pembahasan indera peraba

18
PEMBAHASAN Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptor-reseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalur-jalur syaraf spinal, dan daerah cortex cerebri. Golongan pertama, yakni paleo-sensibilities, meliputi rasa- rasa primitif atau rasa-rasa vital, antara lain rasa raba, rasa tekan, nyeri, dingin, dan panas. Syaraf-syaraf afferen dari rasa- rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron yang bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medulla spinalis dan juga dengan thalamus dan cortex cerebri melalui traktus spinotalamicus. Indera somatik merupakan mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Indera somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis fisiologis yaitu indera somatik mekanoreseptif yang dirangsang oleh pemindahan mekanis sejumlah jaringan tubuh, indera termoreseptor yang mendeteksi panas dan dingin, dan indera nyeri yang digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan. A. PALEO-SENSIBILITIES A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan dengan memasukkan telunjuk ke dalam air es, air panas 40 o C, dan air pada suhu kamar (air PDAM). Jari telunjuk yang dimasukkan ke

Upload: shafira-wilda-k

Post on 01-Jan-2016

493 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

faal

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN INDERA PERABA

PEMBAHASAN

Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptor-

reseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalur-jalur syaraf

spinal, dan daerah cortex cerebri.

Golongan pertama, yakni paleo-sensibilities, meliputi rasa-rasa primitif atau rasa-rasa

vital, antara lain rasa raba, rasa tekan, nyeri, dingin, dan panas. Syaraf-syaraf afferen dari rasa-

rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron yang bersinap lagi dengan motor-motor neuron

dari medulla spinalis dan juga dengan thalamus dan cortex cerebri melalui traktus

spinotalamicus. Indera somatik merupakan mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi

sensoris dari tubuh. Indera somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis fisiologis yaitu indera

somatik mekanoreseptif yang dirangsang oleh pemindahan mekanis sejumlah jaringan tubuh,

indera termoreseptor yang mendeteksi panas dan dingin, dan indera nyeri yang digiatkan oleh

faktor apa saja yang merusak jaringan.

A. PALEO-SENSIBILITIES

A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan dengan memasukkan

telunjuk ke dalam air es, air panas 40oC, dan air pada suhu kamar (air PDAM). Jari telunjuk yang

dimasukkan ke dalam air es lalu dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (air PDAM) terasa

lebih hangat, sedangkan jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam air panas 400 C terasa lebih

dingin saat dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (air PDAM). Hal ini disebabkan karena

adanya perbandingan atau perbedaan relatif indera rasa kita saat merasakan panas atau dingin,

bukan kekuatan mutlak dari suhu suatu benda.

Reseptor dingin dan hangat terletak tepat di bawah kulit yang dipisahkan oleh spot

tertentu. Pada banyak area pada tubuh, terdapat 3 sampai 10 titik –titik hangat yang juga

merupakan titik dingin, jumlahnya bervariasi pada tiap area tubuh, mulai dari 15 sampai 25 cm

per kubik titik dingin di bibir, 3 sampai 5 cm per kubik titik dingin di jari hingga kurang dari 1

cm per kubik titik dingin di area permukaan trunkus. Meskipun letak warmth nerve ending sudah

pasti, berdasarkan tes secara psikologi, belum bisa dipastikan secara histologis. Mereka

Page 2: PEMBAHASAN INDERA PERABA

diasumsikan sebagai free nerve ending, karena sinyal hangat yang ditransmisikan melewati

serabut saraf tipe C dengan kecepatan transmisi 0,4 samapai 2 m/detik. Namun untuk reseptor

dingin sudah teridentifikasi. Sinyal yang ditransmisikandari reseptor melalui serabut saraf

dengan kecepatan 20m/detik (Guyton & Hall, 2006).

Gradasi termal yaitu gradasi panas dan dingin, adalah perubahan mula-mula dari dingin

menjadi sejuk sampai biasa lalu hangat kemudian biasa. Organ indera suhu merupakan ujung

saraf bebas yang berespon terhadap suhu absolut. Afferen hangat dan dingin akan menyiarkan

informasi ke gyrus post centralis melalui tractus spinothalmicus lateralis dan radiation

thalamica. Rasa panas dan dingin dapat dirasakan dari daerah tubuh yang mengandung ujung

saraf bebas (free nerve ending). Pada saat telunjuk kanan dicelupkan ke air panas, ada rasa

seperti tertusuk karena air berada di atas suhu tubuh. Saat telunjuk dipindahkan ke air suhu

ruangan, secara normal kulit akan mempertahankan keseimbangan suhunya dengan cara

menstabilkan pemasukan dan pengeluaran panas. Cara menyeimbangkannya dengan

mengalirkan suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah. Tentu telunjuk yang tercelup oleh

air suhu 400 C yang lebih cepat kembali ke suhu normal, karena rentang suhunya ke suhu normal

tubuh (370 C) lebih dekat dibandingkan dengan air es.

A.II. Reaksi-Reaksi di Kulit

Telapak tangan merupakan tempat dimana terdapat paling banyak titik rasa. Hal ini disebabkan

oleh karena indera rasa di bagian ini paling sering mendapatkan rangsangan. Hal yang sama

terjadi pada kuduk, yang tingkat kepekaannya hampir sama dengan telapak tangan. Sementara

bagian lengan bawah dan pipi kurang peka karena jarang diberikan rangsangan pada tempat

tersebut.

Pada percobaan meniup punggung tangan, mahasiswa coba merasa dingin karena terjadi

penguapan pada permukaan punggung tangan dengan mengambil panas dari kulit. Saat

punggung tangan dibasahi oleh air kemudian ditiup, air akan menyerap kalor untuk menguap,

tetapi proses penguapan air lebih lama dibandingkan dengan proses penguapan alkohol. Maka

dari itu, saat mahasiswa coba mengoleskan alkohol terlebih dahulu, tiupan akan terasa lebih

dingin dibanding saat diberi air. Hal ini disebabkan karena titik penguapan alkohol lebih rendah

dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak dari permukaan kulit dan mahasiswa coba

merasa lebih dingin.

Page 3: PEMBAHASAN INDERA PERABA

Pada percobaan dengan alkohol pada kulit, mula-mula timbul rasa dingin lalu disusul rasa

panas. Rasa dingin ini disebabkan oleh penguapan alkohol, tetapi karena proses penguapan

alkohol berlangsung cepat, maka lama-kelamaan alkohol menguap habis dan suhu permukaan

kulit kembali normal. Saat permukaan kulit kembali ke suhu normal, mahasiswa coba merasakan

panas karena kulit mengalami kenaikan suhu.

Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan, bila suatu rangsang tetap diberikan

secara terus-menerus pada suatu reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama-

kelamaan akan menurun. Hal ini yang dinamakan dengan adaptasi. Dengan adanya proses

adaptasi pada tubuh seseorang, rasa panas yang dirasakan pada percobaan meniup punggung

tangan dengan mengoleskan alkohol sebelumnya akan hilang dan tidak berlangsung terus-

menerus.

B. NEO-SENSIBILITIES

Golongan kedua adalah gnostic atau neo-sensibilities yang meliputi rasa-rasa yang sangat

dideferensiasikan, antara lain sensasi raba yang membutuhkan rangsangan dengan derajat

lokalisasi tinggi, sensasi getaran, sensasi posisi tubuh, sensasi tekan yang berkaitan dengan

derajat penentuan intensitas tekanan. Syaraf-syaraf afferen dari rasa-rasa ini menghantarkan

impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorsospinalis ke daerah sensoris di dalam

cortex cerebri setelah diintegrasikan seperlunya.

Dari percobaan yang telah dilakukan, dibuktikan bahwa tubuh memiliki tingkat kepekaan

yang berbeda-beda pada tiap bagiannya. Hal ini disebabkan kepadatan titik-titik reseptor di

setiap bagian kulit tidaklah sama. Pada semua pemberian rangsangan tersebut juga dirasakan rasa

tekan.

Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-titik

yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter perangsangan kira-kira 1 mm. Pada sebagian

besar daerah tubuh jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor panas dan

pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 3-5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang

dari satu titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan

Page 4: PEMBAHASAN INDERA PERABA

jumlah titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeri adalah ujung saraf telanjang yang

terdapat di hampir semua jaringan tubuh.

Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu-

satunya perbedaan dari ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh

perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan

bentuk jaringan yang lebih dalam, dan sensasi getaran disebabkan oleh isyarat sensoris yang

berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang

digunakan untuk raba dan tekanan, terutama jenis reseptor yang cepat beradaptasi.

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam

kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi raba dan tekanan. Reseptor raba

dengan kepekaan khusus adalah korpuskuslus Meissner, suatu ujung saraf berkapsul yang

merangsang serabut saraf sensoris besar bermielin. Reseptor ini terutama banyak di dalam ujung

jari, bibir, dan daerah kulit lain, tempat kemampuan seseorang untuk membedakan sifat-sifat

ruang dari sensasi raba sangat berkembang. Reseptor-reseptor ini terutama bertanggung jawab

bagi kemampuan untuk mengenali dengan tepat letak tubuh bagian mana yang disentuh dan

untuk mengenali tekstur benda yang diraba.

Guyton menyebut golongan paleo-sensibilities dengan golongan sistem anterolateral.

Sedangkan untuk golongan neo-sensibilities, guyton menyebut dengan golongan sistem kolumna

dorsalis-lemnikus medialis. Sistem anterolateral atau paleo-sensibilities mempunyai kemampuan

khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yaitu kemampuan unutk menjalarkan modalitas

sensasi yang sangat luas.

B.I. Lokalisasi Rasa Tekan

Lokalisasi Rasa Tekan

Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara menekan ujung pensil dengan kuat

pada ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk. Kemudian

instruksikan kepada orang coba untuk menunjukan dengan tepat letak bagian tubuh

yang dirangsang. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Berdasarkan percobaan

yang telah kita lakukan bagian yang paling peka terhadap rasa tekan adalah pada

bagian kuduk. Hal ini ditunjukan dengan hasil rata-rata pada daerah kuduk yang paling

kecil yaitu sebesar 1.6 mm.

Page 5: PEMBAHASAN INDERA PERABA

Diskriminasi Rasa Tekan

Diskriminasi Dua Titik stimultan

Pada percobaan ini dilakukan dengan cara menekan pada ujung jari

dengan sebuah jangka. Perbesar setiap kali 2 mm sampai dirasakan dua titik

sampai dapat dibedakan dua titik oleh orang coba. Pada percobaan ini dapat

kita ketahui bahwa daerah yang paling peka dalam membedakan dua titik

ujung jangka yaitu pada lengan atas dan lidah. Terbukti dengan rerata yang

kecil yaitu 4 mm.

Diskriminasi Rasa Tekan dua Titik Berurutan

Perlakuan sama seperti diskriminasi tekan dua titik, namun bukan secara

simultan melainkan secara berurutan. Pada percobaan kali ini orang coba

diinstruksikan untuk menyebutkan saat terasanya kedua ujung jangka. Pada

percobaan ini didapatkan hasil pengamatan, daerah yang paling peka dalam

membedakan dua titik ujung jangka yaitu pada bibir. Terbukti dengan rerata

yang kecil yaitu 5 mm.

Diskriminasi Kekuatan Rangsangan- Hukum Weber-Fechner

Pada percobaan kekuatan rangsangan – Hukum Weber-Fechner, orang coba

ditutup matanya kemudian pada telapak tangannya diletakan beban awal.

Kemudian sedikit demi sedikit ditambah bebannya sampai terasa pertambahan

beban tersebut. Pertambahan beban yang terasa berkisar 11-30 gram. Hasil

percobaan tersebut sesuai dengan hukum Weber – Fencher. Hal ini dibuktikan

pada hasil pengamatan, yaitu respon indra rangsang yang didapatkan lebih rendah

daripada stimulus yang diberikan. Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari

berat asalnya.

Kemampuan Diskriminasi

Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan menebak

orang coba terhadap kekasaran kertas gosok 1,2, dan 3 (halus, sedang, kasar).

Page 6: PEMBAHASAN INDERA PERABA

Percobaan dilakukan pada beberapa bagian tubuh yaitu jari tangan, telapak

tangan, lengan bawah dan kuduk. Bagian yang paling peka dalam menebak

kekasaran kertas gosok adalah pada bagian jari tangan, sedangkan pada telapak

tangan, lengan bawah dan kuduk terjadi kesalahan dalam penebakan terutama

dalam menebak kekasaran kertas gosok sedang.

Kemampuan Diskriminasi Bentuk

Pada percobaan kemampuan diskriminasi bentuk, orang coba tidak dapat

membedakan dengan tepat bentuk yang diletakkan pada telapak tangannya,

kecuali bentuk persegi. Tetapi, mahasiswa coba dapat membedakan bentuk saat

diletakkan pada lengan bawahnya. Hal ini agak bertentangan dengan teori bahwa

lebih banyak reseptor yang terdapat pada telapak tangan, sehingga seharusnya

telapak tangan dapat mendiskriminasikan benda secara lebih baik. Pada percobaan

kemampuan diskriminasi kekasaran, mahasiswa coba dapat membedakan derajat

kekasaran dari bahan yang dicobakan, baik pada telapak tangan maupun pada

lengan bawah.

RASA NYERI KULIT DAN OTOT

Pada praktikum rasa nyeri ini dilakukan pengujian dengan menggunakan alat Hardy-

wolff yaitu terdiri dari lampu proyeksi yang dapat memusatkan sinar-sinarnya untuk

menembus suatu lubang diafragma. Kekuatan radiasi sinar ditentukan dengan sebuah

rheostat yang disusun seri dengan lampu. Sinar tersebut akan mengenai objek (tangan

orang coba) dengan jarak 1 cm. Setelah penyinaran selama 10 detik, tegangan listrik

dinaikkan dengan cara menaikkan kekuatan sinar radiasi sinar rheostat. Setelah subjek

merasa nyeri seperti ditusuk – tusuk dan tidak dapat ditahan, maka alat uji dimatikan dan

mencatat angka yang ditunjuk rheostat dimana orang percobaan tidak dapat menahan rasa

sakit lagi, hal ini disebut nilai ambang rasa nyeri orang tersebut. Percobaan ini dilakukan

dengan 4 perlakuan, yaitu perlakuan normal, perlakuan mengalihkan perhatian, perlakuan

pemberian olesan balsam, dan perlakuan anestetika topical.

C.1 tanpa perlakuan

Page 7: PEMBAHASAN INDERA PERABA

Orang coba diberi tanda hitam dengan spidol di daerah kecil di kulit lengan

bawah, kemudian ditempatkan alat Hardy-Woff 1 cm dari daerah kulit. Pasien disinari

lalu dicatat waktu dan intensitas radiasinya. Orang coba merasakan nyeri pada detik ke 95

dengan voltase sebesar 100 Volt.

C.2 Mengalihkan Perhatian

orang coba dialihkan perhatiannya, dengan ajakan obrolan hal-hal yang

disukainya, sehingga fokusnya bukan pada nyerinya. Pada percobaan mengalihkan

perhatian ini didapatkan hasil ambang nyeri 120 volt pada 110 detik.

C.3 Pengaruh Hiperaemia

Orang coba diberikan olesan balsam pada permukaan kulit yang telah dihitamkan

sebagai pembedanya. Dan didapatkan hasil ambang batas nyeri pada 90 Volt dan 83 detik.

C.4 pengaruh Anastetika Topikal

Orang coba diberikan anestetika topical berupa salep benzokain yang dioleskan

pada kulit yang telah dihitamkan dengan spidol. Setelah itu, didapatkan hasil berupa ambang

batas nyeri sebesar 130 Volt selama 129 detik.

Diskusi Jawaban Pertanyaan

A. PALEO-SENSIBILITIES

A.I. Rasa-Rasa Panas dan Dingin

1. Pertanyaan : Pada percobaan dengan alkohol atau eter pada kulit, mula-mula ditimbulkan

perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan perasaan panas. Terangkan!

Jawab : Alkohol atau CH3COOH merupakan nama dari asam asetat yaitu larutan senyawa yang

bersifat asam. Alkohol atau asam asetat dalam suhu ruangan berwujud cair dan memiliki titik

didih yang cukup tinggi dibandingkan eter.

Ketika alkohol atau asam asetat bersentuhan dengan kulit dan kemudian diberikan tiupan akan

timbul sensasi dingin akibat reaksi oksidasi alkohol yaitu reaksi pengikatan oksigen. Pada saat

Page 8: PEMBAHASAN INDERA PERABA

alkohol atau eter pertama bersentuhan dengan kulit, mula-mula timbul rasa dingin dahulu,

kemudian disusul dengan perasaan panas. Hal inii dikarenakan oleh reaksi endoterm yang

memerlukan panas untuk dapat menguap, dimana panas diambil dari tubuh kita saat alkohol

dioleskan di tangan. Oleh karena itu, kita merasakan dingin saat alkohol menguap. Setelah

alcohol telah menguap seluruhnya, tubuh akan kembali melakukan keseimbangan suhu dengan

mengalirkan panas dari lingkungan menuju kulit, dalam hal ini adalah punggung tangan sehingga

terasa panas dan kembali normal.

2. Pertanyaan : Apakah rasa panas atau dingin itu dirasakan terus menerus? Terangkan!

Jawab : Rasa panas atau dingin tidak dirasakan terus menerus karena pada percobaan yang

menggunakan alcohol, alcohol terus menguap sehingga rasa dingin lama kelamaan akan hilang.

Setelah alkohol menguap, tubuh akan menyesuaikan dengan suhu tubuh normal (homeostasis).

Rasa dingin dari air es lebih cepat terasa daripada rasa panas, karena tubuh melepaskan kalor dan

merasakan perubahan suhu yang cukup drastis, yaitu dari 37 Derajat Celcius (suhu normal tubuh)

ke 0 derajat Celcius. Sedangkan rasa panas lebih cepat hilang karena tubuh melakukan

kesetimbangan panas dengan menyerap panas dan air bersuhu lingkungan kurang lebih 37

derajat Celcius, dengan kata lain, perubahan suhu tidak terlalu besar.

A.II. Reaksi-Reaksi di Kulit

1. Pertanyaan : Di bagian manakah dari masing-masing rasa itu yang terpadat?

Jawab : Dari percobaan diatas, untuk reaksi kulit yang menggunakan air panas, rasa yang

terpadat adalah di bagian punggung tangan dan lengan bawah. Untuk reaksi kulit yang

menggunakan air dingin, rasa yang terpadat ada pada bagian pipi, dan untuk reaksi kulit yang

menggunakan pensil (sentuhan), rasa yang terpadat terdapat pada bagian kuduk. Jumlah ujung

dingin atau hangat dalam setiap daerah permukaan tubuh sangat kecil, sehingga sulit untuk

menilai degradasi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi, apabila daerah tubuh yang luas

dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut dijumlahkan. Sejatinya seseorang dapat

mencapai kemampuan maksimum untuk membedakan varian suhu yang kecil bila seluruh tubuh

mengalami perubahan suhu secara serentak. Tetapi untuk percobaan ini, tentunya akan

didapatkan hasil yang bervariasi, karena tergantung juga dengan ketebalan kulit, dan faktor-

faktor lainnya. Untuk mahasiswa coba ini, bagian pipi merupakan bagian yang paling peka,

sementara punggung tangan merupakan bagian yang kurang peka.

Page 9: PEMBAHASAN INDERA PERABA

B. NEO-SENSIBILITIES

B.I. Lokalisasi Rasa Tekan (Tidak ada Pertanyaan)

B.II. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)

1. Pertanyaan : Adakah perbedaan diskriminasi bila ujung-uung jangka ditekankan secara

simultant dan succesif?

Jawab : Ada. Perbedaan yang terjadi saat percobaan di tempat tersebut menunjukkan bahwa di

setiap bagian tubuh memiliki nilai ambang diskriminasi rasa tekan yang berbeda, tergantung

pada kepadatan dari saraf reseptor raba. Dua rangsangan pada ujung jangka dapat dirasakan

sebagai satu rangsangan bila kedua ujung jangka mengenai dua reseptor yang berbeda namun

hanya dilayani oleh satu unit sensorik (simultant), dan akan terasa sebagai dua rangsangan bila

dilayani oleh unit sensorik yang berbeda. Jarak minimum antara dua rangsangan yang masih bisa

dirasakan terpisah disebut nilai ambang dua titik.

B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber Frechner)

1. Pertanyaan : Bagaimanakah hukum Weber-Fechner? Dapatkah hukum ini diperlihatkan

dengan percobaan tersebut diatas?

Jawab : Hukum Weber Frechner berbunyi “Kemampuan untuk membedakan kekuatan

rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan

tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.” Hukum ini dapat diperlihatkan pada percobaan ini

karena menurut hukum tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang didapatkan akan lebih

rendah daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban

asalnya. Hasil yang didapat adalah bahwa pada beban mula-mula yang lebih kecil, penambahan

bebannya lebih segera terasa daripada beban mula-mula yang lebih besar.

B.IV. Kemampuan Diskriminasi

B.IV.A. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

Apabila yang digosokkan tipe kertas gosok yang halus maka tidak akan terasa sakit, apabila yang

digosokkan tipe kertas yang sedang maka akan terasa sedikit sakit, apabila yang digosokkan tipe

Page 10: PEMBAHASAN INDERA PERABA

kertas yang kasar maka akan terasa sakit karena permukaannya yang kasar yang apabila

digosokkan di ujung jari maupun lengan bawah akan terasa sakit.

RASA NYERI OTOT DAN KULIT

Pertanyaan : terangkan hasil-hasil yang saudara dapatkan dari ketiga percobaan tersebut diatas!

PerlakuanMulai terasa nyeri pada

Voltase Waktu

Tanpa perlakuan 100 volt 95 detik

Mengalihkan perhatian 120 volt 110 detik

Hiperaemia 90 volt 83 detik

Anestetika topical 130 volt 129 detik

Dari hasil percobaan rasa nyeri kulit dan otot didapatkan hasil seperti tabel diatas.

Perlakuan dibedakan menjadi 4 bagian. Yaitu tanpa perlakuan, yaitu orang coba dibiarkan

fokus tanpa gangguan, orang coba dalam kondisi dialihkan perhatiannya, orang coba diolesi

balsam, dan orang coba diolesi anestesi topical. Dari hasil praktikum, didapatkan bahwa nilai

ambang rasa nyeri orang coba dengan perlakuan normal yaitu 100 voltase dalam waktu 95

detik. Untuk perlakuan mengalihkan perhatian 120 volt dalam waktu 110 detik. Untuk

perlakuan pemberian balsam (hiperaemia) 90 volt dalam waktu 83 detik. Sedangkan

perlakuan anestetika topical yaitu 130 volt dalam waktu 129 detik.

Dari praktikum ini dapat di buktikan bahwa mengalihkan perhatian dapat mengubah

persepsi nyeri pada orang coba, bisa dilihat dari nilai ambang rasa nyeri pada perlakuan

normal dan perlakuan mengalihkan perhatian. Penghambatan rasa nyeri bisa dilakukan

dengan cara mengalihkan fokus perhatian orang coba, sehingga dia tidak terfokus untuk

merasakan nyeri. Kemampuan mengalihkan perhatian untuk meredakan nyeri

didasarkarkan pada teori bahwa apabila ada dua rangsangan yang tepisah, fokus pada salah

satunya akan menghilangkan fokus pada yang lain (price & Wilson, 2006).

Page 11: PEMBAHASAN INDERA PERABA

Pada perlakuan pemberian balsam dan perlakuan anestetika topikal, didapatkan hasil

yang berbeda dari teori. Harusnya, keadaan hiperaemia menyebabkan naiknya hasil

ambang nilai nyeri, namun yang terjadi disini sebaliknya. Kesalahan bisa terjadi pada

operator, pada pemakaian alat atau pengolesan balsam yang terlalu banyak pada orang

coba. Hal ini bisa juga karena hipersensitivitas orang coba pada balsam, dimana orang coba

bisa saja tidak tahan dengan pemakaian balsam sehingga ia merasa sedari awal merasakan

nyeri dan semakin balsam bekerja, ia semakin merasa nyeri yang susah ditahan.

Harusnya, hasil nilai ambang rasa nyeri pada perlakuan pemberian balsam dan

perlakuan anestetika topical pada hasil praktikum lebih tinggi, karena balsem dan benzokain

meresap kedalam dengan cara panas balsem dan benzokain membuat pori-pori kulit

mengembang sehingga dapat menyerap balsam dan benzokain bercampur dengan toksin

didalam tubuh di lokasi yang terasa nyeri sehingga dapat menghambat rasa nyeri.

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill

companies

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

2008. p. 635,636,637.

Guyton & Hall. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier, Philadelpia. 2006: p 572-

573, 607.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier