pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah maupun
dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan, karena itu
makanan merupakan satu-satunya sumber energi bagi manusia. Sebaliknya makanan
juga dapat menjadi media penyebaran penyakit. Dengan demikian penanganan
makanan harus mendapat perhatian yang cukup. Makanan yang diproduksi dan
diedarkan harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar mutu, atau
persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri untuk tiap jenis makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang
menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makakan
dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
keracunan makanan, antara lain adalah higienis perorangan yang buruk, cara
penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang
tidak bersih.
Mengingat bahwa makanan dan minuman yang digunakan kemungkinan
mengandung bakteri patogen maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu,
sebab makanan dan minuman harus bebas dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Untuk
pemeriksaan tersebut diperlukan pengujian bakteriologis makanan dan minuman di
laboratorium. Pengujian ini dapat menentukan makanan dan minuman yang diperiksa
tersebut mengandung bakteri patogen atau tidak. Dalam prakteknya, pengujian
makanan dan minuman secara bakteriologis untuk menentukan ada tidaknya bakteri
bentuk koli.
Perhitungan Bakteri pada pemeriksaan suatu produk, jumlah bakteri akan
menggambarkan mutu bahan baku, proses pembuatan dan tingkat kerusakan suatu
bahan makanan. Metode perhitungan sangat banyak, hanya biasanya metode yang
dipilih adalah disesuaikan dengan kepentingan pemeriksaan, kecepatan dan ketepatan
hasil pemeriksaan.
Dalam praktikum ini bahan makanan yang akan diperiksa angka kumannya
adalah bubur injin (ketan hitam) dan minuman yang akan diperiksa adalah susu kedelai.
Metode perhitungan angka kuman yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan bubur
injin (ketan hitam) dan susu kedelai ini adalah metode Angka Lempeng Totcara dengan
metode tuang (pour plate).
Cara perhitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa sel-sel mikroorganisme
yang terdapat dalam sampel atau bahan jika dicampur atau dibiakkan masing-masing
akan membentuk koloni yang nampak dan terpisah. Jadi yang terhitung adalah kuman
yang hidup (viable) dan dapat tumbuh membentuk koloni dalam suasana yang
disediakan. Poulasi kuman yang ditentukan (dihitung) per-mL untuk bahan cair dan
per-gram untuk bahan padat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagamana teknik pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman?
1.2.2 Bagaimana hasil pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman yang
diperiksa (susu dan bubur injin)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan angka kuman pada makanan dan
minuman.
1.3.2 Untuk mengetahui hasil pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman
yang diperiksa (susu dan bubur injin).
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penulisan laporan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
dalam bidang bakteriologi serta laporan penulis jadikan pembelajaran untuk
menulis karya tulis ilmiah dengan baik yang dapat penulis jadikan pedoman
untuk penyusunan karya tulis selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Agar mahasiswa mengetahui teknik pemeriksaan angka kuman pada
makanan dan minuman.
1.4.2.2 Agar mahasiswa mengetahui hasil pemeriksaan angka kuman pada
makanan dan minuman yang diperiksa (susu dan bubur injin).
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Makanan dan Minuman
2.2 Media Pembenihan
a. Pengertian dan Fungsi
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang
dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan
isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.
b. Bahan-bahan media pertumbuhan
1. Bahan dasar
air (H2O) sebagai pelarut
agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45 oC.
gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih
banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media
bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel
yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg
dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen
lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
Vitamin-vitamin.
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk
indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
non-target/kontaminan.
4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan
terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat
(gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk
membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk
melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-
kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar,
terutama pada pH yang asam
Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti
otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya
tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa,
plasenta dan daging sapi.
Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat
alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B
complex).
Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam
amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan
dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi
yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
c. Macam-Macam Media Pertumbuhan
1. Medium berdasarkan sifat fisik
Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah
dingin media menjadi padat..
Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi
solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke
seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang.
Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol
Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan
media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur.
Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya
pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan
metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh
media.
Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui
secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar,
dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat
mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak
dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan
dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic
Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu
sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan
merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria
Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten
antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang
ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran
terhadap garam.
Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk
pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum,
kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.
Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi
sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks,
misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan untuk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu
mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk
menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba.
Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan
kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya
berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya
TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria
berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di
sekeliling koloni.
Media Nutrient Agar (NA)
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media
yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel
pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk
komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat
1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi
dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai
yang dibutuhkan.
2.3 PZ (NaCl 0,85 %)
Garam fisiologi digunakan untuk menjaga fungsi fisiologis dari media agar
bakteri yang ingin dibiakkan tidak rusak dan terjaga kondisinya. Pembuatan garam
fisiologi dengan melarutkan NaCl ke aquades dan diaduk merata tanpa direbus (Atlas,
1946).
2.4 Teknik Pemeriksaan Angka Kuman pada Makanan dan Minuman dengan
Metode Angka Lempeng Total dengan cara Metode Tuang
Menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan dilakukan untuk mengetahui
sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah
mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikribiologi dari bahan tersebut. (Nidiyanti,
2011)
Angka lempeng total merupakan salah satu cara untuk menghitung cemaran
mikroba, dimana cara ini merupakan bagian dari metode hitung cawan. Prinsip pada
metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada
medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni
yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata tanpa
mikroskop. Metoda hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk
menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu :
1. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.
2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari jasad renik yang menetap menampakkan
pertumbuhan yang spesifik.
Selanjutnya Fardiaz, (1992) menambahkan, di dalam metoda hitungan cawan
bahan pangan yang diperlukan mengandung lebih dari 300 sel jasad renik per ml atau
pergram sample atau memerlukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada
medium agar di dalam cawan Petri tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung di mana
jumlah yang terbaik adalah antara 30 – 300 koloni.
Cara penumbuhan dalam perhitungan cawan dapat dibedakan atas dua yaitu :
metoda tuang (pour plate) dan metoda permukaan (surface plate). Dalam metoda tuang
sejumlah contoh pengenceran yang dikehen daki dimasukkan kedalam cawan Petri,
kemudian ditambahakn agar cair steril yang telah didinginkan sebanyak 15 – 20 ml dan
digoyangkan supaya sel – sel mikroba dalam contoh menyebar rata pada permukaan,
dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar dan tuang kedalam cawan
kemudian sebanyak 0,1 ml contoh yang diencerkan dipipet pada permukaan agar
tersebut dan diratakan dengan batas gelas melengkung yang steril.
Jika semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada cawan Petri, oleh
nkarena itu jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung, hasilnya sebagai
kurangf dari 30 dikal8ikan dengan besarnya pengenceran tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. Jika semua pengenceran dihasilkan
lebih dari 300 koloni pada cawan Petri berarti pengenceran yang dilakukan terlalu
rendah. Oleh karena itu jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung
hasilnya dilaporkan sehingga lebih dari 30 dikalikan dengan factor pengenceran, tetapi
jumlah yang sebenarnya dicantumkan dalam tanda kurung.( Fardiaz,1992)
Jumlah mikroba dapat dihitung dengan beberapa cara, namun secara garis besar
dibedakan menjadi: (Pradhika, 2011)
1. Cara langsung
Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Caranya:
a. Membuat preparat sederhana yang diwarnai
b. Menggunakan ruang hitung
2. Cara tidak langsung
Hasil perhitungan akan menunjukkan jumlah mikroba yang masih hidup saja.
Caranya:
a. Menghitung total jumlah mikroba
b. Cara pengenceran
c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada
d. Cara kekeruhan
Cara ini dapat digunakan untuk bahan padat maupun cair. Khusus untuk bahan
padat maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan
atau dibuat suspensi, dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. (Pradhika,
2011)
Adapun langkah-langkah dalam Perhitungan Angka Kuman yaitu :
A. Preparasi sampel
a. preparasi sampel berbahan cair
Untuk sampel berbahan cair dapat langsung digunakan.
b. preparasi sampel berbahan padat dengan dihancurkan
Preparasi sampel ini dengan cara ditumbuk, diblender atau cukup dilarutkan air
saja. Sampel diharuskan hancur menjadi partikel kecil supaya dapat dilarutkan
air sehingga diperoleh mikroorganisme yang beraada baik di dalam atau di
permukaan sampel. (Pradhika, 2011)
Preparasi sampel dengan dilarutkan
Untuk sampel tanah, lumpur, tanah kompos, gula pasir, bubuk dan sampel
lain yang mudah larut cukup dicampurkan kedalam air atau buffer fosfat
dengan pengenceran 1/10 nya. Pengocokan dilakukan sebanyak 25 kali
dengan busur atau ketinggian 30 cm selama 7 detik. Dengan cara ini akan
memaksimalkan homogenisasi mikroorganisme pada pelarut. Jika setelah
dikocok dan dibiarkan beberapa saat sampel menjadi terendap maka dikocok
lagi beberapa kali untuk ditransfer ke pengenceran selanjutnya. Preparasi ini
sebaiknya dilakukan pada tabung berpenutup ulir sehingga terjamin dari
tumpahnya air. Jika terdapat batu kecil atau kerikil di dalamnya maka tidak
perlu dihancurkan. (Pradhika, 2011)
Preparasi sampel dengan penumbukan (maseration)
Cara ini dilakukan dengan ditumbuk pada mortar dengan pastle yang
menggunakan teknik aseptis yang baik. Kelebihan teknik ini adalah praktis,
tanpa penambahan pelarut dan cocok untuk sampel dengan skala kecil tetapi
memiliki resiko kontaminasi yang tinggi mengingat besarnya permukaan
yang kontak dengan udara sekitar dan keterpaparan yang lama saat
penumbukan. Selain itu seringkali dijumpai alat yang masih terdapat sisa
obat atau bahan lain yang sulit dibilas karena mortar dan pastle juga sering
dipakai untuk menghancurkan tablet antibiotik atau daun yang mengandung
antimikroba. (Pradhika, 2011)
Preparasi sampel padat dengan penghancuran mekanis (mechanical
blending/stomaching).
Cara ini adalah alternatif yang lebih efisien dan cocok digunakan untuk
sampel yang sulit ditumbuk (seperti kacang, buah dll.) dan dalam skala besar.
Selain itu jalan ini lebih meminimalisair kontaminan saat dilakukan
penumbukan dan juga hasil penghancurannya lebih halus. Mechanical
blending dapat dilakukan dengan blender atau mixer yang memiliki pisau
putar stainless steel dengan putaran 10.000-12.000 rpm dan juga wadah
berukuran 1000 ml yang tahan disterilisasi dengan autoklaf. Sebaiknya saat
dihancurkan ditambahkan larutan Butterfield Phosphate Buffered Solution
(yaitu 3 mmol/L KH2PO4, pH 7.2 ) sebagai pengenceran pertama dan
dilakukan selama 2 menit.Misalnya 25 g sampel di blending dengan
menambahkan 225 ml pelarut atau 50 g sampel dengan 450 ml pelarut.
(Pradhika, 2011)
Preparasi sampel berbahan padat dengan penghancuran mekanis (mechanical blending/stomaching). (Pradhika, 2011)
B. Homogenisasi
Homogenisasi dilakukan untuk memperoleh penyebaran bakteri yang sebaik
mungkin (merata), sehingga partikel-partikel yang terlarut di dalam suatu sampel
homogen. (Anonim, 2009)
C. Pengenceran
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran ini kemudian
diambil sejumlah 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang
ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam
medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja.
Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang
demikian ini kita memperoleh satu koloni murni. Kalau kita belum yakin, bahwa
koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulang pengenceran
dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Waluyo, 2005).
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar
melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada
suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui
beratnya kedalam 9 mL garam fisiologi (NaCl 0,85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan
ini berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH
lingkungan. Pengeceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak
perlu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan).
(http://bakteri-kuman/penanaman-biakan.html, diakseks tanggal 7 Februari 2012).
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi
jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. (Pradhika, 2011)
Teknik Pengenceran Bertingkat (Pradhika, 2011)
Menurunnya koloni pada media akibat pengenceran (Pradhika, 2011)
D. Inokulasi Kuman dengan Metode Angka Lempeng Total dengan cara Metode
Tuang
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan
medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(Dwijoseputro, 1998).
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
a. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium
pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam
sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan
saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet.
b. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk
diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.
c. Pemindahan dengan kawat inokulasi.
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus
juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan
penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya
tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu
disentuhkan lagi dalam nyala.
1. Metode Angka Lempeng Total
Prinsip dari pemeriksaan ini menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada
Plate yang telah ditanami kuman. Ada beberapa metode yang digunakan untuk
mengisolasi biakan murni mikroorganisme dengan metode Angka Lempeng
Total yaitu :
a. Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan
waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan
latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam
cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh
menjadi koloni.
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk
lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis.
Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium
tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada
lempeng medium pembiakan.
Ada beberapa teknik menggores yang biasa digunakan :
b. Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam
cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan
steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat
digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin
penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan
muncul koloni koloni yang terpisah-pisah.
c. Metode tuang
Metode Cawan Tuang (Pour Plate) ini memerlukan agar yang belum
padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri
lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan
menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja
melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang
tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar
yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. (Pradhika, 2011)
Sekitar 1mL suspensi dituangkan kedalam cawan petri steril, dilanjutkan
dengan menuangkan media penyubur (Nutrient Agar) steril hangat (40- 500c)
kemudian ditutup rapat dan di ketakan dalam inkubator (37°C) selama 2 x 24
jam. (http://bakteri-kuman/penanaman-biakan.html, diakseks tanggal 7
Februari 2012).
Pemberian bakteri pada metode pour plate lebih banyak
dibandingkan dengan pemberian bakteri metode spread plate yaitu pour
plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya sehingga
diberikan lebih banyak dari pada spread plate.
Teknik Penanaman Bakteripada Media denganMetode Angka Lempeng Total(Pradhika, 2011)
d. Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung
jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke
dalam media (Winarni, 1997).
2.4 Macam-Macam Media
Ada beberapa macam media yang digunakan untuk inokulasi yaitu :
1. Mixed culture : berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme.
2. Plate culture: media padat dalam petridish.
3. Slant culture : media padat dalam tabung reaksi.
4. Stap culture : media padat dalam tabung reaksi, tetapi penanamannya dengan cara
penusukan.
5. Liquid culture : media cair dalam tabung reaksi.
6. Shake culture: media cair dalam tabung reaksi yang penanamannya dikocok.
E. Inkubasi Media
Media kultur diinkubasi pada inkubator. Inkubator merupakan alat untuk
menginkubasi atau memeram mikroba pada suhuyang terkontrol. Alat ini
dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu sehingga dengan bantuan
media dan inkubator, bakteri dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik.
Media biasanya diinkubasi pada suhu 37°C maksimal 2 x 24 jam. (Nugraheni,
2010)
F. Perhitungan Angka Kuman
Alat penghitung koloni kuman dinamakan colony counter. Colony counter
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi
akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan
dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh
dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam
suspensi tersebut. (Pradika, 2011)
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.
koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan
pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya.
(Pradhika, 2008)
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah: (Nidiyanti, 2008)
a. Satu koloni dihitung 1 koloni
b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni
e. Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung
f. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Standar perhitungan : (Nidiyanti, 2011)
Jumlah kuman = jumlah koloni x 1/faktor pengenceran.
a. Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni
b. Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan koma
dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka
harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.
c. Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka
hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
sebagai kurang dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi
jumlah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.
d. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka
hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi
jumah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.
e. Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus dibuat
perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang dilaporkan adalah rata-
rata pengenceran tetapi jika perbandingannya > 2 maka yang dilaporkan adalah
pengenceran terendah.
f. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan duplo
tidak memenuhi syarat 30-300 koloni.
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan dalam 3 pertemuan, yaitu :
a. Pertemuan I
Hari/tanggal : Senin, 10 September 2012
Jam : 09.00 wita - 12.20 wita
Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Denpasar.
Kegiatan : Pembuatan media Nutrient Agar (NA) dan PZ (Physiologic
Zoid).
b. Pertemuan II
Hari/tanggal : Senin, 17 September 2012
Jam : 09.00 wita - 12.20 wita
Tempat : Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Kegiatan : Inokulasi Kuman dengan Metode Angka Lempeng Total
dengan Metode Tuang.
c. Pertemuan III
Hari/tanggal : Selasa, 18 September 2012
Jam : 14.00 wita - 15.00 wita
Tempat : Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Kegiatan : Perhitungan Angka Kuman Makanan dan Minuman dengan
menggunakan alat Coloni Counter.
3.2 Alat dan Bahan
1. Pembuatan Pembenihan (Nutrient Agar) :
a. Alat
1) Erlenmeyer 7) Kapas lemak
2) Gelas beaker 8) Aluminium foil
3) Gelas ukur 9) Inkubator
4) Neraca analitik 10) Batang pengaduk
5) Spatula 11) Inkubator
6) Api bunsen 12) Kompor Listrik
7) Autoclave
b. Bahan
1) Aquadest
2) Nutrient Agar Powder Merck OXOID CM
2. Pengenceran, Inokulasi / Penanaman Kuman, Inkubasi
a. Alat
1) Tabung reaksi 6) Cawan petri
2) Rak tabung reaksi 7) Api bunsen
3) Pipet ukur 10 mL 8) Inkubator
4) Pipet ukur 1 mL 9) Gelas beaker
5) Erlenmeyer 10) Bola hisap
b. Bahan
1) Sampel makanan injin
2) Sampel minuman susu kedelai
3) Aquadest steril / PZ
4) Media pembenihan (NA) dalam bentuk cair
3. Perhitungan Angka Kuman
a. Alat
1) Coloni counter
2) Spidol
b. Bahan
1) Koloni yang tumbuh pada media
3.3 Prosedur Kerja
1. Pembuatan PZ :
2. Pembuatan Media Pembenihan (Nutrient Agar)
Ditimbang 2,125 gram kristal NaCl
0,85 %
Dilarutkan dalam 250 mL aquades
Ditutup menggunakan kapas
berlemak
Disterilisasi dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121°C selama 15
menit
Dibungkus dengan kertas
Disimpan dalam lemari es
Ditimbang x bubuk Nutrient Agar Merck
OXOID
Dilarutkan dalam 600 mL aquades
Dipanaskan sampai larut sempurna
Disterilisasi dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121°C selama 15
menit
Dibungkus dengan kertas
Disimpan dalam lemari es
3. Pengenceran, Penanaman pada Media NA, Perhitungan Angka Kuman
Tabung Pengenceran 10-2
Tabung Pengenceran 10-3
Tabung Pengenceran 10-1
7 buah tabung reaksi disiapkan, diberi label :
Kontrol, 10-1,10-2, 10-3, 10-
4, 10-5, 10-6
Dituangkan 9 mL PZ ke dalam masing-masing
tabung
Tabung Pengenceran 10-4
Tabung Pengenceran 10-5
Tabung Pengenceran 10-6
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
10 mL
Plate Pengenceran 10-1
Plate Pengenceran 10-2
Plate Pengenceran 10-3
Plate Pengenceran 10-4
Plate Pengenceran 10-5
Plate Pengenceran 10-6
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
Dihitung koloni yang muncul pada masing- masing plate dengan menggunakan Coloni Counter
Diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam
Dituangkan media NA (panas kira-kira 45°C) sebanyak 15-20 mL
Tabung Kontrol 1 mL
Dipipet 10 mL sampel
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 90 mL aquadest
Dihomogenkan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
No
.Gambar Keterangan
1.
Pengenceran 10-1 dalam
erlenmeyer
2.
Pengenceran susu 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5, 10-6 dan
kontrol dalam tabung
reaksi
Plate Kontrol
No
.Gambar Keterangan
3.
Menanam kuman dengan
metode pour plate
Media Kontrol Susu Media 10-4 (susu)
Media 10-1 (susu) Media 10-5 (susu)
Media 10-2 (susu) Media 10-6 (susu)
Media 10-3 (susu) Media Pengenceran Susu
Media Kontrol Injin Media 10-4 (injin)
Media 10-1 (injin) Media 10-5 (injin)
Media 10-2 (injin) Media 10-6 (injin)
Media 10-3 (injin) Media Pengenceran Injin
No. Sampel
JumlahKoloni
Kontrol (nk)
Pengenceran
10-1
(n1)10-2
(n2)10-3
(n3)10-4
(n4)10-5
(n5)10-6
(n6)
1. Susu Kedelai 1 >300 45 30 17 13 0
2. Bubur Injin 0 178 156 3 0 0 0
Keterangan :
nk = jumlah koloni pada media kontrol
n1 = jumlah koloni pada media pengenceran I
n2 = jumlah koloni pada media pengenceran II
n3 = jumlah koloni pada media pengenceran III
n4 = jumlah koloni pada media pengenceran IV
n5 = jumlah koloni pada media pengenceran V
n6 = jumlah koloni pada media pengenceran VI
= plate yang dapat dihitung kumannya.
Catatan : plate yang dihitung adalah plate yang koloninya antara 30 – 30.
Rumus :
Perhitungan :
1. Jumlah Angka Kuman pada Sampel Susu Kedelai :
¿(n2−nk ) 102+ (n3−nk ) 103
2
¿(45−1 )102+(30−1 )103
2
¿(44 )102+(29)103
2
¿ 4400+290002
¿ 334002
¿16700koloni
mL
2. Jumlah Angka Kuman pada Sampel Bubur Injin (Ketan Hitam) :
n=( n1−nk )101+( n2−nk) 102+( n3−nk )103+( nn−nk )10n
jumlah plate yangdihitung kumannya
¿(n1−nk )101+( n2−nk )× 102
2
¿(178−0 )×101+ {(156−0 )× 102 }
2
¿(178 ×101 )+(15 6× 102)
2
¿ 1780+156002
¿ 173802
¿8690 koloni
mL
4.2 Pembahasan
4.2.1 Teknik Pemeriksaan Angka Kuman pada Susu Kedelai dan Bubur Injin
a. Preparasi Sampel
Dalam praktikum ini, untuk sampel susu kedelai, karena sampel dengan
konsistensi cair, dapat langsung dilakukan pengenceran. Namun, sampel bubur
ketan hitam dengan konsistensi setengah padat, digerus terlebih dahulu agar
menjadi butiran-butiran sekecil mungkin (menjadi suspensi) menggunakan
mortal dan pestle, kemudian ditimbang sesuai ukuran yang telah ditentukan
dan kemudian dimasukkan ke dalam wadah (gelas beaker).
b. Homogenisasi
Homogenisasi dilakukan untuk memperoleh penyebaran bakteri yang sebaik
mungkin dan merata. Sehingga meskipun bahan yang diperiksa sedikit, hasil
pemeriksaannya dapat mewakili keadaan sampel untuk keseluruhan.
Homogenisasi dalam praktikum ini dilakukan sebelum dan sesudah sampel
ataupun hasil pengenceran dipindahkan ke tabung/tempat lain.
c. Pengenceran
Sebelum ditanam pada media pembenihan, dilakukan pengenceran 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5, 10-6 terhadap sampel makanan dan minuman tersebut
menggunakan PZ (Physiologic Zoid). Penentuan besarnya atau banyaknya
tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.
Dalam praktikum ini digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
Pengenceran pertama dilakukan dengan mencampurkan 1 mL sampel dengan 9 mL
PZ (NaCl 0,85%). Kemudian hasil pengenceran ini dipipet 1 mL untuk diencerkan
lebih lanjut pada tabung berikutnya (pengenceran kedua). Cara tersebut diulangi
hingga diperoleh pengenceran keenam (10-6). Larutan PZ berperan sebagai
penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan.
Fungsi pengenceran pada tahap ini antara lain :
memperkecil atau mengurangi jumlah kuman yang tersuspensi dalam
cairan sehingga dapat memberikan kesempatan hidup pada kuman.
meningkatkan viabilitas kuman dari kondisinya yang tidak
menguntungkan di dalam sampel sebab dalam suatu bahan makanan dan
minuman, kuman masih menempel pada komponen-komponen makanan
dan minuman tersebut yang membuatnya tidak bebas.
mempermudah pengamatan dan perhitungan angka kuman sebab koloni
yang tumbuh padat akan mengganggu pengamatan.
d. Inokulasi (Penanaman) Kuman pada Media NA (Nutrient Agar) dengan
Metode Angka Lempeng Total dan cara Metode Tuang
Teknik Inokulasi (penanaman bakteri) merupakan kegiatan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Medium yang baru harus nutrisi yang
berkembang biak dengan baik.
Pada praktikum ini, alat yang akan digunakan sebelumnya harus
disterilisasi terlebih dahulu agar semua alat dan bahan yang akan digunakan
steril/tidak ada mikroorganisme penganggu sehingga tidak akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan akhir. Sterilisasi adalah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.
Teknik inokulasi yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu dengan
metode Angka Lempeng Total secara pour plate (cawan tuang). Metode Angka
Lempeng Total. Metode pour plate (cawan tuang) adalah teknik penanaman
dengan cara mencampurkan sampel yang mengandung sel mikroba dengan
media pertumbuhan (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam
baik di permukaan agar atau di dalam agar. Media yang digunakan adalah
media Nutrient Agar. Media Nutrient Agar merupakan media pertumbuhan
umum, media pemerkaya dan termasuk media non-selektif. Artinya pada
media Nutrient Agar, kuman apa saja dapat tumbuh dengan bebas.
Inokulasi dilakukan dengan cara memipet masing-masing 1 mL hasil
pengenceran ke dalam plate, kemudian dituangkan 15-20 mL media NA
(Nutrient Agar). Setelah itu, diputar-putar sehingga antara sampel dan media
NA homogen dan bakteri menyebar secara merata. Selain itu disiapkan pula
media kontrol yang berfungsi sebagai acuan. Pembuatan media kontrol
diperlakukan sama seperti sampel, hanya saja media kontrol terbuat dari
campuran media NA dan larutan PZ (NaCl 0,85%).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam inokulasi kuman ini
antara lain :
Semua alat dan bahan yang akan digunakan harus dalam keadaan steril.
Dalam memipet dan pemindahan bakteri :
- sebelum dan sesudah memipet, pipet difiksasi terlebih dahulu untuk
membasmi bakteri yang menempel pada pipet.
- ketika akan memindahkan hasil pengenceran ke dalam plate, pipet tidak
boleh menyentuh atau terlalu dekat dengan api bunsen. Hal ini
disebabkan karena kuman pada makanan dan minuman akan mati jika
terlalu dekat dengan sumber api.
- ketika akan memipet dan memindahkan isi tabung ke dalam plate, harus
selalu diusahakan agar mulut tabung tidak terkontaminasi oleh tangan.
- pipet diusahakan agar tidak menyentuh meja/terkontaminasi sebelum
selesai digunakan (terutama ujung pipet).
- Pipet yang masih steril sebaiknya dibuka dari kertas pembungkusnya saat
detik-detik akan digunakan, untuk menghindari kontaminasi dari kuman-
kuman di dalam ruangan tempat praktikum.
Pengerjaan praktikum harus selalu dilakukan secara aseptis, di dekat api
bunsen (dengan catatan tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh).
e. Inkubasi
Setelah penanaman bakteri pada media, kemudian diinkubasi pada inkubator
pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam untuk memberikan kesempatan kepada
bakteri memanfaatkan media untuk pertumbuhannya. Pada saat inkubasi,
setiap sel mikroorganisme hidup dalam susu kedelai dan bubur injin yang
diperiksa akan tumbuh menjadi satu koloni. Setelah diinkubasi, dilakukan
penghitungan jumlah koloni untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme
dalam sampel makanan dan minuman tersebut.
f. Perhitungan Angka Kuman
Pada praktikum ini, dihitung jumlah kuman secara umum, jadi kuman
yang ingin dihitung belum diidentifikasi. Lain halnya jika telah menentukan
perhitungan angka kuman bakteri tertentu, media yang digunakan juga harus
media yang khusus untuk menumbuhkan bakteri tersebut. Perhitungan kuman
ini mengunakan alat coloni counter.
Sebelum dihitung jumlah koloni pada media yang telah ditanam
bakteri, sebelumnya diperiksa jumlah koloni pada media kontrol. Jika jumlah
koloni pada media kontrol >10, maka semua media kultur dianggap gagal,
sebab telah terjadi kontaminasi. Jika jumlah koloni pada media kontrol <10,
maka perhitungan jumlah koloni media yang telah ditanami bakteri dapat
dilakukan.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut :
- Satu koloni dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak
dihitung.
- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Plate yang dihitung hanya plate yang mengandung 30 – 300 koloni.
4.2.2 Hasil Pemeriksaan pada Sampel Susu Kedelai dan Bubur Injin (Ketan
Hitam)
Berdasarkan data hasil pengamatan, dalam pemeriksaan angka kuman
pada susu kedelai, terdapat 2 plate yang dapat dihitung kumannya (jumlah koloni
30-300 dalam satu plate) yaitu plate pengenceran 10-2 (45 koloni) dan plate
pengenceran 10-3 (30 koloni). Setelah dilakukan perhitungan, maka jumlah angka
kuman dalam sampel susu kedelai tersebut sebesar 16700 koloni/mL. Hal ini
(standar)
Sedangkan untuk sampel bubur injin (ketan hitam), terdapat 2 plate yang
dapat dihitung kumannya yaitu plate pengenceran 10-1 (178 koloni) dan plate
pengenceran 10-2 (156 koloni). Setelah dilakukan perhitungan, maka jumlah
angka kuman pada sampel bubur injin (ketan hitam) tersebut adalah 8690
koloni/mL. Hal ini (standar)
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Dari uraian pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Teknik perhitungan angka kuman dalam sampel makanan dan minuman (susu
kedelai dan bubur injin) dilakukan dengan tahapan : preparasi sampel,
homogenisasi, pengenceran, penanaman/inokulasi ke dalam media NA,
inkubasi, dan perhitungan kuman pada colony counter.
2. Angka Kuman pada sampel susu kedelai sebesar 16700 koloni/mL, hal ini.....
Angka Kuman pada sampel bubur injin (ketan hitam) sebesar 8690 koloni/mL,
hal ini......
5.2. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah :
Menurut kami praktikum perhitungan angka kuman pada sampel makanan dan
minuman (susu kedelai dan bubur injin) ini dan sudah berjalan sangat lancar, hanya
saja dalam beberapa langkah pengerjaannya terdapat beberapa tindakan yang kurang
aseptis dari para praktikan dan praktikan berharap praktikum selanjutnya dapat lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Pradhika. 2011. Mikrobiologi Dasar (Prinsip Dasar Menghitung Mikroorganisme pada
Cawan bagian I. diakses dari www.google.com/ prinsip-dasar-teori-menghitung.html
pada tanggal 6 Maret 2012
Pradhika. 2011. Mikrobiologi Dasar (Isolasi Mikroorganisme). diakses dari
www.google.com/ isolasi-mikroorganisme.html pada tanggal 6 Maret 2012
Nidiyanti, Wiwi. 2011. Laporan Mikrobiologi Perhitungan Angka Kuman Dan Pewarnaan Gram
Bakteri. diakses dari www.google.com/ laporan-mikrobiologi-perhitungan-
angka.html pada tanggal 6 Maret 2012
Anonim, 2010. Teknik Inokulasi Bakteri. diakses dari www.scribd.com/ teknik-inokulasi-
bakteri.html pada tanggal 12 Maret 2012
Wulandari, Rani. 2010. Laporan Praktikum Mikrobiologi Penentuan Angka Kuman. Jakarta:
Universitas Indonesia
Ratna Nugraheni. 2010. Laporan Magang Analisis Mikrobiologi. Jakarta : Universitas
Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Teknik Inokulasi Bakteri dan Perhitungan Angka Kuman dibuat dalam rangka
melengkapi tugas dalam mata kuliah Bakteriologi Semester II Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Mengetahui Denpasar, 16 Maret 2012Dosen Pembimbing Praktikan
( ) (Putu Murnitha Sari Rahayu)
Penanggung JawabMata Kuliah Bakteriologi
(I Made Birnawan, S.Si.)
LAPORAN PRAKTIKUMBAKTERIOLOGI
“Teknik Perhitungan Angka Kuman pada Sampel Susu Kedelai dan Bubur Injin”
Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2012