pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air

12
Modul Pemberdayaan P3A MODUL TENTANG PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) A. TUJUAN: 1. Terwujudnya pengertian bersama bagi peserta pelatihan tentang arti kata pemberdayaan; 2. Peserta pelatihan dapat memahami, menyusun langkah-langkah program pemberdayaan P3A serta melaksanakan program yang telah disusun. B. SASARAN : Sebagai kelompok sasaran Modul ini adalah : 1. Fasilitator pelatihan tingkat Kabupaten/Kota 2. Fasilitator pelatihan tingkat kecamatan/desa C. WAKTU PEMBELAJARAN : Didalam Kelas: Oiajarkan dan didiskusikan dalam waktu 120 menit. Diluarkelas: Direnungkan peserta (waktu tidak mengikat) agar dapat memahami arti kata pemberdayaan, sehingga dapat menyusun program-program yang sejalan dengan pemberdayaan masyarakat D. CARA: Metode pembelajaran tentang pemberdayaan ini dilakukan dengan : 1. Berdiskusi antar peserta tentang arti pemberdayaan 2. Mendiskusikan tentang langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk penyusunan program tentang pemberdayaan P3A sebagai suatu organisasi mandiri secara partisipatif. 1

Upload: burhannudin-apriliansyah

Post on 02-Aug-2015

325 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

MODUL TENTANG

PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)

A. TUJUAN:

1. Terwujudnya pengertian bersama bagi peserta pelatihan tentang arti kata

pemberdayaan;

2. Peserta pelatihan dapat memahami, menyusun langkah-langkah program

pemberdayaan P3A serta melaksanakan program yang telah disusun.

B. SASARAN :

Sebagai kelompok sasaran Modul ini adalah :

1. Fasilitator pelatihan tingkat Kabupaten/Kota

2. Fasilitator pelatihan tingkat kecamatan/desa

C. WAKTU PEMBELAJARAN :

Didalam Kelas:

Oiajarkan dan didiskusikan dalam waktu 120 menit.

Diluarkelas:

Direnungkan peserta (waktu tidak mengikat) agar dapat memahami arti kata

pemberdayaan, sehingga dapat menyusun program-program yang sejalan dengan

pemberdayaan masyarakat

D. CARA:

Metode pembelajaran tentang pemberdayaan ini dilakukan dengan :

1. Berdiskusi antar peserta tentang arti pemberdayaan

2. Mendiskusikan tentang langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk penyusunan

program tentang pemberdayaan P3A sebagai suatu organisasi mandiri secara

partisipatif.

1

Page 2: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

E. ISI:

1. Makna pemberdayaan

• Pemberdayaan secara harafiah bermakna menyebabkan lebih berdaya dari

sebelumnya dalam pengertian wewenang dan tanggung jawab temnasuk kemampuan

individual yang dimilikinya.

• Dari arti menurut kata-kata tersebut maka kata pemberdayaan dikembangkan lebih

lanjut sehingga banyak arti lain yang dipakai oleh beberapa orang ahli meskipun arti

yang sebenarnya tidak berubah dari arti dasar.

• Dari arti yang banyak tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan mempunyai

arti sebagai :

Proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan sesuatu untuk terus

dapat memberikan manfaat dalam proses yang dinamis secara bertanggung jawab

• Sesuatu yang dibendayakan tersebut dapat berbentuk sumberdaya dapat berbentuk

sumberdaya alam (air, tanah, angin) ataupun manusia, bahkan juga dana maupun

prosedur.

• Apabila pemberdayaan diberlakukan pada peningkatan potensi atau kemampuan

manusianya maka disebut pemberdayaan manusia. Demikian pula apabila dilakukan

pada pemberdayaan masyarakat.

• Sedangkan kata sumberdaya itu sendiri mengandung makna sebagai nilai

kemanfaatan sesuatu (manusia, lahan, air, angin) sesuai dengan keberadaanya

untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan oleh pemanfaat.

• Dari definisi tentang pemberdayaan di atas maka dapat ditandai bahwa :

Pemberdayaan selalu berhubungan dengan manusia baik sebagai pelaku maupun

pemanfaat dan sesuatu (misalnya air, atau lahan). Selain itu pemberdayaan selalu

menqacu pada perubahan

• Artinya ialah bahwa pemberdayaan selalu bersifat dinamis. Ini disebabkan oleh

karena hidup manusia selalu berkaitan dengan waktu, maka proses hidup dan

kehidupan manusia juga selalu berubah sesuai dengan waktu dan zamannya beserta

lingkungan strategisnya.

2

Page 3: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

2. Pemberdayaan Pengelolaan Irigasi

Mengapa perlu pemberdavaan pengelolaan irigasi ?

• Sewaktu pemerintahan Orde Baru, kebijakan pemerintah dalam pembangunan

sumberdaya air diarahkan untuk memotong garis kemiskinan dengan menaikkan

produksi pertanian melalui program pencapaian swa sembada beras. Maka untuk

itulah pemerintah (pusat) melakukan pembangunan in'gasi sebagai titik berat

pembangunan sumberdaya air. Kebijakan pemerintah tersebut selaras dengan

paradigma pembangunan atau konsep dasar berpikir yang dianut pada waktu itu yaitu

berupa pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar-besarnya.

• Oleh sebab itu dilakukanlah pembangunan sistem irigasi secara besar-besaran,

baik.berupa pembangunan fisik, dan setelah selesai kemudian diikuti dengan

pengembangan lunak berupa perangkat kelembagaan beserta perangkat hukumnya.

• Karena berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional, maka pemerintah pusat

sangat berkepentingan dengan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan

termasuk pembangunan irigasi. Oleh sebab itu pembangunan dilaksanakan dengan

cara pelaksanaan pembangunan dengan paradigma lama.

Pembangunan dengan paradigm alama dilaksanakan dengan :

• Secara terpusat

• Berorientasi target

• Pendekatan atas bawah, dan

• Seragam baik program pembangunannya sendiri maupun cara

pelaksanaannya.

• Pembangunan secara terpusat dan seragam pada awalnya dapat dilaksanakan

dengan baik, sehingga tujuan pembangunan sektor pengembangan sumberdaya air

(irigasi) berupa swa sembada beras dapat tercapai. Tetapi pada akhirnya pencapaian

tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan secara terpusat dan seragam

tersebut tidak dapat dipertahankan kembali. Hal in! disebabkan oleh karena metode

penyelenggaraan pembangunan yang dilaksanakan mengandung beberapa

kelemahan.

3

Page 4: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

Kelemahan-kelemahan pembangunan dengan paradigma lama tersebut adalah :

• Penyelanggaraan pembangunan secara seragam di seluruh Indonesia, akan

sangat bertentangan dengan keragaman social budaya dan lingkungan

strategis setempat.

• Pelaksanaan pembangauna dengan pendekatan atas bawah dan terpusat

menunjukkan adanya domiunasi pemerintah dalam pelaksanaan

pembangunan sehingga sangat memperkecil peran masyarakat setempat; dan

• Pelaksanaan pembangunan sangat berorientasi target yang terukur saecara

fisik, dan tidak berorientasi pada proses, akibatnya adalah bahwa

pembangunan fisik sangat terlepas dari konteks pembangunan masyarakat

sabagai pemanfaat hasil pembangunan.

• Adanya pelaksanaan pembangunan dengan memakai metode atas bawah, seragam,

dan sentralistik dengan beberapa kelemahan yang telah disebutkan mempunyai

akibat dan dampak yang luas pada masyarakat pemakai dan pemanfaat jaringan

irigasi.

• Akibat yang nyata adalah munculnya konflik antara masyarakat dengan pemerintah,

seperti ditunjukkan oleh kasus Kedungombo, Nipah, Proyek Lahan Gambut (PLG)

dan Iain-lain.

• Selain itu ketergantungan masyarakat terhadap peran pemerintah yang sangat besar

juga menyebabkan beban pemerintah untuk melaksanakan operasi dan

pemeliharaan (O&P) sistem irigasi yang sudah dibangun menjadi sangat besar

sehingga menyebabkan kondisi sistem jaringan yang sudah ada menjadi lebih buruk

dan mengancam keberlanjutan sistem irigasi tersebut. Dampak dari itu semua adalah

pertumbuhan ekonomi masyarakat yang semula dijadikan sasaran pembangunan

irigasi menjadi tidak terwujud.

• Selain ketergantungan yang bersifat ekonomi dan finansial, ketidak mandirian

masyarakat juga terjadi dalam aspek sosial dengan ditunjukkan oleh

ketidakmampuan masyarakat untuk menyelesaikan konflik serta masalah-masalah

sosialnya secara mandiri.

• Pada pemerintahan Orde Baru yang lalu upaya untuk mengatasi masalah tersebut

sebenamya sudah dilakukan, yaitu melalui Maklumat Kebijakan Pemerintah

4

Page 5: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

tahun 1987 tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

• Inti dan Maklumat Pemerintah tahun 1987 tersebut adalah adanya keinginan

pemerintah untuk melakukan Penyerahan irigasi Kecil (Daerah Irigasi < 500 ha)

kepada masyarakat dan pemungutan luran Pelayanan Irigasi (IPAIR) untuk DI >

500 ha.

• Meskipun kedua kebijakan tersebut dikeluarkan untuk mengatasi kelemahan-

kelemahan yang timbul tetapi karena pelaksanaannya masih tetap mengacu pada

paradigma lama maka kedua kebijakan tersebut setelah lebih dan 10 tahun

berjalan masih kurang dapat memenuhi tujuan dan sasaran yang diharapkan.

3. Pembangunan dan pengelolaan irigasi dengan paradigma baru

• Adanya kelemahan pelaksanaan pembangunan dengan paradigma lama telah

menyebabkan munculnya paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan.

• Paradigma baru pelaksanaan pembangunan tersebut lebih menitik beratkan pada

pembangunan manusia dan kemanusiaannya, secara tanggap lingkungan dan

berkelanjutan. Paradigma baru ini muncul karena menganggap bahwa

pembangunan itu dilakukan untuk tujuan pengembangan manusia dan

kemanusiaannya sehingga keberadaan manusia'dan kemanusiaan tersebut lebih

penting dari pembangunannya itu sendiri.

• Paradigma baru ini timbul sejalan dengan munculnya beberapa fenomena

perkembangan di masyarakat, berupa maraknya terhadap beberapa tuntutan

masyarakat.

Fenomena yang muncul berupa tuntutan masyarakat sebagai pemicu munculnya

paradigma baru pembangunan adalah :

• Penegakan hak azasi manusia

• Proses demokratisasi,

• Penegakan hokum,

• Desentralisasi,

• Partisipasi,

• Keseimbangan lingkungan, serta

• Pengembangan sumberdaya air secara menyeluruh dan berkelanjutan.

• Dalam konteks pembangunan dan pengelolaan sumberdaya air termasuk air, maka

5

Page 6: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

adanya aparadigma baru tersebut telah memunculkan adanya pengertianpengertian

sebagai berikut :

• Bahwa air keberadaannya tidak dapat terpisahkan dari hokum alam dalam

bentuk siklus hidrologi (keberadaan air sebagai, hujan, air permukaan, air

tanah, uap air, awan, es, salju merupakan seuatu siklus ) an hokum hidrolika

(air mengalir dari tempat yang mempunyai energi ntinggi ketrempat yang

energinya rendah, air masuk dan mengalir melalui suatu tempat selalu dalam

jmlah yang sama dengan yang kelauar);

• Bahwa air sebagai bentuyk karuynia Tuhan Yang Maha Esa selain

mempunyai nilai social juga bernilai ekonomi, sehingga adalam beberapa hal

air menjadi masukan dalam proses usaha ekonomi;

• Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sma auntuk memperoleh

air yang dibutuhkan secara sepadan dan menjaga keberlanjutannya baik

dalam skala jumlah, mutu dan waktu;

• Pembangujnan dan pengelaolaan irigasi menjadi bagian dariu

pengembangan sumberdaya nair yang dilakukan secara menyeluruh;

• Pentingnya partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pembangaunan dan

pengelolaan sumberdaya aoir termasuk irigasi, dari mulai proses

perencanaan, pengambilan keputusan sampai poengawasan, monitoring dan

evaluasi.

• Pentingnya pelaksanaan desentralisasi dan otonpomi daerah sebagai salahj

satu upaya penghormatan terhadap kepentingan masyarakat setempat

dengan keragaman social-budaya masyarakat dan lingkungan strategis

setempat.

• Pelaksanaan pembangunan irigasi dengan paradigma baru yang berorientasi pada

pembangunan kemanusiaan dengan pengertian-pengertian di atas menenkankan

azas pemberdayaan masyarakat dalam arti dan definisi sebagai suatu proses yang

mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyaralat untuk terus dapat

memberikan manfaat dalam proses pembangunan irigasi yang dinamis secara

bertanggung jawab.

• Kecenderungan munculnya paradigma baru dalam pembangunan tersebut

6

Page 7: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

sebenarnya tidak hanya terjadi di dalam negeri saja tetapi sudah merupakan

fenomena global dan terjadi diseluruh dunia yang berlangsung sejak akhir dasa

warsa 80-an.

• Munculnya paradigma pembangunan yang baru juga telah memunculkan metode-

metode baru tentang bagaimana agar dapat melaksanakan pembangauan dengan

memakai paradigma baru, seperti misalnya penggunaan ,metode untuk menngukur

keberlanjutan lingkungan, dengan Metode Penaksiaran Dampak Lingkungan

(Environmental Impact Assessment, EIA), serta metode pengumpulan dan

penaksiran kebutuhan masyarakat melalui metode partisipasi seperti Penjajagan

Cepat Kondisi Pedesaan, PCKP (Rapid Rural Appraisal, RRA), dan Penjajagan

Kondisi Pedesaan Partisipatif, PPKP (Participatory Rural Appraisal, PRA)

• Karena paradigma pembangunan baru muncul secara global, maka pada awal dasa

warsa 90'an pun metode-metode tersebut masuk ke Indonesia dan sudah

dilaksanakan oleh beberapa Departemen. Dalam lingkup pembangunan irigasi

misalnya telah dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dalam bentuk Sekolah

Lapangan Tata Guna Air (SLTGA), Departemen Pekerjaan Umum dengan memakai

metode Kunjungan Tindak Lanjut (KJL) yaitu suatu metode pelatihan yang

menggunakan prinsip-prinsip PRA dalam pelaksanaannya. Meskipun demikian hasil

pelaksanaannya belumlah dapat disebut sebagai pemberdayaan masyarakat dalam

arti yang sebenamya.

• Tuntutan temadap pelaksanaan pembangunan dengan poaradigma baru termasuk

pembangunan irigasi bertambah kuat seiring dengan maraknya tuntutan reformasi

dalam kehisupan sosial-politik di negara kita. Untuk itu Pemerintah melalui Instruksi

Presiden no. 3/1999 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan Irigasi, telah

mencanangkan lima kebijakan baru dalam pengelolaan irigasi.

Kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam INPRES 3/1999 tersebut secara singfkat

berupa :

• Redefinisi tugas dan peran pengelola irigasi

• Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A);

• Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI);

• Penyediaan dana Operasi dan Pemeliharaan melalui iuran pengelolalan air;

• Keberlanjutan Irigasi.

7

Page 8: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

• Meskipun kebijakan-kebijakan tersebut terdiri atas lima kebijakan tetapi sebetulnya

merupakan satu kesatuan makna yaitu upaya pemberdayaan masyarakat tani dalam

arti sebenamya, baik pemberdayaan dalam arti harafiah yaitu sebagai upaya

pemberian peran/tanggung jawab lebih besar dari sebelumnya maupun

pemberdayaan dalam arti yang luas seperti telah didefinisikan di atas.

• Menurut Peraturan Pemerintah (PP) no 23/1982 tentang Irigasi disebutkan bahwa

petani hanya bertanggung jawa atas pengelolaan air 50 meter setelah pintu sadap

tersier. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan pengelolaan irigasi di suatu DI.

Pemerintah hanya bertanggung jawab atas jaringan utama dan petani bertanggung

jawab atas pengelolaan di tingkat tersier.

• Dengan adanya pemisahan ini maka selama ini petani tidak pernah dilibatkan dalam

pengelolaan irigasi secara utuh. Upaya pembinaan yang selalu dilakukan adalah

upaya untuk mengatasi permasalahan yang timbul di tingkat tersier, tetapi kepada

PSA tidak pernah diberikan pengetahuan tentang pengelolaan irigasi di Tingkat

jaringan utama serta hubungan antara satu petak tersier dengan tersier lain tidak

pernah dibahas secara dialogis.

• Sebagai akibat dari upaya pembinaan yang kurang sepadan tersebut adalah masih

adanya konflik antar tersier di dalam suatu jaringan irigasi meskipun diakui konflik air

di tingkat jaringan tersier sudah jauh sangat berkurang. Kejadian ini sangat sering

terjadi di mana-mana. Dengan penetapan alokasi air di tetapkan oleh petugas, maka

tanpa adanya keterbukaan pengelolaan irigasi yang dilakukan petugas akan sangat

rawan untuk terjadinya penetapan alokasi dan pembagian air di luar otoritas. Selain

itu konflik yang tak terselesaikan akan memicu tindakan anarkis, misalnya

ditunjukkan oleh perusakan bangunan ukur, bagi sadap, ataupun pencurian kunci-

kunci pintu air.

• Dengan adanya program PPI yang tercakup dalam INPRES 3/1999 ini maka

pengelolaan irigasi di dalam suatu 01 akan diserahkan kepada petani melalui suatu

organisasi P3A Gabungan. Dengan demikian efisiensi manajemen akan dapat

meningkat Rendahnya efisiensi manajemen yang disebabkan oleh timbulnya konflik

di dalam suatu DI akan ditangani dan diselesaikan oleh petani sendiri. Pemerintah

hanya akan bertindak sebagai fasilitator.

• Dalam kebijakan yang baru tersebut pemberdayaan petani juga dilakukan dengan

mengakui dan memfasilitasi organisasi petani apapun bentuknya untuk dapat

melakukan upaya berorientasi bisnis sehingga dapat menyediakan dana untuk

8

Page 9: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

tetap terjaga keberlanjutannya. Apabila upaya bisnis tersebut masih berkaitan

dengan irigasi yang dijalaninya maka air tidak lagi hanya menjadi masukan produksi

saj'a tetapi sudah dapat diperhitungkan sebagai masukan modal usaha tani.

• Dengan adanya program PPI maka di satu pihak, petugas pemerintah juga tidak

berkurang tugasnya. Meskipun tidak lagi melakukan pengelolaan di tingkat jaringan

utama tetapi petugas pemerintah masih harus melakukan pengawasan dan audit

teknis untuk jaringan irigasi yang sudah diserahkan pengelolaannya. Selain itu

petugas pemerintah juga diringankan tugasnya karena tidak lagi dibebani pekerjaan

tambahan berupa upaya penyelesaian konflik yang selalu terjadi di jaringan utama.

• Pada masa pasca penyerahan dalam hal petani tidak mampu untuk dapat melakukan

perbaikan berat sistem jaringan yang telah diserahkan pengelolaannya baik secara

teknis maupun dana maka pemerintah masih dapat memberikan bantuan perbaikan

dalam bentuk subsidi dana ataupun bantuan teknis kepada petani. Meskipun

demikian setiap upaya pemberian bantuan baik berupa dana, bantuan teknis ataupun

upaya perbaikan dan rehabilitasi jaringan harus selalu didiskusikan teriebih dahulu

dengan petani.

• Meskipun Pemerintah Pusat telah menyusun suatu Pedoman Umum PPi tetapi setiap

Kabupaten/Kota dapat menyusun Pedoman pelaksanaan program PPI di wilayahnya

sendiri agar tebih dapat diimplementasikan. Penyusunan Pedoman kabupaten ini

hendaknya dilakukan secara demokratis dengan mengikutsertakan seluruh pihak

yang terlibat dalam manajemen irigasi (stakeholder).

• Upaya untuk untuk melaksanakan INPRES 3/1999 termasuk program PPI di suatu

wilayah dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang ditentukan secara demokratis

dengan berdialog di antara semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan

irigasi.

9

Page 10: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

Langkah-langkah yang disarankan untuk melaksanakan INPRES 3/1999 :

• Melakukan sosialisai tentang INPRES 3/199 beserta program PPI, sosialisasi

dilakukan kepada seluruh pihak yang terkait dalam pengelolaan irigasi di

semua tingkatan. Sosialisasi terutama menyangkut tentang manfaat yang

diperoleh baik petani maupun petugas pemerintah dengan adanya INPRES

3/1999 tersebutr;

• Penyamaan persepsi dari semua pihak yang terlibat dalam pegeloalan irigasi

di setiap kabupaten tentang pelaksanaan INPRES 3/1999.

• Menyusun rencana kerja pelaksanaan INPRRES 3/1999 termasuk pedoman

PPI yang dapat diberlakukan pada wilayah bersangkutan.

• Menyususn suatu pedoman pelaksanaan PPI di wilayah bersangkutan yang

berisikan criteria kesiapan teknis, kesiapan organisatoris, maupun kesiapan

finansial suatu organisasi petani untuk dpat menerima pengelolaan jaringan

irigasi, kesiapan pemerintah untuk menyerahkan serta prosedur penyerahan.

• Melaksanakan seluruh kebijakan yang tertuang dalam INPRES 3/199

termasuk PPI berdasarkan prosedur dan tatacara yang telah disepakati.

4. Pemberdayaan organisasi petani

• Sebagaimana halnya dalam pengelolaan irigasi, pelaksanaan terpusat,

pendekatan atas bawah dan seragam -tersebut juga dilakukan pada

pembangunan perangkat lunak yang berupa penyusunan perangkat hukum dan

pembentukan organisasi petani.

• Menurut teori tentang organisasi suatu organisasi akan dapat berjalan dengan

baik apabila unsur-unsur dalam organisasi tersebut dapat berkesetimbangan

dengan lingkungan strategisnya.

10

Page 11: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

Unsur-unsur dalam organisasi mealiputi :

• Tujuan organisasi dan juga tujuan setiap anggota untuk berorganisasi,

• Teknologi/prosedur cara kerja organisasi,

• Struktur Organisasi,

• Hubungan anatara anggota, dan

• Sistem manajerial yang dilakukan dalam kerja organisasi.

Sedangkan lingkungan strategis suatu organisasi adalah :

• Kebijakan,

• Aspek sosial/ekonomi masyarakat, dan.

• Lingkungan ekologisnya.

• Dalam pembinaan P3A dengan paradigma lama maka pelaksanaannya dititikberatkan

pada target, yaitu berapa jumlah organisasi yang terbentuk. Dalam pembentukan

organisasi tersebut langkah-langkah pelaksanaan dilakukan dengan hanya

memperhatikan pembentukan struktur organisasi serta penyusunan Anggaran Dasar

(AD) dan Aggaran Rumah Tangga (ART) organisasi.

• Selama ini pembentukan organisasi ataupun penyusunan AD/ART dilakukan tanpa

melalui suatu proses yang demokratis. Akibatnya adalah bahwa hampir sebagian

besar organisasi yang sudah terbentuk tidak dapat beroperasi secara optimal.

• Meskipun upaya pembinaan yang dilakukan secara seragam tetapi karena adanya

keragaman sosial-budaya masyarakat dan lingkungan strategis berbeda maka P3A

yang sudah dibentuk menampilkan kinerja yang berbeda-beda pula. Untuk itu upaya

pemberdayaan masyarakat beserta organisasi P3A juga dilakukan berbeda-beda.

11

Page 12: Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Modul Pemberdayaan P3A

12

Secara umum langkah-langkah pemberdayaan dilakukan sebagai berikut :

• Dengan metode PPKP melakukan petugas pemerintah sebagai fasilitator

melakukan dialog untuk menentukan kelamahan, kekuatan, peluang, dan

ancaman yang sedang dihadapi P3A yang sudah terbentuk dan

kemungkian untuk pembentukan P3A gabungan sebagai persiapan untuk

pelaksanaan program PPI,

• Setelah secara dialogis pula menentukan renacana strategis langkah-

langkah yang akan diambil beserta cara-cara pelaksanaan program

• Melaksanakan program pemberdayaan secara dialogis dan partisipatif.

Sedangkan untuk melakukan pembentukan P3A dapat ditempuh sebagai berikut :

• Denga cara PCKP mempelajari ada atau tidaknya kelembagaan irigasi

yang ada di DI yang akan di bentuk, serta mengetahui potensinya yang

ada.

• Dengan cara PCKP untuk mengetahui kebutuhan yang ada di masyarakat

sehingga dalam pembuatan AD dan ART P3A dapat diselaraskan dengan

kebutuhan masyarakat.