pembangunan daerah, desa dan kota · web viewdi samping itu pada tingkat desa juga telah...

80
PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

Upload: others

Post on 20-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

Page 2: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan
Page 3: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

BAB XIV

PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

A. PENDAHULUAN

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa dalam Repelita IV pembangunan daerah dan pembangunan sektoral perlu selalu dilaksanakan dengan selaras, sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai dengan potensi dan prioritas daerah, sedang ke-seluruhan pembangunan daerah juga benar-benar merupakan satu kesatuan, demi terbinanya Indonesia sebagai satu kesatuan po-litik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan di da-lam mewujudkan tujuan nasional. Di samping itu pembangunan daerah ditujukan pula untuk lebih memeratakan pembangunan serta hasil-hasilnya di seluruh tanah air, meningkatkan pra-karsa dan partisipasi rakyat dalam pembangunan, meningkatkan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber alam serta meme-lihara kelestariannya, mengatasi berbagai masalah mendesak terutama di daerah-daerah relatif terbelakang, dan meningkat-kan keserasian hubungan antara kota dengan lingkungan dan an-tara kota dengan daerah sekitarnya.

Selama Repelita IV berbagai langkah dan kebijaksanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan telah mampu mewujudkan tujuan pembangunan daerah sebagaimana disebutkan di atas. Da-lam rangka memberikan dasar untuk mengarahkan keseluruhan pembangunan daerah menjadi satu kesatuan- pembangunan nasio-nal, telah ditempuh berbagai pendekatan regional. Di samping

XIV/3

Page 4: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

itu untuk lebih melancarkan pelaksanaan dan pengelolaan kegi-atan-kegiatan pembangunan, selama Repelita IV telah diting-katkan dan semakin disempurnakan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan melalui berbagai forum konsultasi, baik pada tingkat kabupaten, propinsi maupun pada tingkat na-sional. Melalui forum konsultasi pembangunan telah dapat di-tingkatkan keterpaduan perencanaan sektoral dan daerah yang semakin baik.

Dalam rangka usaha mempercepat pemerataan kegiatan pem-bangunan ke seluruh wilayah tanah air, telah disusun berbagai program dan proyek serta kebijaksanaan dan langkah-langkah pelaksanaannya. Program Bantuan Pembangunan Daerah yang ter-penting di antaranya ialah Program Bantuan Pembangunan Desa, Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, dan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I. Di vamping itu program-program pembangunan lainnya seperti Program Penunjangan Jalan Kabupaten, Program Penghijauan dan Reboisasi, Program Bantuan Sarana Kesehatan dan Program Bantuan Pembangunan Sekolah Da-sar, juga ditujukan untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Khusus untuk Propinsi Timor Timur, selain program-program pembangunan di atas, disediakan Program Pem-bangunan Daerah Timor Timur. Penanganan secara khusus pem-bangunan Timor Timur diarahkan agar daerah tersebut dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dapat sejajar dengan daerah-daerah lainnya.

Program Bantuan Pembangunan Daerah setiap tahunnya di-usahakan terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya kemam-puan masing-masing daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Kemampuan Bappeda Tingkat I dan Bappeda Tingkat II dalam mengkoordinasikan pe-rencanaan pembangunan di daerah telah semakin mantap. Demi-kian pula aparatur Pemerintahan Daerah lainnya dan masyara-kat, telah semakin mampu melaksanakan pembangunan. Sementara itu hasil pembangunan yang dicapai telah dirasakan oleh semua pihak dan menghasilkan kesejahteraan yang semakin meningkat.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan daerah adalah terbatasnya dana pembangunan. Namun demikian jumlah dana Program Bantuan Pembangunan Daerah diusahakan tidak berkurang bahkan meningkat. Dengan demikian masing-masing daerah memperoleh kesempatan yang besar untuk melaksanakan kegiatan pembangunan, terutama dalam rangka me-mecahkan masalah mendesak yang dihadapi dan mengembangkan po-tensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah masing-masing.

XIV/4

Page 5: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

Pelaksanaan program-program pembangunan daerah selama Repelita IV, khususnya untuk tahun 1988/1989, dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

B. PEMBANGUNAN PEDESAAN

1. U m u m

Tujuan dari pada pembangunan pedesaan adalah secara langsung untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, dan seca-ra tidak langsung untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan nasional yang kuat sebagai landasan pembangunan nasional jangka panjang. Sedangkan sasaran dari pembangunan pedesaan adalah agar desa-desa yang merupakan satuan terkecil adminis-trasi pemerintahan, ekonomi dan ikatan kemasyarakatan, dapat mempercepat pertumbuhannya dari desa swadaya menjadi desa swakarya dan seterusnya menjadi desa swasembada. Dengan demi-kian diharapkan kedudukan desa yang semula hanya sebagai obyek pembangunan berubah menjadi subyek pembangunan, yang memiliki kemampuan di segala bidang, sehingga dapat mandiri dalam melaksanakan pembangunan guna memantapkan ketahanan na-sional.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka sejak Repelita I sampai Repelita IV telah dilaksanakan berbagai ke-giatan pembangunan antara lain berupa pemberian Bantuan Pem-bangunan Desa, pembangunan wilayah kecamatan melalui sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), peningkatan swakarsa dan swadaya masyarakat, penataan dan pemukiman kembali pendu-duk desa, pemugaran perumahan dan lingkungan desa, perlombaan desa dan evaluasi tingkat perkembangan desa.

2. Bantuan Pembangunan Desa

Dalam rangka mempercepat pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya di seluruh wilayah Indonesia, kepada desa-desa diberikan bantuan pembangunan desa guna membiayai pro-yek-proyek pembangunan yang direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh masyarakat desa sendiri secara berswadaya dan bergotong royong. Dengan demikian diharapkan bantuan pe-merintah tersebut dapat mendorong peningkatan usaha-usaha swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan pemba-ngunan desanya. Dari jumlah bantuan desa tersebut sebagian digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan peranan kaum wanita melalui kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) agar dapat berperanan aktif dalam pembangunan.

XIV/5

Page 6: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

Proyek-proyek pembangunan desa yang dibiayai dengan Ban-tuan Pembangunan Desa, direncanakan melalui musyawarah LKMD yang disesuaikan dengan kebutuhan utama masyarakat dan hasil-nya dapat dirasakan oleh masyarakat desa yang bersangkutan. Agar Bantuan Pembangunan Desa dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, maka penggunaan bantuan tersebut harus dilakukan secara berdaya guna. Untuk itu, di samping pemberian bantuan dalam bentuk materi, juga diberikan bantuan berupa bimbingan, pembinaan dan penyuluhan oleh aparat pengelola bantuan mulai dari pusat sampai ke daerah, baik secara tertulis maupun lisan. Camat, sebagai atasan langsung Kepala Desa atau Kepala Kelurahan, mengkoordinasikan dan menterpadukan secara serasi proyek-pro-yek yang menunjang yang berasal dari berbagai sumber yang ma-suk ke desa.

3. Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa

Pada akhir Repelita III (tahun 1983/84) jumlah desa yang mendapat Bantuan Pembangunan Desa adalah 66.432 desa, dan bantuan yang diberikan sebesar Rp 1.250.000,- untuk tiap de-sa, termasuk bantuan untuk menunjang kegiatan PKK sebesar Rp 250.000,-.

Di samping itu diberikan pula bantuan lainnya untuk le-bih menggairahkan pelaksanaan pembangunan, yaitu bantuan ke-serasian, hadiah bagi pemenang perlombaan desa juara I, II, dan III tingkat Kabupaten/Kotamadya Dati II serta tingkat Propinsi Dati I, dan bantuan pembinaan operasional di tingkat kecamatan. Bersama dengan bantuan yang lain itu jumlah Ban-tuan Pembangunan Desa seluruhnya pada akhir Repelita III menjadi Rp 91.611 juta.

Pada masa Repelita IV jumlah desa yang mendapat bantuan mengalami perubahan karena adanya penyerahan desa-desa trans-migrasi, pemekaran desa-desa, pemukiman baru dan penyusutan ataupun pengelompokan desa-desa. Dengan demikian jumlah desa yang pada tahun pertama Repelita IV (tahun 1984/85) adalah 67.448 desa, pada tahun 1985/86 menurun menjadi 66.173 desa, tahun 1986/87 meningkat menjadi 66.391 desa, tahun 1987/88 meningkat lagi menjadi 67.744 desa dan pada tahun 1988/89 te-tap berjumlah 67.744 desa. Namun demikian jumlah bantuan pem-bangunan desa yang diberikan tiap tahun mengalami pening-katan. Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) sebesar Rp 1.250.000,- termasuk bantuan untuk PKK sebesar Rp 250.000,-. Pada masa 3 tahun berikutnya (1985/86, 1986/87

XIV/6

Page 7: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

dan 1987/88) jumlah bantuan tiap desa diberikan lama, yaitu sebesar Rp 1.350.000,- termasuk bantuan untuk kegiatan PKK sebesar Rp 250.000,-. Pada tahun 1988/89 jumlah bantuan tiap desa dinaikkan menjadi Rp 1.500.000,- atau naik lebih kurang 11,0% dari tahun sebelumnya, termasuk bantuan untuk kegiatan PKK sebesar Rp 300.000,-.

Sebagaimana tahun terakhir Repelita III, di samping ban-tuan langsung tersebut di atas, diberikan pula bantuan lain-nya guna menserasikan dan memantapkan pemanfaatan hasil pem-bangunan. Dengan demikian jumlah bantuan pembangunan desa se-luruhnya tiap tahun dalam Repelita IV adalah lebih besar dari pada tahun-tahun selama Repelita III. Pada awal Repelita IV (1984/85) jumlah bantuan tersebut sebesar Rp 92.882 juta, tahun 1985/86 sebesar Rp 98.568 juta, dan pada tahun-tahun terakhir Repelita IV (1988/89) sebesar Rp 112.000 juta. Ban-tuan pembangunan desa selama Repelita IV seluruhnya berjumlah Rp 501.176 juta. Perincian jumlah Bantuan Pembangunan Desa untuk masing-masing propinsi terlihat pada Tabel XIV-1 dan Tabel XIV-2.

Bantuan Pembangunan Desa yang diberikan Pemerintah ter-sebut telah menimbulkan dan menggerakkan peran aktif masyara-kat desa dan Pemerintah Daerah sehingga jumlah dana yang di-pergunakan untuk pembiayaan proyek-proyek desa cukup besar. Pada tahun 1983/84 (akhir Repelita III) jumlah seluruh dana bantuan Pemerintah Pusat, ditambah dengan partisipasi Peme-rintah Daerah dan sumbangan swadaya gotong royong masyarakat desa yang digunakan untuk membangun prasarana desa, diperki-rakan mencapai Rp 144.469 juta dengan jumlah proyek sebanyak 197.301 buah. Selanjutnya jumlah investasi untuk pembangunan proyek-proyek prasarana desa selama Repelita IV telah menca-pai Rp 627.304 juta dengan perincian seperti terlihat pada Tabel XIV-3. Proyek yang telah dibangun selama Repelita IV tersebut berjumlah sebanyak 915.447 buah, yang terdiri dari 266.479 (29,6%) proyek prasarana produksi, 137.459 (14,7%) proyek prasarana perhubungan, 43.806 (4,8%) proyek prasarana pemasaran, dan 467.703 (51,0%) proyek prasarana sosial.

Di samping proyek-proyek fisik tersebut telah dilaksana-kan pula pembangunan proyek-proyek yang mendukung peningkatan fungsi LKMD, LMD, peningkatan pemanfaatan irigasi, pemugaran perumahan dan lingkungan desa, latihan KPD, latihan usaha ekonomi desa, pengadaan buku perpustakaan desa, peningkatan usaha pendapatan keluarga, dan yang menunjang pelaksanaan 10 program PKK.

XIV/7

Page 8: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV - 1

REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA,TAHUN 1983/84 - 1988/89(dalam jutaan rupiah)

XIV/8

Page 9: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV - 2

PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA,TAHUN 1983/84 - 1988/89

XIV/9

Page 10: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV - 3

PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMERINTAH PUSAT,BANTUAN PEMERINTAH DAERAH DAN SWADAYA MASYARAKAT

DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN DESA,TAHUN 1983/84 - 1988/89(dalam ribuan rupiah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XIV/10

Page 11: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

4. Pemantapan Pelaksanaan Unit Daerah Kerja Pembangunan

Untuk meningkatkan keberhasilan pembangunan secara ter-koordinasi maka perlu dikembangkan pelaksanaan pembangunan desa melalui sistem UDKP. Dalam sistem ini perencanaan, pe-laksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan dilaksanakan di wilayah kecamatan. Dengan dilaksanakannya sistem UDKP ini maka penyusunan rencana pembangunan desa berasal dari bawah, yaitu dari desa ke kecamatan. Rencana desa yang dibuat ber-orientasi pada kebutuhan masyarakat desa masing-masing yang berada di dalam wilayah kecamatan bersangkutan. Rencana yang berasal dari desa ini selanjutnya dipadukan dengan rencana pembangunan yang berasal dari berbagai sektor yang dibiayai dari berbagai sumber dana. Dengan adanya sistem keterpaduan ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat desa dan bagi wilayah yang bersang-kutan secara keseluruhan.

Pada tahun 1983/84 jumlah kecamatan yang ada adalah 3.484 buah, tetapi yang telah menerapkan sistem UDKP baru 2.045 kecamatan atau 58,7%. Pada tahun 1987/88 kecamatan yang menerapkan sistem UDKP seluruhnya berjumlah 3.592 kecamatan. Pada tahun 1988/89 tidak ada perubahan jumlah kecamatan, yaitu tetap sebanyak 3.592 buah. Seluruh kecamatan terse-but telah menerapkan sistem UDKP, walaupun belum semuanya dapat berfungsi dengan baik. Agar sistem UDKP ini dapat berfungsi sebagaimana diharapkan, perlu dilaksanakan penataran bagi para camat dan aparat lainnya yang tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan UDKP tersebut.

Sampai dengan tahun keempat Repelita IV telah diseleng-garakan penataran untuk 3.117 camat, pelatihan Kepala Urusan Pembangunan Desa dan pejabat lainnya untuk 3.821 orang, pela-tihan Kepala Urusan Kemasyarakatan untuk 3.529 orang, pela-tihan Kepala Urusan Pemerintahan untuk 3.529 orang, dan pela-tihan Sekretaris Wilayah Kecamatan untuk 3.529 orang. Di sam-ping itu telah dilaksanakan pula penempatan tenaga suka rela BUTSI sebanyak 1.449 orang. Selanjutnya telah dilaksanakan pelatihan-pelatihan untuk Pembina Teknis Kader Pembangunan Desa di tingkat kecamatan sebanyak 9.660 orang, pelatihan pa-ra Kepala Seksi Pembangunan Desa dari Kantor Bangdes tingkat Kabupaten sebanyak 295 orang, dan pelatihan kader penyuluhan dan penerapan teknologi tepat guna bagi pedesaan disertai dengan bantuan peralatannya. Pelaksanaan pelatihan itu juga disertai dengan kegiatan diskusi UDKP atau temukarya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa di tingkat kecamatan dan rapat-rapat

XIV/11

Page 12: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

koordinasi pembangunan. Pada tahun 1988/89 kegiatan-kegiatan tersebut telah ditingkatkan lagi untuk lebih memantapkan fungsi UDKP.

5. Peningkatan Prakarsa dan Swadaya Masyarakat

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sebagai salah satu lembaga yang sangat penting peranannya dalam pembangun-an, harus ditingkatkan dan dikembangkan kemampuannya agar da-pat menggerakkan dan mengembangkan prakarsa dan swadaya ma-syarakat desa, membuat rencana pembangunan desanya sendiri serta melaksanakannya, dan mampu memelihara hasil pembangunan secara swadaya dan bergotong royong. Oleh karena itu sampai dengan akhir Repelita IV telah dilaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan fungsi dan kemampuan aktif LKMD-LKMD yang ada. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut be-rupa pelatihan pembina teknis LKMD/KPD untuk 9.660 orang, pe-latihan para Kepala Desa/Kelurahan untuk 18.337 orang, orien-tasi LKMD untuk 6.960 orang, pelatihan para pelatih tingkat kabupaten/kotamadya untuk 3.210 orang, pelatihan para pelatih tingkat propinsi untuk 490 orang, orientasi para pejabat tingkat propinsi dan kabupaten/kotamadya untuk 3.470 orang, dan pelatihan kader pembangunan desa untuk 189.149 orang.

Untuk meningkatkan kemampuan serta fungsi aktif LKMD, serta menggerakkan sektor-sektor pembangunan secara terkoor-dinasi dan terpadu dalam rangka mempercepat pelaksanaan pem-bangunan desa, maka tiap-tiap tahun sejak tahun 1985/86 telah dilaksanakan gerakan Bulan Bhakti LKMD secara serentak selama satu bulan penuh di seluruh desa-desa di Indonesia. Dampak positif dari gerakan Bulan Bhakti LKMD ini adalah peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

Pada tahun terakhir Repelita III, dari sejumlah LKMD di 66.437 desa, sebanyak 28.194 LKMD (42,4%) sudah aktif dan berfungsi, yang baru berfungsi sebanyak 25.297 LKMD (38,1%), yang sudah terbentuk tetapi belum berfungsi sebanyak 10.207 LKMD (15,4%) dan yang masih pada tingkat persiapan sebanyak 2.739 LKMD (4,1%). Pada tahun 1988/89 keadaannya telah jauh berkembang. Dari sejumlah LKMD di 66.744 desa, yang masih dalam tingkat persiapan hanya tinggal 94 buah (0,1%), yang baru terbentuk tetapi belum berfungsi 6.414 buah (9,6%), yang baru berfungsi 22.937 buah (34,4%) dan yang sudah aktif dan berfungsi telah berjumlah 37.299 buah atau 55,9%. Untuk me-laksanakan pembinaan dan pengendalian yang lebih mantap, maka sejak pertengahan Repelita III telah dibentuk Tim Pembina LKMD pada setiap tingkat pemerintahan.

XIV/12

Page 13: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

Peranan wanita sangat penting sekali dalam pembangunan. Oleh karena itu wanita diikutsertakan dalam pelaksanaan pem-bangunan desa melalui gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluar-ga (PKK). Kegiatan yang dilaksanakan PKK dalam rangka meng-usahakan keberhasilan 10 program pokok PKK adalah mengembang-kan kelompok dasa wisma, yaitu suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari 10-20 keluarga yang harus melaksanakan kegiatan PKK. Di samping itu telah dilaksanakan pula latihan untuk pa-ra anggota tim penggerak PKK tingkat pusat yang diikuti oleh 30 orang, latihan di tingkat propinsi diikuti 864 orang dan latihan tingkat kabupaten/kotamadya diikuti 16.170 orang dan latihan di tingkat kecamatan diikuti oleh sebanyak 13.540 orang.

6. Penataan dan Pemukiman Kembali Penduduk

Untuk memperbaiki taraf hidup peladang berpindah-pindah, yang umumnya hidup secara tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di lokasi-lokasi yang terpencil dan belum terjangkau oleh prasarana perhubungan, telah dilaksanakan program pemu-kiman kembali kelompok-kelompok tersebut di lokasi baru yang mudah dijangkau dan lebih baik keadaannya. Termasuk di dalam program ini adalah kegiatan penyediaan berbagai sarana, se-perti rumah, tempat ibadah, lahan pertanian, bibit, pendidik-an, dan kesehatan.

Dalam tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 jumlah penduduk yang telah dimukimkan kembali seluruhnya berjumlah 19.896 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 21 propinsi. Mu-lai tahun 1986/87 sampai akhir Pelita IV prioritas kegiatan pemukiman kembali ditujukan kepada pembinaan penduduk yang telah dimukimkan, sedangkan kegiatan pemukiman kembali di lo-kasi baru dilaksanakan secara terpadu dengan program trans-migrasi.

7. Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa

Sampai dewasa ini masih banyak rumah-rumah penduduk desa yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Penyebab utamanya adalah kemiskinan dan kekurangan pengetahuan penduduk desa tersebut. Bagi kelompok-kelompok penduduk ini pemerintah mem-beri bantuan untuk membangun atau memugar rumah-rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan tersebut. Pelaksanaannya dilakukan melalui penyuluhan, bimbingan dan latihan keteram-pilan bagi penduduk yang rumahnya akan dipugar. Di samping itu diberikan pula bantuan alat-alat pertukangan dan bahan

XIV/13

Page 14: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

bangunan yang tidak ada di desa. Pemugaran perumahan dilak-sanakan secara terkoordinasi dan terpadu antara berbagai De-partemen, yaitu Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Sosial, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan serta ber-sama-sama dengan penduduk desa yang diaktifkan melalui cara-cara gotong royong.

Jumlah rumah yang dipugar pada tahun 1983/84 sebanyak 8.000 rumah yang tersebar di 23 propinsi. Pada awal Repelita IV, yaitu tahun 1984/85, jumlah yang dipugar sebanyak 17.250 rumah, tersebar di 1.200 desa, tahun 1988/89 sebanyak 16.155 rumah, tersebar di 1.077 desa, dan pada tahun 1989/90 sebanyak 17.190 rumah, tersebar di 2.466 desa. Selama Repelita IV jumlah rumah penduduk desa yang telah dipugar berjumlah 88.395 buah, seluruhnya tersebar di 7.358 desa.

8. Perlombaan Desa dan Evaluasi Tingkat Perkembangan Desa

Salah satu usaha yang telah dilakukan untuk merangsang dan mendorong kegiatan pembangunan desa ialah diadakannya perlombaan desa yang diselenggarakan di setiap propinsi se-tiap tahun sekali. Desa-desa yang menjadi pemenang adalah de-sa-desa yang memiliki prestasi tertinggi dalam keberhasilan pembangunan desa di dalam jangka waktu satu tahun. Desa-desa pemenang perlombaan peringkat 1, 2, dan 3 untuk tingkat kabu-paten/kotamadya dan propinsi akan diberikan hadiah dari Pro-gram Bantuan Pembangunan Desa. Hadiah tersebut dapat diguna-kan untuk membiayai proyek-proyek yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa. Para kepala desa atau kepala kelurahan pe-menang perlombaan desa peringkat I tingkat propinsi, bersama dengan Ketua Tim Penggerak PKK tingkat desa, akan diundang ke Jakarta untuk ikut menyaksikan upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara. Melalui perlombaan desa ini diharapkan desa-desa dapat memacu laju pembangunan-nya sehingga tingkat perkembangannya dapat dipercepat. Desa-desa yang semula masih berada pada tingkat swadaya dapat se-gera meningkat menjadi desa swakarya atau bahkan desa swasem-bada.

Sebagai hasil pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan tiap-tiap tahun, terlihat adanya kenaikan jumlah desa yang mempunyai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Pada akhir Repelita III (1983/84) tercatat bahwa dari 66.437 desa seba-nyak 22.263 desa di antaranya telah swasembada (33,5%). Se-dangkan pada akhir Repelita IV (1988/89) di antara seluruh desa yang berjumlah 66.594 desa, terdapat 32.892 desa yang

XIV/14

Page 15: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

telah swasembada (49,39%). Angka-angka itu menunjukkan bahwa secara proporsional dalam waktu 5 tahun tersebut ada kenaikan sekitar 16%, sedangkan dalam arti absolut ada kenaikan hampir 48% dalam jumlah desa swasembada (Tabel XIV-4).

C. BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

1. U m u m

Sejak tahun kedua Repelita I (1970/1971) pemerintah te-lah melaksanakan Program Bantuan Pembangunan Daerah Ting-kat II sebagai salah satu program pembangunan nasional. Pro-gram ini dimaksudkan untuk mencapai dua tujuan, yaitu pening-katan keadaan prasarana dan saran yang sangat diperlukan untuk meningkatkan, memperlancar, serta mendorong kegiatan ekonomi dan secara bersamaan, memperluas kesempatan kerja di daerah-daerah. Untuk dapat mencapai maksud tersebut, maka pe-laksanaan program ini diserahkan sepenuhnya kepada Daerah Tingkat II, baik Kabupaten maupun Kotamadya.

Pengalokasian dana untuk Program Bantuan Pembangunan Dae-rah Tingkat II dilakukan berdasarkan kriteria jumlah pendu-duk serta realisasi penerimaan Ipeda, atau yang sekarang di-ganti menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Untuk daerah yang berpenduduk jarang ditetapkan jumlah alokasi minimum yang diperlukan untuk dapat membiayai proyek-proyek pemba-ngunan yang penting di daerahnya. Jumlah alokasi dana terse-but diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Daerah Tingkat II agar dapat menggali dan memanfaatkan potensi sum-ber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah-dae-rah tersebut. Keberhasilan usaha pemanfaatan potensi tersebut dapat meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan tingkat penghasilan mereka. Peningkatan ini secara tak langsung mem-punyai hubungan yang erat dengan tingkat partisipasi masyara-kat dalam membiayai pembangunan, yaitu dalam bentuk pelunas-an kewajiban membayar pajak, terutama PBB. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa Program bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II ini secara tidak langsung akan meningkatkan pene-rimaan PBB bagi daerah. Peningkatan penerimaan daerah berarti peningkatan kemampuan daerah dalam membiayai kegiatan pem-bangunannya.

Jenis-jenis kegiatan yang diutamakan dalam Program ban-tuan Pembangunan Daerah Tingkat II adalah proyek-proyek pe-kerjaan umum, seperti jalan, jembatan, saluran, waduk, dam,

XIV/15

Page 16: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV – 4

EVALUASI TINGKAT PERKEMBANGAN DESATAHUN 1988/89

Catatan : Data sementara

XIV/16

Page 17: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

dan bangunan umum lainnya yang sangat diperlukan untuk kepen-tingan kegiatan ekonomi masyarakat. Proyek-proyek tersebut dapat berupa pembangunan baru ataupun peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan bangunan yang sudah ada.

2. Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II

Pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II tidak dapat dilepaskan dari masalah tingkat kemampuan apara-tur daerah dalam mengelola tugas-tugas tersebut. Di dalam pelaksanaannya hal ini juga telah dipertimbangkan, dan dalam hubungan itu berbagai usaha juga telah dilakukan untuk mening-katkan kemampuan aparatur Daerah Tingkat II.

Melihat keberhasilan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dalam mencapai maksud dan tujuannya, maka alokasi dana yang disediakan dalam anggaran pembangunan nasional te-rus ditingkatkan. Jumlah yang diterima oleh Daerah Tingkat II dalam tahun terakhir Repelita IV (1988/89) sebesar Rp 262,6 milyar. Jumlah ini meliputi bagian yang dialokasikan atas dasar kriteria Rp 1.450,- per penduduk, atau dengan jumlah bantuan minimal Rp 170 juta per Daerah Tingkat II, dan Ban-tuan Perangsang yang berjumlah Rp 10.220 milyar. Ditambah dengan biaya yang disediakan untuk keperluan pembinaan dan kegiatan penunjang, maka pada tahun 1988/89 Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II mencapai jumlah Rp 267,2 mil-yar. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka jumlah yang disediakan untuk tahun 1988/89 meningkat sekitar 18%. Per-bandingan jumlah dana yang disediakan melalui Bantuan Pem-bangunan Daerah Tingkat II selama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XIV-5.

Dari jumlah dana yang telah dialokasikan untuk Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II telah dapat dibangun berbagai bentuk prasarana dan sarana yang sangat diperlukan untuk peningkatan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah-daerah. Pada Tabel XIV-6 disajikan hasil fisik yang telah dicapai dari pelaksanaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II selama Repelita IV. Dari Tabel XIV-6 terlihat bahwa Daerah Tingkat II lebih mengutamakan pembangunan prasarana jalan dan jembatan. Dari jumlah dana yang telah dialokasikan, maka setiap tahun Daerah Tingkat II telah ber-hasil menangani lebih dari 33.000 km pekerjaan jalan dan le-bih dari 22.000 m jembatan. Di samping itu Daerah Tingkat II juga telah menangani berbagai kegiatan lain, seperti perbaik-an saluran dan bangunan irigasi, terminal bus, pelabuhan

XIV/17

Page 18: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV - 5

REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI II,TAHUN 1983/84 - 1988/89(dalam jutaan rupiah)

Repelita IV

No. P r o p i n s i1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

1. Daerah Istimewa Aceh 3.626,2 3.808,4 4.043,4 4.124,7 4.464,8 5.039,6

2. Sumatera Utara 11.032.4 11.515,8 12.871,9 12.795,1 13.384,9 14.963,5

3. Sumatera Barat 4.906.5 4.905,8 5.485,8 5.650,1 5.733,5 6.521,4

4. R i a u 2.804,2 3.068,1 3,295,7 3.370,3 3.385,2 4.149,4

5. J a m b i 1.867,5 1.947,9 2.144,6 2.236,9 2.302,8 2.741,9

6. Sumatera Selatan 5.786,8 6.011,1 6.715,5 7.079,0 7.005,0 8.263,0

7. Bengkulu 1.051,6 1.083,6 1.226,7 1.276,7 1.333,2 1.484,5

8. Lampung 6.031,8 6.502,8 7.333,9 7.774,7 8.383,5 10.391,8

9. DKI Jakarta 8.078,4 8.395,8 9.733,2 9.857,3 10.096,7 11.955,2

10. Jawa Barat 34.799,2 35.374,9 39.167,8 40.867,6 41.283,4 48.835,4

11. Jawa Tengah 31.806,8 31.988,3 35.427,9 35.853,1 36.472,8 43.995,0

12. Daerah Istimewa Yogyakarta 3.395,7 3.535,5 3.939,3 4.175,5 4.791,9 4.411,4

13. Jawa Timur 36.490,7 37.516,1 40.682,6 41.130,3 40.195,4 49.505,9

14. Kalimantan Barat 3.061,0 3.059,5 3.576,3 3.485,5 3.524,2 4.183,9

15. Kalimantan Tengah 1.395,9 1.445,5 1.549,8 1.515,8 1.545,9 1.742,1

16. Kalimantan Selatan 2.602,5 2.682,5 2.931,6 2.972,8 3.039,7 3.451,9

17. Kalimantan Timur 1.940,9 1.994,3 2.186,6 2.253,5 2.329,5 2.663,9

18. Sulawesi Utara 2.597,5 2.684,2 3.071,3 3.279,5 3.493,8 3.561,8

19. Sulawesi Tengah 1.681,2 1.784,3 1.956,6 2.003.7 2.146,1 2.366,3

20. Sulawesi Selatan 7.861,6 7.914,8 8.785,4 9.194,5 9.239,7 10.263,7

21. Sulawesi Tenggara 1.195,4 1.224,1 1.377,6 1.454,5 1.548,8 1.729,0

22. B a l i 3.238,3 3.094,7 3.467,5 3.512,2 3.570,9 4.166,5

23. Nusa Tenggara Barat 3.406,7 3.436,2 3.842,5 3.984,4 3.950,8 4.577,5

24. Nusa Tenggara Timur 3.419,7 3.486,5 3.845,5 3.926,7 3.858,3 4.574,1

25. M a l u k u 1.780,3 1.869,9 2.040,1 2.090,1 2.135,6 2.545,7

26. Irian Jaya 1.780,8 1.842,5 1.989,3 2.021,0 2.125,4 2.328,3

27. Timor Timur 2.080,0 2.080,0 2.234,5 2.222,6 2.266,0 2.233,9

P u s a t 1) 7.447,4 7.660,9 983,1 695,9 2.392,2 4.523,4

Jumlah 197.167,0 201.914,0 215.906,0 220.804,0 226.000,0 267.170,0

1) Peralatan den Kegiatan Penunjang

XIV/18

Page 19: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV - 6

HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEKBANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II,

1983/84 - 1988/89

Repelita IV

U r a i a n Satuan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89 1)

A. HASIL FISIK: Proyek 4.325,0 3.510,0 3.270,0 3.693,0 3.448,0 3.802,0

1. J a 1 a n:

Volume Fisik Km 17.580,0 25.755,0 33.321,0 35.621,0 41.234,0 33.812,0Jumlah Proyek Proyek 2.673,0 2.374,0 2.526,0 2.601,0 2.355,0 2.696,0

2. Jembatan:

Volume Fisik M 22.812,0 29.439,0 22.656,0 27.542,0 34.022,0 22.430,0Jumlah Proyek Proyek 563,0 406,0 446,0 377,0 342,0 351,0

3. Pengairan:

Volume Fisik Ha 44.316,0 25.972,0 23.718,0 26.432,0 76.738,0 47.759,0Jumlah Proyek Proyek 341,0 250,0 191,0 313,0 207,0 187,0

4. Lain-lain:

Jumlah Proyek Proyek 748,0 480,0 107,0 402,0 544,0 568,0

B. KESEMPATAN KERJA orang 468.608,0 503.410,0 490.864,0 635.202,0 520.014,0 536.198,0

1) Data Sementara

XIV/19

Page 20: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

sungai dan los pasar. Realisasi pelaksanaan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel XIV-7.

Di dalam pelaksanaannya proyek-proyek tersebut di atas telah dapat membuka kesempatan kerja yang tidak sedikit bagi masyarakat di daerah-daerah. Berdasarkan pencatatan jumlah hari kerja yang tercantum dalam dokumen rencana proyek-pro-yek, dengan perkiraan lama kerja per proyek rata-rata 100 ha-ri, maka secara keseluruhan tingkat penyerapan tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada tahun 1988/89 meliputi jumlah 270.782 orang. Selain dari pada itu kesem-patan kerja juga tercipta melalui kegiatan pengadaan material dan bahan bangunan lokal, serta kebutuhan tenaga administra-tif yang diperlukan oleh berbagai proyek tersebut. Dari ke-giatan pengadaan bahan lokal ini diperkirakan telah terserap tenaga kerja sebanyak 265.416 orang. Sedangkan secara keselu-ruhan pelaksanaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II tahun 1988/89 diperkirakan telah dapat memberikan kesempatan kerja kepada sebanyak 536.000 orang. Secara nasional dari jumlah tenaga kerja baru yang diperkirakan bertambah dengan 2,2 juta orang dalam tahun 1989, maka Program Bantuan Pembangunan Dae-rah Tingkat II diharapkan akan mampu menyerap sekitar 2%.

D. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

1. U m u m

Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I bertujuan untuk meningkatkan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh daerah, memeratakan dan menselaraskan pembangunan sektoral dan daerah, serta pembangunan antar daerah. Pelaksanaan Pro-gram ini dilakukan melalui mekanisme anggaran, yaitu dana yang dialokasikan untuk Program ini dimasukkan ke dalam Ang-garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tiap Daerah Ting-kat I. Dengan demikian Daerah Tingkat I dapat lebih leluasa menyusun program pembangunan daerahnya menurut prioritas yang telah ditentukannya, serta dapat lebih kuat dalam menunjang program pembangunan yang dilaksanakan melalui Anggaran Penda-patan dan Belanja Nasional yang ada di daerahnya masing-masing.

2. Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I

Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I telah dimu-lai sejak tahun 1974/75. Dalam mass 15 tahun terakhir jumlah

XIV/20

Page 21: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV – 7

BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II, 1988/89REALISASI SAMPAI AKHIR TAHUN ANGGARAN 1)

MASING-MASING DAERAH TINGKAT I,(dalam jutaan rupiah)

1) Angka Laporan per 31 Maret 19892) Angka sementara Pebruari 1989

XIV/21

Page 22: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

dana yang dialokasikan untuk program ini telah sangat diting-katkan. Bila pada tahun pertama Repelita IV, 1984/85, jumlah bantuan adalah sebesar Rp 253.000 juta untuk seluruh Daerah Tingkat I, maka pada tahun 1988/89 ini bantuan tersebut telah ditingkatkan menjadi Rp 324.000 juta, atau meningkat sebesar 128,1%. Sampai sebelum tahun 1988/89 jumlah bantuan yang di-berikan didasarkan atas pertimbangan potensi kemampuan ke-uangan tiap-tiap Daerah Tingkat I. Daerah yang secara finan-sial relatip dinilai kurang mampu, telah diberikan jumlah bantuan yang semakin besar setiap tahunnya. Tujuannya adalah agar daerah-daerah yang relatif kurang mampu tersebut dapat segera mengejar "ketertinggalannya". Akan tetapi ber-dasarkan pertimbangan kemampuan daerah yang sudah semakin me-ningkat, dan juga tujuan pemerataan pembangunan, maka sejak tahun 1988/89 ini besarnya bantuan yang diberikan disamakan jumlahnya, yaitu sebesar Rp 12.000 juta untuk setiap propin-si. Besarnya jumlah bantuan setiap tahunnya untuk masing-masing propinsi selama Repelita ke IV dapat dilihat pada Tabel XIV-8.

Demi kelancaran pelaksanaan penggunaan bantuan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, maka secara terencana bantuan yang diberikan kepada daerah tersebut dibagi menjadi 2 bagian:

a. Dana bantuan yang "ditetapkan", yaitu yang penggunaannya ditetapkan secara khusus untuk membiayai kegiatan penun-jangan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, peningkatan dan penyempurnaan irigasi, serta untuk membiayai kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan pengairan.

b. Dana bantuan yang "diarahkan", yaitu yang penggunaannya diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang bersi-fat produktif, pengembangan daerah minus, pembangunan perkotaan, peningkatan aparatur pemerintah, pembinaan golongan ekonomi lemah, peningkatan kesejahteraan rak-yat, pembinaan generasi muda dan kegiatan lain yang sa-ngat dibutuhkan dan diprioritaskan oleh masing-masing daerah.

Bersamaan dengan itu dilakukan pula berbagai usaha pe-nyempurnaan ketentuan atau pengaturan administrasi perencana-an, pelaksanaan, dan pembinaan serta peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah.

XIV/22

Page 23: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV – 8

REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI I,1983/84 - 1988/89

(dalam jutaan rupiah)

Repent. IVNo. P r o p i n s i

1963/84 1964/85 1985/86 1986/87 1987/86 1968/89

1. Daerah Istimewa Aceh 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12,000,02. Sumatera Utara 11.000,0 11.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,03. Sumatera Barat 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000;0 12.000,04. R i a u 9.000.0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,05. J a m b i 9.000.0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,06. Sumatera Selatan 11.000,0 11.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,07. Bengkulu 9.000,0 9.000.0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,08. Lampung 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,09. DKI Jakarta 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,0

10. Jawa Barat 11.000,0 11.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,011. Jawa Tengah 11.000,0 11.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,012. Daerah Istimewa Yogyakarta 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,013. Jawa Timur 11.000,0 11.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,0 12.000,014. Kalimantan Barat 9.000,0 9.000,0 10.000.0 10.000,0 10.000,0 12.000,015. Kalimantan Tengah 9.000.0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12,000,016. Kalimantan Selatan 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,017. Tengah Timur 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,018. Sulawesi Utara 9.000.0 9.000.0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,019. Sulawesi Tengah 9.000.0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,020. Sulawesi Selatan 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,021. Sulawesi Tenggara 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,022. B a l i 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.0300023. Nusa Tenggara Barat 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,024. Nusa Tenggara Timur 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,0

25. M a l u k u 9.000,0 9.000,0 10.000.0 10.007.0 10.000,0 12.000,026. I r ian Jaya 9.000,0 9.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 12.000,027. Timor Timur 9.000,0 9.000,0 10.000.0 10.000,0 10.000,0 12.000,0

Jumlah 253.000,0 253.000,0 280.000,0 280.000,0 280.000.0 324.000,0

XIV/23

Page 24: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

Dari jumlah dana bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I tahun 1988/89 yang berjumlah Rp 324.000 juta, 27,13% atau Rp 87.892,0 juta merupakan dana bagian yang "ditetapkan". Penggunaannya meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Penunjangan jalan sepanjang 11.472 km, penunjangan jem-batan 5.114 in, gorong-gorong 89 buah, rakit 1200 buah dan penggantian jembatan .sepanjang 1.111 m. Seluruh ke-giatan ini bernilai sebesar Rp 47.519,0 juta.,

b. Perbaikan dan peningkatan irigasi yang meliputi 131 buah bendungan, 483 km saluran, 163 buah bangunan bagi, 348 buah bangunan pelengkap, 310 km jalan inspeksi dan 5.933 petak percontohan tersier. Seluruh kegiatan tersebut bernilai sebesar Rp 9.295 juta.

c. Eksploitasi dan pemeliharaan 90.403 buah bangunan air, 969.635 tan saluran pembawa, 40.184 km saluran pembuang, 2.060 buah fasilitas eksploitasi, 6.833 km tangggul ban-jir, 3.745 pk pompa air, 1.376 juta m3 waduk dan 6.294 bendungan. Seluruh kegiatan tersebut bernilai sebesar Rp 31.078 juta.

Selebihnya, yaitu 72,8% atau sebesar Rp 236.108 juta, adalah untuk bantuan yang "diarahkan" penggunaannya. Bagian bantuan ini dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan yang sangat diprioritaskan oleh daerah, baik di bidang ekono-mi, sosial maupun kebudayaan.

Dana bantuan Program Pembangunan Daerah Tingkat I tahun 1988/89 sebesar Rp 324.000 juta telah digunakan untuk mem-biayai pelaksanaan proyek sebanyak 2.803 buah, yang dilaksa-nakan oleh unit/lembaga/satuan kerja masing-masing pemerintah daerah. Secara terinci besarnya bantuan menurut jenis kegiat-an, baik untuk bantuan yang "ditetapkan" maupun "diarahkan" selama Repelita IV, disajikan pada Tabel XIV-9. Sedangkan pa-da Tabel XIV-10 disajikan rinciannya untuk setiap propinsi.

3. Bantuan Pengembangan Wilayah Terpadu

Proyek-proyek Pengembangan Wilayah Terpadu adalah proyek kerja sama dengan luar negeri yang dilaksanakan langsung oleh aparat Pemerintah Daerah sebagai pelaksanaan asas desentrali-sasi. Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu pada garis besarnya bertujuan:

XIV/24

Page 25: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV – 9

BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT IMENURUT JENIS PENGGUNAAN,

1983/84 – 1988/89

XIV/25

Page 26: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

TABEL XIV – 10

RINCIAN BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT IMASING- MASING DAERAH TINGKAT I

TAHUN 1988/89(dalam jutaan rupiah)

XIV/26

Page 27: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

a. Meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di daerah terpencil.

b. Meningkatkan keterampilan aparatur pemerintah daerah, baik pada Tingkat I maupun aparatur Pemerintah Daerah Tingkat II, agar dapat merencanakan, melaksanakan, me-mantau, dan mengevaluasi pelaksanaan serta hasil proyek-proyek pembangunan.

c. Melaksanakan kegiatan pembangunan di daerah yang mempu-nyai potensi, tetapi belum terjangkau oleh berbagai ke-giatan pembangunan sektoral yang ada.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proyek Pengem-bangan Wilayah Terpadu meliputi berbagai sektor sesuai dengan kondisi lapangan dan masalah yang dihadapi. Beberapa ciri yang menonjol dari proyek semacam ini adalah: daerahnya ter-pencil tetapi mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan, ke-giatannya meliputi beberapa sektor yang saling berkaitan, tu-juannya yang langsung adalah meningkatkan keterampilan masya-rakat di berbagai bidang, seperti pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri kecil, dan perkebunan rakyat. Di samping itu proyek semacam ini juga diarahkan kepada pem-bangunan prasarana yang sangat diperlukan, serta membantu pe-nyediaan kredit yang mudah untuk pengembangan kegiatan usaha masyarakat di lokasi proyek dan sekitarnya.

Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu mulai dirintis di Daerah Istimewa Aceh dan Jawa Tengah pada tahun 1979/80, dan kemudian dikembangkan di daerah-daerah lain. Pada tahun 1988/89 dana yang dialokasikan untuk proyek-proyek pengem-bangan wilayah terpadu telah mencapai jumlah sebesar Rp 40,4 milyar, yang di antaranya Rp 30,1 milyar adalah dari bantuan luar negeri. Dana tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang tersebar di beberapa daerah, yaitu:

a. Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu di propinsi-propinsi Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, yang sudah berakhir pada tahun 1988/89. Di samping itu di propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Aceh, yang akan berakhir pada tahun 1989/90.

b. Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Utara. Di Kabupaten Aceh Tengah proyek ini telah dapat meningkatkan produksi kopi rakyat, sedangkan di Kabupaten Aceh Utara telah dapat mengembang-kan produksi tekstil

XIV/27

Page 28: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

c. Penyelesaian Proyek Bangun Desa di Daerah Istimewa Yog-yakarta yang sudah sampai pada tahap penyelesaian.

d. Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu di Kabupaten Pasa-man Barat Propinsi Sumatera Barat.

e. Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu di Daerah Aliran Su-ngai (DAS) Jratun Seluna, Propinsi Jawa Tengah dan DAS Brantas di Propinsi Jawa Timur. Kegiatannya meliputi percontohan pertanian lahan kering, pengembangan dan pe-ningkatan keterampilan masyarakat dalam bercocok tanam yang sesuai untuk konservasi, pembuatan jalan penghubung serta beberapa kegiatan penelitian terapan dalam bidang pertanian lahan kering.

f. Pengembangan Wilayah Terpadu di Kecamatan Sanrego Kabu-paten Bone, dan di Kecamatan Gu dan Mawasangka Kabupaten Buol Toli-toli Propinsi Sulawesi Tenggara.

g. Pengembangan Wilayah Terpadu di Mahakam Tengah di Pro-pinsi Kalimantan Timur.

h. Pengembangan Wilayah Terpadu di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang dititikberatkan pada peternakan dan pertanian, terutama melalui pembangunan penyediaan irigasi dan embung-embung.

i. Peningkatan kemampuan lembaga perkreditan pedesaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, yaitu Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Propinsi Sumatera Barat, Bank Kar-ya Produksi Desa (BKPD) dan Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) di Propinsi Jawa Barat, Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Propinsi Jawa Tengah dan Lembaga Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di Propinsi Jawa Timur.

E. PEMBANGUNAN DAERAH TIMOR TIMUR

1. U m u m

Memasuki tahun kelima Repelita IV pembangunan Propinsi Timor Timur tetap ditangani secara khusus melalui Program Pembangunan Daerah Timor Timur. Program ini diarahkan untuk dapat lebih memantapkan kemampuan Propinsi termuda ini dalam menyongsong Repelita V. Sesuai dengan kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, serta hasil-hasil yang

XIV/28

Page 29: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

telah dicapai, maka upaya ke arah normalisasi proses pemba-ngunan di Timor Timur diharapkan dapat segera diwujudkan. Se-hubungan dengan hal tersebut, maka pembangunan dalam tahun kelima Repelita IV merupakan tahun terakhir bagi program khusus pembangunan daerah Propinsi Timor Timur. Selanjutnya penanganan pembangunan di Timor Timur akan dilaksanakan ber-dasarkan ketentuan umum yang berlaku di propinsi-propinsi la-innya di Indonesia.

Melalui proses pembangunan yang bertahap dan berkesinam-bungan terlihat bahwa upaya yang telah dilakukan melalui pro-gram khusus tersebut telah membuahkan berbagai kemajuan, se-perti makin mantapnya lembaga-lembaga pemerintahan dalam men-jalankan fungsinya, makin meluasnya jangkauan pelayanan pen-didikan dan kesehatan, makin baiknya perhubungan dan makin meningkatnya hasil berbagai tanaman pertanian, peternakan dan perikanan. Secara keseluruhan kegiatan pembangunan yang di-laksanakan telah meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga dapat lebih memberikan dukungan kepada kegiatan pembangunan yang dilaksanakan.

2. Pelaksanaan Pembangunan

Peranan Pemerintah sebagai salah satu unsur pelaksana dalam pembangunan di Propinsi Timor Timur selama ini masih dihadapkan pada kendala kurangnya kemampuan aparatur dalam pengelolaan berbagai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Untuk mengatasi hal tersebut maka kemampuan pemerintahan di Propinsi Timor Timur terus ditingkatkan, baik dari segi pen-dayagunaan aparaturnya maupun dari segi penyempurnaan berba-gai sarana dan prasarana operasional pendukungnya. Di bidang pendayagunaan aparatur, selama periode lima tahun terakhir (1983/84 - 1987/88), telah dapat diselesaikan pengangkatan pegawai negeri sipil sebanyak 9.962 orang. Di samping itu da-lam kurun waktu yang sama telah diberikan tugas belajar kepa-da 234 orang pegawai negeri sipil.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparatur di daerah, maka pada tahun 1988/89 telah dilaksanakan pena-taran bagi seluruh Camat di Propinsi Timor Timur. Di samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan la-tihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Pe-ningkatan kemampuan aparat juga dilakukan melalui pemberian beasiswa bagi 40 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meng-ikuti pendidikan di APDN.

XIV/29

Page 30: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

Dalam upaya penyempurnaan fasilitas serta sarana dan prasarana di bidang pemerintahan, maka selama kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dapat diselesaikan berbagai bangunan gedung pemerintah. Dalam kurun waktu tersebut di antaranya telah diselesaikan pembangunan 5 kantor Bupati di kabupaten-kabupaten Manatuto, Kovalima, Viqueque, Lautem dan Liquisa. Selain itu juga telah diselesaikan bangunan berbagai instansi pemerintah, seperti Mess Pemerintah Daerah, Kantor Balai Har-ta Peninggalan Propinsi Timor Timur, Kantor-kantor Camat, Kantor Pengadilan Negeri Baucau, dan Kantor perwakilan Depar-temen di berbagai kabupaten di Propinsi Timor Timur. Pada ta-hun 1988/89 telah dilaksanakan pembangunan 2 buah Kantor Bu-pati, masing-masing di kabupaten Ainaro dan kabupaten Ambeno, dan pengadaan peralatan serta perlengkapan kantor Bupati Vi-queque. Di samping itu juga dilaksanakan pembangunan pagar sepanjang 580 m untuk gedung PUSDIKLAT Departemen Dalam Nege-ri di Dili dan rehabilitasi Asrama mahasiswa Timor Timur di Yogyakarta.

Pembangunan di bidang pendidikan memiliki arti penting dan selalu mendapat perhatian yang utama di Timor Timur. Da-lam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 di bidang pendidikan dasar telah dapat ditingkatkan fasilitas prasarana fisik sebanyak 192 unit gedung SD. Selain itu telah pula dilaksanakan pemba-ngunan 21 gedung SMTP dan 17 gedung SMTA, serta pembangunan berbagai fasilitas pendidikan lainnya, seperti Balai Penatar-an Guru, asrama pelajar di Ermera dan Maliana, serta pemba-ngunan kampus Politeknik di Dili.

Dalam kurun waktu yang sama (1983/84 - 1987/88) telah pula diberikan beasiswa bagi 130 pelajar dan mahasiswa, serta beasiswa lainnya untuk 2.662 orang siswa yang dididik di SPG Dili. Pada tahun 1988/89 program pemberian beasiswa terus di-lanjutkan terutama diberikan kepada 400 orang siswa kelas 3 SPG di Dili dan 3.520 orang siswa lainnya. Beasiswa juga di-berikan kepada 120 orang siswa SGO dan 8 orang mahasiswa yang belajar di Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Kupang dan Jakar-ta. Di samping itu Propinsi Timor Timur juga telah mengikut-sertakan 25 orang pemuda untuk berpartisipasi dalam program pertukaran pemuda antar propinsi.

Di bidang prasarana fisik pendidikan, pada tahun 1988/89 telah pula dilaksanakan pembangunan asrama pelajar di Kabupa-ten Ainaro seluas 200 m2, kelanjutan pembangunan gedung Poli-teknik beserta perumahan dosennya, pembangunan gedung Balai Penataran Guru beserta pengadaan perabotannya, pengadaan

XIV/30

Page 31: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

bangunan pendidikan untuk Sekolah Kejuruan dan Teknologi, Sekolah Pendidikan Guru, serta pengadaan peralatan praktek untuk SMA dan SMP.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih merata dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di Timor Timur, maka selama lima tahun terakhir (1983/84 - 1987/88), telah dilak-sanakan pembangunan 5 buah Puskesmas, 20 unit Puskesmas Pem-bantu, perluasan RSU Baucau, penyempurnaan fasilitas fisik RSU Dili, Sekolah Perawat Kesehatan di Dili dan sejumlah ru-mah dinas bagi para petugas kesehatan. Di samping itu juga telah diberikan bantuan biaya pelayanan operasional kepada beberapa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, pendidikan kete-rampilan kepada tenaga medis dan paramedis, serta pengadaan obat-obatan terutama untuk pemberantasan penyakit menular serta malaria. Sedangkan pada tahun 1988/89 kegiatan penun-jang pelayanan kesehatan telah ditingkatkan di 13 kabupaten. Kegiatan tersebut meliputi pemberian bantuan biaya operasio-nal Puskesmas, pelayanan kepada 892 Posyandu, pengadaan obat-obatan untuk imunisasi dan penyakit menular, serta peningkat-an peranan RS melalui upaya pelayanan rujukan. Dalam tahun 1988/89 ini juga telah dilaksanakan penyempurnaan fasilitas prasarana fisik bangunan Kanwil Kesehatan berikut penyediaan tanah dan bangunan 2 rumah dinas bagi petugas Kesehatan di Dili, serta gedung penyimpanan obat, alat dan perbekalan ke-sehatan di Dili.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah dilaksanakan upaya peningkatan sarana kesehatan masyarakat melalui penyediaan air bersih dan pengawasan kualitas air. Sementara itu kemampuan para petugas kesehatan terus diting-katkan melalui berbagai jenjang pendidikan, baik untuk pro-gram S-1 di bidang Farmasi, program D-III di bidang Institusi Kesehatan/APK, maupun pendidikan Mahir Analis.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial masyara-kat Timor Timur, selama kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dilaksanakan berbagai upaya penyantunan, pengentasan serta pembinaan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Upaya ter-sebut mencakup di antaranya pengembangan 690 unit Karang Ta-runa, penyantunan sosial bagi 200 orang lanjut usia dan 1.110 orang wanita miskin, serta pengentasan 2.536 orang anak ter-lantar. Pembinaan diberikan dalam bentuk bimbingan usaha swa-daya terhadap masyarakat berpenghasilan rendah, pemugaran Taman Makam Pahlawan (TMP) dan pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).

XIV/31

Page 32: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

Dalam tahun 1988/89 pembangunan di bidang sosial tetap diarahkan pada penyantunan dan pengentasan para penyandang tuna sosial. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi latihan keterampilan bagi para fakir miskin berikut pembinaannya dalam bentuk bantuan jaminan hidup dan usaha produksi, penyantunan dan pengentasan 560 orang anak terlantar, pembinaan 320 Karang Taruna dan pembinaan 60 orang wanita yang berperandalam bidang kesejahteraan sosial. Di samping itu juga telah dilaksanakan upaya penyuluhan dan pembinaan 240 orang Pekerja Sosial Masyarakat, serta penggiatan 98 Satgasos. Khusus untuk memulihkan kehidupan para korban bencana alam di Timor Timur, dalam tahun 1988/89 disediakan bantuan bahan rumah untuk 100 KK.

Pembangunan bidang pertanian di Propinsi Timor Timur dalam Repelita IV telah diarahkan pada upaya peningkatan pro-duksi, baik tanaman pangan, perkebunan, peternakan maupun per-ikanan. Pelaksanaannya dilakukan melalui usaha intensifika-si, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Dalam ku-run waktu 1983/84 - 1987/88, melalui usaha perbaikan dan per-luasan jaringan irigasi, telah dibuka areal pertanian tanaman pangan baru seluas 4.576 ha. Produktivitas padi pada tahun 1987 mencapai 1,87 ton/ha, jagung 1,14 ton/ha, sedangkan ka-cang-kacangan bervariasi antara 0,5 ton/ha hingga 0,9 ton/ha. Pada kurun waktu tersebut telah pula dilaksanakan pembangunan Balai Benih Induk (BBI), bantuan BIMAS dan operasional penyu-luhan pertanian, pengamanan daerah irigasi, pembangunan em-bung-embung dan perumahan bagi para PPM, PPL serta PPS.

Di bidang perkebunan upaya yang telah dilakukan meliputi rehabilitasi tanaman perkebunan dan peningkatan produksinya. Dalam hubungan ini telah dilaksanakan upaya pembibitan serta pengendalian hams penyakit dan gulma. Di bidang peternakan juga telah dilaksanakan peningkatan kesehatan ternak dalam bentuk pemberian obat-obatan dan vaksinasi. Dalam rangka pe-ningkatan produksi ternak telah banyak didatangkan hewan ter-nak, antara lain sapi dan kambing. Di bidang perikanan perha-tian diberikan pada usaha budi daya perikanan darat. Pelaksa-naan upaya ini dimulai dengan pengadaan 250.000 bibit ikan. Di samping itu dilakukan pula pembinaan dan penyuluhan bagi pengusaha perikanan.

Dalam tahun 1988/89 kegiatan pembangunan di bidang per-tanian tanaman pangan ditujukan untuk peningkatan produksi. Kegiatan ini dilakukan melalui pengadaan dan distribusi paket Saprodi, pengujian teknologi produksi, intensifikasi

XIV/32

Page 33: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

20.750 ha lahan pertanian, serta menggiatkan 225 tenaga pe-nyuluh pertanian. Sarana produksi pertanian, khususnya untuk palawija dan hortikultura, juga ditingkatkan di 8 kabupaten, yaitu Dili, Ailieu, Manufahi, Liquisa, Viqueque, Baucau, Ainaro dan Ermera. Kegiatan di bidang perkebunan meliputi pe-ngendalian hama penyakit dan gulma, serta upaya persemaian bibit tanaman perkebunan, terutama kelapa. Di bidang peter-nakan upaya peningkatan produksi ternak dilakukan melalui pe-ngelolaan produksi dengan program penyuluhan dan vaksinasi, intensifikasi hijauan makanan ternak, dan pengadaan 137 ekor hewan ternak. Kegiatan di bidang perikanan meliputi pelaksa-naan pembangunan prasarana produksi, penyuluhan dan pembinaan serta pengadaan bibit 1.000 ekor ikan. Di samping itu dalam tahun 1988/89 juga dilaksanakan pembangunan asrama bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah pertanian Natarbora, pe-mugaran Kantor Dinas Pertanian dan pembinaan 5 desa Pembangun-an. Dalam tahun 1989/90 tunjangan pendidikan juga akan diberi-kan bagi 400 orang siswa sekolah pertanian Natarbora.

Dengan semakin baiknya kondisi jalan-jalan yang ada di Propinsi Timor Timur, maka upaya pembangunan bidang perhu-bungan dalam Repelita IV semakin diarahkan pada peningkatan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan angkutan ba-rang dan penumpang. Meskipun demikian pembangunan di sektor perhubungan ini masih tetap harus dititikberatkan pada per-luasan jangkauan pelayanan, baik di bidang perhubungan darat, laut, udara, maupun telekomunikasi. Dalam kurun waktu 1983/84-1987/88 telah dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan ja-lan pada ruas-ruas Dili - Manatuto, Ainaro - Same, Ermera - Natulia, dan Manatuto - Baucau. Saat ini waktu tempuh di lin-tas utara (Dili - Baucau) telah semakin singkat. Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) di Dili terus disempurna-kan hingga dapat dioperasionalkan.

Di bidang perhubungan darat pada tahun 1988/89 telah di-laksanakan peningkatan jalan antara Ermera - Maliana sepan-jang 9 km, dan pemeliharaan jalan pada ruas-ruas antara Bau-cau - Viqueque dan Ainaro - Suai sepanjang 130 km, antara Ti-bar - Dili - Ailieu sepanjang 60 km, serta antara Ermera - Maliana sepanjang 62 km. Di samping itu juga telah dilaksana-kan penggantian jembatan Lies sepanjang 300 meter. Untuk me-ningkatkan kelancaran dan keamanan lalu lintas telah dilaku-kan penyempurnaan dan uji coba bangunan dan peralatan fasili-tas Pengujian Kendaraan Bermotor di Komoro.

Di bidang perhubungan udara dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah ditingkatkan kemampuan pelayanan Bandara Komoro

XIV/33

Page 34: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

di Dili hingga dapat didarati oleh pesawat F-28 berkapasitas penuh. Perpanjangan landasan juga dilaksanakan agar dapat di-darati oleh pesawat DC-9. Di samping itu fasilitas keselamat-an penerbangan terus disempurnakan. Dalam tahun 1988/89 telah dilaksanakan peningkatan fasilitas penunjang operasi kesela-matan penerbangan, khususnya bagi pesawat udara sejenis DC-9. Peningkatan fasilitas tersebut diberikan dalam bentuk paket alat telekomunikasi dan navigasi. Pengamanan landasan dari gerusan aliran sungai Komoro juga dilakukan dengan pemba-ngunan bangunan penahan erosi dan penahan gelombang sepanjang masing-masing 300 meter.

Selama lima tahun terakhir perhubungan laut terus di-tangani, di antaranya melalui upaya rehabilitasi berat talud pelabuhan Dili, docking KM Komoro, penelitian alternative pe-mindahan pelabuhan Dili, serta penyempurnaan fasilitas pela-yanan pelabuhan laut Com. Fasilitas keselamatan pelayaran ju-ga terus ditingkatkan pada beberapa pelabuhan utama, khusus-nya Dili. Kegiatan pembangunan di bidang perhubungan laut pada tahun 1988/89 di antaranya adalah pelaksanaan penelitian lanjutan mengenai pengembangan Tibar sebagai alternatif pela-buhan laut pengganti pelabuhan Dili.

Pelayanan air bersih dan pembangunan perumahan dalam Re-pelita IV diarahkan pada upaya-upaya perbaikan, rehabilitasi dan perluasan. Selama kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah di-laksanakan, antara lain pembangunan beberapa intake dan re-servoir serta pemasangan pipa-pipa jaringan distribusi air bersih untuk lebih kurang 200 unit sambungan rumah di bebera-pa kota seperti Dili, Ermera dan Ailieu. Beberapa instalasi pelengkap produksi air juga dibangun di Viqueque dan Baucau. Sementara itu telah pula diberikan bantuan biaya operasi dan pemeliharaan 8 unit instalasi yang telah berfungsi di Bemos, Lahane, Komoro, Bekara, Ermera, Ailieu, Bidou dan Baucau. Dalam tahun 1988/89 pembangunan pelayanan air bersih meliputi kegiatan rehabilitasi pipa, pemasangan dan penyambungan gene-rator dan pompa berikut sambungan rumah, uji coba 6 unit ins-talasi air bersih di beberapa kota, serta penyuluhan dan la-tihan bagi para operator dan pengguna fasilitas air bersih.

Di bidang perumahan kegiatan pembangunan diarahkan kepa-da peningkatan prakarsa, peran serta, dan swadaya masyarakat dalam membangun perumahan dan pemukiman yang sehat. Selama lima tahun terakhir dapat diselesaikan di antaranya penyedia-an dan perbaikan perumahan sederhana untuk 389 KK korban GPK, penyediaan 50 unit rumah untuk menampung pemukiman kembali

XIV/34

Page 35: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

50 KK penduduk, dan pelaksanaan program pemugaran desa dan lingkungan pedesaan di 11 desa. Selain itu telah dilaksanakan pula perbaikan jalan lingkungan kota sepanjang 1.953 meter. Pembangunan bidang perumahan pada tahun 1988/89 meliputi an-tara lain kegiatan perintisan pemugaran perumahan di pedesaan dengan sasaran 165 rumah di 11 desa. Kegiatan ini didukung pula oleh upaya penyuluhan, latihan dan pembinaan. Di daerah perkotaan pada tahun tersebut juga dilaksanakan kegiatan pe-rintisan perbaikan lingkungan perumahan kota dengan sasaran pengembangan 70 ha kawasan perumahan di 4 kota.

Bidang kelistrikan juga terus ditangani pembangunannya selama Repelita IV. Secara bertahap kapasitas dan pelayanan jaringan distribusinya ditingkatkan melalui penambahan prasa-rana dan sarana kelistrikan serta pemberian subsidi pemasang-an instalasi listrik. Selama lima tahun terakhir telah dilak-sanakan pengadaan dan pemasangan 7 unit generator diesel yang masing-masing berkekuatan 20 kw, pembangunan PLTD dengan ka-pasitas 3.000 kw dan penambahan penerangan jalan umum (PJU). Program Listrik Masuk Desa juga telah dilaksanakan di bebe-rapa kabupaten seperti Dili, Maliana dan Manatuto. Saat ini kapasitas terpasang yang tersedia di Timor Timur ialah sebe-sar 17.9745 kw. Pada tahun 1988/89 pembangunan kelistrikan di Timor Timur diarahkan untuk menangani perluasan dan pening-katan kualitas daya pembangkit melalui pembangunan 1 unit PLTD, pembangunan 45 buah gardu distribusi dan jaringan te-gangan menengah. Di samping itu dilaksanakan pula pembangunan 450 unit penerangan jalan umum (PJU) dan pemberian subsidi biaya penyambungan listrik dengan sasaran 1.250 sambungan rumah.

Secara bertahap dan berkesinambungan bidang perindustri-an terus dikembangkan melalui pembinaan sejumlah sentra in-dustri yang ada. Pembinaan tersebut dilaksanakan melalui upa-ya peningkatan keterampilan para pengusaha ataupun pengrajin. Bidang-bidang produksi yang ditangani meliputi, antara lain, pengembangan komoditi dari kulit, industri pangan, marmer, tenun dan ukiran kayu. Dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 di antaranya telah berhasil ditingkatkan kemampuan pengrajin te-nun ATBM, pengusahaan garam di kabupaten Baucau, serta kemam-puan pengelolaan usaha konveksi di Dili. Dalam tahun 1988/89 kegiatan pembangunan di bidang perindustrian diarahkan pada upaya pengembangan industri kecil terutama kerajinan rakyat. Sehubungan dengan itu telah diselenggarakan serangkaian pen-didikan dan latihan keterampilan mengenai teknik produksi un-tuk pengrajin rotan di Covalima, pengrajin tenun ATBM di Am-benu, pengrajin anyaman di Manufahi dan Lautem, serta teknik

XIV/35

Page 36: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

pengolahan ikan asin bagi nelayan di Dili. Selain itu pada tahun yang sama juga dilaksanakan upaya bimbingan dan penyu-luhan di 9 sentra untuk 6 Janis komoditi, dan pembangunan ge-dung Kanwil Departemen Perindustrian di Dili.

Kegiatan perdagangan memegang peranan penting dalam pe-rekonomian daerah Timor Timur. Dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 kemampuan berdagang masyarakat Timor Timur terus di-tingkatkan. Upaya tersebut di antaranya dilaksanakan melalui pembinaan 80 pengusaha muda dan wanita, pembangunan dan reha-bilitasi pasar, penataran bagi 35 orang pedagang kecil, pe-nyuluhan pasar, pengembangan sistem informasi pasar di 31 lo-kasi dan pameran dagang. Pada tahun 1988/89 kegiatan pemba-ngunan di bidang perdagangan diarahkan pada penyelenggaraan pelayanan informasi pasar dan penyuluhan di beberapa kabupa-ten, khususnya bagi pedagang daerah terpencil. Pada tahun ini juga dilaksanakan pembangunan pasar percontohan di kabupaten Ermera dan Kantor Departemen Perdagangan di kabupaten Ambeno.

Dalam Repelita IV usaha perkoperasian juga terus dido-rong agar koperasi mampu berperan sebagai pranata ekonomi dan barometer dalam perekonomian di Timor Timur. Berbagai kegiat-an pembangunan di bidang ini telah dilaksanakan, baik untuk meningkatkan kemampuan aparatur pembina dan penggerak perko-perasian di daerah maupun pembangunan berbagai sarana dan prasarana penunjang lainnya yang diperlukan. Selama lima ta-hun terakhir telah terbentuk 172 unit usaha koperasi dengan 32.498 orang anggota. Di samping itu telah dilaksanakan juga pembangunan kantor-kantor Departemen Koperasi di beberapa ka-bupaten di Timor Timur, Kantor Wilayah Departemen Koperasi, dan berbagai bimbingan serta latihan kerja bagi para pengelo-la koperasi, badan pekerja, dan karyawan. Untuk meningkatkan usaha perkoperasian telah pula dilaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan dari 47 KUD.

Pembangunan perkoperasian di Timor Timur untuk tahun 1988/89 dititikberatkan pada peningkatan kemampuan usaha me-lalui penertiban dan pembinaan organisasi, serta kaderisasi dan latihan perkoperasian. Sasaran kegiatan untuk tahun 1988/89 adalah peningkatan kemampuan usaha 30 unit koperasi. Di samping itu untuk meningkatkan gairah kerja aparatur pe-merintah di bidang perkoperasian, telah dilaksanakan pula pembangunan 3 buah rumah dinas tipe C.

Di bidang penerangan selama lima tahun terakhir telah dilaksanakan berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan

XIV/36

Page 37: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam memperlancar arus informasi pembangunan. Dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dibangun beberapa Puspenmas, antara lain di Viqueque, Manufahi, Los Palos, Ailieu dan Manatuto. Untuk mendukung beroperasinya Puspenmas tersebut telah dilaksanakan pula pendidikan untuk Juru Penerang sebanyak 210 orang. Di samping itu diberikan juga berbagai bahan penunjang operasi penerangan seperti pamflet, poster dan spanduk, peralatan operasional lainnya serta 84.900 eksemplar surat kabar untuk desa (SKUD).

Pada tahun 1988/89 pembangunan di bidang penerangan di-isi dengan kegiatan pendidikan untuk 42 orang Juru Penerang, pengadaan berbagai peralatan penerangan, seperti kamera film 16 mm, 3 set proyektor berikut generatornya, dan pengadaan 1.728 eksemplar poster untuk setiap kabupaten. Di samping itu juga dilaksanakan kegiatan operasi penerangan yang didukung oleh pengadaan berbagai bahan penerangan yang terdiri atas 31.200 buku, 73.884 eksemplar SKUD, dan 42.900 eksemplar ma-teri penerangan lainnya. Untuk meningkatkan gairah kerja apa-ratur pemerintah di bidang penerangan, telah dilaksanakan pu-la pembangunan 2 buah rumah dinas di Suai dan Same.

Dalam rangka membina kerukunan hidup beragama di Timor Timur, dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88, telah dilaksana-kan rehabilitasi 102 buah tempat ibadah, yang terdiri dari gereja Katolik, gereja Protestan, masjid, dan pure. Di sam-ping itu telah diberikan pula bantuan bagi penyelesaian dan penyempurnaan bangunan Katedral di Dili, pengadaan 10.200 buah buku agama, dan penyelenggaraan studi perbandingan dari beberapa orang pemuka agama untuk melihat, mengkaji dan meng-amalkan pola kerukunan hidup beragama sebagaimana yang te-lah diterapkan di daerah lainnya di Indonesia. Fasilitas pra-sarana fisik bidang keagamaan juga dibangun, di antaranya Kantor Departemen Agama di Bobonaro dan Balai Nikah dan Pena-sihat Perkawinan di Dili.

Pembangunan bidang agama di Timor Timur pada tahun 1988/89 diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana pe-nunjang kehidupan beragama serta kerukunan hidup beragama. Untuk itu dalam tahun 1988/89 telah dilaksanakan pembangunan gedung Balai Nikah dan Penasehatan Perkawinan, bantuan reha-bilitasi dan pembangunan 25 tempat ibadah, serta pembangunan gedung Kantor Departemen Agama di Liquisa. Penyelenggaraan studi perbandingan dari beberapa pemuka agama juga dilanjut-kan dengan sasaran 10 orang pemuka agama ke beberapa propin-si, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

XIV/37

Page 38: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

F. PENATAAN RUANG

1. Umum

Guna memenuhi prinsip-prinsip pembangunan yang berkelan-jutan diperlukan kegiatan penataan ruang. Penataan ruang sen-diri diselenggarakan melalui kegiatan perencanaan tata ruang dan penyusunan program perwujudan ruang yang optimal. Kegiat-an, jenis, intensitas, dan lokasi pembangunan perlu dipadukan melalui penataan ruang yang baik, terutama di wilayah-wilayah yang intensitas pemanfaatan ruangnya tinggi dan laju perkem-bangannya pesat. Dengan penataan ruang yang baik dapat dihin-darkan berbagai kegiatan yang tidak perlu, baik dalam pelak-sanaan pembangunan maupun dalam pemanfaatan serta pemelihara-an hasil-hasilnya.

Sebagai dasar pelaksanaan pembangunan, maka penataan ru-ang perlu diawali dengan perencanaan tata ruang yang rinci, yang kemudian diikuti dengan kegiatan pengendalian pemanfaat-an ruang secara konsisten. Kesemuanya ini menuntut sikap tanggap dan peran serta aktif masyarakat serta keterbukaan semua pihak yang tersangkut. Selanjutnya rencana tata ruang perlu selalu dikaji kembali dan disempurnakan melalui penin-jauan ulang secara berkala.

2. Perencanaan Tata Ruang

Rencana tata ruang disusun dengan maksud untuk dijadikan landasan spasial dalam memadukan dan mengoptimalkan rencana pembangunan setiap wilayah. Untuk itu perencanaan tata ruang dilaksanakan dalam beberapa tingkat sesuai dengan kedalaman masalah yang ada dan sehubungan dengan keterpaduan pembangun-an yang diperlukan. Perencanaan tata ruang pada tingkat ter-tinggi yang mencakup seluruh wilayah nasional adalah dalam bentuk perencanaan struktur wilayah nasional. Rencana tata ruang ini mengandung rumusan mengenai bagian-bagian wilayah nasional beserta fungsi, kontribusi, dan interdependensi ma-sing-masing wilayah dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Pada tingkat terendah, perencanaan ini mencakup suatu kawasan atau bagian kawasan tertentu dan berbentuk perencanaan umum atau detail atau teknik tata ruang kawasan. Rumusan perenca-naan ini mengandung penetapan fungsi, kontribusi, interdepen-densi, dan perkiraan kebutuhan lahan masing-masing unsur ke-giatan dalam ruang kawasan bersangkutan. Sejauh diperlukan, dan sesuai dengan tingkat perkembangan wilayah yang bersang-kutan, di antara kedua tingkat tersebut dapat dilaksanakan

XIV/38

Page 39: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

perencanaan tata ruang dengan ruang lingkup dan kedalaman yang berbeda-beda.

Pada akhir Repelita III (1983/1984) kegiatan perencanaan tata ruang telah dapat menyelesaikan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) untuk 30 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) di 22 propinsi, Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) untuk 5 Wilayah Pengembangan (WPP) di 3 propinsi, Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) untuk 6 Satuan Kawasan Pembangunan (SKP) di 4 propinsi, Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan (RUTRP) di 20 kota, Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) di 5 kawasan, dan Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) di 2 kawasan.

Dalam Repelita IV kegiatan perencanaan tata ruang telah dilakukan bagi daerah-daerah yang belum direncanakan penda-laman atas beberapa rencana yang telah ada, serta pengkajian prosedur perencanaan untuk memantapkan koordinasi penyeleng-garaannya. Pada tahun 1985/86 telah dapat diselesaikan sua-tu rumusan strategi nasional pembangunan perkotaan. Salah satu tindak lanjut operasionalisasi strategi tersebut adalah Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (PPPKT), yang sam-pai dengan tahun 1988/89 telah meliputi beberapa kelas kota, yaitu, Metropolitan, Kota Besar, Kota Sedang dan Kota Kecil. Di samping itu telah pula dilakukan beberapa perencanaan tata ruang kawasan khusus, antara lain Kawasan Bopunjur (Bogor-Puncak - Cianjur), Kawasan Industri Lhok Seumawe, dan Kawasan Industri Gresik.

Pada akhir Repelita IV (1988/89) telah diselesaikan Ren-cana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Tahap V berupa Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi di 26 propinsi. Di tingkat pe-rencanaan daerah telah diselesaikan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) untuk 6 kabupaten, Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) untuk 2 kawasan, dan Rencana Teknik Ruang Dae-rah (RTRD) untuk 2 kawasan. Di tingkat perencanaan kota dise-lesaikan Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan (RUTRP) untuk 12 kota, Rencana Detail Tate Ruang Kota (RDTRK) untuk 15 kawasan, dan Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) untuk 3 kawasan.

Di samping hal-hal di atas dalam tahun 1988/89 telah pu-la dirintis usaha penyusunan Strategi Nasional Pengembangan Pola Tata Ruang. Strategi ini diharapkan nantinya akan dapat menjadi pedoman bagi keseluruhan kegiatan penataan ruang, baik untuk jangka panjang, jangka menengah maupun untuk jangka pendek. Kebutuhan akan strategi ini sangat dirasakan mengingat telah timbulnya berbagai permasalahan tata ruang yang

XIV/39

Page 40: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

dihadapi pada akhir Repelita IV, seperti belum memadainya pe-nanganan beberapa ekosistem yang perlu dilindungi, pemanfaat-an sumber daya yang melampaui daya dukungnya di beberapa ka-wasan tertentu, dan tingkat perkembangan daerah yang masih kurang seimbang. Usaha-usaha yang telah dilakukan dalam tahun terakhir Repelita IV ini antara lain meliputi penetapan ka-wasan-kawasan lindung, penyempurnaan strategi pembangunan perkotaan, pengidentifikasian kawasan-kawasan strategis di setiap propinsi dalam rangka optimalisasi kawasan budi daya untuk keperluan permukiman dan produksi, serta penyempurnaan rancangan undang-undang tata ruang.

3. Kegiatan Penunjang Penataan Ruang

Untuk menunjang kegiatan penataan ruang wilayah, daerah, kawasan, dan kota telah dilakukan berbagai pembinaan serta latihan bagi tenaga-tenaga pemerintah pusat dan daerah dalam penataan ruang, penyusunan pedoman teknik dan prosedur penyu-sunan rencana tata ruang, serta pembinaan institusi penataan ruang di pusat maupun di daerah.

Pada akhir Repelita III telah dilaksanakan pembinaan unit perencanaan di semua propinsi dan pembangunan 4 unit Pu-sat Informasi dan Dokumentasi (PUSIDO) penataan ruang, yaitu di Bukittinggi, Jakarta, Denpasar, dan Ujung Pandang. Selain itu telah ditingkatkan pula kemampuan tenaga penataan ruang melalui pendidikan berpredikat D-III dan S-2 untuk 20 orang petugas dan latihan keterampilan serta kursus untuk 30 orang petugas. Seperti yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun se-belumnya, usaha peningkatan kemampuan unit perencanaan di se-luruh propinsi masih tetap dilakukan. Begitu pula usaha pe-ningkatan untuk unit-unit PUSIDO yang telah dirintis di Bu-kittinggi, Jakarta, Denpasar, dan Ujung Pandang.

Usaha peningkatan kemampuan tenaga penataan ruang pada tahun 1988/89 dilakukan melalui program S-2 untuk 3 orang, program pendidikan D-III untuk 16 orang petugas dan latihan keterampilan serta kursus penataan ruang untuk 235 orang. Dengan demikian selama lima tahun terakhir (1984/85 - 1988/89) telah dilatih dan dididik sebanyak 562 orang berpre-dikat sertifikat, 39 orang berpredikat D-III dan 40 orang berpredikat S-2.

XIV/40

Page 41: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

G. PENATAAN AGRARIA

1. Umum

Selama Repelita IV penataan agraria yang meliputi ke-giatan penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah, telah me-nunjukkan perkembangan yang semakin baik. Pemanfaatan tanah telah makin dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan, meskipun belum terwujud sepenuhnya. Dalam pada itu, melalui upaya lintas sektoral, kesesuaian penggunaan tanah telah dapat ditingkatkan, serta kerusakan dan kemerosotan kesuburan tanah mulai dapat ditekan. Selain itu usaha ke arah terwujudnya catur tertib pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup, terus dilanjutkan. Kemajuan yang telah dicapai dalam hal penggunaan, penguasaan, pemilikan dan pengalihan hak atas tanah telah semakin terasa dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan dalam penyelenggaraan penataan agraria. Dengan terwujudnya catur tertib pertanahan, maka diharapkan kegiatan pembangunan akan dapat didorong dan diperlancar, baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.

2. Pengembangan Tata Guna Tanah

Pengembangan Tata Guna Tanah terdiri dari dua macam ke-giatan pokok yaitu pemetaan penggunaan tanah dan pemetaan ke-mampuan tanah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan masukan dalam penyusunan rencana penggunaan tanah yang efisien bagi berbagai keperluan pembangunan dan yang sesuai dengan persediaan dan kemampuan tanah. Pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) telah diselesaikan pemetaan penggunaan tanah pedesaan seluas 90.180 km2, pemetaan kemampuan tanah seluas 11.103 km2, pemetaan penggunaan tanah perkotaan di 13 kotamadya, 12 kabupaten dan 84 kota kecamatan.

Dalam Repelita IV kebijaksanaan Tata Guna Tanah lebih ditekankan pada pelaksanaan tertib penggunaan tanah, suatu usaha yang telah dimulai dalam Repelita III. Tertib penggunaan tanah adalah penggunaan tanah yang sesuai dengan perencanaan, persediaan, kemampuan dan peruntukannya. Untuk maksud tersebut, selama Repelita IV telah dilaksanakan pemetaan peng-gunaan tanah pedesaan seluas 187.141 km2, pemetaan kemampuan tanah seluas 65.280 km2, pemetaan penggunaan tanah perkotaan di 856 lokasi atau kota, penghitungan produktivitas tanah di 135 kabupaten, serta pemetaan untuk menunjang berbagai

XIV/41

Page 42: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

kegiatan di sektor-sektor lainnya. Di samping itu juga telah dipetakan penggunaan tanah secara rinci di kawasan Bogor - Puncak - Cianjur seluas 1.350 ha pada tahun 1988/89 guna me-nunjang usaha pengendalian pembangunan di kawasan Puncak. Usaha penunjangan sektor lain di antaranya meliputi pengukur-an dan pemetaan penggunaan tanah untuk proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) seluas 504.600 ha, Proyek Peremajaan, Rehabili-tasi dan Perluasan Tanaman Ekspor (PRPTE) seluas 109.477 ha, proyek pengembangan perkebunan karat rakyat (SRDP) seluas 31.819 ha, proyek pengembangan kebun kelapa rakyat (SCDP) seluas 19.664 ha, dan pencetakan sawah seluas 66.651 ha.

Dalam Repelita V kebijaksanaan Tata Guna Tanah lebih di-arahkan untuk menunjang usaha-usaha pembangunan dan pengem-bangan rencana tata ruang. Usaha pengumpulan data pertanahan akan ditingkatkan dalam suatu sistem informasi geografis yang lebih luas, baik dalam skala kecil maupun skala besar, se-hingga berbagai sektor dapat memanfaatkannya secara lebih mu-dah. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini ada-lah keterbatasan kemampuan aparat pelaksana dan kekurangan peralatan teknis. Untuk mengatasi masalah ini, maka Pemerin-tah akan memanfaatkan sebaik-baiknya bantuan teknis dari ne-gara sahabat, terutama dalam penggunaan teknologi yang lebih maju. Di samping itu akan diusahakan penambahan peralatan teknis secara bertahap.

3. Penataan Agraria

Penataan agraria dilaksanakan dalam rangka menjamin ter-selenggaranya tertib penguasaan dan pemilikan tanah serta pengalihan hak atas tanah, dan untuk mewujudkan kepastian hak dan kepastian hukum atas tanah secara cepat dan merata. Se-jalan dengan itu penataan agraria juga dimaksudkan untuk me-nyelenggarakan pendaftaran tanah secara sederhana, mudah dan tertib. Dengan adanya tertib penggunaan, pemilikan dan peng-alihan hak atas tanah, maka ketertiban ini diharapkan dapat mendorong dan memperlancar usaha-usaha pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Penataan agraria meliputi beberapa kegiatan, yaitu penertiban dan peningkatan pengurusan hak tanah (P3HT), pendaftaran tanah (PT), pengembangan landreform, dan penerbitan sertifikat se-cara masal (PRONA).

Kegiatan pokok penertiban dan peningkatan pengurusan hak atas tanah ditekankan pada pembuatan surat keputusan berbagai bentuk hak atas tanah, seperti hak guna usaha, hak guna ba-

XIV/42

Page 43: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

ngunan, hak pengelolaan, dan hak milik. Melalui kegiatan ini pada tahun 1984/85 telah diselesaikan penerbitan sebanyak 41.235 surat keputusan (SK) mengenai berbagai bentuk hak atas tanah dan penerbitan sebanyak 832.000 sertifikat tanah. Pada tahun 1988/89 telah diselesaikan penerbitan surat keputusan sebanyak 15.239 SK dan sebanyak 894.000 sertifikat tanah. Se-cara keseluruhan selama Repelita IV (1984/85 - 1988/89) telah diterbitkan 105.259 SK dan 4.353.000 sertifikat.

Pendaftaran tanah terdiri dari kegiatan pengukuran dan pemetaan situasi tanah. Kegiatan ini meliputi pembuatan peta dasar teknik, baik yang dilakukan secara terestris maupun se-cara fotogrametris, serta pembuatan peta foto dan peta garis. Pada tahun 1984/85 telah diselesaikan pembuatan peta dasar teknik secara terestris yang mencakup areal seluas 58.075 ha. Selanjutnya selama tiga tahun berikutnya telah dipetakan areal seluas 107.693 ha, dan pada tahun 1988/89 seluas 33.760 ha. Pada tahun 1984/85 dilakukan pembuatan pets dasar teknik se-cara fotogrametris yang mencakup areal seluas 48.000 ha. Se-lanjutnya selama tiga tahun berikutnya telah dipetakan areal seluas 66.000 ha, dan pada tahun 1988/89 seluas 10.000 ha. Dengan demikian selama Repelita IV telah dibuat peta dasar teknis secara terestris seluas 199.528 ha, dan secara foto-grametris seluas 124.000 ha. Selain itu selama Repelita IV juga telah selesai dilakukan pembuatan foto udara di 100 kota dan pembuatan peta garis di 56 kota.

Melalui pengembangan landreform pada tahun 1988/89 telah dilakukan pelaksanaan redistribusi tanah obyek landreform se-luas 127 km2, pelaksanaan perjanjian, bagi hasil tanah perta-nian di 5 kabupaten, identifikasi penguasaan dan pemilikan tanah pedesaan seluas 5.730 km2, identifikasi penguasaan dan pemilikan tanah perkotaan seluas 350 ha, identifikasi tanah negara seluas 2.240 ha, pelaksanaan konsolidasi tanah perko-taan di 9 lokasi, penyelesaian sengketa landreform sebanyak 21 kasus, dan penertiban administrasi landreform sebanyak 5.800 KK.

Dalam rangka pemberian sertifikat tanah secara mudah dan murah yang ditujukan bagi masyarakat golongan ekonomi le-mah, maka pada tahun 1988/89 telah diterbitkan 44.560 serti-fikat tanah dan selama Repelita IV dapat diterbitkan 763.758 sertifikat tanah milik rakyat.

XIV/43

Page 44: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

H. PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAH

1. Umum

Pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah harus di-rencanakan, dikoordinasikan, dikendalikan dan dipantau oleh berbagai pihak, terutama oleh Pemerintah Daerah sendiri. Un-tuk menjalankan tugas-tugas tersebut dibutuhkan aparatur Pe-merintah Daerah yang berkemampuan tangguh dan dengan jumlah yang memadai, sehingga mereka dapat memecahkan berbagai masa-lah-masalah yang terdapat di daerah secara efisien.

Usaha untuk meningkatkan kemampuan dan jumlah aparatur tersebut dilaksanakan antara lain dengan peningkatan pendi-dikan dan pelatihan di dalam maupun di luar negeri, penambah-an tenaga, serta penyempurnaan struktur organisasi dan lem-baga yang ada.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Pembangunan daerah yang merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional semakin hari semakin kompleks dan menuntut adanya koordinasi perencanaan yang juga harus sema-kin mantap. Kebutuhan akan adanya koordinasi tersebut sangat terasa dengan semakin meningkatnya jumlah dan jenis kegiatan serta hasil-hasil pembangunan di daerah. Oleh karena itu pada tahun 1974 dibentuklah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) pada tiap-tiap Daerah Tingkat I berdasarkan Keppres No. 15 Tahun 1974. Secara garis besar Bappeda berfungsi untuk membantu Gubernur Kepala Daerah dalam mengkoordinasikan ber-bagai kegiatan perencanaan pembangunan di daerah serta me-lakukan penilaian atas pelaksanaannya. Keppres tersebut kemu-dian disempurnakan dengan Keppres No. 27 Tahun 1980 mengenai pembentukan Bappeda Tingkat II.

Sekalipun telah dibentuk Bappeda Tingkat I dan Bappeda Tingkat II namun kemampuan tenaga yang ada masih jauh dari yang diharapkan. Usaha-usaha peningkatan keterampilan dan ke-mampuan aparat Bappeda Tingkat I dan II akan terus dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, baik di dalam maupun di lu-ar negeri. Selama Repelita III telah disusun materi untuk berbagai kursus pelatihan bagi aparat Bappeda Tingkat II, dan selama Repelita IV telah pula dilaksanakan pelatihan dan kur-sus orientasi bagi para kepala bidang penelitian dan monitor-ing, termasuk kursus orientasi pemahaman berbagai peraturan dan Keppres.

XIV/44

Page 45: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

3. Pendidikan dan Latihan Pegawai

Pendidikan dan latihan (diklat) kedinasan merupakan sa-lah satu upaya penting dari program pembinaan aparatur. Tu-juannya adalah untuk memberikan nilai tambah terhadap keah-lian dan keterampilan yang dipunyai sehingga dapat lebih efisien, efektif, bersih dan berwibawa dalam menjalankan tu-gas umum pemerintahan dan pembangunan. Di samping itu pendi-dikan dan pelatihan juga dimaksudkan untuk membentuk dan mem-bina sikap mental, kepribadian dan pengabdian kepada Peme-rintah dan masyarakat yang dilayani. Kegiatan pendidikan dan latihan ini telah berlangsung sejak Repelita I dan akan di-laksanakan secara terus menerus, baik yang diselenggarakan di tingkat pusat maupun daerah.

Selama Repelita IV usaha-usaha pendidikan dan latihan yang telah dilaksanakan di lingkungan Departemen Dalam Negeri meliputi diklat tingkat akademis, diklat penjenjangan yang berorientasi pada jenjang jabatan, serta pendidikan kader dan kursus-kursus baik di pusat maupun di daerah. Peserta Diklat adalah aparatur Daerah Tingkat II, Kecamatan, serta Desa dan Kelurahan. Selama Repelita IV telah dididik dan dilatih se-banyak 24.725 pegawai, dengan rincian 4.770 orang pada tahun 1984/85, 6.904 orang pada tahun 1985/86, 5.593 pada tahun 1986/87, 2.488 orang pada tahun 1987/88 dan 4.970 orang pada tahun 1988/1989. Menurut jenisnya maka pelaksanaan pendidikan dan pelatihan selama Repelita IV dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Diklat Akademis yang diikuti oleh 1.731 orang di IIP, 5.368 orang di APDN, 995 orang di Akademi Agraria dan 26 orang dalam program S-2 dan S-3.

b. Diklat Penjenjangan (Sepala, Sepadya dan Sespa) yang di-ikuti oleh 2.360 orang.

c. Diklat teknis fungsional yang meliputi bidang-bidang pendidikan dan pelatihan administrasi perkantoran, kepegawaian, keuangan, keagrariaan dan berbagai kursus yang lain, yang kesemuanya diikuti oleh 11.030 orang.

d. Diklat Orientasi/penataran yang diikuti oleh 1.365 orang.

XIV/45

Page 46: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

e. Diklat Persiapan Pegawai atau latihan Prajabatan bagi calon pegawai negeri sipil di lingkungan Departemen Dalam Negeri yang diikuti oleh 1.664 orang.

f. Diklat di luar negeri yang diikuti oleh 186 orang.

Di samping itu sejak tahun 1982/83 telah diselenggarakan Latihan Keuangan Daerah (LKD) dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi aparat keuangan Daerah Tingkat I dan Tingkat II seluruh Indonesia. Selama Repelita IV LKD dan KKD telah diikuti oleh masing-masing oleh 327 orang dan 116 orang pe-jabat Daerah Tingkat I dan Tingkat II.

Dalam rangka meningkatkan mutu pars lulusan pelatih-an dan kursus di daerah, secara terus menerus telah dila-kukan usaha-usaha penyempurnaan kurikulum dan pembinaan te-naga pengajar di seluruh diklat daerah. Untuk pembinaan te-naga pengajar telah ditatar 4 orang dari Diklat Wilayah dan 20 orang dari Diklat Propinsi.

4. Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah

Sejak awal Repelita I hingga tahun pertama Repelita V pembangunan prasarana fisik pamong praja ditempuh melalui ke-bijaksanaan pembiayaan secara patungan antara pemerintah pu-sat dan pemerintah daerah. Di samping itu sejak Repelita III telah ditempuh kebijaksanaan untuk mengutamakan pembangunan prasarana fisik di luar Jawa, terutama untuk kantor dan rumah camat di daerah-daerah yang terpencil atau sulit dijangkau, seperti di Indonesia bagian Timur. Namun demikian karena ter-batasnya prasarana dan sarana perhubungan ke daerah-daerah tersebut, serta sulitnya mendapatkan bahan bangunan dan pem-borong yang mampu dari daerah setempat, maka jumlah prasarana fisik yang telah dibangun di wilayah tersebut masih belum cukup memenuhi semua kebutuhan yang ada di daerah. Selain dari kantor camat dan rumah jabatan camat juga disediakan dana untuk pembangunan kantor bupati dan walikota, kantor pembantu gubernur di daerah-daerah yang sulit dijangkau dan sulit kemungkinannya untuk dapat menyewa dari masyarakat.

Selama periode 1984/1985 sampai dengan 1987/1988 telah dibangun kantor camat, rumah jabatan camat, kantor bupati, kantor walikotamadya, dan kantor pembantu gubernur sebanyak 436 buah. Dalam tahun 1988/89 prasarana fisik pamong praja yang telah dibangun ialah 6 kantor bupati atau walikota, 26 Kantor Camat dan 11 rumah jabatan Camat.

XIV/46

Page 47: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

I. PENELITIAN DAERAH DESA DAN KOTA

1. Umum

Penelitian Daerah, Desa dan Kota dilaksanakan untuk me-ngembangkan berbagai teknik, metode, tata cara, dan konsepsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah, desa dan kota. Hasil dari berbagai penelitian tersebut dimak-sudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna para pe-ngelola daerah, desa dan kota di dalam menjalankan tugas-tu-gas mereka di bidang pemerintahan umum dan pembangunan. Ke-giatan penelitian dan pengembangan selama Repelita IV yang dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri meliputi penelitian tentang masalah pemerintahan daerah dan masalah pertanahan. Di samping itu telah pula dilaksanakan berbagai studi pengem-bangan regional yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang tepat dan yang diperlukan dalam menentukan kebijakan pembangunan di berbagai daerah, serta untuk keperluan penata-an pemerintahan kota.

2. Penelitian tentang masalah Pemerintahan Daerah

Selama Repelita IV telah dilaksanakan berbagai proyek penelitian tentang masalah Pemerintahan Daerah yang meliputi:

1. Penelitian mengenai susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Daerah, identifikasi masalah pemerintahan dan pembangunan di daerah, peraturan perundang-undangan di daerah, serta kelembagaan dan ketatalaksanaan dinas-dinas Dati II.

2. Penelitian mengenai pengembangan otonomi Daerah Ting-kat II untuk mendapatkan prakonsep model Dati II dan masukan bagi penyusunan RPP tentang pelaksanaan otonomi. Kegiatan ini telah dilaksanakan melalui kerja sama dengan beberapa Universitas Negeri.

3. Penelitian mengenai pembinaan politik dalam negeri, yang antara lain mencakup peningkatan partisipasi rakyat da-lam pemilu serta penataan dan pembinaan organisasi kema-syarakatan.

4. Penelitian mengenai pemerintahan desa, yang mencakup sumber pendapatan pemerintah desa, peranan kelembagaan masyarakat di desa, masalah pemerintahan dan pembangunan desa serta penyelenggaraan rumah tangga desa.

XIV/47

Page 48: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

5. Penelitian mengenai organisasi pemerintah kota, yang mencakup status pemerintahan kota administratif, masalah sosial daerah perkotaan dan pembangunan pada kotamadya Dati II.

6. Penelitian tentang Keuangan Daerah, yang mencakup pengaruh pembatasan pungutan daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah, peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Kotamadya Dati II, sistem penyaluran bantuan keuangan daerah serta mekanisme pengelolaan Keuangan Daerah.

Selama Repelita IV kegiatan penelitian mengenai masalah Pemerintahan Daerah yang telah dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri berjumlah 56 judul, dan 8 judul di antaranya di-laksanakan dalam tahun anggaran 1988/89.

3. Penelitian tentang masalah Pertanahan

Penelitian tentang masalah pertanahan yang telah dilak-sanakan selama Repelita IV mencakup kebijaksanaan pertanahan dan penataan tanah untuk pembangunan. Kegiatan penelitian di bidang pertanahan ini mencakup penelitian mengenai:

a. kebijaksanaan pertanahan dalam rangka menunjang penda-patan negara,

b. usaha peningkatan fungsi pelayanan kepada masyarakat,

c. sistem pusat informasi pertanahan yang bertujuan untuk menyimpan dan menyajikan data pertanahan yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan.

Penelitian mengenai sistem informasi pertanahan telah diselenggarakan selama dua tahun terakhir dari Repelita IV dan telah dilakukan uji coba di Semarang. Kegiatan penelitian tentang masalah pertanahan lainnya yang dilaksanakan adalah penataan tanah untuk pembangunan. Kegiatan penelitian ini mencakup kemungkinan konsolidasi tanah perkotaan yang pada tahun terakhir Repelita IV telah melakukan beberapa kegiatan uji coba untuk mendapatkan model terapan melalui suatu petak percontohan di daerah perkotaan.

Selama Repelita IV telah dilaksanakan kegiatan peneliti-an tentang masalah pertanahan sebanyak 20 judul, 4 judul di antaranya dilaksanakan dalam tahun anggaran 1988/89. Selain kegiatan penelitian, juga telah dilaksanakan penelitian pus-

XIV/48

Page 49: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan

taka yang menghasilkan beberapa tulisan yang menyangkut masa-lah pertanahan.

4. Studi Pengembangan Regional

Studi pengembangan regional yang dilaksanakan selama Re-pelita IV, antara lain, meliputi studi pengembangan regional untuk propinsi-propinsi Irian Jaya, Sulawesi Tenggara, Malu-ku, Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Utara dan Riau. Studi tersebut bertujuan untuk memberikan masukan bagi penyusunan kebijaksanaan pembangunan daerah dalam kerangka pembangunan nasional. Dalam pelaksanaannya studi tersebut me-ngumpulkan berbagai data dan informasi tentang potensi, per-masalahan, dan kendala dari berbagai keadaan dan perkembangan fisik, ekonomi dan sosial di suatu wilayah. Hasil analisa da-ri berbagai data dan informasi tersebut dipergunakan sebagai masukan bagi perumusan kebijaksanaan pembangunan wilayah, identifikasi kawasan-kawasan serta sektor strategis di wila-yah tersebut serta menyusun berbagai program dan proyek yang sesuai. Selain studi pengembangan regional, maka dalam Repe-lita IV telah pula dilaksanakan studi dan penelitian mengenai penataan pemerintahan kota. Studi dan penelitian ini dimak-sudkan untuk meningkatkan daya guna sistem penyelenggaraan pemerintahan kota yang sejalan dengan pertumbuhan dan perkem-bangan kotanya. Kegiatan studi ini diarahkan, antara lain, kepada penelitian mengenai peningkatan status kota, yaitu da-ri kota kecamatan menjadi kota administratif, mengenai per-luasan wilayah administrasi kotamadya dan pemindahan ibu kota kabupaten yang berlokasi di wilayah suatu kotamadya, serta mengenai penyusunan suatu sistem informasi perkotaan.

XIV/49

Page 50: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewDi samping itu pada tingkat Desa juga telah dilaksanakan kursus dan latihan bagi para Kepala Desa dan Kader Pembangunan Desa. Peningkatan