pembelajaran simayang tipe ii untuk …digilib.unila.ac.id/22456/2/skripsi tanpa bab...

72
PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT Skripsi Oleh GRACE SELIA SINTIA ULVA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: phungdang

Post on 21-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANSELF-EFFICACY DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON-ELEKTROLIT

Skripsi

Oleh

GRACE SELIA SINTIA ULVA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Grace Selia Sintia Ulva

ABSTRAK

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANSELF-EFFICACY DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON-ELEKTROLIT

Oleh

GRACE SELIA SINTIA ULVA

Penelitian pre-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design telah di-

lakukan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang bertujuan untuk mendeskripsi-

kan keefektivan dan kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X7 dan X9

yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling. Keefektivan diukur ber-

dasarkan self-efficacy, keterampilan proses sains, aktivitas siswa, dan kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran. Peningkatan self-efficacy ditunjukkan ber-

dasarkan rata-rata skor responden pada angket, sedangkan keterampilan proses

sains ditunjukkan berdasarkan rata-rata nilai n-Gain. Kepraktisan diukur ber-

dasarkan keterlaksanaan RPP dan respon siswa terhadap pelaksanaan pem-

belajaran. Hasil penelitian menunjukkan Model pembelajaran SiMaYang Tipe II

memiliki keefektivan yang tinggi dalam meningkatkan self-efficacy dan

keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Hal ini

Grace Selia Sintia Ulva

dibuktikan dengan self-efficacy siswa mengalami peningkatan dengan kriteria

“sangat tinggi”, keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan dengan

kriteria “sedang”, aktivitas siswa yang relevan selama pembelajaran berlangsung

memiliki kriteria “sangat tinggi”, dan kemampuan guru dalam mengelola pem-

belajaran memiliki kriteria “sangat tinggi”. Model pembelajaran SiMaYang Tipe

II juga memiliki kepraktisan yang sangat tinggi dalam meningkatkan self-efficacy

dan keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Hal ini dibuktikan dengan keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II

dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran memiliki kriteria “sangat

tinggi”.

Kata kunci: keefektivan, kepraktisan, keterampilan proses sains, self-efficacy,SiMaYang Tipe II

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANSELF-EFFICACY DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON-ELEKTROLIT

Oleh

GRACE SELIA SINTIA ULVA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batanghari Ogan pada tanggal 6 Agustus 1994 sebagai putri

pertama dari dua bersaudara buah hati Bapak Haris dan Ibu Eli Susita. Penulis

mengawali pendidikan formal di TK Harapan Batanghari Ogan pada tahun 1999

diselesaikan tahun 2000, SD Negeri 1Batanghari Ogan tahun 2006, SMP Negeri 3

Metro tahun 2009, SMA Negeri 1 Metro tahun 2012.

Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Tes

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis aktif

dalam Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila pada

divisi Seni dan Kreativtas (SnK). Beasiswa Bidik Misi angkatan ketigadidapatkan

penulis semasa kuliah. Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-

K)pernah diikuti oleh penulis pada Tahun 2014. Program Pengalaman Lapangan

(PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMP

Negeri Satu Atap 1 Airnaningan, Pekon Datar Lebuay, KecamatanAirnaningan,

KabupatenTanggamus diikuti oleh penulis pada Tahun 2015.

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Puji

syukur senantiasa ku ucapkan kepada-Mu ya Rabb, Alhamdulillahirabbil ‘alamin,

karena berkat rahmat dan karunia-Mu skripsi ini dapat terselesaikan, dengan

ketulusan hati ku persembahkan kumpulan goresan-goresan tinta ini teruntuk

Bapak (Haris) dan Ibu (Eli Susita) tercinta:

Mereka, sosok terhebat di dunia

Sosok yang sangat berjasa di dalam hidupku

Tak terkira telah berapa banyak curahan kasih sayang yang mereka berikan

Tak terkira telah berapa banyak doa yang mereka ucapkan kepada-Mu ya Rabb

Mendoakan diam-diam untuk kesuksesan dan kebahagiaan anaknya

Tak terkira telah berapa banyak cucuran keringat yang mengalir di tubuh mereka

Bekerja keras membanting tulang, demi memenuhi kebutuhan anaknya

Tak terkira telah berapa banyak kata-kata semangat dan motivasi,

yang mereka ucapkan untukku, anaknya

Tak terkira telah berapa banyak pelajaran hidup yang mereka berikan kepadaku,

yang membentukku menjadi sosok seperti sekarang ini

Semua ini mereka lakukan dengan tulus ikhlas dari dasar lubuk hati mereka

Ya, mereka bernama orang tua

Sosok yang akan selalu memberikan apapun yang terbaik demi anaknya

Bapak dan Ibu terima kasih atas segalanya,

terima kasih atas semua yang tak terhingga yang kalian berikan kepadaku

Adikku (Malinda Dwi Putri)

Yang selalu memberikan semangat, doa, canda, dan tawa di hidupku.

Keluargaku, sahabatku, temanku, dan almamaterku.

MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnyasesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Alam Nasyrah 94:5-6)

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.

(Andrea Hirata)

Tuluslah. Tuluslah dalam melakukan kebaikan apapun, karena ketulusan akanmembahagiakan segalanya, karena ketulusan akan memudahkan segalanya,karena ketulusan akan mengindahkan segalanya, karena ketulusan tak kan

pernah menyakiti apapun dan siapapun.

(Grace Selia Sintia Ulva)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk Meningkatkan Self-Efficacy dan

Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan

salam juga semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing I atas keikhlasan dan

kesediaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan

kepada penulis selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.

5. Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II dan Dosen Pembimbing

Akademik atas keikhlasan dan kesediaannya dalam memberikan bimbingan,

pengarahan, dan masukan kepada penulis selama proses perkuliahan dan

penyusunan skripsi.

6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku dosen Pembahas atas saran dan

kritik membangun demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

7. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di

Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universiitas Lampung.

8. Kepala SMA Negeri 8 Bandar Lampung ibu Dra. Noveria Ridasari, M.Pd.,

Waka Kurikulum bapak Parmin, S.Pd., dan guru mitra penelitian bapak Sapto

Saryono, S.Pd. dan Teguh Prayitno, S.Pd.

9. Bapak, Ibu, dan adik tercinta atas dukungan, motivasi, dan doa yang selalu

kalian ucapkan di tengah kesibukan demi kelancaran dalam penelitian dan

penyusunan skripsi.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan, Andayu, Reni, Vivi, Wulan, Intan, Rizki,

Dewi, dan Winda atas canda, tawa, kebersamaan, kerja sama, dukungan, dan

kekompakkannya selama ini.

11. Keluarga Pendidikan Kimia angkatan 2012 dan Keluarga Residen D22

(Annisha, Diah, Izu, Irma, Meli, Puji, Puput, Yeni, dan Siti) atas kebersamaan,

canda, tawa, dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri

dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2016

Penulis,

Grace Selia Sintia Ulva

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Representasi Ilmu Kimia ............................................................................... 11

B. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II........................................................ 12

C. Efektivitas Pembelajaran ............................................................................... 17

D. Kepraktisan Pembelajaran ............................................................................. 19

E. Self Efficacy ................................................................................................... 20

F. Keterampilan Proses Sains............................................................................. 23

G. Analisis Konsep............................................................................................. 27

H. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 28

I. Hipotesis Penelitian......................................................................................... 30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ........................................................................................ 32

B. Metode Penelitian........................................................................................ 32

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 33

D. Definisi Operasional ................................................................................... 35

E. Perangkat Pembelajaran .............................................................................. 36

F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 37

G. Analisis Data .............................................................................................. 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes ................................................ 48

2. Keefektivan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............................ 49

a. Self Efficacy Siswa ............................................................................. 50

b. Keterampilan Proses Sains Siswa ...................................................... 51

c. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung ......................... 53

d. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran .......................... 55

3. Kepraktisan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............................. 57

a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II .................. 57

b. Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model

SiMaYang Tipe II .............................................................................. 59

B. Pembahasan ................................................................................................. 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 74

B. Saran ........................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Analisis Konsep .......................................................................................... 82

2. Analisis KI-KD ......................................................................................... 84

3. Silabus ........................................................................................................ 88

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................... 96

5. Lembar Kerja Siswa.................................................................................... 102

6. Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri (Self-Efficacy) ............................................. 118

7. Angket Efikasi Diri (Self-Efficacy) ............................................................. 119

8. Rekapitukasi Self-Efficacy Siswa .............................................................. 122

9. Perhitungan Interval Kepercayaan Rata-Rata Self-Efficacy........................ 125

10. Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes Keterampilan Proses Sains............................ 127

11. Soal Keterampilan Proses Sains.................................................................. 129

12. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Proses Sains...................................... 132

13. Hasil Perhitungan SPSS Validitas dan Reliabilitas Soal Keterampilan

Keterampilan Proses Sains.......................................................................... 136

14. Analisis Validitas dan Reabilitas Soal Keterampilan Proses Sains ............ 137

15. Analisis Data Pemeriksaan Jawaban Soal Keterampilan Proses Sains....... 138

16. Analisis Data Keterampilan Proses Sains ................................................... 146

17. Perhitungan Interval Kepercayaan Rata-Rata n-Gain................................. 148

18. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ......................................................... 149

19. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran ..................... 151

20. Lembar Observasi/Penilaian Kemampuan Guru......................................... 155

21. Rekapitulasi Observasi Kemampuan Guru ............................................... 157

22. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

SiMaYang Tipe II ....................................................................................... 165

23. Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Model SiMaYang Tipe II ............ 167

24. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............ 173

25. Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran SiMaYang Tipe II .... 175

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Fase-fase pembelajaran dengan model SiMaYang Tipe II .......................16

2. Komponen Keterampilan Proses Sains .....................................................26

3. Desain Penelitian.......................................................................................32

4. Instrumen Self-Efficacy .............................................................................40

5. Penskoran pada Angket Self Efficacy........................................................41

6. Tafsiran Skor (Persen)...............................................................................42

7. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan ...............................................................47

8. Data Self-Efficacy Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran ..........................50

9. Rekapitulasi Self-Efficacy untuk Kedua Kelas..........................................51

10. Data Keterampilan Proses Sains Siswa.....................................................52

11. Rekapitulasi Keterampilan Proses Sains untuk Kedua Kelas ...................53

12. Data Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Berlangsung.........................54

13. Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran dengan Model

SiMaYang Tipe II .....................................................................................56

14. Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang TipeII ..................58

15. Data Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model

SiMaYang Tipe II .....................................................................................60

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang...............................15

2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...............................................................35

3. Rata-Rata n-Gain pada Kedua Kelas ........................................................52

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

mengenai fenomena-fenomena yang ada di alam sehingga kimia sebenarnya

sangatlah dekat dengan kehidupan sehari-hari. Concise Dictionary of Science &

Computers (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007) mendefinisikan

kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang berkenaan dengan

kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat

dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi.

Banyak yang menganggap kimia sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dan

menakutkan di SMA (Salirawati, 2008). Hal tersebut disebabkan materi kimia

meliputi konsep-konsep yang kompleks serta fenomena-fenomena yang abstrak

dan tidak teramati. Konsep yang kompleks dan fenomena kimia yang abstrak

inilah yang menjadi salah satu hal yang mengakibatkan kimia sangat sulit untuk

dimengerti oleh sebagian besar siswa (Wang, 2007).

Kesulitan siswa dalam mempelajari kimia ini berdampak pada hasil belajar siswa

yang kurang memuaskan (Majidah, et al., 2013). Oleh sebab itu, diperlukan ada-

nya suatu konsep diri mengenai keyakinan atau kepercayaan dalam diri siswa

2

untuk dapat mempelajari kimia guna memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dan Willis bahwa

salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah konsep diri. Konsep

diri ini berkaitan erat dengan dengan keyakinan diri (self-efficacy) (Purwaningsih,

2007). Siswa harus memiliki self-efficacy yang tinggi dalam mata pelajaran kimia

untuk dapat memahami materi kimia dengan baik (Kartika, et al., 2013).

Self-efficacy merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya me-

lakukan tindakan yang diharapkan. Self-efficacy mempengaruhi pilihan tindakan

yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan

hambatan atau kesulitan. Individu dengan self-efficacy tinggi memilih melakukan

usaha lebih besar dan pantang menyerah (Bandura, 1997).

Hasil penelitian yang dilakukan Majidah, et al. (2013) menyimpulkan bahwa

adanya hubungan yang kuat dan positif antara self-efficacy dengan hasil belajar

siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah

dengan koefisien korelasi 0,796. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut,

Harahap (2008) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa adanya hubungan

yang positif dan signifikan antara self-efficacy siswa terhadap hasil belajar kimia-

nya dengan koefisien korelasi 0,303. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut,

dapat diketahui bahwa self-efficacy memiliki peranan yang penting dalam mem-

pengaruhi hasil belajar siswa. Semakin tinggi self-efficacy siswa, maka akan

semakin tinggi pula hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia, begitupun

sebaliknya.

3

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki self-efficacy

yang tinggi akan mudah untuk memperoleh hasil belajar kimia yang memuaskan,

misalnya pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang berisi konsep-

konsep abstrak. Materi larutan elektrolit dan non-elektrolit ini terdapat dalam

kompetensi dasar (KD) 3.8, yaitu menganalisis sifat larutan elektrolit dan non-

elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya. Kata “menganalisis” disini me-

nunjukkan adanya suatu proses dalam pembelajarannya, sehingga dapat diketahui

bahwa dalam mempelajari materi larutan elektrolit dan non-elektrolit ini tidaklah

cukup bagi siswa hanya memiliki self-efficacy yang tinggi, tetapi juga diperlukan

adanya kemampuan keterampilan proses.

Sebagaimana yang diungkapkan Utami et al. (2013) bahwa pembelajaran kimia

pada saat ini tidak hanya ditekankan pada produk tetapi juga pada proses. Produk

yang baik dihasilkan dari proses pembelajaran yang baik pula. Penguasaan proses

dalam pembelajaran memerlukan keterampilan ilmiah yang tercakup dalam ke-

terampilan proses sains.

Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,

hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental,

keterampilan fisik (manual), maupun keterampilan sosial. Keterampilan proses

sains dikelompokkan ke dalam 5 (lima) jenis, yaitu mengamati (observasi), meng-

klasifikasikan (menggolongkan), meramalkan (memprediksi), mengkomuni-

kasikan, serta penggunaan alat dan pengkuran (Nugraha, 2005).

4

Keterampilan proses sains perlu dikembangkan pada diri siswa karena memiliki

beberapa manfaat penting dalam mempelajari sains (Nopitasari, et al., 2012).

Manfaat keterampilan proses sains yaitu: pertama, ilmu pengetahuan siswa dapat

berkembang dengan pendekatan keterampilan proses. Kedua, pembelajaran me-

lalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk be-

kerja dengan ilmu pengetahuan. Ketiga, keterampilan proses dapat digunakan

oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Siswa

memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan

konsep ilmu pengetahuan (Dimyati & Mudjiono, 2002).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sangat penting bagi siswa untuk

dapat memiliki self-efficacy dan keterampilan proses sains dalam mempelajari

kimia. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih kurangnya self-efficacy dan

keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Kurangnya self-efficacy dan

keterampilan proses sains siswa ini dapat dilihat dari data hasil survei Programme

for International Student Assessement (PISA) tahun 2012. Menurut data hasil

survei PISA tahun 2012 rata-rata skor self-efficacy siswa di Indonesia adalah 375,

sedangkan rata-rata skor self-efficacy Internasional adalah 494. Hasil ini me-

nempatkan Indonesia hanya berada peringkat ke-63 dari 64 negara peserta. Ada-

pun kurangnya keterampilan proses sains siswa ditunjukkan dari hasil literasi

sains yang dilaporkan PISA tahun 2012 yang menunjukkan bahwa rata-rata skor

literasi sains Indonesia adalah 382, sedangkan rata-rata skor literasi sains

Internasional adalah 501. Hasil literasi sains tersebut menempatkan Indonesia

berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara peserta (OECD, 2013).

5

Kurangnya self-efficacy siswa disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru masih kurang meningkatkan kemampuan self-efficacy siswa sehingga

banyak siswa yang kurang yakin dengan kemampuannya dalam menyelesaikan

dan mengorganisasikan berbagai permasalahan kimia yang ada (Izzati, et al.,

2015). Adapun penyebab kurangnya keterampilan proses sains yang dimiliki

siswa salah satunya adalah guru kurang memberikan kesempatan pada seluruh

siswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Guru masih meng-

andalkan metode ceramah tanpa melaksanakan pembelajaran yang berkaitan

dengan proses dan juga produk pembelajaran. Keterampilan proses sains siswa

yang masih rendah mengakibatkan siswa cenderung diam dalam kegiatan

pembelajaran dan hanya menerima informasi dari guru, siswa belum memiliki

usaha untuk mencari informasi yang relevan dengan materi yang diajarkan oleh

guru (Rahmawati, et al., 2014).

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa kurang-

nya self-efficacy dan keterampilan proses sains siswa akibat dari proses dan

metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru cenderung masih meng-

gunakan metode ceramah yang dalam proses pembelajarannya membuat siswa

tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, diperlukan adanya solusi

untuk meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains siswa tersebut

misalnya dengan menggunakan suatu model pembelajaran dalam membelajarkan

kimia. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang

lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pem-

belajarannya adalah model pembelajaran SiMaYang Tipe II. Model pembelajaran

6

SiMaYang Tipe II melibatkan siswa dalam menginterkoneksikan ketiga level

representasi fenomena kimia (makro, submikro, dan simbolik). Siswa akan ter-

libat secara aktif dalam semua tahap atau fase pembelajarannya. Adapun fase

dalam model pembelajaran SiMaYang Tipe II ini ada 4 (empat), yaitu orientasi

(fase I), eksplorasi-imajinasi atau imajinasi-eksplorasi (fase II), internalisasi (fase

III), dan evaluasi (fase IV) (Sunyono, 2014a). Self-efficacy siswa akan dilatihkan

agar mengalami peningkatan pada fase eksplorasi-imajinasi dan internalisasi.

Pada fase eksplorasi-imajinasi ini, siswa akan bekerja keras dalam memahami dan

mengembangan pemikiran mereka, sehingga siswa akan dilatih self-efficacy-nya.

Adapun pada fase internalisasi siswa akan diberikan latihan, melalui pemberian

latihan ini self-efficacy siswa akan dilatihkan kembali agar siswa menjadi ter-

tantang, termotivasi, dan tidak mudah menyerah dalam mengerjakan soal-soal

yang sulit.

Model pembelajaran SiMayang Tipe II merupakan keterpaduan antara pendekatan

saintifik dengan model pembelajaran SiMaYang sebelumnya (Sunyono, 2014b),

sehingga diharapkan juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa

karena pendekatan saintifik ini erat kaitannya dengan keterampilan proses sains.

Keterampilan proses sains siswa akan dilatihkan pada fase eksplorasi-imajinasi,

internalisasi, dan evaluasi karena pada fase-fase tersebut terdapat aktivitas siswa

seperti mengamati, menanya, dan mengkomunikasikan yang merupakan jenis-

jenis dari keterampilan proses sains, sehingga diharapkan keterampilan proses

sains siswa akan meningkat. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II ini memiliki

validitas isi maupun validitas konstruk dengan kategori tinggi sehingga layak

untuk digunakan dalam pembelajaran (Sunyono, 2014b).

7

Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji mengenai penerapan model pem-

belajaran SiMaYang Tipe II. Fauziah (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II praktis dan

efektif dalam menumbuhkan model mental dan penguasaan konsep siswa kelas X

IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. Selain itu,

Izzati (2015) dalam penelitian juga menyimpulkan bahwa model pembelajaran

SiMaYang Tipe II berbasis multipel representasi pada materi asam basa praktis

dan efektif dalam meningkatkan self-efficacy dan penguasaan konsep siswa kelas

XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung semester genap Tahun 2014-2015.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Afdila (2015) yang memperoleh hasil bahwa

model pembelajaran SiMaYang Tipe II berbasis multipel representasi praktis dan

efektif dalam meningkatkan self-efficacy dan penguasaan konsep larutan elektrolit

dan non-elektrolit siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung semester

genap Tahun 2014-2015. Berdasarkan uraian di atas, dalam rangka meningkatkan

self-efficacy dan keterampilan proses sains siswa khususnya pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit maka dilakukanlah penelitian yang berjudul

“Pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk Meningkatkan Self-Efficacy dan

Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.”

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keefektivan pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit?

2. Bagaimanakah kepraktisan pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan keefektivan pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit.

2. Mendeskripsikan kepraktisan pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit.

9

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitan ini adalah bagi:

1. Siswa

Pembelajaran SiMaYang Tipe II dapat membantu siswa untuk mengerti dan

memahami fenomena kimia yang bersifat abstrak terutama pada materi

larutan elektrolit dan non-elektrolit. Selain itu, pembelajaran SiMaYang Tipe

II ini juga dapat membantu meningkatkan self-efficacy dan keterampilan

proses sains siswa.

2. Guru

Guru dapat terus berlatih menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe

II dalam meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains pada

materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Sekolah

Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II terdiri dari 4 (empat) fase yaitu

orientasi (fase I), eksplorasi-imajinasi atau imajinasi-eksplorasi (fase II),

internalisasi (fase III), dan evaluasi (fase IV) (Sunyono, 2014a).

2. Self-efficacy merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya

melakukan tindakan yang diharapkan. Self-efficacy mempengaruhi pilihan

tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika ber-

hadapan dengan hambatan atau kesulitan. Individu dengan self-efficacy yang

10

tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah (Bandura,

1977).

3. Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-

prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental,

keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Nugraha, 2005).

4. Indikator keterampilan proses sains yang dipakai dalam penelitian ini adalah

mengamati, mengklasifikasikan (menggolongkan), meramalkan (mem-

prediksi), dan mengkomunikasikan yang mengacu pada komponen ke-

terampilan proses sains oleh Nugraha (2005).

5. Keefektivan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila pembelajar dilibat-

kan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan

informasi-informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima

pengetahuan dari guru/dosen (Nieveen, 1999). Keefektivan model pem-

belajaran SiMaYang Tipe II diukur berdasarkan peningkatan self-efficacy,

keterampilan proses sains, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan

aktivitas siswa.

6. Kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas

model yang ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan pengamatan-

nya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung (Nieveen, 1999).

Kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II diukur berdasarkan

keterlaksanaan RPP dan respon siswa.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Representasi Ilmu Kimia

Johnstone (1982)membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan

(dimensi). Dimensi pertama adalahmakroskopis yang bersifat nyata dan kasat

mata. Dimensi ini menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di laboratorium menjadi bentuk

makro yang dapat diamati, dimensi kedua adalah mikroskopis juga nyata tetapi

tidak kasat mata. Dimensi makroskopis menjelaskan dan menerangkan fenomena

yang dapat diamati sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Dimensi ini

terdiri dari tingkat partikular yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan

elektron, molekul, partikel atau atom, dimensi yang terakhir adalah simbolik yang

menggambarkan tanda atau bahasa serta bentuk-bentuk lainnya yang digunakan

untuk mengomunikasikan hasil pengamatan. Dimensi ini terdiri dari berbagai

jenis representasi gambar, aljabar dan bentuk komputasi representasi mikroskopis.

Ketiga level representasi tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam suatu

pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Tasker dan Dalton (2006),

bahwa kimia melibatkan proses-proses perubahan yang dapat diamati dalam hal

(misalnya perubahan warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau

laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera

12

mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul

imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan diting-

kat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak

dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa,

diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan menggunakan matematika

(persamaan dan grafik).

Ainsworth membuktikan bahwa banyak representasi dapat memainkan tiga

peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi. Kedua, suatu

representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu representasi

yang tidak lazim. Ketiga, suatu kombinasi representasi dapat bekerja bersama

membantu siswa atau pembelajar menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam

tentang suatu topik yang dipelajari(Sunyono, 2012a).

B. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains berbasis

multipel representasi yang dikembangkan dengan memasukkan faktor interaksi

(tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan pembelajar untuk merepre-

sentasikan fenomena sains ke dalam kerangka model IF-SO (Sunyono, 2012a).

Tujuh konsep dasar pembelajar tersebut yang telah diidentifikasi oleh Schonborn

dan Anderson adalah kemampuan penalaran pembelajar (Reasoning; R), penge-

tahuan konseptual pembelajar (Conceptual; C), dan keterampilan memilih mode

representasi pembelajar (Representation Modes; M). Faktor M dapat dianggap

berbeda dengan faktor C dan R, karena faktor M tidak bergantung pada campur

tangan manusia selama proses interpretasi dan tetap konstan kecuali jika ER

13

dimodifikasi, selanjutnya empat faktor lainnya adalah faktor R-C merupakan

pengetahuan konseptual dari diri sendiri tentang ER, faktor R-M merupakan pe-

nalaran terhadap fitur dari ER itu sendiri, faktor C-M adalah faktor interaktif yang

mempengaruhi interpretasi terhadap ER, dan faktor C-R-M adalah interaksi dari

ketiga faktor awal (C-R-W) yang mewakili kemampuan seorang pembelajar untuk

melibatkan semua faktor dari model agar dapat menginterpretasikan ER dengan

baik (Sunyono, 2012a).

Model pembelajaran SiMaYang melibatkan diagram submikro sebagai alat pem-

belajaran topik-topik yang bersifat abstrak (misalnya stoikiometri dan struktur

atom), selanjutnya dikembangkan perangkat pembelajaran yang dilengkapi

dengan pertanyaan-pertanyaan baik pada level makro, submikro, maupun sim-

bolik untuk memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih merepre-

sentasikan tiga level fenomena sains sepanjang sesi pembelajaran yang berfokus

kepada permasalahan sains level molekuler. Oleh sebab itu, multipel representasi

yang digunakan dalam model pembelajaran SiMaYang ini adalah representasi-

representasi dari fenomena sains (khususnya kimia) baik dari skala riil maupun

abstrak (Contoh; Park, 2006; Wang, 2007; & Davidowitz, et al.,2010)(Sunyono,

2012a).

Model pembelajaran berbasis multipel representasi yang dikembangkan didesain

sedemikian rupa dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dengan

memperhatikan tiga faktor utama yang dikemukakan oleh Waldrip dan

Abdurrahmandalam Sunyono (2012a), yaitu aspek konseptual (guru/ dosen dan

pembelajar), penalaran (pembelajar), dan representasi (baik guru/ dosen maupun

14

pembelajar), selanjutnya dihubungkan dengan 7 (tujuh) konsep dasar kemampuan

pembelajar yang dikemukakan oleh Schonborn and Anderson (Sunyono, 2012a).

Mempertimbangkan model teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ke-

mampuan pembelajar dalam menginterpretasikan representasi eksternal, model

kerangka IF-SO dapat disempurnakan dengan menghasilkan model pembelajaran

yang menginterkoneksikan ketiga level fenomena sains.

Model pembelajaran SiMaYang disusun dengan mengacu pada ciri suatu model

pembelajaran menurut Arends yang menyebutkan setidak-tidaknya ada 4 ciri

khusus dari model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mecapai tujuan

pembelajaran, yaitu:

1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh perancangannya.

2. Landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

danbagaimana pembelajar belajar untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Aktivitas guru/ dosen dan pembelajar (siswa/ mahasiswa) yang

diperlukanagar model tersebut terlaksana dengan efektif.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Sunyono, 2012a)

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki 4

fase yaitu orientasi, eksplorasi-imajinasi, internalisasi, dan evaluasi (Sunyono,

2012a). Keempat fase dalam model pembelajaran tersebut memiliki ciri dengan

akhiran “si” sebanyak lima “si”. Fase-fase tersebut tidak selalu berurutan bergan-

tung pada konsep yang dipelajari oleh pembelajar, terutama pada fase dua (fase

eksplorasi-imajinasi). Oleh sebab itu, fase-fase model pembelajaran yang

15

dikembangkan dan hasil revisi ini tetap disusun dalam bentuk layang-layang,

sehingga tetap dinamakan Si-5 layang-layang atau disingkat SiMaYang

(Sunyono,2012a). Fase-fase model pembelajaran SiMaYang dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut:

Fase I

Fase II

Fase III

Fase IV

Gambar 1. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang (SiMaYang)(Sunyono, 2012a)

Pada gambar 1, fase I adalah orientasi yaitu, peninjauan untuk menentukan sikap

dan pandangan yang mendasari pikiran sehingga siswa dapat terfokus pada tujuan

pembelajran dan materi yang akan dipelajari. Fase II adalah eksplorasi dan

imajinasi yang saling berkaitan. Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Pada kegiatan eksplorasi,

guru melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan

media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi siswa

berinteraksi sehingga siswa aktif, mendorong siswa mengamati berbagai gejala,

menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain,

mengamati objek di lapangan dan labolatorium. Fase III adalahinternalisasi, yaitu

proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya

Evaluasi

Internalisasi

ImajinasiEksplorasi

Orientasi

16

dalam melihat makna realitas pengalaman. Fase IV adalah evaluasi, yaitu me-

reviu hasil pembelajaran yang sudah diperoleh (Sunyono, 2012a)

Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya mempengaruhi adanya perubah-

an dari sintak model SiMaYang. Berkaitan hal tersebut, Sunyono& Yulianti

(2014) telah mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran SiMaYang yang

dipadu dengan pendekatan saintifik dan dinamakan model Saintifik-SiMaYang

atau SiMaYang Tipe II. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki sintak

yang sama dengan model SiMaYang. Perbedaannya terletak pada aktifitas guru

dan siswa, di mana pada model pembelajaran SiMaYang Tipe II, aktifitas guru

dan siswa disesuaikan dengan pendekatan saintifik (Sunyono& Yulianti, 2014).

Saintifik model pembelajaran SiMaYang Tipe II dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Fase (Tahapan) Pembelajaran SiMaYang Tipe II (Sunyono & Yulianti,2014 dan Sunyono, et al., 2015)

Fase Aktivitas Guru Aktivitas SiswaFase I:Orientasi

1. Menyampaikan tujuanpembelajaran.

2. Memberikan motivasi denganberbagai fenomena yang terkaitdenganpengalaman siswa.

1. Menyimak penyampaiantujuan sambilmemberikan tanggapan

2. Menjawab pertanyaandan menanggapi

Fase II:Eksplorasi-Imajinasi

1. Mengenalkan konsep denganmemberikan beberapa abstraksiyang berbeda mengenai fenomenaalam secara verbal atau dengandemonstrasi dan jugamenggunakan visualisasi: gambar,grafik, atau simulasi atau animasi,dan atau analogi denganmelibatkan siswauntuk menyimakdan bertanya jawab.

2. Mendorong, membimbing, danmemfasilitasi diskusi siswa untukmembangun model mental dalammembuat interkoneksi diantaralevel-level fenomena alam yanglain, yaitu dengan membuattransformasi dari level fenomena

1. Menyimak (mengamati)dan bertanya jawabdengan dosen tentangfenomena kimia yangdiperkenalkan(menanya).

2. Melakukan penelusuraninformasi melaluiwebpage / weblogdan/atau buku teks(menggali informasi).

3. Bekerja dalam kelompokuntuk melakukanimajinasi terhadapfenomena kimia yangdiberikan melalui LKS(mengasosiasi /

17

Lanjutan Tabel 1.

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa3. alam yang satu ke level yang lain

(makro ke mikro dan simbolik atausebaliknya) denganmenuangkannya ke dalam lembarkegiatan siswa.

menalar)4. Berdiskusi dengan teman

dalam kelompok dalammelakukan latihanimajinasi representasi(mengasosiasi/menalar).

Fase III:Internalisasi

1. Membimbing dan memfasilitasisiswa dalam mengartikulasikan/mengkomunikasikan hasilpemikirannya melalui presentasihasil kerja kelompok.

2. Memberikan latihan atau tugasdalam mengartikulasikanimajinasinya. Latihan individutertuang dalam lembar kegiatansiswa/LKS yang berisi pertanyaandan/atau perintah untuk membuatinterkoneksi ketiga level fenomenaalam.

1. Perwakilan kelompokmelakukanpresentasiterhadap hasil kerjakelompok(mengomunikasikan).

2. Kelompok lain menyi-mak (mengamati) danmemberikan tanggap-an/pertanyaan terhadapkelompok yang sedangpresentasi (menanyadan menjawab).

3. Melakukan latihanindividu melalui LKSindividu (menggaliinformasi danmengasosiasi).

Fase IV:Evaluasi

1. Mengevaluasi kemajuan belajarsiswa dan reviu terhadap hasil kerjasiswa.

2. Memberikan tugas latihaninterkoneksi. Tiga level fenomenaalam (makro, mikro/submikro, dansimbolik).

1. Menyimak hasil reviudari guru dan menyam-paikan hasil kerjanya(mengomunikasikan),serta bertanya tentangpembelajaran yang akandatang.

C. Efektivitas Pembelajaran

Nieveen (1999) menyatakan bahwa keefektivan model pembelajaran sangat

terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan

efektif bila pembelajar dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemu-

kan hubungan dan informasi–informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara

pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen. Adapun Wicaksono (2008)

menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang

18

berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.

Kriteria keefektivan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabilasekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai= 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajarsiswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan per-bedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahamansetelah pembelajaran (gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkanminat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebihtermotivasi un-tuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajaryang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menye-nangkan.

Eggen dan Kauchak menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila

siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi

(pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan pengetahuan,

melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Oleh sebab itu, dalam pem-

belajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pem-

belajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga

akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mem-

pelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik

dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya,

maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik(Warsita, 2008) . Ada beberapa

ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak dalam

Warsita(2008) adalah:

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannyamelalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dangeneralisasi berdasar-kan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalampelajaran.

19

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada peng-kajian.

4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepadapeserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembanganketerampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengantujuan dan gaya pembelajaran guru.

D. Kepraktisan Pembelajaran

Nieveen (1999)menyatakan bahwa kepraktisan suatu model pembelajaran

merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasilpenelitian

pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran ber-

langsung.Kepraktisanmengacu padasejauh manabahwapengguna(atau ahli lain)

mempertimbangkan interverensiyangdikembangkan dapat digunakan dan disukai

dalam kondisi normal.

Menurut Nieveen (1999), aspek kepraktisan dipenuhi jika (1) ahli dan praktisi

menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan, dan (2) kenyataan

menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapatditerapkan.Suatu

model pembelajaran dikatakan memiliki suatu kepraktisan tinggi, bila pengamat

berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat keterlaksanaan penerapan

model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk ke dalam kategori

tinggi.Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajaran dapat ditinjau dari

keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keterlaksanaan prinsip

reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung yang tersedia. Pengukurannya

melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan model pembelajaran diukur

dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan (observasi) dengan

20

sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria penilaian, yaotu skor 1 (rendah

sekali), skor 2 (rendah), skor 3 (cukup), skor 4 (tinggi), dan skor5 (sangat

tinggi).Tingkat keterlaksanaan ini akan diujikan pada saat penerapan

pembelajaran di kelas dalam suatu (Sunyono, 2012a).

Masnurillah dan Masriyah (2014) menyatakan bahwa data kepraktisan diperoleh

dari hasil penilaian umum pada lembar validasi oleh validator yang menyatakan

bahwa perangkat pembelajaran dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi

atau tanpa revisi. Hal tersebut didukung pula hasil pengamatan pelaksanaan pem-

belajaran oleh dua orang pengamat. Cara yang dilakukan ialah memasukkan data

yang diperoleh ke dalam tabel yang dibuat; menentukan rata-rata setiap kriteria,

rata-rata setiap aspek, dan rata-rata kepraktisan.

E. Self-Efficacy

Self-efficacy tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki melainkan berkaitan

dengan keyakinan individu mengenai apa yang dapat dilakukan dengan kecakapan

yang dimiliki seberapa pun besarnya.Self-efficacymenekankan pada komponen

keyakinan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang

yang mengandung ketidakpastian, tidak dapat diramalkan, dan sering kali penuh

tekanan (Bandura, 1986). Manusia yang memiliki self-efficacyyang kuatakan me-

ningkatkan prestasi pribadi dan kesejahteraannya dalam berbagai strategi. Jika

siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi, maka ia cenderung untuk memilih

tugas yang menantang dan gigih dalam menghadapi suatu tantangan

baru(Bandura, 1994). Sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy rendah akan

21

memilih tugas yang lebih mudah dan menghindar dari tugas secara keseluruhan

serta berupaya untuk tidak bekerja dan siswa seperti ini lebih mudah menyerah.

Hal ini menandakan bahwa siswa dengan self-efficacy rendah mudah putus asa,

tidak suka menghadapi kesulitan dalam belajar, pesimis dengan pencapaian tujuan

yang mengakibatkan motivasi untuk belajar kurang sehingga prestasi yang dicapai

tidak memuaskan bahkan buruk (Zimmerman, 1995).

Adapunself-efficacy menurut Bandura (1997) merupakan persepsi individu akan

keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan.Self-efficacy

mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan keta-

hanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan. Individu dengan self-

efficacyyang tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah.

Greenberg & Baron (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai evaluasi se-

seorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu

tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Self-efficacy tidak berkaitan

dengan kemampuan seseorang terhadap sesuatu yang dapat dilakukannya ataupun

keterampilan dan keahlian yang dimiliki individu tersebut. Self-efficacy bukan

merupakan faktor bawaan dan keturunan.

Alwisol (2006) menyatakan bahwa self-efficacy sebagai persepsi diri sendiri

mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu, self-

efficacyberhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan

melakukan tindakan yang diharapkan. Self-efficacyadalah pertimbangan seseorang

akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang

diperlukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, tidak tergantung pada jenis

22

keterampilan dan keahlian tetapi lebih berhubungan dengan keyakinan tentang apa

yang dapat dilakukan dengan berbekal keterampilan dan keahlian.

Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian self-efficacy, maka

dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan

seseorang akan kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan suatu tindakan

dalam menghadapi tantangan atau hambatan demi mencapai tujuan yang di-

inginkan. Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi tidak akan mudah

menyerah dalam menghadapi tantangan atau hambatan, seberapa beratnya itu.

Bandura (1986) mengungkapkan bahwa perbedaan self-efficacy pada

setiapindividu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength,dan

generality.Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi,

yang secaralebih jelas dapat diuraikan menjadi tiga aspek.Pertama, magnitude

(tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan

tugas individu.Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan

dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu

akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat

dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan

di luar batas kemampuannya (Bandura, 1986).

Kedua, strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada

keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap

padaindividu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan,

walaupun mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang

(Bandura, 1986).

23

Ketiga, generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas

bidangtingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.

Individudapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada

pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi

tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi

(Bandura, 1986).

Pujiati (2010) menyatakan bahwa aspek magnitude adalah aspek yang memiliki

pengaruh terbesar dalam variabel efikasi diri (self-efficacy) dibandingkan kedua

aspek lainnya, namun aspek generality dan aspek stength juga ikut serta mem-

pengaruhi efikasi diri (self-efficacy) secara keseluruhan walaupun tidak sebesar

aspek magnitude.

F. Keterampilan Proses Sains

Semiawan (1986) menyatakan keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik

dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki,

dikuasai, dan diaplikasikan dengan suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan

dapat menemukan sesuatu yang baru.Keterampilan proses sains merupakan

komponenpenting dalam pelaksanaan proses belajar yaitu karena dapat mem-

pengaruhiperkembangan pengetahuan siswa (Ango, 2002)

Nugraha (2005) mendefinisikan keterampilan proses sains adalah semua keteram-

pilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan

konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa

keterampilan mental, keterampilan fisik (manual), maupun keterampilan

24

sosial.Adapun Anitah (2007) mengemukakan bahwa keterampilan proses sains

(KPS) merupakan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan

untuk memperoleh dan mengembangkan produk sains

Keterampilan proses sains perlu dikembangkan pada diri siswa karena memiliki

beberapa maanfaat. Adapun manfaat keterampilan proses sains menurut Dimyati

dan Mudjiono (2002) yaitu: pertama, ilmu pengetahuan siswa dapat berkembang

dengan pendekatan keterampilan proses. Kedua, pembelajaran melalui keteram-

pilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan

ilmu pengetahuan. Ketiga, keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk

belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Siswa memperoleh ilmu

pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu penge-

tahuan.

Menurut Firman (2000) ada enam sub keterampilan proses yang harus dimiliki

oleh peserta didik, diantaranya :

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa

dengan mengguanakan inderanya. Ini merupakan dasar bagi semua keterampilan

proses lainnya. Kemampuan mengamati diantaranya adalah kemampuan

mengumpulkan fakta, mengklarifikasi, mencari persamaan, dan perbedaan atau

me-milah mana yang penting, kurang atau tidak penting dengan menggunakan

indera untuk melihat, mengecap, atau mencium. Sub keterampilan ini memiliki

dua sifat utama, yaitu sifat kualitatif dan kuantitatif.

25

2. Menafsirkan (Interpreting and Drawing Conclusions)

Berupa kemampuan untuk menyatakan pola hubungan atau kecenderungan gejala

tertentu yang ditunjukan oleh sejumlah data.

3. Meramalkan (Predicting)

Kemampuan mengemukakan atau memperkirakan apa yang mungkin terjadi

pada keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola keteraturan/

kecenderungan-kecenderungan gejala yang telah diketahui sebelumnya.

4. Menerapkan Konsep (Applying concept)

Kemampuan menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah

tertentu atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan mengunakan konsep

yangtelah dimiliki.

5. Merencanakan Penelitian/Percobaan (Planning and Experiment)

Kemampuan menentukan objek yang akan diteliti, alat dan bahan yang akan di-

gunakan, variabel atau faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah

percobaan yang akan ditempuh serta cara mencatat dan mengolah data untuk me-

narik kesimpulan.

6. Mengkomunikasikan (Communicating)

Kemampuan mendiskusikan dan menyampaikan hasil penemuannya kepada orang

lain, baik secara lisan maupun tulisan berupa gambar, model, tabel, diagram dan

grafik yang dikemas model, tabel, diagram dan grafik yang dapat dikemas dalam

bentuk laporan penelitian, paper, atau karangan ilmiah.

26

Secara lebih rinci dan jelas Nugraha (2005) mengelompokkan keterampilan

proses dan sub-subnya pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Komponen Keterampilan Proses Sains (Nugraha, 2005)

No KeterampilanProses Sub Keterampilan Proses1 Mengamati (observasi) 1.1 mengidentifikasi ciri-cirisuatu benda/peristiwa

1.2 mengidentifikasi perbedaan dan persamaanberbagai benda/peristiwa

1.3 membaca alat-alat ukur1.4 mencocokan gambar dengan uraian

tulisan/benda1.5 mengurutkan berbagai peristiwa yang terjadi

secara simultan1.6 memberikan (memberikan uraian) mengenai

suatu benda atau peristiwa2 Mengklasifikasikan

(menggolongkan)2.1 mengelompokkanbenda/peristiwa (kelompok

ditentukananak)2.2 mengelompokkan benda/peristiwa (kelompok

diberikan kepada anak)2.3 mengidentifikasi pola dari suatu seri

pengamatan2.4 mengemukakan/ mengetahui alasan

pengelompokkan2.5 mencari dasar atau kriteria pengelompokkan2.6 memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-

ciri khususnya2.7 menemukan alternatif pengelompokkan

(kelompokditentukan anak)2.8 menemukan alternativepengelompokkan

(kelompok diberikan kepada anak)2.9 mengurutkan kelompok berdasarkan

keinklusifan3 Meramalkan

(memprediksi)3.1 membuat dugaan berdasarkan pola-pola atau

hubungan informasi/ ukuran/hasil observasi3.2 mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola

atau kecenderungan4 Mengkomunikasikan 1.1 mengutarakan suatu gagasan

1.2 mencatat kegiatan-kegiatan atau pengamatanyang dilakukan

1.3 menunjukkan hasil kegiatan1.4 mendiskusikan hasil kegiatan1.5 menggunakan berbagai sumber informasi1.6 mendengarkan dan menanggapi gagasan-

gagasan orang lain1.7 melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan secara

sistematis dan jelas5 Penggunaan alat dan

pengukuran5.1 menentukan alat dan pengukuran yang

diperlukan dalam suatu penyelidikan atau

27

Lanjutan Tabel 2.

No KeterampilanProses Sub Keterampilan Prosespercobaan

5.2 menunjukkan hal-hal yang berubah atau harusdiubah pada suatu pengamatan atau pengukuran

5.3 merencanakan bagaimana hasilpengukuran,perbandingan untuk memecahkan suatu masalah

5.4 menentukan urutan langkah-langkah yang harusditempuh dalam suatu percobaan

5.5 ketelitian dalam penggunaanalat danpengukuran dalam suatu percobaan

Pada penelitian ini indikator keterampilan proses sains yang digunakan adalah

mengamati, mengklasifikasikan (menggolongkan), meramalkan (memprediksi),

dan mengkomunikasikan yang mengacu pada komponen keterampilan proses

sains oleh Nugraha (2005).

G. Analisis Konsep

Herron et al.(1977) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang

diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide.

Markle dan Tieman dalam Herron et al.(1977) mendefinisikan konsep sebagai

sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang

dapat mengungkapkan arti dari konsep.Oleh sebab itu, diperlukan suatu analisis

konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus meng-

hubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) mengemukakan bahwa analisis konsep

merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam

merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini

28

telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemeret al.

Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau

label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi

konsep, contoh, dan non contoh.

H. Kerangka Pemikiran

Pelajaran kimia meliputi konsep-konsep yang kompleks serta fenomena-fenomena

yang abstrak dan tidak teramati. Hal ini menyebabkan kimia sulit dimengerti oleh

sebagian besar siswa dan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang me-

muaskan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu keyakinan diri atau self-

efficacyyang tinggi dalam mempelajari kimia agar memperoleh hasil belajar yang

memuaskan.Selain memiliki self-efficacy yang tinggi, siswa juga harus memiliki

keterampilan proses sains dalam mempelajari kimia. Hal ini dapat dilihat salah

satunya pada kompetensi dasar 3.8, yaitu menganalisis sifat larutan elektrolit dan

non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya. Kata “menganalisis” disini

menunjukkan adanya suatu prosesdalam pembelajarannya.Penguasaan proses ter-

sebut memerlukan keterampilan ilmiah yang tercakup dalam keterampilan proses

sains.Berdasarkan hal tersebut,self-efficacy dan keterampilan proses sains

memiliki perananan penting dalam penentu keberhasilan akademik siswa khusus-

nya pada pelajaran kimia.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya model pembelajaran yang dapat

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains siswa, salah satunya

adalah model pembelajaran SiMaYang Tipe II. Melalui pembelajaran dengan

model pembelajaran SiMaYang Tipe II, siswa diajak untuk memahami materi

29

larutan elektrolit dan non-elekrolit melalui ketiga level representasi kimia, yakni:

makroskopik, submikroskopik, dan simbolik sehingga siswa dapat memperoleh

pengetahuan konseptual yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah baik

secara deskriptis maupun matematis.

Tahap awal pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

SiMaYang Tipe II adalah tahap orientasi.Pada tahap ini guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa melalui berbagai

fenomena yang terkait dengan pengalaman siswa. Pemberian motivasi ini dapat

dilakukan dengan mereviu atau mengingat kembali materi sebelumnya dan juga

dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi-

materi yang akan dibahas yang terkait dengan fenomena-fenomena yang ada di

kehidupan sehari-hari.

Tahap selanjutnya adalah tahap eksplorasi-imajinasi. Pada tahap ini, memungkin-

kan siswa untuk membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman ter-

hadap suatu fenomena dengan melakukan penelusuran informasi melalui berbagai

sumber. Guru akan menciptakan aktivitas siswa berdasarkan pengetahuan yang

telah diperoleh dengan melakukan imajinasi representasi. Pada tahap ini, siswa

juga diberikan kesempatan untuk melakukan imajinasi terhadap representasi yang

terkait dengan fenomena kimia yang diberikan. Siswa akan bekerja keras dalam

memahami dan mengembangan pemikiran mereka, sehingga self-efficacy siswa

akan dilatihkan agar mengalami peningkatan.

Tahap berikutnya adalah tahap internalisasi. Tahap internalisasi ini merupakan

perwujudan dari hasil eksplorasi dan imajinasi. Pada tahap ini siswa akan

30

mempresentasikan hasil pemikirannya, menyampaikan komentar, atau

menanggapi presentasi dari kelompok lain. Siswa juga akan diberikan latihan

dimana melalui pemberian latihan ini self-efficacy siswa akan dilatihkan kembali

agar siswa tertantang dan termotivasi dalam mengerjakan soal-soal yang sulit dan

tidak mudah menyerah dalam mengerjakan soal-soal yang sulit tersebut.

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini adalah tahap untuk men-

dapatkan umpan balik dari keseluruhan pembelajaran di kelas. Pada tahap ini,

guru bersama-sama dengan siswa akan mereviu hasil kerjanya, berlatih untuk

menginterkonekasikan ketiga level fenomena sains, dan melakukan evaluasi

diagnostik, formatif, dan sumatif.

Keterampilan proses sains siswa akan dilatihkan pada fase eksplorasi-imajinasi,

internalisasi, dan evaluasi karena pada fase tersebut terdapat aktivitas siswa

seperti mengamati, menanya, dan mengkomunikasikan yang merupakan jenis-

jenis dari keterampilan proses sains, sehingga diharapkan keterampilan proses

sains siswa ini akan meningkat. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas,

dengan diterapkannya model pembelajaran SiMaYang Tipe II diyakini dapat

meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains siswa.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran SiMaYang Tipe II efektif dalam meningkatkan self-efficacy dan

keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

31

2. Pembelajaran SiMaYang Tipe II praktis dalam meningkatkan self-efficacy

dan keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-

elektrolit.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam pe-

nelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2015/2016 dan tersebar dalam lima belas kelas. Sampel diambil secara

acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan 2 (dua) kelas

penelitian sebagai sampel, yaitu kelas X7 dan X9.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen

dengan One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, et al., 2012). Pada desain

penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subjek penelitian

dari dua kelas sebagai replikasi kemudian diobservasi.

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan PostesX sampel 1 O1 X O2

X sampel 2 O1 X O2

Keterangan:

O1 : Kelas replika diberi pretes

33

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang

Tipe II

O2 : Kelas replika diberi postes

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap pendahuluan

Prosedur pada tahap pendahuluan, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 8 Bandar Lampung untuk me-

laksanakan penelitian.

b. Menentukan subjek penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Prosedur pada tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS), serta mem-

persiapkan instrumen penelitian yang meliputi: angket self-efficacy dan soal

keterampilan proses sains.

34

b. Tahap validasi instrumen penelitian

Pada tahap ini, insrumen penelitian yang divalidasi adalah instrumen tes

keterampilan proses sains yang berupa soal pretes dan postes keterampilan

proses sains.

c. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada dua kelas sebagai

replikasi, yaitu kelas yang diterapkan model pembelajaran SiMaYang Tipe

II. Adapun urutan prosedur pelaksanaan pada tahap penelitian adalah

sebagai berikut:

1) Melakukan tes self-efficacy awal dan pretes keterampilan proses sains

pada kedua kelas replika.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit sesuai dengan model pembelajaran SiMaYang Tipe II

pada kedua kelas replika.

3) Melakukan tes self-efficacy akhir dan postes keterampilan proses sains

pada kedua kelas replika.

3. Tahap akhir penelitian

Prosedur pada tahap akhir penelitian, yaitu:

a. Analisis data

b. Pembahasan

c. Kesimpulan.

35

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan

pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

D. Definisi Operasional

Berikut ini dijabarkan istilah-istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan

penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Efektivitas model pembelajaran berhubungan dengan tingkat keberhasilan

dalam suatu proses pembelajaran. Efektivitas model pembelajaran diukur

melalui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa

Izin penelitian

Menentukan subjek penelitian

Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Pembelajaran menggunakan modelSiMaYang Tipe II pada kedua

kelas replika

Tes self-efficacyakhir

Postes

Tes self-efficacyawal

Pretes

Tahap Pendahuluan

TahapPelaksanaanPenelitian

TahapAkhirPenelitian

36

selama proses pembelajaran berlangsung, peningkatan self-efficacy, dan

peningkatan keterampilan proses sains.

b. Kepraktisan model pembelajaran berhubungan dengan kualitas model pem-

belajaran berdasarkan hasil penelitian pengamat selama proses pembelajaran

berlangsung. Kepraktisan model pembelajaran diukur melalui keterlaksanaan

RPP dan respon siswa.

c. Self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu akan kemam-

puan dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang diharapkan. Se-

seorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi tidak akan mudah menyerah

dalam menhadapi kesulitan, melakukan usaha yang lebih besar, dan mem-

punyai target yang tinggi. Self-efficacy siswa diukur melalui angket self-

efficacy.

d. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang di-

perlukan dalam mempelajari dan memahami sains terutama yang berkaitan

dengan suatu kegiatan ilmiah, baik berupa keterampilan mental, keterampilan

fisik (manual), maupun keterampilan sosial. Keterampilan proses sains di-

ukur melalui soal pretes dan postes.

E. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus, diadopsi dari Afdila (2015).

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), diadopsi dari Afdila (2015).

3. Lembar kerja siswa (LKS) yang menggunakan model SiMaYang Tipe II

berbasis multipel representasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit

37

berjumlah 6 buah LKS yang terdiri dari 3 LKS kelompok dan 3 LKS individu.

LKS 1 mengenai daya hantar arus listrik larutan elektrolit dan non-elektrolit,

LKS 2 mengenai penyebab perbedaan kemampuan daya hantar arus listrik

larutan elektrolit dan non-elektrolit, dan LKS 3 mengenai jenis senyawa yang

dapat atau tidaknya menghantarkan arus listrik berdasarkan jenis ikatan, di-

adopsi dari Putrizal (2015).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket self-efficacy, dimodifikasi dari Sunyono (2015).

2. Tes keterampilan proses sains terdiri dari soal prestes dan postes tentang materi

larutan elektrolit dan non-elektrolit yang terdiri dari 4 butir soal uraian.

3. Lembar penilaian yang digunakan antara lain:

a. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II,

diadopsi dari Sunyono (2014).

b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, diadopsi dari

Sunyono (2014).

c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,

diadopsi dari Sunyono (2014).

d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

model pembelajaran SiMaYang Tipe II, diadopsi dari Sunyono (2014).

38

G. Analisis Data

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel (Arikunto, 2006). Analisis validitas dan reliabilitas instrumen tes

digunakan untuk mengetahui kualitas instrument yang digunakan dalam

penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan mengukur

apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan

sebagai pengumpul data. Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui

validitas dan reliabilitas instrument tes.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan

dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang dikemu-

kakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan

software SPSS 17.0.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen

penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi di-

sebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat dipercaya

dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

39

Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat

reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini

analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0.

Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:

0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel

2. Analisis Data Keefektivan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Ukuran keefektivan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari

ketercapaian dalam meningkatan self-efficacy, keterampilan proses sains,

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dan kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran.

a. Analisis Data Self-Efficacy

Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai self-efficacy,

dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket. Instrumen self-efficacy

yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4,

butir-butir pertanyaan disajikan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan positif dan

pernyataan negatif. Analisis data angket self-efficacy menggunakan cara sebagai

berikut:

40

1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokan jawaban

berdasarkan pertanyaan angket. Pengkodean data ini dibuat buku kode yang

merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur,

pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode

jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

2) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk

memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-

dasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).

3) Memberi skor jawaban responden.

Tabel 4. Instrumen Self-Efficacy

No. Indikator No. Pernyataan JumlahA Magnitude/ Tingkat kesulitan1 Memiliki pandangan yang optimis 1(f), 14(u), 26(f) 32 Berminat terhadap tugas 2(u), 15(f), 27(u) 33 Memandang tugas sebagai tantangan

bukan sebagai beban3(u), 16(f), 28(f) 3

4 Merencanakan penyelesaian tugas 4(f), 29(u) 25 Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam

belajar5(u), 17(u), 30(f) 3

6 Kemampuan dalam menyelesaikan tugas 6(u), 18(f), 31(u) 37 Berkomitmen dalam melaksanakan tugas 7(f), 19(f), 32(u) 3B Strength1 Bertahan menyelesaikan soal dalam

kondisi apapun8(u), 20(u), 33(f) 3

2 Memiliki keuletan dalam menyelesaikansoal / ujian

9(u), 21(u), 34(f) 3

3 Yakin akan kemampuan yang dimiliki 10(f), 22(f), 35(u) 34 Belajar dari pengalaman 11(f), 23(u), 36(f) 3C. Generality1 Menyikapi situasi dan kondisi yang

beragam dengan cara yang baik danpositif.

12(u), 24(f) 2

2 Memiliki cara menangani stres dengantepat

13(f), 25(u) 2

Jumlah 36

41

Keterangan : (f) = favorable ; jumlah = 18(u) = unfavorable ; jumlah = 18

Tabel 5. Penskoran pada Angket Self-Efficacy

No Pilihan JawabanSkala Pemberian Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif1 SL (selalu) 3 12 KD (kadang-kadang) 2 23 TP (tidak pernah) 1 3

4) Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (ƩS ) jawaban angket adalah sebagai berikut :

a) Skor untuk pernyataan Selalu (SL)

(1) Pernyataan positif : skor = 3 x jumlah responden

(2) Pernyataan negatif : skor = 1 x jumlah responden

b) Skor untuk pernyataan Kadang-kadang (KD)

(1) Pernyataan positif : skor = 2 x jumlah responden

(2) Pernyataan negatif : skor = 2 x jumlah responden

c) Skor untuk pernyataan Tidak pernah (TP)

(1) Pernyataan positif : skor = 1 x jumlah responden

(2) Pernyataan negatif : skor = 3 x jumlah responden

5) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

% Xin =∑

x 100% (Sudjana, 2005)

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban angket-i pada model pembelajaran SiMaYang

Tipe II berbasis multipel representasi pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit

42

ƩS = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

6) Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat efikasi diri

pada model pembelajaran SiMaYang Tipe II berbasis multipel representasi

dengan rumus sebagai berikut:% =∑%

(Sudjana, 2005)

Keterangan :% = Rata-rata persentase angket-i pada model pembelajaran

SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan non-

elektrolit∑% = Jumlah persentase angket-i pada model pembelajaran SiMaYang

Tipe II berbasis multipel representasi

n = Jumlah butir soal

7) Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan

dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan

dengan cara membaca tabel - tabel, grafik - grafik atau angka-angka yang

tersedia (Marzuki, 1997).

8) Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan

Tabel 6.

Tabel 6. Tafsiran skor (persen) (Arikunto, 2008).

Persentase Kriteria80,1%-100% Sangat tinggi60,1%-80% Tinggi40,1%-60% Sedang20,1%-40% Rendah0,0%-20% Sangat rendah

43

Setelah self-efficacy rata-rata siswa sebelum dan setelah pembelajaran masing-

masing aspek diketahui, selanjutnya dihitung self-efficacy rata-rata siswa untuk

seluruh aspek. Hasil perhitungan efikasi rata-rata siswa untuk seluruh aspek

dianalisis menggunakan statistik untuk menentukan interval kepercayaan <μ>

rata-rata pada taraf signifikan 5%. Setelah Perhitungan interval kepercayaan

dilakukan dengan menggunakan rumus:

x – tp. √ < μ < x + tp. √Keterangan:

x = rata-rata n-Gain

n = banyak sampel

S = Standar deviasi

γ = koefisien kepercayaan

dk = n-1

tp = nilai t didapat dari daftar distribusi student; p = ½(1+ γ )

μ = interval kepercayaan (Sudjana, 2005).

b. Analisis Data Keterampilan Proses Sains

Peningkatan keterampilan proses sains ditunjukkan melalui skor n-Gain (<g>),

yaitu selisih antara skor postes dan skor pretes, dan dihitung berdasarkan rumus

berikut:

< g > = % postes − % pretes100 −% pretesKriterianya adalah (1) pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi”, jika n-Gain >

0,7 ; (2) pembelajaran dengan skor n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak antara

44

0,3 < n-Gain ≤ 0,7 ; dan (3) pembelajaran dengan skor n-Gain “rendah”, jika n-

Gain ≤ 0,3 (Hake dalam Sunyono, 2014a).

Setelah <g> masing-masing siswa diketahui, selanjutnya dihitung <g> rata-

ratanya. Hasil perhitungan rata-rata <g> dianalisis menggunakan statistik untuk

menentukan interval kepercayaan <μ> rata-rata pada taraf signifikan 5%.

Perhitungan interval kepercayaan dilakukan dengan menggunakan rumus:

x – tp. √ < μ < x + tp. √Keterangan:

x = rata-rata n-Gain

n = banyak sampel

S = Standar deviasi

γ = koefisien kepercayaan

dk = n-1

tp = nilai t didapat dari daftar distribusi student; p = ½(1+ γ )

μ = interval kepercayaan (Sudjana, 2005).

c. Analisis Data Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung

Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan

lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:

% Pa =a

x100%

Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.

45

Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.

Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.

2. Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak

relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-

ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga

persentase sebagaimana Tabel 7.

3. Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan

persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.

d. Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II, dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus:

% Ji = (∑

) x 100% (Sudjana, 2005)

Keterangan :

%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada

pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat

pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2. Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek

pengamatan dari dua orang pengamat.

46

3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru

sebagaimana Tabel 7.

3. Analisis Data Kepraktisan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Analisis data kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II ditentukan dari

keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dan respon siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

a. Analisis Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II diukur melalui penilaian

terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang

meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Analisis terhadap

keterlaksanaan RPP model pembelajaran SiMaYang Tipe II, dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:

% Ji = (∑

) x 100% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek

pengamatan pada pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh

pengamat pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

4. Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan

dari dua orang pengamat.

47

5. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sebagaimana pada Tabel 7 yang dikemukakan oleh

Ratumanan dalam Sunyono (2012b) berikut.

Tabel 7. Kriteria tingkat keterlaksanaan

Persentase Kriteria80,1% - 100,0%60,1% - 80,0%40,1% - 60,0%20,1% - 40,0%

0,0% - 20,0%

Sangat tinggiTinggiSedangRendahSangat rendah

b. Analisis Data Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model

SiMaYang Tipe II, dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif

terhadap pelaksanaan pembelajaran.

2. Menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan

negatif.

3. Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana

Tabel 7.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai

berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang tipe II memiliki ke-

efektivan yang tinggi dalam meningkatkan self-efficacy dan keterampilan

proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Hal ini dibukti-

kan dengan self-efficacy siswa mengalami peningkatan dengan kriteria

“sangat tinggi”, keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan

dengan kriteria “sedang”, aktivitas siswa yang relevan selama pembelajaran

berlangsung memiliki kriteria “sangat tinggi”, dan kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran memiliki kriteria “sangat tinggi”,.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II memiliki

kepraktisan yang sangat tinggi dalam meningkatkan self-efficacy dan ke-

terampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Hal

ini dibuktikan dengan keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II

yang memiliki kriteria “sangat tinggi” dan respon siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran yang memiliki kriteria “sangat tinggi”.

75

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pada penerapan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dalam kegiatan pem-

belajaran, hendaknya memperhatikan alokasi waktu. Hal ini disebabkan

dalam pelaksanaannya, penerapan model pembelajaran SiMaYang Tipe II

membutuhkan waktu yang lebih lama pada beberapa langkah pembelajaran-

nya terutama pada saat membahas mengenai LKS kelompok dan LKS

individu.

2. Peneliti merekomendasikan kepada guru-guru IPA untuk dapat menerapkan

model pembelajaran SiMaYang Tipe II dalam kegiatan pembelajaran di kelas

karena dapat meningkatkan self-efficacy dan keterampilan proses sains siswa

pada mata pelajaran sains yang mengedepankan multipel representasi,

khususnya pada mata pelajaran kimia materi larutan elektrolit dan non-

elektrolit.

3. Guru harus tetap berlatih menggunakan model SiMaYang Tipe II dalam

pembelajaran di kelas untuk meningkatkan self-efficacy dan keterampilan

proses sains siswa karena pada umumnya siswa belum terbiasa dengan

pembelajaran menggunakan model SiMaYang Tipe II tersebut.

4. Pada penerapan model pembelajaran SiMaYang Tipe II, dalam pelaksanaan-

nya memerlukan infrastruktur tambahan seperti ketersediaan LCD, fasilitas

internet, dan lembar kerja siswa (LKS) berbasis multipel representasi meng-

gunakan model SiMaYang Tipe II, agar pembelajaran dapat berjalan dengan

baik, lancar, dan lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Afdila, D. 2015. Penerapan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II BerbasisMultipel Representasi dalam Meningkatkan Efikasi Diri dan PenguasaanKonsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang.

Ango, M. L. 2002. Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use inthe Teaching of Science: An Educology of Science Education in theNigerian Context. International Journal of Educology, 1 (16): 11-20.

Anitah, S. 2007. Strategi Pembelajaran Kimia. Universitas Terbuka. Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Bandura, A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: A SocialCognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Bandura, A. 1994. Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia ofhuman behavior (Vol. 4, pp. 71-81). Academic Press. New York.

Bandura, A. 1997. Self-Efficay The Exercise of Control. W.H Freeman andCompany. New York.

Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalamPembelajaran Sains. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Fauziah, N. 2015. Penerapan Pembelajaran Berbasis Multipel RepresentasiSiMaYang Tipe II untuk Menumbuhkan Model Mental dan PenguasaanKonsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Siswa. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Firman. 2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. JurusanPendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

77

Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, & H. H. Hyun. 2012. How to Design and EvaluateResearch in Education (Eigth Edition). McGraw-Hill. New York.

Greenberg, J. & R. A. Baron. 1997. Behavior in Organization, Sixth Edition.Prentice-Hall International Inc. United States America (USA).

Harahap, D. 2008. Analisis Hubungan Antara Efikasi-Diri Siswa dengan HasilBelajar Kimianya. Jurnal Jurusan Pendidikan Kimia, 3(1): 42-53.

Herron, J. D., L. Luis, Cantu, R. Ward, & V.Srinivasan. 1977. ProblemsAssociated with Concept Analysis. Journal Science Education 61 (2): 185-199.

Izzati, S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II BerbasisMultipel Representasi dalam Meningkatkan Efikasi Diri dan PenguasaanKonsep Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry. School Science Review,227(64): 377-379.

Kartika, D., E. Enawaty, & Erlina. 2013. Hubungan Antara Self-Efficacy denganKemandirian Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Kimia di SMA. JurnalPendidikan dan Pembelajaran, 2 (2): 1-12.

Majidah., Hairida, & Erlina. 2013. Korelasi Antara Self-efficacy dengan HasilBelajar Siswa dalam Mata Pelajaran Kimia di SMA. Jurnal Pendidikan danPembelajaran, 9 (2): 1-10.

Marzuki. 1997. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Masnurillah, H. & Masriyah. 2014. Pengembangan Perangkat PembelajaranMatematika Kontekstual yang Mengintegrasikan Pendidikan KeselamatanBerlalu Lintas (PKBL) untuk Siswa SMP/MTs. Jurnal Ilmiah PendidikanMatematika, 1(3): 83-86.

Nieveen. 1999. Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, Jan Vander,“Design Approaches and Tools in Education and Training”. KluwerAcademic Publisher. Dordrecht.

Nopitasari, A., M. Indrowati, & S. Santosa. 2012. Pengaruh Metode StudentCreated Case Studies disertai Media Gambar terhadap Keterampilan ProsesSains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo. JurnalPendidikan Biologi, 4 (3): 100-110.

Nugraha, A.W. 2005. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses IPA padaPraktikum Kimia Fisika II di Jurusan Kimia FMIPA UNIMED melaluiKegiatan Praktikum Terpadu. Jurnal Penelitian Bidang Penelitian, 11 (2) :107-112.

78

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). 2013.PISA 2012 Assesment and Analytical Framework: matemathics, reading,science, problemsolving, and financial literacy. (Online). Tersedia:http://www.keepeek.com/Digital-Asset-Management/oecd/education/pisa-2012-assessment-and-analytical-framework_9789264190511-en. [2Desember 2015]

Pujiati, I. N. 2010. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kemandirian BelajarSiswa. Tesis. UPI-Bandung. Bandung.

Purwaningsih, D. 2007. Pengaruh Konsep Diri Siswa terhadap Hasil BelajarMateri Bangun Ruang Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Semarang. Skripsi.Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Putrizal, I. 2015. Lembar Kerja Siswa Berbasis Multipel RepresentasiMenggunakan Model SiMaYang Tipe II untuk Meningkatkan Efikasi Diridan Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit. Skripsi.FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rahmawati, D., S. E. Nugroho, & N. M. D. Putra. Penerapan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together BerbasisEksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP.Unnes Physic Education Journal, 3(1): 40-46.

Salirawati, D. 2008. Siapa Bilang Kimia Itu Sulit?. Universitas NegeriYogyakarta. Yogyakarta. [Online]. Available: http://staff.uny.ac.id. (21Desember 2015)

Semiawan. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. PT Gramedia PustakaUmum. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.Bandung.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung.

Sunyono. 2012a. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.

Sunyono. 2012b. Analisis Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasidalam Membangun Model Mental Stoikiometri Mahasiswa. Laporan HasilPenelitian Hibah Disertasi Doktor_2012. Lembaga Penelitian UniversitasNegeri Surabaya.

Sunyono & D. Yulianti. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia SMABerbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mental dan

79

Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X. LaporanPenelitian Hibah Bersaing Tahun I. Lembaga Penelitian UniversitasLampung.

Sunyono. 2014a. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasidalam Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Mahasiswa KimiaDasar Mahasiswa. Disertasi. Program S3 Pendidikan Sains. ProgramPascasarjana Universitas Negeri Surabaya: tidak dipublikasikan.

Sunyono. 2014b. Validitas Model Pembelajaran Kimia Berbasis MultipelRepresentasi untuk Meningkatkan Model Mental Siswa Pada Topik StrukturAtom. Prosiding Pendidikan Sains 2014, no. 1 vol. 1. Universitas SebelasMaret. Solo.

Sunyono, L. Yuanita, & M. Ibrahim. 2015. Supporting Students in Learning withMultiple Representation to Improve Student Mental Models on AtomicStructure Concepts. Science Education International, 26 (2): 104-125.

Tasker, R & R. Dalton. 2006. Research into practice: Visualisation of TheMolecular World Using Animations. [Online]. Chemistry EducationResearch and Practice, 7 (2): 141-159. Available:http://pubs.rsc.org/en/content/pdf/article/2006/rp/b5rp90020d. (21Desember 2015)

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi PendidikanBagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

Utami, W. D., I. W. Dasna, & O. Sulistina. 2013. Pengaruh Penerapan ModelPembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan KeterampilanProses Sains Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.Jurnal Pendidikan Kimia UNM, 2(2): 1-7.

Wang, C. 2007. The Role of Mental-Modeling Ability, Content Knowledge, andMental Models in General Chemistry Students' Understanding aboutMolecular Polari. Dissertation. The Doctor Degree of Philosophy in theGraduate School of the University of Missouri. Columbia.

Wardani, S., A. T. Widodo, & N. E. Priyani. 2009. Peningkatan Hasil BelajarSiswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains BerorientasiProblem-Based Instruction. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 3 (1): 391-399.

Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. RinekaKarya. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). Diakses di(http;/agungrudent,wordpress.com/2015/12/02/efektivitas/pembelajaran/trackback) pada tanggal 2 Desember 2015.

80

Zimmerman, B. J. 1995. Self-efficacy and Education Development. In A. Bandura(Ed), Self-efficacy in changing societies (pp.202-231). CambridgeUniversity Press. New York.