pemeriksaan

6
Kanalis Auditorius dan Membran Timpani Untuk melihat kanalis audiotirus dan membran timpani digunakan otoskop. Atur posisi kepala pasien agar dapat melihat dengan nyaman melalui otoskop. Untuk meluruskan kanalis auditorius, pegang daun telinga pasien dengan kuat tetapi hati-hati, dan tarik daun telinga ke arah atas belakang serta agak menjauhi kepala. 3,4 Pegang tangkai otoskop di antara ibu jari dan jari-jari tangan, tumpangkan tangan pada wajah pasien agar otoskop tersebut tidak goyang. Dengan demikian tangan dan alat yang digunakan akan mengikuti gerakan pasien yang tidak terduga. 3,4 Pemeriksaan Otoskop pada Liang Telinga 2 Inspeksi kanalis auditorius dengan memperhatikan setiap sekret yang ada, benda asing, kemerahan pada kulit, atau

Upload: ryan-gustomo

Post on 01-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pemeriksaan

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan

Kanalis Auditorius dan Membran Timpani

Untuk melihat kanalis audiotirus dan membran timpani digunakan otoskop. Atur posisi

kepala pasien agar dapat melihat dengan nyaman melalui otoskop. Untuk meluruskan kanalis

auditorius, pegang daun telinga pasien dengan kuat tetapi hati-hati, dan tarik daun telinga ke

arah atas belakang serta agak menjauhi kepala. 3,4

Pegang tangkai otoskop di antara ibu jari dan jari-jari tangan, tumpangkan tangan pada wajah

pasien agar otoskop tersebut tidak goyang. Dengan demikian tangan dan alat yang digunakan

akan mengikuti gerakan pasien yang tidak terduga. 3,4

Pemeriksaan Otoskop pada Liang Telinga 2

Inspeksi kanalis auditorius dengan memperhatikan setiap sekret yang ada, benda asing,

kemerahan pada kulit, atau pembengkakan. Serumen yang warna dan konsistensinya

bervariasi dari kuning serta menyerupai serpihan hingga cokelat dan lengket atau bahkan

hitam dan keras dapat menghalangi sebagian atau seluruh pandangan.

Inspeksi membran timpani, perhatikan warna dan konturnya. Pantulan cahaya berbentuk

kerucut pada membran timpani ketika membran tersebut disinari biasanya mudah dilihat dan

akan membantu untuk mengenali arah. 3,4

Page 2: pemeriksaan

Membran Timpani dan Refleks Cahaya (Cone of Light) 2

Ketajaman Pendengaran (Akuitas Auditorius)

Untuk memperkirakan kemampuan pendengaran, lakukan pengujian pada setiap telinga satu

per satu. Minta pasien untuk menutup salah satu lubang telinganya dengan jari telunjuknya

sendiri. Jika terdapat perbedaan ketajaman pendengaran pada kedua sisi, gerakkan jari tangan

dengan cepat, tetapi hati-hati dalam saluran telinga yang tersumbat. Bunyi yang ditimbulkan

akan membantu mencegah agar telinga yang tersumbat tidak melakukan pekerjaan dari

telinga yang hendak diperiksa. 3,4

Kemudian berdiri 0,3 atau 0,6 meter dari pasien, hembuskan udara napas seluruhnya (untuk

mengurangi intensitas suara) dan berbisik dengan perlahan ke arah telinga yang tidak

tersumbat. Pilih bilangan atau kata-kata dengan dua suku kata yang beraksen sama seperti

“dua tiga” atau “sepak bola”. Untuk memastikan pasien tidak membaca gerak bibir, tutupi

mulut atau halangi penglihatan pasien. 3,4

Page 3: pemeriksaan

Hantaran Udara dan Tulang

Jika pendengaran berkurang, perlu dibedakan antara gangguan pendengaran konduktif dan

sensorineural. Diperlukan kamar periksa yang sunyi dan sebuah garpu tala, sebaiknya 512 Hz

atau 1024 Hz. Frekuensi suara ini terdapat dalam kisaran suara percakapan manusia (300-

3000 Hz) yang secara fungsional merupakan kisaran bunyi yang paling penting.

Getarkan garpu tala untuk menghasilkan vibrasi ringan dengan mengetukkannya secara cepat

antara ibu jari dan jari telunjuk, atau dengan mengetukkannya pada buku-buku jari tangan. 3,4

Tes untuk lateralisasi (tes Weber)

Letakkan dengan kuat ujung tangkai garpu tala yang bergetar ringan pada puncak

kepala pasien atau bagian tengah dahinya. Tanyakan kepada pasien di mana bunyinya

terdengar, apakah pada satu sisi atau kedua sisi. Normalnya bunyi akan terdengar

pada garis tengah atau sama kerasnya pada kedua telinga. Jika tidak terdengar bunyi

apa pun, coba sekali lagi dengan menekankan garpu tala tersebut secara lebih kuat

pada kepala pasien. 3,4

Tes Lateralisasi (Tes Weber) 4

Page 4: pemeriksaan

Membandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang (tes Rinne)

Letakkan dengan kuat ujung tangkai garpu tala yang bergetar ringan pada tulang

mastoideus yaitu di belakang telinga dan sejajar dengan saluran telinga. Ketika pasien

sudah tidak lagi mendengar bunyinya, cepat-cepat tempatkan garpu tala tersebut di

dekat saluran telinga dan pastikan apakah bunyinya dapat didengar kembali. Bagian

“U” dari garpu tala harus menghadap ke depan dan dengan demikian membuat

bunyinya terdengar maksimal oleh pasien. Normalnya bunyi akan terdengar lebih

lama lewat hantaran udara dibandingkan lewat hantaran tulang. 3,4

Tes Hantaran Udara dan Hantaran Tulang (Tes Rinne) 4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

• Jumlah leukosit

- Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi

- Adanya pergeseran ke kiri 2,5,6

• Laju endap darah

- Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam

- Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis

eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan tes

ini. 2,5,6

Page 5: pemeriksaan

• Kimia darah

- Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk

menentukan intoleransi glukosa basal.

- Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya2,5,6

• Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga

- Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotic

- Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95 %).

Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas mempunyai lapisan

mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase)

dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin

yang menyebabkan neuropati kranial. 2,5,6