kadar antioksidan enzimatik katalase pada abortus

93
TESIS KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS INKOMPLIT LEBIH RENDAH DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN NORMAL TRIMESTER PERTAMA MARIA FLORENTINA TUKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Upload: ngotuyen

Post on 11-Dec-2016

250 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

TESIS

KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA

ABORTUS INKOMPLIT LEBIH RENDAH

DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN NORMAL

TRIMESTER PERTAMA

MARIA FLORENTINA TUKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

TESIS

KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA

ABORTUS INKOMPLIT LEBIH RENDAH

DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN NORMAL

TRIMESTER PERTAMA

MARIA FLORENTINA TUKAN

NIM 0914038113

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA

ABORTUS INKOMPLIT LEBIH RENDAH

DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN NORMAL

TRIMESTER PERTAMA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

MARIA FLORENTINA TUKAN

NIM 0914038113

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 4: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA

ABORTUS INKOMPLIT LEBIH RENDAH

DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN NORMAL

TRIMESTER PERTAMA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Pada Program Pendidikan Dokter Spesialis

Universitas Udayana

MARIA FLORENTINA TUKAN

NIM 0914038113

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 5: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 15 APRIL 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof.Dr.dr. IGP Surya, SpOG(K) dr. IPG Wardhiana, SpOG(K)

NIP.19431015 197008 1 001 NIP. 19540331 198010 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Universitas Udayana

Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And.,FAACS Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,SpS(K)

NIP. 19461213 197107 1 001 NIP. 19590215 1985102 001

Page 6: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal : 15 April 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No : 0977/UN14.4/HK/2014, Tanggal 10 April 2014

Ketua : Prof.Dr.dr.I G P Surya,Sp.OG (K)

Anggota :

1. dr.I P G Wardhiana,Sp.OG (K)

2. Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And.,FAACS

3. Prof.dr.N.Tigeh Suryadhi,MPH.Ph.D

4. Prof.Dr.dr.Nyoman Mangku Karmaya,M.Repro

Page 7: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Page 8: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya oleh berkatNya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada : Prof. Dr. dr. I Gede Putu Surya SpOG(K) selaku

pembimbing I dan dr.I P G Wardhiana,Sp.OG (K) selaku pembimbing II, Drs.

Ketut Tunas, Msi selaku pembimbing statistik yang telah memberikan dorongan

semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti Program Pendidikan

Dokter Spesialis I (PPDS I) dan Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

kekhususan Kedokteran Klinik (Combined Degree). Terima kasih juga kepada

Prof.Dr.dr.AAG Sudewa Djelantik,SpPK(K), dr Kadek Mulyantari, SpPK dan dr I

Nyoman Wande, SpPK, atas segala bantuan dan bimbingan dalam proses

pemeriksaan sampel penelitian ini.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika SpPD (KEMD), Direktur program Pascasarjana yang

dijabat oleh Prof.Dr.dr.A.A.Raka Dewi,SpS(K), Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Putu Astawa MKes SpOT(K), M.Kes, Ketua

Program Studi Ilmu Biomedik-Combined Degree, Prof.Dr.dr.Wimpie

I.Pangkahila,SpAnd.,FAACS, Direktu Rumah Sakit Sanglah Denpasar, dr. I

Wayan Sutarga MPHM, serta Kepala Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Prof.

Dr. dr. Ketut Suwiyoga SpOG(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

untuk mengikuti dan menyelesaikan PPDS I dan Program Magister Program Studi

Ilmu Biomedik kekhususan Kedokteran Klinik (Combined Degree) di Universitas

Udayana. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada Ketua program Studi

Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit

Sanglah Denpasar, dr. A.A.N. Anantasika SpOG(K) dan seluruh

Dosen/StafBagianObstetri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Sanglah atas segala bimbingan dan dorongan yang diberikan selama penulis

mengikuti pendidikan spesialis. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan

kepada seluruh guru yang telah mendidik dari Sekolah Dasar sampai Perguruan

Tinggi. Pasien-pasien yang telah menjadi guru yang banyak memberikan

pengetahuan dan pengalaman, rekan-rekan residen Obstetri dan Ginekologi, serta

rekan-rekan paramedis RSUP Sanglah.

Tidak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih yang dalam kepada orang

tua Anton A. Tukan dan Sisilia Sumarsini, suami Jakobus Gottes Vendy, kakak,

serta adik-adik tercinta dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan

baik moril maupun materiil sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati semua pihak yang telah

membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Penulis

Page 9: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

ABSTRAK

KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA

ABORTUS INKOMPLIT LEBIH RENDAH DIBANDINGKAN DENGAN

KEHAMILAN NORMAL TRIMESTER PERTAMA

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan kurang

dari 20 minggu atau dengan kelahiran berat badan janin kurang dari 500 gram.

Penyebab abortus sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Dengan

perkembangan penelitian terhadap plasenta, muncul teori yang menyatakan bahwa

stress oksidatif yaitu ketidakseimbangan antara prooksidan (free radical) dan

antioksidan yang terjadi saat proses plasentasi diduga sebagai salah satu penyebab

terjadinya abortus. Katalase adalah suatu enzim yang berfungsi untuk

mengkatalisis hidrogen peroksida (H2O2) hidroperoksida organik sehingga

mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada membran sel, bekerja sebagai

pengikat radikal bebas pada endometrium yang berperan dalam keberhasilan

implantasi dengan melindungi blastokist dari radikal superoksida. Tujuan

penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kadar antioksidan enzimatik

katalase yang rendah pada kehamilan trimester pertama meningkatkan resiko

terjadinya abortus inkomplit.

Desain penelitian ini berupa studi cross-sectional yang melibatkan 52

orang wanita hamil trimester pertama yang dikelompokkan menjadi 26 wanita

dengan abortus inkomplit dan 26 orang hamil muda yang memenuhi kriteria

inklusi, yang datang ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Pemeriksaan darah

dilakukan untuk mengetahui kadar antioksidan enzimatik katalase pada kedua

kelompok dengan metode Elisa.

Berdasarkan uji T tidak berpasangan untuk variabel umur ibu, paritas dan

umur kehamilan, didapatkan data homogen dan berdistribusi normal (p>0.05).

Rerata kadar antioksidan enzimatik katalase pada abortus inkomplit trimester

pertama secara bermakna (p<0,000) lebih rendah dibandingkan kehamilan normal

(524,74 + 154,11 pg/ml vs 885,79 + 134,73 pg/ml). Dengan uji Chi-Square

diperoleh rasio prevalensi (RP= 8,3, IK 95% = 280,1 – 441,4 p=0,000).

Berdasarkan korva ROC diperoleh nilai cut off point kadar antioksidan enzimatik

katalase sebesar 653,13pg/ml dengan nilai sensitivitas 92,3,% dan nilai spesifisitas

sebesar 92,3%.

Kadar antioksidan enzimatik katalase yang rendah meningkatkan risiko

abortus inkomplit trimester pertama. Penelitian lanjutan masih diperlukan dengan

memanfaatkan hasil penelitian ini dalam upaya menemukan obat-obatan yang

dapat meningkatkan kadar antioksidan enzimatik katalase, sehingga dapat

mencegah terjadinya abortus inkomplit trimester pertama.

Kata Kunci : Abortus inkomplit, antioksidan enzimatik katalase

Page 10: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

ABSTRACT

Catalase Enzyme Antioxidant Level In Incomplete Abortion Lower Than

Normal Pregnancy In The First Trimester

Abortion is the termination of pregnancy before 20 weeks gestational age

or delivery the fetus weighted less than 500 grams. The cause of abortion is still

unclearly defined. With the development of knowledge and researches about

placenta, there is a new theory that explaing that oxidative stress, the imbalance

between pro-oxidant (free radical) and antioxidant that happened when

placentation is proceed, is suggest to be one of the abortion causes. Catalase is the

enzyme that functioned as catalysis Hydrogen peroxide (H2O2), organic hyper

peroxide so prevent the lipid peroxidase in cell membrane, work as free radical

binder in the endometrium that take a role in the successful process of

implantation with protect the blastocyst from radical superoxide. The purpose of

the research was to prove that low antioxidant and catalase enzyme level in the

first trimester increased risk factor of abortion.

The design on this research used a cross-sectional study involving 52

pregnant women in the first trimester that categorized as 26 women with

incomplete abortion and the 26 women in early pregnancy fulfill the inclusion

criteria, that came to the Sanglah Hospital. On both groups we do blood tests to

determine levels of catalase enzyme antioxidant by Elisa method.

Based on T-Independent test for variables of mother age, parity and

gestational age, there were homogeneous and normal distribution data (p>0,05).

The mean catalase enzyme antioxidant levels for incomplete abortion in the first

trimester was significantly (p= <0,001) lower than normal early pregnancies

(524,97 + 154,11 pg/ml vs 885,79 + 134,73 pg/ml). With Chi-square test

prevalence ratio (PR= 8,3, CI 95% = 280,1 – 441,4 p=0,000). Based on ROC

curve, cut off point of catalase enzyme antioxidant levels was 653,13, pg/ml with

a sensitivity of 92,3% and a specificity of 92,3,%.

The low level of catalase enzyme antioxidan increased risk of incomplete

abortion in the first trimester. Advance research need to be done with used this

research in the effort to prevent incomplete abortion in the first trimester.

Key word : incomplete obortion, antioxidan and catalase enzyme

Page 11: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM i

PRASYARAT GELAR ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v

UCAPAN TERIMAKASIH vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR BAGAN xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG xv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.4.1 Manfaat bagi pengetahuan 5

1.4.2 Manfaat bagi pelayanan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Definisi Abortus dan Abortus Inkomplit 7

2.2 Insiden Abortus 8

2.3 Penyebab Abortus Inkomplit 8

Page 12: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

2.4 Stres Oksidatif Pada Abortus Inkomplit 9

2.4.1 Stes Oksidatif 9

2.4.2 Mekanisme Pertahanan Terhadap Stress Oksidatif 16

2.4.3 Abortus Inkomplit Sebagai Keadaan Stres Oksidatif 23

2.5 Peranan Radikal Bebas dan Katalase Pada Kehamilan Normal 26

2.5.1 Peranan Radikal Bebas Pada Kehamilan Normal 26

2.5.2 Peranan Katalase Pada Kehamilan Normal 28

2.6 Peranan Katalase Pada Abortus Inkomplit 30

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN 33

3.1 Kerangka Berpikir 33

3.2 Konsep Penelitian 35

3.3 Hipotesis Penelitian 35

BAB IV METODE PENELITIAN 36

4.1 Rancangan Penelitian 36

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 36

4.2.1 Tempat penelitian 36

4.2.2 Waktu penelitian 36

4.3 Populasi, Sampel Penelitian, Penghitungan Besar Sampel

dan Cara Pemiliha Sampel 36

4.3.1 Populasi Penelitian 36

4.3.2 Sampel penelitian 36

4.3.3 Penghitungan Besar Sampel 37

4.3.4 Cara Pemilihan Sampel 38

4.4 Variabel Penelitian 38

4.5 Definisi Operasional Variabel 38

4.6 Bahan Penelitian 39

4.7 Instrumen Penelitian 40

4.8 Alur Penelitian 40

Page 13: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

4.9 Analisis Data 42

4.9.1 Analisis deskriptif 42

4.9.2 Uji normalitas 42

4.9.3 Uji hipotesis 42

4.9.4 Perhitungan rasio prevalen 42

BAB V HASIL PENELITIAN 44

5.1 Karakteristik Sampel Penelitian 44

5.2 Perbedaan Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase Pada Kelompok Abortus

Inkomplit dan Kelompok Kehamilan Normal Trimester I 45

5.3 Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase Yang Rendah Meningkatkan Risiko

Abortus Inkomplit Abortus Inkomplit Trimester Pertama 46

BAB VI PEMBAHASAN 47

6.1 Karakteristik Sampel Penelitian 47

6.2 Perbedaan Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase pada Abortus Inkomplit dan

Kehamilan Normal 49

6.3 Analisa Risiko Sampel Penelitian 50

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 54

7.1 Simpulan 54

7.2 Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN 61

Page 14: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerusakan Akibat Reaktif Oksigen Spesies 10

2.2 Pengaruh Keseimbangan Oksidan dan Reduktan 12

2.3 Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Antioksidan Seluler 16

2.4 Penangkapan Endogen Peroksida Seluler 20

2.5 Permukaan Uteroplasenta Awal dan Akhir Trimester 1 25

Page 15: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Metabolit Radikal dan Nonradikal Oksigen 11

4.1 Tabel Analisis Desktiptif 42

4.2 Tabel Rasio Prevalensi 43

5.1 Rerata Umur Ibu, Paritas dan Umur Kehamilan Pada Kelompok Abortus

Inkomplit dan Kelompok Kehamilan Normal 44

5.2 Perbedaan Kadar Antioksidan Enzimatik Katalas Pada Kelompok Abortus

Inkomplit dan Kelompok Kehamilan Normal 45

5.3 Nilai RP,IK dan p Kadar Antioksidan Enzimatik Katalas Pada Kelompok

Abortus Inkomplit dan Kelompok Kehamilan Normal 46

Page 16: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Fisiologi Pembentukan dan Katalisasi Radikal Bebas 15

2.2 Mekanisme Kerja Katalase Melindungi Kerusakan Sel 22

2.3 Patofisiologi Abortus Akibat Stres Oksidatif 31

3.1 Konsep Penelitian 35

4.1 Alur Penelitian 41

Page 17: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenotriposphate

-HCG : - Human Chorionic Gonadotropin

Cat : Catalase

CYP-19 : Sitokrom P-450 Aromatase

DNA : Deoxyribonucleic Acid

E.C. : Enzyme Code

EDFR : endotelium-derived relaxing factor

ELISA : Enzyme Linked Imonosorbant Assay

Gpx : Glutathione Peroxidase

GSH : Glutathione Tereduksi atau Glutathione

GSSG : Glutathione Teroksidasi atau Glutathione Disulfida

G6PD : Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase

hCG : Human Chorionic Gonadotropin

HClO : Asam Hipoklorit

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

H2O : Air

H2O2 : Hidrogen Peroksida

I/R : Ischemia-reperfusion

LMWA : Low Molecular Weight Antioxidant

NO : Nitric Oxide

NO3- :

Nitric

OFRs : Oxygen Free Reactive Spicies

ONOO- : Peroksinitric

O2•¯ : Radikal Superoksid

OH• : Hidroksil

PC-OOH : Phosphatidylcholine Hydroperoxida

PRX : Peroxiredoksin

RNS : Reactive Nitrogen Species

Page 18: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

ROOH : Peroksida Organik

ROS : Reactive Oxygen Species

RT-PCR : Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction

-SH : Gugus Sulfidril

SOD : Superoksid Dismutase

TRX : Thioredoksin

USG : Ultasonografi

Page 19: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) 59

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian 60

Lampiran 3 Informed Consent 61

Lampiran 4 Formulir Pengumpulan Data . 64

Lampiran 5 Hasil Penelitian 65

Lampiran 6 Statistik Hasil Penelitian 68

Page 20: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan peristiwa yang dinantikan oleh hampir setiap

wanita pasangan usia subur (PUS). Sebagian besar kehamilan berlangsung dengan

aman, namun sebagian kecil mengalami komplikasi selama kehamilan dan

persalinan. Komplikasi yang ditimbulkan antara lain, perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan, infeksi, partus macet dan abortus.

Abortus adalah berakhirnya kehamilan baik secara spontan maupun

disengaja, sebelum janin viabel. Pada umumnya abortus didefinisikan sebagai

berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau kurang dari 500

gram (Cunningham dkk, 2010). Secara klinis, abortus yang paling sering dijumpai

di rumah sakit adalah abortus inkomplit. Pasien pada umumnya datang dalam

keadaan perdarahan dan nyeri perut yang hebat, dari pemeriksaan fisik ditemukan

pembukaan serviks dan tampak keluarnya sebagian dari produk konsepsi

(Puscheck dan Pradhan, 2006).

Kelainan ini merupakan komplikasi kehamilan yang paling sering terjadi.

Diperkirakan abortus spontan (miscarriages) terjadi pada 75% wanita sejak saat

konsepsi namun sebagian besar kejadian tersebut tanpa disadari karena terjadi

sebelum atau bersamaan dengan saat haid berikutnya. Dari sejumlah kasus yang

disadari, 15-20% berakhir dengan abortus spontan atau kehamilan ektopik

(Petrozza dan Berlin, 2010). Kemungkinan untuk mengalami abortus spontan

Page 21: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

berulang akan meningkat sejalan frekuensi seseorang mengalami abortus. Bahkan

setelah mengalami abortus spontan tiga kali dan empat kali, kemungkinan untuk

terjadi abortus berikutnya berturut-turut sebesar 45% dan 54,3% (Turrentine,

2008). Lebih dari 80% abortus terjadi pada trimester pertama (Bernirschke dan

Kaufmann, 2000), yaitu hingga umur kehamilan 14 minggu (Cunningham dkk,

2010).

Mekanisme penyebab abortus tidak selalu dapat ditentukan dengan jelas,

karena pada umumnya lebih dari satu faktor yang berperan. Secara umum

penyebab abortus dapat dibagi menjadi faktor fetus dan faktor maternal. Faktor

fetus seperti kelainan kromosom menjadi penyebab sekitar 50% kejadian abortus

spontan, dimana kelainan yang paling sering ditemukan berupa autosomal trisomi

(Eiben dkk, 1990). Faktor maternal yang turut berperan seperti : usia ibu, kelainan

anatomis, faktor imunologis, infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin, nutrisi,

penggunaan obat-obatan dan pengaruh lingkungan (Speroff, 2005).

Dengan perkembangan penelitian terhadap plasenta, muncul teori yang

menghubungkan stress oksidatif yang terjadi pada saat proses plasentasi dengan

patofisiologi terjadinya abortus. Hingga akhir trimester pertama, fetus

berkembang dalam suasana hipoksia fisiologis untuk melindungi dirinya dari efek

buruk dan efek teratogenik dari radikal bebas oksigen (Jauniaux, 2000), serta

menjaga stem sel agar tetap dalam keadaan pluripotent penuh (Ezashi, 2005).

Hingga minimal minggu ke-10, nutrisi embrio juga diperoleh dari sekresi kelenjar

endometrium ke dalam intervillous space (Burton dkk, 2002).

Page 22: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Menurut Jauniaux (2005), abortus spontan merupakan gangguan plasentasi

dan perubahan-perubahan villi yang tampak bukanlah penyebab namun

merupakan konsekuensi dari gangguan plasentasi tersebut. Pada sekitar dua per

tiga abortus pada trimester pertama, dapat ditemukan kelainan anatomis akibat

gangguan plasentasi yang terutama berupa pelindung tropoblast yang lebih tipis

atau terfragmentasi, invasi sitotropoblast ke dalam endometrium yang lebih

sedikit, dan penutupan lumen pada ujung arteri spiralis yang tidak lengkap. Hal ini

menyebabkan hilangnya perubahan fisiologis plasenta yang seharusnya terjadi,

sehingga timbul onset prematur dari sirkulasi maternal pada seluruh permukaan

plasenta. Oksigen dalam plasenta janin stadium awal sangat rendah dan meningkat

ketika mendapatkan aliran darah dari ibu. Metabolisme aerobik sangat

berhubungan dengan pembentukan spesies oksigen reaktif dan kecepatan

pembentukannya sebanding dengan kadar oksigen. Terlepas dari penyebab

terjadinya abortus, peningkatan aliran darah maternal ke ruang intervillus

menyebabkan 2 perubahan, yaitu : 1. efek mekanis langsung terhadap jaringan

villi sehingga menjadi rusak secara progresif, 2. perluasan kerusakan tropoblast

yang secara tidak langsung dimediasi oleh radikal superoksid dan peningkatan

apoptosis (Kokawa dkk, 1998; dan Jauniaux dkk, 2003). Akibat dari proses

tersebut, terjadi degenerasi plasenta dengan hilangnya seluruh fungsi

sinsisiotrophoblas dan pelepasan plasenta dari dinding uterus (Jauniaux dkk,

2006).

Peran oksigen reaktif dalam patogenesis abortus baru-baru ini telah disadari,

namun hubungan dengan abortus inkomplit belum pernah dilakukan. Di dalam

Page 23: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

sel, Reaktif Oksigen Spesies (ROS) diproduksi secara terus-menerus sebagai

akibat reaksi biokimia maupun akibat dari faktor eksternal. Apabila produksi ROS

dan radikal bebas yang lain melebihi kapasitas penangkapan oleh antioksidan,

maka timbullah suatu keadaan yang disebut stress oksidatif. Antioksidan sebagai

pelindung terhadap stress oksidatif dapat digolongkan menjadi golongan

enzimatik dan non enzimatik. Diantara antioksidan enzimatik yang ada, katalase

(Cat), superoksid dismutase (SOD) dan glutathione peroxidase (Gpx) merupakan

antioksidan yang bekerja secara langsung (Kohen dan Nyska, 2002).

Katalase termasuk dalam golongan enzim hidroperoksidase yang dapat

mengkatalisis substrat hidrogen peroksida (H2O2) dan peroksida organik sehingga

mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada membran sel dan bekerja sebagai

pengikat radikal bebas (Kohen dan Nyska, 2002). Enzim ini dapat ditemui dalam

darah, sumsum tulang, membran mukosa, ginjal dan hati (Kumar dkk, 2008).

Aktivitas katalase yang terdapat dalam peroksisom, langsung mendegradasi

hidrogen peroksida (2H2O2 → O2 + 2H2O) (Richard et al.,2010) . Maka peran

katalase pada endometrium adalah untuk keberhasilan plasentasi dengan

melindungi blastokist dari radikal superoksid.

Keseimbangan antara jumlah kadar antioksidan enzimatik katalase terhadap

mekanisme pembentukan radikal bebas yang meningkat selama kehamilan

mungkin penting dalam patogenesis gangguan ini. Kadar Katalase pada wanita

hamil normal dikatakan lebih rendah dari pada wanita 24 jam postpartum pada

penelitian di rumah sakit Tama Nagayama - Jepang, dimana kadar Katalase pada

ibu hamil (predelivery) adalah 77.6 ± 29.1, sedangkan pada 24 jam postpartum

Page 24: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

114.4 ± 13.2 (Hitoshi dkk , 2002). Penelitian di Rumah Sakit Umum Belgaum –

India, kadar Katalase pada wanita hamil trimester pertama adalah 7.82 ± 2.84,

sedangkan wanita non-pregnant 8.13 ± 2.25 (Kodliwadmath , 2007).

Di Rumah Sakit Sanglah Denpasar belum pernah dilakukan pemeriksaan

mengenai kadar antioksidan enzimatik katalase pada wanita yang mengalami

abortus inkomplit. Atas dasar itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hal

ini.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah kadar antioksidan enzimatik katalase pada Abortus inkomplit lebih

rendah dibandingkan pada kehamilan normal trimester pertama?

1.3 Tujuan Penelitian

Membuktikan kadar antioksidan enzimatik katalase pada abortus

inkomplit lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal trimester pertama.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Pengetahuan

1.4.1.1 Untuk memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan tentang

pengaruh rendahnya kadar antioksidan enzimatik katalase terhadap

kejadian abortus inkomplit pada kehamilan trimester pertama.

1.4.1.2 Sebagai data dasar untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai

obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar antioksidan enzimatik

katalase, sehingga dapat mencegah terjadinya abortus inkomplit

trimester pertama.

Page 25: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan

Sebagai bagian dari suatu rangkaian penelitian untuk mendapatkan informasi

tentang hubungan antioksidan terhadap kejadian abortus. Jika hipotesis penelitian

ini terbukti, maka dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan kadar

antioksidan enzimatik katalase pada ibu hamil sebagai usaha pencegahan

terjadinya abortus.

Page 26: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus dan abortus inkomplit

Menurut Kamus Oxford 2002, abortus didefinisikan sebagai berakhirnya

kehamilan dengan cara apapun sebelum janin viabel. Umur kehamilan juga

digunakan untuk membatasi dan mengklasifikasikan abortus untuk tujuan statistik

dan hukum. Misalnya National Center for Health Statistics, Centers for Disease

Control and Prevention dan World Health Organization mendefinisikan abortus

sebagai berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau dengan

berat fetus kurang dari 500 gram (Cunningham dkk, 2010).

Abortus spontan apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis

untuk mengosongkan uterus. Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam

desidua basalis dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Secara klinis,

klasifikasi abortus spontan dapat dengan berbagai cara. Pembagian yang paling

sering digunakan adalah abortus iminen, insipien, inkomplit, missed abortus,

abortus septik dan abortus berulang (Speroff dan Fritz, 2005 ).

Abortus inkomplit adalah abortus yang ditandai dengan perdarahan akibat

terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta dari uterus, disertai

membukanya kanalis servikalis. Jaringan fetus dan plasenta dapat tertinggal

seluruhnya di dalam uterus atau dapat juga tampak sebagian di kanalis servikalis.

Sebelum umur kehamilan 10 minggu, fetus dan plasenta biasanya keluar

Page 27: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

bersamaan. Namun pada umur kehamilan yang lebih tua, pengeluaran fetus dan

plasenta pada umumnya terpisah (Cunningham dkk, 2010).

2.2 Insiden Abortus

Insiden abortus spontan bervariasi tergantung ketelitian metode yang

digunakan. Wilcox dan koleganya yang meneliti 221 wanita sehat selama 707

siklus menstruasi, menemukan bahwa 31 persen kehamilan mengalami abortus

setelah implantasi. Dengan menggunakan metode yang sangat spesifik, yang

mampu mendeteksi - human chorionic gonadotropin (-HCG) pada serum ibu

dalam konsentrasi yang masih sangat rendah, dua per tiga dari abortus ini

digolongkan sebagai silent abortus secara klinis (Cunningham dkk, 2010). Sekitar

80 persen abortus terjadi pada trimester pertama yaitu hingga umur kehamilan 14

minggu (Cunningham dkk, 2010). Frekuensi abortus berkurang dengan semakin

meningkatnya umur kehamilan (Puscheck dan Pradhan, 2006).

Setelah mengalami abortus satu kali, kemungkinan untuk terjadinya abortus

berulang sebesar 15%, sedangkan bila mengalami dua kali abortus spontan,

kemungkinan terjadinya abortus yang ketiga kalinya sebesar 30% (Petrozza dan

Berlin, 2010). Bahkan setelah mengalami abortus spontan tiga kali dan empat kali,

kemungkinan untuk terjadi abortus berikutnya berturut-turut sebesar 45% dan

54,3% (Turrentine, 2008).

2.3 Penyebab Abortus Inkomplit

Penyebab abortus dapat dibedakan menjadi faktor fetus dan faktor maternal .

Faktor fetus seperti kelainan kromosom menjadi penyebab sekitar 50 persen

kejadian abortus spontan, dimana sekitar 95 persen disebabkan oleh kesalahan

Page 28: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

gametogenesis dari pihak ibu (Eiben dkk, 1990). Kelainan kromosom yang paling

sering ditemukan berupa autosomal trisomi dari kromosom 13, 16, 18, 21 dan 22

(Eiben dkk, 1990). Dari penelitian terhadap 47.000 wanita, Bianco dan koleganya

(2006) menemukan bahwa risiko aneuploid pada fetus meningkat sesuai dengan

semakin seringnya abortus. Bila tidak pernah abortus risikonya 1,39%, satu kali

abortus risikonya menjadi 1,67%, dua kali abortus 1,84% dan tiga kali abortus

menjadi 2,18%.

Faktor maternal sebagai penyebab abortus dapat dikelompokkan menjadi

kelainan anatomis sistem reproduksi : mioma uteri dan kelainan uterus, usia,

faktor imunologis, infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin, nutrisi dan

lingkungan (Speroff dan Fritz, 2005).

2.4. Stres Oksidatif Pada Abortus Inkomplit

2.4.1. Stres Oksidatif

Efek merugikan dari radikal bebas yang menyebabkan kerusakan biologis

dikenal dengan nama stress oksidatif (Kovacic dan Jacintho, 2001). Hal ini terjadi

dalam sistem biologis akibat produksi ROS yang berlebihan maupun akibat

defisiensi antioksidan enzimatik dan non-enzimatik. Dengan kata lain, stress

oksidatif terjadi akibat reaksi metabolik yang menggunakan oksigen dan

menunjukkan gangguan keseimbangan status reaksi oksidan dan antioksidan pada

mahluk hidup. ROS yang berlebihan akan merusak lipid seluler, protein maupun

DNA dan menghambat fungsi normal sel (Gambar 2.1).

Page 29: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Gambar 2.1 Kerusakan Akibat Reaktif Oksigen Spesies

Sumber : Kohen dan Nyska (2002)

Radikal yang berasal dari oksigen merupakan kelompok radikal terpenting

yang dihasilkan dalam tubuh mahluk hidup (Miller dkk, 1990). Secara umum

ROS dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu radikal dan nonradikal,

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Kelompok radikal yang sering dikenal

dengan radikal bebas mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada

orbit atomik atau molekulernya (Halliwell dan Gutteridge, 1999). Elektron yang

tidak berpasangan ini menunjukkan tingkat reaktivitas tertentu pada radikal bebas.

Kelompok nonradikal terdiri dari berbagai bahan yang beberapa diantaranya

sangat reaktif (Kohen dan Nyska, 2002).

Page 30: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Tabel 2.1 Metabolit Radikal dan Nonradikal Oksigen

Sumber : Kohen dan Nyska (2002)

Nama Simbol

RADIKAL OKSIGEN

Oksigen (Bi-radikal) O2••

Ion Superoksida O2•¯

Hidroksil OH•

Peroksil ROO•

Alkoksil RO•

Nitrit Oksida NO•

NONRADIKAL OKSIGEN

Hidrogen Peroksida H2O2

Peroksida organik ROOH

Asam Hipoklorit HOCL

Ozon O3

Aldehid HCOR

Singlet Oksigen 1O2

Peroksinitrit ONOOH

Molekul oksigen memiliki konfigurasi elektron yang unik dan molekul ini

sendiri merupakan bi-radikal karena memiliki dua elektron tidak berpasangan

pada dua orbit yang berbeda. (Kohen dan Nyska, 2002). Penambahan satu

elektron pada dioksigen akan membentuk radikal superoksid (O2•¯

). Peningkatan

anion superoksida terjadi melalui proses metabolik atau setelah aktivasi oksigen

oleh radiasi (ROS primer) dan dapat bereaksi dengan molekul lain untuk

membentuk ROS sekunder baik secara langsung maupun melalui proses

enzimatik atau katalisis metal (Valko dkk, 2005).

Organisme harus menghadapi dan mengontrol adanya pro-oksidan dan

antioksidan secara terus menerus. Keseimbangan kedua faktor ini yang dikenal

dengan nama redoks potensial, bersifat spesifik untuk tiap organel dan lokasi

biologis. Hal-hal yang mempengaruhi kesimbangan ke arah manapun

menimbulkan efek buruk terhadap sel dan organisme. Perubahan keseimbangan

Page 31: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

ke arah peningkatan pro-oksidan yang disebut stress oksidatif akan menyebabkan

kerusakan oksidatif. Perubahan keseimbangan ke arah peningkatan kekuatan

reduksi atau antioksidan juga akan menimbulkan kerusakan yang disebut stress

reduktif (Gambar 2.2) (Kohen dan Nyska, 2002)

Gambar 2.2 Pengaruh Keseimbangan Oksidan dan Reduktan

Sumber : Kohen dan Nyska (2002)

Radikal bebas memiliki waktu paruh yang sangat singkat, karena setelah

terbentuk, komponen ini segera bereaksi dengan molekul lain. Waktu paruh ROS

dipengaruhi oleh lingkungan fisiologisnya, seperti pH dan adanya spesies lain.

Toksisitasnya tidak selalu sejalan dengan reaktivitas ROS. Pada umumnya, waktu

paruh yang panjang dapat mengakibatkan toksisitas yang lebih besar karena

memiliki waktu yang cukup untuk berdifusi dan mencapai lokasi yang sensitif,

kemudian ROS yang terbentuk akan berinteraksi dan menyebabkan kerusakan di

tempat yang jauh dari tempat produksinya. Sebaliknya, ROS yang sangat reaktif

dengan waktu paruh yang pendek, misalnya OH•, menyebabkan kerusakan

langsung di tempat produksinya. Jika tidak ada target biologis penting di sekitar

tempat produksinya, radikal tidak akan menyebabkan kerusakan oksidatif. Untuk

mencegah interaksi antara radikal dan target biologisnya, antioksidan harus ada di

Page 32: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

lokasi produksi untuk bersaing dengan radikal dan berikatan dengan bahan

biologis (Kohen dan Nyska, 2002).

Pada pH fisiologis, superoksid ditemukan dalam bentuk ion superoksid (O2•¯

)

sedangkan pada pH rendah ditemukan sebagai hidroperoksil (HO2), yang lebih

mudah berpenetrasi ke dalam membran biologis. Dalam keadaan hidrofilik, kedua

substrat tersebut dapat berperan sebagai bahan pereduksi, namun kemampuan

reduksi HO2 lebih tinggi. Reaksi terpenting dari radikal superoksid adalah

dismutasi, dimana 2 radikal superoksid akan membentuk Hidrogen peroksida

(H2O2) dan O2 dengan bantuan enzim superoksid dismutase maupun secara

spontan (Kohen dan Nyska, 2002).

Hidrogen peroksida dapat menyebabkan kerusakan sel pada konsentrasi yang

rendah (10µM), karena mudah larut dalam air dan mudah melakukan penetrasi ke

dalam membran biologis. Efek buruk kimiawinya dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu efek langsung dari kemampuan oksidasinya dan efek tidak langsung, akibat

bahan lain yang dihasilkan dari H2O2, seperti OH• dan HClO. Efek langsung H2O2

seperti degradasi protein Haem, pelepasan besi, inaktivasi enzim, oksidasi DNA,

lipid, kelompok -SH dan asam keto (Kohen dan Nyska, 2002).

Molekul oksigen reaktif termasuk radikal bebas, pada keadaan normal

dibentuk secara kontinyu sebagai hasil sampingan proses metabolisme selular.

Proses metabolisme yang merupakan sumber radikal bebas (Ronzio, 1999,

Wibowo, 2002):

1. Reaksi fosforilase oksidatif pada pembentukan ATP di mitokondria. Secara

normal dalam reaksi ini 1-5% oksigen keluar dari jalur reaksi ini dan

Page 33: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

mengalami reduksi univalent. Reduksi satu elektron dari molekul oksigen ini

akan membentuk radikal superoksida, yang harus didetoksifikasi oleh

mekanisme proteksi biokimia endogen untuk mencegah kerusakan sel.

2. Beberapa jenis enzim oksidase, misalnya xantin oksidase dan aldehid oksidase

dapat membentuk zat oksidan yang reaktif, seperti superoksida.

3. Metabolisme asam arakhidonat oleh enzim siklooksigenase untuk membentuk

prostaglandin dan oleh enzim lipooksigenase untuk membentuk leukotrien

menyebabkan pembentukan zat-zat antara berbentuk peroksi maupun radikal

hidroksi.

4. Sistem oksidase NADPH-dependen di permukaan membran neutrofil adalah

sumber pembentukan radikal superoksida yang sangat efisien. Enzim ini lebih

banyak bersifat dorman, namun jika teraktivasi misalnya oleh bakteri, mitogen

atau sitokin, enzim ini akan mengkatalisis reaksi reduksi mendadak dari

oksigen menjadi hidrogen peroksida dan O2-.

5. Sel yang mengandung peroksisom, organela yang mengoksidasi asam lemak

akan memproduksi H2O2.

Page 34: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Bagan 2.1 Fisiologi pembentukan dan katalisasi radikal bebas (Adrian dkk, 2000).

O2- dapat bereaksi dengan nitrik oksida (NO) yang menghasilkan

peroksinitrit (ONOO-) yang kemudian akan dioksidasi menjadi nitrat (NO3

-). NO

merupakan suatu endotelium-derived relaxing factor (EDRF), suatu zat yang

menyebabkan vasodilatasi sebagai respon terhadap asetilkolin. Peroksinitrit ini

sangat sitotoksik dan menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein, lemak, dan

DNA ( Intyre, 1999).

Radikal bebas dihasilkan selama proses fisiologi normal, namun

pelepasannya meningkat pada keadaan iskemia, keadaan reperfusi, dan saat

terjadinya reaksi imun (Kumar dkk, 2008). Selain dari sumber endogen yang

penting, Sel terpapar reaktif oksigen spesies juga berasal dari sumber eksogen

seperti radiasi sinar gamma, ultraviolet, makanan, obat-obatan, polutan,

Cytoplasma Mitochondria

Cytochrome

P450 O2 + e-

Superoxide

Cu/Zn SOD

Hydrogen

peroxide

H2O + O2

Electron Transport chain

O2 + e-

Superoxide

Hydrogen

peroxide

Mn SOD

GPX

CAT

H2O + O2

NO NO

Peroxynitrite

Hydroxyl

radical

GPX

CAT

Page 35: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

xenobiotik dan toxin , merokok, dan polusi udara. Radikal bebas dapat merusak

semua komponen biokimia sel, protein dan asam nukleat adalah target utama yang

paling penting. Karena sangat reaktif, radikal bebas pada umumnya bereaksi

dengan struktur pertama yang dijumpai, yang paling sering adalah komponen lipid

membran sel atau organel (Bagiada, 1995).

2.4.2 Mekanisme Pertahanan terhadap Stress Oksidatif

Sel yang terpapar stress oksidatif secara terus menerus, juga memiliki

berbagai mekanisme pertahanan agar dapat bertahan hidup (Gambar 2.4)

Gambar 2.3 Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Antioksidan Seluler .

Sumber :Kohen dan Nyska (2002)

Mekanisme pertahanan terpenting adalah dari antioksidan enzimatik dan

low molecular weight antioxidant (LMWA). Antioksidan enzimatik ada yang

Physical defenses

(e.g, stabilitation of

biological sites, steric

interference

Prevention Mechanisms

(e.g, prevention of production

of ROS by metal chelation)

Repair Mechanisms

(e.g,DNA-Repair

Enzymes)

Antioxidant defense

Defense mechanisms against oxidative stress

Antioxidant enzyms

Direct-acting enzymes (e.g,

SOD, Catalase, peroxidase)

Supporting enzymes (e.g,

G6PD, Xanthine oxidase)

Low- Molecular-Wieght

Antioxidant (LMWA)

(scavengers)

Indirect-acting LMWA (Chelating agents)

Waste products (e.g,

uric acid)

Shyntesized by the cell (e.g,

histidine di-peptides, carnosine,

homocarnosine, glutatione)

Dietary sources (e.g,

tocopherols, carotenes,

ascorbid acid)

Page 36: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

bekerja secara langsung, misalnya Katalase (Cat), superoksid dismutase (SOD),

glutathione peroxidase (Gpx) dan ada yang berupa enzim tambahan, seperti

Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (G6PD) dan xanthin oxidase. Sedangkan

yang termasuk kelompok LMWA misalnya glutathione, asam urat, -tokoferol,

asam askorbat, karotenoid dan masih banyak lagi bahan-bahan lainnya (Biri dkk,

2006).

Kalau radikal bebas dan oksidan adalah penerima elektron maka

antioksidan secara kimia adalah semua senyawa yang mampu memberikan

elektron. Dalam arti biologis, antioksidan mempunyai pengertian yang luas yaitu

semua senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-

enzim dan protein pengikat logam. Dalam meredam efek negatif dari oksidan

dilakukan dengan dua cara yaitu 1) mencegah terjadinya dan tertimbunnya

senyawa oksidan secara berlebihan, 2) mencegah terjadinya reaksi rantai yang

berkelanjutan. Bertitik tolak pada dua cara kerjanya tersebut, antioksidan

digolongkan menjadi antioksidan pencegah dan antioksidan pemutus reaksi rantai.

Pengelompokan antioksidan yang lain adalah berdasarkan mekanisme proteksi

endogen terhadap radikal bebas (Wibowo, 2001), yaitu:

1. Mekanisme antioksidan enzimatik

- Sitokrom oksidase pada mitokondria, mengkonsumsi hampir seluruh oksigen

yang terdapat dalam sel, sehingga mencegah 95% hingga 99% molekul oksigen

dari pembentukan metabolik toksik.

- Superoksid dismutase (SOD), mengkatalisa dismutase radikal bebas O2-

menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen, sehingga tidak tersedia O2-

Page 37: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

yang dapat bereaksi dengan hidrogen peroksida untuk membentuk radikal

hidroksil.

- Katalase (Cat), mengkatalisa perubahan hidrogen peroksida yang toksik

menjadi molekul air (H2O) bersama dengan peroksidase, sehingga mencegah

pembentukan sekunder zat antara yang toksik seperti radikal hidroksil.

Peroksidase yang penting dalam tubuh yang dapat meredam dampak negatif

H2O2 adalah glutation peroksidase.

- Glutation peroksidase (Gpx), bekerja mengoksidasi glutation menjadi

glutation disulfida dan pada saat yang bersamaan karena adanya reaksi redoks,

terjadi perubahan hidroperoksida menjadi H2O dan alkohol.

2O2- + 2H

+ O2 + H2O2 (oleh superoksid dismutase)

2H2O2 2H2O + O2 (oleh katalase)

2GSH + H2O2 GSSG + 2H2O (oleh glutation peroksidase)

A. Superoksid dismutase

Superoksid dismutase (SOD) merupakan enzim yang mengkatalisis radikal

superoksid menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Terdapat beberapa jenis

SOD, seperti Copper-Zinc-SOD (Cu-Zn-SOD) yang terdapat di dalam sitosol

terutama di lisosom dan nukleus, manganese-SOD (Mn-SOD) yang terdapat di

dalam mitokondria, ekstraseluler SOD (EC-SOD) dan besi-SOD (Fe-SOD) yang

hanya ditemukan pada tumbuhan (Cemelli dkk, 2009). Radikal superoksid dapat

mengalami dismutasi secara spontan maupun dengan bantuan SOD membentuk

H2O2. Dengan adanya SOD, kecepatan dismutasi meningkat lebih dari 1000 kali

lipat dibandingkan dismutasi spontan (Miwa dkk, 2008)

Page 38: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

B. Katalase

Katalase sebagai salah satu antioksidan endogen merupakan senyawa yang

hemotetramer dengan Fe sebagai kofaktor disandi oleh gen kromosom 11; mutasi

pada gen ini dapat menyebabkan akatalasemia. Katalase termasuk dalam golongan

enzim hidroperoksidase karena dapat mengkatalisis substrat hidrogen peroksida

atau peroksida organik. Enzim ini dapat ditemui dalam darah, sumsum tulang,

membran mukosa, ginjal dan hati (Kumar dkk, 2008). Merupakan hemoprotein

yang mengandung empat gugus heme. Di dalam sel, katalase ditemukan di dalam

peroksisom. Mekanisme aktivitas katalase sebagai antioksidan dengan cara

mengkatalisis pemecahan H2O2 menjadi H2O dan O2, adalah sebagai berikut

(Kumar dkk, 2008).

Katalase-Fe(III) + H2O2 - senyawa-1 +H2O tahap I

Senyawa-1 + H2O2 - katalase-Fe(III) + H2O2 + O2 tahap II

2H2O2 - 2H2O + O2

Senyawa-1 merupakan senyawa antara serta merupakan kunci dari oksidasi

dalam reaksi enzimatik katalase. Hal ini disebabkan oleh keberadaan senyawa-1

heme dengan suatu atom oksigen dari molekul H2O2 pada tahap I ini. Hasil reaksi

ini membentuk molekul air pada tapak aktif enzim yang dekat heme Fe.

Kapasitas reduksi katalase tinggi pada suasana H2O2 konsentrasi tinggi,

sedangkan pada konsentrasi rendah kapasitasnya menurun (Cemeli dkk, 2009;

Miwa dkk, 2008). Hal ini disebabkan karena katalase memerlukan reaksi dua

molekul H2O2 dalam proses reduksinya, sehingga hal ini lebih jarang ditemukan

pada konsentrasi substrat rendah (Cemeli dkk, 2009). Pada konsentrasi H2O2

Page 39: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

rendah seperti yang dihasilkan dari proses metabolisme normal, peroxiredoksin

(PRX) yang berfungsi untuk mengikat H2O2 dan mengubahnya menjadi oksigen

dan air (Miwa dkk, 2008). Reaksi pemecahan hidrogen peroksida dan

hidroperoksida organik secara enzimatik digambarkan dalam Gambar 2.4 (Day,

2009).

Gambar 2.4 Penangkapan Endogen Peroksida Seluler.

Sumber : Day (2009)

Senyawa H2O2 merupakan salah satu senyawa oksigen reaktif yang

dihasilkan pada proses metabolisme di dalam sel. H2O2 merupakan sumber toksik

berbagai macam penyakit karena dapat bereaksi menimbulkan kerusakan jaringan.

Selain itu, H2O2 dianggap sebagai metabolit kunci karena stabilitasnya relatif

tinggi, cepat menyebar dan terlibat dalam sirkulasi sel.

Katalase di samping mendukung aktivitas enzim SOD juga dapat

mengkatalisa perubahan berbagai macam peroksida dan radikal bebas menjadi

oksigen dan air. Enzim-enzim ini mampu menekan atau menghambat

pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai dan

Page 40: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

mengubahnya menjadi produk lebih stabil. Reaksi ini disebut sebagai chain-

breaking-antioxidant.

Katalase dan glutathion peroksidase (Gpx) mempunyai sifat yang sama

dalam mengkatalisis H2O2. Namun, glutation peroksidase mempunyai aktivitas

yang tinggi terhadap H2O2 daripada katalase. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan kinetik dari kedua enzim tersebut. Katalase mengkatalisis H2O2 secara

linier sesuai dengan konsentrasi H2O2, sedangkan glutation peroksidase menjadi

jenuh pada konsentrasi H2O2 di bawah 10-5

mol/L. Ketika konsentrasi H2O2 sangat

rendah atau pada kondisi normal maka glutation peroksidase mempunyai peran

yang lebih domian untuk mengkatalisis H2O2 daripada katalase.

Tingginya kadar glukosa diduga menghalangi aktivitas antioksidan

endogen. Sebuah penelitian tentang pengaruh berbagai tingkat kadar glukosa

terhadap enzim katalase, ditemukan penurunan aktivitas enzim pada kadar

glukosa yang tinggi. Pada penelitian lainnya dikemukakan bahwa aktivitas

katalase yang ditingkatkan melaui manipulasi transgenik–spesifik dapat

melindungi jantung dari progresi penyakit diabetes kardiomiopati .

Page 41: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Bagan 2.2 Mekanisme kerja Katalase melindungi kerusakan sel.

C. Glutathione peroxidase

Glutathione peroxidase merupakan seleno-enzim yang pertama kali

ditemukan pada mamalia (Toppo dkk, 2009). Kadarnya tinggi pada ginjal, liver,

dan darah, sedang pada lensa dan eritrosit, dan rendah pada alveoli dan plasma

darah (Cemeli dkk, 2009). Enzim ini memerlukan glutathione sebagai donor

substrat untuk mengikat H2O2 maupun hidroperoksida organik (ROOH) untuk

menghasilkan glutathione disulphide (GSSG), air dan bentuk hidroksi dari bahan

organik tersebut (ROH). Pada manusia, saat ini telah dikenal 8 macam Gpx, mulai

dari Gpx1 hingga Gpx8. Sebagian besar merupakan selenoprotein (Gpx1, Gpx2,

Gpx3, Gpx4, dan Gpx6), sedangkan pada Gpx5, Gpx7 dan Gpx8, tempat aktif

residu selenocysteine diganti dengan cysteine. Fungsi dari masing-masing Gpx ini

belum sepenuhnya diketahui. (Toppo dkk, 2009).

Page 42: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

2. Mekanisme antioksidan non enzimatik.

Antioksidan nonenzimatik ada yang larut dalam lemak dan yang larut

dalam air. Beta karoten dan vitamin E adalah antioksidan yang larut dalam lemak

sedangkan asam askorbat, asam urat dan glutation larut dalam air. Antioksidan

nonenzimatik bekerja langsung berikatan dengan radikal bebas sehingga

mengurangi reaktifitasnya.

Sebenarnya dalam keadaan normal, sistem pertahanan tubuh sudah mampu

meredam radikal atau oksidan yang timbul dengan memproduksi antioksidan

dalam jumlah yang memadai. Tetapi apabila keseimbangan tersebut terganggu

dalam artian oksidan atau radikal bebas diproduksi dalam jumlah yang melebihi

kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan maka akan terjadi suatu

keadaan yang disebut sebagai stres oksidatif yang selanjutnya akan diikuti

perusakan jaringan.

2.4.3 Abortus Inkomplit Sebagai Keadaan Stres Oksidatif

Plasenta janin tidak memfasilitasi suplai oksigen kepada fetus selama

periode organogenesis, melainkan membatasinya. Sehingga fase awal dari

perkembangan fetus terjadi dalam lingkungan rendah oksigen. Sebagian besar

oksigen yang digunakan dalam oksidasi molekul organik dalam diet akan diubah

menjadi air melalui kerja enzim dalam proses respirasi. Sekitar 1-5 % dari oksigen

yang digunakan tidak melalui proses ini dan diubah menjadi radikal bebas oksigen

yang sangat reaktif (OFRs) dan spesies oksigen reaktif lainnya (ROS) dengan

kecepatan yang dipengaruhi kadar oksigen yang tersedia. Ketika produksi OFRs

Page 43: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

melebihi perlindungan seluler yang alami, kerusakan terhadap protein, lipid dan

DNA dapat terjadi (Jauniaux dkk, 2006).

Salah satu kunci sukses kehamilan adalah terjadinya pertukaran feto-

maternal yang adekuat. Perbandingan antara gambaran morfologi dengan data

fisiologis menunjukkan bahwa struktur kantong gestasi pada trimester pertama di

desain untuk membatasi pemaparan fetus terhadap oksigen yang sangat vital bagi

pertumbuhan fetus (Adrian dkk, 2000).

Plasentasi terjadi akibat infiltrasi difus pada endometrium dan sepertiga

miometrium oleh sel trofoblas ekstravilli. Plasenta manusia digolongkan sebagai

tipe hemokorial dengan trofoblas fetus direndam oleh darah ibu. Sebelumnya

diperkirakan sirkulasi plasenta intervillous dibentuk setelah 1 minggu implantasi.

Namun teori ini di bantah oleh Hustin dan Schaaps, yang menunjukkan bahwa

sirkulasi intraplasenta ibu terbatas sebelum usia kehamilan 12 minggu. Data

tersebut menunjukkan bahwa selama trimester pertama, rongga intervilli plasenta

yang sedang berkembang dipisahkan dari sirkulasi uterus oleh sel-sel trofoblas

yang menutupi arteri uteroplasental (arteri spiralis). Pada akhir trimester pertama

sel-sel trofoblas ini hilang dan mengakibatkan darah ibu mengalir secara bebas ke

ruang intervilli. Sel-sel embrio dan plasenta sangat sensitif terhadap stres oksidatif

karena berada dalam tahap pembelahan sel yang cepat sehingga meningkatkan

risiko pemaparan OFRs pada DNA sel. Sel-sel sinsitiotrofoblas pada plasenta

terutama sangat sensitif tidak hanya karena merupakan lapisan sel terluar dari

hasil konseptus sehingga terpapar linkungan dengan konsentrasi oksigen yang

sangat tinggi, namun karena ternyata sel-sel tersebut memiliki kadar enzim anti-

Page 44: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

oksidan yang sangat rendah pada awal kehamilan. Sehingga dapat dihubungkan

antara kehamilan dengan gangguan metabolisme maternal seperti diabetes

mellitus yang diasosiasikan dengan peningkatan produksi OFRs, dengan

peningkatan insiden abortus, vaskulopati dan kelainan struktural pada fetus, yang

menunjukkan bahwa hasil konseptus mamalia dapat mengalami kerusakan yang

irreversibel akibat stres oksidatif. Jadi suplai makan untuk embrio selama

trimester satu melalui kelenjar endometrium yang langsung sekresi pada ruang

intervili plasenta. Pada akhir trimester pertama, sumbatan trofoblastik pada arteri

spiralis dibuka secara bertahap, sehingga meningkatkan aliran darah maternal

kedalam ruang intervillier secara bertahap pula. Selama fase transisi pada umur

kehamilan 10-14 minggu, dua pertiga dari plasenta primitif yang sudah terbentuk

akan menghilang, kavitas eksokoelomik hilang akibat pertumbuhan kantong

amnion dan aliran darah maternal meningkat secara bertahap pada seluruh bagian

plasenta. Perubahan tersebut memungkinkan darah maternal untuk mendekati

jaringan fetus sehingga terjadi pertukaran nutrien dan gas antara sirkulasi maternal

dan fetus (Jauniaux dkk, 2000).

Gambar 2.5 Permukaan uteroplasenta awal dan akhir timester1(Eric Jauniaux, 2006)

Page 45: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Berdasarkan evaluasi sirkulasi plasenta pada berbagai masa kehamilan

dengan menggunakan Doppler, tidak ditemukan sinyal nonpulsatile yang

menunjukkan aliran darah maternal intraplasenta dalam rongga intervilli hingga

umur kehamilan 10 minggu. Salah satu implikasi dari teori baru tersebut adalah

bahwa kadar oksigen dalam plasenta janin stadium awal sangat rendah dan

meningkat ketika mendapatkan aliran darah dari ibu. Sebaliknya, pada kehamilan

muda dengan komplikasi, terlihat hipervaskularisasi pada plasenta jauh sebelum

akhir trimester pertama dengan pemetaan color flow. Pada kehamilan dengan

komplikasi, invasi endometrium oleh trofoblas ekstravilli sangat tebatas

dibandingkan dalam keadaan normal. Pembatasan (plugging) dengan arteri

spiralis tidak sempurna dan dapat menjadi faktor predisposisi pada onset awal

sirkulasi maternal. Jaringan plasenta memiliki enzim antioksidan dalam

konsentrasi rendah dan aktifitas rendah selama trimester pertama sehingga

menjadi sangat rentan terhadap kerusakan yang dimediasi oksidatif. Ditemukan

peningkatan tajam dari ekspresi marker stres oksidatif pada trofoblas pada umur

kehamilan 8 hingga 9 minggu yang berhubungan dengan onset sirkulasi pada

kehamilan normal dan berspekulasi bahwa stres oksidatif yang berlebih pada

plasenta dalam umur kehamilan muda mungkin merupakan faktor yang berperan

dalam patogenesis aborsi.

2.5 Peranan Radikal bebas dan Katalase Pada Kehamilan Normal

2.5.1 Peranan Radikal Bebas Pada Kehamilan Normal

Perbandingan antara gambaran morfologi dengan data fisiologis

menunjukkan bahwa struktur kantong gestasi pada trimester pertama di desain

Page 46: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

untuk membatasi pemaparan fetus terhadap oksigen yang sangat vital bagi

pertumbuhan fetus. Data in vivo mendemonstrasikan nilai tekanan parsial dari

oksigen (PO2) dua hingga tiga kali lebih rendah pada umur kehamilan 8 hingga 10

minggu dibandingkan umur kehamilan 12 minggu. Seiring meningkatnya umur

kehamilan antara minggu ke-7 hingga minggu ke-12, terdapat peningkatan yang

progresif namun independen dari PO2 pada desidua, yang mungkin merefleksikan

peningkatan volume darah maternal yang mengalir dalam sirkulasi uterus pada

awal kehamilan. Pada minggu ke 13-16, PO2 pada sirkulasi fetus hanya 24 mmHg,

dibandingkan nilai yang ditemukan pada pertengah kehamilan atau lebih dimana

PO2 vena umbilikus berkisar antara 35 hingga 55mmHg. Peningkatan bertahap

pada PO2 intraplasenta yang dilihat pada umur kehamilan 8 hingga 14 minggu

diikuti peningkatan konsentrasi mRNA dan aktivitas enzim anti-oksidan yang

sebanding dalam jaringan villi. Gradien oksigen dalam uterus pada trimester

pertama memiliki efek regulasi pada perkembangan dan fungsi jaringan plasenta.

Khususnya gradien tersebut mempengaruhi proliferasi dan differensiasi

sitotrofoblas selama proses invasi, serta mempengaruhi vaskulogenesis pada villi.

Hipoksia fisiologis pada kantong gestasi trimester pertama dapat

melindungi fetus terhadap efek deterioasi dan teratogenik akibat OFRs. Data

terakhir mengindikasikan hipoksia dibutuhkan untuk mempertahan stem- cell pada

fase pluripotent yang sempurna, karena pada kadar fisiologis, radikal bebas

mengatur fungsi sel secara luas, khususnya faktor-faktor transkripsi. Produksi

OFRs yang berlebih menyebabkan stres oksidatif dan terdapat dua contoh dimana

hal tersebut dapat terjadi secara fisiologis selama kehamilan. Stres oksidatif dan

Page 47: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

peningkatan oksigenasi mungkin juga menstimulasi sintesis dari berbagai protein

trofoblastik seperti hCG dan estrogen. Konsentrasi hCG dalam serum maternal

mencapai puncak pada akhir trimester pertama dan kondisi oksidasi

mempromosikan penyusunan subunit dari hCG in vitro. Konsentrasi hCG lebih

meningkat lagi pada kasus seperti trisomi 21, dimana terdapat bukti adanya stres

oksidatif trofoblas melalui ketidakseimbangan ekspresi enzim anti-oksidan.

Akhir-akhir ini, telah didemonstrasikan bahwa enzim P-450 sitokrom aromatase

(CYP19) yang berperan dalam sintesis estrogen, diregulasi oleh oksigen melalui

transkripsi dan hal tersebut mungkin menjadi penyebab peningkatan signifikan

dari produksi CYP19 pada awal trimester kedua ( Poston dkk, 2006).

2.5.2 Peranan Katalase Pada Kehamilan Normal

Adanya peningkatan produksi hormon steroid pada folikel yang sedang

berkembang, terjadi melalui peningkatan aktivitas sitokrom p450 yang kemudian

akan menghasilkan ROS seperti H2O2 (Ortega dkk, 1999). Behl dan Padey (2002)

meneliti perubahan aktivitas katalase dan estradiol pada sel granulosa folikel

ovarium kambing setelah pemberian FSH dengan dosis yang sama (200ng/ml).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan aktivitas katalase dan estrogen yang lebih

tinggi pada sel granulosa yang berukuran besar (lebih dari 6mm) dibandingkan

dengan ukuran sedang (3-6 mm), maupun yang kecil (kurang dari 3mm). Karena

folikel dominan adalah folikel dengan konsentrasi estrogen tertinggi, maka

peningkatan katalase dan estradiol sebagai respon terhadap FSH menunjukkan

peran katalase dalam seleksi folikel dan pencegahan apoptosis (Behl dan Pandey,

2002).

Page 48: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Antioksidan enzimatik dan non enzimatik juga ditemukan dalam jumlah

yang cukup pada spermatozoa, cairan seminal dan cairan folikel ovarium,

menunjukkan bahwa molekul ini memiliki peran sejak masa konsepsi. Telah

diketahui bahwa kapasitas keseluruhan antioksidan pada organ dan darah janin

lebih rendah daripada jaringan orang dewasa, tetapi masih sedikit yang diketahui

mengenai transport molekul dengan aktivitas antioksidan pada plasenta trimester

pertama ( Jauniaux dkk, 2004).

Selanjutnya, dalam kehamilan katalase berperan sangat penting. Pada awal

kehamilan, peran Katalase pada endometrium untuk keberhasilan implantasi

dengan melindungi blastokist dari radikal superokside (Hitoshi dkk, 2002). Reaksi

oksidasi meningkat pada fase sekresi lanjut sesaat sebelum menstruasi dan

menurun pada awal kehamilan terutama di desidua. Aktivitas katalase menurun

pada fase sekresi lanjut namun meningkat pada desidua diawal kehamilan.

Penemuan ini menunjukkan bahwa katalase berperan sangat penting dalam

stabilitas jaringan endometrium seiring dengan meningkatnya SOD dimana kedua

antioksidan ini bekerja secara sinergis. Untuk plasenta, katalase berperan

melindunginya dari lipid peroksidase. Lipid peroksidase mengakibatkan

kerusakan sel melalui reaksi enzymatik, mengubah unsaturated fatty acid menjadi

lipid peroksida, yang akan mengganggu stabilitas membrane sel sehingga

menginduksi kerusakan sel. Pada kehamilan normal lipid peroksidase akan

menurun sedangkan katalase meningkat sesuai dengan meningkatnya umur

kehamilan (Wibowo, 2001).

Page 49: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Aktivitas katalase selanjutnya adalah pada perkembangan embrio dan

dalam pemeliharaan kehamilan muda. Katalase bekerja sebagai faktor

penghambat dari kerja peroksida. Hasil penelitian pada tikus menunjukkan

konsentrasi oksigen yang tinggi berbahaya untuk perkembangan embrio secara

invitro dan dapat dicegah dengan mengkultur embrio dalam suasana rendah

oksigen. Kadar katalase dalam plasenta meningkat selama kehamilan dan aktivitas

katalase yang rendah dalam plasma atau plasenta ditemukan pada kasus abortus

spontan. Sugino dkk menemukan penurunan aktivitas total dari katalase dan

peningkatan sintesis prostaglandin F2α dalam desisua pada kasus abortus spontan

dengan perdarahan pervaginam, sehingga diduga terminasi kehamilan akibat

penurunan aktivitas katalase yang menstimulasi sintesis prostaglandin. Pada

kehamilan normal ditemukan peningkatan kadar katalase pada awal trimester

pertama (Okan, 2006). Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan kadar

katalase dalam tubuh adalah malnutrisi, diabetes melitus, penyakit kronis,

hipertensi, usia, paritas dan umur kehamilan (Bagiada, 1995, Okan, 2006).

2.6 Peranan Katalase Pada Abortus Inkomplit

Apapun faktor yang terlibat dalam perlindungan katalase terhadap

interaksi materno-plasenta, tujuan utama adalah untuk mengoptimalkan

implantasi, plasentasi dan diikuti dengan transformasi progresif dari arteri spiralis

maternal yang vasoreaktif menjadi arteri utero-plasenta yang flasid dan distensi

yang dibutuhkan untuk mensuplai fetus yang sedang berkembang dan plasentanya

dengan jumlah darah maternal yang akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur kehamilan (Poston dkk, 2006).

Page 50: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Bagan 2.3 Patofisiologi abortus akibat stres oksidatif (Adrian dkk, 2000).

Onset dari aliran darah maternal ke plasenta diduga merupakan fenomena

yang progresif, dimana komunikasi antara arteri uteroplasenta dan rongga

intervilli berawal dari beberapa pembuluh darah kecil dari akhir bulan kedua

kehamilan. Dugaan ini didukung oleh temuan angiografi in vivo yang

menunjukkan hanya beberapa lokasi terbuka pada rongga intervilli yang bisa

diidentifikasi pada umur kehamilan 6,5 minggu, sedangkan pada umur kehamilan

12 minggu lebih banyak ditemukan. Studi anatomi menunjukkan migrasi trofoblas

dan perubahan morfologi pada arteri uteroplasenta lebih luas terjadi pada bagian

sentral dari plasenta (Eric dkk, 2003).

Extravilous trophoblast invasion of endometrium

Unpluging of arteries and onset of maternal circulation

Rise in intraplacental oxygen tension

Maternal diet

Parental genotype

Syncytiotrophoblastic

oxidative stress

Antioxidant

defences

catalase

Metabolic disorders

Mitochondrial dysfunction

Drugs

Differentation trigger Induction of antioxidant

enzymes

Maladaptation of mitochondria

Poor placental perfusion

Degeneration of

syncytiotrophoblast

Early pregnancy failure Chronic oxidative stress Pre-eclampsia Resolution and continuing

pregnancy

Fetal Genotype

Maternal immune system

Endometrial Environtment

Page 51: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Metabolisme aerobik sangat berhubungan dengan pembentukan spesies

oksigen reaktif dan kecepatan pembentukannya sebanding dengan kadar oksigen.

Kadar katalase dalam serum dipengaruhi oleh banyak faktor. Kadar Katalase pada

wanita hamil normal dikatakan lebih rendah dari pada wanita 24 jam postpartum

pada penelitian di rumah sakit Tama Nagayama - Jepang, dimana kadar Katalase

pada ibu hamil (predelivery) adalah 77.6 ± 29.1, sedangkan pada 24 jam

postpartum 114.4 ± 13.2 (Hitoshi dkk , 2002). Penelitian di Rumah Sakit Umum

Belgaum – India, kadar Katalase pada wanita hamil trimester pertama adalah 7.82

± 2.84, sedangkan wanita non-pregnant 8.13 ± 2.25 (Kodliwadmath , 2007).

Page 52: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Lebih dari 50 % kejadian abortus disebabkan oleh kelainan kromosom. Teori

lain yang akhir-akhir ini sedang berkembang, mencoba menghubungkan

peningkatan radikal bebas akibat peningkatan aliran oksigen pada aliran darah

fetoplasetal yang terjadi secara mendadak yang dapat mengakibatkan reperfusion

injury. Apabila sistem pertahanan antioksidan yang ada di dalam tubuh ibu dapat

mengikat radikal bebas tersebut, maka proses plasentasi akan berjalan dengan

baik dan kehamilan akan berjalan dengan normal. Sedangkan apabila antioksidan

enzimatik dalam tubuh ibu tidak dapat mengikat radikal bebas tersebut, maka

akan terjadi kegagalan plasentasi sehingga, pada tingkat yang sangat berat,

kehamilan tersebut akan berakhir dengan abortus.

Katalase merupakan suatu direct acting enzymatic antioxidant yang terdapat

di dalam tubuh. Enzim ini dapat mengikat radikal bebas dengan cara mengubah

Hidrogen Peroksida (H2O2) menjadi air (H20) dan Oksigen (O2). Dengan adanya

enzim ini di dalam tubuh, maka efek langsung hidrogen peroksida seperti

degradasi haem, pelepasan Fe, inaktivasi enzim, oksidasi DNA dan lipid, maupun

efek tidak langsung seperti sebagai sumber radikal bebas hidroksil (OH¯) yang

dapat menyebabkan kerusakan DNA dan asam hipoklorit (HClO) yang lebih

membahayakan dapat dicegah.

Page 53: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Katalase dapat ditemukan pada cairan ekstraseluler seperti plasma dan cairan

amnion. Selama kehamilan trimester pertama, plasenta memfiltrasi darah

maternal, hanya memperbolehkan rembesan plasma, bukan aliran darah murni ke

dalam ruang intervillus. Apabila kadar katalase ini menurun, maka radikal bebas

yang diproduksi oleh embrio tidak dapat diikat dengan sempurna, sehingga H2O2

yang terbentuk semakin banyak dan diubah menjadi radikal hidroksil yang dapat

merusak DNA. Bila kerusakan DNA yang terjadi tidak dapat diperbaiki oleh

mekanisme perbaikan DNA, maka sel akan masuk ke jalur apoptosis dan

terjadilah kematian sel, yang dalam tahap janin, kematian ini akan memicu respon

tubuh untuk mengeluarkan hasil konsepsi, sehingga terjadilah abortus inkomplit.

Page 54: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

3.2 Konsep Penelitian :

Bagan 3.1 Konsep penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah kadar antioksidan enzimatik katalase pada

abortus inkomplit lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal trimester

pertama.

Antioksidan

Katalase Endogen

Tidak Stres Oksidatif

Degenerasi Sinsitiotropoblas

Abortus Inkomplit

Kehamilan Normal

KEHAMILAN

Stres Oksidatif

Radikal

Bebas

O2¯

OH¯

H2O2

Page 55: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan observasional analitik ( cross-sectional )

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dan pengambilan sampel darah dilaksanakan di poliklinik dan

IRD Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2013.

4.3 Populasi, Sampel Penelitian, Penghitungan Besar Sampel dan Cara

Pemilihan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien yang

didiagnosa sebagai abortus inkomplit dan semua ibu hamil normal trimester

pertama yang datang ke poliklinik dan IRD Obstetri dan Ginekologi RSUP

Sanglah Denpasar.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel Penelitian adalah semua pasien yang didiagnosa sebagai abortus

inkomplit dan semua ibu hamil trimester pertama normal yang datang ke

Page 56: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

poliklinik dan IRD Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar yang

memenuhi kriteria inklusi :

Ibu hamil yang didiagnosis sebagai abortus inkomplit trimester pertama,tanpa

penyakit sistemik lain yang diderita 1 minggu sebelum datang ke poliklinik

dan IRD Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar.

Ibu hamil normal trimester pertama yang datang ke poliklinik dan IRD

Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda abortus

provocatus.

Bersedia ikut penelitian

4.3.3 Penghitungan Besar Sampel

Besar atau jumlah sampel minimal ditentukan berdasarkan asumsi :

Tingkat kesalahan tipe I (α) dipergunakan 0,05 Zα = 1,960

Power penelitian sebesar 80% dengan

Tingkat kesalahan tipe II (β) adalah 20% Zβ= 0,842

Simpang baku (S) : 2.84 (dari pustaka : Kodliwadmath,2007)

Selisih rerata 2 kelompok yang bermakna (X1-X2) : 7.82 – (1/3 x 7.82) = 1.564

Sampel dihitung berdasarkan rumus Levy & Lemeshow, 2008 sebagai berikut :

2

n1 = n2 = 2 = 25.89

(1,960+0,842).2.84 1.564

n1 = n2 = 2 (Zα + Zβ ) S

2

(x1-x2)

Page 57: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas didapatkan jumlah sampel

masing-masing kelompok yang diperlukan adalah 26.

4.3.4 Cara pemilihan sampel

Sampel diambil dengan cara consecutive sampling hingga jumlah sampel

terpenuhi.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase

Variabel tergantung : abortus inkomplit

Variabel terkontrol : Umur ibu, paritas dan umur kehamilan.

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase merupakan kadar Antioksidan

Enzimatik Katalase yang diambil dari sampel penelitian berasal dari vena

mediana cubiti dan dicampur dengan antikoagulan heparin, berdasarkan

metode ELISA dengan BioVision catalase Assay Kit (#K773-100), yang

diperiksa oleh Spesialis Pathologi Klinik di Laboratorium Pathologi Klinik

Rumah Sakit Sanglah Denpasar dengan bekerja sama dengan Palang Merah

Indonesia Cabang Rumah Sakit Sanglah Denpasar, sebagai penyedia alat

ELISA.

2. Abortus inkomplit trimester pertama adalah keluarnya hasil konsepsi

sebelum umur kehamilan 14 minggu dimana saat pemeriksaan ginekologi

tampak canalis serviks terbuka dan masih terdapat sisa hasil konseptus pada

vagina.

Page 58: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

3. Kehamilan normal trimester pertama adalah kehamilan dengan umur

kehamilan kurang dari 14 minggu tanpa disertai penyakit sistemik pada ibu

selama kehamilan kali ini dan dari pemeriksaan USG dijumpai kantong

gestasi di dalam uterus pada umur kehamilan lima minggu, dengan fetal pole

setelah kehamilan 6 minggu, fetal movement dan fetal heart beat setelah 7

minggu.

4. Umur ibu adalah umur ibu hamil dihitung dari tanggal lahir atau yang

tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk.

5. Umur kehamilan adalah umur kehamilan dihitung dari Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT) atau apabila ibu hamil tidak dapat mengingat HPHTnya,

umur kehamilan dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan USG.

6. Paritas adalah jumlah anak lahir hidup yang dialami oleh ibu hamil sebelum

kehamilan yang sekarang.

7. Abortus provocatus adalah abortus yang sengaja dilakukan oleh ibu, baik

dengan menggunakan obat-obatan maupun secara mekanis dengan

memasukkan lidi, batang sirih maupun alat lain.

4.6 Bahan Penelitian

Bahan penelitian berupa BioVision catalase Assay Kit untuk 100 reaksi.

Bahan tersebut akan dipesan dari Distributor BioVision di Surabaya setelah

sampel terkumpul sebagian. Hal ini karena masa kadaluwarsa kit tersebut hanya 6

bulan dari jangka waktu produksi. Setelah kit tersebut tiba di laboratorium

Patologi Klinik Rumah Sakit Sanglah Denpasar, kit disimpan pada suhu -20OC

dan tidak boleh terkena cahaya langsung. Sebelum digunakan, buffer penelitian

Page 59: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

harus dihangatkan hingga mencapai suhu kamar. Larutan campuran katalase

reduktase dan kontrol katalase positif harus disimpan dalam es selama

pemeriksaan. Setelah bahan dicampurkan, larutan stabil selama minimal 1 minggu

pada suhu 4OC dan 1 bulan pada suhu -20

OC.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa : formulir informed

consent, formulir pengumpulan data, tensimeter merk Riester, multi-sample

needle, needle holder, heparinized vacuum tube dan BioVision catalase assay kit.

4.8 Alur Penelitian

Ibu-ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi seperti yang disebutkan di

atas dimasukkan dalam sampel kehamilan dengan abortus inkomplit dan sampel

kehamilan normal kemudian diminta untuk menandatangani formulir informed

consent yang telah disediakan. Selanjutnya semua sampel penelitian dikelola

sesuai dengan Pedoman Terapi Lab/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit

Kandungan FK UNUD / RSUP Sanglah Denpasar

Page 60: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Bagan 4.1 Alur Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan pada sampel penelitian adalah : pertama

anamnesis meliputi nama, umur, paritas, riwayat abortus sebelum kehamilan

sekarang, hari pertama haid terakhir dan riwayat penyakit sebelumnya. Kemudian

dilakukan pemeriksaan fisik meliputi kesadaran, tekanan darah, denyut nadi arteri

radialis, pemeriksaan ginekologi, tes kehamilan, darah lengkap, dan pemeriksaan

ultrasonografi. Selanjutnya, ibu hamil yang memenuhi kriteria sebagai Abortus

inkomplit dan hamil normal trimester pertama diambil darah sebanyak 6cc untuk

pemeriksaan darah lengkap dan kadar katalase. Sampel darah kemudian diberi

label identitas sesuai nomor urut kelompok sampel, tanpa menulis diagnosa

pasien. Selanjutnya, sampel pemeriksaan darah lengkap akan langsung dikerjakan

di Laboratorium Rumah Sakit Sanglah Denpasar, sedangkan sampel darah untuk

pemeriksaan kadar katalase akan disimpan pada suhu -80OC hingga terkumpul

ANALISIS DATA

Penapisan Ibu Hamil Muda Normal dan Abortus

Inkomplit dengan umur kehamilan 8-10 minggu yang

datang ke Poliklinik dan IRD Kebidanan dan

Kandungan RSUP Sanglah Denpasar

Kriteria Inklusi

Abortus Inkomplit Hamil Normal

Pengambilan darah Pengambilan darah

Kadar katalase Kadar katalase

Page 61: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

seluruh sampel penelitian. Pengerjaan seluruh sampel akan dikerjakan bersamaan

setelah jumlah sampel terpenuhi.

4.9 Analisis Data

Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Program Statistical

Package for The Social Sciences (SPSS) for Windows 16.0.

4.9.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif yang meliputi umur ibu, paritas, dan umur kehamilan

antara kelompok abortus inkomplit dan kehamilan normal trimester pertama,

kemudian akan disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tabel Analisis Deskriptif

No Parameter Mean (SD)

1 Umur ibu (tahun)

2 Paritas

3 Umur kehamilan (minggu)

4.9.2 Uji normalitas

Uji normalitas data dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov.

4.9.3 Uji hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan uji T tidak berpasangan.

4.9.4 Perhitungan rasio prevalensi

Dengan menggunakan Kurva ROC, ditentukan cut off point kadar katalase.

Kemudian data dikelompokkan sesuai dengan format table 2x2 sebagai berikut:

Page 62: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Tabel 4.2

Rasio Prevalensi

RP =

Kemudian dilakukan uji tingkat kemaknaan dengan Uji Chi-Square

Hipotesis Stastistik :

Ho:µ1 = µ2

Ha:µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 : Rerata kadar katalase pada kehamilan normal trimester pertama

µ2 : Rerata kadar katalase pada abortus inkomplit

Penurunan

Kadar

Katalase

Abortus Inkomplit

Ya Tidak Jumlah

Ya A B A+B

Tidak C D C+D

( + )

( + )

Page 63: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB V

HASIL PENELITIAN

Selama periode penelitian, telah dikumpulkan 52 sampel darah terdiri atas 26

orang sampel kehamilan normal dan 26 orang sampel abortus inkomplit pada

bulan Januari sampai dengan Mei 2013.

5.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Sebanyak 52 sampel, terdiri atas 26 orang kelompok abortus inkomplit dan 26

orang lainnya kelompok kehamilan normal. Data karakteristik subjek pada kedua

kelompok disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Karakteristik Subjek Penelitian pada Kelompok Abortus Inkomplit dan

Kelompok Hamil Normal

Karakteristik

Abortus Inkomplit

n = 26

Kehamilan normal

n = 26

P

rerata SD Rerata SD

Umur ibu

(tahun)

26,50 5,09 27,92 4,94 0,312

Paritas 0,65 0,56 1,27 1,00 0,059

Umur Kehamilan

(minggu)

8,65 0,74 8,58 0,80 0,741

Tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji T tidak berpasangan

didapatkan nilai p>0,05 pada ketiga variabel, hal ini berarti bahwa tidak ada

Page 64: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

perbedaan rerata umur ibu, paritas, dan umur kehamilan antara kelompok abortus

inkomplit dengan kelompok hamil normal.

5.2. Perbedaan Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase Pada Kelompok

Abortus Inkomplit dan Kelompok Kehamilan Normal Trimester

Pertama.

Untuk mengetahui perbedaan kadar antioksidan enzimatik katalase pada

kelompok abortus inkomplit dan kehamilan normal trimester pertama dilakukan

uji T tidak berpasangan. Hasil analisis disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Perbedaan kadar antioksidan enzimatik katalase pada kelompok abortus

inkomplit dan kelompok kehamilan normal

Kelompok

Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase

(pg/ml) P

Rerata SD

Kehamilan normal

Abortus Inkomplit

885,79

524,97

134,73

154,11 0,000

Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar antioksidan enzimatik

katalase pada kelompok abortus inkomplit secara bermakna lebih rendah daripada

kelompok kehamilan normal trimester pertama (p < 0,001).

Page 65: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

5.3 Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase Yang Rendah Meningkatkan

Risiko Abortus Inkomplit Trimester Pertama

Untuk mengetahui peranan kadar antioksidan enzimatik katalase terhadap

terjadinya abortus inkomplit dipakai uji Chi-Square. Nilai cut off point kadar

antioksidan katalase berdasarkan kurva ROC 653,132 pg/ml, dengan nilai

sensitivitas 92,3% dan nilai spesifisitas sebesar 92,3%. Hasil analisis disajikan

pada Tabel 5.3

Tabel 5.3

Nilai RP, IK,dan p Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase Antara

Kelompok Abortus Inkomplit Dan Kelompok Kehamilan Normal

Trimester Pertama

Kelompok

RP IK 95% P

Abortus

Inkomplit

Hamil

Normal

Kadar

Katalase

Rendah 23 2 8,3 280,1-441,4 0,000

Normal 3 24

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa kadar antioksidan enzimatik katalase yang

rendah berhubungan dengan peningkatan kejadian abortus inkomplit sebesar 8,3

kali (RP=8,3, IK 95% = 280,1 – 441,4, P = 0,000).

Page 66: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB VI

PEMBAHASAN

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan kurang

dari 20 minggu atau dengan kelahiran janin dengan berat badan kurang dari 500

gram. Abortus merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering

dijumpai pada wanita hamil. Diperkirakan 12-20 % dari seluruh wanita hamil

ditemukan gejala perdarahan atau ancaman abortus (threatened abortion) pada

trimester pertama (Cunningham dkk, 2010). Menurut Badan Kesehatan Dunia

(WHO) diperkirakan 4,2 juta kejadian abortus di Asia Tenggara dan di Indonesia

diperkirakan antara 750.000 sampai 1,5 juta kasus dimana menurut survei

kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan bahwa abortus memberikan

kontribusi 11% terhadap angka kematian ibu di Indonesia (Azhari, 2002).Di

RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan buku register pasien pasien tahun 2012

didapatkan 332 (9,5%) kasus dari 3502 persalinan pada tahun 2012. Sampai saat

ini penyebab abortus belum jelas, namun salah satu faktor yang diduga menjadi

penyebab terjadinya abortus inkomplit adalah stress oksidatif, dimana pada

keadaan ini terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan.

6.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian cross sectional yang kami lakukan di Poliklinik dan ruang

bersalin RSUP Sanglah selama periode Januari hingga Mei 2013, kami dapatkan

sejumlah 52 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 26 sampel

abortus inkomplit dan 26 sampel hamil normal trimester pertama.

Page 67: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Rerata umur ibu pada kelompok abortus inkomplit adalah 26,5 tahun SD ±

5,09 dan pada kelompok kehamilan normal adalah 27,92 SD ± 4,94, secara

statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Dari data rerata usia ibu hamil banyak

terdapat pada kurun usia reproduksi (20-30 tahun). Sebuah penelitian yang

dilakukan dilakukan di RSHS Bandung memperlihatkan sebanyak 40 % sampel

pasien abortus yang memeriksakan diri ke RSHS pada tahun 2004 berkisar antara

umur 20-30 tahun (Wijaya, 2004). Pada penelitian Ozkaya, dkk (2008) di Turki,

didapatkan rerata umur ibu yang mengalami abortus spontan adalah 25±5,1 tahun.

Pada penelitian ini rerata paritas ibu pada kelompok abortus inkomplit

adalah 0,65 SD ± 0,56 dan pada kelompok kehamilan normal adalah 1,27 SD ±

1,00, secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Dari data yang diperoleh

terlihat pada ibu dengan paritas 1, hal ini sesuai dengan teori yang kami dapatkan,

dimana angka kejadian abortus lebih sering pada ibu dengan paritas 1 dan paritas

> 3 (Hadijanto, 2008). Pada penelitian Ozkaya, dkk (2008) di Turki, didapatkan

rerata paritas Kelompok Abortus Inkomplit adalah 0,92±0,94 kali, dan Kelompok

hamil normal trimester pertama adalah 1,25±1,08 kali. Ibu dengan paritas rendah

cenderung melahirkan bayi yang tidak matur atau ada komplikasi karena

merupakan pengalaman pertama dalam reproduksinya serta memungkinkan akan

timbul penyakit dalam kehamilan. Sedangkan pada paritas tinggi (>3) cenderung

mengalami komplikasi pada kehamilan yang akhirnya berpengaruh pada hasil

kehamilan tersebut (Hadijanto, 2008).

Pada penelitin ini rerata umur kehamilan pada kelompok abortus inkomplit

adalah 8,65 minggu SD ± 0,74 dan pada kelompok kehamilan normal adalah 8,58

Page 68: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

SD ± 0,80, secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Dari data tersebut

terlihat bahwa rerata umur kehamilan pada data kami berkisar 8-9 minggu. Pada

penelitian Ozkaya, dkk (2008) di Turki, didapatkan rerata umur kehamilan

Kelompok Abortus Inkomplit adalah 10,71±1,89minggu dan rerata Kelompok

Hamil Normal trimester pertama adalah 10,69±2,10 minggu.

Berdasarkan hasil analisis uji t-independent didapatkan bahwa

karakteristik subjek pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05). Jadi

pengaruh variabel pengganggu berupa umur ibu, demikian juga paritas dan umur

kehamilan pada kelompok abortus inkomplit bukan merupakan predisposisi

terjadinya abortus inkomplit.

6.2 Perbedaan Kadar Antioksidan Enzimatik Katalase Pada Kelompok

Abortus Inkomplit dan Kehamilan Normal Trimester Pertama.

Dari penelitian cross sectional yang kami lakukan, didapatkan rerata kadar

antioksidan enzimatik katalase pada kelompok kelompok abortus inkomplit

sebesar 524,97 pg/ml SD ± 154,11, sedangkan rerata kadar antioksidan enzimatik

katalase pada kelompok kehamilan normal sebesar 885,79 pg/ml SD ± 134,73.

Dengan demikian didapatkan perbedaan rerata antara kelompok abortus inkomplit

dan hamil normal adalah 360,82 pg/ml di mana hasil kedua kelompok ini berbeda

secara bermakna (p<0,001).

Penelitian di Rumah Sakit Umum Belgaum – India, kadar katalase pada

wanita hamil trimester pertama adalah 7.82 ± 2.84 IU/gm Hb. Kadar ini lebih

rendah dibandingkan wanita tidak hamil (8,13 + 2,25) IU/gm Hb, dan kadar

katalase turun pada trimester dua yaitu 7,0 + 2,33 IU/gm Hb dan trimester tiga

Page 69: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

6,2 +1,73 IU/gm Hb. Penelitian ini juga menyebutkan kadar antioksidan

enzimatik termasuk katalase akan menurun dengan peningkatan umur kehamilan

sebagai respon terhadap perubahan sirkulasi maternal (Patil dkk, 2007). Penelitian

ini sedikit berbeda dalam hal sampel darah yang dipakai. Dimana penelitian di

Rumah Sakit Umum Belgaum – India menggunakan darah vena dan kemudian

dimasukkan ke dalam tabung dengan heparin, sementara pada penelitian kami

menggunakan plasma. Apapun faktor yang terlibat dalam perlindungan katalase

terhadap interaksi materno-plasenta, tujuan utama adalah untuk mengoptimalkan

implantasi, plasentasi dan diikuti dengan transformasi progresif dari arteri spiralis

maternal yang vasoreaktif menjadi arteri utero-plasenta yang flasid dan distensi

yang dibutuhkan untuk mensuplai fetus yang sedang berkembang dan plasentanya

dengan jumlah darah maternal yang akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur kehamilan (Miwa, 2008).

6.3 Analisis Risiko Sampel Penelitian

Untuk mengetahui peranan antioksidan enzimatik katalase terhadap kejadian

abortus inkomplit trimester pertama, digunakan nilai cut off point kadar

antioksidan enzimatik katalase berdasarkan kurva ROC sebesar 653,13 pg/ml

dengan nilai sensitivitas 92,3% dan nilai spesifisitas sebesar 92,3%. Berdasarkan

analisis tabel silang 2 x 2 yaitu dengan uji Chi-Square (X2) didapatkan bahwa

pada kelompok abortus inkomplit dengan kadar antioksidan enzimatik katalase ≤

653,13 pg/ml adalah 23 orang dan terdapat 3 orang dengan kadar antioksidan

enzimatik katalase > 653,13 pg/ml, sedangkan pada Kelompok Kehamilan normal

trimester pertama kadar antioksidan enzimatik katalase ≤ 653,13 pg ml adalah 2

Page 70: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

orang dan terdapat 24 orang dengan kadar antioksidan enzimatik katalase >

653,13 pg/ml. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-Square (X2) didapatkan

bahwa nilai Rasio Prevalensi = 8,3 (IK 95% = 280,14 - 441,48) dan nilai P =

0,000. Hal ini berarti penurunan kadar antioksidan enzimatik katalase yang lebih

kecil atau sama dengan 653,13 pg/ml dapat meningkatkan kejadian abortus

inkomplit sebesar 8,3 kali.

Penelitian tentang hubungan antara antioksidan dan stress oksidatif

memberikan suatu pemahaman baru mengenai hubungan materno-fetal pada

trimester pertama, menunjukkan bahwa plasenta berfungsi sebagai pembatas

suplai oksigen selama organogenesis.Walaupun fetus telah mulai berimplantasi ke

dalam endometrium sejak 6-7 hari setelah fertilisasi dan berimplantasi lengkap

pada hari ke-10 (Cunningham dkk, 2010), namun aliran darah yang cukup tidak

terjadi hingga akhir trimester pertama, sekitar minggu ke-10. Tekanan parsial

oksigen (PO2) intraplasenta 2-3 kali lebih rendah pada minggu ke 8-10

dibandingkan dengan setelah minggu ke-12. Jadi, hingga akhir trimester pertama,

fetus berkembang dalam suasana hipoksia fisiologis untuk melindungi dirinya dari

efek buruk dan efek teratogenik dari radikal bebas oksigen (Jauniaux dkk, 2003),

serta untuk menjaga stem sel agar tetap dalam keadaan pluripotent penuh. Pada

kadar fisiologis, radikal bebas berfungsi dalam regulasi berbagai fungsi sel,

terutama sebagai faktor transkripsi (Agarwal dkk, 2005).

Pembentukan sistem vaskular uteroplasenta dimulai dari invasi desidua

maternal oleh extravillous cytotrophoblast. Hal ini terdiri dari 2 proses berurutan

dan keberhasilan dari kedua proses ini akan mempengaruhi luaran kehamilan.

Page 71: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Proses yang terjadi pertama kali adalah extravillous cytotrophoblast menutupi

dinding luar kapiler tropoblast dan arteri spiralis cabang intra-endometrium,

sehingga membentuk tudung pada pembuluh darah tersebut. Sumbatan ini

berfungsi sebagai filter yang memperbolehkan plasma untuk berdifusi ke arah

intervillous space, bukan aliran darah sejati. Invasi ini terjadi sekitar pada minggu

ke 5 hingga 8. Aliran ini ditambah dengan sekresi kelenjar uteri yang dilepaskan

ke dalam intervillous space hingga sekitar usia kehamilan 10 minggu. Pada

minggu ke 8 hingga ke 13, sumbatan ini akan terlepas perlahan-lahan. Kemudian

terjadi proses invasi tropoblast yang kedua terhadap arteri spiralis intramiometrial

(pada minggu ke 13 hingga 18) (Jauniaux dkk, 2000)

Pada abortus spontan terjadi defisiensi plasentasi. Terjadi kegagalan pada

gelombang kedua invasi trofoblas. Sehingga perubahan fisiologis pada arteri

spiralis tidak terjadi. Perubahan hanya terjadi pada sebagian arteri spiralis segmen

desidua, sementara arteri spiralis segmen miometrium masih diselubungi oleh sel-

sel otot polos. Selain itu juga ditemukan adanya hiperplasia tunika media dan

trombosit. Garis tengah arteri spiralis lebih kecil dibandingkan dengan dengan

kehamilan normal. Hal ini menyebabkan tahanan terhadap aliran darah bertambah

dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi dan iskemia. Sebagian arteri spiralis

dalam desidua dan miometrium tersumbat oleh materi fibrinoid, berisi sel-sel

busa, terdapat akumulasi makrofag yang berisi lemak dan infiltrasi sel

mononukleus pada perivaskular (Biri dkk, 2006). Terjadinya abortus juga

disebabkan tidak adekuatnya invasi trofoblast sehingga terbentuknya

Page 72: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

trophoblastic oxidative stress menyebabkan hubungan hasil konsepsi dengan

arteri spiralis tidak terjadi dengan baik dan sempurna (Jauniaux dkk, 2004).

Diperlukan keseimbangan antara oksidan atau radikal bebas dan

antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Diperlukan antioksidan

yang mampu bekerja dimana ROS terbentuk. Pada kehamilan dimana

sinsitiotropoblas merupakan tempat yang memiliki antioksidan dalam jumlah

yang lebih sedikit sehinggga sangat peka terhadap peningkatan oksigen yang

berpeluang menyebabkan terjadinya keadaan stres oksidatif. Disinilah katalase

ikut berperan untuk mencegah terjadinya keadaan stres oksdatif tersebut(Jauniaux

dkk, 2000).

Penelitian spesifik yang meneliti tentang kadar antioksidan enzimatik

katalase pada abortus inkomplit belum kami temukan, namun beberapa literatur

mengemukakan apabila kadar katalase ini menurun, maka radikal bebas yang

diproduksi oleh embrio tidak dapat diikat dengan sempurna, sehingga H2O2 yang

terbentuk semakin banyak dan diubah menjadi radikal hidroksil yang dapat

merusak DNA. Bila kerusakan DNA yang terjadi tidak dapat diperbaiki oleh

mekanisme perbaikan DNA, maka sel akan masuk ke jalur apoptosis dan

terjadilah kematian sel, yang dalam tahap janin, kematian ini akan memicu respon

tubuh untuk mengeluarkan hasil konsepsi, sehingga terjadilah abortus (Jauniaux

dkk, 2000).

Page 73: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Pada penelitian ini didapatkan rerata kadar antioksidan enzimatik katalase pada

abortus inkomplit lebih rendah dibandingkan kehamilan normal trimester

pertama secara bermakna. Nilai cut off point kadar antioksidan enzimatik

katalase sebesar 653,13pg/ml dengan nilai sensitivitas 92,3% dan nilai

spesifisitas sebesar 92,3% didapatkan peningkatan kejadian abortus inkomplit

sebesar 8,3 kali pada kelompok dengan kadar antioksidan enzimatik katalase

yang rendah.

7.2 Saran

Penelitian lanjutan masih diperlukan dengan memanfaatkan hasil

penelitian ini dalam upaya pencegahan terjadinya abortus inkomplit. Berdasarkan

penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian

antioksidan eksogen seperti Astaxanthin pada penderita yang berisiko, untuk

mencegah terjadinya abortus inkomplit atau kegagalan kehamilan yang berulang.

Page 74: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, L., Eric, J., Joanne, H., Yi-Ping, Bao., Jeremy, S., Graham, J. 2000. Onset

of Maternal Arterial Blood Flow and Placental Oxidative Stress, A Possible

Factor in human Early Pregnancy Faillure. American Journal of Pathology,

Vol.157, No.6, 2111-2122.

Agarwal, A., Gupta, S., Sharma, R.K. 2005. Role of Oxidative Stress in Female

Reproduction. Reproductive Biology and Endocrinology; 14 :3-28

Ajith, W., Sohinee, B., Ashalatha, S., Norman, S., Siladitya, B. 2006. Obsteric

Outcome in Women With Threatened Miscarriage in the First Trimester.

Obstetrics and Gynecology, vol.107,No.3, pp.557-562.

Azhari. 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Bagian

Obstetri & Ginekologi FK UNSRI/RSMH Palembang.

Bagiada, N.A. 1995, Radikal Bebas dan Antioksidan, Laboratorium Biokimia

Fakultas Kedokteran UNUD Bali.

Behl, R., Pandey, R.S. 2002. FSH Induced Stimulation of Catalase Activity in

Goat Granulosa Cells In Vitro. Animal Reproduction Science,70:215–221.

Benirschke, K., Kaufmann, P. 2000. Pathology of the Human Placenta. Forth

edition. Springer-Verlag.

Bianco, K., Caughey, A.B., Shaffer, B.L. 2006. History of Miscarriage and

Increased Incidence of Fetal Aneuploidy In Subsequent Pregnancy. Obstetetrics

and Gynecology 107:1098-1102.

Biri, A., Kuvutcu, M., Bozkurt, N., Devrim, E., Nurlu, N., Durak, I. 2006.

Investigation of Free Radical Scavenging Enzyme Activities and Lipid

Peroxidation in Human Placental Tissue with Miscarriage. Journal of the Society

for Gynecologic Investigation, 13:384-388.

Burton, G.J., Watson, A.L., Hempstock, J., Skepper, J.N., Jauniaux, E. 2002.

Uterine Glands Provide Histiotrophic Nutrition for The Human Fetus During The

First Trimester of Pregnancy. The Journal of Clinical Endocrinology and

Metabolism, 87:2954–2959.

Cemelli, E., Baumgartner, A., Anderson, D. 2009, Antioxidant and The Commet

Assay. Mutation Research, 681:51-67.

Page 75: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rouse, D.J., Spong,

C,Y. 2010. Williams Obstetrics. Twenty third edition. The McGraw-Hill

Companies.

Day, B.J. 2009. Catalase and Glutathione Peroxidase Mimics. Biochemical

Pharmacology, 77:285-296.

Eiben, B., Bartels, I., Bahr-Prosch, S.,Borgmann, S., Gatz, G., Gellert, G., Goebel,

R. 1990. Cytogenetic Analysis of 750 Spontaneous Abortions With The Direct-

Preparation Method Of Chorionic Villi and Its Implications for Studying Genetic

Causes of Pregnancy Wastage. The American Journal of Human Genetic 47:656-

663.

Eric, J., Tereza, C., Jemma, J., Christina, D., Joanne, H., Frank, J., Graham, J.

2004. Distribution and Transfer Pathways of Antioxidant Molecules Inside the

First Trimester Human Gestational Sac. Journal Clinical Endocrinology and

Metabolism, Vol.89, No.3.1452-1458.

Eric, J., Lucilla, P., Graham, J. 2006. Placental-Related Diseases of Pregnancy:

Involvement of Oxidative Stress and Implications in Human Evolution. Human

Reproduction Update, vol.12, No.6, pp.747-755.

Eric, J., Joanne, H., Natalie, G., Graham, J. 2003. Trophoblastic Oxidative Stress

in Relation to Temporal and Regional Differences in Maternal Placental Bood

Flow in Normal and Abnormal Early Pregnancies. The American Journal of

Pathology, Vol.162, No.1, pp.115125.

Ezashi, T., Das, P., Roberts, R.M. 2005. Low O2 Tensions and The Prevention of

hES Cells. The Proceedings of the National Academy of Sciences of the United

States of America , 102:4783–4788.

Gracia, C.R., Sammel, M.D., Chittams, J., Hummel, A.C., Shaunik, A., Barnhart,

K.T. 2005. Risk factors for spontaneous abortion in early symptomatic first-

trimester pregnancies. Americans College of Obstretrician and Gynecologists,

106(5): 993-9.

Griebel, C.P., Halvorsen, J., Golemon, T.B., Day, A.A. 2005. Management of

spontaneous abortion. The Americans Family Physician, 72 : 1243-50.

Hadijanto B. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Penerbit PT Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta .459-90

Halliwell, B., and Gutteridge, J. M. C. 1999. Free Radicals in Biology and

Medicine. Third Edition. Oxford University Press

Page 76: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Hitoshi, Kobe., Akihito, Nakai., Tatsuo, Koshino., and Tsutomu, Araki., 2002.

Effect of Regular Maternal Exercise on Lipid Peroxidation Levels and

Antioxidant Enzymatic Activities Before and After Delivery.

Intyre, M.M., Bohr, D.F., Dominiczak, A.F. 1999. Endothelial Function in

Hypertension: The Role of Superoxide Anion. American Hypertension,Vol.34,

pp. 539-545.

Jauniaux, E., Burton, G.J. 2005. Pathophysiology of Histological Changes in

Early Pregnancy Loss. 26:114-123.

Jauniaux, E., Gulbis, B., Burton, G.J. 2003ª. The Human First Trimester

Gestational Sac Limits Rather Than Facilities Oxygen Transfer to The Foetus. A

Review Placenta-Trophoblast Research, 24:S86–S93.

Jauniaux, E., Hempstock, J., Greenwold, N., Burton, G.J. 2003b. Trophoblastic

Oxidative Stress in Relation to Temporal and Regional Differences in Maternal

Placental Blood Flow in Normal and Abnormal Early Pregnancies. The American

Journal of Pathology, 162:115–125.

Jauniaux, E., Poston, L., Burton, G.J. 2006. Placental-Related Diseases of

Pregnancy : Involvement of Oxidative Stress and Implications in Human

Evolution. Human Reproduction Update 12(6):747-55.

Jauniaux, E., Watson, A.L., Hempstock, J., Bao, Y.P., Skepper, J.N., Burton, G.J.

2000. Onset of Maternal Arterial Blood Flow and Placental Oxidative Stress- A

Possible Factor in Human Early Pregnancy Failure. The American Journal Of

Pathology, 157:2111-2122.

Kodliwadmath, M.V., Sheela, M., Patil, S.B. 2007. Study Of Oxydative Stress

And Enzymatic Antioxidant In Normal Pregnancy.The Indian Journal Of Clinical

Biochemistry, 22(1) 135-137

Kohen, R., Nyska, A. 2002. Oxidation of Biological System : Oxidative Stress

Phenomena, Antioxidant, Redox Reaction and Methods for Their Quantification.

Toxicologic Pathology, 30:620-650

Kokawa, K., Shikone, T., Nakano, R. 1998. Apoptosis in Human Chorionic Villi

and Decidua During Normal Embryonic Development and Spontaneous Abortion

in The First Trimester. Placenta, 19:21–26.

Page 77: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Kovacic, P., Jacintho, J.D. 2001. Mechanisms of Carcinogenesis: Focus On

Oxidative Stress and Electron Transfer. Current Medicinal Chemistry, 8, 773–

796.

Kovacic, P., Pozos, R.S., Somanathan, R., Shangari, N., and O’ rien, P.J. 2005.

Mechanism of Mitochondrial Uncouplers, Inhibitors, and Toxins: Focus On

Electron Transfer, Free Radicals, and Structure–Activity Relationships. Current

Medicinal Chemistry, 12:2601–2623.

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Aster, J.C., Hauth, J,C. 2008. Robbins and

Cotran Pathologic Basic of Disease. Eight edition. Cellular Adaptations,Cell

Injury, and Cell Death, 1:16-18

Levy, P.S.,Lemeshow,S.2008.S ampling of Population: Methods and

Application.Fourth Edition. A Willey interscience Publication. John Willey &

Sons inc., New York,

Miller, D. M., Buettner, G. R., Aust, S. D. 1990. Transition Metals As Catalysts of

“ utoxidation” Reactions. Free Radical Biology Medicine, 8:95–108.

Miwa, S., Muller, F.L., and Beckman, K.B. 2008. The Basics of Oxidative

Biochemistry, Oxidative Stress in Aging From Model Systems to Human

Diseases. Humana Press.

Okan, O., Mekin, S., Hakan, K. 2008. Serum Malondialdehyde, Erythrocyte

Glutation Peroxidase, and Erythrocyte Superoxide Dismutase Levels in Woman

With Early Spontaneous Abortion Accompanied by Vaginal Bleeding. Medicinal

Science Monitor, Vol.14, No.1, pp.47-51.

Ortega-Camarillo, C., Guzman-Grenfell, A.M., Hicks, J.J. 1999. Oxidation Of

Gonadotrophin (Pmsg) By Oxygen Free Radicals Alters Its Structure and

Hormonal Activity. Mol Reprod Dev, 52:264–268.

Ozkaya, O., Sezik, M., Kaya, H. 2008. "Serum Malondialdehyde, Erythrocyte

Glutathione Peroxidase, and Erythrocyte Superoxide Dismutase Levels in Women

with Early Spontaneous Abortion Accompanied by Vaginal Bleeding". Medical

Science Monitor, vol.14, No.1: CR47-51.

Patil, S.B., Kodliwadmath, M.V., Kodliwadmath, S.M. 2007. Study Of Oxydative

Stress And Enzymatic Antioxidant In Normal Pregnancy. Indian Journal Of

Clinical Biochemistry; 22(1) 135-137

Page 78: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Petrozza, J.C., Berlin, I. 2010. Recurrent Early Pregnancy Loss. Emedicine.

medscape, [cited 2010 Jan. 22]. Available from: http://emedicine.medscape.com

/article/260495-overview.

Poston, L., Eric, J., Graham, J. 2006. Placental-Related Diseases of Pregnancy:

Involvement of Oxidative Stress and Implications in Human Evolution. Human

Reproduction Update, vol.12, No.6, pp.747-755.

Puscheck, E.E., Pradhan, A. 2006. First Trimester Pregnancy Loss. Emedicine.

medscape, [cited 2010 Jan. 22]. Available from: http://emedicine.medscape.com

/article/266317-overview.

Richard, N., Mitchel., Ramzi, S., Cotran, M. 2010. Cellular Adaptations, Cell

Injury, and Cell Death. Robbins and Cotran. Pathologic Basic of Desease 8th

edition, 1:16-18

Ronzio, R.A. 1999. Naturally Occuring Antioxidants. Textbook of Natural

Medicine, 2nd

ed., Churchill Livingstone, Inc., pp. 831-843.

Sarwono, Prawiroharjo. Abortus : Etiologi. Ilmu Kebidanan dan Kandungan, edisi

4,2008 ; 37:465

Speroff, L., Fritz, M.A. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology And

Infertlility. Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins.

Toppo, S., Flohe, L., Ursini, F., Vanin, S., Maiorino, M. 2009. Catalytic

Mechanism and Spesificities Of Glutathione Peroxidases : Variation of A Basic

Scheme. Biochimica et Bioplysica Acta, 1790:1486-1500.

Turrentine, J.E. 2008. Clinical Protocols in Obstetrics and Gynecology. Third

Edition. Informa Health Care.

Valko, M. 2007. Free radicals and antioxidants in normal physiological functions

and human disease. Elsevier.

Valko, M., Rhodes, C. J., Moncol, J., Izakovic, M., and Mazur, M. 2006. Free

Radicals, Metals and Antioxidants in Oxidative Stress-Induced Cancer. Chemistry

Biology Interactive, 160:1–40.

Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M.T.D., Manzur, M., Telser, J. 2007.

Free Radical and Antioxidant in Normal Physiological Function and Human

Disease. The International Journal Of Biochemistry and Cell Biology, 39:44-84.

Page 79: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Valko, M., Morris, H., and Cronin, M.T.D. 2005. Metals, Toxicity and Oxidative

Stress. Current Medicinal Chemistry., 12:1161–1208.

Wibowo. 2001. Peran Radikal Bebas dan Antioksidan pada sejumlah

Penyakit.Bagian Farmakologi dan trapeutik FKUI.

Wijaya, M., Sutisna M., Ningrum E. 2004. Hasil Luaran Janin Pada Ibu Paska

Abortus di Rumah Sakit dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2004, Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran.

Page 80: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lampiran 1 KETERANGAN KELAIKAN ETIK (ETHICAL CLEARANCE)

Page 81: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lampiran 2 SURAT IJIN PENELITIAN

Page 82: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lampiran 3 Informed Consent

INFORMED CONSENT

PERBEDAAN KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA

ABORTUS INKOMPLIT DENGAN KEHAMILAN NORMAL

TRIMESTER PERTAMA

Ibu-ibu yang terthormat,

Kehamilan merupakan peristiwa yang dinantikan oleh hampir setiap wanita.

Sebagian besar kehamilan berlangsung dengan aman, namun sebagian kecil

mengalami komplikasi selama kehamilan. Salah satu komplikasi yang

ditimbulkan adalah abortus. Abortus merupakan terhentinya kehamilan sebelum

usia 20 minggu dengan atau tanpa disertai pengeluaran hasil konsepsi. 15-20%

kehamilan akan berakhir dengan abortus.

Penyebab dari abortus ini bermacam-macam diantaranya: kelainan

kromosom, infeksi, penyakit kronis yang melemahkan, faktor imunologis, trauma

fisik, kelainan uterus dan faktor radikal bebas. Kemungkinan seseorang untuk

mengalami abortus berulang akan meningkat sejalan semakin seringnya

mengalami abortus. Secara klinis, abortus bisa dibagi menjadi beberapa tingkatan.

Salah satu tingkatan dimana kehamilan tersebut sudah tidak dapat dipertahankan,

dan sebagian dari bagian janin masih tertinggal di dalam rahim, dikenal dengan

sebutan abortus inkomplit.

Peran radikal bebas dalam proses terjadinya abortus inkomplit belum

banyak diteliti. Namun penelitian terbaru menunjukkan peningkatan insiden

kegagalan plasentasi berhubungan dengan ketidakseimbangan radikal bebas

(oksidan) dengan antioksidan. Ada beberapa jenis antioksidan yang diperlukan

oleh tubuh, seperti Superoksid Dismutase (SOD), Glutathione Peroxidase (Gpx),

dan Katalase yang memang diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang relatif

konstan dan beberapa antioksidan lain yang dapat diperoleh dari asupan makanan,

seperti vitamin A, C, E, asam folat, dan sebagainya. Dalam keadaan tertentu

seperti pada penyakit-penyakit kronis, kadar antioksidan akan menurun dan

Page 83: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

mengakibatkan suatu keadaan stress oksidatif yang merugikan bagi tubuh. Dalam

penelitian ini, antioksidan yang diteliti adalah Katalase.

Katalase berfungsi untuk memecah hidrogen peroksida menjadi oksigen

dan air . Pemecahan hidrogen peroksida ini bertujuan agar tidak terbentuk radikal

hidroksil yang sangat berpotensi untuk menyebabkan kerusakan DNA. Dalam

kehamilan normal, kadarnya seharusnya meningkat, namun pada penyakit-

penyakit tertentu, kadar katalase dapat menurun, sehingga menyebabkan

terbentuknya radikal hidroksil dalam jumlah yang banyak. Hal ini menyebabkan

peningkatan kerusakan DNA pada sel janin yang kemudian akan menyebabkan

suatu kehamilan berakhir dengan abortus. Dengan mengetahui kadar katalase pada

wanita dengan abortus inkomplit, diharapkan nantinya bisa dipergunakan obat-

obatan yang mengandung katalase untuk mencegah terjadinya abortus. Kadar

katalase di dalam darah dapat diukur dengan sampel darah sebanyak 3cc di

Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar. Biaya untuk pemeriksaan

dalam penelitian ini akan ditanggung oleh Peneliti. Hasil pemeriksaan akan

dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dengan ikut sebagai sampel dalam

penelitian ini, berarti Ibu ikut berperan serta dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam mengungkapkan proses terjadinya abortus dan

cara pencegahannya.

Demikian keterangan yang dapat kami berikan kepada Bapak/Ibu. Atas

kesediaan Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini, kami mengucapkan terima

kasih.

Bila ada hal-hal yang belum jelas, Ibu-Ibu dapat menghubungi kami di Nomor

HP: 0811165440

Hormat kami,

dr. Maria Florentina Tukan

Peneliti

Page 84: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

( Informed Consent )

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama Responden :

Umur :

Alamat :

2. Nama Suami/Wali :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai maksud, tujuan

dan manfaat penelitian dengan judul PERBEDAAN KADAR ANTIOKSIDAN

ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS INKOMPLIT DENGAN

KEHAMILAN NORMAL TRIMESTER PERTAMA, menyatakan bersedia

bersedia ikut serta sebagai responden dalam penelitian ini dan mengikuti

perosedur penelitian seperti yang telah disampaikan.

Denpasar , _________________

Saksi Ibu hamil Suami

( _____________) ( _____________) ( _____________)

Peneliti,

( dr. Maria Florentina Tukan)

Page 85: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lampiran 4 FORMULIR PENGUMPULAN DATA

FORMULIR PENGUMPULAN DATA

No. Sampel :

No CM :

Tgl pemeriksaan :

1. Nama Pasien : ______________________________________________

2. Umur : th

3. Nomor Telepon : _______________

4. Gravida :

5. Paritas :

6. Riwayat Abortus :

11. Umur Kehamilan : Minggu Hari

12. Laboratorium : HB : ______ g/dL WBC : _______ 103/µL

Hct : ______ % Ne : _______ 103/µL

Plt : ______ 103/µL Ly : _______ 10

3/µL

MCV : ______ fL Mo : _______ 103/µL

MCH : ______ pg Eo : _______ 103/µL

MCHC : ______ g/dL Ba : _______ 103/µL

13. Diagnosis : 1. Abortus Inkomplit Trimester Pertama

2. Kehamilan Normal Trimester Pertama

14. Kadar Katalase : ____________ μIU ml Plasma

Page 86: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lampiran 5 Hasil Penelitian

No Umur Paritas Diagnosis UK

(minggu) WBC HGB PLT

Kadar

katalase

(pg/ml)

1 25 1 Abortus inkomplit 10 8,7 10,9 290 308.58

2 27 0 Abortus inkomplit 9,57 10,1 9,8 287 598.78

3 22 1 Abortus inkomplit 8 10,4 10,9 276 603.09

4 40 1 Abortus inkomplit 8,71 8,2 12,8 382 625.31

5 36 2 Abortus inkomplit 8,42 8,1 11,7 275 568.34

6 32 1 Abortus inkomplit 9,57 7,6 12.3 341 621.23

7 29 1 Abortus inkomplit 8,14 11,4 10,6 285 633.21

8 21 0 Abortus inkomplit 8,57 10,8 12.8 276 615.62

9 26 1 Abortus inkomplit 10 7,8 11,9 345 525.24

10 29 1 Abortus inkomplit 8,14 10,1 9,7 208 520.42

11 24 0 Abortus inkomplit 8 7,2 11,8 278 171.49

12 26 0 Abortus inkomplit 9 8,2 12.7 345 565.38

13 20 0 Abortus inkomplit 10 10,3 10,4 285 545.21

14 26 1 Abortus inkomplit 8,42 12,7 12,4 340 612.53

15 24 1 Abortus inkomplit 8,14 9,2 11,2 326 534,16

16 25 0 Abortus inkomplit 9,42 10,2 10,5 354 634.28

17 24 0 Abortus inkomplit 8,14 10,5 10,3 253 490.46

18 25 1 Abortus inkomplit 9,14 7,2 12,1 256 498.65

19 22 0 Abortus inkomplit 9,85 8,4 10,3 286 588.64

20 29 1 Abortus inkomplit 9,14 9,0 10,1 221 587.89

21 29 1 Abortus inkomplit 8,14 10,7 11,2 354 215.91

22 19 0 Abortus inkomplit 9 8,06 11,27 231 486.74

23 18 0 Abortus inkomplit 9,14 7,8 10,2 289 409.401

24 28 1 Abortus inkomplit 8 9,4 11,8 284 211.777

25 31 1 Abortus inkomplit 8,85 8,1 10,8 241 649.26

26 32 1 Abortus inkomplit 10 8,8 12,2 326 527.929

27 33 2 Normal 7,71 6,8 10,5 289 856.812

28 27 0 Normal 8,42 10,1 12,5 345

967.89

29 33 2 Normal 9,71 9.1 11,7 278

788.27

30 29 1 Normal 9,14 10,8 10,2 287

931.34

31 22 1 Normal 8,14 6,7 12,2 387

847.42

32 27 1 Normal 7,28 9,6 11,4 389 847.82

Page 87: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

33 18 0 Normal 9,14 7,2 10 302 989.87

34 34 2 Normal 8,42 7,3 8 385 994.52

35 32 3 Normal 8,71 8,8 12 279 978.95

36 28 2 Normal 10 8,6 12,7 304 787.439

37 22 2 Normal 9,71 7,9 10,9 390 976.76

38 35 2 Normal 8 6.9 11,3 289 999.25

39 26 0 Normal 9,14 7,1 12,7 378 994.95

40 20 0 Normal 9 8,8 12,6 308 911.433

41 28 1 Normal 9,57 8,9 11,4 342 982.28

42 25 0 Normal 9,71 7,7 11,0 190 990.87

43 28 1 Normal 9,14 6,7 12,4 342 975.88

44 35 1 Normal 8.14 6,2 11,9 199 734.299

45 21 1 Normal 8 7,5 13.6 345 685.99

46 34 3 Normal 10 8,9 12,4 312 702.93

47 34 3 Normal 9,89 9,7 11.9 268 975.98

48 23 0 Normal 8,85 10,1 12,6 329 657.005

49 26 0 Normal 8,42 10,1 12.8 287 784.219

50 28 2 Normal 9,42 7,4 11,5 267 990.96

51 27 1 Normal 8,42 11.6 12,0 278 998.68

52 31 2 Normal 10 6,7 12.7 354 978.83

Page 88: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Lampiran 6 Statistik Hasil Penelitian

Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Diagnosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur Abortus inkomplit .119 26 .200* .963 26 .460

Kehamilan Normal .117 26 .200* .948 26 .203

Paritas Abortus inkomplit .347 26 .000 .724 26 .000

Kehamilan Normal .190 26 .016 .875 26 .004

UK Abortus inkomplit .310 26 .000 .762 26 .000

Kehamilan Normal .237 26 .001 .876 26 .005

Kadar_katalase Abortus inkomplit .158 26 .092 .929 26 .072

Kehamilan Normal .135 26 .200* .940 26 .135

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

T-Test

Group Statistics

Diagnosis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Umur Abortus inkomplit 26 26.50 5.093 .999

Kehamilan Normal 26 27.92 4.947 .970

Paritas Abortus inkomplit 26 .65 .562 .110

Kehamilan Normal 26 1.27 1.002 .197

UK Abortus inkomplit 26 8.65 .745 .146

Kehamilan Normal 26 8.58 .805 .158

Page 89: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

T-Test

Group Statistics

Diagnosis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kadar katalase Abortus inkomplit 26 524.9757 154.11723 30.22488

Kehamilan Normal 26 885.7941 134.73029 26.42278

Uji T Independent

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Um

ur

Equal variances

assumed .003 .958 -1.022 50 .312 -1.423 1.392 -4.220 1.374

Equal variances

not assumed

-1.022 49.958 .312 -1.423 1.392 -4.220 1.374

Parit

as

Equal variances

assumed

10.14

5 .002 -2.731 50 .059 -.615 .225 -1.068 -.163

Equal variances

not assumed

-2.731 39.289 .059 -.615 .225 -1.071 -.160

UK Equal variances

assumed .067 .797 .333 50 .741 .072 .215 -.361 .504

Equal variances

not assumed

.333 49.705 .741 .072 .215 -.361 .504

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kad

ar

katal

ase

Equal variances

assumed .028 .868 -8.988 50 .000

-

360.8184

6

40.1460

7 -441.45421 -280.18271

Equal variances

not assumed

-8.988 49.123 .000

-

360.8184

6

40.1460

7 -441.48990 -280.14702

Page 90: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Area Under the Curve

Test Result Variable(s):Kadar_katalase

Area Std. Errora Asymptotic Sig.

b

Asymptotic 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

.959 .025 .000 .910 1.008

a. Under the nonparametric assumption

b. Null hypothesis: true area = 0.5

Page 91: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Coordinates of the Curve

Test Result Variable(s):Kadar_katalase

Positive if Greater

Than or Equal Toa Sensitivity 1 - Specificity

170.4900 1.000 1.000

191.6335 1.000 .962

213.8435 1.000 .923

262.2450 1.000 .885

358.9905 1.000 .846

448.0705 1.000 .808

488.6000 1.000 .769

494.5550 1.000 .731

509.5350 1.000 .692

522.8300 1.000 .654

526.5845 1.000 .615

530.9645 1.000 .577

539.6050 1.000 .538

555.2950 1.000 .500

566.8600 1.000 .462

577.1650 1.000 .423

586.9400 .962 .423

588.0800 .962 .385

588.4550 .923 .385

593.7100 .923 .346

600.9350 .923 .308

607.8100 .923 .269

614.0750 .923 .231

618.4250 .923 .192

627.2200 .923 .154

641.2350 .923 .115

653.1325 .923 .077

679.9675 .885 .077

714.1200 .846 .077

729.8045 .846 .038

759.2590 .808 .038

785.8290 .769 .038

810.8595 .731 .038

840.8500 .731 .000

847.6200 .692 .000

852.3160 .654 .000

884.1225 .615 .000

921.3865 .577 .000

949.6150 .538 .000

971.8850 .500 .000

Page 92: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

975.9300 .462 .000

976.3700 .423 .000

977.7950 .385 .000

978.8900 .346 .000

980.6150 .308 .000

986.0750 .269 .000

990.3700 .231 .000

990.9150 .192 .000

992.7400 .154 .000

994.7350 .115 .000

996.8150 .077 .000

998.9650 .038 .000

1000.2500 .000 .000

a. The smallest cutoff value is the minimum

observed test value minus 1, and the largest cutoff

value is the maximum observed test value plus 1. All

the other cutoff values are the averages of two

consecutive ordered observed test values.

Kat_kadar_katalase * Diagnosis Crosstabulation

Count

Diagnosis

Total

Abortus inkomplit Kehamilan Normal

Kadar katalase Rendah 23 2 25

Normal 3 24 27

Total 26 26 52

RP =

= 8,3

( 23/25 )

( 3/27 )

Page 93: KADAR ANTIOKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA ABORTUS

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 33.973a 1 .000

Continuity Correctionb 30.815 1 .000

Likelihood Ratio 39.312 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 33.320 1 .000

N of Valid Casesb 52

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kat_kadar katalase

(Rendah / Normal) 92.000 14.061 601.944

For cohort Diagnosis = Abortus

inkomplit 8.280 2.831 24.215

For cohort Diagnosis = Kehamilan

Normal .090 .024 .342

N of Valid Cases 52