pembatasan imigran muslim di amerika serikateprints.iain-surakarta.ac.id/1362/1/skpripsi...
TRANSCRIPT
Pembatasan Imigran Muslim di Amerika Serikat
(Analisis Framing Berita Koran Republika Edisi Januari - Februari Tahun 2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
Oleh:
Aditya Wicaksono
NIM 13.12.1.1.066
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2017
ii
Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si
DOSEN JUR. KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
NOTA PEMBIMBING
Hal : Skripsi Sdr. Aditya Wicaksono
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Surakarta
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan
perbaikan seperlunya skripsi saudara:
Nama : Aditya Wicaksono
Nim : 13.12.1.1.066
Judul : PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA
SERIKAT (ANALISIS FRAMING BERITA KORAN
REPUBLIKA EDISI JANUARI - FEBRUARI TAHUN
2017)
Dengan ini kami menilai skripsi tersebut dapat disetujui untuk
diajukan pada Sidang Munaqosyah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Insitut Agama Islam Negeri Surakarta.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 10 Juli 2017
Pembimbing I,
Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si
NIP. 19700723 200112 2 003
iii
Dr. Muhammad Fahmi, M.Si
DOSEN JUR. KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
NOTA PEMBIMBING
Hal : Skripsi Sdr. Aditya Wicaksono
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Surakarta
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan
perbaikan seperlunya skripsi saudara:
Nama : Aditya Wicaksono
Nim : 13.12.1.1.066
Judul : PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA
SERIKAT (ANALISIS FRAMING BERITA KORAN
REPUBLIKA EDISI JANUARI - FEBRUARI TAHUN
2017)
Dengan ini kami menilai skripsi tersebut dapat disetujui untuk
diajukan pada Sidang Munaqosyah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Insitut Agama Islam Negeri Surakarta.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 10 Juli 2017
Pembimbing II,
Dr. Muhammad Fahmi, M.Si
NIP. 19740412 200501 1 004
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aditya Wicaksono
NIM : 13.12.1.1.066
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Ushuluddin dan Dakwah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi saya yang
berjudul “Pembatasan Imigran Muslim di Amerika Serikat (Analisis Framing
Berita Koran Republika Edisi Januari - Februari Tahun 2017)” adalah karya atau
penelitian saya dan bukan plagiasi hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya. Apabila terbukti
tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti.
Surakarta, 10 Juli 2017
Yang menyatakan
Aditya Wicaksono
NIM. 13.12.1.1.066
v
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT
(ANALISIS FRAMING BERITA KORAN REPUBLIKA EDISI JANUARI -
FEBRUARI TAHUN 2017)
Disusun Oleh
ADITYA WICAKSONO
NIM. 13.12.1.1.066
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Insitut Agama Islam Negeri Surakarta
Pada Hari: Rabu, 2 Agustus 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Surakarta, 2 Agustus 2017
Ketua Sidang
Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si
NIP. 19700723 200112 2 003
Penguji I Penguji II
Dr. Zainul Abas, S.Ag., M.Ag Fathan, S.Sos., M.Si
NIP. 19720505 200112 1 001 NIP. 19690208 199903 1 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd.
NIP. 19740509 200003 1 002
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Orang Tua
Keluarga Besar
Seseorang yang selalu memberi semangat
Insitut Agama Islam Negeri Surakarta
Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2013 IAIN Surakarta
Semua pihak yang mendukung dan mendoakan terselesaikannya skripsi
vii
HALAMAN MOTTO
Media massa adalah wujud yang paling berkuasa di Bumi
Karena, mereka bisa mengendalikan pikiran seseorang
(El-Hajj Malik El-Shabazz)
viii
ABSTRAK
ADITYA WICAKSONO, NIM 13.12.1.1.066, PEMBATASAN IMIGRAN
MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT (ANALISIS FRAMING BERITA
KORAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - FEBRUARI TAHUN 2017).
Skripsi: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, Insitut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017.
Akhir bulan Januari 2017, dunia dihebohkan dengan ditanda tanganinya
perintah eksekutif oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tentang
pembatasan imigran Muslim. Namun, kebijakan ini menuai reaksi negatif oleh
beberapa kalangan. Banyak yang menilai bahwa kebijakan ini ada kebijakan yang
diskriminatif dan tidak adil, karena tujuh negara yang dicekal masuk ke Amerika
Serikat adalah mayoritas negara berpenduduk Muslim. Terlebih dalam kebijakan
ini, Donald Trump memberikan pengecualian bagi imigran Kristen. Republika
sendiri rajin dalam menyajikan berita dengan topik pembatasan imigan Muslim.
Yang menarik dari penelitian ini karena terdapat tokoh. Yaitu presiden Amerika
Serikat, Donald Trump dan kebijakannya soal pembatasan imigran Muslim yang
menuai kontroversi. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti realitas yang
dibingkai dalam berita koran Republika. Dan alasan Republika dalam
membingkai topik pembatasan imigran Muslim. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan framing berita pembatasan imigran Muslim di koran
Republika edisi Januari–Februari tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data
diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis yang
digunakan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman yang memiliki
empat perangkat antara lain: define problems (pendefinisian masalah), diagnose
cause (sumber masalah), make moral judgement, (penilaian moral atas masalah),
treatment recomendation (penekanan penyelesaian).
Hasil dari penelitian, pertama Republika mem framing kebijakan imigran
Muslim merupakan kebijakan yang diskriminasi dan tidak bijaksana. Karena,
negara yang masuk dalam daftar cekal untuk masuk ke Amerika Serikat adalah
mayoritas negara berpenduduk, hal tersebut sesuai dari kebijakan redaksional
Republika yang memandang sama atas kasus ini yaitu diskriminasi Muslim.
Kedua, Republika mem framing memberikan penilaian bahwa Donald Trump
sebagai sumber masalah dari dinamika yang berkembang di masyarakat, karena
kebijakan ini yang membuat adalah Donald Trump.
Kata Kunci: Berita, Framing, dan Pembatasan Imigran Muslim
ix
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الر
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing
umat manusia ke jalan yang benar menurut tuntunan agama Islam.
Terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan banyak pihak yang telah
memberikan dukungan kepada penulis berupa moral maupun materiil. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. H. Mudhofir Abdullah, M.Pd selaku Rektor IAIN Surakarta.
2. Dr. Imam Mujahid, S.Ag, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah IAIN Surakarta.
3. Fathan, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam IAIN Surakarta dan juga selaku dewan penguji yang telah
memberikan saran dan kritik sehingga menjadikan skripsi ini layak.
4. Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang selalu
sabar tidak lelah dalam membimbing serta mendampingi penulis
dalam menyelesaikan skripsi penulis.
5. Dr. Muhammad Fahmi, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang selalu
sabar dan tidak lelah dalam membimbing serta mendampingi penulis
dalam menyelesaikan skripsi penulis.
6. Dr. Zainul Abas, M. Ag selaku dewan penguji yang telah memberikan
saran dan kritik sehingga menjadikan skripsi ini layak.
7. Seluruh dewan dan staf redaksi dari koran Republika Yogyakarta
maupun Pusat (Jakarta)
8. Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi penulis.
x
9. Ayah Agung Hardiyanto yang selalu memberikan wawasan dan Ibu
Tercinta, C. Widyastuti, yang selalu melantukan do’a untuk
keberhasilan studi dan kerja penulis
10. Adik tercinta, Ajie Pangestu yang memberikan semangat dan
menemani dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan penulis yaitu Adam Zulifikar, M.
Abdurahman, Donix Alven, M. Farri, M. Abdurahman, Apri
Andayani, Ngatino yang telah menemani dan memberikan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh teman-teman KPI angkatan 2013 dan semua pihak yang tidak
mungkin disebut satu persatu, yang memberikan bantuan dan
dukungan sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi
Semoga amalan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT, dan skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Surakarta, 10 Juli 2017
Peneliti,
Aditya Wicaksono
NIM. 13.12.1.1.066
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 12
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 13
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 13
F. Manfaat Penelitian.............................................................................. 13
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Komunikasi Massa ............................................................................. 14
a. Pengertian Komunikasi Massa ...................................................... 14
xii
b. Karakteristik Komunikasi Massa .................................................. 14
c. Fungsi Komunikasi Massa ............................................................ 16
2. Media Massa ...................................................................................... 18
a. Pengertian Media Massa................................................................ 18
b. Karakteristik Media Massa ............................................................ 19
c. Fungsi Media Massa ...................................................................... 20
d. Bentuk-bentuk Media Massa ......................................................... 22
3. Berita .................................................................................................. 26
a. Pengertian Berita ........................................................................... 26
b. Jenis-jenis Berita ........................................................................... 27
c. Nilai Berita .................................................................................... 29
d. Sifat Berita ..................................................................................... 34
4. Konsep Pers ....................................................................................... 35
5. Kebijakan Redaksional ....................................................................... 37
6. Islamophobia ...................................................................................... 38
7. Framing .............................................................................................. 40
a. Pengertian Framing ....................................................................... 41
b. Efek Framing................................................................................. 41
c. Framing Menurut Robert N. Entman ............................................ 42
d. Perangkat Framing Model Robert N. Entman .............................. 43
B. Kajian Pustaka…………………… ………………………………. 44
C. Kerangka Berpikir….………………………………………………. 48
xiii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 50
B. Objek Penelitian ................................................................................. 50
C. Sumber Data ....................................................................................... 51
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 51
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 54
1. Profil koran Republika .................................................................. 54
a. Sejarah koran Republika ........................................................... 54
b. Visi dan Misi koran Republika ................................................. 56
c. Konsep Produk koran Republika .............................................. 57
d. Struktur Redaksi koran Republika ............................................ 59
e. Alamat Redaksi ......................................................................... 63
f. Cakupan Distribusi ................................................................... 63
B. Temuan dan Sajian Data .................................................................... 63
1. Temuan Data ................................................................................. 63
2. Sajian Data..................................................................................... 64
a. Analisis Framing Berita Tanggal 31 Januari 2017 .................. 64
b. Analisis Framing Berita Tanggal 1 Februari 2017 ................... 69
c. Analisis Framing Berita Tanggal 2 Februari 2017 ................... 73
d. Analisis Framing Berita Tanggal 3 Februari 2017 ................... 77
e. Analisis Framing Berita Tanggal 3 Februari 2017 ................... 81
xiv
3. Pembahasan ................................................................................... 85
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 90
B. Saran ................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Imigran di Amerika Serikat .................................................. 7
Tabel 2. Efek Framing ....................................................................................... 41
Tabel 3. Temuan data ........................................................................................ 64
Tabel 4. Framing berita “Jokowi: Jangan Resah” ............................................. 68
Tabel 5. Framing berita “Umat Islam Terluka” ................................................ 72
Tabel 6. Framing berita “WNI di AS Diharap Bersatu” ................................... 76
Tabel 7. Framing berita “Dubes AS Sowan NU dan Muhammadiyah” ............ 80
Tabel 8. Framing “WNI di AS Khawatir” ......................................................... 84
Tabel 9. Framing berita ..................................................................................... 86
Tabel 10. Timeline Penelitian
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik Elektabilitas Donald Trump dan Hillary Clinton ................ 2
Gambar 2. Foto pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke 45 Amerika
Serikat .............................................................................................. 4
Gambar 3. Bagan kerangka berpikir .................................................................. 48
Gambar 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Gambar 5. Dokumentasi Lapangan
Gambar 6. Jokowi: Jangan Resah
Gambar 7. Umat Islam Terluka
Gambar 8. WNI di AS Diharap Bersatu
Gambar 9. Dubes AS Sowan NU dan Muhammadiyah
Gambar 10. WNI di AS Khawatir
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesta demokrasi di Amerika telah selesai, harapan baru tentu muncul
seiring dengan terpilihnya Presiden baru yaitu Donald Trump. Siapa yang
tidak mengenal Trump? mendengar nama Trump pasti sebagian dari kita
tidak akan asing akan sosok ini, sosok yang sering tampil di berbagai media
baik televisi maupun koran di Indonesia. Donald Trump merupakan topik
yang menarik untuk dibahas mulai dari sejarah karier, soal kekayaan, hingga
proses dia terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang cenderung
menggemparkan berbagai pihak.
Bagaimana mungkin? sosok yang tidak dijagokan, kalah dalam survei
elektabilitas, belum mempunyai pengalaman di bidang politik, menyerang
berbagai pihak saat berkampanye. Namun nyatanya malah terpilih menjadi
Presiden Amerika Serikat.
2
Gambar 1. Grafik Elektabilitas Donald Trump dan Hillary Clinton1
Kontroversi Donald Trump yang mendapat kecaman antara lain seruan
pengawasan terhadap muslim di Amerika Serikat, serta akan memberikan
kartu identitas khusus untuk penduduk yang beragama muslim, karena
menurut Trump islam merupakan agama yang berbahaya dan patut
diwaspadai terlebih terkait dengan isu-isu teroris. Selain itu hal “gila” lainnya
adalah rencana pembangunan tembok di perbatasan Meksiko. Sehingga
imigran-imigran ilegal yang berasal dari Meksiko tidak bisa masuk ke dalam
negara Amerika.
Dalam wawancaranya dengan ABC News, Trump memastikan
pembangunan dinding pembatas sepanjang 3.200 km itu akan dilakukan
dalam waktu dekat. Perihal waktunya, Presiden dari partai Republik ini
menjawab diplomatis. “Dalam beberapa bulan ini. Ya, dalam beberapa bulan
ini. Tentu kami merencanakannya sesegera mungkin,”ujarnya.
Perihal anggaran untuk pembangunan, Trump mengaku akan
bernegosiasi dengan Meksiko. Salah satu bentuk yang mungkin diterapkan
adalah reimburse. Itu artinya, Pemerintah AS akan menggunakan
anggarannya terlebih dahulu, setelah itu Meksiko akan mengganti 100
persen.2
Donald Trump juga memberikan sentimen negatif terhadap awak media
CNN dalam sesi jumpa pers. Padahal seharusnya pemerintah dan media
membangun sinergi yang baik agar pembangunan sebuah negara berjalan
1http://www.realclearpolitics.com/epolls/2016/president/us/general_election_trump_vs_clin
ton-5491.html Diakses pada 18 Februari 2017 Pukul 11:31 WIB 2“Trump: Bangun Pembatas AS-Meksiko”. Republika (Jakarta). Jumat, 27 Januari 2017,
No. 024 Tahun ke-25, h. 7.
3
dengan lancar. “perusahaan anda mengerikan,” ujar Trump dengan nada
sebal kepada Acosta. Lalu ia menunjuk ke arah wartawan lain yang berebut
untuk bertanya. Acosta membalas pernyataan Trump, “Tapi Presiden, Anda
menyerang kantor berita kami. Bisakah kami mendapatkan kesempatan untuk
bertanya. Pak?”. Trump menimpali Acosta dengan cepat, “Diam! Diam!
Jangan berlaku kasar,” kata Trump kepada Acosta. Lalu, ia menatap Acosta
sambal menunjuknya, “Saya tidak akan memberikan Anda bertanya. Anda
adalah berita palsu!” kata Trump dengan gusar.3
Dalam masa kampanye dia juga sering mencela lawan politiknya, calon
presiden dari partai Demokrat Hillary Clinton. Melayangkan tuduhan tentang
pembocoran email kepada Hillary Clinton, sehingga membuat elektabilitas
Hillary Clinton sempat turun.
Kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump menyebut
pesaingnya Hillary Clinton, kandidat presiden dari Partai Demokrat, sebagai
'iblis'. Trump mengatakan hal itu ketika menyerang senator Partai Demokrat,
Bernie Sanders, yang telah mendukung pencalonan Clinton. Sanders semula
adalah pesaing Clinton dalam memperebutkan kandidat capres Partai
Demokrat. Berpidato di sebuah sekolah menengah di Pennsylvania, Trump
menyerang Bernie Sanders yang disebutnya bekerjasama dengan iblis."Dia
telah membuat perjanjian dengan setan," kata Trump. "Dia adalah iblis."4
3“Presiden Trump, Anda Menyerang Kami”. Republika (Jakarta). Jumat, 13 Januari 2017,
No. 010 Tahun ke-25, h. 1. 4http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160802_dunia_trump_iblis.html Diakses
pada 21 Februari 2017 Pukul 10:00 WIB.
4
Bahkan Presiden yang masih menjabat Barrack Obama, juga menjadi
sasaran sentimen Trump dengan membandingkan Obama dengan Vladimir
Putin, Presiden Russia. Calon presiden dari Partai Republik tersebut
mengatakan bahwa presiden Rusia itu "merupakan pemimpin yang jauh lebih
(baik) dari presiden kita (Obama”). Kedua calon penghuni Gedung Putih itu
tampil bergiliran di atas panggung masing-masing setengah jam, dalam acara
di New York, Rabu (7/9) malam.5
Menariknya ucapan-ucapan kontroversial yang sering diucapkan oleh
Donald Trump, justru menjadi sebuah keberuntungan bagi dia. Karena pada
akhirnya mayoritas masyarakat Amerika Serikat memilih dia sebagai
Presiden baru Negara adidaya tersebut. Sebuah kejutan, sosok yang sering
memaki, rasis, dan melontarkan ucapan-ucapan yang menimbulkan
perpecahan namun nyatanya, Donald Trump secara resmi telah terpilih
menjadi Presiden ke 45 Amerika Serikat. Siapa yang menyangka?
Gambar 2. Foto pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke 45 Amerika Serikat6
5http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/09/160908_dunia_trump_puji_putin_lagi
Diakses pada 23 Maret 2017 Pukul 17:54 WIB. 6https://www.nytimes.com/video/us/politics/100000004879784/trump-is-sworn-in.html
Diakses pada 21 Februari 2017 Pukul 10:41 WIB
5
Trump lewat kontroversinya justru terpilih menjadi presiden dan
mengalahkan Hillary Clinton yang elektabilitasnya stabil tinggi di atas
Donald Trump. Hal ini menjadi sebuah ironi, karena seorang pemimpin
seharusnya lebih bijaksana dalam berucap. Kemenangan Donald Trump juga
tidak lepas dari kontroversi karena, banyak yang menganggap kemenangan
ini hasil dari intervensi Russia dalam pemilu Amerika Serikat.
Keterlibatan Rusia seperti ini belum pernah terjadi sebelumnnya untuk
memanipulasi sistem politik Amerika. Laporan itu juga mengungkapkan,
badan intelijen militer Rusia, GRU, menggunakan perantara, seperti
Wikileaks, DCLeaks.com, dan Guccifer 2.0 untuk merilis surel yang telah
diperoleh dari Komite Nasional Partai Demokrat (DNC).
Rilis Surat tersebut membuat media menyebarkan kabar merugikan bagi
Clinton, hingga kepala DNC harus mengundurkan diri. Pendiri WikiLeaks,
Julian Assange, mengatakan, dia tidak menerima surel DNC dari pihak
negara, melalui pembantu Clinton, John Podesta.7
Lebih santun dalam berucap dan memikirkan efek yang ditimbulkan
ketika ucapan diterima oleh masyarakat, merupakan hal yang wajib
dimengerti oleh pemimpin. Namun nyatanya, hal ini dipatahkan oleh Donald
Trump, dia seakan-akan “bangga” dengan segala ucapan yang menimbulkan
berbagai kehebohan dan kecaman baik dari dalam maupun luar Negara
Amerika Serikat.
7“Bukti Baru Putin Bantu Trump dalam Pemilu”. Republika (Jakarta). Minggu, 8 Januari
2017, No. 005 Tahun ke-25, h. 4.
6
Dan ternyata benar pasca dilantik, Donald Trump mulai menyita
perhatian publik dengan merealisasikan janji kampanye nya untuk mengatasi
imigran. Dia membatasi sejumlah warga negara islam dikawasan Timur
Tengah. Antara lain: Suriah, Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.
Langkah ini diambil agar AS bebas dari teroris Islam radikal. “Saya
menetapkan pemeriksaan baru untuk menjaga teroris radikal keluar dari AS.
Kami hanya ingin mengakui siapa saja yang ke Negara kita yang mendukung
dan mencintai warga AS,”katanya.8 Dan ini merupakan satu bukti kongkrit
bahwa islamophobia masih ada di Negara Amerika Serikat, sebuah ketakutan
berlebih terhadap agama islam, sehingga meningkatkan kewaspadaan
terhadap pemeluk agama islam.
Imigrasi sendiri memiliki pengertian yaitu perpindahan penduduk suatu
Negara ke Negara lain. Berbeda dengan turis yang memiliki memiliki jangka
waktu dalam mengunjungi sebuah Negara. Imigrasi merujuk kepada
perpindahan seseorang secara permanen ke Negara yang dituju, perpindahan
ini dapat disebabkan oleh aneka macam faktor.9 Populasi imigran di Amerika
Serikat sendiri setiap tahun mengalami kenaikan.
8“Trump Batasi Imigrasi dari Negara Muslim”. Republika (Jakarta). Minggu, 29 Januari
2017, No. 025 Tahun ke-25, h. 4. 9http://www.e-jurnal.com/2013/11/perbedaan-migrasi-imigrasi-emigrasi.html Diakses pada
23 Maret 2017 Pukul 21:43 WIB
7
Tabel 1. Populasi Imigran di Amerika Serikat10
Namun nyatanya kebijakan baru ini menimbulkan pertentangan di
berbagai Negara. Bahkan dari parlemen Amerika Serikat juga tidak sedikit
yang mengecam kebijakan eksekutif Donald Trump ini. "Sebagai penasihat
antara lain dari California, New York, Pennsylvania, Washington,
Massachusetts hukum untuk lebih dari 130 juta warga Amerika dan warga
asing di negara bagian kami, kami mengecam perintah eksekutif Presiden
Trump yang inkonstitusional, tidak bersifat Amerika dan melanggar hukum,"
demikian pernyataan bersama Jaksa Agung dari 16 negara bagian AS. Para
Jaksa Agung negara bagian yang menandatangani pernyataan bersama itu,
Hawaii, Virginia, Vermont, Oregon, Connecticut, New Mexico, Iowa, Maine,
Maryland, Illinois dan Distrik Columbia atau Washington DC. "Kebebasan
beragama telah, dan akan selalu, menjadi prinsip dasar bagi negara kita dan
tidak ada presiden yang bisa mengubah kebenaran itu," imbuh pernyataan
bersama tersebut.11
Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui Donald Trump sering kali
sengaja membuat ”gaduh” dunia dengan segala ucapan maupun kebijakan
yang dia keluarkan, dan disini media sebagai kontrol sebuah kebijakan
10
http://www.migrationpolicy.org/article/frequently-requested-statistics-immigrants-and-
immigration-united-states Diakses pada 23 Maret Pukul 22:05 WIB 11
http://news.detik.com/internasional/d-3408908/jaksa-agung-16-negara-bagian-as-gugat
kebijakan-imigrasi-trump Diakses pada 5 Maret 2017 Pukul 08.45 WIB
8
pemerintah, harus memberitakan segala sesuatu dengan transparan dan
berimbang. Kebijakan yang tidak “ramah” bagi umat muslim ini ternyata
sudah tertuang di beberapa surat dalam Al-Quran contohnya adalah:
Surat Al Baqarah Ayat 120: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama
mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keingingan mereka setelah ilmu
(kebenaran) sampai kepadamu, tidak adakn ada bagimu pelindung dan
penolong dari Allah.12
Selain itu ramalan tentang permusuhan yahudi dan
islam juga ada di dalam surat Al Maidah Ayat 62: “Dan kamu akan melihat
banyak diantara mereka (orang yahudi) berlomba berbuat dosa, permusuhan
dan memakan yang haram. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka
perbuat.13
Dari kedua surat tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa orang-
orang yahudi selamanya akan selalu memusuhi umat muslim, sebelum umat
muslim ikut dalam ajaran mereka. Dan kebijakan tentang pembatasan imigran
muslim di Negara Amerika Serikat ini merupakan contoh kongkrit bagaimana
orang-orang yahudi selalu curiga dengan gerak-gerik umat islam dan
cenderung menggeneralisasi umat islam adalah sumber dari teroris.
Sedangkan pemilihan koran Republika sebagai objek dalam penelitian ini
karena, koran Republika merupakan salah satu koran Nasional terbaik di
Indonesia, dan telah menerima berbagai penghargaan baik dari sisi
12
Anwar Abu Bakar, At-Tanzil Alquran dan Terjemahnya (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011), h. 35. 13
Ibid, h. 228.
9
pemberitaan, maupun sisi layout. Harian Republika meraih lima penghargaan
dalam ajang IPMA, InMA, IYRA, dan ISPRIMA 2016 yang diselenggarakan
oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS), di Kota Mataram, Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), Selasa (9/2). Acara ini bersamaan dengan peringatan
Hari Pers Nasional.14
Selain itu Koran Republika juga memiliki rubrik
Internasional yang berisi berbagai berita Internasional.
Selain faktor koran Nasional, pemilihan koran Republika sebagai media
yang akan diteliti karena faktor sejarah dari koran Republika itu sendiri.
Koran Republika adalah sebuah koran nasional yang lahir dari kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Republika berdiri sejak 1992 dan
pertama kali menerbitkan koran pada 1993 oleh Yayasan Abdi Bangsa dan
didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kini harian
Republika diterbitkan oleh PT. Republika Media Mandiri dan menjadi harian
umum. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan
surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi
Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok
Mahaka Media. Meski berganti kepemilikan, Republika tak mengalami
perubahan visi maupun misi. Namun ada perbedaan gaya dibandingkan
dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi
lebih kuat.15
14
http://www.republika.co.id/berita/koran/publik/16/02/10/o2bvwj10-republika-raih-lima-
penghargaan Diakses pada 11 Maret 2017 Pukul 11.22 WIB. 15
https://profil.merdeka.com/indonesia/r/republika/ Diakses pada 11 Maret 2017 Pukul
11.30 WIB.
10
Dipilihnya framing yang digunakan untuk proses analisis, karena setiap
media memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam membingkai sebuah isu
yang berkembang, dan perbedaan kebijakan merupakan hal yang lumrah
karena setiap media menganut konsep pers yang bisa berbeda antara satu
dengan yang lainnya, akan tetapi meskipun berbeda setiap media dan
wartawan harus tunduk dengan aturan yang ada yaitu UU No 40 Tahun 1999
dan kode etik jurnalistik.
Terlepas dari aspek diatas yang membuat peneliti tertarik dengan koran
Republika. Karena, dalam memberitakan kebijakan pembatasan imigran
muslim di Amerika Serikat, koran Republika lebih tendensius dan condong
memihak umat islam yang menjadi korban dari kebijakan, selain itu terdapat
lebih dari satu berita dalam topik ini. Berbeda dengan koran nasional maupun
lokal lain yang memilih bermain “aman” dengan netral dalam memberitakan
soal topik ini,serta hanya memuat satu berita.
Contohnya pada tanggal 1 Februari 2017 koran Republika memilih judul
“Pembangkangan Pejabat AS Berlanjut”16
untuk memberitakan Sally Yates
seorang jaksa Agung yang di pecat oleh Donal Trump, selain itu juga
membuat judul “Umat Islam Terluka”17
koran Kompas dan Media Indonesia
lebih soft yaitu dengan memilih judul “Yates Korban Pertama Trump”18
,
16
“Pembangkangan Pejabat AS Berlanjut”, Republika (Jakarta), Rabu, 1 Februari 2017, No.
028 Tahun ke-25, h. 9. 17
“Umat Islam Terluka”, Republika (Jakarta), Rabu, 1 Februari 2017, No. 028 Tahun ke-
25, h. 9. 18
“Yates Korban Pertama Trump”, Kompas (Jakarta), Rabu 1 Februari 2017, No. 211
Tahun ke-52, h. 8.
11
“Trump Pecat Jaksa Agung”19
. Koran Jawa Pos memilih judul “Kritik Trump,
Jaksa Agung Dicopot”20
sedangkan koran Tempo yang biasanya kritis
terhadap berbagai persoalan yang hangat terjadi, pada tanggal yang sama
tidak terdapat berita yang menampilkan topik pembatasan imigran muslim di
Amerika Serikat. Hal serupa juga ditemukan di media lokal kota Solo yaitu
Solopos dengan mengangkat “Lawan Trump, Penjabat Jaksa Agung
Dipecat”21
.
Alasan memilih kebijakan pembatasan imigran muslim di Amerika
Serikat sebagai bahan yang akan diteliti karena topik ini menarik untuk
dibahas, terlebih berhubungan dengan Donald Trump yang sering menuai
kontroversi. Donald Trump sendiri sering menjadi topik yang diangkat oleh
Koran Republika untuk mengisi rubrik Internasional, maka dari itu penulis
tertarik melakukan penelitian di salah satu koran Nasional ini. Dari latar
belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang analisis
framing dengan judul Pembatasan Imigran Muslim di Amerika Serikat (
Analisis Framing Berita Koran Republika Edisi Januari – Februari
Tahun 2017)
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang dapat di indentifikasi dari latar belakang
tersebut antara lain:
19
“Trump Pecat Jaksa Agung”, Media Indonesia (Jakarta), Rabu 1 Februari 2017, No.
13022 Tahun ke-48, h. 14. 20
“Kritik Trump, Jaksa Agung Dicopot”, Jawa Pos (Surabaya), Rabu 1 Februari 2017,
Tahun 2017, h. 8. 21
“Lawan Trump, Penjabat Jaksa Agung Dipecat”, Solopos (Solo), Rabu 1 Februari, No.
130 Tahun ke XX, h. 7.
12
1. Pemimpin harus mencontohkan sikap toleransi terhadap pemeluk agama
lain.
2. Dalam berucap, pemimpin harus lebih bijaksana agar tidak menimbulkan
dinamika di kalangan masyarakat.
3. Citra negatif Donald Trump.
4. Kebijakan pembatasan imigran muslim di Amerika Serikat menimbulkan
sentimen negatif.
5. 7 Negara yang terdampak atas kebijakan pembatasan imigran adalah
mayoritas negara muslim.
6. Donald Trump merupakan tokoh dunia, sehingga setiap ucapan dan
kebijakannya merupakan hal yang menarik untuk di kupas di koran.
7. Koran dapat dijadikan sebagai media propaganda terhadap suatu kebijakan
Pemerintah.
8. Koran dapat dijadikan sebuah kontrol terhadap sebuah kebijakan
Pemerintah.
9. Kecenderungan koran Republika dalam memberitakan sebuah isu.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dijelaskan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar tidak
terlalu luas pada: Berita pembatasan imigran muslim di Amerika Serikat pada
Koran Republika edisi Januari – Februari tahun 2017.
13
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana framing berita pembatasan imigran muslim di
Amerika Serikat pada koran Republika edisi Januari – Februari tahun 2017?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan framing
berita tentang pembatasan imigran muslim di Amerika Serikat pada koran
Republika edisi Januari – Februari tahun 2017.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi industri media cetak, khususnya Koran
Republika agar lebih berimbang dalam memberitakan segala sesuatu.
2. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media sarana
penambah wawasan ke ilmuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
komunikasi, agar mengerti bagaimana media membingkai sebuah isu.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Komunikasi Massa
a. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan (message) dari
sumber (komunikator) dengan memakai alat (media) tertentu kepada
penerima pesan (komunikan). Onong Uchjana menjelaskan komunikasi
sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.22
Komunikasi massa adalah komunikasi yang proses penyampaian
pesan disalurkan (menggunakan) media massa seperti radio, televisi,
surat kabar, majalah. Dalam komunikasi ini komunikannya berjumlah
besar dan diterima secara bersamaan serta jika dilakukan menggunakan
media biasanya bersifat satu arah.23
b. Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
berikut:
1. Komunikasi massa bersifat umum
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa
adalah terbuka untuk semua orang, tidak ada batasan atau kriteria
22
Ermanto, Wawasan Jurnalistik Praktis: Peluang dan Tantangan Wartawan Kreatif
(Yogyakarta: Cinta Pena, 2005), h. 29. 23
Ibid, h. 31.
15
untuk seseorang yang menerima maupun mengirim pesan
komunikasi. Benda-benda tercetak, film, radio dan televisi apabila
dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam lingkungan organisasi
tertutup, tidak dapat dikatakan komunikasi massa.24
2. Komunikan bersifat heterogen
Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang
heterogen (beraneka ragam) yang meliputi penduduk yang
bertempat tinggal yang memiliki lokasi secara geografis berbeda
antara satu dengan yang lainnya, begitu juga dengan kebudayaan
yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat,
mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis. Oleh karena itu berbeda
juga dalam hal kepentingan, standard hidup, derajat kehormatan,
kekuasaan dan pengaruh.25
3. Media massa menimbulkan keserempakan
Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan
kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh
dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada
dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi lebih cepat diterima
oleh komunikan, karena dengan kedua media tersebut bisa
langsung update informasi, berbeda dengan media cetak seperti
24
Onong Uchjana E, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1993), h. 81. 25
Ibid, h. 82.
16
koran yang mengharuskan melalui proses panjang tidak seperti
radio dan televsi yang cepat.26
4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi
Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan
komunikan bersifat non pribadi (bersifat umum), karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal
hanya peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat
non pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang
massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat bagi komunikator
bagi komunikator yang bersifat umum.27
c. Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki fungsi yang beragam, antara lain
sebagai berikut:
1. Fungsi Pengawasan
Komunikasi massa dapat dijadikan sebagai alat kontrol
terhadap terhadap dinamika yang terjadi di masyarakat. Fungsi
pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial dapat
dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan.28
26
Ibid, h. 82. 27
Ibid. h. 83. 28
H. M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 79.
17
2. Fungsi Social Learning
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa
adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh
masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-
pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu
berlangsung, komunikasi massa dimaksudkan agar proses
pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara
bersamaan di masyarakat luas.
3. Fungsi Penyampaian Informasi
Komunikasi massa yang mengandalkan media massa,
memiliki fungsi utama, yaitu proses penyampaian informasi kepada
masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari
institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam
waktu yang cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu
cepat dan singkat.
4. Fungsi Transformasi Budaya
Fungsi transformasi budaya menjadi sangat penting dan
terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social
learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada
tugasnya sebagai bagian dari budaya global. Sebagaimana
diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan
karena perkembangan teknologi menjadi perhatian utama
masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk
18
pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi lainnya,
seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan
sebagainnya.
Jadi, tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa
memainkan peran penting dalam proses ini. Dimana hampir semua
perkembangan teknologi mengikutsertakan proses-proses
komunikasi massa, terutama dalam proses transformasi budaya.29
5. Hiburan
Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan, bahwa
seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga
digunakan sebagai hiburan, terutama karena komunikasi massa
menggunakan jasa media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang
ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi
komunikasi massa.30
2. Media Massa
a. Pengertian Media Massa
Media Massa (Mass Media) adalah saluran, sarana, atau alat yang
dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang
diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication) media
massa dibagi menjadi 2 antara lain media cetak dan media elektronik.
Media massa adalah sarana untuk memeberikan informasi kepada
masyarakat baik berupa pendidikan, hiburan, politik, sosial, budaya
29
Ibid, h. 80. 30
Ibid, h. 81.
19
dalam media cetak, elektronik, maupun media on line. Media massa juga
merupakan media yang sangat efektif dan efisien dalam memberikan
informasi kepada masyarakat, karena dengan adanya media massa
informasi-informasi yang terjadi dapat disalurkan dengan cepat ke
khalayak luas.31
b. Karakteristik Media Massa
Secara umum, karakteristik media massa adalah sebagai berikut:
1. Melembaga. Media massa merupakan lembaga atau organisasi, yang
terdiri atas kumpulan orang-orang, memiliki struktur organisasi yang
jelas dan digerakkan oleh suatu sistem manajemen, dalam mencapai
suatu tujuan.
2. Bersifat umum. Media massa bersifat umum, artinya bahwa media
massa terbuka dan ditujukan untuk masyarakat umum, berbagai
lapisan golongan tanpa ada jarak pemisah dan berisi hal-hal yang
bersifat umum, dan maka dari itu media massa digunakan bukan untuk
kepentingan pribadi.32
3. Bersifat anonim dan heterogen. Media massa bersifat anonim dan
heterogen, anonim artinya bahwa orang-orang yang terkait dalam
media massa tidak saling kenal, orang yang terkait disini adalah
penyaji produk dari media massa. Sifat heterogen artinya, bahwa
orang-orang yang menaruh perhatian pada media massa bersifat
31
Reni Nuraini Putri Habibi, “Manajemen Redaksi Harian Republika Dalam Menghadapi
Persaingan Industri Media Cetak” (Skripsi Sarjana Komunikasi Islam, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 32. 32
Paryati Sudarman, Menulis di Media Massa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) h. 8.
20
beraneka ragam (heterogen). Terdiri atas berbagai lapisan masyarakat
yang berbeda atas: suku, agama, ras, usia, bahasa, pekerjaan, status,
jenis kelamin, pendidikan, latar belakang budaya dan perbedaan-
perbedaan lainnya.
4. Menimbulkan keserempakan. Media massa dapat menyampaikan
pesan (massage) kepada khalayak secara serempak. Serempak disini
adalah serempak ketika media massa “menjalin kontak” dengan para
pembacanya. Jadi meskipun khalayak berbeda jarak dan tempat,
namun demikian khalayak dapat membaca informasi terkini yang
disampaikan oleh media massa yang bersangkutan secara serempak.33
5. Mementingkan isi (contens) daripada hubungan kedekatan. Media
massa dalam memuat suatu tulisan, lebih banyak mementingkan isi
(contens) daripada kedekatan hubungan. Jadi bukan sebuah jaminan
kita mengenal dekat dengan orang-orang yang bekerja di media, jika
kita mengirim tulisan dan dikirim ke media tersebut akan dimuat,
karena tulisan yang masuk ke dalam media harus melalui seleksi yang
panjang di meja redaktur, sehingga benar-benar tulisan yang bagus
dan menarik pembaca akan dimuat.34
c. Fungsi Media Massa
Secara umum, fungsi media massa adalah sebagai berikut:
33
Ibid, h. 9. 34
Ibid, h. 10.
21
1. Menginformasikan (to inform). Maksudnya bahwa media massa
merupakan tempat untuk menginformasikan peristiwa-peristiwa atau
hal-hal penting yang perlu diketahui oleh khalayak.
2. Mendidik (to educate). Tulisan di media massa dapat mengalihkan
ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual,
membentuk watak dan dapat meningkatkan keterampilan serta
kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya.
3. Menghibur (to entrtaint). Media massa merupakan tempat yang dapat
memberikan hiburan atau rasa senang kepada pembacanya atau
khalayaknya. Menurut William S. Howell, hiburan bisa digunakan
untuk meredam ketegangan dan melunakkan potensi pertentangan.
4. Memengaruhi (to influence). Maksudnya bahwa media massa dapat
mempengaruhi pembacanya. Baik pengaruh yang bersifat
pengetahuan (cognitive), perasaan (afektive), maupun tingkah laku
(conative).35
5. Memberikan respon sosial (to social responsibility). Maksudnya
bahwa dengan adanya media massa kita dapat menanggapi tentang
fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi.
Sedangkan bagi pemerintah ini dapat dijadikan sebagai acuan sebuah
kebijakan itu berhasil berjalan baik di masyarakat atau justru
kebalikannya.
35
Ibid, h. 7.
22
6. Penghubung (to linkage). Maksudnya bahwa media massa dapat
menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat, antar
lembaga pemerintah dengan masyarakat, yang tidak bisa dilakukan
secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung.36
d. Bentuk-bentuk Media Massa
1. Media Cetak
Media cetak adalah saluran komunikasi di mana pesan-pesan.
verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar-gambar seperti
karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk tercetak. Media ini
sangat baik disebar luaskan untuk mereka yang bisa membaca dan
memiliki waktu senggang yang cukup. Surat kabar atau media cetak
lainnya memiliki kelebihan, yakni dapat dibaca oleh banyak orang
terutama dalam satu rumah tangga, asrama, hotel atau di perpustakaan
dan kelebihan lain media cetak adalah berwujud, sehingga tidak
adakan lekang dengan perkembangan zaman.37
Media cetak sendiri
memiliki beragam jenis antara lain:
a. Koran
Berasal dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis
courant atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan
mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang
disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai
topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminalitas, olahraga, tajuk
36
Ibid, h. 8. 37
Ahmad Zaini. "Dakwah Melalui Media Cetak", At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran
Islam, 2015, h. 63.
23
rencana, tergantung peristiwa yang hangat terjadi sebuah wilayah.
Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya. Ada
juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu,
misalnya berita penggemar teknologi, penggemar olahraga,
penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu.38
b. Majalah
Adalah publikasi atau terbitan berkala yang memuat berbagai
artikel, berita olahan (depth reporting), berita investigative, cerita,
dongeng, mitos dan legenda. Majalah dicetak dalam lembaran kertas
berukuran kuarto, folio, atau bahkan lebih kecil, dan dengan ciri-ciri
utama dijilid seperti buku, berbeda dengan koran majalah biasanya
dicetak dengan tinta yang bewarna untuk menarik minat pembaca.39
c. Jurnal
Adalah Catatan harian atau buku harian. Sebagai salah satu
ragam bentuk tulisan yang amat pribadi, jurnal memuat kisah,
pengalaman, pikiran, atau peristiwa yang secara runtut menimpa
pribadi penulisnya. Oleh karena itu dalam gaya sangat bebas dan
biasanya tertutup bagi orang lain.
Akan tetapi di era modern ini kita juga mengenal jurnal ilmiah,
yaitu penerbitan berkala yang diterbitkan perguruan tinggi. Wujudnya
bisa berupa majalah, serupa koran, bisa pula serupa buletin. Isinya
sangat khas, yakni hasil dari penelitian atau hasil terobosan baru yang
38
Reni Nuraini Putri Habibi, Op.cit, h. 33. 39
Wahyu Wibowo, Berani Menulis Artikel: Babak Baru, Kiat Menulis Artikel, untuk Media
Massa Cetak (jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 22.
24
dilakukan kalangan akademik perguruan tinggi sesuai disiplin
ilmunya.40
d. Tabloid
Adalah kumpulan berita olahan atau berita investigatif,
artikel, cerita, atau iklan yang terbit berkala biasanya setiap seminggu
sekali, dan dicetak dalam kertas yang ukurannya lebih kecil ketimbang
plano (broadsheet).41
e. Buletin
Adalah kumpulan berita, artikel, cerita, atau iklan yang terbit
berkala, dan dicetak dalam kertas berukuran broadsheet. Wujudnya
mirip majalah, tapi jauh lebih sederhana. Sesuai tujuan penerbitannya,
biasanya buletin tidak dipasarkan secara umum. Akan tetapi lebih
merupakan penerbitan internal suatu organisasi (terkelompok sebagai
in-house magazine).42
2. Media Elektronik
Media massa elektronik adalah Jenis media massa yang isinya
disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan
menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi. Infomasi yang
disampaikan melalui media elektronik akan lebih cepat tersampaikan
kepada khalayak.43
Media elektronik sendiri memiliki beragam jenis,
antara lain:
40
Ibid, h. 23. 41
Ibid, h. 24. 42
Ibid, h. 25. 43
Reni Nuraini Putri Habibi, Op.cit, h. 35.
25
a. Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar,
sehingga memerlukan dua indera manusia yaitu mata dan telinga. Kata
televise berasal dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-
masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak
atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan
dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah
peradaban dunia. Karena dengan terciptanya televisi, khalayak luas
dapat mengetahui informasi-informasi terbaru yang terjadi di sebuah
wilayah. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan
TV, tivi, teve atau tipi.44
b. Radio
Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi
telinga atau pendengaran sehingga isi siarannya bersifat sepintas lalu
dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin mengembalikan
apa yang sudah dibicarakan oleh sang penyiar seperti membalikan
halaman koran atau majalah. Karena bersifat sepintas lalu, dalam
membawakan informasi, penyiar radio dituntut untuk menggunakan
bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh pendegar.45
44
Ibid, h. 35. 45
Fatmasari Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, dan Reporter Radio (Jakarta:
Penebar Swadaya, 2007), h. 6.
26
3. Berita
a. Pengertian berita
Secara etimologis istilah “berita” dalam bahasa Indonesia
mendekati istilah “bericht (en)” dalam bahasa Belanda. Besar
kemungkinan kedua istilah itu berketurunan mengingat Indonesia lama
dijajah Belanda. Dalam bahasa Belanda istilah “bericht (en)” dijelaskan
sebagai “mededeling” (pengumuman). 46
Banyak definisi-definisi tentang berita yang dapat diketahui dari
berbagai sumber. Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai sebuah
pesan yang berupa fakta. Di kalangan para wartawan berita atau biasa
disebut “news” adalah sebuah singkatan yang berarti North, East, West,
South. Dari istilah tersebut mereka mengartikan laporan dari keempat
penjuru mata angin. Berita dapat ditemukan dimana saja sesuai dengan
mata angin. Analogi tersebut tidaklah salah dan dapat diterima secara
logis.
Salah satu konsep berita yang cukup menarik adalah berita sebagai
fakta objektif. Sebuah berita haruslah bersifat factual dan objektif.
Factual berarti mengandung fakta-fakta atau kebenaran bukan kejadian
yang dibuatbuat. Sedangkan objektif adalah bebas tidak memihak atau
menitik beratkan pada suatu aspek atau seimbang.Tetapi nilai objektif
untuk sebuah fakta merupakan hal yang membingungkan, karena tidaklah
mungkin ada objektivitas yang mutlak.
46
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik
(Bandung: Penerbit Nuansa, 2004), h. 103.
27
Menurut Prof. Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat
mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat
atau penting, atau keduaduanya, bagi sejumlah besar penduduk47
“ Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul
dalam benak manusia bukan peristiwa; ia adalah sesuatu yang
diserap setelah peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa,
melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi kerangka inti
peristiwa tersebut, inti disesuaikan dengan kerangka acuan yang
dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki arti bagi pembaca.
Berita adalah sebuah aspek komunikasi dan memiliki karakteristik-
karakteristik yang lazim dalam proses itu” (Rivers dan Mattews
1995:79).48
b. Jenis-Jenis Berita.
Berita memiliki beragam jenis antara lain sebagai berikut:
1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa. Misalnya, sebuah pidato tokoh, biasanya merupakan berita-
berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu
singkat. Akan tetapi meskipun singkat, berita jenis ini memiliki unsur-
unsur utama berita yaitu what, who, when, where, why, dan how atau
yang sering disebut dengan 5W+1H.
2. Depth news report merupkan laporan yang sedikit berbeda dengan
straight news report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi
dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa tersebut, berita jenis ini lebih dalam
dibanding berita straight news report, karena untuk membuat berita
47
Hamdan. “Analisis Framing Berita Perseteruan Kpk Dan Polri Di Media Kompas.Com
Dan Vivanews.Com”, Ejournal Ilmu Komunikasi, 2014, h. 177. 48
Mursito BM, Jurnalisme Komperehensif: Konsep, Kaidah, dan Teknik Penulisan Berita,
Feature, Artikel (Jakarta: Literate, 2013), h. 83.
28
depth news, wartawan dituntut untuk lebih mengeksplorasi target yang
dijadikan bahan berita.
3. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh,
sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus
kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight news).
Sebagai gambaran berita langsung bersifat sepotong-potong, tidak
utuh, hanya merupakan serpihan fakta setiap hari. Berbeda dengan
berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta
itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya
dapat terlihat dengan jelas.49
4. Interpretative report lebih dari sekedar straight news dan depth news.
Berita interpretatif biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau
peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan
beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.
5. Feature story berbeda dengan straight new, depth news atau
interpretative news. Dalam laporan-laporan berita tersebut, reporter
menyajikan informasi yang penting untuk para pembaca. Sedangkan
feature, penulis mencari fakta menarik untuk mencari perhatian
pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca
49
S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 69.
29
(reading experiences) yang lebih bergantung pada gaya (style)
penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.50
6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomal atau actual.
Dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui
dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari
berbagai perspektif atau sudut pandang. Biasanya diterbitkan secara
berkelanjutan, hingga suatu peristiwa tersebut tidak lagi viral.
Pelaporan mendalam ini dalam tradisi pers sering disajikan dalam
rubrik khusus seperti laporan utama, bahasan utama, fokus. Pelaporan
mendalam disajikan dalam beberapa judul untuk menghindari
kejenuhan pembaca.
7. Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini
yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi
pendapat umum.51
c. Nilai Berita
Berita yang menarik adalah berita yang memiliki nilai, terdapat 11 aspek
yang dijadikan sebagai nilai berita antara lain:
1. Keluarbiasaan (Unusualness)
News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa, dalam
pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita
50
Ibid, h. 70. 51
Ibid, h. 71.
30
adalah suatu pertistiwa luar biasa (news is unusual). Kalangan praktisi
jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin
besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar
biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa,
waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan
dampak yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut, baik dalam bentuk
jiwa dan harta, maupun menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas
kehidupan masyarakat, jadi semakin luar biasa peristiwa tersebut
maka akan semakin tinggi nilainya jika dijadikan sebagai berita.52
2. Kebaruan (Newness)
News is new. Berita adalah semua apa yang terbaru. Berita adalah apa
saja yang disebut hasil karya terbaru, semua hal yang baru, apapun
namanya, pasti memiliki nilai berita. Apa saja perubahan penting yang
terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga
pemilihan presiden (termasuk presiden mahasiswa di kampus),
merupakan berita.
3. Akibat (Impact)
News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas.
Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam
kehidupan masyarakat. Contohnya tentang kasus korupsi yang
merugikan keungan negara sekian trilliun, tentu akan dijadikan sebuah
berita. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal:
52
Ibid, h. 81.
31
seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung
mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita
itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio, atau televisi yang
melaporkannya.
4. Aktual (Timeliness)
News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru
terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang
baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik,
media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual
agar masyarakat mengerti berbagai peristiwa yang sedang terjadi.53
5. Kedekatan (Proximity)
News is nearby. Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua
arti, kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan
geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di
sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi
dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita
untuk menyimak dan mengikutinya. Kedekatan psikologis lebih
banyak ditentukan oleh keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan
seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. Sebagai contoh
mahasiswa asal Ambon yang sedang kuliah di Bandung, akan lebih
dulu tertarik dan lebih banyak membaca berita tentang kerusuhan di
Ambon daripada mahasiswa asal Surabaya yang juga sama-sama
53
Ibid, h. 82.
32
sedang kuliah di Bandung atau mahasiswa asli orang Bandung
sendiri.54
6. Informasi (Information)
News is information. Berita adalah informasi. Menurut Schramm,
informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian.
Akan tetapi informasi yang memiliki dampak bagi masyarakat adalah
informasi yang memiliki nilai berita. Karena setiap informasi yang
tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak
untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa..55
7. Konflik (Conflict)
News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang
mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik
atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering
dan tak akan pernah habis. Selama orang menyukai dan menganggap
penting olah raga, perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi
dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan masih
terus berkecamuk di berbagai belahan bumi, dan perdamaia masih
sebatas angan, selama itu pula konflik masi akan tetap menghiasi
halaman surat kabar, mengganggu pendengaran karena disiarkan
radio, dan menusuk mata karena selalu ditayangkan televisi.56
54
Ibid, h. 84. 55
Ibid, h. 86. 56
Ibid, h. 87.
33
8. Orang Penting (Public Figure, News Maker)
News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting,
orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figure public. Orang-orang
penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita.
Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja bisa membuat
berita sehingga berbagai aspek yang dimiliki oleh tokoh akan dapat
dijadikan sebagai nilai berita.57
9. Kejutan (Suprising)
News is suprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di
luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui
sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan
manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi
di lingkungan alam, benda-benda mati. Semua bisa mengundang dan
menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan,
mengguncang dunia.58
10. Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)
News is interesting. Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan
efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh
lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada
suasana hati, suasanan kejiwaan dan alam perasaannya. Peristiwa
tersebut tidak mengguncangkan, tidak mendorong aparat keamanan
57
Ibid, h. 88. 58
Ibid, h. 89.
34
untuk siap-siaga atau segera merapatkan barisan, dan tak
menimbulkan perubahan pada agenda sosial-ekonomi masyarakat.59
11. Seks (Sex)
News is sex. Berita adalah seks. Seks adalah berita. Sepanjang sejarah
peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan,
pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks memang identik
dengan perempuan. Perempuan identik dengan seks. Dua sisi mata
uang yang tak terpisah, selalu menyatu. Tak ada berita tanpa
perempuan, sama halnya dengan tak ada perempuan tanpa berita. Di
berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktivitasnya selalu
layak muat, layak siar, layak tayang. Segala macam berita tentang
perempuan banyak peminatnya. Selalu diminati bahkan dicari.60
d. Sifat Berita
Berdasarkan isi materinya , berita secara umum dibedakan atas 3 sifat
antara lain:
1. Berita Berat (Hard News)
Arti berita berat disini adalah berita yang dapat berpengaruh ke
pembaca, dimana pembaca akan mendapatkan dampak psikologis
setelah membaca berita ini. contohnya antara lain: berita pembunuhan,
berita kecelakaan.
59
Ibid, h. 90. 60
Ibid, h. 91.
35
2. Berita Sedang (Middle Range News)
Berita sedang merupakan berita yang tidak keras dan tidak ringan,
akan tetapi juga dapat menimbulkan dampak psikologis terhadap
pembacannya, walaupun tidak sama. Dan biasanya efek psikologis
mendalam dirasakan oleh pembaca yang mempunyai keterkaitan
dengan berita tersebut, misalnya seorang buruh lebih menaruh
perhatian besar terhadap berita tentang demonstrasi buruh,
dibandingkan sesorang yang tidak memiliki keterkaitan dengan topik
demonstrasi buruh tersebut.
3. Berita Ringan (Soft News)
Berita ringan adalah berita yang bersifat menghibur tak jarang juga
terdapat selingan humor didalam berita ini, contohnya berita tentang
lomba tentang burung berkicau, berita tentang hewan-hewan langka.
Dan lain sebagainya.61
4. Konsep Pers
Menurut Hacten terdapat 5 konsep Pers yang terbentuk karena
perbedaan persepsi tentang sifat dan peranan berita yang berakar dari filsafat
politik dan tradisi sejarah pers itu sendiri. 5 konsep pers yang dianut secara
luas di dunia yaitu: Otoritarian, Bara, Komunis, Revolusioner, dan
Pembangunan. Penjelasan 5 konsep tersebut antara lain sebagai berikut:
61
Paryati Sudarman, Op.cit, h. 88.
36
a. Konsep Otoritarian
Prinsip dari konsep ini adalah sederhana yaitu pers hadir untuk
mendukung Pemerintah. Pers berfungsi dari atas kebawah atau dengan
kata lain raja atau penguasa menentukan apa yang diterbitkan oleh pers.
Oleh sebab itu, kebenaran hanya monopoli pihak penguasa yang
berkuasa. Pers berfungsi menyampaikan kepada masyarakat apa yang
diinginkan penguasa untuk diketahui. Pada sistem ini, pers biasa
mengabsahkan kebenaran yang dipasok oleh penguasa.62
b. Konsep Barat
Konsep barat berpegang kuat bahwa Pemerintah, dimana pun Pemerintah
itu, tidak boleh mengganggu proses pengumpulan dan penyebaran berita.
Artinya, pers harus mandiri dan tidak boleh di intervensi oleh
Pemerintah. Sebab, keberadaannya diluar Pemerintah adalah sebagai
kekuatan Negara yang keempat (the fourth estate) yang dilindungi oleh
hokum dan adat istiadat dari kesewenang-wenangan campur tangan
Pemerintah.63
c. Konsep Komunis
Konsep komunis memiliki persamaan dengan konsep otoritarian. Pers
komunis mengabdi kepada partai penguasa. Kaum komunis memandang
kebebasan pers hanya akan memperkuat mendominasi masyarakat
62
Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional: Perspektif Jurnalistik (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 124. 63
Ibid, h. 125.
37
borjuasi (golongan masyarakat menengah keatas) atas masyarakat
awam.64
d. Konsep Revolusioner
Merupakan proses komunikasi massa yang tidak resmi yang bertujuan
untuk menjatuhkan Pemerintahan memanfaatkan surat kabar dan radio.
Pers revolusioner adalah pers yang diyakini masyarakat bahwa
Pemerintah tidak mampu memenuhi kepentingan mereka dan oleh karena
itu harus ditumbangkan.65
e. Konsep Pembangunan
Inti dari pers pembangunan adalah gagasan, retorika, pengaruh, serta
keluhan yang tersamar dan aneh. Yang mana kebenaran informasi
menjadi milik negara, modelnya sama dengan konsep pers otoriterian.
Media mendukung setiap kebijakan Pemerintah, tanpa ada ruang untuk
berbeda pendapat dan mengkritisi, karena media merupakan sarana
Pemerintah untuk membela diri. Konsep terpimpin ini menganut
pandangan bahwa setiap bangsa berdaulat berhak mengontrol setiap
wartawan dan mengontrol arus keluar masuknya berita di Negara.66
5. Kebijakan Redaksional
a. Pengertian Kebijakan Redaksional
Merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk
memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi bersifat
penting karena menentukan sikap media dalam dalam menyikapi sebuah
64
Ibid, h. 128. 65
Ibid, h. 131. 66
Ibid, h. 133.
38
peristiwa, karena dalam pers yang penting bukan hanya peristiwa saja
akan tetapi sikap terhadap peristiwa itu sendiri.67
Setiap media berbeda tentu memiliki kebijakan berbeda terhadap
suatu peristiwa yang berkembang di masyarakat, karena hal tersebut
tidak terlepas dari perbedaan konsep pers yang dianut sebuah media.
Kebijakan redaksional juga dapat dimaknai sebagai serangkaian pedoman
yang menjadi dasar redaksional sesuai visi dan misi media massa, selain
berkaitan dengan substansi pemberitaan kebijakan ini juga dapat
menjawab apa tujuan berita dapat terbit.68
6. Islamophobia
a. Pengertian Islamophobia
Phobia dianggap sebagai bentuk khusus ketakutan. Kecemasan
dalam phobia dialami apabila seseorang menghadapi objek atau situasi
yang ditakuti atau dalam antisipasi akan menghadapi kondisi tersebut.
Sebagai tanggapannya, orang menunjukkan tingkah laku penghindaran
yang merupakan ciri utama semua phobia.69
Istilah Islamophobia muncul karena ada fenomena baru yang
membutuhkan penamaan. Prasangka anti muslim berkembang begitu
cepat pada beberapa tahun terakhir ini sehingga membutuhkan kosa kata
baru untuk mengidentifikasikan. Penggunaan istilah baru yaitu
67
Dyas Mulyani Benazir. “Kebijakan Redaksional Situs Berita Detik Com Pada Jejaring
Sosial Twitter” (Skripsi Sarjana Komunikasi Islam, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
UIN Syarif Hidayatullah, 2015). h. 15. 68
Muhammad Tohir. “Kebijakan Redaksional Surat Kabar Republika Dalam Menentukan
Berita Yang Dipilih Menjadi Headline” (Skripsi Sarjana Komunikasi Islam. Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah, 2013). h. 19. 69
Moordiningsih. “Islamphobia dan Strategi Mengatasinya”, Buletin Psikologi, 2004, h. 74.
39
Islamophobia tidak akan menimbulkan konflik namun dipercaya akan
lebih memainkan peranan dalam usaha untuk mengoreksi persepsi dan
membangun hubungan yang lebih baik (Young European Muslims,
2002).70
Islamophobia adalah perasaan ketakutan atau kebencian terhadap
Islam, orang-orang yang memeluk ajaran Islam, maupun budaya Islam.
Istilah Islamophobia muncul pertama kali pada tahun 1922 dalam sebuah
essai yang berjudul L‟Orient vu del‟Occident karya Etienne Dinet,
seorang tokoh orientalis asal Perancis.
Seiring berkembangnya waktu, pada sekitar tahun 1990-an
Islamophobia dijadikan sebuah istilah yang digunakan untuk
mendefinisikan perlakuan diskriminatif yang diterima oleh umat Islam.
Walaupun definisi dari istilah Islamophobia masih menjadi perdebatan,
namun secara garis besar memiliki maksud dan makna yang mengarah
pada suatu keseragaman mengenai terbentuknya ideologi atau sebuah
pemikiran ketakutan yang dianggap tidak wajar terhadap Islam.
Perasaan ketakutan inilah yang menjadi akar dari pemikiran yang
menganggap bahwa seluruh kaum muslim atau pemeluk agama Islam
merupakan pengikut fanatik ajarannya, yang mempunyai potensi untuk
melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak menganut ajaran Islam
70
Ibid
40
dan juga meyakini bahwa ajaran Islam menolak nilai-nilai seperti
toleransi antarumat, belas kasihan, bahkan demokrasi.71
Islamophobia memiliki beberapa karakteristik. Untuk memahami
karakteristik ini dalam laporan Runnymede menjelaskan sebuah kunci
untuk memahami perbedaan tersebut, yaitu pandangan yang terbuka dan
pandangan yang tertutup terhadap Islam (open and closed views of
Islam). Phobia dan ketakutan terhadap Islam yang terjadi merupakan
karakteristik dari pandangan yang tertutup terhadap Islam (closed views),
sementara ketidaksetujuan yang logis dan kritik serta apresiasi maupun
pernghormatan merupakan pandangan yang terbuka terhadap Islam (open
views)72
7. Framing
a. Pengertian Framing
Framing pertama kali digagas oleh Baterson pada tahun 1995.
Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan
dan wacana serta yang menyediakan ketegori-kategori standart untuk
mengapresiasi realitas.73
G.J Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian
realitas dimana kebeneran tentang sesuatu kejadian tidak diingkari secara
71
Hanan Rananta A. “Reaksi Uni Eropa Terhadap Islamphobia di Prancis Tahun 2011-
2015” (Skripsi Sarjana Sosial Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret, 2016).
h. 2. 72
Moordiningsih, Op.cit, h. 75. 73
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisi Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 161-162.
41
total, melainkan dibelokkan secara halus dengan memberikan sorotan
terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah
yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan
alat ilustrasi lainnya.74
Tabel 2. Efek Framing
b. Efek Framing
1. Menonjolkan Aspek Tertentu-Mengaburkan Aspek lain.
Framing pada umumnya menonjolkan aspek tertentu dan dan
mengaburkan aspek lainnya, sehingga menimbulkan berita yang tidak
berimbang, karena hanya menonjolkan satu aspek saja, sedangkan
aspek lainnya tidak mendapatkan perhatian. Contoh, dalam kasus e-
Ktp, maka yang sering ditonjolkan dalam berita adalah soal kerugian,
akan tetapi tidak membahas adakah motif politik dibalik kasus
tersebut.
2. Menampilkan Sisi Tertentu-Melupakan Sisi Lain.
Contoh dari aspek ini adalah dalam pemberitaan pada saat terjadi
berbagai demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa hingga
ricuh, media berlomba-lomba meliput kejadian tersebut, akan tetapi
74
Ibid, h. 165.
Mendefinisikan realitas tertentu Melupakan definisi lain atas realitas
Penonjolan aspek tertentu Mengaburkan aspek lain
Penyajian sisi tertentu Penghilangan sisi lain
Pemilihan fakta tertentu Pengabaian fakta lain
42
sering “lupa” dengan tidak menampilkan tuntutan dari mahasiswa
tersebut.75
3. Menampilkan Aktor Tertentu-Menyembunyikan Aktor Lain.
Seringkali dijumpai media dalam memberitakan suatu kasus lebih
menonjolkan salah satu aktor tersangkanya. Ini bukan merupakan hal
yang salah, akan tetapi efek baru akan timbul. Aktor utama yang lebih
penting untuk dibahas menjadi tersebunyi, karena jarang “tampil” di
media.76
c. Framing Menurut Robert N. Entman.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu
dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/ isu.
Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu
tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu
tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana. Framing adalah
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang
yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis
berita.77
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu
75
Eriyanto, Analisis Framing Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT.
LkiS Pelangi Aksara, 2002), h. 141. 76
Ibid, h. 142. 77
Wimbo Arif Tirtana. “Konstruksi Realitas Media Dalam Berita Kenaikan Harga Bbm
(Analisis Framing Berita Kenaikan Harga Bbm Pada Awal Pemerintahan Presiden Jokowi Pada
Harian Jawa Pos Periode 1 Oktober–30 November 2014)”, Jurnal, 2016, h. 11.
43
wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa
yang diwacanakan.
d. Perangkat Framing Robert N. Entman
Dalam konsepsinya, Entman menjeleaskan 4 perangkat framing
yang antara lain Define Probleme, Diagnose Causes, Make Moral
Judgement, dan Treatment Recommendation, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Define Problems (Pendefinisian masalah). Elemen ini adalah yang
pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan
master frame/ bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana
peristiwa dipahami oleh wartawan.
2. Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah).
Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap
sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa
(what), atau siapa (who). Bagaimana sebuah peristiwa dipahami,
menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai Sumber masalah.
3. Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral).
Adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/ memberi
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika
masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan,
dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan
tersebut.
44
4. Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian). Elemen ini
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa
yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja
sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang
dipandang sebagai penyebab masalah.78
B. Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
a. Pertama, penelitian yang berjudul “Analisis Framing Pemberitaan
Konflik Gubernur DKI Jakarta Dan DPRD Jakarta di Media
Online”oleh Boby Tridona (2016) seorang mahasiswa dari Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Perguruan Tinggi Universitas Lampung. Skripsi
ini mengkaji framing berita yang disajikan oleh portal online
Kompas.com dan Detik.com, menggunakan teori dari Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. Perbedaan dari penelitian pertama, Boby Tridona
menggunakan media online Kompas.com dan Detik.com sebagai objek
penelitian. Hasil dari penelitian ini pada Kompas.com Gubernur DKI
Jakarta sebagai sosok yang tidak mengindahkan etika dan sopan santun,
sedangkan pada Detik.com digambarkan sebagai sosok yang pemberani.
Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan
media cetak yaitu Koran Republika sebagai objek penelitian. Penggunaan
teori juga berbeda Boby Tridona menggunakan teori framing model
Gerald M. Kosicki, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan
78
Ibid, h. 13.
45
menggunakan framing model Robert N. Entman. Persamaan dari
penelitian pertama adalah sama-sama membahas tentang framing.
b. Kedua, penelitian yang berjudul “Pembingkaian Berita Media Online:
Analisis Framing Berita Mundurnya Surya Paloh dari Partai Golkar di
MediaIndonesia.com dan Vivanews.com Tanggal 7 September 2011 ”
oleh Gema Mawardi seorang mahasiswa Fakultas Sosial dan Politik,
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia. Skripsi ini
mengkaji tentang framing media online MediaIndonesia.com dan
Vivanews.com dalam memberitakan Surya Paloh, salah satu politisi
partai Golkar yang mengundurkan diri pada 7 Desember 2011. Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa pemilik media memberikan dampak pada
keberpihakan pemberitaan oleh media
Perbedaan dari penelitian kedua, Gema Mawardi menggunakan
media online MediaIndonesia.com dan Vivanews.com sebagai objek
penelitian, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ini
menggunakan media cetak yaitu koran Republika sebagai objek
penelitian. Pemilihan teori juga berbeda, penelitian yang dilaksanakan ini
menggunakan menggunakan framing model Robert N. Entman.
Sedangkan Gema Mawaedi menggunakan teori framing model Pan dan
Kosicki. Persamaanya dari penelitian kedua ini adalah sama-sama
membahas framing sebuah media.
c. Ketiga, penelitian yang berjudul “Analisis Framing Pada Pemberitaan
Larangan Pemakaian Jilbab Bagi Polwan Dalam Surat Kabar Harian
46
Republika Edisi 4-15 Juni Dan Koran Kompas Edisi 14 Juni-9 Juli
2013” oleh Sartika Dewi, seorang mahasiswi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Skripsi ini mengkaji tentang framing koran Republika dan koran
Kompas dalam memberitakan larangan pemakaian jilbab oleh polwan,
dengan menggunakan teori Gamson dan Modegliani. Hasil dari
penelitian ini adalah koran Republika cenderung menunjukan sikap pro
terhadap keinginan polwan menggunakan jilbab, sedangkan Kompas
melihat persoalan ini sebagai masalah kebijakan biasa.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah dari
sisi teori yang diambil, peneliti menggunakan teori framing Robert N.
Entman. Pemilihan media juga berbeda Sartika Dewi menganalisis 2
media antara lain harian Republika dan koran Kompas. Sedangkan sisi
persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan koran
Republika sebagai objek penelitian, dan sama-sama memabahas Framing
sebuah pemberitaan koran.
d. Keempat, penelitian yang berjudul “Kontruksi Realitas Media: Analisis
Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika”
oleh Ahmad Fauzi pada tahun 2013, seorang mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islma , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
47
Skripsi ini mengkaji tentang framing koran Republika dalam
memberitakan kasus korupsi yang menjerat politikus partai Demokrat M.
Nazaruddin dengan menggunakan teori Robert N. Entman. Hasil dari
penelitian ini yaitu koran Republika dalam membingakai berita hanya
dengan melihat bagaimana KPK melakukan prosedur hukum, koran
Republika mengabaikan opini yang berkembang di masyarakat.
Perbedaan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah dari subjek isi,
Ahmad Fauzi menggunakan pemberitaan kasus korupis M. Nazaruddin
sebagai berita yang akan di analisis, teori-teori pendukung juga berbeda.
Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan
subjek pembatasan imigran muslim di Amerika Serikat sebagai berita
yang akan di analisis. Sedangkan persamaan dari kedua penelitian ini
adalah sama-sama membahasa framing sebuah media cetak yaitu koran
Republika, dan sama-sama menggunakan teori framing model Robert N.
Entman sebagai acuan untuk menganalisis berita.
e. Kelima, penelitian yang berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Ormas
Gafatar di Harian Kompas Dan Harian Republika Edisi Januari 2016:
Studi Perbandingan” oleh Farhan Azizi pada tahun 2016. seorang
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Skripsi ini mengkaji tentang framing harian Republika dan harian
Kompas dalam memberitakan Ormas Gafatar. Hasil dari penelitian ini
adalah dalam pemberitaan kasus Ormas Gafatar, koran Republika selalu
48
menerapkan framing keagamaan. Dimana Ormas Gafatar diindikasikan
sebagai aliran sesat yang mengancam masyarakat.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak
pada sisi subjek isi peneltian, Farhan Azizi menggunakan pemberitaan
ormas gafatar sebagai subjek penelitian, sedangkan penelitian yang akan
dilaksanakan ini menggunakan subjek pembatasan imigran muslim di
Amerika Serikat sebagai topik berita yang akan di analisis, teori-teori
pendukung juga berbeda.
Sedangkan persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama
membahasa framing sebuah media cetak yaitu koran Republika, dan
sama-sama menggunakan teori framing model Robert N. Entman sebagai
acuan untuk menganalisis berita.
C. Kerangka Berpikir
Berita Kebijakan
Pembatasan Imigran
Muslim
Framing Koran
Republika
Define Problems
Diagnosa Cause
Make Moral Judgement.
Treatment
Recommendations
.
Gambar 3. Bagan kerangka berpikir
Analisis Framing
Model Robert N.
Entman
Input Proses Output
49
Keterangan:
Kebijakan pembatasan imigran muslim yang dikeluarkan oleh
Donald Trump dengan “alih-alih” untuk memperketat keamanan Amerika
Serikat atas ancaman terorisme merupakan topik yang menarik untuk
dibahas di media massa, tidak terkecuali di koran Republika itu sendiri.
Dalam membingkai sebuah topik, tentu setiap media memiliki
sebuah kebijakan sendiri-sendiri. Tentang bagaimana sebuah topik layak di
publikasikan kepada khalayak luas. Karena seperti yang kita ketahui media
memiliki kekuatan untuk merubah opini masyarakat lewat berita yang
disajikan setiap saat, dan kekuatan tersebut tidak bisa dilepaskan dari
konsep pers yang dianut oleh media.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori framing
model Robert N. Entman yang memiliki perangkat antara lain (Diagnosa
Cause, Define Problems, Make Moral Judgement, Treatment
Recommendation) untuk menganalisis berita pada koran Republika edisi
Januari-Februari Tahun 2017.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang diharapkan
mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat,
organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic (Bogdan and Taylor,
1992:22).79
Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data desktriptif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.80
B. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah berita pembatasan imigran muslim,
sedangkan subjek dari penelitian ini adalah Republika edisi Januari –
Februari tahun 2017, dan dibatasi pada edisi tertentu. Karena, tidak semua
berita yang dipublikasikan Republika merupakan hasil dari liputan sendiri,
melainkan terdapat juga hasil dari kutipan portal berita internasional.
Berikut objek dari penelitian ini, antara lain:
79
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 213. 80
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 4.
51
1. Jokowi: Jangan Resah, Selasa 31 Januari 2017.
2. Umat Islam Terluka, Rabu 1 Februari 2017.
3. WNI di AS Diharap Bersatu, Kamis 2 Februari 2017.
4. Dubes AS Sowan ke NU dan Muhammadiyah, Jum‟at 3 Februari
2017.
5. WNI di AS Khawatir, Jum‟at 3 Februari 2017.
C. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
data dalam penelitian. Sumber data dibagi menjadi 2 antara lain sebagai
berikut:
1. Data Primer: merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berita koran Republika edisi
Januari - Februari tahun 2017.
2. Data Sekunder: merupakan data pendukung, yang berguna untuk
menyempurnakan hasil dari sebuah penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan wawancara sebagai data sekunder.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data berupa berita yang bertopik
pembatasan imigran muslim di koran Republika dari bulan Januari –
Februari tahun 2017.
52
2. Wawancara
Instrumen penelitian interview/wawancara lisan adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
narasumber. Dalam penelitian ini yang dijadikan narasumber adalah
wartawan dan pemimpin redaksi koran Republika yang mengampu rubrik
Internasional.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.81
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan framing model
Robert N Entman, dimana terdapat 4 aspek penting yang dapat dijadikan
sebagai dasar untuk menganalisis dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Define Problems (Pendefinisian masalah). Elemen ini adalah yang
pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan
master frame/ bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana
peristiwa dipahami oleh wartawan.
2. Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah).
Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap
sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa
81
Lexy J. Moleong, Op.cit, h. 248.
53
(what), atau siapa (who). Bagaimana sebuah peristiwa dipahami,
menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai Sumber masalah.
3. Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral).
Adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/ memberi
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika
masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan,
dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan
tersebut.
4. Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian). Elemen ini
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa
yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja
sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang
dipandang sebagai penyebab masalah.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Profil koran Republika.
a. Sejarah koran Republika.
Bicara soal Republika tentu akan berbicara Ikatan Organisasi
Muslim Indonesia (ICMI). Bukan sebuah organisasi biasa yang isinya
perkumpulan cendikiawan muslim, tetapi merupakan perhimpunan
kekuatan politik Islam yang ada pada masa 70an dan 80 an dipinggirkan
oleh rezim Golkar dan militer. ICMI dipimpin oleh BJ. Habibie (Menristek
yang menjadi Wakil Presiden dan terus menjadi Presiden) bergerak dengan
penuh kekuatan muatan politik Islam. 82
Dan titik terang itu datang pada seminar tentang pers Islami di
Departemen Agama Tahun 1991 yang disponsori Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI). Dalam seminar ini, sederetan jurnalis dan
redaktur Muslim mengaku bahwa koran Kompas lebih professional dalam
memberitakan tentang islam dibanding koran Pelita yang notabene
memang membawa misi Islam. Dan hal ini sebagai wujud pengakuan atas
keberhasilan Kompas atas meninggalkan citranya sebagai media
“Katholik”.
Pengakuan ini wajar, karena selama ini media berorientasi yang
Islami kurang mampu menggarap kesempatan yang ada. Kemungkinan
penyebabnya adalah tidak bisa menyeimbangkan antara kredibilitas di
82
Ibnu Hamad, Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), h.
121.
55
mata pembaca dan negosiasi dengan pihak negara dalam mengakomodasi
sejumlah kepentingan. Dan ini merupakan gambaran Pelita pada saat
pemilihan umum 1977 dan 1982, Pelita mengikrarkan diri sebagai corong
dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).83
Namun perkembangan terkini menunjukan bahwa media Islami
memiliki kekuatan untuk berkembang dari media pinggiran ke media
utama. Republika terbit pada Januari 1993, surat kabar ini lahir menjawab
tantangan partisipan ICMI yang hadir pada seminar tahun 1991. Republika
adalah sebuah surat kabar yang berorientasi bisnis, posisi politis yang
cerdasdan jaringan koneksi yang baik. Di di dirikan oleh ICMI lewat
Yayasan Abdi Bangsa yang diketui oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J
Habibie dan dimiliki oleh PT. Abdi Bangsa.84
Berkat adanya dukungan oleh ICMI, SIUPP dapat diperoleh dengan
cepat tanpa ada kesulitan. Berbeda dengan media-media lain yang tidak
memiliki koneksi sebaik Republika. Karir politik Habibie yang meroket
pada masa itu sangat membantu perkembangan Republika. Dalam upaya
untuk menghasilkan surat kabar yang berkualitas, Republika menggalang
sejumlah intelektual dan jurnalis Islam liberal yang berpengaruh di
Indonesia.
Harian Republika menginformasikan nilai-nilai Islami dengan cara
serupa seperti Kompas yang kental akan muatan Kristianinya. Susunan
redaksi juga di isi oleh tokoh-tokoh terkemuka antara lain Wakil Direktur
83
David T.Hill, Pers di Masa Orde Baru (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011),
h. 153. 84
Ibid, h. 155.
56
BPS yang kerap menjadi kolomnis Tempo, Sucipto Wirosarjono, pendiri
organisasi non pemerintah Lembaga Studi Pembangunan (LSP) Adi
Sasono, pakar politik Amien Rais dari Universitas Gajah Mada, hingga
pakar hukum Islam Quraish Shihab.
Dan ini merupakan kekuatan nyata dari surat kabar Republika, dari
susunan redaksi diisi oleh orang kuat pada masa Orde Baru. Dan tidak bisa
disangkal kehadiran Republika di berbagai kios koran membangkitkan
minat besar pasar di kalangan pembaca surat kabar. Ini menandakan
bahwa ada pasar yang tersedia untuk harian berkualitas harian yang
berkualitas yang menyebarkan nilai-nilai Islam yang progresf dan
diproduksi secara profesional dengan pola pikir liberal.85
b. Visi dan Misi koran Republika.
Sejak berdiri, Republika memiliki moto “bukan sekedar menjual
berita”. Sajian yang diusahakan bervisi diusahakan untuk ditampilkan
walaupun terkadang gagal atau justru menceng dari semestinya. Visi
Republika sendiri adalah menjadi perusahaan media cetak terpadu berskala
nasional serta dikelola secara profesional Islami, sehingga berpengaruh
dalam proses pencerdasan bangsa, pengembangan kebudayaan, serta
peningkatan keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia baru.
Sedangkan misinya adalah: (1) pencerdasan bangsa melalui
pendalaman wawasan yang berbasi komunitas melalui pemberitaan yang
85
Ibid, h. 156.
57
akurat, aktual, terpecaya, edukatif, serta membela keadilan dan kebenaran.
(2) meningkatkan dan menguatkan prestasi dan dedikasi individu menjadi
team sebagai kunci untuk perkembangan perusahaan dan peningkatan
kesejahteraan. Ideologi Republika adalah Ideologi pemiliknya, PT Abdi
Bangsa, yaitu Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keislaman: dengan tujuan
mempercepat terbentuknya “civil society”. Orientasi inilah yang sehari-
hari dituangkan Republika dalam bentuk informasi dan sajian lainnya.
Republika menampilkan Islam dalam wajah moderat.86
c. Konsep Produk
Banyak pendapat yang muncul mengenai koran ini. Ada yang yang
bilang “beritanya berani”. Sebagian lagi ada yang menyebut “koran masa
depan”. Sedangkan yang lainya melihat sebagai gaya jurnalistik model
baru.
Pendapat tersebut sah, karena Republika memang memberikan
warna baru di dunia jurnalistik khususnya cetak. Perbedaanya dengan
media-media lain ada pada sisi pengemasan, pendalaman, dan penyajian
yang cenderung lebih atraktif, jelas, dan tuntas.87
Jurnalisme yang khas.
Corak Jurnalisme Republika didasari pada keinginan untuk
menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Republika
berusaha untuk menyajikan produk jurnalistik yang “enak dibaca”
86
Ibnu Hamad, Op.cit, h. 122. 87
Dokumentasi Harian Umum Republika, (Buncit Raya:PT.HU Republika) tanggal 8 Juni
2017.
58
(readable) . Bahasa dan penuturannya diupayakan menggunakan populer,
renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.
Visualisasi dan desain yang menarik dalam bentuk unsur grafis yang
informatif (berupa gambar, foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna
juga merupakan kekuatan dari surat kabar ini. Dan ini dukung dengan
sajian berita yang tuntas pada satu halaman, sehingga pembaca tidak perlu
melanjutkan pada halaman lain. 88
Sehingga tidak mengherankan jika
Republika pernah mendapatkan predikat 1 dalam tata wajah terbaik media
cetak nasional pada tahun pertama terbit.
Topik-topik yang akrab.
Republika memilih topik yang tidak mengandung pretensi untuk
menjadi terlalu filosofis. Yang lebih memperoleh perhatian adalah topik-
topik yang langsung berdampak kepada masyarakat pembaca. Namun,
bukan berarti Republika mengabaikan kedalaman dan keseriusan.
Republika mencoba mengembangkan semacam surat kabar “semi
magazine” yang mana banyak berita yang ditulis dengan gaya feature.
Jadi, apa yang terjadi sehari-hari sebisa mungkin dibingkai,
ditafsirkan, diberi pendalaaman. Bahkan ada beberapa topik yang
menjadikan ciri khas dari Republika antara lain: Resonansi, Hikmah,
Solilokul, Wacana, Tajuk; ataupun sajian dalam lembar khusus seperti
88
Ibid
59
suplemen Tekad, Rekor, Manajer, Trend Teknologi, Dialog Jumat, Koran
Kecil, dan Selasar. 89
d. Struktur Redaksi koran Republika
1. Direktur Utama : Agoosh Yoosran
2. Wakil Direktur Utama : Mira Rahardjo Djarot
3. Direktur Operasional : Arys Hilman Nugraha
4. Komisaris Utama : Erick Thohir
5. Komisaris : R Harry Zulnardy, Adrian
Syarkawie, Rudi Setia
Laksmana, Rosan P Roeslani
6. Manajer Senior Keuangan
SDM, dan Umum : Ruwito Brotowidjojo
7. GM Marketing dan Sales : Yulianingsih Yamin
8. Manajer Legal : Setyo Andhiko
9. Manajer Iklan : Indra Wisnu Wardhana
10. Manajer Produksi : Nurrokhim
11. Manajer Sirkulasi : Haryadi B Susanto
12. Pemimpin Redaksi : Irfan Junaidi
13. Wakil Pemimpin Redaksi : Nur Hasan Murtiaji
14. Redakur Pelaksana Koran : Subroto
15. Redaktur Pelaksana Newsroom : Elba Damhuri
16. Redaktur Pelaksana Online : Maman Sudiaman
89
Ibid
60
17. Redaktur Khusus : Ikwanul Kiram Mashuri,
Nasihin Masha
18. Redaktur Senior : Agung P Vazza
19. Wakil Redaktur Pelaksana : Firkah Mansuri, Heri Ruslan,
Kumara Dewatasari, Joko
Sadewo
20. Asisten Redaktur Pelaksana : Priyantono Oemar, Stevy
Maradona, Fery Kisihandi,
Mansyur Faqih, Didi Purwadi,
Muhammad Subarkah, Budi
Raharjo
21. Sekretaris Redaksi : Hamidah Sagaf
22. Perwakilan Jawa Barat : Rachmat Santoso Basarah
(kepala Perwakilan), Irfan Fitrat
Pribadi (Kepala Redaksi)
23. Perwakilan DIY-Jateng & Jatim : Fachrul Ratzi (Kepala
Perwakilan), Yusuf Assidiq
(Kepala Redaksi)
24. Wartawan Senior : Harun Husein, Nurul S
Hamami, Selamat Ginting, Siwi
Tri Puji Budiwiyati, Rakhmat
Hadi Sucipto
25. Kepala Desain : Sarjono
61
26. Kepala Indografis : Muhammad Ali Imron
27. Kepala Penyunting Bahasa : Ririn Liechtiana
28. Kepala Digital : Desi Purwo Wijianto
29. Staf Redaksi :
Alwi Shahab, Syahrudin El-Fikri, Andi Nur Aminah, Andri Saubani,
Agus Yulianto, EH Ismail, Dewi Mardiani, Endro Yuwanto, Fitriyani
Zamzami, Indira Rezkisari, Irwan Kelana, Israr, Khoirul Azwar,
Nashih Nashrullah, Natalia Endah Hapsari, Nidia Zuraya, Nina
Chairani Ibrahim, Musiron, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, R Hiru
Muhammad, Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Yeyen
Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi, Edwin Dwi Putranto, Abdullah
Sammy, Agus Raharjo, Ahmad Islamy Jamil, Amri Amrullah, Ani
Nursalikah, A Syalaby Ichsan, Bilal Ramadhan, Bowo Pribadi, Citra
Listya Rini, Darmawan, Desy Susilowati, Djoko Suceno, Dwi
Murdaningsih, Dyah Ratna Meta Novia, Eko Widiyatno, Erdy Nasrul,
Erik Purnama Putra, Esthi Maharani, Fernan Rahadi, Friska Yolanda,
Ichsan Emrald Alamsyah, Indah Wulandari, Lilis Sri Handayani,
Mohammad Akbar, Muhammad Fakhruddin, M Hafil, Neni
Ridarineni, Nur Aini, Qommarria Rostanti, Rusdy Nurdiansyah,Satya
Festiani, Setyanavidita Livikacansera, Yulianingsih, Tahta Aidilla,
Agung Supriyanto, Wihdan Hidayat, Prayogi, Rakhmawaty La‟lang,
Yasin Habibi, Raisan Alfarisi, Bambang Noroyono, Gita Amanda
Jatnikawati, Angga Indriawan, M Iqbal, Satria Kartika Yudha, Rizky
62
Jaramaya, Gilang Akbar Prambadi, Rr Laeny Sulistyawati, Nora
Azizah, Lida Puspaningtyas, Dessy Suciati Saputri, Ratna Ajeng
Sidomukti, Reja Irfa Widodo, Fuji Pratiwi, Halimanatus Sa‟diah, Mas
Alamil Huda, Sadly Rahman, Agung Sasongko, Hazliansyah, Yudha
Manggala Priana Putra, M Amin Madani, Fian Firatmaja, Karta
Raharja Ucu, Puti Almas, Rahmat Fajar, Fauziah Mursid, Debbie
Sutrisno, Ali Mansur, Melisa Riska Putri, Sonia Fitri, Umi Nur
Fadhilah, M Fauzi Ridwan, Maspril Aries (Palembang), Ahmad
Baraas, Mutia Ramadhani (Bali), Ahmad Fikri Noor, Eric
Iskandarsyah, Kiki Sakinah, Lintar Satria Zulfikar, Eko Supriyadi,
Issha Haruma, Marniati, M Nursyamsi, Sapto Andika Candra, Binti
Sholikah, Christiyaningsih, Lit Septiyaningsih, Sri Handayani,
Dadang Kurnia, Rizma Riyandi, Adysha Citra R, Andrian Saputra,
Aprilia Safitri Ramadhani, Dian Fath Risalah, Febrian, Fira
Nursya‟bani, Fuji Eka Permana, Hasanul Rizqa, Intan Pratiwi, Retno
Wulandari, Rossi Handayani, Umar Mukhtar, Wilda Fizriyani,
Anggoro Pramudya, Santi Sopia, Wisnu Aji Prasetyo, Frederikus
Dominggus Bata, Wahyu Suryana, Rizkyan Adhiyudha, Kamran
Dikarma, Dian Erika Nugraheny, Zuli Istiqomah, Aji Nugroho, Dwina
Agustin, Mabruroh, Noer Qomariah, Kusumawardhani, Rahayu
Subekti, Rizky Suryarandika, Shelbi Asrianti, Kabul Astuti, Idealisa
Masyrafina, Crystal Liestia, Muhyidin.
63
e. Alamat Redaksi : Jl Warung Buncit Raya No. 37,
Jakarta 12510.
Perwakilan Jawa Barat : Jl. Mangga No. 47 Bandung 404114.
Perwakilan Jateng-DIY & Jatim : Jl. Perahu No. 4, Kota Baru,
Yogyakarta.
f. Cakupan Distribusi
Harian Umum Republika tersebar di seluruh Indonesia. Namun,
sebagaian besar oplahnya beredar di Jakarta dan Jawa Barat. Di Jakarta
sebesar 50.31%, Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6.90%, Jawa Timur
4.36% , sisanya tersebar di daerah-daerah lain.90
B. Temuan dan Sajian Data
1. Temuan Data
Kebijakan baru soal imigran telah resmi di tanda tangani oleh
Donald Trump untuk tujuan memperketat keamanan untuk menghindari
ancaman dari teroris. Namun nyatanya, alih-alih mendapatkan dukungan.
Yang terjadi adalah kecaman oleh berbagai pihak.
Sikap Indonesia cenderung tenang dalam menyikapi kebijakan ini,
karena presiden Indonesia Joko Widodo menganggap hal ini merupakan
topik yang tidak relevan, karena Indonesia tidak termasuk dalam daftar
negara yang dicekal kedatangannya di Amerika Serikat.
Namun, juga ada menyayangkan kebijakan pemabtasan imigran
Muslim di Amerika Serikat. Yaitu organisasi Islam Muhammadiyah yang
90
Ibid
64
menyatakan bahwa kebijakan pemabtasan imigran Muslim dapat
meningkatkan sentimen anti Islam atau Islamophobia.
Dan inilah dijadikan oleh Republika sebagai topik yang menarik
untuk disebar luaskan kepada masyarakat Indonesia. Republika tergolong
rajin dan tajam memberitakan topik ini menjadi bagian dalam korannya.
Berikut adalah temuan data yang ditemukan oleh peneliti:
Tabel 3. Temuan data
No Temuan Indikator Keterangan 1. Republika menganggap kebijakan
pembatasan imigran Muslim
merupakan kebijakan yang
diskriminatif
Hasil wawancara Redaktur
rubrik
internasional
Republika
2 Republika merupakan koran
komunitas Muslim, sehingga kasus
pembatasan imigran Muslim
merupakan topik yang menarik.
Hasil wawancara Redaktur
rubrik
internasional
Republika
3 Hasil analisis Framing yang
menunjukan Republika memihak
umat Muslim, dan kesalahan
terletak pada Amerika Serikat.
a. Jokowi: Jangan Resah ( 31
Januari 2017)
b. Umat Islam Terluka ( 1
Februari 2017)
c. WNI di AS Diharap Bersatu (
2 Februari 2017)
d. Dubes AS Sowan ke NU dan
Muhammadiyah ( 3 Februari
2017)
e. WNI di AS Khawatir ( 3
Februari 2017)
Koran
Republika
terbitan
Januari –
Februari tahun
2017
2. Sajian Data
Berikut adalah hasil dari analisis framing berita dengan topik
pembatasan imigran Muslim di Amerika Serikat pada koran Republika
edisi Januari – Februari 2017.
a. Analisis Framing Berita Tanggal 31 Januari 2017
Judul: “Jokowi: Jangan Resah”
BOYOLALI- Presiden Joko Widodo meminta seluruh warga negara
Indonesia (WNI), khususnya berada di Amerika Serikat (AS), tidak perlu
65
resah. Permintaan itu disampaikan Presiden seiring keputusan Pemerintah
AS melarang Muslim dari tujuh negara memasuki Negeri Paman Sam.
“Wong tidak terkena dampak, kok keresahan? Bagaimana sih? Wong
yang terkena hanya berapa, hanya tujuh negara,” ujarnya menjawab
pertanyaan wartawan setelah meluncurkan program Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE) Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Dusun
Tumang, Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (30/1)
siang.
Menurut Presiden, perihal tersebut tidak relevan untuk ditanyakan.
Sebab, Indonesia tidak terkena dampak dari kebijakan yang ditanda
tangani Presiden AS Donald Trump pada Jumat (27/1)
“Kita tidak terkena dampak dari kebijakan itu, kenapa ditanyakan?
Kita kan tidak terkena dampak dari kebijakan itu,” kata Presiden.
Ia pun menegaskan, prinsip konstitusi Indonesia secara jelas dan
tegas memperjuangkan kesetaraan dan keadilan. Namun, dalam konteks
ini, Presiden menilai Indonesia tidak perlu khawatir.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyayangkan kebijakan yang
ditempuh Pemerintah AS. Walaupun demikian, Indonesia sebagai negara
dengan penduduk mayoritas Muslim tidak termasuk tujuh negara yang
rakyatnya dilarangan ke AS.
“Kami menyampaikan penyesalan mendalam terhadap kebijakan
tersebut,” ujar Retno, seperti dilansir Reuters.
Kementrian Luar Negeri menyatakan, hingga saat ini, tidak ada
rencana untuk mengeluarkan imbauan perjalanan atau travel advisory ke
AS terkait pemberlakuan larangan bagi Muslim dari tujuh negara. Aturan
ini dinilai tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap masyarakat di
Tanah Air.
“Indonesia tidak menjadi dari tujuh negara yang termasuk dalam
kebijakan tersebut. Jadi tidak ada pengaruh langsung untuk hal ini,” ujar
juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir kepada Republika, Senin (30/1)
Presiden Trump menandatangani larangan masuk bagi tujuh warga
mayoritas Muslim, pekan lalu. Ketujuh negara itu adalah Suriah, Iran, Irak,
Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman. Larangan itu berlaku selama 90 hari
kedepan. Regulasi itu juga ditujukan melarang masuknya pengungsi dalam
120 hari nanti. Kebijakan Trump menuai protes di seantero Amerika
Serikat. Aksi untuk unjuk rasa menentang kebijakan itu masih terjadi,
umumnya demonstran melakukan aksinya di bandara-bandara, antara lain
Los Angeles, San Francisco, Dallas, New York, dan Seattle.
Seperti aksi Women‟s March, pengunjuk rasa membawa ribuan
poster berbekal tulisan tangan ber warna yang berisi kecaman terhadap
Trump. Protes juga dilakukan di sejumlah landmark AS, yaitu Gedung
Putih, Boston Copley Square, dan Battery Park di Manhattan.
“Tidak ada kebencian, tidak ada ketakutan, imigran diterima disini,”
demikian nyanyian para pemrotes.
Senator Demokrat yang turut serta dalam aksi, Charles Schumer,
menyatakan, kebijakan Trump bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan
66
yang dimiliki AS. Ia mengaku akan terus melancarkan protes sampai
kebijakan ini dibatalkan.
“Apa yang kita bicarakan berkaitan dengan hidup dan mati begitu
banyak orang,” kata Schumer.
Warisan Obama
Trump tidak tinggal diam menanggapi protes tersebut. Dalam
pernyataan yang diunggah di akun Facebook resminya, Senin (30/1) WIB,
Trump menjelaskan, kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi AS. Ia
juga membantah apabila langkah ini bertujuan mengadang Muslim
memasuki Negeri Paman Sam.
“Ini tentang teror dan menjaga agar negara kita tetap aman,” kata
Trump.
Menurut dia, kebijakan ini mirip dengan langkah Presiden Barrack
Obama pada 2011. Ketika itu, Obama melarang penerbitan visa bagi
pengungsi dari Irak selama enam bulan.
“Tujuh negara dalam perintah eksekutif sama dengan hasil
identifikasi pemerintahan Obama yang menyebut negara-negara tersebut
adalah sumber teror,” ujar Trump
Ia pun menjelaskan, ada lebih dari 40 negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim tetapi tidak terkena dampak kebijakan tersebut. Trump
pun memastikan, pemerintah akan kembali mengeluarkan visa untuk
semua negara setelah dilakukan evaluasi.
“Prioritas pertama saya adalah selalu melindungi dan melayani
negara ini. Namun, sebagai presiden, saya akan mencari cara untuk
membantu semua orang yang menderita,” katanya. ed: muhammad iqbal
Berikut adalah hasil analisis framing yang dilakukan oleh Republika
dalam berita yang berjudul “Jokowi: Jangan Resah”.
Define Problems: Pendifinisian masalah pada berita ini adalah pada
sikap presiden Joko Widodo terhadap kebijakan pembatasan imigran
Muslim di Amerika Serikat, hal ini dapat dilihat pada lead berita berikut:
“Wong tidak terkena dampak, kok keresahan? Bagaimana sih?
Wong yang terkena hanya berapa, hanya tujuh negara,” ujarnya....”
Diagnose Cause: Penyebab masalah pada berita ini terletak pada
presiden Joko Widodo yang memberikan sikap bahwa topik kebijakan
imigran Muslim merupakan hal yang tidak relevan, karena Indonesia tidak
termasuk dalam daftar negara yang dicekal.
67
“Menurut Presiden, perihal tersebut tidak relevan untuk
ditanyakan. Sebab, Indonesia tidak terkena dampak dari kebijakan
yang ditanda tangani Presiden AS Donald Trump pada Jumat
(27/1)”
Make Moral Judgement: Penilaian moral pada berita ini diberikan
kepada presiden Joko Widodo yang mengaskan bahwa prinsip konstitusi
Indonesia adalah menegak kan kesetaraan dan keadilan. Terlebih
Indonesia tidak masuk dalam daftar yang dicekal untuk masuk ke AS.
“Ia pun menegaskan, prinsip konstitusi Indonesia secara jelas
dan tegas memperjuangkan kesetaraan dan keadilan. Namun, dalam
konteks ini, Presiden menilai Indonesia tidak perlu khawatir.”
Treatment Recomendation: Penyelesaian yang di tawarkan oleh
Republika adalah menyayangkan kebijakan kebijakan pembatasan Imigran
Muslim. Penyelesaian masalah ini bisa dilihat dengan adanya ungkapan
dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
“Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyayangkan kebijakan
yang ditempuh Pemerintah AS. Walaupun demikian, Indonesia
sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim tidak termasuk
tujuh negara yang rakyatnya dilarangan ke AS”
Pada berita ini, Republika memberikan penonjolan pada kata,
gambar. Penonjolan kata pada berita ini yaitu penulisan judul yang
mempunyai ukuran lebih besar dan tebal dibandingkan berita lain yang
berada di halaman yang sama. Republika juga memberikan gambar
seorang Muslimah yang menggunakan hijab bermotif bendera Amerika
Serikat, selain itu juga terdapat gambar yang berupa data jumlah WNI
yang tinggal di Amerika Serikat. Selain itu, berita ini diletakan pada
68
halaman depan koran Republika dengan ukuran ruang yang lebih besar
dibandingkan berita lain.
Berita ini menggambarkan sikap presiden Indonesia Joko Widodo
yang tenang dalam menyikapi kebijakan pembatasan imigran Muslim yang
sudah di tanda tangani oleh Donald Trump, karena Indonesia tidak
termasuk dalam daftar yang dicekal. Berita ini penting, meskipun
Indonesia tidak termasuk dalam daftar yang dicekal. Namun, Indonesia
adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia sehingga
menimbulkan ke khawatiran tersendiri.
Aktor penyebab masalah adalah presiden Joko Widodo yang
menganggap tidak perlu resah dalam menyikapi kebijakan pembatasan
imigran Muslim. Karena, Joko Widodo menganggap tidak relevan jika hal
tersebut dikaitkan dengan Indonesia terlebih Indonesia tidak masuk dalam
daftar negara yang di cekal untuk masuk ke Amerika Serikat.
Selain itu presiden Joko Widodo secara tegas mengungkapkan
bahwa prinsip konstitusi Indonesia adalah memperjuangkan kesetaraan
dan keadilan. Solusi yang diberikan Republika atas isu ini adalah
menyayangkan kebijakan pembatasan imigran Muslim.
Tabel 4. Framing berita Jokowi: Jangan Resah.
Define Problems “Wong tidak terkena dampak, kok keresahan? Bagaimana sih?
Wong yang terkena hanya berapa, hanya tujuh negara,”
ujarnya....” (Paragraf 2)
Diagnose Cause “Menurut Presiden, perihal tersebut tidak relevan untuk
ditanyakan. Sebab, Indonesia tidak terkena dampak dari
kebijakan yang ditanda tangani Presiden AS Donald Trump
pada Jumat (27/1)” (Paragraf 3)
69
Make Moral Judgement “Ia pun menegaskan, prinsip konstitusi Indonesia secara jelas
dan tegas memperjuangkan kesetaraan dan keadilan. Namun,
dalam konteks ini, Presiden menilai Indonesia tidak perlu
khawatir.” (Paragraf 5)
Treatment
Recomendation
“Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyayangkan
kebijakan yang ditempuh Pemerintah AS. Walaupun
demikian, Indonesia sebagai negara dengan penduduk
mayoritas Muslim tidak termasuk tujuh negara yang rakyatnya
dilarangan ke AS” (Paragraf 6)
b. Analisis Framing Berita Tanggal 1 Februari 2017
Judul: “Umat Islam Terluka”
JAKARTA – Lembaga Islam di dalam dan luar negeri terus
memprotes kebijakan pemblokiran warga dari tujuh negara Muslim yang
diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan pukul rata disebut
menyakiti perasaan umat Islam.
“Kebijakan tersebut menjadi stereotip negatif terhadap Muslim dunia
dan sangat mencederai perasaan umat Islam,” kata Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Bidang Luar Negeri, KH Muhyidin Junaidi kepada
Republika, kemarin.
Menurut dia, menyamakan semua Muslim sebagai pelaku terorisme
dan tindak kekerasan adalah sebuah penghinaan besar.
Muhyidin menegaskan, kebijakan AS soal imigrasi Muslim tersebut
melawan Deklarasi HAM Universal PBB, menciptakan instabilitas dunia,
rasialis, kental dengan nuansa Islamofobia, dan mendorong
berkembangnya kelompok radikalisme serta ekstemisme gaya baru.
Trump menandatangani perintah eksekutif pembatasan Muslim pada
Jumat (27/1) waktu setempat. Ia memberlakukan pemblokiran terhadap
para pengungsi selama 140 hari dan terhadap warga dari tujuh negara selaa
90 hari.
Negara-negara yang dimaksud adalah Suriah, Iran, Irak, Libya,
Somalia, Sudan, dan Yaman. Trump menyatakan, keputusan itu bukan
pembatasan terhadap Muslim, melainkan upaya membuat warga AS aman
dari terorisme. Meski begitu, Trump juga sempat menyatakan pembatasan
pengungsi tidak berlaku bagi pemeluk Nasrani dari negara-negara yang
dicekal.
Hingga Senin (30/1) waktu AS, Departemen Keamanan Dalam
Negeri AS mencatat, sebanyak 348 pemegang visa AS dilarang naik
pesawat ke AS dari berbagai negara lain. Selain itu, sebanyak 200 lebih
penumpang yang telah tiba di AS ditahan dan sebagian lainnya
dideportasi.
Sedikitnya735 orang juga menjalani pemeriksaan intensif dari
petugas Bea Cukai dan perlindungan perbatasan AS. Dari jumlah itu,
70
sebanyak 394 diantaranya adalah warga permanen AS pemegang green
card.
Kebijakan Trump sejauh ini terus mendapatkan reaksi penolakan
luas dari berbagai kalangan, baik Muslim maupun non-Muslim di AS.
Pengadilan di beberapa negara bagian telah melakukan pembekuan atas
deportasi warga dari tujuh negara yang terlanjur tiba di AS. Kendati
demikian, regulasi yang ditekan Trump masih terus berjalan.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) secara resmi telah mengeluarkan
pernyataan kecaman untuk kebijakan Trump. “Aksi pilih-pilih dan
diskriminatif tersebut hanya akan memperkuat narasi radikalisme para
ekstremism,” tulis OKI dalam pernyataan resmi yang diunggah di laman
mereka.
Kebijakan Trump juga dinilai akan mengipasi anarkisme dan
terorisme. Hal tersebut disayangkan di tengah upaya OKI bekerja sama
dengan berbagai negara, termasuk AS untuk melawan terorisme dan
seluruh manifestinya.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu‟ti mengatakan,
sudah sewajarnya Pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas terkait
kebijakan pembatasan Muslim oleh Trump meski tak masuk daftar cekal.
“Sudah sewajarnya Pemerintah Indonesia menyampaikan sikap sebagai
suatu bentuk solidaritas,” ujar Mu‟ti kepada Republika, Selasa (31/1).
Hal itu ia sampaikan menyusul Presiden Joko Widodo, yang
meminta umat Islam Indonesia tak resah menyikapi kebijakan Trump.
Menurut Presiden, tak perlu ada keresahan karena Indonesia tak termasuk
negara yang warganya dicekal.
Mu‟ti menilai, sebagai negara berdaulat dan sesuai dengan politik
luar negeri yang bebas, Indonesia tak perlu khawatir mengkritik AS. Mu‟ti
menilai, pembatasan Muslim akan memicu sikap anti-AS di Tanah Air.
“Keamanan kawasan Timur Tengah secara tidak langsung
mempengaruhi keamanan dunia,” kata Mu‟ti.
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla juga menilai,
kebijakan Trump merugikan negara itu sendiri. “Itu membahayakan
keutuhan dan nilai-nilai Amerika karena orang Amerika itu asalnya para
imigran. Nilai itu mereka pertahankan,”ujar Jusuf Kalla di Jakarta,
kemarin.
Menurut Jusuf Kalla, kebijakan tersebut juga menambah kecurigaan
terhadap umat Muslim di dunia. Ia menekankan, Indonesia sebagai bagian
dari negara OKI belum mengeluarkan sikap resmi terkait kebijakan itu.
Namun, Wapres menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
pembatasan imigran. “Rakyat Amerika sendiri tidak setuju, apalagi kita
orang yang data,” kata Jusuf Kalla. Rizky jaramaya, ed: Fitriyan Zamzami.
Berikut adalah hasil analisis framing yang dilakukan oleh Republika
dalam berita yang berjudul “Umat Islam Terluka”.
71
Define Problems: Pendefinisian masalah pada berita ini adalah
terletak pada kebijakan pembatasan imigran Muslim merupakan kebijakan
yang melukai perasaan umat Muslim.
“Lembaga Islam di dalam dan luar negeri terus memprotes
kebijakan pemblokiran warga dari tujuh negara Muslim yang
diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan pukul rata
disebut menyakiti perasaan umat Islam.”
Diagnose Causes: Penyebab masalah dalam berita ini adalah
presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Karena, dia yang menandatangi
kebijakan ini.
“Trump menandatangani perintah eksekutif pembatasan
Muslim pada Jumat (27/1) waktu setempat. Ia memberlakukan
pemblokiran terhadap para pengungsi selama 140 hari dan terhadap
warga dari tujuh negara selaa 90 hari.”
Make Moral Judgement: Moral yang diangkat dari berita ini adalah
kebijakan pembatasan imigran Muslim akan merugikan Amerika Serikat
sendiri, karena Amerika merupakan negara yang berasal dari kalangan
Imigran.
“Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla juga
menilai, kebijakan Trump merugikan negara itu sendiri. “Itu
membahayakan keutuhan dan nilai-nilai Amerika karena orang
Amerika itu asalnya para imigran. Nilai itu mereka
pertahankan,”ujar Jusuf Kalla di Jakarta, kemarin.”
Treatment Recomendation: Republika memberikan solusi sebagai
negara yang berdaulat Indonesia tidak perlu takut untuk mengkritisi
kebijakan pembatasan imigran Muslim di Amerika Serikat. Penyelesaian
masalah dapat dilihat dari ungkapan sekretaris umum PP Muhammadiyah,
Abdulah Mu‟ti.
72
“Mu‟ti menilai, sebagai negara berdaulat dan sesuai dengan
politik luar negeri yang bebas, Indonesia tak perlu khawatir
mengkritik AS. Mu‟ti menilai, pembatasan Muslim akan memicu
sikap anti-AS di Tanah Air.”
Pada berita ini, Republika memberikan penonjolan berupa kata dan
tata letak, penonjolan kata dengan memberikan ukuran yang lebih besar
dan tebal dibanding judul berita lain. Selain itu, berita ini diletakan pada
halaman depan headline dan ukuranya juga lebih besar dibandingkan
berita lain.
Berita ini berisi tentang pandangan negatif dari beberapa tokoh
nasional di Indonesia yang menilai kebijakan pembatasan imigran Muslim
merupakan kebijakan yang diskriminatif dan menghina umat Muslim,
terdapat juga ungkapan dari Abdulah Mu‟ti yang mendorong pemerintah
Indonesia tidak perlu takut dalam mengkritik Amerika Serikat.
Tabel 5. Framing berita Umat Islam Terluka.
Define Problems “Lembaga Islam di dalam dan luar negeri terus memprotes
kebijakan pemblokiran warga dari tujuh negara Muslim yang
diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan pukul
rata disebut menyakiti perasaan umat Islam.” (Paragraf 1)
Diagnose Causes “Trump menandatangani perintah eksekutif pembatasan
Muslim pada Jumat (27/1) waktu setempat. Ia
memberlakukan pemblokiran terhadap para pengungsi
selama 140 hari dan terhadap warga dari tujuh negara selaa
90 hari.” (Paragraf 5)
Make Moral Judgement “Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla juga
menilai, kebijakan Trump merugikan negara itu sendiri. “Itu
membahayakan keutuhan dan nilai-nilai Amerika karena
orang Amerika itu asalnya para imigran. Nilai itu mereka
pertahankan,”ujar Jusuf Kalla di Jakarta, kemarin.” (Paragraf
16)
Treatment
Recomendation
“Mu‟ti menilai, sebagai negara berdaulat dan sesuai dengan
politik luar negeri yang bebas, Indonesia tak perlu khawatir
mengkritik AS. Mu‟ti menilai, pembatasan Muslim akan
memicu sikap anti-AS di Tanah Air.” (Paragraf 14)
73
c. Analisis Framing Berita Tanggal 2 Februari 2017
Judul: “WNI di AS Diharap Bersatu”
WASHINGTON – Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
Budi Bowoleksono menyatakan, pihaknya akan memprioritaskan
perlindungan warga Indonesia di AS, Senin (31/1). Ia juga mengimbau
agar WNI di AS agar bersatu dan saling membantu.
“Lupakan perbedaan yang ada, kini saatnya masyarakat Indonesia di
AS untuk bersatu, saling bahu-membahu dan tolong menolong,” kata
diplomat yang akrab dipanggil Sonny ini melalui akun Twitter-nya,
kemarin. Ia juga menekankan bahwa perlindungan WNI adalah prioritas
tinggi bagi seluruh RI di luar negeri.
Sonny menyatakan telah bertemu dengan Direktur Eksekutif Council
on American-Islamic Relations (CAIR) Nihad Awad terkait pelarangan
warga tujuh negara mayoritas dari memasuki AS. Di kantor CAIR, Sonny
berkomitmen untuk berkomitmen untuk bekerja sama menangani
fenomena islamofobia. “Pada saat ini, lebih penting untuk menyebarkan
pesan perdamaian dan Islam yang toleran,”tambahnya.
Beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan
imbauan untuk seluruh WNI yang bermukim di AS. WNI diminta untuk
tetap tenang dan waspada. Selain itu, WNI harus menaati hukum setempat
dan tetap menjaga ketertiban umum di lingkungan masing-masing.
“Pemerintah Indonesia melalui perwakilan RI di seluruh AS terus
mengamati perkembangan yang terjadi dan akan mengantisipasi dampak
yang mungkin timbul bagi WNI,” demikian tertulis dalam imbauan
tersebut. Pemerintah juga mengimbau agar penduduk memahami hak-hak
mereka.
Sedangkan, juru bicara Kementrian Luar Negeri (Kemenlu)
Arrmanatha Nasir menyatakan, Kemenlu menyayangkan perintah
eksekutif Donald Trump. Meski tidak berimbas kepada Indonesia,
melarang masuk warga negara mayoritas Muslim bisa berdampak buruk
pada upaya memerangi terorisme dan penangan pengungsi.
“(Adalah) salah mengaitkan radikalisme dan terorisme dengan
agama atau kepercayaan tertentu,” kata Arrmanatha. Ia menilai upaya
memerangi terorisme harus dilakukan dengan kerja sama internasional,
termasuk untuk mengatasi akar penyebabnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menilai Donald
Trump menerapkan kebijakan politik islamofobia dan diskriminatif
terhadap komunitas Muslim terkait perintah eksekutif yang melarang
Muslim dari tujuh warga negara mayoritas Islam masuk ke AS.
“Kebijakan politik tersebut paradoks dengan jati diri AS sebagai negara
demokrasi dan hak asasi manusia,” ujar Haedar kepada Republika, Rabu
(1/2)
74
Haedar menilai cara pandang konservatif dan bias Islam tersebut
menunjukan ketertinggalan alam pikir Trump dan pendukungnya tentang
dunia Islam. Di samping itu, Haedar mengatakan, Trump dan
pendukungnya juga tertinggal dalam hal berpikir tentang perkembangan
dunia yang semakin terbuka.
Haedar menilai cara pandang seperti Trump yang terjangkit virus
islamofobia juga ada di Indonesia. Pihak-pihak tersebut kerap memandang
Islam sama dengan terorisme dan radikalisme. “Karena itu umat Islam
juga perlu memahami realitas politik tersebut untuk semakin
mengedepankan Islam yang moderat tetapi cerdas dan berkemajuan agar
bisa menghadapi konservativisme politik yang kerdil itu,” kata Haedar.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim
se-Indonesia Ilham Akbar Habibie mengaku yakin kebijakan Donald
Trump tak akan mengubah jati diri rakyatnya. “Saya percaya pada
masyarakat AS. Saya pernah tinggal di sana. Orang-orang yang saya kenal
terbuka dan toleran,” kata dia, di Jakarta, Selasa (31/1) malam.
Ilham mengingatkan, AS adalah negara imigran. Sehingga mereka
mestinya memiliki solidaritas terhadap para imigran dan orang yang
mencari suaka. Kedua, menurut Ilham, solidaritas rakyat AS melawan
presiden Trump jelas ada. Selain unjuk rasa, ia mencontohkan pernyataan
Madeleine Albright, mantan menteri luar negeri AS yang meminta Donald
Trump untuk memasukan namanya dalam daftar Muslim bila pendataan
ketat atas Muslim dijalankan. umi nur fadhilah ed: fitriyan zamzami
Berikut adalah hasil analisis framing yang dilakukan oleh Republika
dalam berita yang berjudul “WNI di AS Diharap Bersatu”.
Define Problems: Pendefinisian masalah pada berita ini terletak pada
kesalahan jika mengaitkan kasus terorisme dan radikalisme dengan agama
tertentu, sebagaimana pendapat dari juru bicara Kementrian Luar Negeri
Indonesia, Arrmanatha Nasir.
“(Adalah) salah mengaitkan radikalisme dan terorisme
dengan agama atau kepercayaan tertentu,” kata Arrmanatha.”
Diagnose Causes: Penyebab masalah dalam berita ini adalah Donald
Trump, selaku pembuat kebijakan pembatasan imigran Muslim yang
dinilai sebagai kebijakan politik Islamofobia dan diskriminatif.
“Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menilai
Donald Trump menerapkan kebijakan politik islamofobia dan
diskriminatif terhadap komunitas Muslim terkait perintah eksekutif
75
yang melarang Muslim dari tujuh warga negara mayoritas Islam
masuk ke AS.”
Make Moral Judgement: Keputusan moral yang diambil dari berita
ini adalah cara pandang konservatif dan bias tentang Islam merupakan
wujud ketertinggalan alam pikir.
“....Cara pandang konservatif dan bias Islam tersebut
menunjukan ketertinggalan alam pikir Trump dan pendukungnya
tentang dunia Islam. Di samping itu, Haedar mengatakan, Trump
dan pendukungnya juga tertinggal dalam hal berpikir tentang
perkembangan dunia yang semakin terbuka.”
Treatment Recomendation: Penyelesaian masalah yang di sarankan
oleh Republika adalah umat Muslim perlu memahami realitas politik yang
sedang berkembang.
“....Karena itu umat Islam juga perlu memahami realitas
politik tersebut untuk semakin mengedepankan Islam yang moderat
tetapi cerdas dan berkemajuan agar bisa menghadapi
konservativisme politik yang kerdil itu,” kata Haedar.”
Pada berita ini, Republika menonjolkan kata dengan memberikan
ukuran judul yang lebih besar dan tebal dibandingkan dengan berita lain
yang berada di rubrik internasional. Ruang yang diberikan pada berita ini
juga lebih besar dibandingkan berita lainnya.
Berita ini membahas bahwa sebuah kesalahan jika mengaitkan kasus
terorisme dengan agama tertentu. Penyebabnya karena Donald Trump
menerapkan kebijakan pembatasan imigran Muslim berdasarkan kebijakan
politik yang diskriminatif dan ini merupakan wujud Islamofobia.
Dalam berita ini juga dijelaskan bahwa memahami Islam secara
konservatif dan bias merupakan wujud ketertinggalan pola pikir, karena
76
saat ini merupakan era perkembangan keterbukaan. Solusi yang
ditawarkan oleh Republika adalah agar umat Muslim semakin
mengedepankan Islam yang moderat ditengah realitas politik.
Tabel 6. Framing berita WNI di AS Diharap Bersatu.
Define Problems “(Adalah) salah mengaitkan radikalisme dan terorisme
dengan agama atau kepercayaan tertentu,” kata
Arrmanatha.” (Paragraf 7)
Diagnose Causes “Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir
menilai Donald Trump menerapkan kebijakan politik
islamofobia dan diskriminatif terhadap komunitas
Muslim terkait perintah eksekutif yang melarang
Muslim dari tujuh warga negara mayoritas Islam
masuk ke AS.” (Paragraf 8, kalimat 1)
Make Moral Judgement “....Cara pandang konservatif dan bias Islam tersebut
menunjukan ketertinggalan alam pikir Trump dan
pendukungnya tentang dunia Islam. Di samping itu,
Haedar mengatakan, Trump dan pendukungnya juga
tertinggal dalam hal berpikir tentang perkembangan
dunia yang semakin terbuka.” (Paragraf 9)
Treatment Recomendation “....Karena itu umat Islam juga perlu memahami
realitas politik tersebut untuk semakin mengedepankan
Islam yang moderat tetapi cerdas dan berkemajuan
agar bisa menghadapi konservativisme politik yang
kerdil itu,” kata Haedar.” (Paragraf 10, kalimat 3)
77
d. Analisis Framing Berita Tanggal 3 Februari 2017
Judul: “Dubes AS Sowan ke NU dan Muhammadiyah”
JAKARTA-Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia
Joseph R Donovan menyambangi petinggi PP Muhammadiyah dan PB
Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus pada Kamis (2/1). Kunjungan itu
dilakukan di tengah kecaman lembaga-lembaga Islam di Tanah Air terkait
perintah eksekutif pencekalan warga tujuh negara mayoritas Muslim yang
dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.
Dalam masing-masing kunjungan ke markas dua ormas Islam
terbesar di Indonesia itu, Donovan menjelaskan pembenaran atas larangan
masuk yang diperintahkan Donald Trump. Di kantor PBNU, ia
menyatakan, perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump tidak akan
berlangsung lama. “Perintah eksekutif bersifat kontemporer saja, untuk
menjaga perbatasan dan mengkaji prosedur keamanan,” kata Donovan, di
gedung PBNU, Kamis (2/2)
Ia menegaskan, perintah eksekutif yang ada tidak akan melibatkan
warga negara Indonesia, terlebih Indonesia tidak masuk tujuh negara yang
dilarang. Selain itu, Donovan menekankan, terdapat 40 negara mayoritas
Muslim di dunia yang tidak masuk dalam daftar.
Donovan menuturkan, Indonesia merupakan satu di antara 40 negara
yang tidak masuk ke daftar tersebut. karena itu, ia mengaku sangat yakin
tidak akan ada perubahan hubungan Indonesia dengan AS, termasuk warga
negara Indonesia yang ada di AS. “Tidak akan melibatkan Indonesia,” ujar
masuk dalam daftar.
Ia menekankan, Indonesia merupakan salah satu mitra berharga bagi
AS. Apalagi, banyak kerja sama yang dilakukan dan bakal ditingkatkan.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj tak banyak menyinggung soal
pencekalan Muslim oleh Trump selepas menemui Donovan, kemarin.
Meski begitu, ia berterima kasih kepada Dubes AS atas apresiasi
terhadap Nahdlatul Ulama yang dianggap salah satu bentuk Islam moderat
di Indonesia. “Sangat mengapresiasi NU, beliau merasa masih ada bentuk
moderat, yaitu NU Indoensia,”ujar Said.
Dalam perintah eksekutifnya, Trump melarang warga Sudan, Iran,
Irak, Suriah, Yaman, Libya, dan Somalia selama 90 hari. Selain melarang
warga dari tujuh negara mayoritas Muslim, Trump juga menghentikan
sementara pengungsi ke AS selama 120 hari.
Kementrian Pertahanan AS menyatakan pada Rabu (1/2), jangka
waktu pembatasan tersebut bisa diperpanjang. Tak hanya itu, Pemerintah
AS juga bisa menambah jumlah negara yang dicekal, bila negara
bersangkutan tak bisa menjamin pemeriksaan keamanan yang memadai
terhadap warganya yang hendak ke AS.
Di AS, aksi unjuk rasa warga menolak kebijakan yang dinilai
mendiskriminasikan Muslim tersebut terus dilakukan. Sejumlah jaksa
agung, hakim, dan diplomat AS juga menyatakan keberatan atas kebijakan
78
itu. Oleh media-media AS, perintah eksekutif tersebut juga kini dijuluki
sebagai „Muslim Ban‟ alias „Pencekalan Muslim‟
Saat menyambangi kantor PP Muhammadiyah, Donovan berupaya
meyakinkan jika perintah eksekutif Presiden Donald Trump bukanlah
larangan bagi umat Muslim untuk masuk ke AS. “Perintah eksekutif
hanyalah peningkatan upaya perlindungan perbatasan Amerika. Ini bukan
melarang Muslim masuk ke Amerika,” kata dia. Penegasan serupa
sebelumnya juga disampaikan Donald Trump.
Dalam kunjungan ke Muhammadiyah, Donovan juga menyatakan
penghargaanya terhadap Muslim di Indonesia.
“Saya dengar langsung peran Islam di Indonesia dari
Muhammadiyah. Islam di Indonesia cenderung toleran dan moderat,” kata
dia. Donovan menyatakan, toleransi di Indonesia bagus untuk dijadikan
model bagi negara lain.
Selepas menemui Donovan, Ketua Umum PP Muhammadiyah
Haedar Nashir mengatakan, AS mempunyai peran politik global sehingga
perlu menciptakan tata dunia baru yang damai. “Maka itu, sebaiknya
perintah eksekutif itu ditinjau kembali dan (presiden AS) mengambil
kebijakan yang lebih soft. Namun, sebenarnya itu kebijakan dalam negeri
AS, kami tak mau masuk ke sana,” ujar Haedar.
Haedar mengingatkan, masyarakat AS merupakan masyarakat yang
majemuk. Bangsa tersebut bisa tumbuh juga berkat para imigran.
Selain itu, menurut Haedar, untuk mengatasi terorisme tak bisa
dilakukan dengan cara menggeneralisasi. Masalah terorisme harus
ditangani dari hulu dan hilir. “Harus ada dialog antar bangsa dan antar
negara, bagaimana cara mencegah terorisme. Dikhawatrkan perintah
eksekutif menjadi preseden baru bagi negara lain, untuk melakukan hal
yang sama,” ujar Haedar.
Muhammadiyah berharap Pemerintah AS lebih elegan dalam
menerapkan kebijakan sehingga tak justru kontra produktif. Amerika,
menurut Haedar, sebaiknya membuat kebijakan yang menciptakan
perdamaian dan mencegah konflik.
Sebelumnya, sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Anwar Abbas uga mengharapkan dunia internasional menekan Presiden
Trump.
Ia menilai, jia kebijakan tersebut terus berlanjut, bukan tidak
mungkin akan memicu reaksi dari berbagai negara. Bisa jadi negara lain
membalah perlakuan AS kepada pengungsi dan Muslim. ed: fitriyan
zamzami
Berikut adalah hasil analisis framing yang dilakukan oleh Republika
dalam berita yang berjudul “Dubes AS Sowan ke NU dan
Muhammadiyah”.
79
Define Problems: Masalah yang digambarkan pada berita ini adalah
kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia ke
Muhammadiyah dan NU terkait dengan kebijakan pemabatasan imigran
Muslim.
”....Kunjungan itu dilakukan di tengah kecaman lembaga-
lembaga Islam di Tanah Air terkait perintah eksekutif pencekalan
warga tujuh negara mayoritas Muslim yang dikeluarkan Presiden
AS Donald Trump.”
Diagnose Causes: Penyebab masalah dari berita ini adalah Donald
Trump yang telah membuat perintah eksekutif untuk mencekal tujuh
negara mayoritas Muslim.
“Dalam perintah eksekutifnya, Trump melarang warga
Sudan, Iran, Irak, Suriah, Yaman, Libya, dan Somalia selama 90
hari. Selain melarang warga dari tujuh negara mayoritas Muslim,
Trump juga menghentikan sementara pengungsi ke AS selama 120
hari.”
Make Moral Judgement: Penilaian moral dari berita ini adalah, umat
Muslim di Indonesia yang toleran dan moderat
“Saya dengar langsung peran Islam di Indonesia dari
Muhammadiyah. Islam di Indonesia cenderung toleran dan
moderat,” kata dia. Donovan menyatakan, toleransi di Indonesia
bagus untuk dijadikan model bagi negara lain.”
Treatment Recomendation: Solusi yang ditawarkan oleh Republika
adalah, agar Amerika Serikat memberikan kebijakan pembatasan imigran
Muslim ditinjau ulang.
“Maka itu, sebaiknya perintah eksekutif itu ditinjau kembali
dan (presiden AS) mengambil kebijakan yang lebih soft. Namun,
sebenarnya itu kebijakan dalam negeri AS, kami tak mau masuk ke
sana,” ujar Haedar.”
80
Pada berita ini Republika menonjolkan kata yaitu dengan
memberikan judul dengan huruf yang tebal dan lebih besar dibandingkan
judul berita lain yang berada dalam rubrik yang sama, internasional. Ruang
berita juga diberikan lebih besar dibandingkan berita yang lain.
Berita ini membahas tentang kunjungan dari Dubes Amerika Serikat
untuk Indonesia, Joseph R Donovan ke NU dan Muhammadiyah untuk
membahas tentang kebijakan pembatasan imigran Muslim yang diterapkan
di Amerika Serikat. Penyebab terjadinya masalah adalah Donald Trump,
selaku pembuat kebijakan pembatasan imigran Muslim di Amerika
Serikat.
Moral yang didapatkan pada berita ini adalah, umat Muslim
Indonesia merupakan umat yang toleran dan moderat. Sedangkan solusi
yang ditawarkan oleh Republika adalah agar kebijakan pembatasan
imigran Muslim dikaji ulang.
Tabel 7. Framing berita Dubes AS Sowan ke NU dan
Muhammadiyah.
Define Problems ”....Kunjungan itu dilakukan di tengah kecaman
lembaga-lembaga Islam di Tanah Air terkait perintah
eksekutif pencekalan warga tujuh negara mayoritas
Muslim yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.”
(Paragraf 1, kalimat ke 2)
Diagnose Causes “Dalam perintah eksekutifnya, Trump melarang warga
Sudan, Iran, Irak, Suriah, Yaman, Libya, dan Somalia
selama 90 hari. Selain melarang warga dari tujuh negara
mayoritas Muslim, Trump juga menghentikan
sementara pengungsi ke AS selama 120 hari.” (Paragraf
8)
Make Moral Judgement “Saya dengar langsung peran Islam di Indonesia dari
Muhammadiyah. Islam di Indonesia cenderung toleran
dan moderat,” kata dia. Donovan menyatakan, toleransi
di Indonesia bagus untuk dijadikan model bagi negara
81
lain.” (Paragraf 12, kalimat ke 2)
Treatment Recomendation “Maka itu, sebaiknya perintah eksekutif itu ditinjau
kembali dan (presiden AS) mengambil kebijakan yang
lebih soft. Namun, sebenarnya itu kebijakan dalam
negeri AS, kami tak mau masuk ke sana,” ujar Haedar.”
(Paragraf 13, kalimat ke 2)
e. Analisis Framing Berita Tanggal 3 Februari 2017
Judul: “WNI di AS Khawatir”
NEW YORK-Indonesia tak masuk dalam daftar negara mayoritas
Muslim yang warganya dilarang memasuki wilayah Amerika Serikat.
kendati demikian, warga negara Indonesia (WNI) di negara tersebut tetap
menghawatirkan dampak kebijakan yang ditandatangani presiden AS
Donald Trump pada pekan lalu tersebut.
Konsul Jenderal RI di New York Abdul Kadir Jailani menuturkan,
pihaknya menerima banyak pertanyaan terkait perintah eksekutif Trump
tersebut. “Yang menimbulkan pertanyaan bagi WNI adalah executive
order tentang border security and immigration enforcement improvement,”
kata Abdul kepada Republika, kemarin. Menurut dia, poin tersebut adalah
satu isi pokok executive order itu.
Isinya tentang pengetatan rezim keimigrasian melalui langkah
penangkapan dan pendeportasian imigran gelap di Amerika Serikat. Abdul
mengatakan, kebijakan itu menimbulkan kekhawatiran sebagian WNI yang
saat ini bekerja di Amerika Serikat.
WNI di Amerika Serikat yang tercatat di semua perwakilan sekitar
146 ribu orang. Di luar jumlah itu terdapat pula para imigran asal
Indonesia yang melebihi izin masa tinggal.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan, kebijakan baru tersebut sangat
berbeda dengan kebijakan sanctuary city alias kota suaka yang diterapkan
oleh 168 kota di Amerika Serikat selama ini. Sanctuary city adalah
kebijakan yang diambil oleh suatu pemerintahan daerah untuk melindungi
imigran dengan tidak mempersoalan status keimigrasian mereka sepanjang
mereka tidak melakukan kejahatan.
Saat ini diperkirakan terdapat 11 juta imigran gelap di Amerika
Serikat yang menikmati kebijakan sanctuary city. Kota-kota yang
menerapkan kebijakan tersebut umumnya berada di negara-negara bagian
yang di kuasai oleh Partai Demokrat, termasuk New York. “Oleh karena
itu tidak mengherankan apabila saat ini pemerintahan lokal di daerah
tersebut menolak keras penerapan executive order presiden Trump,” kata
Abdul.
Abdul menekankan, penetapan perintah eksekutif Trump tersebut
memang merupakan urusan domestik Amerika Serikat yang harus di
hormati negara lain. Namun, Indonesia tetap berharap penerapanya
82
dilakukan dengan tetap menghormati prinsip-prinsip hukum dan tidak
mengurangi hak-hak dasar serta kebebasan individu.
Menurut Abdul, semua perwakilan RI di AS akan secara pro aktif
meningkatkan pelayanan dan perlindungan. Mereka juga melakukan dialog
langsung dengan masyarakat dan pendekatan terus-menerus kepada pihak
terkait di AS pada segala level.
Secara umum, Abdul menuturkan, kondisi di New York kondusif
dan aman. Sentimen islamofobia memang terasa, tetapi tidak sampai pada
taraf memprihatinkan.
Menurut perkiraan kasar, ada sekitar 40 persen Muslim Indonesia
dari 30 ribu WNI yang tercatat di KJRI New York. KJRI ini menangani
15 negara bagian secara keseluruha, termasuk Pennsylvania dan New
Jersey.
Seorang WNI yang tinggal di New York, Muhammad Rifkiaansyah,
juga mengatakan, kehidupan sehari-hari di sana tidak ada perubahan.
Meski demikian, ia menyadari, kebijakan Donald Trump tersebut
menimbulkan ketegangan signifikan. “Di berita-berita pasti ramai dan
banyak demonstrasi di bandara, tapi sejauh ini kehiduan sehari-hari
berjalan aman” kata Rifki saat dihubungi Republika.
Meski begitu, Rifki mengakui, ada sejumlah kekhawatiran dari
komunitas Muslim Indonesia. Kekhawatiran itu membuat mereka lebih
waspada dan mencari lebih banyak informasi soal kebijakan baru tersebut.
Banyak WNI merasa bimbang dengan kejelasan informasi tentang perintah
eksekutif Trump.
Meski Indonesia tidak masuk daftar, ada kekhawatiran WNI
menghadapi sejumlah masalah dalam praktiknya saat mengajukan visa.
Kondisi lebih serius dialami warga tujuh negara dalam daftar yang berada
di AS. “Mereka lebih prihatin dan sedih karena keluarganya tidak bisa
datang ke sini,” kata Rifki.
Di samping itu, Rifki mengatakan, kehidupan beragama Muslim di
New York cukup kondusif. “Disini menjalankan agama terbilang aman,
seperti oran berkerudung mau bekerja apa aja bisa, tidak dipersulit, yang
penting kualitas kerja bagus,” kata pria yang berada di AS sejak 2014
tersebut. Itu membuatnya merasa aman sebagai Muslim.
Berikut adalah hasil analisis framing yang dilakukan oleh Republika
dalam berita yang berjudul “WNI di AS Khawatir”.
Define Problems: Pendefinisian masalah pada berita ini adalah,
meskipun Indonesia tidak termasuk dalam daftar pencekalan. Namun,
terdapat ke khawatiran WNI yang tinggal di Amerika Serikat.
“Indonesia tak masuk dalam daftar negara mayoritas Muslim
yang warganya dilarang memasuki wilayah Amerika Serikat.
83
kendati demikian, warga negara Indonesia (WNI) di negara
tersebut tetap menghawatirkan dampak kebijakan yang
ditandatangani presiden AS Donald Trump pada pekan lalu
tersebut.”
Diagnose Causes: Penyebabnya adalah karena isi aturan baru
tentang pembatasan imigran Muslim yaitu melakukan penangkapan dan
penderpotasian
“Isinya tentang pengetatan rezim keimigrasian melalui
langkah penangkapan dan pendeportasian imigran gelap di
Amerika Serikat. Abdul mengatakan, kebijakan itu menimbulkan
kekhawatiran sebagian WNI yang saat ini bekerja di Amerika
Serikat.”
Make Moral Judgement: Keputusan moral yang diambil dari berita
ini adalah sikap Indonesia adalah pro aktif, dalam menanggapi kebijakan
pembatasan imigran Muslim, dengan meningkatkan pelayanan dan
perlindungan untuk WNI di AS.
“....Semua perwakilan RI di AS akan secara pro aktif
meningkatkan pelayanan dan perlindungan. Mereka juga
melakukan dialog langsung dengan masyarakat dan pendekatan
terus-menerus kepada pihak terkait di AS pada segala level.”
Treatment Recomendation: Solusi yang ditawarkan oleh Republika
pada berita ini adalah WNI di AS lebih waspada dan mencari lebih
banyak informasi tentang kebijakan pembatasan imigran Muslim.
“....Kekhawatiran itu membuat mereka lebih waspada dan
mencari lebih banyak informasi soal kebijakan baru tersebut.
Banyak WNI merasa bimbang dengan kejelasan informasi tentang
perintah eksekutif Trump.”
Pada berita ini, Republika menonjolkan kata. Penonjolan kata
dengan memberikan ukuran huruf yang lebih besar dan tebal pada bagian
judul. Berita ini berisikan tentang ke khawatiran WNI yang tinggal di AS,
84
meskipun Indonesia tidak termasuk dalam daftar yang dicekal, namum
mereka takut atas dampak dari kebijakan tersebut.
Penyebabnya karena isi dari kebijakan pembatasa imigran adalah
melakukan pengetatan aturan Imigrasi dan melakukan penderpotasian
terhadap imigran gelap. Sikap moral yang ditujukan adalah adanya
kepedulian dari perwakilan RI di AS yang akan meningkatkan pelayanan
dan perlindungan bagi WNI.
Solusi yang ditawarkan atas permasalahan ini adalah, Republika
memandang perlu adanya kewaspadaan dan lebih banyak mencari
informasi mengenai kebijakan pembatasan imigran Muslim.
Tabel 8. Framing berita WNI di AS Khawatir
Define Problems “Indonesia tak masuk dalam daftar negara mayoritas Muslim
yang warganya dilarang memasuki wilayah Amerika Serikat.
kendati demikian, warga negara Indonesia (WNI) di negara
tersebut tetap menghawatirkan dampak kebijakan yang
ditandatangani presiden AS Donald Trump pada pekan lalu
tersebut.” (Paragraf 1)
Diagnose Causes “Isinya tentang pengetatan rezim keimigrasian melalui
langkah penangkapan dan pendeportasian imigran gelap di
Amerika Serikat. Abdul mengatakan, kebijakan itu
menimbulkan kekhawatiran sebagian WNI yang saat ini
bekerja di Amerika Serikat.” (Paragraf 3)
Make Moral Judgement “....Semua perwakilan RI di AS akan secara pro aktif
meningkatkan pelayanan dan perlindungan. Mereka juga
melakukan dialog langsung dengan masyarakat dan
pendekatan terus-menerus kepada pihak terkait di AS pada
segala level.” (Paragraf 8)
Treatment
Recomendation
“....Kekhawatiran itu membuat mereka lebih waspada dan
mencari lebih banyak informasi soal kebijakan baru tersebut.
Banyak WNI merasa bimbang dengan kejelasan informasi
tentang perintah eksekutif Trump.” (Paragraf 13)
85
3. Pembahasan
Kebijakan pembatasan imigrasi telah resmi ditanda tangani oleh
Donald Trump. Sulit jika hal ini tidak dikaitkan dengan adanya
Islamophobia. Karena sejak kampanye Trump memang berencana untuk
memperketat pengawasan Muslim di Amerika Serikat, dan pembatasan
imigran Muslim ini merupakan kebijakan yang pertama yang di tanda
tangani oleh Trump soal nasib Muslim di AS.
Dan ini didukung dengan adanya pendapat Etiemme Dinet tentang
Islamophobia yaitu sebuah ketakutan atau kebencian terhadap Islam.
orang-orang yang memeluk ajaran Islam, maupun budaya Islam. Perasaan
ini muncul karena adanya anggapan yang menganggap bahwa Islam
merupakan sumber dari kekacauan yang terjadi di dunia khususnya
serangan-serangan terorisme yang selalu di diskreditkan bahwa Muslim
merupakan pelakunya.91
Dari lima berita yang telah di analisis oleh peneliti, dapat diketahui
sikap Republika dalam topik pembatasan imigran Muslim adalah menolak/
tidak mendukung. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan redaksi dari
Republika, yang memandang bahwa kebijakan pembatasan imigran
Muslim merupakan hal yang diskriminatif. Karena pada dasarnya
kebijakan sebuah pers tidak lepas dari adanya pedoman yang menjadi
dasar redaksional sesuai visi dan misi media massa. Kebijakan redaksional
91
Hanan Rananta A. Loc.cit, h. 2.
86
dalam pers sangat penting karena menentukan sikap media dalam
menyikapi sebuah peristiwa yang sedang terjadi.
“Kita menilai ini sikap diskriminatif. Jadi, kita mengikuti
perkembangan saat ada pengadilan federal, kemudian menghalangi
perintah eksekutif order. Kita angkat, ini menunjukan bukan hanya
muslim, sistem hukum dari AS menilai ini diskriminatif.”92
Atas penekanan yang dianggap Republika diskriminatif
menimbulkan sebuah realitas, karena tujuan presiden Amerika Serikat,
Donald Trump membuat kebijakan ini untuk mengatasi isu keamanan,
khususnya kasus terorisme.
Realitas ini membuktikan teori framing yang dijelaskan oleh
Robert N. Entman benar adanya, Entman berpendapat bahwa framing
dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu
yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan
berbagai strategi wacana.93
Tabel 9. Framing berita
92
Wawancara pribadi dengan Redaktur Rubrik Internasional Koran Republika, Yeyen
Rostiyani, Jakarta, 13 Juni 2017. 93
Wimbo Arif Tirtana. Loc.cit, h. 11.
Perangkat
Framing
Berita Jokowi:
Jangan Resah
Umat Islam
Terluka
WNI di AS
Diharap
Bersatu
Dubes AS Sowan
ke NU dan
Muhammadiyah
WNI di AS
Khawatir
Define
Problems Sikap tenang
Jokowi
Kebijakan
yang melukai
perasaan
umat Muslim
Kesalahan jika
terorisme
dikaitkan
dengan agama
Melakukan
kunjungan
setelah banyak
kecaman
Timbul ke
khawatiran
WNI di AS
Diagnose
Causes Jokowi,
menganggap
tidak relevan
karena
Indonesia
tidak termasuk
dalam daftar
Trump,
selaku
pembuat
perintah
eksekutif
pembatasan
imigran
Trump,
pembuat
kebijakan
politik
islamophobia
dan
diskriminatif
Trump, karena
dia yang
membuat
kebijakan
pembatasan
imigran Muslim
Trump,
executive
order
(pembatasan
imigran
Muslim) berisi
pengetatan
87
Lewat berita yang berjudul WNI di AS Diharap Bersatu, Republika
menekankan bahwa kebijakan pembatasan imigran Muslim merupakan
kebijakan politik islamophobia dan diskriminatif. Penyebabnya karena isi
dalam kebijakan tersebut adalah melarang tujuh negara mayoritas
berpenduduk Muslim. Selain itu, sebuah kesalahan jika mengkaitkan kasus
terorisme dengan Islam. Karena dalam ajaran Islam, perbuatan terorisme
juga tidak dibenarkan, sebab Islam merupakan agama yang mencintai
kedamaian. Dan hal tersebut tertuang pada surat Al Maidah ayat 32.94
لك كتبنا على بني إسرائيل أنه من قتل نفسا بغير نفس أو فساد في من أجل ذ
أحياها فكأنما أحيا الناس جميعا ولقد كأنما قتل الناس جميعا ومن الرض ف
لك في الرض لمسرفون جاءتهم رسلنا بالبينات ثم إن كثيرا منهم بعد ذ
Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani
Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena berbuat
kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
94
Anwar Abu Bakar, Op.cit, h. 218.
cekal. Muslim (pembatasan
imigran
Muslim)
imigrasi
Make Moral
Judgement Prinsip
kontitusi
Indonesia
memperjuangk
an kesetaraan
keadilan
Kebijakan
pembatasan
Amerika
Serikat akan
merugikan
negara itu
sendiri.
Cara pandang
konservatif
dan bias
merupakan
wujud
ketertinggalan
pola pikir.
Islam di
Indonesia
toleran dan
moderat
Perwakilan RI
di AS
meningkatkan
pelayanan dan
perlindungan
Treatment
Recomendation Menyayangka
n kebijakan
pembatasan
imigran
Muslim
Indonesia
tidak perlu
takut
mengkritik
AS
Umat Muslim
perlu
memahami
realitas politik
Kebijakan
pembatasan
imigran Muslim
ditinjau kembali
Meningkatkan
kewaspadaan
terhadap
kebijakan
pembatasan
imigran
88
seluruhnya. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.
Sesungguhnya Rasul kami telah datang kepada mereka dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak
kemudian banyak diantara mereka setelah itu melampaui batas berbuat
kerusakan dimuka bumi.
Republika menganggap berita ini penting disampaikan untuk
masyarakat Indonesia karena terdapat sebuah aspek kedekatan yaitu
agama. Karena, meskipun tidak masuk dalam daftar yang dicekal
kedatangannya di Amerika Serikat. Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penduduk Islam terbesar di dunia.
“Pertama ini merupakan masalah kebijakan negara besar
yaitu Amerika, kemudian merupakan proximiy atau kedekatan
karena ini menyangkut nasib umat Muslim, jadi menurut Republika
pembatasan Muslim di Amerika merupakan topik yang menarik.
Dan Republika merupakan koran komunitas Muslim yang selalu
mengangkat topik-topik tentang Islam.”95
Tujuan adanya berita pembatasan imigran Muslim di Republika
adalah untuk membuka wawasan masyarakat Indonesia, khususnya umat
Muslim agar mengerti peristiwa yang menimpa saudaranya di Amerika
Serikat.
“Untuk membuka wacana bahwa kebijakan presiden
Amerika seperti itu, ada tidak ada keadilan disini. Umat Islam
harus tau bagaimana posisinya di dunia Internasional. Kemudian,
apa yang harus dia lakukan untuk memperbaiki kondisi yang sudah
terlanjur tercipta.” 96
95
Wawancara pribadi dengan Redaktur Rubrik Internasional Koran Republika, Yeyen
Rostiyani, Jakarta, 13 Juni 2017. 96
Wawancara pribadi dengan Redaktur Rubrik Internasional Koran Republika, Yeyen
Rostiyani, Jakarta, 13 Juni 2017.
89
Hal tersebut sesuai dengan pengertian media massa yaitu sebagai
sarana untuk memberikan informasi baik pendidikan, politik, sosial,
budaya. Dan dalam media cetak, elektronik maupun online.97
97
Reni Nuraini Putri Habibi. Loc.cit, h. 32.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berita terkini merupakan sesuatu yang dinantikan oleh masyarakat, dan
media merupakan saluran untuk menyebar luaskan berita tersebut. Namun,
perlu di ketahui sangat sulit atau bahkan tidak ada media yang benar-benar
netral dalam memberitakan sebuah isu, keberpihakan media merupakan
sebuah masalah yang jamak dan hal ini tidak terlepas dari ideologi yang
dianut oleh media itu sendiri. Dari hasil penelitian menggunakan framing
model Robert N. Entman dengan perangkat problem identification, diagnose
cause, make moral judgement, treatment recomendation pada enam berita
yang dipilih. dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, Republika mem framing berita kebijakan pembatasan imigran
Muslim yang diteken oleh Donald Trump sebagai kebijakan yang
diskriminatif dan tidak bijaksana. Karena, yang masuk dalam daftar cekal
masuk ke Amerika Serikat merupakan tujuh negara dengan penduduk
mayoritas Muslim, hal ini juga di dukung oleh kebijakan redaksional dari
Republika yang memandang bahwa kebijakan ini adalah diskriminatif.
Kedua, Republika memihak umat Muslim selaku korban dari kebijakan
pembatasan imigran Muslim, dan memberikan penilaian bahwa Donald
Trump sebagai sumber masalah dari dinamika yang berkembang di
masyarakat, karena Kebijakan pembatasan imigran Muslim merupakan
executive order yang dikeluarkan oleh Donald Trump.
91
Republika terbilang cukup berani saat membuat berita yang bertopik
menyangkut Islam, lebih kritis dan tajam itulah yang ditampilkan pada judul
dan berita topik pembatasan imigran Muslim. Hal tidak terlepas dari
kebijakan redaksional Republika yang menganggap bahwa kebijakan
pembatasan imigran Muslim merupakan kebijakan yang diskriminatif,
sehingga jelas terlihat posisi Republika adalah mendukung umat Muslim.
B. Saran
Berdasarkan penelitian atas pembatasan imigran Muslim di Amerika
Serikat, Penulis menyarankan beberapa hal kepada Republika antara lain
sebagai berikut:
1.Dalam mem framing/membingkai sebuah berita agar lebih berimbang,
karena seimbang bukan hanya soal fakta. Namun, opini-opini para ahli atas
suatu isu juga perlu ditampilkan secara seimbang, bukan hanya berat
sebelah.
2. Dalam memberitakan berita apapun tak terkecuali topik tentang Islam,
Republika harus bersifat netral. Karena media-media Indonesia harus
berpegang teguh pada UU Pers No 40 tahun 1999 dan kode etik jurnalistik.
92
Daftar Pustaka
Ahmad Zaini. (2015). Dakwah Melalui Media Cetak. At-Tabsyir: Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam, 2 (2), 63.
Bachtiar S. Bachri. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitiatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10 (1), 56.
Bakar, A.A. (2011). At-Tanzil Alquran dan Terjemahnya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
BM, Mursito. (2013). Jurnalisme Komperehensif: Konsep, Kaidah, dan Teknik
Penulisan Berita, Feature, Artikel. Jakarta: Literate.
Bukti Baru Putin Bantu Trump dalam Pemilu. (8 Januari 2017). Koran
Republika, P. 4.
Bungin, H.M Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Dyas Mulyani Benazir. (2015). Kebijakan Redaksional Situs Berita Detik Com
Pada Jejaring Sosial Twitter. Skripsi Sarjana Komunikasi Islam, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah.
Effendi. Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Ermanto. (2005). Wawasan Jurnalistik Praktis: Peluang dan Tantangan
Wartawan Kreatif. Yogyakarta: Cinta Pena.
Hill. T David. (2011) Pers di Masa Orde Baru. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Kritik Trump, Jaksa Agung Dicopot. (1 Februari 2017). Koran Jawa Pos, P. 8.
Lawan Trump, Penjabat Jaksa Agung Dipecat, (1 Februari 2017). Koran Solopos,
P. 7.
Ningrum, Fatmasari. (2007). Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, dan Reporter
Radio. Jakarta: Penebar Swadaya.
93
Reni Nuraini Putri Habibi. (2010). Manajemen Redaksi Harian Republika Dalam
Menghadapi Persaingan Industri Media Cetak. Skripsi Sarjana Komunikasi
Islam, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif HIdayatullah.
Hamdan. (2014). Analisis Framing Berita Perseteruan Kpk Dan Polri Di Media
Kompas.Com Dan Vivanews.Com. Ejournal Ilmu Komunikasi, 2 (4), 177.
Hamad, Ibnu (2004) Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta:
Granit.
Hanan Rananta A. (2016). Reaksi Uni Eropa Terhadap Islamphobia di Prancis
Tahun 2011-2015. Skripsi Sarjana Sosial, Jurusan Hubungan Internasional
Universitas Sebelas Maret.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad Tohir. (2013). Kebijakan Redaksional Surat Kabar Republika Dalam
Menentukan Berita Yang Dipilih Menjadi Headline. Skripsi Sarjana
Komunikasi Islam, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif
HIdayatullah.
Moordiningsih. (2004). Islamphobia dan Strategi Mengatasinya, Buletin
Psikologi, 7 (2), 74-75.
Pembangkangan Pejabat AS Berlanjut. (1 Februari 2017). Koran Republika, P. 9.
Presiden Trump, Anda Menyerang Kami. (13 Januari 2017). Koran Republika, P.
1.
Ruslan, Rosady. (2004). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Shoelhi, Mohammad. (2009). Komunikasi Internasional: Perspektif Jurnalistik.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sobur, Alex. (2012). Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudarman, Paryati. (2008). Menulis Di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suhandang, Kustadi. (2004) Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,
dan Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa.
94
Sumadiria, AS Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Trump: Bangun Pembatas AS-Meksiko. (27 Januari 2017). Koran Republika, P. 7.
Trump Batasi Imigrasi dari Negara Muslim. (29 Januari 2017). Koran Republika, P. 4.
Trump Pecat Jaksa Agung. (1 Februari 2017). Koran Media Indonesia, P. 14.
Umat Islam Terluka. (1 Februari 2017). Koran Republika, P. 1.
Wibowo, Wahyu. (2006). Berani Menulis Artikel: Babak Baru, Kiat Menulis
Artikel Untuk Media Massa Cetak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wimbo Arif Tirtana. (2016). Konstruksi Realitas Media Dalam Berita Kenaikan
Harga Bbm (Analisis Framing Berita Kenaikan Harga Bbm Pada Awal
Pemerintahan Presiden Jokowi Pada Harian Jawa Pos Periode 1 Oktober–
30 November 2014). PhD Thesis. Universitas Sebelas Maret, 10-13.
Yates Korban Pertama Trump. (1 Februari 2017). Koran Kompas, P. 8.
Sumber lain:
http://www.realclearpolitics.com/epolls/2016/president/us/general_election_trump
_vs_clinton-5491.html, diakses pada Sabtu 18 Februari 2017.
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160802_dunia_trump_iblis.html,
diakses pada Selasa 21 Februari 2017.
http://www.nytimes.com/video/us/politics/100000004879784/trump-is-sworn-
in.html, diakses pada Selasa 21 Februari 2017.
http://news.detik.com/internasional/d-3408908/jaksa-agung-16-negara-bagian-as-
gugat-kebijakan-imigrasi-trump, diakses pada Minggu 5 Maret 2017.
http://www.republika.co.id/berita/koran/publik/16/02/10/o2bvwj10-republika-
raih-lima-penghargaan, diakses pada Sabtu 11 Maret 2017.
http://profil.merdeka.com/indonesia/r/republika/, diakses pada Sabtu 11 Maret
2017.
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/09/160908_dunia_trump_puji_putin_l
agi, Diakses pada 23 Maret 2017.
http://www.e-jurnal.com/2013/11/perbedaan-migrasi-imigrasi-emigrasi.html,
Diakses pada 23 Maret 2017.
95
http://www.migrationpolicy.org/article/frequently-requested-statistics-
immigrants-and-immigration-united-states, Diakses pada 23 Maret 2017.
LAMPIRAN
Hasil Wawancara
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Juni 2017
Waktu : 17.00 – 19.00 WIB
Tempat : Jl Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510.
Narasumber : Yeyen Rostiyani
Jabatan : Redaktur rubrik Internasional koran Republika
1. Apa yang mendasari berita pembatasan imigran Muslim di Amerika Serikat ini
lolos di meja redaksi?
“Pertama ini merupakan masalah kebijakan negara besar yaitu Amerika,
kemudian merupakan proximiy atau kedekatan karena ini menyangkut nasib
umat muslim, jadi menurut Republika pembatasan Muslim di Amerika
merupakan topik yang menarik.karena dua hal tersebut, dan Republika
merupakan koran komunitas Muslim yang selalu mengangkat topik-topik
tentang Islam.”
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang berita pembatasan imigran Muslim ini?
adakah yang keberatan?
“Ngga ada, sejauh ini pembaca setuju dengan Republika. Pembaca juga
tertarik juga dengan isu ini.”
3. Bagaimana koran Republika mengembangkan topik ini sehingga menjadi berita
yang layak disampaikan ke masyarakat?
“Agar dekat dengan masyarakat khususnya pembaca, Republika
mewawancarai beberapa tokoh, pengamat Internasional. Karena ini juga
menyangkut Indonesia terkait Muslim, meskipun Indonesia tidak masuk dalam
daftar larangan.”
4. Konsep pers apa yang dianut oleh koran Republika?
“Silahkan berpendapat sendiri, yang jelas sesuai prinsip Pers. kita
menyampaikan berita sesuai fakta dan menjunjung tinggi prinsip jurnalistik,
walaupun orang bilang itu mungkin ngga mungkin karena Republika koran
Muslim. Tetapi itu kan tetap yang membedakan Republika dengan koran lain
adalah topiknya tentang muslim, tapi soal kebenaran itu sifatnya sama dan
Republika berpegang pada hal tersebut.”
5. Terkait pemilihan topik pembatasan imigran Muslim, siapa yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam pemilihan topik tersebut?
“Mengalir, bersatu padu mulai pemimpin redaksi. Namun dalam
operasional redaktur lah yang berkewenangan untuk memilih itu.”
6. Adakah kepentingan lain dibalik penerbitan berita pembatasan imigran Muslim di
Amerika Serikat? Selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
“Kepentingannya adalah untuk mempengaruhi opini agar mereka
(masyarakat) melihat seperti apa kebijakan presiden Amerika yang baru
terhadap Muslim. Yang jelas ini dapat dijadikan sebuah pembelajaran, karena
next time suatu hari Muslim Indonesia bukan tidak mungkin dapat terkena
kebijakan Trump.”
7. Bagaimana Republika memposisikan diri dalam memberitakan topik pembatasan
imigran Muslim ini?
“Kita menilai ini sikap diskriminatif. Jadi, kita mengikuti perkembangan
saat ada pengadilan federal, kemudian menghalangi perintah eksekutif order.
Kita angkat, ini menunjukan bukan hanya muslim, sistem hukum dari AS
menilai ini diskriminatif.”
8. Mengapa koran Republika lebih sering menggunakan narasumber yang kontra atas
kebijakan pembatasan imigrasi Muslim ini?
“Karena kita menilai ini merupakan kebijakan diskriminatif, akan tetapi
porsi dari yang pro juga ada. Seimbang atau tidak yang menilai adalah
pembaca.”
9. Apa tujuan yang ingin digapai oleh koran Republika lewat pemberitaan topik
pembatasan imigrasi Muslim?
“Untuk membuka wacana bahwa kebijakan presiden Amerika seperti itu,
ada tidak ada keadilan disini. Umat Islam harus tau bagaimana posisinya di
dunia Internasional. Kemudian, apa yang harus dia lakukan untuk
memperbaiki kondisi yang sudah terlanjur tercipta.”
Gambar 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Gambar 5. Dokumentasi Lapangan
Suasana kantor Redaksi koran Republika
Wawancara dengan Redaktur Rubrik Internasional Koran Republika, Yeyen Rostiyani
Kantor Koran Republika
Gambar 6. Berita Jokowi: Jangan Resah
Gambar 7. Berita Umat Islam Terluka
Gambar 8. Berita WNI di AS Diharap Bersatu
Gambar 9. Dubes AS Sowan ke NU dan Muhammadiyah
Gambar 10. Berita WNI di AS Khawatir
TIMELINE PENELITIAN
Tabel 10. Timeline Penelitian
Keterangan:
Observasi awal pada penelitian ini dilakukan pada minggu ke empat bulan Januari hingga Februari minggu pertama, penyusunan
proposal hingga seminar Proposal dilakukan selama tiga bulan, namun tidak full. Mulai dari bulan Februari minggu ke ke tiga sampai April
minggu kedua. Observasi utama dan wawancara, peneliti melakukan kunjungan ke kantor Republika pusat bertempat di Jakarta dan ini
dilakukan pada Juni minggu pertama dan kedua. Hingga pada akhirnya proses analisis data dan penyusunan laporan selesai pada bulan Juli
minggu kedua.
No Kegiatan
Tahun 2017
Januari Februari maret April Mei Juni Juli Agustus
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 Observasi Awal
Sem
pro
p
Munaq
osy
ah
2 Penyusunan
Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Observasi Utama
5 Analisis Data
6 Penyusunan
Laporan