pemberdayaan perikanan rakyat melalui · pdf filejumlah rumah tangga / perusahaan perikanan...
TRANSCRIPT
© 2003 Mulyono Partosuwirjo Posted 17 January, 2003 Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Januari 2003 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. John Haluan, Msc
PEMBERDAYAAN PERIKANAN RAKYAT MELALUI
MANAJEMEN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB)
Oleh
MULYONO PARTOSUWIRJO C 561020064
E-mail: [email protected]
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan 2/3 dari seluruh wilayah berupa perairan dengan potensi
sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton pertahun. Dengan besarnya potensi tersebut,
sudah selayaknya pembangunan sektor kelautan dan perikanan didorong
perkembangannya agar dapat mendukung pembangunan secara nasional, khususnya
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Potensi tersebut telah
dikelola/diproduksi sebesar 4,1 juta ton/th, sedangkan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan ( JTB ) sebesar 5 juta ton/ th, sehingga peluang untuk usaha
peningkatan mutu dan produksi masih cukup besar. Tingakapt produksi sebesar 52%
4,6 juta ton/th, terdiri dari 2,4 juta ton/th perairan dalam dan 2,20 juta ton/th perairan
ZEEI ( 48% ) ( BPS vol III, 1998 ).
Jumlah rumah tangga / perusahaan perikanan laut menurut kategori dari usaha
yaitu ukuran tenaga penggeraqk perahu. Perahu tanpa motor dan perahu motor tempel
sebanyak 384.534 buah ( 80% ), sedang jumlah perahu motor dalam sebanyak 90.858
buah ( 20% ), jumlah kapal menurut ukuran (GT), kapal dibawah 50 GT sebanyak
95.433 buah ( 98% ), sedang kapal lebih dari 30 GT sebanyak 2.105 buah ( 2% ).
Dengan demikian pengelolaan potensi perikanan indonesia masih didominasi perikanan
rakyat dan tingkat teknologinya masih padat karya ( buruh intensif ).
Jumlah ekspor sebesar 577.419 ton ( 12,54% ) dari total produk nasional 4,6
juta ton ( BPS Vol III 1998 ). Jumlah ikan yang dipasarkan dalam bentuk segar
mencapai 77,6%, produk es nasional sebesar 2,9 juta ton dan hanya 30% tersebut
hanya dapat di pakai eksport ikan sebesar 19,2% dari totalproduk nasional . oleh
karena itu mutu ikan yang dipasarkan dalam negeri masih kurang bagus.
Sektor perikanan saat ini masih belum sempurna tentang kelembagaannya yang
bernuansa bisnis perikanan dalam suatu sistem organisasi yang terintegrasi antara
aspek input, penangkapan, agro industri, dan pemasaran belum tertata dengan baik
inskonstitusional antara pelaku-pelaku dalam Agribisnis Perikanan tersebut,
menyebabkan nelayan yang bersifat lemah menghadapi kelompok hilir sehingga
menyebabkan munculnya masalah transmisi, akibatnya penyebaran nilai tambah tidak
propesional .
Dengan ciri teknologi padat karya, mutu masih kurang bagus, masalah transmisi
informasi dengan pola kondisi usaha tersebut perlu diciptakan model yaitu managemen
yang posisi nelayan sama kuat dengan kelompok hilir, sehingga nilai tambah yang
diperoleh dapat didistribusikan yang proposional, yang akhirnya nelayan dapat
maningkat status sosialnya, ekonomi dan sebagainya ( pemberdayaan ).
II. ALASAN MEMILIH PEMBERDAYAAN PERIKANAN RAKYAT
II.1 Perikanan di Indonesia sebagian besar msih dikelola oleh Perikanan rakyat,
sehingga apabila diperbaiki managemennya dapat tumbuh dan berkembang
olehnya tentu akan memberikan kontribusi besar pembangunan Perikanan dan
Kelautan.
II.2 Di Perikanan rakyat ada dua masalah krusial yaitu kelembagaan dan mutu
produksi ikan masih jauh diharapkan , dan apabila kedua masalah tersebut
dibenahi niscaya dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat nelayan.
II.3 Kelompok usaha bersama salah satu penataan kelembagaan, ini merupakan
pola kerja sama Agribisnis yang berintegrasi antara hilir dan hulu, sehingga
dapat efisien dan efektif dalam pemanfaatan aset bersama.
III. IDENTIFIKASI MASALAH PADA PERIKANAN RAKYAT III.1. Kondisi Perikanan Rakyat
Jumlah rumah tangga / perusahaan Perikanan laut menurut kategori jenis usaha
tanpa perahu sebanyak 475.392 buah yang meliputi usaha tanpa perahu sebanyak
60.599 buah , perahu tanpa motor sebanyak 213.432 buah, perahu motor tempel
sebanyak 110.503 buah dan perahu kapal dengan motor dalam sebanyak 90.858 buah.
Apabila di asumsikan usaha rakyat kecil dari usaha tanpa perahu sampai motor tempel
sebanyak 384.534 buah atau 80% dan usaha industri perahu bermotor dalam sebanyak
90.858 buah atau 20%, untuk jelasnya dapat di lihat tabel I. Diantara/beberapa Ukuran
perahu motor dalam masih ada usaha skala rakyat, sehingga usaha industri masih di
bawah 20%
Tabel I : jumlah rumah tangga nelayan/perusahaan perikanan laut menurut katergori usaha
I. Skala tradisional (perikanan rakyat)
Skala tradisional (perikanan rakyat) ……………………..384.534 buah 80%
- usaha tanpa perahu 60.599 buah
- usaha perahu tanpa mptor 213.432 buah
- usaha perahu motor tempel 110.503 buah
Skala industri 90.858 buah 20%
- usaha 90.858
Total rumah tangga 475.392 buah 100%
DJPT 2002
Jumlah kapal / Perahu di Perikanan laut sebanyak 97.538 buah yang
diklafikasikan kapal yang berukuran 1-5 GT sebanyak 658.97 buah, kapal yang
beukuran 5-10 GT sebanyak 19.460 buah, kapal yang berukuran 10-20 GT sebanyak
5.599 buah, kapal yang berukuran 30-50 Gt sebanyak 1.543 buah, kapal yang
berukuran 50-100GT sebanyak 741 buah dan kapal yang berukuran lebih banyak 200
GT sebanyak 326 buah. Berdasarkan ukuran yang dikaitkan dengan skala usaha rakyat
kapal yang berukuran 1-50 GT sebanyak 95.433 buah atau 98%, sedang skala usaha
industri kapal yang berukuran 50 GT lebih dari 200 GT sebanyak 2105 buah atau 2%,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Dimana kapal yang ukuran dibawah 50 GT sistem pendingin yang dipakai untuk
mengawetkan ikan masih bersifat tradisional ( Konvensional ) yaitu dengan pendingin
es dan ada yang air garam sedang kapal yang berukuran lebih 50 GT sistem
pendinginnya sudah sebagian besar dengan mekanik contoh ada yang alat
pendinginya chelling room yaitu ruangan dingin dengan temperatur 0 – 5 o C, brine
tank yaitu larutan garam dan air yang dinginkan, kontak plate yaitu lewat pipa
evavorator yang didinginkan, udara dingin yang disemprotkan pada ikan, alkohol yang
didinginkan dan sebagainya,
Tabel 2 : jumlah kapal memuat ukuran GT
Kapal ukuran 1-50GT 95.433 buah 98%
- Kapal kurang dari 50 GT 65.897 kapal
- Kapal ukuran 5 – 10 GT 19.460 kapal
- Kapal ukuran 10 – 20 GT 5.559 kapal
- Kapal ukuran 20 – 30 GT 2.974 kapal
- Kapal ukuran 30 – 50 GT 1.543 kapal
Kapal ukuran lebuh besar 50 GT 2.105 buah 2%
- Kapal ukuran 50 – 100 GT 1.038 kapal
- Kapal ukuran 100 – 200 GT 741 kapal
kapal ukuran lebih dari 200 GT 326 kapal
Total Kapal 97.538 buah 100%
DJPT 2002
Gambar 1 : Strata usaha berdasarkan kekayaan yang dimiliki Pengusaha Perikanan
Perikanan Internasional Perikanan Nasional Perikanan Rakyat
Pada zaman penjajahan Belanda sebagian kecil orang Indonesia dimanjakan
yaitu dengan diberi jabatan dan dimanjakan dengan fasilitas yang mewah, akibatnya
- 98 % kapal < 50 GT - 80% usaha kecil
yang diberi jabatan tersebut dijadikan cermin bagi kebanyakan, sedang urusan bisnis
orang Belanda mempercayakan bangsa lain. Akibatnya setelah indonesia merdeka
sampai sekarang bangsa Indonesia lebih memilih profesi Birokrasi , karena birokrasi/
pejabat adalah bisa segala-galanya termasuk mengumpulkan harta. Pada Zaman Orde
Baru memberi kesempatan kepada anak pejabat untuk berwiraswasta namun
keberhasilan anak pejabat tidak sesuai yang diharapkan bangsa.
Gambar 1 Piramida segitiga landai menunjukkan bahwa sektor Perikanan rakyat
sangat jelas Equity ( Asset ) tersebut dimiliki rakyat dan dikelola sendiri, sedang strata
Nasional dan Internasional Asset pada perusahaan tersebut belum jelas siapa yang
memiliki. Pengusaha Nasional kebanyakan sebagai agen pengurusan Administrasi
bukan sebagai industriawan, dan tidak punya keunggulan kompetitif misalnya; memiliki
kelebihan dalam hal pengolahan, pemasaran, managemen, kuntruksi kapal.
III.2. MUTU IKAN
Dalam statistik 1997 produksi ikan Nasional sebanyak 4,6 juta ton pertahun.
Sedang ikan yang diekspor sebanyak 574,419 ton pertahun atau 12,54% dari produk
Nasional. Ikan yang dipasarkan dalam kondisi segar sebanyak 3,6 juta ton pertahun
atau 77,6% dari produk Nasional. Pemasaran yang bentuk olahan frozen utuh, freozen
sashimi, sarimi, ikan kayu, ikan kaleng ikan asin sebanyak 1 juta ton atau 22,9% dari
produk Nasional.
Produksi es Nasional 2,9 juta ton pertahun, dan hanya 30% ( 0,89 juta ton ) yang
digunakan untuk pengawetan ikan. Jumlah ikan yang didinginkan dengan es masih
sangat sedikit yaitu yang digunakan untuk perikanan sebanyak 0,89 juta ton sedang
produksi ikan Nasional sebanyak 4,6 juta ton 19,9% terhadap produksi ikan Nasional.
Pemasaran ikan segar sebanyak 3,6 juta ton / tahun , sehingga ikan yang di es
sebanyak 2,4% terhadap ikan yang dipasarkan segar. Padahal normalnya
perbandingan ikan dengan es adalah 1 : 1 atau 100%. Ikan yang ditangkap khususnya
di kapal-kapal yang berukuran dibawah 50 Gt harus didinginkan dengan es. Ikan yang
dibongkar di Pelabuhan menunggu pemasaran atau pengolahan berikutnya harus
ddinginkan dengan es, bahkan apabila ikan dibawa ke lokasi pemasaran misal dari
Jatim/Jateng ke pasar Jakarta tentu harus didinginkan dengan es.
III.3. KELEMBAGAAN
Kelembagaan sektor Perikanan saat ini belum sempurna/mapan khususnya yang
bernuansa bisnis Perikanan dalam suatu sistem, hal ini belum terhadap sistim
Agrobisnis yang terintegrasi antara aspek input, penangkapan, pengolahan dan
pemasaran ekspor maupun dalam negeri. Tiadanya ikatan institusional antar pelaku
dalam Agrobisnis Perikanan tersebut menyebabkan nelayan yang berseifat lemah,
menghadapi kelompok kutup hilir ( pedagang / broker ikan ) maupun penyuplai faktor
produksi pedagang barang –barang untuk keperluan operasional yang sangat kuat
yang menyebabkan munculnya masalah transmisi global untuk jelasnya dapat dilihat
struktus kelembagaan pada gambar berikut:
Gambar : Struktur lembaga di Perikanan Rakyat
Struktur Lembaga di Perikanan Rakyat
Pemasaran
Bank
Asuransi
NGO
HD dan Workshop
Lembaga Keuangan
Lembaga Pendidikan
Pemerintah Dinas
Pengusaha cold storage
Pengusaha pabrik es
Galangan Kapal
Lembaga Penelitian
Pengusaha suplai brg operasional
Pengusaha pengolahan ikan kayu, ikan kaleng,
sarimi
NELAYAN
a. Terjadinya trasmisi harga yang tidak simetris, dimana informasi penurunan harga di
informasikan kepada nelayan dengan cepat dan sempurna, sedangkan kenaikan
harga di informasikan kepada nelayan sangat lambat dan tidak sempurna, bahkan
dijadikan alat untuk memperkuat posisi memonopoli oleh Agrobisnis hilir.
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki atau yang diperoleh Agrobisnis hilir
tidak ditransmisikan ke nelayan.
c. Modal investasi yang relatif lebih banyak dimiliki Agrobisnis hilir ( pedagang,
Eksportir ) kurang disalurkan dengan baik dan bahkan cenderung digunakan untuk
mengekploitasikan nelayan.
Jumlah Rumah tangga Perusahaan Perikanan laut yang lebih banyak usaha
tradisional ( 80% ) dari jumlah usaha skala industri dan jumlah kapal yang berukuran 1-
50 Gt lebih banyak (98%) dari jumlah kapal yang bertenaga mesin dalam, berarti
perikanan di Indonesia masih bersifat usaha rakyat atau perikanan rakyat. Perikanan
rakyat inilah yang akan memberikan kontribusi cukup besar. Apabila perikanan rakyat
ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik niscaya Akan memberikan kontribusi
besar dalam pembangunan perikanan Indonesia.
IV. PEMBERDAYAAN PERIKANAN RAKYAT IV.I Pendekatan dengan kelembagaan Menurut Marc J. Dollinger tentang Entreprenuership ( 1998 ) mengandung
beberapa elemen – elemen dasar konsep kewirausahawan antara lain :
- Kreativitas dalam Inovasi
- Pendayagunaan sumberdaya dan pembentukan organisasi ekonomi
- Penciptaan peluang mendapatkan laba karena keberaniannya mengambil
keputusan di tengah ketidakpastian dan resiko yang tinggi.
Apabila diimplementasikan akan menghadapi kendala yang sangat berat diantaranya
budaya yang halus, rasa segan, birokrasi, dari tidak terbuka bahkan tidak jujur ingin
tampil individu. Oleh karena itu perlu adanya perubahan – perubahan yang prinsipnya
bagaimana mengoptimalkan asset-asset yang dimiliki pengusaha kecil secara bersama.
Model tersebut diantaranya dibentuk Kelompok Usaha Bersama ( KUB ), sedang
mekanisme pembentukan dan kerjanya sebagai berikut :
Belum adanya kelembagaan yang berorientasi bisnis yang berintegrasi hulu –
hilir berakibat tidak lancarnya penyebaran informasi dengan sempurna yaitu masalah
transmisi. Salah satu untuk memperbaiki kelembagaan tersebut dibuat suatu model
kelompok usaha bersama ( KUB ), yang berperan sebagai transimisi dan managemen
yang dapat mengoptimalkan atau memfungsikan alat-alat (Asset) yang digunakan
bersama baik dihulu maupun dihilir, yaitu Galangan kapal , HD dan workshop, pabrik
Es, pensuplai kebutuhan opersaional, bahan makanan ABK, alat-alat tangkap, spare
part dsb, perbankan dan pemasaran. . Pengusaha tersebut bergabung dan membuat
suatu perjanjian tertulis yang bertujuan mengsinergikan alat-alat yang dimiliki untuk
meningkatkan nilai tambah . Nilai tambah tersebut dapat memperbesar omset atau
memberikanan keuntungan, keuntungan tersebut dikembalikan ke perusahan sesuai
kontribusi masing-masing untuk jelasnya lihat tabel 3. dalam pembentukan KUB harus
memperhatikan pasar, fishing ground, jenis ikan, skala ekonomi usaha, kemudian baru
sarana produksi yaitu; berapa kapal, berapa kapasitas pabrik es, galangan kapal, dock
( workshop) pengolahan, cold storage, galangan kapal, alat-alat operasional.
Tabel 3: Kelompok Usaha Bersama ( KUB )
Bentuk contrakcting for cooperation:
Kontribusi Share
( Cost + Resiko ) Pendapatan
1. Kelompok Nelayan
2. Galangan Kapal
3. HD dan Workshorp
4. Bank
5. Penggudangan (CS)
6. Pengolahan
7. Pemasaran
8. Pabrik Es
9. Suplai spare part
10. Suplai bahan
pembantu
pengolahan
11. Suplai alat-alat
tangkap
12. Suplai operasional
13. Manager KUB
Rp.
Rp.
RP
Rp
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
.
Rp.
Rp
Rp.
Rp.
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp..
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Total Cost
operasional
Penjuala
n Produk
Ukuran keberhasilan model tersebut adalah sebelum model yang
diimplementasikan benefit (B) dikurangi Cost (C) hasil keuntungannya (IC) kemudian
setelah diimplementasikan B dan C sehingga BI – CI = ת ∆ +ת. Tambahan
Struktur Organisasi KUB
Skala Ekonomi : 1500 ton - 40.00 ton
Pengurus KUB
Industri Pengolahan
Manager KUB
Industri Pengolahan
Kelompok Nelayan
Pabrik es storage
HD dan Workshop
BANK
Suplai operasional
Pemasaran ikan dalam negeri
keuntungan (∆ ת) inilah yang ditawarkan kepada pengusaha- pengusaha yang
bergabung dalam kelompok usaha bersaama (KUB).
Jenis-jenis usaha tersebut harus tertib Administrasi tiap tahun menyusun laporan
keuangannya yang meliputi Neraca, Laba rugi dan Analisa-analisa keuangan, sehingga
dapat diketahui dengan transparan . Dalam pelaksanan operasi maupun Administrasi
dibimbing oleh manager KUB dan diawasi oleh pengurus KUB. Bentuk Struktur KUB
dapat dilihat pada Gambar 4:
Gambar 4:
KUB yang dibentuk ini memiliki cakupan activitas multi product, multi market,
yaitu dikembangkan antar dan intra kelembagaan dapat diartikan konsep intra preuneurship ( Pinchot. G 1985 ).
Pengurus KUB dipilih oleh anggota, dan pengurus tersebut terdiri Ketua,
sekretaris dan 3 anggota. Manager diangkat oleh pengurus dan manager harus
profesional dan jumlahnya tergantung dari banyaknya skala KUB.
Skala ekonomi KUB sebaiknya diukur dari besarnya produk yaitu berkisar 1500-
40.000 ton/tahun. Hal ini harus dilakukan karena apabila kurang dari 1500 tidak bisa
menutup biaya tetap sehingga tidak bisa berkembang dan apabila lebih besar dari
40.000 ton/tahun akan bertingkak laku monopoli sehingga akan berdampak kurang
baik/kurang bersaing mengarah kapitalis. Kisaran 1.500>40.000 akan terjadi ton/tahun
menciptakan kondisi pasar bersifat monopoli kompotitif .salah satu .Upaya untuk
meningkatkan mutu ikan harus dilakukan dari mulai tangkap sampai ikan terjual.
Khususnya yang dilakukan dipenangkapan ikan dikapal < 40 GT mulai diangkat dari air
harus segera di dinginkan sekitar 0-50c apakah ikan akan dijual segar atau diolah
kemudian. Dikapal ukuran diatas 100 GT dengan pendingin mekanik, ikan setelah
diangkat dari air lansung di proses seperti kapal udang, pukat Ikan dasar dan
sebagainya. Pada perikanan rakyat Indonesia didominasi kapal-kapal dibawah
50GT,dan pendingin ikan tersebut masih menggunakan es. Oleh karena itu pabrik es
harus di siapkan sentral – sentral produksi ikan, dan kapal 1-5 GT dilengkapi cold box,
5 - 100 GT palkah harus diperbaiki dengan isolasi pendingin, sehingga dalam operasi
selallu membawa es dan ikan yang ditangkap selalu di es. Cold box / palkah berisolasi
tersebut membantu ketahanan dingin ikan yang di es. Nelayan dalam menangani atau
memproses ikan dengan cara mendinginkan ikan dengan es harus secara cepat, dan
ini harus disosialisasikan terus menerus.
Manager KUB harus terampil dalam menyampaikan cara pengawetan ikan,
perawatan alat-alat dikapal , managemen penangkapan ikan , pengolahan ikan dan
sebagainya. Setelah ikan didapat ( landing ) harus cepat ditangani dan harus berkondisi
temperatur 0 sampai +5 0 C baik dipasarkan segar maupun diolah harus segera di es
dan selama menunggu pengolahan harus dijaga temperaturnya yaitu maximal +5 0 C.
Kapal rusak cepat diperbiki oleh bengkel perbaikan , kapal siap beroperasi keperluan
operasi selalu siap juga sehingga tidak ada waktu yang terbuang dan semua asset
yang terpakai secara optimal, sumber daya manusia berkembang kearah profesi yang
spesialis bahkan bisa super spesialis. Struktur kelembagaan setelah diimprovisasi
dapat dilihat pada gambar 5 berikut;
Gambar 5: Kelembagaan
Suplai operasional
Dock dan workshop Galangan
Kapal
Bank
Pemasaran
Pengolahan
Pabrik Es
Suplai spare part
Suplai perbekalan operasonal
Suplai alat-alat
tangkap
Lembaga Keuangan
Lembaga Pendidikan
Lembaga Penelitian
Kelompok Nelayan NGO
Kelompok Nelayan
Pemerintah Dinas
Dengan optimalisasi pemanfatan Asset yang dimiliki Anggota KUB yang dikelola
bersama untuk operasional serta berorentasi peningkatan mutu yang disesuikan
keinginan pasar. Dengan pola kerja semacam ini diharapkan bisa menekan biaya dan
menaikan omset. Dengan omset yang besar dan biaya rendah (efisien) tentu akan
dapat margin besar atau keuntungan juga besar, Nelayan akan berkembang dan
tumbuh, Pemerintah akan mendapatkan tambahan pajak atau pendapatan tanpa pajak,
bahkan devisa akan naik teknologi dan menagemen akan berkembang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan - Dengan perbaikan kelembagaan yang berorientasi bisnis yang terintegrasi
hulu hilir faktor – factor produksi dapat terjadi optimal.
- Perbaikan mutu ikan pada produksi Perikanan rakyat dapat meningkatkan
nilai tambah yang akan meningkatkan pemberdayaan Masyarakat
Nelayan.
V.II Saran - Pola ini perlu dicoba didaerah – daerah yang belum berkembang
khususnya Indonesia timur.
- Bantuan nelayan sebaiknya melalui KUB dan KUB dibukukan sebagai
dana cadangan, sehingga dana tersebut dapat terintegrasi termonitoring.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous 1997, Estimasi potensi dan tingkat pemanfaatan Sumberdaya alam
laut Indonesia 1997, Puslitbangkan Deptan Jakarta
2. Anonymous, 1997 – 2000 . statistik Perikanan Nasional Ditjen Perikanan
Tangkap, Jakarta
3. Anonymous, 1997. Statistik Perikanan Indonesia, 1997 Ditjen. Ikan , Jakarta.
Deptan.
4. Anonymous 1999. Peluang usaha Perikanan, Ditjen Perikanan , Deptan, Jakarta
5. Sukmadinata, T. 1995 Kajian kelembagaan dalam pemasaran hasil usaha
penangkapan ikan di Jawa Timur. Program Pasca Sarjana. IPB
6. Dollinger , Marc J. Entrepreuneurship, strategies and Resources , Prentice Hall
New York 1998
7. Pinchot ,G, Intra Preneuring , Harper and Row New York, 1985
8. Senge, P. The Fith Disciplene : the Art and Practice of Learning Organization
Double Day, New York, 1990