pembelajaran kontruktivis menggunakan peta konsep dan teka ...... · prestasi belajar ipa-fisika,...

143
i PEMB ELAJARAN KONTRUKTIV IS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI MINAT DAN KREATIV ITAS BELAJAR SISWA ( Studi kasus pem belajaran kalor pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Toroh Tahun Pelajaran 2008 / 2009 ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika Disusun Oleh S U W A N D I NIM S. 830908153 PROGRAM PASC AS ARJAN A UNIVERS ITAS S EBELAS MARET S URAKARTA 2010

Upload: doannhu

Post on 03-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

i

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI

MINAT DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

( Studi kasus pembelajaran kalor pada siswa

kelas VII SMP Negeri 2 Toroh

Tahun Pelajaran 2008 / 2009 )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

Disusun Oleh

S U W A N D I

NIM S. 830908153

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

ii

PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI

MINAT DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kalor Pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 2 Toroh

Tahun Pelajaran 2008 / 2009)

Disusun Oleh

Suwandi

Nim S. 830908153

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tanga n Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd

NIP 19520116 198003 1 001 .......................... ..................

Pembimbing II Dra. Suparmi, MA., Ph. D.

NIP 19520915 197603 2 001 ........................... ..................

Mengetahui

Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd

NIP 19520116 198003 1 001

Page 3: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

iii

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI

MINAT DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kalor Pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 2 Toroh

Tahun Pelajaran 2008 / 2009)

Disusun Oleh:

Suwandi

S830908153

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal ........................................

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : ................................. NIP.

Sekretaris : .................................. NIP. Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H.W idha Sunarno, M.Pd .................................. NIP. 19520116 198003 1 001 2. Dra. Suparmi, MA. Ph.D .................................. NIP. 19520915 197603 2 001 Mengetahui Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19680901 199403 1 002 NIP. 19520116 198003 1 001

Page 4: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Suwandi

NIM : S830908153

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI MINAT

DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pembelajaran

Kalor Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Toroh Tahun Pelajaran 2008 / 2009)

adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis

ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian

hari terbukt i pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, 10 Januari 2010

Yang membuat pernyataan

S U W A N D I

Page 5: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

v

MOTTO

Tidak ada kesulitan yang tidak dapat diatasi

Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Illahi

Jangan pernah menyalahkan orang lain, karena apapun yang menimpa

kita adalah buah dari tangan kita sendiri

Page 6: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

vi

PERSEMBAHAN

T esi s ini dipersembahkan kepada :

1 . Ibunda t ersa yang

2. Istri kuku t e rc i nta

3 . Anak-anak ku yang te rsaya ng

4. Semua ang g ot a ke l uarg a dan handai t aul an

5. Rekan-reka n senasi p dan sepe rj uanga n

6. T eman-t eman P endi di kan Sai ns Ang kat an 2008

Page 7: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

dengan judul “Pembelajaran Konstrukt ivis Menggunakan Peta Konsep Dan Teka-

Teki Silang Ditinjau Dari Minat Dan Kreativitas Belajar Siswa” guna memenuhi

sebagian persyaratan dalam menyelesaikan program Magister Pendidikan Sains di

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan

kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tesis ini, namun berkat bantuan

dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk

itu atas segala bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

berkenan memberikan segala fasilitas kepada penulis dalam menempuh

pendidikan program pascasarjana pendidikan sains.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing I , yang

telah banyak memberikan dorongan kepada penulis serta bimbingan

penyusunan dan penuntasan penulisan tesis ini.

3. Dra. Suparmi, MA., Ph.D., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan dalam menyempurnakan penulisan ini.

4. Dosen-dosen pengampu mata kuliah, yang senantiasa memacu semangat dan

memberikan kebebasan berpikir dan berkreatifitas.

5. Rekan-rekan pascasarjana angkatan 2008 tanpa kecuali.

Page 8: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

viii

6. Drs. H. Nurhuda, M.M., Kepala SMP Negeri 2 Toroh yang telah mengijinkan

untuk mendapatkan data penelitian.

7. Kepala SMP Negeri 5 Surakarta yang telah mengijinkan pelaksanaan uji

instrumen.

8. Rekan Guru dan Karyawan serta Siswa di SMP Negeri 2 Toroh yang menjadi

tempat berlangsungnya penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

penelitian tesis ini yang tidak dapat disebut satu persatu

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Kami

sangat mengharapkan saran dan masukan demi baiknya tesis ini serta berharap

semoga hasil penelitian ini bermanfaat. Amin.

Surakarta, 10 Januari 2010

Penulis

Page 9: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... ii

PENGESAHAN TESIS .............................................................................. iii

PERNYATAAN ............................................................................................ iv

MOTTO ....................................................................................................... v

PERSEMBAHAN.......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi

ABSTRAK..................................................................................................... xviii

ABSTRACT .................................................................................................. xix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

B. Ident ifikasi Masalah ............................................................

C. Pembatasan Masalah ...........................................................

D. Perumusan Masalah ............................................................

E. Tujuan Penelitian..................................................................

F. Manfaat Penelitian ..............................................................

Page 10: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

x

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori ......................................................................

1. Pengert ian Belajar ...........................................................

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motiivasi Belajar ....

3. Teori Belajar Konstrukt ivisme ....................................

4. Peta Konsep (Concept Mapping)...................................

a. Pengert ian Peta Konsep.............................................

b. Ciri-ciri Peta Konsep..................................................

c. Langkah-langkah Peta Konsep..................................

5. Teka-Teki Silang................................... .........................

6. Minat .............................................................................

a. Arti Minat Belajar ...................................................

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat ...............

c. Pengukuran Minat ...................................................

7. Kreativitas .....................................................................

8. Prestasi Belajar..................................... .........................

9. Pembelajaran IPA (Sains)..............................................

a. Hakikat Fisika……………......................................

b. Metode Pembelajaran Fisika....................................

10. Evaluasi Belajar..............................................................

11. Materi Pembelajaran Fisika ...........................................

a. Pengert ian Kalor ......................................................

b. Kalor Mengubah Suhu Zat .....................................

Page 11: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xi

c. Kalor Mengubah Wujud Zat ..................................

d. Azas Black dan Kalorimeter ..................................

e. Perpindahan Kalor ..................................................

B. Penelitian yang relevan ........................................................

C. Kerangka Berpikir ................................................................

D. Hipotesis ...............................................................................

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................

1. Tempat Penelitian.............................................................

2. Waktu Penelitian ..............................................................

B. Metode Penelitian...................................................................

C. Rancangan dan Variabel Penelitian........................................

1. Rancangan Penelitian .......................................................

2. Variabel Penelitian ...........................................................

D. Populasi dan Sampel...............................................................

1. Populasi.............................................................................

2. Sampel ..............................................................................

E. Metode Pengumpulan Data ...................................................

1. Metode Tes ......................................................................

2. Metode Angket ................................................................

F. Instrumen Penelitian .............................................................

G. Teknik Analisis Data .............................................................

1. Uji Coba Instrumen ..........................................................

Page 12: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xii

2. Uji Hipotesis .....................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data .......................................................................

1. Data Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Peta Konsep

dan Teka-Teki Silang ........................................................

2. Data Prestasi Belajar Pada Minat Belajar Tinggi dan

Rendah ..............................................................................

3. Data Prestasi Belajar Pada Kreativitas Belajar Tinggi

dan Rendah........................................................................

4. Data Minat Belajar dan Kreativitas Belajar ......................

B. Hasil Analisis Data ................................................................

1. Uji Keseimbangan ...............................................................

2. Uji Persyaratan Analisis ......................................................

3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................

4. Hasil Uji Komparasi Ganda ..............................................

C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................

D. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Penelitian ..........................................................

B. Implikasi Penelitian ...............................................................

C. Saran ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

LAMPIRAN

Page 13: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Hasil/kapabilitas menurut Gagne ...........................................................

2.2 Jenis, Indikator, dan Evaluasi Prestasi ..................................................

2.3 Kalor Jenis Zat ......................................................................................

2.4. Konduktivitas Termal Beberapa Zat .....................................................

3.1 Jadwal Penelitian ..................................................................................

3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................

3.3 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ..........

4.1 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada pembelajaran peta konsep

dan t eka-teki silang ................................................................................

4.2 Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran peta konsep........

4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran teka-teki

silang ......................................................................................................

4.4 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada minat belajar tinggi dan

rendah ....................................................................................................

4.5 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada minat belajar tinggi.............

4.6 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada minat belajar rendah........

4.7 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi

dan rendah.........................................................................................

4.8 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi .......

4.9 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar rendah......

Page 14: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xiv

4.10 Deskripsi data hasil angket minat dan angket kreativitas belajar

siswa .......................................................................................................

4.11 Jumlah sebaran siswa masing-masing kelompok..................................

4.12 Harga stasistik uji beserta harga kritik pada normalitas ......................

4.13 Rangkuman Uji Normalitas Nilai Prestasi Belajar Fisika dengan Uji

Lilliefors................................................................................................

4.14 Rangkuman Data Sel ........................ ..................................................

4.15 Rangkuman Analisis Variansi.............................................................

Page 15: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Percobaan Joule ....................................................................................

2.2 Grafik Hubungan Antara Suhu dan Kalor Pada Es Yang Dipanaskan

Hingga Menjadi Uap .............................................................................

2.3 Kalorimeter ..........................................................................................

2.4 Konduksi Pada Logam ..........................................................................

2.5 Konveksi Pada Air.................................................................................

2.6 Konveksi dimanfaatkan untuk memanaskan rumah di daerah dingin ...

2.7 Bagan Kerangka Berpikir ......................................................................

4.1 Histogram hasil belajar pada pembelajaran peta konsep.......................

4.2 Histogram hasil belajar pada pembelajaran teka-teki silang..................

4.3 Histogram hasil belajar pada minat belajar tinggi .................................

4.4 Histogram hasil belajar pada minat belajar rendah ...............................

4.5 Histogram hasil belajar pada kreativitas belajar tinggi..........................

4.6 Histogram hasil belajar pada kreativitas belajar rendah ......................

Page 16: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Penelitian ..................................................................................

2. Silabus ..................................................................................................

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...........................................

4. Materi Pembelajaran dan Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa ....................

5. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar .............................................................

6. Angket Minat Belajar ...........................................................................

7. Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar ......................................................

8. Angket Kreativitas Belajar.....................................................................

9. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar .................................................................

10. Tes Prestasi Belajar................................................................................

11. Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar ......................................................

12. Hasil Uji Instrumen Tes Prestasi (Reliabilitas, Validitas, Tingkat

Kesukaran, Daya Beda) .........................................................................

13. Hasil Uji Instrumen Angket Minat Belajar (Reliabilitas dan

Validitas) ................................................................................................

14. Hasil Uji Instrumen Angket Kreativitas Belajar (Reliabilitas dan

Validitas) ................................................................................................

15. Data Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya Untuk Uji Keseimbangan........

16. Uji Normalitas Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya Kelompok

Pembelajaran Peta Konsep ....................................................................

Page 17: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xvii

17. Uji Normalitas Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya Kelompok

Pembelajaran Teka-Teki Silang .............................................................

18. Uji Homogenitas A1-A2 Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya .................

19. Uji Keseimbangan Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya ...........................

20. Data Induk Penelitian ............................................................................

21. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Pembelajaran Peta Konsep .....

22. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Pembelajaran Teka-Teki

Silang......................................................................................................

23. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Minat Belajar Tinggi...............

24. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Minat Belajar Rendah .............

25. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Kreativitas Belajar Tinggi.......

26. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Kreativitas Belajar Rendah .....

27. Uji Homogenitas A1-A2........................................................................

28. Uji Homogenitas B1-B2 ........................................................................

29. Uji Homogenitas C1-C2 ........................................................................

30. Uji Anava 2 x 2 x 2 ...............................................................................

31. Uji Komparasi Ganda.............................................................................

32. Foto Penelitian.......................................................................................

Page 18: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xviii

ABSTRAK

Suwandi, S830908153. “Pem belajaran Konstruktivis Menggunakan Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang Ditinjau Dari Minat Dan Kreativitas Belajar Siswa” (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Toroh Kelas VII pada Sub Pokok Bahasan Kalor Tahun Pelajaran 2008/2009).”

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang, (2) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat minat tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (5) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Toroh. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sam pling terdiri dari empat kelas. Kelompok eksperimen I pembelajarannya menggunakan peta konsep dan kelompok eksperimen II pembelajarannya menggunakan teka-teki silang. Masing-masing kelompok terdiri dari 80 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, dan non tes (angket). Semua instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan sel tak sama. Uji lanjut anava menggunakan uji Scheffe. Hasil penelitian didapatkan: (1) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang, (2) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat minat tinggi dan rendah, (3) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (5) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) tidak ada pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka t eki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika.

Page 19: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

xix

ABSTRACT

Suwandi, S830908153. “Constructive Learning Using C oncept Map and Crossword Observed from The Student’s Enthusiasm and C reativity” (A Case Study in SMP Negeri 2 Toroh of Seventh Grade Students in Heat Sub Theme 2008/2009 Academic Year)

The goal of the research is to find out: (1) The difference of Physics achievement for the students through the learning process of Concept Map and Crossword, (2) The difference of Physics achievement for the student who has the level of low and high enthusiasm, (3) The difference of Physics achievement for the student who has low and high creativity, (4) The interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of enthusiasm toward the Physics achievement , (5) The interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of creativity toward the Physics achievement, (6) The interaction between the level of enthusiasm with creativity toward the Physics achievement , (7) The interaction between applied of Concept Map and Crossword, the level of enthusiasm, and the creativity toward the Physics achievement.

This research uses experiment method with factorial 2x2x2 design. The population of the research is the whole students of seventh grades in SMP Negeri 2 Toroh. The sample of the research is determined randomly with cluster random sampling technique which consists of four classes. The first experiment class is the learning use concept map and the second experiment class is the learning uses crossword. Each of the class consists of 80 students. The data collecting uses the test technique and non test technique (questionnaire). All the instrument have been tested validity and reliability. The research hypothesis test uses unequal cell Anava three ways with the helped of MS EXEL program. The continuing of Anava test uses Scheffe test.

The result of the research are: (1) There is the difference of Physics achievement for the students through the learning process of Concept Map and Crossword, (2) There is the difference of Physics achievement for the student who has the level of low and high enthusiasm, (3) There is the difference of Physics achievement for the student who has low and high creativity, (4) There is no interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of enthusiasm toward the Physics achievement, (5) There is no interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of creativity toward the Physics achievement, (6) There is no interaction between the level of enthusiasm with creativity toward the Physics achievement, (7) There is no interaction between applied of Concept Map and Crossword, the level of enthusiasm, and the creativity toward the Physics achievement .

Page 20: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

ABSTRAK

Suwandi, S830908153. “Pembelajaran Konstruktivis Menggunakan Peta Konsep Dan Teka-Teki S ilang Ditinjau Dari Minat Dan Kreativitas Belajar Siswa” (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Toroh Kelas VII pada Sub Pokok Bahasan Kalor Tahun Pelajaran 2008/2009). Tesis Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha S, M.Pd, Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D Program Studi Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009”

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang, (2) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat minat tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (5) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Toroh. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari empat kelas. Kelompok eksperimen I pembelajarannya menggunakan peta konsep dan kelompok eksperimen II pembelajarannya menggunakan teka-teki silang. Masing-masing kelompok terdiri dari 80 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, dan non tes (angket). Semua instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan sel tak sama. Uji lanjut anava menggunakan uji Scheffe. Hasil penelitian didapatkan: (1) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang, (2) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat minat tinggi dan rendah, (3) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (5) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) tidak ada pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika.

Page 21: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa

kom ponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi,

bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan

pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan.

Kelima komponen pendidikan tersebut, akan terimplementasikan dalam proses

pembelajaran, yaitu kegiatan belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah belajar

apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dari tidak t ahu menjadi tahu

yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembentukan insan yang

berkualitas melalui pendidikan menekankan pada pembentukan sumber daya

pembangunan yang memiliki etos kerja, produktivitas, memiliki profesionalisme

serta mampu menguasai maupun memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi

tantangan- tantangan alam, masyarakat, teknologi serta kehidupan yang semakin

kom pleks.

Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 35 mengamanatkan agar kita memiliki Standar Nasional

Pendidikan (SNP), sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Ketentuan tentang

SNP berupa dokumen yang menurut UU nomor 20 Tahun 2003 diwujudkan dalam

Page 22: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

2

bentuk Peraturan Pemerintah. Untuk memudahkan bagi sekolah maupun

masyarakat pada umumnya memahami bagaimana wujud sekolah yang telah

memenuhi SNP diperlukan contoh nyata, berupa Sekolah Standar Nasional.

Dengan adanya SSN, masyarakat dapat memperoleh contoh bagaimana wujud

nyata sekolah yang dimaksudkan dalam SNP. Dalam kerangka itu, Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama (Dit.PLP) melakukan rintisan pengembangan

Sekolah Standar Nasional (SSN) yang diharapkan dapat menjadi contoh wujud

nyata dari sekolah yang dimaksudkan dalam SNP dan menjadi acuan atau rujukan

sekolah lain dalam mengembangkan diri sesuai dengan standar nasional. Sekolah

lain sejenis dapat bercermin untuk memperbaiki diri dalam menciptakan iklim

psikososial sekolah untuk menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang

bermakna, menyenangkan sekaligus mencerdaskan. Selain itu, dengan adanya

SSN, diharapkan sekolah lain yang berada pada daerah yang sama dapat terpacu

untuk terus mengembangkan diri dan mencapai prestasi dalam berbagai bidang

yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. SSN

diharapkan juga berfungsi sebagai patok duga (bench mark) bagi sekolah dalam

mengembangkan diri menuju layanan pendidikan yang baik.

Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),

guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi

utama guru ialah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran. Sejalan

dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan

bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan

menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan

Page 23: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

3

materi pelajaran. Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan

pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang

mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah

rancangan pembelajaran yang efekt if, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran

yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang

sering disingkat CTL merupakan salah satu model pembelajaran berbasis

kom petensi yang dapat digunakan untuk mengefekt ifkan dan menyukseskan

implementasi kurikulum 2006. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali

kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan

alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ apa yang

dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang beorientasi target

penguasaan materi terbukt i berhasil dalam kompetisi ’mengingat’ jangka pendek,

tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan

jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di sekolah-sekolah kita. Dalam konteks

itu, siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa

mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari

berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri

sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nant i. Mereka mempelajari

apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu,

mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing

(Depdikbud, 2002: 2).

Page 24: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

4

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu

yang baru (pengetahuan dan ketrampilan) datang dari ‘menemukan, menata dan

mengkonstuksi sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas

yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Strategi kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan

dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

Berdasarkan pengamatan, sejauh ini pendidikan kita masih didom inasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus

dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,

kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan

sebuah strategi belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi

belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah

strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka

sendiri. Melalui landasan filosofi konstruktivisme ini, Pendekatan Peta Konsep

dan Teka Teki Silang dipromosikan menjadi alternat ive strategi belajar yang baru.

Melalui strategi ini siswa diharapkan dapat belajar melalui ‘pemahaman dan

analisa konsep konsep secara runtut dari hal hal sederhana sampai ke hal hal yang

lebih komplek serta dapat berdiskusi atau tanya jawab dengan teman-temannya

sendiri’ bukan ‘semata mata menghafal materi dari gurunya’.

Page 25: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

5

Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya berlangsung secara

klasikal. Dengan demikian setiap peserta didik diharapkan akan belajar dengan

kecepatan yang sama. Padahal setiap individu mempunyai perbedaan dengan

individu yang lain. Perbedaan tersebut antara lain dalam hal kecepatan belajar,

gaya belajar, kemampuan tingkat berpikir, kreativitas peserta didik, motivasi

untuk berprestasi dan lain-lain. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi daya

serap terhadap materi yang dipelajarinya. Akibat yang lebih fatal adanya

perbedaan individual yang kurang mendapatkan perhatian itu adalah timbulnya

kesulitan belajar, kegagalan belajar atau rendahnya pencapaian prestasi belajar.

Pembelajaran IPA pada dasarnya berupaya membekali peserta didik

dengan berbagai pengetahuan dan cara kerja yang dapat membantu peserta didik

untuk memahami alam secara mendalam, oleh karena itu peserta didik perlu

dibantu dan diberi ruang untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses

sebagai wahana untuk memahami dan m enjelajahi alam dengan baik dan benar.

Pengembangan keterampilan proses dapat dilakukan melalui pemberian

informasi maupun pengalaman secara langsung melalui praktikum ataupun

eksperimen, baik di laboratorium maupun di alam (lingkungan). Namun pada

umumnya pengajaran IPA di sekolah belum sepenuhnya sepert i yang dikehendaki

Kurikulum dan belum mempunyai relevansi dengan tujuan kurikulum tersebut.

Pengajaran IPA dewasa ini lebih banyak menyampaikan fakta yang kurang begitu

dimengerti oleh siswa, daripada mengembangkan kemampuan metode ilmiah,

kadang kadang pengajaran hanya terbatas pada produk atau fakta, konsep, dan

teori saja.

Page 26: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

6

Anak sebagai peserta didik menjadi sasaran utama dalam kegiatan

pendidikan, mereka diharapkan dapat mencapai keberhasilan belajar.

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari kemampuannya dalam menguasai

materi pelajaran, prestasi belajar yang dicapai siswa, ketrampilan dan kebenaran

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan lain-lain. Namun dari

pengamatan penulis sasaran di atas belum sepenuhnya tercapai dalam dunia

pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih-lebih di SMP Negeri 2 Toroh

sebagai obyek penelitian penulis saat ini. Hal ini mungkin disebabkan karena

beberapa faktor antara lain, terbatasnya sarana pendukung yang ada di sekolah ini,

kurang tepatnya guru dalam menerapkan metode pembelajarannya, masih adanya

siswa yang selalu beranggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit, serta masih

rendahnya minat belajar siswa.

Dengan demikian pengajaran IPA semestinya merujuk pada teori-teori

pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli sehingga sesuai dengan tujuan

yang dikehendaki oleh kurikulum. Tujuan yang dikehendaki oleh kurikulum telah

jelas bahwa kurikulum menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh

pengetahuan. Penekanan ini hanya dapat diwujudkan melalui penerapan teori-teori

pembelajaran kognitif.

Peserta didik tingkat SMP yang memiliki sifat dan karakteristik khusus

antara lain bermain, berpetualangan, belajar, menirukan, berkelompok, berkreasi,

bereksperimen, dan berfantasi. Oleh karena itu jika pembelajaran IPA Fisika yang

disampaikan mengandung sifat dan karakteristik peserta didik sepert i tersebut di

atas, maka akan dapat menarik minat belajar peserta didik. Untuk mencapai hal

Page 27: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

7

tersebut, dalam merancang dan menyusun pengajaran tidak hanya pertimbangan

apa yang akan dipelajari peserta didik, tetapi juga bagimana peserta didik

menggunakan apa untuk mempelajari materi tersebut.

Hal ini sejalan dengan tuntutan globalisasi yang memerlukan sumber daya

insani yang tinggi. Tuntutan kualitas sumber daya insani yang tinggi dan mandiri

dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya insani, begitu

pent ingnya pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa, sehingga selalu menuntut

adanya inovasi. Tidak akan ada kemajuan pendidikan tanpa inovasi. Melalui

inovasi pendidikan akan diperoleh berbagai penemuan mengenai ketrampilan,

metode-metode belajar, sumber-sumber belajar dan sebagainya. Berbagai inovasi

pembelajaran termasuk pendekatan konstruktivis merupakan suatu upaya yang

dilakukan untuk meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

Penelitian ini akan mengungkapkan Pengaruh serta interaksi

Pembelajaran Kontruktivis dengan menggunakan Pendekatan Peta Konsep dan

Teka Teki Silang ditinjau dari Minat dan Kreativitas Belajar Siswa, sebagai upaya

peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Toroh,

Kabupaten Grobogan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis

dapat mengidentifikasi masalah yang ada, sebagai berikut :

1. Kualitas pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah, hal ini berhubungan

dengan masih rendahnya etos kerja dan kemampuan bersaing diberbagai

bidang.

Page 28: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

8

2. Masih ada guru yang belum memahami arah kurikulum yang sekarang

berlaku, berkenaan dengan seringnya pergantian kurikulum dan kurangnya

sosialisasi dari aparatur yang berwenang.

3. Masih banyak guru pasif memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk menciptakan media pembelajaran baru.

4. Kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan keluarga dan

pendidikan lingkungan. Sehingga mereka beranggapan bahwa keberhasilan

pendidikan hanya tergantung pada pendidikan sekolah.

5. Masih banyak guru yang kurang berminat dalam melakukan penelitian dan

pembaharuan pembelajaran demi kemajuan pendidikan.

6. Masih ada guru yang kurang menguasai beraneka ragam metode mengajar dan

lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran

walaupun belum tentu cocok digunakan.

7. Masih banyak siswa yang menganggap bahwa IPA (fisika) adalah pelajaran

yang sulit, sehingga motivasi dan minat untuk belajar fisika semakin

berkurang.

8. Rendahnya prestasi belajar IPA (fisika), yang ditandai dengan rendahnya

batas ketuntasan belajar siswa, menuntut guru harus mengadakan

pembaharuan dalam pembelajarannya.

9. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan mengakibatkan proses

pembelajaran di sekolah menjadi kurang opt imal.

Page 29: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

9

C . Pembatasan Masalah

Agar diperoleh hasil yang maksimal maka dalam penelitian ini perlu

pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran dibatasi pada pembelajaran konstruktivisme

dengan menggunakan Peta Konsep dan Teka Teki Silang.

2. Materi pembelajaran

Dibatasi pada pelajaran IPA-fisika kelas 7 SMP dan mengambil materi

pembelajaran suhu dan kalor.

3. Subyek penelitian.

Dalam penelitian ini sebagai subyek adalah siswa Kelas 7 SMP Negeri 2

Toroh Kabupaten Grobogan.

4. Variabel penelitian

Variabel bebas dibatasi pada pembelajaran kontrukt ivis dengan menggunakan

Peta Konsep dan Teka Teki Silang, serta variabel terikatnya adalah prestasi

belajar siswa.

5. Prestasi belajar

Prestasi belajar yang diukur dibatasi pada kemampuan kognitif dan

kemampuan psikomotorik.

6. Penelitian dengan metode eksperimen dibatasi untuk mengetahui interaksi

pembelajaran kontrukt ivis melalui peta konsep dan teka teki silang dengan

minat belajar dan kreativitas belajar siswa.

Page 30: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

10

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, ident ifikasi masalah dan pembatasan

masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses

pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang?

2. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki

tingkat minat t inggi dan rendah ?

3. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki

kreativitas tinggi dan rendah?

4. Adakah pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang

dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

5. Adakah pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang

dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

6. Adakah pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan

kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

7. Adakah pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian secara umum adalah ingin

mengetahui bagaimana prestasi belajar IPA-fisika peserta didik dalam

pembelajaran menggunakan peta konsep dan teka teki silang. Sedangkan secara

khusus bertujuan sebagai berikut:

Page 31: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

11

8. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika

proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang.

9. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik

yang memiliki tingkat minat t inggi dan rendah.

10. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik

yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah.

11. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka

teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar fisika.

12. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka

teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.

13. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat

dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.

14. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka

teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru maupun siswa dalam

pembelajaran. Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu

manfaat teoritis dan m anfaat prakt is.

1. Manfaat Teoritis :

a. Sebagai bahan acuan bagi para guru dan pengelola pendidikan dalam

mengembangkan model pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang

berorientasi pada pembelajaran konstrukt ivis.

Page 32: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

12

b. Sebagai bahan acuan bagi para praktisi pendidikan dan pengelola pendidikan

untuk penelitian pembelajaran konstuktivis dengan menggunakan peta konsep

dan teka teki silang lebih lanjut.

c. Sebagai bahan masukan bagi pengelola pendidikan dalam memberikan

dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang

berdasarkan pada pembelajaran bermakna.

2. Manfaat Praktis :

a. Sebagai bahan acuan bagi para guru dalam mendesain model pembelajaran

yang berorientasi pada guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar.

b. Sebagai bahan acuan bagi para guru dalam memilih model pembelajaran yang

sesuai agar dapat meningkatkan prestasi belajar.

c. Sebagai bahan masukan kepala SMP Negeri 2 Toroh, kab. Grobogan dalam

memberikan dorongan kepada guru-guru, dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar yang berdasarkan pada pembelajaran konstruktivis.

Page 33: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Be lajar

Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kom pleks serta selalu

mengalami perubahan. Pengertian belajar sangatlah sulit dirumuskan dengan pasti

kebenarannya. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada

definisi belajar yang digunakannya. Teori belajar yang digunakan kadang tidak

sesuai dengan apa yang dikehendaki dan diperoleh dari proses belajar, sehingga

perlu adanya pembaharuan dan perkembangan.

Secara umum pengertian belajar adalah suatu proses kegiatan dilakukan

agar terjadi perubahan perilaku seseorang. Apabila seseorang telah melakukan

suatu proses kegiatan tetapi pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka

dikatakan tidak terjadi proses belajar dalam diri orang itu.

Menurut W.S Winkel (2007:59) menyebutkan bahwa belajar merupakan

suatu aktivitas mental yang berlangsung secara interaktif dengan lingkungannya

yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai

sikap dimana perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas.

Pendapat mengenai pengert ian belajar ada bermacam macam. Adapun

teori teori belajar yang mendasari pengert ian belajar yang berkaitan dengan

penelitian ini adalah :

Page 34: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

14

a. Robert Gagne

Proses pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan siswa

dalam suatu lingkungan pembelajaran. Guru menyampaikan konsep-konsep

kepada siswa dan sebaliknya siswa menghadapi suatu konsep-konsep yang harus

dipahami dan dipelajari.

Konsep-konsep yang diinformasikan oleh guru memuat indikator-indikator

yang termasuk dalam tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Siswa dalam

menerima konsep konsep tersebut ada sebagian merupakan konsep baru tetapi ada

juga konsep yang berulang. Perbedaan inilah yang mengakibatkan ketercapaian

hasil belajar siswa juga berbeda beda.

Menurut Gagne belajar adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat

stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi kapabilitas

baru. Belajar terjadi jika ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Kesimpulan yang

didapat dari pengertian belajar ini adalah penerimaan dan penambahan konsep

baru maupun pengulangan konsep bagi siswa akan menghasilkan pengert ian yang

baru dalam diri siswa.

Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran perlu disusun instruksional

pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan

paling rendah menjadi dasar bagi penyusunan tujuan instruksional dan berlanjut

pada kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru

harus menyadari dan memahami bahwa belajar dimulai dari hal yang paling

sederhana dilanjutkan dengan masalah yang kompeks dan sampai pada

kesulitan masalah yang lebih tinggi.

Page 35: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

15

b. Albert Bandura

Dalam proses pembelajarannya siswa selalu mengamati, mempelajari dan

mempraktekkannya dalam sikap maupun tindakan yang dilakukan dalam

kehidupannya. Pada saat guru memberikan contoh suatu proses kegiatan, maka

siswa akan berusaha semampunya untuk menirukan dan menerapkannya dalam

kegiatan yang lain. Semua yang dicontokan oleh guru dianggap siswa sebagai

konsep yang paling benar

Menurut Albert Bandura bahwa dalam proses pembelajaran sangat

pent ing proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang

lain. Perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang terjadi secara

berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Menurut Bandura Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi

adalah:

1) Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan,

keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan

karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat, persepsi, penguatan

sebelumnya)

2) Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup Pengkodean simbolik,

pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik

3) Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,

keakuratan umpan balik

4) Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri

Page 36: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

16

Selanjutnya juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan

mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Tingkat tert inggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik

kemudian melakukannya. Sebagai contoh: belajar menimbang benda dari

instruktur membutuhkan pengamatan dari berbagai sudut yang langsung

ditirukan oleh siswa pada saat itu juga. Kemudian proses meniru akan lebih

terbantu jika proses itu didukung dengan gambar atau intruksi yang ditulis

dalam buku panduan.

2) Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang

dimilikinya

3) Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut

disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

c. Jerome S. Bruner

Belajar pada intinya adalah cara-cara bagaimana orang memilih,

mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara akt if. Bagaimana

manusia memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia

dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah

memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang

memberikan kemampuan padanya.

Menurut Bruner belajar bermakna dapat dilaksanakan dengan belajar

penemuan (discovery learning). Belajar penemuan secara aktif oleh manusia

Page 37: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

17

memberikan hasil yang paling baik dan pengetahuan yang diperoleh dapat

bertahan lama.

Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu,

memperoleh infom asi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi konsep

pengetahuan. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan

berpikir secara bebas, dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk

menemukan dan memecahkan masalah.

d. David Ausubel

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi.

Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran

disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua

menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur

kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep- konsep dan

generalisasi generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Ausubel mengemukan inti belajar bermakna merupakan suatu proses

mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam

struktur kognitif seseorang, sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru

tidak dapat dikaitkan dengan konsep konsep yang ada struktur kognitif dalam diri

seseorang.

e. Jean Piaget

Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam

perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak yaitu : 1) proses assim ilation,

dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru itu dengan

Page 38: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

18

apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu. 2) proses

accommodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah

apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat

disesuaikan dengan lebih baik.

Menurut Piaget dalam Wilis Dahar, setiap individu mengalami tingkat

tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut :

1) Sensorimotor (0 – 2 Tahun), yaitu anak mengenal lingkungan dengan

kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan

dan mengerak-gerakkannya.

2) Pra - Operasional (2 – 7 Tahun), yaitu anak mengandalkan diri pada persepsi

tentang realistis, ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep

sederhana, berpart isipasi, membuat gambar dan menggolong – golongkannya.

3) Operasional Konkret (7 – 11 tahun), yaitu dapat mengembangkan pikiran

logis, anak itu dapat mengikuti penalaran logis walau kadang kadang

memecahkan masalah secara trial and error.

4) Operasi formal (11 tahun ke atas), yaitu anak sudah mampu berpikir abstrak

seperti orang dewasa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.

Proses belajar tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang

diinginkan. Banyak faktor yang mempengaruhi proses maupun hasil belajar siswa.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dapat

dikelompokkan menjadi empat , yaitu :

Page 39: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

19

a) Faktor Bahan

Buku sebagai bahan bacaan siswa dan materi yang disampaikan guru

ikut menentukan berlangsungnya proses belajar siswa. Taraf kesukaran dan

kom pleksitas materi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses

belajar. Pengajar harus bisa membatasi materi yang disampaikan, agar siswa tidak

merasa jenuh dalam belajar.

b) Faktor-faktor dari lingkungan

Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

(1) Lingkungan alami

Lingkungan alami adalah keadaan kondisi lingkungan yang ditimbulkan

oleh alam, misalnya kelembaban udara. Kelembaban udara akan mempengaruhi

proses belajar siswa. Belajar pada keadaan udara yang pengap atau panas tentu

hasilnya akan berlainan dengan belajar pada keadaan udara yang segar. Di

Indonesia orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari akan lebih

baik hasilnya dari pada belajar pada siang hari.

(2) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah keadaan kondisi lingkungan yang ditimbulkan

oleh manusia. Lingkungan sosial dapat berwujud manusia serta representasinya

atau yang berwujud lain. Misalnya seseorang yang sedang belajar akan terganggu

apabila ada orang lain yang mondar-mandir didekatnya. Membaca diruang

perpustakaan tentunya lebih cepat memahami dari pada membaca di sebuah toko

atau ditempat lain yang ramai. Representasi manusia dapat berupa potret, tulisan

atau suara, juga dapat berupa suara bising mesin pabrik, hiruk pikuk lalu-lintas

Page 40: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

20

dan lain sebagainya, yang merupakan lingkungan sosial yang mempengaruhi

proses belajar.

c) Faktor-faktor instrumental

Faktor intstrumental yaitu faktor yang keberadaan dan penggunaannya

dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor - faktor tersebut

dapat berwujud faktor keras (hard factor) yaitu : gedung, perlengkapan

laboratorium, perlengkapan belajar yang lain dan faktor lunak (soft factor) yaitu :

Kurikulum, metode mengajar, pendekatan pembelajaran dan sebagainya.

Tersedianya faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap proses belajar siswa

untuk mencapai prestasi belajar yang opt imal.

d) Kondisi individu

Faktor lain yang pent ing adalah faktor kondisi pelajar itu sendiri. Faktor

kondisi pelajar ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

(1) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis atau keadaan jasmani individu mempengaruhi

keberhasilan proses belajar. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya dalam

belajar akan mendapatkan hasil yang lebih baik disbanding mereka yang

mengalami kelelahan jasmani. Kondisi lelah, mengantuk atau sakit bagi seseorang

akan merasa kesulitan untuk menerima pelajaran, akibatnya hasil belajar siswa

kurang opt imal.

(2) Kondisi psikologis

Beberapa faktor psikologis tersebut antara lain :

Page 41: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

21

(a) Minat

Minat seseorang untuk mempelajari sesuatu akan berpengaruh pada proses

dan hasil belajar. Minat belajar yang besar akan menjadikan siswa lebih giat

dalam belajar. Minat belajar siswa tumbuh apabila siswa tertarik dengan materi

yang ada atau karena proses pembelajarannya. Dengan mengetahui minat belajar

siswa dapat membantu untuk menentukan jurusan pendidikan yang sesuai untuk

dirinya.

(b) Kecerdasan

Kecerdasan seseorang juga berpengaruh dalam proses pembelajaran dan

hasil belajarnya. Kecerdasan seseorang dapat diukur dengan test itelegensi dan

hasil pengukuran dinyatakan dengan angka yang dikenal dengan IQ (Intelegence

Quotient).

(c) Bakat

Bakat merupakan pembawaan individu sejak lahir dan tidak dapat dibuat

pada seseorang. Setiap individu mempunyai bakat tersendiri selama mampu

menggali dari dalam dirinya. Belajar yang diimbangi dengan bakat akan lebih

efisien dalam proses belajar siswa.

(d) Akt ivitas Belajar Siswa

Akt ivitas Belajar Siswa merupakan faktor keberhasilan pembelajaran

konstukt ivis. Dalam proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan

aktivitas siswa melalui berbagai pengalaman belajar, dan salah satu keberhasilan

proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa besar tingkat akt ivitas yang

dilakukan siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar. Akt ivitas belajar siswa

Page 42: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

22

adalah suatu kegiatan fisik dan mental yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama,

penciptaan kerja dan proses berpikir yang terjadi secara simultan dalam kegiatan

belajar mengajar.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pendidikan fisika yakni teori

belajar konstruktivisme. Teori ini merupakan teori belajar kognitif yang

dinyatakan oleh Piaget. Teori belajar menurut pandangan konstrukt ivis,

menyatakan bahwa siswa tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain,

tetapi siswa secara akt if membangun pengetahuannya dengan cara terus menerus

mengasimilasi dan mengakom odasi informasi baru. Mereka membangun sendiri

dalam pikiran pengetahuan-pengetahuan tentang peristiwa fisika dari pengalaman

sebelum siswa memperoleh pelajaran fisika yang siswa terima di sekolah

disimpan dalam struktur kognitif siswa, dengan kata lain konstruktivisme adalah

teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam

membangun pemahaman mereka tentang realita (Slavin, 1994). Konstruktivisme

sangat dipengaruhi oleh epistomologis Piaget dan Vygotsky. Sedangkan menurut

Paul Suparno (1997), prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme adalah sebagai

berikut :

a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara individu maupun secara

berkelompok.

b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali dengan

keaktifan siswa sendiri untuk menalar dan mengkonstruksi secara terus

Page 43: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

23

menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih

rinci, lengkap dan sesuai dengan konsep ilmiah. Guru sekedar membantu

menyediakan sarana dan membuat situasi agar proses konstruksi siswa

berjalan mulus, sehingga siswa bukan penerima informasi yang pasif.

Para pendukung teori belajar konstrukt ivis sepert i Vico, Von Glaserfeld

menyatakan ilmu pengetahuan perlu dibangun atau dikonstruksi oleh masing-

masing siswa melalui tiga aktivitas dasar. Ketiga aktivitas dasar tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Penglibatan siswa akt if, art inya siswa bukan sebagai penerima pengetahuan

yang pasif, laksana botol kosong yang setiap saat dapat diisi bermacam-

macam pengetahuan, melainkan siswa sebagai pembuat struktur pemahaman

pengetahuan yang akt if.

2) Refleksi, art inya siswa memperoleh pengetahuan yang dibangun dari

pemahaman siswa untuk dijadikan pengetahuan yang baru dengan

merefleksikan atau ditunjukkan pada gerakan fisik dan sikap mental siswa.

3) Pengabstrakan, art inya setelah siswa memperoleh pengetahuan baru berusaha

membuat pengetahuan yang bermakna. Dalam belajar siswa tidak hanya

mengasimilasi konsep baru tetapi mengakomodasikan, mengembangkan,

memodifikasikan dan merubah konsep atau pengetahuan yang ada.

Menurut kajian teori pembelajaran, dalam KBM guru tidak boleh

menganggap sebagai suatu proses memindahkan pengetahuan dari pikiran guru

kepada pikiran siswa karena apa yang diajarkan guru kerap kali tidak sama apa

yang dipelajari siswa. Menurut (Steffe & Cobb, 1988), menyatakan bahwa proses

Page 44: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

24

pembelajaran mempengaruhi apa yang dipelajari siswa, tetapi tidak menekankan

apa yang dikonstruksikan oleh siswa.

Kegiatan belajar mengajar berdasarkan pandangan teori belajar

konstruktivis berusaha untuk memerinci konsepsi dan persepsi siswa dari

pandangan siswa sendiri. Pandangan ini tidak menegaskan aspek-aspek yang

mencerminkan pandangan orang dewasa terhadap pengetahuan fisika, tetapi

memberi tekanan terhadap penjelasan pengetahuan fisika dari pandangan siswa

sendiri. Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme mengandaikan ada

masalah dalam pembentukan perkembangan pengetahuan siswa. Dua andaian

tersebut adalah :

a) Siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif tetapi bersifat aktif dalam

membina pengetahuannya.

b) Pengetahuan siswa merupakan pembinaan oleh siswa sendiri berdasarkan

pengalamannya dan ia bukan sebagai salinan realitas (Piaget, 1974).

Dalam proses pembelajaran fisika, sering terjadi mskonsepsi. Timbulnya

miskonsepsi ini menunjukkan bahwa dalam otak siswa sendiri terbentuk

pengetahuan selama mengikuti proses belajar mengajar. Siswa boleh tidak sesuai

dengan pengetahuan yang dibentuk dalam pikiran dengan konsep pengetahuan

yang diberikan selama proses belajar mengajar. Terbentuknya miskonsepsi ini

merupakan pertanda bahwa otak siswa terbentuk pengetahuan. Siswa bebas

membentuk pengetahuan sebelum KBM secara formal berlangsung. Menurut

pandangan konstruktivisme, konsepsi dan persepsi siswa tidak salah karena

konepsi dan persepsi mereka adalah berdasarkan pembentukan pengetahuan dari

Page 45: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

25

tindakan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Oleh karena itu sangat pent ing bagi

guru agar siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan semua ide dan konsepnya

tentang suatu masalah. Berdasarkan ide dan konsep dari siswa tersebut guru dapat

mencoba membantu dalam perkembangan pengetahuan yang dipunyai dalam otak

siswa.

4. Peta Konsep (Concept Mapping)

a. Pengert ian Peta Konsep

Rose dan Nichols (1997:136), menjelaskan bahwa pemetaan konsep

adalah suatu cara dinamik untuk mengungkap butir-butir pokok informasi yang

signifikan dengan format global yang memungkinkan suatu informasi ditunjukkan

dalam cara yang mirip kerja otak kita, berfungsi dalam berbagai arah secara

serempak. Sementara itu West et. Al (1991:93) menjelaskan bahwa pemetaan

konsep merupakan cara dari penampilan konsep secara visual dari hubungan antar

konsep. Dari dua pendapat tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa pemetaan

konsep merupakan sebuah cara untuk menjelaskan suatu konsep dan hubungan

antar konsep yang pada akhirnya dapat memberi pemahaman secara rinci dan

integral sepert i yang diungkapkan oleh Pallowi et. Al (2001:277) yang

menyatakan bahwa pemetaan konsep adalah strategi untuk membantu pemahaman

siswa.

Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Voughn et. Al (2000:467)

yang menyatakan bahwa pemetaan konsep adalah alat visual yang dapat

membantu siswa untuk melihat bagian ide atau konsep yang dihubungkan dan

Page 46: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

26

membantu kesiapan siswa untuk mengetahui konsep berikutnya. Lebih lanjut

Voughn menjelaskan bahwa penyajian konsep secara visual yang diwujudkan

dalam bentuk gambar visual disajikan sebelum proses pembelajaran dimulai dan

melalui gambaran yang berisi konsep utama tersebut kemudian siswa

mengembangkan menjadi berbagai sub konsep.

Sebagian ahli ada yang berpendapat bahwa pemetaan konsep merupakan

strategi untuk memunculkan ide baru dan cara berfikir bebas yang dilakukan

melalui curah pendapat (brainstorming) sepert i yang dinyatakan oleh Pat Cryer

(1996:162) bahwa pemetaan konsep adalah cara berfikir bebas dari kata atau hal

yang bersifat tunggal dari sebuah konsep (problem) yang merupakan cara terbaik

untuk menjelaskan proses berfikir berkelanjutan. Pendapat senada diungkapkan

oleh Pressley (1995:106) yang menyatakan bahwa pemetaan konsep adalah

penyajian materi kepada siswa yang dilakukan dengan mempelajari kata-kata dan

mengajak siswa untuk melakukan curah pendapat dalam mengorganisasikan

setiap kata yang memiliki kategori pengertian yang sama. Hal ini dapat

memunculkan ide baru dan juga dapat merangsang kreativitas siswa.

Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemetaan

konsep didefinisikan sebagai gambar besar dari sebuah konsep yang didalamnya

menggambarkan hubungan antara konsep utama dan sub konsep melalui sebuah

garis yang diberi penjelasan untuk mengident ifikasi perbedaan dan hubungan

antar konsep.

Page 47: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

27

b. Ciri-ciri Peta Konsep

Pemetaan konsep menjadi salah satu alternatif dalam memilih strategi

pengorganisasian materi pembelajaran yang bermakna. Strategi pengorganisasian

materi yang bermakna artinya suatu strategi yang digunakan dalam

menghubungkan konsep baru dengan pengetahuan yang telah ada dalam kerangka

kogintif siswa.

Ratna Wilis Dahar (1989:19) mengident ifikasikan ciri-ciri pemetaan

konsep sebagai berikut :

1. Pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep atau

proposisi suatu bidang studi.

2. Pemetaan konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau

bagian dari suatu bidang studi.

3. Pemetaan konsep adalah cara untuk menyatakan hubungan antar konsep

artinya terdapat beberapa konsep yang lebih inklusif dibandingkan konsep

yang lain sebab semua konsep memiliki bobot yang sama.

4. Hirarki, jika pemetaan konsep menggambarkan dua atau lebih konsep dibawah

konsep yang lebih inklusif.

Dilihat dari ciri-ciri pemetaan konsep seperti yang dikemukakan Ratna

Wilis Dahar di atas menurut wujudnya sebuah peta konsep harus

merepresentasikan suatu pandangan umum mengenai satu materi pembelajaran

yang akan dikaji lebih mendalam. Disamping itu pemetaan konsep juga dapat

digunakan untuk membangun garis dasar untuk eksplorasi siswa terhadap suatu

area mata pelajaran t ertentu.

Page 48: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

28

c. Langkah-langkah Peta Konsep

Pemetaan konsep sebagai strategi dalam mengorganisasikan materi

pembelajaran pada dasarnya bertujuan agar supaya siswa aktif dalam menemukan

konsep baru dan mampu menentukan hubungan antar konsep tersebut sehingga

membentuk pemahaman baru.

Pat Cryer (1996:163) mengusulkan langkah penyusunan pemetaan konsep

ke dalam beberapa tahap yaitu :

1) Tulislah masalah yang menjadi topik utama.

2) Tulislah tujuan kata Tanya yang berada di luar kotak kosong dengan kata

what , when, where, who, how, dan cost.

3) Kemudian salah satu kata “tanya” yang berkaitan dengan dua cabang dan

gambarkan cabang yang lebih banyak.

4) Biarkan pikiran anda mengembara dalam menjawab konsep utama melalui

cabang dan pertanyaan berikutnya memikirkan kata-kata untuk cabang

berikutnya.

5) Gambarkan cabang-cabang yang telah mengandung sebuah ide untuk

mendorong ide baru dengan cabang baru kemudian hubungkan keberadaan

setiap antar cabang.

Langkah-langkah dalam menyusun pemetaan konsep sepert i yang

dirumuskan oleh Pat Cryer di atas memberi kebebasan kepada siswa untuk

mengembangkan cabang baru yang diisi dengan ide baru kemudian ditentukan

pola hubungan yang terbentuk.

Page 49: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

29

Pendapat lain tentang langkah pemetaan konsep dikemukakan oleh John H

Clarke (1990:169) menyusun langkah pemetaan konsep menjadi beberapa tahap :

a) Langkah 1 : Mengident ifikasi konsep-konsep utama.

Dalam sebuah teks, konsep-konsep yang dominan seringkali muncul

dalam judul, subjudul, kalimat-kalimat utama dalam paragraf. Dalam sebuah

wawancara, konsep-konsep dominan dapat diident ifikasi dengan menanyakan:

“Apa yang anda maksud dengan kata lain?” atau “Apa yang dapat anda ceritakan

mengenai konsep ini?” Carilah subkategori-subkategori dalam konsep, defenisi,

sebab, atau akibat.

b) Langkah 2 : Tulis konsep-konsep di atas kertas mulai dari yang paling inklusif

(abstrak) hingga ke yang paling spesifik (konkret).

Konsep-konsep dominan paling sering ditempatkan pada bagian atas

halaman, dengan konsep-konsep subordinat ke halaman selanjutnya dan dengan

penjelasan atau konsep-konsep ilustrat if pada bagian bawah, menuju atau

menghubungkan konsep-konsep inklusif. Pemetaan bisa harus dibuat melalui

beberapa draft untuk bisa memperoleh bentuk yang hirarkis (atau yang lainnya).

Konsep-konsep biasanya dalam bentuk kata benda.

c) Langkah 3 : Hitunglah konsep-konsep dan memberi label pada tiap hubungan

Menghubungkan garis-garis antara konsep-konsep menjelaskan hubungan

mereka. Dalam bahasa Inggris kata-kata penghubungan (linking words) tersebut

seringkali dalam bentuk kata kerja. Kata kerja aktif dan pasif biasanya

mengindikasikan hubungan sebab/akibat. Variasi kata kerja “adalah’

mengindikasikan keanggotaan dalam sebuah kategori. Kata hubung (misal, dan

Page 50: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

30

atau tetapi), kata hubung subordinasi (misal, karena atau meski), dan kata depan

(misal, dengan, dari, di, atau untuk) dapat digunakan sebagai kata-kata

penghubung.

d) Langkah 4 : Buat cabang dari tiap-t iap konsep untuk memasukkan

mencakupkan definisi, ilustrasi dan bukti faktual.

Pada umumnya semakin spesifik informasi yang dapat dimasukkan ke

dalam suatu konsep semakin berguna peta sebagai petunjuk belajar dan petunjuk

menulis. Nama, tanggal, statistik, dan contoh-contoh spesifik terbukti dapat lebih

bisa diingat ketika dihubungkan dengan konsep yang mengorganisasikan. Peta

sebagai petunjuk untuk ceramah atau presentase biasanya mengandung informasi

yang lebih sedikit.

e) Langkah 5 : Gunakan cros-link (hubungan yang bersifat lintas jalur) untuk

menganalisa hubungan-hubungan tambahan.

Bekerja “atas bawah / Top down” biasanya menjelaskan hubungan-

hubungan utama. Hubungan-hubungan yang lain muncul ket ika seseorang melihat

pada dua konsep pada peta yang dihasilkan dan bertanya, “Apakah ada hubungan

antara konsep-konsep ini?” seringkali hubungan itu ada. Cros-link yang signifikan

bisa diberi label.

Dari langkah-langkah yang dirumuskan oleh Pat Cryer maupun John H

Clarke dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun pemetaan konsep dimulai dari

penentuan jenis pengetahuan yang akan disampaikan kepada siswa. Jenis

pengetahuan (konsep) tersebut meliputi pengetahuan deklaratif atau prosedural.

Setelah topik ditentukan maka langkah berikutnya adalah menyusun konsep dari

Page 51: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

31

yang inklusif sampai konsep yang eksklusif. Langkah terakhir adalah menentukan

hubungan antar konsep yang disertai dengan nama hubungan sehingga

membentuk sebuah proposisi.

5. Teka Teki Silang

Istilah kata teka teki silang (TTS) bukanlah merupakan kata yang asing

bagi siswa, karena pada umumnya siswa sudah pada biasa menggunakan alat ini

karena memang menarik. Teka teki silang pertama kali ditemukan tahun 1913

oleh Arthur Wynne (Suara Merdeka, 2008: 25). Teka teki silang adalah

merupakan gabungan dua kata yaitu kata teka-teki dan kata silang. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, teka-teki berart i soal atau masalah (dapat berupa kalimat,

kasus, cerita, gambar dan sebagainya) yang dapat menuntut kita untuk berpikir

keras dalam menjawab dan memecahkan masalah itu. Selain itu kata teka-teki

juga mengandung art i sesuatu hal yang sulit, kurang jelas atau masih bersifat

rahasia. Sedangkan kata silang berart i bertumpuk (saling palang) atau berpapasan

(bersimpang jalan). Sehingga dari dua kata itu dapat disimpulkan bahwa teka-teki

silang adalah soal-soal yang berupa kalimat tebakan atau gambar yang tempat

isian jawabannya kotak-kotak yang saling bertumpuk atau bersilangan antara satu

dan yang lain serta dapat berfungsi pengasah otak/kecerdasan.

Teka-teki silang adalah merupakan permainan kata-kata dalam bahasa,

namun dari jawaban kata-kata itu dapat diberikan pertanyaan atau konsep yang

sesuai dengan kegitan belajar yang sedang dipelajari. Kata-kata jawaban antara

jawaban satu dan yang lain mungkin harus saling bertautan antar satu atau dua

Page 52: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

32

huruf, sehingga membentuk kata-kata yang saling dapat dibaca baik secara

horizontal maupun vert ikal. Umumnya kegiatan ini banyak disenangi siswa

karena dalam permainan ini memang ada unsur kesenangan, tantangan dan saling

merangsang untuk menemukan jawaban. Dengan kenyataan ini mungkin media

seperti ini dapat menjadi alternatif atau solusi dalam pembelajaran, terutama

materi yang menuntut banyak logika dan hafalan.

Mata pelajaran IPA, fisika khususnya yang oleh banyak siswa masih

dianggap merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan maka dengan adanya

media yang sederhana, murah dan menyenangkan ini, akan sangat memungkinkan

dapat meminimalisir bahkan menghapuskan anggapan itu. Sehingga prestasi

belajar siswa dapat senant iasa meningkat yang berujung pada meningkatnya

sumber daya manusia Indonesia.

Dalam kegiatan belajar yang menggunakan teka-teki silang ini, teka-teki

dapat dibuat oleh guru maupun siswa sendiri untuk dapat ditukar pada temannya.

Untuk membuat teka-teki silang dapat dilakukan langkah-langkah atau pedom an-

pedoman sebagai berikut : 1) Buatlah kotak-kotak bersusun dan berjajar yang

saling bertautan, 2) Buatlah dan isikan kata-kata mengenai istilah dalam materi

yang sedang diajarkan dan beri nomor atau angka disetiap kata pertama, 3)

Susunlah soal atau pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang sudah ditulis

sebelumnya, 4) Setelah soal dan jawaban selesai dibuat, pada kotak-kotak yang

masih kosong berilah arsiran atau warna sebagai tanda tidak terpakai, 5) Setelah

semuanya siap, hapuslah jawaban atau istilah yang pertama dibuat dalam kotak,

sehingga yang tersisa adalah soal yang berfungsi untuk pertanyaan.

Page 53: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

33

Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran konstruktivis model peta

konsep dan teka teki silang untuk pembelajaran fisika pada materi pokok Suhu

dan Kalor adalah tingkat minat dan kreativitas belajar siswa. Biasanya minat dan

kreativitas belajar menentukan prestasi belajar siswa, apabila tingkat minat dan

kreativitas belajar yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajar siswa tersebut

cenderung tinggi, sebaliknya apabila tingkat minat dan kreativitas belajar siswa

rendah maka prestasi belajar siswa biasanya juga rendah.

Minat belajar siswa merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara

fisik dan dapat teramat i oleh guru ketika siswa mengikuti kegiatan belajar

mengajar selama satu pokok bahasan. Kegiatan fisik siswa yang teramati meliputi

: Berada dalam tugas, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi

diri sendiri dan teman-temannya, mendengarkan dengan penuh perhatian,

bertanya t entang hal-hal belum difahami, suka berdiskusi dan sebagainya.

6. Minat

a. Arti Minat Belajar

Minat merupakan aspek kepribadian yang sangat mempengaruhi

terhadap perilaku seseorang. Menurut Winkel minat minat adalah merupakan

kecenderungan yang menetap di dalam diri seseorang yang tertarik pada hal-hal

tertentu dan merasa senang dalam bidang itu (Winkel, 1996). Menurut Slameto

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan (Slameto, 1995). Menurut Doyles Fryer, yang dikutip Wayan

Nurkancana, minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan

Page 54: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

34

obyek atau akt ivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu, aktivitas

dan situasi (Wayan Nurkancana, 1986).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa minat

seseorang selalu berkaitan dengan kegitaan-kegiatan tertentu, di mana orang yang

mempunyai minat tersebut akan merasa tertarik dan mau melakukan berbagai

kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan hal tersebut dan ditandai rasa senang

serta tidak ada unsur keterpaksaan. Seseorang yang telah mempunyai rasa senang

terhadap sesuatu biasanya akan mau menggunakan apa saja yang dimiliki untuk

melakukan atau melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal yang

diminatinya t ersebut.

Hurlock mengatakan : ”minat merupakan motivasi yang mendorong

individu untuk melakukan semua kegiatan yang dipilihnya.”(Elisabeth B.

Hurlock, 1991). Akibatnya seseorang yang berminat pada sesuatu akan melakukan

kegiatan lebih giat dibandingkan dengan anak yang tidak berminat . Menurut

Sumadi Suryabrata minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Sum adi

Suryabrata, 1980). Sehingga orang yang tidak berminat dalam mempelajari

sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil, demikian sebaliknya jika

seseorang berminat mempelajari sesuatu dapat diharapkan bahwa hasilnya akan

lebih baik.

Dengan melihat beberapa definisi para ahli tersebut dapat diperoleh

nunsur-unsur minat sebagai berikut :

1) Adanya kesadaran yang kuat untuk mencapai tujuan,

2) Adanya kemauan yang tinggi,

Page 55: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

35

3) Adanya perhatian terhadap aktivitas tertentu sehingga menyebabkan adanya

konsentrasi,

4) Adanya kesenangan atau ketertarikan pada obyek tertentu dalam melaksanakan

aktivitas.

Jadi minat belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk melakukan

kegiatan belajar dengan dorongan akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri

siswa atau seseorang baik sikap maupun penguasan ilmu pengetahuan.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat biasanya sangat dipengaruhi oleh adanya kemauan seseorang

untuk menyesuaikan diri, oleh karena itu kemampuan penyesuaian diri cenderung

memiliki minat yang stabil. Oleh karena itu kemampuan penyesuaian diri dapat

mempercepat kemampuan berasimilasi dan berpikir.

Perkembangan minat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta

keturunan (Bloom, 1973). Dengan kata lain minat dalam perkembangannya

dipengaruhi oleh faktor dari diri sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan dan

keturunan, dimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Minat seseorang

senantiasa mengalami proses perubahan. Proses perubahan tersebut disebabkan

oleh perubahan pola kehidupan, perubahan tugas, tanggungjawab dan perubahan

status.

Para ahli mengemukakan bahwa ada tiga pola utama dalam perubahan

minat yaitu : 1) terjadinya pengurangan jumlah yang diminati oleh seseorang

sejalan dengan perubaha usia, 2) Adanya muncul minat-minat baru, 3) Terjadinya

minat baru karena pemaksaan dari lingkungan. Pola perubahan biasanya terjadi

Page 56: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

36

karena adanya penguatan minat-minat baru atau pergant ian minat , yang

merupakan paksaan faktor kebudayaan dan lingkungan yang lebih kuat daripada

faktor-foktor pribadi.

Adapun perwujudan minat siswa pada mata pelajaran dapat dilihat dari

ciri-ciri sebagai berikut :

1) Siswa senang membaca buku-buku pelajaran yang relevan dengan mata

pelajaran yang sedang diajarkan.

2) Siswa senang membuat catatan-catatan kecil dari buku-buku yang dibacanya.

3) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pelajaran yang diminatinya

4) Dapat menjelaskan ulang pelajaran yang baru dipelajarinya.

c. Pengukuran Minat

Dalam penelitian tentang minat ada beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mengukur minat, antara lain : 1) Metode observasi, dalam

metode ini peneliti mengetahui minat langsung mengamati keadaan nyata obyek

yang dapat ditangkap pada waktu kejadian. 2) Metode kuesioner, dimana peneliti

memberi suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau

dikerjakan oleh orang yang sedang diselidiki. 3) Metode interview, dalam metode

ini peneliti dapat memperoleh informasi secara langsung tentang minat dari obyek

penelitian. 4) Metode inventori, adalah suatu metode untuk mengadakan

pengukuran atau penelitian yang sejenis kuesioner, yaitu sama-sama daftar

pertanyaan secara tertulis. Adapun perbedaan keduanya adalah dalam kuesioner

menulis sejumlah pertanyaan, sedang dalam inventori responden memberi

Page 57: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

37

jawaban dengan memberi tanda tertentu misal, melingkari, menyilang,

menyontreng dan sebagainya.

7. Kreativitas

Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 sikap kreatif merupakan salah satu

tujuan pendidikan nasional. Kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas

tampaknya selalu menjadi wilayah yang paling sering terabaikan, padahal

kreativitas atau daya cipta adalah adalah wilayah manusia yang paling unik dan

sekaligus membedakan dari makhluk lainnya. Kreativitas adalah bentuk aktivitas

imajiatif yang mampu menghasilkan sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan

bermakna (Anna Craft , 2004). Menurut Anna Craft, pikiran berdaya adalah titik

utama kreativitas, sedangkan Kreativitas adalah suatu bentuk yang secara

sekaligus mencakup m ultiple intelliegence. (Nurt i Wijayant i, 2006: 77)

Menurut Martin Jamaris (2003), aspek-aspek yang mempengaruhi

kreativitas adalah : 1). Aspek kemampuan Koqnitif, 2). aspek intuisi dan

imajinasi, 3). aspek penginderaan dan 4). aspek kecerdasan emosi (Nurt i

Wijayanti, 2006: 79). Seorang siswa yang memiliki pengetahuan cukup baik,

mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat melakukan pengamatan

terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki kecerdasan emosional maka sikap

kreatifnya akan muncul.

Menurut Herminanto (2004) indikator kreativitas meliputi rasa ingin tahu,

kemampuan bertanya, mengajukan usul dan gagasan, berani berpendapat secara

spontan, menghargai keindahan, ide pribadi, tidak mudah terpengaruh orang lain,

Page 58: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

38

memiliki rasa humor dan daya imajinatif yang tinggi, mampu mengajukan

pemikiran dan gagasan untuk memecahkan masalah, dapat bekerja sendiri, senang

mencoba hal-hal yang baru, serta mampu mengembangkan atau merinci suatu

gagasan (kemampuan elaborasi). Dengan mengembangkan kreatifitas

pembelajaran bukanlah hal yang menjemukan, tetapi akan terasa lebih indah, lebih

hidup, bukan merupakan beban, tetapi merupakan hal yang menyenangkan.

Pengembangan kreatifitas dapat bermula dari pengetahuan yang

dimilikinya dan mengenal masalah di lingkungannya agar dapat menemukan

pemecahan suatu masalah. Gordon dalam Joyce dan Weil (1980) tertarik pada

pendekatan baru yang disebut Sinekt ik. Sinekt ik adalah pendekatan untuk

mengembangkan kreatifitas. Empat ide dasar sinektik yang menantang adalah :

(1) Kreativitas pent ing dalam akt ivitas setiap hari.

(2) Proses kreatif tidak semuanya merupakan hal yang misterius, tetapi kreatifitas

dapat ditingkatkan melalui deskripsi dan latihan secara langsung.

(3) Pendapat yang kreatif adalah sama dalam lahan–seni, sains-pabrik mesin, dan

memiliki karateristik seperti penopang proses intelegensi. Gordon

menganggap ada hubungan antara pemikiran umum dalam seni dan sains sama

kuatnya.

(4) Asumsi bahwa pendapat individu dan kelompok (creative thinking) adalah

sangat mirip. Individual dan pendapat umum kelompok dan hasil dalam

banyak bentuk yang sama. Hal ini sangat berbeda dari sikap kreatif adalah

intensitas pengalaman personal.

Page 59: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

39

Dalam pembelajaran guru membantu siswa melihat konsep-konsep yang

telah dikenalnya dengan cara yang segar. Dimulai dari mengambil konsep dari

situasi yang dijelaskan siswa atau topik yang mereka lihat sekarang, menjelaskan

sebelumnya dalam sebuah tulisan. Ilustrasi model pembelajaran dalam enam fase :

(1) Description of present condition: guru memiliki deskripsi situasi siswa atau

topik sepert i yang mereka lihat sekarang.

(2) Direct analogy: siswa mengusulkan analogi langsung, memilih satu, dan

memeriksa (mendeskripsikan) lebih luas.

(3) Personal anology: Siswa menjadikan analogi yang mereka seleksi dalam dua

fase.

(4) Com pressed conflict : siswa membawa deskripsinya dari dua fase dan tiga,

membantu mengusulkan penekanan konflik dan memilih salah satu.

(5) Direct analogy: Siswa umumnya dan menyeleksi analogi langsung lainya

didasarkan pada penekanan konflik.

(6) Reexam ination of the original task: guru mengembalikan siswa pada tugas

aslinya atau problemnya dan digunakan analogi sebelumnya dan atau masuk

pada pengalaman sinektik.

Selanjutnya menurut Mulyasa (2006) dalam Kusmoro (2008: 59)

Pembelajaran kreatif menuntut guru mampu untuk merangsang kreatifitas siswa,

baik dalam mengembangkan kecakapan berfikir maupun dalam melakukan suatu

tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dari berfikir kritis, guna menemukan atau

melahirkan sesuatu yang tadinya belum ada atau memperbaiki sesuatu. Hasil dari

suatu kreativitas merupakan sesuatu yang baru tetapi logis dan dapat diuji secara

Page 60: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

40

empiris. Tetapi dapat pula berupa perbaikan dari suatu konsep, ide atau produk

yang kurang atau tidak tepat.

8. Prestasi Be lajar

Belajar adalah proses seorang untuk memperoleh kecakapan, ketrampilan

dan sikap. Oemar Hamalik (1992) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antar individu dengan

lingkungannya. Kegiatan belajar merupakan faktor penting dalam keseluruhan

proses pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap.

Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan

prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa

dari usaha belajarnya (Singgih D. Gunarso, 1989). Prestasi belajar siswa dapat

diketahui dari angka/nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan angka/nilai

yang diperoleh kelompok atau siswa yang lain. Dari yang telah diuraikan, prestasi

belajar adalah hasil belajar dari proses yang dilakukan siswa selama kegiatan

belajar mengajar dan dinyatakan dengan angka.

Prestasi belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar. Prestasi berasal

dari kata prestise yang art inya hasil usaha. Menurut Kamus besar bahasa

Indonesia (Depdikbud, 1999:6) mayatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu

ukuran mengenai kemampuan seseorang pada saat sekarang dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu dalam skor tertentu.”

Page 61: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

41

Usaha untuk mengungkap hasil belajar secara ideal meliputi seluruh ranah

yang berubah sebagai akibat dari pengalaman belajar yang telah dialami siswa.

Ketiga ranah hasil belajar yaitu: kognitif, afekt if, dan psikomotorik, merupakan

bentuk perilaku yang dapat diukur melalui prestasi, angket maupun pengamatan

secara langsung sepert i yang diungkapkan oleh Barlow (1985:38) menyatakan

bahwa kunci pokok untuk memperoleh data dan hasil belajar siswa adalah

mengetahui garis-garis besar indicator (penunjuk adanya prestasi tertentu)

dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diungkap/diukur.

Dari urian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar

meupakan sebuah ukuran yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap

pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dinyatakan dalam bentuk skor

nilai, symbol maupun kalimat yang menjelaskan tentang keberhasilan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Pengelolaan hasil belajar mata pelajaran dapat menggunakan kriteria

penilaian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP), maupun berdasarkan

Penilaian Acuan Norma (PAN). Menurut Grounlund (1985:13) Penilaian Acuan

Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan membandingkan hasil

belajar siswa dengan hasil belajar siswa lainnya, sedangkan Penilaian Acuan

Patokan adalah penilaian yang menggambarkan seberapa jauh siswa mampu

mengerjakan dengan benar. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPA-fisika diukur dengan menggunakan keriteria Penilaian Acuan

Patokan (PAP).

Page 62: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

42

Penilaian Acuan Patokan (PAP) pada dasarnya merupakan sistem

penilaian yang mengacu pada indikator pembelajaran yang harus dikuasai siswa,

maka dari itu keriteria keberhasilan belajar siswa di ukur dengan membandingkan

hasil belajar siswa dengan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yang telah

ditetapkan. Untuk mata pelajaran IPA-fisika dalam penelitian ini standar

ketuntasan belajar minimal ditetapkan 65. Daya serap klasikal dinyatakan tuntas

jika minimal 85% siswa di kelas tersebut mendapat nilai (skor) minimal 65.

Berdasarkan uraian diatas pada hakekatnya prestasi belajar merupakan

wujud dari perubahan yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar.

Perubahan mental/psikis yang dialami siswa tersebut merupakan perilaku yang

dapat diukur dan diwujudkan dalam bentuk skor. Prestasi belajar yang telah

dicapai siswa juga merupakan indikator tingkat penguasaan siswa terhadap

pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang terukur di samping itu prestasi belajar

siswa juga menjadi indikator kualitas bagi suatu lembaga pendidikan.

9. Pembelajaran IPA (Sains)

Pendidikan dalam art i yang luas berart i suatu proses untuk

mengembangkan semua aspek kejadian manusia, yang menyangkut pengetahuan,

nilai serta sikap dan ketrampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencapai

kepribadian individu yang lebih baik. Pendidikan pada hakekatnya akan

mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing dan melatih. Kegiatan

tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai.

Pendidikan sains seperti halnya pendidikan pada umumnya, memiliki

peran yang sangat penting dalam pembentukkan kepribadian, dan perkembangan

Page 63: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

43

intelektual anak. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, pendidikan sains

senantiasa mengalami pengkajian ulang, pembaharuan untuk mencari bentuk yang

paling sesuai. Sains terdiri dari tiga komponen yaitu: Sains sebagai produk, proses

dan sikap. Dengan demikian dalam pembelajaran sains ada beberapa kom petensi

yang harus dikembangkan. Secara akademis siswa harus mengalami konsep sains

dan pemecahannya baik secara ilmiah melalui strategi dedukt if maupun indukt if.

a. Hakikat Fisika

Fisika berkembang berdasarkan atas pengamatan dan pengukuran tentang

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Hasil pengamatan tersebut kemudian

disusun suatu teori yang telah teruji kebenarannya. Seperti pendapat Druxes, Born

dan Siemsen (1986) bahwa “ Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang

memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat,

penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan umum”.

Dari pengertian di atas fisika berhubungan erat dengan pengamatan,

penelitian, pengukuran dan percobaan, maka pelajaran fisika menuntut kreatifitas

guru dan siswa dalam pemahaman konsep-konsep yang benar untuk memecahkan

masalah-masalah yang ada. Memperhatikan kenyataaan di atas maka pemilihan

metode belajar yang sesuai bagi siswa sangatlah mutlak dibutuhkan, agar dalam

proses pembelajaran fisika menjadi bermakna.

Fisika meliputi adanya produk-produk, proses dan sikap ilmiah. Fisika

sebagai produk merupakan sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta,

konsep-konsep dan prinsip fisika. Fisika sebagai proses merupakan segala

kegiatan yang dilakukan dan segala sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk

Page 64: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

44

menghasilkan produk fisika. Dalam melakukan kegiatan itu para ilmuwan

memiliki ketrampilan tertentu yang disebut ketrampilan proses fisika dan juga

memiliki sikap ilmiah.

b. Metode Pembelajaran Fisika

Kata Metode berasal dari bahasa latin “methodus” yang berart i suatu

proses atau prosedur untuk mencapai tujuan. Secara umum metode adalah cara

yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran merupakan proses kom unikasi dua arah, mengajar dilakukan

oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau

murid.

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2003) bahwa

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,

untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar.

Syaiful Sagala (2003) berpendapat bahwa pembelajaran mempunyai dua

karakteristik yaitu : pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses

mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar,

mencatat akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua,

dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus

menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan itu dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Page 65: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

45

Menurut pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran fisika adalah cara atau langkah - langkah yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran fisika untuk mencapai tujuan instruksional yang ada.

Ada beberapa metode mengajar yang cocok digunakan oleh guru dalam

proses pembelajaran fisika antara lain : 1) metode ceramah, 2) metode tanya

jawab, 3) metode diskusi 4) metode demosntrasi, 5) metode eksperimen 5)

metode pemberian tugas, 6) metode latihan 7) metode penemuan.

Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, efektif dan

efisien maka guru harus dapat memilih metode yang cocok untuk digunakan.

Pemilihan metode harus dipert imbangkan dengan materi pelajaran, tujuan

pembelajaran lingkungan siswa dan sarana prasarana pendidikan yang ada.

Setiap metode mempunyai kelemahan dan kekurangan sendiri sendiri.

Tidak ada metode yang paling baik dan tidak ada metode yang cocok digunkan

untuk semua materi pelajaran. Guru sebagai tenaga professional harus mampu

menggunakan semua metode dan memilih yang cocok untuk digunakan dalam

proses pembelajaran.

Unsur pent ing dalam pembelajaran yang baik adalah (1) siswa yang

belajar, (2) guru yang mengajar, (3) bahan pelajaran, dan (4) hubungan antara

guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif

belajar fisika, maka semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan

mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri. dari pihak guru diharapkan

menguasai bahan yang akan diajarkan, tahu perkembangan siswa, dapat menyusun

bahan sehingga mudah ditangkap siswa.

Page 66: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

46

Komunikasi antara siswa dan guru sangat penting sehingga mereka dapat

saling membantu, mengisi dalam kegiatan belajar mengajar. Dari pengamatan

penulis di lapangan guru fisika sering mendapat kesan galak, tidak suka senyum,

dan menakutkan sehingga relasi dengan siswa menjadi jauh. Dalam konteks

pembelajaran konstruktivis, guru fisika diharapkan lebih dekat dengan siswa,

banyak humor sehingga terjadi relasi yang baik dengan siswa. Dengan demikian,

siswa tidak takut dan lebih berani untuk bertanya pada guru.

10. Evaluasi Belajar

Dalam program pembelajaran akan lebih berart i jika diakhiri dengan

Evaluasi belajar. Evaluasi merupakan sarana untuk menentukan pencapaian tujuan

pembelajaran yang ada dan merupakan proses pengembangan pendidikan agar

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2008) Ada satu prinsip umum dan penting

dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga

kom ponen yaitu antara : (a) tujuan pembelajaran (b) kegiatan pembelajaran atau

KBM dan (c) evaluasi. Hal ini mengandung art i bahwa antara program

pembelajaran, tujuan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran saling berkaitan

satu sama lain.

Tujuan diadakannya Evaluasi belajar adalah sebagai berikut :

a) Untuk memberi arah kepada siswa dalam memahami materi pelajaran.

b) Memberikan perangsang kepada siswa untuk belajar.

Page 67: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

47

c) Membantu guru dalam menentukan sistem atau proses belajar-mengajar yang

akan datang.

d) Membantu guru untuk mengetahui efektif dan tidaknya sistem pengajaran

yang dilakukan.

e) Memberi petunjuk adanya kekurangan-kekurangan

f) Memiliki nilai produktif dan edukatif. Siswa belajar dan dalam prosedur

pelaksanaannya segera mengetahui kemajuan dan kelemahannya.

Fungsi Evaluasi belajar sebagai berikut :

1) Mengukur keberhasilan belajar

2) Berfungsi selektif, yaitu dengan evaluasi diharapkan dapat mengadakan

seleksi terhadap siswa untuk menentukan kelas atas atau bawah.

3) Berfungsi diagnostik, yaitu dengan mengadakan evaluasi guru berharap

mampu mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa.

Untuk melaksanakan evaluasi diperlukan alat-alat yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa. Alat evaluasi dapat dibuat

dengan terlebih dahulu mengetahui tujuan dan fungsi dari evaluasi tersebut.

Alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Secara umum alat

evaluasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Alat nontes

digunakan untuk mengevaluasi kepribadian berupa minat, bakat, sikap dan

sebagainya. Instrumen yang digunakan biasanya berupa angket, wawancara dan

observasi. Sedangkan untuk mengevaluasi prestasi belajar suatu pelajaran

digunakan alat tes.

Page 68: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

48

Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi yang ada pada seseorang. Menurut Amir Daien Indrakusuma dalam

Suharimi arikunto (2008) Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan

objektif untuk memperoleh data data atau keterangan- keterangan yang diinginkan

tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

Dengan alat tes memungkinkan untuk dapat mengungkapkan kemampuan

siswa dalam aspek kognitif. Ada dua macam bentuk tes yang digunakan yaitu :

tes subyektif dan tes obyektif.

Tes subyekt if adalah tes yang bentuk soal berupa essay atau uraian. Tes ini

menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisir, menginterpretsi dan

menghubung-hubungkan pengert ian yang dimiliki. Selain memerlukan waktu

yang lama untuk menyelesaikannya tes ini juga dirasakan lebih sulit. Tes obyektif

adalah suatu bentuk tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilaksanakan secara

obyektif. Jawaban siswa singkat dan didasarkan pada pilihan yang telah

disediakan dalam tes. Jumlah tes yang diajukan dalam tes obyektif jauh lebih

banyak dibandingkan dengan tes subyektif. Tes obyekt if memiliki beberapa

bentuk antara lain : benar atau salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi

dan lain lain.

Proses pengukuran terhadap belajar siswa dilakukan melalui kegiatan

evaluasi. Evaluasi memiliki dua bentuk yaitu: mengukur (measurement) dan

menilai (judgment /non measurement). Mengukur bersifat kuantitatif art inya

membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Sedangkan menilai bersifat

Page 69: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

49

kualitatif artinya mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik

atau buruk.

Alat yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat

kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran adalah dengan

melaksanakan tes. Aiken (1997:111) mengungkapkan bahwa tes prestasi belajar

menentukan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki sisw atau sejauh mana

mereka menguasai keterampilan-keterampilan tertentu. Lebih jauh Suharsimi

Arikunto (1998:32) menjelaskan bahwa tes adalah sederet pertanyaan atau latihan

dengan alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

bakat, intelegensi maupun kemampuan yang dimiliki individu atau kelompok..

Evaluasi sebagai salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran

akan dapat mengungkap kapabilitras yang dimiliki siswa setelah mengalami

proses belajar sejalan dengan pernyataan Gagne dan Briggs (1979:49-51)

mengungkapkan bahwa kapabilitas sebagai bukti nyata hasil belajar dapat

dibedakan menjadi lima kategori, yaitu; 1) ketrampilan intelektual, 2) strategi

kognitif, 3) informasi verbal, 4) ketrampilan motorik, 5) sikap. Kelima kategori

hasil belajar menurut Gagne dan Briggs ini meliputi tiga ranah yaitu: kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Tabel berikut ini akan memperjelas kapabilitas hasil

belajar yang diungkapkan oleh Gagne dan Briggs.

Tabel 2.1. Hasil/Kapabilitas Belajar menurut Gagne

No. Kategori Belajar Kapabilitas Penampilan

1. Ketrampilan Intelek Operasi mental yang memungkinkan respon terhadap lingkungan

Berinteraksi dengan lingkungan dengan menggunakan lambang

2. Strategi Kognitif Proses pengontrolan yang mengatur cara berfikir dan

Mengelola secara efisien kegiatan

Page 70: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

50

belajar siswa mengingat, berfikir dan belajar

3. Informasi Verbal Pengungkapan informasi yang tersimpan

Menyatakan dan mengkomunikasikan informasi dengan suatu cara

4. Ketrampilan Gerak Kemampuan dan kemulusan dalam melakukan serangkaian gerakan fisik

Demo serangkaian gerakan fisik/tinfakan

5. Sikap Predisposisi untuk tindakan positifan negatif terhadap orang, obyek atau peristiwa

Memilih tindakan pribadi untuk mendekat i atau menjauhi orang.

Sejalan dengan pernyataan Barlow (1995:38) menegaskan bahwa kunci

pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui

garis-garis besar indikator yang menunjukkan adanya prestasi tertentu dikaitkan

dengan jenis prestasi yang akan diukur, maka tabel berikut ini akan menjelaskan

kaitan antara jenis prestasi, indikator dan cara evaluasi, Winkel (1991:155-160).

Tabel 2.2. Jenis, Indikator dan Evaluasi Prestasi

Ranah / Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A.

Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan 2. Ingatan 3. Pemahaman 4. Penerapan

1. Dapat Menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menggunakan Secara tepat 1. Dapat memberi contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Dapat menggunakan

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 1. Tes lisan 2. Pemberian tugas 3. Observasi

Page 71: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

51

5. Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti) 6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)

2. Dapat mengklasifikasikan 1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat menggeneralisasikan (menyusun prinsip umum)

1. Tes lisan 2. Pemberian tugas 1. Tes lisan 2. Pemberian tugas

B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan 2. Sambutan 3. Apresiasi (sikap menghargai) 4. Internalisasi 5. Karakterisasi (Penghayatan)

1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak 1. Kesediaan berpart isipasi 2. Kesediaan memanfaatkan 1. Menganggap pent ing dan

bermanfaat 2. Menganggap indah dan

harmonis 1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari 1. Melembagakan atau

meniadakan 2. Menjelmakan dalam

pribadi dan perilaku sehari-hari

1. Tes lisan 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Tes sikap 2. Pemberian tugas Ekspresif

(menyata kan sikap, proyek tif yang menyata- kan prakiraan dan ramalan)

3. Observasi 1. Pemberian

tugas ekspresif dan proyekt if

2. Observasi

Page 72: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

52

Pengelolaan hasil belajar mata pelajaran dapat menggunakan kriteria

penilaian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP), maupun berdasarkan

Penilaian Acuan Norma (PAN). Menurut Grounlund (1985:13) Penilaian Acuan

Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan membandingkan hasil

belajar siswa dengan hasil belajar siswa lainnya, sedangkan Penilaian Acuan

Patokan adalah penilaian yang menggambarkan seberapa jauh siswa mampu

mengerjakan dengan benar. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPA-fisika diukur dengan menggunakan keriteria Penilaian Acuan

Patokan (PAP).

Penilaian Acuan Patokan (PAP) pada dasarnya merupakan sistem

penilaian yang mengacu pada indikator pembelajaran yang harus dikuasai siswa,

maka dari itu keriteria keberhasilan belajar siswa di ukur dengan membandingkan

hasil belajar siswa dengan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yang telah

ditetapkan. Untuk mata pelajaran IPA-fisika dalam penelitian ini standar

ketuntasan belajar minimal ditetapkan 65. Daya serap klasikal dinyatakan tuntas

jika minimal 85% siswa di kelas tersebut mendapat nilai (skor) minimal 65.

Pendidikan sains seperti halnya pendidikan pada umumnya, memiliki

peran yang sangat penting dalam pembentukkan kepribadian, dan perkembangan

intelektual anak. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, pendidikan sains

senantiasa mengalami pengkajian ulang, pembaharuan untuk mencari bentuk yang

paling sesuai. Sains terdiri dari tiga komponen yaitu: Sains sebagai produk, proses

dan sikap. Dengan demikian dalam pembelajaran sains ada beberapa kom petensi

Page 73: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

53

yang harus dikembangkan. Secara akademis siswa harus mengalami konsep sains

dan pemecahannya baik secara ilmiah melalui strategi dedukt if maupun indukt if.

11. Materi Pembelajaran Fisika

Pada penelitian ini dipilih materi pokok bahasan Suhu dan Kalor kelas 7

SMP semester 2, Kurikulum KTSP 2008.

Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi

pada berbagai perubahan energi

Kompetensi Dasar : Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat

a. Pengertian Kalor

Jika dilakukan kegiatan m emanaskan air dalam gelas atau erlenmeyer

dapat diamati bahwa air pada bagian bawah akan bergerak lebih cepat dibanding

air pada bagian atas. Dapat juga dikatakan air yang lebih panas bergerak lebih

cepat dibanding air yang lebih dingin. Setiap benda terdiri dari bagian – bagian

yang kecil yang disebut part ikel. Gerakan part ikel-partikel inilah yang menjadi

dasar untuk dapat memahami perbedaan antara konsep suhu dengan konsep panas

atau kalor. Suhu benda terkait dengan energi kinetik rata-rata part ikel, sedang zat

padat dan zat cair mendekati keseimbangan tersebut. Disini digunakan istilah

energi kinet ik rata-rata karena partikel-part ikel dalam benda tidak memiliki energi

kinetik yang sama. Beberapa part ikel dalam benda lebih cepat gerakannya

daripada beberapa partikel lainnya. Oleh karena itu mereka memiliki energi

kinetik yang lebih besar. Dengan demikial part ikel yang gerakannya lebih lambat

Page 74: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

54

memiliki energi kinetik yang lebih kecil. Perbedaan kecepatan diantara part ikel-

part ikel akan menghasilkan tumbukan diantara mereka. Suatu benda akan

mengalami perubahan suhu karena adanya perubahan energi internal. Perubahan

energi internal yang dikenal dengan energi panas ini terjadi karena gerakan

part ikel ada yang lebih cepat dan lebih lambat. ( SN-27. hal.3. Buku 3, Materi

Pelatihan Terintegrasi SAINS )

Energi panas mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang

suhunya lebih rendah. Energi panas merupakan suatu bentuk energi yang dapat

berpindah karena adanya perbedaan suhu. Benda yang suhunya lebih tinggi

melepas kalor sedangkan benda yang suhunya lebih rendah menerima kalor.

Untuk benda yang jenis dan massanya sama, benda yang lebih panas ( suhunya

tinggi ) mengandung jumlah energi panas yang lebih besar dibandingkan dengan

benda yang dingin ( suhunya rendah ).

Gagasan bahwa kalor berhubungan energi dikerjakan oleh seorang pembuat

minuman dari Inggris, James Prescot t joule (1818-1889). Joule melakukan

sejumlah percobaan yang penting untuk menetapkan pandangan saat ini bahwa

kalor, seperti kerja, mempresentasikan transfer energi. Salah satu bentuk dari

percobaan Joule ditunjukkan seperti gambar berikut :

Beban yang jatuh menyebabkan roda pedal berputar. Gesekan antara air dan

roda pedal menyebabkan temperatur air naik. Joule menentukan bahwa sejumlah

kerja tertentu yang dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor

tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori

(kal) kalor. Nilai ini dikenal dengan tara kalor mekanik : 4,186 J = 1 kal, sehingga

Page 75: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

55

4,186 x 103 J = 1 kkal. Sebagai hasil dari

percobaan ini dan yang lainnya, para ilmuwan

kemudian menginterpretasikan kalor bukan

sebagai zat, dan bahkan bukan sebagai bentuk

energi. Melainkan, kalor merupakan “transfer

energi”. Ketika kalor mengalir dari benda

panas ke benda yang lebih dingin, energilah

yang ditransfer dari yang panas ke yang dingin. Dengan demikian, kalor

merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya

perbedaan temperatur atau perbedaan suhu. Dalam satuan SI, satuan untuk kalor

adalah joule. Bagaimanapun, kalori dan kkal masih tetap digunakan (Giancoli,

2001: 489-490 ).

b. Kalor Mengubah Suhu Zat

Jumlah energi panas yang berpindah dalam interval suhu tertentu disebut

kuantitas panas, yang dinyatakan dengan lambang Q. Satuan kuantitas panas

adalah kalori yang didefinisikan sebagai berikut : 1 kalori adalah jumlah panas

yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 0C yaitu dari

14,5 0C sampai 15,5

0C pada tekanan 1 atmosfer. Selain dinyatakan dalam kalori,

satuan kuantitas panas juga dinyatakan dalam joule.

Jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda dibagi

dengan besar perubahan suhu yang dicapai disebut kapasitas panas dan dinyatakan

dengan lambang C. Sehingga C = dQ / dT ( joule / K ) . Kapasitas panas jenis

Gambar 2.1 Percobaan Joule

Page 76: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

56

didefinisikan sebagai perbandingan jumlah panas (dQ) terhadap hasil kali massa

(m) dan perubahan temperatur (dT) sehingga c = dQ / m d T ( joule / kg.K ).

Kuant itas panas Q yang harus diberikan kepada benda bermassa m untuk

mengubah suhu T1 ke T2 adalah : dQ = m c dT ( joule ). Dalam daerah interval

suhu tertentu, dimana c dapat dianggap konstan maka kuantitas panas yang

diberikan kepada benda bermassa m untuk mengubah dari T1 ke T2 dinyatakan :

Q = mc ( ∆T ) ( joule ) atau Q = mc ( T2-T1 ) ( joule ). Berikut adalah nilai panas

jenis ( c ) beberapa zat pada tekanan konstan 1 atm dan 20 0C.

Tabel 2.3 Kalor jenis zat

NO Bahan Panas Jenis

Zat ( J / kg.

0C )

NO Bahan Panas Jenis Zat

( J / kg. 0C )

1 Aluminium 900 8 Timah 130

2 Kuningan 376 9 Methanol 2400

3 Carbon 710 10 Perak 235

4 Baja 385 11 Uap 2020

5 Kaca 840 12 Air 4180

6 Es 2060 13 Seng 388

7 Besi 450 14 Air raksa 140

c. Kalor Mengubah Wujud Zat

Gambar 2.2 Grafik hubungan antara suhu dan kalor pada es yang dipanaskan hingga menjadi uap

Page 77: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

57

Seperti diketahui bersama bahwa zat dapat mengalami tiga tingkat wujud, yaitu

padat, cair,dan gas. Air dapat berubah bentuk dalam tiga wujud, yaitu di bawah 00

C air berwujud padat atau es, antara 00 C sampai 100

0 C berwujud cair, dan di atas

1000 C pada tekanan 1 atmosfer berwujud gas atau uap air. Dalam proses

perubahan dari wujud yang satu ke wujud yang lain disertai penyerapan panas

atau pelepasan panas.( SN-27 Buku 3. Materi Pelatihan Terintegrasi SAINS.

Depdiknas 2004 )

Perubahan wujud dari padat ke cair atau cair ke gas memerlukan sejumlah

energi. Pada tekanan 1 atmosfer, air 1 kg dipanaskan dari suhu -400 C (es) sampai

semuanya berubah wujud pada suhu 1000 C. Kenaikan suhu rata-rata 20 C terjadi

setiap penambahan panas atau kalor 1 kilokalori ( ces = 0,50 kkal/kg 0 C), tetapi

ketika suhu mencapai 00 C suhu tidak naik meskipun penambahan panas terus

berlangsung. Karena panas masih terus bertambah maka terjadilah perubahan

wujuddari padat ke cair tanpa mengalami perubahan suhu. Penambahan kalor

sampai kira-kira 40 kkal sebagian es tersebut sudah menjadi air. Setelah

penambahan kalor mencapai 80 kkal semua es sudah menjadi air ( melebur ),

tetapi suhunya masih tetap 00 C. Jumlah kalor selama proses perubahan wujud

dari padat menjadi cair ( melebur ) ini disebut kalor lebur.Penambahan kalor lebih

besar dari 80 kkal akan menyebabkan suhu air akan naik lagi.Suhu akan menjadi

tetap lagi pada saat mencapai 1000 C. Penambahan panas akan mengakibatkan

perubahan wujud dari cair menjadi gas dan sampai penambahan kalor mencapai

540 kkal zat cair berubah seluruhnya menjadi gas atau uap. Jumlah penambahan

kalor sampai semuanya menjadi gas inilah yang disebut kalor uap. Berdasarkan

Page 78: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

58

uraian diatas besarnya kalor lebur es = 80 kkal / kg, dan kalor uap es = 540 kkal /

kg. Kalor lebur dan kalor uap ini yang disebut kalor laten. Kalot laten dinyatakan

dalam bentuk persamaan : Q = mL dan Q = mU dimana : Q = panas atau

kalor yang diserap atau dilepaskan pada perubahan wujud, m = massa benda

(kg), L = kalor laten atau kalor lebur (J/kg), U = kalor laten atau kalor uap (J/kg)

d. Azas Black dan Kalorimeter

Alat pengukur kuant itas panas ( Q

), menentukan kapasitas panas( C ) dan

panas jenis ( c ) adalah kalorimeter.

Kalorimeter berdinding ganda terdiri

atas bejana logam berdinding tipis,

permukaan luarnya diberi lapisan nikel

untuk mengurangi kehilangan panas akibat radiasi. Azas Black berlaku pada

kalorimeter. Dalam sistem kalorimeter berlaku hukum kekekalan energi panas,

artinya tidak ada energi kalor yang hilang. Prinsip Azas Black adalah sebagai

berikut : “Jika dua benda mempunyai suhu yang berbeda didekatkan sehingga

terjadi kontak termis, maka suhu akhir kedua benda setelah kesetimbangan t ermis

akan tercapai sama.” Jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor yang diberikan.

Dimisalkan dua benda A dan B yang memiliki suhu awal berbeda Ta > Tb.

Kemudian kedua benda tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter sehingga ada

kontak termis, maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke

benda yang suhunya lebih rendah sampai dicapai suhu kesetimbangan. Kedua

benda memiliki suhu yang sama, misalnya Tc. Perubahan energi panas adalah :

Gambar 2.3 Kalorimeter

Page 79: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

59

∆E = Q = mc∆T. Penurunan energi panas benda A sama dengan kenaikan energi

panas benda B.

maca∆Ta = mbcb∆Tb

maca(Ta-Tc) = mbcb( Tc-Tb)

( m acaTa ) –( macaTc) = ( m bcbTc ) – ( m bcbTb )

( m acaTa )+ ( m bcbTb) = ( m acaTc )+ ( m bcbTc )

( m acaTa )+ (mbcbTb) = Tc (( m aca )+ ( mbcb ))

Tc = ( m acaTa )+ ( m bcbTb ) / ( m aca )+ ( mbcb )

e. Perpindahan Kalor

Kalor merupakan energi yang

berpindah karena ada perbedaan suhu.

Perbedaan suhu ini dapat terjadi dalam

suatu benda atau beberapa benda.

1) Konduksi

Konduksi kalor pada banyak

materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Sementara

satu ujung benda dipanaskan, molekul-molekul ditempat itu bergerak lebih cepat.

Molekul-molekul yang bergerak lebih cepat, bertumbukan dengan tetangga

mereka yang bergerak lebih lambat, mereka mentransfer sebagian dari energi ke

molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian bertambah. Molekul-molekul ini

kemudian juga mentransfer sebagian dari energi dengan molekul-molekul lain

sepanjang benda tersebut. Dengan demikian energi gerakan termal ditransfer oleh

tumbukan molekul sepanjang benda. Menurut teori modern, pada logam,

Gambar 2.4 Konduksi pada logam

Page 80: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

60

tumbukan antara elekt ron-elektron bebas di dalam logam dan dengan atom logam

tersebut terutama mengakibatkan untuk terjadinya konduksi. Perbedaan

temperatur menyebabkan terjadinya konduksi kalor. Kecepatan aliran kalor

melalui benda sebanding dengan perbedaan temperatur antara ujung-ujungnya.

Kecepatan aliran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk

benda yang uniform, sepert i gambar di bawah.

Tabel 2.4 Konduktivitas Termal beberapa zat

Ditemukan dari percobaan bahwa aliran kalor ∆Q per selang waktu ∆T dinyatakan

dengan persamaan seperti berikut : ∆Q / ∆T = kA ( T1-T2 ) / l di mana A

adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antara kedua ujung yang

mempunyai temperatur T1 dan T2, dan k adalah konstanta pembanding yang

disebut konduktivitas termal yang merupakan karakteristik materi tersebut.

Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa kecepatan aliran kalor ( satuan J/s )

Page 81: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

61

sebanding dengan luas penampang lintang dan dengan gradien temperatur

(T1-T2 ) / l . Pada tabel berikut disajikan kondukt ifitas berbagai macam zat.

2) Konveksi

Konveksi memindahkan kalor melalui

perpindahan partikel-part ikel zat dari satu

tempat ke tempat lain. Pemanasan air dalam

bejana diatas panas kompor sebagai

contohkonveksi. Pemuaian air menyebabkan

massa jenis air bagian bawah lebih kecil

dibanding dengan massa jenis air di bagian atas yang bersuhu lebih rendah.

Akibatnya air bersuhu tinggi akan naik dan tempat yang kosong diisi oleh air yang

suhunya lebih rendah. Proses ini terus berulang-ulang hingga seluruh bagian

permukaan air suhunya sama (Gambar 2.5)

Aliran panas konveksi di udara

menyebabkan terjadinya angin. Pada siang

hari tanah lebih mudah naik suhunya

dibanding air. Udara di atas pantai naik dan

udara di atas laut yang mempunyai suhu

lebih rendah mengisi kekosongan maka terjadilah angin laut. Sedangkan pada

malam hari pantai lebih mudah melepaskan panas/kalor dibanding laut. Udara di

atas laut naik dan udara dari darat mengisi kekosongan maka terjadilah angin

darat .

Gambar 2.5 Konveksi pada air

Gambar 2.6 Konveksi dimanfaatkan untuk memanas

kan rumah di daerah dingin

Page 82: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

62

Konveksi dapat dimanfaatkan untuk memanaskan ruangan dalam rumah

seperti pada gambar di di atas ( Gambar 2.6 )

3) Radiasi

Radiasi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat lain tanpa

melalui medium. Contoh radiasi kalor adalah pancaran energi panas matahari

sampai ke bumi. Energi panas /kalor dapat dipindahkan melalui ruang angkasa

dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Istilah radiasi yang dimaksud adalah

pancaran atau emisi energi terus-menerus dari permukaan suatu benda. Energi

radiasi yang dipancarkan oleh suatu permukaan per satuan waktu per satuan luas,

tergantung pada sifat permukaan serta suhunya. Pada suhu rendah radiasi yang

dipancarkan kecil.

Permukaan yang sangat hitam mempunyai emisivitas ( e ) mendekat i 1 dan

permukaan yang mengkilat mempunyai emisivitas ( e ) mendekati 0. Permukaan

mengkilat memancarkan radiasi yang lebih kecil, tetapi juga menyerap sedikit

radiasi yang mengenainya karena sebagian besar dipantulkan. Benda hitam dan

yang sangat gelap menyerap hampir seluruh radiasi yang menimpanya. Maka

dikatakan bahwa benda hitam dan yang sangat gelap merupakan penyerap dan

pemancar yang baik

Kecepatan sebuah benda meradiasikan energi telah ditemukan sebanding

dengan pangkat empat temperatur Kelvin, (T). Yaitu, sebuah benda pada 2000 K

jika dibandingkan dengan benda lain pada 1000 K meradiasikan energi dengan

kecepatan 24 = 16 kali lipat lebih besar. Kecepatan radiasi juga sebanding dengan

Page 83: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

63

luas (A) dari benda yang memancarkannya, sehingga kecepatan energi

meninggalkan benda ( ∆Q / ∆T ) , adalah ∆Q / ∆T = eσA T4

dan persamaan ini

disebut persamaan Stefan-Boltzmann, sedangkan e merupakan konstanta universal

yang disebut konstanta Stefan-Boltzmann yang memiliki nilai e = 5,67 x 10-8

W

/ m2 K

4. Benda apapun tidak hanya memancarkan energi dengan radiasi, tetapi

juga menyerap energi yang diradiasikan oleh benda lain. Jika sebuah benda

dengan emisivitas e dan luas A berada pada temperatur T1, benda ini meradiasikan

energi dengan kecepatan eσA T4. Jika benda tersebut dikelilingi oleh lingkungan

dengan temperatur T2 dan emisivitas tinggi ( = 1 ), kecepatan radiasi energi oleh

sekitarnya sebanding dengan T24. Kecepatan total aliran kalor radiasi dari benda

dinyatakan dengan persamaan : ∆Q / ∆T = eσA (T14- T2

4) di mana A adalah luas

permukaan benda, T1 adalah temperatur dan e emisivitasnya ( pada suhu T1 ), dan

T2 adalah suhu sekelilingnya (Giancoli, 2001: 504-507 ).

B. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah

mendiskusikan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa saling

mendiskusikannya dengan teman kelompok. Akt ivitas dan kreatifitas siswa sangat

memegang peranan pent ing dalam pembelajaran dan pada pembelajaran sains

berbeda dengan pembelajaran sosial tentunya pada kaidah-kaidah tertentu sebab

peranan teman, kelompok dan guru tidak dipisahkan. Ternyata teori ini sesuai

dengan hasil penelitian :

Page 84: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

64

1. Paul Suparno (12007) dalam penelitian yang berjudul “Metodologi

Pem belajaran Fisika Konstuktivistik dan Menyenangkan ”.

Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa penerapan pembelajaran

konstruktivis menyebabkan kadar CBSA siswa meningkat dan kemampuan

akademik siswa juga meningkat serta meningkatkan efisiensi KBM, karena pada

pembelajaran konstruktivis peranan siswa merupakan wilayah yang strategis

sehingga sangatlah menguntungkan bagi guru tidak banyak ceramah di depan

siswa, hal ini peranan guru sangat maksimal atau dengan kata lain guru

(fasilitator) lebih kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran.

2. Wiwik Dwi Erminingsih (2008), dalam penelitian yang berjudul “Remidiasi

Dengan Menggunakan Peta Konsep dan Teka-Teki Silang Pada Belajar

Tuntas Fisika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa.”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi siswa pada kelompok

peta konsep dan teka teki silang mempunyai perbedaan kemampuan akademik

secara signifikan baik pada skor normatif maupun pada skor patokan. Pada tes

evaluasi akhir, perbedaan jumlah ide dan skor sangat signifikan kelompok

motivasi tinggi dan kelompok motivasi rendah pada belajar tuntas individual.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa jika diajarkan dalam pembelajaran peta

konsep dan teka-teki silang lebih responsif baik akt ivitas maupun prestasi. Disini

sangat terlihat jelas bahwa peranan perubahan pembelajaran sangat tergantung

dari bagaimana seorang pengajar dalam hal ini guru sangat strategis dalam

menentukan m etode apa yang digunakan.

Page 85: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

65

3. Endang Purwaningsih Agustina (2004) dalam penelitian yang berjudul

“Efektivitas Metode Pem belajaran Kooperatif Jigsaw dan Peta Konsep

Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari minat Belajar dan intelgensi

Siswa..

Hasil penelitian ini sangat signifikan karena paradikma baru dalam dunia

pendidikan tidak sia-sia akan menghasilkan hal sangat relevan dengan

keberadaannya, terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran kooperatif jigsaw dibandingkan dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran konvensional secara signifikan dan terdapat perbedaan

rata-rata yang signifikan antara siswa yang mempunyai minat tinggi dengan siswa

yang mempunyai minat rendah.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan dari kajian yang telah diuraikan, dapat dikemukakan kerangka

pemikiran pada penelitian ini bahwa keberhasilan sebuah proses belajar mengajar

ditentukan dari prestasi yang diperoleh siswa. Faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar ditentukan dari model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, serta keterlibatan akt if dan kreatif

siswa selama KBM dalam bentuk aktivitas belajar dan kreatifitas siswa, sepert i

ditunjukkan pada gambar mengenai kerangka pemikiran penelitian berikut :

Page 86: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

66

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian

Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang

tidak sesuai terhadap suatu pokok bahasan tertentu akan berpengaruh terhadap

keberhasilan proses belajar mengajar. Guru yang hanya menguasai satu atau

beberapa metode pembelajaran tertentu saja akan mengalami kesulitan dalam

proses belajar mengajar dan dapat dipastikan bahwa prestasi belajar siswa akan

rendah. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis model

pembelajaran. Guru harus dapat memilih dengan tepat model-model pembelajaran

yang disesuaikan dengan pokok bahasan.

Pembelajaran konstukt ivis peta konsep dan teka-teki silang merupakan

satu model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstrukt ivisme,

dimana siswa secara akt if membina pengetahuannya dan dapat menemukan

sendiri konsep-konsep pengetahuan yang sulit dan mentransformasi informasi

kom pleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Pembelajaran konstruktivis model

Kelas Eksperimen Satu

Permasalahan KBM Siswa 7 SMP

Minat Belajar

Pembelajaran

Teka-teki silang

Kelas Eksperimen Dua

Pembelajaran Peta Konsep

Kreatifitas Siswa

Prestasi Belajar Fisika

Minat Belajar

Kreatifitas Siswa

Page 87: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

67

peta konsep dan teka-teki silang merupakan model pembelajaran yang

menekankan siswa bekerjasama dalam kelom pok-kelompok belajar.

Dari yang telah diuraikan, dapat diperkirakan bahwa pembelajaran

konstruktivis dengan menerapkan peta konsep dan teka-teki silang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Akt ivitas belajar dan kreatifitas siswa dapat

timbul pada diri siswa apabila ada dorongan perasaan dari dalam diri siswa sendiri

yang berbentuk kesadaran untuk belajar. Kesadaran siswa untuk belajar

tergantung dari perhatian siswa mengikuti PBM. Perhatian siswa terhadap PBM

suatu mata pelajaran akan tampak dari cara siswa bert indak, memperhatikan dan

melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran. Bila

siswa berminat terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan berbuat,

bert indak dan memusatkan pikirannya terhadap mata pelajaran secara sungguh-

sungguh. Tetapi sebaliknya apabila seorang siswa kurang berminat terhadap

suatau pelajaran, maka siswa tersebut tidak akan menampakkan kesungguhannya

terhadap pelajaran tersebut.

Agar timbul minat belajar dan kreatifitas pada diri siswa, diperlukan suatu

kondisi yang menciptakan pembelajaran yang menarik perhatian siswa.

Pembelajaran dapat menarik perhatian siswa jika pada diri siswa ada rasa ingin

tahu, ada relevansi antara mata pelajaran yang diberikan dengan kebutuhan siswa.

Guru perlu menumbuhkan minat belajar dan kreatifitas dengan memperkenalkan

model pembelajaran menarik, pengelolaan kelas melalui iklim belajar yang

menarik dengan cara mempersiapkan lembar kerja siswa, membentuk kelompok-

kelompok belajar, menggunakan media pembelajaran yang menarik hingga

Page 88: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

68

pembuatan alat evaluasi. Penciptaan kondisi kelas yang menarik akan

menumbuhkan minat belajar dan kreatifitas tinggi. Siswa yang mempunyai minat

belajar dan kreatifitas tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi

dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar dan kreatifitas rendah.

Kerangka berpikir yang telah diuraikan menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran, minat dan akt ivitas belajar siswa merupakan faktor

keberhasilan PBM yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari konsep

pemahaman yang telah diuraikan ada dugaan terdapat interaksi antara penggunaan

model pembelajaran konstrukt ivis menggunakan peta konsep dan teka-teki silang

terhadap prestasi belajar, antara minat belajar dengan prestasi belajar dan antara

kreativits siswa terhadap prestasi belajar. Dengan demikian dapat ditarik dugaan

bahwa ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran konstrukt ivis

dengan menggunakan peta konsep dan teka-teki silang, ditinjau dari minat dan

kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada pokok bahasan Suhu

dan Kalor.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka

dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses

pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang

2. Ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki

tingkat minat t inggi dan rendah

Page 89: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

69

3. Ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki

kreativitas tinggi dan rendah

4. Ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang

dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika

5. Ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang

dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika

6. Ada pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan kreativitas

terhadap prestasi belajar IPA-fisika

7. Ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika

Page 90: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

70

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Toroh, Kabupaten Grobogan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2008/2009 yaitu bulan

Februari 2009 sampai Juni 2009 dengan jadwal penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun Pelajaran 2008/2009

Feb Mart Aprl Mei Juni 1 Pengajuan Judul X 2 Seminar proposal X 3 Perizinan X 4 Penyusunan Instrumen Pembelajaran X 5 Penyusunan Instrumen Tes X 6 Uji Coba Instrumen X 7 Analisa Ujicoba X 8 Pelaksanaan Penelitian X X 9 Pengambilan Data X 10 Pengolahan Data X 11 Pengolahan dan Analisa Data X 12 Penyusunan laporan Lengkap X X 13 Ujian Tesis X 14 Revisi X

Page 91: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

71

B. Metode Penelitian

Metoda penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari penyelesaian

masalah dari kajian teori, pengujian teori untuk mendapatkan suatu tujuan. Kategori

penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen sungguhan (true

experimenal research) yang bertujuan menyelidiki kemungkinan saling hubung

sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen,

satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau

lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Sumadi Suryobroto, 1998).

C. Rancangan dan Variabel Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan pengaruh antara pembelajaran konstruktivis dengan

menggunakan Peta Konsep dan Teka-Teki Silang terhadap prestasi belajar Fisika,

yang ditinjau dari minat belajar dan kreatifitas siswa pada materi pembelajaran Suhu

dan Kalor. Dengan memperhatikan variabel yang terlibat dan untuk mencapai tujuan,

maka rancangan digunakan adalah faktorial 2x2x2.

Tabel 3.2. Rancangan Penelitian

Minat (B1) Minat (B2)

Model Pembelajaran Kreativitas Tinggi (C1)

Kreativitas Rendah (C2)

Kreativitas Tinggi (C1)

Kreativitas Rendah (C2)

Peta Konsep (A1) (A1B1C1) (A1B1C2) (A1B2C1) (A1B2C2)

Teka-teki Silang(A2) (A2B1C1) (A2B1C2) (A2B2C1) (A2B2C2)

Page 92: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

72

Rencana penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri atas 8 sel. Secara

umum setiap sel dapat dijelaskan sebagai berikut : model (A), minat (B) dan

Kreativitas (C). Indek (A) dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: indek (A1)

menunjukkan metode eksperimen dengan lab riil dan indek (A2) menunjukkan

metode eksperimen dengan lab virtual. Indek (B) dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu: indek (B1) menunjukkan kemampuan tingkat berpikir abstrak dan

indek (B2) menunjukkan kemampuan tingkat berpikir konkrit. Demikian juga indek

(C) dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu indek (C1) menunjukkan kreativitas

tinggi dan indek (C2) menunjukkan kreativitas rendah. Keterangan tiap-tiap sel

adalah sebagi berikut :

(A1B1C1) : kelompok peserta didik yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

tinggi mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode peta konsep.

(A1B1C2) : kelompok peserta didik yang yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

rendah mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode peta konsep.

(A1B2C1) : kelompok peserta didik yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

tinggi mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode peta konsep.

(A1B2C2) : kelompok peserta didik yang yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

rendah mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode peta konsep.

(A2B1C1) : kelompok peserta didik yang memiliki minat rendah dan kreativitas

tinggi mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode teka-teki

silang.

Page 93: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

73

(A2B1C2) : kelompok peserta didik yang yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

rendah mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode teka-teka

silang.

(A2B2C1) : kelompok peserta didik yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

tinggi mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode teka-teki

silang.

(A1B2C2) : kelompok peserta didik yang yang memiliki minat tinggi dan kreativitas

rendah mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode teka-teki

silang.

2. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.

1) Definisi operasional

Model Pembelajaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2) Skala pengukuran : dengan dua kategori yaitu :

a) Pembelajaran Konstruktivis Peta Konsep.

b) Pembelajaran Konstruktivis Teka-Teki Silang.

b. Variabel Terikat.

Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi belajar Fisika.

1) Definisi operasional

Prestasi belajar fisika adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

fisika. Domain kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan

Page 94: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

74

intelektual dan memiliki karakteristik seperti memahami informasi, mengorganisasi

jawaban dan mengevaluasi informasi serta tindakan.

a) Skala pengukuran : interval

b) Indikator : Nilai tes prestasi pada pokok bahasan Suhu dan Kalor

c. Variabel Moderator / Atribut.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Minat Belajar siswa dan kreatifitas

siswa. Minat belajar siswa adalah keinginan atau hasrat dalam suatu kegiatan belajar

untuk mencapai tujuan tertentu yaitu nilai bagus, dan Kreatifitas adalah bentuk

aktivitas imajiatif yang mampu menghasilkan sesuatu bersifat orisinil, murni, asli

dan bermakna.

Skala pengukuran : Interval yang dipandang nominal dengan 2 kategori yaitu;

1. Minat belajar dan kreatifitas kategori tinggi

2. Minat belajar dan kreatifitas kategori rendah . ]

Indikatornya :

a. Minat belajar dan kreatifitas kategori tinggi jika > mean + ½ standar deviasi

b. Minat belajar dan kreatifitas kategori rendah jika < mean – ½ standar deviasi

D. Populasi dan S ampel

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (1997) adalah keseluruhan

subyek penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1980) adalah keseluruhan obyek

penelitian yang dapat terdiri manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa, sebagai sumber data yang mewakili

Page 95: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

75

karakteristik tetrtentu di dalam penelitian. Sedangkan menurut Nazir (1998) adalah

kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, populasi yang dipakai adalah seluruh siswa kelas 7 SMP

Negeri 2 Toroh Kab. Grobogan, Tahun Pelajaran 2008/2009 sebanyak 8 kelas,

dengan jumlah siswa 320 orang.

2. Sampel

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil dari seluruh populasi yang

diteliti sebanyak 320 orang siswa yang terdiri dari 80 orang siswa kelompok

pembelajaran konstruktivis peta konsep dan 80 orang siswa untuk kelompok

pembelajaran konstruktivis Teka-Teki Silang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan cara untuk memperoleh sampel

sehingga diperoleh sampel yang dapat berfungsi menggambarkan keadaan populasi

yang sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 1977). Dalam penelitian ini mengambil teknik

sampel Cluster Random Sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan

kelompok. Sampel yang dipilih bukan sekelompok individu-individu yang berdiri

senidiri-sendiri melainkan individu-individu yang bersama-sama berada dalam satu

tempat dengan mempunyai persamaan ciri yang ada hubungannya dengan variabel

penelitian.

Populasi yang diambil yakni seluruh siswa kelas 7 sebanyak 320 orang siswa

yang terdiri dari 8 kelas. Dengan teknik cluster random sampling diambil 4 kelas

sebagai sampel penelitian yang kemudian membagi 2 kelas eksperimen

Page 96: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

76

pembelajaran konstruktivis peta konsep dan 2 kelas eksperimen yang lain dengan

pembelajaran konstruktivis Teka-teki silang. Kemudian dua kelas eksperimen

dilakukan uji keseimbangan. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan

keseimbangan kemampuan masing-masing kelompok.

E. Metode Pengumpulan Data

Agar diperoleh data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan,

diperlukan instrumen yang dapat digunakan sebagai pengumpul data. Ada dua

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Metode Tes

Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes yang digunakan untuk

mengukur prestasi belajar setelah siswa mengikuti PBM (Achievement test). Bentuk

tes yang dilakukan berbentuk tes pilihan ganda yang memuat pertanyaan-pertanyaan

tentang materi pada materi pokok Suhu dan Kalor. Banyaknya butir soal tes uraian

yakni 30 item. Tes bentuk pilihan ganda ini menuntut kemampuan siswa secara

menyeluruh untuk mengingat dan mengenal kembali sehingga memacu daya

kreativitas yang tinggi dan mempunyai kelebihan cara pemeriksaannya yang lebih

obyektif.

2. Metoda Angket

Metoda angket yang dimaksud dalam penelitian ini adalah angket yang

digunakan untuk mengukur tingkat kreatifitas siswa melalui lembar pertanyaan yang

harus diisi oleh siswa sebelum siswa mengikuti PBM .

Page 97: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

77

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua

yaitu :

1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian berupa Silabus 2004, Rencana

Pelaksanaan Pengajaran (RPP), lembar tes, lembar pengamatan dan lembar kerja

siswa (LKS).

2. Instrumen dalam pengambilan data yaitu pengamatan aktivitas siswa, angket

kreatifitas siswa dan tes prestasi belajar ranah kognitif.

Dalam penyusunan tes, sebelum tes dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi

sebagai rambu-rambu penjabaran konsep menjadi butir item. Tes yang telah disusun,

kemudian diujicobakan pada populasi yang tidak dijadikan sampel penelitian. Tujuan

uji coba adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar valid

atau benar-benar reliabel atau tidak. Pelaksanaan uji coba dilaksanakan di SMP

Negeri 5 Surakarta, terhadap siswa yang mempunyai kemampuan seimbang dengan

kemampuan populasi yang dijadikan penelitian yaitu kelompok siswa yang

mempunyai rangking 1 sampai dengan 10 pada masing-masing kelas.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Coba Instrumen

1) Validitas Angket

Untuk menentukan validitas item-item dalam angket digunakan rumus

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:

Page 98: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

78

....... 3.1

dimana: rxy = koefisien korelasi

X = skor item

Y = skor total item

N = jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 72)

Untuk mengetahui validitas dari tiap-tiap item, maka rxy yang telah diperoleh

dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 40 dan taraf signifikan 5% yaitu 0,312.

Setiap item dikatakan valid apabila nilai rxy > rtabel, berarti item angket dikatakan

valid apabila rxy > 0,312.

Hasil analisis validitas uji coba angket minat belajar siswa dalam belajar

Fisika yang diujicobakan terhadap 40 siswa SMP N 5 Surakarta kelas VII dapat

dilihat pada Lampiran 13. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa 30 item

valid yaitu rxy yang lebih besar dari rtabel = 0,312, dan 5 item soal tidak valid yaitu

item soal 6, 8, 18, 24 dan 35 karena mempunyai rxy kurang dari rtabel = 0,312.

Hasil analisis validitas uji coba angket kreativitas belajar siswa dalam belajar

Fisika yang diujicobakan terhadap 40 siswa SMP N 5 Surakarta kelas VII dapat

dilihat pada Lampiran 14. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa 30 item

valid yaitu rxy yang lebih besar dari rtabel = 0,312, dan 5 item soal tidak valid yaitu

item soal 6, 7, 15, 17 dan 26 karena mempunyai rxy kurang dari rtabel = 0,312.

Page 99: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

79

2) Reliabilitas Instrumen Angket

Untuk menguji reliabilitas instrumen angket, dalam penelitian ini digunakan

teknik Alpha sebagai berikut:

....... 3.2

di mana: r11 = reliabilitas

n = banyaknya item

Σ δi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

δt2

= varians total

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 109)

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen angket, maka r11 yang telah

diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 40 dan taraf signifikan 5% yaitu

0,312. Setiap item dikatakan reliabilitas apabila nilai rxy > rtabel atau rxy > 0,312.

Hasil analisis reliabilitas uji coba angket minat belajar siswa dalam belajar

Fisika yang diujicobakan terhadap 40 siswa SMP N 5 Surakarta kelas VIII A dapat

dilihat pada lampiran 13. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa instrumen

uji coba angket minat belajar siswa dalam belajar Fisika reliabel dan mempunyai

reliabilitas yang tinggi, karena r11 lebih besar dari rtabel = 0,312, yaitu r11 = 0,810 jauh

diatas rtabel = 0,312.

Hasil analisis reliabilitas uji coba angket kreativitas belajar siswa dalam

belajar Fisika yang diujicobakan terhadap 40 siswa SMP N 5 Surakarta kelas VIII A

dapat dilihat pada lampiran 14. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa

instrumen uji coba angket kreativitas belajar siswa dalam belajar Fisika reliabel dan

Page 100: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

80

mempunyai reliabilitas yang tinggi, karena r11 lebih besar dari rtabel = 0,312, yaitu r11

= 0,796 jauh diatas rtabel = 0,312.

3) Validitas Item Tes

Untuk menentukan validitas item-item tes digunakan rumus γpbi sebagai

berikut:

....... 3.3

di mana γpbi = Koeffisien korelasi biserial

M p = rerata skor dari subyek yang menjawab benar bagi item yang dicari

validitasnya.

M t = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p)

(Suharsimi Arikunto, 2006: 79)

Untuk mengetahui validitas dari tiap-tiap item, maka γpbi yang telah diperoleh

dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 40 dan taraf signifikan 5% yaitu 0,312.

Setiap item dikatakan valid apabila nilai γpbi > rtabel, berarti butir soal tes dikatakan

valid apabila γpbi > 0,312. Analisis validitas uji coba tes pada penelitian yaitu analisis

validitas uji coba instrumen tes prestasi belajar. Analisis validitas uji coba instrumen

tes prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran 12.

Hasil analisis validitas item soal tes prestasi belajar yang diujicobakan

terhadap 40 siswa SMP N 5 Surakarta kelas VII menunjukkan bahwa item yang valid

Page 101: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

81

yaitu rxy yang lebih besar dari rtabel = 0,312, sebanyak 40 soal. Sedangkan 5 soal

lainnya tidak valid karena rxy < 0,312 yaitu item soal 12, 17, 22, 26, dan 41.

4) Reliabilitas Soal

Untuk menguji reliabilitas tes, dalam penelitian ini digunakan rumus Kuder

dan Richardson (K – R 20) sebagai berikut:

....... 3.4

di mana: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

(q = 1 - p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

St = standar deviasi dari tes

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 100-101)

Untuk mengetahui reliabilitas dari tiap-tiap item, maka r11 yang telah

diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 40 dan taraf signifikan 5% yaitu

0,312. Setiap item dikatakan reliabilitas apabila nilai rxy > rtabel atau rxy > 0,312.

Analisis reliabilitas uji coba tes pada penelitian ini yaitu analisis reliabilitas

instrumen uji coba tes prestasi belajar. Analisis reliabilitas uji coba instrumen tes

prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran 12.

Page 102: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

82

Analisis reliabilitas uji coba instrumen tes prestasi belajar menunjukkan soal

tes uji coba tes prestasi belajar reliabel dan mempunyai reliabilitas yang tinggi,

karena r11 lebih besar dari rtabel = 0,312, yaitu r11 = 0,777 jauh diatas rtabel = 0,312.

5) Derajat Kesukaran Soal

Soal yang baik untuk alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat

kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

Untuk mengetahui derajat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran dicari dengan rumus:

....... 3.5

di mana: P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

Js = jumlah responden (siswa)

Menurut ketentuan yang diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan

sebagai berikut:

a). Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

b). Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

c). Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Dari klasifikasi diatas, soal yang dianggap baik adalah yang mempunyai indeks

kesukaran 0,30 sampai 0,70.

(Suharsimi Arikunto,2006 : 208-210)

Analisis derajat kesukaran soal uji coba pada penelitian ini yaitu analisis

derajat kesukaran instrumen uji coba tes prestasi belajar. Analisis derajat kesukaran

uji coba instrumen tes prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran 12. Hasil analis

Page 103: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

83

derajat kesukaran uji coba instrumen tes prestasi belajar dapat dilihat terdapat 41

butir soal yang sedang dan 2 butir soal mudah yaitu item 17 dan 22 serta 2 butir soal

sulit yaitu item 26 dan 41.

6) Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah) (Suharsimi Arikunto, 2006: 211). Rumus untuk menentukan

daya pembeda (indeks diskriminasi) setiap item adalah:

....... 3.6

di mana:

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Adapun klasifikasi daya pembeda sebagai berikut :

D : 0,00 - 0,20 = jelek

D : 0,20 - 0,40 = cukup

D : 0,40 - 0,70 = baik

D : 0,70 - 1,00 = baik sekali

D : negatif berarti soal tidak baik

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 213-218)

Page 104: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

84

Analisis daya pembeda soal uji coba pada penelitian ini yaitu analisis daya

pembeda soal instrumen uji coba tes prestasi belajar. Analisis daya pembeda soal uji

coba instrumen tes prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran 12.

Hasil analis daya pembeda soal uji coba instrumen tes prestasi belajar dapat

dilihat terdapat 12 butir soal yang baik, 28 butir soal yang cukup, dan 5 butir jelek

sekali (tidak baik).

2. Uji Hipotesis

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang terdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan metode Liliefors.

Pada metode Lilliefors, setiap data X1 diubah menjadi bilangan baku zi dengan

transformasi:

zi = ....... 3.7

S = ....... 3.8

S (z1) =

X1 = nilai masing-masin siswa

Keterangan

n = jumlah siswa

X = nilai siswa

Page 105: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

85

= ....... 3.9

Statistik uji untuk metode ini ialah:

L = Maks F(zi) – S (zi) ....... 3.10

Dengan;

F(zi) = P (Z ≤ zi)

Z ∼N (0,1)

S (zi) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh zi

DK = {LL > Lα;n} dengan n adalah ukuran sampel

(Budiyono, 2004: 170-172)

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari

sejumlah populasi sama atau tidak. Untuk uji homogenitas menggunakan uji Bartlett .

Rumus yang digunakan adalah:

χ2 = ....... 3.11

Dengan :

χ2∼χ2 (k-1)

K = banyaknya populasi = banyaknya sampel

N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

fj = N – k = = derajat kebebasan untuk RKG

Page 106: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

86

c = 1 + ; ....... 3.12

SSj = ; ....... 3.13

RKG = rataan kuadrat galat = ....... 3.14

Daerah kritik : DK = {χ2χ2 > χ2 a;k-1}

(Budiyono, 2004:176-177)

3) Uji Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga

jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek

tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas

terhadap variabel terikat. Adapun modelnya sebagai berikut.

Xijkl = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + (αγ) ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + εijkl ....... 3.15

dengan:

Xijkl = data ke-1 pada faktor A kategori ke-i, faktor B kategori ke-j, dan faktor C

kategori ke-k;

µ = rerata dari seluruh data (rerata besar);

αi = efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat;

βj = efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat;

γk = efek faktor C kategori ke-k pada variabel terikat

(αβ)ij= kombinasi efek faktor A dan B

Page 107: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

87

(βγ)jk = kombinasi efek faktor B dan C

(αγ) ik = kombinasi efek faktor A dan C

(αβγ)ijk = kombinasi efek faktor A,B, dan C

εijkl = deviasi data Xijkl terhadap rataan populasinya (µij?) yang berdistribusi normal

dengan rataan 0

i = 1,2,...p ; p = banyaknya kategori pada variabel A

1. pemberian pembelajaran dengan peta konsep

2. pemberian pembelajaran dengan peer tutoring

j = 1,2, ,....q; q = banyaknya kategori pada variabel B

1. Minat belajar tinggi

2. Minat belajar rendah

k = 1,2,...r; r = banyaknya kategori pada variabel C

1. Kreatifitas tinggi

2. Kreatifitas rendah

l = 1,2,...,n;n = banyaknya data amatan pada setiap sel

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Hipotesis

a) H0A : αi = 0 untuk setiap i

H1A : αi ≠ 0 paling sedikit ada satu αi yang tidak nol

b) H0B : βj = 0 untuk setiap j

H1B : βj ≠ 0 paling sedikit ada satu βj y ang tidak nol

c) H0C : γk = 0 untuk setiap k

HIC : γk ≠ 0 paling sedikit ada satu γk yang tidak nol

Page 108: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

88

d) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1,2, .....,q

H1AB : (αβ)ij ≠ 0 paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol

e) H0AC : (αγ)jk = 0 untuk setiap j = 1,2,...,p dan k = 1,2,...,r

H1AC : (αγ)jk ≠ 0 palin sedikit ada satu (αγ)jk yang tidak nol

f) H0BC : (βγ)jk = 0 untuk setiap j = 1,2,...,q dan k = 1,2, ...,r

H1BC : (βγ)jk ≠ 0 paling sedikit ada satu (βγ)jk yang tidak nol

2) Komputasi

Rerata harmonik frekuensi seluruh sel

....... 3.16

Dengan: ni = rataan harmonik frekuensi seluruh sel

p = banyaknya baris

q dan r = banyaknya kolom

nijk = ukuran sel ijk (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j dan ke-k)

Ada 7 besaran pada analisis variansi tiga jalan ini;

(1) ....... 3.17

(2) ....... 3.18

(3) ....... 3.19

(4) ....... 3.20

Page 109: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

89

(5) ....... 3.21

(6) ....... 3.22

(7) ....... 3.23

(8) ....... 3.24

(9) ....... 3.25

Terdapat 9 jumlah kuadrat pada analisis variansi tiga jalan berikut ini;

JKA = (3) –(1) JKB = (4) – (1)

JKC = (5) – (1) JKAC = (1) + (7) - (3) - (5)

JKAB = { (1)+(6)-(3)-(4)} JKBC= (1)+(8)-(4)-(5)

JKBC = (3) + (4) + (5) + (9) – (1) - (6) – (7) - (8)

JKG = (2) – (9)

JKT = (2) – (1) atau (JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKABC + JKG)

Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah :

dkA = p-1; dkB = q-1;

dkC = r-1; dkAB = (p-1) (q-1);

dkAC = (p-1) (r-1) ; kBC = (q-1) (r-1);

dkABC = (p-1) (q-1) (r-1); dKG = N-pqr;

dktT = N-1

Page 110: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

90

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh

rataan kuadrat sebagai berikut:

3) Statistik uji

Statistik uji yang digunakan adalah:

a) Untuk H0A adalah yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p-1 dan N-pqr;

b) Untuk H0B adalah yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q-1 dan N-pqr;

c) Untuk H0C adalah yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan r-1 dan N-pqr;

d) Untuk HoAB adalah yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1) (q-1) dan N-pqr.

e) Untuk HoAC adalah yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1) (r-1) dan N-pqr.

f) Untuk HoBC adalah yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (q-1) (r-1) dan N-pqr

Page 111: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

91

g) Untuk HoABC adalah yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan (p-1) (q-1) (r-1) dan N-

pqr

4) Daerah Kritik

Untuk Fa adalah DK = {FF > Fα;p-1,n-p}

Untuk Fb adalah DK = {FF > Fα;q-1,n-q}

Untuk Fc adalah DK = {FF > Fα;r-1,n-r}

Untuk Fab adalah DK = {FF > Fα;(p-1) (q-1),n-pq}

Untuk Fac adalah DK = {FF > Fα;(p-1) (r-1),n-pr}

Untuk Fbc adalah DK = {FF > Fα;(q-1)(r-1),n-qr}

Untuk Fabc adalah DK = {FF > Fα;(p-1) (q-1)(r-1),n-pqr}

5) Rangkuman Analisis

Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs Fa

Baris (A)

Kolom (B)

Kolom (C)

Interaksi (AB)

Interaksi (AC)

Interaksi (BC)

Interaksi ABC)

Galat (G)

JKA

JKB

JKC

JKAB

JKAC

JKABC

JKABC

JKG

p-1

q-1

r-1

(p-1)(q-1)

(q-1)(r-1)

(q-1)(r-1)

(p-1)(q-1)(r-1)

N-pqr

RKA

RKB

RKC

RKAB

RKAC

RKBC

RKABC

RKG

Fa

Fb

Fc

Fab

Fac

Fbc

Fabc

-

F*

F*

F*

F*

F*

F*

F*

-

Total JKT N-1

Page 112: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

92

d. Uji Komparasi Ganda

Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan

kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan

metode Scheffe.

Langkah – langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe adalah :

1) Identifikasi semua pasangan komparasi yang ada

2) Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi

3) Menentukan tingkat signifikansi

4) Mencari harga statistik uji F antara lain :

a) Komparasi Rataan Antar Kolom

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah :

....... 3.26

dengan

F.i – .j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke i dan kolom ke j

= rataan pada kolom ke-i

= rataan pada kolom ke-j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan

analisa varian

n.i = ukuran sample kolom ke-i

n.j = ukuran sample kolom ke-j

sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah

Page 113: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

93

b) Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang sama

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah :

....... 3.27

dengan :

Fij – kj = rataan Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan

rataan pada sel kj

= rataan pada sel ij

= rataan pada sel kj

RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan

analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah

c) Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom Yang Sama

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :

....... 3.28

dengan :

Page 114: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

94

Fij – kj = rataan Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan

rataan pada sel kj

= rataan pada sel ij

= rataan pada sel kj

RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan

analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah

5) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata

6) Menyusun rangkuman analisis

(Budiyono, 2004:213-215)

Page 115: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

95

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah

dilaksanakan. Adapun hasil penelitian yang akan disajikan adalah deskripsi data,

analisis data, pembahasan hasil penelitian dan kelemahan keterbatasan penelitian.

A. DISKRIPSI DATA

Data yang diperoleh dari eksperimen ini adalah data hasil tes prestasi

belajar fisika, data minat belajar siswa dan data kreativitas belajar siswa. Sampel

yang diambil sebanyak 160 siswa yang terbagi: 80 siswa kelompok pembelajaran

peta konsep dan 80 siswa kelompok pembelajaran teka-teki silang. Sampel untuk

kelompok pembelajaran peta konsep adalah siswa kelas 7A dan kelas 7C SMP N

2 Toroh. Sedang untuk kelompok pembelajaran teka-teki silang adalah siswa kelas

7B dan 7D SMP N 2 Toroh. Sampel untuk kelompok try out adalah siswa kelas

VIIA SMP N 5 Surakarta.

Guna memperoleh gambaran tiap data dapat dilihat deskripsi data masing-

masing variabel sebagai berikut :

1. Data Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Peta Konsep dan Teka-Teki Silang

Data prestasi belajar pada pembelajaran peta konsep dan teka-teki silang

diambil setelah proses pembelajaran selesai dilakukan dengan menggunakan soal

tes prestasi belajar yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Deskripsi data

hasil prestasi belajar pada pembelajaran peta konsep dan teka-teki silang dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Page 116: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

96

Tabel 4.1 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada pembelajaran

peta konsep dan teka-teki silang

Uraian Nilai

Peta Konsep Teka-Teki Silang Jumlah Siswa 80 80 Median 8,75 8,50 Modus 8,75 8,25 Maksimum 10,00 9,75 Minimum 7,50 7,00 Rata-rata 8,77 8,48 Standar Deviasi 0,56 0,57 range 2,50 2,75

Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran peta konsep dapat

dijelaskan pada Tabel 4.2. Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran

teka-teki silang dapat dijelaskan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran peta konsep

Interval Frekuensi Persentase (%) 7,50 - 8,00 10 12,5 8,00 - 8,50 22 27,5

8,50 - 9,00 27 33,75 9,00 - 9,50 16 20 9,50 - 10,00 5 6,25

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran teka-teki silang

Interval Frekuensi Persentase (%) 7,00 - 7,55 6 7,5 7,55 - 8,10 15 18,75 8,10 - 8,65 26 32,5 8,65 - 9,20 22 27,5 9,20 - 9,75 11 13,75

Gambar histogram dapat dilihat sebagai berikut:

Page 117: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

97

Gambar 4.1 histogram hasil belajar pada pembelajaran

peta konsep

Gambar 4.2 histogram hasil belajar pada pembelajaran

teka-teki silang

2. Data Prestasi Belajar Pada Minat Belajar Tinggi dan Rendah

Data prestasi belajar pada minat belajar tinggi dan rendah diambil setelah

proses pembelajaran selesai dilakukan dengan menggunakan soal tes prestasi

Page 118: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

98

belajar yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Deskripsi data hasil prestasi

belajar pada minat belajar tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada minat belajar

tinggi dan rendah

Uraian Nilai

Peta Konsep Teka-Teki Silang Jumlah Siswa 79 81 Median 8,75 8,50 Modus 9,00 8,50 Maksimum 10,00 9,50 Minimum 7,50 7,00 Rata-rata 8,77 8,48 Standar Deviasi 0,58 0,55 range 2,50 2,50

Distribusi frekuensi hasil belajar pada minat belajar tinggi dapat dijelaskan

pada Tabel 4.5. Distribusi frekuensi hasil belajar pada minat belajar rendah dapat

dijelaskan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi hasil belajar pada minat belajar

tinggi

Interval Frekuensi Persentase (%) 7,50 - 8,00 11 13,92 8,00 - 8,50 21 26,58 8,50 - 9,00 25 31,65 9,00 - 9,50 16 20,25 9,50 - 10,00 6 7,59

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi hasil belajar pada minat belajar rendah

Interval Frekuensi Persentase (%) 7,00 - 7,50 6 7,41 7,50 - 8,00 14 17,28

8,00 - 8,50 27 33,33 8,50 - 9,00 24 29,63 9,00 - 9,50 10 12,35

Gambar histogram dapat dilihat sebagai berikut:

Page 119: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

99

Gambar 4.3 histogram hasil belajar pada minat belajar

tinggi

Gambar 4.4 histogram hasil belajar pada minat belajar

rendah

3. Data Prestasi Belajar Pada Kreativitas Belajar Tinggi dan Rendah

Data prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi dan rendah diambil

setelah proses pembelajaran selesai dilakukan dengan menggunakan soal tes

prestasi belajar yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Deskripsi data hasil

Page 120: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

100

prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel

4.7.

Tabel 4.7 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar

tinggi dan rendah

Uraian Nilai

Peta Konsep Teka-Teki Silang Jumlah Siswa 79 81 Median 8,75 8,50 Modus 9,00 8,50 Maksimum 10,00 9,50 Minimum 7,50 7,00 Rata-rata 8,77 8,48 Standar Deviasi 0,58 0,55 range 2,50 2,50

Distribusi frekuensi hasil belajar pada kreativitas belajar tinggi dapat

dijelaskan pada Tabel 4.8. Distribusi frekuensi hasil belajar pada kreativitas

belajar rendah dapat dijelaskan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi hasil belajar pada kreativitas belajar

tinggi

Interval Frekuensi Persentase (%) 7,50 - 8,00 11 13,92 8,00 - 8,50 21 26,58 8,50 - 9,00 25 31,65 9,00 - 9,50 16 20,25 9,50 - 10,00 6 7,59

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi hasil belajar pada kreativitas belajar rendah

Interval Frekuensi Persentase (%) 7,00 - 7,50 6 7,41 7,50 - 8,00 14 17,28

8,00 - 8,50 27 33,33 8,50 - 9,00 24 29,63 9,00 - 9,50 10 12,35

Gambar histogram dapat dilihat sebagai berikut:

Page 121: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

101

Gambar 4.5 histogram hasil belajar pada kreativitas belajar

tinggi

Gambar 4.6 histogram hasil belajar pada kreativitas belajar

rendah

4. Data Minat Belajar dan Kreativitas Belajar

Pada penelitian ini data minat belajar diperoleh dari hasil isian angket

minat belajar dengan menggunakan instrumen angket minat belajar yang sudah

diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan data kreativitas belajar diperoleh

Page 122: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

102

dari hasil isian angket kreativitas belajar dengan menggunakan instrumen angket

kreativitas belajar yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Deskripsi data

minat belajar dan kreativitas belajar dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Deskripsi data hasil angket minat dan angket

kreativitas belajar siswa

Uraian Nilai

Minat Kreativitas Jumlah Siswa 160 160 Nilai Tert inggi 107 105 Nilai Terendah 47 45 Rata-rata 75,87 73,99 Standar Deviasi 18,61 18,48 Variansi 346,25 341,38

Siswa sejumlah 160 dikelompokkan ke dalam kategori minat belajar tinggi

bagi siswa yang memperoleh nilai minat belajar diatas rata-rata dan kategori minat

belajar rendah bagi siswa yang memperoleh nilai minat belajar dibawah rata-rata.

Selain dikelompokkan berdasarkan minat belajar, siswa juga dikelompokkan

berdasarkan kreativitas belajar yaitu kategori kreativitas belajar tinggi bagi siswa

yang memperoleh nilai kreativitas belajar diatas rata-rata dan kategori kreativitas

belajar rendah bagi siswa yang memperoleh nilai kreativitas belajar dibawah rata-

rata. Deskripsi data jumlah siswa masing-masing kelom pok disajikan pada Tabel

4.11.

Tabel 4.11. Jumlah sebaran siswa masing-masing kelompok

Kelas Minat Belajar Tinggi Minat Belajar Rendah

Jumlah Kreativitas Tinggi

Kreativitas Rendah

Kreativitas Tinggi

Kreativitas Rendah

Peta Konsep 21 19 18 22 80 Teka-Teki Silang 19 20 21 20 80

Jumlah 40 39 39 42 160

Page 123: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

103

B. ANALISIS DATA

1. Uji Keseim bangan

Uji keseimbangan (uji beda rata-rata) dilakukan untuk mengetahui apakah

kelompok pembelajaran peta konsep dan pembelajaran teka-teki silang dalam

keadaan seimbang atau tidak, sebelum masing-masing mendapat perlakuan.

Sebelum uji keseimbangan maka data yang diperoleh diberi perlakuan uji

normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui

apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dan

untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak

digunakan uji Homogenitas. Data yang dipakai adalah data dokumentasi nilai

Fisika sebelumnya untuk masing-masing kelompok data.

Hasil uji normalitas dengan metode Liiliefors pada Lampiran 16 dan 17,

diperoleh harga statistik uji Lo untuk tingkat signifikasi 0,05 pada masing-masing

kelas yakni sebagai berikut :

Tabel 4.12 Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas

Kelompok Statistik Uji Lo Harga Kritik

Peta Konsep

Teka-Teki Silang

0,0986

0,0901

0,0991

0,0991

Dari tabel 4.12 di atas tampak bahwa harga statistik uji Lo dari masing-

masing kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh

keputusan bahwa Ho diterima. Ini berart i bahwa sampel-sampel dalam penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Page 124: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

104

Hasil uji homogenitas yang menggunakan uji Bart lett pada lampiran 18,

diperoleh harga statistik uji χ2 = 0,066 untuk tingkat signifikan α = 0,05. Angka

ini tidak melebihi harga kritik yaitu 3,841. Dengan demikian diperoleh keputusan

bahwa Ho diterima, hal ini menunjukkan bahwa sampel-sampel dalam penelitian

berasal dari populasi yang homogen.

Uji Keseimbangan antara kelompok pembelajaran peta konsep dan

pembelajaran teka-teki silang dilakukan dengan menggunakan uji-t. Dari

pengujian terhadap data pada lampiran 19, diperoleh t hit = 0,3074. Harga t tab pada

taraf signifikansi 5 % untuk N = 160 adalah 2,576. Karena –t tab < thit < ttab (-

2,576 < -1,1994 < 2,576), maka kemampuan awal siswa pada pembelajaran peta

konsep sama dengan pembelajaran teka-teki silang.

2. Uji Persyaratan Anal isi s

Uji persyaratan analisa meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas menggunakan uji Lillefors dan uji homogenitas menggunakan metode

Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat .

a. Uji Normalitas

Rangkuman hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.13. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Prestasi Belajar Fisika dengan Uji Lilliefors

No Kelompok Lhitung Banyak

data Ltabel

Keputusan Uji

Keterangan

1. Prestasi belajar dengan pembelajaran peta konsep

0,0861 80 0,0991 Tidak ditolak

Normal

2. Prestasi belajar dengan pembelajaran teka-teki silang

0,0845 80 0,0991 Tidak ditolak

Normal

Page 125: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

105

3. Prestasi belajar pada minat belajar tinggi

0,0855 79 0,0997 Tidak ditolak

Normal

4. Prestasi belajar pada minat belajar rendah

0,0712 81 0,0984 Tidak ditolak

Normal

5. Prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi

0,0891 79 0,0891 Tidak ditolak

Normal

6. Prestasi belajar pada kreativitas belajar rendah

0,0903 81 0,0984 Tidak ditolak

Normal

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21, 22, 23, 24, 25

dan 26. Dari hasil uji normalitas tersebut, nampak bahwa data dari masing-masing

variabel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini nampak pada

harga semua Lhitung < harga Ltabel.

b. Uji Homogenitas

1) Uji Homogenitas A1 – A2

Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar fisika terhadap

pembelajaran peta konsep dan pembelajaran teka-teki silang dengan metode

Bartlett menggunakan stat istik uji Chi Kuadrat , diperoleh χ2

hitung = 0,024 <

χ2

tabe l = 3,841 , sehingga Ho tidak ditolak pada taraf signifikansi 0,05 berart i

varian-variannya homogen. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam

Lampiran 27.

2) Uji Homogenitas B1 – B2

Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar fisika terhadap minat

belajar tinggi dan minat belajar rendah dengan metode Bartlett menggunakan

statistik uji Chi Kuadrat, diperoleh χ2

hitung = 0,267 < χ2

tabel = 3,841 , sehingga

Page 126: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

106

Ho tidak ditolak pada taraf signifikansi 0,05 berarti varian-variannya homogen.

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 28.

3) Uji Homogenitas C1 – C 2

Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar fisika terhadap

kreativitas belajar tinggi dan kreativitas belajar rendah dengan metode Bartlett

menggunakan statistik uji Chi Kuadrat, diperoleh χ2hitung = 0,303 < χ

2tabe l =

3,841 , sehingga Ho tidak ditolak pada taraf signifikansi 0,05 berart i varian-

variannya homogen. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 29.

3. Hasil Uji Hipotesis

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tidak sama dan

taraf signifikan (α ) = 0,05 dapat dilihat pada tabel rangkuman data sel dan Tabel

rangkuman analisis variansi yang disajikan dalam Tabel 4.14 dan 4.15

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 30.

Tabel 4.14. Rangkuman Data Sel

Minat Tinggi (B1) Minat Rendah (B2)

Kreativitas Tinggi(C1)

Kreativitas Rendah(C2)

Kreativitas Tinggi(C1)

Kreativitas Rendah(C2)

Pembelajaran Peta Konsep

(A1)

N 21 19 18 22 ∑X 193 164 160 185

9,17 8,64 8,88 8,40 ∑X

2 1769 1426 1420 1556

C 1765 1420 1418 1551 SS 5 6 3 4

Pembelajaran Teka-Teki

Silang (A2)

N 19 20 21 20 ∑X 169 168 180 163

8,88 8,38 8,57 8,13 ∑X

2 1503 1407 1548 1327

C 1499 1403 1543 1320 SS 4 4 5 6

Page 127: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

107

C = ∑ X , SS = ∑X2 – C

Tabel 4.15. Rangkuman Analisis Variansi

Sumber Variansi JK Db RK Fhitung Ftabel Keputusan Uji

Metode Pembelajaran (A) 3,187 1 3,187 12,870 3,911 H0 Ditolak Minat Belajar (B) 3,007 1 3,007 12,146 3,911 H0 Ditolak Kreativitas Belajar (C) 9,492 1 9,492 38,337 3,911 H0 Ditolak Interaksi AB 0,001 1 0,001 0,005 2,672 H0 Diterima Interaksi AC 0,005 1 0,005 0,021 2,672 H0 Diterima Interaksi BC 0,027 1 0,027 0,110 2,672 H0 Diterima Interaksi ABC 0,001 1 0,001 0,002 2,079 H0 Diterima Galat 37,634 152 0,248 Total 53,354 159

Berdasarkan hasil analisa variansi sepert i disajikan pada rangkuman di atas

dapat disimpulkan bahwa:

1) Pada baris utama A (metode pembelajaran), harga statistik uji FA = 12,870

dan F(0,05;1;158) = 3,911, ternyata FA > Ftabel dengan demikian H0A ditolak. Hal

ini berarti prestasi belajar siswa dengan pembelajaran yang menggunakan

pembelajaran peta konsep lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar

siswa yang menggunakan pembelajaran teka-teki silang.

2) Pada kolom utama B (minat belajar siswa), harga statisti uji FB = 12,146 dan

F(0,05;1;158) = 3,911, ternyata FB > Ftabe l dengan demikian H0B ditolak. Hal ini

berarti prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih

baik daripada prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai minat belajar

rendah.

3) Pada kolom utama C (kreativitas belajar siswa), harga statisti uji FC = 38,337

dan F(0,05;1;158) = 3,911, ternyata FC > Ftabe l dengan demikian H0C ditolak. Hal

ini berarti prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai kreativitas belajar

Page 128: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

108

tinggi lebih baik daripada prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai

kreativitas belajar rendah.

4) Pada interaksi AB (metode pembelajaran dan minat belajar siswa), statistik uji

FAB = 0,005 dan F(0,05;3;156) = 2,672, ternyata FAB < Ftabel sehingga H0AB

diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran

fisika dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.

5) Pada interaksi AC (metode pembelajaran dan kreativitas belajar siswa),

statistik uji FAC = 0,021 dan F(0,05;3;156) = 2,672, ternyata FAC < Ftabel sehingga

H0AC diterima. Hal ini berart i tidak terdapat interaksi antara metode

pembelajaran fisika dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

fisika.

6) Pada interaksi BC (minat belajar siswa dan kreativitas belajar siswa), statistik

uji FBC = 0,110 dan F(0,05;3;156) = 2,672, ternyata FBC < Ftabel sehingga H0BC

diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara minat belajar siswa

dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.

7) Pada interaksi ABC (metode pembelajaran, minat belajar siswa dan kreativitas

belajar siswa), statistik uji FABC = 0,002 dan F(0,05;7;152) = 2,079, ternyata FABC

< Ftabel sehingga H0ABC diterima. Hal ini berart i tidak terdapat interaksi

metode pembelajaran, minat belajar siswa dan kreativitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar fisika.

4. Hasil Uji Komparasi Ganda

H0A ditolak maka untuk melacak perbedaan rerata antar dua baris tersebut

cukup dilihat dari nilai rerata pada baris pertama maupun baris ke dua, kemudian

Page 129: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

109

dibandingkan mana yang lebih baik. Pada uji kom parasi ganda diketahui bahwa

FA1-A2 = 12,779 dengan FTabe l = 3,911. Karena FA1-A2 > FTa bel maka keputusannya

ditolak atau ada perbedaan prestasi belajar siswa antara pembelajaran peta konsep

dengan pembelajaran teka-teki silang. Rata-rata prestasi belajar siswa pada

pembelajaran peta konsep ( ) adalah 8,77 dan rata-rata prestasi belajar siswa

pada pembelajaran teka-teki silang ( ) adalah 8,48. Dengan demikian prestasi

belajar siswa pada pembelajaran peta konsep lebih baik dengan pembelajaran

teka-teki silang. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 31.

H0B ditolak maka untuk melacak perbedaan rerata antar dua kolom

tersebut cukup dilihat dari nilai rerata pada kolom pertama maupun kolom ke dua,

kemudian dibandingkan mana yang lebih baik. Pada uji komparasi ganda

diketahui bahwa FB1-B2 = 13,648 dengan FTabe l = 3,911. Karena FB1-B2 > FTabe l

maka keputusannya ditolak atau ada perbedaan prestasi belajar siswa antara minat

belajar tinggi dengan minat belajar rendah. Rata-rata prestasi belajar siswa pada

minat belajar tinggi ( ) adalah 8,77 dan rata-rata prestasi belajar siswa pada

minat belajar rendah ( ) adalah 8,48. Dengan demikian prestasi belajar siswa

pada minat belajar tinggi lebih baik dengan minat belajar rendah. Perhitungan

selengkapnya disajikan dalam Lampiran 31.

H0C ditolak maka untuk melacak perbedaan rerata antar dua kolom

tersebut cukup dilihat dari nilai rerata pada kolom pertama maupun kolom ke dua,

kemudian dibandingkan mana yang lebih baik. Pada uji komparasi ganda

diketahui bahwa FC1-C2 = 38,895 dengan FTabe l = 3,911. Karena FC1-C2 > FTabe l

maka keputusannya ditolak atau ada perbedaan prestasi belajar siswa antara

Page 130: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

110

kreativitas belajar tinggi dengan kreativitas belajar rendah. Rata-rata prestasi

belajar siswa pada kreativitas belajar tinggi ( ) adalah 8,87 dan rata-rata

prestasi belajar siswa pada kreativitas belajar rendah ( ) adalah 8,38. Dengan

demikian prestasi belajar siswa pada kreativitas belajar tinggi lebih baik dengan

kreativitas belajar rendah. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran

31.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hipotesis Pertama

H0A = Tidak ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik jika proses

pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang

H1A = Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik jika proses

pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

A (metode pembelajaran) diperoleh FA = 12,870 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berart i

terdapat perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang

menggunakan pembelajaran dengan peta konsep terhadap siswa yang

menggunakan pembelajaran dengan teka-teki silang. Rerata nilai prestasi belajar

pada kelom pok peta konsep adalah 6,52 dan kelompok teka-teki silang adalah

6,14. Bila dibandingkan antara rerata nilai prestasi belajar kelompok peta konsep

dengan kelompok teka-teki silang ternyata rerata nilai prestasi belajar kelompok

peta konsep lebih tinggi.

Page 131: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

111

Pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode peta konsep lebih baik

dari pada pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode teka-teki silang, hal

ini dikarenakan metode peta konsep mempunyai keunggulan dibanding dengan

metode teka-teki silang. Pembelajaran menggunakan metode peta konsep dapat

membuat siswa berpikir secara teratur dan terarah sesuai dengan konsep yang

diberikan dalam pembelajaran, dan siswa dapat menjabarkan konsep utama

menjadi subkonsep dengan berpikir bebas. Sedangkan pembelajaran

menggunakan metode teka-teki silang, siswa cenderung kurang teratur dan acak

dalam memahami suatu konsep.

2. Hipotesis Kedua

H0B = Tidak ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang

memiliki minat t ingkat t inggi dan rendah

H1B = Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang memiliki

minat tingkat tinggi dan rendah

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

B (minat belajar) diperoleh FB = 12,146 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berarti terdapat

perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang mempunyai

minat belajar tinggi terhadap siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Rerata

nilai prestasi belajar pada siswa yang mempunyai minat tinggi adalah 6,52 dan

siswa yang mempunyai minat belajar rendah adalah 6,14. Bila dibandingkan

antara rerata nilai prestasi belajar siswa yang mempunyai minat belajar tinggi

dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah ternyata rerata nilai prestasi

belajar siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik.

Page 132: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

112

Pembelajaran pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik

dari pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Hal ini dikarenakan minat

belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk melakukan kegiatan belajar dengan

dorongan akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa atau seseorang baik

sikap maupun penguasan ilmu pengetahuan. Dengan demikian siswa yang

mempunyai minat belajar tinggi mempunyai tingkat penguasaan m ateri yang lebih

baik dari pada siswa yang mempunyai m inat belajar rendah.

3. Hipotesis Ketiga

H0C = Tidak ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang

memiliki kreativitas tingkat tinggi dan rendah

H1C = Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang memiliki

kreativitas tingkat tinggi dan rendah

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

C (kreativitas belajar) diperoleh FC = 38,337 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berart i

terdapat perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang

mempunyai kreativitas belajar tinggi terhadap siswa yang mempunyai kreativitas

belajar rendah. Rerata nilai prestasi belajar pada siswa yang mempunyai

kreativitas tinggi adalah 6,52 dan siswa yang mempunyai kreativitas belajar

rendah adalah 6,14. Bila dibandingkan antara rerata nilai prestasi belajar siswa

yang mempunyai kreativitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai

kreativitas belajar rendah ternyata rerata nilai prestasi belajar siswa yang

mempunyai kreativitas belajar tinggi lebih baik.

Page 133: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

113

Pembelajaran pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi lebih

baik dari pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah. Hal ini

dikarenakan kreativitas meliputi rasa ingin tahu, kemampuan bertanya,

mengajukan usul dan gagasan, berani berpendapat secara spontan, menghargai

keindahan, ide pribadi, tidak mudah terpengaruh orang lain, memiliki rasa humor

dan daya imajinatif yang tinggi, mampu mengajukan pemikiran dan gagasan

untuk memecahkan masalah, dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal yang

baru, serta mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan

elaborasi). Dengan mengembangkan kreatifitas pembelajaran bukanlah hal yang

menjemukan, tetapi akan terasa lebih indah, lebih hidup, bukan merupakan beban,

tetapi merupakan hal yang menyenangkan. Dengan demikian siswa yang

mempunyai kreativitas belajar tinggi mempunyai tingkat penguasaan materi yang

lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah.

4. Hipotesis Keempat

H0AB = Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka

teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar fisika

H1AB = Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka teki

silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

AB (metode pembelajaran dan minat belajar) diperoleh FAB = 0,005 < F(0,05;1;156) =

2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi

antara metode pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar

pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan minat

Page 134: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

114

belajar tinggi yang menggunakan pembelajaran peta konsep maupun

pembelajaran teka-teki silang tetap lebih baik dari prestasi belajar fisika siswa

dengan minat belajar rendah.

5. Hipotesis Kelima

H0AC = Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka

teki silang dengan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

H1AC = Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka teki

silang dengan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

AC (metode pembelajaran dan kreativitas belajar) diperoleh FAC = 0,021 <

F(0,05;1;156) = 2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar

fisika siswa dengan kreativitas belajar tinggi yang menggunakan pembelajaran

peta konsep maupun pembelajaran teka-teki silang tetap lebih baik dari prestasi

belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar rendah.

6. Hipotesis Keenam

H0BC = Tidak ada pengaruh interaksi antara tingkat minat dengan tingkat

kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

H1BC = Ada pengaruh interaksi antara tingkat minat dengan tingkat kreativitas

terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

BC (minat belajar dan kreativitas belajar) diperoleh FBC = 0,110 < F(0,05;1;156) =

Page 135: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

115

2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi

antara minat belajar siswa dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan

kreativitas belajar tinggi dan yang mempunyai minat belajar t inggi tetap lebih baik

dari prestasi belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar rendah dan yang

mempunyai m inat belajar rendah.

7 Hipotesis Ketujuh

H0ABC = Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka

teki silang, tingkat minat, dan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar

fisika

H1ABC = Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka teki

silang, tingkat minat, dan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar

fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

ABC (metode pembelajaran dan kreativitas belajar) diperoleh FABC = 0,002 <

F(0,05;1;152) = 2,079, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran, minat belajar siswa dan kreativitas

belajar siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor.

Tidak terdapat interaksi ini dapat diart ikan bahwa antara metode

pembelajaran, minat belajar siswa dan kreativitas belajar siswa tidak saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian pada pembelajaran

peta konsep maupun teka-teki silang, siswa yang mempunyai minat belajar tinggi

Page 136: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

116

dan kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar fisika lebih baik dari

pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah dan kreativitas belajar rendah.

D. Kelem ahan dan Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti berusaha untuk mendapatkan

hasil yang optimal dengan cara menghindarkan kesalahan-kesalahan yang

mungkin timbul. Peneliti menyadari sepenuhnya masih ada kelemahan dan

keterbatasan dalam melaksanakan penelitian. Kelemahan dan keterbatasan

tersebut adalah:

1. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Toroh pada tahun

pelajaran 2008/2009. Peneliti beranggapan jika penelitian ini dilaksanakan

pada sekolah lain hasilnya mungkin tidak akan sama. Hal ini disebabkan

karena perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing sampel.

Sehubungan dengan hal tersebut maka hasil penelitian ini belum dapat

digeneralisasikan secara umum.

2. Instrumen untuk mengambil data angket minat belajar, angket kreativitas

belajar dan tes prestasi belajar fisika hanya diujicobakan pada satu tempat

saja.

Page 137: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik jika proses

pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

A (metode pembelajaran) diperoleh FA = 12,870 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berart i

terdapat perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang

menggunakan pembelajaran dengan peta konsep terhadap siswa yang

menggunakan pembelajaran dengan teka-teki silang. Rerata nilai prestasi belajar

pada kelom pok peta konsep adalah 6,52 dan kelompok teka-teki silang adalah

6,14. Bila dibandingkan antara rerata nilai prestasi belajar kelompok peta konsep

dengan kelompok teka-teki silang ternyata rerata nilai prestasi belajar kelompok

peta konsep lebih tinggi.

2. Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang memiliki minat

tingkat t inggi dan rendah

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

B (minat belajar) diperoleh FB = 12,146 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berarti terdapat

perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang mempunyai

minat belajar tinggi terhadap siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Rerata

nilai prestasi belajar pada siswa yang mempunyai minat tinggi adalah 6,52 dan

siswa yang mempunyai minat belajar rendah adalah 6,14. Bila dibandingkan

Page 138: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

118

antara rerata nilai prestasi belajar siswa yang mempunyai minat belajar tinggi

dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah ternyata rerata nilai prestasi

belajar siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik.

3. Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang memiliki

kreativitas tingkat t inggi dan rendah

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

C (kreativitas belajar) diperoleh FC = 38,337 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berart i

terdapat perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang

mempunyai kreativitas belajar tinggi terhadap siswa yang mempunyai kreativitas

belajar rendah. Rerata nilai prestasi belajar pada siswa yang mempunyai

kreativitas tinggi adalah 6,52 dan siswa yang mempunyai kreativitas belajar

rendah adalah 6,14. Bila dibandingkan antara rerata nilai prestasi belajar siswa

yang mempunyai kreativitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai

kreativitas belajar rendah ternyata rerata nilai prestasi belajar siswa yang

mempunyai kreativitas belajar tinggi lebih baik.

4. Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka teki

silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

AB (metode pembelajaran dan minat belajar) diperoleh FAB = 0,005 < F(0,05;1;156) =

2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi

antara metode pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar

pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan minat

belajar tinggi yang menggunakan pembelajaran peta konsep maupun

Page 139: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

119

pembelajaran teka-teki silang tetap lebih baik dari prestasi belajar fisika siswa

dengan minat belajar rendah.

5. Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka teki

silang dengan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

AC (metode pembelajaran dan kreativitas belajar) diperoleh FAC = 0,021 <

F(0,05;1;156) = 2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar

fisika siswa dengan kreativitas belajar tinggi yang menggunakan pembelajaran

peta konsep maupun pembelajaran teka-teki silang tetap lebih baik dari prestasi

belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar rendah.

6. Tidak ada pengaruh interaksi antara tingkat minat dengan tingkat kreativitas

terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

BC (minat belajar dan kreativitas belajar) diperoleh FBC = 0,110 < F(0,05;1;156) =

2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi

antara minat belajar siswa dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan

kreativitas belajar tinggi dan yang mempunyai minat belajar t inggi tetap lebih baik

dari prestasi belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar rendah dan yang

mempunyai m inat belajar rendah.

Page 140: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

120

7. Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran peta konsep dan teka teki

silang, tingkat minat, dan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama

ABC (metode pembelajaran dan kreativitas belajar) diperoleh FABC = 0,002 <

F(0,05;1;152) = 2,079, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran, minat belajar siswa dan kreativitas

belajar siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka implikasi yang dapat peneliti

sampaikan adalah :

1. Pada pembelajaran Fisika pada materi kalor sebaiknya disajikan dengan

pembelajaran menggunakan metode peta konsep. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep

lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode teka-teki silang.

2. Dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa, dilihat dari faktor

minat belajar dan kreativitas belajar, pembelajaran dengan metode peta konsep

dan teka-teki silang mendapatkan hasil yang lebih baik pada tingkatan minat

belajar dan kreativitas belajar yang tinggi.

3. Tidak ada keterkaitan antara metode pembelajaran baik menggunakan metode

peta konsep dan metode teka-teki silang dengan minat belajar dan kreativitas

siswa baik untuk tingkatan tinggi dan rendah. Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode peta konsep serta minat

Page 141: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

121

belajar tinggi dan kreativitas belajar tinggi maka prestasi belajar fisika siswa

akan m eningkat .

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada kepala sekolah diharapkan memperhatikan dan meningkatkan sarana

dan prasarana sebagai penunjang pencapaian tujuan pembelajaran IPA

khusunya Fisika.

2. Kepada guru Fisika diharapkan dapat melakukan kegiatan pembelajaran

secara baik dengan memperhatikan pendekatan dan metode pembelajaran

yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

3. Kepada pihak sekolah termasuk guru hendaknya selalu berusaha memberikan

motifasi agar siswa-siswanya terus bersemangat untuk belajar, serta

menjadikan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga siswa

betah untuk belajar di sekolah maupun di tempat lain.

4. Kepada siswa diharapkan untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan

mempunyai perhatian yang tinggi dalam belajar agar dapat meraih prestasi

belajar yang baik.

Page 142: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

122

DAFTAR PUSTAKA

Brophy, J.E. 1997. Motivating Student to Learn. Toronto: McGraw Hill.

Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SMP Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdikbud

________. 1995. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Kurikulum SMP. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2004. Model-model Pengajaran dalam Pem belajaran Sains. Bandung: Dikmenum Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA

________. 2003. Kurikulum 2004 SMP. Pedom an Khusus Pengem bangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen, Dikdasmen, Depdiknas

Elliot, Stephen, N. etal. 1999. Educational Psychology. Madison Brown & Benchmark Publisher

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Terjemahan Munadir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Marten Kanginan. 1996. Fisika SMP jilid 2A. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mohammad Nazir. 1988. Metoda Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogyakarta: Penerbit Kanisius

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sardiman A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo

Singgih Gunarso. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Slavin, Robert E. 1994. Education Psychology : Theory and Practice Fourth Edition. Massachusets: allyn and Bacon Publishers

Sudjana. 1996. Metoda Penelitian Statistika. Bandung : Tarsito

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Page 143: PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN TEKA ...... · prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang,

123

Suharsini Arikunto. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sumadi Suryabrata 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa

Suryati. 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar. Makalah

Sutriyono, 1998. Konstruktivism e Dalam Pengajaran Sains dan Matematika. Makalah yang disajikan dalam Seminar Regional Centre for Edication in Science and Mathemat ics (RECSAM) ASEAN-IKIP Semarang Tanggal 4-6 Mei 1998

Thoe, Ng. Khar. 1998. How Student Learn Science Constructivism and Constructivist Appraches. Malaysia: Ministry of Education and Culture, The Republik of Indonesia in Coordination With SAMEO RECSAM

Tipler, Paul A.. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga