pemeriksaan ginekologi + lapkas mioma uteri
DESCRIPTION
kesehatanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan
wanita terutama organ reproduksi. Pemeriksaan ginekologi adalah pemeriksaan
organ reproduksi wanita termasuk payudara. Dalam menghadapi seorang
penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan pertama kali diperlukan
pengertian (simpati), kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Untuk
mengurangi/menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya anamnesis diambil
tanpa hadirnya orang lain. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya
didampingi oleh seorang wanita tenaga kesehatan. Gadis muda belia dan anak
kecil perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya
Sikap penderita wanita yang datang pada tenaga medis berbeda dengan
sikap penderita pria, terlebih jika penderita datang untuk keluhan
ginekologik.Seorang wanita yang mengajukan hal-hal yang sehubungan dengan
alat kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan,
rasa takut, dan rasa malu. Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan
dengan alat reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk
mengungkapkan kepada tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian,
sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan
kepercayaan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa malu penderita,
sebaiknya anamnesis diambil tanpa hadirnya orang lain.
Faktor lain yang turut menunjang kepercayaan pasien adalah
keterampilantenaga kesehatan dalam membantu mengurangi atau mengatasi
penderita dengan gangguan yang sehubungan dengan alat kelamin. oleh karena
itu, diperlukan pengetahuan serta keterampilan tenaga kesehatan dalam
melakukan pemeriksaan ginekologi guna menegakkan diagnosa suatu penyakit.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI ALAT REPRODUKSI WANITA
GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons
pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
3
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah
ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian
bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan
duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal
terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit,
bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain,
hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
4
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk hymen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak
pada wanita pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di
bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior,
dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices
anterior, posterior dan late ralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-
spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina,
sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis
transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median
m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan,
kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
ruptur.
5
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus,
cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar
6
di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium
uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum
latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot
polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan
sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri
berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan
serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
Ligamentum penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
7
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular
(longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding
yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba
bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum
8
yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah
dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengel uaran
ovum), sintesis dan se kresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron ol eh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap"
ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum
ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.
Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
2.2. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
2.2.1. ANAMNESIS
Anamnesis meliputi :
1. Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah menderita penyakit berat,
TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiwa.
Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi,
appendektomi, dan lain-lain.
2. Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah
pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus
dengan tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan
riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
9
3. Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan
pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
4. Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak,
banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan
menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
5. Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
6. Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah
pasien menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non
hormonal maupun kontrasepsi mantap.
7. Riwayat penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada
yangmemiliki penyakit berat atau kronis.
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Prinsip :
1. Penderita terlebih dahulu diminta untuk berkemih
2. Beritahu tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan,
carapemeriksaan.
3. Tanyakan apakah pasien mengerti dan setuju untuk dilakkukan pemeriksaan
b. Alat & Perlengkapan Pemeriksaan
1. Sarung tangan (handschoen) disposable
2. Alat penjepit has
3. Slide, spatula, untuk pemeriksaan pap smear
4. Lubrikan
5. Kapas, kapas lidi/cyto brush
6. Asam asetat untuk membersihkan mucus
7. Betadine
8. Lugol iodine untuk schiller test
9. Tenakulum
10. Sonde uterus
11. Forsep untuk biopsy
10
12. Endometrial curette or intrauterine lavage equipment
13. Kateter metal untuk mengeluarkan urin
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (bagi yang ingin kontrasepsi akdr)
15. Kauter
16. Grave’s spekulum (spekulum cocor bebek) segala ukuran
17. Spekulum sims
18. Mikrokuret
Spekulum Grave's danSpekulum Sim's
Sonde uterus Tenakulum
11
2.4. PEMERIKSAAN UMUM
Pemeriksaan umum meliputi :
1. Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya,
apakahtampak pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen,dan sebagainya.
2. Pemeriksaan tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
3. Pemeriksaan penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.
2.5. PEMERIKSAAN KHUSUS
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi
pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan. Adapun posisi yang
digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.
2.5.1. Pemeriksaan Mammae
Pemeriksaan Klinis Mammae sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker.
Pemeriksaan bisa mengidentifikasi kanker pada beberapa kasus yang tidak
memerlukan mamografi.
1. Inspeksi mammae
Pemeriksaan ini dilakukan dengan membusungkan dada unruk memfleksikan otot
pectoralis. Hal yang di inspeksi antara lain : eritem, retraksi, skaling terutama
pada daerah puting dan edema, yang dinamakan peau d’orange. Selain itu kontur
aksila juga dinilai simetrisnya.
2. Penilaian nodus limfa.
Setelah inspeksi, nodus limfa aksila, supraklavikula dan infraklavikula dipalpasi.
Hal ini mudah dilakukan jika pasien berada pada posisi duduk dan tangan di
pinggang. Kelenjar limfa dipalpasi dari atas ke bawah. Pada pasien kurus, satu
atau lebih dengan ukuran kurang dari 1 cm sering ditemukan.
12
3. Palpasi payudara
Setelah inspeksi, palpasi payudara dilakukan dengan posisi supinasi dan satu
tangan berada pada kepala untuk meregang jaringan mammae di dinding dada.
Pemeriksaaan harus mencapai jaringan mammae yang menempel di klavikula,
batas sternum, inframammary crease, dan garis midaksila. Pemeriksaan dilakukan
dengan jari secara kontinu dan bergerak melingkar. Setiap daerah palpasi, jaringan
harus dinilai bagian permukaan hingga dasar. Selama pemeriksaan, memencet
puting susu untuk melihat discharge tidak dilakukan kecuali jika dikeluhkan oleh
pasien.
2.6. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Pasien berbaring posisi supinasi
2. Rileks, menggunakan bantal kepala
3. Usahakan agar abdomen tidak tegang
4. Inspeksi abdomen : nilai apakah ada massa, pembesaran organ, asites,
5. Palpasi : 4 kuadran => menurut arah jarum jam
6. Massa : ukuran/besarnya, batas, permukaan, konsistensi
7. Ukuran dan bentuk hepar, limpa
8. Perkusi : nyeri ketok
9. Pasien : inspirasi/ekspirasi saat memeriksa hepar
10. Auskultasi : bising usus
2.7. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA
Dengan inspeksi perlu diperhatikan:
1. Bentuk, warna, pembengkakan, dsb dari genitalia eksterna perineum, anus
dansekitarnya;
2. Apakah ada darah atau fluor albus, jika ada maka perlu
diperhatikanbanyaknya, warnanya, kentalatau encernya serta baunya.
3. Apakah hymen masih utuh dan klitoris normal.pertumbuhan rambut
pubisperlu pula diperhatikan;
4. Apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema, dan tumor;
13
5. Apakah orifisium uretra eksternum merah dan ada nanah;
6. Apa ada kurunkula, atau polip;
7. Apakah ada benda menonjol dari introitus vagina, apakah introitus
vaginasempit atau lebar;
8. Apakah ada parut diperineum;
9. Apakah ada sistokel dan rektokel;
10. Apakah ada kondiloma;
Inpeksi
1. Buka labia : amati adanya lesi, kemerahan, pembengkakan,
cauliflower(veneral wart)
2. Amati antara lipatan kulit
3. Amati hymen
4. Kelenjar periurethral (Skene's glands).
5. Uretra : amati apakah ada cairan yang keluar
6. Palpasi labia majora atas : hernia labialis (melalui kanalis Nuck)
7. Palpasi labia majora bagian bawah dan tengah : bila ada massa kista bartolini
2.8. PERABAAN VULVA DAN PERINEUM
Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glan bartholini dengan jari-
jari dari luar, yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari didalam
vagina dan ibu jari diluar dicari apakah ada Bartholinitis, abses, atau kista.Dalam
keadaan normal glanbartholini tidak dapat diraba. Apabila ada urethtritis
gonoreika, maka nanah akan tampak sangat jelas keluar dari orifisium uretra
eksternum, glandula paraurethralis perlu pula diperhatikan. Selanjutnya, periksa
keadaan perineum, bagaimana tebalnya, tegangnya dan elastisitasnya.
(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
14
2.9. PERABAAN VAGINA DAN DASAR PANGGUL
Hymen yang masih utuh atau kaku (rugae rigidus) merupakan
kontraiindikasi bagi pemeriksaan dalam pervaginam.Apabila tidak demikian
halnya, sebaiknya dua jari dimasukkan kedalam vagina. Diperiksa apakah
introitus vagina dan vagina sempit atau luas; apakah dinding vagina licin atau
kasar bergaris-garis melintang (rugae vaginales); apakah teraba polip, tumor, atau
benda asing; apakah ada kelainan bawaan, seperti septum vagina; apakah puncak
vagina teraba kaku oleh jaringan parut atau karsinoma servisis uteri tingkat II dan
III.
Pada pemeriksaan vagina tidak boleh dilupakan perabaan Cavum Douglasidengan
menempatkan ujung jari di forniks posterior. Penonjolan forniks posterior dapat
disebabkan oleh:
1. Terkumpulnya feses di dalam rektosigmoid;
2. Korpus uterus dalam retrofleksio;
3. Abses di Cavum Douglasi;
4. Hematokel retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu;
5. Katup bawah tumor ovarian atau mioma uteri; dan
6. Tumor rektosigmoid.
Pada diverticulitis periurehtralis teraba benjolan nyeri di belekang atau sekitar
uretra.Selanjutnya diperiksa pula keadaan dasar panggul, terutama muskulus
levator ani, bagaimana tebalnya, tonusnya, dan tegangnya.(Sarwono.2008.Ilmu
Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
2.10. PERABAAN SERVIKS
Perabaan serviks harus dilakukan secara sistematis. Berturut-turut
diperhatikan:
1. Kemana menghadapnya; apabila uterus dalam anteversiofleksi, maka portio
bagian depanlah yang teraba terlebih dahulu oleh jari karena portio
menghadap agak ke belakang. Sebaliknya, pada uterus dalam letak
retroversiofleksio, portio bagian belakang atau OUE teraba lebih dahulu
karena portio menghadap ke depan. Ada kalanya portio mengahadap jauh
15
kebelakang, ke arah sacrum, sehingga agak sulit untuk dikenal oleh
pemeriksayang kurang pengalaman. Pada kelainan bawaan dapat teraba dua
portio.
2. Bentuknya, apakah bulat atau terbelah melintang; pada nullipara portio
bentuknya kronis atau silindris dan OUE kecil dan bulat. Setelah terjadi
robekan-robekan pada waktu persalinan, portio biasanya lebih besar dan
mempunyai bentuk lain, yang lazim disebut terbelah melintang dan terdiri
atasbibir depan dan bibir belakang. Juga OUE lebih lebar, bahkan kadang-
kadang dapat dilalui oleh jari.
3. Besarnya dan konsistensinya; gadis muda belia memiliki portio yang masih
kecil kira-kira sebesar ujung jari kelingking, atau lebih kecil lagi danberbentuk
konis. Dengan meningkatnya umur wanita, portio menjadi agak lebih besar,
kira-kira sebesar ujung jari telunjuk. Pada multipara portio dapat mencapai
sebesar ibu jari, ataupun lebih besar. Konsistensi portio yang normal itu elastis
dan kenyal. Mioma teraba kenyal keras, sedang karsinoma teraba keras
apabila masih kecil dan rapuh apabila sudah besar pada karsinoma eksofitik.
4. Apakah agak turun ke bawah; portio normal letaknya kira-kira 6-7 cm
dariintroitus vagina. Apabila ujung portio teraba lebih rendah dari biasa, harus
dipikirkan pula kemungkinan perpanjangan serviks (elongasio kolli) yang bias
mencapai 5-6 cm.
5. Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri
internum; dalam menghadapi kehamilan muda dengan perdarahan selalu
harusdiperiksa apakah kanalis servikalis tertutup atau terbuka, yang terpenting
adalah ostium uteri internum (o.u.i). apabila o.u.i terbuka dan teraba
jaringandi dalam cavum uteri atau kanalis servikalis, ini berarti abortus
inkompletus. Kelahiran mioma, inversion uteri, dan incompetent cervix
disertai pula terbukanya kanalis servikalis.(Sarwono.2008.Ilmu
Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
16
2.11. PERABAAN KORPUS UTERI
Perabaan bimanual korpus uteri harus dilakukan secara sistematis.
Berturut-turutharus diperhatikan:
1. Letaknya; uterus normal letaknya di tengah-tengah pelvis minor. Kadang
kadang uterus tidak terdapat di tengah, melainkan berpindah tempat ke
kananatau ke kiri akibat desakan oleh tumor/proses dalam panggul, atau
akibattarikan oleh mengkerutnya jaringan parut.
2. Bentuknya; bentuk uterus ialah bulat agak lonjong dengan fundus uteri
lebihbesar daripada bagian bawah (seperti buah pir). Kelainan bawaan
dapat menyebabkan perubahan bentuk, seperti pada uterus bikornis dan
utrusarkuatus.
3. Besarnya dan konsistensinya; uterus wanita dawasa sebesar telur ayam
dankenyal. Untuk penentuan besarnya uterus diperlukan latihan dan
pengalaman, lebih-lebih apabila wanitanya gemuk dengan dinding perut
yang tebal.
4. Permukaannya; permukaan uterus biasanya rata, termasuk uterus gravidus
danuterus dengan karsinoma korporis uteri. Pemukaan yang tidak rata
danberbenjol-benjol menunjuk ke arah mioma uteri.
5. Gerakannya; uterus normal dapat degerakkan dengan mudah ke semua
arah. Gerakan ini terbatas, atau uterus tidak dapat digerakkan sama sekali
dalamkeadaan tertentu, misalnya pada karsinoma servisis uteri dalam
stadium lanjut.(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina
Pustaka.Jakarta)
2.12. PERABAAN PARAMETRIUM DAN ADNEKSUM
Parametrium dan adneksum normal tidak teraba.Ovarium normal hanya
dapat diraba pada wanita kurus dengan dinding perut yang lunak; besarnya seperti
ujung jari atau ujung ibu jari dan kenyal.Setiap kali parametriun dan/atau tuba
dapat diraba, itu berarti suatu kelainan.
17
1. Parametrium
Penebalan parametrium sampai ke tulang panggul yang disertai rasa
nyerimerupakan gejala parametritis.Pada karsinoma servisis uteri
penebalan parametrium tidak disertai rasa nyeri; pada stadium II penebalan
tidak sampai di tulang panggul,pada stadium III sampai di tulang panggul.
Letaknya kista ovarian diantara kedualapisan ligamentum
(intraligamenter), sukar ditentukan sebelum perut dibuka.
2. Tuba dan Ovarium
Karena tuba dan ovarium letaknya sangat berdekatan, dan dengan
perabaan tidak dapat dibedakan apakah suatu proses berasal dari tuba atau
ovarium, maka lazim digunakan istilah kelainan adneksum.
(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
2.13. PEMERIKSAAN REKTAL
Dengan sarung tangan dan pelumas (Vaseline), jari telunjuk dimasukkan
kedalam rectum. Pemeriksaan rektoabdominal dilakukan pada virgo atau wanita
yang mengaku belum pernah bersetubuh, pada kelainan bawaan, seperti atresia
himenalis atau atresia vaginalis, pada hymen rigidus, dan pada vaginismus. Dalam
keadaan tertentu, misalnya untuk menilai keadaan septum rektovaginal, dilakukan
pemeriksaan rektovaginal: jari telunjuk berada didalam rectum dan ibu jari di
dalam vagina. Kadang-kadang pemeriksaan bimanual biasa (vaginoabdominal)
perlu di lengkapi dengan pemeriksaan rektovaginoabdominal: jari tengah di dalam
rectum, jari telunjuk dalam vagina, dan dibantu oleh tangan luar. Pada
pemeriksaan rektl satu jari mula-mula dinilai tonus muskulus sfingter ani
eksternus atau apakah otot masih utuh, penderita tidak pernah mengalami rupture
perinea tingkat III waktu persalinan yang lampau. Diperhatikan pula adanya
wasir, selaput lendir, atau striktura rekti.
Rektokel dapat dinyatakan lebih jelas dengan ujung jari menekan dinding
depan rectum ke arah vagina dan ditonjolkan ke bawah.Walaupun perabaan
dengansatu jari tidak seberapa peka dibandingkan dengan dua jari, namun
ovarium, penebalan parametrium (parametritis, metastasis karsinoma serviks
18
uteri), dan penebalan ligamentum sakrouterinum (endometriosis) lebih mudah
diraba. Juga pada abses douglas, hematokel retrouterina, atau apakah tumor
genital ganas sudah meluas ke rectum, pemeriksaan perlu dilengkapi dengan
perabaan rektoabdominal, yang sering member hasil yang lebih jelas. Penebalan
dinding vagina dan septum rektovaginal, kista dinding vagina, dan infiltrasi
karsinoma rekti lebih mudah ditentukan dengan pemeriksaan rektovaginal.tumor
pelvis, yang sulit dikenal dengan pemeriksaan bimanual biasa, lebih mudah diraba
dengan cara rektovaginoabdominal, terutama untuk membedakan apakah tumor
berasal dari ovarium atau dari rektosigmoid. (Sarwono.2008.Ilmu
Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
Pemeriksaan rektal
2.14. PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM
Ada kebisaan, setelah inspeksi vuva dan sekitarnya, untuk memulai
pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan in spekulo, terutama apabila akan
dilakukan pemeriksaan sitologi atau pemeriksaan terhadap gonorea, trikomoniasis,
dan kandidiasis, atau ada proses yang mudah berdarah. Adapula yang memulai
dengan pemeriksaan bimanual, yang disusul dengan pemeriksaan dalam
spekulum. Untuk wanita yang belum pernah melahirkan, dan apabila memang
mutlak perlu untuk virgo, dipilih spekulum yang kecil; untuk anak kecil, dipilih
speculum yang paling kecil sesuai dengan kecilnya introitus vagina. Spekulum
Sims dipasang lebih dahulu kedalam vagina bagian belakang. Mulamula ujung
spekulum dimasukkan agak miring kedalam introitus vagina, didorong kedalam
19
sedikit, dan diletakkan melintang dalam vagina, lalu spekulum ditekan kebelakang
dan didorong lebih dalam lagi, sehingga ujung spekulum menyentuh puncak
vagina di forniks posterior.pada proses yang berdarah di portio pemasangan
spekulum ini harus dilakukan sangat hati-hati, sehingga ujung spekulum tidak
menyentuh atau menekan portio yang mudah berdarah itu. Ujung spekulum harus
diarahkan lebih kebelakang lagi dan langsung ditempatkan di forniks posterior
pada dinding belakang vagina.Setelah spekulum pertama dipasang dan ditekan
kebelakang, maka pemasangan spekulum Sims kedua (depan), yang harus lebih
kecil daripada yang pertama, menjadi sangat mudah, ujungnya ditempatkan di
forniks anterior dan ditekan sedikit kedepan.Biasanya portio langsung tampak
dengan jelas.
Apabila portio menghadap terlampau kebelakang atau terlampau
kedepanmaka posisi kedua spekulum perlu disesuaikan yaitu ujung spekulum
belakang digerakkan lebih kebelakang dan atau yang depan digerakkan lebih
kedepan, sehingga portio letaknya ditengah antara kedua spekulum. Pemasangan
spekulum cocor bebek dilakukun sebagai berikut.Dalam keadaan tertutup
spekulum dimasukkan ujungnya kebelakang introitus vagina sedikit miring,
kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina dan didorong masuk
lebih dalam ke arah forniks posterior sampai di puncak vagina.Lalu speculum
dibuka melalui mekanik pada tangkainya. Dengan demikian, dinding vagina
depan dipisah dari yang belakang dan portio tampak jelas dan dibersihkan dari
lender atau getah vagina. Waktu spekulum dibuka daun depan tidak menyentuh
portio karena agak lebih pendek dari daun belakang.
Juga spekulum cocor bebek perlu disesuaikan posisinya apabila portio
tampak belum jelas, dan pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati apabila ada
proses mudah berdarah di portio. Spekulum silindris sekarang jarang
digunakan.Dengan menggunakan spekulum diperiksa dinding vagina (rugae
vaginalis, karsinoma, fluor albus) dan portio vaginalis servisis uteri (bulat,
terbelah melintang, mudah berdarah, erosion, peradangan, polip, tumor atau ulkus,
terutama pada karsinoma).Untuk pemeriksaan dengan spekulum, mutlak
20
diperlukan lampu penerang yang cukup, sebaiknya lampu sorot yang ditempatkan
dibelakang pemeriksa agak kesamping, diarahkan di portio.
Selain itu, dengan spekulum dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap,
seperti usap vagina dan usap serviks untuk memperiksakan sitologi, getah kanalis
servikalis untuk pemeriksaan gonorea, dan getah dari forniks posterior untuk
pemeriksaan gonorea, dan getah dari forniks posterior untuk pemeriksaan
trikomoniasis dan kandidiasis. Eksisi percobaan dilakukan juga dalam spekulum.
Apabila ada polip kecil bertangkai, ini sekaligus dapat diangkat dengan memutar
tangkainya, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang sudah tidak dikehendaki
lagi oleh penderita dapat pula dikeluarkan.(Sarwono.2008.Ilmu
Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
Memasang spekulum ke dalam vagina untuk melihat kondisi vagina danPortio
Pasang spekulum, pemeriksaan vagina dan serviks diamati, jika ada lendir yang
mencurigakan diperiksa →pap smear
21
2.15. PEMERIKSAAN BIMANUAL
Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual),
dua jari atau satu jari dimasukkan kedalam vagina, atau satu jari kedalam
rectum, sedang tangan yang lain (biasanya empat jari) diletakkan di
dinding perut. Untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, penderita
berbaring dalam posisi litotomi; diberitahu juga bahwa akan dilakukan
pemeriksaan dalam dan harus santai, tidak boleh menegangkan perutnya.
Kesulitan pemeriksaan bimanual dapat dialami pada penderita yang
gemuk, tidak tenang, yang menegangkan perutnya.Kandung kemih yang
penuh dapat mempersulit pemeriksaan ginekologik, bahkan dapat disangka
suatu kista ovarium.
Sebelum tangan kanan dimasukkan, vulva dibersihkan dengan kapas
sublimatatau kapas detol. Waktu tangan kanan akan dimasukkan kedalam
vagina, jari telunjuk dan jari tengah diluruskan kedepan, ibu jari lurus
keatas, dandua jari lainnya dalam fleksi vulva dibuka dengan dengan kiri.
Mula-mula jari tengah dimasukkan ke dalam introitus vagina, lalu
kommisura posterior ditekan kebelakang supaya introitus menjadi lebih
lebar. Baru kemudian jari telunjuk dimasukkan juga.
Cara ini dimaksudkan untuk menghindari rasa nyeri, apabila dinding
belakang uretra tertekan terlampau keras oleh kedua jari yang dimasukkan
sekaligus.ini tentu tidak berlaku bagi multipara dengan introitus dan vagina yang
sudah lebar. Pada nulipara dan pada virgo, apabila memang mutlak diperlukan
pemeriksaan dalam dilakukan hanya dengan satu jari (jari telunjuk), pada
virgojikalau perlu dalam narcosis.
(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan
Bina Pustaka.Jakarta)
22
2.16. PEMERIKSAAN KHUSUS LAIN
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik
maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan.Adapun posisi
yang digunakan adalah posisi litotomi, pada letak ini diperlukan meja ginekologik
dengan penyangga bagi kedua tungkai; posisi miring, penderita diletakkan
dipinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha & lutut ditekuk &
kedua tungkai sejajar.posisi ini hanya baik digunakan untuk pemeriksaan in
spekulo; dan posisisims, posisi ini hampir sama dengan posisi miring, hanya
tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan ditekuk kearah perut,dan lututnya
diletakkan pada alas tempat tidur, dengan demikian penderita berbaring setengah
tengkurap.
2.16.1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak selalu, akan tetapi apabila dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan
darahdan air kencing. Kadar Hb diperiksa pada wanita yang tampak pucat
mengalamiperdarahan, pada wanita hamil, dan pada persangkaan
kehamilan ekstrauterinterganggu. Batas terendah normal untuk wanita
tidak hamil ialah 11,5 g%. padaperdarahan abnormal yang berlangsung
cukup lama (mioma uteri, karsinoma servisisuteri, metropatia
haemorrhagik dan sebagainya daripada kehamilan ekstrauterinterganggu).
Kadar Hb dapat menjadi sangat rendah, bahkan dapat mencapai nilai 3-4g
%.
Air kencing diperiksa pada setiap wanita hamil (proteinuria) dan
padapersangkaan kelainan saluran kencing (sedimen).Periksaan tes
kehamilan denganHCG dilakukan pada persangkaan kehamilan muda,
yang belum dapat dipastikandengan pemeriksaan ginekologik, dan pada
persangkaan mola hidatidosa ataukoriokarsinoma (titrasi).Pemeriksaan
gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati dansebagainya hanya dilakukan
apabila ada indikasi.(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina
Pustaka.Jakarta)
23
2.16.2. Pemeriksaan getah vulva dan vagina
Pemeriksaan yang sering diperlukan poliklinik atau tempat praktek ialah
pemeriksaangetah urethra atau serviks getah vagina, terutama pada
keluhan leukorea.Getah uretradiambil dari orifisium uretra eksternum, dan
getah serviks dari ostium uterieksternum dengan kapas lidi atau ose untuk
pemeriksaan gonokokkus.Dibuat sediaanusap pada kaca benda, yang
dikirim ke laboratorium.Getah vagina diambil dengan ;apas lidi dari
forniks posterior, lalu dimasukkankedalam botol kecil yang telah diisi
dengan larutan garam fisiologi. Sediaan segardiperiksa di laboratorium
untuk mencari trikomonas vaginalis dan benang-benang(miselia) kandida
albikans. Apabila hasil pemerikaan gonokokus, trikomonas dankandida
beberapa kali tetap negative, sedang kecurigaan akan penyakit
bersangkutanmasih ada, maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan.
Pemeriksaan baktreriologik lainnya, termasuk pemeriksaan
pembiakan, dapatdilakukan pula apabila dianggap perlu.
(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
2.16.3. Pemeriksaan sitologi vagina
Untuk pemeriksaan sitologi, bahan diambil dari dinding vagina atau
dariservik (endo dan ektoservik) dengan spate arye (dari kayu atau
plastik).Pemeriksaan sitologi vaginal sekarang banyak teratur berkala
(misalnya ½ - 1tahun sekali) dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini
karsinoma servisis dankarsinoma korporis uteri. Karena papanicolaou
dalam tahun 1982 yang menganjurkancara pemeriksaan ini, maka sekarang
sudah lazim pengguna istilah Pap’s smear.Untuk deteksi tumor ganas
bahan diambil dengan Spatel Ayre atau dengankapas lidi dari dinding
vagina dan dari serviks.Untuk pemeriksaan pengaruhhormonal, bahan
cukup diambil dari dinding vagina saja. Dalam diagnostic tumorganas dari
laboratorium diperoleh hasil menurut klasifikasi Papaniculaou:
1. Kelas I berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas);
2. Kelas II berarti ada sel-sek atipik, akan tetapi tidak mencurigakan;
24
3. Kelas III berarti ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan;
4. Kelas VI ada kemungkinan tumor ganas;
5. Kelas V berarti jelas tumor ganas.
Semua penderita dengan hasil pemeriksaan kelas III, IV, V perlu
diperiksa ulang.Biasanya juga dibuat biopsi atau konisasi guna
pemeriksaan histologik.Dalam diagnostic hormonal oleh laboratorium
dilaporkan pengaruh estrogen dan/atau progesteron.untuk mengetahui
apakah ada ovulasi atau tidak dan pada amenorea, dilakukan pemeriksaan
berkala (serial smear) setiap minggu sampai 3-4 kali.Peradangan dapat
menganggu penilaian diagnostik.Dalam hal ini, peradangan harus diobati
lebih dahulu dan pemeriksaan sitologik diulang.(Sarwono.2008.Ilmu
Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
25
2.16.4. Kolposkopi
Keuntungan alat ini adalah pemeriksa dapat melihat binocular lebih
jelas,dapat mempelajari portio dan epitelnya lebih baik dan serta lebih
terinci, sehingga dysplasia dan karsinoma, baik yang insitu maupun yang
invasif, dapat dikenal.Sekarang alat ini banyak dipakai dan kegunaannya
telah diakui. Namun untuk pemeriksaan ini, diperlukan pengalaman dan
keahlian. Penderita dalam posisi litotomi, lalu dipasang spekulum. Portio
dibersihkan dari lendir dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras
argenti 5% , atau dilakukan percobaan Schiller lebih dahulu. Dalam hal
terakhir tampak jelas batasan antara epitel berlapis gepeng dari
ektoserviks dan mukosa dari endoserviks. Apabila ada lesi, tampak jelas
pula batas antara daerah yang normal dan daerah yang tidak normal.
(Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta)
2.16.5. Sonografi transvaginal.
Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada
pasien infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal.
Sonografi transvaginal dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak organ/massa,
26
akan tetapi tidak dapat menilai mobilitas organ/massa tersebut dan tidak dapat
dipakai pada pasien yang masih virgin.
STATUS ORANG SAKITSMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RS. HAJI MEDAN
Identitas pasien
27
Nama : Ny. S
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Penjahit
Suku : -
Alamat : Jln. Tuba II gg. Mesjid no.6 Medan denai
Identitas suami
Nama Suami : -
Umur : -
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Suku : -
Alamat : -
Tanggal masuk : 19 November 2015
Pukul : 22.45 WIB
No. Rekam medis : 23.45.52
ANAMNESA
Ny. S, 46 Tahun ,P0A0, Islam, SD, penjahit. Datang ke RS Haji Medan
pada tanggal 19 November 2015 pukul 22.45 WIB.
KU : Keluar darah dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami sejak ± 2 minggu yang lalu, awalnya os menyangka haid tetapi tidak berhenti sampai 2 minggu, volume 4-6x ganti duk/hari, darah bergumpal (+), riwayat perut dikusuk-kusuk (-). Riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat penurunan berat badan (-), BAK/BAB (+) normal.
RPT : DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)
28
RPO : (-)
Riwayat Menstruasi:
Menarche : 12 tahun
Siklus : Tidak teratur
Banyaknya : 4-6x ganti pembalut/hari
Dysmenorhea : (-)
Riwayat kehamilan dan Persalinan :
P0A0
Keputihan:
Jumlah : (-)
Warna : (-)
Bau : (-)
Konsistensi : (-)
Gatal (pruritus vulvae) : (-)
Riwayat perkawinan:
Usia : 40 tahun
Kemandulan : (+) selama 6 tahun
Libido : (+)
Frekuensi coitus: (-)
Dispareunia : (-)
KB : (-)
Cara dan lamanya : (-)
Gizi dan kebiasaan :
Nafsu makan : Kurang
Perubahan BB : Sedang
Merokok : (-)
29
Alkohol : (-)
Obat yang dimasukan kedalam vagina : (-)
Penyakit-penyakit yang pernah diderita :
TB : (-)
Peny.jantung/pem.darah : (-)
Peny.endokrin : (-)
Hypertensi : (-)
Peny.hati : (-)
Peny.ginjal : (-)
Peny.kelamin : (-)
DM : (-)
Pengobatan penyinaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
Riwayat operasi : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
Sens : Compos mentis Anemis : +
TD : 140 / 70 mmHg Ikterik : -
HR : 124 x / i Syanosis : -
RR : 24 x / i Dypsnoe : -
T : 37 oC Oedem : -
Pemeriksaan lokal:
Kepala : Normal
Leher o Kelenjar thyroidea : DBN
o Kelenjar-kelenjar leher: DBN
o Tekanan vena central : DBN
Thorax
30
o cor : bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur(-)
o Pulmo : suara pernafasan vesikuler,ronki (-), wheezing (-)
o Mammae :
Membesar : (-)
Hyperpigmentasi : (-)
Colostrums : (-)
Sekret : (-)
Tumor-tumor : (-)
Tegang : (-)
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal, teraba massa padat dengan pole atas 2 jari dibawah pusat dan pole bawah setentang simfisis, konsistensi kenyal, mobile, nyeri tekan (-). Hepar : DBNLien : DBNTumor
Besarnya : Tidak terukur Batas-batasnya: Massa padat dengan pole atas 2 jari dibawah pusat
dan pole bawah setentang simfisis Mobile/tidak mobile: MobileKonsistensi : Kenyal Permukaan : RataNyeri tekan : (-)
Fundus uteri : Tidak teraba Kelenjar inguinal : DBN
Genitalia eksterna : DBN Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
INSPEKULO o portio licin, erosi (-). Tampak darah menggenang di ferniks posterior,
dibersihkan, kesan : tidak mengalir aktif
PEMERIKSAAN DALAM :
o Uterus :
- Posisi : antefleksi
31
- Besarnya : uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba
massa padat , kenyal, dengan pole atas 2 jari dibawah pusat dan
pole bawah setentang simfisis
- Mobilitas : mobile
- Konsistensi : kenyal
- Nyeri tekan : (-)
o Porsio :
- Bentuk : normal
- Pembukaan : (-)
- Contact bleeding : (-)
- Sakit waktu digerakkan : (-)
o Kesan : mioma uteri
Cavum douglasi: tidak teraba massa
Parametria : kanan dan kiri lemas
Adnexa : kanan dan kiri tidak teraba massa
Vagina : dinding vagina normal, tanda-tanda peradangan(-), secret (-)
Pemeriksaan secret vagina : tidak dilakukan pemeriksaan
Periksa rekto vaginal : tidak dilakukan pemeriksaan
PAP SMEAR : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan sinar tembus :
Foto torax : cor :Dalam batas normal
Pulmo :Dalam batas normal
USG TAS :
- Kandung kemih terisi baik
- UT AF lebih besar dari biasa
- Tampak gambaran hiperechoic intrauterine, ukuran tidak terukur
califer
32
- Cairan bebas : (-)
- Kesan : Mioma uteri
Hasil pemeriksaan PA (biopsy) : tidak dilakukan pemeriksaan
Hasil pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium tanggal 19-11-2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Haemoglobin 2.7 g/dl 12-16
Eritrosit - 3,9-5,6
Leukosit 12,500 /µL 4,000-11,000
Hematokrit 9.9 % 36-47
Trombosit 292.000 /µL 150.000-450.000
Index eritrosit
MCV - 80-96
MCH - 27-31
MCHC - 30-34
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
N.stab 0 % 2-6
N.seg 78 % 53-75
Limfosit 14 % 20-45
Monosit 7 % 4-8
33
Laju endap darah 0-20
Diagnosa :
mioma uteri + anemia
Hasil laboratorium tanggal 22-11-2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Haemoglobin 7,9 g/dl 12-16
Eritrosit 3.4 x 106/µL 3,9-5,6
Leukosit 5.900 /µL 4,000-11,000
Hematokrit 25.1 % 36-47
Trombosit 299.000 /µL 150.000-450.000
Index eritrosit
MCV 73.7 fL 80-96
MCH 23.1 pg 27-31
MCHC 31.4 % 30-34
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 1 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
N.stab 0 % 2-6
N.seg 81 % 53-75
Limfosit 13 % 20-45
Monosit 5 % 4-8
34
Laju endap darah 0-20
Hasil laboratorium tanggal 23-11-2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Haemoglobin 11,0 g/dl 12-16
Eritrosit 4.3 x 106/µL 3,9-5,6
Leukosit 11.400 /µL 4,000-11,000
Hematokrit 33.0 % 36-47
Trombosit 287.000 /µL 150.000-450.000
Index eritrosit
MCV 77.1 fL 80-96
MCH 25.6 pg 27-31
MCHC 33.3 % 30-34
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
N.stab 0 % 2-6
N.seg 76 % 53-75
Limfosit 17 % 20-45
Monosit 5 % 4-8
Laju endap darah 0-20
35
Hasil laboratorium tanggal 25-11-2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Haemoglobin 10.5 g/dl 12-16
Eritrosit 4.2 x 106/µL 3,9-5,6
Leukosit 6.800 /µL 4,000-11,000
Hematokrit 32.6 % 36-47
Trombosit 317.000 /µL 150.000-450.000
Index eritrosit
MCV 77.2 fL 80-96
MCH 24.8 pg 27-31
MCHC 32.2 % 30-34
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 1 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
N.stab 0 % 2-6
N.seg 76 % 53-75
Limfosit 18 % 20-45
Monosit 5 % 4-8
Laju endap darah 17 0-20
Laporan operasi
Operator : dr. Anwar S, Sp.OG
36
Tanggal : 26-11-2015,
Jam : 09.00 WIB
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
2. Dilakukan aseptik dengan larutan povidon iodin 10% dan alkohol 70% pada
dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
3. Dibawah anestesi spinal dilakukan insisi midline mulai dari kutis sampai
subkutis.
4. Dengan menyisipkan pinset anatomik dibawahnya, fascia digunting dari atas
ke bawah otot dikuakkan secara tumpul.
5. Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting.
6. Tampak uterus sebesar kepala janin aterm.
7. Identifikasi lig. Rotundum kanan dan kiri, gunting, klem, dan ikat.
8. Identifikasi a. uterina kanan dan kiri, klem, dan ikat.
9. Diputuskan dilakukan STAH-BSO dengan meninggalkan uterus ¼
posterior.
10. Evaluasi perdarahan, kesan tidak ada perdarahan.
11. Uterus ¼ posterior dijahit hemostasis.
12. Rongga abdomen dicuci dengan NaCL 0,9 % hangat dibersihkan dari sisa
darah dengan kassa sebersih mungkin.
13. Peritoneum di jahit secara continous dengan plain catgut no 30.
14. Otot dijahit dengan catgut no 20 secara simpel.
15. Fascia dijahit secara continous dengan vycril no 1.0.
16. Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vycryl no 4.0
17. Luka operasi dibersihkan diberi betadin dan ditutup dengan kassa steril.
18. KU ibu post operasi : baik
Os dipindahkan dari RR dalam keadaan sadar dan lemah
Intruksi post Operasi :
Awasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan.
37
Pemeriksaan lab post operatif
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 gr/ 8 jam
Inj Gentamicyn 80 mg/12 jam
Inj ditranex 500 mg/8 jam
Inj ketorolax 30 mg/8 jam
Inj ranitidine 50 mg/12 jam
Pronalges sup/8 jam
Metronidazol drips 500 mg/12jam
Puasa
Kateter menetap
Transfusi PRC 2 bag
Follow up tanggal 20-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : Nyeri perut, mual
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 140/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 97 x/i Dispnea : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 37 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
P/V : Sedikit
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri + anemia
Terapi :
38
Diet Mb
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Trasfusi PRC 2 bag
Rencana : -
Follow up tanggal 21-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : -
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 82 x/i Dispnea : (-)
RR : 22 x/i Sianosis : (-)
T : 36,5 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
P/V : Sedikit
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri + anemia
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Cefotaxine 1g/12jam
39
Inj. Ditranex 500 mg/ 8jam
Rencana : Cek darah post transfuse
Follow up tanggal 22-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : Keluar darah dari kemaluan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 130/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 70 x/i Dispnea : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,3 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
P/V : Sedikit
BAK : via kateter, VOP 60cc/jam
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri + anemia
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Cefotaxine 1g/12jam
Inj. Ditranex 500 mg/ 8jam
Rencana : Menunggu hasil Hb post transfusi
Follow up tanggal 23-11-2015, pukul 06.00 WIB
40
S : Keluar darah dari kemaluan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 110/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 76 x/i Dispnea : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
T : 36,5 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
P/V : Sedikit
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri + anemia
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Cefotaxine 1g/12jam
Inj. Ditranex 500 mg/ 8jam
Rencana : -
Follow up tanggal 24-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : Keluar darah dari kemaluan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 150/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 75 x/i Dispnea : (-)
41
RR : 27 x/i Sianosis : (-)
T : 36,8 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
P/V : Sedikit
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri + anemia
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i (aff)
Inj. Cefotaxine 1g/12jam (aff)
Inj. Ditranex 500 mg/ 8jam (aff)
Rencana : Foto Thorax
Follow up tanggal 24-11-2015, pukul 23.00 WIB
S : Keluar darah dari kemaluan ± 200 cc
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 130/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 76 x/i Dispnea : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
T : 36,8 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
P/V : Sedikit
BAK : (+) Normal
42
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri + anemia
Terapi :
Tampon diyor 1 kasa gulung + betadine
IVFD RL 30gtt/i
Inj. Ditranex 1000 mg 1x selanjutnya 500 mg/8jam
Rencana : -
Follow up tanggal 25-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : Keluar darah dari kemaluan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 120/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 78 x/i Dispnea : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,8 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
TFU : Teraba massa padat dengan pole atas 2 jari bp dan pole
bawah setentang simfisis, mobile, nyeri tekan (-).
P/V : (+) bergumpal, 4-6x ganti doek/hari
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
43
Inj. Ditranex 500 mg/ 8jam
SF tab 2x1
Rencana : operasi tanggal 26-11-2015, jam 09.00
Follow up tanggal 26-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : Keluar darah dari kemaluan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 140/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 90 x/i Dispnea : (-)
RR : 27 x/i Sianosis : (-)
T : 36,4 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
TFU : Teraba massa padat dengan pole atas 2 jari bp dan pole
bawah setentang simfisis, mobile, nyeri tekan (-).
P/V : (+) bergumpal, 4-6x ganti doek/hari
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal
Diagnosa : Mioma uteri
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Rencana : persiapan operasi
Follow up tanggal 27-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : Nyeri luka operasi
44
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 150/60 mmHg Ikterik : (-)
HR : 61 x/i Dispnea : (-)
RR : 22 x/i Sianosis : (-)
T : 36,5 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) lemah
l/o : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
BAK : via kateter, vop: 200 cc
BAB : (-) flatus (-)
Diagnosa : Post STAH-BSO a/i mioma uteri H2
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Inj.Ceftriaxone 1g/8jam
Inj. Gentamycin 80mg/8jam
Metronidazole drips 500 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Ditranex 500 mg/8jam
Pronalges supp. 1/8jam
Inj. Alinamin F 1 amp/8jam
Rencana : Th lanjut, kateter menetap, cek Hb post transfusi PRC 2 bag
Follow up tanggal 28-11-2015, pukul 06.00 WIB
45
S : -
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 140/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 60 x/i Dispnea : (-)
RR : 21 x/i Sianosis : (-)
T : 37,2 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) lemah
l/o : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
BAK : via kateter,vop :150cc
BAB : (+)
Diagnosa : Post STAH-BSO a/i mioma uteri H3
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Inj.Ceftriaxone 1g/8jam
Inj. Gentamycin 80mg/8jam
Metronidazole drips 500 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Rencana : Th dilanjutkan
Follow up tanggal 29-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : -
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 110/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 66 x/i Dispnea : (-)
46
RR : 22 x/i Sianosis : (-)
T : 36,8 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) lemah
l/o : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal
Diagnosa : Post STAH-BSO a/i mioma uteri H4
Terapi :
IVFD RL 20gtt/i
Inj.Ceftriaxone 1g/8jam
Inj. Gentamycin 80mg/8jam
Metronidazole drips 500 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Rencana : Th dilanjutkan
Follow up tanggal 30-11-2015, pukul 06.00 WIB
S : -
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 110/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 70 x/i Dispnea : (-)
RR : 23 x/i Sianosis : (-)
T : 36,8 ˚C Edema : (-)
SL : Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) lemah
l/o : tertutup verban, kesan kering
47
P/V : (-)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal
Diagnosa : Post STAH-BSO a/i mioma uteri H5
Terapi :
Diet MB
aff infus
Grahabion 2x1
Asamefenamat 2x1
Cefadroxil 2x1
Rencana : PBJ, kontrol ulang ke poli obgyn
48
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta
LeBlond RF, et al. The screening physical examination. In: DeGowin's Diagnostic
Examination, 9th ed. New York, N.Y.: McGraw-Hill Companies; 2009.
http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=3658782. Accessed April 9,
2009.
Special procedures: The Pap test. The American College of Obstetricians and
Gynecologists. http://www.acog.org/publications/patient_education/bp085.cfm.
Accessed April 13, 2009.
Carusi DA, et al. The gynecologic history and physical examination.
http://www.uptodate.com/home/index.html. Accessed April 13, 2009.
Gynecologic problems: Pelvic pain. The American College of Obstetricians and
Gynecologists. http://www.acog.org/publications/patient_education/bp099.cfm.
Accessed April 13, 2009.
Schorge JO, et al. Well woman care. In: Williams Gynecology. New York, N.Y.:
McGraw-Hill Companies; 2008. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?
aID=3148000. Accessed April 9, 2009.