penanggungjawab - kemhan.go.id

118

Upload: others

Post on 09-Jan-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PenanggungJawab - kemhan.go.id
Page 2: PenanggungJawab - kemhan.go.id
Page 3: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Tulisan yang dimuat, isinya tidak selalu merupakan keinginan, cerminan,

ataupun pemikiran dari Redaksi Majalah , tetapi menjadi

tanggung jawab dari penulis ditinjau dari aspek hukum dan akademis.

“SATRIA”

Penanggung Jawab :

:

Sekretariat :

Mayjen TNI Suwarno, S.IP, M.Sc

Marsma TNI Djoko Setiono, S.AP

1. Brigjen TNI Yoedhi Swastanto, M.B.A.

Kolonel Inf Sammy Ferrijana, S. Sos., M.Si

1. Kolonel Inf. Drs. Wardoyo, M.M.

2. Kolonel Kav. Sudono

3. Kolonel Inf. Budi Susijanto

4.

5. Letkol Caj (K) Meizya Silawati

Penata Tk.I III/d Dwi Widodo, S.Kom., M.M.

1. Mayor Sus M.T. Haifal Hasibuan, S.S

2. Penda Tk.I III/b Manahan L. Tobing

3. Penda Tk. III/b Kunto Setiadji, S.Pd, M.M

Pengatur Tk. I II/d Sumardiyanto

Pengatur Tk. I II/dAndriansyah

Jl. Salemba Raya No. 14, Jakata Pusat, 10430

Telp. 021 - 3107730 / 3107732

Faks. 021 - 3107301 / 3107948

email : [email protected]

Redaktur :

Redaktur :

Ketua Sekretariat

Anggota

Ketua Editor/Penyunting :

Editor :

Design Grafis :

Diterbitkan Oleh :

Badiklat Kemhan RI

Percetakan :

2. Laksma TNI Ir. Sudibyo

Letkol Caj. Nitya Pramudita, SS

6. Letkol Cku Drs. Budi Santosa, M.M

8. Penata III/c Sambas, S.E.

9.

10.

11. Penata Tk. I III/d Isbandiah, S.E.

3. Pembina Tk.I IV/b Drs. Sutrimo, M.M., M.Si

7. MayorAdm Rokhmat, S.Pd., M.Si

Penata III/d Welly Norman N, S.H., M.M.

Penata III/c Dedi Kuswandi, S.Sos, M.M.

12. Penata Tk. I III/d Dra. Noenik SM.

13. Mayor Chb Harto Santoso, S.Pd.

14. Kapten Caj Hardoyo

15. Penda Tk. I/IIIb Ina Nurhayati Thursina, S.E.

16. Penda Tk. I III/b Didik Pratmaja Indra P

Pengatur Tk. I II/d M. Solihin,A.Md.

Pengatur Tk. I II/d Edi Kurniawan

/Penyunting

dan Photographer

(Isi di luar tanggung jawab percetakan)

DARI REDAKSI

P e m b a n g u n a n K a r a k t e r d a n j a t i d i r i s e r t a u p a y a

penumbuhkembangan keteladanan merupakan hal penting dalam

memahami konsepsi Ketahanan Nasional. Dalam perwujudannya, perlu

ditumbuhkembangkan suatu pembinaan dengan pendekatan bottom up

(diawali dari ketahanan pribadi, ketahanan keluarga, ketahanan lingkungan,

ketahanan wilayah/Masyarakat, dan bermuara dengan diwujudkannya

secara nyata kondisi Ketahanan Nasional). Ketahanan Nasional (national

Resilience) pada hakikatnya merupakan tingkat peradaban suatu bangsa

yang tidak hanya dapat diukur atas dasar parameter kemampuan

, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan per kapita suatu

bangsa/Negara, tetapi juga ditentukan oleh kondisi sosial-politik,

perlindungan HAM, tingkat demokrasi, tingkat kemiskinan, kemampuan

suatu bangsa untuk memiliki keunggulan komparatif dan kompetitf di era

globalisasi, kemajuan pendidikan dan sains serta teknologi dan sebagainya,

yang semuanya sebenarnya merupakan bagian integral

dari bangsa dan Negara yang bersangkutan.

Dalam kerangka pembangunan ketahanan nasional yang kuat,

perpaduan antara pendekatan (pribadi-pribadi anak bangsa yang

berkarakter dan berjati diri) dan (kebijakan pemerintah dan

keteladanan dari pemimpin) akan menghasilkan pendekatan system yang

lengkap dan terpadu. Namun kita merasakan betapa pentingnya peranan

atau lebih tepat di sebut kepemimpinan .

Seorang pemimpin yang baik tidak sepenuhnya dapat di didik atau

direkayasa untuk dibentuk melalui tetapi juga tidak lepas dari

karakter unggul yang terbentuk atas dasar interaksi dan sinergi kejiwaan

yang positif dalam pengalaman hidupnya baik sebagai pribadi individu

maupun dalam lingkungan kerja dan sosial-masyarakat serta bangsa dan

Negara.

Sejalan tema yang diangkat pada penerbitan majalah SATRIA Vol.8

No. 2 Tahun 2012 yaitu: “

” pada edisi kali ini beberapa penulis

memberikan sumbang pikiran dalam menjawab tantangan dalam

membangun karakter bangsa diantaranya “Peran Pemimpin dalam

Pembangunan Karakter Nasional”, “Pembangunan Karakter Bangsa melalui

penyamaan persepsi dalam memandang Konsep Pertahanan Negara” dan

“Pembangunan Karakter diorientasikan pada Wawasan Kebangsaan”.

Diharapkan tulisan-tulisan yang ada pada edisi kali ini akan lebih

membuka cakrawala dan memberikan warna terhadap wawasan kita dalam

memahami kondisi Bangsa Indonesia saat ini dan juga bagaimana Bangsa

Indonesia menghadapi berbagai perubahan yang akan terjadi di masa depan.

Melalui penerbitan majalah ini pula diharapkan agar para pembaca dapat

melihat dan menumbuh kembangkan intisari dari artikel-artikel tulisan ini

dalam upaya memberikan kontribusi untuk kepentingan pertahanan negara.

Jakarta, penghujung Juni 2012

Defence and

Security

Human and National

Capabilities

bottom up

top-down

the

man behind the system (leadership)

science

Membangun Karakter Personel Kemhan dan TNIdalam rangka Mewujudkan Pertahanan Negara yang Tangguh melalui

,National and Character Building

Page 4: PenanggungJawab - kemhan.go.id

PESAN MUTIARA

PANGLIMA BESAR

JENDERAL SOEDIRMAN

DAFTAR ISI

“Hendaknya perjuangan kita

harus kita dasarkan pada kesucian.

Dengan demikian, perjuangan lalu

merupakan perjuangan antara jahat

melawan suci. Kami percaya bahwa

perjuangan yang suci itu senantiasa

mendapatkan pertolongan dari

Tuhan.

Apabila perjuangan kita

sudah berdasarkan atas kesucian,

maka perjuangan ini pun akan

berwujud perjuangan antara

kekuatan lahir melawan kekuatan

bathin. Dan kita percaya kekuatan

bathin inilah yang akan menang.

Sebab jikalau perjuangan kita tidak

suci perjuangan ini hanya akan

berupa perjuangan jahat melawan

tidak suci, dan perjuangan lahir

melawan lahir juga, tentu akhirnya

si kuat yang akan menang.

Telah diakui oleh beberapa

pemimpin perjuangan di berbagai

tempat, bahwa kemunduran dan

kekalahan yang diderita oleh

barisan yang berjuang itu adalah

manakala anggota-anggota barisan

tadi mulai tidak suci lagi dalam

perjuangannya dan rusuh dalam

tingkah laku dan perbuatannya.”

FOKUS

OPINI

4

24

36

12

52

64

72

84

98

LANGUAGE CORNER

108

BERITA BADIKLAT

112

PERAN PEMIMPIN DALAM

PEMBANGUNAN KARAKTER

NASIONAL

MEMBANGUN KARAKTER

PERSONEL KEMHAN DAN TNI

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

PERTAHANAN NEGARA YANG

TANGGUH MELALUI NATIONAL

AND CHARACTER BUILDING

PEMBANGUNAN KARAKTER

BANGSA MELALUI PENYAMAAN

PERSEPSI KOMPONEN BANGSA

DALAM MEMANDANG KONSEP

PERTAHANAN NEGARA

PEMBANGUNAN KHARAKTER

DIORIENTASIKAN PADA

WAWASAN KEBANGSAAN

MEMBANGUN KARAKTER

PERSONEL KEMHAN DAN TNI

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

PERTAHANAN NEGARA YANG

TANGGUH MELALUI NATIONAL

CHARACTER BUILDING

PANCASILA DAN TANTANGAN

LIBERALISASI POLITIK

WIDYAISWARA, SATU DARI

SEPULUH KOMPONEN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

ETIKAL BENCHMARKING SUATU

STUDI KOMPARASI MANAJEMEN

KUALITAS

UPAYA PEMBELAAN NEGARA

DAN USAHA PERTAHANAN

NEGARA

KETAKSAAN PENGGUNAAN

UNSUR SERAPAN BAHASA ARAB

KEGIATAN DIKLAT BADIKLAT

KEMHAN TW.II TA. 2012

4

52

15

98

Page 5: PenanggungJawab - kemhan.go.id

1. Pendahuluan.

G l o b a l i s a s i t e l a h

melahirkan nilai-nilai universal

y a n g b e r d a m p a k p a d a

perubahan karakter dalam

kehidupan umat manusia di

dunia tanpa kecuali, termasuk

Indonesia. Keberlangsungan

kehidupan berbangsa dan

bernegara seakan-akan terputus

dengan sejarah masa lalu, nilai-

nilai ideologi bangsa, budaya,

dan nilai-nilai agama kurang

mendapatkan perhatian yang

selayaknya, kebhinekaan dalam

kesatuan mulai memudar.

Menurut Endang Sumantri,

bangsa Indonesia mengalami

masa-masa

dan Kondisi

seperti ini memicu masyarakat

untuk bertindak anarkis dalam

menampakan antisosial dan

a n t i k e m a p a n a n ,

berdemonstrasi dengan cara

merusak. Kehidupan bernegara

y a n g m e n g e d e p a n k a n

kepentingan pribadi atau

kelompok masing-masing

dengan menggunakan berbagai

cara. Disadari bahwa karakter

nasional merupakan hal sangat

esensial dalam berbangsa dan

bernegara, dengan kala lain,

hi langnya karakter akan

m e n y e b a b k a n h i l a n g n y a

generasi penerus bangsa.

Karakter Nasional berperan

sebagai “kemudi” dan kekuatan

sehingga bangsa ini tidak

terombang-ambing. Karakter

Nasional tidak datang dengan

sendir inya , te tap i harus

dibangun dan dibentuk untuk

m e n j a d i b a n g s a y a n g

bermartabat.

P r e s i d e n R e p u b l i k

Indonesia, Susilo Bambang

discontinue, unlinier,

unpredictable.

FOKUS

4 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Oleh : Marsekal Pertama TNI Karibiyama

PERAN PEMIMPIN

DALAM PEMBANGUNAN

KARAKTER NASIONAL

Page 6: PenanggungJawab - kemhan.go.id

5SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Yudhoyono pada puncak

peringatan Hari Pendidikan

Nasional 2010 menegaskan “

Pembangunan watak

adalah amat penting.

Kita ingin membangun manusia

Indonesia yang berakhlak

b e r b u d i p e k e r t i , d a n

berperilaku baik. Bangsa kita

ingin pula memiliki peradaban

yang unggul dan mulia .

Peradaban demikian dapat kita

capai apabila masyarakat yang

baik . dan dapat

ki ta wujudkan manakala

manusia-manusia Indonesia

adalah manusia yang berakhlak

dan berwatak baik, manusia

yang bermoral dan beretika

baik, serta manusia yang

bertutur dan berperilaku baik

p u l a . P e n c a n a n g a n

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional oleh Presiden Republik

Indonesia sebagai tonggak

d i m u l a i n y a r e v i t a l i s a s i

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional, serta implementasi

pembangunan karakter oleh

semua komponen bangsa dan

aktualisasi nilai-nilai karakter

secara nyata dalam bentuk aksi

n a s i o n a l d a l a m r a n g k a

m e m a n t a p k a n l a n d a s a n

spiritual, moral, dan etika

pembangunan bangsa sebagai

upaya untuk menjaga jati diri

bangsa dan memperkokoh

persatuan dan kesatuan bangsa

d a l a m n a u n g a n N K R I .

P e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional harus dilakukan

melalui pendekatan sistematik

d a n i n t e g r a t i f d e n g a n

melibatkan keluarga; satuan

pendid ikan ; pemer in tah ;

masyarakat termasuk teman

sebaya, generasi muda, lanjut

usia, media massa, pramuka,

organisasi kemasyarakatan,

organisasi politik, organisasi

profesi, lembaga swadaya

masyarakat; kelompok strategis

seperti elite struktural, elite

politik, wartawan, budayawan,

agamawan, tokoh adat, serta

tokoh masyarakat. Adapun

strategi pembangunan karakter

dapat di lakukan melalui

s o s i a l i s a s i , p e n d i d i k a n ,

pemberdayaan, pembudayaan,

d a n k e r j a s a m a d e n g a n

m e m p e r h a t i k a n k o n d i s i

lingkungan dan kebutuhan

masyarakat serta pendekatan

mult idis ipl in yang t idak

menekankan pada indoktrinasi.

Pembangunan karakter

nasional memiliki urgensi yang

sangat luas dan bersi fat

multidimensional. Sangat luas

k a r e n a t e r k a i t d e n g a n

p e n g e m b a n g a n

multiaspek potensi-potensi

keunggulan bangsa dan bersifat

multidimensional, mencakup

dimensi-dimensi kebangsaan

yang hingga saat ini sedang

dalam proses. Adalah benar

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional tecermin dari misi

pembangunan nasional yang

memosis ikan pendidikan

karakter sebagai misi pertama

d a r i d e l a p a n m i s i g u n a

m e w u j u d k a n v i s i

p e m b a n g u n a n n a s i o n a l ,

sebagaimana tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 –

2 0 2 5 ( U n d a n g - U n d a n g

Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2007), yaitu terwujudnya

karakter nasional yang tangguh,

kompetitif, berakhlak mulia,

dan bermoral berdasarkan

Pancasila, yang dicirikan

dengan watak dan prilaku

manusia dan masyarakat

Indonesia yang beragam,

beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

l u h u r , b e r t o l e r a n ,

bergotongroyong, berjiwa

patriotik, berkembang dinamis,

dan berorientasi ipteks.

2.

.

M e n c e r m a t i d i n a m i k a

operasional para pemimpin saat

ini sangat bervariatif yang

disebabkan situasi, trend,

kondisi bawahan, organisasi,

lingkungan sehingga nilai nilai

kepemimpinan yang dahulu

mungkin cukup handal untuk

(character

building)

(good society)

Permasalahan.

a. K e p e m i m p i n a n

Page 7: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dioperasikan namun kini mulai

bergeser. Beberapa indikator

yang dapat ditampilkan adalah :

Terjebaknya para pemimpin

k e d a l a m k o t a k - k o t a k

kekuasaan yang berbeda visi

dan misi, sehingga cenderung

menimbulkan rivalitas yang

t i d a k s e h a t d a n b e l u m

m e n c e r m i n k a n

k e n e g a r a w a n a n , y a n g

cenderung individualis, lebih

berorientasi mementingkan

kepentingan pribadi/golongan

daripada kepentingan bangsa

d a n n e g a r a . L e m a h n y a

p e m a h a m a n w a w a s a n

kebangsaan dan etika moral

k e b a n g s a a n y a n g b e l u m

m e n c e r m i n k a n s e m a n g a t

nasionalisme yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai budaya

bangsa. Hal ini terlihat dari

beberapa keputusan-keputusan

nasional belum sepenuhnya

menampung aspiratif yang

lebih merakyat, sehingga belum

dapat memberikan keteladanan

dan panutan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.

ditunjukkan dengan banyaknya

sikap dan kebijakan yang tidak

konsisten dalam penerapannya.

dapat dilihat dari

peran pemimpin yang belum

mencerminkan sikap-sikap

s a t r i a , y a n g m a m p u

menyatukan kesatuan berfikir

yang meliputi masa lalu, masa

kini, dan masa mendatang,

belum menunjukkan tekad

membangun identitas dan

integritas nasional dengan

berlandaskan pada Pancasila

sebagai falsafah hidup bangsa,

ideologi, dan dasar negara

sebagai konstitusi Negara

Kesatuan Republik Indonesia

yang .

Lemahnya keteladanan, dapat

dilihat dari perilaku yang belum

mencerminkan tokoh teladan

yang patut dicontoh, dapat

membimbing, membina, dan

mengarahkan.

K e p e m i m p i n a n d i

Indones ia pada saat in i

seringkali dipraktekkan dengan

semangat individualist ik,

s e h i n g g a m e n i m b u l k a n

berbagai permasalahan di

l a p a n g a n . M e n g h a d a p i

kebutuhan dan tuntunan

bangsa yang majemuk ini

diperlukan kepemimpinan baik

dalam tataran kepemimpinan

praktis maupun strategis, untuk

m e l a k u k a n p e m e c a h a n

permasalahan bangsa secara

L e m a h n y a V i s i y a n g

berorientasi pada masa depan

Lemahnya karakter dan

integritasBhinneka Tunggal Ika

FOKUS

6 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 8: PenanggungJawab - kemhan.go.id

s i s t e m i k . I n d o n e s i a

memerlukan kepemimpinan

yang berwawasan kebangsaan

yang kuat, yang bersedia

menanggalkan kepentingan

pribadi, partai, golongan dan

kelompok demi kepentingan

bangsa dan negara, (Juwono

Sudarsono, 2007).

b. .

Nampaknya, pembangunan

karakter nasional yang sudah

diupayakan dengan berbagai

bentuk, hingga saat ini belum

terlaksana dengan optimal. Hal

itu tecermin dari kesenjangan

sosial, ekonomi, politik dan

k e t i d a k a d i l a n h u k u m ,

kerusakan lingkungan terjadi di

berbagai di seluruh pelosok

negeri, pergaulan bebas dan

pornografi di kalangan remaja,

kekerasan dan kerusuhan,

korupsi yang merambah pada

semua sektor kehidupan

m a s y a r a k a t . M a s y a r a k a t

Indonesia yang terbiasa santun

d a l a m b e r p e r i l a k u ,

melaksanakan musyawarah

mufakat dalam menyelesaikan

masalah, mempunyai kearifan

lokal yang kaya dengan

pluralitas, serta bersikap toleran

dan gotong royong, cenderung

berubah menjadi hegemoni

kelompok-kelompok yang

s a l i n g m e n g a l a h k a n ,

b e r p e r i l a k u t i d a k j u j u r ,

bergesernya nilai etika dalam

k e h i d u p a n b e r b a n g s a ,

m e m u d a r n y a k e s a d a r a n

terhadap nilai-nilai budaya

b a n g s a , m e l e m a h n y a

kemandirian bangsa yang

mengarah pada ancaman

disintegrasi bangsa. Semua itu

menegaskan bahwa terjadi

ketidakpastian jati diri dan

k a r a k t e r n a s i o n a l y a n g

bermuara pada, disorientasi

dan belum dihayatinya nilai-

nilai Pancasila sebagai filosofi

dan ideologi bangsa.

Di daerah tertentu muncul

keinginan untuk melepaskan

diri dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI)

karena ketidakpuasan terhadap

p e m b a g i a n “ k u e ”

pembangunan dari pusat. Nilai-

nilai nasionalismepun turut

melemah, Pancasila sudah

mulai jarang dibicarakan dalam

k o n t e k s k e n e g a r a a n ,

k e b a n g s a a n d a n

kemasyarakatan (Asshiddiqie,

2009). Partai politik yang

seharusnya memiliki peran

yang sangat vital dalam proses

pendidikan politik sekaligus

sebagai pemain di barisan

terdepan berkewajiban untuk

melakukan pendidikan politik

bagi rakyat, pada kenyataannya

pendidikan pol i t ik yang

dilakukan oleh parpol selama

i n i l e b i h b a n y a k t i d a k

m e m b e r i k a n k e s a d a r a n ,

partisipasi, dan kepribadian

politik. tetapi lebih kepada

mobilisasi, dan transaksional.

S e h i n g g a p a r p o l t i d a k

melakukan pemberdayaan

, malah justru yang

terjadi adalah “pemperdayaan”

masyarakat. Kondisi tersebut

t e n t u n y a t i d a k a k a n

menguntungkan bagi bangsa

dan negara Indonesia, dan kalau

dibiarkan saja permasalahan ini

berlarut-larut akan semakin

menjerumuskan bangsa ini

menuju jurang kehancuran.

Menurut Stephen Covey,

bahwa sebenarnya ada tiga teori

utama yang mendasarinya

p e m b e n t u k a n k a r a k t e r

manusia, yaitu ; Pertama,

pada

dasarnya karakter seseorang

terbentuk dari faktor genetik

atau keturunan. Sifat ini

diteruskan dari generasi ke

generasi berikutnya. Menurut

teori perkembangan karakter

Determinisme Genetis, karakter

seseorang seperti itu karena

orang tersebut memang

dilahirkan dengan Gen dan

DNA seperti itu. Kedua,

, pada

dasarnya pengalaman yang

membentuk kecenderungan

pribadi dan susunan karakter

pada seseorang. Menurut teori

p e r k e m b a n g a n k a r a k t e r

Determinisme Psikis, kelebihan

K a r a k t e r N a s i o n a l

3 . P r o s e s P e m b e n t u k a n

Karakter.

(empowering)

Determinisme Genetis,

Determinisme Psikis

7SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 9: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dan kekurangan kepribadian

seseorang sangat dipengaruhi

oleh didikan orang tua jejak

dini; Ketiga,

pada dasarnya

karakter seseorang terbentuk

dari kondisi l ingkungan.

Menurut teori perkembangan

k a r a k t e r D e t e r m i n i s m e

Lingkungan, karakter dan

tingkat kehidupan sosial

seseorang sangat dipengaruhi

oleh faktor lingkungan sosial,

profesi dan tempat mereka

bekerja, Ditambahkan oleh

Stephen Covey, semua teori

pembentukan karakter didasari

oleh hukum Aksi dan Reaksi

atau hukum Stimulus dan

Respon, atau disebut juga

sebagai hukum

S e s e o r a n g

bertindak karena ada stimulus

atau rangsangan dari luar

dirinya.

U r a i a n d i a t a s

m e n u n j u k k a n b e t a p a

p e n t i n g n y a p e n g a r u h

d a l a m

p e m b e n t u k a n k a r a k t e r .

Karakter nasional adalah

kualitas perilaku kolektif

kebangsaan yang khas baik

y a n g t e c e r m i n d a l a m

kesadaran, pemahaman, rasa,

karsa, dan perilaku berbangsa

dan bernegara. sebagai hasil

olah pikir, olah hati, olah rasa

dan karsa, serta olah raga

seseorang atau sekelompok

o r a n g . K a r a k t e r b a n g s a

Indonesia akan menentukan

perilaku kolektif kebangsaan

Indonesia yang khas baik yang

tecermin dalam kesadaran,

pemahaman, rasa, karsa, dan

p e r i l a k u b e r b a n g s a d a n

bernegara Indonesia yang

b e r d a s a r k a n n i l a i - n i l a i

Pancasila, norma UUD 1945,

keberagaman dengan prinsip

Bhinneka Tunggal Ika, dan

komitmen terhadap NKRI.

Adalah benar bahwa dalam

pembentukan karakter nasional

bersifat multi dimensi yang

harus melibatkan berbagai

komponen bangsa, namun

menurut penulis pembentukan

karakter nasional harus dimulai

dari tataran tingkat atas. Dalam

b e r b a g a i h a l u p a y a

penyelesaian tidak selamanya

harus dimulai dari akar rumput,

demikian pula pembentukan

karakter nasional, peranan

k e p e m i m p i n a n s a n g a t

menentukan, oleh karena aksi

dan perilaku seorang pemimpin

akan direspon dan direaksi oleh

para pengikutnya.

Hakekat kepemimpinan

adalah seni dan ilmu dalam

mempengaruhi, mengajak,

mengarahkan dan manusia

yang dipimpinnya, untuk

secara sadar dan ikhlas serta

penuh ketaatan dan kepatuhan

mau melaksanakan sesuatu bagi

tercapainya tujuan bersama.

Jadi, jelas bahwa peran

p e m i m p i n d a l a m s u a t u

masyarakat bangsa sangat

penting, karena ia merupakan

jiwa atau rohnya masyarakat

bangsa yang bersangkutan

dalam mewujudkan cita-cita

dan tujuan, bila pemimpinnya

menjalankan kepemimpinan

secara benar, baik dan beradab,

maka masyarakat bangsa dan

negara yang dipimpinnya juga

akan benar, baik dan beradab.

Determinisme

Lingkungan,

Rangsangan

d a n R e s p o n .

4. Kepemimpinan yang

d i h a r a p k a n d a l a m

mengimplementasikan nilai-

nilai.

d e t e r m i n i s m e

FOKUS

8 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 10: PenanggungJawab - kemhan.go.id

a. Kepemimpinan berkarakter

dan integritas kuat.

Menurut Rendal P. White

(1977) dalam bukunya

mengatakan bahwa

pemimpin pada masa yang

akan datang adalah pemimpin

yang memiliki kepemimpinan

y a n g h a n d a l . B e r a r t i

k e p e m i m p i n a n t e r s e b u t

b u k a n l a h s t a t i s , t e t a p i

kepemimpinan bersifat aktif

dan dinamis serta dapat

menyesuaikan perubahan

zaman. Sedangkan T.B. Silalahi

(2006) menyatakan bahwa

,

leadership milik suatu masa

ter tentu , berbeda sesuai

p e r u b a h a n l i n g k u n g a n

strategis, politik, ekonomi,

sosial budaya dan pertahanan

keamanan. Dengan demikian

kehadiran seorang pemimpin

yang handal, kuat, aktif,

d i n a m i s d a n d a p a t

menyesuaikan perubahan

l i n g k u n g a n s t r a t e g i s

d i h a r a p k a n m a m p u

m e n y e l e s a i k a n b e r b a g a i

masalah secara profesional dan

propors iona l . Menyikapi

kondisi yang ada, selanjutnya

diperlukan pengembangan

strategi untuk membangun

kemampuan kepemimpinan

yang memiliki kesadaran dan

kesiapan untuk maju secara

bersama-sama, meningkatkan

wawasan pengetahuan dan

keterampilan kepemimpinan

praktis dan strategis serta

penguasaan prilaku etisnya

melalui pembangunan karakter.

F i g u r p e m i m p i n

berkarakter dan integritas kuat

serta konsisten terhadap

berbagai ketentuan yang

berlaku serta menjalankan

prinsip kepemimpinan yang

s e s u a i d e n g a n t u n t u t a n

masyarakat, maupun nilai-nilai

budaya yang melekat didalam

kehidupan masyarakat dan

bangsa Indonesia saat ini dan ke

d e p a n , s e i r i n g d e n g a n

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional “

” (Abdul Rahman

Saleh, Kompas 21Juli 2007).

Selanjutnya, pemimpin yang

dapat menjadi panutan dan

teladan, karena tindakannya

sesuai dengan perbuatannya

d a p a t b e r p e r a n u n t u k

menumbuhkan karakter dan

integritas kepada masyarakat

luas. Pemimpin yang seperti ini,

mempunyai semangat melayani

dan penuh pengorbanan untuk

kepentingan rakyat banyak,

j u j u r d a n t e r p e r c a y a ,

bertanggung jawab, punya

disiplin tinggi atau disimpulkan

sebagai pemimpin memiliki

integritas dan karakter yang

kuat. Dengan demikian sosok

pemimpin yang kuat sekaligus

mampu menggerakkan orang

yang dipimpin untuk mencapai

cita-cita yang ingin dituju pada

masa depan. Kredibil i tas

pemimpin yang berintegritas

d a p a t p u l a d i l i h a t d a r i

keyakinan yang dimiliki, rasa

respek dari orang banyak,

ungkapan kepedulian atas

kesejahteraan orang lain,

keberanian atau kemauan

untuk bertanggung jawab atas

keyakinannya , mengakui

kesalahan dan mengubah

perilaku diri apabila perlu. Dia

the future

of leadership,

leadership is an art and science

integrity is not

negotiable

9SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 11: PenanggungJawab - kemhan.go.id

juga memiliki ketenangan batin,

pengungkapan secara konsisten

reaksi emosional yang tepat,

terutama pada situasi krisis.

a k h i r n y a d i a m e m i l i k i

kompetensi, keahlian sesuai

dengan posisi, tugas dan jabatan

yang diembannya. Pemimpin

di dimanapun dituntut untuk

selalu taat kepada aturan dan

perundang-undangan yang

berlaku tanpa berharap adanya

to lerans i karena dir inya

berkuasa. Substansi dari hal ini

adalah nilai-nilai keadilan,

kearifan, tidak diskriminatif,

konsisten serta dan konsekwen

dari seorang pemimpin tidak

lagi dibedakan dengan warga

masyarakat lainnya terutama

t e r h a d a p o r a n g y a n g

dipimpinnya.

Secara umum, hal yang

s a n g a t m e n d a s a r u n t u k

keberhasilan suatu negara

dalam mewujudkan cita-cita

dan tujuan nasionalnya adalah

apabila negara itu memadukan

persatuan dan keutuhan bangsa

dalam pemikiran, sikap dan

tindakannya melalui para

pemimpinnya yang mampu

m e w a d a h i b e r b a g a i

kepentingan bangsa dan negara

di dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

D a l a m p e r a n a n

membangun karakter nasional,

kepemimpinan membutuhkan

sumber daya manusia (SDM)

y a n g b e r k u a l i t a s ,

berkemampuan iptek dan seni

yang dilandasi nilai-nilai

ideologi bangsa, serta dapat

berinteraksi dengan komponen

bangsa lainnya dalam hidup

bersama yang bermanfaat.

Kepemimpinan harus berperan

mengimplementasikan falsafah

Pancasila ke dalam kehidupan

d a l a m o r g a n i s a s i ,

bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, mengembangkan

wawasan kebangsaan dan

upaya-upaya peningkatan

k u a l i t a s S D M d a l a m

pembangunan. Fungsi jabatan,

kepemimpinan harus mampu

mendorong berfungsinya

manajemen dan kelembagaan,

pembangunan pendidikan, dan

pembangunan hukum dan

aparatur untuk mengantisipasi

perkembangan lingkungan

strategis. Pemimpin di berbagai

tingkatan wajib berpartisipasi

dan mendorong berfungsinya

manajemen dan kelembagaan

d a l a m m e n g a n t i s i p a s i

perkembangan lingkungan

strategis untuk menghasilkan

manfaat.

Dalam hal penerapan nilai

R e f o r m a s i B i r o k r a s i ,

kepemimpinan harus dapat

mengawal sistem manajemen

nasional (Sismennas) dan

strategi implementasi reformasi

birokrasi dalam rambu-rambu

, y a k n i

membangun kepercayaan

masyarakat , membangun

komitmen dan partisipasi,

mengubah pola pikir, budaya

dan nilai-nilai kerja dan

memastikan keberlangsungan

b e r j a l a n n y a s i s t e m .

Kepemimpinan harus dapat

berfungsi mengawal proses

pembangunan dan hasi l -

hasilnya dapat dirasakan oleh

warga bangsa di seluruh

wilayah nusantara serta harus

dapat mengawal strategi

i m p l e m e n t a s i r e f o r m a s i

birokrasi (PURB, 2008) yakni :

membangun kepercayaan

masyarakat , membangun

komitmen dan partisipasi,

mengubah pola pikir, budaya

dan nilai-nilai kerja dan

memastikan keberlangsungan

berjalannya sistem, dan yang

takkala pentingnya adalah

kepemimpinan harus mampu

m e n g a w a l s e l u r u h S D M

senantiasa dalam

mengantisipasi perubahan.

Dengan demikian dibutuhkan

kemampuan kepemimpinan

u n t u k

menjalankannya pada tatanan

Sismennas.

U r a i a n d i a a t a s

menunjukkan bahwa, peranan

k e p e m i m p i n a n n a s i o n a l

didukung oleh kepemimpinan

lembaga secara terstruktur

s a n g a t d o m i n a n d a l a m

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

b. Kepemimpinan berbasis

jati diri bangsa Indonesia.

g o o d g o v e r n a n c e

steady state

e x t r a o r d i n a r y

FOKUS

10 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 12: PenanggungJawab - kemhan.go.id

n a s i o n a l . I m p l e m e n t a s i

kepemimpinan dari baik tingkat

bawah terlebih di tingkat

n a s i o n a l h a r u s m a m p u

menerapkan pendekatan secara

seimbang, serasi dan selaras

terhadap pelaksanan visi dan

misi serta tujuan nasional

selaras dengan dinamika

kehidupan poli t ik dalam

kondisi paradigma nasional

( P a n c a s i l a , U U D 1 9 4 5 ,

Wawasan Nusantara dan

K e t a h a n a n N a s i o n a l ) .

S e l a n j u t n y a , m a m p u

melakukan pelestarian nilai

dan nilai

dalam kepemimpinan. Nilai-

n i l a i d a l a m s e j a r a h

kepemimpinan di Indonesia

menun jukkan tekad dan

s e m a n g a t k o m i t m e n

k e b a n g s a a n , s e m a n g a t

keteladanan dan pekerja keras,

cerdas menyatukan bangsa

yang dilandasi oleh kearifan

dan kesadaran bahwa Indonesia

secara politis merupakan

Negara Kesatuan dengan

masyarakat yang berbhineka.

Pelestarian nilai dimaksud

memerlukan ; pemeliharaan

p o l a b u d a y a

manajemen

k e t e g a n g a n

pencapaian

tujuan

penyesuaian

kesatupaduan

penyesuaian tujuan

digunakan

u n t u k m e m p e r t a h a n k a n

e k s i s t e n s i d a r i g e l a g a t

p e r u b a h a n n i l a i y a n g

m e n i m b u l k a n p e r b e d a a n

persepsi sebagai dampak dari

g l o b a l i s a s i , d i n a m i k a

p e m b a n g u n a n , i l m u

p e n g e t a h u a n , k e m a j u a n

teknologi serta alih generasi.

Peranan kepemimpinan

dalam implementasi nilai-nilai

y a n g d i h a r a p k a n d a l a m

membangun karakter nasional

adalah perbaikan sistem kerja

dan perbaikan kualitas produk

dilaksanakan melalui proses

membangun kepercayaan

masyarakat, mengkomunikasi

perubahan dalam rangka

pembentukan perilaku yang

diinginkan melaui penerapan

komitmen dan partisipasi,

p e r b a i k a n o r g a n i s a s i ,

ketatalaksanaan dan sistem

manajemen SDM melalui

perubahan pola pikir, budaya

dan nilai-nilai kerja serta

memastikan keberlangsungan

b e r j a l a n n y a s i s t e m d a n

terjadinya perubahan. Peranan

tersebut akan mewujutkan

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional diharapkan akan

mengerucut pada tiga tataran

yaitu : menumbuhkan dan

memperkuat jati diri bangsa,

menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) , dan membentuk

manusia serta masyarakat

Indonesia yang berakhlak

mulia, berbudi pekerti, dan

berperilaku baik, memiliki

peradaban yang unggul dan

mulia dalam bangsa yang

bermartabat. **

instrinsik ekstrinsik

( P a t t r e n

Maintenance) ,

( T e n s i o n

Management) ,

(Goal Attainment) ,

(Adaptation),

(Integration) dan

(Goal

Transformation),

11SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 13: PenanggungJawab - kemhan.go.id

PENDAHULUAN

R e f o r m a s i p e r t a h a n a n

negara sebagai bagian dari

reformasi nasional merupakan

kebutuhan strategis bangsa

Indonesia untuk mewujudkan

per tahanan negara yang

tangguh dalam mengawal

N K R I d e n g a n s e g a l a

kepentingannya. Reformasi

pertahanan negara yang telah

berlangsung lebih dari satu

d e k a d e m e r e f l e k s i k a n

komitmen pemerintah dan

bangsa Indones ia da lam

merespons tantangan dan

tuntutan perubahan, baik dari

tataran global dan regional

maupun nasional. Segenap

agenda dan substansi reformasi

di bidang pertahanan negara

telah dapat terlaksana dan

dengan hasil-hasil yang cukup

positif, mulai dari pemisahan

FOKUS

Oleh :Ir. Ken ChaidianLaksamana Pertama TNI

Direktur Bela Negara

ABSTRAKSI

Mewujudkan Pertahanan Negara yang tangguh sebagai sebuah visi yang telah

dirumuskan oleh Kementerian Pertahanan, merupakan tanggung jawab bersama

antara Personel Kemhan dan TNI selaku pelaksana kebijakan di bidang pertahanan

Negara yang didukung oleh komponen bangsa lainnya. Oleh karena itu, guna

mewujudkan visi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkarakter kuat

sehingga memiliki kemampuan yang tanggap, tanggon dan trengginas, melalui

pembangunan karakter bangsa (National and Character Building). Dalam perpektif

pertahanan Negara, upaya National and Character Building dilaksanakan melalui

Pembinaan Kesadaran Bela Negara

“MEMBANGUN KARAKTER

PERSONEL KEMHAN DAN TNI DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN PERTAHANAN NEGARA YANG TANGGUH

MELALUI NATIONAL AND CHARACTER BUILDING”

12 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 14: PenanggungJawab - kemhan.go.id

TNI dengan Polri berikut peran

dan fungsi kelembagaannya

hingga perubahan doktrin.

Secara konseptual, reformasi

bidang pertahanan negara

dilaksanakan secara bertahap

dan berlanjut meliputi struktur,

kultur dan tata nilai sebagai satu

kesatuan perubahan yang utuh

dan menyeluruh.

S e i r i n g d e n g a n e r a

globalisasi dengan dampak

ikutannya, maka Reformasi

m e n y e l u r u h d i b i d a n g

pertahanan juga harus diikuti

dengan penguatan karakter dan

moral Personel Kemhan dan

T N I , s e l a k u a k t o r y a n g

m e n g a w a k i p e n y u s u n a n

kebijakan dan penyelenggaraan

pertahanan negara. Hal ini

penting, mengingat karakter

sumber daya manusia memiliki

peran yang penting dan

strategis guna mewujudkan visi

dan misi pertahanan negara,

yaitu mewujudkan pertahanan

negara yang tangguh, guna

menjaga kedaulatan dan

k e u t u h a n N K R I s e r t a

keselamatan bangsa. Oleh

karena itu Personel Kemhan

dan TNI dituntut memiliki

sikap, perilaku dan tindakan

patriotisme, keteladanan serta

kinerja yang membanggakan

sehingga mampu menjadi

pendorong bagi tumbuhnya

efek penggentar (

) . Mengingat untuk

kemampuan pertahanan guna

m e w u j u d k a n p e r t a h a n a n

negara yang tangguh harus

diawaki oleh personel yang

profesional/berkualitas tinggi

d a n b e r k a r a k t e r k u a t .

Perpaduan karakter dan

profesionalisme pengawak

p e r t a h a n a n n e g a r a d a n

memberdayakan perumus

kebijakan akan menghasilkan

sumber daya pertahanan yang

memiliki sensitifitas terhadap

dinamika dan kompleksitas

ancaman dari luar negeri

dan/atau dari dalam negeri.

Pasca penandatanganan

Piagam PBB ( ) dan

pendeklarasian doktrin

a t a u h i d u p

berdampingan secara damai

tahun 1945 , penggunaan

angkatan bersenjata dari suatu

negara untuk melakukan agresi

terhadap negara lain dilarang

oleh PBB, karena merupakan

detterence

e f f e c t

UN Charter

peacefull

c o - e x i s t e n c e

DINAMIKA LINGKUNGAN

STRATEGIS

13SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 15: PenanggungJawab - kemhan.go.id

tindakan melanggar hukum

internasional. Namun spirit

untuk menguasai negara lain

masih tetap ada terutama dari

Negara-negara yang keluar

sebagai pemenang pada akhir

Perang Dunia II. Dominasi

penjajahan kemudian diganti

dengan cara lain yaitu melalui

cara-cara non fisik melalui

berbagai bidang kehidupan

seperti ekonomi, politik dan

sosia l budaya, teknologi

i n f o r m a s i , y a n g d a p a t

menyebabkan masyarakat

menjadi tidak berdaya, lemah

dan mudah dikuasai oleh

negara lain. Pemahaman perang

secara luas tidak terbatas pada

perang fisik/konvensional,

tetapi juga lebih bersifat halus

dan bersifat non fisik. Oleh

karena itu, perang bukan lagi

menjadi domain militer tetapi

melibatkan seluruh kekuatan

bangsa (

D a l a m p e r j a l a n a n n y a ,

memasuki era globalisasi yang

s a r a t d e n g a n d i n a m i k a

perubahan dan ketidakpastian,

s u d a h b a r a n g t e n t u

berimplikasi terhadap adanya

p e r u b a h a n g e o p o l i t i k ,

geoekonomi dan geososial

budaya global yang cukup

s i g n i f i k a n . P e r u b a h a n -

perubahan tersebut pada

gilirannya baik secara langsung

m a u p u n t i d a k l a n g s u n g

b e r p e n g a r u h t e r h a d a p

p e n e n t u a n k e b i j a k a n

pertahanan negara. Dinamika

lingkungan keamanan strategis

te rsebut mengisyara tkan

tantangan yang besar dan

kompleks bagi pertahanan

negara dalam mempertahankan

kedaulatan, keutuhan wilayah

dan keselamatan bangsa, yang

b e r k e m b a n g m e n j a d i

multidimensional, fisik dan

nonfisik, serta berasal dari luar

dan dari dalam negeri.

Harus diakui bahwa dalam

dinyatakan bahwa ancaman

invasi atau agresi militer negara

l a i n t e r h a d a p I n d o n e s i a

d i p e r k i r a k a n k e c i l

kemungkinannya. Begitupun

d e n g a n m e n c e r m a t i

perkembangan lingkungan

keamanan strategis Indonesia

pada saat ini dan dalam

beberapa tahun akan datang

belum terdapat indikasi suatu

ancaman militer konvensional

yang mengarah ke wilayah

I n d o n e s i a .

p e r n y a t a a n p o l i t i k d a n

diplomasi Presiden RI juga

dinyatakan bahwa Indonesia

tidak memiliki satu musuh pun

yang berupa negara, dengan

semboyan “

artinya bagi Indonesia

semua negara adalah teman

tanpa peduli permusuhan

negara tertentu dengan negara

lain. Namun demikian, kondisi

yang kondusif ini tidak lalu

m e m b u a t I n d o n e s i a

mengabaikan kesiapsiagaannya

d a l a m m e m b a n g u n

kemampuan bangsa untuk

melindungi NKRI. Oleh karena

itu, di sektor pertahanan negara

harus terus dipersiapkan

d e n g a n m e m a d u k a n

kemampuan pertahanan militer

dan nirmiliter untuk menangkalelement of national

power).

Buku Putih Pertahanan Indonesia

D i s i s i l a i n

millions friends zero

enemy”,

FOKUS

14 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 16: PenanggungJawab - kemhan.go.id

setiap kemungkinan ancaman

serta apabila kondisi memaksa,

mampu menghadapi segala

perubahan situasi.

Kiranya disadari bahwa saat

ini dan kemungkinannya ke

depan, bahwa ancaman yang

bersifat non militer masih akan

senantiasa mendominasi jenis

ancaman terhadap kedaulatan

negara. Sinyalemen ini diamini

oleh dunia internasional yang

terl ihat pada topik-topik

bahasan dalam forum

yang diselenggarakan

pada akhir bulan Maret 2012

yang lalu, dan dihadiri oleh

Sekjen PBB Ban Ki Moon, serta

para pemimpin, perwira militer,

a k a d e m i s i d a n p e m b u a t

kebijakan dari seluruh wilayah

Asia Pasifik, dan para delegasi

negara-negara Asia, Eropa,

Amerika dan Australia. Forum

diskusi yang mengambil tema

” ini mengindikasikan

bahwa pada era ini penggunaan

kekuatan militer lebih banyak

dikerahkan untuk kegiatan

Operasi Militer Selain Perang.

Globalisasi berlangsung

dengan cepat dan melanda

semua bangsa dan negara di

dunia dalam waktu dan periode

yang bersamaan atau serentak,

bersifat multi dimensional,

dengan proses kompleks yang

mempengaruhi intelektual,

emosional, sosial, politik,

ekonomi, dan dimensi budaya

di seluruh dunia. Kecen-

d e r u n g a n n y a d i b i d a n g

e k o n o m i , k o m u n i k a s i

berteknologi tinggi, kegiatan

s o s i a l , p o l i t i k s e r t a

kemanusiaan yang menjadi

semakin bertambah dalam

kancah internasional baik

dalam jangkauan maupun

peran.Fenomena perubahan

berbagai aspek kehidupan

dalam kancah persaingan global

seperti sekarang ini, dunia

dihadapkan pada ketidak-

pastian dan ketidak menentuan

,

memunculkan berbagai tekanan

dan tantangan atau bahkan

ancaman dari berbagai arah

terhadap negara.

Fenomena ancaman perang

d i a b a d m o d e r n y a n g

mengedepankan kekuatan non

militer karena meliputi seluruh

aspek kehidupan ini, oleh

sebagian kalangan disebut

d e n g a n b e n t u k “ p e r a n g

modern”, yaitu jenis perang

yang murah bila dibandingkan

dengan perang konvensional,

a k a n t e t a p i e f e k y a n g

ditimbulkan sangat dahsyat dan

fundamental karena dapat

merusak sendi-sendi kehidupan

berbangsa dan bernegara,

sebagaimana suatu bangsa

hancur oleh bangsanya sendiri

sendiri ( ). Jika

perang fisik akan butuh biaya

besar, tapi perang modern yang

mengandalkan dinilai

jauh lebih murah, efisien dan

efektif, karena yang diserang

adalah hati dan pikiran manusia

Jakarta

International Defence Dialog

(JIDD)

Military Operation Other Than

War

(turbulance and uncertainty)

Self-Destruction

soft power

15SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 17: PenanggungJawab - kemhan.go.id

16 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

dalam skema penja jahan

paradigmatis. Padahal hati dan

pikiran manusia (warga negara)

merupakan benteng pertahanan

terakhir yang dimiliki oleh

s u a t u b a n g s a d a l a m

menghadapi berbagai ancaman.

Karena, “

”.

Perang jenis ini biasanya

dilakukan oleh aktor non negara

( ) dan juga negara

atau kelompok atau siapapun

yang memiliki kemampuan dan

akses terhadap jaringan sistem

informasi dan atau sistem

telekomunikasi ( ).

Fenomena ini oleh berbagai

kalangan disebut juga dengan

perangasimetris asymetric

warfare) yaitu suatu model

p e p e r a n g a n y a n g

dikembangkan dar i cara

berpikir yang tidak lazim,

dengan kekuatan yang tidak

seimbang serta dengan cara-

cara di luar aturan peperangan

yang berlaku, dengan spektrum

perang yang sangat luas dan

m e n c a k u p s e m u a a s p e k

kehidupan. Perang modern

sebagai jenis peperangan yang

berbasis pada kemampuan

i n t e l e k t u a l i n i l a h y a n g

kemudian menjadikan

(kombinasi dan

sebagai landasan

bagi penyusunan strategi

pertahanan setiap negara.

Mengacu pada gambaran

diatas, sudah barang tentu

terdapat perbedaan yang sangat

signifikan terhadap strategi

peperangan pada era global di

abad modern ini dengan perang

konvensional yang terjadi

sebelum perang dingin. Pada

perang konvensional, sudah

dapat dipastikan bahwa strategi

y a n g d i g u n a k a n u n t u k

munduduki negara lain adalah

d e n g a n m e n g a n d a l k a n

k e k u a t a n m i l i t e r d a n

persenjataannya. Sebaliknya

yang terjadi pada perang

modern ini, bahwa penjajah

tidak lagi menduduki secara

fisik akan tetapi menguasai

melalui alam pikiran manusia

dalam suatu negara. Bahkan

ironisnya, seringkali negara

yang dijajah tidak menyadari

apabila dirinya telah dikuasai

oleh penjajah. Karena, perang

diawali dengan merubah

paradigma berpikir manusia

dalam suatu negara dan

selanjutnya dapat berdampak

pada aspek lainnya dengan

memanfaatkan kelemahan dan

celah rentannya kehidupan

berbangsa dan bernegara, yang

dapat berpengaruh pada

memudarnya energi kolektif

b a n g s a y a n g d a p a t

membahayakan kelangsungan

hidup bangsa dan negara.

Oleh karena itu, pada

kondisi ini sumber daya

manusia menjadi hal prnting

dan essential dalam turut

menjamin kelangsungan hidup

bangsa dan negara. Yaitu

kualitas sumberdaya manusia

yang memiliki ,

memiliki kecintaan terhadap

tanah airnya dan memiliki

karakter serta jati diri yang kuat.

Karena karakter dan moral

bangsa merupakan elemen

p e n t i n g d a l a m m e n j a g a

kelangsungan hidup bangsa

dan negara sebagaimana

dikemukakan oleh

b a h w a

kelangsungan hidup negara

hanya mungkin dijamin melalui

k e k u a t a n n a s i o n a l y a n g

meliputi unsur geografi dan

sumber daya alam; serta

kemampuan industri, kesiagaan

militer, kemampuan penduduk

(demografi), karakter nasional,

moral nasional dan kualitas

d i p l o m a s i d a n k u a l i t a s

p e m e r i n t a h . ,

m e n g e m b a n g k a n f a k t o r

karakter nasional dan moral

nasional sebagai unsur penting

dalam pembentukan kekuatan

n a s i o n a l . K a r e n a

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

nasional ditujukan untuk

menciptakan daya tangkal (

bagi bangsa.

the real battle field is in

the mind of the people and their

heart as well

non state actor

cyber war

(

smart

power soft power

hard power)

competitiveness

Hans J.

M o r g e n t h a u w ,

M o r g e n t h a u

soft

power)

URGENSI PEMBANGUNAN

K A R A K T E R B A N G S A

(NATION AND CHARACTER

FOKUS

Page 18: PenanggungJawab - kemhan.go.id

17SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

BUILDING) ERA PERANG

MODERN

Belakangan ini masalah

pentingnya pembangunan

karakter seringkali menjadi

topik-topik diskusi, seminar

bahkan penelitian.Buku-buku

motivasi bertema tentang

pentingnya karakter untuk

menuju kesuksesan hidup juga

menjamur di berbagai toko

buku. Hal ini menunjukkan

b e t a p a p e n t i n g n y a

pembagunan karakter manusia,

atau dalam perpektif yang luas

adalah karakter bangsa guna

m e n j a g a k e l a n g s u n g a n

hidupnya. Fenomena ini

menunjukan adanya kesadaran

kolektif masyarakat akan

keprihatinannya terhadap

kondisi bangsa yang masih saja

diliputi berbagai krisis, yang

k o n o n k a b a r n y a b a h w a

karakter dan moral bangsa ini

menjadi sumber krisis sekaligus

solusi krisis. Karena karakter

dan moral bangsa merupakan

kekuatan nasional yang turut

memberikan kontribusi penting

dalam menentukan eksistensi

sebuah bangsa dalam pergaulan

antar negara sekaligus menjaga

kelangsungan hidupnya.

M o d e l i n i p e r n a h

dikembangkan di Indonesia

semasa pemerintahan Presiden

S o e k a r n o , y a i t u m e l a l u i

program pembangunan watak

dan karakter bangsa (

). Program

tersebut tidak lain adalah untuk

membangun dan menata

kembali karakter dan watak

bangsa kita sendiri, melalui

upaya menanamkan semangat

kebangsaan/nasional isme

kepada seluruh warga negara

Indonesia agar menjadi bangsa

yang memiliki kebanggaan

sebagai bangsa Indonesia

dengan karakternya sendiri,

yaitu kesatuan seluruh wilayah

dan hati serta kepercayaan diri

bangsa Indonesia yang tinggi

sehingga mampu menjadi

bangsa yang patut dibanggakan

karena senantiasa menjunjung

tinggi harkat dan martabat

bangsanya. Dan, pembangunan

karakter bangsa merupakan

bagian yang tak terpisahkan

dari pembangunan nasional,

karena pembangunan nasional

meliputi “

”.

Oleh karena itu, maka

pemerintah saat ini juga telah

m e m a n d a n g p e n t i n g n y a

pembangunan karakter bangsa,

y a n g d i t u a n g k a n d a l a m

p r o g r a m p r i o r i t a s

Pembangunan Jangka Panjang

Tahun 2005-2025, khususnya

dalam rangka mewujudkan

masyarakat Indonesia yang

berakhlak mulia, bermoral,

beretika, berbudaya, dan

beradab, guna mewujudkan

Visi Indonesia 2025 yaitu

. Program ini

ditujukan untuk terwujudnya

karakter bangsa yang tangguh,

kompetitif, berakhlak mulia,

dan bermoral berdasarkan

f a l s a f a h P a n c a s i l a y a n g

dicirikan dengan watak dan

p e r i l a k u m a n u s i a d a n

masyarakat Indonesia yang

b e r a g a m , b e r i m a n d a n

bertaqwa kepadaTuhan Yang

Maha Esa, berbudi luhur,

bertoleran, bergotong royong,

national

and character building

state bulding, nation

building dan character building

“Indonesia Yang Mandiri, Maju,

Adil Dan Makmur”

Page 19: PenanggungJawab - kemhan.go.id

berjiwa patriotik, berkembang

dinamis, dan berorientasi iptek.

Disamping itu juga ditujukan

untuk makin mantapnya budaya

bangsa yang tercermin dalam

meningkatnya peradaban,

harkat, dan martabat manusia

Indonesia, dan menguatnya jati

diri dan kepribadian bangsa.

Pembangunan karakter

bangsa ini dalam perspektif

pertahanan negara merupakan

sebuah upaya menciptakan daya

tangkal bangsa sekaligus

b a g i b a n g s a g u n a

menghadapi kompleksitas

ancaman yang dihadapi pada

era globalisasi saat ini. Oleh

karena itu, pembangunan

karakter bangsa merupakan hal

penting dan urgen dalam rangka

menciptakan daya tangkal

bangsa dalam menghadapi

kompleksitas ancaman pada era

perang modern saat ini. Karena

sumber daya manusia memiliki

peranan penting dalam menjaga

kedaulatan dan kelangsungan

hidup bangsa dan negara, yaitu

sumber daya manusia yang

m e m i l i k i k e m a m p u a n

intelektual yang baik sekaligus

m e m i l i k i k a r a k t e r d a n

kesadaran bela negara dan cinta

tanah air. Karena, sumber daya

manusia yang hanya menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi

tanpa memiliki kesadaran moral

bela negara, hanya akan

membahayakan kelangsungan

hidup bangsa dan negara.

Bangsa yang berkarakterlah

yang akan diharapkan akan

memenangkan peperangan di

abad modern, karena tidak perlu

dengan pengerahan kekuatan

militer. Inilah salah satu bentuk

“Seni Perang” sebagaimana

ditulis oleh filsuf-pejuang Cina

yaitu Sun Tzu dalam buku “

” bahwa “Menang

tanpa bertempur adalah yang

terbaik (

)”, yang tujuannya adalah

menjadi yang tak terkalahkan,

meraih kemenangan tanpa

pertempuran, dan menjadi

kekuatan yang tak bisa diserang

melalui upaya pemahaman

aspek fisik, politik dan psikologi

konflik.

Bela negara dalam konteks

penyelenggaraan pertahanan

negara diartikan sebagai sikap

dan perilaku serta tindakan

warga negara yang dijiwai oleh

kecintaanya kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

dalam menjamin kelangsungan

hidup bangsa dan negara.

Adapun kriteria atau ciri sumber

daya manusia/warga negara

yang memiliki kesadaran bela

negara adalah mereka yang

bersikap dan bertindak yang

senantiasa berorientasi pada

nilai-nilai kenegaraan, yang oleh

Kementerian Pertahanan Cq

Ditjen Pothan dikembangkan

lima nilai dasar bela negara,

yaitu : cinta tanah air, sadar

berbangsa dan bernegara, yakin

pada Pancasila sebagai ideologi

negara, rela berkorban untuk

bangsa dan negara, serta

memiliki kesiapan psikis dan

fisik untuk melakukan upaya

bela negara.

Nila i -ni la i ini lah yang

diharapkan akan menjadi

landasan sikap dan perilaku

w a r g a n e g a r a u n t u k

diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari sesuai

dengan bidang dan profesinya

masing-masing. Implementasi

nilai-nilai bela negara yang

diwujudkan dalam tindakan

nyata akan berimplikasi pada

daya penangkalan (

) terhadap bangsa lain yang

ingin menghancurkan atau

menyerang negara kita.

Upaya bela negara, selain

s e b a g a i k e w a j i b a n d a s a r

manusia, juga merupakan

kehormatan bagi setiap warga

negara yang dilaksanakan

dengan penuh kesadaran,

tanggung jawab, dan rela

berkorban dalam pengabdian

kepada negara dan bangsa.

Adapun nilai-nilai dasar

yang dikembangkan dalam bela

soft

p o w e r

The

Art of War

To Win without fighting is

the best

deterrence

effect

PEMBINAAN KESADARAN

BELA NEGARA SEBAGAI

UPAYA PEMBANGUNAN

KARAKTER BANGSA

FOKUS

18 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 20: PenanggungJawab - kemhan.go.id

negara pada konteks pertahanan

negara, adalah :

1. Cinta tanah air. Cinta tanah

air merupakan sumber daya

jiwa penggerak bela negara.

Ia merupakan gerak dan

pancaran jiwa warga negara

terhadap obyek yang disebut

t a n a h a i r y a n g b e r i s i

k e i n g i n a n u n t u k

memberikan yang terbaik

d a l a m p e r i l a k u d a n

karyanya. Dengan mengenal

dan mencintai wilayah dan

tanah air Indonesia, maka

w a r g a n e g a r a a k a n

senantiasa menjaga dan

melestarikan lingkungan

hidup serta senantiasa

m e n g h a r u m k a n n a m a

bangsa dan negara Indonesia.

Dengan demikian akan

senantiasa waspada dan

selalu siap menghadapi

s e t i a p a n c a m a n y a n g

m e m b a h a y a k a n

kelangsungan hidup bangsa

dan NKRI.

2. S a d a r b e r b a n g s a d a n

bernegara Indonesia. Yakni

selalu membina kerukunan

persatuan dan kesatuan,

s e l a l u m e n g u t a m a k a n

k e p e n t i n g a n b a n g s a

diataskepentingan pribadi

atau golongan, memahami

l a m b a n g d a n l a g u

kebangsaan serta mentaati

s e l u r u h p e r a t u r a n

perundang-undangan yang

berlaku, sebagai bagian dari

j i w a p a t r i o t i s m e d a n

tanggungjawabnya sebagai

warga negara.

3. Yakin terhadap kebenaran

Pancasila sebagai falsafah

dan ideologi negara. Yakni

m e m a h a m i k e y a k i n a n

terhadap nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila

dan mengimplementasi-

kannya dalam kehidupan

sehari-hari. Yakin pula

bahwa Pancasila sebagai

pemersatu bangsa dan

negara serta yakin pada

kebenaran Pancasila sebagai

falsafah dan ideologi Negara,

yang dijadikan sebagai

sumber a tau landasan

konstitusional dalam menata

kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

4. Rela berkorban bagi bangsa

dan negara. Yaknisetiap

langkah dan tindakan tidak

hanya mementingkan diri

sendiri, tetapi lebih dari itu

b a h w a k e m a s l a h a t a n

umumlah yang utama, dan

mampu melihat kepentingan

j a u h k e d e p a n u n t u k

kepentingan negara dan

bangsa.

5. Memiliki kemampuan awal

bela negara. Kemampuan

awal bela negara adalah

kondisi kesiapan fisik dan

psikhis manusia Indonesia

untuk mempersembahkan

yang terbaik bagi negara dan

bangsa. Jika dalam konteks

kebangsaan, rasa cinta tanah

air, sadar berbangsa dan

bernegara, yakin kebenaran

Pancasila sebagai ideologi

negara dan rela berkorban

adalah berada dalam ranah

rasa, faham dan semangat

k e b a n g s a a n , m a k a

kemampuan awal bela

negara merupakan resultante

dari keseluruhan kualitas

19SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 21: PenanggungJawab - kemhan.go.id

b e l a n e g a r a m e n u j u

implementasinya dalam

perilaku bela negara.

Kemampuan awal bela

negara adalah prasyarat utama

sistem pertahanan negara. Ia

harus diwujudkan menjadi

kualitas setiap warga negara.

Kualitas itu mencakup kualitas

psikhis dan fisik.

1) Kualitas Psikis (Mental).

Memiliki kemampuan awal

bela negara dalam bentuk

kualitas psikis yaitu setiap

warga negara dituntut untuk

memiliki sikap dan perilaku

disiplin, ulet, bekerja keras

mentaati segala peraturan

perundangan yang berlaku,

percaya akan kemampuan

diri sendiri, tahan uji dan

pantang menyerah dalam

menghadapi kesulitan hidup

untuk mencapai cita-cita dan

tujuan nasional. Tanpa sikap

mental yang sebagaimana

tersebut di atas sulit bagi

s e b u a h b a n g s a u n t u k

mencapai cita-cita dan tujuan

nasional, bahkan mungkin

akan membawa kepada

jurang kehancuran.

2) Kualitas fisik. Memiliki

kemampuan awal bela

n e g a r a d a l a m b e n t u k

kemampuan fisik (jasmani),

yang sehat, tangkas, postur

tubuh yang proporsional

akan mendukung pula psikis.

Ingat pada pepatah kuno

” ”,

dalam badan yang sehat

terdapat jiwa yang kuat.

Seluruh nilai bela negara

tersebut menjadi penggerak

sistem pertahanan negara,

sehingga ia memiliki arti

strategis sekaligus menjadi jati

d i r i n y a . O l e h s e b a b i t u

penanaman nilai-nilai bela

negara menjadi faktor kunci agar

sistem pertahanan negara dapat

menjadi karya budaya yang

bergerak terus bekerja menjadi

jati diri sistem pertahanan

Indonesia. Oleh sebab itu

pelestarian dan pelaksanaan

nilai-nilai bela negara ini

menjadi kebijakan dasar sistem

pertahanan negara.

Hak dan kewajiban warga

negara dalam upaya bela negara

diatur dalam Undang-Undang

Dasar 1945 Bab X tentang Warga

Negara dan Penduduk, pasal 27

ayat (3) menyatakan bahwa

“setiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”. Dalam

batang tubuh UUD 1945,

pengaturan hak dan kewajiban

tersebut ditempatkan pada Bab

Warga Negara dan Penduduk,

yang mengandung makna

bahwa pembelaan negara

mengandung asas demokrasi

dimana setiap warga negara

dengan tidak memandang suku,

men sana in corpore sano P E N G A T U R A N B E L A

N E G A R A D A L A M

PERUNDANG-UNDANGAN

FOKUS

20 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 22: PenanggungJawab - kemhan.go.id

agama, ras, gender maupun

kepentingan golongan, memiliki

hak dan kewajiban yang sama

dalam upaya pembelaan negara.

Di sisi lain bahwa pembelaan

n e g a r a t i d a k h a n y a

d i p e r u n t u k k a n u n t u k

k e p e n t i n g a n p e r t a h a n a n

keamanan saja, akan tetapi

untuk kepentingan semua aspek

kehidupan.

Selanjutnya Undang-undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Azasi Manusia, perihal bela

Negara diatur pada Bab IV

tentang Kewaj iban Dasar

Manusia, pasal 68 bahwa “setiap

warga negara wajib ikut serta

dalam upaya pembelaan negara

sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan”. Lebih

lanjut, perihal bela negara juga

diatur dalam Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara Bab III

t en tang Penye lenggaraan

Pertahanan Negara, pasal 9

bahwa “Setiap warga negara

berhak dan wajib ikut serta

dalam upaya bela negara yang

d i w u j u d k a n d a l a m

penyelenggaraan pertahanan

negara.

Mengacu pada dasar tersebut

di atas, dapat dipahami bahwa

keikutsertaan dalam upaya

pertahanan negara merupakan

t a n g g u n g j a w a b d a n

kehormatan set iap warga

n e g a r a . S e h i n g g a t i d a k

seorangpun warga negara boleh

dihindarkan dari kewajiban ikut

serta dalam pembelaan negara

kecuali ditentukan dengan

Undang-Undang. Dalam

rangka menjadikan kesadaran

bela negara menjadi kesadaran

nasional, Pemerintah telah

mengeluarkan Keputusan

Presiden RI Nomor 28 Tahun

2006 tentang Penetapan tanggal

19 Desember sebagai Hari Bela

Negara.

Inti kekuatan pertahanan

negara terletak pada unsur

sumber daya manusia. Sumber

daya manusia adalah faktor

d e t e r m i n a n k e m a m p u a n

pertahanan negara. Indikator

s u m b e r d a y a m a n u s i a

p e r t a h a n a n s e b a g a i i n t i

kekuatan pertahanan terletak

pada kualitas intelektual,

mental, dan fisik yang tercermin

dalam kondisi yang

dan . Untuk

mencapai kekuatan pertahanan

negara yang andal, kekuatan

militer dan kekuatan nirmiliter

h a r u s m a n u n g g a l d a n

m e n g u a s a i s e n d i - s e n d i

pertahanan negara.

berarti berdaya

tangkap dan penalaran yang

tinggi yang menempatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi

sebagai hal yang fundamental

dalam membangun pertahanan.

Tanggap merupakan faktor yang

berhubungan dengan kecakapan

dalam mengerahkan segenap

indra sehingga secara cepat

mengetahui, mencerna dan

memahami gejala yang terjadi.

Sumber daya manusia yang

tanggap tidak sekedar diukur

d a r i p r i b a d i n y a , t e t a p i

m e n y a n g k u t k e m a m p u a n

P E M B A N G U N A N

K A R A K T E R P E R S O N E L

M E L A L U I P E M B I N A A N

KESADARAN BELA NEGARA

tanggap,

tanggon, trengginas

Tanggap

21SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 23: PenanggungJawab - kemhan.go.id

kesatuan yang berhubungan

dengan aspek intelektual yang

ditentukan oleh kemampuan

b e r p i k i r k o n s e p t u a l ,

penguasaan akan prinsip damai

dan prinsip perang, serta

penguasaan doktrin.

berar t i dapat

diandalkan, ulet, dan tahan uji.

Tanggon merupakan faktor yang

berhubungan dengan aspek

moral sebagai penentu karakter

kesatuan.Tanggon ditentukan

oleh moral dan moril yang

t e r k a i t l a n g s u n g d e n g a n

semangat tempur, motivasi,

kepemimpinan, dan manajemen.

Sedangkan Trengginas memiliki

makna ketangkasan dalam

bertindak, yang merupakan

kemampuan kesatuan yang

berhubungan dengan aspek

penampilan yang memancarkan

kekuatan dan kesiapsiagaan

k e s a t u a n . T r e n g g i n a s

mencakupi kekuatan, baik

secara kuant i tas maupun

kualitas.

Selain ketiga kualitas kualitas

di atas, guna mewujudkan

Per tahanan Negara yang

tangguh sebagai sebuah visi

pertahanan negara, maka

Kemhan dan TNI harus diawaki

oleh personel harus tangguh

pula. Personel yang tangguh

a d a l a h p e r s o n e l y a n g

berkarakter kuat. Karakter suatu

bangsa tidak lahir dengan

sendirinya akan tetapi harus

ditumbuh kembangkan dan

diinternalisasikan melalui

berbagai kegiatan pendidikan

atau pembinaan, yang sering

disebut dengan pendidikan

karakter atau .

Yang menurut Thomas Lickona

pendidikan karakter adalah

pendidikan budi pekerti plus,

yaitu yang melibatkan aspek

p e n g e t a h u a n ( c o g n i t i v e ) ,

perasaan (feeling), dan tindakan

(action).Tanpa ketiga aspek ini,

maka pendidikan karakter tidak

efektif, dan pelaksanaannya pun

h a r u s d i l a k u k a n s e c a r a

sistematis dan berkelanjutan.

Pendidikan karakter dalam

perspektif pertahanan Negara

d i l a k s a n a k a n m e l a l u i

pembinaan kesadaran bela

Negara, agar nilai-nilai bela

negara senantiasa menjadi

landasan sikap dan perilakunya

dalam kehidupan sehari-hari

sesuai bidang dan profesi warga

n e g a r a . H a l i n i p e n t i n g

dilakukan, mengingat fenomena

globalisasi cukup berpengaruh

k e p a d a p e r g e s e r a n a t a u

perubahan tata nilai, sikap dan

perilaku pada semua aspek

kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Pengaruh ini diharapkan jangan

sampai berimbas pada

para Personel Kemhan dan TNI

s e h i n g g a d a p a t m e n j a d i

penghambat bagi terbangunnya

sebuah sistem pertahanan yang

b e r s i f a t s e m e s t a , g u n a

mewujudkan pertahanan negara

yang tangguh.

Pada dasarnya Personel

K e m h a n d a n T N I t e l a h

memperoleh pendidikan dan

pembekalan yang memadai

tentang keperwiraan maupun

keprajuritan. Akan tetapi,

mencermati perkembangan

perubahan paradigma ancaman

dan lingkungan strategi global,

regional maupun nasional

Indonesia saat ini, dimana

bentuk dan sifat ancaman telah

berubah dari yang bersifat fisik

m e n j a d i n o n f i s i k a t a u

p e r p a d u a n k e d u a n y a ,

m e n g h a r u s k a n P e r s o n e l

K e m h a n d a n T N I p e r l u

m e n d a p a t k a n p e n g u a t a n

karakter bangsa. Penguatan/

pembangunan karakter bangsa

y a n g d a l a m p e r s p e k t i f

pertahanan negara dilaksanakan

melalui pembinaan kesadaran

bela negara, sehingga terwujud

s u m b e r d a y a m a n u s i a

pertahanan yang memiliki

karakter dan daya tangkal yang

kuat guna membangun sistem

pertahanan negara yang bersifat

Tanggon

character building

,

mind set

FOKUS

22 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 24: PenanggungJawab - kemhan.go.id

semesta. Ciri kesemestaan ini

m e n j a d i k a r a k t e r s i s t e m

pertahanan Indonesia, karena di

dalamnya terdapat akumulasi

hasil budaya manusia Indonesia

yang diarahkan untuk mejadi

kekuatan pertahanan negara.

Pertahanan negara di atas

dibangun di atas nilai-nilai yang

m e n j a d i c i r i p e m b a n g u n

karakter pertahanan negara.

Nilai-nilai ini menjadi hal yang

transenden yang melandasi budi

pekerti sekaligus ciri khas sistem

pertahanan negara. Nilai-nilai

itu adalah nilai-nilai bela negara

sebagaimana dijabarkan di atas,

yang meliputi: 1) cinta tanah air,

2) kesadaran berbangsa dan

bernegara, 3) yakin Pancasila

sebagai falsafah dan ideologi

negara, 4) rela berkorban untuk

bangsa dan negara, 5) serta

memiliki kemampuan awal bela

negara secara fisik maupun non

fisik.

Dalam rangka membentuk

karakter bangsa agar menjadi

s u m b e r d a y a m a n u s i a

pertahanan negara, maka

strategi yang ditempuh dalam

rangka Pembinaan Kesadaran

Bela Negara, antara lain:

1. Menanamkaan kembal i

Empat Pilar Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara

(Pancasila, UUD 1945, NKRI,

dan Bhinneka Tunggal Ika)

sebagai ideologi negara,

dengan menjadikan Ideologi

negara sebagai kekuatan

pemersatu

dan bagi

bangsa Indonesia.

2. Memperkukuh Wawasan

K e b a n g s a a n y a n g

menyangkut tiga dimensi

pembinaan yai tu : rasa

k e b a n g s a a n , p a h a m

kebangsaan, dan semangat

kebangsaan.

3. Membuka ruang dialog

t e n t a n g p e n t i n g n y a

kesadaran bela negara dalam

mewujudkan visi Indonesia

2025

4. Menyadarkan anak bangsa

untuk rela berkorban demi

bangsa dan negaranya.

5. Meningkatkan kesadaran

w a r g a n e g a r a d a l a m

mengimplementasikan nilai-

nilai bela negara, sebagai

landasan terbangunnya

sistem pertahanan negara.

Mengingat karakter dan

moral bangsa merupakan salah

satu kekuatan bangsa dalam

menjamin kedaulatan dan

kelangsungan hidup bangsa dan

negara, maka implementasi

nilai-nilai bela negara sebagai

landasan sikap dan perilaku

para Personel Kemhan dan TNI

dalam kehidupan dan tugas

sehari-hari menjadi hal penting

untuk dikedepankan. Hal ini

penting, mengingat kesadaran

kolektif dalam bela negara yang

dilakukan oleh para Personel

Kemhan dan TNI, tidak hanya

menjadi akan tetapi

j u g a m e m b e r i k a n e f e k

penggentar ( )

tersendiri bagi bangsa dalam

menghadapi negara-negara lain.

Dengan kualitas demikian, maka

sistem pertahanan negara dapat

terbangun guna mewujudkan

Per tahanan Negara yang

tangguh.

(integrating force)

common platform

social capital

detterence effect

PENUTUP

23SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 25: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Latar Belakang

K o n t r o v e r s i t e n t a n g

Rancangan Undang Undang

Keamanan Nasional (RUU

Kamnas) terus berlanjut.

Namun mengapa penolakan

tentang RUU Kamnas ini yang

paling gencar adalah dilakukan

oleh Purnawirawan Polisi, dan

lagi-lagi saat ini yang ikut

'bermain' dalam penolakan

keras terhadap RUU Kamnas

itu justru suatu organisasi

ataupun LSM yang paling

gencar dalam mengkritik

segala kebijakan polisi. Adakah

pesanan?. Demikian pula

dengan RUU Komcad memang

bukan usulan baru. Sejak empat

tahun lalu, setiap RUU ini coba

digiring ke depan, ada saja

pihak-pihak yang mencoba

Oleh : Letkol M. Idris (Ditkum Strahan)

OPINI

PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

MELALUI PENYAMAAN PERSEPSI KOMPONEN BANGSA

DALAM MEMANDANG KONSEP PERTAHANAN NEGARA

24 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 26: PenanggungJawab - kemhan.go.id

melakukan .

Kontroversinya antara lain

muncul karena substansi RUU

ini menimbulkan pertanyaan,

apakah penerapannya nanti

bakal sama dengan peraturan

Wajib Militer di negara lain?

Wakil Ketua Komisi I DPR dari

Fraksi Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (F-PDIP)

Tubagus Hasanuddin di

J a k a r t a , K a m i s ( 1 2 / 1 ) ,

sebagaimana dikutip Kompas

( S a b t u , 1 4 / 1 b e r t a j u k

“Pembelian Tank Leopard

D i t o l a k o l e h D P R ” )

menjelaskan, mayoritas fraksi

di Komisi I DPR menolak

rencana pembel ian tank

Leopard itu. Tank Leopard

dianggap tidak cocok dengan

kondisi geografis Indonesia

yang merupakan negara

kepulauan. Menurut beliau,

tank Leopard cocok untuk

negara kontinental dengan

daratan yang luas, seperti

wilayah gurun pasir. Tank itu

memiliki kemampuan tembak

hingga 6 kilometer. Yang cocok

untuk wilayah Indonesia

adalah jenis tank dengan

kemampuan menembak lurus

dengan jarak 1-2 kilometer.

Ketiga permasalahan yang di

c a n t u m k a n d a l a m l a t a r

b e l a k a n g d i d i a t a s ,

menunjukan masih adanya

“penolakan” dari beberapa

komponen bangsa pada upaya

penguatan pertahanan negara.

“ P e n o l a k a n ” d a p a t

disebabkan belum adanya

persepsi yang sama dari

Komponen Bangsa dalam

melihat pentingnya pertahanan

N e g a r a . P e n i n g k a t a n

k e m a m p u a n p e r t a h a n a n

negara dianggap sebagai

bentuk militerisasi bangsa,

u p a y a p e n i n g k a t a n

kemampuan Alutsista sebagai

ancaman dari penghormatan

terhadap Hak Asasi Manusia.

Ketika Parlemen Belanda

menolak pembelian

karena Indonesia

dianggap sebagai negara

pelanggar HAM. Persepsi

adalah bagian dari hidup.

P e r s e p s i a d a l a h u p a y a

pendekatan dan pemahaman

terhadap apa yang akan,

sedang dan sudah terjadi

dalam kehidupan. Demikian

pula dengan persepsi terhadap

per tahanan negara o leh

Komponen Negara merupakan

pemahaman terhadap apa itu

pertahanan negara. Apakah

pertahanan negara sebagai

militerisasi atau pelanggaran

HAM ataukah sebagai upaya

u n t u k m e n e g a k k a n

kedaulatan.

Persepsi memiliki peranan

penting pada kehidupan

bangsa-bangsa modern dalam

melihat persoalan bangsanya.

Kesamaan karakter menjadi

modal utama dalam berbangsa

d a n n e g a r a . K o n s e p

kebangsaan modern, baru

diperkenalkan pada abad 19 di

Eropa. Menurut Ernest,

bangsa ialah keinginan untuk

bersama. Bagi Otto Bauer,

bangsa ialah suatu masyarakat

tertib yang muncul dari

sliding tackle

Main Battle

Tank Leopard

25SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 27: PenanggungJawab - kemhan.go.id

kesamaan karakter

Permasalahan

P e m b a h a s a n T e n t a n g

Karakter Bangsa

karakter bangsa

dan

kesamaan nasib. Kesamaan

karakter akan memungkinkan

adanya kesamaan persepsi.

Kesamaan persepsi akan

memudahkan penyelesaian

persoalan negara, demikian

pula dengan permasalahan

dalam persepsi terhadap

p e r t a h a n a n n e g a r a .

Komponen bangsa Indonesia

masih belum memiliki persepsi

yang sama dalam melihat

konsep pertahanan negara,

gesekan-gesekan bahkan

penolakan akan muncul ketika

kebijakan yang dituangkan

d a l a m R U U b e r k a i t a n

pertahanan negara di lontarkan

dari sebagian anggota DPR,

L S M s e r t a t o k o h - t o k o h

masyarakat yang masih alergi

dengan pertahanan negara.

Dari uraian latar belakang

diatas, maka permasalahan-

permasalahan yang timbul

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterkaitan

antara karakter bangsa

dengan persepsi dalam hal

ini persepsi berkaitan

d e n g a n p e r t a h a n a n

negara?

2. Bagaimana pembangunan

karakter bangsa akan

dapat mempengaruhi

p e r s e p s i y a n g s a m a

Komponen Bangsa dalam

m e l i h a t k o n s e p

pertahanan negara?

3. Bagaimana sosialisasi 4

pilar sebagai salah satu

c a r a p e m b a n g u n a n

karakter bangsa dilakukan

?

Karakter adalah watak,

tabiat, akhlak, atau kepribadian

seseorang yang terbentuk dari

hasil internalisasi berbagai

kebaj ikan ( ) yang

diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap,

dan bertindak. Kebajikan

terdiri atas sejumlah nilai,

moral, dan norma, seperti jujur,

berani ber t indak , dapat

dipercaya, dan hormat kepada

orang lain. Interaksi seseorang

d e n g a n o r a n g l a i n

m e n u m b u h k a n k a r a k t e r

masyarakat dan karakter

bangsa. Oleh karena itu,

p e n g e m b a n g a n k a r a k t e r

bangsa hanya dapat dilakukan

m e l a l u i p e n g e m b a n g a n

karakter individu seseorang.

Karakter secara etimologis

berasal dari bahasa Yunani

“kasairo” yang berarti “cetak

biru” “format dasar” “sidik”

seperti sidik jari. Dalam hal ini

karater adalah “ atau

sesuatu yang sudah ada dari

sananya. Namun, ist i lah

k a r a k t e r s e b e n a r n y a

menimbulkan ambiguitas.

Tentang ambiguitas dari

terminologi “karakter” ini,

Mounier (1956) mengajukan

dua cara interprestasi. Ia

melihat karakter sebagai dua

hal, yaitu pertama sebagai

kumpulan kondisi yang telah

diberikan begitu saja, atau

telah ada begitu saja dalam diri

kita, karakater yang demikian

ini dianggap sebagai sesuatu

yang telah ada atau kodrat

( ). Kedua, karakter juga

bisa dipahami sebagai tingkat

k e k u a t a n m e l a l u i m a n a

seseorang individu mampu

menguasai kondisi tersebut.

Karakter yang demikian ini

disebutnya sebagai proses yang

dikehendaki ( ). Dari

uraian tersebut dapat diketahui

adalah ciri

vir tues

given”

given

willed

OPINI

26 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 28: PenanggungJawab - kemhan.go.id

khas dan sikap suatu bangsa

yang tercermin pada tingkah

laku dan pribadi warga suatu

negara. Sikap tersebut dapat

dipengaruhi oleh sesuatu yang

given (yang sudah ada) dan

dapat pula karena (yang

d i u s a h a k a n n e g a r a /

pemerintah) demi kemajuan

bangsanya. Oleh sebab itu,

karakter bangsa sangat

bergantung pada political will

pemerintah atau para penguasa

suatu negara, sebab karakter

suatu bangsa, selain

(sudah ada sejak awalnya), juga

merupakan willed, yaitu yang

dibangun sesuai dengan visi

suatu negara. Sejarah telah

membuktikan bahwa para

telah meletakan

pondasi dan dasar negara yang

mejadi karakter bangsa, yang

penting untuk dikembangkan

dan ditransformasikan agar

menjadi milik seluruh warga

bangsa negara Indonesia.

Terdapat 18 karakter bangsa

yang harus dimiliki oleh

seluruh warga yaitu :

1. : Sikap dan

perilaku yang patuh dalam

melaksanakan a jaran

agama yang dianutnya,

t o l e r a n t e r h a d a p

pelaksanaan ibadah agama

lain, dan selalu hidup

rukun dengan pemeluk

agama lain.

2. : Perilaku yang

didasarkan pada upaya

m e n j a d i k a n d i r i n y a

sebagai orang yang dapat

d i p e r c a y a d a l a m

perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

3. : Sikap dan

tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap dan

tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4. : Tindakan yang

menunjukan peri laku

tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan

peraturan.

5. : Perilaku

yang menunjukan upaya

sungguh-sungguh dalam

m e n g a t a s i b e r b a g a i

hambatan belajar dan

tugas, serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-

baiknya.

6. : Berpikir dan

melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu

yang telah dimiliki.

7. : Sikap dan

perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan

tugas-tugas.

8. : C a r a

berpikir, bersikap dan

bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban

dirinya dan orang lain.

9. : Sikap

dan tindakan yang selalu

b e r u p a y a u n t u k

m e n g e t a h u i l e b i h

mendalam dan meluas

d a r i s e s u a t u y a n g

dipelajari, dilihat dan

didengar.

10. :

Cara berpikir, bertindak

dan berwawasan yang

m e n e m p a t k a n

kepentingan bangsa dan

negara diatas kepentingan

diri dan kelompoknya.

11. : Cara

berpikir, bersikap dan

berbuat yang menunjukan

rasa kesetiaan, kepedulian

dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

12. :

Sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu

y a n g b e r g u n a b a g i

m a s y a r a k a t , d a n

m e n g a k u i , s e r t a

willed

given

founding father

Religius

Jujur

Toleransi

Disiplin

Kerja Keras

Kreatif

Mandiri

D e m o k r a t i s

Rasa Ingin Tahu

Semangat Kebangsaan

Cinta Tanah Air

Menghargai Prestasi

27SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 29: PenanggungJawab - kemhan.go.id

menghormati keberhasilan

orang lain.

13. :

T i n d a k a n y a n g

memperl ihatkan rasa

senang berbicara, bergaul,

dan bekerja sama dengan

orang lain.

14. : Sikap,

perkataan dan tindakan

yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan

aman atas kehadiran

dirinya.

15. :

Kebiasaan menyediakan

waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan

bagi dirinya.

16. : Sikap

dan tindakan yang selalu

b e r u p a y a m e n c e g a h

k e r u s a k a n p a d a

l i n g k u n g a n a l a m d i

s e k i t a r n y a , d a n

mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang

sudah terjadi.

17. : Sikap dan

tindakan yang selalu ingin

memberi bantuan pada

orang lain dan masyarakat

yang membutuhkan.

18. : Sikap

dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan

(alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan Yang

Maha Esa.

Membangun karakter

bangsa penting dilakukan sejak

dini, karena saat ini telah terjadi

pergeseran nilai yang terjadi di

masyarakat dimana nilai nilai

kebangsaan untuk lebih

mengutamakan kepentingan

bangsa dan negara telah

bergeser dengan menjadi

mengutamakan kepentingan

golongan dan kepentingan

pribadi. Upaya pembangunan

k a r a k t e r b a n g s a d a p a t

dilakukan dengan berbagai

metode, akan tetapi yang

terpenting adalah nilai untuk

mengutamakan kepentingan

bangsa daripada kepentingan

g o l o n g a n a t a u p r i b a d i

demikian nilainya harus tetap

terjaga lestari. Karakter bangsa

a k a n m e n e n t u k a n

k e b e r l a n g s u n g a n d a n

keunggulan bangsa di masa

mendatang

P e r t a h a n a n n e g a r a

merupakan segala usaha untuk

mempertahankan kedaulatan

negara, keutuhan wilayah

Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan keselamatan

segenap bangsa dari ancaman

dan gangguan terhadap

keutuhan bangsa dan negara.

Dalam kehidupan bernegara,

aspek pertahanan merupakan

Bersahabat/Komunikatif

Cinta Damai

G e m a r m e m b a c a

Peduli Lingkungan

Peduli Sosial

Tanggung-Jawab

Keterkaitan Karakter Bangsa

dan Persamaan Persepsi

tentang Pertahanan Negara.

OPINI

28 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 30: PenanggungJawab - kemhan.go.id

faktor yang sangat hakiki

dalam menjamin kelangsungan

hidup negara tersebut. Tanpa

mampu mempertahankan diri

terhadap ancaman dari luar

negeri dan dari dalam negeri,

suatu negara tidak akan dapat

m e m p e r t a h a n k a n

keberadaannya. Pertahanan

N e g a r a a d a l a h e s e n s i

kehidupan berbangsa dan

bernegara, pertahanan negara

y a n g k u a t m a k a a k a n

memperkuat

dari negara dalam berinteraksi

d e n g a n n e g a r a l a i n .

Pertahanan negara bertujuan

untuk menjaga dan melindungi

kedaulatan negara, keutuhan

wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, serta

keselamatan segenap bangsa

dari segala bentuk ancaman.

Dengan demikian, semua

u s a h a p e n y e l e n g g a r a a n

pertahanan negara harus

mengacu pada tujuan tersebut.

Oleh karena itu, pertahanan

n e g a r a b e r f u n g s i u n t u k

m e w u j u d k a n d a n

mempertahankan seluruh

wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagai

satu kesatuan pertahanan.

Konsep pertahanan negara

idealnya harus dipahami

dalam satu pandangan yang

sama oleh komponen bangsa,

akan tetapi masih adanya

p e r s e p s i y a n g b e r b e d a

t e r h a d a p p e n t i n g n y a

pertahanan negara. Pasca

reformasi maka perbedaan

dalam melihat persoalan

a d a l a h h a l y a n g w a j a r ,

demokrasi menempatkan

perbedaan cara pandang

adalah sebagai kenistaan. Akan

t e t a p i d e m o k r a s i j u g a

m e m p e r l a m b a t p r o s e s

kebijakan dalam pertahanan

negara, karena

a k a n m e m p e r j u a n g k a n

kepentingan masing-masing

yang dapat tertampung alam

kebijakan pertahanan negara.

D e m i k i a n p u l a d e n g a n

Komponen bangsa lainnya

c e n d e r u n g m e l i h a t d a r i

pertahanan negara dari sisi

mereka.

Karakter bangsa yang

terkait dengan pertahanan

negara adalah

Keempat karakter bangsa

akan mendukung pemikiran

t e r h a d a p p e n t i n g n y a

pertahanan negara. Semangat

kebangsaan akan menciptakan

p e m i k i r a n b a g i s e l u r u h

komponen bangsa untuk

menempatkan kepentingan

bangsa dan negara diatas

k e p e n t i n g a n d i r i d a n

kelompoknya. Ketika wacana

t e r h a d a p p e n t i n g n y a

Komponen Cadangan sebagai

unsur penting dalam sistem

pertahanan negara maka harus

d i s i n g k i r k a n p e m i k i r a n

betapa besar anggaran negara

yang akan diserap. Tentunya

position bargain stake holders

Kerja Keras,

d e m o k r a t i s , S e m a n g a t

Kebangsaan dan Cinta Tanah

Air.

29SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 31: PenanggungJawab - kemhan.go.id

b e s a r a n a n g g a r a n a k a n

disesuaikan dengan komposisi

d a n b e s a r a n A P B N d a n

pelaksaanaan bela negara akan

disesuaikan pula dengan

anggaran yang disediakan.

S e d a n g k a n p e l a n g g a r a n

terhadap penyalahgunaan dari

anggaran terkai t dengan

kebijakan pertahanan negara

akan diselesaikan dengan

sistem hukum yang ada.

Membangun karakter

bangsa menjadi tanggung jawab

bersama semua pihak dan

komponen dari bangsa ini

u n t u k i k u t t e r l i b a t

m e n y i n g s i n g k a n b a j u

membangun karakter yang kuat

dan khas. Membangun karakter

bangsa hendaknya dilakukan

sedini mungkin. Semua potensi

bangsa haruslah bangkit dan

bersatu padu untuk melihat

pertahanan negara dalam satu

persepsi. Siapa yang akan

menjadi subyek dan obyek

dalam pembangunan karakter

bangsa dapat dilihat dari

uriaian dibawah ini :

Pemerintah merupakan

p i h a k y a n g p a l i n g

bertanggungjawab dalam

pembangunan karakter bangsa,

karena selaku penyelenggara

negara maka memiliki tugas

u n t u k m e n i n g k a t k a n

pembangunan karakter bangsa.

Pembangunan karakter bangsa

sangat penting dan sangat

diper lukan dalam upaya

perjuangan mempertahankan

dan memperkokoh NKRI

berdasarkan Pancasila. Dalam

proses membangun karakter

bangsa ini, salah satu faktor

p e n t i n g y a n g h a r u s

d i p e r h a t i k a n a d a l a h

pendidikan baik itu secara

formal maupun non formal.

Pendidikan merupakan sarana

utama dalam pengembangan

karakter bangsa, kurikulum

pendidikan harus memberikan

perhatian yang lebih besar pada

p e n d i d i k a n k a r a k t e r

bangsdibandingkan kurikulum

masa sebelumnya. Kurikulum

berkaitan dengan bela negara,

cinta tanah air di berikan porsi

yang lebih besar. Pendidikan

merupakan sarana untuk

mentransferkan pemikiran

terhadap apa itu karakter

bangsa dan betapa pentingnya

pertahanan negara kepada anak

didik. Di sisi lain harus ada satu

persepsi yang sama dalam

seluruh berkaitan

dengan konsep pertahanan

negara. harus

memberikan prioritas utama

berkaitan dengan masalah

pertahanan negara. Ketika

kepentingan masing-masing

bersinggungan

dengan kebijakan pertahanan

negara, maka kebijakan yang

diambil adalah memberikan

prioritas kepada pertahanan

n e g a r a d a n m e n d u k u n g

kebijakan masing-masing untuk

untuk mendukung

kebijakan pertahanan Negara.

Sisi lain yang terpenting dalam

pembangunan karakter bangsa

adalah keteladanan. Komitmen

p e m b e r a n t a s a n k o r u p s i

merupakan etalase utama untuk

melihat keteladanan yang

dilakukan oleh Pemerintah.

Pihak yang bertanggungjawab

u n t u k p e n g e m b a n g a n

pendidikan pengembangan

karakter bangsa adalah Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan,

sedangkan dalam koordinasi

dan sinegritas antara

dalam melihat kebi jakan

Upaya Pembangunan Karakter

Bangsa yang terkait dengan

pertahanan Negara.

Pemerintah

stake holders

Stake holders

stake holders

stake holders

stake holder

OPINI

30 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 32: PenanggungJawab - kemhan.go.id

pertahanan negara maka

Presiden dibantu Menteri

Koordinator bertanggung-

jawab untuk persoalan ini.

U n t u k p r o g r a m

pemberantasan korupsi di

masing-masing

maka Menteri dan Kepala

Lembaga Pemerintah Non

Kementerian bertangunggung

jawab untuk masalah ini dan

memberikan keteladanan

u n t u k t i d a k m e l a k u k a n

korupsi.

P e r u b a h a n s i s t e m

ketatanegara pada era pasca

reformasi menempatkan Partai

Politik sebagai komponen

penting dalam kehidupan

bernegara. Pemimpin negara

maupun Pemimpin Daerah

h a r u s m e n g g u n a k a n

kendaraan Partai Politik dalam

Pilpres maupun Pilkada.

Wakil rakyat baik di DPR

maupun DPRD diperoleh dari

kader Partai yang dipilih rakyat

dalam Pemilu. Peraturan

perundang-undangan serta

kebijakan negara dihasilkan

berdasarkan pemikiran dan

persetujuan wakil partai yang

ada di Parlemen. Oleh karena

itu sangat penting untuk

membekali karakter bangsa

kepada kader-kader Partai.

Semangat kebangsaan dan

cinta tanah air haruslah

menjadi nilai-nilai yang harus

dipegang oleh kader partai

politik. Pembekalan berkaitan

dengan karakter bangsa

m e l a l u i f o r u m - f o r u m

pendidikan dan lat ihan,

seminar-seminar serta pidato

politik haruslah senantiasa di

berikan kepada kader-kader

partai. Sehingga diharapkan

kader-kader partai akan

memiliki pemikiran untuk

mengutamakan kepentingan

kepentingan bangsa dan

negara daripada kepentingan

partai atau kepent ingan

pribadi. Ketua Partai dan para

petinggi Partai merupakan

pihak yang paling bertanggung

jawab terhadap penanaman

dan pembangunan karakter

bangsa.

Pendidikan baik formal

maupu informal merupakan

sarana yang terpenting dalam

m e n t r a n s f e r p e m i k i r a n -

p e m i k i r a n t e r m a s u k

pemahaman karaker bangsa.

Pemahaman nilai-nilai karakter

bangsa harus diberikan sejak

dini. Kurikulum pendidikan di

Indonesia harus memberikan

p o r s i k h u s u s n y a m a t a

pelajaran yang berkaitan

p e n i n g k a t a n w a w a s a n

kebangsaan seperti cinta tanah

a i r , P e n d i d i k a n M o r a l

Pancasila dan Budi Pekerti.

D i h a r a p k a n d e n g a n

stake holder

Partai Politik

Dunia Pendidikan

31SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 33: PenanggungJawab - kemhan.go.id

m e n i n g k a t n y a w a w a s a n

kebangsaan dari Mata Pelajaran

tersebut maka nilai -ni lai

karakter bangsa di kalangan

siswa akan tertanam dan di

wujudkan dalam perilaku

sehari-hari.

S e d a n g k a n d i d u n i a

p e r g u r u a n t i n g g i m a k a

pembangunan karakter bangsa

j u g a p e r l u d i l a k u k a n .

Mahasiswa merupakan warna

yang lain dalam kehidupan

politik di Indonesia. Walaupun

mahasiswa tidak memiliki

tempat dalam struktur politik di

Indonesia , tetapi se jarah

mencatat bahwa peranan

Mahasiswa sangat menentukan

dalam politik di Indonesia.

Reformasi yang terjadi di

Indonesia merupakan andil

y a n g s a n g a t b e s a r d a r i

pergerakan Mahasiswa. Untuk

m e n a n a m k a n d a n

mengembangkan karakter

bangsa maka prlu diadakan

pendidikan semacam penataran

P4. Tentunya pendidikan yang

diberikan lebih disesuaikan

dengan kondisi sekarang yaitu

lebih fleksibel dan dinamis

dengan tidak melepaskan unsur

disiplin dan tanggungjawab.

Pengembangan karakter bangsa

d i b e r i k a n p a d a a w a l

perkuliahan dan digunakan

sebagai salah satu mata kuliah.

Materi berkaitan dengan cinta

tanah air, bela negara serta

p e n t i n g n y a k e u t u h a n

kedaulatan negara diberikan

dalam bentuk mata kuliah.

Sehingga hal ini mengurangi

p e n g a r u h n e g a t i f d a r i

g l o b a l i s a s i d i k a l a n g a n

mahasiswa, karena pengaruh

n e g a t i f i n i j u g a d a p a t

m e m b e n t u k k a r a k t e r

mahasiswa. Sifat materialistik,

hedonisme dan individualistik

adalah merupakan hasil dari

pengaruh negatif globalisasi

yang kemudian merusak

tatanan sosial masyarakat

Indonesia, generasi yang paling

rentan terkena dampak tersebut

adalah mahasiswa, yang

kemudian akan menimbulkan

sikap menurunnya rasa cinta

terhadap bangsa dan negara.

L e m b a g a S w a d a y a

Masyarakat (LSM) merupakan

k o m p o n e n p e n y e i m b a n g

d a l a m s i s t e m p o l i t i k d i

Indonesia. Upaya peningkatan

kemampuan Alutsista untuk

kepentingan pertahanan negara

disikapi oleh beberapa LSM

sebagai upaya militerisasi dan

rawan pelanggaran HAM.

Memberikan pemahaman yang

sama terhadap pentingnya

pertahanan negara di kalangan

LSM bukanlah hal yang mudah.

K a r e n a b e b e r a p a L S M

cenderung bersifat kontra

terhadap kebijakan pemerintah

termasuk terkait kebijakan

pertahanan negara. Oleh karena

i tu per lu adanya upaya

p e n d e k a t a n d e g a n

menempatkan LSM sebagai

Lembaga Swadaya Masyarakat

OPINI

32 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 34: PenanggungJawab - kemhan.go.id

mitra kerja bukan sebagai obyek

pembekalan.

Perananan Media massa

dalam pembangunan karakter

bangsa media massa seperti

pisau bermata dua, berperan

positif sekaligus juga berperan

n e g a t i f . T e r k a i t d e n g a n

pembangunan bangsa maka

media massa memiliki peran

positif yaitu : 1. Kontribusi

dalam menyebarluaskan dan

memperkuat kesepahaman

berkaitan dengan karakter

bangsa. 2. Sebagai ajang publik

dalam mengaktualisasikan

aspirasi yang beragam terkait

dengan pembangunan karakter

bangsa. 3. Sebagai alat kontrol

publik dalam mengendalikan

orang perorang, kelompok dan

pemerinah. 4. Meningkatkan

k e s a d a r a n p u b l i k d a l a m

pentingnya pembangunan

karakter bangsa. Media massa

memang merupakan institusi

yang tidak ada dalam struktur

pemerintah, tetapi media massa

merupakan alat yang memiliki

kekuatan yang penuh (

) untuk merubah persepsi

masyarakat. Oleh karena itu

maka perlu adanya penyamaan

persepsi seluruh pemimpin

r e d a k s i d a l a m m e l i h a t

permasalahan penyebaran

karakter bangsa. Kementerian

Komunikasi dan Informatika

sebagai pemeritah

hendaknya melakukan dialog

kepada seluruh Pemimpin

Redaksi untuk melakukan

diseminasi berkaitan dengan

pembangunan Karakter Bangsa.

Dengan demikian akan ada satu

persepsi yang sama berkaitan

dengan karakter bangsa .

P e m i m p i n R e d a k s i a k a n

memfilter pemberitaan, tulisan

atau program yang tiak sesuai

dengan karakter bangsa. Media

m a s s a k h u s u s n y a m e d i a

elektronika merupakan alat

yang paling efektif dalam

p e n y e b a r a n p e s a n - p e s a n

berkaitan dengan Karakter

Bangsa. Sebagai contoh TVRI

pada saat itu menyiarkan Teks

Pancasila pada setiap pukul

19.00 WIB, ini adalah proses

indoktr inasi secara t idak

langsung Pancasila kepada

seluruh masyarakat. Program-

program yang membangkitkan

semangat kebangsaan, cinta

t a n a h a i r h a r u s t e r u s

dikumandangkan, sehingga

k o m p o n e n b a n g s a a k a n

memahami apa arti pentingnya

berbangsa dan bernegara

terutama konsep pertahanan

bagi negara.

Beberapa upaya telah

dilakulan oleh Kementeria

Pertahanan untuk memberikan

sosia l i sas i dan informasi

berkaitan dengan pentingnnya

pertahanan negara kepada

masyarakat. Pembentukan opini

dan opini terhadap isu

tentang pertahanan negara

dilakukan baik melalui media

cetak maupun media elektronik.

Media pada dasarnya memiliki

“ k e k u a t a n ” u n t u k

m e m p e n g a r u h i p e r s e p s i

masyarkat terhadap konsep

pertahanan negara. Beberapa

strategi untuk mempengaruhi

persepsi masyarakat tentang

dilakukan oleh Kementerian

Pertahanan dalam hal ini

Puskom Publik melalui strategi

dan strategi

theater baru, namun upaya

untuk pembentukan opini

publ ik berka i tan dengan

p e r t a h a n a n n e g a r a l e b i h

diintensifikan dan kontinyu.

Salah satu terobosan yang dapat

dilakukan adalah pembuatan

iklan di media televisi berkaitan

dengan pentingnya pertahanan

negara bagi Indonesia.

Media Massa

Kementerian Pertahanan

powerfool

tool

leading sector

counter

ping pong/on click

33SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 35: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Sosialisasi 4 Pilar

Penutup

Kesimpulan

Eksistensi Negara Republik

Indonesia (NKRI) akan semakin

kokoh seiring dengan terjadinya

penguatan karakter bangsa.

Karakter bangsa itu bersumber

d a r i d a r i e m p a t p i l a r

k e b a n g s a a n y a n g t e l a h

menajadi landasan pokok

dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Empat pilar

kebangsaan itu antara lain

Undang-Undang Dasar (UUD)

1945, dasar negara Pancasila,

NKRI, dan semboyan Bhinneka

Tunggal Ika. Keempat pilar ini

telah menjadi kunci dalam

mengelola keutuhan bangsa

Indonesia.

Apa peran masing-masing

p i l a r t e r s e b u t d a l a m

mempertahankan Indonesia?

Sangat banyak. Mari kita mulai

dengan pi lar terpent ing,

Pancasila. Di antara keempat

pilar, Pancasila adalah pilar

pertama yang terbentuk.

Pancasila menjadi dasar atau

l a n d a s a n t e r b e n t u k n y a

Indonesia. Pancasila juga

s e b a g a i p e d o m a n d a n

pandangan hidup bagi seluaruh

w a r g a I n d o n e s i a d a l a m

menjalani kehidupan berbangsa

dan bernegara. Satu lagi,

Pancasila adalah penyaring

( ) untuk apapun yang

datang dari luar Indonesia,

seperti misalnya menyaring

budaya Barat yang memiliki

banyak pertentangan dengan

budaya Timur. Hebatnya, dari

Pancasila lahirlah ketiga pilar

lainnya. Pilar kedua adalah

NKRI yang melambangkan

persatuan. Tanpa adanya

persatuan para pahlawan dan

seluruh rakyat, Indonesia tak

akan pernah terbebas dari

jajahan negara lain seperti

Belanda dan Jepang dan

merdeka. Pilar ketiga adalah

Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-

beda namun tetap satu. Pilar ini

mutlak dibutuhkan karena

Indonesia memiliki entah

berapa banyak budaya di setiap

daerahnya. Lalu pilar terakhir,

yang juga tidak kalah penting

adalah UUD 1945. Pilar

keempat adalah NKRI dimana

keutuhan wi layah NKRI

menjadi pr ior i tas da lam

pembagunan bangsa.

Oleh karena itu, dalam

rangka memperkuat karakter

bangsa diperlukan sosialisasi

empat pilar kebangsaan kepada

segenap elemen bangsa baik

pada aparat pemerintahan,

partai polit ik, organisasi

masyarakat maupun para

pelajar. Proses sosialisasi empat

pilar kebbangsaan ini bisa

diintegrasikan dengan berbagai

even yang telah berjalan

sehingga bisa lebih efektif dan

tepat sasaran. Khusus sosialisasi

terhadap para pelajar yang

merupakan generasi harapan

bangsa, maka sosialisasi empat

p i l a r k e b a n g s a a n b i s a

diintergrasikan ke dalam mata

pelajaran yang sudah ada

s e p e r t i : P e n d i d i k a n

K e w a r g a n e g a r a a n d a n

Pendidikan Agama.

Dari uraian diatas dapat

disimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

1.. Pembangunan Karakter

bangsa haruslah dimulai

sejak dini kepada seluruh

komponen bangsa, hal ini

a k a n m e n i m b u l k a n

p e r s e p s i y a n g s a m a

t e r h a d a p p e n t i n g n y a

pertahanan negara. Upaya

p e n a n a m a n k a r a k t e r

bangsa ini dilakukan oleh

seluruh pihak dan menjadi

t a n g g u n g j a w a b b a g i

seluruh pemimpin bangsa.

Karena keutuhan bangsa

ini sangat ditentukan oleh

kuatnya karakter bangsa.

2. Pembangunan karakter

bangsa haruslah bermula

dari semangat, visi dan

k e t e l a d a n a n y a n g

filter

OPINI

34 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 36: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dimunculkan dalam diri

p a r a P e m i m p i n n y a .

Keteladanan pemimpinan

a k a n m e m p e n g a r u h i

komponen bangsa untuk

m e m e g a n g k a r a k t e r

bangsa.

3. U p a y a u n t u k

pembangunan Karakter

bangsa dapat dilakukan

melalui pendidikan formal

dan non formal. Nilai-nilai

yang ada dalam karakter

bangsa harus di berikan

dengan memperbesar porsi

p e n d i d i k a n k a r a k t e r

bangsa yang lebih besar

porsinya dalam kurikulum

p e n d i d i k a n . D e n g a n

pembangunan karakter

bangsa maka dalam setiap

i n d i v i d u d i h a r a p k a n

muncul nilai-nilai berupa

semangat kebangsaan,

kerja keras dan cinta tanah

air pada seluruh komponen

bangsa . Diharapkan

dengan pembangunan

karakter bangsa maka

p e r s e p s i t e r h a d a p

pentingnya pertahanan

negara akan menjadi sama

pada seluruh komponen

bangsa

4. P e n d i d i k a n t e r h a d a p

kader-kader politik yang

nantinya akan menjadi

anggota DPR maupun

DPRD diharapkan dapat

memberikan pemahaman

kepada yang sama dalam

m e l i h a t p r i o r i t a s

p e m b a n g u n a n y a i t u

p e r t a h a n a n n e g a r a .

Sehingga dalam pengajuan

berkaitan dengan RUU

Kamnas, RUU Komcad dan

aturan lain yang berkaitan

dengan pertahanan dapat

didukung olehanggota

DPR.

5. Sosialisasi terhadap 4 Pilar

Bangsa : Pancasila, UUD

1945, Bhineka Tunggal Ika

dan NKRI akan dapat

memperkuat karakter

bangsa.

1. Guna adanya kesamaan

persepsi dalam melihat

p e r t a h a n a n n e g a r a

disarankan untuk selalu

dilakukan pendekatan baik

secara formal maupun

informal kepada anggota

D P R a g a r d a l a m

pemahasan peraturan

perundang-undangan di

bidang pertahanan tidak

mengalami hambatan.

2. Memberikan program

semacam P4 tetapi sifatnya

lebih dinamis agar menarik

minat siswa menengah dan

M a h a s i s w a u n t u k

memberikan pemahaman

berkaitan dengan bela

n e g a r a , k o m p o n e n

cadangan serta pentingnya

pertahanan bagi suatu

negara.

(

)

Saran

Peserta Workshop Eselon IV

Kemhan T.A. 2012

35SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 37: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Sesungguhnya, kutipan

diatas harus diakui sebagai

bagian jabaran reformasi dan

dijadikan evaluasi perwujudan

percepatan peningkatnya

wawasan kebangsaan. Selain

itu, reformasi telah membuat

banyak perubahan. Perubahan

tersebut, diantaranya tak lepas

menyoal : (i) UUD Negara RI

1945-UUD 1945 telah diubah 4

kali; (ii) sistem politik telah pula

berubah akibat konsekuensi

amandemen UUD 1945; (iii)

hapus “Dwi Fungsi” dan TNI-

Polri tidak ada lagi diparlemen-

UU 2-3/2002; (iv) sistem

pemerintahan telah berubah

akibat sentralisasi; (v) sistem

presidensiil, tetapi multi partai-

UU 2/2008; (vi) pimpinan

dipilih langsung oleh rakyat-

supremasi sipil-KPU-UUD 1945

Berian : Sugeng Berantas

OPINI

PEMBANGUNAN KHARAKTER DIORIENTASIKAN

PADA WAWASAN KEBANGSAAN

36 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

”.....Visi “Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”

diantaranya memerlukan : (i) Komitmen dan kepemimpinan nasional yang kuat dan demokratis;

(ii) Konsistensi kebijaksanaan pemerintah;

((iii) Keberpihakan pada rakyat;

(iv) Peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif;

(v) Sistem birokrasi pemerintahan yang kuat, transparan, akuntabel, dan efisiensi .....

(UU 17/2017-Perpres 5/2010)

Page 38: PenanggungJawab - kemhan.go.id

ps 22E, UU 22/2007; (vii)

badan/komisi negara baru

hadir-KPK, MK, KY.....; (viii)

MPR bukan lagi pemegang

kedaulatan rakyat; (ix) tidak ada

lagi GBHN, sebagai gantinya

adalah RPJPN 2005-2025-UU

1 7 / 2 0 0 7 . N a m u n , d a l a m

k e r a n g k a p e r c e p a t a n

perwujudan reformasi yang

sesuai sasaran. Reformasi,

sebagaimana diantaranya

dijabarkan dalam kutipan diatas

dengan berbagai perubahannya.

Nyatanya tidak selamanya

berjalan dengan mulus dan

mudah. Padahal, reformasi telah

banyak memberikan harapan

akan terjadinya perubahan

tatanan dan kehidupan kearah

yang lebih baik (UU 17/2007).

Reformasi , menginginkan

masyarakat madani yang

landasannya sudah ditetapkan

tidak akan lepas dari visi

k e p e n t i n g a n p e r t a h a n a n

(Kepmenhan 268/2009-UU

3/2002-UU 34/2004, Perpres

5/2010, Perpres 41-42/2010),

kepentingan nasional, tujuan

nasional (Pembukaan UUD

negara RI tahun 1945) serta cita

nasional maupun visi jabaran

individu maupun lembaga/

badan.

Sejalan dengan hal tersebut,

secara politis semestinya sudah

tidak akan ada lagi aktor-

kepemimpinan nasional atau

WNI (UU 12-23/2006) yang

te lah menegara menyoal

komitmen, konsistensi, dan

k e b e r p i h a k a n k e p a d a

kesepakatan final bangsa dalam

konteksnya menegakkan 4 pilar,

yakni Pancasila (landasan idiil),

U U D 1 9 4 5 ( l a n d a s a n

k o n s t i t u s i o n i l ) , B h i n e k a

Tunggal Ika , dan NKRI .

Apalagi, dari ke-4 pilar tersebut

sudah dijadikan landasan

orientasi yang tetap dan mutlak,

termasuk dalam kerangkanya

m e n i n g k a t k a n w a w a s a n

kebangsaan-nasional-nusantara

(landasan visional-geopolitik),

yang penjabarannya dapat

dilakukan melalui ketahanan

nasional (landasan konseptual-

g e o s t r a t e g i ) m a u p u n

perwujudan RPJMN (landasan

operas ional -UU 17/2007-

P e r p r e s 5 / 2 0 1 0 ) y a n g

memperhatikan nilai dasar

(instrinsik). Misalnya, dalam

menyoal kejujuran, keberanian,

k e j u a n g a n , k e r a k y a t a n -

kesemestaan dan kewilayahan,

kenasionalisan, kesemangatan

yang sesuai dengan makna

kemerdekaan-proklamasi 1945,

k e b e r s a m a a n , k e g o t o n g -

r o y o n g a n , k e p e d u l i a n /

kesol idari tasan, kesopan-

santunan, kepersatuan dan

kesatuan, kekeluargaan, dan

ketanggungjawaban.

Akan tetapi, sejauh mana

r e f o r m a s i a k a n m a m p u

memelihara dan mengembang-

tingkatkan adanya perubahan

agar tetap mampu dalam

melaksanakan pembangunanan

nasional yang berkharakter dan

berkesinambungan. Begitupun,

dalam kerangka membangun/

m e m p e r k u a t p e r t a h a n a n

(Perpres 41/2010) dihadapkan

dengan berbagai ancaman,

tantangan, dan konflik yang

semakin kompleks di era

globa l i sas i , ke terbukaan ,

liberalisasi, dan merasuknya

nilai universal serta berbagai

paham maupun sikaptindak

37SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 39: PenanggungJawab - kemhan.go.id

yang radikal. Kurang sesuai

dengan kesepakatan bangsa

akibat mudahnya terjadi

konflik. Inilah yang layak untuk

dijawab dan dicarikan solusi

dengan bijak oleh suatu bangsa

yang telah menegara dengan

berbagai agenda reformasinya

yang berkharakter masih

diselimuti rentannya berbagai

pengelolaan ancaman dan

konflik.

Dalam mel ihat suatu

proses reformasi dengan

b e r b a g a i p e n g a r u h

perubahannya. Misa lnya ,

menyoal komitmen tuntasnya

regulasi perundang-undangan

(aturan/norma), termasuk

keterkaitannya dengan upaya

bela negara (UU 3/2002, Ps 9),

yang variabelnya (ayatnya)

dipersepsikan mempunyai

empat kesatuan tak terpisahkan

dari kepentingan Hanneg

menuju Kamnas-keamanan

n a s i o n a l ( U U 1 7 / 2 0 0 7 ) .

Begitupun, dengan berbagai

amanah UU-nya yang sampai

saat ini sebagian belum juga

konsisten untuk diterbitkan oleh

supremasi sipil ( lembaga

eksekutif-lembaga legislatif).

Apapun alasannya, kejadian

d a r i f e n o m e n a t e r s e b u t

t e n t u n y a j a n g a n l a n t a s

m e l i h a t n y a d e n g a n

menggunakan kacamata yang

masih diselimuti oleh debu.

M e n g i n g a t , d e b u d a p a t

membuat bias penglihatan,

samar-samar, dan rabun.

Bahkan, debu bisa membutakan

penglihatan yang pada akhirnya

tidak akan mampu lagi melihat

sebuah kenyataan sebagaimana

yang seharusnya. Sebaliknya,

dengan kacamata yang bersih

akan mampu melihat dengan

jernih, jujur, dan berani. Berani,

s e s u a i k o n t e k s n y a ,

komitmennya, konsistensinya

mengatakan yang benar adalah

benar dan yang salah adalah

salah. Melalui kacamata yang

bersih, berani mengatakan

bahwa ada ketidakseriusan

dan/atau kelalaian dalam

mengurus sebagian agenda

reformasi. Berbagai sebab,

diantaranya tidak akan lepas

mulainya diawali dari soal

kuatnya sentralisasi, maraknya

korupsi, dan rancaunya politik

yang seharusnya dikoridori oleh

ideologi bangsanya (Moralitas

Pancasila) berpengetrapan

jamak. Konsekuensinya, cepat

atau lambat akan terjadi kurang

adanya daya tangkal dan/atau

antisipasi yang pada akhirnya

m e n i m b u l k a n b e r b a g a i

persoalan maupun berbagai

ancaman (UU 24/2007 ,

Permenhan 2/2010, Perpres

5/2010, Perpres 41/2010) serta

kerancauan pengelolaan

konflik (UU 7/2012, UU 23 Prp

1959).

Kendati demikian, masih

saja ada segelintir orang yang

berani mengatakan tidak,

sebagian lagi mengatakan

d e n g a n r a g u . B i c a r a n y a

mengatakan begini-begitu,

sementara hati nuraninya

berkata lain dan sisanya

kemungkinannya mengakui

bahwa dirinya telah berbuat

s a l a h . U n t u k d a p a t

memotretnya secara benarpun

s a m p a i - s a m p a i h a r u s

memerlukan keberanian yang

s a n g a t e k s t r a . P a d a h a l ,

syaratnya hanya memerlukan

keberanian. Keberanian moral

tentang sebuah kejujuran yang

j a u h d a r i k e b o h o n g a n .

Kejujuran yang sebenarnya

patut dituntut oleh paling tidak

sebahagian besar bangsa yang

berkharakter ini. Terutama dari

stake holders (pemangku

kewenangan-lembaga eksekutif,

legislatif, yudikatif), termasuk

dari hasil pemilu (supremasi

sipil-pemimpin nasional) untuk

menyadari apa yang sebenarnya

terjadi. Tentunya, agenda

r e f o r m a s i y a n g t e l a h

mempunyai berbagai visi-misi

d a n j a b a r a n l a i n n y a

menjadikan tidak jelas tujuan

maupun sasaran. Mengingat,

k e t i a d a c e r m a t a n d a l a m

pengetrapan jamak terkait isu

semantik nilai universal. Seperti,

m e n g u a t n y a p e m b e l o k a n

Komitmen dan Konsisten.

,

OPINI

38 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 40: PenanggungJawab - kemhan.go.id

m a k n a p e n g e t r a p a n

demokratisasi dan HAM (hak

asasi manusia) yang sengaja

digulirkan oleh pihak asing atau

p i h a k t e r t e n t u . M a k n a

demokratisasi dan HAM yang

universal dipahami semua

bangsa dalam menginter-

nasionalnya, sepertinya kurang

bisa dicernah secara kondusif

dengan mengakomodasi dan

mengapresiasi kepribadian

bangsa yang hakik i dan

berkharakter Terlalu mudah,

dinina bobokan dengan segala

macam gemerlap duniawi yang

serba hitung dan untung

walaupun ada kecenderungan

a - n a s i o n a l i s m e d a n

individualisme.

Tidak sedikit, reformasi

yang sebenarnya sangat jelas

visi dan misi serta berbagai

jabarannya. Orang, merasa

dirinya menjadi pahlawan dan

s a n g a t b e r j a s a h a n y a

diantaranya, karena dielu-

e l u k a n o l e h s e k e l o m p o k

masyarakat dalam benturan

kepentingan pro dan kontra,

y a n g t a n p a d i s a d a r i

s e s u n g g u h n y a i a a d a l a h

pengkhianat bangsa. Isu nilai

universal , misalnya yang

dimaknai dengan istilah

kebebasan telah digunakan

u n t u k m e l u n t u r k a n r a s a

tanggung jawab, kebangsaan

maupun nilai mendasar yang

jauh dar i kharakter dan

k e w a j i b a n b e r d e m o k r a s i

dengan landasan Pancasila dan

UUD 1945. Lalu, melemahkan

r a s a k e b e r s a m a a n ,

k e g o t o n g r o y o n g a n y a n g

dimaknai ”bersama kita bisa”.

Sementara itu, isu HAM sendiri

d i l o n t a r k a n u n t u k

m e m b a n g k i t k a n e m o s i

kebencian dan saling curiga

serta terjadinya kesenjangan

yang seharusnya dapat dicegah

karena tidak sesuai dengan nilai

mendasar yang dijadikan visi

nasional. Mudahnya, orang

b e r b e n t u r a n f i s i k ,

bersikaptindak radikal, dan

anarkhis (konf l ik sos ia l -

horisontal) hanya karena

masalah sepeleh apalagi sampai

m e n y o a l y a n g d i a n g g a p

mendasar. Sementara itu,

potrek bagi golongan tertentu,

seperti kaum elit, lembaga

eksekutif, legislatif, yudikatif-

dunia usaha/BUMN-Partai

Politik-badan lain jika terkait

dengan kejahatan luar biasa.

Misalnya, pemberantasan

korupsi. Disamping etika moral

yang berkharakter dan kurang

menjadi teladan. Hasil putusan

(penetapan hukumannya),

umumnya sangat mudah untuk

d i p e r s e p s i k a n k u r a n g

memenuhi harapan. Padahal,

ia-mereka seharusnya yang

menjadi teladan dan garda

bangsa terdepan menyoal

komitmen dan konsistensi

agenda reformasi. Utamanya,

jika terkait dengan memelihara

dan menjaga nilai mendasar

yang hakiki sebagai prioritas

yang harus diwujudkan dan

diingat-ingatkan setiap saat.

Setiap ada perubahan,

semestinya sudah dipredeksi

dan berkomitmen hanyalah

sebatas nilai instrumen dan

b u k a n n i l a i i n s t r i n s i k /

mendasar. Jika tidak, apalagi

t i d a k d i d u k u n g d e n g a n

konsistensi. Kemungkinannya,

karena tak adanya penangkalan

dan penanggulangan yang

serius. Hal itu, dikuatirkan akan

mengarah kepada perubahan

mendasar yang pada gilirannya

bisa saja menyentuh ke 4

pilar/landasan kebangsaan

yang telah disepakati pada

tataran politis. Nilai mendasar

ini, haruslah menjadi prioritas

u t a m a d a l a m k o n t e k s

pemeliharan, pencegahan,

pengembangan, dan perubahan

yang terjadi terkait dengan

pembangunan kharakter .

Kenyataan, adanya amandemen

UUD 1945 sampai 4 kali, tanpa

merubah Pembukaan harusnya

menjadi perhatian serius agar

pada gilirannya tidak terjadi

pada tataran atasnya menuju

amandemen terhadap Pancasila.

P e n g a l a m a n , k u r a n g n y a

komitmen dan konsistensi yang

didukung dengan adanya peran

serta masyarakat dan dunia

.

39SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 41: PenanggungJawab - kemhan.go.id

usaha terhadap perwujudan

UU terkait Hanneg (UU 3/2002,

ps 9 ) h ingga kin i patut

diperhatikan sebagai suatu

analogi, meskipun tatarannya

dan semangatnya berbeda.

Dinamika politik bangsa

Indonesia yang diperankan

b e r b a g a i k e p e m i m p i n a n

n a s i o n a l , s e b a g a i m a n a

dimaknai terkutip diatas (UU

17/2007-Perpres 5/2010) .

S e s u n g g u h n y a , s u d a h

d i k o r i d o r i o l e h i d e o l o g i

bangsanya. Hal tersebut, jika

kurang disikaptindaki dengan

komitmen dan konsistensi pada

u m u m n y a a k a n t e r j a d i

pembiasan peran, fungsi, dan

tugas. Mengingat, tanpa

keseriusan komitmen dan

konsistensi serta landasan

ideologi. Adanya kepentingan

pribadi, golongan maupun

kelompok biasanya akan lebih

m e n g e m u k a k e t i m b a n g

k e p e n t i n g a n l u h u r d a n

b e r s a m a / n a s i o n a l - s o s i a l .

Padahal, permasalahan bangsa

yang belum mampu kita atasi

adalah suatu kelemahan yang

tentu saja bisa dimanfaatkan dan

dijadikan sasaran tembak

s e c a r a b a i k o l e h p i h a k -

pihak/aktor negara dan/atau

bukan negara ter tentu .

Terlebih, jik a telah terjadi

perasukan pemaham bangsa

yang sudah berorientasikan

kepada neo-Kapi ta l i sme-

Libera l i sme- Imper ia l i sme

inginnya senantiasa mereguk

k e u n t u n g a n . U t a m a n y a ,

keuntungan yang berkaitan

dengan eksploitasi potensi

sumber daya (nasional),

termasuk SDA (sumber daya

alam). Kenyataan ini, yang

d a p a t m e n g h a m b a t

pembangunan (kharakter-

n a s i o n a l ) . T e r m a s u k ,

kemungkinan imbasnya akan

mengarah pada pembangunan

p e r t a h a n a n t e r k a i t

p e m b e n t u k a n k o m p o n e n

c a d a n g a n , k o m p o n e n

pendukung, dan berbagai RUU

yang mencoba memperkuat

bidang pertahanan bagian dari

kamnas (UU 17/2011).

Dalam kaitannya dengan

upaya bela negara. Sekali lagi,

D i n a m i k a P o l i t i k -

Kepemimpinan Nasional dan

Ideologi Bangsa.

OPINI

40 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 42: PenanggungJawab - kemhan.go.id

misalnya membentuk UU

Pendidikan Kewarganegaraan-

Dikwar, Pelatihan Dasar

Kemiliteran Secara Wajib-

Latsarmilwa, dan pengabdian

sesuai dengan profesi (UU

3/2002 ps 9). Lalu, komponen

cadangan dan komponen

pendukung saja yang telah

d i d u k u n g k o m i t m e n

diantaranya dalam UU 17/2007,

Perpres 41/2010, senantiasa

solusinya menjadi prioritas.

Sepertinya, diantara supremasi

sipil (lembaga eksekutif dan

legislatif) kurang mempunyai

niat dan konsistensi untuk

saling bersinergi memberi

solusi. Sementara itu, tak

menutup kemungkinan adanya

kepentingan asing atau lebih

t e p a t d i g u n a k a n i s t i l a h

i n t e r v e n s i a s i n g , t e l a h

merambah dan memporak-

porandakan sebagian sendi

kehidupan dalam segala bentuk

rekayasanya. Kalau ada yang

meragukan kegiatan rekayasa

tersebut dalam kenyataan,

rasanya dapat dimaklumi.

Tentunya masyarakat awam

akan sulit mengenalinya.

Mereka baru sadar setelah ada

akibat yang ditimbulkannya

serta jelas rangkaiannya seperti

d i c o n t o h k a n d a l a m

pengehentian-pengehentian

konf l ik di Aceh , Papua ,

Lampung, Sumatra Selatan, dan

NTB serta daerah rawan konflik

lainnya yang mengkait pada

p e l a n g g a r a n H A M d a n

pembangunan nasional dalam

status tertib sipil/keadaan biasa

dinyatakan ada status keadaan

konflik skala kabupaten/kota,

skala provinsi, skala nasional.

Dengan kata lain, ada persepsi

kemungkinan mengabaikan

komitmen ”keadaan bahaya-

darurat sipil” (UU 23 Prp 1959).

Cukup menganggap untuk

menggantinya/merubahnya

dalam tertib sipil/keadaan biasa

dengan status keadaan konflik

ditetapkan apabila konflik tidak

dapat dikendalikan oleh Polri

dan terganggunya fungsi

pemerintahan (UU 7/2012,

pasal 14).

Sementara itu, persoalan

kesatuan dan persatuan, upaya

bela negara, perwujudan filosofi

”Dwi Warna Purwa Cendekia

Wusana” yang bernuansa

w a w a s a n k e b a n g s a a n

sepertinya tetap latent dikancah

p e r p o l i t i k a n I n d o n e s i a .

Mengajak semua komponen

b a n g s a - w a r g a n e g a r a ,

termasuk dari para supremasi

sipil mendinamisasi sekaligus

menstabilkan kemantapan

politik yang dikoridori ideologi

b a n g s a n y a s e p e r t i n y a

menjadikan bersama-sama

mempertanyakan kembali.

Apakah visi nasional, seperti (i)

Indonesia yang mandiri, maju,

adil, dan makmur (UU 17/2007);

(ii) Terwujudnya Indonesia

yang sejahtera, demokratis, dan

berkeadilan (Perpres 5/2010)

sebagai suatu bangsa sudah

s o l i d d a n s e r i u s

terwujudkan????. Apakah kita

masih tetap komitmen pada

entity/unity (Persatuan) yang

terkait dengan 4 pilar/landasan

kebangsaan dan sebagainya.

D e n g a n d e m i k i a n ,

profesionalisme, efisiensi,

efektivitas, dan keuletan serta

k e t a n g g u h a n d a l a m

membangun kharakter dan

menghadapi berbagai ancaman

maupun konflik akan tercapai

m e l a l u i d u k u n g a n d a n

p e r k u a t a n p e n i n g k a t a n

wawasan kebangsaan. Hal ini,

sebenarnya sudah terbuki

manakalah sudah dicetuskan

s e t i d a k n y a o l e h s e l u r u h

pemuda Indonesia dalam

embrionya satu tekad pada

tahun 1928-an.

Kini, tak seorangpun bisa

menyangkal bahwa bangsa kita

adalah bangsa yang kaya-raya

akibat potensi sumber daya

nasional yang dimilikinya.

Tetapi, anehnya sekaligus masih

dipersepsikan lalai dalam

mengelolanya sehingga rakyat

(WNI-nya) umumnya hidup

dalam kekurangan. Jika tidak,

t e r j a d i k e s e n j a n g a n d a n

k e m i s k i n a n , y a n g u n t u k

menghidupi rakyatnya saja

tidak bisa mengelak dari hutang.

41SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 43: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Dalam kondisi seperti ini, harga

diri dan eksistensi bangsa

dipertaruhkan, mampukah

bangkit dan keluar dari kemelut

ini ?. Selain itu, jika tak dapat

ditangkal akibatnya berimbas

s e c a r a s i m e t r i s p a d a

p e n i n g k a t a n W a w a s a n

Kebangsaan yang sifatnya

abstrak (nonmiliter-nirmiliter)

d a n d i n a m i s D i m a n a ,

d i a n t a r a n y a k e l i h a t a n

masyarakat intelektual, para

pakar, ahli, profesi lebih tertarik

dan mementingkan mutlaknya

p e n g e t r a p a n n i l a i - n i l a i

u n i v e r s a l d a r i p a d a

mengembangtingkatkan nilai-

nilai nasional atau mudanya

mentransformasi nilai universal

b a g i k e p e n t i n g a n a -

nasionalisme. Hal itu, jika

d i b i a r k a n d a n t i d a k

diantisipasi/ditangkal dengan

cerdas akibatnya akan terjadi

saling menyalahkan, saling

hujat, dan saling menjatuhkan

diantara kekuatan bangsa.

Peningkatan wawasan

kebangsaan terkait dengan

meningkatnya dinamika politik,

seharusnya dapat disebut pula

sebagai perwujudan upaya bela

negara untuk dipahami dan

dibanggakan oleh seluruh

lapisan warga negara dan

bangsa. Bukan hanya karena

k e l o m p o k t e r t e n t u s a j a ,

m i s a l n y a d u n i a u s a h a ,

b i r o k r a s i / p e n y e l e n g g a r a

negara/aparatur negara, atau

l e m b a g a p l u s ( l e m b a g a

eksekutif, legislatif, yudikatif,

dan badan lain) maupun terkait

p e r t a h a n a n m i l i t e r d a n

pertahanan nirmiliter, ancaman

militer dan ancaman nonmiliter

sehingga diharapkan akan

bermakna dan menyentuh

langsung ke dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Namun, anggota/

prajuri t/mil i ter/kekuatan

utama/TNI atau TNI (prajurit

sukarela dan wajib) sebagai

komponen utama-bagian dari

pertahanan militer dan/atau

unsur/aktor kementerian (K)

atau lembaga (L) pemerintah

diluar bidang pertahanan

(Perpres 47/2009) sebagai

unsur utama serta unsur-unsur

dari kekuatan bangsa lainnya

juga demikian. Hal ini, harus

menjadikan panggilan dan

kewaj iban . Sebaga imana ,

pemaknaan yang serius dan

konsistennya dari keikutsertaan

warganegara dalam upaya bela

negara yang sesuai UU (UU

39/199-UU 3/2002-UUD 1945).

J i k a m e n g a n a l o g i

transformasi sumber daya

nasional (SDN) dalam konteks

(konsepsi) menjadi potensi

kekuatan pertahanan negara

( H a n n e g ) d i a n t a r a n y a

d i m a k s u d k a n u n t u k

m e m b a n g u n k o m p o n e n

pendukung (UU 3/2002-UU

34/2004) guna meningkatkan

kekuatan dan kemampuan

k o m p o n e n u t a m a d a n

komponen cadangan. Upaya

t r a n s f o r m a s i y a n g p a t u t

dilakukan, diantaranya melalui

kebijakan : (i) transformasi

potensi sumber daya manusia

(SDM) menjadi prajurit (anggota

TNI-sebagai komponen utama)

atau menjadi warga negara yang

siap melaksanakan (upaya) bela

negara secara fisik dan kekuatan

pendukung sesuai dengan

profesinya, serta perlindungan

masyarakat dari bencana (alam,

n o n a l a m , s o s i a l ) ; ( i i )

transformasi SDA dan SDB,

serta sumber daya lainnya

(flora, fauna, bahan tambang,

sumber energi) yang memiliki

nilai strategis (darat, laut,

dirgantara/udara) menjadi

cadangan material strategis

untuk mendukung logistik

wilayah sebagai logistik tempur

( p e r a n g ) , d a n m e d a n

pertahanan; (iii) transformasi

sarana dan prasarana (Sarpras)

menjadi komponen cadangan

dan komponen pendukung

dalam perlawanan bersenjata/

tidak bersenjata. Bersifat fisik

dalam bentuk sarpras tra

nsportas i , informasi dan

telekomonikasi, industri, diklat,

depo logistik, migas dan

.

Transformasi dan Perwujudan

Amanah

OPINI

42 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 44: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dis tr ibus inya , kesehatan ,

k e t e n a g a l i s t r i k a n d a n

p e n g e l o l a a n o t o m o t i f

( S o e p a n d j i , 2 0 1 1 ) .

Penyelenggaraan transformasi

tersebut tentunya dilaksanakan

oleh pemerintah (lembaga

eksekutif). Dalam hal ini,

diantaranya Kemhan bersama

K / L t e r k a i t a t a u f u n g s i

pemerintah sebagai unsur

u t a m a H a n n e g d e n g a n

p e l i b a t a n , p e n g g u n a a n ,

pengerahan kekuatan TNI.

Melalui transformasi i tu,

a d a n y a p e m a k n a a n

transformasi adalah menjadikan

kekuatan yang siap digunakan

atau akan dapat dipersiapkan

potensi pertahanan dalam

wujud komponen pendukung

sebagai bagian dari struktur

kekuatan dan kemampuan

sistem pertahanan semesta

d a l a m k o n t e k s n y a

mengahadapi ancaman (militer)

maupun pengorganisasian dan

penataan pada kondisi damai.

Sejalan dengan analogi

transformasi tersebut, dalam

konteks adanya krisis atau

perspektif keadaan konflik

dalam konteks pandangan

Indonesia tentang perang dan

damai yang berkembang.

Diawali diantaranya, dari

tuntutan/agenda reformasi

(1998) ternyata dampaknya

masih terasa sampai sekarang.

Krisis-konflik, baik politik-

e k o n o m i - s o s i a l b u d a y a -

korupsi/KKN maupun akibat

rentannya regulasi UU, dan

s e b a g a i n y a y a n g

berkepanjangan dengan adanya

pengaruh global dan perasukan

nilai universal telah membawa

m a s y a r a k a t d a n b a n g s a

I n d o n e s i a m a s u k p a d a

k e c e n d e r u n g a n k r i s i s

multidimensi sebagaimana

pemaknaan awal dari contoh

issu pemberantasan korupsi

yang berlarut sehingga perlu

b e r b a g a i p e r k u a t a n d a r i

pertahanan militer. Demikian

halnya, keanekaragaman suku

bangsa, baik budaya, adat

43SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 45: PenanggungJawab - kemhan.go.id

istiadat, agama, dan wilayah

yang semula menjadi faktor

pemersatu dan sebagai ciri

kekayaan budaya bangsa

boleh jadi telah berubah

menjadi faktor yang sangat

rentan terjadinya perselisihan

dan konflik (komunal) yang

mengarah kepada terabainya

visi-visi yang dibentuk. Konflik,

yang terkait dengan konflik

sosial, misalnya. Diartikan,

sebagai benturan dengan

kekerasan fisik antara dua atau

lebih kelompok masyarakat atau

golongan yang mengakibatkan

cedera dan/atau jatuhnya

korban jiwa, kerugian harta

benda, berdampak luas, dan

berlangsung dalam jangka

w a k t u t e r t e n t u y a n g

menimbulkan ketidakamanan

dan disintegrasi sosial sehingga

menghambat pembangunan

nasional (UU 7/2012) rentan

sekali terjadi. Padahal, dalam

konteks terkait SDM yang

b e r k h a r a k t e r , m i s a l n y a

semestinya tidaklah demikian.

Visi nasional , sepert i

terurai. Perwujudannya dalam

arah pembangunan nasional

tidaklah akan lepas diantaranya

dari mewujudkan Indonesia

aman, damai, dan bersatu.

T r a n s f o r m a s i m a u p u n

pembangunan nasional yang

b e r k h a r a k t e r d i s e k t o r /

dibidang SDM (sumber daya

manusia) itu, hendaknya

d i a r a h k a n s e s u a i v i s i .

B e r t u r u t a n , b e r i k u t n y a

perwujudan visi bawahnya

sampai ke tingkat individu

sebagai mahkluk sosial. Tidak

kecuali, termasuk seriusnya

k o m i t m e n j a b a r a n n y a

menerbitkan semua amanah

yang ada di UU. Khususnya,

UU yang diprioritaskan terkait

dengan tuntutan reformasi.

Misalnya, diawali runtutannya

dari UU 3/220 dan UU 34/2004

akibat hapusnya dwifungsi

ABRI/TNI, baru sesudahnya.

Misalnya, kekiniannya (sejak

dan setelah 2012) UU 7/2012

m a u p u n d i l u a r b i d a n g

pertahanan lainnya yang terkait

dengan rumpun atau tujuh

kementerian yang APBN-nya

terbesar dalam pembangunan

nasional.

Tidak ketinggalan, ketika

harus menyoal demokratisasi

dan HAM, misalnya sebagai

nilai global/universal. Menyoal

hal tersebut, pada hakekatnya

telah mempengaruhi cara

berpikir dari bangsa Indonesia

(UUD 1945). Nilai-nilai dasar

kebangsaan yang menjunjung

tinggi rasa persatuan dan

k e s a t u a n d e n g a n

mengedepankan musyawarah

untuk mufakat (demokrasi

Pancasila), sepertinya sudah

mulai meluntur jika tidak

k e m u n g k i n a n n y a s u d a h

ditinggalkan. Kenyataan itu,

hendaknya mulai dicerahkan

dan di luruskan kembal i .

B e g i t u p u n , k e h i d u p a n

masyarakat yang semula

bersi fat komunal dengan

p a r t n e r s h i p m u l a i

dipersepsikan berubah menjadi

individu dan kelompok/suku

bangsa. Selain itu, lebih

m e n o n j o l k a n

primordialisme/individualisme

dengan mengenyampingkan

r a s a k e b a n g s a a n /

(bagian seperangkat ide cerdas

yang mampu melintas batas

untuk mengentaskan masalah-

masalah secara komprehensif

integral dalam bidang tertentu)

dan rasa nasionalisme dalam

mewujudkan visi nasional.

Kondisi seperti itu, telah

nampak dihadapan mata kita.

Seperti halnya, pengalaman

dalam konteks sejarah konflik

vertikal yang sering terjadi di

berbagai daerah serta konflik

h o r i z o n t a l y a n g b e g i t u

m u d a h n y a t e r a k t u a l i s a s i

sebagai persoalan konflik

komunal. Sekali lagi, harus

d i t a n g k a l - d i c e g a h ,

ditanggulangi/ditangani, dan

dipulihkan sesuai aturan yang

berlaku berlandaskan Ideologi

dan prinsip-prinsip Hanneg.

P e r t a n y a a n n y a , a p a k a h

rangkaian konflik yang telah

terjadi selama ini merupakan

dampak dar i perubahan,

utamanya terkait dengan sistem

n o t i o n s

OPINI

44 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 46: PenanggungJawab - kemhan.go.id

n a s i o n a l y a n g b e r k e d o k

demokratisasi dan HAM atau

pembiasan perasukan nilai

universal lainnya? Tidakkah

terpikirkan oleh kita bahwa

negara dan bangsa yang dahulu

s a n g a t d i k e n a l d e n g a n

persatuan dan kesatuan, ho

lopis kontul baris, gotong

royong dengan dukungan nilai

mendasar yang sangat khas

sebagai bangsa Indonesia, mulai

d i r u s a k o l e h b e r b a g a i

k e p e n t i n g a n . T e r m a s u k ,

kepentingan asing atau paham

diluar Pancasila. Seandainya

benar, maka hal itu dapat

dikategorikan sebagai bentuk

dari peristilahan memuncaknya

ancaman multidimensional

terkait ancaman nonmiliter

(pertahanan nirmiliter), dengan

sasaran pokoknya adalah sendi-

sendi kehidupan bangsa dan

negara. Caranya, dengan

mengadu domba dan membuat

mudahnya konflik di seluruh

p e r b e d a a n y a n g a d a d i

masyarakat. Utamanya, dengan

mencuatnya masalah SARA dan

adanya berbagai penyelesaian

konflik atau kejahatan luar biasa

y a n g b e r l a r u t m a s a l a h ,

termasuk dari para elit politik

setempat. Akhirnya, disadari

atau tidak negara akan keropos

d a r i d a l a m s e h i n g g a

kemungkinannya mudah sekali

dikendalikan dan kehancuran

tinggal menunggu waktu.

Fenomena itu, sekali lagi harus

direspon dan diapresiasi untuk

dicarikan solusinya, sebelum

terlambat.

Sementara itu, keadaan

konflik atau konflik yang

disebut sebagai suatu keadaan

yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat atau wilayah

tertentu di mana keamanan dan

ketertiban dalam kehidupan

b e r m a s y a r a k a t , a k t i v i t a s

p e l a y a n a n p e m e r i n t a h

t e r g a n g g u , y a n g c a r a

penyelesaiannya tidak dapat

dilakukan secara biasa oleh

pihak yang berwenang dalam

tugas fungsinya sebagaimana

dalam keadaan normal, seperti

yang dicontohkan mudah sekali

terjadi. A-visi nasional (UU

20/2001-UU 31/1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, UU 30/2002 tentang

KPK, dan sejenisnya) yang

marak berkembang dan berakar

dari perbedaan, diantaranya

berdasarkan SARA (suku,

agama, ras, dan antar golongan)

dan/atau terkait korupsi tidak

menutup kemungkinan adanya

keterkaitan dengan subversi

asing (merasuknya paham A-

Pancasila) yang menyebabkan

semakin bertambahnya kemelut

yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia. Apakah konflik yang

terjadi sebagai suatu akibat dari

perubahan dan/atau iklim

p e m e r i n t a h a n /

kebijakan/keputusan politik

negara yang kurang tepat?

Ataukah, memang merupakan

s k e n a r i o t e r t e n t u d a r i

pihak/paham asing. Simak saja,

pengalaman/konteks sejarah

A c e h d a n / a t a u P a p u a .

S e m e n t a r a i t u , m e n y o a l

pemberantasan korupsi sebagai

musuh formal rakyat dan dunia

penyelesaiannya jauh dari surut

dan tuntas. Seakan, penegakan

h u k u m b e g i t u s u l i t n y a

dibangun dan di t ingkat -

kembangkan. Supra struktur

yang ada dibuat menjadi kurang

optimal atau maksimal sehingga

sangat perlu adanya kontrol

yang kuat. Begitupun, peran dan

fungsi dari lembaga/komisi

negara (idependen) yang baru

dibentuk. Sampai-sampai

muncul hal yang bias soal

p e m b e r a n t a s a n k o r u p s i .

Mengingat, kalaupun ada salah

terkait hukum yang diampuni

hanyalah kepala negara/ kepala

pemerintahan/presiden karena

jasanya (Setneg, 1989). Itupun,

proses hukumnya mungkin

berbeda. Sebaliknya, yang

menjadi musuh masyarakat/

rakyat madani/NKRI/dunia

d a l a m k o n t e k s t u n t u t a n

reformasi seharusnya menyoal

kesenjangan, kemiskinan,

kebodohan, kerusuhan, dan

45SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 47: PenanggungJawab - kemhan.go.id

s e j e n i s n y a s e b a g a i m a n a

d i a m a n a h k a n d a l a m

pembangunan nasional. Justru,

orientasinya diikuti utamanya

pada pemberantasan korupsi

(kejahatan luar biasa) yang

wacananya mulai dikaburkan

dan tak dibuat efek jerah

maupun malu. Termasuk,

dengan berbagai perkuatan dan

r e g u l a s i a t u r a n d a n

penindakannya.

Pengalaman, yang pantas

d i j a d i k a n i l m u d a l a m

mengurangi berbagai ancaman.

Penyelesaian secara tuntas dan

b e r k e l a n j u t a n d e n g a n

kroninya, seperti kasus BLBI,

Bank Century, dan cek pelawat

terkait Deputi Bank Senior BI,

proyek hambalang kurang

banyak memenuhi harapan

publik. Demikian halnya,

penerapan DOM (Daerah

Operasi Militer) dan/atau

Darurat Militer dengan Operasi

(mi l i t e r? ) Terpadu yang

mengedepankan setidaknya

operasi kemanusiaan dan

o p e r a s i m e n g e m b a l i k a n

lancarnya roda pemerintahan di

daerah sebagai prioritas utama

ser ta operas i pemul ihan

k e a m a n a n , y a n g t e l a h

membawa berbagai perubahan

yang positip dan pembangunan

nasional. Toh, akhirnya ada

juga keterlibatan pihak ketiga

(asing). Kini, dengan contoh

ekstrim pengalaman Aceh

m e m a n g d a m a i . T e t a p i

sekaligus harus ada antisipasi

( p e n a n g k a l a n ) b e n t u k

i n t e r v e n s i a s i n g , y a n g

menginginkan persatuan dan

kesatuan Indonesia sebagai

bangsa dan negara yang besar,

didesain menjadi tercabik-cabik

d a n k e m u n g k i n a n n y a

melahirkan negara-negara kecil

(federalisme/RIS ?) yang lemah

dan tidak berdaya, serta

kemungkinannya meminta

perlindungan kepada negara

yang kuat sebagai seorang

hamba kepada tuannya. Hal

tersebut, seakan melalaikan

istilah visi, misi nasional, pilar

kebangsaan yang final, makna

“Si Vis Pacem Para Bellum”,

“Visi terwujudnya pertahanan

negara yang tangguh” (Kep

Menhan 268/2009). Selain itu,

unsur kepemimpinan nasional,

utamanya dari tanggung jawab

supremasi sipil yang ada dan

sangat berkompeten sepertinya

hanya sekedar simbol karena

terbelenggu kebebasannya dan

terkungkung kemerdekaannya

akibat rentannya hukum dan

berbagai rekayasanya.

Apakah masyarakat dan

bangsa Indonesia kedepan akan

mengukir sejarah seperti itu.

S e m e n t a r a , b i b i t - b i b i t

permusuhan telah muncul

y a n g d i t a n d a i d e n g a n

b a n y a k n y a k e p e n t i n g a n

kelompok dan perorangan

mengaku sebagai pahlawan

pembela rakyat. Tanpa rasa

malu dan segan menjual harga

d i r i b a n g s a d e n g a n

m e n g g u n a k a n k e d o k

diantaranya demokrasi dan

HAM yang mungkin tidak

dilandasi ideologi (Pancasila)

dengan berbagai pengetrapan

jamaknya. Mereka berjuang

seolah-olah demi kepentingan

rakyat namun sebenarnya yang

diperjuangkan adalah demi

kekuasaan, demi uang, dan

kepentingan duniawi lainnya.

Kendati demikian, persoalan

benturan kepenting nasional

d e n g a n k e p e n t i n g a n

internasional sesungguhnya

tak dapat begitu saja dielak.

Konteks, setelah terjadinya

peristiwa serangan teroris di

AS, menjadikan konstelasi

dunia berubah dratis yang

semula hanya nilai demokrasi

dan HAM. Pada saat ini,

ditambah pula dengan issu

terorisme (kejahatan luar biasa)

sebagai nilai universal yang

harus dianut oleh bangsa-

bangsa di dunia. Pandangan

yang dilontarkan kepada dunia,

seperti Islam identik dengan

terorisme boleh jadi akan

diorientasikan ke setiap orang

agar menjadi opini dunia.

Negara-negara Islam yang ada,

OPINI

46 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 48: PenanggungJawab - kemhan.go.id

boleh jadi dicap sebagai sarang

t e r o r i s d e n g a n b e r b a g a i

dalihnya telah dijadikan sebagai

a lasan yang kuat untuk

melancarkan suatu serangan

(mi l i te r /

serangan mendahuli pada saat

musuh sudah siap diambang

pintu- /serangan

mendahului sebelum musuh

m e n j a d i b e s a r d a n s i a p

melawan). Alasan klasik yang

sering digunakan adalah demi

melindungi hak-hak rakyat

yang tertindas oleh rezim

penguasa dan/atau pelanggar

nilai universal.

Dengan isu/ancaman

aktual itu, tanpa mengabaikan

soal perang yang sudah sangat

sulit dibedakan akibat berbagai

a l a s a n n y a . M e n y o a l

s e p a r a t i s m e , t e r o r i s m e

( n a r k o t i k a , k o r u p s i ,

pembunuhan berencana ?????),

ragam ilegal, pengamanan

wilayah perbatasan (Perpres

41/2010) mudah bagi kita untuk

memahami bahwa kr i s i s

multidimensi yang terjadi di

Indonesia karena adanya

transformasi yang kurang pas

dan serius melandaskan pada

i d e o l o g i n y a a k i b a t

kemungkinannya adanya

intervens i n i la i maupun

persoalan nonfisik asing. Tetapi,

k i t a p u n s u l i t u n t u k

menghindari kenyataan yang

terjadi dilapangan sekarang ini

bahwa terjadinya gangguan

dan/atau krisis yang akhirnya

menjadi ancaman/konflik

karena adanya campur tangan

a s i n g , d e n g a n s a s a r a n

diberbagai kehidupan bangsa

dan negara.

A k a n t e t a p i , d e n g a n

m e m a k n a i p e n g a l a m a n

hendaknya dapat dijadikan

ilmu. Dimasa lalu, upaya

penaklukan untuk menjajah

suatu bangsa dan/atau negara

seringkali dilakukan dengan

m e n g g u n a k a n k e k u a t a n

bersenjata. Tetapi sekarang ini,

penaklukan tersebut bisa saja

dilakukan melalui fase-fase

dimana pengerahan kekuatan

b e r s e n j a t a ( a n c a m a n

militer/hard power) tidak lagi

menjadi pilihan pertama.

Setidaknya, skala prioritas

telah menjadi berubah, yakni

konsep membentuk sel-sel

perlawanan serta adu domba

u n t u k m e n i m b u l k a n

perpecahan di negara sasaran

menjadi pilihan yang sangat

s t r a t e g i s d a n m u r a h .

Agresi/invasi dan berbagai

v a r i a s i n y a d e n g a n

menggunakan kekuatan militer

hanyalah dilakukan pada fase

akhir (terpaksa?). Skenario yang

dilakukan oleh negara-negara

besar atau tertentu untuk

menghi langkan kekuatan

militer atau peran militer di

negara negara berkembang

k e m u n g k i n a n n y a t e r u s

dilakukan. Di Indonesia, dwi

fungsi sudah dihapus. Namun,

dukungan dari komponen

cadangan dan komponen

pendukung sebagai bagian dari

pembangunan Hanneg serta

prajurit wajib dengan berbagai

alasannya belum terbit-terbit

UU-nya. Apakah ini, sedang

d i k e m b a n g k a n d a n

disekenariokan pada negara-

negara sasaran, yang kita kenal

dengan konsep perang/konflik

Modern (nonmiliter).

Kejadian-kejadian itu,

sebenarnya telah memberikan

kejelasan kepada seluruh warga

n e g a r a b a h w a b e r b a g a i

peristiwa yang terjadi diseluruh

wilayah NKRI merupakan

permasalahan yang harus

diwaspadai dan dicarikan

s o l u s i n y a . K a r e n a t i d a k

m e n u t u p k e m u n g k i n a n

disamping kurang layaknya

sebagian komponen bangsa

mengelola dan meyeleng-

garakan tujuan bernegara.

Ditambah pula, akibat kurang

meningkatnya wawasan

kebangsaan dan kemungkinan

adanya kelalaian serta adanya

campur tangan asing maupun

perasukan nilai universal

terhadap seluruh sendi-sendi

kehidupan bermasyarakat,

-p r e emt ive s t r i k e

preventive strike

47SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 49: PenanggungJawab - kemhan.go.id

berbangsa, dan bernegara.

Hingga saat ini, percepatan

p e n i n g k a t a n w a w a s a n

kebangsaan sebagai orientasi

pembangunan kharakter dan

penguatan ideologi dalam

proses yang diharapkan. Masih

ada, orang Indonesia yang

k u r a n g m e m p e r d u l i k a n

keberadaannya sebenarnya

harus dimana dan bagaimana

agar sesuai diantaranya dengan

p e n g e m b a n g a n s t r a t e g i

Hanneg. Mengingat, tujuan dan

sasaran apa yang ingin dicapai

(ends), sumber daya apa yang

digunakan (means), dan dengan

cara apa mencapai tujuan

(ways) semuanya sudah

disampaikan. Di masa lampau

atau konteks sejarah, nuansa

kebangsaan atau disebut rasa

k e b a n g s a a n , p a h a m

kebangsaan, dan semangat

kebangsaan begitu kuat melekat

p a d a h a m p i r s e l u r u h

masyarakat Indonesia. Selain

itu, bagaimana masyarakat

Indonesia terl ibat secara

emosional dan sungguh-

sungguh dalam membela nama

NKRI dengan penguatan

ideologinya Pancasila. UU

9/1964 tentang Gerakan

S u k a r e l a w a n I n d o n e s i a ,

timbulnya hari bela negara, hari

pahlawan, dan sejenisnya telah

menunjukan indikasi kuatnya

nasionalisme dan pembelaan

nama NKRI. Begitupun, pada

saat memirsa pertandingan olah

raga atlit nasional dengan atlit

manca negara maupun dalam

m e n y a m b u t p e r s i t i w a

kedatangan pres idennya,

pasukan TNI yang berangkat

m a u p u n p u l a n g d a r i

daerah/negara penugasan,

s e r t a d a l a m k e r a n g k a

p e n g e r a h a n / p e n g g u n a a n

kekuatan TNI dan penghentian

operasi militer.

Bagaimana sebagian besar

rakyat Indonesia menyikapi

pengibaran bendera merah

putih, lagu kebangsaan akibat

masih menguatnya landasan

ideologi dan wawasan

k e b a n g s a a n . S u n g g u h -

s u n g g u h , k h a r a k t e r d a n

mi l i tans i kebangsaannya

membakar jiwa patriotisme,

heroisme ke Indonesia-an.

Padahal, keadaan ekonomi

bangsa dan pembangunan

nasional belum aktif seperti saat

ini. Konsentrasi, umumnya

tertuju pada revolusi dan

p e m b a n g u n a n p o l i t i k ,

p e m b a n g u n a n n a s i o n a l

(berencana) semesta dengan

dasar Pancasila. Sebut saja,

ketika Presiden menyatakan

”Dekrit presiden 1959”. Semua,

p e r a t u r a n p e r u n d a n g -

u n d a n g a n y a n g t i d a k

mendasarkan pada UUD 1945

diadakan perubahan segera.

Termasuk, diantaranya UU 23

Prp/1959 tentang keadaan

bahaya.

Dalam sikap mental bangsa

Indonesia terhadap nilai

ekonomi pun belum banyak

mengakt i fkan kehidupan

mereka. Eforia revolusi dan

Pencerahan Spiritual dan

Militansi

OPINI

48 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 50: PenanggungJawab - kemhan.go.id

politik termasuk membangun

kharakter bangsa, komitmen,

dan konsistensi masih sangat

m e n g u a t . B e g i t u p u n ,

pencerahan semboyan-simbolis

merdeka atau mati, ganyang

kolonialisme-imperalisme-

kapitalisme (Inggris dilinggis-

Amerika disetrika), rebut Irian

Barat, ganyang Malaysia. Tolak

Amerika, Inggris, Portugis, dan

Belanda bukan karena orangnya

tetapi pahamnya. Bekupon

omahe doro (melok nipon

makin sengsoro). Selain itu,

koperasi yang didengungkan

sebagai soko guru bangsa cukup

dominan dalam meregulasi

perilaku bangsa. Namun, saat

ini suasana dan kondisi

s e p e r t i n y a b e r b e d a .

Pener imaan, pemahaman

terhadap nilai-nilai ekonomi/

globalisasi/modernisasi yang

b e r s i f a t k e b e n d a a n d a n

keduniawian telah merasuk

kedalam pikiran, perasaan, dan

tingkah laku sebagian besar

rakyat Indonesia. Selain itu,

menguatnya perasukan nilai

universal sangat berbeda.

Apakah dalam kerangka

upacara bendera, lantunan lagu

k e b a n g s a a n , k e d a t a n g a n

presiden, dan sejenisnya.

Tampaknya tidak mengetuk

hat i nurani kebangsaan ,

persatuan dan kesatuan, serta

hal-hal sejenisnya.

Tolok ukur kebahagiaan

g u n a m e m u p u k b a n y a k

kebaikan terkait Ma-pitu (7M),

yakni maling (mencuri), madon

( p e n c a b u l a n ) , m i n u m

( M i n u m a n k e r a s ) , m a i n

(perjudian), madat (candu dan

narkotik), mateni ( membunuh),

dan maido (mencela) pun

menjadi berubah karenanya.

Begitupun, tentang makna

komitmen dan konsistensi

perlakuan terhadap kejahatan

luar biasa (korupsi, terorisme,

narkoba, dan pembunuhan

berencana). Sepertinya, dengan

d a l i h r a s i o n a l n y a d a n

kepent ingan nasionalnya

dikhianati. Selain itu, siapa yang

kehidupan ekonominya tinggi

akan mendapat penghormatan

dan kemudahan. Kekuatan

ekonomi menjadi fasilitas/

simbul hidup di dunia. Tidak

heran jika banyak anggota

masyarakat telah menjadikan

kekayaan uang, harta benda,

melebihi hal yang hakiki walau

terkait 7M. Semakin banyak

orang berlomba bagaimana bisa

menguasai kekuatan ekonomi,

pasar dan sejenisnya. Pergaulan

antar masyarakat, antar bangsa

pun menjadi lebih luas dan

sukar dibatasi, jika sudah

berbicara masalah ekonomi,

apalagi dengan adanya sistem

e k o n o m i g l o b a l , m a k a

teritotorial pergaulan pun

semakin luas. Tidak kecuali,

luasnya permasalahan korupsi

yang sulit diberantas.

P a d a h a l , b e r b i c a r a

m e n g e n a i p e n i n g k a t a n

W a w a s a n k e b a n g s a a n ,

penanganan (pencegahan,

penghentian, dan pemulihan)

konflik sosial, membangun

kharakter yang berorientasi

wawasan kebangsaan tidak lain

d i a n t a r a n y a m e r u p a k a n

kualitas cara pandang, sikap

mental yang ditandai dengan

komitmen, konsistensi, rasa

p e n u h p e n g a b d i a n ,

pengorbanan demi bangsanya,

dan nilai dasar, serta nilai-nilai

militansi lainnya yang terus

ditingkatkan. Tidak rela jika ada

h a l - h a l y a n g d i r a s a k a n

menyinggung bangsa nya,

bahasa nya, tanah airnya yang

mungkin dilakukan oleh siapa

saja khususnya orang atau dari

negara asing. Pepatah klasik

menyatakan “

“ bukan

.

P e n i n g k a t a n d a n

pengembangan kharakter,

w a w a s a n k e b a n g s a a n

masyarakat Indonesia era orde

baru, secara ju jur dapat

d i k a t a k a n t e l a h a d a n y a

pergeseran nilai. Kekeliruan

right or wrong is

my country right or

wrong is my Queen

49SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 51: PenanggungJawab - kemhan.go.id

oknum di masa lalu, serta merta

merendahkan semua hal yang

dianut orde baru, tanpa reserve.

Pancasila pun yang dianggap

m o r a l / i d e o l o g i t i d a k

ketinggalan, dijadikan simbol

dari orde baru. Padahal

Pancasila yang lahir dari

budaya Indonesia telah ada

s e b e l u m k e m e r d e k a a n

Republik yang tercinta ini.

P a n c a s i l a s e h a r u s n y a

merupakan ideologi/cara

pandang, bangsa

Indonesia yang tepat dimiliki

bangsa Indonesia sejalan

dengan kebhinekaan dalam

s u k u , a g a m a , d a n r a s .

Pemaknaan, Pancasila bagian

dari 4 pilar kebangsaan dan

kenegaraan harus senantiasa

d i j a d i k a n l a n d a s a n d a n

pengaktualisasian diri setiap

warga negara. Tetapi saat ini,

p e n g h a r g a a n t e r h a d a p

Pancasila belum diyakini

demikian kuatnya. Bahkan

u n t u k m e m a s u k k a n n y a

kedalam program membentuk

k a r a k t e r b a n g s a d e n g a n

mempedomani Pancasila, ada

k e c e n d e r u n g a n k u r a n g

mendapat dukungan dari

sebagian masyarakat. UU

20/2003 tidak mencantumkan

dan merespon Pancasila sebagai

mata ajaran wajib dengan

berbagai alasan rasional dan

obyektif lainnya. Meskipun,

telah berulang kali dinyatakan

bahwa setiap pelajaran harus

melekatkan Pancasila dan

Pancasila dijadikan salah satu

muatan atau substansi mata

a j a r a n p e n d i d i k a n

kewarganegaraan (Dikwar).

Akan tetapi, setelah adanya

p e n g u a t a n 4 p i l a r y a n g

dilakukan terus menerus, baru

s e b a g a i k o n s e k u e n s i n y a

diwajibkan untuk setidaknya di

perguruan tinggi memuatnya

sebagai mata kuliah/ajar wajib

tersendiri maupun bersama-

s a m a D i k w a r . I t u p u n ,

prakteknya kemungkinan

b e l u m t e n t u d i l a k u k a n

s e p e n u h n y a . S e m e n t a r a ,

Dikwar bersama rangkaiannya

(UU 3/2002, ps 9) yang

diamanatkan untuk dibuatkan

UU belum mendapat respon

dan keseriusan diterbitkan UU-

nya.

P e n d i d i k a n f o r m a l ,

informal, dan pendidikan

(pe la t ihan) apapun baik

pendidikan umum, pendidikan

keagamaan, dan sebagainya

s e h a r u s n y a d e n g a n

mengemukanya Pancasila/

Dikwar telah meletakkan

platform budi pekerti, nilai

spiritual, dan nilai mendasar

lainnya tanpa mengabaikan

n i l a i y a n g u n i v e r s a l .

Perwujudan, dalam perilaku

yang tampak maupun perilaku

yang tidak tampak. Perilaku

mana, kesemuannya akan

m e n e n t u k a n b a t a s - b a t a s

kepatutan dalam interaksinya

dengan masa lah pol i t ik .

Supremasi sipil, termasuk

kepemimpinan nasional harus

The Way of Life

OPINI

50 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 52: PenanggungJawab - kemhan.go.id

d i l e k a t i i d e o l o g i y a n g

b e r p e n g e t r a p a n j a m a k

e k o n o m i / k e s e j a h t e r a a n ,

k e a m a n a n , k u l t u r , d a n

s e b a g a i n y a ( r e f o r m a s i ) .

Tentunya, juga termasuk

m e n i n g k a t n y a w a w a s a n

k e b a n g s a a n . S e l a i n i t u ,

beberapa alternatif solusi yang

dapat diangkat dalam rangka

menumbuhtingkatkan kembali

wawasan kebangsaan dan/

a t a u k h a r a k t e r b a n g s a ,

d i a n t a r a n y a a d a l a h

perwujudan kurikulum atau

substansi tentang wawasan

kebangsaan Indonesia pada

setiap jenjang pendidikan,

melakukan reorientasi dan

penguatan terhadap segala

sesuatu terkai t ideologi .

M i s a l n y a , d i i n d i k a s i k a n

perlunya upacara dan ritual

(ziara) untuk memperingati

peristiwa penting sejarah yang

berkaitan dengan keberadaan

bangsa dan negara Indonesia

(kontek sejarah dan filosofi).

Dimana, akhir-akhir ini hal

t e r s e b u t s u d a h t i d a k

mempunyai makna lagi akibat

k u r a n g m e n g u a t n y a

pemahaman idelogi, konteks

filosofi dan sejarah.

Berpijak pada kenyataan,

visi-visi yang telah terurai,

t e r m a s u k d i d a l a m n y a

dimaknai oleh komponen/

kekuatan utama TNI (Hanneg)

adalah salah satu komponen

bangsa Indonesia yang ikut

bertanggungjawab terhadap

peningkatan kualitas wawasan

kebangsaan Indonesia. Oleh

karena itu, perlu dipahami

mengenai paradigma baru TNI

dalam melaksanakan tugas dan

fungsi/peran (UU 34/2004),

t e r m a s u k p e m b i n a a n

teritorinya dan sistem Hanneg

dalam menghadapi ancaman

militer yang seharusnya UU-

n y a d i d u k u n g o l e h

K o m c a d d u k . A p a k a h ,

prakteknya (Politik) sudah

m e n d a p a t d u k u n g a n

komponen cadangan dan

k o m p o n e n p e n d u k u n g .

P a d a h a l U U k o m p o n e n

cadangan dan komponen

pendukung sebagai bagian

pembangunan pertahanan

sampai saat ini belum ada.

A p a k a h i n i , m a k i n

mencerminkan peningkatan

wawasan kebangsaan dalam

regulasi atau legislasi nasional

makin meningkat akibat adanya

perhatian terhadap penafsiran

demokrasi dan HAM atau

p e n d i s t r i b u s i a n s o a l

p e m b a n g u n a n n a s i o n a l

s e h i n g g a b e l u m s a a t n y a

komponen dimaksud untuk

bahan solusi . Selain itu,

revitalisasi untuk membangun

sekaligus membangkitkan

karakter . Misa lnya , dar i

landasan visi, nilai mendasar,

khususnya nilai dan praktek

s a l i n g m e n g h a r g a i d a n

mengormati; memasyarakatkan

kebersamaan dan gotong

r o y o n g ; p e r s a t u a n d a n

kesatuan; rela berkorban; moral,

ahklak, nilai agama; dan saling

membantu harus diseriusi.

E m p a t p i l a r h a r u s

dipeliharatingkatkan, dan

perwujudan visi seoptimal

m u n g k i n d i w u j u d k a n .

Akhirnya, pilihan penyegaran

terkait menyoal spiritual

(pencerahan hati nurani) yang

militan tak dapat dielak.

M e n g i n g a t , p i l i h a n i t u

diantaranya sangat terkait

dengan politik (supremasi sipil)

dan bagaimana menyegarkan/

mencerahkan moral (ideologi)

yang menurut difinisi riil

ketahanan nasional perlu

p e n d e k a t a n j a m a k

kesejahteraan, keamanan,

kultural, demokratik, dan

hukum, serta visi-visi yang ada.

Dengan pencerahan secara

m i l i t a n i t u , s e k a l i g u s

diantaranya mencegah dan

mengelola terjadinya konflik

sebagai gejalah yang serba

hadir.**

51SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 53: PenanggungJawab - kemhan.go.id

OPINI

A. LATAR BELAKANG.

N e g a r a K e s a t u a n

Indonesia (NKRI) terdiri dari

r a n g k a i a n k e p u l a u a n

Nusantara dengan wilayah

perairan, daratan dan udara

yang terbentang sangat luas,

memerlukan sosok pertahanan

negara yang efektif dan

berdaya tangkal tinggi, harus

d i t o p a n g o l e h s t r a t e g i

pertahanan negara yang tepat

s e h i n g g a m a m p u

m e m a k s i m a l k a n

pendayagunaan segenap

sumber daya nasional dalam

memelihara kelangsungan

hidup serta keutuhan bangsa

dan negara. Sesuai dengan Visi

Kementerian Pertahanan yaitu

52 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Oleh : Eddy Firmansjah

MEMBANGUN KARAKTER

PERSONEL KEMHAN DAN TNI DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN PERTAHANAN NEGARA YANG TANGGUH

MELALUI NATIONAL CHARACTER BUILDING

Page 54: PenanggungJawab - kemhan.go.id

53SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

terwujudnya Pertahanan

Negara yang Tangguh, esensi

penyelenggaraan pertahanan

negara adalah menjamin

kelangsungan hidup bangsa

dan negara dalam wadah

NKRI. Indikator keberhasilan

penyelenggaraan pertahanan

negara tercermin dalam daya

tangkal bangsa terhadap setiap

ancaman yang membahayakan

kehidupan bangsa dan negara,

baik dari luar maupun yang

timbul di dalam negeri.

Globalisasi dalam banyak

hal memiliki kesamaan dengan

i n t e r n a s i o n a l i s a s i y a n g

d i k a i t k a n d e n g a n

berkurangnya peran dan batas-

batas suatu negara yang

d i s e b a b k a n a d a n y a

peningkatan keterkaitan dan

ketergantungan antar bangsa

dan antar manusia di seluruh

dunia melalui berbagai bentuk

interaksi. Globalisasi dapat

memacu pertukaran arus

m a n u s i a , b a r a n g , d a n

informasi tanpa batas yang

dapat menimbulkan dampak

terhadap penyebarluasan

pengaruh budaya dan nilai-

nilai termasuk ideologi dan

agama dalam suatu bangsa

yang sulit dikendalikan. Salah

satu dampak nyata dalam

k o n t e k s k e h i d u p a n

b e r m a s y a r a k a t a d a l a h

bergesernya orientasi nilai

yang diyakini seseorang dan

cara pandangnya terhadap

keberhasilan hidup. Orientasi

n i l a i i d e a l i s y a n g

mengedepankan nilai akhlak,

etika, moral, budi pekerti, dan

harga diri seringkali tampak

tergeser. Kecenderungan

o r i e n t a s i n i l a i d a l a m

kehidupan kini bergeser

m e n j a d i h e d o n i s y a n g

berorientasi kepada materi dan

l e b i h b e r s i f a t d u n i a w i .

Keberhasilan seseorang dalam

k e h i d u p a n d i u k u r

berdasarkan berapa banyak

harta, berapa tinggi kekuasaan,

d a n a p a j a b a t a n y a n g

diembannya. Seringkali orang

lupa diri dan berlomba-lomba

u n t u k m e n c a r i d a n

mendapatkan harta sebanyak-

b a n y a k n y a d a n j a b a t a n

setinggi-tingginya melalui

jalan pintas yang tidak lagi

mengindahkan cara-cara

memperolehnya.Untuk itu,

diperlukan upaya dan strategi

yang tepat dan sesuai agar

masyarakat Indonesia dapat

tetap menjaga nilai-nilai

budaya dan jati diri bangsa

serta generasi muda tidak

k e h i l a n g a n k e p r i b a d i a n

sebagai bangsa Indonesia.

Pada gilirannya hal ini akan

dapat mengancam jatidiri

bangsa.

Pada lingkungan regional,

pengaruh globalisasi juga

membawa dampak terhadap

terkikisnya budaya lokal di

zona negara-negara Asia

Tenggara. Dampak tersebut

berwujud adanya ekspansi

budaya dari negara-negara

m a j u y a n g m e n g u a s a i

teknologi informasi. Meskipun

telah dilaksanakan upaya

pencegahan melalui program

kerja sama kebudayaan,

Page 55: PenanggungJawab - kemhan.go.id

OPINI

namun melalui teknologi

informasi yang dikembangkan,

pengaruh negara lain dapat

saja masuk.

Perkembangan politik di

dalam negeri dalam era

reformasi telah menunjukkan

arah terbentuknya demokrasi

yang baik. Selain itu telah

d i r e a l i s a s i k a n a d a n y a

kebi jakan desentra l i sas i

kewenangan melalui kebijakan

otonomi daerah. Namun,

sampai saat ini, pemahaman

dan implementasi konsep

demokrasi dan otonomi serta

pentingnya peran pemimpin

n a s i o n a l m a s i h b e l u m

memadai. Perkembangan

demokrasi dan otonomi saat ini

masih banyak menimbulkan

ekses negatif berupa konflik

horizontal maupun vertikal.

Sifat kedaerahan yang kental

dapat mengganggu proses

d e m o k r a s i d a n b a h k a n

m e n g g a n g g u p e r s a t u a n

n a s i o n a l . K e m a j u a n

pembangunan di bidang fisik

saat ini harus diimbangi

d e n g a n p e m b a n g u n a n

n o n f i s i k , t e r m a s u k

membangun karakter dan jati

diri bangsa agar menjadi

bangsa yang kukuh dan

memiliki pendirian yang

teguh.

Upaya pertahanan negara

merupakan tanggung jawab

dan kehormatan setiap warga

n e g a r a I n d o n e s i a y a n g

diselenggarakan melalui

f u n g s i p e m e r i n t a h .

Kementerian Pertahanan

merupakan fungsi pemerintah

dalam bidang pertahanan

negara sesuai Misinya menjaga

kedaulatan dan keutuhan

wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia serta

keselamatan bangsa. Disisi

lain sesuai Doktrin Pertahanan

negara , TNI merupakan

komponen utama dari sistem

pertananan negara. Dengan

demikian terlihat jelas bahwa

personel Kemhan dan TNI

merupakan garda terdepan

dalam memikul tanggung

jawab dan kehormatan dalam

mencapai Pertahanan Negara.

Berkaitan dengan

K e m e n t e r i a n

Pertahanan yang ketiga, yakni

m e n i n g k a t k a n k u a l i t a s

personel Kemhan dan TNI,

maka konteks kualitas itu

t e r m a s u k k a r a k t e r

didalamnya. Personel Kemhan

dan TNI harus memiliki

karakter yang baik sebagai

garda terdepan Pertahanan

N e g a r a a g a r m a m p u

mendukung terwujudnya Visi

Kementerian Pertahanan yaitu

terwujudnya Pertahanan

Negara yang tangguh.

Sebelum membahas lebih

jauh tentang Pembangunan

Karakter Bangsa (

Grand

S t r a t e g y

National

B. K A R A K T E R ,

KARAKTER BANGSA DAN

P E M B A N G U N A N

KARAKTER BANGSA.

54 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 56: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Character Building)

National Character

B u i l d i n g

, perlu

a d a n y a p e r s a m a a n

pengertian/ persepsi antara

karakter, karakter bangsa dan

pembangunan karakter bangsa

Karakter adalah nilai-nilai

yang khas-baik (tahu nilai

kebaikan, mau berbuat baik,

nyata berkehidupan baik, dan

berdampak baik terhadap

lingkungan) yang terpateri

d a l a m d i r i d a n

t e r e j a w a n t a h k a n d a l a m

perilaku. Karakter secara

koheren memancar dari hasil

olah pikir, olah hati, olah raga,

serta olah rasa dan karsa

seseorang atau sekelompok

orang. Karakter merupakan

ciri khas seseorang atau

sekelompok orang yang

m e n g a n d u n g n i l a i ,

kemampuan, kapasitas moral,

d a n k e t e g a r a n d a l a m

menghadapi kesulitan dan

tantangan.

Karakter bangsa adalah

kualitas perilaku kolektif

kebangsaan yang khas-baik

y a n g t e r c e r m i n d a l a m

kesadaran, pemahaman, rasa,

karsa, dan perilaku berbangsa

dan bernegara sebagai hasil

olah pikir, olah hati, olah rasa

dan karsa, serta olah raga

seseorang atau sekelompok

orang . Karakter bangsa

Indonesia akan menentukan

perilaku kolektif kebangsaan

Indonesia yang khas-baik yang

tercermin dalam kesadaran,

pemahaman, rasa, karsa, dan

per i laku berbangsa dan

bernegara Indonesia yang

b e r d a s a r k a n n i l a i - n i l a i

Pancasila, norma UUD 1945,

keberagaman dengan prinsip

Bhinneka Tunggal Ika, dan

komitmen terhadap NKRI.

Pembangunan Karakter

Bangsa (

) a d a l a h u p a y a

kolektif-sistemik suatu negara

k e b a n g s a a n u n t u k

mewujudkan kehidupan

berbangsa dan bernegara yang

sesuai dengan dasar dan

ideologi, konstitusi, haluan

n e g a r a , s e r t a p o t e n s i

kolektifnya dalam konteks

kehidupan nasional, regional,

dan global yang berkeadaban

untuk membentuk bangsa

yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong,

patriotik, dinamis, berbudaya,

dan beror ientas i Ip teks

berdasarkan Pancasila dan

dijiwai oleh iman dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mengapa karakter bangsa

:

1. Karakter. 2. Karakter Bangsa.

3. Pembangunan Karakter

Bangsa.

C. TUJUAN MEMBANGUN

K A R A K T E R B A N G S A .

55SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 57: PenanggungJawab - kemhan.go.id

OPINI

h a r u s d i b a n g u n ? , a p a

f u n g s i n y a d a n a p a

tujuannya?.

A d a 3 ( t i g a ) f u n g s i

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

bangsa, yakni :

1. Fungsi Pembentukan dan

Pengembangan Potensi

Pembangunan. Karakter

b a n g s a b e r f u n g s i

m e m b e n t u k d a n

mengembangkan potensi

manusia atau warga

negara Indonesia agar

berpikiran baik, berhati

baik, dan berperilaku baik

sesuai dengan falsafah

hidup Pancasila.

2. Fungsi Perbaikan dan

Penguatan Pembangunan.

Karakter bangsa berfungsi

m e m p e r b a i k i d a n

m e m p e r k u a t p e r a n

k e l u a r g a , s a t u a n

pendidikan, masyarakat,

dan pemerintah untuk

ikut berpartisipasi dan

bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi

w a r g a n e g a r a d a n

pembangunan bangsa

menuju bangsa yang maju,

mandiri, dan sejahtera.

3. F u n g s i P e n y a r i n g

Pembangunan. Karakter

bangsa berfungsi memilah

budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa

lain yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai budaya

dan karakter bangsa yang

bermartabat.

Untuk melaksanakan

ketiga fungsi diatas, perlu

ditempuh 4 (empat) langkah,

yakni :

1. Pengukuhan Pancasila

sebagai falsafah dan

ideologi negara,

2. Pengukuhan nilai dan

norma konstitusional

UUD 45,

3. Penguatan komitmen

k e b a n g s a a n N e g a r a

K e s a t u a n R e p u b l i k

Indonesia (NKRI), (4)

Penguatan nilai -ni lai

k e b e r a g a m a n s e s u a i

dengan konsepsi Bhinneka

Tunggal Ika, serta

4. Penguatan keunggulan

dan daya saing bangsa

u n t u k k e b e r l a n j u t a n

k e h i d u p a n

b e r m a s y a r a k a t ,

berbangsa, dan bernegara

Indonesia dalam konteks

global.

S e d a n g t u j u a n d a r i

pembangunan karakter bangsa

adalah :

1. Untuk menumbuhkan dan

memperkuat jati diri

bangsa,

2. Untuk menjaga keutuhan

N e g a r a K e s a t u a n

R e p u b l i k I n d o n e s i a

(NKRI), dan

3. U n t u k m e m b e n t u k

manusia dan masyarakat

56 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 58: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Indonesia yang berakhlak

mulia dan bangsa yang

bermartabat.

Mengapa pembangunan

k a r a k t e r b a n g s a h a r u s

dilaksanakan ?.

Pembangunan karakter

bangsa harus dilaksanakan

karena :

1. Karakter merupakan hal

sangat esensial dalam

berbangsa dan bernegara,

2. hilangnya karakter akan

menyebabkan hilangnya

generasi penerus bangsa;

3. karakter berperan sebagai

kemudi dan kekuatan

sehingga bangsa ini tidak

terombang-ambing;

4. karakter tidak datang

dengan sendirinya, tetapi

harus dibangun dan

dibentuk untuk menjadi

bangsa yang bermartabat.

Pembangunan karakter

bangsa harus diaktualisasikan

secara nyata dalam bentuk aksi

n a s i o n a l d a l a m r a n g k a

m e m a n t a p k a n l a n d a s a n

spiritual, moral, dan etika

pembangunan bangsa sebagai

upaya untuk menjaga jati diri

bangsa dan memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa

d a l a m n a u n g a n N K R I .

Pembangunan karakter bangsa

harus dilakukan melalui

pendekatan sistematik dan

integratif dengan melibatkan

keluarga; satuan pendidikan;

pemer intah ; masyarakat

termasuk teman sebaya,

generasi muda, lanjut usia,

media massa , pramuka,

organisasi kemasyarakatan,

organisasi politik, organisasi

profesi, lembaga swadaya

m a s y a r a k a t ; k e l o m p o k

s t r a t e g i s s e p e r t i e l i t e

struktural , e l i te pol i t ik ,

w a r t a w a n , b u d a y a w a n ,

agamawan, tokoh adat, serta

tokoh masyarakat. Adapun

s t r a t e g i p e m b a n g u n a n

karakter dapat dilakukan

melalui sosialisasi, pendidikan,

p e m b e r d a y a a n ,

pembudayaan, dan kerja sama

d e n g a n m e m p e r h a t i k a n

kondisi l ingkungan dan

kebutuhan masyarakat serta

pendekatan multidisiplin yang

tidak menekankan pada

indoktrinasi.

M e n u r u t p a k a r

p e m b a n g u n a n K a r a k t e r

Bangsa Soemarno Soedarsono

dalam bukunya yang berjudul

, ada 4 (empat)

k o r i d o r P e m b e n t u k a n

K a r a k t e r B a n g s a y a n g

diperlukan, yakni :

1. Internalisasi nilai dari luar

yang dipadukan potensi

dari dalam

2. Menyadari mana yang

boleh dan mana yang

tidak boleh

3. Membentuk kebiasaan

4. Menjadi teladan

Hal tersebut senada apa

yang disampaikan Samuel

Smiles, seorang moralis dari

Skotlandia yang menyatakan

bahwa tanamlah pemikiran,

kau akan menuai tindakan,

tanamlah tindakan, kau akan

menuai kebiasaan, tanamlah

kebiasaan, kau akan menuai

watak, tanamlah watak, kau

akan menuai nasibmu. Dengan

D. M E M B A N G U N

KARAKTER PERSONEL

KEMHAN DAN TNI DALAM

RANGKA MEWUJUDKAN

PERTAHANAN NEGARA

Nation & Character Building di

Bumi Indonesia

57SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 59: PenanggungJawab - kemhan.go.id

OPINI

demikian nasib baik itu

ditentukan oleh watak yang

baik. Pendidikan karakter

bangsa bukan perkara mudah,

p e r l u w a k t u , p e r l u

pembiasaan, pengulangan,

disiplin dan keteladanan.

P a n c a s i l a

merupakan dasar Negara

K e s a t u a n R e p u b l i k

I n d o n e s i a ( N K R I )

sehingga memiliki fungsi

yang sangat fundamental.

Selain bersifat yuridis

f o r m a l y a n g

mengharuskan seluruh

peraturan perundang-

undangan berlandaskan

pada Pancasila (sering

disebut sebagai sumber

d a r i s e g a l a s u m b e r

hukum), Pancasila juga

bersifat filosofis. Pancasila

merupakan dasar filosofis

dan sebagai perilaku

k e h i d u p a n . A r t i n y a ,

Pancasi la merupakan

f a l s a f a h n e g a r a d a n

pandangan/cara hidup

bagi bangsa Indonesia

d a l a m m e n j a l a n k a n

k e h i d u p a n

b e r m a s y a r a k a t ,

berbangsa, dan bernegara

untuk mencapai cita-cita

nasional. Sebagai dasar

n e g a r a d a n s e b a g a i

p a n d a n g a n h i d u p ,

Pancasila mengandung

nilai-nilai luhur yang

h a r u s d i h a y a t i d a n

dipedomani oleh seluruh

warga negara Indonesia

d a l a m h i d u p d a n

k e h i d u p a n

b e r m a s y a r a k a t ,

berbangsa, dan bernegara.

Lebih dari itu, nilai-nilai

Pancasi la sepatutnya

m e n j a d i k a r a k t e r

masyarakat Indonesia

s e h i n g g a P a n c a s i l a

menjadi identitas atau jati

diri bangsa Indonesia.

Oleh karena kedudukan

dan fungsinya yang sangat

fundamental bagi negara

dan bangsa Indonesia,

m a k a d a l a m

pembangunan karakter

b a n g s a , P a n c a s i l a

merupakan landasan

utama. Sebagai landasan,

Pancasi la merupakan

ru jukan , acuan , dan

sekaligus tujuan dalam

pembangunan karakter

bangsa. Dalam konteks

yang bersifat subtansial,

pembangunan karakter

bangsa memiliki makna

membangun manusia dan

bangsa Indonesia yang

berkarakter Pancasila.

Berkarakter Pancasila

berart i manusia dan

b a n g s a I n d o n e s i a

memiliki ciri dan watak

r e l i g i u s , h u m a n i s ,

nasionalis, demokratis,

d a n m e n g u t a m a k a n

kesejah-teraan rakyat.

Nilai-nilai fundamental ini

Langkah-langkah yang harus

ditempuh personel Kemhan

dan TNI dalam rangka

Mewujudkan Pertahanan

Negara yang tangguh melalui

adalah :

1. Memahami dan meng-

hayati Konsensus Dasar

Pembangunan Nasional,

yakni:

a. P a n c a s i l a .

National character Building

58 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 60: PenanggungJawab - kemhan.go.id

menjadi sumber nilai

luhur yang dikembangkan

d a l a m p e n d i d i k a n

karakter bangsa.

Derivasi nilai-nilai

luhur Pancasila tertuang

dalam norma-norma yang

t e r d a p a t d a l a m

Pembukaan dan Batang

Tubuh UUD 1945. Oleh

karena itu, landasan kedua

yang harus menjadi acuan

dalam pembangunan

karakter bangsa adalah

norma konstitusional

UUD 1945. Nilai-nilai

universal yang terdapat

dalam Pembukaan UUD

1 9 4 5 h a r u s t e r u s

dipertahankan menjadi

norma konstitusional bagi

n e g a r a R e p u b l i k

Indonesia. Keluhuran nilai

yang terkandung dalam

Pembukaan UUD 1945

memancarkan tekad dan

k o m i t m e n b a n g s a

Indonesia untuk tetap

m e m p e r - t a h a n k a n

p e m b u k a a n i t u d a n

b a h k a n t i d a k a k a n

mengubahnya. Paling

t i d a k a d a e m p a t

kandungan isi dalam

Pembukaan UUD 1945

yang menjadi alasan untuk

t i d a k m e n g u b a h n y a .

P e r t a m a , d i d a l a m

Pembukaan UUD 1945

terdapat norma dasar

universal bagi berdiri

tegaknya sebuah negara

y a n g m e r d e k a d a n

berdaulat. Dalam alinea

pertama secara eksplisit

d i n y a t a k a n b a h w a

kemerdekaan adalah hak

segala bangsa dan oleh

karena itu penjajahan di

a t a s d u n i a h a r u s

dihapuskan karena tidak

s e s u a i d e n g a n

perikemanusiaan dan

perikeadilan. Pernyataan

i t u d e n g a n t e g a s

m e n y a t a k a n b a h w a

kemerdekaan merupakan

hak segala bangsa dan oleh

karena itu, tidak boleh lagi

ada penjajahan di muka

bumi. Implikasi dari

n o r m a i n i a d a l a h

b e r d i r i n y a n e g a r a

merdeka dan berdaulat

m e r u p a k a n s e b u a h

k e n i s c a y a a n . A l a s a n

kedua adalah di dalam

Pembukaan UUD 1945

terdapat norma yang

terkait dengan tujuan

n e g a r a a t a u t u j u a n

nasional yang merupakan

cita-cita pendiri bangsa

atas berdirinya NKRI.

Tujuan negara itu meliputi

empat butir, yaitu :

1) melindungi segenap

bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah

Indonesia,

2) memajukan kesejah-

teraan umum,

3) mencerdaskan kehi-

dupan bangsa, dan

4) ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang

berdasarkan kemer-

dekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan

sosial.

Cita-cita itu sangat luhur

dan tidak akan lekang oleh

waktu. Alasan ketiga,

Pembukaan UUD 1945

b. Undang-Undang Dasar

1945.

59SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 61: PenanggungJawab - kemhan.go.id

OPINI

mengatur ketatanegaran

Indonesia khususnya

tentang bentuk negara dan

system pemerintahan.

Alasan keempat adalah

karena nilainya yang

sangat tinggi bagi bangsa

dan negara Republik

Indonesia, sebagaimana

t e r s u r a t d i d a l a m

Pembukaan UUD 1945

terdapat rumusan dasar

negara yaitu Pancasila.

Selain pembukaan, dalam

Batang Tubuh UUD 1945

terdapat norma-norma

k o n s t i t u s i o n a l y a n g

m e n g a t u r s i s t e m

k e t a t a n e g a r a a n d a n

pemerintahan Indonesia,

pengaturan hak asasi

m a n u s i a ( H A M ) d i

I n d o n e s i a , i d e n t i t a s

negara, dan pengaturan

tentang perubahan UUD

1945 yang semuanya itu

p e r l u d i p a h a m i d a n

dipatuhi oleh warga

negara Indonesia. Oleh

k a r e n a i t u , d a l a m

pengembangan karakter

bangsa, norma-norma

konstitusional UUD 1945

menjadi landasan yang

harus ditegakkan untuk

kukuh berdirinya negara

Republik Indonesia.

Landasan ketiga yang

mesti menjadi perhatian

s e m u a p i h a k d a l a m

pembangunan karakter

bangsa adalah semboyan

Bhinneka Tunggal Ika.

Semboyan itu bertujuan

menghargai perbedaan/

keberagaman, tetapi tetap

bersatu dalam ikatan

sebagai bangsa Indonesia,

bangsa yang memiliki

kesamaan sejarah dan

kesamaan cita-cita untuk

mewujudkan masyarakat

y a n g a d i l d a l a m

kemakmuran dan makmur

dalam keadilan dengan

dasar negara Pancasila dan

dasar konstitusional UUD

1945. Keberagaman suku,

a g a m a , r a s , d a n

antargolongan (SARA)

m e r u p a k a n s u a t u

keniscayaan dan tidak bisa

dipungkiri oleh bangsa

Indonesia. Akan tetapi,

keberagaman itu harus

d i p a n d a n g s e b a g a i

k e k a y a a n k h a s a n a h

sosiokultural, kekayaan

yang bersifat kodrati dan

alamiah sebagai anugerah

Tuhan yang Maha Esa

b u k a n u n t u k d i p e r -

t e n t a n g k a n , a p a l a g i

dipertantangkan (diadu

a n t a r a s a t u d e n g a n

l a i n n y a ) s e h i n g g a

terpecah-belah . Oleh

karena itu, semboyan

Bhinneka Tunggal Ika

c. Bhinneka Tunggal Ika.

60 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 62: PenanggungJawab - kemhan.go.id

harus dapat menjadi

p e n y e m a n g a t b a g i

terwujudnya persatuan

dan kesatuan bangsa

Indonesia.

Kesepakatan yang juga

perlu ditegaskan dalam

pembangunan karakter

bangsa adalah komitmen

terhadap Negara Kesatuan

R e p u b l i k I n d o n e s i a

(NKRI). Karakter yang

dibangun pada manusia

dan bangsa Indonesia

adalah karakter yang

m e m p e r k u a t d a n

memperkukuh komitmen

terhadap NKRI, bukan

karakter yang berkembang

secara tidak terkendali,

apalagi menggoyahkan

NKRI. Oleh karena itu,

rasa cinta terhadap tanah

air (patriotisme) perlu

dikembangkan dalam

pembangunan karakter

bangsa. Pengembangan

sikap demokratis dan

menjunjung tinggi HAM

s e b a g a i b a g i a n d a r i

pembangunan karakter

harus diletakkan dalam

bingkai menjunjung tinggi

persatuan dan kesatuan

bangsa (nasionalisme),

bukan untuk memecah

belah bangsa dan NKRI.

Oleh karena itu, landasan

keempat yang harus

menjadi pijakan dalam

pembangunan karakter

bangsa adalah komitmen

terhadap NKRI.

M e m b e n t u k p r i b a d i

unggul menurut Soemarno

S o e d a r s o n o a d a l a h

membentuk pribadi yang

memiliki kompetensi dan

karakter yang baik. Pribadi

yang mempunyai kompetensi

baik adalah pribadi yang

mempunyai kemampuan baik

dalam menyelesaikan tugas

d a n t a n g g u n g j a w a b

(profesional) dengan baik

sesuai tupoksinya. Sedang

pribadi yang memiliki karakter

baik adalah pribadi yang jujur,

terbuka, berani mengambil

resiko dan bertanggungjawab,

memenuhi komitmen dan

mampu berbagi ( ).

Dalam arti sebenarnya

adalah seseorang yang

dapat menyatakan yang

benar adalah benar dan

yang salah adalah salah.

Orang yang menyatakan

sesuatu sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya

dan t idak ”dis i s ip i”

kepentingan apapun,

kemudian menyatakan

dengan segala ketulusan

d. N e g a r a K e s a t u a n

Republik Indonesia .

2. M e m b e n t u k p r i b a d i

unggul.

a. Jujur (sebagai modal

utama akuntabilitas).

sharing

61SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 63: PenanggungJawab - kemhan.go.id

OPINI

dan keikhlasan hatinya

( ) mengenai yang

sebenarnya. Tampil dalam

sikap ikhlas, tulus, dan

lurus. Pada konteks

jujur adalah

modal dasar akuntabilitas,

sedang akuntabi l i tas

adalah syarat penting

K e t e r b u k a a n a k a n

membuat diri kita terbuka

dengan modal kejujuran.

M e n j a d i k a n s e g a l a

m a s a l a h j e l a s d a n

g a m b l a n g m e m b u a t

s e s e o r a n g m e n j a d i

transparan dan tidak

menutup-nutupi apa pun.

Tampil dalam sikap adil,

bersih, dan memiliki

wawasan yang luas .

S a m a d e n g a n

akuntabilitas, terbuka

(transparansi) adalah

syarat penting bagi

Dengan modal jujur dan

terbuka, seseorang akan

berani mengambil risiko

bahwa memang apa yang

ia katakan dan lakukan

a k a n m e m p u n y a i

konsekuensi. Ia berani

melakukan apa pun, tetapi

d e n g a n p e n u h r a s a

tanggung jawab. Tampil

dalam sikap berani (bukan

nekad atau pengecut),

tegar, sabar, bersih diri,

dan ini merupakan awal

dimilikinya

(watak terpuji).

Ia akan

menjadi seseorang yang

menepati janji, memegang

ucapannya, dan dapat

dipercaya dan diandalkan.

Tampil dalam sikap,

perkataan, dan perbuatan

menepati janji betapapun

k e c i l n y a , d a n d a p a t

diandalkan, terpercaya,

beriman dan bertakwa.

Pada sudut pandangan

I s l a m , m e m e n u h i

komitmen berarti amanah,

salah satu sifat yang

dimiliki Nabi Muhammad

sebagai manusia yang

diteladani kaum muslim

didunia.

Ia akan berbagi dalam apa

yang dimilikinya, baik

y a n g b e r s i f a t b e n d a

maupun pengalaman,

pengetahuan, kearifan,

d a n s e t e r u s n y a .

Seseorang yang mampu

berbagi pastinya memiliki

k u a l i t a s i l m u d a n

pengetahuan yang cukup,

karena tidak ada orang

yang mampu berbagi

d e n g a n b a i k t a n p a

kecukupun ilmu dan

pengetahuan yang baik

sincerity

Good

Governance,

Good

Governance.

Good

Governance.

excellent of

character

b. Terbuka (transparansi).

c. Berani mengambil resiko

dan bertanggungjawab.

d. Memenuhi komitmen

(amanah).

e. Mampu berbagi ( ).sharing

62 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 64: PenanggungJawab - kemhan.go.id

pula. Ia akan menjadi

orang yang mampu melak-

sanakan kepemimpinan

yang menerapkan sistem

musyawarah dan mufakat.

Tampil dalam sikap ahli

musyawarah. Memiliki

jiwa kepemimpinan yang

mengayomi, pendengar

yang baik dan aktif ,

memadukan IQ, EQ, dan

SQ.

Pribadi yang memiliki

kompetensi dan watak yang

baik dapat dijadikan panutan

bagi orang lain. Menjadi

contoh/ teladan/ panutan

lebih penting dari pada

mampu memberi nasehat,

karena sebaik-baiknya nasehat

adalah contoh/ teladan/

panutan. Pribadi-pribadi

seperti ini yang mampu bekerja

dengan baik, menjadi asset

nasional yang penting, karena

a s s e t t e r p e n t i n g d a l a m

pembangunan nasional adalah

asset Sumber Daya Manusia.

Dengan demikian, apabila

personel Kemhan dan TNI

sebagai warga negara mampu

memahami dan menghayati

k o n s e n s u s d a s a r

p e m b a n g u n a n n a s i o n a l ,

menjadi pr ibadi -pr ibadi

unggul serta dapat dijadikan

contoh/teladan /panutan bagi

warga negara lain, maka

personel Kemhan dan TNI

menjadi prikalbadi yang

tangguh, dan mewujudkan

pertahanan negara byang

t a n g g u h a k a n d a p a t

d i r e a l i s a s i k a n . H a l i n i

d i s e b a b k a n k a r e n a

pembangunan karakter bangsa

dibentuk dari pembangunan

k a r a k t e r w i l a y a h ,

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

w i l a y a h d i b e n t u k d a r i

p e m b a n g u n a n k a r a k t e r

lingkungan, pembangunan

karakter lingkungan dibentuk

dari pembangunan karakter

keluarga serta pembangunan

karakter keluarga dibentuk

dari pembangunan karakter

p r i b a d i . B e r a s a l d a r i

pertahanan pribadi yang

tangguh pula maka pertahanan

nasional yang tangguhpun

akan dapat diwujudkan.

3. Menjadi Panutan (contoh/

teladan).

oleh John C. Maxwell (1991).

” Karakter yang baik lebih dari

sekedar perkataan. Karakter

yang baik adalah sebuah

p i l i h a n y a n g m e m b a w a

k e s u k s e s a n . I a b u k a n

anugerah, tapi dibangun

sedikit demi sedikit, dengan

pikiran, perkataan, perbuatan

nyata, melalui pembiasaan,

keberanian, usaha keras, dan

b a h k a n d i b e n t u k d a r i

kesulitan demi kesulitan saat

menjalani kehidupan”,

63SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 65: PenanggungJawab - kemhan.go.id

PENDAHULUAN

I n d o n e s i a m e m i l i k i

karakteristik masyarakat yang

mengedepankan nilai – nilai

spiritualitas. Masyarakat yang

d e m i k i a n s e b e n a r n y a

m e m b u t u h k a n s e n t u h a n

kebijakan yang memperhatikan

pemenuhan kesejahteraan yang

bukan hanya materiil tetapi juga

spiritualitas atau yang bersifat

k e r o h a n i a n . L e p a s d a r i

perkembangan masyarakat

yang modern dan global serta

mengedepankan rasionalitas,

tetapi perihal kerohanian

tersebut tetap menjadi corak

bangsa Indonesia. Namun saat

ini nampaknya kerohanian

tersebut semakin kering dalam

mempersatukan watak dan tak

j a r a n g j u s t r u p e r b e d a a n

m e n g h a d i r k a n k o n f l i k .

Oleh : KOLONEL CBA CHALIS WAHYONO

( ANALIS MADYA KEMHAN )

OPINI

PANCASILA DAN TANTANGAN

LIBERALISASI POLITIK

(14 TAHUN ERA REFORMASI)

64 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 66: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Disitulah Pancasila menjadi

r e l e v a n s e b a g a i b i n t a n g

petunjuk arah (light star

dynamic) sebagaimana istilah

dari pendiri negara (Soekarno

Hatta). Corak kerohanian

bangsa Indonesia Nampak

secara manifestasi dalam salah

satu sila Pancasila sebagai

i d e o l o g y n e g a r a y a i t u

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bahkan dalam pembukaan

Undang – Undang Dasar

Negara Republik Indonesia

tahun 1945 sangat jelas secara

ekstrinsik disebutkan bahwa

kemerdekaan Bangsa Indonesia

tercapai atas berkat rahmat

ALLAH yang maha kuasa.

Semua ini mencerminkan sikap

berketuhanan dari bangsa

Indonesia yang kemudian

di tegaskan lag i d ida lam

ideology Negara Indonesia

yakni Pancasila pada sila-

per tama, yang sekal igus

memberikan payung bagi

k e h i d u p a n b e r a g a m a d i

Indonesia.

Untuk dapat memaknai

keberagaman di Indonesia

sebagai mana di jamin Pancasila

maka sangat diperlukan untuk

mendekatkan pandangan kita

menuju proses kelahiran dari

Pancasila itu sendiri. Pancasila

sebagai ideology telah menjadi

kesepakatan rakyat Inonesia

dan dirumuskan oleh para

pendiri negara, Pancasila

sebagai dasar negara(state

fundamental norm) je las

merupakan konsensus dasar

yang sudah tidak perlu lagi di

utak – atik sebab ideology

negara adalah dasar sebuah

n e g a r a y a n g h a r u s

dipertahankan eksistensinya.

D a l a m p i d a t o l a h i r n y a

Pancasila 1 juni 1945 Bung

Karno menyebutkan pada saat

itu bahwa yang dibutuhkan

s e c a r a m e n d a s a r u n t u k

membentuk suatu negara

Indonesia merdeka adalah satu

philosofische grondslag (Bahasa

Belanda) itulah fundamental

sebuah filsafat, sebuah pikiran

yang sedalam – dalamnya, yang

merupakan jiwa dan hasrat

serta fondasi untuk dapat

berdirinya suatu gedung

negara Indonesia merdeka yang

kekal dan abadi . Untuk

menyelenggarakan kehidupan

berbangsa ,bernegara dan

bermasyarakat yang tertib

damai, maka Pancasila sebagai

fondasi bangunan negara

menjadi sesuatu yang sifatnya

statis. Negara dan pemerintah

t i d a k b i s a m e m b i a r k a n

kehendak golongan ataupun

sekelompok golongan untuk

merubah atas dalih apapun.

Dalam perkembangan

kontemporer, Pancasila sebagai

ideologi negara rasanya terus

mengalami kemunduran dalam

p r a k t e k b e r b a n g s a d a n

bernegara. Pancasila sebagai

dasar untuk menyempurnakan

m a s y a r a k a t d i s e b e r a n g

jembatan emas kemerdekaan

Negara Indonesia juga seperti

menghilang dari praktek

ketauladanan para tokoh, elit

masyarakat juga para birokrasi

penyelenggara negara. Ini tentu

65SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 67: PenanggungJawab - kemhan.go.id

menjadi masalah yang serius

bagi kehidupan masyarakat dan

kehidupan ketata-negaraan di

Indonesia. Pancasila juga

tereduksi hakikinya, terpisah

dari pergulatan sejarah yang

melandasinya serta seperti

kehilangan rasa memiliki

Pancasila sebagai pemersatu

B a n g s a I n d o n e s i a y a n g

pluralistik sehingga dapat

memperlemah kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Indonesia sebagai negara yang

mayoritas penduduknya adalah

m u s l i m m e m b u t u h k a n

Pancasila untuk sebagai penjaga

kerukunan dan keberagaman.

Dan tentu logikanya untuk tetap

menjadikan mayoritas tidak

perlu berperangai seakan – akan

menjadi golongan minoritas

yang harus dibela – bela haknya.

Justru bagaimana dengan

pancasila membuat mayoritas

tetap menjaga posisi sebagai

mayoritas untuk mewujudkan

dirinya dalam mengayomi dan

melindungi minoritas serta

perbedaan agama, itulah makna

kekeluargaan dan gotong

royong yang berdasarkan

Pancasila.

Harus diakui, perubahan

sistim politik di Indonesia

berjalan dengan cepat sejak

reformasi 1998 dan segera

setelah itu Indonesia memasuki

fase yang bisa disebut dengan

“liberalisasi politik pasca orde

baru”. Hal ini ditandai antara

lain oleh redefinisi hak-hak

politik rakyat, daftar hak yang

mana sebelumnya begitu

pendek dalam fase ini menjadi

bias serta memanjang secara

dramatis. Setiap kalangan yang

notabene mengatasnamakan

rakyat menuntut kembali hak-

hak politiknya yang telah di

belenggu selama bertahun-

tahun pada masa lalu oleh orde

baru. Sebaliknya hampir tidak

ada kalangan yang peduli

t e r h a d a p h a k - h a k d a n

kewajiban politik mereka.

Dalam kerangka ini terjadilah

luapan kebebasan, kehidupan

politik warga ditandai oleh

naiknya kebebasan sebagai

suasana dan tuntutan umum di

tengah masyarakat. Dari sinilah

lalu muncul ledakan partisipasi

politik yang terasa sangat bias,

b e b a s t a n p a b a t a s d a n

cenderung sudah melampaui

serta melanggar norma-norma

aturan dan hak-hak asasi warga

lainnya atau dengan alasan

p e m b e n a r a n i n i k a r e n a

pengekangan partisipasi politik

pada masa lalu era orde baru

berkuasa. Ledakan partisipasi

politik terjadi dalam bentuknya

yang beranekaragam, yang

pada tataran masa akar rumput

ledakan tersebut banyak

mengambil bentuk huru-hara,

kekerasan masa dan amuk

masa. Dalam posisi seperti

inilah kemudian format ketata

negaraan kita disusun dimana

dominasi kaum liberal begitu

dominan juga ditambah dari

sebagian kelompok pragmatis

yang memang merupakan

pemain lama didalam pentas

perpolitikan nasional.

PERMASALAHAN YANG

DIHADAPI

OPINI

66 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 68: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Suasana politik yang penuh

ket idakpast ian in i per lu

mendapat jalan keluar yang

satu sisi tidak mengembalikan

kepada situasi anti-Demokrasi,

tetapi disisi lain ledakan

partisipasi rakyat mendapat

saluran demokrasi secara

sistemik. Berbagai perubahan

r a d i k a l m e m a n g t e l a h

dilakukan oleh bangsa ini pasca

r u n t u h n y a o r d e b a r u .

K e h i d u p a n d e m o k r a s i

diwujudkan dalam bentuk

kebebasan mendirikan partai –

partai pol i t ik , pemil ihan

presiden dan wakil presiden

secara langsung dan pemilihan

kepala daerah baik tingkat I

maupun tingkat II dilaksanakan

juga secara langsung. Tetapi

ditengah semerbak aroma

liberalisasi politik, muncul

pertanyaan - pertanyaan kritis :

apakah partisipasi rakyat telah

betul – betul terwujud dalam

konfigurasi realitas politik di

Indonesia ? ataukah partisipasi

itu hanya menjadi komoditas

politik paling laris dikalangan

elite-elite politik ? ataukah yang

terjadi demokrasi semu ?

Kekuasaan monolitik dan

tunggal yang ada pada era orde

baru perlahan-lahan mulai

memudar. Ideologi – ideologi

yang tadinya bersifat tunggal

kini berkembang menjadi

semakin pluralistik. Hal ini

dapat dilihat dari pemaknaan

s i m b o l i s a s i w a r n a y a n g

dijadikan representasi untuk

mewakili suatu kelompok.

Vertikalisme birokrasi pun di

c a b u t d a n s e m a k i n

diliberalisasikan, oleh karena

itu lembaga perwakilan rakyat

baik di tingkat pusat maupun

daerah mengalami penguatan

secara politis. Lembaga check

and balance seperti ini telah

m e n e m u k a n k e m b a l i

p o w e r n y a . H a l i n i

menggambarkan kondisi politik

p a s c a o r d e b a r u y a n g

terfragmentasi ini dengan

merujuk pada dua hal, yang

pertama pemajemukan pelaku

p o l i t i k d a n y a n g k e d u a

p e m a j e m u k a n t e r i t o r i a l

pengelolaan politik. Hal ini

ditandai dengan banyaknya

aktor – aktor baik yang ada

didalam lingkup negara sebagai

“ruling actor“ maupun yang

berada diluar kekuasaan /

negara sebagai “ruled actor“.

Dengan banyaknya aktor –

aktor yang berperan dalam

proses pengambilan kebijakan

ini, kompetisi bahkan potensi

konflik antar satu lembaga

dengan lembaga lainnya dapat

m u n c u l ( s e b a g a i c o n t o h

lembaga legislatif dan eksekutif

dapat terjadi suatu ajang

kontestasi dan kompetisi baru

yang mungkin dapat saling

menjatuhkan)

67SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 69: PenanggungJawab - kemhan.go.id

PANCASILA DAN KELANG-

SUNGAN NKRI

Negara Kesatuan Republik

Indonesia terbentuk dengan

karakteristik dan ciri yang

spesifik serta amat unik.

Berbeda dengan Inggris ,

Prancis, Italia, Jerman, Yunani

yang menjadi suatu negara

karena kesamaan bahasa. Atau

Australia, Srilangka, Singapura,

India yang menjadi suatu

bangsa karena kesamaan

daratan. Sedangkan Korea,

Jepang dan negara – negara

timur tengah, yang menjadi

suatu negara karena kesamaan

ras. Indonesia menjadi negara

kebangsaan meski terdiri dari

banyak bahasa, etnis, ras dan

kepulauan. Hal ini terwujud

karena kesamaan sejarah masa

lalu, nyaris kesamaan wilayah

selama hampir 500 tahun

kerajaan sriwijaya dan 300

tahun kerajaan majapahit,

sama-sama 350 tahun dijajah

Belanda serta 3,5 tahun oleh

Jepang. Negara kebangsaan kita

juga terbentuk atas upaya besar

founding fathers, yang tanpa

kenal lelah keluar masuk

penjara memantapkan rasa

kebangsaan Indonesia yang

resminya lahir pada sumpah

pemuda 28 oktober 1928.

Negara kebangsaan Indonesia

lahir melalui proklamasi

kemerdekaan 17 agustus 1945

dan UUD 1945 yang ditetapkan

oleh PPKI pada tanggal 18

agustus 1945, yang pada bagian

p e m b u k a a n n y a m e m u a t

Pancasila sebagai dasar negara.

Pancasila merupakan sublimasi

dari pandangan hidup dan

n i l a i - n i l a i b u d a y a y a n g

menyatukan masyarakat kita

yang beragam suku, ras, bahasa,

agama, pulau, menjadi bangsa

yang satu, Indonesia. Hal

tersebut dimaksudkan untuk

dapat mengart ikulas ikan

sebagai suatu negara ataupun

bangsa yang merdeka, yaitu

berdaulat dibidang politik,

berdikari di bidang ekonomi

dan berkepribadrian dalam hal

budaya. Oleh karena itu pada

era saat ini sangatlah penting

untuk melakukan revitalisasi

terhadap Pancasi la yang

bertujuan guna mewujudkan

kemandirian bangsa.

Sosiolog Talcott Parsons

dalam buku

menyatakan, jika masyarakat

ingin tetap eksis dan lestari, ada

empat paradigma fungsi yang

harus terus dilaksanakan

masyarakat yang bersangkutan.

Pertama yaitu kemampuan

untuk memelihara system

budaya yang dianut karena

b u d a y a a d a l a h e n d a p a n

perilaku manusia. Budaya

masyarakat itu akan berubah

k a r e n a t e r j a d i s u a t u

t r a n s f o r m a s i n i l a i d a r i

masyarakat terdahulu ke

masyarakat kemudian, tetapi

dengan tetap memelihara dan

melestarikan nilai – nilai yang

luhur, karena tanpa hal itu akan

terbentuk masyarakat baru

yang berbeda ( masyarakat baru

yang lain ). Kedua kemampuan

masyarakat beradaptasi dengan

dunia yang berubah cepat.

Sejarah membuktikan banyak

peradaban masyarakat yang

social system

OPINI

68 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 70: PenanggungJawab - kemhan.go.id

telah hilang karena tidak

mampu beradaptasi dengan

perubahan-perubahan dunia,

masyarakat yang mampu

menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan tersebut

serta memanfaatkan peluang

yang timbul akan menjadi

unggul. Ketiga, adanya fungsi

integratif dari unsur-unsur

m a s y a r a k a t y a n g

beranekaragam sehingga

terbentuk kekuatan sentripetal

y a n g k i a n m e n y a t u k a n

masyarakat. Setiap masyarakat

bangsa, lebih lebih yang sangat

heterogen seperti masyarakat

Indonesia, senantiasa memiliki

entropi bangsa, yaitu unsur –

unsur dalam negara yang oleh

d i n a m i k a i n t e r n a l n y a

berkembang secara destruktif,

menghancurkan negaranya

sendiri, berkembang secara

e k s t r e m d a n s e m p i t

( e t n o s e n t r i s m e ,

primordialisme, fanatisme

g o l o n g a n , m e r o s o t n y a

pluralisme dan toleransi ). Inilah

bentuk – bentuk entropi bangsa

yang dapat mencerai beraikan,

menghancurkan bangsa yang

h e t e r o g e n . D a r i s a n a l a h

kemudian memacu kaum

Pancasila untuk mencegah

entropi didalam bangsa kita.

Keempat, masyarakat perlu

memiliki goal attainment

(tujuan bersama) yang dari

masa kemasa bertransformasi

karena terus diperbaiki oleh

dinamika masyarakatnya dan

para pemimpinnya. Jika negara

k e b a n g s a a n I n d o n e s i a

terbentuk oleh kesamaan

sejarah masa lalu, maka

kedepan perlu dimantapkan

oleh kesamaan cita- cita,

harapan, pandangan dan tujuan

masa depannya.

Sebuah negara kebangsaan

m e m b u t u h k a n

atau landasan

filosofis. Atas dasar tersebut

disusunlah visi, misi dan tujuan

negara, tanpa itu negara

bergerak seperti layangan putus

t a n p a p e d o m a n . D a l a m

prespektif negara kebangsaan,

empat paradigma fungsi yang

telah diuraikan diatas harus

terus dilaksanakan masyarakat

Indonesia agar dapat hidup dan

b e r k e m b a n g , k e r a n g k a

sitemiknya termanifestasikan

d a l a m P a n c a s i l a y a n g

merupakan landasan filosofis

bangsa Indonesia. Akhir – akhir

ini terasa pamor Pancasila

sedang mengalami penurunan.

Tampaknya, sejak bergulirnya

reformasi 1998 sampai dengan

saat ini sedang terjadi declining

(kemunduran) pamor ideology

Pancasila seiring meningkatnya

liberalisasi dan demokratisasi di

dunia. Salah satu penyebabnya,

sosialisasi Pancasila di masa lalu

hanya difungsikan sekedar

sebagai hafalan ataupun untuk

memperoleh sertifikat dan

kemudian menjadi persyaratan

dalam suatu promosi jabatan

tetapi tidak terimplementasikan

secara substansial pada norma –

norma perikehidupan sehari –

hari dimasyarakat.

W e l t a n -

schauung

69SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 71: PenanggungJawab - kemhan.go.id

S u b s t a n s i P a n c a s i l a

merupakan suatu sistim nilai

yang terkait, prinsip dasar yang

mengandung nilai – nilai luhur,

cita-cita dan tujuan nasional

bangsa Indonesia. Hal ini akan

dapat di wujudkan menjadi

kenyataan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Pancasila sebagai

filsafat bangsa dan negara

kesatuan Republik Indonesia,

mengandung makna bahwa

dalam setiap aspek kehidupan

berbangsa, bermasyarakat,

bernegara harus berdasarkan

nilai – nilai yang terkandung

dalam Pancasila. Nilai – nilai

dari Pancasila sebagai nilai

fundamental negara pada

hakekatnya merupakan suatu

sumber dari segala sumber

h u k u m d a l a m n e g a r a

Indonesia. Oleh karena itu

sebagai bangsa Indonesia,

rakyat Indonesia ataupun

warga negara Indonesia harus

lebih meyakini, menghormati,

m e n g h a r g a i , m e m a h a m i ,

menjaga, melaksanakan nilai –

nilai yang terkandung dalam

Pancasila. Sehingga situasi yang

terjadi ( konflik, komunalisme,

huru – hara, amuk masa dan lain

– lain) dapat dieliminer dengan

mengedepankan Pancasila

s e b a g a i w a h a n a d a l a m

menegakkan moral bangsa.

Pancasila sebagai nilai

dasar adalah azas yang kita

terima sebagai dalil yang

setidaknya bersifat mutlak, kita

menerima sesuatu yang tidak

perlu dipertanyakan lagi. Nilai

i n s t r u m e n t a l a d a l a h

pelaksanaan umum dari nilai

dasar yang biasanya berupa

norma social maupun norma

h u k u m y a n g a k a n

dikongkretkan lagi oleh

pemerintah dan para penentu

kebijakan.Nilai ini sangatlah

penting karena sifatnya dinamis

d a n k o n t e k s t u a l y a n g

merupakan penjabaran dari

nilai dasar dalam wujud

kongkret sesuai dinamika dan

perkembangan masyarakat.

Seharusnya semangat yang ada

pada realitas masyarakat sama

dengan yang ada pada nilai

d a s a r d a n i n s t r u m e n t a l

pancasila, karena dalam kajian

ini-lah akan di ketahui apakah

nilai dasar dan instrumental

telah benar – benar ada di

tengah – tengah masyarakat.

Berangkat dari pemikiran

tersebut maka penataannya bisa

di urutkan dengan falsafah,

ideology,politik dan strategi.

Falsafah dan ideology pada nilai

dasar sedangkan politik dan

strategi berada pada nilai

instrumental. Kongkretisasi di

masyarakat adalah nilai praktis

yang harus diupayakan untuk

mengimplementasikan nilai

dasar dan nilai instrumental.

P e r e n u n g a n d a n

pembahasan, wacana tentang

falsafah/ideologi negara adalah

final artinya nilai dasar yang

terkandung dalam pancasila

adalah sesuatu yang tidak perlu

diperdebatkan lagi, karena

Pancasila-lah tujuan dari

keseluruhan yang diinginkan

dan diupayakan oleh bangsa

dan rakyat Indonesia. Jika

sebagian masyarakat bingung

dan mempertanyakan apakah

masih relevan membicarakan

pancasila maka kita seyogyanya

mengkaji dari dua nilai terakhir

tersebut, “MENGAPA” karena

pancasila bisa berubah bentuk

a k t u a l i s a s i n y a m a u p u n

i m p l e m e n t a s i n y a o l e h

pemerintah yang berkuasa.

Dengan berakhirnya era Orde

Baru dan bergulirnya reformasi,

perlu adanya suatu perwujudan

yang sinergis antara apa yang

ada pada nilai dasar, nila

instrumental dan nilai praktis

a r t i n y a a n t a r a f a l s a f a h ,

ideology, politik dan strategi

harus dijalankan secara sinergis

dan kesemuanya itu ditujukan

untuk mewujudkan tujuan yang

dikehendaki seluruh bangsa

Indonesia yaitu civil society,

social justice dan welfare state

Jika mencermati kehidupan

PENUTUP

OPINI

70 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 72: PenanggungJawab - kemhan.go.id

pancasila didalam kehidupan

politik yang banyak mengalami

perubahan konstitusional dan

rez im kekuasaan , (1945-

sekarang) pancasila selalu di

pertahankan. Hal demikian

memperlihatkan pancasila

mengandung kenyataan yang

hidup dan tumbuh dalam

sanubari orang per orang dalam

masyarakat Indonesia, sehingga

pancasila selalu di pertahankan

oleh bangsa Indonesia yang

mendukung negara nasional

yang lahir diatas bumi tumpah

darah Indonesia. Dengan

pancasila rakyat Indonesia telah

bersatu dalam revolusi dan

d a l a m p e r j u a n g a n s e j a k

proklamasi kemerdekaan.

P a n c a s i l a m e r u p a k a n

kristalisasi daripada intisari

per juangan kemerdekaan

nasional abad ke-21. Pancasila

akan menjadi penentu dari

orientasi tujuan system social

politik, kelembagaan dan

k a i d a h – k a i d a h p o l a

kehidupan, yang bukan hanya

menjadi factor determinan, juga

sebagai payung ideologis bagi

berbagai unsur masyarakat

yang bersifat heterogen.

Pancasila sebagai azas

kerohanian sangat dibutuhkan,

di era-reformasi ini yang

karakternya memperlihatkan

euphoria keanekaragaman dan

kemajemukan dengan corak

paradox serta ketegangan

a n t a r a k e s a d a r a n

i n d i v i d u a l i s m e d a n

k o l e k t i v i s m e d a l a m

p e n y e s u a i a n ( d i m a n a

i n d i v i d u a l i s m e t a n p a

kolektivisme akan merusak

sedangkan kolektivisme tanpa

i n d i v i d u a l i s m e a k a n

menghancurkan). Fleksibilitas

p a n c a s i l a a k a n m a m p u

membingkai nasionalisme

menjadi atau aset penting bagi

kehidupan di era-reformasi,

sebab keanekaragaman social

d a n k e m a j e m u k a n

budaya(agama, suku, geografis,

pengalaman sejarah) dan

k e h i d u p a n p r a d o k s

membutuhkan ”kesadaran

bersama yang baru secara

r o h a n i ” s e b a g a i b a n g s a

Indonesia. Di era-reformasi ini

pancasila seakan tidak memiliki

kekuatan untuk mempengaruhi

dan menuntun masyarakat,

pancasila tidak lagi populer

seperti masa lalu. Elit politik

dan masyarakat terkesan masa

bodoh dalam melakukan

impelementasi nilai – nilai

dasar, nilai instrumental, nilai

p r a k t i s p a n c a s i l a d a l a m

kehidupan bermasyarakat

berbangsa dan bernegara.

Terlepas dari kelemahan masa

lalu, sebagai konsensus dasar

dari jati diri bangsa pancasila

harus tetap menjadi ideology

kebangsaan. Pancasila harus

tetap menjadi dasar dari

p e n u n t a s a n p e r s o a l a n

kebangsaan yang kompleks

seperti globalisasi yang selalu

mendikte, krisis ekonomi yang

berkepanjangan, dinamika

politik local yang berpotensi

disintregasi dan segregasi sosial

serta konflik komunalisme yang

masih rawan. Kelihatanya yang

diperlukan dalam konteks era-

reformasi adalah pendekatan –

p e n d e k a t a n y a n g l e b i h

konseptual, komprehensif,

intregratif, konsisten, sederhana

dan relevan dengan perubahan

– perubahan yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat bangsa

dan negara.

D e m i k i a n h a r a p a n ,

p a n d a n g a n d a n t u l i s a n

sederhana ini saya sampaikan

semoga bermanfaat serta

m e n a m b a h w a w a s a n

pengetahuan tentang Pancasila

khususnya dalam perjalanan di

era reformasi. Kita sebagai

warga negara dan rakyat

Indonesia tentunya harus tetap

yakin dan optimis bahwa

r e f o r m a s i h a r u s t e t a p

diletakkan dalam kerangka

prespektif Pancasila sebagai

landasan cita- cita dan ideologi

reformasi.**

71SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 73: PenanggungJawab - kemhan.go.id

D a l a m m e n g h a d a p i

tantangan globalisasi dan

p e r k e m b a n g a n i l m u

pengetahuan dan teknologi

yang sangat pesat, dibutuhkan

sumber daya aparatur yang

handal. Sumberdaya aparatur

d a l a m s u a t u o r g a n i s a s i

pemerintah terletak di dalam

struktural dan fungsional.

Kebutuhan ini diperlukan agar

aparatur siap memberikan

pelayanan prima kepada

masyarakat sesuai dengan

t u n t u t a n p e n e r a p a n

kepemerintahan yang baik.

Untuk dapat menghasilkan

sumberdaya aparatur yang

b e r k u a l i t a s d i p e r l u k a n

mekanisme pendidikan dan

pelatihan (Diklat) yang dapat

mengembangkan wawasan dan

Oleh : Dra. Suharin Zulaikha, M.M.*

OPINI

72 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

WIDYAISWARA, SATU DARI SEPULUH

KOMPONEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Page 74: PenanggungJawab - kemhan.go.id

p e n g e t a h u a n s e r t a

meningkatkan profesionalisme

dan kompetensi aparatur

negara.

Untuk menyelenggaraan

suatu Diklat yang baik pada

suatu instansi pemerintah

diperlukan lembaga Diklat yang

terakreditasi, dimana terdapat

10 komponen pendidikan di

dalamnya yaitu Kurikulum;

Bahan Ajar; Widyaiswara

( T e n a g a P e n d i d i k ) ;

Penyelenggara Diklat (Tenaga

Kediklatan); Peserta; Metoda;

S a r a n a P r a s a r a n a ; A l i n

Alongins, Biaya (Anggaran) ,

dan Evaluasi.

D i d a l a m P e r a t u r a n

Pemerintah Nomor 101 Tahun

2000 tentang Pendidikan dan

Pelatihan Jabatan Pegawai

Negeri Sipil ( PNS) disebutkan

bahwa salah satu komponen

yang sangat menentukan

keberhasilan dalam diklat

a d a l a h W i d y a i s w a r a .

Widyaiswara merupakan salah

satu komponen yang strategis

d a l a m m e n c a p a i h a s i l

pendidikan dan pelatihan

(Diklat). Apabila Widyaiswara

m e m i l i k i p o t e n s i d a n

kemampuan yang baik dalam

mentrasnfer ilmunya kepada

para peserta Diklat, maka

diharapkan peserta dapat

m e m i l i k i p e n g e t a h u a n ,

keterampilan, kecakapan, sikap,

dan kepribadian yang sesuai

dengan persyaratan dalam

jabatan yang akan dipikulnya.

Dalam birokrasi pemerintah

pada suatu organisasi dikenal 2

(dua) macam jabatan karir yaitu

jabatan struktural dan jabatan

fungsional. Jabatan adalah

kedudukan yang menunjukkan

tugas, tanggung jawab dan

wewenang dalam susunan

organisasi. Jabatan struktural

adalah jabatan yang ditetapkan

oleh pejabat yang berwenang

b e r d a s a r k a n p e r a t u r a n

p e r u n d a n g a n . J a b a t a n

struktural merupakan suatu

jabatan yang secara tegas ada

pada struktur organisasi bagi

PNS yang memiliki potensi

dominan untuk memimpin.

Jabatan Struktural bertingkat-

tingkat dari kedudukan tingkat

yang terendah ( eselon IV/b)

hingga yang tertinggi (eselon

I/a). Contoh Jabatan Struktural

PNS Pusat adalah Sekretaris

Jenderal, Direktorat Jenderal,

Kepala Biro dan Staf Ahli,

Sekretaris Daerah, Kepala

Dinas/Badan/Kantor, Kepala

Bagian,Kepala Bidang, Kepala

S e k s i , C a m a t , S e k r e t a r i s

K e c a m a t a n , L u r a h , d a n

Sekretaris Kelurahan. Pada

K e m e n t e r i a n P e r t a h a n a n

menurut Peraturan Menteri

Pertahanan Nomor 16 Tahun

2010 disebutkan bahwa, Eselon I

adalah Sekretaris Jenderal,

Direktur Jenderal, Inspektur

Jenderal dan Kepala Badan, ada

juga eselon I B yaitu para Staf

Ahli Menteri, sedangkan eselon

II adalah Para Kepala Biro,

Direktur, dan Kepala Pusat.

Untuk eselon III disebut Kepala

Bagian atau Kepala Bidang, dan

eselon IV disebut Kepala

S u b b a g i a n a t a u K e p a l a

Subbidang.

Jabatan Fungsional PNS

menurut Peraturan Pemerintah

S i a p a s e b e n a r n y a

Widyaiswara itu ?

73SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 75: PenanggungJawab - kemhan.go.id

No. 16 Tahun 1994 adalah

kedudukan yang menunjukan

t u g a s , t a n g g u n g j a w a b ,

wewenang dan hak seseorang

PNS dalam suatu organisasi,

yang dalam melaksanakan

tugasnya didasarkan pada

k e a h l i a n d a n / a t a u

keterampilan tertentu serta

bersifat mandiri. Secara tegas

dapat dikatakan bahwa jabatan

fungsional

Dalam

organisasi pemerintah, Jabatan

Fungsional PNS terdiri atas

jabatan Fungsional Keahlian

d a n J a b a t a n F u n g s i o n a l

Keterampilan. Jabatan ini

diperuntukkan

Dalam Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional,

Widyaiswara dikelompokkan

dalam rumpun pendidik, sama

seperti guru, dosen, instruktur,

fasilitator atau sebutan lainnya.

P e r a t u r a n M e n t e r i

Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor : 14 Tahun 2009

tentang Jabatan Fungsional

Widyaiswara dan Angka

Kreditnya menyebutkan bahwa

J a b a t a n F u n g s i o n a l

Widyaiswara adalah jabatan

fungsional keahlian yang

mempunyai ruang lingkup,

tugas, tanggung jawab , dan

wewenang mendidik, mengajar

dan atau melatih Pegawai

Negeri Sipil (PNS ) pada

Lembaga Diklat Pemerintah,

yang diduduki oleh PNS

dengan hak dan kewajiban yang

diberikan secara penuh oleh

pejabat yang berwenang.

Mengacu pada peraturan

tersebut maka Widyaiswara

adalah PNS yang diangkat

sebagai Pejabat Fungsional oleh

Pe jabat yang berwenang

b e r d a s a r k a n p e r a t u r a n

perundangan, Widyaiswara

adalah jabatan profesi yang

menuntut pemangku jabatan

tersebut untuk mengem-

bangkan profesinya.

Secara etimologis kata

Widyaiswara berasal dari

bahasa Sansekerta/Kawi ,vidya

berarti ilmu pengetahuan dan

ish yang berarti memiliki, dan

vara yang berarti terpilih .Secara

harafiah Widyaiswara dapat

dimaknakan sebagai seorang

yang berilmu dan terpilih untuk

m e n y a m p a i k a n i l m u

b e r d a s a r k a n k e t e n t u a n /

standar kompetensi tertentu

( K a r y a n a , 2 0 0 8 ) , d e n g a n

demikian Jabatan Widyaiswara

bukanlah jabatan karir yang

terbuang/ terpinggirkan,

k a r e n a W i d y a i s w a r a

merupakan roh dari suatu

Lembaga Diklat, oleh karena itu

Pemerintah dan Presiden

R e p u b l i k I n d o n e s i a

m e n g a k u i n y a , d e n g a n

memberikan tunjangan jabatan

seperti yang tercantum dalam

Peraturan Presiden RI Nomor :

5 9 T a h u n 2 0 0 7 t e n t a n g

Tunjangan Jabatan Fungsional

Widyaiswara.

W a c a n a / p a n d a n g a n

banyaknya PNS yang menjadi

Widyaiswara setelah ia tidak

merupakan suatu

jabatan yang tidak tampak dalam

struktur organisasi namun dari

sudut pandang fungsinya sangat

diperlukan dalam pelaksanaan

tugas pokok organisasi,

bagi PNS yang

dinilai mempunyai potensi yang

dapat dikembangkan untuk jabatan

t e r s e b u t , m i s a l A u d i t o r ,

Widyaiswara, Dokter, Peneliti,

Pranata Komputer, Statisi ,

Perencana, dan sebagainya.

OPINI

74 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 76: PenanggungJawab - kemhan.go.id

m e n j a b a t d a l a m j a b a t a n

struktural eselon IV sampai

dengan eselon I, atau menjadi

Widyaiswara “hanya” agar PNS

yang bersangkutan mempunyai

status dalam jabatan setelah

tidak mendapat kesempatan

dalam jabatan struktural karena

keterbatasan formasi jabatan

struktural, atau bahkan

menjadi Widyaiswara untuk

memperpanjang batas usia

pensiun, “ “

t i d a k t e r j a d i , k a r e n a

Widyaiswara juga memegang

p e r a n a n p e n t i n g d a l a m

kegiatan kediklatan dengan

tugas pokok yaitu mendidik,

m e n g a j a r d a n m e l a t i h .

(Dikjartih) dalam rangka

meningkatkan kompetensi

PNS.

Banyak definisi mengenai

kompetensi, pada intinya

adalah apakah seseorang

mampu (kompeten) untuk

m e l a k u k a n s e s u a t u .

Kompetensi digunakan untuk

menjelaskan mengenai tuntutan

atau persyaratan yang harus

dipenuhi oleh seorang pegawai

dalam sebuah organisasi untuk

m e n y e l e s a i k a n s u a t u

tugas/jabatan/profesi tertentu,

Kompetensi yang harus dimiliki

oleh seseorang tergantung pada

jenis pekerjaan/ jabatan/

p r o f e s i , s i f a t p e k e r j a a n .

kompleks i tas organisas i ,

budaya organisasi dan banyak

lagi sesuai tuntutan organisasi,

sehingga kompetensi yang

dipersyaratkan untuk jabatan

Widyaiswara pada suatu

lembaga Diklat akan berbeda

d e n g a n k o m p e t e n s i

Widyaiswara pada lembaga

Diklat yang lainnya. Namun

demikian ada standar minimal

set kompetensi yang harus

dimiliki untuk jenis pekerjaan

yang sama.

K o m p e t e n s i a d a l a h

s e k u m p u l a n ( s e t / g r o u p

perilaku) yang ditetapkan, yang

akan menjadi pedoman untuk

m e l a k u k a n i d e n t i f i k a s i ,

evaluasi, dan pengembangan

perilaku dari seorang pekerja.

S e t K o m p e t e n s i d a p a t

d i k e l o m p o k k a n d e n g a n

b e r b a g a i c a r a m i s a l n y a

(Ens ik lopedia Wikipedia

d a l a m R e v o l d i S . , 2 0 0 8 )

adalah kompetensi

berkaitan dengan pengetahuan

atau kognisi. Skill adalah

kompetensi yang berkaitan

dengan keterampilan untuk

mudah-mudahan

Knowledge, Skill dan Behaviour.

Knowledge

Kompetensi Apa Saja yang

harus dimiliki Oleh Seorang

Widyaiswara?

75SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 77: PenanggungJawab - kemhan.go.id

melakukan sesuatu secara fisik/

motorik. Behaviour adalah

kompetensi yang berkaitan

dengan sikap dan perilaku.

P e r a t u r a n M e n t e r i

Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor : 14 Tahun 2009

m e n d e f i n i s i k a n s t a n d a r

kompetensi Widyaiswara

adalah kemampuan minimal

yang secara umum harus

dimiliki oleh Widyaiswara

dalam melaksankan tugas,

t a n g g u n g j a w a b , d a n

wewenangnya untuk mendidik,

mengajar, dan/ atau melatih

PNS. Standar Kompentensi

tersebut terdiri atas kompetensi

pengelolaan pembelajaran,

kompetens i kepr ibadian ,

k o m p e t e n s i s o s i a l , d a n

kompetensi substantif.

Mengacu pada peraturan

t e r s e b u t m a k a s e o r a n g

Widyaiswara harus memiliki

kompetensi yang mumpuni,

k a r e n a k u a l i t a s y a n g

dipersyaratkan untuk menjadi

Widyaiswara bukanlah hal

yang ringan. Hal inilah yang

membuat tidak semua orang

dapat lolos dalam babak

k u a l i f i k a s i u n t u k j a d i

Widyaiswara.

Pada Peraturan Kepala

Lembaga Administrasi Negara

No : 5 Tahun 2008 tentang

S t a n d a r K o m p e t e n s i

Widyaiswara disebutkan empat

kompetensi yang harus dimiliki

oleh Widyaiswara adalah

sebagai berikut :

1. Kompetensi Pengelolaan

P e m b e l a j a r a n y a i t u

kemampuan yang harus

dimil iki Widyaiswara

dalam merencanakan,

menyusun, melaksanakan,

d a n m e n g e v a l u a s i

p e m b e l a j a r a n y a n g

meliputi kemampuan :

a. Membuat Garis-garis

B e s a r P r o g r a m

P e m b e l a j a r a n

( G B P P ) / R a n c a n g

Bangun Pembelajaran

Mata Diklat ( RBPMD)

dan Satuan Acara

Pembelajaran (SAP)/

Rencana Pembelajaran

( RP );

b. Menyusun Bahan Ajar;

c. M e n e r a p k a n

pembelajaran orang

dewasa;

d. M e l a k u k a n

k o m u n i k a s i y a n g

efektif dengan peserta;

e. M e l a k u k a n e v a l u a s i

pembelajaran

2. Kompetensi Kepribadian

adalah kemampuan yang

h a r u s d i m i l i k i

Widyaiswara mengenai

t i n g k a h l a k u d a l a m

m e l a k s a n k a n t u g a s

jabatannya yang dapat

diamati dan dijadikan

teladan bagi peserta Diklat,

yang meliputi :

a. Menampilkan pribadi yang

dapat diteladani;

OPINI

76 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 78: PenanggungJawab - kemhan.go.id

b. Melaksanakan kode etik

dan menunjukkan etos

kerja sebagai Widyaiswara

yang professional.

3. Kompetensi Sosial adalah

kemampuan yang harus

dimil iki Widyaiswara

d a l a m m e l a k u k a n

h u b u n g a n d e n g a n

lingkungan kerjanya yang

meliputi kemampuan :

a. Membina hubungan

dan kerjasama dengan

sesama Widyaiswara

b. Menjalin hubungan

d e n g a n

penyelenggara/penge

lola lembaga Diklat.

4. Kompetensi Substantif

adalah kemampuan yang

h a r u s d i m i l i k i

Widyaiswara di bidang

k e i l m u a n d a n

ketrerampilan dalam mata

diklat yang diajarkan yang

meliputi kemampuan :

a. Menguasai keilmuan

dan keterampilan serta

m e m p r a k t e k k a n

sesuai dengan materi

diklat yang diajarkan;

dan

b. Menulis karya ilmiah

yang terkait dengan

lingkup kediklatan

d a n / a t a u

p e n g e m b a n g a n

spesialisasinya.

Dari keempat kompetensi

yang harus dimiliki oleh

seorang Widyaiswara sesuai

dengan Perkalan Nomor : 5

tahun 2008, apabila dijabarkan

lebih lanjut secara teknis, maka

seorang Widyaiswara untuk

menunjang uraian tugasnya

h a r u s d a p a t m e n g u a s a i

memiliki

dengan cara :

a. M e n g u a s a i

pengetahuan/substansi

Mata Diklat yang diampu

sesuai dengan pedoman

kediklatan,

b. Memiliki Keterampilan

u n t u k m e n t r a s f e r

pengetahuan tersebut

kepada peserta Diklat,

c. Berwawasan dan peka

informasi,

d. Mampu dan terampil

mengoperasikan teknologi

informasi ,OHP, LCD,

komputer/laptop, internet

dan sebagainya,

e. Memiliki keterampilan

dalam mengelola kelas,

f. M e m a h a m i p s i k o l o g i

belajar orang dewasa,

g. Memahami metode, teknik-

teknik pembelajaran dan

pengajaran yang efektif dan

interaktif,

h. Memiliki kemauan untuk

tetap belajar dan gemar

membaca,

i. Mengikuti perkembangan

substansi yang diampu,

j. Memil iki kemampuan

m a n a j e r i a l u n t u k

mengelola pembelajaran,

k. Memil iki kemampuan

b e r k o m u n i k a s i

menggunakan bahasa yang

baik dan berpresentasi

secara efektif dengan

peserta Diklat,

l. Memil iki kemampuan

berkomunikasi dengan

sejawat, pengelola Diklat,

Penyelenggara Diklat dan

yang lainnya,

m. Memiliki keterampilan

memotivasi peserta Diklat,

n. Memil iki kemampuan

menulis karya ilmiah,

o. Berperilaku yang dapat

diteladani dan menjaga

kode etik Widyaiswara,

p. Berbusana yang sesuai.

Ada sebuah instrumen

y a n g d i g u n a k a n u n t u k

mengukur kinerja Widyaiswara

yaitu angka kredit. Angka

k r e d i t d i g u n a k a n u n t u k

mengukur kinerja pejabat yang

b e r s a n g k u t a n d a l a m

melaksanakan tugas dan

fungsinya, yaitu mengajar,

melatih serta pengembangan

k e p r o f e s i o n a l a n n y a .

Diharapkan pemberian angka

kredit dalam jabatan fungsional

Widyaiswara akan leb ih

m a m p u m e n g a k o m o d a s i

berbagai kegiatan yang layak

knowledge, skill dan

attitude

Bagaimana cara mengukur

kinerja seorang Widyaiswara?.

77SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 79: PenanggungJawab - kemhan.go.id

a t a u p o t e n s i a l d i t r a n s -

formasikan sebagai kinerja

Widyaiswara.

Dalam Peraturan Kepala

Lembaga Administrasi Negara

N o m o r : 3 T a h u n 2 0 1 0

disebutkan bahwa penilaian

kinerja Widyaiswara diukur

melalui angka kredit ini harus

d i k u m p u l k a n o l e h

Widyaiswara dalam kurun

w a k t u t e r t e n t u . S e l a i n

Widyaiswara Utama dengan

Golongan IV/e, maka angka

kredit ini diperlukan sebagai

perangkat untuk menentukan

kenaikan pangkat/golongan,

dengan mempertimbangkan

berbagai unsur. Ada beberapa

unsur kegiatan yang dinilai

dalam penetapan angka kredit

ini yang pertama yaitu unsur

utama yang terdiri dari kegiatan

pendidikan; pengembangan

dan pelaksanaan Diklat, serta

pengembangan profesi , unsur

yang kedua yai tu unsur

penunjang.

D e n g a n m e n g e t a h u i

jumlah angka kredit yang

d i m i l i k i d a n y a n g a k a n

dihasilkan, maka seorang

Widyaiswara akan mampu

m e m p r e d i k s i k a r i e r n y a .

Melalui angka kredit dapat juga

diukur keberadaan formasi

Widyaiswara, oleh karenanya

instansi yang mengangkat

p e j a b a t f u n g s i o n a l

Widyaiswara bertanggung

jawab untuk menyediakan

kesempatan Widyaiswara

untuk berkarya sesuai tugas

pokoknya sehingga kariernya

d a p a t t e r u s t e r j a m i n .

P e n g a n g k a t a n p e j a b a t

fungsional Widyaiswara yang

tidak berdasarkan perhitungan

formasi yang tepat kelak akan

m e n d a t a n g k a n k e s u l i t a n

W i d y a i s w a r a d a l a m

melaksanakan tugas dan

fungsinya. Untuk itu Kepala

Lembaga Administrasi Negara

telah menetapkan Peraturan

Kepala LAN Nomor 3 Tahun

2 0 0 9 t e n t a n g P e d o m a n

Penyusunan Formasi Jabatan

Fungsional Widyaiswara,

s e b a g a i p e d o m a n s u a t u

L e m b a g a D i k l a t u n t u k

m e n y u s u n f o r m a s i

Widyaiswara yang dibutuhkan.

Ada satu hal yang perlu

mendapat perhatian khusus

dari seorang Widyaiswara

untuk pengumpulan angka

kredit ini, karena jika dalam 5

tahun pejabat fungsional

Widyaiswara tidak berhasil

memperoleh angka kredit yang

dipersyaratkan, maka pejabat

f u n g s i o n a l t e r s e b u t

diberhentikan sementara dari

jabatan fungsionalnya dan tidak

m e n d a p a t k a n t u n j a n g a n

jabatan. Sedangkan apabila

W i d y a i s w a r a y a n g

bersangkutan dalam satu tahun

masa pembebasan sementara

dapat memenuhi angka kredit

yang dipersyaratkan maka

Widyaiswara yang terkena

pembebasan sementara dapat

diangkat kembali dalam jabatan

Widyaiswara. Jika dalam satu

tahun berikutnya dalam masa

pembebasan sementara tetap

tidak dapat mengumpulkan

a n g k a k r e d i t y a n g

d i p e r s y a r a t k a n , m a k a

W i d y a i s w a r a y a n g

b e r s a n g k u t a n a k a n

d i b e r h e n t i k a n t e t a p .

Sebenarnya banyak faktor yang

dapat menyebabkan tidak

tercapainya angka kredit bagi

seorang Widyaiswara, ada yang

memang karena ketidak-

mampuan Widyaiswara yang

bersangkutan, namun banyak

juga faktor yang berasal dari

luar kendali Widyaiswara yang

bersangkutan.

Dalam Peraturan Kepala

Lembaga Administrasi Negara

(LAN) RI Nomor : 3 Tahun 2010

d a n P e r a t u r a n M e n t e r i

Pendayagunaan Aparatur

Apa saja uraian pekerjaan/

tugas seorang Widyaiswara ?

OPINI

78 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 80: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Negara Nomor : 14 Tahun 2009,

d isebutkan bahwa tugas

Widyaiswara yang dapat

dipergunakan untuk mencari

angka kredit ada 23 macam

kegiatan yang tersusun dalam

175 butir kode kegiatan yang

terdiri dari 17 tugas utama dan 6

tugas penunjang yang menjadi

indikator kinerja seorang

Widyaiswara.

Tugas utama terdiri dari :

1. Mengikuti Pendidikan

Sekolah yang terakreditasi ,

2. Mengikuti Diklat dan lulus,

3. M e l a k u k a n a n a l i s i s

kebutuhan Diklat,

4. Menyusun kurikulum

Diklat,

5. Menyusun bahan diklat

yang terdiri dari bahan

ajar/materi pelengkap

modul, GBPP/RBPMD dan

S A P / R e n c a n a

Pembelajaran/ Skenario

P e m b e l a j a r a n , b a h a n

tayang, modul, soal ujian/

tes hasil belajar,

6. Melaksanakan tatap muka

di depan kelas Diklat,

7. Memeriksa jawaban ujian

Diklat,

8. Pembimbingan peserta

D i k l a t P a d a D i k l a t

Struktural,

9. M e m b i m b i n g p e s e r t a

Diklat dalam penulisan

kertas kerja,

10. M e m b i m b i n g p e s e r t a

Diklat dalam PKL/OL

pada Diklat Struktural,

11. M e n j a d i M o d e r a t o r /

narasumber pada seminar/

lokakarya/diskusi dalam

k e l a s p a d a D i k l a t

Struktural,

12. Mengelola program diklat

sebagai penanggung jawab

dalam program diklat,

13. Mengevaluasi Program

Diklat ,

14. Membuat Karya Tulis

Ilmiah,

15. Pener jemahan/Penya-

duran buku dan bahan

ilmiah lainnya yang terkait

kediklatan,

16. M e m b u a t p e r a t u r a n /

panduan dalam lingkup

kediklatan.,

17. M e l a k s a n a k a n O r a s i

Ilmiah.

Tugas penunjang terdiri dari :

1. Peran serta dalam seminar/

lokakarya baik sebagai

N a r a s u m b e r , P e n y a j i ,

Moderator, Ketua Panitia,

bimbingan tehnis dalam

rangka penghembangan

wawasan kompentensi

Widyaiswara,

2. K e a n g g o t a a n / k e i k u t -

sertaan dalam organisasi

profesi,

3. M e n j a d i T i m P e n i l a i

J a b a t a n F u n g s i o n a l

Widyaiswara,

4. Membimbing Widyaiswara

Jenjang di bawahnya,

5. Mengikuti pendidikan

k e s a r j a n a a n d a n

memperoleh gelar lainnya

y a n g t i d a k s e s u a i

s e p e s i a l i s a s i n y a d a n

l e m b a g a

penyelenggaranya harus

terakreditasi,

6. M e m p e r o l e h p i a g a m

penghargaan/tanda jasa

dar i pemerintah atas

pengabdiannya.

79SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 81: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Peran apa saja yang diemban

seorang Widyaiswara dalam

menangani Diklat ?

Bagaimana Jenjang Karir

Seorang Widyaiswara?

Apabila dicermati uraian

tugas dan butir kegiatan yang

harus di laksanakan oleh

Widyaiswara seperti yang

tercantum dalam dalam

Peraturan Kepala Lembaga

Administrasi Negara ( LAN ) RI

Nomor : 14 Tahun 2009 maka

menurut penulis sebenarnya

ada beragam peran yang

d i e m b a n o l e h s e o r a n g

Widyaiswara untuk

sebuah Diklat yaitu sebagai :

1. Fasilitator dan Pembelajar,

2. Moderator,

3. Motivator dan Inspirator,

4. Inovator dan Dinamisator,

5. Konsultan,

6. Peneliti.

7. Evaluator.

B a g a i m a n a a g a r

Widyaiswara dapat memainkan

peran tersebut dengan baik?

Setidaknya ada 4 (empat)

keyakinan sehingga seorang

Widyaiswara dapat berperan

dengan baik dalam menangani

Diklat dan menjadi hebat.

Keempat keyakinan itu adalah

yakin terhadap dirinya sendiri,

y a k i n s e b a g a i s e o r a n g

pembelajar , yakin tentang

informasi yang muncul dalam

kehidupannya, serta yakin

tentang bagaimana dunia ini

bekerja (Di Kamp dalam Ajriani,

2007).

J a b a t a n f u n g s i o n a l

Widyaiswara merupakan

jabatan karier yang dalam

p e l a k s a n a a n t u g a s n y a

didasarkan pada keahlian dan

keterampilan tertentu serta

b e r s i f a t m a n d i r i d a n

p r o f e s s i o n a l . M e n u r u t

P e r a t u r a n M e n t e r i

Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor : PER/66/I/

M.PAN/6/2005 dijelaskan

bahwa ada empat jenjang

Widyaiswara, yakni : Jenjang

p a n g k a t W i d y a i s w a r a

sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), sesuai dengan jenjang

jabatannya, yaitu:

a. Widyaiswara Pertama

u n t u k P e n a t a M u d a ,

golongan ruang III/a dan

Penata Muda Tingkat I,

golongan ruang III/b,

melaksankan kegiatan

untuk Diklat tingkat dasar.

b. Widyaiswara Muda untuk

Penata, golongan ruang

III/c dan Penata Tingkat I,

golongan ruang III/d,

melaksanakan kegiatan

untuk Dik la t t ingkat

lanjutan.

c. Widyaiswara Madya untuk

Pembina, golongan ruang

IV/a, Pembina Tingkat I,

golongan ruang IV/b dan

Pembina Utama Muda,

golongan ruang IV/c,

melaksanakan kegiatan

untuk Dik la t t ingkat

menengah.

d. Widyaiswara Utama untuk

Pembina Utama Madya,

golongan ruang IV/d dan

Pembina Utama, golongan

ruang IV/e, melaksanakan

menghandle

OPINI

80 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 82: PenanggungJawab - kemhan.go.id

kegiatan untuk Diklat

tingkat tinggi.

Kepada mereka diberi

tunjangan jabatan fungsional

sesuai Peraturan Presiden RI

Nomor 59 Tahun 2007 tentang

Tunjangan Jabatan Fungsional

Widyaiswara.

Ada bagian lain yang

berperan penting dalam karier

Widyaiswara yaitu Tim Penilai

Angka Kredit Widyaiswara

mulai dari Tim Penilai Pusat

(TPP), Tim Penilai Instansi

(TPI), dan Tim Penilai Daerah

(TPD). Tim ini berperan penuh

untuk menjaga standar kualitas

Widyaiswara melalui Tugas

Pokok dan Fungsinya (Tupoksi)

d a l a m m e n i l a i U s u l a n

Penetapan Angka Kredit

(DUPAK).

U n t u k m e n g h i n d a r i

k e s a l a h p a h a m a n d a l a m

memperhi tungkan angka

Kredit diantara Widyaiswara

dengan Tim Penilai Angka

Kredit Pejabat Fungsional€

Widyaiswara (TPP/TPI/TPD)

maka sebagaimana kebijakan

lainnya dibuat penjabaran yang

bersifat teknis dan detil dari

Permenpan Nomor : 14 Tahun

2 0 0 9 t e n t a n g J a b f u n g

Widyaiswara dan Angka

Kreditnya untuk menjembatani

hal tersebut diatas dengan

diterbi tkannya Peraturan

Bersama Kepala LAN dan

Kepala BKN Nomor 1 dan

Nomor 2 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Widyaiswara dan Angka

Kreditnya. T u j u a n d a n

sasaran penyusunan petunjuk

teknis in i ada lah untuk

memberikan suatu petunjuk

standar bagi pejabat yang

berwenang dalam membina dan

m e n e n t u k a n k a r i e r

Widyaiswara, disamping untuk

menetapkan kesamaan persepsi

dalam penilaian angka kredit

antara Widyaiswara dengan

TPP maupun TPI dan TPD

s e h i n g g a t i d a k a d a

Widyaiswara yang merasa

dirugikan dalam penilaian

kinerjanya melalui perolehan

Angka Kredit.

Widyaiswara bukanlah

jabatan yang terhenti sampai

disitu saja atau tugas yang

diberikan menjelang purna

tugas, namun bilamana seorang

Widyaiswara berprestasi maka

dapat “dipromosikan” kembali

untuk menduduki jabatan

81SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 83: PenanggungJawab - kemhan.go.id

s t r u k t u r a l . M e n g i n g a t

p e n t i n g n y a p e r a n

Widyaiswara, maka diperlukan

pembinaan dan pengembangan

y a n g s u n g g u h - s u n g g u h

dimulai dari rekruitmen.

Melalui rekruitmen yang baik

dan tepat akan dapat dipilih

calon-calon Widyaiswara yang

profesional yang memiliki

kual i tas memadai sesuai

dengan kompentensi yang

diharapkan. Kualitas menjadi

p e n t i n g d a n m e r u p a k a n

keharusan karena Widyaiswara

adalah unsur inti dalam proses

Diklat selanjutnya.

Untuk mendapatkan sosok

Widyaiswara yang memiliki

k o m p e t e n s i y a n g

dipersyaratkan harus dimulai

sejak awal melalui proses

rekruitmen yang sistematis dan

obyektif. Di samping itu perlu

adanya mekanisme pencalonan

Widyaiswara yang seimbang

dari segi prosedur usulan calon

Widyaiswara oleh instansi,

d e n g a n m e m p e r h a t i k a n

formasi, dan seleksi calon

Widyaiswara.

Peni la ian kompetensi

Widyaiswara tercantum dalam

Peraturan Kepala Lembaga

Administrasi Negara Nomor : 6

Tahun 2008 tentang Pedoman

Ser t i f ikas i Widya iswara ,

dimana tujuan dari sertifikasi

Widyaiswara adalah untuk

memberikan pengakuan dan

jaminan atas profesionalisme

W i d y a i s w a r a a t a s d a s a r

penguasaan kompetensi yang

dimiliki dalam melaksanakan

tugas, tanggung jawab, dan

wewenangnya untuk mendidik,

mengajar, dan melatih PNS

p a d a L e m b a g a D i k l a t

Pemerintah.

Uji kompetensi adalah

proses Sertifikasi melalui

portofolio Widyaiswara dan

. Portofolia

digunakan sebagai dasar

penilaian kompentensi yang

m e r u p a k a n s e k u m p u l a n

dokumen Widyaiswara yang

m e m u a t / i n f o r m a s i

mengenai unjuk kerja dan/atau

kinerja Widyaiswara yang tidak

dinilai dalam

adalah kegiatan

W i d y a i s w a r a d a l a m

memaparkan satu mata Diklat

untuk dinilai kompetensinya.

P a d a P e r a t u r a n K e p a l a

Lembaga Administrasi Negara

N o m o r : 5 T a h u n 2 0 0 8

mengatur penilaian standar

kompetensi Widyaiswara,

dimana set iap kelompok

kompetensi tersebut diberi

bobot penilaian yaitu untuk

K o m p e t e n s i P e n g e l o l a a n

Pembelajaran sebesar 40%,

Kompetensi Kepribadian

sebesar 10%, Kompetensi sosial

sebesar 10%, dan kompetensi

substanti f sebesar 40 %.

Penilaian menggunakan skala

Likert 1 sampai dengan 4 yaitu 1

= Tidak mampu, 2 = Kurang

mampu, 3 = Mampu, 4 = Sangat

mampu. Seorang Widyaiswara

dinyatakan memenuhi standar

kompetensi minimum apabila

Uji Kompetensi dan Sertifikasi

micro teaching

d a t a

micro teaching.

Microteaching

OPINI

82 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 84: PenanggungJawab - kemhan.go.id

mendapat ni la i rata-rata

tertimbang minimal 3 (tiga) atau

katagori Mampu.

Uji kompetensi ini dapat

digunakan sebagai salah satu

sarana untuk mengukur tingkat

kompetensi, dan dapat juga

digunakan untuk menjamin dan

memelihara profesionalisme.

Dalam acara sosialisasi

J a b a t a n F u n g s i o n a l d i

l ingkungan Kementer ian

Pertahanan tanggal 24 Oktober

2011 yang diselenggarakan Biro

Kepegawaian Sekretar ia t

J e n d e r a l K e m e n t e r i a n

Pertahanan dengan pembicara

dari Badan Kepegawaian

Negara , terungkap bahwa

p r o f e s i W i d y a i s w a r a

merupakan profesi yang mulia

dan menjadi ujung tombak

pembinaan Sumber Daya

Manusia aparat pemerintah.

Namun sayangnya begitu

beratnya tuntutan dan tugas

W i d y a i s w a r a d a l a m

p e n y e l e n g g a r a a n D i k l a t ,

keberadaan Widyaiswara

seakan jabatan terpinggirkan

dalam suatu organisas i/

lembaga Diklat. Alasan yang

paling sering digunakan adalah

W i d y a i s w a r a t i d a k a d a

pekerjaannya, menimbulkan

kecemburuan pegawai lain

karena mendapat honor apabila

mengajar, sebuah alasan wajar

berasaskan keadilan bagi yang

tidak/kurang mengetahui

tugas yang harus dikerjakan

Widyaiswara. Padahal honor

mengajar digunakan untuk

m e l e n g k a p i k e b u t u h a n

pengajaran karena sebelum

mengajar Widyaiswara mau

tidak mau harus menyiapkan

materi untuk disampaikan

kepada peserta Diklat mulai

dari bahan ajar sampai dengan

transparansi, membuat dan

memeriksa hasil ujian , untuk

itu diperlukan “modal” ATK,

buku- buku untuk pengayaan

materi, dan bahan-bahan untuk

menunjang tampilan materi.

S e b e l u m m e n g a j a r

W i d y a i s w a r a h a r u s

menyiapkan bahan ajar, dan

membuat kelengkapan bukti

f i s i k m e n g a j a r y a n g

memerlukan Alat Tulis Kantor

tentunya, sampai dengan

penyiapan pakaian yang layak

dikenakan untuk mengajar.

Berdasarkan pengamatan

p e n u l i s p a d a b e b e r a p a

Lembaga Diklat, Widyaiswara

kurang atau bahkan belum

mendapat tempat di rumahnya

sendiri. Padahal Widyaiswara

merupakan roh bagi suatu

Badik la t a tau Pusdik la t .

Terlepas dari itu semua, bisa

d i k a t a k a n W i d y a i s w a r a

merupakan profesi muli yang

menyediakan banyak tantangan

tersendiri untuk menjaga

produktivitas yang tinggi

dalam menjalankan tugas-tugas

utama dan penunjang secara

mandiri seperti yang dikatakan

Shinta Dame S.,M.A. **

Penutup

a

The Mediocre Teacher Tells,

The Good Teacher Explains,

T h e S u p e r i o r T e a c h e r

Demonstrates,

The Great Teacher Inspires.

83SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 85: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Benchmarking merupakan

suatu metode terobosan yang

tepat dan akurat untuk mengejar

ketinggalan secara cepat. Dalam

sejarahnya, benchmarking

pertama kali dipraktekkan pada

perusahaan-perusahaan di

A m e r i k a . K e n y a t a a n

menunjukkan keberhasilan

benchmarking bisa terwujud

melalui upaya yang terancang

dengan etis tentunya.

.

Sebelum kita membahas

topik utama, tentang cara-cara

, kita bahas terlebih

dahulu beberapa pengalaman

industri di Amerika dan di

J e p a n g , y a n g d a p a t

dikategorikan sebagai upaya

, yaitu :

a. dapat

dikatakan sebagai kejadian

yang tercatat

pertama kali, yaitu sekitar

1. Pendahuluan

benchmarking

benchmarking

Lowell, Massachusetts,

benchmarking

Oleh : Letkol Cku Drs. Budi Santosa,M.M

OPINI

ETIKAL BENCHMARKING SUATU STUDI

KOMPARASI MANAJEMEN KUALITAS

84 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 86: PenanggungJawab - kemhan.go.id

tahun 1800-an. Francis

Lowell, adalah pengusaha

tekstil di New England,

y a n g m e l a k u k a n

ke pabrik-

pabrik tekstil di seluruh

kerajaan Inggris Raya.

L o w e l l m e l a k u k a n

perjalanan ke Inggris untuk

mempelajari teknik-teknik

m a n u f a k t u r d a n

perancangan industrial

pabrik tekstil. Pada saat

industrial pabrik tekstil,

pada saat itulah ia melihat

betapa canggihnya mesin

d a n p e r a l a t a n y a n g

d i g u n a k a n p a b r i k d i

Inggris, namun tidak efektif

dalam penyusunan tata

letak pabriknya, sehingga

mengakibatkan banyak

membutuhkan tenaga kerja.

Pada tahun 1815, Lowell

membangun pabrik tekstil

d i A m e r i k a d e n g a n

permesinan yang sama

dengan pabrik tekstil di

Inggris, namun lebih baik

dalam penyusunan tata

letak pabrik, sehingga lebih

e f e s i e n d a l a m h a l

kebutuhan tenaga kerja. Ia

b e r h a s i l m e l a k u k a n

adaptasi yang kreatif dan

inovatif dari sisi perusahaan

tekstil. Tahun 1820, pusat

tekstil tersebut kemudian

dikenal sebagai Lowell,

Massachusetts. Pada tahun

1820 itu pula Massachusetts

menjadi terkenal sebagai

k o t a t e r b e s a r k e d u a

didunia yang menjadi pusat

i n d u s t r i t e k s t i l d a n

kemudian berkembang

menjadi kawasan industri

tekstil terbesar di Amerika.

b. Pada

tahun 1912,

melihat seorang pemotong

daging pada perusahaan

pemotongan hewan di

Chicago, ketika ia sedang

berlibur di sana. Daging

yang sudah dipotong,

dimasukan ke keranjang

yang digantung pada

k e r e k a n , k e m u d i a n

d i t r a n s f e r k e p e k e r j a

berikutnya segera setelah

keranjang itu penuh. Cara

k e r j a y a n g i a l i h a t ,

menumbuhkan ide sistem

perakitan untuk diterapkan

di pabrik mobilnya. Sejak

s a a t m u n c u l r e v o l u s i

industri besar-besaran

d i b i d a n g p e r a k i t a n

otomotoif modern, yang

mana ide dasarnya berasal

dari pemotongan daging.

c. Pada tahun 1950,

melakukan

ke General

Motor, Chrysler, Ford dan

Studebaker di Amerika.

Pada beberapa dekade

berikutnya, hasil kajian

berdasarkan pengamatan

dan catatan-catatan selama

s t u d i b a n d i n g n y a ,

m e n g h a s i l k a n s i s t e m

manufaktur yang kita kenal

dengan konsep

dan program

Pada tahun 1993,

Toyota mampu merebut

pangsa pasar mobil di

Amerika sebesar 23%.

Tahun 1984 General Motor

m e n a n d a t a n g a n i

p e m b a n g u n a n p a b r i k

benchmarking

Ford Motor Company.

Toyota.

benchmarking

just-in-time

total-quality-

control.

Henry Ford

Eliji Toyoda

85SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 87: PenanggungJawab - kemhan.go.id

otomotif Toyota di Amerika.

S e k a r a n g k i t a s e r i n g

mendengar kalau General

Motor melakukan studi

u n t u k m e n g e t a h u i

b a g a i m a n a T o y o t a

memenangkan strategi

bisnisnya.

d. Apabila lebih jauh kita

pelajari bagaimana Jepang,

sebagai Negara dan para

industriawan melakukan

Sumitromo

Industries Ltd, Jepang,

sebagai salah satu industri

yang berusaha bangkit

setelah negaranya kalah

perang pada Perang Dunia

II. Kekalahan perang itu

b e r d a m p a k p a d a

p e n u r u n a n e k o n o m i

nasional yang sangat kritis.

K e a d a a n i n i , t e l a h

m e n y a d a r k a n b a n g s a

Jepang untuk merubah

pandangan kenegaraannya

dari keinginan unggul

dalam bidang militer ,

menjadi keinginan untuk

unggul dalam bidang

ekonomi.Pampasan perang

dari negara-negara sekutu,

digunakan oleh Jepang

sebagai modal awal untuk

membangkitkan ekonomi

nasionalnya. Isu sentral

membangkitkan ekonomi

nasionalnya, dipilih isu

produkitvitas. Pada tahun

1945 ditetapkan sebagai

a w a l t a h u n g e r a k a n

produkitivitas Jepang.

Gerakan produktivitas ini

makin berkembang setelah

didirikan

pada tahun

1955, yaitu suatu lembaga

swasta yang mempunyai

misi untuk meningkatkan

p r o d u k t i v i t a s n e g a r a

Jepang.

e. Gerakan produktivitas ini

dimulai dengan kampanye

yang sangat luas dan efektif,

dengan saran menyadarkan

seluruh unsur penentu

ekonomi yaitu pemerintah,

para pengusaha, karyawan

serta ibu-ibu rumah tangga.

Sejak saat itu, perusahaan-

perusahaan mulai mengatur

manajemennya sendiri dan

berpartisipasi penuh dalam

mensukseskan gerakan nasional.

Antara tahun 1950-1980, Japan

Productivity Centre (JPC) telah

melaksanakan program utama,

yaitu :

a. Mengirimkan 1.468 misi

belajar ke luar negeri,

melibatkan 22.800 orang

eksekutif . Di samping

eksekutif juga dikirimkan

unsur-unsur pemerintah,

karyawan serta ibu-ibu

rumah tangga (tidak tercatat

j u m l a h n y a ) u n t u k

mengikuti seminar maupun

studi banding dengan

t u j u a n u t a m a u n t u k

benchmarking.

Japan Productivity

Centre (JPC)

OPINI

86 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 88: PenanggungJawab - kemhan.go.id

mempelajari faktor-faktor

sukses industri-industri

dunia.

b. Melaksanakan seminar/

sympos ium/workshop

untuk membahas upaya-

u p a y a p e n i n g k a t a n

produktivitas perusahaan,

industri maupun nasional.

P e l a k s a n a a n g e r a k a n

produktivitas di Sumitomo Ltd,

dilakukan dalam 5 (lima) tahap,

yaitu :

a. Tahun 1957 – 1960 : Analisis

dan Pengaturan Kerja. Pada

tahap ini perusahaan giat

melakukan perbaikan-

perbaikan kerja di kantor

maupun di pabrik. Pada

tahun 1959, Sumitomo Ltd

telah berhasil memperbaiki

3.314 kasus, dalam bidang

penurunan kelelahan kerja,

perbaikan produktivitas,

penghematan bahan dan

lainnya. Umumnya, ide

perbaikan kerja berasal dari

gagasan para peker ja

sendiri. Untuk merangsang

kreativitas para pekerja,

d i a d a k a n s a y e m b a r a

berhadiah bagi karyawan

y a n g m e m p u n y a i i d e

c e m e r l a n g . U n t u k

mendorong penelitian dan

promosi ide perbaikan ini,

pimpinan perusahaan saat

itu menyediakan dana

sebesar 2 .000 .000 yen

pertahun, sejak tahun 1959.

b. Tahun 1960 – 1962 : Proses

Standarisasi. Standarisasi

merupakan dasar untuk

perencanaan, khususnya

m e n e t a p k a n t a r g e t

p e n c a p a i a n k u a n t i t a s

maupun kualitas, agar

selesai tepat waktu sesuai

rencana. Antara tahun 1961-

1966 perusahaan berhasil

membuat 90.973 buah

standar kerja.

c. T a h u n 1 9 6 2 - 1 9 6 5 :

Peningkatan Produktivitas.

Periode ini ditetapkan

sebagai tahun peningkatan

produkt ivi tas , sete lah

semua landasan-sistem

manajemen dan mental

karyawan dirasakan sudah

siap untuk meraih prestasi

untuk menjadi manajemen

yang lebih unggul.

d. T a h u n 1 9 6 5 - 1 9 7 9 :

Rancangan Sistem Setelah

proses perbaikan yang

berkelanjutan (Kaizen)

dapat dilaksanakan secara

mapan, upaya lebih lanjut

a d a l a h p e n y a d a r a n

kemampuan untuk berfikir

sistem, di mana seluruh

faktor kerja karyawan,

mesin, peralatan, bahan dan

l i n g k u n g a n k e r j a

d i i n t e g r a s i k a n s e c a r a

s i s t e m , d e n g a n

m e m a n f a a t k a n

perkembangan teknologi

informasi . Hasil yang

sangat populer terjadi pada

t a h u n 1 9 6 6 , d e n g a n

tercapainya target

e. Masa Setelah Tahun 1979 :

Perkembangan teknologi

yang semakin menunjukkan

kemam-puannya secara

otomatis dan tercapainya

fleksibilitas kemampuan

kerja, menuntut sistem

manajemen dan organisasi

yang mampu menunjang

k e c e p a t a n , a k u r a s i ,

f l e k s i b i l i t a s s e r t a

terintegrasi. Pada dekade ini

popular dengan konsep-

konsep

Manajemen otonom, serta

P e n g e n d a l i a n M u t u

Terpadu (PMT).

Hal yang paling esensial

dari uraian diatas adalah:

a. Gerakan produktivitas

seluruh industri di Jepang

merupakan bagian dari

gerakan produktivi tas

nasional. Hampir semua

industr i menunjukkan

k o m i t m e n d a n

kebersamaannya secara

n y a t a . G e r a k a n

produktivitas dipilih oleh

Jepang sebagai isu aktual

yang dijadikan sebagai

acuan untuk mengejar

s e m u a k e t i n g g a l a n

dibidang ekonomi.

b. U p a y a m e n g e j a r

'Zero

defect' seluruh manajemen.

Management by

O b j e c t i v e ( M B O ) ,

2. Sasaran Benchmarking .

87SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 89: PenanggungJawab - kemhan.go.id

k e t i n g g a l a n d a l a m

produktivitas di Sumitomo,

dilakukan dengan cara

y a i t u

melakukan studi banding ke

industri-industri terbaik

dari negara-negara maju

dalam bidang ekonominya

pada saat itu. Sampai selalu

melakukan kunjungan ke

p e r u s a h a a n l a i n d a n

kemudian pulang dengan

membawa ide baru untuk

melakukan perubahan dan

p e r b a i k a n k i n e r j a

diperusahaannya. Sebagai

alternatif, mereka juga

s e r i n g u n t u k t i d a k

melakukan kunjungan

secara fisik untuk studi

banding, namun cukup

melalui seminar-seminar,

a t a u d i s k u s i d e n g a n

pimpinan dari perusahaan

lain, atau (seperti Xerox

m i s a l n y a ) m e l a k u k a n

m e l a l u i

te lephone dan survey

d e n g a n s u r a t . D a r i

pengalaman selama ini,

implementasi dari ide-ide

perbaikan produktivitas ini,

dilakukan secara “Bertahap

dan melibatkan seluruh

karyawan” sejak pimpinan

puncak sampai karyawan

paling bawah. Ide-ide

perbaikan berawal dari

gagasan karyawan, dan

untuk memacu kreativitas

m e r e k a , p i m p i n a n

perusahaan memberikan

kesempatan untuk belajar

“secara kontinyu” baik

formal maupun informal.

Sebagai ilustrasi, bagaimana

hasil yang mereka peroleh

setelah 25 tahun ? Perhatikan

komentar Toshiro Yamada, yang

menceritakan hasil perjalanan

sentimetilnya, ketika berkunjung

kembali ke pabrik baja River

Range di Dearbon, Michigan –

A m e r i k a . S a m b i l

menggelengkan kepala karena

heran, ia berkata “Tahukah anda

bahwa pabrik2 itu tetap sama

seperti 25 tahun yang lalu ? “

Keheranan mereka semakin

besar ketika mereka juga

mengadakan perjalanannya ke

Eropa pada tahun 1975-an,

karena pada saat itu mereka

menemukan sarana industri di

i n d u s t r i - i n d u s t r i E r o p a

tergolong kuno. Di pabrik-

pabrik Eropa, masih banyak

ditemukan ban berjalan yang

t i d a k m e m p e r h a t i k a n

keselamatan karyawan atau

pengunjung. Salah seorang

anggota rombongan dari Jepang

berkata, “Bila mereka tidak

memperhatikan keselamatan

karyawan, maka disana tidak

ada manajemen”. Namun

demikian, Yamada menyatakan

bahwa sarana di Universitas

s e r t a l e m b a g a - l e m b a g a

penelitian di Barat, lebih maju

dibanding Jepang yang kaya

akan daya cipta dan kreativitas

itu tumbuh di industri-industri.

Sebagai contoh, pabrik Toshiba

yang terpencil di Jepang, mampu

merubah seperempat di musim

b e n c h m a r k i n g , b e n c h m a r k i n g

OPINI

88 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 90: PenanggungJawab - kemhan.go.id

panas pada tahun 1984, tanpa

sepengetahuan/ bimbingan

G a m b a r a n i n i

menunjukan perbedaan cara

p a n d a n g u n t u k m e r a i h

k e m a j u a n m e l a l u i u p a y a

perubahan/perbaikan dari

sebelumnya, antara Jepang

dengan dengan negara-negara

Barat. Dalam meraih kemajuan,

m a n a j e m e n J e p a n g

mengutamakan perubahan

secara bertahap (Kaizen), walau

b a g a i m a n a p u n k e c i l

dampaknya; sehingga di “Jepang

ada perubahan dalam tempo 6

bulan”. sedangkan manajemen

Barat pada saat itu, lebih

mengutamakan perubahan

secara sehingga

di Barat tidak akan terlihat ada

kemajuan selama “ Inovasinya

belum menghasilkan hal baru ”.

Praktek kaizen di Nissan Motor,

telah menetapkan target kaizen

bagi pekerjaan pribadi seseorang

adalah 1/100 menit atau 0,6

detik. Artinya, setiap saran yang

dapat menghemat waktu 0,6

detik, diperhitungkan secara

serius oleh manajemen. Norio

K o g u r e , s t a f i n s i n y u r

mengenang kembali pesan

m a j i k a n b a r u n y a s a a t i a

dipindahkan kebagian pabrik

ini, “Tidak akan ada kemajuan

bila anda melakukan pekerjaan

anda dengan cara yang sama

selama 6 bulan”.

adalah salah

satu metode untuk mengejar

ketinggalan secara cepat tepat

dan akurat. Upaya untuk

mengejar ketinggalan secara

c e p a t m e n j a d i p e n t i n g ,

mengingat isu-isu persaingan

makin ketat, ditandai dengan

perubahan lingkungan bisnis

global dengan karakteristik-

karakteristik sebagai berikut:

a. Daur hidup produk makin

pendek dan teknologi lebih

c e p a t u s i n g . P r o s e s

produksi yang dianggap

baik hari ini, akan menjadi

ketinggalan zaman pada

h a r i e s o k a t a u l u s a .

Lingkungan bisnis akan

terus berubah makin cepat

dan dinamis.

b. Peran teknologi dalam

industri akan makin luas

dan dominan. Kandungan

teknologi dalam produk,

p r o s e s a t a u s i s t e m

manajemen, cenderung

makin besar. Berkem-

b a n g n y a t e k n o l o g i

informasi menyebabkan

hampir tidak ada batas

ruang maupun waktu,

Toshiba Research and Development

C e n t r e .

gradual(inovasi);

Benchmarking,

3. K a r a k t e r i s t i k

Benchmarking

89SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 91: PenanggungJawab - kemhan.go.id

sehingga efisiensi dan

efektifitas kerja dapat

maksimal.

c. K o n s u m e n m a k i n

menentukan. Dalam era

teknologi maju, produsen

dimungkinkan mampu

membuat berbagai variasi

produk, dengan kualitas

presisi, dalam jumlah yang

kecil secara fleksibel, sesuai

d e n g a n k e i n g i n a n

konsumen.

G a m b a r a n d i a t a s

menunjukkan bahwa setiap

p e r u s a h a a n d i t u n t u t

mempunyai kemampuan untuk

selalu memperbaiki kinerja

perusahaan secara terus-

menerus. Perbaikan kinerja

hanya mungkin terlaksana jika

perusahaan mampu melakukan

perubahan, untuk selalu mencari

yang lebih baik (Kaizen). Hal ini

dapat dilakukan dengan cara

Untuk mencapai

sasaran ini ,

diperlukan persyaratan yang

menyangkut unsur manusia

serta sistem manajemennya,

yaitu:

a. S e t i a p i n d i v i d u y a n g

terlibat, baik itu sebagai

pimpinan maupun sebagai

k a r y a w a n , h a r u s

mempunyai “kemampuan

dan motivasi untuk selalu

belajar”. Belajar adalah satu-

s a t u n y a c a r a u n t u k

m e n i n g k a t k a n

“pengetahuan, kreatifitas

dan keterampilan kerja”,

baik sebagai individu

maupun kelompok kerja.

Belajar bisa dilakukan

secara formal atau tidak

f o r m a l . U n t u k

melaksanakan belajar secara

formal, diperlukan fasilitas

d a n m a t e r i s e c a r a

t e r s t r u k t u r , d a n

d i s a m p a i k a n s e c a r a

sistematis. Belajar tidak

formal, tidak kalah nilai

tambahnya dibandingkan

be la jar formal , dapat

dilakukan dengan melihat

a t a u m e n d e n g a r

keberhasilan atau kegagalan

perusahaan lain, atau

dengan melaksanakan

pelat ihan dar i a tasan

kepada bawahan, dan

sebagainya.

b. D i p e r l u k a n i n d i v i d u -

individu, baik sebagai

pimpinan atau karyawan

yang mau berubah. Untuk

itu diperlukan karyawan

yang selain “kreatif”, juga

mampu melakukan kerja

secara tim ( ) dan

fleksibel. Upaya ini akan

lebih cepat berhasil jika

didukung oleh pimpinan

yang bervisi, teladan dan

mampu mengarahkan.

Untuk meminimalisasi

risiko kegagalan akibat

perusahaan, sehingga dapat

mencapai sasaran secara

e f e k t i f , d i p e r l u k a n

manajemen perubahan

benchmarking.

benchmark ing

team work

OPINI

90 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 92: PenanggungJawab - kemhan.go.id

(

c. D i p e r l u k a n s i s t e m

manajemen yang mampu

menampung/mewadahi

tuntutan perubahan dengan

cepat dan akurat. Beberapa

k a r a k t e r i s t i k y a n g

diperlukan oleh sistem

manajemen masa depan

adalah fleksibel, mampu

b e r a d a p t a s i , d a n

t e r i n t e g r a s i . S i s t e m

manajemen ini mencakup

sistem yang berkaitan

d e n g a n “ M a n a j e m e n

P e r s o n a l i a ” ( s i s t e m

r e c r u i t m e n t , s i s t e m

pendidikan dan pelatihan,

dan lain-lain), serta sistem

yang berhubungan dengan

“manajemen keputusan dan

informasi” (mencakup

sistem dan prosedur serta

s i s t e m i n f o r m a s i

manajemen).

a. ; A

mempelajari B dan B tidak

t a h u b a g a i m a n a c a r a

menolong A.

b. ; A

menstudi B dan B secara

k o o r p e r a t i f d a l a m

prosesnya.

c. ; A

dan B melakukan studi

timbal-balik. Dalam hal ini

k e d u a p e r u s a h a a n

b e r k o l a b o r a s i u n t u k

memperbaiki bersama.

d. fokus

pada perbaikan proses

kerja, atau sistem operasi.

Misalnya perbaikan proses

penyelesaian billing, proses

penyelesaian order, proses

rekrutmen, atau proses

p e r e n c a n a a n s t r a t e g i .

Tujuan ini

a d a l a h “ m e n e m u k a n

prektek operasi yang lebih

efektif”. Dalam beberapa

t a h u n t e r a k h i r i n i ,

proses sangat

efektif untuk perbaikan

kinerja keuangan jangka

p e n d e k , m i s a l n y a

penurunan biaya, perbaikan

penjualan.

e.

d i l a k u k a n

d e n g a n m e m p e l a j a r i

k e l e b i h a n - k e l e b i h a n

perusahaan pesaing dalam

hal produk dan pelayanan.

Proses ini fokus pada

e l e m e n - e l e m e n b i a y a ,

kualitas teknis, wujud atau

pelayanan, kecepatan,

kehandalan atau kinerja

lainnya. Cara-cara seperti

R e k a y a s a u a n g ,

perbandingan produk dan

pelayanan secara langsung

d e n g a n p e s a i n g , d a n

analisis statistik operasi

adalah teknik-teknik yang

biasa dilakukan pada.

I n d u s t r i o t o m o t i f ,

computer, jasa keuangan

dan foto kopi, merupakan

i n d u s t r i y a n g b i a s a

melaksanakan cara lain.

f. untuk

mengetahui bagaimana

p e r u s a h a a n p e s a i n g

management change).

Benchmarking Kompetitif

Benchmarking Koorperatif

Benchmarking Kolaboratif

Benchmarking Proses,

benchmarking

benchmarking

B e n c h m a r k i n g k i n e r j a

(fungsional/produk tingkat

p e l a y a n a n ) ,

Benchmarking strategi,

4. Tipe -Tipe

Utama

Benchmarking

91SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 93: PenanggungJawab - kemhan.go.id

melaksanakan strategi

b e r s a i n g n y a , u n t u k

k e m u d i a n d i g u n a k a n

m e n g e v a k u a s i

kelemahannya. Proses ini

untuk mengidentifikasi

“ f a c t o r - f a k t o r k u n c i

keberhasilan perusahaan

pesaing di pasar”. Lembaga

konsultan Amerika yang

pernah mempunyai klien

perusahaan Jepang yang

a k a n m e l a k u k a n

di Amerika

m e n g e n a n g b a h w a

pertanyaan pertama yang

harus dijawabnya adalah;

“perusahaan mana yang

b e n a r - b e n a r b a i k d i

Amerika?” kemudian kita

m e n y u s u n r e n c a n a

p e r j a l a n a n u n t u k

berkunjung keperusahaan

yang dipilih sebagai partner

B a n y a k

pertanyaan dari kl ien

Jepang ini tentang dasar-

d a s a r s t r a t e g i u n t u k

memenangkan persaingan.

Hal ini memang sesuai

dengan cara pandang

perusahaan-perusahaan

Jepang pada umumnya,

yaitu lebih fokus pada

kemampuan menyusun

strategi yang bersifat jangka

panjang. Sebagai hasilnya,

b e n e f i t d a r i s u a t u

perusahaan

Jepang akan lebih lambat,

namun akan menghasilkan

i n o v a s i y a n g s a n g a t

mendasar, sehingga mantap

secara jangka panjang.

Ketika ini

mulai banyak dilaksanakan oleh

industri-industri di Amerika,

melakukan survey ke 87

perusahaan yang dianggap

s u k s e s m e l a k s a n a k a n

Hasil survey

cukup mengejutkan, karena 95%

dari responden di Amerika

menyatakan bahwa umumnya

m e r e k a t i d a k m e n g e r t i

b a g a i m a n a c a r a - c a r a

yang efektif.

Tidak heran kalau ada

komentar dari seorang presiden

suatu pabrik kimia di Amerika

ketika perusahaannya sedang

m e l a k s a n a k a n k u r s u s

yaitu “I don't wont

our employees flying off to

Germany, Japan, or who knows

where trying to find best practice

companies. We have too much to

do right here at home”.

Rupanya -pada awalnya–

kebanyakan perusahaan yang

mulai mengenal

menyangka bahwa

itu adalah suatu upaya untuk

m e n i n g k a t k a n k i n e r j a

perusahaannya agar serta

dengan perusahaan yang

mempunyai kinerja terbaik di

dunia (perusahaan kelas dunia).

Jika hal ini dilakukan oleh

seluruh perusahaan di dunia ini,

jelas upaya malah

akan menyebabkan “kontra

produktif”, mengingat akan

membutuhkan usaha dan biaya

yang sangat besar, sehingga

k e m u n g k i n a n ( r i s i k o )

kegagalannya cukup besar.

Yang harus kita perhatikan

l e b i h l a n j u t a d a l a h ,

benchmarking

b e n c h m a r k i n g .

benchmarking

benchmarking

America Productivity and Quality

C e n t e r ' s I n t e r n a t i o n a l

Benchmarking Clearinghouse,

benchmarking.

benchmarking

benchmarking,

benchmarking

benchmarking

benchmarking

5. Cara - Cara Benchmarking

OPINI

92 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 94: PenanggungJawab - kemhan.go.id

“ k e b e r h a s i l a n u p a y a

tidak hanya

s e k e d a r c u k u p d e n g a n

m e n d a p a t k a n i d e u n t u k

perbaikan saja”, namun juga

dipengaruhi oleh “kondisi

kinerja perusahaan”. Upaya

akan lebih berhasil

j i k a p e r u s a h a a n y a n g

m e l a k u k a n n y a s u d a h

m e m p u n y a i k i n e r j a

produktivitas dan keuangan

yang baik. Hal ini dibuktikan

oleh suatu survey dan analisis

y a n g d i l a k s a n a k a n o l e h

American Quality Foundation

(AQF) and Earns and Young

(E&Y), yang melakukan survey

pada 580 perusahaan yang

bergerak diempat bidang bisnis –

otomotif, computer, perbankan

dan industri kesehatan. Hasil

analisa menunjukan bahwa ada

korelasi yang sangat kuat antara

k e b e r h a s i l a n p r a k t e k

dengan kinerja

perusahaan-khususnya ukuran

produktivitas dan ukuran

kinerja keuangan, seperti

dan nilai tambah per

k a r y a w a n . S t u d i i n i

membuktikan bahwa praktek

akan lebih berhasil

jika dilakukan oleh perusahaan

yang sudah mempunyai kinerja

yang sangat produktif, serta

mempunyai tingkat keuntungan

tinggi. Artinya semua faktor

yang menentukan kiner ja

produktivitas perusahaan,

sangat dipengaruhi oleh kondisi

manusia yang bersumber daya

baik secara individu maupun

kerja kelompok, keadaan mesin

dan peralatan yang digunakan,

serta sistem manajemen yang

berlaku di perusahaan tersebut.

Studi di atas juga mengingatkan

kita bahwa bagi perusahaan

yang baru dalam melaksanakan

akan berbahaya

jika perusahaan itu melakukan

langsung terhadap

perusahaan terbaik di dunia.

Kemungkinan gagal bagi

perusahaan pemula yang ingin

“ m e l o m p a t ” m e n g e j a r

ketinggalan agar setara dengan

perusahaan terbaik relatif besar

karena terlalu banyak yang

harus diperbaiki dalam waktu

yang terlalu singkat. Bagi

perusahaan yang mempunyai

kinerja perusahaan yang masih

rendah, sebaiknya melakukan

k e p a d a

perusahaan yang mempunyai

kinerja menengah artinya,

“lakukanlah secara

bertahap.” Disamping itu, bagi

perusahaan pemula, sebaiknya

melakukan untuk

sasaran secara fokus pada suatu

p e r m a s a l a h a n , j a n g a n

m e l a k u k a n

sekaligus pada berbagai sasaran.

S e c a r a u m u m , d a p a t

d i k a t a k a n b a h w a u n t u k

m e n c a p a i k e b e r h a s i l a n

, s e b a i k n y a

benchmarking

benchmarking

benchmarking

return

on assets

benchmarking

benchmarking

benchmarking

b r e n c h m a r k i n g

benchmarking

benchmarking

b e n c h m a r k i n g

b e n c h m a r k i n g

93SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 95: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dilakukan dengan proses yang

s i s t e m a t i s , d e n g a n

memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Mempunyai tim yang akan

berperan sebagai penggerak

utama sejak perencanaan,

p e n g a t u r a n s a m p a i

evaluasi.

b. Mempunyai sasaran jelas;

pada tahap perencanaan

k e r j a , t i m m e n y u s u n

sasaran secara jelas, yang

dinyatakan secara deskriptif

dengan langkah-langkah

yang jelas, terukur serta

mempunyai batas waktu.

c. Menggunakan strategi yang

b a i k , m e r u p a k a n

metode/jalan/cara yang

d i p i l i h , y a n g j u g a

m e n g g a m b a r k a n

p e n g e t a h u a n d a n

kemampuan tim mencapai

sasaran perbaikan.

Di atas sudah dijelaskan

bahwa yang efektif

dimulai dengan pemahaman

a t a s p o s i s i / k e m a m p u a n

p e r u s a h a a n s e n d i r i d a n

mengenal apa yang diinginkan

(sasaran yang jelas). Setiap

p r o y e k ,

membutuhkan pendekatan serta

sumber daya yang unik ,

tergantung pada banyak faktor,

yang biasanya spesifik pada

suatu perusahaan.

Secara teoritis, ada enam

tingkatan cara ,

yaitu :

a. Belajar dari kesuksesan

perusahaan lain. Seorang

philosofi George Santayana

mengatakan bahwa barang

siapa yang tidak pernah

ingat tentang apa yang

pernah dilakukannya pada

masa lalu, maka ia akan

cenderung mengulangi

kesalahannya. Kepercayaan

ini menjadi inti dari konsep

p e r b a i k a n k u a l i t a s

berkelanjutan. Joseph Juran

m e n y e b u t n y a d e n g a n

istilah ,

merupakan titik kritis

dalam proses perbaikan.

Manajer yang efektif, adalah

manajer yang selalu belajar

d a r i p e n g a l a m a n n y a .

M e r e k a m a m p u

mengevaluasi pengalaman

masa lalu dan apa yang

terjadi saat ini, kemudian

belajar dari keduanya.

Kriteria Baldridge, dalam

menilai keberhasilan suatu

perusahaan (salah satunya)

menggunakan kri ter ia

berdasarkan pemahaman

yang mendalam atas akan

p e r m a s a l a h a n

organisasinya, kemudian

belajar lebih efektif jika kita

kombinasikan berdasarkan

p e n g a l a m a n a n t a r a

k e b e r h a s i l a n s e r t a

kegagalan masa lalu.

b. “Meminjam” ide dari orang

lain. Suatu perjalanan

panjang untuk meraih cita-

cita yang jauh, ditentukan

oleh langkah awal. Dengan

demikian, jalan menuju

p e r b a i k a n y a n g

berkelanjutan, ditentukan

oleh nilai suatu ide yang

ditemukan pada suatu saat.

Sebagai konsekwensinya,

d a s a r

d i t e n t u k a n o l e h

keterampilan untuk secara

benchmarking

b e n c h m a r k i n g

benchmarking

“Lessons learned”

b e n c h m a r k i n g

OPINI

94 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 96: PenanggungJawab - kemhan.go.id

kreatif melakukan adaptasi

yang inovatif dari suatu ide

yang baik tidak peduli

seberapa kecil nilai tambah

yang bisa diraihnya serta

kualitas dukungan dari

p r o s e s d a n s i s t e m

pendukungnya. Jelaslah,

bahwa adaptas i yang

inovatif, merupakan strategi

yang efektif untuk meraih

p e r b a i k a n y a n g

berkelanjutan.

c. M e m p e r l u a s p r a k t e k -

praktek terbaik dalam suatu

p e r u s a h a a n . K a d a n g -

k a d a n g k i t a t i d a k

menyadari bahwa banyak

emas tergeletak di lantai

pabrik anda. Di sekitar

anda, mungkin terdapat

banyak individu, kelompok

kerja , unit ker ja atau

d e p a r t e m e n y a n g

mempunyai reputasi baik,

y a n g b e l u m a n d a

m a n f a a t k a n s e c a r a

maksimal. Pada umumnya,

“harta karun” ini sering

tidak terlihat oleh para

pimpinan perusahaan.

Suatu pengalaman yang

s a n g a t m e n g e s a n k a n

dialami oleh Milwaukee –

Johnson Controls Battery

Group, ketika menerapkan

pada tahun 1992,

selam 12 bulan. Hasil sangat

mengesankan, pada saat

ekonomi nasional Amerika

melemah dan penjualan

perusahaan menurun ,

m e r e k a m a m p u

memperbaiki produktivitas,

k u a l t i a s , k e a m a n a n ,

transportasi, manajemen

p e r s e d i a a n , d a n

k e u n t u n g a n s e c a r a

dramatis. Pada saat itu

mereka heran dengan

kenyataan bahwa dari 12

pabrik yang mereka punyai,

memberikan kinerja yang

tidak sama. Maka, setelah

membentuk tim perbaikan

yang terdiri dari 42 orang

manajer terpilih, untuk

melakukan identifikasi dan

konsolidasi memilih divisi

( p a b r i k ) t e r b a i k , d a n

kemudian menerapkannya

di pabrik-pabrik lainnya.

Tim menemukan bahwa

pabrik terbaik adalah pabrik

yang melaksanakan proses

manajemen yang terfokus

pada kualitas, keselamatan

kerja, pendelegasian yang

efektif, kelompok kerja yang

e f e k t i f , m e l i b a t k a n

k a r y a w a n s e c a r a

m e n y e l u r u h , d a n

pemecahan maslah secara

sistematis.

Meniru industri pesaing

lokal yang sudah mencapai

kinerja standar. Beberapa

a b a d l a l u , T h o r e o u

menyatakan bahwa jagat

raya ini lebih besar dari apa

yang kita bayangkan. Ini

menunjukkan salah satu

kelemahan manusia dalam

mengukur kemampuan

dirinya relatif terhadap

Best Business Practices

Program

d.

95SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 97: PenanggungJawab - kemhan.go.id

yang lain, apalagi kalau

yang bersangkutan tidak

mempunyai visi dan tidak

pernah mau melihat “dunia

luar” (berfikir sempit). Kita

harus menyadari bahwa

dalam era teknologi maju

saat ini, kita akan selalu

d a p a t m e n e m u k a n

perusahaan lain yang

memiliki kemampuan dan

kompetensi lebih unggul

dari yang lain.

Meniru industri pesaing

yang lebih baik, merupakan

t i n g k a t a w a l d a r i

s e t e l a h

secara internal

mencapai kondisi terbaik.

U n t u k m e l a k u k a n

pada tahap ini

perlu dilakukan secara

sistematis. Ada beberapa

tahap yang sebaiknya

dilakukan, yaitu :

Menyiapkan bahan

studi (menetapkan apa

yang akan di k

perusahaan partner

,

menyiapkan tim studi,

a l a t - a l a t u n t u k

w a w a n c a r a d a n

pengumpulan data).

Menetapkan kriteria

dan faktor-faktor yang

akan diukur. Beberapa

d a t a / f a k t o r y a n g

biasanya dikumpul-

kan/diukur, misalnya :

tipe bisnis, budaya

perusahaan, struktur

o r g a n i s a s i , p r o f i l

karyawan, demografi

perusahaan, fasilitas

multi nasional atau

representasi geografis

yang dimiliki, ukuran

a t a u k o m p l e k s i t a s

p r o d u k t e k n o l o g i

p r o d u k , t e k n o l o g i

proses, indicator kunci

keuangan (pendapatan

kotor, biaya penjualan,

investasi R&D,

pabrik, debt-equity

r a t i o , m a n a j e m e n

persediaan dan lain-

lain), saluran distribusi

kapasitas produksi,

gaya manajemen dalam

p e n g a m b i l a n

keputusan.

Mengukur posisi kinerja

perusahaan kita dan

perusahaan partner

saat ini

dan yang akan datang.

Dari peta posisi itu,

s e l a n j u t n y a d a p a t

dianalisis perbedaan

a n t a r a k i n e r j a

p e r u s a h a a n k i t a

disbanding perusahaan

p a r t n e r y a n g d i -

baik untuk

saat ini maupun waktu

yang akan datang.

Menetapkan target

perbaikan yang akan

dicapai pada waktu

yang akan datang, serta

r e n c a n a k e r j a d a n

j a d w a l u n t u k

m a n a j e m e n

perubahannya.

Memperoleh komitmen

baik dari manajemen

maupun karyawan.

e.

b e n c h m a r k i n g

benchmarking

benchmarking

branchmar

b e n c h m a r k i n goverhead

benchmarking

benchmark-

-

-

-

-

OPINI

96 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 98: PenanggungJawab - kemhan.go.id

- Pelaksanaan untuk

p e r b a i k a n s e r t a

memonitor hasilnya.

f. Mentargetkan menjadi

industri terbaik nasional

serta mentargetkan menjadi

industri terbaik di dunia

merupakan tiga tahap

yang terakhir,

s e t e l a h t a h a p - t a h a p

s e b e l u m n y a d i l e w a t i .

Ketiga tahap terakhir itu

pada dasarnya dilakukan

dengan proses yang sama

dengan tahap ke empat di

atas, hanya saja kinerja

partner -nya

makin tinggi.

Di atas sudah dinyatakan

bahwa salah satu kriteria

dipilihnya adalah

untuk memperbaiki kinerja

perusahaan dengan cepat dalam

meraih hasil. Dalam prakteknya,

kita perlu memperhatikan

kriteria lain sebagai tambahan,

yaitu cara-cara yang etikal. Isu

et ikal muncul kalau kita

melakukan dengan

meniru tanpa sepengetahuan

s u m b e r i d e

. Untuk itu ada

beberapa ciri dari

yang etikal, yaitu :

a. Memberikan pengakuan/

penghargaan secukupnya

a t a s h a l - h a l y a n g

s e l a y a k n y a a t a u

sepantasnya untuk ditiru.

b. S e l a i n m e n a m b a h k a n

sesuatu yang baru (inovasi)

sehingga berbeda dan

mempunyai kelebihan dari

aslinya

atau

dan

c. D i l a k u k a n s e c a r a

terbuka/atas seijin partner

dan akan lebih

baik jika terjadi proses yang

saling mengun-tungkan

sesuai dengan kesepakatan

kedua belah pihak.

a. merupakan

cara yang efektif untuk

mengejar ketinggalan secara

c e p a t . P e r u s a h a a n -

perusahaan di Amerika

tercatat sebagai perusahaan

pertama yang melakukan

P a d a

umumnya, perusahaan di

A m e r i k a m e l a k u k a n

p r o s e s ,

s e h i n g g a h a s i l y a n g

diperoleh bersifat jangka

pendek.

b. Setelah perang dunia kedua,

Jepang sangat agresi f

melakukan ,

bahkan dilakukan secara

serempak sebagai gerakan

yang bersifat nasional, dan

p a d a u m u m n y a

m e l a k s a n a k a n t i p e

s t ra teg i ,

sehingga sasarannya lebih

bersifat jangka panjang.

c. akan efektif

jika direncanakan secara

sistematis dan terencana,

perusahaan ada dalam

k o n d i s i b a i k ( k i n e r j a

produktivitasnya tinggi),

d i l a k u k a n d e n g a n

m e l i b a t k a n s e l u r u h

karyawan serta dilakukan

bertahap sesuai dengan

p o s i s i d a n k o n d i s i

kemampuan perusahaan.

d. D a l a m p r a k t e k n y a ,

ini senantiasa

memperhatikan cara-cara

yang etikal sesuai dengan

kultur perusahaan atau

organisasinya.

NY, 1994.

Masaaki Imai,

Random House, Inc. NY, 1989

T a t s u m i M i k a m i ,

JMA

Consultants, 1982

Watson Gregory H,

John Wiley &

Son, Inc, NY, 1993.

UC

Berkeley Extension. 1994.

benchmarking

benchmarking

benchmarking

benchmarking

( p a r t n e r

brenchmarking)

benchmarking

(adopt, adapt and

advance niteni, niroke

nambahi).

benchmarking

Benchmarking

b e n c h m a r k i n g .

b e n c h m a r k i n g

benchmarking

benchmark ing

Benchmarking

benchmarking

McGraw-Hill,

Inc.

“Kaizen, the

key to Japan's Comperative Success”

“Management and Productivity

Improvement in Japan”,

“Strategic

Benchmarking”,

“Is The Benchmarking ?”,

Churchi l l & Company,

6. Cara-Cara Be

yang Etikal

7. Kesimpulan

8. Referensi

Bogan, Christopher E and

English Michael “B

nchmarking

enchmarking

for Bets Practices”,

97SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 99: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Pendahuluan

Dua frasa yang menjadi

judul tulisan ini berasal dari

diktum pasal dalam Konstitusi

sesudah diamandir. Setelah

ditetapkan sebagai bagian dari

Amandemen II Undang Undang

Dasar 1945 seharusnya mudah

memahami dan menjabarkan

dua frasa tersebut secara yuridis

maupun implementatif. Namun

yang terjadi, setelah dua belas

tahun sejak tahun 2000, merinci

pengaturannya berkaitan dengan

hak dan kewajiban warga negara

dalam upaya pembelaan negara

dan usaha pertahanan negara

t i d a k l a h m u d a h . U n t u k

memahami dan membeda-

kannya perlu dipahami latar

belakang perumusan dua frasa

tersebut.

Dua diktum itu terletak di

bab pengaturan yang berbeda

meskipun berasal dari “rahim”

pasal yang sama, yakni Pasal 30

dan ayat (1). Frasa “upaya

pembelaan negara” berasal dari

Oleh : Kolonel Caj K.D. Andaru Nugroho, S.Sos., M.Si.*)

OPINI

UPAYA PEMBELAAN NEGARA DAN

USAHA PERTAHANAN NEGARA

98 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 100: PenanggungJawab - kemhan.go.id

penggalan diktum Pasal 27 ayat

(3) Undang Undang Dasar 1945

sesudah Amandemen dan

berada di Bab X tentang “Warga

Negara dan Penduduk”. Pasal 27

ayat (3) ini semula tidak ada, ia

dipindahkan dari Pasal 30 ayat

(1) sebelum diamandir yang

beredaksi “usaha pembelaan

negara”. Sedangkan frasa

“usaha pertahanan negara”

berasal dari penggalan Pasal 30

ayat (1) sesudah diamandir yang

berada di Bab XII tentang

Pertahanan Negara.

Dengan amandemen Pasal

27 dan Pasal 30 itu, maka dalam

konstitusi terdapat dua frasa

yang berbeda makna, tetapi

karena persepsi yang telah

berkembang dalam masyarakat,

nampaknya dapat menimbulkan

bias pemahaman, atau malah

pencampuradukan pemahaman.

T u l i s a n i n i b e r m a k s u d

mengungkap perbedaan makna

frasa tersebut dengan melihat

latar belakang perumusannya,

baik rumusan awal Pasal 30

dalam Risalah Sidang Badan

Penyelidik Usaha Persiapan

K e m e r d e k a a n I n d o n e s i a

(BPUPKI) maupun rumusan

sesudah amandemen terhadap

Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30,

khususnya ayat (1) dan ayat (2)

dari pembahasan Amandemen

Undang Undang Dasar 1945

yang dilakukan MPR pada tahun

1999 -2002.

Sesungguhnya rumusan

awal tentang hak dan kewajiban

p e m b e l a a n n e g a r a d a l a m

Undang Undang Dasar 1945

adalah "usaha pembelaan

negara". Rumusan Pasal 30 ayat

(1) ini merupakan hasil rumusan

Panitia Perancang Undang

Undang Dasar (19 orang) yang

dibentuk dari hasil rapat BPUPKI

tanggal 11 Juli 1945 dan diketuai

Ir. Soekarno. Selain Panitia

Perancang, juga dibentuk Panitia

Ekonomi dan Keuangan (22

orang) yang diketuai oleh Moh.

Hatta, dan Panitia Pembelaan

Tanah Air (22 orang) yang

d i k e t u a i o l e h A b i k o e s n o

Tjokrosujoso.

Dalam Risalah BPUPKI

terbitan Sekretariat Negara itu

memang tidak nampak risalah

yang mencatat apakah hasil

rumusan pada rapat masing-

masing Panit ia kemudian

disatukan dan dirangkum

rumusannya oleh Pani t ia

Perancang Undang Undang

Dasar . Risa lah i tu hanya

mencatat setelah tenggat waktu

rapat Panitia-Panitia tanggal 13

Juli 1945, Panitia Perancang

U n d a n g U n d a n g D a s a r

membahas hasil Rancangan

Undang Undang Dasar. Pada

akhir s idang dirumuskan

hasilnya dan diserahkan kepada

Panitia Penghalus Bahasa.

H a s i l r a p a t P a n i t i a

Perancang Undang Undang

Dasar ini kemudian dibawa

dalam Rapat Besar Sidang

BPUPKI tanggal 15 Juli 1945.

Dalam Rapat Besar itu Supomo

memandang rumusan Pasal 30

ayat (1) sudah sesuai dengan

jamannya, yakni dalam suasana

perang. Supomo menyadari

benar perlunya pengaturan

tentang pertahanan di tengah

bangsa Indonesia sedang berada

dalam suasana perang Asia

Timur. Pemikiran perlunya

pengaturan tentang pertahanan

ini secara lengkap dikemukakan

Supomo sebagai berikut:

“..... Maka sebagai warga

negara yang mengerti aliran

j a m a n , y a n g h e n d a k

mendirikan negara yang

m o d e r n , k i t a p e r l u

memasukkan aturan itu

Usaha Pembelaan Negara

99SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 101: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dalam Undang-Undang

Dasar. Aturan tentang

pertahanan negara – suatu

hal yang penting karena kita

menyusun undang-undang

dalam suasana perang –

perlu pula dimasukkan. Pun

demikian halnya......”.

Menilik suasana kebatinan

perumusan Pasal 30 ayat (1) ini

nampak bahwa pada dasarnya

pemaknaan usaha pembelaan

negara dalam rumusan awalnya

ada lah pembelaan da lam

menghadapi peperangan yang

s e d a n g d i h a d a p i b a n g s a

Indonesia, meskipun bukan

perangnya sendiri. Sedemikian

mendesaknya kebutuhan untuk

mengatur pembelaan negara ini

dalam pembahasan Rancangan

Undang Undang Dasar konteks

saat i tu , sehingga dalam

pembulatan diskusi, Yamin

mengusulkan untuk membentuk

Kementerian Pembelaan dan

Kementerian Perlengkapan

Peperangan. Dengan suasana

k e b a t i n a n d e m i k i a n b i s a

dipahami kalau rumusan frasa

“usaha pembelaan negara” pada

Bab XII tentang Pertahanan

Negara sesungguhnya dalam

mempers iapkan angkatan

perang , yang merupakan

kekuatan fisik menghadapi

peperangan.

Hal senada bahkan lebih

rinci dan eksplisit , usaha

pembelaan negara direformulasi

menjadi usaha pertahanan

negara, sebagaimana tertuang

dalam Undang-Undang Dasar

Sementara 1950. Rumusan dalam

konteks usaha pertahanan

negara ini dalam Undang

Undang Dasar Sementara 1950

s e l u r u h n y a b e r n u a n s a

pembangunan angkatan perang.

Hal ini dapat dilihat dari

pengaturan dalam Bab II Alat-

Alat Perlengkapan Negara,

Bagian VI Pertahanan Negara

dan Keamanan Umum, dari

Pasal 124 sd. 130, mengatur

masalah pertahanan negara

dalam konteks pembangunan

kekuatan angkatan perang.

Merujuk pada semangat

U n d a n g - U n d a n g D a s a r

Sementara 1950 itu dalam

mengatur usaha pertahanan

negara, pengaturan yuridisnya

dalam Undang-Undang 29

Tahun 1954 tentang Pertahanan

Negara Republik Indonesia

diwarnai oleh pengaturan

tentang pembentukan kekuatan

militer dalam sistem pertahanan

negara. Pasal 1 Undang-Undang

29 Tahun 1954 mengatur bahwa

“Turut serta dalam pertahanan

Negara yang berarti membela

kemerdekaan Negara dan

d a e r a h n y a a d a l a h s u a t u

kehormatan bagi setiap warga

negara”. Konteks kemerdekaan

dalam hal itu tentu sangat

s i t u a s i o n a l p e r a n g y a n g

dipraanggapkan pada saat itu.

Lebih jauh dalam Pasal 5,

pengaturan teknis bentuk

kesiapan warga negara dalam

m e l a k s a n a k a n h a k d a n

kewajibannya untuk turut serta

dalam pertahanan negara juga

m e n g a r a h p a d a b e n t u k

p e r l a w a n a n b e r s e n j a t a ,

membangun angkatan perang,

yakni: rakyat yang terlatih untuk

menjalankan perlawanan dan

Angkatan Perang yang terdiri

dari mereka yang masuknya

berdasarkan perjanjian sukarela

dan mereka yang masuknya

berdasarkan wajib militer. Hal

ini semakin menegaskan bahwa

usaha pembelaan negara pada

OPINI

100 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 102: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dasarnya adalah dalam konteks

mempersiapkan kekuatan fisik

p e r t a h a n a n m e m b a n g u n

angkatan perang.

Frasa “upaya pembelaan

negara” atau “upaya bela

n e g a r a ” m u l a i m e w a r n a i

pengaturan dalam sis tem

pertahanan negara setelah

Undang Undang Dasar 1945

kembali dijadikan dasar negara

melalui Dekrit Presiden 5 Juli

1959. Sejak Dekrit Presiden itu

sepanjang situasi politik yang

ada di dalam negeri, Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 1954

dipandang masih relevan.

Dengan kata lain Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 1954

sejak Dekrit Presiden masih terus

d i j a d i k a n d a s a r u n t u k

menjabarkan usaha pembelaan

negara sebagaimana dimaksud

Pasal 30 ayat (1) Undang

Undang Dasar 1945.

Mengikuti perkembangan

lingkungan strategis nasional,

akhirnya usaha pembelaan

negara Pasal 30 ayat (1) Undang

Undang Dasar 1945 dirumuskan

ulang pengaturan yuridisnya

dalam Undang-Undang Nomor

2 0 T a h u n 1 9 8 2 t e n t a n g

Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertahanan dan Keamanan

Negara Republik Indonesia.

Dalam Undang-Undang itu,

frasa "usaha pembelaan negara"

dijabarkan sebagai upaya bela

negara dan dituangkan rumusan

pengertiannya dalam Pasal 1

angka “3.” sebagai: “........

kegiatan yang dilakukan oleh

setiap warga negara sebagai

penunaian hak dan kewajiban

dalam rangka penyelenggaraan

pertahanan keamanan negara.”

Penyelenggaraannya sesuai

Pasal 18 dilakukan melalui:

“a.Pendidikan Pendahuluan Bela

Negara sebagai bagian tidak

t e r p i s a h d a l a m s i s t e m

p e n d i d i k a n n a s i o n a l ; b .

keanggotaan Rakyat Terlatih

secara wajib; c. keanggotaan

Angkatan Bersenjata secara

sukarela atau secara wajib; d.

keanggotaan Cadangan Tentara

Nasional Indonesia secara

sukarela atau secara wajib; e.

keanggotaan Perlindungan

Masyarakat secara sukarela.”

Mencermati butir-butir

w u j u d p e n y e l e n g g a r a a n

keikutsertaan warga negara

dalam upaya pembelaan negara

di atas, sesungguhnya semangat

bangun kekuatan fisik militer

dan dukungannya kepada

angkatan perang masih kuat.

Namun demikian nuansa

pembangunan kekuatan nonfisik

sebagai kekuatan pertahanan

mulai mendapatkan porsi

dengan pengaturan Pasal 18

h u r u f “ a . P e n d i d i k a n

Pendahuluan Bela Negara

sebagai bagian tidak terpisah

dalam sis tem pendidikan

nasional.” Hal inilah kemudian

menguat dan dengan dorongan

kondisi lingkungan strategis

nasional jaman reformasi

t e r k r i s t a l i s a s i r u m u s a n

pemahaman upaya bela negara

dalam pengertian yang luas.

Penguatan itu terjadi karena

karena Pasal 18 huruf “a”

Undang-Undang Nomor 20

Tahun 1982 diakomodir dalam

Pasal 39 ayat (1) huruf “a.”

Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang

m e n g a t u r s a l a h s a t u n y a

pendidikan kewarganegaraan

sebagai isi kurikulum wajib di

setiap jenis, jalur dan jenjang

pendidikan. Penjelasan Pasal 39

ayat (1) huruf “a.” ini adalah:

“ . . . . . . P e n d i d i k a n

k e w a r g a n e g a r a a n

merupakan usaha untuk

membekali peserta didik

dengan pengetahuan dan

k e m a m p u a n d a s a r

b e r k e n a a n d e n g a n

hubungan antara warga

negara dengan negara serta

pendidikan pendahuluan

bela negara agar menjadi

warga negara yang dapat

diandalkan oleh bangsa dan

n e g a r a . P a d a j e n j a n g

p e n d i d i k a n t i n g g i

pendidikan pendahuluan

bela negara dise leng-

garakan antara lain melalui

pendidikan kewiraan.”

Implementasi Pasal 39 ayat

( 1 ) h u r u f “ a . ” b e s e r t a

Penjelasannya ini adalah pada

setiap perguruan tinggi terdapat

k u r i k u l u m p e n d i d i k a n

kewarganegaraan yang di

dalamnya diajarkan sistem

pertahanan negara. Di dalamnya

juga diberikan pemahaman hak

dan kewajiban warga negara

dalam pertahanan negara.

Melalui kurikulum ini tumbuh

kesadaran mahasiswa terhadap

Upaya Pembelaan Negara

101SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 103: PenanggungJawab - kemhan.go.id

hak dan kewajibannya dalam

upaya pembelaan negara dan

usaha pertahanan negara.

Dapat diasumsikan bahwa

melalui pengaturan di sektor

pendidikan dan program-

p r o g r a m p e n d i d i k a n i n i

tersosialisasi pemahaman bahwa

setiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara. Pemahaman

i n i m e n g e m u k a p a d a

pembahasan di Sidang MPR

tahun 1999 yang membahas

Perubahan I Undang Undang

Dasar 1945. Dalam Risalah Rapat

II Badan Pekerja MPR tanggal 6

Oktober 1999 Fraksi Persatuan

D a u l a t u l U m m a h

menyampaikan pandangannya:

“.....yang kedua, mengenai

pertahanan dan keamanan

negara. Agar jelas bahwa bela

negara adalah kewajiban seluruh

warga negara di negara-negara

demokrasi adalah memang

d e m i k i a n a d a n y a , . . . . . ” .

Pandangan mengenai hak dan

kewajiban warga negara dalam

pembelaan negara dari Fraksi

Persatuan Daulatul Ummah

menjadi catatan, sehingga belum

dibahas lebih mendalam. Hal ini

d i s e b a b k a n p e n g a t u r a n

mengenai pertahanan negara

belum diagendakan sebagai

perubahan pada saat Sidang

MPR tahun 1999. Namun

meskipun demikian Sidang MPR

1 9 9 9 t e l a h m e n g h a s i l k a n

rumusan Bab X tentang Warga

Negara dan Penduduk hasil

pembahasan oleh Panitia

III Badan Pekerja MPR, yang

menambahkan ayat (3) dalam

Pasal 27, yakni: “Setiap warga

negara berhak dan wajib ikut

serta dalam upaya pembelaan

negara”.

Pembahasan perubahan

p e n g a t u r a n m e n g e n a i

p e r t a h a n a n n e g a r a b a r u

diagendakan pada Sidang MPR

tahun 2000. Dari segenap

pembahasan tentang pertahanan

dan keamanan negara, masalah

hak dan kewajiban warga negara

da lam pembelaan negara

nampaknya memang sudah

menjadi kesepahaman. Hal ini

nampak dari sedikitnya catatan

yang dapat dijumpai dari proses

perubahan untuk dijadikan

dasar pemindahan hak dan

kewajiban pembelaan negara

dari Bab XII tentang Pertahanan

dan Keamanan Negara, menjadi

Bab X tentang Warga Negara dan

Penduduk. Hampir semua

pembahasan dalam perubahan

pengaturan tentang pertahanan

dan keamanan menyangkut

p e m i s a h a n t u g a s d a n

kewenangan TNI dan Polri.

Risalah rapat yang mencatat

mengenai hak dan kewajiban

warga negara dalam bela negara

baru muncul pada saat Rapat XV

P a n i t i a I y a n g

disampaikan oleh Aghfas Mufti

dari Wantannas, yakni: “.....Oleh

karena itu pembahasan tentang

bab ini pertahanan negara ini,

sebaiknya dipisah begitu. Yang

pertama tentang pembelaan

negara, jadi pembelaan negara

artinya dilakukan oleh seluruh

o r a n g . . . . . . ” . U s u l a n i n i

menandaskan pemahaman hak

dan kewajiban dalam upaya

pembelaan negara tidak menjadi

tanggung jawab profesi tertentu,

tetapi menjadi tanggung jawab

seluruh orang atau seluruh

warga negara sesuai profesinya,

sehingga bermakna sangat luas.

Pertanyaannya mengapa

pembelaan negara dilakukan

o l e h s e t i a p o r a n g / w a r g a

negara?. Di samping pembelaan

negara berka i tan dengan

p e r t a h a n a n n e g a r a y a n g

Ad Hoc

A d H o c

OPINI

102 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 104: PenanggungJawab - kemhan.go.id

menghendaki pengerahan

segenap sumber daya nasional

dan sarana serta prasarana

nasional, situasi lingkungan

strategis telah berubah total

akibat globalisasi, sehingga

ancaman telah berdimensi

horizontal di segenap aspek

kehidupan . Untuk i tu lah

kemudian pembelaan negara

juga harus dilakukan di segenap

profesi sesuai bentuk dan sifat

ancaman yang dihadapi.

Secara filosofis, hak dan

kewajiban warga negara dalam

bela negara lahir dari implikasi

tuntutan partisipasi sebagai

warga negara. Hak warga negara

dalam bela negara lahir sebagai

kehormatan atas keagungan

negara sebagai wadah bersama

dan karena kecintaannya kepada

negara yang memiliki wilayah

dan berbagai aspeknya, tempat

warga negara hidup dan

mengembangkan hajat hidupnya

baik dalam aspek ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya,

pertahanan dan keamanan.

P e n g e j e w a n t a h a n

kesadaran bela negara dalam

dinamika kehidupan bangsa

mengelola sumber daya nasional

g u n a m e n c a p a i t u j u a n

kesejahteraan adalah kekuatan

pertahanan nonmiliter. Wujud

upaya pembelaan negara ini

kemudian akan terbentang luas

bahkan dapat dilakukan melalui

profesinya seperti diatur dalam

Pasal 9 Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2002 tentang Pertahanan

Negara, khususnya ayat (2)

huruf “a.” yakni: “pengabdian

sesuai dengan profesi”. Wujud

operasionalisasi upaya ini

merupakan konsekwensi dari

Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2002, yang

mengatur bahwa: “Sistem

pertahanan negara dalam

m e n g h a d a p i a n c a m a n

n o n m i l i t e r m e n e m p a t k a n

lembaga pemerintah di luar

bidang pertahanan sebagai

unsur utama, sesuai dengan

bentuk dan sifat ancaman yang

dihadapi dengan didukung oleh

unsur-unsur lain dari kekuatan

bangsa.” Dalam hal ini segenap

profesi dapat berkedudukan

sebagai unsur utama namun juga

dapat berkedudukan sebagai

k e k u a t a n p e n d u k u n g ,

tergantung bentuk dan sifat

ancaman yang dihadapi. Inilah

sesungguhnya pengertian luas

dari upaya pembelaan negara

yang dapat dilakukan di segenap

aspek kehidupan.

Melandasi bangun kekuatan

pertahanan negara menghadapai

ancaman nonmiliter dalam Pasal

9 ayat (2) huruf “a.” Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2002

ditetapkan bahwa pendidikan

kewarganegaraan menjadi salah

satu wujud keikutsertaan warga

negara dalam upaya pembelaan

negara. Dengan demikian

pendidikan kewarganegaraan

m e r u p a k a n b a g i a n d a r i

kebijakan publik di bidang

pertahanan. Dalam pandang

p e r t a h a n a n , p e n d i d i k a n

k e w a r g a n e g a r a a n a d a l a h

pengembangan sensitifitas dari

sistem peringatan dini, yang

paling mendasar karena ia

berada dalam wilayah rakyat,

wilayah warga negara. Hakikat

pendidikan kewarganegaraan

a d a l a h m e n c e r d a s k a n

kehidupan bangsa dengan

menumbuhkan kesadaran hak

dan kewajiban warga negara

d a l a m b e l a n e g a r a y a n g

dilandasi jati diri dan moral

bangsa, demi kelangsungan

kehidupan dan kejayaan bangsa

dan negara. Berinterseksi dengan

s i s t e m p e n d i d i k a n

kewarganegaraaan ini, untuk

m e m p e r l u a s j a n g k a u a n

pendidikan kewarganegaraan

103SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 105: PenanggungJawab - kemhan.go.id

dalam sistem pendidikan

nasional diatur kewajiban

k u r i k u l u m p e n d i d i k a n

kewarganegaraan dalam setiap

pendidikan dasar, menengah

dan tinggi {Pasal 37 ayat (1) dan

(2) Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional}.

S e m e n t a r a

pengejewantahan kesadaran

bela negara yang berujung pada

dukungan segenap pikiran, dan

daya upaya lainnya dari warga

negara membangun pertahanan

n e g a r a s a m p a i d e n g a n

kesiapannya secara fisik untuk

menjadi komponen pertahanan

negara adalah wujud nyata

kekuatan pertahanan militer.

Dengan kata lain sejatinya

resultante dari upaya pembelaan

negara dalam segenap aspek

k e h i d u p a n m e r u p a k a n

keikutsertaan setiap warga

negara dalam usaha pertahanan

n e g a r a , s e b a g a i m a n a

d i t u a n g k a n s e b a g a i

Amandemen II Pasal 30 ayat (1)

Undang Undang Dasar 1945.

R u m u s a n f r a s a “ u s a h a

p e r t a h a n a n n e g a r a ” i n i

menggantikan rumusan “usaha

pembelaan negara” yang diubah

menjadi “upaya pembelaan

negara” dan dipindahkan ke

dalam Pasal 27 ayat (3). Frasa

“usaha pertahanan negara” ini

bersama pengaturan tentang

keamanan, dirumuskan dalam

P a s a l 3 0 a y a t ( 1 ) h a s i l

Amandemen II Undang Undang

Dasar 1945 sebagai: “

”.

Sebagai rumusan baru

Amandemen II, rumusan frasa

“usaha pertahanan negara”

dapat dijumpai berasal dari

usulan Fraksi Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan pada rapat

Panitia I Badan Pekerja

MPR, yakni pada Risalah Rapat

Ke-45 tanggal 20 Juni 2000. Tidak

begitu jelas argumentasi yang

d i p e r g u n a k a n t e n t a n g

p e r u b a h a n f r a s a “ u s a h a

pembelaan negara” menjadi

“usaha pertahanan negara”,

akan tetapi dalam argumentasi

k o n s e p t u a l s e b e l u m

menyampaikan rumusan itu

Sutjipno, juru bicara Fraksi Partai

D e m o k r a s i I n d o n e s i a

Perjuangan, menyampaikan

bahwa: “.....Yang penting dari

paparan di atas tadi adalah

masalah pertahanan harus bicara

adalah sistem pertahanan yang

integral dan komprehensif baik

di bidang , obyek,

metode, dan subyek-subyeknya

secara bulat dan menyeluruh.

. . . . . ” . d a r i a r g u m e n t a s i

k o n s e p t u a l i t u d a p a t

diasumsikan bahwa subyek

pertahanan adalah setiap warga

negara, sehingga ia berhak dan

wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan negara, metodenya

adalah sistem pertahanan dan

keamanan rakyat semesta, yang

dari aspek pertahanan menjadi

sistem pertahanan negara

bersifat semesta.

Jika pada frasa “upaya

pembelaan negara” yang

tertuang dalam Pasal 27 ayat (3)

tidak ada penjelasan lebih lanjut

mengenai pengaturannya, maka

untuk “frasa usaha pertahanan

negara” diatur lebih lanjut pada

ayat (2) sebagai berikut: “

Usaha Pertahanan Negara

Tiap-tiap

warga negara berhak dan wajib

i k u t s e r t a d a l a m u s a h a

pertahanan dan keamanan

negara

Usaha

pertahanan dan keamanan

negara dilaksanakan melalui

s i s t e m p e r t a h a n a n d a n

keamanan rakyat semesta oleh

Tentara Nasional Indonesia dan

Ad Hoc

obyective

OPINI

104 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 106: PenanggungJawab - kemhan.go.id

Kepolisian Negara Republik

Indonesia, sebagai kekuatan

utama dan rakyat, sebagai

kekuatan pendukung.” Dari

aspek pertahanan, sistem

pertahanan dan keamanan

rakyat semesta diterjemahkan

sebagai sistem pertahanan

negara yang bersifat semesta

yang dirumuskan secara yuridis

dalam Pasal 1 angka “2.”

Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2002, yakni:

Pelibatan itu diarahkan untuk

membangun struktur kekuatan

menghadapi ancaman militer,

sebagaimana diatur dalam Pasal

7 ayat (2), yang berbunyi:

” Artinya pelibatan

segenap sumber daya nasional

dan sarana prasarana nasional

dikelola untuk membangun

struktur kekuatan dalam usaha

pertahanan negara berupa

komponen utama, komponen

cadangan dan komponen

pendukung.

. . . . . y a n g m e l i b a t k a n

seluruh warga negara,

wilayah, dan sumberdaya

nasional lainnya, serta

dipersiapkan secara dini

o l e h p e m e r i n t a h d a n

diselenggarakan secara

total, terpadu, terarah, dan

b e r l a n j u t u n t u k

menegakkan kedaulatan

negara, keutuhan wilayah,

dan keselamatan segenap

b a n g s a d a r i s e g a l a

ancaman.

Sistem pertahanan negara

dalam menghadapi ancaman

militer menempatkan Tentara

Nasional Indonesia sebagai

komponen utama dengan

didukung oleh komponen

cadangan dan komponen

pendukung.

a. Komponen utama adalah

Tentara Nasional Indonesia.

Tugas pokok TNI adalah

menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan

wilayah Negara Kesatuan

Republ ik Indones ia yang

berdasarkan Pancasila dan

Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945,

serta melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia dari ancaman

d a n g a n g g u a n t e r h a d a p

keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok itu dilakukan

dengan cara operasi militer

perang dan operasi militer selain

perang.

Prajurit TNI adalah warga

n e g a r a I n d o n e s i a y a n g

memenuhi persyaratan yang

ditentukan dalam peraturan

p e r u n d a n g u n d a n g a n d a n

diangkat oleh pejabat yang

berwenang untuk mengabdikan

diri dalam dinas keprajuritan.

Warga negara dapat menjadi

prajurit TNI dengan status

sebagai prajurit wajib atau

prajurit sukarela. Baik prajurit

wajib maupun prajurit sukarela

menjalani dinas dengan ikatan

dinas. Dengan warga negara

m e n j a d i p r a j u r i t T N I i a

menjalani hak dan kewajibannya

dalam usaha pertahanan negara

yang memiliki jati diri:

1) Tentara Rakyat , yaitu

tentara yang anggotanya

berasal dari warga negara

Indonesia;

2) Tentara pejuang, yaitu

tentara yang berjuang

m e n e g a k k a n N e g a r a

K e s a t u a n R e p u b l i k

I n d o n e s i a d a n t i d a k

mengenal menyerah dalam

m e l a k s a n a k a n d a n

menyelesaikan tugasnya;

3) Tentara Nasional, yaitu

t e n t a r a k e b a n g s a a n

Indonesia yang bertugas

demi kepentingan negara

dan di atas kepentingan

daerah, suku, ras, dan

golongan agama; dan

105SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 107: PenanggungJawab - kemhan.go.id

4) Tentara Profesional, yaitu

tentara yang ter la t ih ,

terdidik, diperlengkapi

secara baik, tidak berpolitik

praktis, tidak berbisnis, dan

dijamin kesejahteraannya,

serta mengikuti kebijakan

p o l i t i k n e g a r a y a n g

m e n g a n u t p r i n s i p

demokrasi, supremasi sipil,

h a k a s a s i m a n u s i a ,

ketentuan hukum nasional,

dan hukum internasional

yang telah diratifikasi.

b. K o m p o n e n c a d a n g a n

adalah sumber daya nasional

yang telah disiapkan untuk

dikerahkan melalui mobilisasi

g u n a m e m p e r b e s a r d a n

memperkuat kekuatan dan

kemampuan komponen utama

dalam upaya penyelenggaraan

pertahanan negara. Komponen

Cadangan merupakan salah

satu wadah dan bentuk

keikutsertaan warga negara, dan

pelibatan seluruh sumber daya

alam dan sumber daya buatan

serta sarana dan prasarana

dalam usaha pertahanan negara.

Segenap warga negara dan

sumber daya nasional serta

sarana prasarana nasional

dipersiapkan dalam satuan-

satuan kekuatan untuk sewaktu-

waktu dapat dimobil isasi

menjadi komponen utama pada

saat negara dalam keadaan

bahaya.

c. Komponen pendukung

adalah sumber daya nasional

dan sarana prasarana nasional

yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kekuatan dan

kemampuan komponen utama

dan komponen cadangan.

Sumber daya nasional dan

sarana prasarana nasional yang

hendak menjadi dan dijadikan

komponen pendukung, pada

umumnya tidak diperlukan

persyaratan khusus, namun

karena kompetensi, kapabilitas

dan eksitensinya dapat menjadi

sumber daya pertahanan sebagai

komponen pendukung. Dengan

s p e s i f i k a s i k o m p o n e n

pendukung itu, maka wujud

dukungan dari sumber daya

nasional dan sarana prasarana

nasional adalah:

1) M e m p e r b e s a r d a n

memperkuat komponen

utama dan komponen

cadangan yang ditata dalam

5 (lima) segmen yaitu:

Garda Bangsa, Tenaga

Ahli/ Profesi, Industri

Strategis, Sumber Daya

Alam dan Buatan dan

Sarana Prasarana Nasional

serta semua warga negara

sebagai individu maupun

sebagai anggota organisasi

masyarakat. Garda Bangsa

s e b a g a i k o m p o n e n

p e n d u k u n g , k a r e n a

k o m p e t e n s i d a n

kapabilitasnya dijadikan

s e b a g a i s a t u a n

perlindungan masyarakat,

pemeliharaan kamtibmas,

dan potensial komponen

cadangan. Tenaga ahli/

profesi dalam kompetensi

dan kapabilitasnya dapat

d i w a j i b k a n u n t u k

melaksanakan pengabdian

s e s u a i p r o f e s i g u n a

m e n g e m b a n g k a n a l a t

utama sistem senjata ,

termasuk di sini adalah

industri strategis nasional.

Sementara sumber daya

alam dan sumber daya

buatan serta sarana dan

prasarana karena eksistensi

dan fungsinya menjadi

logistik pertahanan dan

cadangan materiil strategis.

Adapun warga negara

l a i n n y a y a n g t i d a k

OPINI

106 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 108: PenanggungJawab - kemhan.go.id

termasuk dalam aksesi,

k o n t r i b u s i , d a n

eksistensinya dalam empat

s e g m e n t e r s e b u t

merupakan warga negara

l a i n n y a y a n g k a r e n a

eksistensi dan fungsinya

d i h a r a p k a n d a p a t

m e n g k o n t r i b u s i k a n

nasionalisme dan militansi

dalam berbagai bentuk

paling tidak berada atau

tidak berpihak pada musuh,

dan membangun semangat

bela negara.

2) Dukungan dalam skenario

p e r a n g s e m e s t a

melaksanakan aktifitas

sesuai fungsinya menjamin

dukungan lingkungan

s t r a t e g i s d a n

k e b e r l a n g s u n g a n

ketersediaan logistik dan

p e r a l a t a n u n t u k

memenangkan perang.

Dalam dimensi dukungan

skenario perang semesta ini

secara strategis maupun

teknis misalnya Kemenlu

m e l a k s a n a k a n p e r a n g

diplomasi membangun

aliansi yang berpihak

kepada kita, Kemkominfo

m e l a k u k a n p e r a n g

propaganda meningkatkan

semangat bela negara

masyarakat sendiri dan

m e n j a t u h k a n m e n t a l

masyarakat dan tentara

negara musuh, Kemensos

mengelola dan melayani

pengungsi dan korban

p e r a n g , K e m e n k u

menjamin ketersediaan dan

dukungan dana perang,

s e m e n t a r a B u l o g d a n

Pertamina di samping

m e n j a m i n d u k u n g a n

kepada masyarakat terus

b e r u s a h a m e m e n u h i

permintaan dan penyaluran

logistik dan BBM untuk

kebutuhan perang dan lain

sebagainya.

Pasal 27 ayat (3) Undang

Undang Dasar 1945 sesudah

Amandemen berbunyi: “Setiap

warga negara berhak dan wajib

i k u t s e r t a d a l a m u p a y a

pembelaan negara.”, berada

dalam Bab X tentang Warga

N e g a r a d a n P e n d u d u k .

Sementara Pasal 30 ayat (1)

berbunyi: “Tiap-tiap warga

negara berhak dan wajib ikut

serta dalam usaha pertahanan

negara, berada dalam Bab XII

t e n t a n g P e r t a h a n a n d a n

Keamanan Negara . Dua

rumusan pasal tersebut relatif

sama kontribusi warga negara

d i m a k s u d , n a m u n d a l a m

t e r m i n o l o g i n y a y a n g

membedakan karena Pasal 27

ayat (3) menggunakan frasa

“upaya pembelaan negara”,

sedangkan dalam Pasal 30 (1)

menggunakan frasa “usaha

pertahanan negara”.

D u a f r a s a t e r s e b u t

meskipun berasal dari rahim

yang sama dari Pasal 30 ayat (1)

Undang Undang Dasar 1945

sebelum Amandemen yang

berfrasa “pembelaan

negara”, tetapi masing-masing

frasa memiliki jabaran yuridis

dan implementasi yang berbeda.

H a l i n i b e r k a i t a n d a n

dipengaruhi oleh perbedaan

letak bab yang ternyata berkaitan

dengan kondisi lingkungan

s t r a t e g i s p e r u m u s a n n y a .

Konsekwensi dari hal itu adalah

j a b a r a n y u r i d i s d a n

implementasinya memiliki

dimensi yang berbeda. Rumusan

awal BPUPKI adalah “usaha

pembelaan negara” yang jabaran

yuridis dan implementasinya

berkaitan dengan bangun

kekuatan angkatan perang.

Setelah diamandir rumusan

itu berubah menjadi “upaya

pembelaan negara”. Upaya

pembelaan negara memiliki

pengertian luas dan dapat

dilakukan dalam segenap

profesi , sehingga jabaran

yuridisnya berada dalam

spektrum lunak menghadapi

ancaman nonmiliter. Sementara

implementasinya dilakukan

d a l a m k o n t e k s k e k u a t a n

p r o f e s i n y a m e n g h a d a p i

ancaman sesuai sifat dan bentuk

ancaman.

S e d a n g k a n u s a h a

pertahanan negara memilliki

pengertian khusus yang jabaran

yuridisnya diatur dalam sistem

pertahanan negara berspektrum

keras menghadapi ancaman

mi l i t e r . Implementas inya

dibangun kekuatan pertahanan

negara yang terdiri dari Tentara

Nasional Indonesia, yang

didukung oleh komponen

cadangan dan komponen

pendukung.**

Penutup

usaha

107SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 109: PenanggungJawab - kemhan.go.id

LANGUAGE CORNER

Oleh : Mayor Sus Haifal Hasibuan

(Interpreter Satgas Konga XXV-A

Indo MP/UNIFIL 2008/2009)

KETAKSAAN PENGGUNAAN UNSUR

SERAPAN BAHASA ARAB

108 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Dalam suatu dialog ringan

maupun pidato resmi, seorang

komunikator kerap mengalami

keraguan manakala akan

menggunakan suatu unsur

serapan dari bahasa asing.

Keraguan muncul antara lain

karena adanya beberapa kata

serapan dari bahasa asing yang

seolah-olah mirip dalam

pelafalan akan tetapi berbeda

j a u h d a l a m m a k n a d a n

penulisannya. Komunikator

dalam hal ini dihadapkan

kepada dua pilihan kata yang

sama-sama sudah sangat

f a m i l i a r d i u c a p k a n d a n

didengar oleh mayarakat

jamak, namun hampir tidak

ada satu referensi pun yang

dapat dipedomani untuk

'menghakimi' ungkapan mana

yang paling tepat digunakan.

Kesalahan berbahasa dan

berkomonikasi dalam suatu

tulisan atau tuturan disebut

dengan ambiguitas atau sering

d i s e b u t .

Beragamnya kesalah fahaman

d a l a m m e m a k n a i d a n

menuturkan suatu kata atau

ka l imat d isebut dengan

“ambiguitas dalam berbahasa”.

Ambiguitas berasal dari bahasa

Inggris yaitu yang

berarti suatu konstruksi yang

dapat ditafsirkan lebih dari

satu arti (Alwi, 2002:36).

Ketaksaan dapat diartikan atau

ditafsirkan dimana suatu kata/

frase memiliki lebih dari satu

makna akan sebuah konstruksi

sintaksis. Keambiguan yang

mengakibatkan terjadinya

lebih dari satu makna atau

suatu makna yang memiliki

dua atau lebih ungkapan terjadi

saat pembicaraan lisan ataupun

dalam keadaan tertulis. Saat

pembicaraan lisan mungkin

dapat diantisipasi dengan

p e n g u c a p a n y a n g a g a k

perlahan, sedangkan untuk

yang tertulis apabila kurang

sedikit saja tanda baca maka

kita akan menafsirkan suatu

kalimat atau kata menjadi

berbeda dari makna yang

diinginkan oleh penulis.

Dari tinjaun Linguistik

Umum, ada tiga bentuk

ambiguitas, yaitu ambiguitas

fonet ik , gramat ika l dan

k e t a k s a a n

ambiguity

Page 110: PenanggungJawab - kemhan.go.id

leksikal. Ambiguitas pada

t i n g k a t f o n e t i k ( b u n y i )

terjadi karena membaurnya

bunyi-bunyi bahasa yang

d i u c a p k a n . A m b i g u i t a s

gramatikal muncul ketika

t e r j a d i n y a p r o s e s

p e m b e n t u k a n s a t u a n

kebahasaan baik dalam tataran

morfologi, kata, frasa, kalimat

ataupun patagraf dan wacana.

A m b i g u i t a s k a t a y a n g

disebabkan karena morfologi

akan hilang dengan sendirinya

ketika diletakkan dalam

konteks kalimat yang benar.

Ambiguitas pada tingkat

leksikal dimana suatu kata

dalam bahasa dapat memiliki

m a k n a l e b i h d a r i s a t u .

Akibatnya, orang sering kali

keliru menafsirkan makna

suatu kata. Jadi, makna suatu

kata dapat saja berbeda

tergantung dari konteks

kalimatnya sendiri.

Ada beberapa ketaksaan

penggunaan kata serapan dari

bahasa Arab dalam percakapan

s e h a r i - h a r i y a n g l a z i m

ditemukan:

1. a t a u k a h

Lazim bagi kita sering

melafalkan kata “ ”

dan juga “ ” ketika

berbicara tentang pentingnya

hubungan kekeluargaan atau

s a l i n g m e n j a g a i k a t a n

kekerabatan di antara sesama

ummat manusia. Awam

berpendapat bahwa kedua kata

ini mempunyai kesamaan arti,

yakni menyambung ta l i

kekerabatan. Merujuk salah

satu Kamus Besar Arab

, silaturrahim adalah

derivasi (berasal) dari

kata dasar) yaitu

artinya

menyambungkan, sedangkan

setara

maknanya dengan kata

p a d a k a l i m a t

Oleh

karena itu jika yang kita

m a k s u d k a n a d a l a h

menyambungkan tali kasih

sayang/rasa persaudaraan

antar sesama ummat manusia

maka ungkapan yang tepat

adalah .

Contoh:

M a r i k i t a s a l i n g

m e n g u n j u n g i u n t u k

menjalin

Dengan

d e m i k i a n

bermakna sakit yang diderita

oleh seorang ibu menjelang dan

pada saat proses melahirkan.

ataukah

T a k j a r a n g o r a n g

mengucapkan kalimat “Tadi

malam saya bermimpi bertemu

dengan arwah Almarhum

Kakek saya”, padahal kakek

yang dimaksudkan hanya satu

orang. Kata adalah

bentuk jamak/ dari kata

dasar . Dengan demikian

kata arwah hanya tepat dipakai

untuk banyak orang seperti

arwah para Pahlawan, arwah

para Guru dan lain lain. Kalau

yang dimaksudkan adalah satu

orang saja, maka penggunaan

yang tepat adalah kata .

Contoh:

- K i t a b e r z i a r a h g u n a

menghormati para

pahlawan

- Tiap makhluk hidup,

masing-masing terdapat

pada tubuhnya

3. Mayat ataukah jenazah?

Lalu, apa perbedaan antara

mayat dengan jenazah?

M a y a t a d a l a h j a s a d

m a n u s i a y a n g s u d a h

meninggal te tapi be lum

mendapat perlakuan apa-apa

seperti belum dimandikan,

S i l a t u r r a h i m

silaturrahmi?

silaturrahiim

silaturrahmi

Almunjiid

Mashdar (

shilah

rahiim

rahi im art inya mengasihi ,

menaruh rasa kasihan,

rahiim

Bismillahirrahmanirrahiim.

silaturrahiim

Sedangkan rahmi (

berarti rasa nyeri luar biasa yang

dirasakan oleh seorang ibu sebelum

melahirkan anaknya.

s i l a t u r r a h m i

2. Ruh Arwah?

arwah

plural

ruh

arwah

ruh

صلة

ريالحــيم

(

(dan

. Shilah)

-

!silaturrahiim

ريالحــم

ruh

109SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Page 111: PenanggungJawab - kemhan.go.id

LANGUAGE CORNER

110 SATRIA Vol. 7, No. 4, Oktober - Desember 2011

dikafani atau disholatkan atau

yang belum dirawat layaknya

orang yang akan dimakamkan.

Kata 'mayat' berkonotasi lebih

rendah dibandingkan jenazah.

Jenazah adalah jasad

m a n u s i a y a n g s u d a h

m e n i n g g a l d a n s u d a h

mendapat perlakuan dari

o r a n g h i d u p s e p e r t i

dimandikan, dikafani dan

d i s h o l a t k a n / d i u p a c a r a

agamakan atau yang sudah

dirawat layaknya orang yang

segera akan dimakamkan.

Contoh :

- Polisi masih menyelidiki

p e n e m u a n m a y a t d i

pinggir jalan itu

- A n a k l a k i - l a k i i t u

m e n c i u m

b a p a k n y a s e b e l u m

dimasukkan ke liang

lahat.

4. A l m a r h u m a t a u k a h

Mendiang?

Almarhum dan Mendiang

bersumber dari dua bahasa

yang berbeda. Almarhum

adalah leksikon bahasa Arab

bentuk

d a r i k a t a k e r j a .

Berkonotasi positif bagi orang

atau tokoh yang semasa

hidupnya dianggap sholeh

atau berjasa bagi kemanusiaan,

yang secara religi diyakini

benar-benar telah mendapat

rahmat dari Tuhan Yang Maha

Esa seperti para Ulama dan

para Syahid yang berjuang

demi kebenaran. Pada awalnya

kata Almarhum sangat terbatas

d a n l e b i h s e m p i t

d i a b a n d i n g k a n d e n g a n

mendiang. Di Timur Tengah

sendiri pengucapan gelar

seperti ini hampir tidak pernah

dipakai melainkan dengan

peristilahan sendiri dengan

kesamaan maksud yai tu

;

. Tidak tepat

kalau orang yang semasa

hidupnya penuh dengan

kontoversi diberi gelar dengan

almarhum.

Mendiang berasal dari

bahasa Indones ia untuk

penggant i sebutan yang

berlaku umum bagi siapa saja

yang sudah meninggal dunia.

Contoh;

- Tafsir Al-azhar itu karya

besar dari Almarhum Buya

Hamka.

- Mendiang Pak Umar

adalah mantan guru saya.

5. M u h r i m a t a u k a h

Mahram?

Acap terdengar ungkapan

“Jangan berdua-duaan kalau

tidak ada muhrim!”. Pada

konteks tersebut kata

dimaksudkan mewakili orang

yang memiliki kekerabatan/

kekeluargaan yang sangat

dekat dengan kita. Kata

artinya orang

yang berihram dalam ibadah

haj i sebelum bertahallul

mengakhiri rangkaian ibadah

Ihram. Sedangkan kata

artinya orang-

orang yang merupakan lawan

jenis kita, namun haram (tidak

b o l e h ) u n t u k d i n i k a h i

selamanya karena pertalian

darah seperti antara oaring tua

dengan anak dan sesama

saudara kandung. Namun kita

b o l e h b e p e r g i a n ( s a f a r )

d e n g a n n y a , b o l e h

berboncengan dengannya,

b o l e h s e b e n t a r m e l i h a t

wajahnya, boleh berjabat

tangan dan bermuamalah

l a i n n y a . J a d i j i k a y a n g

dimaksud adalah orang yang

m e m i l i k i

kekerabatan/kekeluargaan

yang sangat dekat dengan kita

maka harus menggunakan

i s t i l a h m a h r a m , b u k a n

muhrim.

Contoh:

- Karena sudah malam,

j e n a z a h

bina' majuhul (passif)

r a h i m a

rahimahullah Fahd Bin Abdul

Aziz Rahimahullah

muhrim

muhrim

(muhrimun:jamak)

mahram

(mahramun)

Page 112: PenanggungJawab - kemhan.go.id

111SATRIA Vol. 7, No. 4, Oktober - Desember 2011

sebaiknya ibu pulang

didampingi

Seorang dilarang

mencukur rambut atau

memotong kuku.

6. Akrab ataukah Karib?

Kata akrab adalah bentuk

(komparatif dan

superlative) dari kata dasar

memaknakan suatu

hubungan kedekatan yang

l e b i h a t a u s a n g a t .

Kedudukannya dalam kalimat

sebagai kata dalam bentuk

tunggal, bukan dalam bentuk

kata frase.

Contoh;

- “Saya dengan

Paman setelah tinggal di

kota yang sama”.

- “ P r o f e s i g u r u

d e n g a n l i n g k u n g a n

pendidikan”

Kata adalah bentuk

atau kata sifat

berpola subjek yang berarti

h a m p i r s a m a d e n g a n

superlative tetapi diletakkan

dibelakang kata benda dalam

sebuah frase.

Contoh;

“Dia adalah

saya”.

“ harus

selalu kita jaga!”

7. ataukah tutorial/

bimbingan?

Kata manasik ser ing

dimaknakan dengan pelatihan

ibadah haji, namun sebenarnya

makna leksikal manasik berarti

rangkaian ibadah yang menjadi

rukun dalam pelaksanan

ibahadah haji itu sendiri antara

lain ihram, tawaf dan wukuf.

Manasik derivasi dari kata

d a s a r

bermakna berbakti

dan beribadah kepada Tuhan.

Terjadi ketaksaan manakala

k i t a m e n g a t a k a n a k a n

melaksanakan manasik haji ke

suatu tempat diluar kota

Makkah tetapi yang dimaksud

adalah pelatihan tata cara

ibadah hajinya saja, bukan

pelaksanaan rukun ibadah haji

y a n g s e b e n a r n y a .

M a n a s i k h a k i k a t n y a

merupakan rangkaian ibadah

yang menjadi rukun haji, pula

hanya dapat dilakukan di Kota

Makkah Al-mukarromah dan

pada bulan Zulhijjah seakali

dalam setahun.

Contoh :

Untuk memantapkan

ibadah haji di Makkah, kita

h a r u s m n g i k u t i

.

Wukuf dia Arafah adalah

bagian dari haji.

Fenomena Sosiolinguistik

tersebut kelihatan sederhana

namun akan menimbulkan

dampak kontraprodukti f

terhadap laksem, leksikon dan

kaidah tata bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Ketaksaan

atau ambiguitas bahasa adalah

salah satu kesalahan fatal

dalam disiplin ilmu Semantik,

tetapi tidak jika dikaitkan

dengan hakikat bahasa dalam

kedinamisannya. Agar tidak

ter jadi ketaksaan dalam

pemeliharaan citra bahasa

I n d o n e s i a m a k a p e r l u

d i s o s i a l i s a s i k a n k e p a d a

masyarakat kita tentang apa itu

b a h a s a y a n g a m b i g u .

Lembaga Pendidikan adalah

salah satu wadah untuk

m e n d i d i k , m e l a t i h d a n

megajarkan kepada khalayak;

mana bahasa yang baik/benar

dan mana yang harus dibenahi.

Perlu diajarkan kepada peserta

didik apa itu ambiguitas bahasa

dan bagaimana pembenahan

yang efektif demi kemajuan

bahasa Indonesia ke depan.

mahram!

muhrim

akrab

a k r a b

sahabat karib

Hubungan karib

tutorial/bimbingan

manasik-

-

-

isim

tafdihi i l

qoruba,

qariib syifah

musyabbahah

Manasik

n a s u k a - y a n s u k u -

nasaakatan

Sudut Kota Lebanon

Page 113: PenanggungJawab - kemhan.go.id

112 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

KEGIATAN DIKLAT BADIKLAT KEMHAN TW. II TA. 2012

Badiklat Kemhan

mempunyai tugas

melaksanakan Diklat di

bidang Pertahanan Negara

yang dilaksanakan oleh

Pusdiklat Manajemen

Pertahanan, Pusdiklat Bahasa

dan Pusdiklat Teknis

Fungsional Pertahanan

(Tekfunghan). Dalam rangka

meningkatkan mutu

Penyelenggaraan Pendidikan

dan Pelatihan (Diklat) Jabatan

Pegawai Negeri Sipil, maka

dipandang perlu

meningkatkan kompetensi

penyelenggara Diklat Pegawai

Negeri Sipil melalui kegiatan

/TOC

yang dilaksanakan pada

tanggal 4 s.d. 20 April 2012

selama 12 hari dimana

diharapkan setelah mengikuti

Diklat ini peserta dapat

meningkatkan pemahaman

para penyelenggara Diklat

agar dapat meyelenggarakan

Diklat secara baik dan

potensial, yaitu : Mempunyai

kemampuan mempersiapkan,

mengkoordinasikan,

melaksanakan dan

menyiapkan serta menetapkan

sarana dan prasarana Diklat

dalam Penyelenggaraan

Diklat.; Mempunyai

kemampuan dalam

melaksanakan komunikasi

secara efektif. Melakukan

monitoring dan evaluasi serta

melaksanakan administrasi

Penyelenggaraan Diklat

dengan baik; Mempunyai

kemampuan bekerjasama

secara tim, etika kerja,

memberikan pelayanan secara

prima dan membuat laporan

hasil pelaksanaan Diklat.

Training officer course

TRAINING OFFICER COURSE / TOC)

Page 114: PenanggungJawab - kemhan.go.id

113SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Untuk meningkatkan

kompetensi dan kemampuan

yang lebih baik dalam

mengelola Diklat secara

professional maka Badiklat

Kemhan menyelenggarakan

Diklat bagi pengelola Diklat

(

MOT) yang

dilaksanakan pada tanggal 1

s.d. 18 Mei 2012 (14 hari).

Dimana setelah mengikuti

Diklat ini para peserta dapat

meningkatkan kompetensi

dirinya sebagai pengelola

Diklat berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap

perilaku yang diperlukan

sebagai pengelola Diklat

antara lain : Kebijakan Diklat

Aparatur, Konsep Dasar

Andragogi, Memanfaatkan

SIM Diklat, Diklat sebagai

suatu system, analisis

kebutuhan pelatihan (

) baik secara

makro maupun secara mikro,

Merencanakan program Diklat

jangka pendek dan jangka

panjang, Menyusun bangun

program Diklat,

Merencanakan kegiatan

tahunan lembaga Diklat,

Merencanakan anggaran

Diklat, Menerapkan teknik

pengendalian Diklat

(Administrasi dan pelaksanaan

Diklat), Mengelola sumber

daya Diklat, Melaksanakan

evaluasi Diklat (program,

pelaksanaan, proses

pembelajaran, dan evaluasi

pasca Diklat), Merencanakan

penyediaan bahan Diklat,

Memberdayakan lembaga

Diklat dan Mengefektifkan

jejaring kerja Diklat

MANAGEMENT OF

TRAINING/

Training

Needs Assesment

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT)

BAGI PENGELOLA DIKLAT (MANAGEMENT OF TRAINING / MOT)

Page 115: PenanggungJawab - kemhan.go.id

114 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

KEGIATAN DIKLAT BADIKLAT KEMHAN TW. II TA. 2012

Dalam rangka

penyelenggaraan tugas

pemerintahan di bidang

Pertahanan, maka diperlukan

personel yang memiliki

keterampilan teknis maupun

manajerial dalam

melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya. Personel

Kementerian Pertahanan

hendaknya memiliki wawasan

dan pengetahuan guna

menunjang pelaksanaan tugas-

tugas rutin serta pemahaman

tentang Pertahanan Keamanan

Negara terutama yang

berkaitan dengan tugas

masing-masing dengan tujuan

untuk meningkatkan

kompetensi serta keterampilan

para pejabat Eselon IV di

lingkungan Kemhan RI.

Untuk dapat memenuhi

kebutuhan personel tersebut

maka Badiklat Kemhan

menyelenggarakan

Sistem Pertahanan Negara bagi

pejabat eselon IV di lingkungan

Kemhan baik untuk pejabat

struktural maupun fungsional

yang dilaksanakan pada

tanggal 23 s.d 27 April 2012 di

Badiklat Kemhan Jl. Salemba

Raya No. 14 Jakarta Pusat.

Sistem Pertahanan

Negara ini diselenggarakan

agar pejabat yang baru

menduduki jabatan Eselon IV

di lingkungan Kemhan

memiliki kesamaan pola pikir

dan pola tindak dalam

memahami kebijakan sistim

pertahanan negara serta

mekanisme kerja di lingkungan

Kemhan sehingga diharapkan

mampu bekerja dengan baik

sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP) yang telah

ditetapkan.

workshop

Workshop

WORKSHOP ESELON IV

Page 116: PenanggungJawab - kemhan.go.id

115SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Terkait dengan rencana

pembentukan Pengendali

Pusat Kantor Pertahanan (

PPKP) sebagai perpanjangan

tangan Kemhan di daerah,

maka Badiklat Kemhan selaku

unsur pendukung Kemhan dan

Ditjen Stahan Kemhan

menyeleng-garakan

Pembekalan bagi personel

yang akan menduduki jabatan

pada organisasi Korwil, Korda

dan Staf Pendukung

Pengendali Pusat Kantor

Pertahanan. Tujuan

pembekalan tersebut adalah

untuk menyiapkan dan

meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) sesuai

kebutuhan organisasi dalam

mendukung tugas dan fungsi

PPKP di daerah.

Pembekalan bagi Korwil,

Korda dan Staf Pendukung

Pengendali Pusat Kantor

Pertahanan T.A. 2012

dilaksanakan pada tanggal 8

s.d. 16 Mei 2012 bertempat : di

Aula Nusantara I Gd. Jenderal

Urip Sumohardjo, Jln. Medan

Merdeka Barat Nomor 13-14

Jakarta Pusat salah satu

kegiatan dalam pembekalan ini

adalah Praktik Lapangan

(Pengumpulan dan pengolahan

Data) Wilayah Korem 061/Sk.

Dalam hal ini Kodim

0621/Kabupaten Bogor dan

Kodim 0606/Kotamadya Bogor

dan juga melaksanakan

kunjungan ke Kantor Bupati

Kabupaten Bogor untuk

mendapatkan Pengarahan dari

Bupati Kabupaten Bogor

tentang Peran Pemda dalam

menyelenggarakan fungsi

pertahanan di Kabupaten

Bogor.

Desk

Desk

Desk

Desk

Desk

PEMBEKALAN KORWIL, KORDA DAN STAF PENDUKUNG

DESK PENGENDALI KANTOR PERTAHANAN

Page 117: PenanggungJawab - kemhan.go.id

116 SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

KEGIATAN DIKLAT BADIKLAT KEMHAN TW. II TA. 2012

Forum Komunikasi

(Forkom) Diklat Badiklat

Kemhan TA. 2012 dilaksanakan

pada tanggal 30 Mei 2012 di

Badiklat Kemhan Jl. Salemba

Raya No. 14 Jakarta Pusat

merupakan salah satu kegiatan

Badiklat Kemhan untuk

meningkatkan kerjasama

dengan berbagai pihak,

khususnya lembaga-lembaga

Diklat di luar Kemhan dalam

rangka memperkuat

dan pengembangan sistem

Diklat yang lebih dinamis dan

bermutu sehingga mampu

menghasilkan Diklat yang

berkualitas. Kali ini kegiatan ini

mengambil tema Revitalisasi

Program Diklat di lingkungan

Kemhan guna menghasilkan

SDM Pertahanan yang kompeten

dan berdaya saing” dengan

pembicara antara lain : Deputi

Pembinaan Bidang Diklat

Aparatur LAN RI, Kapusdiklat

Kepegawaian Deputi Bidang

Pengembangan Kepegawaian

BKN dan Prof. Dr. Billy Tunas,

M.Sc (Guru Besar Universitas

Suryadharna dan Dosen

Program S 3 UNJ). Pada Akhir

kegiatan ini Kabadiklat Kemhan

menyampaikan bahwa : Studi

banding tentang Kompetensi

TNI/PNS dan Widyaiswara

hendaknya dilakukan melalui

pembinaan personel, Diklat dan

kerjasama dengan instansi

terkait guna meningkatkan

kompetensi dan profesionalisme,

Masalah Diklat yang terjadi di

lingkungan Kemhan harus

ditindak lanjuti antara Biro

Kepegawaian Setjen Kemhan,

Badiklat Kemhan dan Ditjen

Kuathan dalam rangka

merumuskan jenis Diklat yang

sesuai dengan jabatan fungsional

yang sudah dikelompokkan

sesuai Permenhan No. 1 Tahun

2011 dan Pembinaan karier PNS

terkait dengan Diklat yang

diselenggarakan oleh Kemhan

harus disinkronisasikan dengan

jabatan fungsional yang ada di

lingkungan Kemhan.

networking

output

FORKOM DIKLAT

Page 118: PenanggungJawab - kemhan.go.id

117SATRIA Vol. 8, No. 2, April - Juni 2012

Sebagai tindak

lanjut dari kemitraan

baru Asia Pasifik

tentang

pengembangan

kapasitas untuk

Palestina di Jakarta

dari tanggal 14 s.d 15

Juli 2008, Kementerian

Pertahanan

bekerjasama dengan

Kementerian Luar

Negeri akan

melakukan pelatihan

konstruksi untuk

WNA Palestina.

Pelatihan konstruksi

untuk WNA Palestina

merupakan partisipasi

Indonesia dalam

membangun kapasitas

Palestina sesuai arahan

Presiden RI agar

Indonesia memberikan

pelatihan kepada

WNA Palestina

sebanyak 1.000 orang

dari tahun 2011 sampai

dengan 2013. Adapun

Bantuan pelatihan bagi

WNA Palestina ini

dilaksanakan dengan

tujuan Untuk

memberikan

pengetahuan tentang

konstruksi jembatan,

baik standar

konstruksi dan non

standar konstruksi

jembatan, Untuk

memberikan

pengetahuan tentang

konstruksi jalan,

Untuk memberikan

pengetahuan tentang

menemukan air bawah

tanah, guna mencari

titik pencarian air atau

mata air dan

memberikan

pengetahuan tentang

pemurnian air.

Pelaksana Bantuan

Pelatihan WNA

Palestina adalah

Badiklat Kemhan yang

pelaksanaannya akan

diselenggarakan

selama 1 (satu) bulan

yaitu dimulai tanggal

12 Juni s.d. 6 Juli 2012

dengan bertempat di

Pusdikzi Kodiklat TNI

AD Jalan Sudirman

No. 35 Bogor, Jawa

Barat .

PELATIHAN WNA PALESTINA