pembingkaian berita kampanye prabowo subianto dan joko widodo di media metro tv dan tv one saat...
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
1/24
Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko
Widodo di Media Metro TV dan TV One saat Kampanye
Pemilihan Presiden 2014
(Sebuah Analisis Framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki)
NADIA AYESHA MIEKE SOEKARNO
12140110088
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2015
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
2/24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Media massa digunakan sebagai sarana penyampaian pesan-pesan dari
sumber (pengirim) kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2002).
Berdasarkan fungsinya, media massa dapat memenuhi kebutuhan akan fantasi dan
informasi (Rakhmat, 2001). Dalam buku berjudul “Making News” karya Gaye
Tuchman memaparkan bahwa berita dalam media diibaratkan sebagai jendela dunia
sebagaimana kita melihat apa yang terjadi di seluruh dunia. Dengan melihat berita,
setiap orang dapat mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Terkait
dengan kajian komunikasi, khususnya kajian media, secara historis pada zamannya,
Marx belum menyaksikan media massa yang pengaruh dan dominasinya begitu
kuat seperti yang terjadi pada masyarakat modern (McQuail, 1987: 63).
Media sebagaimana telah dijelaskan di atas, cenderung dimonopoli oleh kelas
kapitalis untuk memenuhi kepentingan dan ideologi mereka. Media bukan hanya
memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam
mendefinisikan aktor dan peristiwa (Eriyanto, 2002:27).
Dalam jurnal berjudul “Media Framing: A Comparative Content Analysis on
Mainstream and Alternative News Coverage of Occupy Wall Street” milik
Margaret Cissel menyatakan bahwa, para elit politik memanfaatkan frame media
untuk mengarahkan pembaca. Dalam jurnal tersebut tertuliskan “Framing is a tool
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
3/24
used by media and politicians to make salient points that would direct their readers
to a desired frame of mind. Framing is, on the most fundamental level, the
combination of words that form a sentence, phrase or story that consequently
provides a message to its recipient. This message, whether it be provided by mass
or alternative media, is being framed in some way. Framing works in conjunction
with agenda setting, priming, and bias”.
Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi
cerita yang bermakna (Hamad, 2004:11). Sender (jurnalis) akan menyertakan sikap
dan nilai secara simbolik dengan membentuk dan menginterpretasikan makna di
dalamnya (Gamer, Sterk, dan Adam, 1998:62).
Hanya 4% dari sistem radio televisi dikelola oleh swasta, 41% dikelola
sepenuhnya oleh pemerintah dan sisanya merupakan Public Broadcasting atau
dikelola bersama oleh pemerintah dan swasta (Elihu Katz dan George Wedell).
Menurutnya, sistem penyiaran tersebut mencerminkan adanya sistem sosial politik
dan ideologi yang sedang berlaku di negara bersangkutan (“Broadcasting in The
Third World”, 1980).
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan
dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2008:66). Dalam ruang pemberitaan, peristiwa
didikte dan dikontrol dalam perspektif tertentu (Eriyanto, 2002:141). Menurut
McCombs dan Shaw, “we judge as important what the media judge as important”.
Yang dimaksud adalah, jika media massa menganggap suatu isu itu penting, maka
publik juga akan menilai hal tersebut menjadi penting. Begitu juga sebaliknya, jika
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
4/24
media massa tidak menganggap penting sebuah isu, maka publik juga akan menilai
hal tersebut tidak penting.
Kandidat presiden yang menggunakan media dalam kampanye, memiliki
kekuatan yang lebih untuk mendapat nilai suara yang lebih tinggi. Ditambah
dengan pencitraan yang dilakukan oleh masing-masing kandidat. Kini, mayoritas
penggunaan media dilakukan untuk kepentingan suatu partai politik, dibandingkan
dengan kepentingan publik. “The Media’s Crucial Role” (Warren K. Agee dkk:16)
mengemukakan Teori Konspirasi yang mungkin terjadi antara pemilik jaringan
media dengan kalangan politik. Media bukan hanya memilih peristiwa dan
menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor
dan peristiwa (Eriyanto, 2002:27).
Kedua kandidat pada pemilihan presiden Indonesia pada tahun 2014
didukung oleh koalisi dari beberapa partai politik. Kedua kandidat pun
menggunakan media sebagai bentuk citra politik sesuai dengan tujuan yang diminta
oleh para pasangan calon presiden. TV One mendukung kubu Prabowo Subianto,
sedangkan Metro TV mendukung kubu Joko Widodo. Sesuai dengan kondisi yang
digambarkan pada paham marxisme yang menyebutkan bahwa, media merupakan
kepanjangan tangan dari kapitalisme pemilik modal, di mana ideologi media akan
ikut pada arus ideologi pemilik medianya. Paham yang sama mengatakan ideologi
media akan mengikuti arus ideologi pemilik media tersebut.
Menurut Kompasiana.com, media tidak dapat dipisahkan dari kepentingan
politik penguasa media. Melalui konstruksi media, citra seorang tokoh politik dapat
dibentuk dengan beragam cara dan strategi. Alex Sobur mengatakan media dapat
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
5/24
menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan, karena di dalam media terdapat strategi
konstruksi (Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki). Jika seorang tokoh awalnya
mempunyai citra tidak baik dalam masyarakat, maka dengan citra melalui media
dapat diubah menjadi baik. Karena, media selalu memberikan alasan tersendiri
dalam membuat konstruksi citra tokoh politik. Kampanye dari beberapa kandidat
petinggi politik dimunculkan sebagai iklan komersial televisi dengan durasi 30
detik (Gatram “Iklan Politik”, 13 April 1996). Contohnya, Prabowo Subianto
menampilkan citra lewat iklan dengan gaya yang sangat dekat dengan para petani
dan nelayan. Sedangkan Joko Widodo menampilkan citra lewat iklan dengan gaya
blusukan yang sederhana.
Pada sumber yang sama mengatakan bahwa semenjak berakhirnya masa Orde
Baru, reformasi di bidang penyiaran semakin menemukan bentuknya yang modern.
Media massa yang dahulu terkungkung dan berfungsi sebagai corong serta
perpanjangan tangan penguasa, kini menemukan kebebasan. Media massa tidak lagi
menjadi alat yang melegitimasi pesan kekuasaan dari pemerintah. Namun
perubahan bentuk media massa tidak diimbangi dengan peningkatan pengetahuan
ilmu media dalam masyarakat. Media massa yang seharusnya berperan dalam arah
pembangunan, namun belum menjadi bagian tersebut. Media massa justru menjadi
alat kapitalisme modern, sehingga media massa akhirnya menjadi alat untuk
memperkuat kepentingan ekonomi politik. Media massa belum berperan aktif
dalam pelaksanaan pembangunan bangsa dan negara. Konten pemberitaan yang
dibuat terkadang memberikan pengaruh negatif bagi pendidikan politik masyarakat.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
6/24
Pada penelitian ini akan melihat seberapa banyak liputan di media TV One dan
Metro TV tentang isu-isu pada masing-masing kandidat. Framing menunjukkan
adanya kontroversi mengenai esensi dari suatu isu (Gamson & Modigliani
1989:27).
Berdasarkan analisis “Codes” yang dikemukakan oleh John Fiske, terdapat
tiga level untuk melihat interaksi hubungan dalam teks;
1. Realitas: Penampilan, pakaian, tata rias, lingkungan, tingkah laku, pidato,
bahasa tubuh, ekspresi, suara.
2. Representasi: Kamera, pencahayaan, editing, Musik.
3. Ideologi: Individualisme, patriarki, kelas, ras, materialisme, kapitalisme.
Namun, penulis hanya menggunakan level terakhir dari analisis “Codes”,
yaitu ideologi. Penulis juga ingin melihat dan memfokuskan penelitian pada
bagaimana media TV One dan Metro TV dalam memberitakan framing sosok
kedua kandidat presiden. Bagaimana TV One berpihak pada Prabowo Subianto,
melihat dari pemilik media, Aburizal Bakrie, berkoalisi dengan partai Gerindra, dan
Metro TV berpihak pada Joko Widodo, melihat dari pemilik media, Surya Paloh,
berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo
di Media Metro TV dan TV One saat Pemilihan Presiden 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
7/24
Mengetahui Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di
Media Metro TV dan TV One saat Pemilihan Presiden 2014.
1.4 Manfaat Penelitian:
1) Teoritis
Hasil penelitiannya dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
2) Praktis
(a)
Bagi penulis: Memperluas pengetahuan penulis mengenai analisis framing
pemberitaan media di Indonesia secara umum.
(b) Bagi objek penelitian: Memberikan gambaran pemberitaan di media yang
tidak berimbang kepada orang terkait.
(c) Bagi masyarakat luas: Untuk menyadarkan para pengguna media untuk
lebih pintar dalam merepresentasikan suatu berita.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
8/24
BAB II
PENELITIAN TERDAHULU, TEORI, DAN KONSEP
2.1 Penelitian Terdahulu
Penulis mengambil empat contoh penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian pada proposal skripsi ini. Keempat contoh tersebut memiliki persamaan fokus
pembahasan, di mana kedua sama-sama menganalisis mengenai keberpihakan
pemberitaan media karena terdapat kekuasaan dari para pemilik.
Pada judul jurnal pertama, “Analisis Framing pada Pemberitaan Politik Partai
Hanura di Media Online Sindonews” oleh Farah Diba, berisi tentang pengemasan
pemberitaan Partai Hanura yang berkaitan dengan Pemilihan Presiden 2014 pada kantor
berita online Sindonews. Peneliti menggunakan dua teori, yaitu teori Agenda Setting dan
Komunikasi Massa. Jurnal ini juga menggunakan penelitian yang bersfiat kualitatif
deskriptif interpretatif dengan metode analisis framing milik Zahongdan Pan dan Gerald
M. Kosicki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemberitaan Sindonews terdapat
keberpihakkan terhadap Partai Hanura. Hal ini diperkuat dengan adanya pemberitaan
positif yang selalu ditonjolkan. Bahkan berita negatif terhadap partai tersebut tidak ada.
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Partai Hanura memang
memegang penuh kekuasaan dalam pemberitaan Sindonews karena adanya kekuasaan
pemilik perusahaan pada media ini.
Jurnal kedua diambil dari judul “Keberpihakan Media Massa (Studi Kualitatif
Analisis Framing Konflik Nasdem antara Hary Tanoe dan Surya Paloh dalam Surat
Kabar Seputar Indonesia [SINDO] dan Media Indonesia Periode 22-31 Januari 2013).
Jurnal ini meneliti tentang keperpihakan Hary Tanoe dan Surya Paloh dalam
pemberitaannya di media massa. Dengan menggunakan analisis framing dari Pan dan
Kosicki, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana SINDO dan Media
Indonesia membingkai para pemiliknya pada periode 22 hingga 31 Januari 2013. Pada
periode tersebut dikumpulkan 10 berita dari kedua media dan mewawancara reporter .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SINDO sebagai media yang dimiliki oleh Hary
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
9/24
Tanoe menyampaikan bahwa dukungan Nasdem akan berkurang dan banyak relawan
yang bergabung akan kecewa. Sebaliknya, di Media Indonesia yang dimiliki oleh Surya
Paloh, memamparkan bahwa Nasdem akan lebih solid karena banyak aktivis muda yang
bergabung dengan partai Nasdem. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari awak media
SINDO dan Media Indonesia, bahwa dewasa ini sulit menemukan berita yang tidak
mendukung karena kehadiran pemilik yang akan mempengaruhi bagaimana berita
disajikan.
Penelitian ketiga diambil dari skripsi milik mahasiswi Universitas Multimedia
Nusantara yang berjudul “Pembingkaian Isu Aborsi pada Harian Republika Periode
Agustus 2014 (Sebuah Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki).
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivis, Clara Alverina
selaku penulis pada penelitian tersebut, membedah tentang pembingkaian isu aborsi yang
terdapat di Harian Republika. Hasil penelitiannya adalah konstruksi yang dilakukan
Republika dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu misi dan asas agamis yang dianutnya.
Kebijakan aborsi bertentangan dengan nilai agama, kemanusiaan, moral, dan hukum.
Skripsi berjudul “Konstruksi Media Online dalam Sengketa Verifikasi Partai Politik
(Analisis Framing Tempo.co dan Viva.co.id Pada Pemberitaan Partai Bulan Bintang
Edisi 1 Januari-31 Maret 2013) mengemukakan bahwa media online merupakan salah
satu dampak positif dari perkembangan media. Namun, terdapat hal-hal yang diabaikanseperti pemberitaan satu sudut pandang, di mana pemberitaan di media online
dipengaruhi oleh ideologi dan kepemilikan media. Penelitian ini mengamati bagaimana
pembangunan Tempo.co dan Viva.co.id dalam kasus sengketa verifikasi partai politik itu,
yaitu PBB dalam pemilihan umum 2014. Penelitian ini menggunakan metode analisis
framing dari Pan Kosicki dan teori yang digunakan adalah teori realitas konstruksi,
konstruksi media realitas, dan teori jurnalisme online. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pembangunan Tempo.co dalam hal verifikasi sengketa partai politik yang
melibatkan KPU dan PBB cenderung mendukung PBB dan bersikap kritis terhadap KPU.
Di sisi lain, pembangunan Viva.co.id dalam kasus yang sama adalah netral dan objektif.
2.2 Teori
2.2.1 Teori Agenda Setting
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
10/24
Teori yang digunakan pada penulis berawal dari pemikiran Walter Lippmann
(1922) pada tulisannya yang berjudul “The World Outside and The Pictures in Our
Heads”. Lippmann menyebutkan bahwa media barat menjadikan kita berada di dunia
yang luas dan di luar pengalaman kita. McCombs & Shaw (1972) juga menyebutkan
bahwa informasi dalam media memainkan peran penting dalam mengkonstruksi
gambaran seseorang tentang realitas. Kurt dan Gladys Engel Lang berpendapat mengenai
pembangunan Agenda Setting dalam pemberitaan politik, yaitu kekuatan media massa
berada pada posisi di mana isu-isu yang menjadi perhatian utamanya.
2.2.2 Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann. Mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus susatu realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Bungin, 2008:13).
Ada proses yang dilalui oleh masyarakat sehingga meski berada dalam “penjara”
masyarakat, individu tidak selamanya merasa terkekang, melainkan cenderung menerima
begitu saja (Berger, 2012:34-35). Karena individu melakukan hubungan timbal balik
antara individu lain untuk saling membentuk dan menentukan. Individu akan membangun
pengetahuan atas realitas yang dilihat berdasarkan pengetahuan yang telah adasebelumnya (Piaget). Konstruktivisme ini yang disebut sebagai konstruksi sosial (Bungin,
2008:14)
2.2.2.1 Konstruksi Sosial atas Realitas
Istilah konstruksi realitas diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckman dalam buku Bungin berjudul “The Social Construction of Reality”. Landasan
pendekatan ini adalah masyarakat di Amerika tahun 1960-an belum merasakan media
massa menjadi sebuah fenomena. Teori konstruksi sosial atasa realitas milik Peter L.
Berger dan Luckmann belum memasukkan media massa sebagai variabel yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.
Terdapat perbedaan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas adalah fakta
sosial yang bersifat eksternal, umum, dan mempunyai kekuatan memaksa kesadaran
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
11/24
masing-masing individu. Terlepas dari individu suka atau tidak suka realitas tersebut
tetap ada. Sedangkan pengetahuan diartikan sebagai keyakinan bahwa suatu fenomena
riil dan mereka mempunyai karakteristik tertentu. Dengan kata lain, pengetahuan
merupakan realitas yang hadir dalam kesadaran individu yang bersifat subjektif (Berger,
2012:14).
Sesuai dengan penjelasan ontologis dalam paradigma konstruktivis, yaitu realitas
dianggap sebagai konstuksi sosial yang diciptakan oleh individu. Proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya antar individu secara intens kemudian menciptakan suatu
realitas yang dimiliki dan dialami secara subjektif (Sobur, 2009:91).
Berger dan Luckmann menjelaskan tiga tahapan proses sosial yang secara
simultan mengkonstruksi realitas sosial;
1)
Eksternalisasi
Eksternalisasi merupakan usaha pengekspresian diri manusia ke dalam
dunia, baik lewat kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sikap dasar
manusia yang cenderung selalu ingin mencurahkan diri ke tempat di mana ia
berada. Manusia selalu berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah manusia
menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.
2) Objektivasi
Objektivasi merupakan hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisikdari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil dari eksternalisasi dan
kebudayaan adalah manusia menciptakan alat bagi kemudahan hidupnya, atau
kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Kebudayaan yang telah berstatus
sebagai realitas objektif ada di luar kesadaran manusia. Hal terpenting dalam
objektivasi adalah pembuatan tanda-tanda oleh manusia, dan bahasa merupakan
bagian dari signifikansi atau penandaan (Berger dan Luckmann, 2008:17).
3) Internalisasi
Internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam
kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif indiviu dipengaruhi oleh struktur
dunia sosial. Menuju kepada kesimpulan, berdasarkan pernyataan yang terdapat
dalam Kriyantono (2009:251), berita bukanlah realitas sebenarnya melainkan
hasil seleksi dan susunan menurut pertimbangan redaksi. Berdasarkan skemata
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
12/24
interpretasi, wartawan cenderung menyeleksi sumber berita, menafsirkan
komentar-komentar sumber berita, serta memberi porsi yang berbeda atas
perpektif yang muncul dalam wacana media (Sobur, 2009:166).
Sehingga pada saat peliputan, wartawan sudah memiliki sudut pandang
berita, yang membuatnya mengalami proses objektivasi. Bahasa merupakan unsur
utama dalam berita, karena wartawan memilih kata dan menyusun cara penyajian
suatu realitas sedemikian rupa untuk menentukan konstruksi realitas (Hamad,
2001:57).
2.2.2.2 Konstruksi Sosial Media Massa
Teori konstruksi dan realitas milik Berder dan Luckmann sudah tidak mampu
menjawab perkembangan zaman karena masyarakat transisi modern di Amerika telah
habis dan berubah menjadi masyarakat modern dan postmodern (Bungin, 2012:142).
Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengoreksi substansi kelemahan dan
melengkapi teori konstruksi sosial atas realitas (Bungin, 2012:143). Berita adalah produk
interaksi antara wartawan dan fakta (Eriyanto, 2002:17).
Proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
1)
Tahap menyiapkan materi konstruksiMenyiapkan materi konstruksi media massa adalah tugas redaksi media
massa (Bungin, 2012:143). Tugas tersebut didistribusikan pada desk editor yang
ada di setiap media massa. Ada tiga hal penting dalam menyiapkan materi
konstruksi sosial:
(a) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme: Media massa
digunakan oleh kekuatan kapital untuk menjadikannya sebagai mesin
pencipta uang.
(b)
Keberpihakan semu kepada masyarakat: Bentuk keberpihakan muncul
melalui simpati, empati, dan berbagai bentuk partisipasi kepada
masyarakat, namun nantinya akan digunakan untuk menaikkan rating
demi kepentingan kapitalis.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
13/24
(c) Keberpihakan kepada kepentingan umum: Bentuk keberpihakannya
dilihat dari visi setiap media massa, apakah visi tersebut tidak
menunjukkan jati diri yang sebenarnya.
2) Tahap sebaran konstruksi
Konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, yaitu media
menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain
kecuali mengonsumsi informasi itu (Bungin, 2012:145).
3) Tahap pembentukan konstruksi realitas
(a) Tahap pembentukan konstruksi realitas:
Terjadi tiga tahap yang berlangsung secara generik. Pertama, konstuksi
realitas pembenaran di mana terbangun di masyarakat dan cenderung
membenarkan apa saja yang ada di media massa sebagai suatu realitas
kebenaran. Kedua, kesediaan untuk dikonstruksi oleh media massa. Ketiga,
menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif.
(b) Tahap pembentukan konstruksi citra: Konstruksi citra yang dibangun oleh
media massa terbentuk dalam dua model, model good news dan model bad
news. Model good news akan mengonstruksikan objek pemberitaan sebagai
sesuatu yang memiliki citra baik. Sedangkan bad news merupakan model
yang mengonstruksikan objek pemberitaan sebagai citra buruk.(c) Tahap konfirmasi
Tahapan di mana ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa
memberiargumentasi terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap
pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan sebagai bagian untuk memberi
argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi
pembaca, tahapan hadir untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia
hadir dalam proses konstruksi sosial.
2.2.2.3 Realitas Media
Berita bukanlah realitas sebenarnya, melainkan realitas yang sudah diseleksi dan
disusun menurut pertimbangan-pertimbangan redaksi seperti yang sudah dijelaskan pada
bab sebelumnya (Kriyantono, 2009:251). Menurut Peter D. Moss (1999), wacana media
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
14/24
massa, termasuk berita surat kabar, merupakan konstruk kultural yang dihasilkan ideologi
karena berita dalam surat kabar menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas
sosial, yaitu melalui narasi.
2.2.3 Teori Framing
Gagasan mengenai pembingkaian atau f raming , pertama kali dicetuskan oleh
Beterson pada 1955. Konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh Goffman pada 1974
yang memaknai frame sebagai kepingan perilaku yang membimbing individu dalam
membaca realitas. Framing , seperti dikatakan Todd Gitlin, merupakan sebuah strategi
bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca. Framing juga bisa diartikan sebagai metode
penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu peristiwa dimanipulasi dengan
memberikan penekanan pada elemen-elemen tertentu dengan menggunakan istilah-istilah
tertentu yang memiliki makna tertentu (Sudibyo dalam Kriyantono, 2006:255). Frame
merupakan paket interpretatif yang memberi makna pada suatu isu (Gamson
&Modigliani, 1989:3).
Esensi dari framing adalah seleksi untuk memprioritaskan beberapa fakta, gambar
atau perkembangan atas orang lain, sehingga secara tidak sadar mempromosikan salah
satu interpretasi peristiwa (Norris, Kern & Just 2003). Frame merupakan strukturkonseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan,
dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standard untuk mengapresiasi
realitas (Sobur, 2009:162). Frame dalam media mengorganisasikan sistem kepercayaan
dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi,
dan kalimat tertentu (David E. Snow dan Robert Benford). Menurut Gitlin, frame adalah
bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik (Eriyanto, 2002:69).
Teori framing digunakan untuk melihat perspektif yang digunakan oleh wartawan
ketika menyeleksi isu atau menulis berita. Perspektif tersebut menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana saja yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana
berita tersebut (Eriyanto, 2002:69). Bahasa merupakan elemen paling lenting karena
dapat digunakan sebagai alat untuk mengkonstruksi realitas. Wacana media massa,
termasuk berita, merupakan konstruk kultural yang dihasilkan ideologi karena berita
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
15/24
dalam surat kabar menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial, yaitu
melalui narasi (Peter D. Moss, 1999). Bahasa dapat digunakan untuk memberikan aksen
tertentu terhadap suatu peristiwa, misalnya dengan menekankan, mempertajam,
memperlembut, mengagungkan, melecehkan, membelokkan, dan mengaburkan peristiwa
atau tindakan tersebut (Eriyanto, 2002).
2.2.3.1 Konsep Framing
Berikut adalah pandangan para ahli mengenai konsep framing:
1) Robert N. Entman: Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian
tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibanding aspek lainnya. Ia juga
menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga
sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.
2) William A. Gamson: Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa.
3) Todd Gitlin: Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan
sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-
peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik
perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan,
penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.4) David E. Snow dan Robert Benford: Pemberian makna untuk menafsirkan
peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem
kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra
tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.
5) Amy Binder: Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk
menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara
langsung atau tidak langsung. frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke
alam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk
mengerti makna dan peristiwa.
6) Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki: Strategi konstruksi dan memproses
berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
16/24
menafsirkan peristiwa, dan dihubungankan dengan rutinitas dan konvensi
pembentukan berita.
Menurut Eriyanto (2002:66), meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian,
ada satu titik singgung utama dari deginisi framing, yaitu adanya bagian tertentu dari
realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.
2.2.3.2 Analisis Framing
Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji, bagaimana realitas
(peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2002:3).
Salah satu prinsip analisis framing adalah wartawan bisa menerapkan standar kebenaran,
matriks objektivitas, serta batasan-batasan tertentu dalam mengolah dan menyuguhkan
berita (Sobur, 2009:166). Menurut Eriyanto, analisis framing ingin menjawab beberapa
pertanyaan, yakni mengapa peristiwa yang satu diberitakan, tetapi peristiwa lainnya tidak
diberitakan; mengapa sisi atau angle tertentu ditonjolkan dan bukan yang lain; mengapa
media memilih untuk menampilkan sumber berita yang satu dan bukan sumber berita
yang lain untuk diwawancarai. Oleh karena itu, konsentrasi dari analisis pada paradigma
konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi
dan dengan cara apa dibentuk (Eriyanto, 2002:37).
2.2.3.3 Aspek Framing
Terdapat dua aspek penting menurut Eriyanto (2002:69-70). Pertama, memilih
fakta atau realitas. Fakta yang terkandung memiliki dua kemungkinan: apa yang dipilih
(included) dan apa yang dibuang (exclude). Sehingga memungkinkan adanya perbedaan
isi antara satu media dengan yang lain. Yang kedua adalah menuliskan fakta. Proses ini
berhubungan dengan bagaimana fakta tersebut disajikan kepada khalayak, seperti
headline, pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian label tertentu, asosiasi terhadap
simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar,
dan sebagainya.
2.2.3.4 Efek Framing
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
17/24
Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas yang kompleks,
penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang
sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu (Eriyanto, 2002:140). Eriyanto juga
menyebutkan, terdapat dua efek framing akan mendefinisikan realitas;
1) Mendefinisikan realitas tertentu: Penonjolan aspek tertentu, penyajian sisi
tertentu, pemilihan fakta tertentu
2) Melupakan definisi lain atas realitas: Penguburan aspek lain, penghilangan
sisi lain,
pengabaian fakta lain.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
18/24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma PenelitianParadigma yang digunakan adalah konstruktivisme. Menurut Eriyanto (2002:37),
paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas
natural, tetapi hasil dari konstruksi. Paradigma ini berusaha untuk melihat bagaimana
suatu peristiwa dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi dibentuk. Penulis
mengunakan paradigma konstruktivis karena ingin melihat konstruksi berita kampanye
Prabowo Subianto dan Joko Widodo di media Metro TV dan TV One saat kampanye
pemilihan presiden 2014.
Menurut Kriyanto (2006), paradigma konstruktivis dilihat dari empat asumsi,
diantaranya adalah ontologis, epistemologis, aksiologis, dan metodologis. Creswell juga
menyatakan bahwa landasan tersebut juga disebut sebagai asumsi filosofis.
1. Ontologis ( Relativism): Menyangkut sesuatu yang dianggap realitas.
Realitas tersebut merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas
bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh
pelaku sosial. Realitas adalah hasil konstruksi mental dari individu pelaku
sosial sehingga realitas dipahami secara beragam, dipengaruhi oleh
konteks, pengalaman, dan waktu.
2. Epistemologis (Transectionalist/Subjectivist ): Cara bagaimana
mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah
pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian yang
merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Peneliti
dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan realitas yang
terpisahkan.
3. Aksiologi: Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari penelitian. Peneliti sebagai passionate participant ,
fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial.
Penelitiannya bertujuan untuk merekonstruksi realitas sosial secara
diaklektis antara peneliti dengan apa yang diteliti.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
19/24
4. Metodologis (Revlective/Dialectical): Menekankan empati dan interaksi
dialektis antara peneliti dan responden untuk merekonstruksi realitas yang
diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti observasi partisipan atau
studi literatur.
3.2 Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Dalam penelitian analisis deskriptif, penulis
hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Deskriptif tidak menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis ataupun membuat prediksi, melainkan hanya menjelaskan variabel-
variabel yang terdapat pada rumusan masalah. Hal ini diperkuat dengan adanya pendapat
Rakhmat (2009:24-25) mengenai deskriptif, yaitu penelitian yang melukiskan sebuah
peristiwa melalui variabel demi variabel, satu demi satu, sejelas mungkin tanpa ada
perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Penelitian deskriptif juga berfokus pada
pertanyaan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Menurut Kriyantono (2006:69), rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung saat penelitian dan memerika
sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang sesuatu saat proses penelitian sedang berlangsung. Karena bersifat
deskriptif, data yang didapat akan dijelaskan melalui kata-kata tertulis berdasarkan hasilobjek yang telah diamati (Nawawi, 1983:64).
3.3 Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan riset kualitatif untuk mengidentifikasi pembingkaian berita
kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di media Metro TV dan TV One saat
kampanye pemilihan presiden 2014. Penelitian kualitatif dengan menggunakan
paradigma konstruktivis mengharuskan penulis untuk mencari makna untuk
mengobservasi objek penelitiannya sebagai instrumen pokok dalam penelitian (Creswell,
2009:16).
Penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk
mendapatkan pemahaman lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi
manusia (Catherine Marshal, 1995). Penelitian kualitatif juga dapat menghasilkan dan
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
20/24
mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan,
gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya (Poerwandari, 2007).
Hal ini diperkuat dengan adanya penjelasan dari Poerwandari (2007), yakni
pendekatan yang sesuai untuk penelitian yang tertarik dalam memahami manusia dengan
segala kekompleksitasannya sebagai makhluk subjektif adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dibandingkan hasil akhir, desainnya
bersifat umum, dan berubah-ubah atau berkembang sesuai dengan situasi lapangan
(Sarwono, 2011:18-22).
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah metode analisis isi teks. Terdapat tiga
jenis tiga analisis, yaitu analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing . Namun
penulis menggunakan analisis framing untuk membedah media dalam membingkai fakta.
Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis isi setelah
dikemukakan oleh Baterson pada tahun 1955. Analisis framing merupakan jenis analisis
paling populer yang dikembangkan oleh William A. Gamson.
Menurut Sobur (2009:162), analisis framing mencermati strategi seleksi,
penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih berarti, lebih
diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya.
3.5 Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan oleh penulis adalah teks berita pada media Metro
TV dan TV One pembingkaian berita kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo
saat kampanye Pemilihan Presiden 2014. Banyaknya berita mengenai Joko Widodo dan
Prabowo Subianto, tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti semua berita. Berita
visual tersebut akan dicatat pada periode masa kampanye, yaitu 4 Juni 2014 hingga 5 Juli
2014. Wawancara dan opini tidak termasuk dalam bahan penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Kriyantono (2009:41-42), terdapat dua jenis data kualitatif dalam
penelitian, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari rekaman berita
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
21/24
televisi pada masa kampanye pemilihan presiden 2014. Sedangkan data sekunder, data
yang diperoleh untuk memperkuat data yang diperoleh di data primer, yaitu studi pustaka.
Penulis mengambil dua aspek dalam memperoleh data yang dibutuhkan untuk
penelitian ini.
3.6.1 Studi Dokumen
Dengan memilih dua stasiun televisi berita di daerah Ibu Kota Jakarta, yaitu
Metro TV dan TV One, penulis tidak melakukan riset di lapangan, melainkan hanya
membutuhkan alat elektronik, seperti televisi, untuk mencari data-data yang akan
diambil. Semua siaran berita direkam pada saat masa kampanye pemilihan presiden
dimulai. Tanggal pada periode sampel ditarik mulai tanggal 4 Juni 2014 sampai dengan 5
Juli 2014.
Karena rekaman yang didapat dalam bentuk video, penulis akan mencatat secara
tertulis setiap pemberitaan yang diucapkan para news anchor , reporter , narasumber,
maupun running text terkait dengan permasalahan kampanye pemilihan presiden 2014.
Namun, penulis tidak merekam bentuk wawancara dan opini dalam penelitian ini. Penulis
akan menggunakan hasil dari penelitian tersebut untuk menjawab semua rumusan
masalah.
3.6.2 Studi Pustaka
Penulis menggunakan buku, artikel, jurnal, naskah, dan internet, untuk
mendukung teori serta mempelajari dokumen yang berhubungan dengan penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam data analisis framing , terdapat tiga model yang digunakan untuk melihat
pembingkaian yang dilakukan oleh media massa atas suatu berita, yaitu model Robert N.
Entman, Gamson dan Modigliani, serta Zhongdang Pan dan Gerald M.
Konsep framing milik Robert N. Entman digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat
dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Entman melihat framing dalam
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
22/24
dua dimensi besar, yakni seleksi isu dan penekanan aspek-aspek tertentu. Elemen-elemen
yang terdapat dalam framing Entman adalah define problems, diagnose causes, make
moral judgement, dan treatment recommendation.
Sedangkan menurut Gamson Modigliani, frame adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi
isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut disebut sebagai package. Package adalah
struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan
yang disampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan yang diterima. Terdapat dua
perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam teks berita, yaitu framing device
dan reasoning device.
Yang terakhir adalah konsep framing menurut Zhongdang Pan dan Gerald M.
Framing didefinisikan sebagai proses membuat pesan lebih menonjol, menempatkan
informasi lebih dari yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.
Kosicki menyebutkan bahwa framing memiliki dua konsepsi yang saling berkaitan.
Pertama adalah konsep psikologi, yakni menekankan pada bagaimana seseorang
memproses informasi dalam dirinya. Kedua adalah konsep sosiologis untuk menekankan
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dalam jurnalnya yang berjudul “Framing
Analysis: An Approach to News Discourse”, menunjukkan bahwa terdapat empat dimensi
struktural teks berita sebagai perangkat framing (Eriyanto, 2012:295), yaitu:1) Sintaksis: Bagaimana wartawan menyusun peristiwa pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Diartikan
sebagai susunan kata atau frase dalam kalimat. Sintaksis menunjuk pada
pengertian susunan dari bagian berita (headline, lead, latar informasi, sumber,
penutup) dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan.
2) Struktur Skrip: Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Berita seringkali disusun sebagai
suatu cerita. Perangkat framing -nya berupa kelengkapan berita 5W+1H. Dua hal
yang mempengaruhi, yaitu banyak laporan berita yang menunjukkan hubungan,
peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari berita sebelumnya. Dan yang
kedua adalah berita pada umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks
yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
23/24
3) Struktur Tematik: Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangannya yang membentuk teks secara keseluruhan. Tematik menjelaskan
bagaimana fakta itu ditulis, kalimat dipakai, dan menulis sumber ke dalam teks
berita secara keseluruhan. Perangkat framing -nya adalah detil, koherensi, bentuk
kalimat, dan kata ganti. Elemen yang dapat diamati yaitu jalinan antarkata,
proposisi atau kalimat.
4) Struktur Retoris: Bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita.
Pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang
ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk
membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Elemennya adalah pemilihan dan
pemakaian kata-kata tertentu untuk menggambarkan suatu peristiwa. Berita
menunjukkan ideologis bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta.
Penekanan tersebut berupa unsur grafis, huruf tebal, huruf miring, pemakaian
garis bawah, ukuran huruf, grafik, raster , gambar, tabel, foto, gambar.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis framing dengan model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk menganalisis pembingkaian berita
kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di media Metro TV dan TV One saatkampanye pemilihan presiden 2014 Peneliti akan menggunakan dimensi retoris, di mana
ingin melihat bagaimana wartawan membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi
tertentu dan meningkatkan gambaran yang diingikan dari suatu berita. Pada intinya,
penulis harus mencari pola, tema, hubungan, dan hal-hal yang sering timbul (Sugiyono)
yang berkaitan dengan penelitian.
-
8/19/2019 Pembingkaian Berita Kampanye Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Media Metro TV dan TV One Saat Kampan…
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media
Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L.Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group
Eriyanto, 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LKiS
Effendi Gazali - Budaya Pertelevisian Indonesia: Studi dengan Perspektif
Interaksionisme Simbolik (1996)