pembaharuan pendidikan islam (studi atas...
TRANSCRIPT
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
(Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh
NISA ASSAJDAH
NIM: 1110011000131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/ 2015M
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
(Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
' Oleh
NISA ASSAJDAHNIM: 1110011000131
Di Bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing Skripsi
-^^+r!/Ahmad Irfan Mufid, MA
NIP. 19740318 200312 1002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGSEHAN UJIAI\ SKRIPSI
Skripsi berjudul PEMBAHARUAI\ PENDTDTKAII ISLAM (studi atas pemikiranMuhammad Ali Pasya) disusun oleh Nisa Assajdah, Nomor Induk Mahasiswa1110011000131, diajukan kepada Fakuttas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 09 Juli2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
J*rr:ta' B Jal; 2ol5
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. Abdul Majid Khon. M.AeNIP. 19580707 198703 1 005
Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Program Studi)
Marhamah Saleh. M.ANIP. 19670328200003 1 001
Penguji I
Tanenji. M.ANlP. 19720712 199803 1 004
Penguji II
Dra. ManerahNIP. 19680323 199403 2 002
'?l.l204"=
rc f zos--4%toJ"....../........
-nnf-tl'/<a
13/ ,nut\' / '"'/"""""" \7""""""'/0?
Mengetahui
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. h- H. Juada No Cioutal15412 kdonesta
FORM (FR)
No. Dokumon : FITK-FR-AKD'068
Tgl. Terbit : l Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 111
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tempat/Tgl.Lahir
NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
Nisa Assajdah
Jakarta, 15 Apnl1992
l 1 1001 1000131
Pendidikan Agama Islarn/S 1
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN.ISLAM (Studi atas
pemikiran Muhammad Ali PasYa)
: M. Irfan Mufid, MA
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung j awab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat skripsi.
Jakarta, 24 Maret 2015
Mahasiswa Ybs,
NrM. 1110011000131
DAT"TARRIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
l. Nama
2. Jenis Kelamin
3. Tempat, Tanggal Lahir
4. Agarna
5. Alamat
6. Telpon7- Email
II. PENDIDIKAN
L SDN Jatinegara 07 Pagi
2. MTs Daarul Uluum Lido, Bogor
3. Ma Daruul Uluum Lido, Bogor
4. UIN Syarif Hidayahrllah Jakarta
Nisa Assajdah
Perempuan
Jakarta, 15 Apil1992
Islam
Jln Krt. Radjiman Wedyodiningrat rt
07/14 no 4c Kp pulo jahe Kab.
Jatinegara Kec. Cakung Jakarta
Timur
:0896-7896-7261: [email protected]
i
ABSTRAK
NISA ASSAJDAH, NIM 1110011000131. “Pembaharuan Pendidikan
Islam (Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini memfokuskan pada tema tentang pembaharuan pendidikan
Islam, yang berupaya membawa suasana baru memperkenalkan kembali salah
satu khazanah pemikiran keislaman abad modern di dunia Islam yaitu Muhammad
Ali Pasya.
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini
adalah penelitian termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research),
Sedangkan Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni penyusun berusaha
menggambarkan obyek penelitian, yaitu pemikiran Muhammad Ali Pasya tentang
pembaharuan pendidikan Islam. Dalam menyusun penelitian ini, pendekatan yang
dipergunakan adalah pendekatan historis. Sedangkan data yang digunakan adalah
analisis isi (content analysis).
Hasil penelitian ini adalah bahwa kemunculan pembaharuan Muhammad
Ali Pasya dilatarbelakangi oleh ekspedisi Napoleon di Mesir yang menyadarkan
umat Islam di Mesir atas kemundurannya dan ketertinggalannya dalam segala
bidang. Usaha pembaharuannya di mulai setelah Ali Pasya merebut Mesir dari
tentara Prancis. Menurut Ali Pasya untuk membangun Mesir modern harus
memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang baik untuk segala kebutuhan militer.
Maka dari itu salah satu yang menjadi sentral pembaharuannya adalah bidang
militer. Kemajuan di bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu
pengetahuan modern. Atas dasar inilanh sehingga perhatian di bidang pendidikan
mendapat prioritas utama. Sehingga Ali Pasya mengirim para pelajar ke Eropa
dan membangun lembaga-lembaga pendidikan. Usaha-usaha pembaharuan yang
di lakukan oleh Ali Pasya tersebut yang membawa Mesir menuju sebuah negara
modern. Pembaharuan yang dilakukan Muhamma Ali Pasya merupakan landasan
pemikiran dan pembaharuan selanjutnya hingga sampai ke Indonesia.
Kata Kunci : Pembaharuan, Pendidikan Islam, Muhammad Ali Pasya
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembaharuan
Pendidikan Islam(Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)”.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta semoga tercurah pula
kepada kita semua selaku penerus risalahnya, Amiin.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan
kesulitan yang dihadapi. Namun atas bantuan, motivasi serta bimbingan dari
semua pihak, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan PAI dan Ibu Manerah
Saleh, MA Sekertaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
penulis ucapkan terimakasih, yang telah banyak membantu dan dukungannya
dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Irfan Mufid, MA, dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan
waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Dr. Zaimudin, MA, dosen penasehat akademik yang dengan penuh
perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu
pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak pimpinan dan karyawan/ karyawati Perpustakaan Umum (PU),
Perpustakaan Tarbiyah (PT), dan Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-
buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.
iii
6. Kemudian ucapan terimakasih kepada ayah ibuku yang selalu memberi
motivasi dan dukungan buat penulis selama mengerjakan skripsi. Serta
memberi dukungan moral dan material, doa dan senyuman yang
menyemangati penulis agar tabah dalam menghadapi kesulitan dalam proses
pembuatan skripsi. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis persembahkan
untuk ayah ibuku.
7. Kakak dan adik: Zumar Achmad, Wahyu, Suci terimakasih atas bantuan dan
keperdulian memberikan motivasi sehingga cepat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak-kakakku: ka Ahmad Kamil Ali dan bang Septian terimakasih atas
suport atau dukungan yang sudah diberukan.
9. Teman-teman organisasi IMM komisariat Tarbiyah, Farida, Nurfa, Rizki, Faiz
yang selalu memberikan semangat dan tempat berbagi senang maupun susah.
10. Sahabat-sahabatku: Anisa TW, Sony, Nazahah, terimakasih atas bantuan
kalian yang telah membantu mencarikan referensi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D angkatan 2010,
kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terimakasih buat
kalian yang menemani hari-hari penulis selama kuliyah.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Ungkapan rasa syukur dan ikhlas rasanya tepat untuk penulis ucapkan atas
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT dapat membalas atas segala
kebaikannya yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan yang telah
diberikan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak yang membaca skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas
pendidikan. Aamiin
Jakarta, 27 Maret 2015
Nisa assajdah
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembahasan dan Perumusan Masalah ................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembaharuan Pendidikan Islam ..................................................... 8
1. Pengertian Pembaharuan (Tajdid) ................................................. 8
2. Pengertian Pendidikan Islam ......................................................... 12
3. Unsur-unsur Pendidikan ................................................................ 19
a. Pendidik .................................................................................. 19
b. Peserta Didik ........................................................................... 22
c. Kurikulum ............................................................................... 23
B. Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Modern ........................... 27
1. Perkembangan Islam Pada Periode Modern ................................. 27
2. Pola pembaharuan Pendidikan Islam ............................................ 29
C. Penelitian yang Relevan .................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................34
B. Metode Penelitian..............................................................................34
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................................34
D. Analisa Data ......................................................................................35
E. Teknik Penulisan ...............................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. . 37
1. Nasab dan Kelahiran Muhammad Ali Pasya ........................... . 37
2. Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan Mesir...................... . 40
3. Pemikiran dan Pembaharuan .................................................... . 45
4. Inovasi dalam Lembaga Pendidikan di Mesir .......................... . 50
B. Pembahasan .................................................................................. . 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................68
B. Saran ................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika membicarakan pembaharuan dalam Islam, atau lebih tepatnya
pembaharuan pemahaman Islam, maka pertanyaan yang muncul adalah hal-hal
apakah dalam dunia Islam yang sudah mengalami distorsi, deviasi atau bahkan
degenerasi sehingga harus diperbaiki. Karena kata “pembaharuan” selalu
membawa implikasi adanya hal-hal yang relevan di masa lampau tapi kini tidak
relevan lagi, atau adanya penyimpangan dari orsinilitas suatu ide, ajaran dan
lainnya. Apabila pembaharuan itu dikaitkan dengan doktrin Islam, maka patut
dipertanyakan adakah ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak relevan lagi untuk
diamalkan pada saat ini, atau ajaran-ajaran manakah yang sudah diselewengkan
oleh pemeluknya.
Pembaharuan pemikiran di Mesir, dimulai ketika Napoleon Bonaparte
mendarat di Aleksandria (Mesir) pada tanggal 2 Juni 1789. Dengan maksud
menjadikan Mesir sebagai batu loncatan untuk menguasai Timur. Mesir yang saat
itu masih dibawah kekuasaan Turki Usmani dengan mudah bisa dikuasai Prancis
pada tanggal 22 Juli 1789. Dalam ekspedisi tersebut kesadaran umat Islam muncul
dan mereka menyadari akan kelemahan dan keterbelakangan mereka. Terlebih
ketika Napoleon Bonaparte datang ke Mesir bukan hanya dengan tentara saja,
tetapi juga bersama orang-orang sipil dan para ilmuan beserta peralatan
modernnya, seperti alat percetakan, teleskop, mikroskop, dan alat-alat eksperimen
lainnya. Ekspedisi Napoleon memang bukan hanya untuk tujuan kepentingan
militer saja, tetapi untuk kepentingan ilmiah. Untuk itulah ia membentuk sebuah
lembaga penelitian bernama Institut d’Egypte yang berkonsentrasi pada riset pada
empat bidang yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ekonomi politik dan sastra seni. Selain
itu, Napoleon juga membawa ide-ide sistem pemerintahan republik dan ide-ide
persamaan dan persaudaraan (egalite dan fraternite). Namun Napoleon tak
bertahan lama di Mesir. Tentaranya harus menyerah kalah melawan tentara
2
Inggris. Hingga akhirnya, ekspedisi Napoleon pun harus hengkang dari Mesir
pada tanggal 31 Agustus 1801.1
Salah satu perwira Turki Usmani yang terlihat gigih bertempur melawan
tentara Napoleon adalah Muhammad Ali Pasya. Ia juga memegang peran penting
ketika terjadi kekosongan penguasa saat Perancis meninggalkan Mesir. Melalui
strategi politik yang dijalankannya, Ali Pasya akhirnya bisa menguasai Mesir dan
memimpin modernisasi di Mesir, hasil pengamatan dan pergaulannya dengan
peradaban Barat, terutama Perancis. Hingga ia pun mendapat gelar sebagai The
Founder Father of Modern Egypt. Selain Ali Pasya, al-Tahtawi juga berperan
penting dalam proses modernisasi yang terjadi di Mesir. Keduanya bahkan
bersinergi untuk mewujudkan Mesir yang modern dan berperadaban.
Ketika itu pada abad ke-18 terjadi desakan yang begitu hebat oleh
penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata
dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan
kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada
abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang
kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.
Satu dari banyak pertanyaan krusial yang menuntut respon para sarjana
muslim pada abad ke-20, adalah bagaimana Islam sebagai warisan agama, budaya,
politik dan etika menghadapi modernisasi dan transformasi zaman yang konstan
dan cepat.2 Modernisasi dalam dunia Islam, dipahami sebagai fenomena berwajah
ganda. Di satu sisi, hal ini menguntungkan antara lain karena kemajuan IPTEK
terbukti memudahkan aktivitas manusia. Namun, disisi lain arus modernisasi
dapat berpengaruh luas pada perubahan signifikan kebudayaan dan nilai-nilai
masyarakat. Peradaban Barat yang mempengaruhi umat Islam secara pasif sejak
awal dikhawatirkan akan menciptakan dekadensi terhadap agama,
1 A. Fattah Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam,(Jakarta:
Rabbani Press, 2009), h. 67. 2M. Natsir Tamara dan Elza Peldi Taher (eds.), Agama dan Dialog Antar Peradaban,
(Jakarta: Paramadina, 1996), h. 171-172.
3
mengingatpenganut sekulerisme peradaban Barat yang bercorak materialistik dan
individualistik serta tidak memberikan masa depan agama.3
Agama Islam, dalam perkembangan masyarakat dan lingkungan kultural
yang dinamis, dituntut mampu memberi rumusan-rumusan berupa cara bertindak
dalam berbagai lingkup kehidupan. Disinilah tugas para intelektual muslim
pembaharu yang harus melahirkan refleksi dan pemikiran untuk merespon dan
menyelesaikan berbagai permasalahan agama, budaya, politik dan etika umat
Islam di era modern secara kreatif, produktif dan kontributif. Upaya-upaya ini
dilakukan dalam rangka melahirkan ide-ide dan pemikiran yang mampu
merelevansikan doktrin Islam dengan zaman. Kefakuman eksistensial
pembaharuan dalam peta pemikiran Islam akan membawa citra Islam menjadi
agama yang non universal dan non solutif bagi progresivitas zaman.4
Gerakan pembaharuan Islam dapat didefinisikan sebagai upaya respon
terhadap pengaruh peradaban Barat yang menjalar secara intensif melalui
penetrasi kolonialisme di samping terjerambahnya umat Islam dalam statisme
(jumud), inovasi pemikiran dan sikap-sikap fatalis defensif yang berkembang
dikalangan masyarakat Islam. Seiring dengan kekalahan politis Turki Usmani dari
bangsa Eropa pada bidang politik. Kekalahan ini secara cepat menyebar kepada
kemunduran multidimensional pada umat Islam.
Kedatangan Napoleon di Mesir pada 1798 merupakan momentum penting
dari perkembangan Islam. Kedatangan “penakluk dari Prancis ini tidak hanya
membuka mata kaum muslim akan apa yang dicapai oleh peradaban Barat di
bidang sains dan teknologi, tetapi juga menandai awal kolonialisme Barat atas
wilayah-wilayah Islam. Diantaranya akibat kontak itu di lingkungan elit muslim
para penguasa dan kalangan cendikiawan gerakan pembaharuan Islam kembali
memperoleh gairah. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji
kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.
3Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 105.
4Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman, (Bandung: Mizan, 1996), h. 38.
4
Kritik-kritik terhadap kondisi umum masyarakat Islam bermunculan, seruan
berjihad telah tertutup tidak hanya digugat, tetapi bahkan dianggap sebagai cermin
dari keterbelakangan intelektual. Hal ini kemudian menyebabkan banyak pemikir
Islam dan hingga kini berusaha keras untuk membuktiakan bahwa Islam pun
sejalan dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern berharap
akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya
dibawa kepada kemajuan. 5
Di dalam dunia Modern, Barat selalu menjadi barometer bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh dunia. Salah satu
contoh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah modern bisa kita lihat di salah
satu universitas terkemuka yang ada di Mesir, yaitu Al-Azhar. Al-Azhar
merupakan Universitas terbesar didunia saat ini, Al-Azhar, letaknya di jantung
Kairo pramodern. Al-Azhar hampir tidak menyesuaikan diri dengan zaman
modern selama satu abad terakhir. Universitas mesjid yang telah berusia seribu
tahun ini, tetap menjadi titik pusat kehidupan keagamaan dan budaya Islam bagi
Mesir dan seluruh Dunia Islam.6
Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pembaharu di Mesir. Ketika
Ali Pasya menjadi penguasa di Mesir ia berusaha untuk merebut seluruh hasil
perekonomian negara, meskipun harus mengorbankan sistem kendali modal dari
para pemilik tanah dan kaum modalis berstatus penduduk pribumi. Kebijaksanaan
yang dijalankan Muhammad Ali Pasya dalam rangka meningkatkan
perekonomian di Mesir pada tahun-tahun pertama memang mendapat protes dari
kaum pribumi, akan tetapi Ali Pasya juga menyadari bahwa konsekuensi logis
5Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam;Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996) 6Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004)
5
dari kemajuan suatu bangsa adalah adanya kesedihan rakyatnya untuk
menyerahkan sebagian hasil miliknya kepada negara.
Para pelajar dan sarjana yang selesai tugas belajarnya disuruh kembali
untuk mengabdikan ilmunya. Disinilah titik awal sejarah modern secara nyata
bagi rakyat Mesir. Ilmu pengetahuan modern pun telah mempengaruhi pola
intelektual dan sikap ilmiah generasi muda mesir, mereka selain bekerja sebagai
birokrat pendidik ada yang secara langsung menjadi arsitek bagi modernisasi
Mesir dibawah pemerintahan Muhammad Ali Pasya.
Usaha-usaha pembaharuan perekonomian yang diterapkan oleh
Muhammad Ali Pasya di Mesir meskipun mendapat kecaman awalnya, bahkan
sebagian usaha perekonomian dianggap tidak berhasil, namun secara umum
sistem perekonomiannya memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan
bangsa Mesir terutama dalam masa-masa selanjutnya.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali dibidang pendidikan
yang mana, sebelumnya telah diuraikan, banyak didirikannya sekolah-sekolah
bagi rakyatnya, boleh dikatakan serupa inilah barulah kali ini didirikan didunia
Islam, sekolah-sekolah yang jauh berlainan dengan sekolah-sekolah tradisional
hanya mengajarkan agama. Ada tiga hal yang terpenting yang dihadapi saat itu
yakni soal guru, soal mahasiswa dan soal buku.
Untuk mengatasi persoalan guru Ali mengirimkan mahasiswa-mahasiswa
keluar Mesir, murid-murid dibujuk dengan pemberian gaji yang menarik. Mereka
diberi program pelajaran yang intensif yang jauh berlainan dari program di
sekolah-sekolah tradisional (madrasah). Buku-buku yang dipakai disekolah Eropa
diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh penerjemah yang pandai dalam bahasa
Asing, dan yang bekerja di Dewan Muhammad Ali, oleh pegawai dan
departemen-departemen dan oleh mahasiswa yang sedang belajar di Eropa.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pembaharuan pendidikan
Islam tersebut, maka studi gagasan Muhammad Ali Pasya tentang solusi problema
pendidikan Islam modern menjadi sangat menarik dan penting untuk diteliti lebih
mendalam mengenai ide-ide beliau sebagai salah satu khazanah keilmuan di
bidang pendidikan Islam. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji
6
pemikiran Muhammad Ali Pasya yang akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi
dengan judul, “PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas
Pemikiran Muhammad Ali Pasya).”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas pada
penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu mengidentifikasikan masalah. Maka
dari penjelasan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang
terkait dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Terdapat hubungan yang belum serasi antara agama dan ilmu pengetahuan.
2. Keterbelakangan umat muslim dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dikarenakan belum adanya pembaharuan dalam pendidikan Islam
3. Pandanagan umat Islam tentang modernisme yang dianggap suatu yang
menyimpang ajaran agama Islam
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan bahwa pada masa
modern ini, dunia pendidikan Islam masih dihadapkan kepada beberapa problem
pendidikan. Agar masalah yang diteliti lebih terarah dan tidak keluar dari jalur
pembahasan, karena sepengetahuan penulis pemikiran-pemikiran Muhammad Ali
Pasya itu cukup beragam terutama dalam bidang pendidikan. Selain itu, beliau
juga ahli dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, penulis
memberi batasan masalahnya sebagai berikut:
1. Usaha pembaharuan Muhammad Ali Pasya menjadikan Pendidikan Islam
sejalan dengan perkembangan zaman
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi seperti di atas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah “Bagaimana pembaharuan pendidikan Islam
Muhammad Ali Pasya ?”.
D. Tujuan Penelitian
7
Dalam penulisan penelitian ini, penulis bertujuan untuk menemukan
jawaban kualitatif terhadap pertanyaan-pertanyaan utama yang tersimpul dalam
rumusan masalah. Lebih rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
“Pemikiran pembaharuan pendidikan Islam Muhammad Ali Pasya”.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini setidaknya adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah intelektual Islam di Indonesia,
dan diharapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya
di bidang pemikiran dan pendidikan Islam.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para pembaca dan penambahan
karya ilmiah perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh
penulis berikutnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembaharuan Pendidikan Islam
1. Pengertian Pembaharuan (Tajdid)
Dalam bahasa Indonesia telah selalu dipakai kata modern,
modernisasi dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam
“aliran-aliran modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”.
Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran,
gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-
institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru
yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan
modernisme dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk
menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan
Protestan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat modern.Aliran ini
akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat Barat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia
islam, terutama sesudah pembukaan abad kesembilan belas, yang dalam
sejarah Islam dipandang sebagai permulaan Periode Modern. Kontak
dengan dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam
seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. Semua ini
menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin
Islampun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu.
Sebagai halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam
modern mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana
kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.
9
Kaum orientalis yang sejak lama mengadakan studi tentang Islam
dan umat Islam, mempelajari perkembangan modern tersebut. Hasil
penyelidikan itu pada mulanya mereka siarkan dalam bentuk artikkel di
majalah-majalah ilmiah seperti Muslim World, Studia Islamica, Revue du
Monde Musulman, Die Welt de Islam, dan sebagainya, dan kemudian
dalam bentuk buku, seperti Islam and Modernism in Egypt, yang dikarang
oleh C.C Adams Smith di tahun 1943, Modern Trends in Islam, yang
disusun oleh H.A.R. Gibb di tahun 1946, dan sebagainya.
Hasil penyelidikan kaum Orientalis Barat ini segera melimpah ke
dunia Islam. Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian
pada perkembangan modern dalam Islam dan kata modernisme pun mulai
pula di terjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam Islam
seperti al-tajdid dalam bahasa Arab dan pembaharuan dalam bahasa
Indonesia.
Kata modernisme dianggap mengandung arti-arti negatif disamping
arti-arti positif, maka untuk menjauhi arti-arti negatif itu, lebih baik
kiranya dipakai terjemahan Indonesianya yaitu pembaharuan.1
Tajdid secara lughawi berasal dari akar kata تجذيذا -يجذد -جذد yang
berarti „baru‟.2 ,‟menjadi baru„ ,تجذد شيء Juga bisa diartikan sebagai جذد
dan جذده yang berarti „menjadikannya baru‟ atau „memperbaharui‟.3Kata
adalah الجذة yang usang‟. Dan„ الخلق merupakan lawan kata dari جذيذ
masdar yang memiliki arti berlawanan dari البلى yang berarti „usang‟. Para
ahli bahasa sering menggunakan lafaz جذيذ tersebut dalam syair-syairnya
untuk mengungkapkan betapa sesuatu yang telah usang terbaharui,
tergantikan oleh yang baru, seperti syair yang berikut ini:
1Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (sejarah Pemikiran dan Gerakan),
(Jakarta: Bulan Bintang,1975), h.9.
2Abdurrahman R. Effendi, dan Gina Puspita, Abuya Syekh Imam Ashari Muhammad at-
Tamimi Diakah Mujaddid di Kurun ini?, (Jakarta: PT Giliraan Timur, 2003), h. 3. 3Bustami Muhammad Sa‟id, Mafhum Tajdid al-Din, (Kuwait: PT Dar al-Da‟wat, 1984),
h. 14.
10
“Syair si fulan telah usang kemudian ia memperbaharui bait syairnya.”
Pada dasarnya جذيذ memiliki makna القطع, yakni „memotong‟.5 Hal
tersebut terdapat dalam ungkapan جذدث الشيء yang berarti „engkau
menjadikan sesuatu itu terpotong‟. Berangkat dari pengertian ini, kalimat
diartikan „pakaian itu terpotong‟ karena kalimat tersebut ثوب جذيذ
mengandung makna المجذود yang berarti المقطوع.
Adapun secara istilah, tajdid merupakan istilah yang erat kaitannya
dengan Islam.Seperti halnya dengan shalat, tajdid memiliki makna khusus
yang kuat hubungannya dengan makna bahasanya. Istilah hadis terdapat
dalam sebuah yang diterima dari sahabat Abi Hurairah yang berbunyi:
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibn Dawud al-Mahriyyu telah
mengabarkan kepada kami ibn Wahb telah mengabarkan kepadaku Sa’id
ibn Ayyub dari Syarahil ibn Yazid al-Mu’afiriyi dari ‘Alqamah dari Abi
Hurairah, sejauh yang aku tahu, dari Rasulullah SAW bersabda:
sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat ini pada setiap
seratus tahun orang-orang yang akan memperbaharui Agamanya.” (Hadis
riwayat Abu Dawud).
Pembaharuan (Tajdid)menurut istilah adalah usaha pembaharuan
dalam agama untuk menghidupkan pemahaman dan konsepsi masyarakat
tentang ajaran Islam yang benar dengan cara menghidupkan sunnah,
ijtihad, dan menghilangkan seluruh ajaran yang merusak kemurnian
4Ibid.,h. 14.
5Abi al-Fadl Jahal al-Din Muhammad ibn Makram ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1994),vol 3, Cet. ke-3, h. 111. 6Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy‟ats al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: PT Dar ibn
Hazm, 1998), hadis no. 4291,h. 647.
11
Islam.7Pembaharuan dapat diartikan degan apa saja yang belum dipahami,
diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan, meskipun
mungkin bukan hal yang baru bagi orang lain.
Menurut Abdul Rahman Saleh dalam Armai Arief, pembaharuan
biasanya dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki
keadaan yang ada sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih
baik dan lebih maju, untuk mencapai satu tujuan yang lebih baik dari
sebelumya.8Sedangkan L. Stoddard menyatakan bahwa pembaharuan
dapat disamakan artinya dengan reformasi. Menurutnya, pembaharuan
adalah reformation is radical change for better in social, political or
religious affair (perubahan secara radikal ke arah yang lebih baik dalam
bidang sosial, politik, maupun masalah-masalah keagamaan).9
Selain pembaharuan, tajdiddalam bahasa Indonesia sering juga
diartikan sebagai inovasi, restorasi, dan modernisasi.10
Hal ini berkaitan
erat dengan sifat tajdid yang seolah-olah melahirkan kembali sesuatu yang
telah lama ada dalam bentuk yang baru dan asli. Oleh karenanya,
tajdiddapat juga diartikanاإلعادة „pemulihan‟ atau „pemurnian‟, اإلبانت yakni
„pembedaan yang sunnah dan bid‟ah‟, danاإلحياء yang berarti
„menghidupkan kembali‟ atau „revitalisasi‟.11
Kata modernisasi lahir dari belahan dunia barat.Modernisasi terkait
erat dengan peristiwa renaisans yang membawa barat pada pencerahan
ilmu pengetahuan dan pengkondisian agama terhadap zaman dan
perkembangan ilmu saat itu.12
Beberapa penjelasan mengenai modernisasi
7Bustami, op. cit.,h. 281.
8Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Isam di Minangkabau, (Jakarta: PT Suara ADI,
2009), h 19.
9Ibid.,h. 19.
10
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, (Jakarta: PT Pustaka Pustazet
Perkasa, 1988), h. 703. 11
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, h. 703. Lihat juga John L Esposito,
ed., Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, penerjemah Evay. N, et.al., vol. 3, (Bandung:
Mizan, 2001), h. 133. 12
M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III: Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan
Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 1.
12
sebagai arti dari tajdid di atas, tidak menjadi ukuran dari makna tajdid.
Dalam Ensiklopedia Islam Indonesiasendiri, tajdid lebih condong diartikan
sebagai pembaharuan, bukan modernisasi, demikian Abdul Sani
memaparkan.13
Dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, moderenisasi
dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam “aliran-aliran
modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”. Modernisasi dalam
masyarakat barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan
sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi modern.14
Hasil penyelidikan kaum orientalis barat ini segera melimpah ke
dunia Islam. Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian
pada perkembangan modern dan Islam dan kata modernisme pun mulai
pula diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam Islam
seperti al-tajdid dalam bahasa Arab dan pembaharuandalam bahasa
Indonesia.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan
pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya diterangkan dua istilah yang
hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie
artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan.
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal
dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-
anak.Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani
Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari
13
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 2. 14
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
PT Bulan Bintang, 1992), h. 11.
13
sekolah.15
Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan
dan penjagaan dari para paedagogos itu.Jadi, nyatalah bahwa pendidikan
anak-anak Yunani kuno sebagaian besar diserahkan pada paedagogos itu.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya
membimbing, memimpin).Perkataan paedagogos yang mulanya berarti
“rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang
mulia.Paedagogos (pendidik atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya
membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dilakukan untuk
mencapai sesuatu tujuan tertentu.Dilihat dari sisi pelakunya, pendidikan
merupakan upaya untuk mengubah manusia dari suatu kondisi tertentu
menjadi manusia yang memiliki suatu kepribadian.Sementara itu dilihat
dari sisi anak didiknya pendidikan merupakan usaha sadar untuk
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kata education yang berarti pendidikan16
secara konseptual
dikaitkan dengan kata-kata lain educare yang menurut al-Attas berarti
menghasilkan, mengembangkan dari kepribadian yang tersembunyi atau
potensial yang di dalamnya proses menghasilkan dan mengembangkan
mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material.17
Hasan Langgulung mempunyai redaksi lain ketika membahas kata
education. Menurutnya, istilah education berasal dari bahasa
latin‘educare’ yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud
memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Jadi, disini ada tiga hal yang
terlibat: ilmu, proses memasukkan dan kepala orang, kalaulah ilmu itu
memang masuk di kepala.18
15
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 3. 16
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1990), h. 207. 17
Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,
1992),h. 64. 18
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988),
Cet. ke-2, h. 4-5.
14
Jika pengertian secara semantik (kebahasaan) dari kata pendidikan,
pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan di atas jika
diperhatikan secara seksama, Nampak bahwa kata-kata tersebut lebih
menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan
pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian
tersebut belum menunjukan adanya program, sistem dan metode yang
lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.19
Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti,
segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan pesrta didik untuk
memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah
kesempurnaan.
Dalam khazanah Islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk
langsung pada pengertian pendidikan dalam pengajaran seperti “tarbiyah”,
“ta’dib”, dan “tadris”.20
Adapun istilah Arab yang umum digunakan
adalah “tarbiyah”. Hal tersebut dapat dibuktikan, diantaranya banyaknya
buku yang dikarang oleh para ilmuan Arab tentang konsep pendidikan
Islam dengan menggunakan judul “tarbiyah”, misalnya “at-Tarbiyah al-
Islamiyah”.
Dari berbagai uraian mengenai beberapa pengertian pendidikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa, pendidikan itu adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik kepada generasi muda untuk menyelamatkan
19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. ke-
1, h. 5. 20
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya.(Jakarta: Logos Wacana Ilmu
1999), Cet. ke-1, h. 11.
15
kehidupan umat manusia dari ketidaktahuan kepada kepandaian, dari tidak
berkepribadian mulia menjadi pribadi yang mulia dan dihargai serta dapat
menciptakan umat yang cerdas, dinamis dan berkemampuan yang tinggi
dalam berbagai nilai kehidupan.
Banyak Para ahli yang berbeda pendapat dalam mengemukakan
definisi pendidikan karena tidak ada batasan mendefinisikan pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa, “Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengejaran dan
latihan, proses, perbuatan, cara mendidik”.21
Ramayulis mendefinisikan pendidikan melalui pendekatan
etimologis. Dalam bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan, dan dalam bahasa Arab “tarbiyah” yang berarti
pendidikan. Jadi, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap peserta didik oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa.22
Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa “pendidikan adalah segala
usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.23
Alisuf Sabri
dalam bukunya “Ilmu Pendidikan” memaparkan, bahwa yang dimaksud
dengan “Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk
membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan
anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan”.24
Lebih jauh, Azumardi Azra mengemukakan “pendidikan merupakan
suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet.ke-1, h. 263. 22
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet.ke-1, h.1. 23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet.ke- 6, h. 11. 24
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999),Cet.ke-1, h5.
16
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien”.25
Pendidikan
lebih sekedar pengajaran yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Dengan demikian, pengajaran hanya sekedar proses pemberian
materi pelajaran kepada anak didik yang hanya akan membentuk para
spesialis, yang terkurung pada bidangnya saja. Sedangkan pendidikan,
lebih dari itu, di samping proses transfer ilmu dan keahlian, juga lebih
menekankan pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik, sehingga
menjadikan mereka dapat menyongsong kehidupannya di masa yang akan
datang dengan lebih efektif dan efisien.
Selain pendidikan secara umum, juga ada pendidikan berdasarkan
atau menurut Islam. MenurutAhmad Tafsir pendidikan Islam adalah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.26
Sayyid Sabiq,
sebagaimana dikemukakan oleh Agus Basri mendefinisikan pendidikan
Islam sebagai usaha mempersiapkan anak dalam membentuk
kepribadiannya, agar menjadi anggota masyarakat yang baik.27
Hasil
rumusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan
pengertian pendidikan Islam sebagai “bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran
Islam”.28
Melalaui pendidikan Islam, pertumbuhan jasmani dan rohani dapat
dibimbing ke arah kedewasaan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam
25
Azyumardi Azra, PendidikanIslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Ogos Wacana Ilmu, 2002), h. 3-4. 26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010), Cet.ke- 9, h.32. 27
Agus Basri, Pendidikan Islam sebagai Penggerak Pembaharuan, (Bandung: PT Al-
Maarif, 1984), h.12. 28
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), h. 13-14.
Dengan mengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung-Bogor, l 7-11
Mei 1960.
17
serata menggunakan pendekatan psikologis dalam pelaksanaannya.
Muhammad al-Naquib al-Attas mendefinisikan pendidikan Islam sebagai
pengenalan dan pengakuan, yang berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan di dalam tatanan wujud dan
kepribadian.29
Menurut Zarkowi Soejati pengertian pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
a. Jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong
oleh hasrat, semangat dan cita-cita menanamkankan nilai-nilai Islam
baik yang tercermin dalam lembaganya maupun dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakannya. Dalam konteks ini kata Islam
akan ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam
seluruh kegiatan pendidikannya.
b. Jenis pendidikan Islam yang memberikan perhatian dan sekaligus
menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan program studi yang
diselenggarakannya. Kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi,
sebagai ilmu dan diperlakukan seperti ilmu yang lain.
c. Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut. Dalam
hal ini, Islam ditempatkan sebagai sumber nilai dan sebagai bidang
studi yang ditawarkan melalui bidang studi yang
diselenggarakannya.30
Muhammad Athiyah al-Abrasy yang dikutip oleh Armai Arief,
berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus
perasaannya, cakap dalam pekerjaannya dan manis tutur katanya.31
Kemudian, Armai Arief mengartikan “Pendidikan Islam adalah
sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
29
Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam,(Bandung: Mizan,
1992), h, 61-62, Lihat Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembanganya. (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu 1999), Cet. ke-1, h. 19. 30
A. Malik Fadzar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. (Jakarta: LP3NI, 1998), Cet. ke-
1, h. 3. 31
Armai Arief, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Wahana Kardofa, 2010), h. 5-6.
18
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik
kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnnya”.32
Sedangkan Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa “Pendidikan Islam
adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak
ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan
Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau
pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan
amal”.33
Melalaui pendidikan Islam, pertumbuhan jasmani dan rohani dapat
dibimbing ke arah kedewasaan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam
serata menggunakan pendekatan psikologis dalam pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pendidikan
Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha dalam proses bimbingan secara sadar dan sistematis untuk
melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada tingkah laku
manusia dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak secara
maksimal, sehingga terbentuk kepribadian dan nilai-nilai yang berasaskan
Islam.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang diselenggarakan
pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan mestinya tidak hanya
menekankan pada aspek kognitif atau pengetahuan terhadap Islam, tetapi
juga menekankan pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdul Sani pembaharuan pendidikan Islam adalah upaya
atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam yang terbelakang
kemudian menggiringnya mengadakan pencapaian kemajuan sesuai
tuntutan zaman.
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet.ke-1, h. 40-41. 33
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.
ke-1, h. 150.
19
Sedangkan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa “pembaharuan
pendidikan Islam adalah segala upaya untuk menata kembali struktur-
struktur pendidikan Islam yang belum mapan dan ketinggalan zaman (out
dated) agar menghasilkan perubahan signifikan dibanding dengan
pendidikan Islam sebelumnya”. Pembaharuan pendidikan Islam
merupakan tuntutan kebutuhan dunia pendidikan Islam saat ini. Melihat
ketertinggalan dan keterbelakangan umat Islam dewasa ini, maka inti dari
pembaharuan pendidikan Islam adalah berupaya meninggalkan pola pikir
lama yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman (future oriented) dan
berupaya meraih aspek-aspek-aspek yang menopang untuk menyesuaikan
diri dengan kemajuan zaman.
Jadi, dari berbagai uraian mengenai pengertian pembaharuan dan
pendidikan Islam diatas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan
pendidikan Islam adalah suatu usaha pembaharuan untuk melahirkan
perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan Islam untuk membentuk
umat muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
dalam mencapai tujuan hidupnya.
3. Unsur-Unsur Pendidikan Islam
Dalam implementasi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek
yang mendukung atau unsur yang turut mendukung terhadap tercapai
tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut
adalah
a. Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungan jawab
untuk mendidik.34
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang
dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik
merupakan suatu perbuatan sosial, fundamental yang secara utuh
34
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif,
1989), h. 37.
20
membantu anak didik dalam perkembangan daya-dayanya dalam
penetapan nilai-nilai.
Pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua anak didik
sendiri karena merekalah yang bertanggung jawab penuh atas
kemajuan perkembangan anak kandungnya,35
sejak dalam
kandungan sampai mereka beranjak dewasa. Oleh karena itu,
kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah
juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya. Allah
SWT berfirman:
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. al-
Tahrim: 6)
Akan tetapi, karena perkembangan masa semakin maju dan
kompleks, maka tuntutan orang tua semakin banyak terhadap
perkembangan anaknya, dan mereka tidak mungkin lagi untuk
sanggup menjalankan tugas mendidik itu. Oleh karena itu, anaknya
diserahkan kepada lembaga sekolah. Sehingga pendidik di sini
mempunyai arti mereka yang memberi pelajaran kepada anak didik,
yang memegang suatu mata pelajaran tertentu di sebuah sekolah.36
Penyerahan orang tua kepada lembaga sekolah bukan berarti
bahwa orang tua lepas tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama
dan yang paling utama, tetapi orang tua masih mempunyai saham
dalam membina dan mendidik anak kandungnya untuk mencapai apa
yang diharapkan dan untuk mencapai tingkat kedewasaan.37
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik. Karena,
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak-anaknya, ataukah akan
35
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,
1990), h. 168. 36
Ibid., h. 75. 37
Armai Arief, op. cit., h. 11.
21
menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak-anaknya,
terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang
mengalami keguncangan jiwa. Kepribadian yang sesungguhnya
adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat
diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan
aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya
bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan, baik
yang ringan maupun yang berat.38
Al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya
memiliki sifat-sifat sebagai berikut ini:
1) Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena
mencari keridaan Allah
2) Bersih tubuhnya: jadi, penampilan lahiriahnya menyenangkan
3) Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar
4) Tidak ria: ria akan menghilangkan keikhlasan
5) Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
6) Tidak menyenangi rasa permusuhan
7) Ikhlas dalam melaksanakan tugas
8) Sesuai perbuatan dan perkataan
9) Tidak malu mengakui ketidaktahuan
10) Bijaksana
11) Tegas dalam perkkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar
12) Rendah hati (tidak sombong)
13) Lemah lembut
14) Pemaaf
15) Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil
16) Berkepribadian
17) Tidak merasa rendah diri
18) Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai
anak sendiri)
19) Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan,
perasaan, dan pemikiran.39
Mahmud Yunus menyatakan bahwa Ibnu Sina mengajukan
beberapa sifat lain yang belum terlihat secara eksplisit dalam sifat-
sifat yang di sebutkan oleh al-Abrasyi diantaranya sebagai berikut:
38
Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 9. 39
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam persepektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. ke-7, h. 82-83.
22
1) Tenang
2) Tidak bermuka masam
3) Tidak berolok-olok dihadapan anak didik
4) Sopan santun.40
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
seorang pendidik adalah orang yang membimbing dan memimpin
anak didik dalam proses belajar mengajar, tidak hanya bertugas
memberikan pengajaran yang mentransformasikan ilmu
pengetahuan, melainkan juga bertugas membentuk kepribadian
peserta didik menjadi manusia yang susila dan beradab. Oleh karena
itu, seorang pendidik harus dibekali dengan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta
dapat mempraktekkan pendidikan yang menjadi bidang spesialisnya.
Karena pendidik adalah orang yang selalu dipandang dan dicontoh
oleh anak didiknya.
b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah)
dalam proses transformasi pendidikan. Karena ia akan dididik
sedemikian rupa sehingga menjadi manusia yang mempunyai
intelektualitas tinggi dan akhlak yang mulia. Mungkin di satu pihak
peserta didik sebagai objek pendidikan namun di lain pihak peserta
didik bisa dikatakan sebagai subjek pendidikan.
Secara umum, peserta didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik merupakan objek
dan sekaligus subjek pendidikan. Dalam UUSPN, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.41
40
Ibid.,h. 83. 41
Ara Hidayah, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), h. 43.
23
Peserta didik mempunyai ketergantungan dengan pendidik, ada
juga yang mengatakan bahwa kedudukan peserta didik dalam
pendidikan Islam adalah sebagai mitra pendidik. Dengan demikian,
pendidik dan anak didik sama-sama merupakan subjek pendidikan,
keduanya sama penting. Mereka tidak boleh dianggap sebagai objek
pendidikan, yang dapat diperlakukan dengan sesuka hati. Kegiatan
pendidikan pada dasarnya adalah pemberian bantuan kepada mereka
dalam upaya mencapai kedewasaan dan tercapainya tujuan
pendidikan dengan sempurna.
Dalam kewajibannya sebagai peserta didik, menurut HAMKA
“seorang peserta didik harus berupaya memiliki akhlak mulia, baik
secara vertikal maupun horizontal dan senantiasa mengembangkan
potensi yang dimilikinya dengan seperangkat ilmu pengetahuan,
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang telah dianugerahkan
Allah melalui fitrah-Nya”.42
Oleh karena itu, dengan keluasan ilmu
dan akhlak yang dimilikinya, peserta didik dapat memiliki wawasan
yang luas, kepribadian yang baik, dan meraih kesempurnaan hidup
sebagai makhluk Allah.
Dengan demikian, peserta didik sangat membutuhkan sosok
pendidik yang banyak pengalaman, luas pengetahuannya, bijaksana,
pemaaf, tenang dalam memberi pengajaran,43
karena bagi peserta
didik sosok pendidik itu sebagai contoh bagi mereka, sehingga
mereka dapat menguasai ilmu pengetahuan luas dan kepribadian
yang baik.
c. Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai
42
HAMKA, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), jilid 6, h. 4033-4036
dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 159. 43
HAMKA, Lembaga Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001), h. 241.
24
pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan
jenjang pendidikan.
Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia
pendidikan sejak kurang-lebih stau abad yang lalu.Istilah kurikulum
muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun
1856.Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olah
raga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai
kefinish.
Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang
pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran disuatu perguruan.
Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari
siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah
tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan.44
Terdapat banyak rumusan pengertian kurikulum dari para ahli,
diantaranya Crow dan Crow merumuskan bahwa kurikulum adalah
“rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program didikan tertentu”.45
Harold B. Alberty
dan Elsie J. Alberty dalam bukunya "Reorganizing The High School
Curriculum " mengartikan “kurikulum dengan aktivitas/kegiatan
yang dilakukan murid sesuai dengan peraturan-peraturan
sekolah”.46
Zakiah Daradjat menyatakan kurikulum adalah “suatu
44
Ahmad Tafsir, op. cit, h. 53. 45
Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Graha Media Pratama, 2005), h. 123. 46
Zuhairini,dkk.,Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
h. 58.
25
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”.47
Oleh karena itu, untuk memahami kurikulum sekolah, tidak
hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program
tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dari pengertian diatas dapat dilihat kalau kurikulum senantiasa
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga cakupan
kurikulum, dengan berbagai aliran, pendekatan, dan coraknya amat
beragam. Sebagai agama yang terbuka dan dinamis. Keberadaan
kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan,
karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar akan
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, baik tujuan yang bersifat
kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dilihat dari definisi pendidikan Islam, pendidik, maupun
peserta didik secara umum, maka pendidikan juga tidak ada bedanya
antara pendidikan laki-laki dan perempuan, tetap sama dan mengacu
kepada rumusan-rumusan pendidikan Islam itu sendiri, sebagaimana
para tokoh pendidikan Islam memberikan pandangan tentang
pengertian pendidikan Islam.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Islam sangat
menginginkan kaum perempuan dan laki-laki, bisa memperoleh
pendidikan yang layak agar mereka memiliki pengetahuan yang
seimbang, sehingga mereka dapat berjalan seiring dalam berbagai
aspek kehidupan dan beribadah demi mencapai kehidupan di dunia
maupun di akhirat kelak.
Muhammad Ali Pasya juga memperhatikan ketiga unsur
pendidikan Islam tersebut. Sejak dimulainya pendidikan Islam
sampai kepada masa sebelum pemerintahan Muhammad Ali Pasya,
47
Zakiah Daradjat, dkk, op. cit., h. 122.
26
meskipun sudah melalui zaman yang cukup panjang, namun Mesir
hanya mempunyai satu macam sistem pendidikan saja yaitu sistem
pendidikan tradisional. Muhammad Ali Pasya melihat bahwa
pendidikan sangat perlu bagi kemajuan suatu negara, tetapi bukan
pendidikan yang bercorak tradisional yang ada di zaman itu. Ia
melihat madrasah-madrasah tradisional tidak dapat mengeluarkan
tenaga-tenaga ahli dan terampil yang diperlukan dalam usaha
pembaharuannya. Dengan demikian tidak sesuai lagi dengan
tuntutan zaman dan masyarakat modern yang sudah mementingkan
ketrampilan. Sebaliknya hanya sekolah-sekolah modernseperti di
Barat lah yang dapat mengeluarkan tenaga-tenaga ahli dalam
berbagai bidang pekerjaan, seperti sekolah modern inilah yang
hendak dicontohkan oleh Muhammad Ali Pasya.
Dengan didirikannya sarana pendidikan seperti tersebut diatas
maka muncullah persoalan baru yaitu keterbatasan tenaga pengajar
atau guru. Ia menyadari sepenuhnya bahwa guru-guru yang ada
ketika itu tidak dapat diharapkan untuk mengajarkan ilmu-ilmu baru
yang telah dikenal di Eropa, karena mereka ahli dibidang ilmu-ilmu
agama. Untuk mengatasi masalah tersebut Muhammad Ali Pasya
mencoba mendatangkan guru-guru dari Eropa. Kemudian para
pelajar dikirim untuk belajar ke Eropa. Cara ini dimaksudkan dengan
harapan kelak mereka dapat menggantikan tenaga guru-guru dari
Eropa itu.48
Kemudian untuk calon siswa muhammad Ali mendirikan
Sekolah Dasar di Kairo pada tahun 1883 hingga tiga tahun kemudian
yaitu pada tahun 1836, jumlah Sekolah Dasar sudah mencapai 50
buah yang tersebar di Kairo dan di propinsi-propinsi, siswa-siswanya
berusia dari 7-12 tahun. Kemudian karena lembaga pendidikan
kuttab tidak dapat mempersiapkan calon-calon siswa sekolah tinggi,
48
Ris‟an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), h. 59.
27
maka untuk mengatasi hal ini pada tahun 1825 dibuka sebuah
sekolah menengah umum di Kasr al-„Ayni dan memiliki 500 orang
berusia 6-12 tahun. Jumlah siswanya bertambah di setiap tahunnya
hingga pada tahun 1833 muridnya mencapai 1200 orang.
Selanjutnya pada kurikulum, Muhammad Ali Pasya melihat
kurikulum tradisional yang telah ada sejak berabad-abad lamanya
baik yang dilaksanakan pada kuttab, mesjid maupun madrasah yang
bersifat tradisional hanya mementingkan pengetahuan agama dan
bahasa Arab. Pelajar-pelajar tidak diberikan pendidikan apalagi
ilmu-ilmu modern atau science seperti yang sudah dikenal di tentara
Perancis pada akhir abad ke-18. Dengan demikian kurikulum
tradisional tidak lagi menampung aspirasi masyarakat modern dan
tuntutan zaman oleh karena itu diperlukan pembaharuan dengan
memasukan ilmu-ilmu modern ke dalam kurikulum.
B. Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Modern
1. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode
Modern
Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha
untuk mengubah paham, adat istiadat, intitusi, dan sebagainya, agar dapat
disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul
oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta tekhnologi modern.49
Modernisasi
atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas
sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntutan hidup masa
kini.
Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan
Islam dapat diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan
kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang
49
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 187.
28
tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 M dan
berlangsung hingga sekarang. Di awal periode ini kondisi Islam secara
politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Dan pada pertengahan
abad ke-20M, dunia Islam mulai bangkit dan memerdekakan negrinya dari
penjajahan kolonialisme.
Periode ini dilatar belakangi oleh munculnya renaissance di Eropa.
Dan kejadian tersebut membangkitkan bangsa Barat dari keterpurukan
yang telah lama terjadi dan mencapai kemajuan. Dengan kemajuan
mereka, mereka mulai melakukan berbagai riset dan perjalanan ke belahan
bumi yang lain hingga mengalami kemajuan dalam berbagai bidang. Dan
terjadilah perputaran nasib yang hebat dalam kesejarahan umat
manusia.Dengan kekuasaan bangsa barat terhadap lautan, dengan bebas
mereka melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh
dunia, tanpa mendapat hambatan yang berarti dari lawan-lawan
mereka.Sehingga satu persatu Negara Islam mulai jatuh ke dalam
genggamannya sebagai Negara jajahan.
Keadaan tersebut menyadarkan umat Islam akankemunduran umat
islam dan mulai membangun untuk kebangkitan Islam. Dan kebangkitan
ini dipengaruhi oleh beberapa factor yang diantaranya adalah pertama,
timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing
yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Dan ajaran-ajaran tersebut
bertentangan dengan ajaran Islam yang semestinya.Kedua, pada periode
ini barat mendominasi dunia dibidang politik dan peradaban. Hal ini
menyadarkan para intelektual muslim yang meneruskan studinya di Barat
atas ketertinggalan umat Islam oleh Barat.50
Dengan kesadaran umat Islam
akan ketertinggalan mereka oleh bangsa Barat, para intelektual muslim
50
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.
173.
29
mulai melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan umat Islam dari
keterpurukkannya yang diantaranya melalui bidang pendidikan.
Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai
pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah,
seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat nama Muhammad
Iqbal dari India dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18,
segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam,
ketika umat Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak
memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu
pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit dan Islam
mulai dijajah dan mengalami kemunduran.Hampir seluruh wilayah dunia
Islam dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.51
2. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan meperhatikan berbagai macam sebab kemunduran dan
kelemahan umat Islam serta kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh
bangsa Barat, maka secara garis besarnya pembahruan umat islam terbagi
menjadi tiga pola, yaitu:
a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat
Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan bangsa Barat disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Dan
pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan bangsa barat tidak lain
bersumber dari yang pernah berkembang dari dunia Islam. Oleh karena itu,
maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber
kekuatan dan kejayaan tersebut harus dikuasai kembali. Cara
51
Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam,(Pekanbaru: Intania Grafika, 2008),
h. 52.
30
pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola
pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola
Barat yang sukses itu. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan
pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan
atau sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi
pendidikannya.Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki
Utsmani akhir abad ke 11 H /17 M setelah mengalami kalah perang
dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.52
b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada
sumber ajaran Islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri
merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan modern. Dan Islam telah membuktikannya pada masa
kejayaannya.Menurut analisa mereka, sebab kemunduran umat Islam,
adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan
semestinya.Ajaran Islam yang mengandung sumber kemajuan dan
kekuatan telah ditinggalkan dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang
tidak murni yang dimulai sejak berhentinya perkembangan filsafat Islam
dan ditinggalkannya pola pemikiran secara rasional yangt dialihkan kearah
pemikiran yang pasif. Dan selain itu, menutupnya pintu ijtihad membuat
berkurangnya daya kemampuan umat Islam untuk mengatasi problematika
hidup yang terus berubah.
Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh Muhammad bin Abdul
Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani dan
Muhammad Abduh (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani,
pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur‟an dan Hadist
dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia
52
Zuhairini dkk,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986), h. 116-117
31
berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan
semua keadaan.Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan
antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman,
penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada
ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.53
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah
karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak
sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur,
karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan
mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Jadi, umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi
oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama,
ia tidak sesat untuk selama-lamanya.
c. Usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme
Rasa nasionalisme muncul bersamaan dengan berkembangan pola
kehidupan modern yang dipelopori oleh bangsa Barat. Bangsa barat dapat
maju dan berkembang dikarenakan rasa nasionalismenya yang kemudian
menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Dan hal ini
mendorong pada umumnya bangsa-bangsa timur dan bangsa yang terjajah,
menyorakan semangat nasionalisme masing-masing.Umat Islam
menyadari keberagaman bangsa yang berlatar belakang dan sejarah yang
berbeda-beda.Mereka hidup beragama dengan agama lainnya yang
sebangsa.54
Dan hal ini mendorong perkembangan rasa nasionalisme di
dunia Islam.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan
memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan.
Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat
yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa
53
Ibid., h. 121.
54Ibid., h. 122.
32
yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan
timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan
kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme
sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan
modern dan sistem pendidikan tradisional.55
Usaha pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraiankan yang
berorientasi pada tiga pola pemikiran, membentuk suatu sistem atau pola
pendidikan modern, yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan
penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan kepentingan nasional.Di
samping tetap menjalankan mempertahankan pendidikan tradisional yang
telah ada.56
Sistem pendidikan modern, pada umumnya dilaksanakan oleh
pemerintah yang pada mulanya untuk memenuhi tenaga ahli untuk
kepentingan pemerintah, dengan menggunakan kurikulum dan
pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan modern.Sedangkan sistem
pendidikan tradisional yang merupakan sisa-sisa dan pengembangan
sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang telah ada
di kalangan masyarakat, pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum
tradisional yang hanya memberikan pendidikan dan pengajaran
keagamaan.Dualisme sistem pola pendidikan inilah yang selanjutnya
mewarnai pendidikan Islam di semua negara dan masyarakat Islam, di
zaman modern.Dualisme ini pula yang merupakan problema pokok yang
dihadapi oleh usaha pembaharuan pendidikan Islam.
55
Harun Nasution,Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
(Jakarta:Bulan Bintang, 1975), h. 50-51. 56
Zuhairini dkk, op. cit., h. 123.
33
C. Penelitian yang Relevan
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang
relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas tentang
Pembaharuan Pemikiran Muhammad Ali Pasya. Terdapat dalam beberapa buku
dan juga terdapat dalam Skripsi dan Tesis, diantaranya dalam buku karangan:
Dr. H. A. Fattah Wibisono yang berjudul Pemikiran Lokomotif
Pembaharuan di Dunia Islamyangisinya tentang riwayat hidup Muhammad Ali
Pasya, pemikiran dan usaha-usahanya. Secara garis besarnya Muhammad Ali
Pasya adalah seorang tokoh pelopor pembaharuan di Mesir, dan banyak usaha dan
pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali bukan hanya dari segi
pendidikannya saja, akan tetapi dari segala aspek termasuk ekonomi, kemiliteran
dan politik. Maka tidak heran Muhammad Ali diberi gelar The Founder Father of
Modern Egypt atau bapak pembangunan Mesir modern.
Skripsi yang ditulis oleh Yuli Emma Handayani yang berjudul Muhammad
Ali Pasha dan Al-Azhar, Kajian tentang: Pengaruh Pembaharuan di Mesir
Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar. Dalam skripsi tersebut membahas
mengenai pembaharuan pendidikan Islam Muhammad Ali Pasha di Mesir dan
Modernisasi Pendidikan di al-Azhar Mesir. Muhammad Ali Pasha membawa
pengaruh yang besar dalam menjadikan Mesir sebagai negara Modern dan
memajukan pendidikan di Universitas al-Azhar. Gerakan pembaharuannya
tersebuat telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada
umat Islam.
Tesis yang ditulis oleh Abdul Mukti yang berjudul Muhammad Ali Pasya
dalam Lembaga Pendidikan di Mesir. Yang membahas tentang riwayat hidup
Muhammad Ali Pasya dan pembaharuan-pembaharuannya dalam Lembaga
Pendidikan di Mesir. Pada pemerintahannya Muhammad Ali Pasya bukan hanya
membangun Mesir dari segi ekonomi, politik dan militer, tetapi beliau juga
banyak membangun sekolah-sekolah dan mengirim pelajar ke luar negri sehingga
menghasilkan pelajar yang cerdas seperti tokoh pembaharuan al-tahtawi.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi atas
Pemikiran Muhammad Ali Pasya).” ini dilaksanakan dari bulan 07 November
2014 sampai bulan 27 Maret 2015 digunakan untuk pengumpulan data mengenai
sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan,
serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan
pemikiran Muhammad Ali Pasya tentang pembaharuan pendidikan Islam.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dan metode
yang digunakan Metode Deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud
menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan “apa adanya”, dan
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1 Ditunjang oleh data-data
yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research). Karena
permasalahan yang akan diteliti mengkaji sejarah maka dari itu diperlukan
banyaknya literatur-literatur yang relevan dengan skripsi ini. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari berbagai sumber seperti
buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah
yang akan dibahas dalam skripsi ini.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Teknik pengumpulan data
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu
1Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-10, h.
234.
35
mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan
bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan,2
misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah; surat
kabar, internet dan sumber lain, yang berhubungan dengan Muhammad Ali
Pasya dan Pemikirannya terutama tentang pembaharuan pendidikan Islam.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatur
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan
data-data melalui bahan bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer
dan buku-buku sekunder atau sumber sekunder lainnya.
2. Teknik Pengelolahan data
Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan
adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi
data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk
selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
D. Analisa Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang telah
terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi
tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah
ditemukannya kepada orang lain.3
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content
analysis), dan dengan menggunakan bentuk deskriptif yaitu berupa catatan
informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup
penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait
dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan
permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan
2Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: PT Alfabeta, 2008), h. 329. 3 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Anlisis Data, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), Cet. 2, h. 85.
36
dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu
kesimpulan.
E. Teknik Penulisan
Secara teknik, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Nasab dan Kelahiran Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah seorang keturunan Turki yang lahir di
Kawalla, Yunani. Lahir pada tahun 1765 dan meninggal di Mesir pada
tahun 1849. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Orang tuanya
hanyalah penjual rokok eceran, dan tak jarang dimasa kecilnya Ali Pasya
harus bekerja untuk ikut menghidupi keluarganya dan tak sempat
mengenyam bangku pendidikan, sehingga ia tumbuh sebagai seorang anak
yang sampai dewasa tidak pandai baca dan menulis.1
Meskipun ia tidak pandai membaca dan menulis namun ia adalah
anak yang cerdas dan pemberani. Ali Pasya mulai dikenal setelah ia
dewasa, semula ia bekerja sebagai pemungut pajak dan karena ia rajin
bekerja jadilah ia kesenangan gubernur dan akhirnya menjadi menantu
gubernur Usmani. Mulai saat itu, ia memasuki sekolah militer dan setelah
menikah ia diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan
kecakapan menjalankan tugas ia diangkat menjadi perwira. Setelah itu
Muhammad Ali dikirim ke Mesir untuk menjadi wakil perwira yang
berkuasa di daerahnya. Dalam pertempuran melawan tentara Prancis di
Mesir Ali Pasya menunjukan keberanian dan kecakapannya yang luar
biasa. Ketika pasukan Prancis ini meninggalkan Mesir (1801), dan terjadi
kekosongan kekuasaan, ia berkesempatan menjadi penguasa Mesir setelah
berhasil menyingkirkan para pesangnya yaitu kaum Mamluk yang
kehilangan kekuasaan akibat kedatangan Napoleon tahun 1789, dan utusan
dari Sultan Turki Usmani yaitu Khursyid Pasya.
1A Fattah Wibisono, Pemikira Para Lokmotif Pembaharuan di Dunia Islam, (Jakarta:
Rabbani Press, 2009), h. 68
38
Dalam pertempuran antara Napoleon dan Sultan Turki, Muhammad
Ali adalah salah satu perwira yang membantu sultan turki untuk melawan
Napoleon pada tahun 1801. Selain itu juga, Muhammad Ali menunjukan
keberanian yang luar biasa, sehingga ia dianugrahi pangkat kolonel.2
Ia diberi kepercayaan sebagai pimpinan militer pada era Turki
Usmani dan menjadi seorang pimpinan tersohor kebanggaan negara
Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara
industri dan modern. Bahkan orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai
seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak
berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan
meningkatkan sumber penghasilan ekoanomi bagi rakyat Mesir sangat
besar. Inisiatif visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu menandingi
pahlawan-pahlawan lain yang sejalan dengannya. Muhammad Ali
memperkuat kekuatannya dengan memajukan negara dari segala
kehidupan. Kepercayaan yang dimilikinya sebagai seorang Sultan Utsman
mampu menggerakkan pemerintahan Mesir untuk mendemostrasikan
kekuatan dan administrasi militer. 3
Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki mengirim
bantuan tentara ke Mesir, diantaranya Muhammad Ali Pasya, bahkan ia
ikut bertempur melawan Napoleon pada tahun 1801.
Rakyat mesir melihat kesuksesan Muhammad Ali dalam
pembebasan Mesir dari tentara Napoleon, maka rakyat mesir mengangkat
Muhammad Ali sebagai wali Mesir dan mengharapkan Sultan di Turki
merestuinya. Pengakuan Sultan Turki atas usul rakyatnya tersebut baru
mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah Turki dapat
mematahkan intervensi Inggris di Mesir.Setelah ekspansi Napoleon
Bonaparte, muncul dua kekuatan besar di Mesir yakni kubu Khursyid
Pasya dan kubu Mamluk. Muhammad Ali mengadu domba kedua kubu
2M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.69 3Yuli Emma Handayani, Skripsi: Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Ciputat:2011, h.23
39
tersebut, dan akhirnya berhasil menguasai Mesir. Rakyat semakin simpati
dan mengangkatnya sebagai Wali di Mesir, maka dengan posisi inilah
kemudian memungkinkan beliau melakukan perubahan yang berguna bagi
masyarakat Mesir.
Setelah Muhammad Ali mendapat kepercayaan rakyat dan
pemerintah pusat Turki, ia menumpas musuh-musuhnya terutama
golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah, akhirnya
Mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali menjadi
penguasa tunggal Mesir.
Terhadap cara-cara kekerasan yang dilakukannya pada awal
kekuasaannya, tidak hanya orang lain saja yang tidak menyukainya. Ali
Pasya sendiri menyesali perbuatannya. Suatu saat Ali Pasya pernah
berkata, “Aku tidak suka dengan mas hidupku pada waktu itu. Sejarahku
yang sebenarnya dimulai sejak aku dapat melepaskan diri dari keterkaitan-
keterkaitan itu dan mulai membangun umat ini dari keterlenaanya yang
panjang”.4
Keritik pedas terhadap kepemimpinan Ali Pasya juga dilontarkan
para penentangnya, tak terkecuali dari al-Tahtawi. Ia berkata “Muhammad
Ali Pasya tidak memiliki apa-apa kecuali mengadakan kerja sama antara
orang-orang asing dengan negara Mesir, setelah bangsa Mesir mengalami
kemunduran akibat sistem feodalisme yang diterapkan disana selama
bertahun-tahun. Hanya itu. Dia telah menghilangkan keterasingan dan
kesendirian bangsa Mesir, dan mengijinkannya dengan menjalin hubungan
dengan bangsa-bangsa lain, untuk menyebarkan kebaikan dan berlomba
didalam kemodernan”.
Kemudian al-Jabarti (1753-1825), sejarawan Mesir yang sempat
menjalani hidupnya di Mesir baik pada masa Mamluk, pendudukan
Prancis maupun Muhammad Ali Pasya, mencatat dalam bukunya, „Ajaib
al-Atsar fi Tarajim wa al-Akhbar‟ bahwa, “Muhammad Ali Pasya adalah
4A. Fatah, op. cit., h. 69.
40
penguasa yang paling kejam pada saat ini. Kalau misalnya Allah
mengaruniai sifat keadilan kepadanya pada saat dia memegang kendali
pemerintahaan, maka hal itu akan membuat semua orang terkagum-kagum
kepadanya”.
Demikian sosok riwayat hidup dan kepemimpinan Muhammad Ali
Pasya yang penuh kontroversial. Meski hingga akhir hayatnya Ali Pasya
tidak mengenal baca tulis, namun ia sukses menghantarkan Mesir menjadi
negara yang lebih modern, dan menjadi pemimpin yang sangat di patuhi
rakyatnya.
2. Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan di Mesir
Setelah selesainya Revolusi 1789 Prancis mulai menjadi negara
besar yang mendapat saingan dan tantangan dari Inggris.inggris waktu itu
telah meningkat kepentingan-kepentingannya di India dan untuk
memutuskan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur,
Napoleon melihat bahwa Mesir perlu diletakkan dibawah kekuasaan
Prancis. Disamping itu Prancis perlu pada pasaran baru untuk hasil
perindustriannya. Napoleon sendiri kelihatannya mempunyai tujuan
sampingan lain. Alexander macedonia pernah menguasai Eropa dan Asia
sampai ke India, dan Napoleon ingin mengikuti jejak Alexander ini.
Tempat strategis itu adalah Cairo dan bukan Roma atau Paris.Inilah
beberapa hal yang mendoroang Prancis dan Napoleon untuk menduduki
Mesir.
Mesir pada waktu itu berada di bawah kekuasaan kaum Mamluk,
setelah ditaklukkan oleh Sultan Salim di tahun 1517, daerah ini pada
hakekatnya merupakan bagian dari kerajaan Usmani. Tetapi setelah
bertambah lemahnya kekuasaan Sultan-sultan di abad ke-17, mesir mulai
melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul dan akhirnya menjadi daerah
otonom.
Sultan-sultan Usmani tetap mengirim seorang Pasya Turki ke Cairo
untuk bertindak sebagai wakil mereka dalam memerintah daerah ini.
41
Tetapi karena kekuasaan sebenarnya terletak di tangan kaum Mamluk,
kedudukan di Cairo tidak lebih dari kedudukan seorang Duta Besar.
Kaum Mamluk berasal dari budak-budak yang di beli di kaukasus,
suatu daerah pegunungan yang terletak di daerah perbatasan antara Rusia
dan Turki. Mereka dibawa ke Istanbul atau ke Cairo untuk diberi didikan
militer, dan dalam dinas kemiliteran kedudukan mereka meningkat dan
diantaranya ada yang dapat mencapai jabatan militer tertinggi.
Setelah jatuhnya prastise Sultan-sultan Usmani, mereka tidak mau
lagi tunduk kepada Istanbul bahkan menolak pengiriman hasil pajak yang
mereka pungut dengan cara kekerasan dari rakayat Mesir ke Istanbul.
Kepala mereka disebut Syeikh al-Blad dan Syeikh inilah yang sebenarnya
menjadi Raja di Mesir pada waktu itu. Karena mereka bertabiat kasar dan
biasanya hanya tahu bahasa Turki dan tidak pandai berbahasa Arab,
hubungan mereka kepada rakyat tidak begitu baik.
Lemahnya pertahanan Kerajaan Usmani dan kaum Mamluk ketika
itu, dapat digambarkan dari perjalanan perang di Mesir. Napoleon
mendarat di Alexandria pada tanggal 2 Juni 1798 dan keesokan harinya
kota pelabuhan yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid
suatu kota yang terletak di sebelah Timur Alexandira, jatuh pula. Pada
tanggal 21 Juli tentara Napoleon sampai di daerah Piramid di dekat Cairo.
Pertempuran terjadi di tempat itu, dan karena kaum Mamluk tidak sanggup
melawan senjata-senjata meriam Napoleon, lari ke Cairo. Tetapi disini
mereka tidak mendapat simpati dan sokongan dari rakyat Mesir. Akhirnya
mereka terpaksa lari lagi ke daerah Mesir sebelah Selatan. Pada tanggal 22
Juli, tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Alexandria, Napoleon
telah dapat menguasai Mesir.
Usaha Napoleon untuk menguasai daerah-daerah lainnya di Timur
tidak berhasil dan sementara itu perkembangan politik di Prancis
menghendaki kehadirannya di Paris. Pada tanggal 18 Agustus 1799, ia
meninggalkan Mesir kembali ketanah airnya. Ekspedisi yang dibawanya ia
tinggalkan di bawah pimpinan Jendral Kleber. Dalam pertempuran yang
42
terjadi di tahun 1801 depan armada Inggris, kekuatan Prancis di Mesir
mengalami kekalahan. Ekspedisi yang dibawa Napoleon itu meninggalkan
Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.5
Napoleon Bonaparte lahir pada tanggal 15 Agustus 1769 di Ajaccio
(Prancis) dan meninggal dunia pada tanggal 15 Mei 1821. Ayahnya
bernama Charles Bonaparte seorang pengacara dan ibunya bernama Litizia
Ramolino. Pada tahun 1779 beliau memasuki sekolah militer dan dalam
waktu yang relatif singkat, yaitu 6 tahun kemudian, ia sudah diangkat
menjadi perwira arteleri dan karier militernya menjadi Jendral,
ditempatkan sebagai pemimpin tentara Prancis bagian Selatan.6
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Di dalam
rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Diantara kaum
sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Napoleon juga membawa dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab
dan Yunani. Ekspedisi itu datang bukan hanya untuk kepentingan militer,
tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Untuk hal tersebut maka dibentuk
suatu lembaga ilmiah bernama Institut d „Egypte, yang mempunyai empat
bagian: Ilmu Pasti, Ilmu Alam, Ekonomi-Politik dan Sastra-Seni. Publikasi
yang diterbitkan lembaga ini bernama La Courrier d „Egypte, yang
diterbitkan oleh Marc Auriel, seorang pengusaha yang ikut dengan
ekspedisi Napoleon.
Sebelum kedatangan ekspedisi ini rakyat di Mesir tidak kenal pada
percetakan dan majalah atau surat kabar. Institut d „Egypte boleh
dikunjungi rakyat Mesir, terutama para ulamanya, yang diharapkan oleh
ilmuan-ilmuan Perancis yang berkerja di lembaga itu, karena akan
menambah pengetahuan mereka tentang Mesir, adat istiadatnya, bahasa
dan agamanya. Di sinilah masyarakat Mesir dan umat Islam untuk pertama
5Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemilkiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2011), cet. ke-14, h. 22. 6M. Yusran, op. cit, h. 66.
43
kali mempunyai kontak langsung dengan peradaban Eropa yang baru dan
asing bagi mereka.
Abd al-Rahman al-Jabarti, seorang ulama dari al-Azhar dan penulis
sejarah, pernah mengunjungi lembaga itu di tahun 1799. Yang menarik
perhatiannya adalah perpustakaan besar yang mengandung buku-buku,
bukan hanya dalam bahasa-bahasa Eropa, tetapi juga buku-buku agama
dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki. Di antara ahli-ahli yang dibawa
Napoleon memang terdapat kaum Orientalis yang pandai dan mahir
berbahasa Arab. Merekalah yang menterjemahkan perintah dan maklumat-
maklumat Napoleon ke dalam bahasa Arab.
Alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat untuk
percobaan kimiawi, dan sebagainya, eksperimen-eksperimen yang
dilakukan di lembaga itu, kesungguhan orang Perancis berkerja dan
kegemaran mereka pada ilmu-ilmu pengetahuan, semua itu ganjil dan
menakjubkan bagi al-Jabarti. Kesimpulan kunjungan tersebut ia tulis
dengan kata-kata tersebut “Saya lihat di sana benda-benda dan
percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal yang besar untuk
dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita”. Demikianlah
kesan seorang cendikiawan Islam waktu itu terhadap kebudayaan Barat.
Ini menggambarkan bertapa mundurnya umat Islam di ketika itu. Keadaan
menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Apabila di Periode Klasik
orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam, akan
tetapi di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan
kemajuan Barat.
Di samping kemajuan materi ini Napoleon juga membawa ide-ide
baru yang di hasilkan Revolusi Perancis, seperti:
1. Sistem pemerintahan Republik yang dalamnya kepala negara dipilih
untuk waktu tertentu, tunduk kepada undang-undang Dasar dan bisa
dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini berlainan sekali dengan sistem
pemerintahan absolut Raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selam ia
masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, dan tidak tunduk
44
kepada konstitusi atau parlemen, karena konstitusi atau parlemen
memang tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
2. Ide persamaan (egalite) dalam arti samanya kedudukan dan turut
sertanya rakyat dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya, rakyat
mesir tidak turut serta dalam pemerintahan negara mereka. Napoleon
mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama al-
Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan
daerah-daerah. Tugas badan ialah membuat undang-undang,
memelihara ketertiban umumdan menjadi pengantara antara penguasa-
penguasa Perancis dan rakyat Mesir. Disamping itu didirikan pula satu
badan lain bernama Diwan al-Ummh yang dalam waktu-waktu tertentu
mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan
dengan kepentingan nasional. Tiap-tiap daerah mengirimkan sembilan
wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama, tiga dari
golongan pedagang dan satu dari masing-masing golongan petani,
kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Diwan ini mempunyai 180
anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20Oktober
1798. Putusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan
pajak yang ditetapkan kerajaan Usmani.
Sistem pemilihan ketua lembaga juga merupakan hal baru bagi
rakyat mesir. Ketika dari para anggota Diwan diminta memilih ketua,
anggota-anggota menunjuk dan menyebut nama ulama yang mereka
hormati, yaitu Syeikh al-Syarqawi. Penunjukan serupa ini ditolak oleh
para penguasa Perancis sambil menjelaskan cara pengadaan pemilihan.
3. Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa
orang Perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan bahwa kaum
Mamluk adalah orang asing dan datang ke Mesir dari kaukasus, jadi
walaupun orang Islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir.
Juga maklumat itu mengandung kata-kata umat Mesir. Bagi orang
Islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam dan tiap orang Islam
adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa
45
dan suku bangsa. Yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh
karena itu untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa Arab
juga sulit. Kata arab yang di pakai ialah al-millah(الملة) umpamanya
dalam al-millah al-Faransiah untuk la nation Farancaise. Millah
berarti agama. Kata arab yang kemudian dipakai untuk nation ialah
qaum, sya‟b dan ummah.
Inilah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke
Mesir, ide-ide yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang
nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak
dengan Barat di abad ke-19 ide-ide itu semakin jelas dan kemudian
diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam
Mesir akan kelemahan dan kemunduran mereka.
3. Pemikiran dan Pembaharuan
Muhammad Ali Pasya adalah peletak dasar kebangkitan Mesir
modern. Menurutnya, mesir harus bersatu di bawah satu kepemimpinan,
bukan dibagi-bagi kepada sultan-sultan kecil seperti yang selama ini
terjadi, bagi Ali Pasya kewajiban penguasa adalah mengarahkan kekuatan
rakyat untuk tujuan bersama. Ali pasya memang tidak mengetahui seluk
beluk perpolitikan. Tapi yang terpenting adalah terwujudnya satu kesatuan
peradaban manusia yang tidak dibedakan oleh perbedaan letak negara
ataupun lainnya. Untuk itu, menurutnya satu-satunya jalan yang harus
ditempuh untuk maju adalah dengan meniru peradaban Barat modern
sebagai panutan peradaban dunia, peradaban yang dinamis.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya :
a) Politik Luar Negeri
Muhammad Ali menyadari bahwa bangsa Mesir sangat jauh
ketinggalan dengan dunia barat, karena hubungan dengan dunia barat
perlu diperbaiki seperti Perancis, Italia, Inggris dan Austria.
46
Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim 311
pelajar Mesir ke Italia, perancis, Inggris dan Austria. Yang
dipentingkan adalah Ilmu-ilmu kemiliteran, arsitek, kedokteran, dan
obat-obatan.Selain dari itu dipentingkan pula ilmu administrasi
Negara.
b) Politik Dalam Negeri
1) Membangun kekuatan militer
Menyadari untuk menjadi Negara yang besar dan kuat
diperlukan angkatan bersenjata yang modern. Untuk itu
muhammad ali mengundang para ahli militer barat untuk
melatih angkatan bersenjata mesir dan juga mengirim missi ke
luar negri (Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran.
Untuk itu, hal yang pertama menjadi priorits
pembaharuannya adalah reformasi dibidang militer, mengingat
bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan oleh
kekuasaan militer dan ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan
dukungan ilmu pengetahuan modern dan sistem perekonomian
yang mapan. Untuk memperkuat militer, ia mengadakan
reformasi dan reorganisasi kekuatan militernya. Ia pun
mengirim pelajar-pelajar Mesir ke Eropa untuk menimba ilmu-
ilmu kemiliteran.
Ada dua hal yang terpenting baginya yaitu kemajuan
ekonomi dan kemajuan militer. Dan kedua bidang ini
menghendaki ilmu-ilmu modern yang telah dikuasai oleh
orang-orang Eropa. Untuk memperkuat militer, ia mengadakan
reformasi dan reorganisasi kekuatan militernya. Ali Pasya
mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari Perancis untuk melatih
tentara Mesir. Pada tahun 1815, Ali Pasya mendirikan sekolah
militer di Kairo dan Akademi Industri Bahari, juga sekolah
Perwira Angkatan Laut di Iskandariyah. Iapun mengirim
47
pelajar-pelajar Mesir ke Eropa untuk menimba ilmu-ilmu
kemiliteran. Kemudian pada tahun 1819, Ali Pasya
menugaskan SAVE, seorang perwira tinggi Prancis yang
masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Suleyman
Pasya. Ia ditugaskan untuk membangun angkatan bersenjata
modern. Sehingga tidak lama kemudian terbentuklah Nizam-i
Jedid yang merupakan model baru angkatan bersenjata
Muhammad Ali Pasya.
2) Bidang pemerintahan
Pengaturan administrasi pemerintahan, muhammad ali
meniru pemerintahan perancis, ia mempunyai penasihat
politik, tetapi putusan terakhir terletak ditangannya.
Pada tahun 1812 tanah wakaf dijadikan milik Negara,
orang-orang yang dahulunya diberi hak untuk menguasai
tanah, menjadi berstatus penyewa tanah-tanah Negara.
Perdagangan luar negri dimonopoli oleh Negara. Kemudian
tahun 1815 semua hasil kapas dan bahan-bahan pakaian
dikuasai oleh Negara. Selanjutnya hasil biji-bijian dan hasil
tambang juga berada dibawah penguasaan Negara.7
3) Ekonomi
Muhammad Ali menyadari bahwa negaranya adalah
negara agraris, maka ia membangun irigasi al-khatiri al-
khairiyah, mendatangkan bibit kapas dari india dan sudan,
kemudian mendirikan pabrik-pabrik.
Menurut Ali Pasya untuk memperkuat perekonomian
adalah dengan memperbaiki irigasi lama dan membuat irigas
baru, penanaman kapas, setelah sebelumnya mengimpor dari
7Wahyudin Nur, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Medan: IAIN SU,
2000), h. 10
48
india dan sudan (1821-1822). Ali Pasya juga mendatangkan
ahli pertanian dari Eropa dan membuka sekolah pertanian pada
tahun 1836. Selain itu ia juga mengadakan nasionalisasi tanah,
yaitu tanah kaum Mamluk dirampas pemerintah demikian pula
tanah orang-orang kaya Mesir. Ia beranggapan bahwa bila
tanah rakyat sudah dikuasai akan terjadi pengelolaan tunggal.
Karena pertanian merupakan tulang punggung perekonomian
Mesir saat itu dan ia ingin memonopoli perdagangan di
negrinya.
4) Pendidikan
Walaupun Muhammad Ali tidak pandai baca tulis, akan
tetapi pemikirannya dan antisipasinya jauh ke depan. Ia
menyadari bahwa timur di kala itu jauh ketinggalan dari dunia
barat dalam segala bidang ilmu pengetahuan dan faktor
penyebab utama adalah pendidikan8
Muhammad Ali sangat menyadari pentingnya arti
pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan bangsa.
Untuk itu, Ali membuka kantor Kementrian Pendidikan dan
berbagi lembaga pendidikan, seperti sekolah-sekolah. Antara
lain adalah Sekolah Teknik (1816), Sekolah Kedokteran
(1827), Sekolah Apoteker (1829), Sekolah Pertambangan
(1834), Sekolah Pertanian (1836), Sekolah Penerjemah (1836)
yang dikepalai oleh al-Tahtawi. Dari buku-buku yang
diterjemahkan oleh sekolah penejemah itulah orang-orang
Mesir mengenal Barat dan Filsafat Yunani serta ajaran tentang
kebebesan berfikir. Bagian penerjemah terbagi menjadi empat
bidang, yaitu ilmu pasti, ilmu kedokteran, ilmu fisika dan ilmu
sastra.
8Harun Nasution, op. cit., Pembaharuan dalam Islam, h. 71-72
49
Kurikulum-kurikulum pendidikan dirombak dan
beberapa mata pelajaran menyesuaikan diri sesuai kebutuhan
waktu itu. Beberapa tambahan mata pelajaran umum tadinya
tidak dirumuskan termasuk mempelajari secara intensif bahasa
Eropa menjadi kewajiban di sekolah-sekolah menengah.
Begitu juga sepesialis keahlian dibidang-bidang terapan
mengalami penekanan yang makin penting.
Langkah-langkah Muhammad Ali Pasya tersebut sangat
baru bagi rakyat Mesir tentu saja mereka menyambut dengan
gembira. Apalagi banyak pemuda cerdik dan pandai banyak
yang dikirim ke Barat dalam usaha mempelajari bahasa eropa
dan metode penerjemahan.
Disamping tenaga-tenaga dari Mesir sendiri, sekolah-
sekolah ini juga mendatangkan pengajar Eropa. Metode
pengajarannyapun menggunakan metode pengajaran modern.
Disamping itu antara tahun 1813- 1849, Muhammad Ali telah
mengirim 311 pelajar Mesir untuk belajar di Italia, Perancis,
Inggris dan Austria. Bahkan di Paris, Prancis, Ali Pasya
mendirikan sebuah asrama untuk menampung pelajar-pelajar
Mesir yang sedang menuntut ilmu disana. Mereka terutama
mempelajari ilmu-ilmu kemiliteran darat dan laut, juga arsitek,
kedokteran dan farmasi. Mereka tidak diperbolehkan
mempelajari ilmu politik, karena Ali Pasya tetap menghendaki
kekuasaan ada ditangannya. Suatu saat, sekembalinya mereka
ke Mesir, merekalah yang menjadi agen-agen pembaharuan
dan pembangunan di Mesir.9
Usaha-usaha pembaharuan Muhammad Ali Pasya inilah yang
berhasil membawa Mesir menuju sebuah negara modern. Berkat jasa-
jasanya inilah, Ali Pasya pun di beri gelar The Founder of Modern
9A. Fattah, op. cit., h. 71
50
Egypt(Bapak Pembaharuan Mesir Modern). Sepintas pembaharuan yang
dilakukan Muhammad Ali Pasya hanya berupa keduniawian saja.Namun
dengan terangkatnya kehidupan dunia umat Islam, sekaligus terangkat pula
derajat keagamaannya.Pembaharuan yang dilakukan Muhamma Ali Pasya
merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya.
Pembaharuan Muhammad Ali dilanjutkan oleh Tahtawi, Jamaludin
al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan murid-murid
Muhammad Abduh lainnya.
4. Inovasi dalam Lembaga Pendidikan di Mesir
Pembaharuan pendidikan di Mesir tidaklah terjadi dalam kevakuman
kebudayaan dan peradaban masyarakatnya.Akan tetapi karena adanya
kontak yang terjadi antara masyarakat Mesir dengan peradaban Barat
Modern selama pendudukan Napoleon dari Perancis yang menyadarkan
mereka atas kemundurannya.
a. Sekolah Modern
Muhammad Ali Pasya, pemimpin Mesir ketika itu yakin percaya
bahwa untuk membangun negri Mesir dalam berbagai bidang sangat
diperlukan ilmu-ilmu modern dan sains sebagainya yang dikenal di Barat.
Untuk itulah ia memodernisasikan lembaga pendidikan Islam dengan
mendirikan sekolah-sekolah dan memasukan ilmu-ilmu modern dan sains
kedalam kurikulumnya. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian dikenal
sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada
umumnya.
Saat itu Mesir masih mempunyai sistem pendidikan tradisional yaitu
kuttab, masjid, madrasah dan jami‟ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika
ia memasukan kurikulum modern kedalam lembaga pendidikan tradisional
tersebut maka sangat sulit, oleh karena itulah ia mengambil jalan alternatif
dengan cara mendirikan sekolah modern disamping madrasah-madrasah
tradisional yang telah ada pada masa itu tetap berjalan.
51
Adapun nama-nama sekolah modern yang didirikan Muhammad Ali
Pasya:10
No Nama Sekolah Tahun Berdiri Tempat Tingkat
1 Sekolah Militer 1815 Kairo Menengah
2 Sekolah Teknik 1816 Kairo Menengah
3 Sekolah Kedokteran 1827 Kairo Menengah
4 Sekolah Apoteker 1829 Kairo Menengah
5 Sekolah Pertambangan 1834 Kairo Menengah
6 Sekolah Pertanian 1836 Kairo Menengah
7 Sekolah Penerjemah 1836 Kairo Menengah
8 Sekolah Dasar 1833 Kairo Dasar
9 Sekolah Menengah Umum 1825 Kasr Al-„ayni Menengah
10 Politeknik 1820 Kairo Tinggi
11 Sekolah Accounting 1826 Kairo Menengah
12 Sekolah Sipil 1829 Kairo Menengah
13 Sekolah Irigasi 1831 Kairo Menengah
14 Sekolah Industri 1831 Kairo Menengah
15 Sekolah Administrasi 1834 Kairo Menengah
16 Sekolah Pertanian 1834 Kairo Menengah
17 Sekolah Perwira A. Laut - Alexandria Menengah
18 Akademi Industri Bahari - Alexandria Tinggi
19 Sekolah Tinggi Kedokteran 1823 Kairo Tinggi
Jika kita perhatikan sistem pendidikannya, maka semua sekolah-
sekolah yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasya adalah memiliki ciri
sekolah modern. Maka pada pemerintahannya ada dua jenis pendidikan
yang menurutnya keduanya memiliki fungsi dan peran berbeda dalam
10
Ahmad Syalabi, Mausu‟at al-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat, Jilid V, (tp.:Maktabat
al-Nahdhat al-Mishriyat, 1973), h.356.
52
menunjang kemajuan dan perkembangan Mesir saat itu. Sekolah
tradisional adalah sekolah yang hanya mempelajari ilmu agama yang
alumninya tidak menguasai ilmu umum. Sedangkan sekolah modern akan
mengeluarkan alumni yang menguasai ilmu umum yang dapat
menstimulus perkembangan pembaharuan Mesir.11
Bila dilihat pada jenisnya, maka hampir semua sekolah menengah
modern tersebut di atas merupakan sekolah kejuaraan yang meliputi
kejuaraan militer, teknik, pertanian, ekonomi, kedokteran dan administrasi
yang bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga ahli Mesir dalam bidangnya
masing-masing yang pada gilirannya nanti akan mengeluarkan alumni-
alumni yang dapat menggantikan tenaga-tenaga kerja asing yang dipakai
selama ini. Hal itu berarti pendidikan di sekolah ini sudah mementingkan
kepada kebutuhan masyarakat dan masa depan pelajar-pelajar sendiri.
Karena dalam penyelenggaraannya, sekolah-sekolah modern tersebut
masih belum sempurna, di sana-sini masih terdapat kekurangan, terutama
dalam hal penyebarannya, jumlahnya yang belum berimbang dengan
jumlah murid dan jenjang pendidikannya, maka pada tahun 1834
dibentuklah sebuah komisi pendidikan. Komisi ini bertugas menyusun
kembali teknis pelaksanaan pendidikan dengan mengusulkan antara lain:12
1
1) Penambahan pembangunan Sekolah Dasar sebanyak lima puluh
buah lagi di Kairo dan propinsi-propinsi.
2) Penambahan Sekolah Menengah Umum, semacam SMA di
Indonesia, yang berfungsi menghubungkan antara Sekolah Dasar
dengan Sekolah Tinggi, di Iskandariah
3) Menetapkan jenjang sekolah menjadi tingkat dasar, menengah
dan tingkat tinggi.
11
Abd Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2008), h. 78. 12
Abdul Mukti, Tesis: Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dalam Lembaga Pendidikan
di Mesir, (Jakarta: 1993), hal. 61
53
Tetapi sayangnya laporan komisi ini tidak sampai ke tangan
Muhammad Ali Pasya, sehingga tidak banyak yang dapat dilakukan
olehnya dalam memperbaiki sistem pendidikan sampai ke akhir masa
pemerintahannya. Barulah setelah reorganisasi pendidikan yang dilakukan
oleh Khedewi Ismail, sistem pendidikan baru ini memperlihatkan
pengaruhnya yang besar. Kemudian dilanjutkan oleh Sultan Ahmad Fuad
dan Raja Faruq.
Mengenai jenjang pendidikan, jumlah sekolah dan jenisnya
sebagaimana yang telah diprogramkan oleh Komisi Survey pendidikan itu
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
No Jenjang Pendidikan Jenis Sekolah Jumlah
1. Tingkat Dasar Umum 50 buah
2. Tingkat Menengah a. Umum
b. Kejuruan
2 buah
14 buah
3. Tingkat Tinggi Kejuruan 3 buah
Kita perhatikan bahwa Muhammad Ali Pasya pada masanya sudah
melakukan penjenjangan pendidikan itu menunjukan banyaknya
pengetahuan yang diajarkan disana dan kita lihat banyaknya perbedaan
usia masyarakat yang menuntut ilmu, tingkat kecerdasan, dan satu yang
menarik pada masa itu sudah dapat kita lihat banyak siswa yang
kompetensinya dapat dikembangkan berdasarkan kemampuannya karena
tersedianya jurusan dan program studi.
Pada dasarnya Kolonel Save, asal Perancis, disebutkan setelah
masuk Islam berganti nama Sulaiman Pasya. Sulaiman diangkat menjadi
pimpinan sekolah Militer sejak dibuka pada tahun 1815 dan jabatan ini
dipegangnya sampai pada tahun 1834 karena pada tahun itu Sulaiman
diberi jabatan baru sebagai Inspektur Jendral Sekolah Dalam Diwan al-
jihadiyya.13
13
Abd Mukti, op. cit,. h. 83.
54
Muhammad Ali Pasya juga mendatangkan tenaga ahli yang berasal
dari Perancis yaitu Clot Bey menjabat sebagai Direktur Sekolah Tinggi
Kedokeran tahun 1827 sampai tahun 1849 selama 22 tahun.
Ketergantungannya terhadap tenaga ahli asing berkurang secara berangsur-
angsur dengan pulangnya mahasiswa Mesir yang belajar di Eropa.
Salah satu diantara yang pulang dari Eropa adalah al-Tahthawi,
pulang ke Mesir tahun 1831. Setelah sekolah penerjemahan dibuka
dipercayakanlah al-Tahthawi untuk menjabat sebagai direktur.14
Dalam hal manajemen sekolah-sekolah modern tersebut awalnya
dibawah pengawasan Departemen Pertahanan (Departement of Army),
untuk melancarkan menejerial maka Departemen tersebut membentuk
sebuah lembaga Diwan al-jihadiyya. Setelah tugas pengawasan sekolah
dipisahkan dari Departemen Pertahanan, maka efek dari kebijakan tersebut
yaitu sekolah-sekolah tersebut berada di bawah tanggung jawab Diwan al-
jihadiyya, selanjutnya agar memudahkan koordinasi yang efektif dan
efisien antar sekolah-sekolah tersebut maka dibentuklah sebuah komisi
yang bernama Council Supervisior de Instruction Publique atau Majlis
Syura al-Makatib pada tahun 1830.
Lembaga ini bertugas untuk merencanakan perluasan pendidikan
dikalangan masyarakat Mesir, dan juga bertugas menambah pembangunan
sekolah-sekolah dasar dan dua buah sekolah menengah umum, yang
bertempat di Kairo dan Alexandria dan beberapa sekolah khusus. Lembaga
ini mempunyai Inspektur Jendral Sekolah, sejak tahun 1834 ditunjuklah
Kolonel Save sebagai Inspektur.
Setelah itu Departemen Diwan al-jihadiyya berubah nama menjadi
Departemen Diwan al-Madariatau disebut Ministere de l‟instruction
Publique, yang setelah itu berubah lagi menjadi Kementrian Pendidikan,
kementrian ini selain bertugas mengawasi dan melakukan pembangunan
sekolah-sekolah baru juga kementrian ini bertugas menata kembali
14
Abd Mukti, loc, cit.
55
penerbitan majalah al-waqa‟i al-Mishriyya. Diwan al-Madaris ini
tugasnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bahasa arab, bagian
bahasa Turki, dan bagian Teknik.
Diwan dari informasi diatas, Muhammad Ali Pasya mengadakan
pembaharuan yang besar dalam lembaga dan manajemen pendidikan saat
itu.
b. Kurikulum
Dalam hal kurikulum Ali Pasya menghendaki adanya pembaharuan
dalam bidang kurikulum pendidikan di Mesir saat itu ialah, Ali Pasya ingin
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan keadaan dan tuntutan zaman
serta relevan dan selaras dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai
sehingga nantinya tidak jauh tertinggal dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Eropa. Kurikulum tersebut masih asing di
lingkungan sekolah-sekolah Mesir dan masyarakatnya, akan tetapi Ali
Pasya berhasil mengadopsi ilmu-ilmu modern dari Barat tersebut, salah
satu yang melatar belakangi keberhasilan tersebut adalah dikarenakan
dirinya sebagai raja.
Adapun ilmu-ilmu modern yang dimasukkan Muhammad Ali Pasya
di dalam Kurikulum Pendidikan yaitu:15
No Bidang Disiplin Ilmu Mata Pelajaran
1 Ilmu Pengetahuan Bahasa 1. Bahasa Itali
2. Bahasa Perancis
3. Bahasa Turki
4. Bahasa Persia
2 Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Sejarah
2. Geografi
3. Ekonomi
15
Abd Mukti, op, cit., h. 88-89.
56
4. Antropologi
5. Administrasi Negara
6. Pendidikan Kemasyarakatan
7. Filsafat
8. Militer
9. Hukum
3 Ilmu Pengetahuan Alam 1. Fisika
2. Farmasi
3. Ilmu Alam
4. Ilmu Kedokteran
5. Ilmu Teknik
6. Arsitek
7. Kimia
4 Matematika 1. Arithmatic
2. Matematika
5 Pengetahuan Keterampilan 1. Keterampilan
2. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Dengan dibukanya sekolah dasar sejak tahun 1833, dan usaha ini
lebih ditingkatkan lagi pada tahun-tahun berikutnya bukan hanya di ibu
kota saja tetapi juga di propinsi-propinsi, sehingga pada tahun 1836
jumlahnya sudah mencapai 50 buah, maka sekolah-sekolah modern yang
didirikan oleh Muhammad Ali Pasya sampai saat itu sudah mempunyai
jenjang-jenjang pendidikan yang terdiri atas tingkat rendah, menengah dan
tingkat tinggi. Ketiga tingkat tersebut, masing-masing mempunyai
kurikulumnya yaitu sebagai berikut:16
1. Tingkat rendah, tujuannya untuk mempersiapkan calon-calon
siswa sekolah menengah. Kurikulumnya terdiri dari mata
16
Abdul Mukti, op, cit., h. 70.
57
pelajaran pokok ialah membaca dan menulis, juga diajarkan
geografi dan ilmu berhitung. Pelajaran agama juga dijadikan
sebagai salah satu mata pelajaran. Selain itu bahasa Arab
diajarkan juga dan sekaligus berfungsi sebagai bahasa pengantar.
2. Kurikulum tingkat menengah, mata pelajaran pokok terdiri dari
ilmu berhitung, matematika dan bahasa Itali. Bahasa Arab dan
bahasa Turki dijadikan mata pelajaran dan sejak tahun 1820
mulai diajarkan bahasa Perancis. Hukum Islam juga diajarkan
pada tingkat ini. Ilmu lainnya dijadikan sebagi mata pelajaran
pokok pada setiap sekolah menengah sesuai dengan jurusannya
masing-masing.
3. Tingkat tinggi, kurikulumnya terdiri dari mata pelajaran
matematika dan ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan jurusannya
masing-masing. Bahasa Arab, Turki, Prancis dan Itali juga
diajarkan demikian juga pengetahuan Agama dijadikan salah satu
mata pelajaran.
Perlu kita pertegas bahwa didalam Islam tidak ada dikotomi ilmu
antara ilmu agama dan ilmu umum, karena keduanya adalah satu kesatuan
ilmu yang saling mendukung dan pada masa Khalifah Umar bin Khatab
adalah orang yang pertama-tama memperluas isi Kurikulum Pendidikan
Islam dengan menambahkan keterampilan berenang, menunggang kuda
dan memanah.
Untuk mengajar disekolah yang didirikan Muhammad Ali Pasya
mendatangkan tenaga pengajar dari Eropa, akan tetapi tenaga pengajar dari
Eropa hanyalah sementara, karena untuk mengaji mereka memerlukan
biaya yang cukup mahal dan saat mengajar mereka juga memerlukan
penerjemah-penerjemah yang akan menterjemahkan materi yang mereka
ajarkan ke dalam bahasa Arab.
Maka untuk mengatasi kesulitan itu, Ali Pasya berusaha untuk
mengirim pelajar-pelajar Mesir untuk belajar ke Eropa, tujuan utamanya
58
adalah Italia, Perancis, Inggris Austria. Pengiriman pelajar-pelajar Mesir
ke Eropa dilaksanakan tiga gelombang.
Gelombang pertama, antara tahun 1809-1819, sebanyak 28 orang
dikirim ke Italia yang tersebar di kota Leghore, Miglan, Florence, dan
Rome untuk mempelajari ilmu teknik, militer, industri kapal dan ilmu
percetakan.
Gelombang kedua, antara tahun 1826-1844, sebanyak 319 orang
dikirim ke Paris, Perancis, dan juga dikirim beserta mereka seorang tokoh
intelektual sekaligus ia seseorang pengarang yang terkenal yaitu al-
Tahthawi yang bertugas untuk menjadi imam mahasiswa Mesir yang
belajar di sana.
Gelombang ketiga, antara tahun 1844-1863, dikirim sebanyak 89
orang yang dikirim lagi ke Perancis. Dalam tahap ketiga ini turut juga
beberapa orang dari keluarga Muhammad ali Pasya.
c. Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan bahan yang akan diajarkan oleh guru
kepada murid-muridnya dan materi pelajaran itu bersumber dari buku-
buku pelajaran yang meliputi bermacam-macam mata pelajaran
sebagaimana telah diuraikan dalam sebelumnya. Akan tetapi buku
pelajaran merupakan salah satu soal penting yang dihadapi dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah yang
dibangun oleh Muhammad Ali Pasya ketika itu.17
Kalau buku-buku pelajaran agama tidakmengalami kesulitan yang
berarti karena dapat diperoleh dengan mudah di Mesir sendiri, tidak
demikian halnya dengan buku-buku pelajaran umum yang tidak dijumpai
di Mesir pada waktu itu, karena dalam sistem pendidikan tradisional,
kelihatannya, belum begitu membutuhkan kepada buku-buku pelajaran
yang berisikan ilmu-ilmu modern.
17
Abdul Mukti, op, cit,. h. 71.
59
Maka salah satu usaha untuk mengatasi persoalan buku ialah
dengan cara menterjemahkan buku-buku yang dipakai oleh sekolah-
sekolah Eropa, terutama sekolah Italia dan Prancis kedalam bahasa Arab.
Usaha ini dilaksanakan oleh penterjemah-penterjemah yang pandai
berbahasa asing yang berkerja di Dewan Muhammad Ali Pasya, pegawai-
pegawai departemen dan mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di
Eropa.
Hasil penerjemahan ini masih kurang sempurna, karena
dilaksanakan oleh penerjemah-penerjemah yang bukan ahlinya dalam
ilmu-ilmu yang terkandung di dalam buku yang diterjemahkan itu, selain
itu pelaksanaannya juga berjalan lambat karena kegiatan penerjemah itu
merupakan pekerjaan sambilan bagi penerjemah sendiri, sudah barang
tentu bahwa cara yang demikian itu membawa hasil yang kurang
memuaskan pula.
Penerjemah buku-buku mulai berjalan lancar setelah didirikannya
sekolah penerjemah di tahun 1836, karena di sekolah ini terdapat ahli-ahli
yang tahu akan vaknya masing-masing, sehingga usaha penerjemahan kali
ini mulai membawa hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.
B. Pembahasan
Dalam catatan sejarah eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak
Islam pertama kali diturunkan. Ketika Rasulullah saw mendapat perintah
Allah swt untuk menyebarluaskan ajaran Islam, maka apa yang
dilakukannya, jelas masuk dalam kategori pendidikan. Bagi umat Islam,
Rasulullah saw adalah guru agung. Kepribadiannya merupakan
perwujudan ideal Islam tentang seseorang guru dan pendidik. 18
Islam memandang peserta didik sebagai makhluk Allah dengan
segala potensinya yang sempurna sebagai khalifah fil ardh, dan terbaik di
antara makhluk lainnya. Kelebihan manusia tersebut bukan hanya sekedar
18
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. I, h. 5.
60
berbeda susunan fisik, tetapi lebih jauh dari itu, manusia memiliki
kelebihan pada aspek psikisnya. Kedua aspek manusia tersebut memiliki
potensinya masing-masing yang sangat mendukung bagi proses aktualisasi
diri pada posisinya sebagai makhluk yang mulia. Dengan potensi fisik dan
psikis atau dengan kata lain potensi material dan spiritual tersebut
menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt yang terbaik.
Oleh karena itu, peserta didik dalam kapasitasnya sebagai manusia yang
merupakan makhluk individual dan sosial, ia harus terus berkembang dan
memiliki pengalaman-pengalaman transendental yang menjadikannya
harus terus menyempurnakan diri sejalan dengan totalitas potensi yang
dimiliki dengan tetap bersandar pada nilai-nilai agama.19
Kata yang lebih dikenal untuk pembaharuan adalah modernisasi.
Kata modernisasi lahir dari dunia Barat, adanya sejak terkait dengan
masalah agama. Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung
pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-
paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua
itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Namun bukan berarti pembaharuan disini mengubah isi al-Qur‟an dan
Hadis.
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam.
Kemudian pada abad ke-18 terjadi persaingan keras antara Prancis dan
Inggris untuk berebut pengaruh di dunia Timur oleh karena itu Napoleon
Bonaparte (1769-1821) dari Prancis melihat kedudukan Mesir, secara
geografis, sangat strategis sebagai batu loncatan untuk menguasai India,
meskipun nantinya usahanya gagal di Palestina.
Kedatangan Napoleon ke Mesir tidak hanya membawa pasukan
militer, akan tetapi mereka membawa sejumlah ilmuan dari berbagai
bidang. Dari berbagai kenyataan ini menunjukkan bahwa bangsa Eropa
lebih unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dari kaum Muslimin baik
19
Ibid., h. 1-2.
61
yang tinggal di Mesir, Turki dan daerah lain. Kontak dengan Eropa itu
menimbulkan kesadaran bagi masyarakat muslim terutama tokoh-tokohnya
tentang kemajuan Eropa dan ketinggalan mereka.
Peristiwa ini menimbulkan kesadaran umat Islam untuk mengubah
diri. Kesadaran mengubah diri itulah menimbulkan fase pembaruan dalam
periodesasi sejarah Islam. Fase pembaharuan itu muncul sebagai sahutan
terhadap tuntutan kemajuan zaman dan sekaligus juga sebagai respon umat
Islam atas ketertinggalan mereka ketika itu dalam bidang ilmu
pengetahuan. Kemudian muncullah di dunia Islam tokoh-tokoh yang
berteriak agar umat Islam mengubah diri guna menuju kemajuan,
meninggalkan pola-pola lama menuju pola baru yang berorientasi kepada
kemajuan zaman.20
Kelahiran Mesir Modern tidak bisa dilepaskan dari Muhammad Ali
Pasya. Ia dikenal sebagai pembawa obor pencerahan karena melakukan
modernisasi hampir di berbagai sektor kehidupan dengan cara melakukan
hubungan diplomatic dengan Prancis, terutama dalam bidang kebudayaan.
Modernisasi dilakukan dengan membangun sekolah dan perguruan tinggi
yang salah satu misinya adalah pengembangan sumber daya manusia.
Untuk bersaing dengan negara-negara lainnya, Kairo harus dipersiapkan
sedemikian rupa untuk menggalakkan pendidikan modern yang mungkin
generasi muda mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengisi
pembangunan. Kairo dijadikan lanscap dari proyek modernisasi tersebut.21
Usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848
M), seorang perwira Turki yang dapat merebut kekuasaan didaerah ini
setelah tentara Prancis kembali ke Eropa di tahun 1801 M. Para pembesar
dan penasehatnya terdiri antara lain atas orang-orang yang mengalami
ekspedisi Napoleon dan menyaksikan kemajuan Barat yang baru itu. Di
20
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2009), Ed. I, Cet. II, h. 40. 21
Yuli Emma, op. cit., h. 27-28
62
samping itu di antara ahli-ahli yang dibawa Napoleon ada beberapa yang
tidak mau kembali ke Prancis dan tetap tinggal di Mesir.
Muhammad Ali Pasya seperti Raja-raja Islam lainnya yang ada di
zaman itu berkeyakinan bahwa ketinggalan dan kemajuan Eropa
didasarkan atas kekuatan militernya. Tetapi disamping itu ia kelihatannya
sadar bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi
yang sanggup membelanjai biaya pembaharuan dalam lapangan militer.
Maka berlainan dengan Raja-raja Islam lain ia juga mementingkan soal
perekonomian Mesir.22
Maka dari itu salah satu yang menjadi sentral pembaharuannya
adalah bidang militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan bidang
militer, termasuk pendidikan. Kemajuan dibidang ini tidak mungkin
dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilanh
sehingga perhatian di bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Untuk
itu Muhammad Ali Pasya mengirim mahasiswa-mahasiswanya ke Eropa
untuk mempelajari ilmu militer dan menterjemahkan buku-buku militer.
Dan kemudian untuk pertama kalinya di Mesir ia buka sekolah Militer di
tahun 1815, kemudian disusul sekolah Teknik di tahun 1816, dan sekolah
Kedokteran di tahun 1827.
Salah satu pemikir pembaharuan yang dihasilkan pada zaman
pemerintahan Muhammad Ali Pasya adalah Rifa‟ah Badawi Rafi‟ al-
Tahtawi (1801-1873 M). Al-Tahtawi, dalam kedudukannya sebagai
seorang ulama dari al-Azhar dikirim oleh Muhammad Ali Pasya ke Paris
di tahun 1826 M untuk menjadi imam bagi pelajar-pelajar Mesir yang ada
di sana. Selama bertugas di Paris ia juga belajar sehingga ia mahir dalam
berbahasa Perancis. Sekembalinya di Cairo ia diangkat menjadi guru dan
penterjemah di sekolah Kedokteran. Di tahun 1836 M Sekolah
Penterjemah didirikan dan ia diangkat menjadi kepalanya.23
22
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid-II (Jakarta: UI-Press,
1986), Cet. VI, h. 97-98. 23
Harun Nasution, loc. cit.
63
Muhammad Ali Pasya (1765-1849) perlu diberi sedikit catatan.
Mekipun sebenarnya lebih tepat disebut sebagai tokoh sejarah politik, akan
tetapi beberapa kebijakan yang diambilnya untuk tujuan politik pribadinya
ternyata berkaitan dengan timbulnya pembaharuan pemikiran di Timur
Tengah khususnya di Mesir. Kepiawaiannya memanfaatkan situasi
membuat Muhammad Ali naik ke tampuk kekuasaan. Pada tahun 1805 ia
berhasil memantapkan kedudukannya sebagai penguasa, diakui oleh sultan
di Istanbul dan diterima oleh rakyat Mesir.24
Walaupun sepintas pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali
Pasya hanya berupa keduniawian saja, bahkan dalam bidang pendidikan
Ali Pasya memperbaharui sistem pendidikan yang bersifat modern. Namun
dengan terangkatnya kehidupan dunia umat Islam, sekaligus terangkat pula
derajat keagamaannya. Keberhasilannya di bidang militer telah merubah
Mesir menjadi negara modern, serta bermunculanlah para tokoh intelektual
di Mesir yang kelak melanjutkan gagasan-gagasan Muhammad Ali Pasya
khususnya dalam bidang pendidikan. Berkat usaha-uasaha Muhammad Ali
Pasya menjadikan Mesir negara modern sehingga ia diberi gelar The
Founder of Modern Egypt (Bapak Pembangunan Mesir Modern).
Di dalam Jurnalnya F. Robert Hunter yang berjudul Egypt's High
Officials in Transition from a Turkish to a Modern Administrative Elite,
1849-1879, yang membahas tentang pembaharuan Muhammad Ali Pasya
untuk menjadikan Mesir Modern. MuhammadAli membangun struktur
komando terpusat di provinsi-provinsi. Sampai pertengahan1820-an-,
pemerintah provinsi Mesir telah terkandung gubernur yang hampir otonom
dan pejabat yang memiliki tanggung jawab yang buruk. Pengaturan
semacam itu menyulitkan Swadaya untuk mengarahkan operasi pertanian
dan industri, merekrut tenaga kerja, mengelola pekerjaan umum, dan
mengumpulkan pajak secara efisien. Pada tahun1825, Muhammad Ali
mulai untuk membentuk hierarki administrasi baru dengan garis komando
24
Hasan, Asari, Modernisasi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2002), h.56
64
yang berlari dari Kairo kevillages. Mesir dibagi menjadi 24 unit
administrasi, yang kemudian disusun kedalam kecamatan (al-khutts),
kabupaten (al-qisms), kabupaten yang lebih besar (al-mamuriyahs), dan
provinsi (al-mudiriyahs). Gubernur (mudirs) dan wakil-gubernur (wakils)
ditunjuk dari Kairo mengambil alih unit-unit baru. Kota-kota Mesir
diberikan secara independen di bawah gubernur mereka sendiri, yang
ditunjuk oleh penguasa. Untuk mengawasi administrasi baru, Muhammad
Ali menciptakan Kantor Inspektorat (Diwan alTaftish). Pengaturan ini,
yang hampir tidak begitu efisien karena penguasa berharap, tetap dasar
pemerintah provinsi langsung keabad kedua puluh.
Muhammad Ali juga mendirikan badan konsili dengan fungsi
legislatif dan yudikatif. Pada pertengahan abad, dua yang utama adalah
Dewan Penasihat (al-Majlis al-Khususi), dibuat pada tahun 1847, dan
Dewan Kehakiman (Majlis al-Ahkam), didirikan padatahun 1849. Sebuah
badan konsili ketiga, Ruang Konsultasi Delegasi (Majlis Syuraal-
Nuwwab), yang dibentuk pada tahun 1866, memiliki fungsi legislatif,
tetapi tidak bertemu secara teratur. Fungsi utama dari Dewan Penasihat
adalah untuk mengeluarkan undang-undang, tapi karena bisa mencoba
pejabat didakwa dengan kejahatan, maka itu juga memiliki karakter
peradilan kuasi. Cara kerja seperti ini termasuk kehawatiran beragam
seperti penciptaan pajak baru, perumusan undang-undang pensiun, dan
penerbitan undang-undang pra-memotong tugas penjaga desa. Dewan
kehakiman juga mengeluarkan undang-undang, terutama pengadilan
banding. Itu adalah pengadilan tertinggi di negeri itu.25
Relevansi pemikiran Muhammad Ali Pasya di era Modern yaitu
berdirinya Universitas terbesar, Al-Azhar di Mesir. Di dalam skripsi Yuli
Emma yang mengkaji tentang pengaruh pembaharuan di Mesir terhadap
modernisasi pendidikan di al-Azhar menjelaskan bahwa Muhammad Ali
25
Jurnal F. Robert Hunter, Egypt's High Officials in Transition from a Turkish to a
Modern Administrative Elite, JSTOR, Taylor&Francis Group, h. 280.
65
Pasya penguasa Mesir yang energetic berupaya mengubah negara yang
terbelakang yang berpenduduk kira-kira dua juta jiwa, yang ekonominya
sekedar pertahanan hidup, menjadi negara yang cukup kuat untuk
menghadapi serangan selanjutnya dari Eropa dan cukup kuat
mempertahankan kemerdekaan de facto-nya dari kesultanan Utsmaniyah.
Dalam memperkuat negara dan khususnya militernya, Ali Pasya
meluncurkan upaya industrialisasi mesir yang pertama yang meminjam
model dan teknisi Barat. Ia sadar bahwa usaha untuk mengadakan
pembaharuan tradisi pendidikan di Mesir sebagaimana yang terjadi di
lembaga pendidikan Kuttab dan al-Azhar tidaklah mudah. Karena kuatnya
tradisi dalam mempertahankan keberadaan lembaga pendidikan tersebut,
langkah yang dilakukannya adalah mengadakan pembaharuan pendidikan
dengan sistem sekolah modern. Hasilnya mengalami kemajuan, mesir
mulai mengenal dualisme dalam sistem pendidikan , yaitu pendidikan di
Masjid dan Kuttab yang secara tradisional sebagai pendidikan agama dan
pendidikan umum yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Muhammad Ali Pasya membawa pengaruh yang besar dalam
menjadikan Mesir sebagai negara modern dan memajukan pendidikan di
Universitas al-Azhar. Gerakan pembaharuan tersebut telah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat
Islam. 26
Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi
turut memainkan peranannya. Ali Pasya yang mengikutsertakan al-
Tahtawi dalam rombongan pelajar-pelajar Mesir ke Perancis merupakan
titik penting yang dilalui Tahtawi dalam fase hidupnya. Pada fase ini
Tahtawi mulai bersentuhan dengan dunia baru yang tidak pernah ia
rasakan ketika di Mesir. Al-Tahtawi juga merupakan sosok yang penting
bagi modernisasi al-Azhar karena ia telah membuka jalan bagi orang-
orang al-Azhar untuk belajar di Barat. Walaupun demikian ia tidak
kehilangan identitasnya sebagai seorang ulama yang menjaga tradisi. Ia
26
Yuli Emma, op. cit., h. 32-33.
66
gunakan pengalaman di Barat sebagai kesempatan untuk memperkaya
wawasan dan pengalaman, sehingga semua itu bermanfaat karena ia telah
memulai trobosan baru dalam modernisasi pendidikan, spirit kebangsaan,
dan keterbukaan dalam melihat Barat. Sejak masa tahtawi, al-Azhar relatif
mampu mengatasi problem psikologis antara Islam dan Barat.27
Gaung pembaruan Islam yang menggema di berbagai dunia Islam-
Mesir, Turki, India akhirnya pada awal abad ke-20 sampai juga ke
Indonesia, dibawa oleh pelajar yang pulang kembali ke Indonesia
membawa pemikiran-pemikiran baru, salah satu diantaranya adalah dalam
bidang pendidikan.28
Menurut Steenbrik menyebutkan ada beberapa faktor pendorong
bagi pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad ke-
20, yaitu:
1. Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke al-Qur‟an
dan Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama
dan kebudayaan yang ada. Tema sentralnya adalah menolak taklid.
Dengan kembali ke al-Qur‟an dan Sunnah mengkiblatkan perubahan
dalam bermacam-macam kebiasaan agama.
2. Sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.
3. Adanya usaha-usaha dari umat Islam untuk memperkuat organisasinya
di bidang sosial-ekonomi.
4. Dorongan yang terakhir yaitu berasal dari pembaruan pendidikan
Islam. Dalam bidang ini cukup banyak orang dan organisasi Islam,
tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari al-Qur‟an
dan studi agama.
Masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia,
sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya pembaharuan pendidikan.
Muhammad Ali Pasya sebagai seorang penguasa di Mesir melakukan
27
Ibid., h. 31-32. 28
Haidar Putra, op. cit., h. 49.
67
pembaharuan dan menjadikan Mesir Modern dengan cara mendirikan
berbagai lembaga pendidikan non keagamaan. Maka begitu pula dengan di
Indonesia, pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia ini dimulai dengan
munculnya Sekolah Adabiyah.
Menurut Mahmud Yunus sekolah Adabiyah ini adalah sekolah
(agama) yang pertama memakai sistem klasikal, berbeda dengan
pendidikan di surau-surau yang tidak berkelas-kelas, tidak memakai
bangku, meja, papan tulis, hanya duduk bersila saja. Dan juga madrasah
(sekolah agama) yang pertama di Minangkabau, bahkan di seluruh
Indonesia.
Pendidikan tradisional harus dirubah, dengan memasukkan mata
pelajaran-mata pelajaran tentang ilmu pengetahuan modern ke dalam
kurikulum madrasah. Juga dengan mendirikan sekolah-sekolah modern di
samping madrasah-madrasah yang telah ada, agar dengan demikian
terciptalah ahli-ahli Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mereka inilah yang akan membawa umat kepada kemajuan dalam hidup
duniawi.
Umat Islam sekarang telah jauh lebih maju dari umat Islam seratus
lima puluh tahun yang lalu. Perubahan-perubahan telah banyak terjadi di
kalangan umat Islam dan dalam mengadakan perubahan-perubahan,
masyarakat Islam yang berlainan itu pada umumnya tidak melanggar
ajaran-ajaran dasar agama. Yang banyak ditinggalkan ialah tradisi lama
yang bertentangan dengan perkembangan zaman. Dan proses pembaharuan
yang terjadi di kalangan umat Islam akan berjalan terus sepanjang zaman.
Islam tidak menghalangi pembaharuan yang tidak melanggar ketentuan-
ketentuan yang dibawa wahyu.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pelopor pembaharuan
pendidikan Islam di Mesir. Yang melatarbelakangi pemikiran Ali
Pasya adalah ketika ekspedisi Napoleon di Mesir. Napoleon datang ke
Mesir bukan hanya membawa tentara, akan tetapi mereka juga
membawa orang-orang yang ahli dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan dan membawa alat-alat modern seperti alat percetakan.
Maka dari itu, dengan adanya kontak yang terjadi antara rakyat Mesir
dengan peradaban Barat Modern selama pendudukan Napoleon dari
Perancis menyadarkan umat Islam di Mesir atas kemundurannya dan
ketertinggalannya dalam segala bidang.
2. Usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848
M), seorang perwira Turki yang dapat merebut kekuasaan di daerah ini
setelah tentara Perancis kembali ke Eropa di tahun 1801. Muhammad
Ali Pasya mengetahui bahwa kekuasaanya hanya dapat dipertahankan
dengan kekuasaan militer. Dibelakang militer itu harus ada kekuatan
ekonomi. Untuk memperkuat perekonomian ia memperbaiki irigasi
lama, membuat irigasi baru, penanaman kapas, mendatangkan ahli dari
eropa dan membuka sekolah pertanian pada tahun 1863. Kemudian
tanah kaum Mamluk di rampas pemerintah, begitu pula dengan tanah
orang-orang kaya di Mesir karena Ali Pasya menganggap bila tanah
rakyat sudah di kuasai maka akan terjadi pengelolaan tunggal pertanian
yang merupakan tulang punggung pertanian Mesir saat itu.
69
3. Kemajuan dibidang militer tidak mungkin dicapai tanpa dukungan
ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilanh sehingga perhatian di
bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Maka dari itu Ali Pasya
mendirikan Kementrian Pendidikan pada tahun 1815 dan beberapa
sekolah modern seperti Sekolah Militer tahun 1815, Sekolah Teknik
tahun 1816, Sekolah Kedokteran tahun 1827, Sekolah Apoteker 1829,
Sekolah Pertambangan tahun 1834, Sekolah Pertanian dan Sekolah
Penerjemah tahun 1836.
4. Dengan usaha-usaha pembaharuannya Muhammad Ali Pasya berhasil
membawa Mesir menuju sebuah negara modern. Berkat jasa-jasa
inilah, Ali Pasya pun diberi gelar The Founder of Modern Egypt
(Bapak Pembaharuan Mesir Modern). Pembaharuan yang dilakukan
Muhammad Ali Pasya merupakan landasan pemikiran dan
pembaharuan selanjutnya.
B. Saran
Dengan dilakukannya penulisan ini, penulis memiliki harapan agar:
1. Masyarakat Indonesia dapat lebih jauh mengenal sosok Tokoh Pembaharuan
Pendidikan Islam Muhammad Ali Pasya di Mesir,Tidak hanya dikenal untuk
orang Mesir saja, tapi untuk semua masyarakat Indonesia pada umumnya.
2. Untuk civitas akademika, penulis berharap agar dapat melanjutkan dan
mengembangkan pembaharuan dan pemikiran Muhammad Ali Pasya, untuk
berperan yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan Islam.
3. Bagi mahasiswa, agar dapat mengetahui pembaharuan dan pemikiran
Muhammad Ali Pasya dalam memajukan pendidikan Islam serta meneladani
kegigihan dan semangat tanpa lelah dalam memperjuangkan perkembangan
pendidikan Islam di era modern ini untuk mengenyam pendidikan. Yang pada
akhirnya, diharapakan agar mahasiswa menjadi generasi penerus untuk
memajukan pendidikan Islam di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: RajawaliPers, 2008.
Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1996
Arief, Armai, PembaharuanPendidikanIsam di Minangkabau,Jakarta: PT Suara
ADI, 2009.
__________, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, Cet.I, 2002.
__________, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam Klasik, Bandung: Angkasa, Cet. I, 2005,
Arifin, M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987. Dengan
mengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung-
Bogor, l 7-11 Mei 1960.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. X, 2009.
Asari, Hasan, Modernisasi Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2002.
Asmuni, M. Yusran, Dirasah Islamiah III: Pengantar Studi Pemikiran dan
Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995.
__________, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan,
1992.
Azra, Azyumardi, PendidikanIslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Ogos Wacana Ilmu, 2002.
Basri, Agus, Pendidikan Islam sebagai Penggerak Pembaharuan, Bandung: PT
Al-Maarif, 1984.
Daradjat, Zakiah dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III,
1996.
__________, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, Ed. I, Jakarta: Kencana, Cet. II, 2009.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2009.
Echols, John M, dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia, 1990.
Effendi, Abdurrahman R. dan Gina Puspita, Abuya Syekh Imam Ashari
Muhammad at-Tamimi Diakah Mujaddid di Kurun ini?, Jakarta: PT
Giliraan Timur, 2003.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Anlisis Data, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Cet. II, 2011.
Fadzar, Malik, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI, Cet. I, 1998.
Guddah, Abdul Fattah Abu, Qimahaz-Zaman ‘inda al-‘Ulama, h. 30. Lihat
http://www.my.opera.com/hakikatcintahamba/blog/2012/07/31/tuntutlah-
ilmu-dari-sejak-lahir-buaian-sampai-liang-lahatbetapa-pentingnya-
bel.com. (padatanggal 22 Januari 2013).
HAMKA, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001.
__________, Tafsir al-Azhar, jilid 6, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998. dalam
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran
HAMKA tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Handayani, Yuli Emma, Skripsi: Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Ciputat:
2011.
Hidayah, Ara, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka Educa, 2010.
Jurnal F. Robert Hunter, Egypt's High Officials in Transition from a Turkish to a
Modern Administrative Elite, JSTOR, Taylor&Francis Group.
Kallaf, Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994. Lihat Noviarti, Hajjah Rahmah el-Yunusiyyah Pelopor
Wanita dalam Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, Jakarta: 1999.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet.
II, 1988.
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya.Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
Cet. I, 1999.
Moeslim, Abdurrahman, Islam Transformatif,Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Muhammad, Abu Abdullah,Sahih al-Bukhari, Kairo: Maktabah al-Iman, 2003.
Mukti, Abd, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2008.
__________, Tesis: Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dalam Lembaga
Pendidikan di Mesir, Jakarta: 1993.
Narimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif,
1989.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid-II, Jakarta: UI-
Press, Cet. VI, 1986.
__________, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang 1975.
Nata, Abuddin, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu, Cet. I,
1997.
__________, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Graha Media Pratama, 2005.
__________, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005.
__________, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001.
Nur, Wahyudin, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Medan: IAIN
SU, 2000.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995.
Purwardaminto, WJS, Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
Cet. 12, 1991.
Rahardjo, M. Dawam, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan Nurcholish Majid,
Bandung: MIZAN, 1981.
Rais, M. Amien, Prospek Pebangunan Islam, dalam Akmal Nasery B, ed.,
Percakapan Cendikiawan tentang Pembaharuan Pemikiran Islam,
Bandung: Mizan, Cet. IV, 1996.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IV, 1994.
Sa’id, Bustami Muhammad, Mafhum Tajdid al-Din, Kuwait: PT Dar al-Da’wat,
1984
Sabri, Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I,
1999.
__________, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I,
2005.
Sani, Abdul, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam
Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Shiddiqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta: Bulan Bintang,
Cet. XI, 1993.
Shihab, M. Quraish,Logika Agama; Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal
dalam Islam, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IV, 2005.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: PT Alfabeta, 2008.
Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abu Dawud, Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998
Susanto, A, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, Cet. I, 2009.
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012.
Syalabi, Ahmad, Mausu’at al-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat, Jilid V,
tp.:Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1973.
Tafsir, Ahmad, IlmuPendidikandalamPersepektif Islam,Bandung: PT
RemajaRosdakarya, Cet. VII, 2007.
Tamara, M. Natsir, dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog Antar
Peradaban,Jakarta: Paramadina, 1996.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, Cet. I, 2002.
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, Jakarta: PT PustakaPustazet
Perkasa, 1988.
Wibisono, A Fattah,Pemikira Para Lokmotif Pembaharuan di Dunia Islam,
Jakarta: Rabbani Press, 2009.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.
__________, Sejarah Budaya Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Yunus, Mahmud, MetodikKhususPendidikanAgama, Jakarta: PT
HidakaryaAgung, Cet. 17, 1992.
Yusrianto, Edi, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam, Pekanbaru: Intania Grafika,
2008
Zuhairini,dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional,
1983.
__________, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986.
UJI REFERENSI
Nama : Nisa Assajdah
Nim :1110011000131
JurusanL/Prodi : Pendidikaa Agama Islam
Judul Skripsi : PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi aras Muhammad Ali pasya)
No Referensi ParafA. Fattah Wibisono, Pemikira Para Lolcmotif Pembaharuan di Dunia Islam,Jakarta: Rabbani Press, 2009. ^l1l-
2 A. Sunanto, Perz ikiran Pendidikan Islam, (Iakarta: AMZAH, Cet. I, 2009. 4,.\J Abdul Fattah Abu Guddah, Qimahaz-Zaman 'inda al-'Ulama, h. 30.
Lihaihnu-dari-seiak-lahir-buaian-sampai-liane-lahatbetapa-p .
(padatanggal 22 Januari 2013).
-{^-.
4 Abdul Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidiktrn di Mesir, Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2008. -{L
5 Abdul Mukti, Tesis: Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dalam LembagaPendidikan di Mesir, Jakarta: i993.
6 Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalamLvlcun,lakarta'. PT Raja Grafindo Persada, 1998.
<r-\7 Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-Kaidah Hukunt Islam, Jakarla: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994. Lihat Noviarti, Hajjah Raltmah el-YunusiyyahPelopor l(anita dalant Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, lakafta:1999.
+
8 Hasan Langgulung, Asas-osas Pendidikan Islam, Jakafta: Pustaka Al-Husna,Cet. II, 1988. -0a
9 Abdurralrman M o eslim, I s I am Tr ans fo r mat if, l akarta: Pustaka Firdaus, 1 997. --4^i0 Abdurrahman R Effendi dan Gina Pwpita, Abuya Syekh Imant Ashari
Muhammad at-Tamimi Diaknh Mujaddid di Kurun ini?, Jakarta: PT GiliraanTimur,2003.
--+\
11 Abu Abdullah Muhammad, Sahih ql-Bukharr, Kairo: Maktabah al-lman,2003. -t^
12 Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Dawi;d, Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998.13 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Iakarta: Graha Media Pratama,
200s.
l4 Abuddin Nata, FilsafatPendidikan Islam, lakarta: Logos Wacanallmu, Cet. I,1997.
,tA
15 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspehif Al-Qur'an, Jakarta'. UIN Jakarta
Press, 2005. -'\Wl6 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islom, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
11 Agus Basri, Pendidikan Islam sebagai penggerak pembahaiian, Bandung:PT Al-Maarif, 1984.
18 Ahmad D. Narimba, Pengantar Fitsafat Pendidikan hlai, Vondrng; ALMa'arif, 1989.
19 Ahmad Syalabi, Mausu'at al-Tarikh wa al-Hadarat at-Islamiyat, Jilidy ,tp. :Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1 973.
I
20 Ahmad Tafsir, IlmuPendidikandalamPersepehif Islam,Batdwg: pT RemajaRosdakarya, CeL. VII, 2007.
21 Alisuf Sabri, 1iz u Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I. 1999.22 Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I,
2005.23 Ara Hidayah, P engelolaan P endidikan, Bandtng: Pustaka Educa, 201 0.24 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikanlsam di Minangkabaa Jakarta: pf
Suara ADI, 2009.25 Armai Arief Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam Klasik, Bandung: Angkasa, Cet.1,2005,26 Armai Arief,Pe ngantar llmu dan Metodologi Pendidikan Islam, lakarta..
Ciputat Press, C et.I, 2002.27 Azyumardi Azra, Pendidikanlslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Iakarl"a'. Ogos Wacana I1mu,2002. t")o Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2008
t29 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.'30 Bustami Muhammad Sa'id, MaJhum Tajdid al-Din, Kuwait: PT Dar al-
Da'wat, 1984.JI Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, Buldul;lg: PT. Sygma
Exarnedia Arkanleema, 2009.
32 Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam, Pekanbaru: IntaniaGrafika,2008 )
JJ Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Anlisis Data, Jakarta: Raja GrafindoPersada, Cet. Il, 201 1.
)t+ Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islamdi Indonesia, Ed. I, Jakarta: Kencana, Cet. II, 2009.
I35 HAMKA, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Paniimas, 2001.36 HAMKA, Tafsir al-Azhar, jilid 6, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998. dalam
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelehual dan PemikiranHAMKA tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspelmya, Jllid,-II, Jakarta: UI-Press, Cet. VI, 1986.
3B Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,Jakarta: Bulan Bintang 1975. a1t,-
39 Hasan Asari, Modernisasi IslaLn, Bandung: Citapustaka Media,2002.40 John M Echols, dan Hasan Shadlly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.
\rlzutrEutft, Iyyu.41 Jurnal F. Robert Hlnter, E
to a Mofurn Administrative Elite, JSTOR. Tavlor&Francis C,toun^"1 rvl. rrrnren Kars, rrospek ?ebangunan Islam, dalam Akmal Nasery B, ed.,
Percakapan Cendikiawan tentang pembaharuan pemikiran Islam, Ban&ng:Mizan, Cet. IV, 1996.
43 rvr. Arrrn, rtrca1at rendtdtkdn lslam, Jakarta: pT. Bina Aksara, 19g7. Denganmengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung_Bogor, I 7-1 1 Mei 1960.
44 M. Arifin, IImu Pendidikan IslamPendekatan Interdisipline, Jakarta: pT. Bumi Aksara. Edisi Revisi 2009. \
45 ivr. uawam KahardJo, rsram Kemod.ernan dan Keindonesiaan Nurcholish,Majld, Bandung: MIZAN, 1981. \
46 M. Hasbi Shiddiqy, Seiorah dBintang. Cet. Xl, 1993. \
'11 rvr. Nars( I amara, dan Elza peldi Taher, Agama dan Dialog AntarPeradaban,Jakarta: Paramadina. 1996_ \
,+8 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teor@Bgmaja Rosdakarya. I 995.
49 rvI.- \2urarsn Snfiab, Logit@ Agama; Kedudukan Wahyu dan Bqtas_batas Ak)ldolam Islam, Jakarta: LenteruHati, Cet.Iy ,2005.
50 M. Yusran Asrnuni, Dirasah Islamiah ru:@Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: pT Raja GrafindoPersada, 1995. I
5l M. Yusran Asmuti, Pengantar Studi pemikiran clan Geraka" pembah.rrmdalam Dunia Islam, Iakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2001. I
52 Malrrnud Yunus, MetodikKhususprndi@HidakaryaAgung , Cet. 17 , 1992. I
5l Maksum, MadrasahIlniu, Cet. I, 1999.
Sejarah dan P er kemb angannya. J akafia.. Logos Wacan-
54 Malik Fadzar, Visi Pentbaharuan pendidikan fsE., .]at o.ti t_f :NI, C"t. I,1998. tA.
55 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama [email protected] Muhammad Naquib Attas, Kons"p pendidika@,
1992.57 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradobo, Ittom indon"siq Jakurta: pT. RaSu
Grafindo Persada,2012. ('58 Purwardaminto, WIS, Kamus umum Bohaso iiiirnsiaiakid Balu
Pugq!3, tC91. Q. Ie9l59 Ramayulis, Ilmu Pendidikctn Islant,Ja\arta: KalaniMulia, C"i Iq 1D9460 Samsul Nizar', Pengantar Dasar-dasar Pemikiran prrdittiko,, tskm J"kartu
Gaya Media Pratama, 2001.6r Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Xuotitatif,
dan R&D, Bandung: PT. Alfabeta, 2008. t^
ol Suharsimi Arikunto, Manajemen peneli@2009. /
63 Taufik Adnan Amal,Islam dan Tantangan MMHukum Fazlur Rahman, Bandtmg:- Mizan, 1996.
64 Tim Penyusun Ka^us PusatBahBalai Pustaka, Cet. I, 2002.
65 Tim Penyusun Pustaka Azet, Lelaikon MPustakaPustazet Perkasa, i988.
66 Uhbiyati Nur, IlmuPendidikan Islam, Bal&;r,;rg PustakaSelia, D9Z67 Wahyudin Nur, P erkembangan Pemikiran Mofurn di Dunia Istam, Medarr:
IAIN SU,2OOO.
68 Yuli Emma Handayani, Skripsi: Muhammad Ali Pasha dan Al-Azha4ipltat:20t1.
69 Zakiah Daradjat dlr*., Ilmu Pendidikan Islam, lakNta: Bumi Aksara, Cer IIt,1996.
70 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.11 Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Srrabaya: Usaha
Nasional, 1983.
72 Zuhairini, Sejarah Pendidiknn Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986. H
Jakarta, 02 April 2015
Penguji
Ahmad Irfan Mufid. MANIP. 19740318 200312 1002