pemecatan pns di taput menemui titik terang

Upload: chompey-sibarani

Post on 11-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    1/8

    TERKAIT KEPUTUSAN BAPEK : PNS YANG DIPECAT AKAN KEMBALI BEKERJA

    Tarutung ( )

    Setelah melalui perjuangan

    panjang dan melelahkan, beberapaPegawai Negeri Sipil di lingkungan

    Pemerintah Kabupaten Tapanuli

    Utara yang dipecat oleh Bupati

    akhirnya menemui titik terang.

    BAPEK melalui sidang tertanggal 22

    November 2012 yang lalu

    memutuskan pembatalan

    pemecatan mereka. Sekretariat

    Badan Pertimbangan Kepegawaian

    (BAPEK) Republik Indonesia ketika

    dikonfirmasi mengenai Surat

    Keputusan mengenai hasil sidang

    perkara pemecatan PNS yang lalu mengatakan bahwa Surat Keputusan tersebut telah dikirimkan ke

    Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 12 Februari 2013. Surat Keputusan BAPEK atas

    nama 5 PNS Pemkab Tapanuli Utara sudah kami kirim tertanggal 12 Februari 2013 dan penyerahan

    ke yang bersangkutan oleh PPK dalam hal ini Bupati Tapanuli Utara. Untuk lebih jelasnya saudara

    bisa tanyakan ke BKD Kabupaten Tapanuli Utara, ujar sekretariat BAPEK ketika dikonfirmasi melalui

    official website BAPEK, Selasa (2/4) yang lalu. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

    2011 pasal 11 ayat (5) Keputusan Badan Pertimbangan Pegawai ini bersifat mengikat dan wajibdilaksanakan oleh semua pihak yang terkait. Jika PNS yang bersangkutan belum menerima SK

    tersebut maka dapat ditanyakan kepada BKD Kab. Tapanuli Utara, lanjut sekretariat BAPEK melalui

    emailnya dalam konfirmasi tertulis (3/4)

    Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Drs. Jamilin Purba, MM ketika

    dikonfirmasi melalui sms perihal Surat Keputusan Sidang yang telah dikirimkan oleh BAPEK terkait

    sengketa pemecatan PNS mengakui bahwa surat tersebut telah sampai ke tangan BKD Tapanuli

    Utara. Sudah kita terima dan sudah kita bicarakan dengan para pejabat terkait, mungkin minggu ini

    telah dapat diterima yang bersangkutan lewat pimpinan SKPD yang bersangkutan, ujar Jamilin

    disela-sela kesibukannya mengikuti rombongan Bupati melakukan kunjungan kerja ke DaerahKecamatan Simangumban (2/4).

    Mutasi besar-besaranPerlu diketahui bahwa pemecatan 5 (lima) orang PNS yang bekerja di Pemerintah Kabupaten

    Tapanuli Utara bermula dari tindakan sewenang-wenang Bupati yang memutasikan PNS di

    wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan menurut sumber yang layak

    dipercaya pemutasian besar-besaran itu terjadi pasca Pemilihan Umum tahun 2008 kemarin di

    mana para PNS yang merupakan lawan politik Bupati dimutasikan dan di non job kan. Tidak

    tanggung-tanggung, ada ribuan orang yang dimutasi dan di non job kan. Sejak 2008 hingga

    sekarang ada seribuan PNS dimutasikan dan di nonjobkan, mereka tersebar diberbagai SKPD di

    Tapanuli Utara, terkenal dengan pejabat yang tidak sesuai dengan manajemen

    The Right Man On The Right Place

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    2/8

    berbagai kecamatan, ujar Sofian Simanjuntak salah seorang dari PNS yang dipecat. Bahkan

    yang lebih buruk, Bupati (Toluto, red) juga seakan membunuh PNS dan keluarganya secara

    perlahan, di mana seorang PNS yang telah berkeluarga dipisah jauh dari keluarganya, ujar Alpha

    Simanjuntak juga seorang PNS yang dipecat. Namun sangat disayangkan, hanya 20 orang yang

    berani bersuara dan menolak kelaliman Bupati, sambung Sofian.

    Alhasil akibat tindakan sewenang-wenang tersebut para PNS yang dimutasikan menuntut

    keadilan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara dan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara perkara

    mereka dibagi ke dalam 5 register. Register 69 atas nama Drs Joksen Sijabat dan Drs Sofian

    Simanjuntak. Register 70 Ir Mutiara Hutasoit, Drs Bernad Aruan dan Marihot Marpaung BA.

    Register 71 adalah Jhonny Sigalingging SKM. Register 73 Erty Panent SE Msi, Jonri Sinaga, Riris

    Aritonang. Register 74 masing masing Delima Simarangkir, Mastur Sinaga, Zulkifli Sitompul,

    Rince Situmorang, Resmi Siringoringo, Tiamin Samosir, Paruntungan Sianturi, Rosnita Silalahi,

    Marlena Sitompul dan Ropina Siahaan. Sementara penggugat dengan register perkara 75

    dikalahkan oleh PTUN. Keadaan ini terjadi setelah hakim anggota Bambang Wicaksono SH dalam

    persidangan membacakan setting opinion. Dijelaskan, terjadi perbedaan pendapat diantara tiga

    majelis hakim sehingga diputuskan melalui pemungutan suara yang pada akhirnya mengalahkan

    penggugat dengan perbandingan 1:2.

    Menyangkut kerugian negara Rp. 180 milyarDalam sidang perkara tersebut diatas, PTUN memenangkan para PNS dengan alasan bahwa

    maksud dan tujuan pemutasian adalah untuk efesiensi dan efektifitas kinerja PNS, kecuali PNS

    yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

    30/80 tentang Disiplin PNS dan keseluruhan PNS digaji dari Uang Negara atau Uang Rakyat yang

    bersumber dari pajak kenderaan bermotor, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain sumber

    pendapatan negara yang sah, namun akibat dari mutasi tersebut, banyak PNS yang tidak efektif

    dan efisien lagi dalam bekerja sehingga merugikan keuangan negara hampir 180 Milyar Rupiah.

    Mereka yang nonjob setiap hari datang ke kantor hanya menandatangani daftar hadir. Sebab,

    para PNS yang dinonjobkan tersebut terbilang tidak difungsikan. Buat apa tetap di kantor, tugas

    tidak ada, tandas Sofian Simanjuntak yang juga adalah sekretaris Korpri Taput sebelum di pecat

    sembari mengungkapkan bahwa terbitnya SK pemutasian kerap mendadak, sehingga

    menimbulkan keresahan di kalangan PNS. Atau dengan kata lain, banyak PNS yang hanya

    mendapat gaji buta tanpa bekerja, ujarnya.

    Dijelaskannya lagi, jika dihitung-hitung, karena kondisi tersebut, sekitar Rp. 180 miliar uang

    negara untuk membayar gaji para PNS yang dinonjobkan tersebut sia-sia. Rata-rata PNS yang di

    mutasi dan di nonjobkan adalah golongan III-IV, atau Eselon II dan III mendapat gaji sekitar Rp. 3

    juta per bulan. Di Taput sendiri, ada sekitar seribuan PNS yang dimutasi sewenang-wenang, jadi

    jika 3 juta dikali sekitar seribuan PNS jumlah kerugian negara akibat tidak efektifnya kinerja

    mereka selama Pemerintahan Bupati Tapanuli Utara yang notabene adalah 5 Tahun adalah 180

    milyar, terangnya. Bagaimana tidak, belum lagi menjabat di satu jabatan selama hampir

    setahun, PNS sudah dimutasikan ke jabatan baru yang lain jurusan. Contohnya untuk saat ini

    dapat kita lihat bahwa Kepala RSU Tarutung sekarang di jabat oleh seorang Sarjana Hukum,

    Camat dijabat oleh guru SD, Perawat dan Bidan ditempatkan di Kantor Kecamatan, Inilah yangmembuat pengadilan PTUN memenangkan gugatan para PNS yang dimutasikan tersebut.

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    3/8

    Tidak puas kalah di PTUN karena merasa punya hak memutasi PNS sesuai dengan

    perjanjian pada ujian seleksi PNS yaitu bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia,

    Toluto mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Di Pengadilan tingkat ini

    pun PTTUN Medan menyatakan Toluto bersalah dan memerintahkan Bupati Tapanuli Utara ini

    untuk mencabut SK Pemutasian tersebut dan mengembalikan para PNS tersebut ke jabatan

    semula. Namun Toluto menolak Keputusan PTUN yang dikuatkan oleh PTTUN ini dan

    mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Namun Mahkamah Agung

    menolak kasasi tersebut dan menguatkan putusan PTUN Medan dan berkekuatan hukum tetap

    (incraft).

    DPRD TAPANULI UTARA LEMAH : PNS DIPECATTidak puas sampai di sana, Toluto akhirnya mengulur waktu untuk melaksanakan Keputusan

    Mahkamah Agung tersebut sehingga membuat para PNS melakukan aksi unjuk rasa ke DPRD

    Tapanuli Utara dengan 3 point tuntutan, yaitu (1) Hentikan segala bentuk intimidasi dan

    pemutasian sewenang-wenang terhadap PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli

    Utara, (2) Laksanakan Keputusan Mahkamah Agung yang memenangkan PNS dari pemutasian

    sewenang-wenang, dan (3) Hentikan kecurangan terstruktur dalam pelaksanaan Ujian Nasional

    siswa karena ini adalah pembodohan massal. Aksi demonstrasi mereka ini dilakukan dengan

    damai. Namun ketika mereka demonstrasi, ada sekelompok orang juga demonstrasi mendukung

    kebijakan Toluto, entah dari mana mereka berasal dan entah dari mana mereka tahu bahwa hari

    itu ada aksi demonstrasi para PNS menuntut putusan Mahkamah Agung dilaksanakan.

    Dalam demonstrasi tersebut,

    mereka mengadukan nasib mereka ke

    DPRD Tapanuli Utara yang ketika itu

    diterima langsung oleh Ketua Dewan

    Perwakilan Rakyat Tapanuli Utara,

    Fernando Simanjuntak. Fernando

    berjanji akan memfasilitasi dan

    berupaya menjadi mediator antar PNS

    dan Toluto. Namun kenyataannya,

    keluarlah Keputusan Toluto

    memberhentikan para PNS yang

    berdemo tersebut dengan tidak atas

    permintaan sendiri. SK

    Pemberhentian ini tertuang dalam

    Keputusan Bupati Tapanuli Utara nomor 862/05/BKD/II/2012, 862/07/BKD/II/2012,

    862/09/BKD/II/2012, 862/15/BKD/II/2012, 862/16/BKD/II/2012 tanggal 15 Maret 2012.

    Pemecatan tersebut masing-masing atas nama Drs. Joksen Sijabat (Mantan Sekretaris

    BAPPEDA), Drs. Sofian Simanjuntak (Mantan Camat Pahae Jae), Junielda Pakpahan, S.E., Ir.

    Longgam Panggabean (Mantan Kadis Perikanan dan Peternakan), dan Drs. Alpa Simanjuntak,

    M.Pd (Mantan Kepala Sekolah SMA Neg. 1 Siborong-borong). Dasar hukuman pemecatan adalah

    PP No. 53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin PNS pada Pasal 3 angka 3, Pasal 3 angka 6, danPasal 4 angka 6. Selain pemecatan kelima mantan pejabat tersebut, Bupati Tapanuli Utara juga

    Demonstrasi PNS atas mutasi sewenang-wenang oleh PEMKAB TAPUT

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    4/8

    menurunkan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun untuk 8 (delapan) orang PNS

    untuk kasus yang sama. Dimana satu diantaranya adalah seorang guru sertifikasi yang

    ditetapkan menjadi staf dinas dan terpaksa harus kehilangan masa kerja selama 4 (empat) tahun

    dan kehilangan hak sertifikasinya. Hal ini dikarenakan pada guru berlaku masa kerja hingga umur

    60 (enam puluh) tahun sedangkan pada staf biasa berlaku masa kerja hingga 56 tahun.

    Alpha Simanjuntak yang dipecat sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Tapanuli Utara No

    862/16/BKD/II/2012, Tanggal 15 Maret 2012, tentang penjatuhan hukuman disiplin

    pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.

    Dasar pemecatan dalam SK disebutkan, Alpha telah melanggar ketentuan Pasal 4 angka 6

    Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil yang berbunyi

    setiap PNS dilarang melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau

    orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan

    pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.

    Alpa sendiri terakhir berpangkat Pembina VI/a dan bekerja sebagai guru di SMP Negeri I

    Simangumban, Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara.

    Saat dihubungi, Drs Alpha Simanjuntak MPd yang pernah menjadi Calon Wakil Bupati Taput

    periode 2009-2014 berpasangan dengan Drs Edward Sihombing MM membenarkan dirinya

    menerima SK pemecatan itu. Ia mengaku kesal dan marah. Menurutnya, Pasal 4 angka (6)

    Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang dijatuhkan terhadap dirinya dalam SK

    pemecatan tersebut tidak memiliki dasar pembuktian hukum. Saya tidak mengerti apa

    hubungan pasal penjatuhan hukuman disiplin ini dengan tuduhan perbuatan yang saya lakukan,

    ujarnya. Menurutnya, pengertian bunyi pasal 4 angka 6 PP 53 Tahun 2010 itu merupakan

    perbuatan tindak pidana korupsi. Saya tidak habis pikir dan merasa sangat aneh, mengapa

    Bupati memiliki penalaran hukum yang sangat dangkal? Anggaran apa yang saya korupsi dengan

    status sebagai guru dan berapa nilai nominal yang saya korupsi yang telah merugikan Negara?",

    ucapnya dengan sedikit nada kecewa.

    BUPATI, KETUA PENGADILAN NEGERI TARUTUNG, DAN MENDAGRI SIKSA ERTY PANENT.Belum lagi yang dialami oleh Erty Panent, PNS di

    Pemkab Taput yang melayangkan gugatan terhadap

    Bupati Torang Lumbantobing (Toluto) ke PN Tarutung,

    mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari atasan

    dan rekan-rekannya sesama staf di Kantor Camat

    Pangaribuan. Erty mengaku, saat berada di kantor

    dirinya merasa dikucilkan. Erty Panent menggugat

    Toluto lantaran putusan MA yang memenangkan

    gugatannya (untuk kasus penurunan pangkat dari III/d

    ke III/c) dan memutuskan agar Toluto

    mengembalikannya ke posisi semula sebelum

    dimutasikan tidak dijalankan. Erty Panent

    memenangkan gugatan tersebut, di mana Keputusan

    Mahkamah Agung Republik Indonesia yang tidakdigubris oleh Toluto mengakibatkan Pengadilan Negeri Tarutung menghukum Toluto dengan 6

    Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumbantobing

    alias Toluto

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    5/8

    (enam) amar putusan untuk kasus gugatan Erty Panent yang pangkatnya diturunkan oleh Toluto

    setingkat lebih rendah dari III/d ke III/c.

    Dalam memori gugatan Erty dijelaskan, dirinya selaku penggugat diangkat sebagai Calon

    Pegawai Negeri Sipil (CPNS) berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi Keluarga

    Berencana Nasional (BKKBN) 26 Januari 1993 dengan pangkat golongan ruang IIIa, yang

    selanjutnya diangkat menjadi PNS 24 Agustus 1994. Di mana dalam memori gugatan itu, Bupati

    disebut sebagai tergugat I, Torang Lumbantobing secara pribadi disebut sebagai tergugat II, dan

    Pemerintah Republik Indonesia cq Menteri Dalam Negeri disebut sebagai tergugat III

    Selanjutnya, pangkat terakhir Erty, Penata TK.I (III/d) atau eselon IVa berdasarkan SK Bupati

    20 September 2006. Selanjutnya, penggugat diangkat sebagai Kepala Seksi Penganekaragaman

    Konsumsi Pangan dan Gizi pada Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Taput. Kemudian,

    tergugat I dan II mengeluarkan keputusan memberhentikan dengan hormat PNS Erty Panent dari

    jabatan sebagai kepala seksi pada tanggal 3 Juni 2009, dan menjadikannya sebagai staf kantor

    Camat Siatas Barita.

    Berdasarkan SK tersebut, penggugat menilai banyak kejanggalan, sehingga penggugat

    pernah mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan. Dalam amar

    putusan majelis hakim Mahkamah Agung (MA) tanggal 17 Pebruari 2011 jo Putusan Pengadilan

    Tinggi Tata Usaha Medan 21 Juni 2010 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara 6 Januari

    2010 disebut, tergugat I dihukum untuk mengembalikan kedudukan/jabatan penggugat ke

    jabatan semula. Artinya penggugat berada dipihak yang menang, beber Raja Induk Sitompul,

    Kamis (12/4/2011) di Tarutung.

    Raja Induk menyebut, sampai pada penjatuhan hukuman penurunan pangkat Erty tanggal 12Januari 2012, putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap itu tidak dipatuhi oleh

    Toluto selaku Bupati, dan pihak yang dikalahkan oleh MA. Penggugat malah diturunkan

    pangkatnya dari golongan IIId menjadi IIIc, sehingga gaji penggugat dari Rp 2.753.100 menjadi

    2.455.700 terhitung sejak 1 Pebruari 2012, ungkap Raja Induk. Raja Induk menegaskan,

    perbuatan tergugat I dan II tersebut, merupakan sebuah perbuatan melawan hukum (onrecht

    matige daad overheids). Sehingga, dalam hal itu penggugat mengalami kerugian material dan

    moril, terangnya.

    Tak Hadiri SidangSidang pertama gugatan Erty, tidak dihadiri tergugat II Torang Lumbantobing. Yang tampak

    hadir dipersidangan, hanya Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Pemkab Taput, Bontor Hutasoit

    didampingi stafnya Marito Simanjuntak. Sidang yang berakhir pukul 11.51 WIB dan hanya

    berlangsung sekitar 5 menit itu, dipimpin Majelis Hakim, Dominggos Silaban SH, dengan panitera

    pengganti Dorman Sormin. Sidang akhirnya diundur hingga 3 Mei mendatang, karena tergugat II

    maupun kuasa hukumnya dalam kasus tersebut tidak hadir.

    Saat persidangan tersebut, majelis hakim, hanya membacakan surat kuasa hukum tergugat I

    (Bupati Taput). Selanjutnya, karena tergugat II tak memenuhi surat untuk menghadiri sidang

    gugatan, majelis hakim memerintahkan kepada juru sita untuk menyurati kembali tergugat II

    (Torang Lumbantobing) guna menghadiri persidangan selanjutnya. Terkait ketidakhadiran

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    6/8

    Rajainduk Sitompul, Kuasa Hukum

    Erty Panent

    tergugat II, Raja mengatakan, pihaknya berharap supaya perkara itu segera memiliki kepastian

    hukum, dan meminta kepada tergugat sebaiknya hadir ke persidangan. Sehingga nantinya

    proses persidangan tidak tertunda-tunda. Intinya kita ingin masalah ini segera ada solusi dan

    kepastian hukum, ucapnya.

    Mendari Layak Pecat TolutoDisisi lain, Raja Induk menambahkan, dalam momori

    gugatan Erty disebutkan, agar tuntutan penggugat tidak

    menjadi illusoir kelak karena adanya kekhawatiran dan sangka

    yang beralasan dimana tergugat I dan II, tetap tidak mematuhi

    putusan sebagaimana yang telah dilakukan tergugat I dan II

    terhadap putusan PTUN dan dikuatkan dengan putusan

    Mahkamah Agung RI. Maka patut dan adil menurut hukum bila

    mana majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara

    tersebut meletakkan sita conservatior beslag atas harta benda

    tidak bergerak milik tergugat I dan II yang terletak di Jalan

    Siwaluompu, Naheong, Tarutung (rumah milik Toluto).

    Dalam memori gugatan tersebut, disebutkan, seluruh PNS di wilayah negara RI di bawah

    naungan Menteri Dalam Negeri (tergugat III-red) dan manakala tergugat I dan II dengan

    sewenang-wenang menurunkan pangkat dan tidak mematuhi putusan hukum, maka patut dan

    adil menurut hukum bila mana tergugat III mengusulkan pemecatan tergugat I dan II selaku

    Bupati Tapanuli Utara.

    Dan, memori gugatan lainnya disebutkan, karena gugatan tersebut diajukan dengan bukti-

    bukti autentik yang tidak dapat disangkal kebenarannya, patut adil menurut hukum bilamana

    putusan perkara ini dapat dijalankan dengan serta merta (uitvoerbar bij vorraad) atau atas dasar

    bukti Putusan PTUN dan MA.

    Terpisah, juru sita, Daniel Manurung menyebutkan, jika tanggal 26 Maret lalu dirinya sudah

    mendatangi Kantor Bupati Taput yang beralamat di Jalan Letjen Suprapto No I Tarutung dan

    Rumah Dinas Bupati Tapanuli Utara Jalan Jend Ahmad Yani (Tangsi) Tarutung untuk

    menyampaikan relas panggilan untuk menghadiri persidangan. Namun, Torang Lumbantobing

    selaku tergugat II kata Daniel tidak bersedia ditemui. Kita sudah mendatangi Kantor Bupati dan

    rumah Dinas Bupati. Namun dia (tergugat II) tidak mau bertemu dan menandatangai relas

    panggilan sidang, dan kita akan memanggilnya lagi, terang Daniel.

    Ketua Majelis Hakim Dominggus Silaban

    di dampingi hakim anggota, Setia Sri

    Mariana dan Relson M Nababan

    menyatakan bahwa perbuatan tergugat I

    (toluto) merupakan perbuatan melawan

    hukum, menghukum Bupati Tapanuli Utara

    untuk melaksanakan eksekusi atas putusan

    Mahkamah Agung (MA) tanggal 17 Pebruari

    2011 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata

    Usaha Medan 21 Juni 2010 jo Putusan

    Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara 6Januari 2010 yang mempunyai kekuatan

    Ketua Majelis Hakim Dominggus Silaban di dampingi hakim anggota, Setia Sri Mariana

    dan Relson M Nababan, dalam sidang gugatan Erty Panent

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    7/8

    hukum tetap atas nama penggugat Erty Panent SE. Kemudian, menghukum agar Bupati Tapanuli

    Utara, membayar tunjangan jabatan penggugat selama 41 bulan yang untuk setiap bulannya

    Rp600 ribu, terhitung sejak Juli 2009, sampai putusan perkara tersebut dibacakan. Sehingga total

    tunjangan yang harus dibayarkan senilai Rp24.600.000.

    Selanjutnya, menghukum Torang Lumbantobing agar membayar kerugian penggugat untuk

    biaya transportasi akibat pemindahan tugas penggugat keluar Kota Tarutung, yakni dari domisili

    penggugat di Tarutung ke Kecamatan Pangaribuan, terhitung sejak April 2010 hingga Nopember

    2012 senilai Rp35 ribu per hari dikali 31 bulan, yakni senilai Rp13.640.000 kepada Erty Panent SE.

    Pada poin ke-5 amar putusan majelis hakim dinyatakan, mengukum Torang Lumbantobing untuk

    membayarkan uang paksa sebesar Rp10 juta untuk setiap bulannya dan diserahkan kepada

    penggugat. Pembayaran uang paksa tersebut dibayarkan dari gaji/tunjangan Torang

    Lumbantobing setiap bulannya melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Balige,

    dengan ketentuan supaya pembayaran uang paksa dimaksud dilakukan secara

    berkesinambungan sampai dengan Bupati Tapanuli Utara mematuhi/melaksanakan isi putusan

    hakim PTUN yang telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan pada amar putusan ke-6, majelis

    hakim menyatakan, bahwa putusan itu dapat dilaksanakan serta merta, meskipun ada upaya

    hukum yang dilakukan oleh tergugat-tergugat. Tak hanya itu, hakim juga menyatakan bahwa

    seluruh ongkos perkara tersebut dibebankan kepada Bupati Tapanuli Utara, Torang

    Lumbantobing yang diperkirakan mencapai Rp1.376.000,-

    Untuk kasus ini, Ketua Pengadilan Negeri Tarutung, Rosmina, SH., MA., - menurut sumber

    yang layak dipercaya tidak mengeluarkan perintah eksekusi kepada panitera pengganti untuk

    melaksanakan hukuman tersebut sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan adanya

    permintaan dari pihak tergugat (toluto, red).

    Menyikapi hal ini, Alain Delon Simanungkalit, Ketua LSM

    Forum Komunikasi Rakyat Indonesia (FORKORINDO) Wilayah

    Tapanuli mengatakan bahwa bagaimana mungkin ada

    permintaan khusus dari tergugat untuk menunda pelaksanaan

    eksekusi putusan pengadilan sementara dikatakan dengan jelas

    di dalam amar putusan tersebut bahwa putusan itu dapat

    dilaksanakan serta merta, meskipun ada upaya hukum yang

    dilakukan oleh tergugat-tergugat. Kami sudah laporkan masalah

    ini ke Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan nomor

    00010/BP/A/OL/3/2013 dimana laporan tersebut juga

    menyangkut Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2011 dimana

    rangkap jabatan sebagai anggota MUSPIDA bagi seorang hakim

    atau ketua pengadilan sudah tidak diperbolehkan lagi, namun

    hingga sekarang ketua pengadilan negeri Tarutung masih menerima jatah sebagai unsur

    muspida Tapanuli Utara.

    Terkait masalah penerimaan jatah sebagai unsur MUSPIDA Tapanuli Utara, Kepala

    Kejaksaan Negeri Tarutung, Simanjuntak mengaku sedikit terkejut dan kurang yakin akan

    penjelasan wartawan. Walaupun jumlahnya sedikit, hanya sekitar Rp. 700.000,-, namun hal itu

    Alain Delon Simanungkalit, Ketua LSM

    FORKORINDO Cab. Tapanuli Utara

  • 7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang

    8/8

    merupakan perbuatan yang tidak dapat dipuji, ujarnya. Peraturan Pemerintah No.36 tahun

    2011 jelas-jelas sudah melarang untuk rangkap jabatan, lanjutnya. Mudah-mudahan itu tidak

    benar, namun akan saya tanyakan secara pribadi, ujarnya mengakhiri pembicaraan.

    BUBARKAN MA, PUTUSANNYA MANDUL DI TAPANULI UTARAPerjuangan panjang para PNS yang hampir satu periode

    kepemimpinan Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumbantobing,

    akhirnya menemui titik terang pasca diterimanya Keputusan

    BAPEK oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana

    yang dibenarkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah

    Kabupaten Tapanuli Utara, Drs. Jamilin Purba, MM melalui

    telepon selulernya. Kemungkinan Minggu ini mereka akan

    diterima lagi dan sudah dapat bekerja sebagaimana biasa, ujar

    Jamilin. Menanggapi hal tersebut, Sofian Simanjuntak sangat

    mengharapkan pelaksanaan ucapan Kepala Badan Kepegawaian

    Daerah Kabupaten Tapanuli Utara itu dapat terwujud sesegera

    mungkin. Mudah-mudahan apa yang dikatakan oleh Kepala

    BKD Tapanuli Utara itu terlaksana, kita lihat saja, ujar Sofian

    Simanjuntak. Pernyataan Jamilin dalan konfirmasi nya mengenai

    hal tersebut diatas mengisyaratkan bahwa perjuangan panjang para PNS yang dipecat tersebut

    akhirnya membuahkan hasil, juga hal tersebut mengisyaratkan bahwa perjuangan hukum

    melalui lembaga YUDIKATIF dalam hal ini PTUN, PTTUN, dan Mahkamah Agung, terakhir melalui

    Pengadilan Negeri Tarutung tidak membuahkan hasil. Lalu buat apa lembaga itu ada? Bubarkan

    sajalah!, di Tapanuli Utara ini, putusan setingkat Mahkamah Agung saja tidak berlaku apalagi

    setingkat PN, PTUN, dan PTTUN sudah pasti tidak berlaku, ujar Alain Delon sambil berlalu.

    (Chompey)

    Sofian Simanjuntak : "Nah... Disinilah aku si

    goblok yang malang yang tak lebih bijak dari

    sebelumnya "