penagguhan dalam upah mengupah panen ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/robi huda...

98
PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN SAWIT MENURUT HUKUM ISLAM (Studi kasus di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi) SKRIPSI Robi Huda Al-Aji SHE 151826 PEMBIMBING: Dr. Maryani, S.Ag., M.HI Fauzi Muhammad, M. Ag PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI 2019

Upload: others

Post on 02-Aug-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN SAWIT

MENURUT HUKUM ISLAM

(Studi kasus di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam

Kabupaten Muaro Jambi)

SKRIPSI

Robi Huda Al-Aji

SHE 151826

PEMBIMBING:

Dr. Maryani, S.Ag., M.HI

Fauzi Muhammad, M. Ag

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI

2019

Page 2: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen
Page 3: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen
Page 4: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen
Page 5: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

v

MOTTO

ط ن عمر رضي الله قال: أ وعن اب قه ع ره قب ل أن يجف عر ا الأجي راج )رواه ابن ماجه(و

Artinya: Ibnu Umar ra.berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:

“Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum keringatnya kering”.

(HR IbnuMajah)

Page 6: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

vi

ABSTRAK

Robi Huda Al-Aji, She 151826 Penangguhan dalam Upah Mengupah Panen

Sawit Menutut Hukum Islam (studi kasus di Desa Mingkung Jaya Ke. Sungai

Gelam Kab. Muaro Jambi)

Upah adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh orang yang memberi pekerjaan

kepada seorang pekerja atas jasa sesuai perjanjian. Dalam kontek Islam upah

terbagi dua yaitu upah yang disebut ( ajrun musammah) adalah upah yang telah

disebutkan dalam perjanjian dan diisyaratkan ketika disebutkan harus disertai

adanya kerelaan kedua belah pihak dengan upah yang ditetapkan. sedangkankan

upah sepadan ( ajrun mislii) yaitu upah yang sepadan dengan kondisi pekerjaan,

baik sepadan dengan jasa kerja maupun sepadan dengan pekerjaan saja. Dalam

objek fiqh muamalah kerjasama ini dikategorikan akad alijarah al- a’mal ialah

mempekerjakan sesorang untuk melakukan suatu pekerjaan dan Ulama Fiqh

membolehkan apabila jenis pekerjaanya itu jelas, dan telah disepakati bersama

oleh kedua belah pihak. Penelitian yang di lakukan bertujuannya yaitu untuk

mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam

Upah mengupah Panen Sawit di desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab.

Muaro Jambi dan penelitian ini memberikan pemahaman kepada masyarakat

tentang teoritis, penelitian ini diharapkan untuk memberikan dalam praktik

mengenai pembayaran upah mengupah yang baik dan benar menurut hukum

islam. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dedskriptif

kualitatif, berupa data hasil wawancara langsung kepada orang yang mengadakan

pelaksanaan upah mengupah. Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu dengan

cara observasi dan wawancara yang berhubungan dengan penulis penelitian ini.

Kata kunci : Upah mengupah, Panen sawit, Hukum Islam.

Page 7: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini akan penulis persembahkan kepada :

Allah SWT atas segala kasih sayang, anugrah dan kemudahan bagi penulis

Dalam hidup dan kehidupan penulis

Rasulullah SAW yang telah menjadi contoh yang baik dan memberikan petunjuk

kepada umat manusia di dunia

Orang tua tercinta, Ayahanda Radiman dan ibunda Sunarti yang telah

membimbing, mendidik,memberi semangat, motivasi dan memberikan kesempatan

pendidikan yang terbaik untuk penulis dan juga telah memberikan cinta dan kasih

sayang yang tak terhingga dan doa yang tak pernah letih mendoakan penulis,

sampai kapan pun penulis tidak akan bisa membalas seperti apa yang telah kalian

berikan kepada penulis, ( Ya Allah .... ampunilah dosa- dosa mereka dan sayangi

mereka sebagaimana mereka menyanyangi penulis sejak kecil)

Kepada segenap keluarga besar Penulis dan

Keluarga Gold Prime 606, keleuarga Jurusan Hes, keluarga KKN Ture

terimaksih atas semua do’anya dan nasehat serta motivasi untuk penulis sehingga

karya tulis ini bisa terselesaikan, dan semoga menjadi ilmu yang berkah serta

bermanfaat untukku dan semuanya.

Teman-teman seperjuangan kampus UIN STS Jambi.

Terima kasih atas suka duka memberikan semangat mengingatkan kepada Wisuda

tanpa henti-hentinya. Tak lupa sahabat-sahabat yang telah memberikan berbagai

macam batuan materil maupun non materil,

Rini yes, Andi, Yeni, S.SOS, Hendra, Saf’at, MJaka, S.Ip, Judin, Dayat, Dedek,

Bawor, Dwiki, S.Pi, Munawaroh, S.H, Riska, Bella, S.Pd dan

mereka yang tak tersebutkan namanya,

kalian luwarbiasa.

Semoga menjadi amal kebaikan sepanjang masa. Amin…

Page 8: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula

iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini diberi judul “PENANGGUHAN DALAM UPAH

MENGUPAH PANEN SAWIT MENURUT HUKUM ISLAM (Studi kasus di

Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi)” Skripsi ini

disusun guna melengkapi dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S.1) di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Fakultas

Syariah jurusan Hukum Ekonomi Syariah.

Dalam penulisan skripsi ini, tentu masih banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan, hal ini di karenakan terbatasnya ilmu dan kemampuan penulis. Oleh

sebab itu dalam penyelesaiannya tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak

yang telah membantu penulis, terutama sekali kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thata Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. A. Miftah. M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan

Thata Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M. HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang

akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayanti, M.HI, selaku Wakil Dekan II bidang akademik

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan III bidang akademik

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

6. Ibu Dr. Maryani, S. Ag., M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M. Sy, selaku

ketua dan sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

Page 9: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen
Page 10: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

x

HALAMAN JUDUL ................................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBINNG ........................................................................ iii

PENGESAHAN ........................................................................................................ iv

MOTTO .................................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8

C. Batasan Masalah............................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

E. Kerangka Teori............................................................................................... 9

F. Tinjauab Pustaka ............................................................................................ 32

BAB II METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 35

B. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 35

C. Sumber dan Jenis Data .................................................................................. 35

D. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................................. 36

E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 37

F. Sistematika Penulisan..................................................................................... 38

G. Jadwal Penelitian ............................................................................................ 39

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Letak Geografis .............................................................................................. 41

B. Sosial Kependudukan ..................................................................................... 44

C. Sosial Keaggamaan ........................................................................................ 45

D. Sosial Pendidikan ........................................................................................... 47

E. Sosial Ekonomi .............................................................................................. 48

F. Sejarah Desa Mingkung Jaya ........................................................................ 49

G. Sosial Pemerintahan Desa .............................................................................. 51

Page 11: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

xi

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pemahaman Masyarakat Terhadap Penangguhan dalam Upah Mengupah

Panen Sawit di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro

Jambi .............................................................................................................. 56

B. Praktek Penangguhan dalam Upah Mengupah Panen Sawit di Desa

mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi ................................ 60

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Penangguhan dalam Upah Mengupah

di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi ................... 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 74

B. Saran ............................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Posisi Geografis .................................................................................. 41

Tabel 2 : Luas Penggunaan Lahan ..................................................................... 42

Tabel 3 : Jenis dan Panjang Jalan ....................................................................... 43

Tabel 4 : Orbitasi (Jarak dari Pusat Pemerintah) ............................................... 43

Tabel 5 : Kelompok Pendidikan ......................................................................... 44

Tabel 6 : Kelompok Tenaga Kerja ..................................................................... 45

Tabel 7 : Jumlah Pendidikan Meneurut Tingkat Pendidikan ............................. 45

Tabel 8 : Jumalah Penduduk Menurut Agama ................................................... 46

Tabel 9 : Pendidikan Umum .............................................................................. 48

Tabel 10 : Jumalah Penduduk Menurut Mata Pencarian ..................................... 49

Tabel 11 : Daftar Nama RT Desa Mingkung Jaya ............................................... 51

Tabel 12 : BPD Desa Mingkung Jaya .................................................................. 53

Page 13: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Prangkat Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam

Kab. Muaro Jambi ............................................................................ 54

Gambar 2 : Peta Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro

Jambi ................................................................................................ 55

Page 14: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan

hidupnya. Karena manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu,

salah satunya yaitu dengan bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok

yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan.1

Bekerja berarti manusia juga telah berbuat adil pada diri sendiri, keluarga

dan lingkungan sekitar. Jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dalam

mempertahankan hidupnya bisa melalui perantara yang ia usahakan sendiri dalam

arti dengan menggunakan tangan dia sendiri maupun pekerjaan dengan

perantaraan orang lain atau bekerja kepada orang lain.2

Ketika manusia melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

maka tampak suatu rambu-rambu hukum yang mengaturnya. Rambu-rambu

hukum dimaksud, baik yang bersifat pengaturan dari Al-Quran, peraturan

perundang-undang (ijtihad kolektif), ijma’, qiyas, istihsan, maslahat mursalah,

maqashidus syariah, maupun istilah lainnya dalam teori-teori hukum Islam.

Namun cara manusia untuk memenuhi kebutuhan dan cara mendistribusikan

kebutuhan dimaksud, didasari oleh filosofi yang berbeda antara seorang manusia

dengan manusia lainya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok

1Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bisuness and economic ethics, (Jakarta :PT Bumi Aksara

2012), hlm. 11.

2Zainal Azkia, Dasar-dasarHukum Perburuhan,(Jakarta : Raja Grafindo, 2008), hlm. 1.

Page 15: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

2

manusia lainnya, antara suatu Negara dengan Negara lainya. Hal ini terjadi

sebagai akibat perbedaan keyakinan agama,ideology, budaya hukum (legal

culture), kepentingan politik yang tumbuh dan berkembang dalam suatu

komunitas masyarakat.3

Selain itu, dalam hal tertentu antara suatu masyarakat dengan masyarakat

lainya dalalm melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya

mempunyai unsur kesamaan bila menjadi Al-Quran dan hadis sebagai rambu-

rambu dalam beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rambu-rambu

pengaturan dalam beraktivitas dimaksuud, baik dalam hukum perbankan, jual beli,

asuransi, gadai, utang piutang, upah mengupah, maupun dalam bentuk lainya

dalam bidang hukum ekonomi yang dalam bahasa peraturan perundang-undangan

disebut ekonomi syariah.4

Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam adalah Negara

dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Meski demikian, didalam kehidupan

perekonomian, umat Islam berbeda dalam posisi minorotas. Hal itu disebabkan

selain menyangkut etos kerja umat Islam, juga berkaitan dengan pemahaman

kegiatan ekonomi. Banyak kalangan masyarakat Islam menilai/memahami

persoalan ekonomi sebagai persoalan dunia, seolah terlepas dari maslah agama.

Kehidupan duniawi seakan tak punya tali temali dengan agama. Akibatnya,

persoalan perekonomian meerupakan hal yang teralienasi dalam kajian Islam. Hal

3 Zainuddun Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 1.

4 Ibid, hlm. 1.

Page 16: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

3

itu terbukti dengan jarangnya kajian ekonomi yang dipaparkan pada waktu

ceramah agama atau pengajian.5

Langkah perubahan perekonomian umat islam Indonesia segera harus

dimulai dengan pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam

merupakan tuntutan kehidupan dan anjuran yang berdimensi ibadah. Rasulullah

SAW. Mengemukakan, seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya

(termasuk kebutuhan orang tua, istri dan anaknya) adalah orang yang berusaha di

jalan Allah SWT. Selain itu, juga ditegaskan bahwa dunia ini adalah lading/kebun

(tempat mencari bekal dan mempersiapkann diri) untuk kehidupan di akhhirat

kelak.6

Tak luput pula, umat Islam adalah manusia sebagai makhluk sosisal,

seharusnya senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Baik dalam perkara yang bersifat duniawi serta ukhrawi sebab segala aktivitasnya

akan selalu dimintai pertanggungjawabannya kelak. Setiap orang memiliki hak

dan kewajiban, hubungan hak dan kewajiban itu diatur dengan kaidah-kaidah

untuk menghindari terjadinya bentrok anantar berbagai kepentingan, kaidah

hukum yang mengatur hubungan hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat

disebut dengan Hukum Mu’amalah.

Salah satu bentuk hukum mu’amalah yang sering terjadi adalah kerjasama

antara manusia di satu pihak sebagai penyedia jasa manfaat atau tenaga yang

lazim disebut buruh atau pekerja dengan orang lain yang menyediakan pekerjaan

5 Suhrawardi K. Lubis dan Farida Wadji, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,

2014), hlm. V.

6 Ibid, hlm. Iv.

Page 17: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

4

yang lazim pula disebut sebagai majikan. Dalam rangka saling memenuhi

kebutuhanya pihak buruh mendapatkan kompensasi berupa upah. Kerjasama

seperti ini dalam literatur fiqih sering disebut dengan istilah Ijarah al-‘amal, yakni

sewa menyewa jasa tenaga manusia dengan adanya imbalan atau upah.7

Upah dalam literatur fiqih sering dibahas dengan ajran, ketentuanya telah

ditetapkan sedemikin rupa sehingga dapat memenuhi keadilan dan tidak

merugikan salah satu pihak baik majikan maupun buruh itu sendiri. Konsekuensi

dari adanya ketentuan ini adalah bahwa sistem pengupahan bagi buruh harus

sesuai dengan ketentuan norma yang telah ditetapkan. Upah adalah segala sesuatu

yang diterima pekerja atau buruh sebagai balas jasa atas kerja yang telah

dilakukan. Upah juga bisa dikatakan sebagai imbalan yang diberikan kepada

tenaga kerja langsung yang hasil kerjanya dapat diukur dengan satuan tertentu

(jumlah fisik barang yang dihasilkan atau masa atas jasa pekerjaan yang

diserahkan).8

Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal

ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai

petani dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

menumbuhkan berbagai jenis tanaman. Pertanian di Indonesia terbagi dua yaitu

pertanian tanaman keras dan pertanian tanaman pangan. Pertanian tanaman keras

seperti tanaman kakao, sawit, karet dan lainnya sedangkan pertanian tanaman

pangan seperti jagung, padi, sayur mayur, buah-buahan dan lainnya. Di

7 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah hukum perdata,(Yogyakarta: FH UII,

2004), hlm. 11.

8 Ibid, hlm. 12.

Page 18: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

5

Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Sungai Gelam, yang mayoritas

masyarakatnya menggantungkan perekonomian dari sector pertanian. Saat ini

pertanian atau perkebunan merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat

di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Sungai Gelam, apa lagi pertanian tanaman

keras dapat dijadikan sektor penompang pembangunan berkelanjuatan. Karena

perosesnya yang berkelanjutan ditompang sumber daya alam dan kualitas

lingkungan dan sumberdaya manusia. Perkebunan sawit merupakan salah satu

dari sekian bayak mata pencarian yang dipilih oleh masyarakat di sebagai usaha

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dipilih masyarakat karena usia

produktif perkebunan sawit lebih lama di banding dengan komuditas lainnya dan

pemeliharaan nya tidak memakan banyak waktu.

Khususnya wilayah Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam

Kabupaten Muaro Jambi, adalah sebuah Desa yang sebagian besar wilayah

merupakan lahan pertanian yang berupa sawit. Yang terkadang pemilik kebun

sawit kurang mampu membeli pupuk dan hanya ketergantungan pada alam

semisal disirami air hujan, yang terkadang bisa mengalami penyusutan buah

terutama di musim kering. Dengan demikian hampir mayoritas masyarakatnya

sebagai petani dan buruh panen sawit yang masih minim dalam kehidupannya.

Adapun pelaksanaan pengupahan terhadap buruh tani di wilayah Desa

Mingkung Jaya ini dari masa kemasa masih tetap menggunakan cara yang sama

yakni penangguhan dalam pembayaran upah sampai waktu panen sawit tiba.

Penangguhan pembayaran seperti ini dilakukan sudah sejak lama, dan hampir

semua menggunakan cara seperti ini, sekalipun tidak ada akad yang mengikatnya,

Page 19: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

6

tetapi seakan-akan telah terjadi kesepakatan (akad), pihak pemilik kebun hanya

cukup dengan meminta bantuan kepada para buruh tani panen sawit yang biasanya

para lelaki, kemudian para buruh panen sawit bekerja dari mulai pagi hingga

selesai, biasanya selesai sampai siang hari dan terkadang lebih, tergantung banyak

dikitnya buah yang di panennya.

Namun upah yang didapat terkadang tidak sama rata dengan hasil buah yang

di panen bayak ataupun sedikit, upah yang di berikan kepada pekerja panen sawit

(buruh) Rp.120.000 sampai Rp.150.000 per-1 Ton, dari setiap majikan maka upah

yang di berikan berbeda-beda. Namun pada umumnya di Desa Mingkung Jaya

Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi Rp.150.000 per-1 Ton. Faktor kesulitan

yang menguras tenaga lebih banyak seperti medan lokasi yang tidak rata naik

turun jalan yang licin atau rumput yang rimbun maupun terkadang banjir sehingga

harus menggunakan peralatan tambahan seperti perahu kecil untuk mengangkut

buah kedaratan jika tidak ada perahu maka dengan cara mengusung buah satu

persatu dan terlebih, jika upah gaji pemburuh tersebut lambat atau di tangguahkan

selama beberapa hari maka pemburuh panen sawit pun merasa tidak puas dengan

hasil upah dan tenaga yang di keluarkan saat bekerja.

Ada beberapa prinsip acuan dan pedoman secara umum untuk kegiatan

muamalah ini. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali

yang ditentukan lain oleh Al-quran dan sunah Rasul, muamalah dilakukan atas

dasar sukarela tanpa mengandungunsur-unsur paksa, muamalah dilaksanakan

dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-unsur pengambilan

kesempatan dalam kesempitan. Salah satunya adalah muamalah harus didasarkan

Page 20: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

7

kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak dan dalam muamalah tidak

boleh merugikan diri sendiri dan orang lain. Persetujuan dan kerelaan kedua belah

pihak yang melakukan transaksi merupakan asas yang sangat penting untuk

keabsahan setiap akad. Untuk menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad

atau transaksi dilakukanlah ijab dan qabul atau serah terima antara kedua

pihakyang melakukan transaksi. Setiap transaksi dan hubungan perdata

(muamalah) dalam Islam juga tidak boleh menimbulkan kerugian kepada diri

sendiri dan orang lain.9

Dengan adanya kesenjangan terhadap upah mengupah panen sawit di Desa

Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Maka penulis

merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan hasil penelitian ini

dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul:

“PENANGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN SAWIT

MENURUT HUKUM ISLAM (Studi kasus di Desa Mingkung Jaya

Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi)“

9 Muslich, A. W, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 3-7.

Page 21: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

8

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap upah mengupah panen sawit di

Desa Mingkung Jaya Kec.Sungai Gelam Kab.Muaro Jambi?

2. Bagaimana praktik uapah mengupah panen sawit di Desa Mingkung Jaya

Kec.Sungai Gelam Kab.Muaro Jambi?

3. Bagaimana upah mengupah di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab.

Muaro Jambi menurut Hukum Islam?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih terarahnya dan memproleh hasil penelitian yang lebih

mendalam, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Maka dalam hal ini penulis

akan memberikan batasan-batasan mengenai Upah mengupah dari tahun 2017

hingga saat ini.

D. Tujuan Penelitian dan kegunaan penelitian

1. TujuanPenelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terhadap upah

mengupah panen sawit di Desa Mingkung Jaya Kecamatan: Sungai Gelam.

b. Untuk mengetahui Bagaimana praktik upah mengupah panen sawit di Desa

Mingkung Jaya Kecamatan: Sungai Gelam.

c. Untuk mengetahui bagai mana upah mengupah menurut Hukum Islam.

2. Kegunaan Penelitian

Selain ada tujuan yang ingin dicapai diharapkan juga dapat memberi

manfaat atau kegunaan penelitian, antara lain sebagai berikut:

Page 22: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

9

a. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dari

aspek teoritis demi pengembangan ilmu hukum.

b. Untuk menambah cakrawala berfikir bagi penulis dan semoga dapat menjadi

referensi untuk menambah keilmuan yang dipersembahkan kepada mahasiswa

khususnya Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Syaifuddin Jambi.

c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

pada Fakultas Syariah bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di Universitas

Islam Negeri SulthanThahaSyaifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Upah (Ijarah)

Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah ialah ijarah.

Secara etimologi, ijarah berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”.10 Al-Ijarah

berasal dari kata Al-Ajru yang berarti Al’Iwadhu (ganti).11Ijarah adalah (menjual

manfaat).12 Ijarah merupakan upah sewa yang diberikan kepada seseorang yang

telah mengerjakan satu pekerjaan sebagai balasan atas pekerjaannya.13 Ijarah

mempunyai pengertian umum yang meliputi upah ataspemanfaatan sesuatu benda

maupun imbalan suatu kegiatan. Upah adalah imbalanyang diterima seseorang

10 Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2002), hlm. 29.

11 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Cet. Ke-1, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), hlm. 7.

12 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka setia, 2001), hlm. 121.

13 Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar Tradisi Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta: Hikmah, 2010),

hlm. 145.

Page 23: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

10

atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan meteri di dunia(adil dan layak) dan

dalam bentuk imbalan pahala di akhirat (imbalan yang lebihbaik).14

Secara terminologi, Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Khatibal-

Syarbini al-Qahiri pengarang Mughni Al-Muhtaj yang bermazhab Syafi’iyah

mendefinisikan ijarah sebagai transaksi atas manfaat dari sesuatu yang telah

diketahui, yang mungkin diserahkan dan dibolehkan, dengan imbalan yang juga

telah diketahui. Sementara itu, Al-Qaduri yang bermazhab Hanafiah

mendefinisikannya sebagai transaksi atas berbagai manfaat (sesuatu) dengan

memberikan imbalan. Menurut ulama Syafi’iyah, ijarah adalah sebagai akadatas

suatu manfaat yang mengandung maksud yang tertentu, mubah, dan kebolehan

dengan pengganti tertentu. Ulama Malikiyah mendifinisikan ijarahsebagai

memberikan hak kepemilikan manfaat sesuatu yang mubah dalam masa tertentu

disertai imbalan.15

Upah adalah memberikan imbalan sebagai bayaran kepada seseorang yang

telah diperintah untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu dan bayaran itu

diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati. Upah memegang peranan

yang penting dan merupakan salah satu ciri suatu hubungan kerja, bahkan dapat

dikatakan upah merupakan tujuan utama dari seseorang pekerja melakukan

pekerjaan pada orang atau badan hukum lain. Jadi, upah adalah suatu imbalan dari

seseorang yang memberikan pekerjaan dan diterima oleh pekerja yang telah

14 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2010), hlm. 874.

15 Wabah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm.

387.

Page 24: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

11

menyelesaikan pekerjaannya dengan jumlah yang telah disepakati kedua belah

pihak yang melakukan perjanjian.16

2. DasarHukumUpah (Ijarah)

a. Al-Qur’an:

روف اأتي تم بالمع تم م لدكم فلا جنحاح علي كم اذا سلم ترضعوا أو تم أن تس واتقوا الله وان أرد

ملون بصي ر ملوا أن الله بماتع واع

Artinya: … Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada oranglain, maka

tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengancara yang

patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwaAllah Maha

melihat apa yang kamu kerjakan.17

Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam membayar upah kepada pekerja harus

sesuai dengan apa yeng telah mereka kerjakan dan sesuai dengan ketentuan yang

telah disepakati. Jika kalian menghendaki agar bayi-bayi kalian diserahkan kepada

wanita-wanita yang bersedia menyusui, maka hal ini boleh dilakukan.Tetapi

kalian harus member upah yang sepantasnya kepada mereka, apabila upah

diberikan tidak sesuai maka akadnya menjadi tidak sah, pemberi kerja hendaknya

tidak curang dalam pembayaran upah harus sesuai dan jelas agar tidak ada salah

satu pihak yang dirugikan dari kedua belah pihak.18

b. As-Sunnah

طى الذي تجم رسوللله صلى الله عليه وسلم وأع وعن ابن عباس رضي الله قال: اح

طيه ره ولو كان حراما لم يع )رواه البخا رى(حجمه أج

16 A. Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Aspek Hukum Keluarga dan

Bisnis, (Bandar Lampung: Raden Intan Lampung, 2015), hlm. 187.

17Al-Baqarah (2): 233.

18 Ahmad Mushthaf Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz II, Cet. Ke-1, (Semarang: Toha

Putra, 1989), hlm. 350.

Page 25: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

12

Artinya: Ibnu Abbas ra.berkata:

“Rasulullah Saw. Berbekam dan memberikan upah kepada orang yang

membekamnya. Seandainya berbekamitu haram, tidaklah beliau

memberi upah”.(HR. Bukhari)19

ط ن عمر رضي الله قال: أ وعن اب قه ع ره قب ل أن يجف عر ا الأجي راج )رواه ابن ماجه(و

Artinya: Ibnu Umar ra.berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:

“Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum keringatnya kering”.(HR

IbnuMajah)20

تأ جر أجي را فل يس م له وعن ابى سعي د رضى الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من اس

رته ز )رواه عبأج اق وفيه ان قطاع ، ووصله البيهقى من طريق أبي حنيفة(دالر

Artinya: Dari Abu Said ra. bahwa Nabi Saw bersabda:

“Barangsiapa mempekerjakan seorang pekerja hendaknya ia

menentukan upahnya”.(HR. Abdul Razzaq dalam hadist tersebut

terdapat riwayat yang munqathi’.Dan dalam riwayat Al-Baihaqi terdapat

hadist maushul menurut dari jalan Abu Hanifah)21

Dari hadist tersebut menjelaskan bahwa kewajiban menentukan upah pekerja

atas pekerjaan yang dilakukannya agar tidak adaketidakjelasan yang akan

mengakibatkan permusuhan dan perselisihan.

19 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam “SyarahBulughulMaram”,

Jilid: 3, (Jakarta: DarusSunnah, 2017), hlm:. 153.

20 Al- HafizhIbnuHajar al-Asqalani,BulughMaram, (Jakarta: DarulHaq, 2015), hlm:. 490.

21 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, SubulusSalam “Syarah Bulughul Maram”,

jilid:3, (Jakarta: DarusSunnah, 2017), hlm:. 160.

Page 26: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

13

c. Ijma’

Ijarah, baik dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk upah

mengupah merupakan bentuk muamalah yang dibenarkan. Mengenai di syariatkan

ijarah, semua umat bersepakat, bahwa sewa menyewa dan upah adalah boleh,

tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’)ini, sekalipun

ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu

tidak dianggap.22

d. Qiyas

Kata qiyas secara etimologi berarti qadr (ukuran, bandingan). Apabila orang

arab berkata qistu hadza bi dzaka, maka maksudnya, saya mengukur ini dengan

itu. Secara terminolgi menurut Ibnu as-Subki, qiyas ialah :

م على لو ل مع مه عن دال حامل حم م لمساوته فى علة حك لو مع

Artinya : “Menyamakan hukum sesuatu dengan hukum sesuatu yang lain karena

adanya kesamaan ‘illah hukum menurut mujtahid yang menyamakan

hukumnya.”23

Qiyas menurut ulama ushul ialah menerangkan hukum sesuatu yang tidak da

nashnya dalam al-Qur’an dan Hadis dengan cara membandingkannya dengan

sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat

definisi lain: Qiyas ialah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya

dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.24

22 SayyidSabiq, FiqihSunnah 13, cet. Ke-1, (Bandung: PT Amlma’arif, 1987), hlm. 11.

23 Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Ed 1, Cet. 3,(Jakarta : Amzah, 2014), hlm. 161.

24 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hlm. 336.

Page 27: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

14

e. ‘Urf (Tradisi)

‘Urf adalah bentuk-bentuk mu’amalah (hubungan kepentingan) yang telah

mennjadi Adat kebiasaan dan telah berlangsung ajeg (konstan) di tengah

masyarakat25. Dan ini tergolong salah satu sumber hukum (ashl) dari ushul figh

yang diambil dari intisari sabda Nabi Muhammad SAW :

ر حسن لمو ن حسنا فهو عن دالله ام ماراه المس

Artinya: “Apa yang dipandang bailk kaum muslimin, maka menurut Allah pun

digolongkan sebagai perkara baik.”

Dari segi kebahasaan (etimologi) al-‘urf berasal dari kata yang terdiri dari

huruf ‘ain, ra’, dan fa’ yang berarti kenal. Dari kata ini muncul kata ma’rifah

(yang dikenal), ta’rif (definisi), kata ma’ruf ( yang dikenal sebagai kebaikan), dan

kata ‘urf (kebiasaan yang baik). Adapun secara terminologi, kata urf mengandung

makna yang berarti sesuatu yang menjadi kebiasaan manusia, dan mereka

mengikutinya dalam bentuk setiap perbuatan yang popular diantara mereka,

ataupun suatu kata yang biasa mereka kenal dengan pengertian tertentu, bukan

dalam pengertian etimologi, dan ketika mendengar kata itu, mereka tidak

memahaminya dalam pengertian lain.26

Sesuai dengan kaidah ‘urf sebagai berikut :

م حكم به الشرع ولم يحد ا جع إلي ه فى كل حك ف وال عادة ير ه بحد عر

Artinya : “Urf dan kebiasaan dijadikan pedoman pada setiap hukum dalam

syariat yang batasannya tidak ditentukan secara tegas”.

25 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, hlm:. 416-417.

26 Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, hlm. 209.

Page 28: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

15

Kaidah ini mencakup berbagai aspek dalam syariat, baik muamalat,

penunaikan hak, dan yang lain. Karena penentuan hukum suatu perkara dalam

syariat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu :

1. Mengetahui batasan dan rincian perkara yang akan dihukumi.

2. Penentuan hukum terhadap perkara tersebut sesuai ketentuan syar’i.27

Sesuai dengan kaidah ‘Urf sebagai berikut :

ال عادة محكمة

Artinya : “Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum”. (as-suyuthi, TT:

63).28

Adat kebiasaan (‘Urf) dalam jual beli juga mempunyai peran yang sangat

penting sebagai salah satu dalil untuk menetapkan hukum syara’, kaidah hukum

islam menyatakan adat istiadat (‘Urf) yang digunakan sebagai hukum pelaksanaan

jual beli dapat dijadikan sumber hukum islam bila memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Al-‘Urf al-Amn

Yaitu kebiasaan yang bersifat umum dan berlaku bagi sebagian besar

masyarakat dalam berbagai wilayah yang luas.

27 “Qawa’id Fiqhiyah,” https://almanhaj.or.id/2508-kaidah-ke-9-urf-dan-kebiasaan-dijadikan-

pedoman-pada-setiap-hukum-dalam-syariat.html, diakses tanggal 19-09-2019

28 Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyyah dan Fiqhiyyah, ed.1, cet. 3, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 1999), hlm. 140.

Page 29: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

16

b. Al-‘Urf al-Khashsh

Yaitu adat kebiasaan yang berlaku secara khusus pada suatu masyarakat

tertentu atau wilayah tertentu saja. Ditinjau dari keabhsahannya, al-urf dibagi

menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Al-‘Urf ash-shahihah (‘Urf yang absah)

Yaitu kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak bertentangan dengan

aturan-aturan Hukum Islam. Dengan kata lain, ‘Urf yang tidak mengubah

ketentuan yang haram menjadi halal, atau sebaliknya, mengubah ketentuan halal

menjadi haram.29

b. Al-‘Urf al-Fasidah (‘Urf yang rusak atau salah)

Yaitu kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan dan dalil-

dalil syara’. Sebalik dari al-‘urf ash-shahihah, maka adat kebiasaan yang salah

adalah yang menghalalkan hal-hal yang haram, atau mengharamkan yang halal.

Para ulama sepakat bahwa al-‘urf al-fasidah tidak dapat menjadi landasan

hukum, dan kebiasaan tersebut batal demi hukum. Oleh karena itu, dalam rangka

meningkatkan pemasyarakatan dan pengamalan hukum Islam pada masyarakat,

sebaiknya dilakukan dengan cara yang ma’ruf, diupayakan mengubah adat

kebiasaan yang bertentangan dengan ketentuan ajaran islam tersebut, dan

menggantikannya dengan adat kebiasaan yang sesuai dengan syariat Islam. Sesuai

dengan Firman Allah SWT :

رض عن ال جهلي ن ف واع باال عر خذ ال عف و وأ مر

29 Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, hlm. 210.

Page 30: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

17

Artinya :“Jadilah pemaaf dan seruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta

berpalinglah dari orang yang bodoh”.30

3. Rukun dan Syarat Upah (Ijarah)

Adapun menurut Jumhur ulama, rukun dan syarat ijarah ada empat (4),yaitu:

a. ‘Aqid (orang yang berakad)

Mu‟ajir dan Musta‟jir yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa

atau upah mengupah. Mu‟ajir adalah orang yang menerima upah dan

menyewakan (majikan), sedangkan musta‟jir adalah orang yang menerima upah

untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu (buruh/pekerja).31

Persyaratan orang yang berakad untuk kedua belah pihak yang melakukan

akad disyaratkan berkemampuan yaitu kedua-duanya berakal, saling meridhai dan

dapat membedakan. Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, jika salah seorang

berakad itu gila atau anak kecil menyewakan harta mereka atau diri mereka

(sebagai buruh), maka akad menjadi tidak sah.

Mazhab Imam Asy Syafi’i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi,

yaitu balig. Menurut mereka akad anak kecil sekalipun sudah dapat membedakan,

dinyatakan tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat

bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai usia baliq, tetapi anak

yang telah mumayyiz pun boleh melakukan akad al-ijarah terhadap harta atau

dirinya, maka itu dianggap sah apabila disetujui oleh walinya.32 Syarat yang

30 Al-A’raf (7) : 199.

31 Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fiqih Muamalah, Cet. Ke-1, (Bogor: Ghalila

Indonesia, 2011), hlm:. 170.

32 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Cet. Ke-1, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), hlm. 7.

Page 31: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

18

terakhir adalah kerelaan dua pihak yang melakukan akad. Jika salah seorang dari

mereka dipaksa untuk melakukan Ijarah, maka tidak sah.

b. Shighat

Yaitu ijab dan qabul antara Mu‟ajir dan Musta‟jir, ijab qabul sewa

menyewa dan upah-mengupah. Syarat shighat yaitu harus dibuat sebelum

pekerjaan itu dikerjakan, tidak boleh disangkut pautkan dengan urusan lain,harus

terjadi atas kesepakatan bersama.33

Shighat transaksi mencakup hal-halberikut:

1) Ijab dan Qabul harus sesuai. Jika seseorang berkata, “Saya sewakan rumah ini

kepadamu seratus ribu sebulan”, kemudian dibalas “Saya terima dengan

bayaran Sembilan puluh ribu”, transaksi tidak sah karena terjadi perbedaan

antara ijab dan qabul. Perbedaan ini menunjukkan ketidakrelaan salah

satupihak, padahal kerelaan ini menjadi syarat sahnya transaksi.

2) Antara kalimat ijab dan kalimat qabul tidak berselang waktu yang lama atau

diselingi dengan ucapan lain yang tidak ada kaitannya dengan transaksikarena

hal ini menunjukkan adanya penolakan terhadap akad.

3) Tidak boleh menggantungkan transaksi pada suatu syarat, misalnya: “jika Zaid

datang, akan aku sewakan ini kepadamu”.

c. Ujrah (upah)

Upah hendaklah jelas dengan bukti dan ciri yang bisa menghilangkan

ketidak jelasan dan disebutkan besar dan bentuk upah. Syarat mengetahui upah ini

memiliki beberapa bentuk masalah, seperti jika seseorang menyewa orang lain

33 A. Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Aspek Hukum Keluarga dan

Bisnis, hlm. 189.

Page 32: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

19

dengan upah tertentu ditambah makan, atau menyewa hewan dengan upah tertentu

ditambah makannya, maka akad itu tidak dibolehkan. Hal itu karena makanan

tersebut menjadi bagian dari upah, padahal ukurannya tidak jelas sehingga

membuat status upahnya tidak jelas. Ulama Malikiyah membolehkan menyewa

seseorang untuk melayani atau menyewa hewan ditambah makannya dan pakaian

atau sejenisnya untuk pembantu itu.

Hal itu karena sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat,

sebagaimana menyewa seorang perempuan untuk menyusui ditambah makan dan

lainnya. Syarat yang lainnya yaitu harus dibayarkan segera mungkin atau sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, dapat dimanfaatkan oleh

pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat dipastikan kehalalannya,

upah yang diberikan harus sesuai dengan kesepakatan bersama.34

d. Manfaat

Manfaat ijarah mencakup hal-hal berikut:

1) Dapat ditaksir, maksudnya: manfaat (dari barang yang disewa) dapat

ditetapkan secara jelas, baik berdasarkan syariat maupun adat (urf‟) agar harta

penggantinya layak diserahkan. Contohnya, menyewa rumah untuk dijadikan

tempat tinggal. Jika benda-benda itu tidak ada manfaatnya, harta penggantinya

(upah sewa) menjadi sia-sia belaka. Padahal, syariat melarang untuk menyia-

nyiakan harta.

2) Orang yang menyewakan (mu‟ajir) sanggup menyerahkan manfaat (benda

yang disewakan). Hal demikian agar orang yang menyewa (musta‟jir) dapat

34 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm.

401.

Page 33: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

20

menikmatinya. Jika orang yang menyewakan (mu‟ajir) tidak sanggup

menyerahkan manfaat (barang yang disewakan), baik secara fisik maupun

syar‟i, transaksi tidak sah.

3) Manfaat harus dirasakan oleh penyewa (musta‟jir), bukan oleh yang

menyewakan (mu‟ajir). Oleh sebab itu, tidak sah menyewa orang untuk

melakukan ibadah yang membutuhkan niat yang tidak bias digantikan, seperti

shalat dan puasa, karena manfaat pekerjaan itumerupakan pahala bagi orang

yang menyewakan, bukan untuk penyewa (musta‟jir). Setiap para pihak yang

melakukan akad harus mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang

diakadkan, sehingga mencegah terjadinya perselisihan.35

Dengan jalan menyaksikan barang itu sendiri, atau kejelasan sifatsifatnya,

menjelaskan masa sewa seperti sebulan atau setahun atau lebih atau kurang, serta

menjelaskan pekerjaan yang diharapkan. Terkadang berbentuk manfaat barang,

seperti rumah untuk ditempati, atau mobil untuk dikendarai. Dan terkadang

berbentuk karya, seperti karya seorang insinyur, pekerja bangunan. Terkadang

manfaat itu berbentuk sebagai kerja pribadi seseorang yang mencurahkan tenaga,

seperti para pekerja.36

Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, keberadaan upah bergantung pada

adanya akad. Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, upah dimiliki berdasarkan

35 Musthaf Did Al-Bugha, Buku Pintar Tradisi Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta: Hikmah, 2010),

hlm. 151-152.

36 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, cet. Ke-1, (Bandung: PT Amlma’arif, 1987), hlm. 11.

Page 34: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

21

akad itu sendiri, tetapi diberikan sedikit demi sedikit, bergantung pada kebutuhan

‘aqid.37

Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, kewajiban upah didasarkan pada

tiga (3) perkara yaitu:

1. Mensyaratkan upah untuk dipercepat dalam zat akad

2. Mempercepat tanpa adanya syarat

3. Dengan membayar kemanfaatan sedikit demi sedikit. Jika dua orang yang

akad bersepakat untuk mengakhirkan upah, hal itu dibolehkan.

Upah mengupah atau ijarah „ala al-a‟mal, yakni jual-beli jasa, biasanya

berlaku dalam beberapa hal seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, dan

lain-lain. Ijarah „ala ala‟mal terbagi dua, yaitu:

a. Ijarah khusus

Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya, orang yang

bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah memberinya upah.

b. Ijarah musytarik

Yaitu ijarah dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerja sama.

Hukumnya dibolehkan bekerja sama dengan orang lain.38

Upah atau ujrah dapat dikalsifikasikan menjadi 2 yaitu:

1) Upah yang telah disebutkan (ajrun musamma)

Yaitu syaratnya ketika disebutkan harus disertai kerelaan kedua belah

pihak yang melakukan transaksi.

37 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka setia, 2001), hlm. 132.

38 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka setia, 2001), hlm. 133-

134.

Page 35: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

22

2) Upah yang sepadan (ajrul mitsli)

Yaitu upah yang sepadan dengan pekerjaannya serta sepadan dengan

kondisi pekerjaannya (profesi kerja) jika akad ijarah-nya telahmenyebutkan

jasa (manfaat) kerjanya.39

Sebelum melakukan transaksi, perlu adanya perjanjian diantara para

pihakagar transaksi dapat dilakukan dengan jelas. Adapun asas perjanjian dalam

hukum Islam yaitu:40

1. Asas Ibadah (Mabda‟ al-ibahah)

Asas ini merupakan “Pada dasarnya segala sesuatu itu boleh dilakukan

sampai ada dalil yang melarangnya”.

2. Asas Kebebasan Berakad (Mabda‟ Hurriyyah at-Ta‟aqud)

Yaitu suatu prinsip hukum yang yang menyatakan bahwa setiap orang dapat

membuat akad jenis apa dan memasukkan klausul apa saja ke dalam akad yang

dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta

sesama dengan jalan batil, tetapi yang menentukan akibat hukumnya adalah ajaran

agama.

3. Asas Konsensualisme (Mabda‟ ar-Radha‟iyyah)

Asas ini menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian cukup dengan

tercapainya kata sepakat antara para pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-

formalitas tertentu.

39 M.I Yusanto dan M.K Widjajakusuma, Mengagas Bisnis Islam, Cet. Ke-1 (Jakarta: Gema

Insani Press, 2002), hlm. 194.

40 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syarisah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), hlm. 83-92.

Page 36: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

23

4. Asas Janji itu Mengikat

Allah SWT menaganjurkan kepada manusia, dalam melakukan perjanjian

harus secara tertulis, adanya saksi-saksi agar sebuah perjanjian tersebut mengikat

para pihak untuk melakukan hak dan kewajiban masing-masing.

5. Asas Keseimbangan (Mabda‟ at-Tawazun fi al-Mu‟awadhah)

Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara para

pihakdalam bertransaksi, namun hukum perjanjian Islam tetap menekankan

perlunya keseimbangan, baik antara apa yang diberikan dan apa yang diterima

maupun keseimbangan dalam memikul risiko. Dalam melakukan perikatan ini,

parapihak menentukan hak dan kewajiban masing-masing dan tidak boleh ada

suatu kezaliman yang dilakukan dalam perikatan tersebut.41

6. Asas Kemaslahatan (Tidak Memberatkan)

Asas ini bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan tidak

boleh memberatkan (masyaqqah) atau menimbulkan kerugian (mudharat) diantara

para pihak yang melakukan perjanjian.

7. Asas Amanah

Bahwa masing-masing pihak haruslah beritikad baik termasuk kejujuran

dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak dibenarkan salah satu pihak

mengeksploitasi ketidaktahuan mitranya. Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam

perikatan, maka akan merusak legalitas perikatan itu sendiri.42 Selainitu, apabila

tidak adanya kejujuran maka akan menimbulkan kecurigaan diantara para pihak.

41 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 5, Cet. Ke-1 (Jakarta: Cakrawala Ia Publishing, 2009), hlm.

33.

42 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlianti, Hukum Perikatan di Indonesia,

Cet. Ke-2, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 37.

Page 37: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

24

8. Asas Keadilan

Adil merupakan salah satu sifat Allah SWT yang seringkali disebutkan

dalam Al-qur’an. Bersikap adil sering kali Allah SWT tekankan kepada manusia

dalam melakukan perbuatan, karena adil menjadikan manusia lebih dekat kepada

taqwa.43

4. Kewajiban dan Hak- hak pekerja

Dengan terpenuhinya syarat perjanjian kerja sebagaimana dinyatakan diatas,

maka terjadilah hubungan hukum diantara pihak- pihak yang merlakukan

pekerjaan.

Dengan timbulnya hukum diatas, akan melahirkan hak dan kewajiban

diantara para pihak tersebut. Adapun yang menjadi kewajiban pekerja dengan

adanya hubungan hukum tersebut adalah:

1. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang ada dalam perjanjian kalau pekerjaan

tersebut merupakan pekerjaan yang khas.

2. Benar- benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian

3. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat, dan teliti

4. Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya untuk

dikerjakanya, sedangkan bentuk pekerjaan berupa urusan, hendaklah mengurus

urusan tersebut sebagaimana mestinya

5. Mengganti kerigian kalau ada barang yang rusak, apabila kerusakan tersebut

dilakukan dengan kesengajaan atau kelengahan.

43 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlianti, Hukum Perikatan di Indonesia,

Cet. Ke-2, hlm. 38.

Page 38: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

25

Sedangkan yang menjadi hak- hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh

pemberi pekerja adalah:

1. Hak atas upah sesuai dengan yang ada dalam perjanjian

2. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan

3. Hak atas jamina sosial, terutama sekali menyangkut bahaya- bahaya yang

dialami oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan44

5. Penetapan Upah Dalam Islam

Penetapan upah pekerja didasarkan pada manfaat atau jasa yang telah

diberikan seorang pekerjaan kepada perusahaan. Selain itu, Yusuf Qardowi

memberikan penekanan bahwa paramajikan harus memperhatikan du hal berikut

ini:

1. Nilai kerja, karena tidak mungkin menyamakan yang pintar dengan yang

bodoh, yang tekun bekerja dengan bekerja yang asal-asalan, serta yang ahli

dengan yang bukan ahli. Menyamakan kedua hal tersebut adalah tindak

kezaliman.

2. Sesuai dengan kebutuhan, sebab seorang memiliki kebutuhan kemanusiaan

yang pokok dan wajib dipenuhui baik kebutuhan sandang, papan, transportasi,

pengobatan, pendidikan untuk anak-anak, dan segala hal yang harus dipenuhi.45

6. Pengelolaan Upah dalam Islam

Ada beberapa pengolongan upah sebagai berikut:

44 Pasaribu, Chairul, Hukum Perjanjian Keerja, (Jakarta: Sinar Grafika,1994), hlm. 156.

45 Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, ahli bahasa Al-Hamid Al-Husaini dari Fatwa-

fatwa Mu’ashiran, (Jakarta:Yayasan Al-Hamidiy,1998), hlm.233.

Page 39: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

26

a. Upah Sistem Waktu. Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan

berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu atau bulan. Besarnya upah

sistem waktu hanya di dasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan

dengan prestasi kerjanya.

b. Upah Sistem Hasil. Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan

unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, dan kologram.

Besarnya upah yang dibayar selalu berdasrkan kepada banyaknya hasil yang

dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakannya.

c. Upah Sistem Borongan. Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang

meneteapkan besanya jasa dibesarkan atas volume pekerjaan dan lama

mengerjakannya. Penetapan besarnya balasa jasa berdasarkan sistem borongan

cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang diperlukan untuk

menyelesaikannya.46

7. Prinsip Pemberian Upah dalam Islam

Prinsip pemberian upah dalam islam terdiri dari dua yaitu:

a. Adil dalam memberi upah. Adil bermakna jelas dantransparan.

Perinsip utama keadilan terletak pada kejelasan akad (transaksi) dan

komitmen melakukannya. Akad dalam perubahan adalah akad yang terjadi antara

pekerja dan pengusaha. Artinya sebelum pekerja dikerjakan, harus jelas dahulu

bagaimana upah yang akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut meliputi besarnya

upah dan tata cara pembayaran upah.

46 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bisuness and economic ethics, hlm. 807.

Page 40: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

27

Sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah

menunaikan pekerjanya dengan semestinya dan sesuai dengan kesepakatan,

karena umat islam terkaitan dengan syarat-syarat antar mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkannya yang haram. Selama ia

mendapatkan upah secara penuh maka kewajibannya juga terus dipenuhi.

Sepatutnya hal ini dijelaskan secara detail dalam “peraturan kerja” yang

menjelaskan masing-masing hakdan kewajiban kedua belah pihak, keterlambatan

membayar upah dikatagorikan sebagai perbuatan zalim dan orang yang tidak

membayar upah para pekerjanya termasuk orang yang dimusuhi oleh Nabi

Muhammad saw pada hari kiamat.

b. Kelayakan dalam Pengupahan.

Kelayakan pemberian upah yang diberikan juga menjadi perhatian dalam

islam, kelayakan tersebut berhubungan dengan besaran yang diterima. Layak

terdiri dari:

1). Layak bermakna cukup pangan,sandang dan papan.

Kelayakan upah yang diterima oleh pekerja dilihat dari 3 aspek yaitu:

Pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan (tempat tinggal). Bahkan bagi

pegawai atau karyawan yang masih belum menikah, menjadi tugas majikan yang

memperkerjakannya untuk mencarikannya jodohnya. Artinya, hubungan antara

majikan dengan pekerja bukan hanya sebatas hubungan pekerjaan formal, tetapi

karyawan sudah dianggap merupakan keluarga majikan. Konsep menganggap

karyawan sebagai keluarga majiakan merupakan konsep Islam yang lebih 14 abad

yang lalu dicetuskan. Konsep ini dipakai oleh pengusaha-pengusaha Arab pada

Page 41: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

28

masa lalu, dimana mereka (pengusaha muslim) sering kali memperhatikan

kehidupan karyawannya diluar lingkungan kerjanya.47

2). Layak bermakna sesuai dengan pesanan

Upah dalam konsep syariah memeiliki dua dimensi, yaitu dimensi dan

dimensi akhirat. Untuk menerapkan upah dalam dimensi dunia, konsep moral

merupakan hal yang sangat penting agar pahala dapat diperoleh sebagai dimensi

akhirat dari upah tersebut. Jika moral diabaikan, dimensi akhirat tidak akan

tercapai. Oleh karena itulah konsep moral diletakkan pada kotak paling luar, yang

artinya konsep moral diperlukan untuk menerapkan upah dimensi akhirat dapat

tercapai.48

8. Hubungan Buruh dan Majikan

Dalam islam, hubungan majikan dan pekerja keduanya dalam jalinan

persahabatan dan persaudaraan. Seorang majikan Muslim tidak dikatakan orang

yang beriman jika niatnya semata-mata mencari keuntungan dalam hubungan

industrial. Yaitu seorang pengusaha yang setelah dia mengivestasikan modalnya

yang dapat menguntungkan masyrakat dan selanjutnya ia bersyukur kepada Allah

SWT. atas keuntungan yang diperolehnya.

9. Mensegerakan Membayar Upah

Secara umum, pemberian atau penyerahan upah dilakukan seketika

pekerjaann itu selesai. Sama halnya dengan jual beli yang pembayaranya pada

waktu itu juga. Tetapi pada waktu membuat surat perjanjian boleh dibicarakan

dan diputuskann untuk mendahukukan pembayaran upah atau mengakhirkanya.

47 Rivai Veithzal, Islamic Bisuness and economic ethics, hlm. 804.

48Ibid., hlm. 805.

Page 42: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

29

Jadi pembayaran upah itu disesuaikan dengan bunyi surat perjanjian pada saat

akan melaksanakan akad upah mengupah.

Namun demikian, memberikan upah terlebih dahulu adalah lebih baik.

Dalam rangka membina saling pengertian percaya mempercayai. Lebih-lebih

apabila upah mengupahh itu antara majikan dan pekerja yang pada umumnya

sangat memerlukan uang untuk kebutuhan biaya makan keluarga dan dirinya

sehari-hari.

Yang paling penting adalah agar kedua belah pihak mematuhi perjanjian

yang telah disetujui dan ditanda tangani bersama. Pekerja atau buruh hendaknya

mematuhi ketentuan dalam perjanjian, baik perjanjian itu tertulis ataupun

perjanjian lisan.49

10. Hikmah Disyariatkan Ujrah

Tujuan dibolehkan ujrah pada dasarnya adalah untuk mendapatkan materil.

Namun itu bukanlah tujuan akhir karena usaha yang dilakukan atau upah yang

diterima merupakan saranya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Adapun hikmah diadakanya ujrah antara lain:

a. Membina ketentraman dan kebahagiaan

Dengan adanya ijarah akan mampu membina kerjasama antara mu’ajir dan

musta’jir. Sehingga menciptakan kedamaian dihati mereka. Dengan diterimanya

upah dari orang yang memekai jasa, maka yang member jasa dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Apabila kebutuhan hidup terpenuhi maka musta’jir tidak

lagi resah ketika hendak beribdah kepada Allah SWT.

49 http://www.bacaanmadani.com/2017/12/penegertian-upah-hukum-rukun-syarat-

dan.html?m=1

Page 43: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

30

Dengan transaksi upah-mengupah dapat berdampak positif terhadap

masyarakat terutama dibidang ekonomi, karena masyarakat dapat mencapai

kesejahteraan yang lebih tinggi. Bila masing-masing individu dalam suatu

masyarakat itu lebih dapaat memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat itu akan

tentram dan aman.50

b. Memenuhi Nafkah Keluarga

Salah satu kewajiban seorang muslim adalah membrikan nafkah kepada

keluarganya, yang meliputi istri, anak-anak dan tanggung jawab lainya. Dengan

adany aupah yang diterima musta’jir maka kewajiban tersebut dapat terpenuhi

c. Memenuhi Hajat Hidup Masyarakat

Dengan adanya transaksi ijarah khususnya tentang pemakaian jasa, maka

akan mampu memenuhu hajat hidup masyarak baik yang ikut bekerja maupun

yang menikmati hasil proyek tersebut. Maka ujrah merupakan akad yang

mempunyai unsure tolong menolong antara sesame.

d. Menolak Kemungkaran

Diantara tujuan ideal berusaha adalah dapat menolak kemungkaran yang

kemungkinan besar akan dilakukan oleh yang menganggur. Pada intinya hikmah

ijrah yaitu untuk memudahkan manusia dalam memenuhi.51

11. Berakhirnya Ijarah (upah)

Adapun hal-hal yang bisa menyebabkan batal atau berakhirnya akad Ijarah

menurut Hanafiah, yaitu:

50 Ya’qub, Hamzah, Kode Etik Dagang, (Bandung: CV. Diponegoro, 1994), hlm. 46.

51 Ibid., hlm. 47.

Page 44: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

31

a. Salah satu pihak meninggal dunia. Ini merupakan pendapat mazhab Hanafi.

Bagi mazhab ini manfaat yang diperoleh dari ijarah adalah sesuatu yang terjadi

secara bertahap dan ketika meninggalnya salah satu pihak, manfaat tersebut

tidak ada dan tidak sedang dimilikinya. Maka mustahil untuk di wariskan.

Sedangkan meneurut Jumhur Ulama, akad Ijarah tidak batal dengan wafatnya

salah seorang yang berakad, karena menurut Jumhur Ulama manfaat itu boleh

diwariskan dan Ijarah sifatnya mengikat kedua belah pihak.

b. Terjadi kerusakann pada barang sewaan, seperti: rumah terbakar atau mobil

hilang.

c. Tenggang waktu yang disepakati dalamm nakad Ijarah telah berakhir. Apabila

yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya

dan apabila yang disewa itu jasa seseorang maka ia berhak menerima upahnya.

d. Menurut Jumhur Ulama, uzur yang boleh membatalkan akad Ijarah itu

hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam

akad itu hilang, sepeerti kebakaran atau dilanda banjir. Sedang menurut Ulama

Hanafiah apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan

disita Negara karena terkait hutang yang banyak, maka akad Ijarah menjadi

batal.

e. Berakhir dengan Iqalah yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan antara

kedua belah pihak. Hal ini karena Ijarah merupakan akad pertukaran harta

dengan harta yang di ambil manfaatnya.52

52 Wabah zuhaili, al-Wajirz Fi al-Fiqhi al-Islami, hlm. 133-134.

Page 45: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

32

F. Tinjaun Pustaka

Pembahasan mengenai masalah berkaitan tentang sistem pembayaran upah

pengupasan pinang ditinjau dari hukum islam, dalam suatu penelitian tidak

terlepas dari perolehan data melalui referensi buku- buku atau literature. Studi

kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau mempelajari serta mengutip

pendapat- pendapat dari para ahli yang ada hubungannya dengan permasalahan

yang diteliti.

Sepanjang penelitian, peneliti mengambil buku- buku, tesis, skripsi, dan

artikel, yang berkaitan tentang pembayaran upah buruh/ pekerja ditinjau dari

hukum islam. Adapun beberapa peneliti terdahulu yang membahas tentang

pembayaran upah buruh ditinjau dari hukum islam yaitu:

1. Ika Novi Nur Hidayati dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2017,

yang mengangkat judul skripsi “ Pengupahan dalam hukum islam dan hukum

positif”. Hasil penelitianya yaitu: Dalam hubungan kerja antara pengusaha

dan pekerja, dilakukan dengan akad tertulis agar masing- masing pihak

mengetahui hak- haknya serta kewajibanya, sehingga hubungan antara

pengusaha dan pekerja dapat berjalan baik. Dengan adanya keseimabangan

antara upah dengan pekerjaan yang dilakukan, maka hubungan baik antara

pengusaha dengan pekerja tetap terjaga.53

Perbedaan penelitan yang penulis lakukan denga hasil penelitian yang

disusun oleh Ika Novi Nur Hidayati dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun

53 Ejounal.uin-suka.ac.id tgl 29 Juli 2019

Page 46: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

33

2017, yang mengangkat judul skripsi “ Pengupahan dalam hukum islam dan

hukum positif” adalah penambahan hukum dengan hukum positifnya,

2. Wahyu Nely Gayatri UIN Walisongo tahun 2018, Tinjauan hukum islam

terhadap sistem pengupahan pada pemeliharaan hewan ternak ( studi di

Plantungan Kabupaten kendal)54 Hasil penelitianya bahwa ketentuan

pemberian upah harus memperhatikan hak- hak pekerja khususnya dalam

pemberian upah yang layak.

Perbedaan penelitian antara yang penulis teliti dengan yang saudara Wahyu

Nely Gayatri UIN Walisongo tahun 2018, Tinjauan hukum islam terhadap sistem

pengupahan pada pemeliharaan hewan ternak ( studi di Plantungan Kabupaten

kendal) adalah terletak pada objek penelitianya yaitu mengenai pemeliharaan

hewan.

3. Ahmad Nur Shodik UIN Sunan kalijaga Yogyakarta tahun 2017,Yang

mengangkat judul skripsi ” Tinjauan hukum islam terhadap upah buruh tani

di Desa Rejasari Jawa barat “ Hasil penelitianya yaitu: Pembayaran upahnya

dengan cara ditangguhkan sampai masa panen tiba, dengan cara mendapatkan

kesempatan ikut gancong/memetik hasil panen yang kemudian diberikan

imbalan upah kerjanya sesuai dengan masa kerja yang telah dilaukan

sebelumnya. Pemberian upah seperti ini menurut hukum islam diperbolehkan

karena didalamnya terdapat akad yang jelas dan pasti diantara kedua belah

pihak dan memang sudah menjadi adat bagi masyarakat setempat.55

54 Eprints.walisongo.ac.id tgl 29 Juli 2019

55 Digilib.uin- suka.ac.id tgl 29 Juli 2019

Page 47: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

34

Penelitian yang di lakukan oleh Ahmad Nur Shodik UIN Sunan kalijaga

Yogyakarta tahun 2017,Yang mengangkat judul skripsi ” Tinjauan hukum islam

terhadap upah buruh tani di Desa Rejasari Jawa barat “ adalah dalam objek yang

di telitinya berbeda.

Penelitian ini mengkaji tentang penangguhan dalam upah mengupah panen

sawit di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi, yaitu

mengenai pelaksanaan pembayaran upah yang tidak sesuai dengan ketentuanya

yaitu pemberian hak- hak upah yang tidak seimbang dengan hasil kerjanya

sehingga merugikan salah satu pihak. Akan tetapi hal ini sudah menjadi ketentuan

yang berlaku antara kedua belah pihak.

Page 48: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

35

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Mingkung Jaya Kec.Sungai Gelam

Kab.Muaro Jambi yang mengacu kepada permasalahan upah mengupah panen

sawit.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.56 Peneliti

mendeskripsikan gejala yang ada pada data tanpa memberikan perlakuan khusus

dalam bentuk apa pun pada subjek yang diteliti yaitu berusaha mendapatkan

informasi yang selengkap mungkin tentang Penangguhan dalam Upah mengupah

Panen Sawit menurut Hukum Islam di Desa Mingkung Jaya Kec.Sungai Gelam

Kab.Muaro jambi selanjutnya menganalisis berdasarkan pandangan hukum Islam.

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah sebagian bahan baku informasi atau subjek tempat asal

data dapat diperoleh, dapat berupa bahan pustaka atau orang yaitu informan atau

responden. Penentuan sumber data didasarkan atas jenis data yang telah

ditentukan seperti sumber data yang berdasarkan dari sumber dokumen, sumber

kepustakaan dan sumber lapangan. Untuk sumber data yang berupa informan

diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan

56 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Grafindo Persada,

2011), hlm. 12.

Page 49: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

36

penelitian ini yaitu majikan (pemilik kebun), buruh (pekerja), tokoh agama, dan

tokoh masyarakat.

Jenis data dalam penelitian secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

obyeknya.57 Data primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara terhadap

informan atau responden yaitu majikan (pemilik kebun), buruh (pekerja), tokoh

agama, dan tokoh masyarakat.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dari data yang telah ada

berupa dokumen-dokumen, litelatur, buku, majalah, koran atau jurnal.58

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi, dilakukan guna mencari gambaran awal mengenai lokasi penelitian

dan menentukan informan penelitian dengan melakukan pengamatan.

Selanjutnya Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan ke lokasi penelitian pada Desa Mingkung Jaya Kec.Sungai Gelam

Kab.Muaro Jambi

57Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 106.

58Iskandar, Metode Penelitian dan Sosial Kualitatitf dan Kauntitatif, (Jakarta: GP Press,

2008), hlm. 253.

Page 50: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

37

2. Wawancara, dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden

terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penangguhan dalam upah mengupah

panen sawit di Desa Mingkung Jaya Kec.Sungai Gelam Kab.Muaro Jambi.

Responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data berdasarkan

pertimbangan tertentu59. Pertimbangan tertentu dalam hal ini yaitu pemilihan

responden didasarkan pada pertimbangan bahwa responden adalah pihak-pihak

yang terkait.

3. Dokumentasi, dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya. Dokumentasi bertujuan untuk

mendapatkan data yang dapat dijadikan acuan terkait dengan masalah yang

diteliti.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

penangguhan dalam upah mengupah panen sawit di Desa Mingkung Jaya Kec.

Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi.

59Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),

hlm. 34.

Page 51: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

38

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab diperinci

lagi dengan beberapa sub bab yang saling berhubungan antara satu sama lainya.

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka

teori, dan tinjauan pustaka.

BAB II Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi penelitian, pendekatan

penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan sistematika penulisan.

BAB III Gambaran Umum Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai gambar lokasi penelitian

BAB IV Pembahasan

Analisis Penangguhan dalam Upah Mengupah Panen Sawit di Desa

Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam baik dari segi pemahaman

masyarakat dan pelaksanaan pengupahan yang terjadi antara pemilik

lahan (majikan) dengan buruh (pekerja).

BAB V Penutup

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang selanjutnya

dengan kata penutup penulis.

Page 52: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

39

G. Jadwal Penelitian

Catatan jadwal bisa berubah sewaktu-waktu.

No

Kegiatan

2019

Juli

Agustu

s

Sep

tember

Okto

ber

Novem

ber

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

✓ √

2 Pembuatan

proposal

3 Perbaikan

proposal

dan

seminar

4 Surat izin

riset

5 Pengumpul

an data

6 Pengolahan

data

7 Pembuatan

laporan

Page 53: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

40

8 Bimbingan

dan

perbaikan

9 Agenda

dan ujian

skripsi

10 Perbaikan

dan

penjilidan

Page 54: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

41

BAB III

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Desa Mingkung Jaya terletak di wilayah Kecamatan Sungai Gelam

Kabupaten Muaro Jambi di Provinsi Jambi. Secara administraif, Desa Mingkung

Jaya Terdiri dari 3 Dusun, 24 RT (Rukun Tetangga) dan 3 Rw (Rukun Warga),

luas wilayah 1.142,57 Ha (Hektar), dan dengan posisi Geografis:

Tabel. 1

Posisi Geografis60

No Posisi Geografis

1 103º50’54”-103º52’38” BT

2 1º45’37”-1º48’267” LS

Desa Mingkung Jaya jika dilihat dari letak geografis daerah berbatasan

dengan Wilayah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sungai Gelam

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan

c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sunngai Gelam dan Provinsi Sumatra

Selatan

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Petaling Jaya

60 Dokumentasi Arsip Desa

Page 55: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

42

1. Data Profil Desa

Tabel. 2

Luas Penggunaa Lahan61

NO Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Kebun Kelapa Sawit 1.126,08

2. Kebun Karet 1,74

3. Pemukiman 7,96

4. Lokasi Sumur Minyak 2,97

5. Tempat Pemakaman Umum 0,61

6. Lapangan Bola 0,42

7. Fasilitas Umum 2,78

Total Luas 1.142,57

61 Dokumentasi Arsip Desa

Page 56: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

43

Tabel. 3

Jenis dan Panjang Jalan62

No Jenis Panjang (KM)

1. Jalan Aspal -

-Jalan Negara -

-Jalan Kabupaten 2,58

2. Jalan Tanah 9,25

Jalan Lingkungan 0,89

3. Jalan Kebun 41,48

Total 54,20

2. Orbitasi (Jarak dari Pusat Pemerintah)

Tabel. 4

Orbitasi (Jarak dari Pusat Pemerintah)63

No Orbitasi (Jarak dari Pusat Pemerintah)

KM

1 Jarak dari Pusat Pemerintah Kecamatan 20

2 Jarak dari Pusat Pemerintah Kabupaten 70

3 Jarak dari Pemerintah Provinsi 45

62 Dokumentasi Arsip Desa

.

63 Ibid

Page 57: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

44

B. Sosial Kependudukan

Penduduk Desa Mingkung Jaya adalah warga Negara Indonesia yang berasal

dari pulau Jawa dan menetap sejak tahun 1990-an bersama masyarakat Jambi.

Juga beberapa warga pendatang dari daerah lain, seperti Minang, Batak dan

Bugis. Data terbaru yang diperoleh pada bulan Agustus 2019 berdasarkan data

terbaru 2018, tercatat penduduk di Desa Mingkung Jaya berjumlah 2,379 jiwa.

Terdiri dari 682 KK (Kepala Keluarga), dengan rincian 1.252 laki-laki dan 1127

perempuan.

1. Jumlah Penduduk menurut Usia

Tabel. 5

Kelompok Pendidikan64

No Usia Jiwa

1. 04-06 Tahun 331

2. 07-12 Tahun 728

3. 13-15 Tahun 320

Jumlah 1.379

64 Dokumentasi Arsip Desa

Page 58: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

45

Tabel. 6

Kelompok Tenaga Kerja

No Usia Jiwa

1. 20-26 Tahun 443

2. 27-40 Tahun 557

Jumlah 1.000

2. Jumlah Pendidikan menurut Tingkat Pendidikan

Tabel. 7

Jumlah Pendidikan menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jiwa

1. Lulus SD/Sederajat 998

2. Lulus SLTP/Sedearajat 326

3. Lulus SLTA/Sederajat 118

4. Lulus Perguruan Tinggi 10

Jumlah 1.452

C. Sosial Keagamaan

Penyebaran agama dari jumlah total penduduk sebesar 2.379 jiwa di Desa

Mingkung Jaya meliputi beberapa kultur agama berbeda yaitu : Islam, Kristen,

dan Hindu. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam dan Lainya terdiri dari

agam Kristen dan Hindu, selengkapnya sebagai berikut:

Page 59: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

46

Tabel. 8

Jumlah Penduduk menurut Agama65

No Agama Jiwa

1. Islam 2244

2. Kristen 73

3. Hindu 62

Jumlah 2.379

Masyarakat Desa Mingkung Jaya juga mempunyai perhatian yang besar

terhadap agama. Banyak ditemukan sarana peribadatan seperti ada 4 masjid dan 9

musola. Juga terdapat sarana pendidikan agama yang formal maupun non formal,

seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan MAdrasah Diniyah (MADIN).

Masyarakat Desa Mingkung Jaya mempunyai banyak kegiatan diantaranya

Yasinan rutin ibu-ibu setiap hari Jum’at sore dan membaca Yasin bapak-bapak

setiap malam Jum’an di masjid.

Adapun kegiatan lainnya, Tahlilan jika ada yang meninggal dunia atau pada

Acara tertentu, seperti walimatul ‘Arsy, walimatu hamli atau walimatul Khitan.

Masyarakat Desa Mingkung Jaya juga mengadakan perayaan pada peringatan

hari-hari besar Islam seperti tahun baru Hijriyah, menyambut bulan suci

Ramadhan, Maulid Nabi dan Iara’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Meskipun mayoritas beragama Islam, masyarakat Desa Mingkung Jaya tetap

menjaga toleransi dan persaudaraan antara umat beragama. Apabila umat Islam

65 Dokumentasi Arsip Desa

Page 60: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

47

sedang merayakan Hari Raya maka Umat Kristiani dan Hindu akan menghormati

dan bersikap positif. Begitu juga sebaliknya apabila umat Hindu sedang

merayakan Nyepi maka umat Islam dan Kristen akan menghormtinya pula. Sejak

awal hingga sekarang masyarakat Dea Mingkung Jaya hidup dengan damai tidak

ada kerusuhan atau perselisihan diantara pemeluk agama satu dengan yang lainya.

D. Sosial Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memeajukan SDM

(Sumberdaya Manusia) yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang pada

peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan

mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gililranya akan

mendorong tumbuhnya kerampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru.

Sehingga akan membantu program pemerintah dalma mengurangi pengangguran

dan keiskinan.

Taraf pendidikan di Desa Mingkung Jaya lebih baik sejak dirikannya

Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2013. Dikarenakan anak-anak yang sudah

tamat Sekolah Dasar dapat langsung melanjutkan ke SMP, sehingga dengan jarak

tempuh yang dekat mereka dapat melanjutkan pendidikan siswa.

Untuk tamatan SMA/SMU kebanyakan melanjutkan pendidikan ke kota, ada

juga yang langsung bekerja. Tetapi tingkat pendidikan di Desa Mingkung Jaya

semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan sarana pendidikan

berupa satu Sekolah Dasar, satu Madrasah Diniyah, dan satu Sekolah Menengah

Page 61: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

48

Pertama. Ditambah lagi dengan beberapa TPQ di setiap masjid dan lembaga

kursus yang ada.66Adapun sarana pendidikan sebagai berikut:

Tabel. 9

Pendidikan Umum

No Pendidikan Bangunan Guru Murid

1. TK/PAUD 1Unit 5 61

2. Sekolah Dasar 1 Unit 17 458

3. SLTP 1 Unit 10 100

Jumlah 3 32 619

E. Sosisal Ekonomi

Tingkat pendapatan penduduk Desa Mingkung Jaya rata-rata sebesar

Rp.1.300.000,-. Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa Mingkung Jaya

dapat teridentifikasi kedalam beberapa sektor, yang mayoritas berpencaharian

dari sektor pertanian, dan beberapa sektor pendapatan lain seperti jasa/

perdagangan, pegawai pemerintahan, dan lain-lain. Berikut ini adalah table

jumlah penduduk menurut mata pencaharian.

66 Wawncara dengan Bapak Edi ,Sekretaris, Tanggal 22 September 2019

Page 62: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

49

Tabel. 10

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencarian67

No Mata Pencarian Jiwa

1. Karyawan Swasta 11

2. PNS/TNI/POLRI 8/ / /

3. Wiraswasta 19

4. Tani 614

5. Pertukangan 8

6. Buruh Tani 178

Jumlah 838

F. Sejarah Desa Mingkung Jaya

Kata mingkung diambil dari kebiasaan para pencari ikan yang menamai

sebuah sungai alam kecil yang membelah wilayah Desa Mingkung Jaya, karena

bentuk sungainya yang banyak menikung maka untuk mempermudah penamaanya

disebut dengan nama Mingkung. Sehinggaa nama sungai tersebut diabadikan oleh

Dinas Transmigrasi Kabupaten Muaro jambi untuk menamai sebuah Proyek

Pemukiman Transmigrasi pada tahun 1996 yang diberi nama TSM III Mingkung

di bawah naungan Desa Petaling Jaya sampai tahun2008.68

Seiring berjalanya waktu, karena tingkat pertumbuhan penduduk yang padat

maka pada tahun 1998 Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi mengundangkann

67 Dokumentasi Arsip Desa

68 Ibid.

Page 63: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

50

Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 tentang pembentukan Desa Mingkung

Jaya. Dengan dibarengi penunjukan Pjs Kepala Desa atas nama Sutrisno. Pada

tanggal 18 Juli tahun 2009 secara resmi Bupati Muaro Jambi H. Burhanudin

Mahir, SH melantik Pjs Kepala Desa Mingkung Jaya sekaligus penandatangana

Prasasti berdirinya Desa Mingkung Jaya. Pada tanggal 14 Januari 2010 maasa

berakhir Pjs Kepala Desa, dan pada hari itu juga kepala Desa terpilih dalam

Proses Pilkades pada tanggal 22 Desember 2009 resmi dilantik oleh Bupati Muaro

Jambi sehingga Desa Mingkung Jaya mempunyai Kepala Desa Depinitif atas

Nama Sutrisno.69

Dengan adanya dorongan dari masyarakat, terkait dengn ada nya pemilu

legislative tahun 2014, maka kepala Desa Mingkung Jaya mencalonkan diri

sebagai Calon Legislatif DPRD Kabupaten Muaro Jambi. Sehingga Bpk. Sutrisno

secara resmi mengundurkan diri sebagai kepala Desa Mingkung Jaya. Pada

tanggal 22 Agustus 2013 Kepala Desa (Sutrisno) berakkhir masa jabatabnya,

bersaman dengan dilantiknya Edy Suranto sebagai Pjs. Kepala Desa Mingkung

Jaya oleh Bapak Camat Sungai Gelam (Suswiyanto) atas nama Bupati Muaro

Jambi.

Pada tanggal 25 Januari 2014 tampuk kepemimpinan desa beralih Bapak

Girah Purnomo. Setelah melalui suksesi Pilkades pada bulan November 2013.

Dengan demikian Jabatan Penjabat kepala Desa berakhir.70

69 Dokumentasi Arsip Desa

70 Ibid.

Page 64: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

51

G. Sosial Pemerintahan Desa

1. Pejabat Ketua Rukun Tetangga Desa Mingkung Jaya

Tabel. 11

Daftar Nama Ketua RT Desa Mingkung Jaya71

No Nama Jabatan Ketua RT

1 Dadan Nur Salam RT 01

2 Purwanto RT 02

3 Sugeng RT 03

4 Kusnanto RT 04

5 Muridan RT 05

6 Nuryanto RT 06

7 Abdul Hamid RT 07

8 Rifa’i RT 08

9 Suryani RT 09

10 Suratman RT 10

11 Budiono RT 11

12 Sularso RT 12

71 Wawncara dengan Bapak Edi, Sekretaris, Tanggal 22 September 2019

Page 65: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

52

13 Dalimo RT 13

14 Misnanto RT 14

15 Suratman RT 15

16 Surawan RT 16

17 Slamet Edi Rianto RT 17

18 Sutrisno RT 18

19 Syarifudin RT 19

20 Puguh RT 20

21 Sabardi RT 21

22 Mukmin RT 22

23 Yusminto RT 23

24 Sahrudin RT 24

Page 66: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

53

2. Pejabat BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Desa Mingkung Jaya

Tabel. 12

BPD Desa Mingkung Jaya72

No Nama Jabatan

1 Dwi Yanto Ketua

2 Bowo Wijaya Wkil Ketua

3 Dafit Sidik Sekretaris

4 Kodam Fauzi Anggota

5 Edi Resdi Anggota

6 Agus Susanto Anggota

7 Suparlan Anggota

8 Joko Mismono Anggota

9 Kasihardi Anggota

3. Pejabat Dusun dan Anggota73

a. Dusun I terdiri dari : RT 01-RT 07

b. Dusun II terdiri dari : RT 08-RT 15

c. Dusun III terdiri dari : RT 16-RT 24

72 Wawancara dengan Bapak Edi, Sekretaris, Tanggal 22 September 2019

73 Wawancara dengan Bapak Edi, Sekretaris, Tanggal 22 September 2019

Page 67: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

54

4. Stuktur Prangkat Desa Mingkung Jaya74

Gambar. 1

Struktur Prangkat Desa Mingkung Jaya

74 Wawancara dengan Bapak Edi, Sekretaris, Tanggal 22 September 2019

KEPALA DESA

Girah Purnomo

SEKSI PEMERINTAHAN

Alfiyah Khasanah

SEKSI KESRA

Afif Prayogo

URUSAN PERENCANAAN

Iksan Riyanto

URUSAN KEUANGAN

Dwi Lestari

SEKSI PELAYANAN

Umar Mahruf

SEKRETARIS DESA

Edi Suranto

URUSAN UMUM

Yeni Wirastuti

Page 68: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

55

Gambar 2.

Peta Desa Mingkung jaya75

75 Dokumen Arsip Desa

Page 69: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

56

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pemahaman Masyarakat terhadan Penangguhan dalam Upah

Mengupah Panen Sawit di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam

Kab. Muaro Jambi

Upah dalam literatur fiqih sering dibahas dengan ajran, ketentuanya telah

ditetapkan sedemikin rupa sehingga dapat memenuhi keadilan dan tidak

merugikan salah satu pihak baik majikan maupun buruh itu sendiri. Konsekuensi

dari adanya ketentuan ini adalah bahwa sistem pengupahan bagi buruh harus

sesuai dengan ketentuan norma yang telah ditetapkan. Berdasarkan wawancara

dengan Bapak Kuat mengatakan bahwa:

“Pengupahankan saling kompromi, saling sepakat, dari awal memang

sepakatnya dengan gaji sesudah menerima gajian sawit. Menurut masing-

masing kedua belah pihak, kalau dari kedua belah pihak mengadakan

persetujuan nanti upahnya sesudah menerima gaji, si pekerja setuju berarti

sah. Kalau umpama si pekerja tidak setuju bahwa upahnya nanti di berikan

sesudah menerima harga sawit tidak setuju, berarti batal”.76

Upah adalah memberikan imbalan sebagai bayaran kepada seseorang yang

telah diperintah untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu dan bayaran itu

diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati. Bapak Edi mengatakan

bahwa:

“Kalau di Desakan kesepakatanya ya kesepakatan antara pekerja dan

pemilik kebun sepanjang pekerjanya sepakat dengan pemilik kebun ya jalan,

mau di bayar 1 ton Rp.100.000, 1 ton Rp.150.000 yang penting

kesepakatan”.77

76 Wawancara dengan Bapak Kuat, Tokoh Agama, Tanggal 22 September 2019

77 Wawancara denag Bapak Edi, Sekretaris Desa, Tanggal 22 September 2019

Page 70: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

57

Agar tidak menimbulakn perselisihan pemberian upah maka di awal

perjanjian pada dasarnya oleh pemilik kebun (majikan) yang mempunyai

pekerjaan harus menjelaskan secara detail tentang lokasi kebun, jadwal

pengerjaanya, dan kesulian yang harus dihadapi oleh pekerja (buruh) panen sawit.

Mas Kandar menjelaskan bahwa:

“Dalam perjanjian mungkin kalau seandainya ngak sesuai maka di tambah

upahnya. Perjanjian yang di gunakan dengan lisan menjelaskan lokasi,

untuk saat ini kan kering kalau musim banjir ya di tambahi upahnya”.78

Dalam perjanjian akad kerja yang di lakukan di Desa Mingkung jaya, Bapak Kuat

menjelaskan bahwa:

“Biasanya akadnya cuma lisan atau menurut kebiasaan, biasanya tanpa

akad-akadan tetapi menurut kebiasaan. Karena kebiasaanya begitu, diantara

kedua belah pihak jarang mengadakan akad, kapan saya diberi upah atau

kapan saya menerima upahnya tapi karena sudah menjadi kebiasann adatnya

pada perkebunan sawit di Desa Mingkung Jaya ya begitu selesai atau begitu

mendapatkan gaji sebulan sekali, maka begitu lah di berikan upahnya”.79

Upah yaitu segala sesuatu yang diterima pekerja atau buruh sebagai balas

jasa atas kerja yang telah dilakukan. Seperti halnya Mas yudi mengatakan bahwa:

“Upah panen sawit di Desa kami lumrah, umum untuk hasil sawit yang

dihasilkian, kalau kita kerja dapat segitu ya segitulah yang dibayar. Upah itu

sangat penting karena itu menyangkut hasil kerja dan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari”.80

Upah juga bisa dikatakan sebagai imbalan yang diberikan kepada tenaga

kerja langsung yang hasil kerjanya dapat diukur dengan satuan tertentu (jumlah

fisik barang yang dihasilkan atau masa atas jasa pekerjaan yang diserahkan.

Seperti yang Bapak Ratman katakan bahwa:

78 Wawancara denga Mas Kandar, Pekera, Tanggal 22 September 2019

79 Wawancar dengan Bapak Kuat, Tokoh Agama, Tanggal 22 September 2019

80 Wawancacra dengan Mas Yudi, Pekerja, Tanggal 22 September 2019

Page 71: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

58

“Kalau kerja itukan mendapatkan upah, bukan kita ngak kerja dapat upah,

upah itu penting, karena namanya orang bekerja itukan yang paling utama

dicarinya upah. Jika bekerja dan kemudian tidak ada upahnya, maka pekerja

(buruh) ngak bakalan mau mngerjkannya. Sitem Pengupahan panen sawit di

Desa Mingkung Jaya itu main perton, pertonnya Rp.130.000, Rp.125.000,

ada Rp.150.000 itu yang di rawa, kalau di daratan biasanya Rp.130.000-

Rp.125.000”.81

Adapun pemberian atau penyerahan upah dilakukan seketika pekerjaann itu

selesai. Sama halnya dengan jual beli yang pembayaranya pada waktu itu juga.

Bapak Samijan juga mengatakan upah yang di berikan kepada pekerja setelah gaji

hasil panen sawit diterima oleh pemilik kebun (majikan). Jika belum hasil panen

sawitnya belom terjual maka belum pula upah pekerja (buruh) itu di berikan.

Karena terkkadang pemilik kebun tidak tau menau berapa jumlah timbangan hasil

panen sawit tersebut, beliau menjelaskan bahwa:

“Pemberian upah itu setelah uang hasil panen sawit tersebut diberikan dari

orang yang membeli sawit toke atau kelompok yang menjual ke pabrik.

Kalau upahnya itu Rp.150.000 perton pada umumnya, namun kondisi kebun

rawa, kalau pas banjir ya upahnya di tambahin, menurut kebijakan saya

sendiri ngak dengan standarnya tidak. Kalau pas sulitnya itu saya tidak

tega”.82

Namun demikian, memberikan upah terlebih dahulu adalah lebih baik.

Dalam rangka membina saling pengertian percaya mempercayai. Berdasarkan

wawancara dengan Bapak Mawardi, mengatakan bahwa:

“Yang jelas menunggu gajian dari yang membeli sawitnya, setelah gaji di

beri ya kuli trus di bayar. Kalau yang sebulan gajian ya nunggu sebulan lalu

dibayarkan gajinya. Kusus saya, karena yang lainya itu gak tau saya, kalau

saya upah sekaligus mencakup zakat mallny dikasihkan yang manen, biar

tidak berat kalau menunngu setahun dijumlahkan berat, tetapi itukan sesuai

81 Wawancara dengan Bapak Ratman, Pengkoordinir Buah Sawit, Tanggal 22 September

2019

82 Wawancara dengan Bapak Samijan, Pemilik Kebun, Tanggal 21 September 2019

Page 72: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

59

panenan kita tidk harus setahun langsung. Alasanya karena di asnab 8 it ada,

kalau tidak fakirnya ya ibnu sabilnya”. 83

Lebih-lebih apabila upah mengupahh itu antara majikan dan pekerja yang

pada umumnya sangat memerlukan uang untuk kebutuhan biaya makan keluarga

dan dirinya sehari-hari. Berdasarkan wawancara dengan Mas Judin, menjelaskana

bahwa:

“Ada pemilik kebun (majikan) yang paham agama, maka upah panen sawit

tersebut diberikan setelah mengetahui jumlah timbangan hasil panen sawit

tersebut, dan sesampai pulang dirumah langsung di berikan upahnya. Ada

pula pemilik kebun pengupahanya yang seharusnya d kasishkan pasa waktu

itu namun ditangguhkan hingga beberapa hari, yang diberikan kepada

pekerja (buruh) panen sawit”.84

Berdasarkan hasil wawancara diatas, pemahaman beberapa masyarakat di

Desa Mingkung Jaya dalam memahami upah mengupah pada dasarnya kedua

belah pihak atau yang terkait dalam upah menugupah bahwasanya ada perbedaan

pemberian upah oleh pemilik kebun (majikan) yang di berikan kepada pekerja

panen sawit (buruh) , tidak semuanya rata dengan upah yang menurut kebiasaan

di Desa Mingkung Jaya. Pemahaman masyarakat di Desa Mingkung Jaya hanya

melalui kebiasaan di lingkungan tersebut dari dulu hingga sekarang, namun tidak

dilandasi dengan pemahaman secara mendalam dengan hukum islam, kaidah-

kaidah fiqih, maupun dalam bermuamalah. Tidak adanya kesepakatan atau

perjanjian secara tertulis maupun akad secara lisan tidak disertakan penjelasan

menegenai upah yang akan didapatkan setelah pekerjaan selesai agar dapat

memastikan beratnya pekerjaan sesuai dengan upah yang di dapatkan.

83 Wawancara dengan Bapak Mawardi, Pemilik Kebun merangkap Tokoh Agama, Tanggal

13 September 2019

84 Wawancara denag Mas Judin, Pekerja, Tanggal 08 September 2019

Page 73: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

60

B. Praktek Penangguhan dalam Upah Mengupah Panen Sawit di Desa

Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi

Sebeleum memasuki kepada pekerja dan upah maka langkah awal yang di

ambil ketika ingin melaksanakan akad kerjasama maka terjadilah perekrutan

tenaga kerja atau buruh dan kemudian terjadilah akad antara dua belah pihak atau

lebih.

Perekrutan tenaga kerja adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat

pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan yang diperlukati guna menutupi

kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Dalam

pengrekrutan yang dilakukan di Desa Mingkung Jaya, hanya bertanya kepada

orang yang bersangkutan atau langsung bertanya kepada buruh panen sawit

apakah ia ingin mengerjakan panen sawit di kebun miliknya. Cara pengrekrutan

buruh panen sawit di Desa Mingkung Jaya, tidak serumit dengan pengrekrutan

karyawan-karyawan yang berkerja di sebuah perusahaan. Apabila kedua belah

pihak sudah menyetujui dengan apa yang di sepakati, maka buruh kebun kelapa

sawit bisa langsung menggarap atau mengerjakan panen sawit. Berdasarkan

wawancara dengan bapak Dayat, menjelaskan bahwa:

“Biasanya saya (pemilik kebun atau majikan) mencari tukang panen cukup

dengan mendatangi rumahnya lalu ngobrolin (membahas) tengtang waktu

tanggal panennya dan kesanggupan dia (pekerja atau buruh) bisa atau tidak

pada tanggalnya itu”.85

Adapun di dalam perjanjian kerja, para pekerja hanya melakukan perjanjian

dengan bertemu langsung atau bertatap muka, tidak ada perjanjian tertulis yang

dilkaukan. Bapak Kuat mengatakan bahwa:

85 Wawaancara dengan Bapak Dayat, Pemilik Kebun, Tanggal 08 September 2019

Page 74: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

61

“Biasanya akadnya cuma lisan atau menurut kebiasaan, biasanya tanpa

akad-akadan tetapi menurut kebiasaan. Karena kebiasaanya begitu, diantara

kedua belah pihak jarang mengadakan akad, kapan saya diberi upah atau

kapan saya menerima upahnya tapi karena sudah menjadi kebiasann adatnya

pada perkebunan sawit di Desa Mingkung Jaya ya begitu selesai atau begitu

mendapatkan gaji sebulan sekali, maka begitu lah di berikan upahnya”.86

Adapun peroses perjanjian panen sawit di Desa Mingkung Jaya adalah

sebagai berikut:

Awalnya pemilik kebun menginformasikan bahwa sedang mencari petani

yang bersedia memanen kebun sawit miliknya. Setelah ada buruh tani yang

tertarik dengan informasi yang diperoleh, kedua belah pihak mengadakan

pertemuan baik itu atas inisiatif pemilik kebun maupun atas kehendak buruh tani

yang tujuannya mengadakan akad baik tertulis maupun lisan. Dalam kasus yang

berbeda, adakalanya tukang panen atau buruh panen sawit mencari pekerjaan atau

menawarkan diri, dengan menemui pemilik kebun yang memiliki banyak kebun.

Setelah menemukan pemilik kebun yang membutuhkan pekerja panen sawit,

maka kedua belah pihak mengadakan pertemuan untuk mengadakan akad. Pada

perjanjian kerjasama pekerjaan panen sawit, di Desa Mingkung Jaya kebanyakan

kedua belah pihak melakukan akad dengan cara lisan. Setelah kedua pihak

melakukan akad, kedua belah pihak hanya bermusyawarah menentukan waktu

panen sawit tersebut namun tidak menjelaskan berapa-berapa upah yang akan di

terima setelah pekerjaan selesai.

Pemanenana atau yang sering di sebut dengan pendodosan yang biasanya di

lakukan di Desa Mingkung Jaya ada tingkat pemanenan atau pendodosan adalah:

Pertama, tingkatan yang paling cepat hanya bisa dilakukan selama 1 bulan 3 kali

86 Wawancara dengan Bpak Kuat, Tokoh Agama, Tanggal 22 September 2019

Page 75: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

62

atau setiap 10 hari sekali melakukan pemanenan atau pendodosan, dan di dalam

pemanenan 1 bulan 2 kali ada juga pemanenan yang dilakukan selama 15 hari

pemanenan atau pendodosan. Tingakat yang kedua pemanenan yang terbilang

lama atau lambat dikarnakan pemanenan atau pendodosan dilakukan disaat hari

yang ke 20 pada 1 bulan itu dan bisa dikatakan 1 bulan sekali baru memanen.

Karena pemanenan tersebut sesuai dengan keadaan buahnya walaupun telah

memasuki jadwal panennya akan tetapi buah yang ada di pohon belom matang

atau hanya sedikit yang matang, tetapi pemanenan atau pendodosan dilakukan

sesuai dengan buah. Ataupun dikarenakan alasan lain seperti pabrik yang

menerima penjualan sawit tersebut tutup untuk sementara waktu, diantaranya

sering terjadi apa bila datang nya hari tertentu atau libur nasional.

Dalam sehari sekali panenan sawit dimulai dari pagi hari, kebiasaan di Desa

Mingkung Jaya antara pukul 7 pagi sampai waktu pemanenan atau pendodosan

sawit menegerjakanya tergantung banyak sedikitnya buah yang dipanennya, jika

yang di panen oleh pekerja hasilnya sedikit, antara 1 Ton kurang biasanya selesai

sebelum terik matahari pukul 12 siang. Bila hasil buah panen yang dilakukan oleh

pekerja (buru) panen sawit banyak antara 1 hingga 3 Ton sehari maka biasanya

selesay sampai sore hari. Pemanenan buah yang mencapai 3 Ton dalam sehari,

pekerja (buruh) panen sawit mengerjakanya tidak sendiri, kebiasaan di Desa

Mingkung Jaya terdiri dari dua orang atau bisa lebih, tergantung kekuatan para

pekerja, jika pekerja menyanggupinya sendiri saja dalam mengerjakan

pemanenanya maka uapah yang akan didapatnya akan terasa paus banyak, namun

dengan itu menyiksa dirinya sendiri. Adapun beban mengerjakan sendirian dalam

Page 76: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

63

suatu pekerjaan berat akan menimbulkan pekerjaanya memakan waktu lama.

Upah yang di dapat jika pengerjaany tidak sendiri maka upah di bagi samarata,

jika dalam 1 ton hasil sawit yang panane maka gajinya Rp.125.000 hingga

Rp.150.000 karen pengupahan dari setiap majikan berbeda-beda, dari gaji tersebut

dibagi sama rata jika 2 orang maka upah yang di dapat Rp.150.000 dibagi sama

rata jika 2 orang maka upah yang di dapat Rp.75.000 jika bertiga maka upah yang

di dapat hanya Rp.50.000 saja. Berdasarkan wawancara dengan Mas kandar,

menjelaskan bahwa:

“upah yang di berikan kepada pekerja itu sama saja walaupun harga sawit

naik atau turun, seharusnya kan kalaupun harga swit naik ya pekerja ini di

upah lebih lah begitu”87

Upah yang diberikan kepada pekerja memiliki peran tersendiri baik bagi

pemilik kebun maupun pekerja, bagi pemilik kebun upah yang diberikan kepada

pekerja adalah perhitungan panen buah, rendah atau tingginya taraf upah yang

diberikan kepada pekerja berpengaruh terhadap besar atau kecilnya pendapatan

buah yang di panen. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ratman,

menejelaskan bahwa:

“Sitem Pengupahan panen sawit di Desa Mingkung Jaya itu main perton,

pertonnya Rp.130.000, Rp.125.000, ada Rp.150.000 itu yang di rawa, kalau

di daratan biasanya Rp.130.000-Rp.125.000”.88

Perbedaan tingkat upah terletak dari satu kelompok tani kebut sawit.

Perbedaan ini pada dasarnya disebabkan oleh ketidak nyamanan antara kolmpok

87 Wawancara dengan Mas Kandar Pekerja Tangal 22 September 2019

88 Wawancara dengan Bapak Ratman, Pengkoordinir Buah Sawit, Tanggal 22 September

2019

Page 77: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

64

satu dengan yang lainnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Dayat,

menjelaskan bahwa:

“Para pekerja memanen buah sawit berbeda-beda tempat atau kelompok

tidak hanya pada satu tempat. Mau naikan gaji pekerja panen sawit yang

bekerja diklompok ini, namun mersa ketidaknyamanan antara klompok

lainnya”.89

Bagi pekerja, upah tersebut adalah sumber pendapatan untuk mencukupi

kebutuhan dirinya dan keluarganya dalam bertahan hidup sehari-hari. Berdasarkan

wawancara dengan Mas Yudi, menjelaskan bahwa:

“Banyak sedikitnya upah yang di dapat karena untuk kebutuhan sehari-hari

maka harus dipenuhi. Pekerjaan yang mudah di cari di Desa ini bekerja

panen sawit karena pekerjaan penduduk disini mencakup dengan kebun

sawit, dari dulu hingga sekarang penghasilan penduduk Desa di penuhi

dengan berkebun sawit”.90

Untuk itu keadilan dalam pemberian upah harus dilaksanakan demi

terciptanya keuntungan baik dari sisi pemilik kebun maupun pekerja. Berdasarkan

wawancara di Desa Mingkung Jaya pekerja masih merasakan ketidak adilan dan

merasa di rugikan. Adapun upah yang didapat terkadang tidak sama rata dengan

hasil buah yang di panen bayak ataupun sedikit, faktor kesulitan yang menguras

tenaga lebih banyak seperti medan lokasi yang tidak rata naik turun jalan tanak

yang licin dan juga bagi kebun sawit yang di rawa-rawa jikalau hujan banjir.

Berdasarkan wawancara dengan Mas Judin, mnejelaskan bahwa:

“Upah yang diberikan kepada pekerja sama saja, padahal faktor kondisi

kebun jalan yang dilalui sulit dan kebunya rawa-rawa, sama saja dengan

kebun yang faktor kondisii lahan daratan, itu sama saja upahnya. Pada

dasarnya kalau kita bandingkan sulitnya itu lebih sulit medan kebun dengan

kondisi rawa-rawa, seharusnya upah yang di dapat lebih mahal. Akan tetapi

89 Wawancara dengan Bapak Dayat, Pemilik Kebun, Tanggal 08 September 2019

90 Wawancara denga Mas Yudi, Pkerja, Tanggal 22 September 2019

Page 78: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

65

medan kebun yang sulit dengan medan kebun yang mudah atau dataran,

upah panennya di samaratakan saja”.91

Sistem pemberian upah yang ada di Desa Mingkung Jaya berbeda-beda pula

dalam pemberiannya, ada yang bulanan dan ada yang langsung di berikan

upahnya setelah sawit hasil panenan sudah dibeli oleh pembeli sawit atau toke

sawitnya dan hasil penjualan sawitny diberikan kepada pemilik kebunya langsung.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Mawardi, menjelaskan bahwa:

“Umumnya di Desa Mingkung Jaya memberikan upah menunggu sawit

yang di panen oleh tukang panen (buruh) sudah dibeli oleh toke dan hasilnya

sudah diberikan kepada pemilik kebun”.92

Penulis menyimpulkan bahwa, diantara kedua belah pihak tidak melakukan

akad secara transparan, tidak dijelaskanya upah, namun hanya berpatokan pada

kebiasaan masyarakat desa Mingkung Jaya. Tanpa adanya kesepakatan yang

membuat pekerja tidak tahu menahu secara pasti keadaan upah yang akan

didapatnya. Adapun pemberin upah tersebut banyak yang di tangguhkan atau

lambat diberikan hingga berhari-hari, yang pada dasarnya upah di berikan setelah

panen, sehingga pekerja panen sawit (buruh) merasa tidak puas.

C. Pandanag Hukum Islam terhadap Penangguhan dalam Upah

Mengupah di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro

Jambi

Allah SWT, telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan

satu sama lain, supaya mereka tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam

segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual beli, sewa

91 Wawancara dengan Mas Judin, Pekerja, Tanggal 08 September 2019

92 Wawancara dengan Bapak Mawardi, Pemilik Kebun merangkap Tokoh Agama, Tanggal

13 September 2019

Page 79: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

66

menyewa, bercocok tanam, atau perusahaan yang lain, baik dalam urusan

kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan cara demikian

kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur, pertalian yang satu dengan yang

lain juga menjadi teguh supaya hak masing-masing tidak menjadi sia-sia dan

selalu menjaga baik kemaslahatan umum, agar pertukaran dapat berjalan dengan

lancar dan teratur, oleh sebab itu agama memberi peraturan yang sebaik-baiknya

karena dengan teraturnya muamalah, maka kehidupan manusia jadi terjamin pula

dengan sebaik-baiknya sehingga perbantahan dan sifat dendam tidak akan

terjadi.93

Muamalah adalah ketetapan yang diberikan Tuhan yang langsung

berhubungan dengan kehidupan sosial manusia, terbatas pada yang pokok-pokok

saja. Penjelasan Nabi, kalaupun ada, tidak pulaterinci sepertihalnya dalam bidang

ibadah. Karena itu terbuka sifatnya untuk dikembangkan melalui ijtihad manusia

yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha. Karena sifatnya yang demikian,

dalam soal muamalah berlaku asas umum yakni pada dasarnya semua perbuatan

boleh dilakukan, kecuali kalau mengenai perbuatan itu ada larangan di dalam Al-

Quran dan Al-Hadits yang memuat Sunnah Nabi Muhammad SAW.94

Objek pembahasan fiqh muamalah adalah hubungan antara manusia dengan

manusia lain yang berkaitan dengan benda atau mal. Hakikat dari hubungan

tersebut adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban antara manusia yang satu

dengan manusia yang lain. Contohnya, seperti hak penjual untuk menerima uang

93 Rasjid, Fiqih Islam (Jakarta: Amzah, 1994), hlm, 278.

94 Ali, M. D, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm, 55.

Page 80: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

67

pembayaran atas barang yang dijualnya, dan hak pembeli untuk menerima barang

yang dibelinya. Adanya hak penjual untuk menerima uang pembayaran tersebut

diiringi dengan adanya kewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya

kepada pembeli. Sebaliknya adanya hak pembeli untuk menerima barang yang

dibelinya, juga diiringi dengan kewajiban untuk menyerahkan uang atas harga

barang yang dibelinya kepada penjual. Hak dan kewajiban dua orang yang

melakukan transaksi diatur sedemikian rupa dalam fiqh muamalah, agar setiap hak

sampai kepada pemiliknya, dan tidak ada orang yang mengambil sesuatu yang

bukan haknya. Dengan demikian, hubungan antara manusia yang satu dengan

yang lainnya terjalin dengan baik dan harmonis, karena tidak ada pihak-pihak

yang merugikan dan dirugikan.95

Ada beberapa prinsip acuan dan pedoman secara umum untuk kegiatan

muamalah ini. Salah satunya adalah muamalah harus didasarkan kepada

persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak dan dalam muamalah tidak boleh

merugikan diri sendiri dan orang lain. Persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak

yang melakukan transaksi merupakan asas yang sangat penting untuk keabsahan

setiap akad. Untuk menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi

dilakukanlah ijab dan qabul atau serah terima antara kedua pihak yang melakukan

transaksi. Setiap transaksi dan hubungan perdata (muamalah) dalam Islam juga

tidak boleh menimbulkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain.96

Islam mewajibkan setiap yang berkemampuan dan menganggap pekerjaan

adalah fardu yang mestidilakukanuntuk mendapatkan keridhaan dari Allah SWT

95 Muslich, A. W, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 3.

96 Ibid., hlm. 3-7.

Page 81: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

68

dan rezekinya yang baik- baik, maka Islam membolehkan seseorang untuk

berusaha menjadi kaya dari upahannya.97 Islam juga tidak membatasi cara- cara

tertentu bagi pemberian upah ini karena upah tersebut berbeda-beda menurut

situasi dan pengaruh banyak faktor, diantaranya adalah jenis pekerjaan, waktu

yang diperlukan, harga barang yang diproduksi dan taraf hidup. Para ahli hukum

Islam menyesuaikan faktor- faktor ini dengan upah yang setimpal yaitu hal yang

dapat diterima sesuai dengan fitrah yang sehat dan adat kebiasaan yang baik

sesuai dengan azas dalam Islam.

Tujuan disyariatkan ijarah itu adalah untuk memberikan keringanan kepada

umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai uang tetapi tidak dapat

bekerja, dipihak lain ada yang punya tenaga dan membutuhkan uang. Dengan

adanya ijarah keduanya saling mendapat keuntungan. Seseorang tidak memiliki

mobil tapi memerlukannya. Di pihak lain ada yang mempunyai mobil dan

memerlukan uang. Dengan transaksi ijarah kedua belah pihak dapat memperoleh

manfaat.98

Pada dasarnya setiap transaksi kerja akan menimbulkan kompensasi. Dalam

terminologi fiqh mu’amalah, kompensasi dalam transaksi uang dengan tenaga

kerja manusia disebut dengan ujrah (upah). Berbicara tentang kompensasi dari

hasil kerja yaitu upah dalam pandangan Islam, ia merupakan hak dari orang yang

telah bekerja dan kewajiban bagi orang yang mempekerjakan. Allah SWT

menghalalkan upah, sebab upah (ujrah) adalah kompensasi atas jasa yang telah

97 Saefudin. I, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),

hlm. 164.

98 Syarifuddin, Gris-garis Besar Fiqih, (Jakarta Timur: Peredana Media 2003), hlm. 217.

Page 82: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

69

diberikan seorang tenaga kerja. Perampasan terhadap upah adalah suatu perbuatan

buruk yang akan mendapat ancaman dan siksaan dari Allah SWT.99 Dosa orang

yang tidak memmbayar upah pekerja dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW,

beliau bersabda, Allah SWT. Berfirman:

مه م ال قيامة ومن كنت خص مهم يو طى بي ثم غدر ثلاثة أنا خص م ال قيمة رجل أع ته يو ، خصم

تأ ج ا فأ كل ثمنه، ورجل اس ره ورجل باع حر فى من ه ولم يفه أج تو را فاس ر أجي

Artinya:“Tiga ornag yang aku akan menjadi musuhnya pada hari kiamat: (1)

seseorang yang memberikan janji kepada-Ku lalu ia menghianati, (2)

seseorang menjual orang merdeka lalu memeakan hartanya, dan (3)

seseorang yang menyewa pekerja lalu ia menunaikan kewajibanya

(namun) ia tidak diberi upahnya.”(HR. Bukhori)100

Sebelumnya telah dijelaskan upah mengupah adalah sebagian kegiatan

utama dalam pekerjaan di Desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro

Jambi. Suatu aktivitas yang sering di lakukan masyarakat ketika setelah

menyelesaikan pekerjaan. Dalam praktiknya, yang terjadi di Desa Mingkung Jaya

adalah masalah yang menyangkut pemenuhan hak-hak pekerja terutama hak

untuk di perlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan, hak atas jaminan

soial, dan hak atas upah yang layak. Upah dalam Islam dibangun atas dasar

konsep keadilan atau prinsip kebersamaan untuk semua, sehingga semua pihak

memperoleh bagian yang sah dari pekerjaan yang dilakukannya tanpa adanya

sikap zalim terhadap pihak yang terkait.101 Ketentuan adil dalam al-Qur’an

menjelaskan:

99 Rachmat Syafe’i, Fiqih Mu’amalah, hlm. 124.

100 https://almanhaj.or.id/1640-ijarah-sewa-menyewa.html

101 Afzalulrrahman, Muhammad Sebagai Pedagang: Terjemah oleh Dwi Nurjulianti, dkk.,

dari Muhammad Encyclopedia of seerah, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1982), hlm. 296.

Page 83: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

70

ي يعظكم إنالله يأ مر شآء وال من كروال بغ بي وين هى عن ال فح سان واي تآئ ذى ال قر ل وا لإح بال عد

لعلكم تذكرون

Artinya: “Allah memerintahkan berbuat adil, melakukan kebaikan, dan

dermawan terhadap kerabat. Ia melarang perbuatan keji,

kemungkaran, dan penindasan, ia mengingatkanmu supaya

mengammbil pelajaran.”102

Pekerja mempunyai keadilan yang besar untuk kesuksesan usaha majiakan

maka berkewajiban majikan untuk menyejahterakan para pekerjanya, termasuk

dalam hal ini memberikan upah yang layak.

Setelah penulis analisis melalui wawancara dan observasi bahwa di Desa

Mingkung Jaya, akad yang masyarakat lakukan hanyalah dengan akad kebiasaan

di Desa Mingkung Jaya, masyarakat melakukan akad hanya dengan lisan dan

tidak pula menejelaskan keseluruhanya dalam bekerja maupun upah yang akan di

dapatkannya setelah pekerjaan selesai digarapnya. Adapun upah yang di dapatkan

hanyalah berdasarkan pendapatan atau kebiasaan yang masyarakat berikan. Akad

dalam perubahan adalah akad yang terjadi antara pekerja dan pemilik kebun.

Artinya sebelum pekerja dikerjakan, harus jelas dahulu bagaimana upah yang

akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut meliputi besarnya upah dan tata cara

pembayaran upah. Dari Abi Said al-Hudry r.a bahwa Rasulullah SAW. Telah

bersabda:

لمه أجره تأ جر اجي را فل يع من اس

Artinya :”Barang siapa memperkerjakan pekerja hendaklah menjelaskan

upahnya” (Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam mushannifnya dari

102 QS. An-Nahl (16): 90.

Page 84: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

71

Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy, tapi yang shahih hadis ini

mauquf pada Abi Sa’id.)103

Transaksi harus dilakukan dengan cara yang jelas dan transparan agar

lebih adil. Islam menganjurkan agar setiap terjadinya akad harus dilakukan

pencatatan, baik terkait dengan waktu, bentuk pekerjaan, jumlah upah yang akan

diterima dan sebagainya sehingga akan terhindar dari perslisihan yang

kemungkinan terjadi dikemudian hari.104

Apabila diperhatikan di Desa Mingkug Jaya berdasarkan analisis dan

wawancara, kecendrungan yang terjadi bahwa para pemberi pekerjaan (pemilik

kebun atau majikan) jarang memperhatikan kebutuhan pekerjanya (buruh), dan

begitu pula keadilan yang diterapkannya tidak sesuai dengan tenaga pekerjaanya

yang di lakukan. Lazimnya mereka selalu berhasrat untuk memperkaya diri

sendiri di atas kesengsaraan orang lain (pekerja atau buruh). Jika Ijarah itu suatu

pekerjaan, maka kewajiban pembayaran upahnya pada waktu berakhirnya

pekerjaan. Bila tidak ada pekerjaan lain, jika akad sudah berlangsung dan tidak

disyratkan mengenai pembayaran dan tidak ada ketentuan pengupahanya, menurut

Abu Hanifah wajib diserahkan upahnya secara berangsur sesuai dengan manfaat

yang di terimanya. Menurut Imam Syafi’I dan Ahmad, sesungguhnya ia berhak

dengan akad itu sendiri. Jika mu’jir menyerahkan zat benda yang disewa kepada

musta’jir, ia berhak menerima bayaran karena penyewa (musta’jir) sudah

menerima kegunaanya.

103 Wajiz fi al-Fiqhi al-Islami, vol, IV, hlm. 119.

104 Ibid., hlm. 296.

Page 85: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

72

Allah SWT menurunkan syariat (hukum) Islam untuk mengatur kehidupan

manusia, baik selaku pribadi maupun selaku anggota masyarakat. Hukum Islam

melarang perbuatan yang pada dasarnya merusak kehidupan manusia, sekalipun

itu disenangi oleh manusia atau sekalipun umpamanya perbuatan itu dilakukan

hanya oleh seseorang tanpa merugikan orang lain.105 Begitu juga halnya dengan

pelaksanaan upah mengupah yang ada di Desa Mingkung Jaya yang sering

dibayarkan terlambat, yang tanpa sadar merugikan pekerja. Pembayaran upah

yang merupakan hak dari pekerja seharusnya dibayarkan secepat mungkin. Hal ini

didasarkan pada hadits Rasulullah SAW, menjelaskan bahwa Rasulullah

memerintahkan untuk membayar upah pekerja sebelum keringatnya mengering.

Upah merupakan hasil kerja badannya, bila ia mempercepat pekerjaannya maka

percepat pula pemberian upahnya.Karena upah merupakan hak dari pekerja dan

merupakan kewajiban dari orang yang mempekerjakannya yang harus dipenuhi.

Hak menerima upah bagi musta’jir sebagai berikut, ketika pekerjaan selesai

dikerjakan, berdasarkan kepada hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah

SAW. Bersabda:

ا طو قه أع ره قب ل أن يجف عر الأجي راج

Artinya: “berikanlah upah sebelum keringat pekerja itu kering”(HR. Ibnu

Majah)106

105 Usman, S, Hukum Islam (Asas-asas dan Pengantar Studi hukum Islam dalam Tata

Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 65.

106 Al- Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulugh Maram, hlm:. 490.

Page 86: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

73

Dari hasil analisis dan penelitian tentang tinjauan hukum Islam terhadap

pelaksanaan upah mengupah di desa Mingkung Jaya Kec. Sungai Gelam Kab.

Muaro Jambi, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan kerja buruh panen sawit

merupakan ijarah yang mentransaksikan manfaat Sumber Daya Manusia atau

biasa disebut upah mengupah. Pelaksanaan upah mengupah ini tidak

diperbolehkan menurut Al-Hadis diatas. Seperti kejadian yang dirasakan oleh

sebagian pekerja dalam pelaksanaan upah mengupah di Desa Mingkung Jaya. Hal

tersebut didasarkan dengan syarat yang berkenaan dengan imbalan ialah harus

jelas wujud, nilai dan ukurannya dan jelas pula waktu pembayarannya. Bila tidak

jelas wujudnya seperti hujan yang akan turun atau tidak jelas wujudnya seperti

sekarung rambutan. Berdasarkan prinsip bermuamalah adalah segala bentuk

muamalah adalah mubah, kecuali yang ditentukan lain oleh Al-quran dan sunah

Rasul, muamalah dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengandung unsur-unsur

paksa, muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari

unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.107

107 Muslich, A. W, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 3-7.

Page 87: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan Upah Mengupah yang

dilaksanakan oleh masyarakat Desa Mingkung Jaya, maka penulis dapat

mengambil sebuah kesimpulan dari penelitian ini, diantaranya:

1. Pemahaman masyarakat terhdap Penangguhan dalam Upah mengupah panen

sawit di Desa Mingkung Jaya, tidak semuanya masyarakat memahami upah

mengupah berdasarkan syariat islam. Oleh karena itu masyarakat di Desa

Mingkung jaya melakukan upah memngupah hanya berdasarkan suka sama

suka, upah mengupah seperti ini sudah berlangsung lama dan turun temurun di

lakukan oleh masyarakat di Desa Mingkung Jaya.

2. Pelaksanaan Penangguhan dalam Upah Mengupah dalam pemanenan sawit di

Desa Mingkung Jaya di lihat dari segi perjanjiannya tidak dilakukan secara

tertulis melainkan hanya secara lisan saja. Sehingga apabila dikemudian hari

terjadi penyimpangan dalam kerja maka kedua belah pihak tidak mempunyai

landasan untuk bukti. Dalam perjanjian di awal juga tidak menentukan batas

waktu pelaksanaan sehingga sewaktu-waktu salah satu pihak dapat

memutuskan kerja secara sepihak. Berdasarkan prinsip keadilan, upah dalam

masyarakat Islam akan ditetapkan melalui negoisasi atau kesepakatan pekerja,

pengusaha atau majikan dan negara. Dalam penentuan keputusan besaran upah,

maka kepentingan pencari nafkah atau pekerja dan majikan atau pengusaha

akan dipertimbangkan secara adil. Untuk menetapkan suatu tingkatan upah

Page 88: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

75

yang cukup, dalam arti upah tersebut tidak terlalu rendah agar dapat mencukupi

kebutuhan pokok pekerja.

3. Upah mengupah yang diterapkan masyarakat Desa Mingkung Jaya mempunyai

tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup petani sawit, akan tetapi dalam

pelaksanaannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip bermuamalah menurut

hukum Islam.

B. Saran

Adapun saran-saran yang penyusun sampaikan bagi masyarakat Desa

Mingkung Jaya khususnya dalam kerjasama dalam pekerjaan buruh sawit

terutama upah mengupah adalah:

1. Masyarakat di Desa Mingkung Jaya yang mayoritas beragama Islam

hendaklah lebih menjiwai dan mempraktekkan norma-norma hukum Islam di

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Untuk menghindari perbuatan yang dapat merugikan salah satu pihak,

sebaiknya pemilik kebun sawit atau majikan mengawasi pekerjaan buruh

panen sawit dan sebelum melakukan perjanjian sebaiknya dilakukan secara

tertulis dan dijelaskan aturan-aturan dalam melakukan pekerjaan. Sistem

pengupahan buruh, hendaknya penetapannya dilakukan diakad dan di setujui

dengan tidak memeberatkan pekerja dalam menerima upahnya.

Page 89: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

76

3. Kepada pemilik kebun atau majikan dan buruh hendaknya lebih memahami

dan mengerti betapa pentingnya prinsip bermuamalah terhadap segala sesuatu

yang berkaitan dalam upah mengupah dari kedua belah pihak agar tidak

adanya rasa terzolimi di antara pihak yang melakukan akad.

Page 90: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

A. Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Aspek Hukum Keluarga

dan Bisnis, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN

Raden Intan Lampung, 2015).

Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Ed 1, Cet 3, (Jakarta: Amzah, 2014).

Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah hukum perdata,(Yogyakarta:

FH UII, 2004).

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010).

Ahmad Mushthaf Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz II, Cet. Ke-1, (Semarang:

Toha Putra, 1989).

Ahmad Mushthaf Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XIV, Cet. Ke-1,

(Semarang: Toha Putra, 1989).

Ahmad Mushthaf Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXV, Cet. Ke-1,

(Semarang: Toha Putra, 1989).

Al- Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, (Jakarta: DarulHaq, 2015).

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlianti, Hukum Perikatan di

Indonesia, Cet. Ke-2, (Jakarta: Kencana, 2006).

Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara 1997).

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Grafindo

Persada, 2011).

Iskandar, Metode Penelitian dan Sosial Kualitatitf dan Kauntitatif, (Jakarta: GP

Press, 2008).

M.I Yusanto dan M.K Widjajakusuma, Mengagas Bisnis Islam, Cet. Ke-1

(Jakarta: Gema Insani Press, 2002).

Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008).

Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam “SyarahBulughul

Maram”,Jilid: 3, (Jakarta: DarusSunnah, 2017).

Page 91: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar Tradisi Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta:

Hikmah, 2010).

Muslich, A. W, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010).

Pasaribu, Chairul, Hukum Perjanjian Keerja, (Jakarta: Sinar Grafika,1994).

Syarifuddin, Gris-garis Besar Fiqih, (Jakarta Timur: Peredana Media 2003).

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka setia, 2001).

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Cet. Ke-1, (Bandung: PT Alma’arif, 1987).

Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fiqih Muamalah, Cet. Ke-1, (Bogor: Ghalila

Indonesia, 2011).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2010).

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syarisah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010).

Usman, S, Hukum Islam (Asas-asas dan Pengantar Studi hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001).

Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bisuness and economic ethics, (Jakarta :PT Bumi

Aksara 2012).

Ya’qub, Hamzah, Kode Etik Dagang, (Bandung: CV. Diponegoro, 1994).

Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, ahli bahasa Al-Hamid Al-Husaini dari

Fatwa-fatwa Mu’ashiran, (Jakarta:Yayasan Al-Hamidiy,1998).

Wabah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani,

2011).

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013).

Page 92: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

Lain-lain

“Qawa’id Fiqhiyah,” https://almanhaj.or.id/2508-kaidah-ke-9-urf-dan-

kebiasaan-dijadikan-pedoman-pada-setiap-hukum-dalam-syariat.html, diakses

tanggal 19-09-2019

http://www.bacaanmadani.com/2017/12/penegertian-upah-hukum-rukun-

syarat-dan.html?m=1

https://almanhaj.or.id/1640-ijarah-sewa-menyewa.html

Page 93: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

LAMPIRAN

Wawancara dengan Bapak Kuat, Tokoh Agama, Tanggal 22 September 2019

Wawancara denag Bapak Edi, Sekretaris Desa, Tanggal 22 September 2019

Page 94: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

Wawancara denga Mas Kandar, Pekera, Tanggal 22 September 2019

Wawancacra dengan Mas Yudi, Pekerja, Tanggal 22 September 2019

Page 95: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

Wawancara dengan Bapak Ratman, Pengkoordinir Buah Sawit, Tanggal 22 September

2019

Wawancara dengan Bapak Samijan, Pemilik Kebun, Tanggal 21 September 2019

Page 96: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

Wawancara dengan Bapak Mawardi, Pemilik Kebun merangkap Tokoh Agama, Tanggal

13 September 2019

Wawancara denag Mas Judin, Pekerja, Tanggal 08 September 2019

Page 97: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen

Wawancara dengan Mas Udin Pekerja Tanggal 22 Sepember 2019

Wawancacra dengan Bapak Heri, Pengurus Koprasi, Tanggal 22 September 2019

Page 98: PENAGGUHAN DALAM UPAH MENGUPAH PANEN ...repository.uinjambi.ac.id/1614/1/ROBI HUDA AL-AJI...mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang pelaksanaan Penangguhan dalam Upah mengupah Panen