pemikiran murtadh ñ087+ th ahhar ù...

109
PEMIKIRAN MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ TENTANG FILSAFAT SEJARAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) Oleh M u s l i m NIM: 104033101064 JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M.

Upload: vudan

Post on 21-May-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

PEMIKIRAN MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ TENTANG FILSAFAT SEJARAH

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam

(S.Fil.I)

Oleh M u s l i m

NIM: 104033101064

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2011 M.

Page 2: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

PEMIKIRAN MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ TENTANG FILSAFAT SEJARAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh: M U S L I M

NIM: 104033101064

Di bawah Bimbingan

Dr. Syamsuri, MA.

NIP. 19590405 198903 1003

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431/2011 M

Page 3: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pemikiran Murtadhâ Muththahharȋ tentang Filsafat Sejarah telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 05 April 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) pada program studi Aqidah Filsafat.

Jakarta, 20 Juni 2011

SIDANG MUNAQASYAH

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Agus Darmadji, M.Fils Dra. Tien Rohmatin, MA NIP.19610827 199303 1 002 NIP. 19680803 199403 2 002

Penguji I Penguji II

Drs. Nanang Tahqiq, MA Dra. Tien Rohmatin, MA NIP. 19660201 199103 1001 NIP. 19680803 199403 2 002

Pembimbing

Dr. Syamsuri, MA NIP. 19590405 198903 1003

Page 4: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

iii

KATA PENGANTAR

Maha suci Tuhanku yang telah menciptakan akal kepada manusia. Sembah

dan sujud hamba hanya kepada-Nya. Sungguh luar biasa ciptaan-Nya, akal dapat

menentukan yang baik dan yang benar. Tanpanya, manusia jelas akan kehilangan

makna yang terdalam. “Law kunnâ nasma’u aw na’qilu mâ kunnâ fȋ ashâbi al-

sya’ȋr”, “sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan

itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Shalawat dan salam hamba selalu haturkan pada junjungan Nabi

Muhammad, sebagai nabi yang telah membawa perubahan dan transformasi

radikal dalam sejarah jaman umat manusia. Ajarannya tak akan pernah padam

dalam setiap perdebatan ilmiah di ruang-ruang akademis, dan rakyat jelata

sekalipun. Ajarannya telah mengerutkan akal manusia untuk terus berpikir dan

berobsesi menuju perubahan-perubahan yang revolusioner, sehingga tetap dinamis

mengkreasi karya-karya kontemporer.

Penulis juga merasa bersyukur, karena telah merampungkan tugas akhir

kuliah yakni penulisan skripsi. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa

tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan berbagai pihak, sulit

dibayangkan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, dengan segala hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:

1. Dr. Syamsuri, sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyusun skrispi ini.

2. Drs. Agus Darmadji, M.Fils, selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat, Dra.

Tien Rahmatin, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat,

Page 5: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

iv

beserta seluruh staf pengajar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing penulis selama menjalankan

studi di fakultas ini.

3. Prof. Dr. Zainun Kamal, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin

4. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Selanjutnya, salam ta′zhȋm penulis kepada ayahanda H. Masturoh dan

Ibunda Hj. Aminah, yang selalu mendorong dan mendoakan penulis untuk

terus melanjutkan pendidikan. Buaian dan kasing sayang yang diberikan

mereka sungguh tak akan pernah terbalas oleh penulis

6. Kepada kakak-kakak tercinta H. Saiful Bahri SH beserta istri tercinta Hj.

Siti Chadijah, Maemunah beserta suami terkasih (Bang Habibi) terima

kasih atas segala bimbingan dan kontribusi moril maupun materil. Juga

adik-adikku Rahmah Wati dan Ahmad Sifa, salam super.

7. Delove Dhea Markhamatul Aeni S.Farm, yang telah mendedikasikan

dirinya untuk penulis dengan cinta dan kasih sayangnya yang selalu setia

baik suka maupun duka dan selalu memotivasi penulis untuk selalu

berkarya dan bekerja keras dalam menjalani kehidupan karena hidup

adalah “samadengan” (=).

8. Kepada rekan-rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

HMI) periode 2010-2012, semoga kepengurusan ini mampu mewarnai

HMI dengan tradisi miliknya sendiri yang telah diprakarsai dan

Page 6: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

v

diteladankan oleh para pendiri dan senior serta mampu menjadi

pengimbang yang kreatif, cerdas, dan solutif.

9. Rekan-rekan Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2008-2009, terima

kasih atas kebersamaannya.

10. Rekan-rekan seperjuangan di BEM F Ushuluddin 2006-2007 Fajar dan

Iweng, terima kasih atas kesolidan dalam kepengurusan sehingga mampu

menciptakan kreasi yang gemilang. Salam sukses selalu.

11. Kawan-kawan kepengurusan BEM J 2005-2006, terima kasih atas

kekompakan, semoga tetap menjadi creatif minority.

12. Komunitas Freedom Circle (KFC) dan Akademi Merdeka se Indonesia

terima kasih atas suguhan intelektualnya yang selalu mendakwahkan

kebebasan berpikir untuk keluar dari terali penjara intelektual.

13. Ali Kemal, Hasan al Banna, M. Hajid, Yosep, Ridwan, Mia Romadinia,

dan kawan-kawan angkatan 2004 Aqidah Filsafat lainnya, terima kasih

atas kongkow-kongkow kreatifnya.

14. Shul Amir, Shul Iqbal, Lhemot, Hazami, Rosi, Mu’ammar Midan, Aris,

Abenk, dan kawan-kawan lainnya, terima kasih atas futsalnya.

15. Funny, Ibel, Upi, Lisa, dan rekan-rekan pengurus Komisariat Kedokteran

lainnya, terima kasih atas karaokeannya.

16. Serta semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak disebutkan

satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian

semua.

Page 7: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

vi

Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi bangsa

Indonesia pada umumnya. Sebagai penutup hanya doa jualah yang dapat penulis

mohonkan kepada Allah swt, semoga selalu membimbing langkah kita menuju

masa depan yang lebih baik.

Ciputat, 04 Januari 2011

Penulis

Page 8: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

a ا

b ب

t ت

ts ث

j ج

h ح

kh خ

d د

dz ذ

r ر

s س

sy ش

sh ص

dh ض

th ط

zh ظ

‘ ع

gh غ

f ف

q ق

â = a panjang

ȋ = i panjang

û = u panjang

k ك

l ل

m م

n ن

w و

h ه

’ ء

y ى

Page 9: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ……………………………………………... iii

TRANSLITERASI …………………………………………………… vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 6

D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 7

E. Metode Penelitian …………………………………………… 7

F. Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 8

G. Sistematika Penulisan ………………………………………. 11

BAB II BIOGRAFI MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ …………………… 12

A. Latar Belakang Pendidikan, Karier, dan Kegiatannya ……… 12

B. Karya-Karya Murtadhȃ Muththahharȋ ………………………. 16

BAB III STUDI TENTANG SEJARAH DAN FILSAFAT SEJARAH … 22

A. Munculnya Filsafat Sejarah ………………………………… 22

B. Pengertian Sejarah dan Filsafat Sejarah …...………………….. 23

C. Filsafat Sejarah dalam Islam …………………………………. 26

D. Filsafat Sejarah di Barat ……………………………………… 45

Page 10: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

ix

BAB IV PEMIKIRAN MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ TENTANG

FILSAFAT SEJARAH ………………………………………….. 58

A. Pengertian Sejarah dan Filsafat Sejarah ……………………... 58

B. Sifat dan Gerak Sejarah ……………………………………… 64

C. Evolusi dan Perubahan Sejarah ……………………………….. 77

D. Kritik Murtadhȃ Muththahharȋ terhadap Konsep Materialisme

Dialektis dan Materialisme Historis Karl Marx ………………. 85

BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 92

A. Kesimpulan …………………………………………………... 92

B. Saran-saran ………………………………………………….. 95

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 96

Page 11: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Filsafat sejarah merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari

rangkaian keilmuan filsafat secara umum. Filsafat sejarah memiliki sudut pandang

yang sangat berbeda dengan kajian sejarah atau kajian lainnya dalam hal

bagaimana merespon dan mengamati peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi

dalam kehidupan di muka bumi. Dalam tinjauan filsafat sejarah, sejarah bukan

hanya menuliskan kejadian atau peristiwa secara kronoligis yang terjadi pada

masa lampau, akan tetapi filsafat sejarah meninjau lebih dalam tentang pola dan

karakter dari peristiwa-peristiwa yang mengemuka.

Lahirnya filsafat sejarah, menurut peneliti modern, karena kecenderungan

manusia yang terkenal sebagai “hewan sejarah”. Manusia, sejak zaman kuno tidak

henti-hentinya mengamati peristiwa sejarah yang ada dan yang terjadi di

sekitarnya. Mereka juga merenungkan maknanya, mencari suatu hubungan yang

bisa menguraikan geraknya dari segi faktor-faktor yang membangkitkan dan dari

akibat-akibat yang dihasilkannya.1 Rasa ingin tahu dan kesadaran untuk mencari

yang dimiliki manusia merupakan musabab lahirnya filsafat sejarah.

Keingintahuan manusia tentang peristiwa yang telah terjadi, dan tergerak pada

bangsa, masyarakat atau individual tertentu, bermuara pada pemahaman dan

pengkajian itu secara filosofis.

1 Effat Syarqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, (Bandung: Pusataka, 1986), h. 112-113.

Page 12: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

2

Beberapa tokoh bermunculan dari ranah filsafat sejarah baik itu tokoh

filsafat dari Islam maupun Barat. Filsafat Sejarah di Barat mengalami

perkembangan yang menakjubkan. Perkembangan itu ditandai dengan munculnya

pemikir-pemikir besar di bidang ini. Antara lain, ST. Agustinus (1354-1430),

terkenal dengan paham sejarah teologis, August Comte (1798-1854), dengan

filsafat positivisme hukum, Herbert Spencer (1820-1903), dengan teori evolusi –

di samping yang dikembangkan oleh Darwin Oswald Spengler (1880-1936),

terkenal dengan teori daur kultur sejarahnya yaitu masa timbul, tumbuh, menua,

dan hancur, G.W.F. Hegel (1770-1831), terkenal dengan filsafat sejarah

spekulatif, filsafat sejarah formal dan material, Karl Marx (1818-1883) dengan

materialisme historisnya, dan Arnold J. Toynbee (1889-1975) dengan teorinya

tentang tantangan dan jawaban (challenge and response) atau yang terkenal

dengan hukum kebudayaan dan pada hakekatnya juga disebut Hukum Sejarah.2

Berbeda dengan perkembangan filsafat sejarah Barat, filsafat sejarah

Islam, kelihatan memiliki pasang surut dan uncontinuity, baik dalam pemunculan

teori maupun dalam hal kemunculan para pemikir dan tokoh-tokohnya. Ibn

Khaldûn misalnya, diakui baik oleh pemikir Islam sendiri (Timur) maupun oleh

non Islam di Barat, merupakan “Bapak Filsafat Sejarah Islam” yang sangat

berjasa. Ia dengan teorinya, The Culture Cycle Theory of History yang sangat

terkenal itu, kelihatan tidak diikuti oleh pemikir dan generasi Muslim sesudahnya.

2Misri A. Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, (Yogyakarta: Ar-ruzz Press, 2002), h.

13-14.

Page 13: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

3

Dengan demikian, rentang tali perjalanan dan diskursus filsafat sejarah dalam

Islam seolah terputus tanpa ada kontinuitas.3

Baru pada paro pertama abad ke 20, mulai muncul pemikir-pemikir Islam

dengan karya-karya monumentalnya. Di antaranya Malik bin Nabi dari Maroko,

Fazlur Rahman, Ali Syari’ati, dan Abdul Hamid Shiddiqi dari Pakistan, serta

Murtadhȃ Muththahharȋ dari Iran yang menjadi objek pembahasan dalam skripsi

ini. Berbeda dengan di dunia Islam, di Barat, teori filsafat sejarah terus diasah dan

diuji. Kehadiran teori “Dialektika Materialisme Historis” yang dipelopori oleh

Karl Marx misalnya, merupakan penyahutan terhadap teori “Dialektika”-nya

Hegel.4

Islam menaruh perhatian yang besar terhadap sejarah. Sekitar dua per tiga

dari keseluruhan ayat al-Qur’ân yang terdiri atas 6660 ayat lebih itu, memiliki

nilai-nilai atau norma sejarah. Al-Qur’ân berbicara tentang perubahan dalam

sejarah, di mana perubahan itu menurut penegasan Allah sangat ditentukan oleh

kebaikan dan keburukan perbuatan manusia. Hal ini seperti kebiadaban kaum

kafir terhadap Nabi Muhammad, yang diabadikan oleh Allah swt. Dalam firman-

Nya; “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan

pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran)

mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka

rencanakan” (QS. an-Nahl: 127).5

3 Ibid, h.14. 4 Ibid, h. 14-15. 5 Mazheruddin Siddiqi, Konsepsi Qur’an Tentang Sejarah. Penerjemah Nur Rachmi et.al

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), h. 1.

Page 14: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

4

Di samping itu, al-Qur’ân juga berbicara sebab-sebab khusus terjadinya

disintegrasi sosial-bangsa yang disebabkan oleh tingkah polah dan ulah manusia

sendiri yang sudah terlalu jauh menyimpang dari sendi-sendi kebenaran hakiki.

Dalam ranah ini, Allah swt. telah berfirman dalam QS. al-An’âm: 131: “Yang

demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara

aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah.” Maksud ayat ini antara

lain, Allah tidak akan mengadzab penduduk satu desa atau kota meskipun mereka

berbuat kekafiran, sebelum diutus rasul yang akan memberi peringatan kepada

mereka. Akan tetapi kalau telah diutus seorang rasul kepada mereka, dengan kitab

suci yang ditinggalkan sebagai pedoman hidupnya, dan mereka tetap berbuat

kezaliman dan kekufuran, maka Allah swt. akan mengazab mereka di dunia dan di

akhirat kelak.6

Begitu juga dalam QS. Hûd: 117, Allah swt. menyebutkan, “tidak sekali-

kali membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduk negeri itu

adalah orang-orang yang berbuat kebaikan”. Maksud ayat ini, dengan jelas Allah

swt. menyatakan bahwa pembinasaan dan pendatangan musibah dari-Nya baru

ditimpakan, jika satu kampung atau masyarakat suatu negara berbuat kezaliman.

Karena itu, nyata pula bahwa perhatian Allah swt. terhadap tingkah polah dan

perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia begitu besar.7

Pengungkapan selintas tentang ayat-ayat di atas, dapat dikatakan

bahwasanya Islam memandang bahwa kehidupan merupakan proses yang

6 Mazheruddin Siddiqi, Konsepsi Qur’an Tentang Sejarah, h. 1. 7 Mazheruddin Siddiqi, Konsepsi Qur’an Tentang Sejarah, h. 20.

Page 15: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

5

menyejarah, di mana kekuasaan berlaku serta bergerak ke depan dan ke belakang,

maju atau mundur, kaya atau miskin, berhasil atau gagal.

Murtadhȃ Muththahharȋ adalah seorang ulama intelektual abad ke-20 yang

dijadikan sebagai salah seorang model sarjana Islam yang telah memenuhi tiga

syarat yang banyak diimpikan, tetapi jarang bertemu dalam satu pribadi yaitu akar

yang kokoh pada studi Islam tradisional, penguasaan memadai atas ilmu-ilmu

non-agama, dan sebagai penulis yang sangat produktif sehingga memiliki karya-

karya nyata di bidang sosial. Selain itu, Muthahhari juga memiliki latar belakang

yang kuat dalam filsafat dan ‘irfân (gnosis). Dia telah berupaya menerapkan

kedua hal tersebut pada tataran realitas sosial kontemporer.

Dari sekian banyak karyanya, ia memiliki pemikiran yang komprehensif

mengenai filsafat sejarah, di mana pemikirannya tersebut dilandaskan pada ayat-

ayat al-Qur’ân. Kajiannya tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan

kerangka pemikiran baru tentang filsafat sejarah tetapi juga untuk melawan

pemikiran-pemikiran sejarah yang ada terutama pemikiran Karl Marx tentang

materialisme dialektis dan materialisme historis.

Murtadhȃ Muththahharȋ, mendefinisikan sejarah sebagai satu ilmu dalam

empat pengertian, yang pertama, secara khusus sebagai ilmu tentang fenomena

serial dari pribadi dan individual, kedua, sebagai sebuah narasi, ketiga, ilmu

tentang being (maujud atau eksistensi), bukan sebaliknya sebagai ilmu becoming,

keempat, ilmu berkenaan tentang masa lalu, bukan masa sekarang.

Pada sisi lain, Muththahharȋ, dalam mendefinisikan sejarah, dengan cara

membagi sejarah dalam tiga cara dan arti. Di antara ketiga cara itu memiliki

Page 16: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

6

hubugan yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi yang menjadi fokus perhatian

dan prioritas pembahasannya yang agak lebih luas hanya dua, yaitu sejarah ilmiah

dan filsafat sejarah.8 Walaupun demikian, ketiga pengertiaannya tetap akan

diungkapkan dalam skripsi ini. Pembahasan lebih luas mengenai gagasan filsafat

sejarah Muththahharȋ, penulis membahasnya pada bab-bab selanjutnya.

Dari latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan tersebut dalam pembahasan skripsi yang berjudul “Pemikiran

Murtadhȃ Muththahharȋ tentang Filsafat Sejarah”.

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi dan

memfokuskan pada pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ tentang filsafat sejarah

serta kritiknya terhadap materialisme dialektis dan materialisme historis Karl

Marx.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah

a. Bagaimana pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ tentang filsafat sejarah

b. Bagaimana kritik Murtadhȃ Muththahharȋ terhadap materialisme

dialektis dan materialisme historis karl marx

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu:

8 Murtadhȃ Muththahharȋ, Man and Universe. Penerjemah Ilyas Hasan (Jakarta: Lentera, 2002), h. 303-305

Page 17: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

7

1. Sebagai upaya memahami pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ tentang

filsafat sejarah.

2. Menelaah pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ bagaimana ia mengulas

tentang filsafat sejarah yang di dalamnya ia menjelaskan sifat dan

gerak sejarah serta kritik tajamnya terhadap pemikiran Karl Marx

tentang materialisme dialektis dan materialisme historis

3. Menelaah gagasan dan perkembangan filsafat sejarah dalam Islam

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian skripsi ini, secara teoritis, berguna untuk mengembangkan

diskursus keilmuan di bidang pemikiran filsafat sejarah. Oleh karenanya

penelitian skripsi ini juga diharapkan dapat menggugah para peneliti untuk

mengkaji dan mengembangkan pemikiran filsafat sejarah.

Di samping itu penelitian skripsi tentang filsafat sejarah ini sangat

mungkin untuk dijadikan sebagai sumber inspirasi atau pedoman dalam

mengamati sifat dan gerak sejarah kehidupan umat manusia secara global.

E. METODE PENELITAN

Penelitian skripsi ini merupakan studi kepustakaan (library research).

Objek material penelitian ini adalah pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ secara

umum dan objek formalnya berhubungan dengan pemikirannya seputar persoalan

filsafat sejarah meliputi pengertian dasar dari filsafat sejarah, sifat, dan gerak

Page 18: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

8

sejarah disertai juga kritiknya terhadap materialisme dialektis dan materialisme

historis Karl Marx.

Sumber dan data primernya adalah karya-karya yang langsung ditulis oleh

Murtadhȃ Muththahharȋ baik itu yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia maupun yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, mengingat karya-

karya orisinil Murtadhȃ Muththahharȋ sebagian besar ditulis dalam bahasa Iran.

Sedangkan sumber sekunder ialah karya-karya yang membahas tentang

filsafat sejarah. Sumber-sumber sekunder inilah yang penulis gunakan untuk

menganalisis pandangan Murtadhȃ Muththahharȋ.

Adapun dalam hal pembahasannya, penulis menggunakan metode

deskriptif-analitis. Artinya menggunakan sumber-sumber yang ada lalu

mendeskripsikannya, kemudian dianalisis mengenai bagaimana pemikiran

Murtadhȃ Muthahharȋ tentang filsafat sejarah.

Sedangkan secara teknis, penulisan skripsi ini disandarkan pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Jakarta, Ceqda,

2007.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Sepanjang pengamatan dan pengetahuan penulis, sudah terdapat beberapa

penelitian yang mengkaji pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ, di antaranya yaitu:

1. Yuli Astuti dengan judul Kebebasan Manusia dalam Perspektif John

Stuart Mill dan Murtadhȃ Muththahharȋ (Sebuah Studi Komparasi).

(Skripsi: Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2001 M).

Page 19: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

9

Dalam skripsi tersebut, ia melakukan studi komparatif terhadap dua

pemikir yang berbeda kultur dan menaruh perhatian pada masalah

kebebasan manusia. Menurutnya, terdapat persamaan dan perbedaan

dalam pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ dan John Stuart Mill mengenai

kebebasan.

2. Izkar Sobah dengan judul Kejahatan dan Keadilan Tuhan dalam

Perspektif Teologi Murtadhȃ Muththahharȋ. (Skripsi: Jurusan Aqidah

Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006). Dalam skripsi tersebut ia menulis bahwa Tuhan Maha adil dan

kejahatan tidak membuat-Nya untuk tidak adil. Sesungguhnya Tuhan

menyayangi hamba-hamba-Nya. Adapun adanya kejahatan dan keburukan

adalah bukti kasih sayang-Nya sebagai bentuk ujian bagi manusia untuk

menjadi lebih baik dan hal ini adalah tanda bahwa Tuhan selalu

memperhatikannya.

3. Muniroh dengan judul Konsep Fitrah Murtadhȃ Muththahharȋ. (Skripsi

Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2008). Dalam skripsi tersebut ia mengatakan bahwa

yang dimaksudkan Muththahharȋ adalah fitrah yang berkaitan dengan

masalah-masalah kemanusiaan dan prinsip-prinsip berpikir yang tak lain

bersifat fitrah. Manusia itu sendiri memiliki fitrah di antaranya ialah dalam

hal mencari kebenaran atau kesempurnaan, condong kepada kebaikan,

cenderung kepada keindahan, berkarya dan cinta (menyembah).

Page 20: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

10

4. Nurdin Kadir dengan judul Konsep Zuhud Murtadhȃ Muththahharȋ.

(Skripsi Program Studi Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat 2008). Dalam penelitiannya tersebut, ia mengatakan bahwa

terdapat pemikiran tentang zuhud yang dianggapnya bias dari makna

sebenarnya dan Muththahharȋ mencoba untuk meluruskan pemikiran

tersebut. Bagi Muththahharȋ arti zuhud adalah perasaan puas dengan

kehidupan yang sederhana dalam hal makan, berpakaian, dan bertempat

tinggal. Dalam semua aspek kehidupannya, orang zuhud akan merasa puas

dengan kehidupan yang sederhana.

Berbagai kajian tentang pemikiran Murtadha Muththahhari

sebagaimana dipaparkan di atas sangat penting dan kontributif bagi skripsi

ini, setidak-tidaknya sebagai bahan pengayaan dan perbandingan dalam

pembahasannya. Akan tetapi, hemat penulis, dari sejumlah pembahasan

tersebut tidak satu pun yang mengkaji pemikiran Filsafat Sejarah

Murtadhȃ Muththahharȋ secara serius dan mendalam sebagaimana yang

akan penulis bahas dalam skripsi ini.

Page 21: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

11

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, terdiri dari:

Bab I Pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II Biografi Murtadhȃ Muththahharȋ meliputi: latar belakang

pendidikan, karier, dan kegiatan, dan karya-karya Murtadhȃ Muththahharȋ

Bab III Studi tentang sejarah dan filsafat sejarah yang pembahasannya

meliputi: munculnya filsafat sejarah, perngertian sejarah dan filsafat sejarah,

filsafat sejarah dalam Islam, dan filsafat sejarah di Barat

Bab IV Pemikiran Murtadhȃ Muththahharȋ tentang filsafat sejarah yang

pembahasannya meliputi: pengertian sejarah dan filsafat sejarah, sifat dan gerak

sejarah, dan kritik Murtadhȃ Muththahharȋ terhadap konsep materialisme dialektis

dan materialisme historis Karl Marx

BAB V Penutup yang meliputi: kesimpulan dan saran-saran.

Page 22: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

12

BAB II

BIOGRAFI MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ

A. Latar Belakang Pendidikan, Karier, dan Kegiatannya

Al-Syâhid Ayatullah Murtadhȃ Muththahharȋ lahir pada tanggal 2 februari

1920/1338 Hijriyah di Fariman, dekat Masyhad, pusat belajar dan ziarah kaum

Muslim Syiah yang besar di Iran Timur. Ayahnya bernama Muhammad Husein

Muthahharȋ, adalah ulama cukup terkemuka.1

Pada usia 12 tahun, Muththahharȋ mulai belajar agama secara formal di

Masyhad, yang kemudian menumbuhkan kecintaannya pada filsafat, teologi, dan

tasawuf (‘irfân). Kecintaan ini berada pada dirinya sepanjang hidupnya dan

membentuk pandangan menyeluruh tentang agama. Figur di Masyhad yang

mendapat curahan perhatian terbesar Muththahharȋ adalah Mirza Mahdi Syahidi

Razavi, seorang guru filsafat. Namun, Razavi wafat pada 1936, ketika Muthahhari

belum cukup umur mengikuti kuliah-kuliahnya. Ia meninggalkan Masyhad pada

tahun berikutnya, sebagian karena alasan ini, untuk belajar di lembaga pengajaran

di Qum yang kian diminati oleh banyak siswa.2

Di Qum Muththahharȋ belajar di bawah bimbingan dua ayatullah:

Borojerdi dan Khomeini. Selagi menjadi mahasiswa, Muththahharȋ menunjukkan

minat yang besar pada filsafat dan ilmu pengetahuan modern. Gurunya yang

utama dalam filsafat adalah Allamah Thabathaba′i. Ia mengenal secara mendalam

segala aliran filsafat sejak Aristoteles sampai Sartre. Ia membaca 11 jilid tebal

1 Murtadha Muthahhari, Kritik Islam Terhadap Materialisme. Penerjemah Akmal Kamil

(Jakarta: Islamic Center Jakarta al-Huda, 2001), h. 9 2 Ibid., h. 9

Page 23: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

13

Kisah Peradaban, Kelezatan Filsafat, dan buku-buku lainnya yang ditulis oleh

Will Durant. Ia menelaah tulisan Sigmund Freud, Bertrand Russel, Albert

Eisntein, Erich Fromm, Alexis Carrel, dan pemikir-pemikir lainnya dari Barat.

Tetapi, berbeda dengan sebagian cendekiawan pesantren yang mempelajari Barat

karena rasa rendah diri –lalu bersuara lantang mengutip pakar-pakar Barat dan

malu-malu menyebut pemikir-pemikir Islam – Muththahharȋ tampil dengan suara

Islam yang fasih. Pada 1934, dalam usia 36 tahun, ia mengajar logika, filsafat, dan

fiqh di Fakultas Teologia, Universitas Teheran. Ia juga menjabat sebagai Ketua

Jurusan Filsafat. Keluasan ilmunya tampak pada nama-nama kuliah yang

diasuhnya: kuliah fiqh, kuliah al-ushủl, kuliah ilmu kalam, kuliah al-′irfân

(Tasawuf), kuliah logika, dan kuliah filsafat.

Otaknya yang cemerlang dan ilmunya yang luas dapat memberikan

kehidupan yang nyaman baginya. Tetapi, ia memilih badai daripada damai. Ia

banyak menulis dan aktif berdakwah. Khutbahnya di Radio Teheran masih

terdengar sampai 1382 H. Tulisan-tulisannya sampai kini masih dibaca orang

tanpa kehilangan aktualitas. Ia temasuk arsitek Revolusi Islam di Iran. Jika Ali

Syari’ati dapat disebut wakil intelektual yang ulama, Muththahharȋ adalah wakil

ulama yang sekaligus intelektual.3

Muththahharȋ berjuang bukan sekadar lewat pena dan lidahnya. Ia juga

memberikan segala yang dimilikinya. Pada 1963, ia ditahan bersama Ayatullah

Khomeini. Ketika Khomeini dibuang ke Turki, ia mengambil alih imamah dan

menggerakkan para ulama mujahidin. Bersama ulama lainnya, ia mendirikan

3 Jalaluddin Rakhmat, “Muththahhari: Sebuah Model buat Para Ulama,” dalam Murtadha

Muthahhari, Membumikan Kitab Suci Manusia dan Agama (Bandung: Mizan 2007), h. 13

Page 24: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

14

Husainiya-yi Irsyad sebagai markas kebangkitan intelektual Islam. Ia turut pula

menghimpun dana buat para pengungsi Palestina. Sebagai ulama, ia pun menjadi

imam Masjid Al-Jawad dan mengubah masjid itu menjadi pusat gerakan politik

Islam.

Pada 1972 Husyainiya-yi Irsyad dan Masjid Al-Jawab dilarang secara

politik oleh rezim Syah dan Muththahharȋ kembali lagi masuk penjara. Kemudian

ia bebas lagi. Pengalaman penjara tidak mengubah langkahnya. Ia melanjutkan

kegiatan-kegiatan politiknya. Pada 1978, ketika Muththahharȋ mengecam

pembuangan Ayatullah Muntazerri, rezim Syah melarang semua kuliah dan

khutbahnya.4

Di samping itu, ia juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya

“Jam’iyah Ulama Militan” (Jami’ayi Ruhaniyat-i Mubariz). Sedemikian

banyaknya peran aktif yang dilakukan dalam mendukung gerakan revolusi

membuat dirinya juga sangat dekat dengan Imam Khomeini. Setelah Imam pindah

ke tempat pembuangannya di Paris, Muththahharȋ temasuk di antara kelompok

ulama yang ikut dan berkonsultasi. Pada 12 Januari 1979 Muthahharȋ diangkat

sebagai ketua Dewan Revolusi Islam yang anggotanya antara lain Bazargab,

Yazdi, Qotbzadeh, Behesyti, Bahonar, dan Rafsanjani.

Pada tanggal 1 Mei 1979 aktivitasnya dalam mendukung dan

mengembangkan Revolusi dihentikan secara brutal oleh kelompok Furqan. Dia

dibunuh setelah memimpin rapat Dewan Revolusi Islam di rumah Dr. Yadullah

Sahabi. Sebuah peluru bersarang tepat mengenai kepalanya dan tembus di atas

4 Jalaluddin Rakhmat, “Kata Pengantar,” Muththahhari: Sebuah Model Buat Para Ulama,

dalam Murtadhâ Muththahharȋ, Membumikan Kitab Suci Manusia dan Agama., h. 14

Page 25: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

15

kelopak matanya. Meskipun ketika syahid dia adalah ketua Dewan Revolusi

Islam, tetapi dirinya tidak dapat dipisahkan dari dunia pemikiran dan tulisan.5

Kehidupan Muththahharȋ diabdikan untuk perjuangan politik dan

perjuangan ideologis.6 Dalam hal perjuangan ideologis ia menulis tentang

masalah-masalah filsafat, sosial, akhlak, fiqh, dan sejarah. Muthahhari adalah

salah seorang tokoh yang mampu memformulasikan konsep al-Qur’an dalam

paradigma yang jelas terutama yang berkaitan dengan filsafat sejarah.

Pemikirannya berkenaan dengan filsafat sejarah (philosophy of history) banyak

ditujukan untuk mengkritik filsafat materialisme.

Muththahharȋ sendiri mulai menaruh minat kepada filsafat materialis,

khususnya Marxisme, tak lama setelah mempelajari secara resmi ilmu-ilmu

rasional. Menurut hematnya, pada sekitar 1946 ia mulai mempelajari terjemahan-

terjemahan Persia literatur Marxis yang diterbitkan oleh partai Tudeh, organisasi

Marxis besar di Iran dan ketika itu merupakan suatu kekuatan penting di arena

politik. Selain itu, ia membaca tulisan-tulisan Taqi Arani, teoritisi utama partai

Tudeh, maupun penerbitan-penerbitan Marxis dalam bahasa Arab yang berasal

dari Mesir. Mulanya ia agak sulit memahami teks-teks ini, sebab ia belum

mengenal terminologi filsafat modern. Dengan terus-menerus berupaya keras

termasuk dengan menyusun sinopsis buku Elementary Principles of Philosophy

5 Muththahharȋ, Kritik Islam Terhadap Materialisme, h. 10-11 6 Perjuangan ideologis yang dilakukan Muthahharȋ adalah upaya untuk menyikapi

problema yang dihadapi masyarakat pada era beliau hidup, beliau memiliki perjuangan ideologis jangka pendek dan jangka panjang. Perjuangan jangka pendek beliau lakukan untuk melawan kebijakan-kebijakan elit politik Iran yang mencoba untuk melemahkan semangat keislaman masyarakat Iran, serta melawan pemikiran-pemikiran yang dinilai berbahaya bagi moralitas umat Islam. Sedangkan perjuangan ideologis jangka panjang didorong oleh empat faktor yaitu: pertama, gerakan meniru Barat, kedua, gerakan meniru Timur, ketiga, Marxisme, Keempat, kebutuhan akan pengenalan pengetahuan Islam. Lihat Hamid Algar, Murtadha Muthahhari Sang Mujahid, Sang Mujtahid, penyunting, Haidar Bagir, (Bandung: Yayasan Muthahhari 1988) h. 56-58

Page 26: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

16

karya George Pulitzer –akhirnya ia menguasai filsafat materialisme. Sejumlah

besar penolakan terhadap Marxisme telah dieseikan di dunia Islam, baik di Iran

maupun di lain tempat, namun hampir semuanya tak lebih berkisar pada

ketidaksesuaian Marxisme dengan keyakinan keagamaan serta

ketidakkonsistenannya dengan kegagalan politis parta-partai politik Marxis.7

B. Karya-Karya Murtadhȃ Muththahharȋ

Murtadhȃ Muththahharȋ merupakan filosof Muslim Syiah kontemporer

yang menghasilkan banyak karya. Meskipun disibukkan dengan berbagai aktivitas

sosial politik dan kerja intelektual semisal mengajar dan berdiskusi, Muththahharȋ

tetap dapat mengkonsentrasikan diri untuk menuangkan gagasan-gagasan dalam

bentuk tulisan yang berjumlah sekitar enam puluhan dan hingga kini dapat

dikonsumsi oleh banyak kalangan.

Di antara karya-karya tersebut adalah :

1. Inna al-dȋn ′indallâh al-Islâm, buku ini diterbitkan oleh penerbit Mansyûrat

al-Rabȋ dan telah diterjemahkan oleh Ahmad Sobandi dengan judul Islam dan

Tantangan Zaman dan diterbitkan oleh Pustaka Hidayah pada tahun 1417

H/1996 M. Di dalam buku ini terdapat dua hal yang ingin dicapai, pertama,

bagaimana umat Islam mengetahui secara benar ajaran Islam yang murni

sebagai bentuk filsafat sosial dan keyakinan ketuhanan, pola pikir, dan

kepercayaan yang konstruktif dan kemprehensif. Kedua, bagaimana Islam

menyikapi perubahan zaman yang setiap saat mengalami perubahan, tidak

7 Hamid Algar, Murtadha Muththahhari Sang Mujahid, Sang Mujtahid, penyunting,

Haidar Bagir, (Bandung: Yayasan Muthahhari 1988), h. 32-33

Page 27: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

17

tetap, dan semakin bertambah kompleks, sementara pada saat bersamaan

Islam adalah agama yang secara esensial bersifat tetap dan tidak berubah.

Sebagai sebuah agama samawi terakhir dan paripurna, Islam dan segenap

doktrinnya sama sekali tidak tidak mengalami penghapusan dan perubahan –

ia bersifat abadi. Tepat pada titik ini, timbul berbagai pertanyaan ihwal

relevansi Islam dengan berbagai tuntutan dan tantangan zaman. Mampukah

Islam menghadapi tuntutan dan tantangan zaman? Mungkinkah dua hal yang

saling bertentangan bisa berjalan seiring dan berpadu? Bagaimana mungkin

Islam yang bersifat tetap dan tidak berubah sanggup menuntun dan

membimbing zaman yang selalu berubah dan tidak tetap?

2. The Cause Rersponsible for Materialist Tendencies in the West. Buku ini

sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Kritik Islam

terhadap Materialisme. Buku tersebut merupakan karya Muthahharȋ yang

sangat diminati dunia kampus dan aktifis. Dalam buku ini, dia mengkritisi

secara tajam konsepsi filsafat ketuhanan yang dibangun dari doktrin kaku

gereja; yang kemudian mengantar manusia memandang semua realitas hanya

terbatas pada wilayah materi semata-mata. Dengan kepiawaiannya dalam

membaca sudut pandang filsafat dan sosiologi Barat serta telaahnya yang

mendalam tentang nash-nash al-Qur’ân, Muththahharȋ membuktikan kepada

kita betapa rancunya doktrin-doktrin yang ada dalam ajaran materialisme.

Bahkan secara yakin Muththahharȋ berkesimpulan bahwa paham materialisme

pada hakekatnya tiada lain adalah sisa-sisa peninggalan peradaban manusia

Page 28: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

18

yang hampir punah; dan karenanya tidak dapat dijadikan pandangan dunia di

abad modern.

3. Introduction to Kalâm. Buku ini telah diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan

Judul Mengenal Ilmu Kalam: Cara Menembus Kebuntuan Berfikir,

diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Zahra. Di dalam buku ini Muththahharȋ

membahas doktrin-doktrin dasar ulama kalâm beserta modifikasinya

meskipun merujuk dari pemahaman teologi Muktazilah dan Asyariyah, akan

tetapi teologi yang ditawarkan Muththahharȋ telah menampilkan wajah

menengah yang mencoba mengambil posisi tengah.

4. Membumikan Kitab Suci, Manusia dan Agama. Buku ini diterjemahkan dari

beberapa buku berbahasa Arab dan Inggris karya Murtadhȃ Muththahharȋ,

yang diterbitkan oleh Free Islamic literatures, Inc, Houston, Texas. Buku ini

merupakan proyek Muthahharȋ dalam menyikapi krisis manusia kontemporer

yang telah meluas yakni ketika fragmentasi, kehampa-maknaan, ketiadaan-

tujuan, kekosongan, kekacauan yang tidak terhingga, represi negara adidaya,

dan perang destruktif melawan kemanusiaan telah menjadi semakin

merajalela. Oleh karenanya manusia membutuhkan kedamaian spiritual dan

batiniah. Manusia semakin membutuhkan makna dan arah dalam hidup serta

memerlukan iman terhadap suatu Realitas Transenden yang melampaui

kebutuhan-kebutuhan material manusia. Beliau mengulas secara gamblang

mengenai arti penting agama serta iman dalam konteks perkembangan

manusia kontemporer saat ini.

Page 29: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

19

5. Ȃsha’i bâulum-e Islâmi, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan judul Pengantar ke Ilmu-ilmu Islam yang terdiri dari tujuh bagian,

masing-masing tentang: Logika, Filsafat, Kalâm, ‘irfân, Fiqh, Ushul Fiqh,

dan Etika. Di sini pula, Muththahharȋ menjelaskan pentingnya epistemologi

dan metodologi dalam pemikiran maupun perjuangan Islam. Keduanya

merupakan kunci untuk menguasai ilmu-ilmu Islam.

6. Man and Universe (1417 H/1997 M), karya ini diterbitkan oleh penerbit

Ansariyah Publication, Qum. Juga telah diterbikan ke dalam bahasa Indonesia

dengan judul Manusia dan Alam Semesta : Konsepsi Islam tentang Jagat

Raya oleh PT Lentera Basritama pada tahun 1422 H/2002 M. Buku ini

membahas poin-poin penting berkenaan dengan manusia dan alam semesta.

Di dalamnya, Muththahharȋ mengupas konsep manusia dan binatang, ilmu

pengetahuan dan agama, majhab pemikiran, sumber-sumber pemikiran dalam

Islam, konsepsi alam semesta, tauhid dan syrik, kearifan dan keadilam ilahi,

wahyu dan kenabian serta masalah imamah (kepemimpinan) dan akhirat.

7. Falsafatul Akhlâk, buku ini sudah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan

Judul Filsafat Moral oleh penerbit al-Huda pada tahun 2009. Buku ini

merupakan panduan reformasi moral sekaligus tawaran solusi bagi krisis

moral. Dalam buku ini, Muththahharȋ mempertanyakan kembali pengertian

perbuatan-perbuatan moral manusia yang dianggap sudah tinggal pakai (taken

for granted), sembari mengkritisi dan mendekonstruksi berbagai pandangan

moral baik dalam tradisi Barat maupun Timur, kemudian merekonstruksi

sebuah paradigma moral Islam.

Page 30: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

20

8. Al-‘Adl Ilâhi (1401 H/1981 M), buku sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan judul Keadilan Ilahi oleh penerbit Mizan pada tahun 1413

H/1992 M. Dalam buku tersebut, Muththahharȋ melakukan eksplorasi atas

tema penting dalam khazanah keilmuan-keislaman tersebut, sekaligus

mendemonstrasikan wawasan luasnya untuk membuktikan pernyataannya itu.

Dalam mengkaji keadilan ini, beliau menggunakan pendekatan naqli

(pendekatan berdasarkan nash-nash dan hadis) sekaligus aqliah (pendekatan

filosofis berdasarkan rasio).

Muththahharȋ menjelaskan secara panjang lebar perdebatan menarik

berkaitan dengan soal ini –suatu perdebatan panjang yang akhirnya

menghasilkan dua majhab teologis terkenal dalam pemikiran Islam, yaitu

asy′ariah dan mu’tazilah. Kemudian, dia juga menjelaskan munculnya soal

prinsip keadilan dalam dunia fiqh yang dicerminkan dengan pertentangan

antara ahli qiyas dan ahli hadȋs.

9. Pendekatan filsafat Sejarah, Menguak Masa Depan Umat Manusia (1411

H/1991). Buku ini merupakan kumpulan tulisan Murtadhȃ Muththahharȋ yang

diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Hidayah dalam bahasa Indonesia. Di dalam

buku tersebut, Muththahharȋ menguraikan mengenai konsep sejarah dalam

Islam. Muththahharȋ percaya bahwa gerak sejarah bersifat progresif, karena

menurutnya sifat esensial manusia adalah baik. Kalaupun pada saat-saat

tertentu keburukan (fujur/qubh) mendominasi sifat kebaikan (husn)manusia,

hal itu hanyalah sebuah pengalaman kemunduran atau kemerosotan relatif

kehidupan manusia saja..

Page 31: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

21

Jadi, konsep Islam merupakan gabungan antara determinisme yang

mengambil bentuk sunnah Allah dan sifat progresif sejarah dan kebebasan

manusia serta peran manusia dalam berayun di antara kejayaan (rise) dan

kemerosotan (decline) –antara, menggunakan terminologi al-Quran, ahsan

taqwȋm dan asfal sâfilȋn. Mengenai sifat progresif gerak sejarah ini,

betapapun menyiratkan determinisme, tak ada sesuatu yang salah di

dalamnya, karena ia hanya memberikan optimisme bagi hidup manusia di

muka bumi.

Page 32: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

22

BAB III

STUDI TENTANG SEJARAH DAN FILSAFAT SEJARAH

A. Munculnya Filsafat Sejarah

Manusia sejak zaman kuno tidak henti-hentinya mengamati peristiwa

sejarah yang terjadi di sekitarnya. Mereka juga merenungkan maknanya, mencari

suatu hubungan yang bisa menguraikan geraknya –dari segi faktor-faktor yang

membangkitkannya dan dari akibat-akibat yang dihasilkannya. Oleh karenanya

banyak peneliti yang mengatakan bahwa manusia adalah “hewan sejarah.”1

Rasa ingin tahu dan kesadaran untuk mencari yang dimiliki manusia,

merupakan musabab lahirnya filsafat sejarah. Keingintahuan manusia tentang

peristiwa yang telah terjadi, dan tergerak pada bangsa, masyarakat atau individual

tertentu, bermuara pada pemahaman dan pengkajian peristiwa itu secara filosofis.

Kenyataan tersebut dapat dilihat ketika manusia berada dalam era

mitologis sebagaimana pernyataan Effat Syarqawi di dalam buku filsafat

kebudayaan. Menurutnya, pada masa mitologis itu manusia memuja dewa-dewa,

kekuatan-kekuatan gaib, dan alam dalam upayanya menafsirkan secara teleologis

hubungan berbagai peristiwa. Selanjutnya, dengan perkembangan kemampuan

manusia untuk menguasai alam lewat penemuan-penemuan ilmiah, bergeraklah

penafsiran sejarah dari suatu kronik peristiwa-peristiwa ke metode sejarah

pragmatis.2

1 Effat Syarqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 112-113 2 Ibid., h. 113

Page 33: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

23

Sementara ahli yang pertama kali menggunakan istilah filsafat sejarah

adalah Voltaire.3 Mula-mula Voltaire menggunakannya dalam kata pengantar

karyanya yang berjudul Essay sur les moere et l’espirit des nations. Kata

pengantar buku itu sendiri berjudul Philosophie de l’historie, yang berarti filsafat

sejarah. Buku tersebut merupakan kumpulan artikel yang ditulis Voltaire dalam

rentang tahun 1753-1758 M. Sejak saat itu, tepatnya istilah filsafat sejarah

digunakan Voltaire pada tahun 1756 M, istilah filsafat sejarah mulai dikenal di

kalangan pemikir dan intelektual.4

B. Pengetian Sejarah dan Filsafat Sejarah

Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” berarti pohon. Kata ini

memberikan gambaran mengenai pengertian ilmu sejarah secara analogis karena

memberikan persepsi tentang pertumbuhan peradaban manusia yang mirip dengan

“pohon” tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon rindang dan

berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran atau pesan-

pesan sejarah di dalamnya diperlukan kemampuan untuk menarik pesan-pesan

yang tersirat sebagai ibarat atau ibrah di dalamnya.5 Sedangkan menurut

Kuntowijoyo, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Tetapi jangan dibayangkan

sebagai membangun masa lalu untuk kepentingan masa lalu sendiri, itu

antikuarianisme dan bukan sejarah. Dengan bahasa sederhana, ia mengibaratkan

3 Francois Marie Arout Voltaire lahir di Paris pada 21 November 1694 dan meninggal 30

Mei 1778. Ia seorang filosof dan pujangga (literary)tersohor dan sangat berpengaruh dalam masa pencerahan (enlightenment) di Perancis pada abad ke-18 M. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1980), h. 57

4 Robin George Collingwood, The Idea of History, (London, New York: Oxford University Press, 1976), h. 1-2

5Ahmah Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah (Bandung: Mizan, 1995), h. 20

Page 34: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

24

dengan bermain-main batang korek yang terserak-serak tidak jelas, kemudian

menyusunnya jadi petak-petakan, orang-orangan, rumah-rumahan, dan

sebagainya. Ada definisi sejarah yang tautologis yang mengatakan bahwa sejarah

ialah apa yang dikerjakan sejarawan. Tautologi ini menegaskan bahwa sejarawan

mempunyai kebebasan dalam rekonstruksi. Yang mengikat sejarawan adalah

hanyalah “batang korek” yang berupa fakta sejarah. Jadi yang direkonstruksi

sejarah ialah apa yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan

dialami oleh orang. Sejarawan dapat menulis apa saja, asalkan memenuhi syarat

untuk disebut sejarah.6

Pendapat lain dikatakan oleh Louis Gottschalk, kata Inggris history

(sejarah) berasal dari kata benda Yunani istoria, yang berarti ilmu. Dalam

penggunaannya oleh filsuf Yunani Aristoteles, istoria berarti suatu penelaahan

sistematis mengenai perangkat gejala alam, entah susunan kronologis merupakan

suatu faktor atau tidak di dalam penelaahan; penggunaan itu, meskipun jarang,

masih tetap hidup di dalam bahasa Inggris pada sebutan natural history. Akan

tetapi dalam perkembangan zaman, kata Latin yang sama artinya yakni scientia

lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan penelaahan sistematis non-

kronologis mengenai gejala alam; sedangkan kata istoria biasanya diperuntukkan

bagi penelaahan mengenai gejala-gejala, terutama hal ihwal manusia dalam urutan

kronologis.

Menurut definisi yang paling umum, kata history kini berarti “masa

lampau umat manusia”. Bandingkan dengan kata Jerman untuk sejarah, yakni

6 Prof.Dr. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995),

h. 17

Page 35: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

25

Geischicte, yang berasal dari kata geschelen yang berarti terjadi. Geischicte

adalah sesuatu yang telah terjadi. Arti ini acapkali dijumpai dalam ucapan-ucapan

yang terlalu sering dipakai seperti “semua sejarah mengakarkan sesuatu” atau

“pelajaran-pelajaran sejarah”.7

Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian filsafat

sejarah. Filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah yang

berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai

semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan berabad-

abad sebelumnya. Kedua, sejarah bertujuan untuk menguji serta menghargai

metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya.

Dalam kajian-kajian modern, filsafat sejarah menjadi suatu tema yang

mengandung dua segi berbeda dari kajian tentang sejarah. Segi yang pertama

berkenaan dengan kajian metodelogi penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis.

Ringkasnya, dalam segi ini terkandung pengujian kritis atas metode sejarawan.

Pengujian yang kritis ini termasuk dalam bidang kegiatan analitis dari filsafat,

yakni kegiatan yang mewarnai pemikiran filosofis pada zaman modern dengan

cara khususnya, di mana si pemikir menaruh perhatian untuk menganalisis apa

yang bisa disebut dengan sarana-sarana intelektual manusia. Ia mempelajari tabiat

pemikiran, hukum-hukum logika, keserasian, dan hubungan antara pikiran-pikiran

manusia dengan kenyataan, tabiat, realitas, dan kelayakan metode yang

dipergunakan dalam mengantarkan pada pengetahuan yang benar.

7 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI

Press, 1985), h. 27

Page 36: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

26

Dari segi yang lain, filsafat sejarah berupaya menemukan komposisi setiap

ilmu pengetahuan dan pengalaman umum manusia. Di sini, perhatian lebih

diarahkan pada kesimpulan dan bukannya pada penelitian tentang metode atau

sarana-sarana yang digunakan seperti yang digunakan dalam metode analitis

filsafat. Dalam kegiatan konstruktif, filosof sejarah bisa mencari pendapat yang

paling komprehensif yang bisa menjelaskan tentang makna hidup dan tujuannya.8

C. Filsafat Sejarah Dalam Islam

Di dalam Islam, terdapat beberapa pemikir yang menguasai bidang

filsafat sejarah yang tidak asing lagi baik di Timur maupun di Barat. Misalnya,

Ibn Khaldûn yang dianggap sebagai representasi periode Klasik. Selanjutnya yaitu

beberapa tokoh pemikir Muslim Modern, seperti Malik Bin Nabi, Murtadhâ

Muththahharȋ, Fazlur Rahman, Ali Syari’ati, dan Abdul Hamid Siddiqi. Untuk

melihat bagaimana perkembangan pemikiran kesejarahan-filsafat sejarah dalam

Islam, sebagai alternatif untuk kelengkapan tinjauan ini, penulis akan mengulas

sejumlah pemikiran tokoh di bidang filsafat sejarah, yaitu Ibn Khaldun sebagai

representasi dari masa klasik dan Ali Syariati sebagai representasi masa modern.

8 Syarqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, h. 114-115

Page 37: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

27

1. Konsep Filsafat Sejarah Ibn Khaldûn9

Menurut Khaldûn, masyarakat adalah makhluk historis yang hidup dan

berkembang sesuai dengan hukum-hukum yang khusus berkenaan dengannya.

Hukum-hukum tersebut dapat diamati dan dibatasi lewat pengkajian terhadap

sejumlah fenomena sosial. Menurutnya, ashhâbiyah merupakan asas berdirinya

suatu negara dan faktor ekonomis adalah faktor terpenting yang menyebabkan

terjadinya perkembangan masyarakat.10

Ibnu Khaldûn terkenal sebagai perintis dan pelopor The Culture Cycle

Theory of History, yaitu satu teori filsafat sejarah yang telah mendapat pengakuan

di dunia Timur dan Barat tentang kematangannya. Dalam teori tersebut, Khaldûn

berpendapat bahwa sejarah dunia itu adalah siklus dari setiap kebudayaan dan

peradaban. Ia mengalami masa lahirnya, masa naik (masa berkembang), masa

puncaknya, kemudian masa menurun dan akhirnya masa lenyap atau hancur.

Khaldûn mengistilahkan siklus itu dengan “tiga tangga peradaban”. Sekadar

9 Abû Zaid ‘Abd Al-Rahmân ibn Khaldûn Al-Hadramȋ lahir di Tunis pada 732 H/1332 M dan meninggal di Kairo pada 808 H/1406 M, setelah lima tahun sebelumnya bertemu dengan Tȋmûr Lenk di luar tembok Kota Damaskus. Selama hidupnya, ia kerap disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan diplomatik da politik, Ibn Khaldûn banyak menggunakan waktunya untuk belajar, mengajar, dan menulis. Secara umum dapat dikatakan bahwa ia tak henti-hentinya berusaha memuaskan dua kebutuhan dasarnya: pertama tindakan politik dan kedua pengetahuan ilmiah. Sementara ia gagal dalam mencapai tujuan pertama demi kepuasan, ia berhasil meraih yang kedua –meskipun relatif terlambat dalam hidupnya. Salah satu karya besarnya adalah Muqaddimah, dalam karya tersebut, Ibn Khaldûn merumuskan sebuah filsafat sejarah yang tak pelak lagi merupakan karya terbesar dari jenisnya yang pernah disusun oleh seorang tokoh dalam sejarah. Objek khususnya sendiri yaitu peradaban manusia dan organisasi sosial. Sejarahnya juga mempunyai masalah-masalah khas sendiri –yaitu menjelaskan kondisi-kondisi berkaitan yang berkaitan satu sama lain dengan esensi peradaban. Perhatian khusus diberikan pada interaksi antara faktor alami dan faktor non-fisik yang mendasari budaya manusia yang berpusat pada kekuasaan negara. Dalam Muqaddimah, ia juga menyelidiki fenomena manusia dan institusi sosial yang bertumpu pada kerajinan, sains, dan penyebarannya. Daya dorong di balik proses historis itu, menurutnya, berada dalam ashhâbiyah. “Semangat kelompok” ini menimbulkan tindakan politik yang mengarah pada perebutan terhadap alat-alat negara. Abderrahmane Lakhsassi, “Ibn Khaldûn,” dalam Seyyed Hossein Nasr, Oliver Leaman, ed., Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (Buku Pertama). Penerjemah Tim Penerjemah Mizan (Bandung: Mizan, 2003), h. 446

10 Dr. Zainab al-Khudhariri, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’ Utsmani (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987), h. 62

Page 38: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

28

ilustrasi, Khaldûn menegaskan bahwa kesatuan suku Badui dapat mengantarkan

pada terbentuknya suatu negara; dan cara hidup yang berpindah-pindah akan

menghasilkan kejayaan dan berakhir pada kehancuran.

Di samping itu, Ibnu Khaldûn berafiliasi dengan beberapa aliran filsafat

sejarah. Pertama, ia berafiliasi dengan aliran sejarah sosial yang berpendapat

bahwa fenomena-fenomena sosial dapat diinterpretasikan, dan teori-teorinya dapat

diikhtisarkan dari fakta-fakta sejarah. Tokoh-tokoh aliran ini pada zaman modern

di antaranya ialah Jean Bodin dan Vico. Kedua, ia dapat dipandang berafiliasi

dengan aliran ekonomi, yang menginterpretasikan sejarah secara materialistis dan

menguraikan fenomena-fenomena sosial secara ekonomis serta merujukkan

perubahan dalam masyarakat dan fenomena-fenomena pada faktor-faktor

ekonomis. Tokoh yang terkenal dengan aliran ini ialah Karl Marx. Meski dari

aspek ini ia dapat dipandang sebagai seorang penyeru aliran tersebut, namun ia

tidak meninjau fenomena-fenomena sosial dan perubahan historis hanya dari

aspek ekonomis saja. Ia juga meninjau dari sudut faktor-faktor lainnya dan lebih

menekankan faktor-faktor lain. Ketiga, ia juga dipandang berafiliasi pada aliran

geografis yang memandang manusia sebagai putra alam lingkungan dan kondisi-

kondisi alam di sekitarnya. Menurut pendapat yang terakhir ini lingkungan

alamlah yang membentuk masyarakat-masyarakat dan kebiasaan-kebiasaannya.

Namun pandangan ini belakangan tidak lagi diterima, sebab kini terbukti bahwa

Page 39: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

29

selain dipengaruhi lingkungan, manusia juga mempengaruhi lingkungan. Jadi

antara keduanya terjadi interaksi yang saling mempengaruhi.11

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan sejarah dan

perkembangannya

Perkembangan menurut Ibn Khaldûn tidaklah berupa lingkaran dan

garis yang lurus, melainkan berbentuk spiral. Sebagai contoh, adalah

perkembangan negara. Negara mana pun, setiap kali mencapai puncak

kejayaan dan kebudayaannya, akan memasuki masa senja dan mulai

mengalami keruntuhan untuk digantikan negara baru. Negara baru ini tidak

bermula dari nol, tetapi mengambil peninggalan negara lama,

melengkapinya, menciptakan kebudayaan yang lebih maju yang berbeda

dari kebudayaan negara sebelumnya, meski perbedaan ini tidak nampak

sehingga sulit diamati. Namun dengan berulangkalinya daur ini

berlangsung, perbedaan tersebut akan tampak makin jelas bilamana mereka

memerintah suatu negara dan pemerintahan maka tidak boleh tidak mereka

akan menggunakan tradisi orang-orang sebelum mereka. Mereka akan

banyak menimba dari tradisi itu dan mereka tidak akan melupakan tradisi

generasi mereka. Meski demikian ada perbedaan antara tradisi negara ini

dengan tradisi generasi sebelumnya. Kemudian apabila muncul lagi negara

lain setelah mereka, tradisinya pun bercampur dengan tradisi mereka dan

sebagian tradisi bertentangan dengan tradisi mereka. Perbedaan tradisi

negara yang terakhir ini semakin berbeda dari tradisi generasi pertama.

11 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’ Utsmani, h. 63

Page 40: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

30

Dengan berlalunya waktu, sedikit demi sedikit terjadi perubahan dan

akhirnya berkesudahan dengan perbedaan secara total.12

Menurut Khaldûn, ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi

dan mengendalikan perkembangan perjalanan sejarah dari waktu ke waktu.

Ketiganya yaitu:

1) Faktor Ekonomi

Dalam pandangan Ibnu Khaldûn sebagaimana yang dikutip oleh

Zainab al-Khudairi dalam buku Filsafat Sejarah Ibnu Khaldûn, banyak

orang-orang kota yang tenggelam dalam kemewahan, mencari

kesenangan dan keduniaan, bebas melabuhkan hawa nafsunya, sehingga

jiwa mereka berlumur dengan kejahatan dan jauh dari jalan kebaikan.

Adapun orang-orang desa, sekalipun juga menyukai kehidupan duniawi,

terpaksa membatasi dirinya pada hal-hal yang sangat perlu saja. Mereka

tidak berusaha memperturutkan keinginannya untuk bermewah-mewah

dan bersuka ria. Adat kebiasaan dan perbuatan mereka bersahaja, karena

itu mereka tidak begitu menjadi sasaran aib perbuatan jahat dan durhaka

dibanding dengan orang-orang kota.13

Sementara dalam membicarakan sifat-sifat keberanian orang-orang

desa yang tidak kita temukan lagi pada orang-orang kota. Menurut Ibn

Khaldûn, karena orang kota sudah terbiasa hidup senang, aman, dan

tenteram, menyerahkan tugas mempertahankan jiwa dan harta kekayaan

12 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’ Utsmani, h. 81 13 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani, h. 86

Page 41: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

31

mereka kepada penguasa dan tentara. Dikelilingi tembok yang tebal-

tebal, dilindungi berbagai macam pertahanan, maka mereka hidup aman

dan lupa mempergunakan senjata.

Orang-orang desa memiliki keistimewaan yakni kesederhanaan dan

keberanian. Oleh karena itu mereka tahu bagaimana mempertahankan

diri dari setiap serangan, masyarakat mereka benar-benar mandiri dan

tidak menerima tekanan apapun. Mereka bekerja hanya untuk memenuhi

kebutuhan sendiri, cenderung pada kebajikan, cinta pada keutamaan, dan

benci pada kejahatan dan perbuatan yang hina.14

Sedangkan masyarakat kota, yang asalnya juga dari desa dan

kemudian menjadi penduduk kota akibat perkembangan bentuk dan pola

kehidupan mereka, watak kehidupan kota telah memaksa mereka

mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan tuntutan-tuntutan baru, di mana

pada masyarakat desa hal ini bisa diabaikan. Kemewahan pun

menyelundup dalam kehidupan dan adat istiadat mereka dari segala arah,

dan karena tenggelam dalam kenikmatan hidup dan kemalasan, nilai-nilai

pun mulai pudar. Semuanya ini membuat melemahnya kegiatan ekonomi,

sebab mayoritas penduduk dalam keadaan menganggur. Sesuai dengan

karakter mereka, kini mereka kehilangan keberaniaan dan keperkasaan.

Oleh karena itu mereka pun membutuhkan perlindungan, suatu hal yang

mendorong perlu adanya negara.15

14 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani, h. 86 15 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani, h. 87

Page 42: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

32

Dari keterangan di atas, tampak bahwa Ibn Khaldûn

mengkonsepsikan, faktor ekonomi sebagai salah satu yang terpenting

dalam mengendalikan kehidupan sosial, organisasi politik, moral

masyarakat, dan pikiran mereka. Faktor ekonomi dipandang sebagai

faktor terpenting dan utama, tetapi bukanlah faktor satu-satunya.

Menurutnya, masih ada faktor lain, yaitu faktor lingkungan, geografis,

dan iklim serta faktor agama.

2) Faktor Geografis, Lingkungan, dan Iklim.

Menurut Ibn Khaldûn, lingkungan fisik besar dampaknya terhadap

masyarakat manusia, sebab sampai ke batas tertentu watak masyarakat

dipengaruhi bumi, posisinya, peringkat kesuburannya, jenis hasil bumi

yang dihasilkannya, dan bahan-bahan mentah yang dimilikinya. Ini

berarti alam membatasi kegiatan manusia dan menciptakan batas-batas

apa-apa yang ia lakukan. Selain itu alam juga mempengaruhi sifat-sfiat

fisik dan psikis manusia, dan malah juga mempengaruhi kehidupan

kulturalnya.16

Ibnu Khaldûn membagi bumi menjadi tujuh bagian. Sebagian,

yakni bagian ketiga, keempat, dan kelima, berhawa sedang. Sebagian

yang lain, yakni bagian pertama dan ketujuh, sangat panas. Menurut Ibn

Khaldûn, kawasan-kawasan yang beriklim sedang adalah tempat-tempat

maraknya kebudayaan. Sedang kawasan-kawasan yang sangat dingin dan

panas tidak mungkin menyajikan suatu kebudayaan dengan peringkat

16 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h. 89

Page 43: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

33

yang sama dengan kebudayaan kawasan-kawasan beriklim sedang.

Pendapat Ibn Khaldûn inilah sebabnya kita dapati ilmu pengetahuan,

industri, bangunan-bangunan, pakaian, makanan, dan buah-buahan,

bahkan hewan-hewan dan segala apa yang hidup di tiga kawasan sedang

ini, memiliki ciri-ciri sedang dan sederhana. Manusia-manusia yang

mendiami kawasan-kawasan tersebut sedang pula postur tubuhnya,

warna kulitnya, sopan santunnya, dan juga agamanya.17 Sebagian besar

nabi-nabi diturunkan di kawasan-kawasan utara dan selatan. Karena pada

nabi dan utusan Allah hanya diutus kepada ummat manusia yang paling

sempurna, baik tubuh maupun pikirannya, yaitu umat yang lebih bisa

menerima ajaran-ajaran yang dibawa.

Adapun penduduk kawasan-kawasan yang jauh di ujung, seperti

penduduk kawasan kesatu, kedua, keenam, dan ketujuh, adalah jauh

dalam segala hal. Tempat kediaman mereka terbuat dari tanah liat atau

seperti bambu. Makanan mereka terdiri dari jawawut dan buah-buahan

liar. Pakaian mereka dari daun-daunan atau kulit. Sebagian mereka

malahan pergi ke sana ke mari tanpa busana. Buah-buahan dan hasil

utama tanah mereka adalah aneh dan jauh dari memadai. Mereka

mempergunakan tembaga, besi, atau kulit sebagai ganti emas atau perak,

untuk alat jual-beli. Watak mereka sangat dekat dengan watak binatang

buas. Pada umumnya mereka sama sekali tidak mengetahui kenabian dan

tidak mengikuti sedikitpun hukum-hukum agama, kecuali sebagian kecil

17 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, h. 13

Page 44: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

34

dari mereka yag hidup berbatasan dengan kawasan-kawasan yang

beriklim sedang.18

Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa Ibn Khaldûn

mengasumsikan bahwa iklim, lingkungan, dam geografis, ikut membawa

dampak terhadap tubuh, moral, akal pikiran, kegiatan, dan kebudayaan

manusia. Oleh karenanya, berdasarkan pendapat ini, dapat dipastikan,

bahwa iklim, lingkungan, dan geografis merupakan salah satu faktor lain

yang ikut mempengaruhi dan mengendalikan laju sejarah manusia.

3) Faktor Agama

Menurut Ibn Khaldûn hubungan antara Allah dan alam manusia

tampak pada setiap ruang dan waktu. Menurutnya, Allah menjadikan

segala sesuatu yang ada dalam alam untuk manusia dan sebagai anugerah

kepadanya. Dalam berbagai ayat al-Qur’an Allah menyatakan bahwa Dia

menjadikan segala yang ada di antara langit dan bumi bagi manusia dan

menundukkan laut dan segala hewan baginya pula. Kekuasaan manusia

terentang di atas seluruh alam dengan segala isinya sehingga Allah

menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya.19

Khaldûn juga mengatakan kehidupan sosial mungkin berlangsung

tanpa agama, dan politik dapat tegak tanpa aturan agama. Namun agama-

agamalah yang mendorong perkembangan ke depan dan menjadikan

kehidupan sosial lebih utama. Sebab semangat agama dapat meredakan

18 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, h. 13. Lihat. Ibn Khaldun,

Muqaddimah. Penerjemah Ahmadi Thaha (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 83-106 19 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h. 97

Page 45: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

35

pertentangan dan iri hari yang dirasakan oleh salah satu anggota dari

golongan itu terhadap anggota lainnya dan menuntun mereka ke arah

kebenaran. Jika sekali perhatian mereka telah terpusat pada kebenaran

maka tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi mereka. Sebab

pandangan mereka adalah sama dan tujuan yang mereka kejar pun serupa

dan satu, sehingga membuat mereka bersedia berjuang sampai mati.

Inilah yang terjadi pada bangsa Arab sewaktu penaklukan Islam yang

mula-mula. Sebab tentara Islam dalam perang Yarmuk dan Qadisiah

berjumlah kurang dari 30.000 orang, padahal tentara Persia di Qadisiah

berjumlah 120.000 orang, sedangkan tentara Heraclitus terdiri dari

400.000 orang. Meskipun demikian kedua lawan itu tidak sanggup

berhadapan dengan tentara Arab dan kedua-duanya dikalahkan.20

Penuturan di atas membuktikan bahwasanya agama sangat

memberikan peran dalam jalannya perkembangan sejarah.

b. Hukum-Hukum Determinisme Sejarah

Determinisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi karena

suatu kausa atau berbagai kausa, dan semuanya itu tidak mungkin terjadi

dalam bentuk yang berbeda, kecuali apabila terjadi perbedaan di dalam

kausa-kausanya. Menurut Ibn Khaldûn, ada tiga hukum determinisme

sejarah yaitu, pertama, hukum kausalitas, Ibn Khaldun menerapkan dan

menjadikan hukum ini sebagai salah satu di antara dua prinsip sejarah –

filsafat sejarah. Ia meyakini adanya hubungan kausalitas antara kenyataan-

20 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h. 99. Lihat. Ibn Khaldun, Muqaddimah.Penerjemah Ahmadi Thaha, h. 192-197

Page 46: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

36

kenyataan dan fenomena-fenomena. Ia berasumsi bahwa semua realitas di

alam ini, dapat dicari hukum kausalitasnya.

Apa saja yang ada di dunia yang diciptakan ini, baik berupa benda

maupun perbuatan (dari manusia atau binatang) menunjukkan terdapatnya

sebab-sebab yang membawa semua itu kepada perwujudannya. Dan

sebaliknya masing-masing dari sebab-sebab ini adalah suatu kejadian yang

menunjukkan adanya sebab-sebab yang mendahuluinya. Karena itu susunan

sebab-sebab itu akan terus meningkat hingga sampai kepada sebab (yang

sebenarnya) dari segala sebab. Yang mengadakan dan menciptakan semua

ini –segala puji bagi-Nya yang tidak ada Tuhan melainkan Dia. Peningkatan

sebab-sebab itu akan semakin meluas sehingga akal tidak mampu

memahaminya. 21

Ada beberapa pengecualian dalam hukum kausalitas yang diyakini Ibn

Khaldûn. Pengecualian-pengecualian itu berbentuk dampak hal luar biasa

yang berbentuk mukjizat-mukjizat para nabi dan karamah-karamah para

wali: “Ketahuilah sesungguhnya Allah SWT memilih di antara manusia

sejumlah pribadi yang diberi kelebihan dengan diturunkannya firman-Nya

kepada mereka dan diciptakan dengan pengetahuan-Nya.” Mereka dijadikan

sebagai perantara antara Ia dengan hamba-hamba-Nya. Di antara yang

dikaruniakan kepada mereka ialah pengetahuan-pengetahuan seperti hal-hal

biasa lewat ucapan-ucapan mereka dan berita-berita tentang hal-hal ghaib

21 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h. 111

Page 47: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

37

yang tidak diketahui manusia dan tidak dapat mereka ketahui kecuali dari

Allah.22

Kedua, Hukum peniruan. Peniruan menurut Ibn Khaldûn, merupakan

suatu hukum yang umum. Peniruan ini mendorong gerak perkembangan ke

depan, sebab kadang-kadang peniruan merupakan peniruan terhadap hal

yang lebih baik. Si peniru sendiri selalu melengkapi apa yang ditirunya

dengan apa yang ia miliki, sehingga dengan ini terciptalah sesuatu yang

baru.23

Ketiga, Hukum perbedaan, perbedaan antara satu masyarakat dengan

masyarakat lainnya timbul dari upaya penyerupaan dan peniruan. Keadaan

yang demikian ini juga berlaku pada negara, di mana negara yang muncul

belakangan, akan berupaya meniru negara sebelumnya. Hal ini tidak akan

terjadi kecuali jika terdapat suatu landasan yang membedakan antara

keduanya, sementara upaya-upaya penyerupaan yang terus menerus pada

akhirnya akan membuat terjadinya perbedaan secara total. Ini karena si

peniru hanya mengambil apa yang ia kagumi dan kemudian melengkapinya,

sehingga timbul jalinan baru yang agak berbeda dari apa yang ia tiru.

Kemudian muncul peniru lainnya yang pada gilirannya perbedaan antara

yang pertama dan yang ketiga pun semakin besar. Dari sini tampak jelas

bahwa antara hukum peniruan dan hukum perbedaan terjalin suatu

hubungan dialektis. Sebab, perbedaan akan mendorong pada upaya untuk

22 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h. 111-112 23 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h.114

Page 48: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

38

meniru dan dengan berulang kalinya peniruan akan membuat terjadinya

perubahan. Ibnu Khaldûn lebih jauh menghubungkan, bahwa perbedaan-

perbedaan yang semakin membesar tersebut terjadi karena faktor geografis,

fisik, ekonomi, politik, adat istiadat, tradisi, dan agama. Dari itu jelaslah

bahwa pendapat Ibn Khaldun tentang determinisme sejarah berjalin kuat

dengan faktor yang mengendalikan dan mempengaruhi perjalanan sejarah,

sebagaimana penulis jelaskan di atas.24

24 Dr. Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Penerjemah Ahmad Rofi’

Utsmani h. 115-116

Page 49: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

39

2. Pemikiran Sejarah ′Alȋ Syarȋ′ati25

′Alȋ Syarȋ′ati berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dan

sekaligus keterpaksaan. Dia dapat berbuat semaunya dan pada saat yang

bersamaan tunduk pada determinisme. Kerangka determinisme ini merupakan

hukum umum yang mengatur proses perkembangan sosial dan sejarah, yang

menurut Hegel, cenderung ke arah pertentangan progresif sesuatu yang mutlak

atau ideal. Hal ini kemudian disebut Syarȋ′ati sebagai“gerak maju sejarah menuju

terwujudnya kesadaran akan Allah pada manusia.” Karena manusia sebagai

makhluk, merupakan manifestasi kehendak Allah, yaitu kehendak pada serba

kesadaran akan yang mutlak (Khalik). Di sisi lain, manusia di muka bumi ini

sebagai khalifah-Nya. Oleh karenanya sejarah tidak mungkin terjadi secara

kebetulan, peristiwa terjadi tanpa campur tangan Tuhan, tanpa tujuan, tanpa

25 Satu revolusi yang dicatat oleh beberapa sarjana tingkat dunia sebagai revolusi yang

paling spektakuler sepanjang sejarah dunia adalah revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Imam Khomeini di Iran. Namun di balik gemuruh revolusi Islam itu juga tak dapat diabaikan peran besar salah satu aktor intelektual utamanya: Dr. ′Alȋ Syarȋ′ati. Ia dilahirkan pada 1933 di Mazinan, Pinggiran kota Sabzevar, Iran. Dan meninggal pada 16 Mei 1977 di Inggris. Ayahnya seorang orator nasionalis progresif yang kelak ikut serta dalam gerakan-gerakan politik anaknya. Syarȋ′ati dianggap sebagai salah satu pemimpin filosofis paling berpengaruh dari Iran di masa pra-revolusi Islam. Pengaruh dan popularitas pemikirannya terus dirasakan di seluruh masyarakat Iran bertahun-tahun kemudian. Dr. ′Alȋ Syarȋ′ati mempelajari dan menghayati banyak mazhab pemikiran filsafat, teologi, sosiologi dengan satu sudut pandang Islami. Sebagian orang menyebutkan bahwa dia adalah Muslim Muhajir (yang berhijrah) yang muncul dari kedalaman samudra misitisisme (tasawuf) timur, lalu mendaki ketinggian pesona gunung sains sosial Barat. Namun tidak sampai terperangkap pesona itu, lalu dia kembali ke tengah-tengah kita dengan semua permata yang didapat dari perjalanannya. Dr. ′Alȋ Syarȋ′ati juga bukan seorang fanatik reaksioner yang melawan apapun yang baru tanpa suatu ilmu pengetahuan; dia juga bukanlah seorang “intelektual terbaratkan” yang meniru segala dari Barat tanpa pertimbangan yang indipenden. Untuk memperjuangkan ideologinya Dr. ′Alȋ Syarȋ′ati menulis banyak buku. Dalam semua tulisannya, dia berusaha menyajikan gambaran yang jernih dan asli tentang Islam. Dia sangat percaya bahwa kaum intelektual dan generasi muda dapat dengan sukses merealisasikan kebenaran keimanannya dan berupaya melakukan perubahan sosial dengan sukses. Di antara karya-karyanya yaitu Haji, Islamologi, Refleksi Seorang Muslim yang Prihatin terhadap Penderitaan Rakyat Tertindas dan banyak lagi karya-karyanya yang sampai saat ini masih diulas dan dikaji oleh banyak kalangan. Ali Rahnema, ′Alȋ Syarȋ′ati: Guru, Penceramah, Pemberontak,” dalam Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam. Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1995), h.205-222

Page 50: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

40

maksud dan makna. Akan tetapi sejarah berawal dari titik tertentu dan harus

berakhir pada titik tertentu, dengan tujuan dan arah tertentu pula.26

Para penulis dan penulis Barat Modern seringkali menoleh pada mitologi

Yunani dalam usaha menemukan lebih jauh berbagai makna yang lebih jelas

dalam kaitannya dengan sejarah manusia. Mitos dewa-dewa Olympus, Jupiter,

Promotheus, Sisypus, Atlantus, Apollo, dan lain sebagainya penuh dengan

simbol-simbol dan renungan-renungan mendalam tentang sejarah manusia di

masa lalu yang jauh. Menurut Syarȋ′ati, dalam kitab suci Islam juga terdapat

berbagai cerita dan legenda serupa yang sarat dan kaya raya dengan idea-idea dan

simbol-simbol mendalam. Cerita tentang Qabil dan Habil yang diceritakan dalam

Qur’an merupakan salah satu cerita yang sangat dalam maknanya dalam

hubungan arti sejarah. Jika ditafsirkan secara simbolis cerita-cerita tersebut dapat

menguak makna yang sangat dalam di dalam sejarah.27

Qabil dan Habil adalah anak-anak Adam. Menurut Syarȋ′ati, apa yang

terjadi di antara keduanya merupakan suatu cerita penting yang mengandung arti

simbolik mendalam tentang awal sejarah manusia. Sumber konflik di antara Qabil

dan Habil adalah sebagai berikut : mereka telah dipertunangkan dengan saudara

perempuan mereka masing-masing. Tetapi Qabil tidak puas, ia lebih memilih

saudara perempuan yang telah diperuntukkan bagi Habil, daripada tunangannya

sendiri. Ketidakpuasannya berubah menjadi pemberontakan, dan ia menemukan

dirinya telah melanggar apa yang menjadi milik saudaranya. Seperti itulah

26 Ali Rahnema, “Ali Syari’ati: Guru, Penceramah, Pemberontak,” dalam Ali Rahnema,

ed., Para Perintis Zaman Baru Islam. Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1995), h. 227 27 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim. Penerjemah Dr.M. Amien Rais,

(Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1982), h. 38

Page 51: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

41

dimulainya perang pertama antara kedua manusia itu. Dan demikianlah sejarah

manusia dimulai di muka bumi ini. Bila Adam merepresentasika jenis manusia

pertama, maka Qabil dan Habil mensimbolisasi permulaan sejarah manusia.28

Mula-mula terjadilah suatu perdebatan dan perdebatan itu dihadapkan pada

Adam. Adam mendengarkan tuntutan masing-masing dan kemudian mengusulkan

agar mereka mempersembahkan pengorbanan. Barang siapa diterima

pengorbanannya akan mendapatkan saudara perempuan yang diperebutkan dan

yang kalah harus menerima hasilnya. Kedua belah pihak menyetujui syarat-syarat

yang diusulkan Adam. Habil mempersembahkan seekor onta muda yang gemuk,

hewan terbaik di antara ternaknya, yang sudah tentu diterima. Sedangkan Qabil

membawa seonggok gandum yang telah layu, sakit, dan tanpa isi, sebagai

pengorbanan di hadapan Tuhan. Tentu saja pengorbanan itu tidak diterima. Qabil

menemukan kegagalan lain ketika menyadari bahwa pengorbanannya tidak

diterima. Oleh karena itu ia menjadi penasaran dan semakin tidak puas, yang

mendorongnya semakin bertindak secara agresif sehingga ia memutuskan

membunuh saudaranya. Dan hal ini merupakan pertumpahan darah pertama dalam

sejarah manusia yang pertama, pembunuhan pertama yang dilakukan oleh saudara

atas saudaranya sendiri.29

Cerita tentang Qabil dan Habil menunjukkan bagaimana persatuan

kemanusiaan yang berasal dari orang tua yang sama berubah menjadi konflik dan

pertentangan abadi. Cinta sesama saudara berubah menjadi permusuhan,

persatuan menjadi perpecahan. Demikianlah halaman pertama sejarah dinodai

28 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim. h. 39 29 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim. h. 40

Page 52: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

42

dengan pembunuhan yang berlanjut pertentangan, perang, kejahatan, segregasi,

dan fragmentasi sosial antara keturunan-keturunan Adam secara susul-menyusul.

Pertanyaannya kemudian, apakah sebab dari tindakan kekerasan yang pertama

ini?

Orang tidak dapat mengatakan bahwa lingkungan Qabil, keluarganya,

pendidikannya, dan masyarakatnya berbeda dari Habil. Namun perbedaan apakah

yang mengubah Qabil menjadi seorang pembunuh dan Habil menjadi seorang

yang saleh dan cinta damai? Perbedaan ini terletak pada pekerjaan mereka,

persembahan Qabil yang berupa seonggok gandum menunjukkan bahwa ia

seorang petani. Sedangkan persembahan Habil yang berupa seekor onta

menunjukkan bahwa ia seorang penggembala. Habil nampaknya mewakili tahap

sejarah eksistensi manusia tergantung pada alam, berburu, mencari ikan dan

menjinakkan binatang-binatang buas. Sebaliknya Qabil mewakili zaman

pemilikan pribadi dan tahap pertanian ketika sumber-sumber produksi dimonopoli

oleh sebuah kelas penguasa. Juga pada zaman monopolisme inilah perjuangan

untuk merebut kekuasaan sosial, ekonomik, dan kultural mulai mempengaruhi

masyarakat manusia. Sebagaimana kita ketahui, zaman pertama kehidupan

manusia di muka bumi adalah zaman pastoralisme (penggembalaan), zaman

berburu dan mencari ikan. Pada zaman ini tidak ada sesuatupun yang dimiliki

secara pribadi atau dimonopoli, oleh karena sumber-sumber produksi melimpah

terdapat di lautan, sungai-sungai, hutan, dan padang belantara. Alam merupakan

suatu pasar terbuka, penuh dengan berbagai karunia dan kekayaan yang tersedia

bagi semua orang untuk menikmatinya. Ini adalah zaman Habil dalam sejarah

Page 53: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

43

ketika seluruh manusia secara bebas dapat menjangkau seluruh sumber-sumber

alam. Ketamakan, monopolisme, pemilikian pribadi, dan keakuan masih belum

terdapat dalam masyarakat manusia. Sebaliknya, Qabil mewakili periode sejarah

di mana alam, tanah Tuhan, dimiliki dan dinamakan dengan nama pemiliknya.

Dalam rangka menambah milik pribadinya, manusia kemudian memperlemah dan

merampas manusia-manusia lain sehingga mereka dapat dijadikan hamba dan

budaknya. Karena manusia ingin memiliki alam, masyarakat manusia terbagi

menjadi dua, antara tuan dan budak, antara penguasa dan yang dikuasai, antara

penindas dan yang tertidas, antara pembunuh dan yang jadi korban.30

Dengan demikian menurut Syarȋ′ati, sangat jelas bahwa pembunuhan

pertama itu bersesuaian dengan zaman pemilikan pribadi dan monopolisme,

ketika persatuan kemanusiaan mengalami disintegrasi, dan ketika hubungan

persaudaraan merosot menjadi aksi-aksi pembunuhan. Dengan pembunuhan atas

Habil, sejarah berubah dari tahap persatuan ke tahap dualitas, dari tahap

kehidupan pastoral dan komunal ke arah kehidupan berdasarkan individualisme

dan monopolisme. Pada umumnya, dengan matinya Habil, sejarah mulai berubah

memasuki zaman Qabil –suatu periode yang mengakhiri kehidupan tanpa dosa

dan pastoralisme periode Habil. Sejak Qabil hidup sepeninggal Habil, kita sayang

sekali ditakdirkan menjadi anak-cucu Qabil.

Dengan berlangsungnya kehidupan Qabil, lebih lanjut Shariati

menjelaskan, maka tradisi Qabil terus berlangsung dan mulailah sebuah periode

sejarah di muka bumi, yang mempengaruhi masyarakat manusia dan kebudayaan

30 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim. Penerjemah Dr.M. Amien Rais, h. 41

Page 54: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

44

pada masa-masa mendatang. Namun Qabil lebih dari sekedar manusia. Ia adalah

agama yang tidak dimaksudkan untuk mengingkari Tuhan atau meragukan

eksistensi-Nya di jagat raya. Walaupun agama ini juga merupakan agama yang

dipeluk Adam, Qabil menggunakannya sedemikian rupa untuk membenarkan dan

mendukung kepentingan-kepentingan dan kebutuhannya. Demikianlah bermula

tradisi “Qabili” dalam permulaan agama Adam. Sebaliknya dalam kehidupan

Habil dan dalam tradisi Habil agama ini tetap terus menampilkan kebenaran dan

kebajikan-kebajikan manusia. Jadi selalu terdapat perjuangan terus-menerus

antara dua tradisi atau agama sepanjang zaman, dan masyarakat manusia hampir-

hampir mustahil tanpa dipengaruhi oleh konflik dualistik ini.31

Kehidupan era “Qabilian” ini adalah era kehidupan di mana manusia

bermusuhan dengan manusia, saudara membunuh saudara, kemanusiaan hidup

dalam masyarakat yang terbagi-bagi dan bermusuhan. Qabil dan kelasnya selalu

berusaha merampas massa agar dapat memperkuat kekuasaan dan memperkaya

elit yang sedang memerintah. Massa kemanusiaan yang luas dan banyak telah

ditindas dan diperbudak supaya anak-cucu Qabil dapat hidup dalam kenikmatan

berlebihan.

Akan tetapi Syarȋ′ati memiliki keyakinan, bahwa di kalangan umat

manusia akan muncul sebuah kesadaran baru tentang keesaan akan menunjukkan

komitmennya untuk memerangi kehidupan model Qabilian sehingga manusia

akan memperoleh kembali keesaannya yang orisinal. Kesadaran baru tersebut

mencurahkan dirinya untuk memulihkan kembali makna spiritual bagi alam,

31 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim. Penerjemah Dr.M. Amien Rais, h. 42

Page 55: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

45

untuk menolong manusia mencapai kesadaran keagamaannya, dan untuk

membangunkan manusia pada misinya sebagai wakil atau khalifah Tuhan di muka

bumi sebagai pembentuk nasibnya sendiri dan nasib seluruh umat manusia.

Pandangan hidup yang utuh berdasarkan keesaan pada hakekatnya bertentangan

dengan berbagai inkonsistensi dalam masyarakat, dalam umat manusia, dalam

dunia eksistensi, antara dunia fisis dan metafisis. Dalam kitab-kitab suci agama

monoteistik, manusia dan alam dilihat sebagai memiliki makna, tujuan, dan

kesadaran diri. Alam semesta tidak dituduh sebagai absurd, tanpa maksud, dan

bersikap tak acuh pada kebutuhan-kebutuhan spiritual manusia. Manusia dilihat

sebagai makhluk merdeka dan memiliki potensialitas tanpa batas. Nasibnya

ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Dalam

bahasa Qur’an, “tauhid” (keesaan) memberkati manusia dengan kebijakan dan

kebenaran.32

D. FILSAFAT SEJARAH DI BARAT

Sebagaimana penulis kemukakan di bab pertama, bahwa filsafat sejarah

di Barat mengalami perkembangan yang menakjubkan. Perkembangan tersebut

ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir besar di bidang ini. Antara lain, St.

Agustinus (1354-1430), terkenal dengan Paham Sejarah Teologis, August Comte

(1798-1854), dengan Filsafat Positivisme Hukum, Herbert Spencer (1820-1903),

dengan teori evolusi –di samping oyang dikembangkan oleh Darwin Oswald

Spengler (1880-1936), terkenal dengan teori Daur Kultur Sejarahnya yaitu masa

32 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim. Penerjemah Dr.M. Amien Rais, h. 59

Page 56: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

46

timbul, tumbuh, menua, dan hancur, G.W.F. Hegel (1770-1831), terkenal dengan

Filsafat Sejarah Spekulatif, Filsafat Sejarah Formal dan Material, Karl Marx

(1818-1883) dengan Materialisme Historisnya, dan Arnold J. Toynbee (1889-

1975) dengan teorinya tentang Tantangan dan Jawaban (Challenge and Response)

atau yang terkenal dengan Hukum Kebudayaan dan pada hakekatnya juga disebut

Hukum Sejarah.

Hanya saja pada pembahasan pemikiran filsafat sejarah di Barat ini,

penulis mewakilinya dengan menuliskan gagasan Karl Marx, karena ia dianggap

sebagai pelanjut dan penerus teori Hegel, yang di sana-sini telah dimodifikasi

secara signifikan. Di samping itu, di dalam skripsi ini, penulis memaparkan kritik

Muthahhari terhadap materialisme historis Karl Marx sehingga pembaca dapat

menelaah dengan seksama perdebatan dua pemikir tersebut mengenai filsafat

sejarah.

Sekitar abad ke delapan belas dan awal ke sembilan belas, Marx33

mendapatkan dirinya dalam lingkungan semangat Romantisisme34 yang

33 Karl Heinrich Marx, putera tertua dari pasangan Heinrich dan Henrietta Marx,

dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 di Trier, Rheinland Jerman. Dan meninggal pada tanggal 17 Maret 1883. Ia adalah pemikir abad ke sembilan belas yang memiliki pengaruh langsung, permanen dan kuat terhadap umat manusia. Baik selama hidup maupun setelah kematiannya, dia membuktikan kekuatan pengaruh moral dan intelektualnya terhadap para pengikutnya, yang kekuatannya unik bahkan di zaman keemasan demokratik nasionalisme, sebuah zaman yang memunculkan pahlawan-pahlawan dan tokoh-tokoh martir romantik yang hampir-hampir melegenda, dan kehidupan dan kata-katanya mendominasi imajinasi massa dan menciptakan sebuah tradisi revolusioner baru di Eropa. Das Kapital, karya besar Karl Marx, membawanya pada ketenaran abadi, buku tersebut menjelma menjadi kitab suci kaum buruh. Karena memang Das Kapital memiiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kaum proletar di ujung dunia mana pun, bahkan Isaiah Berlin mengatakan bahwa di antara lembaran-lembaran buku ini tersurat nasib yang tak bisa disangkal tentang tenggelamnya kapitalisme. Selain itu, Manifesto Komunis yang lahir satu setengah abad silam adalah buku yang sangat terkenal dan tetap paling banyak dibaca di seluruh dunia –setara dengan Bible. Berbeda dengan Das Kapital Das Kapital yang cenderung ilmiah dan analitis, Manifesto Komunis lebih tepat disebut sebagai pamflet. Sampai kini, kita pun masih bisa menyaksikan teori-teori Marxian yang tidak tergoyahkan seperti: alienasi, penindasan,

Page 57: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

47

berkembang di Eropa. Romantisisme adalah sebuah situasi dan tradisi pemikiran

filsafat yang telah mengantarkan dan membesarkan Marx. Hanya saja kemudian

situasi dan tradisi itu kelihatan menjadi cemeti bagi Marx, karena penafsiran

seperti itu dianggap telah menjerumuskan manusia pada keterasingan (alienasi),

tentang diri dan pemikirannya sendiri. Ada beberapa pendekatan-pendekatan yang

dimaksud (sebelum Marx) akan penulis ungkapkan sebagai berikut. Pertama,

penafsiran sejarah dilakukan melalui pendekatan agama. Aliran ini mengatakan

bahwa sumber penggerak dari seluruh kejadian adalah berlakunya ketentuan

Tuhan. Raga serta corak perkembangan manusia tidak lain adalah melaksanakan

kehendak Tuhan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak dapat

menghindarkan diri dari kenyataan dari kenyataan bahwa manusia adalah tidak

pernah secara pasti mengetahui kemauan Tuhan. Kedua, penafsiran sejarah secara

politis, yakni dengan mengatakan bahwa penggerak sejarah adalah kaisar-kaisar,

raja, para ksatria dan serdadu, pembuat undang-undang serta politisi. Erat

kaitannya dengan penafsiran ini adalah pendekatan dari sudut kepahlawanan.

Thomas Carlyle adalah orang tersohor yang memasyarakatkan tafsiran jenis ini.

Rumusannya yang terkenal adalah sejarah dunia hanyalah biografi dari orang-

perjuangan kelas, atau kritik ideologi. Isaiah Berlin, Biografi Karl Marx. Penerjemah Eri Setiyawati, Alkhatab, Silvester G Sukur (Surabaya: Pustaka Promothea, 2000), h. 1-10

34 Romantisisme, suatu gerakan merentang dari akhir abad ke delapan belas hingga pertengahan abad ke sembilan belas. Namun pengaruhnya masih dirasakan dalam dunia modern. Romantisisme ini meliputi dan mempengaruhi kehidupan spiritual dalam segala dimensinya. Ia mencita-citakan kembalinya manusia harmoni dan keselarasan sempurna, serta sekaligus menginginkan terciptanya suatu keadaan di mana individu dan masyarakat kembali menyatu tanpa campur tangan penengah. Dengan demikian, romantisisme dengan tegas menolak tradisi liberalisme, beserta teori kontrak sosial yang dipopulerkan oleh pemikir seperi Jean Jacques Rousseau. Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedian, 2005), h. 959.

Page 58: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

48

orang besar.35 Kelompok ini dapat mengambil bentuk berupa manusia yang

bertindak sebagai dewa, sebagai nabi, orang suci, penyair, penulis dan sebagai

raja. Kelemahan utama penafsiran sejarah macam ini karena terlalu menekankan

peranan sosok perseorangan dan akibatnya melalaikan aspek kultural, ekonomi,

sosial, dan agama.

Cara penafsiran sejarah sebelum Marx yang ketiga adalah dengan

mengedepankan peranan ide dan gagasan sebagai sebab utama timbulnya proses

sejarah. Menurut corak penafsiran sejarah ini, bahwa sebab utama timbulnya

proses sejarah adalah karena ide atau gagasan dan pemikiran seseorang. Ide atau

gagasan seorang pemikir mampu menggerakkan dan memunculkan peristiwa

sejarah, baik dalam wujud damai maupun perang, dalam kondisi stabil atau tidak.

Terakhir, yaitu penafsiran sejarah dengan melihat pergolakan dan peperangan

yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Fenomena dari setiap kejadian

sejarah dikembalikan pada silih bergantinya pergolakan dan peperangan.36

1. Penafsiran Sejarah Karl Marx

Marx dengan materialisme historisnya bertumpu pada dalil bahwa

produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk

membantu manusia mengembangkan eksistensinya. Dengan kata lain, penafsiran

sejarah dari aspek ekonomi ini menempatkan pertukaran barang dan jasa sebagai

syarat untuk menata segenap lembaga sosial yang ada. Menurut Marx, masyarakat

harus selalu dipahami dalam kerangka struktur, yakni terdiri dari suprastruktur

(lapisan atas) dan infrastruktur (lapisan bawah). Suprastruktur merupakan cermin

35 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 130

36 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 131-132

Page 59: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

49

kristalisasi lapisan bawah yang didalamnya memuat bidang sosial, budaya, politik,

filsafat, agama, dan kesenian. Sedang motor penggerak dari masyarakat dimaksud

adalah terungkap dalam peristiwa ekonomi. Jadi basis gerak masyarakat

dikembalikan pada kondisi-kondisi material. Kehidupan sosial ekonomi (man

social being) ditempatkan sebagai perangkat yang mendasari setiap kiprah

kesadaran manusia (man social consciousness). Dengan kata lain, faktor ekonomi

selalu menjadi penentu, sedang faktor kesadaran harus ditentukan oleh kondisi

material yang tercipta.37

a. Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis bertitik tolak dari materi sebagai satu-satunya

kenyataan. Karl Marx mengartikan dialektika materialisme sebagai

keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ada yang

mengantari. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses

pertentangan. Materi yang dimaksud menjadi sumber keberadaan benda-

benda alamiah, senantiasa bergerak dan berubah tanpa henti-hentinya.

Dalam pergerakan dan perubahan itu terjadi perkembangan menuju

tingkatan yang lebih tinggi. Tidak melalui proses yang lamban melainkan

secara dialektis yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang pada

hakikatnya sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri.

Menurut teori ini, akan timbul benda-benda lapisan tinggi dari

lapisan rendah, yaitu benda hidup dari benda tidak hidup, manusia yang

berkesadaran dari binatang tanpa menunjuk kepada adanya kekuatan cipta

37 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 133

Page 60: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

50

kreatif dari luar. Proses aksi serta reaksi di dalam alam dapat diterangkan

sebagai manifestasi dari gerakan materi yang berdialektis. Dengan kata lain,

dialektika materialisme tidak lain adalah sejarah perkembangan alam

berdasarkan benih yang hadir dari kekuatan yang ada pada dirinya.38

Dua gagasan pokok yang diambil oleh Karl Marx dari Hegel, yaitu

terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan dan gagasan

bahwa segala sesuatu berkembang terus. Dari dua basis ini dipergunakan

kemudian untuk perspektif lain, sebab teori asal hukum dialektika terbatas

berlakunya pada dunia abstrak yang penerjemahannya mengambil wadah

dalam pikiran manusia. Marx justru membalik, bahwa dialektika itu

berlakunya di dalam dunia yang nyata (real), materi atau dunia benda

kongkrit. Dengan kata lain, segala sesuatu bersifat rohani merupakan buah

hasil dari materi atau sebaliknya.39

Dari pemikiran tersebut, didapatkan gagasan bahwa setiap benda

atau keadaan dalam dirinya sendiri menimbulkan segi-segi berlawanan dan

bertentangan satu sama lain. Kejadian ini adalah awal dari kontradiksi intern

yang menyertai setiap fenomena kejadian kebendaan. Pertarungan antara

keadaan yang bertentangan akan melahirkan keseimbangan dan akhirnya

akan muncul benda atau keadaan yang telah dinegasikan.

Materialisme Marx merupakan kontinuitas dari gagasan Hegel yang

kemudian dimodifikasi dari corak triadik dialektis Hegel. Marx

mengharapkan semua gagasan baru yang dimunculkan harus berintegrasi

38 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h.110 39 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1981), h. 80

Page 61: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

51

langsung dengan kondisi zamannya. Oleh karenanya, arah filsafatnya

cenderung pada praktis sosial revolusioner. Menurut Marx, filsafat dialektis

bukan lagi bertugas memahami perihal keterasingan atau alienasi, tetapi

upaya bagaimana menghapus keterasingan, tidak sekedar memahami

masyarakat berkelas tempat bersemi ketidakadilan dan penghisapan, akan

tetapi bagaimana ketidakadilan dan penghisapan dihapuskan. Berdasarkan

kecenderungan ini, maka tinjauan materialisme dialektis menghasilkan

kenyataan bahwa kebutuhan utama untuk melibatkan subyek dalam

filsafatnya, yaitu memahami alam kebendaan lewat manusia yaitu manusia

dalam dimensi sosialnya yang hidup dalam suatu masyarakat yang

berpraksis. Aspek subjek dan objek bersatupadu dalam filsafat yang

mengarahkan perhatian kepada hasil aktivitas manusia. Dengan kata lain,

benda dan aktivitas subyektif mendapatkan tempat tertinggi dalam

persatuannya. Menurutnya juga, seorang filosof bukan hanya mengubah

pengertiannya tentang dunia, akan tetapi bagaimana mengubah dunia itu

sendiri.40

b. Materialisme Historis

Dalam materialisme historis diungkapkan bahwa manusia hanya

dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada

hakekatnya adalah insan bersejarah. Selanjutnya bila diandaikan bahwa

sejarah terpatri dalam peristiwa-peristiwa masyarakat, maka seyogyanya

pada saat yang sama sejarah juga diletakkan dalam keterkaitannya dengan

40 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 35

Page 62: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

52

masyarakat. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah

keseluruhan relasi-relasi masyarakat.

Sebagaimana penulis kemukakan di atas, bahwa teori materialisme

historis bertumpu pada dalil bahwa produksi dan distribusi barang-barang

serta jasa merupakan dasar untuk membantu manusia mengembangkan

eksistensinya. Dengan kata lain, penafsiran sejarah dari aspek ekonomi ini

menempatkan pertukaran barang dan jasa sebagai syarat untuk menata

segenap lembaga sosial yang ada. Masyarakat harus selalu dipahami dalam

kerangka struktur, yakni terdiri suprastruktur dan infrastruktur. Jadi basis

gerak masyarakat dikembalikan pada kondisi-kondisi material.

Bertolak dari interpretasi ekonomi terhadap sejarah inilah yang kelak

dirinci lebih lanjut dalam dinamika perubahan sosial kekuatan produksi dan

hubungan produksi, maka Marx menurunkan tesis sejarah perkembangan

masyarakat, yaitu sejarah kemanusiaan yang berubah dari satu formasi

ekonomi ke formasi yang lebih baru. Meningkat dalam lompatan-lompatan

yang revolusioner. Tahap perkembangan yang dimaksud adalah:

Pertama,41 masyarakat komunal primitif yaitu tahap masyarakat

yang memakai alat-alat bekerja yang sifatnya sangat sederhana. Alat

produksi itu bukan milik pribadi, tetapi menjadi milik komunal. Patut

dicatat bahwa dalam masyarakat primitif ini belum dikenal surplus produksi

di atas tingkat konsumsi, karena setiap orang masih mampu mencukupi

kebutuhannya sendiri. Keadaan ini tidak berlangsung lama sebab

41 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 135

Page 63: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

53

masyarakat mulai menciptakan alat-alat yang dapat memperbesar produksi –

periode zaman batu lalu meloncat kepada penggunaan tembaga dan besi.

Perbaikan alat produksi pada saat yang sama menimbulkan perubahan-

perubahan sosial, pada titik inilah pembagian kerja dalam berproduksi tidak

dapat dihindari. Pertukaran barang-barang mulai berkembang luas, meski

mekanisme pasar yang diciptakan masih sederhana. Akhirnya keperluan

menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan orang lain meningkat,

diperlukan kemudian kaum pekerja dalam rangka produksi. Hal ini berarti

mulai tercipta hubungan produksi (relation of production) dalam

masyarakat komunal itu.

Kedua,42 masyarakat perbudakan (slavery), tercipta berkat hubungan

produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang

yang hanya memiliki tenaga kerja. Bermula dari cara kerja model ini

menyebabkan berlipatgandanya keuntungan pemilik produksi. Budak yang

bekerja diberi upah yang minim untuk mempertahankan tingkat kerjanya

dan supaya tidak mati. Bila pembagian kerja dan spesialisasi menerobos

bidang-bidang kehidupan seperti pekerjaan tangan dan pertanian, maka

spesialisasi itu sekaligus mendorong meningkatkan keterampilan dan

perbaikan alat-alat produksi. Marx menilai bahwa pada tingkat

perkembangan masyarakat ini, nafkah kerja budak sudah di bawah standar

murah dan di saat yang sama pemilik alat-alat produksi tidak mau

memperbaiki alat produksi yang dimilikinya. Namun pada saat itu pula

42 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 136

Page 64: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

54

budak makin lama makin sadar akan kedudukannya (akan manfaat

tenaganya). Mulai tidak ketidakpuasan atas kedudukannya di dalam

hubungan produksi. Ketidakpuasan ini menjadi awal perselisihan dua

kelompok masyarkat, budak dan pemilik alat produksi.

Ketiga,43 tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah

runtuhnya masyarakat perbudakan. Masyarakat baru ini ditandai dengan

pertentangan yang muncul di dalamnya. Pemilikan alat produksi terpusat

pada kaum bangsawan, khususnya pemilik tanah. Para buruh tani yang

berasal dari kelas budak yang dimerdekakan. Mereka mengerjakan tanah

untuk kaum feodal, kemudian setelah itu mengerjakan tanah miliknya

sendiri. Hubungan produksi macam ini mendorong adanya perbaikan

produksi dan cara produksi di sektor pertanian, maksudnya agar petani

menghasilkan pendapatan yang layak. Dengan demikian, sistem feodal

sebenarnya mengubah cara-cara kehidupan sosial. Dari kerangka ini lahir

dua golongan kelas di dalam masyarakat –puncaknya menjelma dalam

sistem kapitalis yaitu kelas feodal tuan tanah yang menguasai perhubungan

sosial dan kelas petani yang bertugas melayani tuan tanah dimaksud.

Kepentingan kedua kelas ini berbeda-beda, kaum feodal lebih

memikirkan keuntungan yang lebih besar karena itu mereka memperlebar

sektor penghasilannya lewat pabrik-pabrik. Akibatnya muncul pedagang-

pedagang yang mencari pasar dan melemparkan hasil-hasil produksi yang

selalu bertambah. Fenomena baru yang tidak dapat dibendung kehadirannya

43 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 137

Page 65: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

55

yaitu terbentuknya alat produksi dan sistem kapitalis yang menghendaki

hapusnya masyarakat feodalisme. Kelas kaya baru ini (kelas borjuis) yang

memiliki alat-alat produksi menempuh segala cara untuk terbentuknya pasar

bebas yang menyangkut didalamnya sektor buruh, sistem kerja, dan

penggajian maupun ketentuan tarip pertukaran barang seperti yang

diberlakukan dalam masyarakat feodalis. Proses dialektika sejarah ini pada

akhirnya membuktikan bahwa sistem masyarakat feodal memang tidak

mampu membendung lahirnya masyarakat kapitalis.

Keempat, masyarakat kapitalis, seperti telah disebutkan

menghendaki kebebasan dalam mekanisme perekonomian. Hubungan

produksi dalam sistem ini didasarkan pada pemilikan individual masing-

masing orang terhadap alat produksi. Kelas kapitalis memperkerjakan kaum

buruh yang terpaksa menjual tenaganya karena tidak memiliki pabrik dan

alat produksi lainnya, maka dalam sistem kapitalis terlihat adanya fenomena

baru yaitu, hubungan produksi yang memungkinkan terus menerus

meningkatnya alat produksi, caranya adalah memperbaharui pabrik-pabrik,

modernisasi mesin-mesin dengan menggunakan tenaga uap dan listrik.

Akibat langsung dari sistem macam ini adalah kerja menjadi terspesialisasi,

aktifitas persaingan mencari pasaran hasil produksi menjadi tugas utama

kaum kapitalis, sedang pada saat yang sama upah dan kesejahteraan yang

tidak kunjung datang menjadi dambaan kaum pekerja.44

44 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h. 137

Page 66: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

56

Pada analisis selanjutnya, ditemukan dua kelas dalam masyarakat

yang kepentingannya saling bertentangan, kelas proletar dan kelas borjuis

yang mewakili kaum kapitalis pemilik alat produksi. Perbedaan kepentingan

ini makin lama makin memuncak yang artinya muncul apa yang disebut

pertentangan kelas. Perjuangan kelas dan pertentangan kelas berakhir

dengan terbentuknya masyarakat tanpa perbedaan kelas. Ciri masyarakat

utama ini adalah pemilikan yang sifatnya sosial terhadap alat-alat produksi.

Kelima, masyarakat sosialis, yang dipahami sebagai formulasi

terakhir dari lima tahap perkembangan sejarah Marx adalah masyarakat

dengan sistem pemilikan produksi yang disandarkan atas hak milik sosial

(social ownership). Hubungan produksi merupakan jalinan kerjasama dan

saling membantu dari kaum buruh yang berhasil melepaskan diri dari

eksploitasi. Jadi, sistem sosialis ini dirancang untuk memberi kebebasan

bagi manusia, untuk mencapai harkat martabatnya dengan tanpa penindasan.

Atau dengan kata lain, tahap ini menginginkan terhapusnya kelas-kelas

dalam masyarakat. Hanya saja menurut Marx, untuk mencapai masyarakat

tanpa kelas, bukanlah pekerjaan mudah. Sebab kelas kapitalis dan borjuis itu

sudah mengakar dalam gerak kehidupan masyarakat secara luas.

Menurutnya, untuk pencapaian ke arah itu, haruslah dirubah dari sistem itu

sendiri, di samping dengan cara revolusioner.45

Menurut Marx, dari kelima tahapan perkembangan sejarah ini

ditemukan dua faktor kunci yang mendasari proses di dalamnya;

45 Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, h.138

Page 67: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

57

pertama,kekuatan-kekuatan produksi, dan kedua, adalah hubungan-

hubungan produksi. Kekuatan produksi meliputi orang yang bekerja, alat-

alat produksi yang dipergunakan dalam proses produksi. Sedangkan

hubungan-hubungan produksi adalah hubungan manusia dengan alam,

hubungan antara pekerja dengan tuannya (kaum kapitalis atau kaum

borjuis), yang dalam hubungan itu, berakhir dengan pertentangan yang

didasari oleh perbedaan dan dialektika di antara kepentingan mereka.

Page 68: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

58

BAB IV

PEMIKIRAN MURTADHȂ MUTHTHAHHARȊ TENTANG

FILSAFAT SEJARAH

A. Pengertian Sejarah dan Filsafat Sejarah

Menurut Muththahharȋ, pengertian sejarah dapat dilihat dalam tiga

cabang yang satu sama lain saling berhubungan erat. Pertama, sejarah adalah

cabang dari pengetahuan tentang peristiwa masa lalu dan kondisi yang berkaitan

dengan masyarakat masa lalu. Cabang pengetahuan yang menjelaskan tentang

kejadian, peristiwa, dan masyarakat masa lalu disebut dengan sejarah. Begitu juga

dengan biografi, kisah penaklukan, dan kisah orang-orang termasyhur yang

disusun semua bangsa, termasuk dalam kategori ini.

Dalam pengertian ini, Muththahharȋ secara ringkas memberikan rincian

sebagai berikut, pertama bahwa arti sejarah adalah pengetahuan tentang masalah

individu dan peristiwa yang berkenaan dengan individu bukan pengetahuan

tentang hukum umum atau aturan pergaulan. Kedua, sejarah adalah ilmu rawian

atau transferan. Ketiga, sejarah adalah pengetahuan tentang “wujud” bukan

tentang “menjadi”. Keempat, sejarah berkaitan dengan masa lalu, bukan dengan

masa sekarang.1

Kedua, dalam pengertian lain, arti sejarah adalah cabang pengetahuan

tentang aturan dan tradisi yang mengatur kehidupan masyarakat di masa lalu.

1 Murtadhâ Muththahharȋ, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat

Raya. Penerjemah Ilyas Hasan (Jakarta: Lentera, 2002), h. 303. Martyr Murtadâ Muthahhari, Society and History. Translator Mahliqâ Qarâ’i (Jakarta: Islamic Culture and Relations Organization), p.50

Page 69: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

59

Aturan dan tradisi ini disimpulkan dari studi dan analisis atas peristiwa masa lalu.

Subjek atau pokok persoalan yang dibahasnya yaitu peristiwa dan kejadian masa

lalu yang berfungsi sebagai pendahuluan untuk cabang sejarah ini. Sesungguhnya

peristiwa masa lalu yang relevan dengan sejarah dalam pengertian seperti ini,

dapat disamakan dengan material yang dikumpulkan fisikawan di

laboratoriumnya untuk ditelaah, dianalisis, dan dieksperimen dengan tujuan

mengetahui karakteristik dan mengetahui hukum umum yang berkaitan dengan

material itu. Dalam pengertian kedua ini, pekerjaan sejarawan adalah menemukan

karakter peristiwa sejarah dan mengetahui hubungan sebab-akibatnya sehingga

dapat disimpulkan beberapa aturan umum yang berlaku pada semua peristiwa

serupa di masa lalu dan sekarang. Cabang sejarah ini oleh Muththahharȋ disebut

“sejarah ilmiah”.2

Peristiwa masa lalu menjadi bahan dasar dalam sejarah ilmiah, ia menjadi

objek yang ditelaah dan dianalisis untuk diambil sebuah aturan umum dari

peristiwa tersebut. Hal ini tidak saja menjadi dokumen sejarah tetapi juga

bermanfaat untuk dijadikan sebagai pisau analisis untuk mengamati peristiwa-

peristiwa yang terjadi saat ini dan yang akan datang. Sejarah ilmiah bermanfaat

sebagai sumber pengetahuan, dan membantu manusia mengendalikan masa

depannya.

Ada perbedaan yang mencolok antara tugas peneliti sejarah ilmiah dengan

tugas peneliti ilmu alam. Ilmuwan alam dalam penyelidikan bahan-bahan

penelitiannya merupakan suatu rantai kejadian nyata dan dapat dibuktikan, dan

2 Murtadha Muththahharȋ, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat

Raya, h. 304

Page 70: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

60

karenanya seluruh penyelidikan, analisis dan hasilnya tentu dapat dirasa dan

dibuktikan secara bendawi dengan berulang kali. Adapun bahan telaah ilmuwan

sejarah ilmiah adalah peristiwa di masa lalu itu sendiri. Sehingga bahan

penyelidikannya pun bahan yang tidak ada lagi di masa sekarang.

Penyelidikannya berdasarkan setumpuk catatan dan jawaban tentang rangkaian

peristiwa masa lalu. Jadi, analisis sejarah atau sejarawan dalam kerja ilmiahnya

berdasarkan pada sejauh itu bersifat logis dan rasional, bukan berdasarkan pada

bukti dari luar yang dapat diuji kebenarannya. Dengan begitu sejarawan membuat

analisisnya di laboratorium pikiran dan akalnya, dengan peralatan logika dan

penyimpulan.

Ketiga, kata “sejarah” dalam pengertian ketiga digunakan untuk

menunjukkan filsafat sejarah, yaitu pengetahuan tentang perkembangan dan

hukum-hukum yang mengatur perubahan masyarakat dari tahap ke tahap. Dengan

kata lain, filsafat sejarah menjelaskan tentang “menjadi”-nya masyarakat, bukan

tentang “wujud” masyarakat saja. Jadi, sejarah ilmiah yang menjadi subjeknya

adalah kemaujudan masyarakat. Sedangkan subjek filsafat sejarah adalah tentang

“menjadi” masyarakat yang menunjukkan gerak.3

Sejarah dalam makna filsafat sejarah ini merupakan telaah tentang evolusi4

masyarakat, dari satu tahap ke tahap lain. Ia tidak hanya merupakan pengetahuan

3 Murtadhâ Muththahharȋ, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat

Raya. Penerjemah Ilyas Hasan, h. 305 4 Muthahhari memberikan pengertian secara khusus tentang makna evolusi, beliau berujar

banyak hal pada awalnya kelihatan sedemikian jelas sehingga tidak membutuhkan definisi. Tetapi ketika seseorang mencoba mendefinisikannya, ia menghadapi kesukaran dan berbagai macam kesulitan. Pertama-tama beliau menjelaskan perbedaan antara evolusi dan kemajuan (progress). Apakah kemajuan sama dengan evolusi, dan apakah evolusi identik dengan kemajuan? Menurutnya, kedua kata itu mempunyai satu perbedaan dan anda dapat menguji penggunannya. Kita kadang-kadang berbicara tentang sebuah penyakit yang sedang maju, tetapi kita tidak

Page 71: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

61

tentang keberadaan masyarakat pada satu tahap tertentu, tetapi pada semua tahap.

Filsafat sejarah menelaah masyarakat secara terus menerus yang berasal dari masa

lampau dan masa mendatang.

Muththahharȋ lebih lanjut menjelaskan di dalam buku Manusia dan Alam

Semesta tentang bagaimana mungkin pada masyarakat memiliki dua kualitas

sekaligus yakni “wujud” dan “menjadi” di mana kedua kualitas tersebut bertolak

belakang dalam maknanya sehingga mustahil memadukan dua kualitas ini, karena

“wujud” menunjukkan kemandekan, sedangkan “menjadi” menunjukkan gerak.

Masyarakat hanya bisa memiliki satu dari dua kulitas ini. Gambaran yang kita

bentuk mengenai masyarakat, dapat melukiskan “wujud” atau “menjadi”.

mengatakannya sedang berkembang. Jika satu pasukan sedang bertempur di sebuah daerah yang salah satu bagiannya mereka duduki, kita mengatakan bahwa pasukan tersebut sedang mendapat kemajuan, tetapi kita tidak mengatakan bahwa mereka sedang berkembang. Mengapa tidak? Karena terdapat pengertian yang mulia dalam evolusi: evolusi merupakan suatu gerak menaik, gerak vertikal, dari level yang lebih rendah ke taraf yang lebih tinggi. Tetapi kemajuan selalu terjadi pada level horizontal. Ketika sebuah pasukan menduduki suatu daerah dan menambah wilayah-wilayah yang mereka miliki, kita mengatakan pasukan itu maju, yang berarti pasukan itu telah bergerak maju tetapi masih pada tahap yang sama dari posisi sebelumnya. Mengapa kita tidak mengatakan pasukan itu berkembang? Karena dalam evolusi terdapat ide tentang kemuliaan (keagungan). Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang evolusi sosial, hal itu berarti pengagungan dimensi sosial manusia dan tidak hanya kemajuannya. Banyak hal yang dapat dianggap sebagai kemajuan bagi manusia dan masyarakat tanpa adanya evolusi dan pemuliaan bagi masyarakat manusia. Kita menyatakan ini untuk menunjukkan bahwa jika sejumlah sarjana menyatakan keraguan mengenai keagungan kemajuan semacam itu untuk disebut sebagai suatu evolusi, pandangan mereka itu bukan tanpa dasar. Walaupun kita tidak menyetujui pandangan mereka, namun apa yang mereka nyatakan tidaklah secara keseluruhannya tidak ada artinya. Oleh karena itu, terdapat perbedaan antara evolusi di satu sisi dan kemajuan dan perkembangan di sisi lain; karena kemajuan dan perkembangan sangat mirip artinya. Di samping itu Muththahharȋ menguraikan tentang perbedaan sempurna dan lengkap yang tentu saja terdapat keterkaitan dengan penjelasan di atas. Jika ada suatu benda terdiri atas sejumlah bagian-bagian seperti sebuah bangunan dan atau mobil, bagian-bagiannya yang penting tidak ada di dalamnya, kita mengatakan hal itu tidak sempurna. Tetapi jika kita menempatkan bagian terakhir dari benda itu di dalamnya, maka kita dapat mengatakan bahwa hal itu sebagai ‘lengkap’. Sebagai perbandingannya, evolusi mempunyai banyak fase dan tingkatan. Jika seorang anak dilahirkan dalam keadaan cacat tubuh, kita memandangnya sebagai cacat; tetapi bahkan jika ia dilahirkan denga anggota tubuh yang lngkap, ia masih dipandang cacat dari pandangan yang lain; ia harus melewati banyak tahap evolusi dalam pendidikannya yang baginya merupakan satu bentuk proses pemuliaan dan pendakian yang dicapai lewat tingkatan-tingkatan dan tahapan. Murtadha Muthahhari, Menguak Masa Depan Umat Manusia Pendekatan Filsafat Sejarah. Penerjemah Afif Muhammad, Masykur Ab, Fauzi Siregar, A.Rifa’i Hasan (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), h. 20-21

Page 72: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

62

Muththahharȋ mengemukakan dengan baik dan lengkap bahwasanya

gambar mengenai dunia dan masyarakat sebagai bagian dari dunia pada umumnya

bisa statis atau dinamis. Kalau statis, maka berkualitas “wujud”, bukan “menjadi”.

Dan kalau dinamis, maka berkualitas “menjadi”, bukan “wujud”. Berdasarkan ini

ternyata majhab filsafat beragam. Satu sistem filsafat mempercayai “wujud”,

sedangkan sistem yang lain mempercayai “menjadi”. Majhab yang mempercayai

“wujud” berpandangan bahwa “wujud” dan “non-wujud” eksistensinya tak

mungkin serentak, karena keduanya bertentangan, sedangkan dua hal yang

bertentangan eksistensinya tak mungkin serentak. Kalau “wujud” ada, maka “non-

wujud” tidak ada. Jika “non-wujud” ada, maka “wujud” tak ada. Satu dari

keduanya yang harus dipilih. Mengingat dunia dan masyarakat ada, maka jelas

kualitasnya adalah “wujud”, dan tentu saja keduanya diatur oleh diam atau tak ada

gerak. Beda dengan pandangan ini, majhab yang mempercayai “menjadi”

berpandangan bahwa “wujud” dan “non-wujud” bisa eksis sekaligus, karena ide

“menjadi” menunjukkan gerak, yang artinya bahwa ada sesuatu dan sekaligus

sesuatu itu tidak ada.

Filsafat “wujud” dan filsafat “menjadi” mencerminkan dua pandangan

yang sama sekali bertentangan tentang eksistensi. Mana yang harus dipilih,

filsafat yang ini atau filsafat yang itu. Kalau yang dipilih adalah filsafat yang

pertama, tentu akan muncul asumsi bahwa masyarakat itu berkualitas “wujud”,

bukan berkualitas “menjadi”. Sebaliknya, kalau filsafat yang kedua yang dipilih,

tentu akan muncul pernyataan bahwa masyarkat itu berkualitas “menjadi”, bukan

“wujud”.

Page 73: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

63

Menyikapi masalah tersebut, Muththahharȋ mengatakan bahwa pandangan

ini tentang eksistensi dan non-eksistensi, tentang diam dan gerak, dan tentang

prinsip mustahilnya eksistensi serentak dua hal bertentangan, semata-mata isapan

jempol gagasan Barat. Cara berfikir seperti ini terjadi karena tidak mengetahui

banyak masalah penting tentang eksistensi, khususnya esensialitas eksistensi dan

beberapa masalah lainnya yang relevan.

Pertama, mengatakan bahwa “wujud” sama dengan diam, atau dengan

kata lain diam berarti “wujud” dan gerak berarti perpaduan “wujud” dan “non-

wujud” yang merupakan perpaduan dua hal bertentangan, adalah salah besar.

Kesalahan besar inilah yang dilakukan beberapa mazhab filsafat Barat.

Kedua, masalah yang tengah dibahas tak ada kaitannya dengan masalah

filsafat tersebut di atas. Yang terlihat di sini adalah bahwa masyarakat, seperti

makhluk hidup, memiliki dua jenis hukum. Jenis pertama adalah yang mengatur

spesies dalam kerangka kelasnya, dan jenis kedua adalah yang bisa berlaku untuk

spesies dengan evolusi dan transformasinya menjadi spesies lain. Jenis pertama

ini disebut hukum “wujud”, sedangkan jenis kedua disebut hukum “menjadi”.5

Menurut teori perkembangan dan evolusi spesies sebagaimana yang

dijelaskan Muththahharȋ, di samping hukum khusus yang khas bagi setiap spesies

dan yang berlaku dalam bingkai kelasnya sendiri, ada sejumlah hukum lain yang

berkaitan dengan proses evolusi spesies menjadi spesies lain. Hukum ini bersifat

filosofis dan terkadang disebut filsafat evolusi, bukan hukum biologis. Karena

masyarakat adalah makhluk hidup, maka masyarakat juga memiliki dua jenis

5 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam Tentang Jagat raya.

Penerjemah Ilyas Hasan, h. 306

Page 74: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

64

hukum: hukum biologis dan hukum evolusioner. Ada beberapa hukum masyarakat

yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat dan asal-usul serta

kemunduran budayanya. Hukum ini mengatur semua masyarakat dalam semua

tahap perkembangannya. Hukum ini di sebut hukum “wujud”. Ada hukum lain

yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat dari satu tahap ke tahap lain

dan dari satu sistem ke sistem lain. Hukum ini dikenal dengan nama hukum

“menjadi”. Kalau nanti kedua jenis hukum ini dibahas, maka akan jelas perbedaan

keduanya.6

Jadi sejarah dalam pengertian ketiga adalah studi atas evolusi masyarakat

dari satu tahap ke tahap yang lainnya. Bukan sekadar pengetahuan tentang kondisi

hidupnya pada tahap tertentu atau pada semua tahap. Dan pengetahuan ini

dinamakan filsafat sejarah.

B. Sifat dan Gerak Sejarah

Muththahharȋ menguraikan sejumlah kriteria mengenai mekanisme sifat

dan gerak sejarah yang disebutnya sebagai konsepsi filsafat sejarah dalam Islam.

Dengan mempertimbangkan kriteria ini, menurutnya, dapat diketahui bagaimana

persisnya pendekatan majhab mengenai gerakan sejarah dan karakter esensial

kejadian-kejadian sejarah, meskipun beliau mengakui tidak menutup kemunkinan

ada kriteria-kriteria lain yang lepas dari perhatian beliau. Kriteria-kriteria tersebut

adalah :

6 Murtadha Muththahharȋ, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat

Raya, h.307

Page 75: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

65

1. Strategi Misi

Setiap majhab atau aliran pemikiran memiliki risalah untuk disampaikan

kepada masyarakat. Untuk itu, perlu adanya metode khusus yang sesuai dengan

tujuan utamanya dan tepat untuk pendekatan umumnya mengenai karakter dasar

gerakan sejarahnya. Dalam menyampaikan pesannya, suatu mazhab mengenalkan

masyarakat dengan pandangan asasinya, dan melakukan tekanan moral untuk

memobilisasi mereka.

Misalnya, majhab August Comte, yang mengklaim sebagai majhab

ilmiah, berpendapat bahwa perkembangan mental merupakan hakikat evolusi

manusia. Majhab ini percaya bahwa sejauh menyangkut mentalitasnya, manusia

sudah melalui dua tahap, yaitu tahap mitos dan tahap filsafat, dan sekarang sudah

sampai pada tahap ilmiah. Karena majhab ini mengklaim ilmiah, maka semua

doktrin yang disampaikannya dikemukakannya dengan bahasa ilmiah, dan

tekanan moral yang ingin digunakannya untuk memobilisasi masyarakat juga

ilmiah. 7

Selain itu, Marxisme yang merupakan teori revolusioner tentang kelas

pekerja, tujuan misinya adalah membentuk kesadaran akan kontradiksi kelas di

kalangan kaum pekerja. Sarana penggeraknya berupa perasaan rasa ketertindasan

yang dialami pekerja itu, bahwa pekerja itu tertindas serta menjadi korban.

Berbeda dengan marxisme, majhab-majhab seperti Kristianitas,

berpendapat bahwa sejauh menyangkut manusia, hanya dakwah damai yang

sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Mereka menganggap penggunaan kekerasan,

7 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 399

Page 76: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

66

apa pun bentuknya dan dalam keadaan apa pun, tidak bermoral. Itulah sebabnya

agama Kristen mengajarkan bahwa jika pipi kananmu ditampar, berikan pipimu

untuk ditampar juga, dan jika dahimu dipukul, serahkan juga topimu. Sebaliknya,

mazhab-mazhab lain seperti Nietzsche, berpendapat bahwa hanya penggunaan

kekerasan sajalah yang bermoral, karena sifat terhebat manusia terletak pada

kekuatannya, dan orang yang paling berani berarti dia hebat. Dari sudut pandang

Nietzschian, Kristianitas sama saja dengan kelemahan dan kerendahan hati, dan

merupakan penyebab utama stagnasi manusia.8

Beberapa majhab lain berpendapat bahwa sekalipun moralitas bergantung

pada kekuatan atau kekerasan, namun penggunaan kekuatan atau kekerasan tetap

saja tidak bermoral. Dari sudut pandang marxisme, kekuatan yang digunakan

kaum pengeksploitasi terhadap kaum tereksploitasi tidak bermoral, karena

kekerasan digunakan untuk mempertahankan status quo, dan karena itu menjadi

unsur stagnasi. Namun kekuatan yang digunakan kaum tereksploitasi terhadap

kaum pengeksploitasi adalah bermoral, karena dimaksudkan untuk membuat

masyarakat melakukan revolusi dan untuk membawa masyarakat ke tahap yang

lebih tinggi.

Menurut Muththahharȋ, pemikiran-pemikiran tersebut merupakan

pemikiran yang aneh, anti kemanusiaan dan merusak. Berbeda dengan semua

aliran tersebut, di dalam Islam yang bermoral bukan saja kontak damai dan misi

yang bersahabat dan banyak membantu. Terkadang penggunaan kekuatan juga

bisa bermoral, itulah sebabnya Islam menganggap memerangi kekerasan dan

8 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 399

Page 77: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

67

tirani itu sebagai kewajiban suci, dan memandang jihad dan perlawanan

bersenjata, dalam keadaan tertentu sebagai kewajiban.9

Dari sudut Islam, sebagaimana yang dikutip Murtadhâ Muththahharȋ

didalam bukunya yang berjudul Manusia dan Alam Semesta, kekuatan tidak

boleh digunakan sebagai pisau pertama untuk menghadapi kelompok anti-evolusi.

Metode menasihati dan meyakinkan yang harus terlebih dahulu digunakan. Al-

Qur’an mengatakan:

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS. an-Nahl: 125)

Ayat tersebut sudah cukup jelas memberikan keterangan bahwa

penggunaan kekuataan terhadap kelompok anti-evolusi baru dibolehkan setelah

cara-cara damai seperti meyakinkan orang dengan argumen rasional, sudah

digunakan ternyata gagal. Sesungguhnya semua nabi yang memerangi penentang

mereka, mula-mula berupaya meyakinkan mereka dengan menggunakan argumen

dan nasihat, dan sering berdebat dengan mereka. Nabi-nabi itu baru menggunakan

kekuatan setelah cara-cara damai menemui kegagalan. Berkat pandangan spiritual

khusus Islam mengenai manusia dan konsekuensinya mengenai masyarkat dan

9 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 401

Page 78: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

68

sejarah, Islam memandang perang terhadap kelompok anti-evolusi sebagai tahap

kedua dalam kontaknya dengan kelompok itu. Tahap pertamanya adalah argumen,

nasihat, dan perdebatan.10

Islam, pendekatannya bersifat keruhanian, bukan bendawi. Islam percaya

akan kekuatan menakjubkan dari argumen rasional, pemaparan logika dan

keyakinan moral. Dan hal itulah, konsekuensi masyarakat dan sejarah dalam Islam

bergerak maju. Jenis kesadaran dan jalan yang diformulasikan Islam, dalam hal

ini, menggunakan alternatif berikut:

a. Kesadaran keyakinan

Islam menyadarkan betapa pentingnya keyakinan. Semua dari Allah

dan akan kembali pada-Nya. Metode penyadaran ini digunakan al-Qur’an

dan para nabi, yang membangun kesadaran di kalangan manusia: dari mana

asal mereka dan hendak ke mana tujuan mereka. Dari mana dunia ini

maujud, jalan mana yang diikuti manusia, serta ke arah mana ia bergerak?

Nabi SAW mengawali misinya dengan pernyataan,11 “Katakanlah, tak

ada Tuhan selain Allah, agar kamu memperoleh keberhasilan.” Ini

merupakan suatu gerakan keagamaan yang bertujuan menyucikan keyakinan

dan pikiran manusia. Memang tauhid luas dimensinya. Jika semua ajaran

Islam dianalisis, maka dapat diikhtisarkan sebagai tauhid. Dan jika tauhid

dikembangkan, maka meliputi semua ajaran ini. Namun kita tahu bahwa

pada awalnya arti doktrin ini tak lebih dari keberpalingan intelektual dan

10 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h.400-401. Lihat juga,Martyr Murtadâ Muthahhari, Society and History. Translator Mahliqâ Qarâ’i, p. 133-136

11 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h. 402

Page 79: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

69

praktis dari doktrin dan ibadah kemusyrikan ke doktrin ibadah, tauhid.

Seandainya doktrin ini luas artinya, tentu orang pada masa itu tidak

mengetahuinya.

Ajaran ini yang berakar dalam kedalaman fitrah manusia,12 membentuk

dalam diri pengikut para nabi semangat besar untuk membela agama

mereka, berupaya keras menyebarkannya dan tidak ragu-ragu untuk

berkorban jiwa dan harta demi agama mereka. Para nabi memulai dengan

apa yang di zaman kita dikenal sebagai suprastruktur masyarakat, dan

berangsur-angsur mencapai infrastrukturnya. Dalam mazhab para nabi,

manusia lebih memperhatikan agama dan keyakinannya dibanding

keuntungan dan kepentingan pribadinya. Dalam mazhab ini, keyakinan dan

pikiran merupakan infrastrukturnya, sedangkan kerja, yaitu kontak dengan

alam dan karunia alam serta dengan masyarakat, adalah suprastrukturnya.

Setiap ajaran agama harus mengandung prediksi. Dengan kata lain, harus

disertai kesadaran bahwa Allah SWT adalah Sumber dan bahwa ada hari

kebangkitan. Para nabi memobilisasi masyarakat dengan menghidupkan

perasaan seperti ini, dengan mengembangkan kesadaran ini dan dengan

menyingkirkan debu-debu menutupi yang menutupi hati nurani, dengan

bersandar pada keridhaan Allah, perintah-perintah-Nya dan pembalasan-

Nya. Dalam al-Qur’an, keridhaan Allah disebut-sebut di tiga belas tempat.

Dengan menekankah masalah spiritual ini, al-Qur’an memobilisasi

12 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 403

Page 80: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

70

masyarakat beriman. Memahami fakta ini bisa disebut sadar akan Tuhan

atau kosmos.13

Pemikiran di atas sangat bertolak belakang dengan konsepsi Karl Marx

mengenai bagaimana dasar perkembangan masyarakat. Menurutnya, yang

menentukan perkembangan masyarakat bukanlah kesadaran manusia akan

drinya sendiri melainkan keadaan atau kondisi sosial masyarakatlah yang

mendorong manusia untuk melakukan perubahan dalam kehidupan di

masyarakat. Marx berpendapat demikian bertolak dari pengandaiannya

bahwa setiap orang berpikir sesuai dengan kepentingannya. Seseorang akan

menganggap sesuatu itu baik apabila sesuai dengan kepentingan dan yang

akan menjamin eksistensinya serta seseorang akan menganggap buruk

sesuatu apabila ada hal yang akan mengancamnya. Yang dinilai baik adalah

yang dirasakan sebagai peningkatan kualitas hidup, sedangkan yang

merendahkannya dianggap buruk. Akan tetapi kualitas hidup ditentukan

oleh kedudukan dalam masyarakat, terutama oleh apakah kita termasuk

kelas yang beruntung atau yang tidak beruntung. Dengan demikian

keanggotaan dalam kelas sosial tertentu sangat menentukan cara manusia

memandang dunia, apa yang diharapkan dam apa yang dikhawatirkan, apa

yang dipuji dan dicela. Marx mencontohkan bahwa borjuasi Prancis

memperjuangkan kebebasan melawan kaum feodal yang menekankan

tatanan yang sudah ada, adalah karena mereka sebagai pemodal ingin

memperluas usaha mereka dan karena itu berkepentingan agar masyarakat

13 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam Tentang Jagat raya.

Penerjemah Ilyas Hasan, h. 403

Page 81: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

71

bebas mencari pekerjaan di mana modal memerlukannya. Jadi dalam

perspektif Marx, bukan cita-cita kebebasan liberalisme yang menjadi

kekuatan dalam sejarah modern, melainkan kebutuhan kelas kapitalis akan

tersedianya buru di mana mereka membutuhkannya.14

Jadi, menurut Marx, kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh

kedudukannya dalam kelas sosial. Karena keadaan itu adalah cara

pengorganisasian produksi, maka cara berproduksi menentukan cara

manusia berpikir. Cara berproduksi itu menentukan adanya kelas-kelas

sosial, keanggotaan dalam kelas sosial menentukan kepentingan orang, dan

kepentingan menentukan apa yang dicita-citakan, apa yang dianggap baik

dan buruk.

Maka, bagi Marx, hidup rohani masyarakat, kesadarannya, agamanya,

moralitasnya, nilai-nilai budaya, dan seterusnya bersifat sekunder, karena

yang hanya mengungkapkan keadaan primer adalah struktur kelas

masyarakat dan pola produksi. Sejarah tidak ditentukan oleh pikiran

manusia melainkan oleh cara ia menjalankan produksinya. Karena itu,

perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan oleh perubahan pikiran,

melainkan oleh perubahan dalam cara produksi.

b. Kesadaran manusia akan kemanusiaannya.

Menurut Islam, manusia bukanlah binatang yang pada awalnya persis

seperti primata lainnya, namun manusia begitu piawai dalam bertahan hidup

sehingga setelah beratus-ratus juta tahun posisinya jadi seperti sekarang ini.

14 Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta, PT Gramedia), h. 140

Page 82: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

72

Manusia justru makhluk yang di dalam dirinya ada nuansa roh ilahiah, yang

dihadapannya para malaikat bersujud. Meskipun ada sifat-sifat hewaniah

seperti hawa nafsu dan sifat buruk, manusia itu sendiri tetap merupakan

esensi murni yang menentang penumpahan darah, kebohongan, kerusakan,

kehinaan, kebencian, kekerasan, dan tirani. Manusia merupakan perwujudan

kemuliaan (kekuatan) ilahiah. Al-Qur’an mengatakan:

“Mereka berkata, sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui” (QS. al-Munafiqun: 8)

Ketika Nabi SAW bersabda, “Manusia baru mulia kalau dia tidak tidur

di malam hari dan kalau dia tidak membutuhkan pertolongan orang lain.”

Atau ketika Ali bin Abi Thalib as berkata kepada sahabat-sahabatnya di

Shiffin, “kalau kalian meninggal sebagai pemenang, itulah kehidupanmu,

dan kalau kalian hidup sebagai pecundang, itulah kematianmu.”

Semua perkataan di atas menekankan arti martabat dan kemuliaan yang

dimiliki manusia berkat fitrahnya.15

c. Kesadaran akan Tanggung jawab dan Hak Kemasyarakatan

15 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya.

Penerjemah Ilyas Hasan, h.403-404.

Page 83: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

73

Menyadari akan hak dan kewajiban telah melahirkan perjuangan-

perjuangan bagi manusia. Hal ini telah menjadi sarana mekanisme gerak

sejarah umat manusia. Dalam hal ini, Islam telah menemukan dasarnya yang

fundamental, misalnya dapat dilacak dalam al-Qur’an yang menyatakan:

“Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya, dan berilah Kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (QS. an-Nisa’: 75)

Ayat ini bertumpu pada dua nilai keruhanian manusia untuk

menggerakkan jihad yang sekaligus sejarah. Pertama, keniscayaan berjuang

di jalan Allah. Kedua, tentang tanggung jawab manusia untuk

menyelamatkan orang-orang yang tidak berdaya dari cengkeraman para

penindas.16

2. Terminologi Ideologi

Setiap aliran pemikiran memiliki identitas atau ciri khas tersendiri di

dalamnya. Misalnya, teori rasial merupakan ciri khas penganut teori itu. Bila

mereka mengatakan “kami”, maka yang mereka maksud adalah orang kulit putih.

Begitu juga teori Marxis yang merupakan teori pekerja. Pengikut aliran ini

16 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya.

Penerjemah Ilyas Hasan, h.404

Page 84: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

74

menyebut diri mereka pekerja. Bila mereka mengatakan “kami”, maka yang

mereka maksud adalah pekerja. Kaum Kristiani menganggap diri mereka berasal

dari person Kristus, seakan-akan mereka tak memiliki doktrin atau ideologi.

Tanda identitas mereka adalah mencari Kristus dan ingin bersamanya.

Sementara ciri khas Islam adalah Islam tidak menggunakan label ras,

kelas, profesi, daerah atau individu untuk mazhab dan pengikutnya. Penganut

mazhab ini tidak dikenal dengan sebutan Arab, Semit, orang miskin, orang kaya,

orang tertindas, orang kulit putih, orang kulit hitam, orang Asia, orang Timur,

orang Barat, pengikut Muhammad, pengikut al-Qur’an, dan seterusnya.

Nama-nama di atas bukanlah gambaran identitas sejati penganut Islam.

Bila muncul soal identitas mazhab ini dan pengikutnya, semua nama ini pun

lenyap. Yang tinggal hanya satu hal, yaitu hubungan antara manusia dan Allah.

Islam artinya adalah tunduk kepada Allah. Kaum Muslim adalah umat yang

tunduk kepada Allah, kepada kebenaran dan kepada wahyu dan ilham yang datang

dari cakrawala kebenaran disampaikan ke hati orang-orang yang sangat mulia.

Lantas bagaimana karakter asasi identitas kaum muslim? Sebutan apa yang

diberikan agama mereka kepada mereka, dan Islam ingin mereka berada di bawah

panji-panji apa? Jawabnya adalah ketundukan Islam kepada kebenaran.17

3. Syarat untuk Menerima

Menurut Muthahhari, mekanisme gerak sejarah itu beragam, sesuai dengan

perbedaan aliran-aliran pemikiran yang dianut suatu masyarakat. Misalnya ada

yang memandang penindasan satu kelas oleh kelas lain. Itu karena yang satu

17 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h.406

Page 85: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

75

bersifat revolusioner dan yang lainnya bersifat reaksioner. Ada juga aliran dengan

mekanisme geraknya yang memandang pada kemuliaan sifat manusia yang

berupaya mencapai kesempurnaan dan seterusnya. Oleh karena itu tinggal

seseorang memilih untuk menerima atau menolak yang lainnya.

Hanya saja, menurut Muthahhari, dalam Islam lebih bersifat kejiwaan dan

keruhaniaan (spiritualitas), ketimbang mekanisme gerak dari kebendaan dan

perekonomian tadi. Muthahhari membantah keras pendapat yang mengatakan,

Islam juga mengatur determinisme ekonomi, atau materialisme sejarah secara

penuh atau lebih dominan dalam kehidupan ini.18

4. Jaya dan Jatuhnya Masyarakat

Dengan berlandaskan ayat-ayat al-Qur’an Muthahhari menuturkan ada

empat faktor yang mempengaruhi bangun dan jatuhnya suatu masyarakat. Yaitu:

a. Keadilan dan Kezaliman

Berkenaan dengan hal ini, al-Qur’an secara tidak langsung

menyebutkan dalam beberapa ayatnya, antara lain ayat tersebut berbunyi:

”Sesungguhnya Fir’aun mengagungkan dirinya di muka bumi, dan membelah kaumnya menjadi kasta-kasta. Sebagiannya dia tindas, dia bunuh anak laki-laki mereka dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka. sesungguhnya dia termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashas)

18 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h.407-408

Page 86: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

76

Ayat tersebut secara jelas mengutuk perbuatan Fir’aun yang sangat

tercela, dan gambaran ini menunjukkan bahwa tirani sosial seperti yang

dilakukan Fir’aun dapat menghancurkan fondasi masyarakat.

b. Persatuan dan Perpecahan

Muthahhari menuturkan bahwa ayat 103 dari surah Ali ‘Imran

mendesak agar bersatu atas dasar iman dan berpegang kuat pada tali Allah

SWT. Ayat 105 dari Surah yang sama berbunyi;

”Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih.”

Selain itu, terdapat ayat al-Qur’an lain yang juga menyerukan hal yang

sama pula. Ayat tersebut berbunyi:

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada mu, dari atas kamu atau dari bawah kamu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” (QS. al-An’am: 65)

Artinya: “Janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmua.” (QS. al-Anfal: 46)

Page 87: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

77

c. Menaati atau Mengabaikan Perintah Allah tentang Amar Makruf Nahi

Munkar

Muthahhari mengutip ayat al-Qur’an yang berbunyi:

“Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. al-Maidah: 79)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila suatu umat

melecehkan kewajiban besar ini maka akhirnya akan mengakibatkan

kehancuran dan keruntuhan.

d. Kebobrokan Moral dan Tak Peduli Hukum

Ada beberapa ayat al-Qur’an mengenai hal ini. Sebagiannya

menggambarkan hidup mewah sebagai penyebab kehancuran. Dalam

banyak ayat lainnya, disebut-sebut kata zhulm (kezaliman, kekejaman,

penindasan, tirani, pelanggaran). Dalam istilah al-Qur’an, kezaliman tidak

saja berarti pelanggaran hak individu atau kelompok. Kezaliman juga berarti

yang dilakukan seseorang kepada dirinya sendiri atau oleh kaum kepada diri

mereka. Setiap jenis kerusakan moral dan penyimpangan dari jalan benar

manusia adalah kezaliman. 19 Konsepsi kezaliman dalam al-Qur’an cukup

luas sehingga mencakup kezaliman yang dilakukan terhadap pihak lain dan

19 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya.

Penerjemah Ilyas Hasan, h.409-410

Page 88: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

78

pemuasan perbuatan tak bermoral. Terutama kata ini digunakan dalam al-

Qur’an alam artinya yang kedua.

Dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemikiran Muthahhari tentang gerak sejarah sangat ditentukan oleh

aktivitas, watak, dan pemikiran manusia yang bersangkutan. Kesimpulan

demikian, tidak terlepas dari hasil perenungan dan hasil kajian Muthahhari

terhadap nash-nash al-Qur’an secara dalam dan imajinatif. Mekanisme

gerak sejarah dalam Islam, dalam al-Qur’an, membedakan antara

perjuangan kelas dan kepentingan bendawi. Diterangkan dalam al-Qur’an

bahwa, yang pertama, mekanisme gerak sejarah disebabkan oleh tekanan

ciptaan-ciptaan para penindas (QS. 28:5) dan watak reaksioner mereka di

satu pihak, serta semangat revolusioner kelas terhisap di pihak lain.

Perjuangan kaum tertindas yang menjadi mekanisme gerak di sini, akan

berakhir dengan kemenangan kaum atau kelas tertindas, sejauh keteguhan

mereka berpegang pada nilai dan perilaku ideal al-Qur’an. Jadi uraian ini

(dan seperti maksud ayat QS. Ibrahim: 42), ingin mengatakan bahwa Allah

berpihak pada kelas tertindas.

Yang kedua, mekanisme gerak sejarah dilakukan demi kepentingan

pemenuhan ekonomi. Ini dianggap sebagai satu proses alam. Mekanisme ini

membentangkan letak persentuhan pemikiran Muthahhari dengan teori

materialisme historis Karl Marx yang nanti akan dilihat lebih jauh.

C. Evolusi dan Perubahan Sejarah

Page 89: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

79

Satu ciri menonjol kehidupan masyarakat manusia adalah selalu berubah

dan dinamis. Hal ini pula yang membedakan manusia dengan kehidupan makhluk

lainnya yang statis. Hanya saja, dalam melihat perubahan dan kedinamisan

kehidupan masyarakat manusia, para ahli cenderung berbeda pendapat. Perbedaan

itu disebabkan oleh sudut pandang mereka. Materialisme historis misalnya,

berasumsi bahwa perubahan dan evolusi masyarakat manusia dikelompokkan

menjadi masa komunisme, masa perbudakan, masa feodalisme, masa kapitalisme,

dan terakhir masa sosialisme. Adapun menurut sistem dan sudut pandang politik,

dibedakan pula antara pemerintahan kesukuan, masa kejayaan zalim, masa

aristokrasi, dan terakhir masa demokrasi.

Dari sistem-sistem di atas, filosof sejarah akan mempertanyakan, apakah

evolusi dan kemajuan itu nyata? Apakah perubahan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat manusia sepanjang sejarahnya, berupa kemajuan dan evolusi? Apa

pula parameter evolusi itu? Jawaban para ahli dari pernyataan-pernyataan itu,

dalam kenyataannya, ternyata bervariasi. Di antara mereka ada yang meragukan

perubahan dalam kehidupan masyarakat manusia, bersifat maju dan evolusioner.

Di sisi lain lagi ada anggapan bahwa gerakan sejarah berputar-putar (berbentuk

siklus), yang bergerak dari satu titik, melalui tahap-tahap, menuju lagi ke titik

semula. Pandangan mereka ini juga merupakan proses abadi sejarah. Dalam hal

ini, Muthahhari cenderung mengatakan sejarah, gerakan dan jalan sejarah

keseluruhannya sedang bergerak melangkah maju.20

20 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 414

Page 90: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

80

Untuk melihat gerakan, jalan dinamika sejarah, dan faktor-faktor pengaruh

yang menyebabkan gerak maju sejarah, para ahli merumuskan cara yang

bervariasi juga. Namun menurut Muthahhari, cara-cara atau teori-teori itu

dianggap berbahaya, yaitu dapat merusak pemikiran orang, terutama orang

beragama. Berikut penjelasan rumusan cara yang bervariasi itu:

1. Teori Rasial

`Menurut teori ini,21 ras-ras tertentu terutama bertanggung jawab atas

kemajuan sejarah. Ada beberapa ras dianggap mampu membentuk budaya dan

peradaban, sedangkan beberapa ras lain tidak. Sebagian ras dapat melahirkan ilmu

pengetahuan, filsafat, etika, seni, dan teknologi. Sedangkan sebagian ras lain

hanya menjadi konsumen komoditas-komoditas ini, bukan menjadi produsennya.

Jadi, ras yang memiliki budaya dan berperadaban tinggi inilah yang

menggerakkan perubahan, kedinamisan, dan kemajuan sejarah. Di antara filosof

yang menjadi penganut aliran atau teori ini adalah Count Gobilo, seorang filosof

Prancis kenamaan.

2. Teori Geografis

Teori ini berasumsi bahwa faktor utama terciptanya perbedaan budaya

serta perkembangan industri, yang pada dataran historisnya terjadi perubahan dan

pergerakan sejarah dalam lingkungan fisik, yaitu kawasan yang beriklim sedang.

Di kawasan inilah muncul pribadi moderat dan pikiran-pikiran kuat untuk

berkembang. Menurut teori ini, faktor yang mengarahkan kemajuan sejarah

bukanlah ras atau keturunan, tetapi kawasan dan lingkunganlah yang sangat

21 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 414

Page 91: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

81

menentukan. Lingkungan menjadi pembuat sejarah dan penyebab utama

kemajuannya. Di antara ahli pendukung teori ini adalah Montesquieu, Sosiolog

Prancis abad ke 1722

3. Teori Peranan Jenius dan Pahlawan

Menurut teori ini, semua perkembangan sejarah, baik itu ilmu

pengetahuan, politik, ekonomi, teknik atau moral, terjadi berkat orang-orang yang

luar biasa cerdas. Dalam hal ini manusia berbeda dengan makhluk lainnya.

Spesies lain secara biologis hampir sama kemampuannya. Setidak-tidaknya tak

ada perbedaan yang berarti.

Sebaliknya, kemampuan di antara manusia sering terlihat sangat berbeda.

Orang-orang jenius ada di setiap masyarakat. Karena orang-orang jenius ini

memiliki akal, cita rasa, kemauan atau prakarsa yang luar biasa, maka mereka

inilah yang melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknik, moral, politik, atau

militer. Menurut teori ini kebanyakan manusia tidak memiliki prakarsa atau

kreativitas. Mereka hanya ikut menjadi konsumen gagasan dan produk industri.23

Pendukung teori ini di antaranya adalah Thomas Carlyle, percaya bahwa

sejarah dibentuk oleh individu-individu cemerlang. Ia melandasi teorinya dengan

mencontohkan pada sosok nabi Muhammad SAW yang mampu memberikan

pencerahan kepada umat manusia di bawah naungan agama Islam. Begitu juga

dengan perwujudan Prancis modern yang merupakan perwujudan dari personalitas

22 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 414 23 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h.415

Page 92: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

82

seorang Napoleon, tidak lupa juga dengan sejarah Soviet yang merupakan

perwujudan seorang Lenin.24

4. Teori Ekonomi

Menurut teori ini, ekonomi ini adalah kekuatan pendorong sejarah.

Segenap urusan sosial dan historis bangsa, entah itu urusan budaya, politik, militer

atau masyarakat, mencerminkan metode produksi dan hubungan produksi

masyarakat itu. Yang mengubah struktur masyarakat adalah perubahan basis

ekonomi. Perubahan basis ekonomi ini mendorong kemajuan masyarakat. Orang-

orang yang cemerlang pikirannya yang disebutkan di atas hanyalah perwujudan

kebutuhan ekonomi, politik dan sosial masyarakat, dan kebutuhan ini disebabkan

oleh perubahan alat produksi. Karl Marx, kaum Marxis pada umumnya dan

terkadang bahkan sebagian non-Marxis, mendukung teori ini.25

5. Teori Tuhan

Menurut teori ini, apapun yang terjadi di permukaan bumi ini, merupakan

urusan langit yang turun ke bumi sesuai dengan kearifan tinggi Allah. Semua

perubahan sejarah dan perkembangan sejarah merupakan perwujudan kehendak

dan kearifan-Nya. Karena itu, kehendak Tuhanlah yang mendorong kemajuan

sejarah dan yang mewujudkan perubahan sejarah. Sejarah merupakan skenario

kehendak Tuhan. Bishop Bossuet, seorang sejarahwan terkenal dan tutor Louis

XV, mendukung teori ini.26

24 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 414 25 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 416 26 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 416

Page 93: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

83

Muthahhari mengkritik semua gagasan di atas, menurutnya teori-teori

tersebut merupakan hasil dari kekacauan. Misalnya, teori ras tak lebih dari teori

sosiologi. Teori ini baru relevan kalau pertanyaannya adalah apakah beragam ras

manusia yang berbeda memiliki atau tidak memiliki beberapa kemampuan

turunan, dan apakah semua ras itu sama tingkat intelektualnya atau tidak. Jika

sama, itu artinya bahwa semua ras sama-sama berperan dalam gerakan sejarah

atau setidak-tidaknya secara teoritis dapat. Jika tidak sama, itu artinya bahwa

sebagian ras saja yang dapat berperan dalam proses kemajuan sejarah. Sejauh

teori ini sudah pas rumusannya, meski memecahkan misteri filsafat sejarah. Misal

saja kita akui bahwa semua perkembangan sejarah terjadi karena ras tertentu.

Namun masih saja ada problem yang tidak terpecahkan, karena kita masih belum

tahu kenapa kehidupan manusia atau kehidupan ras manusia tertentu berkembang

sedangkan kehidupan binatang tetap statis. Masalah apakah faktor kemajuan

adalah satu ras atau semua ras, tidak memecahkan misteri gerakan sejarah.

Begitu pula dengan teori geografi. Menurut Muthahhari, teori ini ada

manfaatnya, dan berhubungan dengan masalah penting sosiologi. Teori

menunjukkan bahwa lingkungan berperan efektif dalam pertumbuhan mental,

intelektual, temperamental, dan fisik manusia. Sebagian lingkungan membuat

manusia tetap berada di dalam atau mendekati batas-batas binatang, dan sebagian

lagi membuat manusia jauh dan beda dari binatang.

Teori Tuhan lebih tidak konsisten di banding teori lain. Apakah sejarah

saja yang merupakan perwujudan Kehendak Tuhan? Sesungguhnya dunia, sejak

awal hingga akhir, termasuk segenap sebab dan gangguan, merupakan perwujudan

Page 94: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

84

Kehendak Allah. Kehendak Tuhan sama hubungannya dengan semua sebab di

dunia ini. Kalau kehidupan manusia yang berkembang dan berubah merupakan

perwujudan kehendak Tuhan, maka kehidupan lebah yang statis dan monoton pun

merupakan perwujudan Kehendak-Nya juga. Pertanyaannya adalah sistem apa itu,

yang dengan sistem ini Kehendak Tuhan menjadikan kehidupan manusia

berkembang, sementara kehidupan binatang statis karena tak adanya sistem itu.

Begitu juga terhadap teori ekonomi yang menurut Muthahhari tak ada

aspek teknisnya, dan tidak diajukan sebagai prinsip. Teori ekonomi sejarah

menjelaskan karakter asasi sejarah saja dan menunjukkan bahwa karakter asasinya

material dan ekonomi, dan bahwa segala urusan lainnya sama saja dengan bentuk-

bentuk atau kekhasan yang tak asasi. Konsekuensinya, semua urusan masyarakat

pun mengalami perubahan. Namun semua itu adalah masalah “jika”. Masalah

yang sebenarnya masih saja belum terjawab. Meskipun kita mengakui bahwa

ekonomi adalah infrastruktur masyarakat dan kalau ekonomi berubah maka

segenap masyarakat pun berubah, masalahnya adalah kenapa begitu. Apa faktor

yang mengubah seluruh suprastruktur bila infrastruktur berubah? Mungkin saja

ekonomi menjadi infrastruktur masyarakat, namun itu tidak berarti bahwa

ekonomi merupakan kekuatan pendorong sejarah juga. Jika saja pendukung teori

ini, bukannya menggambarkan ekonomi infrastruktur masyarakat, namun

menggambarkannya sebagai kekuatan pendorong sejarah, menganggap

materialitas sejarah cukup untuk membuat sejarah dinamis, menekankan masalah

kontradiksi dalam masyarakat, dan mengatakan bahwa sesungguhnya kekuatan

pendorongnya adalah kontradiksi antara infrastruktur dan suprastruktur

Page 95: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

85

masyarakat atau kontradiksi antara dua aspek infrastruktur (alat produksi dan

hubungan produksi), tentu teori ini akurat penyampaiannya. 27

Teori raksasa intelektual, Muthahhari mengatakan terlepas dari benar atau

tidak, berhubungan langsung dengan filsafat sejarah atau faktor pendorong

sejarah. Sejauh ini kita hanya memahami dua teori tentang kekuatan yang

menggerakkan sejarah. Salah satunya adalah teori raksasa, yang menurut teori ini

mengklaim bahwa sebagian besar anggota masyarakat atau hampir semua anggota

masyarakat tak memiliki inisiatif, orisinalitas dan kemampuan memimpin. Mereka

tak bisa membawa perubahan dalam masyarakat. Namun dari waktu ke waktu

muncul minoritas sangat kecil yang luar biasa imajinatif dan kreatif. Mereka

mengambil inisiatif, membuat rencana, mengambil keputusan dan menarik

dukungan orang. Dengan begitu mereka menciptakan perubahan. Orang-orang

heroik ini merupakan produk dari fenomena yang luar biasa, baik fenomena

alamiah maupun turun-temurun, namun bukan produk kondisi sosial atau

kebutuhan material masyarakat.28

Muthahhari menyebutkan sebuah teori yang biasa disebut dengan teori

sifat manusia atau kekhasan manusia. Fitrah manusia adalah sedemikian sehingga

dia memiliki kekhasan bawaan yang membuat kehidupannya evolusioner. Salah

satu kekhasan ini adalah kemampuannya menghimpun dan melestarikan

pengalaman. Apa pun pengetahuan dan informasi yang didapat manusia melalui

27 Murtadha muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 417 28 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h.418

Page 96: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

86

pengalamannya, dia simpan dalam pikirannya, dan dia gunakan sebagai basis bagi

pengalamannya lebih lanjut.

Kekhasan lain manusia adalah manusia mampu belajar melalui lisan dan

tulisan. Melalui lisan dan tulisan, manusia dapat menyampaikan pengalamannya.

Pengalam satu generasi disimpan demi kepentingan generasi selanjutnya melalui

lisan dan tulisan. Dan dengan demikian pengalaman manusia kian terakumulasi.

Kekhasan ketiga manusia menurut Muthahhari adalah manusia diberi

kekuatan akal dan inisiatif. Melalui kekuatan misterius ini manusia dapat

menciptakan sesuatu, karena manusia adalah perwujudan kekuatan kreatif Allah.

Kekhasan keempat pada diri manusia adalah manusia memiliki hasrat bawaan

untuk melakukan sesuatu yang orisinal. Dengan kata lain manusia bukan saja

memiliki kemampuan kreatif, namun juga dapat menciptakan sesuatu bila

diperlukan. Kecenderungan untuk mencipta ini sudah tertanam dalam karakter

esensialnya.29

Semua kemampuan yang dimiliki manusia menjadi kekuatan pendorong

kemajuan manusia. Pada diri binatang tak ada kemampuan untuk mengingat

pengalaman dan menyampaikannya kepada binatang lain, tak ada orisinalitas dan

inisiatif, juga tak ada keinginan kuat untuk mencipta. Itulah sebabnya kenapa

binatang statis sedangkan manusia bergerak maju.

Dari paparan singkat di atas, tentang teori-teori dinamika dan gerak maju

sejarah, nampaknya perlu dicermati ulang bahwa Muthahhari kelihatan hanya

memaparkan sejumlah teori tersebut dan mengkritiknya dengan mengatakan

29 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h.419

Page 97: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

87

bahwa semua teori ini dapat merusak pemikiran tertentu. Adapaun bagaimana

teori Muthahhari kemudian menjawab kritikannya itu sendiri, sejauh ini tidak

berhasil ditunjukkan dengan jelas oleh Muththahharȋ.

Hanya saja, memang Muthahhari menunjukkan kecenderungannya dengan

mengatakan bahwa penyejarahan atau mekanisme gerak dan sifat sejarah dalam

Islam tidak hanya menjalankan kehendak mutlak Tuhan, tetapi juga memiliki

kebebasannya untuk memenuhi dan merealisasi kehendak manusia sendiri sebagai

makhluk sesuai dengan maksud QS. ar-Ra’du: 11. Allah tidak akan mengubah

nasib atau keadaan seseorang atau suatu kaum, sebelum mereka bekerja keras

untuk mengubahnya.

D. Kritik Murtadha Muthahhari Terhadap Konsep Materialisme Dialektis

dan Materialisme Historis Karl Marx

Dalam bab ketiga penulis telah membahas prinsip-prinsip dasar

materialisme dialektis dan materialisme historis ala Marx. Dari situ jelas bahwa

materialisme historis merupakan salah satu ajaran pokok Marxisme. Namun

menurut Muthahhari, ketika menganalisis dan menilai peristiwa-peristiwa sejarah

tertentu, ia hampir-hampir tidak menemukan adanya prinsip-prinsip materialisme

sejarah. Oleh karenanya, berawal dari permasalahan inilah kritikan Muthahhari

dimunculkan. Dia tidak melakukan kritikan terhadap teori Marx secara

keseluruhan, tetapi hanya melihat sisi konsepsi materialisme historis Marx. Dalam

kritikan yang disampaikan, kelihatan terfokus pada hal-hal berikut:

1. Tidak Berdasar

Page 98: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

88

Menurut Muthahhari, sebuah teori historis-filosofis haruslah didasarkan

pada bukti historis kontemporer dan kemudian sampai ke periode lain, atau

didasarkan pada bukti historis peristiwa masa lalu dan sampai ke peristiwa

sekarang dan mendatang; atau harus ada argumen ilmiah, logis, atau filosofisnya

yang kuat untuk membuktikannya.

Sedangkan teori materialisme sejarah tidak mengikuti metode di atas.

Menurutnya, berbagai peristiwa di zaman Marx dan Engels tidak dapat dijelaskan

dengan teori materialisme sejarah, bahkan berbagai peristiwa yang terjadi ribuan

tahun silam juga tidak mendukung teori materialisme sejarah. Dari fakta tersebut

kemudian Muthahhari menyebut teori Marx tak lebih daripada “teori” belaka yang

tak ada buktinya.30

2. Revisi atas Berbagai Pandangan oleh Para Pendirinya.

Dalam hal ini, Muthahhari menganggap terdapat dua teori Marx yang

kontradiksi satu sama lain, dan hal ini menunjukkan ketidakkonsistenan pemikiran

Karl Marx atau sebagai kerancuan. Yakni menyangkut teori materialisme sejarah,

teori ini selalu mengukuhkan kelebihdahuluan benda atas jiwa, kelebihdahuluan

bendawi atas kebutuhan akal, kelebihdahuluan kemasyarakatan manusia atas

jiwanya, kelebihdahuluan tindakan atas pikiran, kelebihdahuluan psikologi atas

sosiologi. Di sisi lain, permasalahan logika dialektis yang juga berangkat dari

materialisme historis mutlak, kelihatan berbenturan dengan prinsip sebab-akibat

timbal balik. Marx dalam pernyataannya memandang bahwa semua proses

kemasyarakatan baik yang hakiki atau tidak, berdasarkan faktor-faktor

30 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 353

Page 99: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

89

pembangunan ekonomi. Akan tetapi, tidak mengembangkan akibat bangunan atas

dasar apa. Padahal, tuntutan dan hubungan sebab-akibat tidak boleh dipandang

sebagai proses sepihak. Misalnya, apabila A adalah penyebab terjadinya B dan

mempengaruhi B, pada gilirannya B juga penyebab A dan mempengaruhi A.

Menurut prinsip ini, ada semacam ketergantungan dan pengaruh timbal balik di

antara semua unsur alam dan semua unsur masyarakat.

Dari realitas seperti itu, menurut Muthahhari, merupakan suatu keanehan

apabila Marx memandang unsur ekonomi sebagai unsur menentukan. Lebih-lebih

lagi, apabila unsur-unsur bangunan, dalam banyak hal lebih menentukan

perjuangan-perjuangan bersejarah. Pengertian seperti perubahan dalam hubungan-

hubungan produksi mendahului perkembangan kekuatan-kekuatan produktif;

perumusan teori-teori revolusi mendahului kelahiran spontan gagasan revolusi,

pengertian bahwa perubahan merupakan bangunan mengubah dasar, menunjukkan

kelebihdahuluan pikiran atas tindakan dan jiwa atas benda. Hal itu menunjukkan

hakikat dan ketidakbergantungan segi-segi politik dan intelektual dalam hubungan

dengan segi ekonomi, dan hal itu bertentangan materialisme sejarah sendiri.31

3. Menghancurkan Prinsip Keselarasan Tak Terelakkan antara Infrastruktur dan

Suprastruktur

Menurut teori materialisme sejarah, harus selalu ada semacam keselarasan

antara infrastruktur dan suprastruktur masyarakat, sehingga dengan mengetahui

suprastruktur maka dapat diketahui pula infrastruktur, dan dengan mengetahui

infrastruktur maka dapat diketahui pula suprastruktur. Jika infrastruktur berubah

31 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 354

Page 100: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

90

maka hancurlah keselarasan ini, keseimbangan sosial pun terganggu, dan

terjadilah krisis seperti itu, sehingga cepat atau lambat krisis tersebut akan

menghancurkan suprastruktur. Sebaliknya, selama infrastruktur tetap utuh,

suprastruktut pun akan tetap utuh.

Dalam realitas ternyata proposisi tersebut salah, karena berbagai peristiwa

sejarah kontemporer tidak terbukti seperti itu. Sejumlah revolusi politik dan sosial

yang menyertai pergolakan demi pergolakan ekonomi yang terjadi pada periode

dari 1827 sampai 1847, sementar Marx dan Engel percaya bahwa revolusi sosial

merupakan akibat tak terelakkan dari krisis ekonomi.32

Belum pernah terjadi krisis ekonomi yang disertai dengan sebuah revolusi

di negara-negara industri sejak 1848. Negara-negara seperti Inggris, Perancis,

Jerman, dan Amerika, kemajuan industrinya mengagumkan. Negara-negara

tersebut sudah berada di puncak kapitalisme. Namun beda dengan prediksi Marx

yang menyebutkan bahwa negara-negara ini yang pertama akan mengalami

revolusi pekerja dan akan menjadi negara-negara sosialis. Dengan ungkapan lain,

Muthahhari mengatakan bahwa anak yang diharapkan Marx akan lahir, usianya

sudah sempurna sembilan bulan, bukan saja usianya sudah sembilan bulan,

bahkan sudah sembilan puluh tahun, namun belum juga lahir. Sekarang, tak ada

lagi harapan anak itu akan lahir.

4. Ketidaksesuaian Basis Kelas Ideologi

Seperti telah disebutkan sebelumnya, menurut materialisme sejarah,

suprastruktur periode apapun tidak mungkin mendahului infrastruktur. Karena itu,

32 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 361

Page 101: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

91

pengetahuan setiap periode hanya terbatas pada periode itu. Dengan berlalunya

waktu, pengetahuan tersebut jadi usang dan tinggal menjadi arsip sejarah.

Gagasan, filsafat, rencana, prediksi, dan agama, semuanya merupakan produk

sampingan dari tuntutan khusus zamannya, dan tak mungkin sesuai dengan

tuntutan zaman lain. Namun, ternyata menurut Muthahhari asumsi tersebut tidak

terbukti, doktrin dan agama, banyak filsafat, tokoh, gagasan, dan cabang ilmu

pengetahuan sepertinya mendahului zaman atau kelasnya. Banyak sekali gagasan

yang merupakan produk dari kebutuhan material zaman tertentu. Meskipun zaman

berubah, gagasan tersebut tetap bersinar di ufuk sejarah.33

5. Independensi Perkembangan Budaya

Menurut teori materialisme sejarah, bahwa kreativitas budaya dan ilmiah

suatu masyarakat sebagaimana segi lainnya berhubungan dengan corak

ekonominya. Ia tidak dapat berkembang tanpa perkembangan dan kemajuan

ekonomi. Perkembangan ilmu juga mengikuti perkembangan yang terjadi pada

sarana produksi dan dasar ekonomi masyarakatnya.

Menurut Muthahhari, sarana produksi tidak akan berkembang secara

otomatis tanpa campur tangan manusia. Sarana produksi itu berkembang dalam

konteks hubungan manusia dengan alam serta keinginantahuannya, daya cipta,

dan usahanya. Perkembangan sarana produksi mengikuti pertumbuhan ilmu dan

teknologi. Bukankah manusia menemukan sesuatu dan menggunakan ilmu dan

teknologi itu dalam praktek, sehingga menyebabkan adanya industri. Manusia

33 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 362

Page 102: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

92

mula-mula mengembangkan ilmunya, lalu menggunakan ilmu itu untuk

menciptakan peralatan teknologi, bukan sebaliknya.34

6. Dalam Materialisme Sejarah Terjadi Inkonsistensi Internal

Menurut materialisme sejarah, segala pemikiran teori, filsafat, ilmu, dan

segala sistem etika, mencerminkan keadaan bendawi, ekonomi, dan berhubungan

erat dengan keadaan-keadaan nyata khas mereka sendiri. Oleh karenanya,

keabsahan mereka tidak mutlak, tetapi bergantung pada periode tertentu. Dengan

berlalunya periode tertentu, perubahan dan keadaan bendawi, ekonomi, dan

masyarakat, digantikan oleh keadaan pemikiran dan teori yang baru pula.

Jika demikian, materialisme sejarah sebagai sebuah teori, harus berlaku

dengan hukum semesta tersebut. Sebab, bila tidak, materialisme sejarah berarti

akan ada hukum-hukum filsafat dan ilmiah tertentu yang mendasar dan tidak

bergantung pada dasar ekonomi apapun. Di samping itu, seadainya teori Marx itu

tidak berlaku dengan hukum umum semesta ini, maka nilai dan keabsahan teori

ini terbatas pada periode tertentu dan hanya berlaku pada periode itu. Ia tidak

relevan dengan periode sebelum dan dengan periode yang akan datang. Oleh

karenanya, di sini pula letak kontradiksi internal materialisme sejarah dengan

dirinya sendiri.35

Dari unsur-unsur yang menjadi kritikan Muthahhari terhadap materialisme

sejarah itu, menunjukkan ketajaman dan keluasan tinjauannya. Ia telah melihat

secara kemungkinan untuk berkembang di satu sisi dan ketidakmungkinan di sisi

34 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 363 35 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya,

h. 365

Page 103: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

93

lain. Namun, semua yang menjadi kritikan dan semua yang dipersoalkan

Muthahhari, tidak terlepas dari sudut pandang dan cara beliau memandang

materialisme sejarah, sehingga menghasilkan sesuatu yang jauh berbeda dengan

yang diidolakan Marx dan Engels.

Menurut hemat penulis, paham keagamaan Muthahhari sangat

berpengaruh terhadap potensi perbedaan pemikiran tokoh ini dengan Marxisme

secara keseluruhan, khususnya materialisme sejarah.

Page 104: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

92

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Murtadhâ Muththahharâ telah mendefinisikan filsafat sejarah dengan

mengkategorisasikannya kedalam pendefinisian atas sejarah. Ia telah

mengklasifikasikan definisi sejarah ke dalam empat arti dan pembagian jenisnya

ke dalam tiga bagian. Yaitu sejarah tradisional, sejarah ilmiah, dan filsafat sejarah.

Yang dimaksud dengan sejarah tradisional ialah sejarah merupakan pengetahuan

tentang berbagai permasalahan individu atau tragedi-tragedi yang terjadi pada

masa lampau dan bukan yang terjadi pada masa sekarang. Dalam hal ini sejarah

tidak berbicara tentang hukum umum atau aturan pergaulan. Dan yang dimaksud

dengan sejarah ilmiah ialah cabang pengetahuan tentang aturan dan tradisi yang

mengatur kehidupan masyarakat di masa lalu. Hal tersebut dikaji secara

mendalam melalui studi dan analisa yang akurat terhadap berbagai peristiwa yang

telah terjadi. Dari studi tersebut akan diperoleh bagaimana karakter dari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di masa lampau. Kajian tersebut akan sangat bermanfaat

sebagai sumber pengetahuan dan membantu manusia untuk mengendalikan masa

depannya. Sedangkan yang dimaksud dengan filsafat sejarah ialah pengetahuan

tentang perkembangan masyarakat dari masa ke masa serta hukum-hukum yang

mengatur perubahan-perubahan ini. Filsafat sejarah menurut Muththahharȋ

berbicara tentang “menjadi”-nya masyarakat yang menunjukkan gerak bukan

tentang “wujud”-nya masyarakat. Menurutnya, masyarakat memiliki dua jenis

Page 105: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

93

hukum, jenis pertama adalah yang mengatur spesies dalam kerangka kelasnya,

dan jenis kedua adalah yang bisa berlaku untuk spesies dengan evolusi dan

transformasinya menjadi spesies lain lain.

Mekanisme gerak sejarah dalam Islam, paling tidak memiliki tiga unsur,

yaitu, pertama, perjuangan kelas, misalnya antara mustadh’afûn (rakyat jelata,

golongan tertindas) dengan mustakbirûn (penguasa-tirani atau penindas), kedua,

pencapaian ekonomi atau kebendaan. Dan ketiga, karena didorong oleh semangat

memperjuangkan nilai-nilai suci. Hanya saja mekanisme gerak sejarah dalam

Islam yang didorong oleh perjuangan nilai-nilai sucilah yang paling dominan, dan

sekaligus menjadi realitas historis sepanjang sejarah umat manusia, khususnya

bagi kaum muslimin. Pemikiran Muththahharȋ tidak luput dari landasan ayat-ayat

al-Qur’an yang ia interpretasikan secara mendalam dan imajinatif.

Muththahharȋ juga mengatakan bahwa manusia memiliki keistimewaan

dan keunikan dibanding makhluk-makhluk lain yang membuat kehidupannya

maju. Manusia menurutnya, dengan akal sehat yang dianugerahkan oleh Tuhan,

dapat membawanya menjadi makhluk yang pembelajar, kreatif, memiliki fitrah

untuk mencipta, dan hasrat untuk maju. Kenyataan seperti inilah yang membuat

Muththahharȋ kemudian menyimpulkan bahwa penyejarahan dan mekanisme sifat

sejarah dalam Islam, tidak hanya menjalankan kehendak mutlak Tuhan, tetapi

juga manusia memiliki kebebasannya untuk memenuhi kehendaknya sendiri.

Muththahharȋ dengan tegas menulis, bahwa antara logika Islam dengan

materialime historis Marx terdapat pertentangan satu sama lain. Ia sangat

mengkhawatirkan ajaran dan pemikiran Islam yang terkait dengan kajian-kajian di

Page 106: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

94

seputar masyarakat dan sejarah, dihubung-hubungkannya dengan materialisme

historis. Sebab menurutnya, teori ini memandang bahwa masyarakat dan sejarah

bersifat bendawi. Padahal Islam tidak mempercayai materialisme historis. Perang,

dalam Islam bukan bermotifkan untuk menumpuk materi atau kekayaan, tetapi

seseorang mau dan rela meninggalkan segalanya, termasuk nyawanya, karena

dilatarbelakangi oleh idealis-ideologi dan kepercayaanya, yang dalam Islam

misalnya terinspirasi dalam konsep jihâd fȋ sabȋlillah. Peperangan yang

dilatarbelakangi oleh idealis-ideologi seperti itu lebih efektif dan dahsyat

dibandingkan dengan peperangan yang dimotivasikan oleh kepentingan material

dan kekuasaan belaka.

Al-Qur’ân percaya pada kekuatan dan nilai bimbingan, nasihat, teguran,

peringatan, argumentasi, dan penalaran logis yang dalam teks al-Qur’ân disebut

dengan hikmah dan kebijaksanaan. Di dalam al-Qur’ân, semua sarana itu dapat

mengubah seseorang, mengubah jalan hidupnya, mengubah kepribadiannya, dan

menciptakan perubahan ruhaniah dalam dirinya. Pendekatan seperti ini jelas

bertentangan dengan teori materialisme historisnya Marx, yang membatasi

peranan bimbingan hanya sebagai pengubah kelas itu sendiri: menjadi kelas untuk

kelas, dengan cara menimbulkan kesadaran akan pertentangan kelas dan watak

kelas.

Page 107: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

95

B. Saran-saran

Adapun mengenai saran-saran yang perlu disampaikan berkaitan dengan

penelitian skripsi ini, dalam hubungannya dengan kajian-kajian filsafat sejarah di

lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Aqidah Filsafat, antara lain:

1. Perlu adanya mata kuliah tersendiri tentang filsafat sejarah, karena hemat

penulis mata kuliah ini belum ada di jurusan aqidah filsafat, paling tidak

dengan adanya mata kuliah tersebut dapat memberikan wawasan mengenai

kajian filsafat sejarah.

2. Dalam upaya menyemarakkan kajian filsafat sejarah, perlu adanya diskusi-

diskusi tentang filsafat sejarah, dengan adanya forum atau kegiatan ini akan

sedikit banyak lebih mempertajam kekuatan analisa para mahasiswa dalam

menyikapi perkembangan masyarakat sekitar, negara, dan dunia global.

3. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah menambah jumlah koleksi buku-

buku filsafat sejarah di perpustakaan fakultas maupun perpustakaan pusat.

4. Dan tentu saja ditambah dengan publikasi buletin, jurnal pemikiran untuk lebih

menyemarakkan diskursus pemikiran di fakultas Ushuluddin khususnya di

Jurusan Aqidah Filsafat.

Page 108: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

95

DAFTAR PUSTAKA

Bagir, Haidar, Penyunting. Murtadha Muthahhari Sang Mujahi, Sang Mujtahid. Bandung Yayasan Muthahhari, 1988.

Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1981. Berlin, Isaiah, Biografia Karl Marx, terj. Eri Setiyawati, Alkhatab, Silvester G Sukur.

Surabaya: Pustaka Promothea, 2000. Collingwood, Robin George. The Idea of History. London: Oxford University Press,

1976.

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press, 1985.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius, 1980.

Khaldun, Ibn. Muqaddimah, terj. Ahmadi Thaha. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000. Khudairi, Zainab. Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, terj. Ahmad Rofi’ Utsmani.

Bandung: Penerbit Pustaka,1987. Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995. Muchsin, Misri A. Filsafat Sejarah Dalam Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz Press, 2002. Muthahhari, Murtadha. Manusia dan Alam Semesta,terj. Ilyas Hasan. Jakarta:

Lentera, 2002. __________. Kritik Islam Terhadap Materialisme, terh. Akmal Kamil. Jakarta:

Islamic Center Jakarta al-Huda, 2001.

__________. Membumikan Kitab Suci, Manusia dan Agama, terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Mizan, 2007.

__________. Society and History, translator Mahliqâ Qarâ’i. Jakarta: Islamic Culture and Relation Organization, 1997.

__________. Menguak Masa Depan Umat Manusia Pendekatan Filsafat Sejarah, terj Afif Muhammad, Masykur Ab, Fauzi Siregar, A. Rifa,i Hasan. Bandung: Pustaka Hidayah, 2001.

Nasr, Seyyed Hossein dan Leaman, Olivear, ed. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (Buku Pertama), terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Mizan, 2003.

Page 109: PEMIKIRAN MURTADH ñ087+ TH AHHAR ù TENTANGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4541/1/MUSLIM... · K epada rekan -rekan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB

96

96

Rahnema, Ali. Para Perintis Zaman Baru Islam, terj. Ilyas Hasan. Bandung: Mizan,

1995. Ramly, Andi Muawiyah. Peta Pemikiran Karl Marx, Materialisme Dialektis dan

Materialisme Historis. Yogyakarta: LKIS, 2007. Shariati, Ali. Tugas Cendekiawan Muslim, terj. Dr.M.Amien Rais. Yogyakarta:

Shalahuddin Press, 1982. Siddiqi, Mazheruddin. Konsepsi Qur’an Tentang Sejarah, Terj. Nur Rachmi. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1986. Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah. Bandung: Mizan, 1995. Syarqawi, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka Hidayah, 1986.