collectabilitas pembiayaan

41
BAB 1 PENDAHULUAN Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya dijalankan oleh lembaga keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah. Praktik syirkah ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan, yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. 1 Pasal 1 angka 12 uu 10/1998 “Pembiayaan berdasar prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Pembiayaan secara luas berarti , financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga 1 Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN Yogyakarta, hlm.303 1

Upload: sakinatun-nissa

Post on 19-Jun-2015

2.055 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

penggolongan pembiayaan Bank Syariah berdasarkan kriteria tertentu

TRANSCRIPT

Page 1: Collectabilitas pembiayaan

BAB 1

PENDAHULUAN

Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan

menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah

pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal

usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya dijalankan

oleh lembaga keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau

syirkah. Praktik syirkah ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan, yaitu

pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.1

Pasal 1 angka 12 uu 10/1998

“Pembiayaan berdasar prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau

bagi hasil”.

Pembiayaan secara luas berarti , financing atau pembelanjaan, yaitu

pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,

baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,

pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh

lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan menurut

kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi

dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban untuk membayar

bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya.

1 Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN Yogyakarta, hlm.303

1

Page 2: Collectabilitas pembiayaan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu proses, mulai dari analisis kelayakan pembiayaan

sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir

dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syari’ah

perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan. Aktivitas ini memiliki

aspek dan tujuan tertentu. Untuk itu perlu dibicarakan hal-hal yang terkait dengan

aktivitas pemantauan dari pengawasan pembiayaan.

Dalam bank konvensional, ada beberapa pengertian kredit bermasalah :2

1. Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi

target yang diinginkan oleh pihak bank.

2. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari

bagi bank dalam arti luas

3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya

baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya atau pembayaran

bunga, denda keterlambatan, serta ongkos-ongkos bank yang menjadi

beban debitur yang bersangkutan

4. Kredit di mana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila

sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak

cukup untuk membayar kembali kredit sehingga belum mencapai /

memenuhi target yang diinginkan oleh bank.

5. Kredit di mana terjadi cedera janji dalam pembayaran kembali sesuai

perjanjian sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di

perusahaan debitur sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di

kemudian hari bagi bank dalam arti luas.

2 Rivai, Verithzal dkk, 2007, Bank and Financial Institutions Management, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm.33

2

Page 3: Collectabilitas pembiayaan

6. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya

terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,

pembayaran bunga, maupun pembayaran ongkos-ongkos bank yang

menjadi beban nasabah debitur yang bersangkutan.

7. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet

serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

Bagi bank, semakin dini menganggap kredit yang diberikan menjadi

bermasalah semakin baik karena akan berdampak semakin dini pula dalam upaya

penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah akibat semakin sulit

penyelesaiannya.

Pengendalian kredit bank mutlak dilaksanakan untuk menghindari

terjadinya kredit macet dan penyelesaian keredit macet. Dikutip dari pendapat

Drs. Malayu S.P. Hasibuan bahwa “Pengendalian kredit adalah usaha-usaha

untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet.”

Lancar dan produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama

bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak.hal ini

penting karena jika kredit macet berarti kerugian bagi bank bersangkutan. Oleh

karena itu, penyaluran krredit harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan

dengan sistem pengendalian yang baik dan benar.3

Tujuan pengendalian kredit adalah antara lain :

1. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman.

2. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak

3. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet atau

kredit bermasalah

4. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah

baik atau masih perlu disempurnakan.

3 Hasibuan, Malayu S.P, Dasar-Dasar Perbankan, 2002, Jakarta, PT. Bumi Aksara, hlm.105

3

Page 4: Collectabilitas pembiayaan

5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan

mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali.

6. Mengetahui posisi collectability credit yang disalurkan bank.

7. Meningkatkan moral dan tanggung jawab karyawan analisis kredit bank.

Tujuan Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan4

a. Kekayaan bank syari’ah akan selalu terpantau dan menghindari

adanya penyelewengan-penyelewengan baik oknum dari luar maupun

dari dalam bank syari’ah.

b. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di

bidang pembiayaan.

c. Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di

bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan.

d. Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapi dan

mekanisme dan prosedur pembiayaan akan lebih dipatuhi.

Media Pemantauan

a. Informasi dari luar bank syari’ah

Diupayakan data dari laporan penyidik usaha dibiayai baik itu berupa

laporan stok, realisasi kerja dan laporan keuangan. Laporan juga harus

dikontrol melalui realisasi kerjanya jangan hanya berdasarkan formulir

laporan keuangan.

b. Informasi dari dalam bank syari’ah

Penelitian mutasi keuangan anggota dalam rekening sehingga

diperoleh gambaran mutasi yang sesungguhnya dan tidak terjadi

manipulasi.

c. Meneliti perputaran yang terjadi atas debit dan kredit pada beberapa

bulan berjalan.

d. Memberikan tanda pada laporan sehingga dapat diantisipasi jika ada

kekeliruan yang lebih besar.

4 Ibid, hlm.310

4

Page 5: Collectabilitas pembiayaan

e. Periksalah adakah tanggal-tanggal jatuh tempo yang dijanjikan

terealisasi.

f. Meneliti buku-buku pembantu / tambahan dan map-map yang

berkaitan dengan peminjaman.

Kunjungan Pada Peminjam

Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan dan memantau efektivitas dana

yang dimanfaatkan peminjam. Hal-hal yang dilakukan :

1. Membuat laporan kegiatan peminjam.

2. Laporan realisasi kerja bulanan

3. Laporan stok / persediaan barang

4. Laporan kegiatan investasi bulanan

5. Laporan hutang

6. Laporan piutang

7. Neraca R / L per bulan, triwulan dan semester.

8. Tingkat pengumpulan pendapatan

9. Tingkat kemajuan usaha

10. Tingkat efektivitas pemakaian dana.

B. Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Jika bank tidak ingin rugi karena kredit yang diberikan menjadi

bermasalah , bank harus mampu mengidentifikasi gejala-gejalanya secara dini

sehingga dapat segera mengambil langkah penanganan sebelum masalahnya

menjadi semakin parah. Perlu diketahui bahwa kredit tidak menjadi bermasalah

secara tiba-tiba tanpa gejala. Pada umumnya kredit berkembang menjadi

bermasalah melalui tahapan yang ada gejalanya. Adapun gejala dini tersebut dapat

dideteksi dari keadaan-keadaan sebagai berikut :

a. Ada tunggakan;

b. Mengajukan perpanjangan;

c. Kondisi keuangan menurun, antara lain :

5

Page 6: Collectabilitas pembiayaan

1) Penurunan : likuiditas, perbandingan aktiva lancar terhadap aktiva

tetap, presentasi laba terhadap aktiva, net worth;

2) Kenaikan : piutang, persediaan, utang jangka panjang, debt equity

ratio, biaya produksi, penjualan tetapi keuntungan turun, aktiva tetap

karena revaluasi;

d. Laporan keuangan terlambat atau tadinya selalu diaudit oleh akuntan

menjadi tidak;

e. Saldo rata rata giro menurun dan sering over draft;

f. Hubungan dengan bank semakin renggang, menghindar setiap kali di

hubungi;

g. Penurunan nilai atau hilangnya agunan;

h. Penggunaan kredit tidak sesuai rencana;

i. Kehilangan langgganan utama;

j. Informasi negative;

k. Konflik intern;

l. Masalah keluarga;

m. Menurunnya kesehatan debitur, meninggal;

n. Masalah perburuhan;

o. Resesi, kejenuhan pasar;

p. Bencana alam, perubahan peraturan;

q. Keterlibatan dalam usaha lain secara diam diam;

r. Enggan dikunjungi tempat usahanya;

s. Memberikan laporasn tidak benar;

t. Terlalu optimis;

Selain mengetahui gejala yang merupakan indikasi timbulnya kredit

bermasalah tersebut di atas, bank juga perlu mengetahui cara mendeteksinya.

Sumber informasi dan cara mendekteksi antara lain sebagai berikut :

6

Page 7: Collectabilitas pembiayaan

a. Manajemen : di deteksi dari pertemuan pertemuan dengan nasabah secara

periodic

b. Keuangan : di deteksi dari menganalisis laporkan keuangan secara

kontinu

1) Bandingkan dengan laporan – laporan sebelumnya

2) Cross check dengan informasi dari kreditur – kreditur dan sumber –

sumber lain, perikasa catatan – catatan debitur

c. Operasi : dideteksi dari kunjungan on the spot dengan mengevaluasi

peralatan dan persediaan, sikap atau kemampuan kariawan, kelengkapan

fasilitas, cara – cara pengoperasian secara umum.

d. Hubungan dengan bank : di deteksi dengan mengadakan loan review,

yaitu selalu melihat kembali file kredit

e. Jaminan : di deteksi dari file dan kunjungan on the spot

Dengan selalu waspada terhadap gejala – gejala dini tersebut di atas, bank

tidak akan terlambat dalam mengambil tindakan penanganan. Semakin dini di

ketahui adanya masalah, semakin cepat dapat diambil langkah yang biasanya

masalahnya belum terlalu berat. Bank yang tidak waspada terhadap gejala- gejala

tersebut, biasanya menghadapai kesuliatan dalam menangani kreditnya yang

bermasalah karena masalahnya bru disadari setelah menjadi semakin banyak dan

berat. Dengan demikian, sangat perlu mengembangkan budaya waspada terhadap

adanya gejala tersebut di atas dikalangan staf atau karyawan agar kredit yang di

berikan tidak bermasalah.

Sumber-sumber penyebab kegagalan/kesulitan pengembalian pembiayaan

oleh nasabah, atau penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dapat

dikemukakan sebagai berikut :5

a. Self Dealing

Ini terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi

pembiayaan terhadap permohonan yang diajukan nasabah. Yaitu, berupa

pemberian pembiayaan yang tidak layak atas dasar yang kurang sehat 5 Rivai, Verithzal, Op.cit, hlm.499

7

Page 8: Collectabilitas pembiayaan

kepada nasabahnya. Tindakan pejabat memberikan pembiayaan atas

dasar yang kurang sehat kepada nasabahnya. Tindakan pejabat

memberikan pembiayaan atas penilaian yang kurang layak dan sehat

karena ada harapan berupa kompensasi atau suatu imbalan dari naasabah.

Dengan sikap seperti itu, pejabat berada di posisi yang objektif dan

menolak permohonan pembiayaan yang seharusnya, menurut

pertimbangan teknik, tidak dapat diberikan pembiayaan.

b. Anxiety for Income

Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan pembiayaan merupakan

sumber pendapatan utama sehingga ambisi atau nafsu yang berlebihan

untuk memperoleh laba melalui penerimaan dari pembiayaan sering

menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian

pembiayaan. Pada akhirnya, akan menjadi beban berat, jika pembiayaan

tersebut menjadi bermasalah, bila dibandingkan dengan besar pendapatan

yang hendak diraih dari pemberian pembiayaan. Dari sisi debitur, anxiety

for income ini timbul antara lain dalam bentuk profit before operation,

yaitu dengan cara mark up of project atau model kerjanya.

c. Compromise of Principles

Pelanggaran prinsip-prinsip pembiayaan oleh pimpinan dengan

menyetujui pemberian pembiayaan yang mengandung risiko potensial

menjadi penyebab pembiayaan bermasalah. Tindakan kompromistis

dilakukan pimpinan perusahaan terhadap nasabah terutama disebabkan

oleh keeratan hubungan antara pejabat dan nasabah dan kuatnya

persaingan dalam bisnis perbankan.

d. Incomplete Information

Terbatasnya informasi merupakan salah satu penyebab kesalahan dalam

kebijakan pemberian pembiayaan. Maka, data yang diperlukan untuk

mendukung evaluasi permohonan pembiayaan harus cukup tersedia,

seperti data keuangan dan laporan usaha, di samping informasi lain

seperti tujuan penggunaan pembiayaan, perencanaan ataupun keterangan

mengenai sumber pelunasan kembali.

8

Page 9: Collectabilitas pembiayaan

e. Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements

Sikap yang ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu

kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib

membayarnya juga, merupakan penyebab timbulnya pembiayaan yang

tidak sehat dan pembiayaan bermasalah. Hal lain yang menyebabkan

timbulnya masalah ini adalah tidak lengkapnya dokumen pembiayaan

atau terdapat cacat hukum padanya sehingga posisi yuridis menjadi

lemah.

f. Complacency

Sikap memudahan / ceroboh terhadap suatu masalah dalam proses

pembiayaan akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan

kembali pembiayaan yang telah diberikan. Sikap ceroboh hendaknya

dicegah seperti :

1) Kurang pengawasan terhadap nasabah lama yang telah dikenal dengan

baik

2) Mengandalkan hanya pada informasi lisan dari pimpinan, daripada

data keuangan sebagai pegangan.

3) Interpretasi yang over estimate terhadap kelemahan nasabah.

4) Tidak patuh pada ketentuan yang berlaku.

g. Lack of Supervising

Yaitu, kurang pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah

pemberian pembiayaan. Kondisi pembiayaan berkembang menjadi

kerugian, karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.

Apabila pejabat secara kontinu melakukan pengawasan kepada nasabah

dan usahanya, akan dapat dideteksi dengan lebih dini kemungkinan

terjadinya pembiayaan bermasalah sehingga dapat ditentukan tindakan

yang tepat untuk mengantisipasinya.

h. Techincal Incomplete

9

Page 10: Collectabilitas pembiayaan

Tidak memiliki kemampuan teknis, dalam menganalisis permohonan

pembiayaan dari aspek keuangan maupun aspek lain, akan berakibat

kegagalan dalam operasi pembiayaan. Kemampuan menganalisis laporan

keuangan dan aspek lainnya akan melindungi dari kemungkinan kerugian

yang diakibatkan kegagalan dalam pemberian pembiayaan. Pejabat

pembiayaan harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya, dan jangan memberikan

pembiayaan kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal / diketahui

dengan baik.

i. Poor Selection of Risks

Risiko yang perlu dipahami oleh pejabat pembiayaan, antara lain :

1) Risiko Sifat Usaha

Dari sifat usaha, dapat diidentifikasi tinggi rendahnya risiko dengan

berbagai kriteria seperti :

a) Semakin lambat turn over suatu usaha, makin tinggi tingkat

risikonya.

b) Semakin tinggi dan canggih spesifikasi dan kekhususan usahanya,

semakin tinggi tingkat risikonya.

c) Semakin besar pemakaian pembiayaan investasi untuk modal kerja,

semakin tinggi risikonya bila dibandingkan dengan investasi ada

barang modal.

d) Usaha dengan padat modal pada negara yang sedang berkembang,

beresiko lebih besar bila dibandingkan dengan usaha yang banyak

mengerahkan tenaga / padat karya.

e) Sifat usaha yang memang mengandung resiko tinggi, pengeboran

minyak di lepas pantai, usaha yang baru dirintis dan sebelumnya

tidak dikenal atau belum diupayakan orang.

2) Risiko Geografis

Letak geografis usaha nasabah erat hubungannya dengan tingkat risiko

usaha, seperti seiringnya terjadi bencana alam di lokasi usaha tersebut.

Risiko usaha tersebut berupa :

10

Page 11: Collectabilitas pembiayaan

a) Usaha peternakan dan perkebunan di daerah gunung berapi berisiko

tinggi.

b) Usaha yang dibangun di daerah gempa / sering longsor.

c) Usaha yang dibangun di daerah aliran sungai yang rawan banjir.

Risiko yang perlu diwaspadai adalah risiko kesalahan dalam

menentukan letak / domisili usaha karena ketidakmampuan dalam

perhitungan / analisis faktor-faktor yang dipergunakan dalam proses

produksi seperti bahan baku, sumber tenaga kerja, kemudahan alat

angkutan, dan faktor lain yang menentukan tingkat pencapaian

keuntungan paling optimal bagi perusahaan.

3) Risiko Politik

Stabilitas politik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam

kegiatan ekonomi / bisnis. Untuk itu, perlu kehati-hatian, karena

mempunyai risiko yang sangat tinggi dan dampak buruk kepada

pembiayaan yang disalurkan.

4) Risiko Ketidakpastian

Faktor ini akan merangsang spekulasi. Setiap usaha yang didasarkan

pada spekulasi akan beresiko tinggi, karena sudah dapat dipastikan

bahwa usaha tersebut tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena

itu, dengan merencanakan pembiayaan, informasi mengenai usaha-

usaha yang bersifat spekulatif penting untuk diwaspadai agar

pembiayaan yang diberikan terarah. Bank tidak membiayai usaha

yang didasarkan pada spekulasi yang beresiko tinggi sehingga

mengurangi terjadinya peluang pembiayaan bermasalah.

5) Risiko Inflasi

Kondisi inflasi yang tinggi akan berakibat risiko tinggi pula terhadap

pembiayaan yang diberikan, meskipun nasabah telah melunasi

pembiayaan, bila dibandingkan dengan daya beli rupiah yang

menurun.

6) Risiko Persaingan

11

Page 12: Collectabilitas pembiayaan

Produksi yang dihasilkan nasabah apakah merupakan jenis produk

yang telah banyak di pasaran (atau mungkin jenis produk yang telah

jenuh). Di sini pejabat pembiayaan dituntut keprofesionalan

melakukan seleksi terhadap pembiayaan yang diberikannya. Perlu

keahlian pejabat pembiayaan sehingga mampu mengidentifikasi

kenungkinan risiko yang akan mengancam pembiayaan yang

disalurkan. Keahlian tersebut antara lain :

a) Mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam menbiayai

usahanya. Kontribusi modal dari nasabah dalam membiayai

usahanya sangat penting diketahui karena dengan demikian,

nasabah akan sungguh-sungguh menjalankan usahanya. Bilamana

seluruh usaha nasabah diabiayai oleh lembaga keuangan, niscaya

kemungkinan rugi atau dilikuidasi kelak, cukup besar peluangnya.

b) Kemampuan menghitung berapa kebutuhan nasabah yang

sesungguhnya.

c) Kemampuan menghitung nilai / taksasi jaminan yang meng-cover

terhadap pembiayaan yang diberikan, yang tujuannya adalah

berjaga-jaga terhadap kemungkinan tidak dilunasinya pembiayaan

kelak oleh nasabah.

d) Kemampuan memperhitungkan kemungkinan resiko yang dihadai

dengan pemberian pembiayaan, dan mengetahui sumber pelunasan.

e) Kemampuan mendeteksi resiko pemberian pembiayaan yang secara

kemampuan mungkin cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang

menguntungkan.

f) Kemampuan mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan

masalah di kemudian hari.

j. Overlending

Pemberian pembiayaan yang besarnya melampaui batas kemampuan

pelunasan pembiayaan oleh nasabah.

12

Page 13: Collectabilitas pembiayaan

k. Competition

Yaitu, persiangan yang kurang sehat dalam memperebutkan nasabah

yang berakibat pemberian pembiayaan yang tidak sehat.

Risiko yang terjadi dari peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan

peminjam untuk menbayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk

mengantisipasi hal tersebut maka bank syari’ah harus mampu menganalisis

penyebab permasalahannya.

1. Analisis sebab kemacetan

a. Aspek internal

a) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut.

b) Manajememn tidak baik atau kurang rapi

c) Laporan keuangan tidak lengkap

d) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan

e) Perencanaan yang kurang matang

f) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha

tersebut.

b. Aspek Eksternal

a) Aspek pasar kurang mendukung

b) Kemampuan daya beli masyarakat kurang

c) Kebijakan pemerintah

d) Pengaruh lain di luar usaha

e) Kenakalan peminjam

2. Menggali potensi peminjam

Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus

dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi

penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi

yang ada pada peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif

digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Adakah peminjam memiliki kecakapan lain ?

b. Adakah peminjam memiliki usaha lainnya ?

13

Page 14: Collectabilitas pembiayaan

c. Adakah penghasilan lain peminjam ?

3. Melakukan perbaikan akad (remidial)

4. Memberikan pinjaman ulang (mungkin dalam bentuk : pembiayaan Al-

Qardul Hasan, Murabahah, atau Mudharabah)

5. Penundaan pembayaran

6. Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan

margin baru (rescedulling)

7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.

Selanjutnya, unsur utama dalam menentukan kualitas pembayaran adalah

waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok

pembiayaan. Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi

hasil / profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan.

Secara umum kolektabilitas pembiyaan dikategorikan menjadi lima macam dan

diperinci atas :6

1. Pembiayaan Lancar (Pass) atau Kolektabilitas 1

Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria antara

lain :

a. Pembayaran angsuran dan atau bagi hasil tepat waktu,

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash

collateral)

Dengan indikasi :

1) Industri

Diterima umum

Permintaan cukup

Profitabilitas cukup

Persaingan minimal

2) Perusahaan

Di atas rata-rata sektor

6 Rivai, Verithzal, 2008, Islamic Financial Management, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm.33

14

Page 15: Collectabilitas pembiayaan

Daya saing kuat

Produk dan pasar yang baik

3) Keuangan

Menguntungkan

Likuid

Cash flow memadai

Rasio utang rendah

Dua sumber pembayaran kembali

Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange dan stabilitas

suku bunga

4) Manajemen

Memiliki kemampuan

Memiliki integritas

Memiliki visi strategis yang jelas

Kontrol yang baik

Eksternal audit yang baik

5) Viability

Tidak ada risiko yang signifikan

Pembiayaan dengan angsuran di luar Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)7

1) Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi hasil / profit

margin atau cerukan karena penarikan atau

2) Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi:

a) Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa

angsurannya kurang dari 1 bulan; atau

b) Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa

angsurangnya bulanan, dua bulanan, atau tiga bulanan; atau

c) Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya

ditetapkan 4 bulanan atau lebih;

3) Terdapat tunggakan bagi hasil / profit margin, tetapi :

7 Muhammad, Op.cit, hlm.312

15

Page 16: Collectabilitas pembiayaan

a) Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama dengan

angsurannya kurang dari 1 bulan; atau

b) Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya

lebih dari 1 bulan; atau

4) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum

melampaui 15 hari kerja.

Pembiayaan dengan angsuran untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah

1) Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok; atau

2) Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum melampaui 6 bulan

Pembiayaan tanpa angsuran atau pembiayaan rekening koran

1) Pembiayaan belum jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bagi hasil / profit

margin; atau

2) Pembiayaan belum jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bagi hasil / profit

margin, tetapi belum melampaui 3 bulan; atau

3) Pembiayaan telah jatuh waktu, dan telah dilakukan analisis untuk

perpanjangannya tetapi karena kesulitasn teknis belum dapat

diperpanjang.

4) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum

melampaui 15 hari kerja.

Cerukan Rekening Giro

Terdapat cerukan rekening giro tetapi jangka waktunya belum melampaui

15 hari kerja.

2. Kurang Lancar (Substandar) atau Kolektabilitas 2

Pembiayaan yang dapat digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar

apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil.

b. Sering terjadi cerukan

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

sembilan puluh hari

16

Page 17: Collectabilitas pembiayaan

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yangb dihadapi debitur

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah

Dengan indikasi :

1) Industri

Bergejolak

Pendapatan menurun

Permintaan menurun

Risiko liberalisasi

Risiko bahan mentah

Risiko devaluasi

Regulasi harga

Weak co under preasure

2) Perusahaan

Di bawah rata-rata sektor

Tingkat kompetisi tinggi

Aspek teknologi lemah

3) Keuangan

Pendapatan rendah mendekati nol

Likuiditas rendah

Rasio utang tinggi

Satu sumber pembayaran kembali.

Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok dan bunga

pinjaman

Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan bunga

Meningkatnya masalah modal kerja.

4) Manajemen

Kepastian rendah

Kurang pengalaman

Integritas diragukan

Tidak ada visi strategis

17

Page 18: Collectabilitas pembiayaan

Kontrol yang lemah

Konflik kepemimpinan

Eksternal audit dapat lemah

5) Viability

Dukungan pemilik diragukan

Memerlukan pemasaran yang baru

Risiko masa depan yang potensial

Terdapat masalah ketenagakerjaan

Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan

Pembiayaan dengan angsuran diluar Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang :

a) Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi pembiayaan

dengan angsuran kurang dari 1 bulan; atau

b) Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi pembiayaan

dengan angsuran kurang dari 1 bulan; atau

c) Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi

pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih;

atau

2) Terdapat tunggakan bagi hasil / profit margin, tetapi :

a) Melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan

dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan; atau

b) Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan

dengan angsuran kurang dari 1 tahun; atau

3) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum

melampaui 15 hari kerja.

Pembiayaan dengan angsuran untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah

Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 6 bulan tetapi

belum melampaui 9 bulan.

18

Page 19: Collectabilitas pembiayaan

Pembiayaan tanpa angsuran

1) Pembiayaan belum jatuh waktu

a) Terdapat tunggakan bagi hasil / profit margin yang melampaui 3 bulan

tetapi belum melampaui 6 bulan; atau

b) Terdapat penambahan plafon atau pembiayaan baru dimaksudkan

untuk melunasi tunggakan bagi hasil / profit margin; atau

2) Pembiayaan belum jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum

melampaui 3 bulan; atau

3) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah

melampaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja.

Pembiayaan yang diselamatkan

1) Tidak memenuhi kriteria tersebut pada kriteria lancar dan tidak ada

tunggakan; atau

2) Terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi pada kriteria lancar; atau

3) Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah

melampaui 15 hari kerja dan belum melampaui 30 hari kerja.

3. Diragukan (Doubtful) atau Kolektabilitas 3

Pembiayaan digolongan diragukan apabila pembiayaan yang bersangkutan

tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar, seperti tersebut pada

kriteria lancar dan kurang lancar dan berdasarkan penilaian dapat

disimpulkan bahwa :

a. Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-

kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi hasil / profit

margin; atau

b. Pembiayaan tidak dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-

kurangnya 100% dari hutang peminjam.

Selain itu, pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan

apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran dan atau bunga

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari

19

Page 20: Collectabilitas pembiayaan

d. Terjadi kapitalisasi bunga

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan

maupun pengikatan jaminan

Dengan indikasi :

1) Industri

Tidak baik

Pendapatan nol atau negatif

Kompetisi harga sangat tajam

Harga menurun

Memerlukan restrukturisasi operasional

Harga politis

2) Perusahaan

Jauh di bawah rata-rata sektor

Tingkat kompetisi yang sangat tinggi

Masalah teknologi yang parah

Membutuhkan modernisasi yang mendesak

Kehilangan pasar

Masalah produk

Ekspansi yang terlalu cepat

3) Keuangan

Kerugian operasional

Tidak likuid

Menjual asset untuk mempertahankan usaha

Aliran kas < pembayaran bunga

Rasio utang sangat tinggi

Sumber pembayaran tidak cukup

Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian operasional

4) Manajemen

Parah

Tidak kompeten

Tidak bisa bekerja sama

20

Page 21: Collectabilitas pembiayaan

Kontrol sangat lemah

Masalah kepemilikan

Tidak ada sumber permodalan baru

Eksternal audit yang parah

5) Viablity

Masalah operasional

Kelebihan tenaga kerja yang banyak

Membutuhkan penghapusan utang

Restrukturisasi produk

Restrukturisasi proses

Pengembalian biaya tidak penuh

4. Perhatian Khusus (Special Mention)

Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria antara

lain :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga bagi hasil yang

belum melampaui sembilan puluh hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan

c. Mutasi rekening relatif aktif

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

e. Didukung oleh pinjaman baru

Dengan indikasi :

1) Industri

Dipertanyakan

Pendapatan menurun

Kompetisi meningkat

Kompetisi harga meningkat

Biaya operasi meningkat

Dalam real estate, tingkat hunian dan atau daya serap menurun

2) Perusahaan

Di dalam rata-rata sektor

Beberapa kelemahan dalam persaingan

21

Page 22: Collectabilitas pembiayaan

3) Keuntungan

Keuntungan rendah

Likuiditas dapat diterima

Rasio utang moderat

Dua sumber pembayaran kembali

Aliran kas lebih rendah dari pembayaran pokok dan bunga pinjaman

Dapat menopang perubahann kecil foreign exchange dan suku bunga

4) Manajemen

Mampu memenuhi syarat

Memiliki integritas

Beberapa permasalahan strategi

Perbaikan dalam kontrol

Komite pemilik dan manajemen

Eksternal audit dapat diterima

5) Viability

Kemauan melepaskan diri dari masalah

Kekuatan untuk menanggulangi

Pemilik dapat mendukung

Model baru dimungkinkan jika perlu

Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti

5. Macet (Loss)

Pembiayaan digolongkan macet apabila :

a. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan; atau

b. Memenuhi kriteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan sejak

golongan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan; atau

c. Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada

pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah

diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit atau Badan

Arbitrase Syari’ah.

22

Page 23: Collectabilitas pembiayaan

Selain itu, pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet

apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan

pada nilai wajar

Dengan indikasi :

1) Industri

Hampir mati

Struktur industri lemah

Bersifat anakronis

2) Perusahaan

Tidak dapat berkompetisi

Ketinggalan teknologi

Produk yang lemah

Risiko negara

Peran yang sangat terbatas

Lower quartile

3) Keuangan

Kerugian yang besar

Penjualan asset saat merugi

Masalah kas dan utang yang parah

Aliran kas < biaya produksi

Tidak ada sumber pembayaran (kecuali likuidisasi)

4) Manajemen

Sangat parah

Tidak dapat dipercaya

Sangat tidak kompeten

Kemungkinan terjadi fraud

Tidak ada kepemimpinan

23

Page 24: Collectabilitas pembiayaan

5) Viability

Sangat dipertanyakan

Harus dilikuidasi

Harus dipecah-pecah

Likuidasi pada nilai dasar

Pembeli sedikit.

Manfaat klasifikasi Collectability Credit yaitu :

1. Untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia

2. Untuk mengetahui perkembangan jumlah kredit lancar, cukup lancar,

kurang lancar dan tidak lancar.

3. Untuk mengetahui jumlah kredit yang produktif, cukup produktif, kurang

produktif dan tidak produktif.

4. Untuk meningkatkan pengawasan dan penagihan kredit.

5. Sebagai tolok ukur kemampuan analis kredit, apakah mampu atau tidak.

Jika sebagian kredit yang disalurkan tergolong lancar atau cukup lancar

berarti analis kredit mampu. Sebaliknya, jika kredit yang tergolong

kurang lancar atau malah tidak lancar berarti analis kredit tidak mampu.

6. Sebagai tolok ukur baik atau tidaknya kebijaksanaan perkreditan yang

dilakukan manajer bank bersangkutan.

7. Sebagai tolok ukur tingkat kesehatan oleh Bank Indonesia

8. Untuk mengetahui jumlah piutang yang akan dihapuskan

9. Sebagai tool of management bagi manajer bank dalam perkreditannya.

Langkah-langkah untuk menanggulangi keadaan yang tidak diinginkan,

akibat dari tindakan dan perilaku pejabat pembiayaan yang menjadi kegagalan

pembiayaan atau pembiayaan bermasalah, antara lain :8

a. Menekan sekecil mungkin peluang terjadinya kolusi antara pejabat

pembiayaan dengan nasabah.

8

24

Page 25: Collectabilitas pembiayaan

b. Senantiasa mengingatkan pejabat pembiayaan untuk selalu mematuhi

SOP.

c. Melakukan on the spot ke lokasi usaha nasabah (tanpa sepengetahuan

nasabah) untuk :

1) Mengecek kebenaran pemilik perusahaan, mengcek dan mencocokkan

kebenaran izin-izin.

2) Mengecek kebenaran data keuangan yang disampaikan nasabah

(melakukan audit laporan keuangan nasabah).

3) Mengecek kebenaran data yang disampaikan nasabah (posisi stok

dengan jumlah fisik, posisi piutang dengan buku penjualan dan

dilengkapi dengan nota-nota penjualan, posisi utang dengan buku

pembelian, buku bank, rekening koran nasabah, realisasi penjualan

dan produksi, data perkembangan kemajuan proyek investasi dengan

laporan kemajuan proyek, dan data lain yang dianggap perlu.

4) Mengecek kebenaran data jaminan yang akan diserahkan nasabah

sebagai jaminan pembiayaan; mengecek aktivitas perusahaan (dalam

arti tingkat kesibukannya), aktivitas produksi, dan pemasaran;

mengecek apakah nasabah menjalankan usaha sampingan yang lain di

dalam lokasi perusahaan yang akan dibiayai.

d. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang benar-benar dibutuhkan oleh

nasabah secara akurat.

e. Hendaknya pejabat pembiayaan tidak terlalu berambisi mengejar

pendapatan sehingga mengurangi kewaspadaan terhadap risiko

kemacetan pembiayaan.

f. Tidak menyalurkan pembiayaan dalam jumlah besar hanya pada

beberapa nasabah tertentu saja.

g. Tidak mengompromikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan

merekayasa perhitungan dan analisis pembiayaan demi kepentingan

nasabah.

h. Menetapkan kebijakan dan strategi pembiaayaan yang sehat.

25

Page 26: Collectabilitas pembiayaan

i. Memiliki informasi yang lengka mengenai pembiayaan yang akan

diberikan.

j. Kemampuan mengambil tindakan yang tegas terhadap debitur yang

wanprestasi.

k. Tidak bersikap memudahkan masalah yang ada dalam kegiatan kredit

meskipun terhadap debitur lama. Di sini, hal yang penting untuk

dilakukan adalah tetap melakukan pengawasan penuh. Tidak mudah

percaya dengan infromasi lisan yang disampaikan nasabah dan tidak

terlalu optimis dalam melakukan forecasting terhadap perusahaan

nasabah.

l. Mengintensifkan pengawasan.

m. Meningkatkan kemampuan teknik analis pembiayaan (account officer).

Proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektabilitas

pembiayaan, sebagai berikut :9

1. Pembiayaan Lancar, dilakukan dengan cara :

a. Pemantauan usaha nasabah

b. Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan

2. Pembiayaan potensi bermasalah, dilakukan dengan cara :

a. Pembinaan anggota

b. Pemberitahuan dengan surat teguran

c. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada

nasabah

d. Upaya prefentiv dengan penanganan reschedulling, yaitu penjadwalan

kembali jangka waktu angsurang serta memperkecil jumlah angsuran.

Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil

margin keuntungan atau bagi hasil.

3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara :

a. Membuat surat teguran atau peringatan.

9 Muhammad, Op.cit, hlm. 315

26

Page 27: Collectabilitas pembiayaan

b. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada

nasabah secara lebih sungguh-sungguh.

c. Upaya penyehatan dengan cara reschedulling, yaitu penjadwalan

kembali jangka waktu angsurang serta memperkecil jumlah angsuran.

Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil

margin keuntungan atau bagi hasil.

4. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara :

a. Dilakukan reschedulling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu

angsurang serta memperkecil jumlah angsuran.

b. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau

bagi hasil usaha.

c. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk

pembiayan Al-Qardhul Hasan.

27

Page 28: Collectabilitas pembiayaan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Semakain dini di ketahui adanya masalah, semakin cepat dapat diambil

langkah yang biasanya masalahnya belum terlalu berat. Bank yang tidak waspada

terhadap gejala- gejala tersebut, biasanya menghadapai kesuliatan dalam

menangani kreditnya yang bermasalah karena masalahnya baru disadari setelah

menjadi semakin banyak dan berat. Dengan demikian, sangat perlu

mengembangkan budaya waspada terhadap adanya gejala tersebut di atas

dikalangan staf atau karyawan agar kredit yang di berikan tidak bermasalah.

Pencegahan pembiyayaan bermasalah :

A. Prinsip kehati-hatian

1. Permohonan .

2. Analisis.

3. Keputusan.

4. Perjanjian.

5. Pengikat jaminan.

6. Pengawasan.

7. Pelunasan dan atau perpanjangan.

B. Tindakan penyelamatan pembiyayaan.

1. Rescheduling (penjadwalan kembali)

2. Memperpanjang jangka waktu pembiyayaan atau angsuran sehingga memperoleh

penyelesaian atau angsuran lebih ringan.

3. Reconditioning (persyaratan kembali) .

Mengubah persyaratan ,Perubahan tingkat BA-SIL, MARGIN.

28

Page 29: Collectabilitas pembiayaan

4. RESTRUCTURING (PENATAAN KEMBALI) .

a. Konversi pembiyayaan.

b. Konversi pembiyayaan menjadi penyertaan modal sementara pada

perusahaan debitur.

29