pembuatan asam lemak secara enzimatik dari biji …
TRANSCRIPT
PEMBUATAN ASAM LEMAK SECARA ENZIMATIK
DARI BIJI KEMIRI
SKRIPSI
Oleh :
IDO APRILIAN ARAPEN TARIGAN
130405099
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
PEMBUATAN ASAM LEMAK SECARA ENZIMATIK
DARI BIJI KEMIRI
SKRIPSI
Oleh :
IDO APRILIAN ARAPEN TARIGAN
130405099
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PEMBUATAN ASAM LEMAK SECARA ENZIMATIK
DARI BIJI KEMIRI
Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi
ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan – kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian
hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku
Medan, 17 Juli 2019
Ido Aprilian Arapen Tarigan
NIM : 130405099
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan
ini merupakan Skripsi dengan judul “Pembuatan Asam Lemak Secara
Enzimatik Dari Biji Kemiri” ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Teknik.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, ST. MT selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian.
2. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.Si selaku Koordinator Penelitian Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Maya Sarah, S.T.,M.T., Ph.D selaku Dosen Penguji I dan Ketua Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Okta Bani S.T., M.T. selaku Dosen Penguji II yang turut memberikan
arahan dan saran untuk kemajuan penelitian dan skripsi
5. Seluruh dosen dan staff yang memberikan ilmu dan membantu dalam urusan
birokrasi selama di kampus.
6. Orang tua penulis yang telah banyak mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan hasil penelitian ini baik secara spiritual maupun material.
7. Seluruh anggota keluarga besar Kempu Ribu yang selalu mendoakan dan
memberikan nasihat kepada penulis. Terkhususnya kepada Nenek Ribu yang
selalu mendoakan penulis.
8. Joseph Osvaldo Ardilles Tambun selaku partner yang telah bekerjasama penuh
selama penyelesaian proposal penelitian.
9. Seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara, teman-teman
angkatan stambuk 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang telah banyak memberikan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
v
10. Seluruh keluarga besar komunitas Investor Saham Pemula (ISP), khususnya
anggota komunitas Investor Saham Pemula (ISP) Medan yang memberikan
dukungan dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini
11. Seluruh keluarga besar anggota Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) USU,
khususnya Marudut, Jihan, Gracia dan Rahmat yang selalu menjadi tempat
bertukar pikiran penulis baik tentang skripsi ataupun dunia pasar modal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2019
Penulis,
Ido Aprilian Arapen Tarigan
Universitas Sumatera Utara
vi
DEDIKASI
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Bapak & Ibu tercinta
Bapak G.J Tarigan dan Ibu Sri Maha Mersy Surbakti
Mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan, mendidik
dan mendukungku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada hentinya,
yang telah bapak dan ibu berikan kepadaku selama ini
Keluarga Besar Kempu Ribu dan Kempu Biring
Terima kasihku untuk segala motivasi, dukungan dan kasih sayangmu
Universitas Sumatera Utara
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama: Ido Aprilian Arapen Tarigan
NIM: 130405099
Tempat/Tanggal Lahir: Medan, 10 April 1995
Nama Orangtua: Gelora Jansen Tarigan dan Sri Maha Mersy
Surbakti
Alamat Orangtua:
Jalan Bunga Kenanga no 1M Pasar 3, Padang Bulan, Kota
Medan, Sumatera Utara
Asal Sekolah:
• TK RU II Dumai, Tahun 2000 – 2001
• SD 1 YKPP Dumai, Tahun 2001 – 2007
• SMP Negeri 2 Dumai, Tahun 2007 – 2010
• SMA Swasta Santo Thomas 1, Tahun 2010 – 2013
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) FE USU sebaga Ketua Divisi Edukasi
(2018 – 2019).
2. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU sebagai Anggota
Umum (2017 – 2018).
3. Komunitas Investor Saham Pemula (ISP) Medan sebagai Ketua (2017 - sekarang).
4. Kerja Praktek di PERTAMINA RU II Dumai. (2017).
Artikel yang dipublikasikan dalam IOP Conference Series : Material Science and
Engineering
“Fatty Acid Direct Production from Palm Kernel Oil”
Universitas Sumatera Utara
viii
PEMBUATAN ASAM LEMAK SECARA ENZIMATIK
DARI BIJI KEMIRI
ABSTRAK
Biji kemiri memiliki kandungan minyak sekitar 60%. Minyak pada biji kemiri dapat
dimanfaatkan dengan merubahnya menjadi oleokimia seperti cat, pernis, sabun, obat,
kosmetik dan bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan asam lemak
secara langsung dari biji kemiri dengan cara mengaktifkan enzim lipase yang
terdapat pada biji kemiri. Penelitian ini dilakukan dengan variasi waktu perendaman,
penambahan air dan pengadukan. Adapun metode penelitian ini dilakukan dengan
memecah biji kemiri secara manual, selanjutnya diblender dengan air dan direndam
dengan variasi waktu yang telah ditentukan pada suhu 35⁰C dan 30⁰C. Selama
perendaman dilakukan uji pH untuk mengetahui pH reaksi dan dilakukan
pengadukan menggunakan Mixer dengan kecepatan 360 rpm selama 10 menit setiap
2 jam. Campuran biji kemiri dan air dipanaskan didalam oven untuk menghilangkan
kanduan air dan dilakukan hand press untuk memisahkan padatan dan minyak
kemiri. Minyak kemiri yang dihasilkan dilakukan uji kadar asam lemak bebas, uji
densitas, uji viskositas. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa enzim kemiri
dapat diaktifkan secara langsung untuk menghasilkan asam lemak. Kadar asam
lemak tertinggi pada penelitian ini sebesar 9,5% yang dicapai pada suhu 35⁰C dan
pada waktu reaksi 24 jam dengan pengadukan dan penambahan air 40%.
Kata kunci: Asam lemak bebas, biji kemiri, enzim lipase, penambahan air,
pengadukan, waktu perendaman
Universitas Sumatera Utara
ix
MAKING ENZIMATIC FATTY ACID FROM CANDLENUT
SEEDS
ABSTRACT
Candlenut seeds have an oil content of around 60%. Oil in candlenut seeds can be
utilized by turning it into oleochemicals such as paint, varnish, soap, medicine,
cosmetics, and fuel. This study aims to produce fatty acids directly from Candlenut
seeds by activating the lipase enzyme found in Candlenut seeds. This research was
conducted with variations in immersion time, the addition of water and stirring. The
method of this research is done by manually breaking the candlenut seeds, then
blending it with water and soaking it with a predetermined time variation at
temperatures of 35⁰C and 30⁰C. During the immersion, a pH test was carried out to
determine the reaction pH and stirring was carried out using a mixer with a speed of
360 rpm for 10 minutes every 2 hours. A mixture of candlenut seeds and water is
heated in the oven to eliminate water addiction and hand press is done to separate
solids and candlenut oil. The candlenut oil produced is tested for free fatty acid,
density test, viscosity test. From this study, it can be concluded that Candlenut
enzymes can be activated directly to produce fatty acids. The highest fatty acid level
in this study was 9.5% which was achieved at 35⁰C and at reaction time of 24 hours
with stirring and 40% addition of water.
Keywords: Free fatty acids, candlenut seeds ,lipase enzymes, immersion time,
stirring, an addition of water
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN SKRIPSI ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
DAFTAR SIMBOL xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN 2
1.5 RUANG LINGKUP 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 TANAMAN KEMIRI 4
2.1.1 Komponen Asam Lemak Minyak Kemiri 5
2.1.2 Mutu Minyak Kemiri 5
2.2 ASAM LEMAK 6
2.2.1 Sumber Asam Lemak 6
2.2.2 Proses Pembuatan Asam Lemak 7
2.2.2.1 Hidrolisa Minyak Kemiri 7
2.2.2.2 Hidrolisa Minyak Kemiri secara Enzimatik 7
Universitas Sumatera Utara
xi
2.2.2.3 Hidrolisa Secara Langsung Biji Kemiri
Secara Enzimatik 8
2.2.2.4 Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan
Asam Lemak 9
2.2.2.5 Pengaruh Pengadukan dan Lama Waktu
Pengadukan Terhadap Perolehan Asam
Lemak 10
2.2.2.6 Pengaruh Penambahan Air Terhadap
Perolehan Asam Lemak 11
2.3 ENZIM 11
2.4 ENZIM PADA KEMIRI 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15
3.1 LOKASI PENELITIAN 15
3.2 BAHAN DAN PENELITIAN 15
3.2.1 Bahan Penelitian 15
3.2.2 Peralatan Penelitian 15
3.3 PROSEDUR PERCOBAAN 15
3.3.1 Ekstraksi Minyak Biji Kemiri 16
3.3.2 Prosedur Analisa Minyak Kemiri 17
3.3.2.1 Prosedur Analisa Kadar Asam Lemak Bebas 17
3.3.2.2 Prosedur Analisa Densitas 17
3.3.2.3 Prosedur Analisa Viskositas 18
3.3.2.4 Prosedur Analisa PH 18
3.3.2.5 Analisa Komposisi Asam Lemak Bebas Dari
Minyak Yang Dihasilkan Menggunakan GCMS 19
3.4 FLOWCHART PENELITIAN 20
3.4.1 Flowchart Ekstraksi Minyak Biji Kemiri 20
3.4.2 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Kadar
Asam Lemak Bebas 21
3.4.3 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Densitas 22
3.4.4 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Viskositas 23
3.4.5 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian PH 24
Universitas Sumatera Utara
xii
3.5 RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN 25
3.5.1 Rancangan Percobaan Penelitian 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27
4.1 Pengaruh Variabel Waktu Reaksi Dan Pengadukan Terhadap
Kadar Asam Lemak 27
4.2 Pengaruh Variabel Penambahan Air Terhadap Kadar Asam
Lemak 32
4.3 Analisa Sifat Fisik Minyak Kemiri 34
4.4.1 Analisa Densitas 34
4.4.2 Analisa Viskositas 35
4.4.3 Analisa pH 35
4.4 Kandungan Asam Lemak Bebas Minyak Kemiri
(Candlenut Oil) 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN A : DATA HASIL PERCOBAAN 42
LAMPIRAN B : HASIL PERHITUNGAN 50
LAMPIRAN C : DOKUMENTASI PENELITIAN 53
LAMPIRAN D : HASIL UJI LABORATORIUM 59
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Minyak Dengan Air 7
Gambar 2.2 Hidrolisa Minyak dengan Enzim Lipase 8
Gambar 2.3 Skema Aktivitas Enzim 12
Gambar 2.4 Tahap Hidrolisis Trigliserida Dengan Lipase 14
Gambar 3.1 Flowchart Ekstraksi Minyak Biji Kemiri 20
Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 21
Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Densitas 22
Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Viskositas 23
Gambar 3.5 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian PH 24
Gambar 4.1 Hubungan Antara Waktu Reaksi Dan Pengadukan Terhadap
FFA Pada Kondisi Suhu Reaksi 35oc Dan 30oc pada
Penambahan Air 10% (a), 20% (b), 30% (c) dan 40% (d)
Terhadap Massa Biji Kemiri Disertai Dengan Pengadukan
Dan Tanpa Pengadukan 27
Gambar 4.2 Hubungan antara Penambahan Air Terhadap FFA
pada Kondisi Suhu Reaksi 35oC dan 30oC pada
Waktu Reaksi 2 Jam (a), 6 jam (b), 12 jam (c), 24 jam (d)
dan 48 jam (e) disertai Dengan Pengadukan
dan Tanpa Pengadukan. 32
Gambar 4.3 Hasil Uji Gas Chromatography (GC) Minyak Kemiri 36
Gambar LC.1 Biji Kemiri 53
Gambar LC.2 Pemisahan Biji Kemiri Dan Cangkang Kemiri 53
Gambar LC.3 Penghalusan Biji Kemiri Dengan Blender 54
Gambar LC.4 Pengadukan Biji Kemiri Dan Air Menggunakan Mixer 54
Gambar LC.5 Proses Reaksi Pada Suhu Optimum 55
Gambar LC.6 Pemanasan Dengan Oven Untuk Menghilangkan Air 55
Gambar LC.7 Minyak Kemiri 56
Gambar LC.8 Analisa Asam Lemak Bebas DenganTitrasi NaOH 56
Gambar LC.9 Analisa PH 57
Universitas Sumatera Utara
xiv
Gambar LC.10 Analisa Densitas 57
Gambar LC.11 Analisa Viskositas 58
Gambar LD.1 Hasil Analisa Gas Chromatography (GC) 59
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kemiri 5
Tabel 2.2 Sifat Kimia Dan Fisika Kemiri Menurut SNI 01-4462-1998 6
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian 25
Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak pada Minyak
Kemiri Hasil Uji Gas Chromatography (GC) 37
Tabel LA.1 Hasil Titrasi NaOH untuk Analisa Kadar Asam Lemak Bebas 42
Tabel LA.2 Hasil Analisa Densitas Dan Viskositas Minyak Kemiri 46
Tabel LA.3 Hasil Analisa pH 59
Universitas Sumatera Utara
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A : DATA HASIL PENELITIAN 42
LA.1 Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas 42
LA.2 Hasil Analisa Densitas Dan Viskositas 46
LA.3 Hasil Analisa pH 49
LAMPIRAN B : HASIL PERHITUNGAN 50
LB.1 Perhitungan FFA 50
LB.2 Perhitungan Densitas Minyak Kemiri 50
LB.2 Perhitungan Viskositas Minyak Kemiri 51
LAMPIRAN C : DOKUMENTASI PENELITIAN 53
LC.1 Biji Kemiri 53
LC.2 Foto Persiapan Bahan Baku 53
LC.3 Proses Reaksi 54
LC.4 Pemisahan Minyak Kemiri Dan Padatan 55
LC.5 Analisa Minyak Kemiri 56
LAMPIRAN D : HASIL UJI LABORATORIUM 59
LD.1 Hasil Analisa Gas Chromatography (GC) 59
Universitas Sumatera Utara
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ASTM American Standard Testing Method
AOCS American Oil Chemist’s Society
NAOH Natrium Hidroksida
BM Berat Molekul
GCMS Gas Chromatography-Mass Spectrometry
FFA Free Faty Acid
Universitas Sumatera Utara
xviii
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan Satuan
ρ Densitas kg/m3
µ Viskositas kg/m.s
η Koofisien Viskositas -
T Suhu oC
V Volume Ml
M Berat Molekul Gram/Mol
m Massa Gram
K Konstanta kalibrasi viskosimeter kg/m.detik2
N Normalitas N
s Spesifik Graviti -
t Waktu Detik
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kemiri atau yang dikenal dengan nama latin Aleurites moluccana
(L.) Willd, merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Di
Indonesia, tanaman kemiri dapat dijumpai hampir disetiap pulau terutama di
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi
Selatan, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Secara tradisional, kegunaan tanaman
kemiri sangat luas. Hampir setiap bagian dari pohon kemiri dapat digunakan,
termasuk daunnya, kulit, buah, kayu, akar, getah dan bunga dapat digunakan
untuk obat, bahan bakar obor, bahan bangunan, pewarna, makanan, dan kegunaan
lainnya. Minyak biji kemiri murni secara luas dijual kedalam industry kosmetik
dan setelah dihilangkkan minyaknya, ampas biji juga dapat digunakan sebagai
pupuk (Krisnawati, dkk. 2011) dengan memperhatikan letak geografis, sumber
daya lahan, sumber daya manusia serta mudahnya kemiri untuk tumbuh di
Indonesia maka kemiri dapat menjadi suatu komoditi andalan untuk agribisnis di
Indonesia.
Tanaman kemiri memiliki banyak manfaat, baik dari daun, kulit batang,
maupun bijinya. Namun, nilai ekonomis tertinggi tanaman kemiri terletak pada
bijinya. Biji kemiri memiliki kandungan minyak minimal sebesar 60% (SNI.
1998). Berdasarkan penelitian Rashmi dan Bhardwaj, kandungan minyak lemak
pada inti biji kemiri pada basis kering sebesar 58,15% dan 60,68% pada keadaan
bebas kelembaban (Rashmi dan Bhardwaj. 2015). Biji kemiri dapat digunakan
untuk memasak, obat, kosmetik dan sebagainya (Krisnawati, dkk. 2011). Melihat
banyaknya kandungan minyak pada biji kemiri maka biji kemiri dapat
dimanfaatkan dengan merubahnya menjadi oleokimia seperti cat, pernis, sabun,
obat, kosmetik dan bahan bakar. Pada akhir-akhir ini oleopangan dan oleokimia
dari bahan nabati lebih disenangi para konsumen dibandingkan dengan
oleopangan dan oleokimia yang berasal dari hewan atau dari bahan sintetik,
Universitas Sumatera Utara
2
karena sifatnya yang biodegradable dan harganya yang lebih murah (Tambun.
2002).
Salah satu pemanfaatan oleokimia yang dapat diperoleh dari minyak
kemiri adalah asam lemak. Bagi Indonesia, kebutuhan akan asam lemak ini akan
semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang, karena asam lemak ini banyak
dipakai pada berbagai industri seperti industri ban, kosmetik, plastik, cat, farmasi,
deterjen dan sabun (Tambun. 2002). Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu
langkah dalam pemenuhan asam lemak di Indonesia. Selama ini penyebab utama
kurangnya minat para pengusaha untuk memproduksi asam lemak adalah karena
proses pembuatannya yang dinilai tidak ekonomis. Oleh sebab itu, perlu dikaji
metode alternatif yang lebih murah dan lebih efisien untuk memproduksi asam
lemak, yaitu dengan mengaktifkan enzim lipase pada biji kemiri.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam industri kimia, cara yang digunakan untuk memproduksi asam
lemak yakni dengan hidrolisa minyak dengan menggunakan air ataupun dengan
cara menghidrolisa minyak kemiri secara enzimatik, yaitu dengan menggunakan
enzim lipase. Ditinjau dari segi ekonomi dan teknik, kedua cara ini dinilai kurang
efisien karena untuk pembuatan asam lemak ini diperlukan terlebih dahulu satu
pabrik pengolahan bahan baku. Pada proses hidrolisa minyak dengan
menggunakan air dibutuhkan energi dan tekanan tinggi sehingga akan
meningkatkan cost yang dikeluarkan dan pada hidrolisa minyak secara enzimatis,
adapun kendala utama adalah mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli
enzim. Untuk mengatasi hal ini, perlu dikaji suatu alternatif proses pembuatan
asam lemak yang lebih murah. Alternatif proses yang akan dikaji adalah dengan
memproduksi secara langsung asam lemak dari biji kemiri secara enzimatik, yaitu
dengan cara mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada biji kemiri.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan asam lemak secara langsung
dari biji kemiri dengan cara mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada biji
kemiri.
Universitas Sumatera Utara
3
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan menjadi teknologi dan
informasi dalam menghasilkan asam lemak dengan cara yang lebih mudah dan
murah serta meningkatkan nilai tambah kemiri.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Mikrobiologi,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Pada
penelitian ini akan diamati kenaikan kandungan asam lemak dalam biji kemiri
akibat aktifitas enzim lipase. Kondisi percobaan yang akan dilakukan akan
meliputi penambahan air, waktu perendaman, dan temperatur, yang disesuaikan
dengan aktifitas optimum dari enzim lipase sebagai fungsi waktu. Perlakuan
secara mekanik untuk melukai biji kemiri akan dikaji pada penelitian ini, sehingga
akan meningkatkan aktifitas enzim lipase untuk menghidrolisis biji kemiri.
Lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Bahan Baku : Biji kemiri
• Variabel penelitian yang akan diteliti
1. Variabel Tetap
- Suhu : 30 oC dan 35 oC
2. Variabel Bebas
- Waktu perendaman : Tanpa perendaman (0 Jam) dan dengan
perendaman (2, 6, 12, 24, 48 jam)
- Penambahan air : 0, 10%, 20%, 30%, 40%
- Pengadukan : Ada dan tidak ada pengadukan
• Parameter uji
- Analisa densitas
- Analisa viskositas
- Analisa kadar Asam lemak bebas
- Analisa pH
- Analisa kandungan asam lemak kemiri menggunakan Gas
Chromathography (GC)
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kemiri
Aleurites moluccana Willd, yang juga dikenal sebagai kemiri, merupakan
salah satu tanaman didunia dengan berbagai kegunaan. Di Indonesia, tanaman
kemiri tersebar pada provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Secara
tradisional, kegunaan kemiri cukup luas, hamper semua bagian dari pohon ,
termasuk daun, buah, kulit pohon, kayu, akar, getah dan bunga (Krisnawati, dkk.
2011). Di Jepang, kulit batang dapat digunakan untuk mengobati tumor sedangkan
di Malaysia, detoksifikasi pada daun dapat digunakan untuk mengobati batuk,
diare dan sakit didada. Menurut Silvia dan Samah yang dikutip dalam Rashmi dan
Sapna, biji Aleurites moluccana mengandung gliserida, linoleid, palmitat, stearat,
asam myristic, minyak, protein, vitamin B1 sedangkan di kulit batang
mengandung alkaloid, polifonol, flavonoid, kumarin, tanin, steroid dan
tritipernoid (Rashmi dan Bhardwaj. 2015).
Kemiri tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir
dipantai. Tanaman kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0-
800 meter diatas permukaan laut, walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh
pada ketinggian 1.200 meter dpl. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri
dapat tumbuh didaerah-daerah yang beriklim kering dan basah. Tanaman kemiri
dapat tumbuh didaerah dengan jumlah curah hujan 1.500-2.400 mm pertahun dan
suhu 20o – 27oC (Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 2008). Aleurites
moluccana menghasilkan buah dengan diameter 5 cm atau lebih besar, dengan
kulit biji yang tebal, kasar dan keras yang mencapai 64-68% dari buah dan kulit
biji yang susah dipisahkan dari kernel yang kaya akan minyak (Kibazohi dan
Sangwan, 2011).
Menurut Estrada dalam pengambilan minyak kemiri dengan cara
pengepresan dan dilanjutkan dengan ekstraksi Cake Oil, biji kemiri memiliki
kandungan minyak cukup tinggi yaitu sekitar 57-69% (Estrada, dkk. 2007).
Universitas Sumatera Utara
5
Kandungan minyak pada biji kemiri relatif cukup tinggi, mengandung hampir
39,3% asam lemak tidak jenuh, dan memiliki kandungan nilai gizi yang tinggi
(Norulaini, dkk. 2004).
2.1.1 Komponen Asam Lemak Minyak Kemiri
Biji kemiri diketahui memiliki kandungan yang tinggi pada lemak tidak
jenuh seperti Omega-3 (Alpa Linolenic Acid), omega-6 (Linolenic Acid), dan
omega-9 (Oleic Acid). Biji kemiri mengandung gliserida, linoleat palmitat, stearat,
minyak, vitamin B1 (Rashmi dan Bhardwaj. 2015). Berikut kandungan asam
lemak pada minyak kemiri:
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kemiri
Asam Lemak Nomor Lipid Hasil
(%)
Palmitat
Stearat
Oleat
Linoleat
Linolenat
Elkosanoid
C16:0
C18:0
C18:1
C18:2
C18:3
C20:0
8.3
3.9
25.5
38.6
21.7
0.2
Sumber : Akoma (2015)
2.1.2 Mutu Minyak Kemiri
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas
dalam minyak kemiri adalah kadar air dalam minyak kemiri dan enzim yang
berfungsi sebagai katalis dalam minyak kemiri. Berdasarkan rumus reaksi
hidrolisa, perbandingan koefisien trigliserida dan air adalah 1:3 dimana
perbandingan hasil reaksi gliserol dan asam lemak adalah 1:3, hal ini
membuktikan kadar air dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas karena air
pada biji kemiri dapat menyebabkan terjadinya hidrolisa pada trigliserida dengan
bantuan enzim lipase dalam kemiri tersebut. Enzim lipase mampu menghidrolisis
lemak atau minyak menghasilkan asam lemak bebas (Sana, dkk. 2004).
Berdasarkan SNI 01-4462-1998 sifat kimiawi dan fisis minyak kemiri adalah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
6
Tabel 2.2 Sifat kimia dan fisika minyak kemiri menurut SNI 01-4462-1998
Parameter Persyaratan
FFA (%) 0,10-1,50
Bilangan Iodine
(g 12/100 g sampel) 136-167
Bilangan penyabunan
(mg KOH/ g sampel) 184-202
Warna Normal
Densitas (g/cm3) 0,9240-0,290
Indeks bias 1,4730-1,4790
Sumber : SNI (1998)
2.2 Asam Lemak
2.2.1 Sumber Asam Lemak
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yakni :
1. Bersumber dari tanaman seperti : kelapa, jagung, biji kapas, biji kelepa
sawit, kedelai, zaitun, biji bunga matahari, kacang-kacangan dan kanola
(Kostik, dkk. 2013).
2. Bersumber dari hewani
a. Susu hewan peliharaan : lemak susu
b. Daging hewan peliharaan : lemak sapi, lemak babi, lemak unggas
c. Hasil laut : minyak ikan (Woodgate dan Van der Veen. 2014).
Komponen utama lemak dan minyak nabati adalah trigliserida. Komponen
minor meliputi mono dan digliserida, asam lemak bebas,fosfatida, sterol, vitamin
tak larut, tocopherol, pigmen, lilin, dan lemak alkohol. Kandungan asam lemak
bebas dari minyak sangat bervariasi berdasarkan sumbernya. Selain asam lemak
bebas, minyak nabati mengandung sekitar dua persen dari komponen minor ini.
Lemak hewan mengandung jumlah yang lebih kecil (ISEO. 2006).
Universitas Sumatera Utara
7
2.2.2 Proses Pembuatan Asam Lemak
2.2.2.1 Hidrolisa Minyak Kemiri
Hidrolisa minyak kemiri dengan H2O merupakan metoda yang umum
dipakai untuk menghasilkan asam lemak. Reaksi ini akan menghasilkan gliserol
sebagai produk samping (Tambun. 2002).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Minyak dengan Air
2.2.2.2 Hidrolisa Minyak Kemiri secara Enzimatis
Lipase (umumnya dikenal sebagai triacylglycerol acylhydrolyase dan
diklasifikasikan sebagai EC.3.1.1.3) digunakan secara industri dan secara
komersial dalam pemecahan ikatan acyl glyserol dengan jumlah air yang cukup
dan mengarah kepada pembentukan mono-gliserida ,digliserida, asam lemak dan
gliserol sebagai produk (Sharma, dkk. 2013). Reaksi yang terjadi pada proses
hidrolisa secara enzimatis adalah sebagai berikut :
CH2OH
Gliserol
CH2OCOR1
CHOCOR2 + 3 H2O
CH2OCOR3
CH2OH R1COOH
+ R2COOH
R3COOH
Asam Lemak
CHOH
Trigeliserida Air
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.2 Hidrolisa Minyak dengan Enzim Lipase
Reaksi ini dilakukan pada kondisi optimum aktifitas enzim lipase yaitu
pada suhu 35 oC dan pH 4,7-5. Derajat pemisahan pada proses ini mampu
mencapai 90% (Tambun. 2002). Teknik ekstraksi minyak secara enzimatis telah
ada sebagai teknik yang menjanjikan untuk ekstraksi minyak. Dalam proses ini
enzim cocok digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji yang hancur.
Keuntungan utama adalah ramah lingkungan dan tidak menghasilkan senyawa
organik yang mudah menguap. Bagaimanapun, kekurangannya adalah
dibutuhkan waktu proses yang lama (Atabani, dkk. 2013).
2.2.2.3 Hidrolisa Langsung Biji Kemiri Secara Enzimatis
Hidrolisa secara langsung merupakan sebuah alternatif proses yang dapat
dilakukan untuk memperoleh asam lemak. Hidrolisa secara langsung dilakukan
dengan mengaktifkan enzim sebagai biokatalisator yang terdapat didalam biji
kemiri sehingga enzim akan membantu air dalam menghidrolisa trigliserida
menjadi asam lemak dan gliserol.
Menurut Tambun, pada penelitian hidrolisa langsung secara enzimatis
dengan bahan baku kelapa sawit, hidrolisa langsung secara enzimatis memiliki
keuntungan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
9
1. Hidrolisa minyak kelapa sawit dengan air pada suhu dan tekanan tinggi
mampu menghasilkan pemisahan asam lemak dengan gliserol sampai 99%, tetapi
proses ini menggunakan CPO yang telah diolah dari tandan, disamping itu juga
dapat merusak komponen-komponen minor yang terdapat dalam minyak sawit.
Pada proses hidrolisa CPO secara enzimatis, kebutuhan energi relatif kecil.
Kekurangan dari proses ini adalah harga enzim lipase yang sangat mahal.
Pemakaian enzim lipase secara berulang-ulang dapat dilakukan, tetapi hal ini
memerlukan tambahan proses untuk mendapatkan enzim lipase yang mempunyai
kemampuan yang sama seperti semula. Disamping itu, karena sifat enzim yang
sangat sensitif terhadap temperatur dan pH, maka kemungkinan kerusakan pada
enzim lipase secara tiba-tiba tentu saja dapat terjadi, sementara pemenuhan enzim
lipase ini relatif sulit dilakukan karena faktor biaya dan supplier enzim lipase
yang terbatas di pasaran.
2. Hidrolisa dengan mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada buah
kelapa sawit jika ditinjau dari segi ekonomi dan teknik sangat baik sekali, karena
sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol, maka
proses ini tidak perlu lagi melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap tandan
buah segar menjadi minyak. Tetapi, sampai saat ini penelitian di bidang ini belum
ada yang dipublikasikan.Sehingga dapat disimpulkan hidrolisa langsung secara
enzimatis dengan mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada biji dapat
mengurangi kebutuhan energi dan kebutuhan biaya (Tambun. 2002).
2.2.2.4 Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Asam Lemak
Perolehan asam lemak dapat dilakukan dengan menggunakan temperatur
dan tekanan tinggi, asam lemak pada temperatur dan tekanan tinggi dihasilkan
karena terjadinya proses oksidasi. Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi
kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Proses oksidasi dimulai dengan
pembentukan peroksida dan hidroperoksida yang kemudian dilanjutkan dengan
terurainya asam lemak dan hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-
asam lemak bebas. Menurut Estrada, dkk, pada penelitian pengambilan minyak
kemiri dengan cara pengepresan dan dilanjutkan dengan ekstraksi Cake Oil, kadar
Universitas Sumatera Utara
10
asam lemak tertinggi sebesar 1,7% pada suhu 70⁰C dan tekanan 6000 psi (Estrada,
dkk. 2007).
Selain menggunakan suhu dan tekanan tinggi untuk memperoleh asam
lemak dapat juga dilkakukan proses enzimatis. Pada proses enzimatis, setiap
enzim memiliki kondisi aktivitas optimum pada temperatur tertentu. Temperatur
optimum pada enzim dapat membuat enzim bekerja maksimal. Namun,
temperatur yang terlalu tinggi dapat membuat enzim mengalami deaktivasi.
Menurut Yulianto, dkk pada penelitian pengembangan proses enzimatis
untuk produksi asam lemak dari biji karet secara in situ, produksi asam lemak
mengalami peningkatan pada suhu 30 oC sampai 35 oC dan mengalami produksi
optimal pada suhu 35 oC. Pada suhu 35 oC ataupun lebih menunjukkan adanya
penurunan produksi asam lemak. Hal ini disebabkan terjadinya denaturasi lipo
proterin pada enzim (Yulianto, dkk. 2010). Dapat disimpukan produksi asam
lemak secara enzimatis mencapai optimal pada suhu 35 oC dan suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan enzim mengalami kerusakan.
2.2.2.5 Pengaruh Pengadukan dan Lama Waktu Pengadukan Terhadap
Perolehan Asam Lemak
Pada proses perolehan asam lemak, pengadukan berfungsi untuk
meningkatkan interaksi enzim dengan substrat menjadi lebih besar. Menurut
Babicz, dkk dalam kutipan Raspe, dkk, pada evaluasi agitasi dari 400 rpm sampai
1300 rpm dalam hidrolisis kacang kedelai dengan Lipozyme RM IM selama 6
jam, didapatkan hasil yield FFA sebesar 16% pada kecepatan pengadukan 400
rpm dan 9% pada kecepatan pengadukan 1300 rpm (Raspe, dkk. 2013).
Menurut Sharma, dkk dalam penelitian hidrolisis minyak ikan Kod
untuk memproduksi asam lemak, pada agitasi selama 1 jam didapatkan kadar FFA
tertinggi dihasilkan pada kecepatan pengadukan 350 rpm, peningkatan lebih lanjut
hingga 400 rpm tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam
pembentukan produk (Sharma, dkk. 2013). Dapat disimpulkan dari kedua
peneilitian diatas kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap yield FFA yang
dihasilkan dan kecepatan pengadukan optimal berkisar 350-400 rpm.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.2.6 Pengaruh Penambahan Air Terhadap Perolehan Asam Lemak
Menurut Raspe, dkk, pada penelitian efek penambahan dan proses pada
hidrolisis minyak inti Macauba (Acrocomia aculeata) dengan menggunakan
enzim tambahan yakni Lipozyme RM dengan perbandingan minyak dan air
adalah 1:2, 1:1 dan 1:6,6 didapatkan yield FFA tertingi sebesar 58% pada
perbandingan minyak dan air adalah 1:2 (Raspe, dkk. 2013).
Jumlah air yang digunakan memiliki peran penting dalam reaksi
hidrolisis. Dalam kasus hidrolisis minyak, molekul air bekerja pada ikatan
trigiliserida dan memberikan asam lemak dan gliserol sebagai produk. Kelebihan
air juga dapat menghambat proses hidrolisis oleh inhibitor dengan substrat dalam
mengikat enzim, hal ini disebabkan kelebihan jumlah air dapat menghambat
reaksi hidrolisis dengan penghambatan kompetitif substrat untuk mengikat enzim
(Sharma, dkk. 2013). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar air maka
asam lemak yang diperoleh semakin banyak
2.3 Enzim
Suatu sel tumbuhan mengandung lebih kurang 5 - 50 x 108 molekul enzim.
Enzim-enzim ini masing-masing bergaris tengah antara 20 - 100 Ǻ, berat 10.000
sampai beberapa juta Dalton, dan tersusun dari asam-asam amino sebanyak 100
sampai 10.000 buah (Tambun. 2002).
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis untuk
mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Definisi enzim secara
sederhana dan ringkas adalah katalis bersifat biologis yang mempercepat reaksi
kimia tanpa mengubah ekuilibriumnya. Katalis enzim mengatur struktur dan
fungsi sel organism. Enzim mengkatalis sintesis dan memecah struktur biokimia
dan makromolekul, informasi transmisi genetik, mengangkut senyawa melewati
membrane dan mengkonversi energi kimia. Katalis Enzim sangat penting untuk
membuat reaksi biokimia berlanjut lebih cepat pada kondisi lingkungan yang
sesuai.
Enzim dapat diklasifikasikan atas beberapa bagian, antara lain :
1. Esterase : pancreatic lipase, liver esterase, ricinus lipase, chlorophyllase,
phosphatases, azolesterase.
Universitas Sumatera Utara
12
2. Proteinase dan Peptidase : pepsin, trypsin, erepsin, rennin, papain, bromelin,
cathepsin, ficin, aminopeptidase, carboxypeptidase, dipeptidase.
3. Amidase : urease, arginase, purine amidase.
4. Karbohydrase : sucrase, emulsin, amylase.
5. Oxidase : dehydrogenase, catalase, peroxidase, tyrosinase, laccase, indophenol
oxidase, uricase, luciferase.
S + E ES → E + hasil reaksi (h1 + h2)
Gambar 2.3 Skema Aktifitas Enzim
Pada skema di atas terlihat suatu reaksi antara substrat (S) dan enzim (E).
Terdapat 3 trayek reaksi, yaitu trayek a yang membentuk kompleks enzim-
substrat (ES), trayek b menguraikan (merombak) kompleks enzim-substrat dan
pembentukan hasil reaksi h1 dan h2, dan trayek c menyusun kembali reaksi-reaksi
ulangan (Tambun. 2002).
Aktifitas enzim tergantung pada :
1. Kadar (konsentrasi) dan jenis substrat
Secara eksperimental telah ditunjukkan bahwa apabila dalam jumlah enzim
yang konstan kemudian konsentrasi substrat ditingkatkan, maka kecepatan
reaksi akan meningkat hingga mencapai maksimum. Setelah titik maksimum
dari konsentrasi substrat kecepatan reaksi tidak akan meningkat kembali. Hal
ini terjadi karena pada titik jenuh , molekuk substrat terikat untuk semua situs
aktif yang tersedia dari enzim (Mantasala dan Niemi. 2009).
Universitas Sumatera Utara
13
2. Temperatur
Beberapa endotermik dan eksotermik senyawa kimia dapat merubah
temperatur reaksi. Untuk kebanyakan reaksi enzimatis, keaktifan enzim
biasanya meningkat pada 0 sampai 40-50 oC ketika tanpa katalis. Namun,
kecepatan reaksi meningkat setiap kenaikan 10 oC. Pada temperatur yang
tinggi, aktivitas enzim turun secara drastis karena enzim mengalami denaturasi
(Sharma. 2012).
3. pH
PH pada lingkungan mempengaruhi bentuk protein enzim dan molekul enzim
dan keadaan penguraian molekul substrat, sehingga mempengaruhi stabilitas dari
enzim, kombinasi enzim dan substrat, dan konversi katalisis substrat enzim
menjadi produk dan kemudian berdampak pada efek katalitik enzim (Shu, dkk.
2016).
2.4 Enzim pada Kemiri
Menurut Galuh dan Vita, pada penelitian pengaruh temperatur, kecepatan
putar ulir dan waktu pemanasan awal terhadap perolehan minyak kemiri dari biji
kemiri dengan metode penekanan mekanis, enzim yang terdapat didalam kemiri
adalah enzim lipase (Chynintya dan Paramita. 2016). Enzim lipase berperan
dalam pembentukan asam lemak dan gliserol pada biji kemiri.
Enzim lipase adalah enzim yang mengkatalis hidrolisis ikatan ester dari
triasigliserol (minyak dan lemak) untuk menghasilkan asam lemak bebas,
digliserol, monogliserol dan gliserol (Ado, dkk. 2013). Indikasi dari aktifitas
enzim lipase ini dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bilangan asam.
Enzim lipase akan mengalami kerusakan pada suhu 60 oC, dan aktifitas enzim ini
lambat pada buah yang baru dipanen, tetapi aktifitasnya akan cepat meningkat
apabila buah mengalami luka. Buah yang baru dipanen dan dilepas dari tandannya
pada umumnya telah mengalami luka, tetapi hal ini tidak cukup untuk memberi
peluang berkembangnya aktifitas enzim lipase secara optimum (Tambun. 2002).
Universitas Sumatera Utara
14
CH2COOR1 CH2OH CH2OH CH2OH
CHCOOR2 ⎯⎯ →⎯lipase CHCOOR ⎯⎯ →⎯lipase2CHCOOR2 ⎯⎯ →⎯lipase CHOH +
CH2COOR3 CH2COOR2 CH2OH CH2OH
Gambar 2.4 Tahap Hidrolisis Trigliserida Dengan Lipase
Trigliserida Digliserida Monogliserida Gliserol Asam Lemak
Universitas Sumatera Utara
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 4 bulan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
3.2.1 Bahan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain:
1. Biji kemiri, diperoleh dari pedagang Pajak Pagi Padang Bulan di Jalan
Djamin Ginting, Kota Medan
2. Aquadest (H2O)
3.2.2 Peralatan
1. Buret
2. Corong pemisah
3. Oven listrik
4. Statif dan Klem
5. Beaker Glass
6. Blender
7. Erlenmeyer
8. Timbangan
9. Sentrifuge
10. Pipet tetes
11. Piknometer
12. Viskosimeter Ostwald
13. Hand Press
14. PH Meter (Kertas Lakmus)
15. Mixer Philips HR-1552
3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel biji kemiri di Pajak
Pagi Jl. Djamin Ginting, Kota Medan. Prosedur penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
16
3.3.1 Ekstraksi Minyak Biji Kemiri
Biji kemiri yang digunakan pada penelitian ini yaitu biji kemiri yang telah
dikupas dari kulitnya. Pengambilan kandungan asam lemak dari biji kemiri
dilakukan dengan :
1. Dikupas biji kemiri dari cangkangnya
2. Setiap 1 kg biji kemiri dipotong tipis-tipis dengan ketebalan ± 1 cm.
Potongan biji kemiri ditambahkan air (0, 10%, 20%, 30%, 40% dari berat
biji) dan di blender. Campuran biji dan air dibiarkan tanpa pengadukan
ataupun diaduk dengan Mixer dengan kecepatan 360 rpm setiap 2 jam
selama 10 menit (2, 6, 12, 24, 48 jam) dan disimpan pada kondisi suhu yang
ditentukan
3. Setelah waktu yang ditentukan, campuran biji kemiri dan air dipanaskan
untuk menghilangkan air.
4. Minyak dan padatan hasil oven, dipisahkan dengan menggunakan hand
press.
5. Setelah minyak dan air terpisah, minyak murni yang dihasilkan, dimasukkan
ke dalam Centrifuge agar minyak dan endapan sisa dapat dipisahkan.
6. Minyak kemiri yang didapat diuji dengan uji densitas, viskositas, kadar
asam lemak (FFA) dan Gas Chromatography (GC).
Universitas Sumatera Utara
17
3.3.2 Prosedur Analisa Minyak Kemiri
3.3.2.1 Prosedur Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
Analisa kadar asam lemak bebas pada minyak kemiri dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera
Utara. Metode ini diambil dari AOCS Official Method Ca 5a-40 dengan
modifikasi dari Rukunudin, dkk (1998)
1. Dimasukkan minyak kemiri sebanyak 5 gram kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan etanol sebanyak 20 ml
3. Campuran diaduk sampai larutan larut
4. Campuran diambil sebanyak 10 ml
5. Ditambahkan 3 tetes phenolphtalein
6. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N, sampai berubah warna merah rosa
7. Dicatat jumlah NaOH yang digunakan
8. Dihitung kadar FFA sampel
Kadar FFA dihitung dengan rumus :
FFA = ml NaOH x N NaOH x BM Asam Linoleat
berat sampel x 1000 x 100% (3.1)
3.3.2.2 Prosedur Analisa Densitas
Analisa densitas ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen
Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Analisis densitas dilakukan dengan
menggunakan piknometer dengan metode dari Oremusová dan Vojteková (1999)
1. Dikalibrasi piknometer dengan air
2. Ditimbang massa piknometer kosong
3. Diisi piknometer dengan minyak kemiri
4. Ditimbang massa minyak dalam piknometer.
5. Dihitung densitas minyak.
Universitas Sumatera Utara
18
Densitas dihitung dengan rumus :
𝜌 =m
V (3.2)
Keterangan :
ρ = Massa jenis (g/ml)
m = massa sampel
3.3.2.3 Prosedur Analisa Viskositas
Analisa viskositas ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Analisis dilakukan
dengan menggunakan viskosimeter Ostwald dan mengikuti ASTM D445
1. Viskosimeter Ostwald dikalibrasi dengan air untuk menentukan konstanta
viskosimeter
2. Dimasukkan 10 ml minyak kemiri kedalam viskosimeter
3. Dihisap sampel dengan karet penghisap sampai melewati batas atas
viskosimeter
4. Dibiarkan sampel mengalir hingga batas bawah viskosimeter.
5. Dicatat waktu alir minyak dari batas atas hingga batas bawah.
6. Dihitung viskositas minyak.
Viskositas dihitung dengan rumus :
Viskositas = η1
η2=
T1.γ1
T2.γ2 (3.3)
3.3.2.4 Prosedur Analisa PH
Analisa pH pada proses reaksi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
1. Kertas pH meter dicelupkan pada campuran air dan biji kemiri sampai
warna kertas pH meter tidak lagi berubah.
2. Bandingkan warna pH meter dengan pH indicator dan hasil sampel dicatat
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Universitas Sumatera Utara
19
3.3.2.5 Analisa Komposisi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Yang Dihasilkan
Menggunakan GCMS
Komposisi asam lemak bebas yang dihasilkan akan dianalisa
menggunakan instrumen Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GCMS)
Shimadzu GC-2010 dengan menggunakan kolom Rxi®-1ms Columns (fused
silica) (nonpolar phase; Crossbond® dimethyl polysiloxane) cat 30 meter, ID
0,25 mm, df 0,25 µm di Politeknik Lhoksumawe
Universitas Sumatera Utara
20
3.4 FLOWCHART PENELITIAN
3.4.1 Flowchart Ekstraksi Minyak Biji Kemiri
Gambar 3.1 Flowchart Ekstraksi Asam Lemak
Mulai
Biji kemiri dipotong dengan ketebalan ±1cm dan diblender dengan air selama
10 menit, dan disimpan pada suhu yang telah ditentukan selama 0, 2, 6, 12,
24, 48 jam
Setelah waktu yang ditentukan, campuran biji kemiri dan air dipanaskan
dalam oven listrik.
Minyak dan padatan dipisahkan dengan hand press
Selesai
Setelah minyak dan padatan terpisah, minyak murni yang dihasilkan,
dimasukkan kedalam Centrifuge.
Minyak kemiri yang didapat ditimbang dan disimpan
Dilakukan variasi dengan pengadukan dan tanpa pengandukan dengan
menggunakan Mixer dengan kecepatan 360 rpm selama 10 menit
Universitas Sumatera Utara
21
3.4.2 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas
Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas
Dimasukkan minyak kemiri sebanyak 5 gram kedalam erlenmeyer
Ditambahkan etanol sebanyak 20 ml
Campuran dikocok kuat hingga sampel larut
Campuran tersebut diambil sebanyak 10 ml
Selesai
Ditambahkan 3 tetes phenolphtalein
Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Apakah larutan sudah
berubah warna menjadi
merah rosa?
Dicatat volume NaOH 0,1 N yang terpakai
Dihitung kadar FFA sampel
Tidak
Ya
Mulai
Universitas Sumatera Utara
22
3.4.3 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Densitas
Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Densitas
Mulai
Ditimbang massa piknometer kosong
Diisi piknometer dengan sampel percobaan
Ditimbang massanya
Dihitung densitas sampel
Selesai
Dikalibrasi piknometer dengan menggunakan air
Universitas Sumatera Utara
23
3.4.4 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Viskositas
Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian Viskositas
Mulai
Dikalibrasi dengan air untuk menentukan konstanta viskosimeter
Dimasukkan sampel sebanyak 10 ml kedalam viskosimeter
Dihisap sampel dengan karet penghisap hingga
melewati batas atas viskosimeter
Dicatat waktu alir sampel dari batas atas hingga batas bawah
Selesai
Dibiarkan sampel mengalir ke bawah sampai
batas bawah viskosimeter
Dihitung viskositas sampel
Universitas Sumatera Utara
24
3.4.5 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian PH
Gambar 3.5 Flowchart Prosedur Percobaan Pengujian pH
Mulai
Kertas pH meter dicelupkan pada campuran air dan biji
kemiri sampai warna kertas pH meter tidak lagi berubah
Bandingkan warna pH meter dengan pH indicator dan hasil
sampel dicatat
Selesai
Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali
Universitas Sumatera Utara
25
3.5 Rencana Pelaksanaan Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian menggunakan variasi
suhu, lama perendaman dan penambahan air adalah sebagai berikut:
A. Variabel tetap :
a. Temperatur operasi = 30 oC dan 35 oC
B. Variabel berubah :
a. Penambahan Air = 0, 10%, 20%, 30%, 40%
b. Lama Perendaman = 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
c. Pengadukan = Ada dan tidak ada pengadukan
3.5.1 Rancangan Percobaan Penelitian
Rancangan percobaan yang akan dilakukan akan ditampilkan pada Tabel
3.1 Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian (1)
Pengadukan Suhu Penambahan Air Lama Perendaman
Dengan
Pengadukan
30 oC
0 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
10% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
20% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
30% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
40% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
35 oC
0 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
10% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
20% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
30% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
40% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
Universitas Sumatera Utara
26
3.1 Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian (2)
Pengadukan Suhu Penambahan Air Lama Perendaman
Tanpa
pengadukan
30 0C
0 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
10% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
20% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
30% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
40% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
35 0C
0 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
10% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
20% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
30% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
40% 0, 2, 6, 12, 24, 48 jam
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Variabel Waktu Reaksi dan Pengadukan Terhadap Kadar
Asam Lemak
Adapun hubungan antara waktu reaksi dan pengadukan terhadap
peningkatan asam lemak pada kondisi suhu reaksi 35oC dan 30oC pada
penambahan air sebesar 10%, 20%, 30% dan 40% dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 4.1 Hubungan antara Waktu Reaksi dan Pengadukan Terhadap FFA pada
Kondisi Suhu Reaksi 35oC dan 30oC pada Penambahan Air 10% (a), 20% (b),
30% (c) dan 40% (d) terhadap Massa Biji Kemiri Disertai dengan Pengadukan
dan Tanpa Pengadukan
0
2
4
6
8
10
12
0 6 12 18 24 30 36 42 48
0
2
4
6
8
10
12
0 6 12 18 24 30 36 42 48
FF
A (
%)
Waktu Reaksi (Jam)
30◦C Dengan
Pengadukan
35◦C Dengan
Pengadukan
30◦C Tanpa
Pengadukan
35◦C Tanpa
Pengadukan
0
2
4
6
8
10
12
0 6 12 18 24 30 36 42 48
0
2
4
6
8
10
12
0 6 12 18 24 30 36 42 48
(a) (b)
(c) (d)
Universitas Sumatera Utara
28
Pada penelitian ini, berdasarkan grafik (a) pada suhu 35oC dengan
pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12
jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 5,2%, 5,6%, 5,9%, 5,4% dan 5,6%. Dapat dilihat
hubungan kadar asam lemak bebas (FFA) terhadap waktu reaksi adalah semakin
lama waktu reaksi maka kadar asam lemak bebas (FFA) semakin meningkat.
Kadar asam lemak bebas tertinggi dihasilkan pada waktu reaksi 12 jam. Pada
waktu reaksi 24 jam dan 48 jam kadar asam lemak bebas mengalami penurunan.
Pada suhu 35oC tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 2,4%, 2,2%, 3,3%,
3% dan 3,9%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka kadar asam
lemak bebas (FFA) semakin meningkat dan kadar asam lemak tertinggi dihasilkan
pada waktu reaksi 48 jam.
Pada suhu 30oC dan dengan pengadukan didapat kadar asam lemak bebas
pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1,2%, 1,6%,
2,2%, 2% dan 1,4%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka kadar
asam lemak bebas semakin meningkat dan kadar asam lemak bebas tertinggi
dihasilkan pada waktu reaksi 12 jam. Pada waktu reaksi 24 jam dan 48 jam kadar
asam lemak bebas mengalami penurunan.
Pada suhu 30oC dan tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas
pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 0,6%, 0,7%,
1,29%, 1,23% dan 1,23%. Berdasarkan data, kadar asam lemak mengalami
peningkatan pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam dan 12 jam. Pada waktu reaksi 24
jam dan 48 jam kadar asam lemak bebas mengalami penurunan.
Berdasarkan grafik (b) pada suhu 35oC dengan pengadukan didapat kadar
asam lemak bebas pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam
sebesar 5,3%, 6,7%, 7,3%, 7,1% dan 7,2%. Berdasarkan data, semakin lama
waktu reaksi maka kadar asam lemak bebas (FFA) semakin meningkat dan kadar
asam lemak bebas tertinggi dihasilkan pada waktu reaksi 12 jam. Pada waktu
reaksi 24 jam kadar asam lemak bebas mengalami penurunan dan pada waktu
reaksi 48 jam kadar asam lemak bebas kembali mengalami peningkatan, namun
peningkatan ini tidak lebih tinggi dari waktu reaksi 12 jam.
Universitas Sumatera Utara
29
Pada suhu 35oC dan tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas
pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 2,2%, 2,5%,
2,86%, 2,86% dan 2,8%. Berdasarkan data, kadar asam lemak bebas mengalami
peningkatan dan kadar asam lemak bebas tertinggi dihasilkan pada waktu reaksi
12 jam. Pada waktu reaksi 24 jam dan 48 jam kadar asam lemak bebas mengalami
penurunan.
Pada suhu 30oC dengan pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1,1%, 1,5%, 1,6%,
1,8% dan 2,2%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka kadar asam
lemak bebas semakin meningkat dan kadar asam lemak bebas tertinggi dihasilkan
pada waktu reaksi 48 jam.
Pada suhu 30oC dengan tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak
bebas pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1%,
1,1%, 1,6%, 1,4% dan 1,2%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka
kadar asam lemak bebas mengalami peningkatan dan kadar asam lemak bebas
tertinggi dihasilkan pada waktu reaksi 12 jam. Pada waktu reaksi 24 jam dan 48
jam kadar asam lemak bebas mengalami penurunan.
Berdasarkan grafik (c) pada suhu 35oC dengan pengadukan didapat kadar
asam lemak bebas pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam
sebesar 5,2%, 7,5%, 7,6%, 7,4% dan 7,3%. Berdasarkan data, semakin lama
waktu reaksi maka kadar asam lemak bebas (FFA) semakin meningkat dan kadar
asam lemak bebas tertinggi dihasilkan pada waktu reaksi 12 jam. Pada waktu
reaksi 24 jam dan 48 jam kadar asam lemak bebas mengalami penurunan.
Pada suhu 35oC tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 3,1%, 3,4%, 3,9%,
3,1% dan 3,8%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka kadar asam
lemak bebas (FFA) semakin meningkat dan kadar asam lemak bebas tertinggi
dihasilkan pada waktu reaksi 12 jam. Pada waktu reaksi 24 jam dan pada 48 jam
kadar asam lemak bebas mengalami penurunan dibandingkan pada waktu reaksi
12 jam.
Pada suhu 30oC dengan pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1,6%, 2%, 1,9%,
Universitas Sumatera Utara
30
1,7% dan 1,6%. Berdasarkan data, kadar asam lemak bebas tertinggi dihasilkan
pada waktu reaksi 6 jam. Pada waktu reaksi 12 jam, 24 jam dan pada 48 jam kadar
asam lemak bebas mengalami penurunan.
Pada suhu 30oC tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1,1%, 1,4%, 1,7%,
1,6% dan 1,6%. Berdasarkan data, kadar asam lemak bebas tertinggi dihasilkan
pada waktu reaksi 12 jam. Pada waktu reaksi 24 jam dan pada 48 jam kadar asam
lemak bebas mengalami penurunan.
Berdasarkan grafik (d) pada suhu 35oC dengan pengadukan didapat kadar
asam lemak bebas pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam
sebesar 5,6%, 7,9%, 9%, 9,5% dan 9,4%. Berdasarkan data, semakin lama waktu
reaksi maka kadar asam lemak bebas (FFA) semakin meningkat dan kadar asam
lemak bebas tertinggi dihasilkan pada 24 jam. Pada waktu reaksi 48 jam kadar
asam lemak bebas mengalami penurunan.
Pada suhu 35oC tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 3%, 4,3%, 4,6%,
4,4% dan 4,4%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka kadar asam
lemak bebas (FFA) semakin meningkat dan kadar asam lemak bebas tertinggi
dihasilkan pada 12 jam. Pada waktu reaksi 24 jam dan 48 jam kadar asam lemak
bebas mengalami penurunan.
Pada suhu 30oC dengan pengadukan didapat kadar asam lemak bebas
pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1,6%, 1,8%,
1,9%, 2,2% dan 2,2%. Berdasarkan data, semakin lama waktu reaksi maka kadar
asam lemak bebas semakin meningkat dankadar asam lemak tertinggi pada waktu
reaksi 48 jam.
Pada suhu 30oC tanpa pengadukan didapat kadar asam lemak bebas pada
waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam sebesar 1,1%, 1,6%, 1,9%,
2,2% dan 2%. Berdasarkan data, kadar asam lemak bebas tertinggi dihasilkan
pada waktu reaksi 24 jam. Pada waktu reaksi 48 jam kadar asam lemak bebas
mengalami penurunan.
Adapun peningkatan kandungan asam lemak bebas ini disebabkan enzim
lipase belum mengalami kejenuhan sehingga kadar asam lemak bebas masih
Universitas Sumatera Utara
31
mengalami peningkatan dan sebaliknya. Menurut Shu, dkk pada pengaruh lama
waktu reaksi hidrolisis susu kambing oleh enzim Alcalase, penurunan reaksi
hidrolisis dikarenakan konsentrasi substrat secara bertahap mengalami penurunan
dan reaksi molekul enzim mengalami kejenuhan (Shu, dkk. 2016).
Kadar asam lemak pada 0 jam tanpa penambahan air juga dihitung sebagai
pembanding. Kadar asam lemak yang diperoleh pada kondisi ini adalah sebesar
2%. Menurut Lumbantoruan, dkk dalam uji pengaruh suhu pemanasan biji kemiri
dengan menggunakan oil press tipe ulir terhadap rendemen dan mutu minyak
yang dihasilkan, semakin tinggi suhu maka semakin banyak lemak yang
teroksidasi menjadi asam lemak bebas sehingga produk cepat berbau tengik. Pada
minyak, pemanasan dapat meningkatkan aktivitas oksigen. Jika dipanaskan
(oksidasi) maka minyak akan terurai menjadi asam lemak bebas karena minyak
merupakan trigliserida (Lumbantoruan, dkk. 2013).
Pada penelitian ini dilakukan pengadukan dengan menggunakan Mixer
dengan kecepatan 360 rpm setiap 2 jam sekali dengan lama pengadukan selama
10 menit. Menurut Sharma, dkk dengan pengadukan, peluang interaksi enzim
dengan substrat menjadi lebih besar sehingga kecepatan reaksi lebih tinggi.
Dengan demikian, FFA yang dihasilkan juga akan lebih tinggi (Sharma, dkk.
2013).
Berdasarkan grafik (a), (b), (c) dan (d) pada temperatur operasi yang sama
yakni 35oCdan 30oC menunjukkan kadar asam lemak bebas lebih tinggi dihasilkan
dari percobaan disertai dengan pengadukan dibandingkan tanpa pengadukan.
Universitas Sumatera Utara
32
4.2 Pengaruh Variabel Penambahan Air Terhadap KadarAsam Lemak
Adapun hubungan antara penambahan air terhadap kadar asam lemak pada
kondisi suhu reaksi 35oC dan 30oC pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam, 24
jam dan 48 jam dan disertai pengadukan dan tanpa pengadukan dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 4.2 Hubungan antara Penambahan AirTerhadap FFA pada Kondisi Suhu
Reaksi 35oC dan 30oC pada Waktu Reaksi 2 Jam (a), Jam (b), 12 Jam (c), 24 Jam
(d) dan 48 Jam (e) disertai dengan Pengadukan dan Tanpa Pengadukan.
0
2
4
6
8
10
12
10 20 30 40
0
2
4
6
8
10
12
10 20 30 40
FF
A (
%)
Penambahan Volume Air (%)
30◦C Dengan Pengadukan
35◦C Dengan Pengadukan
30◦C Tanpa Pengadukan
35◦C Tanpa Pengadukan
0
2
4
6
8
10
12
10 20 30 40
0
2
4
6
8
10
12
10 20 30 40
(b)
(c) (d)
(e)
0
2
4
6
8
10
12
10 20 30 40
(a)
Universitas Sumatera Utara
33
Berdasarkan grafik (a), pada waktu reaksi 2 jam pada suhu 35oC dengan
pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 5,6%. Pada suhu 35oC tanpa pengadukan
kadar asam lemak tertinggi teradapat pada penambahan air 30% yakni sebesar
3,1%.
Pada suhu 30oC dengan pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak
tertinggi terdapat pada penambahan air 30% yakni sebesar 2,2%. Pada suhu 30oC
tanpa pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 1,17%.
Berdasarkan grafik (b), pada waktu reaksi 6 jam suhu 35oC dengan
pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 7,9%. Pada suhu 35oC tanpa pengadukan
kadar asam lemak tertinggi teradapat pada penambahan air 40% yakni sebesar
4,3%.
Pada suhu 30oC dengan pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak
tertinggi terdapat pada penambahan air 30% yakni sebesar 2%. Pada suhu 30oC
tanpa pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni 1,6%.
Berdasarkan grafik (c), pada waktu reaksi 12 jam suhu 35oC dengan
pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 9%. Pada suhu 35oC tanpa pengadukan kadar
asam lemak tertinggi teradapat pada penambahan air 40% yakni sebesar 4,6%.
Pada suhu 30oC dengan pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak
tertinggi terdapat pada penambahan air 10% yakni sebesar 2,2%. Pada suhu 30oC
tanpa pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 1,9%.
Berdasarkan grafik (d), pada waktu reaksi 24 jam suhu 35oC dengan
pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 9,5%. Pada suhu 35oC tanpa pengadukan
kadar asam lemak tertinggi teradapat pada penambahan air 40% yakni sebesar
4,4%.
Universitas Sumatera Utara
34
Pada suhu 30oC dengan pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak
tertinggi terdapat pada penambahan air 40% yakni sebesar 2,2%. Pada suhu 30oC
tanpa pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 2,2%.
Berdasarkan grafik (e), pada waktu reaksi 48 jam suhu 35oC dengan
pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 9,4%. Pada suhu 35oC tanpa pengadukan
kadar asam lemak tertinggi teradapat pada penambahan air 40% yakni sebesar
4,4%..
Pada suhu 30oC dengan pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak
tertinggi terdapat pada penambahan air 40% yakni sebesar 2,2%. Pada suhu 30oC
tanpa pengadukan dapat dilihat bahwa kadar asam lemak tertinggi terdapat pada
penambahan air 40% yakni sebesar 2%..
Menurut Sharma, dkk, jumlah air memiliki peranan penting dalam reaksi
hidrolisa. Pada kasus hidrolisa minyak, molekul air bereaksi dengan ikatan ester
pada trigliserida dan meningkatkan asam lemak dan gliserol sebagai produk.
Demikian pula, kelebihan jumlah air dapat juga menghambat menghambat reaksi
hidrolisis melalui penghambatan substrat untuk mengikat enzim (Sharma, dkk.
2013).
4.3 Analisa Sifat Fisik Minyak Kemiri
4.3.1 Analisa Densitias
Adapun hasil analisis densitas minyak kemiridengan variasi waktu
reaksidan penambahan air pada suhu 35oC dan dengan pengadukan diperoleh
densitas berkisar 0,917-0,92 g/cm3.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-1684-1998), densitas minyak
kemiri pada adalah 0,924-0,929 g/cm3. Secara teori asam lineoleat memiliki
densitas sebesar 0,901 gr/cm3 sehingga dapat disimpulkan bahwa minyak kemiri
mengandung asam linoleat. Densitas minyak kemiri yang diperoleh lebih rendah
dibandingkan Standar Nasional Indonesia (SNI) (Standar Nasional Indonesia,
1998).
Universitas Sumatera Utara
35
4.3.2 Analisa Viskositas
Adapun Penelitian viskositas dilakukan pada suhu ruang yaitu 30 oC dan
dari hasil penelitian untuk berbagai variasi yang dilakukan diperoleh viskositas
berkisar 17,192-18,66 cSt. Dalam penelitian Rabelo et al pada penelitian Viscosity
Prediction for Fatty Acid, viskositas kinematik asam linoleat sebesar 17,452 cSt
(Robelo, dkk., 2000). Namun nilai viskositas yang didapat tidak bisa disimpulkan
apakah memenuhi SNI atau tidak karena belum adanya syarat baku mutu
viskositas pada minyak kemiri.
4.3.3 Analisa pH
Adapun hasil analisis pH padareaksi hidrolisa dengan temperatur 30 oC
dan 35 oC diperoleh pH sebesar 6.
Menurut Nasution dkk pada penelitian penentuan pH dan suhu optimum
untuk aktivitas ekstrak kasar enzim lipase dari kecambah biji karet terhadap
hidrolisis PKO diperoleh aktivias enzim lipase mencapai pH optimum yaitu dari
6, 6,5 dan meningkat dengan tajam pada pH 7 dan mulai menurun pada Ph 7,5 dan
begitu juga pada pH 8. Pada pH yang optimum muatan gugus samping asam
amino berada pada keadaan yang sesuai sehingga enzim sangat efisien dalam
mempercepat reaksi yang sangat spesifik (Nasution, dkk. 2013).
Universitas Sumatera Utara
36
4.4 Kandungan Asam Lemak Bebas Minyak Kemiri (Candlenut Oil)
Berdasarkan uji Gas Chromatography (GC) adapun kandungan asam lemak
bebas minyak kemiri adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 Hasil Uji Gas Chromatography (GC) pada minyak biji kemiri
Gambar 4.3 Hasil Uji Gas Chromatography (GC) Minyak Kemiri
Universitas Sumatera Utara
37
Adapun komposisi asam lemak pada minyak kemiri berdasarkan hasil uji
Gas Chromatography (GC) dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kemiri Hasil Uji Gas
Chromatography (GC)
Asam Lemak Hasil
(%)
Heptadekanoat 4,6
Oleat 29,05
Linoleat 38,25
Linolenat 23,01
Tetradekanoat 2,44
Hasil uji Gas Chromatography (GC) menunjukkan bahwa kandungan
asam lemak paling banyak adalah asam linoleat sebesar 38,25%. Hal ini sesuai
dengan hasil pengujian kandungan asam lemak minyak kemiri dari Akoma
International (UK) LTD, dimana kandungan asam lemak tertinggi yang dihasilkan
dari minyak kemiri adalah asam linoleat dengan kandungan sebesar 38,6%
(Akoma. 2015).
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Enzim lipase pada biji kemiri dapat diaktifkan secara langsung untuk
menghasilkan asam lemak.
2. Kadar asam lemak yang dihasilkan dengan penambahan air lebih besar
dibandingkan kadar asam lemak tanpa penambahan air. Kadar asam lemak
tertinggi sebesar 9,5% dihasilkan pada penambahan air 40%.
3. Kadar asam lemak pada waktu reaksi 2 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam
mengalami peningkatan. Kadar asam lemak tertinggi dihasilkan pada
waktu reaksi 24 jam. Pada waktu reaksi 48 jam kadar asam lemak mulai
mengalami penurunan
4. Kadar asam lemak dengan pengadukan lebih tinggi dibandingkan kadar
asam lemak tanpa pengadukan.
5. Kadar asam lemak tertinggi pada penelitian ini sebesar 9,5% yang dicapai
pada suhu 35⁰C pada waktu reaksi 24 jam dengan pengadukan dan
penambahan air 40%
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca adalah
1. Disarankan untuk mengkaji pengaruh pemanasan dengan oven terhadap
kadar asam lemak yang dihasilkan
2. Disarankan untuk melakukan variasi waktu pengadukan dan kecepatan
pengadukan
3. Disarankan untuk menggunakan larutan pH buffer agar pH tetap terjaga
pada kondisi optimum sehingga memperoleh kadar asam lemak yang
lebih baik.
4. Disarankan untuk mengkaji optimalisasi enzim lipase yang ada di dalam
biji kemiri agar memperoleh kadar asam lemak lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
39
DAFTAR PUSTAKA
Ado, Abukabar, Muhammad, F. Abas, A. S. Mohammed dan H. M. Ghazali.
2013. “Anti and Pro Lipase Activity of Selected Medicinal, Herbal and
Aquatic Plant, and Structure Elucidation of an Anti Lipase Compound”.
Molecules 18 (2013) : 14651-14669.
Akoma. 2015. “Certifate of Analysis Kukui Oil”. United Kingdom : Akoma
International LTD
Atabani, A.E, A.S. Silitonga., H.C. Ong., T.M.I. Mahlia., H.H. Masjuki., I. A.
Badruddin., dan H. Fayaz. 2013. “Non Edible Vegetable Oil : A Critical
Evaluation of Oil Extraction, Fatty Acid Composition, Biodiesel
Production, Characteristic, Engine Peformance and Emission Production”.
Renewable and Sustainable Energy Reviews 18 (211-245).
ASTM D445 - 12 Standard Test Method for Kinematic Viscosity of Transparent
and Opaque Liquids (and Calculation of Dynamic Viscosity).
Chynintya, Galuh dan Vita Paramita. 2016. “Pengaruh Temperatur, Kecepatan
Putar Ulir dan Waktu Pemanasan Awal Terhadap Perolehan Minyak
Kemiri Dari Biji Kemiri Dengan Metode Penekanan Mekanis (Screw
Press)”. METANA Vol. 12, No.1.
Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 2008. “Budidaya Kemiri”. Jakarta :
Direktorat Jenderal Perkebunan
Estrada, Ferek, R. Gusmao, Mudjijati, dan N. Indraswati. 2007. “Pengambilan
Minyak Kemiri Dengan Cara Pengepresan Dan Dilanjutkan Ekstraksi
Cake Oil”. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
ISEO. 2006. “Food Fats and Oils”. Ninth Edition. Washington, DC :Institute of
Shortening and Edible Oils.
Kibazohi, O dan R.S. Sangwan. 2011. “Vegetable oil production from Jatropha
curcas, Croton megalocarpus, Aleurites moluccana, Moringa oleifera and
Pachira glabra: Assessment of Renewable Energy Resources for Bio-
Energy in Africa ”. Biomass and Bioenergy : 35 (2011) 1352-1356.
Kostik, Vesna., S. Memeti., B. Bauer. 2013. “Faty Acid Composition of Edible
Oil and Fats”. Journal of Hygienic Engineering and Design.
Universitas Sumatera Utara
40
Krisnawati, Haruni, M. Kalio, dan M. Kanninen. 2011. “Aleurites moluccana (L.)
Wild. Ecology, silviculture and productivity. CIFOR. Bogor. Indonesia
Lumbantoruan, Dina, Ainun. Rohannah, dan Adian. Rindang. 2014. “Uji
Pengaruh Suhu Pemanasan Biji Kemiri dengan Menggunakan Oil Press
Tipe Ulir Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak yang Dihasilkan”.
Universitas Sumatera Utara. Junal Rekayasa dan Pertanian Vol 2, No. 3,
2014.
Mantasala, Pekka dan J. Niemi. 2009. “Enzyme : The Biological Catalysts of
Life”. Physiology and Maintenance Vol II.
Nasution, Rizki Amalia, R. Bulan dan F. Sebayang. 2013. “Penentuan Ph Dan
Suhu Optimum Untuk Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Lipase Dari
Kecambah Biji Karet (Hevea brasiliensis) Terhadap Hidrolisis PKO (Palm
Kernel Oil)”. Universitas Sumatera Utara. Jurnal Saintia Kima Vol. 1, No.
2, 2013.
Norulaini, Nik, R. S. Budi, A. Omar, M.D. Zaidul,. dan M. Omar. 2004. “Major
Chemical Constituent of Candle Nut Oil Extract Using Supercritical
Carbon Dioxide”. Malaysian Jounal of Pharmaceutical Science. Vol: 2,
No 1 (61-72).
Oremusová J, Vojteková M (1999) Density determination of liquids and solids.
Manual for Laboratory Practice, UK, p 121
Rabelo, Juliana, E. Batista, Fl vio W.Cavaleri and A. J. A Meirelles. 2000.
“Viscosity Prediction for Fatty System”. JAOCS, Vol.77, no 12.
Rashmi dan S. Bhardwaj. 2015. “Aleurites moluccana Seed : A rich Source of
Linolenic Acid”. Journal of Natural Product, Vol 8 : 123-126.
Raspe, Djessica. Tatiane, L. C. Filho dan Camila da Silva. 2013. “Effect of
additives and Process Variables on Enzymatic Hydrolysis of Macuba
Kernel Oil (Acrocomia aculeate)”. Volume 2013: 8. Hidawi Publishing
Corporation.
Rukunudin I.H, P.J. White, C.J. Bern,*, dan T.B. Bailey. 1998. A Modified
Method for Determining Free Fatty Acids from Small Soybean Oil Sample
Sizes. Journal of the American Oil Chemists' Society, Vol. 75 (5) pp.
563-568. AOCS Press.
Universitas Sumatera Utara
41
Sana, N.K, I. Hossin., E.M. Haque., dan R. K. Shaha. 2004. “Identification,
Purification and Characterization of Lipase from Germinating Oil Seed
(Brassica napus L.)”. Pakistan Journal of Biological Science : 246-252.
ISSN : 1028-8880.
Standar Nasional Indonesia. 1998. “Minyak Kemiri”. ISSN : 01-4462-1998.
Sharma, Aditi, S. P. Chaurasia., A. K. Dalai. 2013. “Enzymatic hydrolysis of Cod
Liver Oil for the Fatty Acid Production”. Elsevier: Catalysis Today, 207
(2013) 93-100.
Sharma, Rakesh. 2012. “Enzyme Inhibition: Mechanisms and Scope”. Center of
Nanomagnetics Biotechnology”. Florida State University.
Shu, Guowei, B. ZHANG, Q. ZHANG, H. WAN dan H. LI. 2016. “Effect of
Temperature, pH, Enzyme to Subtrate Ratio, Subtrate Concentration and
Time on the Antioxidative Activity of Hydrolysates From Goat Milk
Casein by Alcalase”. Vol XX (2016) : 2.
Tambun, Rondang. 2002. “Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari
Buah Kelapa Sawit”. Universitas Sumatera Utara.
Woodgate, Stephen L dan J. T. van der Veen. 2014. “Fats and Oil – Animal
Based”. Food Processing : Principles and Application. Beacon Research.
John Wiley and Sons, Ltd.
Yulianto, Mohamad Endy, N. Damayanti, F. P. Juanita dan H. D. Ariyanto. 2010.
“Pengembangan Proses Enzimatis Untuk Produksi Asam Lemak Dari Biji
Karet Secara In Situ”. Universitas Dipenogoro.
Universitas Sumatera Utara
42
LAMPIRAN A
DATA HASIL PENELITIAN
LA.1 HASILANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS
Tabel L1.1 Hasil Titrasi NaOH untuk Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (1)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Titrasi
NaOH (ml)
FFA (%)
35 Dengan
Pengadukan
0 0 3,6 2,01
10
2 9,3 5,21
6 10 5,60
12 10,6 5,94
24 9,7 5,44
48 10 5,60
20
2 9,5 5,32
6 12 6,73
12 13,1 7,34
24 12,7 7,12
48 13 7,29
30
2 9,3 5,21
6 13,4 7,51
12 13,6 7,62
24 13,3 7,45
48 13,1 7,34
40
2 10,1 5,66
6 14,2 7,96
12 16,2 9,08
24 17 9,53
48 16,9 9,47
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel L1.1 Hasil Titrasi NaOH untuk Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (2)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Titrasi
NaOH (ml)
FFA
(%)
35 Tanpa
Pengadukan
10
2 4,3 2,41
6 4 2,24
12 6 3,36
24 5,4 3,02
48 7 3,92
20
2 4 2,24
6 4,6 2,58
12 5,1 2,86
24 5,1 2,86
48 5 2,80
30
2 5,6 3,14
6 6,2 3,47
12 7 3,92
24 5,6 3,14
48 6,9 3,87
40
2 5,5 3,08
6 7,7 4,31
12 8,3 4,65
24 8 4,48
48 7,9 4,43
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel L1.1 Hasil Titrasi NaOH untuk Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (3)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Titrasi
NaOH (ml)
FFA
(%)
30 Dengan
Pengadukan
10
2 2,2 1,23
6 3 1,68
12 4 2,24
24 3,6 2,02
48 2,5 1,40
20
2 2 1,12
6 2,7 1,51
12 3 1,68
24 3,3 1,85
48 4 2,24
30
2 3 1,68
6 3,7 2,07
12 3,4 1,90
24 3,1 1,73
48 3 1,68
40
2 3 1,68
6 3,3 1,85
12 3,5 1,96
24 4 2,24
48 4,1 2,29
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel L1.1 Hasil Titrasi NaOH untuk Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (4)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Titrasi
NaOH (ml)
FFA
(%)
30 Tanpa
Pengadukan
10
2 1,2 0,67
6 1,3 0,72
12 2,3 1,29
24 2,2 1,23
48 2,2 1,23
20
2 1,8 1,00
6 2 1,12
12 3 1,68
24 2,5 1,40
48 2,2 1,23
30
2 2 1,12
6 2,6 1,45
12 3,1 1,73
24 2,9 1,62
48 3 1,68
40
2 2,1 1,17
6 2,9 1,62
12 3,5 1,96
24 4 2,24
48 3,7 2,07
Universitas Sumatera Utara
46
LA.2 HASIL ANALISA DENSITAS DAN VISKOSITAS
Tabel L1.2 Hasil Analisa Densitas Dan Viskositas Minyak Kemiri (1)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Densitas
(g/cm3)
Viskositas
(cSt)
35 Dengan
Pengadukan
0 0 0,915 18,22
10
2 0,915 18,66
6 0,916 18,42
12 0,916 18,42
24 0,915 17,68
48 0,916 17,68
20
2 0,916 18,17
6 0,916 18,66
12 0,917 17,19
24 0,916 17,68
48 0,916 17,43
30
2 0,915 17,43
6 0,916 17,19
12 0,916 17,19
24 0,916 17,68
48 0,916 17,68
40
2 0,915 17,68
6 0,916 17,19
12 0,917 17,68
24 0,917 17,43
48 0,916 18,66
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel L1.2 Hasil Analisa Densitas Dan Viskositas Minyak Kemiri (2)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Densitas
(g/cm3)
Viskositas
(cSt)
35 Tanpa
Pengadukan
10
2 0,915 18,91
6 0,915 18,42
12 0,916 18,66
24 0,916 18,42
48 0,915 18,66
20
2 0,915 19,15
6 0,916 19,65
12 0,916 18,42
24 0,916 18,66
48 0,916 18,91
30
2 0,915 18,91
6 0,915 20,14
12 0,916 18,91
24 0,916 19,15
48 0,916 19,65
40
2 0,915 18,42
6 0,916 19,15
12 0,914 19,15
24 0,915 18,91
48 0,915 19,65
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel L1.2 Hasil Analisa Densitas Dan Viskositas Minyak Kemiri (3)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Densitas
(g/cm3)
Viskositas
(cSt)
30 Dengan
Pengadukan
10
2 0,915 21,86
6 0,915 20,38
12 0,917 20,87
24 0,917 21,37
48 0,914 20,87
20
2 0,915 22,35
6 0,916 21,86
12 0,915 21,86
24 0,915 20,63
48 0,915 21,12
30
2 0,916 22,59
6 0,915 22,59
12 0,914 21,12
24 0,916 21,86
48 0,914 21,12
40
2 0,917 20,63
6 0,917 22,35
12 0,914 21,61
24 0,914 20,87
48 0,914 21,37
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel L1.2 Hasil Analisa Densitas Dan Viskositas Minyak Kemiri (4)
Suhu
(0C) Pengadukan
Penambahan
Air (%)
Waktu
(Jam)
Densitas
(g/cm3)
Viskositas
(cSt)
30 Tanpa
Pengadukan
10
2 0,915 22,11
6 0,916 22,11
12 0,915 21,37
24 0,916 22,60
48 0,915 21,86
20
2 0,915 22,35
6 0,915 22,35
12 0,915 23,58
24 0,915 20,63
48 0,915 20,14
30
2 0,916 21,62
6 0,915 21,12
12 0,915 22,11
24 0,914 21,62
48 0,914 21,62
40
2 0,915 23,09
6 0,915 19,90
12 0,914 21,62
24 0,915 20,39
48 0,914 19,90
LA.3 HASIL ANALISA PH
Tabel L1.3 Hasil Analisa pH
Suhu (0C) Pengadukan Penambahan Air
(%) Ph
35 Dengan Pengadukan 40
6
30 6
Universitas Sumatera Utara
50
LAMPIRAN B
HASIL PERHITUNGAN
LB.1 Perhitungan FFA
Perhitungan Kadar FFA Minyak dari Minyak Kemiri
Normalitas NaOH = 0,1 N
Volume larutan NaOH yang terpakai = 16,9 ml
BM FFA = 280,4472 gr/mol
Berat minyak kemiri = 5 gram
Kadar FFA minyak = %01Sampel Massa
MVT
(L.B 1)
=16,9 ×0,1×280,4472
5×10%
= 9,479 %
LB.2 Perhitungan Densitas Minyak Kemiri
Massa piknometer kosong = 23,75 gr
Massa piknometer + air = 46,39 gr
Massa Aquadest = (46,39-23,75)
= 22,64 gr
Massa piknometer + minyak = 44,5 gr
Massa minyak = (44,5-23,75)
= 20,75 gr
Densitas Air (30 oC) = 0,9956 gr/cm3
(Geankoplis, 2003)
Densitas Minyak Kemiri
ρsampel = air
airm
sampelm
(L.B. 2)
= 20,75
22,640,9956
= 0,916 gr/cm3
Universitas Sumatera Utara
51
LB.3 Perhitungan Viskositas Minyak Kemiri
Waktu alir air rata-rata = 3 detik
Waktu alir minyak Biji Alpukat rata-rata = 76 detik
Untuk kalibrasi viskosimeter digunakan rumus :
SGxt
Nk =
(L.B. 3)
Dimana :
K= Konstanta kalibrasi viskosimeter (kg/m.detik2)
N= viskositas (kg/m.s)
SG = spesifik graviti
t= waktu alir dari batas atas ke batas bawah (detik)
Kalibrasi dengan air :
N (30oC) = 0,801 x 10-3 kg/m.s
S = 1
t = 3 detik
Sxt
Nk =
= 0,801×10−3
1×3
= 2,67 x 10-4 kg/m.s2
Penentuan viskositas minyak dari biji kemiri
Densitas air pada 30oC = 0,99568 g/cm3
Spesifik graviti = rdensitasai
mpeldensitassa
(L.B. 4)
= 0,916 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
0,99568 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
= 0, 9199
Universitas Sumatera Utara
52
Viskostias minyak dari Kemiri = k x s x t (L.B. 5)
= 2,67 x 10-4 kg/m.s2 x 0,9199 x 76 s
= 0,0186 kg/m.s
= 18,66 Cp
Viskositas Kinematik = 𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (L.B. 6)
= 18,66Cp
0.9199 kg
m3
= 20,28 cSt
Universitas Sumatera Utara
53
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PENELITIAN
LC.1 BIJI KEMIRI
Gambar LC.1 Biji Kemiri
LC.2 FOTO PERSIAPAN BAKU
Gambar LC.2 Pemisahan Biji Kemiri dan Cangkang Kemiri
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar LC.3 Penghalusan Biji Kemiri Dengan Blender
LC.3 PROSES REAKSI
Gambar LC.4 Pengadukan Biji Kemiri Dan Air Menggunakan Mixer HR-1552
Universitas Sumatera Utara
55
Gambar LC.5 Proses Reaksi Pada Suhu Optimum
LC.4 PEMISAHAN MINYAK KEMIRI DAN PADATAN
Gambar LC.6 Pemanasan Dengan Oven Untuk Menghilangkan Air
Universitas Sumatera Utara
56
Gambar LC.7 Minyak Kemiri
LC.5 ANALISA MINYAK KEMIRI
Gambar LC.8Analisa Asam Lemak Bebas Dengan Titrasi NaOH
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar LC.9 Analisa PH
Gambar LC.10 Analisa Densitas
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar LC.11 Analisa Viskositas
Universitas Sumatera Utara
59
LAMPIRAN D
HASIL UJI LABORATORIUM
LD.1 HASIL ANALISA GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
Gambar LD.1 Hasil Analisa Gas Chromatography (GC)
Universitas Sumatera Utara