pembelajaran kontekstual

26

Click here to load reader

Upload: fe-bryan

Post on 04-Jul-2015

155 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu ciri manusia berkualitas dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 di atas adalah

mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian

salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan nasional adalah ketangguhan dalam iman

dan takwa serta memiliki akhlak mulia.

Selama ini pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-

fakta walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap

materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami

secara mendalam subtansi materinya. Dampaknya, sebagian besar dari siswa tidak

mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan

tersebut akan dimanfaatkan. Mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep yang

berhubungan dengan tempat tinggal dan masyarakat pada umumnya di mana mereka

akan hidup. Siswa memiliki kesulitan memahami konsep akademik sebagaimana mereka

Page 2: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah.

Adapun tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai melalui proses pembelajaran

yang berdasarkan pada kurikulum KTSP adalah melatih cara berfikir dan bernalar,

mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

gagasan. Sedangkan salah satu prinsip pengembangan dalam kurikulum adalah prinsip

berpusat pada anak.

Dipandang dari tujuan pembelajaran secara prinsip pengembangan kurikulum

KTSP tersebut, maka model pembelajaran kontruktifis merupakan salah satu model

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP. Hal tersebut didukung dengan

pendekatan konstruktifis yang berasal dari ide-ide pieget dan vygotsky. Pendekatan

konstruktifis menekankan adanya prinsip terpusat pada peserta didik (student centered

instruction) dan menyarankan penggunaan kelompok-kelompok belajar dalam proses

pembelajaran. Artinya bahwa suatu pembelajaran hendaknya didominasi oleh aktivitas

belajar siswa yang mandiri guna mengkonstruksi pengetahuan bagi diri mereka sendiri.

Dunia pendidikan dewasa ini cenderung kembali kepada pemikiran bahwa anak

akan belajar lebih baik lagi jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih

bermakna jika anak "mengalami" sendiri apa yang dipelajarinya, bukan "mengetahuinya".

Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam

kompetisi "mengingat" jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan

persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan

harus dilakukan.

Page 3: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Seringkali dalam proses pembelajaran materi tidak sejalan dengan kenyataan yang

dihadapi oleh siswa, minimal di tingkat lokal. Padahal proses pendidikan sesungguhnya

dijalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia yang

(minimal) sanggup menyelesaikan persoalan lokal yang melingkupinya. Artinya, setiap

proses pendidikan seharusnya mengandung berbagai bentuk pelajaran dengan muatan

lokal yang signifikan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga output pendidikan adalah

manusia yang sanggup untuk memetakan dan sekaligus memecahkan masalah yang

sedang dihadapi oleh masyarakat dengan life skills yang ia dapatkan di bangku

sekolahnya.

Berdasarkan pengamatan, selama ini dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

guru terbiasa menggunakan metode konvensional, dimana siswa kurang terlibat secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung hanya mendengar dan menerima

penjelasan dari guru tanpa diberi kasempatan untuk mengutarakan pendapatnya secara

lebih luas dan terbuka. Kondisi seperti itu tidak memberdayakan para siswa untuk mau

dan mampu berbuat untuk memperkaya belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan

interaksi dengan lingkungannya. Sehingga tidak akan bisa membangun pemahaman dan

pengetahuan terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Lebih jauh lagi mereka pun

tidak memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya

(learning to be), maupun kemampuan berinteraksi dengan berbagai individu atau

kelompok yang beragam (learning to live together) di masyarakat.

Maka saat ini yang seharusnya dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam

adalah mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi

peserta didik baik dalam pemahaman mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong

Page 4: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan

kepribadiannya. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi terget penguasaan

materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal

dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dengan diterapkan

model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Fisika dapat meningkatkan life

skills siswa. Melalui pembelajaran kontekstual siswa dibawa ke dalam nuansa

pembelajaran yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui proses

pembelajaran yang berbasis masalah, penemuan (inquiry), independent learning, learning

community, proses refleksi, permodelan sehingga dari proses tersebut diharapkan siswa

dapat menghayati dan mengamalkan pelajaran

Pendidikan sebagai rumpun pelajaran mulai dari tingkat dasar sampai dengan

perguruan tinggi yang sarat dengan muatan norma, nilai-nilai dan aktualisasi diri dalam

kehidupan sehari-hari, sudah barang tentu menuntut adanya sejumlah kompetensi yang

harus dimiliki siswa, sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP, kompetensi yang harus

dimiliki siswa mencakup tiga hal yaitu: 1) kompetensi kognitif; 2) afektif; dan 3)

psikomotor. Gabungan dari tiga jenis kompetensi itu yang akan melahirkan life skills

Page 5: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(keterampilan hidup). Tuntutan penguasaan kompetensi yang komprehensif ini akan

berimplikasi pada proses pembelajaran dan penilaian.

Siswa sebenarnya mempunyai kemampuan berfikir yang bagus, pada awal

pembelajaran guru memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani

perbedaan individual siswa, lebih megaktifkan siswa, mendorong mengembangkan

kemampuan baru sehingga menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan

lingkungan masyarakat. Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi responsif dalam

menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki bekal

life skills yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-harinya.

Page 6: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB II

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A.    Konsep Dasar

Pembelajaran merupakan komponen utama dalam proses pendidikan.

Pembelajaran menentukan hasil yang diperoleh siswa selama melalui proses pendidikan,

dalam pembelajaran siswa memperoleh kemampuan dan keterampilan baru serta

perubahan sikap dan perilaku. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran

merupakan suatu  proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan

dievaluasi secara sistematis agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif

dan inovatif.

Inovasi pembelajaran harus senantiasa dilakukan untuk memecahkan masalah

kesulitan belajar siswa dan sebagai upaya mencapai hasil yang lebih baik. Inovasi

pembelajaran bisa dilakukan secara mendasar atau hanya berupa tambahan yang secara

fondasi masih memakai prinsip lama. Inovasi pembelajaran saat ini banyak bermunculan

contohnya kuantum teaching, contextual teaching and learning (CTL), SAVI, dan masih

banyak lagi.

Salah pembelajaran hasil inovasi adalah CTL yang merupakan akronim dari

Contextual Teaching and Learning. Bila melihat sejumlah teori pembelajaran, maka CTL

dapat digolongkan pada model pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu proses

membutuhkan cara atau langkah pelaksanaan, cara ini terdapat macam istilah. Ada

Page 7: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran; teknik

pembelajaran; taktik pembelajaran; dan model pembelajaran.

Model pembelajaran adalah kesatuan antara pendekatan, strategi, metode,

teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai utuh. Jadi, model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan wujud  dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran ialah model pembelajaran kontekstual (CTL),

model pembelajaran ini bisa mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan

situasi nyata siswa serta bisa membantu siswa menerapkan materi yang dipelajarinya

dalam kehidupan sehari-hari. Secara etimologis atau asal kata, kata kontekstual

(contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana, dan

keadaan (konteks)”. Secara umum kata kontekstual berarti : yang berkenaan, relevan, ada

hubungan, atau kaitan langsung, mengikuti konteks ; yang membawa maksud, makna,

dan kepentingan (Rini Hermawati, 2010 : 1).

Menurut Depdiknas, pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi

nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Sumiati, 2008 : 14). 

Johnson, seorang tokoh pendidikan mengemukakan bahwa CTL merupakan suatu

proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran

yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Supinah, 2009 : 40).

Page 8: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep yang membantu guru untuk

mengaitkan antara materi ajar dengan situasi nyata siswa, yang dapat mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam

kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardiman, 2007 : 222).

Definisi CTL secara istilah teknis merupakan suatu model pembelajaran yang

mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks kehidupan peserta didik

( konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan /

keterampilan yang secara fleksibel dapat ditransfer dan diterapkan dari satu permasalahan

/ konteks ke permasalahan / konteks lainnya dengan tujuan membantu siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya (Ahmad Rosyidi, 2010 : 1). Jadi,

pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam

memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha

mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia

nyata.

Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivisme yaitu sebuah filosofi

tentang belajar yang berpandangan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa

harus mengkonstruksi apa yang ada di dalam benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan

itu tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi yang terpisah tetapi

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme ini mengakar pada

filsafat pragmatisme yang lahir pada awal abad ke 20 silam.

Menurut pandangan salah satu tokoh konstruktivistik Ernest, bahwa perolehan

pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman

Page 9: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

yang lebih khusus ialah pengetahuan  tertanam dalam benak sesuai dengan skemata yang

dimiliki seseorang (Supinah, 2009 : 39).

Kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika

lingkungan diciptakan alami dikarenakan sistem atau teknik pembelajaran yang

digunakan sekarang pada umumnya berorientasi pada target penguasaan materi, hanya

berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak

dalam kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Ini terjadi

karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai fakta yang

harus dihafal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.

Pencetus pembelajaran kontekstual adalah John Dewey pada 1918, ia

merumuskan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan

pengalaman dan minat siswa. Pemakaian pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran

di sekolah mempunyai manfaat yang besar untuk siswa yaitu : membantu siswa

menguasai pengetahuan, membantu siswa menguasai kompetensi  dan membantu siswa

menguasai pemahaman kontekstual serta anak  didik mengalami sendiri apa yang

dipelajari bukan sekedar mengetahuinya atau menghafalnya tanpa pengalaman.

Pembelajaran kontekstual mempunyai  beberapa  prinsip  dasar yang membuat

CTL berbeda dengan metode pembelajaran lain sekaligus menjadi keunggulannya. 

Prinsip dasar tersebut adalah :

a.       Menekankan pada pemecahan masalah

b.      Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat

dan tempat kerja

Page 10: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

c.       Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi

pelajar yang aktif dan terkendali

d.      Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

e.       Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama

f.       Menggunakan penilaian otentik

Prinsip CTL secara umum adalah mengembangkan cara belajarnya sendiri dan

aplikasi dari konsep yang dipelajari (Sumiati, 2008 : 18).

Adapun perbedaan mendasar yang membedakan pembelajaran kontekstual

dengan pembelajaran konvensional (Ahmad Rosyidi, 2010 : 1) adalah :

a.       Siswa aktif dalam proses pembelajaran

b.      Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa

c.       Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna) daripada hapalan

d.      Dapat mengintegrasikan pada beberapa bidang studi / ilmu

e.       Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

f.       Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata

g.      Perilaku dibangun atas kesadaran diri

h.      Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi,

berfikir kritis atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah melalui (kerja

kelompok)

i.        Siswa tidak melakukan hal buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan

j.        Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

k.      Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

Page 11: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Penerapan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran akan melibatkan

tujuh indikator atau tujuh kegiatan pokok yang secara langsung membedakan

pembelajaran ini dengan yang lain, yaitu :  Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual

yang menjadi pokok CTL sehingga bisa dibedakan dengan pembelajaran lainnya, yaitu

Teori Konstruktivisme, Inquiry, Bertanya, Masyarakat Belajar, Pemodelan, Refleksi,

Penilaian Autentik (Sardiman, 2007 : 222).

Setiap indikator memiliki aktivitas tertentu, yaitu : constructivism (membangun

pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), inquiry

(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), questioning

(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri,

generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau

individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), modeling (pemusatan perhatian,

motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),

reflection (review, rangkuman, tindak lanjut) serta authentic assessment (penilaian

selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa,

penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan

berbagai cara), (Erman Suherman, 2009 : 13).

Pembelajaran ini dapat dipakai pada berbagai mata pelajaran di sekolah seperti

IPA, bahasa, sains, sosial dan lain-lain (Sumiati, 2008 : 18).

Kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual dapat ditunjukkan berupa kombinasi dari

kegiatan-kegiatan berikut ini : pembelajaran otentik, pembelajaran berbasis inquiry,

pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran layanan, pembelajaran berbasis kerja

(Sumiati, 2008 : 16).

Page 12: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Dalam kegiatan kelas yang menggunakan pembelajaran kontekstual, guru

disarankan selalu melaksanakan pembelajaran secara berkelompok. Siswa dibagi-bagi

dalam kelonpok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang

lemah, yang sudah tahu memberi tahu temannya, yang cepat daya tangkapnya akan

mendorong yang lambat. Pengembangannya akan senantiasa mendorong komunikasi

multiarah. Masing-masing pihak bisa menjadi sumber belajar (Sardiman, 2007 : 225).

Prinsip learning community mendekatkan CTl pada pembelajaran kooperatif

walaupun ada perbedaan dalam pelaksanaannya. Prinsip ini bisa diartikan sebagai

pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa

bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam

kelompok tersebut.

Pembelajaran dipandang lebih dari sekedar kerja kelompok biasa karena dalam

pembelajaran harus ada struktur dan dorongan tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat

interdepedensi yang efektif di antara anggota kelompok.

Tujuan dilakukannya pembelajaran kontekstual dengan pendekatan kooperatif 

adalah secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal (kemampuan berhubungan sosial

dengan orang lain), mengajarkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dengan

orang lain, mendorong kolaborasi, berkompromi, dan bermusyawarah mencapai

kesepakatan (Julia Jasmine, 2008 : 139).

Manfaatnya adalah : meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal siswa,

mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek afektif, mendorong penyelesaian

pemecahan masalah lebih cepat, meningkatkan semangat belajar siswa, mengembangkan

Page 13: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

sikap gotong royong dan saling percaya. Yang pada akhirnya akan membantu siswa

mengerti dan memahami materi pelajaran karena adanya diskusi, saling membagi

pengetahuan, pemahaman, serta akan saling mengoreksi antar sesama dalam kegiatan

belajar. Tumbuhnya rasa kebersamaan akan menimbulkan kesatuan tekad untuk sukses

dalam belajar.

Dari uraian tentang pembelajaran kontekstual maka terlihat bahwa pembelajaran ini

memiliki kelebihan, yaitu :

1.      Menekankan pada cara dan upaya pemecahan masalah

2.      Mengenalkan bahwa  kegiatan belajar mengajar dapat terjadi pada berbagai konteks,

situasi dan tempat seperti rumah dan masyarakat

3.      Mengajarkan pada siswa untuk memantau dan mengarahkan cara dan aktivitas

belajarnya sehingga menjadi pelajar yang aktif dan terkendali

4.      Menekankan materi, proses dan hasil pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

sehari-hari

5.      Mendorong siswa dapat belajar tidak hanya sendirian tetapi dengan orang lain atau

bersama-sama saling membantu dan berbagi

6.      Menggunakan penilaian otentik yang menilai tidak hanya satu aspek tapi semua

aspek

Kelemahan

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi

berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi

Page 14: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar

seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang

dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ”

yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat

belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar

menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini

tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar

tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Page 15: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB III

KESIMPULAN

Model pembelajaran adalah kesatuan antara pendekatan, strategi, metode, teknik

dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai utuh.

Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam

memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha

mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.

Pembelajaran kontekstual mempunyai  beberapa  prinsip  dasar yang membuat

CTL berbeda dengan metode pembelajaran lain sekaligus menjadi keunggulannya. 

Prinsip dasar tersebut adalah :

a.       Menekankan pada pemecahan masalah

b.      Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat

dan tempat kerja

c.       Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi

pelajar yang aktif dan terkendali

d.      Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

e.       Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama

f.       Menggunakan penilaian otentik

Tujuan dilakukannya pembelajaran kontekstual dengan pendekatan kooperatif 

adalah secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal (kemampuan berhubungan sosial

dengan orang lain), mengajarkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dengan

Page 16: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

orang lain, mendorong kolaborasi, berkompromi, dan bermusyawarah mencapai

kesepakatan

Manfaatnya adalah : meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal siswa,

mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek afektif, mendorong penyelesaian

pemecahan masalah lebih cepat, meningkatkan semangat belajar siswa, mengembangkan

sikap gotong royong dan saling percaya. Yang pada akhirnya akan membantu siswa

mengerti dan memahami materi pelajaran karena adanya diskusi, saling membagi

pengetahuan, pemahaman, serta akan saling mengoreksi antar sesama dalam kegiatan

belajar. Tumbuhnya rasa kebersamaan akan menimbulkan kesatuan tekad untuk sukses

dalam belajar.

Dari uraian tentang pembelajaran kontekstual maka terlihat bahwa pembelajaran ini

memiliki kelebihan, yaitu :

1.      Menekankan pada cara dan upaya pemecahan masalah

2.      Mengenalkan bahwa  kegiatan belajar mengajar dapat terjadi pada berbagai konteks,

situasi dan tempat seperti rumah dan masyarakat

3.      Mengajarkan pada siswa untuk memantau dan mengarahkan cara dan aktivitas

belajarnya sehingga menjadi pelajar yang aktif dan terkendali

4.      Menekankan materi, proses dan hasil pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

sehari-hari

5.      Mendorong siswa dapat belajar tidak hanya sendirian tetapi dengan orang lain atau

bersama-sama saling membantu dan berbagi

6.      Menggunakan penilaian otentik yang menilai tidak hanya satu aspek tapi semua

aspek

Page 17: PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Kelemahan

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi

berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi

siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar

seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang

dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ”

yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat

belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar

menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini

tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar

tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.