pemerintah kabupaten blitar - repositori.unud.ac.id filerencana induk pengembangan pariwisata...
TRANSCRIPT
S
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS UDAYANA - FAKULTAS PARIWISATA PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan sektor industri pariwisata di dunia umumnya dan di
Indonesia khususnya telah berkembang begitu pesat. Perkembangan industri
tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan penerimaan devisa negara,
namun juga telah memperluas kesempatan berusaha dan memberikan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat dalam rangka mengurangi permasalahan
pengangguran.
Tiap tahun angka kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara terus
mengalami peningkatan, sehingga telah menyebabkan terjadinya berbagai
perubahan global sebagai akibat dari perkembangan dunia pariwisata, baik
perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan
perjalanan wisata, cara berfikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri.
Pada banyak negara maju, industri pariwisata sudah bukan isu yang baru
lagi, bahkan banyak orang melakukan perjalanan wisata sebagai kebutuhan hidup
setiap manusia yang semata-mata untuk mencari relaksisasi, rasa ingin tahu,
mengunjungi sahabat atau keluarga, pengalaman dan hiburan untuk melepaskan
segala kelelahan dan rasa bosan sebagai dampak dari segala kegiatan rutinitas
sehari-hari.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 2
Seiring dengan perkembangan sektor kepariwisataan secara global serta
peningkatan arus kunjungan wisatawan internasional, maka secara tidak langsung
telah berdampak kepada kebutuhan penyediaan segala komponen atau produk-
produk pariwisata. Penyediaan produk-produk pariwisata tersebut (supply side)
dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mencakup
penyediaan sarana dan prasarana alat transportasi, akomodasi, agen perjalanan,
makanan dan minuman, tour operator, pramuwisata dan barang souvenir wisata
lainnya.
Untuk mendukung industri pariwisata, khususnya dalam rangka
penyediaan seluruh komponen industri pariwisata pada suatu daerah tujuan
wisata, maka perlu dilakukan suatu perencanaan yang baik dan terpadu dengan
melibatkan seluruh unsur terkait, seperti pemerintah, tenaga ahli pariwisata,
masyarakat setempat (yang terlibat dalam usaha wisata) dan para pemangku
kepentingan lainnya. Perencanaan penyediaan produk-produk wisata tersebut
tidak hanya akan berdampak positif dalam rangka menarik minat wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata (DTW), namun juga untuk memotivasi para
pelaku industri pariwisata untuk lebih innovatif, kreatif dan menciptakan nilai
tambah (value added) terhadap berbagai produk atau pelayanan (services) yang
akan diberikan kepada para wisatawan yang akan berkunjung.
Suatu kegiatan pembangunan yang dilakukan melalui perencanaan yang
baik tentu akan menghasilkan manfaat yang besar dan dapat memperkecil segala
resiko dan dampak negatif yang muncul dan tidak diinginkan. Perencanaan dalam
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri jasa dianggap sangat penting,
sehingga perencanaan yang telah dirumuskan akan menghasilkan sasaran yang
diinginkan, baik ditinjau secara ekonomi, sosial-budaya, lingkungan dan politis1.
Sangat disadari bahwa pengembangan pariwisata sebagai suatu industri
strategis memerlukan investasi yang sangat besar, seperti perbaikan aksesibilitas
(jembatan, dan jalan) dari dan ke daerah tujuan wisata, pembangunan hotel
dengan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan, jaringan angkutan
wisata (darat, laut dan udara) yang perlu diperluas, pembangkit tenaga listrik dan
1 A. Yoeti, Oka. 1997
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 3
pelayanan energi perlu ditingkatkan, penyediaan air bersih yang harus diciptakan,
sarana dan jaringan komunikasi yang perlu diperluas, SDM para pelaku bisnis
pariwisata yang perlu ditingkatkan, promosi, pemasaran produk-produk pariwisata
unggulan ke dalam dan luar negeri yang perlu ditingkatkan dan kegiatan-kegiatan
pembangunan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan suatu daerah wisata.
Bagaimanapun, semua kegiatan pembangunan tersebut memerlukan dana
investasi yang tidak kecil. Dalam upaya menghindari terjadinya pemborosan
keuangan, maka diperlukan suatu strategi dalam bentuk perencanaan yang matang
yang didukung oleh para perencana atau tenaga ahli (tenaga profesional) di
bidangnya serta ketersediaan waktu dan dana yang memadai.
Lebih lanjut, pertumbuhan aktifitas industri pariwisata yang tidak
terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang tidak baik, maka akan
menimbulkan permasalahan besar serta dampak sosial budaya bagi masyarakat
setempat. Lokasi hotel yang tidak strategis atau bangunan hotel yang begitu tinggi
tanpa menghiraukan estetika dan nilai-nilai budaya lokal, poster iklan yang
merusak pemandangan dan lingkungan setempat, pembuangan sampah yang tidak
pada tempatnya, pengotoran pantai sebagai akibat jumlah kunjungan wisatawan
yang tidak terkendali merupakan beberapa fenomena kecil yang akan mudah
ditemukan bila pembangunan industri pariwisata tidak didasarkan pada suatu
pengkajian dan perencanaan yang sistematis dan strategis.
Dengan demikian, dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri,
perlu mempertimbangkan segala aspek tanpa terkecuali karena diakui bahwa
pariwisata sebagai suatu industri yang berkembang pesat tidak dapat berdiri
sendiri, namun berkaitan erat dengan beberapa aspek penting lainnya, seperti
aspek ekonomi, sosial budaya yang hidup dalam masyarakat dan lingkungan
setempat. Bila pengembangan tersebut tidak terarah, maka bukan manfaat yang
akan diterima, melainkan perbenturan sosial budaya dan kepentingan. Dengan
demikian, semua pihak akan merasa dirugikan, khususnya masyarakat yang hidup
dari kegiatan industri pariwisata, wisatawan yang berkunjung dan selanjutnya
akan mematikan seluruh kegiatan industri pariwisata yang sudah lama dibina.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 4
Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPAR-KAB)
yang diperkuat dengan undang-undang daerah (Perda) dan perlu direncanakan
secara bertahap dalam dokumen perencanaan daerah jangka pendek, menengah
dan panjang (RPJM dan RPJP) serta dengan melibatkan seluruh unsur terkait,
khususnya masyarakat setempat merupakan solusi yang terbaik serta menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Sumarwoto, J. (1997) menegaskan bahwa
”keterlibatan masyarakat lokal secara aktif memiliki peran strategis dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan”.
1.2. Pengertian
Penjabaran mengenai sejumlah pengertian dimaksudkan untuk
menyamakan persepsi terhadap sejumlah istilah umum yang digunakan dalam
bidang kepariwisataan. Sejumlah pengertian ini dikutip dari Undang Undang
nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dalam undang-undang
kepariwisataan yang dimaksud dengan:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 5
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha.
5. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yang
di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan
pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang
dikehendaki.
6. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata yang selanjutnya disebut
dengan RIPPAR-KAB adalah dokumen perencanaan pembangunan
kepariwisataan nasional untuk periode 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tahun 2014 sampai dengan tahun 2024.
7. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
8. Destinasi Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah
destinasi pariwisata yang berskala daerah.
9. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat KSPD
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki
potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
10. Perwilayahan Pembangunan DPD adalah hasil perwilayahan
pembangunan kepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk DPD, dan
KSPD.
11. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 6
12. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal
wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah
destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
13. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan
berfungsi sebagaimana semestinya.
14. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang
diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas
kehidupan keseharian.
15. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus
ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan,
keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi
pariwisata.
16. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran,
kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.
17. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi
dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh
pemangku kepentingannya.
18. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
19. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya
yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah, pemerintah
daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan
mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 7
menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang
kepariwisataan.
20. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan
kepariwisataan.
21. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat SDM
pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung
dan tidak langsung dengan kegiatan kepariwisataan.
22. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
1.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Maksud
Maksud penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata adalah
agar diperoleh RIPPDA yang sistematis, terpadu dan terintegrasi, berjangka
panjang dan berfungsi sebagai wadah yang mensinergikan kepentingan
masyarakat dan pemerintah.
1.3.2. Tujuan
Mengacu kepada Undang Undang nomor 9 tahun 2010 tentang
kepariwisataan, dalam perkembangannya pembangunan kepariwisataan bertujuan
untuk :
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. menghapus kemiskinan;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 8
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Tujuan penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Blitar antara lain :
a. Mengevaluasi kembali Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Blitar sebelumnya untuk lebih disesuaikan dengan kondisi
kekinian dan peraturan yang ada serta kebijakan daerah yang berkembang
sesuai dengan visi dan misi daerah.
b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Kabupaten Blitar dengan
menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang dapat
dikaitkan dengan pengembangan kawasan wisata
c. Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat dan daerah
d. Memupuk kesadaran dan rasa cinta tanah air bagi generasi muda dengan
memperkenalkan keindahan alam yang dimiliki serta mempopulerkan
kekayaan dan keindahan alam tersebut
e. Mempertahankan kepribadian bangsa melalui keindahan alam dan
lingkungan serta menjaga kelestarian dan mutu lingkungan hidup
1.3.3. Manfaat
Manfaat penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Blitar yaitu :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 9
a. Sebagai dokumen yang mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang
di wilayah Kabupaten Blitar
b. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik
setempat, dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang diatasnya
c. Pedoman bagi perencanaan yang lebih detail
d. Acuan penyusunan program pembangunan prasarana dan sarana kawasan
e. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat dalam pengembangan lingkungan atau kawasan yang
berkelanjutan
f. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan karena
adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Lingkup Kegiatan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten secara
umum merupakan bagian dari penyusunan rencana pembangunan kepariwisataan
yang ada dalam satu daerah. Secara umum cakupan pembangunan kepariwisataan
meliputi:
a. industri pariwisata;
b. destinasi pariwisata;
c. pemasaran; dan
d. kelembagaan kepariwisataan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 10
1.4.2. Lingkup Materi
a. Identifikasi kawasan wisata yang ada di Kabupaten Blitar yang meliputi
jenis, potensi dan kendala disetiap kawasan
b. Melihat kontribusi sektor pariwisata dalam struktur PAD dan upaya
peningkatannya
c. Tersusunnya suatu konsep pengembangan pariwisata daerah yang
dilandasi pendekatan perencanaan dan isu – isu strategis yang terkait
dengan pengembangan pariwisata Kabupaten Blitar
d. Menetapkan rencana pengembangan daya tarik wisata yang berisi tentang
kemungkinan pengembangan atraksi yang positif yang dapat
dikembangkan disetiap daya tarik
e. Penetapan kawasan wisata prioritas dimana penentuannya di dasarkan
pada jangkauan pasar dan pengadaan fasilitas
f. Penetapan zona atau jalur dan paket wisata potensial yang di dasarkan
pada kawasan wisata alam prioritas
g. Ketentuan pemanfaatan dan pengendalian ruang terutama pada kawasan
wisata prioritas
h. Tersusunnya arah kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan
daerah serta indikasi program pengembangan kepariwisataan di setiap
kawasan wisata unggulan daerah.
1.4.3. Lingkup Wilayah
Wilayah studi mencakup seluruh wilayah administrasi Kabupaten Blitar
yang terdiri atas 22 (dua puluh dua) kecamatan yaitu Bakung, Wonotirto,
Panggungrejo, Wates, Binangun, Sutojayan, Kademangan, Kanigoro, Talun,
Nglegok, Sanankulon, Ponggok, Srengat, Wonodadi, Udanawu, Selopuro,
Kesamben, Selorejo, Doko, Wlingi, Gandusari, Garum.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 11
1.5. Kedudukan RIPPAR-KAB
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar secara umum
merupakan produk rencana umum yang bersifat sektoral. RIPPAR-KAB berada
dibawah RIPPAR – PROV dimana nantinya produk rencana pengembangan yang
di jabarkan pada wilayah kabupaten haruslah sesuai dengan rencana
pengembangan kepariwisataan pada wilayah provinsi. Rencana induk
kepariwisataan secara umum memiliki kedudukan berjenjang dari tingkat nasional
hingga tingkat kabupaten atau kota. Secara umum kedudukan dari RIPPAR-KAB
dilihat dari produk perencanaan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1. Kedudukan Produk Rencana RIPPAR-KAB
Wilayah Perencanaan
Kepariwisataan Perencanaan
Sektoral Peraturan
Perundangan Institusi Terkait
Nasional RIPPARNAS RPJP, RTRWN, SISTRANAS
UU, PP, Inpres, Kepres, Kepmen
Pusat, Departemen, Teknis terkait
Lintas Provinsi Pusat Provinsi RIPPAR –
PROV RTRW PROV Perda Provinsi Pem prov
Lintas Kabupaten
Pem Prov
Kabupaten / Kota
RIPPAR – KAB / KOTA
RTRW KABUPATEN / KOTA
Perda Kab / Kota
Pem Kab / Kot
Sumber : hasil kajian
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 12
1.6. Substansi Standar
Diagram 1.1. Substansi RIPPAR-KAB
1.7. Pendekatan Perencanaan
1.7.1. Pendekatan Umum
Mengacu kepada Undang Undang nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, kegiatan pembangunan kepariwisataan diselenggarakan
berdasarkan asas:
VISI DAN MISI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
TUJUAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
RENCANA PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
STRATEGI INDUSTRI
STRATEGI DESTINASI
STRATEGI PEMASARAN
STRATEGI KELEMBAGAAN
PROGRAM INDUSTRI
PROGRAM DESTINASI
PROGRAM PEMASARAN
PROGRAM KELEMBAGAAN
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 13
a. manfaat;
b. kekeluargaan;
c. adil dan merata;
d. keseimbangan;
e. kemandirian;
f. kelestarian;
g. partisipatif;
h. berkelanjutan;
i. demokratis;
j. kesetaraan; dan
k. kesatuan.
Pendekatan wilayah telah mengalami penyesuaian dalam penerapannya
hingga terbentuk paradigma baru pengembangan wilayah atau kawasan di era
otonomi ini. Dalam paradigma baru ini, penataan ruang lebih desentralistik
(bottom-up approach) dan penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
disiapkan pemerintah daerah bersangkutan dengan mengikutsertakan masyarakat
(public participation).
Alternatif pengganti perencanaan di era otonomi ini adalah penataan ruang
wilayah atau kawasan yang mempunyai konsep dan karakteristik berikut:
a. Pendekatan bottom-up dan melibatkan semua pelaku pembangunan;
b. Transparan dalam perencanaan, implementasi dan pengendalian;
c. Memberi perhatian besar pada tuntutan jangka pendek;
d. Realistis terhadap tuntutan dunia usaha dan masyarakat;
e. Berwawasan luas, dengan perhatian pada kawasan lebih detail;
f. Rencana dapat dijadikan pedoman investasi;
g. Menjaga dan meningkatkan mutu lingkungan sambil mendorong dan
memfasilitasi pembangunan;
h. Mempunyai visi pembangunan dan manajemen pembangunan
(applicable).
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 14
1.7.2. Pendekatan Teknis
Melihat begitu kompleksnya aktivitas pariwisata, maka pengembangan
pariwisata perlu direncanakan secara komprehensif, holistik dan integratif.
Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Blitar yaitu :
a. Pendekatan yang berkesinambungan, incremental, dan fleksibel
(Continuous, incremental, and flexible approach). Perencanaan pariwisata
dipandang sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus dengan
dimungkinkan melakukan penyesuaian - penyesuaian yang diperlukan
berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback) dalam kerangka
pemeliharaan tujuan dasar dan kebijakan pengembangan pariwisata.
b. Pendekatan sistem (Systems approach). Pariwisata dipandang sebagai
suatu sistem yang saling terkait dan harus direncanakan menggunakan
teknik analisis sistem.
c. Pendekatan komprehensif (Comprehensive approach). Berkaitan dengan
pendekatan sistem, seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk
unsur-unsur institusional, implikasi sosio-ekonomi dan lingkungan
dianalisis dan direncanakan secara komprehensif. Karena itu pendekatan
ini disebut juga sebagai pendekatan holistik.
d. Pendekatan yang terintegrasi (Integrated approach). Berkaitan dengan
pendekatan sistem dan komprehensif, pariwisata direncanakan dan
dikembangkan sebagai suatu sistem terintegrasi, baik antar unsur di dalam
sistem itu sendiri maupun dengan rencana dan pola-pola pembangunan
secara keseluruhan.
e. Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan (Environmental and sustainable development approach).
Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola sedemikian rupa
sehingga sumber daya alam (natural resources) dan budaya tidak habis
atau menurun, tetapi terpelihara sebagai sumber daya yang hidup terus
menjadi dasar permanen untuk penggunaan terus-menerus di masa depan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 15
Analisis daya angkut/muat (carrying capacity analysis) merupakan suatu
teknik yang penting digunakan dalam pendekatan pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ini.
f. Pendekatan komunitas (Community approach). Terdapat keterkaitan
maksimum komunitas lokal dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan kepariwisataan dan, lebih jauh lagi, terdapat partisipasi
maksimum komunitas dalam pengembangan dan manajemen pariwisata,
serta keuntungan-keuntungan sosio-ekonominya.
g. Pendekatan implementable (Implementable approach). Kebijakan, rencana
dan rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan menjadi
realistik dan dapat diimplementasikan. Formulasi kebijakan dan rencana
itu menggunakan teknik-teknik implementasi, yang mencakup strategi atau
program aksi dan pengembangan.
h. Aplikasi proses perencanaan sistematik. Proses perencanaan sistematik
diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasarkan pada urutan logik
aktivitas – aktivitas2. Pendekatan tersebut di atas diaplikasikan secara
konseptual pada semua tingkat dan jenis perencanaan pariwisata. Tetapi
bentuk spesifik aplikasinya, tentu saja, bervariasi tergantung pada jenis
perencanaan yang diambil. Perencanaan pariwisata dipersiapkan pada
berbagai tingkatan. Setiap tingkatan memfokuskan diri pada derajat
kekhususan yang berbeda. Perencanaan tersebut hendaknya dipersiapkan
dalam urutan dari yang umum ke yang spesifik, sebab tingkatan yang
umum memberikan kerangka dan arahan untuk mempersiapkan rencana-
rencana spesifik. Urutan tingkatan itu dimulai dari tingkat perencanaan
internasional, perencanaan nasional, perencanaan regional atau provinsial,
perencanaan subregional atau provinsial, perencanaan daerah wisata,
perencanaan fasilitas pariwisata, dan design fasilitas pariwisata.
Pendekatan pengembangan wilayah yang diterapkan terus berevolusi dari
pendekatan yang bertumpu pada pendekatan ekonomi wilayah kemudian
berkembang dengan mengintegrasikan pendekatan fisik dan infrastruktur, 2 Inskeep, 1991:29
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
1 - 16
kelembagaan, manajemen dan lingkungan. Meski demikian, tantangan yang perlu
dijawab agar pendekatan pengembangan wilayah berjalan efisien dan efektif
adalah :
1. Perlu tim yang mampu bekerja dalam bidang yang bersifat interdisipliner
serta tersedia informasi yang cukup untuk semua aspek yang dikaji;
2. Perlu “kerelaan” untuk mendesentralisasikan kewenangan pembangunan
termasuk pembiayaan;
3. Perlu willingness pemerintahan daerah untuk mengkoordinasikan kegiatan
mereka dan bekeja sama satu dengan lainnya;
4. Perlu keseimbangan antara pendekatan bottom up dan top down serta
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
menentukan tujuan dan prioritas pembangunan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Orientasi Wilayah
Kabupaten Blitar yang terletak antara111°401-112°101 Bujur Timur dan
7°581-8°915111 Lintang Selatan berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Kabupaten
Blitar merupakan satu dari 38 kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Secara administrasi, Kabupaten Blitar memiliki batas – batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Kediri,
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Malang.
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudera Indonesia.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung.
e. Ditengah : Berbatasan dengan Kota Blitar.
Wilayah Kabupaten Blitar terbagi menjadi dua wilayah geografis. Daerah
dataran tinggi Gunung Kelud. Wilayah bagian selatan merupakan daerah pesisir
dengan sejumlah pantai yang ada di daerah ini. Kedua wilayah ini dibatasi dengan
Sungai Berantas yang membelah wilayah Kabupaten Blitar menjadi dua wilayah.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 2
2.2. Isu Pembangunan Wilayah
Terkait dengan pengembangan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten
Blitar dan peluang pengembangan kegiatan wisata potensial yang ada, sejumlah isu
pengembangan kepariwisataan yang ada di lokasi dijabarkan sebagai berikut :
1. Isu tema pengembangan pariwisata. Istilah “pengembangan pariwisata”
merupakan istilah yang asing bagi mayarakat. Masyarakat Blitar secara
umum telah melihat bahwa apa yang ada di sekitarnya dapat dikembangkan
sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran kepada
masyarakat bahwa pengembangan pariwista tidak hanya lebih kepada
mendatangkan wisatawan dari luar negeri, melainkan sebuah konsepsi dan
komitmen bersama bahwa pengembangan kepariwisataan harus dilakukan.
2. Isu kurangnya SDM. Kekurangan SDM mungkin menjadi hal yang umum
yang ada di daerah lain utamanya pada daerah yang sedang mengembangkan
kegiatan pariwisata. Kurangnya tenaga SDM di bagi menjadi dua macam
yaitu jumlah tenaga terampil yang ada dan kualifikasi keterampilan tertentu
yang dibutuhkan.
3. Penguasaan lahan dan kawasan. Kondisi ini banyak terdapat pada daerah
pesisir bagian selatan dan pada daerah Gunung Kelud dibagian utara.
Kepimilikan lahan umumnya dimiliki oleh perhutani atau pihak pengelola
lain yang membutuhkan mekanisme khusus untuk melakukan kerjasama
pengelolaan kawasan.
4. Kurangnya sarana dan prasarana kepariwisataan. Isu ini menjadi sebuah
cerminan dari masyarakat bahwa di Kabupaten Blitar, ketersediaan sarana
dan prasarana kepariwisataan tergolong kurang. Hal ini perlu diluruskan
bahwa pengembangan kepariwisataan tidak serta merta menuntut
kelengkapan fasilitas. Fasilitas kewilayahan secara umum dan fasilitas yang
telah ada di masyarakat dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai
fasilitas penunjang pariwisata. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 3
dapat mengembangkan fasilitas dan pola pelayanan yang memiliki nilai
kebedaan atau keunikan dengan daerah lain.
2.3. Potensi Kepariwisataan
2.3.1. Daya Tarik Wisata Budaya
2.3.1.1. Candi
Kabupaten Blitar begitu kaya akan peninggalan kebudayaan masa lampau.
Hal ini berkaitan erat dengan lokasi Blitar yang diapit dua kekuatan besar di
nusantara kuno. Kekuatan tersebut adalah Kerajaan Kadiri (sekarang Kediri) dan
Kerajaan Singosari (sekarang Malang). Kerajaan Kadiri yang berdiri lebih dahulu
pada 1042 M – 1222 M banyak meletakkan dasar-dasar pembangunan candi di
Blitar. Setelah Kadiri runtuh, pembangunan dan pemanfaatan candi-candi dilanjutkan
oleh Singosari (1222 M – 1292 M) dan Majapahit (1293 M – 1528 M).
Selain disebabkan oleh unsur legitimasi, kelanjutan pembangunan candi-
candi di Blitar juga didasarkan pada kondisi geografis, terutama keberadaan gunung
dan sungai. Gunung dianggap sebagai tempat tinggal para dewa, sedangkan sungai
dianggap sebagai sumber kehidupan, keduanya merupakan unsur penting dalam
pembangunan candi. Secara geografis Blitar memiliki banyak gunung dan sungai.
Oleh karenanya tidak mengherankan jika banyak candi yang didirikan di kawasan
ini. Sebaran Candi-Candi di Blitar memiliki sebaran benda cagar budaya (BCB) yang
cukup merata. Hampir setiap kecamatan di Blitar memiliki BCB baik berupa candi
maupun situs lainnya. Sayangnya, tidak semua BCB siap untuk diwisatakan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor penghambat seperti: akses, infrastruktur, keamanan,
dan kelayakan BCB itu sendiri. Berikut ini data sebaran candi atau situs di Blitar
yang telah siap diwisatakan:
1. Kecamatan Doko: Candi Plumbangan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 4
2. Kecamatan Gandusari: Candi Kotes, Candi Rambut Monte, Candi
Sumberagung, Komplek Candi Gunung Gedang
3. Kecamatan Kademangan: Candi Simping
4. Kecamatan Kanigoro: Kelompok Arca Gaprang, Komplek Candi Sawentar
5. Kecamatan Kesamben: Candi Selotumpuk, Candi Tepas
6. Kecamatan Nglegok: Candi Gambar Wetan, Komplek Candi Penataran
7. Kecamatan Ponggok: Candi Kalicilik, Candi Sumbernanas
8. Kecamatan Sanankulon: Arca Ganesa Boro
9. Kecamatan Srengat: Kekunaan Mleri
10. Kecamatan Sutojayan: Candi Bacem
11. Kumpulan cagar budaya : Candi wringin branjang, situs gadungan, sirah
kencong, situs gedog, situs besole,
2.3.1.2. Arca Kuno
Berikut beberapa arca kuno yang menjadi cermin kekayaan dan keluhuran
budaya Blitar tempo dulu hingga sekarang, antara lain:
1. Arca Warak.
Secara administratif Situs Arca Warak terletak di Desa Modangan,
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Situs ini berada ± 2 km di sebelah
timur laut Candi Penataran.Sebenarnya Situs Arca Warak lebih tepat disebut
sebagai kelompok arca, sebab pada situs ini tidak hanya ditemukan arca
tunggal melainkan ditemukan beberapa arca. Arca-arca tersebut memiliki
keunikan jika dibandingkan dengan arca-arca kuno lain yang ditemukan di
Blitar, di mana gaya pahatan yang ditampilkan pada arca terkesan primitif.
2. Kelompok Arca Gaprang.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 5
Kelompok Arca Gaprang adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Desa
Gaprang, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Lokasi situs ini cukup
dekat dengan pusat kota, sehingga tidaklah sulit untuk menjangkaunya.
Cukup dengan menyusuri lajur timur perempatan Karangtengah sejauh 1,3
Km, papan keterangan menuju Kelompok Arca Gaprang sudah terlihat.
Sayangnya ukuran papan tersebut terlalu kecil dan terletak di sudut di sisi
utara jalan sehingga kurang terlihat. Petunjuk termudah untuk menuju situs
ini adalah dengan berpatokan pada perempatan di timur SDN Gaprang 2. Di
perempatan ini pula papan keterangan menuju kelompok arca dapat dijumpai.
Dari perempatan tersebut tinggal berbelok ke selatan sejauh 100 m dan
kesakralan Kelompok Arca Gaprang sudah dapat dirasakan.
3. Arca Ganesa Boro.
Arca Ganesa Boro terletak di Dusun Boro, Desa Tuliskriyo, Kecamatan
Sanankulon, Kabupaten Blitar. Arca ganesa yang terletak di Dusun Boro ini
memang cukup unik, pada bagian depannya terpahat wujud ganesa sedangkan
pada bagian belakang terpahat wujud mahakala. Di bagian bawah arca
terpahat kronogram yang berbunyi hana gana hana bumi.
4. Kekunaan Jimbe.
Kekunaan Jimbe terletak di Desa Jimbe, Kecamatan Kademangan, Kabupaten
Blitar. Kekunaan Jimbe atau yang dikenal dengan sebutan Omyang Jimbe ini
lumayan terkenal dikalangan masyarakat yang menggandrungi dunia
kejawen. Pada umumnya masyarakat mengunjungi kekunaan ini untuk
melakukan ritual kebatinan jawa. Suasana mistis pun begitu kental, dupa-
dupa tertancap di sekitar kekunaan ini. Kekunaan Jimbe memiliki kemiripan
dengan Kekunaan Mleri di mana tinggalan-tinggalan cagar budayanya
disimpan dalam suatu bangunan rumah.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 6
2.3.1.3. Event Kebudayaan
Beberapa event kebudayaan di Kabupaten Blitar yang menjadi daya tarik
wisata antara lain:
1. Legenda Pusaka Gong Kyai Pradah.
Bentuk Kyai Pradah berupa Gong (kempul) laras lima yang dahulu dibalut
atau ditutup dengan sutera Pelangi atau Cinde dan disamping itu masih ada
juga beberapa wayang krucil, kecer dan beberapa benda lainnya. Sampai
sekarang pesan PANGE RAN PRABU untuk memelihara Pusaka Kyai
Pradah tetap dilaksanakan dengan baik serta menjadi suatu Upacara Adat atau
Tradisional Siraman Pusaka Kyai Pradah setiap tanggal 1 Syawal dan setiap
tgl. 12 Rabiulawal dan upacara yang terakhir ini biasanya dikunjungi oleh
puluhan ribu manusia baik dari dalam maupun luar daerah. Demikian sejarah
ringkas Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo yang dikutip dari ceritera Babat
Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo menurut Serat Babat Tanah Jawi.
2. Purnama Seruling Penataran.
Kegiatan ini merupakan event periodik yang dilaksanakan setiap 3 bulan
sekali bertepatan dengan bulan purnama. Acara ini berisi pagelaran
pertunjukan seni dan budaya yang dilaksanakan oleh dewan kesenian daerah
Kabaten Blitar yang bekerjasama dengan sejumlah dinas atau instansi yang
ada di Kabupaten Blitar. Disamping diisi oleh seniman lokal dan domestik,
acara ini diisi pula oleh seniman mancanegara sebagai upaya menjalin
hubungan antar Negara.
2.3.2. Daya Tarik Wisata Alam
Salah satu keuntungan letak Kabupaten Blitar yang berbatasan langsung
dengan samudera adalah memiliki puluhan pantai yang eksotis dan menantang
dengan jumlah lebih dari 26 pantai terhampar di daerah ini.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 7
Beranekaragam kenampakan pantai dapat dijumpai di Kabupaten Blitar,
mulai pantai teluk, pantai pasir putih, hingga pantai pasir hitam. Kesemuanya
memiliki eksotika dan karakter yang spesifik. Namun, untuk menikmati eksotika
tersebut diperlukan perjuangan dan improvisasi. Bentang alam Kabupaten Blitar
selatan yang bergunung-gunung, memberikan tantangan tersendiri dalam setiap
perjalanan menuju pantai. Konturnya terjal dan infrastruktur yang tersedia masih
minim. Oleh karenanya, setiap pengunjung pantai di Kabupaten Blitar haruslah
tangguh dan mampu mengimprovisasi pejalanannya sendiri.
Pantai-pantai di Blitar terbentang di empat kecamatan, yakni Kecamatan
Bakung, Wonotirto, Panggungrejo, dan Wates. Di Kecamatan Bakung terdapat tiga
pantai antara lain Pantai Pasur di Desa Bululawang; Pantai Pangi dan Gayasan di
Desa Tumpakkepuh. Berlanjut ke Wonotirto terdapat 14 pantai antara lain: Pantai
Tambakrejo dan Pasir Putih (Pesetran Gondo Mayet) di Desa Tambakrejo; Pantai
Kresek dan Banteng Mati di Desa Sidorejo; Pantai Jebring, Princen, Wedhi Ireng,
Keben, Selok Dadap, Pudak, Dung Dowo, Bakung, Selok Kancil, dan Benelan di
Desa Ngadipuro.
Kecamatan Panggungrejo terdapat Pantai Serit, Selok Gogor, Serang, dan
Maesan Padang di Desa Serang; Pantai Babagan Rowo Gebang dan Gugusan Pantai
Peh Pulo di Desa Sumbersih. Sementara di Kecamatan Wates terdapat Pantai Karang
Nritep dan Jolosutro di Desa Ringinrejo; serta Pantai Gorah di selatan Desa
Tugurejo.
Secara garis besar ada tiga rute utama untuk menuju pantai-pantai di Blitar.
Tiga rute tersebut terkait dengan tiga pantai utama di Blitar, yakni Pantai
Tambakrejo, Serang, dan Jolosutro. Berikut uraian tiga rute utama tersebut:
1. Rute Tambakrejo
Blitar-Kademangan-Gawang-Pasiraman-Tambakrejo
2. Rute Serang
Blitar-Sutojayan(Lodoyo)-Panggungrejo-Serang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 8
3. Rute Jolosutro
a. Blitar-Brongkos-Wates-Jolosutro
b. Blitar-Sutojayan(Lodoyo)-Binangun-Wates-Jolosutro
Selain mengarah pada masing-masing pantai tujuan, rute-rute tersebut juga
dapat dilalui untuk menuju pantai-pantai lain di sekitar pantai utama. Berikut
pembagian pantai-pantai di Blitar berdasarkan tiga rute utama:
1. Rute Tambakrejo
a. Pantai Pasur
b. Pantai Pangi
c. Pantai Gayasan
d. Pantai Tambakrejo
e. Pantai Pasir Putih (Pasetran Gondo Mayit)
f. Pantai Kresek
g. Pantai Banteng Mati
2. Rute Serang
a. Pantai Serit
b. Pantai Selok Gogor
c. Pantai Serang
d. Pantai Maesan Padang
e. Pantai Babagan Rowo Gebang
f. Gugusan Peh Pulo
3. Rute Jolosutro
a. Pantai Karang Nritep
b. Pantai Jolosurtro
c. Pantai Gorah
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 9
Disamping pantai tersebut diatas, di Blitar terdapat sejumlah pantai yang
terdapat tidak malalui jalur utama. Pantai-pantai tersebut antara lain:
a. Pantai Jebring
b. Pantai Wedhi Ireng
c. Pantai Keben
d. Pantai Selok Dadap
e. Pantai Pudak
f. Pantai Dung Dowo
g. Pantai Bakung
h. Pantai Selok Kancil
i. Pantai Benelan
j. Pantai Desa Ngadipuro
Pantai-pantai ini berada di Rute Ngadipuro. Sejauh ini rute ini memang
belum dikenal sebagai rute pantai. Adapun uraian rute Ngadipuro adalah sebagai
berikut:
Blitar – Sutojayan (Lodoyo) – Ngeni – Ngadipuro – Banyuurip
Air terjun di Blitar dapat dikategorikan dalam dua wilayah sebaran, yakni
wilayah Blitar Utara dan Blitar Selatan. Air terjun di Blitar Utara memiliki
karakteristik yang berbeda dengan Blitar Selatan, dimana air terjun Blitar Utara
terbentuk dari aktivitas vulkanik, sedangkan air terjun Blitar Selatan terbentuk oleh
kars. Berikut sebaran air terjun di Blitar:
1. Wilayah Blitar Utara
a. Air terjun Coban Wilis – lereng Gunung Kelud, Kecamatan Gandusari
b. Air terjun Kucur Watu – kaki Pegunungan Kawi, Kecamatan Gandusari
c. Air terjun Lawean – lereng Pegunungan Kawi, Kecamatan Gandusari
d. Air terjun Ondo Rante – kaki Gunung Kelud, Kecamatan Nglegok
e. Air terjun Sirah Kencong – lereng Pegunungan Kawi, Kecamatan Wlingi
f. Air terjun Tundo Sewu – lereng Pegunungan Kawi, Kecamatan Doko
2. Wilayah Blitar Selatan
a. Air terjun Grenjeng – Kecamatan Panggungrejo
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
2 - 10
b. Air terjun Jurug Songo – Kecamatan Wates
c. Air terjun Umbul Baros – Kecamatan Panggungrejo
Disamping sejumlah daya tarik wisata diatas, terdapat sejumlah daya tarik
wisata alam yang telah ada dan dikunjungi wisatawan.
Daya tarik wisata alam :
Goa Embul Tuk
Arung Jeram Soko Adventure (Wlingi)
Arung Jeram Ngarai Genjong (Doko)
Lereng Gunung Kawi
Kawasan / Desa Wisata
Desa Wisata Puspa Jagad (Semen)
Desa Wisata Tulungrejo
Desa Wisata Krisik
Desa Wisata Soso
Desa Wisata Penataran
Desa Wisata Tlogo
Desa Wisata Rejowinangun
Desa Wisata Ploso dan Kampung Coklat
Desa Wisata Kademangan
Kawasan Minapolitan Nglegok
Kawasan Agropolitan Kanigoro
Kawasan Agrowisata Gandusari
Perkebunan Pijiombo
Perkebunan Banaran
Perkebunan Serahkencong
Kompleks Wisata Penataran (Kolam renang Penataran, Amphiteatre,
Museum, Makam Syeh Subakir, Makam Syeh Sentono, Sub Reizer Koi)
Bendungan lahor Selorejo
Pasar Dayu Nglegok
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 1
BAB III
KARAKTERISTIK
KEPARIWISATAAN
3. 1. Paradigma Baru Pembangunan Kepariwisataan
Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin ekonomi penghasil devisa
bagi pembangunan ekonomi di suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Namun
demikian pada prinsipnya pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan
yang lebih luas bagi suatu negara. Pembangunan kepariwisataan pada dasarnya
ditujukan untuk hal- hal berikut.
3.1.1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pariwisata mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 2
penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan banyaknya warganegara
yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain tempay tinggalnya akan
timbul rasa persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan
masyarakat yang dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan nasional.
3.1.2. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation)
Pembangunan pariwisata seharusnya mampu memberikan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu
daerah seharusnya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu memberi andil
besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi
ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
3.1.3. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development)
Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan
budaya dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis
digunakan untuk menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan berbagai contoh
pengelolaan kepariwisataan yang baik, kondisi lingkungan alam dan masyarakat di
suatu destinasi wisata mengalami peningkatan yang berarti sebagai akibat dari
pengembangan keparwiwisataan di daerahnya.
3.1.4. Pelestarian Budaya (Culture Preservation)
Pembangunan kepariwisataan seharusnya mampu kontribusi nyata dalam
upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah.
UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah
menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 3
kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk
menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan
di berbagai daerah.
3.1.5. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia
Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar kehidupan
masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan
melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia
khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema paid
holidays.
3.1.6. Peningkatan Ekonomi dan Industri
Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan seharusnya mampu
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata.
Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata
akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam
penyediaan barang dan jasa. Syarat utama dari hal tersebut di atas adalah
kemampuan usaha pariwisata setempat dalam memberikan pelayanan berkelas dunia
dengan menggunakan bahan dan produk lokal yang berkualitas.
3.1.7. Pengembangan Teknologi
Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam
mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi
khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan
kemampuan penerapan teknologi terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan
terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan mampu memberikan
dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya. Dengan demikian pembangunan
kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 4
berbagai daerah yang lebih luas dan bersifat fundamental. Kepariwisataan akan
menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan terintegrasi
dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
3.2. Peran Pemerintah dalam Pariwisata
Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas dari
peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu; perencanaan (planning)
daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas utama dan
pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, dan pembuatan
dan penegakan peraturan (regulation). Berikut ini adalah penjelasan mengenai peran-
peran pemerintah dalam bidang pariwisata tersebut di atas.
3.2.1. Perencanaan Pariwisata
Pariwisata merupakan industri yang memiliki kriteria-kriteria khusus,
mengakibatkan dampak positif dan negatif. Untuk memenuhi kriteria khusus
tersebut, memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata diperlukan perencanaan
pariwisata yang matang. Kesalahan dalam perencanaan akan mengakibatkan
munculnya berbagai macam permasalahan dan konflik kepentingan di antara para
stakeholders. Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki permasalahan yang
berbeda dan memerlukan jalan keluar yang berbeda pula.
Dalam pariwisata, perencanaan bertujuan untuk mencapai cita-cita atau
tujuan pengembangan pariwisata. Secara garis besar perencanaan pariwisata
mencakup beberapa hal penting yaitu:
1. Perencanaan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memacu
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 5
pertumbuhan berbagai jenis industri yang berkaitan dengan pariwisata
2. Perencanaan penggunaan lahan
3. Perencanaan infrastruktur yang berhubungan dengan jalan, bandar udara, dan
keperluan lainnya seperti; listrik, air, pembuangan sampah dan lain-lain
4. Perencanaan pelayanan sosial yang berhubungan dengan penyediaan
lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan
sosial
5. Perencanaan keamanan yang mencakup keamanan internal untuk daerah
tujuan wisata dan para wisatawan.
3.2.2. Pembangunan Pariwisata
Pembangunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor swasta terutama
pembangunan fasilitas dan jasa pariwisata. Namun, pengadaaan infrastruktur umum
seperti jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata
terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar yang memerlukan dana yang
sangat besar seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk transportasi darat,
proyek penyediaan air bersih, dan proyek pembuangan limbah merupakan tanggung
jawab pemerintah. Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin dan
pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam bidang pembangunan
pariwisata.
3.2.3. Kebijakan Pariwisata
Kebijakan merupakan perencanaan jangka panjang yang mencakup tujuan
pembangunan pariwisata dan cara atau prosedur pencapaian tujuan tersebut yang
dibuat dalam pernyataan-pernyataan formal seperti hukum dan dokumen-dokumen
resmi lainya. Kebijakan yang dibuat permerintah harus sepenuhnya dijadikan
panduan dan ditaati oleh para stakeholders. Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat
dalam pariwisata adalah kebijakan yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kesempatan kerja, dan hubungan politik terutama politik luar negeri bagi
daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan manca negara.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 6
Umumnya kebijakan pariwisata dimasukkan ke dalam kebijakan ekonomi
secara keseluruhan yang kebijakannya mencakup struktur dan pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Kebijakan ekonomi yang harus dibuat sehubungan dengan
pembangunan pariwisata adalah kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman
modal dan keuangan, industri-industri penting untuk mendukung kegiatan pariwisata,
dan perdagangan barang dan jasa.
3.2.4. Peraturan Pariwisata
Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting terutama dalam
melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi pengalaman
perjalanannya. Peraturan-peraturan penting yang harus dibuat oleh pemerintah untuk
kepentingan tersebut adalah:
a. Peraturan perlindungan wisatawan terutama bagi biro perjalanan wisata yang
mengharuskan wisatawan untuk membayar uang muka (deposit payment)
sebagai jaminan pemesanan jasa seperti akomodasi, tour dan lain-lain;
b. Peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai jumlah
minimal lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan alat-alat
pendukung keselamatan lainnya;
c. Peraturan keamanan makan dan kesehatan yang mengatur mengenai standar
kesehatan makanan yang disuguhkan kepada wisatawan;
d. Peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang membutuhkan
pengetahuan dan keahlian khusus seperti seperti pilot, sopir, dan nahkoda.
Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya
alam seperti; flora dan fauna yang langka, air, tanah dan udara agar tidak terjadi
pencemaran yang dapat mengganggu bahkan merusak suatu ekosistem. Oleh karena
itu, penerapan semua peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku mutlak
dilaksanakan oleh pemerintah.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 7
3.2.5. Dampak Pembangunan Pariwisata (Hasil Beberapa Penelitian)
Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah berdampak
pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak pada dimensi
sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya bahkan
lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya bersifat
positif tetapi juga berdampak negatif.
Menurut Spillane3 dampak positif pariwisata terhadap pembangunan ekonomi
antara lain; dampak terhadap penciptaan lapangan kerja, sumber devisa negara dan
distribusi pembangunan secara spritual. Sedangkan dampak negatif pariwisata
terhadap pembangunan ekonomi antara lain; vulnerability ekonomi, kebocoran
pendapatan, polarisasi spasial, sifat pekerjaan yang musiman, dan terhadap alokasi
sumber daya ekonomi.Terhadap lingkungan fisik Spillane (1996) berpendapat bahwa
pariwisata dapat menimbulkan problemproblem besar seperti polusi air dan udara,
kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam
tradisional.
Sementara itu sejalan dengan pendapat diatas, Cohen4 menyebutkan dampak
pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan
menjadi delapan kelompok besar, yaitu dampak terhadap penerimaan devisa, dampak
terhadap pendapatan masyarakat, dampak terhadap kesempatan peluang kerja,
dampak terhadap harga-harga, dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, dampak
terhadap pembangunan pada umumnya dan dampak terhadap pendapatan
pemerintah. Lebih lanjut Cohen menyebutkan dampak pariwisata terhadap sosial-
budaya masyarakat antara lain;
a. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan masyarakat dengan masyarakat
yang lebih luas;
b. Dampak terhadap impersonal antara anggota masyarakat;
3 Halaman 33, Tahun 1994 4 Tahun 1984, dalam Pitana, 2006)
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
3 - 8
c. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi sosial;
d. Dampak terhadap migrasi dari dan kedaerah pariwisata;
e. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. Dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilisasi sosial;
h. Dampak terhadap distribusi pengaruh kekuasaan;
i. Dampak tehadap penyimpangan-penyimpangan sosial;
j. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat;
k. Dampak terhadap budaya, yaitu dampak pariwisata yang paling banyak
mendapat perhatian dan perbincangan berbagai kalangan adalah komodikasi
yang mengarah pada komersialisasi budaya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 1
BAB IV
ANALISIS KEPARIWISATAAN
KABUPATEN
4.1. Analisis Kebijakan
4.1.1. Tinjauan Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Undang Undang nomor 10 tahun 2009 menjabarkan bahwa visi pembangunan
kepariwisataan nasional adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan
pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong
pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan visi
pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud tersebut ditempuh
melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional meliputi
pengembangan:
a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,
berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan
masyarakat;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 2
b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan
usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;
dan
d. Organisasi Pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber
daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien
dalam rangka mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang
berkelanjutan.
Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;
b. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan
media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;
c. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional; dan
d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata
yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran
Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.
Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional adalah peningkatan:
a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;
b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;
d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
e. produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 3
Arah pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pembangunan kepariwisataan
nasional dilaksanakan:
a. dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan;
b. dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan
kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan;
c. dengan tata kelola yang baik;
d. secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku; dan
e. dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat.
Mempertimbangkan kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional, secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa kebijakan pembangunan kepariwisataan yang
ada di Blitar harus mengarah kepada :
a. Penguatan kemandirian masyarakat dalam rangka pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya pariwisata
b. Penguatan identitas kawasan yang khas dengan tetap menjunjung tinggi harga
diri bangsa dan negara dalam artian tetap menjaga keutuhan Negara Republik
Indonesia dalam koridor pelaksanaan perundang – undangan
c. Mengembangkan kegiatan kepariwisataan dengan mempertimbangkan
keberlanjutan manfaat kelestarian lingkungan, manfaat ekonomi dan manfaat
kwalitas hubungan sosial di masyarakat.
Prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional
2012-2014 merupakan acuan dasar dalam menentukan arah, strategi, program, dan
kegiatan pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Prinsip dasar
pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif meliputi:
1. Pro Growth, yaitu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi melalui sektor-
sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Pro Jobs, yaitu menciptakan dan memperluas lapangan kerja, dengan fokus
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 4
utama untuk menggerakkan sektor riil yang dapat menciptakan lapangan
kerja, sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran nasional.
3. Pro Poor, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan nasional melalui peningkatan
pendapatan masyarakat di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, baik sektor
formal maupun nonformal.
4. Pro Environment, yaitu mengupayakan pembangunan dengan menggunakan
sumber daya terbarukan dan mengembangkan karya yang ramah lingkungan.
5. Mendukung penguatan nilai sosial dan budaya, yaitu mengupayakan
terciptanya tradisi yang hidup didalam masyarakat melalui pelestarian
(perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan) nilai sosial budaya.
6. Menciptakan kualitas hidup, yaitu memperkuat perbaikan ekonomi
masyarakat dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas,
perbaikan kesehatan mental, kreativitas masyarakat, rekreasi dan
pemanfaatan waktu senggang, serta toleransi dan kepedulian sosial secara
berkelanjutan, melalui peran sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
7. Menciptakan nilai tambah, yaitu tidak hanya meningkatkan nilai melalui
peningkatan volume produk dan layanan tetapi mengutamakan penciptaan
nilai yang tinggi pada produk dan layanan sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif melalui pemanfaatan kreativitas yang tidak terbatas.
Tujuh prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2010-
2014 ini merupakan satu kesatuan utuh, yang tidak dapat dipisahkan satu dan
lainnya. Dengan demikian prinsip ini diartikan bahwa Kemenparekraf (Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) akan senantiasa berupaya menciptakan laju
pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang tinggi, dengan
berpihak pada pengurangan tingkat pengangguran, pengurangan tingkat kemiskinan,
peningkatan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan, penguatan nilai sosial
budaya, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta peningkatan penciptaan
nilai tambah, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif, dan
berkeadilan dapat dicapai.
Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 5
Kemenparekraf disusun mempertimbangkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis
pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2012-2014, yang dilaksanakan
mengikuti arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif
nasional, dan dilengkapi dengan inisiatif-inisiatif baru mempertimbangkan kondisi,
potensi, dan permasalahan terkini yang dihadapi sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif. Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif ini akan
dicapai oleh kementerian melalui beberapa strategi pembangunan.
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan dan ekonomi
kreatif adalah:
1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi
destinasi pariwisata antar instansi pemerintah, dilakukan dengan strategi:
a. mengoptimalkan pelaksanaan pemasaran dan promosi tourism, trade, and
investment (TTI) di 16 pasar utama pariwisata;
b. mengoptimalkan peran perwakilan Indonesia diluar negeri di 16 pasar
utama pariwisata,
2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi
destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan
masyarakat, dilakukan dengan strategi:
a. mengoptimalkan branding nasional di luar negeri di 16 pasar utama
pariwisata, seperti “Wonderful Indonesia”;
b. mengoptimalkan branding nasional di dalam negeri;
c. mengoptimalkan peran BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia) dan
BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah),
3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata, dilakukan dengan strategi:
a. mengoptimalkan program MP3EI;
b. meningkatkan konsolidasi dan koordinasi lintas Kementerian atau
Lembaga dalam peningkatan akses internasional ke 18 lokasi destinasi
pariwisata Indonesia;
c. meningkatkan peran masyarakat di daerah tujuan wisata;
d. meningkatkan dukungan amenitas (Tugas Perbantuan);
e. meningkatkan kualitas tata kelola (DMO),
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 6
4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata,
dilakukan dengan strategi:
a. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, sadar wisata masyarakat,
memfasilitasi perancangan destinasi dan forum destinasi, pola
perjalanan, meningkatkan wisata minat khusus, konvensi dan even;
b. memberikan kemudahan investasi dan berusaha mulai dari memulai,
menjalankan dan mengembangkan usaha;
c. mengubah rezim perijinan menjadi pendaftaran;
d. memberikan insentif usaha pariwisata;
e. melakukan relaksasi perpajakan,
5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif, dilakukan dengan
strategi:
a. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesi
ekonomi kreatif;
b. meningkatkan kemampuan kewirausahaan;
c. meningkatkan inovasi;
d. mengembangkan kolaborasi dan jejaring kreatif di dalam dan luar
negeri,
6. Penguatan industri kreatif , dilakukan dengan strategi:
a. mengembangkan sarana, prasarana industri kreatif;
b. mendukung terciptanya best practice usaha kreatif;
c. menguatkan koordinasi industri hulu-hilir;
d. mengembangkan konten kreatif lokal;
e. menguatkan ketersediaan data dan informasi,
7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif, dilakukan dengan
strategi:
a. mengembangkan skema pembiayaan yang sesuai untuk industri
kreatif;
b. melakukan matchmaking pelaku dengan sumber pembiayaan;
c. mengupayakan peningkatan alokasi pembiayaan khusus (KUR, CSR,
PKBL) untuk industri kreatif,
8. Peningkatan apresiasi dan akses pasar di dalam dan luar negeri bagi industri
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 7
kreatif, dilakukan dengan strategi:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan pertukaran
kebudayaan;
b. mendukung dan menyelenggarakan even pemasaran karya kreatif;
c. menguatkan dokumentasi, publikasi, komunikasi insan dan karya
kreatif;
d. meningkatkan apresiasi dan kebanggaan masyarakat terhadap karya
kreatif nasional,
9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif, dilakukan dengan strategi:
a. meningkatkan kualitas tata kelola industri;
b. mendukung perlindungan hak kekayaan intelektual;
c. mengharmonisasikan kebijakan ekonomi kreatif,
10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, yang dilakukan dengan strategi:
a. meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan yang tepat guna
terhadap penyusunan dan evaluasi kebijakan sektor kepariwisataan
dan ekonomi kreatif;
b. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi usaha
pariwisata dan ekonomi kreatif;
c. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesi
tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif,
11. Penguatan Reformasi Birokrasi, dilakukan strategi:
a. meningkatkan kualitas pelayanan publik;
b. meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi;
c. menyempurnakan penataan tatalaksana yang meliputi sistem, proses,
dan prosedur kerja;
d. mengharmonisasikan kebijakan agar tidak tumpang tindih dan
kondusif;
e. menguatkan pengawasan penyelenggaraan olehpemerintahan;
f. meningkatkan rasio SDM dengan tingkat pendidikan S2 dan S3
g. meningkatkan kapasitas teknis SDM pada substansi kepariwisataan
dan ekonomi kreatif;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 8
h. menata sistem manajemen SDM aparatur;
i. mengembangkan pola pikir dan budaya aparatur;
j. meningkatkan penataan dan penguatan organisasi.
4.1.2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Dalam rangka mewujudkan visi sebagai negara maju dan sejahtera pada
tahun 2025, Indonesia bertekad mempercepat transformasi ekonomi. Untuk itu
disusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) yang mengedepankan pendekatan not business as usual, melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dan terfokus pada prioritas yang konkrit dan terukur. Namun
demikian, MP3EI tetap merupakan bagian yang integral dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional yang telah ada.
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil, dan Makmur”. Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada
tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD
15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun.
Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5
persen pada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 –
2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari
sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025.
Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara
maju.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 9
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus
utamanya, yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta
distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah,
dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan
sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta
integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan
perekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,
maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan,
menuju innovation-driven economy.
Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan
sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus
pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah
kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di
dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif. Berdasarkan
kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8
program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata,
dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama
tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 10
Gambar 2.1. Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI
Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-
masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing
pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 11
Gambar 2.2. Koridor Ekonomi Indonesia
Tema pembangunan masing-masing koridor ekonomi dalam percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra
Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”;
2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong
Industri dan Jasa Nasional”;
3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional”;
4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai ‘’ Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan
Pertambangan Nasional;
5. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan
sebagai ‘’Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional’’;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 12
6. Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku memiliki tema
pembangunan sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan
Pertambangan Nasional”.
Koridor Ekonomi Jawa
1. Tema Pembangunan: Pendorong Industri dan Jasa Nasional
2. Terdiri dari 5 Pusat Ekonomi : Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya
3. Kegiatan Ekonomi Utama : Makanan – minuman, tekstil, peralatan
transportasi, perkapalan, telematika, alutsista, Jabodetabek area
Gambar 2.3. Koridor Ekonomi Jawa
Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di
bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 13
berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini
dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam
rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri
tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai.
Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara
lain:
1. Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di
antara provinsi di dalam koridor;
2. Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor
manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;
3. Kurangnya investasi domestik maupun asing;
4. Kurang memadainya infrastruktur dasar.
4.2. Analisis Kedudukan Pariwisata
Upaya pembangunan kepariwisataan secara nasional tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Pada BAB II
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL Pasal 2 ayat 6 menjabarkan
tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;
b. Mengkomunikasikan Indonesia dengan pemasaran secara bertanggung jawab;
c. Destinasi Pariwisata menggunakan media efektif, efisien;
d. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional; dan
e. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata
yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 14
Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.
Pada ayat 7 pasal 2 menjabarkan tentang sasaran pembangunan
kepariwisataan nasional adalah peningkatan:
a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;
b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;
d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
e. produk domestik bruto di bidang kepariwisataan.
Pada ayat 8 dijabarkan mengenai arah pembangunan kepariwisataan nasional
yang dilaksanakan:
a. dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan;
b. dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan
kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan;
c. dengan tata kelola yang baik;
d. secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku; dan
e. dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat.
Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan nasional ini dijabarkan
222 (dua ratus dua puluh dua) kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN)
di 50 (lima puluh) destinasi pariwisata nasional dan 88 (delapan puluh delapan)
kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Dalam penjabarannya, Provinsi Jawa
Timur terbagi menjadi 10 kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN) dan 3
destinasi pariwisata nasional (DPN).
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 15
Gambar 2.4. Peta DPN Bromo – alang dan Sekitarnya
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 16
Sistem kewilayahan pengembangan pariwisata di Provinsi JawaTimur
dijabarkan sebagai berikut :
1. DPN Bromo – Malang dan sekitarnya terbagi menjadi :
a. KPPN Batu – Malang dan sekitarnya
b. KPPN Bromo – Tengger – Semeru dan sekitarnya
c. KPPN Blitar – Kediri dan sekitarnya
2. DPN Surabaya – Madura dan sekitarnya terbagi menjadi :
a. KPPN Trowulan dan sekitarnya
b. KPPN Surabaya Kota dan sekitarnya
c. KPPN Pamekasan dan sekitarnya
d. KPPN Sumenep dan sekitarnya
3. DPN Ijen – Alaspurwo dan sekitarnya terbagi menjadi :
a. KPPN Ijen – Baluran dan sekitarnya
b. KPPN G Land Alas Purwo dan sekitarnya
c. KPPN Meru Betiri dan sekitarnya
Pembangunan Daya Tarik Wisata meliputi:
1. Daya Tarik Wisata Alam;
2. Daya Tarik Wisata Budaya; dan
3. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia.
Pembangunan daya tarik wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip
menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya
pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik wisata yang
berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga
kelestarian dan keberlanjutan sumber dayanya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 17
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang berupa keanekaragaman
dan keunikan lingkungan alam dapat dijabarkan, meliputi:
1. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah perairan laut, yang berupa antara lain:
a. bentang pesisir pantai
b. bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai
yang menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari
c. kolam air dan dasar laut
2. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah daratan, yang berupa antara lain:
a. pegunungan dan hutan alam atau taman nasional atau taman wisata alam
atau taman hutan raya
b. perairan sungai dan danau
c. perkebunan
d. pertanian
e. bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya
Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata berupa hasil olah cipta,
rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya
selanjutnya dapat dijabarkan, meliputi:
1. Daya Tarik Wisata Budaya yang bersifat berwujud (tangible), yang berupa antara
lain:
a. cagar budaya, yang meliputi: benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau
benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa
kesatuan atau kelompok, atau bagian - bagiannya, atau sisa-sisanya yang
memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan
manusia, contoh: angklung, keris, gamelan, dan sebagainya
b. bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 18
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap
c. struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung
kebutuhan manusia
d. situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang
mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur
cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa
lalu
e. kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki 2 (dua)
situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas
f. perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang
khas
g. museum
2. Daya Tarik Wisata Budaya yang bersifat tidak berwujud (intangible), antara lain:
a. kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas budaya masyarakat yang
khas di suatu area atau tempat
b. kesenian
Daya tarik wisata hasil buatan manusia adalah daya tarik wisata khusus yang
merupakan kreasi artifisial (artificially created) dan kegiatan-kegiatan manusia
lainnya di luar ranah wisata alam dan wisata budaya. Daya tarik wisata hasil buatan
manusia atau khusus, selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara lain:
1. fasilitas rekreasi dan hiburan atau taman bertema, yaitu fasilitas yang
berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan (entertainment)
maupun penyaluran hobi,
2. fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), yaitu kawasan
peristirahatan dengan komponen pendukungnya yang membentuk kawasan
terpadu,
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 19
3. fasilitas rekreasi dan olahraga
Arah kebijakan Pembangunan Daya Tarik Wisata, meliputi:
1. Perintisan pengembangan daya tarik wisata dalam rangka mendorong
pertumbuhan DPN dan pengembangan daerah;
2. Pembangunan daya tarik wisata untuk meningkatkan kualitas dan daya saing
produk dalam menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;
3. Pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk dalam
menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; dan
4. Revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas,
keberlanjutan dan daya saing produk dan DPN.
Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan meliputi:
1. pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui
pembangunan kepariwisataan;
2. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui pembangunan kepariwisataan;
3. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui pengembangan
usaha produktif di bidang pariwisata;
4. penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong perkembangan
industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil
dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
5. penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang kepariwisataan;
6. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan
masyarakat lokal;
7. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya mengembangkan
produk industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal;
8. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku kepentingan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 20
terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan iklim kondusif
Kepariwisataan setempat; dan
9. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan
mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara.
Pengaturan mengenai RTRW Provinsi Jawa Timur diatur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Tahun 2011 - 2031. Dijabarkan Visi Penataan Ruang Provinsi
adalah terwujudnya ruang wilayah provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial
yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan. Misi penataan ruang
adalah mewujudkan:
a. keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan pertumbuhan
ekonomi;
b. pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing
daerah dalam kancah Asia;
c. penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki
serta bernilai tambah tinggi;
d. pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;
e. optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam persaingan global;
f. keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial
yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan
g. kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja
sama regional.
Penataan Ruang Wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan
sistem agropolitan dan sistem metropolitan. Strategi untuk memantapkan sistem
perkotaan PKN sebagai kawasan metropolitan di Jawa Timur meliputi:
a. pengembangan ekonomi wilayah berbasis strategi pemasaran kota;
b. pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa berskala nasional dan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 21
internasional;
c. pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi skala
internasional;
d. peningkatan kemudahan investasi untuk pembangunan infrastruktur
metropolitan;
e. peningkatan aksesibilitas barang, jasa, dan informasi antara kawasan
metropolitan dan perkotaan lainnya; dan
f. pengembangan kawasan metropolitan berbasis ekologi.
Strategi untuk meningkatkan keterkaitan kantong- kantong produksi utama di
Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan
sistem agropolitan meliputi:
a. pemantapan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang
agrobisnis dan agroindustri;
b. pengembangan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-pusat
pemasaran hingga ke pasar internasional;
c. pemantapan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri atas lembaga
tani dan lembaga keuangan; dan
d. pengembangan pertanian dan kawasan perdesaan berbasis eco-region.
Strategi pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan dengan
mengembangkan daya tarik wisata yang meliputi wisata alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang terintegrasi secara spasial dengan memperhatikan keunggulan
dan daya saing secara global melalui:
a. pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan
manusia;
b. penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;
c. pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasi dengan
pengembangan infrastruktur wilayah;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 22
d. pengembangan kegiatan penunjang wisata;
e. pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan
f. peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat
dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.
Sistem perkotaan meliputi:
a. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,
Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;
b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar,
Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;
c. PKWP : Pasuruan dan Batu;
d. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang,
Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang,
Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan
Wilayah Pengembangan terdiri atas 8 (delapan) WP yang meliputi:
1. WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi: Kota
Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota
Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan,
Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan
Kabupaten Sumenep, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan,
jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri;
2. WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang meliputi: Kota Malang, Kota
Batu, dan Kabupaten Malang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan,
perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri;
3. WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun meliputi: Kota
Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan,
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 23
Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan fungsi: pertanian tanaman
pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan,
pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri;
4. WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri, meliputi: Kota Kediri,
Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan
Kabupaten Tulungagung dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan,
kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri;
5. WP Probolinggo – Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo meliputi:
Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang,
dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan
kesehatan;
6. WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar meliputi: Kota Blitar dan Kabupaten
Blitar dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan
pariwisata;
7. WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember meliputi:
Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan
fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata;
dan
8. WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi meliputi:
Kabupaten Banyuwangi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan,
industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 24
Pada dokumen RTRW Provinsi Jawa Timur juga dijabarkan mengenai
rencana pengembangan prasarana transportasi udara yang ada di Blitar. Rencana
pengembangan bandar udara umum yang dijabarkan pada pasal 37 meliputi:
1. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer, yaitu:
a. bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo; dan
b. alternatif pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Lamongan;
2. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier, yaitu peningkatan
fungsi bandar udara Abdulrachman Saleh di Kabupaten Malang untuk
penerbangan sipil;
3. bandar udara pengumpan meliputi:
a. pengembangan bandar udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep;
b. pengembangan bandar udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi;
c. pengembangan bandar udara Bawean di Kabupaten Gresik;
d. pengembangan bandar udara Noto Hadinegoro di Kabupaten Jember;
e. pengembangan bandar udara di Kabupaten Blitar; dan
f. pengembangan bandar udara di Kabupaten Bojonegoro.
Monumen trisula di Kabupaten Blitar masuk dalam kategori kawasan cagar
budaya dengan kategori lingkungan non bangunan dengan penetapan arahan
pengelolaan kawasan meliputi :
a. pelestarian kawasan sekitar dan pemberian gambaran berupa relief atau
sejarah yang menerangkan objek/situs tersebut;
b. pembinaan masyarakat sekitar dan ikut berperan dalam menjaga peninggalan
sejarah;
c. pemanfaatan kawasan tersebut sebagai obyjek wisata sejarah; dan
d. pelestarian budaya sekitar.
Pada pasal 81 dijabarkan daya tarik wisata alam yang ada diwilayah
Kabupaten Blitar yaitu Gunung Kelud yang terletak di Kabupaten Blitar dan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 25
Kabupaten Kediri. Candi Penataran digolongkan kedalam daya tarik wisata budaya
yang berlokasi di Kabupaten Blitar dengan arahan pengelolaan kawasan pariwisata
yaitu ;
a. pelengkapan sarana dan prasarana pariwisata sesuai dengan kebutuhan,
rencana pengembangan, dan tingkat pelayanan setiap kawasan daya tarik
wisata;
b. penguatan sinergitas daya tarik wisata unggulan dalam bentuk koridor
pariwisata;
c. pengembangan daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata yang belum
berkembang kepariwisataannya; dan
d. pengembangan pemasaran pariwisata melalui pengembangan pasar
wisatawan, citra destinasi wisata, kemitraan pemasaran pariwisata, dan
perwakilan promosi pariwisata.
Dalam dokumen RTRW Provinsi Jawa Timur juga dijabarkan mengenai
rencana pengembangan koridor pariwisata yaitu dengan menetapkan empat koridor
pariwisata yaitu Jalur Pengembangan Koridor A; Jalur Pengembangan Koridor B;
Jalur Pengembangan Koridor C; dan Jalur Pengembangan Koridor D. Kabupaten
Blitar masuk dalam jalur pengembangan koridor C yang mencakup :
a. Banyuanget, Gua Gong, Gua Tabuhan, dan Pantai Teleng Ria di Kabupaten
Pacitan;
b. Candi Penampihan dan Pantai Popoh di Kabupaten Tulungagung;
c. Candi Penataran di Kabupaten Blitar;
d. Coban Glotak, Pantai Balekambang, Pantai Ngliyep, Taman Sengkaling, dan
Waduk Selorejo di Kabupaten Malang;
e. Gereja Poh Sarang, Petilasan Jayabaya, dan Ubalan Kalasan di Kabupaten
Kediri;
f. Gua Lowo, Pantai Karanggongso, Pantai Prigi, dan Tirta Jualita di Kabupaten
Trenggalek;
g. Makam Batoro Katong, Telaga Ngebel, dan Tirto Manggolo di Kabupaten
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 26
Ponorogo;
h. Makam Proklamator Bung Karno di Kota Blitar; dan
i. Kota Malang.
Sesuai dengan Perda no. 5 tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Blitar
pasal 45 dijabarkan kawasan peruntukan pariwisata yang ada di Kabupaten Blitar
adalah sebagai berikut :
a. kawasan wisata alam;
b. kawasan wisata budaya dan ilmu pengetahuan;
c. kawasan wisata buatan atau taman rekreasi;
d. kawasan wisata lainnya; dan
e. arahan pengembangan pariwisata.
Kawasan wisata alam terdiri atas :
wisata alam pantai meliputi : Pantai Tambak Rejo di Kecamatan Wonotirto,
Pantai Pasur, Pantai Gayasan dan Pantai Pangi di Kecamatan Bakung, Pantai
Serang dan Pantai Peh Pulo di Kecamatan Panggungrejo, Pantai Gurah dan
Pantai Jolosutro di Kecamatan Wates;
wisata alam goa meliputi : Goa Embul Tuk dan Goa Ngetup di Kecamatan
Bakung, serta Goa Jambangan di Kecamatan Kademangan ;
wisata alam pegunungan berupa obyek wisata lembah Gunung Kelud di
Kecamatan Gandusari;
wisata Alam Sungai berupa arung jeram di Desa Tegalasri Kecamatan
Wlingi; wisata Alam pegunungan berupa Obyek Wisata Gunung Kelud,
Gunung Sumbing dan Gunung Gedog.dan
wisata Agro berupa perkebunan teh di Kecamatan Gandusari, perkebunan
sengon dan Pijiombo di Kecamatan Tegalsari, perkebunan kopi dan kakao di
Karanganyar Kecamatan Nglegok.
Kawasan wisata budaya dan ilmu pengetahuan meliputi :
Candi Penataran di Kecamatan Nglegok;
Candi Gambar Wetan di Kecamatan Nglegok;
Candi Kotes di Kecamatan Gandusari;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 27
Candi Wringin Branjang di Kecamatan Gandusari;
Petilasan Rambut Monte di Kecamatan Gandusari;
Candi Simping di Kecamatan Kademangan;
Candi Mleri di Kecamatan Srengat;
Candi Sumber Nanas (Candi Tikus) di Kecamatan Ponggok ;
Candi Kali Cilik di Kecamatan Ponggok;
Candi Sawentar di Kecamatan Kanigoro;
Candi Plumbangan di Kecamatan Doko;
Candi Sirahkencong di Kecamatan Wlingi;
Candi Tepas di Kecamatan Kesamben;
Candi Watutumpuk di Kecamatan Kesamben;
Upacara adat siraman Gong kyai Pradah;
Upacara adat Larung Sesaji di Pantai Tambakrejo dan Pantai Serang;
Upacara Eyang Jugo di Kecamatan Kesamben;
Pesona Seruling Penataran;
Pesona Bumi Penataran;
Makam Syekh Subakir Kecamatan Nglegok;
Makam KH. Dimyati di Kecamatan Seloropu; dan
kegiatan religi di Pantai Jolosutro di Kecamatan Wates.
Kawasan wisata buatan / taman rekreasi :
wisata Bendungan Wlingi Raya di Kecamatan Sutojayan;
wisata Bendungan Lodoyo di Kecamatan Kanigoro;
wisata Kolam renang di dalam kawasan wisata Candi Penataran;
kawasan wisata buatan yang dapat dikembangkan sesuai potensi dan kondisi
wilayah; dan
kawasan mata air Njambangan di Kecamatan Kademangan.
Kawasan wisata lainnya :
obyek wisata penangkaran rusa maliran lokasinya di Kecamatan Ponggok.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 28
4.3. Analisis Kunjungan
Pemerintah daerah perlu melakukan perubahan skala prioritas kebijakan
sehingga peran sebagai fasilitator dapat dioptimalkan untuk mengantisipasi hal ini.
Disisi lain ada porsi kegiatan yang harus disiapkan dan dilaksanakan oleh swasta
yang lebih mempunyai sense of business karena memang sifat kegiatannya
berorientasi bisnis. Dan dengan diberlakukannya Undang Undang No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah maka perlu pula porsi kegiatan untuk pemerintah
daerah yang akibat adanya otonomi daerah lebih memiliki wewenang untuk
mengembangkan pariwisata daerah. Secara sederhana pembagian upaya promosi
misalnya akan dapat ditempuh langkah-langkah dimana untuk pemerintah pusat
melakukan country-image promotion, daerah melakukan destination promotion
sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing, sedangkan industri atau swasta
melakukan product promotion masing-masing pelaku industri.
Di bidang budaya harus dirintis kembali pengembangan dan peningkatan
kehidupan kebudayaan dikalangan masyarakat secara rutin dan berkesinambungan
diberbagai tingkatan daerah sejak desa sampai ke perkotaan, tidak lagi dipusatkan
hanya di pusat ataupun di ibu kota propinsi. Gerakan massal ini memerlukan waktu
minimal 5 – 10 tahun. Adanya upaya penyeragaman budaya menjadi budaya
nasional, seperti pada masa lalu, haruslah dicegah agar ke-bhineka-an budaya dan
kesenian dapat tumbuh berkembang dengan sehat dan alamiah. Apresiasi budaya dan
kesenian diberbagai tingkatan harus dilakukan oleh rakyat secara spontan bukan lagi
didasarkan karena adanya arahan dari pusat ataupun diselenggarakan melalui panitia
pusat. Yang pada akhirnya setelah surat keputusan berakhir maka berbagai event
ataupun festival pun tidak muncul lagi dan menunggu SK berikutnya. Paragdima
berpikir semacam ini haruslah dikikis habis oleh para pelaku pariwisata itu sendiri.
Dan seandainya pun pemerintah ada dananya dan akan membantu kegiatan-kegiatan
budaya kesenian, hendaknya hanyalah bersifat “start-up” untuk menggulirkan
kegiatan tersebut pada tahap-tahap awal sedangkan untuk selanjutnya harus dapat
dikembangkan sendiri dari swadaya masyarakat.
Dibidang peninggalan benda-benda sejarah pun hendaknya dilakukan
pendekatan yang serupa, dalam arti penemuan situs-situs baru ataupun pemeliharan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 29
berbagai peninggalan sejarah atau pun museum, dilakukan tidak semata-mata hanya
untuk memenuhi kewajiban dinas semata atau “kenikmatan” disiplin ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Agar apresiasi terhadap
peninggalan sejarah dapat lebih ditingkatkan maka pola berfikirpun hendaknya
diadakan pula re-positioning yakni dengan menjadikannya sebagai salah satu daya
tarik wisatawan dunia untuk berkunjung ke Indonesia. Perubahan ini tidak akan
merusak keberadaan dari benda-benda bersejarah bahkan akan makin memberikan
apresiasi yang lebih tinggi lagi baik terhadap upaya pemeliharaan benda bersejarah
maupun terhadap budaya bangsa.
Menarik untuk disimak Deklarasi Bali tentang Conserving Cultural Heritage
for Sustainable Social, Economic and Tourism Development pada tanggal 14 Juli
2000 antara lain :
“The growth of the tourist industry brings welcome economic development to many parts of the world. Cultural tourism is now a significant sector of this industry. Mass tourism and inappropriate behavior by tourists and those in the tourist industry can, and has, adversely affected the cultural identity of tourism centers. The tourism industry must recognize that it has a responsibility to contribute to the maintenance of the living culture on which it relies”.
Dan sesungguhnya culture dan heritage ini adalah nyawanya atau “roh” dari
kegiatan pariwisata Indonesia. Tanpa adanya budaya maka pariwisata akan terasa
hambar dan kering, dan tidak akan memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Pada bulan
Juli 2000, Bank Dunia mulai memikirkan bagaimana caranya menanggulangi
masalah kemiskinan melalui sektor pariwisata yang kemudian dikenal dengan
“community-based tourism” (CBT). Selanjutnya diidentifikasi adanya tiga kegiatan
pariwisata yang dapat mendukung konsep CBT yakni adventure travel, cultural
travel dan ecotourism. Dibahas pula kaitannya dengan akomodasi yang dimiliki oleh
masyarakat atau disebut small family-owned hotels yang biasanya berkaitan erat
dengan tiga jenis kegiatan tersebut. Bank Dunia yakin bahwa peningkatan wisata
adventure, ekologi dan budaya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat dan sekitarnya sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup
masyarakat disekitarnya. Selain itu CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam
proses pembuatan keputusan, dan dalam perolehan bagian pendapatan terbesar secara
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 30
langsung dari kehadiran para wisatawan. Sehingga dengan demikian CBT akan dapat
menciptakan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan membawa dampak
positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya
diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari penduduk
setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata. Jadi sesungguhnya
CBT adalah konsep ekonomi kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksanakan
oleh masyarakat dan hasilnyapun langsung dinikmati oleh mereka. Yang perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam konsep CBT adalah wisatawan domestik
(wisatawan nusantara - wisnus) yang perannya sangat besar dalam menumbuhkan
dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang nantinya diharapkan akan dikunjungi
oleh wisman. Obyek-obyek wisata yang sering dan padat dikunjungi oleh wisnus
akan memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan dengan yang jarang dikunjungi
wisnus. Makin banyak wisnus berkunjung, makin terkenal obyek tersebut dan pada
akhirnya merupakan promosi untuk menarik datangnya wisman.
Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, maka pengembangan dan
pembangunan obyek wisata atas dasar CBT ini adalah merupakan salah satu tugas
pemerintah daerah, meskipun tetap diupayakan agar hanya sampai sebatas sebagai
fasilitator untuk menarik investor swasta melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Event-event pariwisata harus disusun secara konsisten sehingga dapat dijadikan
acuan para pelaku pariwisata menjual ke berbagai pasar pariwisata dunia. Tanpa
event yang tetap dan berkualitas maka akan sulit menarik pengunjung ke lokasi
tersebut. Selain itu prasarana pariwisata pun harus ditingkatkan kualitasnya terutama
yang terkait dengan kesehatan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan.
4.4. Analisis Kawasan Wisata
4.4.1. Pendekatan Perencanaan Kawasan Wisata
Upaya perencanaan kawasan wisata yang dalam hal ini dijabarkan menjadi
destinasi pariwisata secara umum mengandung konsep pengelolaan sumber daya
yang ada di dalam kawasan untuk pengembangan kepariwisataan secara
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 31
berkelanjutan. Dalam perencanaan kawasan wisata, digunakan sejumlah
pertimbangan atau norma tertentu dalam proses perencanaannya sehingga produk
yang dihasilkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya
perkembangan wilayah secara regional. Pertimbangan atau norma inilah yang
menjadi dasar pertimbangan atau pendekatan dalam proses perencanaan. Secara
umum sejumlah pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan yaitu :
1. Pendekatan spiritual.
Konsep dasar dalam pendekatan ini adalah bahwa penyadaran terhadap peran
sang maha pencipta sebagai sumber dari keberadaan sumber daya pariwisata
yang ada. Dengan dasar pertimbangan ini diharapkan nantinya konsep
penjagaan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
dan manusia dengan alam lingkungannya perlu dijaga dan dilestarikan.
Aplikasi dari pendekatan ini yaitu produk perencanaan yang
mempertimbangkan nilai – nilai spiritual, moral dan etika dalam pengelolaan
dan pengembangan sumber daya pariwisata. Nantinya di Kabupaten Blitar
dengan pendekatan ini akan dikembangkan kawasan wisata yang berbasis
budaya lokal. Hal ini menjadi penting karena perkembangan kebudayaan
lokal umumnya menjunjung tinggi moral dan etika manusia dan lingkungan.
Konsep konsep pariwisata berbasis budaya baik berupa atraksi budaya,
tampat – tempat yang berbasis budaya atau pengenalan peralatan – peralatan
dengan tema budaya lokal.
2. Pendekatan realitas sosiologis masyarakat.
Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah bagaimana perencanaan kawasan
wisata mampu mengakomodir kemajemukan atau keragaman karakter adat
dan budaya masyarakat. Dasar pertimbangan konsep ini adalah keragaman
kebudayaan dan adat istiadat yang tinggi di Indonesia menjadi sebuah daya
tarik tersendiri untuk keragaman penawaran kegiatan wisata pada tiap
kawasan wisata yang ada. Aplikasi dari konsep ini adalah mengedepankan
kearifan lokal masyarakat dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan
destinasi pariwisata. Di Kabupaten Blitar, adanya budaya atau adat yang ada
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 32
menjadi sebuah potensi pengembangan kawasan wisata yang berbasis
masyarakat tradisional. Kondisi ini mencerminkan keragaman dan keunikan
tiap destinasi pariwisata yang ada.
3. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan.
Dasar pertimbangan dari pendekatan ini yaitu setiap kegiatan pembangunan
kawasan harus dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan sumber daya
alam yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang
atau bahkan secara berkelanjutan. Tujuan pendekatan ini adalah bagaimana
manfaat pembangunan kawasan wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan
dan bukan demi tujuan pertumbuhan kuantitatif. Pokok penilaian pendekatan
ini adalah bahwa kegiatan pariwisata harus mampu menjaga keseimbangan
keuntungan secara ekonomi, sosial dan keuntungan lingkungan ekologis.
Serangkaian upaya yang dapat dilakukan dalam penerapan pendekatan ini
yaitu :
a. Manajemen pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan sumber daya
pariwisata sehingga mampu memberikan hasil yang dapat
mempertahankan kesejahteraan ekonomi, budaya, sosial, dan lingkungan
fisik komunitas.
b. Manajemen seluruh sumber daya untuk ;
i. Memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang
ii. Melindungi kesediaan dan kapasitas ekosistem sebagai basis
kehidupan
iii. Menghindari semua bentuk – bentuk tindakan yang mengancam
eksistensi sumber daya.
Sebuah destinasi atau kawasan wisata dapat berkembang secara berkelanjutan
bilamana dilakukan sejumlah langkah – langkah sebagai berikut:
1. Melindungi dan meningkatkan daya tarik wisata alam dan buatan yang
menjadi basis industri pariwisata
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 33
2. Menggunakan setiap sumber daya yang tersedia sesuai dengan nilai dan
aspirasi masyarakat lokal masa kini dan yang akan datang serta menghasilkan
kontribusi nyata bagi masyarakat
3. Mengembangkan dan memasarkan produk dengan tepat dengan
memperhatikan perbedaan dan daya saingnya sehingga mampu merespon
kebutuhan pasar
4. Meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap kemajuan ekonomi di kawasan
wisata
5. Meningkatkan daya tarik destinasi, menjamin kesesuaian promosi dengan
fakta destinasi, meningkatkan repeater guess dan meningkatkan reputasi
destinasi
Mekanisme analisis pendekatan perencanaan pembangunan kepariwisataan,
dikembangkan konsep analisis diagramatik dimana alur pikir proses perencanaan
akan mengikuti sekat – sekat pendekatan perencanaan kepariwisataan. Syarat
pertama yaitu pendekatan spiritual dimana akan dipilih pola pembangunan
kepariwisataan dengan mempertimbangkan norma dan nilai agama yang ada di
Blitar. Dengan pola ini akan dipilih pengembangan kepariwisataan dengan
mempertimbangkan budaya masyarakat lokal. Analisis pendekatan ini dipilih untuk
mempertimbangkan apakah pola pembangunan kepariwisataan yang akan
dikembangkan lebih mengutamakan trend kepariwisataan atau target. Dalam realisasi
pola pembangunan ini akan diarahkan apakah mengembangkan pariwisata dengan
tujuan mass tourism atau pariwisata minat khusus.
Setelah dilakukan saringan pertama kemudian dilakukan saringan kedua yaitu
dengan pola pendekatan realitas sosiologis. Pola pendekatan ini lebih kepada pilihan
apakah pemanfaatan sumber daya dalam pengembangan kepariwisataan akah
mengarah kepada ketersediaan sumber daya terbuka atau melihat ketersediaan
sumber daya lokal yang ada. Saringan ketiga adalah konsepsi pembangunan
berkelanjutan. Hal ini menjadi penting agar proses konsep pengembangan
kepariwisataan nantinya lebih mengarah kepada konsep pembangunan pariwisata
secara berkelanjutan. Mekanisme pembangunan ini mempertimbangkan pola atau
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 34
bentuk pembangunan kepariwisataan dengan mempertimbangkan keuntungan
ekonomi, keuntungan sosial maupun keuntungan kelestarian lingkungan. Secara
diagramatik proses analisis digambarkan sebagai berikut :
Diagram 4.1. Analisis Pendekatan Perencanaan
Sumber : Hasil Analisis
4.4.2. Analisis Daya Dukung Kawasan
Analisis daya dukung lingkungan merupakan teknik dasar yang digunakan
dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata dan rekreasi. Analisis ini
dilakukan untuk menentukan secara sistematis batasan dari pengembangan
PARIWISATA BLITAR
TREND TARGET
MASSAL KHUSUS
TREND
SD TERBUKA
SD YANG ADA
KHUSUS
LINGKUNNGAN
MANFAAT EKONOMI
SD YANG ADA
SOSIAL BUDAYA
Mengikuti trend pariwisata di Blitar
Minat terhadap budaya dan wisata alam
Memanfaatkan sumber daya budaya, sumber daya alam
Pembatasan kegiatan wisata
Dikelola masyarakat
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 35
pariwisata yang akan dilakukan dan jumlah kunjungan optimal yang dapat
ditampung. Batasan utama dari daya dukung lingkungan ini, adalah jumlah maksimal
orang yang dapat menggunakan atau memanfaatkan suatu kawasan yang tidak akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik atau sosial budaya atau apa
yang dirasakan oleh wisatawan itu sendiri dalam menikmati kunjungan yang mereka
lakukan.
4.4.2.1 Kriteria Pengukuran Kapasitas Daya Dukung Lingkungan
Kriteria yang diungkapkan disini, adalah kriteria untuk menentukan kapasitas
daya dukung dari suatu kawasan wisata. Dalam menentukan kapasitas daya dukung
lingkungan terdapat dua aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Keaslian dari lingkungan fisik dan sosial ekonomi. Hal ini mengacu pada
kapasitas yang dapat dicapai tanpa menimbulkan kerusakan fisik,
permasalahan sosial ekonomi dari masyarakat dan menjaga keseimbangan
antara proses pembangunan dan konservasi. Dengan melewati ambang batas
yang telah ditentukan akan menimbulkan kerusakan fisik, sosial ekonomi
atau bahkan budaya.
2. Citra pariwisata dan produk wisata. Hal ini mengacu pada kapasitas atau
jumlah pengunjung yang dapat merusak citra kawasan wisata, jenis
lingkungan dan pengalaman budaya yang wisatawan inginkan. Jika
pengembangan pariwisata melewati ambang batas, maka daya tarik yang
dijadikan tujuan wisata akan mengalami penurunan atau bahkan hancur. Hal
ini mengakibatkan kualitas dan populasi daerah atau kawasan tujuan wisata
tersebut akan menurun.
Dengan mengacu pada aspek pertama, keaslian dari lingkungan fisik dan
ekonomi, maka kriteria untuk menentukan kapasitas optimum adalah sebagai
berikut:
1. Lingkungan Fisik
a. Tingkat penerimaan dan dari dampak visual serta kepadatan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 36
b. Nilai sistem ekologis yang dijaga sebelum terjadi kerusakan
c. Konservasi kehidupan satwa liar dan vegetasi dari lingkungan darat dan
lingkungan laut
d. Tingkat yang dapat diterima dari polusi air, udara dan kebisingan
2. Ekonomi
a. Tingkat keberadaan pariwisata dalam memberikan manfaat ekonomi
secara optimum terhadap daerah perencanaan secara keseluruhan
b. Tingkat kesesuaian kesempatan kerja pariwisata yang dapat diisi oleh
tenaga kerja lokal
3. Sosial Budaya
a. Keberadaan pembangunan pariwisata yang dapat menyerap dengan tanpa
mengabaikan gaya hidup sosial budaya dan aktivitas dari masyarakat
b. Tingkat kesesuaian sektor pariwisata untuk dapat menjaga “monumen-
monumen” budaya, kesenian, kerajinan, sistem kepercayaan, dan tradisi
dari dampak yang merusak
4. Prasarana
a. Kesesuaan ketersediaan fasilitas transportasi dan pelayanan
b. Kesesuaian ketersediaan utilitas seperti air bersih, tenaga listrik,
pengolahan limbah padat, pengolahan limbah cair dan telekomunikasi
Dengan mengacu pada aspek kedua, citra pariwisata dan produk wisata,
maka kriteria untuk menentukan kapasitas optimum adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Fisik
a. Tingkat kebersihan secara keseluruhan dan minimalnya tingkat polusi
dari lingkungan daerah atau kawasan tujuan wisata
b. Tidak adanya kesemerawutan dari lingkungan daerah tujuan wisata,
termasuk di dalamnya komponen daya tarik
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 37
c. Tingkat daya tarik dari lansekap yang ada, termasuk di dalamnya kualitas
dan karakteristik dari desain arsitektur
d. Pemeliharaan dari sistem ekologi, flara, fauna dan daya tarik alam lainnya
2. Ekonomi
Biaya untuk liburan dan value of money
3. Sosial Budaya
a. Daya tarik dari masyarakat asli dan budaya masyarakat setempat
b. Kualitas seni, kerajinan, makanan dan penampilan budaya yang dimiliki
oleh daerah
c. Keramahtamahan masyarakat lokal
4. Prasarana
a. Tingkat penerimaan stándar dari fasilitas transportasi dan pelayanannya
b. Tingkat penerimaan stándar dari pelayanan utilitas
4.4.2.2 Standar Kapasitas
Beberapa standar dari kapasitas daya dukung ditampilkan secara statistik
seperti dalam jumlah wisatawan yang terdapat dalam suatu kawasan/ atraksi wisata,
dan kemampuan fasilitas dalam memberikan pelayanannya pada periode tertentu.
Standar ini dari suatu daerah ke daerah lain berbeda, hal ini bergantung pada faktor-
faktor berikut:
1. Jenis pariwisata yang dikembangkan
2. Karakteristik lingkungan lokal
3. Jenis wisatawan yang dijadikan target
4. Persepsi masyarakat lokal terhadap kesemerawutan suatu daerah
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 38
Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh WTO pada tahun 1983 untuk
aktivitas rekreasi dan pariwisata pedesaan dinyatakan dalam pengunjung perhari
perhektar, adalah sebagai berikut:
1. Kawasan hutan 15 pengunjung/hari/ha
2. Taman hutan di kawasan pedesaan/pinggiran kota 15 – 70
pengunjung/hari/ha
3. Areal piknik padat 300 – 600 pengunjung/hari/ha
4. Areal piknik lenggang 60 – 200 pengunjung/hari/ha
5. Pertandingan olah raga 100 – 200 pengunjung/hari/ha
6. Golf 10 – 15 pengunjung/hari/ha
7. Aktivitas air : memancing 5 – 30 pengunjung/hari/ha
8. Speed boat 5 – 10 pengunjung/hari/ha
Secara umum daya dukung wilayah Kabupaten Blitar dan daya tarik wisata
yang ada didalamnya tergolong tinggi. Disamping karena luas wilayah, masih
minimnya pemanfaatan potensi wisata menjadi pertimbangan penentuan kapasitas
daya dukung pariwisata. Guna lebih mengoptimalkan kepuasan wisatawan,
kemampuan daerah untuk melayani wisatawan dan ketersediaan sumber daya
lingkungan dan manusia, daya dukung wilayah dan daya tarik wisata terhadap
kunjungan wisatawan ditetapkan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis kawasan lindung
Kawasan lindung yang dikelola oleh Departemen Kehutanan telah memiliki
standar baku skala kegiatan dan jumlah penunjung yang ada di dalamnya.
Batasan kegiatan yang dilakukan umumnya dalam cakupan zona pemanfaatan
saja sementara zona lindung merupakan areal yang terlarang bagi kegiatan
wisata. Jumlah pengunjung maksimal yang diperbolehkan mengacu kepada
tenaga pemandu yang ada di Kawasan Hutan Lindung. Hal ini menjadi
penting karena tiap rombongan wisatawan harus didampingi pemandu.
Pemandu wisata disamping bertugas untuk memandu dan memberikan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 39
penjelasan terkait dengan keanekaragaman hayati hutan, juga bertugas
menjaga perilaku pengunjung agar tidak ikut mencemarkan lingkungan hutan
dan menjaga kelestarian hutan.
2. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis alam dan lingkungan
Pemanfaatan potensi alam yang ada di Blitar terdiri atas 3 macam yaitu
lingkungan pesisir, kawasan hutan dan kondisi alam lingkungan yang berada
di lingkungan permukiman masyarakat. Untuk kawasan hutan masyarakat
dan kondisi alam lingkungan berada dekat dengan lingkungan permukiman
masyarakat, batasan jumlah pengunjung lebih mengacu kepada kapasitas
penginapan dan kemampuan pelayanan usaha pariwisata oleh pelaku layanan
jasa wisata yang ada. Mengacu pada standar yang ditetapkan, kawasan pantai
mampu menampung pengunjung dengan jumlah maksimal 600 orang/hari/ha.
Jumlah ini masih jauh dari jumlah kunjungan tertinggi pada sejumlah pantai
yang ada di Kabupaten Blitar .
3. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis budaya masyarakat
Konsep pemanfaatan potensi wisata berbasis budaya masyarakat mengacu
kepada perwujudan kemandirian pengelolaan potensi kawasan oleh
masyarakat. Oleh karena itu dengan keterbatasan SDM yang ada di Blitar,
batas jumlah kunjungan wisatawan didasarkan atas batas maksimal
ketersediaan akomodasi wisata yang ada. Hal ini menjadi penting agar
wisatawan menjadi terlantar akibat tidak adanya akomodasi wisata. Pada
pengembangan potensi wisata berbasis budaya, umumnya memiliki daya
dukung yang lebih banyak akibat pelayanan paket wisata berbasis budaya
umumnya berupa peristiwa – peristiwa budaya dan tidak membutuhkan
pemandu wisata khusus.
4. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis peninggalan sejarah
Penentuan batas daya dukung layanan pariwisata untuk pengembangan
layanan wisata berbasis peninggalan sejarah didasarkan atas ketersediaan
akomodasi wisata untuk melayani wisatawan.
5. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis peninggalan arkeologi
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 40
Potensi wisata berbasis peninggalan arkeologi yang banyak terdapat di
Kabupaten Blitar umumnya dikunjungi oleh wisatawan dengan minat khusus
wisata pendidikan atau kegiatan penelitian.
6. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis kehidupan masyarakat
Kegiatan wisata yang berbasis kehidupan masyarakat dikembangkan untuk
memperkenalkan wisatawan terhadap kehidupan masyarakat tradisional yang
ada di Blitar. Jumlah maksimal wisatawan yang dapat didukung mengacu
kepada jumlah daya tampung maksimal akomodasi wisata yang ada.
Sejumlah hal yang menjadi pertimbangan seperti ketersediaan sumber daya,
dukungan pelayanan teknis wisata dan akulturasi budaya yang diperkirakan
akan muncul sejalan dengan banyaknya wisatawan yang ada.
7. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis daya tarik buatan manusia
Wisata berbasis sumberdaya buatan manusia (man made) umumnya memilik
kapasitas daya dukung yang lebih besar. Disamping karena kegiatan
umumnya terjadwal, orientasi pelaku usaha jasa wisata sangat tergantung
pada jumlah kunjungan untuk pendapatan usahanya. Berdasarkan standar
yang ada, untuk daya tarik wisata berbasis buatan manusia, kapasitas daya
tampung maksimal yaitu sebanyak 200 orang/hari/ha.
4.5. Analisis Daya Tarik Wisata
Daya tarik existing dan potensial dari suatu daerah harus secara sistematis dan
objektif diidentifikasi dan dievaluasi sebagai bagian dari tahapan survei dan analisis
dari proses perencanaan. Sementara pemilihan daya tarik yang akan dikembangkan
dan konsep perencanaan yang akan dilaksanakan untuk proses tersebut pada daya
tarik tertentu akan dilaksanakan pada tahapan formulasi.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 41
1. Identifikasi dan Deskripsi Daya Tarik Wisata
Langkah pertama yang dilakukan dalam mengidentifikasi daya tarik wisata,
adalah dengan melakukan penelitian secara seksama, wawancara dengan
pihak pemerintah dan wawancara dengan narasumber yang mengetahui seluk
beluk daya tarik wisata disertai dengan karakteristiknya merupakan informasi
yang dibutuhkan untuk melakukan evaluasi dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan.
Selanjutnya identifikasi terhadap daya tarik wisata dilakukan, kemungkinan
pada beberapa kasus kunjungan ini perlu dilakukan beberapa kali karena
adanya perbedaan karakteristik berdasarkan waktu yang berbeda. Identifikasi
daya tarik harus dilakukan secara sistematis dengan mengindikasikan faktor-
faktor pendukung dari suatu daya tarik. Faktor-faktor tersebut, adalah:
a. Nama objek wisata
b. Jenis daya tarik
c. Lokasi
d. Aksesibilitas
e. Karakteristik khusus
f. Pengembangan yang sudah dilakukan
g. Keunggulan yang dimiliki
h. Permasalahan yang dihadapi
Informasi tersebut disertai foto dan video sebagai pelengkap, dengan
informasi tersebut, maka dalam RIPPAR-KAB Kabupaten Blitar daya tarik
wisata dapat diplot dalam peta, sehingga selanjutnya dapat di analisis peluang
maupun kendala yang dimiliki.
Selain itu, daya tarik yang ada perlu diperbandingkan kemampuannya untuk
menarik kunjungan wisatawan. Ada daya tarik wisata yang memiliki skala
internasional, nasional, provinsi atau bahkan lokal. Identifikasi ini dilakukan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 42
untuk mengidentifikasi potensi pasar, aksesibilitas, daya dukung dan dampak
yang ditimbulkan akibat pembangunan yang akan dilakukan.
2. Matriks Evaluasi Penilaian DTW
Matriks Evaluasi Penilaian DTW, yaitu metoda untuk memberikan penilaian
evaluasi terhadap daya tarik wisata yang terdapat di wilayah perencanaan.
Indikator yang digunakan sebagai faktor evaluasi diantaranya, yaitu:
a. Daya tarik
Daya tarik merupakan salah satu penyebab wisatawan mengunjungi suatu
wilayah5. Daya tarik wisata merupakan kunci utama suksesnya
pengembangan pariwisata6. Walaupun elemen-elemen lain seperti
transportasi, akomodasi dan promosi juga penting tetapi tanpa suatu
alasan untuk mengunjungi daerah tersebut, maka pariwisata tidak akan
berkembang7. Oleh karena itu atraksi wisata merupakan salah satu faktor
penentu dalam pengembangan pariwisata.
b. Fasilitas
Ketersediaan fasilitas pelayanan, baik yang terdapat di objek wisata
maupun di daerah sekitar objek akan mempengaruhi kedatangan
wisatawan. Fasilitas pelayanan bukan merupakan daya tarik utama dalam
kepariwisataan, namun kehadirannya diperlukan bila hendak
mengembangkan kepariwisataan di suatu daerah8. Semakin lengkap jenis
dan jumlah fasilitas pelayanan yang dibutuhkan dan semakin baik
kualitasnya, akan meningkatkan kenyamanan wisatawan.
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas atau tingkat pencapaian obyek wisata dengan pusat
pelayanan merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan
5 Douglas, 1989 6 Inskeep, 1991 7 Tulung, 1984 ; 76 dalam Syaukan, 1999 8 Yoeti, 1982; 164 dalam Syaukani, 1999
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 43
pariwisata sangat bergantung pada kemudahan pencapaian objek wisata9.
Suatu objek wisata tidak mempunyai daya tarik efektif jika tidak
ditunjang oleh kemudahan untuk mencapainya. Kemudahan untuk
mencapai objek wisata diasumsikan bahwa faktor jarak objek wisata dari
pusat pelayanan berpengaruh langsung terhadap pengembangan wisata.
Selain itu objek wisata tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan jika tidak
ditunjang oleh sarana angkutan umum untuk mencapainya, karena
kemudahan untuk mencapai suatu objek dengan tersedianya angkutan
umum akan menguntungkan banyak orang.
d. Dampak Ekonomi
Pembangunan pariwisata di suatu daerah pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan perekonomian daerah tersebut, sehingga diharapkan
dengan adanya pembangunan pariwisata di daerah tersebut dapat
meningkatkan pendapatan daerah serta meningkatkan kehidupan
perekonomian masyarakatnya.
e. Dampak Sosial Budaya
Dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan pariwisata terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakat dapat bersifat negatif maupun
positif. Dampak positif dari kegiatan pariwisata dapat berupa pelestarian
budaya masyarakat seperti adat-istiadat, sedangkan dampak negatif dari
kegiatan pariwisata dapat berupa menurunnya norma-norma kehidupan
sosial budaya masyarakat seperti perjudian, perdagangan narkotika,
prostitusi dan kriminalitas.
f. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan pariwisata
adalah berupa polusi air, tanah, udara maupun visual serta rusaknya
ekologi di sekitar kawasan wisata.
9 Gunn, 1979 ; 222 dalam Syaukan, 1999
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 44
Mengacu kepada persebaran daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Blitar
secara umum dapat dibagi menjadi 5 (lima) macam yaitu :
Cultural site : keberadaan cagar budaya berupa candi dan arca
Cultural event : sejumlah event budaya yang dilakukan yaitu Legenda Pusaka
Gong Kyai Pradah
Nature Site : pantai yang berada didaerah pesisir selatan, air terjun, dan
kawasan perkebunan
Man Made Site : Minapolitan, agrowisata, Pasar Nglegok dan desa wisata
Man Made Event : kegiatan Pesona Bumi Penataran
Analisis persebaran daya tarik wisata menjadi pedoman dalam upaya untuk
mengembangkan destinasi pariwisata yang terkoneksi. Dalam pengembangannya,
analisis daya tarik wisata yang dikembangkan lebih mengarah kepada pengembangan
daya tarik wiata yang lebih banyak dikunjungi pada kondisi eksisting. Konsep ini
lebih murah dan mudah dilaksanakan karena sudah sangat dikenal oleh wisatawan.
Secara umum di kawasan Blitar, orientasi kegiatan wisata tertuju kepada 2 (dua)
daya tarik wisata utama yaitu :
Kunjungan utama ke Makam Bung Karno. Daya tarik wisata makam ini
merupakan daya tarik wisata yang ada di Blitar. Makam ini terletak di Kota
Blitar dengan jumlah kungjungan wisatawan hingga 2000 orang per harinya.
Dalam perjalanannya, pola wisawan umumnya akan berkunjung ke Candi
Penataran setelah berkunjung ke Makam Bung Karno. Momen ini yang
dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga manfaat turunan dengan adanya
kegiatan pariwisata di makam dimanfaatkan untuk menyasar daya tarik
wisata lain disekitar Makam tetapi merupakan daya tarik wisata di Kabupaten
Blitar.
Kunjungan ke sejumlah pantai di daerah pesisir terutama di Pantai Tambak
Rejo. Kunjungan ke daerah pesisir selatan umumnya menikmati keindahan
pantai dan kuliner di daerah ini. Pola pergerakan wisatawan umumnya
langsung menuju ke daerah pesisir selatan. Dimasa mendatang perlu
dikembangkan daya tarik wisata lain pada daerah pesisir selatan agar
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
4 - 45
wisatawan tidak hanya menikmati keindahan pantai saja tetapi lebih kepada
pemanfaatan sejumlah daya tarik wisata di daerah ini.
Analisis pergerakan wisatawan di Kabupaten Blitar yang sudah terpola
dengan tipe daya tarik wisata yang ada perlu untuk ditangani dan dimanfaatkan agar
dalam pembangunan kepariwisataan mendatang dapat memberikan kontribusi yang
lebih optimal bagi masyarakat dan daerah. Gambaran mengenai analisis orientasi
pergerakan wisatawan dapat dilihat pada peta berikut :
Gambar 2.5. Orientasi Pergerakan Wisata
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 1
BAB V
ANALISIS PENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN
5.1. Konsep Pengembangan
Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana
secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat,
baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut harus
mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan
ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus
mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah, untuk mendorong
dan mengendalikan pengembangan pariwisata.
Konsep pengembangan kegiatan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam
pola dan program pembangunan semesta ekonomi, fisik dan sosial sesuatu negara,
karena pengembangan pariwisata saling berkait dengan sektor lain. Pengembangan
pariwisata diarahkan sedemikian rupa, sehingga dapat membawa kesejahteraan
ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat. Pengembangan pariwisata harus sadar
lingkungan, sehingga pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan
lingkungan alam suatu negara, bukan merusak lingkungan alam dan budaya yang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 2
khas. Konsep pengembangan pariwisata akan mempertimbangkan beberapa hal,
antara lain:
1. Posisi daya tarik (Positioning)
2. Sinergi daya tarik wisata
3. Keselarasan antar sektor
4. Keselarasan lingkungan
Pertimbangan utama yang harus mendayagunakan pariwisata sebagai sarana
untuk memelihara kekayaan budaya, lingkungan alam dan peninggalan sejarah,
sehingga masyarakat sendiri menikmatinya dan merasa bangga akan kekayaannya
itu. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga
pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin, sedapat mungkin harus
menampakkan perubahan-perubahan sosial yang positif. Keseimbangan antara
ekonomi, kehidupan dan alam diperlukan untuk:
1. Meningkatkan pendapatan (standar hidup)
2. Penggunaan sumberdaya yang efektif (energy saving, recycling, dll)
3. Menjaga dan memperkaya lingkungan
4. Pengarahan amenity (leisure, comfort, contact with nature, dll)
Berdasarkan hal tersebut, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam perumusan konsep pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Bitar adalah
sebagai berikut:
1. Perlunya pemisahan zoning antara kawasan wisata dengan kegiatan lainnya.
Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam
pelaksanaan rencana tata ruang di masa datang.
2. Lahan yang saat ini mempunyai ikatan dengan kehidupan dan adat istiadat
masyarakat setempat harus dipertahankan keberadaannya. Tujuannya adalah
untuk menghindari timbulnya benturan kepentingan antara pihak pelaksana
pembangunan dengan masyarakat.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 3
3. Lahan yang ekologinya diperkirakan tidak stabil dan menimbulkan dampak
bagi daerah sekitarnya atau lahan yang memerlukan kelestarian lingkungan
dibebaskan dari peruntukan kegiatan pembangunan dan diusulkan sebagai
kawasan konservasi dan preservasi. Tujuannya, adalah untuk mencegah
timbulnya ketidakseimbangan (mempertahankan keseimbangan) ekologi di
seluruh kawasan perencanaan.
4. Dalam pengembangan kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik
konservasi budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata secara langsung
dapat membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan
tarian misalnya kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya
arsitektur daerah yang hampir punah.
5. Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai
perkembangan pasar dan keseimbangan masyarakatnya.
Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peranan dan
fungsi yang diharapkan, batasan serta potensi yang terdapat di kawasan perencanaan,
maka konsepsi pengembangannya sebagai kawasan wisata didasarkan pada
kriteria-kriteria berikut:
1. Kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dalam mendukung pengembangan
kawasan wisata;
2. Kebutuhan ruang dan komponen dalam menampung perkembangan kegiatan
pariwisata;
3. Tingkat kemudahan hubungan intensitas kegiatan dan kecenderungan
perkembangan.
Konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bitar ini terkait dengan
potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis
pengembangan kepariwisataan yang dihadapi. Dalam pembangunan kepariwisataan
kedepan, konsep pembangunan dan pengembangan kepariwisataan yang
dikembangkan lebih mengedepankan kepada pembangunan pusat – pusat kawasan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 4
sebagai daya tarik kegiatan wisata. Secara konseptual gambaran konsep kegiatan
pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Blitar digambarkan sebagai berikut :
Diagram 5.1. Konsep Kegiatan Pariwisata
5.1.1. Konsep Zonasi
Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya
yang ada di dalamnya dan turut serta memelihara lingkungan agar berkelanjutan.
Berkaitan dengan konsep diatas, fasilitas yang merupakan faktor pendukung utama
suatu atraksi memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep
zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Daya tarik wisata unggulan pada kondisi eksisting
Daya tarik wisata sekitar Daya tarik wisata pendukung
Fasilitas Akomodasi Aksesbilitas Pelayanan Wisata
Wisata Gunung Kelud
Cagar Budaya Penataran
Kawasan Pesisir
Pusat Kegiatan Wisata
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 5
Menurut Inskeep, zonasi diciptakan atau dibuat dengan maksud untuk
membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda
sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan lebih
dapat dikendalikan serta diawasi10.
Selain itu juga zonasi diperlukan sebagai suatu usaha peminimalan dampak
kerusakan yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat adanya kunjungan. Zonasi ini
berguna dalam membagi konsentrasi pengunjung, sehingga tidak terjadi konsentrasi
di satu tempat yang dapat mengakibatkan kenyamanan pengunjung menjadi
berkurang.
1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan
aktivitas utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.
2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction
dengan aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung
dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
5.1.2. Konsep Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan wisata, baik berupa
atraksi atau events yang ditawarkan atau tersedia di suatu obyek wisata maupun
berupa kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung. Jenis
aktivitas dapat ditentukan berdasarkan bentuk daya tarik dan potensi yang dimiliki
oleh obyek wisata tersebut11.
Salah satu dari beberapa aktivitas standar wisata yang berbasiskan air yang
dikemukakan oleh Baud-bovy dan Lawson (1977), bukan hanya aktivitas berenang
saja yang dapat diterapkan. Selain itu ada juga aktivitas-aktivitas lain (Standards for
Land-Based Outdoor Recreational Activities) seperti: Pickniking parks, playing
10 Inskeep, 1991:432 11 Inskeep, 1991
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 6
fields, open space, commons trail activities seperti: hiking, walking, bicycling, and
hore riding. Miscellaneous recreational activities seperti; outdoor sports
(individualor team games), climbing, hunting, shooting ranges and sport centres
combined with multiple indoor sports.
Diagram 5.2. Konsep Atraksi Wisata
5.1.3. Konsep Fasilitas Wisata
Secara definitif, menurut Witt-Mautinho, fasilitas ODTW yang kadang juga
diterminologikan sebagai amenities adalah segala unsur-unsur yang terdapat di suatu
daerah tujuan wisata, atau yang berhubungan dengannya, yang dimungkinkan
digunakan bagi para pengunjung yang tidak hanya untuk sekedar tinggal dan
menikmati saja, tapi juga ikut berpartisipasi dalam ODTW atau atraksi tersebut12.
12 Witt-Moutinho, 1994:338
Pegunungan Watersport
Pesisir
Kondisi Alam
Wisata Kuliner
Cagar Budaya
Potensi Budaya
Sport Tourism
Agropolitan
Open Source
Wisata Sejarah
Minapolitan Ekowisata
Event Event
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 7
Karakteristik ODTW yang mass tourism dengan area kepadatan medium dan
tinggi, harus dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas13, sebagai berikut:
1. Fully equipped picnic sites with car parking; 2. Grassed area for rest, sunbathing, family groups; 3. Limited camp sites (day and weekend use and for organised youth dubs, etc); 4. Catering, recreational and cultural facilities, zoological gardens, natural
history and local culture museum, etc; 5. Where posssible rivers or reservoir for fishing, swimming and other
permitted water based activities; 6. At a later phase the park may include open or enclosed swimming pools and
spot is fields for shows and competitions.
Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan adanya berbagai
fasilitas. Fasilitas wisata yang tersedia di suatu kawasan wisata merupakan faktor
pendukung terhadap daya tarik wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas
wisata yang fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam pengelolaan
suatu usaha atraksi wisata. Standar yang terdapat dalam fasilitas wisata sangat
berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di kawasan wisata seperti: jumlah, jenis,
kondisi atau kualitas dan daya tampung atau kapasitas dari fasilitas wisata tersebut14.
Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi wisata harus
mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut:
1. Karakteristik atraksi wisata;
2. Profil pengunjung/ wisatawan;
3. Referensi dan permintaan pasar wisata;
4. Aktivitas wisata yang akan dilaksanakan oleh para pengunjung/ wisatawan;
5. Tingkat pengembangan pariwisata yang direncanakan;
6. Dana pengembangan yang tersedia.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Inskeep di bawah ini:
13 menurut Baud-Bovy, 1977: 101 14 Dalam diktat MAW, 2000:13
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 8
“The basic approach for planning of natural tourist attractions is application of the environmental planning approach which emphasizes conservation of the natural environment as well as designing visitor facilities and organizing visitor use that fit well into the environment and do not degrade it" 15
Menurut Inskeep pula bahwa konservasi ini diterminologikan sebagal
"Management Plan”, dimana hal tersebut memiliki konsep manajemen yang selalu
berkesinambungan sehingga pariwisata yang ada didalamnya dapat mendukung
fungsl konservasi dan diantara keduanya bisa saling terlaksana seiring sejalan16.
Mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan, khususnya dalam perencanaan zonasi,
maka perlu dilakukan suatu penetapan perencanaan dan desain berbagai fasilitas
yang dibutuhkan atau sesuai dengan natural attraction resources.
Fasilitas yang disediakan di dalam suatu kawasan wisata sangat dibutuhkan
wisatawan atau pengunjung untuk mendukung aktivitas pengunjung selama
pengunjung menikmati atraksi wisata yang ada.
5.1.4. Konsep Pengembangan Daya Tarik Utama
Pengembangan daya tarik utama bagi para wisatawan diarahkan dengan
menjadikan pantai sebagai daya tarik utama (focus of interst) dengan didorong oleh
jenis-jenis produk lainnya seperti unsur penunjang (enrichment factor).
5.1.5. Konsep Diversifikasi Daya Tarik
Di samping penetapan ciri daya tarik utama tersebut, dapat juga
dikembangkan suatu ciri daya tarik berbeda yang dimaksudkan sebagai diversifikasi
produk. Pengembangan ini dilakukan secara terbatas karena bukan merupakan
bagian dari konsentrasi pengembangan yang akan dijalankan. Melihat kondisi alam
yang banyak diantaranya masih asli, dapat diperkenalkan jenis wisata ekowisata.
15 Inskeep, 1991:272 16 Ibid.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 9
Jenis wisata ini pada umumnya diminati oleh jumlah wisatawan yang terbatas
jumlahnya.
Ekowisata adalah jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan
kepada daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit mungkin menampilkan segala
sesuatu yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun fasilitas-
fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi daya tarik minor atau yang
jumlahnya hanya sedikit, dan disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk
mengembangkan kegiatan ini.
5.1.6. Konsep Kawasan Wisata
Sesuai dengan kaidah perencanaan yang baik, penataan suatu wilayah harus
mempertimbangkan unsur-unsur keterpaduan dan menyeluruh (holistik).
Berdasarkan hal itu, upaya pengembangan kegiatan pariwisata di Kabupaten Bitar
harus dilakukan dengan memandang Kabupaten Bitar sebagai suatu satuan wilayah
pengembangan. Implikasinya adalah semua komponen penunjang ditata sebagai satu
kesatuan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Penetapan struktur ruang merupakan penjabaran spasial dari strategi
pengembangan yang diambil dan dimaksudkan untuk:
1. Memaksimalkan peluang kedatangan wisatawan melalui penciptaan
kemudahan kunjungan;
2. Mengefektifkan upaya pengembangan kegiatan pariwisata melalui
aglomerasi-aglomerasi kegiatan dan alokasi fasilitas penunjang secara efisien;
3. Meningkatkan citra daya tarik wisata Kabupaten Bitar melalui sediaan
produk yang menarik, serta pelayanan yang berkualitas.
4. Memberi kejelasan kepada berbagai pihak terkait dengan industri pariwisata
dan menyelaraskan dengan rencana pengembangan sektor-sektor kegiatan
lainnya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 10
Ada 3 unsur strategis yang ditetapkan untuk membentuk struktur ruang
kegiatan, yaitu:
1. Simpul-Simpul Pengembangan, yang merupakan cluster-cluster daya tarik
wisata, berfungsi sebagai suatu kesatuan wilayah pengembangan kegiatan
wisata dimana di dalamnya:
a. Terdapat kumpulan berbagai objek atau daya tarik wisata
b. Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan
c. Sebagai tempat pengembangan usaha-usaha pariwisata
Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan, pada tiap Simpul Pengembangan
harus memiliki fasilitas pelayanan yang bersifat menunjang aktivitas wisata,
yaitu:
a. Akomodasi
b. Logistik
c. Transportasi
d. Infonasi dan komunikasi
e. Rekreasi
Simpul pengembangan dengan demikian merupakan suatu kutub
pertumbuhan kegiatan pariwisata dan suatu wilayah. Sebagai kutub
pertumbuhan, tidak diberikan suatu batasan wilayah yang tegas, sebaliknya
diharapkan kutub tersebut akan terus membesar sejauh hal itu memberi
keuntungan kepada wilayah secara keseluruhan. Simpul pengembangan juga
bukan merupakan suatu alokasi wilayah yang secara eksklusif hanya
diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan tertentu.
2. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi tempat
keluar-masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah. Penetapan suatu titik
sebagai pintu gerbang adalah bersangkut-paut dengan ketersediaan prasarana
perhubungan antar wilayah serta posisi wilayah-wilayah luar yang akan
dipandang menjadi sumber wisatawan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 11
Pintu gerbang wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi kesadaran
kepada wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah yang akan dimasuki.
Dengan demikian pintu gerbang dapat juga berfungsi memberikan citra atau
impresi mengenai suatu wilayah kepada wisatawan yang datang, sebagai
"kesan pertama" yang akan membantu wisatawan dalam mengapresiasi
berbagai daya tarik yang ada di dalam wilayah tersebut.
3. Koridor Penghubung, berfungsi menjadi jalur pergerakan wisatawan sejak
kedatangan dan pergerakan antar simpul pengembangan. Jika pada masing-
masing simpul pengembangan pergerakan wisatawan merupakan perjalanan
jarak pendek, yaitu dari tempat akomodasi ke berbagai lokasi objek wisata
dan daya tarik lainnya, maka pergerakan wisatawan di Koridor Penghubung
merupakan suatu perjalanan jarak jauh. Perbedaan sifat perjalanan ini
memerlukan jenis pelayanan yang berbeda.
5.1.7. Konsep Pengembangan Pariwisata
Pembangunan pariwisata, adalah pembangunan yang didukung secara
ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan
sosial. Potensi sumber daya wisata Kabupaten Bitar sekaligus potensi pasar
wisatawan yang tersebar tidak merata di wilayah Bitar, serta kondisi lingkungan
fisik, sosial, budaya, maupun ekonomi yang beragam menyebabkan pengembangan
pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak
bisa ditawar-tawar lagi.
Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung
spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya. Pembangunan pariwisata Kabupaten Bitar yang
berkelanjutan berprinsip pada:
1. Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata Bitar untuk kesejahteraan masyarakat;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 12
2. Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Bitar dengan lingkungan alam,
budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat
pembangunan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan;
3. Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata yang disusun
pemerintah dan otoritas yang berwenang dengan seluruh stakeholders
pariwisata Bitar.
5.1.8. Konsep Keterkaitan Antarsektor dalam Pengembangan
Pariwisata
Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang
saling berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan
dalam kerangka saling melengkapi dan mendukung dengan sektor lain. Pariwisata
sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa
dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan
pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan
menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat
dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik.
Oleh karena itu pengembangan pariwisata Kabupaten Bitar , harus:
1. Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang
atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata
agro di kawasan perkebunan daerah bagian utara;
2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible
(tak teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah;
3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas
menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam
pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan stakeholders pariwisata
lainnya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 13
Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor
pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.
Diagram 5.3. Konsep Pengembangan Pariwisata
5.1.9. Konsep Hierarki dan Penjenjangan Pariwisata
Kapasitas masyarakat untuk berpariwisata berbeda-beda karena adanya
perbedaan kemauan dan kemampuan (fisik, ekonomi), dan heterogenitas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan konsep
POTENSI DAERAH
KEUNGGULAN REGIONAL
WISATA LOKAL
DESTINASI WISATA
STRATEGI PARIWISATA
• Atraksi wisata
• Aksesbilitas
• Ancilary
• Amenitas
Pemasaran Kelembagaan Destinasi Industri
Ekonomi Lingkungan Sosial
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 14
stratifikasi atau penjenjangan, yang membagi pengembangan kawasan wisata
menurut jangkauan atau skala jangkauan, baik fisik maupun ekonomi.
Konsep penjenjangan dalam pengembangan pariwisata Bitar , dilakukan dengan:
1. Membagi skala pengembangan kawasan wisata menjadi skala lokal yang
melayani pengunjung lokal (recreationist), skala kabupaten atau kota yang
melayani wisatawan luar kota weekenders dan/atau liburan pendek, dan skala
provinsi serta skala nasional dan skala internasional untuk melayani
wisatawan regional.
2. Membedakan bentuk pengembangan pariwisata suatu wilayah tergantung
pada karakteristik potensial untuk setiap skala yang dimiliki.
Dengan konsep penjenjangan ini maka pengembangan kawasan wisata akan
memiliki perbedaan skala dan prioritas pengembangan.
5.2. Analisis Citra dan Karakter
Dilihat dari lingkup Indonesia, kegiatan kepariwisataan disinergikan dengan
pengembangan kegiatan lainnya. Saat ini kecenderungan yang ada adalah sinergitas
kegiatan pariwisata dengan kegiatan pertanian, kegiatan perikanan dan kegiatan
industry kreatif. Sejumlah konsep yang cukup unik yaitu sinergitas pariwisata dengan
kegiatan pengobatan dan spiritual. Konsep ini menjadikan peran pariwisata menjadi
semakin multi disipliner. Secara umum dalam konteks MP3EI, peran kepariwisataan
di Indonesia dianalogikan sebagai :
1. Mengembangkan strategi dan koordinasi kampanye: “Nation Branding
Indonesia” secara terintegrasi melalui Tourism, Trade, and Investment;
2. Mengembangkan “Sustainable Tourism” di Indonesia yang dapat
memberikan pengalaman yang mendalam bagi wisatawan;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 15
3. Mengembangkan ekonomi kreatif yang mengangkat budaya dan warisan
budaya Indonesia;
4. Menerapkan Good governance di Lingkungan Kemenparekraf;
5. Mengembangkan sumber daya insani pariwisata dan ekonomi kreatif
yang unggul dan mampu membawa nama baik Bangsa Indonesia
Kabupaten Bitar sebagai sebuah kabupaten yang memiliki keragaman daya
tarik wisata baik berupaka budaya dan alam, menawarkan berbagai jenis atraksi
wisata yang sangat berbeda bahkan murni atau tidak ada penyesuaian baik bentang
alam atau kegiatan. Analisis citra dan karakter kepariwisataan yang akan
dikembangkan menggunakan metode SOAR (Strengh Opportunities Aspiration
Result) dijabarkan sebagai berikut :
Diagram 5.4. Perumusan Citra dan Karakter Kepariwisataan
Sumber: Hasil Penelitian
Opportunities : Kedekatan dengan pusat daya
tarik wisata utama seperti Kota Blitar dan Kota Batu
Trend pariwisata lebih mengarah ke wisata minat khusus
Strengh : Keunikan kondisi alam yang
masih sangat alami Keragaman adat dan budaya
masyarakat Sikap terbuka masyarakat
Aspiration : Pengembangan kepariwisataan
mengacu kepada nilai budaya dan etika agama
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan potensi wisata
Result : Pengembangan
pariwisata berbasis alam dan budaya
Menekankan pada pemberdayaan masyarakat
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 16
5.3. Analisis Pemasaran Pariwisata
Mekanisme analisis pemasaran pariwisata dilakukan untuk lebih dapat
memperkenalkan bagaimana seharusnya penentuan dan konsepsi pemasaran yang
akan dilakukan. Serangkaian teori dan konsep mengenai pemasaran destinasi
pariwisata dan upaya keberhasilannya telah diperkenalkan. Terdapat konsep yang
mengedepankan pelayanan prima untuk suksesi keberhasilan pemasaran, terdapat
pula konsep improvisasi, inovasi dan diversifikasi jenis produk dan jasa menjadi
faktor keberhasilan. Serangkaian konsep ini menjadi penentu dalam keberhasilan
pemasaran pariwisata. Dengan mempertimbangkan sejumlah aspek teknis,
keberhasilan sebuah pemasaran pariwisata tidak hanya keberhasilan akan jumlah
kedatangan wisatawan yang tinggi saja, tetapi lebih kepada pencapaian keberhasilan
indikator pemasaran itu sendiri. Secara umum cakupan keberhasilan pemasaran
pariwisata yaitu :
1. Memahami motivasi wisatawan dalam mengambil keputusan berwisata dan
bagaimana perubahan sikap ini terjadi setiap waktu
2. Mampu mengidentifikasi kesesuaian karkateristik pasar wisatawan dengan
ketersediaan atraksi wisata yang ada, potensi pengalaman yang akan
diperoleh wisatawan dengan keuntungan masyarakat lokal
3. Mengembangkan rencana strategis pemasaran guna menentukan arahan yang
jelas terhadap upaya pemasaran destinasi wisata
4. Mengembangkan kesepahaman pelaku pariwisata dalam upaya penegasan
brand pariwisata yang unik dan bernilai jual
5. Fasilitasi proses pemasaran pariwisata mencakup :
a. Kegiatan promosi yang relevan guna mempengaruhi persepsi dan
kepedulian terhadap destinasi pariwisata
b. Pengembangan penjualan dan saluran distribusi yang efektif guna
peningkatan jumlah kunjungan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 17
c. Pengembangan program pemasaran yang terintegrasi mencakup seluruh
pelaku pariwisata
6. Mengembangkan jalur singkat program pemasaran berbasis lembaga usaha
7. Pembangunan brand image destinasi wisata yang sesuai dengan aspirasi
masyarakat
5.3.1. Analisis Lingkungan Usaha
Saat ini kegiatan kepariwisataan dianggap merupakan salah satu alternatif
terbaik upaya pengembangan perekonomian di suatu daerah. Dengan
dikembangkannya kegiatan kepariwisataan, berbagai kegiatan perekonomian ikut
berkembang mengikuti perkembangan kegiatan kepariwisataan. Sektor kebutuhan
bahan pokok seperti bahan makanan, pertanian, peternakan dan perikanan turut
berkembang seiring dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan. Disamping itu, sektor
SDM dengan pembukaan lapangan kerja lengkap dengan peningkatan penghasilan
masyarakat turut menggambarkan dampak pengembangan kepariwisataan. Secara
struktur industri, kegiatan pengembangan kepariwisataan setidaknya berdampak
terhadap:
1. Struktur industri primer. Struktur industri ini bersifat langsung memproduksi
barang dan jasa bagi wisatawan seperti usaha akomodasi, usaha hiburan,
usaha jasa perjalanan dan usaha restorant.
2. Struktur industri sekunder. Struktur industri ini bersifat pemasok bagi
kegiatan industri primer seperti kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan.
3. Struktur industri tersier. Struktur kegiatan ini lebih mengacu kepada fasilitas
pendukung kegiatan wisatawan seperti perbankan, fasilitas kesehatan,
fasilitas perdagangan dan fasilitas lain yang juga dimanfaatkan oleh
masyarakat lokal.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 18
Berdasarkan data yang ada, kegiatan pariwisata masuk dalam rangking
keempat terhadap penyumbang kontribusi ekonomi yang ada. Penyumbang terbesar
terhadap struktur ekonomi yaitu minyak & gas bumi dan minyak kelapa sawit.
Setelah itu terdapat karet olahan. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat
mengingat minyak bumi & gas bersifat ekploitatif dan hanya mengambil
ketersediaan sumber daya alam saja. Dengan konsep ini bilamana kepariwisataan
dihitung lebih cermat, kontribusi dari pajak dan retribusi hotel, restoran dan hiburan,
belum lagi manfaat ekonomi bagi masyarakat dihitung, menjadikan kepariwisataan
sebagai ujung tombak ekonomi.
Tabel 5.1. Kontribusi Ekonomi Indonesia
Sumber : Laporan Sosialisasi MP3EI
5.3.2. Analisis Posisi Pasar
Penentuan posisi pasar pariwisata menjadi penting untuk dicemati agar kita
mengetahui bagaimana status dan kondisi kepariwisataan kita diihat dari sudut
regional dan internasional. Berdasarkan publikasi World Economic Forum yang
diadakan tahun 2011, di jajaran negara – negara di dunia (139 negara), Indonesia
masuk urutan ke 74, mengalahkan Philipina dan Vietnam. Sementara posisi negara
tetangga Malaysia berada pada peringkat 35. Di bagian Asia Pasifik, Indonesia
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 19
berada pada urutan ke – 13 dari 26 negara di wilayah Asia Pasifik. Dengan kondisi
ini masih banyak tantangan dan upaya yang harus dilakukan untuk menjadikan
kepariwisataan Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Tabel 5.2. Daya Saing Pariwisata Indonesia
Sumber : World Economic Forum 2011
Penilaian daya saing kepariwisataan Indonesia dilihat dari 14 kriteria
penilaian yaitu: kebijakan dan peraturan, pariwisata berkelanjutan, keamanan dan
keselamatan, kesehatan, prioritas turis dan travel, infrastruktur transportasi darat,
infrastruktur transportasi udara, infrastruktur pariwisata, infrastruktur teknologi dan
informasi, daya saing harga, SDM, persepsi terhadap pariwisata, sumber daya alam
dan budaya. Mengacu kepada hasil konferensi pariwisata nasional bahwa terdapat
setidaknya 7 kriteria dalam kondisi yang menurun seperti prioritas turis dan travel,
ketersediaan infrastuktur pariwisata, daya saing harga, SDM, persepsi nasional
terhadap pariwisata dan sumber daya budaya. Penurunan tertinggi ada pada persepsi
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 20
nasional terhadap pariwisata menurun drastis dari rangking 78 menjadi rangking 121
pada tahun 2010.
Tabel 5.3. Rangking Kriteria Daya Saing
Sumber : Konferensi nasional pariwisata
Sejak tragedi WTC, terjadi pergeseran fokus pasar pariwisata secara nasional
dengan berorientasi ke pasar medium dan short haul dengan tetap memelihara pasar-
pasar konvensional seperti amerika dan uni eropa. Selanjutnya ditetapkan delapan (8)
pasar utama pariwisata Indonesia yaitu: Singapura, Malaysia, Filiphina, Thailand,
Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru. Disamping itu ditetapkan lima (5)
pasar potensial yaitu China, Rusia, India, Afrika Selatan dan Saudi Arabia.
Pariwisata Global sedang mengalami transisi yang bergerak cepat dan radikal
menuju industri pariwisata baru yang prima dan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan
industri pariwisata itu sendiri. Pariwisata gaya baru muncul dengan ciri sebagai
liburan yang fleksibel, tersegmentasi dan sadar lingkungan. Beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam memasuki pasar pariwisata global yaitu :
1. Mengutamakan kepentingan konsumen
2. Produk dan layanan yang unggul kualitasnya
3. Mampu mengembangkan inovasi radikal
4. Memperkuat posisi strategis dalam rantai industri pariwisata dunia
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
5 - 21
5. Mementingkan lingkungan
6. Memperkuat jalur distribusi di pasar sasaran
7. Membangun sektor pariwisata yang dinamis.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 1
BAB VI
RENCANA PENGEMBANGAN
DESTINASI
Destinasi pariwisata merupakan suatu wilayah yang secara khusus ditetapkan
dan dipromosikan sebagai tempat berkunjung bagi wisatawan dan didalamnya
seluruh produk pariwisata di koordinasi oleh suatu organisasi tertentu17. Sebagai
salah satu unsur penting, destinasi pariwisata membutuhkan manajemen yang tepat.
Tantangan destinasi pariwisata kedepan adalah bagaimana suatu destinasi pariwisata
memberikan manfaat yang optimal bagi semua pemangku kepentingan dalam jangka
panjang.
6.1. Sistem Kewilayahan
6.1.1. Daya Tarik Wisata
Pengembangan sistem kewilayahan yang akan dikembangkan lebih mengarah
kepada pengembangan destinasi pariwisata. Dalam rencana pengembangan destinasi,
destinasi terpilih akan ditentukan dengan kriteria:
17 European communities, 2003
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 2
a. merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah kecamatan dan/atau
lintas kecamatan yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan
pengembangan pariwisata daerah, yang diantaranya merupakan KPP;
b. memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas secara
nasional dan internasional, serta membentuk jejaring produk wisata dalam
bentuk pola pemaketan produk dan pola kunjungan wisatawan;
c. memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan
daya saing;
d. memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung
pergerakan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan; dan
e. memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.
Kawasan Pengembangan Pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi
dengan destinasi wisata. Setiap kawasan pengembangan pariwisata nantinya
memiliki strategi dan tema pengembangan sendiri sesuai dengan potensi atau daya
tariknya. Kawasan pengembangan pariwisata ditentukan dengan kriteria:
a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata;
b. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata
unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;
c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional;
d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;
e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan
wilayah;
f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan
aset budaya, termasuk di dalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;
h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 3
i. memiliki kekhususan dari wilayah;
j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar
wisatawan potensial daerah atau regional; dan
k. memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
Hirarki pusat-pusat pelayanan ditentukan berdasarkan kelengkapan fasilitas-
fasilitas pelayanan yang ada pada suatu wilayah. Semakin banyak dan semakin baik
fungsi dari fasilitas-fasilitas tersebut akan semakin tinggi hirarki wilayah tersebut
sebagai pusat pelayanan. Selain itu tingkatan atau orde fasilitas pelayanan juga
menjadi faktor pengaruh yang penting dalam menentukan hirarki pusat pelayanan.
Berdasarkan rona sarana dan prasarana, ekonomi, fisik, dan sosial budaya tampak
bahwa masing - masing wilayah kecamatan memiliki jumlah dan macam fasilitas
serta potensi pengembangan yang berbeda-beda.
Analisis struktur hirarki pusat pelayanan akan terarah pada suatu gambaran
menyeluruh tentang:
1. Keadaan berbagai pusat pertumbuhan atau pelayanan wilayah (pusat
permukiman) yang ada serta jangkauan pelayanannya.
2. Hubungan atau interaksi antara pusat-pusat pertumbuhan atau pelayanan
wilayah (pusat pemukiman) yang ada serta jangkauan pelayanannya.
3. Hubungan atau interaksi antara pusat-pusat pertumbuhan atau pusat
pelayanan wilayah yang dimaksud
Dengan demikian analisis dilakukan terhadap tiap unsur dan komponen
pembentuk ruang wilayah Kabupaten Blitar , seperti sistem pusat permukiman,
sistem prasarana transportasi, sistem prasarana pengairan dan sistem prasarana
wilayah lainnya.
Untuk mengetahui potensi tiap pusat pertumbuhan atau pelayanan di
Kabupaten Blitar , digunakan analisis faktor (factor analysis). Terdapat empat (4)
kriteria dan empat belas (14) variabel digunakan sebagai penentu kelayakan suatu
pusat pertumbuhan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 4
1. Kriteria kependudukan, semakin tinggi konsentrasi penduduk pada suatu
pusat, maka semakin tinggi untuk dijadikan sebagai pusat pelayanan yang
berorde tinggi. Dalam hal ini digunakan variabel jumlah penduduk sebagai
pengukur.
2. Kriteria ketersediaan fasilitas umum dan sosial, semakin tinggi
ketersediaan dan kelengkapan fasilitas umum dan sosial, maka semakin tinggi
untuk dijadikan sebagai pusat pelayanan. Variabel-variabel yang digunakan
adalah: jumlah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
umum, puskesmas, gereja, dan masjid atau surau.
3. Kriteria ketersediaan sarana prasarana ekonomi, semakin tinggi
kelengkapan dan ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi, maka semakin
tinggi hirarkinya variabel pengukurnya adalah: pasar, toko, dan bank.
4. Kriteria kelengkapan dan ketersediaan infrastruktur; digunakan sebagai
faktor penentu kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan sebagai pusat
pelayanan yang berorde lebih tinggi. Dalam hal ini digunakan tiga variabel
pengukur, yaitu: bandara, pelabuhan, dan jalan.
Berbeda dengan ketentuan RTRW, pembagian kawasan pariwisata mengacu
kepada potensi wisata yang ada didalamnya. Secara umum, konsepsi kawasan wisata
dibagi menjadi kawasan-kawasan strategis pengembangan pariwisata (KSPP).
Penentuan batasan atau lingkup kawasan mengacu kepada kriteria elemen dasar
kepariwisataan yaitu ketersediaan atraksi wisata, ketersediaan fasilitas pendukung
pariwisata, ketersediaan aksesbilitas dan kelembagaan pengelolaan potensi daya tarik
wisata yang telah ada. Keempat kriteria ini digunakan untuk menilai sejumlah
kawasan yang ada di Kabupaten Blitar.
Struktur ruang pariwisata di Kabupaten Blitar dibagi menjadi 4 Kawasan
Strategis Pengembangan Pariwisata yang terdiri atas pusat pengembangan kawasan
pariwisata dan kawasan pendukung pariwisata. Secara rinci struktur ruang
pariwisata Kabupaten blitar di bagi atas :
1. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Lereng Gunung Kelud
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 5
Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Rambut Monte dengan kawasan
pendukung pariwisata terdiri atas :
Desa Wisata Puspa Jagad (Semen), Desa Wisata Tulungrejo, Desa
Wisata Krisik, Desa Wisata Soso, Perkebunan Serahkencong,
Perkebunan Banaran, Perkebunan Pijiombo, Kawasan Agrowisata
Gandusari, Lereng Gunung Kawi, Arung Jeram Soko Adventure
(Wlingi), Arung Jeram Ngarai Genjong (Doko)
2. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Lingkar Penataran
Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Kaw. Candi Penataran dengan
kawasan pendukung pariwisata terdiri atas :
Kolam renang Penataran, Amphiteatre, Museum, Makam Syeh Subakir,
Makam Syeh Sentono, Sub Reizer Koi, kaw. minapolitan
3. Kawasan Strategis Pariwisata Agropolitan
Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Agropolitan Kanigoro dengan
kawasan pendukung pariwisata terdiri atas :
Desa wisata Rejawinangun, desa wisata ploso, desa wisata kademangan,
Candi Sawentar, Candi Simping, Kekunan Jimbe
4. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Pesisir Selatan
Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Tambakrejo dengan
kawasan pendukung pariwisata terdiri atas :
Pantai serang, Goa Embultuk, Monumen Trisula, pantai di daerah
selatan, desa wisata sekitar pantai
6.1.2. Hubungan Daya Tarik Wisata
Pembangunan kawasan pengembangan pariwisata merupakan tindak lanjut
dari penetapan kawasan. Dimasa yang akan datang kawasan – kawasan ini akan
mengembangkan kegiatan kepariwisataan secara bersama sama baik dari sisi
pemasaran, dari sisi kelembagaan dan dari sisi industri pariwisata. Mekanisme dan
proses pembangunan kawasan pengembangan pariwisata dilaksanakan secara
bertahap dengan kriteria prioritas memiliki:
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 6
1. komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;
2. posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;
3. posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik Pembangunan
Kepariwisataan di wilayah sekitar baik dalam konteks regional maupun
daerah;
4. potensi kecenderungan produk wisata masa depan;
5. kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif dalam menarik
kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dalam waktu
yang relatif cepat;
6. citra yang sudah dikenal secara luas;
7. kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk wisata di Indonesia;
dan
8. keunggulan daya saing.
6.2. Fungsional Kawasan
Analisis daya tarik wisata Kabupaten Blitar dimaksudkan sebagai amatan
rinci daya tarik wisata utama yang ada pada setiap kecamatan di Kabupaten Blitar.
Analisis atraksi wisata dimaksudkan untuk mengidentifikasi beberapa hal sebagai
berikut:
1. Proporsi dominan potensi daya tarik wisata di Kabupaten Blitar menjadi
dasar pijakan bagi penyusunan arahan strategi pengembangan produk,
khususnya jenis-jenis objek utama yang potensial dan prioritas untuk
dikembangkan.
2. Tingkat perkembangan dan signifikansi daya tarik wisata yang ada di
Kabupaten Blitar menjadi dasar pijakan bagi penentuan prioritas
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 7
pengembangan daya tarik wisata di Kabupaten Blitar maupun peran dan
kapasitasnya untuk menjadi magnet atau generator penggerak pengembangan
objek-objek lainnya.
Hasil analisis terhadap jenis potensi daya tarik wisata yang sudah
berkembang dalam arti sudah mendapatkan pengelolaan, memberikan kontribusi bagi
daerah dan dikunjungi secara tetap oleh wisatawan, menunjukkan bahwa potensi
wisata alam bahari merupakan potensi objek yang dominan dimiliki Kabupaten
Blitar, disusul potensi buatan dan budaya.
Dari profil kepariwisataan Kabupaten Blitar, terlihat bahwa DTW alam lebih
dominan daripada DTW yang lain. Hal ini merupakan indikasi penting terhadap
pengembangan daya tarik wisata alam sebagai fokus pengembangan produk wisata,
sementara objek dan daya tarik wisata buatan dan budaya sebagai pendukung saja.
Jumlah dan jenis daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Blitar sangat banyak
dan beragam, serta penyebarannya sangat luas. Ini memberikan kesempatan
pengembangan dan penciptaan daya tarik wisata baru yang belum sempat
dikembangkan. Dengan jumlah dan daya tarik wisata yang bermacam- macam dan
antar objek mempunyai keunikan sendiri-sendiri, sehingga mempunyai keunggulan
masing-masing.
Analisis ini dimaksudkan untuk menemukenali keutamaan daya tarik wisata
di Kabupaten Blitar dengan mendasarkan pada sejumlah parameter, sehingga akan
dapat ditemukenali objek-objek yang perlu mendapatkan prioritas dan perhatian
dalam pengembangannya untuk mendorong perkembangan industri pariwisata
Kabupaten Blitar.
Dalam hal ini, upaya menemukenali urutan kualitas dan keutamaan objek
dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap sejumlah parameter sebagai berikut:
1. Kualitas dan Daya Tarik Wisata
Yaitu, penilaian tingkat potensi sumber daya objek dan daya tarik wisata,
diuraikan menjadi:
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 8
a. Keunikan atau Kelangkaannya; daya tarik wisata dinilai dari keunikan
dan kelangkaannya, yaitu apakah objek ini mudah ditemukan di daerah
lain atau tidak.
b. Keragaman Daya Tarik (kuantitas); dinilai dari keragaman muatan isi atau
daya tarik yang dimilikinya.
c. Kondisi Lingkungan; terkait dengan kondisi fisik lingkungan atau spasial,
kepadatan daya tarik wisata yang ada serta ketersediaan lahan untuk
kemungkinan pengembangan daya tarik wisata yang ada.
2. Skala Pemasaran Objek
Skala pemasaran objek dinilai dari kemungkinan luas jangkauan pemanfaatan
wisatawan terhadap daya tarik wisata, yaitu lokal, nasional ataupun
internasional.
3. Tingkat Kunjungan Objek
Merupakan nilai yang menunjukkan besarnya wisatawan yang datang ke
objek atau kawasan wisata di Kabupaten Blitar dalam kurun waktu tertentu.
4. Tingkat Dukungan Aksesibilitas dan Pencapaian
Kemudahan pencapaiaan dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu
faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Dukungan kondisi
aksesibilitas dan pencapaian dapat diuraikan menjadi :
a. Ketersediaan moda trasportasi menuju objek atau kawasan wisata;
b. Kualitas jalan menuju objek atau kawasan tersebut;
c. Kemudahan pencapaian, seperti: terdapatnya rambu-rambu petunjuk, dan
sebagainya.
5. Tingkat Dukungan Sarana-Prasarana Penunjang
Tingkat dukungan sarana atau prasarana dasar wisata, meliputi penilaian
terhadap:
a. Kondisi sarana-prasarana (kualitas);
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 9
b. Kelengkapan sarana-prasarana yang ada;
c. Kapasitas yang tersedia, apakah sudah mencukupi atau belum.
6. Pertimbangan Lainnya
Pertimbangan ini meliputi dampak terhadap lingkungan, dampak terhadap
sosial ekonomi, dampak sosial budaya, dan sebagainya.
Dilakukannya penilaian dan pengelompokan ini tidak berarti dalam
pengelolaan atau pengembangan selanjutnya harus dilakukan dengan penanganan
yang terpisah-pisah ataupun sendiri-sendiri, namun pengelompokan ini akan menjadi
suatu masukan dalam pengelolaan objek-daya tarik wisata yang ada di Kabupaten
Blitar. Pengelolaan yang dimaksud adalah adanya keterpaduan antar lapisan baik
yang bersifat komplementer, yaitu saling melengkapi satu dengan lainnya ataupun
sebagai generator bagi pengembangan objek yang belum berkembang. Sehingga
nantinya akan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentuan karakteristik
pengembangan kegiatan wisata dari masing - masing objek dan strategi atau arahan
yang tepat bagi pengembangan perwilayahan daya tarik wisata di Kabupaten Blitar .
6.3. Pengembangan Destinasi
Kabupaten Blitar sebagai sebuah destinasi pariwisata memiliki sejumlah
potensi daya tarik wisata yang ada di dalamnya. Potensi daya tarik wisata alam
seperti hutan, taman nasional dan potensi kawasan pesisir, potensi daya tarik wisata
budaya seperti kehidupan masyarakat lokal, peninggalan arkeologi dan sejumlah
kegiatan atau event budaya yang dilakukan. Disamping itu terdapat potensi daya tarik
wisata buatan seperti wisata agro dan wisata ziarah yang ada di sejumlah kawasan.
Dalam upaya untuk mengembangkan destinasi wisata Kabupaten Blitar, sejumlah
aspek yang ditekankan untuk diimplementasikan dalam rangka pengembangan
produk di Blitar yaitu :
1. Organisasi
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 10
Pembentukan struktur organisasi didasarkan atas kebutuhan upaya
pengembangan daya tarik wisata yang ada di lokasi. Secara umum, mengacu
kepada WTO, terdapat sejumlah elemen dasar kepariwisataan yang perlu
dikelola oleh organisasi kepariwisataan yaitu: atraksi, amenitas, aksesbilitas,
sumberdaya manusia, citra, karakter dan harga. Elemen ini yang oleh
organisasi pengelola destinasi pariwisata harus dikelola dan dikembangkan
agar kegiatan kepariwisataan dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Mekanisme koordinasi organisasi umumnya dilakukan dan dipimpin oleh
pemerintah selaku pemegang keputusan politik dan regulasi.
Dimasa yang akan datang di Kabupaten Blitar dikembangkan komisi
pengelolaan destinasi pariwisata yang lebih profesional dan sesuai antara
manusia yang memiliki kemampuan pengelolaan dengan posisi atau
kedudukan yang diberikan kepadanya. Pengembangan organisasi diarahkan
pada mekanisme kelembagaan yang mengacu kepada profesional kerja. Pada
tataran pemegang keputusan paling atas akan diberikan kepada komisi
pengembangan destinasi yang terdiri atas unsur pelaku usaha pariwisata,
organisasi kelompok masyarakat dan lintas sektor dinas atau instansi
pemerintah. Sebagai organisasi resmi, bentuk kelembagaan adalah berupa
badan pengembangan destinasi yang dikepalai oleh kepala badan yang
berasal dari pihak profesional. Keanggotaan badan pengembangan destinasi
pariwisata terdiri atas pelaku usaha dibidang pariwisata, organisasi
masyarakat, kelompok masyarakat pengelola daya tarik wisata dan dinas atau
instansi lintas sektoral yang ada di Kabupaten Blitar. Organisasi ini akan
bertanggungjawab terhadap upaya perencanaan, pelaksanaan, dan koordinasi
pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Blitar. Ditingkat kawasan wisata
yang merupakan bagian dari destinasi pariwisata Kabupaten Blitar akan
terdiri atas Komisi koordinasi Kawasan Wisata yang terdiri atas elemen
kewilayahan baik unsur pemerintah desa dan kecamatan, unsur pelaku usaha
pariwisata dan unsur masyarakat lokal yang ada di kawasan pariwisata.
2. Jaminan mutu pelayanan dan pengalaman wisata
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 11
Penciptaan pengalaman berwisata umumnya didasarkan atas tingkat kepuasan
wisatawan, keunikan pelayanan destinasi dan penawaran yang baik terhadap
keberadaan sumber daya pariwisata yang ada. Upaya yang perlu dilakukan
dalam rangka pengembangan mutu pelayanan wisata yaitu :
a. Penawaran produk wisata yang bermutu melalui inovasi dan kreatifitas
secara berkelanjutan untuk merespon pergeseran kebutuhan wisatawan
b. Penyusunan paket wisata yang dapat memberikan nilai tambah (kepuasan
wisatawan) secara optimal
c. Penyediaan logistik yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan mulai dari
menuju ke destinasi hingga kembali ke tempat asal wisatawan.
d. Mengembangkan layanan jasa yang bersentuhan langsung dengan
wisatawan
e. Penanganan pascalayanan kepada wisatawan.
3. Pengelolaan pengunjung
Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu meminimalisasi dampak potensial
yang ditimbulkan oleh arus pengunjung. Pendekatan yang dilakukan
utamanya adalah untuk menjamin daya dukung destinasi agar layanan kepada
wisatwan tetap optimal. Sejumlah upaya pendekatan yang dilakukan meliputi:
a. Pengelolaan penyediaan jasa seperti: penambahan variasi produk dan jasa,
perpanjangan masa tinggal wisatawan
b. Pengelolaan permintaan kunjungan ke destinasi seperti: pembatasan
jumlah pengunjung, pembatasan pemanfaatan atraksi
c. Pengelolaan kemampuan sumberdaya untuk mendukung pemanfaatan
atraksi seperti: penambahan fasilitas di destinasi dan penyebaran atraksi
d. Pengelolaan dampak pemanfaatan atraksi dengan cara pembatasan jumlah
kunjungan dalam satuan waktu tertentu
4. Manajemen krisis
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 12
Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul baik disengaja
maupun tidak. Kegiatan yang dapat dikembangkan dalam manajemen krisis
yaitu:
a. Penyusunan kebijakan manajemen krisis untuk merumuskan langkah
yang perlu dilakukan saat terjadi krisis
b. Penetapan tim manajemen krisis yang bertugas menganalisis krisis dan
menyusun rencana aksi yang diperlukan
c. Penyusunan strategi komunikasi sehingga komunikasi penanganan dapat
dilakukan dengan terbuka dan efektif
d. Penetapan kemitraan dalam penanganan krisis sehingga alokasi
pembagian tugas dapat berlangsung secara efektif.
e. Kepastian kesiapsiagaan melalui pelatihan berkala seperti pelatihan
penyelamatan tamu, evakuasi dan pertolongan pertama.
5. Pengembangan sumberdaya manusia
Dasar pertimbangan konsep ini adalah bahwa produk destinasi yang bersifat
alamiah tidak akan termanfaatkan secara optimal jika tanpa SDM yang
cukup. Kegiatan yang akan dikembangkan yaitu penyiapan SDM yang
terampil dan memiliki kompetensi yang cukup dalam bidang pelayanan
wisata.
Pengembangan destinasi pariwisata di Kabupaten Blitar diarahkan pada 4
(empat) pusat kegiatan pariwisata. Pusat kegiatan pariwisata ini mengacu kepada
analisis daya tarik wisata unggulan yang ada di Blitar. Penetapan pusat kegiatan
pariwisata dijabarkan sebagai berikut :
a. Pengembangan wisata lereng gunung kelud (Rambut Monte) : Desa
Wisata Puspa Jagad (Semen), Desa Wisata Tulungrejo, Desa Wisata
Krisik, Desa Wisata Soso, Perkebunan Serahkencong, Perkebunan
Banaran, Perkebunan Pijiombo, Kawasan Agrowisata Gandusari, Lereng
Gunung Kawi, Arung Jeram Soko Adventure (Wlingi), Arung Jeram
Ngarai Genjong (Doko)
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
6 - 13
b. Pengembangan wisata lingkar penataran (Kaw. Candi Penataran) : Kolam
renang Penataran, Amphiteatre, Museum, Makam Syeh Subakir, Makam
Syeh Sentono, Sub Reizer Koi, kaw. minapolitan
c. Pengembangan wisata agropolitan (Agropolitan Kanigoro) : desa wisata
rejawinangun, desa wisata ploso, desa wisata kademangan, Candi
Sawentar, Candi Simping, Kekunan Jimbe
d. Pengembangan wisata pesisir selatan (Pantai Tambakrejo) : Pantai serang,
Goa Embultuk, Monumen Trisula, pantai di daerah selatan, desa wisata
sekitar pantai
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 1
BAB VII
RENCANA PENGEMBANGAN
PEMASARAN
7.1. Organisasi Pemasaran Destinasi
Pengembangan pemasaran wisata perlu memperhatikan segmen pasar dan
karakteristik wisatawan. Kecenderungan yang selama ini telah ada perlu dipelajari
dan ditekuni upaya promosi secara lebih mendalam, sehingga wisatawan yang pernah
datang ingin mengulangi pengalamannya kembali (repeaters). Diversifikasi produk
dan pemasaran perlu dilakukan terutama bagi negara kawasan Eropa dan Amerika.
Disamping itu pula perlu dilakukan diversifikasi produk terhadap wisatawan
domestik dari sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Pemasaran wisata Blitar perlu dilakukan secara sistematis dan tematis.
Disamping perlu melakukan pemasaran sendiri secara terfokus dan terinci, juga perlu
sinergi pemasaran bersama sehingga menjangkau pasar yang lebih luas. Oleh karena
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 2
itu ada baiknya dirangkai suatu tema bersama Blitar (Kabupaten Blitar – Kota Blitar)
sebagai destinasi wisata.
Secara sederhana kelembagaan diartikan sebagai totalitas unsur-unsur dari
sistem kepariwisataan yang menjalankan fungsi – fungsi tertentu sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Meskipun merupakan bagian dari sistem
kepariwisataan, namun aspek kelembagaan tidak mudah dibentuk dan tidak dapat
bekerja secara otomatis, sehingga perlu dikembangkan melalui suatu perencanaan
yang baik. Perencanaan kelembagaan pariwisata sebagai bagian dari pengembangan
sistem kepariwisataan hendaknya didasarkan pada, pertama, visi dan misi yang
diemban oleh sektor pariwisata dalam konteks pembangunan lokal, regional, dan
nasional; kedua, tujuan pengembangan pariwisata itu sendiri dan ketiga, jenis dan
bentuk produk wisata yang dikembangkan.
Suatu visi yang ingin menjadikan pariwisata sebagai ekonomi unggulan
daerah misalnya, membawa implikasi yang luas bagi pembentukan kelembagaan,
karena akan banyak institusi yang harus dilibatkan dan banyak pula peraturan
perundang-undangan yang perlu dipedomani dan diciptakan. Tidak saja jumlah,
tetapi model, tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dan cakupan kelembagaan juga harus
diciptakan.
Dalam hal tujuan untuk meningkatkan PAD misalnya, akan muncul
kompleksitas kelembagaan akibat tuntutan untuk memperluas jaringan teknis
managemen dari sekedar lintas atau sektoral menuju lintas teritorial. Demikian pula
jika misalnya, jenis produk yang dikembangkan adalah ekowisata, maka akan banyak
elemen-elemen kelembagaan yang harus dibentuk dan diakomodasi yang untuk jenis
produk lain mungkin tidak serumit itu.
Mempelajari peraturan di bidang kepariwisataan sangat penting artinya bagi
kelembagaan di pemerintah daerah untuk memahami arah dan sasaran pembangunan
pariwisata yang dikehendaki oleh pemerintah. Dari peraturan tersebut dapat
dilakukan semacam cross-check untuk mempertajam konsistensi dalam implementasi
program di lapangan dan untuk memetakan beragam kepentingan dan institusi yang
terkait dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, semua produk perundang-
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 3
undangan tentang pariwisata atau yang terkait dengannya hendaknya dianalisis
dengan lebih teliti. Perencanaan yang didasarkan pada produk perundang-undangan
niscaya lebih memiliki justifikasi formal dan keabsahan yang kuat. Sekedar untuk
diketahui, saat ini beberapa peraturan tentang kepariwisataan sudah perlu
diselaraskan sesuai dengan atmosfer otonomi daerah.
Mengacu pada Gartner18, pembentukan kelembagaan pariwisata, khususnya
di daerah menjadi penting karena beberapa alasan yang dapat disingkat sebagai
berikut:
1. Perlunya keterpaduan semua unsur pariwisata ke dalam satuan yang bersifat
holistik. Sistem pariwisata akan berjalan baik jika digerakkan oleh
mekanisme kelembagaan yang mencakup semua aktor-aktor kepariwisataan.
2. Peningkatan efektifitas pemasaran. Adanya kelembagaan yang kokoh akan
meningkatkan efektivitas pemasaran produk wisata. Pemasaran tersebut
dilakukan dengan memadukan sumber-sumber pembiayaan dari berbagai
usaha kecil yang ada di daerah. Cara ini jauh lebih efektif dibandingkan
dengan metode pemasaran secara individual oleh masing-masing usaha
pariwisata.
3. Proteksi terhadap hubungan simbiotis. Banyak kelompok masyarakat
mengembangkan pariwisata berdasarkan koneksitas dengan atraksi yang ada
di daerah lain. Di pihak lain atraksi yang berkembang di daerah lain
dipengaruhi oleh eksistensi atraksi didaerah sekitarnya. Di sini kelembagaan
sangat diperlukan untuk menjamin kemampuan setiap daerah menjadi bagian
integral dari industri pariwisata.
4. Pengembangan image. Kelompok kecil masyarakat relatif sulit
mengembangkan image pariwisata yang unik. Sebaliknya peran itu lebih
mudah dilakukan oleh suatu mekanisme kelembagaan yang melibatkan
banyak aktor.
5. Kemitraan. Kemitraan timbul apabila beberapa kelompok sepakat
bekerjasama di dalam wadah kelembagaan untuk mencapai tujuan bersama. 18 Gartner, 1996
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 4
6. Pembentukan identitas. Kalau masyarakat membangun suatu objek wisata
untuk penduduk lokal, maka dengan wadah kelembagaan dapat dibangun
suatu identitas wisata daerah.
7. Membantu kerjasama. Daerah terdiri dari berbagai entitas yang berbeda.
Lembaga publik dan swasta dapat bekerja untuk mencapai tujuan bersama
apabila mereka semua terlibat dalam suatu wadah organisasi.
Oleh sebab itu perencanaan kelembagaan harus dimulai dari eksplorasi isu-isu
strategis yang mampu menjelaskan masalah apa sesungguhnya yang sedang
berkembang di setiap unsur atau elemen sistem kepariwisataan Blitar. Atas dasar itu
kemudian dilakukan aktivitas untuk mengidentifikasi potensi dan eksistensi masing-
masing unsur dan dilanjutkan dengan uraian fungsi-fungsi strategik yang perlu
dilakukan.
Untuk Blitar yang tergolong kota yang sedang berkembang, perencanaan dan
pemantapan kelembagaan dalam jangka pendek diutamakan untuk memperkuat
kelembagaan lokal. Perencanaan dan penguatan ini meliputi beberapa aspek seperti
yang sudah dikemukakan di atas yang meliputi juga beberapa lembaga dan sector
terkait. Baru kemudian merintis dan mengembangkan kelembagaan yang berorientasi
di tingkat propinsi, tingkat nasional dan penyiapan kelembagaan internasional.
Pembangunan pariwisata daerah dialksanakan oleh perseorangan, koperasi,
badan usaha swasta, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama–sama.
7.2. Pengembangan Strategi Pemasaran
Era globalisasi memberikan perubahan pada hampir semua sektor, termasuk
sektor pariwisata. Ada dua hal yang dianggap signifikan akan mempengaruhi
perkembangan dunia kepariwisataan pada waktu mendatang, pertama,
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 5
kecenderungan adanya standarisasi dalam pengembangan produk dan pemasaran,
dan yang kedua adalah kecenderungan demassifikasi atau fragmentasi19.
Pandangan ini menyiratkan adanya perubahan penting dalam dunia
kepariwisataan dewasa ini, yakni terjadinya pergeseran orientasi dan preferensi pasar
pada pemilihan produk wisata, orientasi produk wisata yang konvensional
(berorientasi pada destinasi dan bentuk wisata rekrasional pleasure atau escaping),
ke orientasi produk khusus dan spesefik yang menekankan unsur pengalaman
(experience), keunikan dan kualitas (quality travel), atau pergeseran orientasi pasar
ini dipengaruhi antara lain oleh perkembangan signifikan pada aspek sosio demografi
pasar wisatawan yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara - negara pasar wisatawan
menciptakan kelompok pasar dengan tingkat penghasilan tinggi dan memiliki
ekspektasi yang lebih dalam melakukan perjalanan wisata sehingga
wisatawan mulai mencari bentuk perjalanan wisata baru yang berkualitas.
2. Segmen pasar baru umumnya memiliki latar belakang intelektual yang baik,
memiliki pemahaman yang peka terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai
tertentu. Mereka melihat perjalanan wisata sebagai suatu bentuk perjalanan
yang aktif, pencarian pengalaman dalam rangka pengembangan diri dan
bukan lagi hanya kegiatan liburan biasa20.
Karakteristik di atas secara nyata mempengaruhi pola perilaku dan motivasi
wisatawan dalam melakukan perjalanan. Hal ini ditunjukkan dari adanya
kecenderungan yang ada antara lain:
1. Wisatawan tidak lagi mengejar atau mencari produk yang murah untuk tujuan
wisata mereka, tetapi berani membayar harga untuk nilai kualitas pengalaman
yang diperoleh dari kunjungan wisata mereka (value for money)21.
19 Go, 1994 20 Hall & Weiler, 1992 21 Ibid.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 6
2. Wisatawan cenderung memilih bentuk wisata yang berorientasi pada
pengalaman (experience oriented holiday) yang menekankan pada aktifitas
atau kegiatan, tantangan, fantasi, nostalgia, serta pengalaman eksotik22.
3. Wisatawan cenderung mencari nilai manfaat yang dapat bertahan atau
langgeng, sebagai bagian dari motivasi untuk aktualisasi diri, pengembangan
diri melalui bentuk-bentuk interaksi yang mendalam dengan lingkungan alam
dan budaya atau komunitas lokal23.
4. Wisatawan semakin menyadari untuk menempatkan prinsip-prinsip
pelestarian dan perhatian terhadap aspek lingkungan dan sosial jenis-jenis
produk wisata yang menekankan pada penghayatan yang lebih pada
kelestarian lingkungan alam dan budaya lebih diminati.
Kegiatan usaha pengembangan pariwisata diharapkan mampu menjadi
lokomotif dalam mendinamisir perekonomian daerah. Konsep pengembangan wisata
diarahkan kepada wisata budaya, wisata alam dan wisata perkotaan, dimana
wisatawan selain menikmati keunikan budaya dan keindahan alam juga diharapkan
ikut berpartisipasi langsung dalam konservasi budaya dan lingkungan sekaligus
memperoleh pemahaman lebih dalam tentang seluk beluk ekosistem budaya dan
alam. Interaksi wisatawan dengan masyarakat diharapkan mampu membangun
kesadaran bersikap saling menghormati nilai dan tata cara budaya masing-masing
dan keduanya saling berupaya agar alam tetap lestari. Kegiatan pengembangan
pemasaran pariwisata meliputi :
1. Penelitian tentang target pasar dan persaingan pasar.
a. Pendataan target pasar bahwa dalam target jangka pendek target pasar
yang akan disasar yaitu wisatawan-wisatawan Malaysia, Singapura,
Australia, Amerika dan Eropa. Untuk target wisatawan domestik lebih
diarahkan kepada kegiatan MICE atau kegiatan pada daerah pesisir
bagian selatan serta kegiatan wisata ziarah pada sejumlah lokasi.
22 Helber, 1988 23 Hall & Weiler, 1992
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 7
b. Pangsa pasar produk wisata yang akan disajikan lebih mengarah kepada
wisatawan dengan kategori muda dengan umum antara 25 hingga 45
tahun. Wisatawan kategori ini umumnya wisatawan yang menyukai
petualangan. Untuk wisata cagar budaya diarahkan pada wisatawan
dengan golongan usia diatas 45 tahun.
2. Perencanaan produk pariwisata
a. Produk wisata yang akan dikembangkan yaitu wisata alam, wisata ziarah,
wisata petualangan, wisata budaya
b. Produk pariwisata yang ditawarkan diarahkan pada produk wisata dengan
keunikan yang mengakar pada karakteristik lokasi
c. Pengemasan terhadap produk wisata terutama terkait dengan peristiwa
tertentu yang berpotensi mendatangkan wisatawan akan dikembangkan
seperti Purnama Seruling Penataran, event budaya, kegiatan Gong Kyai
Pradah atau event lainnya yang dilakukan (festival koi, event hasil
pertanian, event hasil perikanan dan event hasil kerajinan)
3. Pengembangan kebijakan harga
a. Penetapan harga didasarkan atas biaya operasional pengelolaan dan
pelayanan wisata
b. Review atau evaluasi harga akan dilakukan secara periodik untuk
menyesuaikan terhadap perubahan harga – harga yang terjadi
c. Akan dikembangkan harga dasar produk wisata dan harga penjualan
yang akan digunakan oleh wisatawan atau usaha perjalanan wisata yang
ada
4. Distribusi produk pariwisata.
a. Produk pariwisata akan dikembangkan mengkhusus mengacu kepada
potensi wisata yang ada di tiap – tiap kawasan wisata
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 8
b. Produk pelayanan wisata tidak akan dilakukan penyeragaman tetapi akan
ditetapkan standar pelayanan minimal sehingga usaha pelayanan wisata
akan mengetahui standar pelayanan minimal yang harus diberikan
5. Promosi.
a. Komunikasi
i. Penyebarluasan informasi mengenai produk wisata, harga dan
mekanisme penjualan jasa wisata kepada wisatawan atau kepada
usaha perjalanan wisata yang ada secara periodik
ii. Komunikasi secara berkala mengenai perkembangan kegiatan
kepariwisataan baik dalam bentuk komunikasi langsung maupun
dalam bentuk pengenalan kalender wisata guna menjaga komunikasi
informasi wisata
iii. Mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi pasca layanan kepada
wisatawan yang telah berkunjung guna menjaga hubungan dan bentuk
penghargaan terhadap kunjungan yang telah dilakukan
b. Advertising
i. Kegiatan advertising yang dilakukan lebih mengarah kepada
bagaimana penyebarluasan informasi wisata dilakukan dengan media
komunikasi terkini
ii. Pengembangan kerjasama dalam rangka periklanan produk wisata
yang akan ditawarkan di negara target sumber wisatawan.
7.3. Branding Destinasi
Pengembangan promosi pariwisata di era otonomi dan tema-tema
berkelanjutan diarahkan pada konsep pengembangan pariwisata berwawasan
lingkungan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan budaya yang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 9
didukung alat produksi atau sarana dan prasarana seperti aksesibilitas, akomodasi,
restoran, sarana rekreasi dan hiburan serta biro perjalanan. Untuk ini diperlukan
strategi yang terarah. Strategi pengembangan pariwisata harus bersifat multisektoral
dan multidestinasi serta multidimensi. Citra pariwisata menjadi penting dalam
pemasaran. Oleh karena itu perlu dibangun identitas jatidiri dan citra yang menjadi
tema utama pemasaran pariwisata Blitar. Citra ini seperti magnet yang tidak terlihat
namun memiliki daya tarik yang kuat, tanpa citra maka destinasi wisata kurang dapat
menyerap potensi pasar wisatawan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa citra
harus ditemukan, diolah dan dibangun secara berkesinambungan.
Identitas jatidiri yang perlu dibangun di Blitar adalah adat istiadat dan seni
budaya luhur yang bernilai tinggi dipadukan dengan keindahan dan keanggunan alam
yang terbentang. Perpaduan dari kekuatan yang dimiliki tersebut, dicitrakan dalam
sebuah brand image, slogan maupun simbol yang dapat memberi kekuatan ke dalam
maupun ke luar, dalam arti memberikan kekuatan ke dalam masyarakat Blitar dalam
mewujudkan tujuannya dan memberi kekuatan keluar dalam arti masyarakat luas
ingin melihat, mengetahui, mempelajari dan mengunjunginya. Dalam pengembangan
kedepan konsepsi branding dilakukan dengan sejumlah kegiatan yaitu :
1. Evaluasi branding secara berkala sehingga branding pariwisata Blitar
diharapkan mengikuti perkembangan dan dinamika dunia
2. Dilakukan kegiatan penyerapan aspirasi pembentukan branding baik dengan
cara sayembara, penunjukan pakar pemasaran atau branding atau kerjasama
antar daerah guna penguatan branding pariwisata
Penetapan branding menjadi hal yang mutlak dilakukan karena disamping
sebagai merek pariwisata daerah, branding juga berfungsi sebagai identitas daerah
untuk mengenal dirinya pada dunia. Mengacu kepada analisis pasar dan
mempertimbangkan keberadaan daya tarik wisata yang ada di Blitar, branding
pariwisata yang diperkenalkan yaitu :
Blitar : The Founding Fathers of Indonesia
Branding ini ditetapkan mengingat keberadaan sejumlah candi yang ada di
Kabupaten Blitar seperti Candi Penataran dan perabuan (makam) Raja Raden Wijaya
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 10
sebagai cikal bakal berdirinya Indonesia. Branding ini diharap menjadi sebuah
identitas bahwa di lokasi ini, di Kabupaten Blitar tempat lahirnya pendiri bangsa dan
pemimpin bangsa dari jaman kerajaan tempo lalu. Dengan penetapan branding ini,
daya tarik wisata yang diunggulkan yaitu candi – candi yang ada di Kabupaten
Blitar. Sebagai upaya pembangunan kepariwisataan, penetapan branding akan diikuti
dengan penetapan tema pariwisata tahunan. Tema pariwisata ini akan bersifat
melengkapi pengembangan dan pemasaran pariwisata yang akan dilakukan.
Sejumlah tema tahunan pariwisata yang ditawarkan yaitu :
1. Enjoy the past to Create The Future
Tema pariwisata pada tahun ini difokuskan pada penggalian daya tarik
wisata yang berbasis kesejarahan. Dengan penggalian nilai sejarah
yang ada diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan hidup di masa
mendatang. Secara teknis kegiatan yang dilakukan lebih kepada
kegiatan event budaya dan kegiatan yang dilakukan di cagar budaya
yang ada di Kabupaten Blitar
2. Blitar : Heritage for Tourism and Development
Daya tarik wisata berbasis heritage ini mengedepankan unsur
peninggalan masa lampau baik pada masa kerajaan maupun pada
masa penjajahan. Pada tahun ini kegiatan pariwisata diarahkan pada
kegiatan yang mengedepankan pemanfaatan bangunan (site) atau
kegiatan yang terjadi di masa lampau untuk di skenariokan /
dipentaskan atau dilakonkan sehingga menjadi sebuah event
pariwisata daerah.
3. Rural Friendly of Tourism Destination
Keberadaan sejumlah desa wisata menjadi focus kegiatan pariwisata
pada tahun ini. Diharapkan kondisi keseharian masyarakat desa dan
kondisi bentang alam kawasan pedesaan lebih di kedepankan. Pada
tahun ini pengembangan desa wisata menjadi penting untuk dilakukan
pengenalan, pembangunan dan pengembangan kegiatan pariwisata.
4. The Harmony of Nature and Culture
Konsep dasar kegiatan ini adalah pengenalan sejumlah daya tarik
wisata alam yang ada di Blitar untuk dimanfaatkan untuk kegiatan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 11
pariwisata. Pada masa ini, akan dikenalkan bagaimana budaya pesisir
pantai di Kabupaten Blitar lengkap dengan kuliner khasnya sebagai
sebuah destinasi pariwisata, bagaimana kondisi agrowisata dan
agropolitan yang ada menjadi sebuah daya tarik wisata serta
pengelolaan kawasan lereng Gunung Kelud. Konsep keharmonisan
dikedepankan dengan mengedepankan konsep pengelolaan alam oleh
masyarakat dengan menjunjung tinggi niai pelestarian alam.
5. Blitar : Sensation Extreeme Sport Tourism
Tema kegiatan ini menjadi trend saat ini dan diharapkan dengan
potensi alam Blitar yang beragam menjadi sebuah potensi
pengembangan extreeme sport di Kabupaten Blitar.
Tema kepariwisataan tahunan ini diharapkan menjadi tema tahunan
pariwisata Kabupaten Blitar. Dengan tema ini kegiatan (event) dan focus
pengembangan pariwisata lebih diarahkan pada tema pariwisata tahunan yang
ditetapkan.
7.4. Rencana Posisi Pasar
Penegasan mengenai rencana posisi pasar akan lebih memperjelas rencana
pemasaran yang akan disusun. Rencana posisi pasar di dasarkan pada dua data dasar
yaitu peluang pasar dan kondisi pasar eksisting. Dalam pengembangan di tahun
mendatang, akan ditetapkan target pasar yang menggambarkan target pasar
wisatawan yang akan di sasar, bentuk komunikasi kepada target pasar yang
ditetapkan dan gambaran mengenai distribusi atau penyampaian penawaran produk
pariwisata yang ada.
7.4.1. Target Pasar
Target pasar wisatawan yang ditetapkan terdiri atas 3 wilayah pemasaran
dengan 3 karakteristik dasar pasar wisatawan yang akan disasar. Tiga (3) wilayah
pasar yang akan disasar yaitu ;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 12
1. Wisatawan domestik. Target pasar ini lebih menyasar masyarakat Indonesia
yang ingin melakukan kegiatan wisata di Kabupaten Blitar. Target wisatawan
domestik adalah masyarakat yang berada disekitar wilayah Kabupaten Blitar
yang ingin berwisata di Kabupaten Blitar. Target wisatawan domestik
diharapkan berasal dari Malang, kediri, Batu, Tulungagung, Kota Blitar,
Surabaya, Jogjakarta, Jakarta dan Bali. Target pasar ini mengacu kepada
sejumlah daya tarik wisata yang ada di Blitar seperti ke Candi Penataran dan
sejumlah candi diharapkan menyasar wisatawan dari Surabaya, Jakarta,
Jogjakarta dan Bali, daya tarik wisata seperti pantai pada daerah selatan dan
event budaya menyasar wisatawan yang berasal dari Malang, Kediri, Batu,
Tulungagung, Kota Blitar.
2. Wisatawan internasional. Target pasar wisatawan ini diarahkan lebih kepada
wisatawan dengan tujuan penelitian dan wisata petualangan. Adanya
perubahan trend berwisata saat ini menjadi dasar pertimbangan
pengembangan sasaran wisatawan ini. Target pasar wisatawan lebih
menyasar wisatawan Eropa, Amerika dan Australia. Karakteristik wisatawan
dari sejumlah daerah ini yang umumnya menyukai wisata petualangan.
Disamping itu akan dikembangkan target pasar pada wisatawan Jepang
dengan target penawaran kehidupan di daerah pedesaan serta kegiatan
penelitian baik penelitian geologi, penelitian botani atau penelitian cagar
budaya.
7.4.2. Komunikasi Pasar
Bentuk komunikasi pasar yang akan dikembangkan lebih kepada bentuk-
bentuk komunikasi yang konvensional. Pola ini ditetapkan dengan alasan lebih
murah dan lebih menjamin tingkat kunjungan yang di perkirakan. Mekanisme dasar
komunikasi pasar yang akan dikembangkan yaitu ;
1. Penyampaian informasi melalui Media baik media cetak berupa buku, brosur,
famplet atau media massa, media elektronik seperti internet (pengembangan
group atau pusat komunikasi).
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
7 - 13
2. Penyampaian secara langsung. Bentuk ini dikembangkan dengan langsung
menyasar target wisatawan. Pola ini akan dikembangkan dengan pengadakan
sosialisasi terhadap kalender wisata dan sosialisasi terhadap event tertentu
yang akan dilakukan di wilayah Blitar.
7.4.3. Distribusi Produk Wisata
Mekanisme distribusi produk wisata yang akan ditawarkan, direncanakan
tidak dilakukan secara holistik terhadap seluruh daya tarik wisata yang ada di Blitar .
Secara umum penyampaian informasi akan terdiri atas tiga jenis mekanisme yaitu :
1. Penyampaian informasi secara menyeluruh. Konsep ini dikembangkan pada
mekanisme komunikasi pasar melalui media kegiatan atau sosialisasi
kalender wisata tahunan. Pada mekanisme ini dikembangkan sosialisasi
secara penuh terhadap seluruh daya tarik wisata yang ada. Dengan pola ini
diharapkan wisatawan dapat memilih rencana daya tarik wisata yang akan
dikunjungi.
2. Penyampaian informasi dalam bentuk tematik. Konsep ini dikembangkan
hanya untuk memfokuskan bentuk paket wisata yang akan ditawarkan.
Penawaran bentuk tematik akan terdiri atas tema wisata alam, tema wisata
budaya, tema wisata petualangan dan sejumlah tema lainnya.
3. Penyampaian informasi daya tarik wisata unggulan. Konsep ini ditawarkan
untuk menonjolkan daya tarik wisata unggulan. Dengan pola ini diharapkan
wisatawan lebih terfokus pada apa yang menjadi daya tarik utama di Blitar.
Fokus penawaran daya tarik wisata dapat berupa daya tarik candi, pesisir
pantai dan sejumlah event yang akan dilakukan di Blitar.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
8 - 1
BAB VIII
RENCANA PENGEMBANGAN
INDUSTRI PARIWISATA
8.1. Strategi Pengembangan Industri Pariwisata
Industri pariwisata merupakan ujung tombak pelaksanaan pembangunan
kepariwisataan di lapangan. Konsepsi industri pariwisata sendiri mengacu kepada
seluruh pelayanan barang dan jasa yang akan diberikan atau ditawarkan kepada
wisatawan mulai dari tempat asal, menuju ke destinasi wisata, pada saat di destinasi
dan kembali ke tempat asal. Secara umum konsepsi pembangunan Industri Pariwisata
Kabupaten Blitar mengacu kepada pembangunan kepariwisataan nasional. Strategi
pembangunan industri kepariwisataan Kabupaten Blitar meliputi :
1. penguatan struktur industri pariwisata;
2. peningkatan daya saing produk pariwisata;
3. pengembangan kemitraan usaha pariwisata;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
8 - 2
4. penciptaan kredibilitas bisnis; dan
5. pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Pariwisata sebagia suatu industri menghasilkan produk. Produk pariwisata
adalah bukti bahwa dalam kepariwisataan para pengusaha atau operator mengusung
semua elemen pariwisata dan menjualnya dalam satu paket. Umumnya produk
pariwisata dibagi menjadi tiga (3) golongan yaitu: daya tarik wisata yang menjadi
pemicu wisatawan untuk datang, fasilitas yang diperlukan di destinasi dan di jalur
sepanjang lintas ke/dari destinasi dan perangkutan yang menghubungkan daerah asal
wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Serangkaian produk industri pariwisata ini
berdiri sendiri-sendiri, namun berkaitan dengan kepariwisataan. Tidak ada produk
tunggal industri kepariwisataan, tidak ada komunitas atau layanan yang dapat
mengukur produk wisata. Industri pariwisata tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan
dengan industri lain yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam
sektor kepariwisataan. Sektor kepariwisataan membentuk sektor industri hulu dan
sektor industri hilir dalam bidang kepariwisataan. Industri hulu adalah segala industri
yang produknya dibutuhkan sebagai masukan bagi proses produksi industri
pariwisata seperti perangkutan, biro perjalanan. Industri hilir adalah segala industri
yang produknya dibutuhkan karena adanya kegiatan pariwisata seperti makanan,
kerajinan dan lain sebagainya.
8.2. Penguatan Struktur Industri Pariwisata
Arah kebijakan penguatan struktur Industri Pariwisata diwujudkan dalam
bentuk penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk
Industri Pariwisata untuk meningkatkan daya saing industri pariwisata. Strategi
untuk penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri
pariwisata, meliputi:
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
8 - 3
1. meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antar mata rantai pembentuk
industri pariwisata;
2. menguatkan fungsi, hierarki, dan hubungan antar usaha pariwisata sejenis
untuk meningkatkan daya saing; dan
3. menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha
pariwisata dan sektor terkait.
8.3. Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata
Kabupaten Blitar berbatasan dengan sejumlah daerah yang merupakan daerah
tujuan wisata seperti Kota Blitar dan Kota Batu. Dengan kondisi ini, Blitar bersaing
secara langsung dengan Kota Blitar dan Kota Batu baik dari segi industri pariwisata,
pemasaran atau daya tarik pariwisata yang ada. Disamping itu perlu juga
dipertimbangkan persaingan dengan kabupaten tetangga seperti Kediri, Malang dan
Tulungagung. Untuk itu perlu dikembangkan daya saing produk pariwisata yang ada
di Kabupaten Blitar. Peningkatan daya saing produk pariwisata, meliputi:
1. daya saing daya tarik wisata;
2. daya saing fasilitas pariwisata; dan
3. daya saing aksesibilitas.
Arah kebijakan peningkatan daya saing daya tarik wisata diwujudkan dalam
bentuk pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata. Strategi
untuk pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata, meliputi:
1. mengembangkan manajemen atraksi;
2. memperbaiki kualitas interpretasi;
3. menguatkan kualitas produk wisata; dan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
8 - 4
4. meningkatkan pengemasan produk wisata.
Arah kebijakan peningkatan daya saing fasilitas pariwisata diwujudkan dalam
bentuk pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan fasilitas pariwisata
yang memenuhi standar internasional dan mengangkat unsur keunikan dan kekhasan
lokal.
Strategi untuk pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan
fasilitas pariwisata meliputi:
1. mendorong dan meningkatkan standardisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata;
2. mengembangkan skema fasilitasi untuk mendorong pertumbuhan usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah; dan
3. mendorong pemberian insentif untuk menggunakan produk dan tema yang
memiliki keunikan dan kekhasan lokal.
Arah kebijakan peningkatan daya saing aksesibilitas diwujudkan dalam
bentuk pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi yang
mendukung kemudahan perjalanan wisatawan ke destinasi pariwisata. Strategi untuk
pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi dilaksanakan melalui
peningkatan etika bisnis dalam pelayanan usaha transportasi pariwisata.
8.4. Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata
Arah kebijakan pengembangan kemitraan usaha pariwisata diwujudkan dalam
bentuk pengembangan skema kerja sama antara pemerintah, pemerintah daerah,
dunia usaha, dan masyarakat.
Strategi untuk pengembangan skema kerja sama meliputi:
1. menguatkan kerja sama antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
8 - 5
2. menguatkan implementasi kerja sama antara pemerintah, pemerintah daerah,
dunia usaha, dan masyarakat; dan
3. menguatkan monitoring dan evaluasi kerja sama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.
8.5. Penciptaan Kredibilitas Bisnis
Arah kebijakan penciptaan kredibilitas bisnis, diwujudkan dalam bentuk
pengembangan manajemen dan pelayanan usaha pariwisata yang kredibel dan
berkualitas. Strategi untuk pengembangan manajemen dan pelayanan usaha
pariwisata yang kredibel dan berkualitas meliputi:
1. menerapkan standardisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata yang mengacu
pada prinsip-prinsip dan standar internasional dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal;
2. menerapkan sistem yang aman dan tepercaya dalam transaksi bisnis secara
elektronik; dan
3. mendukung penjaminan usaha melalui regulasi dan fasilitasi.
8.6. Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap
Lingkungan
Arah kebijakan pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan
diwujudkan dalam bentuk pengembangan manajemen usaha pariwisata yang
mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
8 - 6
pariwisata dunia dan ekonomi hijau. Strategi untuk pengembangan manajemen usaha
pariwisata meliputi:
a. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai usaha
pariwisata; dan
b. mengembangkan manajemen usaha pariwisata yang peduli terhadap
pelestarian lingkungan dan budaya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 1
BAB IX
RENCANA PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN
9.1. Konsep Pengembangan Kelembagaan
Secara umum pengembangan konsep kelembagaan lebih berorientasi kepada
bagaimana pemerintah kabupaten dapat meningkatkan partisipasi semua pihak dalam
rangka pengembangan kepariwisataan. Konsep organisasi mencakup hal-hal yang
terkait dengan proses berkelanjutan seperti dari sisi wewenang, sumber daya
anggota, dan hubungan antar anggota sehingga dapat tercapai tujuan yang
diinginkan. Organisasi pariwisata bersifat sangat kompleks yang melibatkan fungsi
sebagai katalis (fasilitator), perencanaan, pengembangan dan promosi suatu destinasi
pariwisata. Keterlibatan organisasi dalam pengembangan pariwisata mencakup lima
alasan yaitu :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 2
1. Politik dalam hal citra negara, pengertian internasional, hubungan
perdagangan, stabilitas negara, keutuhan atau keamanan kedaulatan
2. Ekonomi meliputi : investasi, devisa, lapangan kerja baru, perkembangan
ekonomi.
3. Lingkungan termasuk pelestarian dan perlindungan alam
4. Sosial budaya terkait pelestarian dan perlindungan budaya, pembangunan
infrastruktur dan pertukaran budaya
5. Keuangan
Dari kelima alasan itu, pengembangan pariwisata selayaknya perlu
diselenggarakan secara tertib. Adapun bagaimana keterlibatan semua pihak
dilakukan dengan cara :
1. Koordinasi (wilayah pengembangan pariwisata, tourism development
corporation)
2. Perencanaan (rencana induk pengembangan pariwisata, rencana strategis,
masterplan, detail engineering design)
3. Peraturan (undang – undang, keputusan presiden, peraturan daerah)
4. Penelitian
5. Pengawasan (penilaian, izin usaha pariwisata, klasifikasi usaha)
6. Pengoperasian
7. Pemasaran
8. Pendidikan dan pelatihan (lembaga pendidikan dan pelatihan)
Kelembagaan Kepariwisataan, sebagaimana pengertiannya yang disebutkan
di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, adalah:
“kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 3
manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.”
Dengan kata lain, Kelembagaan Kepariwisataan merupakan suatu integrasi
antara pemerintah, organisasi, pelaku pariwisata, peraturan, dan teknis pelaksanaan,
yang berlangsung secara terus-menerus, agar tujuan kepariwisataan secara nasional,
regional, dan lokal dapat tercapai.
Pada peraturan atau regulasi yang sama, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS, secara umum pengembangan konsep
kelembagaan lebih berorientasi kepada bagaimana pemerintah kabupaten dapat
meningkatkan partisipasi semua pihak dalam rangka pengembangan kepariwisataan.
Dalam konteks pelaksanaan program dan kegiatan nantinya memang merupakan
tugas dan tanggungjawab dari pemerintah, tetapi peran serta masyarakat, lembaga
masyarakat dan pihak swasta diharapkan dapat lebih berperan. Konsepsi
pembangunan kelembagaan kepariwisataan yang akan dikembangkan meliputi:
1. penguatan Organisasi Kepariwisataan;
2. pembangunan SDM Pariwisata; dan
3. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
9.2. Penguatan Organisasi Kepariwisataan
Pembentukan kelembagaan dalam pengembangan pariwisata, diperlukan
kesesuaian pada tahap mana atau fase dalam siklus sebuah destinasi pariwisata (life
cycle destination). Tahap eksplorasi akan berbeda jumlah dan kualitas lembaganya,
begitu pula manakala sudah pada tahapan yang lebih tinggi misalnya pengembangan
(involvement), akan berbeda pula tipologi keberadaan lembaga pariwisatanya.
Kemajuan pariwisata banyak dipengaruhi oleh profesionalisme dan eksistensi
lembaganya (tourism institutions). Semakin maju lembaga pariwisata (kuantitas dan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 4
kualitas) maka cenderung akan semakin maju pula, kemajuan pariwisata dalam suatu
daerah. Oleh karena itu dalam usaha mencapai hal tersebut, Pariwisata Blitar dalam
usaha pengembangannya saat ini, diperlukan langkah-langkah praktis dalam
membangun beberapa lembaga pariwisata.
Berdasarkan hasil pengamatan keberadaan lembaga pariwisata di Kabupaten
Blitar secara umum relatif masih minim dan belum fokus terkait dengan fungsi dan
perannya. Berdasarkan kondisi saat ini (existing) ternyata lembaga pariwisata yang
diinventaris yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintah (Dinas kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga)
2. Swasta : PHRI
3. Masyarakat : desa wisata, dan Kolaborasi (mix) : Tidak tersedia
Berdasarkan hasil analisis dan komparasi dengan beberapa daerah yang telah
maju sebagai destinasi pariwisata, misalnya Kota Batu, Malang, Kota Blitar dan Bali.
Maka pariwisata Blitar perlu dibangun beberapa organisasi atau asosiasi pariwisata
sesuai dengan bidang dan spesifikasinya. Langkah awal yang perlu dilakukan yaitu
mewujudkan pengembangan kelembagaan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Ada beberapa usaha pengembangan yang bisa dilakukan yaitu : Pertama,
pemerintah perlu memberikan otoritas lebih kepada dinas yang khusus membidangi
pariwisata dalam mengelola daya tarik wisata yang ada. Bilamana perlu Pemerintah
Kabupaten Blitar perlu membuat kebijakan yang fokus pengembangan pariwisata
yang dikelola mandiri oleh dinas pariwisata. Dengan kata lain, dinas pariwisata tidak
merger dengan sektor atau komponen lainnya.
Kedua, swasta dibutuhkan pembentukan asosiasi-asosiasi industri pariwisata
terkait dengan himpunan pramuwisata dan pengembangan wisata bahari. Nama
organisasi yang bisa dikembangkan di Kabupaten Blitar yaitu HPI (Himpunan
Pramuwisata Indonesia) dan GAHAWISRI (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari
Indonesia).
Ketiga, dalam rangka menumbuhkan inovasi dan kreativitas masyarakat,
perlu dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan pariwisata. Konkritnya Masyarakat
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 5
Blitar perlu diberdayakan melalui community based developmet atau pariwisata yang
berbasis komunitas lokal. Usaha pengembangan yang bisa dilakukan dengan cara
membentuk badan pengelola di masing-masing DTW yang ada di Kabupaten Blitar.
Langkah awal, dapat dimulai dengan pembentukan lembaga pengelola pada DTW-
DTW yang sudah berkembang, kemudian disusul organisasi pengelola pada DTW-
DTW yang potensial (belum berkembang).
Keempat, Kolaborasi (mix institutions): lemahnya power lembaga
pariwisata dalam menggerakan kemajuan pengembangan pariwisata, banyak
diakibatkan karena kurang terpadu (integrated) dalam membangun pariwisata.
stakeholder pariwisata cenderung berjalan sendiri-sendiri, tanpa memperdayakan
sumber daya yang dimiliki oleh lembaga lain. Apabila bisa dibangun kerjasama dan
mutual benefit melalui kepercayaan bersama (mutual trust) maka pariwisata akan
bisa dikembangkan lebih optimal. Bentuk asosiasi yang bisa dibangun oleh
Kabupaten Blitar yaitu organisasi yang berbasis pada stakeholder pariwisata: GIPI
(Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) dan BPPD (Badan Promosi Pariwisata
Daerah)
Tabel 9.1. Pengembangan Lembaga Pariwisata di Kabupaten Blitar
Kelembagaan Existing/Kondisi Saat Ini Pengembangan
Pemerintah Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Dinas Pariwisata
Swasta PHRI dan ASITA HPI,GAHAWISRI
Masyarakat Desa wisata Badan Pengelola DTW berbasis komunitas lokal Jaringan desa wisata
Mix (Kolaborasi) - GIPI dan BPPD
Sumber : Hasil kajian
Penguatan organisasi akan diarahkan kepada kemandirian organisasi baik
secara kegiatan, program kerja, dukungan teknis atau pengembangan jaringan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 6
kerjasama. Arah kebijakan penguatan organisasi kepariwisataan yang akan
dikembangkan, meliputi:
1. reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja
organisasi untuk mendukung misi kepariwisataan sebagai portofolio
pembangunan kabupaten;
2. memantapkan organisasi kepariwisataan dalam mendukung pariwisata
sebagai pilar strategis pembangunan kabupaten;
3. mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani
bidang pemasaran pariwisata;
4. mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani
bidang industri pariwisata; dan
5. mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani
bidang destinasi pariwisata.
Strategi untuk akselerasi reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan
mekanisme kinerja organisasi, meliputi:
1. menguatkan tata kelola organisasi kepariwisataan dalam struktur
kementerian;
2. menguatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program pembangunan kepariwisataan; dan
3. menguatkan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan
kepariwisataan baik secara internal kementerian maupun lintas sektor.
Strategi untuk pemantapan organisasi kepariwisataan dalam mendukung
pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan kabupaten, meliputi:
1. menguatkan fungsi strategis kepariwisataan dalam menghasilkan devisa;
2. meningkatkan usaha pariwisata terkait;
3. meningkatkan pemberdayaan masyarakat; dan
4. meningkatkan pelestarian lingkungan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 7
Strategi untuk pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang
menangani bidang pemasaran pariwisata, meliputi:
1. menguatkan struktur dan fungsi organisasi bidang pemasaran di tingkat
pemerintah;
2. memfasilitasi terbentuknya Badan Promosi Pariwisata; dan
3. menguatkan kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata dan pemerintah
dalam pembangunan kepariwisataan kabupaten.
Strategi untuk pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang
menangani bidang industri pariwisata, meliputi:
1. memfasilitasi pembentukan Gabungan Industri Pariwisata; dan
2. menguatkan kemitraan antara Gabungan Industri Pariwisata dan pemerintah
dalam pembangunan kepariwisataan kabupaten.
Strategi untuk pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang
menangani bidang destinasi pariwisata, meliputi:
1. menguatkan struktur dan fungsi organisasi bidang pengembangan destinasi di
tingkat Pemerintah;
2. memfasilitasi terbentuknya organisasi pengembangan destinasi; dan
3. menguatkan kemitraan antara organisasi pengembangan destinasi dan
Pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan kabupaten.
9.3. Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata
Salah satu elemen dari manajemen adalah sumber daya manusia. Sumber
daya manusia sebagai salah satu sumber daya memiliki peran pelaksana dalam
pelaksanaan pembangunan kepariwisataan. Upaya pembangunan SDM pariwisata
yang akan dikembangkan, meliputi:
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 8
1. SDM Pariwisata di tingkat Pemerintah; dan
2. SDM Pariwisata di dunia usaha dan masyarakat.
Arah kebijakan Pembangunan SDM Pariwisata di tingkat Pemerintah,
diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata.
Strategi untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata di lingkungan
Pemerintah, meliputi:
1. meningkatkan kemampuan dan profesionalitas pegawai;
2. meningkatkan kualitas pegawai bidang Kepariwisataan; dan
3. meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan dan
latihan bidang Kepariwisataan.
Arah kebijakan Pembangunan SDM Pariwisata di dunia usaha dan
masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
Pariwisata. Strategi untuk Pembangunan SDM Pariwisata di dunia usaha dan
masyarakat, meliputi:
1. meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memiliki
sertifikasi kompetensi di setiap Destinasi Pariwisata;
2. meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang Kepariwisataan; dan
3. meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan Kepariwisataan
yang terakreditasi.
9.4. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan
Arah kebijakan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan untuk
mendukung Pembangunan Kepariwisataan, meliputi:
1. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan Destinasi
Pariwisata;
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 9
2. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan Pemasaran
Pariwisata;
3. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan Industri
Pariwisata; dan
4. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan
dan SDM Pariwisata.
Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
Destinasi Pariwisata, meliputi:
1. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Daya Tarik Wisata;
2. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan aksesibilitas dan/atau
transportasi Kepariwisataan dalam mendukung daya saing Destinasi
Pariwisata;
3. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Prasarana Umum,
Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata dalam mendukung daya saing
Destinasi Pariwisata;
4. meningkatkan penelitian dalam rangka memperkuat Pemberdayaan
Masyarakat melalui Kepariwisataan; dan
5. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan dan peningkatan
investasi di bidang pariwisata.
Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
Pemasaran Pariwisata, meliputi:
1. meningkatkan penelitian pasar wisatawan dalam rangka pengembangan pasar
baru dan pengembangan produk;
2. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan dan penguatan citra
pariwisata;
3. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan kemitraan Pemasaran
Pariwisata; dan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 10
4. meningkatkan penelitian dalam rangka peningkatan peran promosi pariwisata
di luar negeri.
Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
Industri Pariwisata, meliputi:
1. meningkatkan penelitian dalam rangka penguatan Industri Pariwisata;
2. meningkatkan penelitian dalam rangka peningkatan daya saing produk
pariwisata;
3. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan kemitraan Usaha
Pariwisata;
4. meningkatkan penelitian dalam rangka penciptaan kredibilitas bisnis; dan
5. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan tanggung jawab
terhadap lingkungan.
Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
kelembagaan dan SDM Pariwisata, meliputi:
1. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Organisasi
Kepariwisataan; dan
2. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan SDM Pariwisata.
9.5. Pengembangan Peran Serta Multipihak
Manfaat-manfaat yang didapatkan dari industri pariwisata dirasakan oleh para
pemangku kepentingan yang terdiri atas pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat sebagai wisatawan dan sebagai tuan rumah. Masing-masing pihak
terkait memiliki peran-peran dalam menjalankan roda industri.
Pemerintah daerah memiliki peran dalam :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 11
1. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, keamanan dan
keselamatan kepada wisatawan
2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata
yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, fasilitasi
dan kepastian hukum
3. Memelihara, mengembangkan dan melestarikan aset – aset nasional yang
menjadi daya tarik wisata dan aset – aset potensial yang belum tergali
4. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas
Setiap pengusaha memiliki peran untuk :
1. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, dan nilai – nilai yang
hidup dalam masyarakat setempat
2. Memberikan informasi yang akurat dan bertanggungjawab
3. Memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif
4. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan
keselamatan wisatawan
5. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata yang beresiko
tinggi
6. Mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro dan kecil serta koperasi
setempat yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan
7. Mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat dan produksi dalam
negeri serta memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal
8. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan
9. Berperan aktif dalam upaya pengembangan sarana dan prasarana dan
program pemberdayaan masyarakat
10. Berpartisipasi mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan
dan kegiatan yang melanggar hukum dilingkungan tempat usaha
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 12
11. Memelihara lingkungan yang sehar, bersih dan asri
12. Memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya
13. Menjaga citra bagi negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan usaha
kepariwisataan secara bertanggungjawab
14. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh
peraturan perundang - undangan
Setiap masyarakat yang menjadi wisatawan berperan untuk menjaga dan
menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai – nilai yang hidup dalam
masyarakat setempat. Setiap orang dalam masyarakat berperan untuk selalu menjaga
dan melestarikan daya tarik wisata, dan membantu terciptanya suasana aman, tertib,
bersih, berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi. Pemerintah
dan pemerintah daerah adalah fasilitator, sementara masyarakat dapat berperan
sebagai wisatawan dan sebagai tuan rumah. Para pemangku kepentingan tersebut
memiliki peran masing-masing guna menjalankan roda industri sehingga
memberikan manfaat bersama.
9.6. Eksistensi dan Pengembangan Lembaga Pariwisata
9.6.1. Eksistensi Kelembagaan Pariwisata: Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI)
Badan Usaha Perhotelan dan Jasa Akomodasi, Restauran atau Rumah Makan,
Jasa Pangan, dan Jasa Boga, serta Lembaga Pendidikan Pariwisata Bidang Hotel dan
Restoran mengimpun diri dalam datu organisasi yang disebut Perhimpunan Hotel
dan Restoran Indonesia (PHRI) atau dalam hubungan antar bangsa disebut dengan
Indonesia Hotel and Restaurant Association (IHRA). PHRI merupakan kelanjutan
dari organisasi Indonesia Tourist Hotel Association (ITHA). Kabupaten Blitar telah
membentuk wadah ini, melalui asosiasi dari keberadaan hotel dan restoran yang ada
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 13
di wilayah pariwisata Blitar, namun relatif belum berkembang oftimal, dan belum
mampu menggerakkan industri pariwisata. Dalam pengelolaan asosiasi ini hanya
sebatas formalitas, dan manejemen organasisasi masih sangat tergantung kepada
pemerintah.
Tabel 9.2. PHRI di Kabupaten Blitar
Unsur kelembagaan Fungsi Peran
Penguatan Organisasi Asosiasi Hotel dan Restoran
Belum Optimal (Tergantung pada pemerintah)
SDM Manajemen Industri Pariwisata dan Service supplier
Belum Profesional
Penelitian dan Pengembangan
- -
Sumber : Hasil kajian
Dalam usaha pengembangkan PHRI di Blitar perlu digiatkan dengan usaha-
usaha yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan pembinaan secara intensif dan mengembangkan badan-badan
usaha yang bergerak dibidang perhotelan, restoran, jasa boga, jasa pangan
dan lembaga pendidikan pariwisata.
2. Membantu dan membina para anggota, memberikan perlindungan, menerima
masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan
untuk meningkatkan mutu hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan, serta
lembaga pendidikan pariwisata.
3. Menggalang kerjasama dan meningkatkan solidaritas sesama anggota dan
seluruh unsur serta potensi kepariwisataan nasional maupun internasional.
4. Berperan aktif dalam kegiatan promosi didalam dan diluar negeri, untuk
meningkatkan dan memantapkan iklim usaha kepariwisataan.
5. Melakukan kegiatan penelitian, perencanaan dan pengembangan usaha yang
terfokus pada pengembangan pada industri perhotelan dan industri restoran.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 14
6. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai asosiasi profesi bidang
hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
9.6.2. Kelembagaan Pariwisata yang Perlu Dikembangkan
9.6.2.1. Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia
(GAHAWISRI)
GAHAWISRI atau Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia,
merupakan sebuah organisasi kepariwisataan yang mengkhususkan dirinya
berpartisipasi dan mengambil bagian dalam usaha, praktisi langsung, dari setiap
aspek kegiatan wisara bahari. Selain itu, organisasi kepariwisataan ini juga
memposisikan dirinya agar dapat langsung bekerjasama dengan setiap institusi
pemerintah, masyarakat, dan akademisi, dalam rangka pengembangan wisata bahari
di Indonesia.
Berperan dan bertangungjawab untuk memberdayakan dan menguatkan
seluruh aspek kegiatan wisata bahari, dan mengembangkan, termasuk penegakan
hukum maritim, prosedur dan aturannya, kerjasama internasional di bidang
konservasi di wilayah Indonesia, yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara
wisata bahari di Indonesia, sehingga citra Indonesia menjadi positif dan
meningkatkan kebanggaan menjadi warga negara Indonesia.
Wisata Bahari harus memperhatikan konservasi laut, pantai dan daerah-
daerah sekitarnya secara berkelanjutan. Wisata Bahari harus memperhatikan metoda
konservasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi lokal. Mengoptimalkan
keterlibatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dalam segala kegiatan
Gahawisri. Wisata Bahari harus menciptakan peluang kegiatan yang
berkesinambungan yang dapat membantu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Wisata Bahari harus dapat menciptakan berbagai kegiatan alternatif dan mempunyai
nilai tambah yang dilakukan tanpa merusak lingkungan.
Adapun komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan
GAHAWISRI di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 15
Tabel 9.3. Elemen GAHAWISRI
No Ketentuan Keterangan
1 Penanggung jawab Himpunan Wisata Bahari
2 Tipe organisasi Bisnis dan Konservasi Bahari
3 Struktur Koodinasi 4 Ruang lingkup organisasi Potensi Bahari di Blitar
5 Keanggotaan Masyarakat dan pengusaha wisata bahari
6 Pendanaan Mandiri
7 Badan pengawas Internal dan ekternal
8 Keputusan/regulasi Perda, Lingkungan hidup
9 Staf/karyawan SDM Lokal
Sumber : Hasil kajian
9.6.2.2. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)
HPI atau Himpunan Pramuwisata Indonesia, merupakan organisasi swasta
non-politik dan mandiri yang merupakan wadah tunggal pribadi-pribadi yang
memiliki profesi sebagai pramuwisata. HPI disahkan pada 4 Oktober 1988 di
Palembang dalam acara Musyawarah Nasional I Pramuwisata seluruh Indonesia.
Terkait dengan usahan meningkatkan profesionalisme dalam jasa pramuwisata
kepada wisatawan. Kabupaten Blitar perlu membuat Himpunan Pramuwisata
Indonesia tersebut. Alasan penting HPI, karena pramuwisata adalah sebagai ujung
tombak dan sekaligus duta pariwisata yang ada di Kabupaten Blitar. guna
mewujudkan organisasi ini, maka diperlukan item penting sebagai gambaran
organisasi yaitu sebagai berikut:
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 16
Tabel 9.4. Elemen HPI
No Ketentuan Keterangan
1 penanggung jawab Ketua Himpunan Pramuwisata
2 Tipe organisasi Bisnis dan Sosial
3 Struktur Koordinasi
4 Ruang lingkup organisasi Pemberi Jasa perjalanan wisata di Blitar
5 Keanggotaan Pramuwisata
6 Pendanaan Mandiri
7 Badan pengawas Internal dan Pemda
8 Keputusan/regulasi ADRT dan Perda
9 Staf/karyawan SDM Lokal
Sumber : Hasil kajian
9.6.2.3. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)
Dalam rangka pengembangan usaha kepariwisataan yang kompetitif di
Kabupaten Blitar, perlu dibentuk Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)
Blitar. Organisasi ini terdiri dari unsur: pengusaha pariwisata, asosiasi pengusaha
pariwisata, dan asosiasi profesi yang terkait langsung dengan pariwisata.
Adapun komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan GIPI
di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 17
Tabel 9.5. Elemen GIPI
No Ketentuan Keterangan
1 Pelindung/penanggung jawab Bupati Blitar
2 Tipe organisasi Bisnis dan Sosial
3 Struktur Keterpaduan Sumber daya seluruh Stakeholder pariwisata
4 Ruang lingkup organisasi Kabupaten Blitar
5 Keanggotaan Stakeholder pariwisata terkait
6 Pendanaan APBD dan PAD
7 Badan pengawas Legialatif dan Komponen Masyarakat
8 Keputusan/regulasi ADRT, Master Plan, Perda, Stategi pengembangan destinasi
9 Staf/karyawan SDM Lokal
Sumber : Hasil kajian
9.6.2.4. Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD)
Usaha pemasaran dan promosi dalam memperkenalkan sebuah produk
pariwisata sangat dibutuhkan. Produk pariwisata yang berkualitas, tanpa diiringi
dengan usaha promosi yang optimal, maka niscaya produk tersebut akan kompetitif
di pasar pariwisata. terkait dengan hal tersebut, Kabupaten Blitar perlu membuat
lembaga yang khusus membidangi terkait dengan promosi. Nama lembaga yang
terisirat dan tersurat pada Undang Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009 adalah
pemerintah kabupaten dalam usaha mempromosikan pariwisata daerahnya,
disyaratkan untuk membentuk BPPD (Badan promosi Pariwisata Daerah).
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 18
Guna mewujudkan BPPD di Kabupaten Blitar, diharapkan memenuhi kaidah
yaitu sebagai berikut :
Tabel 9.6. Elemen BPPD
No Ketentuan Keterangan
1 Pelindung/penanggung jawab Bupati Blitar
2 Tipe organisasi Promosi Destinasi
3 Struktur Koordinasi (keterpaduan)
4 Ruang lingkup organisasi Kabupaten Blitar
5 Keanggotaan Stakeholder pariwisata terkait
6 Pendanaan APBD dan PAD
7 Badan pengawas Legialatif dan Komponen Masyarakat
8 Keputusan/regulasi ADRT, Master Plan, Perda, Stategi promosi
9 Staf/karyawan SDM Lokal
Sumber : Hasil Kajian
9.6.2.5. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA)
ASITA atau Associations Of The Indonesian Tours and Travel Agencies
merupakan organisasi penyedia jasa perjalanan wisata yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) atau Koperasi. Dalam usaha pengembangkan ASITA di Blitar perlu
digiatkan dengan usaha-usaha yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan citra pariwisata blitar dengan memberikan kepuasan, rasa
aman, adanya kepastian perlindungan dan jaminan terhadap kepentingan
pemakai jasa dan pihak-pihak yang berkepentingan tanpa mengorbankan
kepentingan sesama anggota.
2. Meningkatkan peran anggota dengan melakukan usaha-usaha untuk
memajukan kemampuan yang meliputi kemampuan profesional, teknis dan
finansial sehingga bisa mencapai standar internasional.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
9 - 19
3. Meningkatkan kreativitas melalui menciptakan paket-paket wisata yang
inovatif yang memberikan pengalaman yang mengesankan kepada
wisatawan, sehingga kemungkinan mereka datang kembali ke Blitar
(repeater guest).
4. Bekerjasama dengan travel-travel yang ada di daerah lain, seperti travel yang
ada di destinasi Bali, Jogjakarta, Surabaya, Jakarta dan lain-lain untuk
menciptakan jaringan paket wisata antar pulau atau daerah.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 1
BAB X
ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI
Pengembangan kegiatan pariwisata yang baik memerlukan kesiapan setiap
elemen dari produk wisata yaitu aksesibilitas, daya tarik dan atraksi wisata,fasilitas
serta amenitas wisata. Keterpaduan unsur-unsur pembangunan kegiatan wisata ini
akan mengakibatkan semakin tingginya potensi serta peluang terciptanya kegiatan
pariwisata sebagai unggulan pembangunan suatu wilayah24. Tanpa dukungan yang
memadai dari setiap unsur tersebut, keunggulan komparatif dari suatu daya tarik
wisata akan menjadi sangat minim dan mengakibatkan terbatasnya peluang daerah
tersebut untuk mampu mempertahankan pengembangan pariwisata di daerahnya25.
Berdasarkan hasil kajian kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang
telah dilakukan serta visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan pariwisata
Kabupaten Blitar, selanjutnya disusun beberapa strategi pengembangan dan arah
kebijakan.
24 Boud-Bouy dan Lawson, 1998 25 Chris Ryan, 1997
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 2
10.1. STRATEGI PENGEMBANGAN
10.1.1. Strategi Pengembangan Produk Wisata
Pengertian dari produk wisata disini adalah segala fasilitas atau kegiatan
yang dapat dinikmati oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisatanya.
Produk wisata tersebut, antara lain meliputi objek dan daya tarik wisata, atraksi
wisata, amenitas (akomodasi, restoran atau rumah makan), dan aksesibilitas
(transportasi). Strategi pengembangan produk wisata, meliputi:
1. Menata dan mengembangkan produk wisata secara teratur sesuai dengan
pasar wisatawan, terutama wisatawan Nusantara yang berasal dari Jakarta,
Surabaya, Jogyakarta, Bali dan daerah-daerah lainnya.
2. Mengoptimalkan produk wisata yang mempunyai karakter wisatawan minat
khusus seperti di Candi Penataran, untuk pasar wisatawan mancanegara
terutama berasal dari negara-negara Eropa, Amerika, Australia, Jepang, dan
lainnya.
3. Menata events pariwisata secara teratur untuk ditingkatkan menjadi event
regional dan nasional.
4. Usaha penganekaragaman produk atau daya tarik wisata.
5. Menata dan mengembangkan produk wisata yang berwawasan lingkungan.
6. Menjaga ciri khas lokal dan keaslian, mengatur dan menetapkan agar setiap
objek wisata mempunyai kekhasan sendiri.
7. Menggabungkan objek wisata menjadi satu kesatuan kawasan
danmenyatukan kawasan menjadi satu kesatuan daerah tujuan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 3
10.1.2. Strategi Pengembangan Aksesibilitas
Aksesibilitas didefinisikan sebagai kemudahan daya jangkau menuju dan
daya tarik wisata. Adapun strategi pengembangan aksesibilitas, meliputi:
1. Meningkatkan akses menuju daerah-daerah yang memiliki potensi wisata
yang tinggi, seperti pada daerah pantai di bagian utara. Peningkatan akses
tersebut meliputi perbaikan sarana dan prasarana tranportasi darat. Khusus
untuk transportasi udara harus diupayakan realisasi rencana bandara udara
diwilayah Kabupaten Blitar.
2. Menata sistem penunjuk jalan atau rambu-rambu lalu lintas yang
mempermudah para wisatawan untuk mencapai objek dan daya tarik wisata
yang terdapat di Kabupaten Blitar.
10.1.3. Strategi Pengembangan Prasarana
Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata Kabupaten Blitar ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan serta untuk meningkatkan aksesibilitas bagi suatu objek
dan daya tarik wisata. Pemenuhan kebutuhan akan prasarana pariwisata meliputi
penyediaan jaringan jalan, air bersih, listrik, telepon dan lainnya. Pemenuhan
kebutuhan akan sarana pariwisata meliputi akomodasi seperti hotel bintang, hotel
melati, restoran atau rumah makan dan lainnya, disesuaikan dengan perkiraan
kebutuhan dan aspek pelestarian lingkungan serta dengan menonjolkan arsitektural
daerah. Strategi pengembangan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata,
meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan prasarana pariwisata yang meliputi: jalan, jembatan,
air bersih, listrik, telepon disesuaikan dengan arah perkembangan objek dan
daya tarik wisata.
2. Pemenuhan kebutuhan prasarana pariwisata secara bertahap diusahakan pada
objek-objek dan daya tarik wisata unggulan atau yang sudah berkembang
yang seterusnya menyebar ke setiap objek dan daya tarik wisata lainnya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 4
3. Penetapan legalitas kewenangan dan pungutan masuk menuju masing-masing
obyek wisata yang telah berkembang.
10.1.4. Strategi Pengembangan Usaha atau Investasi
Sasaran dari pengembangan usaha atau investasi kepariwisataan di
Kabupaten Blitar adalah terwujudnya iklim yang kondusif dan kemudahan investasi
dalam bidang usaha kepariwisataan melalui perkembangan dan peningkatan para
pengusaha yang berinvestasi dalam bidang usaha kepariwisataan di Kabupaten Blitar
dengan tetap mendorong keikutsertaan dari lembaga-lembaga ekonomi rakyat. Hal
terpenting dalam pengembangan investasi pariwisata di Kabupaten Blitar, yaitu
potensi pasar wisatawan, adanya akses jalan yang baik berupa jalan provinsi, serta
sikap masyarakat yang terbuka dan fairness dengan investor luar daerah. Strategi
pengembangan usaha atau investasi, meliputi:
1. Mewujudkan iklim yang menguntungkan bagi dunia usaha kepariwisataan
dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengusaha yang akan
menanamkan modalnya dalam bidang pariwisata di Kabupaten Blitar
2. Membina pengusaha pariwisata menengah dan kecil dalam upaya
peningkatan kualitas jasa usaha pariwisata.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme kalangan pengusaha
dalam menjalankan industri pariwisata,
4. Mengembangkan pola pariwisata Inti Rakyat dan Kemitraan.
10.1.5. Strategi Pemasaran dan Promosi
Tujuan dari pemasaran yang diharapkan dalam pengembangan pariwisata
Kabupaten Blitar adalah meningkatkan kunjungan dan pengeluaran wisatawan serta
meningkatkan citra positif pariwisata Kabupaten Blitar. Sasaran pasar utama
wisatawan adalah wisatawan Nusantara dan asing. Wisatawan Nusantara terutama
yang berasal dari kota-kota di Pulau Jawa, Bali dan daerah lainnya yang berdekatan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 5
dengan Blitar. Sedangkan wisatawan asing lebih diarahkan pada wisatawan yang
berminat terhadap wisata alam dan budaya, seperti Eropa dan Amerika. Adapun
strategi dalam hal pemasaran dan promosi pariwisata, meliputi:
1. Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi dan kualitas promosi
yang efektif dan kemudahan wisatawan untuk memperoleh informasi tentang
semua produk wisata yang ada dan siap untuk jual yang ada di Blitar.
2. Meningkatkan citra produk wisata Kabupaten Blitar agar mampu bersaing
dengan daerah-daerah wisata lainnya yang sudah berkembang
3. Meningkatkan peran serta biro perjalanan di Kabupaten Blitar untuk menjual
produk wisata daerah Kabupaten Blitar.
4. Meningkatkan “sadar wisata” dan sapta pesona dikalangan para pejabat,
pengusaha dan masyarakat, agar tumbuh kegiatan wisata yang berwawasan
lingkungan.
10.1.6. Strategi Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan kegiatan kepariwisataan yang tidak tertata seringkali
membawa konotasi negatif bagi perkembangan adat serta budaya setempat. Salah
satu antisipasi dari hal tersebut dapat dilakukan dengan meletakkan pondasi yang
kokoh terhadap adat serta budaya setempat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam hal menumbuhkan rasa cinta dan
memiliki budaya lokal yang ada. Upaya tersebut bisa ditempuh dengan melakukan
internalisasi nilai-nilai tradisi, budaya serta adat setempat melalui pendidikan formal,
misalnya melalui kurikulum pendidikan. Sehingga pada masa yang akan datang nilai-
nilai budaya tersebut tetap mengakar pada masyarakat dan dapat menjadi potensi
budaya bagi pengembangan kegiatan kepariwisataan.
Pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Hal ini
ditempuh melalui beberapa strategi berikut ini:
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 6
1. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat untuk menjadi tuan rumah
yang baik (hospitality), meningkatkan citra mutu produk dan pelayanan,
penerapan Sapta Pesona dalam berorganisasi dan berkehidupan masyarakat,
sebagai upaya menumbuhkan pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya
pelaksanaan Sapta Pesona dalam pembangunan pariwisata,
2. Menggelorakan kembali sadar wisata, melalui Gerakan Sadar Wisata dan
Aksi Sapta Pesona di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar,
3. Kampanye dan Pembinaan Sadar Wisata dilakukan melalui media massa
(cetak dan elektronik), media tradisional, media fotografi serta melalui
Pembinaan Pramuka (Saka Wisata) di destinasi pariwisata.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
Dalam rangka pelaksanaan strategi pengembangan pariwisata Kabupaten
Blitar, diperlukan beberapa kebijaksanaan, sebagai berikut:
10.1.1. Kebijakan Spasial
Kebijakan spasial pada pembangunan kepariwisataan lebih mengarah kepada
bagaimana mengatur peruntukan kawasan dan pembagian wilayah secara umum.
Kebijakan spasial (keruangan), meliputi:
1. Untuk kemudahan pembangunan serta pengelolaannya, perlu dilakukan
pengelompokan objek dan daya tarik wisata pada Satuan Kawasan Wisata
(SKW). Satuan-satuan kawasan wisata tersebut merupakan kawasan yang
memiliki pusat-pusat kegiatan wisata dan mempunyai keterkaitan sirkuit atau
jalur wisata.
2. Memanfaatkan seoptimal mungkin kedudukan Blitar yang berada pada jalur
regional dan letak yang berada disekitar daya tarik regional utama (Kota Batu
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 7
dan Kota Blitar) bagi kepentingan pengembangan kegiatan pariwisata di
Kabupaten Blitar
3. Melakukan urutan prioritas pengembangan satuan kawasan wisata dengan
memperhatikan dampaknya terhadap perkembangan objek dan daya tarik
wisata.
10.1.2. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata
Kebijakan pengembangan produk wisata, meliput hal-hal berikut ini:
1. Asas keberlanjutan (sustainibility), keserasian (harmonies), keterjangkauan
(affordability) dan kerakyatan merupakan landasan pokok dalam
pengembangan produk wisata.
a. Keberlanjutan mengandung arti: pengembangan produk wisata bukan
hanya ditujukkan bagi pengembangan saat ini saja, tetapi juga untuk
masa-masa yang akan datang.
b. Harmonisasi mengandung arti: pengembangan produk wisata yang
bernuansa lingkungan hidup, yaitu dengan selalu memperhatikan
kelestarian alam, adat istiadat dan budaya daerah.
c. Keterjangkauan mengandung arti: pengembangan produk wisata tidak
hanya ditujukan bagi kalangan tertentu, tetapi produk wisata yang
dikembangkan tersebut harus dapat dinikmati oleh segenap lapisan
masyarakat.
d. Kerakyatan mengandung arti: pengembangan produk wisata tidak hanya
menguntungkan beberapa golongan tertentu, tetapi harus dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat terutama masyarakat sekitar objek
dan potensi wisata yang bersangkutan.
2. Pengembangan produk wisata menyangkut aspek: perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian yang satu sama lainnya merupakan satu kesatuan yang
terintegrasi.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 8
3. Perencanaan pembangunan produk wisata sepenuhnya merupakan tugas dan
wewenang pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi serta aspirasi
yang ada pada pihak masyarakat dan swasta.
4. Pengelolaan dan pembangunan produk wisata pada dasarnya dapat dilakukan
bersama-sama antara pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, dengan
peranan pemerintah daerah adalah sebagai pembina, fasilitator, pendorong
dan pengendali usaha pariwisata.
5. Objek-objek dan daya tarik wisata budaya dan kesenian daerah serta events
pariwisata masih harus didukung oleh pemerintah daerah.
6. Pengembangan produk wisata terkait dengan berbagai sektor dan wilayah,
oleh karena itu dalam pengembangannya haruslah selalu memperhatikan
keterpaduan antar sektor dan keterkaitan antar wilayah.
7. Pengembangan produk wisata diarahkan bagi penguatan identitas daerah,
yang dapat memunculkan "warna" pariwisata Kabupaten Blitar yang khas
serta memiliki keunikan dan keunggulan daya saing.
10.1.3. Kebijaksanaan Pemasaran dan Promosi
Adanya perkembangan dan perubahan trends usaha dan perusahaan kini juga
merambah dunia pariwisata. Dalam dunia usaha pariwisata tradisional produk dibuat
sebaik mungkin dengan biaya produksi serendah-rendahnya. Pola usaha dengan
konsep ini menghasilkan barang produksi yang kini kita sebut sebagai pariwisata
massal. Tetapi, kini orientasi usaha lebih kepada daya tarik apa yang akan dijual
sehingga lebih berorientasi kepada kualitas produk. Kondisi ini mengakibatkan
adanya keunikan terhadap barang produksi pariwisata. Kebijaksanaan pemasaran dan
promosi, meliputi:
1. Untuk meningkatkan usaha pemasaran dan promosi pariwisata, disepakati
bahwa pemerintah daerah lebih memfokuskan kepada upaya peningkatan
citra pariwisata (brand image) Kabupaten Blitar sebagai daerah wisata.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 9
Sedangkan promosi produk wisata dilaksanakan oleh para pengusaha
pariwisata.
2. Pemerintah daerah bersama-sama dengan pengusaha pariwisata merumuskan
langkah-langkah pemasaran dan promosi pariwisata secara terpadu dan
terarah dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten
Blitar.
3. Pemasaran dan promosi pariwisata harus memanfaatkan fasilitas teknologi
informasi (internet) untuk mengadaptasi perkembangan preferensi perilaku
calon wisatawan yang lebih banyak mengandalkan media internet dalam
mencari informasi destinasi yang akan dikunjungi.
Secara umum pola penawaran produk pariwisata saat ini lebih kepada
penawaran kepada produk yang diminati yang mengacu kepada produk yang
dimiliki. Kondisi ini akan mengakibatkan adanya penyesuaian produk yang lebih
sesuai dengan kebutuhan pasar wisatawan. Terhadap pola pembangunan
kepariwisataan yang ada di Kabupaten Blitar, pendekatan pasar yang dikembangkan
yaitu :
1. Menawarkan dan memperkuat daya tarik wisata – atas dasar penelitian pasar.
2. Menawarkan daya tarik wisata kepada pasar yang sesuai.
10.1.4. Kebijaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana
Kebijaksanaan penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
pariwisata, meliputi:
1. Pada dasarnya penyediaan prasarana pariwisata menjadi tugas pemerintah,
sedangkan pengadaan sarana pariwisata dan usaha jasa pariwisata lainnya
menjadi tugas swasta.
2. Penataan dan peningkatan prasarana pariwisata dilakukan selain sebagai
pembuka akses bagi objek wisata tertentu, juga dalam rangka menciptakan
keterkaitan (linkage) antar Satuan Kawasan Wisata.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 10
3. Penataan dan peningkatan prasarana serta sarana pariwisata dilakukan secara
bertahap dimulai dari Satuan Kawasan Wisata unggulan sampai kepada
Satuan-satuan Kawasan Wisata lainnya.
Dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha pariwisata yaitu usaha
yang menyediakan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggara pariwisata. Usaha pariwisata atau sering disebut sebagai fasilitas
wisata atau sarana wisata meliputi :
1. Daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata
alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan atau binaan
manusia
2. Kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan/atau
mengelola kawasan degan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata
3. Jasa transportasi wisata adalah usaha khusus yang menyediakan angkutan
untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata dan bukan angkutan transportasi
reguler
4. Jasa perjalanan wisata adalag usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen
perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan
jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan
pariwisata, termasuk penyelenggaraan ibadah. Usaha agen perjalanan
meliputi usaha jasa pemesanan sarana seperti pemesanan tiket dan pemesanan
akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan
5. Jasa makanan dan minuman adalah usaha jasa penyediaan makanan dan
minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan yang berupa restoran, cafe, jsa boga, bar, atau kedai minum
6. Penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan
penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain. Usaha
penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, villa, pondok wisata, bumi
perkemahan, persinggahan, karavan dan akomodasi lain yang digunakan
untuk tujuan pariwisata.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 11
7. Penyelenggaran kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha yang ruang
lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, area permainan, karaoke,
bioskop dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk
pariwisata
8. Usaha impresariat merupakan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik
berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta
menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan
9. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran
adalah usaha yang memberikan jasa bagi karyawan dan mitra usaha sebagai
imbalan atas prestasi, dan menyelenggarakan pameran untuk
menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala
nasional dan internasional
10. Jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data, berita,
feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang
disebarluaskan dalam bentuk bahan cetak dan/atau elektronik
11. Jasa konsultansi pariwisata adalah suaha yang menyediakan sarana dan
rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,
penelitian, dan pemasaran dibidang kepariwisataan.
12. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan/atau
mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata
13. Wisata tirta merupakan usaha penyelenggaraan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnnya yang dikelola
secara komersial diperairan laut, pantai, sungai, danau dan waduk
14. Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan metode kombinasi
terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan dan
minuman sehat dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa
dan raga, yang tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 12
Usaha-usaha pendukung yang dalam industri pariwisata meliputi diantaranya
usaha cinderamata, pendidikan pariwisata, polisi pariwisata, serta usaha-usaha lain
seperti penukaran uang, bank, klinik kesehatan dan usaha telekomunikasi.
10.1.5. Kebijaksanaan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Kebijaksanaan peningkatan kualitas sumber daya manusia meliputi hal-
hal,sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas mutu pelayanan jasa usaha pariwisata melalui
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
2. Dalam rangka otonomi daerah, peningkatan kualitas sumber daya
manusia di lingkungan pemerintah daerah merupakan prioritas utama.
3. Dalam jangka panjang, upaya pembinaan sumber daya manusia dilakukan
sejak dini yaitu melalui pendidikan formal berupa pendidikan dasar,
dengan tujuan menumbuhkan kebanggaan daerah melalui berbagai adat
serta budaya daerah.
4. Dalam jangka menengah dan jangka pendek, upaya pembinaan sumber
daya manusia dilakukan melalui pendidikan informal, berupa kegiatan
pendidikan dan latihan pariwisata yang dilakukan secara terus menerus
baik di kalangan aparat, dunia usaha maupun masyarakat.
5. Pengembangan pariwisata senantiasa mengikutsertakan masyarakat,
terutama masyarakat sekitar objek dan daya tarik wisata.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
10 - 13
10.1.6. Kebijaksanaan Pengaturan dan Kelembagaan
Kebijaksanaan pengaturan dan kelembagaan pariwisata, meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengembangan pariwisata bersifat lintas sektoral dan multi disiplin, hal
tersebut menuntut koordinasi antar instansi atau lembaga dan asosiasi yang
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pembangunan
kepariwisataan daerah.
2. Pengaturan kelembagaan diarahkan bagi keluwesan dan kemudahan birokrasi
melalui penyederhanaan perijinan, peningkatan efisiensi dan efektivitas
pembangunan, pengembangan otonomi daerah dalam bidang kepariwisataan
serta peningkatan pendapatan daerah.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 1
BAB XI
PROGRAM PEMBANGUNAN
11.1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESTINASI
PARIWISATA
Secara umum kebijakan pembangunan destinasi pariwisata di Kabupaten
Blitar diarahkan pada bagaimana memanfaatkan potensi, pengelolaan dan evaluasi
pemanfaatan potensi destinasi yang ada secara optimal dengan arah pembangunan
yang berkelanjutan. Destinasi pariwisata di Blitar ditetapkan menjadi 4 Kawasan
Strategis Pengembangan Pariwisata sebagai ujung tombak dan fokus arahan
pembangunan destinasi kepariwisataan.
Pelaksanaan program pembangunan destinasi pariwisata mengacu kepada
kebijakan pembangunan destinasi pariwisata yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya. Sejumlah kebijakan pembangunan destinasi yang akan dikembangkan
di Kabupaten Blitar yaitu : pembangunan pemberdayaan masyarakat, pembangunan
daya tarik wisata, pembangunan prasarana wilayah, penyediaan fasilitas umum,
pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan. Rangkaian
kebijakan ini kemudian akan didetailkan kembali kedalam tahapan – tahapan
program sebagai pedoman operasional realisasi kebijakan pembangunan. Penjabaran
lebih jelas mengenai tahapan program pembangunan destinasi pariwisata diuraikan
pada tabel 11.1. berikut :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 2
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 3
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 4
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 5
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 6
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 7
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 8
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 9
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 10
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 11
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 12
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 13
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 14
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 15
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 16
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 17
11.2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMASARAN
PARIWISATA
Kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata di Kabupaten Blitar
diarahkan pada bagaimana pembangunan kepariwisataan dapat dikembangkan
dengan pendekatan pasar dan pemasaran. Konsep pemasaran yang dikembangkan
mengarah kepada pemasaran terfokus dimana target utama yang dikembangkan
adalah penguatan daya tarik wisata dan pemasaran secara tradisional. Rencana
pengembangan pemasaran diarahkan bagaimana mengembangkan produk pariwisata,
pengembangan komunikasi dengan pelaku pasar dan distributor, pengaturan
distribusi produk dan informasi produk serta pengembangan periklanan / pengenalan
produk terhadap pasar yang ada.
Kebijakan pembangunan pemasaran merupakan arahan umum terkait
pembangunan pemasaran pariwisata yang ada di Blitar. Sebagai arahan operasional
di susun program kerja dibidang pemasaran yang dapat diterapkan dan menjadi dasar
penetapan penganggaran bagi kegiatan tahunan yang dapat dilaksanakan. Secara
umum cakupan program kegiatan yang akan diterapkan sehubungan dengan
kebijakan pembangunan pariwisata yaitu :
a. Pencitraan produk pariwisata
b. Penentuan target pasar
c. Pengembangan pelayanan pemasaran
d. Kan ditPengaturan permintaan dan penawaran pariwisata
e. Pemasaran terpadu
Gambaran mengenai kebijakan pembangunan yang diuraikan diatas akan
ditindaklanjuti dengan tahapan program tahunan yang memuat target pelaksanaan
kegiatan, peran serta pihka yang diharapkan dan bagaimana keluaran yang
diharapkan. Gambaran mengenai tahapan program pembangunan dibidang
pemasaran pariwisata dijabarkan pada tabel 11.2. berikut :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 18
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 19
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 20
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 21
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 22
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 23
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 24
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 25
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 26
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 27
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 28
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 29
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 30
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 31
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 32
11.3. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
PARIWISATA
Industri kepariwisataan digambarkan sebagai serangkaian usaha yang
dilakukan dalam pelayanan kepada wisatawan mulai dari tempat asal wisatwan,
menuju destinasi pariwisata hingga kembali ketempat asal wisatawan.
Pengembangan industri kepariwisataan yang ada di Blitar pada kondisi eksisting
telah berjalan mengikuti trend perkembangan permintaan jasa wisata yang ada.
Sebagai daerah transit, perkembangan industri pariwisata di Blitar dituntut untuk
mampu mengembangkan pelayanan yang lengkap untuk tiap tipe wisatawan. Dimasa
yang akan datang sejalan dengan pengembangan kepariwisataan yang ada di Blitar,
arah pengembangan industri akan dikembangkan secara berkeadilan dan secara
normatif. Pengembangan industri kepariwisataan secara normatif dalam artian bahwa
pengembangan kepariwisataan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
sebagai dasar pedomannya adalah bahwa pemerintah daerah harus menyiapkan
perangkat peraturan dan standar pelayanan perijinan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Secara berkeadilan mengandung makna bahwa pengembangan industri
kepariwisataan dimasa datang juga akan membuka kesempatan kelompok
masyarakat lokal untuk mengembangkan pelayanan jasa wisata kepada wisatawan.
Dengan pola ini, pengawasan terhadap degradasi lingkungan akibat kegiatan
pariwisata diharapkan dapat diminimalisir.
Kebijakan dasar pembangunan industri kepariwisataan di Blitar diarahkan
pada sejumlah kegiatan yaitu :
a. pembangunan struktur (fungsi, hierarki, dan hubungan) industri
pariwisata,
b. pembangunan daya saing produk pariwisata,
c. pengembangan kemitraan usaha pariwisata,
d. pengawasan kredibilitas bisnis, dan
e. Penegasan tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial
budaya.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 33
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 34
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 35
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 36
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 37
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 38
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 39
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 40
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 41
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 42
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 43
11.4. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN
Pengembangan kelembagaan kepariwisataan harus disesuaikan dengan
strategi pengembangan industri kepariwisataan. Di Kabupaten Blitar, kelembagaan
kepariwisataan yang berasal dari pelaku usaha pariwisata yang telah ada yaitu PHRI.
Pengembangan kelembagaan membutuhkan tidak hanya koordinasi kelembagaan
dari lembaga usaha ditingkat kabupaten, tetapi dibutuhkan koordinasi ditingkat
regional bahkan internasional dalam pengelolaan usaha kepariwisataan yang ada.
Pengembangan kelembagaan pariwisata nantinya diarahkan pada
kelembagaan kelembagaan pariwisata baik pada tingkat lembaga usaha, tingkat
masyarakat lokal atau pada tingkat koordinasi dinas / instansi yang ada. Sebagai
tindaklanjut dari serangkaian kebijakan pembangunan kelembagaan, upaya
pengembangan organisasi pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat,
pengembangan sumber daya manusia, regulasi, mekanisme operasional di bidang
kepariwisataan perlu ditindaklanjuti dengan program kegiatan yang lebih detail.
Penjabaran tahapan program kegiatan dapat dilihat pada tabel 11.4. berikut :
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 44
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 45
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 46
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 47
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 48
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 49
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 50
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 51
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 52
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 53
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar
LAPORAN AKHIR
11 - 54