pembelajaran inkuiri abduktif sain bumi antariksa untuk calon guru

11
1 PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF SAINS BUMI DAN ANTARIKSA UNTUK CALON GURU *) (Oleh: Taufik Ramlan Ramalis) *) Tulisan ini merupakan analisis dan sintesis kajian pustaka, serta pengalaman penulis sebagai pengampu matakuliah IPBA di Jurusan Pendidikan Fisika UPI. A. Pendahuluan Bumi dan Antariksa (BA) merupakan rumah dan atap kita. Kita mengandalkan keduanya untuk keberadaan dan kelangsungan hidup. Sumber dayanya memberi kita bahan makanan untuk kehidupan. Perubahan sederhana pada sistem Bumi dan Antariksa memiliki pengaruh besar pada masyarakat dan pada perjalanan peradaban manusia. Memahami sistem Bumi dan Antariksa dan bagaimana kita berinteraksi dengannya, sangat penting bagi kelangsungan hidup. Sains BA merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang secara khusus menelaah tentang fenomena alam di Bumi dan benda langit sebagai bagian dari tata surya serta jagat raya secara keseluruhan. Beberapa teori dan hukum fisika dapat digunakan untuk menjelaskan lebih mendalam keadaan bumi serta jagat raya secara keseluruhan. Matematik sebagai alat bantu yang digunakan dalam Fisika dan teknik, berperan pula untuk penelaahan lebih lanjut tentang jagat raya. Beberapa konsep atau prinsip Fisika dan beberapa gejala alam dapat ditelaah dengan bantuan matematika. Sajian matakuliah sains BA bertujuan untuk menanamkan pemahaman tentang alam semesta melalui telaah gejala alam secara fisis dengan bantuan Fisika dan Matematika. Untuk menciptakan masyarakat yang berliterasi BA, dipengaruhi oleh kualitas pendidikan termasuk aspek pendidikan calon guru sains di dalamnya, yang diyakini memegang peranan penting untuk reformasi pendidikan sains. Calon guru harus dipersiapkan sehingga dapat memahami, menguasai, dan menumbuhkan literasi BA bagi kehidupan sehari-hari anak didiknya. Keterampilan berpikir kritis harus menjadi bagian dari pengembangan profesional guru, sehingga calon guru dapat membangun pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini penting karena keterampilan berpikir kritis merupakan

Upload: taufik-ramalis

Post on 15-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sains Bumi dan Antariksa merupakan salah satu bagian dari Sains (IPA), yang secara khusus menelaah tentang fenomena alam di Bumi dan benda langit sebagai bagian dari tata surya serta jagat raya secara keseluruhan.

TRANSCRIPT

  • 1

    PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF

    SAINS BUMI DAN ANTARIKSA UNTUK CALON GURU*)

    (Oleh: Taufik Ramlan Ramalis) *)

    Tulisan ini merupakan analisis dan sintesis kajian pustaka, serta pengalaman

    penulis sebagai pengampu matakuliah IPBA di Jurusan Pendidikan Fisika UPI.

    A. Pendahuluan

    Bumi dan Antariksa (BA) merupakan rumah dan atap kita. Kita

    mengandalkan keduanya untuk keberadaan dan kelangsungan hidup. Sumber

    dayanya memberi kita bahan makanan untuk kehidupan. Perubahan sederhana

    pada sistem Bumi dan Antariksa memiliki pengaruh besar pada masyarakat dan

    pada perjalanan peradaban manusia. Memahami sistem Bumi dan Antariksa dan

    bagaimana kita berinteraksi dengannya, sangat penting bagi kelangsungan hidup.

    Sains BA merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

    yang secara khusus menelaah tentang fenomena alam di Bumi dan benda langit

    sebagai bagian dari tata surya serta jagat raya secara keseluruhan. Beberapa teori

    dan hukum fisika dapat digunakan untuk menjelaskan lebih mendalam keadaan

    bumi serta jagat raya secara keseluruhan. Matematik sebagai alat bantu yang

    digunakan dalam Fisika dan teknik, berperan pula untuk penelaahan lebih lanjut

    tentang jagat raya. Beberapa konsep atau prinsip Fisika dan beberapa gejala alam

    dapat ditelaah dengan bantuan matematika. Sajian matakuliah sains BA bertujuan

    untuk menanamkan pemahaman tentang alam semesta melalui telaah gejala alam

    secara fisis dengan bantuan Fisika dan Matematika.

    Untuk menciptakan masyarakat yang berliterasi BA, dipengaruhi oleh

    kualitas pendidikan termasuk aspek pendidikan calon guru sains di dalamnya,

    yang diyakini memegang peranan penting untuk reformasi pendidikan sains.

    Calon guru harus dipersiapkan sehingga dapat memahami, menguasai, dan

    menumbuhkan literasi BA bagi kehidupan sehari-hari anak didiknya.

    Keterampilan berpikir kritis harus menjadi bagian dari pengembangan

    profesional guru, sehingga calon guru dapat membangun pengetahuan dan

    keterampilannya. Hal ini penting karena keterampilan berpikir kritis merupakan

  • 2

    bagian yang harus ditanamkan dalam kegiatan belajar mengajar, dan menjadi

    dasar untuk pengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

    Pada 15 tahun terakhir, penelitian tentang pendidikan sains BA meningkat

    relatif tajam dibandingkan dengan penelitian pendidikan sains lainnya, hal ini

    sejalan dengan isue-isue yang memang sering muncul dan menjadi bahan

    pembicaraan serta kebutuhan masyarakat di Amerika, bahkan di dunia (Lelliott

    dan Rollnick, 2011). Miskonsepsi sains BA pada siswa dan mahasiswa, serta pada

    buku teks masih sering ditemukan (Miller dan Brewer, 2010; King, 2010).

    Fenomena keseharian dari sains BA (badai, tsunami, cuaca ekstrim, banjir,

    letusan gunung berapi, dsb.) begitu akrab dengan masyarakat, karena itu beberapa

    penelitian menyoroti perlunya meningkatkan literasi BA di sekolah maupun di

    perguruan tinggi, dan masyarakat secara luas, melalui pembelajaran yang

    dikaitkan dengan inkuiri dan pengalaman langsung (Lelliott and Rollnick, 2011).

    Inkuiri dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, yang menjadi dasar

    untuk mengembangkan keterampilan tingkat tinggi lainnya. Beberapa universitas

    di USA telah memulai program master pendidikan sains bumi untuk guru sains,

    dengan tujuan menumbuhkan pemahaman yang mendalam mengenai prinsip-

    prinsip sains bumi, dengan menggabungkan komponen studi lapangan dan

    penelitian (Rutherford, 2008).

    B. Inkuiri Abduktif

    Istilah abduksi pertama kali diajukan oleh ilmuwan dan ahli matematika

    Amerika, Charles Sanders Pierce (1839-1914). Dia menunjukkan jenis inferensi

    non-deduktif yang berbeda dari jenis induktif yang sudah akrab. Inkuiri abduksi

    sering juga disebut inference to the best explanation (Inferensi dengan eksplanasi

    terbaik), adalah jenis inferensi yang memberikan pertimbangan eksplanasi.

    Mengacu pada mode penalaran dasar Aristoteles:

    a. Deduksi: Proses menurunkan B sebagai konsekuensi dari A. Contoh:

    Semua benda yang terbuat dari tembaga menghantarkan listrik (premis 1).

    Kawat ini terbuat dari tembaga (premis 2).

    Kawat ini akan menghantarkan listrik (kesimpulan).

  • 3

    b. Induksi: Proses menyimpulkan A memerlukan dari beberapa B. Contoh:

    Hipotesis bahwa semua gagak berwarna hitam (atau angsa berwarna putih).

    Setiap kali gagak baru diteliti dan ditemukan menjadi hitam dugaan ini

    semakin dikonfirmasi. Tetapi jika ditemukan gagak yang tidak hitam (atau

    Black Swan ditemukan) dugaan tersebut ditolak.

    c. Abduksi: Proses menyimpulkan A sebagai penjelasan untuk B. Contoh: garis

    pantai Atlantik di Afrika dan Amerika sama. Hipotesis: teori pergeseran benua.

    Kebanyakan saintis setuju bahwa jenis inferensi ini sering digunakan, baik

    dalam sehari-hari maupun dalam penalaran ilmiah (Josephson, 2003).

    Karakteristik inkuiri abduksi sangat penting dalam sains bumi dan antariksa,

    karena inkuiri ini berkaitan dengan masalah retrodiksi yakni proses penalaran

    efek sejarah dan penyebab masa lalu yang diamati atau menyimpulkan suatu

    kondisi (Oh, 2010).

    Abduksi memiliki empirisis logis yang disebut konteks pembenaran.

    Abduksi digunakan dalam literatur untuk berbagai proses penalaran. Anduksi

    melibatkan perhitungan dan penalaran, tergantung pada latar belakang

    pengetahuan, latar belakang teori yang relevan, serta metodologis working habits

    seseorang (Aliseda, 2006).

    Penalaran abduktif dapat diidentifikasi menjadi empat pola penalaran, yang

    dinyatakan dalam tabel berikut (Schurz, 2007):

    Tabel 1. Inkuiri Abduktif

    Jenis Abduksi Bukti yang

    dijelaskan Hasil abduksi

    Abduksi

    dikendalikan oleh

    1. Abduksi fakual

    Fakta empiris

    singular

    Fakta-fakta baru

    (alasan/sebab), alasan faktual,

    fakta yang tidak teramati

    (fakta di masa lalu).

    Aturan atau teori

    yang dikenal

    2. Abduksi hukum

    Hukum

    empiris

    Hukum baru Hukum yang

    dikenal

    3. Abduksi model

    teoritik

    Fenomena

    empiris

    umum

    (hukum)

    Model teoritis fenomena baru. Teori yang dikenal

    4. Abduksi Fenomena Penyebab tersembunyi (tidak Latar belakang

  • 4

    Jenis Abduksi Bukti yang

    dijelaskan Hasil abduksi

    Abduksi

    dikendalikan oleh

    Eksistensial empiris

    umum

    dapat diobservasi),

    hukum/teori dengan konsep

    analogi.

    pengetahuan,

    ekstrapolasi, dan

    analogi

    Secara garis besarnya langkah-langkah inkuiri abduktif sama seperti

    langkah-langkah inkuiri lainnya, yang membedakannya adalah pada proses

    penyusunan hipotesisnya . Langkah-langkah ini digambarkan pada gambar 1.

    Gambar 1. Langkah-langkah inkuiri abduktif

    Yu C. H. dkk. (2008), mengklasifisikan tiga jalur penalaran abduktif, yakni:

    1. Seeking alternative explanations (Mencari penjelasan alternatif)

    Menemukan penjelasan yang masuk akal untuk penyelidikan fakta kualitatif

    atau kuantitatif lebih lanjut.

    2. Reverse engineering (Rekayasa balik)

    Menelusuri fakta tersembunyi, tidak teramati, masa lalu atau sejarah, untuk

    menjelaskan teori atau fakta.

    3. Analogical thinking (Pemikiran analogis)

    Menemukan analogi yang tepat untuk menjelaskan fakta yang teramati.

    Karakteristik inkuiri abduksi yang dijelaskan di atas, sangat penting dalam

    pembelajaran sain BA, karena inkuiri ini berkaitan dengan masalah retrodiksi

    Identifikasi masalah

    Eksperimen Analisis Kesimpulan

    Fenomena dengan

    akuisisi data

    merumuskan

    hipotesis

    praduga

    observasi, simulasi

    desain prosedur

    variabel operasi.

    kumpulkan data

    trend, hubungan

    menafsirkan grafik

    prediksi

    numerik, statistik

    teknologi

    tepat dari bukti

    model alternatif

    tidak terduga

    komunikasikan

  • 5

    yakni proses penalaran efek kronologis fisis diamati dan penyebab masa lalu atau

    kondisi yang disimpulkan (Oh, 2010).

    C. Keterampilan Berpikir Kritis dan Literasi BA

    Inti dari keterampilan berpikir kritis mecakup: interpretation, analysis,

    evaluation, inference, explanation, dan self-regulation (Facione, 2013).

    Interpretation diartikan sebagai memahami dan mengungkapkan makna

    atau arti dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian,

    konvensi, keyakinan, aturan, prosedur, atau kriteria. Interpretasi meliputi sub-

    keterampilan kategorisasi, mendekode signifikansi, dan menjelaskan makna.

    Analysis diartikan sebagai mengidentifikasi hubungan inferensial dan aktual

    di antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk

    representasi yang dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian,

    pengalaman, alasan, informasi, atau opini. Termasuk dalam keterampilan ini,

    memeriksa ide-ide, mengidentifikasi dan menganalisis argumen.

    Evaluation diartikan sebagai menilai kredibilitas pernyataan, representasi,

    atau deskripsi yang berhubungan dengan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian,

    keyakinan, atau pendapat seseorang. Termasuk dalam keterampilan evaluasi ini

    yakni sub keterampilan menilai kredibilitas klaim dan menilai kualitas argumen.

    Inference diartikan sebagai mengidentifikasi elemen yang diperlukan untuk

    menarik kesimpulan logis, membentuk dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan

    informasi yang relevan. Sub keterampilan yang termasuk dalam keterampilan ini

    adalah menyangsikan bukti, menduga alternatif, dan menarik kesimpulan.

    Explanation diartikan sebagai kemampuan penalaran yang koheren,

    memberikan alasan dan bukti, konseptual, metodologis, dan pertimbangan

    kontekstual dalam bentuk argumen yang meyakinkan. Sub keterampilan yang

    termasuk dalam keterampilan ini adalah menetapkan hasil, menjustifikasi

    prosedur, dan memberikan argumen.

    Self-regulation diartikan sebagai memantau kegiatan kognitif, terutama

    dengan menerapkan keterampilan analisis, mengkonfirmasikan, memvalidasi, atau

  • 6

    memperbaiki alasan. Sub keterampilan yang termasuk dalam keterampilan ini

    adalah monitor diri dan koreksi diri.

    Sains BA merupakan multidisiplin sains yang menggambarkan keterkaitan

    antar sains. Pertanyaan dasar tentang bumi antariksa membantu menjawab

    pertanyaan mendalam tentang asal-usul alam semesta dan tentang kehidupan itu

    sendiri. Aspek pengamatan sains BA akan mempertajam kemampuan anak didik

    untuk mengamati semua aspek kehidupan kita. Mencatat pengamatan sains BA

    akan meningkatkan kemampuan anak didik untuk mendokumentasikan dan

    menganalisis kejadian di sekitar kita.

    Pengamatan sains BA merupakan pengalaman penting dan memiliki

    implikasi luas. Literasi BA berarti tidak hanya pengetahuan dan pemahaman

    tentang bumi dan interaksi dengan benda-benda langit lainnya, tetapi juga

    pemahaman tentang proses ilmiah yang digunakan untuk menghasilkan konsep-

    konsep.

    Literasi BA merupakan pemahaman tentang pengaruh BA pada manusia dan

    pengaruh manusia terhadap BA. Prinsip Literasi Bumi didefinisikan oleh para

    ilmuwan yang aktif melakukan penelitian dalam banyak bidang sain bumi dan

    menjelaskan kompleksitas bagaimana planet kita bekerja. Literasi BA dibentuk

    melalui pendidikan sains, yang menerjemahkan ide-ide besar sains bumi dan

    antariksa ke dalam proses belajar dan mengajar yang dapat dipahami oleh anak

    didik.

    Literasi BA merupakan proses yang berkelanjutan, terus dibentuk kembali

    dan ditulis ulang oleh penemuan-penemuan baru di bidang sain bumi dan teori

    belajar. Orang yang literasi BA (Wysession, et.al, 2009):

    a. memahami konsep dasar sistem BA.

    b. tahu bagaimana menemukan dan menilai informasi ilmiah kredibel tentang BA.

    c. berkomunikasi tentang sains bumi dan antariksa dengan cara yang berarti.

    d. mampu membuat keputusan dan bertanggung jawab mengenai BA dan sumber

    dayanya.

    Salah satu tantangan yang paling mendasar dalam menciptakan masyarakat

    yang berliterasi BA adalah menanamkan konsep dasar dan pemahaman tentang

  • 7

    BA sesuai usia anak didik, dan ini dapat dibangun melalui pengalaman belajar

    (Lesley, Giroux, 2010).

    Gormally dkk. (2012) mengembangkan instrumen Test of Scientific Literacy

    Skills (TOSLS), dengan deskripsinya sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi argumen ilmiah yang valid (misalnya, mengakui ketika bukti

    ilmiah mendukung hipotesis).

    2. Melakukan pencarian literatur yang efektif (misalnya mengevaluasi validitas

    sumber (misalnya, situs web, peer-review jurnal) dan membedakan antara jenis

    sumber).

    3. Mengevaluasi penggunaan dan penyalahgunaan informasi ilmiah (misalnya

    Kenali kursus ilmiah yang valid tindakan, membedakan penggunaan yang tepat

    dari ilmu pengetahuan untuk membuat keputusan masyarakat).

    4. Memahami elemen desain penelitian dan bagaimana mereka mempengaruhi

    ilmiah temuan / kesimpulan (misalnya mengidentifikasi kekuatan dan

    kelemahan dalam penelitian yang berhubungan dengan bias, ukuran sampel,

    pengacakan, kontrol eksperimental).

    5. Membuat grafik berdasarkan data.

    6. Membaca dan menginterpretasikan representasi grafis dari data.

    7. Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk

    probabilitas dan statistik (misalnya menghitung sarana, probabilitas,

    persentase, frekuensi).

    8. Memahami dan menafsirkan statistik dasar (misalnya menafsirkan bar

    kesalahan, memahami kebutuhan untuk statistik.

    9. Membenarkan kesimpulan, prediksi, dan kesimpulan berdasarkan data

    kuantitatif.

    Literasi antariksa pada akhirnya akan menghasilkan masyarakat yang

    berpikir kritis, dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab tentang peran

    masyarakat dalam merawat planet Bumi tempat kita hidup ini. Metode pengajaran

    sains antariksa yang interaktif terbukti tidak hanya meningkatkan prestasi siswa,

    tetapi juga menjadi cara terbaik untuk merancang pengalaman transformatif

  • 8

    pengembangan profesional pendidik (Wallacea et.al., 2012). Penelitian pendidikan

    sains antariksa penting, karena:

    a. Hampir semua kehidupan tergantung pada cara kerja dari matahari. Sumber

    energi dari bintang ini menjadi sumber bagi kehidupan di Bumi.

    b. Siswa dapat mengamati efek dari rotasi dan revolusi bumi, gerakan bulan, dan

    efek gravitasi Bulan dan Matahari pada planet kita. Tidak perlu peralatan

    laboratorium yang mahal untuk memperoleh pemahaman tentang gerakan

    fundamental ini.

    c. Kejadian komet dan asteroid telah menabrak Bumi di masa lalu merupakan

    konsep yang menggambarkan baik metode ilmiah dan kebutuhan untuk

    memahami lebih lanjut tentang alam semesta kita. Pemahaman ini dapat

    menyelamatkan spesies kita dari bencana global dan mendorong

    pengembangan teknologi baru untuk penelitian dan eksplorasi manusia

    Sains antariksa merasuki kehidupan kita dalam berbagai cara. Setiap

    kebudayaan memiliki warisan sains antariksa, dan menjadi pelopor dari semua

    sains. Jam, waktu, kalender, efek musim, dan efek posisi Bumi di angkasa semua

    berdampak bagi kehidupan kita setiap hari. Tanpa pendidikan sains antariksa yang

    baik, ada kemungkinan banyak anak didik calon guru malahan akan

    mengembangkan miskosepsi tentang alam semesta

    D. KESIMPULAN

    Sains Bumi dan Antariksa merupakan salah satu bagian dari Sains (IPA),

    yang secara khusus menelaah tentang fenomena alam di Bumi dan benda langit

    sebagai bagian dari tata surya serta jagat raya secara keseluruhan. Beberapa teori

    dan hukum fisika dapat digunakan untuk menjelaskan lebih mendalam keadaan

    bumi serta jagat raya secara keseluruhan.

    Untuk menciptakan masyarakat yang berliterasi Bumi dan Antariksa,

    dipengaruhi oleh kualitas pendidikan termasuk aspek pendidikan calon guru sains

    di dalamnya. Calon guru harus dipersiapkan sehingga dapat memahami,

    menguasai, dan menumbuhkan literasi Bumi dan Antariksa bagi kehidupan sehari-

    hari anak didiknya.

  • 9

    Inkuiri abduktif sering digunakan baik dalam sehari-hari maupun dalam

    penalaran ilmiah. Karakteristik inkuiri abduktif sangat penting dalam sains Bumi

    dan Antariksa, karena inkuiri ini berkaitan dengan masalah retrodiksi yakni

    proses penalaran efek sejarah dan penyebab masa lalu untuk menyimpulkan suatu

    kondisi yang diamati.

    Keterampilan berpikir kritis dan literasi sangat penting dalam pembentukan

    sejarah. Banyak tantangan yang dihadapi umat manusia berkaitan langsung

    dengan sains Bumi dan Antariksa. Ada keputusan sulit yang harus diambil

    pemerintah (daerah dan pusat) terkait dengan masalah-masalah tersebut, dan

    kelangsungan hidup masyarakat dari abad kedua puluh satu ini akan tergantung

    pada keberhasilan keputusan ini.

    Keterampilan berpikir kritis dan literasi ini diharapkan menjadi bagian dari

    pengembangan profesional guru, sehingga calon guru dapat membangun

    pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini penting karena keterampilan berpikir

    kritis merupakan dasar untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat

    tinggi.

  • 10

    REFERENSI

    Aliseda A., 2006, Abductive Reasoning Logical Investigation into Discovery and

    Explanation, Springer, Netherland.

    Facione P. A., 2013, Critical Thinking: What It Is and Why It Counts, Measured

    Reasons and The California Academic Press, Millbrae, CA.

    Gormally C., Peggy Brickman P., Luter M., 2012, Developing a Test of Scientific

    Literacy Skills (TOSLS): Measuring Undergraduates Evaluation of

    Scientific Information and Arguments, CBE Life Sci Educ. 2012 Winter;

    11(4): 364377

    King C., J., H., 2010, An Analysis of Misconceptions in Science Textbooks: Earth

    science in England and Wales, International Journal of Science Education

    Vol. 32, No. 5, pp. 565601.

    Lelliott A., Rollnick M., 2010, Big Ideas: A review of astronomy education

    research 1974-2008, International Journal of Science Education Vol. 32,

    No. 13, pp. 17711799.

    Miller B. W., Brewer W. F., 2010, Misconceptions of Astronomical Distances,

    International Journal of Science Education Vol. 32, No. 12, pp. 15491560.

    Oh P. S., 2010, How can Teachers Help Students Formulate Scientific

    Hypotheses? Some Strategies Found in Abductive Inquiry Activities of Earth

    Science, International Journal of Science Education Vol. 32, No. 4, pp. 541

    560.

    Rutherford S., 2008, Earth Science Education Matters! A Masters Degree

    Program for In-Service Teachers, Journal of Geoscience Education Vol. 56,

    No. 5, p. 378-382.

    Schurz G., 2007, Patterns of abduction, Springer Science and Business Media

    B.V.

    Wallacea C. S., et.al., 2012, A Study of General Education Astronomy Students

    Understandings of Cosmology. Part V. The Effects of New Suite of

    Cosmology Lecture- Tutorials on Students Conceptual Knowledge,

    International Journal of Science Education Vol. 34, No. 9, pp. 12971314.

  • 11

    Wysession M., et.all, 2009, Earth Science Literacy Principles, The Big Ideas and

    Supporting Concepts of Earth Science, The Earth Science Literacy Initiative

    is funded by the National Science Foundation (NSF), USA.

    Yu C.H., Gangi S., Pennel A. J., 2008, The Role of Abductive Reasoning in

    Cognitive-Based Assessment, Elementary Education Online, 7(2), 310-322.