pemeriksaan lampu wood

6
A. Pemeriksaan Lampu Wood Lampu Wood menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm, (atau sinar “hitam”) yang dapat digunakan untuk membantu evaluasi penyakit-penyakit kulit dan rambut tertentu. Dengan lampu Wood, pigmen fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi melanin yang subtle bisa divisualisasi; B. Penggunaan klinisPenggunaan memiliki banyak kegunaan, baik dalam membedakan kondisi neon dari kondisi lain dan dalammenemukan batas-batas yang tepat dari kondisi tersebut C. Prinsip Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab, sehinggamenimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warnatertentu. 1. Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya 2. Cara : a. Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin. b. Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkanterlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu. c. Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih kontras. d. Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ±10-15cm

Upload: litta-hervitasari

Post on 28-Oct-2015

871 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Lampu Wood

A. Pemeriksaan Lampu Wood

Lampu Wood menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm, (atau sinar “hitam”) yang dapat

digunakan untuk membantu evaluasi penyakit-penyakit kulit dan rambut tertentu.

Dengan lampu Wood, pigmen fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi melanin yang

subtle bisa divisualisasi;

B. Penggunaan klinisPenggunaan

memiliki banyak kegunaan, baik dalam membedakan kondisi neon dari kondisi lain dan

dalammenemukan batas-batas yang tepat dari kondisi tersebut

C. Prinsip

Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul

metabolit organisme penyebab, sehinggamenimbulkan indeks bias berbeda, dan

menghasilkan pendaran warnatertentu.

1. Alat :

Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya

2. Cara :

a. Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah

mungkin.

b. Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkanterlebih

dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.

c. Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan

warna lebih kontras.

d. Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ±10-15cm

e. Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas

C. penyakit yang dapat di lihat menggunakan lampu wood antara lain :

a. Tinea capitis : berwarna kehijauan

b. Pitryasis vesiclor : berwarna kuning keemasan

Page 2: Pemeriksaan Lampu Wood

D. Pemeriksaan histopatologi

Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi

jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Teknik pemeriksaaan histopatologi

berguna untuk mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat infektif melalui

pengamatan secara mikroanatomi. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan

diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah

melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu. Oleh karena itu,

dengan proses diagnosis yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga

dapat dipilih tindakan preventif dan kuratif.

Pemeriksaan histopatologi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-

perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Histopatologi dapat dilakukan dengan

mengambil sampel jaringan atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi

Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit berdasarkan pada

reaksi perubahan jaringan. Pemeriksaan ini hendaknya disertai dengan pengetahuan

tentang gambaran histologi normal jaringan sehingga dapat dilakukan perbandingan

antara kondisi jaringan normal terhadap jaringan sampel (abnormal). Dengan

membandingkan kondisi jaringan tersebut maka dapat diketahui apakah suatu

penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak.

Page 3: Pemeriksaan Lampu Wood

Teknik histopatologi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk melihat perubahan

metobolisme dari perubahan jaringan yang terjadi. Aplikasinya diawali dengan

pembuatan preparat dengan menipiskan sel jaringan dari organ-organ tubuh. Untuk itu

jaringan halus dapat ditanam pada parafin dengan pembekuan, selanjutnya jaringan

dipotong. Prasyarat untuk mendapatkan histopatologi dan histokimia yang tepat dapat

diperoleh dengan mengamati preparat dibawah mikroskop elektron. Preparat dari

histopat mempunyai tanda spesifik yang terlihat dari jaringan sel dan struktur jaringan

akibat serangan patogenisitas.

Berikut perlengkapan yang digunakan dalam teknik histopatologi :

1.    Alas dari bahan kayu/plastik untuk pemotong jaringan.

2.    Scalpel untuk memotong jaringan menjadi ukuran lebih kecil.

3.    Pensil dan kertas untuk memberi tanda/kode jaringan.

4.    Cassette berukuran kurang lebih 3 x 4 x 1 cm untuk menaruh jaringan setelah

dipotong kecil-kecil.

5.    Tabung gelas berukuran 500- 1000 cc sebanyak kurang lebih 10 buah untuk proses

dehidrasi, clearing dan bloking dengan parafin.

6.    Microtome untuk memotong jaringan setebal 4-7 um.

7.    Waterbath untuk mengembangkan hasil potongan jaringan yang ditaruh diobyek

gelas.

8.    Mesin pemanas (incubator temp 56oC – 60oC) untuk mencairkan parafin selama

proses blocking.

9.    Kulkas untuk menyimpan bahan kimia dan menyimpan hasil blocking.

10. Gelas obyek dan gelas penutup (cover).

11. Light/ compound mikroskop.

Adapun tahapan teknik histopatologi adalah sebagai berikut :

1.     Fiksasi ; bertujuan agar jaringan diusahakan mati secepatnya sehingga tidak

terjadi perubahan pasca mati (autolisis post mortem) sehingga struktur jaringan

sampel dapat dipertahankan seperti saat sampel masih hidup.

2.     Preparasi organ atau jaringan target dari sampel ; Seluruh organ target dalam

pemeriksaaan dimasukkan dalam embedding cassete.

3.     Dehidrasi ; Tahap ini merupakan proses menarik air dari jaringan dengan

menggunakan bahan kimia tertentu.

Page 4: Pemeriksaan Lampu Wood

4.     Clearing ; Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan bahan kimia dehidrasi

sehingga contoh sampel menjadi transparan.

5.     Infiltrasi ; Teknis histologi ini untuk menyusupkan paraffin ke dalam jaringan

sampel untuk menggantikan xylol yang telah hilang, sehingga sampel tidak rusak

waktu pemotongan dengan mikrotom.

6.     Teknik embedding ; Sampel yang sudah diiris pada bagian yang mengalami

perubahan dimasukkan kedalam cassete embedding yang sudah diberi label dengan

menggunakan pensil.

7.     Pemotongan ; Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mikrotom dengan

ketebalan irisan 4-6 um.

8.     Pewarnaan jaringan dan sediaan preparat ; Pewarnaan ini dipergunakan

dengan teknik pewarnaan ganda haematoksilin dengan eosin.

9.     Pengamatan ; Pengamatan hasil untuk diagnosis dengan metode komparasi

dibawah mikroskop cahaya pada pembesaran 100-1000 x