presentasi kasus sragen
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT PADA
SEKUNDI PARA HAMIL ATERM
Oleh :
Kristina Sandra Dewi G0008015
Yessi Perlitasari G0007173
Pembimbing :
dr. Dian Ika, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD SRAGEN
SRAGEN
2012
1
ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengetahui manajemen dan penanganan pasien hamil aterm dengan preeklampsia berat in partu kala I fase laten. Tempat: Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Sragen. Bahan dan Cara Kerja: Pada tanggal 30 Juli 2012, pukul 02.30 datang seorang wanita G2P1A0, 33 tahun, hamil dengan umur kehamilan 38 minggu, tidak haid, datang kiriman bidan dengan tensi tinggi (170/100 mmHg), kenceng-kenceng teratur dirasakan 12,5 jam sebelum masuk rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tensi 160/100 mmHg, tinggi fundus uteri 34 cm, janin tunggal, intra uterin, memanjang, presentasi kepala, punggung kiri, taksiran berat janin 3565 gram, HIS 4x/10’/45” sedang, denyut jantung janin regular 13-12-12, pembukaan 8 cm, bagian bawah kepala turun di Hodge II-III, ubun-ubun kecil di jam 2. Pasien ini didiagnosis dengan sekundigravida hamil aterm dengan preeklampsia berat in partu kala I fase aktif. Dikelola dengan injeksi MgSO4 dosis awal 8 gram i.m, maintenance injeksi MgSO4 4 gram i.m per 6 jam sampai dengan 24 jam post partum bila syarat terpenuhi, nifedipin 10 mg sublingual jika tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg, dan direncanakan persalinan pervaginam atas indikasi peringan kala II. Lahir neonatus laki-laki dengan vacuum ekstraksi, 3600 gram, panjang badan : 49 cm, lingkar dada : 33 cm, APGAR score : 7-9-10, terdapat lubang anus dan tidak didapatkan kelainan kongenital. Kesimpulan: Pada kasus ini pasien adalah seorang sekundigravida usia 33 tahun hamil aterm dengan preeklampsia berat dilakukan persalinan per vaginam atas indikasi peringan kala II dengan bantuan vakum ekstraksi. Lahir bayi laki-laki dengan BB 3600 gram dengan APGAR score 7-9-10.
Kata kunci: Preeklampsia Berat (PEB), vacuum ekstraksi, MgSO4
2
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status paritas : G2P1A0
Alamat : Gendol RT 08 Mojokerto Kedawung Sragen
Status : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tgl masuk : 30 Juli 2012
No. RM : 347855
2. Suami
Nama : Tn. N
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
B. ANAMNESIS
Tanggal 30Juli 2012 pukul 02.30 WIB
1. Keadaan Sekarang dan Alasan Dirawat
Tanggal 30 Juli 2012 pukul 02.30 WIB datang pasien kiriman Puskesmas
Kedawung dengan keterangan tensi tinggi (TD: 170/100 mmHg). Pasien
merasa hamil 9 bulan. Tanggal 29 Juli 2012 pukul 14.00 WIB kenceng-
kenceng sering dan teratur mulai dirasakan, gerakan janin masih dirasakan
3
Air kawah belum dirasakan keluar, lendir darah dirasakan keluar sejak
tanggal 29 Juli 2012 pukul 15.00 WIB.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus menstruasi : 28 hari
Lama menstruasi : 5 hari
HPMT : 03 – 11 – 2011
HPL : 10 – 08 – 2012
3. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali. Dengan suami sekarang 12 tahun.
4. Riwayat Obstetrik
No Keadaan kehamilan, persalinan, keguguran, dan nifas
Umur sekarang
Keadaan anak
1. Laki-laki, 3100 gr, partus spontan di bidan 11 tahun Hidup
2. Hamil sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
6. Penyakit dan Operasi yang Pernah Dialami
Tidak ada.
7. Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan di bidan
Trimester 1 : 1 kali/bulan di bidan
Trimester 2 : 2 kali/bulan di bidan
Trimester 3 : 2 kali/bulan di bidan
4
8. Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 5 tahun sebelum
kehamilan ini.Pasien ingin mempunyai 2 anak.Setelah kehamilan ini, pasien
direncanakan menggunakan KB IUD.
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRAESENS
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Vital Sign : T : 160/100 mmHg Nadi : 82x/ menit
RR : 20x/ menit Suhu : 36,60C
4. Gizi : Kesan cukup
5. Kepala : Bentuk mesocephal
6. Mata : Tidak didapatkan konjungtiva pucat dan sklera ikterik
7. Leher : Tidak ada pembesaran limfonodi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, JVP tidak meningkat
8. Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, tidak ditemukan bising
Paru-paru
Inspeksi : Retraksi dada tidak didapatkan, pengembangan dada kanan
sama dengan dada kiri, simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas pengembangan paru 2
jari
Auskultasi :Suara dasar vesikuler, tidak didapatkan suara tambahan
5
9. Abdomen
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
10. Anggota gerak : tidak didapatkan oedem di seluruh ekstremitas
refleks fisiologis didapatkan seluruh ekstremitas
STATUS OBSTETRI
1. Inspeksi
Abdomen : Perut tampak membuncit membujur, tidak mengkilat, tidak
venetasi , terdapat striae gravidarum , tidak terdapat bundle ring
2. Palpasi
LI :Teraba bagian besar lunak
LII : Teraba bagian keras panjang sebelah kiri
Teraba bagian kecil- kecil sebelah kanan
LIII : Teraba bagian besar keras, tidak didapatkan ballotment
LIV : Divergen
His : 4x/10’/45” kuat
Tinggi fundus uteri 34 cm, taksiran berat janin = 3565 gr
3. Auskultasi : DJJ reguler, 13-12-12
4. Perkusi : Tidak didapatkan pekak alih, pekak sisi, reflek patella
5. Vaginal toucher
a. Pembukaan 8 cm, kulit ketuban utuh, eff 70%
Bagian bawah kepala turun di Hodge II-III
Ubun ubun kecil di arah jam 2
b. Ukuran Panggul Dalam: tidak dilakukan pemeriksaan
c. Tidak didapatkan septum vagina, kondiloma kuminata, myoma
servikalis, kista bartolini, kista gardner
6
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah
Pemeriksaan Tgl 5/3/12 Hasil Satuan
Hemoglobin 11,8 g/dl Hematokrit 35,1 %
Eritrosit 3,87 juta/ul Leukosit 10,50 ribu/ul
Trombosit 189 ribu/ul MCV 90,7 fl MCH 30,5 pg
MCHC 33,6 g/dl Masa pembekuan (CT) 2 menit Masa perdarahan (BT) 3 menit
HbsAg Negative Golongan Darah O
GDS 100 mg/dl SGOT 30 U/I SGPT 15 U/I Ureum 16,4 mg/dl
Kreatinin 1,14 mg/dl
2. Laboratorium urin
Protein urin ++
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0, 33 tahun, hamil 38 minggu
Janin 1 hidup intra uterin
Presentasi kepala, punggung di kiri
In partu kala I fase aktif dengan Preeklamsia Berat
F. SIKAP
- Observasi 10
- O2 3 lpm
- Infus RL 12 tpm
- Inj. MgSO4 8 gram i.m, maintenance Inj. MgSO4 4 gram i.m per 6 jam
sampai dengan 24 jam post partum bila syarat terpenuhi
- Nifedipin 10 mg sublingual jika tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
7
- Rencana persalinan pervaginam peringan kala II atas indikasi Pteeklamsia
berat bila TD
G. LAPORAN PERSALINAN
Tanggal/ Jam
Nadi/ Tensi/ Suhu His DJJ Keadaan umum, dll
30/7/2012 02.30
KU baik, CM T : 160/100 N : 82x RR : 20x S : 36,60
4x/10’/40” Sedang
10-11-11 Reguler
VT: Ø 8 cm , KK (+), eff 80% Bagian bawah kepala U ↓ H II-III
UUK di jam 2 Diagnosis:
G2P1A0, 33 tahun, hamil 38 minggu Janin 1 hidup intra uterin Presentasi kepala, punggung kiri In partu kala I fase aktif dengan Pre Eklamsia Berat
Sikap: Observasi 10 Evaluasi 1.5 jam (04.00WIB) O2 3 lpm Infus RL 12 tetes per menit Injeksi MgSO4 8 gr IM Nifedipin sublingual 10 mg Lanjutkan persalinan per vaginam
02.45 4x/10’/40” sedang
11-12-11 reguler
03.00 4x/10’/40” sedang
12-12-11 reguler
03.15 4x/10’/40” sedang
12-12-13 reguler
03.30 4x/10’/45” sedang
13-12-13 reguler
03.45 4x/10’/45” sedang
13-12-12 reguler
04.00 KU baik, CM T : 160/100 N : 82x RR : 20x S : 36,60
4x/10’/45” sedang
12-12-13 reguler
VT: Ø 9 cm, eff 100% Bagian bawah kepala U ↓ H III+ UUK di jam 12
Dx: Idem In partu kala II Sikap:
Observasi 10 Evaluasi 45 menit (03.45WIB)
8
Lanjutkan persalinan per vaginam
04.15 4x/10’/45” sedang
12-13-12 reguler
04.30 4x/10’/45” sedang
12-12-13 reguler
Keluhan: Ibu ingin mengejan
Perineum menonjol Vulva dan anus terbuka VT: a.i tanda kala II
Ø 10 cm, eff 100% Bagian bawah kepala U ↓ H III+ UUK di jam 12
Dx: Idem In partu kala II Sikap:
- Siapkan partus set - Siapkan alat vacuum ekstraksi - Siapkan resusitasi bayi - Pimpin persalinan dan peringan
kala II dengan vacuum ekstraksi
04.48
Lahir bayi laki-laki dengan vacuum ekstraksi Berat badan 3600 gram PB = 49 cm LK = 35 cm LD = 33 cm APGAR skor = 7-9-10 Anus (+), Kelainan congenital (-)
05.00
Lahir plasenta lengkap bentuk cakram, insersi sentral, ukuran 20x18x1,7cm3, panjang tali pusat 50cm, Insersi IUD pasca plasenta lahir
Lama persalinan Kala I = 14.00-04.30 = 14 jam 30 mnt Kal II =04.30 - 04.48 = 18 mnt Kala III=04.48 - 05.00 = 12 mnt Total =15 jam Banyak perdarahan Kala II = 50 cc Kala III = 100 cc Kala IV = 70 cc + Jumlah = 220 cc
9
Jam 07.00 Evaluasi 2 jam post partum
- KU : baik, compos mentis
- VS : T : 150/90 mmHg N: 84x/ menit
RR: 20x/ menit t: 36,40C
- Mata : Tidak didapatkan konjungtiva pucat dan sklera ikterik
- Thoraks : Dalam batas normal, suara dasar vesikuler diseluruh
lapang paru, didah didapatkan suara tambahan.
- Abdomen : Supel, ridak didapatkan nyeri tekan, fundus uteri
teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
- Genital : didapatkan lokia rubra
- Produksi urin : 150 cc
- Diagnosis : P2A0, 33 tahun post partum vacuum ekstraksi pada
sekundipara hamil aterm dengan preeklampsia berat
DPH 0
- Terapi : Amoxicillin 3 x 500 mg
Sulfas ferosus 1 x 30 mg
Vitamin C 2 x 500 mg
Protap PEB:
- Infus RL 12 tpm
- O2 5 lpm
- Inj. MgSO4 4 gram IM/6 jam bila syarat terpenuhi
(11.00 - 17.00 – 23.00 – 05.00)
- Nifedipin 10 mg bila TD > 160/100 mmHg
H. FOLLOW UP
30 Juli 2012 pukul 11.00 WIB
- KU : Baik, compos mentis
- VS : Tekanan darah : 140/90 mmHg Suhu : 36,5 °C
Frekuensi Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit
- Produksi urin : 200 cc
- Reflek patella : didapatkan reflek patella
- Diagnosis : P2A0, 33 tahun post partum vacuum ekstraksi atas indikasi
10
peringan kala II pada sekundipara hamil aterm dengan
preeklampsia berat DPH 0
- Terapi : Inj. MgSO4 4 gram IM
30 Juli 2012 pukul 17.00 WIB
- KU : Baik, compos mentis
- VS : Tekanan darah : 150/90 mmHg Suhu : 36,5 °C
Frekuensi Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit
- Produksi urin : 250 cc
- Reflek patella : didapatkan reflek patella
- Diagnosis : P2A0, 33 tahun post partum vacuum ekstraksi atas indikasi
peringan kala II pada sekundipara hamil aterm dengan
preeklampsia berat DPH 0
- Terapi : Inj. MgSO4 4 gram IM
30 Juli 2012 pukul 23.00 WIB
- KU : Baik, compos mentis
- VS : Tekanan darah : 140/90 mmHg Suhu : 36,5 °C
Frekuensi Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit
- Produksi urin : 350 cc
- Reflek patella : didapatkan reflek patella
- Diagnosis : P2A0, 33 tahun post partum vacuum ekstraksi atas indikasi
peringan kala II pada sekundipara hamil aterm dengan
preeklampsia berat DPH 0
- Terapi : Inj. MgSO4 4 gram IM
31 Juli 2012 pukul 05.00 WIB
- KU : Baik, compos mentis
- VS : Tekanan darah : 160/90 mmHg Suhu : 36,5 °C
Frekuensi Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit
11
- Produksi urin : 250 cc
- Reflek patella : didapatkan reflek patella
- Diagnosis : P2A0, 33 tahun post partum vacuum ekstraksi atas indikasi
peringan kala II pada sekundipara hamil aterm dengan
preeklampsia berat DPH I
- Terapi : Inj. MgSO4 4 gram IM
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMPSIA
1. Definisi
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang
mengenai wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda
utama berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Bila seorang wanita memenuhi
kriteria preeklampsia dan disertai kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit
neurologis dan atau koma maka ia dikatakan mengalami eklampsia. Umumnya
wanita hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau
hipertensi sebelumnya.2,3
Kumpulan gejala itu berhubungan dengan vasospasme, peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ. Kelainan yang
berupa lesi vaskuler tersebut mengenai berbagai sistem organ, termasuk
plasenta. Selain itu, sering pula dijumpai peningkatan aktivasi trombosit dan
aktivasi sistem koagulasi. 7
2. Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the
disease of theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal
berikut7:
a. Peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
b. Peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia
kehamilan
c. Perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
d. Penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya
13
e. Mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi,
edema, proteinuria, kejang dan koma
Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga
saat ini, yaitu:4,5
a. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap
arteri spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi
uteroplasenta yang dapat berkembang menjadi iskemia plasenta.
b. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).
c. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri
spiralis oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang
diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan
radikal bebas.
d. Genetik.
Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta. Namun,
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara faktor-faktor yang
ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah faktor penyebab atau
merupakan akibat.
3. Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
(PEB):7
a. Preeklampsia ringan
Dikatakan preeklampsia ringan bila :
1.) Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg
2.) Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)
3.) Tidak disertai gangguan fungsi organ
14
b. Preeklampsia berat
Dikatakan preeklampsia berat bila :
1.) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik
> 110mmHg
2.) Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada
pemeriksaan kuantitatif
3.) Bisa disertai dengan :
i. Oliguria (urine ≤ 400 mL/24jam)
ii. Keluhan serebral, gangguan penglihatan
iii. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau
daerahepigastrium
iv. Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
v. Edema pulmonum, sianosis
vi. Gangguan perkembangan intrauterin
vii. Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia
c. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai
dengan adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.
Preklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:2,4
a. PEB tanpa impending eclampsia
b. PEB dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending di
antaranya nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium,
dan nyeri abdomen kuadran kanan atas
Klasifikasi pre-eklampsia lain , yaitu :1,7
a. Genuine pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai
dengan edem (pitting) dan kenaikan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
sampai 160/90. Juga terdapat proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Esbach)
15
b. Super imposed pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu disertai
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Esbach), dan bisa disertai edem. Biasanya
disertai hipertensi kronis sebelumnya.
4. Insiden dan Fakor Risiko
Insidens preeklampsia sebesar 4–5 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada
negara maju. 7 Di negara berkembang insidensnya bervariasi antara 6–10 kasus
per 10.000 kelahiran hidup. 7
Angka kematian ibu akibat kasus preeklampsia bervariasi antara 0-4%.
1Angka kematian ibu meningkat karena komplikasi yang dapat mengenai
berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak wanita hamil akibat
preeklampsia adalah perdarahan intraserebral dan edema paru. Efek
preeklampsia pada kematian perinatal berkisar antara 10-28%. Penyebab
terbanyak kematian perinatal disebabkan prematuritas, pertumbuhan janin
terhambat, dan solutio plasenta. Sekitar 75% eklampsia terjadi antepartum dan
sisanya terjadi pada postpartum. Hampir semua kasus (95%) eklampsia
antepartum terjadi pada trimester ketiga. 8,9
Angka kejadian preeklampsia rata-rata sebanyak 6% dari seluruh kehamilan
dan 12% pada kehamilan primigravida. Kejadian penyakit ini lebih banyak
dijumpai pada primigravida terutama primigravida pada usia muda daripada
multigravida.2,3
Selain primigravida, faktor risiko preeklampsia lain di antaranya adalah7 :
a. nullipara
b. kehamilan ganda
c. obesitas
d. riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia
e. riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
f. abnormalitas uterus yang diperoleh pada Doppler pada usia kandungan
18 dan 24 minggu
g. diabetes melitus gestasional
h. trombofilia
16
i. hipertensi atau penyakit ginjal
5. Patofisiologi
Kelainan patofisiologi yangmendasari preklamsia/eklamsia pada umumnya
karena vasospasme. Peningkatan tekanan darah dapat ditimbulkan oleh
peningkatan cardiac output dan resistensi sistem pembuluh darah. Cardiac output
pada pasien dengan preeklamsia/eklamsia tidak terlalu berbeda pada kehamilan
normal di trimester terakhir kehamilan yang disesuaikan dari usia kehamilan.
Bagaimanapun juga resistensi sistem pembuluh darah pada umumnya diperbaiki.
Aliran darah renal dan angka filtrasi glomerulus (GFR) pada pasien
preeklamsia/eklamsia lebih rendah dibandingkan pada pasien dengan kehamilan
normal dengan usia kehamilan yang sama. Penurunan aliran darah renal
diakibatkan oleh konstriksi di pembuluh darah afferen yang dapat
mengakibatkan kerusakkan membran glomerulus dan kemudian meningkatkan
permeabilitas terhadap protein yang berakibat proteinuria. Oliguria yang
diakibatkan karena vasokontriksi renal dan penurunan GFR. Resistensi vaskular
cerebral selalu tinggi pada pasien preeklamsia/eklamsia. Pada pasien hipertensi
tanpa kejang, aliran darah cerebral mungkin bertahan sampai batas normal
sebagai hasil fenomena autoregulasi. Pada pasien dengan kejang, aliran darah
cerebral dan konsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan wanita hamil
biasa dan terdapat penurunan aliran darah dan peningkatan tahanan vaskuler
pada sirkulasi uteroplasental pada pasien preeklamsia/eklamsia.
17
Skema patofisiologi Pre-eklampsia
Faktor Predisposisi Pre-eklampsia ( umur, paritas, genetik, dll )
Obstruksi mekanik dan fungsi dari arteri spiralis
Perubahan plasentasi
Menurunkan perfusi uteroplasenter
Renin/angiotensin II ↑ PGE2/PGI2 ↓ Tromboksan ↑
Kerusakan endotel Vasokonstriksi arteri
Disfungsi endotel ↑ endotelin, ↓ NO
Hipertensi sistemik
Aktivasi intravascular koagulasi
SSP
DIC
Ginjal Hati Organ lainnya
Proteinuri kejang LFT abnormal iskemi GFR ↓ koma Edema
18
5. Dasar Pengelolaan
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan
pengelolaan dasar sebagai berikut :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya, yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannnya yang
tergantung pada umur kehamilannya. Sikap terhadap kehamilannnya
dibagi 2, yaitu :
• Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilannnya < 37 minggu,
artinya kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil
memberikan terapi medikamentosa.
• Aktif ; agresif : bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya
kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk
stabilisasi ibu.6
6. Penatalaksanaan
Tujuan dasar dari penatalaksanaan preeklampsia adalah 1,2,3:
a. Terminasi kehamilan dengan kemungkinan setidaknya terdapat trauma
pada ibu maupun janin
b. Kelahiran bayi yang dapat bertahan
c. Pemulihan kesehatan lengkap pada ibu
Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika diketahui atau
diperkirakan janin memiliki usia gestasi preterm, kecenderungannya adalah
mempertahankan sementara janin di dalam uterus selama beberapa minggu
untuk menurunkan risiko kematian neonatus.
Khusus pada penatalaksanaan preeklampsia berat (PEB), penanganan terdiri
dari penanganan aktif dan penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan PEB
umumnya dilakukan persalinan tanpa ada penundaan. Pada beberapa tahun
terakhir, sebuah pendekatan yang berbeda pada wanita dengan PEB mulai
berubah. Pendekatan ini mengedepankan penatalaksanaan ekspektatif pada
beberapa kelompok wanita dengan tujuan meningkatkan luaran pada bayi yang
19
dilahirkan tanpa memperburuk keamanan ibu.
Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PEB
antara lain adalah: 2,3
a. Tirah baring
b. Oksigen
c. Kateter menetap
d. Cairan intravena.
Cairan intravena yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid
maupun koloid dengan jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan
berpedoman pada diuresis,sensensible water loss, dan central venous
pressure (CVP). Balans cairan ini harus selalu diawasi.
e. Magnesium sulfat (MgSO4).
Obat ini diberikan dengan dosis 20 cc MgSO4 20% secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4
40% sebanyak 30 cc dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14
tetes/menit. Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa syarat,
yaitu:
i. Refleks patella normal
ii. Frekuensi respirasi >16x per menit
iii. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5
cc/kgBB/jam
iv. Disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai
antidotum. Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi
maka kalsium glukonas tersebut diberikan dalam tiga menit.
f. Antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg.
Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg.
Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin
ulangan 10 mg dengan interval satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai
kebutuhan. Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh terlalu agresif
yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau maksimal
30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan karena harganya
20
murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya dengan efektifitas
yang cukup baik.
g. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita
usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan prematur,
termasuk pasien dengan PEB. Preeklampsia sendiri merupakan penyebab
±15% dari seluruh kelahiran prematur. Ada pendapat bahwa janin
penderita preeklampsia berada dalam keadaan stres sehingga mengalami
percepatan pematangan paru. Akan tetapi menurut Schiff dkk, tidak
terjadi percepatan pematangan paru pada penderita preeklampsia.
B. VAKUM EKSTRAKSI
1. Definsi
Vakum adalah semacam alat pengisap (negative-pressure vaccum
extractor) yang digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi. Persalinan
dengan menggunakan vakum biasanya disebut ekstraksi vakum. Vakum
membantu memberi tenaga tambahan untuk mengeluarkan bayi dan biasanya
digunakan saat persalinan sudah berlangsung terlalu lama, ibu sudah
terlalu capek sehingga tidak kuat mengejan lagi.
2. Etiologi
Ekstraksi vakum dilakukan karena kesukaran bersalin sehingga proses
kelahiran berlangsung lama. Kesukaran bersalin atau distorsia adalah apabila
kelahiran itu gagal untuk diteruskan secara normal dan menyukarkan ibu dan
bayi tersebut. Proses persalinan yang lama (prolonged labour)disebabkan oleh
berbagai keadaan antara lain disebabkan :
a. Kontraksi rahim yang kurang intensif (kekuatan dan frekuensi).
b. Pengembangan rahim yang berlebihan (kandungan kembar dan bayi besar)
c. Posisi bayi tidak sesuai
d. Tulang pelvis sempit sehingga kepala bayi tidak dapat melewatinya
21
3. Indikasi
Indikasi penggunaan ekstraksi vakum terutama pada kasus-kasus janin gagal
berotasi dan persalinan berhenti dikala dua
Ibu : memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung
kompensata,
Janin : adanya gawat janin (kadar jantung tidak regular,
mekonium dalam ketuban.
Waktu Persalinan : persalinan kala lama
4. Kontra Indikasi
Ibu : Ruptur uteri membuat ibu tidak boleh mengejan
Janin : Letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala
menyusul
5. Syarat Ekstraksi Vakum
- pembukaan serviks lengkap
- kepala janin berada di hodge III dan engaged
- Tidak ada disporposi sevalopelvik atau fotopelvis
- Ada his atau tenaga mengejan
- Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
6. Kriteria kegagalan
- dalam setengah jam traksi tidak berhasil
- mangkuk terlepas 3 kali
7. Penyebab Kegagalan
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negatif dibuat terlalu cepat, selaput
ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik,
traksi terlalu kuat, cacat alat dan disporposi sevalopelvik yang sebelumnya tidak
diketahui.
22
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Analisis Diagnosis
1. Pre-eklampsia Berat
Diagnosis preeklamsia berat dapat ditegakkan dengan beberapa kriteria,
yaitu: tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg,
proteinuria 5 gr atau lebih 24 jam, adanya oligoria, gangguan pandangan, edema
paru dan sianosis, nyeri egigastrik kuadran atas, gangguan fungsi liver,
trombositopenia dan gangguan pertumbuhan janin.
Dari hasil pemeriksaan pada pasien ini didapatkan tekanan darah pasien
160/100 mmHg. Selain itu pada pemeriksaan laboratorium dengan sampel urin
pada uji proterin didapatkan hasil proteinuria +2. Dari hasil tersebut pasien dapat
didiagnosis dengan preeklampsia berat.
2. Faktor Risiko Pre-eklampsia
Faktor resiko preeklampsia disebabkan oleh beberapa hal, yaitu faktor
yang berhubungan dengan kehamilan, faktor yang berhubungan dengan kondisi
maternal, dan faktor yang berhubungan dengan pasangan. Pada kasus ini tidak
didapatkan adanya mola hidatidosa, hidrops fetalis, kehamilan ganda, donor
oosit atau inseminasi donor, anomali struktur kongenital dan infeksi saluran
kencing. Untuk abnormalitas kromosom belum dapat ditentukan. Dari faktor
maternal didapatkan usia pasien 33 tahun, kehamilan ini merupakan kehamilan
kedua, tidak ada riwayat preeklamsi sebelumnya, tidak didapatkan riwayat
keluarga dengan preeklamsi, pasien tidak memiliki kondisi medis khusus seperti
diabetes melitus, hipertensi kronik, obesitas, penyakit ginjal. Dari faktor yang
berhubungan dengan pasangan tidak didapatkan kelainan. Untuk pemaparan
terbatas terhadap sperma belum dapat ditentukan. Oleh sebab itu pada kasus ini
faktor risiko yang mendukung ke arah preeklampsia belum dapat ditentukan.
23
B. Analisis Sikap
1. Selama Persalinan
Pasien ini diberikan O2 3 lpm dengan tujuan mencegah terjadinya
hipoksia dan asidosis pada ibu dan janin. Selain itu pasien ini diberikan infus
RL 12 tetes per menit dan Inj. MgSO4 8 gram i.m. Injeksi MgSO4 diberikan
karena pasien ini karena mengalami preeklampsia berat. Pada pasien ini perlu
diberikan MgSO4 untuk mencegah terjadinya kejang eklamptik yang
merupakan komplikasi utama dari preeklampsia berat. Beberapa penelitian
telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat merupakan drug of choice
untuk mengatasi kejang eklamptik (dibandingkan diazepam dan fenitoin).
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang
kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke
fetus. Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada > 95%
kasus. Selain itu, ini memberi keuntungan fisiologis untuk fetus dengan
meningkatkan aliran darah uterus.
Mekanisme kerja dari magnesium sulfat adalah menekan pengeluaran
asetilkolin pada motor end plate. Magnesium sebagai kompetisi antagonis
kalium juga memberikan efek yang baik untuk otot skelet. Magnesium sulfat
dikeluarkan secara eksklusif oleh ginjal dan mempunyai efek antihipertensi.
Pasien juga diberikan nifedipin karena tekanan darah pasien tinggi yaitu
160/100 mmHg. Nifedipin merupakan calcium channel blocker yang
mempunyai efek vasodilatasi arteriol kuat yang dapat menurunkan tekanan
darah.
2. Setelah persalinan
Pada evaluasi dua jam post partum didapatkan kontraksi uterus, tinggi
fundus 2 jari di bawah pusat, dan didapatkan lochea rubra.
Pada pasien ini dengan riwayat preeklamsi berat saat hamil, maka
dilakukan evaluasi per 6 jam untuk memantau tanda-tanda vital dan syarat-
syarat pemberian MgSO4, jika syarat terpenuhi maka diberikan inj. MgSO4 4
gram i.m per 6 jam dalam 24 jam serta dievaluasi kemajuan terapi.
24
Hasil evaluasi 6 jam post partum menunjukkan kondisi umum pasien
baik, compos mentis dengan tanda-tanda vital, tekanan darah : 140/90 mmHg,
suhu : 36,5°C, frekuensi nadi : 80x/menit, frekuensi pernfasan : 20x/menit,
produksi urin : 200 cc, reflek patella (+), sehingga diberikan inj MgSO4 4
gram i.m per 6 jam yang pertama.
Hasil evaluasi 12 jam post partum menunjukkan kondisi umum pasien
baik, compos mentis dengan tanda-tanda vital, tekanan darah : 150/90 mmHg,
suhu : 36,5°C, frekuensi nadi : 80x/menit, frekuensi pernafasan : 20x/menit,
produksi urin : 250 cc, reflek patella (+), sehingga diberikan MgSO440% inj
MgSO4 4 gram i.m yang kedua.
Hasil evaluasi 18 jam post partum menunjukkan kondisi umum pasien
baik, compos mentis dengan tanda-tanda vital, tekanan darah : 140/90 mmHg,
suhu : 36,5°C, frekuensi nadi : 80x/menit, frekuensi pernfasan : 20x/menit,
produksi urin : 350 cc, reflek patella (+), sehingga diberikan inj MgSO4 4
gram i.m yang ketiga.
Hasil evaluasi 24 jam post partum menunjukkan kondisi umum pasien
baik, compos mentis dengan tanda-tanda vital, tekanan darah : 160/90 mmHg,
suhu : 36,5°C, frekuensi nadi : 80x/menit, frekuensi pernafasan : 20x/menit,
produksi urin : 250 cc, reflek patella (+), sehingga diberikan inj MgSO4 4
gram i.m yang keempat.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange,
1998 : 881-903.
2. Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd
Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993 : 100-10, 213-223.
3. Bagian Obstetri dan Ginekologi fakultas Kedokteran UNDIP Semarang. 1999.
Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
4. Haryono Roeshadi. 2004. Sindroma HELLP dalam Ilmu Kedokteran Maternal.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Surabaya
5. Wiknyosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Ilmu Kebidanan Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2007. 281-301, 396-400,675-
688,781-783.
6. M. Dikman Angsar. 1995. Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPH-
Gestosis). Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/RSUD Dr. Sutomo
7. Hacker Moore, Essential Obstetries dan Gynekology, Edisi 2, W.B Saunder
Company, Philadelphia, Pennsylvania, 297-309.
8. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Editor. Delfi Lutan. EGC, Jakarta, 1998: 63-
67
9. Sastrawinata, S. 2003. Obstetri Patologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC