pemetaan dan analisis kadar ph dan padatan zat …digilib.unila.ac.id/57863/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PEMETAAN DAN ANALISIS KADAR pH DAN PADATAN ZATTERLARUT (TDS) PADA AREA SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SAMPAH
(Skripsi)
Oleh
ALI AKBAR HASIBUAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
PEMETAAN DAN ANALISIS KADAR pH DAN PADATAN ZATTERLARUT (TDS) PADA AREA SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SAMPAH
Oleh
Ali Akbar Hasibuan
Telah dilakukan penelitian mengenai pemetaan dan analisis kadar pH dan padatanzat terlarut (TDS) pada area sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.Penelitian ini dilakukan di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampahbakung Kecamatan Teluk Betung Barat. Penelitian ini menggunakan alat TDSmeter, pH meter dan Global Positioning System (GPS). Hasil yang diperoleh padapenelitian ini dianalisis dengan menggunakan topography berupa countour mapdan 3D surface map. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai pH dan TDS palingtinggi yaitu 6,806 dan 258,6 ppm sedangkan nilai paling rendah 5,944 dan 37,2ppm. Ada sekitar 35 titik sumber air galian yang tidak dapat digunakanberdasarkan nilai pH yang diperoleh yaitu berdasarkan standar nilai batasambanng dibawah 6,5. Sementara berdasarkan nilai TDS yang diperoleh kualitasair sumur galian masih dalam batas aman untuk konsumsi namun bukan yangterbaik diangka 100 – 250 ppm.
Kata kunci: Topography, Pemetaan, pH dan TDS, sumur
ABSTRACT
MAPPING AND ANALYSING OF pH AND TOTAL DISSOLVED SOLID(TDS) LEVEL IN LANDFILL’S AREA
By
Ali Akbar Hasibuan
It has conducted a research on mapping and analysing of pH and total dissolvedsolids (TDS) level in landfill’s area.This research was conducted around thelandfill (TPA) of Bakung in West Teluk Betung District.This research used a TDSmeter, pH meter and Global Positioning System (GPS) device.The resultsobtained in this research was analyzed using topography in the form of countourmap and 3D surface map.Based on the results, the highest pH and TDS valueswere 6.806 and 258.6 ppm while the lowest values were 5.944 and 37.2ppm.There are around 35 points of excavated water sources that cannot be usedbased on the pH values obtained, which are based on the standard of thresholdvalues below 6.5.While based on the TDS value obtained, the excavation wellquality is still within the safe limit for consumption, but not the best at 100-250ppm
Keywords : Topography, Mapping, pH and TDS, wells
PEMETAAN DAN ANALISIS KADAR pH DAN PADATAN ZATTERLARUT (TDS) PADA AREA SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) SAMPAH
Oleh
Ali Akbar Hasibuan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Rabu, 26 Mei 1993 atau 04 Dzulhijjah 1413H lahirlah
pemenang perlombaan kehidupan yang menentukan kehidupan
dan kematian, Ali Akbar Hasibuan dilahirkan di Kota Medan,
Provinsi Sumatera Utara. Anak Sulung dari enam bersaudara
pasangan Bapak Abaror Hasibuan dan Ibu Tiogur Harahap,
Abang tertua dari Bayu L Andika Hasibuan, Indah P sari
Hasibuan, Ahmad Mauladi Hasibuan, Radja W Sahahab Hasibuan dan Dedek
Angraini Hasibuan.
Penulis pernah menempuh pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)
Parannapa Jae kemudian pada kelas 3 pindah ke SDN Padanggarugur Jae karena
mengikut ayah pindah tugas dinas yang diselesaikan tahun 2005, setelah itu
melanjutkan ke SMPN 3 Barumun Tengah, awal mula penulis aktif dikegiatan
keorganisasian yaitu Pramuka menjadi Pratama Gugus Depan, selain itu penulis
juga diangkat secara aklamasi sebagai ketua OSIS, pendidikan diselesaikan tahun
2008. Pendidikan selanjutnya ditempuh di salah satu sekolah favorit Kota Padang
Sidempuan yaitu MAN 2 Model Padang Sidempuan, disini penulis aktif di OSIS
Madrasah sebagai Ketua Divisi Pendidikan dan Budaya, terlibat dalam pembinaan
Forum Silaturrahmi dan Komunikasi Remaja Islam (FOSKO RI) Kota Padang
Sidempuan aktif dalam kegiatan Cendekian Learning Center (CLC) Kota Padang
Sidempuan, pendidikan diselesaikan tahun 2011.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung mengambil Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur SNMPTN
Tulis pada tahun 2011. Penulis memilih kelompok bidang keahlian Fisika
Instrumentasi sebagai bidang yang ditekuni. Selama menempuh pendidikan
penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Elektronika Dasar I dan Asisten
Praktikum Sensor dan Pengkondisi Sinyal.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan
baik intra kampus maupun ekstra kampus. Pertama penulis aktif di HIMAFI
sebagai Anggota, BIROHMAH Unila sebagai Anggota Departemen Kaderisasi,
BEM FMIPA Unila sebagai Sekretaris Departemen Kesekretariatan, ROIS
FMIPA Unila sebagai Ketua Umum tahun 2014, BEM U KBM Unila Sebagai
Menteri Kesejahteraan Mahasiswa tahun 2015. Di ekstra kampus penulis pernah
menjadi Kordinator Wilayah II Sumbagsel Jaringan Rohis Mipa Nasional (JRMN)
tahun 2014-2016, berperan aktif di kegiatan-kegiatan FSLDK Indonesia dan
FORMAHISA Lampung. Selain itu penulis pada tahun 2017 menjadi inisiator
pembentukan (Co-Fonder) Mahasiswa Pecinta Qur’an (MPQ) Unila, menjadi
Direktur Rumah Qur’an Cendekia Lampung sampai sekarang, terakhir penulis
tercatat aktif sebagai pengurus Hipunan Muallaf Lampung Indonesia sebagai
Wakil Sekretaris.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT.Edwar
Technology di bagian C-Tech Labs RnD Alam Sutera Tangerang Banten dan
menulis laporan dengan judul “Analisis Pengukuran Kapasitansi pada Sistem
ECVT untuk Pencitraan Payudara”. Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan di
Kampung Sri Mulyo Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan pada tahun
2015. Penulis menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pemetaan dan
Analisis Kadar pH dan Padatan Zat Terlarut (TDS) pada Area Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah” yang dibimbing oleh Ibu Sri
Wahyu Suciyati, S.Si., M.Si., Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. dan Bapak Prof.
Dr. Warsito, S.Si., D.E.A.
BismillahirrahmanirrahimSegala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-Nya
Shalawat salam kepada Nabi tauladanku Muhammad SAW atas cinta dan kasihnya
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,“Aku persembahkan karya kecil ini kepada”
Kedua Orangtuaku
Ayah Abaror Hasibuan&
Uma Tiogur Harahap
Almamater TercintaUniversitas Lampung
MOTTO
“Berusaha melampaui batas kemampuan diri sendiri adalah tindakanyang bodoh, tapi biarlah si bodoh ini belajar dari tindakannya”
(M Afif)
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya kepada Allah yang Maha memiliki masa lalu, memperindah
hari ini dan merencanakan kisah indah untuk masa depan. Shalawat serta salam
selalu tersampaikan untuk Nabi Muhammad, sosok pemimpin dan inspirator
terbesar sepanjang sejarah manusia. Kehadirannyalah yang memberikan
pencerahan kepada dunia ini sehingga bekas perjuangannya sangat terasa hingga
detik ini.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi dengan
judul “Pemetaan dan Analisis Kadar pH dan Padatan Zat Terlarut (TDS)
pada Area Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah”
Penulis menyadari dalam penyajian laporan ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun refrensi data. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
menjadi rujukan untuk penelitian berikutnya agar lebih sempurna dan
memperkaya khasanan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
SANWACANA
Selalu kita menghaturkan syukur kepada Allah SWT yang Maha memiliki masa
lalu, memperindah hari ini dan merencanakan kisah indah untuk masa depan.
Curahan Sholawat serta salam kepada Nabi-Nya sang guru peradaban, dengan
bimbingan dan kerja kerasnya ummat manusia merasakan indahnya dalam
naungan kebaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta proses dalam
penulisan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Ayah dan uma tercinta yang selalu memotivasi serta mendo’akan saya di
setiap hembusan napasnya. Semoga Allah senantiasa menjaga dan mencintai
kalian.
2. Buat Adek-adekku tercinta salam rindu dan salam sayang Bayu, Indah,
Ahmad, Radja, adek bungsu kami yang lucu Dedek. Semoga kalian menjadi
anak yang berbakti kepada Ayah dan Umak kita, Bangsa dan Agama. Doaku
selalu menyertai kalian.
3. Ibu Sri Wahyu Suciyati, S.Si.,M.Si, sebagai pembimbing I sudah dengan
penuh kesabaran membimbing serta memberikan nasehat bijak dan tidak
bosan mendengarkan keluh kesah sampai akhirnya skripsi ini terselesaikan.
Mohon maaf Ibu selama ini Penulis belum bisa menjadi Mahasiswa
bimbingan yang baik. Terima Kasih Ibu semoga Allah memberikan kebaikan
atas ketulusan yang Ibu berikan.
4. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. sebagai pembimbing II dan Pembimbing
Akademik (PA), selama menjadi Mahasiswa Penulis belajar banyak tentang
kehidupan dan teladan dari Bapak. Semoga Bapak dalam keadaan sehat
selalu.
5. Bapak Prof. Dr. Warsito, S.Si., D.E.A, sebagai Dosen Penguji Skripsi atas
semua saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.S.i., M.Eng dan Bapak Gurum Ahmad Pauzi,
S.Si., M.T, sebagai Ketua dan Sekertaris Jurusan Fisika yang telah membantu
banyak dan memotivasi Penulis agar cepat menyelesaikan pendidikan.
7. Bapak Subian Saidi, S.Si.,M.Si., sebagai ayah, abang, sahabat dan guru.
Selama Penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung sudah seperti
menjadi orang tua. Terima Kasih Syech atas Ilmunya, bantuannya dan
dukungannya selama ini. Aku akan selalu mengingat jasa dan dukungan yang
diberikan selama ini. Semoga Syech dan keluarga selalu dalam lindungan
Allah Swt. Aku berdoa semoga Syech menjadi Rektor Universitas Lampung.
8. Kak Nurmalia Nasution. Terima Kasih kak sudah menjadi kakak yang baik.
Semoga kebaikan kakak menjadi amalan yang ikhlas di sisi Allah SWT.
9. Sasmita Padena Harahap. Terima Kasih sudah bantuin Skripsi abang, semoga
Skripsimu cepat selesai ya, lulus lalu kerja, biar bantu kehidupan keluarga terus
nikah deh. heheh
10. Bujang Mipa, Ari, Sobran, Mas Ade, Irham, Anwar, Iqbal dan yang lainnya.
Jika kau nanti tak temukanku di Surga, carilah aku dan ajaklah aku
bersamamu. Asyikk!
11. Teman-teman Pejuang Skripsi, Dek Sun yang selalu semangat dan bawel
mengingatkan untuk ngedraf dan ngurus-ngurus berkas, terimakasih dek atas
bantuannya selama ini sehat selalu ya. Juplek, Edo, Umi dan Nika .
Alhamdulillah kita lulus juga ya ;)
12. Adek-adek Rumah Quran, ROIS Fmipa tempat penulis belajar dan
mengambil hikmah kehidupan, kawan-kawan pimpinan BEM U KBM Unila.
Pengurus LAZIS Al Wasii ibu Lina, pak akmal, pak maizano, ibu nunik, ika,
resti dan Sakban.
13. Untuk Mbak Kristi Arina dan Jean Pitaloka. Terimakasih atas nasihat dan
motivasinya mbak. Alhamdulliah Ali lulus mbak. Dan Jeje terimakasih telah
mengingatkan, sekian lama kelar juga nih skripsi.
Bandar Lampung, Desember 2018
Ali Akbar Hasibuan
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................ .................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4E. Batasan Masalah................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terkait ................................................................................. 6B. Perbedaan dengan Penelitian Lain ....................................................... 8C. Teori Dasar
1. Air Tanah ......................................................................................... 92. Pencemaran Air................................................................................ 133. Tempat Pembuangan Akhir Sampah................................................ 204. TDS Meter........................................................................................ 215. GPS .................................................................................................. 246. Topographi ....................................................................................... 267. Surfer Golden Software.................................................................... 28
ii
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 35B. Alat dan Bahan..................................................................................... 35C. Prosedur Penelitian............................................................................... 35D. Digram Alir Penelitian ......................................................................... 37E. Data Hasil Penelitian............................................................................ 38F. Peta Wilayah ........................................................................................ 38
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Tempat Akhir Pembuangan (TPA) Sampah Kelurahan Bakung ......... 40B. Konversi Kordinat ke UTM ................................................................. 43C. Kalibrasi pH meter dan TDS meter...................................................... 44D. Pemetaan Kandungan Keasaman ......................................................... 45E. Pemetaan Kandungan Total Disolved Solids (TDS) ............................ 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 63B. Saran..................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema lapisan air tanah............................................................................ 11
2.2 Cara kerja TDS meter ............................................................................. 22
2.3 TDS meter HM Digital ............................................................................ 23
2.4 Penggambaran prinsip kerja GPS............................................................. 24
2.5 Penggambaran garis ketiggian kontur ...................................................... 27
2.6 Tampilan perangkat lunak surfer dan bagian-bagiannya ......................... 29
2.7 Bentuk base map ...................................................................................... 30
2.8 Bentuk Contour map ............................................................................... 31
2.9 Bentuk Post map dan classed post map ................................................... 31
2.10 Bentuk Image map ................................................................................... 32
2.11 Bentuk Shaded relief map ........................................................................ 32
2.12 Bentuk Vector map................................................................................... 33
2.13 Bentuk Watershed map ............................................................................ 33
2.14 Bentuk 3D surface ................................................................................... 34
3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................... 37
3.2 Peta Wilayah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung ...................... 49
4.1 Proses pengambilan data .......................................................................... 47
4.2 Hasil sebaran kandungan pH pada air tanah di sekitar area TPAsampah menggunakan mode counter map 1 ............................................ 48
iv
4.3 Hasil sebaran kandungan pH pada air tanah di sekitar area TPAsampah dengan menggunakan mode counter map 2................................. 49
4.4 Hasil sebaran kandungan pH pada air tanah di sekitar area TPAsampah dengan menggunakan mode counter map 3................................. 50
4.5 Potongan sebaran counter map titil sumber air terendah ......................... 51
4.6 Hasil Sebaran kndungan pH pada air tanah di sekitararea TPAsampah menggunakan mode 3D .............................................................. 52
4.7 Hasil sebaran kandungan padatan zat terlarut (TDS) pada air tanah disekitar area TPA sampah dengan menggunakan mode counter map 1.... 56
4.8 Hasil sebaran kandungan zat terlarut (TDS) pada air tanah di sekitararea TPA sampah dengan menggunakan mode counter map 2 ............... 57
4.9 Hasil sebaran kandungan zat terlarut (TDS) pada air tanah di sekitararea TPA sampah dengan menggunakan mode counter map 3 ............... 58
4.10 Hasil sebaran kandungan padatan zat terlarut (TDS) pada air tanah disekitar area TPA sampah dengan menggunakan mode 3D...................... 59
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1.Pengaruh pH terhadap komunitas biologis perairan ..................................... 16
2.2 Parameter wajib persyaratan kualitas air minum ........................................ 18
3.1 Data penelitian yang akan didapatkan ......................................................... 40
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan aspek yang penting bagi kehidupan, terutama bagi manusia.
Selama ini kebutuhan manusia akan air sangatlah besar, oleh sebab itu air tidak
dapat terlepas dari kehidupan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan akan air
sebagian masyarakat mengambil langsung dari sumber air tanah dengan membuat
sumur. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi
sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak
(common goods) seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambangan,
perkotaan dan lainnya. Saat ini air telah menjadi komoditi ekonomis bahkan di
beberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan sekitar 70%
kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri berasal dari air
tanah.
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di
bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di permukaan tanah. Air
tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer) yaitu suatu formasi geologi yang
jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air
dalam jumlah cukup ekonomis. Sumber air tanah berasal dari air yang ada di
permukaan tanah (air hujan, air danau dan sebagainya) kemudian meresap ke
dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir menuju ke
2
daerah lepasan (discharge area) (Kalinski dkk, 1993). Oleh karena itu kualitas air
dipermukaan sangatlah menentukan kualitas air dalam tanah.
Sebagai contoh adalah kondisi air di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah dimanfaatkan air sumur sebagai sumber air minum yang diindikasikan
tercemar oleh resapan TDS di TPA. Beberapa sumur disekitar TPA cenderung
keruh, sehingga secara fisik kualitas air tanah pada daerah tersebut dikatakan
buruk.
Kualitas air adalah tingkat kesesuaian air yang digunakan untuk pemenuhan
tertentu bagi kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman, minuman
ternak, dan kebutuhan untuk minum, mandi, mencuci dan sebagainya (Arsyad,
2000). Kondisi kualitas air di tempat tertentu berbeda dengan kondisi kualitas air
di tempat lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor alami atau faktor buatan
(aktivitas manusia). Faktor alami yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah
kondisi geologi, iklim, dan vegetasi, sedangkan beberapa faktor buatan antara lain
pupuk dan limbah pertanian, insektisida, dan pestisida, limbah domestik, dan
limbah industri. Kualitas air akan bervariasi menurut ruang dan waktu.
Parameter kualitas air terdiri dari sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi. Sifat
fisik yaitu warna, rasa, bau, suhu, dan konduktivitas. Sifat kimia meliputi pH,
amonia, nitrat, nitrit, sulfat, besi total, dan kesadahan. Sifat biologi di dalam air
yang terutama ditinjau adalah kandungan bakteri coliform yang terdapat pada
airtanah (Kemenkes RI, 2002).
3
Pertumbuhan penduduk, terutama Bandar Lampung yang semakin pesat
menimbulkan masalah baru terkait produksi sampah dan limbah rumah tangga
dengan jumlah yang makin meningkat. Hal ini tentu sangat mengganggu terutama
bagi penduduk yang bermukim di daerah sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah khususnya di daerah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
Bakung yang terletak di Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat,
dengan luas area sekitar 18 hektar. Sampah yang menumpuk diduga akan
mempengaruhi kualitas air tanah disekitarnya. Penduduk sekitar TPA umumnya
menggunakan sumber mata air galian, yang tentunya sangat berbahaya apabila
sumber mata air yang digunakan penduduk mengalami pencemaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian mengenai polusi air tanah di area sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah. Penelitian ini difokuskan pada pengukuran kadar pH dan padatan
zat terlarut (TDS) yang terkandung di beberapa sumur penduduk. TPA Bakung
menjadi area penelitian dengan asumsi bahwa area tersebut merupakan kawasan
pembuangan sampah terbesar di Bandar Lampung yang daerah sekitarnya dipadati
oleh pemukiman penduduk. Oleh karena itu diperlukan analisis tingkat polusi air
tanah di daerah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, masalah yang muncul
dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan yaitu.
1. Bagaimanakah pencemaran air tanah pada suatu area dan berapa besar kadar
pencemarannya berdasarkan penyebaran pH dan padatan zat terlarut (TDS)?
4
2. Bagaimanakah kontribusi letak sumber sampah dalam pencemaran
lingkungan di sekitarnya?
3. Bagaimana luasan area pencemaran di sekitar lokasi sumber sampah?
4. Bagaimanakah hubungan antara letak sumber pencemaran terhadap lokasi
sekitar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengukur kadar pencemaran air tanah menggunakan alat TDS meter dan pH
meter.
2. Menentukan kontribusi letak sumber sampah dalam pencemaran lingkungan
di sekitarnya.
3. Menampilkan data luasan area pencemaran di sekitar lokasi sumber sampah.
4. Menganalisis hubungan antara letak sumber pencemaran terhadap lokasi
sekitar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
mengenai tingkat polusi air tanah pada suatu daerah sehingga diharapkan hasil
penelitian ini dapat dijadikan referensi pada masyarakat untuk mengetahui air
tanah tersebut masih dalam tahap aman atau tidak.
E. Batasan Masalah
Pembatasan terhadap permasalahan diperlukan agar penelitian ini fokus dengan
apa yang akan dibuat dan direncanakan. Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
5
1. Pengukuran dibatasi pada parameter fisik air seperti kandungan padatan zat
terlarut (TDS) dan keasaman air (pH) tersebut.
2. Pengukuran parameter padatan zat terlarut (TDS) menggunakan TDS meter.
3. Pengukuran parameter keasaman air (pH) menggunakan pH meter
4. Pengukuran dilakukan di pemukiman penduduk daerah sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bandar Lampung.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terkait
Penelitian mengenai analisis kadar pH dan padatan zat terlarut (TDS) telah
banyak dilakukan. Salah satunya adalah Analisa Air Tanah Bebas di Sekitar
TPA Banyuroto Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan Kabupaten
Kulonprogo Yogyakarta oleh (Iriani, 2014). Pengukuran dilakukan dengan
mengukur tinggi muka air tanah dan pengambilan sampel air tanah dengan teknik
purposive sampling berdasarkan pertimbangan kemiringan lereng dan
penggunaan lahan permukiman. Analisis data hasil uji laboratorium sampel air
tanah dilakukan secara deskriptif, grafik maupun spasial. Kualitas air tanah di
sekitar TPA Banyuroto sampai radius 644 m pada elevasi yang lebih rendah dari
lokasi TPA di musim kemarau masih memenuhi persyaratan baku mutu air
minum, kecuali unsur TDS pada sampel yang menunjukkan bahwa sampel air
lindi memiliki nilai TDS tertinggi, yaitu 6600 mg/L. Sampel air embung memiliki
nilai TDS 384 mg/L sedangkan sampel air tanah bernilai antara 356-656 mg/L.
Sementara untuk nilai pH berkisar antara 7 hingga 7,47 untuk sampel air tanah,
7,28 untuk sampel air embung dan 7,49 untuk sampel air lindi TPA. Secara
keseluruhan, nilai pH air tanah, air lindi dan air embung masih berada dalam
batas yang diijinkan oleh menteri kesehatan untuk air minum.
Penelitian selanjutnya yakni dilalukan oleh (Sularmo, 2012) tentang Dampak
Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah Bakung Terhadap Kualitas Air
7
Sumur, Sosial, Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat Kelurahan Keteguhan Kota
Bandar lampung. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui pengaruh TPA
terhadap kualitas air sumur, sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Pengaruh jarak lindi terhadap sumur dan sungai dilakukan analisis Indeks
Pencemaran. Pengaruh TPA terhadap sosial-ekonomi dan kesehatan
masyarakat dilakukan dengan analisis korelasi Rank Spearman. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambilan sampel air sumur pada pemukiman penduduk
disekitar saluran lindi TPA sampah bakung dengan metode sampel sesaat
(grab sample). Sebagai kontrol diambil 2 sampel air terdiri dari (air sumur
pantau 1 sampel dan air lindi pada areal IPAL TPA Bakung 1 sampel). Pada
penilitian ini dilakukan pengambilan sampel air sumur pada tiga stasiun
pengambilan, dimana pada setiap stasiun diambil sampel pada kiri kanan
(utara-selatan) dari aliran sungai Keteguhan Bakung. Hasil penelitian
menunjukan kualitas air sumur gali mempunyai nilai indeks pencemaran
“tercemar sedang dan ringan”. Sedangkan air sungai mempunyai nilai indek
pencemaran “tercemar sedang” jarak, semakin jauh sumur dengan stasiun
pengamatan nilai indeks pencemaran makin menurun.
Penelitian tentang kualitas air sumur juga dilakukan oleh Sulih Hartono
tentang Studi Kasus Kualitas dan Kuantitas Kelayakan Air Sumur Artetis
Sebagai Air Bersih untuk Kebutuhan Sehari-hari di Daerah Kelurahan
Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Semarang Tahun 2007. (Sulih, 2007)
menggunakan air sumur artesis dalam penelitian ini yaitu sumur yang
digunakan oleh satu gang kurang lebih 13 kepala keluarga. Penelitian ini
meliputi uji kualitas air sumur artesis sebagai air bersih menggunakan uji
Fisika, Kimia dan Biologi. Parameter yang diujikan, parameter Fisika meliputi
8
warna, rasa, bau, temperatur, kekeruhan dan zat padat terlarut. Parameter
Kimia meliputi diantaranya Air Raksa (Hg), Arsen (AS), Besi (Fe) dan PH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sumur artesis sebagai air
bersih berdasarkan zat padat terlarut (TDS) yaitu adalah 825 Mg/L (Normal)
dan layak sesuai dari nilai baku mutu dari Permenkes No:416/Menkes/Per
/IX/1990 adalah 1500 Mg/L dan dari uji PH pada air sumur artesis sebagai air
bersih yang telah dilakukan diperoleh hasil PH dalam air sumur artetis adalah
7,45 (Normal) dan layak sesuai nilai baku mutu dari Permenkes
No:416/Menkes/Per /IX/1990 adalah 6,5 – 9,0.
Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Mufli Fita Firna Sari yaitu
mengenai pengaruh kebisingan terhadap posisi. Sound Topography Pola
Kebisingan Suara Di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandara
Lampung oleh (Sari, 2015). Penelitian ini menganalisis hubungan antara
kebisingan terhadap posisi dalam bentuk sound topography menggunakan
Surfer Golden Sohfware (32-Bit). Hasil yang telah didapat di analisis dengan
menggunakan sound topography dan dengan dua mode yaitu mode counter
map dan mode 3D (tiga dimensi). Nilai kebisingan yang didapat telah
melebihi batas standart yang telah ditentukan yaitu sebesar 70 dB untuk
wilayah perdagangan dan jasa, sedangkan nilai intensitas kebisingan yang
didapat rata-rata > 70 dB.
B. Perbedaan dengan Penelitian Lain
Pada penelitian sebelumnya, penelitian dilakukan hanya berdasarkan analisis
sebaran kualitas air tanah bebas di sekitar lokasi TPA Banyuroto dengan metode
survey teknik purposive sampling. Analisis data hasil uji laboratorium sampel air
9
tanah dilakukan secara deskriptif, grafik maupun spasial. Penelitian dilakukan
dengan menentukan pemetaan dan analisis kadar pH dan padatan zat terlarut
(TDS). Kemudian proses pengukurannya dilakukan dengan menentukan kordinat
dan letak sumber air galian menggunakan GPS. Dalam penelitian ini pengukuran
dilakukan hanya dengan menggunakan TDS meter dan pH meter dengan memilih
area TPA yang dekat dengan kawasan penduduk yaitu TPA Bakung Kecamatan
Teluk Betung Barat Bandar Lampung.
C. Teori Dasar
1. Air Tanah
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, tanpa
air dipastikan tidak dapat hidup. Dalam memenuhi kebutuhan akan air
sebagian masyarakat mengambil langsung dari sumber air tanah dengan
membuat sumur. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air
tanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat
hidup orang banyak (common goods), seperti air minum, rumah tangga,
industri, irigasi, pertambangan, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi
komoditi ekonomis bahkan di beberapa tempat sudah menjadi komoditi
strategis. Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90%
kebutuhan air industri berasal dari air tanah.
Terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan kegiatan
perkotaan yaitu:
a. Air hujan, yaitu air hasil kondensasi uap air yang jatuh ke tanah,
b. Air tanah, yaitu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil
melalui sumur buatan,
c. Air permukaan, yaitu air sungai dan danau,
10
d. Desalinasi air laut atau air payau/asin, dan
e. Hasil pengolahan air buangan.
Dari kelima sumber air tersebut, air tanah dan air permukaan merupakan
pilihan sumber air yang utama untuk dimanfaatkan. Hal ini disebabkan kedua
sumber tersebut mudah didapat, jumlahnya besar dan secara kualitas relatif
lebih baik (Nace, 1976).
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air
(akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di
permukaan tanah. Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer) yaitu suatu
formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk
menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup ekonomis. Sumber air
tanah berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air hujan, air danau dan
sebagainya) kemudian meresap ke dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan
(recharge area) dan mengalir menuju ke daerah lepasan (discharge area)
(Kalinski dkk., 1993)
Air tanah Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat dalam
ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu, dan dalam retak-
retak dari batuan (Warsito, 1994) Air bawah tanah (gronundwater) atau
dikenal juga sebagai air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi, yaitu
air permukaan di sekitar bumi termasuk air laut karena pengaruh panas
matahari berubah menjadi uap air, oleh angin sebagian ditiup ke arah daratan,
dan pada tempat tertentu (umumnya berelevasi tinggi) uap tersebut akan
mengalami pemampatan setelah titik jenuh terlampaui akan berubah menjadi
kumpulan air dan jatuh ke bumi sebagai air hujan. Air tanah terdiri dari dua
kategori yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam, air tanah dangkal adalah
11
air tanah berada pada kedalaman maksimal 15 m di bawah permukaan tanah
sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang berada minimal 15 meter di
bawah permukaan tanah (Surbakti, 1986). Tanah di zone air tanah dangkal
berada di dalam keadaan tidak jenuh, kecuali kadang-kadang bila terdapat
banyak air di permukaan tanah seperti berasal dari curah hujan dan irigasi.
Zone tersebut dimulai dari permukaan tanah sampai ke zone perakaran utama
(major root zone) tebalnya beragam menurut jenis tanaman dan jenis tanah.
Skema lapisan air tanah ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2.1. Skema lapisan air tanah
Menurut (Sutrisno, 1996) air tanah terdiri atas :
a. Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan juga bakteri sehingga air tanah
akan mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah yang mempunyai
unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran
juga masih terus berlangsung terutama pada muka air yang dekat dengan
muka tanah. Air tanah ini digunakan sebagai sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal. Sebagai sumber air minum, ditinjau dari segi
12
kualitas agak baik. Tetapi dari segi kuantitas cukup kurang dan tergantung
pada musim.
b. Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan rapat air yang
pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah pengambilan air
tanah dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada pada kedalaman (200 –
300) meter. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal
karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tentang Sumber
Daya Air, air tanah merupakan komponen penting dalam siklus hidrologi dari
sumber daya air di daerah aliran sungai. Berbeda dengan air permukaan yang
tidak mempunyai kapasitas penyimpanan dikarenakan air mengalir dengan
cepat, air tanah mengalir lambat dan mempunyai kapasitas penyimpanan yang
besar.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang sumber air,
disebutkan bahwa penggunaan air tanah untuk berbagai keperluan (termasuk
didalamnya bagi sektor industri), merupakan pilihan kedua, apabila air
permukaan sudah tidak mencukupi, dengan syarat tetap memperhatikan upaya
konservasi mencakup pencegahan kerusakan lingkungan.
Potensi sumberdaya air tanah yang dapat dimanfaatkan secara langsung
adalah:
a. Air tanah dangkal (akuifer tak tertekan), yakni air yang tersimpan dalam
akuifer dekat permukaan hingga kedalaman (tergantung kesepakatan) 15
sampai 40 m. Air tanah dangkal dimanfaatkan secara langsung untuk
keperluan kegiatan non pertanian, khususnya untuk keperluan rumah.
13
b. Air tanah menengah atau dalam (akuifer tertekan), yakni air yang tersimpan
dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air
tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Biasanya dimanfaatkan oleh
PDAM atau industri milik dalam negeri (Rizki, 2003).
Karakteristik kualitas air tanah ditentukan oleh analisis dari karakteritik kimia,
fisik dan biologi. Karakteristik kimia meliputi kandungan kimia utama yang
terkandung dalam air tanah diantaranya Silika (SiO2), Besi (Fe), Mangan
(Mn), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sodium (Na), Potassium (K),
Karbonat (CO3), Bikarbonat (HCO3), Sulfat (SO4), Chlorida (Cl), Florida (F),
Nitrat (NO3) dan padatan terlarut. Karakteristik fisik meliputi temperatur,
kekeruhan, warna, bau dan rasa. Karakteristik biologi meliputi uji deteksi
kandungan bakteri coliform (Todd, 2005).
2. Pencemaran Air
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, sehingga penyediaan air
yang memenuhi syarat menjadi masalah saat ini. Kualitas dan kuantitas air
telah berkurang disebabkan oleh pencemaran. Pencemaran adalah suatu
keadaan, dimana suatu zat dan atau energi dimasukkan ke dalam suatu
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dengan
konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan
keadaan yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula
dalam arti kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan (Erwin, 2008).
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni
dalam arti sesuai dengan syarat air yang patut untuk kesehatan, maka harus
diusahakan air yang ada sedemikian rupa agar syarat yang dibutuhkan
14
terpenuhi, atau paling tidak mendekati syarat yang dikehendaki (Azwar,
1981). Air tanah seperti halnya dengan jenis air lainnya yang ada di bumi
tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa
atau mineral lain yang larut di dalamnya, sering kali juga mengandung bakteri
atau mikroorganisme lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di bumi
telah tercemar, khususnya untuk air tanah tergantung pada: kondisi spesifik
geologi, kondisi hidrologi, dan juga dari ulah manusia yang ada di areal dan di
sekitar sumber air tersebut. Makin jelek kondisi tersebut makin tinggi pula
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sumber daya air tanah yang
bersih. Adanya senyawa atau unsur lain dan bakteri atau mikroorganisme di
dalam air tanah menyebabkan air tanah berpotensi menimbulkan dampak yang
tidak diinginkan bagi manusia, terutama dampak yang dapat merugikan
kesehatan.
Pencemaran air adalah keadaan dimana air sudah menyimpang dari keadaan
normalnya. Sumber pencemaran air adalah penduduk kota urban dwelles yang
membuang sampah dimana mereka berada, pembuangan kotoran dari pabrik
dan industri, penghuni kota dengan sampah-sampahnya, dan kotoran hasil
cucian. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :
1. Adanya perubahan suhu air
2. Adanya perubahan derajat keasaman (pH) atau konsentrasi ion hidrogen
3. Adanya perubahan warna, bau atau rasa air
4. Timbulnya endapan, bahan terlarut
5. Adanya mikroorganisme
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
15
Komponen-komponen pencemaran air dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bahan buangan padat
2. Bahan buangan organik
3. Bahan buangan anorganik
4. Bahan buangan olahan bahan makanan
5. Bahan buangan cairan berminyak
6. Bahan buangan zat kimia
7. Bahan buangan berupa panas. (Wardhana, 2004).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya” (Pasal 1, ayat 2).
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat
berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut
berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek
pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.
Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum,
tetapi Pemerintah tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan
aspek akibat dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke
tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah
16
tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat
kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah
sampai ke batas atau melewati batas).
Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah
pada Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung
makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat harus memenuhi
persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 146 tahun 1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air
minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan
mikrobiologi (Achmadi, 2001).
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 – 7,5. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat
asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan
mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan. Pengaruh nilai pH pada komunitas
biologi perairan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan (Effendi, 2003).NilaipH
Pengaruh Umum
6,0 -6,5
Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun.Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tidak mengalamiperubahan
5,5 -6,0
Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakintampak.Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belummengalami perubahan yang berarti.Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.
17
5,0 -5,5
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,perifilton dan bentos semakin besar.Terjadi penurunan kelimpahan total, biomassa zooplankton danbentos.Algae hijau berfilamen semakin banyak.Proses nutrifikasi terlambat.
4,5 -5,0
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,perifilton dan bentos semakin besar.Penurunan kelimpahan total, biomassa zooplankton dan bentos.Algae hijau berfilamen semakin banyak.Proses nutrifikasi terlambat.
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi
terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas
acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa
organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi
fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak
efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae
untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh
dalam air pada 25oC dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina,
1985). Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh
fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan
oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini
bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berta yang berlebihan di
perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga
pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan
18
konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Effendi,
2003).
Pengendalian dan penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi
pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya
serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air
adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan
upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari
kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap
untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya.
Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai
dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen
dan segala mahluk hidup yang membahayakan kesehatan manusia, tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat
diterima secara estetis, dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya
tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya
Slamet (1996).
Parameter wajib persyaratan kualitas air minum disajikan dalam tabel 2.2..
Tabel 2.2. Parameter wajib persyaratan kualitas air minum (Permenkes, 2010)
No Jenis Parameter SatuanKadar maksimum
yang diperbolehkan1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
19
a. Parameter Mikrobiologi1 ) E. Coli Jumlah per 100 0
ml sampel2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 0
ml sampelb. Kimia an – organic1 ) Arsen mg / l 0,012 ) Flourida mg / l 1,53 ) Total Kromium mg / l 0,054 ) Kadmium mg / l 0,0035 ) Nitrit, ( sebagai NO2
-) mg / l 3
6 ) Nitrat, ( sebagai NO3-
) mg / l 507 ) Sianida mg / l 0,078 ) Selenium mg / l 0,1
2 Parameter yang tidak langsungberhubungan dengankesehatan
a. Parameter Fisik1 ) Bau Tidak berbau2 ) Warna TCU 153 ) Total Zat Padat Terlarut(TDS) mg / l 5004 ) Kekeruhan NTU 55 ) Rasa Tidak berasa6 ) Suhu
0C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi1 ) Aluminium mg / l 0,22 ) Besi mg / l 0,33 ) Kesadahan mg / l 5004 ) Khlorida mg / l 2505 ) Mangan mg / l 0,46 ) Ph 6,5 – 8,57 ) Seng mg / l 38 ) Sulfat mg / l 2509 ) Tembaga mg / l 210 ) Amonia mg / l 1,5
Nilai pH normal untuk air tanah antara 6,5 sampai dengan 8,5. Nilai ambang
batas pH untuk air minum sesuai dengan Permenkes No
492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 6,5 – 8,5. Air dengan pH rendah (<6,5) berupa
asam, mengandung padatan rendah, dan korosif. Air dengan kondisi seperti ini
dapat mengandung besi, dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan
20
pada pipa transmisi, selain itu juga menimbulkan rasa yang asam, noda pada
baju, noda pada kloset, dan lain sebagainya, serta menimbulkan dampak buruk
pada kesehatan. Sedangkan untuk air dengan pH tinggi (>8,5) berupa basa. Air
tersebut tidak terlalu berdampak buruk pada kesehatan, akan tetapi dapat
menimbulkan masalah berupa rasa basa pada air.
3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Sampah merupakan sesuatu yang tidak dibutuhkan/tidak dipakai/tidak
bemanfaat bagi manusia. Sampah terdiri atas sampah organik dan anorganik.
Sampah organik (mudah membusuk) yaitu sisa makanan, daun, daging dan
lainnya, sedangkan anorganik (tidak membusuk) yaitu plastik, kertas, karet
logam, gelas, bahan bekas bangunan dan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan
system pengelolaan sampah yang baik sehingga tidak memberikan dampak
terhadap kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi sampah yang dihasilkan,
baik dari masyarakat maupun industry, maka diperlukan suatu ssstem
pengelolaan sampah yang baik agar sampah tidak dapat menyebabkan
penyakit kepada masyarakat dan merusak keindahan lingkungan.
Ada prinsip-prinsip 3R yang bisa ditetapkan dalam pengelolaan sampah, baik
rumah tangga maupun di tempat pembuagan akhir (TPA), yaitu:
a. Reduce (mengurangi), meminimalisasi barang atau material yang
digunakan/dikonsumsi. Semakin banyak material yang
dikonsumsi/digunakan, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (memakai ulang), pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
21
c. Recycle (mendaur ulang), tidak semua barang sisa didaur ulang, namun saat
ini sudah ada industri non-formal dan rumah tangga yang memanfaatkan
sampah menjadi barang lain (Exposto, 2015).
TPA adalah tempat pembuangan akhir. Tempat pembuangan akhir sampah
adalah tempat untuk menyingkirkan sampah sehingga aman. Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) atau tempat pembuangan sampah (TPS) ialah
tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan
sampah. Pembuangan sampah perkotaan pada Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) adalah cara yang paling banyak diterapkan di beberapa kota di
Indonesia (Kasam, 2011).
Tempat pembuangan sampah yang dibutuhkan adalah tempat pembuangan
yang memenuhi standar kelayakan sehingga tidak menyebabkan masalah
lingkungan. Namun dalam kenyataannya, penyediaan tempat pembuangan
sampah ini terhambat oleh ketersediaan lahan. Apalagi di daerah perkotaan
yang ketersediaan lahan terbukanya sudah sangat sedikit. Dengan demikian
diperlukan adanya studi kelayakan untuk menentukan lokasi tempat
pembuangan sampah yang sesuai dengan standar yang ada (Nandi, 2005)
4. TDS meter
TDS (Total Dissolve Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik, misalnya garam dan sebagainya) yang terdapat pada
sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part
Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya
berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
22
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter).
Alat yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya
untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia,
pembuatan air mineral, dan sebagainya. Setidaknya, kita dapat diketahui air
minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan
kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dan lain-lain)
(Agustira dkk, 2013).
Pengukuran kualitas suatu larutan menggunakan metode Electrical
Conductivity, dimana dua buah probe dihubungkan ke larutan yang akan
diukur, kemudian dengan rangkaian pemprosesan sinyal diharapkan bisa
mengeluarkan output yang menunjukkan besar konduktifitas larutan tersebut,
yang jika dikalikan dengan factor konversi maka akan didapatkan nilai
kualitas air tersebut dalam TDS atau PPM.
Gambar 2.2. Cara kerja TDS meter.
Keterangan:
- Signal processing adalah rangkaian yang berfungsi untuk:
23
a. Memberikan sumber tenaga AC konstan pada probe agar pada larutan
dapat terjadi aliran arus (sehingga dapat terukur konduktansi atau
resistansinya).
b. Mengkonversi nilai konduktansi menjadi tegangan.
- Sensor yang digunakan pada rangkaian ini adalah dua probe biasa dengan
jarak 1 cm yang fungsinya untuk mendapatkan nilai konduktansi suatu
larutan.
- Solution to be measured adalah larutan yang akan diukur kadar TDS-nya.
- Micro Controller digunakan untuk mengubah nilai tegangan (analog) yang
dihasilkan Signal Prossecing menjadi nilai bit-bit (Digital) dan
mengkonversinya menjadi satuan TDS atau PPM.
- Liquid Crystal Display (LCD) digunakan untuk menampilkan output Micro
Controller sehingga dapat terbaca oleh user. (Sumber tegangan yang
digunakan pada rangkaian ini adalah +12V dan -12V).
Gambar 2.3. TDS meter HM Digital.
24
5. Global Positioning System (GPS)
Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah alat atau sistem yang
dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya dimana dia berada
secara global dipermukaan bumi yang berbasis satelit. Data dikirim dari satelit
berupa sinyal radio dengan data digital.
GPS termasuk sistem navigasi berbasis satelit yang saling berhubungan pada
orbitnya. Satelit-satelit tersebut milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat
yang pertama kali diperkenalkan mulai tahun 1978 dan pada tahun 1994 sudah
memakai 24 satelit. Untuk dapat mengetahui posisi seseorang maka
diperlukan alat yang diberi nama GPS receiver yang berfungsi untuk
menerima sinyal yang dikirim dari satelit GPS. Posisi diubah menjadi titik
yang dikenal dengan nama Way-point nantinya akan berupa titik-titik
koordinat lintang dan bujur dari posisi seseorang atau suatu lokasi kemudian
di layar pada peta elektronik.
Gambar 2.4. Penggambaran prinsip kerja GPS.
25
GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (Satelit GPS
mengelilingi bumi 2x sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan
GPS receiver (alat penerima GPS). Satelit GPS dikelola oleh Amerika Serikat.
Alat penerima GPS inilah yang dipakai oleh pengguna untuk melihat
koordinat posisi. Selain itu GPS juga berfungsi untuk menentukan waktu. Ada
tiga jenis alat GPS yaitu:
1. GPS Navigasi, GPS Navigasi biasanya memiliki tingkat kesalahan dibawah
10 m (rata-rata GPS tipe ini memiliki kesalahan 3 sampai dengan 6 m).
2. GPS Geodesi single frekuensi, GPS Geodesi single frekuensi biasanya
digunakan untuk pemetaan, tingkat kesalahan dibawah 1 m.
3. GPS Geodetik dual frekuensi, GPS ini memiliki tingkat ketelitian yang
tinggi dan tingkat kesalahannya di bawah 1 cm. GPS Geodesi dual
frekuensi digunakan untuk mengukur pergerakan tanah (Lecia, 1999).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran posisi dengan
menggunakan GPS adalah:
1. Posisi dan Koordinat. Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan
koordinat (dua dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem
koordinat tertentu. Pada umumnya, posisi suatu titik dinyatakan dalam
Sistem Koordinat Geografi. Lokasi suatu titik umumnya ditentukan oleh
garis lintang (latitude) dan bujur (longitude) untuk posisi dua dimensi,
sedangkan untuk lokasi 3 dimensi ditambah parameter ketinggian. Posisi
suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam suatu sistem
koordinat teristris. Titik nol dari sistem koor-dinat teristris ini dapat
berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik) maupun di
salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).
26
2. Survey Penentuan Posisi. Survey penentuan posisi dapat dilakukan dengan
cara survey teristris dan dengan GPS. Pada survey dengan metode teristris,
penentuan posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan
terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Sedangkan
dengan GPS dapat diketahui secara langsung posisi suatu tempat (koordinat
titik/tempat tersebut). Penentuan posisi dengan GPS pada dasarnya adalah
reseksi (pengikatan kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan mengukur
jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah
diketahui. Jarak pusat bumi ke lokasi pengamat adalah jarak yang dicari
untuk menentukan posisi tempat yang diukur. Dalam perhitungan
sebenarnya harus menggunakan paling sedikit data dari 3 satelit kemudian
dilakukan perhitungan secara kombinasi (Lecia,1999).
6. Topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi
melalui garis‐garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi‐rendahnya
permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit,
sungai, lembah, danau, rawa, tepi‐laut dan ada kalanya pada beberapa jenis
peta, ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil aktifitas manusia. Pada peta
topografi standar, umumnya dicantumkan juga tanda‐tanda yang
menunjukkan geografi setempat.
Peta topografi merupakan peta yang memuat informasi umum tentang keadaan
permukaan tanah beserta informasi ketinggiannya menggunakan garis kontur,
yaitu garis pembatas bidang yang merupakan tempat kedudukan titik-titik
dengan ketinggian sama terhadap bidang referensi (pedoman/acuan) tertentu.
27
Gambar 2.5. Penggambaran garis ketiggian kontur.
Pada Gambar 2.5 terlihat gambar garis ketinggian pada peta (bidang dua
dimensi) dan di lapangan (ruang tiga dimensi). Garis ketinggian pada peta
membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian
dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui
berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut. Garis ketinggian
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian
yang lebih tinggi.
b. Garis ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak akan bercabang.
c. Pada daerah yang landai garis ketinggian akan berjauhan, sebaliknya pada
daerah yang terjal akan saling merapat. Untuk kondisi daerah yang khusus
(seperti tebing, kawah, jurang), garis ketinggiannya digambarkan secara
khusus pula.
28
d. Garis ketinggian yang menjorok keluar, merupakan punggung bukit dan
menyerupai huruf ‘U’.
e. Garis ketinggian yang menjorok ke dalam, merupakan lembah dan selalu
menyerupai huruf ‘V’.
f. Selisih tinggi antara dua garis ketinggian yang berurutan (interval) adalah
setengah dari bilangan ribuan skala, (contoh: 1/2000 x 50.000 = 25 meter).
Kecuali bila dinyatakan dengan ketentuan lain.
g. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara dua garis
ketinggian yang berurutan.
h. Warna garis-garis ketinggian pada peta digambarkan dengan warna coklat.
Syarat untuk melakukan pengukuran topograpi adalah titik kontrol yang baik.
Titik kontrol dibagi menjadi dua yaitu titik kontrol horisontal dan titik kontrol
vertikal. Titik kontrol horisontal merupakan dua titik atau lebih di tanah yang
kedudukannya horisontal terhadap jarak dan arah. Sedangkan titik kontrol
vertikal merupakan titik yang dibentuk oleh titik tetap duga pada atau dekat
sebidang tanah yang diukur (Brinker dkk, 1997).
7. Surfer Golden Software
Surfer adalah paket pemodelan penuh fungsi visualisasi 3D, contouring dan
permukaan yang berjalan di bawah Microsoft Window. Surfer digunakan
secara luas untuk pemodelan medan, model batimetri, visualisasi landscape,
analisis permukaan, pemetaan kontur, DAS dan pemetaan permukaan 3D,
gridding, volumetris dan banyak lagi. Surfer memberikan metode yang lebih
gridding dan kontrol yang lebih parameter gridding, termasuk variograms
disesuaikan, daripada paket perangkat lunak lain di pasar. Anda juga dapat
29
menggunakan file jaringan yang diperoleh dari sumber lain, seperti USGS file
DEM atau file jaringan ESRI. Menampilkan grid sebagai kontur luar biasa,
permukaan 3D, gambar rangka 3D, daerah aliran sungai, vektor, gambar, relief
berbayang, dan peta pos. Menambahkan peta dasar dan menggabungkan jenis
peta untuk menciptakan tampilan yang paling informatif mungkin. Hampir
semua aspek peta Anda dapat disesuaikan untuk menghasilkan persis
presentasi yang Anda inginkan. Menghasilkan peta kualitas publikasi tidak
pernah lebih cepat atau lebih mudah. (Donil, 2015).
Dalam pemakaiannya, perangkat lunak ini memiliki beberapa bagian dasar
yang dipaparkan pada Gambar 2.6.
Title Bar Menu Bar Tabbed Windows Tool Bar
,
Object Manager Property Manager Status Bar Plot Windows
Gambar 2.6. Tampilan perangkat lunak surfer dan bagian-bagiannya.
Kegunaan dari bagian-bagian perangkat lunak ialah sebagai berikut.
a. Title Bar merupakan bagian yang menunjukkan halaman yang aktif.
Penamaan halaman yang aktif ditambahkan dengan ekstensi .SRF.
b. Menu Bar berisikan baris perintah yang digunakan untuk menjalankan
Surfer.
c. Tabbed Document merupakan bagian dimana Surfer dapat mendukung
30
untuk jenis tabbed document, plot dokumen, lembar kerja, dan editor node
dokumen.
d. Toolbar merupakan bagian yang berisikan tombol icon proses dalam surfer.
Pengguna hanya perlu memilih icon yang akan digunakan. Icon ini dapat
diatur melalui menu tool-customize.
e. Status Bar merupakan bagian yang akan menunjukkan status kemajuan,
presentasi penyelesaian dan waktu tersisa.
f. Object Manager berisikan hierarki dari semua objek dalam dokumen yg
ditampilkan dalam tree-view.
g. Desktop merupakan bagian belakan dari worksheet dan grid editor.
h. Border merupakan bagian tepi dari lembar kerja atau worksheet (Sari,
2015).
Surfer dapat digunakan untuk pembuatan beberapa peta diantaranya:
1. Base map
Base map merupakan peta yang akan menampilkan batas-batas pada peta
dan berisi kurva, poin, teks, atau gambar. Base map dapat dilapisi dengan
peta lain untuk memberikan rincian seperti jalan, sungai, lokasi kota dan
kontur suatu daerah. Penggambaran base map terlihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Bentuk base map.
31
2. Contour map
Contour map merupakan representasi dua dimensi dari tiga buah data.
Dalam peta kontur, untuk nilai z yang sama akan ditarik garis kontur. Garis
kontur ini dapat ditampilkan dalam warna atau pola. Bentuk dari peta
kontur terlihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Bentuk Contour map
3. Post map dan classed post map
Pots map digunakan untuk menunjukkan lokasi data berada yang
direpresentasikan dengan simbol-simbol. Bentuk Post map dan classed
post map terlihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Bentuk Post map dan classed post map.
32
4. Image map
Image map merupakan gambar yang didasarkan pada grid file yang
digunakan. Penetapan warna gambar berdasarkan nilai z dari grid file.
Bentuk Image map terlihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Bentuk Image map
5. Shaded relief map
Shaded relief map merupakan peta arsiran batuan. Pewarnaan peta batuan
didasarkan pada orientasi kemiringan relatif terhadap sumber cahaya.
Dalam hal ini orientasi dalam surfer dihitung setiap sel grid dan
pemantulan cahaya sumber pada permukaan grid. Bentuk Shaded relief
map terlihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11. Bentuk Shaded relief map
33
6. Vector map
Vector map merupakan peta yang direpresentasikan dengan vektor. Gambar
vector map terlihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Bentuk Vector map.
7. Watershed map
Watershed map merupakan peta yang menampilkan aliran air dalam sebuah
daerah. Bentuk Watershed map terlihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13. Bentuk Watershed map
8. 3D Surface map
3D surface map merupakan sebuah peta dalam bentuk tiga dimensi. Dalam
jenis peta ini akan tampak representasi dari suatu wilayah yang dipetakan.
35
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Analisis dan penelitian dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah Bandar Lampung pada bulan Agustus 2017 hingga bulan April 2018.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. TDS meter sebagai media pengukur kandungan padatan zat terlarut (TDS) air
tanah.
2. pH meter sebagai media pengukur tingkat keasaman air tanah.
3. GPS sebagai penentu posisi/kordinat tempat pengukuran.
C. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan data primer
Proses pengambilan data diukur posisi kordinat dan nilai keasaman dan
kandungan padatan air tanahnya. Untuk menentukan kordinat sumber polutan,
kordinat wilayah diukur dengan menggunakan GPS. Kadar kandungan
padatan zat terlarut (TDS) dan keasaman air diukur dengan menggunakan
TDS meter dan pH meter. Pengukuran akan dilakukan pada beberapa titik
yang telah ditentukan. Setelah didapatkan data, proses pengukuran lalu
berpindah ke lokasi pengukuran berikutnya, diambil juga data kordinat posisi
tempat dan kadar kandungan TDS dan keasaman air tanahnya.
36
2. Pengolahan data primer
Data yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan letak sumber sampah pada
kordinat posisi pengukuran dengan jumlah titik pengukuran tertentu
kemudian akan ditampilkan berupa peta topografi.
3. Analisis data
Penelitian ini menganalisis hubungan antara kadar kandungan TDSdan
keasaman air tanah suatu daerah dan jarak dari sumber pencemaran
berdasarkan posisi/kordinat tempat di sekitarnya. Data tersebut kemudian
dikumpulkan untuk dilakukan analisis dan dibuat gambaran kadar kandungan
padatan zat terlarut (TDS) dan keasaman dalam bentuk topography.
37
D. Digram Alir Penelitian
Digaram alir penelitian analisis tingkat polusi air tanah, ditunjukkan pada gambar
3.1.
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
Menentukan kordinat posisi sumber
Pengukuran kadar polusi air tanah di tempat sumber
Laporan
Pengukuran kordinat dan posisi lokasi pemukiman
Pengukuran tingkat polusi air tanah pada pemukiman
Data keluaran
Pemprosesan data dan pembuatan peta topografi
Anasisi data dan topografi
Selesai
Mulai
38
E. Analisis Data Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, data dapat berupa hubungan besar kadar
keasaman dan kandungan TDS air tanah terhadap posisi suatu wilayah. Dari 3.1,
data tersebut akan ditulis pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Data penelitian yang akan didapatkan
NoGPS
s (m) pH TDS (mg/L)E S
12345678910
F. Peta Wilayah
Pada penelitian kali ini pengukuran akan dilakukan di wilayah Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kota Bandar Lampung. Sebelum melakukan
pengukuran akan dilakukan pembuatan grid pada peta wilayah Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah untuk menentukan posisi yang akan dilakukan
pengukuran besar kadar keasaman dan kandungan TDS air tanah. Hasil
pembuatan grid dapat dilihat pada Gambar 3.2.
63
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Nilai pH paling rendah dengan rata-rata 5,944 di ttitik sumber air 33 di
kordinat S -5,4540724 dan E 105,2452838 sementara untuk nilai pH
paling tinggi terdapat pada titik 1 di kordinat S -5,463331 dan E
105,238078 dengan nilai rata-rata 6,806.
2. Nilai pH yang tidak dapat dipergunakan sebagai air minum dan konsumsi
ada sekitar 35 titik dengan nilai pH dibawah 6,5. Hal ini dikarenakan
pengaruh dari keberadaan sumber tumpukan TPA sampah bakung yang
berada disekitar pemukiman penduduk.
3. Sebanyak 35 titik sumber air tidak bisa digunakan untuk keperluan higiene
dan sanitasi. Untuk keperluan air kolam renang tidak ada yang memenuhi
standar baku mutu yaitu dintara 7 – 8 nilai pH. Pengunaan SPA (Solu Per
Aqua), semua titik sumber air nilainya dibawah batas minimum yang
diperbolehkan yaitu dibawah 7,2.
4. Hanya satu titik sumber air yang id eal untuk diminum yaitu sumber air
pada titik 1, S -5,46333 dan E 105,2381 sebesar 37,2 ppm.
64
5. Nilai padatan zat terlarut (TDS) diangka 100 -250 ppm, hal ini masih dalam
batas aman untuk konsumsi namun bukan yang terbaik.
6. Sumber-sumber air penduduk yang tersebar di daerah sekitar TPA sampah
bakung secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai pH dan padatan zat
terlarut (TDS) sumber air tersebut
B. Saran
Untuk peningkatan pada penelitian pemetaan dan analisis kadar pH dan
padatan zat terlarut (TDS) pada area sekitar tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah sebaiknya dilakukan penelitian dengan pengukuran titik yang lebih
banyak lagi dan mengukur letak titik air galian terhadap sumber sampah.
Selain itu penelitian dan pengujian faktor-faktor lainnya perlu dilakukan
sebagai acuan untuk mengidentifikasi sumber air tersebut masih dalam
ambang batas yang aman atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi dan Umar Fachmi. 2001. Peranan Air Dalam Peningkatan KesehatanMasyarakat. BPK Penabur. Jakarta.
Agustina, Riyanda, Kemala Sari Lubis, Jamilah. 20013. Kajian KarakteristikKimia Air, Fisika Air dan Debit Sungai pada Kawasan DAS PadangAkibat Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Online Agroteknologi Vol 1No 3 Universitas Sumatera Utara.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Serial Pustaka IPB Press. Bogor
Azwar A, 1981, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara. Jakarta.
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup. 2014. LaporanPengawasan Hasil Uji Air Sumur Gali IPAL Bakung. Bandar Lampung
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup. 2014. LaporanPengawasan Hasil Uji Outlet Air Limbah IPAL Bakung. Bandar Lampung
Brinker, C.R. 1997. Dasar-dasar Pengukuran Tanah. Erlangga. Jakarta.
Donil, Nandang Sutra. 2015. Kemampuan Lahan Politeknik Pertanian NegeriPayakumbuh Menggunakan Metode Deskriptif dengan Surfer 9. SumateraBarat; Jurnal Nasional Ecopedon.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber DAya danLingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan: dalam sistem kebijaksanaanpembangunan lingkungan hidup. PT Rafika Aditama. Bandung.
Exposto, Levi Anatolia S.M. 2015. Pengaruh Pengelolaan Sistem PembuanganAkhir Sampah dan Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat di DesaTibar Kecamatan Bazartete Kabupaten Luquica Timor Leste. JurnalLingkungan Hidup Bumi Lestari Vol 15 No 2.
Hartono, Sulih. 2007. Studi Kasus Kualitas dan Kuantitas Kelayakan Air SumurArtetis Sebagai Air Bersih untuk Kebutuhan Sehari-hari di Daerah
Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Semarang. UniversitasNegeri Semarang. Semarang.
Hertono, Broto.R. 1977. Cara-Cara Sampling. Fakultas Kesehatan MasyarakatUnivesitas Indonesia. Jakarta.
Iriani, Gita Lutfi. 2014. Analisis Kualitas Tanah Bebeas di Sekitar TPA BanyurotoKecamatan Naggulang Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta.
ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM)
Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Kalinski, R.J. W.E. Kelly, and I. Bogardi. 1993. Combined Use of GeoelectricSounding and Profiling to Quantify Aquifer Protection Properties,Published in Ground Water, Vol. 31, No. 4, pp. 538-544.
Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir(TPA) Sampah (Study kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal TeknikLingkungan Vol 3 No 1 Fakultas Teknik Sipil dan PerencanaanUniversitas Islam Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Syarat-syarat danPengawasan Kualitas Air. Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Leica.1999. Introduction to GPS (Global Positioning System). Switzerland: LeicaGeosystems Inc.. Halaman 1-64.
Nandi. 2005. Kajian Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajahdalam Konteks Tata Ruang. Jurnal “EEA” Vol 5 No 9 Jurusan PendidikanGeografi Universitas Pendidikan Indonesia.
Nace, R.L. 1976. Hydrology, in Handbook of Water Resources and PollutionControl. New York: Van Nostrand Rinhold Company Inc.
Nuristian, Khany., Warsito., Gurum Ahmad Pauzi. 2014. Analisis TingkatKebisingan Suara di Lingkungan Universitas Lampung. Jurnal Teori danAplikasi Fisika. Vol.03, No. 01.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Persyaratan Kualitas AirMinum. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 146 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat danPengawasan Kualitas Air. Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Sumber Air. 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian PencemaranAir. Jakarta
Rizki, Lukman. 2003. Kajian Kebutuhan Air Bersih dan Identifikasi KetersediaanDaya Air Bagi Pengembangan Kawasan Terpadu Gedebage. Tugas AkhirDepartemen Teknik Planologi Institut Teknologi Bandung.
Sari, Mufli Fita Firna. 2015. Sound Topography Pola Kebisingan Suara DiKecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandara Lampung.Skripsi;Universitas Lampung.
Slamet, J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia No. 06-6989.11. 2004. Cara Uji Derajat Keasaman(pH) dengan Menggunakan Alat pH meter. Badan Standarisasi Nasional.
Sularmo. 2012. Dampak Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah BakungTerhadap Kualitas Air Sumur, Sosial, Ekonomi dan KesehatanMasyarakat Kelurahan Keteguhan Kota Bandar lampung. Tesis.Universitas Lampung
Surbakti. 1987. Teknologi Terapan Air Minum Sehat. Mutiarasalo. Surakarta.
Sutrisno, Muhammad. 1996. Sumur Gali Sumber Air Bersih. Udayana Press.Denpasar
Wardhana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit AndiOffset. Yogyakarta.
Wardhama, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.Yogyakarta.
Warlina, Lina. 1985. Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah.Universitas Indonesia. Jakarta.
Warsito D 1994, Sumber Daya Air dan Lingkungan, Pusat PengembanganTenaka Pertambangan, Bandung.
Todd, D.K. 2005. Groundwater Hydrology Third Edition. NewYork: John Wiley& Sons.