pembelajaran tematik-integratif untuk membentuk …

17
1 PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK GENERASI PENERUS BANGSA YANG BERKARAKTER DAN BERAKHLAK MULIA *) Oleh Abd. Rahman A.Ghani & Agustina Tri Wijayanti Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UKD HEPI JABODETABEK) Abstrak Perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran di sekolah dilakukan melalui perubahan kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum tersebut bersifat dinamis dan harus menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan kurikulum yang dilakukan untuk pendidikan dasar ini juga membutuhkan guru yang kompeten dan kreatif. Dalam proses mengembangkan tema-tema pelajaran sesuai dengan standar kompetensi, dibutuhkan suatu bentuk model pembelajaran yang berbasis tematik-integratif. Model pembelajaran tematik-integratif dirancang dalam rangka membantu guru sekolah dasar untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih bermakna, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, sesuai Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU No 20 tahun 2003. Tujuan dari penelitian tahun pertama ini adalah mengevaluasi implementasi pembelajaran tematik integratif sebagai langkah pelaksanan kurikulum 2013 untuk membentuk generasi muda yang berakhlak mulia. Desain penelitian dirancang menggunakan Research & Development (R&D). Metode pengembangan menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Model 4D mempunyai tahapan, yang meliputi pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Pada penelitian tahun pertama dilakukan tahap pendefinisian (define) dan perancangan (design). Penelitian tahun kedua pada tahap pengembangan dan penyebaran. Validitas dan keefektifan ditentukan dengan teknik expert judgement, focus group discussion. Hasil penelitian tahun pertama menyimpulkan bahwa hasil evaluasi melalui tahap define melalui observasi dan wawancara, proses pembelajaran tematik integratif dalam pelaksanaan kurikulum 2013 baik guru dan kepala sekolah mempunyai tanggapan yang positif. Dalam implementasi pembelajarannya perlu kesiapan dalam merancang perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific, dan melakukan penilaian yang autentik. Tiga langkah tersebut yang masih perlu penjelasan agar proses pembelajaran sesuai dengan sasaran. Kata Kunci : pembelajaran tematik-integratif, berkarakter, berakhlak mulia *) Disampaikan pada Kongres dan Konferensi Ilmiah HEPI di Bali, 18-20 September 2014.

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

1

PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK

GENERASI PENERUS BANGSA YANG BERKARAKTER DAN

BERAKHLAK MULIA *)

Oleh

Abd. Rahman A.Ghani & Agustina Tri Wijayanti

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

(UKD HEPI JABODETABEK)

Abstrak

Perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran di sekolah dilakukan melalui perubahan

kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum tersebut bersifat dinamis dan harus

menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan kurikulum yang

dilakukan untuk pendidikan dasar ini juga membutuhkan guru yang kompeten dan kreatif.

Dalam proses mengembangkan tema-tema pelajaran sesuai dengan standar kompetensi,

dibutuhkan suatu bentuk model pembelajaran yang berbasis tematik-integratif. Model

pembelajaran tematik-integratif dirancang dalam rangka membantu guru sekolah dasar untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih bermakna, sehingga peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara, sesuai Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam

UU No 20 tahun 2003.

Tujuan dari penelitian tahun pertama ini adalah mengevaluasi implementasi

pembelajaran tematik integratif sebagai langkah pelaksanan kurikulum 2013 untuk

membentuk generasi muda yang berakhlak mulia. Desain penelitian dirancang

menggunakan Research & Development (R&D). Metode pengembangan menggunakan

pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Model 4D mempunyai tahapan, yang

meliputi pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop)

dan tahap penyebaran (disseminate). Pada penelitian tahun pertama dilakukan tahap

pendefinisian (define) dan perancangan (design). Penelitian tahun kedua pada tahap

pengembangan dan penyebaran. Validitas dan keefektifan ditentukan dengan teknik expert

judgement, focus group discussion.

Hasil penelitian tahun pertama menyimpulkan bahwa hasil evaluasi melalui tahap define

melalui observasi dan wawancara, proses pembelajaran tematik integratif dalam pelaksanaan

kurikulum 2013 baik guru dan kepala sekolah mempunyai tanggapan yang positif. Dalam

implementasi pembelajarannya perlu kesiapan dalam merancang perencanaan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific, dan melakukan penilaian

yang autentik. Tiga langkah tersebut yang masih perlu penjelasan agar proses pembelajaran

sesuai dengan sasaran.

Kata Kunci : pembelajaran tematik-integratif, berkarakter, berakhlak mulia

*) Disampaikan pada Kongres dan Konferensi Ilmiah HEPI di Bali, 18-20 September 2014.

Page 2: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

2

I. PENDAHULUAN

Perwujudan pendidikan yang berkualitas menjadi tanggung jawab semua

pihak terutama menjadi tanggung jawab pelaksana pembelajaran di sekolah.

Pendidikan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematis oleh

pemerintah haruslah berbasis pada kenyataan masyarakat Indonesia dan

berorientasi pada upaya untuk mempersiapkan generasi muda yang berkarakter

dan berakhlak mulia sebagai penerus demi keberlangsungan bangsa.

Pembentukan bangsa seperti halnya Indonesia merupakan sebuah komunitas

yang terbentuk secara sosial dan diciptakan dalam persepsi mereka yang berada

di dalamnya.

Secara bersama pula telah muncul sebuah karakter bangsa, yaitu

kepribadian yang merupakan bentukan dari sebuah proses panjang internalisasi

berbagai kebijakan yang bersumber pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat

di tengah kemajemukannya, munculnya perasaan egalitarian atas kemandekan

budaya akibat tekanan kaum penjajah yang menyebabkan kemerosotan di

berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, salah satu kemajuan suatu negara

dapat dilihat dari seberapa banyak warganya memperoleh pendidikan karena

pendidikan dapat mengangkat harkat dan martabat sebuah bangsa.

Merosotnya karakter bangsa berdampak pada menipisnya semangat

kebersamaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultural. Terkikisnya

semangat saling menghargai antar-suku bangsa, etnis, ras, dan antar pemeluk

agama saat ini adalah salah satu indikator bahwa pembentukan manusia

Indonesia yang multikultur berkarakter belum berhasil. Oleh karena itu, perlu

adanya penanaman kembali nilai-nilai budaya lokal dan multikultural sebagai

pembentukan kultur sekolah yang kondusif bagi perkembangan karakter peserta

didik yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional.

Page 3: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

3

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dengan “berbagai cara” sudah

dilakukan termasuk penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 2006 menjadi

kurikulum 2013. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan

Musliar Kasim mengatakan bahwa di SD, semua mata pelajaran dilaksanakan

dengan tematik integratif berdasarkan tema-tema yang sudah disusun. Konsep

pembelajaran integratif merupakan konsep pembelajaran dengan memadukan

materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan ketrampilan tertentu. Dalam

pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam

satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan

membuat pembelajaran lebih bermakna. Jadi, yang akan dikembangkan

Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan

beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada

siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,

aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Penerapan pembelajaran tematik integratif dalam kurikulum 2013

membutuhkan kesiapan pelaksana pembelajaran, disini yang berperan adalah

guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Hambatan dalam

penerapan kurikulum tematik integratif yaitu: faktor guru yaitu pengetahuan dan

kualifikasi materi pelajaran/subject matter, pengetahuan isi pedagogi,

kepercayaan tentang dan pengalaman sekolah, sebagaimana praktik pembelajaran

selama ini; dan faktor kontekstual yaitu kebijakan administratif, panduan

kurikulum, proses penilaian dan pelaporan, dan tradisi sekolah. Kesuksesan

penerapan kurikulum tematik integratif ditentukan oleh kesiapan dalam

mengeliminir hambatan tersebut.

Berdasarkan kondisi tersebut, setidaknya dengan dikembangkannya model

pembelajaran tematik-integratif dapat membantu guru-guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Selain itu, guru juga mudah

dalam mengambangkan tema-tema menggunakan model dan metode

pembelajaran yang berbasis saintific.

Page 4: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

4

Melihat kondisi di sekolah, guru masih kesulitan dalam menentukan model

dan strategi pembelajaran yang tematik dan integratif, selain itu guru kesulitan

dalam mengembangkan tema-tema yang ada menjadi sajian pembelajaran yang

terpadu dan terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain. Dalam mencapai hal

tersebut dipengaruhi variable intenal maupun eksternal. Untuk menghindari

kesalahan penafsiran dan memfokuskan kajian, maka penelitian ini dibatasi

hanya pada Model Pembelajaran Tematik-Integratif untuk Membentuk Generasi

Penerus Bangsa Yang Berkarakter dan Berakhlak Mulia di Sekolah Dasar.

II. KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Tematik-Integratif

Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang

bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek

proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran

tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.

Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi

kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk

memunculkan dinamika dalam pendidikan. Konsep pembelajaran integratif

merupakan konsep pembelajaran dengan memadukan materi pelajaran dengan

kehidupan nyata dan/atau ketrampilan tertentu. Beberapa konsep dikemukan oleh

para ahli antara lain Fogarty (1991), Drake & Burns (2004).

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat

memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri

berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa

akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya

dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Page 5: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

5

Menurut Fogarty (1991) terdapat sepuluh model kurikulum terpadu

(integrated curriculum) dimulai dari eksplorasi dengan mata pelajaran tunggal

(within single disciplines) yaitu model fragmented, connected, dan nested;

terpadu beberapa mata pelajaran (across several disciplines) yaitu model

sequenced, shared, webbed, threated, dan integrated); dioperasikan diantara

pebelajar sendiri yaitu model immersed; dan jejaring diantara pebelajar yaitu

model networked.

Menurut Atan (2009) pembelajaran tematik integratif dapat

diimplementasikan melalui: (1) Integrasi keterampilan dalam subjek; (2)

Integrasi keterampilan di sejumlah mata pelajaran; (3) Asimilasi berbagai konten

dalam mata pelajaran; (4) Integrasi nilai dalam mata pelajaran; (5) Elemen

diajarkan di kurikulum; (6) Integrasi kurikulum dan co-kurikuler; (7) Integrasi

pengetahuan dan praktik; (8) Integrasi pengalaman masa lalu dan pengalaman

baru yang diperoleh siswa.

a. Ciri-ciri pembelajaran Tematik sebagai berikut :

1. Berpusat pada anak didik;

2. Memberikan pengalaman langsung kepada anak didik;

3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas;

4. Menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu

proses pembelajaran

5. Bersifat fleksibel;

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan peserta didik.

b. Kelebihan Pembelajaran Tematik

1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik;

2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik;

3. Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna;

Page 6: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

6

4. Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi;

5. Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama;

6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan

orang lain;

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang

dihadapi dalam lingkungan anak didik.

Jadi, arti penting pembelajaran tematik-integratif lebih menekankan

keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa

memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan

sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya, selain itu lebih menekankan

penerapan konsep belajar sambil melakukan (learning by doing).

B. Hakikat Karakter dan Berakhlak Mulia

Ryan (1999: 5) berpendapat bahwa “good character is about knowing the

good, loving the good and doing the good”. Artinya bahwa karakter yang baik

adalah tentang suatu pengetahuan yang baik, kasih sayang, cinta kasih yang baik

dan melakukan atau bertindak yang baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh

Lickona (1992: 51) yang menjalaskan tentang pengertian dan menawarkan satu

cara memaknai karakter dalam pembelajaran, sebagai berikut:

Character consist of operative values, values in action. Character conceived

has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral

behavior. Good character consists of knowing the good, desiring the good

and doing the good-habits of the mind, habits of the heart and habits of

action.

Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa karakter terdiri dari nilai-nilai

tindakan. Karakter yang dipahami mempunyai tiga komponen saling

berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral.

Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan yang baik, menginginkan yang baik

dan melakukan kebiasaan yang baik pula dari pikiran, kebiasaan dan tindakan.

Page 7: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

7

Lickona (1992: 53) mendefinisikan tiga komponen dalam membentuk

karakter yang baik, yaitu:

Gambar 1. Components of good character (Lickona, 1992: 53)

Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa masing-masing komponen mempunyai

aspek yang saling berhubungan satu sama lain. Aspek dari tiga komponen

karakter adalah: Moral knowing yaitu 1) kesadaran moral (moral awarenees), 2)

mengetahui nilai moral (knowing moral values), 3) perspective taking, 4)

penalaran moral (moral reasoning) 5) membuat keputusan (decision making) 6)

pengetahuan diri (self-knowledge). Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif

siswa. Sedangkan moral feeling, enam hal yang merupakan aspek dari emosi

yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter

yaitu: 1) nurani (conscience), 2) penghargaan diri (self-esteem), 3) empati

(empathy), 4) cinta kebaikan, kasih sayang (loving the good), 5) kontrol diri (self-

control) dan 6) kerendahan hati (humility). Moral actions merupakan perbuatan

atau tindakan moral dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa

yang mendorong seseorang untuk berbuat (act morally) maka harus dilihat tiga

aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan

kebiasaan (habit).

Dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan karakter melalui tahap

pengetahuan (knowing), kemudian berbuat (acting), menuju kebiasaan (habit)

MORAL KNOWING 1. Moral awareness

2. Knowing moral values

3. Perspective-taking 4. Moral reasoning

5. Decision-making

6. Self-knowledge

MORAL ACTION 1. Competence

2. Will

3. Habit

MORAL FEELING

1. Conscience 2. Self-esteem

3. Empathy

4. Loving the good 5. Self-control

6. Humility

Page 8: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

8

dimaksudkan bahwa karakter tidak sebatas pada pengetahuan saja, akan tetapi

perlu ada perlakuan dan kebiasaan untuk berbuat sehingga membentuk karakter

yang baik. Karena pendidikan karakter merupakan proses untuk membentuk,

menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian anak menjadi pribadi yang

bijaksana dan bertanggung jawab melalui pembiasaan-pembiasaan pikiran, hati

dan tindakan secara berkesinambungan yang hasilnya dapat terlihat dalam

tindakan nyata sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat. Pendidikan

karakter yang terintegrasi meliputi dimensi penting yang dapat digambarkan

dalam beberapa tindakan, maksudnya pendekatan pendidikan karakter yang

terintegrasi dalam pembelajaran bahwa guru dan siswa bekerja sama dalam

proses pembelajaran yang berorintasi pada tindakan yang lebih bermakna.

Melalui pendekatan itu diharapkan peserta didik memiliki kompetensi

sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,

inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam

menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zaman, memasuki masa depan

yang lebih baik. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran antara

lain project based learning, problem based learning dan discovery learning,

sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada

peserta didik. Pembelajaran harus mengarah pada 3 aspek, sebagai berikut :

Gambar 2. Piramida 3 ranah dalam pembelajaran tematik integrative

Sikap

(Tahu Mengapa)

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu Apa)

Produktif Inovatif Kreatif Afektif

Page 9: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

9

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan

afektif melalui penguatan 3 ranah yaitu sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang

terintegrasi.

III. METODE PENELITIAN

Tahap penelitian tahun I meliputi tahap pendefinisian (define) dan

perancangan (design). Dipilihnya SD PB Soedirman sebagai tempat penelitian

karena peneliti ingin memfokuskan pada kasus atau permasalahan pada satu

sekolah dalam proses implementasi pembelajaran tematik integrative, sehingga

dengan dipilihnya lokasi penelitian tersebut akan lebih optimal dalam

pengembangan produk model pembelajaran tematik integrative. Pada tahun II

kami lanjutkan ke tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran

(disseminate). Pada tahun I data yang diambil meliputi data observasi

implementasi pembelajaran tematik integrative serta wawancara terkait dengan

pemahaman guru tentang penerapan pembelajaran tematik integrative.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

pengembangan (development research) evaluatif, dengan menggunakan

pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Model 4D mempunyai

beberapa tahapan, tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian

(define), tahap perancangan (design) pada tahun I, dan tahap pengembangan

(develop) dan tahap penyebaran (disseminate) pada tahun II.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode

deskriptif dan evaluatif. Metode penelitian deskriptif, digunakan dalam penelitian

awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada berdasarkan hasil

observasi dan wawancara. Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi

proses pembelajaran tematik integratif yang sudah diterapkan dan dilakukan

dalam rangka pengembangan produk baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses.

IV. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil survey awal, maka terdapat beberapa hal yang menjadi

kebutuhan guru agar mampu melaksanakan pembelajaran tematik integrative

Page 10: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

10

dengan baik dan lebih bermakna. 1) guru perlu memahami dan menguasai isi

dokumen kurikulum 2013, 2) penguasaan terhadap rincian perubahan dalam

Kurikulum 2013 yang mencakup pembelajaran tematik, pendekatan scientific,

dan keterampilan proses, 3) penguasaan terhadap evaluasi dan penilaian

yang akan dipergunakan untuk melihat keterpaduan standar isi dan

keterampilan proses dengan isi pelajaran, 4) penguasaan terhadap unsur-unsur

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 5) perancangan proses pembelajaran

menggunakan pendekatan problem based learning, project based learning dan

discovery learning.

Pelaksanaan pembelajaran tematik integratif yang baru diterapkan

mempunyai dampak terhadap guru, ketidaksiapan guru menjadi hal penting

dalam implementasinya. Beberapa kendala di lapangan menjadi sebabnya,

misalnya perangkat pembelajaran seperti perencanaan pembelajaran, bahan ajar

dan penilaian yang masih belum final sehingga membingungkan guru. Metode

pembelajaran juga menjadi sebuah kendala yang harus diatasi, karena metode

yang diterapkan guru belum variatif. Selain itu, media pembelajaran juga masih

sangat minim untuk bisa dimanfaatkan.

Penerapan pembelajaran tematik integrative dimulai dari kegiatan

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian

pembelajaran.

1) Kegiatan perencanaan pembelajaran terdiri dari: perumusan indikator,

perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan materi pelajaran,

pemanfaatan media belajar, penerapan metode belajar, menyusun rencana

kegiatan pembelajaran dan rencana penilaian.

2) Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: kegiatan awal yaitu

pemberian apersepsi dan motivasi, penyampaian kompetensi dan rencana

kegiatan. Kegiatan inti yang terdiri dari penguasaan materi, penerapan strategi

pembelajaran, penerapan pendekatan scientific, pemanfaatan media belajar,

pelibatan peserta didik dalam pembelajaran dan melaksanakan penilaian

Page 11: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

11

autentik, serta penggunaan bahasa yang baik dan tepat dalam pembelajaran

dan kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup pembelajaran.

3) Kegiatan penilaian terdiri dari: a) penilaian proses sikap sosial, di mana

dalam proses ini yang dinilai adalah sikap peserta didik seperti disiplin,

tanggung jawab, jujur, percaya diri dan sikap sosial yang lain, penilaian

sikap sosial bisa melalui rubrik pengamatan yang sudah ada dalam perangkat

pembelajaran. b) penilaian proses pengetahuan, dalam penilaian ini yang

dilihat adalah kemampuan kognitif peserta didik memahami materi pelajaran.

c) penilaian proses ketrampilan, melihat kemampuan ketrampilan peserta

didik dalam pembelajaran misalnya dalam menyelesaikan tugas/proyek,

unjuk kerja, performance, membuat kartu nama, kipas, dll.

Berikut hasil pelaksanaan pembelajaran tematik integrative di sekolah dasar:

Tahap Perencanaan Deskripsi

a. Perumusan indikator dan

perumusan tujuan

pembelajaran

Guru dalam menyusun tujuan

pembelajaran sudah sesuai dengan standar

perencanaan dalam kurikulum 2013.

Indikator pembelajaran sudah sesuai

dengan SKL-KI dan KD. Dalam

pengembangannya juga sudah

mempertimbangkan tingkat berpikir

kognitif yang mencakup level berpikir

tinggi (analisis, evaluasi, mengkreasi dan

mencipta. Sehingga pembelajaran yang

dilaksanakan adalah learning how to learn.

Dalam tujuan pembelajaran sudah

mencakup pengembangan sikap,

ketrampilan dan pengetahuan serta memuat

unsur kreasi, menciptakan karya.

b. Materi Pelajaran Materi pelajaran, yang disampaikan sudah

relevan dengan tujuan pembelajaran dan

potensi peserta didik. Materi pelajaran juga

dirancang lebih kontekstual dan bermakna.

Penyajian materi tematik juga sudah

disesuaikan dengan perkembangan fisik,

intelektual, emosional, sosial serta spiritual

peserta didik. Tetapi guru belum mampu

Page 12: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

12

memberikan contoh secara konkrit karena

tema yang disampaikan sangat luas.

c. Media Belajar dan metode

pembelajaran

Media dan metode pembelajaran,

dirancang guru dalam rangka memudahkan

peserta didik memahami materi, guru

mampu memanfaatkan TIK dalam

pembelajaran, selain itu guru

memanfaatkan media gambar sebagai

media belajar.

Berbeda dengan pemilihan media belajar,

dalam memilih metode pembelajaran guru

masih kesulitan, misalnya pendekatan

problem based learning untuk siswa kelas

1 belum bisa diterapkan.

d. Rencana Kegiatan

Pembelajaran

Guru dalam menyiapkan rencana

pembelajaran berusaha menampilkan

secara runtut mulai dari kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup dengan

menerapkan konsep 5 M yaitu mengamati,

menanya, mencoba, menalar, dan

mengkomunikasikan. Peserta didik diajak

untuk mengamati dan menanya, untuk

menalar mereka masih sangat sederhana.

Guru juga merancang kegiatan peserta

didik untuk membentuk jaringan/kelompok

agar mereka mampu mengkomunikasikan

dengan teman lainnya.

Tahap Pelaksanaan Deskripsi

a. Apersepsi dan Motivasi Sudah terlaksana dengan baik, guru

mengajak peserta didik untuk

membangkitkan semangat belajarnya

melalui lagu/nyanyian sesuai dengan tema

dan juga cerita-cerita. Sehingga secara

tidak langsung guru sudah mengaitkan

materi pembelajaran dengan pengalaman

peserta didik. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran sebelum menyampaikan

materi.

Tetapi guru masih kurang memberikan

beberapa pertanyaan yang menantang bagi

peserta didik sehingga mereka tidak bisa

mengeksplore potensi yang ada dalam

Page 13: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

13

dirinya.

b. Penyampaian Kompetensi

dan Rencana Kegiatan

Sebagian guru belum menyampaikan

kemampuan/kompetensi yang harus

dicapai oleh peserta didik. Tetapi dalam

menyampaikan rencana kegiatan

pembelajaran seperti individual, kerja

kelompok dan melakukan observasi sudah

dilakukan guru.

c. Kegiatan Inti

1) Penguasaan materi

Pelajaran

Dalam menyajikan pembahasan materi

pelajaran, guru sudah menyampikan

dengan konsep yang tepat. Tetapi,

sebagian guru sudah bisa untuk

menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran. Kemampuan mengaitkan

materi pelajaran dengan pengetahuan lain

yang relevan belum terlaksana. Selain itu,

guru belum mampu memberikan contoh

konkret kepada peserta didik yang terkait

dengan materi pelajaran.

2) Penerapan Strategi

Pembelajaran

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran,

guru dapat menguasai kelas, memfasilitasi

kegiatan yang memuat 5 M (mengamati,

menanya, mencoba, menalar,

mengkomunikasikan). Tetapi sebagian

guru masih belum melaksanakan

pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif dalam diri

peserta didik. Selain itu sebagian guru

belum mampu melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan alokasi waktu yang

direncanakan, hal ini disebabkan tema

yang secara umum sehingga perlu

pembahasan secara luas.

3) Penerapan Pendekatan

Scientific

Dalam penerapan pendekatan scientific

guru berhasil memberikan pertanyaan

“mengapa dan bagaimana” kepada peserta

didik. Guru memfasilitasi peserta didik

untuk mengamati, bertanya dan

berkomunikasi. Sebagian guru masih

belum bisa memfasilitasi peserta didik

untuk menganalisis dan memberikan

pertanyaan peserta didik untuk menalar.

Page 14: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

14

4) Pemanfaatan Sumber

Belajar / Media

Pembelajaran

Dalam memanfaatkan sumber belajar yang

ada, guru sudah menunjukkan ketrampilan

dalam penggunaan sumber belajar tersebut,

misalnya dengan media powerpoint, guru

mampu mengoperasikan sendiri. Selain itu,

media gambar yang guru rancang dan

persiapkan sendiri untuk mengajar. Guru

dalam menyampaikan materi

menggunakan media dapat menghasilkan

pesan yang menarik. Tetapi yang kurang

terlaksana dalam proses ini adalah

melibatkan peserta didik untuk

memanfaatkan media belajar yang ada.

d. Pelibatan peserta didik dalam

Pembelajaran

Guru mampu menunjukkan hubungan

antar pribadi yang kondusif, guru juga

bersikap terbuka terhadap respons dari

peserta didik. Selama proses pembelajaran,

guru mampu menumbuhkan keceriaan atau

partisipasi aktif peserta didik dalam

belajar.

e. Penggunaan Bahasa yang

baik dan tepat dalam

Pembelajaran

Dalam proses ini, guru melaksanakan

proses pembelajaran dengan menggunakan

bahasa lisan secara jelas dan lancar, selain

itu juga guru memberikan contoh dalam

penggunaan bahasa tulis yang baik dan

benar sehingga peserta didik mampu untuk

belajar menulis dengan baik.

f. Penutup pembelajaran Di bagian penutup pembelajaran guru

sudah melaksanakan refleksi dan membuat

rangkuman tetapi belum melibatkan

peserta didik seluruhnya. Selain itu, guru

juga mengumpulkan tugas / hasil kerja

peserta didik. Sebagian guru melaksanakan

tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan berikutnya, materi lanjutan dan

tugas-tugas (PR dll).

Tahap Penilaian Deskripsi

a. Menilai ketercapaian indikator

hasil belajar

Guru masih belum mampu merancang

pedoman penskoran yang meliputi

rancangan instrument tes baik tes tulis, tes

sikap maupun tes dari tugas-tugas.

b. Melaksanakan penilaian Dalam pelaksanaannya guru kurang

Page 15: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

15

Autentik mampu untuk menilai sikap, pengetahuan

dan ketrampilan peserta didik. Hal ini

disebabkan karena instrument penilaian

terlalu banyak dan rumit. Sehingga guru

belum mampu sepenuhnya melaksanakan

penilaian autentik. Sumber : data primer hasil observasi

Deskripsi di atas hasil dari hasil pengamatan selama proses

pembelajaran tematik di sekolah dasar. Dimulai dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran yang belum optimal

pelaksanaannya pada tahap pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Tahap

pelaksanaan, guru belum optimal dalam menentukan metode pembelajaran

melalui pendekatan saintifik integrative. Selain tahap pelaksanaan, tahap

penilaian juga masih belum optimal dalam pembelajaran tematik karena

terkesan rumit dan kurang efisien. Penilaian yang mengarah pada 3 asepk

yaitu penilaian proses sikap, proses pengetahuan dan proses ketrampilan

membutuhkan waktu yang tidak relative sedikit untuk melakukan penilaian

seperti yang diinginkan. Selain waktu menjadi kendala, penyusunan

instrument penilaian juga dianggap rumit dan banyak indikator yang harus

dinilai oleh guru sehingga guru kurang maksimal dalam proses menilai. Maka

dari itu perlu disusun kembali instrument penilaian yang memudahkan guru

dan tetap menilai ketiga aspek pembelajaran tersebut.

Desain Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif di Sekolah Dasar

Pengembangan desain produk pembelajaran tematik integrative terdiri dari

sub bagian yang sama dengan proses pelaksanaan pembelajaran tematik

integrative yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Sub bagian yang akan

dikembangkan terdiri dari :

Perencanaan Pelaksanaan Penilaian

1. Perumusan Indikator

2. Perumusan tujuan

pembelajaran

3. Pengembangan

1. Apersepsi dan

motivasi

2. Penyampaian

Kompetensi dan

1. Menilai ketercapaian

indikator hasil

belajar

2. Mengukur sikap,

Page 16: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

16

Materi pelajaran

4. PemilihanMedia

Belajar

5. Pemilihan Metode

Pembelajaran

6. Rencana Kegiatan

Pembelajaran

rencana kegiatan

pembelajaran

3. Kegiatan inti

a) Penguasaan Materi

pelajaran

b) Penerapan strategi

pembelajaran

c) Penerapan

pendekatan saintifik

(5 M )

d) Pemanfaatan

sumber/media

belajar

4. Pelibatan peserta

didik

5. Penutup

pembelajaran

pengetahuan,

ketrampilan

3. Merancang penilaian

autentik :

a) Menilai sikap peserta

didik dalam

pembelajaran

b) Menilai pengetahuan

peserta didik dalam

proses pembelajaran

c) Menilai ketrampilan

peserta didik dalam

proses pembelajaran.

4. Merancang

rancangan

instrument tes dan

penilaian tugas

5. Menatapkan

pedoman penskoran

Desain rancangan pengembangan model pembelajaran tematik integrative

mengacu pada tema-tema yang sudah ditentukan. Rancangan akan kembangkan

lebih detail di tahap pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, karena 2 tahap

tersebut yang perlu untuk dikuasai oleh guru dalam mengajarkan tematik

integrative sehingga generasi bangsa yang berkarakter dan berakhlak mulia dapat

terwujud melalui guru-guru yang kreatif dalam mengajarkan tematik integrative.

Hasil modifikasi pembelajaran tematik dari Kemendikbud Dijen Dikdas) sebagai

berikut:

TEMA 1

Perencanaan:

Menentukan tema-Sub tema-

SKL-KI-KD,

Perumusan indikator, tujuan

pembelajaran, pemilihan materi,

penentuan media dan metode,

pengembangan RPP

Pelaksanaan :

Kegiatan Awal (apersepsi

dan motivasi), kegiatan Inti

(5 M), Kegiatan Penutup.

Penilaian :

Menilai ketercapaian

indikator hasil belajar,

mengukur (sikap,

pengetahuan,

ketrampilan), Merancang

penilaian autentik.

Page 17: PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK …

17

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for learning, teaching, and

assesing. a revision of Bloom's taxonomy of education objectives. New York:

Addison Wesley Longman.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka

Cipta.

Atan, H. 2009. Teo-Education.com. Retrieved January 22, 2013, from Teo-

Education.com: http://www.teo-education.com/teo/

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifth

Edition. New York: Longman.

Clark, E. 2005. Designing and implementing an integrated curriculum. Retrieved

Januari 23, 2013, from Great Ideas: http://great-ideas.org

Drake, S. M., & Burns, R. C. 2004. Meeting standards through integrated curriculum.

Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD).

Fogarty, R. 1991. Ten ways to integrated curriculum. Educational Leadership,

Oktober 1991, 61-65.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT

Rajagrafindo

Lickona, T. 1992. Educating for character, how our schools can teach respect.

respect and responsibility. New York: Bantam Books.

Ryan, K., & Bohlin, K. E. (1999). Building character in schools: Practical ways to

bring moral instruction to life. San Fransisco, CA: Jossey-Bass.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta.

Sujadi, 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya:

Prestasi Pustaka.