pembentukan dan susunan perangkat daerah …

116
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2016 NASKAH AKADEMIS PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BADUNG KERJASAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

NIK PEMBUATAN KEPUTUSAZIN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

2016

NASKAH AKADEMIS PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BADUNG

KERJASAMA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

DENGAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG

Page 2: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

i

NASKAH AKADEMIS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Badung Dengan Fakultas Hukum Universitas Udayana

2016

Page 3: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,

Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Badung dapat

diselesaikan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kajian akademis ini disusun dalam kaitan dengan penyusunan

Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang Pembentukan Dan Susunan

Perangkat Daerah, dimana sebelumnya Susunan Perangkat Daerah di

Kabupaten Badung disusun berdasarkan Peraturan Daerah yang mengacu

pada Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007.

Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

2006, dimana pembentukan dan susunan perangkat daerah disusun

berdasarkan PP No 18 Tahun 2016 dengan mempergunakan kriteria-

kriteria tertentu sehingga memperoleh nilai berupa skor, nilai skor tersebut

dipergunakan untuk menentukan tipe perangkat daerah yang boleh

dibentuk.

Melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada

Bupati Badung dan Rektor Universitas Udayana yang telah memberi

kesempatan kepada Fakultas Hukum untuk membuat kajian. Disamping

itu ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Hukum

yang telah memberikan kepercayaan kepada tim peneliti untuk

mengerjakan Naskah Akademis Rancangan Peraturan Pembentukan

Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Badung.

Semoga kajian ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai bahan

guna mendukung pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Tentang

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Badung.

Denpasar, 22 Agustus 2016

Tim Penyusun

Page 4: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

iii

TIM PENELITI

No Nama

1 Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, SH.MS 2 I Ketut Sudiarta, SH.MH

3 Ni Luh Gede Astariyani,SH.MH 4 Anak Agung Ari Atu Dewi, SH.MH 5 Cokorda Dalem Dahana, SH.MKn

Page 5: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

iv

DAFTAR ISI

Judul .................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4 C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah

Akademik .............................................................................. 5

D. Metode .................................................................................. 5 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ................................. 7

A. Kajian Teoritis Tentang Perangkat Daerah.............................. 7 B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan

Penyusunan Norma Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah. .................................................................................

14 C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan,Kondisi Yang Ada

Serta Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Berkaitan Dengan Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah .........

19 D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan

diatur dalam Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyrakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara. ..................................................................................

38 BAB III EVALUASI DAN ANALISIS TERHADAP PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH ...............................................

39 A. Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait

dengan kondisi hukum yang ada ...........................................

39 B. Keterkaitan Peraturan Daerah yang baru dengan Peraturan

Perundang-undangan lain .....................................................

43 C. Harmonisasi secara vertikal dan horizontal serta Status dari

Peraturan Daerah yang ada ...................................................

44 BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS .................. 48

A. Landasan Filosofis ................................................................ 48 B. Landasan Sosiologis .............................................................. 56 C. Landasan Yuridis .................................................................. 62

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ..............

88

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan .......................................... 88 B. Ruang Lingkup ..................................................................... 88

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 90 A. Simpulan .............................................................................. 90 B. Saran .................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92 LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH ......................................... 95

Page 6: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

v

DAFTAR TABEL

Halm.

Tabel 1. Skor Urusan dan Tipe Perangkat Daerah. ........................... 12

Tabel 2. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat Formal) Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasannya. ...............................................

14

Tabel 3. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat Materiil Berdasarkan Pasal 6 yat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan...................................

16

Tabel 4. Asas Pembentukan Perangkat Daerah Yang Bersifat Materiil

Berdasarkan Pasal 2 PP No18/206 dan Penjelasan ..............

18

Tabel 5. Kajian teoritik dan empirik terhadap Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Badung...............................................

20

Tabel 6. Kajian Teroritik dan Empirik terhadap Sekretariat Daerah Kabupaten Badung ..............................................................

21

Tabel 7. Perbandingan jumlah struktur organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Badung ..................................................

22

Tabel 8. Kajian teoritik dan empirik terhadap Sekretariat DPRD Kabupaten Badung ..............................................................

24

Tabel 9. Kajian teoritik dan emprik terhadap Inspektorat Kabupaten Badung.................................................................................

27

Tabel 10. Kajian teoritik dan empirik terhadap Dinas Daerah Kabupaten Badung ............................................................

30

Tabel 11. Kajian teoritik dan praktik empiris terhadap Badan Daerah Kabupaten Badung ..............................................................

33

Tabel 12. Kajian teoritik dan praktik empiris terhadap Kecamatan di Kabupaten Badung...............................................................

36

---------------------

Page 7: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

1| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Berdsarkan Profil Kabupaten Badung Tahun 2015, tergambarkan

sekilas tentang organisasi dan perangkat daerah di Kabupaten Badung,

telah diatur mengikuti Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007(

selanjutnya ditulis PP 41/2007). Dalam PP 41/2007 diamantkan, penataan

organisasi dan perangkat daerah harus sudah dilaksanakan selambat-

lambatnya tanggal 23 Juli 2008, berajak dari amanat PP 41/2007 tersebut

maka ditetapkanlah Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor. 7 Tahun

2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Badung, dimana Susunan Organisasi Pemerintahan Kabupaten

Badung dikepalai oleh Bupati Badung/Wakil Bupati Badung.

Dengan diundankannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

(selanjutnya ditulis UU 23/2014) tentang Pemerintahan Daerah membawa

perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah, yakni

dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran berdasarkan beban kerja

yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-masing Daerah. Hal ini juga

sejalan dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang

rasional, proporsional, efektif, dan efisien.

Berdasarkan UU 23/2014 dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 (selanjutnya ditulis PP 18/2016), tentang

Perangkat Daerah ditentukan bahwa Pembentukan dan susunan Perangkat

Daerah ditetapkan dengan Perda. Lebih lanjut ditentukan pembentukan

Perangkat Daerah dilakukan berdasarkan asas:

a. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

b. intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah;

c. efisiensi;

d. efektivitas;

e. pembagian habis tugas;

f. rentang kendali;

Page 8: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

2| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

g. tata kerja yang jelas; dan

h. fleksibilitas.

Asas pembentukan perangkat daerah sebagaimana ditentukan

dalam dua peraturan tersebut diatas, sejalan dengan salah satu misi

Kabupaten Badung bidang palemahan yakni :

a. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah.

b. Mewujudkan pembangunan yang selaras dan seimbang sesuai

fungsi wilayahnya.

c. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Perangkat daerah yang ada sekarang ini perlu ditata disesuaikan

dengan PP 18/2016,dan visi misi Kabupaten Badung.Mengacu pada Profil

Kabupaten Badung Tahun 2015, organisasi perangkat daerah di Kabupaten

Badung yang sudah berjalan selama ini tergambarkan sebagai berikut1:

Pusat Pemerintahan berada di Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung Mangupraja Mandala Jalan Raya Sempidi-Mengwi. Seluruh

Dinas (SKPD) pelaksana jalannya pemerintahan berada dalam satu kawasan terpadu, sehingga pelaksanaan roda pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berada dalam satu Kawasan bersama

Sekretaris Daerah Kabupaten Badung selaku Kepala Sekretariat Daerah. Sekretaris Daerah dibantu oleh tiga asisten yang

bertanggung jawab terhadap tugas di bidangnya masing-masing yang juga dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh beberapa Kepala Bagian.

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Badung yang terdiri dari: a. Sekretaris Daerah; b. Inspektorat;

c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan;

d. Dinas Daerah terdiri dari:

1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja; 4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; 5. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

6. Dinas Kebudayaan; 7. Dinas Pariwisata;

8. Dinas Bina Marga dan Pengairan; 9. Dinas Cipta Karya; 10. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan;

1Buku Profil Kabupaten Badung Tahun 2015, halaman II 29-II 31.

Page 9: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

3| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

11. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; 12. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan;

13. Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung; 14. Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

e. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari: 1. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat; 2. Badan Lingkungan Hidup;

3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa; 4. Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; 5. Badan Kepegawaian Daerah, Pendidikan, dan Pelatihan;

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD); 7. Satuan Polisi Pamong Praja;

8. Kantor Perpustakaan Daerah; 9. Kantor Arsip Daerah; 10. Kantor Pemberdayaan Perempuan;

11. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) f. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

g. Staf Ahli terdiri dari: 1. Bidang Hukum dan Politik; 2. Bidang Pemerintahan;

3. Bidang Pembangunan; 4. Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia; 5. Bidang Ekonomi dan Keuangan;

h. Kecamatan terdiri dari: 1. Kecamatan Petang;

2. Kecamatan Abiansemal; 3. Kecamatan Mengwi; 4. Kecamatan Kuta Utara;

5. Kecamatan Kuta; 6. Kecamatan Kuta Selatan;

i. Kelurahan terdiri dari:

1. Kelurahan Sempidi; 2. Kelurahan Lukluk;

3. Kelurahan Kapal; 4. Kelurahan Abianbase; 5. Kelurahan Sading;

6. Kelurahan Kerobokan; 7. Kelurahan Kerobokan Kaja;

8. Kelurahan Kerobokan Kelod; 9. Kelurahan Tuban; 10. Kelurahan Kedonganan;

11. Kelurahan Kuta; 12. Kelurahan Legian; 13. Kelurahan Seminyak;

14. Kelurahan Benoa; 15. Kelurahan Tanjung Benoa;

16. Kelurahan Jimbaran. Sebagaimana telah disampaikan pada uraian diatas, maka

organisasi perangkat daerah Kabupaten Badung yang didasarkan pada PP

Page 10: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

4| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

41/2007 dan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 7 Tahun

2008,sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

2016 tentang Perangkat Daerah maka terdapat beberapa perubahan dan

penyesuaian terhadap Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota

sehingga perlu dilakukannya perubahan.Selain itu PP Nomor 41 Tahun

2007 yang hingga saat ini mengatur pembentukan organisasi perangkat

daerah dianggap belum cukup memberikan pedoman menyeluruh bagi

penyusunan dan pengendalian organisasi perangkat daerah yang

menangani seluruh urusan pemerintahan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan

diatas, identifikasi masalah pada kajian ini dirumuskan pada 3 (tiga)

pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan hukum apakah yang dihadapi sebagai alasan

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah?.

2.Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan

filosofis,sosiologis dan yuridis dari pembentukan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang pembentukan dan

susunan perangkat daerah?

3. Apakah sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Badung tentang pembentukan dan susunan

perangkat daerah?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan

di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

Page 11: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

5| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

1. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah.

2. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah.

3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang Pembentukan Dan

Susunan Perangkat Daerah.

Adapun kegunaan penyusunan naskah akademik adalah sebagai

acuan penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Badung tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah.

D. Metode

Penyusunan naskah akademik ini pada dasarnya merupakan suatu

kegiatan penelitian hukum. Metode yang digunakan dalam penyusunan

naskah akademik berbasiskan metode penelitian hukum.2

2 Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU 12/2012), prihal Teknik Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undan-Undang, Rancangan Peratuan Daerah Provinsi, dan

Rancangan Peratuan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam Lampiran I itu selanjunya dikemukakan, bahwa penelitian hukum dapat

dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Metode yuridis

empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa Peraturan

Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum

lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat

dengar pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali

dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan

kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh

terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.

Jadi, pembentuk UU 12/2012 menyamakan metode yuridis empiris dengan sosiolegal.

Bersebrangan dengan itu, Soelistyowati Irianto mengemukakan, “Dalam rangka luasnya

ruang metodologi yang dapat dimasuki oleh studi sosiolegal, tidak tepat untuk mereduksi penelitian sosiolegal sebagai penelitian hukum empiris”. Penelitian hukum empiris adalah

suatu ranah penelitian hukum yang biasanya diasosiasikan dengan studi lapangan untuk

mengetahui bagaimana hukum bekerja dan beroperasi dalam masyarakat. Soelistyowati

Page 12: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

6| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian

penyusunan naskah akademik ini melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Melakukan studi tekstual, yakni menganalisis teks hukum yaitu

pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan

publik (kebijakan negara) dijelaskan makna dan implikasinya

terhadap subjek dan obyek hukum yang terkait dengan

pembentukan dan susunan perangkat daerah.

2. Melakukan studi kontekstual, yakni mengaitkan dengan konteks saat

peraturan perundang-undangan itu dibuat ataupun ditafsirkan

dalam rangka pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah.

Intinya, metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian

penyusunan naskah akademik ini berada dalam paradigma interpretivisme

terkait dengan hermeneutika hukum.3 Hermeneutika hukum pada intinya

adalah metode interpretasi atas teks hukum, yang menampilkan 2 (dua)

segi tersurat yakni bunyi teks hukum dan segi tersirat yakni yang

merupakan gagasan yang ada di belakang teks hukum itu.

Oleh karena itu untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang

makna teks hukum itu perlu memahami gagasan yang melatari

pembentukan teks hukum dan wawasan konteks kekinian saat teks hukum

itu diterapkan atau ditafsirkan. Kebenaran dalam ilmu hukum merupakan

kebenaran intersubjektivitas, oleh karena itu penting melakukan konfirmasi

dan konfrontasi dengan teori, konsep, dan pemikiran para sarjana yang

mempunyai otoritas di bidang keilmuannya berkenaan dengan tematik

penelitian penyusunan naskah aAkademik ini.4

Irianto, “Memperkenalkan Studi Sosiolegal dan Implikasi Metodologisnya”, dalam Soelistyowati Irianto dan Shidarta, eds., Metode Penelitian Hukum: Konstelasi dan Refleksi,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009, hlm. 173-190 (177). 3 Lihat Soelistyowati Irianto, “Memperkenalkan Studi Sosiolegal …”, Ibid., hlm. 181. 4 Diadaptasi dari Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum dalam

Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan Daerah”, Disertasi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang,

2012, hlm. 17-18.

Page 13: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

7| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian TeoritisPerangkat Daerah.

Kajian teoritis lasimnya merujuk ketentuan peraturan perundang-

undanganpada dan pandangan para ahli, artinya ketika didalam ketentuan

peraturan perundangan yang masih berlaku tidak ditemukan difinisi,

konsep-konsep hukum tentang yang dikaji, maka kajian diteruskan

menelusuri pandangan para ahli, sehingga menemukan difinisi, konsep-

konsep hukum yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan untuk

menyusun pengertian-pengertian yang dituangkan dalam draft rancangan

peraturan daerah yang akan dibentuk.

Pengertian, susunan dan tugas dari perangkat derah yang akan

dibentuk sudah sangat jelas sekali diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Beberapa ketentuan dari PP No 18 Tahun 2016 setelah dilakukan

penelusuran dapat dipergunakan sebagai rujukan atau batasan-batasan

guna memperoleh pengertian dari perangkat daerah seperti yang ditentukan

dalambeberapa ketentuan pasal-pasalnya seperti:

1. Pasal 1 angka 3 menentukan sebagai berikut:

“Perangkat Daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu bupati/wali kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota”. Difinisi tentang perangkat daerah ini nantinya dapat

dipergunakan dalam menentukan batasan atau difinisi tentang

Perangkat Daerah Kabupaten Badung. Rumusan Pasal 1 angka 3

diatas jika diterapkan, paling tidak akan didapat pengertian

Hermeneutika tersebut di atas merupakan modifikasi 2 (dua) orientasi hermeneutika.

Pertama, Schleiermacher dan Dilthley menarik penafsir (interpreter) ke dalam zaman teks.

Gadamer justru menarik teks ke zaman penafsirnya. Dengan perkataan lain, hermeneutika

intensionalisme, dituntut memahami teks sebagaimana yang dikehendaki oleh penulis aslinya. Sebaliknya, hermeneutika dialogis Gadamer terjadi dialog antara penafsir dan teks

dalam situasi zamannya dan kemampuannya untuk memaknai teks atas dasar tanda-tanda yang terdapat dalam teks itu sendiri. H. Mudjia Raharjo, Dasar-Dasar Hermeneutika Antara Intensionalisme dan Gadamerian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, hlm. 89-94.

Page 14: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

8| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

rumusan perangkat daerah untuk Kabupaten Badung yakni

Perangkat daerah kabupatenadalah unsur pembantu bupati dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah kabupaten.

2. Pasal 5 ayat (2) menentukan “Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas:

a. sektretariat Daerah b. sekretariat DPRD c. inspektorat

d. dinas e. badan;dan

f. kecamatan Dengan mengacu pada ketentuan Pasal 29 PP No 18 Tahun

2016, maka diperoleh beberapa batasan tentangSekretariat

Daerah yakni Sekretariat Daerah merupakan unsur staf,

dipimpin oleh Sekretaris Daerah kabupaten/kota dan

bertanggung jawab kepada bupati/wali kota.

Jika batasan-batasan diatas dipergunakan sebagai

pedoman dalam perumsan batasan tentang sekretariat daerah,

maka Sekretariat Daerah yang dimaksudkan disini yakni

Sekretariat Daerah Kabupaten Badung yang merupakan unsur

staf dipimpin olehSekretaris Daerah Kabupaten Badungdan

bertanggung jawab kepada Bupati Badung.

Selanjutnya batasan tentang Sekretariat DPRD

Kabupaten/Kota, dengan merujuk ketentuan Pasal 31 PP No 18

Tahun 2016, ditentukan batasan-batasannya Sekretariat

DPRD kabupaten/kota merupakan unsur pelayanan

administrasi dan pemberian dukungan terhadap tugas dan

fungsi DPRD kabupaten/kota. Dipimpin oleh sekretaris DPRD

kabupaten/kota yang dalam melaksanakan tugasnya secara

teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota dan secara

Page 15: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

9| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

administratif bertanggung jawab kepada bupati/wali kota

melalui sekretaris daerah.

Jika batasan-batasan tersebut diatas dipergunakan

sebagai rujukan, maka Sekretariat DPRD kabupaten unsur-

unsur pengertiannya terdiri dari:

a. Sebagai unsur pelayanan administrasi dan pemberian

dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD kabupaten.

b. Dalam melaksanakan tugasnya secara teknis

operasional berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada pimpinan DPRD kabupaten.

c. Secara administratif bertanggung jawab kepada bupati

melalui sekretaris daerah.

d. Dipimpin oleh sekretaris DPRD kabupaten

Dengan melihat unsur-unsur tersebut, maka dapat

dirumuskan yang dimaksudkan dengan Sekretariat DPRD

adalah Sekretariat DPRD Kabupaten Badung .

Selanjutnya batasan tentang inspektorat dapat dirujuk

ketentuan Pasal 33 PP No 18 tahun 2016. Dalam pasal ini

ditentukan sebagai berikut:

(1) Inspektorat Daerah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah. (2) Inspektorat Daerah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh inspektur.

Berdasarkan ketentuan diatas, unsur-unsur daribatasan-

batasan tentang inspektorat daerah adalah unsur pengawas

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan dipimpin oleh

inspektur.

Berdasarkan uraian diatas, maka di Kabupaten Badung

yang memenuhi unsur-unsur seperti tersebut adalah

Inspektorat Daerah Kabupaten Badung.Dengan berpedoman

padaunsur-unsur tersebut, maka dalam rancangan peraturan

daerah yang akan dibentuk yang dapat dimaksudkan

denganInspektoratadalah Inspektorat Kabupaten Badung.

Page 16: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

10| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Selanjutnya pengertian DinasDaerah Kabupaten

sebagaiana ditentukan pada Pasal 35 PP No 18 tahun 2016

sebagai berikut:

(1) Dinas Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

(2) Dinas Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh kepala dinas Daerah

kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota.

Unsur-unsur dinas daerah berdasarkan ketentuan diatas,dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah.

b. dipimpin oleh kepala dinas daerah

c. berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah

kabupaten/kota.

Dengan demikian dalam rancangan perda yang akan

dibentuk rumusan yang dapat diadopsi sebagaidinas daerah

adalah Dinas Daerah Kabupaten Badung, karena Dinas Daerah

inilah yangmerupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah serta berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada bupatimelalui sekretaris

daerah kabupaten.

Pengertian Badan Daerah dapat ditelusuri dari ketentuan

Pasal 46 PP No 18 Tahun 2016, ditentukan sebagai berikut:

(1) Badan Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e, merupakan unsur

penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.

(2) Badan Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh kepala

badan Daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/wali kota

melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota. (3) Badan Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mempunyai tugas membantu bupati/wali

Page 17: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

11| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

kota dalam melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

kabupaten/kota. Unsur-unsur pengertian dari Badan Daerah

kabupaten/kota dari rumusan diatas adalah:

a. Merupakan unsur penunjang dalam melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah kabupaten/kota.

b. Dipimpin oleh kepala badan daerah kabupaten/kota.

c. Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah

kabupaten/kota.

d. Bertugas membantu bupati/wali kota dalam

melaksanakan fungsi penunjang Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

kabupaten/kota.

Berpedoman pada unsur-unsur diatas, maka Badan Daerah

yang memenuhi unsur-unsur tersebut diatas di Kabupaten Badung

adalah Badan Daerah Kabupaten Badung, dengan demikian

rumusan yang dapat diadopsi dalam rancangan peraturan daerah

yang akan dibentukterhadap apa yang dimaksudkan dengan Badan

Daerah adalah Badan Daerah Kabupaten Badung, karena Badan

Daerah inilah yang memenuhi unsur-unsur ketentuan Pasal 46 PP

No 18 Tahun 2016.

Kecamatan sebagai perangkat daerah dibentuk dalam rangka

meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan,

pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat desa atau

sebutan lain dan kelurahan. Kecamatan dipimpin oleh camat atau

sebutan lain yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah

kabupaten/kota.

Untuk menentukan tipe perangkat daerah berdasarkan PP No 18

Tahun 2016 Pasal 6 menentukan sebagai berikut :

Page 18: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

12| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

(1)Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk menentukan tipe Perangkat Daerah berdasarkan hasil pemetaan urusan

pemerintahan dengan variabel: a. umum dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan

b. teknis dengan bobot 80% (delapan puluh persen). (2) Kriteria variabel umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah yang

terdiri atas indikator: a. jumlah penduduk; b. luas wilayah; dan

c. jumlah anggaran pendapatan dan belanja Daerah. (3) Kriteria variabel teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b ditetapkan berdasarkan beban tugas utama pada setiap Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota serta fungsi penunjang

Urusan Pemerintahan.

Berkaitan dengan penggabungan urusan pemerintahan diatur

dalam Pasal 18 ayat (6) yang mengatur :

(6) Tipelogi dinas hasil penggabungan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dinaikkan 1 (satu) tingkat lebih tinggi

atau mendapat tambahan 1 (satu) bidang apabila mendapatkan tambahan bidang baru dari Urusan Pemerintahan yang digabungkan.

Berdasarkan ketentuan diatas, dilakukan pemetaan urusan

pemerintahan, yang dilaksanakan bersama-sama Satuan Kerja Perangkat

Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung sesuai dengan

indikator variable yang telah ditentukan, maka didapatkan skor urusan dan

tipe perangkat daerah berdasarkan hasil input pada sistem fasilitasi

pemetaan urusan Kementerian Dalam Negeri dan telah diverivikasi oleh Tim

Kementerian Dalam Negeri bersama Kementerian /Lembaga terkait di

Gedung Wiswa Sabha Pratama dan Madya Kantor Gubernur Bali Tangal 14

Juni 2016 dan telah ditandatangani oleh Bupati Badung tanggal 28 Juni

2016 sebagai berikut :

Tabel1. Skor Urusan dan Tipe Perangkat Daerah.

NO URUSAN SKOR TIPE KETERANGAN

1 ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL

760

Dinas

Kabupaten/Kota

Tipe B

ENERGI DAN SUMBER DAYA

MINERAL 140

Bukan Dinas

Kabupaten

Page 19: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

13| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

2 Tersendiri (Setingkat

Sub Bidang)

3 INSPEKTORAT 810 Inspektorat

Kabupaten Tipe A

4 KEARSIPAN 620 Dinas Kabupaten

Tipe B

5 KEBUDAYAAN 920 Dinas Kabupaten

Tipe A

6 KEHUTANAN 450 Dinas Kabupaten

Tipe C

7 KELAUTAN DAN PERIKANAN 660 Dinas Kabupaten

Tipe B

8 KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN,

DAN PELATIHAN 780

Badan Kabupaten

Tipe B

9 KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 510 Dinas Kabupaten

Tipe C

10 KESEHATAN 800 Dinas Kabupaten

Tipe B

11 KETENTERAMAN DAN

KETERTIBAN UMUM SERTA PERLINDUNGAN MASYARAKAT

(SUB KEBAKARAN)

720 Dinas Kabupaten Tipe B

12 KETENTERAMAN DAN

KETERTIBAN UMUM SERTA

PERLINDUNGAN MASYARAKAT

(SUB POL PP)

880 Sat Pol PP Kab/Kota

Tipe A

13 KEUANGAN 880 Badan Kabupaten

Tipe A

14 KOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA 704

Dinas Kabupaten

Tipe B

15 KOPERASI, USAHA KECIL, DAN

MENENGAH 700

Dinas Kabupaten

Tipe B

16 LINGKUNGAN HIDUP 940 Dinas Kabupaten

Tipe A

17 PANGAN 740 Dinas Kabupaten

Tipe B

18 PARIWISATA 940 Dinas Kabupaten

Tipe A

19 PEKERJAAN UMUM DAN

PENATAAN RUANG 712

Dinas Kabupaten

Tipe B

20 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAN DESA 682

Dinas Kabupaten

Tipe B

21 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

DAN PELINDUNGAN ANAK 640

Dinas Kabupaten

Tipe B

22 PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

PINTU

860 Dinas Kabupaten Tipe A

23 PENDIDIKAN 790 Dinas Kabupaten

Tipe B

24 PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN 550

Badan Kabupaten

Tipe C

25 PENGENDALIAN PENDUDUK

DAN KELUARGA BERENCANA 716

Dinas Kabupaten

Tipe B

26 PERDAGANGAN 680 Dinas Kabupaten

Tipe B

27 PERENCANAAN 880 Badan Kabupaten

Tipe A

Page 20: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

14| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

28 PERHUBUNGAN (Untuk Wilayah

DARATAN) 762

Dinas Kabupaten

Tipe B

29 PERINDUSTRIAN 860 Dinas Kabupaten

Tipe A

30 PERPUSTAKAAN 694 Dinas Kabupaten

Tipe B

31 PERSANDIAN 364

Bukan Dinas

Kabupaten

Tersendiri (Setingkat

Bidang)

32 PERTANAHAN 290

Bukan Dinas Kabupaten

Tersendiri (Setingkat

Sub Bidang)

33 PERTANIAN 706 Dinas Kabupaten

Tipe B

34 PERUMAHAN DAN KAWASAN

PERMUKIMAN 498

Dinas Kabupaten

Tipe C

35 SEKRETARIAT DAERAH 820 Sekretariat Daerah

Kabupaten Tipe A

36 SEKRETARIAT DEWAN 620 Sekretariat DPRD

Kabupaten Tipe B

37 SOSIAL 790 Dinas Kabupaten

Tipe B

38 STATISTIK 300

Bukan Dinas

Kabupaten

Tersendiri (Setingkat Sub Bidang)

39 TENAGA KERJA 620 Dinas Kabupaten

Tipe B

40 TRANSMIGRASI 140

Bukan Dinas

Kabupaten

Tersendiri (Setingkat

Sub Bidang)

Sumber: Bagian Organisasi dan Tata Laksana Kabupaten Badung Tahun 2016

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan

Norma Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah.

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang

telah dipositipkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Asas yang

berifat formal diatur dalam Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur

dalam Pasal 6. Pengertian masing-masing asas ini dikemukakan dalam

penjelasan pasal sebagaimana tampak dalam tabel berikut dibawah ini.

Tabel 2.Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik,

Yang Bersifat Formal) Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 dan

Penjelasannya.

Pasal 5 UU 12/2011 Penjelasan Pasal 5 UU 12/2011

Dalam membentuk Peraturan

Page 21: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

15| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Perundang-undangan harus

dilakukan berdasarkan pada

asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang

baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan

bahwa setiap Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (PPu) harus

mempunyai tujuan yang jelas yang

hendak dicapai.

b. kelembagaan atau pejabat

pembentuk yang tepat

bahwa setiap jenis PPu harus dibuat

oleh lembaga negara atau pejabat

Pembentuk PPu yang berwenang. PPu

tersebut dapat dibatalkan atau batal

demi hukum apabila dibuat oleh

lembaga negara atau pejabat yang tidak

berwenang.

c. kesesuaian antara jenis,

hierarki, dan materi

muatan

bahwa dalam Pembentukan PPu harus

benar-benar memperhatikan materi

muatan yang tepat sesuai dengan jenis

dan hierarki PPu.

d. dapat dilaksanakan

bahwa setiap Pembentukan PPu harus

memperhitungkan efektivitas PPu

tersebut di dalam masyarakat, baik

secara filosofis, sosiologis, maupun

yuridis.

e. kedayagunaan dan

kehasilgunaan

bahwa setiap PPu dibuat karena

memang benar-benar dibutuhkan dan

bermanfaat dalam mengatur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

f. kejelasan rumusan

bahwa setiap PPu harus memenuhi

persyaratan teknis penyusunan PPu,

sistematika, pilihan kata atau istilah,

serta bahasa hukum yang jelas dan

mudah dimengerti sehingga tidak

menimbulkan berbagai macam

interpretasi dalam pelaksanaannya.

g. keterbukaan bahwa dalam Pembentukan PPu mulai

dari perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangan bersifat

transparan dan terbuka. Dengan

Page 22: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

16| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

demikian, seluruh lapisan masyarakat

mempunyai kesempatan yang seluas-

luasnya untuk memberikan masukan

dalam Pembentukan PPu.

Sumber: Diolah dari Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasan

Sedangkan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baik, yang bersifat materiil berikut pengertiannya, diuraikan dalam tabel 3

dibawah ini.

Tabel 3.Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik,

Yang Bersifat Materiil Berdasarkan Pasal 6 yat (1) dan ayat (2) UU

12/2011 dan Penjelasan.

PASAL 6 UU 12/2011 PENJELASAN PASAL 6

UU 12/2011

Ayat (1)

Materi muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan asas:

a. pengayoman

bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

Perundang-undangan (PPu) harus

berfungsi memberikan pelindungan

untuk menciptakan ketentraman

masyarakat.

b. kemanusiaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan pelindungan dan

penghormatan hak asasi manusia

serta harkat dan martabat setiap

warga negara dan penduduk Indonesia

secara proporsional.

c. kebangsaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan sifat dan watak

bangsa Indonesia yang majemuk

dengan tetap menjaga prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

d. kekeluargaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan musyawarah

untuk mencapai mufakat dalam setiap

pengambilan keputusan.

e. kenusantaraan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

senantiasa memperhatikan

kepentingan seluruh wilayah

Indonesia dan Materi Muatan PPu

yang dibuat di daerah merupakan

bagian dari sistem hukum nasional

Page 23: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

17| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

f. bhinneka tunggal ika bahwa Materi Muatan PPu harus

memperhatikan keragaman penduduk,

agama, suku dan golongan, kondisi

khusus daerah serta budaya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

g. keadilan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan keadilan secara

proporsional bagi setiap warga negara.

h. kesamaan kedudukan dalam hukum

dan pemerintahan

bahwa setiap Materi Muatan PPu tidak

boleh memuat hal yang bersifat

membedakan berdasarkan latar

belakang, antara lain, agama, suku,

ras, golongan, gender, atau status

sosial.

i. ketertiban dan kepastian hukum

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus dapat mewujudkan ketertiban

dalam masyarakat melalui jaminan

kepastian hukum.

j. keseimbangan, keserasian, dan

keselarasan

bahwa setiap Materi Muatan PPu

harus mencerminkan keseimbangan,

keserasian, dan keselarasan, antara

kepentingan individu, masyarakat dan

kepentingan bangsa dan negara.

Ayat (2)

PPu tertentu dapat berisi asas lain

sesuai dengan bidang hukum Peraturan

Perundang-undangan yang

bersangkutan.

Asas-asas tersebut antara lain:

a. dalam Hukum Pidana, misalnya,

asas legalitas, asas tiada

hukuman tanpa kesalahan, asas

pembinaan narapidana, dan asas

praduga tak bersalah;

b. dalam Hukum Perdata, misalnya,

dalam hukum perjanjian, antara

lain, asas kesepakatan, kebebasan

berkontrak, dan itikad baik.

Sumber: Diolah dari Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan

Penjelasan.

Asas-asas tersebut kemudian membimbing para legislator dalam

perumusan norma hukum ke dalam aturan hukum, yang berlangsung

dengan cara menjadikan dirinya sebagai titik tolak bagi permusan norma

hukum dalam aturan hukum.

Page 24: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

18| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Selain asas-asas yang disampaikan diatas, PP 18/2016 Pasal 2

menentukan asas-asas materiil dari Pembentukan Perangkat Daerah

sebagai berikut:

Tabel 4. Asas Pembentukan Perangkat Daerah Yang Bersifat Materiil

Berdasarkan Pasal 2PP No18/206 dan Penjelasan.

PASAL 2 PP18/2016 PENJELASAN PASAL 2 PP18/2016

Pembentukan Perangkat Daerah

dilakukan berdasarkan asas:

a Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah

bahwa Perangkat Daerah hanya

dibentuk untuk melaksanakan

Urusan Pemerintahan berdasarkan

asas otonomi dan Tugas Pembantuan

b Intensitas Urusan Pemerintahan

dan potensi Daerah

bahwa penentuan jumlah dan

susunan Perangkat Daerah

didasarkan pada volume beban tugas

untuk melaksanakan suatu Urusan

Pemerintahan atau volume beban

tugas untuk mendukung dan

menunjang pelaksanaan Urusan

Pemerintahan

c Efisiensi bahwa pembentukan Perangkat

Daerah ditentukan berdasarkan

perbandingan tingkat daya guna

yang paling tinggi yang dapat

diperoleh.

d Efektivitas; bahwa pembentukan Perangkat

Daerah harus berorientasi pada

tujuan yang tepat guna dan berdaya

guna.

e Pembagian habis tugas bahwa pembentukan Perangkat

Daerah yang membagi habis tugas

dan fungsi penyelenggaraan

pemerintahan kepada Perangkat

Daerah dan tidak terdapat suatu

tugas dan fungsi yang dibebankan

pada lebih dari satu Perangkat

Daerah.

f Rentang kendali bahwa penentuan jumlah Perangkat

Daerah dan jumlah unit kerja pada

Perangkat Daerah didasarkan pada

Page 25: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

19| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

kemampuan pengendalian unit kerja

bawahan

g Tata kerja yang jelas bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi

Perangkat Daerah dan unit kerja

pada Perangkat Daerah mempunyai

hubungan kerja yang jelas, baik

vertikal maupun horizontal

h Fleksibilitas bahwa penentuan tugas dan fungsi

Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah memberikan

ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan setelah Peraturan Pemerintah ini ditetapkan.

Sumber: Diolah dari Pasal 2 PP 18/2016 dan Penjelasannya.

Dari paparan diatas, dalam penyusunan Raperda Kabupaten

Badung tentang Pembentukan Perangkat Daerah didasarkan pada asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang bersifat

formal dan materiil dan asas yang termuat dalam Pasal 2 PP No 18 Tahun

2016.

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan,Kondisi Yang Ada Serta

Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Berkaitan Dengan

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah.

Kajian teoritis yang dipaparkan dalam kajian ini, berupa kajian

sebagaimana yang diamanatkan oleh kedua peraturan ( UU 23/2014 dan

PP 18/2016) yang memerintahkan pembentukan dan susunan perangkat

daerah ditetapkan dengan peraturan daerah.Bahan yang dikaji berupa

Perda Kabupaten Badung No 8 Tahun 2007(selanjutnya ditulis Perda

7/2008) sebagai perwujudan praktik empiris berkaitan dengan organisasi

perangkat daerah di Kabupaten Badung. Wujud kajian teoritis dipaparkan

dalam matrikseperti berikut dibawah ini.

Page 26: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

20| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Tabel 5. Kajian teoritik dan empirik terhadap Organisasi Perangkat

DaerahKabupaten Badung.

No PP 18/2016) Praktik Empiris di Kabupaten Badung

1 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari:

1) Sekretariat Daerah, 2) Sekretariat DPRD,

3) Inspektorat, 4) Dinas, 5) Badan,

6) Lembaga Lain, 7) Kecamatan.

Pasal 2 Perda 7/2008 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Badung

meliputi; 1) Sekretarit Daerah;

2) Inspektorat; 3) Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah,

Penelitian, danPengembangan; 4) Dinas Daerah 5) Lembaga Teknis Daerah

6) Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7) Staf Ahli 8) Kecamatan 9) Kelurahan

Dari tabel yang dipaparkan diatas,terdapat perbedaan antara jumlah

dan nama organisasi perangkat daerah sebagaimana yang diatur dalam PP

18/2016 dan Perda 7/2008. Dalam PP 18/2016 tidak memasukan Staf

Ahli dan Kelurahan sebagai organisasi perangkat daerah, sebagaimana yang

diatur dalam Perda 7/2008.

Selanjutnya kajian terhadap setiap organisasi perangkat daerah di

Kabupaten Badung akan mempergunakan pola perbandingan antara PP

18/2016 dengan Peraturan DaerahKabupaten Badung No 7 tahun 2008.

Perbandingan substansi materi setiap perangkat daerah yang ada baik

berdasarkan PP 18/2016 dan Perda Kab Badung No 7/ 2008 disajikan

dalam bentuktabel.

1. Sekretariat Daerah

Pembentukan Sekretariat Daerah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksudkan untuk melaksanakan tugas membantu bupati/wali kota

dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap

pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif.

Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban tersebut Sekretariat

Daerah kabupaten/kota menyelenggarakan fungsi:

Page 27: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

21| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

a. pengoordinasian penyusunan kebijakan Daerah;

b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja Perangkat

Daerah;

c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Daerah;

d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil negara

pada instansi Daerah; dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

terkait dengan tugas dan fungsinya.

Dengan menganalisis subtansi materi PP No 18/2016 dan Perda

Kabupaten Badung No 7/2008 yang mengatur tentang sekretariat daerah,

ditemukan kajian teoritik dan praktek empirik nya sebagai berikut :

Tabel 6. Kajian Teroritik dan Empirik terhadap Sekretariat Daerah

Kabupaten Badung.

No PP 18/2016) Praktik Empiris di Kabupaten Badung

1 Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota berdasarkanPP 86/2016

diklasifikasikan menjadi (tiga) 3 tipe, yakni: 1) Tipe A,dengan perangkatnya

terdiri atas: a) paling banyak 3 (tiga) asisten;

b) paling banyak 4 (empat) bagian.

c) paling banyak 3 (tiga)

subbagian. 2) Tipe B, dengan perangkatnya

terdiri atas: a) paling banyak 3 (tiga) asisten; b) paling banyak 3 (tiga) bagian.

c) paling banyak 3 (tiga) subbagian.

3) Tipe C, dengan perangkatnya

terdiri atas: a) paling banyak 2 (dua) asisten.

b) paling banyak 3 (tiga) bagian. c) paling banyak 3 (tiga)

subbagian

Sekretariat Daerah Kabupaten Badung terdiri atas:

a. 3(tiga) asisten b. 10(sepuluh ) bagian c. 30 (tiga puluh ) sub

bagian. Tiap bagian terdiri atas 3 subbagian. Ini

berarti 10 bagian dikalikan 3 subbagian, sehingga berjumlah 30 subbagian.

Jika dijumlahkan seluruhstruktur organisasi yang

ada pada Sekretariat Kabupaten Badung berjumlah 43 (empat puluh tiga) struktur organisasi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 74 sampai 76 PP 18/2016, dapat

ditafsirkan mengenaiSusunan Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten/Kota sebagai berikut: Pertama, sebagaimana yang tercantum

dalam ketentuan pasal 74-76 tersebut, sehingga untuk Tipe A terdiri atas 3

(tiga) asisten, 4(empat) bagian dan 3(tiga) subbagian. Sehingga jumlah

Page 28: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

22| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

susunan organisasi sekretariat daerah untuk tipe A dari asisten sampai

subbagian adalah 10 organisasi. Kedua dapat juga diartikan sebagai

berikut: untuk Tipe A Asisten paling banyak 3 asisten, paling banyak 4

bagian, ini dapat diartikan setiap asisten paling banyak terdiri atas 4

bagian. Tiap bagian terdiri atas tiga (3) sub bagian, ini dapat diartikan

setiap bagian terdiri dari paling banyak 3 sub bagian. Jika penafsiran yang

kedua ini dipergunakan berarti untuk Sekretariat Daerah kabupaten/kota

tipe A terdiri atas:

a. Tiga (3) asisten

b. Dua belas (12 ) bagian, karena tiap asisten terdiri atas empat (4)

bagian, berarti satu(1) asisiten tediri atas 4 bagian, jika tiga (3) Asisten

berarti tiga (3) asistenx 4 bagian =dua belas (12 ) bagian.

c. Dua belas (12) bagian karena tiap bagian terdiri atas tiga(3) subbagian.

Ini berarti 12 bagian x 3 subbagian =tiga puluh enam (36) subbagian.

Dengan mempergunakan pola pemikiran seperti penafsiran yang kedua,

pada Sekretariat Daerah kabupaten/kota untuk Tipe A berjumlah 51

organisasi. ( 3 asisiten + 12 bagian +36 subbagian ).

Jika dilihat praktik empiris yang berjalan di Kabupaten Badung

selama ini, jumlah keseluruhan organisasi pada Sekretariat Daerah

Kabupaten Badung berjumlah 45 organisasi terdiri atas :

a. 1(satu)Sekretaris Daerah

b. 1(satu) staf ahli

c. 3(tiga) asisten

d. 10(sepuluh ) bagian

e. 30(tiga puluh) sub bagian, sebagaimana yang tertuang dalam

struktur dibawah ini.

Dengan mempergunakan alur kajian diatas, jika dibuat

perbandingan jumlah struktur organisasi sekretariat daerah di Kabupaten

Badung adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Perbandingan jumlah struktur organisasi Sekretariat Daerah

No Uraian Jumlah

1 Jumlah struktur organisasi Sekretariat Daerah 51 susunan

Page 29: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

23| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Tipe A berdasarkan UU 23/2014 dan PP

18/2016

organisasi

2 Jumlah struktur organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Badung berdasarkan Perda No 7

/2008

45 susunan organisasi.

Untuk membentuk susunan organinasi pada Sekretariat Daerah

Kabupaten Badung sesuai dengan asas-asas yang diatur dalam Pasal 2 PP

18 Tahun 2016, perlu dilakukan kajian perhitungan variabel umum dan

variabel teknis pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan penentuan

beban kerja Sekretariat DaerahKabupaten Badung.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Badung, terhadap variabel umum dan variabel teknis pemetaan intensitas

urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja Sekretariat Daerah

diperoleh hasil berupa skor sejumlah delapan ratus dua puluh (820).

Berdasarkan PP No 18 Tahun 2016,total skor lebih dari 800 merupakan

intensitas besar dan diwadahi dalam Perangkat Daerah tipe A. Dengan skor

sejumlahdelapan ratus dua puluh (820), maka Sekretariat Daerah

Kabupaten Badungdapat diwadahi dalamSekretariat Daerah Kabupatentipe

A.

2. Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD kabupaten/kota dibentuk untuk melaksanakan

tugas dan fungsi kesekretariatan DPRD.

Adapun tugas-tugas dari Sekretariat DPRD antara lain

menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan keuangan, mendukung

Page 30: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

24| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD kabupaten/kota, serta menyediakan

dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD

kabupaten/kota dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan

kebutuhan.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Sekretariat DPRD

mempunyai fungsi :

a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD

kabupaten/kota;

b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD kabupaten/kota;

c. fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD kabupaten/kota; dan

d. penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh

DPRD kabupaten/kota.

Kajian teroritik dan praktek emprik terhadap susunan organisasi

pada Sekretariat DPRD Kabupaten Badung dilakukan dengan menganalisis

subtansi materi PP No 18/2016 dan Perda Kabupaten Badung No 7/2008

khusunya yang mengatur tentang susunan organisasi pada Sekretraiat

DPRD Kabupaten Badung. Perbandingan substansi materi terhadap hal

tersebut ditampilkan pada tabel berikut dibawah ini.

Tabel 8. Kajian teoritik dan empirik terhadapSekretariat DPRD Kabupaten

Badung

No PP 18/2016) Praktik Empiris di Kabupaten

Badung

1 Susunan organisasi pada Sekretariat DPRD

Kabupaten/Kotadikalsifikasikan sebagai berikut:

Tipe A . Terdiri atas paling banyak

4 (empat) bagian.

Terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian

Tipe B Terdiri atas paling banyak

3 (tiga) bagian.

Terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Tipe C

Terdiri atas paling banyak

Susunan organisasi pada Sekretariat DPRD Kabupaten Badung terdiri

dari atas: a. empat (4) bagian

b. Tiap bagian terdiri atas 3 subbagian.( 4 bagian x3 subbagian ) = 12 subbagian.

Jumlah struktur organisasi yang

ada pada Sekretariat DPRD kabupaten Badung berjumlah 16 struktur organisasi, terdiri atas 4

(empat) bagian dan 12 subbagian.

Page 31: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

25| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

3 (tiga) bagian.

Terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbagian.

Praktik empiris yang berjalan selama ini di Sekretariat DPRD

Kabupaten Badung struktur organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten

Badung berjumlah 16 struktur susunan organisasi terdiri dari 4(empat)

bagian dan 12 subbagian, sebagaimana yang terlihat pada struktur

organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten Badung dibawah ini.

Untuk lebih memberikan dasar argumentasi yang lebih kuat dan

mendasar, dalam pembentukan susunan organinasi pada Sekretariat DPRD

Kabupaten Badung, perlu dilakukan kajian perhitungan variabel umum

dan variabel teknis pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan

penentuan beban kerja Sekretariat Daerah DPRDKabupaten Badung.

Hasil perhitungan ini sangat diperlukan guna menentukan Tipe

Sekretariat DPRD Kabupaten Badung. Dengan diketahui tipe yang tepat

sesuai dengan perhitungan yang ditentukan, maka pembentukan dan

susunan Sekretariat DPRD Kabupaten Badung diharapkan sesuai dengan

asas-asas pembentukan perangkat daerah sebagaimana ditentukan oleh PP

18/2016.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Badung, terhadap variabel umum dan variabel teknis pemetaan intensitas

urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja Sekretariat Daerah DPRD

Page 32: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

26| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Kabupaten Badung diperoleh hasil berupa skor sejumlah enam ratus dua

puluh (620). Dengan jumlah skor enam ratus dua puluh (620), maka

Sekretariat Daerah DPRD Kabupaten Badung digolongkan sebagai

Sekretariat Daerah Kabupaten tipe B. Berdasarkan PP No 18/2016, maka

Struktur organisasi Sektretariat Daerah DPRD Kabupaten Badung dengan

tipe B terdiri atas paling banyak 3(tiga) bagian dan tiap bagian terdiri atas

paling banyak 3(tiga)subbagian. Dengan demikian jumlah keseluruhan

organisasi pada Sektretariat Daerah DPRD Kabupaten Badung tipe B jika

mempergunakan rumusan paling banyak berjumlah 13 (tiga belas)

organisasi, terdiri atas:

a. 1(satu) Sekretaris DPRD

b. 3 (tiga ) bagian

c. 9(sembilan) sub bagian

3. Inspektorat

Inspektorat daerah kabupaten/kota merupakan unsur pengawas

penyelenggaraan pemerintahan daerahdipimpin oleh inspektur. Inspektur

daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota.

Inspektorat daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu

bupati/wali kota membina dan mengawasi pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan

oleh perangkat daerah.

Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat daerah kabupaten/kota

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi

pengawasan;

b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan

keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan

kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas

penugasan bupati/wali kota;

Page 33: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

27| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

d. penyusunan laporan hasil pengawasan;

e. pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten/kota; dan

f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

terkait dengan tugas dan fungsinya.

Kajian teoritik dan empris terhadap struktur organisasi Inspektorat

Kabupaten Badung dipaparkan pada tabel berikut dibawah ini.

Tabel 9. Kajian teoritik dan praktek emprik terhadap Inspektorat Kabupaten Badung

No PP 18/2016) Praktik Empiris di Kabupaten Badung

1 Inspektorat Daerah kabupaten/Kota diklasifikan

menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu : Tipe A , terdiri atas :

1 (satu) sekretariat, danterdiri atas 3 (tiga) subbagian.

paling banyak 4 (empat) inspektur pembantu

Tipe B, terdiri atas :

1(satu) sekretariat dan 2 (dua) subbagian.

paling banyak 3 (tiga) inspektur pembantu.

Tipe Cterdiri atas :

1 (satu) sekretariat paling banyak 2 (dua)

inspektur pembantu.

Susunan Organisasi Inspektorat Kabupaten Badung terdiri dari atas

: 1.Inspekturterdiri atas ;

Inspektur Pembantu Wilayah I Inspektur Pembantu Wilayah II Inspektur Pembantu Wilayah III

Inspektur Pembantu Wilayah IV 2. Sekretariat terdiri dari : Sub Bagian Perencanaan;

Sub Bagian Evaluasi dan Laporan;

Sub Bagian Administrasi dan Umum;

3. Kelompok Jabatan Fungsional

Auditor.

Praktik empiris yang berjalan selama ini berkaitan dengan organisasi

Inspektorat di Kabupaten Badung, jika dikaitkan dengan PP 18/2016,

Inspektorat Kabupaten Badung tergolong Tipe A, hanya saja dalam dan PP

18/2016 tidak ditemukan struktur organisasi Kelompok Jabatan

Fungsional (Auditor) sebagaimana diatur pada Perda Kabupaten Badung No

7 Tahun 2008 dan Bagan susunan organisasi Inspektorat dibawah ini.

Page 34: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

28| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Namun untuk membentuk susunan organinasi pada Inspektorat

Daerah Kabupaten Badung sesuai dengan asas-asas yang diatur dalam PP

18 Tahun 2016, perlu dilakukan kajian perhitungan variabel umum dan

variabel teknis pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan penentuan

beban kerja InspektoratDaerah Kabupaten Badung.

Hasil perhitungan ini sangat diperlukan guna menentukan Tipe

pada Inspektorat Kabupaten Badung. Dengan diketahui tipe yang tepat

sesuai dengan perhitungan yang ditentukan, maka pembentukan dan

susunan Inspektorat Kabupaten Badung diharapkan sesuai dengan asas-

asas pembentukan perangkat daerah sebagaimana ditentukan oleh Pasal 2

PP 18/2016.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Badung, terhadap variabel umum dan variabel teknis pemetaan intensitas

urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja Inspektorat Daerah

Kabupaten Badung diperoleh hasil berupa skor sejumlah delapan ratus

sepuluh(810). Dengan jumlah skor ini, maka Inspektorat Daerah Kabupaten

Badung digolongkan sebagai Inspektorat Daerah Kabupaten tipe A.

Berdasarkan PP No 18/2016 Pasal 79, maka Inspektorat Daerah Kabupaten

Badung dengan tipe A terdiri atas terdiri atas:

a. 1 (satu) sekretariat

Page 35: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

29| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

b. Sekretariat terdiri atas 3 (tiga) subbagian

c. paling banyak 4 (empat) inspektur pembantu.

4. Dinas Daerah Kabupaten.

Dinas Daerah kabupaten/kota merupakan unsur pelaksana urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, dipimpin oleh kepala

dinas daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah

kabupaten/kota.

Dinas daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu

bupati/wali kota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada

kabupaten/kota.

Dinas daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup

tugasnya;

d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya; dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

terkait dengan tugas dan fungsinya.

Kajian teoritik dan praktik empiris berkaitan dengan dinas daerah

di Kabupaten Badung, ditemukan praktik empirisnya antara lain bahwa

dinas daerah yang ada berdasarkan Perda Kabupaten Badung No 7 Tahun

2008 berjumlah 15 dinas daerah. PP 18/2016 tidak menentukan berapa

jumlah dinas yang semestinya ada pada setiap kabupaten /kota. PP

18/2016 hanya menentukan tipe dinas daerah menjadi tiga tipe yaitu Tipe

A, Tipe B dan Tipe C.

Page 36: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

30| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Berikut ditampilkan pengaturan dinas daerah kabupaten/kota

berdasarkan PP 18/2016 dengan dinas-dinas daerah di Kabupaten Badung

berdasarkan Perda Kabupaten Badung No 7 Tahun 2008pada tabel

dibawah ini.

Tabel 10.Kajian teoritik dan empirik terhadap Dinas Daerah Kabupaten

Badung.

No UU 23/2014 dan PP 18/2016)

Praktik Empiris di Kabupaten Badung

1 PP 18/2016 hanya menentukan tiga tipe dinas

daerah kabupaten, yaitu: 1. Dinas Daerah

kabupaten/kota tipe A terdiri atas : 1 (satu) sekretariat

dan paling banyak 4 (empat) bidang.

Sekretariat terdiri

atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Bidang terdiri atas paling banyak 3 (tiga) seksi.

2. Dinas Daerah kabupaten/kota tipe A

terdiri atas : 1 (satu) sekretariat

dan paling banyak 4

(empat) bidang. Sekretariat terdiri

atas paling banyak 3

(tiga) subbagian. Bidang terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

3. Dinas

daerahkabupaten/kota tipe C terdiri atas

1 (satu) sekretariat dan paling banyak 2 (dua) bidang.

Sekretariat terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbagian.

Bidang terdiri atas

Dinas Daerah yang ada di Kabupaten Badung terdiri dari :

1. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga;

2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja; 4. Dinas Perhubungan, Komunikasi

dan Informatika; 5. Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil;

6. Dinas Kebudayaan; 7. Dinas Pariwisata;

8. Dinas Bina Marga dan Pengairan; 9. Dinas Cipta Karya; 10. Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan; 11. Dinas Pertanian, Perkebunan

dan Kehutanan; 12. Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan;

13. Dinas Pendapatan / Pasedahan Agung;

14. Dinas Pemadam Kebakaran;

15. Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

Page 37: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

31| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

paling banyak 3 (tiga)

seksi.

Untuk membentuk susunan organinasi pada Dinas Daerah

Kabupaten Badung sesuai dengan asas-asas yang diaur dalam PP 18 Tahun

2016, perlu dilakukan kajian perhitungan variabel umum dan variabel

teknis pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan penentuan beban

kerja Dinas-dinas Daerah di Kabupaten Badung.

Hasil perhitungan ini sangat diperlukan guna menentukan Tipe

pada Dinas-dinasyang akan dituangkan dalam rumusan norma yang

dituangkan dalam Peraturan Daerah yang akan dibentuk.

Dengan diketahui tipe yang tepat sesuai dengan perhitungan yang

ditentukan, maka pembentukan dan susunan Dinas-dinas Daerah

Kabupaten Badung diharapkan telah sesuai dengan asas-asas

pembentukan dinas daerah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 PP

18/2016.

Berdasarkan hasil perhitungan Skor yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Badung sebagaimana telah ditampilkan pada tabel

1. Untuk pengkajian dikutip kembali khusu berkaitan dengan skor Dinas

Daerah. Urusan, Skor dan Tipe Dinas dibawah ini akan dipergunakan

sebagai rujukan untuk dirumuskan dalam Peraturan Daerah yang akan

dibentuk. Urusan,Skor dan Tipe Dinas Daerah, berdasarkan hasil skor

adalah sebagai berikut:

No Urusan Skor Tipe Dinas

1 Administrasi Kependudukan Dan

Catatan Sipil

760 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

2 Kearsipan 620 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

3 Kebudayaan 920 Dinas Kabupaten/Kota Tipe A

4 Kehutanan 450 Dinas Kabupaten/KotaTipe C

5 Kelautan dan Perikanan 660 Dinas Kabupaten/KotaTipe B

6 Kepemudaan dan Olaraga 510 Dinas Kabupaten/KotaTipe C

7 Kesehatan 720 Dinas Kabupaten/KotaTipe B

8 Ketentraman Dan Ketertiban Umum Serta

720 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

Page 38: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

32| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Perlindungan Masyarakat

(Sub Kebakaran )

9 Komunikasi dan Informatika

704 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

10 Koperasi,Usaha Kecil Dan Menengah

700 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

11 Ketentraman Dan Ketertiban Umum Serta

Perlindungan Masyarakat (Sub Pol PP )

880 Sat Pol PP Kabupaten/Kota Tipe A

Ketentraman Dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat

(SubKebakaan )

720 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

12 Lingkungan Hidup 940 Dinas Kabupaten/Kota Tipe A

13 Pangan 740 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

14 Pariwisata 940 Dinas Kabupaten/Kota Tipe A

15 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

712 Dinas Kabupaten/Kota TipeB

16 Pemberdayaan Masyarakat Desa

682 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

17 Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

640 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

18 Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu

860 Dinas Kabupaten/Kota Tipe A

19 Pendidikan 790 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

20 Pengedalian PendudukDan Keluarga Berencana

716 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

21 Perdagangan 680 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

22 Perhubungan (Untuk

Wilayah Daratan)

762 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

23 Perindustrian 860 Dinas Kabupaten/Kota Tipe A

24 Perpustakaan 694 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

25 Pertanian 706 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

26 Perumahan Dan Kawasan Permukiman

498 Dinas Kabupaten/Kota Tipe C

27 Sosial 790 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

28 Tenaga Kerja 620 Dinas Kabupaten/Kota Tipe B

Sumber : Skor Urusan Kabupaten Badung Tanggal 28 Juni 2016.

5. Badan Daerah Kabupaten.

Badan daerah kabupaten/kota merupakan unsur penunjang

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

Dipimpin oleh kepala badan daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di

Page 39: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

33| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris

daerah kabupaten/kota.

Badan daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu

bupati/wali kota dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

Dalam melaksanakan tugas tersebut badan daerah

kabupaten/kota menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup

tugasnya;

c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang

urusan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;

dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kajian teoritik dan praktik empiris terhadap Badan Daerah

Kabupaten Badung dilakukan berdasarkan PP 18/2016 dan Perda

Kabupaten Badung No 7 Tahun 2008. Perbandingan substansi materi

pengaturan tentang susunan organisasi ada Badan Daerah baik yang

terdapat pada PP18/2016 maupun pada Perda Kabupaten Badung 7/2008,

disajikan pada tabel 11 dibawah ini.

Tabel 11.Kajian teoritik dan praktik empiris terhadap Badan Daerah

Kabupaten Badung

No UU 23/2014 dan PP 18/2016) Praktik Empiris di Kabupaten Badung

Page 40: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

34| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

1 Berdasarkan kedua peraturan ini,Badan Daerah Kabupaten diklasifikasikan menjadi tiga(3) tipe yaitu Tipe A, Tipe B dan Tipe C, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Tipe A terdiri atas :

1 (satu) sekretariat. paling banyak 4 (empat)

bidang paling banyak terdiri atas 3

(tiga) subbagian paling banyak 3 (tiga)

subbidang.

2. Tipe B terdiri atas : 1 (satu) sekretariat. paling banyak 3 (tiga) bidang paling banyak terdiri atas 2

(dua) subbagian paling banyak 3 (tiga)

subbidang. 3. Tipe C terdiri atas :

1 (satu) sekretariat. paling banyak 2 (dua) bidang paling banyak terdiri atas 2

(dua) subbagian paling banyak 3 (tiga)

subbidang.

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan

b. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari

1. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat;

2. Badan Lingkungan Hidup; 3. Badan Pemberdayaan

Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa;

4. Badan Keluarga Berencana

dan Keluarga Sejahtera; 5. Badan Kepegawaian Daerah,

Pendidikan, dan Pelatihan; 6. Satuan Polisi Pamong Praja; 7. Kantor Perpustakaan

Daerah; 8. Kantor Arsip Daerah; 9. Kantor Pemberdayaan

Perempuan; 10. Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD)

Untuk membentuk susunan organinasi pada BadanDaerah di

Kabupaten Badung agar memenuhi asas-asas yang diaur dalam PP 18

Tahun 2016, perlu dilakukan kajian perhitungan variabel umum dan

variabel teknis pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan penentuan

beban kerja perangkat kerja BadanKabupaten Badung.

Hasil perhitungan ini sangat diperlukan guna menentukan Tipe

pada Badan yang dirumuskan dalam Peraturan Daerah. Dengan diketahui

tipe yang tepat sesuai dengan perhitungan yang ditentukan, maka

pembentukan dan susunan Badan Daerah Kabupaten Badung diharapkan

sesuai dengan asas-asas pembentukan BadanDaerah sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 2 PP 18/2016.

Page 41: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

35| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Badung, terhadap variabel umum dan variabel teknis pemetaan intensitas

urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja sebagaimana telah

disampaikan pada tabel 1. Khusus yang diklasifikasikan sebagai Badan

Daerah kabupaten Badung dengan skor dan tipenya ditampilkan sebagai

berikut:

NO URUSAN SKOR TIPE KETERANGAN

1 PERENCANAAN 880

Badan

Kabupaten Tipe A

2 KEUANGAN 880

Badan Kabupaten

Tipe A

3 KEPEGAWAIAN,

PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN

780

Badan

Kabupaten Tipe B

4 PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN 550

Badan

Kabupaten Tipe C

6 Kecamatan

Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi

penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan

masyarakat desa atau sebutan lain dan kelurahan. Kecamatan dipimpin

oleh camat atau sebutan lain yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah

kabupaten/kota. Camat mempunyai tugas:

a. menyelenggarakan Urusan Pemerintahan umum.

b. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

c. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan

ketertiban umum.

d. mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan

Peraturan Bupati/Wali kota.

e. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana

pelayanan umum;

Page 42: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

36| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

yang dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;

g. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan desa atau

sebutan lain dan/atau kelurahan;

h. melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit

kerja Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di

kecamatan; dan

i. melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan

perundang-undangan.

Selain melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, camat juga

melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh bupati/wali kota untuk

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah kabupaten/kota. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya camat

dibantu oleh perangkat kecamatan.

Kajian teoritik dan praktik empiris terhadap kecamatan di

Kabupaten Badung dengan mempergunakan landasan PP 18/2016 dan

Perda kabupaten Badung No 7 Tahun 2008, disajikan dalam tabel berikut

dibawah ini.

Tabel 12. Kajian teoritik dan praktik empiris terhadap Kecamatan di

Kabupaten Badung.

No UU 23/2014 dan PP 18/2016) Praktik Empiris di Kabupaten Badung

1 Kecamatan

1. Kecamatan tipe A terdiri atas:

1 (satu) sekretariat dan paling banyak 5 (lima) seksi.

Sekretariat paling banyak terdiri atas 2

(dua) subbagian.

2. Kecamatan tipe B terdiri

atas: 1 (satu) sekretariat

dan paling banyak 4

Kecamatan di Kabupaten Badung

terdiri dari : 1. Kecamatan Petang;

2. Kecamatan Abiansemal; 3. Kecamatan Mengwi; 4. Kecamatan Kuta Utara;

5. Kecamatan Kuta; 6. Kecamatan Kuta Selatan;

Page 43: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

37| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

(empat) seksi.

Sekretariat paling banyak terdiri atas 2 (dua) subbagian.

Untuk membentuk susunan organinasi pada Kecamatan di

Kabupaten Badung agar memenuhi asas-asas yang diaur dalam PP 18

Tahun 2016, perlu dilakukan kajian perhitungan variabel umum dan

variabel teknis pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan penentuan

beban kerja perangkat kerja Kecamatan di Kabupaten Badung.

Hasil perhitungan ini sangat diperlukan guna menentukan Tipe

pada kecamatan-kecamatan yang dirumuskan dalam norma Peraturan

Daerah yang akan dibentuk. Dengan diketahui tipe yang tepat sesuai

dengan perhitungan yang ditentukan, maka pembentukan dan susunan

kecamatan di Kabupaten Badung diharapkan sesuai dengan asas-asas

pembentukan perangkat daerah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 PP

18/2016.

Berdasarkankajian perhitungan variabel umum dan variabel teknis

pemetaan intensitas urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja

perangkat kerja Kecamatan di Kabupaten Badung skor dan tipe setiap

Kecamatan sebagai berikut :

NO URUSAN SKOR TIPE KETERANGAN

1 KECAMATAN PETANG 940 Kecamatan tipe

A

2 KECAMATAN ABIANSEMAL 900 Kecamatan tipe

A

3 KECAMATAN MENGWI 900 Kecamatan tipe A

4 KECAMATAN KUTA UTARA 720 Kecamatan tipe A

5 KECAMATAN KUTA 720 Kecamatan tipe A

6 KECAMATAN KUTA SELATAN

800 Kecamatan tipe A

Page 44: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

38| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

D.Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur

Dalam Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kehidupan Masyrakat Dan

Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan Negara.

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah yang baru akan

membawa implikasi pada aspek kehidupan masyarakat, antara lain:

1. Pembentukan Perangkat Daerah dengan prinsip tepat fungsi dan

tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai

dengan kondisi nyata akan berakibat pada penataan organisasi

Perangkat Daerah yang rasional, proporsional, efektif, dan efisien.

2. Pembentukan Perangkat Daerah yang akan dibentuk

mempertimbangkan faktor luas wilayah, jumlah penduduk,

kemampuan keuangan daerah serta besaran beban tugas sesuai

dengan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah

sebagai mandat yang wajib dilaksanakan oleh setiap daerah

melalui Perangkat Daerah. Dengan mempersiapkan faktor-faktor

yang diperlukan untuk membentuk perangkat daerah akan

berakibat pada pengeluaran keuangan daerah.

3. Perangkat daerah yang akan dibentuk pemerintahan daerah

memprioritaskan pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang

berkaitan dengan pelayanan dasar, agar kebutuhan dasar

masyarakat dapat terpenuhi secara optimal.

4. Pembentukan perangkat daerah berdasarkan Peraturan Daerah

yang akan dibentuk, diharapkan pembinaan dan pengendalian

perangkat daerah dalam rangka penerapan koordinasi, integrasi,

sinkronisasi dan simplifikasi antar sektor, sehingga masing-

masing taat asas dan taat norma dalam penataan kelembagaan

perangkat daerah.

-------------------------------------

Page 45: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

39| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

A. Kajian Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan

Kondisi Hukum Yang Ada.

Kajian pada sub bab ini bertujuan untuk dapat dipergunakan

sebagai rujukan ketentuan mengingat atau dasar hukum dalam peraturan

daerah yang akan dibentuk.

Berdasarkan hasil penelusuran terhadapPeraturan Perundang-

undangan yang ada, yang relevan dirujuk menjadi ketentuan mengingat

atau dasar hukum dalam pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten

Badung berkaitan dengan pembentukan dan susunan perangkat

daerahantara lain:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.UUD 1945 Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan

“pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan”. Ketentuan ini merupakan landasan hukum

konstitusional bagi pembentukan peraturan daerah. Berdasarkan

uraian tersebut, maka UUD 1945 Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 sangat

relevan dipergunakan sebagai salah satu rujukan dasar hukum

penyusunan peraturan daerah ini.

2. Undang - Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah Tingkat I

Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655.Dalam Pasal 4

nya menentukan sebagai berikut :

Pasal 4.

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 31 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1957 urusanrumah-tangga dan kewajiban daerah meliputi semua urusan yang kini dimiliki oleh

Page 46: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

40| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

bekas "Daerah" yangbersangkutan sebelum berlakunya Undang-undang ini, kecuali urusan-urusan yang sewajarnya terletakdalam

bidang urusan rumah-tangga daerah tingkat I atau urusan Pemerintah Pusat.

(2) Apabila daerah yang dibentuk menurut pasal 1 adalah suatu Daerah Swapraja, maka dengan tidakmengurangi ketentuan dimaksud dalam ayat 1, untuk sementara waktu sampai diadakan

ketentuan lain,segala urusan rumah-tangga Daerah Swapraja yang bersangkutan itu menurut peraturan-peraturan yangada tidak merupakan urusan Pemerintah Pusat, menjadi urusan

daerah tingkat II yang bersangkutan.

Dengan diundangkannya Undang - Undang Nomor 69 Tahun 1958

daerah tingkat II memiliki kewenangan untuk mengurus urusan yang

menjadi kewenangannya. Dengan demikian undang-undang ini

relevan dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat dalam

peraturan daerah yang akan dibentuk.

3. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234 ). Undang-undang ini mengatur

tentang asas formal dan materil tentang pembentukan peraturan

perundang-undangan, sebagaimana ditentukan oleh Pasal 5 dan

Pasal 6 nya. Oleh karena itu, peraturan daerah yang akan dibentuk

harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik.

Merujuk pada kedua ketentuan pasal tersebut, maka Undang -

Undang Nomor 12 Tahun 2011, relevan dirujuk sebagai salah satu

ketentuan mengingat dalam pembentukan perda yang akan dibentuk.

4. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494). Dalam

ketentuan Pasal 55 nya menentukan sebagai berikut :

Pasal 55

(1) Manajemen PNS meliputi:

a. penyusunan dan penetapan kebutuhan;

Page 47: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

41| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

b. pengadaan;

c. pangkat dan jabatan;

d. pengembangan karier;

e. pola karier;

f. promosi;

g. mutasi;

h. penilaian kinerja;

i. penggajian dan tunjangan;

j. penghargaan;

k. disiplin;

l. pemberhentian;

m. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan

n. perlindungan.

(2) Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. (3) Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh

pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembentukan dan susunan perangkat daerah yang akan disusun

yang dituangkan dalam perda yang akan dibentuk berkaitan dengan

manajemen PNS. Manajemen PNS di daerah dilakukan oleh Instansi

Daerah. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan

perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah,

sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan

lembaga teknis daerah. Mengingat bahwa Undang - Undang Nomor 5

Tahun 2014 juga memberikan wewenang kepada daerah

kabupaten/kota untuk mengatur manajemen PNS, maka Undang -

Undang Nomor 5 Tahun 2014 relevan dirujuk sebagai salah satu

ketentuan mengingat dalam peraturan daerah yang akan dibentuk.

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

Undang-undang ini merupakan dasar hukum pembentukan

peraturan daerah, sebagaimana ditentukan dalam Pedoman angka

Page 48: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

42| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

39 TP3U, “Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah adalah …

Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah”. Pasal 9 UU 23/2014

menentukan Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan

pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan

pemerintahan umum. Urusan pemerintahan konkuren yang

diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

Ketentuan ini memberikan arahan dalam pembentukan peraturan

daerah Kabupaten Badung berkaitan dengan Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah. Lebih lanjut dalam Pasal 212 UU

23/2014 ditentukan Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah

sebagaimana ditetapkan dengan Perda.

Berdasarkan uraian ini, maka Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014, relevan dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat

dalam peraturan daerah yang akan dibentuk.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016

tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 114). Pasal 3 (1) nya menentukan Pembentukan

dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda. Peraturan

Pemerintah ini memerintahkan pembentukan dan susunan perangkat

daerah dibentuk berdasarkan peraturan daerah. Berdasarkan

rumusan ketentuan Pasal 3 ayat (1) maka peraturan daerah yang

akan dibentuk sangat relevan merujuk Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 sebagai salah satu

ketentuan mengingat dari peraturan daerah yang akan dibentuk.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah. Pasal 4 nya menentukan

peraturan daerah memuat materi muatan:

a. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.

Peraturan daerah yang akan dibentuk merupakan perintah dari

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dalam hal ini PP N0

Page 49: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

43| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

18/2016. Dengan ketentuan ini, Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 80 Tahun 2015 relevan untuk dirujuk sebagai salah satu

ketentuan mengingat.

B. Keterkaitan Peraturan Daerah Yang Baru Dengan Peraturan

Perundang-Undang Lain

Dengan dibentuknya Peraturan Daerah Kabupaten Badung No... Tahun

... tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten

Badung, beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang

terkait diantaranya:

A. Jenis peraturan perundang-undangan yang memberikan wewenang

kepada daerah untuk membentuk Perda. Peraturan-peraturan ini

sekaligus merupakan peraturan-peraturan yang layak dipergunakan

sebagai ketentuan mengingat peraturan daerah yang akan dibentuk.

No Jenis Peraturan Perundang-undangan

1 Pasal 18 ayat (6) Undang - Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

2 Undang - Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1655.

3 Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234 ).

4 Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5494)

5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Page 50: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

44| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587)

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 114).

7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah.

C. Harmonisasi Secara Vertikal Dan Horizontal Serta Status Dari

Peraturan Daerah Yang Ada

Kajian untuk melakukan harmonisasi secara vertial dan horizontal

serta status dari Peraturan Daerah yang ada bertujuan untuk dituangkan

dalam rumusan ketentuan penutup pada draft Rancangan Perauran Daerah

yang akan dibentuk. Kajian pada sub bab ini dapat menghasilkan rumusan

sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

angka 146 dan 148 menentukan frase rumusan ketentuan penutup sebagai

berikut:

a. Angka 146 UU No 12 Tahun 2011 menentukan”Untuk mencabut Peraturan Perundang-undangan yang telah diundangkan dan

telah mulai berlaku, gunakan frase dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

b. Angka 148 UU No 12 Tahun 2011 menentukan “Pencabutan Peraturan Perundang-undangan disertai dengan keterangan

status hukum dari peraturan pelaksanaan atau keputusan yang telah dikeluarkan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang dicabut”.

c. Angka 282 menentukan “Untuk menyatakan peraturan

pelaksanaan dari suatu Peraturan Perundang-undangan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan, gunakan frasa dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam... (jenis Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan)ini.

Dalam Ketentuan Peralihan PP 18/2016 dari Pasal 121 sampai

Pasal 123 menentukan sebagai berikut:

Page 51: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

45| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

a. Pasal 121

Penyesuaian pengisian jabatan direktur rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (9) dan Pasal 95 ayat (8) serta pengisian

jabatan kepala pusat kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (9) sebagai jabatan fungsional, dilaksanakan paling

lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku.

Berdasarkan rumusan Pasal 121 PP 18/2016 tersebut, maka

direktur rumah sakit, kepala pusat kesehatan masyarakat sebagai

jabatan fungsional dilaksanakan paling lambat Tahun 2018. Ini berati

untuk rumah sakit sebagai perangkat daerah di Kabupaten Badung,

penyesuaian pengisian jabatan dapat dilakukan paling pada tahun 2018.

Jika penyesuaian pengisian jabatan pada rumah sakit daerah dapat

dilakukan paling lambat pada tahun 2018, maka untuk rumusan

ketentuan peralihan dalam perda dapat mempergunakan rumusanmasih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam

Peratura Daerah Kabupaten Badung No... Tentang Pembentukan

Organisasi Perangkat Daerah.

b. Pasal 122

(1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, seluruh Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan

peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan umum diundangkan.

Demikian juga halnya seluruh Perangkat Daerah yang

melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan

politik, tetap melaksanakan tugasnyasampai dengan peraturan

perundang-undangan mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan

umum diundangkan. Dengan demikian maka Perangkat Daerah yang

melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan

politik di Kabupaten Badung dalam ketentuan peralihan Peraturan

Daerah yang akan dibentuk dapat dirumuskan dengan polatetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peratura Daerah

Kabupaten Badung No... Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Daerah.

Page 52: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

46| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

d. Pasal 117

(1) Ketentuan mengenai Perangkat Daerah yang menyelenggarakan sub

urusan bencana diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai penanggulangan bencana.

(2) Peraturan daerah mengenai pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasi, dan tata kerja perangkat daerah yang menyelenggarakan sub urusan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

Berdasarkan ketentuan Pasal 117 PP No 18 Tahun 2016, perangkat

daerah yang menangani urusan bencana ditetapkan dengan berpedoman

pada Peraturan Menteri. Untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum

berkaitan dengan Perangkat Daerah yang menangani urusan bencana di

Kabupaten Badung,maka sebaiknya dalam ketentuan peralihan pada

Peraturan Daerah yang akan dibentuk untuk perangkat daerah yang

menangani urusan bencana dipergunakan rumsan tetap berlaku sepanjang

tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peratura Daerah Kabupaten

Badung No... Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah.

e. Pasal 125

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Berdasarkan ketentuan dalam PP 18 Tahun 2016 seperti yang telah

dikemukakan diatas, maka organisasi perangkat daerah yang akanbentuk

masih memungkinkanmempergunakan ketententuan yang lamasepanjang

ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peratura

Daerah yang akan dibentuk.

Dengan demikian dalam ketentuan peralihan pada Peraturan Daerah

yang akan dibentuk, beberapa perangkat daerah masih memungkinkan

mempergunakan ketententuan yang lama sepanjang ketentuan tersebut

tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peratura Daerah yang akan

dibentuk,perangkat daerah tersebut seperti:

1) Perangkat Daerah yang menangani rumah sakit, khususnya

berkaitan dengan:

a. Penyesuaian pengisian jabatan direktur rumah sakit

b. Pengisian jabatan kepala pusat kesehatan masyarakat.

Page 53: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

47| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

2) Seluruh Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan

Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik.

3) Perangkat Daerah yang menangani urusan bencana

Sedangkan perangkat daerah lainnya berdasarkan ketentuan Pasal

125 PP 18 Tahun 2016dinyatakan dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.Dengan demikian jika merujuk pada ketentuan Pasal 125 PP 18

Tahun 2016, maka ada beberapa Peraturan Daerah yang mengatur tentang

organisasi perangkat daerah di Kabupaten Badung harus dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku, seperti:

1) Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Badung.

2) Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 4 Tahun 2013 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Badung.

-------------------------------

Page 54: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

48| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Pasal 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, mengatur bahwa, “Pancasila Merupakan

Sumber Segala Sumber Hukum Negara”. Pancasila sebagai norma dasar

merupakan wujud dari kristalisasi dari cita Bangsa Indonesia. Pancasila

menjiwai seluruh kehidupan Negara hukum Indonesia dan merupakan

filsafat Bangsa Indonesia yang meliputi “de zin van wereld en leven” yaitu

makna dari dunia dan kehidupan bangsa. Segala bidang kegiatan dan

tindakan dalam pembangunan Negara dan Bangsa Indonesia harus

berdasar dan berpangkal pada Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee).

Cita hukum ini diwujudkan lebih nyata dalam tujuan nasional negara yang

secara normatif tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945yaitu, membentuk masyarakat adil

dan makmur berdasarkan pancasila, melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia,

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Seluruh

derap langkah penyelenggaraan pemerintahan negara ditujukan untuk

mencapai tujuan nasional negara tersebut, dan strategi penyelenggaraaan

pemerintahan baik pusat maupun pemerintahan daerah merupakan salah

satu kunci yang menentukan jalannya bangsa dan negara untuk mencapai

tujuan nasional, dengan segenap instrumen pemerintahan yang digerakan

secara bersamaan dan serentak.

Page 55: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

49| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Berkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah , wujud

kewilayahan negara yang luas, masyarakatnya yang multi kultural serta

potensi masing-masing wilayah yang berbeda merupakan alasan ketika

sistem desentralisasi digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Desentralisasi merupakan penyerahan urusan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan. Sistem ini diterapkan merupakan pilihan yang

rasional sebagai upaya menciptakan proses demokratisasi untuk mencapai

kesejahteraan di masing-masing wilayah. Harapannya dengan rentang

kendali pemerintah daerah yang tidak terlampau luas, tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan dapat terpenuhi dengan lebih efektif dan efisien.

Untuk pelaksanaan otonomi daerah oleh pemerintah daerah dalam

rangka menyikapi dinamika perubahan dalam masyarakat, ada beberapa

hal mendasar yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan fungsi

pemerintahan, pelayananan , kelembagaan, sumber daya manusia,

anggaran dan pengawasan. Penataan terhadap hal-hal yang mendasar

tersebut penting untuk dilakukan secara terus menerus

berkesinambungan, agar usaha – usaha pencapaian peningkatan kualitas

penyelenggaraan pemerintahan untuk menyikapi perubahan dalam

masyarakat dan pencapaian tujuan nasional tampak lebih nyata.

Efektifitas dan efisiensi merupakan salah satu asas dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik, artinya bahwa

penyelenggaraan pemerintahan tersebut berdasarkan prioritas – prioritas

terentu dan sesuai dengan kebutuhan riil yang bersifat empiris. Salah satu

Page 56: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

50| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

hal mendasar yang terkait erat dengan persoalan efektifitas dan efisiensi

adalah kelembagaan dalam pemerintahan daerah. Kenapa demikian, karena

kelembagaan merupakan wadah dari pemerintah daerah menjalankan

fungsinya, kelembagaan merupakan wadah bagi personil atau

administratur negara dalam melaksanakan tugasnya, kelembagaan pula

tempat dimana anggaran dan pelayanan publik pemerintah daerah

dijalankan. Kelembagaan pemerintah daerah mempunyai fungsi yang

sentral yang memberikan kejelasan dalam pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan

demikian maka penataan terhadap kelembagaan pemerintah daerah sangat

urgen dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah.

Kabupaten Badung sebagai kabupaten yang letak wilayahnya sangat

strategis sebagai penyangga ibu kota Provinsi Bali, merupakan wilayah

sentral pariwisata Bali. Kabupaten Badung mempunyai wilayah yang

luasnya 418,52 Km2 (7,43 % luas Pulau Bali ). Jumlah penduduk

Kabupaten Badung pada tahun 2013 sebanyak 458.406 jiwa. Dengan

kondisi demikian tentunya Pemerintah Daerah Kabupaten Badung

memerlukan memerlukan kelembagaan berupa organisasi perangkat daerah

yang harus mampu memberi dukungan yang optimal terkait dengan

pelaksanaan program otonomi daerah.

Kompleksitas persoalan dan urusan Pemerintah Daerah Kabupaten

Badung, membawa konskwensi bahwa organisasi perangkat daerah harus

dibuat berdasarkan peta kebutuhan yang terukur dan kajian argumentasi

yang rasional. Organisasi perangkat daerah merupakan aktor yang

Page 57: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

51| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga perbaikan

– perbaikan dalam upaya mengantisipasi perubahan dan perkembangan

masyarakat perlu dilakukan secara berkelanjutan agar eksistensinya selalu

selaras dan sinergi dengan kondisi yang ada.

Substansi dari persoalan kelembagaan organisasi perangkat daerah

Kabupaten Badung, sejatinya adalah bahwa organisasi perangkat daerah

dibentuk berdasarkan peraturan perundang – undangan yang

mencerminkan nilai – nilai Pancasila sebagai landasan filosofis artinya

bahwa hendaknya nilai – nilai terkandung adalahpenghormatan terhadap

nilai moral Ketuhanan, penghargaan dan perlindungan terhadap hak asasi

manusia, niai persatuan bangsa, nilai demokratis dan keadilan sosial .

Secara empiris perlu dipertimbangkan mengenai kontribusi dari

kelembagaan tersebut dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan

pemerintahan. Kelembagaan pemerintah daerah harus mampu membantu

kepala daerah dan mampu memberikan dukungan dalam

mengimplementasikan program – program pemerintah daerah.

Kelembagaan pemerintah daerah juga harus mampu berfungsi sebagai

wadah yang solutif dalam pencapaian tujuan – tujuan pembangunan di

daerah, dan bukan sebaliknya, bahwa eksistensi perangkat daerah yang

ada hanya membebani anggaran daerah dan tidak banyak memberikan

kontribusi bagi kepentingan masyarakat. Dasar utama dibentuknya

perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi pada prinsipnya adalah

adanya urusan pemerintah yang perlu ditangani. Namun demikian perlu

dipahami pula bahwa tidak setiap penanganan urusan pemerintahan itu

Page 58: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

52| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

harus dibentuk ke dalam organisasi perangkat daerah tersendiri.

Pembentukan organisasi perangkat daerah hendaknya dibentuk

berdasarkan filosofi pembentukan organisasi, dengan mempertimbangkan

efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Dengan

demikian maka sewaktu-waktu peninjauan kembali terhadap keberadaan

organisasi perangkat daerah wajib dilakukan agar selalu sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerah.

Pembentukan perangkat daerah Kabupaten Badung, selain dipandang

dari tujuannya secara hakiki wujud dari usaha pencapaian tujuan nasional,

juga dipandang dari sisi keilmuanyang merupakan suatu organisasi.

Organisasi dirumuskan sebagai suatu struktur hubungan manusia yang

didalamnya terdapat tujuan tertentu dan memiliki unit-unit yang diatur

secara sistematis untuk memajukan dan mengejar tujuan atau kepentingan

bersama. SP. Siagian mendefinisikan organisasi sebagai setiap bentuk

persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta

secara formal terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seseorang/beberapa orang yang

disebut atasan dan seseorang/beberapa orang yang disebut bawahan.5

Dwight Waldo menyatakan organisasi adalah struktur antar hubungan

pribadi yang berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan di dalam

suatu sistem administrasi.6 Berdasarkan definisi tersebut maka dapat

dikembangkan unsur dari organisasi yaitu bahwa organisasi senantiasa

memiliki tujuan, organisasi mempunyai kerangka atau struktur, organisasi

5 S.P. Siagian, 1973, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta 6 Dwight Waldo, 1971, Pengantar Studi Public Administration, Tjemerlang, Jakarta

Page 59: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

53| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

memiliki sumber pembiayaan, organisasi mempunyai tata cara kerja untuk

mencapai tujuan, organisasi mempunyai pola dasar kebudayaan dan

organisasi mempunyai hasil – hasil yang ingin dicapai.

Suatu organisasi yang baik adalah oragnisasi yang memiliki prinsip –

prinsip sebagai berikut :

1. Terdapat tujuan yang jelas;

2. Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap anggotanya;

3. Tujuan organisasi harus diterima oleh anggotanya;

4. Adanya kesatuan arah;

5. Adanya kesatuan perintah;

6. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab;

7. Adanya pembagian tugas yang jelas;

8. Struktur organisasi idealnya disusun sesederhana mungkin;

9. Memiliki pola dasar yang relatif permanen;

10. Adanya profesionalitas pengelolaan.

Unsur-unsur dan prinsip-prinsip organisasi diatas memberikan

deskripsi tentang kondisi ideal dari suatu organisasi. Suatu organisasi

tentunya akan berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan apabila masih

melekat prinsip-prinsip organisasi yang baik tersebut. Prinsip-prinsip

organisasi yang baik juga merupakan parameter penilaian eksistensi dari

suatu organisasi, artinya apakah suatu organisasi masih dalam kondisi

yang ideal atau sebaliknya sehingga kemudian perlu dijadikan bahan

perttimbangan untuk adanya perbaikan - perbaikan kondisi atau justru

meniadakannya.

Page 60: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

54| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Berkait dengan perangkat daerah yang apabila dipandang sebagai

suatu organisasi tentunya sangat penting dilakukan evaluasi apakah

organisasi perangkat daerah yang ada masih dalam kondisi yang ideal

sesuai dengan prinsip – prinsip organisasi yang baik, apabila dari hasil

penilaian ada kondisi yang kurang ideal tentunya sebagai bahan

pertimbangan untuk mengadakan perbaikan – perbaikan untuk kemudian

menyempurnakan kembali eksistensi dari organisasi perangkat daerah

tersebut.

Menurut The Liang Gie penyempurnaan organisasi mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Tercapainya tujuan organisasi atau terlaksananya berbagai program

dengan sebaik-baiknya;

2. Terpeliharanya struktur organisasi dan pola-pola hubungan kerja

yang sederhana, jelas, dan rasional yang disusun berdasarkan

kebutuhan yang nyata;

3. Terpeliharanya koordinasi termasuk integrasi dan sinkronisasi dari

kegiatan-kegiatan organisasi itu, baik yang beraspek personalia,

finansial, maupun material;

4. Terbinanya tata hubungan, tata kerja, dan prosedur yang

sederhana dan praktis;

5. Terjaminya penerapan dari asas-asas tata kelola yang baik;

6. Terlaksananya segenap kegiatan peningkatan sfisiensi pada segala

bidang kerja dengan sepenuhnya.7

7 The Liang Gie, 1978, Unsur – Unsur Administrasi, Suatu Kumpulan Karangan,

Karya Kencana Yogyakarta.

Page 61: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

55| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Sebagaiman diketahui bahwa organisasi meupakkan wadah kerja

sama, merupakan struktur yang mengatur pembagian wewenang dan

tanggung jawab. Dalam aktifitasnya organisasi harus diusahakan agar

dapat berjalan secara efektif dan efisien. Berkenaan dengan berbagai faktor,

baik yang bersifat internal atau eksternal, senantiasa terbuka kemungkinan

diadakan penataan kembali berupa perbaikan, perubahan dan

penyempurnaan organisasi. Penataan kembali yang dilakukan memiliki

tujuan menghasilkan efisiensi yang lebih besar sehingga tercipta suatu

kondisi yang lebih kondusif bagi peningkatan produktivitas. Candler dan

Plano mengemukakan tujuan-tujuan dari reorganisasi atau penataan

kembali organisasi adalah :

1. Memperkecil pemborosan dan duplikasi dengan mengitegrasikan

beberapa satuan organisasi yang menjalankan tugas yang sama;

2. Mengurangi jumlah satuan-satuan organisasi yang harus melapor

pada pemimpin, dengan mengonsolidasikan mereka ke dalam

kelompok satuan kerja yang lebih sedikit;

3. Memungkinkan para staf memberikan saran pendapat kepada

pimpinan;

4. Mempertegas garis kewenangan dan tanggung jawab, sehingga

keputusan dapat dibuat secara lebih efektif dan bertanggung jawab;

5. Mengurangi jabatan-jabatan dan satuan – satuan pimpinan yang

lebih banyak terlibat pada hal – hal rutin daripada terlibat pada

proses pembuatan kebijakan.

6. Menyemangati satuan – satuan perencanaan untuk selalu

memberikan bantuan kepada para pembuat keputusan;

Page 62: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

56| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

7. Membuka kemungkinan untuk melakukan peninjauan yang

sistematis dan kontinyu terhadap manajemen personalia dan

prosedur anggaran.8

Landasan filosofis penataan organisasi perangkat daerah Kabupaten

Badung yaitu bahwa dalam esensi hakiki perangkat daerah merupakan

organisasi yang memiliki unsur – unsur dan prinsip – prinsip ideal sebagai

parameter atau tolak ukur. Gunanya tentu saja untuk menilai apakah

organisasi perangkat daerah yang ada berjalan dengan baik atau tidak,

apabila dinilai kurang baik dan kurang memberi manfaat bagi pencapaian

tujuan maka merupakan suatu kewajaran bila ada peninjauan kembali

dalam kerangka penataan organisasi perangkat daerah. Efektifitas dan

efisiensi sebagai landasan dasar penataan secara substansi memberikan

dampak yang sangat baik secara internal karena akan menghemat

anggaran yang ada, dan secara eksternal tentunya fungsi pemerintah

sebagai pelayan publik dapat memberikan kontribusi yang lebih kepada

masyarakat.

B. Landasan Sosiologis

Menurut Bagir Manan, suatu peraturan perundang-undangan yang

baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut:9

a. Ketepatan struktur, ketepatan pertimbangan, ketepatan dasar hukum, ketepatan bahasa (peristilahan), ketepatan pemakaian huruf dan tanda baca;

b. Kesesuaian isi dengan dasar yuridis, sosiologis dan filosofis;

8 Ali Mufis, 2009, Pengantar Ilmu Administrasi Negara, Universitas Terbuka, Jakarta. 9 Bagir Manan, 1995, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-undangan

Tingkat Daerah. Univ. Islam Bandung, Bandung, h. 12.

Page 63: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

57| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

c. Perturan perundang-undangan tersebut dapat dilaksankaan (applicable) dan menjamin kepastian.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat Van der Vlies sebagaimana

dikutip oleh A. Hamid S Attamimi yang mengemukakan 2 (dua) asas pokok

yang harus dipenuhi dalam membuat suatu pertauran perundang-

undangan yang baik, yakni asas formal dan asas material. Asas formal

mencakup “asas tujuan yang jelas, asas organ/lembaga yang tepat, asas

perlunya peraturan, asas dapat dilaksanakan, dan asas konsensus”,

sedangkan asas material mencakup “asas terminologi dan sistematika yang

benar, asas dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam hukum, asas

kepastian hukum dan asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan

individual”10.

Selain dari apa yang dikemukakan diatas dalam mengkaji hukum

dalam bentuk peraturan perundang-undangan ada satu teori yang cukup

relevan untuk diperhatikan yaitu Teori Hukum Responsive. Teori hukum ini

dikembangkan oleh Philippe Nonet dan Philip Selznick, merupakan bagian

dari teori hukum modern. Teori ini dilandasi oleh pemikiran Jerome Frank

yang memberikan suatu catatan bahwa tujuan kunci dari kaum realis

(realisme hukum ) adalah membuat hukum lebih responsif terhadap

kebutuhan sosial (masyarakat). Sehubungan dengan ini maka lapangan

relevansi hukum (legal relevant) menjadi diperluas yaitu dengan

memasukkan pengetahuan tentang konteks sosial di dalam penalaran

hukum. Aliran Sociological jurisprudence juga menghendaki agar lembaga

10 A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peraturan Keputusan Presiden republik Indonesia

Dalam Penyelenggaraan pemerintahan Negara (Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan

Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV), Disertai,

Fakultas Pascasarjana, Univ. Indonesia, Jakarta, h. 330.

Page 64: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

58| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

hukum lebih memperhatikan secara lengkap dan kritis mengenai fakta-

fakta sosial terhadap mana hukum itu ditampilkan dan diterapkan. Teori

dari Roscoe Pound tentang kepentingan sosial merupakan upaya yang lebih

jelas untuk mengembangkan satu model tentang hukum responsif. Dalam

perspektif ini hukum yang baik seharusnya menawarkan sesuatu yang

lebih dari sekedar keadilan prosedural. Hukum memiliki kekuasaan dan

sekaligus terbuka, membantu merumuskan kepantingan publik, dan

dijalankan untuk pencapaian keadilan substantif.11 Dengan kata lain Teori

Hukum Responsif menghendaki agar hukum lebih memperhatikan

kepentingan-kepentingan masyarakat dalam rangka mewujudkan keadilan

substansif. Dengan melihat teori di atas maka seyogyanya setiap produk

hukum sudah memperhatikan kepentingan-kepentingan social, artinya

kepentingan sosial ini mencakup pula nilai-nilai yang melandasi

kepentingan sosial tersebut. Tatanan hukum yang beroperasi dalam suatu

masyarakat pada dasarnya merupakan pengejawantahan cita hukum yang

dianut dalam masyarakat yang bersangkutan kedalam perangkat berbagai

aturan hukum positif, lembaga hukum dan proses (perilaku birokrasi

pemerintahan dan warga masyarakat).

Setiap produk hukum yang baik harus memenuhi semua aspek

metode yang ada baik, kemudian juga materi dalam substansi yang relevan,

dan mempunyasi daya keberlakuan secara sosiologis. Pengabaian

keberlakuan secara sosiologis dari produk hukum khususnya di daerah

mengakibatkan banyak bermunculan Peraturan daerah yang tidak efektif,

11 Phillippe Nonet dan Philip Selznick, 1978, Law and Society in Transition Toward

Responsive Law, Harper Colophon Books, New York, , h. 73-74

Page 65: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

59| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

artinya banyak Peraturan Daerah yang tidak berjalan, bahkan banyak pula

kemudian yang dibatalkan oleh pemerintah pusat. Dalam pembuatan suatu

perda idealnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah melihat dan

mendengar masyarakat, sehingga dapat menyerap aspirasi dari

masyarakat. Jika produk hukum itu dari masyarakat maka dengan

sendirinya masyarakat akan mematuhinya.

Dalam hal ini, keterlibatan masyarakatakan sangat menentukan

aspek keberlakuan hukum secara efektif dan tujuan pemerintah akan sulit

terwujud jika masyarakat tidak berpartisipasi. Membicarakan hukum

adalah membicarakan hubungan antar manusia. Membicarakan hubungan

antar manusia adalah membicarakan keadilan. Dengan demikian setiap

pembicaraan mengenai hukum, senantiasa merupakan pembicaraan

mengenai keadillan pula. Kita tidak dapat hanya membicarakan hukum

hanya sampai kepada wujudnya sebagai suatu bangunan yang formal. Kita

juga perlu melihatnya sebagai ekspresi dari cita-cita keadilan

masyarakatnya.12

Keadilan adalah kemauan yang bersifat tetap dan terus menerus

untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya untuknya.

Keadilan adalah ukuran yang kita pakai dalam memberikan perlakuan

obyek diluar diri kita. Obyek yang ada diluar kita ini adalah manusia sama

dengan kita. Oleh karena itu ukuran tersebut tidak dapat dilepaskan dari

arti yang kita berikan kepada manusia dan kemanusiaan, tentang konsep

kita mengenai manusia. Bagai mana anggapan kita tentang manusia, itulah

yang akan membuahkan ukuran-ukuran yang kita pakai dalam

12Satjipto Raharjo, 1986, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, h. 15

Page 66: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

60| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

memberikan perlakuan terhadap orang lain. Apabila manusia itu kita

anggap sebagai mahluk yang mulia, maka perlakuan kita padanyapun akan

mengikuti anggapan yang demikian itu dan hal ini akan menentukan

ukuran yang akan kita pakai dalam menghadapi mereka.

Roscoe Pound melihat keadilan dalam hasil-hasil konkrit yang bisa

diberikan kepada masyarakat. Roscoe Pound melihat bahwa hasil yang

diperoleh itu hendaknya berupa pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusia

sebanyak-banyaknya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Pound

sendiri mengatakan bahwa ia senang melihat semakin meluasnya

pengakuan dan penguasaan terhadap kebutuhan, tuntutan atau keinginan-

keinginan manusia melalui pengendalian sosial, semakin meluas dan

efektifnya jaminan terhadap kepentingan sosial, suatu usaha untuk

menghapus pemborosan yang terus menerus dan semakin efektif dan

menghindari pembenturan antara manusia dalam menikmati sumber-

sumber daya, singkatnyasocial engineering yang semakin efektif.13

Pandangan Pound merupakan bagaimana suatu produk hukum

tersebut harus memiliki sifat sosiologis, kemudian dalam sosiologi hukum,

hukum memiliki fungsi sebagai social controlyaitu upaya untuk

mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat, yang bertujuan

menciptakan keadaan suatu masyarakat yang serasi antara stabilitas dan

perubahan didalam masyarakat. Selain itu hukum juga memiliki fungsi lain

yaitu sebagai sarana social engineeringyang maksudnya adalah sebagai

sarana pembaharuan dalam masyarakat. Hukum dapat berperan dalam

13 Ibid. h. 10

Page 67: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

61| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

mengubah pola pemikiran masyarakat dari pola pemikiran yang tradisional

kedalam pola pemikiran yang rasional atau modern.

Sosiologi hukum berusaha mengupas hukum sehingga hukum itu

tidak bisa dipisahkan dari praktek penyelenggaraannya, tidak hanya

bersifat kritis melainkan bisa juga kreatif. Kreatifitas ini terletak pada

kemampuannya untuk menunjukkan adanya tujuan-tujuan serta nilai-nilai

tertentu yang ingin dicapai oleh hukum. Sehingga konsekuensi berlakunya

produk hukum yang tidak memiliki sifat sosiologis ialah produk hukum itu

tidak dapat bertahan lama dan daya ikat kepada masyarakat sangat lemah,

kemudian efektivitas hukum tidak efektif sehingga produk hukum tersebut

kurang berlaku dimasyarakat sehingga produk hukum tersebut perlu untuk

di-review.

Di Kabupaten Badung , peraturan daerah tentang perangkat daerah

yang akan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016,

agar berlaku efektif tentunya harus memiliki sifat sosiologis yakni mampu

untuk menunjukkan adanya tujuan-tujuan serta nilai-nilai tertentu yang

ingin dicapai oleh hukum. Sifat sosiologis hukum memiliki fungsi

sebagai social controlyaitu upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di

dalam masyarakat, yang bertujuan menciptakan keadaan suatu

masyarakat yang serasi antara stabilitas dan perubahan didalam

masyarakat. Dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun

2016 tentang Perangkat Daerah, diatur bahwa penetapan tipelogi perangkat

daerah yang dibentuk didasarkan pada parameter jumlah penduduk, luas

wilayah dan kemampuan anggaran daerah. Hal menunjukan bahwa

masyarakat menjadi ukuran yang utama dalam pembentukan perangkat

Page 68: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

62| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

daerah, artinya bahwa peraturan daerah yang dibuat merupakan deskripsi

dari kondisi masyarakat. Harapannya tentunya perda tentang perangkat

daerah tersebut dapat berlaku efektif dan diterima secara rasional oleh

masyarakat.

4.3. Landasan Yuridis

Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945,14 yang bertujuan untuk mencapai masyarakat

yang adil dan makmur baik materiil maupun spiritual secara merata di

semua lapisan masyarakat. Berdasarkan penjelasan umum angka 1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyatakan

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan

atas kekuasaan belaka (machtstaat). Hal ini juga diperjelas melalui

amandemen ke- 3 UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan bahwa

Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum maka

negara kita menganut suatu ajaran hukum.15

Istilah negara hukum muncul apa abad ke -19, sedangkan

pemikiran tentang negara hukum (di dunia barat sudah mulai pada abad

ke-17 yang diawali oleh pemikiran Plato di jaman Yunani. Menurut

Platodalam negara ideal (Politea) penyelenggaraan negara yang baik tidak

14

Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan tolak ukur Badan Peradilan Administrasi

di Indonesia, Alumni Bandung, h. 11 15 Ismail Suny, 1984, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta, h.

8

Page 69: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

63| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

cukup dilakukan hanya oleh para Filosof, melainkan juga harus

berdasarkan pada peraturan yang baik yang disebut Nomoi.16

Ide negara hukum ini muncul kembali pada permulaan

perkembangan dari liberalisme, yang melahirkan negara hukum liberal atau

negara hukum dalam arti sempit (negara hukum formal) atau yang lebih

dikenal dengan negara penjaga malam (nachtwakerstaat),17 yang

merupakan awal dari konsep rechtstaat, yang lebih mengutamakan pada

unsur perlindungan hukum.

Menurut Imannuel Kant, untuk disebut sebagai negara hukum

maka harus memiliki dua unsur pokok yakni adanya perlindungan

terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan kekuasaan dalam

negara.18 Ide ini selanjutnya dikembangkan oleh F.J. Stahl, dengan

menambah dua unsur lagi yaitu setiap tindakan negara harus berdasarkan

undang-undang serta adanya peradilan administrasi negara. Dengan

memantapkan prinsip liberalisme yang dikemukakan oleh Rousseau, yang

menekankan pada unsur-unsur negara hukum, sehingga rumusannya

menjadi :

1. Adanya jaminan atas hak asasi manusia/hak dasar manusia;

2. Adanya pemisahan kekuasaan;

3. Pemerintahan berasarkan hukum/undang-undang (asas legalitas);

16

J.H. Rapar, 1988, Filsafat politik Plato, Rajawali Pers, Jakarta h. 90 17 E. Utrecht, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Republik Indonesia, Pustaka

Tinta Mas, Surabaya, h. 26 18 Moh. Kusnardi dan Bintan R Saragih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet. 4,

Gaya Media Pratama, Jakarta, h. 132

Page 70: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

64| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

4. Adanya peradilan tata usaha negara/administrasi negara.19

Dalam konsep negara hukum, asas legalitas merupakan unsur yang

utama dalam sebuah negara hukum.20 Asas legalitas banyak digunakan

dalam lapangan hukum pidana. Dalam lapangan hukum administrasi

negara terwujud dalam “wetmatigheid van bestuur” yang merupakan

pemikiran abad XIX yang dikuasai oleh pemikiran negara undang-undang

(wettenstaat), sebaliknya pemikiran negara hukum abad XX lebih

mengedepankan “doelstalling” (penetapan tujuan) daripada “Normstelling

(penetapan Norma).21 Asas ini dijadikan sebagai dasar dalam setiap

penyelanggaraan pemerintahan terutama bagi negara-negara yang

menganut sistem Eropa continental (civil law). Asas legalitas menentukan

bahwa semua ketentuan yang mengikat warga negara harus didasarkan

pada undang-undang yang merupakan ciri khas negara hukum yang sering

dirumuskan dalam ungkapan “Het beginsel van wetmatigheid van

bestuur”.22

Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan

negara hukum.23 Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk

undang-undang dan berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari

rakyat. Seperti yang dikemukakan oleh JJ. Rousseau, bahwa undang-

19

Jimly Asshiddiqie, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi

Revisi, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah konstitusi RI, h. 151 20 A. Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang,

h. 59 21 Philipus M Hadjon, 1992, Pemerintahan Menurut Hukum, Kumpulan Makalah

Hukum Administrasi Negara Dan Peradilan Tata Usaha Negara, disampaikan pada

penataran “Hukum Administrasi dan Hukum Lingkungan” Diselenggarakan Dalam Rangka

Kerja Sama Hukum Indonesia – Belanda tanggal 18 – 28 November 1992 Di Universitas

Airlangga, Surabaya, h. 1 (Selanjutnya disebut Philipus M. Hadjon I) 22Ibid, h. 66 23 H. Mustamin DG. Matutu, et.al, 2004, Mandat, Delegasi, Atribusi Dan

Implementasinya Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, h. VIII

Page 71: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

65| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

undang merupakan personifikasi dari akal sehat manusia sebagai

pengejawantahannya yang dapat dilihat dari prosedur pembentukan

undang-undang yang melibatkan atau memperoleh persetujuan rakyat.24

Dalam kaitanya dengan penelitian ini maka penyelenggaraan

kepariwisataan yang diselenggaakan oleh pemerintah daerah harus ada

dasar hukumnya, hal ini dimaksudkan untuk menjamin adanya kepastian

hukum.

Dalam negara hukum yang berlandaskan pancasila yang

merupakan konsep negara hukum Republik Indonesia yang secara umum

dapat dikatakan sebagai negara yang mengimplementasikan unsur-unsur

negara hukum yang dijiwai oleh filsafat dasar negara serta pandangan

hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan dilandasi oleh UUD NRI 1945

sebagai peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam negara

(supremasi).

Secara gramatikal dan terminologi, supremasi berarti tertinggi, jadi

supremasi hukum berarti sebagai suatu peraturan yang tertinggi atau

hukum merupakan kekuasaan yang tertinggi. Menurut H. Harris Soche

supremasi hukum di Indonesia ada pada UUD 1945.25 Dalam hal ini

supremasi hukum diidentikkan dengan supremasi konstitusi, yaitu UUD

merupakan peraturan peraturan perundang-undangan tertinggi di

Indonesia.

24Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, h. 67 25 H.Harris Soche, 1985, Supremasi Hukum dan prinsip Demokrasi di Indonesia, Hanindita,

Yogyakarta, h. 16

Page 72: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

66| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Hal senada juga dikemukakan oleh L.M. Friedman mengatakan

bahwa constitution is the supreme law of the land, atau bahkan sering

disebut sebagai the highest authority.26 Sejalan dengan itu menurut AV.

Dicey,27 mengemukakan bahwa supremasi hukum merupakan salah satu

pengertian atau unsur negara hukum yang berdasarkan kedaulatan hukum

(Rule of law), yakni: supremacy of law, equality before the law, dan due

process of law, diartikan sebagai keunggulan mutlak atau supremasi aturan

hukum sebagai penentang dari pengaruh kekuasaan yang sewenang-

wenang, serta meniadakan adanya kesewenang-wenangan, lebih lanjut

dikatakan bahwa :

In the first place, the absolute supremacy or predominance of regular law

as opposed the influence of arbitrare power, and excludes the existence

of arbitrariness, of prerogrative, or even of wide discretionary authority

on the part of the government…, a man may with us be punished for a

breach of law, but he can not be punished for nothing else.28

Rule of law, Di tempat pertama, supremasi yang absolute atau

dominasi aturan hukum yang regular sebagai lawan dari pengaruh

kekuasaan arbitrasi, dan perkecualian dari eksistensi

arbitrasi,prerogratif, atau bahkan luasnya kekuasaan diskresi

pemerintah…, seseorang dapat saja dihukum apabila melanggar

hukum, tapi dia tidak dapat dihukum untuk hal lainnya.

Dengan demikian supremasi hukum berarti superioritas hukum,

sehingga tidak lagi ada kesewenang-wenangan. Seseorang hanya dapat

dihukum jika melanggar hukum, tidak untuk yang lain. Oleh sebab itu

26

Lawrence M. Friedman, 1998, American Law An introduction, Second Edition,

terjemahan Wishnu Basuki, 2001, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Tatanusa, Jakarta,

h. 251 27 Moh. Kusnardi & Bintan Saragih, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet. 4, Gaya Media

Pratama, Jakarta 28 Wade. E.C.S. and Godfrey Philips.G, 1997, Constitutional and Administrative

law, Ninth Edition by A.W. Bradley, Great Britain, h. 87

Page 73: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

67| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

hukum tidak boleh menjadi “alat”, akan tetapi harus menjadi tujuan, yaitu

untuk melindungi kepentingan rakyat. Hukum disamping bersifat represif

juga harus bersifat responsif artinya bahwa hukum itu tidak hanya berisi

aturan-aturan yang normatif dan imperatif, melainkan harus mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan sehingga tidak merusak

kepentingan rakyat dalam artian hukum yang sesuai dengan tuntutan

masyarakat (hukum responsif).29

Dalam konteks usaha penataan organisasi perangkat daerah

Kabupaten Badung tentunya tidak lepas dari asas legalitas dalam Negara

hukum bahwa segala tindakan pemerintah daerah tentunya didasarkan

atas hukum dan menempatkan hukum sebagai panglima yang mengatur

usaha penataan organisasi perangkat daerah tersebut. Dinamika

perubahan dalam skala global menuntut organisasi perangkat daerah

melakukan perubahan untuk mempertahankan eksistensinya. Organisasi

perangkat daerah harus disesuiakan dengan situasi dan kondisi yang ada

yakni melakukan penyesuaian untuk menjadi lebih fleksibel. Dalam lingkup

organisasi perangkat daerah, keluarnya Undang-Undang No. 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah menuntut penyesuaian pada pola

penataan kelembagaannya.

Di Kabupaten Badung organisasi perangkat daerah sebelumnya

diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 7 Tahun

2008 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah

29 Philip Selnick dan Seil Noneck 2008, Hukum Responsif, Cet, 2, Terjemahan

Raisul Muttaqien, Nusamedia, Bandung, h. 84

Page 74: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

68| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Kabupaten Badung. Pedoman dasar pembentukan Peraturan Daerah ini

adalah Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

dan Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

Daerah. Adanya perubahan undang-undang tentang Pemerintahan daerah

dengan Undang-Undang 23 Tahun 2014, dan Peraturan Pemerintah No. 18

Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah, maka dituntut penyesuaian Perda

Kabupaten Badung No. 7 tahun 2008 terhadap aturan baru yang ada

diatasnya tersebut. Mengapa demikian karena pada asasnya berlaku bahwa

aturan yang lebih rendah tidak bertentangan dengan aturan yang lebih

tinggi.

Suatu peraturan perundang-undangan yang berada dibawah UUD

harus sesuai atau tidak boleh bertentangan dengan UUD. Sehingga

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan diatasnya dalam hal

ini hukum bersifat hierarki, yang artinya ketentuan yang paling bawah

tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang derajatnya lebih tinggi

(Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan). Hal ini sejalan

dengan teori penjenjangan norma (Stufenbau Theorie ) dari Hans Kelsen30

yang menyatakan bahwa suatu norma hukum itu valid karena dibuat

menurut cara yang ditentukan oleh suatu norma hukum lainnya yang lebih

30 Otje Salman, 1992, Ikhtisar Filsafat Hukum, Cet. 3, Armico, Bandung, h. 14

Page 75: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

69| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

tinggi yang digambarkan sebagai hubungan yang “superordinasi “ dan

“subordinasi”.31

Teori penjenjangan norma hukum dari Hans Kelsen ini diilhami oleh

seorang muridnya yang bernama Adolf Merkl yang mengemukakan suatu

norma hukum itu selalu mempunyai dua wajah (das Dopplelte

Rechtsantlitz). Menurut Adolf Merkl, suatu hukum itu ke atas ia bersumber

dan berdasar pada norma yang di atasnya, tetapi kebawahnya juga menjadi

dasar dan menjadi sumber bagi norma hukum di bawahnya. Suatu norma

hukum itu mempunyai masa berlaku (rechtskracht) yang relatif oleh karena

masa berlakunya suatu norma hukum itu tergantung pada norma hukum

yang berada di atasnya sehingga apabila norma hukum yang berada di

atasnya dicabut atau dihapus, maka norma-norma hukum yang berada di

bawahnya tercabut atau terhapus pula.

Berdasarkan teori Adolf Merkl tersebut, dalam teori penjenjangan

norma dari Hans Kelsen, juga mengemukakan bahwa suatu norma hukum

itu selalu berdasar dan bersumber pada norma yang di atasnya, tetapi ke

bawah norma hukum itu juga menjadi sumber dan menjadi dasar bagi

norma yang lebih rendah daripadanya. Dalam hal tata susunan/hierarki

sistem norma, norma yang tertinggi (Norma Dasar) itu menjadi tempat

bergantungnya norma-norma dibawahnya sehingga apabila Norma Dasar

itu berubah, maka akan menjadi rusaklah sistem norma yang berada di

bawahnya. Hans Nawiasky, salah seorang murid dari Hans Kelsen,

mengembangkan teori gurunya tentang teori jenjang norma dalam

31

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum normative Sebagai

Ilmu Hukum Empirik-Deskriftif, Alih Bahasa Somardi, Rindipress, h. 126

Page 76: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

70| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

kaitannya dengan suatu negara. Hans Nawiasky dalam bukunya yang

berjudul Allegemeine Rechtslehre mengemukakan bahwa sesuai dengan

teori Hans Kelsen suatu norma hukum dari negara manapun selalu

berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, dimana norma yang dibawah berlaku,

berdasar, dan bersumber pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih

tinggi berlaku, berdasar, dan bersumber pada norma yang lebih tinggi lagi,

sampai pada suatu norma yang tertinggi yang disebut Norma Dasar. Tetapi

Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa selain norma itu berlapis-lapis dan

berjenjang-jenjang, norma hukum dari suatu negara itu juga berkelompok-

kelompok. Hans Nawiasky mengelompokkan norma-norma hukum dalam

suatu negara menjadi empat kelompok besar yang terdiri atas:

Kelompok I : Staatsfundamenlatnorm (Norma Fundamental Negara)

Kelompok II : Staats grundgesetz (Aturan Dasar/Pokok Negara)

Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang „formal‟)

Kelompok IV : Verodnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana &

Aturan Otonom)

Kelompok-kelompok norma hukum tersebut hampir selalu ada dalam tata

susunan norma hukum setiap negara walaupun mempunyai istilah yang

berbeda-beda ataupun jumlah norma hukum yang berbeda dalam tiap

kelompoknya32.

Menurut Hans Nawiasky, isi Staatsfundamentalnorm ialah norma

yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau undang-undang

dasar suatu negara (Staatsverfassung), termasuk norma pengubahnya.

32Maria Farida Indarti Soeprapto, 1998, Ilmu Perundang- Undangan,

Kanisius, Yogyakarta, h.25-27

Page 77: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

71| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Hakikat hukum suatu Staatsfundamentalnorm ialah syarat bagi berlakunya

suatu konstitusi atau undang-undang dasar. Ia ada terlebih dulu sebelum

adanya konstitusi, dan menurut Carl Schmitt ini merupakan keputusan

atau konsensus bersama tentang sifat dan bentuk suatu kesatuan politik

(eine Gesammtentschedung iiber Art und Form einer politischen Einheit), yang

disepakati oleh suatu bangsa.33

Karakteristik dari negara kesatuan adalah sentralisasi/konsentrasi,

sehingga semua kewenangan baik kewenangan politik maupun kewenangan

administrasi akan terpusat pada Pemerintah Pusat. Kewenangan politik

berkaitan dengan perumusan kebijaksanaan/pembuatan kebijaksanaan

sedangkan kewenangan administrasi berkaitan dengan pelaksanan dari

kebijakasanaan tersebut dan itu semua merupakan ciri khas dari negara

kesatuan. Dengan luas wilayah yang ada di Indonesia dan juga karakter

yang berbeda-beda, maka pelaksanan segala urusan yang terpusat tidak

akan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Efektif berkaitan dengan

tujuan yang ingin dicapai sedangkan efisien berkaitan dengan penggunaan

pikiran, tenaga, maupun waktu yang sehemat mungkin. Supaya

penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara efektif dan efisien

maka dari itu timbulah suatu pemikiran pemikiran kearah desentralisasi.

Desentralisasi berkaitan dengan kepentinyan nyata, yang sebenarnya

menjadi kepentingan masyarakat yang ada di masing-masing daerah,

sehingga diperlukan adanya pemencaran kewenangan dengan maksud

untuk dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dalam negara kesatuan

33Ibid, h. 288.

Page 78: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

72| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

dengan sistem desentralisasi ditandai dengan adanya kewenangan yang di

berikan Pemerintah Pusat kepada daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi

terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap daerah tersebut

mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus urusanya sendiri

dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan atas desentralisasi

yang pada akhirnya melahirkan otonomi daerah. Pemberian otonomi

kepada daerah diaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat yang dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa

aspek yang terkait dengan keaneka ragaman daerah serta kekhususan yang

ada pada masing-masing daerah.

Tugas pemerintahan adalah untuk mewujudkan tujuan negara

sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan tugas tersebut

merupakan tugas yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas-tugas

administrasi negara dan pemerintahan, sehingga diperlukan peraturan

yang dapat mengarahkan penyelenggaraan administrasi pemerintahan

menjadi lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat (citizen

friendly), membatasi kekuasaan administrasi negara dalam menjalankan

Page 79: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

73| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

tugas pemerintahan, pelayanan dan pembangunan. Dalam pelaksanan

urusan pemerintahan harus ada pembagian yang jelas antara pemerintah

pusat dengan Pemerintah daerah. Penyerahan kewenangan pemerintah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi harus disertai dengan penyerahan

pembiayaan, prasarana, personil dan dokumen sesuai dengan kewenangan

yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Oleh

karena itu dalam rangka melaksanakan cara pembagian urusan dikenal

adanya desentralisasi dan dekonsentrasi serta tugas pembantuan.

Desentralisasi akan melahirkan apa yang disebut dengan otonomi, yang

berarti mengurus diri sendiri.

Dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa Negara

Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, dan tiap-tiap provinsi,

kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

dengan Undang-Undang . Undang-Undang yang dimaksud oleh UUD NRI

1945 tersebut saat ini adalah UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah diberikan otonomi dan juga

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan, (Pasal 18 ayat 6

UUD 1945). Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, Otonomi Daerah adalah : Hak, wewenang dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam system Negara kesatuan Republik

Indonesia. Daerah Otonom menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Page 80: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

74| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Ada beberapa ciri-ciri daerah otonom yaitu :

1. Mempunyai aparatur pemerintahan sendiri.

2. Mempunyai urusan / wewenang tertentu.

3. Mempunyai wewenang mengelola sumber keuangan sendiri.

4. Mempunyai wewenang membuat kebijaksaan / perbuatan sendiri.

Menurut Mohammad Hatta, pembentukan pemerintahan daerah

(pemerintahan yang berotonomi), merupakan salah satu aspek pelaksanaan

paham kedaulatan rakyat (demokrasi): “Menurut dasar kedaulatan rakyat

itu, hak rakyat untuk menentukan nasibnya tidak hanya ada pada pucuk

pimpinan negeri, melainkan juga pada tiap tempat di kota, di desa dan di

daerah.34Prinsip otonomi daerah yang terdapat dalam UU Nomor 23 Tahun

2014 adalah prinsip otonomi seluas-luasnya, nyata dan bertanggungjawab.

Prinsip otonomi seluas-luasnya berarti daerah diberikan kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang menjadi

urusan pemerintah yang ditetapkan dalam UU ini. Daerah memiliki

kewenangan membuat kebijakan daerah memberi palayanan, peran serta,

prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan

kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan Otonomi Daerah dilaksanakan pula

34Mohammad Hatta, 1976,. Kumpulan Karangan (I), Bulan Bintang,

Jakarta. h. 3

Page 81: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

75| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

dengan prinsip otonomi yang nyata, maksudnya adalah suatu prinsip

bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan

tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi

untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan

kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah

tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Sedangkan yang dimaksud

dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraanya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud

pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah

termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian

utama dari tujuan nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan

masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang

tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah

juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah

lainya artinya, mampu membangun kerjasama antar daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar

daerah, masalah pemberian otonomi seluas-luasnya lebih banyak timbul

dari salah pengertian, yaitu ada semacam anggapan dengan pemberian

otonomi seluas-luasnya akan terjadi hubungan yang tidak seimbang antara

Pusat dan Daerah. Pusat dapat menjadi terlalu lemah dan daerah menjadi

terlalu kuat. Kesalah pengertian ini dapat dihindari kalau beberapa prinsip

negara berotonomi :

a) Otonom adalah perangkat dalam negara kesatuan. Jadi seluas-luasnya

otonomi tidak dapat menghilangkan arti, apalagi keutuhan negara

kesatuan.

Page 82: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

76| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

b) Isi otonomi bukanlah pembagian jumlah (quantum) urusan

pemerintahan antara Pusat dan Daerah. Urusan pemerintahan tidak

dapat dikenali jumlahnya. Pembagian urusan (urusan yang diserahkan)

harus di lihat dari sifat dan kualitasnya. Urusan-urusan rumah tangga

daerah selalu lebih ditekankan pada urusan pelayanan (services).

Dengan demikian segala urusan yang akan menjadi ciri dan kendali

keutuhan negara kesatuan akan tetap pada pusat. Jadi sesungguhnya

pengertian otonomi luas bukanlah terutama soal jumlah urusan.

Otonomi luas harus lebih diarahkan pada pengertian kemandirian

(zelfstandingheid) yaitu kemandirian untuk secara bebas menentukan

cara-cara mengurus rumah tangganya sendiri, menurut prinsip-prinsip

umum negara berotonomi)

c) Dalam setiap otonomi, selalu disertai dengan sistem dan mekanisme

kendali dari Pusat. Kendali itu adalah kendali pengawasan dan kendali

keuangan. Telah dikemukakan bahwa dari berbagai sistem otonomi,

tampaknya otonomi riil dipandang sebagai suatu yang cocok bagi

penyelenggaraan otonomi di Indonesia. Dalam rangka menegaskan

bahwa otonomi riil (nyata) tersebut adalah otonomi nyata dan

bertanggung jawab. Dalam Tap MPR 1993 ditambah dengan kualifikasi

lain sehingga menjadi : “nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab”.

Akibat berbagai kualifikasi ini esensi otonomi nyata menjadi kabur,

karena yang selalu ditekankan misalnya soail bertanggung jawab. Salah

satu yang menyolok adalah tetap dilaksanakan prinsip uninformitas

dalam penyerahan urusan rumah tangga daerah. Sedangkan otonomi

riil (nyata) justru tidak menghendaki prinsip uniformitas tersebut.

Page 83: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

77| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Pemberian otonomi harus benar-benar didasarkan pada kenyataan yang

ada di daerah yang bersangkutan. Dari uraian diatas, maka dua hal

penting dalam penentuan isi otonomi daerah, yaitu:

d) Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah. Yang harus

diluaskan adalah kemandirian daerah. Betatapun banyak urusan yang

diserahkan, apabila daerah tidak mendiri tidak akan mewujudkan

otonomi yang sebenarnya.

e) Penyelenggaraan otonomi riil (nyata) tidak menghendaki prinsip

uniformitas dalam penyerahan urusan. Tiap daerah akan memilih

urusan rumah tangga sesuai dengan kenyataan yang ada pada daerah

tersebut.35

Pada pengertian otonomi daerah terkandung konsepsi adanya

kemandirian (zelfstandigheid) Pemerintah Daerah untuk mengatur dan

mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan yang diserahkan atau

dibiarkan sebagai urusan rumah tangga satuan pemerintahan lebih

rendah.36 Dalam melaksanakan otonomi yang diberikan kepada pemerintah

daerah maka kemudian pemerintah daerah menetapkan suatu peraturan

daerah dan peraturan lain sebagai instrument hukum untuk melaksanakan

otonomi daerah tersebut, dimana Peraturan Daerah ini merupakan salah

satu jenis peraturan perundang-undangan yang diatur dalam UU Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang

secara rincinya mengatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan yaitu sebagai berikut:

35Bagir Manan, Op.Cit. h, 144-149 36Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1990, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara

Indonesia, Alumni, Bandung, h. 128

Page 84: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

78| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Tap MPR

c. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah;

Menurut pertingkatan hukum, materi dan jenis hukum yang lebih

tinggi untuk operasionalnya harus dituangkan atau menjadi materi. Jenis

hukum yang lebih rendah, yang tidak dibenarkan adalah apabila

bertentangan, baik secara harfiah maupun dalam hal jiwanya pengaturan.

Sehingga dalam hal ini Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatanya. Hal ini

sejalan dengan teori penjenjangan norma (Sufenbou Theorie ) dari Hans

Kelsen,37 yang menyatakan bahwa suatu norma hukum itu valid karena

dibuat menurut cara yang ditentukan oleh suatu norma hukum lainnya

yang lebih tinggi yang digambarkan sebagai hubungan yang “superordinasi

“ dan “subordinasi”.38 Dalam membentuk Peraturan Perundang-Undangan

tersebut haruslah berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik seperti yang diatur dalam Pasal 5 beserta

penjelasannya . UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan

Perundang-Undangan, yaitu sebagai berikut:

37 Otje Salman, 1992, Ikhtisar Filsafat Hukum, Cet. 3, Armico, Bandung, h. 14 38 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum normative Sebagai

Ilmu Hukum Empirik-Deskriftif, Alih Bahasa Somardi, Rindipress, h. 126

Page 85: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

79| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

a. Asas kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak

dicapai.

b. Asas kelembagaan atau organ pembentukan yang tepat,yaitu bahwa

setiap jenis peraturan Perundang-Undangan harus dibuat oleh Lembaga

Pembentuk Peraturan Perundang-Undangan yang berwenang. Peraturan

Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,

bila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.

c. Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu bahwa dalam

pembentukan peraturan Perundang-Undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan

Perundang-Undangannya.

d. Asas dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan

Perundang-Undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan

perundang-undangan tersebut didalam masyarakat, baik secara filosofis,

yuridis maupun sosiologis.

e. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu bahwa setiap peraturan

perundang-undangan dibuat karena memang benar di butuhkan dan

bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

f. Asas kejelasan rumusan, yaitu bahwa setiap peraturan perundang-

undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan

perundang-undangan, sistematika mudah dimengerti, sehingga tidak

menimbulkan berbagai macam interprestasi dalam pelaksanaannya.

Page 86: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

80| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

g. Asas Keterbukaan, yaitu bahwa dalam proses pembentukan peraturan

perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan,

dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian

seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-

luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan

peraturan perundang-undangan.

Demikian juga materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mengandung beberapa asas seperti yang diatur dalam Pasal 6 UU Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang

diuraikan lebih lanjut dalam penjelasannya, yaitu sebagai berikut:

a. Asas Pengayoman, yaitu setiap menteri muatan peraturan perundang-

undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka

menciptakan ketentraman masyarakat.

b. Asas Kemanusiaan, yaitu setiap materi muatan perundang-undangan

harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi

manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia secara proporsional.

c. Asas Kebangsaan, yaitu setiap muatan peraturan perundang-undanagn

harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik

(kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik

Indonesia.

d. Asas Kekeluargaan, yaitu setiap materi muatan peraturan perundang-

undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat

dalam setiap pengambilan keputusan.

Page 87: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

81| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

e. Asas Kenusantaraan, yaitu setiap materi muatan peraturan

perundang-undangan

senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan

materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah

merupakan bagian

dari sistem hukum nasional yang berdasarkan pancasila.

f. Asas Bhineka Tunggal Ika, yaitu materi muatan peraturan perundang-

undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku

dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang

menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

g. Asas Keadilan, yaitu setiap materi muatan peraturan perundang-

undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

warga negara tanpa kecuali.

h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu

setiap materi muatan peraturan perundang-undangan todak boleh berisi

hal-hal yang bersifat membedakan berdasrkan latar belakang, antara

lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

i. Asas ketertiban dan kepastian hukum, yaitu setiap materi muatan

peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban

dalam masyarakat melelui jaminan adanya kepastian hukum.

j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, yaitu setiap metari

muatan setiap materi perundang-undangan harus mencerminkan

keseimbangan, keserasian dan keselarasan, antara kepentingan individu

dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

Page 88: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

82| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Peraturan Daerah dapat memuat asas lain sesuai dengan substansi

Peraturan Daerah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan asas adalah

suatu alam pikiran dan cita-cita ideal yang bersifat umum dan abstrak yang

melatar belakangi pembentukan norma hukum yang konkret. Peraturan

Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah,

yang terdir dari Peraturan Daerah Provinsi/atau peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Salah satu yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka

menciptakan produk hukum daerah khususnya Perda yang aspiratif dan

berkualitas adalah dengan memperhatikan dan memprioritaskan aspek dan

komponen yang harus ada dalam produk hukum daerah tersebut. Ada 5

aspek utama yang menjadi landasan dalam menciptakan produk Hukum

Daerah, yaitu:

a. Aspek Filosofis

Produk hukum daerah yang dibuat haruslah berlandaskan pada

kebenaran dan cita rasa keadilan serta ditujukan untuk kesejahteraan

masyarakat, kelestarian ekosistem dan supremasi hukum.

b. Aspek Sosiologis

Produk hukum daerah yang dibuat muncul dari harapan, aspirasi,

dan sesuai dengan konteks kebutuhan sosial masyarakat.

c. Aspek Yuridis

Produk Hukum Daerah yang dibuat menjungjung tinggi supremasi dan

kepastian hukum serta tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.

Page 89: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

83| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

d. Aspek Substansi

Produk Hukum Daerah harus memuat gagasan pengaturan suatu materi

di bidang tertentu yang telah ditinjau secara holistik-futuristik dan dari

berbagai aspek ilmu. Inilah mengapa penting bagi setiap peraturan

daerah memiliki naskah akademis yang memuat aspek subtansi yang

akan diatur secara ilmiah.

Dalam kaitan dengan hal di atas, dalam penyusunan suatu

perundang-undangan termasuk juga dalam penyusunan peraturan daerah

perlu juga diperhatikan beberapa prinsip agar produk hukum yang

dibentuk dapat memberikan dasar/landasan hukum bagi pelaksanaan

suatu tugas pemerintahan. Mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam menyusun suatu peraturan daerah antara lain adalah :

1. larangan adanya kekosongan hukum. Kekosongan hukum dapat terjadi

bilamana suatu undang-undang baru tidak menyebutkan kapan waktu

pemberlakuan undang-undang bersangkutan.

2. larangan adanya norma kabur dalam perundang-undangan. Norma

kabur dapat terjadi bilamana norma bersangkutan tidak jelas isi dan

lingkupannya.

3. larangan adanya konflik norma baik secara internal maupun eksternal.

Konflik norma internal dapat terjadi bila dalam suatu produk hukum

antara norma yang satu dengan norma yang lainnya tidak sinkron,

sedangkan konflik norma eksternal terjadi bilamana ketidaksinkronan

terjadi antara norma dalam suatu produk hukum dengan norma pada

produk hukum lainnya yang berkaitan.

Page 90: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

84| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Dihindari atau tidak dijumpainya beberapa kelemahan dalam

penyusunan suatu perundang-undangan dan peraturan daerah seperti di

atas, akan dapat mencegah atau mengatasi kelemahan penegakan hukum

dari aspek hukumnya sendiri. Secara normatif, hal ini sangat penting

dalam pelaksanaan penegakan hukum, karena akan dapat

memberikan jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi

tindakan pemerintah yang diduga menimbulkan kerugian terhadap

masyarakat.

Disamping itu agar Produk Hukum Daerah khususnya Peraturan

Daerah dapat mendukung penegakan hukum yang efektif harus mengatur

secara komprehensif mengenai beberapa hal / mengandung beberapa

komponen, yaitu:

a. Substansi (Subtance)

Subtansi atau muatan produk hukum daerah harus memperhatikan

dam memuat aspek filosofis, sosiologis dan subtansi teori secara ilmiah.

b. Kelembagaan (structure)

Produk Hukum daerah khususnya peraturan daerah seharusnya

mengatur mengenai kelembagaan dan aparat penegak hukum yang

menjadi bagian terpenting dari penegak hukum yang diatur dalam

produk hukum daerah.

c. Budaya Hukum (Culture)

Produk hukum daerah harus juga memperhatikan, mengakomodir, dan

tidak bertentangan dengan kebudayaan masyarakat. Lebih baik jika

Page 91: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

85| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

produk daerah dapat mengangkat kearifan masyarakat adat, agama dan

lokal, khususnya budaya penataan hukum masyarakat.39

Dalam Pasal 12 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan

peraturan perundang-undangan disebutkan bahwa yang menjadi materi

muatan peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka

penyelenggaran otonomi daeah dan tugas pembantuan dan penampung

kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi. Materi muatan peraturan daerah tersebut

merupakan materi muatan yang bersifat atribusian maupun delegasian dari

materi maupun peraturan daerah juga berisi hal-hal yang merupakan

kewenangan daerah menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pemerintah Daerah berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, didalam mengendalikan pelaksanaan tugas

pemerintahan maupun kegiatan pembangunan di wilayahnya menetapkan

berbagai produk hukum. Produk hukum yang ditetapkan diperlukan untuk

mengatur dan menjadi dasar yuridis dari pemerintah didalam mengurus

urusan yang menjadi wewenangnya. Perbuatan mengatur dan mengurus

tersebut merupakan wujud sikap-tindak Pemerintah berdasarkan hukum

publik bersegi satu yang dapat diperoleh dari peraturan perundang-

39 Harry Alexander, 2004, Paduan Perancang Peraturan Daerah di Indonesia,

Solusido, Jakarta, , h. 43-50

Page 92: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

86| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

undangan baik secara langsung (atribusi) ataupun pelimpahan (delegasi

dan sub delegasi)40.

Pembentukan peraturan daerah mengenai organisasi perangkat

daerah di Kabupaten Badung menjadi hal yang sangat urgen untuk

dilakukan. Maksud pembuatan peraturan daerah ini sebagai respon dari

berlakunya Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat

Daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 membawa perubahan yang

signifikan terhadap pembentukan perangkat daerah, yakni dengan prinsip

tepat fungsi dan tepat ukuran berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan

kondisi nyata di masing-masing daerah. Hal ini juga sejalan dengan prinsip

penataan organisasi perangkat daerah yang rasional, proporsional, efektif

dan efisien. Pengelompokan organisasi perangkat daerah didasarkan pada

konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri dari 5 (lima) elemen yaitu

kepala daerah (strategic apex), sekretaris daerah ( middle line ), dinas

daerah (oprating core ), badan/fungsi penunjang (technostructure), dan staf

pendukung (supporting sataf ). Penerapan konsep – konsep baru

penyelenggaraan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 dan penerapan konsep – konsep baru pula mengenai organisasi

perangkat daerah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016

Tentang Perangkat Daerah, dimana diterapkan standar – standar penilaian

bagi masing – masing perangkat daerah yang menentukan eksistensinya,

berdasarkan asas legalitas dan teori hierarki perundang-undangan maka

40 Sjachran Basah, 1986, Perlindungan Hukum terhadap Sikap-Tindak

administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung, h. 13-14.

Page 93: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

87| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

dipandang perlu untuk mengatur kembali organisasi perangkat daerah

Kabupaten Badung, menggantikan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Badung, yang secara yuridis sudah tidak

sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi dan

secara empiris sudah tidak sesuai dengan perubahan serta perkembangan

arah kebijakan pemerintah.

-------------------------------------------

Page 94: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

88| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Jangkauan dari pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

tentang perangkat daerah ini adalah pembentukan perangkat daerah

dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran berdasarkan beban kerja

yang sesuai dengan kondisi nyata. Arah pengaturannya yaitu pembentukan

perangkat daerah sebagai unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, yang dalam

pembentukaannya didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas, pembagian

habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas dan fleksibilitas.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang menyatakan bahwa

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan

Daerah. Peraturan Daerah dapat berlaku setelah mendapat persetujuan

dari Menteri bagi Perangkat Daerah Provinsi dan Dari Gubernur sebagai

Wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota.

B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pengaturan dalam Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Badung tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat

Daerah ini terdiri dari:

No BAB TENTANG PASAL

1 I Ketentuan Umum 1

2 II Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah 2-6

3 III Pembentukan Unit Pelaksana Teknis 7-10

4 IV Staf Ahli 11

5 V Kepegawaian 12

6 VI Ketentuan Lain-Lain 13-16

7 VII Ketentuan Peralihan 17

8 VIII Ketentuan Penutup 19-22

Page 95: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

89| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

9. Penjelasan atas Peraturan Daerah Kabupaten Badung Tentang

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah. I. Penjelasan Umum II Penjelasan Pasal Demi Pasal

Page 96: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

90| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Penerapan konsep – konsep baru penyelenggaraan otonomi daerah

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan penerapan konsep –

konsep baru pula mengenai organisasi perangkat daerah dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah, dimana

diterapkan standar – standar penilaian bagi masing – masing perangkat

daerah yang menentukan eksistensinya, berdasarkan asas legalitas dan

teori hierarki perundang-undangan maka dipandang perlu untuk mengatur

kembali organisasi perangkat daerah Kabupaten Badung, menggantikan

Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 Tentang

Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Badung, yang secara yuridis sudah tidak sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang lebih tinggi dan secara empiris sudah tidak

sesuai dengan perubahan serta perkembangan arah kebijakan pemerintah.

Jangkauan dari pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Badung

tentang perangkat daerah ini adalah pembentukan perangkat daerah

dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran berdasarkan beban kerja

yang sesuai dengan kondisi nyata. Arah pengaturannya yaitu pembentukan

perangkat daerah sebagai unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, yang dalam

Page 97: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

91| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

pembentukaannya didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas, pembagian

habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas dan fleksibilitas.

B. Saran

Kompleksitas persoalan dan urusan Pemerintah Daerah Kabupaten

Badung, membawa konskwensi bahwa organisasi perangkat daerah harus

dibuat berdasarkan peta kebutuhan yang terukur dan kajian argumentasi

yang rasional. Organisasi perangkat daerah merupakan aktor yang

dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga perbaikan

– perbaikan dalam upaya mengantisipasi perubahan dan perkembangan

masyarakat perlu dilakukan secara berkelanjutan agar eksistensinya selalu

selaras dan sinergi dengan kondisi yang ada.

---------------------------------------

Page 98: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

92| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku.

Ali Mufis, 2009, Pengantar Ilmu Administrasi Negara, Universitas Terbuka,

Jakarta.

A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peraturan Keputusan Presiden republik

Indonesia Dalam Penyelenggaraan pemerintahan Negara (Suatu Studi

Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV), Disertai, Fakultas

Pascasarjana, Univ. Indonesia, Jakarta. A. Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing,

Malang.

Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1990, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung.

Bagir Manan, 1995, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Tingkat daerah. Univ. Islam Bandung, Bandung.

Dwight Waldo, 1971, Pengantar Studi Public Administration, Tjemerlang, Jakarta.

E. Utrecht, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Republik Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya.

H.Harris Soche, 1985, Supremasi Hukum dan prinsip Demokrasi di

Indonesia, Hanindita, Yogyakarta.

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum normative

Sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriftif, Alih Bahasa Somardi, Rindipress.

J.H. Rapar, 1988, Filsafat Politik Plato, Rajawali Pers, Jakarta.

Jimly Asshiddiqie, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah konstitusi RI.

Moh. Kusnardi & Bintan Saragih, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet. 4, Gaya

Media Pratama, Jakarta. Wade. E.C.S. and Godfrey Philips.G, 1997, Constitutional and Administrative

law, Ninth Edition by A.W. Bradley, Great Britain

H. Mustamin DG. Matutu, et.al, 2004, Mandat, Delegasi, Atribusi Dan Implementasinya Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta.

Page 99: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

93| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Harry Alexander, 2004, Paduan Perancang Peraturan Daerah di Indonesia,

Solusido, Jakarta.

Ismail Suny, 1984, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta.

Lawrence M. Friedman, 1998, American Law An introduction, Second Edition,

terjemahan Wishnu Basuki, 2001, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Tatanusa, Jakart.

Maria Farida Indarti Soeprapto, 1998, Ilmu Perundang- Undangan,

Kanisius, Yogyakarta.

Moh. Kusnardi dan Bintan R Saragih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet.

4, Gaya Media Pratama, Jakarta. Mohammad Hatta, 1976,. Kumpulan Karangan (I), Bulan Bintang, Jakarta.

Otje Salman, 1992, Ikhtisar Filsafat Hukum, Cet. 3, Armico, Bandung.

Philip Selnick dan Seil Noneck 2008, Hukum Responsif, Cet, 2, Terjemahan

Raisul Muttaqien, Nusamedia, Bandung.

Phillippe Nonet dan Philip Selznick, 1978, Law and Society in Transition

Toward Responsive Law, Harper Colophon Books, New York.

Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta.

S.P. Siagian, 1973, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta.

Satjipto Raharjo, 1986, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung.

Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan tolak ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Alumni Bandung.

--------,1986, Perlindungan Hukum terhadap Sikap-Tindak administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung.

The Liang Gie, 1978, Unsur – Unsur Administrasi, Suatu Kumpulan Karangan, Karya Kencana Yogyakarta.

B. Artikel/Jurnal Ilmiah/Makalah.

Philipus M Hadjon, 1992, Pemerintahan Menurut Hukum, Kumpulan Makalah Hukum Administrasi Negara Dan Peradilan Tata Usaha

Negara, disampaikan pada penataran “Hukum Administrasi dan Hukum Lingkungan” Diselenggarakan Dalam Rangka Kerja Sama

Hukum Indonesia – Belanda tanggal 18 – 28 November 1992 Di Universitas Airlangga, Surabaya.

Page 100: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

94| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

C. Peraturan Perundang-Undangan.

Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang – Undangan.

Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Perangkat

Daerah.

=====================================

Page 101: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

95| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

LAMPIRAN

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG

NOMOR ........... TAHUN 2016

TENTANG

PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

KABUPATEN BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Kabupaten Badung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah Tingkat I Bali, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

2. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234 );

3. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan

Page 102: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

96| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114).

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

BADUNG

dan

BUPATI BADUNG

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN

SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BADUNG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Kabupaten adalah Kabupaten Badung.

2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah

Kabupaten Badung;

3. Bupati adalah Bupati Badung;

4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Badung;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Badung;

6. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah

Page 103: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

97| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Kabupaten Badung;

7. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah

Kabupaten Badung;

8. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

selanjutnya disingkat Sekretariat DPRD adalah

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Badung;

9. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

selanjutnya disingkat Sekretaris DPRD adalah

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Badung;

10. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Badung;

11. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kabupaten

Badung;

12. Badan Daerah adalah Badan Daerah Kabupaten

Badung;

13. Unit Pelaksana Teknis Dinas, adalah unsur

pelaksana teknis Dinas yang melaksanakan

kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan

teknis penunjang tertentu;

14. Unit Pelaksana Teknis Badan, adalah unsur

pelaksana teknis Badan untuk melaksanakan

kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan

teknis penunjang tertentu.

BAB II

PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perangkat Daerah

dengan susunan sebagai berikut:

a. Sekretariat Daerah Kabupaten Badung merupakan

Sekretariat Daerah Tipe A;

Page 104: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

98| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

b. Sekretariat DPRD Kabupaten Badung merupakan

Sekretariat DPRD Tipe B;

c. Inspektorat Daerah Kabupaten Badung merupakan

Inspektorat Tipe A;

d. Dinas Daerah Kabupaten Badung, terdiri dari :

1. Dinas Pariwisata Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang pariwisata;

2. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tipe A

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

lingkungan hidup dan bidang kehutanan;

3. Dinas Kebudayaan Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang kebudayaan;

4. Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu

Satu Pintu dan Tenaga Kerja Tipe A

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

penanaman modal dan bidang tenaga kerja;

5. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang perindustrian, bidang perdagangan dan

bidang koperasi usaha Kecil dan menengah;

6. Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga

Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang pendidikan dan bidang kepemudaan dan

olah raga;

7. Dinas Pangan dan Pertanian Tipe A

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

pertanian dan bidang pangan;

8. Dinas Komunikasi dan Informatika Tipe A

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

komunikasi dan informatika, bidang persandian

dan bidang statistik;

9. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang pengendalian

penduduk dan keluarga berencana pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak ;

Page 105: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

99| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

10. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Tipe A

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

arsip dan bidang perpustakaan;

11. Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

Ketentraman dan ketertiban umum serta

perlindungan masyarakat (sub Pol PP);

12. Dinas Kesehatan Tipe B menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang kesehatan;

13. Dinas Sosial Tipe B menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang sosial;

14. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tipe

B menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

pekerjaan umum dan penataan ruang;

15. Dinas Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Tipe B menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang administrasi kependudukan

dan pencatatan sipil;

16. Dinas Kelautan dan Perikanan Tipe B

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

Kelautan dan Perikanan;

17. Dinas Perhubungan Tipe B menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang perhubungan

wilayah daratan;

18. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tipe B

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

pemberdayaan masyarakat dan desa;

19. Dinas Kebakaran Tipe B menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang Ketentraman dan

ketertiban umum serta perlindungan masyarakat

(sub kebakaran);

20. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman Tipe C menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang perumahan dan kawasan

permukiman dan bidang pertanahan;

Page 106: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

100| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

e. Badan Daerah terdiri dari :

1. Badan Perencanaan, Penelitian dan

Pengembangan Tipe A melaksanakan fungsi

penunjang urusan pemerintahan bidang

perencanaan dan fungsi penunjang urusan

pemerintahan bidang penelitian dan

pengembangan;

2. Badan Keuangan Tipe A melaksanakan fungsi

penunjang urusan pemerintahan bidang

keuangan;

3. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Tipe B melaksanakan fungsi penunjang

kepegawaian pendidikan dan pelatihan.

Pasal 3

1) Selain perangkat daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2, Kecamatan ditetapkan sebagai

perangkat daerah.

2) Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari:

a. Kecamatan Petang, Tipe A;

b. Kecamatan Abiansemal, Tipe A;

c. Kecamatan Mengwi, Tipe A;

d. Kecamatan Kuta Utara, Tipe A;

e. Kecamatan Kuta Tipe, A;

f. Kecamatan Kuta Selatan, Tipe A.

Pasal 4

Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan

organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat

Daerah dan unit kerja di bawahnya ditetapkan lebih

lanjut dengan Peraturan Bupati.

Page 107: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

101| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Pasal 5

Dalam menetapkan besaran dan susunan organisasi

Perangkat Daerah, Bupati harus memperhatikan asas:

a. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Daerah;

b. intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah;

c. efisiensi;

d. efektivitas;

e. pembagian habis tugas;

f. rentang kendali;

g. tata kerja yang jelas;dan

h. fleksibilitas.

Pasal 6

(1) Untuk meningkatan kualitas pelayanan perizinan

kepada masyarakat, dibentuk Unit Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Daerah Kabupaten Badung yang melekat

pada Dinas Penanaman Modal.

(2) Kepala Badan Penanaman Modal secara exoficio

sekaligus menjadi Kepala Unit Pelayan Terpadu Satu

Pintu Daerah Kabupaten Badung.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Unit Pelayanan

Terpadu Satu Pintu diatur dengan Peraturan Bupati.

Page 108: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

102| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB III

PEMBENTUKAN UPT

Pasal 7

(1) Pada Dinas Daerah dan Badan Daerah dapat dibentuk

Unit Pelaksana Teknis (UPT).

(2) UPT dibentuk untuk melaksanakan sebagian kegiatan

teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang

tertentu perangkat daerah induknya.

Pasal 8

(1) Selain Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Kabupaten

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdapat Unit

Pelaksana Teknis Dinas Daerah Kabupaten Badung di

bidang pendidikan berupa Satuan Pendidikan Daerah

kabupaten Badung.

(2) Satuan Pendidikan Daerah Kabupaten Badung

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk

satuan pendidikan formal.

Pasal 9

(1) Selain unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten

Badung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,

terdapat unit pelaksana teknis dinas Daerah

kabupaten Badung di bidang kesehatan berupa

Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada kabupaten

Badung sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan

unit layanan yang bekerja secara profesional.

(2) Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada Kabupaten

Badung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat

otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah

sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola

pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah.

Page 109: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

103| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Pasal 10

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, UPT yang

sudah dibentuk tetap melaksanakan tugasnya sampai

dengan ditetapkannya Peraturan Bupati tentang

pembentukan UPT yang baru.

BAB VI

STAF AHLI

Pasal 11

Bupati Badung dalam melaksanakan tugasnya dibantu 3

(tiga) staf ahli.

BAB VII

KEPEGAWAIAN

Pasal 12

Pejabat Aparatur Sipil Negara pada Perangkat Daerah

diangkat dan diberhentikan oleh Bupati sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 13

(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan

Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik

yang terbentuk dengan susunan organisasi dan tata

kerja sebelum Perda ini diundangkan, tetap

melaksanakan tugasnya sampai dengan peraturan

perundang-undangan mengenai pelaksanaan urusan

pemerintahan umum diundangkan.

Page 110: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

104| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

(2) Anggaran penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di

bidang kesatuan bangsa dan politik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah sampai dengan

peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan

urusan pemerintahan umum diundangkan.

Pasal 14

Perangkat Daerah yang melaksanakan sub Urusan

Pemerintahan bidang Bencana, yang terbentuk dengan

susunan organisasi dan tata kerja sebelum Perda ini

diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai

dengan dibentuknya Perangkat Daerah baru yang

melaksanakan sub urusan bencana sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada Kabupaten

Badung dan Satuan Pendidikan yang terbentuk dengan

susunan organisasi dan tata kerja sebelum Perda ini

diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai

dengan ditetapkannya Peraturan Bupati yang mengatur

tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis baru sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

Pembiayaan penyelenggaraan Perangkat Daerah ini

dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Kabupaten Badung.

Page 111: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

105| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, pejabat

yang ada tetap menduduki jabatannya dan melaksanakan

tugasnya sampai dengan ditetapkannya pejabat yang baru

berdasarkan Peraturan Daerah ini.

Pasal 18

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah,

sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan

mulai tahun 2017

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7

Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan

Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung ;

b. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 4

Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Badung;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Semua ketentuan yang mengatur tentang organisasi

perangkat daerah wajib mendasarkan dan

menyesuaikan pengaturannya dengan Peraturan

Daerah ini.

Page 112: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

106| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Pasal 20

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini

sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Bupati.

Pasal 21

Peraturan Daerah ini dapat ditinjau kembali dalam waktu

selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diundangkannya

Peraturan Daerah ini.

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Badung.

Ditetapkan di : ................

Pada tanggal : ………………

BUPATI BADUNG,

NYOMAN GIRI PRASTA

Diundangkan di Mangupura pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG,

KOMPYANG R. SWANDIKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN NOMOR

Page 113: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

107| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG

NOMOR TAHUN 2016

TENTANG

PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

KABUPATEN BADUNG

I. UMUM

Bahwa dalam rangka peningkatan dan kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan kepada

masyarakat, maka dipandang perlu menetapkan Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Badung. Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Badung sesuai dengan prinsip desain

organisasi, pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas,

pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas, fleksibilitas, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah,dan intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah.

Bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah, yakni dengan

prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masingmasing Daerah. Hal ini juga sejalan dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang

rasional, proporsional, efektif, dan efisien. Pengelompokan organisasi Perangkat Daerah didasarkan pada konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri atas 5 (lima) elemen, yaitu kepala Daerah (strategic apex),

sekretaris Daerah (middle line), dinas Daerah (operating core), badan/fungsi penunjang (technostructure), dan staf pendukung

(supporting staff).

Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dipandang

perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Darah Kabupaten Badung.

Page 114: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

108| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas

Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5

Huruf a Yang dimaksud dengan asas “intensitas Urusan

Pemerintahan dan potensi Daerah” adalah penentuan jumlah dan susunan Perangkat Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk melaksanakan suatu Urusan

Pemerintahan atau volume beban tugas untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan Urusan Pemerintahan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan asas “efisiensi” adalah pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan perbandingan

tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh. Huruf c

Yang dimaksud dengan asas “efektivitas” adalah

pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.

Huruf d Yang dimaksud dengan asas “pembagian habis tugas” adalah pembentukan Perangkat Daerah yang membagi habis

tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah dan tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada lebih dari satu Perangkat Daerah.

Huruf e Yang dimaksud dengan asas “rentang kendali” adalah

penentuan jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit kerja pada Perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja bawahan

Huruf f Yang dimaksud dengan asas “tata kerja yang jelas” adalah

pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal maupun horizontal.

Huruf g Yang dimaksud dengan asas “fleksibilitas” adalah penentuan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja pada

Perangkat Daerah memberikan ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang diamanatkan oleh ketentuan

peraturan perundang-undangan setelah Peraturan Pemerintah ini ditetapkan.

Page 115: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

109| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016

Pasal 6 Cukup jelas

Pasal 7 Ayat (1)

Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “kegiatan teknis operasional” adalah

kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Yang dimaksud dengan “kegiatan teknis penunjang tertentu” adalah kegiatan untuk

mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya. Pasal 8

Cukup jelas Pasal 9 Ayat (1)

Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ”unit organisasi bersifat fungsional” adalah unit organisasi yang dipimpin oleh pejabat fungsional.

Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11

Cukup jelas Pasal 12

Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas

Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15

Cukup jelas Pasal 16

Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Cukup jelas

Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20

Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

NOMOR

Page 116: PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH …

110| Naskah Akademik Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah |2016