pembuatan sabun transparan aromaterapi …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal...
TRANSCRIPT
-
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN AROMATERAPI MINYAK ATSIRI
AKAR WANGI (Chrysopogon zizanioides ( L.) Roberty
Agung Maulana 1
,Haryanto Susilo 2, Erni Rustiani
3
1,2&3Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor
ABSTRAK
Tanaman Akar wangi memiliki bau yang harum yang menyenangkan sangat baik
untuk digunakan sebagai aromaterapi, dan dapat dikembangkan menjadi suatu sediaan
kosmetik salah satunya dalam bentuk sabun transparan. Tujuan dari penelitian ini adalah
Membuat sabun transparan aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon
zizanioides (L.) Roberty, mengetahui konsentrasi minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon
zizanioides (L.) Roberty dalam sabun transparan yang paling disukai panelis dan Melihat
stabilitas sabun transparan aromaterapi minyak akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.)
Roberty dalam penyimpanan pada suhu 25oC-30
oC dan 40
oC selama 2 bulan. Pada
penelitian ini dibuat tiga formulasi sabun transparan berdasarkan konsentrasi minyak
atsiri 0,5%, 1% dan 1,5%. Parameter uji meliputi kadar air, pH, alkali bebas , minyak
mineral, uji stabilitas pada suhu 25-30oC dan pada suhu 40
oC selama 2 bulan dan uji
kesukaan. Untuk uji kesukaan formula yang paling disukai yaitu formula 2 kesukaan ini
meliputi warna, tekstur, bau, busa, kesan licin pada saat pembilasan dan kesan lembut
atau halus setelah pemakaian dan untuk uji iritasi setelah pemakaian tidak terjadi iritasi
pada panelis terhadap ketiga formula, uji pH dan minyak mineral memenuhi standar mutu
sabun dan uji kadar air, asam lemak bebas tidak memenuhi standar mutu sabun.
Kata kunci: Akar Wangi , Sabun Transparan, Aromaterapi.
ABSTRACT
Root crops fragrance has a pleasant sweet aroma excellent for use as aromatherapy , and
can be developed into a one cosmetic preparation in the form of transparent soap . The purpose of
this study is Making transparent soap aromatherapy with essential oils of vetiver ( Chrysopogon
zizanioides ( L. ) Roberty , knowing the concentration of essential oils of vetiver ( Chrysopogon
zizanioides ( L. ) Roberty in the most transparent soap and the Seeing panelists preferred the
stability of transparent soap aromatherapy vetiver oil ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty in
storage at a temperature of 25oC - 30oC and 40oC for 2 months . in this study, transparent soap
made three formulations based on the concentration of essential oil 0.5 % , 1 % and 1.5 % .
parameters tests include moisture content , pH , alkali -free , mineral oil , the stability test at 25 -
30oC and at 40oC for 2 months and preference test . To test a most preferred formula is formula 2
a includes color , texture , smell , foam , slippery impression during rinsing and gentle or subtle
impression after use and to test irritation after application to avoid irritation to the three panelists
formula , test the pH and mineral oil soaps meet quality standards and test moisture content , free
fatty acids do not meet quality standards soap .
Keywords : Akar Wangi , Transparent Soap , Aromatherapy .
PENDAHULUAN
Minyak atsiri banyak diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kemajuan teknologi di bidang minyak
atsiri, maka usaha penggalian sumber-
sumber minyak atsiri dan
pendayagunaannya dalam kehidupan
manusia semakin meningkat. Minyak atsiri
banyak digunakan sebagai obat-obatan.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian
besar minyak asiri diambil dari berbagai
jenis tanaman penghasil minyak atsiri
-
(Rumondang, 2004). Minyak atsiri
merupakan zat yang memberikan aroma
pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki
komponen volatil pada beberapa
tumbuhan dengan karakteristik tertentu.
Saat ini, minyak atsiri telah digunakan
sebagai parfum, kosmetik, bahan
tambahan makanan dan obat. Komponen
aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi
saat dihirup, senyawa tersebut secara cepat
berinteraksi sistem syaraf pusat dan
langsung merangsang pada sistem
olfactory, kemudian sistem ini akan
menstimulasi syaraf-syaraf pada otak
dibawah kesetimbangan korteks serebral
(Buchbauer et al, 1991)
Tanaman Akar wangi memiliki bau
yang harum yang menyenangkan sangat
baik untuk digunakan sebagai aromaterapi
dan merileksasikan tubuh, mirip dengan
bau dari kayu cendana, mengandung
Vetiver yang merupakan konstituen dari
parfum kelas tinggi, digunakan dalam
pembuatan parfum, kosmetik, pewangi
sabun, obat pembasmi dan pencegah
serangga. Minyak vetiver mempunyai
aroma yang lembut dan halus karena ester
dari asam vetinenat dan adanya senyawa
vetivenol (Tarigan, 2006). Kandungan
minyak atsiri akar wangi terdiri dari
vetiveron 15%, vetiverol 60%, dan
vetivenat (Ketaren, 1985)
Aromaterapi sesuai dengan
istilahnya berarti terapi atau pengobatan
menggunakan aroma dan keharuman.
Sumber keharuman yang digunakan
kebanyakan berasal dari alam yaitu segala
saripati tumbuhan yang lebih dikenal
sebagai minyak atsiri (Essential Oil).
Tumbuh-tumbuhan dengan segala macam
bau-bauan yang dimiliki diyakini dapat
menjaga, melindungi, dan memelihara dari
berbagai macam gangguan dan kerusakan
serta dapat memberikan keuntungan bagi
jiwa dan raga (Anonim, 2008). Aktivitas
aromaterapi diukur dengan aktivitas
lokomotor, karena komponen aroma dari
minyak atsiri akan cepat berinteraksi saat
dihirup, senyawa tersebut secara cepat
berinteraksi sistem syaraf pusat dan
langsung merangsang pada sistem
olfactory, kemudian sistem ini akan
menstimulasi syaraf- syaraf pada otak
dibawah kesetimbangan korteks serebral
di sinilah pusat terjadi relaksasi (Buckle,
1999).
Sabun transparan merupakan sabun
yang memiliki tingkat transparansi paling
tinggi. Sabun jenis ini memancarkan
cahaya yang menyebar dalam partikel-
partikel kecil, sehinga obyek yang berada
diluar sabun akan kelihatan jelas (tembus
pandang). Sabun transparan mempunyai
busa yang lebih halus dibandingkan
dengan sabun opaque (sabun yang tidak
transparan). (Paul, 2007).
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan selama 3
bulan dari bulan Juli sampai bulan
September 2013 di Laboratorium Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan
Bogor, LIPI dan Badan Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO)..
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan adalah
timbangan analitik, alat destilasi uap air,
gelas piala, spatula, pengaduk kaca,
termometer, cetakan, oven, penangas air,
pH meter, erlemeyer, buret, dan corong
pemisah.
Bahan yang digunakan adalah akar
wangi, asam stearat, minyak kelapa,
NaOH 30% (natrium hidroksida), gliserin,
etanol 96%, gula pasir (sukrosa), coco-
DEA (dietanolamida), Natrium klorida,
asam sitrat, akuadest, metil jingga, batu
didih, kalium hidroksida (KOH 0,1 N),
asam klorida (HCl 0,1 N), asam klorida
(HCl 10%), kalium hidroksida (KOH
0,5N).
Metode Penelitian
Lingkup penelitian meliputi
pengumpulan dan penyediaan bahan yang
diperoleh dari Bogor, determinasi
tanaman, penetapan kadar air akar wangi,
-
destilasi minyak atsiri akar wangi,
formulasi sediaan sabun transparan
aromaterapi, pembuatan sabun transparan
aromaterapi, evaluasi Mutu sediaan sabun
transparan aromaterapi dan uji stabilitas.
Skema dapat dilihat pada lampiran 1.
Penyediaan dan Pengumpulan Bahan
Baku
Bahan yang akan digunakan
sebagai aromateraphy dalam proses
pembuatan sabun transparan adalah
tanaman akar wangi yang berumur 12 13
bulan yang diperoleh dari perkebunan
Kabupaten Garut.
Determinasi Tanaman
Determinasi akar wangi akan
dilakukan di Herbarium Bogoriense,
Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi -
LIPI Bogor. Jalan Raya Jakarta - Bogor
KM 46 Cibinong, Indonesia. Determinasi
tanaman dilakukan untuk memastikan
kebenaran akar wangi yang digunakan.
Penetapan Kadar Air Akar wangi
Penetapan kadar air dilakukan
dengan menggunakan alat Moisture
Balance yaitu dengan cara menyalakan
tombol on/off terlebih dahulu, kemudian
pinggan disimpan dibagian tengah dengan
penahan punch diatasnya. Lalu disetting
secara keseluruhan setelah itu ditimbang
sampel sebanyak 1 gram diatas punch
kemudian ditutup dan tekan tombol start.
Setelah proses selesai selama 10 menit
maka persen kadar air dari sampel akan
tertera secara otomatis (DepKes RI. 2002).
Destilasi Minyak Atsiri Akar Wangi Destilasi adalah suatu proses
pemurnian yang didahului dengan
penguapan senyawa cair dengan cara
memanaskannya, kemudian
mengembunkan uap yang terbentuk.
Prinsip dasar dari destilasi adalah
perbedaan titik didih dari zat-zat cair
dalam campuran zat cair tersebut sehingga
zat (senyawa) yang memiliki titik didih
terendah akan menguap lebih dahulu,
kemudian apabila didinginkan akan
mengembun dan menetes sebagai zat
murni (destilat). Metode destilasi minyak
asiri ada tiga macam yaitu Destilasi
dengan air (Water Distillation), Destilasi
dengan uap (Steam Distillation) dan
Destilasi dengan air dan uap (Water and
Steam Distillation). Mekanisme kerja
destilasi uap air ini ialah uap dari air di
dalam ketel mengalir melalui bahan yang
akan disuling dan membawa minyak asiri
kealat kondensor pendingin. Kondensor
pendingin adalah bagian dari alat
penyuling berupa tabung yang berisi air.
Tabung ini dilewati pipa yang di dalamnya
dialiri uap hasil penyulingan dari ketel
sehingga terjadi kondensasi (pencairan
uap). Cairan hasil kondensasi yang terdiri
dari campuran air dan minyak ini
ditampung dalam suatu tabung,
selanjutnya dilakukan proses pemisahan
minyak dan air (Kardinan, 2004).(Skema
destilasi dapat dilihat pada lampiran 2)
Formulasi Sabun Transparan
Aromaterapi Pada pembuatan formula sabun
transparan aromaterapi konsentrasi yang
digunakan untuk sabun aromaterapi
berdasarkan penelitian Muchtaridi (2008)
yaitu minyak Akar wangi dengan
konsentrasi 1% memiliki aktivitas sebagai
aromaterapi. Maka dalam penelitian ini
Pembuatan sabun transparan (Base Soap)
aromaterapi dengan minyak atsiri akar
wangi dengan konsentrasi 0,5%, 1% dan
1,5%. Berikut ini bahan-bahan dan cara
pembuatan untuk membuat 200 gram
sabun transparan aromaterapi. Formulasi
sabun transparan dapat dilihat pada Tabel
5 berikut ini.
-
Tabel 5. Formulasi Sabun
Transparan Aromaterapi
BAHAN F 1 (%) F 2 (%) F 3 (%)
Minyak Atsiri Akar
Wangi 0,5 1 1,5
Minyak Kelapa 20 20 20
NaOH 30% 20 20 20
Gliserin 15 15 15
Etanol 96% 16 16 16
Gula Pasir
(Sukrosa) 5 5
5
Coco DEA 5 5 5
NaCl 0,2 0,2 0,2
Asam Sitrat 3 3 3
Asam Stearat 6,5 6,5 6,5
Akuades
ditambahkan
hingga 100 100
100
Sumber : : Supandi dan Gantini,
2011.
Pembuatan Sabun Transparan Proses pembuatan sabun transparan
aromaterapi yang pertama adalah
mencairkan asam stearat pada suhu 600C
selama 15 menit, kemudian tambahkan
minyak kelapa dan aduk hingga merata.
Jika suhu mencapai 70-800C tambahkan
NaOH dan aduk selama 3-5 menit
sehingga terbentuk padatan sabun.
Kemudian tambahkan gliserin, etanol, gula
pasir, asam sitrat, coco-DEA, NaCl, dan
air hingga terbentuk sabun dasar lalu
tambahkan minyak atsiri akar wangi
kemudian aduk sehingga benar-benar
homogen sekitar 7-10 menit. Dituangkan
campuran ke dalam cetakan dan diamkan
selama 24 jam hingga sabun mengeras.
Skema dapat dilihat pada Lampiran 3.
Evaluasi Mutu Pembuatan Sabun
Transparan Evaluasi dilakukan setelah sediaan
terbentuk (Setiap 2 minggu, minggu ke-0
sampai minggu ke-8). Evaluasi pembuatan
sabun transparan meliputi :
Organoleptik
Pengamatan ini meliputi pengamatan
terhadap perubahan warna, bentuk dan
perubahan bau. Pengamatan ini dilakukan
pada sample yang disimpan pada suhu
kamar (250C-30
0C) dan suhu 40
0C
Kadar Air
Empat gram contoh ditimbang
dengan teliti menggunakan botol timbang
yang telah terukur beratnya, kemudian
dipanaskan di dalam oven bersuhu 1050C
selama dua jam sampai beratnya tetap
(SNI 06-3532-1994).
Perhitungan :
Kadar Air = W1 W2
W
Keterangan :
W = berat contoh (gram)
W1 = berat contoh + berat botol timbang
sebelum pengeringan (gram)
W2 = berat contoh + berat botol timbang
setelah pengeringan (gram).
Asam Lemak Bebas dan Alkali
Alkohol netral disiapkan dengan
cara mendidihkan 100 ml alkohol dalam
labu erlemeyer 250 ml, ditambahkan 0,5
ml larutan phenolphthalein dan
didinginkan sampai suhu 700C, kemudian
dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam
alkohol. Lima gram contoh ditimbang
dengan teliti dan dimasukan ke alkohol
netral yang telah disiapkan, tambahkan
batu didih dan pendingin tegak, kemudian
dipanaskan selama 30 menit agar cepat
larut di atas penangas air. Apabila larutan
tidak bersifat alkalis maka akan berwarna
tidak merah. Didinginkan hingga suhu
mencapai 700C dan dititar dengan larutan
KOH 0,1 N dalam alkohol sampai timbul
warna merah yang tahan selama 15 detik.
Perhitungan :
Kadar Asam Lemak Bebas = V x N x 205
W
Keterangan :
V = KOH 0,1 N yang digunakan dalam ml
N = Normalitas KOH yang digunakan
W = berat contoh yang digunakan dalam
gram
-
205 = berat setara asam laurat
Apabila larutan tersebut di atas ternyata
bersifat basa (penunjuk phenolphthalein
berwarna merah) maka yang diperiksa
bukan asam lemak bebas tetapi alkali
bebas dengan menitarnya menggunakan
HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikro buret,
sampai warna merah tepat hilang.
Perhitungan :
Kadar Alkali Bebas dihitung dengan
NaOH = V x N x 40
W
Keterangan :
V = HCl 0,1 N yang digunakan (ml)
N = Normalitas HCl yang digunakan
W = berat contoh yang digunakan (gram)
40 = berat setara NaOH.
Minyak Mineral
Lima gram contoh dimasukan ke
gelas piala, ditambahkan air dan
dipanaskan agar larut. Di tambahkan HCl
10 % berlebih sehingga metil jingga
berwarna merah dan seluruh asam lemak,
lemak netral dan bagian yang tidak
mungkin dapat disabunkan akan memisah
di lapisan atas. Di masukan ke dalam
corong pemisah dan lapisan air di
keluarkan. Di pipet 0,3 ml lapisan lemak,
tambahkan berlebih 5 ml KOH 0,5 N
dalam alkohol, panaskan sampai reaksi
penyabunan sempurna menggunakan
erlemeyer yang dilengkapi pendingin
tegak dan di didihkan selama 2 menit di
atas penangas air dan dititar dengan air
tetes demi tetes. Jika terjadi kekeruhan
berarti positif mengandung minyak
mineral, jika tetap jernih berarti tidak
mengandung minyak mineral (kurang dari
0,05 %) (SNI 06-3532-1994)
Sample dihaluskan, kemudian
timbang sebanyak satu gram dalam gelas
piala. Sebanyak 10 ml aquades pH 7
ditambahkan, lalu dilakukan pengadukan.
Setelah larut dilakukan pengukuran pH
dengan cara memasukan elektroda pH
meter yang telah dikalibrasi, diamkan
beberapa saat hingga didapat pH yang
tetap (SNI 06-3532-1994).
Uji Hedonik atau Kesukaan
Uji hedonik ini dilakukan untuk
menilai suatu sampel dengan melibatkan
beberapa panelis atau sukarelawan yang
kemudian diminta untuk memberikan
pendapatnya atau respon terhadap kualitas
suatu sampel. Uji hedonik ini dilakukan
oleh 20 panelis baik laki laki atau
perempuan (Mahasiswa Universitas
Pakuan, Bogor) terhadap sediaan sabun
transparan aromaterapi minyak asiri akar
wangi yang diperoleh dan diminta menilai
sediaan sabun transparan aromaterapi dari
minyak asiri akar wangi meliputi :bau,
warna, tekstur, busa, kesan licin atau rasa
lengket pada saat pemakaian, iritasi, dan
kesan lembut dan halus setelah pemakaian,
yaitu dengan memakai sediaan sabun
transparan aromaterapi tersebut pada
tangan yang terlebih dahulu dibasahi
dengan air, kemudian dipakai sabun
aromaterapi transparan dan diamkan
sampai sediaan sabun transparan
aromaterapi mengering ( 10 menit) lalu
bersihkan dengan air, apabila tidak terjadi
reaksi kulit yang tidak diinginkan maka
sediaan sabun transparan aromaterapi
tersebut dapat digunakan. Pengujian ini
menggunakan 4 skala kesukaan yaitu 1
(tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (suka), 4
(sangat suka). Prosedur pengujian hedonik
adalah sebagi berikut:
Dipilih 20 orang panelis, yang
dalam usia produktif dan masing-masing
panelis diberi sampel sabun transparan
aromaterapi minyak asiri akar wangi
semua formula.
1. Panelis diminta untuk menilai sifat organoleptik masing-masing sampel,
sesuai dengan formula.
2. Panelis diminta untuk memakai sediaan sabun transparan aromaterapi
pada pergelangan tangan bagian
dalam, diamkan ( 10 menit)
kemudian dibilas dan panelis diminta
menilai sediaan sabun transparan
aromaterapi tersebut sesuai
penerimaan panelis. Lembar kuisioner
terdapat pada lampiran 4.
-
Uji Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai
kemampuan suatu produk atau kosmetik
untuk bertahan dalam batas spesifikasi
yang telah ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan untuk
menjamin identitas, kekuatan, kualitas,
dan kemurnian produk tersebut, sementara
sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu
sediaan yang masih berada dalam batas
yang dapat diterima selama periode
penyimpanan dan penggunaan, dimana
sifat dan karakteristiknya sama dengan
yang dimiliki pada saat dibuat
(Djajadisastra, 2004).
Kestabilan suatu zat merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam
formulasi suatu sediaan farmasi. Perlu
diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat
sehingga dapat dipilih suatu kondisi
dimana kestabilannya optimum. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kestabilan
suatu zat antara lain adalah panas, cahaya,
kelembaban, oksigen, pH, dan bahan-
bahan tambahan yang digunakan dalam
formula sediaan tersebut (Anonim, 2004).
Uji stabilitas ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas sediaan sabun
transparan aromaterapi minyak asiri akar
wangi. Uji stabilitas ini dilakukan selama
8 minggu pada suhu kamar (25o-30
oC) dan
pada suhu 40oC suhu dipercepat. Sabun
transparan aromaterapi ditempatkan dan
dikondisikan sesuai dengan suhu tersebut.
Kemudian diamati secara berkala setiap
dua minggu sekali baik secara subjektif
(organoleptik) maupun secara kuantitatif
(kadar air, asam lemak bebas, minyak
mineral dan derajat keasaman). Uji
stabilitas yang dilakukan terdapat mutu
sabun transparan aromateraphy minyak
atsiri akar wangi dapat disajikan pada
Tabel 6 .
Tabel 6. Uji Stabilitas
Keterangan:
a. Organoleptik (bentuk, perubahan warna, dan bau)
b. Kadar air, Asam Lemak Bebas, Minyak Mineral, pH.
Minyak Atsiri Akar Wangi
Determinasi akar wangi dilakukan
di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani
Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor.
Jalan Raya Jakarta - Bogor KM 46
Cibinong, Indonesia. Determinasi tanaman
dilakukan untuk memastikan kebenaran
akar wangi yang digunakan. Hasilnya
dilihat pada Lampiran 5.
Hasil penentuan kadar air pada akar
wangi yaitu sebesar 48 %. Akar wangi
yang digunakan sebanyak 8 kg, kemudian
akar wangi dipotong-potong menjadi dua
atau tiga bagian. Diperoleh hasil minyak
atsiri 40 ml. Sehingga rendemen yang
didapat adalah 0,5%. Minyak atsiri yang
dihasilkan berwarna kekuningan dan bau
khas aromatik dari akar wangi. Hasil dapat
dilihat pada gambar 3 dan Lampiran 7.
Gambar 3. Minyak Atsiri Akar Wangi
Evaluasi Mutu Sabun Transparan
Sabun transparan minyak atsiri
akar wangi dibuat sebanyak 3 formula
dengan perbedaan konsentrasi 0,5%, 1%
dan 1,5%. Gambar sabun transparan dapat
dilihat pada gambar 4.
Suhu
Waktu/Minggu
T0 T2 T4 T6 T8
25o-
30oC Ab Ab ab ab ab
400C Ab Ab ab ab ab
-
Gambar 4. Sabun Minyak Atsiri Akar
Wangi
Hasil Pengujian organoleptik
Berdasarkan pengujian sediaan
sabun transparan yang dihasilkan pada F1,
F2 dan F3 memiliki warna kuning
kecoklatan tranparan, bau yang dihasilkan
khas akar wangi, dan bentuk sesuai dengan
cetakan.
Kadar Air
Hasil pengujian kadar air diperoleh
F1(22,5%), F2(15%), dan F3(15%), F1
tidak memenuhi syarat maksimal 15%.
Banyaknya air yang ditambahkan pada
produk sabun akan mempengaruhi
kelarutan sabun dalam air pada saat
digunakan, semakin banyak air yang
terkandung dalam sabun maka sabun akan
semakin mudah menyusut pada saat
digunakan. Hal ini disebabkan agar sabun
yang dihasilkan cukup keras sehingga
lebih efisien dalam pemakaian dan sabun
tidak mudah larut dalam air.
Asam Lemak Bebas
Hasil pengujian alkali bebas
diperoleh F1(1,2%), F2(1,2%), F3(1,2%),
semua formula memenuhi syarat, karena
syaratnya 2,5%. Penurunan kadar asam
lemak bebas disebabkan lamanya
penyimpanan sehingga asam lemak bebas
yang terkandung dalam sabun akan
berkurang kadarnya.
Mineral Bebas
Hasil pengujian mineral bebas
untuk semua formula hasilnya negatif,
artinya memenuhi syarat. Karena bila
mineral bebas ada maka sabun akan
menjadi keruh dan tidak transparan.
Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengujian pH diperoleh
F1(10,8), F2(10,7), F3(10,7), syarat pH
11, artinya semua formula memenuhi
syarat
Uji Kesukaan Uji kesukaan dilakukan untuk
mengetahui tingkat penerimaan konsumen
terhadap suatu produk sebelum produk
tersebut dijual secara massal. Uji
organoleptik yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah uji kesukaan dengan
skala hedonik terhadap 20 panelis yang
meliputi tujuh parameter yang di uji yaitu
meliputi kesukaan terhadap tekstur, warna,
bau, busa, kesan licin atau lengket pada
saat pembilasan, kesan lembut atau halus
setelah pemakaian dan iritasi terhadap
pengaruh formulasi. Pada uji organoleptik,
panelis akan diminta tanggapannya
terhadap tiga jenis sabun transparan yang
akan diuji. Tanggapan yang diberikan oleh
panelis diwujudkan dalam bentuk nilai
antara 1 sampai dengan 4 dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Nilai 1 menyatakan bahwa panelis memberikan tidak suka
2. Nilai 2 menyatakan bahwa panelis memberikan kurang suka
3. Nilai 3 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan suka
4. Nilai 4 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan sangat suka.
Pada uji organoleptik ini ke tiga
formula sabun transparan yang diujikan
diberi kode angka acak. Tujuan
penggunaan kode berupa angka acak
tersebut adalah untuk menghindari
penafsiran panelis terhadap sampel uji dan
panelis tidak membandingkan sampel.
Hasil dapat dilihat pada gambar 4 dan
Lampiran 4 .
-
Gambar 4. Diagram Batang Hasil
Uji Kesukaan .
Aroma atau Bau
Aroma atau merupakan salah satu
parameter yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam memilih sabun. Sabun
yang memiliki bau yang menarik tentunya
akan dipilih oleh banyak konsumen.
Berdasarkan hasil pengujian diagram
terhadap 20 panelis formula yang paling
banyak disukai panelis terhadap aroma
atau bau yaitu formula 2. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Gambar 4,dan
Lampiran 6.
Tekstur
Uji tekstur merupakan uji untuk
menilai penampilan dari sabun transparan
yang dihasilkan. Berdasarkan hasil
pengujian diagram terhadap 20 panelis
formula yang paling banyak disukai
panelis terhadap tekstur yaitu formula 2.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar
4, dan Lampiran 6.
Busa
Busa merupakan salah satu hal
penting pada produk sabun. Pada
umumnya konsumen lebih menyukai
sabun yang memiliki pembusaan yang
lebih banyak dibandingkan dengan sabun
yang pembusaannya sedikit. Berdasarkan
hasil pengujian diagram terhadap 20
panelis formula yang paling banyak
disukai panelis terhadap busa yaitu
formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Gambar 4, dan Lampiran 6.
Warna
Uji warna merupakan uji yang
dinilai panelis terhadap warna yang
dihasilkan terhadap sabun. Berdasarkan
hasil pengujian diagram terhadap 20
panelis formula yang paling banyak
disukai panelis terhadap warna yaitu
formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Gambar 8, dan Lampiran 6 .
Kesan Licin
Uji kesan licin merupakan uji yang
di nilai panelis mengenai kesan licin pada
saat pemakaian. Berdasarkan hasil
pengujian diagram terhadap 20 panelis
formula yang paling banyak disukai
panelis terhadap kesan licin yaitu formula
2. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Gambar 8, dan Lampiran 6.
Kesan Lembut Berdasarkan hasil pengujian
diagram terhadap 20 panelis formula yang
paling banyak disukai panelis terhadap
kesan lembut setelah pemakaian, yaitu
formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Gambar 4, dan Lampiran 6.
Uji Iritasi
Dari hasil pengamatan uji
kesukaan berdasarkan parameter efek
iritasi terhadap 20 orang panelis dengan
metode uji tempel tertutup pada lengan
atas bagian dalam menunjukkan sabun
tidak menimbulkan efek iritasi terhadap
panelis karena tidak ditemukannya gejala
timbulnya warna merah dan kulit tidak
terasa gatal setelah pemakaian. Hasil Uji
iritasi terhadap panelis dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Uji Statistik
Untuk memperoleh suatu
kesimpulan dari kesukaan panelis maka
harus dilakukan analisis data secara
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
menggunakan SPSS 17. Hasil uji statistik
sigma < 0,1 untuk parameter aroma,
tekstur, warna, artinya ada perbedaan
nyata di semua formula.
0
2
42.9 3.1 3.2 3.2 2.95 2.95
3.75 3.55 3.5 3.65 3.25 3.15
2.15
3.25 3.42.75 2.95 3.05
Nil
ai R
ata-
rata
Uji
K
esu
kaan
F1
F2
F3
-
Hasil uji statistik sigma > 0,1
untuk parameter busa, kesan licin, dan
kesan lembut, artinya tidak ada perbedaan
nyata di semua formula. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
11
Uji Stabilitas Sabun Transparan
Sabun transparan diuji stabilita
pada suhu kamar 25-300C dan suhu 40
0C
(stabilita dipercepat) selama 8 minggu.
Hasil pengamatan dari uji bentuk sediaan
sabun transparan aromaterapi minyak
atsiri akar wangi menunjukkan bahwa
semua formula selama pengujian baik
pada suhu 25-30C mempunyai dan suhu
40C pada minggu ke-0 sampai minggu
ke-6 menunjukkan tidak adanya perubahan
tetapi pada minggu ke-8 menunjukkan
perubahan bentuk sabun menjadi mengerut
atau menyusut dari segi bentuk ukurannya
hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu dan
waktu penyimpanan yang semakin lama.
Data terdapat pada tabel 7
Tabel 7. Hasil Pengamatan Bentuk Sabun
Transparan Minggu
ke-
Bentuk
Suhu 25-30C Suhu 40C
F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3
0 + + + + + +
2 + + + + + +
4 + + + + + +
6 + + + + + +
8 + + + - - -
Keterangan : (-) : Bentuk Mengerut
(+) : Bentuk Stabil atau
tidak berubah
Hasil pengamatan berdasarkan
pengujian bau sediaan sabun transparan
aromaterapi minyak atsiri akar wangi
menunjukkan bahwa semua formula
selama penyimpanan pada suhu 25-30C
dan Suhu 40C selama dua bulan
mempunyai bau tetap khas akar wangi.
Hal ini menunjukkan bahwa bau pada
sediaan cukup baik dan stabil selama
penyimpanan dua bulan. Data terdapat
pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau Sabun
Transparan Minggu
ke-
Bau
Suhu 25-30C Suhu 40C
F 1 F2 F 3 F 1 F2 F 3
0 + + + + + +
2 + + + + + +
4 + + + + + +
6 + + + + + +
8 + + + + + +
Keterangan : (-) : Bau berubah
(+) : Bau khas akar
wangi
Hasil pengamatan warna pada
sediaan sabun transparan aromaterapi
minyak atsiri akar wangi menunjukkan
bahwa semua formula selama
penyimpanan pada suhu kamar (Suhu 25-
30C) dan (Suhu 40C) tidak mengalami
perubahan warna selama 8 minggu . Data
terdapat pada tabel 9.
-
Tabel 9. Hasil Pengamatan Warna Sabun
Transparan Min
ggu
ke-
Warna
Suhu 25-30C Suhu 40C
F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3
0 + + + + + +
2 + + + + + +
4 + + + + + +
6 + + + + + +
8 + + + + + +
Keterangan : (-) : Warna berubah
(+) : Warna Kuning
kecoklatan
Evaluasi Sabun Transparan
Aromaterapi
Kadar Air
Tabel 10. Kadar Air Sabun Transparan
Aromaterapi Minyak Akar
Wangi Suhu 25-30oC dan 40C
Mingg
u ke-
Kadar Air (%)
Suhu 25-30C Suhu 40C
F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3
0 22,5%
15,0%
15,0%
22,5%
15,0%
15%
2 20,0
%
15,0
%
12,5
%
17,5
%
15,0
%
15,0
%
4 15,0%
15,0%
12,5%
15,0%
12,5%
10,0%
6 15,0
%
12,5
%
12,5
%
15,0
%
10,0
%
10,0
%
8 15,0%
12,5%
12,5%
12,5%
10,0%
10,0%
Hasil analisis kadar air sabun transparan
aromaterapi minyak atsiri akar wangi F1
pada minggu ke-0, dan minggu ke-2
penyimpanan suhu 25-30oC dan suhu
40C tidak memenuhi standar mutu sabun
SNI karena hasil kadar air melebihi 15%.
Seluruh formula selama penyimpanan
pada suhu 25-300C dan 40
0C selama 8
minggu mengalami penurunan, karena
kemungkinan air dalam sabun menguap
pada suhu dan waktu tertentu sehingga
kadar airnya menurun. Data terdapat
pada tabel 7.
Asam Lemak Bebas Tabel 12. Asam Lemak Bebas Sabun
Transparan Aromaterapi
Minyak Akar Wangi pada
Suhu 25-30oC dan Suhu 40
oC.
Minggu
ke-
Asam Lemak Bebas (%)
Suhu 25-30C Suhu 40C
F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3
0 1,2% 1,2% 1,2% 1,2% 1,2% 1,2%
2 1,2% 1,2% 1,2% 1,2% 1,2% 1,1%
4 1,1% 1,1% 1,2% 1,6% 1,2% 1,6%
6 1,1% 1,0% 1,6% 1,6% 1,2% 1,6%
8 1,6% 1,6% 1,2% 1,2% 1,2% 1,2%
Asam lemak bebas dalam sabun
adalah asam lemak yang tidak terikat
sebagai senyawa dengan natrium ataupun
trigliserida. Kandungan asam lemak bebas
dalam sabun mandi menurut SNI 06-3532-
1994 adalah kurang dari 2,5%. Hasil
analisis menunjukkan bahwa asam lemak
bebas pada sabun transparan rata-rata
lebih rendah dari 2,5% dan memenuhi SNI
06-3532-1994. Asam lemak bebas tidak
diharapkan tinggi pada sabun karena akan
mengurangi daya ikat sabun terhadap
kotoran minyak, lemak atau pun keringat.
Selama penyimpanan suhu 25-300C dan
400C selama 8 minggu mengalami
penurunan, disebabkan lamanya
penyimpanan sehingga asam lemak bebas
yang terkandung dalam sabun akan
berkurang kadarnya. Data dapat dilihat
pada Tabel 12.
Mineral Bebas
Mineral bebas merupakan zat atau
bahan tetap sebagai minyak, namun saat
penambahan air akan terjadi emulsi antara
air dan minyak yang ditandai dengan
kekeruhan. Mineral merupakan senyawa
yang mengandung unsur logam. Analisis
-
minyak mineral pada sabun merupakan
salah satu parameter penting yang harus
dilakukan pada standar mutu sabun.
Kandungan minyak mineral pada sabun
sangat tidak diharapkan karena akan
menurunkan daya emulsi dari sabun
tersebut. Minyak mineral adalah minyak
hasil penguraian bahan organik. Minyak
mineral biasanya terdapat di alam, contoh
minyak mineral adalah bensin, solar dan
minyak tanah sehingga hal ini tidak boleh
ada pada kosmetik. Minyak mineral dalam
sabun harus negatif itu berarti sabun tidak
mengandung minyak mineral yang
ditunjukan dengan tidak terjadinya
kekeruhan pada saat titrasi dengan
menggunakan air. Hasil analisis pada
sabun transparan aromaterapi dari minyak
atsiri akar wangi untuk semua formula
menunjukkan hasil yang negatif terhadap
minyak mineral pada minggu ke-0 sampai
minggu ke 8 terhadap penyimpanan pada
suhu 25-30oC dan suhu 40
oC selama dua
bulan. Hal ini menunjukkan bahwa sabun
transparan aromaterapi memenuhi standar
mutu sabun mandi menurut SNI.
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan
salah satu parameter penting dalam
analisis produk sabun atau kosmetik
karena bila pH yang terkandung dalam
sabun terlalu rendah atau terlalu tinggi
dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Oleh
karena itu, pH produk kosmetik sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi kulit yaitu
berkisar 4,5-7 tetapi pada umumnya
derajat keasaman (pH) pada sabun lebih
berada pada kondisi basa dibandingkan
dengan kondisi asam. Hasil pengukuran
menggunakan alat pH meter terlihat nilai
derajat keasaman (pH) sabun transparan
aromaterapi berkisar 9,7-10,8. Hal ini
berarti pH pada sabun transparan
aromaterapi pada suhu suhu 25-30oC dan
suhu 40oC memenuhi standar pH sabun
mandi yaitu tidak melebihi pH 11. Data
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengukuran Derajat Keasaman
(pH) Sabun Transparan Aromaterapi
Minyak Atsiri Akar Wangi Pada Suhu 25-
30oC dan 40C
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.)
Roberty dapat diformulasikan
sebagai bahan aktif dalam
pembuatan sediaan sabun
transparan aromaterapi.
2. Berdasarkan uji kesukaan terhadap panelis, formula yang
paling disukai panelis yaitu pada
formula II dengan konsentrasi
1% dengan parameter pengujian
bau, warna, tekstur, busa, kesan
licin atau lengket pada saat
pembilasan, kesan lembut atau
halus setelah pemakaian dan
untuk uji iritasi.
3. Ketiga formula sediaan sabun transparan aromaterapi dengan
minyak atsiri akar wangi
(Chrysopogon zizanioides (L.)
Roberty stabil pada suhu 25C-
30C selama penyimpanan 2
bulan dibandingkan
penyimpanan pada suhu 40.
Minggu
ke-
pH
Suhu 25-30C Suhu 40C
F 1 FII FIII F 1 FII FIII
0 10,8 10,7 10,7 10,8 10.7 10,7
2 10,7 10,7 10,6 10,7 10,7 10,6
4 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8
6 9,7 9,7 9,7 9,8 9,7 9,8
8 9.7 9,7 9,8 9,8 9,7 9,8
-
Saran
Perlunya perbaikan dalam teknik
pembuatan sabun transparan yaitu
dilakukannya pengadukan yang homogen
dan cepat dengan menggunakan alat
homogenizer .
.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Penuntun Praktikum
Farmasi Fisika. Laboratorium
Farmasi. Program Studi Farmasi.
Universitas Pakuan. Bogor.
________.2002. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia,
1994. Standar Mutu Sabun Mandi.
SNI 06-3532-1994. Dewan Standar
Nasional. Jakarta.
Bailey, AE. 1979. Industrial Oil and Fat
Product. Interscholastic
Publishing, Inc. New York.
Buchbauer, G., Jager, W., Dietrich, H.,
Plank, Ch., and Karamat, E. 1991.
Aromatherapy: Evidence for
Sedative Effects of Essential Oil of
Lavender after Inhalation. Journal
of Biosciences; 46c, 1067-1072.
Buckle, J. 1999. Use of Aromatherapy as
Complementary Treatment for
Chronic Pain. J. Alternative
Therapiess; 5, 42-51.
Butler, 2001. Pouchers Perfumes,
Cosmetics and Soap. Kluwer
Academic Publisher. London.
DepKes., RI. 1986. Sediaan Galenik.
Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta.
Djajadisastra, J. 2004. HIKI. Departemen
Farmasi, FMIPA. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Jilid
I. UI-PRESS. Jakarta.
Hambali, E. A. Suryani dan M. Rival.
2005. Membuat Sabun Transparan.
Penebar Plus. Jakarta.
Kardinan, A. 2004. Nilam Tanaman
Beraroma Wangi untuk Industri
Parfum dan Kosmetika. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta
Lachman, L., Lieberman, H. A dan
Kanigh, J.L. 2004. Teori dan
Praktek Farmasi Industri.
Universitas Indonesia. Jakarta
Luthony, T, L. dan Rahmawati. 1994.
Produksi dan Perdagangan Minyak
Atsiri.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Muchtaridi, 2008. Penelitian
Pengembangan Minyak Atsiri
Sebagai Aromaterapi dan
Potensinya Sebagai Produk
Sediaan Farmasi. Fakultas
Farmasi Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat Buku
Ajar Farmakologi Dan
Toksikologi. Edisi V, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Hal: 577-579.
Nurzaman, 1999. Pemanfaatan Limbah
Padat Penyulingan Minyak
Atsiri Akar Wangi (Vetiveria
zizanioides) Sebagai Substitusi
Tepung Kayu Pada Proses
Produksi Obat Nyamuk Bakar
(Double Coil). Skripsi ,Fakultas
Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
-
Paul, S. 2007. Fatty Acid and Soap
Making http://www.soap-
makingresource com/fatty -acid-
soap-making.html [18 Agustus
2008.
Prawiropoetro, H.R.T. Soekardjo,
1995.Dasar-dasar Teknologi
Minyak Atsiri. PT Petrokimia
Gresik (Persero). Gresik.
Qisti, R. 2009. Sifat Kimia Sabun
Transparan Dengan Penambahan
Madu Pada Konsentrasi Yang
Berbeda. Skripsi Fakultas
Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rumondang, B., 2004, Esterifi kasi
Patchouli Alkohol Hasil Isolasi
Dari Minyak Daun Nilam
(Patchouli Oil), Universitas
Sumatera Utara, hlm. 1-2.
Santoso, H B. 1993. Akar Wangi
Bertanam dan Penyulingan. Penerbit
Kanisius,
Yogjakarta.
Somantri. (2007). Pengertain Luka dan
faktor yang mempengaruhi
Penyembuhan Luka. Referensi:
http://www.irmanthea.blogspot.
com/2012/23 diakses (Jumat,
21 Desember 2012, 17.00 wib).
SNI 06-3532. 1994. Sabun Mandi. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Spitz, L. 1996. Soap and Detergent a
Theoritical and Practical Review.
AOCS Press, Champaign-Illinois.
Supandi dan Gantini. 2011. Formulasi
Sabun Transparan Minyak Nilam
Sebagai Obat Jerawat. Universitas
Muhammadiyah.
Sunandar, C. (2008). Produksi Minyak
Akar Wangi (Java Vetiver Oil)
Dengan Destiasi Uap dan Analisis
Kadar Khusimolnya Dengan GC
MS. Sekolah Farmasi ITB :
diterbitkan.
Tonny dan Yeyet. 1994. Tanaman Akar
wangi. Kanisius , Yogyakarta.
Tarigan, N. 2006. Jenis jenis Serangga
dan Intensitas Serangannya Pada
Berbagai Pola Tanaman Akar
Wangi. Buletin Teknik Pertanian
II.I
Wade, A. and Weller. 1994. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Second
Edition. The American
Pharmaceutical Association.
Washington, USA.
Wasitaatmadja, Ss.M. 1997. Penuntun
Ilmu Kosmetik Medik. UI Press.
Jakarta.
http://www.soap-makingresource/http://www.soap-makingresource/