pemerintah kabupaten pekalongan · pdf filemekanisme pembentukan panitia pemilihan ......
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN
NOMOR 13 TAHUN 2006
T E N T A N G
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN,
PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PEKALONGAN
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 53
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa, maka perlu mengatur Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan
Pemberhentian Kepala Desa;
b. bahwa pengaturan sebagaimana dimaksud pada huruf
a perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2757 );
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1986 tentang
Pemindahan Ibukokota kabupaten daerah Tingkat II
Pekalongan dari Kotamadya Daerah Tingkat II
Pekalongan ke Kota Kajen di Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Pekalongan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 70);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II
Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3381);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 13
Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan
Karangdadap, kecamatan Siwalan dan Kecamatan
Wonokerti Kabupaten Pekalongan (Lembaran Daerah
Kabupaten Pekalongan Tahun 2001 Nomor 13);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 14
Tahun 2001 tentang Penetapan Kembali Wilayah
Kerja Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Sragi dan
Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan
(Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun
2001 Nomor 14);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN PEKALONGAN
dan
BUPATI PEKALONGAN
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA
PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN,
PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pekalongan.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Pekalongan.
4. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat
daerah kabupaten.
5. Camat adalah Kepala Kecamatan;
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal–usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Pekalongan.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
Pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut
BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;
10. Kepala Desa adalah Pimpinan Pemerintah Desa;
11. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan
nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya
disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
13. Tim Pengendali adalah tim tingkat Kabupaten yang
dibentuk Bupati untuk membantu dalam pengendalian
proses pemilihan Kepala Desa.
14. Tim Pengawas adalah tim tingkat Kecamatan yang
dibentuk Bupati untuk mengawasi jalannya pemilihan
kepala desa.
15. Panitia Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disingkat
P2KD adalah panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
melaksanakan Pemilihan Kepala Desa.
16. Pelamar adalah orang yang mengajukan lamaran untuk
pencalonan kepala desa.
17. Bakal Calon adalah pelamar yang telah dinyatakan
memenuhi persyaratan administrasi.
18. Calon adalah bakal calon yang ditetapkan setelah lolos
penjaringan dan penyaringan yang dilakukan oleh P2KD.
19. Calon terpilih adalah calon kepala desa yang
mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan kepala
desa.
20. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan yang
telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak
pilihnya.
21. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Pekalongan.
22. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.
BAB II
KEKOSONGAN KEPALA DESA
Pasal 2
(1) Kekosongan jabatan Kepala Desa terjadi karena Kepala
Desa berhenti atau diberhentikan oleh Bupati.
(2) Paling lambat dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak
kekosongan jabatan Kepala Desa sebagaimna dimkasud
pada ayat (1) harus sudah dimulai persiapan pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa.
(3) Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa paling lambat
diselenggarakan dalam waktu 4 (empat) bulan sejak
kekosongan jabatan Kepala Desa.
BAB III
PEMBENTUKAN PANITIA PEMILIHAN
Bagian Kesatu
Mekanisme Pembentukan Panitia Pemilihan
Pasal 3
(1) Masa persiapan pemilihan meliputi :
a. Pemberitahuan secara tertulis oleh BPD kepada
Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Kepala Desa;
b. Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
(P2KD);
c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan
tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa.
(2) Pembentukan P2KD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, telah diputuskan BPD paling lambat 7 (tujuh)
hari sejak disampaikannya pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lambat 3 (tiga) hari sejak diputuskan sudah
disampaikan kepada Kepala Desa dan P2KD.
(4) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum
berakhir masa jabatan.
(5) BPD memproses pemilihan kepala desa paling lama 4
(empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala
Desa.
Pasal 4
(1) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, kepala Desa
menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa kepada Bupati melalui Camat dan Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan BPD.
(2) P2KD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf
b, menetapkan perencanaan penyelenggaraan meliputi
tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa.
(3) Penetapan tata cara dan jadwal waktu tahapan
pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ditetapkan dengan Keputusan P2KD dan disampaikan
kepada BPD dan Kepala Desa paling lambat 14 (empat
belas) hari setelah pemberitahuan BPD.
(4) BPD melaporkan rencana pelaksanaan pemilihan kepala
desa kepada Bupati melalui Camat paling lambat 7 (tujuh)
hari setelah pemberitahuan P2KD.
(5) Kebutuhan anggaran untuk kegiatan pemilihan
disampaikan oleh P2KD kepada Kepala Desa untuk
diproses sesuai dengan mekanisme dan prosedur
pengelolaan keuangan desa.
Bagian Kedua
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa
Pasal 5
(1) Pemilihan diselenggarakan oleh P2KD.
(2) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas
langsung, umum, bebas rahasia, jujur dan adil.
(3) Dalam penyelenggaraan pemilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), P2KD bertanggung jawab
kepada BPD.
(4) Paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
pemberitahuan rencana pemilihan kepala desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) dibentuk
Tim Pengendali di tingkat Kabupaten dan Tim Pengawas
Pemilihan Kepala Desa di tingkat kecamatan.
(5) Tim pengendali dan tim pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 6
(1) Pembentukan P2KD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf b, dilaksanakan dalam satu rapat
yang dipimpin oleh unsur pimpinan BPD.
(2) Anggota P2KD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) paling banyak 9 (Sembilan) orang terdiri dari
unsur perangkat desa, pengurus lembaga
kemasyarakatan dan tokoh masyarakat.
(3) Kepengurusan P2KD terdiri dari Ketua, Bendahara,
Sekretaris dan Anggota.
(4) Untuk membantu kelancaran tugass-tugas P2KD dapat
membentuk satuan tugas (satgas) yang terdiri dari
Pengurus RT/RW dan tokoh masyarakat.
Pasal 7
(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf b, dapat melaksanakan tugasnya setelah mendapat
pengesahan dari Bupati.
(2) Anggota P2KD tidak boleh mempunyai hubungan
keluarga dengan bakal calon Kepala Desa sampai
dengan derajat pertama, ke atas, ke bawah dan ke
samping.
(3) Dalam hal anggota P2KD ikut mencalonkan diri dalam
Pemilihan Kepala Desa, maka yang bersangkutan harus
mengundurkan diri dari keanggotaan P2KD dan
digantikan oleh orang yang ditunjuk oleh BPD dalam
rapat BPD.
Paragraf 1
Tugas, Wewenang dan Kewajiban P2KD
Pasal 8
P2KD sebagai penyelenggara pemilihan kepala desa
mempunyai tugas dan wewenang :
a. mengadakan pendaftaran pemilih;
b. meneliti dan mengajukan daftar pemilih kepada BPD untuk
mendapat pengesahan;
c. menerima dan meneliti persyaratan administrasi Bakal
Calon Kepala Desa;
d. menetapkan Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi
syarat administrasi menjadi calon Kepala Desa;
e. mengajukan daftar bakal calon kepala Desa yang
memenuhi syarat administrasi kepada BPD untuk
disahkan menjadi daftar calon Kepala Desa;
f. mengumumkan secara terbuka nama-nama calon dan
daftar pemilih yang telah disahkan;
g. menyiapkan kartu suara atau yang sejenis sesuai dengan
daftar daftar pemilih yang telah disahkan;
h. mengajukan rencana tempat dan waktu pelaksanaan
pemungutan suara kepada BPD;
i. menyelenggarakan rapat khusus yang diadakan untuk
memberikan kesempatan bagi calon kepala desa
menyampaikan visi dan misinya;
j. mengadakan persiapan supaya pelaksanaan pemilihan
kepala desa berjalan dengan tertib dan lancar;
k. melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara;
l. membuat Berita Acara jalannya pemungutan suara dan
Berita Acara Penghitungan Suara serta melaporkan Berita
Acara dimaksud kepada BPD dengan tembusan kepada
Bupati melalui Camat;
m. membuat laporan pelaksanaan pemilihan dan
pertanggungjawaban biaya pemilihan Kepala Desa
kepada BPD dengantembusan kepada Bupati melalui
Camat.
Pasal 9
P2KD sebagai penyelenggara pemilihan berkewajiban :
a. memperlakukan calon secara adil;
b. menyampaikan laporan kepada BPD untuk setiap tahap
pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi
kegiatannya kepada masyarakat desa;
c. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada
BPD;
d. melaksanakan semua tahapan pemilihan tepat waktu.
Paragraf 2
Tim Pengendali
Pasal 10
(1) Tim Pengendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (5) mempunyai tugas :
a. memantau pelaksanaan penelitian administrasi Bakal
Calon Kepala Desa;
b. memantau pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
c. mengkoordinasikan jadwal waktu pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa dengan memperhatikan usulan
P2KD;
d. memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati
terhadap laporan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
yang disampaikan oleh P2KD;
e. memfasilitasi penyelesaian masalah yang timbul dalam
proses pemilihan Kepala Desa.
(2) Tim Pengendali wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya
kepada Bupati.
Paragraf 3
Tim Pengawas
Pasal 11
(1) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (5) mempunyai tugas :
a. mengawasi proses pelaksanaan pencalonan kepala
desa beserta persyaratannya;
b. mengawasi pelaksanaan pemilihan kepala desa dan
mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
c. memberikan petunjuk-petunjuk teknis pelaksanaan
pemilihan kepala desa;
d. menghadiri rapat-rapat P2KD;
e. memberikan saran dan pertimbangan kepada Tim
Pengendali.
(2) Tim Pengawas wajib melaporkan hasil pelaksanaan
tugasnya kepada Tim Pengendali.
BAB IV
PERSYARATAN DAN ALAT PEMBUKTIAN
Paragraf 1
Persyaratan Calon Kepala Desa
Pasal 12
(1) Calon Kepala Desa adalah penduduk desa warga Negara
Republik Indonesia yang memenuhi syarat :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, serta Pemerintah;
c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan/atau sederajat;
d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan
paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;
e. bersedia dicalonkan menjadi kepala desa;
f. terdaftar sebagai penduduk desa setempat dan
bertempat tinggal tetap di desa yang bersangkutan
sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun tidak
terputus-putus;
g. sehat jasmani dan rohani;
h. tidak terganggu jiwa dan ingatannya;
i. berkelakuan baik;
j. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana;
k. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
l. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa
setempat;
m. menyampaikan visi dan misinya sebelum menjadi
kepala desa;
n. sanggup melakukan pencarian suara dengan cara jujur
dan tidak melakukan pembelian suara;
o. belum pernah menjabat sebagai kepala desa paling
lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan;
p. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat
istiadat yang diatur dalam Peraturan Desa.
(2) Bagi pelamar dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau
perangkat desa yang akan mengajukan lamaran di
samping harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), juga harus mendapat
ijin/persetujuan tertulis dari atasannya.
(3) Bagi pelamar dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau
perangkat desa di samping harus memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) juga
tidak pernah mendapatkan hukuman berupa pernyataan
tidak púas atau hukuman yang lebih tinggi dari atasannya.
Paragraf 2
Pembuktian Persyaratan Calon Kepala Desa
Pasal 13
(1) Pembuktian persyaratan Calon Kepala Desa dilakukan
oleh P2KD.
(2) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mekanisme pemeriksaan dan penelitian
terhadap berkas persyaratan Calon Kepala Desa.
(3) P2KD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan
penelitian identitas bakal calon berdasarkan persyaratan
yang ditentukan.
(4) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diumumkan kepada masyarakat, dapat melelui selebaran
yang editempelkan pada papan pengumumuman atau
secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa,
radio komunitas atau media lainnya.
(5) Masyarakat dapat memberikan masukan kepada P2KD
mengenai hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4).
(6) Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) wajib diproses dan ditindaklanjuti P2KD.
Pasal 14
(1) P2KD memberitahukan secara tertulis hasil penelitian
sebagaimana dimkasud dalam Pasal 13 kepada Bakal
Calon Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
tamggal penutupanpendaftaran.
(2) Apabila calon belum memenuhi syarat Bakal Calon
Kepala Desa, yang bersangkutan diberi kesempatan
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat
pencalonan beserta lampirannya.
(3) Kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki
surat pencalonan dan lampirannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak diterimanya surat pemberitahuan hasil
penelitian.
Pasal 15
(1) P2KD melakukan penelitian ulang terhadap surat
pencalonan beserta lampirannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14.
(2) P2KD memberitahukan secara tertulis hasil penelitian
ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bakal
Calon Kepala Desa.
(3) Jangka waktu penelitian dan pemberitahuan secara
tertulis hasil penelitian ulang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2), paling lambat 7 (tujuh) hari.
BAB V
PENJARINGAN DAN PENYARINGAN BAKAL CALON
Pasal 16
Penjaringan Bakal Calon Kepala Desa dilaksanakan melalui
pendaftaran dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Permohonan pencalonan Kepala Desa ditulis sendiri oleh
Bakal Calon Kepala Desa di atas kertas bermaterai cukup
ditujukan kepada P2KD;
b. Permohonan pencalonan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, dilampiri berkas persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12;
c. Batas waktu pendaftaran sampai dengan melengkapi
persyaratan Bakal Calon Kepala Desa adalah 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diumumkannya penerimaan
permohonan pencalonan Kepala Desa.
Pasal 17
(1) Penyaringan Bakal Calon Kepala Desa dilakukan dengan
mekanisme pemeriksaan dan penelitian berkas
persyaratan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15.
(2) Berdasarkan hasil penelitian, P2KD menetapkan nama-
nama bakal calon yang memenuhi syarat sebagai peserta
penyaringan calon Kepala Desa.
(3) Penyaringan calon Kepala Desa dilaksanakan oleh P2KD
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak penutupan
penjaringan bakal calon Kepala Desa.
BAB VI
PENETAPAN DAN KAMPANYE CALON KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Penetapan Calon
Pasal 18
(1) Bakal calon yang telah mengikuti penyaringan dan telah
memenuhi syarat, ditetapkan sebagai calon Kepala Desa
oleh P2KD dan berhak mengikuti pemilihan Kepala Desa.
(2) Penetapan calon kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Hasil
Penyaringan Calon Kepala Desa dan ditetapkan dengan
Keputusan P2KD.
(3) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditandatangani oleh Ketua dan Anggota P2KD.
Pasal 19
(1) Berdasarkan hasil penelitian dan penyaringan, P2KD
menetapkan nama-nama calon yang memenuhi syarat
sebagai peserta pemilihan paling sedikit 2 (dua) calon
yang dituangkan dalam Berita Acara Penetapan Calon
Kepala Desa.
(2) Dalam hal tidak terpenuhi 2 (dua) calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), P2KD memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai
calon kepala desa hingga terpenuhi paling sedikit 2 (dua)
calon.
Pasal 20
(1) P2KD mengumumkan secara luas melalui pertemuan di
tingkat Rukun Tetangga, Rukun Warga dan/atau papan
pengumuman tentang nama calon yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya jangka waktu
penelitian dan penyaringan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (3).
(2) Setelah pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan penentuan nomor urut dan tanda gambar
masing-masing calon melalui undian secara terbuka.
(3) Undian nomor urut dan tanda gambar calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dihadiri oleh Calon Kepala Desa.
(4) Nomor urut dan tanda gambar calon yang telah ditetapkan
disusun dalam daftar calon dan dituangkan dalam Berita
Acara Penetapan Calon oleh P2KD.
(5) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat final dan mengikat.
(6) Bentuk dan ukuran tanda gambar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 21
(1) Setelah pengumuman calon sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, calon Kepala Desa dilarang
mengundurkan diri.
(2) Dalam hal calon Kepala Desa lebih dari 2 (dua) orang dan
salah seorang calon berhalangan tetap maka proses
pemilihan dapat dilanjutkan dengan tidak mengubah
nomor urut dan tanda gambar yang telah ditetapkan.
(3) Dalam hal calon Kepala Desa hanya 2 (dua) orang dan
salah seorang calon berhalangan tetap maka proses
pemilihan ditunda untuk memberi kesempatan kepada
masyarakat mendaftarkan diri.
(4) Penundaan proses pemilihan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja.
Bagian kedua
Kampanye
Paragraf 1
Pelaksanaan Kampanye
Pasal 22
(1) Kampanye dilaksanakan sebagai bagian dari
penyelenggaraan pemilihan.
(2) Penyelenggaraan kampanye sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan di seluruh wilayah desa.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk calon
Kepala Desa.
(4) Penanggung jawab kampanye sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) adalah calon kepala desa yang dalam
pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh tim
kampanye.
Pasal 23
(1) Kampanye dilakukan selama 7 (tujuh) hari dan berakhir
3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.
(2) Waktu 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan
suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
merupakan masa tenang.
Paragraf 2
Bentuk Kampanye
Pasal 24
Kampanye dapat dilaksanakan melalui :
a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka dan dialog;
c. penyebaran melalui media cetak dan media elektronik;
d. penyebaran bahan kampanye kepada masyarakat umum;
e. pemasangan alat peraga di tempat umum;
f. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan yang berlaku
dan tidak mengganggu ketertiban umum.
Pasal 25
(1) Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
dititikberatkan pada penyampaian visi, misi dan program.
(2) Penyampaian materi kampanye sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang sopan, tertib
dan bersifat mendidik.
Pasal 26
(1) Pemerintah desa memberikan kesempatan yang sama
kepada calon untuk menggunakan fasilitas umum.
(2) Semua yang hadir dalam pertemuan terbatas atau rapat
umum yang diadakan calon hanya dibenarkan membawa
atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut calon
yang bersangkutan.
(3) Alat peraga kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf e, harus sudah dibersihkan oleh tim
kampanye masing-masing calon paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum hari pemungutan suara.
Paragraf 3
Larangan Kampanye
Pasal 27
Dalam pelaksanaan kampanye, calon atau tim kampanye
dilarang :
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan atau
calon kepala desa;
c. menghasut atau mengadu domba perseorangan dan/atau
kelompok masyarakat;
d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
perseorangan dan/atau kelompok masyarakat;
e. mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban
umum;
f. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye
calon lain;
g. menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah desa;
h. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan.
Pasal 28
(1) Dalam kampanye, calon atau tim kampanye dilarang
melibatkan :
a. Pengurus dan anggota BPD serta lembaga -lembaga
desa;
b. perangkat desa.
c. Orang dari luar desa.
(2) Pengurus lembaga-lembaga desa dan perangkat desa
dilarang membuat keputusan dan / atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu calon selama
kampanye.
(3) Pengurus lembaga desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang menjadi calon kepala desa dalam
melaksanakan kampanye tidak menggunakan fasilitas
yang terkait dengan jabatannya dan harus menjalankan
cuti.
(4) Cuti pejabat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan oleh Camat atas nama Bupati.
(5) Izin cuti yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), wajib diberitahukan oleh kepala desa kepada
P2KD dan BPD.
(6) Pengaturan lebih lanjut tentang kampanye ditetapkan oleh
P2KD.
Pasal 29
(1) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e merupakan tindak
pidana dan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf f,
huruf g dan huruf h yang merupakan pelanggaran tata
cara kampanye dikenai sanksi :
a. peringatan tertulis apabila penyelenggara kampanye
melanggar larangan walaupun belum terjadi gangguan;
b. penghentian kegiatan kampanye di tempat terjadinya
pelanggaran atau di seluruh desa apabila terjadi
gangguan terhadap keamanan yang berpotensi
menyebar ke wilayah desa yang lain.
(3) Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran
larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan oleh P2KD.
(4) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
dikenai sanksi penghentian kampanye selama masa
kampanye oleh P2KD.
Pasal 30
(1) Calon dan/atau tim kampanye dilarang menjanjikan
dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi pemilih.
(2) Calon dan/atau tim kampanye yang terbukti melakukan
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi pembatalan sebagai calon oleh BPD.
Paragraf 4
Dana Kampanye
Pasal 31
(1) Dana kampanye bersumber dari :
a. calon kepala desa;
b. sumbangan pihak-pihak lain yang tidak mengikat.
(2) Calon dapat menerima dan/atau menyetujui pembiayaan
bukan dalam bentuk uang secara langsung untuk kegiatan
kampanye.
BAB VII
MEKANISME PENGADUAN, PENYELESAIAN MASALAH
DAN SANKSI
Pasal 32
(1) Tim pengawas menerima laporan pelanggaran pada
setiap tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, baik
yang dilakukan oleh para Calon Kepala Desa maupun
P2KD.
(2) Laporan pelanggaran sebagimana dimaksud pada
ayat (1) dilaporkan oleh warga masyarakat yang
mempunyai hak pilih dan/atau Calon Kepala Desa.
(3) Laporan disampaikan secara lisan atau tertulis yang
berisi :
a. Nama dan alamat pelapor;
b. Nama dan alamat pelanggar;
c. Nama dan alamat saksi;
d. Uraian kejadian.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
disampaikan kepada Tim Pengawas paling lambat
1 (satu) hari sejak terjadinya pelanggaran.
(5) Penyerahan dan penerimaan laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan Berita
Acara Penerimaan Laporan Pelanggaran
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa.
Pasal 33
(1) Tim Pengawas mengkaji setiap laporan pelanggaran yang
diterima.
(2) Laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung
unsur pidana diselesaikan oleh Tim Pengawas.
(3) Laporan yang mengadung unsur pidana diteruskan
kepada penyidik.
(4) Penyelesaian sengketa yang tidak mengadung unsur
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), keputusan
Tim Pengawas bersifat final dan mengikat.
Pasal 34
(1) Sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh calon
Kepala Desa sepenuhnya menjadi kewenangan P2KD
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Dalam hal penentuan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) P2KD dapat berkonsultasi dengan Tim
Pengawas.
(3) Sanksi atas pelanggaran yang bersifat pidana yang
dilakukan oleh Calon Kepala Desa menjadi wewenang
sepenuhnya dari putusan pihak yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 35
(1) Setiap anggota P2KD yang terbukti telah melakukan
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat
(1) dapat dikenai sanksi berupa :
a. Teguran secara lisan;
b. Teguran secara tertulis;
c. Pencabutan keanggotaan dari P2KD;
(2) Sanksi atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat mutlak dan final.
(3) Dalam hal pelanggaran yang bersifat pidana, sanksi
menjadi wewenang sepenuhnya dari putusan pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
PEMUNGUTAN SUARA, PENETAPAN CALON TERPILIH,
PENGESAHAN DAN PENGANGKATAN
Bagian Kesatu
Pemungutan Suara
Pasal 36
(1) Pemungutan suara pemilihan kepala desa
diselenggarakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum masa jabatan kepala desa berakhir.
(2) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara
dilaksanakan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang
ditetapkan oleh P2KD.
(3) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memberikan suara melalui kartu suara
yang berisi nomor dan tanda gambar calon.
(4) Pemberian suara untuk pemilihan dilakukan dengan
mencoblos salah satu tanda gambar dalam kartu suara.
(5) Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan
disediakan kotak suara sebagai tempat kartu suara yang
digunakan oleh pemilih.
Pasal 37
(1) Jumlah kartu suara pemilihan calon dicetak sama dengan
jumlah pemilih tetap dan ditambah paling banyak 2,5%
(dua setengah per seratus) dari jumlah pemilih tersebut.
(2) Tambahan kartu suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), digunakan sebagai cadangan untuk mengganti kartu
suara pemilih yang keliru memilih pilihannya serta kartu
suara yang rusak.
(3) Penggunaan tambahan kartu suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibuatkan berita acaranya.
Pasal 38
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, panitia
pemilihan melakukan :
a. pembukaan kotak suara;
b. pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan;
d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan
peralatan.
(2) Kegiatan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dihadiri oleh saksi dari calon, tim pengawas,
tim pengendali dan warga masyarakat.
(3) Kegiatan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh
Ketua Panitia pemilihan dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
anggota P2KD serta dapat ditandatangani oleh saksi dari
calon.
Pasal 39
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38, P2KD memberikan penjelasan mengenai
tata cara pemungutan suara.
(2) Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pemilih diberi kesempatan oleh P2KD
berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih.
(3) Apabila menerima kartu suara yang ternyata rusak,
pemilih dapat meminta kartu suara pengganti kepada
P2KD, kemudian P2KD memberikan kartu suara
pengganti hanya satu kali.
(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan
suara, pemilih dapat meminta kartu suara pengganti
kepada P2KD, kemudian P2KD memberikan kartu suara
pengganti hanya satu kali.
Pasal 40
Suara untuk pemilihan kepala desa dinyatakan sah apabila :
a. kartu suara ditandatangani oleh Ketua P2KD; dan
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi
empat yang memuat tanda gambar Calon; atau
c. tanda coblos lebih dari satu tetapi masih di dalam kotak
yang memuat tanda gambar calon; atau
d. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi
empat yang memuat tanda gambar calon.
Pasal 41
(1) Penghitungan suara dilakukan oleh P2KD setelah
pemungutan suara berakhir.
(2) Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), P2KD menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan
salinan daftar pemilih tetap;
b. jumlah kartu suara yang tidak terpakai; dan
c. jumlah kartu suara yang dikembalikan oleh pemilih
karena rusak atau keliru dicoblos.
(3) Penghitungan suara dapat dihadiri oleh saksi calon, tim
pengendali, tim pengawas dan warga masyarakat.
(4) Saksi calon dalam penghitungan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus membawa surat mandat
dari calon atau tim kampanye yang bersangkutan dan
menyerahkannya kepada Ketua P2KD.
(5) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi
calon, tim pengendali, tim pengawas dan warga
masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas
proses penghitungan suara.
(6) Calon dan warga masyarakat melalui saksi calon yang
hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan
suara oleh P2KD apabila ternyata terdapat hal-hal yang
tidak sesuai dengan peraturan perundangan.
(7) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi calon
atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) dapat diterima, P2KD seketika itu juga
mengadakan pembetulan.
(8) Segera setelah selesai penghitungan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), P2KD membuat
berita acara yang ditandatangani oleh ketua dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota P2KD serta
dapat ditandatangani oleh saksi calon.
(9) Apabila berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat
(8), tidak ditandatangani oleh saksi calon dan tidak
mengajukan keberatan, berita acara dinyatakan sah.
(10) P2KD memberikan salinan berita acara penghitungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada masing-
masing saksi calon yang hadir sebanyak 1 (satu)
eksemplar.
Pasal 42
(1) Setelah penghitungan suara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, selambat-lambatnya 1 (satu) hari
diputuskan dalam Pleno P2KD untuk menetapkan calon
kepala desa terpilih.
(2) Penetapan calon terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada BPD paling lambat 3 (tiga)
hari setelah penetapan calon terpilih.
(3) Apabila ada pengajuan keberatan terhadap hasil
pemilihan oleh calon, P2KD menyampaikan keberatan
tersebut kepada BPD.
(4) BPD wajib menyelesaikan keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dalam rapat Pleno BPD paling
lambat 3 (hari) setelah penyampaian keberatan.
Pasal 43
Penghitungan ulang surat suara dilakukan apabila dari hasil
penelitian dan pemeriksaan terbukti terdapat satu atau lebih
penyimpangan :
a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
b. penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang
penerangan cahaya;
c. saksi calon, tim pengendali, tim pengawas dan warga
masyarakat tidak dapat menyaksikan proses
penghitungan suara secara jelas;
d. penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat
dan waktu yang telah ditentukan; dan/atau
e. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan kartu suara
yang sah dan kartu suara yang tidak sah.
Pasal 44
(1) Pemungutan suara dapat diulang apabila terjadi
kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara
tidak dapat digunakan atau penghitungan suara tidak
dapat dilakukan.
(2) Pemungutan suara dapat diulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) apabila hasil penelitian dan pemeriksaan
Tim Pengawas terbukti terdapat satu atau lebih dari
keadaan :
a. pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan
dan penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata
cara yang ditetapkan;
b. P2KD meminta pemilih memberi tanda khusus,
menandatangani atau menulis nama atau alamatnya
pada kartu suara yang sudah digunakan;
c. Seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih dari satu
kali;
d. P2KD merusak lebih dari satu kartu suara yang sudah
digunakan oleh pemilih sehingga kartu suara tersebut
menjadi tidak sah; dan/atau
e. Orang yang tidak terdaftar sebagai pemilih, mendapat
kesempatan memberikan suara.
Pasal 45
Pemungutan dan penghitungan suara ulang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 dan Pasal 44 diputuskan oleh BPD
dan dilaksanakan Paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah hari
pemungutan suara.
Pasal 46
(1) Pemungutan suara tahap kedua dapat dilakukan apabila
terdapat 2 (dua) orang atau lebih calon kepala desa yang
mendapatkan dukungan suara terbanyak dengan jumlah
yang sama.
(2) Pemungutan suara tahap kedua sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya diikuti oleh calon yang mendapat
dukungan suara terbanyak dengan jumlah sama.
(3) Pemilihan tahap kedua sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
pelaksanaan pemungutan suara tahap pertama.
Bagian Kedua
Penetapan, pengesahan, Pengangkatan
Calon Terpilih
Pasal 47
(1) Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak
ditetapkan sebagai calon terpilih.
(2) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan
Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari P2KD.
(3) Penetapan calon kepala desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat 3 (tiga)
hari setelah diterimanya laporan dan berita acara
pemilihan dari P2KD.
(4) BPD mengusulkan calon kepala desa terpilih kepada
Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala
Desa terpilih paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
penetapan calon kepala desa terpilih.
(5) Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang
pengesahan pengangkatan kepala desa terpilih paling
lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya
penyampaian hasil pemilihan dari BPD.
Pasal 48
Warga desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah
menikah mempunyai hak memilih.
BAB IX
PENETAPAN PEMILIH
Pasal 49
(1) Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan,
warga desa harus terdaftar sebagai pemilih.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat :
e. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa dan
ingatannya;
f. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
g. Terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan
secara tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang
dibuktikan dengan Kartu Tanda penduduk.
(3) Seorang warga desa yang telah terdaftar dalam daftar
pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak
pilihnya.
Pasal 50
(1) Seorang pemilih hanya didaftar 1 (satu) kali dalam daftar
pemilih.
(2) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), P2KD menyusun dan menetapkan Dafrat Pemilih
Sementara.
Pasal 51
(1) Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (2), diumumkan oleh P2KD pada tempat-
tempat yang mudah dijangkau masyarakat dengan
bantuan petugas desa, petugas Rukun Tetangga atau
Rukun Warga untuk mendapat tanggapan masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih sementara
sebagimana dimkasud pada ayat (1), dilaksanakan
selama 3 (tiga) hari terhitung sejah berakhirnya jangka
waktu penyusunan daftar pemilih sementara.
(3) Apabila ada usul perbaikan, P2KD segera mengadakan
perbaikan Daftar Pemilih Sementara.
Pasal 52
(1) Penduduk desa yang belum tercantum dalam Daftar
Pemilih Sementara, secara aktif melaporkan kepada
P2KD melalui pengurus Rukun Tetangga atau Rukun
Warga dan dicatat sebagai pemilih tambahan.
(2) Pencatatan data pemilih tambahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari.
Pasal 53
(1) Daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52, diumumkan oleh P2KD pada tempat-tempat
yang mudah dijangkau oleh masyarakat dengan bantuan
petugas desa, pengurus Rukun Tetangga atau Rukun
Warga untuk mendapat tanggapan masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan
sebagimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
selama 3 (tiga) hari terhitung sejak berakhirnya jangka
waktu penyusunan daftar pemilih tambahan.
Pasal 54
Daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tambahan yang
sudah diperbaiki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat
(2) dan Pasal 52, disahkan dan diumumkan menjadi Daftar
Pemilih Tetap oleh P2KD.
Pasal 55
(1) Daftar pemilih tetap sebagimana dimaksud dalam Pasal
54, diumumkan di balai desa, Rukun Tetangga, Rukun
Warga atau tempat lain yang strategis untuk diketahui
oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 3 (tiga) hari
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan
daftar pemilih tetap.
Pasal 56
(1) Daftar pemilih tetap digunakan sebagai bahan
penyusunan kebutuhan kartu suara dan alat
perlengkapan pemilihan.
(2) Bentuk dan ukuran kartu suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh Bupati.
Pasal 57
(1) Setelah daftar pemilih tetap diumumkan, P2KD membuat
surat undangan untuk setiap pemilih yang namanya
tercantum dalam daftar pemilih tetap.
(2) Surat undangan untuk pemilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berisi nama lengkap pemilih, tempat/tanggal
lahir, jenis kelamin dan alamat pemilih.
(3) Surat undangan untuk pemilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) ditandatangani oleh Ketua P2KD
berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54.
(4) Bentuk dan ukuran surat undangan ditetapkan oleh
Bupati.
Pasal 58
(1) P2KD dengan dibantu oleh Ketua Rukun Tetangga dan
Ketua Rukun Warga mendatangi tempat kediaman
pemilih, untuk menyerahkan surat undangan untuk
pemilih.
(2) Surat undangan untuk pemilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan pemilih dalam memberikan
suara pada hari dan tanggal pemungutan suara.
(3) Penyerahan surat undangan untuk pemilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus sudah selesai paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan
suara.
BAB X
MASA JABATAN DAN PELANTIKAN
Pasal 59
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung
sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Pasal 60
(1) Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati paling lama 15
(lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan Keputusan
Bupati.
(2) Pelantikan kepala desa dapat dilaksanakan di desa yang
bersangkutan di hadapan masyarakat.
Pasal 61
(1) Kepala desa sebelum memangku jabatannya dilantik
dengan mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh
pejabat yang melantik.
(2) Sumpah/janji kepala desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah sebagai berikut :
“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya
akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa
dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-
adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan
dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi
dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.
(3) Pada acara pelantikan kepala desa, dilaksanakan juga
serah terima jabatan di hadapan pejabat yang melantik,
kecuali dengan pertimbangan keadaan atau situasi yang
tidak memungkinkan, serah terima jabatan dapat
dilaksanakan pada waktu dan tempat yang ditentukan
kemudian paling lambat 1 (satu) minggu setelah tanggal
pelantikan.
Pasal 62
(1) Pada upacara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan
kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61,
kepala desa yang akan diambil sumpah/janji dan kepala
desa yang berakhir masa jabatannya berpakaian dinas
PDU I yaitu pakaian dinas upacara berwarna putih dengan
lencana lengkap.
(2) Urutan acara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan
kepala desa adalah sebagai berikut :
a. Pembacaan Keputusan Bupati
b. Pengambilan sumpah/janji oleh Bupati atau pejabat
yang mewakili;
c. Penandatanganan Berita Acara Pengambilan
sumpah/janji;
d. Kata pelantikan oleh Bupati atau Pejabat yang
mewakili;
e. Penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau Pejabat
yang mewakili;
f. Serah terima jabatan kepala desa;
g. Pidato kepala desa yang baru dilantik;
h. Amanat Bupati;
i. Pembacaan do’a.
BAB XI
BIAYA PEMILIHAN
Pasal 63
Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada APB Desa
masing-masing dan APBD Kabupaten Pekalongan.
Pasal 64
(1) Rencana biaya pemilihan Kepala Desa diajukan oleh
P2KD kepada BPD.
(2) Rencana biaya pemilihan kepala desa harus mendapat
pengesahan dari BPD.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang biaya pemilihan kepala
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Desa.
BAB XII
KEWAJIBAN KEPALA DESA
Pasal 65
(1) Kepala desa mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan desa yang
bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja
pemerintahan desa;
g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan
perundang-undangan;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan desa
yang baik;
i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan
pengelolaan keuangan desa;
j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan
desa;
k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai
sosial budaya dan adat istiadat;
n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di
desa; dan
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan
melestarikan lingkungan hidup;
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
Bupati, memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD, serta
menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa kepada masyarakat;
(3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Bupati melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu
tahun pada setiap akhir tahun anggaran;
(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1
(satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD;
(5) Menginformasikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berupa selebaran yang
ditempelkan pada papan pengumuman atau
diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan
masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya;
(6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan
oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan desa dan sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut;
(7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan
kepada Bupati melalui Camat dan kepada BPD.
BAB XIII
LARANGAN KEPALA DESA
Pasal 66
Kepala desa dilarang :
a. menjadi pengurus partai politik;
b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD,
dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan;
c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD;
d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan
presiden, dan pemilihan kepala daerah;
e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau
golongan masyarakat lain;
f. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima
uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya;
g. menyalahgunakan wewenang; dan
h. melanggar sumpah/janji jabatan.
BAB XIV
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Pemberhentian Sementara
Pasal 67
(1) Kepala desa dapat diberhentikan sementara atas usul
BPD apabila :
a. melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun berdasarkan
putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan
hukum tetap;
b. terbukti melakukan pelanggaran administrasi berat.
(2) Kepala desa diberhentikan sementara tanpa melalui
usulan BPD apabila :
a. dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang belum
memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. terbukti melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana
korupsi, tindak pidana terorisme, makar atau tindak
pidana terhadap keamanan negara.
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 68
(1) Kepala desa yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf a dan ayat (2),
setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak
bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati
harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali
kepala desa yang bersangkutan sampai dengan akhir
masa jabatan.
(2) Apabila kepala desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa
jabatannya, Bupati hanya merehabilitasi kepala desa yang
bersangkutan.
Pasal 69
(1) Kepala desa yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada Pasal 67 diberikan penghasilan 50% (lima
puluh perseratus) dari penghasilannya sebagai Kepala
Desa.
(2) Sisa penghasilan kepala desa sebesar 50% (lima puluh
persen) dimasukkan dalam kas desa.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang sisa penghasilan kepala
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Desa.
Bagian Kedua
Pemberhentian Kepala Desa
Pasal 70
(1) Kepala desa berhenti, karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri;
c. diberhentikan.
(2) Kepala desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c karena :
a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat
yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa;
d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;
e. tidak melaksanakan kewajiban kepala desa;
f. melanggar larangan bagi kepala desa; dan/atau
g. terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf a dan ayat (2)
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 71
(1) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud
pada Pasal 70 ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2) huruf
a dan huruf b, disampaikan oleh BPD kepada Bupati
melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD
yang disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota
BPD.
(2) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e dan huruf
f disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat
berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri
oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.
(3) Dalam hal pengajuan usul pemberhentian Kepala Desa
oleh BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
sebelumnya harus didahului dengan :
a. Tindakan teguran/peringatan secara tertulis sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) kali, dengan jangka waktu masing-
masing 15 (lima belas) hari;
b. Tindakan teguran/peringatan sebagaimana tersebut
dalam haruf a ayat ini dilakukan oleh Bupati atas usul
BPD melalui Camat.
c. Apabila tindakan teguran/peringatan sebagaimana
tersebut dalam huruf a ayat ini tidak juga mendapatkan
perhatian, maka Bupati atas usul BPD melalui Camat
memberhentikan sementara paling lambat 6 (enam)
bulan.
(4) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 ayat (2) huruf g dilakukan oleh BPD
setelah adanya Keputusan Pengadilan.
(5) Pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 70 ayat (2) huruf g dilakukan oleh Bupati tanpa
melalui usulan BPD.
BAB XV MEKANISME PENGANGKATAN PELAKSANA TUGAS
DAN PENJABAT KEPALA DESA
Pasal 72
(1) Dalam hal Kepala desa berhalangan sementara, Camat
menunjuk Sekretaris desa sebagai Penjabat Pelaksana
Tugas Kepala Desa.
(2) Kepala desa yang berhalangan sementara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus memberitahukan secara
tertulis kepada Camat dengan tembusan pada BPD.
(3) Kepala desa yang berhalangan sementara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan cuti.
(4) Masa kerja pelaksana tugas kepala desa sampai dengan
berakhirnya masa cuti dan/atau pemberhentian sementara
Kepala Desa.
Pasal 73
(1) Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 71, Bupati mengangkat Penjabat
Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan
pemilihan kepala desa.
(2) Masa kerja penjabat desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
pemberhentian Kepala Desa.
BAB XVI
PENYIDIKAN TERHADAP KEPALA DESA
Pasal 74
(1) Tindakan penyidikan terhadap kepala desa dilaksanakan
setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati.
(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik
kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 75
(1) Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap menjalankan
tugas sampai habis masa jabatannya, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar
pengangkatannya.
(2) Desa yang masa jabatan kepala desanya berakhir masa
jabatan sebelum ditetapkannya peraturan daerah ini maka
ditunjuk penjabat kepala desa.
(3) Kepala desa yang sudah berakhir masa jabatannya dapat
ditunjuk sebagai penjabat kepala desa.
(4) Kepala desa yang sudah berakhir masa jabatannya dapat
mencalonkan kembali sepanjang memenuhi persyaratan.
(5) Apabila ada desa yang baru dibentuk, maka ditunjuk
Penjabat Kepala Desa dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 76
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh
Bupati.
Pasal 77
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini maka
Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun
2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan
dan Pemberhentian Kepala Desa dan Peraturan Daerah
Kabupaten Pekalongan Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan
Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
Pasal 78
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan.
Disahkan di Kajen
pada tanggal 30 Nopember 2006
BUPATI PEKALONGAN
TTD
SITI QOMARIYAH
Diundangkan di Kajen Pada tanggal 30 Nopember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN
TTD SUDIYANTORO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 13
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN,
PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
I. UMUM
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 72 tentang Desa
yang merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 maka Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2003 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10
Tahuhn 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan
pemberhentian Kepala Desa perlu disesuaikan.
Perubahan Undang-Undang tidak mengubah 5 (lima) prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa yaitu
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Sejalan dengan prinsip demokratisasi, Kepala Desa dipilih oleh
penduduk desa secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Karena itu Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat desanya yang
prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati melalui
Camat. Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Desa wajib
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada rakyat dan
menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya. Prosedur
pertanggungjawaban demikian tetap memberikan peluang kepada
masyarakat melalui BPD untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan
lebih lanjut mengenai hal-hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban
dimaksud.
Proses pemilihan kepala desa dilaksanakan melalui beberapa
tahapan dimulai dari masa persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap
pelaksanaan mencakup persiapan pemilihan, penyelenggaraan pemilihan,
penetapan pemilih, pendaftaran dan penetapan calon, kampanye,
pemungutan dan penghitungan suara serta penetapan calon terpilih,
pengesahan dan pengangkatan serta pelantikan.
Karena pencalonan, pemilihan, pengangkatan, pelantikan dan
pemberhentian kepala desa merupakan satu kesatuan maka diatur
sekaligus dalam Peratuarn Daerah ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud “berhenti dan diberhentikan” sebagaimana yang
telah ditentukan dalam Pasal 67 dan Pasal 70.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Apabila Ketua BPD berhalangan, maka rapat dapat dipimpin oleh
salah satu dari unsur pimpinan BPD, baik Wakil Ketua maupun
Sekretaris.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “lembaga kemasyarakatan” seperti
Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga, Karng Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
atau sebutan lain.
Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” adalah tokoh adat,
tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka
masyarakat lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan Satuan Tugas adalah satuan pembantu
pelaksanaan teknis dari seluruh rangkaian kegiatan pemilihan
Kepala Desa.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan hubungan derajat pertama ke atas adalah
orang tua; hubungan derajat pertama ke bawah adalah anak dan
hubungan derajat pertama ke samping adalah saudara
sekandung/saudara tiri.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Huruf a,
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “setia” adalah tidak pernah
terlibat gerakan sparatis, tidak pernah melakukan gerakan
secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk
mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Yang dimaksud dengan “setia kepada Pemerintah”
adalah yang mengakui pemerintahan yang sah menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Huruf c
Yang dimaksud berpendidikan SLTP atau yang sederajat
adalah memiliki ijazah atau (STTB) atau surat keterangan
lain yang sejenis baik negeri atau swasta seperti :
a. SMP/MTs;
b. ST, STR, STP, ST 4 tahun, SKN;
c. SMEP;
d. SKP, SKKP;
e. SGB, SG Agama 4 tahun;
f. Kursus Kerajinan Negeri;
g. KPA;
h. Kejar Paket B
dan sekolah lain setingkat SLTP.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Dibuktikan dengan Surat pernyataan Bersedia
Dicalonkan Menjadi Kepala Desa dengan dibubuhi
materai Rp 6.000,-
Huruf f
Yang dimaksud dengan “Penduduk desa setempat”
adalah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk
desa bersangkutan atau memiliki tanda bukti yang sah
sebagai penduduk desa bersangkutan.
Huruf g
Dibuktikan dengan Surat Keterangan sehat dari dokter
pemerintah.
Huruf h
Dibuktikan dengan Surat Keterangan sehat dari dokter
pemerintah.
Huruf i
Dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan kepolisian
(SKCK) Polisi Resort setempat.
Huruf j
Tindak pidana dengan ancaman pidana paling singkat 5
(lima) tahun. Dibuktikan dengan Surat Keterangan dari
Pengadilan Negeri setempat.
Huruf k
Dibuktikan Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri
setempat.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Visi dan misi Kepala Desa dibuat dalam bentuk tertulis
yang dilampirkan dalam berkas persyaratan dan
selanjutnya disampaikan secara lisan pada kesempatan
rapat khusus yang ditentukan oleh P2KD.
Huruf n
Kesanggupan untuk melakukan pencarían suara dengan
cara yang jujur tersebut dituangkan dalam bentuk Surat
pernyataan yang bermaterai cukup dan ditandatangani
Bakal Calon Kepala Desa.
Huruf o
Yang dimaksud dengan “masa jabatan paling lama 10
(sepuluh) tahun adalah masa jabatan yang ditetapkan
oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah.
Yang dimaksud dengan “dua kali masa jabatan” adalah
seorang yang menjabat sebagai Kepala Desa selama dua
kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun
tidak.
Huruf p
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Bagi PNS dibuktikan dengan Surat Keterangan dari atasan
langsung yang membina dan bagi perangkat desa dari kepala
desa.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “berhalangan tetap” yaitu kondisi
berhalangan yang dikarenakan sakit keras/sakit menahun
(sakit yang tidak dapat disembuhkan) yang dibuktikan
dengan surat keterangan sakitdari dokter pemerintah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud “kerusuhan yang mengakibatkan hasil
pemungutan suara tidak dapat digunakan atau penghitungan
suara tidak dapat dilakukan” adalah kondisi dimana terjadi aksi
huru hara dan/atau bencana alam yang mengakibatkan
rusaknya kartu suara hasil pemungutan suara dan/atau
dokumen-dokumen tentang hasil pemungutan suara, seperti
Berita Acara Jumlah Kartu Suara, Berita Acara Junlah Kartu
Suara Tambahan, Berita Acara Pemilihan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Yang dimaksud “surat undangan untuk pemilih” adalah surat
pemberitahuan sebagi pemilih dari P2KD yang dapat
ditukarkan dengan kartu suara untuk memilih calon Kepala
Desa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Yang dapat dipilih kembali adalah Kepala Desa yang pengangkatan
dan pelantikannya tidak berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2000
tentang tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Pekalongan Tahun 2000 Nomor 14 Seri C Nomor 2) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan
Nomor 9 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan,
Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Pekalongan Tahun 2003 Nomor 25 Seri E Nomor 4)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pada waktu mengucapkan sumpah/janji lazimnya dipakai kata-
kata tertentu sesuai dengan agama masing-masing, yaitu :
a. Diawali dengan ucapan “Demi Allah” untuk penganut
agama Islam;
b. Diakhiri dengan ucapan “Semoga Tuhan menolong saya”
untuk penganut agama Kristen Protestan/Katholik;
c. Diawali dengan ucapan “Om Atah Parawisesa” untuk
penganut agama Hindu;
d. Diawali dengan ucapan “Demi Sang Hyang Adi Budha”
untuk penganut agama Budha.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ditanggung oleh pemerintah desa
bersama warga desa adalah biaya sebagaimana yang
dialokasikan dalam APBDesa sesuai dengan kemampuan
keuangan desa, dan sumbangan swadaya masyarakat yang
bersifat tidak mengikat, baik dari para calon maupun
masyarakat pada umumnya.
Ayat (2)
Pemerintah Kabupaten memberikan bantuan biaya pemilihan
Kepala Desa sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah
sepanjang memungkinkan.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “laporan penyelenggaraan pemerintahan
desa” adalah laporan semua kegiatan desa berdasarkan
kewenangan desa yang ada, serta tugas-tugas dan keuangan
dari pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten.
Yang dimaksud dengan “memberikan keterangan
pertanggungjawaban” adalah keterangan seluruh proses
pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APBDesa.
Yang dimaksud dengan “menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat”
adalah memberikan informasi berupa pokok-pokok kegiatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Ketentuan tentang jenis dan klasifikasi pelanggaran
administrasi diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
dan/atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan, tidak termasuk dalam rangka melaksanakan
tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan
pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pernyataan melanggar sumpah/janji jabatan ditetapkan dengan
Keputusan Pengadilan.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Yang dimaksud “berhalangan sementara” adalah kepala desa
tidak mampu menjalankan tugas yang dapat mengganggu
pelayanan bagi masyarakat. Dalam hal ini dapat disebabkan
karena alasan penting, sakit atau hal lain yang dibenarkan oleh
ketentuan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Masa kerja penjabat kepala desa dapat diperpanjang apabila
situasi dan kondisi desa selama 6 bulan berjalan belum
memungkinkan dilaksanakan pemilihan kepala desa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 10