penangan bencana kelompok khusus

12
PENANGANAN BENCANA PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS Kelompok kebutuhan khusus merupakan kelompok berisiko atau rentan dimana memiliki kejadian bencana (Hoffman, 2009). Mereka mempunyai kebutuhan tambahan untuk mempertahankan kemandirian, komunikasi, transportasi, supervise, dan pelayanan kesehatan baik pada masa sebelum, selama, dan sesudah terjadi bencana. 1. Keperawatan bencana pada kelompok anak dan bayi Menurut WHO tahun 2011 menyatakan bahwa anak-anak dikelompokkan dalam kelompok khusus karena memliki keterbatasan fisik dan psikologis sehingga mereka membutuhkan bantuan, dukungan, dan pengarahan dari orangtua untuk melindungi diri dari bencana, mengatasi masalah emosional akibat bencana, dan untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka kepada petugas kesehatan. a. Karakteristik fisiologi anak dan kaitannya dengan bencana 1) Pulmonary Anak mempunyai ventilasi dan metabolism rates yang lebih tinggi disbanding orang dewasa sehingga lebih berisiko mengalami masalah pernapasan seperti keracunan zat berbahaya.

Upload: rhyna-fajry-dhafriency

Post on 24-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Penangan Bencana Kelompok Khusus

PENANGANAN BENCANA PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Kelompok kebutuhan khusus merupakan kelompok berisiko atau rentan dimana memiliki

kejadian bencana (Hoffman, 2009). Mereka mempunyai kebutuhan tambahan untuk

mempertahankan kemandirian, komunikasi, transportasi, supervise, dan pelayanan kesehatan

baik pada masa sebelum, selama, dan sesudah terjadi bencana.

1. Keperawatan bencana pada kelompok anak dan bayi

Menurut WHO tahun 2011 menyatakan bahwa anak-anak dikelompokkan dalam

kelompok khusus karena memliki keterbatasan fisik dan psikologis sehingga mereka

membutuhkan bantuan, dukungan, dan pengarahan dari orangtua untuk melindungi diri

dari bencana, mengatasi masalah emosional akibat bencana, dan untuk

mengkomunikasikan kebutuhan mereka kepada petugas kesehatan.

a. Karakteristik fisiologi anak dan kaitannya dengan bencana

1) Pulmonary

Anak mempunyai ventilasi dan metabolism rates yang lebih tinggi disbanding

orang dewasa sehingga lebih berisiko mengalami masalah pernapasan seperti

keracunan zat berbahaya.

2) Kardiovaskuler

Volume darah per kg BB anak-anak lebih besar dibandingkan orang dewasa

sehingga anak-anak lebih rentan terhadap perdarahan.

3) Integument

Anak berisiko mengalami masalah kulit dan suhu tubuh karena mempunyai kulit

yang tipis dan permeable, sedikit lemak subkutan, area tubuh yang lebih besar

disbanding rasio BB dan koordinasi motoric halus yang belum sempurna.

Page 2: Penangan Bencana Kelompok Khusus

4) Muskoskeletal

Tulang dan jaringan pelindung tubuh anak masih dalam tahap tumbuh kembang

sehingga bencana dapat meningkatkan resiko anak mengalami gangguan

pertumbuhan dan cedera pada organ dalam.

5) Kognitif

Anak belum mampu mengenal dan melindungi diri dari bahaya seperti

membedakan zat-zat beracun dan efeknya.

6) Kebutuhan nutrisi

Anak membutuhkan kalori dan protein yang tinggiuntuk mempertahankan

keseimbangan tumbuh kembangnya.

7) Genetic

Bencana dapat mengakibatkan gangguan genetic pada anak dan turunannya

sehingga meningkatkan resiko terserang berbagai penyakit lainnya.

8) Imunologik

Paparan terhadap bahan tertentu dalam bencana mengganggu pertumbuhan

system imun anak sehingga meningkatkan resiko anak terhadap infeksi.

b. Dampak bencana pada anak-anak

Menurut WHO beberapa masalah kesehatan yang umum ditemukan pada anak

pasca bencana adalah penyakit infeksi termasuk malaria, diare, measles dan

pemisahan diri dari orangtua serta menimbulkan dampak psikologis jangka panjang.

Dampak bencana pada anak dipengaruhi oleh tingkat tumbuh kembang anak, level

kognitif, pengalaman bencana, reaksi keluarga terhadap bencana, sifat paparan atau

situasi anak saat bencana dan budaya.

Page 3: Penangan Bencana Kelompok Khusus

c. Perawatan anak dengan bencana

1) Triase bencana anak

Triase anak pada saat bencana menggunakan sistem JumpSTART yaitu sistem

triase dengan mengkaji kebutuhan anak-anak.

2) Penanganan pra-rumah sakit

Mengkaji kondisi jalan nafas, sirkulasi, dan disabilitas, dan memberikan terapi

oksigen, IV, dan pemeliharaan thermoregulasi.

3) Penanganan di rumah sakit

Bencana biasanya merusak bangunan fisik termasuk fasilitas kesehatan. Untuk itu

anak mungkin akan dirawat jauh dari orangtua atau masyarakat. Uapayakan

sesegera mungkin untuk mendekatkan anak dengan anggota keluarganya.

4) Perawatan di barak dan tempat tinggal sementara lainnya

Anak-anak perlu diimunisasi sesuai indikasi. Ketersediaannya makanan dan air

bersih penting untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi pada anak.. setelah

bencana anak dan keluarga perlu mendapatkan konseling dan pelayanan

kesehatan mental dari tenaga kesehatan professional yang sesuai.

2. Keperawatan bencana pada kelompok usia lanjut

Alasan usia lanjut diprioritaskan juga yaitu: lemahnnya sistem imun, kurangnya

kemampuan untuk bergerak atau mobilitas fisik, adanya penyakit kronis, sukar

berkomunikasi akibat penurunan daya ingat, dan meningkatnya kerentanan terhadap

berbagai gangguan mental.

a. Karakteristik lansia dan kaitannya dengan bencana

1) Penurunan fisiologi, sensori, dan kognitif

Page 4: Penangan Bencana Kelompok Khusus

Penurunan kemampuan indra penglihatan, pendengaran, bau atau perabaan

mengakibatkan menurunnya kemampuan komunikasi, merespon, dan memahami.

2) Penyakit kronik

3) Resiko trauma

4) Kehilangan barang berharga

5) Transportasi

6) Keterbatasan sumberdaya

7) Menolak bantuan

8) Nutrisi

9) Penipuan dan abuse

b. Perawatan pada lansia dengan bencana

1) Fase persiapan, upaya mengidentifikasi dan meningkatkan kesadaran tentang

kebutuhan lansia pada keadaan bencana seperti membuat petunjuk alat dan latihan

untuk menjamin ketepatan pelayanan emergensi ketika bencana.

2) Fase respon, prioritas utama adalah evakuasi lansia ke tempat aman dimana

mereka mendapatkan pelayanan penyelamatan dari tenaga professional, mencegah

infeksi, dan memenuhi kebutuhan cairan dan makanan.

3) Fase recovery dan transisi

Upaya melanjutkan pelayanan kesehatan guna meningkatkan kapasitas dirinya

agar dapat keluar dari krisis yang terjadi akibat bencana.

Page 5: Penangan Bencana Kelompok Khusus

3. Keperawatan bencana pada kelompok ibu hamil dan menyusui

Ibu hamil dan menyusui dimasukkan dalam kelompok khusus karena yang pertama

ada dua kehidupan yaitu kehidupan ibu dan janinnya yang harus dilindungi dan kedua

karena perubahan fisiologis mereka.

a. Karakteristik ibu hamil dan menyusui dan kaitannya dengan bencana

1) Perubahan anatomi pada wanita hamil

a) Perubahan sistem pernapasan, diafragma terangkat karena membesarnya

uterus akibat pertumbuhan janin dalam kandungan memepercepat gerakan

diafragma, dan sedikit menambah kapsitas paru dan pernapasan. Peningkatan

volume respirasi menambah konsentrasi oksigen dalam darah sementara

konsentrasi karbondioksida menurun. Dengan demikian rendahnya kadar

karbondioksida ini menyebakan alkalosis respiratori di dalam cairan tubuh

dan terjadi sindrom hiperventilasi.

b) Perubahan pada sistem pencernaan, ukuran lambung kecil karena adanya

tekanan dari pembesaran uterus yang dapat menurunkan gerakan peristaltic

usus dan dapat menyebabkan konstipsi.

c) Perubahan pada sistem urinaria, tekanan pada vesika urinaria karena uterus

dan kepala janin menyebabkan sering berkemih.

2) Perubahan fisiologis pada ibu hamil

a) Perubahan pada sistem metabolis, konsumsi oksigen meningkat 20% diatas

normal ssehingga kebutuhan nutrisi menjadi meningkat sekitar 350 kkal diatas

normal selama triwulan kedua.

b) Perubahan sistem sirkulasi

Page 6: Penangan Bencana Kelompok Khusus

Volume sirkulasi darah bumil meningkat sekitas 20-30 % di atas normal

setelah 32 minggu kehamilan, plasma darah meningkat sekitar 40-50 %.

Selama 32-34 minggu kehamilan kardiak output meningkat 45% di atas

normal.

c) Perubahan aliran darah ke dalam uterus

Fase tidak hamil kardik output sekitar 2%, sedangkan saat hamil meningkat

menjadi 10 kali lipat. Pembuluh darah uterus mengalami kontraksi akibat

terjadinya stress yang menyebabkan penurunan aliran darah ke dalam plasenta

dan dapat mengancam kehidupan janin.

3) Perubahan psikologi dan emosi pada kehamilan

4) Kaitannya dengan triase bencana

Metode START ada tiga fase yaitu sistem pernapasan, sistem sirkulasi, dan

kesadaran dengan mempertimbangkan cirri fisik ibu hamil:

a) Petugas perlu mengukur kecepatan napas karena hal tersebut menunjukkan

bagaimana ibu hamil merespon situasi bencana.

b) Petugas dapat mengkaji warna kuku korban. Kuku ibu hamil relative putih .

c) Petugas perlu mengkaji kesadaran wanita hamil dengan caara mengobservasi

apakah mereka mengikuti perintah atau tidak.

b. Dampak bencana pada ibu hamil dan menyusui

1) Ancama keguguran (abortus immiens) atau kelahiran premature

Dalam kondisi bencana ibu hamil beresiko melahirkan sebelum waktunha karena

stress psikologis atau rangsangan fisik seperti gerakan dan posisi yang dibebani

oleh abdomennya.

Page 7: Penangan Bencana Kelompok Khusus

2) Perdarahan yang disebabkan oleh luka pada tubuh ibu hamil

Kebutuhan oksigen yang meningkat menyebabkan suplai oksigen yang banyak

harus tersedia dan terpenuhi.

3) Pelepasan dini pada plasenta normal dan rupture uterin

Ketika pelepasan dini pada plasenta normal atau rupture uterin terjadi maka ibu

merasakan nyeri yang luar biasa di dalam abdomennya karena terjadi kontraksi

uterus. Tekanan darah rendah pada ibu hamil menyebabkan perdarahan yang

hebat, sehingga diperlukann tindakan yang cepat dan sesuai.

4. Keperawatan bencana pada kelompok pengidap penyakit kronis

Bencana dpat meningkatkan resiko kambuhnya penyakit yang dideita ileh pasien dan

memburuknya kondisi penyakit akibat kekurangan gizi dan air bersih, terkena paparan

suhu ekstrim dan agen infeksi.

a. Karakteristik dari pengidap penyakit kronis

Penyakit jangka panjang ini terjadi akibat kurangnya aktivitas fisik, kurang gizi,

merokok, dan konsumsi alcohol berlebihan. Penyakit kronis mengakibatkan

ketrbatasan dan ketidakmampuan indivisdu menjalankan aktivitas sehari-hari dan

perkiraan WHO sekitar 63% kematian di dunia adalah penyebab dari penyakit kronis.

b. Perawatan pada pengidap penyakit kronis saat bencana

1) Fase persiapan

a) Membina hubungan dengan lembaga yang menangani tentang lansia

b) Membuat pemetaan tempat tinggal lansia

c) Membuat rencana emergensi untuk lansia seperti jalur evakuasi khusus dan

transpotasi yang dibutuhkan

Page 8: Penangan Bencana Kelompok Khusus

d) Menyediakan informasi dalam bentuk format yang sesuai untuk lamsia

e) Mengembngkan sistem dukukangan home service.

2) Perawatan pada fase akut

Dimulai dari terjadinya bencana sampai 1 bukan setekah bencana. Prioritas yang

diberikan meliputi pengkajian riwayat kesehatan dan pengobatan , intervensi

langsung sesuai masalah, dukungan psikologis, memfasilitsi klien mendapatkan

penanganan medis yang sesuai.

3) Perawatan pada fase kronis/ restorasi

Dimulai sejak 1 bulan hingga 2 atau 3 tahun setelah bencana. Tindakan perawatan

adalah perawatan lingkungan, pencegahan penyakit, penanganan stress, dan

meningkatkan kemampuan self care pasien.