuan yang ditetapkan.