pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan spiritual tour guide di

30
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG Oleh: Putu Eka Dambayana Suputra, S.Pd., M.Pd. (Ketua) NIDN 0014117808 I Made Suta Paramarta, S.Pd.,M.Hum. (Anggota) NIDN 0031127106 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Dengan SPK Nomor: 102/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014

Upload: trinhhuong

Post on 12-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE

DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG

Oleh:

Putu Eka Dambayana Suputra, S.Pd., M.Pd. (Ketua)

NIDN 0014117808

I Made Suta Paramarta, S.Pd.,M.Hum. (Anggota)

NIDN 0031127106

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha

Dengan SPK Nomor: 102/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

Asung Kertha Wara Nugraha Beliau sehingga Program dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Made Somentara S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Sidhi Karya

Kubutambahan, Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan,

Kabupaten Buleleng, Bali.

2. I Made Suarjana, S.Pd., selaku guru pendamping program pariwisata di

SMA Sidhi Karya Kubutambahan.

3. Mitra peserta pelatihan yakni siswa-siswi kelas XII IPA SMA Sidhi Karya

Kubutambahan tahun ajaran 2014/2015.

4. Pramuwisata lokal di Kawasan Pura Maduwe Karang yang telah bersedia

berbagi informasi tentang keberadaan Pura Maduwe Karang kepada tim

kami.

Dalam kesempatan ini, kami juga menyampaikan penghargaan kepada I

Made Suta Paramarta, S.Pd., M.Hum, dan rekan panitia pelatih dan pendamping

yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.

Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour

Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang merupakan pengabdian kepada

masyarakat Undiksha dalam rangka menunjang wisata spiritual di Kabupaten

Buleleng dan pelestarian agama dan budaya warisan leluhur.

Program ini telah diupayakan sebaik-baiknya. Namun jika masih ada yang

perlu diperbaiki, saran dan masukan yang membangun sangat diperlukan demi

penyempurnaan kegiatan yang serupa di masa yang akan datang. Terima kasih.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

September 2014

Ketua,

Putu Eka Dambayana S

DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

I.PENDAHULUAN .................................................................................... 1

II.METODE PELAKSANAAN KEGIATAN…………………………….. 3

III.PEMBAHASAN .................................................................................... 4

IV.SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

Program pengabdian kepada masyarakat ini merupakan program serupa

yang telah dilaksanakan selama tiga kali di beberapa tempat.

Pada periode pertama di tahun 2010, pelatihan diberikan terkait dengan

Tour Guiding (Pemanduan Wisata) tentang pura-pura umum. Mahasiswa Jurusan

Agama Hindu memperoleh pelatihan guiding dan keterampilan berbahasa Inggris

dalam menjelaskan pura-pura umum. Mereka juga mendiskusikan landasan

filosofis dan emperis yang terkandung dalam memberikan penjelasan terkait

keberadaan masing-masing pura bersama-sama narasumber terkait. Selanjutnya

mereka menterjemahkan penjelasan dimaksud, mengemasnya secara singkat dan

padat, serta melatihkannnya dalam bentuk simulasi (Nitiasih dkk, 2010).

Merespon permintaan mahasiswa dan pihak pengelola STKIP Singaraja,

pada periode ke dua tahun 2011, mahasiswa kembali memperoleh pelatihan

spiritual tour guide dengan tema Upakara/ banten. Pada saat pelatihan,

mahasiswa dan narasumber terkait berdiskusi tentang makna, fungsi, dan tata cara

upakara/ banten sebagai sarana upacara. Mahasiswa juga membuat berbagai jenis

banten yang menjadi dasar upakara yang lebih besar. Setelah itu, mereka

menterjemahkan segala penjelasan tentang upakara dimaksud ke dalam Bahasa

Inggris serta mencoba menjelaskan makna, fungsi, dan tata cara pembuatan

upakara/banten dimaksud pada tahap simulasi (Suputra dkk., 2011).

Tiga bulan setelah pelaksanaan program P2M di STKIP Agama Hindu

Singaraja, mahasiswa asal desa Banyupoh menghubungi salah satu tim kami

secara personal dan mengajukan permintaan untuk mengadakan pelatihan serupa

di desa mereka. Terkait kebermanfaatan yang mereka rasakan setelah pelaksanaan

program P2M dimaksud dan keinginan mahasiswa untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan serupa pada generasi muda yang tergabung di

dalam Sekaha Teruna Teruni desa Banyupoh, maka kami bersama-sama

mahasiswa dan anggota sekeha merancang sebuah program pelatihan dan

pendampingan yang kemudian menjadi program Pengabdian Kepada Masyarakat

ynag kami selenggarakan pada tahun 2013. Kegiatan berlangsung dalam

kaitannya dengan memberdayakan pemuda desa dalam memperkenalkan Pura

Pulaki sebagai tempat wisata spiritual di desa Banyupoh. Kegiatan berlangsung

dengan baik (Suputra dkk., 2013).

Merujuk pada pengalaman pengabdian kepada masyarakat yang telah

dilaksanakan sebelumnya dan menyadari potensi wilayah kabupaten Buleleng

yang berada di desa Kubutambahan, tim kami bersama mitra dari desa

Kubutambahan mencoba mengajukan usulan ini mengingat desa ini memiliki

potensi wisata spiritual dengan adanya Pura Meduwe Karang. Pura ini memiliki

sejarah, fungsi, dan keunikan tersendiri yang selanjutnya dibahas lebih jelas pada

kajian pustaka. Dilihat dari namanya secara umum, pura ini merupakan tempat

memuja Sang Maduwe Karang atau pemilik lahan wilayah yang bersangkutan.

Potensi wisata spiritual di desa Kubutambahan juga didukung oleh potensi

pemuda yang memilki dasar berbahasa asing (Bahasa Inggris) cukup. Namun

mereka belum memiliki keterampilan guiding yang mencukupi. Disamping itu

pula, kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris mereka, khususnya dalam

hal berbicara perlu diasah dan dibina lebih lanjut.

Keberadaan mitra, penting dalam menjaga pelestarian, pemeliharaan,

kebersihan, ketentraman, kenyamanan, dan keamanan lingkungan dan kawasan

pura. Mereka juga merupakan sumber daya manusia yang cukup potensial untuk

diberdayakan sebagai guide lokal tentang pura dan kultur budaya masyarakat

setempat. Mereka juga bisa mewariskan usaha pelestarian kawasan pura kepada

generasi berikutnya. Sehingga usaha pelestarian lingkungan dan kawasan pura

melalui pelatihan Spiritual Tour Guide dapat dilaksanakan secara

berkesinambungan. Jika masyarakat merasakan manfaat besar dari program ini,

mereka akan berusaha untuk melestarikan dan menjaga alam dan kawasan pura

dan segala potensi wisata terkait demi kelangsungan dan peningkatan taraf hidup

kelompok masyarakat mereka dan anak cucu mereka di masa yang akan datang.

Untuk mendukung pengembangan potensi wisata spiritual di daerah ini,

informasi tentang keberadaan pura termasuk asal dan sejarahnya juga perlu

dimantapkan sehingga keakuratan dan kelengkapan informasi terkait dapat

tersampaikan kepada wisatawan (wisatawan domestik dan mancanegara pada

khususnya) secara tepat, singkat, dan padat. Informasi digali dari beberapa

literatur (tertulis dalam bentuk buku dan dalam media elektronik) dan informasi

sahih dari pemuka-pemuka agama setempat.

Berdasarkan hasil penjajagan, secara umum terdapat beberapa

permasalahan yang muncul di lapangan meliputi:

1. Mitra tidak memiliki pengetahuan dan pedoman informasi memadai dan

praktis tentang kawasan yang berpotensi pariwisata di wilayah mereka.

2. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan pemandu wisata (guiding)

3. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan berbahasa asing aktif dan

komunikatif dalam memberikan informasi kepada para wisman.

4. Pemandu wisata spiritual yang memadai dari segi bobot pengetahuan atau

informasi yang benar dan tepat masih sangat kurang.

II. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan

dengan simulasi (training and simulation = TS). Tahapan-tahapan aktivitas secara

umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi

menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan

informasi melalui simulasi (rehearsal), dan pembelajaran informasi (learning).

Seluruh aktivitas tersebut dirancang bersama-sama dan dilakukan dalam situasi

informal dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap pemuda Hindu

desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali.

Mereka berpendidikan setingkat SMA/SMK yang mengenyam pendidikan di

SMA Sidhi Karya Kubutambahan, sebuah sekolah yang mendidik siswa-siswi

untuk menjadi tenaga-tenaga di dalam industri jasa pariwisata.

Dalam kegiatan ini, kami dibantu oleh 5 orang sukarelawan yakni rekan

mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII yang memiliki pengetahuan cukup dalam

dunia pariwisata khususnya jasa pemanduan wisata. Mereka bertugas bersama-

sama tutor memberikan penjelasan dalam kegiatan pelatihan serta membantu

administrasi dan pemenuhan kebutuhan program.

Rancangan metode pelaksanaan kegiatan ini disusun berdasarkan

pemetaan permasalahan yang ada di lapangan dan alternatif solusi yang dirancang

bersama-sama pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, guru pendamping, dan

mitra peserta pelatihan. Pemetaan permasalahan dan alternatif solusi sebagai

berikut

Tabel 1. Peta Masalah dan Pemecahan

Permasalahan Akar Masalah Pendekatan Pemecahan

Masalah (Solusi)

Tidak mengetahui

informasi dan

keberadaan Pura

Maduwe Karang secara

benar dan tepat

Keterbatasan

pengetahuan (tatwa)

tentang seluk beluk pura

Diberikan informasi

memadai tentang Pura

Maduwe Karang

Kurang keterampilan

berbahasa asing (Bahasa

Inggris) komunikatif

dan fungsional

a. Jarang menggunakan

b. Sedang/ pernah belajar

tetapi tidak

komunikatif dan

fungsional

Pemantapan keterampilan

berbahasa asing (Bahasa

Inggris) komunikatif dan

fungsional

Kurang keterampilan

Guiding yang baik dan

benar

a. Otodidak

b. Tidak pernah belajar

guiding secara khusus

Pembekalan dan

pendampingan

keterampilan guiding

yang baik dan benar

III. PEMBAHASAN

Desa Kubutambahan adalah salah satu desa yang ada di wilayah

kecamatan Kubutambahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.

Sebelah Utara : laut Bali

Sebelah Timur : Desa Bukti

Sebelah Selatan : Desa Bulian,Desa Bila,Desa Bengkala.

Sebelah Barat : Desa Bungkulan

Luas wilayah desa Kubutambahan yakni 10,36 Km dan terletak sejauh 12

Km sebelah timur kota Singaraja, Letak Desa Kubutambahan dengan ketingian 0-

200 meter diatas permukaan laut, beriklim panas dengan curah hujan antara 26,69

mm-136 mm,dan merupakan daerah pertanian dan berbukit. Sebagian besar

masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, buruh, dan pedagang.

Sebagian kecil bekerja sebagai PNS, Polisi dan TNI-AD. Sedangkan penghasilan

petani meliputi padi ,palawija dan bawang merah pada lahan basah. Lahan kering

di desa ini menghasilkan jagung, kacang, ketela, kelapa, dan mangga. Ikan ,udang

serta nener adalah hasil perikanan yang terbesar.

Pura Meduwe Karang terletak di Desa Kubutambahan, Kecamatan

Kubutambahan, kira-kira 12 km sebelah timur Kota Singaraja. Pura ini tempat

memohon agar tanaman di tegalan berhasil dan tumbuh dengan baik. Gugusan

tangga mengantarkan pengunjung ke suatu areal luar pura (Jabaan) yang luas yang

di bagian depannya dihiasi patung-patung batu padas, berjumlah 34 buah, yang

diambil dari tokoh-tokoh dan adegan-adegan ceritera Ramayana (http//:

www.wisata-bali.com).

Lingkungan Pura Meduwe Karang adalah salah satu lingkungan Pura di

Bali yang telah dikenal wisatawan mancanegara sebelum Perang Dunia Kedua. Di

Jaman itu wisatawan mancanegara datang ke Bali melalui laut di Pelabuhan

Buleleng. Di tempat ini sambil menunggu angkutan umum para wisatawan

mempergunakan waktu untuk mengunjungi Lingkungan Pura Beji di Desa

Sangsit, Lingkungan Pura Maduwe Karang di Desa Kubutambahan. Lingkungan

Pura ini terdiri dari tiga tingkat yaitu Jaba Pura di luar lingkungan pura atau

Jabaan, Jaba Tengah, dan Jeroan, bagian paling dalam adalah yang paling

disucikan. Dua buah tangga batu menanjak menuju Jaba Pura, yang di bagian

depannya dihiasi patung-patung batu padas tersebut di atas (http//: www.wisata-

bali.com).

Patung yang berdiri di tengah-tengah memperlihatkan Kumbakarna yang

sedang berkelahi dan dikeroyok oleh kera-kera laskar Sang Sugriwa. Yang unik,

pada bagian dinding di sebelah utara terdapat ukiran relief orang naik sepeda yang

roda belakangnya terdapat daun bunga tunjung. Daya tarik lain adalah pahatan

Durga dalam manifestasinya sebagai Rangda, dalam posisi duduk dengan kedua

lututnya terbuka lebar. Tangan kanannya diletakkan di atas kepala seorang anak

kecil yang berdiri di sebelah lututnya, kaki kanannya diletakkan di atas binatang

bertanduk yang sedang berbaring. Pada bagian lain dari dinding lingkungan pura

ini terdapat pahatan seorang penunggang kuda terbang dan pahatan Astimuka.

Tokoh ini dilukiskan sama dengan Sang Hyang Gana (Ganesha), yakni dewa

dengan muka gajah (http//: www.balipost.co.id).

Berdasarkan asal usul sejarah Pura Meduwe Karang, yang bersumber dari

hasil studi dan penelitian sejarah Pura-Pura di Bali tahun 1981/1982 oleh

pemerintah daerah Bali yang bekerjasama dengan Institut Hindhu Dharma (IHD)

Denpasar, Pura Maduwe Karang, di bangun pada abad ke 19 Masehi, tepatnya

pada tahun 1890 oleh para migrasi lokal, yang berasal dari Desa Bulian, sebuah

Desa Bali Kuno, ke lokasi Desa Kubutambahan (http//: www.balipost.co.id).

Sesuai dengan istilah yang dipergunakan , disebut Pura Maduwe Karang

berarti yang memiliki Karang (memiliki lahan, yang berupa tanah tegalan) di Desa

Kubutambahan, permukiman baru migran asal desa Bulian. Sehingga dengan

demikian , Pura Maduwe Karang berstatus dan berkedudukan sebagai Pura perlak

(Pura subak abian) yang diempon , diemong, disungsung dan disiwi oleh krama

Subak Kubutambahan yang asal-usulnya berasal dari imigran petani desa Bulian

(http//: www.wisata-bali.com).

Kelompok sasaran program adalah pemuda Hindu di kawasan Pura

Maduwe Karang yang sedang dan atau telah mengenyam pendidikan di tingkat

SMA/SMK yang masih produktif, berumur 15 s/d 18 tahun. Mereka menjadi

kelompok sasaran karena mereka memiliki dasar kemampuan rata-rata cukup

untuk menerima materi program pelatihan dan pendampingan yang berupa

pengayaan informasi Kawasan Pura Maduwe Karang, keterampilan bahasa

Inggris tingkat dasar/madya, dan keterampilan pemandu wisata. Disamping itu,

mereka juga masih memilki peluang cukup besar untuk mengembangkan karir

pada jasa pariwisata dan pemasaran, dalam hal ini produk wisata spiritual.

Jumlah mitra yang diberdayakan sebanyak 36 orang pemuda-pemudi desa

Kubutambahan yang menjadi siswa-siswi kelas XII IPA di SMA Sidhi Karya

Kubutambahan dengan melibatkan 5 orang rekan mahasiswa Jurusan Bahasa

Inggris DIII Undiksha yang telah memiliki keterampilan Bahasa Inggris dan

pemanduan wisata yang cukup sebagai mitra pendamping.

Tempat pelatihan adalah di gedung kelas SMA Sidhi Karya

Kubutambahan, berjarak 100 meter dari Pura Maduwe Karang.

Oleh karena kendala beban tugas dan admistratif yang dihadapi oleh tim,

pelaksanaan kegiatan di lokasi mitra baru bisa dijalankan pada akhir bulan

Agustus sampai awal September, tepatnya pada hari Sabtu, 30 Agustus 2014, dan

dilanjutkaan dengan pendampingan selama 2 hari pada tanggal 1 dan 3 September

2014. Program pendampingan dilaksanakan untuk memfasilitasi mitra dalam

memahami, melatih, dan merefleksi materi pelatihan yang diberikan oleh tim

sebelumnya. Pada saat pendampingan, antusias mitra peserta pelatihan cukup

tinggi dalam membahas isu-isu terkait praktik jasa pramuwisata dan kendala-

kendala berbahasa asing, Bahasa Inggris. Pelaksanan program berjalan lancar dan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pemetaan kegiatan terangkum dalam

tabel 2.

Tabel 2. Program Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual

Tour Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang

Kegiatan Juli Aug Sept Okt Nov Des

Penjajagan / orientasi

pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan

Menghimpun data

Penyusunan laporan

Penyerahan laporan

Penyelesaian administrasi akhir

Tahap awal kegiatan dilaksanakan oleh tim melalui penjajagan awal ke

lokasi mitra. Konsultasi dan koordinasi juga dilakukan dengan pihak desa

Kubutambahan, khususnya sekretaris desa, dan pihak sekolah, Kepala sekolah,

guru pendamping, dan mitra peserta pelatihan dan pendampingan. Koordinasi

tentang informasi Pura Maduwe Karang juga dilakukan dengan guide lokal dan

pengempon pura guna memperoleh informasi yang tepat dan akurat sebagai bahan

penyusunan materi pelatihan dan pendampingan dimaksud. Informasi tentang

Pura juga diperoleh sebelumnya melalui situs-situs terkait di internet. Persiapan

administrasi dan perencanaan program kegiatan juga dilakukan oleh tim bersama-

sama mitra. Ada beberapa poin yang disepakati pada saat itu yakni:

1. Program didukung sepenuhnya oleh mitra peserta.

2. Program diberikan kepada 36 pemuda desa yang memiliki ketertarikan

dalam bidang usaha jasa pemandu wisata dan mereka yang telah

mengenyam pendidikan SMA/SMK atau yang sederajat.

3. Program dilaksanakan di gedung kelas SMA Sidhi Karya Kubutambahan,

pada hari Sabtu,30 Agustus 2014, pukul 09.00 – 13.00 wita. Dilanjutkan

dengan pendampingan selama 2 hari secara informal pada hari Senin dan

Rabu tanggal 1 dan 3 September 2014 kepada peserta yang masih

memerlukan arahan dan bantuan tim dalam memahami informasi/materi

yang telah disampaikan serta memantapkan latihan yang mereka sedang

jalankan terkait program dimaksud.

Setelah melakukan penjajagan dan koordinasi kepada pihak mitra, tim

merencanakan dan menyusun materi kegiatan. Materi kegiatan meliputi

pengetahuan umum dan praktis tentang aturan dan tata cara pemanduan wisata,

beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan di dalam

pemanduan wisata, dan informasi tentang Pura Maduwe Karang. Informasi-

informasi yang terdapat di dalam materi di peroleh dari internet dan referensi-

referensi terkait. Informasi tentang pura juga dimintakan klarifikasi kepada staf

desa, pemangku, serta penegemong pura setempat sehingga diperoleh informasi

dan data yang sahih atau akurat.

Seperti yang tersirat di dalam pendahuluan maupun metode kegiatan di

atas, Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dengan simulasi (training

and simulation = TS). Strategi ini dilakukan agar mitra langsung melatihkan dan

merasakan pengalaman pemanduan secara optimal. Pemberian penjelasan dasar-

dasar pemanduan dan teori terkait serta keterampilan Bahasa Inggris diberikan

sebesar 40%. Sisanya (60%) digunakan untuk latihan, diskusi, dan simulasi.

Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi

(encoding), yakni tahap pemantapan pengetahuan konsep tentang keberadaan pura

secara filosofis, empiris, dan geografis. Informasi tentang pura diperoleh dari

beberapa situs di internet dan didiskusikan kebenarannya lebih lanjut dengan

pihak aparat desa, pemandu lokal, pemangku, dan pengempon pura setempat

sehingga diperoleh informasi dan data yang akurat mengenai keberadaan pura.

Informasi ini selanjutnya dijadikan bahan di dalam pelatihan dimaksud.

Pembekalan tentang Pura Maduwe Karang diberikan pada sesi pertama kegiatan

pelatihan.

Informasi akurat tentang Pura Maduwe Karang diberikan secara singkat,

padat, dan jelas kepada mitra peserta selama masa pelatihan. Hal ini sangat

berguna untuk mereka dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan yang

ingin mengetahui seluk beluk pura secara detail, benar, dan tepat. Pada awal

kegiatan, para peserta memberikan informasi yang bervariasi tentang Pura

Maduwe Karang kepada tim panitia. Ini menunjukkan bahwa mereka belum

memiliki wawasan dan pengetahuan yang sama tentang keberadaan Pura Maduwe

Karang. Materi terkait keberadaan pura, yang sebelumnya telah mengalami

penyesuaian dan pendalaman berdasarkan informasi pihak desa; pemangku; dan

pangemong pura, kemudian dibagikan kepada setiap peserta.

Selain itu, keterampilan pemanduan dengan bahasa asing, khususnya

Bahasa Inggris dilatihkan dengan memberikan beberapa informasi teoretis dan

praktis tentang jasa pemanduan guna memberikan wawasan tentang aturan dan

tata cara pemanduan yang baik. Pembekalan diawali dengan menayangkan 3 buah

video berisikan pemanduan wisata di Bali yang dilakukan oleh 2 orang asing,

penutur asli Bahasa Inggris, dan 1 orang lokal Bali yang masing-masing berdurasi

7-8 menit. Kemudian peserta diminta untuk menyimak intisari informasi yang

ada di dalam video, termasuk komponen-komponen penting yang perlu

disampaikan ketika memberikan pemanduan wisata tentang tempat, acara, budaya

tertentu. Kesempatan diskusi kemudian dibuka untuk menampung beberapa

pertanyaan peserta pelatihan. Secara umum mereka memahami informasi yang

disampaikan di dalam 3 video yang ditayangkan.

Berdasarkan 3 contoh video yang ditayangkan, secara umum ada tiga hal

yang perlu peserta pelatihan lakukan untuk mampu menjalani profesi sebagai

pemandu wisata yakni memilki informasi lengkap tentang objek wisata, memiliki

keterampilan bahasa yang memadai dan fungsional, dan mampu mengetahui

karakteristik wisman yang dipandu secara tepat yang nantinya berpengaruh pada

jenis dan metode pelayanan yang diberikan kepada mereka.

Informasi tata cara pemanduan wisata ini penting diberikan kepada mitra

karena sebelum menjadi seorang pemandu wisata, mereka seharusnya mengetahui

beberapa tata cara yang baik dan benar untuk menjadi seorang pemandu wisata,

khususnya pengetahuan tentang etika memandu wisatawan. Pembekalan tentang

materi pemandu wisata juga menimbulkan kesadaran peserta pelatihan tentang

peran penting jasa pemandu wisata dalam memberikan informasi yang tepat dan

benar tentang suatu kawasan wisata, memasarkan potensi-potensi wisata yang ada

di daerah mereka selain wisata spiritual, dan menjaga kelestarian dan kesakralan

kawasan wisata terkait karena mereka memperoleh manfaat, khususnya manfaat

ekonomi, dengan menjaga kelestarian situs pura, budaya, maupun potensi-potensi

lainnya. Pembekalan pengetahuan dan informasi terkait telah dapat memberikan

potensi alternatif usaha, jasa pemandu wisata, kepada peserta yang secara umum

diarahkan untuk bekerja sebagai pegawai hotel oleh pihak sekolah.

Informasi praktis tentang beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang

sering digunakan dalam berkomunikasi dengan wisman oleh para pemandu wisata

juga diberikan kepada peserta pelatihan. Fungsi dan ekspresi bahasa yang

dilatihkan meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menawarkan

bantuan, dan menjelaskan.

Fungsi dan ekspresi bahasa Inggris perlu diberikan karena bahasa adalah

alat utama dalam berkomunikasi (bertanya dan memberikan penjelasan) dengan

wisatawan manca negara selama pemanduan wisata berlangsung. Pada saat awal

pelatihan, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang fungsi dan ekspresi

Bahasa Inggris hanya 65%. Pengetahuan ini hanya dimiliki oleh 10 orang peserta,

dan 26 orang menguasai Bahasa Inggris dalam kosakata terkait pariwisata yang

masih terbatas. Pada awal kegiatan secara umum, kelemahan peserta terletak pada

penguasaan kosakata umum dan kosakata terkait pariwisata, ketepatan struktur

bahasa; pengucapan kata dan intonasi, dan kelancaran berbahasa. Hal ini

berimbas pada rasa percaya diri peserta yang masih dirasa sangat kurang. Untuk

itu para instruktur memberikan dorongan dan gambaran tentang pentingnya

menumbuhkan rasa percaya diri didalam menjalankan usaha jasa pramuwisata.

Kegiatan selanjutnya adalah pengintegrasian informasi menjadi suatu

pemahaman (decoding) Pada tahap ini mereka diberikan kesempatan untuk

berdiskusi dengan sesama peserta pelatihan termasuk dengan para instruktur.

Peserta pelatihan diberikan waktu masing-masing 10 menit untuk berdiskusi

tentang 3 kelompok materi yang telah mereka peroleh. Setiap 10 menit kelompok

mereka diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dan atau memperagakan/

melatihkan beberapa instruksi langsung tentang materi-materi terkait. Dengan cara

ini, tim mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta tentang materi yang telah

disampaikan. Secara umum, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang materi

yang diberikan tergolong cukup.

Tahap dilanjutkan dengan perekaman informasi (storing), yakni pemberian

kesempatan kepada mitra untuk merekam informasi yang telah diintegrasikan

selama beberapa waktu tertentu (dalam waktu sekitar 30-40 menit) sesuai dengan

kemampuan mereka dan melatihkan keterampilan guiding dan Bahasa Inggris.

Pada tahap ini mereka di dalam kelompok kecil, didampingi oleh 1 orang

instruktur, secara bergantian bertanya dan menjawab/ menjelaskan informasi

sederhana tentang Pura Maduwe Karang. Kegiatan ini juga memberikan

penguatan atau drilling informasi dan keterampilan berbahasa kepada para

peserta. Semakin sering dan intensif mereka melatihkan ini di dalam kelompok

mereka, semakin baik pembelajaran yang mereka lakukan sehingga semakin kuat

ekspos informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dari kegiatan dimaksud.

Pada gilirannya, penguatan informasi dan pengalaman ke dalam memori mereka

semakin kuat. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding

tergolong cukup. Kemampuan pemberian informasi tentang Pura Maduwe Karang

cukup. Permasalahan yang masih ada meliputi ketidakmampuan peserta dalam

menyampaikan sejarah Pura Maduwe Karang, fungsi, keunikan dan struktur pura.

Sedangkan keterampilan penggunaan Bahasa Inggris peserta juga tergolong

cukup. Permasalahan masih cukup banyak muncul pada penguasaan kosakata,

struktur bahasa, dan pengucapan kata, termasuk kelancaran penggunaan Bahasa

Inggris.

Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan simulasi (rehearsal), yakni

pelatihan dan pendampingan terhadap mitra dalam menguji cobakan apa yang

telah mereka terima dan pahami sebelumnya. Mereka diminta untuk bertanya dan

memberikan informasi terkait Pura Maduwe Karang dalam Bahasa Inggris

melalui permainan peran (Role play), sebagian berperan sebagai wisman dan

sisanya berperan sebagai pemandu wisata. Kemudian mereka bertukar peran.

Prosedur pelaksanaanya sama dengan tahap sebelumnya namun mereka diminta

secara berkelompok memperagakan keterampilan guiding di depan lokasi

pelatihan dan ditonton oleh kelompok peserta lainnya. Dengan cara ini, antar

individu dan kelompok dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, pengalaman

belajar dan berlatih. Disamping itu, mereka juga dapat melihat kelebihan dan

kekurangan masing-masing individu dan kelompok untuk dijadikan refleksi demi

perbaikan. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding masih

tergolong cukup dan kemampuan menjelaskan keberadaan Pura Maduwe Karang

cukup. Pada tahap ini, informasi tentang Pura Maduwe Karang sudah bisa

dijelaskan dengan baik. Sementara itu, keterampilan berbahasa Inggris peserta

tergolong cukup baik. Mereka masih bermasalah pada penguasaan kosakata,

struktur bahasa, dan pengucapan kata. Tingkat kelancaran berbahasa Inggris juga

masih perlu dilatih dan ditingkatkan.

Tahap akhir adalah pembelajaran informasi (learning), yakni pemberian

penguatan-penguatan dan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan

yang telah mereka terima dan uji cobakan. Tahap ini dilakukan secara informal

guna menjaga kedekatan tim dengan mitra secara personal dan emosional. Tahap

ini juga merupakan tahap pendampingan yang diberikan guna memantapkan

pengetahuan dan pelatihan mereka. Pada tahap ini mereka diberi masukkan atau

umpan balik terkait dengan beberapa hal yang sudah mereka lakukan dengan baik

dan hal-hal yang masih dianggap perlu diperbaiki di masa yang akan datang.

Pendampingan juga dilakukan untuk sharing dan learning berdasarkan

pengalaman dan permasalahan yang ditemui peserta pelatihan secara nyata di

lapangan. Pendampingan diakui oleh peserta dapat memberikan rasa percaya diri

mereka dalam belajar dan berlatih Spiritual tour Guide.

Penerapan IPTEKS yang ditransfer kepada mitra beranjak dari analisis

situasi tentang potensi Kawasan Pura Maduwe Karang yang merupakan daerah

tujuan wisata spiritual wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Namun,

mitra memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan berbahasa asing,

dalam hal ini Bahasa Inggris guna menunjang peran serta mitra nantinya dalam

industri jasa pramuwisata. IPTEKS yang ditransfer, dalam hal ini, adalah berupa

pengetahuan dan keterampilan Guiding (pemanduan) dan Bahasa Inggris aktif,

komunikatif, dan fungsional, dalam hal ini keterampilan berbicara. Gambaran

IPTEKS yang ditransfer dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Gambaran IPTEKS Program P2M

Secara umum, pengetahuan dan keterampilan Spiritual Tour Guide mitra

tentang Pura Maduwe Karang cukup. Kesan yang diberikan sangat baik. Hal

initerbukti dengan tingginya antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan

pelatihan dilaksanakan. Bantuan dalam penyediaan tempat dan alat pelatihan,

dan berbagai jenis pertanyaan oleh mitra terkait materi dan keterampilan yang

diberikan menunjukkan perhatian mereka yang cukup baik terhadap program yang

dijalankan. Disamping itu pula, kepala sekolah, guru pendamping dan peserta

secara langsung memohon kepada Tim LPM Undiksha untuk memberikan

pelatihan selanjutnya jika melaksanakan program P2M terkait pada tahun-tahun

berikutnya.

Dari paparan di atas, program P2M Undiksha bertajuk Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Maduwe

Karang telah dilaksanakan dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan mitra

dapat ditingkatkan dan materi Spiritual Tour Guide untuk Kawasan Pura Maduwe

Karang telah dibuat guna membantu rekan-rekan mitra yang lain yang tertarik

untuk mendalaminya. Secara umum tanggapan mitra beserta seluruh

Analisis

Situasi

Potensi

Mitra

Peta Potensi Daerah

Keterampilan Sumber

Daya di Jur. Bahasa

Inggris

Kondisi Riil Mitra Penentuan Model

Bantuan

Pemilihan dan Penentuan

Tenaga Pelatih&

Pendamping

PROGRAM : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual

Tour Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang

komponennya sangat bagus dan mengharapkan keberlanjutan pelaksanaan

program di masa yang akan datang.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

a. SIMPULAN

Berdasarkan paparan pendahuluan, metode pelaksanaan kegiatan, dan

pembahasan tersebut diatas, simpulan dirangkum sebagai berikut.

1. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour

Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang telah memberikan pengalaman

peserta pelatihan dalam memandu wisata spiritual, menggunakan Bahasa

Inggris aktif dan fungsional dalam memandu wisata spiritual, dan

memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang keberadaan

Pura Maduwe Karang,

2. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour

Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang telah memberikan keterampilan

pemanduan wisata spiritual peserta pelatihan dengan rata-rata kemampuan

cukup.

3. Kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan Program Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura

Maduwe Karang masih perlu ditingkatkan khususnya dalam kemampuan

dan keterampilan pemanduan wisata dan berbahasa Inggris.

b. SARAN

1. Merujuk pada manfaat yang dirasakan peserta terkait Program Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura

Maduwe Karang, program yang sama perlu dilanjutkan guna memantapkan

hasil pelatihan yang telah diperoleh

2. Menyadari hasil program yang tergolong cukup, program perlu dilaksanakan

secara berkesinambungan guna memberikan kesempatan yang lebih banyak

kepada peserta untuk berlatih dan berbagi pengalaman

DAFTAR PUSTAKA

Nitiasih, Putu Kerti, Putu Eka Dambayana Suputra, I Nyoman Adijaya Putra, dan

Ni Nyoman Padmadewi. 2010. Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi

Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M

Undiksha. Tidak dipublikasikan.

Ole, Adnyana. Pura Maduwe Karang Penjaga Kesuburan Tanah.

http://www.balipost.co.id

Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Nyoman Adijaya Putra, dan

Ni Nyoman Padmadewi. 2011. IbM Spiritual Tour Guide: Pelatihan

“Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP

Singaraja. Laporan P2M Undiksha

Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Made Suta Paramarta. 2013.

Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan “Spiritual Tour Guide” di

Kawasan Pura Pulaki. Laporan P2M Undiksha

http://www.ehow.com/how_138394_become-tour-guide.html#ixzz1Y4X35H1g

_____. Pura Maduwe Karang, Sebuah Pura dengan Relief Unik.

http://www.wisata-bali.com

MATERI

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE

DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG

2014

Pramuwisata atau Pemandu Wisata; yaitu seseorang yang bertugas

memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata serta

membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.

Guide harus memiliki standar kualifikasi layanan dan kompetensi yang cukup

berupa

o sikap,

o pengetahuan,

o keterampilan teknik,

o bahasa

o kode etik profesi kepariwisataan

(pasal 14 UU 10/Th2009 adalah Usaha Jasa Pramuwisata)

Fungsi terpenting Pemandu Wisata adalah menghubungkan wisatawan

dengan pusat-pusat ikon destinasi dan khazanah budaya lokal.

Seorang Guide adalah

o guru,

o pemimpin,

o informan,

o juru terang,

o wartawan,

o humas,

o pemandu,

o penerjemah,

o pendamping,

o penghibur,

o motivator,

o seniman

o pekerja budaya.

Profesi Tourist Guide juga berperan ikut menjaga daya tarik wisata dari

pelaku kerusakan (fandalisme):

o perbuatan mengubah warna dan bentuk,

o menghilangkan spesies tertentu,

o mencemarkan lingkungan,

o memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan

daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya

keunikan, keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata

yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Tugas Pemandu Wisata dan Pengusaha terkait lain bisa pula dirujuk dalam

UU 10/Thn 2009 Pasal 20, bahwa setiap wisatawan berhak memperoleh:

(a) informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata;

(b) pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar.

Hal ini berarti bahwa seorang pemandu wisata memiliki kewajiban untuk

memberikan informasi yang tepat dan akurat kepada wisatawan dan

memperlakukan wisatawan sesuai kaidah-kaidah prosedur pemanduan wisata

yang berlaku. Sehingga wisatawan akan merasa nyaman, aman, dan puas akan

layanan yang diberikan kepadanya.

Seorang Pramuwisata yang Handal:

Jujur.

Sabar ;

Sopan dan beretika;

Kenal budaya sendiri dan wisatawan (untuk menghindari kesalahpahaman)

Dengar, tunjukkan kesenangan, ulangi, beri jawaban singkat dan padat;

Tahan bekerja berjam-jam (dalam memberikan pelayanan kepada

wisatawan);

Kenal tempat/ wilayah tour dan gali informasi sebanyak-banyaknya;

Percaya diri dan tunjukkan pengetahuan serta keahlian anda sewajarnya;

Organisasi dengan baik waktu, tempat/ objek wisata, transportasi,

akomodasi, dan wisatawan;

Atur ritme perjalanan/ kunjungan sehingga wisatawan tidak merasa bosan;

Tidak panik jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Fungsi dan Ekpresi Bahasa Inggris

Greeting:

Good morning/ afternoon/ evening/ night

Hai/ Hello

Introducing (self and others)

Get to know each other:

May I have your (full) name?

Can you tell me your name, please?

May I know your name?

What is your name?

My name is ….

This is …..

He/ she is …..

Where are you from?

Nice to meet you (too).

Asking Guest to Spell Name:

Could you spell your name?

How do you spell your name?

Asking Guest Address:

May I have your address, please?

Could I have your (complete) address?

Please tell me your address.

Asking Phone Number:

May I have your phone number, please?

Can you tell us your phone number?

Offering something:

Would you like some …..

Would you like to visit the temple?

Would you like to take a photo?

Explaining

Asking Choices:

Which one will you choose?

What kind of room would you like?

Asking and Informing price/rate:

How much is it?

It costs Rp 150.000,-

It is Rp 150.000,-

Asking Length of Stay:

How long will you stay (here/ there/ in Singaraja)?

(May I know) how long you would stay?

Asking Number of Guest:

How many people will come (here)?

How many guests (will come/ will be with you)?

Asking Special Requests:

Do you have any special requests?

Is there any request

Closing :

Good bye

Thank you. Good bye.

Thank you and see you soon.

Thank you very much. We look forward to seeing you soon.

FOTO-FOTO KEGIATAN PROGRAM P2M UNDIKSHA 2014:

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE

DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG