penatalaksanaan fisioterapi pada kasus …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. naskah publikasi.pdf ·...

15
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PEDIATRIC AND NEURODEVELOPMENTAL THERAPY CENTRE (PNTC) Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Progam Pendidikan Diploma III Fisioterapi Disusun Oleh : MUHAMMAD KHAIRIL ICHSAN J100141011 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: hoangkhanh

Post on 20-Aug-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI

PEDIATRIC AND NEURODEVELOPMENTAL THERAPY

CENTRE (PNTC)

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas

dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Progam Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun Oleh :

MUHAMMAD KHAIRIL ICHSAN

J100141011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi
Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGIA PEDIATRIC

NEURODEVELOPMENTAL AND THERAPY CENTRE (PNTC) (Muhammad Khairil Ichsan, J100141011, 2014, 62 pages)

ABSTRACT

Background: Cerebral palsy (CP) is any group of motor disorders that persist, non-progressive, which occurs in children at the beginning of the growth process caused by brain damage due to birth trauma or intra uterine pathology. Definition spastic nature or is characterized by spasms hypertonic, thus muscles and stiff movements, while also known as athetoid or dyskinetic movements motion not controlled, abnormal attitude, and involuntary movements or by itself, and quadriplegia that is fourth member of body motion is attacked altogether. So, athetoid CP spastic quadriplegia is uncontrolled movements which are involuntary and hipertonus on all four limbs affected. In addressing these problems with the modality used is Neuro Developmental Treatment (NDT) which includes inhibition, stimulation and facilitation. Objective: To determine the effect of exercise therapy with methods of Neuro Development Treatment (NDT) in reducing spasticity and improving motion control and balance in order to improve the functional ability of the CP spastic athetoid quadriplegia. Results: After treatment for 6 times the obtained results on the assessment of spasticity with scale Asworth: shoulder T1 = 2 to T6 = 2, elbow T1 = 2 to T6 = 2, wrist T1 = 2 to T6 = 2, hip T1 = 2 to T6 = 2, knee T1 2 to T6 = 2, and ankle T1 = 3 becomes T6 = 3. Not to change. On examination of the functional activity of the GMFM is obtained at the initial examination (T0): 40.1% and at the end of the evaluation (T6) becomes: 42.1%. From start to finish increased by 2%. Conclusion: Management of physiotherapy on condition athetoid CP spastic quadriplegia with exercise therapy using NDT methods showed no decrease spasticity with Asworth scale and showed improvement of functional ability invitation GMFM. Keywords: Cerebral palsy (CP), spastic, athetoid, quadriplegia, Neuro Development Treatment (NDT), Ashwort, GMFM.

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat riskan bagi

setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan semua

aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Masalah tumbuh kembang anak yang sering dijumpai

salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

kerusakan pada otak yang bersifat non-progresif yang terjadi pada proses

tumbuh kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di

dalam kandungan (pre-natal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah

proses kelahiran (post-natal). CP dapat menyebabkan gangguan sikap

(postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai

gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia,

cerebellum, dan kelainan mental (mental retardation) (Mardiani, 2006).

Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional

agar penderita mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi

ketergantungan terhadap orang lain. Neuro developmental treatment (NDT)

merupakan salah satu pendekatan yang paling umum digunakan untuk

intervensi anak-anak dengan gangguan perkembangan.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi pada kondisi CP spastic athetoid quadriplegi

sangatlah kompleks, maka penulis dalam hal ini mengambil pembatasan

masalah dengan rumusan permasalahan sebagai berikut: apakah ada pengaruh

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

terapi latihan dengan metode NDT dalam menurunkan spastisitas dan

meningkatkan kontrol dan keseimbangan gerak dalam upaya meningkatkan

kemampuan fungsional pada CP spastic athetoid quadriplegi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari dan mengambil suatu

kesimpulan tentang kondisi CP spastic athetoid quadriplegi diantaranya:

untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dengan metode NDT dalam

menurunkan spastisitas dan meningkatkan kontrol dan keseimbangan gerak

dalam upaya meningkatkan kemampuan fungsional pada CP spastic athetoid

quadriplegi.

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi

Cerebral palsy (CP) adalah kelainan yang disebabkan oleh

kerusakan otak yang mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan

koordinasi, psikologis, dan kognitif sehingga mempengaruhi proses belajar

mengajar. Ini sesuai dengan teori yang disampaikan dalam The American

Academy of Cerebral Paslsy (Mohammad Efendi, 2006:118).

Menurut kamus kedokteran Dorlan (2005) definisi spastic adalah

bersifat atau ditandai dengan spasme hipertonik, dengan demikian otot-otot

dan gerakan kaku. Sedangkan athetoid dikenal juga dengan istilah diskinetik

atau gerak yang gerakannya tidak terkontol, sikapnya abnormal, dan

gerakannya involunter atau dengan sendirinya. Reflex neonatalnya menetap

dikarenakan kerusakan terjadi di ganglia basalis (daerah yang mengatur

gerakan). Quadriplegi, keempat anggota gerak tubuh terserang semuanya

(Mangunsong, 2011). Jadi, CP spastic athetoid quadriplegi adalah gerakan

yang tidak terkontrol yang bersifat involunter dan hipertonus pada keempat

anggota gerak terserang semua.

B. Deskripsi Problematika Fisioterapi

Permasalahan umum yang timbul pada kondisi CP spastic athetoid

quadriplegi adalah adanya spastisitas pada otot-otot AGA dan AGB yang

mengakibatkan gangguan pada fungsinal pasien. Spastisitas adalah suatu

kelainan motorik yang ditandai oleh peningkatan refleks perenggangan

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

tonik yang terkait dengan perenggangan dan peningkatan refleks tendon

yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang (Setiawan

2009).

C. Modalitas Fisioterapi

Neuro Development Treatment (NDT) menekankan pada adanya

hubungan antara normal postural reflex mechanism (mekanisme reflex

postural normal). Konsep dasarnya adalah sebagai berikut: (1) normal

postural tone merupakan kualitas normal tonus postural untuk

mempertahankan posisi gaya berat selama beberapa waktu untuk memperoleh

gerakan yang lancar dan terkoordinasi, (2) reciprocal innervation yaitu

keseimbangan dan koordinasi antara grup otot agonis dan antagonis dan kerja

sama grup sinergis agar terjadi gerakan yang terarah, dengan tempo dan

gradasi yang tepat, halus serta bertujuan, (3) adanya variasi gerak

mengarahkan ke kemampuan fungsional. Adapun teknik yang digunakan

adalah: (1) inhibisi yaitu suatu upaya untuk menghambat atau menurunkan,

menghentikan tonus otot yang berlebihan dengan menggunakan sikap

hambat reflek atau Reflex Inhibitory Postures (RIP), (2) fasilitasi pola gerak

normal menggunakan teknik tertentu yang berfungsi untuk mempermudah

reaksi-reaksi automatif dan gerak motorik yang benar, (3) stimulasi yang

merupakan suatu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot

melaui propioceptif dan taktil (Waspada, 2010).

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

PROSES FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi

Pasien bernama Giftven Gilbert, umur 3 tahun 5 bulan, jenis kelamin

laki-laki. Keluhan utama pasien belum bisa duduk sendiri, merangkan,

berdiri, dan berjalan. Pasien juga sering kaku dan tegang pada kedua tangan

dan kaki. Terapai dilakukan sebanyak 6 (enam) kali terapi untuk melihat

penurunan spastisitas dan peningkatan fungsionalnya.

B. Problematika Fisioterapi

Problematika fisioterapi yang dijumpai pada penderita CP spastic

athetoid quadriplegi meliputi: (1) impairment: Permasalahan utama yang

terjadi pada CP spastic athetoid quadriplegi yaitu spastisitas pada AGA dan

AGB dan kontraktur pada kedua tendon achiles, (2) functional limitation:

Keterbatasan fungsional ini diakibatkan oleh adanya gerakan- gerakan yang

tidak terkontrol (involunter) dan keseimbangan gerak yang kurang baik maka

akan mengganggu aktifitas fungsional sehari-hari diantaranya pasien tidak

mampu duduk sendiri, merangkan, jongkok, berdiri, dan berjalan.

C. Pelaksanaan Fisioterapi

1. Inhibisi

Tujuan inhibisi adalah mengurangi spastisitas, pada anak dengan CP

spastic athetoid quadriplegi. Pada kondisi CP spastic athetoid quadriplegi

terdapat pola spastisitas pada lengan dan tungkai. Pada lengan dengan pola

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

adduksi dan internal rotasi shoulder, fleksi elbow, pronasi lengan bawah,

fleksi dan ulnar deviasi wrist dan fleksi jari-jari. Pada kedua tungkai dengan

pola adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inversi

ankle serta fleksi jari-jari. Maka diperlukan inhibisi ke arah kebalikan dari

pola spastic tersebut.

2. Fasilitasi

Upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik

yang sempurna pada tonus otot normal. Adapun teknik-teknik fasilitasi yang

dilakukan meliputi fasilitasi gerakan: (1) fasilitasi berguling, (2) fasilitasi

terlentang ke tengkurap, (3) fasilitasi merayap, (4) fasilitasi terlentang ke

duduk, (5) fasilitasi keseimbangan duduk, (6) fasilitasi dari tengkurap ke

prone kneeling, (7) fasilitasi dari duduk ke jongkok, (8) fasilitasi jongkok ke

berdiri, (9) fasilitasi standing, (10) fasilitasi berjalan.

3. Stimulasi

Stimulasi adalah upaya untuk memperkuat dan meningkatkan

tonus otot melalui propioseptif dan taktil. Teknik yang digunakan dalam

stimulasi adalah teknik proprioseptif dan taktil dengan menggunakan usapan

halus (neurostracture taktil, tendon guard, myofacial), penekanan sendi

(kompresi / aproximasi), traksi sendi, contra-strech otot, dan penahanan

berat (weight bearing)..

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

HHASIL DAN

A. Hasil

1. Spasti

Sp

peningka

dengan sc

menjadi T

hip T1 =

menjadi T

2. Fungs

P

penatalak

quadripl

akhir ev

peningka

3

2

1

0

N PEMBAH

isitas

pastisitas pa

tan maupun

cala asworth

T6 = 2, elbo

= 2 menjadi

T6 = 3.

Hasil E

si Motorik (

Penilain aktiv

ksanaan ter

egi didapatk

valuasi (T6)

atan 2%.

T1 T2

HASAN

ada pasien t

n penurunan

h didapatkan

ow T1 = 2 m

T6 = 2, kne

D

Evaluasi Spa

(aktivitas fu

vitas fungsi

rapi latihan

kan hasil pa

) menjadi:

T3 T4

tidak menga

selama 6 ka

n hasil pemer

menjadi T6 =

ee T1 = 2 m

Diagram 1:

astisitas deng

ungsional)

ional dengan

pada kasus

ada pemerik

42,1% dar

T5 T6

alami peruba

ali terapi. D

riksaan awal

= 2, wrist T

menjadi T6 =

gan skala asw

n GMFM dap

s cerebral p

ksaan awal (

ri awal sam

sh

elb

wr

hip

kn

an

ahan, tidak m

Dari hasil eva

l pada shoul

1 = 2 menja

= 2, dan ank

worth

pat disimpul

palsy spasti

(T0): 40,1%

mpai akhir m

oulder

bow 

rist

p

ee

kle

mengalami

alusi terapi

lder T1 = 2

adi T6 = 2,

kle T1 = 3

lkan bahwa

ic athetoid

% dan pada

mengalami

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

Diagram 2:

Hasil Evaluasi Fungsi Motorik dengan GMFM

B. Pembahasan

1. Spastisitas dengan NDT

Stimulasi adalah upaya untuk memperkuat dan meningkatkan

tonus otot melalui propioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan

reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh

gaya gravitasi secara automatic. Stimulasi terhadap otot-otot yang mengalami

hipotonia untuk meningkatkan tonus postural dan tonus otot dinamis

disesuaikan dengan problem motor yang dimiliki pada anak dengan CP.

Sistem taktil merupakan sistem sensory terbesar yang dibentuk oleh reseptor

di kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya,

T1 T2 T3 T4 T5 T6

ABCDE

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri dari dua komponen,

yaitu protektif dan diskriminatif, yang bekerja sama dalam melakukan tugas

dan fungsi sehari-hari. Bentuk hiposensitif dapat berupa reaksi kurang sensitif

terhadap rangsang nyeri, suhu, atau perabaan suatu objek. Anak akan mencari

stimulasi yang lebih dengan menabrak mainan, orang, perabot, atau dengan

mengunyah benda. Kurangnya reaksi terhadap nyeri dapat menyebabkan anak

berada dalam bahaya (Waiman dkk, 2011).

2. Fungsi Motorik (aktivitas fungsional)

Intervensi metode NDT dalam meningkatkan aktifitas fungsional, hal

itu disebabkan oleh efek inhibisi yaitu suatu upaya untuk meningkatkan tonus

otot tehniknya disebut reflek inhibitory patternt. Perubahan tonus postural dan

patternt dapat membangkitkan otot-otot yang hypotone. Membangkitkan sikap

tubuh yang normal dengan tehnik reflek inhibitory patternt. Efek fasilitasi

yaitu upaya mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang

mendekati gerak normal dengan tehnik key point of control yang bertujuan

untuk memperbaiki tonus postural yang normal, untuk mengembangkan dan

memelihara tonus postural normal, untuk memudahkan gerakan-gerakan yang

disengaja ketika diperlukan dalam aktifitas sehari-hari. Efek Stimulasi yaitu

upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot melalui proprioseptif

dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi

dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatik

(Dhofirul, 2013).

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kondisi cerebral palsy spastic athetoid quadriplegi dengan

gangguan spastisitas dan keterbatasan aktivitas fungsional. Setelah dilakukan

terapi didapatkan hasil untuk spastisitas tidak mengalami perubahan yaitu

pada shoulder T1 = 2 menjadi T6 = 2, elbow T1 = 2 menjadi T6 = 2, wrist T1

= 2 menjadi T6 = 2, hip T1 = 2 menjadi T6 = 2, knee T1 = 2 menjadi T6 = 2,

dan ankle T1 = 3 menjadi T6 = 3. Dan untuk kemampuan aktivitas

fungsional dari T1 pemeriksaan awal (T0) 40,1% dan pada akhir evaluasi

(T6) menjadi 42,1% dari awal sampai akhir mengalami peningkatan sebesar

2%. Hasil terapi pada anak cerebral palsy tidak bisa dilihat dalam waktu yang

singkat, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Penanganan secara dini

dan intensif akan memberikan hasil yang optimal (Sunusi dan Nara, 2007).

B. SARAN

Pengaturan posisi pasien yang tepat saat melakukan aktifitas maupun

saat istirahat dengan melawan pola spastisitasnya agar otot yang spastik dapat

memanjang dan dapat mencegah terjadinya kontraktur seperti penggunaan

bedslip dan AFO saat bermain dan istirahat guna menghambat spastisitas dan

optimalkan pengawasan orang tua dan seluruh keluarga juga sangat

mendukung dalam upaya keberhasilan pelaksanaan terapi.

\

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

DAFTAR PUSTAKA

Al Hazmi, Dhofirul Fadhil. 2013. “Kombinasi Neuro Developmental Treatment

Dan Sensory Integration Lebih Baik Daripada Hanya Neuro Developmental Treatment Untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down Syndrome”. Tesis. Dempasar: Pasca Serjana, Universitas Udayana.

Anezaki, Hiroshi. 2010. Relaxation Effects Of Snoezelen For Infants with Severe

Motor and Intellectual Disabilities. Mie University Bulletin of The Faculty of Education. 61: 119-126. Japan

Bobath, K . 1966. The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy; William

Heinemann Medical Books Ltd, Philadelpia Dorlan, 2005. Kamus Kedokteran; Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Effendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:

Bumi Aksara, hlm. 119

Indrastuti, L. 2004. Rehabilitasi Medik pada Crebral Palsy, diambil dari Kumpulan Makalah Seminar Cerebral Palsy Gangguan Gerak dan Mental, YPAC Semarang dan UNDIP, Semarang

Jupardi, I. 2007. “Aspek Neurologik Gangguan Berjalan” (online), (http://koaskamar13. Wordpress. com/2007/11/21/aspek-neurologik-gangguan-berjalan/. htm, diakses tanggal 12 Januari 2015).

Levitt, S. 2007. Treatment of Cerebral Palsy and Motor Delay. 4nd ed. USA: Blackwell Publishing

Mangunsong. 2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid

Kedua. Depok: LPSP3 UI

Mardiani, E. 2006. Faktor – Faktor Risiko Prenatal Dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy. Skripsi. Semarang: Undip.

Masgutova, S. 2008. Metode Masgutova of Reflex Integrasi untuk Anak Cerebral Palsy (Diambil dari https://www.dhs.wisconsin.gov/sites/default/files/legacy/tiac/Treatment%2520PDFs/Masgutova%2520Method%2520April%25202014.pdf&prev=search. html diakses pada 29 November 2014).

Miller, Freeman. 2007. Physical Therapy of Cerebral Palsy. New York: Springer

Science and Business Media

Page 15: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS …eprints.ums.ac.id/39673/21/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang ... Hasil Evaluasi Fungsi

Michael PB & Garth RJ (ed). 2008. Upper Motor Neurone Syndrome and

Spasticity Clinica. New York: Cmbridge University Press Russel, Dianne. 2002. The Gross Motor Functional Measure (GMFM).

http://www.themcmaster.ca/canchild Salim, Abdul. 2007. “Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa”. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

Setiawan, 2009: Hand Out FT C Tepi, Jurusan Fisioterapi Politeknik Kesehatan, Surakarta.

Sherwood L. 2009. Fisiologi Manusia. Edisi ke-6. Dialihbahasakan oleh Pendit. BU. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Snell, R.S. 2007. Neuro Anatomi Klinik;Edisi Kelima,Penerbit Buku Kedokteran

EGC,Jakarta,hal.313 Sunusi, Sudading dan Nara P. 2007. Cerebral Palsy; Diakses Tanggal

22/7/2010 dari http://www.google.co.id Sukarno. 2002. Aspek Neurologik Gangguan Berjalan; Diakses

Tanggal15/11/2007,dari http://www.google.co.id

Swaiman Kenneth F, 1998; Cerebral Palsy in Pediatric Neurology, Principle and

Practice. Mosby 1994 : 471 – 86.

Uyanik, M., Kayihan, H. 2013. Down Syndrome: Sensory Integration, Vestibular Stimulation and Neurodevelopmental Therapy Approaches for Children. International Encyclopedia of Rehabilitation. Available from: URL: http://cirrie.buffalo.edu/encyclopedia/en/article/48/

Waiman, E., Soedjatmiko. Gunardi, H., Sekartini, R., Endyarni, B. 2011. Sensori Integrasi: Dasar dan Efektifitas Terapi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakutlas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Available from: URL: http://goo.gl/e6jiU

Waspada, Edi (ed). 2010. Fisioterapi Pediatri II . Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Wulan. 2012. Perkembangan Motorik Childhood. Just another wordpress.com site. Available from: URL: http://goo.gl/13Ohw