pembinaan narapidana narkotika di lembaga ...repository.uinjambi.ac.id/4181/1/m mizan asrori...

92
PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA JAMBI SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu (S1) Dalam Hukum Pidana Islam Oleh : M. Mizan Azrori Zain NIM: SHP.162175 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA

    PEMASYARAKATAN KELAS IIA JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu (S1)

    Dalam Hukum Pidana Islam

    Oleh :

    M. Mizan Azrori Zain

    NIM: SHP.162175

    PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • iii

    Pembimbing I : Rasito, M.Hum

    Pembimbing II : Idris, SS., M.H

    Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

    Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

    Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

    Kepada Yth.

    Dekan Fakultas Syariah

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    Di-

    Jambi, 14 Juni 2020

    JAMBI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Assalamualaikum wr wb.

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi

    saudara M.Mizan Asrori Zain, SHP. 162175 yang berjudul:

    “Pembinaan narapidana narkotika di lembaga pemasyaraktan kelas IIA

    Jambi.’’ Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna

    melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam jurusan

    Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi.

    Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi

    kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

    Wassalamualaikum wr wb.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Rasito, M.Hum Idris, SS., M.H

    NIP:196503211998031003 NIP:198501042015031003

  • v

    MOTTO

    Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

    bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas

    perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu

    kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

    sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu

    kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada

    perlindungan bagi mereka selain dia. (Q.S Ar-Ra‟d : 11)1

    1 Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan terjemahannya. (Surabaya : Cv

    Jaya sakti 1997, Surah Ar-Ra‟d 11 : (13) hlm : 249

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena

    sudah menghadirkan orang-orang yang sangat berarti disekeliling saya. Yang

    selalu memberi semangat dan doa, sehingga skripsi saya ini dapat diselesaikan

    dengan baik.

    Dengan rahmat allah SWT skripsi ini saya persembahkan kepada orang-

    orang yang telah memberikan cinta, kasih,perhatian serta motivasi dalam

    menuntut ilmu.

    Kedua orang tua tercinta Ayahanda Safawi dan norhasanah yang telah

    mendidikku dengan penuh kegigihan dan kesabaran, yang tak henti-hentinya

    menyelipkan namaku dalam setiap do‟anya, berkat do‟a dan dorongan motivasi

    beliau berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semua

    yang ayah ibu berikan selama ini, harapan besarku semoga skripsi ini menjadi

    hadiah terindah bagi ayah dan ibu.

    Adik-adikku tersayang, Muhammad mirza attahari, yang selalu ada

    memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku. Walaupun tidak tumbuh

    bersamaan kami punya tujuan yang sama untuk kebahagiaan orang tua.

    Dan tak lupa pula untuk teman-teman hukum pidana yang telah berjuang

    bersama selama 3 tahun lebih yang memberikan semangat dan dorongan untuk

    menyelesaikan tugas akhir. dan terakhir terkhusus kepada orang-orang yang

    selama ini telah membantu, memberi semangat, berjuang bersama sama dari awal

    pembuatan skripsi hingga saat ini yaitu tiara zhalfa nadia putri semoga

    kebaikanmu dibalas dengan allah swt.

  • vii

    ABSTRAK

    Skripsi yang berjudul “Pembinaan narapidana narkotika di lembaga

    pemasyaraktan kelas IIA Jambi” Skripsi ini bertujuan ingin mengetahui

    bagaiaman pembinaan narapidana narkotika, serta ingin mengetahui penerapan

    hukuman disiplin bagi Warga Binaan pemasyarakatan yang melanggar Tata Tertib

    Di Lapas Klas IIA Jambi. ingin mengetahui kendala yang menghambat lembaga

    pemasyarakatan dalam menerapkan tata tertib warga binaan lapas klas iia jambi.

    ykripsi ini menggunakan pendekatan yuridis emperis yaitu pendekatan yang

    dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek lapanga. adapun

    pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara, dan dokumentasi.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, hasil dan kesimpulan: Pertama,

    Untuk pembinaan terhadap warag binaan pemasyarakatan (WBP) Narkotika di

    lapas jambi hanya dibedakan bagi mereka yang hukumannya diatas lima tahun,

    kaitannya yaitu ketika mengurus integrasi (PB) Pembebasan bersyarat merka

    mendapatkan kewajiban, yaitu berupa penyuluhan, motivasi, dan pendampingan.

    Kedua, Upaya atau hambatan yang dilakukan petugas lapas kelas IIA Jambi dalm

    pembinaan narapidana narkotika

    Dan masih kekurangan konslor yaitu pendamping narapidana. Dan VCT kegiatan

    konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan,

    perwatan bagi penderita HIV/AIDS.

    Kata Kunci: Pembinaan, Pemasyarakatan, Narkotika, Narapidana

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam

    penyelesasaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan,

    sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan

    shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad

    SAW.

    Skripsi ini diberi judul “Pembinaan narapidana narkotika di lembaga

    pemasyaraktan kelas IIA Jambi” merupakan suatu penegakan hukum atau

    untuk mendidik dan membina narapidana narkotika di lapas kelas IIA Jambi. .

    Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu

    syariah dalam bagian hukum pidana dan juga memenuhi sebagian persyaratan

    guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Hukum Pidana

    Islam pada Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

    Jambi, Indonesia. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak

    sedikitnya hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan

    data maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai

    pihak, terutama bantuan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka

    skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas

    penulis ucapkan adalah jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut

    membantu baik secara langsung maupun tidak langsung penyelesaian skripsi ini,

    terutama sekali kepada yang terhormat:

    1. Bapak Prof Dr. H. H Su‟aidi Asy‟ari, M. A, Ph.D sebagai Rektor Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

  • ix

    2. Ibu Dr. Rafiqah Ferawati, SE.,M.EI selaku Wakil Rektor 1, Bapak Dr. As‟ad

    Isma‟ M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, MA selaku

    Wakil Rektor III Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Sayuti Una, S.Ag,. M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    4. Bapak Agus Salim, M.A.,M.I.R., Ph.D, sebagai Wakil Dekan Bidang

    Akademik, Bapak Ruslan Abdul Gani.,S.H., M.Hum, sebagai Wakil Dekan

    Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. H. Ishaq,

    SH. M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

    5. Ibu Dr.Robi‟atul Adawiyah, M.HI, Sebagai Ketua Prodi Hukum Pidana Islam

    dan Bapak Devrian Ali Putra MA.Hk , Sekretaris Prodi Hukum Pidana Islam

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    6. Rasito, M.Hum sebagai Pembimbing I.

    7. Idris, SS., M.H sebagai Pembimbing II

    8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati

    Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    9. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakan Fakultas Syariah dan

    Perpustakan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.

    10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

    maupun tidak langsung.

    Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar jerih payah

    Bapak/Ibu dan teman-teman semua menjadi amal shaleh bagi mereka semua dan

    mendapatkan ridha Allah SWT serta mendapatkan balasan yang setimpal di hari

  • x

    kemudian nantinya. Di samping itu dengan segala kerendahan hati penulis

    menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan

    adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini,

    kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita

    memohon kemanfaatannya, semoga amal kebajikan kita ini dinilai seimbang oleh

    Allah SWT.

    Jambi, 14 Juni 2020

    Penulis

    M. Mizan Asrori Zain

    SHP 162175

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN........................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv

    MOTTO ........................................................................................................ v

    PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

    ABSTRAK ..................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

    DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

    C. Batasan Masalah .................................................................................... 7

    D. Manfaat dan kegunaan penelitian ........................................................... 7

    E. Karangka Teoritis Dan Konseptual ........................................................ 8

    F. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 24

    BAB II METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan waktu penelitian ................................................................. 29

    B. Pendekatan penelitian ............................................................................ 29

  • xii

    C. Jenis dan sumber data ............................................................................ 29

    D. Insrumen pengumpulan data .................................................................. 30

    E. Teknis pengumpulan data ...................................................................... 32

    BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS

    IIA JAMBI

    A. Sejarah beridirinya lembaaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi .............. 35

    B. Kondisi geografis lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi .................. 37

    C. Visi Misi Dan Tujuan lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi ............ 39

    D. Susunan Organisasi LAPAS Kelas IIA Jambi ........................................ 41

    E. Sistem Layanan Dan Penerapan Hukuman Disiplin Bagi Warga

    Binaan Pemasarakatan yang Melanggar Tata Tertib di Lapas Kelas

    IIA Jambi ............................................................................................. 46

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Pelaksanaan pembinaan narapidna narkotika dan pembinaan

    dakam bidang keagamaan di lembaga pemasyarakatan kelas IIA

    Jambi ..................................................................................................... 52

    B. Hambatan dan upaya yang di lakukan oleh petugas dalam melaksanakan

    pembinaan narapidana narkotika dilembabaga pemasyarakatan kelas IIA

    ajmbi ..................................................................................................... 58

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................. 64

    B. Saran ........................................................................................ 65

  • xiii

    C. Kata Penutup ............................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    1.1 Nama-nama Pejabat Struktural LAPAS Kelas IIA Jambi ........................... 47

    4.1 Daftar Program Binaan Kerohanian Berdasarkan Agama yang di Anut ...... 55

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    1.1 Susunan Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi ................ 46

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    LAPAS : Lembaga Pemasyarakatan

    KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

    UUD : Undang-undang Dasar

    BNN : Badan Narkotika Nasional

    SDM : Sumber Daya Manusia

    MUI : Majelis Ulama Indonesia

    UU : Undang-undang

    UPT : Unit Pelaksana Teknis

    CMB : Cuti Menjelang Bebas

    PB : Pembebasan Bersyarat

    QS : Qur‟an Surrah

    LIP : Layanan Informasi Public

    LI : Layanan Informasi

    LK : layanan kunjungan

    LP : Layanan Pengaduan

    TPP : Tim Pengamat Pemasyarakatan

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Era Globalisasi dunia memberikan dampak perubahan yang luas terhadap

    kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

    Perkembangan yang begitu pesat tentunya membawa dampak pada perilaku

    manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yang semakin kompleks.

    Perilaku yang demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku

    yang sesuai dengan norma hukum dan ada juga yang tidak sesuai dengan

    norma hukum. Bagi perilaku yang tidak sesuai dengan norma hukum, tentunya

    dapat menimbulkan permasalahan dibidang hukum dan merugikan masyarakat.

    Perilaku yang tidak sesuai hukum dapat disebut sebagai penyelewengan yang

    menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan masyarakat.

    Penyelewengan yang demikian, biasanya dianggap masyarakat sebagai suatu

    kejahatan.2

    Secara yuridis, kejahatan sebagai perbuatan yang sudah ditetapkan oleh

    negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu

    sanksi. Sedangkan menurut pendapat Bonger menyatakan bahwa: “kejahatan

    merupakan perbuatan anti sosial yang secara sadar mendapat reaksi dari

    2 Riyan,prodi siyasah sayar‟iyyah (Hukum tata negara) Fakultas syari‟ah, uin raden intan

    lampung judul skripsi“Peran lembaga pemasyarakatan dalam membina Narapidana

    penyalahgunaan narkotika Menurut uu nomor 12 tahun 1995 Ditinjau dari fiqh siyasah (studi pada

    lembaga pemasya rakatan kelas 1 bandar lampung) ” akses 23 maret 2020 hlm : 18

    1

  • 2

    Negara berupa pemberian derita, dan kemudian sebagai reaksi terhadap

    rumusan-rumusan hukum (legal definitions) mengenai kejahatan”.3

    Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

    makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar 1945, maka kualitas sumber daya manusia Indonesia

    sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu ditingkatkan secara terus

    menerus termasuk tingkat kesehatannya. Bahwa untuk meningkatkan

    kesehatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam rangka mewujudkan

    kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan dibidang pengobatan

    dan pelayanan kesehatan, antara lain pada satu sisi dengan mengusahakan

    ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dan

    sisi lain melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap bahayanya

    penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.4

    Menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

    ditegaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

    atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat

    menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

    mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

    ketergantungan.5

    3 Ibid., 4 al, adalah, Acep Syaifullah, Jurnal tentang Narkoba “Narkoba dalam Perspektif Hukum

    Islam dan Hukum Positif”, 2013, 5 Surya eka p nento, “Upaya aparat lembaga pemasyarakatan dalam mencegah

    penyelundupan narkotika di dalam lembaga pemasyarakatan (studi kasus lembaga

    pemasyarakatan kelas iia gorontalo Tahun 2012 s/d 2014)” Skripsi fakultas hukum Universitas

    hasanuddin Makassar 2015 hlm 16

  • 3

    Dalam Al-qur‟an dijelaskan tentang bahaynya narkotika/meminum

    khomar. (QS. Al-Ma‟idah. 90)

    Artinya: Wahai orang orang yang beriman! sesungguhnya minuman keras,

    berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah,

    adalah dan perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan, maka jauhilah

    (perbutan perbuatan) itu agar kamu beruntung. 6

    Dalam ayat diatas sudah jelas bahwa Allah melarang kita sebagai umat

    muslim untuk menjauhkan sesuatu perbuatan yang memabukkan atau mudharat

    bagi kita maupun orang lain.

    Mengenai peredaran gelap narkotika dan penyalahgunaan ini menjadi

    tanggung jawab bersama semua bangsa di dunia, yang sudah merasakan betapa

    bahayanya peredaran gelap narkotika. Sehinga ketentuan baru dalam konvensi

    perserikatan bangsa-bangsa tentang pemberantasan peredaran gelap

    Peredaran gelap narkotika yang dalam realitanya semakin marak, ternyata

    pada kenyataan yang ada peredaran narkotika tidak hanya di luar saja. Tapi

    didalam lembaga pemasyarakatanpun pengendalian dan peredaran narkotika

    juga masih ada dan sudah menjadi rahasia umum untuk semua orang.7

    6 Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan terjemahannya. (Surabaya : Cv

    Jaya sakti 1997, Surah. Al-Ma‟idah. 90 7 Ibid, hlm.16

  • Indonesia, (Bandung, CV. Lubuk Agung, 2011), hlm.14Di Akses pada tanggal 20 juli 2019

    Josias Simon R- Thomas Suryano, Studi Kebudayaan Lembaga Pemasyarakatan di 8

    4

    Pemerintah melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang

    berkaitan dengan narkotika. Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan

    penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika dengan

    Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 dibentuk oleh Badan Narkotika Nasional

    yang selanjutnya disingkat BNN yang merupakan lembaga pemerintah

    nonkementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab

    kepada Presiden.

    Setelah lahirnya lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi dapat berperan

    aktif menjadi tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana

    narkotika, dalam menjalani proses pemasyarakatan, narapidana perlu

    diperhatikan hak-haknya dan perlu diberi perlindungan hukum. Merujuk

    konteks di atas, maka pemasyarakatan kelas IIA Jambi sebagai tempat

    pembinaan narapidana dengan tujuan memeperbaiki sikap dan perilaku serta

    mengembangkan potensi narapidana. Untuk itu, dalam pembinaan narapidana

    harus ada sinergi secara mendalam dan partisipasi, baik narapidana maupun

    petugas Lembaga Pemasyarakatan sehingga tujuan pembinaan yang telah di

    tetapkan berhasil secara optimal.

    Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) ialah tempat melaksanakan pembinaan

    narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai salah satu unit pelaksana

    teknis (UPT) pemasyarakatan (UU No 12 Tahun 1995).8 Lembaga

    pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga binaan

    Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

  • kelas IIA binjai,(jurnal. fakultas hukum unuversitas sumetera utara medan 2017) akses Juli 2019

    Oktri silfia, pelaksanan pembinaan narapidana narkotika di lembaga pemasyarakatan 9

    5

    merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

    Karena mereka telah melakukan kejahatan atau pelanggaran.Bagi bangsa

    Indonesia pemikiran pemikiran mengenai fungsi pemidanaan tidak sekedar

    pada aspek penjeraan belaka, tetapi juga merupakan suatu rehabilitasi dan

    reintegrasi sosial telah melahirkan suatu sistem pembinaan terhadap pelanggar

    hukum yang dikenal sebagai sistem pemasyarakatan. (penjeraan), dan

    Resosialisasi.

    Pemasyarakatan sejalan dengan filosofi reintegrasi sosial yang berasumsi

    kejahatan adalah konflik yang terjadi antara terpidana dengan masyarakat.

    Sehingga pemidanaan ditujukan untuk memulihkan konflik atau menyatukan

    kembali terpidana dengan masyarakatnya (reintegrasi).9

    Berkenaan dengan pembinaan narapidana, pembinaan narapidana

    dilakukan melalui dua jenis pembinaan, yaitu intramural treatment dan

    ekstramural treatment. Intramural treatment merupakan pembinaan yang

    dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dengan tujuan memperbaiki

    dan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,

    sikap, dan prilaku, kesehatan jasmani-rohani. Dalam pelaksanaannya meliputi

    pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Kemudian jenis

    pembinaan ekstramural treatment adalah pembinaan yang dilakukan di luar

    Lembaga Pemasyarakatan, bertujuan untuk meningkatkan dan

    mengembangkan kemampuan narapidana selama dalam Lembaga

  • 6

    Pemasyarakatan, meliputi pemberian asimilasi, cuti mengunjungi keluarga,

    Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Pembebasan Bersyarat (PB).10

    Sasaran pembinaan terpidana perkara narkotika di lapas jambi sebetulnya

    lebih ditujukan kepada kelompok pemakai/pecandu yang menjadi korban

    kejahatan dari para pemasok/pengedar narkotika tersebut. Oleh karena itulah

    para terpidana setelah diketahui segala sesuatunya tentang proses peradilan,

    maka pola pembinaannya diserahkan kepada lembaga pemasyarakatan kelas

    IIA Jambi, dimana mereka menjalani masa hukuman. Jadi dalam hal ini,

    penanganan masalah pembinaan para korban penyalahgunaan narkotika

    tersebut adalah merupakan kewajiban pemerintah juga.Walau demikian sesuai

    dengan asas kebersamaan maka kewajiban untuk mengembalikan kondisi para

    korban tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga

    merupakan tanggung jawab masyarakat pada umumnya.

    Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk menganggkat judul

    “Pembinaan narapidana narkotika di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka

    peneliti merumuskan bahwa permasalahan yang akan diteliti adalah :

    1. Bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Narkotika yang dilakukan

    Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi?

    10 Ibid, hlm.23-24

  • 7

    2. Bagaimana hambatan dan upaya yang dihadapi oleh petugas ketika

    melakukan pembinaan kepada narapidana narkotika di Lembaga

    Pemasyarakatan Klas IIA Jambi?

    C. Batasan Masalah

    Pada batasan masalah ini penulis hanya membahas tentang sistem atau

    bagaimana tata cara pembinaan upaya lembaga pemasyarakatan (LAPAS)

    Kelas IIA Jambi dalam mendidik dan membina terhadap narapidan nerkotika,

    dalam menurut hukum positif dan hukum islam.

    D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

    1. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang hendak

    di capai oleh peneliti. Sedangkan tujuan itu sendiri merupakan sejumlah

    keadaan yang ingin dicapai. adapun yang akan di capai dalam penelitian

    ini:

    a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan narapidana narkotika di

    Lembagan Pemasyarakatan Klas IIA Jambi.

    b. Untuk mengetahui hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan

    petugas selama memberikan pembinaan kepada narapidana narkotika

    di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi.

    2. Kegunan penelitian

    Setelah penelitian ini dilakukan maka kegunaan dari pada penelitian

    ini adalah:

  • 8

    a. Secara Akademik sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan

    Petugas Lapas mengenai upaya lembaga pemasyarakatan kelas IIA

    Jambi dalam pembinaan terhadap narapidana narkotika.

    b. Secara teoritis sebagai wahana untuk menambah wawasan dan

    pengetahuan bagi penulis mengenai pembinaan narapidana.

    c. Sebagai praktis referensi dan sumbangan konseptual bagi jurusan

    Hukum pidana islam Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifudin

    Jambi.

    E. Kerangka Teoritis Dan konseptual

    Dalam penelitian ini ada dua kerangka yang dapat digunakan yaitu: (1)

    Kerangka teoritis (2) Kerangka konseptual

    1. Kerangka Teoritis

    Dalam rangka melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu

    kerangaka teoritis, sebagaimana yang dijelaskan oleh Roni Hanitijo

    Soemitro, penggunaan teoritis sebagai pisau analisis untuk menjelaskan,

    memcahkan, dan mengendalikan masalah yang akan dikaji dalam skripsi

    ini.11

    Penegakan hukum pidana adalah penerapan hukum pidana secara

    konkrit oleh aparat penegak hukum.12 Dengan kata lain, penegakan hukum

    pidana merupakan pelaksaan dari peraturan-peraturan pidana. Dengan

    demikian, penegakan hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut

    11 M.Said, Judul skripsi penegakan hukum terhadp penangkapan ikan yang menggunakan

    pestisida (Stdui kasus desa makmur jaya) mahasiswa fakultas syari‟ah uin sts Jambi 2019, hlm 9

    diakses 19 maret 2020 12 M.Faal. Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi. Jakarta:Pt Pradnya Paramita.1991.

    hlm. 42

  • 9

    penyerasian antara nilai dengan kaidah serta prilaku nyata manusia. Kaidah-

    kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau

    tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak

    itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan

    kedamaian.

    Menurut Sudarto penegakan hukum bidangnya luas sekali, tidak hanya

    bersangkut paut dengan tindakan-tindakan apabila sudah ada atau ada

    persangkaan telah terjadi kejahatan, akan tetapi juga menjaga kemungkinan

    akan terjadinya kejahatan. Yang terakhir ini adalah masalah prevensi dari

    kejahatan. Jika prevensi diartikan secara luas maka banyak badan atau fihak

    yang terlibat di dalamnya, ialah pembentuk Undang-Undang, polisi,

    kejaksaan, pengadilan, pamongpraja dan aparatur eksekusi pidana serta

    orang-orang biasa. Proses pemberian pidana di mana badan-badan ini

    masing-masig mempunyai peranannya dapat dipandang sebagai upaya untuk

    menjaga agar orang yang bersangkutan serta masyarakat pada umumnya

    tidak melakukan tindak pidana. Namun badan yang langsung mempunyai

    wewenang dan kewajiban dalam pencegahan ini adalah kepolisian.13

    2. Kerangka Konseptual

    a. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

    Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan

    pembinaan narapidan dan anak idik pemasyarakatan. (Undang-undang RI

    13 Sudarto,2010, Kapita Selekta Hukum Pidana,Penerbit P.T. Alumni, Bandung, hlm.113.

  • 10

    Pasal 1 no 12 1995). 14Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat

    tersebut di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan

    merupakan Unit Pelaksana Teknisdi bawah Direktorat Jenderal

    PemasyarakatanKementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

    Warga Binaan Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik

    Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.

    a. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang

    kemerdekaan di Lapas.

    b. Anak Didik Pemasyarakatan adalah:

    1) Anak Pidana yaitu anak berdasarkan putusan pengadilan menjalani

    pidana di Lapas. Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)

    tahun.

    2) Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

    diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas. Anak

    paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

    3) Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya

    memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas sampai

    berumur 18 (delapan belas) tahun.

    4) Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang

    yang berada dalam bimbingan Bapas15

    14 Yati Nurhayati Rusli Evaluasi program kemandirian warga binaan pemasyarakatan

    dalam rangka implementasi hak mengembangkan diri di provinsi Sulawesi selatan (Jakarta

    selatan;percetakan pohon karya,2013),hlm 2

    15 Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan)Akses 20 maret

    2020

    http://id.wikipedia.org/wiki/Penjarahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Unit_Pelaksana_Teknis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Pemasyarakatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Pemasyarakatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Pemasyarakatan

  • 11

    b. Pengertian Pembinaan

    Pembinaan adalah segala upaya dan usaha yang dilakukan uuntuk

    memberei dan menigkatkan skill, pengetahuan, sikap mental dan dedikasi.

    Sehingga mereka yang dibina dapat menjalankan dan memahami apa yang

    diberikan.

    Pembinaan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara

    sistematis terencana dan teratur ututk meningkatkan, membimbing, mengarah,

    mengembangkan, dan mengawasi guna mencapai tujuan yang telah disepakati.

    Kecakapan dan kemampuan secara khusus lebih penting dalam proses

    pembinaan ini. Karena pada proses pembinaan ini ada beberapa unsur

    diantaranya: mengatur, mendorong, mengarahkan, mengendalikan dan

    mengembangkan. Pembinaan harus dilakukan secara bertahap untuk mencapai

    hasil yang maksimal tidak dapat secara cepat dialkukan karena pembinaaan

    me merlukan waktu dan tenaga yang cukup panjang dan banyak sehingga

    perlu kesabaran dan keulitan dari para pembina.16

    Pembinaan berarti: Proses, Cara, Perbuatan membina (negara dsb),

    Pembaharuan Usaha efektif untuk memperoleh hasil yang baik, berikut

    adalah pengertian pembinaan menurut beberapa ahli Adalah sebagai berikut:

    1. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (poerewadinata, 1987) pembinaaan

    adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang di lakukan secara berdaya

    guna dan berhasil yang lebih baik.

    16 Yati Nurhayati Rusli Evaluasi program kemandirian warga binaan pemasyarakatan

    dalam rangka implementasi hak mengembangkan diri di provinsi Sulawesi selatan (Jakarta

    selatan;percetakan pohon karya,2013),akses tgl 19 maret 2020 hlm 27

  • 12

    2. Menurut Thoha (1987) penbinaan adalah suatu proses,hasil atau

    pertanyaan menjadi lebih baik, dalal hal ini mewujudkan adanya

    perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai

    kemungkinan atas sesuatu.

    3. Menurut Widjaja (1988) pembinaan adalah suatu proses atau

    pengembangan yang mencangkup urutan-urutan pengertian, diawali denan

    mendirikan, membutuhkan, memilihara pertumbuhan tersebut, yang do

    sertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya.

    Pembinaan tersebut menyangkut kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

    pembinyaan, koordinasai, pelaksana, dan pengawasan suatu pekerjaan

    untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal.17

    4. Menurut ketentuan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.02-

    PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan,

    menyatakan pengertian pembinaan adalah Pembinaan meliputi tahanan,

    pelayanan tahanan, pembinaan narapidana dan bimbingan klien.

    a. Pelayanan tahanan adalah segala kegiatan yang dilaksanakan dari

    mulai penerimaan sampai dalam tahap pengeluaran tahanan.

    b. Pembinaan narapidana adalah semua usaha yang ditujukan untuk

    memperbiki dan meningkatkan akhlak( budi pekerti ) para narapidana

    yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan/ Rutan.

    17 Heru susetyo, Sistem pembinaan narapidana berdasarkan prinsip restorative justice.

    (Jakarta, 2013) hlm 8

  • 13

    c. Bimbingan klien ialah semua usaha yang ditujukan untuk memperbaiki

    dan meningkatkan akhlak ( budi pekerti ) para klien pemasyarakatan di

    luar tembok.18

    Ditinjau dari segi bahasa, Pembinaan diartikan sebagai Proses,

    cara, perbuatan membina , kegiatan yang dilakukan secara efisien dan

    efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Kamus Besar Bahasa

    Indonesia : 655).19

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembinaan

    adalah bentuk corak, model kegiatan atau tindakan yang dilakukan

    secara berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang baik.

    Menurut Ketentuan Keputusan Menteri Kehakiman Republik

    Indonesia Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990, menyatakan bahwa

    dasar pemikiran pembinaan Narapidana tertuang dalam 10 prinsip

    pemasyarakatan, yaitu:

    a) Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan

    peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.

    b) Penjatuhan pidana tidak lagi didasarkan oleh latar belakang

    pembalasan. Ini berarti tidak boleh ada penyiksaan terhadap

    narapidana pada umumnya, baik yang berupa tindakan, ucapan,

    cara penempatan ataupun penempatan. Satusatunya derita yang

    18 Keputusan Menteri Kehakiman Nomor:M.02-PK.04.10,Tahun 1990,Tentang Pola

    Pembinaan Narapidana/Tahanan,From http://www.Departemen hukum dan ham. Co. id Ditjen Pas

    di akses, 25 februari 2020 19 Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cetakan Ketiga, Balai Pustaka Jakarta,Hlm.655.

  • 14

    dialami narapidana adalah hanya dibatasi kemerdekannya untuk

    leluasa bergerak di dalam masyarakat bebas.

    c) Berikan bimbingan supaya mereka bertobat. Berikan kepada

    mereka pengertian tentang norma-norma hidup dan kegiatan sosial

    untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.

    d) Negara tidak berhak membuat mereka menjadi buruk atau lebh

    jahat dari pada sebelum dijatuhi pidana.

    e) Selama kehilangan (dibatasi) kemerdekaan bergeraknya para

    narapidana tidak boleh diasingkan dari masyarakat.

    f) Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh sekedar

    pengisi waktu. Juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk

    memenuhi keperluan jabatan atau kepentingan negara kecuali pada

    waktu tertentu.

    g) Pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada narapidana

    adalah berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti bahwa kepada mereka

    harus ditanamkan semangat kekeluargaan dan toleransi disamping

    meningkatkan pemberian pendidikan rohani kepada mereka disertai

    dorongan untuk menunaikan ibadah sesuai dengan kepercayaan

    yang dianut.

    h) Narapidana bagaikan orang sakit yang perlu diobati agar mereka

    sadar bahwa pelanggaran hukum yang pernah dilakukan adalah

    merusak diri, keluarga dan lingkungan, kemudian dibina/

    dibimbing ke jalan yang benar. Selain itu mereka harus diperlukan

  • 15

    sebagai manusia yang memiliki harga diri akan tumbuh kembali

    kepribadiannya yang percaya akan kekuatan dirinya sendiri.

    i) Narapidana hanya dijatuhi pidana berupa membatasi

    kemerdekannya dalam waktu tertentu.

    j) Untuk pembinaan dan pembimbingan narapidana maka disediakan

    sarana yang diperlukan.20

    c. Pengertian Narapidana.

    Pengertain narapidana berasl dari dua suku kata yaitu Nara artinya

    orang dan pidana artinya hukuman dan kejahatan (Pembunhan,

    Perampokan, Pemerkoasaan, Narkoba, Korupsi, dan sebgainya). Dalam

    pengertian sehari-hari narapidana adalah orang-orang yang telah

    melakukan kesalahan, menurut hukum dan harus di masukan kedalam

    penjara.

    Menurut ensiklopedia indonesia, status narapidana dimulai terdakwa

    tidak lagi dapat mengajukan banding, pemeriksan kembali perkara atau

    ditolak permohonan grasi kepada presisden atau menerima keputusan

    hakim pengadilan. Status terdakwa menajdi status terhukum dengan

    sebutan napi sampai terhukum selesai menjalani hukuman (penjara) atau di

    bebaskan.21

    20 Keputusan Menteri Kehakiman Nomor:M.02-PK.04.10,Tahun 1990,Tentang Pola

    Pembinaan Narapidana/Tahanan,From http://www.Departemen hukum dan ham. Co. id Ditjen Pas

    diakses, 5 maret 2020 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Narapidana. https://kbbi.web.id. Diakses pada 5 maret

    2020

  • Press 2003. Hlm 53

    16

    Secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari

    narapidana adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena telah

    melakukan suatu tindak pidana,22 sedangkan menurut kamus induk istilah

    ilmiah menyatakan bahwa narapidana adalah orang hukuman atau orang

    buian23 . Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

    tercantum pada Pasal 1 angka 32, terpidana adalah seseorang yang

    dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

    hukum tetap.

    Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

    tentang Pemasyarakatan menjelaskan bahwa narapidana adalah terpidana

    yang sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga

    Pemasyarakatan, dalam kitab undang-undang hukum acara pidana

    (KUHAP) bab I Pasal I ayat 32 dijelaskan bahwa terpidana adalah seorang

    yang dipidana berdasarkankan putusan pengadilan yang telah memperoleh

    kekuatan hukum tetap.

    Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah

    seseorang atau terpidana yang sebagian kemerdekaannya hilang sementara

    dan sedang menjalani suatu hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.

    Sebelum istilah narapidana digunakan, yang lazim dipakai adalah orang

    penjara atau orang hukuman. Dalam Pasal 4 ayat (1) Gestichtenreglement

    22 Ibid 23 Dahlan, M.Y. Al-Barry,. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelectual. Surabaya. Target

  • Universitas Hasanuddin. Makasar 12 maret 2015

    17

    (Reglemen Penjara) Stbl. 1917 No. 708 disebutkan bahwa orang terpenjara

    adalah:24

    a. Orang hukuman yang menjalani hukuman penjara (Gevengenis Straff)

    atau suatustatus/keadaan dimana orang yang bersangkutan berada

    dalam keadaan Gevangen atau tertangkap

    b. Orang yang ditahan buat sementara

    c. Orang di sel

    d. Sekalian orang-orang yang tidak menjalani hukuman orang-orang

    hilang kemerdekaan akan tetapi dimasukkan ke penjara dengan sah.

    Perkembangan sistem pidana melalui beberapa tahap ( Dirjen

    pemasyarakatan, 1983 ) yaitu :

    1. Tahap pidana hilang kemerdekaan ( 1872-1945 ) Tujuan dari tahap ini

    membuat jera narapidana agar bertobat sehingga tidak melanggar hukum

    lagi. Sistem pidananya merupakan pidana hilang kemerdekaan dengan

    ditempatkan disuatu tempat yang terpisah dari masyarakat yang dikenal

    sebagai penjara.

    2. Tahap pembinaan (1945-1963) Tahap ini bertujuan membina narapidana

    supaya menjadi lebih baik. Sistem pidananya merupakan pidana

    pembinaan dimana narapidana dikurangi kebebasannya agar dapat dibina

    dengan menempatkan pada tempat yang terpisah dari masyarakat.

    3. Tahap Pembinaan Masyarakat (1963-sekarang) Tahap ini bertujuan

    membina narapidana agar dapat menjadi anggota masyarakat yang

    24 Wahdanigsi, Implementasi Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pendidikan dan

    Pengajaran Di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Kabupaten Sinjai. Hasil Penelitian Mahasiswa

  • 2020 pukul 07:50

    18

    berguna. Sistem pidananya merupakan pidana pemasyarakatan yang

    mempunyai akibat tidak langsung yaitu berkurangnya kebebasan supaya

    bisa dimasyarakatkan kembali. Ditempatkan di suatu tempat tertentu

    yang terpisah dari masyarakat tetapi mengikutsertakan masyarakat dalam

    usaha pemasyarakatan tersebut. Sedangkan untuk usaha perlindungan

    terhadap masyarakat lebih ditekankan pada segi keamanan LP sesuai

    dengan fungsi, jenis dan kebutuhannya. Seseorang disebut narapidana

    apabila telah melalui serangkaian proses pemidanaan sehingga menerima

    vonis yang dijatuhkan atas dirinya.25

    Adapun Proses Pemidanaan terbagi menjadi 4 empat tahapan yaitu:

    1. Tahanan Polisi

    Seseorang melanggar hukum kemudian ditangkap polisi, selama

    dalam proses pemeriksaan ia menjadi tahanan polisi dengan batas waktu

    20 hari dan apabila dianggap pemerikasaan oleh polisi belum cukup

    maka dapat diperpanjang dengan ijin Kejaksaan.

    2. Tahanan Kejaksaan.

    Apabila telah selesai diperiksa oleh polisi maka orang tersebut

    diserahkan kepada Kejaksaan untuk diperiksa oleh Kejaksaan dan

    menjadi tahanan kejaksaan.

    25 http://lapassalemba.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan, akses 17 april

    http://lapassalemba.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan

  • 19

    3. Tahanan Pengadilan.

    Apabila perkaranya dianggap cukup untuk diadili maka pihak

    kejaksaan akan menyerahkan orang tesebut pada pengadilan untuk diadili

    dan menjadi tahanan pengadilan sampai selesai putusan perkaranya/

    divonis.

    4. Narapidana

    Setelah diputuskan perkaranya oleh pengadilan maka orang tersebut

    harus dimasukkan dalam Lembaga Pemasyarakatan. Diserahkan kepada

    Kejaksaan.26 kembali untuk diatur pengirimannya kepada Lembaga

    Pemasyarakatan yang cocok untuk pembinaannya.27

    Dalam sejarah urusan penjara terkenal dengan nama “Spinhuis” dan

    “Rasphuis” yang pertama rumah tahanan bagi para wanita tindak susila

    pemalas kerja, peminum untuk diperbaiki dan diberi pekerjaan meraut kayu

    untuk dijadikan bahan cat.

    Cara penampungan yang demikian itu dengan maksud untuk

    memperbaiki para penghuninya dengan jalan pendidikan agama dan

    memberikan pekerjaan, kemudian menjadi contoh bagi penjara-penjara yang

    menjalankan pidana hilang kemerdekaan.28

    26 http://lapassalemba.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan, akses 17 april

    2020 pukul 07:50 27 http://lapassalemba.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan, akses 17 april

    2020 pukul 07:50 28 Andi Hamzah , 1993 hlm 109. Skripsi Ayu octis pratiwi, Fakultas hukum universitas

    ,bandar lampung 2016. Hlm, 17

    http://lapassalemba.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatanhttp://lapassalemba.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan

  • 20

    d. Pengertian Narkotika

    1. Narkotika dalam perspektif hukum positif .

    Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat/bahan

    berbahaya berbahaya. selain “Narkotika”, istilah lain yang

    diperkenalkan khususnya kementerian kesehatan Republik Indonesia

    adalah napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika,

    dan adiktif.

    Semua istilah ini, baik “Narkotika” ataupun “napza”, mengacu

    pada kelompk senyawa yang umumnya memiliki resiko kecanduan bagi

    penggunanya menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah

    senyawan senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius

    pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.29

    Secara umum yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat

    yang bila dipergunakan (dimasukkan dalam tubuh) akan membawa

    pengaruh terhadap tubuh si pemakai. Pengaruh tersebut berupa:

    1) Mempengaruhi kesadaran

    2) Memberi dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku

    manusia

    3) Adapun pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa, penenang,

    perangsang (bukan rangsangan seks) dan menimbulkan halusinasi.

    29 Daru wijayanti, Revolusi mental stop penyalahgunaan narkoba, (Bantul, Yogyakarta

    2016) hlm 5

  • 21

    Kata narkotika (narcotic) berasal dari bahasa Yunani yakni “narke”

    yang berarti terbius atau tidak merasakan apa-apa.Secara umum

    narkotika dapat didefenisikan sebagai bahan atau zat yang dapat

    berfungsi sebagai obat atau yang dapat mempengaruhi kesadaran, yang

    bila disalahgunakan dapat merusak fisik (seperti ketagihan) dan mental

    (hilangnya kesadaran, tingkah laku, dorongan/ keinginan) si pemakai.

    Berikut beberapa defenisi mengenai narkotika.30

    Pasal 1 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, disebutkan

    bahwa “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

    bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat

    menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa

    mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

    ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

    sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini.31

    Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi 3

    jenis yaitu narkotika alami, narkotika semisintesis, dan narkotika

    sintesis.

    Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil

    dari tumbuh- tumbuhan (alam) seperti : (ganja, hasis, koka,

    opium).

    30 Meylani Putri Utami,Tinjauan yuridis terhadap penyalahgunaan narkotika,(Jurnal

    fakultas hukum universitas hasanuddin Makassar sulsel 2016) akses tgl 20 maret 2020

    31 Undang undang narkotika dan psikotropika, (pustaka mahardika,Yogyakarta 2017), Jl

    Wonosari Km. 6 Demblaksari Batu retno Banguntapan Bantul Yogyakarta, hlm 3

  • 22

    Narkotika semisintetis adalah narkotika alami yang diolah dan

    menjadi zat adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang

    lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

    kedokteran, seperti : (Morfin, Kodein, Heroin, Kokain).

    Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan

    kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

    orang yang menderita ketergantungan narkoba (subtitusi), seperti :

    (Petidin, Methadon, Naltrexone).

    2. Narkotika dalam perspektif hukum islam

    Dalam AL-Qura‟an dan AL-Hadits tidak disebutkan secara

    langsung masalah narkotika, akan tetapi karena baik sifat maupun

    bahaya yang di timbulkan oleh penyalahgunaan narkotika sama bahkan

    lebih dahsyat dari minuman keras/khamar, maka ayat AL-Qura‟an dan

    AL-Hadits Rasulullah yang melarang atau mengharamkan minuman

    keras atau khamar dapat di jadikan dasar ataau dalil terhadap dilarang

    dan diharamkan penyalahgunaan narkotika32

    Hukum penggunaan narkoba dalam pandangan islam sebenarnya

    telah dijelaskan sejak lama. tepatnya pada 10 februari 1976, Majelis

    Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa penyalahgunaan

    dan peredaran narkoba hukumnya bersifat haram. keputusan tersebut

    tentu didasari atas dalil-dalil agama yang bersumber dari al-quaran dan

    hadist.

    32 Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Narkotika dalam pandangan

    agama, (jakarta, November 2012) hlm 15

  • 23

    Menurut ulama, narkoba adalah sesuatu yang bersifat mukhoddirot

    (mematikan rasa) dan mufattirot (membuat lemah). selain itu, narkoba

    juga merusak kesehatan jasmani, mengganggu mental bahkan

    mengancam nyawa. maka itu, hukum penggunaan narkoba diharamkan

    dalam islam.

    Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum

    khamr,berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak

    panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan, maka jauhilah

    perbuatan itu agar kamu beruntung. Sesungguhnya setan itu bermaksut

    hendak menimbul-kan permusuhan dan kebencian diantaramu larangan

    minum khamr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan

    sholat, maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan itu”.

    (Al-Maa‟idah: 90-91)33

    Berdasarkan Ayat Al-Qur‟an di atas, maka segala perbuatan yang

    berbahaya baik bagi diri maupun orang lain apapun jenisnya hukumnya

    haram. Pada hakikatnya orang yang menggunakan narkoba ia telah

    melakukan bunuh diri secara perlahan-lahan terhadap dirinya. Sama saja

    dengan orang yang merokok. Mereka tidak sadar bahwa dzat kimia yang

    masuk ke tubuhnya ibarat racun yang merusak badan. Coba perhatikan badan

    pecandu narkoba. Sungguh badan mereka yang tadinya sehat, kuat, dan bugar

    berubah menjadi lemah dan penyakitan. Otak mereka yang cerdas menjadi

    33 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan terjemahnya. (Surabaya: CV

    Jaya Sakti, 1997), h .445.

  • 24

    tumpul dan bebal. Nurani mereka yang bening pun menjadi keruh dipenuhi

    dengan angkara dan nafsu bejat kepada harta dan wanita.

    F. Tinjauan Pustaka

    taka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (peneliti-penelitian lain)

    yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang diteliti.

    Dibawah ini adalah penelitian-penelitian yang memiliki keterkaitan dengan

    penelitian ini, yaitu:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Riccy Antar budaya dengan program studi

    kenotariatan S2 Universitas Brawijaya malang pada tahun 2013 dengan

    skripsi berjudul Aspek hukum keterkaitan konsep Pemasyarakatan dengan

    perlindungan anak dalam pembinaan Narapidana anak dilembaga

    Pemasyarakatan (studi di Lemabaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru

    Malang). Hasil Peneltian ini adalah anak berhak memperoleh bantuan

    hukum terutama bagi Narapidana anak berkaitan dengan perlindungan

    anak.34 Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penlitian yang saya

    lakukan ya itu, sama sama meneliti masalah nararapidana, selanjutnya

    yang membedakan dengan penlitian saya adalah di mana penelitian saya

    berfokus pada pembinaan narapidan narkotika, sedangkan penelitian di

    atas adalah membahas bantuan hukum bagi narapidana anak.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Leo Adi Candra dalam tulisannya

    dalam jurnal hukum tahun 2013 mengenai pola pelaksanaan hak-hak

    34 Riccy Antar Budaya “Aspek hukum keterkaitan konsep pemasyarakatan dengan

    perlindungan anak dalam pembinaan Narapidana anak dilembaga pemasyarakatan” (studi di

    Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Lowok waru Malang)” Skripsi Mahasiswa Universitas

    Brawijaya malang, (2013).

  • 25

    narapidana dan pelaksanaannya di Lembaga Pemasyarakatan Mataram.

    Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan hak-hak

    Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Mataram.35 Terdapat persamaan

    dan perbedaan dengan penlitian yang saya lakukan ya itu, sama sama

    meneliti masalah nararapidana, selanjutnya yang membedakan dengan

    penlitian saya adalah di mana penelitian saya berfokus pada pembinaan

    narapidan narkotika, sedangkan penelitian di atas adalah membahas utnuk

    mengetahui hak dan kewajiban bagi narapidana.

    3. Penelitian yang di lakukan oleh Oktri silfia. Dengan program study ilmu

    hukum, fakultas hukum universitas sumatera utara medan. Dengan judul

    Pelaksanaan pembinaan narapidana narkotika di lembaga pemasyaraktan

    kelas IIA Binjai Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang di

    lakukan oleh Oktri silfia, pelaksanan pembinaan narapidana narkotika di

    lembaga pemasyarakatan kelas IIA binjai, (jurnal fakultas hukum

    unuversitas sumetera utara medan 2017) Pelaksanaan Pembinaan

    Narapidana Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai dalam

    penelitian dapat saya simpulkan bahwa. Pola pembinaan yang dilakukan

    Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai merupakan wujud dari sistem

    pemasyarakatan yang pelaksanaanya dalam pelayanan pembinaan bersifat

    rehabilitatif, edukatif, korektif dan reintegratif dalam melaksanakan tugas

    dan fungsi sehingga pemidanaan bukan hanya sebagai penjeraan tetapi

    bertujuan untuk menyadarkan manusia menjadi warga Negara yang

    35 Imam Leo Adi Candra “pola pelaksanaan hak-hak narapidana dan pelaksanaannya di

    Lembaga Pemasyarakatan Mataram” (2013).

  • 26

    bertanggung jawab dan berguna. Secara idealnya mengandung makna

    bahwa pembinaan narapidana narkotika berdasarkan sistem

    pemasyarakatan dalam arti memasyarakatkan narapidana/anak didik

    narkotika ke dalam masyarakat. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

    pembinaan narapidana narkotika diatasi dengan meningkatkan, menambah

    daya tampung Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai untuk

    memaksimalkan pembinaan serta meningkatkan kedisiplinan petugas

    dalam memberikan pembinaan sesuai aturan yang berlaku upaya yang

    dilakukan dalam mengatasi hambatan pembinaan narapidana narkotika

    diperlukan penanaman moral petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

    Binjai yang berintegrasi dan memiliki loyalitas dalam melaksanakan

    pembinaan sehingga dapat berjalan dengan baik.

    Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penlitian yang saya

    lakukan ya itu, sama sama meneliti masalah pembinaan nararapidana

    narkotika, selanjutnya yang membedakan dengan penlitian saya adalah di

    mana penelitian saya berfokus pada pembinaan narapidan narkotika di

    lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Jambi , sedangkan penelitian di atas

    adalah pelaksaan pembinaan narapidan di pemasyaraktan kelas IIA binjai.

  • 29

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan waktu penelitian

    Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan

    Kelas IIA Kota Jambi. Terkait dengan ini penulis ingin mengetahui upaya

    lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi dalampembinaan terhadap

    narapidana narkotika.

    B. Pendekatan Penelitian

    Dalam sebuah penelitian, maka pendekatan penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode

    pendeketan kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada aspek

    pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat sebuah

    permasalahan. Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian riset yang sifatnya

    deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakan proses

    maknanya.

    Sementara metode deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah

    yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek

    penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain lain) pada saat sekarang

    berdasarkan fakta fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya36

    C. Jenis dan sumber data

    36 Amiruddin, Metode penelitian sosial, Yogyakarta : Pramana Ilmu, 2016,hlm 98

  • 30

    a). Jenis data

    Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaaan data yang

    merupan bahan baku informasi untuk gambaran spesifik mengenai objek

    penelitian Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data: (1) data

    primer (2) data sekunder.

  • 30

    1. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan studi

    lapangan, dengan cara melakukan wawancara secara terstruktur dengan

    berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah disiapkan kepada

    sejumlah responden atau orang yang memberikan jawaban terhadap

    pertanyaan yang diberikan, yang berkaitan dengan permaslahan. Atau

    data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber

    pertama37

    2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan studi

    kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca,

    mengutip, mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan yang

    berkaitan dengan permasalahan penlitian.38

    D. Insrumen pengumpulan data

    Insrumen pengumpuluan data adalah alat yang digunakan untuk

    mengumpulkan data fakta penelitian, beberapa alat atau insrumen tentang

    pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalah tiga tiga insrumen

    sebagai berikut39 :

    1. Observasi

    Observasi dalam penelitian ini adalah teknik untuk mendapatkan data

    utama dalam menilai hubungan birokrasi dan politik. Teknik yang di

    37Ishaq, Metode penelitian hukum dan penulisan skripsi, tesis, serta disertasi, (Bandung,

    2017, ) hlm 99 38 Ibid,hlm. 99 39 M.Said, Judul skripsi penegakan hukum terhadp penangkapan ikan yang menggunakan

    pestisida (Stdui kasus desa makmur jaya) mahasiswa fakultas syari‟ah uin sts Jambi 2019, hlm 22

    diakses 18 maret 2020

  • 31

    gunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipasi

    kedudukan penelitian hanya sebagai pengamat dan selama proses observasi

    akan di buat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan pengecekan data

    kembali.

    2. Wawancara

    Insrumen ini di gunakan untuk mendapatkan data mentah dari

    informan, sehingga dapat di temukan data baru yang tidak terdapat dalam

    dokumen, data mentah ini adalah data utama dalam penelitian ini yang di

    peroleh oleh peneliti secara langsung dari informan yang bermanfaat: untuk

    menjawab persoaalan di atas. Informan dalam penelitian ini adalah orang

    mengetahui dengan pasti persoalan yang terjadi. Oleh karena itu, secara

    khusus, wawancara ini di tujukan kepada: Informan yang terlibat dalam

    lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jambi.

    Dalam penelitian ini, identitaas para informan tidak akan di

    publikasikan dan di rahasiakan untuk menjaga privasi mereka. Kemudian

    untuk mendapatkan data yang tepat dan lebih terperinci, maka pertanyaaan

    dalam wawancara di buat secara terstruktur, yaitu pertanyaan telah di susun

    terlebih dahulu oleh peneliti sebelum proses wawancara berlangsung,

    apabila di perlukan, maka di buat pertanyaan tambahan.

  • 32

    3. Dokumentasi

    Dokumen dalam penelitian ini adalah sejumlah Dokumen-dokumen

    yang telah di keluarkan oeleh orang lain ataupun informan lembaga

    pemasyarkan kelas IIA Jambi.

    E. Teknik Analisis Data

    Dalam menganalisi data, penulis menggunakan teknik analisis data versi

    Miles dan Huberman sebagai berikut:

    1. Redukasi data (Data Reduction)

    data yang diperoleh dari lapangan, jumlahnya cukup banyak, untuk itu

    maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, utnuk itu perlu perlu segera

    dilakukan analisi data melalui reduksi data yang berarti merangkum dan

    mempokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu,

    reduksi data dapat diartikan seabagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

    pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan trnaspormasi data data kasar yang

    muncul dari catatan lapangan, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

    yang menajamkan menggolongkan, mengkategorisasikan, mengarahkan,

    membuang data yang tidak perlu, dan mengkoordinasikan data sedemikian

    rupa sehinga akhirnya data terkumpul dapat diverifikasikan.

    2. Penyajian data (data display)

    Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian sekumpulan

    informasi tersusun yang nemberikan kemungkinan adanya penarikan

    kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data dapat juga berbentuk

  • 33

    matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna

    menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah

    dipahami.

    3. Penarikan kesimpulan (verifikasi)

    Penarikan kesimpulan verifikasi merupan kegiatan diakhir penelitian

    kualitatif. Penelitian harus sampai pad kesimpuan dan melakukan verifikasi,

    baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakti oleh

    subjek tampat penelitian.

  • 35

    BAB III

    GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

    A. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi

    Lembaga Pemasyarakatan Kota Jambi yang terletak di Jalan Kapten

    Pattimura KM. 8 RT. 13 Kelurahan Rawasari Kecamatan Kota Baru

    Kotamadya Jambi, sekarang adalah Lembaga Pemasyarakatan Kota Jambi.

    Dahulunya merupakan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I B, pindahan dari

    yang terletak ditengah pasar yang sekarang djadikan Swalayan Matahari Jalan

    Rotan kota Jambi.40

    Kepindahan Lembaga Pemasyarakatan Kota Jambi yang sekarang

    terletak di Jalan Patimura berdasarkan beberapa timbangan, alasan pertama,

    seperti yang dijelaskan dalam konsepsi pemasyarakatan pada poin 1 sampai

    10 yaitu :

    1. Orang yang tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup

    sebagai warga yang berguna dalam masyarakat.

    2. Menjatuhkan pidanan bukan tindakan balas dendam dari Negara.

    3. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan Negara

    tidak berhak membuat seseorang lebih jahat dari pada sebelum ia masuk

    penjara.

    4. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan

    dengan masysrakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.

    5. Pekerjaan yang diberikan pada narapidana tidak boleh bersifat mengisi

    40 Wawancara dengan bapak yusran sa‟ad sebagai kalapas jambi, 2 maret 2020

  • 36

    waktu atau hanya diperuntukan bagi kepentingan Negara sewaktu saja.

    6. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.

    7. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlukan sebagai manusia

    meskipun ia tersesat.

    8. Narapidana hanya dijatuhkan hukuman hilang kemerdekaan.

    9. Perlu diberikan Lembaga Pemasyarakatan yang baru sesuai dengan

    kebutuhan pelaksanaan dan pembinaan lembaga-lembaga yang berada di

    tengah kota tempatnya yang sesuai dengan proses pemasyarakatan.23

    Berdasarkan konsep ilmiah, maka Lembaga Pemasyarakatan Kota Jambi

    tersebut dipindahkan ketempat yang agak jauh dan sesuai dengan proses dan

    kebutuhan kemasyarakatan itu sendiri. Mengingat Lembaga Pemasyarakatan

    yang terletak di dalam kota dapat mengundang bahaya besar dan mengganggu

    ketentraman masyarakat yang ada di sekitarnya.

    Lembaga Pemasyarakatn yang ada ditengah kota dimana disekitarnya

    banyak bangunan bertingkat, rumah penduduk dan hotel adalah sangat tidak

    memungkinkan keberadaannya sebagai tempat napi atau para petahanan yang

    mengutamakan pengamanan bagi penghuninya jika sewaktu-waktu

    melarikan diri, maka akan sulit bagi pihak keamanan untuk mengambil

    tindakan keras karena dikhawatirkan masyarakat disekitarnya terkena sasaran.

    Atas pertimbangan lainnya, maka kepada Lembaga pemasyarakatan

    mengusulkan kepada Kanwil Kehakiman Sumatra Selatan untuk dapat

    segera membangun sebuah pemasyarakatan yang baru. Kemudian atas usaha

    tersebut, Kanwil Kehakiman atas persetujuan Mentri Kehakiman RI

  • 37

    bekerjasama dengan Pamda Tingkat I Jambi, telah berhasil membangun

    Lembaga Pemasyarakatan yang baru yakni Kelas IIA Jambi, dan lokasi

    lama diserahkan kepada Kanwil Kehakiman Tingkat I Jambi.

    Setelah selesai pembangunan Lembaga Pemasyarakatan tersebut, maka

    pada tanggal 6 November 1984 diresmikan pemakaiannya oleh Bapak

    Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Jambi pada waktu itu dijabat oleh Bapak

    H. Masychun Sofwan, SH. Dengan diresminya pemakaian Lembaga

    Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi tersebut, maka seluruh penghuni lembaga

    Kelas II B yang sebelumnya terletak ditengah kota dipindahkan ke Lembaga

    Pemasyarakatan Kelas IIA yang terletak di Jalan Kapten Pattimura

    sekarang.41

    B. Kondisi Geografis Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi

    Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi merupakan Unit pelaksana

    teknis pemasyarakatan dibawah kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

    HAM Jambi dengan wilayah kerja meliputi kota Jambi dan kabupaten muaro

    Jambi dengan luas wilayah keseluruhan 149.62 Km2 dan jumlah penduduk

    lebih 860.000 jiwa.

    Lapas Kelas IIA Jambi yang terletak di Jl, pattimura Km 8, No 10 RW

    sari, kec kota baru, Gedung Lapas Jambi yang mulai digunakan pada tanggal

    6 november 1984 ini, dibangun pada tahun 1977/1978 diatas tanah seluas

    29.604 m2 dengan luas bangunan 17.831 m2. Secara keseluruhan bangunan

    Lapas Jambi terdiri dari 10 blok hunian, jumlah kamar sebanyak 111 buah,

    41 Dokumentasi Lapas Kelas IIA Jambi, Gambaran Umum Lapas Jambi,Tgl 2 maret 2020

  • 38

    gedung perkantoran 5 unit, Klinik 1 unit, masjid 1 unit, gereja satu unit, aula

    1 unit, ruang belajar 1 unit, ruang bengkel kerja 1 unit dan dapur sebanyak 1

    unit.42

    Wilayah kerja cukup luas dan kecenderungan peningkatan angka

    kriminilitas di tengah masyarakat, mengakibatkan lapas Jambi mengalami

    kelebihan daya tampung yang cukup tinggi. Lapas Jambi mengalami

    kelebihan daya tampung yang cukup tinggi, Lapas dulunya dibangun untuk

    menampung 218 orang ini, pada tanggal 20 desember 2014 dihuni oleh 1016

    orang, dengan demikian telah mengalami kelebihan/over kapasitas

    mengalami 466,06% dan sekarang dihuni oleh 1359 Narapidana dan hanya

    diawasi oleh 18 petugas.43

    Untuk mendukung pelaksanaan tugas Pemasyarakatan, saat ini Lapas

    Klas IIA Jambi memiliki pegawai, yang terdiri dari pegawai pria dan wanita,

    per 20 Desember 2016 Lapas di huni oleh 1016 dan pada agustus 2019 dihuni

    oleh 1359 Narapidana.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum Dan HAM RI No M.HH-

    01.IN.04.03 Tahun 2011 Tentang pengelolaan dan pelayanan informasi dan

    dokumentasi pada direktorat jenderal pemasyarakatan, dan Unit Pelaksana

    Teknis Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi sejak

    tanggal 10 januari 2012, telah mulai menerapkan ketiga layanan informasi

    publik (LIP) dimaksud, yakni Layanan Informasi (LI), Layanan Kunjungan

    (LK) dan Layanan Pengaduan (LP). manfaat yang nyata dari penyedian

    42 Wawancara dengan bapak yusran sa‟ad sebagai kepala lapas jambi 43 Ibid.,

  • 39

    layanan informasi publik adalah terjalinnya interaksi yang lebih positif antara

    masyarakat dalam hal ini pengunjung, baik keluarga maupun penegak hukum

    dengan Lembaga Pemasyarakatan, dalam sebuah layanan yang transparan dan

    berkualitas,serta bebas pungli dan korupsi.

    C. Visi, Misi Dan Tujuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi

    a. Visi

    Menjadi lembaga yang akuntabel, trasparan dan profesional dengan didukung

    oleh petugas yang memiliki kopetensi tinggi yang mampu mewujudkan tertib

    pemasyarakatan.

    b. Misi:

    1. Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan

    secara konsisten dengan mengendepankan penghormatan terhadap Hukum

    dan Hak Asasi Manusia.

    2. Membangun kelembagaan yang profesional dengan berlandasan tugas

    pokok dan fungsi pemasysrakatan.

    3. Mengembangkan kopetensi sumber daya petugas secara konsisten dan

    berkeseimbangan.

    4. Mengembangkan kerja sama dengan mengoptimalkan ketertiban stake

    holder.

    „‟Menurut Kepala Pemasyarakatan Jambi Bapak Yusran Sa‟ad

    menyatan bahwa visi misi ini bertujuan untuk menjadikan lapas sbagai

    tempat pembinaan agar para narapidana saat keluar dari lapas dapat

    memberikan perubahan positif dan juga memberikan pikiran yang

    positif pula kepada masyarakat, bahwasanya seseorang yang baru

    keluar dari lapas itu juga dapat bertingkah laku baik. Dan jangan jauhi

    mereka karena merka berhak mendapatkan kepercayaan seperti

    masyarakat semesti biasanya.Dan disitulah pola pikir masyarakat

  • 40

    dapat berubah, sehingga masyarakat memandang positif bahwa

    lembaga masyarakat yang berada di indonesia khususnya di Jambi ini

    sangat konsisten. Dan hal ini dapat membangun lapas menjadi suatu

    lembaga yang profrsional‟44

    c. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi:

    1. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia

    seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi

    tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

    masyarakat dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup

    secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

    2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di

    Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan dalam rangka

    memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang

    pengadilan.

    3. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak yang

    berpekara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk

    keperluan barang bukti pada tingkat penidikan, penuntutan dan

    pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda yang dinyatakan

    dirampas untuk Negara berdasarkan putusan pengadilan.

    Berdasarkan wawancara dengan Ibu wulan sari safitri beliau

    mengatakan :

    “Tujuan adanya lembaga pemasyarakatan ini di buat agar warga

    binaan pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya dan memberikan

    jaminan perlindungan hak asasi tahanan selama didalam tahanan

    dalam menjalankan suatu penyidikan.”45

    44 Dokumentasi Lapas Kelas IIA Jambi, Gambaran Umum Lapas Jambi,Tgl 2 maret 2020 45 Wawancara dengan Ibu wulan sari safitri, staf registasi, tgl 2 maret 2020.

  • 41

    SUBSEKSI SARAN KERJA

    M.ADINSAIDHYA.Md.IP .,SH

    23-12-2016

    YONGKI

    YULIANTO,Md,IP.,SH.,M

    H

    SUBSEKSI KEAMANAN

    SUBSEKSI BIMBINGAN KERJA DAN

    PENGELOLAAN HASIL

    Drs.RUSLAN,MM SARWONO,SH 21-5-2013

    SEKSI ADMINISTRASI SEKSI KEGIATAN

    KERJA

    TABEL 3.1

    KERJA

    D. Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lapas Kelas IIA Jambi.

    Gambar 3.1

    SUSUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS

    IIA JAMBI46

    AMROH,S.Fi

    TMT 23-9-2010

    SULTONI

    TMT 1-9-2018

    SUBSEKSI PELAPORAN DAN

    TATA TERTIB

    PETUGAS

    SUPRIHADI,A.Md.,S.Sos

    K.P.L.P SUDARTO, S.Pd. TMT 22-09-2017

    SUB BAGAIN TATA

    YUSRAN

    TMT 22-09-2017

    KEPALA LEMBAGA

    PEMASYARAKATAN

    MULYANTO,S.H.

    TMT 22-09-2013

    M.SAMAN,S.H

    TMT 22-09-2017

    URUSAN UUMUM URUSAN KEPEGAWAIAN dan

    KKEUANGAN

    DEDI ANTONI,S.H.

    TMT 1-9-2018

    SUBSEKSI BIMBINGAN

    KEMASYARAKATAN

    DAN PERAWATAN

    MURYONO

    TMT 1-9-2018

    SUBSEKSI REGISTRASI

    MEITA

    ERIZA,A.Md,IP.,S.H

    SEKSI BIMBINGAN

  • 42

    46 Sumber Lapas Klas IIA Jambi.

  • 42

    NAMA-NAMA PEJABAT STRUKTURAL LAPAS KLAS IIA JAMBI.47

    NAMA JABATAN PANGKAT/GOLON

    GAN

    YUSRAN

    SAAD,Bc.IP.,S.H.,M.H

    KALAPAS PEMBINA (IV/a)

    Drs.RUSLAN, M.M KASI KEGIATAN

    KERJA

    PENATA Tk. I (III/d)

    SUDARTO, S.Pd KASUBBAG TATA

    USAHA

    PENATA Tk. I (III/d)

    SARWONO, S.H KASI ADMINISTRASI

    KAMTIB

    PENATA Tk. I (III/d)

    YONGKI

    YULIANTO,Md,IP

    S.H.,M.H

    KASUBSI BIMBINGAN

    KERJA

    PENATA Tk. I (III/d)

    AMRON,S.Fil.I KASUBSI

    PELAPORAN/TATA

    TERTIB

    PENATA Tk. I (III/d)

    SUPRIHADI,

    A.Md.IP.,S.Sos

    KEPALA K.P.L.P PENATA Tk. I (III/d)

    MEITA

    ERIZA,A.Md.IP.,S.H.,M.

    H

    KASI BINADIK PENATA (III/c)

    MULYANTO,S.H KAUR

    KEPEGAWAIAN/KEU

    ANGAN

    PENATA (III/c)

    SULTONI KASUBSI SARANA

    KERJA

    PENATA (III/c)

    MURYONO KASUBSI REGISTRASI PENATA (III/c)

    M.SAMAN, S.H.I KAUR UMUM PENATA (III/c)

    DEDI ANTONI,S.H KASUBSI

    BIMKEMASWAT

    PENATA MUDA

    Tk.I (III/b)

    M.A DING SAIDHY

    A.Md.IP.,S.H

    KASUBSI

    KEAMANAN

    PENATA MUDA

    T(III/a)

    Sumber lapas kelas IIA Jambi

    Uraian tugas dari bagian-bagian maupun seksi-seksi yang ada di lembaga

    Pemasyarakatan Klas IIA Jambi adalah berikut, masing-masing Kasi mempunyai

    47 Sumber Lapas Klas IIA Jambi.

  • 48 Dokumentasi Lapas Kelas IIA Jambi, tgl 2 maret 2020

    43

    fungsi dan tugas masing-masing dan dibantu oleh 2 orang SUBSI untuk

    melakukan tugas dan fungsinya dan bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga

    Pemasyarakatan.

    a. Sub Bagian Tata Usaha Bertugas melakukan urusan dan tata usaha dan rumah

    tangga Lapas yang terdiri atas:

    1) Urusan Kepegawaian dan keuangan memiliki tugas dalam hal

    kepegawaian dan keuangan.

    2) Urusan Umum mempunyai tugas melakukan surat menyurat,

    perlengkapan dan rumah tangga Lapas.

    b. Bimbingan Narapidana dan Anak Didik Bertugas memberikan bimbingan dan

    pembinaan terhadap narapidana dan anak didik Pemasyarakatan yang terdiri

    dari:

    1) Sub Seksi Registrasi memiliki tugas dalam melakukan pencacatan,

    administrasi dan pembuatan statistik, pemberian remisi, pembebasan

    bersyarat, cuti bersyarat serta dokumentasi sidik jari narapidana.48

    2) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan memiliki tugas dalam

    memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani dan memberikan

    pelatihan olah raga, peningkatan pendidikan dan pengetahuan, program

    asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, cuti menjelang bebas dan

    pembebasan bersyarat, memberikan kesejahteraan dan perawatan bagi

    narapidana dan anak didik pemasyarakatan serta mengurus kesehatannya.

    c. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri dari:

  • 49 Dokumentasi Lapas Kelas IIA Jambi, Gambaran Umum Lapas Jambi,Tgl 2 maret 2020

    44

    1) Sub Seksi Keamanan mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,

    penggunaan perlengkapan dan pembagiaan tugas pengamanan.

    2) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai tugas menerima laporan

    harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta

    mempersiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan penegakan tata

    tertib.

    d. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) terdiri dari petugas

    pengamanan yang mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban

    Lapas.49

    Pegawai dalam Organisasi merupakan monivator secara langsung sebagai

    pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan

    tujuan organisasi yang telah ditetapkan, Lembaga pemasyaraktan sebagai

    instansi pemerintah narapidana, diatur para pegawainya yang benar karena

    para pegawai pada lembaga pemasyarakatan berhadapan langsung dengan

    narapidana.

    Untuk mendukung kinerja organisai, maka diperlukan fasilitas atau

    bangunan. Kondisi bangunan lembaga pemasyarakatan Klas IIA Jambi adalah

    sebagai berikut:

    • Pintu masuk Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi

    • Ruang registrasi dan klinik

    • Aula tempat berkunjung/ bagi kunjungan WBP

    • Pos komandan jaga

  • 50 Dokumentasi Lapas Klas IIA Jambi, Gambaran Umum Lapas Jambi,Tgl 2 maret 2020

    45

    • Blok hunian50

    Secara keseluruhan bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi

    terdiri dari 10 Blok Hunian, jumlah kamar sebanyak 111 buah, gedung

    perkantoran 5 Unit, klinik 1unit, masjid 1 unit, gereja 1 unit, aula 1 unit,

    ruang belajar 1 unit, ruang bengkel kerja 1 unit dan dapur 1 unit.

    • Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

    Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi, merupakan Unit pelaksana

    teknis yang melaksanakan Pemasyarakatan Narapidana/Anak Didik dan

    selain sebagai Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

    Jambi juga merangkap sebagai Rumah Tahanan Negara. Kedudukannya

    berada dibawah kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia

    Jambi.

    a. Tugas Pokok:

    Melaksanakan Pemasyarakatan Narapidana/anak didik sesuai peraturan dan

    perundang-undangan yang berlaku.

    b. Fungsi

    1. Melaksanakan pembinaan narapidana atau anak didik pemasyarakatan

    2. Memberi bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja.

    3. Melakukan hubungan sosial kerohanian Napi atau anak didik

    pemasyarakatan .

    4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.

    5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.51

  • 51 Ibid,.

    46

    F. Sistem Layanan Dan Penerapan Hukuman Disiplin Bagi Warga Binaan

    Pemasarakatan yang Melanggar Tata Tertib di Lapas Kelas IIA Jambi

    1. Sistem Layanan Kunjungan lapas kelas IIA Jambi

    Bersdasarkan peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No M.HH-

    01.IN.04.03 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan dan Informasi dan

    Dokumentasi pada Direk-torat Jenderal Pemasyarakatan. Kantor Wilayah

    Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dan Unit pelaksanaan teknis

    Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi sejak tanggal 10

    Januari 2012, telah mulai menerapkan tiga layanan informasi public (LIP)

    dimaksud, layanan informasi (LI), layanan kunjungan (LK) dan layanan

    pengaduan (LP). Manfaat yang nyata bagi penyedian layanan informasi

    public adalah terjalinnya interaksi yang positif antara masyarakat dalam hal

    ini pengunjung. Baik keluarga maupun penegak hukum dengan Lembaga

    Pemasyarakatan, dalam sebuah layanan yang transparan dan berkualitas, serta

    bebas punggutan dan korupsi.

    2. Penerapan Hukuman Disiplin Bagi Warga Binaan Pemasarakatan yang

    Melanggar Tata Tertib di Lapas Klas IIA Jambi

    Pengamanan dan penertiban merupakan syarat mutlak untuk

    terlaksananya program-program pembinaan di setiap Lapas, oleh karena

    suasana aman dan tertib senantiasa dikondisikan dengan berbagai cara

    strategis memantau, menangkal. dan mencegah sendiri mungkin gangguan

    keamanan dan ketertiban yang timbul baik dalam maupun diluar Lapas, maka

  • 52 Ibid,.

    47

    dari itu pihak petugas Lapas harus melakukan pengawasan terhadap para

    narapidana agar tidak terjadinya pelanggaran tata tertib Lapas.

    Dalam upaya menciptakan kondisi Lapas yang aman dan tertib, langkah

    pengamanan yang dilakukan berdasarkan atas prinsip mencegah adalah lebih

    daripada menindak. petugas keamanan sedini mungkin mendeteksi setiap

    gejala yang menjadi penyebab terjadinya ganguan keamanan dan ketertiban,

    apabila dilapas terjadi gangguan keamanan dan ketertiban. petugas keamanan

    segera mengambil langkah pengamanan dan berupaya menghentikan kejadian

    gangguan keamanan dan ketertiban tersebut, hukuman disiplin merupakan

    bentuk penegakkan disiplin bagi narapidana yang melakukan pelanggaran

    disiplin. hukuman yang disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada

    narapidana atau tahanan sebagai akibat melakukan perbuatan yang melanggar

    tata tertib Lapas atau Rutan, dalam penerapan hukuman disiplin bagi

    narapidana, terlebih dahulu harus mengetahui sejauh mana pelanggaran

    disiplin itu dilakukan oleh narapidana.52

    Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh tahanan dapat berupa pelanggaran

    ringan, sedang dan berat, jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan oleh

    narapidana atau tahanan yang diatur pasal 10 ayat (1) , ayat (2), ayat (3)

    Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No 6 Tahun 2013 Tentang

    Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara ialah

    sebagai berikut:

    • Pelanggaran Tingkat Ringan, mencakup:

  • 48

    1. Tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

    2. Meninggalkan blok hunian tanpa izin kepada petugas blok.

    3. Tidak mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan.

    4. Tidak mengikuti apel pada waktu yang ditentukan

    5. Mengenakan anting, kalung, cincin dan ikat pinggang

    6. Melakukan perbuatan atau mengeluarkan perkataan yang tidak pantas

    dan melanggar norma kesopanan atau kesusilaan

    7. Melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan tim sidang tim

    pengamat pemasyarakatan termasuk perbuatan yang dapat dikenakan

    Hukuman Disiplin tingkat ringan.

    b. Pelanggaran Tingkat Sedang, mencakup:

    1. Memasuki steril area tanpa ijin petugas.

    2. Membuat tato atau peralatannya, tindik atau sejenisnya.

    3. Melakukan aktivitas yang dapat membahayakan keselamatan diri

    sendiri atau orang lain.

    4. Melakukan perbuatan atau mengeluarkan perkataan yang tidak pantas

    mengeluarkan norma keagamaan.

    5. Melakukan aktifitas jual beli atau utang piutang.

    6. Melakukan perbuatan yang termasuk dalam kategori yang mendapatkan

    Hukuman Disiplin tingkat ringan secara berulang lebih dari satu kali.

  • 53 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata

    Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal 4 ayat 2.

    49

    7. Melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan sidang tim

    pengamat pemasyarakatan termasuk dalam perbuatan yang dapat

    dikenakan Hukuman Disiplin tingkat sedang.53

    c. Pelanggaran Tingkat Berat, mecakup:

    1. Tidak mengikuti program pembinaan yang telah ditetapkan

    2. Mengancam, melawan atau melakukan penyerangan terhadap Petugas

    3. Membuat atau menyimpan senjata api, senjata tajam atau sejenisnya

    4. Merusak fasilitas Lapas atau Rutan

    5. Mengancam, memprovokasi atau perbuatan lain yang menimbulkan

    gangguan keamanan dan ketertiban.

    6. Memilki, membawa atau menggunakan alat komunikasi atau alat

    elektronik

    7. Membuat, membawa, menyimpan, mengedarkan atau mengkonsumsi

    minuman mengandung alcohol

    8. Membuat, membawa, menyimpan, mengedar atau mengkonsumsi

    narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif lainya

    9. Melakukan upaya melarikan diri atau membantu narapidana atau

    tahanan lain untuk melarikan diri

    10. Melakukan tindakan kekersan terhadap sesama penghuni maupun

    petugas

    11. Melakukan pemasangan atau mnyuruh orang lain melakukan

    pemasangan instalasi listrik didalam kamar hunian.

  • 54 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib

    Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, 356, Pasal 9.

    50

    12. Melengkapi untuk kepentingan pribadi diluar ketentuan yang berlaku

    dengan alat pendingin, kipas angin, kompor, televisi, slot pintu atau

    alat elektronik lainya dikamar hunian.

    13. Melakukan perbuatan asusila atau penyimpangan seksual.

    14. Melakukan pencurian, pemerasan, perjudian atau penipuan.

    15. Menyebarkan ajaran sesat.

    16. Melakukan perbuatan yang termasuk dalam kategori yang

    mendapatkan hukuman disiplin tingkat sedang secara berulang lebih

    dari 1 (satu) kali atau perbuatan yang dapat menimbulkan ganguan

    keamanan dan ketertiban berdasarkan penilaian sidang TPP.

    17. Melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan sidang TTP

    termasuk dalam perbuatan yang dapat dikenakan Hukuman Disiplin

    tingkat berat.

    Penjatuhan hukuman disiplin dberikan ketika narapidana yang patut

    diduga melakukan pelanggaran disiplin. setelah mengetahui pelanggaran

    yang dilakukan oleh narapidana maka kemudian hukuman disiplin dapat

    dijatuhkan kepada narapidana, berat ataupun ringannya pemberian

    hukuman disiplin bagi narapidana dilihat dari besar kecilnya pelanggaran

    yang dilakukanya. Dari ketentuan pasal 9 Peraturan Menteri Hukuman dan

    Hak Asasi Manusia No 6 Tahun 2013, adapun jenis hukuman disiplin yang

    bagi narapidana yang melanggar tata tertib, yakni:54

    d. Hukuman disiplin tingkat ringan meliputi:

  • 55 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga

    Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, 356, Pasal 9.

    51

    1. memberikan peringatan secara lisan

    2. memberikan peringatan secara tertulis

    e. Hukuman displin tingkat sedang meliputi:

    1. memasukkan dalam sel pengasingan paling lama 6 hari.

    2. menunda atau meniadakan hak tertentu dalam kurun waktu tertentu.

    berdasarkan hasil sidang TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan)

    3. Menunda atau meniadakan hak tertentu sebagaimana dimaksud pada

    ayat 2 (dua) huruf b dapat menunda berupa waktu pelaksanaan

    kunjungan.

    f. Hukuman Disiplin tingkat berat, meliputi:

    1. memasukkan dalam sel pengasingan selama 6 (enam) hari dan dapat

    diperpanjang selama 2 (dua) kali 6 (enam) hari.

    2. tidak mendapat hak remisi, cuti mengunjungi keluarga, cuti bersyarat,

    asimilasi, cuti menjelang bebas, dan pembebasan bersyarat dalam tahun

    berjalan dan dicatat dalam register F.

    3. untuk kepentingan alasan kepentingan keamanan, seorang

    Narapidan/Tahanan dapat dimasukkan dalam pengasingan dan dicatat

    dalam register H.55

  • BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana Narkotika Di Lembaga

    Pemasyarakaytan Kelas IIA Jambi.

    Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi atau yang sering disebut

    LAPAS Klas IIA Jambi adalah Tempat untuk melaksanakan pembinaan

    narapidana dan anak didik Pemasyarakatan. Dalam ketentuan Pasal 1 Ayat 1

    Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan

    Pembimbingan :

    “Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, intlektual, sikap dan prilaku, profesional,

    kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik

    Pemasyarakatan.”56

    Berkaitan dengan hal ini tidak terlepas dari Peran Lembaga

    Pemasyarakatan dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana

    Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan hasil wawancara Bapak

    Dedi Antoni, sebagai Subseksi Bimbingan kemasyarakatan Dan Perawatan

    Lapas Klas IIA Jambi mengatakan:

    “Untuk pembinaan terhadap warga binaan prmasyarakatan (WBP) tidak

    mendapatkan system pembinaan yang khusus sebagaimana mestinya,

    namun warga binaan pemasyaraktan (WBP) narkotika di lapas jambi

    telah mendapatkan pembinaan yang cukup baik dan hamper memenuhi

    kritereia yang