pembiayaan

Upload: yoelia

Post on 31-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uang

TRANSCRIPT

OUTLOOK AGRIBISNIS INDONESIA POLA PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNISOutlook Agribisnis Indonesia Pola Pembiayaan Syariah untuk UMKM Agribisnis

Pembiayaan usaha pertanian di Indonesia dalam masa globalisasi dan ancaman kekurangan pangan secara Global masih belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, dalam hal memberikan regulasi yang tepat agar dapat menjaga kesetabilan produksi dan harga di tingkat petani. Seperti diketahui, Karakteristik usaha pertanian adalah sektor Riil, memiliki sifat usaha yang mengandung banyak resiko; kegagalan panen, mahalnya agri input, harga komoditas yang fluktuatif, dan memerlukan penangganan penyimpanan untuk menjaga stok.

Hal hal ini menyebabkan analisa usaha pertanian tidak menarik untuk dibiayai oleh perbankan yang hanya bergerak di sektor moneter, bila dibiayai, proporsi penyaluran kredit hanya dilakukan dengan skema pinjamanan dengan bunga yang tinggi (bunga komersial) , atau seleksi ketat memilih usaha yang memiliki nilai komersial tinggi (high return investment) atau merupakan perpanjangan tangan (chanelling) dari program pemerintah yang dananya terbatas.

Pembangunan pertanian Indonesia secara merata masih tergolong bersifat tradisional minim teknologi, situasi ini menjadi kendala dan sangat berat bila diharapkan menjadi industri pertanian yang hanya dibiayai kekuatan pendanaan lokal, menyebabkan pendapatan petani masih minim, dan penyerapan bahan baku beralih ke kota daerah lain yang padat modal dalam pengolahan bahan mentah.

Keterbatasan modal ini menjadikan masyarakat lokal tidak mampu mengakses teknologi yang lebih baik dan menahan panennya untuk mendapatkan harga terbaik, terlebih juga akan menghambat kegiatan lokal yang bersifat added value untuk memenuhi permintaan kualitas pasar modern.

Hal lain yang perlu dicermati adalah Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam, dan memiliki produksi agraris yang berlimpah, namun dalam pengaturan usahanya belum kerkoneksi antara keduanya, yaitu pertanian yang Islami.

Sejarah Pembiayaan Pertanian Desa.

Dalam sejarahnya perhatian pemerintah sejak pemerintahan Belanda sudah memfokuskan pada pola pola pembiayaan mikro dan telah mensukseskan kemajuan perekonomian pertanian dijamannya, dengan terbentuknya Bank Desa, Lumbung Desa, Badan Perkreditan Rakyat, dan sistem pembiayaan dengan pembayaran dengan hasil panen yang sangat umum dilakukan. Mekanisme pembiayaan ini merubah tatanan peraturan Tuan tanah (Land Lord) yang membiayai seluruhnya, menjadi tanah milik petani, namun pendanaan dan untuk kebutuhan agri inputnya, petani tetap berhutang kepada land lord, dengan jaminan pembayaran dengan hasil, atau mengadai tanahnya sebagai jaminan. Praktek land reform yang tadinya ingin membantu petani berakibat semakin miskinnya petani karena semakin lama tanah yang digarap tidak menghasilkan panen yang cukup untuk membayar hutang dan kebutuhan sehari hari.

Pembiayaan pertanian dan UKM yang menawarkan bunga lebih rendah dari bunga komersial pun semakin meningkat, terbukti dengan serapan bantuan KUR meningkat drastis di hampir semua bank penyalur. Namun bila ditelusuri, penyerapan sektor pertanian lebih rendah dari penyerapan sektor non-pertanian, seperti industri rumahan dan kerajinan.

Dalam usaha pertanian system bagi hasil sudah dikenal sejak dahulu, namun karena keterbatasan teknologi dan penerapannya, sebagian lahan yang di marginalkan menjadi tidak subur lagi, meninggalkan permasalahan baru untuk mengejar bagi hasil yang sesuai dan menguntungkan untuk kedua belah pihak.Penyaluran kredit dengan bunga murah dalam prakteknya sangat terbatas kepadaadanya kelompok petani yang terhimpun dan melakukan kegiatan secara bersamaan, dalam hal ini, BPR dan Bank yang menyaluran kredit mikro terkadang masih mengharuskan petani dan pengusaha tani memberikan jaminan berupa surat tanah, ataupun surat berharga lainnya.

Di beberapa tempat, pengijon dan individu yang meminjamkan uang dengan tanpa jaminan terkadang malah menjadikan petani sebagai object pendapatan yang diharuskan membayar dengan tingkat bunga yang lebih tinggi, sehingga terkadang meresahkan masarakat, namun selalu menjadi solusi cepat pada saat yang dibutuhkan.

System pengadaian yang dikelola oleh BUMN merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana segar atas jaminan benda berharga yang bila dihitung bung efffektifnya mencapai 1.8% per bulan, yang dapat juga dijadikan alternatif pembiayaan yang cepat.

Dalam penyaluran kredit mikronya, agar perbankan tetap mendapatkan keuntungan bunga dan tidak menyalahi peraturan, banyak perusahaan yang menawarkan sebagai avalis atau penjembatan penjaminan, dengan cara menjaminkan aset perusahaan tersebut dalam bentuk surat berharga, maupun sertifikat deposito, untuk menjadikan plafon pinjaman yang akan disalurkan kepada masaarakat dengan spread bunga tertentu.

Pada dasarnya semua instansi dan individu akan meminjamkan dana asalkan ada penjamin bahwa uang tersebut dapat dikembalikan dengan aman, tanpa meninjau keperluan untuk apa uang itu digunakan.

Alternatif Pembiayaan Syariah

Perbedaan Pembiayaan Syariah dengan konvensional pada dasarnya adalah pada niat akad yang dilakukan, dan fungsi Bank Syariah adalah lembaga intermediasi (pengelola/mudharib) para investor penabung (wadiah) langsung kepada peminjam, bersifat risk sharing yang memberikan kesetaraan keuntungan dan kerugian pada penggunaan dananya, namun didalam perbankan syariah Indonesia hanya revenue sharing, bukan loss sharing karena Bank Indonesia menjaminkan kerugian dari perbankan syariah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Beberapa prinsip yang dianut oleh system perbankan syariah antara lain; Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana. Islam tidak memperbolehkan menghasilkan uang dari uang. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah. Laa ribha liman laa kasba (tidak ada keuntungan tanpa risiko)

Dari beberapa akad yang difahami dalam Perbankan Syariah adalah:NISBAHPorsi bagi hasil antara nasabah dan bank atas transaksi pendanaan dan pembiayaan dengan akadbagi hasil (mudharabah dan musyarakah).

BAI ALMUTHLAQJual beli biasa, yaitu pertukaran barang dengan uang. Uang berperan sebagai alat tukar. Bai al Muthlaq dilakukan untuk pelaksanaan jual beli barang keperluan kantor (fixed assets). Jual beli seperti ini menjiwai semua produk yang didasarkan pada transaksi jual beli.

MUQAYYADJual beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter). Jual beli semacam inidilakukan sebagai jalan keluar bagi ekspor yang tidak bisa menghasilkan mata uang asing (valas).

MUZARAAHKerjasama mengelola tanah dengan mendapat sebagian hasilnya. Sedangkan menurut istilah fiqh ialah pemilik tanah memberi hak mengelola tanah kepada seorang petani dengan syarat bagi hasil atau perjanjian yang sesuai dengan syariah

SHARFJual beli mata uang asing yang saling berbeda, seperti Rupiah dengan Dolar, Dolar dengan Yen; Sharf dilakukan dalam bentuk Bank Notes dan transfer, dengan menggunakan nilai kurs yang berlaku pada saat transaksi.

MURABAHAHAkad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis dan jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang diserahkan setelah akad jual beli dan pembayaran bisa dilakukan secara mengangsur/cicilan atau sekaligus.

SALAMJual beli dengan cara pemesanan, di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang telah disebutkan spesifikasinya, dan barang dikirim kemudian, Salam biasanya dipergunakan untuk produk-produk pertanian jangka pendek. Dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai pembeli produk dan memberikan uangnya lebih dulu sedangkan para nasabah menggunakannya sebagai modal untuk mengelola pertaniannya.

ISTISHNAJual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta kriteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan (dapat dilakukan di depan atau pada saat pengiriman barang).

MUDHARABAHAkad yang dilakukan antara pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

MUDHARABAH MUQAYYADAHAkad yang dilakukan antara pemilik modal untuk usaha yang ditentukan oleh pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib), dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal untuk dibagi bersama, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Dalam terminologi perbankan syariah ini lazim disebut Special Investment.

MUSYARAKAHAkad antara dua pemilik modal atau lebih untuk menyatukan modalnya pada usaha tertentu, sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu dari mereka. Akad ini diterapkan pada usaha/proyek yang sebagiannya dibiayai oleh lembaga keuangan sedangkan selebihnya dibiayai oleh nasabah.

MUSYARAKAH MUTANAQISAHAkad antara dua pihak atau lebih yang berserikat atau berkongsi terhadap suatu barang dimana salah satu pihak kemudian membeli bagian pihak lainnya secara bertahap. Akad ini diterapkan padapembiayaan proyek yang dibiayai oleh lembaga keuangan dengan nasabah atau lembaga keuangan lainnya dimana bagian lembaga keuangan secara bertahap dibeli oleh pihak lainnya dengan cara mencicil. Akad ini juga terjadi pada mudharabah yang modal pokoknya dicicil, sedangkan usaha itu berjalan terus dengan modal yang tetap.

WADIAHAkad yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak pertama menitipkan suatu barang kepada pihak kedua. Lembaga keuangan menerapkan akad ini pada rekening giro.

WAKALAHAkad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain. Wakalah biasanya diterapkan untuk pembuatan Letter of Credit, atas pembelian barang di luar negeri(L/C Import) atau penerusan permintaan.

IJARAHAkad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas barang yang disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembaga keuangan (pemilik barang) dengan nasabah (penyewa) dengan cicilan sewa yang sudah termasuk cicilan pokok harga barang sehingga pada akhir masa perjanjian penyewa dapat membeli barang tersebut dengan sisa harga yang kecil atau diberikan saja oleh bank. Karena itu biasanya Ijarah ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina atau al Ijarah alMuntahia Bittamliik.

KAFALAHAkad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga keuangan biasanya digunakan untuk membuat garansi atas suatu proyek (performance bond), partisipasi dalam tender (tender bond) atau pembayaran lebih dulu (advance payment bond).

HAWALAHAkad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak yang lain. Dalam lembaga keuangan hawalah diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah pembiayaan yang ingin menjual produknya kepada pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli tersebut dalam bentuk giro mundur. Ini lazim disebut Post Dated Check. Namun disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah.

RAHNAkad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang lain, dengan uang sebagai gantinya. Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang tersebut.

Menurut saya, dalam usaha pertanian yang memiliki resiko usaha cukup tinggi ada beberapa skema yang cocok untuk dilakukan dalam interaksinya terhadap petani dan pengusaha tani, sebagai contoh;Pembiayaan di bidang agribisnis meliputi kegiatan usaha (agribisnis): Penanaman tanaman semusim Penanaman tanaman perkebunan Penanaman tanaman hortikultura Pengolahan dari produk tersebut sampai pada siap dijual. Peternakan unggas, Peternakan (dairy farming) untuk pengelolaan susu dan diambil hasilnya setiap hari. Budidaya ikan serta pembibitannya Pembelian masukan untuk benih yaitu produksi tanaman, pupuk, insektisida, pestisida, herbisida, weedicides, penyemprot panduan dll Peternakan Unggas yang meliputi; Pembelian pakan, burung / ayam umur sehari, bahan baku pakan,vaksinasi, vitamin dan obat lain untuk burung unggas, pemotongan unggas peralatan untuk pakan unggas burung, serbuk gergaji, kayu, alat pemanas, air filter dll. Usaha pemerahan (dairy farm) Susu yang meliputi pembelian dan perkebunan pakan hewan dan feed, penggiling pakan, tokas, pakan mesin pencampuran dan wadah feed atau susu; vaksinasi, vitamin dan obat lain untuk hewan; peralatan untuk makanan hewan, pengumpan betis, gelang, tali / rantai besi, dll Budidaya ikan meliputi pembelian bahan bakar, ransum dan es,pengepakan /pengolahan / membersihkan barang yang dibutuhkan untuk ekspor ikan. Consumable item untuk menyembuhkan dan pengeringan. Pengadaan kotak terisolasi, pembelian peti ikan plastik dan keranjang plastik.Tentunya menjadi harapan para praktisi usaha tani, apabila satu saat sentuhan Perbankan pun sampai pada lahan-lahan yang digarap

Contoh TUGAS MK. PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

PENDAHULUANLatar BelakangPrinsip syariah adalah aturan perjanjian yang berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, penyertaan modal, jual beli, sewa menyewa, pengiriman uang dan berbagai jasa bank lainnya. Tujuan dari bank syariah adalah penghindaran bisnis yang tidak sesuai dengan syariah, adanya sistem riba dan gharar (spekulatif) telah menjadikan uang sebagai komoditi, dan terbukti menghancurkan ekonomi keuangan dunia serta menggerakkan sektor riil.

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).

Tujuan1.Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembiayaan aagribisnis syariah dan konvensional2.Mampu menjelaskan peranan pembiayaan syariah3.Mampu menunjukkan perkembangan pembiayaan dari waktu ke waktu di Indonesia

PEMBAHASAN

Pertanyaan Analisis:1.Menurut kelompok Anda apa peranan pembiayaan syariah dalam pengembangan agribisnis nasional?, jika dilihat dari pengalaman pembangunan pertanian Indonesia selama ini yang di biayai oleh pembiayaan konvensional.Pemberlakuan sistem bunga dalam skim pembiayaan atau kredit oleh kebanyakan Bank Konvensional sangat kontraproduktif dengan sektor pertanian, apalagi tingkat suku bunga bank yang saat ini sangat tinggi dinilai memberatkan dan kurang berpihak terutama pada kepentingan petani sebagai komponen vital sektor pertanian. Selain itu tingkat suku bunga yang sedemikian tinggi akan membuat iklim usaha pertanian semakin sulit karena pelaku usaha tani harus menyediakan dana setiap bulannya untuk membayar bunga kepada bank, sementara sebagian besar perhitungan keuntungan dalam usaha tani dilakukan setelah masa panen. Kondisi usaha sektor pertanian akan semakin hancur dengan sistem bunga ini, ketika bunga harus tetap dibayarkan walaupun usahatani dalam kondisi merugi.Adanya pola pembiayaan dengan sistem syariah yang berbeda dengan konsep konvensional (bunga), pola yang berlaku dalam pembiayaan sistem syariah lebih berprinsip pada pola bagi hasil yang saling menguntungkan. Dengan tampilnya perbankan syariah membiayai sektor pertanian, kelemahan yang ada di bank konvensional secara teoritis teratasi karena prinsip pembiayaan yang diperlukan petani seiring dengan skim pembiayaan di bank syariah.

2.Sebutkan keuntungan-keuntungan ketika pembiayaan syariah dalam pembangunan atau pengembangan agribisnis di Indonesia?Keuntungan ketika pembiayaan syariah dalam pembangunan atau pengembangan agribisnis di Indonesia:a.Tidak ada lagi kredit yang berbasis bunga tetap (fix interest). Setiap skim kredit, apa pun bentuknya menjadikan bunga sebagai harga tetap dari dana yang dipinjam dan harus dikembalikan ketika jatuh tempo. Padahalsektor pertanian memiliki risiko kegagalan yang tinggi baik dalam produksi maupun fluktuasi harga yang relatif tinggi. Jika petani gagal dalam usahataninya, baik karena gagal panen maupun rendahnya harga pasar, mereka tidak akan mampu membayar pinjaman sehingga dapat terjerat hutang yang semakin besar karena prinsip bunga berbunga. Dengan adanya pembiayaan syariah hal ini tidak akan terjadi lagi karena pembiayaan syariah memiliki ciri bebaas bunga (interest free) atau berprinsip bagi hasil.b.Perhitungan bagi hasil dilakukan pada saat transaksi berakhir. Hal ini berarti pembagian hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil, bukan berdasar pada asumsi bahwa besarnya keuntungan usaha yang akan diperoleh di atas bunga kredit.c.Tidak terdapat kesenjangan (gap)dalam ruang usaha antara peminjam (debitor) dan pemberi pinjaman (kreditor). Pada pembiayaan konvensional risiko kegagalan usaha umumnya hanya akan dibebankan kepada debitor, sementara kreditor tetap mendapatkan keuntungan sebesar tingkat suku bunga yang ditetapkan. Namun pada pembiayaan syariah hubungan dengan nasabah merupakan hubungan kemitraan.d.Adanya dukungan kredit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

3.Berdasarkan wacana ke-III diperoleh informasi mengenai pola-pola pembiayaan pada sektor pertanian dengan berbagai skala. Menurut kelompok anda, sejauh mana pola tersebut sesuai dan mampu memberikan solusi bagi petani atau UMKM pertanian dalam upaya mengatasi masalah pembiayaan?Kehadiran lembaga perbankan syariah sangat tepat untuk mengembangkan sektor agribisnis, baik bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah menggunakan skema bagi hasil (mudharabah,muzaraah, musyarakah), di samping skema lainnya seperti jual beli salam dan murabahah.Konsep bagi hasil sebenarnya bukan transaksi baru dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini telah lama dikenal dalam berbagai kegiatan ekonomi. Pada sektor pertanian dikenal sistemmaro, mertelu, marapat, paroan.Sistem bagi hasil pertanian, terutama untuk tanaman padi berlangsung antara penggarap dan pemilik modal lahan dengan proporsi bagi hasil yang relatif beragam. Skema kerja sama ini dalam fikih dikenal dengan istilahmuzaraah, musaqah dan mukhabarah.Pada sektor kelautan juga praktek bagi hasil telah lama dipraktekkan antara nelayan dan pemilik boat/ perahu. Sistem ini tampaknya lebih cocok, karena hasil ikan yang akan diperoleh para nelayan tidak dapat diperkirakan, sehingga sistem bagi hasil ini lebih adil.Dengan demikian, pola pembiayaan syariah mempunyai karakteristik yang lebih cocok dengan komoditi yang dibudidayakan oleh petani. Hal ini disebabkan :1.Di bank Islam tidak dikenal adanya perhitungan bunga, tetapi menggunakan prinsip bagi hasil dan pengambilan keuntungan secara jual beli.2.Dalam prinsip bagi hasil, besarnya pembagian porsi keuntungan antara pemilik dana (Bank) dan pengelola usaha (Petani) diserahkan kepada kedua belah pihak tersebut disesuaikan dengan masa panen.3.Dengan demikian, pada usaha pertanian yang kecil pendapatannya, nisbah yang disepakati akan tidak sama dengan usaha yang lebih besar pendapatannya, mengingat setiap komoditi usaha pertanian memiliki tingkat pendapatan yg berbeda, dan masa panen (menghasilkan) yg berbeda pula.4.Petani tidak dibebani dangan bunga pinjaman, melainkan pengembaliannya secara otomatis disesuaikan dgn masa panen.

4.Beberapa era pemerintahan sebelumnya menerapkan pola pembiayan bagi pertanian dalam bentuk bantuan/subsidi/kredit, namun pola pembiayan tersebut hampir dinilai tidak berhasil akibat pelaksanaan yang tidak jelas, serta moral hazard yang cukup tinggi oleh pelakunya. Apakah permasalahan tersebut nanti dapat diatasi ketika pola pembiayaan syariah diterapkan.Berkembangnyamoral hazarddi perbankan konvensional tidak terlepas dari sistem operasionalnya dimana risiko tidak terdistribusi secara proporsional kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Risiko tidak tersebar secara merata antara pemilik dana, pengguna dana, serta pihak bank. Perbankan syariah menggunakanProfit and Loss Sharing(PLS). Secara teoritik, keberadaan PLS berimplikasi kepada risiko serta peluangmoral hazarddi perbankan sebab risiko menjadi tanggungan kedua pihak. Bank syariah dan nasabah dipaksa untuk menyusun suatu desain kontrak yang optimal bagi kedua belah pihak, sebab keduanya akan berbagi risiko maupun hasil.Kontrak mudharabah merupakan salah satu bentuk mekanisme keuangansyariah yang digunakan untuk menggantikan sistem bunga. Dalam kontrak ini terdapathubungan antara pemilik modal (shahibul mal/principal) dengan pelaku usaha(mudharib/agents). Kontrak mudharabah adalah kontrak kerjasama yang menanggunguntung dan rugi antara pemilik dana (bank/principals) dengan nasabah (agents).Hubungan kontrak keuangan seperti dalam mudharabah ini biasanya dikenal dengannama hubungan keagenan. Oleh karena itu, kontrak seperti ini menuntut adanyatransparansi bagi kedua belah pihak. Jika salah satu pihak (utamanya nasabah) tidakmenyampaikan secara transparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perolehanhasil, sehingga dapat terjadi danmoralhazard. Dilihat dari sisi masyarakat pengguna bahwa banyak terjadi kecurangan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kaitan dengan pelaporan-pelaporan keuangan ataumoralhazard.Selain itupembiayaanmudharabahadalahpembiayaanyang menuntut kejujuran dan amanah. Untukmengatasimasalah keagenan dapat diterapkan batasan-batasan tertentu yaitu dapat menggunakan batasan berdasarkan incentive compatible constraint yang diajukan Presley dan Session. Dengan batasan-batasan inidiharapkan penyimpangan dalam kontrak mudharabah dapat diminimalisasikan. Incentive compatible constraints adalah suatu cara yang disyaratkan kepada mudharibuntuk mengurangi resiko terjadinya masalah keagenan dalampembiayaanmudharabah. Berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan perbankan (Corporate culture). Dalam hal etika, sifatshiddiq(jujur),amanah(dapat dipercaya),fathanah(cerdas, professional) dantabligh(komunikatif, ramah, keterbukaan) harus melandasi setiap tindakan para pelaku perbankan syariah. Dalam halreward and punishmentyang berlaku dalam perbankan syariah dipraktikkan dengan prinsip berkeadilan dan sesuai dengansyariah. Dengan demikian, perbankan syariah adalah perbankan yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsipsyariah. Prinsipsyariahmerupakan aturan dasar atau pokok yang berdasarkan hukum Islam.