lampiraneprints.unwahas.ac.id/2068/6/lampiran.pdfpembuatan salep 95 laporan pkpa bidang rumah sakit...
TRANSCRIPT
LAMPIRAN
89
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Ungaran
90
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 2. Struktur Organisasi IFRS RSUD Ungaran
91
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 3. Diskusi dan Pemberian Materi
92
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 4. Pembuatan Puyer
93
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 5. Penyiapan Resep Obat Jadi
94
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 6. Pembuatan Salep
95
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 7. Contoh Obat Hibah (Paket TB, ARV dan Vaksin)
Paket TB dan ARV
Vaksin
96
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 8. Contoh Resep Rawat Jalan dan Inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
97
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 9. Pengelolaan Limbah Cair
Tangki A Tangki B
Tangki C Tangki D
98
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 9. Lanjutan
Tangki E Tangki F
Kolam ikan sebagai indicator Hasil Akhir Pengolahan Limbah
99
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 10. Rak Penyimpanan Obat di IFRS RSUD Ungaran
Rak Umum Rak BPJS
Rak Alkes Rak Sirup
100
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 10. Lanjutan
Rak Obat Keras Tertentu
Rak Injeksi
101
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 11. Lemari pendingin Obat di Gudang IFRS RSUD
102
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 12. Gudang Obat di RSUD Ungaran
103
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 12. Lanjutan
104
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 13. Lemari Narkotika di Gudang Obat RSUD Ungaran
105
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 14. Lemari Narkotika dan Psikotropika di IFRS RSUD Ungaran
Lemari Narkotika
Lemari Psikotropika
106
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 15. Pallet Infus RSUD Ungaran
107
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 16. Contoh Faktur Pembelian Obat
Faktur Psikotropika
Faktur Prekursor
108
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 17. Contoh Kartu Stok
109
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 18. Termometer Suhu Gudang di RSUD Ungaran
110
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 19. Contoh Obat LASA (Look A Like Sound A Like)
111
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 20. Contoh Obat HAM (High Alert Medication)
112
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 21. Tugas Promosi kesehatan
Cara Penggunaan Inhaler
Cara Penggunaan Tetes Mata Dan Salep Mata
113
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 21. Lanjutan
Cara Penggunaan Tetes Telinga
Cara Penggunaan Suppositoria
114
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 21. Lanjutan
Cara Penggunaan Insulin
115
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 22. Dokumentasi Tugas Promosi kesehatan
116
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 23. Dokumentasi Inhouse Training (IHT)
117
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Lampiran 24. Tugas Inhouse Training (IHT)
Kasus 1. Gastroesofagus Dan Pneumonia
A. Definisi Penyakit
1. Gastroesofagus
Refluks gastroesofagus adalah peristiwa masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang
terjadi secara intermiten. Gastroesofagus disebabkan karena menurunnya tekanan
sfingter esofagus bawah sehingga terjadi refluks gastroesofagus. Faktor-faktor yang
menyebabkan antara lain coklat, obat-obatan (misalnya aspirin), alkohol, rokok, dan
kehamilan. Faktor anatomi seperti tindakan bedah, obesitas, pengosongan lambung
yang terlambat dapat menyebabkan hipotensi sfingter esofagus bawah sehingga
menimbulkan refluks gastroesofagus.
Tabel tatalaksana gastroesofagus menurut dipiro 9’th
118
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
2. Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan yang terjadi pada paru-paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Hospital acquired pneumonia
(HAP) didefinisikan sebagai infeksi paru yang terjadi 48-72 jam setelah masuk ke
fasilitas kesehatan atau dalam 10 hari setelah keluar dari fasilitas kesehatan, yang tidak
diinkubasi di waktu masuk. Faktor yang mempengaruhi Hospital acquired
pneumoniaantara lain: usia>65 tahun, merokok, malnutrisi, operasi umum, konsumsi
antibiotik berkepanjangan, intubasi endotrakeal, Penyakit paru obstruktif kronik dan
enteralnutrisi, lama rawat di rumah sakit >4 hari.
Tabel rekomendasi untuk perawatan berdasarkan profil risiko pasien.
(Natalie Schellack. 2015. Hospital acquired pneumonia and its management.S Afr Pharm J;82(1)26-
32)
119
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
B. Identitas pasien
1. Nama :Tn. S
2. Umur : 42 tahum
3. Alamat : Jatirejo Rt. 07/01 Gunung Pati
4. Berat badan : 79 Kg
5. Tinggi badan : 169 cm
6. No CM :xxx
7. Ruang : Anggrek
8. Tgl masuk RS : 10 Oktober 2018
9. Tgl keluar RS : 16 Oktober 2018
10. Jaminan : Umum
11. Diagnosis
Utama :Gastroesofagus, dehidrasi ringan sedang
Pendukung :Demam, diare, dehidrasi ringan sedang, foto thorax.
C. Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan
Satuan
Tanggal
10
Okt
11
Okt
12
Okt
13
Okt
14
Okt
15
OKt
16
Okt
TD mmHg 140/80 120/80 120/80 120/80 140/80 130/80 120/80
Nadi x/ mnt 108 100 85 111 118 102 100
RR x/ mnt 21 21 19 20 20 21 20
T ºC 38,5 38 36 37 37 39 37
SpO2 % 98 98 99 99 99 98 99
120
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Lengkap (Tanggal 10 Oktober 2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 14,7 g/dL 13,2 – 17,3
Leukosit 7,65 10
3
/ µl 3,8 – 10,6
Trombosit 170 10
3
/ µl 150 – 440
Hematokrit 42,3 % 40 – 52
Eritrosit 5,33 10
6/
µl 4,4 – 5,9
MCV 79,4 fl 80 – 100
MCH 27,6 pg 26 – 34
MCHC 34,8 g/dL 32 – 36
Hitung Jenis
Eusinofil 1,6 % 0 – 3
Basofil 0,3 % 0 – 1
Neutrofil 57,1 % 28 – 78
Limfosit 38,6 % 25 – 40
Monosit 4,4 % 2 – 0
Serelogi
S Thypi O - <1/160 S Thypi O
S Thypi H - <1/160 S Thypi H
S Thypi A H - <1/160 S Thypi A H
2. Kimia Klinik (Tanggal 11 Oktober 2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Ureum 17 mg/dL < 42
Creatin 1,21 mg/dL 0 ,50 – 1,10
SGOT 115 µl 0 – 50
SGPT 113 µl 0 – 50
121
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
3. Urin Lengkap (Tanggal 12 Oktober 2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Makroskopis
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
Berat jenis 1,025 g/ml 1.015 – 1.025
pH/ reaksi 5,5 % 4,8 – 7,4
Blood Negatif mg/dL Negatif
Leukosit esterase Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif mg/dL Negatif
Protein H 2 + mg/dL Negatif
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Urobilirubin Negatif mg/dL Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 0 /LPB 0 – 3
Leukosit 2 – 4 /LPB 1 – 10
Sel epitel 2 – 3 /IPK 1 – 15
Silinder - /IPK Negatif
Kristal - /LPB Negatif
Bakteri Negatif - Negatif
122
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
4. X-Ray Toraks PA (Tanggal 15 Oktober 2018)
Pendapat :
Cor : Bentuk dan letak normal
Pulmo : Corakan paru meningkat, tampak bercak basal paru kanan.
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Kesan :
Cor tidak membesar.
Gambaran pneumonia.
E. Progres Note
Uraian
Tanggal
10 Okt
11 Okt
12 Okt
13 Okt
14 Okt
15 Okt
16 Okt
Diare √ - - - - - -
Demam √ √ - - - √ -
Pusing √ √ - √ √ √ -
Lemas √ √ √ √ √ √
123
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
F. Profil Pengobatan Pasien
1. Terapi Obat di Rumah Sakit
Nama Obat
Dosis
Rute
Tanggal
10
Okt
11
Okt
12
Okt
13
Okt
14
Okt
15
Okt
16
Okt
Infus RL 30tpm Iv √ √ √ √ √ √ √
Ceftriaxone inj 2x1gr Iv √ √ √ √ √ √ √
Infus Futrolit 1x1 Iv √ - - - - - -
Omeprazol inj 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √
Ondansetron inj 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √
Amiodaron inj 1x1 Iv - - - √ - √ √
Paracetamol 4x1 Po √ √ √ √ √ √ √
Newdiatab 2/d Po √ √ - - - - -
B Complek 1x1 Po √ - - - - - -
Lodia 2x1 Po √ √ √ √ √ √ -
L-Bio 2x1 Po √ √ √ √ √ √ √
Alprazolam 1x1 Po √ √ √ √ - √ √
Analsik 3x1 Po - - - - - √ √
2. Terapi Obat Pulang
Nama obat Dosis Rute Indikasi
Cefadroxil 500mg 2 x 1 Po Terapi pneumonia
Paracetamol 500mg 3 x 1 Po Terapi hipertermi
Lanzoprazol 30mg 1 x 1 Po Terapi gastroesofagus
Ondansetron 2 x 1 Po Terapi stres ulcer, mual muntah
Neurodex 1 x 1 Po Terapi pegal-pegal
124
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
G. Assesment
1. Terapi Obat di Rumah Sakit
Problem
Medik
S / O Terapi Ket DRP Penyelesaian
DRP
Diare
1. BAB cair
2. Diare
akut dengan
frekuensi
>4 kali
sehari
Ceftriaxone Adekuat
(Jurnal
diare)
_ _
Newdiatab Tidak
Adekuat
(Dipiro 9th)
Secara
nonselektif
menyerap
kelebihan cairan
usus yang dapat
mengganggu
penyerapan
nutrisi dan obat-
obatan lain juga.
Newdiatab
diberikan dua
jam sebelum
minum obat
lain atau
setelah 6 jam
minum obat
yang lainnya.
Lodia Adekuat
(Dipiro 9th)
_ _
L-Bio Tidak
Adekuat
(Dipiro 9th)
_ _
Dehidrasi Kekurangan
cairan
Infus RL Adekuat
_ _
Infus
Futrolit
Adekuat _ _
Hipertermi Suhu badan
38ºC Paracetamol Adekuat _ _
Sulit tidur /
tidak bisa
tidur
Alprazolam Adekuat (Dipiro 9th)
Duplikasi
dengan analsik Monitoring
efek sedasi
yang
ditimbulkan
Pegal-pegal Analsik Adekuat Indikasi tanpa
terapi Analsik
sebaiknya
diberikan sejak
awal pertama
kali masuk
rumah sakit.
125
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Gastroesof
agus
Perih Omeprazol
inj Adekuat
(Dipiro 9th)
_ _
Mual Ondansetro
n inj Adekuat
(Dipiro 9th) _ _
Takikardi :
nadi
111x/menit
Amiodaron
inj Adekuat
(Dipiro 9th) Dapat manikkan
kadar SGOT dan
SGPT. (Aberg, 2009)
Diganti dengan
obat lain yang
tidak
mempengarui
kenaikkan
kadar SGOT
dan SGPT.
2. Terapi Obat Pulang
Problem
Medik
S / O Terapi Ket Literatur
Pneumonia Foto thorax
pneumonia
Cefadroxil Adekuat (Natalie Schellack. 2015).
Hipertermi Suhu
tubuh 37
ºC
Paracetamol Adekut (Dipiro, 2015)
Gastroesofa
gus
Tidak ada
keluhan
Lanzoprazol Adekut (Dipiro, 2015)
Tidak ada
keluhan
Ondansetro
n
Adekut (Dipiro, 2015)
Pegal –
pegal
Neurodex Adekut (Ratna Sari dkk., 2016).
H. Rekomendasi
1. Newdiatab diberikan dua jam sebelum minum obat lain atau setelah 6 jam minum obat
yang lainnya.
2. Perlu adanya monitoring terhadap efek sedasi yang ditimbulkan dari penggunaan
alprazolam dan analsik secara bersamaan karena adanya efek sedasi dari dua obat
126
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
tersebut. Efek sedasi alprazolam > 10% (Aberg, 2009) dan diazepam (analsik) antara 1-
10% (MedScape).
3. Analsik sebaiknya diberikan sejak awal pertama kali masuk rumah sakit, karena pasien
mengalami keluhan nyeri pegal yang belum diterapi.
4. Sebaiknya ada monitoring penggunaan amiodaron karena mempengarui kenaikkan
kadar SGOT dan SGPT. Risiko peningkatan SGPT dan SGOT sebesar 3-20%; dalam
beberapa penelitian menyebutkan peningkatan tertinggi mencapai 40-50%. Untuk terapi
takikardi dapat digunakan obat lain seperti golongan beta bloker (dipiro, 2015).
I. Monitoring saat pasien dirawat
1. Tanda – tanda vital seperti pengecekkan tekanan darah, denyut nadi untuk mengetahui
efektivitas penggunaan amiodaron, pengecekkan suhu tubuh untuk mengetahui
efektivitas penggunaan paracetamol dan pengecekkan frekuensi nafas.
2. Monitoring skala nyeri untuk mengetahui efektivitas penggunaan analsik.
3. Monitoring frekuensi BAB dan dehidrasi untuk mengetahui efektivitas penggunaan
antibiotik ceftriaxone, new diatab dan infus RL.
4. Monitoring keluhan nyeri pada perut dan mual untuk mengetahui efektivitas
penggunaan omeprazol dan ondansentron.
5. Monitoring penggunaan amiodaron karena dapat meningkatkan SGPT dan SGOT
sebesar 3-20%.
127
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
J. Konseling Obat Pulang
1. Cefadroxil : Obat antibiotik, diminum tiap 12 jam, jam 7 pagi dan jam 7 malam sesudah
makan. Dihabiskan.
2. Paracetamol : Obat untuk menurunkan demam, diminum tiap delapan jam sesudah
makan. Jika sudah tidak demam obat bisa dihentikan.
3. Lanzoprazol : Obat untuk mencegah naiknya asam lambung. Diminum satu kali sehari
pada pagi hari sebelum makan.
4. Ondansetron : Obat untuk mual atau muntah, diminum tiap dua belas jam, pagi dan
malam sebelum makan. Obat bisa dihentikan jika tidak ada keluhan mual atau muntah.
5. Neurodex : Vitmin neurotropik, diminum satu kali sehari sesudah makan pagi.
128
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Daftar Pustaka
Aberg, J A., Lacy C F., Amstrong L L., Goldman M P., Lance L L. 2009. Drug Information
Handbook 17th edition. Lexi-Comp for the American Pharmacists Association
Anonim.2016. Diagnosis and Management of Community-Acquired Pneumonia (CAP).
Artikel: Intermountain Healthcare.
DiPiro J T., Wells B G., Schwinghammer T L., DiPiro C V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook. Ninth Edit, McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
Medscape.com
Natalie Schellack. 2015. Hospital acquired pneumonia and its management. S Afr Pharm J; 82
(1) 26-32)
Philip O. Katz , MD 1 , Lauren B. Gerson , MD, MSc 2 and Marcelo F. Vela , MD, MSCR.
2013. Guidelines for the Diagnosis and Management of GastroesophagealReflux
Disease. American Journal of Gastroenterol 2013; 108:308 – 328.
Ratna Sari Kusuma Dewi., Rizaldy Taslim Pinzon., Sapto Prianto. 2016. Pemberian Kombinasi
Vitamin B1, B6 dan B12 Sebagai Faktor Determinan Penurunan Nilai Total
Gejala Pada Pasien Neuropati Perifer Diabetik. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas. 13 (2) 97-104
Umar Z, Khalid H S, Josia G. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. e-USU Repository
UNIVERSITAS Sumatera Utara 1-15.
Yeni F, Ayu T, Desi N W. 2017. Study of Antibiotic Use on Pneumonia Patient in Surakarta
Referral Hospital.Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research,
2017, 02, 44 – 52
129
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Kasus 2. Asma Bronchial Exacerbasi (Asma, Bronkitis dan Pneumonia)
A. Asma
1. Pengertian
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai
sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang
rentan inflamasi, mengakibatkan gejala episode mengi yang berulang, sesak napas,
dada terasa tertekan, dan batuk khususnya pada malam atau dini hari. Global
Initiative for Asthma (GINA. 2018)
2. Patofisiologi
Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas
yang akan mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran
napas, gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga
diduga berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas
saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan
dinding saluran nafas, sehingga aliran udara menjadi sangat terbatas tetapi dapat
kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Hipereaktivitas tersebut terjadi
sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang. (Meiyanti, Julius I. Mulia. 2000)
dan (GINA. 2018)
130
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
3. Faktor Resiko
Asam terjadi karena beberapa faktor, Menurut Menkes RI (2008) ada 2 faktor yang
berperan yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Ada beberapa proses yang terjadi
sebelum pasien menjadi asma:
1. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan lingkungan apabila terpajan
dengan pemicu (inducer/sensitisizer) maka akan timbul sensitisasi pada dirinya.
2. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum tentu menjadi asma.
Apabila seseorang yang telah mengalami sensitisasi terpajan dengan pemacu
(enhancer) maka terjadi proses inflamasi pada saluran nafasnya. Proses inflamasi
yang berlangsung lama atau proses inflamasi berat secara klinis berhubungan
dengan hiperreaktivitas bronkus.
3. Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh pencetus (trigger)
maka akan terjadi serangan asma (mengi)
131
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
4. Klasifikasi berdasarkan gambaran klinis
132
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
5. Algoritma Terapi
133
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
B. Bronkitis
1. Pengertian
Bronchitis merupakan suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, Bronchitis bisa
bersifat serius. (Depkes RI. 2015)
2. Faktor Resiko
Penularan bronkhitis melalui droplet. Faktor risiko terjadinya bronkhitis adalah
sebagai berikut:
Merokok
Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas dan
menimbulkan batuk kronik
Bronkhiektasi
Anomali saluran pernapasan
Foreign bodies
Aspirasi berulang
3. Tanda dan Gejala
Bronkhitis memiliki manifestasi klinik sebagai berikut :
Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya
disertai sputum. Rhinorrhea sering pula menyertai batuk dan ini biasanya
disebabkan oleh rhinovirus.
134
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat
beban berat)
Lemah, lelah, lesu
Nyeri telan (faringitis)
Laringitis, biasanya bila penyebab adalah chlamydia
Nyeri kepala
Demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus
influenza, adenovirus ataupun infeksi bakteri.
Adanya ronchii
Skin rash dijumpai pada sekitar 25% kasus
4. Terapi
135
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
C. Pneumonia
1. Pengertian
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan
oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit (Nugroho dkk, 2011)
2. Tanda dan Gejala
Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam,
tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah
maupun karakteristiknya. Selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk
pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-turunnya dada sebelah kanan
pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia meliputi: bakteri, virus,
mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia oleh karena virus banyak dijumpai
pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi
adalah virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus
(Depkes RI. 2017).
Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam yang
berbeda penatalaksanaannya. 1. Community acquired pneumonia (CAP) Merupakan
pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo. Patogen umum yang
biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H. influenzae, bakteri atypical,
virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV). Pada anak-anak patogen yang biasa
dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya keterlibatan Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, di samping bakteri pada pasien dewasa. 2. Nosokomial
Pneumonia Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah
sakit. Patogen yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap
136
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
antibiotika yang beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan
gram negatif batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah
lebih dulu mendapat terapi cefalosporin generasi ke-tiga, biasanya dijumpai bakteri
enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp.
Pseudomonas aeruginosa merupakan pathogen yang kurang umum dijumpai, namun
sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan. Staphylococcus aureus khususnya
yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang dirawat di
ICU. 3. Pneumonia Aspirasi Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi
sekret oropharyngeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada
pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks
menelan. Patogen yang menginfeksi pada Community Acquired Aspiration
Pneumoniae adalah kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni
meliputi Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae
bakteri yang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang + S. aureus +
anaerob (Depkes RI. 2017).
Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil pemeriksaan
laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada. Gambaran adanya infiltrate
dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dengan “shift to the left”. Sedangkan
evaluasi mikrobiologis dilaksanakan dengan memeriksa kultur sputum (hati-hati
menginterpretasikan hasil kultur, karena ada kemungkinan terkontaminasi dengan
koloni saluran pernapasan bagian atas). Pemeriksaan mikrobiologis lainnya yang
lazim dipakai adalah kultur darah, khususnya pada pasien dengan pneumonia yang
137
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
fulminan, serta pemeriksaan Gas Darah Arteri (Blood Gas Arterial) yang akan
menentukan keparahan dari pneumonia dan apakah perlu-tidaknya dirawat di ICU
(GINA. 2018).
3. Terapi Utama
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi
pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris
dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri
pathogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit
sesuai patogen.
Community-Acquired Pneumonia (CAP) (Depkes RI. 2017)
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang
berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral.
Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan
makrolida atau doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru.1,19 Namun untuk dewasa
muda yang berusia antara 17-40 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena
mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi. Untuk bakteri
Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan untuk
terapi beralih ke derivat fluoroquinolon terbaru. Sedangkan untuk CAP yang
disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada amoksisilin-klavulanat.
Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari eritromisin, claritromisin
serta azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus
diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif dan hanya
138
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan bagi pasien.
Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat
menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14 hari.
Kondisi Klinik Patogen Terapi Dosis Ped
Dosis Dws (dosis total/hari)
Sebelumnya
sehat
Pneumococcus,
Mycoplasma
Pneumoniae
Eritromisin
Klaritromisin
Azitromisin
30-50
15
10 pada hari
1,diikuti 5mg
selama 4 hari
1-2g 0,5-1g
Komorbiditas
(manula, DM,
gagal ginjal,
gagal jantung,
keganasan
S. pneumoniae,
Hemophilus
influenzae,
Moraxella
catarrhalis,
Mycoplasma,
Chlamydia
pneumoniae dan
Legionella
Cefuroksim
Cefotaksim
Ceftriakson
50-75
1-2g
Aspirasi
Community
Hospital
Anaerob mulut
Anaerob mulut, S.
aureus, gram(-)
enterik
Ampi/Amox
Klindamisin
Klindamisin
+aminoglikosida
100-200
8-20
s.d.a.
2-6g
1,2-1,8g
s.d.a.
Nosokomial
Pneumonia
Ringan, Onset
<5 hari, Risiko
rendah
K. pneumoniae,
P. aeruginosa,
Enterobacter spp.
S. aureus,
Cefuroksim
Ceftriakson
Ampicilin-Sulbaktam
Tikarcilin-klav
Gatifloksasin
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
100-200
200-300
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
4-8g
12g
139
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Levofloksasin
Klinda+azitro
-
-
0,4g
0,5-0,75g
Pneumonia
berat**,
Onset > 5 hari,
Risiko Tinggi
K. pneumoniae,P.
aeruginosa,
Enterobacter spp.
S. aureus,
(Gentamicin/Tobramicin
atau Ciprofloksasin)* +
Ceftazidime atau
Cefepime atau
Tikarcilin
klav/Meronem/
Aztreona m
7,5
-
150
100-150
4-6 mg/kg
0,5-1,5g
2-6g
2-4g
Ket :
*) Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu antibiotika
yang terletak di bawahnya dalam kolom yang sama **) Pneumonia berat bila
disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis berat, gagal ginjal
Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan pasien,
maka disarankan untuk memilih antibiotika dengan spektrum yang lebih luas.
Kegagalan terapi dimungkinkan oleh bakteri yang resisten khususnya terhadap
derivat penicillin, atau gagal mengidentifikasi bakteri penyebab pneumonia.
Sebagai contoh, pneumonia atypical melibatkan Mycoplasma pneumoniae yang
tidak dapat dicakup oleh penicillin. Beberapa pneumonia masih menunjukkan
demam dan konsistensi gambaran x-ray dada karena telah terkomplikasi oleh
adanya efusi pleura, empyema ataupun abses paru yang kesemuanya memerlukan
penanganan infasif yaitu dengan aspirasi.
140
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Pneumonia Nosokomial
Pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukan kejelian, karena
sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in vivo di
rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila berbeda
antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum antibiotika
yang dapat dipilih sesuai. (Depkes RI. 2017)
4. Terapi Pendukung
Terapi pendukung pada pneumonia meliputi (Depkes RI. 2017):
Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien yang menunjukkan tanda
sesak, hipoksemia.
Bronkhodilator pada pasien dengan tanda bronkhospasme
Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum
Nutrisi
Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral
Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam
Nutrisi yang memadai.
141
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
D. Identitas Pasien
Nama : Ny. XXX
Umur : 36 Tahun
Alamat : Jalan XXXXXXX
No. CM : 232670
Ruang : Mawar
Kelas : 3
Tgl MRS : 10-10- 2018
Tgl KRS : 15-10-2018
Diagnosa Utama : Asma Unspecified
Diagnosa Pendukung : Bronkitis, Pneumonia
E. Progress note
142
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
F. Tanda vital
G. Data laboratorium
No Parameter Ref Range Hasil
1 Hb 11,7 – 15,5 15,5
2 Leukosit 3,6 – 11 11,84 (H)
3 Trombosit 150 – 440 266
4 Hemabokrit 35 – 47 44,7
5 Eritrosit 3,8 – 5,2 5,14
6 MCV 80 – 100 87,0
7 MCH 26 – 34 30,2
8 MCHC 32 – 36 34,7
9 Eosinofil 0 – 3 5,0 (H)
10 Basofil 0 – 1 0,6
143
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
11 Neufrofil 28 – 78 71,1
12 Limfosit 25 – 40 17,4 (L)
13 Monosit 2 – 8 5,9
14 S typhi O <1/160 Negatif
15 S typhi H <1/160 1/60
16 S typhi AH <1/160 1/80
17 SGOT 0 – 35 33
18 SGPT 0 – 35 19
19 Warna urine Kuning jernih
20 Bj 1015 – 1025 1025
21 pH/ Reaksi 4,8 – 7,4 6,5
22 Blood Normal Normal
23 Leukosit esterase Normal Normal
24 Nitrit Normal Normal
25 Protein Normal Trace
26 Bilirubin Normal Normal
27 Keton Normal Normal
28 Glukosa Normal 3+ (H)
29 urobilinogen Normal Normal
30 Eritrosit 0 - 3 1 -2
31 Leukosit 1 -10 0 – 1
32 Sel epitel 1- 15 1 – 2
144
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
33 Silinder Normal Normal
34 Kristal Normal Normal
35 Bakteri Normal Normal
36 Lain-lain Normal Normal
H. Profil Pengobatan
I. Obat Pulang
145
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
J. Assesment
Problem Medik
S/O
Terapi
DRP
Komentar dan Saran
Monitoring
Asma S : Sesak nafas, batuk, wheezing O: RR
- Nebulisasi agonis beta 2 tiap 6 jam
- Metilprednisolon - OBH
Pantau kesadaaran pasien
-Keadaan umum dan tanda-tanda vital -RR
Bronkitis S: sesak, batuk, pilek ,pusing, demam O: RR -T=37,5 -penumonia
-injeksi Ceftriaxone -Levofloxacin -paracetamol OBH -injeksi Dexametason
Evaluasi leukosit dan tanda infeksi lainnya, fungsi organ secara periodik.
Pneumonia
S: sesak, batuk, pilek ,pusing, demam O: T: 37,5 Leukosit : 11,84 Limfosit:17,4 Eosinofil: 5 RR:28 dan 24
-pemberian O2 sesuai kebutuhan -OBH - paracetomol -injeksi Ceftriaxone -Levofloxacin
- Membatu jalan nafas
- OBH untuk batu pilek
- Untuk demam dan pusing
- antibiotik untuk pneumonia
-Keadaan umum dan tanda-tanda vital -Evaluasi lekosist & tanda infeksi lainnya -Kepatuhan pasien dalam menggunakan antibiotik
146
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
K. Permasalahan Terapi dan Pengatasan
Obat Problem Pengatasan
Omeprazole Terapi adekuat Stress ulcer Profilaksis (Dipiro edisi 10, hal 430) Menekan sekresi asam lambung dengan menghambat secara spesifik dari sistem enzim H+ /K+ ATPase pada permukaan sekresi dari sel parietal lambung. (DIH edisi 17)
Ondansetron Terapi adekuat Untuk gastrointeritis Memblokir Serotonin diperifer sehingga memberikan efek pada gastrointestinal (DIH edisi 17)
Dexametason
Terapi adekuat
Inflamasi dan alergi, syok (dipiro, 2015)
Ceftriaxone Terapi adekuat
Antibiotik untuk pneumonia (dipiro,2015) IDSA/ATS menyebutkan antibiotic yang dapat digunakan untuk pasien CAP non ICU antara lain : fluorokuinolon atau βlactam dan makrolida, atau β-lactam dan fluorokuinolon respirasi 8. (sari dkk, 2017) Sari1, dkk 2017.
PERBANDINGAN POLA
TERAPI ANTIBIOTIK
PADA COMMUNITY-
ACQUIRED PNEUMONIA
(CAP) DI RUMAH SAKIT
TIPE A DAN B . Volume 7
147
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Nomor 4 . UGM. Yogjakarta.
OBH Terapi adekuat Mengatasi gejala batuk Soedibyo, dkk., 2013. Profil
Penggunaan Obat Batuk
Pilek Bebas pada Anak di
Bawah Umur 6 Tahun. Vol.
14 No. 6. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Falkutas
Kedokteran Universitas
Indonesia/ RS. Dr. Cipto
Mangun Kusumo. Jakarta.
Paracetamol Terapi adekuat Demam dan nyeri Hapsari, Intan Ayuningtyas.
Taufik Eko Nugroho. 2016.
Pengaruh Pemberian
Analgesik Kombinasi
Paracetamol dan Tramadol
Terhadap Kadar Ureum
Serum Tikus Wistar. Jurnal
Kedokteran Diponegoro
Vol. 5 No. 4. Semarang.
Ventolin
Terapi adekuat
Meredahkan bronkospasme pada asma dan obstruksi saluran nafas reversibel lainnya (GINA, 2018)
Flixotide
Terapi adekuat
Profillaksis asma, mengatasi eksaserbasi asma akut (GINA, 2018)
Sabutamol
Terapi adekuat
Meredahkan bronkospasme pada asma dan obstruksi saluran nafas reversibel lainnya (GINA, 2018)
Metilprednisolone Terapi adekuat
Sebagai anti inflamsi atau imunosupresi pada beberapa penyakit hematologi, alergi, inflamasi, neoplasma maupun autoimun. (dipiro, 2015)
148
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Levofloxacin
Terapi adekuat
IDSA/ATS menyebutkan antibiotic yang dapat digunakan untuk pasien CAP non ICU antara lain : fluorokuinolon atau βlactam dan makrolida, atau β-lactam dan fluorokuinolon respirasi 8. (sari dkk, 2017) Sari1, dkk 2017.
PERBANDINGAN POLA
TERAPI ANTIBIOTIK
PADA COMMUNITY-
ACQUIRED PNEUMONIA
(CAP) DI RUMAH SAKIT
TIPE A DAN B . Volume 7
Nomor 4 . UGM. Yogjakarta.
Loratadine
Terapi adekuat
Mengahambat pelepasan mediator inflamasi (Ardinata. 2014) Ardinata, dedi. 2014.
Eosinofil dan Patogenesa
Asma. Majalah Kedokteran
Nusantara Vol. 41, No. 4 .
Sumatera utara.
Elza Febria Sari, C. Martin
Rumende, Kuntjoro
Harimurti. 2016. Faktor–
Faktor yang Berhubungan
dengan Diagnosis. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia.
Vol 3, No 4. Jakarta.
RL Terapi adekuat Elektrolit dan cairan tubuh. Sari, Nitami Kartika., Doso
Sutiyono, dan Firdaus
Wahyuni. 2012. Perbedaan
perubahan Kosentrasi
Natrium Plasma antara
Preload 20CC/KgBB Ringer
149
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Laktat Dibandinkan dengan
Preload 20cc/kgBB Ringer
Asetat Malat. RSUP dr
Kariadi. Semarang.
L. PENGOBATAN
1. Terapi Farmakologi
a. Tatalaksana secara umum:
Dekongestan, analgesik, antipiretik, dan antihistamin
b. Tatalaksana Antibiotik General :
Sefalsoporin-makrolida-kuinolon
2. Terapi Non Farmakologi
Terapi Non Farmakologi :
latihan pernafasan, olaraga teratur, menghindari pemicu alergi, berhenti merokok,
diet, pengobatan komplementer.
M. KONSELING
1. Levofloxaxin : obat antibiotik. Diminum satu kali sehari, diminum tiap 24 jam.
Diminum pada jam 7 pagi sesudah makan. Dihabiskan.
2. OBH Syr : Sebagai obat batuk. Diminum tiga kali sehari satu sendok obat sesudah
makan. Diminum tiap 8 jam pada pagi, siang dan malam
3. Sabutamol : Obat untuk asma. Dimiminum tiga kali sehari sesudah makan, setiap 8
jam pada pagi , siang, dan malam hari.
150
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
4. Metilprednisolone : Sebagai antiinflamasi diminum tiga kali sehari sesudah makan
setiap 8 jam. Diminum pada pagi, siang dan malam hari.
5. Loratadine : Sebagai antihistamin diminum dua kali sehari sesudah makan setiap 12
jam. Diminum pada pagi dan malam hari.
151
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Daftar Pustaka
Astuti1,Eka Novi. Sri Sugiarsi2, dan Riyoko. 2011. Analisis Trend Pasien Rawat Inap
Bronchitis Di RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO Kabupaten Wonogiri Periode
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan, ISSN.1979-9551, VOL. V. NO.1,MARET 2011, Hal 60-
71
Arjanard, Nur Muhamad. 2014. Pola Klinis Pneumonia Komunitas Dewasa Di RSUP
dr. Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda. Universitas Diponogoro. Semarang.
Ardinata, dedi. 2014. Eosinofil dan Patogenesa Asma. Majalah Kedokteran
NusantaraVolume 41 y No. 4 . Sumatera utara.
Elza Febria Sari, C. Martin Rumende, Kuntjoro Harimurti. 2016. Faktor–Faktor yang
Berhubungan dengan Diagnosis. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol 3, No 4. Jakarta.
Dipiro. 2015. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, edisi 10.
Dipiro. 2012. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, edisi 9.
Depkes RI. 2017. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan.
Jakarta.
GINA. 2018. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. USA.
Meiyanti, Julius I. Mulia. 2000. Perkembanganpatogenesis dan pengobatan Asma
Bronkial. J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 125. Bagian
Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta.
Hapsari, Intan Ayuningtyas. Taufik Eko Nugroho. 2016. Pengaruh Pemberian Analgesik
Kombinasi Paracetamol dan Tramadol Terhadap Kadar Ureum Serum Tikus Wistar.
Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol. 5 No. 4. Semarang.
Kemenkes RI. 2013. Infodatin “You can control your asthma”. Jakarta.
Nugroho, Fendi., Pri Iswati Utami, Ika Yuniastuti. 2011 . Evaluasi Penggunaan
Antibiotik pada Penyakit pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga.
PHARMACY, Vol.08 No. 01.
Sari1, Ika Puspita. Titik Nuryastuti2, Rizka Humardewayanti Asdie3, Anton Pratama4,5,
Endang Estriningsih4, 2017. Perbandingan Pola Terapi Antibiotik pada Community-
Acquired Pneumonia (CAP) di Rumah sakit tipe A dan B. Volume 7 Nomor 4 . UGM.
Yogjakarta.
Sari, Nitami Kartika., Doso Sutiyono, dan Firdaus Wahyuni. 2012. Perbedaan perubahan
Kosentrasi Natrium Plasma antara Preload 20CC/KgBB Ringer Laktat Dibandinkan
dengan Preload 20cc/kgBB Ringer Asetat Malat. RSUP dr Kariadi. Semarang.
152
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Soedibyo, Soepardi. Arie Yuliantio, Wardhana. 2013. Profil Penggunaan Obat Batuk
Pilek Bebas pada Anak di Bawah Umur 6 Tahun. Vol. 14 No. 6. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS. Dr. Cipto Mangun
Kusumo. Jakarta.
153
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
Kasus 3. Hipertensi Urgensi Dan IHD (Ischemic Heart Diseases)
A. HIPERTENSI URGENSI
1. Pengertian
Krisis hipertensi ditandai dengan peningkatan akut tekanan darah sistolik
> 180/120 mmHg. Menurut JNC 7 membagi krisis hipertensi berdasarkan ada
atau tidaknya bukti kerusakan organ sasaran yang progresif (hipertensi emergensi
dan hipertensi urgensi). Bukti kerusakan organ sasaran yang dimaksud antara lain
ensefalopati hipertensif, infark miokard akut, gagal jantung kiri disertai edema
paru, diseksi aneurisma aorta, dan eklamsia. Klasifikasi ini berdampak pada
tatalaksana pasien. Upaya penurunan tekanan darah pada kasus hipertensi
emergensi harus dilakukan segera (< 1 jam) sedangkan pada kasus hipertensi
urgensi dapat dilakukan dalam beberapa kurun waktu beberapa jam hingga
beberapa hari (AHA, 2017)
2. Tanda dan gejala
Meningkatnya tekanan darah
Sakit kepala yang parah
Kecemasan
Sesak napas
(AHA, 2017)
3. Factor resiko
Jenis kelamin, obesitas
Penyakit jantung coroner
Obat antihipertensi
Ketidakpatuhan pengobatan
(AHA, 2017)
B. IHD (Ischemic Heart Diseases)
1. Pengertian
Ischemic Heart Diseases (IHD) adalah kekurangan oksigen dan penurunan
atau tidak adanya aliran darah ke miokardium yang disebabkan oleh penyempitan
atau terhalangnya arteri koroner (AHA, 2012)
2. Tanda dan gejala
Sesak nafas
Nyeri dada
(AHA, 2012)
154
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 September - 31 Oktober 2018
3. Factor resiko
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Riwayat keluarga
d. DM
e. Merokok
f. Hipertensi,
g. Hiperlipidemia
h. Stress
i. Penggunaan obat seperti kortikosteroid
(AHA, 2012)
4. Algoritma terapi
2012 ACCF/AHA/ACP/AATS/PCNA/SCAI/STS Guideline for the Diagnosis and Management
of Patients With Stable Ischemic Heart Disease: Executive Summary.
Identitas pasien :
Nama : Tn. Y
Umur : 68 tahun
Alamat : Jalan X
BB : 53 kg
TB : 156 cm
No. RM : 242
Ruang : Bogenvil
Tanggal masuk : 9 oktober 2018
Tanggal keluar : 15 oktober 2018
Jaminan : BPJS
Dokter PJ : dr. S
Diagnosa
Utama : Hipertensi Urgensi
Pendukung : IHD
Dugaan : Enfisema
Tanda vital
Pemeriksaan Satuan Tanggal
9/10 10/10 11/10 12/10 13/10 14/10 15/10
TD mg/Hg 210/100 110/90 180/100 180/100 160/80 140/70 150/80
RR /menit 20x - - - - - -
Nadi / menit 90x - - - - - -
Spo2 % 98 - - - - - -
GDS
125 - - - - - -
EKG
- + - - - - -
Hasil Cek Laboratorium
Data lab Hasil normal Hasil Tanggal
9/10 10/10
Hemoglobin 13,2 – 17,3 13,,8 N
Leukosit 3,8 – 10,6 9,58 N
Trombosit 150 – 440 326 N
Hematokrit 40 – 52 37 L
Eritrosit 4,4 – 5,9 4,08 L
MCV 80 – 100 90,7 N
156
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
MHC 26 – 34 33,8 N
MCHC 32 – 36 37,3 H
Eusinofil 0 – 3 0,1 N
Basofil 0 – 1 0,1 N
Neutrofil 28 – 78 87,5 H
Limfosit 25 – 40 7,2 L
Monosit 2 – 8 5,1 N
Kolestrol < 200 191 N
Ureum < 42 36 N
Creatinin 0,5 – 1,1 1,25 H
Asam urat 2 – 7 5 N
Progress note
Uraian Tanggal
9/10 10/10 11/10 12/10 13/10 14/10 15/10
Sakit kepala √ - - - - - -
Nyeri perut - √ √ √ berkurang berkurang -
Mual - - - - - - -
Muntah - - - - - - -
Obat pulang
Candesartan 16 mg 1 x 1
Nitrokaf 1 x 1
Lansoprazole 30 mg 1 x 1
Vitamin B complex 1 x 1
Herbeser 100 mg 1 x 1
Clobazam 10 mg 2 x 1
Amlodipin 10 mg 1 x 1
Cefiksim 100 mg 2 x 1
157
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Problem medik
Problem
medik S/O Terapi DRP Pengatasan Pengobatan
Hipertensi
urgensi
Sakit kepala,
TD >
Candesartan
Antihipertensi
disebabkan oleh
resistensi sistemik
perifer, tanpa
mempengaruhi denyut
jantung
(AHA, 2012)
Adekuat
(AHA, 2012)
Amlodipin Interaksi
obat
Tidak diberkan secara
bersamaan karena dapat
menyebabkan hipotensi
(DIH edisi 17)
Adekuat
(AHA, 2012)
IHD
Herbeser
Nitrokaf
Vasodilator di jantung Adekuat
(AHA, 2012)
Nyeri perut Omeprazole
menekan sekresi asam
lambung dengan
menghambat secara
spesifik dari sistem
enzim H + / K + ATPase
pada permukaan sekresi
dari sel parietal
lambung.
(DIH edisi 17)
Adekuat
Ondansetron
memblokir serotonin
diperifer sehingga
memberikan efek pada
gastro intestinal
(DIH edisi 17)
Adekuat
Ranitidin
Menghambat secara
kompetitif histamin
pada reseptor H2 sel-sel
parietal lambung
(DIH edisi 17)
Adekuat
Lansoprazole
Pengobatan jangka
pendek untuk tukak
lambung
Adekuat
B. Complek
Membantu proses
metabolisme dalam
tubuh
Adekuat
158
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Rl
Penambahan cairan
tubuh Adekuat
Neri
meningkat
dipengaruhi
aktivitas
Clobazam
Peningkatan
permeabilitas oleh
sistem saraf
(DIH edisi 17)
Adekat
Gambaran /
dugaan
enfisema,
Nilai limfosit
turun
Cefixim
Antibiotik golongan
sefalosporin III
memiliki spektrum luas
( menghambat
pembentukan dinding
sel bakteri), terapi
antibiotik pengobatan
enfisema untuk
perawatan di RS
(PDPI, 2003)
Adekuat
Monitoring
Di rumah sakit
o Tekanan darah pasien < 150/90 mmHg
o Nilai limfosit pasien
o Tingkat nyeri
Di rumah
o Nyeri kepala
o Nyeri perut
o Sesak nafas
Konseling
Candesartan 16 mg 1 x 1
(diminum setelah makan malam hari)
Nitrokaf 1 x 1
(diminum setelah makan, pagi hari)
Lansoprazole 30 mg 1 x 1
(diminum 30 menit sebelum makan, pagi hari)
Vitamin B complex 1 x 1
(diminum setelah makan pagi hari)
Herbeser 100 mg 1 x 1
(diminum setelah makan pagi hari)
Clobazam 10 mg 2 x 1
(diminum setelah makan pagi dan malam hari)
Amlodipin 10 mg 1 x 1
159
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
(diminum setelah makan)
Cefiksim 100 mg 2 x 1
(diminum setelah makan setiap 12 jam, harus dihabiskan)
Konseling non farmakologi
Memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih
Mengurangi asupan garam. Dianjurkan untuk asupan garam tidak
melebihi 2 gr/ hari
Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu. Terhadap pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus
tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau
menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
Mengurangi konsumsi alcohol.
Berhenti merokok.
(PERKI, 2015)
160
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Pertanyaan dalam diskusi:
1. Apakah cukup dilihat dari menurunnya nilai limfosit untuk enfisema?
2. Terkait dugaan enfisema kenapa hanya digunakan cefixim untuk
pengobatannya?
3. Apakah tidak ada tambahan obat yang lain untuk terapi enfisema?
Jawab :
Pada kasus ini enfisema bukanlah diagnose, enfisema masih dugaan
dari dokter. Jadi turunnya nilai limfosit pada kasus ini sebagai
pedoman penggunaan antibiotic, karena dengan turunnya nilai limfosit
artinya menandakan adanya infeksi pada pasien. Antibiotik cefixim
termasuk antibiotic golongan sefalosporin III yang memiliki spektrum
luas ( menghambat pembentukan dinding sel bakteri), dapat juga
sebagai terapi antibiotik pengobatan enfisema untuk perawatan di RS
(PDPI, 2003). Karena enfisema masih dugaan jadi tidak ada obat untuk
enfisema secara khusus.
Terapi antibiotic emfisema
Lini I : amoksisilin, makrolid
Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon,
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit : dapat dipilih
Amoksilin dan klavulanat
Sefalosporin generasi II & III injeksi
Kuinolon per oral
(PDPI, 2003).
Sefalosporin antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk pengobatan
septikemia, pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis,
dan infeksi saluran kemih. Aktivitas Sefalosporin generasi ketiga lebih
besar pada bakteri gram negatif jika dibandingkan dengan generasi kedua
(British National Formulary, 2011)
161
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
ACC/AHA, 2017 Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation and
Management of High Blood Pressure in Adults, American College Of
Cardiologi Foundation
ACCF/AHA/ACP/AATS/PCNA/SCAI/STS, 2012, Guidelinefor the Diagnosis
and Management of Patients With Stable Ischemic Heart Disease
BNF staff. 2011, British National Formulary 61, Pharmaceutical Press,
London, UK, p. 346.
Laxi, 2009, Drug Information Handbook edisi 17, American Pharmacists
Assosiation
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksanaan Hipertensi Dan Penyakit
Kardiovaskuler, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
162
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Kasus 4. Cidera Kepala
1. Pengertian Cidera Kepala
Cidera kepala terjadi saat kepala mengalami akselerasi yang terjadi secara
lineer (coup countercoup) dan rotasional dan menyebabkan gerakan otak di
dalam rongga tengkorak. Gejala klinis terjadi saat akselerasi tersebut
menyebabkan terjadinya regangan atau putusnya jaringan saraf diotak.
2. Klasifikasi Cidera Kepala Ringan
(Neurotrauma & Movement 2017)
163
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Identitas pasien
• Nama pasien : x
• Umur : 37 tahun
• Alamat : y
• No Cm : z
• Ruang : Anggrek
• Tanggal MRS : 12 oktober 2018
• Tanggal KRS : 15 oktober 2018
• Dokter penganggung jawab : xx
• Diagnosis : CKR, vertigo
• Riwayat :
Pada tanggal 10 oktober 2018 pasien jatuh dikamar mandi waktu mencuci pakaian
karena lantai licin dan kepalanya terbentur.
• Riwayat penyakit terdahulu : -
• Riwayat obat : -
• Riwayat penyakit keluarga : -
• Alergi obat : -
164
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
DATA OBJEKTIF
1. TANDA VITAL
Pemeriksaan Satuan 12/10/2018 13/10/2018 14/10/2018 15/10/2018
TD mmHG 120/80 130/80 110/70 110/70
Nadi x/mnt 85 80 85 82
GCS - - 15 15 15
T C 36 36,3 36 -
RR x/mnt 20 - - -
2. DATA LABORATORIUM
NO PARAMETER Tgl 12/10/18 Range Satuan
1. Hemoglobin 15,1 11,7-15,5 g/dl
2. Leukosit 9,66 3,6-11 10^3/µL
3. Trombosit 423 150-440 10^3/µL
4. Eritrosit 5,19 3,8-5,2 10^6/µL
5. MCV 83,2 80-100 fl
6. MCH 29,1 26-34 pg
7. MCHC 35,0 32-36 g/dl
8. Eosinofil 1,3 0-3 %
165
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
9. Basofil 0,4 0-1 %
10. Neutrofil 66,2 28-78 %
11. Limfosit 26,6 25-40 %
12. Monosit 5,5 2-8 %
14. Leukosit 30-35 /LPB 1-10
15. Sel epitel 40-45 /LPK 1-15
16. Silinder granuler /IPK -
17. Kristal -- /LPB -
18. Baker - - -
NO PARAMETER Hasil
Tgl 13/10/18
Range Satuan
1. Warna urin Kuning - -
2. Kejernihan Keruh - -
3. Berat jenis 1.025 g/ml 1.015-1.025
4. Ph/reaksi 6.0 - 4,8-7,4
5. Blood - mg/dl -
6. Leukosit Esterase 3+ (H) /µL -
7. Nitrit - mg/dl -
8. Protein Ttrace (H) mg/dl -
9. Bilirubin - mg/dl -
10. Glucosa - mg/dl -
11. Urobilinogen normal mg/dl -
12. Eritrosit 0 /LPB 0-3
166
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
PROGRES NOTE
Uraian 12/10/2018 13/10/2018 14/10/2018 15/10/2018
Pusing
berputar
Berkurang Sedikit -
Mual Berkurang Berkurang -
Muntah - - -
Nyeri
kepala
(skala 5) Berkurang Berkurang (skala 3)
ASESSMENT
Problem
medik
S/O Terapi DRP
Cedera
kepala
ringan
S:-
O: GCS =15
Inj. Citicolin Tidak ada
Vertigo S : pusing berputar ,
mual,muntah,nyeri kepala
O:-
1. Betahistine
2. Inj. Ondansentron
3. Inf RL
Tidak ada
167
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Problem
medik
S/O Terapi DRP Penatalaksanaan
Cedera
kepala
ringan
Vertigo
S:-
O: GCS =15
S : pusing
berputar ,
mual,muntah,nyeri
kepala
O:-
Inj. Citicolin
1. Betahistine
6mg ( 3x1)
2. Inj
ondansentron
3. Inf RL
Tidak ada
Tidak ada
Terapi adekuat
Citicolin dapat diberikan
pada pasien cedera otak
setelah kejadian maupun
jangka lama dan hasilnya
menunjukan perbaikan
dalam pengurangan gejala
sindroma post
concussion,perbaikan
glasgow outcome scale dan
fungsi kognisinya.
Dosis maksimal 1
gram/hari.
(Neurotrauma & Movement
Disorders Improving
Knowledge for Saving
Lives ,udayana,2017 )
1. Terapi adekuat
Pemberian betahistine pada
vertigo perifer
dibandingkan dengan
plasebo menunjukan adanya
perbaikan yang signifikan
terhadap frekuensi,
intensitas dan durasi
serangan.
Dosis maksimal 24 mg/hari.
(afanasyeva,S.
A dkk, 2003)
2. Terapi adekuat
Untuk mengatasi mual
muntah
(drug informations
168
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
OBAT PULANG PASIEN
Nama obat Dosis Terapi
Betahistine 6 mg (2x1) Untuk vertigo
Paracetamol 500 mg ( 3x1) Sebagai analgesik, sangat kuat
dengan dosis 500-1000 mg/hari ,max
4 g .
Mims.com
Neurodek 1x1 Berfungsi memperbaiki neuropati.
(pazirandeh,2009)
• Rekomendasi :
Non farmakologi :
1. Hati hati dalam beraktivitas untuk mengurangi resiko jatuh pada pasien
2. Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan.
• Monitoring : monitoring nyeri dan pusing.
• Konseling :
Betahistine 2x1 (6mg) sesudah makan
Paracetamol 2x1 (500mg) sesudah makan,bila nyeri
Neurodex 1x1
_
_
1. Inj.
Ranitidine
(Tiap 12 jam )
Tidak ada
handbook)
3. Terapi adekuat
Untuk memenuhi kebutuhan
elektrolit tubuh.
Profilaksis stress alcer
(laine L ,dkk 2008)
169
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
Afanesyeva,S.A, Gorbacheva,F.E., & Natyazhkina,G.M,Isolated vertigo:
pathogenesis nd efficacy of betahistine in journal of neurology.2003
drug informations handbook,edition 17,2008-2009.
Italian journal of medicine 2015,management of vertigo : from evidence to
clinical practice
Laine L.Gastrointestinal bleeding. Dalam :Fauci AS, et al Harrison’s
principles of internal medicine. Edisi 17, 2008.
Neurotrauma & Movement Disorders Improving Knowledge for Saving Lives
,udayana,2017
Pirazendah,s. Burns D.I 2009 overview of water soluble vitamins.2015
Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. Edisi ke 4 USA:
MassachusettsBlackwell Publishing; 2005.
170
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Kasus 5. Congestive Heart Failure (Chf) Nyha Iv Dengan Udem Pulmo
Serta Hipertensi Grade II Pada Geriatri
A. Penyakit
1. Congestive Heart Failure (CHF)
a) Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kondisi di mana jantung
tidak memompa cukup darah ke organ tubuh dan jaringan lain. Ketika
salah satu atau dua bagian jantung tidak memompa darah keluar, darah
akan menumpuk dalam jantung atau menyumbat di organ atau jaringan.
Akibatnya, darah menumpuk di sistem peredaran darah (Perki, 2015).
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana
seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung
(nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas
disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema
pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau
fungsi jantung saat istrahat (Perki, 2015).
171
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
b) Tanda dan gejala
c) Klasifikasi
172
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
d) Algoritma
2. Hipertensi
a) Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup istirahat (Dipiro, 2012).
173
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
b) Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Faktor resiko dari hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik, kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik dan stres (JNC VII, 2003).
c) Algoritma hipertensi
174
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
B. Identitas pasien
1. Nama : Tn. X
2. Umur : 72 tahum
3. Alamat : Jl Keradenan Lama, Ungaran Barat
4. Berat badan : xxx
5. Tinggi badan : xxx
6. No CM : xxx
7. Ruang : Bugenvil
8. Tgl masuk RS : 11 Oktober 2018
9. Tgl keluar RS : 19 Oktober 2018
10. Jaminan : Umum
11. Diagnosis
Utama : CHF NYHA IV Dengan Oedema Pulma, Hipertensi
Grade II
Pendukung : Sesak Nafas Berat Satu Hari Sebelumnya Dengan Nafas
Serasa Terbakar
C. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan
Satuan
Tanggal
12
Okt
13
Okt
14
Okt
15
Okt
16
Okt
17
Okt
18
Okt
19 Okt
TD mmHg 170/80 155/61 154/67 130/80 130/60 130/60 130/60 140/90
Nadi x/ mnt 108 100 85 111 118 102 100
RR x/ mnt 21 21 19 20 20 21 20
T ºC 38,5 38 36 37 37 39 37
SpO2 % 98 98 99 99 99 98 99
175
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
D. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 8,8 g/dL 13,2 – 17,3
Leukosit 5,44 10
3
/ µl 3,8 – 10,6
Trombosit 312 10
3
/ µl 150 – 440
Hematokrit 26,5 % 40 – 52
Eritrosit 3,49 10
6/
µl 4,4 – 5,9
MCV 75,9 fl 80 – 100
MCH 25,2 pg 26 – 34
MCHC 34,8 g/dL 32 – 36
Hitung Jenis
Eusinofil 1,3 % 0 – 3
Basofil 0,2 % 0 – 1
Neutrofil 64,1 % 28 – 78
Limfosit 19,3 % 25 – 40
Monosit 15,1 % 2 – 0
E. Prognoses gejala
Uraian
Tanggal
12 Okt
13 Okt
14 Okt
15 Okt
16 Okt
17 Okt
18 Okt
19
Okt
Diare √ - - - - - -
Demam √ √ - - - √ -
Pusing √ √ - √ √ √ -
Lemas √ √ √ √ √ √
176
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
F. Pengobatan
Nama Obat
Dosis
Rute
Tanggal
12
Okt
13
Okt
14
Okt
15
Okt
16
Okt
17
Okt
18
Okt
19
Okt
Infus RL 10tpm Iv √ √ √ √ √ √ √ √
Ceftriaxone inj 2x1gr Iv √ √ √ √ √ √ √ √
Omeprazol inj 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √ √
Ondansetron inj 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √ √
Vip albumin 3x1 Iv - - - √ √ √ √
ketorolac 4x1 Iv √ √ √ √ √
Amlodipin 1x1 Po √ √ √ √
Furosemid 1x1 iv √ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ Aspilet 1x1 Po √ √ √ √ √ √ √ √
clopidogrel 2x1 Po √ √ √ √ √ √ √ √
Candesartan 1x1 Po √ √ √ √ √ √ √ √
Simvastatin 1x1 Po √ √ √ √ √ √ √ √
Alprazolam 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √ √
Injeksi isorbide 10
µg/jam
injeks √ √ √ √
ISDN 3x1 Po - - - - √ √ √
Kaltropen suppo Dubur √ √ √ √
177
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
G. Promlem medik
178
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
H. Drug Relatide Problem
179
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
I. Obat Pulang
J. Monitoring dan konseling
Monitoring
1. Monitor Ku (Keadaan Umum) & Vi (Vital)
2. Monitor Curah Jantung (Out Put & In Put)
3. Monitoring Ginjal % Kardio Renal
4. Tekanan Darah
5. Penggunaan Obat
6. Pola Makan & Minum Sedikt Tapi Sering
Konseling
1. CPG 1x1 stelah makan malam
2. Candesartan 16mg 1x1 setelah makan
3. ISDN 3x5mg secara sublingual
d. Simvastatin (malam hari) rutin
e. Cara penggunaan kaltropen suppo
180
Laporan PKPA Bidang Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang Angkatan XIII di RSUD Ungaran Kab. Semarang Periode
3 Oktober - 31 Desember 2018
Daftar pustaka
DiPiro J T., Wells B G., Schwinghammer T L., DiPiro C V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edit, McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Aberg, J A., Lacy C F., Amstrong L L., Goldman M P., Lance L L. 2009. Drug
Information Handbook 17th edition. Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association.
Siswanto, B, B., Hersunarti, N., Erwinanto., Barack, R., Prtikto, R, S., Naulia, S,
K., Lubis, A, C., 2015, Pedoman Tatalaksana Jantung, , Edisi
Pertama, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure. Hypertension, 42: 1206-52.
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206, 8 Desember
2009.