penanganan peti di kabupaten sragen

34
Disampaikan Oleh Nama : Surahman NIM : 551320 Prodi : Keinspekturan Dipl. : II (dua) 1. Pendahuluan 2. Orientasi Umum 3. Tinjauan Pustaka 4. Pembahasan 5. Kesimpulan PENANGANAN PERTAMBANGAN TANPA IJIN (PETI) DI KABUPATEN SRAGEN

Upload: maman-surachman

Post on 21-Jul-2015

333 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

Disampaikan Oleh

Nama : Surahman

NIM : 551320

Prodi : Keinspekturan

Dipl. : II (dua)

1. Pendahuluan

2. Orientasi Umum

3. Tinjauan Pustaka

4. Pembahasan

5. Kesimpulan

PENANGANAN

PERTAMBANGAN TANPA IJIN

(PETI)

DI KABUPATEN SRAGEN

Page 2: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

I. PENDAHULUAN

• Pertambangan merupakan sektor pembangunan penting di Indonesia. Namun, dari

segi lingkungan hidup, pertambangan juga dianggap sebagai kegiatan eksploitasi

sumberdaya alam yang “merusak”, karena dapat mengubah bentang alam, merusak

vegetasi dan menghasilkan limbah.

• Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Sragen, secara substansial

menunjang pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar, namun kegiatan

tersebut juga menimbulkan kerusakan lingkungan serta mengabaikan perlindungan

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

• Hingga saat ini PETI semakin berkembang pesat sehingga Pemerintah Kabupaten

Sragen perlu melakukan upaya pencegahan dan pembinaan terhadap pelakunya.

• Dengan pengawasan serta sosialisasi yang berkelanjutan dan tepat sasaran

diharapkan akan bisa menjadikan kegiatan penambangan yang tertib sehingga

kerusakan lingkungan dan kecelakaan tambang dapat di minimalisir.

Diperlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah serta instansi yang

berwenang dalam hal ini adalah DPU Bidang Pengairan, Pertambangan,

dan Energi agar dapat memperkecil dan bahkan menghilangkan jumlah

pihak yang melakukan penambangan tanpa izin tersebut.

Page 3: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

II. ORIENTASI UMUM

• Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor 4 Tahun

1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746 atas hasil

penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran

Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono

yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan

terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk

suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk

tlatah Sukowati sebelah timur.

• Kabupaten sragen merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa

Tengah, yang secara geografis berada di perbatasan antara Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

• Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Jatim)

• Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

• Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar

• Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan

Page 4: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

Ibukota Kabupaten

Ibukota Kecamatan

Batas Propinsi

Batas Kabupaten

Batas Kecamatan

Waduk

Jalan Aspal

Jalan Batu

Jalan Tanah

Jalan Kereta Api

PETA ADMINISTRASI

KABUPATEN SRAGEN

Page 5: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

II. ORIENTASI UMUM

• Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata

rata 109 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten

Sragen adalah 941,55 km2 yang terdiri dari 20 kecamatan, 8

kelurahan,dan 200 desa.

• Kantor Setda Kabupaten Sragen sebagai pusat pemerintahan terletak

di Jalan Raya Sukowati No: 225 Sragen. Pemerintah Kabupaten

Sragen dipimpin oleh seorang Bupati dan wakil Bupati yang dalam

sehari-hari dibantu oleh aparatur pemerintah daerah yang terdiri dari

Sekretariat Daerah (Setda) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

• SKPD yang mempunyai tanggung jawab dalam hal Pertambangan

dan Energi adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

khususnya Bidang Pengairan, Pertambangan dan Energi.

Visi DPU Kabupaten Sragen, yaitu “Terdepan Dalam

Inovasi Pembangunan Infrastruktur”.

Page 6: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

II. ORIENTASI UMUM

Dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya DPU

Kabupaten Sragen, terbagi

dalam satu sekretariat dan empat

bidang, yaitu :

1. Sekretaris

2. Bidang Bina Marga

3. Bidang Cipta Karya

4. Bidang Pengairan,

Pertambangan dan Energi

5. Bidang Perencanaan Teknik

dan Pengaturan Tata Ruang

Page 7: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

III. TINJAUAN PUSTAKA

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan

pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,

konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang

(Pasal 1 angka 1 UU No: 4 Tahun 2009)

Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan

mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas

bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah

(Pasal 1 angka 4)..

3.1. Pengertian dan Asas Pertambangan

Page 8: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

III. TINJAUAN PUSTAKA

Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan

mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas

bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah (Pasal 1

angka 4). Sedangkan pertambangan batubara adalah

pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam

bumi, termasuk bitumen padat, gambut dan batuan aspal

(Pasal 1 angka 5).

Asas-asas Pertambangan yang berlaku telah ditetapkan

dalam UU No: 4 Tahun 2009 ada 4 (empat); yaitu

1. Manfaat, Keadilan, dan Keseimbangan

2. Keberpihakan kepada Kepentingan Negara

3. Partisipatif, Transparansi, dan akuntabilitas

4. Berkelanjutan dan Berwawaskan Lingkungan

3.1. Pengertian dan Asas Pertambangan

Page 9: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

III. TINJAUAN PUSTAKA

Pertambangan Tanpa Izin yang selanjutnya disebut

dengan PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan

oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan

dan yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya

tidak memiliki izin dari instansi pemerintah sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jadi, izin, rekomendasi, atau surat berbentuk apapun yang

diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang,

perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah di luar

ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, dapat dikategorikan sebagai PETI.

3.2. Pertambangan Tanpa Ijin

Page 10: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

III. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan Pertambangan yang bisa dikategorikan sebagai PETI

adalah:

1. Melakukan kegiatan pertambangan tanpa memiliki ijin

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara;

2. Melakukan kegiatan pertambangan dengan ijin yang sudah mati

atau berakhir, baik berakhir karena dikembalikan, dibatalkan,

maupun habis waktunya;

3. Melakukan kegiatan pertambangan diluar areal atau diluar titik

koordinat yang sudah ditentukan dalam ijin yang diberikan;

4. Melakukan kegiatan pertambangan dengan menggunakan ijin yang

tidak sesuai dengan peruntukannya;

5. Pemegang IUP Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi

produksi (kontruksi, eksploitasi, pengolahan & pemurnian,

pengangkutan dan penjualan).

3.2. Pertambangan Tanpa Ijin

Page 11: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

III. TINJAUAN PUSTAKA

Dasar hukum yang digunakan dalam rangka penindakan

PETI adalah:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara.

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Keppres Nomor 025 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin,

Penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak Serta

Perusakan Instalasi Ketenagalistrikan Dan

Pencurian Aliran Listrik.

3.3. Dasar Hukum Penanganan PETI

Page 12: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

III. TINJAUAN PUSTAKA

Penegakan hukum biasa disebut oleh berbagai kalangan

dalam bahasa inggris, yaitu law enforcement, dan dalam

bahasa Belanda disebut rechtshandhaving.

Dilihat dari sudut instrumen penegak hukum, maka

penegakan hukum terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Penegakan hukum administrasi dilakukan oleh

instrument administratif, yaitu pejabat administratif

atau pemerintahan;

2. Penegakan hukum perdata, dilakukan oleh pihak yang

dirugikan, baik individual, kelompok, masyarakat atau

negara;

3. Penegakan hukum pidana dilakukan oleh negara

melalui jaksa.

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

Page 13: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

Koridor penegakan hukum administrasi lebih berada pada tataran

preventif, yaitu dalam bentuk pengawasan dan pengendalian suatu

kegiatan atau tindakan.

Bentuk konkret koridor pengawasan dalam konteks penegakan

hukum administrasi pertambangan adalah melalui rambu-rambu

yang secara limitatif telah diatur dalam ketentuan Pasal 39, 78, dan

79 tentang IUP atau IUPK yang merupakan kewajiban-kewajiban

yang harus dilaksanakan penerima IUP atau IUPK, dan apabila

melakukan pelanggaran maka pejabat yang mengeluarkan ijin

tersebut berhak untuk menjatuhkan sanksi.

Pejabat Administrasi Negara yang mengeluarkan ijin dimaksud

seyogyanya lebih mengetahui, apakah kegiatan memiliki ijin atau

tidak, atau apakah pemegang ijin mematuhi rambu-rambu yang

tertuang dalam ijin atau sebaliknya malah dilanggar.

1. Penegakan hukum administrasi

Page 14: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

1. Penegakan hukum administrasi

Kewenangan Pemerintah dalam hal pengawasan,

ketentuannya diatur dalam Pasal 140 UU No: 4 Tahun

2009, yang terdiri dari:

a. Pengawasan internal atau pengawasan vertikal,

adalah pengawasan yang dilakukan oleh menteri

terhadap gubernur, bupati/walikota sebagai penanggung

jawab penyelenggara pengelolaan usaha pertambangan

di daerah sesuai kewenangannya, sebagaimana diatur

dalam ketentuan Pasal 140 ayat (1); dan

b. Pengawasan eksternal atau pengawasan fungsional,

yang dilakukan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota

ditujukan terhadap pelaku usaha pertambangan,

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 140 ayat (3)

Page 15: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

1. Penegakan hukum administrasi

Kewenangan pemerintah dalam hal pembinaan diatur

dalam Pasal 139 UU No: 4 Tahun 2009, meliputi:

a. Pemberian pedoman standar pelaksanaan pengelolaan

usaha pertambangan

b.Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;

c. Pendidikan dan pelatihan;Perencanaan, penelitian,

pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan

penyelenggaraan usaha pertambangan di bidang mineral

dan batubara.

Page 16: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

2. Penegakan Hukum Perdata

Proses hukum perdata secara nyata kurang diminati

kebanyakan masyarakat di negara kita. Padahal secara

yuridis, ruang penegakan hukum perdata adalah salah satu

instrumen penegakan hukum yang mengatur bahwa

khusus yang berkaitan dengan materi keperdataan secara

formal harus melalui proses peradilan perdata disamping

melalui arbritase.

Selain proses perdata yang memakan waktu, tanaga dan

biaya, hal yang harus disadari bahwa sengketa perdata

dalam konteks pengusahaan pertambangan di negara kita

yang marak saat ini adalah sengketa pemilik lahan dengan

pelaku usaha pertambangan.

Page 17: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

2. Penegakan Hukum Perdata

Dalam konteks sengketa perdata, sebagaimana diuraikan

di atas, terdapat dua kecenderungan, yaitu:

a. Di satu pihak, masyarakat setempat sebagai pemilik

lahan cenderung menjadi korban;

b. Pelaku usaha pertambangan cenderung lebih senang

memakai jalur perdata, karena dengan berbagai

kekuatannya meskipun sengketa peradilan

berlangsung, pelaku usaha masih dapat melakukan

kegiatan pertambangannya dengan tenang.

Akomodasi gugatan perdata atas kegiatan usaha

pertambangan yang merugikan masyarakat sesungguhnya

memperoleh ruang/legimitasi hukum sebagaimana diatur

dalam ketentuan UU No: 4 tahun 2009 Pasal 145 ayat (1).

Page 18: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

2. Penegakan Hukum Perdata

Dalam ketentuan UU No: 4 tahun 2009 Pasal 145 ayat

(1), menegaskan bahwa masyarakat yang terkena dampak

negatif langsung dari kegiatan usaha pertambangan

berhak untuk:

a. Memperoleh ganti rugi yang layak akibat kesalahan

dalam kegiatan pengusahaan pertambangan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap

kerugian akibat pengusahaan pertambangan yang

menyalahi ketentuan.

Ketentuan Pasal 145 ayat (1) di atas merupakan ketentuan

dalam rangka perlindungan masyarakat dari dampak

negatif suatu kegiatan usaha pertambangan.

Page 19: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

3.4. Proses Penegakan Hukum Pertambangan

3. Penegakan Hukum Pidana

Ketentuan sanksi pidana dalam UU No: 4 tahun 2009

diatur dalam Pasal 158 sampai dengan Pasal 165 yang

memuat dua jenis sanksi pidana, yaitu sanksi hukuman

penjara dan sanksi hukuman denda.

Ketentuan sanksi pidana sebagaimana dimaksud Pasal

158 berbunyi: “Setiap orang yang melakukan usaha

pertambangan tanpa IUP, IPR, atau IUPK sebagaimana

dimaksud Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67

ayat (1), Pasal 74 ayat (1), atau ayat (5) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda

paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah)”.

Page 20: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.1. Kawasan Pertambangan

IV. PEMBAHASAN

Kawasan Pertambangan Kabupaten Sragen berdasarkan Perda No: 11

Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sragen Tahun

2011 – 2013, adalah wilayah yang memiliki sumberdaya bahan

tambang yang berujud padat, cair atau gas berdasarkan peta data

geologi dan merupakan tempat dilakukannya seluruh tahapan

kegiatan pertambangan yang meliputi: penyelidikan umum,

eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan

dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca

tambang, baik di wilayah darat maupun perairan.

Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan

sumberdaya mineral dan energi untuk masyarakat, dengan tetap

memelihara sumberdaya sebagai cadangan pembangunan yang

berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian

lingkungan.

Page 21: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.2. Potensi Bahan Galian

IV. PEMBAHASAN

No:Nama

Bahan Galian

Daerah Potensial

(Kecamatan)

Perkiraan

CadanganDigunakan Untuk

1. AndesitNgrampal, Gondang, Sambirejo,

Kedawung7.875.000 m3 Bahan bangunan

2. Pasir

Kalijambe, Masaran, Tanon, Sragen,

Jenar Ngrampal, Tangen, dan

Sambungmacan

2.250.000 m3 Bahan bangunan

3. BatugampingNgrampal, Gondang, Sambungmacan,

Miri, Sumberlawang, Jenar, dan Tangen98.000.000 m3 Bahan bangunan,

Bahan baku kapur padam

4. TrassKarangmalang, Sambirejo, Kedawung

dan Sambungmacan,1.300.000 m3

Bahan bangunan, Bahan baku

puzzoland cement

5. Tanah Liat

Gondang, Sambirejo, Ngarum,

Kedawung, Gemolong, Mondokan,

Plupuh, Sumberlawang, Miri, Tangen,

Jenar, Sukodono, dan Gesi,

24.000.000 m3 Tanah timbun/urug

Potensi Bahan Galian Batuan di Kabupaten Sragen

Page 22: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.3. Pengusahaan PETI

IV. PEMBAHASAN

Menurut data yang dihimpun dari Bidang Pengairan, Pertambangan,

dan Energi DPU Kabupaten Sragen, di awal tahun 2014 ini masih

terdapat 33 titik lokasi pertambangan illegal. Di mana dari 33 lokasi

tersebut, 16 lokasi menggunakan alat berat dan 17 lokasi diusahakan

dengan cara manual, dan semuanya tidak ada satu pun yang

mengantongi izin sesuai perundang-undangan.

Bahan galian batuan yang terdapat di daerah Kabupaten Sragen pada

umumnya merupakan endapan permukaan yang tersingkap atau

hampir tersingkap karena sebagian hanya ditutupi beberapa meter

atau kurang dari satu meter oleh lapisan penutup (over burden). Dari

sifat endapan atau letakannya, bahan galian ini pada umumnya relatif

mudah untuk ditambang, dengan sitem tambang terbuka. Dari 5

(lima) bahan galian batuan di atas, kesemuanya telah diusahakan oleh

masyarakat luas.

Page 23: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.3. Pengusahaan PETI

IV. PEMBAHASAN

Penambangan Batugamping

di Desa Doyong, Miri

Penambangan Andesit

di Desa Jambeyan, Sambirejo

Page 24: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.4. Permasalahan PETI di Kabupaten Sragen

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap para

pelaku PETI dan masyarakat sekitar tambang, kegiatan mereka itu

tidak lepas dari beberapa faktor yang antara lain:

a. Faktor lapangan kerja yang terbatas;

b. Faktor ekonomi (untuk memenuhi kebutuhan hidup);

c. Faktor kurangnya kesadaran hukum masyarakat;

d. Faktor menipisnya etika/moral masyarakat dengan mengabaikan

aspek keselamatan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

e. Faktor penegakan hukum yang lemah.

Berdasarkan informasi di atas, tergambar bahwa cukup banyak faktor

yang menyebabkan terjadinya PETI, namun dari beberapa faktor

tersebut, yang paling dominan adalah faktor untuk memenuhi

kebutuhan hidup

Page 25: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.4. Permasalahan PETI

IV. PEMBAHASAN

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan tambang

tanpa izin tersebut antara lain:

1. Kehilangan Penerimaan Pemerintah dari Sektor

Pertambangan

2. Kerusakan Lingkungan

3. Kecelakaan Tambang

4. Iklim Investasi Tidak Kondusif

5. Kerawanan Sosial

Page 26: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.5. Penanggulangan PETI

IV. PEMBAHASAN

Karena begitu banyaknya permasalahan yang diakibatkan

oleh kegiatan PETI, maka pemerintah Kabupaten Sragen

mempunyai komitmen untuk melakukan penegakan

hukum di bidang pertambangan. Dilihat dari sudut

instrument penegakan hukum, maka sebenarnya

pemerintah Kabupaten Sragen dapat melakukannya

dengan cara:

a. Penegakan Hukum Administrasi

b. Penegakan Hukum Perdata

c. Penegakan Hukum Pidana

Page 27: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.5. Penanggulangan PETI

IV. PEMBAHASAN

a. Penegakan Hukum Administrasi

Sehubungan dengan penegakan hukum administratif

tersebut, pemerintah kabupaten Sragen telah melakukan

berbagai langkah yang antara lain adalah:

1. Menerbitkan Peraturan Daerah (Perda)

2. Melakukan Sosialisasi Tentang Regulasi di Bidang

Pertambangan

3. Melakukan Penertiban

Page 28: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.5. Penanggulangan PETI

IV. PEMBAHASAN

b. Penegakan Hukum Perdata

Penegakan hukum perdata dapat dilakukan oleh pihak

yang dirugikan, baik individual, kelompok,

masyarakat atau negara.

Di sisi ini sebenarnya ada peluang untuk melakukan

penuntutan ganti rugi terhadap para pelaku PETI,

karena banyak sekali pihak-pihak yang dirugikan

akibat adanya kegiatan PETI tersebut. Namun, sampai

saat ini belum ada satu pihak pun yang mengajukan

penuntutan ganti rugi tersebut.

Page 29: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.5. Penanggulangan PETI

IV. PEMBAHASAN

c. Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum piudana dilakukan oleh negara

melalui jaksa. Ketentuan sanksi pidana dalam UU No:

4 tahun 2009 diatur dalam Pasal 158 sampai dengan

Pasal 165, dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

Seandainya pemerintah Kabupaten Sragen melakukan

penuntutan pidana, kemungkinan bisa menimbulkan

efek jera terhadap para pelaku PETI. Namun langkah

ini tidak juga dilakukan dengan berbagai alasan.

Page 30: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

4.5. Penanggulangan PETI

IV. PEMBAHASAN

Mengingat permasalahan PETI begitu kompleks, maka penang-

gulangannya memerlukan konsep yang terintegrasi dan harus

dilakukan secara terpadu, dengan cara:

1. Mengupayakan adanya penegakan hukum;

2. Mengupayakan usaha pertambangan yang ramah lingkungan serta

berpihak terhadap masyarakat;

3. Mengupayakan adanya keterpaduan anatara kegiatan pertambangan

rakyat, yang diusahakan oleh perseorangan, masyarakat atau pun

koperasi dengan badan usaha melalui kemitraan yang saling

menguntungkan;

4. Menerapkan pola pertambangan rakyat yang mendapat bimbingan,

pengawasan, serta subsidi dari pemerintah; dan

5. Perlu dilibatkannya jajaran di tingkat kecamatan dalam hal ini

Camat, untuk melakukan pengawasan, pembinaan dan atau pun

pemberian IPR terhadap para pelaku PETI sebagaimana diatur

dalam Pasal 67 Ayat (2) UU No: 4 Tahun 2009;

Page 31: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

V. PENUTUP

Kesimpulan

Kegiatan pertambangan selain memiliki peranan penting dalam

memenuhi hajat hidup orang banyak, juga menimbulkan dampak

terhadap lingkungan, keamanan, dan keselamatan di daerah

pertambangan.

Untuk itu kegiatan pertambangan harus memiliki legalitas yang

mengarah pada keadilan dan ketertiban, dengan demikian memiliki

pengaruh positif terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup,

sehingga potensi pertambangan dapat menjadi kekuatan dalam

pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik langsung maupun tidak

langsung.

Diharapkan kepada pemerintah daerah kabupaten Sragen agar dapat

memberikan suatu tidakan tegas terhadap para pelaku PETI sesuai

peraturan yang berlaku.

Page 32: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

V. PENUTUP

SaranDalam rangka mewujudkan kegiatan pertambangan

yang sesuai peraturan perundang-undangan, maka pemerintah

daerah Kabupaten Sragen dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut:

1. Segera menyusun dan menetapkan peraturan daerah

tentang pertambangan;

2. Segera melakukan identifikasi potensi tambang serta

menetapkan wilayah pertambangan dengan potensi yang

ada; dan

3. Menertibkan serta mengarahkan kegiatan pertambangan

agar dilakukan dengan mempertimbangkan aspek hukum

dan lingkungan hidup.

Page 33: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

V. PENUTUP

SaranDi samping itu, pemerintah daerah juga harus

melakukan pembinaan dan pengawasan di bidang

keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, teknis

pertambangan, dan manajemen, juga memberikan bantuan

modal, sebab ini adalah hak dari penambang yang diatur

dalam undang-undang.

Akhirnya pemanfaatan sumber daya mineral harus

dikelola secara berkelanjutan dan bijaksana untuk memberi

nilai tambah bagi perekonomian agar dapat dimanfaatkan

secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat..

Page 34: Penanganan PETI di Kabupaten Sragen

INSYAALLAH,.. KITA JUMPA

TAHUN DEPAN DI DIPLOMA-III