pemerintah dan dpr sepakat mitra ppl di pemilu 2014

28
AWASLU B Badan Pengawas Pemilihan Umum BULETIN EDISI 01, JANUARI 2014 Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014 Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014? Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye

Upload: hoanganh

Post on 12-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

AWASLUB Badan Pengawas Pemilihan Umum

BULETIN EDISI 01, JANUARI 2014

Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014?

Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye

Page 2: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

Daftar isi:

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

2

Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali.

Dari Redaksi ................................................................................................... 2Laporan UtamaPemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014 ............... 3OpiniBawaslu Menuju Pemilu Indonesia yang Luber dan Jurdil ........... 6SorotanGelinding Dana Saksi Parpol ............................................................... 8Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014? ............... 9InvestigasiTim KPK Datangi Bawaslu Terkait Gratifikasi ........................... 10Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye ......... 11Bawaslu TerkiniJPPR Laporkan Dana Kampanye ........................................................... 12Info BawasluSekjen BawasluBendahara Harus Tertib Menyusun Laporan Keuangan .. 13

ProfilYusfitriadiSang Generator Relawan Pengawas Pemilu ...................................... 14Divisi UpdateDivisi PengawasanBawaslu Gelar Rakernis Pengawasan Pemilu Legislatif 2014 .... 15Divisi Organisasi dan SDMBawaslu Rekrut CPNS Pertama ......................................................... 16Divisi Hukum dan Penindakan PelanggaranUnsur Kumulatif Kampanye Terus Jadi Perdebatan ............. 18Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar LembagaPolitisasi Media, Bukan Jaminan Menang Pemilu .................. 19Sudut PandangPentingnya Transparansi Dana Kampanye ................................. 20Demokrasi dan Islam ............................................................................ 21Ekspose Daerah ............................................................................................ 22Glosari Kepemiluan ...................................................................................... 24 Galeri ................................................................................................................ 25

Salam Awas

Kemajemukan Bangsa Memperindah Tahun PolitikSelamat datang kembali para pembaca Buletin Bawaslu. Pada awal

tahun politik ini kembali kami hadir sebagai media referensi bagi para pembaca yang membutuhkan informasi terkait pengawasan Pemilu di Indonesia.

Mencermati tahun politik 2014, Indonesia kini sudah semakin dekat dengan pesta demokrasi terbesar di negara demokrasi terbesar. Pemilu di Indonesia tidak hanya akan diamati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, tetapi juga masyarakat dunia secara keseluruhan, semua mata akan tertuju pesta tersebut.

Sebagai negara demokrasi terbesar, sangat wajar jika Indonesia men-jadi perhatian dunia, terutama negara-negara demokrasi pada umum-nya. Mereka ingin melihat bagaimana Indonesia menjalankan demokrasi lewat Pemilu, sementara banyak keragaman yang ada di Indonesia.

Secara sosiologis Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis ma-syarakat, suku, budaya dan adat istiadat. Dari sini tergambarkan, pilihan masyarakat akan berbeda-beda, sehingga ideologi yang ditawarkan juga akan berbeda-beda. Ada partai yang mengusung nasionalisme, re-ligius dan sebagainya.

Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang ter-diri dari sekitar 17.000 pulau. Hingga saat ini, kemudahan akses transpor-tasi di beberapa daerah masih terkendala, dan jadi tantangan tersendiri

bagi Pemilu. Sedangkan secara historis, Pemilu

di Indonesia merupakan Pemilu ke 4 sejak era reformasi bergulir. Sejak itu juga, tidak ada kekuasaan yang mutlak (absolute) alias setiap Pemilu menghasilkan pemenang yang ber-beda. Jadi, secara historis diprediksi pemenang Pemilu 2014 tidak akan bisa ditebak (unpredictable).

Namun, semua kemajemukan tersebut merupakan khasanah bang-sa dan memperindah demokrasi di Indonesia. Bangsa lain pun mengakui rumitnya sistem Pemilu kita. Sistem yang rumit tersebut adalah bentuk dari akomodasi terhadap berbagai kepentingan dan manajemen konflik.

Dari fakta tersebut, maka sebagai bangsa kita harus berpikir kem-bali untuk bersikap apatis pada Pemilu. Fakta tersebut harusnya menjadi pemicu kita, untuk menampilkan demokrasi Indonesia yang sesungguh-nya. Bangsa lain saja mau belajar pada demokrasi di Indonesia, mengapa kita tidak?

BAD

AN P

ENGAWAS PEMILIHAN UMU

M

B A W A S L U - R

I

RE

P

U B L I K I N D O N E SI A

Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs. Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, SH, MH, Pakerti Luhur, Ak, Rahmawati, SE, M.Si, Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampu-bolon, SE, Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Hendru, Irwan; Design Grafis dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat: Tim Sekretariat Bawaslu

Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911. I www.bawaslu.go.id

AWASLUB Badan Pengawas Pemilihan Umum

BULETIN EDISI 01, JANUARI 2014

Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014?

Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye

Page 3: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

Salah satu penyebab Bawaslu pada periode lalu dianggap sebagai ‘macan ompong’ karena pengawasan yang tidak maksimal, saat tahapan pemungutan dan penghitungan suara. Penyebabnya, organ Bawaslu di tingkat tempat pemungutan suara (TPS) hanya ada satu orang, sedangkan jumlah TPS bisa mencapai puluhan.

Kondisi seperti ini dialami oleh Ba-waslu sejak berdirinya pada April 2008 lalu yang ditegaskan dalam

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 ten-tang Penyelenggara Pemilu. Tidak hanya itu, UU tersebut juga memberikan ke-wenangan Bawaslu sekadar rekomen-dasi yang tidak wajib diikuti oleh KPU. Akibatnya, jadilah Bawaslu bak macan ompong dalam melakukan pengawasan Pemilu.

Percaya atau tidak kondisi Bawaslu yang seperti ini semakin buruk dengan pendapat-pendapat para pengamat yang menilai Bawaslu tidak ada gunanya dalam hal mengawasi. Bawaslu hanya dianggap membuang-buang uang negara dan output yang dihasilkan dinilai tidak sesuai.

Benar saja, pasca pelaksanaannya, Pemilu 2009 dicap sebagai Pemilu pal-ing buruk di era reformasi (setidaknya menurut beberapa pengamat Pemilu). Kualitas Pemilu mulai dari caleg, daftar

pemilih tetap (DPT), hingga pemungutan suara, dianggap tidak memiliki legitimasi bahkan cenderung manipulatif. Peny-elenggara Pemilu, dalam hal ini KPU dan Bawaslu dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas citra buruk Pemilu.

Praktik jual beli suara terjadi hampir di seluruh daerah. Diduga, oknum Ke-lompok Penyelenggara Pemungutan Su-ara (KPPS) menjual dan memanipulasi suara dengan imbalan yang diperoleh dari peserta Pemilu. Ini terjadi, akibat tidak adanya pengawasan baik oleh Pengawas Pemilu maupun oleh saksi-saksi dari peserta Pemilu.

Pada akhir tahun 2011, sejumlah isu pun mencuat. Salah satu yang sangat santer, Bawaslu akan dibubarkan melalui legislasi yang baru (baca: UU No. 15 Ta-hun 2011). Wacana yang menguat di DPR tersebut, tidak sepenuhnya diamini oleh semua anggota DPR alias masih ada ang-

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

3

Jalan Panjang Mitra PPLPemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL

di Pemilu 2014

Page 4: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

FOTO-FOTO: M. ZAIN

4

Sambungan: Pemerintah ....

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

gota DPR yang menolak wacana tersebut. Seiring berjalannya waktu, akhirnya

Bawaslu pun tidak jadi dibubarkan, dan bahkan diperkuat dalam beberapa ke-wenangan. Salah satunya adalah jumlah Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) yang berjumlah 1-5 orang per desa/kelurahan. Walaupun bertambah, jumlah ini diang-gap tidak terlalu signifikan karena belum mencapai jumlah yang ideal yakni satu PPL untuk setiap TPS.

Tidak mau dianggap sebagai macan ompong (lagi), Bawaslu periode 2012-2017 yang dinakhodai Muhammad mulai berpikir keras, agar pelaksanaan tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara dapat terawasi dengan baik. Dengan para-digma mengutamakan pencegahan dari-pada penindakan pelanggaran, Bawaslu berupaya untuk mengikutsertakan sema-kin banyak orang untuk mengawasi TPS.

Berdasarkan pengalaman buruk terse-but, Bawaslu menggadang-gadang ide untuk menambah jumlah pengawas di tiap TPS, dengan dinamakan mitra PPL. Ide ini sebenarnya bukan ide baru, karena dari beberapa pengalaman Pemilu Kada, banyak Pengawas Pemilu yang mengini-siasi mitra PPL untuk mengawasi TPS.

Hasilnya cukup efektif. TPS yang ter-awasi oleh mitra PPL lebih sedikit jumlah pelanggaran yang terjadi dibandingkan dengan TPS yang tidak terawasi. Dari

pengalaman ini maka dapat diasumsikan semakin banyak yang mengawasi TPS maka jumlah pelanggaran yang terjadi akan semakin sedikit.

Terganjal HukumDalam UU No. 15 tentang Penyeleng-

gara Pemilu, Mitra PPL memang tidak diakomodasi. Oleh karena itu, sempat terpikir ide ini sangat kecil peluangnya untuk direalisasikan, karena dasar huk-umnya tidak ada. Dari segi kewenangan dan anggaran maka Mitra PPL akan den-gan mudah dimentahkan.

Apalagi untuk membentuk Mitra PPL dibutuhkan dana yang cukup besar. Jika satu orang saja diakomdasi di TPS den-gan honor Rp 100 ribu, maka negara diperkirakan harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 400 miliar rupiah. Jumlah yang fantastis, dan pasti membuat DPR dan Pemerintah berpikir dua kali untuk menyetujuinya.

Selain itu, Mitra PPL pasti akan ter-ganjal peran dan kewenangan yang tidak diatur dalam UU. Keberadaan mereka akan dipertanyakan oleh berbagai pi-hak. Jikalaupun kewenangan dan peran-nya ada, maka bisa dipastikan tidak akan sekuat PPL yang menjadi organ ‘resmi’ Bawaslu. Intinya, bisa saja keberadaan Mitra PPL dianggap sia-sia.

Benang merahnya, bisa kita bayang-

kan ketika Mitra PPL yang tidak memiliki kewenangan besar tapi dibiayai dengan dana yang cukup besar. Semua pihak pasti juga akan menolak ide ini, terutama pemerintah dan DPR karena tidak mau dianggap memboroskan anggaran negara untuk hasil yang tidak signifikan.

Namun, Bawaslu bersikeras bahwa Mitra PPL ini sangat diperlukan untuk mengawasi tiap TPS. Bawaslu selalu menceritakan pengalaman kelam di masa lampau, praktik-praktik manipulasi suara terjadi tanpa adanya pengawasan. Gam-baran tersebut selalu menjadi dilema tersendiri bagi DPR RI, karena pada dasarnya DPR merupakan partai politik yang memiliki kepentingan suara mereka tidak dicurangi.

Perlu benar-benar meyakinkan Ang-gota DPR, melalui Komisi II DPR tentang pentingnya pengawasan di setiap TPS. Salah satu ide Bawaslu saat itu, adalah mengganti fungsi linmas yang sebanyak dua orang di masing-masing TPS menjadi Mitra PPL, yang fungsi keduanya agak sedikit berbeda.

Bawaslu juga menjelaskan bahwa pentingnya pengawas Pemilu di tingkat TPS adalah memastikan formulir C1-KWK dapat diperoleh. Jika tidak ada pen-gawas Pemilu, maka percuma saja UU mengamanatkan bahwa formulir tersebut juga harus diberikan kepada Pengawas Pemilu.

Hingga pada akhirnya DPR RI pun menyetujui ide Bawaslu agar setiap TPS dapat terawasi dengan baik. Artinya , par-tai politik mulai berpikir tentang penting-nya pengawasan Pemilu di setiap TPS.

Persetujuan DPR tersebut tertuang dalam dukungan rencana anggaran yang diusulkan oleh Bawaslu, dan diajukan dalam rapat pembahasan di Badan Angg-aran (Banggar) DPR RI, hingga akhirnya ditetapkan oleh Banggar untuk diserah-kan kepada Kementerian Keuangan.

Namun, apa yang sudah dibahas Ba-waslu dan disetujui oleh DPR belum tentu sejalan dengan pemahaman pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Ketidakpahaman tersebut menggambarkan ketidakpekaan Kemen-keu soal anggaran mitra PPL.

Dalam suratnya, Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan bahwa, ang-Pemungutan Suara Ulang di Maluku Utara

Page 5: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

5

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

garan untuk Mitra PPL tidak dapat dipertimbangkan alias tidak diberi-kan anggaran un-tuk program itu. Pernyataan tersebut tentu saja membuat, Bawaslu sedikit geram dan kem-bali harus melaku-kan lobi via DPR dan Kementerian Dalam Negeri.

Pada awal ta-hun 2014, Menteri Koordinator Poli-tik, Hukum dan Keamanan (Menko-polhukam) Djoko Suyanto akhirnya mengambil inisiatif untuk melakukan pertemuan dengan Kemendagri, Ba-waslu dan KPU. Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai pentingnya dana Mitra PPL.

Setelah itu, dilakukan pertemuan kedua yang diinisiasi oleh Kementerian Dalam Negeri. Pertemuan tersebut me-nyepakati untuk ‘memperjuangkan’ anggaran Mitra PPL ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika, Presiden me-nyetujuinya, maka tidak ada lagi alasan bagi Menkeu tidak mempertimbangkan anggaran Mitra PPL.

“Dalam pertemuan dengan Pres-iden, kami akan membahas soal Mitra PPL. Namun, saya membutuhkan argu-men yang kuat termasuk dukungan dari semua pihak, terutama Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi II DPR,” ujar Mendagri Gamawan Fauzi.

Perpres sebagai Dasar Pasca pertemuan tersebut, komuni-

kasi dengan Presiden dilaksanakan oleh Mendagri Gamawan Fauzi dan Menko-polhukam Djoko Suyanto. Pada intinya presiden menyetujui jika pemerintah men-dukung dengan memberikan alokasi ang-garan untuk Mitra PPL. Presiden pun me-maklumi sikap Menteri Keuangan yang

tidak dapat mempertimbangkan angga-ran untuk Mitra PPL untuk dilaksanakan karena tidak ada dasar hukumnya. Oleh karena itu, ia meminta agar dibuat terobo-san sebagai dasar hukum agar Kemente-rian Keuangan dapat memberikan alokasi anggaran untuk Mitra PPL.

Dasar hukum yang dimaksud adalah Peraturan Presiden (Perpres) yang men-gatur tentang keberadaan Mitra PPL.Ke-menterian Keuangan pun bersifat terbuka andaisaja, Perppres tersebut nantinya su-dah diundangkan, untuk segera direalisa-sikan anggarannya.

Saat ini pembahasan Perpres terkait Mitra PPL sedang dibahas di Kementerian Dalam Negeri. Perpres tersebut nantinya juga akan mengakomodasi semua kepent-ingan dalam pembentukan Mitra PPL, se-dangkan, terkait tugas dan kewenangan-nya akan diformulasikan oleh Bawaslu.

Bawaslu rencananya akan melak-sanakan perekrutan dan bimbingan teknis terhadap Mitra PPL pada Februari 2014. Ada sekitar 545.000 TPS, yang masing-masing akan diawasi oleh dua orang Mitra PPL. Artinya, ada sekitar 1.000.000 Mitra PPL yang akan direkrut oleh Bawaslu.

Namun, seiring dengan perkembangan

tersebut, Ketua Komisi II DPR Agun Gu-nanjar Sudarsa meminta secara tegas ke-pada Bawaslu untuk memiliki mekanisme agar Mitra PPL yang direkrut nantinya benar-benar bisa melaksanakan tanggung jawab dengan baik. Apakah cukup dalam waktu yang singkat untuk merekrut Mitra PPL sebanyak itu?

Pertanyaan besar itu sempat dilontar-kan oleh sebagian besar Anggota Komisi II DPR RI. Mereka meragukan itu dapat terwujud dengan baik, mengingat pelak-sanaan Pemilu tinggal beberapa bulan saja.

“Soal independensi dan netralitas Mitra PPL juga menjadi sorotan, karena khawatir Mitra PPL ini akan ditunggangi oleh beberapa kepentingan politik,” tutur Agun.

Namun, Pimpinan Bawaslu Nasrullah mengatakan bahwa masalah perekrutan Mitra PPL, sudah dipertimbangkan un-tuk mengambil dari Relawan Pengawas Pemilu yang sudah terdaftar. Relawan Pengawas Pemilu sendiri merupakan pro-gram Bawaslu yang merupakan gerakan moral dengan target atau sasaran pemilih pemula. [FS]

Page 6: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

6

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Bawaslu Menuju Pemilu Indonesiayang Luber dan Jurdil

Oleh : Rahmawati*

Opini

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan salah satu lembaga yang bertugas sebagai penyelenggara Pe-milu Indonesia, kegiatan yang dilaksanakan berorientasi

pada pengawasan Pemilu dengan fokus kegiatan kepada peny-elenggaraan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya pelaksanaan Pemilu bersih, Jujur, adil, berkualitas dan akunta-bel. Dimana dalam proses penyelenggaraannya diharapkan tidak ditemukan pelanggaraan-pelanggaran yang dapat menodai cita-cita reformasi. Dalam konteks ini kehadiran Bawaslu sebagai Lembaga atau pengambil keputusan untuk dan atas nama orang banyak dengan mengemban tanggungjawab terhadap hasil Pe-milu, dimana dalam pelaksanaannya dapat memastikan bahwa Pemilu di Negara Kesatuan Republik Indonesia benar-benar dia-wasi dengan baik, supaya hasilnyapun benar-benar merupakan hasil pelaksanaan demokrasi yang bersih dan akuntabel.

Mengapa Pemilu diwilayah Negara Kesatuan Republik In-donesia perlu diawasi? Pertanyaan tersebut tentu memerlukan jawaban yang memang mampu menuntaskan apa yang men-jadi masalah dalam pelaksanaan Pemilu. Sering ditemukannya pelanggaran-pelanggaran yang dengan sengaja dilakukan oleh oknum-oknum yang bekerja bukan oleh individu yang berinte-gritas untuk melanggar hasil Pemilu itu sendiri, oleh sebab itu, Bawaslu harus berkemampuan memberi kepercayaan kepada masyarakat dan memastikan bahwa Pemilu yang sedang ber-langsung tahapan demi tahapan telah mendapat pengawasan oleh para Pengawas Pemilu Lapangan maupun pengawasan terpadu yang dilakukan oleh mahasiswa, media massa, dan ke-lompok Organisasi Kemasyarakatan secara menyeluruh dengan penuh kesadaran dan dengan suka rela ikut menjadi pengawas Pemilu.

Tugas ini tidaklah mudah disebabkan oknum pelanggar hasil Pemilu akan selalu mencari jalan dan celah agar mereka mampu mewujudkan ambisi orang-orang atau calon yang diusungkan untuk dimenangkan pada Pemilu. Sikap optimisme dan keyaki-nan seluruh komponen serta elemen yang terlibat dalam penga-wasan Pemilu memberi kepastian bahwa Pemilu harus mampu diawasi secara menyeluruh. Keyakinan tersebut tentunya harus diimbangi dengan kerja keras serta komitmen yang dibangun bersama antara Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupat-en/Kota, Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan ditingkat desa/kelurahan, media massa, Organisasi Kemasyara-katan, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Dapat dipahami bahwa Bawaslu merupakan wadah dalam rangka mendorong partisipasi publik secara bersama-sama melakukan pengawasan Pemilu mulai tingkat desa/kelurahan, Kabupaten/Kota, Provinsi, yang mana tugas yang dilaksanakan

merupakan penjabaran dari pada amanat ayat (3) Pasal 73 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum memuat Tugas Badan Pengawas Pemilu meliputi :1. Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri

atas:• Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;• Perencanaan pengawasan logistik oleh KPU;• Pelaksanaan penetapan daerah pemilih dan jumlah kursi

pada setiap daerah pemilihan untuk pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Ang-gota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota oleh KPUsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-uandangan.

• Sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan • Pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur dalam ke-

tentuan peraturan perundang-undangan.2. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu

yang terdiri atas :• pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar • pemilih seementara serta daftar pemilih tetap;• penetapan peserta Pemilu;• Proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pasangan calon pres-iden dan wakil presiden, dan calon gubernur, Bupati dan Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

• pelaksanaan kampanye;• pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;• pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara

hasil Pemilu di TPS:• pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara,

dan sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

• pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota;

• proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPS, PPK , KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan KPU;

• pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu Lanjutan dan Pemilu susulan;

• pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu;• pelaksanaan putusan DKPP; dan• proses penetapan hasil Pemilu.

3. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen ser-ta melaksanakan penyusutannya berdasarkan retensi arsip

Page 7: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

7

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

yang disusun oleh Bawaslu dan ANRI;4. Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan

pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang;5. Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu;6. Evaluasi pengawasan Pemilu;7. Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pe-

milu.

Beberapa tugas Bawaslu tersebut diatas, diharapkan keterli-batan dan partisipasi mahasiswa, media massa dan organisasi ke-masyarakatan pada huruf b poin 4 sampai dengan poin 10, teru-tama bagi Pemilih Pemula lulusan SLTA/Mahasiswa diharapkan partisipasinya ikut dalam Program Sejuta Relawan Pengawas Pe-milu. Pada Program tersebut relawan dituntut bersikap netralitas dan profesionalisme pada saat melakukan pengawasan Pemilu. Harapannya Pemilu terawasi pada setiap tahapan terutama pada saat pemungutan suara dan pelaporan hasil pemungutan suara, karena pada tahapan tersebutlah kerawanan dan manipulasi data sering terjadi maka hal ini harus dapat dicegah.

Dengan demikian pemilihan Umum dapat dinikmati oleh se-tiap individu sebagai sebuah pesta pemilihan pemimpin rakyat secara demokrasi. Baru dapat dikatakan demokrasi apabila ma-syarakat dalam menentukan siapa yang akan dipilih merupakan pilihan atas dasar pemikiran dan analisa berdasarkan keinginan sendiri bukan merupakan hasil dari pada permintaan oleh orang lain untuk dipilih, walaupun terkadang dalam konteks tertentu si-calon mempromosikan dirinya untuk dipilih hal ini tidak meru-

pakan paksaan tetapi merupakan bentuk promosi supaya dikenal. Pengawasan Pemilu selain mencegah terjadinya pelanggaran, juga untuk memastikan demokratisasi di Indonesia benar-benar terwujud, dimana masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar seperti kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi ter-masuk kebebasan bagi pers dalam menyampaikan berita mampu berbicara tentang kebenaran data dan fakta dan lain sebagainya, disadari bahwa masyarakat lebih memilih orientasi evaluatif ter-hadap kapasitas individu untuk mampu memberi penilaian ter-hadap sistem politik Indonesia. Orientasi tersebut adalah untuk mewujudkannya Pemerintahan yang Good Governance dimana untuk mewujudkannya harus didukung dengan pemerintahan yang reinventing govermen dimana salah satunya adanya par-tisipasi masyarakat dalam pembangunan artinya harus dimulai dari penyelenggaraan Pemilu yang terawasi dengan baik dalam rangka mewujudkan Pemilu yang berkualitas, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Opini

*Kepala Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi Setjen Bawaslu RI

Page 8: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

8

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Jelang Pemilihan Umum 9 April 2014, suasana politik di negeri ini men-jadi lebih tinggi. Tokoh-tokoh partai poli-tik peserta Pemilu yang akan bertarung memperebutkan simpati dan suara rakyat dalam Pemilu 2014 berupaya mengoal-kan kepentingannya. Satu hal yang ten-gah menjadi perhatian publik negara mendanai keberadaan saksi partai politik di tempat pemungutan suara (TPS).

Pada Undang-undang nomor 15 ta-hun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, memang menyebut secara jelas tentang keberadaan saksi peserta Pemilu (partai politik). Begitupun dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Ang-gota DPR, DPD, dan DPRD. Namun dalam dua undang-undang tersebut tidak ada satu pasalpun menyebut, bahwa saksi peserta Pemilu didanai negara.

Gagasan tentang pendanan saksi parpol, pertama kali mengemuka pada akhir sesi rapat dengar pendapat Bawaslu RI dengan Komisi II DPR RI pada awal Bulan Januari 2014 lalu yang membahas dukungan terha-dap mitra pengawas Pemilu lapangan (PPL) yang digagas Bawaslu RI. Beberapa peserta rapat di Komisi II DPR RI di akhir sesi se-cara spontan mencetuskan gagasan agar saksi parpol pun didanai negara.

Gagasan pendanaan saksi parpol pun terus menggelinding dan bahkan masuk dalam agenda rapat koordinasi di kantor Menkopolhumkam. Juga masuk agenda rapat penyelenggara Pemilu yang difasili-tasi Kementrian Dalam Negeri dan dihadiri Bawaslu RI, KPU RI, Komisi II DPR RI, hari Rabu (15/1).Rapat sedianya membahas satu agenda pokok terkait anggaran mitra PPL yang terkendala di Kementrian Keuan-gan karena belum memiliki dasar hukum. Namun rapat juga berkembang dengan ga-gasan pendanaan saksi parpol oleh peme-rintah.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dalam keterangan pers kepada wartawan usai rapat mengatakan dana saksi parpol merupakan usulan dari Bawaslu RI. Pemer-intahpun memberikan sinyal menyetujui pendanaan saksi parpol dan akan memper-siapkan rancangan peraturan presiden seb-agai payung hukumnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, se-jumlah pengamat politik menolak keras pemerintah mendanai saksi parpol dalam Pemilu 2014. Mereka berpandangan parpol harus menyiapkan sendiri dana saksi mer-eka di TPS karena keberadaan saksi parpol untuk kepentingan parpol, bukan justru membebani rakyat melalui dana APBN. Se-jak gagasan saksi parpol didanai APBN, dua partai politik yakni PDI Perjuangan dan Na-sional Demokrat menolak menerima dana saksi parpol sekiranya jadi digelontorkan. Total dana yang diusulkan pemerintah un-tuk saksi parpol sekitar Rp 654,9 miliar un-tuk Pileg dan Pilpres.

Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI Perjuangan Arif Wibowo menilai, bila pemerintah melanjutkan ren-cana pemberian dana saksi parpol menim-bulkan kecurigaan adanya tujuan politik untuk kepentingan tertentu.

Sementara Ketua Bappilu Partai Nas-Dem Ferry Mursyidan Baldan mengatakan, perlu ditelaah lebih jauh motif dibalik gaga-san pendanaan saksi parpol. Partainya, ber-pandangan parpol harus mendanai sendiri saksinya di TPS pada Pemilu 2014.

Saksi PentingSementara itu Ketua Bawaslu RI Mu-

hammad mengatakan, keberadaan saksi parpol di tempat pemungutan suara (TPS) penting guna meminimalisir kecurangan di TPS. Merujuk pada pengalaman Pemilu tahun-tahun sebelumnya, minimnya saksi parpol di TPS menimbulkan banyaknya ke-curangan yang berakhir pada gugatan hasil Pemilu oleh peserta Pemilu.

“Dari sisi pengawasan Pemilu, ke-

beradaan saksi parpol penting karena fung-sinya sama dengan mitra PPL yakni men-gawasi proses pemungutan suara di TPS. Tapi mengenai usul saksi partai politik di danai pemerintah bukan dari Bawaslu. Kami pun sedang berupaya agar usulan tambahan anggaran untuk mitra PPL yang sudah dapat dukungan Komisi II dapat di-fasilitasi pemerintah, ” kata Muhammad memaparkan.

Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nas-rullah mengatakan, semakin banyak orang yang mengawasi proses tahapan Pemilu termasuk pada hari pemungutan dan peng-

hiitungan suara, maka niat orang yang ingin berbuat curang akan bisa ditekan. Karenan-ya selain mengusulkan anggaran untuk mitra PPL kepada pemerintah, Bawaslu RI juga menggalang dukungan partisipasi masyara-kat untuk menjadi relawan Pemilu melalui gerakan sejuta relawan pengawas Pemilu.

Terkait mitra PPL, Bawaslu RI mengu-sulkan kepada pemerintah untuk mendanai 2 orang mitra PPL per TPS yang bekerja pada hari H pemungutan dan penghitungan suara di TPS , dengan honor Rp 100.000/orang untuk dua kegiatan yakni Pileg dan Pilpres. Dasar usulan tersebut adalah ket-erbatasan pengawas Pemilu lapangan yang berjumlah 1-5 orang setiap desa/kelurahan sesuai amanat Pasal 72 UU Nomor 15 ta-hun 2011. Padahal dalam 1 desa/kelurahan terdapat belasan hingga puluhan TPS. Se-hingga tidak memungkinkan hanya di awasi 1 orang saja.

Terhadap permintaan, agar dana saksi parpol di kelola Bawaslu RI bukan oleh KPU RI, Ketua Bawaslu RI Muhammad mengatakan hal itu merupakan permintaan lisan Kemendagri bukan tertulis. ”Mungkin pertimbangannya karena sama-sama men-jalankan fungsi pengawasan, KPU sendiri menolak mengelola dana itu. Kami mesti pleno sebelum mengambil keputusan,” ujarnya.

Bawaslu RI menurut Muhammad tidak ingin gegabah menerima usulan agar dana parpol dimasukkan dalam anggaran Bawas-lu RI. Sebab hal ini akan menjadi preseden buruk bagi Bawaslu, seolah-olah dana saksi parpol memang diusulkan oleh Bawaslu RI. [RS]

Gelinding Dana Saksi Parpol

Page 9: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

9

Politisasi SARA Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014?

Banyak yang tidak mengetahui bahwa pada pelaksanaan Pemilu 2009 dan Pemilu Kada di beberapa daerah

menyisakan trauma mendalam yang dialami oleh beberapa kelompok masyarakat, teru-tama yang minoritas. Kelompok seperti ini, kerap menjadi sasaran dalam berkampanye oleh berbagai pihak dengan tujuan –tujuan tertentu. Mereka cenderung dideskreditkan dan dimarginalkan, demi mendapatkan sim-patik kaum mayoritas.

Namun, isu ini seakan-akan tenggelam oleh isu-isu lain yang memang menjadi polemik dan menjadi kontroversial, seperti daftar pemilih tetap (DPT) dan penghitun-gan suara. Padahal dampak yang ditimbul-kan adalah ketakutan yang luar biasa, apa-lagi saat kampanye dilakukan dalam setiap rezim Pemilu.

Masa kampanye Pemilu Legislatif 2014 sudah di depan mata. Badan Pengawas Pe-milu (Bawaslu) diminta berbenah diri un-tuk mempersiapkan segala sesuatu untuk mengoptimalkan pengawasan pada tahapan tersebut. Pasalnya, tahapan tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan konflik sos-ial di masyarakat.

Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu 2014 yang Berkualitas hadir dan mendeklar-asikan diri untuk memfokuskan perhatian terhadap kampanye yang mengusung isu diskriminasi terhadap golongan minori-

tas. Gerakan tersebut terdiri dari beberapa ormas antara lain, ILRC, Wahid Institute, Abdulrahman Wahid Center, PGI, KWI, Maarif Institute, Pusat Hukum Konstitusi Universitas Airlangga, Pusat HAM dan Demokrasi FH Universitas Brawijaya, PP Muhammadiyah, PBNU, Perludem, Sejuk, Aman Indonesia, dan Yayasan TIFA.

“Intoleransi dalam kehidupan umat be-ragama sudah semakin meningkat. Dalam beberapa pengalaman Pemilu, isu terhadap suku, ras dan antar golongan (SARA) selalu terjadi,” ujar Direktur Eksekutif The Wahid Institute, Ahmad Suaedy, bersama para ak-tivis OMS yang lain saat Audiensi dengan Bawaslu, di Jakarta, Senin (13/1).

Lebih lanjut menurut Suaedy, dalam masa kampanye para peserta Pemilu yang intoleran dan diskriminatif menggunakan kesempatan tersebut untuk memojokkan lawan politiknya yang kebetulan memiliki perbedaan, dengan menggunakan paham agama atau penodaan agama, dan juga pi-dato dan orasi yang berbau kebencian (hate speech).

Hal yang sama diungkapkan Sekre-taris Eksekutif Bidang Diakonia, PGI Jeiry Sumampouw yang mengatakan bahwa isu agama dalam kampanye banyak digunakan dan sangat popular untuk mendulang suara, terutama oleh partai-partai yang memiliki basis masa mayoritas dalam suatu daerah.

Oleh karena itu dibutuhkan peran aktif Ba-waslu untuk mencegah supaya kampanye menggunakan isu agama dan diskriminasi terhadap minoritas dapat dicegah.

Veri Junaidi dari Perludem berharap besar Bawaslu dapat memegang kunci ter-hadap permasalahan potensi diskriminasi tersebut. Karena pada dasarnya, semua pelanggaran dalam Pemilu akan dilaporkan ke Bawaslu.

“Peran penegakan hukum pidana dalam Pemilu memang juga melibatkan Kepolisian, dan peran tersebut juga sangat besar. Namun, Bawaslu adalah kuncinya dan harapan besar agar Bawaslu dapat mengatasi permasalahan (diskriminasi) tersebut,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Bawaslu Mu-hammad mengatakan bahwa, Indonesia merupakan negara demokrasi bukan neg-ara agama. Sehingga praktik politik yang mempolitisasi masalah keagamaan sangat dilarang dan tidak bisa dibiarkan. Bawaslu dan jajarannya, juga akan siap menindak te-gas terhadap pelanggaran semacam itu jika terjadi.

“Peran aktif masyarakat juga sangat diperlukan dalam hal ini. Kami ingin me-nyatakan bahwa Pemilu itu milik bersama dan tanggung jawab bersama. Nantinya, Bawaslu akan membuat SMS gateway, yang dapat dipergunakan untuk orang yang mel-apor,” ujarnya. [FS]

Page 10: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

10

Menjelang Pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 dan Pemilu Presiden/Wapres pada Bulan Oktober 2014, Tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengingatkan jajaran Bawaslu RI untuk mewaspadai dan menghindari praktik gratifikasi dari pihak-pihak yang ingin bermain curang dalam proses pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Pencegahan dini diperlukan meng-ingat Bawaslu RI diberikan ke-wenangan sesuai Undang-undang

Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyeleng-gara Pemlilu. Dalam isi undang-undang tersebut sebagaimana diuraikan dalam pasal 75, 76 dan 77, Bawaslu RI hingga Panwaslu kabupaten/kota diberikan ke-wenangan untuk mengawasi seluruh taha-pan dan proses Pemilu serta memberikan rekomendasi yang sifatnya wajib dilak-sanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Koordinator Tim KPK bidang pence-gahan, Maruli Tua mengatakan kepent-ingan KPK adalah menjamin para peny-elenggara negara bertindak sesuai aturan hukum dengan menghindari praktik-prak-tik suap dan gratifikasi

“Kita juga ingin agar Pemilu 2014 bisa di kawal menjadi Pemilu yang ber-sih, demokratis dan berintegritas,” kata-nya saat memberi penjelasan kepada selu-ruh pejabat struktural Sekretariat Jenderal Bawaslu RI, Senin (13/1).

Kedatangan Tim KPK yang terdiri 4 (empat) orang bukan tanpa alasan. Sekre-taris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswan-toro dan Pimpinan Bawaslu RI sebelum-nya menilai penting menghadirkan KPK untuk memberikan penjelasan terkait suap dan gratifikasi. Sebab Pimpinan Bawaslu tidak ingin jajarannya terjerat dengan ka-sus suap dan gratifikasi.

“Saya sengaja mengundang KPK untuk mensosialisasikan aturan-aturan

terkait gratifikasi, kita mesti membuat aturan-aturan untuk mengendalikan grat-ifikasi,” kata Gu-nawan saat membu-ka diskusi Struktural Bawaslu RI dengan Tim KPK.

Gratifikasi dalam penjelasan pasal 12 B Undang-undang nomor 31/1999 juncto Undang-undang nomor 20/2001 diartikan sebagai pembe-rian dalam arti luas. Meliputi uang/se-tara uang, barang, rabat/diskon. pinjaman tanpa bunga, komisi, pengobatan cuma-cuma, tiket perjalanan, perjalanan wisata, fasilitas penginapan dan fasilitas lainnya. Gratifikasi dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan jabatan dan berten-tangan dengan tugas atau kewajibannya.

Terkait gratifikasi Koordinator Tim KPK Maruli mengingatkan, agar jangan hanya dilihat perspektif hukumnya saja melainkan juga perspektif etika. Sebab pemberian gratifikasi sangat terkait den-gan jabatan atau kedudukan seseorang, sekalipun pemberi gratifikasi adalah te-man dekat atau keluarga. Terkait pers-pektif etika, gratifikasi dikelompokkan menjadi kategori suap yakni pemberian untuk melakukan sesuatu, kategori kedi-nasan yakni menerima fasilitas lain dalam perjalanan dinasnya, dan non kedinasan misalnya menerima sesuatu dari kerabat-nya terkait jabatannya.

Sementara itu Rusfian, anggota Tim KPK menjelaskan sanksi pidana gratifi-kasi sebagaimana diatur dalam UU No-mor 31/1999 juncto UU Nomor 20/2001 pasal 12 C ayat (1) dengan sendirinya akan gugur apabila penerima gratifikasi melaporkan gratifikasi yang diterimanya dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak

diterimanya gratifikasi kepada KPK. “Gratifikasi itu sangat dekat dengan

suap, KPK bisa menelusuri bagaimana sebenarnya prosesnya itu,” kata Rusfian.

Ancaman hukum bagi penerima grati-fikasi adalah pidana penjara seumur hidup atau 4-20 tahun dan denda Rp. 200 juta – Rp 1 Miliar. Penerima gratifikasi dalam UU No 31/1999 Juncto UU No 20/2001 adalah pegawai negeri dan penyelenggara negara. Pegawai negeri yang dimaksud ti-dak hanya PNS sebagaimana diatur dalam UU kepegawaian melainkan semua orang yang gajinya bersumber dari keuangan negara atau daerah.

Hadir dalam sosialisasi pengendalian gratifikasi oleh KPK antara lain Komis-ioner Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas, Sekjend Bawaslu Gunawan Suswantoro, empat Kepala Biro di lingkungan Ba-waslu RI, Pejabat eselon III dan Pejabat Eselon IV. Pimpinan Bawaslu pada kes-empatan tersebut meminta KPK untuk tu-rut serta dalam acara-acara besar Bawaslu di berbagai daerah baik internal maupun yang melibatkan stakeholder, tujuannya agar KPK bisa sekaligus mensosialisa-sikan pengendalian gratifikasi di jajaran Bawaslu. Hal itu sudah mulai dirintis be-berapa kali sejak tahun 2013 dalam acara rakor stakeholder Pemilukada.[RS]

Tim KPK Datangi Bawaslu Terkait Gratifikasi

Tim KPK menyambangi Bawaslu terkait sosialisasi pengendalian gratifikasi. Hadir dari Bawaslu antara lain: Pimpinan Bawaslu, En-dang Wihdatiningtyas, Sekjen Bawaslu Gunawan Suswantoro, 4 kepala Biro di lingkungan Bawaslu RI, Pejabat eselon III dan Peja-bat Eselon IV.

CHRISTINA KARTIKA

Page 11: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

11

JAKARTA -- Maraknya praktik suap, gratifikasi dan pencucian uang menjelang pesta demokrasi, Pemilu 2014 perlu disi-kapi secara serius. Berbagai pihak mulai dari pengamat dan jajaran penegak hu-kum mengingatkan, agar pesta demokrasi 2014, tidak dikotori dengan praktik grati-fikasi dan bahkan pencucian uang baik oleh calon anggota legislatif maupun par-tai politik peserta Pemilu 2014. Mensikapi hal tersebut, Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) di awal tahun 2014, meminta bantuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama-sama merumuskan aturan main terkait gratifikasi dalam perhelatan Pe-milu tahun 2014. Sebab, Bawaslu men-galami kesulitan mengidentifikasi apakah sumbangan dana kampanye Pemilu bagi calon legislatif dan partai politik dapat di-kategorikan sebagai gratifikasi. Kepala Biro Teknis Penyelenggaraan dan Pengawasan Pemilu (TP3), Bernard D. Sutrisno dan Plt Kabag Penanganan Pelanggaran Yusti Erlina dalam diskusi dengan Tim KPK bidang pencegahan, Senin (13/1), menanyakan isi Peraturan KPU Nomor 17 tahun 2013 tentang Pel-aporan Dana Kampanye yang mengacu pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012. Dalam PKPU tersebut disebutkan caleg DPD dapat menerima sumbangan dari perseorangan maksimal sebesar Rp 250 juta dan sumbangan dari perusahaan sebesar maksimal Rp 500 juta. Sedan-gkan parpol dapat menerima sumbagan perorangan maksimal Rp 1 miliar dan dari perusahaan/kelompok sebesar Rp 7,5 miliar. Hal ini dinilai bertolak belakang dengan nafas pemberantasan tindak pidana ko-rupsi, sebagaimana isi penjelasan pasal 12 B UU Nomor 31/1999 juncto UU No-mor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Penjelasan pasal tersebut men-jabarkan bahwa gratifikasi merupakan pemberian dalam artian luas. Sementara dalam UU Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu, parpol boleh mendapatkan sum-bangan dana kampanye baik dari anggot-

anya maupun pihak lain. “Misalnya anggota DPD incumbent (ma-sih menjabat) mencalonkan diri lagi dalam Pemilu 2014, lalu dia atau partai yang ada di DPR menerima sumbangan kampanye dari perorangan atau kelompok, apakah itu dapat dikategorikan gratifikasi juga?. Ini kan ada dasar aturannya yang berbe-da,” kata Yusti saat diskusi pengendalian gratifikasi oleh KPK. Sementara itu, Maruli Tua, Koordinator Tim KPK bidang pencegahan menegas-kan dalam aturan perundang-undangan tidak ada batasan jumlah pemberian gratifikasi. Gratifikasi dipahami sebagai pemberian dengan harapan mendapatkan imbalan bagi para penyelenggara negara dan pejabat publik. “Sebenarnya batasan nilai pemberian gratifikasi tidak ada dalam undang-undang, justru kalau ada batasan akan menimbulkan polemik baru, perdebatan baru,” kata Maruli Tua, Koordinator Tim KPK bidang pencegahan. Sejumlah persoalan terkait sumbangan dana kampanye baik kepada parpol dan caleg dipertanyakan kepada tim KPK. Hal ini dimaksudkan guna meminimalisir polemik dan sengketa antarpeserta Pemi-lu manakala sumbangan dana kampanye ini pada akhirnya dikategorikan dengan gratifikasi. Terkait hal ini,Sekjend Bawaslu Gunawan

Suswantoro meminta bantuan KPK untuk membantu tim internal Bawaslu meru-muskan aturan main pengawasan dana kampanye ini. Selain itu juga perlu ada tindak lanjut antara Bawaslu, DKPP dan KPU secara bersama-sama merumuskan indikator-indikator atau kriteria untuk mewujudkan Pemilu bersih dan jurdil dalam kaitannya dengan pengendalian gratifikasi. Bawaslu juga perlu membangun sistem pengendalian gratifikasi yang sifatnya internal yang berlaku baik di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu RI hingga ke jajarannya di provinsi, kabupaten dan kota. Sebab menurut Tim KPK, Maruli Tua, terdapat beberapa titik rawan grati-fikasi di Bawaslu misalnya di lingkungan internal Bawaslu, gratifikasi dalam proses pengawasan Pemilu, gratifikasi terse-lubung dalam bentuk pendanaan Pemilu. Karenanya perlu dilakukan mapping agar lebih tepat sasaran dalam pengaturannya. “Bawaslu perlu sistem pengendalian gratifikasi yang sifatnya internal, artinya bertujuan bagi semua pejabat dan staff Bawaslu dan DKPP, ini segera kita tin-daklanjuti,” kata Guanwan Suswantoro seraya menambahkan Bawaslu segera membuat pernyataan komitmen penera-pan pengendalian gratifikasi dilingkun-gannya untuk disampaikan kepada KPK.[RS]

Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye

Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro dan Tim KPKCHRISTINA KARTIKAWATI

Page 12: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

12

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jaringan Pendidikan Pemi-lih untuk Rakyat (JPPR) melapor-

kan adanya kejanggalan dalam laporan dana kampanye peserta Pemilu ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dalam data yang didapat, jumlah penerimaan partai dalam bentuk barang dan jasa sebesar 93 persen, dan hanya 7 persen saja yang ber-bentuk uang.

“Jika dalam bentuk barang dan jasa, maka KPU dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) akan sulit untuk melacak dan menelusuri keberadaan dana parpol tersebut dalam proses audit,” ungkap Manajer Program Pemantau JPPR Sunanto, usai melaporkan laporan tersebut ke Bawaslu, di Jakarta, Selasa (7/1).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, per-bandingan antara jumlah sumbangan ba-rang dan jasa dengan uang sangat timpang dan mencurigakan. Sumbangan dalam bentuk jasa dan barang mencapai Rp 907.395.692.165 atau 93 persen, semen-tara sumbangan dalam bentuk uang hanya Rp 67.620.388.803 atau 7 persen saja.

Sebelumnya, PPATK menjelaskan bahwa pada awal 2013 banyak transaksi mencurigakan terjadi, karena mulai me-ningkatnya aktivitas kePemiluan. Bahkan, PPATK menemukan adanya partai politik

yang tidak memiliki uang yang banyak di rekeningnya, tetapi aktivitasnya cukup banyak.

“Diduga kenaikan ini merupakan ben-tuk upaya untuk melakukan politik uang. Perlu penelusuran lebih jauh untuk dil-aporkan kepada Penyelenggara Pemilu,” ujar Ketua PPATK Muhammad Yusuf, akhir 2013 lalu.

Sementara itu, Koordinator JPPR M. Afifuddin mengungkapkan fakta adanya ketidakseragamaan pelaporan dana kam-panye yang dimasukkan ke KPU. Ber-dasarkan analisa, banyak kekurangan dalam pelaporan penerimaan sumbangan dana kampanye parpol yang dimasukkan ke Komisi Pemilihan Umum.

“Ada partai yang menyerahkan dana pengeluaran dana caleg sebagai dana sumbangan partai politik, namun ada juga partai yang tidak menyerahkan,” tuturnya.

Selain itu, ia mengkritik transparansi laporan dana kampanye partai politik yang dipublikasikan oleh KPU. Menurutnya, daftar laporan penerimaan sumbangan parpol di laman KPU belum benar-benar dapat menggambarkan penerimaan partai politik dan asal-usulnya secara jelas.

“Dalam daftar laporan yang terdapat di laman resmi KPU tak sesuai dengan yang diatur dalam PKPU No. 17 tentang Pedo-

man Pelaporan Dana Kampanye,,” ujar Afifuddin.

Sementara itu, Ketua Bawaslu Mu-hammad mengatakan menyambut baik temuan PPATK dan JPPR terkait transaksi mencurigakan para caleg dan parpol. Jika benar terbukti, mereka akan terkena sank-si berat. Itu bisa membatalkan kemenan-gan seseorang.

“Jelas sekali pasalnya. Jadi money politics yang terbukti, bisa menggagal-kan kemenangan caleg. Tak hanya caleg, sanksi juga dapat diberikan kepada par-pol berperan dalm praktik money politics tersebut,” pungkasnya.

Sejauh ini, Bawaslu dan PPATK juga sudah melaksanakan kerjasama terkait dana-dana mencurigakan peserta Pemilu. Bawaslu berharap, PPTK dapat melapor-kan adanya kecurigaan transaksi kepada Bawaslu untuk segera ditindaklanjuti. [FS]

SUNANTO,Manajer Program Pemantau JPPR

JPPR.OR.ID

Politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan

banyak uang.

KOMPAS.COM

MUHAMMAD YUSUF,Ketua PPATK

- Anonim

JPPR LaporkanDana Kampanye Mencurigakan

Page 13: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

13

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Badan Pengawas Pemilu mengada-kan kegiatan sosialisasi Penyusu-nan Laporan Keuangan dan Kebi-

jakan Akuntansi Akhir Tahun 2013 yang dilaksanakan di Jakarta, Kamis (23/1) hingga Sabtu (25/1).

Tujuan diselenggarakannya kegiatan sosialisasi ini untuk menciptakan laporan keuangan yang akuntabel dan transparan,

sebagaimana diamanatkan Undang Un-

dang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2012 ten-tang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun

Anggaran 2012. “Menteri/pimpinan lembaga negara

sebagai pengguna anggaran/barang mem-punyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kemen-terian/lembaga negara yang dipimpin-nya,” jelas Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro.

“Bawaslu berkewajiban menyeleng-garakan akuntansi dan laporan pertang-gung jawaban atas pelaksanaan APBN, dengan menyusun laporan keuangan re-alisasi anggaran, neraca, dan catatan atas

laporan keuangan,” paparnya. Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswanto-

ro mengharapkan laporan keuangan terse-but dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pemakai laporan, khususnya sebagai sarana untuk mening-katkan akuntabilitas/pertanggung jawa-ban dan transparansi pengelolaan keuan-gan negara. Laporan keuangan ini, juga dimaksudkan untuk memberikan informa-si kepada manajemen dalam pengambilan keputusan, dalam usaha mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Karena itu, bendahara pengeluar-an dan staf operator komputer penge-lola keuangan Bawaslu Provinsi dapat mengimplementasikan ilmu yang diper-oleh dari kegiatan sosialisasi ini dengan sebaik-baiknya.

Selain itu, Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro menekankan agar bendahara dapat tertib membuat laporan keuangan. Bendahara diminta untuk memahami be-tul tata cara pelaporan keuangan di tahun 2014, sehingga dapat dilaksanakan secara tertib dan sesuai aturan. [CK]

Sekjen Bawaslu: Bendahara Harus Tertib Menyusun Laporan Keuangan

Gunawan Suswantoro, SH, M.SiSekretaris Jenderal Bawaslu RI

Peserta Sosialisasi Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan AkuntansiFOTO-FOTO: CHRISTINA KARTIKAWATI

Page 14: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

14

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Bekerja konkret dan tak banyak bicara., itulah kira-kira yang pantas disematkan pada mantan Koordinator Nasional Jaringan Pendidi-kan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Yusfi-triadi. Dengan pengalamannya di dunia kePemiluan, ia berharap kontribusinya akan membuahkan hasil yang manis dan berguna bagi perkembangan demokrasi.

Sebagai seorang aktivis sejak era re-formasi, Yusfitriadi tidak jarang memberi-kan kritik keras dan tajam pada pemerin-tah terutama dalam kaitan perkembangan demokrasi lewat Pemilu. Namun, ke-mampuan analisanya ini tidak hanya di-pergunakan hanya untuk mengkritik saja, tetapi juga memberikan kontribusi nyata sebagai aktualisasi pengalaman yang per-nah didapatnya.

Karena itulah, ia didaulat menjadi Ketua Kelompok Kerja Nasional Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas Pemilu. Tanggung jawab yang cukup berat meng-ingat harapan dan tuntutan masyarakat terhadap gerakan ini cukup penting dan signifikan, terutama dalam rangka men-gawasi tahapan Pemilu ke depan.

Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas Pemilu merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi oleh Bawaslu, sebagai gerakan moral untuk meningkatkan partisipasi pemilih, terutama pemilih pemula, dan melibatkanya secara aktif dalam penga-wasan Pemilu. Selama ini, banyak pemil-ih pemula yang cenderung apatis terha-dap Pemilu karena kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam Pemilu itu sendiri.

Yusfitriadi mengatakan, selain sebagai gerakan yang berupaya untuk meningkat-kan partisipasi masyarakat, gerakan ini juga diharapkan dapat menekan segala bentuk politik transaksional yang terjadi di masyarakat. Seperti yang kita tahu, saat ini praktik money politics masih sering terjadi dan bukan lagi menjadi hal yang

dilarang dalam masyarakat, untuk itulah gerakan sejuta

relawan pengawas Pemi-lu ini dibutuhkan.

S e -b a g i a n pihak sempat meragukan target relawan pen-gawas Pemilu akan tercapai, baik dari segi jumlah dan dari segi kualitas. Dari segi jumlah, relawan pengawas Pemilu di-harapkan benar-benar mencapai angka sejuta atau lebih, dengan begitu akan gerakan ini akan terlihat lebih masif. Sedang-kan secara kualitas, masyara-kat berharap gerakan ini dapat memberikan kontribusi penga-wasan yang positif dan berman-faat, walapun gerakan ini tidak dibayar sepeserpun.

Namun, di balik itu, ia yakin gerakan ini mampu membawa perubahan terhadap nasib Pemilu 204 ini. Gerakan relawan akan mengawasi penyelenggaraan Pemi-lu sejak masa kampanye, pungut hitung sampai pada rekapitulasi suara.

Berbeda dengan tugas para para saksi dan pengawas Pemilu di tingkat lapangan, relawan tidak hanya bertugas saat Pemilu berlangsung, tetapi sebelum Pemilu den-gan memperhatikan dinamika politik yang terjadi di TPS. Setiap TPS akan di-tempatkan 2 relawan. Adapun tugasnya menurut Yusfitriadi ialah menyampaikan informasi ke Bawaslu bila ditemukan ma-salah atau pelanggaran di TPS.

Salah satu yang ditekankan oleh Yusfi-triadi dalam gerakan ini, adalah bagaima-

na mengubah pola pikir masyarakat ter-hadap Pemilu. Selama ini Pemilu selalu dianggap sebagai pesta demokrasi bagi segelintir orang saja. Hanya penyeleng-gara Pemilu dan orang-orang yang berke-pentingan yang harus peduli pada Pemilu.

“Pandangan tersebut salah. Pemilih merupakan Stakeholders terbesar dalam Pemilu. Sehingga pemilih memiliki daya tawar yang tinggi terhadap Pemilu. Arti-nya, sukses atau tidaknya Pemilu juga ter-gantung pada pemilih,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya pemilih harus mendapatkan edukasi yang benar terhadap Pemilu, agar tindakannya ke depan juga benar. Salah satunya melalui Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas Pemilu. Ia akan berupaya menjadi gen-erator, untuk membangkitkan relawan pengawas Pemilu menjadi berarti dan bermanfaat. [FS]

YusfitriadiSang ‘Generator’ RelawanPengawas Pemilu

YusfitriadiKoord. Pokjanas Sejuta Relawan Pengawas Pemilu

DOK. HUMAS

Page 15: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

15

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Pengawasan

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menggelar Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Persiapan Pengawasan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014 di Jakarta, Jumat (27/12).

Rakernis yang dihadiri oleh Pimpinan Bawaslu Nasrullah, Daniel Zuchron dan Endang Wihdatiningtyas ini, sebagai

evaluasi pengawasan tahapan Pemilu legislatif untuk mengindentifikasi ben-tuk pencegahan pelanggaran, termasuk kelemahan atau hambatan dalam pelaksa-naan teknis pengawasan tahapan Pemilu, juga untuk mengidentifikasi temuan-temuan dugaan pelanggaran Pemilu yang memungkinkan mempengaruhi proses dan pelaksanaan Pemilu, dan yang tera-khir adalah untuk mengidentifikasi tin-daklanjut temuan oleh Pengawas Pemilu. Demikian yang disampaikan oleh Tim Asistensi Bawaslu RI, Muhammad Tur-mudzi sebagai salah satu fasilitator dalam Rakernis tersebut.

Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilu pada tahun 2013 ini semestinya juga dilakukan evaluasi terhadap ke-Bawaslu-an, jadi tidak hanya membahas

tentang rangkaian tahapan apalagi (hanya) subsektor pengawasan tetapi juga prin-

sip dasar ke-Bawaslu-an ini, pada aspek struktural dan administrasi, tentu-nya juga dalam domain pengawasan, peninda-kan pelanggaran dan wilayah yang sifat-

nya support system dari jiwa atau

roh Ba-

waslu menyang-kut penga-wasan dan pen-indakan pelanggaran, misalnya kehumasan dan sosialisasi.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Daniel Zuchron menyatakan Rakernis ini untuk melakukan evaluasi terhadap metode dan kebijakan teknis serta hasil pengawasan pada tahapan yang telah berlangsung dalam rang-ka perbaikan dan penyempurnaan bagi penyusunan metode dan ke-bijakan teknis dalam pengawasan tahapan selanjutnya. Sehingga akselerasi kinerja dan pelaporan Bawaslu Provinsi dan jajarannya menjadi cepat, efektif, dan ter-kendali.

“Jadi fokus dari target rencana kita, goal-nya adalah akselerasi (percepa-tan), sehingga kita tidak lagi berada pada track yang lambat, tetapi sudah semakin cepat. Oleh karena itu evaluasi ini penting karena kami melihat akselerasinya belum jalan, sehingga percepatan, efektivitas, dan pengendalian ini terhambat. Hal-hal seperti ini yang kita buka dalam rapat ini, sehingga kebijakan pengawasan Ba-

waslu RI yang dihasilkan dari Rakernis ini, telah memperhitungkan aspek-aspek masukan dari Bawaslu Provinsi.” ujar Daniel.

Rakernis yang berlangsung hingga, Minggu (29/12) ini dihadiri oleh seluruh Bawaslu Provinsi, Tim Asistensi Divisi Pengawasan dan Staf Biro TP3 Setjen Bawaslu RI dan ditutup oleh Pimpinan Bawaslu RI, Daniel Zuchron.

[MZ]

Bawaslu Gelar Rakernis Pengawasan Pemilu Legislatif 2014

DANIEL ZUCHRONKoordinator Divisi Pengawasan

Page 16: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

16

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Organisasi dan SDM

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akhirnya menerima sebanyak 32 orang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pertama kali dalam sejarah ke-beradaan Bawaslu. Kepastian tersebut berdasarkan serang-kaian Tes Kemampuan Dasar (TKD) dan Tes Kemampuan Bidang (TKB) yang telah dilak-sanakan beberapa waktu lalu.

Keputusan tersebut diumumkan oleh Bawaslu melalui Peng-umuman Nomor: 001/Peng/

Bawaslu/I/2014 Tentang Kelulusan Peserta Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Badan Pengawas Pemilihan Umum Tahun 2013.

Selanjutnya CPNS diminta segera melakukan orientasi dan pengenalan terhadap lembaga. Para CPNS yang mengikuti orientasi itu diminta segera beradaptasi dengan cepat dalam rangka mendukung pengawasan proses dan tahapan Pemilu yang sedang berjalan. “Banyak hal baru yang akan dipelajari di lembaga ini. Kami berharap anda segera beradaptasi, dan disiplin dengan tugas

dan pekerjaan yang ada di Bawaslu,” kata Ketua Bawaslu, Muhammad, me-nyambut kedatangan CPNS Bawaslu.

Hadir dalam orientasi tersebut, Sekre-taris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gu-nawan Suswantoro, Kepala Biro Hukum, Humas, dan Pengawasan Internal (H2PI), Jajang Abdullah, Plt. Kepala Biro Ad-ministrasi, Dermawan A. Santoso, dan Kepala Biro Administrasi DKPP, Ahmad Khumaidi.

Menurut Muhammad, mereka yang lulus sebagai CPNS Bawaslu yang jumlahnya 32 orang sudah merupakan hasil seleksi yang sangat ketat. Dari hasil ujian, mereka dinilai memiliki perolehan nilai yang cukup tinggi, dan lulus standar

Bawaslu Rekrut CPNS Pertama

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gunawan Suswantoro (tengah) didampingi Kepala Biro Hukum, Humas, dan Pe-ngawasan Internal (H2PI), Jajang Abdullah (kedua dari kanan), Plt. Kepala Biro Administrasi, Dermawan A. Santoso (kedua dari kiri), dan Kepala Bagian Laporan dan Temuan, Yusti Erlina, dan Kepala BagianPersidangan DKPP, Osbin Samosir.

Page 17: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

17

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

nasional dalam proses perekrutan CPNS.Muhammad menegaskan, dalam

proses perekrutan CPNS di Bawaslu, mereka yang lulus sama sekali tidak ada yang dibantu oleh unsur pimpinan maupun pejabat di jajaran Sekretariat Jenderal Bawaslu. Semua CPNS yang lulus tersebut, murni hasil kerja keras mereka saat mengikuti ujian.

CPNS yang mengikuti masa orientasi itu dinyatakan lulus murni. “Karena anda masuk ke Bawaslu tanpa menggunakan uang sepeser pun, maka ketika men-jalankan tugasnya di Bawaslu, anda juga tidak boleh menerima uang yang bukan milik anda,” tutur Muhammad, mengin-gatkan.

Hal yang sama juga dibenarkan Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro. Menurutnya, proses perekrutan CPNS di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu itu berlangsung secara murni, dan men-jadi barometer dalam perekrutan CPNS

Bawaslu di kemudian hari.Selain itu, menurut Gunawan, Ba-

waslu sebagai lembaga yang baru saja ditingkatkan menjadi eselon I, belum memiliki pegawai organik. Selama ini, PNS yang berada di Bawaslu merupakan PNS yang sebagian besar berasal dari Kementerian Dalam Negeri.

“Ke depan, Sekretariat Jenderal Ba-waslu akan dipegang oleh PNS yang asli dari Bawaslu. Sedangkan kami hanya dipekerjakan di sini,” tambah Gunawan.

CPNS di lingkungan Bawaslu terdiri dari formasi Analis Pengawasan Pemilu, Penata Laporan Keuangan, Pengelola Administrasi Keuangan, dan Penata Komputer Penyelia. CPNS Bawaslu tersebut dalam waktu dekat akan ditem-patkan di masing-masing biro.

[FS]

Divisi Organisasi dan SDM

CPNS Bawaslu RI mendapatkan pengarahan

”Karena anda ma-

suk (CPNS) Bawaslu tanpa menggunakan

uang sepeser pun, maka ketika men-

jalankan tugas, anda juga tidak

boleh menerima uang yang bukan

milik anda

”Muhammad

Page 18: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

18

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

Sebelumnya, Bawaslu merekomen-dasikan iklan Partai Golongan Karya (Golkar) di televisi swasta

TVOne melanggar pidana Pemilu, namun setelah diteruskan ke Kepolisian, ternyata penyidik menghentikan kasus tersebut karena dianggap tidak memenuhi unsur kumulatif untuk didefinisikan sebagai kampanye Pemilu.

Bawaslu, Kejaksaan dan Kepolisian telah mengadakan rapat Sentra Gakkum-du untuk menyamakan persepsi terkait proses tindak lanjut Sentra Gakkumdu. Penyamaan persepsi ini sangat penting, apalagi perbedaan pemahaman pidana Pemilu kerap terjadi antara Bawaslu dan Kepolisian.

Pada Pemilu 2009 lalu, ada sekitar

1.500 kasus yang direkomendasikan Ba-waslu dan jajarannya sebagai pelangga-ran pidana Pemilu, namun hanya sekitar dua per-sen saja yang divonis di pengadilan. Sisan-ya, hampir sebagian besar dihentikan oleh pihak pe-nyidik kepolisian.

Hal tersebut ten-tunya jauh dari ekspetasi ma-s y a r a k a t t e r h a d a p penegakan h u k u m P e m i l u . Masyara-kat sangat b e r h a r a p agar ada tindakan cepat dan nyata terha-dap para pelanggar pidana Pemilu. Den-gan begitu, masyarakat masih optimis terhadap Pemilu itu sendiri.

Dalam sebuah forum, Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan, jika terus meli-hat secara hitam dan putih terhadap iklan partai politik di televisi, maka sampai ka-panpun, iklan tersebut tidak akan pernah bisa dijerat, termasuk parpol dan lembaga penyiarannya.

“Padahal masyarakat sudah sangat terganggu dengan iklan-iklan semacam itu dan berharap Bawaslu dapat mengam-

bil langkah tegas. Namun, jika dihentikan maka Bawaslu yang akan disalahkan,” tambahnya.

Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indo-nesia (KPI) sudah menegur beberapa lem-baga penyiaran publik terkait iklan partai politik. Mereka dianggap tidak mematuhi aturan dan tidak memberikan proporsi yang seimbang terhadap penyiaran iklan partai politik. KPI juga mendorong agar lembaga penyiaran, pada saat ini lebih mengedepankan tentang edukasi politik kepada masyarakat.

Sementara itu Endang Wihdatin-ingtyas mengatakan bahwa, kesulitan Bawaslu untuk mencari barang bukti yang diperlukan bagi penyidik kepolisian untuk dapat ditindaklujuti adalah tidak punya kewenangan untuk memaksa para pihak yang diduga melanggar.

“Kami hanya bisa mengundang pihak-pihak terkait dengan dugaan pelanggaran tersebut untuk memberikan klarifikasi. Bawaslu tidak punya kekuatan memaksa. Jika ada bukti yang belum dapat kami lengkapi, maka penyidik dapat mengam-bil peran tersebut, karena pu nya kekuatan memaksa,” jelas Endang. [FS]

Unsur Kumulatif Kampanye

Terus Jadi PerdebatanBawaslu dan Kepolisian ternyata masih memiliki ketidaksepahaman soal pelanggaran pidana pemilu, khususnya dalam kampanye. Bawaslu menilai satu unsur kampanye saja terpenuhi maka sudah bisa dinyatakan sebagai kampanye, namun Kepolisian tidak.

Endang Wihdatiningtyas, SH

“Bawaslu tidak punya

kekuatan memaksa. Jika ada bukti yang belum dapat kami lengkapi, maka penyi-dik dapat mengambil peran

tersebut, karena punya kekuatan memaksa

Page 19: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

19

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

Akhir-akhir ini, masyarakat disuguhkan dengan berbagai macam iklan tokoh yang mengaku dirinya calon presiden. Tokoh-tokoh tersebut dengan percaya diri mengu-mumkan visi dan misi serta janji saat terpilih menjadi presiden nanti. Padahal, tahapan Pe-milu presiden saja belum dimulai.

Bukan secara kebetulan, para pemimpin yang narsis sebagai calon presiden dan calon wakil presiden, yang tampil di media elek-tronik adalah pemilik media tersebut, atau setidaknya investor yang menanam saham di media elektonik tersebut. Media elektronik yang seharusnya menjadi milik publik, justru menjadi alat propaganda salah satu pihak.

Narsisme sendiri berasal dari bahasa Be-landa yang berarti membanggakan diri send-iri secara berlebihan dan terkadang tidak ses-uai dengan kenyataan. Apa yang ditampilkan di media bisa jadi hanya pencitraan, untuk menarik minat masyarakat memilihnya pada Pilpres mendatang.

Namun, apakah tindakan tersebut dibenarkan? Secara Undang-Undang (UU) gaya pemilik media yang narsis menyatakan mereka Capres dan Cawapres tidak melang-gar. Pasalnya, tahapan Pilpres sendiri belum dimulai, sehingga kampanye model seperti ini belum dilarang. Namun, akan menjadi pelanggaran jika diserta dengan logo partai, nomor urut serta visi misi partai, serta adan-ya ajakan memilih partai tersebut.

Dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD masa kampanye di media elektronik serta kampanye dalam bentuk rapat umum belum diperbolehkan. Tahapan tersebut baru diper-bolehkan pada 21 hari sebelum masa tenang. Kasus Sutiyoso (Ketum PKP Indonesia) di Jawa Tengah yang divonis bersalah karena melakukan rapat umum menjadi sebuah con-toh bahwa, pelanggaran pidana terhadap ke-tentuan tersebut tidak main-main.

Namun sepertinya pemilik media ti-dak mengindahkan hal-hal tersebut. Mer-eka tetap melakukan semacam sosialisasi di media mereka dengan memakai logo partai, nomor urut namun cenderung dengan ber-main “aman”, sehingga pelanggaran pidana Pemilu sulit dikenakan. Peran Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sangat di-tentukan dalam hal ini.

Pimpinan Bawaslu Nasrullah men-gatakan bahwa masyarakat sudah cerdas

untuk menilai bahwa media yang mem-propagandakan seseorang, hanya karena ke-dekatan media tersebut dengan orang yang mengaku capres tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan, juga belum tentu benar-b e n a r menggambarkan dia sebagai c a p -res dan c a w a -pres.

“ M a -syarakat sebagai pemilih sudah cerdas untuk menilai iklan tersebut. Frekuensi tayangan mereka sehari-hari, bisa jadi bukan men-arik simpatik masyarakat, tetapi membuat masyarakat jenuh dan ber-balik mengkritik,” tuturnya.

Ia juga menambahkan masyarakat juga paham, bahwa tahapan Pemilu presiden saja belum dimulai, tetapi sudah ada capres yang ‘berkeliaran’ di televisi. “Sering tampil di televisi bukan jaminan ia akan dipilih, ter-masuk mempolitisisasi media,” tambah Nas-rullah.

Ditegur KPISementara itu, selama 3 (tiga) bulan tera-

khir, September-November 2013, KPI telah melakukan pemantauan pada seluruh lem-baga penyiaran. Dari pemantauan tersebut, KPI berkesimpulan terdapat 6 (enam) lem-baga penyiaran yang telah dinilai tidak pro-porsional dalam penyiaran politik. Termasuk terdapat iklan politik yang menurut penilaian KPI mengandung unsur kampanye. Keenam lembaga penyiaran itu adalah RCTI, MNC TV, Global TV, ANTV, TV One dan Metro TV.

KPI menilai, enam stasiun televisi terse-but telah bertindak tidak proporsional dan tidak menjunjung tinggi netralitas dalam hal penyiaran. Padahal, lembaga penyiaran tersebut menggunakan frekuensi publik.

Menurut Komisioner KPI, Bekti Nu-groho masyarakat sudah bisa menilai media massa elektronik maupun cetak yang secara kasat mata berafiliasi dengan salah satu par-tai tertentu. Sehingga mereka juga bisa me-nilai apa yang ditampilkan mereka di media benar atau tidak adanya. Dampakya, media tersebut bisa saja ditinggalkan oleh masyara-

kat.“Politisi yang tampil di media miliknya

terus menerus, juga akan membuat masyara-kat jenuh. Apalagi tidak atau belum ada prestasi yang dimilikinya,” ujar Bekti baru-baru ini.

Untuk informasi, KPI telah memanggil dan menyampaikan teguran pada 6 (enam) stasiun televisi tersebut. Teguran ini wajib menjadi evaluasi bagi lembaga penyiaran, agar menjalankan fungsi dan perannya yang sesuai dengan amanat undang-undang pe-nyiaran. Dalam pertemuan tersebut, lembaga penyiaran menerima masukan dan berjanji akan memperbaiki programnya, serta meren-canakan program iklan layanan masyarakat (ILM) tentang pemilihan umum.

Bekti juga sadar, bahwa redaksi media massa tersebut juga tidak bisa disalahkan begitu saja. Intervensi dari pemilik modal yang luar biasa menjadi salah satu penyebab media-media ini tampak terlihat berafiliasi dengan partai politik.

“Jurnalis dalam redaksi sebenarnya tidak takut pada siapapun, termasuk menteri, pe-jabat, bahkan presiden. Ia hanya takut pada si pemilik modal. Oleh karena itu, pemilik modal bebas berintervensi terhadap redak-sinya,” ujar Bekti.

Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nas-rullah mengatakan bahwa orang yang men-gaku Capres dan Cawapres tersebut terlalu percaya diri, padahal tahapan Pilpres saja be-lum dimulai. “Belum tentu partai yang mer-eka dukung mencapai presidential threshold sebesar 20 persen pada Pilpres mendatang,” tuturnya. [FS]

Politisasi Media,Bukan Jaminan Menang Pemilu

Nasrullah, SH

Page 20: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

20

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Pentingnya Transparansi Dana Kampanye

Akhir Desember 2013 lalu, 12 partai politik res-mi menyerahkan laporan sumbangan dana kampa-nye kepada Komisi Pe-milihan Umum (KPU).

Namun, dari beberapa laporan tersebut, beberapa pihak menilai laporan tersebut belum mencerminkan transparansi partai politik terhadap posisi keuangan peserta pemilu. Sebenarnya mengapa laporan sum-bangan dana kampanye itu penting dil-aporkan, dan mengapa transparansi terse-but harus dijunjung tinggi? Pertanyaan tersebut sering dilupakan oleh partai poli-tik, dan cenderung asal-asalan dalam mel-aporkan. Dalam prosesi politik seperti Pe-milu, biarpun bukan merupakan faktor yang utama, uang bisa jadi pendukung kemenangan bagi peserta pemilu dalam kontestasinya. Bahkan, terkadang uang bisa berubah posisi menjadi faktor utama penentu kemenangan. Tidak dapat dipungkiri, dari data Bank Indonesia, setiap kali pelaksanaan Pemilu perputaran uang meningkat tajam daripa-da sebelumnya. Bahkan, data Pusat Pel-aporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebut selama tahun 2013, banyak transaksi yang mencurigakan telah terjadi. Namun, semua itu seperti samar saat partai politik melaporkan dana sumban-gannya kepada KPU. Dari data tersebut tidak terlihat bagaimana data yang digam-barkan oleh BI dan PPATK tersebut. Arti-nya, laporan yang tertulis ternyat tidak sesuai dengan realitas yang ada. Indonesian Corruption Watch (ICW) mengungkapkan bahwa pentingnya transparansi dana kampanye, agar ma-syarakat dapat melihat dan meyakinkan tidak ada potensi korupsi serta tindak pidana pencucian yang terjadi. Apa hubungannya tindak pidana ko-rupsi dan pencucian uang dengan tuntu-tan tranparansi dana kampanye? Tidak bisa dipungkiri dan ternyata bukan secara kebetulan tindak pidana korupsi dan pen-cucian uang meningkat jelang pemilu.

Dugaanya ada pihak-pihak yang meng-gunakan uang negara untuk kepentingan politik dan sebagainya. Wakil Koordinator ICW Ade Irawan mengatakan, dari hasil penelitiannya, jelang kampanye Pemilu Tahun 2014, po-tensi penyalahgunaan uang negara, dan

tindak pidana pencucian uang semakin berpeluang terjadi. “Patut diawasi adalah penggunaan APBN dan APBD yang rawan disalahgunakan untuk kampanye para Caleg. Penyalahgu-naan tersebut tidak terlalu terlihat karena diselimuti oleh program-program pemer-intah,” tuturnya. Koordinator Divisi Politik ICW Abdullah Dahlan bahkan mengatakan

laporan dana kampanye yang disampai-kan oleh partai politik tidak jujur dan ti-dak sesuai kenyataan. Bisa dibayangkan, sebesar 93 persen laporan sumbangan berbentuk jasa, yang sangat sulit untuk diaudit oleh lembaga manapun. “Jika sejak awal sudah dibangun tidak jujur, maka dipastikan ke depan, anggota dewan yang terpilih juga akan mencip-takan kondisi politik yang tidak sehat dan penuh intrik,” tambahnya. Ketidaktransparanan laporan sumban-gan dana kampanye, juga dapat mengin-dikasikan bahwa caleg-caleg yang mel-aporkan sumbangannya tersebut secara tidak jujur, karena hanya melaporkan sumbangan jasa. Ini penting jadi perha-tian, mengingat masyarakat sudah sema-kin cerdas dan kritis. Selain itu, laporan sumbangan dana kampanye hanya mencerminkan partai politik yang sekadar memenuhi formali-tas belaka. Laporan ini tidak dianggap sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap masyarakat yang kelak akan me-milih mereka. Oleh sebab itu, ICW menghimbau agar semua partai politik dan caleg tidak terjebak pada pragmatisme dalam laporan dana kampanye, karena pada nantinya mereka akan memiliki beban dan akh-irnya terjadi praktik penyelewengan ang-garan negara.

[FS]

”Patut diawasi adalah

penggunaan APBN dan APBD yang rawan disalahgunakan untuk kampanye para Caleg.

Penyalahgunaan tersebut tidak terlalu terlihat

karena diselimuti oleh program-program pemerintah

TEMPO/SETO WARDHANA

Abdullah Dahlan - ICW Ade Irawan - ICWANTARA/ROSA PANGGABEAN

Page 21: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

21

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Masa sekarang pasca runtuhnya otoritarianisme Orde Baru, demokrasi merupakan pilihan

terakhir (the last resort) yang eksisten-sinya pada waktu itu sejumlah partai politik yang telah membajak demokrasi dengan berbagai cara : manipulasi pemilu, pelanggaran pemilu serta munculnya kelompok-kelompok intoleran yang semakin mendelegitimasi demokrasi di Indonesia. Ulah pelanggaran pemilu ini sebagiannya disebabkan kultur menera-bas peraturan dan etika demokrasi yang sudah melewati ambang batas konstitu-sional. Banyak kalangan yang mengalami intelectual fatique atas situasi demokrasi belgeddes di Indonesia saat ini dan mulai melirik sistem lain yang berasal dari pe-mikiran primordial. Demokrasi belgeddes, yang pertama dikemukakan oleh Abdul Hamid (2013) dari The Reform Institute, adalah demokrasi yang semakin entropis di tengah maraknya apatisme rakyat untuk berpartisipasi di dalam pemilu yang sema-kin hari semakin berkurang kualitasnya, karena sistem pengawasan Pemilu pada saat itu yang belum mapan.

Tulisan ini ingin melihat sistem lain dengan mengambil contoh negara Islam lain di jantung Eropa: Spanyol zaman Islam (Islamic Spain). Negeri Muslim dan umat Muslim di Spanyol merupakan salah satu wilayah yang paling jauh dari jantung dunia Islam, tetapi sangat toleran. Bernard Lewis menunjukkan bahwa Islam yang lebih awal itu, ternyata cenderung lebih toleran dibanding Islam yang lebih belakangan. Pada masa Islam awal itu, banyak pergaulan sosial yang berlangsung dengan lancar antara kaum Muslim, Kristen, dan Yahudi. Meskipun menganut agama-agama yang berbeda, mereka membentuk sebuah masyara-kat yang tunggal, di mana perkawanan antarpribadi, kemitraan dalam bisnis, hubungan guru-murid dalam kehidupan ilmu pengetahuan, dan bentuk-bentuk lain kegiatan bersama berlangsung normal dan bahkan sangat umum.

Kerja sama kultural ini tampak dalam

banyak cara. Orang-orang Islam, Kristen, dan Yahudi hidup dalam suasana penuh peradaban, saling hormat, dan saling mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni budaya. Tidak ada sedikit pun dis-kriminasi. Karena itu, masalah pluralisme adalah masalah bagaimana kaum Muslim mengadaptasikan diri mereka dengan dunia modern.

Hal ini pasti akan melibatkan masalah-masalah bagaimana mereka memandang dan menilai sejarah Islam, dan bagaimana mereka melihat dan me-nilai perubahan dan keharusan membawa masuk nilai-nilai Islam yang normatif dan universal ke dalam dialog dengan realitas ruang dan waktu.

Sejarah kaum Muslim, seperti halnya sejarah komunitas umat manusia mana-pun, selalu memiliki potensi untuk membuat kesalahan atau berbelok dari jalan yang benar. Selain karena truisme sederhana seperti yang dikatakan penyair Inggris Alexander Pope, yakni bahwa “berbuat salah itu manusiawi,” semua sejarah jelas dengan sendirinya adalah sejarah manusia, dan tidak ada seorang manusia biasa pun yang sakral dan suci.

Singkatnya, manusia pada dasarnya baik, tetapi ia juga lemah. Berkaitan dengan kelemahan ini, manusia memiliki potensi untuk mengubah dirinya menjadi seorang tiran, kapan saja ia memandang dirinya serba berkecukupan dan tidak lagi membutuhkan manusia-manusia lain.

Terhadap prinsip ini, harus juga ditambahkan ajaran Islam yang sangat ter-kenal bahwa pada mulanya umat manusia adalah satu dan bahwa semua orang pada dasarnya sederajat. Dalam hal ini, kaum Muslim klasik seperti di Spanyol ini telah berhasil sepenuhnya menginternalisasikan konsepsi mengenai manusia yang positif dan optimistik seperti disebutkan di atas. Sebuah konsepsi yang kemudian menja-dikan mereka komunitas yang demikian kosmopolit dan universalisnya, sehingga mereka bersedia belajar dan menerima segala yang bernilai dari pengalaman-pengalaman komunitas lain.

Demikianlah, peran kaum Muslim yang awal sebagai salah satu di antara beberapa komunitas yang menginternasi-onalisasi ilmu pengetahuan. Dalam setiap peradaban, orang-orang tertentu meneliti pada alam itu sendiri sebab-sebab peruba-han yang menggejala, bukan pada kem-auan manusia atau luar manusia. Meski-pun demikian, sebelum orang-orang Arab mewarisi filsafat alam Yunani dan alkeni Cina, kemudian meneruskannya ke Barat, tidak ada badan tunggal ilmu pengetahuan alam yang diteruskan dari satu peradaban ke peradaban lain.

Sebaliknya, dalam setiap peradaban, penelitian tentang alam mengikuti jalan sendiri-sendiri. Para filsuf Yunani dan Cina memberi penjelasan yang berbeda tentang dunia fisik yang sama. Sebagian besar hasil usaha itu pertama-tama diserap oleh Islam, yang dari tahun 750 M hingga akhir Zaman Tengah terbentang dari Spa-nyol hingga Turkestan. Orang-orang Arab menyatupadukan badan ilmu pengetahuan yang luas itu dan menambahnya.

Dalam kesepakatan lain, hal senada yang juga dikemukakan demikian: adalah kelebihan orang-orang Arab bahwa, meskipun mereka merupakan para pemenang secara militer dan politik, me-reka tidak memandang peradaban negeri-negeri yang mereka taklukkan dengan sikap menghina, bahkan Islam menghor-mati pluralitas dan menghargai kultur masyarakat yang ada. Sebagai ilustrasi, segera setelah diketemukan, kekayaan kebudayaan Syiria, Persia, dan Hindu mereka salin ke dalam bahasa Arab. Para khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh yang lain menyantuni para sarjana yang melakukan tugas penerjemahan, sehingga kumpulan ilmu bukan-Islam (non-Islamic learning) yang luas dapat diperoleh dalam bahasa Arab. Semangat pluralisme dikem-bangkan dan toleransi ditegakkan dengan kasanah intelektual yang diperkaya.

Demokrasi dan Islam Wacana Liberalisme dan Implikasi Sosial-Politiknya bagi Indonesia

Oleh : Al Chaidar(Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh)

bersambung

Page 22: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

22

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Kelembagaan Bawaslu Provinsi Gorontalo Diperkuat

Tiga Pejabat Struktural Eselon IV Dilantik

Bawaslu Peringatkan Peserta Pemilu Sikap tegas ditempuh Badan Penga-

was Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Gorontalo. Seiring maraknya penayangan iklan kampanye di media massa saat ini, badan yang bertugas mengawasi pemilu itu mengeluarkan teguran tegas. Teguran terse-but berupa somasi yang ditujukan kepada partai politik (parpol) peserta pemilu serta calon anggota legislatif (caleg) DPR,DPD dan DPRD.

Dalam Surat Peringatan tertanggal 8 Januari 2014 tersebut ditegaskan, peserta pemilu dan para caleg DPR,DPD dan DPRD agar segera menghentikan atau menarik iklan kampanye pemilu di media massa cetak dan elektronik, paling lambat Sabtu (11/1) men-datang.

“Apabila sampai dengan Senin, 13 Janu-ari mendatang, peserta pemilu atau caleg DPR, DPD dan DPRD masih memasang iklan kampanye di media massa dan elek-tronik, maka Bawaslu akan menindak lanjuti melalui Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) berdasar ketentuan berdasar ke-tentuan perundang-undangan yang berlaku,” tegas Ketua Bawaslu Provinsi Gorontalo Hasyim M Wantu didampingi Anggota Ba-waslu Siti Haslina Said.

Menurut Haslina Said, berdasarkan hasil inventarisasi dan kajian Bawaslu, penayan-gan iklan kampanye oleh peserta pemilu dan caleg telah melanggar ketentuan dan per-aturan yang berlaku, yakni pasal 276 pasal 91 (3) Undang-Undang No.8 tahun 2012 tentang

Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD. Bah-kan, kata Haslina, penayangan iklan kampa-nye tersebut sudah mengarah kepada indikasi pidana pemilu.

“Sejak beberapa waktu lalu, kami sudah mengadakan sosialisasi baik kepada peserta pemilu, caleg maupun di kalangan media dan perguruan-perguruan tinggi terkemuka di Gorontalo berkaitan ketentuan iklan kam-panye. Sehingga setelah kurun waktu yang cukup panjang itu, Bawaslu saat ini mulai melakukan penindakan,” kata Haslina.

Oleh karena itu Ketua Bawaslu Goronta-lo dan Siti Haslina Said selaku Anggota Ba-waslu menghimbau peserta pemilu dan caleg agar kiranya dapat mengikuti ketentuan yang berlaku. (FS/BawasluGorontalo)

2014 adalah tahun politik. Olehnya, seluruh jaja-ran Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU) Provinsi Gorontalo, diminta untuk bekerja dengan optimal dan netral. Hal ini disampaikan oleh ketua Bawaslu Provinsi Gorontalo, Hasyim M Wantu, dalam pelantikan dilingkungan Bawaslu Provinsi Gorontalo, Jum’at (10/1) kemarin.

Hasyim meminta pejabat yang dilantik bisa bekerja dengan baik dan tetap mengedepankan netrali-tas sebagai aparat pemerintah. “Tugas dari Bawaslu tidak hanya mengawasi peserta partai politik, tetapi mengawasi diri kita sendiri untuk tidak terlibat dalam politik. Karena PNS harus netral. Saya yakin pejabat yang baru dilantik ini, bisa menjalankan amanah yang diberikan, dan bekerja dengan sungguh-sungguh serta sesuai tupoksi,” ungkapnya.

Adapun pejabat eselon IV yang dilanti1k yakni Abdul Munir Sj Rauf S.Sos sebagai Kasubag Teknis Penyelenggaraan Pengawas Pemilu, Irma Soraya A. Monoarfa, SE sebagai Kasubag Administrasi dan Marthen Soleman S.STP sebagai Kasubag Hukum, Humas dan Hubungan Antar Lembaga. Para peja-bat ini diangkat dengan SK Sekjen Bawaslu RI No 026-KEP,027-KEP,028-KEP tanggal 7 Januari 2014. (MNH)

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Riau mensinyalir adanya caleg anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang tidak transparan soal dana kampanye. Dugaan tersebut, ber-dasarkan laporan yang disampaikan dengan fakta yang ada di lapangan.

“Banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ada caleg yang menerima hanya mendapat sumbangan Rp 100 ribu, tetapi memiliki baliho dimana-mana,” kata Ketua Bawaslu Provinsi Riau Edi Syarifud-din.

Tidak hanya itu, tambah Edi, alat peraga kampanye yang bertebaran dengan ukuran yang besar dan jumlah yang cukup banyak terjadi di seluruh kabupaten/kota. Padahal, realita laporan dana kampanye tidak menggambarkan hal tersebut.

Oleh karena itu, Bawaslu Provinsi Riau sudah meminta agar KPU Provinsi Riau segera mengumumumkan laporan sumbangan dana kampanye tersebut kepada publik, agar masyarakat bisa menilai sendiri tentang realitas yang ada.

Sementara itu, Panwaslu Pekanbaru menolak jika diminta untuk menertibkan alat peraga kampanye yang ada wilayah Pekanbaru. Menurutnya, Panwaslu bukanlah pihak yang memiliki wewenang tersebut.

“Tugas Panwaslu bukan untuk menurunkan atau mencabut baliho dan alat peraga kampanye lainnya,” kata Ketua Panwaslu Pekanbaru Budi Chandra.

Pihaknya, tambah Budi, banyak mendapat laporan dari masyarakat terkait alat peraga kampanye yang diduga melanggar. Kebanyakan masyarakat meminta Panwaslu untuk segera menurunkan alat peraga tersebut. Namun, sesuai dengan Peraturan KPU No. 15 tahun 2013 tentang Kampanye, Panwaslu hanya dapat merekomendasikan penu-runan alat peraga kepada KPU.

“Pemda melalui satpol PP yang bertindak untuk menurunkan alat peraga kampanye. Karena secara teritori ini merupakan wilayah yang diatur oleh Pemda,” tambahnya. [FS/berbagaisumber]

Bawaslu Riau Tuding CalegTidak Transparan

Page 23: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

23

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014 Anekdot Pemilu

Politisi Berbicara Kepada Petani

Seorang pendatang baru di dunia politik sedang berkampanye di suatu daerah pertanian. Di depan sebuah gubuk yang reot, ia mencoba berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang sedang memerah susu.

Pada saat ia hendak mulai memperke-nalkan diri, terdengar suara lelaki tua memanggil dari dalam rumah, “Lukas, masuk. Dan siapa teman bicaramu itu?”

“Katanya, dia seorang politisi, pak,” sahut Lukas.

“Kalau begitu, sapi itu juga lebih baik kau bawa masuk!”

Proyek Pembangunan Jembatan

Pada suatu hari seorang dari partai politik datang ke sebuah kampung untuk melakukan kampanye pemilihan kepala daerah.

“Kita akan membangun sebuah jem-batan yang besar di kampung ini.”

Salah seorang warga di situ bertanya, “Tapi pak, di sini tidak ada sungai, buat

apa membangun jembatan?”

Politisi itu pun dengan senyum ra-mahnya menjawab,

“Kalau begitu, nanti tentu saja kita akan membangun sungai juga di sini.”

Merampok PolitisiPada suatu malam, seorang perampok

mengenakan topeng melompat ke jalan menodong pria berpakaian rapi dengan pistol di tulang rusuknya.

“Berikan uang Anda,” katanya.

Marah, pria itu menjawab, “Kamu tidak bisa melakukan ini! Saya seorang anggota DPR!”

“Kalau begitu,” jawab perampok, “berikan uang SAYA!”

Gus Dur, Bill Clinton, dan Jacques Chirac

Saking udah bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan Perancis aja yg punya pesawat kepresidenan. Seperti biasa...

setiap presiden selalu ingin me-mamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Tidak lama presiden Amerika, Clin-ton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: “Wah kita sedang berada di atas New York!”

Presiden Indonesia (Gus Dur): “Lho kok bisa tau sih?”

“Itu.. patung Liberty kepegang!”, jawab Clinton dengan bangganya.

Ngga mau kalah Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tan-gannya keluar. “Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Paris!”, katanya dengan sombongnya.

Presiden Indonesia: “Wah... kok bisa tau juga?”

“Itu... menara Eiffel kepegang!”, sahut presiden Prancis tersebut.

Karena disombongin sama Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menju-lurkan tangannya keluar pesawat...

“Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!”, teriak Gus Dur.

“Lho kok bisa tau sih?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat.

“Ini... jam tangan saya ilang...”, jawab Gus Dur kalem.

Sumber: http://www.ketawa.com

Cerimor (Cerita Humor)

Page 24: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

24

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014 Glosari Pemilu

BPP: Bilangan Pembagi Pemilih yaitu harga sebuah kursi di satu daerah pemilihan yang berasal dari jumlah pemilih dibagi jumlah kursi.

Dapil: Daerah Pemilihan, batas wilayah atau jumlah penduduk yang menjadi dasar penentuan jumlah kursi yang diperebutkan, dan karena itu menjadi dasar penentuan jumlah suara untuk menentukan calon terpilih.

DPS: Daftar Pemilih Sementara, merupakan daftar nama warga yang bisa ikut Pemilu. Tapi data-data di dalam DPS ini masih akan diperbaharui dan dibuat menjadi Daftar Pe-milih Tetap (DPT). Kenapa harus dicek ulang, karena bisa saja dalam DPS ini ada warga yang telah wafat, pindah rumah atau masih dibawah umur tapi masuk jadi daftar pemilih.

DPSHP: Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan, yaitu hasil koreksi atas Daftar Pemilih Sementara (DPS) berdasar masukan atau laporan masyarakat. Electoral Threshold: Ambang batas untuk partai politik agar mengikuti pemilu berikutnya.

Formulir Model A: Digunakan untuk data pemilih

Formulir Model A1: Digunakan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS)

Formulir Model A1.1: Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan Awal

Formulir Model A2.2: Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan AkhirFormulir Model A3: Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Formulir Model A4: Daftar Pemilih Tambahan

Formulir Model A5: Surat Pemberitahuan Daftar Pemilih Tambahan

Formulir Model A6: Rekap DPT Kabupaten/Kota

Formulir Model A7: Rekap Daftar Pemilih Tetap Provinsi

Parliamentary Threshold: Ambang batas partai politik memperoleh kursi di DPR.

Pemutakhiran Data Pemilih:Pendataan pemilih dengan menggunakan data pemilih tera-khir yang ada di setiap KPU daerah. Hasil pemutakhiran data pemilih digunakan sebagai bahan penyusunan daftar pemil-ih sementara.

Sengketa Hasil Pemilu: Sengketa terhadap keputusan komisi pemilihan umum atau komisi pemilihan umum di tingkat daerah menyangkut hasil pemilu.

Sistem bikameral: Wujud institusional dari lembaga per-wakilan atau parlemen sebuah negara yang terdiri atas dua kamar (majelis).

Sistem proporsional:Sesuainya proporsi jumlah wakil dalam lembaga legislatif dengan jumlah pendukung nyata tiap partai. [AI]

ISTILAH-ISTILAH DALAM KEPEMILUAN

Mengutip teori Nash Equilibri-um, ”saat setiap orang yang se-

tara berebut ingin mendapat sesuatu, tak satupun mereka mendapatkan sesuatu itu. Ti-

dak adanya pengawasan di internal KPU, justru mem-

beri kesempatan kepada kekuasaan untuk mengin-

tervensi lembaga itu”. ― Budiman Sudjatmiko

”As I would not be a slave, so I would not be a master. This expresses my idea of democ-racy” (“Sebagaimana aku tidak ingin menjadi bu-dak, aku juga tidak ingin menjadi tuan. Inilah pernyataanku tentang ide demokrasi”) ―Abraham Lincoln

Political Quotes

Page 25: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

25

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI melaksanakan Tes Kemam-puan Bidang (TKB) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Bawaslu

di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Jenderal Sudirman No. 86, Jakarta, Senin (6/1) mulai pukul 09.30 sampai dengan pukul 13.45 WIB.

Tes Kemampuan Bidang (TKB) ini diikuti 43 peserta dari 50 (lima puluh) peserta yang lulus Tes Kemampuan Dasar (TKD). TKB ini dia-wasi langsung oleh Ketua Bawaslu RI, Muhammad dan Sekretaris Jen-deral Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro, Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Saldi Isra, dan Pengamat ICW.

Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan dalam sambutannya sebe-lum TKB dimulai, bahwa CPNS ini adalah CPNS pertama Bawaslu dan merupakan momentum bersejarah bagi Bawaslu karena jika diterima, CPNS ini merupakan angkatan pertama di Bawaslu. [CK]

Bawaslu Gelar Tes Kemampuan Bidang CPNS Bawaslu RI

Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Sus-wantoro berbincang dengan Pakar Hukum Tata Negara, Profesor Saldi Isra pada saat pelaksa-naan Tes Kemampuan Bidang CPNS Bawaslu RI, di Jakarta.

Ketua Bawaslu, Muhammad dan Kepala Bagian SDM dan TU Pimpinan, Roy Siagian mengawasi jalannya tes kemampuan bidang Calon Pegawai Ne-geri Sipil Bawaslu RI

Panitia Seleksi CPNS Bawaslu RI memberikan pengarahan.

Peserta Seleksi CPNS Bawaslu RIFOTO-FOTO: CHRISTINA KARTIKAWATI

Page 26: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

26

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Sejuta Relawan Pengawas Pemilu

Gerakan Sejuta Relawan Pe-ngawas Pemilu adalah sebuah gerakan pengawalan Pemilu

2014 oleh masyarakat di seluruh In-donesia. Gerakan ini merupakan tero-bosan dan implementasi dari program pengawasan partisipatif. Gerakan ini hendak mentransformasikan gerakan moral (moral force) menjadi gerakan sosial (social movement).

Istilah Sejuta Relawan bukanlah menunjukkan jumlah, namun betapa besar dan masifnya gerakan ini. Siapa-pun, terutama mereka yang mempun-yai jiwa sosial dan pengabdian kepada masyarakat, negara, dan bangsanya diharapkan mendedikasikan dirinya menjadi relawan, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi dan kemampuan.

Pelajar dan Pemilih Pemula se-Kota Bandung yang telah bergabung dalam Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014

Pelajar dan Pemilih Pemula se-Kota Jambi menandatangani keikutsertaan dalam Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014

FOTO: MUHAMMAD ZT

FOTO: HENDRU WIJAYA

Page 27: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

27

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Kelompok Kerja Nasional Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014, yang terdiri unsur Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan LSM Pemantau Pemilu.

Pimpinan Bawaslu RI, Nasrullah memberikan pengarahan kepada Peserta Rakor Per-siapan Pengawasan Pemilu dan Launching Gerakan Sejuta Rela-wan Pengawas Pemilu di Kota Jambi

Launching Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014 di Universitas Padjajaran, Kampus Jatinagor, Jawa BaratFOTO: CHRISTINA K

FOTO: HENDRU WIJAYA

FOTO: HENDRU WIJAYA

Page 28: Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014

28

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

BAD

AN

PENGAWAS

PEMILIHAN

UMU

M

B

A

W

A

S

L

U

-

R

IR

EP

U B L I K

I N D O N E SI A

Ketua Bawaslu, Muhammad menerima kunjungan Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu yang Berkualitas. Gerakan tersebut terdiri dari ILRC, Wahid Institute, Abdurrahman Wahid Centre, PGI, KWI, Maarif Institute, Pusat Hu-kum universitas Airlangga, Pusat HAM dan Demokrasi Univ. Brawijaya, PP Muhammadiyah, PBNU, PERLUDEM, SEJUK, AMAN Indonesia, dan Yayasan TIFA

FALCAO SILABAN

HENDRU W

Komisi A DPRD Sukoharjo mengunjungi kantor Badan Pengawas Pe-milu (Bawaslu), Jalan MH.Thamrin No 14, Jakarta Pusat. Kunjungan ini diterima Pimpinan bawaslu, Daniel Zuchron didampingi Kasubbag Analisis Teknis Pengawasan, Feisal Rahman.

Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro memberikan pengarahan kepada bendahara dan staf pengelola keuangan di jajaran Sekretariat Jenderal Bawaslu dan Bawaslu Provinsi seluruh Indonesia pada kegiatan Sosialisasi Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi Akhir Tahun 2013 itu dilaksanakan di Jakarta, Kamis (23/1), didampingi Plt. Kepala Biro Administrasi, Adhi Santoso, Kabag Keuangan Ernawati Perangin-angin, dan Kabag Umum, Dirja Abdul Kadir.

CHRISTINA KARTIKAMUHAMMAD ZAIN

CHRISTINA KARTIKA

Ketua Bawaslu Muhammad bersama Ketua KPU Husni Kamil Manik dan Dirjen Kesbangpol Tanribali Lamo menghadiri pertemuan terba-tas terkait pembahasan dana mitra PPL. Pada acara tersebut dihadiri oleh Mendagri Gamawan Fauzi dan beberapa Pimpinan Komisi II DPR RI..

MUHTAR

Ketua Bawaslu, Muhammad, Pimpinan Bawaslu, Nasrullah, Endang, Wih-datiningtyas, Nelson Simanjuntak, dan Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswan-toro menghadiri Rapat Sinkronisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Bawaslu dan Bawaslu Provinsi tahun Anggaran 2014 di Jakarta, 5-8 Januari 2014.

Rapat Kerja Revisi Perbawaslu No 13 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan dalam Perselisihan Hasil Pemilu di Mahkamah Konstitusi bagi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota dan Perbawaslu No 14 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah