pembahasan iv.1 survey pendahuluan merk berbeda.thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00473-ak...
TRANSCRIPT
35
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Survey Pendahuluan
PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang
distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan
bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda.
Pelaksanaan audit operasional pada PT. Anugerah Indah Makmur dimulai
dengan tahap survey pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang
beruhubungan dengan pengelolaan persediaan dan informasi tersebut dapat
digunakan sebagai dasar dalam menyusun tahap-tahap audit berikutnya serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi.
Tujuan dari kegiatan survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis
dimaksudkan untuk:
1. Meminta informasi mengenai kebijakan dan prosedur perusahaan yang
berkaitan dengan kegiatan pengelolaan persediaan.
2. Mengetahui situasi dan kondisi perusahaan serta cara kerja dari fungsi-fungsi
yang berkaitan dengan audit operasional.
3. Mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner.
36
Prosedur yang dilakukan pada survey pendahuluan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pembicaraan dan permintaan izin kepada pemilik perusahaan atau
pengelola perusahaan dan menjelaskan tujuan dan data-data apa saja yang
nantinya akan dibutuhkan untuk membantu proses pelaksanaan skripsi.
2. Mengumpulkan data dan informasi mengenai :
a. Sejarah perusahaan
b. Struktur organisasi perusahaan
c. Tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan
d. Daftar supplier perusahaan
e. Produk-produk yang diperdagangkan
f. Kebijakan dan prosedur perusahaan yang berhubungan dengan
pengelolaan persediaan
3. Melakukan observasi secara langsung ke bagian yang mengelola persediaan
seperti bagian gudang dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
Selain pengamatan atas aktivitas yang dilakukan, juga diajukan beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan pengelolaan persediaan yang
dilakukan oleh PT. Anugerah Indah Makmur.
4. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang atas pengelolaan
persediaan seperti kepala gudang,bagian pembelian dan bagian penjualan
mengenai prosedur pemesanan, penerimaan, penyimpanan dan tata letak,
pengeluaran dan pengawasan fisik persediaan.
37
5. Mempelajari informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai
prosedur pemesanan, penerimaan, penyimpanan dan tata letak, pengeluaran
dan pengawasan fisik persediaan.
6. Memberikan pertanyaan dengan menggunakan kuesioner yang telah
dirancang sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat menggambarkan apa
yang terjadi di bagian pengelolaan persediaan.
7. Melihat secara langsung tata letak dan cara penyimpanan barang-barang yang
ada di gudang.
8. Mengevaluasi hasil wawancara, pengamatan yang dilakukan dan kuesioner.
9. Membuat rangkuman atas temuan-temuan yang diperoleh.
IV.2. Evaluasi Pengendalian Internal atas Pengelolaan Persediaan
Pada tahap ini dilakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil wawancara,
pengamatan dan kuesioner terhadap sistem pengendalian internal atas
pengelolaan persediaan yang diterapkan perusahaan. Untuk memperoleh data
mengenai kegiatan pengelolaan persediaan pada PT. Anugerah Indah Makmur,
maka dilakukan dengan menyampaikan kuisioner tentang pengendalian internal.
Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai hal-hal umum di perusahaan dan
pengelolaan persediaan. Kuisioner tersebut dibagikan kepada bagian yang
bersangkutan. Jawaban tersebut dijawab dengan memberikan tanda pada jawaban
“Y” yang berarti YA dan “T” yang berarti TIDAK. Apabila dijawab “YA”
berarti pengendalian internal perusahaan baik, sebaliknya jika dijawab “TIDAK”
berarti pengendalian internal perusahaan kurang baik.
38
Dari jawaban yang diperoleh dalam kuisioner akan diambil kesimpulan
mengenai kemungkinan lemah atau tidaknya pengendalian internal atas
pengelolaan persediaan dimulai dari barang masuk kemudian menjadi persediaan
digudang sampai barang keluar dari gudang. Apabila terdapat kelemahan yang
ditemukan maka penulis akan berusaha mencari cara mengatasi kelemahan dan
memberikan saran-saran perbaikan kepada perusahaan. Daftar kuisioner
terlampir dalam L1.
Dari hasil kuisioner dalam L1, dapat diketahui bahwa perusahaan secara
umum telah memiliki kebijaksanaan serta prosedur pengelolaan persediaan. Hal
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagian gudang membuat purchase requisition atas persetujuan dari
atasan.
2. Setiap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penerimaan dan
pengeluaran barang akan diotorisasi oleh pimpinan.
3. Adanya pencocokan jumlah persediaan dengan kartu stock untuk
mencegah terjadinya pencurian dan kecurangan dalam persediaan.
4. Secara berkala (setiap bulan) dilakukan stock opname pada persediaan.
5. Apabila terjadi retur, bagian gudang langsung memberi konfirmasi
melalui surat jalan dari supplier dan melaporkannya kepada bagian
accounting.
6. Pada saat melakukan stock opname, dilakukan tidak hanya oleh bagian
gudang saja tapi juga oleh bagian accounting.
39
7. Estimasi pembelian untuk barang fast moving dilakukan stock dengan
pertimbangan jadwal kedatangan supplier.
8. Bagian penerimaan barang bekerja dengan baik.
Bagian penerimaan selalu melakukan pengecekan atas
kuantitas dan kualitas dari b a r a n g yang datang dengan teliti
dan melakukan pencocokan dengan surat jalan, setelah itu
barang dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan barang.
B a r a n g yang kurang atau lebih segera dilaporkan kepada
bagian pembelian untuk dilakukan konfirrmasi kepada
supplier. Bagian penerimaan juga melakukau pencatatan pada
surat pengantar barang bahwa barang yang diterima perusahaan
telah sesuai, kelebihan, atau kurang.
9. Digunakannya formulir- formulir yang prenumbered (bernomor urut
cetak), seperti puchase order, purchase requisition, surat jalan, bukti
penerimaan barang, bukti pesanan barang, faktur penjualan.
Selain itu, terdapat pula kelemahan- kelemahan pada pengendalian
internal atas persediaan pada perusahaan. Untuk itu penulis mencoba untuk
mendeteksi kelemahan-kelemahan yang ada guna untuk mencari pemecahan
masalah yang diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dan
dapat berguna bagi perusahaan itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa
kelemahan-kelemahan yang berhasil ditemukan oleh penulis, yaitu:
40
1. Tidak terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam
fungsi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang.
Bagian penerimaan menjadi satu dengan bagian penyimpanan dan
pengeluaran barang yang dilakukan oleh bagian gudang, dan sistem
keamanan gudang lemah.
2. Sering ditemukan selisih stock yang cukup besar
Bagian gudang selalu melakukan stock opname secara berkala. Setelah
dilakukan wawancara dengan kepala gudang, diperoleh informasi bahwa
sering terjadi selisih kuantitas antara stock fisik dengan program
akuntansi.
3. Tidak ada prosedur operasional standar (SOP) mengenai persediaan
barang yang tertulis sebagai manual.
4. Terjadi penumpukan barang di gudang.
IV.3. Prosedur Audit Operasional atas Pengelolaan Persediaan
Prosedur audit merupakan rincian langkah-langkah yang dilakukan oleh
auditor dalam megumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti. Untuk mendapatkan
bahan bukti yang kompeten serta untuk menilai efisiensi, efektivitas dan
ekonomis dalam pelaksanaan pengelolaan persedian yang diterapkan oleh PT.
Anugerah Indah Makmur, maka ditetapkan tujuan dan prosedur audit sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan atas kebijakan pengelolaan persediaan
41
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk menilai apakah kebijakan
pengelolaan persediaan yang ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan
telah cukup memadai sehingga memungkinkan pelaksanaan pengelolaan
persediaan yang efektif, efisien dan ekonomis.
Prosedur audit :
a. Melakukan wawancara dengan Top Management untuk mengetahui
apakah perusahaan memiliki kebijakan dalam pengelolaan persediaan
yang dituangkan secara lisan dan tulisan.
b. Dari hasil wawancara tersebut, dilakukan evaluasi terhadap kebijakan
pengelolaan persediaan yang diterapkan perusahaan dan mendeteksi
kelemahan-kelemahan yang ada dalam kebijakan tersebut yang
menyebabkan pelaksanaan pengelolaan persediaan menjadi tidak
efektif dan tidak efisien.
c. Membuat kesimpulan audit.
2. Pemeriksaan atas penerimaan persediaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk menilai keefektifan
prosedur penerimaan barang yang dilakukan oleh bagian gudang.
Prosedur audit :
a. Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam penerimaan
persediaan untuk mengetahui prosedur penerimaan persediaan.
b. Evaluasi terhadap prosedur penerimaan persediaan serta mendeteksi
kemungkinan kelemahan yang terdapat pada prosedur itu.
c. Melakukan pengujian secara sampling atas catatan penerimaan
persediaan yang dibuat oleh bagian gudang.
42
d. Melakukan obervasi pelaksanaan penerimaan persediaan oleh petugas
yang terkait untuk memastikan bahwa mereka telah menerapkan
kebijakan dan prosedur yang berlaku pada perusahaan.
e. Memeriksa secara sampling Purchase Order yang berfungsi sebagai
pesanan pembelian dan surat jalan yang berfungsi sebagai surat bukti
penerimaan barang, untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
ketidaksesuaian spesifikasi dan kuantitas antara barang yang dipesan
dengan yang diterima.
f. Memeriksa apakah dalam surat jalan yang dipilih secara sampling
tersebut terdapat otorisasi dari bagian gudang.
g. Memeriksa apakah bagian gudang membuat dokumen Bukti
Penerimaan Barang.
h. Mengevaluasi metode pemeriksaan kualitas barang.
i. Menganalisa kemungkinan terjadinya ketidakefektifan dan
ketidakefisienan dalam proses penerimaan persediaan yang dilakukan
oleh bagian gudang.
j. Membuat kesimpulan audit.
3. Pemeriksaan atas penyimpanan persediaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk menilai keefektifan dan
keefisienan dari aktivitas penyimpanan persediaan (pengaturan tata letak
yang baik dan fasilitas gudang yang memadai).
Prosedur audit :
43
a. Melakukan observasi untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
proses penyimpanan persediaan dilaksanakan serta fasilitas yang
tersedia.
b. Melakukan wawancara dengan petugas gudang mengenai bagaimana
proses penyimpanan persediaan yang biasa digunakan oleh
perusahaan.
c. Melakukan evaluasi terhadap proses penyimpanan dan tata letak
persediaan yang diterapkan oleh perusahaan untuk mendeteksi
kelemahan yang dapat terjadi.
d. Melakukan pemilihan barang secara acak kemudian memeriksa
apakah barang tersebut telah disimpan dengan baik.
e. Memeriksa secara sampling apakah setiap barang telah
dikelompokkan sesuai dengan kriterianya masing-masing.
f. Meneliti apakah bagian gudang selalu mencatat perubahan yang
terjadi atas persediaan perusahaan.
g. Membuat kesimpulan audit
4. Pemeriksaan atas pengeluaran persediaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa
proses pengeluaran persediaan sudah dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Prosedur audit :
a. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
proses pengeluaran persediaan untuk mengetahui prosedur
pengeluaran persediaan yang dilakukan oleh perusahaan.
44
b. Melakukan observasi ke gudang untuk melihat apakah semua
karyawan gudang sudah melakukan prosedur pengeluaran persediaan
sesuai dengan kebijakan dan aturan yang telah diterapkan oleh
perusahaan.
c. Memeriksa secara sampling apakah setiap pengeluaran persediaan
selalu disertai dengan dokumen yang sah yang telah diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang.
d. Memeriksa dan mencocokan apakah Rekap Pengeluaran barang sudah
dibuat sesuai dengan dokumen yang sah (Faktur Penjualan).
e. Melihat dan mengecek apakah barang yang dimasukkan ke mobil-
mobil pengangkut sudah diatur berdasarkan faktur penjualan.
f. Melakukan evaluasi terhadap proses pengeluaran persediaan yang
diterapkan perusahaan untuk mendeteksi kelemahan yang dapat
terjadi.
g. Membuat kesimpulan audit.
5. Pemeriksaan atas penghitungan fisik persediaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk menilai apakah
penghitungan fisik persediaan yang dilakukan perusahaan telah dilakukan
secara efektif dan efisien.
Prosedur audit :
a. Melakukan wawancara dengan pihak yang melaksanakan
pemeriksaan persediaan untuk mengetahui prosedur yang diterapkan
oleh perusahaan dalam melakukan penghitungan fisik persediaan.
45
b. Melakukan pengujian secara sampling atas laporan stock opname
yang dibuat oleh Bagian Akuntansi dan Bagian Gudang.
c. Melakukan observasi atas aktivitas penghitungan fisik persediaan
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait untuk memastikan
bahwa kebijakan dan prosedur yang berlaku telah ditaati.
d. Memeriksa apakah telah dilakukan cut-off atas penerimaan dan
pengeluaran persediaan ketika akan melakukan stock opname.
e. Melakukan evaluasi apakah telah dilakukan rekonsiliasi antara hasil
penghitungan fisik persediaan dengan jumlah persediaan pada kartu
persediaan dan program akuntansi.
f. Melakukan analisa terhadap selisih kuantitas persediaan yang
signifikan.
g. Melakukan pengamatan langsung terhadap cara atau prosedur
perusahaan dalam menindaklanjuti atau memproses apabila
ditemukan barang rusak.
h. Menganalisa kemungkinan terjadinya ketidakefektifan dan
ketidakefisienan dalam prosedur penghitungan fisik persediaan.
i. Mengevaluasi prosedur penghitungan fisik persediaan serta
mendeteksi kemungkinan kelemahan yang terdapat dalam rosedur
tersebut.
j. Membuat kesimpulan audit.
6. Pemeriksaan atas pencatatan persediaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk menilai apakah metode
pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan oleh perusahaan
46
mendukung terciptanya pengelolaan persediaan yang efektif, efisien, dan
ekonomis serta untuk mengidentifikasi apakah bagian pencatatan persediaan
telah melaksanakan pencatatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Prosedur audit :
a. Melakukan wawancara dengan bagian akuntansi untuk mengetahui
metode pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan oleh
perusahaan.
b. Mengevaluasi metode pencatatan dan penilaian persediaan tersebut
serta mendeteksi kemungkinan kelemahan yang terdapat di
dalamnya.
c. Melakukan pengujian secara sampling atas pelaksanaan pencatatan
persediaan yang dilakukan oleh pihak yang terkait guna memastikan
bahwa pencatatan yang dilakukan telah mengikuti kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
d. Melakukan pemeriksaan apakah jumlah persediaan yang rusak telah
dikurangkan dari total persediaan yang tertera dalam kartu
persediaan.
e. Membandingkan data yang ada dalam kartu persediaan yang dibuat
oleh bagian gudang dengan catatan persediaan yang dibuat oleh
bagian akuntansi.
f. Membuat kesimpulan audit.
47
IV. 4. Pelaporan atas Temuan Permasalahan dan Rekomendasi Perbaikan
Sebagai tindak lanjut dilakukannya evaluasi dan analisa terhadap hasil
wawancara, observasi, dan penyebaran kuisioner pada PT. Anugerah Indah
Makmur yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis menemukan adanya
beberapa temuan permasalahan dalam proses pengendalian internal atas
pengelolaan persediaan.
Adapun temuan-temuan tersebut akan dijabarkan berdasarkan “Kondisi”
dari kelemahan pengendalian internal perusahaan tersebut yang menyimpang
dari “Kriteria” yang seharusnya terjadi serta penjabaran mengenai “Sebab” dari
terjadinya kelemahan tersebut sehingga berpotensi menimbulkan “Akibat” yang
dapat merugikan perusahaan. Penulis juga akan memberikan “Rekomendasi”
perbaikan atas kelemahan yang terjadi tersebut untuk membantu pihak
manajemen dalam memperbaiki dan menyusun sistem pengendalian internal
perusahaan yang kuat.
Beberapa temuan audit yang diperoleh selama proses audit dilakukan
antara lain :
1. Kelemahan dalam pengendalian internal
Kondisi:
1) Bagian penerimaan menjadi satu dengan bagian penyimpanan dan
pengeluaran barang yang dilakukan oleh bagian gudang. Barang yang
tiba diterima petugas gudang untuk kemudian disimpan di dalam gudang.
Petugas gudang tidak hanya bertanggung jawab terhadap penerimaan
48
barang tetapi juga bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang di
dalam gudang. Dalam pengeluaran barang pun dilakukan oleh orang yang
sama. Sehingga bagian gudang mempunyai tanggung jawab atas
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang di gudang.
2) Setiap ada penerimaan dan pengeluaran barang, bagian gudang membuat
bukti penerimaan barang dan bukti pengeluaran barang kemudian
mencatat di laporan stock harian. Bagian gudang selalu melakukan stock
opname secara berkala bersama dengan staf akuntansi. Pada saat stock
opname, bagian gudang dan bagian akuntansi mencatat jumlah fisik di
gudang persediaan pada tabel persediaan. Stock opname biasa dilakukan
pada pagi hari sekitar pukul 10.00 sampai pukul 15.00. Setelah selesai,
bagian akuntansi membuat laporan stock dari hasil stock opname dan dari
program akuntansi. Namun sering ditemukan ketidaksesuaian jumlah
antara program dan jumlah fisik. Dari hasil wawancara pada L9
berdasarkan pengalaman sebelumnya yang dialami perusahaan,
perusahaan mendapat kerugian kurang lebih sebesar Rp. 5.000.000,00.
Setelah ditelusuri, hal ini disebabkan karena tindak kecurangan yang
dilakukan oleh bagian gudang tersebut. Untuk mengatasi tindak
kecurangan ini perusahaan membebankan kerugian tersebut pada staf
gudang yang bersangkutan.
3) Perusahaan sudah memiliki standar dalam operasional atas persediaan
barang tetapi untuk manual tertulis belum dibukukan dan dicatat sebagai
pedoman dalam operasional perusahaan karena perusahaan masih
tergolong perusahaan kecil sehingga aliran dokumen dan operasional
49
perusahaan dilakukan secara sederhana tanpa memerlukan dasar yang
tertulis.
Kriteria:
1) Seharusnya ada pemisahan tugas antara bagian penerimaan dengan
bagian penyimpanan barang dan pengeluaran karena masing-masing
bagian memiliki tugas yang berbeda. Bagian penerimaan memiliki tugas
dalam memeriksa kualitas barang sedangkan bagian penyimpanan
mempunyai tugas dalam pengelolaaan penyimpanan persediaan dan
bagian pengeluaran barang memiliki tugas dalam memeriksa kualitas
barang yang akan keluar dan memeriksa apakah jumlah yang dikeluarkan
sesuai dengan surat jalan dan faktur. Pemisahan ini juga dilakukan agar
masing-masing bagian dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya dan
memiliki tanggung jawab yang lebih pada apa yang telah menjadi
kewajiban kerjanya. Selain itu dapat meminimalisasi kemungkinan
adanya tindak kecurangan yang dilakukan oleh bagian gudang itu sendiri.
2) Adanya kecocokan antara jumlah fisik saat stock opname dengan
program akuntansi karena data pada program akuntansi pun didapat dari
input pembelian, retur pembelian, penjualan dan retur penjualan sehingga
jumlah persediaan pada program akuntansi dengan jumlah fisik
seharusnya sama.
3) Perusahaan seharusnya memiliki prosedur operasional standar mengenai
persediaan barang sebagai pengendali internal perusahaan jika terjadi
kesalahan dalam operasional dan dapat digunakan sebagai pengendali
atas ukuran kinerja manajemen perusahaan.
50
Sebab:
1) Perusahaan menganggap bagian gudang mampu melakukan dua fungsi
tersebut secara bersamaan. Perusahaan juga akan beranggapan bahwa
lebih efisien apabila penerimaan dan penyimpanan barang yang dibeli
dari supplier dilakukan oleh orang yang sama yaitu bagian gudang, yang
juga akan memudahkan dan mempercepat perusahaan jika ingin bertanya
mengenai persediaan yang ada karena pertanyaan akan ditujukan
langsung kepada bagian gudang.
2) Terjadi kesalahan dalam penghitungan persediaan di gudang atau
kesalahan dalam proses input data pada program akuntansi. Hal ini juga
dapat disebabkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan
sengaja mengubah data pada program akuntansi sehingga terjadi
ketidakcocokan misalnya ada data yang dihilangkan atau dihapus.
3) Pada awal beroperasinya, perusahaan tidak memerlukan SOP atas
persediaan barang secara manual (tertulis) karena perusahaan masih
tergolong perusahaan kecil. Aliran dokumen dan operasional perusahaan
dapat dilakukan secara sederhana tanpa memerlukan dasar yang tertulis
atau yang biasa dikenal dengan prosedur operasional standar (SOP).
Akibat:
1) Dengan adanya penggabungan dua fungsi tersebut dapat menimbulkan
kecurangan dalam pencatatan atas barang yang diterima dari supplier.
Pencatatan barang yang diterima tersebut dapat dimanipulasi dan barang
yang seharusnya masuk ke gudang perusahaan dapat dialihkan
penyimpanannya kepada pihak yang tidak berkepentingan. Hal ini
51
menjadi tidak efektif di mana petugas gudang tidak dapat berkonsentrasi
pada tugas dan tanggung jawabnya.
2) Ketidakefisiensian ini akan menghambat proses operasional perusahaan
di mana perusahaan seharusnya dapat menjual barang tetapi pada
kenyataannya barang tersebut tidak ada di gudang. Pembebanan terhadap
pihak yang berbuat kesalahan maupun kecurangan juga tidak dapat
langsung dibayarkan oleh pihak tersebut. Mereka biasa membayar semua
yang dibebankan kepada mereka dengan melakukan cicilan sehingga
perusahaan harus mengeluarkan uang perusahaan terlebih dahulu untuk
mengatasi masalah ini.
3) Terjadinya kesalahan prosedur dan pelaksanaan kebijakan perusahaan
menjadi semakin besar karena tidak adanya kebijakan dan prosedur
secara tertulis sehingga pada saat terjadi kesalahan dalam operasional,
tidak ada alat pengendali untuk mengetahui kesalahan yang terjadi karena
tidak ada standar tertulis yang dapat dijadikan sebagai ukuran dalam
penilaian atas kinerja dan menjadi batasan penting dalam operasional
perusahaan. Tidak adanya prosedur dan kebijakan yang jelas dalam
menjalankan kegiatan operasional perusahaan akan menghambat
efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya dan dapat menghambat
aktivitas pengendalian perusahaan tersebut.
Rekomendasi:
1) Perusahaan dapat menambah karyawan agar pelaksanaan beberapa tugas
atau fungsi tidak dilakukan oleh satu bagian saja karena memungkinkan
terjadinya penyalahgunaan wewenang dan kecurangan yang dapat
52
merugikan perusahaan dan memperburuk sistem pengendalian internal
dalam perusahaan. Dengan adanya pemisahan tugas, maka masing-
masing fungsi dapat lebih berkonsentrasi pada pekerjaannya serta lebih
bertanggung jawab terhadap tugasnya. Selain itu, perusahaan juga dapat
melakukan pengawasan yang lebih insentif oleh bagian manajemen,
misalnya bagian manajemen sering melakukan pengecekan terhadap
gudang agar dapat mengontrol kegiatan yang terjadi di dalam gudang
persediaan. Perusahaan juga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengelolaan persediaan barang serta meningkatkan pengendalian aktivitas
perusahaan dengan melakukan pemisahan tugas.
2) Perusahaan lebih memperketat pengawasan terhadap gudang persediaan
agar tidak semua karyawan dapat masuk ke dalam gudang sehingga dapat
mengurangi terjadinya kehilangan dan kerusakan persediaan di dalam
gudang. Perusahaan juga dapat meningkatkan pengamanan terhadap
program akuntansi yang digunakan untuk mencatat persediaan dengan
menggunakan password untuk orang yang berwenang dan mengganti
password secara berkala. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan
sanksi yang tegas kepada setiap karyawan yang melakukan tindakan yang
merugikan perusahaan.
3) Perusahaan harus menetapkan prosedur operasi standar (SOP) atas
persediaan barang secara tertulis dan menjadi baku agar dapat menjadi
alat pengendali internal perusahaan jika terjadi kesalahan prosedur atau
yang lainnya sehingga terdapat pedoman yang jelas mengenai aktivitas
tersebut. Prosedur pengelolaan persediaan barang harus merinci setiap
53
tahapan yang ada dimulai dari proses penerimaan, penyimpanan,
pengeluaran, pencatatan, dan pemeriksaan persediaan barang. Hal ini
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan prosedur dan juga
sebagai kriteria dalam melakukan evaluasi sehingga dapat membantu
perusahaan dalam pengelolaan barang yang efisien, ekonomis, dan
efektif.
Temuan audit atas audit operasional atas pengelolaan persediaan PT. Anugerah
Indah Makmur:
1. Terjadi penumpukan barang di gudang.
Kondisi:
Dari hasil wawancara pada L10 terdapat penumpukan barang di gudang
dalam jumlah 125 karton selama kurang lebih dua bulan. Hal ini disebabkan
karena ada beberapa barang tertentu yang ternyata tidak terjual semua di
pasar, di mana perusahaan tidak mengestimasi terlebih dahulu berapa banyak
jumlah barang yang akan terjual sebelum dilakukan pembelian barang.
Perusahaan telah mengatasi masalah ini dengan menjual barang yang tidak
habis dijual dengan harga yang lebih murah dari harga yang seharusnya.
Tetapi untuk barang yang sudah kadaluarsa (karena makanan dan minuman
ringan), dilakukan pemusnahan oleh pihak perusahaan.
Kriteria:
Seharusnya tidak terdapat penumpukan barang di gudang dan perusahaan
seharusnya dapat mengestimasi berapa banyak barang yang dipesan ke
54
supplier (peramalan penjualan) dan tingkat persediaan barang yang telah
ditentukan sebelumnya sehingga tidak terjadi over stock.
Sebab:
Perusahaan membeli barang tanpa mengestimasi terlebih dahulu jumlahnya
sehingga terjadi over stock.
Akibat:
Akibat yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah beberapa barang tidak dapat
dipakai karena kadaluarsa dan mengalami kerusakan sehingga harus
dimusnahkan. Hal ini akan mengakibatkan biaya penyimpanan perusahaan
semakin besar sehingga modal yang dikeluarkan perusahaan juga semakin
besar yang dapat menyebabkan pemborosan keuangan perusahaan dan
menjadi tidak efisien.
Rekomendasi:
Sebelum pembelian barang, sebaiknya dibuat estimasi terlebih dahulu
sehingga dapat menghemat pengeluaran perusahaan dan tidak terjadi
penumpukan barang di gudang. Walaupun jenis barang tersebut diramalkan
akan laku di pasaran namun dengan daya beli konsumen yang sedang lemah,
tidak semua pelanggan melakukan permintaan barang sehingga perusahaan
sebaiknya membeli barang secukupnya. Jika barang yang dibeli tidak habis
dijual, perusahaan dapat memberikan potongan harga sehingga pelanggan
akan merasa tertarik. Cara ini dilakukan agar perusahaan tidak terlalu rugi
55
jika dibandingkan barang menumpuk digudang dan akhirnya menjadi rusak.
Perusahaan juga seharusnya menetapkan jumlah pesanan optimum untuk
setiap barang yang menjadi persediaan bagi perusahaan. Karena dengan
adanya jumlah pesanan yang optimum akan menghemat perusahaan dalam
hal pengeluaran biaya baik untuk biaya pengiriman dan penyimpanan yang
dilakukan oleh perusahaan melalui bagian gudang. Teknik perencanaan
jumlah persediaan barang ini disebut dengan EOQ (Economic Order
Quantity), yaitu jumlah kuantitas barang yang diperoleh dengan biaya yang
minimal (pembelian yang optimal). EOQ akan menentukan jumlah
persediaan yang meminimumkan biaya pemesanan. Selain itu, perusahaan
juga dapat menetapkan titik pesanan minimum (ROP). Reorder point (ROP)
merupakan suatu titik di mana harus diadakan pesanan lagi sehingga
kedatangan barang tepat pada waktu di mana persediaan safety stock sama
dengan nol. Hal ini dilakukan agar ketersediaan dan kualitas barang di dalam
gudang terjamin dan tidak menyebabkan adanya barang yang menumpuk di
gudang. Berikut adalah beberapa contoh cara penghitungan menggunakan
EOQ dan ROP:
Keterangan :
Q* = nilai EOQ (unit)
C = biaya pemesanan per pesanan
R = permintaan per tahun (unit)
56
h = biaya penyimpanan
Contoh Soal 1:
William manufacturing company membeli 8000 unit produk setiap tahun dengan
biaya $ 10. Biaya pemesanannya adalah $30 untuk setiap pesanan, dan biaya
penyimpanan per unit setiap tahun adalah $3. Berapa EOQ nya?
Penyelesaian :
Untuk menghitung banyaknya pesanan selama setahun adalah sebagai berikut.
Keterangan :
m = banyaknya pesanan selama setahun (pesanan per tahun)
Total biaya untuk EOQ per tahun:
Keterangan :
TC(Q*) = total biaya EOQ per tahun
P = pembelian untuk satu barang
Reorder Point:
Bila L dinyatakan dalam bulan:
57
Bila L dinyatakan dalam minggu:
Keterangan :
B = Reorder Point (unit)
L = Lead Time (month/week)
Contoh Soal 2 :
Pada Contoh Soal 1, berapa total biaya untuk EOQ per tahun, banyak pesanan
yang harus dipesan selama setahun, dan reorder point bila lead time-nya adalah
dua minggu?
Penyelesaian 2 :
total biaya untuk EOQ per tahun (dalam $):
banyak pesanan yang harus dipesan selama setahun:
reorder point (unit):
Kesimpulan:
Jadi, untuk mencapai nilai yang ekonomis, "William Manufacturing" harus
memesan 400 unit produk dengan total biaya pemesanan sebesar $81200. Produk
58
tersebut dipesan sebanyak 20 kali selama setahun. William Manufacturing harus
memesan pada saat persediaan di gudang tersisa 308 unit.