pemetaan kesiapan penerapan sistem teknologi …

12
73 PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI UPRATING DI REMBANG, SELAYAR DAN MERAUKE IMPLEMENTATION READINESS ASSESMENT OF UPRATING SYSTEM TECHNOLOGY IN REMBANG, SELAYAR AND MERAUKE Yudha Pracastino Heston 1 Saraswati Tedja Wardhani 2 1,2 Balai Penelitian dan Pengembangan Penerapan Teknologi Permukiman Jl. Laksda Adisucipto No.165 Yogyakarta. Telp/fax (0274) 555205/546978 [email protected] ABSTRACT Population increase enhance the need for clean water, beside another primary needs. Research and Development Agencies, Ministry of Public Works and Housing, has developed a technology system to increase the production capacity of water treatment plants (WTP). The technology system is an "improvement" which is an effort to repair WTP so that it can be produced up to two initial debits. The implementation of this technology system, developed from WTP made from concrete to WTP with steel material. The study was conducted to assess the implementation readiness of Uprating technology to three PDAMs namely Rembang, Selayar Islands and Merauke. The method used in this paper is to use qualitative descriptive to determine the implementing feasibility of Uprating Technology system. The conclusion of this study is that PDAM Rembang has sufficient requirements to implement technology. While the other two PDAMs, Merauke and Selayar Islands, have not fulfilled the requirements for implementing uprating technology. Keywords : implementation, technology, uprating, drinking water ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk, meningkatkan pula kebutuhan air bersih, selain dari kebutuhan primer lainnya. Balitbang Kementerian PUPR telah mengembangkan sistem teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi instalasi pengolahan air (IPA). Sistem teknologi itu adalah “uprating”yang merupakan upaya rehabilitasi IPA hingga dapat berproduksi sampai dua kali debit awal. Penerapan sistem teknologi ini, dikembangkan dari IPA berbahan beton ke IPA dengan bahan baja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesiapan penerapan teknologi Uprating pada tiga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yaitu Rembang, Kepulauan Selayar dan Merauke. Pendekatan atau metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah dengan menggunakan deskriptif kualitatif untuk menentukan kelayakan penerapan sistem Teknologi Uprating. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa PDAM Rembang memiliki kecukupan syarat untuk menerapkan teknologi. Sedangkan dua PDAM yang lain yaitu Merauke dan Kepulauan Selayar belum mencukupi syarat untuk penerapan teknologi uprating. Kata Kunci : penerapan, teknologi, uprating, air minum PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk, meningkatkan pula kebutuhan air bersih, selain dari kebutuhan primer lainnya. Peningkatan kebutuhan air seiring dengan pertumbuhan wilayah (Alimah, HPH Putro,. 2014). Dalam penyediaan air bersih terdapat tiga faktor pertimbangan (Rumahorbo. 2009), yaitu pertama karakter air baku (jenis sumber, kuantitas, kualitas dan debit andalan). Bagian kedua adalah terkait kebijakan (penataan ruang, pertumbuhan investasi ekonomi, dan demografi). Terakhir adalah terkait teknologi produksi (efisiensi ekonomi, distribusi dan cakupan layanan). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai salah satu penanggung jawab penyediaan air bersih, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan, telah mengembangkan sistem teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi instalasi pengolahan air (IPA). Sistem teknologi itu adalah “uprating” yang merupakan upaya rehabilitasi IPA (Aji dkk, 2017) hingga dapat berproduksi sampai dua kali debit awal.

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

73

PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI UPRATING DI REMBANG, SELAYAR DAN MERAUKE

IMPLEMENTATION READINESS ASSESMENT OF UPRATING SYSTEM

TECHNOLOGY IN REMBANG, SELAYAR AND MERAUKE

Yudha Pracastino Heston1 Saraswati Tedja Wardhani2 1,2 Balai Penelitian dan Pengembangan Penerapan Teknologi Permukiman Jl. Laksda Adisucipto No.165 Yogyakarta. Telp/fax (0274) 555205/546978

[email protected]

ABSTRACT Population increase enhance the need for clean water, beside another primary needs. Research and Development Agencies, Ministry of Public Works and Housing, has developed a technology system to increase the production capacity of water treatment plants (WTP). The technology system is an "improvement" which is an effort to repair WTP so that it can be produced up to two initial debits. The implementation of this technology system, developed from WTP made from concrete to WTP with steel material. The study was conducted to assess the implementation readiness of Uprating technology to three PDAMs namely Rembang, Selayar Islands and Merauke. The method used in this paper is to use qualitative descriptive to determine the implementing feasibility of Uprating Technology system. The conclusion of this study is that PDAM Rembang has sufficient requirements to implement technology. While the other two PDAMs, Merauke and Selayar Islands, have not fulfilled the requirements for implementing uprating technology. Keywords : implementation, technology, uprating, drinking water ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk, meningkatkan pula kebutuhan air bersih, selain dari kebutuhan primer lainnya. Balitbang Kementerian PUPR telah mengembangkan sistem teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi instalasi pengolahan air (IPA). Sistem teknologi itu adalah “uprating”yang merupakan upaya rehabilitasi IPA hingga dapat berproduksi sampai dua kali debit awal. Penerapan sistem teknologi ini, dikembangkan dari IPA berbahan beton ke IPA dengan bahan baja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesiapan penerapan teknologi Uprating pada tiga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yaitu Rembang, Kepulauan Selayar dan Merauke. Pendekatan atau metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah dengan menggunakan deskriptif kualitatif untuk menentukan kelayakan

penerapan sistem Teknologi Uprating. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa PDAM Rembang memiliki kecukupan syarat untuk menerapkan teknologi. Sedangkan dua PDAM yang lain yaitu Merauke dan Kepulauan Selayar belum mencukupi syarat untuk penerapan teknologi uprating. Kata Kunci : penerapan, teknologi, uprating, air minum

PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk,

meningkatkan pula kebutuhan air bersih, selain dari kebutuhan primer lainnya. Peningkatan kebutuhan air seiring dengan pertumbuhan wilayah (Alimah, HPH Putro,. 2014). Dalam penyediaan air bersih terdapat tiga faktor pertimbangan (Rumahorbo. 2009), yaitu pertama karakter air baku (jenis sumber, kuantitas, kualitas dan debit andalan). Bagian kedua adalah terkait kebijakan (penataan ruang, pertumbuhan investasi – ekonomi, dan

demografi). Terakhir adalah terkait teknologi produksi (efisiensi ekonomi, distribusi dan cakupan layanan). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai salah satu penanggung jawab penyediaan air bersih, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan, telah mengembangkan sistem teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi instalasi pengolahan air (IPA). Sistem teknologi itu adalah “uprating” yang merupakan upaya rehabilitasi IPA (Aji dkk, 2017) hingga dapat berproduksi sampai dua kali debit awal.

Page 2: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

74

Puslitbang Perumahan dan Permukiman - Pusperkim (2016) sebagai pengembang sistem teknologi ini memberikan beberapa contoh penerapannya, yaitu di IPA Dekeng, Bogor, IPA Kedasih, IPA di Muka Kuning, Batam dan IPA Estuary, PDAM Kabupateni Badung. Semua lokasi ini merupakan IPA dengan bahan beton. Air baku yang masuk di ketiga IPA ini berasal dari air permukaan, yaitu sungai dan waduk. Konsumen penerima manfaat olahan air IPA PDAM yang ada pada kondisi tinggi dan terus meningkat. Sistem Teknologi Uprating dikembangkan dengan terlebih dahulu melihat atau mengevaluasi kondisi IPA yang ada, selain itu dilakukan juga pengujian air baku, dan proses produksi di IPA serta meneliti lingkungan IPA. Beberapa bagian yang dapat menjadi proses penerapan Sistem Teknologi Uprating adalah rekayasa sistem campuran kimiawi (dosing), unit flokulasi, unit sedimentasi, unit filtrasi, pompa dan atau sistem distribusi.

Penerapan sistem teknologi ini,

dikembangkan dari IPA berbahan beton ke IPA

dengan bahan baja. Pada tahun 2018 dijajaki

pula pengembangan ke tiga lokasi yang memiliki

permasalahan terkait dengan pengembangan

penyediaan air bersih melalui PDAM yang ada.

Daerah tersebut adalah Kabupaten Rembang,

Kabupaten Kepulauan Selayar dan Kabupaten

Merauke, dimana masing – masing daerah

memiliki proses pemilihan lokasi yang unik dan

berbeda. Kabupaten Rembang mengajukan

permohonan untuk adanya penerapan Sistem

Teknologi Uprating, saat proses penelitian yang

dilakukan Balai Litbang Penerepan Teknologi

Permukiman di Tahun 2015. Kabupaten

Kepulauan Selayar menjadi lokasi usulan

penerapan, dengan didahului adanya

permintaan advis teknis, terkait dengan

pemanfaatan material lokal dan penerapan

teknologi, yang kemudian muncul rekomendasi

awal adanya kebutuhan untuk peningkatan

kapasitas IPA. Kabupaten Merauke menjadi

lokasi usulan penerapan, dengan adanya

kunjungan tim Akademi Teknik Tirta Wiyata

(AKATIRTA) ke Merauke, yang kemudian tim

tersebut menyampaikan usulan kepada

Balitbang, Kementerian PUPR.

Kebutuhan ketiga lokasi untuk menerapkan sistem teknologi ini, perlu terlebih dahulu diperiksa dengan kondisi teknis maupun non teknis yang ada pada sistem pelayanan air minum di PDAM masing – masing. Kondisi ini diperlukan supaya ketika proses rehabilitasi yang kemudian dipilih dan ditetapkan tersebut dapat berhasil dan bermanfaat besar pada

sistem penyediaan air minum di daerah. Pertanyaanya adakah ketiga PDAM ini telah memiliki kesesuaian dalam memenuhi syarat untuk menerapkan sistem teknologi uprating tersebut? Hal ini coba ditelaah melalui studi kualitatif berdasarkan data informasi yang telah dikumpulkan.

KAJIAN PUSTAKA Teknologi uprating memiliki beberapa persyaratan yang diperlukan untuk kelayakan penerapannya (Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman, 2016), kelayakan terdiri dari aspek umum dan organisasi, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek finansial dan resiko. Aspek umum dan organisasi terdiri dari tiga hal yaitu komitmen pimpinan, kecakapan tim dan stakeholder. Aspek pemasaran terdiri dari supply demand ratio, forecast, pricing. Aspek teknis terdiri dari air baku, unit produksi dan distribusi. Serta aspek finansial dan resiko, terdiri dari analisa kelayakan dan skema investasi Bappenas. Di dalam penilaian untuk uprating terdapat kriteria kemutlakan ada dan tidak, variabel yang harus ada adalah pertumbuhan (forecast) pelanggan, dan air baku.

Dalam rangka penerapan uprating tersebut terdapat kriteria terkait dengan kebutuhan untuk adanya kinerja PDAM pada kategori sehat, memiliki tingkat kebocoran yang rendah (Non Revenue for Water – NRW) < 30%, serta memiliki efisiensi produksi yang tinggi (>70%), pembiayaan keuangan yang lebih dari impas (Full Cost Recovery – FCR). Selain itu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu aspek kelembagaan PDAM, kondisi fisik bangunan IPA, ketersediaan pasokan air baku, potensi distribusi pelanggan, dan ketersediaan IPA cadangan. NRW merupakan parameter penting dalam perencanaan peningkatan jaringan distribusi air, yang perlu juga dapat didentifikasi parameter yang mempengaruhinya (Jang, 2018). Prinisip pembiayaan yang melebihi impas, lebih dikenal sebagai prinsip FCR (Heston., Pasawati, 2016), memiliki pengertian, bahwa PDAM dapat membiayai sendiri pengeluaran perusahaan dengan tidak mendapat tambahan sumber pembiayaan luar.

Buku laporan akhir pengembangan dan penerapan uprating instalasi pengolahan air (IPA), yang disusun oleh Pusperkim, menjelaskan secara runut, langkah proses pelaksanaan uprating. Pertama terkait dengan kondisi IPA eksisting yang akan ditingkatkan kapasitas produksinya melalui mekanisme uprating. Penilaian dilakukan dengan jalan melakukan diskusi dengan PDAM pengelola IPA, sekaligus juga dilakukan survey dan observasi

Page 3: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

75

kondisi IPA. Kondisi yang perlu diketahui untuk tahapan awal (Utami dkk, 2016) ini adalah terkait dengan desain dan satuan operasi IPA eksisting, debit produksi dan kualitas air baku, debit distribusi, pelanggan dan tingkat kehilangan air. Setelah dinilai layak ada beberapa informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan uprating. Informasi tersebut terdiri dari perhitungan proyeksi debit IPA dan jumlah pelanggan IPA sampai dengan umur perencanaan, atau sampai cakupan layanan IPA adalah 100%. Pengumpulan gambar pelaksanaan (as build drawing) IPA eksisting. Desain dan optimasi IPA yang terdiri dari satuan operasi, kriteria perencanaan, peralatan yang digunakan dan aspek mekanikal dan elektrikal. Dimensi satuan operasi dan proses IPA uprating, terkait perpipaan, perlengkapan dan peralatan ME serta kelayakan teknis. Penyiapan gambar kerja (shop drawing). Analisis harga perkiraan sendiri, bill of quantity, rencana kerja dan syarat syarat, serta detailed engineering design (DED). Analisis sambungan rumah dan sistem terminal air dan hidran umum. Termasuk juga penghitungan benefit cost ratio, internal rate of return dan break even point. Setelah semua proses ini dikerjakan dilakukan pelaksanaan konstruksi, yang dilanjutkan dengan pembuatan as build drawing uprating. Uji coba commissioning (sesuai SNI 0004-2008 tentang Tata Cara Commisioning Instalasi Pengolahan Air) dan penyusunan dokumen manual dan operasi perawatan IPA.

METODE PENELITIAN Pendekatan/Metode yang digunakan

dalam karya tulis ini adalah dengan menggunakan deskriptif kualitatif (Hasanah dkk, 2017) untuk menentukan kelayakan penerapan sistem Teknologi Uprating. Secara umum, kegiatan ini terdiri atas (1) menelaah data-data teknis yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan operasi pemelihraan. (2) melakukan survei, obesrvasi dan pengukuran fisik konstruksi terpasang dan (3) menyajikan fakta dan temuan lapangan.

Sumber informasi adalah dokumen perencanaan, gambar rencana, as build drawing dan dokumentasi lapangan serta hasil diskusi/wawancara dengan pihak pengelola selama survei dan observasi lapangan.

Populasi dalam penelitian ini adalah PDAM yang terpilih untuk dianalisis kesiapannya dalam penerapan replikasi perdana sistem teknologi uprating. PDAM tersebut adalah PDAM Kabupaten Rembang, PDAM Kabupaten Kepulauan Selayar, dan PDAM Kabupaten Merauke. Sedangkan responden dalam

penelitian ini adalah: Kepala Bappeda Merauke dan beberapa pegawainya, Kepala Dinas PU Merauke dan beberapa pegawainya, serta Direktur PDAM Kab Merauke dan beberapa pegawainya. Pegawai Bappeda Kepulauan Selayar, Dinas PU Kepulauan Selayar, serta Direktur PDAM Kab Selayar dan beberapa pegawainya. Pegawai Bappeda Rembang, Dinas PU Rembang, serta Direktur PDAM Rembang dan beberapa pegawainya. Responden dipilih berdasarkan kapasitas dalam menguasai informasi, terkait potensi penerapan sistem teknologi uprating di PDAM masing – masing.

Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga cara yaitu dengan melakukan studi dokumentasi yaitu studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai data sekunder dari berbagai sumber (seperti dokumen perencanaan, gambar rencana, asbuild drawing, buku profil PDAM). Cara berikutnya adalah dengan melakukan wawancara kepada manajemen PDAM, termasuk teknisi pelaksana konstruksi dan operator atau personil pengelola saat ini. Dan terakhir adalah dengan melakukan observasi lapangan, yang dilakukan melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk memastikan sinkronisasi antara hasil wawancara dengan kondisi yang ada.

Analisis kesiapan PDAM menerapkan teknologi Uprating dikaji dengan menggunakan 6 (enam) kriteria penilaian yaitu kesehatan PDAM, kondisi fisik bangunan IPA, ketersediaan pasokan air baku, potensi distribusi pelanggan, ketersediaan IPA cadangan, ketersediaan data untuk perencanaan. Kesehatan PDAM berhubungan dengan kinerja manajemen sebuah perusahaan. Apabila manajemen yang ada kurang baik, maka akan sulit bagi PDAM untuk mengembangkan diri. Beberapa indikator kesehatan PDAM yang dapat digunakan mengukur kinerja adalah NRW < 30%, metode pendanaan secara full cost recovery, pertanggungjawaban keuangan wajar tanpa perkecualian (WTP), dll. Kondisi fisik bangunan akan menjadi faktor penentu apakah IPA yang ada masih layak direhabilitasi?. Apabila IPA dalam kondisi rusak, maka uprating tidak mungkin dilakukan. Ketersediaan pasokan air baku, juga menjadi faktor penentu apakah uprating dapat dilakukan. Apabila pasokan air baku tidak ada atau kapasitasnya terbatas, maka uprating tidak dapat dilakukan karena air bakunya tidak ada atau uprating tidak akan efisien karena kekurangan pasokan air baku. Potensi pelanggan, juga menentukan kelayakan finansial dilakukannya uprating. Apabila pelanggan baru tidak ada, maka volume air yang diproduksi dari hasil uprating, tidak akan mempunyai pembeli. Ketersediaan IPA

Page 4: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

76

cadangan diperlukan untuk mencegah terjadinya gangguan pelayanan kepada pelanggan yang ada selama diberhentikannya IPA yang sedang di uprating. Ketersediaan data untuk perencanaan, diperlukan untuk memudahkan menyiapkan desain beserta gambar- gambar kerja untuk acuan konstruksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Lokasi Penelitian dan PDAM a. Kabupaten Rembang

Kabupaten Rembang terletak di jalur pantura timur Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur. Secara geografis letaknya berada pada garis koordinat 111o 00′ – 111o 30′ Bujur Timur dan 6o 30′ – 7o 6′ Lintang Selatan di ujung timur laut Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian topografi Kabupaten Rembang berada diantara 0-7 m dpl hingga lebih dari 500 m dpl. Lahan seluas 11.973 ha berada di ketinggian 0-7 m dpl, lahan seluas 56.197 ha berada di ketinggian 8-100 m dpl, 28.688 ha luas lahan berada pada ketinggian 101-500 m dpl, dan 3.112 ha luas lahan berada pada ketinggian lebih dari 500 m dpl. Kabupaten Rembang terbagi menjadi 14 kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Sale yakni seluas 10.714 ha dan diikuti Kecamatan Bulu dengan luas 10.240 ha.

Total luas wilayah Kabupaten Rembang adalah 101.408 ha. Luas tersebut meliputi lahan sawah seluas 29.058 ha atau 28,65%, lahan bukan sawah seluas 39.938 ha atau 39,38%, dan lahan bukan pertanian seluas 32.412 ha atau 31,96%. Sedangkan berdasarkan penggunaan lahan, lahan terluas digunakan untuk tegalan yakni sebesar 32,94%, kemudian untuk hutan sebesar 23,45%, dan untuk sawah tadah hujan sebesar 20,08%. Intensitas hari dan frekuensi curah hujan Kabupaten Rembang selama tahun 2013 relatif lebih tinggi dibanding dengan tahun sebelumnya. Selama tahun 2013, curah hujan tertinggi berada di Kecamatan Sulang yakni sebanyak 2.305 mm, sedangkan untuk intensitas hari terbanyak ada di Kecamatan Bulu yakni sebanyak 131 hari. Kabupaten Rembang juga merupakan daerah yang ditetapkan sebagai Kawasan Bahari Terpadu.

Pengelolaan air minum di Kabupaten Rembang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Rembang. Pengolahan air dilakukan di Unit Pengolahan IPA Gunungsari yang telah beroperasi sejak tahun 1997. IPA Gunungsari memiliki dua unit pengolahan yakni IPA Baja dengan kapasitas instalasi terpasang 20 L/dt

dan IPA Beton dengan kapasitas instalasi terpasang 15 L/det.

Sumber air baku PDAM berasal dari Embung Banyukuwung yang terletak di Desa Sudo, Kecamatan Sulang, 7,5 Km di selatan Kota Rembang. Embung Banyukuwung merupakan waduk buatan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar dan irigasi persawahan. Alokasi air baku tersebut hingga saat ini sebesar 35 L/detik dan mengairi < 750 Ha lahan pertanian. Kualitas visual air baku nampak jernih dengan tingkat kekeruhan < 60 ppm. Namun, air baku menunjukan kenampakan paparan algae dalam jumlah sedikit dan kemungkinan tercemar insektisida dari limbah pertanian.

Proses penyaluran air baku dari intake Embung Banyukuwung ke IPA Gunungsari menggunakan jaringan pipa transmisi berbahan Polivinil klorida (PVC) berdiameter 2 x 250 mm sepanjang 5.500 meter. Perbedaan elevasi sumber air baku Embung Banyukuwung dan IPA Gunungsari sekitar 36 meter sehingga pengaliran air baku ke instalasi IPA dilakukan secara gravitasi. Kondisi IPA Baja Gunungsari tidak terdapat alat ukur debit. Hasil uji kapasitas IPA Baja Gunungsari mencapai 34,2 L/detik dengan kondisi air melimpas free board flokulator. Unit intalasi sedimentasi telah mengalami perubahan pelat settler.

Pelayanan IPA Gunungsari mencakup dua kecamatan yakni Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Rembang serta termasuk kawasan Rembang Barat dan Bahari Terpadu. Total jumlah calon pelanggan IPA sebanyak 4.172 dengan rincian 2.492 Sambungan Rumah (SR) di Kecamatan Kaliori dan 1.360 SR di Kecamatan Rembang. Proses penyaluran air bersih dari IPA Gunungsari menuju pelanggan di Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Rembang menggunakan pipa berdiameter 50 mm sampai dengan 250 mm.

b. Kabupaten Kepulauan Selayar

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan kepulauan di selatan daratan Pulau Sulawesi dan terdiri dari 130 gugusan pulau yang mana tujuh diantaranya akan tenggelam ketika air pasang. Secara geografis letaknya berada pada koordinat 5°42'-7°35' lintang selatan dan 120°15'-122°30' bujur timur. Kondisi geologi kepulauan Selayar merupakan kelanjutan dari wilayah geologi Sulawesi Selatan bagian Timur yang tersusun oleh jenis batuan sedimen.

Kepulauan Selayar menunjukan kondisi struktur dan penyebaran batuan berarah Utara - Selatan dan miring melandai kearah Barat. Sedangkan pantai Timur kepulauan umumnya

Page 5: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

77

terjal dan langsung dibatasi oleh laut dalam yang cenderung merupakan jalur sesar. Total luas wilayah daratan dan laut Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 10.503,69 km² dan dihuni 123.283 jiwa penduduk. Wilayah terluas yang dimiliki kabupaten ini adalah lautan yakni seluas 9.146,66 km2 atau 87,09% dari total luas wilayah. Sisanya seluas 1.357,03 km² atau 12,91% dari total luas wilayah merupakan daratan. Pada tahun 2014, jumlah penduduk mengalami peningkatan menjadi 128.629 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari dua sub wilayah pemerintahan yakni wilayah daratan yang meliputi kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan Bontosikuyu serta wilayah kepulauan yang meliputi kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena. Ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kecamatan Benteng.

Musim hujan di kepualauan ini terjadi pada bulan November hingga Juni dan sebaliknya musim kemarau pada bulan Agustus hingga September. Curah hujan secara umum berdasarkan Data BPS Kabupaten Kepulauan Selayar terjadi cukup tinggi dan dipengaruhi oleh angin musiman.

Pengelolaan air bersih Kabupaten

Kepulauan Selayar dilakukan di lima lokasi Ibu

Kota Kecamatan dengan enam IPA. Masing-

masing IPA melayani satu hingga dua kecamatan

di Kabupaten Kepulauan Selayar. Sistem

distribusi air bersih di kabupaten ini

menggunakan dua sistem berbeda dikarenakan

kondisi topografinya yang berupa perbukitan

dan dataran rendah. Dua sistem tersebut sistem

nonperpipaan dan sistem perpipaan. Sistem

non-perpipaan merupakan penyediaan sarana

dan prasarana air bersih bagi masyarakat

daerah atau desa yang terletak di dekat sumber

mata air melalui beberapa program. Sedangkan,

sistem perpipaan merupakan penyediaan air

bersih bagi masyarakat melalui sistem jaringan

pipa yang disediakan oleh PDAM. Pendanaan

kelembagaan sistem perpipaan berasal dari

APBD Kabupaten Kepulauan Selayar.

c. Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke merupakan kabupaten

terluas di Indonesia yakni terdiri dari lahan

darat seluas 46.791,63 km2 dan perairan seluas

5.089,71 km2. Secara administratif kabupaten

ini dibagi menjadi 20 (dua puluh) kecamatan

dengan Kecamatan Waan sebagai kecamatan

terluas. Secara administratif, batas wilayah

Kabupaten Merauke di sebelah utara adalah

Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel,

di sebelah selatan berbatasan dengan Laut

Arafura. Batas bagian timur dan barat adalah

Papua New Guine dan Laut Arafuru. Daratan di

Kabupaten Merauke

Di tahun 2016, suhu udara rata-rata di

Kabupaten Merauke mencapai 27,375oC dengan

suhu terendah mencapai 23,2oC pada Agustus

dan suhu tertinggi pada November mencapai

33,5oC. Kelembaban relatif di Kabupaten

Merauke adalah sebesar 84, 5% dimana kondisi

paling lembab terjadi pada Januari dan Februari.

Jumlah hari hujan di Merauke mencapai 167

hari, dengan curah hujan tertinggi di Februari

dengan besar 428 mm.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kabupaten Merauke didirikan berdasarkan

PERDA Kabupaten Merauke No. 6 Tahun 1993,

tanggal 11 Juni 1993. Sistem Peyediaan Air

Minum di Kabupaten Merauke sudah berdiri

sejak tahun 1943 dengan berbagai masa

pergantian dan berlangsung hingga sekarang,

dengan berbagai pengelola adalah sebagai

berikut :

- Tahun 1943 – 1944, PDAM dikelola oleh Angkatan Darat Tentara Amerika Serikat

- Tahun 1944 – 1963, PDAM dikelola oleh Kerajaan Belanda (RWD)

- Tahun 1963 – 1982, PDAM dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Merakuke

- Tahun 1983 – 1993, PDAM dikelola oleh Badan Pengelola Air Minum (BPAM)

- Tahun 1993 – 2005, menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

- Tanggal 20 Oktober 2005, dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama PDAM/PEMDA Merauke dengan WMD Belanda, dengan masa selama 15 tahun sejak penandatangan, dengan pergantian nama menjadi Perusahaan PT. WEDU Merauke, WEDU yang berarti air, dalam bahasa suku Marind penduduk asli Merauke. Tanggal 29 Desember 2009 dibentuk dan diberlakukan Susunan Organisasi PT. WEDU Merauke.

- Tanggal 26 Maret 2018 kerjasama antara PDAM/PEMDA Merauke dengan WMD Belanda diakhiri.

Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten

Merauke saat ini baru mencapai 30% dari

jumlah penduduk kota yang terlayani jaringan

pipa air minum. Pelayanan untuk penduduk

yang berada di pinggiran kota Merauke hanya

dapat dilayani dengan mobil truk tangki air

Page 6: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

78

dengan kapasitas 5000 Liter, sebanyak dua

buah. Penduduk kota Kabuaten Merauke saat ini

berjumlah 130.183 jiwa, dan jumlah pelanggan

PDAM Kabupaten Merauke (SR) saat ini hingga

pada bulan Mei 2018 sebesar 4.644 SR yang

terdiri 3,480 SR masih aktif dan 1.164

pelanggan yang tidak aktif.

Skema pengoperasian SPAM di PDAM Kab.

Merauke yakni memompa air baku dari Rawa

Biru secara estafet sebanyak lima kali

pemompaan. Lima tahap tersebut stasiun

pompa Rawa Biru, stasiun pompa Wasur,

stasiun pompa Muli, stasiun pompa Para

Komando, stasiun pompa Mandala I, serta

stasium pompa Mandala II. Pengoperasian

stasiun Pompa Rawa Biru dilakukan selama 24

jam/hari selama musim kemarau dan 20

jam/hari selama penghujan. Kapasitas pompa

terpasang yang berada di Penanaman Modal

Asing (PMA) Rawa Biru sebesar 60 L/detik dan

40 L/detik yang dioperasikan secara bergantian,

kapasitas produksi tahun 2017 sebesar 42

L/detik. Hasil pengukuran langsung di lapangan

terhadap debit air pompa terpasang yakni

pengoperasian kapasitas pompa 60 L/detik

menghasilkan debit sebesar 44 L/detik dan

pengoperasian kapasitas pompa 40 L/detik

menghasilkan debit sebesar 33,7 L/detik. Pada

saat ini pengoperasian pelayanan sebanyak dua

kali dalam sehari, pagi hari selama 5 jam

pengaliran, dan sore hari selama 5 jam

pengaliran dengan menggunakan sistem

zona/blok pengaliran. Air baku diketahui

langsung didistribusikan kepada pelanggan

sebelum diolah di IPA. Kapasitas pompa

terpasang sebesar 60 L/detik dan 40 L/detik

yang dioperasikan secara bergantian untuk

dialirkan ke stasiun-stasiun pompa. Sumber

energi listrik untuk menunjang operasional

SPAM Kabupaten Merauke sudah menggunakan

sambungan listrik dari PLN.

Berdasarkan hasil pengukuran debit pompa

air dari PMA Rawa Biru (titik pengukuran

sumur pengumpul Muli) : jika pompa air baku

kapasitas 40 L/detik dioperasikan diperoleh

debit 33,7 L/detik, dan jika pompa air baku

kapasitas 60 L/detik dioperasikan diperoleh

debit 44 L/detik. dengan demikian maka apabila

pompa selalu dioperasikan 60 L/detik, produksi

air untuk kebutuhan pelanggan sudah

terpenuhi.

Pembahasan

Kelayakan Penerapan Teknologi Uprating Analisa secara keseluruhan kondisi PDAM

pada tiga kabupaten amatan diketahui hanya

Kabupaten Rembang yang layak dilakukan

penerapan teknologi uprating. PDAM Kabupaten

Rembang memenuhi seluruh kriteria teknis dan

nonteknis uprating. PDAM Kabupaten

Kepulauan Selayar dan Kabupaten Merauke

sama-sama hanya memenuhi dua kriteria teknis

dan nonteknis uprating. Secara ringkas,

terpenuhi dan tidaknya kriteria uprating di tiga

kabupaten disajikan pada tabel 1 berikut di

bawah. `

Tabel 1. Kelayakan Penerapan Teknologi Uprating berdasarkan Kriteria Kabupaten

Rembang Kabupaten

Kepulauan Selayar Kabupaten

Merauke Kapasitas aktif IPA 20 L/detik 60 L/detik 40 L/detik Kapasitas IPA total seKabupaten

195 L/ detik 120 L/detik 40 L/detik

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Tahun 2020

269 L/detik 77 L/detik 65 L/detik

Tahun Berdiri 1997 2008 1999 Tingkat Kebocoran (<30%) Sekitar 30% Lebih dari 30% Kurang dari 30% Efisiensi Produksi (> 70%) Lebih dari 70% Lebih dari 70% Kurang dari 70% IPA Cadangan Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Potensi Distribusi Memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Kesehatan Kinerja PDAM Potensi Distribusi Pelanggan Layak Tidak Tidak Bebas Bakteri E. Coli dan Fecal Coli

Tidak Tidak Tidak

Memenuhi Syarat Fisika, Radioaktif

Ya Ya Ya

Keruh Tidak Tidak Tidak Berbau Tidak Tidak Tidak Melalui Proses Pembubuhan Ya Tidak Tidak

Page 7: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

79

Bahan Kimia Kelembagaan PDAM Keuangan Layak Tidak Tidak Aspek SDM Layak Tidak Tidak Kelengakapan dokumen Lengkap Tidak Tidak Kondisi Fisik Bangunan IPA Kerusakan pada beberapa bagian

Tidak ada, pintu air yang rusak sudah

diganti baru Ada Ada

Berkarat Tidak Ya - Berlumut Tidak Ya - Lekukan Tidak Ya - Kapasitas debit air baku 35 L/detik

Pada IPA Gunungsari 2-225 L/detik 33,7 – 44 L/detik

Kelengkapan fasilitas Tidak ada alat ukur

debit Ada laboratorium dan

alat ukur debit

Tidak ada filter dan WTP tidak dioperasikan

Sumber: Analisa Data BPPSPAM Tahun 2017, 2019 Kelayakan Penerapan Teknologi Uprating di PDAM Kabupaten Rembang

PDAM Kabupaten Rembang merupakan

PDAM berkinerja sehat dengan nilai 3,54

berdasarkan kriteria penilaian BPPSPAM tahun

2017. Nilai kinerja PDAM sempat mengalami

penurunan di tahun 2016 menjadi 3,26, namun

nilai tersebut masih termasuk ke dalam kategori

sehat. Penilaian kinerja sehat berdasarkan pada

kondisi fisik bangunan IPA yang masih cukup

baik, adanya IPA cadangan, peningkatan

persentase efisiensi produk, nilai rata-rata

tingkat kehilangan air, serta profesionalisme

kinerja kelembagaan.

Kondisi fisik bangunan IPA secara visual

dan analisa dokumen nampak baik. Bangunan

tidak mengalami kerusakan maupun

kontaminasi dari lingkungan sekitar. Hal yang

perlu perbaikan hanya penambahan alat ukur

debit air. Pasokan air baku cukup untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan

alokasi sebesar 35 L/detik dan masih dapat

ditingkatkan mengingat sumber air baku

merupakan waduk buatan. Jumlah air baku dari

sumber mata air cukup untuk produksi dua IPA

di Kabupaten Rembang. Keberlangsungan

pelayanan air bersih digantikan sementara oleh

IPA Beton Gunungsari apabila dilakukan

uprating IPA BAJA Gunungsari. Kedua Instalasi

IPA terdapat jaringan interkoneksi pada pipa

transmisi dan distribusi.

Catatan tingkat kehilangan air atau non

revenueable water (NRW) dari seluruh IPA yang

ada di Rembang tergolong baik, yaitu berkisar

diantara 30%. Meskipun persentase NRW

mengalami peningkatan di tahun 2017,

jumlahnya tidak terlalu signifikan dan dapat

ditekan untuk kembali turun di bawah 30%.

Efisiensi Produksi air bersih di IPA PDAM

Rembang cenderung meningkat sejak tahun

2014 sampai 2016, yaitu 69,2% pada tahun

2014; 71,4% pada tahun 2015; dan 71,8% pada

tahun 2016. Tingginya persentase efisiensi

produksi menunjukan produksi air bersih yang

cukup optimal dan pengelolaan keuangan yang

baik.

Pengelolaan keuangan dan kelembagaan

PDAM menggunakan metode full cost recovery

yang memenuhi kriteria PDAM sehat.

Kelembagaan aset IPA saat ini dimiliki oleh

Satker Jawa Tengah dan terdata syarat dokumen

yang dibutuhkan lengkap tersedia. Dokumen

yang dimiliki lengkap oleh PDAM berupa

laporan kondisi fisik struktur IPA, kondisi dan

manajemen operasional IPA, jaringan distribusi

tingkat potensi kehilangan air, jumlah eksisting,

proyeksi pelanggan, proyeksi kebutuhan air

bersih, serta ketersediaan IPA cadangan.

Dokumen pendukung yang masih perlu

dilengkapi PDAM Kabupaten Rembang berupa

data teknis dan gambar as built drawing IPA;

data kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air baku

atau olahan; serta desain dan optimasi IPA.

Potensi Distribusi IPA Kabupaten Rembang

Jumlah pelanggan yang membutuhkan air

bersih dari PDAM Kabupaten Rembang pada

Kecamatan Kaliori sebanyak 2.492 SR dan pada

Kecamatan Rembang termasuk Kawasan

Rembang barat dan Bahari Terpadu sebanyak

1.360 SR.

Page 8: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

80

Tabel 2. Kelayakan Penerapan Teknologi Uprating berdasarkan Kriteria

No Asal Permohonan Pelanggan Tanggal

Permohonan Jumlah Calon

Pelanggan

1 Perum Pondok Pesona 10 April 2015 600

2 Perumnas Kec.Rembang 10 April 2015 500

3 Perumnas Graha Kartini 13 Pebruari 2013 287

4 Perumahan Mutiara Megah Asri 15 November 2012 1.000

5 Perumahan Palm View Estate 29 Agustus 2013 347

6 Perum Dalem Nirwana 10 Oktober 2013 26

7 Perum Daffa Utama Regency 08 Mei 2012 70

8 Daftar Langsung Ke Pelanggan 2010- 2018 1.342

Sumber: Data PDAM Kabupaten Rembang, 2018

Berdasarkan data di atas, diketahui total

antrian jumlah pelanggan sejak tahun 2010

sampai dengan 2018 dari tujuh perumahan

serta dari pendaftaran langsung ada sebanyak

4.172 calon pelanggan. Permohonan pelanggan

pada tahun 2012 berasal dari Perumahan

Mutiara Megah Asri berjumlah 1.000 calon

pelanggan dan Perum Daffa Utama Regency

berjumlah 70 calon pelanggan. Pada tahun

berikutnya yakni tahun 2013, tiga perumahan

melakukan permohonan pemasangan saluran

air bersih. Tiga perumahan tersebut ialah

Perumnas Graha Kartini dengan jumlah

pemohon sebanyak 287 pelanggan, pemohon

dari Perumahan Palm View Estate sebanyak 347

pelanggan, dan pemohon dari Perum Dalem

Nirwana sebanyak 26 pelanggan. Pada tahun

2015, tercatat permohonan calon pelanggan

dari Perum Pondok Pesona dan Perumnas

Kecamatan Rembang sebanyak 600 dan 500

calon pelanggan. Selain itu, diketahui terdapat

pendaftaran langsung ke pelanggan sejak tahun

2010 sampai dengan tahun 2018 yakni total

sebanyak 1.342 pelanggan. Laju pertumbuhan

jumlah pelanggan dari tahun 2014 sampai

dengan 2016 tercatat sebanyak 165.478 SR.

Pendistribusian air bersih dari IPA

Gunungsari menuju pelanggan di Kecamatan

Kaliori dan Kecamatan Rembang menggunakan

pipa dengan beberapa varian diameter. Jaringan

pipa untuk Kecamatan Kaliori memiliki

diameter 250 mm, 200 mm, 150 mm, 100 mm,

75 mm dan 50 mm. Jaringan pipa untuk

Kecamatan Rembang memiliki diameter lebih

kecil yakni 200 mm, 150 mm 100 mm, 75 mm,

dan 50 mm. Keberlangsungan pelayanan air

bersih untuk Kabupaten Rembang dilanjutkan

oleh IPA Cadangan Beton Kaliori yang

berkapasitas 15 Lt/det.

Hasil tinjauan diperoleh kesesuain kinerja

PDAM dengan kriteria serta tingginya laju

pertumbuhan jumlah pelanggan layanan air

bersih maka disimpulkan PDAM Kabupaten

Rembang memenuhi indikator teknis dan

nonteknis kriteria uprating.

Kelayakan Penerapan Teknologi Uprating di PDAM Kabupaten Kepulauan Selayar

Perkembangan nilai kinerja PDAM

Kabupaten Kepulauan Selayar dari tahun 2014

hingga tahun 2016 menunjukan kinerja yang

tidak sehat. Penilaian tersebut berdasar pada

kondisi pengelolaan keuangan, pelayanan

penyediaan air bersih, operasional, dan

kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki

PDAM belum baik.

Permasalahan utama pelayanan PDAM ini

adalah pada bagian Operasi dan Pemeliharaan.

Hampir seluruh kondisi fisik IPA dalam keadaan

kurang terawat serta kinerjanya tidak

dioptimalkan. Bangunan IPA nampak tidak

dalam performa baik, dinding terdapat lendutan,

alat ukur debit tidak sesuai syarat teknis, filter

tidak pernah dilakukan back wash, dinding

bagian dalam nampak berkarat dan berlumut,

serta beberapa alat penunjang rusak berat.

Beberapa bagian pun tampak terkorosi,

berlumut, tersumbat, dan air meluber.

Masalah lainnya adalah banyaknya

kapasitas air baku yang belum dimanfaatkan

PDAM untuk produksi air bersih. Kapasitas

sumber air baku yang belum dimanfaatkan

produksi PDAM sebesar 158 l/detik atau

sebanyak 4.982.688 m3. Sedangkan, kapasitas

yang termanfaatkan hanya sebanyak 1.986.768

m3 atau 39.87% dari seluruh total kapasitas

produksi terpasang. Hal tersebut

mengindikasikan adanya kapasitas

mengganggur sebesar 1.766.728 m3 atau 58.97

% dari jumlah kapasitas produksi riil 2.995.920

m3. Kondisi tersebut disebabkan keterbatasan

pompa, listrik, pemanfaatan sumber air baku

Page 9: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

81

lain, dan jam operasi yang belum 24 jam per

hari.

Hasil penilaian BPKP menunjukan bahwa

pertumbuhan pelanggan pada tahun 2016 hanya

sebesar 3,7%. Meskipun kinerja PDAM

berdasarkan tingkat kehilangan air (NRW)

cenderung turun dari tahun 2014 sampai 2017

namun keadaan di lapangan ditemui fakta

masyarakat tidak puas dengan kualitas air

layanan PDAM dan memilih untuk menutup

meteran serta tidak membayar tagihan.

Turunnya nilai NRW disebabkan banyaknya

pipa jaringan yang bocor, kesalahan baca atau

input meter, pencurian air dan water meter

pelanggan rusak. Upaya PDAM mencegah

turunnya nilai NRW ialah melakukan

penggantian water meter pelanggan,

pemasangan water meter, dan memperbaiki

jaringan pipa yang rusak, namun belum

terealisasi. Selain itu, efisiensi produksi

cenderung menurun dari tahun 2014 hingga

2016 yakni dari 24,7% menjadi 21,3%.

Pertumbuhan jumlah pelanggan juga mengalami

penurunan dari 3,73% per tahun 2014 menjadi

1,74% per tahun 2017. Faktor lain penyebab

rendahnya nilai pertumbuhan pelanggan adalah

rendahnya konsumsi air domestik yang hanya

8,7% dan banyaknya penggunaan sumber air

non PDAM berbasis masyarakat seperti sumur

gali, sumur bor, mata air, sungai, dan tadah

hujan. Meskipun Kabupaten Kepulauan Selayar

memiliki enam IPA yang aktif beroperasi namun

dokumen PDAM menunjukan tidak tersedia IPA

cadangan apabila IPA yang ada diterapkan

teknologi uprating.

Kurang baiknya kinerja PDAM juga nampak

pada pengelolaan kelembagaan dan keuangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan PDAM,

aliran kas masuk serta pembayaran gaji pegawai

tidak lancar dan tim peneliti tidak memperoleh

data pendukung terkait keuangan PDAM.

Penyebab rendahnya kinerja bidang operasi

juga dikarenakan rendahnya nilai indikator

tekanan sambungan pelanggan, dan

penggantian meter air. Berdasarkan penilaian

BPKP menunjukkan bahwa ratio diklat

pegawai/peningkatan kompetensi dan biaya

diklat terhadap biaya pegawai sebesar 0,0%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

bentuk pengembangan dan pelatihan SDM

pegawai PDAM. Seluruh PDAM di kabupaten ini

pun diketahui tidak memiliki kelengkapan

dokumen terkait data PDAM. Dokumen data

yang dimiliki hanya jumlah eksisting dan

proyeksi pelanggan IPA sampai dengan umur

perencanaan.

Secara keseluruhan, kualitas air PDAM

Kabupaten Kepulauan Selayar belum memenuhi

standar kualitas air minum Kementerian

Kesehatan. Standar tersebut mensyaratkan air

minum sebagai air yang diproses pengolahan

atau tanpa proses pengolahan memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung minum. Standar

lainnya mensyaratkan air minum aman bagi

kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,

mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang

dimuat dalam parameter wajib dan parameter

tambahan.

Banyaknya kriteria yang tidak terpenuhi

oleh PDAM Kabupaten Kepulauan Selayar

menunjukan belum terpenuhinya indikator

teknis dan nonteknis kriteria uprating.

Potensi Distribusi IPA Kabupaten Kepulauan Selayar

Jumlah pelanggan air bersih PDAM

Kabupaten Kepulauan Selayar per tahun 2017

sebanyak 6.889 SR. Pelanggan PDAM terbanyak

terdapat di kecamatan benteng yakni 63% dari

total jumlah penduduk atau 1.954 SR.

Selanjutnya, pelanggan terbanyak kedua berada

pada kecamatan Bontoharu yakni sebanyak 868

SR atau 43% dari total jumlah penduduk.

Pelanggan terbanyak ketiga berada di

kecamatan Bontomanai yakni 34% dari total

jumlah penduduk atau 768 SR. Terdapat

sebanyak lima kecamatan yang tercatat tidak

terdaftar sebagai pelanggan PDAM Kabupaten

Kepulauan Selayar. PDAM telah berupaya untuk

menambah cakupan layanan sejak tahun 2014

dengan membuat jaringan transmisi, distribusi,

serta sambungan baru. Pada tahun 2017, tidak

terdapat data mengenai angka antrian dan

pertumbuhan jumlah pelanggan. IPA Kabupaten

Kepulauan Selayar diketahui tidak memiliki IPA

cadangan yang dapat digunakan ketika IPA

utama dilakukan uprating.

PDAM Kabupaten Kepulauan Selayar

memiliki sembilan mata air dan enam sumber

air baku yang melayani pelanggan di enam

kecamatan yakni kecamatan Benteng,

Kecamatan Bontoharu, Kecamatan

Bontosikunyu, keecamatan Bontomanai,

Kecamatan Buki, serta Kecamatan Bontomatene.

Jenis kegiatan dan fungsi bangunan yang

menggunakan pelayanan air bersih PDAM

adalah rumah tangga, sosial umum, sosial

khusus, instansi pemerintahan, niaga kecil

Page 10: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

82

hingga besar, industri kecil dan industri besar.

Pendistribusian air bersih dari IPA menuju ke

pelanggan menggunakan sistem perpipaan dan

non perpipaan. Jaringan transmisi dan jaringan

distribusi yang digunakan di IPA Pariangan

untuk Kecamatan Bontosikunyu berdiameter

100 mm dan 150 mm. Sedangkan jaringan

transmisi dan distribusi dari IPA Topa ke

Kecamatan Bontoharu dan Kecamatan Benteng

menggunakan pipa berdiameter 200 mm dan

150 mm. Jaringan transmisi dan distribusi IPA

Je’nekaring untuk kecamatan Bontoharu

menggunakan pipa berdiameter 150 mm dan

100 mm. IPA Taju’ia menyalurkan air bersih ke

kecamatan Buki atau Taju’ia menggunakan pipa

transmisi dan distribusi berdiameter 200 mm

dan 150 mm.

Kelayakan Penerapan Teknologi Uprating di PDAM Kabupaten Merauke

Penilaian kinerja PDAM Kabupaten Merauke

berdasarkan kriteria penerapan teknologi

uprating belum baik. Penilaian tersebut dikaji

dari data, analisa, dan pengamatan langsung

pada kondisi fisik bangunan IPA, kondisi

pasokan air baku, distribusi pelanggan, dan

kondisi kelembagaan PDAM.

Nilai kinerja atas kondisi fisik IPA yang

tidak baik disebabkan unit-unit pengolahan

sudah tidak dioperasikan. Unit tersebut berupa

saringan pasir lambat dan WTP. Media pasir

filter pada saringan pasir lambat telah diangkat

dan fungsinya berganti menjadi reservoir.

Penyebab tidak dioperasikannya WTP adalah

kebutuhan energi listrik yang tinggi, besarnya

jumlah air yang hilang untuk pencucian, serta

tidak adanya tenaga ahli untuk mengoperasikan

WTP.

Air baku yang berasal dari Rawa Biru

jumlahnya mencukupi kebutuhan pelanggan

namun kualitasnya nampak terkontaminasi

kondisi sekitar rawa. Luas daerah aliran sungai

(DAS) Rawa Biru mencakup 4.791.671Km2

dengan badan air potensial seluas 881,17 Km2

dan badan air aktual seluas 1,13 Km2. Luas DAS

yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sumber air

bersih lebih kurang 479.167 Ha, dengan

kedalaman 8 – 12 m. Kualitas air Rawa Biru

sedikit berwarna kemerah-merahan karena

tumbuhan tebu rawa, rumput algae, dan rumput

pisau yang hidup di dalam air maupun di sekitar

pinggir rawa. Proses pengelolaan air baku juga

belum sempurna karena tidak melalui standar

pengolahan air bersih yang baik meskipun nilai

efisiensi produk cukup baik yakni 89,24% dari

kriteria 70%. Potensi sumber air tanah dari

sumur-sumur produksi yang ada kering pada

musim kemarau, sehingga kurang produktif

untuk menambah kapasitas air baku. Hasil

pemeriksaan kualitas air dari Laboratorium

Penyehatan Air, Dinas Kesehatan Kabupaten

Merauke, secara keseluruhan memenuhi

standar kualitas air minum Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010,

kecuali parameter kekeruhan pada sampel uji

kualias air di PMA Rawa biru dan STA Pompa

Air Muli melebihi ambang batas maksimum 5

NTU, serta parameter bakteriologis Fecal Coli

yang seharusnya dengan nilai nol. Salah satu

penyebab kekeruhan air di PMA Rawa Biru

adalah kondisi di sekitar lingkungan rawa biru

ditumbuhi banyak ragam tanaman yang

menginvansi area Rawa Biru, memanfaatkan air

serta menimbulkan zat atau kandungan yang

mempengaruhi kualitas air baku di Rawa Biru.

PDAM Kabupaten Merauke diketahui tidak

memiliki IPA cadangan untuk menyuplai air

bersih ke pelanggan ketika IPA yang ada

dilakukan penerapan teknologi uprating.

Penilaian kinerja melalui kriteria potensi

distribusi pelanggan menunjukan penurunan

pertumbuhan jumlah pelanggan. Hal tersebut

disebabkan buruknya kualitas air dan kuantitas

air yang kecil. Jarak sumber air baku diketahui

jauh dari PDAM dan berada di tempat landai

sehingga dibutuhkan pipa jaringan yang panjang

dan tidak bisa dibuat secara gravitasi. Selain itu,

rendahnya jumlah pelanggan dipengaruhi

tingginya jumlah pemutusan langganan karena

kuantitas air tidak stabil. Tanpa solusi yang

tepat terhadap permasalahan tersebut

diasumsikan di kemudian hari angka pemutusan

langganan akan meningkat.

Penilaian lain juga teramati dari persentase

NRW yang tinggi dan ketimpangan antara nilai

efisiensi produk yang tinggi namun kualitasnya

buruk (Kurniawan dkk, 2015). Persentase NRW

PDAM Kabupaten Merauke diketahui 42,9%

pada tahun 2017. Angka tersebut menunjukan

kondisi manajemen PDAM yang tidak sehat

karena angka NRW di atas 30% bermakna

banyaknya air yang keluar tanpa tercatat

rekening dan tidak ada pemasukan uang atas air

tersebut bagi PDAM. Sedangkan, nilai efisiensi

produk PDAM lebih dari kriteria 70% yakni

89,24% namun hal tersebut berbanding dengan

kualitas air yang tidak melalui pengolahan di

IPA.

Page 11: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

83

Kebutuhan penerapan uprating

berdasarkan kajian laporan keuangan,

operasional, sumber daya manusia, serta

kelembagaan perusahaan PDAM diketahui

belum memenuhi kriteria. Data penilaian kinerja

PDAM dari tahun 2014 hingga 2016 belum

tersedia di laporan kinerja PDAM 2017 wilayah

3 oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Provinsi Papua. Laporan

keuangan PDAM dari hasil audit PT. Wedu

Merauke tahun 2017 menunjukan adanya

kerugian yang dialami PDAM pada tahun 2015

serta selisih tipis laba yakni dikisaran delapan

puluh juta sampai dengan satu milyar rupiah.

Pengamatan langsung di lapangan

mengindikasikan pengoperasian laboratorium

tidak dilengkapi buku manual operasi dan

pemeliharaan. Operasional laboratorium dan

SPAM juga tidak dilengkapi tenaga analis kimia.

PDAM menyatakan adanya kekurangan sumber

daya manusia pada bagian teknis yakni kegiatan

produksi, distribusi, dan penangganan

gangguan. PDAM Kabupaten Merauke belum

memiliki kelengkapan dokumen data teknis,

gambar as built drawing IPA serta bangunan

pelengkapnya, desain dan optimasi IPA, serta

ketersediaan atau potensi IPA cadangan.

Sedangkan data laporan kondisi fisik, kondisi

operasional, data kualitas, data kuantitas, data

kontinuitas air baku dan air olahan, manajemen

operasional, jaringan distribusi, serta jumlah

eksisting dan proyeksi pelanggan tersedia oleh

PDAM.

Hasil pengkajian dan analisa data sekunder

maupun pengamatan langsung di lapangan

mengindikasikan PDAM Kabupaten Merauke

belum memenuhi indikator teknis dan

nonteknis kriteria uprating.

Potensi Distribusi IPA Kabupaten Merauke

Angka jumlah pelanggan PDAM Kabupaten

Merauke tahun 2014 sampai dengan 2017 tidak

menunjukan pertumbuhan yang baik. Jumlah

pelanggan PDAM di tahun 2015 sebanyak 3.496

dan 3.618 di tahun 2016. Jumlah pelanggan

tahun 2017 yang aktif sebanyak 3.416 dan

nonaktif sebanyak 1.097. Antrian jumlah

pelanggan berdasarkan data PDAM per

pertengahan tahun 2018 sebanyak 224 SR. Data

pertumbuhan jumlah pelanggan dari bulan

Januari sampai dengan bulan Desember di tahun

2017 menunjukan penurunan. Penyebab

penurunan jumlah pelanggan menurut laporan

advis teknis uprating di Kabupaten Merauke

tahun 2018 disebabkan kualitas air yang belum

memenuhi syarat kualitas air minum

Kementerian Kesehatan. Selain rumah tangga,

diketahui PDAM menyediakan air bersih untuk

rumah sakit, fasilitas sosial, bangunan

perdagangan dan jasa, instansi pemerintahan,

serta pelabuhan laut.

Penyaluran air di PDAM Kabupaten

Merauke secara keseluruhan menggunakan

sistem pompa dan truk tangki air. PDAM

memiliki satu sumber air baku dan lima fasilitas

reservoir dengan kapasitas masing-masing

yakni stasiun pompa rawa biru, stasisun pompa

Wasur 250m3 dan 325 m3; stasiun pompa Muli

350 m3; stasiun pompa Parakomando 2x750 m3

dan 500 m3; serta stasiun pompa Mandala II 250

m3. Sistem jaringan Jaringan distribusi stasiun

Parakomando menggunakan pompa

berkapasitas 40 L/detik dengan pipa PVC

berdiameter 200 mm kemudian disalurkan

kepada pelanggan melalui dua jalur pipa

Seringgu dan dua jalur pipa Polder. Stasiun

Mandala II menggunakan dua pompa yang

digunakan secara bergantian yakni pompa

sentrifugal berkapasitas 20 L/detik dan pompa

kopel bermesin diesel berkapasitas 60 L/detik.

Jaringan distribusi stasiun Mandala II

menggunakan pipa pvc berdiameter 150 mm

dan pipa GIP berdiameter 75 mm. PDAM

Kabupaten Merauke telah dilengkapi

laboratorium.

KESIMPULAN Dari pertanyaan penelitian terkait

keberadaan dan kondisi PDAM Rembang, PDAM Kepulauan Selayar dan PDAM Merauke ini, didapatkan perbedaan kondisi kesesuaian dalam upaya memenuhi syarat untuk menerapkan sistem teknologi uprating. Berdasarkan aspek indikator non teknis terkait dengan kinerja PDAM, tingkat NRW, efisiensi produksi, FCR, dan faktor kelembagaan, serta faktor teknis yang dilihat dapat disimpulkan bahwa PDAM Rembang memiliki kecukupan syarat untuk menerapkan teknologi. Sedangkan dua PDAM yang lain yaitu Merauke dan Kepulauan Selayar belum mencukupi syaratnya, hal ini terutama karena adanya kinerja perusahaan yang belum baik, selain faktor non teknis dan teknis lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak – pihak yang berperan langsung maupun tidak langsung dalam survey dan penulisan

Page 12: PEMETAAN KESIAPAN PENERAPAN SISTEM TEKNOLOGI …

84

karya tulis ini. Bapak Mulya Permana, Bapak Achjat Dwiatno, Ibu Fitrijani Anggraini, Ibu Elis Hastuti, Bapak Tohir, Bapak Sarbidi, Bapak Dadang Sobana, Amallia Ashuri, Aqsha, Yonanda, Sari, Shandy, Ibu Katarina, Bapak Gunawan dan seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Aji, Awaluddin Setya., Bhaskoro, R Gagak Eko

Bhaskoro., Firdaus Nitis Aruming. 2017. Pelatihan Penilaian Kinerja Bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dan Pembubuhan Bahan Kimia di PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo, Community Empowerment 2(2) : 39-43.

Alimah, HPH Putro. 2014. Kajian Tingkat Konsumsi Air Bersih PDAM di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2.

Balai Penelitian dan Pengembangan Penerapan Teknologi Permukiman. 2018. Laporan Hasil Pemetaan Kebutuhan Penerapan Teknologi Uprating IPA Di Kabupaten Merauke, Kabupaten Kepulauan Selayar, dan Kabupaten Rembang. Puslitbang KPT Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Hasanah, Lissa Malantia., Murwani Isharijadi. 2017. Analisis Efektivitas Job Perfromance dalam Pengembangan Karier Karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Taman Sari Kota Madiun. Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi 5 (1) Oktober : 646-665.

Heston, Yudha., Pasawati, Nur Alvira., 2016. Analisis Faktor Penyebab Kehilangan Air PDAM, Prosiding ilmiah IPLBI.

Jang, Dongwoo., 2018, A Parameter Classification System for Nonrevenue Water Management in Water Distribution Networks, Advances in Civil Engineering. Article ID 3841979, 10 pages, https://doi.org/10.1155/2018/3841979.

Kurniawan, V. Reza. Bayu., Heston, Yudha., Widyasani, Chitra. 2015. Pengukuran Produktivitas Sistem Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Jurnal Sosek Pekerjaan Umum 7(3) November : 207 – 217.

Puslitbang Perumahan dan Permukiman. 2016. Laporan Akhir Pengembangan dan Penerapan Uprating Instalasi Pengolahan Air (IPA). Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Rumahorbo, Willy,. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Air Bersih di Kecamatan

Medan Timur. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Utami, Diniah Surga., Oktiawan, Wiharyanto., Wardana, Irawan Wisnu. 2016. Desain Instalasi Pengolahan Air Minum Untuk Optimalisasi Pelayanan Air Bersih Wilayah Pelayanan Luar Kota Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, Jurnal Teknik Lingkungan 5 (1).