peminatan iesp pembangunan 006
TRANSCRIPT
![Page 1: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/1.jpg)
Silahkan download e-book ini di halaman download pada situs
Peminatan IESP Pembangunan
006
Silahkan kopi paste topik-topik yang anda perlukan.
"Gratis Bro...!!!"
kembali ke list Peminatan IESP Pembangunan
Kata Kunci: Teori Inflasi, Teori Permintaan Uang Keynes, Tingkat Suku Bunga,
Teori Paritas Daya Beli, Teori Produk Domestik Bruto
Landasan Teori
1. Teori Inflasi
Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan
permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian
secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari
barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat).
Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai
inflasi (Iswardono, 1990). Menurut Boediono (1995) inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian
besar dari barang-barang lain. Inflasi diakibatkan oleh :
a. Demand-Pull Inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau
hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh
(full-employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah
akan menaikkan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni).
![Page 2: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/2.jpg)
b. Cost-Push Inflation
Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan
adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat
kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan
turunnya produksi.
2. Teori Permintaan Uang Keynes
a. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi dan
berjaga-jaga tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan, maka
besar keinginan akan uang kas untuk transaksi dan berjaga-jaga. Seseorang atau
masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi
yang lebih banyak dibanding seseorang masyarakat yang pendapatannya rendah.
b. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi, menurut Keynes ditentukan oleh
tingkat bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin rendah keinginan
masyarakat akan uang kas untuk tujuan tujuan / motifasi spekulasi. Alasannya,
pertama apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uas kas
(opportunity cost of holding money) makin besar / tinggi, sehingga keinginan
masyarakat akan uang kas akan makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat
bunga makin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas. Kedua,
hipotesa Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga
"normal" berdasar pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-
baru terjadi.
Menurut Keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat
sedangkan permintaan agregat ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral,
namun dapat pula disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah,
maupun oleh swasta dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi
penerimaan (defisit anggaran belanja negara) dalam kondisi full employment.
Secara garis besar Keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya.
Pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi sering menjadi penyebab
![Page 3: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/3.jpg)
tingginya tingkat inflasi, naiknya jumlah uang beredar akan menaikkan
permintaan agregat (agregate demand) yang pada akhirnya jika tidak diikuti oleh
pertumbuhan di sektor riil akan menyebabkan naiknya tingkat harga. Hal ini
berarti jika pertumbuhan di sektor moneter yang dicerminkan oleh
meningkatnya jumlah uang beredar diikuti dengan pertumbuhan di sektor riil
yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP, maka peristiwa meningkatnya inflasi
bisa diminimalisir.
3. Tingkat Suku Bunga
Menurut Nopirin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh
peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi
pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu
terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya
dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang
menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya
maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran (Suhaedi, 2000).
Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil.
Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku
bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya
setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan.
Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat
harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di
masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh
pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat
suku bunga tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang
beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga
bisa diatasi.
4. Teori Paritas Daya Beli
Teori paritas daya beli pertama kali dikemukakan oleh Gustav Cassell 1922
(Khalwaty, 2000) mengandung dua pengertian, yaitu pengertian absolut dan
![Page 4: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/4.jpg)
pengertian relatif. Pengertian absolute mengatakan bahwa kurs keseimbangan di
antara mata uang dalam negeri dan mata uang luar negeri merupakan rasio
antara harga absolute luar negeri dan harga absolute dalam negeri. Sedangkan
pengertian relatif menyatakan bahwa prosentase perubahan kurs keseimbangan
di antara mata uang dalam negeri dan mata uang luar negeri merupakan rasio
antara prosentase perubahan harga dalam negeri dan prosentase perubahan
harga luar negeri, sehingga prosentase perubahan kurs tersebut mencerminkan
perbedaan tingkat inflasi di antara dua negara.
Beberapa hal yang perlu ditekankan dari teori paritas daya beli adalah pertama
masalah dasar dari paritas daya beli, yakni proporsionalitas tingkat harga dan
nilai tukar hanya terjadi jika penyebab goncangan yang mengubah tingkat harga
dari nilai tukar merupakan suatu goncangan moneter. Kedua, teori paritas daya
beli tersebut tidak kerja seketika, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama,
sehingga dapat dikatakan bahwa teori tersebut menunjukkan hubungan
keseimbangan jangka panjang antara nilai tukar dengan tingkat harga.
Nilai mata uang dari suatu negara yang cenderung menurun menunjukkan
negara tersebut mempunyai tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi suatu negara lebih
tinggi dibandingkan dengan negara lain berarti harga barang-barang di negara
tersebut naik lebih cepat dari negara lain. Hal ini akan berakibat ekspor akan
turun dan impor akan naik karena harga barang-barang negara bersangkutan
lebih mahal bila dibandingkan dengan barang-barang negara lain. Dengan
demikian supply dari mata uang asing akan turun dan demand akan naik,
sehingga nilai mata uang asing akan naik (nilai mata uang domestik akan turun
atau terdepresiasi).
5. Teori Produk Domestik Bruto
Menurut pendekatan produksi, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun (Dumairy, 1990). Kesempatan
kerja dalam perekonomian akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi dan
tingkat produksi atau pendapatan nasional yang dihasilkan.
Dalam analisis IS-LM keseimbangan kegiatan perekonomian ditentukan oleh
![Page 5: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/5.jpg)
interaksi keadaan di pasar uang dan pasar barang. Keseimbangan pendapatan
nasional tercapai apabila sifat hubungan diantara suku bunga dengan
pendapatan nasional yang berlaku di pasar barang adalah sama dengan yang
berlaku di pasar uang, yaitu bila kurva IS berpotongan dengan kurva LM. Dalam
analisis IS-LM dapat diperhatikan efek kebijakan pemerintah dalam
mempengaruhi kegiatan perekonomian. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang
dijalankan yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Pendapatan riil
masyarakat berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Apabila pendapatan riil
masyarakat turun maka inflasi akan meningkat (Sukirno, 2000).
6. Hipotesis
Dengan mendasarkan pada latar belakang, landasan teori dan penelitian-
penelitian sebelumnya hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Diduga ada
pengaruh positif antara jumlah uang beredar dan nilai tukar (Exchange Rate)
dengan tingkat inflasi. 2) Diduga ada pengaruh negatif antara Produk Domestik
Bruto riil dan tingkat suku bunga dengan tingkat inflasi.
7. Metode Penelitian
a. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah laju inflasi sebagai variabel
dependen, sementara jumlah uang beredar, PDB riil, nilai tukar (Exchange Rate),
tingkat suku bunga sebagai variabel independen. Definisi operasional untuk
masing-masing variabel adalah :
b. Tingkat Inflasi
Adalah kenaikan harga secara umum dan terus menerus, kenaikan harga harus
meliputi semua macam barang dan jasa. Data menggunakan Indeks Harga
Konsumen yang dinyatakan dalam satuan persen.
c. Jumlah Uang Beredar
Dalam penelitian ini data mengenai jumlah uang beredar diambil dari data uang
dalam arti sempit (M1), dengan satuan milyar rupiah dan milyar peso.
d. Produk Domestik Bruto Riil (PDB Riil)
PDB riil adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga konstan
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu setahun, dengan satuan milyar rupiah dan milyar peso .
![Page 6: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/6.jpg)
e. Nilai Tukar (Exchange Rate)
Dalam penelitian ini, nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar masing-
masing negara yaitu dolar AS terhadap rupiah, dan dolar AS terhadap peso.
Tingkat Suku Bunga
Variabel tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
suku bunga deposito berjalan satu bulan pada bank-bank pemerintah yang
dinyatakan dalam satuan persen.
8. Daftar Pustaka
Anang Sukendar, 2000. "Pengujian dan Pemilihan Model Inflasi Dengan Non
Nested Test Studi Kasus Perekonomian Indonesia Periode (1969-1997)." Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15, No. 2. BPFE UGM, Yogyakarta.
Anton H. Gunawan, 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Boediono, 1995, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 : Ekonomi
Moneter. BPFE, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, Beberapa Edisi, Jakarta.
Bank Indonesia, Laporan Mingguan, 1999 / 2000. Jakarta.
Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.
IMF, International Financial Statistic, 1985, 1990, 1995, 1999.
Insukindro, 1990, "Komponen Koefisien Regresi Jangka Panjang Model Ekonomi
: Sebuah Studi Kasus Impor Barang di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
Edisi September, Yogyakarta.
Insukindro, 1992, "Pembentukan Model dalam Penelitian Ekonomi", Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Tahun VII, Yogyakarta.
Insukindro, 1995. Ekonomi Uang dan Bank, Teori Pengalaman di Indonesia,
BPFE, Yogyakarta.
_________, 1998, "Sindrum R2 Dalam Analisis Regresi Linier Runtut Waktu,
"Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indoensia, Vol. 13 No. 4, BPFE, Yogyakarta.
_________, 1999, "Pemilihan Model Empirik dengan Pendekatan Koreksi
Kesalahan," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Vol. 14, BPFE,
Yogyakarta.
![Page 7: Peminatan IESP Pembangunan 006](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5571f25e49795947648c7dd5/html5/thumbnails/7.jpg)
_________, 1999, "Pemilihan dan Bentuk Fungsi Model Empirik : Studi Kasus
Permintaan Uang Kartal Riil Di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia Vol. 14 No. 3.
Iswardono Sp, 1989. Uang dan Bank Edisi Ke 3, BPFE UGM Yogyakarta
_________, 2001, "Survay Model-Model Inflasi", JEBI No. 1, BPFE, UGM
Yogyakarta.
Jaka Sriyana, 2001, "Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris
Dengan Pendekatan Error Correction Model," Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 6 No. 2, Yogyakarta.
Kamerschen dan David R, 1984. Money and Banking, 8th South-Western
Publishing co. Cinciniati, Ohio.
Mochamad Nazir, 1988, Metode Penelitian, Gladia Indonesia, Jakarta.
Nopirin, 1996, Ekonomi Moneter, Buku I dan II. BPFE-UGM. Yogya.
Sri Endang Novita Sari, 2001. "Penerapan Metode Granger : Analisis Hubungan
Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Pendapatan Nasional dan Jumlah Uang
Beredar dengan Tingkat Inflasi di Indonesia," Skripsi, Semarang.
Sri Suki I, 2001, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Indonesia," Skripsi, Semarang.
Suhaedi, dkk, 2000. "Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi
Inflasi" Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 4. Bank Indonesia,
Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern, Rajawali Pers, Jakarta.
Suparmoko, 1994. Pengantar Ekonomi Makro. BPFE-UGM Yogyakarta.
Tajul Khalwaty, 2000, Inflasi dan Solusinya, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Thomas, RL, 1996. Modern Econometric An Introduction, Addisson Wesley.
Berlangganan: Posting (Atom)