pemeriksaan penunjang pada penyakit ginjal

5
Pemeriksaan Penunjang Pada Penyakit Ginjal 1. Urinalisis a. Fisik/Makroskopik 1) Warna Warna urin secara normal adalah kuning pucat- tua bergantung pada kadar urokrom. 2) Kekeruhan/turbiditas Normalnya urin jernih. 3) Bau Beberapa penyakit akan memiliki bau urin yang khas, seperti bau keton, mapple syrup disease, dan sebagainya. 4) Densitas relatif Berat jenis diukur dengan urinometer, dipengaruhi oleh suhu urin, protein, glukosa, dan kontras media; normalnya 1,010-1,030. Osmolalitas urin normal adalah 5-1200 mOsm/L b. Kimia pH urin berkisar antara 4,5-8. Hb, glukosa, dan keton dalam kondisi normal tidak dijumpai pada urin. Proteinuria normal tidak lebih dari 150 mg/hari c. Mikroskopik Sebaiknya digunakan urin pertama atau urin kedua di pagi hari. 1) Sel Sel pada sedimen urin dapat berasal dari sirkulasi (eritrosit dan leukosit) dan dari traktus urinarius (sel tubulus, epitel) a) Eritrosit Ada dua bentuk, isomorfik (berasal dari traktus urinarius) dan dismorfik (berasal dari glomerulus). Bila terdapat dominan (≥80%) dismorfik, disebut hematuria

Upload: rizka-maulida-alqadrie

Post on 01-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

pemeriksaan penunjang penyakit ginjal

TRANSCRIPT

Pemeriksaan Penunjang Pada Penyakit Ginjal1. Urinalisisa. Fisik/Makroskopik1) WarnaWarna urin secara normal adalah kuning pucat-tua bergantung pada kadar urokrom.2) Kekeruhan/turbiditasNormalnya urin jernih.3) BauBeberapa penyakit akan memiliki bau urin yang khas, seperti bau keton, mapple syrup disease, dan sebagainya.4) Densitas relatifBerat jenis diukur dengan urinometer, dipengaruhi oleh suhu urin, protein, glukosa, dan kontras media; normalnya 1,010-1,030. Osmolalitas urin normal adalah 5-1200 mOsm/Lb. KimiapH urin berkisar antara 4,5-8. Hb, glukosa, dan keton dalam kondisi normal tidak dijumpai pada urin. Proteinuria normal tidak lebih dari 150 mg/haric. MikroskopikSebaiknya digunakan urin pertama atau urin kedua di pagi hari.1) SelSel pada sedimen urin dapat berasal dari sirkulasi (eritrosit dan leukosit) dan dari traktus urinarius (sel tubulus, epitel)a) EritrositAda dua bentuk, isomorfik (berasal dari traktus urinarius) dan dismorfik (berasal dari glomerulus). Bila terdapat dominan (80%) dismorfik, disebut hematuria glomerulus. Bila 50-50%, atau hematuria campuran, ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa sudah dapat dikategorikan sebagai hematuria glomerulus.Dalam kondisi normal dapat dijumpai eritrosit < 12.000/ccb) LeukositPada urin normal dapat ditemukan 2-3/LPB. Bila jumlahnya melebihi, kemungkinan infeksi/inflamasi. Paling sering dijumpai adalah neutrofil.c) Sel Tubulus GinjalSel ini besar dengan inti besar. Dapat dijumpai pada nekrosis tubular akut (NTA), glomerulonefritis, atau pielonefritis.d) LipidLipid pada urin terlihat sferis, translusen, berwarna kuning dan bermacam-macam bentuk.n Dapat berada bebas atau berada dalam sitoplasma sel epitel tubulus atau makrofag, disebut oval fat bodies.e) Silinder (cast)Terbentuk dalam tubulus distal atau bagian awal tubulus kontortus karena pengendapan masa selular dan elemen non selular di dalam matrik protein Tamm-Horsfall. Ditemukannya silinder menunjukkan kelainan ginjal.2) KristalKristal yang dapat ditemukan dalam urin:a) Kristal asam urat dan urat amorfb) Kristal kalsium oksalatc) Kristal kalsium fosfatd) Kristal tripel fosfate) Kristal kolesterolf) Kristal sisting) Kristal karena obat3) OrganismeBakteri terkadang dapat ditemukan dalam urin karena kontaminasi. Baru dicurigai ada infeksi bila ditemukan bersama leukosit. Telur parasit Schistosoma haematobium dapat ditemukan dalam urin dan sering bersama hematuria dan leukosituria.2. Pemeriksaan Fungsi GinjalDapat dilakukan berdasarkan prinsip bersihan/clearance. C= U x V / P(Clearance= konsentrasi zat marker dalam urin x volume urin / konsentrasi zat marker dalam plasma).Laju filtrasi glomerulus (LFG) dapat dinilai dari bersihan kreatinin, atau digunakan Formula Cockcroft-Gault:

3. Pemeriksaan Serologi4. Pemeriksaan Radiologia. Ultrasonografi (USG)Indikasi pemeriksaan USG:1) Mengukur ginjal (panjang dan lebar)2) Skrining hidronefrosis3) Memastikan massa di ginjal4) Abses.hematoma5) Skrining kista ginjal6) Melihat lokasi ginjal untuk tindakan infasif7) Mengukur volume/sisa urin kandung kemih8) Menilai trombosis vena renalis (doppler)9) Menilai aliran darah ginjal (doppler)Kelebihan:1) Sensitif mendeteksi penimbunan cairan dilatasi pelviokalises dan kista2) Dapat membedakan korteks dan medula3) Dapat membedakan kista dan massa padat4) Dapat melihat bentuk seluruh ginjal dan ruangan sekitar ginjal5) Secara doppler dapat melihat aliran darah ginjal6) Mudah dibawa7) Tidak memakai kontras dan radiasiKelemahan:1) Tidak dapat menunjukkan pelviokalises secara teliti2) Tidak dapat melihat ureter normal3) Tidak dapat melihat retropenium jelas4) Tidak dapat mendeteksi batu kecil dan batu ureter5) Bergantung kepada operatorb. Foto polos AbdomenDari foto polos abdomen dapat diketahui1) Bentuk ginjal2) Gambaran ureter3) Gambaran kandung kemih4) Gambaran kalsifikasic. Pielografid. Sistografie. Angiografif. Tomografi Komputer (CT)g. Angiografi CTh. Radionukliri. Renogram5. MRI6. Biopsi GinjalBiopsi ginjal dapat memberikan gambaran dasar klasifikasi dan pengertian penyakit ginjal baik primer maupun sekunder.Manfaat:1) Menegakkan diagnosis baik kelainan primer atau sistemik2) Menentukan prognosis3) Menentukan opsi pengobatan4) Mengetahui patofisiologi penyakit ginjalKontraindikasi1) Gangguan Koagulasi dan trombositopenia2) Disfungsi trombosit (kontraindikasi relatif) dapat diatasi dengan dialisis atau desmopresin yang akan merangsang koagulasi trombosit3) Hipertensi (kontraindikasi relatif)4) Pielonefritis, dapat mengakibatkan abses5) Kelainan anatomis: ginjal soliterHasil adekuat bila biopsi korteks ginjal mengandung 6-8 glomerulus.Indikasi utama:1) Sindrom nefrotik2) Penyakit ginjal akibat penyakit sistemik3) Gagal ginjal akut4) Transplantasi ginjal

SumberBrenner MB. The Kidney 7th ed. In: Brenner & Rector, editors. Philadelphia: WB Saunders; 2000. p. 353-412

Johnson RJ, Feehally J. Comprehensive clinical nephrology 2nd ed. Mosby; 2000. p. 27-70.

Simonson MS, Banz MB. Nephrology secret. p. 4-11

Wilcos CX, Tisher CC. Handbook of nephrology and hypertension. 5th edition. Lippincot Williams & Wilkins; 1999.